hubungan berat badan lahir rendah dengan status …

13
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS GIZI KURANG BALITA DI RW 3, 4, DAN 7 DESA LEYANGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL OLEH : RESTUTA INKA AYU FRADIILLA 030218A017 PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2019

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS …

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS GIZI

KURANG BALITA DI RW 3, 4, DAN 7 DESA LEYANGAN KECAMATAN

UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

ARTIKEL

OLEH :

RESTUTA INKA AYU FRADIILLA

030218A017

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019

Page 2: HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS …
Page 3: HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS …

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Status Gizi Kurang Balita Di RW

3, 4, dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur 1

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS GIZI

KURANG BALITA DI RW 3, 4, DAN 7 DESA LEYANGAN KECAMATAN

UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

Restuta Inka Ayu Fradilla1, Ari Widyaningsih

2, Moneca Diah Listianingsih

3

Program Studi D IV Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo

Email : [email protected]

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyebab AKABA paling tinggi adalah gizi buruk. Jumlah

balita yang di Bawah Garis Merah paling tinggi sebanyak 90 balita yang ada di

Leyangan Kecamatan Ungaran timur. Salah satu faktor yang mempengaruhi status

gizi adalah BBLR. Lima balita di Desa Leyangan, yang mengalami gizi kurang,

dua diantara lahir dengan berat badan lahir rendah. Sedangkan tiga diantaranya

lahir dengan berat badan normal.

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan BBLR dengan status gizi kurang pada

balita di Rw 3, 4, dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten

Semarang.

Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan restropective. Metode yang

digunakan adalah case control, case 30 balita status gizi kurang dan control 30

balita status gizi baik. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan

bivariat menggunakan uji chi square.

Hasil : Hasil penelitian didapatkan Gambaran Berat Badan Lahir balita sebagian

besar tidak BBLR yaitu sejumlah 45 balita (75,0%) sedangkan balita yang BBLR

sejumlah 15 balita (25,0%). Gambaran balita yang berstatus gizi kurang sejumlah

30 balita (50,0%) sedangkan balita yang berstatus gizi baik sejumlah 30 balita

(50,0%). Ada hubungan yang signifikan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

dengan kejadian Status Gizi Kurang dengan p = 0,003. Nilai Odds Rasio yang

didapat sebesar 10,706.

Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

dengan kejadian Status Gizi Kurang dengan p = 0,003. Nilai Odds Rasio yang

didapat sebesar 10,706.

Kata Kunci : Gizi kurang, BBLR

Page 4: HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS …

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Status Gizi Kurang Balita Di RW

3, 4, dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur 2

THE CORRELATION BETWEEN LOW BABY WEIGHT AND

MALNUTRITION ON THE TODDLERS IN RW 3, 4, AND 7 OF

LEYANGAN VILLAGE, UNGARAN TIMUR DISTRICT, SEMARANG

REGENCY

Restuta Inka Ayu Fradilla1, Ari Widyaningsih

2, Moneca Diah Listianingsih

3

D IV Midwifery Study Program NgudiWaluyo University

Email: [email protected]

ABSTRACT

Background : The highest cause of infant mortality rate is poor nutrition. One of

the factors that influence nutritional status is LBW. Among 5 toddlers with

malnutrition it is found, two of them are born with low birth weight. While three

of them are born with normal weight.

Objective : To determine the correlation between LBW and malnutrition status

on toddlers in Rw 3, 4, dan 7 of Leyangan Village, Ungaran Timur District,

Semarang Regency.

Method : This study used a restropective approach. The method used was case

control, cases 30 toddlers malnutritional status and control group 30 toddlers good

nutritional status. The analysis used univariate and bivariate analysis using the chi

square test.

Results : The results of the study show that the birth weight of the toddlers are

mostly not LBW, which is 45 toddlers (75.0%), while toddlers who are LBW are

15 toddlers (25.0%). The number of the toddlers with malnutrition are 30 toddlers

(50.0%) while 30 toddlers are in good nutritional status (50.0%). There was a

significant relationship between Low Birth Weight (LBW) and the incidence of

malnutritional Status with p = 0.003. The Odds Ratio obtained is 10.706

Conclusions : There is a significant relationship between Low Birth Weight

(LBW) and the incidence malnutrition Status with p = 0.003. The Odds Ratio

obtained is 10.706.

Keywords : Malnutrition, LBW

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam Index

Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya SDM yang

sehat, cerdas terampil dan ahli menuju keberhasilan pembangunan kesehatan.

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak

untuk memperoleh pelayanan kesehatan. (Depkes RI 2013).

Angka Kematian Balita merupakan jumlah kematian balita 1-5 tahun per

1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA menggambarkan

tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat

Page 5: HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS …

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Status Gizi Kurang Balita Di RW

3, 4, dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur 3

keberhasilan program KIA/Posyandu, dan kondisi sanitasi lingkungan (Profil

Kesehatan Jawa Tengah, 2017).

AKABA Kabupaten Semarang tahun 2017 ada 1,19/1000 kelahiran hidup,

tahun 2016 sebesar 1,26/1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2015 ada

1,27/1000 kelahiran hidup. Ini artinya jumlah AKABA di Kabupaten Semarang

menurun (Profil kesehatan kabupaten Semarang, 2017).

Penyebab AKABA di Kabupaten Semarang bermacam-macam. Seperti gizi

buruk 2 kasus, penyakit jantung bawaan 2 kasus, meningitis 2 kasus, aspirasi 2

kasus, hidrochepalus 2 kasus, kelenjar getah bening 1 kasus, abses selaput otak 1

kasus, ISPA/pneumonia 1 kasus, dan HIV/AIDS 1 kasus (Profil kesehatan

kabupaten Semarang, 2017).

Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan/tinggi badan

(BB/TB). Ditingkat masyarakat pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran

berat badan/umur (BB/U) setiap bulan di posyandu, taman bermain, pos paud,

taman penitipan anak dan taman kanak-kanak serta raudatul athfall dll. Bila berat

badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita

dibawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan untuk

menentukan status gizinya dan upaya tindak lanjut (Profil Kesehatan Jawa

Tengah, 2017).

Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk dilihat dari faktor pranatal

adalah gizi ibu pada waktu hamil yang bisa melahirkan bayi BBLR, mekanis,

toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, dan imunitas. Sedangkan dari

faktor postnatal meliputi ras/suku bangsa, umur, gizi, perawatan kesehatan, dan

fungsi metabolisme (Soetjiningsih, 2010).

Bayi yang terlahir dengan berat badan lahir rendah cenderung

pertumbuhannya terhambat. Karena fungsi organ-organnya belum matang.

Sehingga penyerapan makanannya juga tidak sempurna. Yang akan memengaruhi

proses pertumbuhannya. Sehingga bayi yang lahir dengan berat badan lahir

rendah bisa memengaruhi status gizinya menjadi gizi kurang. Bayi yang lahir

dengan berat badan lahir rendah kebanyakan memiliki gangguan di dalam

tubuhnya, dan akan memengaruhi 1000 hari kehidupannya. Karena 1000 hari

kehidupan ini masa yang paling baik atau periode emas untuk pertumbuhan

(Proverawati, 2010).

Di kabupaten Semarang sendiri yang paling banyak balita di Bawah Garis

Merah ada di Puskesmas Leyangan sebanyak 90 balita, kedua Puskesmas Jetak

sebanyak 42 balita, dan ketiga Puskesmas Dadapayam sebanyak 42 balita (Profil

Kabupaten Semarang, 2017).

Data di Puskesmas Leyangan balita yang mengalami gizi kurang paling

banyak di Desa Leyangan dengan jumlah 55 balita, kedua ada di Desa

Gedanganak dengan jumlah 37 balita, dan yang ketiga ada di Desa Beji sebanyak

35 balita (Laporan Gizi Puskesmas Leyangan, 2019).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Desa Leyangan, didapatkan 5 balita

yang mengalami gizi kurang. Balita yang lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah

berjumlah 2 balita. Dan 3 balita lahir dengan berat badan normal.

Page 6: HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS …

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Status Gizi Kurang Balita Di RW

3, 4, dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur 4

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan BBLR dengan status

gizi kurang di Rw 3, 4, dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur

Kabupaten Semarang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan restropektif. Penelitian ini

dilakukan pada tanggal 27 sampai 28 Juli 2019 di Rw 3, 4, dan 7 Desa Leyangan

Kecamatan Ungaran Timur. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 489 balita

berdasarkan data Puskesmas. Tehnik sampel yang digunakan adalah case control.

Sampel case 30 balita gizi kurang, sampel control 30 balita gizi baik. Jenis data

yang digunakan adalah data primer dan sekunder dengan alat pengumpul data

master tabel. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat.

HASIL & PEMBAHASAN

1. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Gambaran BBLR pada Balita di Rw 3, 4,

dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang

Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

BBLR (BBL<2500 gram)

Tidak BBLR (BBL >2500

gram)

15

45

25,0

75,0

Jumlah 60 100,0

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar balita di Rw 3, 4, dan 7

Desa Leyangan lahir dengan berat badan lahir normal sebanyak 45 balita (75%).

Hal ini terjadi karena lebih banyak ibu balita yang berstatus gizi baik (tidak KEK)

sebanyak 42 ibu balita (70,0%). Ibu yang dikatakan status gizi baik bisa dilihat

dari LILA nya. Batas ambang LILA adalah 23,5 cm. Ibu yang LILA nya kurang

dari 23,5 cm, bisa dikatakan gizi ibu tidak baik. Sehingga beresiko melahirkan

bayi dengan berat badan lahir rendah dibandingkan ibu yang tidak KEK. Ibu yang

KEK beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dikarenkan ibu

sebelum hamil sudah mengalami kekurangan nutrisi dan saat hamil ibu tidak

hanya memberikan nutrisi untuk dirinya, tetapi ibu juga harus memberikan nutrisi

untuk janinnya, sehingga nutrisi yang dikonsumsi ibu selama hamil tidak bisa

mencukupi kebutuhan nutrisi untuk janinnya karena nutrisi yang masuk akan

dibagi untuk dirinya dan juga untuk janinnya yang menyebabkan pertumbuhan

dan perkembangan janin terhambat sehingga bayi lahir dengan berat badan lahir

rendah.

Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin.

Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum

hamil dan kenaikan berat badan selama hamil. Kekurangan gizi pada ibu hamil

dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan

keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia

pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan

rendah (BBLR). Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah

dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA). Jika LILA kurang dari 23.5 cm

merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/buruk. Ibu berisiko untuk

melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Dengan demikian, bila

Page 7: HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS …

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Status Gizi Kurang Balita Di RW

3, 4, dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur 5

hal ini ditemukan sejak awal kehamilan, petugas akan memotivasi ibu agar ia

lebih memperhatikan kesehatannya (Hidayat, 2009).

Di Indonesia, batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm, hal

ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi

BBLR. Bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan

mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan

perkembangan anak. Untuk mencegah KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan

wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA

tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka

tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan bayi

dengan BBLR (Kristiyanasari, 2010).

Berat bayi yang dilahirkan dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu baik

sebelum hamil maupun saat hamil. Status gizi ibu sebelum hamil juga cukup

berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil. Status gizi ibu sebelum hamil

mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan status

gizi kurang sebelum hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi

BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (Kristiyanasari,

2010).

Didukung dengan jurnal penelitian Kusparlina (2016), dengan judul

hubungan anatara umur dan status gizi ibu berdasarkan ukuran lingkar lengan atas

dengan jenis BBLR didapatkan hasil p = 0,024 (p = <0,05) ini artinya ada

hubungan antara umur dan status gizi ibu berdasarkan ukuran lingkar lengan atas

dengan jenis BBLR.

Penelitian ini juga menunjukkan balita yang lahir dengan berat badan lahir

normal, sebagian besar pendidikan ibu balita SMA yaitu sebanyak 24 ibu

(53,33%). Hal ini terjadi karena pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Semakin tinggi pendidikan ibu, maka semakin banyak pengetahuan

yang ibu punya.

Tingkat pendidikan ibu juga sangat berperan dalam kualitas perawatan

pada saat hamil ataupun setelah besalin. Informasi yang berhubungan dengan

perawatan kehamilan sangat dibutuhkan, sehingga akan meningkatkan

pengetahuannya. Penguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan seseorang. Peneliti menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan

seseorang, maka semakin baik pula pengetahuannya tentang sesuatu. Pada ibu

hamil dengan tingkat pendidikan rendah kadang ketika tidak mendapatkan cukup

informasi mengenai kesehatannya maka ia tidak tahu mengenai bagaimana cara

melakukan perawatan kehamilan yang baik (Suryati, 2011).

Hasil penelitian ini sesuai dengan jurnal penelitian Kurnia Fitri (2018).

Dengan hasil tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan BBLR. Dalam

penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pendidikan formal

yang kurang, enam kali beresiko mengalami kejadian BBLR (Jurnal Ilmu

Kesehatan, Bhakti Husada, 2018).

Didukung dengan penelitian Harianja (2019), dengan judul Enhance

Mother Behavior On Improvement Stauts Nutrition Baby Of Five Years,

menunjukkan mayoritas responden dengan pendidikan SMA sebanyak 53 orang

(57,6%) dan sekolah menengah pertama sebanyak 39 orang (2,4%). Semakin

Page 8: HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS …

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Status Gizi Kurang Balita Di RW

3, 4, dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur 6

tinggi tingkat pendidikan seorang ibu maka akan mudah bagi ibu tersebut untuk

mendapatkan informasi tentang kesehatan. Usia balita dibagi menjadi 2

kelompok, yaitu 12-23 bulan dan 24-59 bulan.

Penelitian ini juga menunjukkan sebagian kecil balita lahir dengan berat

badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 15 balita (25%). Balita yang lahir dengan

BBLR sebagian besar lahir dari ibu rumah tangga atau tidak bekerja sebanyak 8

ibu balita (53,33%). Pekerjaan mempunyai peranan penting dalam wawasan atau

pengetahuan ibu tentang kehamilan, khususnya tentang bayi dengan BBLR.

Karena wawasan ataupun pengetahuan tentang kehamilan tidak hanya didapatkan

dirumah saja, melainkan bisa didapatkan di luar rumah ataupun di lingkungan

kerja. Kurang aktifnya peran serta ibu hamil di masyarakat juga dapat

mempengaruhi wawasan mengenai kehamilan, khususnya bayi dengan BBLR.

Dengan kurangnya bertukar pengalaman dan pikiran kepada masyarakat atau ibu

hamil yang lain. Bertukar pengalaman akan bertambahnya wawasan seseorang.

Pekerjaan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk mencari

nafkah. Lingkungan pekerjaan dapat dilakukan sebagai sarana dalam

mendapatkan informasi yaitu dengan bertukar pikir dengan rekan kerjanya

(Wawan dan Dewi, 2010).

Selain dari faktor pekerjaan, BBLR juga disebabkan oleh faktor

pendidikan ibu. Sesuai hasil penelitian, bayi yang lahir dengan BBLR lahir dari

ibu dengan pendidikan rendah (SD - SMP) sebanyak 9 ibu balita (60,0%).

Pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka semakin banyak pula wawasan atau pengetahuan

yang ibu tahu.

Tingkat pendidikan ibu juga sangat berperan dalam kualitas perawatan

pada saat hamil ataupun setelah besalin. Informasi yang berhubungan dengan

perawatan kehamilan sangat dibutuhkan, sehingga akan meningkatkan

pengetahuannya. Penguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan seseorang. Peneliti menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan

seseorang, maka semakin baik pula pengetahuannya tentang sesuatu. Pada ibu

hamil dengan tingkat pendidikan rendah kadang ketika tidak mendapatkan cukup

informasi mengenai kesehatannya maka ia tidak tahu mengenai bagaimana cara

melakukan perawatan kehamilan yang baik (Suryati, 2011).

Hasil penelitian ini sesuai dengan jurnal penelitian Kurnia Fitri (2018).

Dengan hasil tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan BBLR. Dalam

penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pendidikan formal

yang kurang, enam kali beresiko mengalami kejadian BBLR (Jurnal Ilmu

Kesehatan, Bhakti Husada, 2018).

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 tanpa

melihat umur kehamilannya. Dahulu neonatus yang beratnya kurang dari 2500

gram disebut prematur yang sekarang namanya BBLR. BBLR yang kurang bulan

disebut prematur dan yang cukup bulan disebut dengan hambatan pertumbuhan

intrauterin (IUGR) (Proverawati 2010, Manuaba 2010, Purwanto 2009).

Penyebab BBLR ada yang dari faktor ibu. Meliputi penyakit, usia ibu,

jarak kehamilan yang terlalu dekat, paritas, pendidikan, gizi ibu saat hamil

(Pantiawati, 2010).

Page 9: HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS …

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Status Gizi Kurang Balita Di RW

3, 4, dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur 7

2. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sampel Status Gizi pada Balita di Rw 3, 4,

dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Kejadian Status Gizi Frekuensi Persentase (%)

Kurang

Baik

30

30

50,0

50,0

Jumlah 60 100,0

Hasil penelitian menunjukkan kasus gizi kurang balita di Rw 3, 4, dan 7

Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur sebanyak 30 balita (50,0%). Gizi

kurang di dominasi dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 17 balita

(56,67%). Gizi kurang banyak yang berjenis kelamin perempuan karena respon

lapar lebih lambat dibandingkan dengan laki-laki. Sehingga asupan nutrisi yang

masuk juga lebih lama dibandingkan dengan laki-laki. Menurut Hyde (2009), laki-

laki lebih tinggi tingkat aktifitas, penampilan motorik lebih baik daripada

perempuan, dan agresif fisik yang cenderung tinggi.

Laki-laki memiliki tingkat konsumsi makanan secara intuitif atau

konsumsi makanan berdasarkan sistem internal dari sinyal lapar biologis lebih

tinggi dibandingkan perempuan. Hal tersebut berhubungan dengan konsumsi

makanan untuk mengatasi rasa lapar internal dari sinyal satiety. Perbedaan

tersebut mungkin dapat disebabkan perbedaan hormon seperti estradiol pada

perempuan yang mempengaruhi area di hipotalamus tempat pengaturan perilaku

makan dan regulasi nafsu makan (Diest, 2010).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi. Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika

jaringan tubuh jenuh oleh semua zat gizi maka disebut status gizi optimal. Kondisi

ini memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang

tinggi (Supariasa, 2012).

Gizi baik akan dicapai apabila jumlah makanan yang dimakan dan yang

dibutuhkan tubuh seimbang (sandjaja et al., 2010). Keadaan fisik yang normal

antara lain rambut berkilat dan tidak mudah lepas, wajah tidak bengkak, mata

bercahaya dan bersih, bibir dan lidah halus dan tidak ada pembengkakan, kulit

bersih dan tidak ada pembengkakan serta tidak ada bercak, tonus otot baik, irama

jantung normal, pada gastrointestinal tidak ada massa yang teraba, dan system

saraf stabil serta refelksi normal (Supariasa, dkk, 2012).

Gizi kurang merupakan kurang gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh

rendahnya konsumsi energi dan protein yang terjadi dalam waktu yang cukup

lama (Sandjaja et al., 2010). Gizi kurang mencakup kurang energi protein (KEP)

tingkat ringan dan sedang. Gejala klinis dari KEP tingkat ringan dan sedang pada

pemeriksaan hanya tampak kurus (Supariasa, dkk, 2012). Balita yang mengalami

gizi kurang tentunya akan berdampak pada berbagai hal, antara lain pada tumbuh

kembang, organ, dan system tubuh.

Didukung dengan jurnal penelitian Putri (2015), yang berjudul faktor-

faktor yang berhubungan dengan status gizi anak balita di wilayah kerja

Puskesmas Nanggalo Padang didapatkan hasil faktor – faktor yang mempengaruhi

status gizi adalah dari faktor pendidikan ibu (p=0,022), pekerjaan ibu (p=0,000),

pendapatan keluarga (p=0,012), jumlah anak (p=0,008) dan pola asuh ibu

(p=0,000).

Page 10: HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS …

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Status Gizi Kurang Balita Di RW

3, 4, dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur 8

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Puskesmas khususnya bagian

gizi, Puskesmas sudah berupaya untuk mengatasi masalah gizi kurang ini. Antara

lain dengan cara memberikan penyuluhan tentang pentingnya gizi, dan pemberian

PMT. Puskesmas mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ini dari

APBD dan BOK. Pihak Puskesmas memberikan PMT ini melalui bidan desa.

Jumlah PMT yang diberikan terbatas, maka tidak semua balita mendapatkan

PMT. Balita yang mendapatkan PMT adalah balita yang berstatus gizi buruk

ataupun yang status gizi kurang dan pendek ataupun sangat pendek. PMT ini

dikonsumsi selama 90 hari. Terbatasnya jumlah PMT yang diberikan, ada balita

yang hanya mendapatkan PMT hanya 60 hari saja ataupun 30 hari saja. Tidak

semua pemberian PMT ini diterima oleh keluarga. Ada yang tidak mau di beri

PMT. Sehingga pemberian PMT ini kurang tepat sasaran dan kurangnya jumlah

PMT yang diberikan sesuai anjuran.

3. Tabel 4.7 Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dengan Status Gizi

Kurang pada Balita di Rw 3, 4, dan 7 Desa Leyangan Kecamatan

Ungaran Timur Kabupaten Semarang

Riwayat BBLR

Kejadian Status Gizi Total

p-value OR Gizi Baik Gizi Kurang

F % f % f %

BBLR Tidak BBLR

2 28

13,3 62,2

13 17

86,7 37,8

15 45

100 100

0,003 10,706

Total 30 50,0 30 50,0 60 100

Hasil penelitian menunjukkan berat badan lahir rendah dengan status gizi

kurang pada balita di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten

Semarang diperoleh hasil dengan uji chi square p = 0,003 (p = <0,005). Nilai odds

ratio yang didapatkan melalui uji statistik adalah sebesar 10,706. Hal ini

menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara

berat badan lahir rendah dengan status gizi kurang balita karena p = <0,005, dan

dapat disimpulkan bahwa balita yang berat badan lahirnya rendah memiliki resiko

10,706 kali lebih besar mengalami kejadian status gizi kurang dibandingkan balita

yang berat badan lahirnya normal.

Sesuai dengan hasil penelitian, balita yang terlahir BBLR sebagian besar

berstatus gizi kurang yaitu sebanyak 13 balita (86,7%). Hal ini terjadi karena

fungsi organ-organnya belum matang. Sehingga penyerapan makanannya juga

tidak sempurna, dan juga balita yang lahir dengan berat badan lahir rendah sulit

untuk adaptasi dengan lingkungannya.

Bayi yang terlahir dengan berat badan lahir rendah cenderung

pertumbuhannya terhambat. Karena fungsi organ-organnya belum matang.

Sehingga penyerapan makanannya juga tidak sempurna. Yang akan memengaruhi

proses pertumbuhannya. Sehingga bayi yang lahir dengan berat badan lahir

rendah bisa memengaruhi status gizinya menjadi gizi kurang. Bayi yang lahir

dengan berat badan lahir rendah kebanyakan memiliki gangguan di dalam

tubuhnya, dan akan memengaruhi 1000 hari kehidupannya. Karena 1000 hari

kehidupan ini masa yang paling baik atau periode emas untuk pertumbuhan

(Proverawati, 2010).

Page 11: HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS …

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Status Gizi Kurang Balita Di RW

3, 4, dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur 9

Didukung dengan jurnal penelitian Ramadani (2013), yang berjudul

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi gizi kurang balita di Jawa Tengah

dengan hasil faktor-faktor yang secara global mempengaruhi gizi kurang balita di

provinsi Jawa Tengah adalah bayi yang terlahir dengan berat badan rendah

(BBLR) (p = 0,003), tempat tinggal dengan kategori rumah sehat (p = 0,000),

akses terhadap air bersih (p = 0,000).

Hasil penelitian juga menunjukkan balita yang lahir dengan BBLR

berstatus gizi baik sebanyak 2 balita (13,3%). Berdasarkan hasil wawancara

dengan ibu balita, hal ini bisa terjadi karena keluarga sangat memperhatikan berat

badan anaknya. Balita juga mengikuti posyandu secara rutin, sehingga berat badan

balita bisa terpantau. Serta keluarga sangat menerima jika diberikan penjelasan

tentang pentingnya gizi.

Balita yang terlahir dengan berat badan normal juga ada yang berstatus

gizi kurang yaitu sebanyak 17 balita (37,8%). Berdasarkan wawancara dengan

kader dan bidan, banyak balita yang menyandang status gizi kurang karena

mereka tidak mau diberikan PMT. Karena ibu dari balita berfikir anaknya sehat

sehat saja. Sehingga PMT tidak bisa tepat sasaran. Balita pun yang menyandang

status gizi kurang juga tidak ada perubahan untuk berstatus gizi baik.

Sesuai dengan jurnal penelitian Shofiatul (2018), didapatkan hasil

penelitian dengan hasil p=0,0001 yang berarti adanya hubungan antara Berat

Badan Lahir Rendah dengan kejadian gizi kurang (Jurnal Kesehatan Masyarakat,

2018). Didukung dengan jurnal penelitian Rahman (2016), dengan judul

Association of Low-Birth Weight withMalnutrition in Children under Five Years

inBangladesh: Do Mother’s Education, Socio-Economic Status, and Birth Interval

Matter, didapatkan hasil prevalensi gizi buruk secara signifikan lebih tinggi pada

anak-anak dengan BBLR daripada mereka yang memiliki berat lahir normal.

Sementara mengendalikan faktor-faktor risiko yang diketahui, anak-anak dengan

BBLR secara signifikan meningkatkan risiko menjadi kurang gizi dibandingkan

dengan bagian lawannya dengan OR 1,23. Asosiasi yang diamati tidak

dimodifikasi oleh faktor-faktor yang dikenal untuk mengurangi prevalensi gizi

buruk, seperti pendidikan tinggi ibu, kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang

lebih baik dan interval kelahiran yang lebih lama (Plos One, 2016).

Sejalan dengan jurnal penelitian Paediatric and Perinatal Epidemiology

(2015), dengan judul Childhood Malnutrition and Its Determinants among

Under‐ Five Children in Ghana, dengan hasil usia yang lebih tua dikaitkan

dengan peningkatan risiko stunting dan kekurangan berat badan. Durasi menyusui

yang lebih lama, kelahiran kembar, pengalaman episode diare, ukuran kecil saat

lahir, tidak adanya fasilitas toilet di rumah tangga, rumah tangga miskin, dan ibu

yang tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan nasional dikaitkan dengan

peningkatan risiko kekurangan gizi. Peningkatan pendidikan ibu dan indeks massa

tubuh dikaitkan dengan penurunan gizi buruk. Variasi tingkat rumah tangga residu

yang kuat dalam hasil gizi anak-anak ditemukan (Paediatric and Perinatal

Epidemiology, 2015).

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 tanpa

melihat umur kehamilannya. Dahulu neonatus yang beratnya kurang dari 2500

gram disebut prematur yang sekarang namanya BBLR. BBLR yang kurang bulan

Page 12: HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS …

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Status Gizi Kurang Balita Di RW

3, 4, dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur 10

disebut prematur dan yang cukup bulan disebut dengan hambatan pertumbuhan

intrauterin (IUGR) (Proverawati 2010, Manuaba 2010, Purwanto 2009).

Gizi kurang merupakan kurang gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh

rendahnya konsumsi energi dan protein yang terjadi dalam waktu yang cukup

lama (Sandjaja et al., 2010). Gizi kurang mencakup kurang energi protein (KEP)

tingkat ringan dan sedang. Gejala klinis dari KEP tingkat ringan dan sedang pada

pemeriksaan hanya tampak kurus (Supariasa, dkk, 2012). Balita yang mengalami

gizi kurang tentunya akan berdampak pada berbagai hal, antara lain pada tumbuh

kembang, organ, dan system tubuh.

Dalam penelitian ini juga menunjukkan pekerjaan ibu balita. Paling

banyak pekerjaan ibu balita dalam penelitian ini adalah sebagai karyawan/swasta

sebanyak 30 ibu (50,0%). Oleh karena itu, ibu ibu dari balita menghabiskan

waktunya di pabrik, ibu balita hanya mendapatkan informasi dari rekan kerjanya

saja.

Pekerjaan mengandung unsur suatu kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu,

dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Dibalik tujuan yang

tidak langsung tersebut orang bekerja untuk mendapatkan imbalan yang berupa

upah atau gaji dari hasil kerjanya itu. Jadi pada hakikatnya orang bekerja, tidak

saja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi juga bertujuan untuk

mencapai taraf hidup yang lebih baik (As’ad, 2010).

Pekerjaan yang berhubungan dengan pendapatan merupakan factor yang

paling menentukan kualitas kuantitas makanan terdapat hubungan yang erat antara

pendapatan yang meningkat untuk perbaikan kesehatan dan masalah keluarga

yang berkaitan dengan keadaan gizi (Suharjo, 2013).

SIMPULAN

1. Ada hubungan antara Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan Status Gizi

Kurang pada Balita di Rw 3, 4, dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran

Timur Kabupaten Semarang.

DAFTAR PUSTAKA

Almasier, 2015. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur Penelitian.Jakarta : Rineka Cipta

Atikah, Proverawati. 2010. BBLR Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta : PT

Nuha Medika

Depkes RI, 2010. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010. Jakarta

Depkes RI, 2012. Pedoman Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Keluarga Sadar

Gizi (Kadarzi). Jakarta : Depkes RI

Depkes RI, 2013. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 .Jakarta

Dinkes Jawa Tengah, 2017. Profil Kesehatan Jawa Tengah. Semarang

Dinkes Kabupaten Semarang, 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang.

Semarang

Ermawan, 2017. Hubungan Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Dengan

Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah

Puskesmas Wuluhan. The Indonesian Journal Of Health Science, Volume

9, No 1, Desember 2017 ISSN 2476 9614

Page 13: HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN STATUS …

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Status Gizi Kurang Balita Di RW

3, 4, dan 7 Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur 11

Fatimah, 2017. Hubungan Antenatal Care (ANC) dengan BBLR Pada Ibu Aterm.

Jurnal Kesehatan Andalas. Volume 6 No 3

Harianja, 2019. Enhance Mother Behavior On Improvement Stauts Nutrition

Baby Of Five Years. Sumatera Utara. International Journal in Physical

and Applied Sciences, Volume 06, No 06, Juni 2019 ISSN 2394 5710

Hasdianah, 2014. Gizi, Pemanfaatan Gizi, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta : Nuha

Medika

Hidayat, 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :

Salemba Medika.

Irianto, 2014. Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung : Alfa Beta

Kurnia, fitri. 2018. Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian (Bblr) Di

Wilayah Kabupaten Kuningan. Jurnal Kesehatan Bhakti Husada, Volume

9, No 2, ISSN 2623 1204

Kusparlina, 2016. Hubungan Antara Umur Dan Status Gizi Ibu Berdasarkan

Ukuran Lingkar Lengan Atas Dengan Jenis Bblr. Jurnal Penelitian

Kesehatan Suara Forikes, Volume 7, No 1, ISSN 2086 3098

Manuaba, IBG, 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungandan KB untuk

Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC

Nengsih, Uki, dkk, Hubungan Riwayat Kelahiran Berat Bayi Lahir Rendah

Dengan Pertumbuhan Anak Usia Balita. Jurnal Bidan, Volume 2, No 02,

Juli 2016 ISSN 2477 3441

Notoadmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT

Rineka Cipta

Notoadmodjo, Soekidjo, 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta : PT Rineka Cipta

Oktavia, Silvera, dkk, Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Buruk

Pada Balita di Kota Semarang Tahun 2017, Jurnal Kesehatan Masyarakat,

Volume 5, No 3, Juli 2017, ISSN 2356 3346

Pantiawati, Ika, 2010. Bayi dengan BBLR. Yogyakarta : PT Nuha Medika

Prawiroharjo, Sarwono, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Romauli, Suryati, 2011. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : PT Nuha

Medika

Sandjaja et al., 2010. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta :

Kompas Penerbit Buku

Santoso, 2013. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta

Sediaoetama, 2010. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian Rakjat

Soekirman, 2010. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta : Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia

Suhardjo, 2013. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara

Sukarni, Icesmi, 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus

Risiko Tinggi. Yogyakarta : PT Nuha Medika

Supariasa, 2012. Penelitian Status Gizi.Jakarta : EGC

Supariasa, Bakri, & Fajar, 2012. Penelitian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC