hubungan hba1c dengan dm tipe 2 (28!11!2014)

8
BAGIAN IKM & IKK TUGAS KELOMPOK FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2014 UNIVERSITAS HASANUDDIN HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN HBA1C DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II Disusun oleh : Jurikho Putra Baunsele C 111 10 178 Noraine binti Zainal Abidin C111 09 847 Supervisor : dr. Sultan Buraena, MS, Sp.Ok DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

Upload: jurikho-putra-baunsele

Post on 29-Sep-2015

13 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

data

TRANSCRIPT

BAGIAN IKM & IKK TUGAS KELOMPOKFAKULTAS KEDOKTERANNOVEMBER 2014UNIVERSITAS HASANUDDIN

HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN HBA1C DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II

Disusun oleh :Jurikho Putra Baunsele C 111 10 178Noraine binti Zainal AbidinC111 09 847

Supervisor :dr. Sultan Buraena, MS, Sp.Ok

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATILMU KEDOKTERAN KELUARGAFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis berjangka panjang, bila diabaikan terjadi komplikasi diabetik. Komplikasi tersering dialami klien DM adalah (1) neuropati; (2) retinopati; (3) coronary hearth disease; dan (4) nefropati diabetik. Self care berperan penting dalam mencegah komplikasi diabetik. Pengelolaan DM sangat diperlukan, pemeriksaan HbA1C digunakan untuk menilai status glikemik jangka panjang dan menurunkan komplikasi.

Diabetes atau penyakit DM (Diabetes Melitus) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi normal.DM merupakan penyakit yang berjangka panjang ditandai dengan dua defek metabolik (khususnya pada DM tipe 2) yaitu gangguan sekresi insulin pada sel beta di pankreas dan ketidakmampuan jaringan perifer berespons terhadap insulin (resistensi insulin). Dalam hal ini apabila dibiarkan tidak terkendali maka DM akan menimbulkan penyulit-penyulit yang dapat berakibat fatal seperti penyakit jantung, ginjal, kebutaan dan amputasi. Penderita DM harus dapat menjaga agar konsentrasi glukosa darahnya senormal mungkin untuk mencegah timbulnya komplikasi, oleh sebab itu diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk pemantauan konsentrasi glukosa darahnya. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain :1. Gula darah puasa2. Gula darah 2 jam post prandial3. Konsentrasi HbA1CApa itu HbA1c dan apa manfaatnya ?HbA1c dikenal juga sebagai hemoglobin terglikasi, hemoglobin terglikosilasi atau fraksi hemoglobin yang berikatan langsung dengan glukosa. HbA1c digunakan untuk menggambarkan komponen stabil hemoglobin yang terbentuk dari reaksi non enzimatik lambat. Hemoglobin bercampur dengan larutan berkadar glukosa tinggi, rantai beta molekul hemoglobin mengikat satu gugus glukosa secara ireversibel, maka proses ini dinamakan glikosilasi. Glikosilasi terjadi secara spontan dalam sirkulasi dan tingkat glikosilasi ini meningkat apabila kadar glukosa dalam darah tinggi. Pada orang normal, sekitar 46% hemoglobin mengalami glikosilasi menjadi hemoglobin glikosilat atau HbA1C.

Kendali glikemik yang baik berhubungan dengan menurunnya komplikasi DM. Temuan utama studi diabetes, Diabetes control and complication trial (DCCT) telah menunjukkan pentingnya tes HbA1C. Studi menunjukkan bahwa menurunkan angka HbA1C dapat menunda atau mencegah komplikasi kronis. Studi juga menunjukkan bahwa menurunkan kadar hemoglobin HbA1C agar tetap dalam kadar normal dapat meningkatkan peluang seseorang untuk tetap sehat. Pengendalian DM tipe 1 dengan HbA1C yang baik dapat mengurangi komplikasi kronik DM antara 2030%. Bahkan hasil dari the United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) menunjukkan setiap penurunan 1% dari HbA1C (misal dari 9 ke 8%), akan menurunkan risiko komplikasi sebesar 35% (dalam Delamater, 2006). Pada Juli 2009, the International Expert Committee merekomendasikan criteria diagnostik tambahan dari hasil HbA1C 6,5% untuk diabetes dengan faktor yang mempengaruhinya adalah anemia berat, kehamilan, gagal ginjal dan hemoglobinopati. Kelebihan pemeriksaan ini adalah penanda paparan kumulatif kadar gula darah berlebih selama periode 2 3 bulan (dalam American Journal of Medicine, 2007).Jumlah HbA1c yang terbentuk dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh rata-rata konsentrasi glukosa darah. HbA1c yang dibentuk dalam tubuh akan terakumulasi dalam sel-sel darah merah dan akan terurai perlahan bersamaan dengan berakhirnya masa hidup sel darah merah (rata-rata umur sel darah merah adalah 120 hari atau sekitar 3 bulan).Karena ikatan HbA1c dapat bertahan lama, dan jumlah HbA1c yang terbentuk tergantung pada konsentrasi glukosa darah, maka pemeriksaan HbA1c dapat menggambarkan konsentrasi glukosa darah rata-rata selama 1-3 bulan. Glikosilasi tidak mengganggu kemampuan hemoglobin mengangkut oksigen, tetapi kadar HbA1C yang tinggi mencerminkan kurangnya pengendalian diabetes. Setelah kadar normoglikemik menjadi stabil, kadar HbA1C kembali ke normal dalam waktu sekitar 3 minggu.Pemeriksaan HbA1c berbeda dengan pemeriksaan glukosa darah, dimana pada pemeriksaan glukosa darah hanya dapat mencerminkan konsentrasi glukosa darah pada saat diperiksa saja, sedangkan pada pemeriksaan HbA1c dapat memberikan gambaran rata-rata glukosa darah selama 1-3 bulan, dan juga pada pemeriksaan HbA1c tidak dipengaruhi oleh asupan makanan, olahraga ataupun obat yang dikonsumsi.Jadi meskipun pada saat pemeriksaan konsentrasi glukosa darah puasa dan 2 jam pp dalam rentang normal (untuk pasien DM) belum tentu pengendalian konsentrasi glukosa darahnya baik.

Kriteria Pengendalian DM Berdasarkan Nilai HbA1cBaik : Kadar HbA1c 8 %

Manfaat pemeriksaan HbA1c1. Mengukur kadar glukosa darah rata-rata selama 120 hari yang lalu (sesuai usia eritrosit)2. Menilai efek perubahan terapi 8 - 12 minggu sebelumnya, sehingga tidak dapat digunakan untuk menilai hasil pengobatan jangka pendek3. Menilai pengendalian penyakit DM dengan tujuan mencegah terjadinya komplikasi diabetes

DAFTAR PUSTAKA Pani LN, Korenda L, Meigs JB, Driver C, Chamany S, Fox CS, Sullivan L, DAgostino RB, Nathan DM. Effect of aging on A1C levels in individuals without diabetes: evidence from the Framingham. Diabetes Care 2008 Oct;31(10):1991-6. Epub 2008. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care 2011;34(Suppl 1):S62-9. World Health Organization. Use of Glycated Haemoglobin (HbA1c) in the Diagnosis of Diabetes Mellitus. Abbreviated Report of a WHO Consultation. Geneva: WHO; 2011. dEmden MC, Shaw JE, Colman PG, Colagiuri S, Twigg SM, Jones GR, et al. The role of HbA1c in the diagnosis of diabetes in Australia. Med J Aust 2012;197:220-1. Florkowski C. HbA1c as a Diagnostic Test for Diabetes Mellitus Reviewing the Evidence. Clin Biochem Rev Vol 34 August 2013. Braatvedt GD, Cundy T, Crooke M, Florkowski C, Mann JI, Lunt H, et al. Understanding the new HbA1c units for the diagnosis of Type 2 diabetes. N Z Med J 2012;125:70-80. Kusniyah, Y. Siswati, N. Rahayu, U. Hubungan Tingkat Self Care dengan Tingkat HbA1C pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSUP Hasan Sadikin Bandung. P:1 6. www.TanyaDok.com info kesehatan penyakit. Peran Tes HbA1C Dalam Mendiagnosa Diabetes.htm www.google.com /PEMERIKSAAN HbA1C ilmu kesehatan.htm