hubungan diabetes mellitus dengan stroke
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Hubungan Diabetes Mellitus Dengan Stroke
1/3
Hubungan Diabetes Mellitus dengan Stroke
1. Peningkatan aktivitasRenin Angiotensin System(RAS) pada DiabetesPeningkatan aktivitas RAS ini pada pasien Diabetes Melitus diakibatkan karena Diabetes
dapat meningkatkan ekspresi dari reseptor angiotensin I. Peningkatan ekspresi reseptor
angiotensin I tersebut tentunya berpengaruh pada peningkatan aksi Angiotensin II yang pada
akhirnya aksi RAS akan meningkat. Jika RAS dibiarkan terus meningkat maka vasokontriksi pun
terjadi dan resorpsi Natrium pada renal tubular meningkat, kedua hal tersebut bisa menyebabkan
terjadinya hipertensi yang pada akhirnya resiko terjadinya Stroke akan bertambah.
2.
Diabetes menyebabkan terjadinya aterosklerosis
Diabetes Mellitus dapat menimbulkan trial lipid yaitu hipertrigliseridemia,
hiperkolesterolemia terutama kolesterol LDL yang kecil/padat, dan rendahnya kadar kolesterol
HDL. Peran trial lipid pada aterogenesis sudah tidak diperdebatkan lagi karena memang sudah
terbukti dari berbagai penelitian epidemiologis.
Diabetes Mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang berukuran
besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan menyempitkan diameter pembuluh darah
dan penyempitan tersebut kemudian akan mengganggu kelancaran aliran darah ke otak, yang
pada akhirnya akan menyebabkan infark selsel otak.
-
7/29/2019 Hubungan Diabetes Mellitus Dengan Stroke
2/3
Peran Plastisitas Otak
Banyak penelitian membagi proses pemulihan dari stroke menjadi tahapan-tahapan. Pada
awalnya, terjadi reperfusi jaringan iskemik disertai oleh terhentinya peradangan yang dipicu oleh
glutamine yang dapat menyebabkan kerusakan neuron lebih lanjut. Kerusakan neuron
seyogyanya berkurang sewaktu neuron-neuron di daerah penumbra iskemik mulai pulih.
Kemudian, dalam beberapa hari dan minggu setelah stroke akut, otak mulai melakukan proses
pemulihan fungsi yang hilang. Proses belajar kembali bergantung pada kemampuan luar biasa
otak untuk mereorganisasikan dirinya sendiri (suatu fenomena yang disebut sebagai plastisitas)
dalam mempelajari suatu tugas atau sewaktu pulih dari cedera. Plastisitas adalah kemampuan
unik yang membedakan system saraf dari jaringan lain, karena jaringan neuron tidak memiliki
kemampuan seperti jaringan lain untuk melakukan regenerasi. Plastisitas otak paling besar
adalah masa bayi sampai remaja dini, saat pembentukan banyak jalur saraf yang digunakan untuk
keterampilan bahasa dan motorik.
Kemampuan untuk mempelajari bahasa dan keterampilan baru pada masa dewasa
menunjukkan bahwa otak tetap memilki sebagian plastisitas sepanjang hidup seseorang. Belajar
di bagian otak yang tidak cedera menlibatkan apa yang disebut sebagai jaringan saraf yang
tersusun untuk tugas khusus dan biasanya terletak di daerah otak tertentu yang sama. Salah satu
contoh umum adalah kor5teks motorik (yang berperan dalam pengendalian otot volunteer), yang
terletak tepat anterior dari sulkus sentralis di lobus frontalis. Demikian juga korteks saraf untuk
penglihatan terletak dikorteks oksipitalis. Karena fenomena plastisitas, region-regio khusus ini
mungkin dapat berkembang dengan derajat bervariasi pada orang yang berbeda, terutama melalui
interaksi dengan lingkungan, namun lokasi dasar regio-regio inidi korteks tetap dapat
diperkirakan dari orang ke orang.
-
7/29/2019 Hubungan Diabetes Mellitus Dengan Stroke
3/3
Otak yang telah mengalami kerusakan akan mengalami reorganisasi fungsional
alternative yang disebut sebagai plastisitas adaptif. Adaptasi ini adalah suatu mekanisme
kompensasi agar otak dapat mengalokasikan berbagai fungsi seperti berbicara, melakukan
gerakan diluar batas-batas anatomik primer di korteks serebrum. Di daerah otak yang
kerusakannya tidak parah, proses pemulihan fungsi berlangsung cepat bahkan dalam waktu
beberapa minggu. Namun didaerah yang benar-benar mengalami infark neuron, daerah yang
rusak mungkin memerlukan waktu yang jauh lebih lama untuk merekrut daerah otak baru
kemudian mempelajarinya kembali. Dengan demikian, pemulihan lebih lanjut masih dapat
terjadi lama setelah proses stroke berlangsung.
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.