hubungan asupan kalsium dengan tinggi badan …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfhasil analisis...

18
HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN REMAJA SMP MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: DESY RINA MAHARSARI J 310 130 055 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: nguyenlien

Post on 05-May-2019

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN

REMAJA SMP MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

DESY RINA MAHARSARI

J 310 130 055

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

i

Page 3: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

ii

Page 4: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

iii

utalazimah, SKM.,M.Kes

NIK/NIDN : 786/06-1711-7301

Page 5: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

1

HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN REMAJA

SMP MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

Abstrak

Remaja merupakan masa yang rawan terhadap masalah gizi. Salah satu indikator

penentu kualitas gizi pada remaja adalah tinggi badan. Stunting dikatakan menjadi

suatu masalah kesehatan apabila prevalensinya (>20%). Faktor yang menjadi

penyebab terjadinya pertumbuhan tinggi badan diantaranya adalah genetik,

hormon, aktivitas fisik, nutrisi dan penyakit/infeksi. Salah satu zat gizi yang

berkaitan dengan pertumbuhan tinggi badan adalah kalsium. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan tinggi badan

remaja SMP Muhammadiyah 2 Surakarta. Jenis penelitian adalah observasional

dengan pendekatan cross sectional, sebanyak 53 sampel yang dipilih dengan cara

stratified random sampling. Data asupan kalsium didapatkan melalui Form FFQ

Semi-Kuantitatif selama tiga bulan terakhir. Tinggi badan diukur dengan

menggunakan microtoice dan dianalisis menggunakan WHO Anthro Plus. Hasil

penelitian menggunakan analisis statistik Pearson Product Moment. Berdasarkan

hasil penelitian menunjukkan sebagian besar subjek penelitian tinggi badan non

stunting yaitu sebesar 62,3%. Sebagian besar subjek penelitian memiliki asupan

kalsium yang kurang yaitu sebesar 67,9%. Hasil analisis uji hubungan dengan uji

Pearson Product Moment diperoleh nilai p=0,483 (p>0,05).

Kata kunci : Tinggi badan, asupan kalsium dan remaja.

Abstract

Adolescence is a period of prone to nutritional problems. One of the determinant

indicators of nutritional quality on adolescents is height. Stunting is called as a

health problem if prevalence (>20%). Factors that affect the growth of height

include genetic, hormone, physical activity, nutrition and desease/infection. One

of mikronutrient associated with height growth is calcium. This research aims to

determine the relationship between calcium intake and adolescent height of

student in the SMP Muhammadiyah 2 Surakarta. The type of research is

observational with cross sectional approach, there are 53 samples selected by

stratified random sampling. Calcium intake data was obtained through the FFQ

Form Semi-Quantitative in the last three months. The height was measured by

using microtoice and analyzed by using WHO Antro Plus. The result of the

research was obtained by using statistical analysis Pearson Product Moment. The

result shows that most of research subject of non stunting height equals to 62,3%.

Most of research subject had less calcium intake equals to 67,9%. The result of

realtional test with pearson product moment test analysis was obtained p=0,483

(p>0,05).

Keywords : Height, Calcium, and Adolescent intake.

Page 6: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

2

1. PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan baik secara

fisik, perilaku, ekonomi-sosial serta emosional. Menurut Kemenkes (2010)

batasan usia remaja yaitu 10-19 tahun dan belum dinyatakan menikah.

Pertumbuhan remaja tergantung pada pemberian asupan makanan dengan

kualitas dan kuantitas yang benar. Remaja membutuhkan zat gizi yang baik

untuk mencapai pertumbuhan maksimal. Zat gizi dan pertumbuhan mempunyai

hubungan yang sangat erat. Jika kebutuhan zat gizi berlangsung dengan baik

maka pertumbuhan akan terpenuhi secara optimal (Soetjiningsih, 2010).

Masalah gizi yang terjadi pada remaja akan berpengaruh terhadap

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Gizi mempunyai peran untuk

mencapai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas (Depkes, 2005).

Salah satu indikator penentuan kualitas gizi pada remaja adalah tinggi badan.

Faktor utama yang mempengaruhi tinggi badan adalah genetik dan intake gizi.

Persoalan tinggi badan pada remaja yang terjadi di Indonesia merupakan

cerminan rendahnya konsumsi pangan hewani (daging, ikan, telur, susu)

sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi pangan hewani akan

menyebabkan tinggi badan kurang (stunting) (Khomsan dkk, 2012).

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa masa remaja merupakan

terjadinya growth spurt yaitu puncak pertumbuhan tinggi badan (peak high

velocity), masa tulang (peak bone mass) dan berat badan (peak weight

velocity). Hal ini berpengaruh terhadap kebutuhan gizi pada remaja yang

dapat menyebabkan pertumbuhan tulang secara cepat, perubahan komposisi

tubuh, mineralisasi tulang, dan aktivitas fisik (Notoatmodjo, 2010). Laju

pertumbuhan sangat bervariasi pada masing-masing individu. Hal ini

berhubungan dengan berbagai faktor seperti kurangnya asupan makan dan

adanya penyakit infeksi. Penyakit infeksi menyebabkan metabolisme zat gizi

di dalam tubuh terganggu sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi saat

pertumbuhan (Katona, 2008).

WHO menyatakan bahwa prevalensi status gizi stunting menjadi suatu

masalah dalam kesehatan jika prevalensinya 20% atau lebih. Berdasarkan Hasil

Page 7: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

3

Riset Kesehatan Dasar di Indonesia pada tahun 2010 remaja yang stunting

tergolong masih tinggi yaitu sebesar 35,6% dan (2007) 36,8%, terjadi

peningkatan stunting sebesar 30,7% pada tahun 2013 yang terdiri dari 12,3%

sangat pendek dan 18,4% pendek. Prevalensi tinggi badan remaja usia 13-15

tahun sebesar 35,1% yang terdiri dari 13,8% dengan status gizi sangat pendek

dan 21,3% dinyatakan pendek (Riskesdas, 2013). Berdasarkan Balitbangkes

(2015) di provinsi Jawa Tengah remaja usia 5-12 tahun yang mengalami

stunting yaitu 28,6% yang terdiri dari 11,0% sangat pendek 17,6% pendek dan

remaja usia 13-15 tahun 30,6% yang terdiri dari 10,2% sangat pendek dan

20,4% pendek.

Dampak stunting untuk remaja yaitu tubuh pendek, penurunan

kesehatan, obesitas, penurunan konsentrasi, dan kapasitas kerja (WHO,

2013). Rendahnya asupan mikronutrien pada remaja dapat menyebabkan

stunting. Salah satu mikronutrien yang mempengaruhi stunting yaitu kalsium.

Kalsium merupakan mineral yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang

besar. Rendahnya asupan kalsium pada anak dapat menurunkan fungsi tulang

dan disfungsi osteoblas (Khairy, 2010). Kalsium berperan dalam impuls saraf

dan proses pembekuan darah. Apabila kuantitas kalsium yang berada dalam

darah rendah maka kelenjar paratiroid akan merespon dengan menskresi

hormon PTH. Hormon tersebut akan menghambat aktivitas osteoklas dan

osteoblas untuk membentuk jaringan tulang baru (Salimar dkk, 2014).

Pada masa remaja bentuk tulang mengalami perubahan kuantitatif

maupun kualitatif, terjadi perbedaan yang signifikan pada pertumbuhan

tulang memanjang dan melebar (Soetjiningsih, 2010). Pertumbuhan linier

tulang dapat terjadi selama epifisis terpisah dari korpus tulang, tetapi

pertumbuhan tulang akan terhenti setelah epifisis menyatu dengan korpus

(penutupan epifisis). Epifisis menutup dengan urutan yang teratur dan

menutup setelah memasuki masa dewasa (Ganong, 2008).

Berdasarkan survey pendahuluan tinggi badan remaja yang dilakukan

pada 52 siswa kelas VIIA dan VIIIA didapatkan prevalensi 19,56% siswa yang

mengalami stunting. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk

Page 8: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

4

melakukan penelitian tentang “Hubungan Asupan Kalsium dengan Tinggi

Badan Remaja SMP Muhammadiyah 2 Surakarta”.

2. METODE

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross-sectional.

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018. Lokasi penelitian

dilakukan di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta. Populasi dari penelitian ini

adalah seluruh siswa dan siswi kelas VII dan VIII yang berjumlah 274 siswa.

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini berdasarkan perhitungan

adalah 53 siswa.

Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling, yaitu

menggunakan daftar nama siswa/i kelas VII dan VIII di SMP Muhammadiyah

2 Surakarta. Pemilihan popuasi dilihat berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

kemudian setiap kelas dikocok dengan sistem undian. Nomor pertama yang

diambil menjadi responden yang pertama dan seterusnya hingga mendapatkan

jumlah sampel yang telah ditetapkan.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan kalsium, sedangkan

variabel terikatnya adalah tinggi badan remaja. Data asupan kalsium

didapatkan dengan wawancara FFQ Semi-Kuantitatif dalam tiga bulan terakhir,

sedangkan data tinggi badan diperoleh dengan cara pengukuran menggunakan

microtoice. Data dianalisis menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk

melihat normalitas data, dilanjutkan menggunakan uji statistik Pearson

Product Moment. Signifikansi nilai p adalah jika nilai p>0.05. Penelitian ini

telah memenuhi kode etik dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Surakarta dengan nomor, No: 948/B.1/KEPK-FKUMS/I/2018.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan kelompok usia, responden paling banyak jumlahnya adalah

responden dengan usia 12-13 tahun sebanyak 35 responden dengan

persentase 66%. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki merupakan

responden yang lebih banyak yaitu 29 responden dengan persentase 54,7%

Page 9: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

5

dan sebagian besar rata-rat uang saku yang dikeluarkan oleh responden

adalah Rp. 9.200,-. Uang saku yang diberikan orang tua berhubungan

dengan sosio- ekonomi. Pemberian uang saku dari orang tua, remaja sudah

dapat menentukan sendiri apa yang dinginkannya. Remaja mulai dapat

membeli dan mempersiapkan makanan dan minuman untuk dirinya sendiri

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

3.2 Analisis Univariat

3.2.1 Distribusi Asupan Kalsium

Kalsium merupakan proses yang kompleks, yang dipengaruhi oleh

banyak faktor seperti jumlah kalsium dalam makanan, umur dan zat gizi

lainnya (Hardiansyah dan Supariasa, 2017). Data asupan kalsium diambil

menggunakan metode Food Frequency Questionaire Semi Kuantitatif.

Data diambil dengan cara menanyakan makanan dan minuman yang

dikonsumsi responden selama tiga bulan terakhir kemudian dibandingkan

dengan AKG. Data dikategorikan kurang, baik dan lebih. Dikategorikan

kurang apabila asupan responden <80% AKG, baik apabila asupan

responden 80-100% AKG dan lebih apabila asupan responden >100%

AKG. Distribusi responden menurut asupan kalsium dapat dilihat pada

tabel 1.

Tabel 1

Distribusi Responden Menurut Asupan Kalsium

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Kurang 36 67,9 Baik 12 22,6 Lebih 5 9,4

Total 53 100

Berdasarkan asupan kalsium sebagian besar responden mempunyai

asupan kalsium yang kurang dengan persentase sebesar 67,9% dan asupan

kalsium lebih dengan persentase sebesar 9,4%. Kurangnya asupan kalsium

yang terdapat dalam makanan menyebabkan kebutuhan kalsium pada

responden dalam sehari tidak mencukupi sehingga menyebabkan

terjadinya kekurangan kalsium. Rendahnya konsumsi kalsium dikarenakan

Page 10: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

6

kurangnya pengetahuan tentang sumber makanan yang mengandung

kalsium serta pentingnya kalsium bagi tubuh (Miekawati dkk, 2012).

Distribusi statistik deskriptif responden menurut asupan kalsium dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Distribusi Statistik Deskriptif Responden Menurut Asupan Kalsium

Statistik Deskriptif Asupan Kalsium (%)

Rata-rata 73,67 Standar deviasi 33,52 Nilai maksimal 189,82 Nilai minimal 31,45

Rata-rata asupan kalsium responden dalam penelitian ini sebesar

73,67% dengan nilai maksimal 189,82% yang tergolong dalam kategori

asupan kalsium lebih dan nilai minimal 31,45% yang tergolong dalam

kategori asupan kalsium kurang. Berikut adalah daftar bahan makanan

sumber kalsium responden dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3

Bahan Makanan Sumber Kalsium yang Paling Sering

Dikonsumsi Responden

Sumber Kalsium Rata-rata Konsumsi

(g/hari)

Kandungan Ca total

(mg/hari)

Susu kental manis

( frisian flag)

43,52 3264

Tahu 54,42 2457

Yakult 19,87 2217,6

Tempe 47,88 2137,1

Ikan teri kering 3,25 663,8

Bayam 12,47 1289,2

Kacang hijau 15,27 109,9

Tabel 3 menunjukkan bahwa bahan makanan sumber kalsium dari

golongan susu dan olahannya yang paling sering dikonsumsi responden

adalah susu kental manis dengan merek frisian flag rata-rata konsumsi

yaitu 43,52 g/hari dengan kandungan kalsium 3264 mg/hari dan yakult

dengan rata-rata konsumsi 19,87 g/hari kandungan kalsium total 2217,6

mg/hari. Sementara, merek susu kental manis lain yang juga dikonsumsi

Page 11: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

7

adalah indomilk, omela, dan cap enak. Merek susu cair yang dikonsumsi

oleh responden adalah indomilk, milo, hilo, zee, boneeto, bear brand,

ultramilk dan ultra mimi sementara merek susu bubuk yang juga

dikonsumsi responden adalah frisian flag, milo, hilo, boneeto, zee, dancow

dan sgm. Bahan makanan dari golongan lauk nabati yang paling sering

dikonsumsi adalah tahu dengan rata-rata konsumsi 54,42 g/hari kandungan

kalsium 2457 mg/hari, tempe dengan rata-rata konsumsi 47,88 g/hari

kandungan kalsium 2137,1 mg/hari, dari golongan lauk hewani yang

paling sering dikonsumsi oleh responden adalah ikan teri kering dengan

rata-rata konsumsi 3,25 g/hari kandungan kalsium 663,8 mg/hari. Sayuran

yang paling sering dikonsumsi responden yaitu bayam dengan rata-rata

konsumsi 12,47 g/hari kandungan kalsium total 1289,2 mg/hari.

Sedangkan golongan kacang-kacangan yang paling sering dikonsumsi

responden yaitu kacang hijau dengan rata-rata konsumsi 15,27 g/hari

kandungan kalsium total 109,9 mg/hari.

Menurut Hardinsyah (2008) kacang-kacangan dan olahannya

mempunyai kontribusi kalsium yang sama banyaknya dengan makanan

sumber hewani. Hal ini dikarenakan pada pangan nabati sumber kalsium

dari kacang-kacangan dan olahannya seperti tempe tahu yang sering

dikonsumsi meskipun kandungannya lebih rendah dibandingan dengan

pangan hewani. Namun, adanya zat penghambat pada penyerapan kalsium

seperti asam fitat dan oksalat yang terdapat pada kacang-kacangan, serelia

dan sayuran hijau, maka zat gizi kalsium yang terdapat pada pangan nabati

lebih rendah dibandingkan dengan pangan hewani. Pada produk susu dan

olahannya seperti keju, yogurt, ikan teri, daging sapi merupakan sumber

kalsium terbaik dari produk hewani (Edelstein dan Sharlin, 2015).

Rendahnya konsumsi responden pada produk hewani, susu dan olahannya

besarnya uang saku dapat menentukan jenis makanan yang akan dibeli dan

rata-rata uang saku responden untuk membeli makanan atau jajanan setiap

hari rata-rata RP. 9.200,-Sebagian besar asupan kalsium responden kurang

dimungkinkan karena ketersediaan makanan yang bersumber kalsium yang

Page 12: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

8

tinggi misalnya susu dan olahannya yang berada di lingkungan sekolah

maupun luar sekolah yang kurang memadai.

3.2.2 Distribusi Tinggi badan

Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal tinggi badan

tumbuh bersamaan dengan bertambahnya usia. TB/U adalah capaian

pertumbuhan linear yang dapat digunakan sebagai indeks status gizi atau

kesehatan masa lalu yang bersifat kronis (Gibson, 2005). Distribusi

responden menurut tinggi badan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Distribusi Responden Menurut Tinggi badan

Tinggi badan Frekuensi Persentase (%)

Stunting 20 37,7

Non stunting 33 62,3

Total 53 100

Berdasarkan tinggi badan responden memiliki tinggi badan non

stunting yaitu 62,3% sedangkan responden yang memiliki tinggi badan

stunting yaitu 37,7%. Persentase stunting pada penelitian ini lebih rendah

dibandingkan dengan persentase non stunting. Namun, stunting dikatakan

menjadi permasalahan kesehatan karena persentase mencapai 20% lebih

sehingga apabila tidak segera ditanggulangi dikhawatirkan persentase

stunting akan terus bertambah. Asupan makan yang tidak seimbang

merupakan salah satu faktor yang dikaitkan dengan kejadian stunting

(UNICEF, 2007). Distribusi statistik deskriptif responden menurut tinggi

badan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5

Distribusi Statistik Deskriptif Responden Menurut Tinggi Badan

Statistik Deskriptif Tinggi Badan (sd)

Rata-rata -1,37

Standar deviasi 0,98

Nilai maksimal 1,39

Nilai minimal -3,77

Page 13: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

9

Rata-rata tinggi badan responden dalam penelitian ini sebesar -1,37

yang artinya mayoritas responden non stunting dengan nilai maksimal 1,39

yang tergolong dalam kategori tinggi badan normal dan nilai minimal

-3,77 yang tergolong dalam kategori stunting.

3.3 Analisis Bivariat

Hubungan Asupan Kalsium dengan Tinggi Badan

Asupan kalsium responden dalam penelitian ini diambil

menggunakan metode Food Frequency Questionaire Semi Kuantitatif

selama tiga bulan terakhir. Responden diminta menyebutkan frekuensi

makan dan porsi bahan makanan yang dikonsumsi. Analisis uji hubungan

asupan kalsium dengan tinggi badan dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6

Analisis Uji Hubungan Asupan Kalsium dengan Tinggi badan

Variabel Rata-rata

Minimal Maksimal Standar Deviasi

p

Asupan kalsium (%)

73,67 31,45 189,82 33,52 0,483

Tinggi badan -1,37 -3,77 1,39 0,98

*) Uji Pearson Product Moment

Berdasarkan Tabel 6 hasil analisis hubungan asupan kalsium

dengan tinggi badan remaja di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta

menunjukkan bahwa nilai rata-rata asupan kalsium dalam penelitian ini

yaitu 73,67% termasuk dalam kategori asupan kurang sedangkan rata-rata

tinggi badan dalam penelitian ini yaitu -1,37 termasuk dalam kategori non

stunting (Normal). Penelitian ini membuktikan bahwa masih kurangnya

konsumsi asupan kalsium pada remaja SMP Muhammadiyah 2 Surakarta.

Kebutuhan asupan kalsium pada remaja apabila kurang akan berdampak

negatif karena kalsium berperan penting dalam membantu proses

pertumbuhan. Hasil uji statistik dengan Pearson Product Moment

didapatkan nilai p value 0,457 (p>0,05) maka H0 diterima sehingga dapat

disimpulkan tidak ada hubungan asupan kalsium dengan tinggi badan

remaja SMP Muhammadiyah 2 Surakarta. Hasil penelitian ini sejalan

Page 14: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

10

dengan penelitian Hardinsyah dkk (2008) tentang hubungan konsumsi

susu dan kalsium dengan densitas tulang dan tinggi badan remaja yang

menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

konsumsi kalsium dari produk susu dan non susu dengan tinggi badan dan

densitas tulang.

Pangan nabati yang mengandung sumber kalsium seperti kacang-

kacangan, tempe, tahu maupun sayuran hijau yang mengandung serat dan

oksalat akan membentuk garam tidak larut, akibatnya absorbsi kalsium

dalam tubuh akan terhambat (Almatsier, 2003) Selain itu, faktor lain yang

dapat mempengaruhi penyerapan kalsium dalam tubuh adanya proses

pengolahan makanan yang kurang baik yang dapat berpengaruh terhadap

kelarutan mineral dan gizi bahan pangan karena terjadi kerusakan akibat

panas yang berakibat menurunnya nilai gizi (Aridiyah dkk, 2015). Selain

dari kalsium faktor yang mempengaruhi tinggi badan yaitu genetik,

hormon, dan aktivitas fisik menurut Anderson (2004) faktor genetik

menentukan sekitar 60% perkembangan masa tulang dan 40% diperoleh

dari faktor lingkungan. Penelitian Hardinsyah dkk (2008) menyatakan

tingkat kecukupan konsumsi kalsium total yang semakin tinggi tidak

selalu diikuti oleh tinggi badan yang semakin tinggi.

Tabel 7

Distribusi Asupan Kalsium dengan Tinggi badan

Asupan kalsium

Tinggi badan Total

Stunting Non stunting

n % n % n %

Kurang 17 47,2 19 52,8 36 100 Baik 3 25 9 75 12 100

Lebih 0 0 5 100 5 100

Berdasarkan Tabel 7 bahwa dari 53 responden yang asupan

kalsiumnya kurang cenderung mempunyai persentase stunting lebih besar

yaitu (47,2%) dibandingkan dengan kelompok yang asupan kalsiumnya

baik yaitu hanya (25%) dan (75%) yang mengalami non stunting. Tidak

terdapat responden dengan asupan kalsium lebih yang mempunyai tinggi

badan stunting atau dapat dikatakan bahwa responden dengan asupan

Page 15: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

11

kalsium lebih mempunyai tinggi badan yang normal (non stunting).

Menurut penelitian Fang dkk (2017) kalsium diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan skeletal. Asupan kalsium yang cukup

sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan linier.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bueno

(2008) pada usia pertumbuhan apabila jumlah konsumsi makanan yang

mengandung kalsium lebih rendah, maka akan berdampak pada

pertumbuhan yang akan terhambat terutama pertumbuhan dimasa yang

akan datang (Dewasa). Penelitian yang dilakukan (Aridiyah dkk, 2015)

menyatakan bahwa kurangnya tingkat konsumsi kalsium pada masa

pertumbuhan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan

mengakibatkan munculnya masalah status gizi kronis pada anak. Hal ini

sejalan dengan penelitian Hapzah dan Supriadi (2016) yang menyatakan

asupan kalsium yang kurang lebih banyak terdapat pada anak yang

stunting dibandingkan dengan anak non stunting berdasarkan indikator

tinggi badan menurut umur. Pada penelitian Dewey (2016) mengatakan

bahwa kurang gizi yang terjadi pada saat ibu hamil dengan hygiene dan

sanitasi yang buruk akan berpengaruh terhadap terjadinya stunting. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kartasurya dan Anugraheni

(2012) yang menyatakan bahwa ketidakcukupan zat gizi pada saat

kehamilan dapat menyebabkan terjadinya gagal tumbuh (growth faltering).

Selain itu, sanitasi yang buruk dapat meningkatkan terjadinya stunting

(Desalegn dkk, 2016).

4. PENUTUP

Sebagian besar subjek penelitian memiliki asupan kalsium kurang yaitu

sebesar 67,9%. Sebagian besar tinggi badan remaja termasuk dalam

kategori Non stunting yaitu sebesar 62,3%. Tidak ada hubungan antara

asupan kalsium dengan tinggi badan remaja SMP Muhammadiyah 2

Surakarta.

Page 16: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

12

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta

Almatsier. S. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Gizi. EGC. Jakarta.

Anderson JJB . 2004. Nutrition and bone health . Di dalam food, nutrition and

diet therapy . K. MAHAN and S.E. STUMP. Ed. 11th ed. Saunders.

Pennsylvania . Hlm 642-666.

Aridiyah F., Rohmawati N., Ririanty M. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan

(The Factors Effecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban Areas e-

Jurnal Pustaka Kesehatan vol. 3 (1).

Balitbang Kemenkes RI. 2015. Pendek (stunting) di Indonesia Masalah dan

Solusinya. Jakarta. Balitbang Kemenkes RI.

BKKBN, 2011. Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2011. Jakarta: Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Direktorat Pelaporan

dan Statistik.

Bueno, L.Aline and Mauro A. Czepielewski. 2008. The Importance for Growth of

Dietary Intake of Calcium and Vitamin D. Journal de Pediatria Vol 84

(5).

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2008. Gizi dan Kesehatan

Masyarakat. Raja Grafindo Persada. Jakarta: 214-225.

Depkes RI. 2005. Pedoman Perbaikan Gizi Anak Sekolah dan Madrasah

Ibtidaiyah. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Desalegn B, Kinfe E, Fikre K, Bosha T. 2016. Stunting and Its Associated Factors

in Under Five Years Old Children : The Case of Hawassa University

Technology Villages, Southern Ethiopia. Vol 10 Issue 11 Ver.II.

Dewey, KG. 2016. Reducing stunting by improving maternal, infant and young

child nutrition in regions such as South Asia: evidence, challenges and

opportunities. Maternal & Child Nutrition. 12 (1): 27-38

Edelstein S dan Sharlin J., 2015. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta. hal

108-113

Fang, A., Li, K., Li, H., Guo, M., He, J., Shen, X., Son, J. 2017. Low Habitual

Dietary Calcium and Linear Growth from Adolescence to Young

Adulthood : result from the China Health and Nutrition Survey. J. Nutr.

Elder 1-10.

Page 17: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

13

Fikawati, R, Syafiq A, Veratemala. 2017. Gizi Anak dan Remaja. RajaGrafindo

Persada. Depok.

Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (22nd editon) Jakarta :

EGC

Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford

University Press Inc, New York.

Hardinsyah, Damayanthi E, Zulianti W. 2008. Hubungan Konsumsi Pangan

Sumber Kalsium dengan Tinggi Badan dan Densitas Tulang Remaja

[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hardiansyah, MS dan Supariasa, N. 2017. Ilmu gizi. EGC. Jakarta : 84-85.

Hapzah dan Supriadi. 2016. Asupan Kalsium dan Vitamin C dengan Tinggi

Badan Siswa SD Negeri Beru-beru Kecamatan Kalukku Kabupaten

Mamuju. Jurnal Kesehatan Masyarakat Manarang Vol 2(2).

Kementerian Kesehatan RI, 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

Tahun 2010-2014. Jakarta.

Khairy, S.A.M., Mattar, M.K., Refaat, L.A.M., El-Sherbeny, S.A. 2010. Plasma

Micronutrient Levels of Stunted Egyptian School Age Children. Kasr El

Aini Med J. 16(1): 1-5.

Khomsan A, Anwar F, Hernawati N, Suhanda NS, Oktarina. 2012. Tumbuh

Kembang dan Pola Asuh Anak. Bogor: IPB Press.

Krugman, S.D., Dubowitz, M.D. 2003. Failure to thrive. American Family

Physician. 68 halaman 5.

Miekawati, W., Sayono, dan Ulfa N. 2012. Hubungan Konsumsi Kalsium dalam

Makanan dan Minum dengan Keparahan Karies Gigi pada Murid Kelas

IV dan V SDN Melati Kidul 1 dan 2 Kudus. Jurnal Litbang Universitas

Muhammadiyah Semarang.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Putra, I. 2010. Studi Banding Densitas Mineral Tulang Pada Masa Klimakterium.

Tesis.RSUP H. Adam malik-RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Riskesdas, 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

________, 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Page 18: HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGGI BADAN …eprints.ums.ac.id/67104/9/naspub.pdfHasil analisis uji hubungan dengan uji ... susu) sebagai sumber protein dan kalsium. Kurangnya konsumsi

14

________, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Salimar, Budi S, Noviati F. 2014. Pengetahuan Tentang Osteoporosis dan

Kepadatan Tulang Hubunganya Dengan Konsumsi Kalsium Pada

Wanita Dewasa Muda. Balitbang Kemenkes. Bogor : IPB

Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto. Jakarta.

UNICEF. 2007. Progress for Children : Stunting, Wasting, and Overweight.

http://www.unicef.org/progressforchildren/2007n6/index_41505.htm. 12

Februari 2010.

WHO. 2013. Global nutrition policy review: What does it take to scale up

nutrition action? (World Health Day 2013). Geneva.