hubungan indeks massa tubuh dengan dispepsia …

80
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2015-2018 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Oleh : RIDHA MUTIARA INDRA 150100146 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

24 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH

DENGAN DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA

MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANGKATAN 2015-2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kedokteran

Oleh :

RIDHA MUTIARA INDRA

150100146

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

i

Universitas Sumatera Utara

Page 3: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

ii

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Hubungan

Indeks Massa Tubuh dengan Dispepsia Fungsional pada Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2015-2018”. Skripsi ini

diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dan dukungan dari orangtua dan berbagai pihak, mulai dari penyusunan

proposal hingga terbentuknya hasil skripsi. Untuk itu penulis ingin mengucapkan

terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp S(K), selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Imelda Rey, M.Ked (PD), Sp.PD-KGEH, selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan dukungan, saran serta meluangkan waktu, ide, dan

pikirannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik

– baiknya.

3. dr. Tri Widyawati, MSi, PhD, selaku ketua dosen penguji dan dr. Yetty

Machrina, M.Kes selaku anggota dosen penguji yang telah memberikan

masukan dan saran yang sangat berarti dan membangun dalam penulisan

skripsi ini.

4. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda dr. Indra Janis, MKT dan Ibunda dr.

Ani Ariati, M.Kes yang senantiasa memberikan dukungan dan doa serta

menjadi penyemangat dan motivasi penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Kakak dan Abang penulis, dr. Rizky Permata Indra, drg. Khairi Lufti

Sinaga, MKKK, dr. Ridho Kurnia Indra, dan dr. Chairunnisa Fitri

Universitas Sumatera Utara

Page 4: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

iii

Marpaung yang telah memberikan dukungan, doa serta saran-saran yang

bermanfaat.

6. Sahabat-sahabat penulis, Lulu Anandita Putri, Rondang Dwi Febriana

Sihotang, Nabila, Audhy Alivia Rambe, Annisa Marchia Marshal yang

senantiasa menemani penulis dan menjadi tempat saling bertukar pikiran

dan saran baik selama masa perkuliahan maupun pelaksanaan penelitian.

7. Keluarga Besar Tim Bantuan Medis FK USU, terutama teman-teman dari

TBM Angkatan 15 dan adik-adik TBM Angkatan 16 dan 17 yang

senantiasa memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.

8. Rekan – rekan sejawat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara angkatan 2015-2018 yang telah bersedia menjadi

responden penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang merupakan hasil penelitian ini masih

memiliki banyak kekurangan dari berbagai sisi, baik dari segi struktur dan isi.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bermanfaat untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Semoga

penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khusunya dan pembaca pada

umumnya.

Medan, Januari 2019

Penulis

Universitas Sumatera Utara

Page 5: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

iv

ABSTRAK

Latar Belakang. Dispepsia merupakan keluhan umum yang dalam waktu tertentu dapat dialami

oleh seseorang. Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15-30% orang

dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus

pada praktek umum dan 60% pada praktek dokter spesialis gastroenterologi merupakan kasus

dispepsia. Salah satu faktor yang berhubungan dengan dispepsia adalah status gizi. Indeks Massa

Tubuh (IMT) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Tujuan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan dispepsia

fungsional. Metode. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dari

penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan

2015-2018 dengan pengambilan sampel menggunakan metode quota sampling. Pengambilan data

menggunakan kuesioner dispepsia fungsional berdasarkan kriteria Rome IV dan pengukuran

berat badan dan tinggi badan untuk mengukur IMT. Data akan dianalisa menggunakan Chi-

Square. Hasil. Dari 95 orang responden diperoleh hasil yang menderita dispepsia fungsional

sebanyak 39 orang (41,1%) dengan frekuensi responden terbanyak berada pada kategori IMT

Normal sebanyak 21 orang (53,8%). Analisis hubungan indeks massa tubuh dengan dispepsia

fungsional dengan uji Chi-square diperoleh bahwa p value= 0.196 (p>0,05). Kesimpulan. Tidak

terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan dispepsia fungsional pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2015-2018.

Kata kunci:Dispepsia fungsional, Faktor risiko, Indeks Massa Tubuh, Status Gizi

Universitas Sumatera Utara

Page 6: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

v

ABSTRACT

Background. Dyspepsia is a common complaint that can be experienced by someone within a

specified time. Based on research of the general population, it is obtained that 15-30% of adults

have experienced this for a few days. Funtional dyspepsia is defined as a syndrome which include

one or more of these symptoms: bothersome postprandial fullness, early satiety, or epigastric pain

or burning for the last 3 months with symptom onset at least 6 months before diagnosis. One of the

factors associated with dyspepsia is nutritional status. Body mass index (BMI) is a tool or a simple

way to monitor the nutritional status of adults, particularly related to underweight and

overweight. Aim. The aim of this study is to prove the relationship of Body Mass Index (BMI) and

functional dyspepsia. Method. This research is an analilytic study with cross sectional method.

The population in this study are students students of th Faculty of Medicine, Universitas Sumatera

Utara. which sampled by quota sampling method. The data was collected using questionnaire

based on Rome IV criteria for functional dyspepsia, and measurement of weight and height to

determine BMI. It was analysed by Chi-square test. Result. Out of 95 respondents, 39 people

(41,1%) had functional dyspepsia symptomps which are mostly found in the normoweight group

(53,8%). The relationship of Body Mass Index (BMI) and functional dyspepsia were analysed by

Chi-square test. The result showed p-value=0,196 (p>0.05). Conclusion. There is no correlation

between Body Mass Index (BMI) and functional dyspepsia in students of the Faculty of Medicine,

Universitas Sumatera Utara.

Keywords: Functional dyspepsia, Risk factor, Body Mass Index, Nutritional status

Universitas Sumatera Utara

Page 7: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

ABSTRAK....................................................................................................... iv

ABSTRACT..................................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR....................................................................................... viii

DAFTAR TABEL............................................................................................ ix

DAFTAR SINGKATAN................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian...............................................................

1.3.1 Tujuan Umum......................................................

1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................

4

4

4

1.4 Manfaat Penelitian.............................................................

1.4.1 Bagi Masyarakat.........................................

1.4.2 Bagi Peneliti Selanjutnya................................

1.4.3 Bagi Peneliti..................................

5

5

5

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 6

2.1 Dispepsia.....................................................

2.1.1 Definisi Dispepsia...............................................

2.1.2 Klasifikasi Dispepsia...........................................

2.1.3 Etiologi Dispepsia...............................................

2.1.4 Faktor Risiko Dispepsia......................................

2.1.5 Patofisiologi Dispepsia........................................

2.1.6 Pendekatan Diagnostik Dispepsia Fungsional.....

2.1.7 Penatalaksanaan Dispepsia Fungsional...............

6

6

6

7

7

9

13

16

Universitas Sumatera Utara

Page 8: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

vii

2.2 Indeks Massa Tubuh......................................................... 17

2.3 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Dispepsia

Fungsional..............................................

20

2.4 Kerangka Teori.................................................................. 21

2.5 Kerangka Konsep.............................................................. 22

2.6 Hipotesis............................................................................ 22

BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 23

3.1 Jenis dan Desain Penelitian............................................... 23

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian............................................ 23

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.........................................

3.3.1 Populasi Penelitian..............................................

3.3.2 Sampel Penelitian................................................

23

23

23

3.4 Metode Pengumpulan Data............................................... 26

3.5 Definisi Operasional.......................................................... 28

3.6 Metode Analisis Data............................... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 41

5.1 Kesimpulan....................................................................... 41

5.2 Saran................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 43

Universitas Sumatera Utara

Page 9: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tatalaksana Dispepsia Fungsional............................................. 16

Gambar 2.2 Kerangka Teori........................................................................... 21

Gambar 2.3 Kerangka Konsep....................................................................... 22

Universitas Sumatera Utara

Page 10: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Etiologi Dispepsia........................................................................ 7

Tabel 2.2 Alarm sign.................................................................................... 13

Tabel 2.3 Kriteria Diagnostik Roma IV untuk Dispepsia Fungsional......... 14

Tabel 2.4

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut KEMENKES

RI 2013.........................................................................................

18

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner........................... 26

Tabel 3.2 Definisi Operasional..................................................................... 28

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Dispesia Fungsional dan Jenis Dispepsia.... 31

Tabel 4.2 Distribusi Dispesia Fungsional berdasarkan Jenis Kelamin dan

Usia...............................................................................................

32

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Massa

Tubuh Kebiasaan Makan dan Minum dan Riwayat Konsumsi

Obat..............................................................................................

34

Tabel 4.4 Hubungan Kebiasaan Makan dan Minum dengan Dispepsia

Fungsional....................................................................................

35

Tabel 4.5 Hubungan Riwayat Minum Obat dengan Dispepsia Fungsional.. 37

Tabel 4.6 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Dispepsia Fungsional... 38

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi IMT Responden Penderita Dispepsia

Berdasarkan Kebiasaan Makan dan Minum................................

38

Universitas Sumatera Utara

Page 11: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

x

DAFTAR SINGKATAN

BMI : Body Mass Index

EPS : Epigastric Pain Syndrome

GERD : Gastroesopagheal Reflux Disease

IBS : Irritable Bowel Syndrome

IMT : Indeks Massa Tubuh

KEMENKES RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

LPS : Lower Esophageal Sphincter

NHANES : National Health and Nutritional Examination Surveys

NSAID : Non Steroid AntiInflammatory Drugs

PDS : Postprandial Distress Syndrome

SPSS : Statistical Product and Service Solution

Universitas Sumatera Utara

Page 12: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

xi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Data Riwayat Hidup

LAMPIRAN B Surat Persetujuan Komisi Etik

LAMPIRAN C Lembar Penjelasan

LAMPIRAN D Lembar Persetejuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

LAMPIRAN E Kuesioner Penelitian

LAMPIRAN F Data Kuesioner Responden

LAMPIRAN G Hasil Output Data

LAMPIRAN H Surat Pernyataan Orisinalitas

Universitas Sumatera Utara

Page 13: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dispepsia merupakan keluhan umum yang dalam waktu tertentu dapat

dialami oleh seseorang. Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan

bahwa 15-30% orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari.

Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktIk umum dan 60% pada praktik

dokter spesialis gastroenterologi merupakan kasus dispepsia (Djojoningrat, 2009).

Menurut kriteria Roma III, dispepsia fungsional didefinisikan sebagai

sindrom yang mencakup satu atau lebih dari gejala-gejala berikut: perasaan perut

penuh setelah makan, cepat kenyang, atau rasa terbakar di ulu hati, yang

berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal mula gejala

sedikitnya timbul 6 bulan sebelum diagnosis (Abdullah dan Gunawan, 2012).

Prevalensi dari disepsia fungsional di populasi umum dengan menggunakan

kriteria Roma III, adalah sebesar 5,3%-20,4%. Di Swedia sebesar 15,7% (Aro et

al., 2009), di Itali 11% (Zagari et al., 2010), dan di Korea sebesar 20,4% (Kim et

al., 2014). Di Jepang, Okumura et al., (2010) melaporkan 21% pasien dengan

gejala abdominal yang mengunjungi rumah sakit universitas menderita dispepsia

fungsional (Oshima dan Miwa, 2015).

Menurut data Profil Kesehatan Indonesia 2007, dispepsia menempati

peringkat ke-10 untuk kategori penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah

sakit tahun 2006 dengan jumlah pasien 34.029 atau sekitar 1,59%. Dispepsia

fungsional di Indonesia pada tahun 2010 dilaporkan memiliki tingkat prevalensi

tinggi yaitu 5% dari seluruh kunjungan ke sarana pelayanan primer (Putri et al.,

2014).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

2

Pasien dengan dispepsia mempunyai penurunan kualitas hidup yang

berhubungan dengan kesehatan seperti gejala nyeri abdominal dan gangguan

pencernaan, gangguan emosional, masalah dengan makanan dan minuman, dan

gangguan vitalitas (Halling et al., 2008). Beberapa mekanisme yang dapat

menyebabkan dispepsia seperti sekresi asam lambung, infeksi Helicobacter

pylori, dismotilitas gastrointestinal, gangguan psikologis, dan faktor diet atau pola

makan. Adanya intoleransi makanan dilaporkan lebih sering terjadi pada kasus

dispepsia fungsional dibandingkan kasus kontrol terutama makanan yang

berlemak (Djojoningrat, 2009). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Putri

et al. (2014) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan

2014 mengenai frekuensi kejadian sindroma dispepsia didapati sebesar 55,8%

yang mengalami sindroma dispepsia fungsional. Hasil ini mendukung teori

adanya hubungan pola makan dengan dispepsia, bahwa sampel penelitian yang

merupakan seorang pelajar memiliki aktivitas yang banyak dan tidak jarang

mengabaikan waktu makan serta cendrung mengikuti trend yang ada di

lingkungan mereka seperti faktor konsumsi makan atau minuman yang

sebenarnya belum tentu baik untuk kesehatan mereka.

Menurut penelitian Maria (2014), dari 278 sampel penelitian yang

merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

diperoleh 175 responden (62.9%) yang mengalami dispepsia. Mahasiswa di

fakultas ini mempunyai jadwal akademik yang cukup padat yaitu berupa jadwal

kuliah, praktikum, tutorial, pleno pakar yang berlangsung setiap hari dari Senin

sampai Jum’at dan juga kegiatan diluar akademik seperti kepanitiaan dan kegiatan

organisasi.

Faktor lain yang berhubungan dengan dispesia meliputi kebiasaan

merokok, konsumsi kopi, konsumsi alkohol, dan status gizi (Setyono et al., 2006).

Menurut Direktorat Bina Gizi, Kementerian Kesehatan RI dalam Pedoman Praktis

Memantau Status Gizi Orang Dewasa (2011), Indeks Massa Tubuh (IMT)

Universitas Sumatera Utara

Page 15: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

3

merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.

Terdapat perbedaan hasil penelitian mengenai hubungan IMT dengan

penderita dispepsia fungsional. Pada kasus dispepsia fungsional, gejala cepat

kenyang dan akomodasi fundus yang terganggu pada beberapa subjek dapat

menyebabkan kekurangan nutrisi yang berakibat berat badan kurang, subjek yang

tidak mengalami gangguan tersebut akan memperlihatkan berat badan normal

ataupun overweight (Le pluart et al., 2015).

Berdasarkan hasil penelitian (Carvalho et al., 2010) 12 dari 30 (40%)

pasien dengan dispepsia tipe dismotilitas termasuk dalam kategori obesitas, dan di

kelompok dispepsia tipe non-spesifik tidak ada individu yang memiliki berat

badan kurang. Pasien obesitas mengalami tekanan intra-abdominal yang tinggi,

waktu transit di esofagus yang lebih lambat dan berkurangnya pembersihan asam

dari esofagus yang dipicu oleh hiatus hernia dibandingkan dengan orang yang

mempunyai indeks massa tubuh normal ( Filipović et al., 2011). Hasil penelitian

di Indonesia tentang hubungan jenis sindrom dispepsia dengan status gizi pasien

di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan

sindrom dispepsia fungsional tipe dismotilitas 68,6% dengan status gizi kurus,

sedangkan yang non-spesifik hanya 40% dengan status gizi kurus (Haekal, 2016).

Melalui penelusuran penelitian-penelitian sebelumnya belum ada hasil

yang secara jelas menunjukkan adanya hubungan IMT dengan dispepsia

fungsional. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk

mengetahui apakah ada hubungan IMT dengan dispepsia fungsional pada

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2015-

2018.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

4

1.2. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana hubungan indeks massa tubuh dengan dispepsia fungsional

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

angkatan 2015-2018?

1.3. TUJUAN

1.3.1 TUJUAN UMUM

Mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan dispepsia fungsional

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

angkatan 2015-2018.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

1. Mengetahui prevalensi dispepsia fungsional pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2015-2018.

2. Mengetahui gambaran indeks massa tubuh pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2015-2018.

3. Mengetahui gambaran kebiasaan makan dan minum pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2015-2018.

4. Mengetahui hubungan kebiasaan makan dan minum dengan dispepsia

fungsional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara angkatan 2015-2018.

5. Mengetahui gambaran riwayat konsumsi obat pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2015-2018.

6. Mengetahui hubungan riwayat konsumsi obat dengan dispepsia

fungsional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara angkatan 2015-2018.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

5

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. BAGI MASYARAKAT

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai gejala

dispepsia dan faktor-faktor penyebabnya, sehingga dapat melakukan

pencegahan dengan menghindari faktor tersebut serta meningkatkan

kualitas hidup.

1.4.2. BAGI PENELITI SELANJUTNYA

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan data terbaru

mengenai prevalensi dispepsia fungsional.

1.4.3. BAGI PENELITI

1. Merupakan kesempatan untuk mengintegrasikan ilmu yang telah

diperoleh selama di bangku perkuliahan dalam bentuk melakukan

penelitian secara mandiri.

2. Sebagai sarana memperdalam ilmu tentang sindroma dispepsia terutama

jenis dispepsia fungsional.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dispepsia

2.1.1 Definisi Dispepsia

Dispepsia menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang

terdiri dari rasa tidak nyaman yang terutama dirasakan di daerah perut bagian atas

(epigastrium) dan disertai rasa mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut

penuh, sendawa (Djojoningrat, 2009).

2.1.2 Klasifikasi Dispepsia

Secara garis besar, penyebab sindroma dispepsia ini dapat dibagi menjadi

2 kelompok, yakni:

1. Kelompok penyakit organik atau dispepsia organik (seperti tukak peptik,

gastritis, batu kandung empedu, dan lain-lain).

2. Kelompok gangguan fungsional atau dispepsia fungsional dimana sarana

penunjang diagnostik yang konvensional atau baku (radiologi, endoskopi,

laboratorium) tidak dapat memperlihatkan adanya gangguan patologik struktural

ataupun biokimiawi (Djojoningrat, 2009).

Sedangkan untuk Dispepsia fungsional dibagi menjadi 2 kelompok, yakni:

1. Postprandial distress syndrome mewakili kelompok dengan perasaan “begah”

setelah makan dan perasaan cepat kenyang.

2. Epigastric pain syndrome merupakan rasa nyeri yang lebih konstan dirasakan

dan tidak begitu terkait dengan makan seperti halnya postprandial distress

syndrome (Abdullah dan Gunawan, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

7

2.1.3 Etiologi Dispepsia

Sindroma atau keluhan dispepsia dapat disebabkan atau didasari berbagai

penyakit. Baik itu penyakit yang berlokasi di lambung, diluar lambung, maupun

merupakan manifestasi sekunder dari suatu penyakit sistemik.

Etiologi dari dispepsia dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1. Etiologi Dispepsia (Djojoningrat,2009)

Esofagogastroduodenal Tukak peptik, gastritis, tumor dsb

Obat-obatan Antiinflamasi non steroid, teofilin, digitalis, antibiotik dan sebagainya

Hepatobilier Hepatitis, Kolesistitis, Kolelitiasis, Keganasan, Disfungsi sfinkter Oddi dan

sebagainya

Pankreas Pankreatitis, keganasan

Penyakit sistemik Diabetes mellitus, penyakit tiroid, gagal ginjal, penyakit jantung koroner,

dsb.

Gangguan Fungsional Dispepsia fungsional, irritable bowel syndrome

2.1.4 Faktor Risiko Dispepsia

Faktor risiko dispepsia antara lain :

1. Kebiasaan Makan dan Minum

Kebiasaan makan sangat berkaitan dengan produksi asam lambung. Asam

lambung berfungsi untuk mencerna makanan yang masuk ke dalam lambung

dengan jadwal yang teratur. Produksi asam lambung akan tetap berlangsung

meskipun dalam kondisi tidur. Kebiasaan makan yang teratur sangat penting bagi

sekresi asam lambung karena kondisi tersebut memudahkan lambung mengenali

waktu makan sehingga produksi asam lambung terkontrol. Kebiasaan makan tidak

teratur akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal ini berlangsung

lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding

mukosa pada lambungsehingga timbul gastritis dan dapat berlanjut menjadi tukak

peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa

Universitas Sumatera Utara

Page 20: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

8

naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar. Jenis-jenis

makanan tertentu juga berperan dalam timbulnya sindrom dispepsia. Terlalu

sering mengkonsumsi makanan yang berminyak dan berlemak membuat tup

antara lambung dengan kerongkongan (lower esophageal sphincter). Minum kopi,

teh, atau minuman lain yang mengandung kafein juga dapat mengendurkan LES.

Teh mengandung tanin yang mudah teroksidasi menjadi asam tanat. Asam tanat

memiliki efek negatif pada mukosa lambung sehingga menyebabkan masalah

pada lambung misalnya tukak lambung. Minum teh dalam kondisi perut kosong

dapat menimbulkan tekanan berlebih pada lambung (Susanti et al., 2011).

2. Kebiasaan Merokok

Efek rokok pada saluran gastrointestinal antara lain melemahkan katup

esofagus dan pilorus, meningkatkan refluks, mengubah kondisi alami dalam

lambung, menghambat sekresi bikarbonat pankreas, mempercepat pengosongan

cairan lambung, dan menurunkan pH duodenum. Sekresi asam lambung

meningkat sebagai respon atas sekresi gastrin atau asetilkolin (Susanti et al.,

2011).

3. Konsumsi obat-obatan

Penggunaan obat-obatan anti nyeri tanpa resep dokter khususnya Non

Steroid AntiInflamatory Drugs (NSAID) misalnya aspirin, ibuprofen, naproxen

dan lain-lain dan mengonsumsi jamu pegal-pegal atau anti nyeri harus dibatasi

karena obat tersebut merupakan salah satu golongan obat kimia heterogen yang

dapat menghambat aktivitas siklooksigen, penurunan sintesis prekursor

tromboksan dari asam arakhidonat yang bertugas melindungi dinding lambung

sehingga dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung mengakibatkan

gangguan pada saluran pencernaan, peradangan mukosa lambung sebagai risiko

terhadap kejadian dispepsia (Irawan, 2015).

Universitas Sumatera Utara

Page 21: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

9

4. Stress

Pada penelitian Rahmaika (2014) terdapat korelasi bermakna antara stres

dengan dispepsia (p=0,009). Adanya stres dapat mempengaruhi fungsi

gastrointestinal dan mencetuskan keluhan pada orang sehat salah satunya

dispepsia. Hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan dan adanya

penurunan kontraktilitas lambung yang mendahului keluhan mual setelah stimulus

stres sentral.

2.1.5 Patofisiologi Dispepsia

Mekanisme patofisiologi yang paling banyak dibicarakan dan potensial

berhubungan dengan dispepsia fungsional adalah; hipotesis asam lambung dan

inflamasi, hipotesis gangguan motorik, hipotesis hipersensitifitas viseral, serta

hipotesis tentang adanya gangguan psikologik atau psikiatrik (Djojoningrat,2009).

1. Sekresi Asam Lambung

Kasus dispepsia fungsional umumnya mempunyai tingkat sekresi asam

lambung, baik sekresi basal maupun dengan stimulasi pentagastrin, yang rata-rata

normal. Diduga terdapat peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam

yang menimbulkan rasa tidak enak di perut (Djojoningrat,2009).

2. Infeksi Helicobacter pylori

Peran infeksi Helicobacter pylori pada dispepsia fungsional belum

sepenuhnya dimengerti dan diterima. Kekerapan infeksi H. Pylori pada dispepsia

fungsional sekitar 50% dan tidak berbeda bermakna dengan angka kekerapan

infeksi H. Pylori pada kelompok orang sehat. Mulai ada kecenderungan untuk

melakukan eradikasi H. pylori pada dispepsia fungsional dengan H. pylori positif

yang gagal dengan pengobatan konservatif baku (Djojoningrat, 2009). Infeksi dari

bakteri patogen ini menyebabkan inflamasi kronis pada mukosa lambung dan

duodenum yang berakibat pada gangguan motilitas dan sensitivitas

gastrointestinal (Suzuki et al., 2013)

Universitas Sumatera Utara

Page 22: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

10

3. Dismotilitas Gastrointestinal

Beragam studi melaporkan bahwa pada dispepsia fungsional, terjadi

perlambatan pengosongan lambung dan hipomotilitas antrum (hingga 50% kasus),

tetapi harus dimengerti bahwa proses motilitas gastrointestinal merupakan proses

yang sangat kompleks, sehingga gangguan pengosongan lambung saja tidak dapat

mutlak menjadi penyebab tunggal adanya gangguan motilitas

(Djojoningrat,2009).

4. Ambang Rangsang Persepsi

Dinding usus mempunyai berbagai reseptor, termasuk reseptor kimiawi,

reseptor mekanik, dan nociceptors Berdasarkan studi, pasien dispepsia dicurigai

mempunyai hipersensitivitas viseral terhadap distensi balon di gaster atau

duodenum, meskipun mekanisme pastinya masih belum dipahami.

Hipersensitivitas viseral juga disebut-sebut memainkan peranan penting pada

semua gangguan fungsional dan dilaporkan terjadi pada 30-40% pasien dengan

dispepsia fungsional. Mekanisme hipersensitivitas ini dibuktikan melalui uji klinis

pada tahun 2012. Dalam penelitian tersebut, sejumlah asam dimasukkan ke dalam

lambung pasien dispepsia fungsional dan orang sehat. Didapatkan hasil tingkat

keparahan gejala dispeptik lebih tinggi pada individu dispepsia fungsional. Hal ini

membuktikan peranan penting hipersensitivitas dalam patofisiologi dispepsia

(Djojoningrat,2009). Penelitian Farré et al. (2013) menunjukkan terjadi

peningkatan sensitivitas lambung untuk berdistensi pada pasien dispepsia

fungsional setelah makan. Hal ini disebabkan oleh interaksi antara reseptor

mekanik yang sensitif terhadap tekanan dan akomodasi lambung pada makanan.

5. Disfungsi autonom

Disfungsi persarafan vagal diduga berperan dalam hipersensitivitas

gastrointestinal pada kasus dispepsia fungsional. Adanya neuropati vagal juga

diduga berperan dalam kegagalan relaksasi bagian proksimal lambung sewaktu

menerima makanan, sehingga menimbulkan gangguan akomodasi lambung dan

rasa cepat kenyang (Djojoningrat, 2009). Rata-rata pada 1/3 pasien dispepsia

Universitas Sumatera Utara

Page 23: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

11

fungsional, kerja sistem saraf parasimpatis yang seharusnya meningkat pada

malam hari diinhibisi dan terjadi peningkatan kerja sistem saraf simpatis. Pola

kerja sistem saraf ini dapat menyebabkan berkurangnya motilitas dan sekresi asam

lambung serta gangguan saluran cerna bawah yang memicu gejala-gejala seperti

peristaltik yang menurun, rasa tidak nyaman dan kembung pada abdomen bagian

atas, anoreksia, dan konstipasi (Tominaga et al., 2016)

6. Gangguan Relaksasi Fundus

Dilaporkan bahwa 40% kasus dispepsia fungsional mengalami penurunan

kapasitas relaksasi fundus dan bermanifest dengan keluhan cepat kenyang

(Djojoningrat, 2009).

7. Aktivitas mioelektrik lambung

Penelitian menggunakan manometer dan elektrogastrografi menunjukkan

bahwa hipomotilitas antral, perubahan aktivitas elektrik dan pengosongan

lambung yang tertunda merupakan mekanisme penting pada dispepsia fungsional.

Kayar et al. (2016) menemukan rasio kejadian disritmia yang signifikan lebih

tinggi pada pasien dispepsia fungsional dibandingkan dengan grup kontrol.

8. Hormonal

Peranan hormon masih belum jelas diketahui dalam patogenesis dispepsia

fungsional. Dilaporkan adanya penurunan kadar hormon motilin yang

menyebabkan gangguan motilitas antroduodenal. Dalam beberapa percobaan,

progesteron, estradiol, dan prolaktin memengaruhi kontraktilitas otot polos dan

memperlambat waktu transit gastrointestinal (Djojoningrat, 2009)

9. Faktor Dietik

Kasus dispepsia fungsional biasanya ada perubahan pola makan, seperti

makan hanya mampu porsi kecil dan tidak toleran terhadap porsi besar. Adanya

intoleransi makanan dilaporkan lebih sering terjadi pada kasus dispepsia

Universitas Sumatera Utara

Page 24: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

12

fungsional dibandingkan kasus kontrol terutama makanan berlemak (Djojoningrat,

2009).

10. Psikologis

Adanya stres akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan

mencetuskan keluhan pada orang sehat. Dilaporkan adanya penurunan

kontraktilitas lambung yang mendahului keluhan mual setelah pemberian stimulus

berupa stres. Kontroversi masih banyak ditemukan pada upaya menghubungkan

faktor psikologis stres kehidupan, fungsi autonom, dan motilitas. Tidak

didapatkan kepribadian yang karakteristik untuk kelompok dispepsia fungsional

ini, walaupun dalam sebuah studi dipaparkan adanya kecenderungan masa kecil

yang tidak bahagia, pelecehan seksual, atau gangguan jiwa pada kasus dispepsia

fungsional (Djojoningrat,2009). Stress kronis merupakan faktor risiko utama dari

penyakit gastrointestinal melaui disregulasi brain-gut axis via hypothalamic-

pituitary axis yang berakibat meningkatnya permeabilitas intestinal, gangguan

motilitas, dan hipersensitifitas viseral dengan degranulasi sel mast dan aktivasi

reaksi inflamasi (Talley et al.,2015).

11. Faktor genetik

Potensi kontribusi faktor genetik juga mulai dipertimbangkan, seiring

dengan terdapatnya bukti-bukti penelitian yang menemukan adanya interaksi

antara polimorfisme gen-gen terkait respons imun dengan infeksi Helicobacter

pylori pada pasien dengan dispepsia fungsional. Status carrier homozigot GNB3

825C berhubungan dengan gejala-gejala pada abdomen bagian atas yang tidak

dapat dijelaskan pada dispepsia fungsional dan dihubungkan dengan dispepsia

fungsional tipe EPS di penelitian Oshima et al. (2010) pada populasi di Jepang

(Talley et al., 2015).

Universitas Sumatera Utara

Page 25: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

13

2.1.6 PENDEKATAN DIAGNOSTIK DISPEPSIA FUNGSIONAL

Berdasarkan anamnesis mengenai keluhan utama, dispepsia fungsional

dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu (Djojonigrat,2009) :

1) Dispepsia tipe seperti ulkus (ulcer-like), yang lebih dominan adalah nyeri

epigastrik.

2) Dispepsia tipe seperti dismotilitas (dismotility-like) yang lebih dominan adalah

keluhan kembung, mual, muntah, rasa penuh, cepat kenyang.

3) Dispepsia tipe non-spesifik, tidak ada keluhan yang dominan.

Menurut Bytzer (2004) tidak semua pasien dispepsia dilakukan

pemeriksaan endoskopi dan banyak pasien yang dapat ditatalaksana dengan baik

tanpa pengobatan dan didiagnosis secara klinis kecuali bila ada alarm sign seperti

terlihat pada Tabel 2.2

Esofagogastroduodenoskopi dapat dilakukan bila sulit membedakan antara

dispepsia fungsional dan organik, terutama bila gejala yang timbul tidak khas, dan

menjadi indikasi mutlak bila terdapat alarm sign (Abdullah dan Gunawan, 2012)

Tabel 2.2 Alarm Sign (Djojoningrat,2009)

Umur ≥ 45 tahun (onset baru)

Perdarahan dari rektal atau melena

Penurunan berat badan >10%

Anoreksia

Muntah yang persisten

Anemia atau perdarahan

Massa di abdomen

Pembesaran kelenjar limfe

Disfagia yang progresif atau odinofagia

Riwayat keluarga keganasan saluran cerna bagian atas

Riwayat keganasan atau operasi saluran cerna sebelumnya

Riwayat ulkus peptikum

Kuning (Jaundice)

Pada kriteria diagnostik Roma IV yang dapat dilihat pada tabel 2.3,

dispepsia fungsional dibagi atas postprandial distress syndrome (PDS) dan

epigastric pain syndrome (EPS). Menurut penelitian patofisiologi mengenai efek

Universitas Sumatera Utara

Page 26: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

14

konsumsi makanan dengan gejala dispepsia, selain rasa kembung setelah makan

dan cepat kenyang, gejala nyeri dan rasa terbakar pada ulu hati/epigastrium juga

bisa meningkat setelah makan. Hal ini menunjukkan bahwa gejala dari PDS dan

EPS dapat terjadi secara bersamaan. Gejala seperti kembung, sendawa, dan rasa

mual dapat terjadi pada PDS dan EPS, tetapi tidak dengan muntah. Selain itu,

tingkat keparahan gejala yang dirasakan paling tidak bisa sampai menganggu

aktivitas sehari-hari pasien (Schmulson dan Drossman, 2017).

Tabel 2.3 Kriteria diagnostik Roma IV untuk Dispepsia Fungsional (Suzuki, 2017)

Kriteria diagnostik terpenuhi* bila 2 poin di bawah ini seluruhnya terpenuhi:

1. Salah satu atau lebih dari gejala-gejala di bawah ini:

a. Rasa kembung setelah makan yang mengganggu

b. Perasaan cepat kenyang yang mengganggu

c. Nyeri ulu hati yang mengganggu

d. Rasa terbakar di daerah ulu hati/epigastrium yang mengganggu

2. Tidak ditemukan bukti adanya kelainan struktural yang menyebabkan timbulnya gejala

(termasuk yang terdeteksi saat endoskopi saluran cerna bagian atas)

Harus memenuhi kriteria Postprandial distress syndrome dan/atau Epigastric pain syndrome

*Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadi sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal

mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis

a. . Postprandial distress syndrome

Salah satu atau kedua gejala di bawah ini paling sedikit 3 kali seminggu:

1. Rasa kembung setelah makan yang mengganggu (cukup parah sampai berpengaruh terhadap

aktivitas sehari-hari)

2. Perasaan cepat kenyang yang mengganggu ( cukup parah sampai tidak mampu menghabiskan

porsi makan biasa )

Tidak ditemukan bukti adanya penyakit organik, sistemik, dan merabolik yang menyebabkan

timbulnya gejala (termasuk yang terdeteksi saat endoskopi saluran cerna bagian atas)

* Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadi sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan

awal mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis.

Kriteria penunjang

-Adanya rasa terbakar di daerah ulu hati/epigastrium setelah makan, rasa kembung pada ulu

hati/epigastrium, sendawa yang berlebihan, dan rasa mual.

- Adanya muntah kemungkinan mengindikasikan penyakit lain

- Heartburn bukan gejala dari dispepsia tetapi sering terjadi bersamaan

- Gejala yang hilang dengan buang air besar atau buang angin tidak termasuk gejala dari dispepsia

Gejala-gejala individual dari gastroesopagheal reflux disease (GERD) dan irritable bowel

Universitas Sumatera Utara

Page 27: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

15

syndrome (IBS) dapat terjadi bersamaan dengan Postprandial distress syndrome.

b. Epigastric pain syndrome

Salah satu atau kedua gejala di bawah ini paling sedikit 1 kali dalam seminggu:

1. Nyeri ulu hati yang mengganggu*

2. Rasa terbakar di daerah ulu hati/epigastrium yang mengganggu*

*cukup parah sampai berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari

Tidak ditemukan bukti adanya penyakit organik, sistemik, dan metabolik yang menyebabkan

timbulnya gejala (termasuk yang terdeteksi saat endoskopi saluran cerna bagian atas)

Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadi sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal

mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis.

Kriteria Penunjang

1. Nyeri dapat timbul dan berkurang dengan makanan, atau mungkin timbul saat puasa

2. Adanya rasa kembung pada ulu hati/epigastrium,sendawa, dan rasa mual

3. Adanya muntah secara terus-menerus kemungkinan mengarah ke penyakit lain

4. Heartburn bukan gejala dari dispepsia tetapi sering terjadi bersamaan

5. Nyeri tidak memenuhi kriteria kolik bilier

6. Gejala yang hilang dengan BAB atau buang angin tidak termasuk gejala dari dispepsia

Gejala-gejala individual dari gastroesopagheal reflux disease (GERD) dan irritable bowel

syndrome (IBS) dapat terjadi bersamaan dengan Epigastric pain syndrome.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

16

2.1.7 PENATALAKSANAAN DISPEPSIA FUNGSIONAL

American College of Gastroenterology Guidelines for the Management of

Dyspepsia mengemukakan pentingnya mendeteksi alarm sign pada pasien dengan

keluhan dispepsia. Tindakan esofagogastroduodenoskopi untuk keperluan

diagnostik sangat dianjurkan pada pasien dengan alarm sign (Abdullah dan

Gunawan, 2012).

Gambar 2.1 Tatalaksana dispepsia fungsional

Jika tidak ditemukan alarm sign, terdapat 2 tindakan yang dapat

dilakukan:

(1) Test-and-treat

Untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi Helicobacter pylori dengan uji

noninvasif yang tervalidasi disertai pemberian obat penekan asam bila eradikasi

berhasil, tetapi gejala masih tetap ada. Sebuah studi di Denmark (2011) telah

berhasil menerapkan test-and-treat secara massal dengan cara melakukan urea

Universitas Sumatera Utara

Page 29: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

17

breath test (UBT) di rumah-rumah.Namun, dalam upaya eradikasi H. Pylori, perlu

diwaspadai adanya resistensi tehadap pengobatan antibiotik yang diberikan; dalam

studi di Spanyol (2012), ditemukan peningkatan resistensi terhadap levofloksasin

yang hampir menyamai tingkat resistensi terhadap klaritromisin.

(2) Pengobatan empiris menggunakan proton-pump inhibitor (PPI) untuk 4-

8 minggu

American College of Physicians menyatakan bahwa pengobatan empiris

menggunakan obat antisekresi ini merupakan tulang punggung utama pengobatan

dispepsia dan masih dipraktikkan secara luas hingga saat ini.

Apabila kemungkinan penyebab organik telah disingkirkan, untuk makin

mengoptimalkan pengelolaan pasien dispepsia fungsional, perlu diketahui

subklasifikasi dispepsia fungsional tersebut yaitu:

a.) ulcer-like dyspepsia: pengobatan antasida antagonis reseptor H2 dan PPI

sangat dianjurkan.

b.) dysmotility-like dyspepsia: pengobatan dengan agen prokinetik merupakan

pilihan yang lebih baik.

2.2 Indeks Massa Tubuh

Menurut Hill (2005) Indeks Massa Tubuh dihitung sebagai berat badan

dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter dikuadratkan (kg/m²).

IMT secara signifikan berhubungan dengan kadar lemak tubuh. IMT dapat

digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas.

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat atau cara yang sederhana

untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan

resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

Page 30: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

18

resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat

badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang

lebih panjang.

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Tabel 2.4 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut KEMENKES RI 2013

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) (kg/m2)

Kurus IMT < 18,5

Normal IMT ≥18,5 - <24.9

Berat badan lebih IMT ≥25,0 - <27

Obesitas IMT ≥27,0

Faktor-faktor yang berhubungan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT):

1.Usia

Penelitian yang dilakukan oleh Kantachuvessiri, Sirivichayakul, Kaew

Kungwal, Tungtrochitr dan Lotrakul menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara usiayang lebih tua dengan IMT kategori obesitas. Subjek

penelitian pada kelompok usia 40-49 dan 50-59 tahun memiliki risiko lebih tinggi

mengalami obesitas dibandingkan kelompok usia kurang dari 40 tahun. Keadaan

ini dicurigai oleh karena lambatnya proses metabolisme, berkurangnya aktivitas

fisik, dan frekuensi konsumsi pangan yang lebih sering (Pradana et al., 2014).

2.Jenis kelamin

IMT dengan kategori kelebihan berat badan lebih banyak ditemukan pada

laki-laki. Namun, angka kejadian obesitas lebih tinggi pada perempuan

Universitas Sumatera Utara

Page 31: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

19

dibandingkan dengan laki-laki. Data dari National Health and Nutrition

Examination Survey (NHANES) periode 1999-2000 menunjukkan tingkat

obesitas pada laki-laki sebesar 27,3% dan pada perempuan sebesar 30,1% di

Amerika (Pradana et al., 2014).

3.Genetik

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa lebih dari 40% variasi IMT

dijelaskan oleh faktor genetik. IMT sangat berhubungan Kelebihan berat badan

tingkat ringan. Kelebihan berat badan tingkat berat. 25,1 –27,0>27,0 Gemuk erat

dengan generasi pertama keluarga (Pradana et al., 2014).

4. Pola Makan

Pola makan adalah pengulangan susunan makanan yang terjadi saat

makan. Pola makan berkenaan dengan jenis, proporsi dan kombinasi makanan

yang dimakan oleh seorang individu, masyarakat atau sekelompok populasi.

Makanan cepat saji berkontribusi terhadap peningkatan indeks massa tubuh

sehingga seseorang dapat menjadi obesitas. Hal ini terjadi karena kandungan

lemak dan gula yang tinggi pada makanan cepat saji. Selain itu peningkatan porsi

dan frekuensi makan juga berpengaruh terhadap peningkatan obesitas. Orang yang

mengkonsumsi makanan tinggi lemak lebih cepat mengalami peningkatan berat

badan dibanding mereka yang mongkonsumsi makanan tinggi karbohidrat dengan

jumlah kalori yang sama (Pradana et al., 2014).

5.Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik menggambarkan gerakan tubuh yang disebabkan oleh

kontraksi otot menghasilkan energi ekspenditur. Menjaga kesehatan tubuh

membutuhkan aktifitas fisik sedang atau bertenaga serta dilakukan hingga kurang

lebih 30 menit setiap harinya dalam seminggu. Penurunan berat badan atau

pencegahan peningkatan berat badan dapat dilakukan dengan beraktifitas fisik

sekitar 60 menit dalam sehari (Pradana et al., 2014).

Universitas Sumatera Utara

Page 32: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

20

2.3 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Dispepsia Fungsional

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa berat badan kurang

(underweight) dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan

berat badan lebih (overweight) akan meningkatkan risiko terhadap penyakit

degeneratif. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi seseorang yang bisa diukur

dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat menjadi faktor risiko terjadinya infeksi

dan penyakit lainnya seperti dispepsia fungsional.

Dalam hasil penelitian (Carvalho et al., 2010) 12 dari 30 (40%) pasien

dengan dispepsia fungsional tipe dismotilitas termasuk dalam kategori obesitas,

Pasien obesitas mengalami tekanan intra-abdominal yang tinggi, waktu transit di

esofagus yang lebih lambat dan berkurangnya pembersihan asam dari esofagus

yang dipicu oleh hiatus hernia dibandingkan dengan orang yang mempunyai

indeks massa tubuh normal ( Filipović et al., 2011). Untuk gejala penyakit

gastroistestinal pasien underweight lebih sering mengalami disfagia (p=0,013),

pasien overweight lebih sering mengalami gejala postprandial distress syndrome

(p=0,009)¸ sedangkan pasien obesitas lebih sering mengalami regurgitasi

(p<0,001) (Bouchucha et.al, 2014). Hasil penelitian di Indonesia tentang

hubungan jenis sindrom dispepsia dengan status gizi pasien di Bagian Ilmu

Penyakit Dalam RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan sindrom

dispepsia fungsional tipe dismotilitas 68,6% dengan status gizi kurus, sedangkan

yang non-spesifik hanya 40% dengan status gizi kurus (Haekal, 2016).

Universitas Sumatera Utara

Page 33: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

21

2.4 Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Infeksi

Helicobacter pylori

Dispepsia

Fungsional

Diagnosa:

Kriteria diagnostik Rome IV untuk

dispepsia fungsional

Tatalaksana:

-Test and Treat (Infeksi H. pylori)

- PPI

- antagonis reseptor H2

- agen prokinetik

Indeks

Massa Tubuh

T

Jenis

Kelamin

Pola

Makan

Aktivitas

Fisik

Usia Genetik

Sekresi Asam

Lambung

Dismotilitas

Gastrointestinal

Ambang Rangsang

Persepsi

Disfungsi

Autonom

Gangguan Relaksasi

Fundus

Genetik

Kebiasaan Makan

dan Minum

Riwayat

Konsumsi Obat

Kebiasaan

Merokok

Stress

Patofisiologi Faktor Risiko

Universitas Sumatera Utara

Page 34: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

22

2.5. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

1. H0 : Tidak ada hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan dispepsia

fungsional

2. H1: Ada hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan dispepsia fungsional

Indeks Massa Tubuh

Dispepsia Fungsional

Universitas Sumatera Utara

Page 35: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional dan akan

dianalisa secara analitik, yaitu untuk mencari hubungan Indeks Massa Tubuh

(IMT) dengan dispepsia fungsional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara angkatan 2015-2018.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara pada bulan September sampai Desember tahun 2018.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara angkatan 2015-2018 yang berjumlah 957 orang.

3.3.2. Sampel

Yang menjadi sampel penelitian ini adalah sebagian dari mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2015-2018 yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Kriteria Inklusi

a. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan

2015-2018

b. Bersedia mengikuti penelitian dengan menyetujui informed consent dan

kooperatif

Universitas Sumatera Utara

Page 36: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

24

2. Kriteria Eksklusi

Pasi dispepsia yang memiliki alarm sign (Perdarahan dari rektal atau melena,

penurunan berat badan >10%, anoreksia, muntah yang persisten, anemia atau

perdarahan, massa di abdomen, pembesaran kelenjar limfe, disfagia yang

progresif atau odinofagia, riwayat keluarga keganasan saluran cerna bagian

atas, riwayat keganasan atau operasi saluran cerna sebelumnya, kuning

(Jaundice), dan riwayat ulkus peptikum).

Besar sampel minimal dihitung dengan rumus besar sampel menggunakan

uji hipotesis untuk penelitian analitik komparatif kategorik tidak berpasangan :

(𝑍𝛼 + Zβ ) ²

n =

(P1-P2)²

Keterangan :

Zα : Standar deviasi pada kesalahan tipe I (1,96)

Zβ : Standar deviasi pada kesalahan tipe II (0,84)

P= (P1+P2)/2

P1 : Proporsi pada kelompok yang nilainya diambil dari pustaka (0,558) (Putri et

al., 2014)

P1-P2 : Perbedaan klinis yang diinginkan (0,2)

Q= 1-P

Q1=1- P1

Q2=1-P2

Universitas Sumatera Utara

Page 37: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

25

Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel minimal yang diperlukan

dalam penelitian ini adalah :

(𝑍𝛼 + Zβ ) ²

n =

(P1-P2)²

(1,96 + 0,84 ) ²

n =

(0,2)²

= 83

Dari hasil penghitungan perkiraan besar sampel di atas maka maka besar

sampel minimal yang diperlukan adalah 83 orang. Pada penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak 100 orang.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non-

probability sampling dan cara yang dipakai adalah Quota sampling yaitu teknik

untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai

jumlah (kuota) yang diinginkan. Sampel yang diambil masing-masing 25 orang

dari angkatan 2015, 2016, 2017, 2018 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

26

3.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data primer.

Data primer adalah data yang langsung diterima dari setiap sampel penelitian.

Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner oleh responden

dan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) responden.

a. Pengisian kuesioner yang diisi oleh responden penelitian, terdiri dari:

- Kuesioner Kebiasaan Makan dan Minum

- Kuesioner Riwayat Konsumsi Obat

- Kuesioner berdasarkan kriteria Rome IV untuk dispepsia fungsional

Uji Validitas dan Realibilitas

Pengujian validitas dilakukan dengan bantuan program Statistical Product

and Service Solution (SPSS), dalam penelitian ini pengujian validitas dilakukan

terhadap 10 responden yang sama karakteristiknya dengan populasi pada

penelitian ini dan dipilih secara acak diluar populasi penelitian, Terdapat 7 butir

pertanyaan kuesioner dispepsia fungsional yang dinyatakan valid dengan nilai r

hitung lebih besar dari r tabel= 0,632 (taraf significant 5%). Uji reliabilitas

dilakukan dengan menggunakan program SPSS, yaitu alpha cronbach. Kuesioner

ini dinyatakan reliabel karena nilai alpha cronbach yang didapat sebesar 0,786 (r

hitung > r tabel)

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Rehabilitas Kuesioner

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total

Pearson

correlation

Status Alpha Status

Dispepsia

Fungsional

1 0,737 Valid 0,786 Reliabel

2 0,737 Valid Reliabel

3 0,737 Valid Reliabel

4 0,657 Valid Reliabel

5 0,770 Valid Reliabel

6 0,849 Valid Reliabel

7 0,849 Valid Reliabel

Universitas Sumatera Utara

Page 39: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

27

b. Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan cara mengukur berat

badan dan tinggi badan responden penelitian.

Cara mengukur berat badan dengan microtoise:

Langkah pertama untuk mengukur tinggi badan responden adalah

mempersiapkan instrumen penelitian terlebih dahulu dengan cara menempelkan

microtoise pada dinding yang lurus datar setinggi 2 meter, angka nol pada lantai

yang datar dan rata sebagai acuan. Sebelum dilakukan pengukuran, responden

diminta untuk melepas alas kaki (sepatu, sandal, dsb), dan penutup kepala (topi

atau peci). Selanjutnya responden diposisikan berdiri tegak lurus membelakangi

dinding dengan tangan dibiarkan menempel ke badan serta tumit dirapatkan.

Kepala bagian belakang, punggung, pinggul dan tumit harus menempel pada

dinding dan pandangan lurus kedepan. Langkah terakhir adalah menurunkan

microtoise sampai menyentuh kepala bagian atas, kemudian membaca angka skala

yang nampak pada lubang dalam gulungan microtoise dan mencatat hasilnya.

Cara mengukur berat badan dengan timbangan:

Pertama, meletakkan alat timbangan berat badan di tempat yang datar.

Sebelum dilakukan pengukuran, responden diminta untuk melepas alas kaki,

aksesoris (jam, gelang, dsb.) dan pakaian luar seperti jaket untuk mengurangi

bias/error. Setelah itu, responden diminta untuk naik ke atas timbangan dengan

posisi badan berdiri tegak dan pandangan lurus kedepan. Selanjutnya, mencatat

hasil pengukuran yang tertera di timbangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

28

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat dan

Cara Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

Variabel Independen

Indeks Massa

Tubuh

(IMT)

Indeks Massa

Tubuh (IMT)

merupakan alat

atau cara yang

sederhana untuk

memantau status

gizi orang

dewasa,

khususnya yang

berkaitan dengan

kekurangan dan

kelebihan berat

badan.

Berat badan

diukur dengan

timbangan

GEA EB-

9360.

Tinggi badan

diukur dengan

Microtoise

SH-2A GEA.

Klasifikasi Indeks Massa

Tubuh (IMT)

menurut KEMENKES

RI,2013:

IMT < 18,5= Kurus

IMT ≥18,5 -

<24.9=Normal

IMT ≥25,0 - <27= Berat

badan lebih

IMT ≥27,0=Obesitas

Ordinal

Kebiasaan

Makan dan

Minum

1. Pola Makan

2. Kebiasaan

minum minuman

iritatif

(Kopi,Teh,Soda)

3. Kebiasaan

makan makanan

iritatif (Pedas,

Asam)

Pengisisan

kuesioner

1.Pola makan

(Annisa,2009)

Apabila responden

menjawab:

(a) Skornya 4

(b) Skornya 3

(c) Skornya 2

(d) Skornya 1

-Skor 22-28: Baik

-Skor 15-21: Sedang

-Skor 7-14: Buruk

Penilaian:

Teratur: Baik

Tidak Teratur:

Sedang/Buruk

2.. Responden dinyatakan

memiliki kebiasaan

mengonsumsi minuman

iritatif apabila

terdapatnya jawaban (ya)

pada 1 atau lebih pada

pertanyaan kebiasaan

konsumsi minuman

iritatif (Kopi, Teh, Soda).

Nominal

Universitas Sumatera Utara

Page 41: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

29

3. Responden dinyatakan

memiliki kebiasaan

mengonsumsi makanan

iritatif apabila

terdapatnya jawaban (ya)

pada 1 atau lebih pada

pertanyaan kebiasaan

konsumsi makanan iritatif

(Pedas, Asam).

Riwayat

Konsumsi

Obat

Antiinflamasi

non steroid,

antasida,

teofilin,digitalis,

antibiotik dan

sebagainya.

Pengisian

kuesioner

Ya/Tidak Nominal

Variabel Dependen

Dispepsia

Fungsional

Dispepsia

menggambarkan

keluhan atau

kumpulan gejala

(sindrom) yang

terdiri dari rasa

tidak nyaman

yang terutama

dirasakan di

daerah perut

bagian atas

(epigastrium) dan

disertai rasa

mual, muntah,

kembung, cepat

kenyang, rasa

perut penuh,

sendawa.

(Djojoningrat,

2009).

Pengisian

kuesioner

dispepsia

fungsional

berdasarkan

kriteria Rome

IV oleh

responden.

Penilaian dispepsia

fungsional (+) apabila

terdapatnya jawaban (ya)

pada 1 atau lebih pada

pertanyaan Postprandial

distress syndrome dan

Epigastric Pain syndrome

ataupun 2 atau lebih dari

seluruh pertanyaan dan (-)

apabila terdapatnya

jawaban (tidak) pada

seluruh pertanyaan.

Nominal

Universitas Sumatera Utara

Page 42: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

30

3.6. Metode Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS

(Stastitical Product and Service Solution). Data penelitian dianalisis secara

univariat dan bivariat. Analisis univariat adalah analisa yang dilakukan pada tiap

variabel dari hasil penelitian dan analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan dispepsia fungsional,

hubungan kebiasaan makan dan minum dengan dispepsia fungsional, dan

bubungan riwayat minum obat dengan dispepsia fungsional. Uji statistik yang

digunakan adalah uji chi square, sesuai kegunaanya adalah untuk menguji

variabel kategorik dengan variabel kategorik.

a) Apabila p ≤ 0,05 = Ho ditolak, berarti ada hubungan antara Indeks Massa

Tubuh (IMT) dengan dispepsia fungsional.

b) Apabila p > 0,05= Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara Indeks Massa

Tubuh (IMT) dengan dispepsia fungsional.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara, Medan, yang berlokasi di jalan dr. Mansyur No.5 Medan, Indonesia.

Fakultas Kedokteran USU dibuka pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh Yayasan

Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan,

Kecamatan Medan Baru. Lokasi pengambilan sampel dengan cara pembagian

kuesioner dilakukan di kelas kuliah dan pengukuran BB dan TB dilakukan di

pendopo Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara stambuk 2015, 2016, 2017, 2018 yang telah memenuhi kriteria

inklusi dan eklusi sebanyak 95 orang. Berdasarkan data responden, karakteristik

yang diperoleh meliputi dispepsia fungsional, jenis dispepsia fungsional, jenis

kelamin, usia, indeks massa tubuh, kebiasaan makan dan minum, dan riwayat

konsumsi obat.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Dispesia Fungsional dan Jenis Dispepsia

Karakteristik

Responden

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Dispepsia

Fungsional

Dispepsia 39 41,1

Non-Dispepsia 56 58,9

Jenis Dispepsia

Postprandial distress

Syndrome 25 64,1

Epigastric Pain

Syndrome 8 20,5

Mixed dyspepsia

(PDS+EPS) 6 15,4

Universitas Sumatera Utara

Page 44: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

32

Berdasarkan tabel 4.1, diperoleh hasil responden yang menderita dispepsia

fungsional sebanyak 39 orang (41,1%) dan yang tidak menderita dispepsia

sebanyak 56 orang (58,9%). Jenis dispepsia terbanyak didapati pada PDS

(postprandial distress syndrome) sebanyak 25 orang (64,1%), pada jenis EPS

(epigastric pain syndrome) sebanyak 8 orang (20,5%) dan sebanyak 6 orang

(15,4%) mengalami mixed dyspepsia. Pada penelitian yang dilakukan di FK USU

oleh Maria (2014) juga mendapatkan hasil yang sama, berdasarkan hasil

terbanyak diperoleh sebesar 31,7% menderita dispepsia jenis postprandial distress

syndrome.

Tabel 4.2 Distribusi Dispesia Fungsional berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

Karakteristik

Responden

Dispepsia

Total Dispepsia Non-Dispepsia

n % n %

Jenis Kelamin

Perempuan 26 66,7 38 67,9 64

Laki-laki 13 33,3 18 32,1 31

Usia

17-18 13 33,3 18 32,1 31

19-20 19 48,7 28 50 47

21-22 7 18 10 17,9 17

Total 39 100 56 100 95

Berdasarkan tabel 4.2, diperoleh hasil responden terbanyak yang

menderita dispepsia fungsional adalah perempuan sebanyak 26 orang (66,7%),

sedangkan penderita dispepsia fungsional berjenis kelamin laki-laki sebanyak 13

orang (33,3%). Pada penelitian Li et al. (2014) pada Mahasiswa di Provinsi

Zheijang juga menunjukkan prevalensi dispepsia yang lebih tinggi pada

perempuan. Secara umum, gangguan fungsional gastrointestinal memiliki

prevalensi yang lebih tinggi pada perempuan. Hal ini kemungkinan disebabkan

karena adanya perbedaan persepsi antara perempuan dan laki-laki dalam

mengevaluasi gejala-gejala dispepsia fungsional. Perempuan cenderung akan

Universitas Sumatera Utara

Page 45: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

33

mencari pengobatan untuk gejala dispepsia yang dialaminya (Napthali et al.,

2016).

Didapati jumlah responden terbanyak pada rentang usia 19-20 tahun, yaitu

sebanyak 19 orang (48,7%) menderita dispepsia fungsional. Jumlah responden

paling sedikit pada rentang usia 20-21 tahun dengan penderita dispepsia

fungsional sebanyak 7 orang (18%). Dispepsia fungsional paling sering

terdiagnosa pada usia yang lebih muda, diantara 18-45 tahun. Frekuensi kejadian

dispepsia fungsional akan menurun seiring bertambahnya usia dan timbulnya

gejala dispepsia pada usia > 45 tahun biasanya karena penyebab organik

(Piotrowicz et al., 2013). Perbedaan frekuensi usia pada beberapa penelitian dapat

terjadi karena adanya perbedaan jumlah dan rentang usia dari responden

penelitian.

Dari hasil distribusi karakteristik indeks massa tubuh diperoleh responden

paling banyak berada pada kategori normal yang berjumlah 56 orang (58,9%) dan

paling sedikit pada kategori kurus yg berjumlah 8 orang (8,4%). Jumlah

responden yang memiliki pola makan teratur berjumlah 31 orang (32,6%) dan 64

orang (67,4%) mempunyai pola makan yang tidak teratur.

Diperoleh responden yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman

iritatif sebanyak 34 orang (35,8%) dan yang mempunyai kebiasaan

mengkonsumsi makanan iritatif sebanyak 57 orang (60%). Sebanyak 16 orang

(16,8%) memiliki riwayat minum obat selama 6 bulan terakhir. Data

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

34

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Kebiasaan

Makan dan Minum dan Riwayat Konsumsi Obat

*selama 6 bulan terakhir

Karakteristik

Responden

Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Indeks Massa Tubuh

Kurus 8 8,4

Normal 56 58,9

Berat Badan Lebih 13 13,7

Obesitas 18 18,9

Pola Makan

Teratur 31 32,6

Tidak Teratur 64 67,4

Kebiasaan Konsumsi

Minuman Iritaif

(Teh/Kopi/Soda)

Ya 34 35,8

Tidak 61 64,2

Kebiasaan Konsumsi

Makanan Iritatif

(Pedas/Asam)

Ya 57 60

Tidak 38 40

Riwayat Konsumsi

Obat*

Ya** 16 16,8

Tidak 79 83,2

Total 95 100

Universitas Sumatera Utara

Page 47: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

35

Tabel 4.4 Hubungan Kebiasaan Makan dan Minum dengan Dispepsia Fungsional

Kebiasaan Makan

dan Minum

Dispepsia Total P Value

Dispepsia Non-Dispepsia

n % n %

Pola Makan

Teratur 21 53,8 44 78,6 65 0,011

Tidak Teratur 18 46,2 12 21,4 30

Kebiasaan Konsumsi

Minuman Iritatif

Ya 19 48,7 15 26,8 34 0,028

Tidak 20 51,3 41 73,2 61

Kebiasaan Konsumsi

Makanan Iritatif

Ya

Tidak

27

12

69,2

30,8

30

26

53,6

46,4

57

38

0,125

Total 39 100 56 100 95

Chi-square

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh p value= 0,011 (p<0,05) untuk pola

makan, p value=0,028 (p<0,05) untuk kebiasaan konsumsi minuman iritatif dan p

value=0,125 (p>0,05) untuk kebiasaan konsumsi makanan iritatif. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan dan kebiasaan

konsumsi minuman iritatif dengan dispepsia fungsional, sedangkan untuk

kebiasaan konsumsi makanan iritatif dengan dispepsia fungsional tidak ditemukan

adanya hubungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

36

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada

mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyaraka USU pada tahun 2015 oleh Nasution et

al., diperoleh bahwa mahasiswa yang memiliki pola makan tidak teratur sebanyak

61% cenderung mengalami sindrom dispepsia lebih besar dibandingkan pola

makan yang teratur. Faktor diet dan sekresi cairan asam lambung merupakan

penyebab timbulnya dispepsia, Jeda antara waktu makan merupakan penentu

pengisian dan pengosongan lambung. Jeda waktu makan yang baik yaitu berkisar

antara 4-5 jam (Iping, 2004).

Menurut penelitian Dewi (2017) mengenai hubungan makanan dan

minuman iritatif dengan sindrom dispepsia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Hasannudin diketahui bahwa jumlah responden yang mengonsumsi

makanan dan minuman iritatif lebih banyak mengalami sindrom dispepsia.

Minuman iritatif seperti kopi yang mengandung kafein dapat merangsang sekresi

getah lambung yang sangat asam walaupun tidak ada makanan (Sherwood, 2014).

Dalam minuman bersoda juga terdapat kafein yang memiliki efek yang sama

dengan kafein yang terdapat dalam kopi. Minuman bersoda bersifat asam dan

memiliki pH sangat rendah (Susanti et al., 2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 49: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

37

Tabel 4.5 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Riwayat Minum Obat

Riwayat Minum

Obat

Dispepsia Fungsional Total P Value

Dispepsia Non-Dispepsia

n % n %

Ya 9 23,1 7 12,5 16 0,175

Tidak 30 76,9 49 87,5 79

Total 39 100 56 100 95

Chi-square

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh p value= 0,175 (p>0,05), yang berarti

tidak terdapat hubungan antara riwayat minum obat dengan dispepsia fungsional

pada mahasiswa FK USU angkatan 2015-2018. Hal ini sejalan dengan peneltian

Susanti et al. (2011) bahwa konsumsi obat-obatan tidak berhubungan nyata

dengan frekuensi gejala dispepsia dan pada penelitian Maria (2014) tentang faktor

yang mempengaruhi terjadinya sindroma dispepsia pada mahasiswa FK USU,

bahwa tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara riwayat penggunaan

OAINS dengan kejadian dispepsia. Riwayat konsumsi obat dari responden

kemungkinan tidak menimbulkan efek samping gastrointestinal karena sampel

penelitian relatif berusia muda dan efek samping obat akan meningkat seiring

bertambahnya usia. Perubahan fisiologis seiring meningkatnya usia

mempengaruhi farmakodinamik dan farmakokinetik dari obat. Berkurangnya

massa otot dan kandungan air dalam tubuh dengan relatif meningkatnya proporsi

dari total lemak tubuh dapat menyebabkan perubahan volume distribusi dari

banyak obat. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya efek samping obat jika

dosisnya tidak disesuaikan (Lavan dan Gallagher, 2016)

Universitas Sumatera Utara

Page 50: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

38

Tabel 4.6 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Dispepsia Fungsional

Indeks Massa

Tubuh

Dispepsia Total P Value

Dispepsia Non-Dispepsia

n % n %

Kurus 6 15,4 2 3,6 8 0,196

Normal 21 53,8 35 62,5 56

Berat Badan Lebih 6 15,4 7 12,5 13

Obesitas 6 15,4 12 21,4 18

Total 39 100 56 100 95

Chi-square

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi IMT responden penderita dispepsia berdasarkan kebiasaan

makan dan minum

Karakteristik

Responden

Indeks Massa Tubuh

Kurus Normal Berat Badan

Lebih Obesitas

N % N % N % N %

Pola Makan

Teratur 4 50 14 66,7 3 50 2 33,3

Tidak Teratur 2 50 7 33,3 3 50 4 66,7

Kebiasaan

konsumsi

makanan iritatif

Ya 3 50 16 76 4 66,7 4 66,7

Tidak 3 50 5 24 2 33,3 2 33,3

Kebiasaan

konsumsi

minuman iritatif

Ya 2 33.3 11 52,4 4 66,7 4 66,7

Tidak 4 66,7 10 47,6 2 33,3 2 33,3

Universitas Sumatera Utara

Page 51: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

39

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh bahwa p value= 0.196 (p>0,05) maka

H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak terdapat hubungan indeks massa

tubuh dengan dispepsia fungsional pada mahasiswa FK USU angkatan 2015-

2018. Diperoleh frekuensi responden yang menderita dispepsia fungsional

terbanyak berada pada kategori IMT Normal sebanyak 21 orang (53,8%). Hasil

ini sejalan dengan penelitian Solhpour et al. (2010) pada populasi di Iran, bahwa

tidak ditemukan hubungan antara gejala dispepsia dan dengan indeks massa

tubuh. Pada penelitian ini juga diperoleh prevalensi gejala dispepsia pasien

overweight dan obesitas sebesar 82,7% dan 78%, dan pasien dengan berat badan

normal yang memiliki prevalensi terbesar yaitu 90,7%. Pada penelitian Bansode et

al. (2018) juga diperoleh hasil bahwa tidak ditemukan hubungan antara IMT

dengan dispepsia. Bahkan berdasarkan hasil endoskopi tidak ada perbedaan yang

signifikan di antara variasi kategori IMT pada kasus yang diteliti (p value>0,05).

Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Le Pluart et al. (2016), bahwa ditemukan hubungan antara IMT dengan

dispepsia fungsional berdasarkan jenis kelamin. Pada wanita, kategori

underweight dan obesitas mempunyai risiko lebih tinggi untuk dispepsia,

sedangkan pada pria tidak ditemukan hubungan yang signifikan.Menurut

penelitian Mohamed dan Ali (2014) meningkatnya IMT berhubungan positif

dengan beberapa gejala gastrointestinal seperti konstipasi, dispepsia, dan rasa

terbakar pada ulu hati. Sedangkan pada penelitian ini didapati frekuensi penderita

dispepsia terbanyak pada kategori normal. Hal ini dapat dipengaruhi oleh gaya

hidup seperti kebiasaan makan dan minum dari responden pada kategori tersebut,

dari 21 orang yang menderita dispepsia diperoleh 7 orang memiliki pola makan

tidak teratur, 16 orang memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan iritatif dan 11

orang mempunyai kebiasaan mengonsumsi minuman iritatif. Data selengkapnya

dapat dilihat pada tabel 4.7.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

40

Selain itu, tingginya prevalensi kategori IMT normal dibandingkan

kategori lain juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Responden pada

penelitian ini merupakan mahasiswa yang dapat dikategorikan sebagai masyarakat

berpendidikan tinggi. Pada penelitian Veghari (2010), dan Pourhoseingholi

(2009), disebutkan bahwa obesitas dan kelebihan berat badan mempunyai

prevalensi lebih tinggi pada masyarakat berpendidikan rendah dibandingkan

dengan yang berpendidikan tinggi. Efek positif pendidikan pada obesitas dapat

ditentukan setidaknya dari tiga faktor yaitu, kemudahan akses informasi kesehatan

dan kemampuan untuk memahaminya, persepsi yang jelas akan risiko gaya hidup

dan meningkatnya pengendalian diri serta konsistensi seiring berjalannya waktu

(Devaux et al., 2011).

Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan terjadi karena variasi dari

populasi penelitian dan kriteria diagnostik berbeda untuk dispepsia fungsional.

Penelitian ini menggunakan kriteria diagnostik Roma IV yang lebih spesifik

membahas definisi dari dispepsia daripada kriteria diagnostik Roma III. Pada

Roma IV, gejala dispepsia berupa PDS maupun EPS harus dirasakan

“mengganggu” (cukup parah sampai mengganggu aktivitas sehari-hari) oleh

penderita. Gejala-gejala dari jenis dispepsia PDS yang terjadi bersamaan dengan

EPS juga termasuk dalam kategori diagnostik ini (Suzuki, 2017).

Kelemahan pada penelitian ini adalah keterbatasan waktu dalam

pengambilan sampel sehingga jumlah sampel yang diambil relatif sedikit

walaupun sudah memenuhi minimal besar sampel penelitian, hal ini menyebabkan

kurangnya variasi karakteristik dari sampel penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Tidak terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan dispepsia

fungsional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

angkatan 2015-2018.

2. Prevalensi dispepsia fungsional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara angkatan 2015-2018 diperoleh sebesar 41,1%.

3. Gambaran indeks massa tubuh pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara angkatan 2015-2018 antara lain; kategori kurus

sebanyak 8 orang (8,4%), kategori nomal sebanyak 56 orang (58,9%), kategori

berat badan lebih sebanyak 13 orang (13,7%) dan katergori obesitas sebanyak

18 orang (18,9%).

4. Gambaran kebiasaan makan dan minum tubuh pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2015-2018 diperoleh

sebanyak 31 orang (32,6%) mempunyai pola makan yang teratur dan 64 orang

(67,4%) mempunyai pola makan yang tidak teratur. Jumlah responden yang

mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman iritatif sebanyak 34 orang

(35,8%) dan yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan iritatif

sebanyak 57 orang (60%).

Universitas Sumatera Utara

Page 54: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

42

5. Terdapat hubungan antara pola makan dan kebiasaan konsumsi minuman

iritatif dengan dispepsia fungsional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara angkatan 2015-2018, sedangkan untuk konsumsi

makanan iritatif dengan dispepsia fungsional tidak ditemukan adanya

hubungan.

6. Gambaran riwayat minum obat pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara angkatan 2015-2018 diperoleh hasil sebanyak 16

orang (16,8%) mempunyai riwayat konsumsi obat.

7. Tidak terdapat hubungan antara riwayat minum obat dengan dispepsia

fungsional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

angkatan 2015-2018.

5.2 SARAN

Dari hasil penelitian ini, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut

1. Perlunya edukasi pada masyarakat yang dalam penelitian ini adala mahasiswa

FK USU, tentang gejala-gejala dispepsia serta faktor risiko yang

mempengaruhinya dan diharapkan bagi penderita dispepsia fungsional untuk

mencari pengobatan serta melakukan pencegahan dini agar penyakit yang

diderita tidak menjadi semakin parah.

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi

bagi peneliti selanjutnya dan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya

dilakukan di lokasi yang lebih luas dengan jumlah sampel yang lebih banyak

sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat lebih akurat.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

43

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M., & Gunawan, J., 2012. Dispepsia. Jurnal, Fakultas Kedokteran

Divisi Gastroenterologi dan Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Universitas

Indonesia, Jakarta.

Al Saadi, T., Idris, A., Turk, T., & Alkhatib, M. (2016). Epidemiology and risk

factors of uninvestigated dyspepsia, irritable bowel syndrome, and

gastroesophageal reflux disease among students of Damascus University,

Syria. Journal of epidemiology and global health, 6(4), 285-293.

Annisa., 2009. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindrom Dispepsia

Remaja Perempuan Di SMA Plus Al-Azhar Medan. Karya Tulis Ilmiah

Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.

Aro, P., Talley, N. J., Ronkainen, J., Storskrubb, T., Vieth, M., Johansson, S. E.,

... & Agréus, L., 2009. Anxiety is associated with uninvestigated and

functional dyspepsia (Rome III criteria) in a Swedish population-based

study. Gastroenterology, 137(1), 94-100.

Bansode, P., Patel, P., Whatkar, A., & Joshi, M. (2018). Is There Any Significant

Correlation Between Age, Sex, BMI, Clinical and Endoscopic Findings in

Dyspepsia? International Journal of Clinical and Biomedical Research

(IJCBR), 4(2), 21-26.

Bouchoucha, M., Fysekidis, M., Julia, C., Airinei, G., Catheline, J. M., Cohen, R.,

& Benamouzig, R., 2016. Body mass index association with functional

gastrointestinal disorders: differences between genders. Results from a

study in a tertiary center. Journal of gastroenterology, 51(4), 337-345.

Bytzer, P., 2004. Diagnostic approach to dyspepsia. Best Practice & Research

Clinical Gastroenterology, 18(4), 681-693

Carvalho, R. V. B., Lorena, S. L. S., de Souza Almeida, J. R., & Mesquita, M. A.,

2010. Food intolerance, diet composition, and eating patterns in functional

dyspepsia patients. Digestive diseases and sciences, 55(1), 60.

Universitas Sumatera Utara

Page 56: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

44

Devaux, Marion , et al.2011. “Exploring the Relationship Between Education and

Obesity”, OECD Journal: Economic Studies, Vol.2011/1.

Dewi. (2017). Hubungan pola makan dan karakteristik individu terhadap sindrom

dispepsia pada mahasiswa angkatan 2015 dan 2016 Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Djojoningrat, D., 2009. Dispepsia Fungsional, Dalam: Sudoyo, AW; Setiyohadi,

B; Alwi, I; Simadibrata, M; Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid1. Edisi V.

Farré, R., Vanheel, H., Vanuytsel, T., Masaoka, T., Törnblom, H., Simrén, M., ...

& Tack, J. F. 2013. In functional dyspepsia, hypersensitivity to

postprandial distention correlates with meal-related symptom severity.

Gastroenterology, 145(3), 566-573.

Filipović, B. F., Randjelovic, T., Kovacevic, N., Milinić, N., Markovic, O., Gajić,

M., & Filipović, B. R., 2011. Laboratory parameters and nutritional status

in patients with functional dyspepsia. European journal of internal

medicine, 22(3), 300-304.

Halling, K., Kulich, K., Carlsson, J., & Wiklund, I., 2008. An international

comparison of the burden of illness in patients with dyspepsia. Digestive

Diseases, 26(3), 264-273.

Iping S. Metode Makan Kualitatif Cara Mutakhir untuk Langsing dan Sehat.

Jakarta: Puspa Swara;2004

Irawan, A.T., 2015. Faktor Risiko Terhadap Kejadian Dispepsia di Instalasi

Rawat Inap RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015, Jurnal

Keperawatan dan kesehatan Medisina AKPER YPIB Majalengka, 1(2), 1-

10

Universitas Sumatera Utara

Page 57: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

45

Kayar, Y., Danalıoğlu, A., Al Kafee, A., Okkesim, Ş., & Şentürk, H., 2016.

Gastric myoelectrical activity abnormalities of electrogastrography in

patients with functional dyspepsia. Turk J Gastroenterol, 27(5), 415-420.

Kemenkes,2013.Available:http://www.depkes.go.id/resources/download/general/

Hasil%20Riskesdas%202013.pdf diakses tanggal 10 Mei 2018

Kim, S. E., Park, H. K., Kim, N., Joo, Y. E., Baik, G. H., Shin, J. E., ... & Kim, S.

M., 2014. Prevalence and risk factors of functional dyspepsia: a

nationwide multicenter prospective study in Korea. Journal of clinical

gastroenterology, 48(2), e12-e18

Lavan, A. H., & Gallagher, P. 2016. Predicting risk of adverse drug reactions in

older adults. Therapeutic advances in drug safety, 7(1), 11-22.

Le Pluart, D., Sabaté, J. M., Bouchoucha, M., Hercberg, S., Benamouzig, R., &

Julia, C. 2015., Functional gastrointestinal disorders in 35 447 adults and

their association with body mass index. Alimentary pharmacology &

therapeutics, 41(8), 758-767.

Li, M., Lu, B., Chu, L., Zhou, H., & Chen, M. Y. 2014. Prevalence and

characteristics of dyspepsia among college students in Zhejiang Province.

World journal of Gastroenterology: WJG, 20(13), 3649

Maria, U. 2015., Faktor Yang Memengaruhi Terjadinya Sindroma Dispepsia Pada

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Faktor Yang

Memengaruhi Terjadinya Sindroma Dispepsia Pada Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Moayyedi, P. M., Lacy, B. E., Andrews, C. N., Enns, R. A., Howden, C. W., &

Vakil, N. 2017., ACG and CAG clinical guideline: management of

dyspepsia. The American journal of gastroenterology, 112(7), 988

Universitas Sumatera Utara

Page 58: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

46

Mohamed, L. A. E.-kader, & Ali, N. S. 2014. Correlation between Body Mass

Index and Gastrointestinal Symptoms among Hospitalized Patients.

Journal of Natural Sciences Research

Napthali, K., Koloski, N., Walker, M. M., & Talley, N. J. 2016. Women and

functional dyspepsia. Women’s Health, 12(2), 241-250.

Nasution, N. K. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Sindrom Dispepsia pada

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Tahun 2015. Hubungan Pola

Makan dengan Kejadian Sindrom Dispepsia pada Mahasiswa Fakultas

Kesehatan Masyarakat Tahun 2015.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi penelitian kesehatan.

Okumura, T., Tanno, S., Ohhira, M., & Tanno, S., 2010. Prevalence of functional

dyspepsia in an outpatient clinic with primary care physicians in Japan.

Journal of gastroenterology, 45(2), 187-194.

Oshima, T., & Miwa, H. 2015., Epidemiology of functional gastrointestinal

disorders in Japan and in the world. Journal of neurogastroenterology and

motility, 21(3), 320.

Piotrowicz, G., Stępień, B., & Rydzewska, G. 2013. Socio-demographic

characteristics of patients with diagnosed functional dyspepsia. Przeglad

gastroenterologiczny, 8(6), 354.

Pourhoseingholi ,M.A., Kaboli,A,S & Pourhoseingholi,A.(2009). Obesity and

Functional Constipation; a Community-Based Study in Iran. J

Gastrointestin Liver Dis. Jun;18(2):151-5.

Pradana, A., Seno, K., & Puruhita, N., 2014. Hubungan Antara Indeks Massa

Tubuh (Imt) Dengan Nilai Lemak Viseral (Studi Kasus Pada Mahasiswa

Kedokteran Undip) (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine

Diponegoro University).

Universitas Sumatera Utara

Page 59: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

47

Putri, R. N., Ernalia, Y., & Bebasari, E., 2015. Gambaran Sindroma Dispepsia

Fungsional pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Angkatan 2014. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Kedokteran,

2(2), 1-10.

Rahmaika, B. D., 2014. Hubungan Antara Stres Dengan Kejadian Dispepsia Di

Puskesmas Purwodiningratan Jebres Surakarta (Doctoral dissertation,

Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Schmulson, M. J., & Drossman, D. A., 2017. What is new in Rome IV. Journal of

neurogastroenterology and motility, 23(2), 151.

Setyono, J., & Prastowo, A., 2006. Karakteristik Penderita Dispepsia di RSUD

Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Keperawatan

Soedirman, 1(1), 27-31

Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;

2014

Solhpour, A., Safaee, A., Pourhoseingholi, M. A., Moghimi-Dehkordi, B., Habibi,

M., Qafarnejad, F., ... & Zali, M. R. 2010. Relationship between

uninvestigated dyspepsia and body mass index: a population-based study.

East African journal of public health, 7(4).

Sugiyono, P. D. 2010. Metode penelitian pendidikan. Pendekatan Kuantitatif.

Susanti, A., 2011. Faktor risiko dispepsia pada mahasiswa Institut pertanian

Bogor . Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Suzuki, H., & Moayyedi, P., 2013. Helicobacter pylori infection in functional

dyspepsia. Nature Reviews Gastroenterology and Hepatology, 10(3), 168.

Suzuki, H., 2017. The application of the Rome IV criteria to functional

esophagogastroduodenal disorders in Asia. Journal of

neurogastroenterology and motility, 23(3), 325.

Talley, N. J., Holtmann, G., & Walker, M. M., 2015. Therapeutic strategies for

functional dyspepsia and irritable bowel syndrome based on

pathophysiology. Journal of gastroenterology, 50(6), 601-613.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

48

Tominaga, K., Fujikawa, Y., Tsumoto, C., Kadouchi, K., Tanaka, F., Kamata, N.,

... & Arakawa, T., 2016. Disorder of autonomic nervous system and its

vulnerability to external stimulation in functional dyspepsia. Journal of

clinical biochemistry and nutrition, 15-140.

Trujillo-Benavides, O. E., & Rojas-Vargas, E. E., 2010. Influence of obesity on

dyspepsia symptoms. Revista de gastroenterologia de Mexico, 75(3), 247-

252.

Veghari G, Sedaghat M, Joshaghani H, Hoseini A, Niknajad F, Angizeh A, et al.

2010.The Prevalence and Associated Factors of Central Obesity in

Northern Iran. International Cardivascular Research Journal. ;4(4):164–8.

Zagari, R. M., Law, G. R., Fuccio, L., Cennamo, V., Gilthorpe, M. S., Forman,

D., & Bazzoli, F., 2010. Epidemiology of functional dyspepsia and

subgroups in the Italian general population: an endoscopic study.

Gastroenterology, 138(4), 1302-1311.

Universitas Sumatera Utara

Page 61: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

49

Foto Berwarna Ukuran 3x4 cm

LAMPIRAN A

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ridha Mutiara Indra

NIM : 150100146

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 31 Oktober 1997

Agama : Islam

Nama Ayah : dr. Indra Janis, MKT

Nama Ibu : dr. Ani Ariati, M.Kes

Alamat : Jl. Anyelir 1 No.42 Blok.07, Medan Helvetia

Riwayat Pendidikan:

1. SD Swasta Ikal Medan (2003-2009)

2. SMP Swasta Harapan 2 Medan (2009-2012)

3. SMA Swasta Sutomo 1 Medan (2012-2015)

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2015-sekarang)

Riwayat Pelatihan:

1. Pelatihan Manajemen Mahasiswa Baru (MMB) FK USU 2015

Riwayat Kepanitiaan:

1. Anggota Seksie Publikasi dan Dokumentasi Porseni FK USU 2016

2. Anggota Seksie Konsumsi Try Out FK USU 2016

3. Koordinator Seksie Publikasi dan Dokumentasi HUT & PPGDM TBM FK

USU 2016

4. Anggota Seksie Acara PM Akbar TBM FK USU 2017

Universitas Sumatera Utara

Page 62: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

50

5. Koordinator Liaison Officer Semnas Baksosnas PTBMMKI Cup 2017

6. Anggota Seksie Konsumsi Basic Life Support TBM FK USU 2017

7. Koordinator Seksie Konsumsi TBM CAMP TBM FK USU 2017

Riwayat Organisasi:

1. Sekretaris Divisi Hubungan Masyarakat TBM FK USU PEMA FK USU 2017

2. Sekretaris Satuan Tugas TBM FK USU PEMA FK USU 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 63: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

51

LAMPIRAN B

Universitas Sumatera Utara

Page 64: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

52

LAMPIRAN C

LEMBAR PENJELASAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama: Ridha Mutiara Indra

NIM : 150100146

Saya selaku mahasiswa dan peniliti yang sedang menjalani Program

Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan

melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan

Dispepsia Fungsional pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Angkatan 2015-2018”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan dispepsia

fungsional serta mengetahui prevalensi dispepsia fungsional dan gambaran indeks

massa tubuh pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

angkatan 2015-2018.

Oleh sebab itu saya mohon kesediaan saudara/i untuk mengisi

kuesioner yang saya berikan serta bersedia untuk melakukan pengukuran berat

badan dan tinggi badan untuk data penelitian yang lebih akurat. Adapun data

individu dalam penelitian ini tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan lain

dan dijamin kerahasiannya. Data yang didapat hanya untuk kepentingan penelitian

saja.

Demikian penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini, atas

partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Medan, ……………..2018

Hormat Saya,

(Ridha Mutiara Indra)

Universitas Sumatera Utara

Page 65: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

53

LAMPIRAN D

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Hubungan Indeks

Massa Tubuh dengan Dispepsia Fungsional pada Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2015-2018” maka dengan

ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam

penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ……………2018

Peneliti Yang membuat Pernyataan

(Ridha Mutiara Indra) (………………………)

Universitas Sumatera Utara

Page 66: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

54

LAMPIRAN E

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Dispepsia Fungsional pada

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan

2015-2018

Identitas responden

Nama: ...................................................................

NIM: ...................................................................

Kelas: ___

Jenis Kelamin: L/P

Umur: ___

Antropometri

Berat Badan: ___

Tinggi Badan: ___

Kebiasaan Makan dan Minum

Berikan tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d sesuai dengan jawaban anda.

Isilah berdasarkan kebiasaan sehari-hari anda.

1. Berapa kali anda makan dalam satu hari?

a. 3 kali

b. 2 kali

c. 1 kali

d. Kalau lapar

2. Apakah anda makan secara teratur?

a. Rutin setiap hari

b. Kalau ke sekolah (hari-hari kuliah)

c. Kalau lapar

d. Tidak pernah sama sekali

3. Bagaimana anda makan siang setiap harinya?

a. Rutin setiap hari

b. Jika akan beraktivitas (hari-hari kuliah)

Universitas Sumatera Utara

Page 67: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

55

c. Kalau lapar

d. Tidak pernah sama sekali

4. Bagaimana anda makan malam setiap harinya?

a. Rutin setiap hari

b. Jika akan beraktivitas (hari-hari kuliah)

c. Kalau lapar

d. Tidak pernah sama sekali

5.Berapa lama jeda antara waktu makan anda biasanya?

a. 4-5 jam

b. 6-7 jam

c. 8-9 jam

d.> 10 jam

6. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan tambahan seperti susu atau cemilan lain

sebagai tambahan?

a. Ya, rutin setiap hari

b. Ya, kadang-kadang

c. Ya, hanya kalau ada kegiatan

d. Tidak pernah

7. Apakah anda sedang/dalam percobaan penurunan berat badan/diet?

a. Tidak, saya tetap makan sesuai kebiasaan saya setiap hari.

b. Ya, saya kadang-kadang membatasi konsumsi makanan tertentu (misalnya: nasi,

daging, susu, dll) untuk berdiet.

c. Ya, saya kadang-kadang menghindari makan (makan siang/makan malam) untuk

berdiet.

d. Ya, saya selalu melaksanakan diet dan membatasi makannan seminimal mungkin.

8. Apakah anda memiliki kebiasaan minum teh?

a.Ya

b.Tidak

9. Apakah anda memiliki kebiasaan minum kopi?

a.Ya

b.Tidak

10. Apakah anda memiliki kebiasaan minum minuman bersoda?

a. Ya

b. Tidak

11. Apakah anda memiliki kebiasaan makan makanan pedas?

a. Ya

b. Tidak

12. Apakah anda memiliki kebiasaan makan makanan asam?

a. Ya

b. Tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 68: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

56

Riwayat Konsumsi Obat

Dalam 6 bulan ini, apakah anda sedang/pernah mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang

harus diminum secara rutin selama beberapa waktu?

a. Ya (pilih salah satu jenis obat yang anda konsumsi dibawah ini)

1.Obat Antiinflamasi non steroid (OAINS)

2.Antasida

3.Antibiotik

4.Lainnya, sebutkan ........

b.Tidak

Kuesioner Dispepsia Fungsional Berdasarkan Kriteria Rome IV

Berikan tanda silang (X) pada huruf a atau b sesuai dengan jawaban anda

A. Alarm sign

1. Apakah anda pernah terdiagnosa gangguan gastrointestinal atau salah satu gejala

penyakit di bawah ini?

o Perdarahan dari rektal atau melena

o Penurunan berat badan >10%

o Anoreksia

o Muntah yang persisten

o Anemia atau perdarahan

o Massa di abdomen

o Pembesaran kelenjar limfe

o Disfagia yang progresif atau odinofagia

o Riwayat ulkus peptikum

o Kuning (Jaundice)

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah anda atau keluarga anda memiliki riwayat keganasan atau operasi saluran

cerna sebelumnya ?

a. Ya

b. Tidak

B. Dispepsia Fungsional

Postprandial distress syndrome

1. a. Dalam 3 bulan terakhir, apakah anda pernah merasakan kembung setelah makan

yang mengganggu paling sedikit 3 kali dalam seminggu?

a. Ya

b. Tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 69: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

57

b. Jika jawaban anda Ya, apakah keluhan tersebut terasa sangat mengganggu sampai

mempengaruhi aktivas sehari-hari?

a. Ya

b. Tidak

2. Dalam 3 bulan terakhir, apakah anda pernah merasa cepat kenyang atau tidak

sanggup menghabiskan makanan dengan porsi normal/biasa paling sedikit 3 kali

dalam seminggu?

a. Ya

b. Tidak

Epigastric pain syndrome

3. a. Dalam 3 bulan terakhir, apakah anda pernah merasa nyeri pada ulu hati yang

mengganggu paling sedikit 1 kali dalam seminggu?

a. Ya

b. Tidak

b. Jika jawaban anda Ya, apakah keluhan tersebut terasa sangat mengganggu sampai

mempengaruhi aktivas sehari-hari?

a. Ya

b. Tidak

4. Dalam 3 bulan terakhir, apakah anda pernah merasakan adanya rasa panas terbakar

di ulu hati yang mengganggu paling sedikit 1 kali dalam seminggu?

a. Ya

b. Tidak

5. Jika jawaban anda Ya, apakah keluhan tersebut terasa sangat mengganggu sampai

mempengaruhi aktivas sehari-hari?

a. Ya

b. Tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 70: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

58

LAMPIRAN F

DATA KUESIONER RESPONDEN

Nama Jenis

Kelamin Umur

Antropometri Kebiasaan Makan dan Minum Riwaya

t

Minum

Obat

Status

Dispepsia

Fungsional BB

(Kg)

TB

(cm) Kategori IMT

Minuman

Iritatif

Makanan

iritatif

Pola Makan

R1 Perempuan 22 59 151 Berat badan lebih Ya Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R2 Perempuan 20 60 166.5 Normal Ya Ya Teratur Ya Non Dispepsia

R3 Laki-laki 22 61.3 164 Normal Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R4 Laki-laki 21 69 179 Normal Ya Ya Teratur Ya Dispepsia

R5 Laki-laki 21 79.6 177.5 Berat badan lebih Tidak Ya Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R6 Perempuan 20 44.6 155 Kurus Ya Tidak Teratur Ya Dispepsia

R7 Perempuan 20 43.5 154 Kurus Tidak Ya Teratur Tidak Dispepsia

R8 Perempuan 21 68.6 153.5 Obesitas Tidak Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R9 Perempuan 20 53 158 Normal Ya Ya Tidak Teratur Ya Dispepsia

R10 Perempuan 20 46.9 151 Normal Tidak Ya Teratur Tidak Dispepsia

R11 Laki-laki 19 63 168 Normal Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R12 Perempuan 22 64.7 155 Berat badan lebih Tidak Ya Teratur Tidak Dispepsia

R13 Perempuan 21 65 157 Berat badan lebih Ya Ya Teratur Ya Dispepsia

R14 Perempuan 21 46.6 156.5 Normal Tidak Ya Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R15 Laki-laki 21 81.7 177 Berat badan lebih Ya Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R16 Laki-laki 19 80.4 167 Obesitas Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R17 Laki-laki 20 82.2 176 Berat badan lebih Ya Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R18 Laki-laki 21 117.8 163 Obesitas Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R19 Perempuan 20 62 156 Berat badan lebih Ya Ya Tidak Teratur Ya Dispepsia

R20 Perempuan 21 83.5 158.5 Obesitas Tidak Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R21 Perempuan 21 53.9 161.5 Normal Tidak Tidak Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R22 Perempuan 21 54.6 155 Normal Ya Ya Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R23 Perempuan 21 52.5 152 Normal Ya Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R24 Perempuan 19 50.5 158 Normal Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R25 Perempuan 21 47.5 152 Normal Ya Ya Teratur Tidak Dispepsia

R26 Perempuan 20 53 163.5 Normal Tidak Ya Teratur Ya Non Dispepsia

R27 Laki-laki 19 77.5 167 Obesitas Tidak Ya Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R28 Laki-laki 20 52.7 163.5 Normal Tidak Tidak Teratur Ya Non Dispepsia

R29 Laki-laki 20 63.5 160 Normal Ya Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R30 Laki-laki 20 75.6 161 Obesitas Tidak Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R31 Perempuan 20 65.5 163 Normal Tidak Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R32 Perempuan 19 56.5 160 Normal Tidak Tidak Teratur Ya Non Dispepsia

R33 Perempuan 20 68.3 147.5 Obesitas Tidak Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R34 Perempuan 20 41.9 152 Kurus Tidak Ya Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R35 Perempuan 21 71.7 165 Berat badan lebih Ya Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R36 Laki-laki 20 64.1 162 Normal Ya Ya Teratur Tidak Dispepsia

R37 Perempuan 20 52.2 152 Normal Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R38 Perempuan 20 55.9 155 Normal Ya Ya Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R39 Perempuan 19 58.9 162.5 Normal Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R40 Perempuan 20 43.7 146 Normal Tidak Tidak Teratur Ya Dispepsia

R41 Perempuan 19 65.8 164.5 Normal Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R42 Perempuan 21 65.5 152 Obesitas Ya Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R43 Perempuan 20 61.5 150.5 Obesitas Tidak Tidak Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R44 Perempuan 18 50.3 154 Normal Tidak Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R45 Perempuan 20 56.4 156 Normal Ya Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R46 Perempuan 19 63 160 Normal Tidak Ya Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R47 Perempuan 19 78 172.5 Berat badan lebih Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R48 Laki-laki 19 54.1 168 Normal Tidak Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R49 Perempuan 19 58.5 159.5 Normal Ya Ya Teratur Tidak Dispepsia

R50 Perempuan 19 57 160 Normal Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R51 Laki-laki 18 47.1 174.5 Kurus Ya Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R52 Laki-laki 18 94.4 176.5 Obesitas Tidak Ya Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R53 Laki-laki 19 107 175 Obesitas Ya Ya Teratur Tidak Dispepsia

R54 Laki-laki 18 61.6 164.5 Normal Tidak Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R55 Laki-laki 19 68.6 174.5 Normal Tidak Ya Teratur Ya Non Dispepsia

R56 Laki-laki 17 90.6 164. Obesitas Tidak Ya Teratur Ya Dispepsia

Universitas Sumatera Utara

Page 71: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

59

R57 Laki-laki 19 55.8 163.5 Normal Tidak Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R58 Laki-laki 19 90.0 169 Obesitas Ya Tidak Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R59 Perempuan 19 52.0 161 Normal Tidak Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R60 Laki-laki 19 65.5 173 Normal Ya Ya Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R61 Perempuan 19 61.5 165 Normal Tidak Ya Teratur Tidak Dispepsia

R62 Perempuan 20 55.6 160 Normal Ya Ya Teratur Tidak Dispepsia

R63 Perempuan 18 62.0 152 Berat badan lebih Ya Ya Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R64 Perempuan 18 55.7 156 Normal Ya Ya Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R65 Perempuan 18 41.7 152 Kurus Tidak Tidak Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R66 Perempuan 18 58.7 156.5 Normal Tidak Ya Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R67 Perempuan 18 50 160 Normal Ya Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R68 Perempuan 17 43.9 160 Kurus Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R69 Perempuan 17 57 156 Normal Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R70 Laki-laki 18 57 170 Normal Tidak Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R71 Perempuan 19 69 156 Obesitas Ya Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R72 Perempuan 18 53 153. Normal Tidak Ya Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R73 Perempuan 18 60.4 166. Normal Tidak Ya Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R74 Perempuan 18 43.9 162. Kurus Tidak Tidak Tidak Teratur Ya Dispepsia

R75 Perempuan 18 58 163 Normal Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R76 Perempuan 18 52 163 Normal Tidak Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R77 Laki-laki 18 55 168 Normal Tidak Ya Teratur Ya Non Dispepsia

R78 Perempuan 18 55.7 154.5 Normal Ya Ya Teratur Tidak Dispepsia

R79 Perempuan 18 96.2 167 Obesitas Tidak Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R80 Perempuan 18 48.8 166 Kurus Ya Ya Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R81 Perempuan 17 51.3 157.5 Normal Ya Tidak Tidak Teratur Ya Dispepsia

R82 Perempuan 18 50 160 Normal Ya Tidak Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R83 Perempuan 18 68.1 157 Obesitas Tidak Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R84 Laki-laki 17 82.4 163 Obesitas Tidak Tidak Teratur Ya Non Dispepsia

R85 Perempuan 18 48 146 Normal Ya Ya Teratur Tidak Dispepsia

R86 Perempuan 17 50 158 Normal Tidak Ya Teratur Tidak Dispepsia

R87 Perempuan 19 49 150 Normal Tidak Ya Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R88 Perempuan 20 54 150 Normal Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R89 Perempuan 20 71 158 Obesitas Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R90 Laki-laki 17 85 178 Berat badan lebih Tidak Ya Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R91 Laki-laki 19 75 173 Berat badan lebih Tidak Tidak Teratur Tidak Non Dispepsia

R92 Perempuan 18 45 153 Normal Tidak Ya Teratur Tidak Non Dispepsia

R93 Laki-laki 20 68 163 Berat badan lebih Ya Tidak Tidak Teratur Tidak Dispepsia

R94 Laki-laki 18 73.5 172 Normal Tidak Ya Teratur Tidak Dispepsia

R95 Laki-laki 19 55 169 Normal Tidak Ya Teratur Tidak Dispepsia

Universitas Sumatera Utara

Page 72: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

60

LAMPIRAN G

HASIL OUTPUT DATA

Dispepsia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Dispepsia 39 41.1 41.1 41.1

Non Dispepsia 56 58.9 58.9 100.0

Total 95 100.0 100.0

Jenis Kelamin * Dispepsia Crosstabulation

Count

Dispepsia

Total Dispepsia Non Dispepsia

Jenis Kelamin Perempuan 26 38 64

Laki-laki 13 18 31

Total 39 56 95

Umur * Dispepsia Crosstabulation

Count

Dispepsia

Total Dispepsia Non Dispepsia

Umur 17 3 4 7

18 10 14 24

19 7 16 23

20 12 12 24

21 6 8 14

22 1 2 3

Total 39 56 95

Universitas Sumatera Utara

Page 73: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

61

IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurus 8 8.4 8.4 8.4

Normal 56 58.9 58.9 67.4

Berat badan lebih 13 13.7 13.7 81.1

Obesitas 18 18.9 18.9 100.0

Total 95 100.0 100.0

pola makan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Teratur 65 68.4 68.4 68.4

Tidak Teratur 30 31.6 31.6 100.0

Total 95 100.0 100.0

Kebiasaanmakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 57 60.0 60.0 60.0

Tidak 38 40.0 40.0 100.0

Total 95 100.0 100.0

Kebiasaanminum

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 34 35.8 35.8 35.8

Tidak 61 64.2 64.2 100.0

Total 95 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

Page 74: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

62

Distribusi frekuensi IMT responden penderita dispepsia berdasarkan kebiasaan

makan dan minum

pola makan * imt Crosstabulation

Count

Indeks Massa Tubuh

Total

Kurus Normal

Berat badan

lebih Obesitas

Pola

makan

Teratur 2 14 3 2 21

Tidak Teratur 4 7 3 4 18

Total 6 21 6 6 39

konsumsi makanan iritatif * imt Crosstabulation

Count

imt

Total

Kurus Normal

Berat badan

lebih Obesitas

Kebiasaan konsumsi

makanan iritatif

Tidak 3 5 2 2 12

Ya 3 16 4 4 27

Total 6 21 6 6 39

Kebiasaan konsumsi minuman iritatif * imt Crosstabulation

Count

imt

Total Kurus Normal Berat badan lebih Obesitas

Kebiasaan konsumsi

minuman iritatif

Tidak 4 10 2 4 20

Ya 2 11 4 2 19

Total 6 21 6 6 39

Universitas Sumatera Utara

Page 75: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

63

IMT * Dispepsia Crosstabulation

Count

Dispepsia

Total Dispepsia Non Dispepsia

IMT Kurus 6 2 8

Normal 21 35 56

Berat badan lebih 6 7 13

Obesitas 6 12 18

Total 39 56 95

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 4.685a 3 .196

Likelihood Ratio 4.688 3 .196

Linear-by-Linear Association 1.268 1 .260

N of Valid Cases 95

pola makan * Dispepsia Crosstabulation

Count

Dispepsia

Total Dispepsia Non Dispepsia

pola makan Teratur 21 44 65

Tidak Teratur 18 12 30

Total 39 56 95

Chi-Square Tests

Universitas Sumatera Utara

Page 76: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

64

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.505a 1 .011

Continuity Correctionb 5.411 1 .020

Likelihood Ratio 6.467 1 .011

Fisher's Exact Test .014 .010

Linear-by-Linear Association 6.436 1 .011

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,32.

b. Computed only for a 2x2 table

Riwayat minum obat * Dispepsia Crosstabulation

Count

Dispepsia

Total Dispepsia Non Dispepsia

Riwayat minum obat Ya 9 7 16

Tidak 30 49 79

Total 39 56 95

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.836a 1 .175

Continuity Correctionb 1.159 1 .282

Likelihood Ratio 1.807 1 .179

Fisher's Exact Test .265 .141

Linear-by-Linear Association 1.817 1 .178

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,57.

b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara

Page 77: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

65

Kebiasaanmakan * Dispepsia Crosstabulation

Count

Dispepsia

Total Dispepsia Non Dispepsia

Kebiasaanmakan Ya 27 30 57

Tidak 12 26 38

Total 39 56 95

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.349a 1 .125

Continuity Correctionb 1.742 1 .187

Likelihood Ratio 2.381 1 .123

Fisher's Exact Test .142 .093

Linear-by-Linear Association 2.324 1 .127

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,60.

b. Computed only for a 2x2 table

Kebiasaanminum * Dispepsia Crosstabulation

Count

Dispepsia

Total Dispepsia Non Dispepsia

Kebiasaanminum Ya 19 15 34

Tidak 20 41 61

Total 39 56 95

Universitas Sumatera Utara

Page 78: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

66

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.812a 1 .028

Continuity Correctionb 3.905 1 .048

Likelihood Ratio 4.793 1 .029

Fisher's Exact Test .032 .024

Linear-by-Linear Association 4.761 1 .029

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,96.

b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara

Page 79: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

67

LAMPIRAN H

PERNYATAAN

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH

DENGAN DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA

MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANGKATAN 2015-2018

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai

syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi

Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari

hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan

sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penelitian

ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian

skripsi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam

bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar

akademik yang penulis sandang dan sanksi lainnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Medan, 27 Januari 2019

Penulis,

Ridha Mutiara Indra

150100146

Universitas Sumatera Utara

Page 80: HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DISPEPSIA …

68

Universitas Sumatera Utara