hubungan asupan makronutrien dengan nilai …repository.unjaya.ac.id/2272/2/erniyani...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN ASUPAN MAKRONUTRIEN DENGAN NILAI KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
RUMAH SAKIT UMUM PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Stikes Jendral Achmad Yani Yogyakarta
Disusun Oleh:
ERNIYANI EDY 2213155
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2017
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis pajatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan Asupan Makronutrien Dengan Nilai Kadar Glukosa Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta”.
Usulan penelitian ini dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan
bantuan berbagai pihakyang tidak penulis sebutkan satu persatu, dan pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dengan setulus-tulusnya
kepada:
1. Kuswanto Harjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jendral Achmad Yani Yogyakarta.
2. Tetra Sartika Adinugraha, M.Kep,. Sp.,Kep.M.B selaku Ketua Prodi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan dan selaku selaku
Pembimbing Yang Memberikan Bimbingan Serta Pengarahan Kepada
Penulis Dalam Penyusunan Usulan Penelitian.
3. Dwi Kartika Rukmi, M.Kep,. Ns. Sp.Kep.MB selaku penguji yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk menguji, mengoreksi dan memberikan
saran serta masukan terhadap usulan penelitian.
4. RSUD Panembahan Senopati Bantul, dan seluruh tenaga medis yang ada
di rumah sakit yang telah memberikan izin serta bantuan dan kesempatan
untuk melakukan penelitian
5. Orang Tua Dan Keluarga umah yang Selalu Memberikan Doa Serta
Dukungannya tiada henti Dalam Penyusunan skripsi.
6. Seluruh sahabat dan keluarga baru di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang telah sabar mendengar keluh
kesah, memotivasi, dan do’a serta dukungan yang luar biasa untuk
menyelesaikan skripsi
v
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuannya,
atas segala amal kebaikan dan bantuannya.Akhirnya besar harapan penulis
semoga dapat bermanfaat bagi semua.
Yogyakarta, 2016
Erniyani Edy
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR COVER i LEMBAR PERSETUJUAN ii PERNYATAAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN xi INTISARI xii ASTRACT xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
E. Keaslian Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus 6
1. Definisi Diabetes Melitus 6
2. Klasifikasi Diabetes Melitus 6
3. Etiologi 7
4. Tanda dan gejala 8
5. Komplikasi 10
6. Penatalaksanaan 12
7. Diagnosis Diabetes Melitus 14
B. Glukosa Darah 15
1. Pengertian Glukosa Darah 15
2. Pencegahan Diabetes Melitus 15
3. Fisiologi Glukosa Darah 17
4. Nilai Glukosa Darah 18
5. Faktor-Faktor Pengendalian Glukosa Darah 18
C. Makronutrien 21
1. Definisi 21
2. Jenis-Jenis Makonutrien 21
3. Perhitungan Makronutrien 26
D. Kerangka Teori 31
E. Kerangka Konsep 32
F. Hipotesis 32
vii
BAB III METODE PENElITIAN
A. Desain Penelitian 33
B. Tempat dan Waktu penelitian 33
C. Populasi dan Sampel 33
D. Variabel Penelitian 35
E. Definisi Operasional 36
F. Alat dan Metode pengumpulan data 37
G. Metode Pengolahan dan Analisa data 37
H. Etika Penelitian 41
I. Pelaksanann Penelitian 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 46
1. Gambaran RSUD Panembahan Senopati Bantul 46
2. Analisa Hasil Penelitian 47
a. Analisa Univariabel 47
b. Analisa Bivariabel 48
B. Pembahasan 50
1. Karakteristik 50
2. Asupan Makronutrien dengan Diabetes Melitus 53
3. Hubungan Asupan Makronutrien dengan Nilai Kadar Glukosa
Darah 56
C. Keterbatasan Penelitian 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 60
B. Saran 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Patokan nilai kadar glukosa darah sewaktu dan puasa yang terdiagnosis diabebes mellitus 14
Table 2.2. Kategori Kadar Glukosa Darah 18
Tebel 2.3 Golongan Karbohidrat Satu Satuan 25
Tabel 2.4 Golongan Sayur yang Tergolong Dalam Karbohidrat Satu Satuan Penukar 27
Tabel 2.5 Golongan Sayur yang Tergolong Dalam Karbohidrat Satu Satuan Penukar 27
Table 2.6 Golongan Sumber Protein Satu Satuan Penukar 28
Tabel 2.7 Golongan Sumber Rendah Lemak yang Satu Satuan Penukar 28
Tabel 2.8 Golongan Sumber Lemak Sedang yang Satu satuan Penukar 29
Tabel 2.9 Golongan Sumber Tinggi Lemak yang Satu Satuan Penukar 29
Tabel 2.10 Golongan Buah-Buahan Yang Tergolong Dalam Karbohidrat Yang Satuan Penukar 29
Tabel 3.1 Definisi Operasional 36
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, dan Lama Menderita DM Pada Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta 47
Tebel 4.2 Karakteristik Makronutrien Berdasarkan Asupan Makronutrien Yang Didalamnya Terdapat Karbohidrat Protein Dan Lemak Pada Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta (N=56) 48
Tabel 4.3 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Pada Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta 48
Tabel 4.4 Hasil Uji Pearson Karbohidrat dengan Nilai Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poliklinik Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta 49
Tabel 4.5 Hasil Uji Pearson Protein dengan Nilai Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poliklinik Dalam RSUD
ix
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta 49
Tabel 4.6 Hasil Uji Pearson Lemak dengan Nilai Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poliklinik Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta 50
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Teori 31
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian 32
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Aplikasi SPSS
Lampiran 5 Lembar Observasi Asupan Makronutrien yang Sudah Diaplikasikan Kedalam Nutrisurvey
xii
HUBUNGAN ASUPAN MAKRONUTRIEN DENGAN NILAI KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD PANEMBAHAN
SENOPATI YOGYAKARTA
Erniyani Edy1, Tetra Saktika Adinugraha2
INTISARI
Latar Belakang: Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang disebabkan organ pangkres tidak bisa memproduksi kebutuhan insulin di dalam tubuh sehingga akan menyebabkan peningkatan glukosa darah. Asupan makan yang dikomsumsi sehari-hari merupakan komponen nutrisi yang tergolong dalam asupan makronutrien.Makronutrien adalah komponen terbesar nutrisi, yang berfungsi untuk memproduksi energi yang diperlukan oleh tubuh untuk kegiatan fisik sehari-hari. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan asupan makronutrien dengan nilai kadar glukosa darah pada pasie diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Metode Penelitian: Metode penelitian ini menggunakan studi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sample dalam penelitian ini adalah 56 pasien dengan tehnik accidental sampling. Tehnik pengambilan data menggunakan lembar observasi food recall 24 hour dan pengaplikasikan menggunakan nutrisurvey 2007 versi Indonesia. Analisa data yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan uji normalitas kolmogarrov-smirnov dan uji Pearson . Hasil: Hasil penelitian ini uji normalitas kolmogarrov-smirnov menjukan data berdistribusi normal. Dan hasil uji Pearson terdapat hubungan persentase asupan karbohidrat dengan glukosa darah p=0.040(p<0,05), terdapat hubungan persentase asupan protein dengan kadar glukosa darah p=0,027(p<0,05), terdapat hubungan persentase asupan lemak dengan kadar glukosa darah p=0,044(p<0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan asupan makronutrien dengan nilai kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Kata Kunci: Asupan Makronutrien, Nilai Kadar Glukosa Darah, Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1Mahasiswa S1 PSIK Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 Dosen S1 PSIK Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
xiii
THE CORRELATION BETWEEN MACRONUTRIENT INTAKE AND BLOOD GLUCOSE LEVEL VALUE ON PATIENTS WITH DIABETES
MELLITUS TYPE 2 IN RSUD PANEMBAHAN SENOPATI YOGYAKARTA
Erniyani Edy1, Tetra Saktika Adinugraha2
ABSTRACT
Background: Diabetes Mellitus Type 2 is a chronic disease caused by the pancreas organs that are unable to produce needed insulin for the body so that it will cause blood glucose increase. The food intake consumed daily is a nutrition component categorized as macronutrient intake. Macronutrient is the biggest nutrition component functioning to produce the energy needed by the body for daily physical activities. Research Objective: To find out the correlation between macronutrient intake and blood glucose level value on patients with diabetes mellitus type 2 in RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Research Method: This research method used correlation study with cross sectional approach. The number of samples in this research was 56 patients applying accidental sampling technique. The data collection technique used food recall 24 hour observation sheet and the application used nutrisurvey 2007 in Indonesian version. The data analysis used in this research was Kolmagarrov-smirnov Normality Test and Pearson Test. Result: The research result of Kolmagarrov-Smirnov Normality Test serves data with normal distribution. Meanwhile, the results of Pearson Test shows that there is a correlation between the percentage of carbohydrate intake and blood glucose level p=0.040 (p<0.05). Second, there is a correlation between the percentage of protein intake and blood glucose level p=0.027 (p<0.05). Third, there is a correlation between the percentage of fat intake and blood glucose level p=0.044 (p<0.05). Conclusion: There is a correlation between macronutrient intake and blood glucose level value on patients with diabetes mellitus type 2 in RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Keywords: Macronutrient Intake, Blood Glucose Level Value, Patients with Diabetes Mellitus Type 2
1 A student of Nursing Study Program of Jenderal Achmad Yani School of Health Science of Yogyakarta 2 A lecturer of Nursing Study Program of Jenderal Achmad Yani School of Health Science of Yogyakarta
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak dapat
menghasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh, sehingga insulin yang
dihasilkan oleh tubuh tidak dapat berkerja dengan baik (WHO, 2016).World
Health Organization 2014 menyebutkan bahwa prevalensi diabetes mellitus
terjadi peningkatan dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013.
Sedangkan di Daerah istimewa Yogyakarta menempati urutan pertama dari
seluruh propinsi yang ada di Indonesia dengan jumlah penderita diabetes mellitus
2,6% (Kemenkes, 2013). Diabetes mellitus mepunyai empat tipe yaitu DM tipe 1,
DM tipe 2, DM gestational dan DM tipe lain (ADA, 2014).
Diabetes mellitus tipe 1 ditandai dengan hiperglikemia karena kekurangan
hormon insulin yang dihasilakan oleh pankreas. Pada DM tipe 2 adalah penyakit
kronis yang disebabkan organ pankreas tidak bisa memproduksi kebutuhan insulin
di dalam tubuh atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif
sehingga akan terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia).
Diabetes mellitus getastional adalah DM yang timbul selama kehamilan dan DM
tipe lain disebabkan karena malnutrisi dan di sertai dengan kekurangan protein
yang dapat menyebabkan hiperglikemia. Hiperglikemia merupakan efek umum
dari diabetes yang disebabkan salah satunya, karena tidak mengontrol asupan
makanan yang dikomsumsi (WHO, 2014).
Kontrol asupan makan yang buruk dapat mengakibatkan komplikasi dalam
jangka panjang, baik makrovaskular maupun mikrovaskular seperti penyakit
jantung, penyakit vaskuler perifer, gagal ginjal, kerusakan saraf dan kebutaan
(Anani, 2012). Salah satu hal yang paling terpenting bagi pasien diabetes mellitus
untuk mencegah komplikasi berkepanjangan dengan pengendalian kadar glukosa
darah. Pengendalian kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus
berhubungannya dengan faktor perencanaan makan atau pola makan, hal ini
disebabkan karena asupan makanan berlebih akan mengakibatkan peningkatan
2
kadar gula dalam darah (Qurrataueni, 2009). Tindakan pengendalian diabetes
untuk mencegah terjadinya komplikasi sangatlah diperlukan khususnya menjaga
tingkat gula darah agar dalam batas normal (Arviani, 2015). Akan tetapi kadar
gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, hal ini disebabkan
karena penderita diabetes mellitus kurang disiplin dalam menjaga pola makan atau
tidak mampu mengurangi jumlah asupan makanan yang dikomsumsi (Soegondo,
2009).
Upaya untuk penanganan kadar gula darah pasien diabetes melitus adalah
dengan mengatur pola makanan yang teratur dan asupan makanan yang bergizi.
Asupan makan yang dikomsumsi sehari-hari merupakan komponen nutrisi yang
tergolong cukup besar yang termaksud dalam golongan nutrisi makronutrien,
karena di dalamnya terdapat berbagai jenis yaitu karbohidrat, protein dan
lemak.Makronutrien adalah komponen terbesar nutrisi, yang berfungsi untuk
memproduksi energi yang diperlukan oleh tubuh untuk perkembangan serta
kegiatan fisik sehari-hari (Sharlin&Edelstain, 2016).
Mengontrol asupan nutrisi makronutrien yang kemungkinan dapat
mencegah terjadinya hypoglikemia atau hyperglikemia dan pemantauan kadar
glukosa darah (Smeltzer, 2012). Untuk megontrol asupan makronutrien yang
diperlukan penderita diabetes mellitus harus melakukan penilaian asupan
makanan yang di makan selama 24 jam (Food Recall 24 hours) yang akan
dihitung mengunakan nutrisurvey untuk mengetahui berapa jumlah asupan
makanan yang mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah. Nutrisurvey
adalah program penilaian makanan yang bertujuan untuk mengetahui berapa
jumlah asupan makanan dari makronutrien yang dikomsumsi dalam waktu 24 jam
(Asmawati, 2013)
Berdasarkan hasil penelitian Bintanah (2012) di Rumah Sakit Roemani
Semarang Hasil penelitian dilihat bahwa kisaran umur 30 – 68 tahun, diketahui
bahwa kejadian diabetes mellitus sebagian besar terjadi umur 45-68 tahun sebesar
65%. Berdasarkan hasil uji Kologorov-Smirnov p=0.002 (p<0.05) untuk kadar
gula darah dengan p=0.499 (p>0.05), dan untuk asupan serat, dilanjutkan dengan
uji korelasi Rank Spearman p =0,001 ( p< 0,05), sehingga dapat disimpulkan
3
bahwa ada hubungan antara asupan serat dengan kadar glukosa darah. Semakin
rendah asupan serat, maka semakin tingggi kadar glukosa darah. Berdasarkan
hasil uji Kolmogorov-Smirnov p=0.499 (p>0.05) untuk asupan serat dan p=0.639
(p>0.05) dan uji korelasi pearson diperoleh p =0,002 (p< 0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara asupan serat dengan kolesterol. Semakin
rendah asupan serat semakin tinggi kadar kolesterol total. Berdasarkan hasil uji
Kolmogorov-Smirnov p=0.499 (p>0.05) untuk asupan serat dengan p=0.612
(p>0.05), dan dilanjutkan dengan uji korelasi pearson p=0,001 (p<0,05) ada
hubungan antara asupan serat dengan status gizi.
Berdasarkan laporan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun
2015 di kabupaten bantul, kunjungan rawat jalan di rumah sakit khususnya
Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul sudah didominasi oleh penyakit tidak
menular salah satunya adalah diabetes mellitus (Dinkes Bantul, 2016)
Dari hasil studi pendahuluan yang di laksanakan di RSUD Panembahan
Senopati Bantul, didapatkan data pasien diabetes mellitus tipe 2 pada tahun 2016,
dengan total jumlah kunjungan rawat jalan 5000 pasien kunjungan rawat jalan
selama tahun 2016, dan dari jumlah kunjugan pertahun yang ingin saya teliti di
ambil dari jumlah kunjungan perbulan dengan kunjungan rawat jalan pebulan
yaitu ada 127 pasien rawat jalan, serta dari hasil wawancara yang di lakukan di
poliklinik rawat jalan terdapat 10 pasien yang mengatakan bahwa asupan
makanan yang di komsumsi sehari-hari berbeda, dari 10 pasien tersebut ada 4
pasien yang memiliki diit yang tidak di kontrol sehingga kadar glukosa darah
mengalami peningkatan. Berdasarkan uraian latar belakang atau permasalahan
yang telah dijelaskan di atas, maka di simpulkan bahwa peneliti ingin meneliti
apakah ada “Hubungan Asupan Makronutrient Dengan Nilai Kadar Glukosa
Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah “apakah ada
Hubungan Asupan Makronutrient Dengan Nilai Kadar Glukosa Darah Pada
4
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan antara asupan makronutrien dengan nilai glukosa
darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD .
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui persentase asupan makronutrien pada pasien diabetes mellitus
tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
b. Diketahui nilai kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Hasil penelitian berguna untuk mendapatkan informasi untuk
kebijakan managemen dalam penanganan pasien diabetes mellitus dan
mengontrol asupan gizi pasien diabetes melitus.
2. Bagi Perawat RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ke pada perawat
poli klinik di rumah sakit untuk bisa memenejemen asuhan keperawatan
dan intervensi keperawatan pasien diabetes mellitus untuk mengontrol
glukosa darah dan asupan diet pasien.
3. Bagi Pasien Poliklinik Diabetes Mellitus Di RSUD Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta
Hasil penelitian ini agar dapat memberikan informasi dan
membantu pasien diabetes mellitus mengetahui tentang penanganan nutrisi
makronutrien yang bertujuan untuk mengontrol asupan makanan dan
mengontrol nilai kadar glukosa darah
5
E. Keaslian penelitian
Bintanah, S, dan Handasari, E (2012) Dengan judul Asupan serat dengan kadar
gula darah, kadar kolesterol total dan status gizi pada pasien diabetes melitu tipe 2
di Rumah Sakit Roemani Semarang. Hasil penelitian dilihat bahwa kisaran umur
30 – 68 tahun, diketahui bahwa kejadian diabetes mellitus sebagian besar terjadi
umur 45-68 tahun sebesar 65%. Berdasarkan hasil uji Kologorov-Smirnov
p=0.002 (p<0.05) untuk kadar gula darah dengan p=0.499 (p>0.05), dan untuk
asupan serat, dilanjutkan dengan uji korelasi Rank Spearman p =0,001 ( p< 0,05),
sehingga dapat bahwa ada hubungan antara asupan serat dengan kadar glukosa
darah. Semakin rendah asupan serat, maka semakin tingggi kadar glukosa darah.
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov p=0.499 (p>0.05) untuk asupan serat
dan p=0.639 (p>0.05) dan uji korelasi pearson diperoleh p =0,002 (p< 0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara asupan serat dengan
kolesterol. Semakin rendah asupan serat semakin tinggi kadar kolesterol total.
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov p=0.499 (p>0.05) untuk asupan serat
dengan p=0.612 (p>0.05), dan dilanjutkan dengan uji korelasi pearson p=0,001
(p<0,05) ada hubungan antara asupan serat dengan status gizi. Semakin rendah
asupan serat semakin tinggi status gizi.Dengan keaslian penelitian diantaranya
terdapat kesamaan dalam variabel bebas, variable terikat, responden penelitian.
46
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
.
1. Gambaran RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta terletak di
wilayah Bantul. Hasil badan pusat statistik kabupaten bantul, data
demografi daerah kabupaten bantul didapatkan jumlah populasi sebanyak
971.551 jiwa dan dibagi laki-laki dengan jumlah 481.500 jiwa dan
perempuan dengan jumlah 490.001 jiwa, diamana mayoritas penduduk
bantul lebih banyak perempuan daripada laki-laki (Badan Pusat Statistik,
2016).
Penelitian ini dilaksanakan poliklinik penyakit dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul, jam berkunjung poliklinik dalam mulai dari
pagi jam 08.00 sampai jam 14.00 adapula jam 15.00 sampai jam 17.00.
Petugas yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang
berkunjung di poliklinik penyakit dalam adalah dokter spesialis dan
perawat.Perawat yang bertugas memberikan pelayanan yang berupa
pengukuran tekanan darah, menanyakan keluhan serta dokter yang
memberikan pendidikan kesehatan.
Pelayanan yang diberikan di RSUD Panembahan Senopati Bantul
adalah pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat
inap. Pelayanan rawat inap di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta berupa rawat inap penyakit dalam, rawat inap penyakit syaraf,
rawat inap penyakit bedah, rawat inap penyakit anak, rawat inap penyakit
obsterti, dan selain itu juga terdapat berbagai jenis pelayanan rawat jalan
di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta diantaranya ada
poliklinik dalam, poliklinik penyakit syaraf, poliklinik obstertik,
ginekologi dan kb, poliklinik THT, poliklinik penyakit mata, poliklinik gig
dan mulut, poliklinik kulit dan kelamin, poliklinik fisioterapi.
47
2. Analisa Hasil Penelitian.
a. Analisa Univariabel
1) Gambaran Karakteristik Responden
Hasil penelitian didapatkan untuk karakteristik responden
digambarkan dalam tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, dan Lama Menderita DM Pada Pasien
Diabetes Mellitus di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Karakteristik Frekuensi Presentase Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki
35 21
62,5 37,5
Usia 35-50 Tahun 51-60 Tahun ≥60 Tahun
13 21 22
23,2 37,5 39,3
Lama Menderita DM
>6 Bulan-5 Tahun 6-10 Tahun >10 Tahun
54 2 -
96,4 3,6
Total Responden 56 100
Sumber: Data Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar
pasien diabetes mellitus tipe 2 paling bayak pada Perempuan
dengan jumlah 35 pasien (62,5%) sedangkan laki-laki 21 pasien
(37,5%). Berdasarkan usia pasien diabetes mellitus tipe 2 pada
pada umur ≥60 tahun sebanyak 22 pasien (39,3%), dan sedikit pada
umur 35-50 tahun sebanyak 13 pasien (23,2%). Lama menderita
diabetes mellitus pada 1-5 tahun dengan 54 pasien (96,4%) dan
yang paling sedikit di 5-10 tahun 2 pasien (3,6%).
2) Karakteristik Makronutrien
Hasil penelitian didapatkan untuk karakteristik
Makronutrien digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
48
Tabel 4.2 Karakteristik Makronutrien Berdasarkan Asupan Makronutrien Yang Didalamnya Terdapat Karbohidrat
Protein Dan Lemak Pada Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta (N=56) Mean Std
Deviation min max
Karbohidrat 44,73 5.432 28 56 Protein 28,80 5.178 18 39 Lemak 25,02 7.518 10 39 Kadar Glukosa darah
240,41 98.491 75 576
Hasil karakteristik asupan makronutrien pada tabel 4.2
menunjukan bahwa asupan karbohidrat pada pasien diabetes mellitus
dengan nilai rata-rata pada 44,73 dengan nilai max 56 dan min 28.
Asupan protein mempunyai asupan protein dengan nilai rata-rata 28,80
dengan nilai max 39 dan min 18. Asupan lemak mempunyai nilai rata-
rata 25,02 dengan nilai max 39 dan nilai min 10. Sedangkan pada
kadar glukosa darah nilai rata-rata 240,41 dengan nilai max 576 dan
min 75 pada sampel 56 pasien.
b. Analisa Bivariabel
1) Uji Normalitas
Sebelum mencari hubungan yang signifikan dalam
penelitian ini diperlukan untuk melakukan uji normalitas, uji
normalitas pada penelitian dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov
dengan hasil pada tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Pada Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta Nilai
Kolmogorov-Smirnov
N
Karbohidrat 0,099 56 Protein 0,082
Lemak 0,459 Kadar Glukosa Darah
0,485
Berdasarkan tabel 4.3 dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov
didapatkan hasil data pada tabel tersebut ≥0,05 sehingga dikatakan
nilai karbohidrat, protein, lemak dan kadar glukosa darah berdistribusi
49
normal. Hasil data yang berdistribusi normal maka untuk uji korelasi,
data rasio yang berdistribusi normal menggunakan uji Pearson hasil
uji Pearson pada tabel 4.4.
2) Uji Korelasi Pearson
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui hubungan atau korelasi
antara variabel bebas dan variabel terikat
a) Hubungan Karbohidat dengan nilai kadar glukosa darah pasien
diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Panembahan bantul
Yogyakarta
Tabel. 4.4 Hasil Uji Pearson Karbohidrat dengan Nilai Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poliklinik Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta Korelasi p-value Karbohidrat dengan Kadar Nilai Glukosa Darah
0.275 0.040
Hasil perhitungan dari statistik yang menggunakan uji
Pearson seperti yang terlihat pada tabel 4.2 diperoleh p-value
0,040 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan
antara karbohidrat dengan nilai kadar glukosa darah pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta.
b) Hubungan Protein dengan nilai kadar glukosa darah pasien
diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Panembahan bantul
Yogyakarta
Tabel. 4.5 Hasil Uji Pearson Protein dengan Nilai Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poliklinik Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta Korelasi p-value Protein Dengan Nilai Kadar Glukosa Darah
0.296 0,027
Hasil perhitungan dari statistik yang menggunakan uji
Pearson seperti yang terlihat pada tabel 4.2 diperoleh p-value
0,027 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan
50
antara protein dengan nilai kadar glukosa darah pada pasien
diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta. Nilai korelasi yang didapatkan berdasarkan uji
Pearson adalah sebesar 0,296.
c) Hubungan Lemak nilai kadar glukosa darah pasien diabetes
mellitus tipe 2 di RSUD Panembahan bantul Yogyakarta
Tabel. 4.6 Hasil Uji Pearson Lemak dengan Nilai Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poliklinik Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta Korelasi p-value Lemak Dengan Nilai Kadar Glukosa Darah
0.270 0.044
Hasil perhitungan dari statistik yang menggunakan uji
Pearson seperti yang terlihat pada tabel 4.2 diperoleh p-value
0,044 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan
antara lemak dengan nilai kadar glukosa darah pada pasien
diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
a. Jenis kelamin
Berdasarkan data responden yang diperoleh saat penelitian,
ada beberapa karakteristik responden pasien diabetes mellitus di
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Karakteristik
yang pertama yaitu jenis kelamin, responden pada penelitian ini
sebagian besar yang memiliki diabetes mellitus adalah perempuan
yaitu sebesar 35 orang (62,5%), hasil ini didukung oleh data
statistik pada gambaran lokasi penelitian bahwa mayoritas
penduduk bantul adalah perempuan. karena dalam jurnalnya
Werdani (2014) menyebutkan bahwa perempuan memiliki resiko
lebih besar untuk mengalami peningkatan berat badan dan obesitas.
Hal inilah yang diduga berkaitan dengan lebih tingginya prevalensi
51
diabetes melitus tipe 2 pada perempuan dibanding laki-laki (Fitri
dan Yekti, 2012)
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Worang (2013), yang menyebutkan bahwa sebagian
besar penderita diabetes mellitus adalah berjenis kelamin
perempuan dengan jumlah 23 (54,8%), disebabkan karena
perempuan memiliki tumpukan lemak yang berlebih akan
menyebakan obesitas yang menghambat sistem kerja insulin
didalam tubuh. Penelitian lain dilakukan oleh Anani (2012)
menyebutkan bahwa persentase terbanyak penderita diabetes
mellitus adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 56
(71,70%), perempuan pada penelitian ini memiliki lemak yang
lebih tinggi di tubuh dan bagian perut lebih mungkin terkena
diabetes yang tidak tergantung dengan insulin, karena lemak-lemak
pada organ perut lebih mudah diolah untuk memperoleh energi.
b. Usia
Karakteristik berikutnya yaitu usia, dari seluruh responden
yang memiliki rata-rata usia terbanyak yaitu ≥60 tahun (39,3%),
hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013)
bahwa presentasi rentan usia terbanyak dengan usia ≥60 sebanyak
11 (52,4%), karena usia adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kadar glukosa darah pasien diabetes, dimana karena
usia ≥60 tahun akan mengalami kesulitan melakukan aktivitas
fisik, karena faktor usia yang sudah mengelami penurunan terhadap
kerja fungsi otot-otot syaraf sehingga tidak dapat melakukan
olahraga secara teratur (Ilyas, 2007). Penelitian lain yang dilakukan
oleh Paramitha (2014) menyebutkan bahwa usia lansia adalah usia
yang banyak mengalami diabetes mellitus terbanyak yaitu 23 orang
(39,0%). Menurut penelitian yang lain menyebutkan bahwa
sebagian besar orang dengan usia yang lebih dari 60 tahun beresiko
berkembangan nya penyakit-penyakit digeneratif seperti diabetes
52
mellitus tipe 2, resiko terkenanya diabetes kemungkinan berkaitan
dengan banyak komsumsi makanan tinggi energi, kurangnya
aktivitas fisik, dan latihan jasmani dalam jangka waktu yang lama.
Katidakseimbangan antara komsumsi makanan tinggi energi
dengan pengeluaran energi untuk aktifitas dalam jangka waktu
lama memungkinkan terjadinya obesitas, dikarenakan akan
mengalami retensi insulin yang menyebabkan terjadinya diabetes
mellitus tipe 2 (Fitri, 2014).
c. Lama Menderita Dabetes Mellitus
Karakteristik terakhir yaitu lama menderita diabetes
mellitus dari seluruh responden yang memiliki kategori lama
menderita diabetes mellitus terbanyak pada <6 bulan-5 tahun
dengan jumlah 54 pasien (96,4%), selama menderita diabetes dapat
dipengaruhi oleh faktor usia dikarenakan semakin bertama usia
maka semakin peningkatan prevalensi diabetes mellitus. Penelitian
ini sejalan dengan Roifah (2016) di RSUD Prof. Dr. Wahidin
Sudiro Husodo mengatakan bahwa lama menderita diabetes
mellitus diperoleh data sebagian besar pasien dengan lama
menderita diabetes mellitus 5-10 tahun dengan jumlah 43 pasien
(53,1%), hal ini menunjukan bahwa responden sudah menderita
diabetes mellitus sejak lama dan penyakit diabetes mellitus sendiri
adalah penyakit keturunan, keadaan lama menderita diabetes belum
mampu melakukan perawatan atau pencegahan diabetes dengan
baik di rumah dikarenkan pasien diabetes mellitus hanya
mengandalkan terapi yang diberikan oleh tenaga kesehatan
sehingga bukan untuk menyembuhkan diabetes mellitus tetapi
hanya untuk pencegahan diabetes mellitus agar tidak terjadi
komlikasi yang berkelanjutan.
53
2. Asupan Makronutrien dengan diabetes mellitus tipe 2 di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
a. Karbohidrat
Pada penelitian ini menunjukan bahwa persentase
karbohidrat yang dikomsumsi oleh pasien diabetes mellitus tipe 2
di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta rata-rata pada
44,73 dimana dilihat dari hasil observasi bahwa banyak pasien di
rumah sakit yang menunggu antrian berobat banyak yang
mengomsumsi makanan yang mengandung karbohidrat seperti
kentang rebus, umbi-umbian, jagung rebus, dan jajan pasar dan
lama menderita diabetes mellitus pasien, pada penelitian ini lama
menderita diabetes mellitus paling banyak berasa pada <6 bulan-5
tahun diamana pasien yang lama menderita diabetes mellitus yang
lebih dari satu bulan lebih rentan tidak menjaga asupan makanan,
melainkan apabila penderita diabetes yang sudah lebih dari 5
tahun. Kelebihan asupan karbohidrat memicu terjadinya
kegemukan dan resistensi terhadap insulin, oleh karena itu, asupan
karbohidrat berlebih akan menyebabkan peningkatan glukosa
dalam darah (Roifah, 2016).
Menurut teori dari Depkes RI (2004) menyebutkan bahwa
asupan makan yang berlebih adalah merupakan salah satu faktor
penyebab diabetes mellitus, salah satu asupan makan tersebut
adalah karbohidrat, diamana semakin berlebih asupan makan maka
semakan besar akan mengalami diabetes mellitus dan nilai normal
asupan karbohidrat didalam tubuh 45%-50%.
Penelitian Amanina (2015) di wilayah puskesmas
purwosari menyebutkan bahwa jumlah responden yang memiliki
asupan karbohidrat berlebih berjumlah 27 orang dengan jumlah
asupan karbohidrat (67,5%), menunjukan bahwa seseorang yang
asupan karbohidratnya tinggi beresiko lebih besar untuk
mengalami kejadian diabetes mellitus tipe 2. Selain itu Menurut
54
teori Paruntu (2012) menyebutkan bahwa asupan makanan
merupakan faktor resiko yang diketahui dapat menyebabkan
diabetes mellitus tipe 2 salah satunya asupan karbohidrat,
komsumsi karbohidrat yang berlebih menyebabkan lebihnya
glukosa didalam tubuh, pada penderita DM tipe 2 jaringan tubuh
tidak mampu menyimpan dan meggunakan gula, sehingga kadar
gula darah dipengaruhi oleh tingginya asupan karbohidrat yang
dimakan. Pada penderita DM tipe 2 dengan asupan karbohidrat
yang tinggi melibihi kebutuhan, memiliki resiko 12 kali lebih besar
untuk tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
b. Protein
Pada penelitian ini menunjukan bahwa persentase protein
yang dikomsumsi oleh pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta rata-rata pada 28,80, dan
dilihat dari hasil lembar observasi bahwa mayoritas penduduk
bantuk banyak mengomsumsi tempe, tahu, telur dan dimana
asupan makanan yang dimakan mengandung protein dan yang
didapatkan pada penelitian ini pesien diabetes mellitus banyak
yang mengomsumsi potein lebih dari rentan normal. Rentan
normal protein 10%-20% per hari, dalam penelitian ini protein
yang banyak dikomsumsi lebih dalam batas normal dan protein
yang sering dikomsumsi sehari-hari adalah kacang-kacangan, dan
telur. Asupan protein yang belebih di dalam tubuh akan
menyebabkan gangguan konsentrasi kadar glukosa darah, dan
apabila asupan protein yang lebih didalam tubuh makan simpanan
protein akan disimpan menjadi simpanan lemak didalam tubuh
(Suhaema, 2015).
Menurut teori Sudoyo (2009) menyebutkan bahwa protein
yang dimakan akan dicerna menjadi asam amino, sedangkan asam
amino yang masuk ke dalam tubuh berguna untuk pembentukan
55
glukosa di dalam tubuh, apabila asam amino yang berlebih didalam
tubuh akan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah
didalam tubuh. Penelitian lain yang dilakukan Paruntu (2012)
menyebutkan bahwa penderita diabetes mellitus yang memiliki
asupan protein tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh sebagian besar
memiliki kadar glukosa darah tidak terkendali dikarenakan apabila
asupan protein baik tidak berkemungkinan asupan karbohidrat dan
lemak juga baik.
c. Lemak
Pada penelitian ini menunjukan bahwa persentase lemak
yang dikomsumsi oleh pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta rata-rata pada 25,02.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Suhaema (2015) rentan normal
lemak 20-25% per hari, menurut teori dalam penelitian ini lemak
berasal dari makanan yang diolah secara digoreng. Hal ini yang
dapat menyebabkan asupan lemak menjadi sangat tinggi, tingginya
lemak merupakan salah satu faktor yang menganggu sistem kerja
insulin sehingga kadar glukosa darah meningkat di atas normal
karena sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara
optimal dan mengakibatkan diabetes mellitus.
Menurut teori Wahyuni (2012) menyebutkan bahwa lemak
yang berlebih pada tubuh lebih rentan terkena diabetes mellitus
yang tidak ketergantungan terhadap insulin, ketika lemak diolah
untuk memperoleh energy kadar asam lemak didalam darah akan
meningkat, tingginya asam lemak didalam darah akan menyebakan
peningkatan resistensi terhadap insulin.
d. Kadar Glukosa Darah
Pada penelitian ini menunjukan bahwa persentase
karbohidrat yang dikomsumsi oleh pasien diabetes mellitus tipe 2
56
di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta rata-rata pada
240,41. Pada penelitian ini dilihat dari nilai rata-rata banyak
responden yang memiliki kadar glukosa di atas batas normal, hal
ini disebkan karena asupan makan yang tidak dikontrol.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Worang (2013) di
RSUD Manembo Nembo Bitung dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti pada 42 pasien dengan hasil bahwa diabetes
mellitus dapat mempengaruhi kestabilan kadar gula darah
seseorang, jika pengendalian diabetes buruk maka kemungkinan
kadar gula darah pun akan tinggi atau tidak terkontrol begitupun
sebaliknya, jika pengendalian diabetes dilakukan dengan baik
maka kadar gula akan terkontrol.
Menurut teori Joyce & LeeFever (2007) menyebutkan
bahwa pantauan kadar glukosa darah, karena salah satu penyebab
diabetes mellitus yaitu dilihat dari kadar glukosa darah dan asupan
makanan, pemantauan kadar glukosa darah bisa dilihat melalui
empat pilar penatalaksanaan diabetes mellitus agar pasien mampu
mengendalikan kadar glukosa darah dalam batas normal.
3. Asupan Makronutrien dengan Nilai Kadar Glukosa Darah di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
a. Karbohidrat dengan nilai kadar glukosa darah di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara asupan
karbohidrat dengan nilai kadar glukosa darah pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta,
dengan nilai p-value 0,040 (P<0,05), dari hasil observasi dirumah
sakit dan hasil penelitian yang didapatkan banyak pasien yang di
antaranya pada saat makan yang dilihat dari lembar observasi food
recall 24 hours dan pada saat menunggu antrian di poliklinik
dimana komsumsi karbohidrat yang tinggi dapat menyebabkan
57
ketidakstabilan kadar glukosa darah dalam tubuh. Penelitian ini
sejalan dengan Werdani & Triyanti (2014) menyatakan bahwa
asupan karbohidrat memiliki hubungan bermaka dengan kadar gula
darah dengan nilai p-value 0,001 (>0,05), karena karbohidrat
berhubungan penting dengan kadar glukosa darah, kelebihan
karbohidrat memicu terjadinya obesitas dan resistensi terhadap
insulin. Karbohidrat yang masuk ke dalam tubu akan dipecahkan
menjadi bentuk sederhana glukosa yang akan diserap di usus,
glukosa tersebut akan masuk ke dalam peredaran darah, oleh
karena itu asupan karbohidrat yang lebih akan mengakibatkan
peningkatan kadar glukosa dalam darah.
Menurut penelitian Fitri (2014) menyebutkan bahwa subjek
pada penelitian ini mempunyai jumlah komsumsi karbohidrat 45-
65% ada 16 pasien, sedangkan komsumsi karbohidrat ≥60 ada pada
30 pasien, jumlah karbohidrat yang dikomsumsi dari makanan
akan mempengaruhi kadar glukosa darah dan sekresi insulin,
mekanisme hubungan komsumsi karbohidrat dengan kadar glukosa
darah adalah karbohidrat akan diserap dan dipecahkan menjadi
monosakarida, terutama glukosa. Penyerapan glukosa menyeabkan
peningkatan sekresi insulin, penurunan sekresi insulin akan
menyebabkan retensi terhadap insulin yang terjadi pada penderita
diabetes mellitus tipe 2, menyebabkan terhambatnya proses
penggunaan glukosa oleh jaringan tubuh sehingga karbohidrat
salah satu asupan yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa
darah.
Peneliti lain di RSUD Dr. H. Abdu Moeloek Provinsi
lampung menyebutkan bahwa adanya hubungan yang bermakna
antara asupan karbohidrat dengan kadar gula darah pasien diabetes
mellitus tipe 2 dengan p-value=0,004, dengan hasil bahwa
tingginya asupan karbohidrat menyebabkan peningkatan kadar gula
akan melonjak tinggi darah (Muliani, 2013).
58
b. Protein dengan nilai kadar glukosa darah di RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan
antara asupan protein dengan nilai kadar glukosa darah pada pasien
diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta, dengan nilai p-value 0,027 (P<0,05), pada penelitian
ini dilihat dari hasil rata-rata banyak pasien diabetes mellitus yang
mengomsumsi protein dari batas normal yang akan menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah karena asupan protein yang
dimakan akan dicerna menjadi asam amino yang berguna untuk
membentuk glukosa di dalam tubuh. Penelitian ini sejalan dengan
Penelitian Muliani (2013) di RSUD Dr. H. Abdu Moeloek Provinsi
lampung menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara asupan protein dengan kadar glukosa darah dengan p-value
0,033, diamana asupan protein yang lebih tidak baik bagi tubuh,
karena akan terganggu fungsi protein yaitu sebagai zat pembangun
bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, sebagai
pengatur proses metabolism didalam tubuh, dan sebagai pemberi
zat tenaga dalam keadaan energi kurang tercukupi oleh karbohidrat
dan lemak. Asupan protein yang tidak sesuai dengan kebutuhan
tubuh akan mempengaruhi kadar glukosa darah, dikarenakan tubuh
kurang asupan energi makanan.
Menurut teori Sudoyo (2009) apabila protein yang
berlebihan didalam tubuh akan menyebabkan pembentukan asam
amino yang berlebih, apabila asam amino yang berlebih didalam
tubuh akan menyebkan peningkatan kadar glukosa darah.
Penelitian menurut Loeni (2012), menyebutkan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan kadar
glukosa darah dengan p-value 0,029 (p<0,05). Dimana komsumsi
protein merangsang sekresi insulin terutama pada penderita
diabetes mellitus. Ketika protein diberikan bersamaan dengan
59
glukosa, insulin akan menangkap glukosa dengan baik sehingga
glukosa didalam darah akan berkurang, respon insulin didalam
tubuh akan sejalan dengan jumlah protein yang dikomsumsi,
protein juga dapat merangsang peningkatan konsentrasi insulin
terutama pada orang dengan diabetes mellitus tipe 2.
c. Lemak dengan nilai kadar glukosa darah di RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta
Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara asupan
lemak dengan nilai kadar glukosa darah pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta,
dengan nilai P-Value 0,044 (P<0,05), asupan lemak yang berlebih
akan insulin didalam tubuh tidak berkerja dengan baik. Asupan
lemak yang berlebih dapat menyebabkan komplikasi yang dapat
menyebabkan penyakit jantung vaskuler maupun komlikasi yang
lain. Peneliti lain yang dilakukan oleh Paruntu (2012) di RSU
Prof.Dr.R.D. Kandou Manado dengan p-value 0,023 (p<0,05)
menyebutkan bahwa terdapat hubungan lemak dan kadar glukosa
darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2, dikemukakan bahwa
pada penelitian ini 50% pasien tidak dapat mengendalikan kadar
glukosa darah dikarenakan, pasien yang banyak mengomsumsi
asupan makanan yang mengandung lemak berlebih, dengan
demikian asupan lemak yang berlebih akan beresiko 5 kali lebih
besar untuk tidak mampu mengendalikan kadar glukosa darah.
Menurut teori Puspitasari (2014) lemak pada pankreas
merupakan lemak yang berhubungan dengan peningkatan Visceral
Adipose Tissue (VAT), yaitu lemak yang melapisi organ-organ
tubuh bagian dalam, semakin tinggi lemak maka sensivitas insulin
akan semakin rendah. Menurut teori lain asupan lemak berlebih
dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Selain itu, asupan
60
lemak berlebih dapat memicu kenaikan jumlah lemak dalam tubuh
yang akan menyebabkan obesitas (Werdani, 2014).
Berlawanan dengan penelitian Muliani (2013) di RSUD Dr.
H. Abdu Moeloek Provinsi lampung menyebutkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan
kadar gula darah pasien hal ini ditunjukkan dengan nilai p-
value=0,590. Pada penelitian ini lemak tidak mempengaruhi kadar
gula darah tapi dapat menyebabkan adanya penyumbatan
pembuluh darah koroner, dengan salah satu faktor resiko utamanya
adalah dyslipidemia.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Kelemahan Penelitian
Beberapa makanan yang tidak terbagi dari nutrisurvey 2007 versi
Indonesia, sehingga peneliti memasukan data dari jenis untuk bahan
makanan yang terpisah.
62
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dan pembahasan mengenai hubungan
asupan makronutrien dengan nilia kadar glukosa darah pasien diabetes mellitus
tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Persentase supan makronutrien dengan diabetes mellitus tipe 2 di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
a. Persentase asupan karbohidrat pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta dengan hasil rata-rata
ada 44,73 dengan nilai max 56, dan min 28 pada 56 responden
b. Persentase asupan protein pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta dengan hasil rata-rata ada 28,80
dengan nilai max 39, dan min 18 pada 56 responden.
c. Persentase asupan lemak pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta dengan hasil rata-rata ada 25,02
dengan nilai max 39, dan min 10 pada 56 responden.
d. Kadar Glukosa Darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta dengan hasil rata-rata ada
240,41 dengan nilai max 576, dan min 75 pada 56 responden.
2. Terdapat hubungan antara asupan karbohidrat dengan nilai kadar glukosa
darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta, dengan nilai p-value 0,040 (P<0,05).
3. Terdapat hubungan antara asupan protein dengan nilai kadar glukosa darah
pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta, dengan nilai p-value 0,027 (P<0,05).
63
4. Terdapat hubungan antara asupan lemak dengan nilai kadar glukosa darah
pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta, dengan nilai P-Value 0,044 (P<0,05).
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Diharapkan hasil penelitian berguna bagi rumah sakit untuk
mampu memeberikan fasilitas atau tempat pelayanan untuk mendapatkan
informasi mengenai asupan makronutrien untuk mengontrol asupan
makan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta.
2. Bagi Perawat RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Diharapkan hasil penelitian agar perawat poliklinik dapat mengkaji
asupan makanan yang dimakan dan dapat mengontrol nilai kadar glukosa
darah pasien dengan tepat.
3. Bagi Pasien Poliklinik Diabetes Mellitus Di RSUD Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta
Diharapkan hasil penelitian ini agar dapat menbantu pasien
diabetes agar dapat menjaga asupanan makanan setra dapat mengontrol
kadar glukosa darah dengan baik.
64
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Assosiation. (2014). Diagnosis and Classification Of Diabetes Melitus. Diabetes Care , Volume 37, S14
_________________. (2011). Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes care
Anani S. (2012). Hubungan Antara Perilaku Pengendalian DiabetesDan Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus.Cirebon JURNAL KESEHATANMASYARAKAT. Volume 1
Arisman. (2010). Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Melitus, dan Dislipidemia.. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Arviani devita. (2015). Gambaran asupan makan pasien diabetes mellitus tipe ii dengan kadar glukosa darah pada pasien rawat jalan di rsud dr. Moewardi. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Asmawati, Indrisari R, Najamuddin Ulfa. (2013). Studi Validasi Semi-Quantitatif Ffod Frequency Questionnaire (FFQ) Dan Recall 24 Jam Terhadap Asupan Zat Gizi Makro Di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar. Manado. FKM UNHAS
Badan Pusat Statistik. (2016). Kabupaten bantul dalam angka. Diakses pada hari sabtu 9 September 2017 Pukul 15.00 dari http://bantulkab.bps.go.id
Batinah F, Handasari, E. (2012). Asupan Serat Dengan Kadar Gulah Darah, Kadar Kolesterol Total Dan Status Gizi Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Roemani Semarang. Semarang. Jurnal Kesehatan LPPM UNIMUS
Bardenheier, H, Barbara, Dkk. (2014). Does Knowing One’s Elevated Glykemic Status Make a Difference in Makronutrient Intake.Journal American diabetes association.
Beck, E, Mary.(2011).Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya Dengan Penyakit-Penyakit Untuk Perawat & Dokter.Yogyakarta. Yayasan Essentia Medica (YEM)
Boedisantoso, R. A. (2011). Komplikasi akut diabetes mellitus. Penerbit FKUI
Damayanti Santi. (2015). Diabetes mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan.Yogyakarta. Nuha Medika
Dinkes.(2016). Profil Kesehatan Kab.Bantul.Diakses pada: 15 Oktober 2016 pukul 18.04 WIB
65
http://dinkes.bantulkab.go.id/hal/profil-kesehatan-kab-bantul-2016.pdf
Dharma K, K. (2011).Metodologi Penelitian Keperawatan (Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta. Buku Kesehatan
Fitri R, I,Wirawanni, Y. (2014). Hubungan Komsumsi Karbohidrat, Komsumsi Total Energy, Komsumsi Serat, Beban Glikemik, Dan Latihan Jasmani Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Semarang. FKIK Universitas Diponegoro
Fitri, R, Yekti, W. (2012). Asupan Energi, Karbohidrat, Serat, Beban Glikemik, Latihan Jasmani dan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus tipe 2. Jakarta. Media Medika Indonesia.
Hidayat, A, A. (2011).Metode Penelitian Kesehatan: Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Health Books Publishing
__________. (2014). Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisa Data. Jakarta. Salemba Medika
Ilyas, E, I. (2007), Manfaat Latihan Jasmani Bagi Penyandang Diabetes. Jakarta. FKUI
Joyce & LeeFever.(2007). Pedoman Pemeriksaan Laboraturium & Doagnostik Ed 6. Jakarta. EGC
Leoni, A, Astrine.(2012), Hubungan Umur, Asupan Protein, Dan Faktor Lainnya Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pegawai Satlantas Dan Sumda Di Polresta Depok Tahun 2012.Depok. FKM UI
Nursalam.(2013). Metodologi Penelitian Ilmu Pendekatan Praktis.Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
________. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo, S. (2010).Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
___________. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Mulyani, U. (2013). Asupan Zat-Zat Gizi Dan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.Lampung. Poltekes Tanjungkarang Jurusan Gizi
66
Pandelaki & Karel.(2007). Retinopati Diabetic, Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keempat-Jilid III. Jakarta: FKUI
Paramitha, G, M. (2014).Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darahpada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Surakarta. FKIKUMS
Perkumpulan Endokrin Indonesia (PERKENI). (2007). Konseus: Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta
Proverawati & Wati.(2011). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan.Yogyakarta. Nuha Medika
Puruntu, L, O. (2012). Asupan Gizi Dengan Pengendalian Diabetes Pada Diabetisi Tipe Ii Rawat Jalan Di Blu Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. Manado. Gizi Poltekes Manado
Roifah, Ifa. (2016). Analisis Hubungan Lama Menderita Diabetes Mellitus Dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus.Mojokerto. Jurnal Ilmu Kesehatan
Saifunurmazah, D. (2013). Kepatuhan Penderita Diabetes Melitus Dalam Menjalani Terapi Olahraga dan Diet. Semarang. Jurnal Psikologi UNS
Sharlin J, Eldelstein S. (2016). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta. Buku Kedokteran EGC
Soegondo.(2011). Diagnosis Dan Klasifikasi Diabtes Mellitus Terkini.Jakarta: FKUI
___________ et,al. (2009), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta. FKUI
Suhaema.(2015). Gambaran Riwayat Pola Makan Dan Status Gizi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan Peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).Mataram. Poltekes Kemenkes Mataram
Sudoyo W, Setiohadi, B, Alwi, I, K, Simadibrata, M, Setiadi, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi V. Jakarta. InternaPublishing
____________. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi IV. Jakarta. InternaPublishing
67
Suyono.(2011). Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes, Panatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta. FKUI
Sugiyono.(2016). Statistic Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
________. (2007). Metoldologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta
________. (2012). Statistic Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Smeltzer C, S Bare, G, B. (2012). Buku AjarMedikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta. Buku ajar Kedokteran EGC
______________. (2008). Buku AjarMedikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta. Buku ajar Kedokteran EGC
Waspadji. (2008). Komplikasi Kronik Diabetes Mellitus : Mekanisme Terjadinya, Diagnosis Dan Strategis Pengelolaan. Jakarta FKUI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
_________. (2007). Diabetes Mellitus:Mekanisme Dasar Pengelolaannya Yang Rasional. Dalam Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta:Balai Penerbit FKUI
Werdani, R, Aprilia & Triyanti. (2014). Asupan Karbohidrat sebagai faktor yang berhubungan dengan kadar gula darah. Jakarta. KESMAS
Kemenkes Kesehatan RI. (2014). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Farmasi Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republic Indonesia
Qurratuaeni.(2009), Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terkendalinya Kadar Gula Darah Pasien Diabete Mellitus Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati. Jakarta. FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Worang, ,K,H,V, Bawotong, J, Untu, M, F. (2013). Hubungan Pengendalian Diabetes Mellitus Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rsud Manembo Nembo Bitung. Manado. FKIK Universitas Samratulangi
World Health Organization.(2016). Diabetes. Di unduh pada tangal 19 Januari 2017 dari http://www.who.int/topics/diabetes_mellitus/en/
68
_____________. (2014). Definition Diagnosis And Classification Of Diabetes Mellitus And Its Complicatioan. WHO
69
L A M P I R A N
80
81