hubungan frekuensi konsumsi bahan makanan …eprints.ums.ac.id/55364/11/naskah publikasi.pdf · 1...

16
HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU AUTISTIK ANAK AUTIS USIA 5-12 TAHUN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: HAJAR TARWIYAH J 310 120 027 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: dangxuyen

Post on 19-May-2019

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER

GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU AUTISTIK ANAK AUTIS

USIA 5-12 TAHUN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

HAJAR TARWIYAH

J 310 120 027

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

i

Page 3: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

ii

Page 4: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah publikasi ini adalah

hasil pekerjaan saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara

tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan

saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 04 Mei 2017

Penulis

HAJAR TARWIYAH

Page 5: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

1

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER

GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU AUTISTIK ANAK AUTIS

USIA 5-12 TAHUN

Abstrak

Pendahuluan : Autis adalah suatu kondisi yang mempengaruhi kerja otak anak,

yang berakibat tidak dapat berkomukasi dan adanya gangguan perilaku.

Makanan merupakan satu hal yang harus diperhatikan bagi penyandang autis,

karena pengaturan makan dapat meringankan kondisi anak. Menghindari

makanan yang mengandung gluten maupun kasein merupakan salah satu upaya

mengurangi perilaku autis.

Tujuan : Mengetahui hubungan frekuensi konsumsi bahan makanan sumber

gluten dan kasein dengan perilaku autistik anak autis usia 5 – 12 tahun.

Metode penelitian : Penelitian ini bersifat observasional, dengan rancangan

cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 26 anak yang memenuhi

kriteria inklusi. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan pada tahun 2016, dengan

lokasi penelitian yang bertempat di Mutiara Center, Pusat Layanan Autis

Surakarta dan Mitra Ananda Karanganyar. Data skor pola konsumsi gluten dan

kasein diperoleh dengan metode FFQ yang telah dimodifikasi, sedangkan data

perilaku autistik diperoleh dengan kuisioner pengamatan perilaku yang diisi oleh

terapis. Uji statistik menggunakan Pearson Product Moment.

Hasil : Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna

antara frekuensi konsumsi bahan makanan sumber gluten dan kasein dengan

perilaku autistik anak autis usia 5 – 12 tahun (p=0,005). Distribusi skor frekuensi

konsumsi antara 50 – 100 sebesar 65,4% dengan penurunan perilaku autis

sebesar 73%. Makanan yang paling sering dikonsumsi adalah wafer, mie dan es

krim dengan rata-rata konsumsi antara 1 – 3x/ minggu.

Kesimpulan : Ada hubungan antara frekuensi konsumsi bahan makanan sumber

gluten dan kasein dengan perilaku autistik anak autis usia 5 – 12 tahun.

Kata kunci : Anak autis, gluten, kasein, perilaku autistik.

Abstract

Introduction : Autism is one of conditions that affects how brain works, which

causes problem to communicate and the presence of nuisance behaviour. Food

should be carefully choosen for autistic children, because controling the diet can

improve the condition of the child. Avoiding foods that contain gluten or casein

is one of efforts to reduce autistic behaviours.

Objective : to know the relationship between frequency of gluten and casein

consumption with autistic behavior in autistic children aged 5 – 12 years old.

Research methods : The research was an observational , using cross-sectional

design. Research subjects were 26 children who met the criteria for inclusion.

The research was carried out for four months in the year 2016, with the location

of the studies in Mutiara Center, Surakarta Autism Service Center, and Mitra

Ananda of Karanganyar. Consumption patterns of gluten and casein score data

Page 6: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

2

were obtained using FFQ method which have been modified, while the autistic

behavioral data were obtained through observation of behaviour using

questionnaire filled in by therapists. Statistic test used pearson product moment.

Result : Result of the bivariate analysis showed that there was relationship

between food consumption frequency sources of gluten and casein with autistic

behaviour of autistic children aged 5 – 12 years old (p=0,005). Distribution of

consumption frequency between score 50 – 100 was 65.4% with decrease in

autistic behavior amounted to 73%. The most commonly consumed foods were

wafer, ice cream and noodles with an average consumption between 1 –

2x/week.

Conclusion : There was correlation between frequency of gluten and casein

consumption with autistic behaviour in autistic children aged 5 – 12 years old.

Keyword : Autism children, gluten, casein, autistic behaviour.

1. PENDAHULUAN

Autisme adalah gangguan perkembangan otak pada anak yang berakibat

tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dan

keinginannya sehingga perilaku hubungan dengan orang lain terganggu (Sastra,

2011). Menurut Global Prevalence of Autism and Other Pervasive Developmental

Disorders disebutkan rata-rata kejadian autistic disorder di Asia Tenggara

khususnya Indonesia adalah sebesar 11.7/ 10.000 anak (Elsabbagh, dkk, 2012).

Permasalahan pada penyandang autisme dibutuhkan penanganan oleh tim

ahli dan beberapa terapi yang dapat dilakukan yaitu terapi wicara, terapi

biomedik, terapi perilaku dan terapi makanan (Rahayu, 2014). Makanan

merupakan satu hal yang harus diperhatikan bagi penyandang autis, karena

pengaturan makan dan gizi dapat meringankan kondisi anak. Pengaturan diet yang

disarankan oleh para ahli adalah diet bebas gluten dan bebas kasein

(Kusumayanti, 2011).

Diet GFCF merupakan diet eliminasi dengan menghilangkan semua jenis

makanan yang mengandung gluten (protein yang terkandung pada gandum) dan

casein (protein yang terkandung pada susu) dalam menu makanan (National

Institute of Mental Healt, 2010).

Menghindari makanan yang mengandung gluten maupun kasein merupakan

salah satu upaya mengurangi perilaku autis. Gluten dan kasein merupakan peptida

yang mampu mempengaruhi neurotransmitter di susunan saraf pusat. Gluten dan

Page 7: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

3

kasein mampu menembus sawar darah otak akibat terabsorbsi dari usus yang

mengalami defisiensi enzim sulfotransfase. Gluten dan kasein yang beredar di

sirkulasi menduduki reseptor opioid, menyebabkan serabut saraf pusat terganggu.

Serabut saraf pusat ini mengatur fungsi persepsi, kognitif, emosi dan tingkah laku.

Sehingga, mengakibatkan penderita ASD akan mengalami hiperaktif atau terlalu

senang akibat diet gluten dan kasein yang tidak terkontrol (Ginting, dkk, 2004).

Oleh karena itu pada anak ASD perlu dipertimbangkan konsumsi makanan yang

mengandung gluten dan kasein.

Hasil survei yang dilakukan Knivsberg et al (2003), melaporkan bahwa

adanya perubahan positif pada perilaku autis setelah melakukan diet bebas gluten

dan bebas kasein. Pada beberapa lembaga atau sekolah autis di kota Solo, orang

tua anak berkebutuhan khusus sudah membatasi konsumsi gluten dan kasein sejak

mengetahui bahwa sang anak memiliki pantangan dalam makan.

Berdasarkan dengan yang telah diuraikan diatas, maka penulis melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan Sumber

Gluten dan Kasein dengan Perilaku Autistik Anak Autis Usia 5 – 12 Tahun”.

Banyak orang tua yang masih kurang memperhatikan asupan makanan anaknya

yang seharusnya sesuai dengan diet yang dianjurkan dokter. Diet bebas gluten dan

bebas kasein yang dapat dilaksanakan dengan teratur diharapkan mengurangi

perilaku autis pada anak yang juga memiliki status gizi baik.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional, dengan

pendekatan crossectional. Variabel bebas yang digunakan adalah frekuensi

konsumsi bahan makanan sumber gluten dan kasein, sedangkan perilaku autistik

anak autis sebagai variabel terikat. Sampel dalam penelitian ini adalah anak autis

yang bersekolah di Mutiara Center, Pusat Layanan Autis Surakarta dan Mitra

Ananda Karanganyar beserta orangtua anak penyandang autis yang berjumlah 26

sampel.

Variabel yang diteliti adalah pola konsumsi gluten dan kasein dan perilaku

autis. Data-data yang dikumpulkan antara lain skor frekuensi asupan gluten dan

kasein menggunakan kuesioner FFQ yang telah dimodifikasi, dan data perilaku

Page 8: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

4

autistik dengan kuesioner pengamatan perilaku yang diisi oleh terapis sesuai

dengan data perkembangan perilaku dari terapis dengan jumlah 25 soal perilaku

autis. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis univariat

memberikan deskripsi tentang frekuensi konsumsi bahan makanan sumber gluten

dan kasein, dan perilaku autistik anak autis. Berdasarkan uji kolmogorov

smirnov, data skor frekuensi konsumsi bahan makanan sumber gluten dan kasein,

dan perilaku autistik berdistribusi normal. Uji hubungan antara frekuensi

konsumsi bahan makanan sumber gluten dan kasein dengan perilaku autistik

menggunakan pearson product moment.

3. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan pada 3 tempat, yaitu di

sekolah luar biasa Mutiara Center, Pusat Layanan Autis Surakarta, dan Yayasan

Mitra Ananda Karanganyar. Sistem pelayanan di ketiga lembaga ini memiliki 4

model pelayanan terpadu, yaitu : okupasi terapi, terapi wicara, fisioterapi dan

terapi edukasi.

Sekolah luar biasa Mutiara center memiliki tenaga pengajar yang meliputi

paedagogis, terapis okupasi, terapis fisio, dan psikolog, sedangkan pusat layanan

autis surakarta memiliki 9 terapis dan 2 psikolog. Mitra ananda memiliki 14

pendidik, yang terdiri dari 5 guru lulusan pendidikan luar biasa, 4 psikolog, 2

fisioterapis, 2 terapis okupasi, dan 1 terapis wicara.

Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel

Distribusi Usia Berdasarkan Jenis Kelamin

Usia (tahun) Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

5 – 6 10 38,46 1 3,8 11 42,26 7 – 8 6 23,07 2 7,69 8 30,76

9 – 10 2 7,69 2 7,69 4 15,38 11 –12 2 7,69 1 3,8 3 11,49 Total 20 80 6 20 26 100

Page 9: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

5

Berdasarkan tabel dapat diketahui presentase terbesar subjek adalah pada

usia 5 – 6 tahun, yaitu sebesar 42,26%.

Frekuensi lama melakukan diet pada subjek, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel

Distribusi Lama Melakukan Diet

Lama melakukan diet (bulan) n %

2 1 3,8 5 1 3,8 6 3 11,5

12 4 15,4 24 7 26,9 30 2 7,7 36 6 23,1 48 2 7,7

Total 26 100

Tabel 6 menunjukkan persentase tertinggi pada distribusi lama subjek

melakukan diet bebas gluten dan bebas kasein adalah selama 24 bulan, yaitu

sebanyak 26,9%.

Konsumsi makanan sumber gluten dan kasein pada subjek, diperoleh

melalui skor FFQ yang telah dimodifikasi, skor FFQ dapat menggambarkan

asupan makanan yang dikonsumsi subjek. Berikut adalah tabel frekuensi

konsumsi makanan sumber gluten :

Tabel

Frekuensi Konsumsi Makanan Sumber Gluten

Frekuensi Total

Jenis

makananan

Tidak

pernah

<1x/

Minggu

1-2x/

minggu

3x/

minggu 1x/ hari >1x/hari

n % n % n % n % n % n % n %

Bakso 4 15,4 9 34,6 7 26,9 6 23,1 0 0 0 0 26 100

Wafer 9 34,6 9 34,6 3 11,5 4 15,4 1 3,8 0 0 26 100

Mie 9 34,6 7 26,9 10 38,5 0 0 0 0 0 0 26 100

Biskuit 11 42,3 4 15,4 3 11,5 4 15,4 2 7,7 2 7,7 26 100

Ayam gorerg

tepung 11 42,3 5 19,2 2 7,7 8 30,8 0 0 0 0 26 100

Bakwan 12 46,2 7 26,9 6 23,1 1 3,8 0 0 0 0 26 100

Tempe mendoan 12 46,2 5 19,2 5 19,2 0 0 4 15,4 0 0 26 100

Roti 14 53,8 2 7,7 8 30,8 1 3,8 1 3,8 0 0 26 100

Makaroni 15 57,7 3 11,5 4 15,4 3 11,5 0 0 1 3,8 26 100

Page 10: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

6

Tahu goreng tepung 18 69,2 3 11,5 2 7,7 2 7,7 1 3,8 0 0 26 100

Bolu 18 69,2 5 19,2 3 11,5 0 0 0 0 0 0 26 100

Donat terigu 19 73,1 2 7,7 4 15,4 1 3,8 0 0 0 0 26 100

Cake 19 73,1 3 11,5 3 11,5 1 3,8 0 0 0 0 26 100

Risoles 20 76,9 4 15,4 1 3,8 1 3,8 0 0 0 0 26 100

Kue basah 21 80,8 3 11,5 1 3,8 1 3,8 0 0 0 0 26 100

Hasil penelitian pada tabel 7 menunjukkan jenis pangan sumber gluten yang

paling banyak dikonsumsi adalah bakso (84,6%) dengan frekuensi konsumsi

paling banyak <1x/minggu, sedangkan makanan yang masih sering dikonsumsi

setiap harinya adalah wafer dan mie (65,4%) serta biskuit dan ayam goreng

(57,37%) yang mempunyai frekuensi konsumsi <1x/minggu sampai 3x/minggu,

sedangkan beberapa makanan sumber gluten yang jarang dikonsumsi adalah

donat, cake, risoles dan kue basah.

Pembuatan roti, mie, pasta, dan donat menggunakan tepung terigu yang

memiliki kandungan gluten tinggi, yaitu sebesar 11 - 13%. Tepung terigu dengan

kandungan gluten yang sedang (8 – 10%), biasanya digunakan dalam pembuatan

bakso, sedangkan tepung yang memiliki kandungan gluten rendah (6 - 8%)

digunakan dalam pembuatan cake, wafer, dan juga kue kering (Rahmayuni, 2013).

Tabel

Frekuensi Konsumsi Sumber Kasein

Frekuensi Total

Jenis makananan Tidak pernah <1x/

Minggu

1-2x/

minggu

3x/

minggu 1x/ hari >1x/hari

n % n % n % n % n % n % n %

Eskrim 9 34,6 9 34,6 4 15,4 4 15,4 0 0 0 0 26 100

Coklat 13 50,0 6 23,1 3 11,5 2 7,7 2 7,7 0 0 26 100

Susu Sapi 17 65,4 0 0 5 19,2 0 0 3 11,5 1 3,8 26 100

Yoghurt 17 65,4 7 26,9 1 3,8 0 0 1 3,8 0 0 26 100

Mentega 17 65,4 1 3,8 3 11,5 3 11,5 2 7,7 0 0 26 100

Susu kental manis 21 80,8 1 3,8 2 7,7 0 0 1 3,8 1 3,8 26 100

Jus buah 19 73,1 3 11,5 2 7,7 1 3,8 1 3,8 0 0 26 100

Keju 21 80,8 3 11,5 1 3,8 1 3,8 0 0 0 0 26 100

Susu Skim 23 88,5 0 0 1 3,8 0 0 1 3,8 1 3,8 26 100

Pudding 23 88,5 2 7,7 1 3,8 0 0 0 0 0 0 26 100

Susu Kambing 25 96,2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3,8 26 100

Page 11: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

7

Berdasarkan tabel 8 jenis pangan sumber kasein yang paling banyak

dikonsumsi adalah es krim (65,4) dengan frekuensi konsumsi antara <1x/ minggu

sampai 3x/ minggu, coklat (50%) dengan frekuensi konsumsi <1x/ minggu sampai

1x/ hari. Persentase yoghurt, susu sapi, permen, mentega, keju, jus buah, dan susu

kental manis antara 19,2% sampai 34,6%. Sedangkan sumber kasein yang paling

jarang dikonsumsi adalah susu skim dan pudding yaitu 11,5% serta susu kambing

(3,8%). Kandungan kasein yang terdapat pada susu sapi adalah sebesar 27,9

mg/ml (Saleh, 2004).

Distribusi skor frekuensi konsumsi makanan sumber gluten dan kasein

dengan perilaku anak autis dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9

Disrtribusi Skor Frekuensi Konsumsi Makanan Sumber Gluten dan

Kasein dengan Perilaku Autistik

Skor FFQ

Pengamatan perilaku Total

Perilaku autis berkurang Perilaku autis tetap

n % n % n %

50 – 100 16 61,5 1 3,8 17 65,4

101 – 150 3 11,5 3 11,5 6 23

151 – 200 0 0 1 3,8 1 3,8

>200 0 0 2 7,7 2 7,7

Total 19 73 7 27 26 100

Tabel 9 menerangkan bahwa distribusi skor FFQ berdasarkan pengamatan

perilaku yang paling banyak yaitu pada skor FFQ 50 – 100 dengan perilaku autis

berkurang sebanyak 61,5% dan 3,8% perilaku autis tetap, dan pada skor FFQ >

200 berdasarkan pengamatan perilaku terdapat 7,7% yang memiliki perilaku autis

tetap. Subjek yang memiliki skor nilai FFQ antara 50 – 100 memiliki kebiasaan

konsumsi makanan sumber gluten dan kasein tidak lebih dari 3kali/minggu,

sedangkan subjek yang memiliki skor 101-150, 151-200 dan >200 memiliki

kebiasaan konsumsi sangat bervariasi. Skor frekuensi yang semakin tinggi pada

makanan dengan sumber gluten dan kasein menunjukkan bahwa makanan sumber

gluten dan kasein yang dikonsumsi oleh anak penyandang autis semakin

bervariasi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, dapat diketahui bahwa bahan

makanan yang masih banyak dikonsumsi oleh subjek penelitian bermacam –

Page 12: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

8

macam, antara lain bakso, wafer, biskuit, ayam goreng tepung dan juga mi.

Makanan sumber kasein yang masih banyak dikonsumsi adalah es krim dan

coklat.

Besar persentase perilaku autis berkurang yaitu sebanyak 73%, dan

sebanyak 27% tidak memiliki perubahan pada perilaku autis/ perilaku autis tetap.

Perilaku autis diantaranya seperti kontak mata yang kurang, menangis atau

tertawa tanpa sebab, kurang hubungan sosial dan emosional timbal balik, ada

gerakan-gerakan yang aneh ,khas dan diulang-ulang. Pada umumnya perilaku

autis yang berkurang berupa menurunnya sikap hiperaktif dari subjek dan juga

dapat menuruti instruksi dari terapis. Penilaian skor perilaku dilakukan oleh

terapis yang memiliki profesi sebagai seorang psikolog, penilaian perilaku autis

dilakukan kepada anak yang sudah menjalani terapi di sekolah lebih dari 3 bulan,

terapis diminta untuk mengisi form perubahan perilaku yang sudah diberikan pada

saat awal penelitian.

Hasil analisis hubungan skor frekuensi konsumsi makanan sumber gluten

dan kasein dengan perilaku autistik.

Tabel

Distribusi Skor Frekuensi Konsumsi Makanan Sumber Gluten dan Kasein

dengan Perilaku

Min Max Mean Std. Deviation P Value

Skor Konsumsi

Gluten dan Kasein 50,0 243,0 103,19 42,38

0,005 Perubahan Skor

Perilaku 0 17,00 4,88 4,08

Dari tabel 10, menunjukkan bahwa nilai rata-rata skor pola konsumsi gluten

dan kasein adalah 108,6±48,66, jumlah ini termasuk dalam rentang skor rendah

(50 – 100) menurut Pratiwi (2013). Hal ini menunjukkan sebagian besar subjek

sudah mulai mengurangi asupan makanan dengan sumber gluten dan kasein. Dari

hasil wawancara sebanyak 96,7% orang tua sudah menerapkan diet bebas gluten

dan bebas kasein yang sebelumnya pernah diberikan konseling/ penjelasan oleh

dokter mengenai diet tersebut. Sebagian subjek yang masih mengkonsumsi

makanan sumber gluten dan kasein rata- rata memiliki frekuensi konsumsi antara

<1x/ minggu dan 3x/ minggu. Nilai rata- rata skor perubahan perilaku adalah

Page 13: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

9

4,88. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki

perilaku autis yang berkurang, dari hasil perhitungan kuesioner sebanyak 40%

anak autis memiliki perubahan perilaku dalam aspek tidak menengok ketika

dipanggil. Menurut wawancara yang dilakukan dengan orangtua subjek perilaku

yang terlihat sangat berkurang adalah perilaku hiperaktif pada anak. Hal tersebut

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nazni (2008) kepada sejumlah anak

penyandang autis, menemukan bahwa adanya perbaikan dalam perilaku autis

seperti perbaikan pada perhatian anak, berkurangnya gangguan tidur, juga

hiperaktif dalam kelompok anak yang menjalankan diet bebas gluten dan bebas

kasein. Reaksi anak penyandang autisme terhadap makanan sumber gluten dan

sumber kasein yang dikonsumsinya dapat langsung terlihat, dapat terlihat setelah

beberapa jam, bahkan beberapa hari (Kessick, 2011). Hasil wawancara kepada

beberapa orang tua menyatakan bahwa mengkonsumsi makanan yang

mengandung gluten dan kasein dapat berpengaruh kepada perilaku autistik

(Rahmah, 2015). Menurut Candles (2003), jumlah gluten maupun kasein yang

sangat sedikit sekalipun tetap saja akan menyebabkan kemunduran pada kesehatan

anak penyandang autis.

Berdasarkan analisis menggunakan uji Pearson Product Moment

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pola konsumsi gluten dan

kasein dengan perilaku autis, yang dibuktikan dengan p = 0,005; r= -0,529 atau

nilai (p<0,05). Nilai korelasi menunjukkan bahwa antara pola konsumsi gluten

dan kasein memiliki hubungan yang sedang dengan perubahan skor perilaku, dan

nilai tersebut merupakan korelasi negatif, yang berarti ketika frekuensi konsumsi

makanan sumber bebas gluten dan kasein naik, maka perubahan skor perilaku

akan turun. Perubahan skor perilaku anak autis yg menurun, berarti apabila anak

mengkonsumsi gluten dan kasein semakin banyak, maka skor perilaku yang

berubah akan berkurang (perilaku autis tetap).

Susu sapi mempunyai protein yang disebut kasein, sedangkan protein dari

gandum disebut gluten, kedua jenis protein ini termasuk yang agak sulit dicerna.

Protein ini terdiri dari rangkaian asam amino yang panjang, bila pencernaan bagus

maka seluruh rangkaian itu dipecah menjadi butiran-butiran asam amino yang

Page 14: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

10

sangat berguna bagi pertumbuhan anak. Namun apabila pencernaan terganggu,

maka rangkaian asam amino tersebut tidak lepas sempurna sehingga masih ada

beberapa asam amino yang bergandengan disebut peptide. Peptide inilah yang

diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya gangguan perilaku pada anak autis

(Dharmana, 2002).

Susu sapi dan gandum bagi penyandang autis (ASD) tertentu bersifat

morfin. Pasalnya, protein susu (kasein) dan protein gandum (gluten) membentuk

kaseomorfin dan gluteomorfin, sehingga terjadi gangguan perilaku seperti

hiperaktif. Hal itu terjadi karena kebocoran saluran cerna (leaky gut syndrome)

sebagai akibat dari tidak seimbangnya bakteri dan jamur. Akibatnya bisa terjadi

gangguan susunan dan fungsi otak yang mengakibatkan gangguan tingkah laku,

gangguan perkembangan dan gangguan proses belajar. Selain itu, pada anak autis

terjadi gangguan pencernaan, seperti enzim Dipeptidyl peptidase IV (DPP IV)

yang berfungsi menguraikan peptid sehingga pencernaan protein terganggu.

Protein susu dan protein gandum tidak akan tercerna sempurna. Kedua peptide itu

akan diserap saluran cerna anak autis yang mempunyai kerusakan barier selaput

lendir usus, dan didalam otak akan bertidak sebagai neurotransmitter palsu dan

berikatan dengan reseptor morfin sehingga terjadi gangguan perilaku (Astuti,

2016).

Menurut Whiteley (2010) peptida gluten dan kasein yang memasuki otak

dan menstimulasi reseptor opioid dapat mempengaruhi perilaku, emosi,

kemampuan kognitif, kemampuan berbicara, kemampuan belajar dan batas

ambang nyeri. Beberapa fungsi otak yang terganggu saat peptide ditangkap oleh

opioid adalah pada bidang persepsi, vokalisasi dan menumpulnya rasa (antara lain

rasa sakit).

4. PENUTUP

Ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan sumber gluten dan

kasein dengan perilaku autistik anak autis usia 5 – 12 tahun.

Page 15: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

11

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, AT. 2016. Hubungan Antara Pola Konsumsi Makanan Yang Mengandung

Gluten dan Kasein dengan Perilaku Anak Autis pada Sekolah Khusus

Autis di Yogyakarta. Jurnal Medika Respati. Vol XI. No 1. Hal 41-53

Candles, MC. 2003. Children with Starving Brains- Anak-Anak dengan Otak yang

Lapar. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Elsabbagh, M. et al. 2012. Global Prevalence of Autism and Other Pervasive

Developmental Disorders. 5(3): 160-179

Ginting SA, Ariani A, Sembiring T. 2004. Terapi diet pada autisme. Sari Pediatri.

Knivsberg AM, Reichelt KL, Hoein T, Nodland M., 2003. Effect of a Dietary

Intervention on Autistic Behavior. Focus on Autism and Other

Developmental Disabilities, 18(4):247-256.

Kusumayanti, Dewi. 2011. Pentingnya Pengaturan Makanan Bagi Anak Autis.

Jurnal Ilmu Gizi: Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar. Vol. 2 No 1.

Muhartomo, H. 2004. Faktor-Faktor Resiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

Autisme. Semarang : Universitas Diponegoro

National Institute of Mental Health. 2010. Autism spectrum disorder (pervasive

developmental disorder). New York: United State Department of Health

and Human Service

Nazni P, et al. 2008. Impact of Casein and Gluten Free Dietary Intervention on

Selected Autistic Children. Journal of Iran Pediatr, 18(3):244-250

Pratiwi RA. 2013. Hubungan Skor Frekuensi Diet Bebas Gluten Bebas Casein

Dengan Skor Perilaku Autis. Jounal Of Nutrition Collage.

Rahayu, SM. 2014. Deteksi dan Intervensi dini pada Anak Autis. Jurnal

pendidikan Anak. Vol 3. No :1.

Rahmah J, Diani N, Rachmawati K. 2015. Kepatuhan Orang Tua Tentang Diet

Gluten Free dan Casein Free dengan Perilaku Anak Autis. Universitas

Lambung Mangkurat.

Rahmayuni NI. 2013. Uji Kesukaan Hasil Jadi Kue Brownies Menggunakan

Tentang Terigu dan Tepung Beras. Bina Nusantara University

Page 16: HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN …eprints.ums.ac.id/55364/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU

12

Saleh, Eniza. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Sumatera

Utara : Universitas Sumatera Utara Press.

Sastra, Gusdi. 2011. Neurolinguistik Suatu Pengantar. Bandung : CV.Alfabeta

Whiteley P, et al. 2010. The Scanbrit Randomized, Controlled Single Blind Study

Of A Gluten- and Casein-Free Dietary Intervension for Children with

Autism Spectrum Disorders. Nutritional Neuroscience. 13(2) : 87-100.