hubungan indeks massa tubuh overweight …/hubungan... · daftar skema ... perjalanan penyakit dan...

66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT DENGAN GAMBARAN FATTY LIVER PADA USG ABDOMEN DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CHARISMATIKA SYINTIA DEWI G0009046 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

Upload: lephuc

Post on 17-Sep-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT DENGAN

GAMBARAN FATTY LIVER PADA USG ABDOMEN

DI RSUD DR. MOEWARDI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

CHARISMATIKA SYINTIA DEWI

G0009046

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2012

Page 2: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul: Hubungan Indeks Massa Tubuh Overweight dengan

Gambaran Fatty Liver pada USG Abdomen

di RSUD dr. Moewardi.

Charismatika Syintia Dewi, G.0009046, Tahun 2012

Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Jumat, Tanggal 3 Agustus 2012

Pembimbing Utama Nama : Prof. Dr. Suyono, dr., Sp. Rad (K)

NIP : 19470611 197610 1 001 (...................................) Pembimbing Pendamping Nama : Jarot Subandono, dr., M.Kes NIP: 19680704 199903 2 001 (...................................) Penguji Utama Nama : Dr. Widiastuti, dr., Sp. Rad (K) NIP : 19570308 198603 1 006 (...................................) Anggota Penguji Nama : Ratih Dewi Yudhani, dr NIP : 19840707 200912 2 002 (...................................)

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR-FINASIM NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

Page 3: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 3 Agustus 2012

Charismatika Syintia Dewi

NIM. G0009046

Page 4: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

ABSTRAK

Charismatika Syintia Dewi, G0009046, 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh Overweight dengan Gambaran Fatty Liver pada USG Abdomen di RSUD dr. Moewardi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Meningkatnya Overweight atau kegemukan di dunia merupakan salah satu akibat dari moderenisasi gaya hidup, peningkatan masukan kalori dan terbatasnya aktivitas fisik. Overweight semakin disadari menjadi risiko seseorang untuk mendapat penyakit metabolisme kronis. Fatty liver atau perlemakan hati merupakan kondisi yang juga semakin disadari berkembang menjadi penyakit hati kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh overweight dengan gambaran fatty liver pada USG abdomen di RSUD dr. Moewardi. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam menegakkan diagnosis dan penanganan yang lebih adekuat serta upaya pencegahan fatty liver sejak dini.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian adalah pasien yang melakukan USG abdomen di Instalasi Radiologi RSUD dr. Moewardi pada bulan Juni 2012. Pengambilan sampel dilakukan secara fixed exposure sampling setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sampel. Diperoleh data sebanyak 40 sampel, diambil langsung dengan melihat hasil pemeriksaan USG abdomen fokus hati serta dengan perhitungan indeks massa tubuh yang diperoleh dari pengukuran tinggi badan dan berat badan. Sampel kemudian dianalisis dengan uji Chi Square dan uji Odds Ratio menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Window.

Hasil Penelitian: Data hubungan indeks massa tubuh overweight dengan gambaran fatty liver pada USG abdomen di RSUD dr. Moewardi diuji dengan analisis bivariat uji Chi Square, didapatkan p = 0,011 atau p < 0,05 dimana α = 0,05. Kemudian dilakukan uji Odds Ratio untuk mengetahui kekuatan hubungan sebab akibat dengan OR = 5,571.

Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh overweight dengan gambaran fatty liver pada USG abdomen (p = 0,011), dimana seorang overweight memiliki risiko mengalami fatty liver 5,571 kali dibanding seorang normal atau underweight.

Kata Kunci: fatty liver, indeks massa tubuh, overweight, ultrasonografi

Page 5: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

ABSTRACT

Charismatika Syintia Dewi, G0009046, 2012. The Relationship between Overweight Body Mass Index and Fatty Liver Picture on USG Abdomen in RSUD dr. Moewardi. Mini Thesis. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: Overweight increasing in the world is one result of the modernization of lifestyles, the increasing caloric intake and limited physical activity. Overweight is more realized to become of a person's risk for metabolism chronic disease. Fatty liver is increasingly recognized condition that also develop into chronic liver disease. This study aims to examine the relationship between overweight body mass index and fatty liver picture on USG Abdomen in RSUD dr. Moewardi. The study is expected to assist in diagnosis and treatment is more adequate and the prevention of fatty liver early on.

Methods: This research is an analytical observational research with cross-sectional approach. Subjects were patients undergoing abdominal ultrasound Radiology Installation in RSUD dr. Moewardi in June 2012. Sampling was done after a fixed exposure sampling were selected based on inclusion and exclusion criteria of the sample. The obtained data were as many as 40 samples, taken immediately to see the results of focused abdominal ultrasound examination of heart and with a body mass index calculation derived from measurements of height and weight. Then samples were analyzed by Chi Square test and Odds Ratio test using the Statistical Product and Service Solution (SPSS ) 17.0 for Windows.

Result: The data link overweight with a body mass index picture of fatty liver on abdominal ultrasound in RSUD dr. Moewardi was tested by Chi Square test bivariate analysis, obtained p = 0,011 or p < 0,05 where α = 0,05. Odds Ratio test was then performed to determine the strength of a causal relationship with OR = 5,571.

Conclusion: There is a significant association between overweight body mass index with images of fatty liver on abdominal ultrasound (p = 0,011), where an overweight have a risk for developing fatty liver 5,571 times that of a normal or underweight.

Keywords: fatty liver, body mass index, overweight, ultrasound

Page 6: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran. Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh Overweight dengan Gambaran Fatty Liver pada USG Abdomen di RSUD dr. Moewardi”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat diatasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR-FINASIM., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Suyono, dr., Sp. Rad (K)., selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.

4. Jarot Subandono, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.

5. Dr. Widiastuti, dr., Sp. Rad (K)., selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.

6. Ratih Dewi Yudhani, dr., selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.

7. Basoeki Soetardjo, drg., MMR., selaku Direktur RSUD dr. Moewardi serta seluruh Staf dan Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

8. Orang tuaku tercinta Ayahanda Ari Widodo, SH dan Ibunda Dra. Sri Yanti, Mas Ahimsa Syafi’i Widhi Athna, SH, Dek Muhamad Ridwan, seluruh keluarga atas doa, pengertian dan semangat mengalir tiada henti.

9. Keluarga besar Bapak Heru atas perhatian dan bantuannya setiap hari. 10. Teman-teman keluarga besar mahasiswa Pendidikan Dokter 2009 terutama

Dympna, Yeni, Chita, Tita, Irene, Dila, kelompok tutorial B6, LPM Erythro, dan CIMSA FK UNS atas dukungan serta senyuman yang berarti.

11. Sahabatku terutama Eski untuk bantuan pemahaman pengolahan data, Fanny, Erny, Vitria, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis pun menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari para pembaca yang budiman. Akhir kata, semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 3 Agustus 2012

Charismatika Syintia Dewi

Page 7: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ................................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix

DAFTAR SKEMA .................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................................. 5

A. Tinjauan Pustaka........................................ .......................................... 5

1. Overweight ............................................................. ......................... 5

a. Definisi ....................................... ................................................ 5

b. Indeks Massa Tubuh ................................................ ................... 5

c. Leptin ....................... .................................................................. 9

2. Hati ....................................................... .......................................... 10

a. Histologi dan Anatomi Hati ....................................................... 10

b. Fisiologi Hati................................................................ .............. 12

3. Fatty Liver ............................................................ .......................... 16

a. Definisi ........................................................................................ 16

b. Gambaran Klinis dan Laboratorium ........................................... 18

c. Patogenesis .................................................................................. 21

d. Perjalanan Penyakit dan Prognosis ............................................. 25

Page 8: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

4. Ultrasonografi .................................................................................. 25

a. Definisi ........................................................................................ 25

b. Cara kerja ................................................................................... 26

c. Persiapan Pasien ......................................................................... 27

d. Teknik Pemeriksaan ................................................................... 28

e. Gambaran Ultrasonografi Hati Normal ....................................... 28

f. Gambaran Ultrasonografi Fatty Liver ......................................... 29

B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 31

C. Hipotesis ............................................................................................. 31

BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 32

A. Jenis Penelitian ................................................................................... 32

B. Lokasi Penelitian ................................................................................ 32

C. Subjek Penelitian ................................................................................ 32

D. Teknik Sampling .................................................................................. 33

E. Rancangan Penelitian ........................................................................... 34

F. Identifikasi Variabel Penelitian .......................................................... 34

G. Definisi Operasional Variabel ............................................................ 35

H. Instrumen Penelitian ........................................................................... 37

I. Cara Kerja ........................................................................................... 38

J. Teknik Analisis Data .......................................................................... 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN................................................................................ 39

BAB V. PEMBAHASAN ....................................................................................... 45

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 54

A. Simpulan ............................................................................................. 54

B. Saran ................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 55

LAMPIRAN

Page 9: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan disertai dengan

peningkatan perekonomian erat hubungannya dengan perubahan gaya hidup

masyarakat. Pola makan, junk food, kurang olahraga mengakibatkan

tumbuhnya berat badan dan tinggi badan tidak ideal. Kenaikan berat badan

yang berlebihan atau overweight (IMT >23 kg/m2) merupakan salah satu efek

perubahan gaya hidup. Semakin gemuk (banyak lemak), risiko seseorang

untuk mendapat penyakit akan semakin besar (Wargahadibrata, 2010).

Peningkatan signifikan angka kejadian efek kondisi terkait overweight salah

satunya perlemakan hati (David et al., 2009). Perlemakan hati sederhana atau

yang dikenal dengan fatty liver adalah gangguan metabolisme lemak (lipid)

yang ditandai dengan peningkatan akumulasi trigliserid di sel hati (Everhart

dan Bambha, 2010).

Perlemakan hati non alkoholik atau yang lebih sering didengar dengan

istilah Nonalcoholic Fatty liver Disease (NAFLD) merupakan kondisi yang

semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut. Pada

populasi di negara industri Amerika, Eropa dan Australia angka kejadian fatty

liver mencapai 30 %. Populasi dengan obesitas di negara maju mendapat 60 %

fatty liver, 20-25 % steatohepatis dan 2-3 % sirosis. Dalam laporan yang sama

Page 10: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pun disebutkan bahwa 70% pasien diabetes melitus tipe 2 mengalami

perlemakan hati, sedangkan pada pasien dislipidemia angkanya sekitar 60 %

(Hasan, 2009).

Penelitian lain melaporkan 10 % dari populasi Asia mengidap fatty

liver (Chitturi et al., 2011). Prevalensi fatty liver di populasi perkotaan

Indonesia mencapai 30% dengan kegemukan sebagai faktor risiko yang paling

berpengaruh (Trihatmowijoyo dan Nusi, 2009). Fatty liver dengan kelebihan

berat badan memiliki hubungan yang kuat dan terlebih lagi dengan akumulasi

lemak viseral. Meski demikian, tidak semua pasien kegemukan mengalami

fatty liver (Das et al., 2010).

Sejalan dengan penelitian tersebut terbukti bahwa meningkatnya

prevalensi kelebihan berat badan atau overweight merupakan faktor risiko

terjadinya fatty liver. Proporsi lemak tubuh salah satunya dapat dinilai dengan

klasifikasi (underweight, normal, overweight) Indeks Massa Tubuh (IMT)

yang didapatkan dari rumus berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi

badan kuadrat dalam meter (Wargahadibrata, 2010).

Abnormalitas tes fungsi hati akibat fatty liver merupakan kelainan

yang jarang ditemukan di masyarakat. Sebagian besar pasien dengan fatty liver

tidak menunjukkan gejala maupun tanda-tanda adanya penyakit hati.

Umumnya pasien dengan fatty liver ditemukan secara kebetulan pada saat

dilakukan pemeriksaan lain, misalnya medical check-up, atau karena

komplikasi sirosis seperti asites, perdarahan varises, atau sudah berkembang

Page 11: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

menjadi hepatoma. USG abdomen merupakan pilihan yang sering dilakukan

untuk menegakkan diagnosis fatty liver (Hasan, 2009).

Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui hubungan indeks

massa tubuh overweight dengan gambaran fatty liver pada USG abdomen di

RSUD dr. Moewardi. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam

menegakkan diagnosis dan penanganan yang lebih adekuat serta upaya

pencegahan fatty liver sejak dini.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan indeks massa tubuh overweight dengan

gambaran fatty liver pada USG abdomen di RSUD dr. Moewardi?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan indeks massa tubuh overweight dengan

gambaran fatty liver pada USG abdomen di RSUD dr. Moewardi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

perbandingan terhadap penelitian serupa sebelumnya atau pun memberi

informasi bagi penelitian serupa di lain waktu dan tempat.

2. Manfaat Aplikatif

Manfaat aplikatif yang diharapkan dari penelitian ini adalah

dengan diketahui pengaruh indeks massa tubuh overweight terhadap fatty

Page 12: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

liver, maka dapat membantu dalam menegakkan diagnosis dan

penanganan yang lebih adekuat serta upaya pencegahan fatty liver sejak

dini.

Page 13: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Overweight

a. Definisi

Kegemukan, kelebihan berat badan atau overweight adalah

kejadian yang biasa dilihat di lingkungan mulai dari Balita hingga

lanjut usia. Diantara yang mengalami kegemukan adalah orang-orang

yang sebelumnya tidak gemuk, namun karena kenaikan berat badan

sering diabaikan, akhirnya terjadilah suatu kenaikan berat badan yang

berlebihan atau dalam istilah medik disebut sebagai obesitas

(Wargahadibrata, 2010). Meningkatnya prevalensi kegemukan

merupakan faktor risiko untuk terjadinya fatty liver. Meski demikian,

tidak semua pasien kegemukan mengalami fatty liver (Das et al.,

2010).

b. Indeks Massa Tubuh

Derajat gangguan kesehatan ditentukan dari tiga faktor: 1)

jumlah lemak, 2) distribusi lemak, dan 3) adanya faktor risiko lainnya.

Berdasarkan tinggi dan berat badan tubuh, dapat diukur Indeks Massa

Tubuh (IMT) yang memperlihatkan status gizi sekaligus komposisi

lemak tubuh. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan

Page 14: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

sebagai pengukur pengganti dipakai indeks Quatelet atau Indeks Massa

Tubuh (IMT) untuk menentukan berat badan lebih atau overweight

pada orang dewasa (Sugondo, 2009).

Indeks massa tubuh merupakan indikator yang paling sering

digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan

lebih dan obesitas pada orang dewasa. Untuk penelitian epidemiologi

digunakan IMT, yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi

badan dalam meter kuadrat (m²) (Sugondo, 2009).

Ada dua klasifikasi IMT, yaitu menurut WHO dan untuk orang

ASIA. Hal ini berdasar meta-analisis beberapa kelompok etnik yang

berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender yang sama,

menunjukkan Etnik Amerika berkulit hitam memeliki IMT lebih tinggi

1,3 kg/m² dan Etnik Polinesia memiliki IMT lebih tinggi 4,5 kg/m²

dibanding dengan Etnik Kaukasia. Sebaliknya nilai IMT pada Bangsa

Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand adalah 1,9 4,6 3,2 dan 2,9

kg/m² lebih rendah daripada Etnik Kaukasia (Sugondo, 2009). Jadi

klasifikasi menurut WHO cocok untuk orang-orang Etnik Kaukasia

yang besar-besar, sehingga para ahli kemudian membuat klasifikasi

untuk orang Asia yang ukuran badannya lebih kecil (Wargahadibrata,

2010).

IMT = Berat badan (kg)

Tinggi Badan² (m²)

Page 15: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Tabel 2.1 Klasifikasi IMT pada Orang Dewasa Menurut WHO

Technical Series, 2004

Classification Body Mass Index (kg/m²)

Principal cut-off

points

Additional cut-off

points

Underweight <18.50 <18.50

Severe thinness <16.00 <16.00

Moderate thinness 16.00 - 16.99 16.00 - 16.99

Mild thinness 17.00 - 18.49 17.00 - 18.49

Normal range 18.50 - 24.99 18.50 - 22.99

23.00 - 24.99

Overweight ≥25.00 ≥25.00

Pre-obese 25.00 - 29.99 25.00 - 27.49

27.50 - 29.99

Obese ≥30.00 ≥30.00

Obese class I 30.00 - 34.99 30.00 - 32.49

32.50 - 34.99

Obese class II 35.00 - 39.99 35.00 - 37.49

37.50 - 39.99

Obese class III ≥40.00 ≥40.00

Source: Adapted from WHO, 1995, WHO, 2000 and WHO 2004.

Page 16: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Tabel 2.2 Klasifikasi IMT untuk ASIA Dewasa Menurut WHO

dalam The Asia Pacific Perspective, 2000

Klasifikasi IMT (kg/m²)

Underweight <18,5

Batas Normal 18,5-22,9

Overweight; >23

At risk 23-24,9

Obese I 25-29,9

Obese II >30

Tabel IMT Asia menunjukkan bahwa seseorang dianggap

mempunyai kelebihan berat badan bila IMT lebih dari 23 kg/m² dan

dikategorikan memiliki obesitas bila memiliki IMT diatas 25 kg/m².

Kejadian obesitas di seluruh dunia meningkat sebagai salah satu akibat

dari modernisasi gaya hidup dengan meningkatnya masukan kalori dan

terbatasnya aktivitas fisik serta urbanisasi yang juga dipengaruhi faktor

lingkungan. Menurut Wargahadibrata (2010) pengukuran IMT tidak

tepat digunakan untuk mengategorikan kelebihan berat badan dan

obesitas pada orang yang massa tubuhnya berat karena otot seperti

pada atlet juga pada ibu hamil dan menyusui.

Page 17: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

c. Leptin

Leptin merupakan hormon turunan adiposit yang memiliki efek

penting dalam mengatur berat badan, metabolisme dan fungsi

reproduksi. Tingkat sirkulasi leptin diketahui meningkat pada orang

yang memiliki kelebihan berat badan, seorang pengonsumsi alkohol,

serta seorang dengan fatty liver (Wang et al., 2009). Leptin merupakan

hormon yang akan memperberat terjadinya penyakit perlemakan hati

non alkohol dengan meningkatkan kejadian resistensi insulin. Peranan

leptin adalah melindungi jaringan selain jaringan adiposa terhadap

perlemakan dan lipotoksisitas selama terjadi kelebihan karbohidrat

(Ding et al., 2005).

Leptin adalah protein kDa 16 hormon yang memainkan peran

penting dalam mengatur energi asupan dan pengeluaran energi,

termasuk nafsu makan dan metabolisme. Leptin pun termasuk salah

satu hormon paling penting turunan adiposa. Gen “Ob(Lep)” (Ob

untuk obesitas, Lep untuk leptin) terletak pada kromosom 7 pada

manusia. Leptin manusia adalah sebuah protein 167 amino yang

diproduksi terutama di adiposit jaringan adiposa putih, dan tingkat

beredar leptin secara langsung proporsional dengan jumlah lemak

dalam tubuh. Selain untuk jaringan adiposa putih, sumber utama

penghasil leptin juga dapat diproduksi oleh jaringan adiposa cokelat

plasenta (syncytiotrophoblast), ovarium, otot rangka, perut (bagian

Page 18: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

bawah kelenjar fundic), sel epitel kelenjar susu, sumsum tulang,

pituitari dan hati (Newsmedical, 2012).

Hasil sebuah studi menunjukkan bahwa leptin bertanggung

jawab meningkatkan Transforming Growth Factor Beta-1 (TGFβ1)

ekspresi leptin oleh sel kuppfer. Kemudian Signal Transducer and

Activator of Transcription-3 (STAT3) aktif dan produksinya mengikat

unsur-unsur dalam TGFβ1 promoter. Peningkatan TGFβ1 pada sel

kuppfer adalah efek utama pada fibrosis hati terkait dengan tingkat

obesitas dan peningkatan leptin, seperti pada seorang fatty liver (Wang

et al., 2009).

2. Hati

a. Histologi dan Anatomi Hati

Hati merupakan organ terbesar pada tubuh, menyumbang

sekitar 2% berat tubuh total, atau sekitar 1,5 kg pada rata-rata manusia

dewasa (Guyton dan Hall, 2007). Hati menempati sebagian besar

kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh

dengan fungsi yang sangat kompleks. Batas atas hati berada sejajar

dengan ruang interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas

dari iga IX kanan keiga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk

cekung dan terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta

hepatis. Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi dua lobus

oleh adanya ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan

yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri (Amirudin, 2009).

Page 19: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Gambar 2.1 Anatomi Hati

Hati terdiri atas satuan heksagonal disebut lobulus hati. Di

pusat setiap lobulus, terdapat sebuah vena sentral yang dikelilingi

lempeng-lempeng sel hati, yaitu hepatosit dan sinusoid secara radial

(Eroschenko, 2003). Di tepi luar setiap lobulus terdapat tiga pembuluh:

cabang arteri hepatika, cabang vena porta, dan duktus biliaris. Darah

dari cabang-cabang arteri hepatika dan vena porta tersebut mengalir

dari perifer lobulus ke dalam ruang kapiler yang melebar disebut

sinusoid (Sherwood, 2001).

Hati terdiri atas bermacam-macam sel. Hepatosit meliputi ±

60% sel hati, sedangkan sisanya terdiri atas sel-sel epitelial sistem

empedu dalam jumlah yang bermakna dan sel-sel non parenkimal yang

termasuk di dalam endotelium, sel kupffer dan sel stellata yang

berbentuk seperti bintang (Amirudin, 2009).

Page 20: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Hepatosit sendiri dipisahkan oleh sinusoid yang tersusun

melingkari eferen vena hepatika dan duktus hepatikus. Sinusoid

merupakan saluran darah yang berliku-liku dan melebar, diameter tak

beraturan, dilapisi sel endotel bertingkap tak utuh yang dipisahkan

dengan hepatosit di bawahnya oleh ruang perisinusoidal. Akibatnya,

zat makanan yang mengalir di dalam sinusoid yang berliku-liku,

menembus dinding endotelial berpori dan berkontak langsung dengan

hepatosit (Eroschenko, 2003). Sel lain yang terdapat dalam dinding

sinusoid adalah sel fagositik kupffer yang merupakan bagian penting

retikuloendotelial dan sel stellata yang memiliki aktivitas

miofibroblastik yang dapat membantu pengaturan aliran darah

sinusoidal disamping sebagai faktor penting dalam perbaikan

kerusakan hati (Amirudin, 2009).

b. Fisiologi Hati

Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh.

Organ ini penting bagi sistem pencernaan untuk sekresi garam

empedu, tetapi hati juga melakukan berbagai fungsi lain, menurut

Sherwood (2001) fungsi hati mencakupi hal-hal berikut:

1) Pengolahan metabolik kategori nutrien utama (karbohidrat, lemak,

protein) setelah penyerapannya dari saluran pencernaan.

2) Detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa dan hormon serta obat dan

senyawa asing lainnya.

Page 21: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

3) Sintesis berbagai protein plasma, mencakup protein-protein yang

penting untuk pembekuan darah serta untuk mengangkut hormon

tiroid, steroid, dan kolesterol dalam darah.

4) Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.

5) Pengaktifan vitamin D, yang dilaksanakan oleh hati bersama

dengan ginjal.

6) Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang usang, berkat

adanya makrofag residen.

7) Ekskresi kolesterol dan bilirubin, yang terakhir adalah produk

penguraian yang berasal dari destruksi sel darah merah yang sudah

usang.

8) Oksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh

yang lain.

Hepatosit sebagai sel eksokrin menyintesis dan membebaskan

empedu ke dalam sistem duktus ekskretorius, yaitu kanalikuli biliaris.

Sekresi empedu membutuhkan aktivitas hepatosit (sumber empedu

primer) dan kolangiosit yang terletak sepanjang duktulus empedu.

Asam-asam empedu dibentuk dari kolesterol di dalam hepatosit,

diperbanyak pada struktur cincin hidroksilasi dan bersifat larut dalam

air akibat konjugasi dengan glisin, taurin dan sulfat (Amirudin, 2009).

Asam empedu yang terdapat di dalam empedu penting untuk

mengelmusi lemak yang memasuki usus halus dari lambung.

Pengelmusian lemak memudahkan pencernaan lemak oleh lipase

Page 22: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

pankreas. Lemak yang dicerna kemudian diserap oleh sel-sel usus

halus, dibawa ke pembuluh limfatika, berakhir di vena sentralis

menuju jantung dan di pompa ke seluruh tubuh bersama aliran darah

(Eroschenko, 2003).

Hal yang penting diketahui bukanlah kadar kolesterol total

melainkan jumlah kolesterol yang terikat ke berbagai protein pembawa

yang lebih penting berkaitan dengan risiko penyakit. Kolesterol adalah

suatu lipid, zat yang tak terlalu larut dalam darah. Sebagian besar

kolesterol dalam darah terikat ke protein-protein plasma tertentu dalam

bentuk kompleks lipoprotein, yang akan larut dalam darah. Terdapat

tiga lipoprotein utama yang diberi nama berdasarkan kepadatan protein

dibandingkan dengan lipid: 1) lipoprotein berdensitas tinggi {High

Density Lipoprotein (HDL)} yang proteinnya paling banyak dan

kolesterolnya paling sedikit, 2) lipoprotein berdensitas rendah {Low

Density Lipoprotein (LDL)} yang proteinnya lebih sedikit dan

kolesterolnya lebih banyak, dan 3) lipoprotein berdensitas sangat

rendah {Very Low Density Lipoprotein (VLDL)} yang proteinnya

paling sedikit dan lipidnya paling banyak, tetapi lipid yang dibawanya

adalah lemak netral, bukan kolesterol. Kolesterol yang diangkut di

dalam kompleks LDL diberi nama kolesterol jahat, karena kolesterol

diangkut ke sel, termasuk ke sel-sel yang melapisi bagian dalam

dinding pembuluh. Sebaliknya kolesterol yang diangkut dalam

Page 23: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

kompleks HDL disebut sebagai kolesterol baik karena HDL

mengeluarkan kolesterol dari tubuh (Sherwood, 2001).

Asupan makanan dari lemak dan karbohidrat yang melebihi

kebutuhan tubuh menyebabkan konversi lipid menjadi trigliserol di

hati. Trigliserol dikemas ke dalam VLDL dan dilepaskan ke dalam

sirkulasi untuk dikirim ke berbagai jaringan (terutama otot dan

jaringan adiposa) untuk penyimpanan atau produksi energi melalui

oksidasi (Guyton dan Hall, 2007).

Kira-kira 80% kolesterol yang disintesis di dalam hati diubah

menjadi garam empedu, kemudian disekresikan kembali ke dalam

empedu, sisanya diangkut dalam lipoprotein dan dibawa oleh darah ke

semua sel jaringan tubuh. Fosfolipid juga disintesis di hati dan

terutama ditranspor dalam lipoprotein. Keduanya, fosfolipid dan

kolesterol, digunakan oleh sel untuk membentuk membran, struktur

intrasel, dan bermacam-macam zat kimia yang penting untuk fungsi

sel. Hampir semua sintesis lemak dalam tubuh dari karbohidrat dan

protein juga terjadi di hati. Setelah lemak disintesis di hati, lemak

ditranspor dalam lipoprotein ke jaringan lemak untuk disimpan

(Guyton dan Hall, 2007).

Salah satu fungsi hati secara spesifik adalah metabolisme

lemak. Untuk memperoleh energi dari lemak netral, lemak pertama-

tama dipecahkan menjadi gliserol dan asam lemak, kemudian asam

lemak dipecah oleh oksidasi beta menjadi radikal asetil berkarbon 2

Page 24: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

yang membentuk asetil koenzim A (asetil-KoA). Asetil-KoA dapat

memasuki siklus asam sitrat dan dioksidasi untuk menghasilkan

sejumlah energi yang sangat besar. Oksidasi beta dapat terjadi di

semua sel tubuh, namun terutama dengan cepat dalam sel hati. Hati

sendiri tidak dapat menggunakan semua asetil-KoA yang dibentuk.

Sebaliknya, asetil-KoA diubah melalui kondensasi dua molekul asetil-

KoA menjadi asam asetoasetat, yaitu asam dengan kelarutan tinggi

yang lewat dari sel hati masuk ke cairan ekstrasel dan kemudian

ditranspor ke seluruh tubuh untuk diabsorbsi oleh jaringan lain.

Jaringan ini kemudian mengubah kembali asam asetoasetat menjadi

asetil-KoA dan kemudian mengoksidasinya dengan cara biasa. Jadi,

hati berperan pada sebagian besar metabolisme lemak (Guyton dan

Hall, 2007).

3. Fatty Liver

a. Definisi

Perlemakan hati non alkoholik atau yang lebih sering didengar

dengan istilah Nonalcoholic Fatty liver Disease (NAFLD) merupakan

kondisi yang semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit

hati kronis lanjut. Dikatakan sebagai perlemakan hati apabila

kandungan lemak di hati yang sebagian besar terdiri atas trigliserid

melebihi 5% dari seluruh berat hati. Karena pengukuran berat hati

sangat sulit dan tidak praktis, diagnosis dibuat berdasarkan analisis

Page 25: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

spesimen biopsi jaringan hati, yaitu ditemukan minimal 5 – 10 % sel

lemak dari keseluruhan hepatosit (Hasan, 2009).

Histopatologi dari hati yang mengalami perlemakan atau fatty

liver menampakkan hepatosit yang menggembung karena infiltrasi

lemak. Banyaknya lipid yang tertimbun di hati menyebabkan inti sel

hepatosit terdesak ke satu sisi dan sitoplasma sel diduduki oleh satu

vakuola berisi lipid. Secara makroskopis perubahan akibat infiltasi

lemak menyebabkan pembengkakan jaringan dan tampak silinder

berwarna kekuningan akibat kandungan lipid (Wilson, 2006).

Gambar 2.2 Perbandingan Makroskopis dan Mikroskopis

pada Hati Normal dan Fatty Liver

Sebagian ahli mendukung dilakukannya biopsi karena

pemeriksaan histopatologi mampu menyingkirkan etiologi penyakit

hati lain dan mempekirakan prognosis. Namun prognosis yang

umumnya baik, belum tersedianya terapi yang benar-benar efektif, dan

Page 26: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

risiko serta biaya dari tindakan biopsi itu sendiri menjadi alasan

pertentangan beberapa kelompok tidak perlunya biopsi hati sebagai

pemeriksaan rutin untuk penegakan diagnosis fatty liver (Hasan, 2009).

Mayoritas hasil pemeriksaan fisik pada pasien fatty liver adalah

normal, namun 25-50 % diantaranya teridentifikasi hepatomegali.

Pemeriksaan kadar ALT dalam serum didapatkan dalam level ringan

sampai sedang. Pada 25-50 % pasien didapatkan peningkatan AST,

akan tetapi terkadang juga ditemukan pasien denga kadar enzim yang

normal (Amarapurkar, 2010). Perlu menjadi perhatian beberapa studi

yang melaporkan bahwa konsentrasi AST dan ALT tidak memiliki

korelasi dengan aktivitas histologis, bahkan konsentrasi enzim dapat

tetap normal pada penyakit hati yang sudah lanjut. Ultrasonografi

merupakan pilihan terbaik saat ini sebagai salah satu modalitas

pencitraan untuk mendeteksi perlemakan hati (Hasan, 2009).

b. Gambaran Klinis dan Laboratorium

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan fatty liver menurut

Dabhi, et al. (2008) antara lain: obesitas (69-100%), diabetes melitus

(36-75%), hiperlipidemia (20-81%), dan penyebab yang lain.

Penyebab lain yang menyebabkan fatty liver yaitu: nutrisi parenteral

total jangka panjang, resistensi insulin berat, penurunan berat badan

secara cepat dan signifikan pada individu obese, obat-obatan

(kortikosteroid, methotrexate, tamoxifen, diltiazem, nifedipine,

tetracyclins, perhexilin, synthetic oestrogens, dan lain-lain), tindakan

Page 27: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

operasi (seperti: jejuno-ilium bypass, gastropexy, billiopancreatic

bypass, serta kehilangan usus halus dalam jumlah banyak saat tindakan

operasi), post liver transplantation dan Human Imunodeficiency Virus

(HIV).

Pasien dengan fatty liver sebagian besar tidak menunjukkan

gejala maupun tanda-tanda adanya penyakit hati. Beberapa pasien

melaporkan adanya rasa lemah, malaise, keluhan tidak enak dan

seperti mengganjal di perut kanan atas. Pada kebanyakan pasien,

hepatomegali merupakan satu-satunya kelainan fisis yang didapatkan.

Komplikasi sirosis seperti asites, perdarahan varises, atau bahkan

sudah berkembang menjadi hepatoma (Hasan, 2009).

Tiga kategori utama tes fungsi hati (LFTs) menurut Amirudin

(2009), yaitu:

1) Peningkatan enzim aminitransferase, Alanine Transaminase

(ALT/SGPT) dan Aspartat Aminotransferase (AST/SGOT),

biasanya mengarah pada perlukaan hepatoseluler atau inflamasi

2) Keadaan patologis yang mempengaruhi sistem empedu intra dan

ekstrahepatis dapat menyebabkan peningkatan Fosfatase Alkali

(ALP) dan Gamma-Glutamil Transpeptidase (ɣGT)

3) Fungsi sintesis hati, seperti produk albumin, urea dan faktor

pembekuan. Bilirubin dapat meningkat pada hampir semua tipe

patologis hepatobilier. Berikut macam-macam bilirubin:

Page 28: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

a) Bilirubin direct (terkonjugasi) - melewati hati, normalnya

antara 0-0,3 desiliter.

b) Bilirubin indirect (tidak terkonjugasi) - tidak melewati hati,

normalnya antara 0-0,3 desiliter.

c) Bilirubin total - adalah jumlah total bilirubin direct + bilirubin

indirect, normalnya antara 0,3-1,9 desiliter.

Hasil dari tes fungsi hati pada fatty liver menurut Widjaja

(2010) menunjukkan: Rasio Albumin/Globulin (< 1 desiliter) dan

bilirubin biasanya masih normal, AST dan ALT meningkat sekitar 2

sampai 3 kali nilai normal demikian juga ɣGT dan ALP meningkat

sekitar ½ sampai 1 kali dari nilai normal. Kadar trigliserid dan

kolesterol juga terlihat meninggi.

Fatty liver erat hubungannya dengan sindrom metabolik yang

meliputi obesitas, resistensi insulin, hipertensi dan dislipidemia. Risiko

sindrom metabolik patut diwaspadai pada seorang obese yang

memiliki IMT > 25 kg/m² atau lingkar pinggang > 88 cm. Resistensi

insulin dapat diketahui dari konsentrasi insulin puasa > 60 pmol/L atau

konsentrasi glukosa puasa > 6,1 mmol / L. Hipertensi diukur dengan

melihat rata-rata sistolik > 140 mmHg atau rata-rata diastolik > 90

mmHg. Dislipidemia apabila konsentrasi trigliserid puasa > 1,7

mmol/L (150 mg/dL) atau konsentrasi HDL-kolesterol puasa < 1,0

mmol/L. Kelainan fungsi hati didefinisikan sebagai ukuran apa pun di

atas batas atas normal (ALP > 135 U/L, ALT > 50 U/L atau ɣGT > 33

Page 29: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

U/L). Penelitian ini menegaskan bahwa kelainan fungsi hati; ALP,

ALT dan ɣGT, secara signifikan berhubungan dengan sindrom

metabolik (Browning et al., 2008).

c. Patogenesis

Dua kondisi yang sering berhubungan dengan fatty liver adalah

obesitas dan diabetes melitus, serta dua abnormalitas metabolik yang

sangat kuat kaitannya dengan penyakit ini adalah peningkatan suplai

asam lemak ke hati serta resistensi insulin (Hasan, 2009). Pada

individu yang sehat, ikatan insulin dengan reseptornya menyebabkan

fosforilasi beberapa substrat, termasuk Insulin Reseptor Substrat (IRS)

-1, -2, -3, dan -4. Stimulasi IRS-1 dan -2 meningkatkan aktivasi jalur

Protein Kinase B (PKB). Pada akhirnya, jalur hasil aktivasi PKB

dalam Translokasi Transporter Glukosa (GLUT) mengangkut vesikel

ke membran plasma, sehingga terjadi peningkatan penyerapan glukosa,

peningkatan lipogenesis, dan penurunan glukoneogenesis. Dalam

keadaan resistensi insulin, semua proses tersebut terganggu, sehingga

terjadi peningkatan Free Fatty Acid (FFA) dari jaringan adiposa

(Dowman et al., 2009).

Kadar FFA yang meningkat sebanding dengan penimbunan

trigliserid yang membentuk lemak makrovesikuler yang mempunyai

vakuola yang besar dalam hepatosit. Peningkatan kadar FFA

menyebabkan penurunan sensitivitas Carnitine Palmitoyl Transferase-1

(CPT-1) terhadap efek inhibisi malonyl-Coenzym A (melonyl-CoA)

Page 30: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dan induksi Uncoupling Protein 2 (UCP-2) dapat menggabungkan

masing – masing efeknya untuk meningkatkan ambilan dan oksidasi

FFA mitokondria. Peningkatan trigliserid hepatosit berkaitan dengan

kenaikan sekresi trigliserid meskipun sekresi Apolipoprotein B (Apo

B) menurun pada perlemakan hati berat yang kemungkinan disebabkan

karena degradasi Apo B yang diperantarai insulin dalam hepatosit

(Adams et al., 2005).

Jaringan adiposa bukan hanya berfungsi sebagai penyimpan

cadangan energi, namun juga berfungsi menyekresi endokrin. Secara

fungsional, adiposa bisa menghasilkan suatu adipocyte cytokine

(adipokin) (Dowman et al., 2009). Adipokin ini menjadi perantara

berbagai komplikasi vaskuler dan metabolik dari lemak. Produk-

produk ini, antara lain asam lemak bebas, TNF-α, interleukin, resistin,

dan leptin mereduksi sensitivitas insulin (Collantes et al., 2004).

Produk adipokin yang paling banyak dijelaskan antara lain leptin dan

adiponektin. Leptin merupakan adipokin yang berasal dari jaringan

adiposit dewasa yang berperan dalam regulasi asupan energi dan

pengeluaran, sistem kekebalan tubuh, dan merupakan penyebab

inflamasi dan fibrogenesis. Kadar leptin yang tinggi banyak didapatkan

pada pasien dengan kelebihan berat badan dan fatty liver (Dowman et

al., 2009). Berbeda dengan leptin, sekresi adiponektin berbanding

terbalik dengan konten lemak tubuh dan berkurang pada pasien fatty

liver. Selain itu adiponektin mempunyai efek anti inflamasi, anti

Page 31: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

fibrotik pada jaringan hati, anti diabetik dan anti lipidemik (Chandran

et al., 2003). Adiponektin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

faktor lingkungan (kelebihan nutrisi dan kurangnya aktivitas fisik yang

adekuat) dan faktor genetik (SNPs [I164T]) (Okamoto et al., 2006).

Proses inflamasi di hati erat hubungannya dengan fatty liver.

Inflamasi pada hati dimediasi oleh aktivasi jalur Ikk-b/NF-kB, proses

ini juga terkait dengan peningkatan mediator inflamasi sitokin, seperti

TNF-a, Interleukin-6 (IL-6), dan Interleukin-1Beta (IL-1β), serta

adanya aktivasi sel kupffer. Jalur Ikk-b/NF-kB juga bisa diaktifkan

secara langsung oleh FFA. Sehingga peningkatan pasokan FFA pada

hati bisa berakibat langsung pada inflamasi hati (Dowman et al., 2009).

Faktor-faktor genetika sebagian dapat turut mempengaruhi,

polimorfisme di dalam gen Apolipoprotein C3 (APOC3) telah

dihubungkan dengan fatty liver pada pria India. Walaupun banyak

polimorfisme lain termasuk gen-gen yang mengontrol penyebaran

adiposa, pengisyaratan insulin, respon adipokine, dan hepatik fibrosis

yang telah dilaporkan, namun penelitian tersebut kurang kuat (Chitturi

et al., 2011).

Hipotesis yang sampai saat ini banyak diterima adalah the two

hit theory yang diajukan oleh Day dan James; Hit pertama terjadi

akibat ada penumpukan lemak di hepatosit yang dapat terjadi karena

berbagai keadaan, seperti disiplidemia, diabetes melitus, dan obesitas.

Seperti diketahui bahwa dalam keadaan normal, asam lemak bebas

Page 32: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

dihantarkan memasuki organ hati lewat sirkulasi darah arteri dan

portal. Di dalam hati, asam lemak bebas akan mengalami metabolisme

lebih lanjut, seperti proses re-esterifikasi menjadi trigliserid atau

digunakan untuk pembentukan lemak lainnya. Adanya peningkatan

massa jaringan lemak tubuh, khususnya pada obesitas sentral, akan

meningkatkan pelepasan asam lemak bebas yang kemudian menumpuk

di dalam hepatosit. Bertambahnya asam lemak bebas di dalam hati

akan menimbulkan peningkatan oksidasi dan esterifikasi lemak. Proses

ini terfokus di mitokondria sel hati sehingga pada akhirnya akan

mengakibatkan kerusakan mitokondria itu sendiri. Inilah yang disebut

sebagai hit kedua (Manco et al., 2008; Hasan, 2009).

Pendapat lain menurut Botham dan Mayes (2009) fatty liver

dibagi menjadi dua kategori utama. Tipe pertama berkaitan dengan

peningkatan kadar asam lemak bebas plasma akibat mobilisasi lemak

dari jaringan adiposa atau dari hidrolisis trigliserol lipoprotein oleh

lipoprotein lipase oleh jaringan ekstrahepatik. Pembentukan VLDL

tidak dapat mengimbangi meningkatnya influks dan esterifikasi asam

lemak bebas sehingga terjadi penumpukan trigliserid yang

menyebabkan perlemakan hati. Hal ini terjadi selama kelaparan dan

mengkonsumsi diet tinggi lemak. Tipe kedua perlemakan hati biasanya

disebabkan oleh blok metabolik dalam produksi lipoprotein plasma

sehingga terjadi penimbunan trigliserid. Secara teoritis, lesi dapat

disebabkan oleh; blok pada sintesis apolipoprotein, blok pada sintesis

Page 33: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

lipoprotein dari lipid dan apolipoprotein, kegagalan penyediaan

fosfolipid yang ditemukan pada lipoprotein, atau kegagalan

mekanisme sekretorik itu sendiri.

d. Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Fatty liver meningkatkan risiko kematian pada gangguan

jantung. Walau perjalanan alamiah penyakit perlemakan hati masih

belum jelas diketahui, tapi tampaknya sangat dipengaruhi oleh derajat

kerusakan jaringan (Hasan, 2009). Beberapa tingkat gambaran

histopatologi sepanjang perjalanan alamiah penyakit perlemakan hati

non alkohol adalah fibrosis, sirosis, karsinoma hepatoseluler, kematian

(Adams et al., 2005; Everhart dan Bambha, 2010).

Perbaikan histologik dapat terjadi khususnya pada pasien

dengan fibrosis minimal. Setelah mengalami penurunan berat badan,

histologi hati bisa membaik antara lain berupa berkurangnya inflamasi,

sampai perbaikan fibrosis. Tentunya hal ini terjadi jika penurunan

dilakukan secara bertahap, karena terbukti bahwa kehilangan berat

badan mendadak justru memicu progresi penyakit bahkan sampai

mengalami gagal hati (Hasan, 2009).

4. Ultrasonografi

a. Definisi

Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic

(pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan organ-organ tubuh, dimana

dapat mempelajari bentuk, ukuran, anatomis, gerakan, serta hubungan

Page 34: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksan ini bersifat non invansif, tidak

menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat,

aman dan tidak ada kontra indikasinya, karena pemeriksaan ini sama

sekali tidak memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun terakhir

ini, diagnostik ultrasonik berkembang dengan pesat, sehingga saat ini

USG mempunyai peranan yang penting untuk menentukan kelainan

berbagai organ tubuh (Boer, 2009).

Ultrasonografi menggunakan gelombang suara berfrekuensi

tinggi, yang dihasilkan oleh kristal piezo-elektrik pada transduser.

Gelombang tersebut berjalan melewati tubuh, dan dipantulkan kembali

secara bervariasi, tergantung pada jenis jaringan yang terkena

gelombang. Dengan transduser yang sama, selain mengirim suara juga

menerima suara suara yang dipantulkan dan mengubah sinyal menjadi

arus listrik yang kemudian diproses menjadi gambar skala abu-abu.

Citra yang bergerak didapatkan saat transduser digerakkan pada tubuh.

Potongan-potongan dapat diperoleh pada setiap bidang dan kemudian

ditampilkan pada monitor. Tulang dan udara merupakan konduktor

suara yang buruk, sehingga tidak dapat divisualisasikan dengan baik,

sedangkan cairan memiliki kemampuan menghantarkan suara dengan

sangat baik (Patel, 2007).

b. Cara Kerja

Transduser bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima

gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah

Page 35: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

menjadi energi akustik oleh transduser, yang dipancarkan dengan arah

tertentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan

dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus

jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam eko sesuai dengan

jaringan yang dilaluinya (Boer, 2010).

Pantulan eko yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan

membentur transduser, yang kemudian diubah menjadi pulsa listrik

lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentu cahaya pada

layar osiloskop. Dengan demikian bila transduser digerakkan seolah-

olah melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh yang diinginkan, dan

gambaran irisan-irisan tersebut akan dapat dilihat pada layar monitor

(Boer, 2010).

c. Persiapan Pasien

Sebenarnya tidak diperlukan persiapan khusus. Walaupun

demikian, pada penderita dengan obstipasi, sebaiknya semalam

sebelumnya diberi laksansia. Untuk pemeriksaan alat-alat di rongga

perut bagian atas, sebaiknya dilakukan dalam keadaan puasa dan pagi

hari dilarang makan dan minum yang dapat menimbulkan gas dalam

perut karena akan mengaburkan gambar organ yang diperiksa. Untuk

pemeriksaan kandung empedu dianjurkan puasa sekurang-kurangnya 6

jam sebelum pemeriksaan, agar diperoleh dilatasi pasif yang maksimal.

Untuk pemeriksaan kebidanan dan daerah pelvis, buli-buli harus penuh

(Boer, 2010).

Page 36: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

d. Teknik Pemeriksaan

Tiga irisan penting yang sangat berguna bagi penelitian hati

adalah longitudinal, transversal, dan subkostal. Ketiga irisan tersebut

dapat dihasilkan dengan menggunakan transduser linier, sektor,

maupun campuran compound (Iljas, 2010).

Posisi penderita biasanya berbaring atau miring ke kiri (left

lateral/decubitus) sambil menahan nafas pada inspirasi dalam. Jarak

tiap-tiap irisan umumnya sekitar 1-2 cm sampai seluruh jaringan ikat

terlihat. Vena kava inferior maupun ligamentum falsiform dapat

dipakai sebagai patokan dalam memeriksa masing-masing lobus kanan

dan lobus kiri (Iljas, 2010).

e. Gambaran Ultrasonografi Hati Normal

Ultrasonografi hati merupakan suatu modalitas pencitraan

untuk penyakit hati fokal atau difus, menentukan staging tumor primer,

mendeteksi deposit sekunder, pemeriksaan penujang untuk kalkulus

dan joundice, dan sebagai bantuan pada biopsi hati atau prosedur

intervensional (Patel, 2007). Adapun gambaran USG hati normal

menurut Mohammad Iljas (2010) antara lain:

1) Permukaan rata, batas belakang lobus kanan yaitu diafragma

merupakan garis tebal yang mempunyai densitas eko tinggi,

2) Ujung lobus kanan dan kiri hati biasanya lancip,

3) Parenkim hati terlihat sebagai jaringan dengan struktur eko

homogen dengan sonodensitas menengah artinya lebih tinggi

Page 37: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

daripada parenkim limpa namun lebih rendah daripada parenkim

pankreas,

4) Vena hepatika sebagai pembuluh anekoik yang naik ke perifer

makin kecil,

5) Vena porta sebagai pembuluh anekoik dengan dinding tebal,

Gambar 2.3 USG Hati Normal

f. Gambaran Ultrasonografi Fatty Liver

Pada ultrasonografi fatty liver, infiltrasi lemak di hati akan

menghasilkan peningkatan difus ekogenisitas ( hiperekoik, bright liver,

area berwarna hitam) bila dibandingkan dengan ginjal. Sensitivitas

USG 89% dan spesivitasnya 93% dalam mendeteksi steatosis. Teknik

pencitraan USG diyakini memiliki sensitivitas yang baik untuk

mendeteksi perlemakan hati dengan deposisi lemak dihati lebih dari

30% (Dabhi et al., 2008; Hasan, 2009).

Page 38: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Gambar 2.4 USG Fatty Liver

Gambaran ultrasonografi abdomen fokus hati pada kasus fatty

liver menampakkan peninggian densitas eko kasar yang heterogen serta

terlihat hepatomegali, tepi hati terlihat tumpul, terlihat penebalan

permukaan hati yang ireguler. Gambaran pembuluh darah di hati tidak

dapat dibedakan dari jaringan hati yang ada di sekitarnya (Goh, 2003).

Page 39: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

B. Kerangka Pemikiran

Skema 2.1 Kerangka Konsep

C. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian adalah ada hubungan antara indeks massa

tubuh overweight dengan gambaran fatty liver pada USG abdomen di RSUD

dr. Moewardi.

Kadar adiponektin ↓ Kadar leptin ↑

FFA di hati ↑

↑ esterifikasi lemak

VLDL tidak bisa mengimbangi ↑

influks & esterifikasi pada diet tinggi lemak

IMT overweight

inflamasi

hepatosit

Mitokondria rusak

yang diteliti

tidak diteliti

mempengaruhi fatty liver

USG abdomen

Aktivasi jalur

Ikk-b/NF-kB

Page 40: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

pendekatan secara cross-sectional, variabel bebas dan variabel terikat

diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Arief, 2008).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Bagian Radiologi Ultrasonografi RSUD dr.

Moewardi.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Subjek penelitian ini adalah pasien yang melakukan USG abdomen di

Instalasi Radiologi RSUD dr. Moewardi pada bulan Juni 2012.

2. Sampel

Kriteria sampel:

a. Inklusi:

1) Pasien yang akan melakukan pemeriksaan USG abdomen oleh

salah satu dokter radiologi dengan keluhan dyspepsia

2) Pasien yang telah diperiksa USG abdomen dan didiagnosis

menderita fatty liver dan tidak fatty liver

Page 41: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

b. Eksklusi

Semua pasien yang melakukan pemeriksaan radiologi USG abdomen

selain fokus hati

Penelitian ini merupakan penelitian bivariat yang melibatkan sebuah

variabel dependen dan sebuah variabel independen. Sehingga, pada penelitian

ini, digunakan sampel menurut patokan umum, yang disebut “rule of thumb”.

Menurut teori ini, setiap penelitian yang datanya akan dianalisis secara

statistik dengan analisis bivariat membutuhkan sampel minimal 30 subjek

penelitian (Murti, 2010). Pada penelitian hubungan indeks massa tubuh

overweight dengan gambaran fatty liver pada USG abdomen di RSUD dr.

Moewardi ini, peneliti menggunakan sampel sebesar 40 pasien.

D. Teknik Sampling

Sampel yang diambil sebagai subjek penelitian adalah pasien rujukan

dari poli rawat jalan dan rawat inap di RSUD dr. Moewardi yang memenuhi

kriteria inklusi di atas. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah fixed exposure sampling, sampel dipilih dengan non-random. Teknik

fixed exposure sampling yakni merupakan teknik pencuplikan sampel yang

dimulai dengan memilih sampel berdasarkan status paparan subjek, yaitu

terpapar atau tak terpapar oleh faktor exposure. Dalam studi epidemiologi

yang dimaksud exposure adalah variabel bebas dalam suatu penelitian.

Page 42: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

E. Rancangan Penelitian

Skema 3.1 Rancangan Penelitian

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Indeks Massa Tubuh (IMT)

2. Variabel terikat : gambaran fatty liver pada USG abdomen

3. Variabel luar

a. Terkendali :

1) Cara mengukur berat badan dan tinggi badan untuk

mengklasifikasikan IMT

2) Teknik pemeriksaan USG

USG abdomen

Analisis data (Chi Square Test)

IMT

fatty liver + fatty liver -

overweight non overweight

populasi

USG abdomen

fatty liver + fatty liver -

Page 43: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

b. Tak terkendali :

Faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi fatty liver

G. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional atau definisi istilah memaparkan batasan atau

pengertian istilah-istilah yang terkait dengan konsep pokok permasalahan

yang diteliti (Muslich, 2010), yaitu hubungan antara indeks massa tubuh

overweight dengan gambaran fatty liver pada USG abdomen.

1. Variabel bebas: Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) diukur dengan menghitung berat badan

dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (m²).

Hasilnya akan diklasifikasi dengan tabel klasifikasi IMT untuk ASIA

Dewasa menurut WHO 2000, berikut ini:

Klasifikasi IMT (kg/m²)

Underweight <18,5

Batas Normal 18,5-22,9

Overweight; >23

At risk 23-24,9

Obese I 25-29,9

Obese II >30

Alat : Timbangan, Meteran dan Tabel klasifikasi IMT

Skala pengukuran : Kategorikal

Page 44: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

2. Variabel terikat: gambaran fatty liver pada USG abdomen

Pada ultrasonografi, infiltrasi lemak di hati akan menghasilkan

peningkatan difus ekogenisitas (hiperekoik, bright liver, area berwarna

hitam) bila dibandingkan dengan ginjal (Dabhi et al., 2008; Hasan, 2009).

Pada ultrasonografi fatty liver terlihat hepatomegali, tepi hati terlihat

tumpul, terlihat penebalan permukaan hati yang ireguler. Gambaran

pembuluh darah di hati terutama vena hepatik tidak dapat dibedakan dari

jaringan hati yang ada di sekitarnya (Goh, 2003).

Alat : Satu unit peralatan USG

Skala pengukuran : Kategorikal

3. Variabel luar terkendali:

a. Cara mengukur berat badan dan tinggi badan untuk mengklasifikasi

IMT

Indeks Massa Tubuh (IMT) didapatkan dari rumus berat badan dalam

kilogram dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Berat badan

(satuan kilogram) diukur dengan timbangan yang sudah distandarisasi

tingkat ketelitian 100 gram. Penimbangan dilakukan dengan melepas

Page 45: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

beban tambahan seperti tas maupun alas kaki. Tinggi badan (satuan

meter) diukur dengan meteran kapasitas maksimum 200 cm dengan

tingkat ketelitian 0,1 cm. Pengukuran dilakukan dengan posisi tegak,

muka menghadap lurus ke depan tanpa memakai alas kaki. Saat

membaca hasil pada alat pengukuran peneliti harus teliti.

b. Teknik pemeriksaan USG

Tiga irisan penting yang sangat berguna bagi penelitian hati adalah

longitudinal, transversal, dan subkostal. Ketiga irisan tersebut dapat

dihasilkan dengan menggunakan transduser linier, sektor, maupun

campuran compound. Posisi penderita biasanya berbaring atau miring

ke kiri (left lateral/decubitus) sambil menahan nafas pada inspirasi

dalam. Jarak tiap-tiap irisan umumnya sekitar 1-2 cm sampai seluruh

jaringan ikat terlihat. Vena kava inferior maupun ligamentum falsiform

dapat dipakai sebagai patokan dalam memeriksa masing-masing lobus

kanan dan lobus kiri (Iljas, 2010).

H. Instrumen Penelitian

1. Alat:

a. Timbangan berat badan

b. Meteran tinggi badan

c. Tabel klasifikasi IMT

d. Unit peralatan USG

2. Bahan:

a. Identitas pasien

Page 46: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

b. Hasil pemeriksaan berat badan daan tinggi badan

c. Hasil pemeriksaan USG abdomen

I. Cara Kerja

1. Mempersiapkan alat dan bahan

2. Mencatat identitas pasien

3. Melakukan pengukuran tinggi dan berat badan pasien

4. Menghitung indeks massa tubuh dari hasil pengukuran tinggi dan berat

badan dengan rumus IMT

5. Mengklasifikasikan hasil perhitungan sesuai tabel klasifikasi IMT Asia

6. Melakukan pemeriksaan USG abdomen fokus hati pada pasien overweight

maupun non overweight

7. Mengolah data hasil USG abdomen fokus hati dan indeks massa tubuh

yang telah diperoleh

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan uji Chi Square. Metode ini merupakan metode yang sesuai

untuk menggambarkan hubungan antara kedua variabel kategorikal tak

berpasangan. Uji Odds Ratio untuk mengetahui kekuatan hubungan sebab

akibat pada kelompok (Riwidikdo, 2009). Uji tersebut menggunakan

Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Windows.

Page 47: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 39

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian hubungan indeks massa tubuh overweight dengan gambaran

fatty liver pada USG abdomen di RSUD dr. Moewardi telah dilakukan pada bulan

Juni 2012 di Bagian Ultrasonografi Radiologi. Sampel diambil secara fixed

exposure sampling, yakni sampel diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi.

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 pasien

dengan keluhan dyspepsia yang melakukan pemeriksaan ultrasonografi fokus

hepar dengan gambaran fatty liver maupun non fatty liver. Sampel yang

didapatkan peneliti merupakan data primer. Data primer adalah data yang

langsung diperoleh pada pasien yang melakukan pemeriksaan USG abdomen

fokus hati serta hasil perhitungan indeks massa tubuh dari pengukuran tinggi

badan dan berat badan.

Page 48: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Menurut Interval Usia

Usia (tahun) Jumlah Persentase

16 – 25 2 5

26 – 35 1 2,5

36 – 45 7 17,5

46 – 55 11 27,5

56 – 65 12 30

66 – 75 7 17,5

Jumlah 40 100

Gambar 4.1 Grafik Distribusi Sampel Menurut Interval Usia

Rerata 52,6 median 53,5 modus pada usia 56-65 tahun dengan standar deviasi

1,301. Uji distribusi One-Sample Kolmogorov-Smirnov menggunakan Statistical

0

2

4

6

8

10

12

14

Usia

16-25

26-35

36-45

46-55

56-65

66-75

Page 49: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Windows menunjukkan bahwa data

yang diperoleh dalam bentuk distribusi normal.

Selain distribusi sampel menurut usia, data pada kasus fatty liver terdiri

dari 14 (35 %) perempuan dan 6 (15 %) laki-laki, pada kontrol non fatty liver

terdiri dari 8 (20 %) perempuan dan 12 (30 %) laki-laki.

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin

Diagnosis

Fatty Liver Non Fatty Liver

Jenis Kelamin Perempuan 14 (35 %) 8 (20 %)

Laki-laki 6 (15 %) 12 (30 %)

Jumlah 20 20

Gambar 4.2 Grafik Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Fatty Liver Non Fatty Liver

Perempuan

Laki-laki

Page 50: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Tabel 4. 2 dan gambar 4.2 menunjukkan angka kejadian fatty liver didominasi

oleh perempuan.

Gambaran hasil ultrasonografi fatty liver menampakan peninggian densitas

eko kasar yang heterogen serta terlihat hepatomegali, tepi hati terlihat tumpul,

terlihat penebalan permukaan hati yang ireguler. Gambaran pembuluh darah di

hati tidak dapat dibedakan dari jaringan hati yang ada di sekitarnya (Goh, 2003;

Dabhi et al., 2008). Sedangkan indeks massa tubuh diperoleh dengan menghitung

berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (m²),

dimana overweight dinyatakan dengan IMT > 23 kg/m² (Sugondo, 2009;

Wargahadibrata, 2010).

Dari 40 sampel penelitian hubungan indeks massa tubuh overweight

dengan gambaran fatty liver pada USG abdomen, 20 pasien merupakan sampel

kasus fatty liver dimana 15 (37,5 %) overweight dan 5 (12,5 %) non overwight.

Pada 20 sampel lain merupakan kasus kontrol non fatty liver dimana terdapat 7

(17,5 %) overweight dan 13 (32,5 %) non overweight. Data yang diperoleh

kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis bivariat, uji Chi Square

menunjukkan hubungan yang signifikan (p = 0,011 atau p < 0,05 dimana α =

0,05). Artinya ada hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh

overweight dengan gambaran fatty liver pada USG abdomen.

Page 51: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Tabel 4.3 Hasil Analisis Indeks Massa Tubuh Overweight dengan

Gambaran Ultrasonografi Fatty Liver dengan Uji Chi Square

dan Odds Ratio

Diagnosis p OR

Fatty liver Non Fatty Liver

Indeks

Massa

Tubuh

Overweight 15 (37,5 %) 7 (17,5 %) 0,011 5,571

Non Overweight 5 (12,5 %) 13(32,5 %)

Jumlah 20 20

Gambar 4.3 Grafik Distribusi Sampel Menurut Klasifikasi IMT

Uji Odds Ratio dilakukan untuk mengetahui kekuatan hubungan sebab

akibat pada kelompok (Riwidikdo, 2009). Hasil uji Odds Ratio antara overweight

terhadap fatty liver bernilai 5,571 yang artinya seorang overweight memiliki risiko

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Fatty Liver Non Fatty Liver

Overweight

Non Overweight

Page 52: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

untuk mengalami fatty liver 5,571 kali lebih besar dibanding seorang normal atau

underweight.

Data lain yang diperoleh pada sampel non overweight yang mengalami

fatty liver terdiri dari 4 normal dan 1 underweight. Sedangkan pada seorang non

overweight yang mengalami non fatty liver terdiri dari 9 normal dan 4

underweight. Kriteria indeks massa tubuh batas normal yaitu antara 18,5 sampai

22,9 kg/m2 dan underweight kurang dari 18,5 kg/m2.

Page 53: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 45

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian berjudul hubungan indeks massa tubuh overweight dengan

gambaran fatty liver pada USG abdomen di RSUD dr. Moewardi telah

berlangsung selama bulan Juni 2012. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil

penelitian, hasil perhitungan statistik, dan dari teori penelitian terdahulu, maka

dapat dibahas sebagai berikut:

Sampel penelitian yang berjumlah 40 orang menunjukkan bahwa distribusi

sampel menurut interval usia, kelompok usia 56-65 tahun menempati persentase

tertinggi. Hal ini ditunjukkan pada tabel 4.1 dan gambar 4.1. Perincian rentang

usia yaitu: 16 – 25 tahun 5 %; usia 26 – 35 tahun 2,5%; usia 36 – 45 tahun

17,5%; usia 46 – 55 tahun 27,5%; usia 56 – 65 tahun 30%; dan usia 66 -75 tahun

17,5 %. Fatty liver merupakan penyakit yang berjalan kronis. Menurut

Amarapurkar (2010) fatty liver banyak dialami pada usia 40-60 tahun, menurut

Dabhi (2008) seorang berusia lebih dari 50 tahun paling banyak mengalami fatty

liver, dan menurut Zhang (2010) angka kejadian fatty liver tinggi pada orang

setengah baya dan lanjut usia.

Tabel 4.2 menunjukkan distribusi sampel menurut jenis kelamin, dimana

pada kasus fatty liver terdiri dari 14 (35 %) perempuan dan 6 (15 %) laki-laki,

pada kontrol non fatty liver terdiri dari 8 (20 %) perempuan dan 12 (30 %) laki-

laki. Data tersebut juga digambarkan pada gambar 4.2. Hal tersebut menunjukkan

Page 54: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

angka kejadian fatty liver banyak dialami oleh perempuan. Hasil sebuah studi

melaporkan jenis kelamin yang dominan berbeda-beda dalam berbagai penelitian,

namun umumnya menunjukkan adanya predileksi perempuan (Hasan, 2009).

Kaitan antara kedua kondisi, yaitu usia lanjut dan jenis kelamin

perempuan yang tinggi pada kondisi fatty liver mengarah pada hormonal

inbalance. Seperti yang diketahui sistem endokrin menurun sesuai bertambahnya

usia. Seorang perempuan usia lanjut mengalami menopause atau hormon estrogen

minimum. Namun tak hanya estrogen, growth hormone dan testosterone pun

menurun dengan klinisnya terlihat massa otot, kekuatan otot, massa tulang,

imunitas seluler berkurang sedangkan massa lemak meningkat. Penurunan fungsi

tersebut terjadi akibat kelenjar endokrin mengalami kerusakan bersifat age -

related cell loss, perubahan karena usia pada reseptor hormon, kerusakan

permeabilitas sel dan sebagainya menyebabkan perubahan inti sel terhadap

kompleks, hormon – reseptor. Sebagaimana terjadinya resistensi insulin pada usia

lanjut (Djokomoeljanto, 2011).

Pada resistensi insulin terjadi peningkatan Free Fatty Acid (FFA) dari

jaringan adiposa (Dowman et al., 2009). Kadar FFA yang meningkat sebanding

dengan penimbunan trigliserid yang membentuk lemak makrovesikuler yang

mempunyai vakuola yang besar dalam hepatosit atau fatty liver. Jaringan adiposa

tidak hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan energi, namun juga berfungsi

menyekresi endokrin. Secara fungsional, adiposa bisa menghasilkan suatu

adipocyte cytokine (adipokin) (Dowman et al., 2009). Adipokin ini menjadi

Page 55: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

perantara berbagai komplikasi vaskuler dan metabolik dari lemak (Collantes et

al., 2004).

Penelitian hubungan indeks massa tubuh overweight dengan gambaran

fatty liver pada ultrasonografi abdomen menggunakan sampel sebanyak 40 pasien.

Sesuai tabel 4.3 sampel pada kasus fatty liver sebanyak 20 pasien dimana 15 (37,5

%) overweight dan 5 (12,5 %) non overwight. Pada 20 sampel lain yang

merupakan kasus kontrol non fatty liver terdapat 7 (17,5 %) overweight dan 13

(32,5 %) non overweight. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan

menggunakan analisis bivariat uji Chi Square, menunjukkan hubungan yang

signifikan (p = 0,011 atau p < 0,05 dimana α = 0,05). Artinya indeks massa tubuh

overweight dengan gambaran fatty liver pada ultrasonografi abdomen memiliki

hubungan yang bermakna.

Angka kejadian kelebihan berat badan di seluruh dunia yang meningkat

merupakan salah satu akibat dari modernisasi gaya hidup dengan meningkatnya

masukan kalori dan terbatasnya aktivitas fisik serta urbanisasi yang juga

dipengaruhi faktor lingkungan. Indeks massa tubuh merupakan indikator yang

paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan

lebih dan obesitas pada orang dewasa. IMT yaitu berat badan dalam kilogram (kg)

dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (m²) (Sugondo, 2009). Pada tabel IMT

Asia menunjukkan bahwa seseorang dianggap mempunyai kelebihan berat badan

bila IMT lebih dari 23 kg/m². Namun menurut Wargahadibrata (2010) pengukuran

IMT tidak tepat digunakan untuk mengategorikan kelebihan berat badan dan

Page 56: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

obesitas pada orang yang massa tubuhnya berat karena otot, seperti pada atlet

juga pada ibu hamil dan menyusui.

Bersamaan dengan modernisasi gaya hidup yang meningkat, perlemakan

hati, suatu penyakit yang berkaitan erat dengan makan dan minum juga

menghantui semakin banyak orang, ditambah kelompok yang mengidap penyakit

perlemakan hati sudah tidak terbatas pada orang dewasa. Kesulitan yang dihadapi

adalah timbulnya penyakit ini tidak disadari oleh penderita. Mayoritas hasil

pemeriksaan fisik pada pasien fatty liver adalah normal, namun 25-50%

diantaranya teridentifikasi hepatomegali. Fatty Liver ditegakkan apabila

kandungan lemak di hati yang sebagian besar terdiri atas trigliserid melebihi 5%

dari seluruh berat hati. Karena pengukuran berat hati sangat sulit dan tidak praktis,

diagnosis dibuat berdasarkan analisis spesimen biopsi jaringan hati, yaitu

ditemukan minimal 5 – 10% sel lemak dari keseluruhan hepatosit. Prognosis yang

umumnya baik, belum tersedianya terapi yang benar-benar efektif, dan risiko serta

biaya dari tindakan biopsi itu sendiri menjadi alasan pertentangan beberapa

kelompok tidak perlunya biopsi hati sebagai pemeriksaan rutin untuk penegakan

diagnosis fatty liver (Hasan, 2009).

Ultrasonografi hati merupakan suatu modalitas pencitraan untuk penyakit

hati fokal atau difus, menentukan staging tumor primer, mendeteksi deposit

sekunder, pemeriksaan penunjang untuk kalkulus dan jaundice, dan sebagai

bantuan pada biopsi hati atau prosedur intervensional (Patel, 2007). Teknik

pencitraan USG diyakini memiliki sensitivitas yang baik untuk mendeteksi

perlemakan hati dengan deposisi lemak di hati lebih dari 30%. Ultrasonografi

Page 57: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

abdomen merupakan pilihan yang sering dilakukan untuk menegakkan diagnosis

fatty liver (Hasan, 2009). Pemeriksaan ini bersifat non invansif, tidak

menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan

tidak ada kontra indikasinya, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak

memperburuk penyakit penderita (Boer, 2009).

Data hubungan indeks massa tubuh overweight dengan gambaran fatty

liver pada ultrasonografi abdomen selanjutnya dianalisis dengan uji Odds Ratio

untuk mencari faktor risiko hubungan sebab akibat pada kelompok (Riwidikdo,

2009). Sesuai analisis yang digambarkan pada tabel 4.3, hasil uji tersebut bernilai

5,571. Artinya seorang overweight memiliki risiko mengalami fatty liver 5,571

kali lebih besar dibandingkan orang normal ataupun underweight. Hal tersebut

digambarkan pada gambar 4.3 grafik distribusi sampel menurut klasifikasi indeks

massa tubuh. Adapun data yang diperoleh pada sampel non overweight yang

mengalami fatty liver yaitu terdiri dari 4 normal dan 1 underweight.

Angka prevalensi fatty liver di populasi perkotaan Indonesia mencapai

30% dengan kegemukan sebagai faktor risiko yang paling berpengaruh

(Trihatmowijoyo dan Nusi, 2009). Fatty liver dengan kelebihan berat badan

memiliki hubungan yang kuat dan terlebih lagi dengan akumulasi lemak viseral.

Fatty liver erat hubungannya dengan sindrom metabolik yang meliputi obesitas,

resistensi insulin, hipertensi dan dislipidemia. Risiko sindrom metabolik patut

diwaspadai pada seorang overweight yang memiliki IMT>23 kg/m². Meski

demikian, tidak semua pasien kegemukan mengalami fatty liver (Das et al.,

2010).

Page 58: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Day dan James menjelaskan patogenesis dari fatty liver dengan Two Hit

Theory. Hit pertama terjadi akibat ada penumpukan lemak di hepatosit yang dapat

terjadi karena berbagai keadaan, seperti disiplidemia, diabetes mellitus, dan

obesitas. Seperti diketahui bahwa dalam keadaan normal, asam lemak bebas

dihantarkan memasuki organ hati lewat sirkulasi darah arteri dan portal. Di dalam

hati, asam lemak bebas akan mengalami metabolisme lebih lanjut, seperti proses

re-esterifikasi menjadi trigliserid atau digunakan untuk pembentukan lemak

lainnya. Adanya peningkatan massa jaringan lemak tubuh, khususnya pada

obesitas sentral, akan meningkatkan pelepasan asam lemak bebas yang kemudian

menumpuk di dalam hepatosit (Manco et al., 2008; Hasan, 2009).

Hit kedua adalah akibat bertambahnya asam lemak bebas di dalam hati

menimbulkan peningkatan oksidasi dan esterifikasi lemak, meningkatkan kerja

hepatosit sehingga terjadilah inflamasi. Proses inflamasi di hati erat hubungannya

dengan fatty liver. Inflamasi pada hati dimediasi oleh aktivasi jalur Ikk-b/NF-kB,

proses ini juga terkait dengan peningkatan mediator inflamasi sitokin, seperti

TNF-a, Interleukin-6 (IL-6), dan Interleukin-1Beta (IL-1β), serta adanya aktivasi

sel kupffer. Jalur Ikk-b/NF-kB juga bisa diaktifkan secara langsung oleh FFA.

Sehingga peningkatan pasokan FFA pada hati bisa berakibat langsung pada

inflamasi hati (Dowman et al., 2009). Proses ini terfokus di mitokondria sel hati

sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan kerusakan mitokondria itu sendiri.

Inilah yang disebut sebagai hit kedua (Manco et al., 2008; Hasan, 2009).

Collantes et al. (2004) menjelaskan selain kedua hit tersebut, ada hit ketiga

yang diperankan oleh leptin. Leptin merupakan hormon turunan adiposit yang

Page 59: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

memiliki efek penting dalam mengatur berat badan, metabolisme dan fungsi

reproduksi. Tingkat sirkulasi leptin diketahui meningkat pada orang yang

memiliki kelebihan berat badan, seorang pengonsumsi alkohol, serta seorang

dengan fatty liver (Wang et al., 2009). Leptin merupakan hormon yang akan

memperberat terjadinya penyakit perlemakan hati non alkohol dengan

meningkatkan kejadian resistensi insulin. Leptin bertanggung jawab

meningkatkan Transforming Growth Factor Beta-1 (TGFβ1) ekspresi leptin oleh

sel kuppfer. Kemudian Signal Transducer and Activator of Transcription-3

(STAT3) aktif dan produksinya mengikat unsur-unsur dalam TGFβ1 promoter.

Peningkatan TGFβ1 pada sel kuppfer adalah efek utama pada fibrosis hati terkait

dengan tingkat obesitas dan peningkatan leptin, seperti pada seorang fatty liver

(Collantes et al., 2004; Wang et al., 2009).

Namun, dari data pada kasus fatty liver ditemukan 4 sampel berindeks

massa tubuh normal dan 1 sampel underweight. Tidak semua yang mengalami

fatty liver adalah seorang overweight. Selain karena pengaruh dari luar tubuh

seperti asupan makanan, aktivitas fisik, fatty liver diyakini juga disebabkan karena

gangguan metabolisme lemak di hati sendiri karena kerusakan organ hati dini.

Menurut Dabhi, et al. (2008) penyebab fatty liver antara lain: obesitas (69-100%),

diabetes melitus (36-75%), hiperlipidemia (20-81%), dan penyebab yang lain.

Penyebab lain yang menyebabkan fatty liver antara lain: penurunan berat badan

secara cepat dan signifikan pada individu obese, obat-obatan (kortikosteroid,

methotrexate, tamoxifen, diltiazem, nifedipine, tetrasiklin, perhexilin, esterogen

sintetik, dan lain-lain), tindakan operasi (seperti: jejuno-ilium bypass, gastropexy,

Page 60: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

billiopancreatic bypass, serta kehilangan usus halus dalam jumlah banyak saat

tindakan operasi), post liver transplantation dan Human Imunodeficiency Virus

(HIV). Beberapa gen orang tua yang memiliki riwayat penyakit liver pun dapat

menurun pada anak yang dibawa sejak lahir (Chitturi et al., 2011).

Fatty liver dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam dan luar tubuh.

Faktor di luar tubuh antara lain pengaruh gaya hidup seperti pola makan yang

meningkat namun tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang rutin. Sedangkan

faktor dari dalam tubuh antara lain pengaruh gen “Ob(Lep)”. Machmud (2000)

menjelaskan faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi pada kejadian fatty liver

seperti usia dan jenis kelamin. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti

hiperlipidemia, kegemukan, diabetes melitus, diet lemak tinggi, aktifitas dan

olahraga. Menurut Patel dan Tushar (2001) faktor risiko yang memiliki hubungan

dengan perlemakan hati adalah: umur, hiperlipidemia, diabetes melitus dan

kegemukan, sedangkan jenis kelamin, pola konsumsi makan, aktivitas fisik dan

olah raga tidak berpengaruh langsung dengan kejadian fatty liver. Faktor yang

paling dominan dan berisiko paling tinggi pada kejadian perlemakan hati adalah

kegemukan sekaligus faktor bagi penyakit lain dan risiko penyakit kronis

meningkat pada seorang yang mengalami kegemukan.

Uraian yang telah dijelaskan pada penelitian mengenai hubungan indeks

massa tubuh overweight terhadap gambaran fatty liver pada ultrasonografi

abdomen di RSUD dr. Moewardi memiliki hubungan yang bermakna. Beberapa

teori mendukung hal tersebut sekaligus menunjukkan overweight merupakan

faktor risiko utama penyebab fatty liver. Seorang overweight mempunyai risiko

Page 61: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

mengalami fatty liver 5,571 kali lebih besar dibanding seorang normal atau

underweight.

Page 62: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 54

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh

overweight dengan gambaran fatty liver pada ultrasonografi abdomen dengan

nilai p= 0,011. Seorang dengan indeks massa tubuh overweight akan memiliki

risiko mengalami fatty liver 5,571 kali lebih besar dibanding seorang normal

atau underweight.

B. Saran

Kelebihan berat badan, kegemukan atau overweight merupakan risiko

utama penyakit metabolisme kronis. Masalah kegemukan merupakan masalah

perilaku yang mempengaruhi kesehatan. Ketidakseimbangan asupan energi

yang meningkat sementara aktivitas fisik yang kurang patut diwaspadai

mengakibatkan fatty liver. Faktor risiko dari fatty liver yang dapat

dimodifikasi seperti hiperlipidemia, kegemukan, diabetes melitus, diet lemak

tinggi, aktifitas dan olahraga. Untuk itu keseimbangan aktivitas, olahraga rutin

dan pola makan yang sehat perlu dilakukan, sehingga input dan output kalori

rasional.

Page 63: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

DAFTAR PUSTAKA

Adams LA, Angulo P, Lindor KD (2005). Nonalcoholic fatty liver disease. CMAJ; 7: 899-905

Amarapurkar D (2010). NAFLD current concepts. International Journal of

Hepatology: 45-49 Amirudin R (2009). Fisiologi dan biokimia hati. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi

B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, pp: 627-633

Arief MTQ (2008). Pengantar metodologi penelitian untuk ilmu kesehatan.

Surakarta: UNS Press, pp: 53-76 Boer A (2010). Ultrasonografi; Pendahuluan. Dalam: Rasad, Sjahriar. Radiologi

diagnostik edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp: 453-457 Botham KM, Mayes PA (2009). Pengangkutan & penyimpanan lipid. Dalam:

Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Jakarta: EGC, pp: 225-238

Browning LM, Krebs JD, Siervo M, Hall RM, Finer N, Allison ME, Jebb SA

(2008). Inflamation is associated with liver function markers, independent of other metabolic risk factors in overweight women. British journal of Diabetes & Vascular Disease Volume 8, Issue 2: 73-76

Chandran M, Philips SA, Ciaraldi T, Henry RR (2003). Adiponectin: more than

just another fat cell hormone?. Diabetes care; 26 : 2442–2450 Chitturi S, Wong VWS, Farrel G (2011). Nonalcoholic fatty liver in Asia: firmly

entrenched and rapidly gaining ground. Journal of Gastroenterology and Hepatology 26: 163-172

Collantes R, Ong JP, Younossi ZM (2004). Nonalcoholic fatty liver disease and

the epidemic of obesity. Cleve Clin J Med; 71: 657-664 Dabhi AS, Brahmbhatt KJ, Pandya TP, Thorat PB, Shah MC (2008). Non-

Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD). Journal Indian Academi of Clinical Medicine, 9(1): 36-41

Das K, Das K, Mukherjee PS, Ghosh A, Ghosh S, Mridha AR, Dhibas A et al.

(2010). Nonobese population in a developing country has a high

Page 64: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

prevalence of nonalcoholic fatty liver and significant liver disease. Hepatology Volume 51, Issue 5: 1593-1602

David K, Kowdly KV, Unalp A, Fasiha K, Brunt EM, Schwimmer JB, and the

NASH CRN Research Group (2009). Quality of life in adult with nonalcoholic fatty liver disease: Baseline data from the nonalcoholic steatohepatitis clinical research network. Hepatology valume 49, Issue 6: 1904-1912

Ding X, Saxena NK, Lin S, Srinivasan S, Anania FA. The roles of leptin and

adiponectin: A novel paradigm in adipocytokine regulation of liver fibrosis and stellate cell biology. American Journal of Pathology, Vol.166, No. 6, June 2005: 1655-1669

Djokomoeltjanto, R (2011). Endokrinologi pada usia lanjut. Dalam: Martono HH,

Pranarka K (eds). Buku ajar Boedhi-Darmojo geriatric (ilmu kesehatan usia lanjut) edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, pp: 407-431

Dowman JK, Tomlinson JW, Newsome PN (2010). Pathogenesis of non-alcoholic

fatty liver disease. Q J Med; 103: 71-83

Eroschenko VP (2003). Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional.

Jakarta: EGC, pp: 214-229 Everhart JE, Bambha KM (2010). Fatty liver: Think globally. Hepatology Volume

51, Issue 5: 1491-1493 Goh KL (2003). Undertstanding and diagnosing fatty liver. Article of Radiology

Malaysia, University Malaya Medical Center, Kuala Lumpur. www.radiologymalaysia.org/Content/2006/Public/TopicOfTheMonth/200206/index.html - diakses Februari 2012.

Guyton AC, Hall JE (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta:

EGC, pp: 902-908 Hasan I (2009). Perlemakan hati non alkoholik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi

B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, pp: 695-701

Iljas M (2010). Ultrasonografi hati. Dalam: Rasad, Sjahriar. Radiologi diagnostik

edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp: 467-479 Ilyas G, Budyatmoko B (2010). Perkembangan mutakhir pencitraan diagnostik

(Diagnostic imaging). Dalam: Rasad, Sjahriar. Radiologi diagnostik edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp: 11-14

Page 65: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Machmud R (2000). Pencegahan Penyakit dan Promosi Kesehatan untuk

Penyakit Perlemakan Hati Melalui Penanganan Kegemukan. Majalah Kedokteran Andalas no 2 vol. 24. Juli-Desember 2000

Manco M, Bottazzo G, DeVito R, Marcellini M, Mingrone G, Nobili V (2008).

Nonalcoholic fatty liver disease in children. Journal of the American College of Nutrition, Vol. 27, No. 6: 667–676

Murti B (2010). Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan

kualitatif di bidang kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, pp: 119

Muslich M (2010). Bagaimana menulis skripsi?. Jakarta: PT Bumi Aksara, pp :

24-67 Newsmedical (2012) Key what is leptin. www.news-medical.net/health/What-Is-

Leptin-(indonesian).aspx – diakses Maret 2012 Okamoto Y, Kihara S, Funahashi T, Matsuzawa Y and Libby P (2006).

Adiponectin: a key adipocytokine in metabolic syndrome. Science; 110: 267-278

Patel PR (2007). Lecture notes radiologi edisi kedua. Jakarta: Erlangga, pp: 135-

157 Patel T (2001). Fatty Liver. eMedicine journal, August 31, vol 2, number 8 Perseghin G, Bonfanti R, Magni S, Lattuda G, De Cobelli F, Canu T, Esposito A

et al. (2006). Insulin resistence and whole body energy homeostasis in obese adolescents with fatty liver disease. J Physiol Endocrinol Metab 2006 May 9; 1-31

Riwidikdo H (2009). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press, pp:

102-124 Sherwood L (2001). Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC, pp: 565-

570 Sugondo S (2009). Obesitas. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata M, Setiati S (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, pp: 1973-1983

Trihatmowijoyo BM, Nusi AI (2009). Key fatty liver dan transplantasi liver.

www.scribd.com/doc/38683046/final-FT-1 - diakses Februari 2012.

Page 66: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT …/Hubungan... · DAFTAR SKEMA ... Perjalanan Penyakit dan Prognosis ... semakin disadari dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis lanjut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Wang J, Leclercq I, Brymora JM, Xu N, Ramezani-Moghadam M, London RM, Brigstock Dm et al. (2009). Kuppfer cells mediate leptin-induce liver fibrosis. Gastroenterology August 137 (2): 713-723

Wargahadibrata AF (2010). Kelebihan berat badan & berat badan berlebih.

Jakarta: Familiamedika WHO (2004). Key body mass index (BMI) classification.

apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html – diakses Januari 2012.

Widjaja S (2010). Key gangguan faal (fungsi) hati yang sering ditanyakan oleh

penderita.www.medistra.com/index.php?option=com_content&view=article&id=106 - diakses Februari 2012.

Wilson LM (2006). Cedera dan kematian selular. Dalam: Price SA, Wilson LM.

Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit, E/6, Vol.1. Jakarta: EGC, pp: 42-55

Zhang (2010). Key pengontrolan ilmiah penyakit perlemakan hati.

http://indonesian.cri.cn/381/2009/06/28/1s98435.htm - diakses Juli 2012.