hubungan antara tingkat pendidikan orang …/hubungan... · gambar 4.3 histogram data tingkat...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN
SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA
KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 WONOSARI
TAHUN AJARAN 2008/2009
SKRIPSI
OLEH :
BUDI WULANDARI
K8404012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN
SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA
KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 WONOSARI
TAHUN AJARAN 2008/2009
OLEH :
BUDI WULANDARI
K8404012
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapat Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sosiologi-Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pembimbing I
Drs. H. Basuki Haryono, M.Pd
NIP : 19500225 197501 1 002
Pembimbing II
Drs. Noor Muhsin Iskandar, M.Pd
NIP : 19511215 198301 1 001
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapat Gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari: .............................
Tanggal :..............................
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. H.MH.Sukarno, M.Pd ......................
Sekretaris : Dra. Hj. Siti Rochani, M.Pd ......................
Anggota I : Drs. H. Basuki Haryono, M.Pd ......................
Anggota II : Drs. Noor Muhsin Iskandar, M.Pd ......................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H.M Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP 19600727 198702 1 001
v
ABSTRAK
Budi Wulandari. K8404012. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 WONOSARI TAHUN AJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2009.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara: (1). Tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Sosiologi. (2). Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi. (3). Tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik kuantitatif. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari yang berjumlah 178 siswa. Sampel sebanyak 45 siswa yang diambil dengan random sampling. Teknik pengambilan data variabel Tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan menggunakan angket, sedangkan variabel prestasi belajar Sosiologi menggunakan tes prestasi belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik regresi ganda/Multiple.
Berdasarkan penelititan dapat disimpulkan bahwa : (1). Hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA negeri 1 Wonosari berdasarkan perhitungan diperoleh rX1Y = 0,683 dan r = 0,000, maka hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari tahun ajaran 2008/2009“, diterima (2). Hubungan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rX2Y = 0,353 dan r = 0,017, maka hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari tahun ajaran 2008/2009“, diterima (3). Hubungan antara tingkat Pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rX1X2Y = 0,5009 dan r = 0,000, maka hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari tahun ajaran 2008/2009“, diterima.
vi
MOTTO
Kemampuan adalah apa yang Anda lakukan. Motivasi menentukan apa yang Anda
lakukan. Sikap menentukan seberapa baik Anda melakukannya.
Lou Holtz
Semua prestasi tanpa didukung oleh kepribadian dan sikap mental yang positip akan
rapuh dan mudah runtuh.
Dr.WasisD.Dwiyogo
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
· Bapak dan Ibu yang telah berjasa membesarkan dan
mendidik aku selama ini.
· Adikku yang aku sayangi
· Teman-teman Pendidikan Sosiologi 2004.
· Almamater.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar, untuk memenuhi
sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dari
berbagai pihak akhirnya semua hambatan yang timbul InsyAllah dapat peneliti atasi. Atas
segala bentuk bantuannya, peneliti sampaikan terimakasih kepada yang terhormat :
viii
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
2. Ketua Jurusan Drs. Syaiful Bachri, M.Pd, yang telah memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan studi.
3. Ketua Program Drs. H.M Sukarno, M.Pd, yang telah memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan studi.
4. Bapak Drs. H. Basuki Haryono, M.Pd, selaku Penasihat Akademik sekaligus selaku
pembimbing I yang dengan sabar dan ikhlas membimbing dalam penyelesaian
skripsi.
5. Bapak Noor Muhsin Iskandar, M.Pd selaku pembimbing II yang dengan sabar dan
ikhlas memberi bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi-Antropologi
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga peneliti mendapat ilmu
yang berguna dan InsyaAllah berguna bagi masa depan.
7. Siswa kelas XI IPS SMA Negeri I Wonosari yang telah membantu dalam penelitian.
8. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Allah SWT.
Dalam menyusun skripsi ini peneliti telah berusaha semaksimal mungkin, namun
peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Mudah-mudahan skripsi
ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Juni 2009
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………......
HALAMAN PENGAJUAN ………………………………………………...
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………...
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….....
HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………............
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………....
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………....
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...
DAFTAR ISI ……………………………………………………………......
DAFTAR TABEL ………………………………………………………......
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….....
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….........
A. Latar Belakang Masalah……………………………………....
B. Identifikasi Masalah…………………………………………...
C. Pembatasan Masalah ……………………………………….....
D. Perumusan Masalah…………………………………………...
E. Tujuan Penelitian ……………………………………………..
F. Manfaat Penelitian………………………………………….....
BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………….....
A. Tinjauan Pustaka………………………………………………
a. Tinjauan Prestasi
Belajar……………….............................
a Pengertian Belajar….………………................................
b Pengertian Prestasi …………...………………................
c Pengertian Prestasi Belajar……………………………...
d Fungsi Prestasi Belajar………………………………….
e Prinsip-Prinsip Pengukuran Prestasi Belajar………........
f Cara Penilaian Prestasi Belajar ........................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xiii
xiv
xv
1
1
10
11
11
12
12
13
13
13
13
34
35
36
36
37
x
b. Tinjauan Tingkat Pendidikan Orang
Tua………………….
a. Pengertian Pendidikan………………………………….
b. Jalur Pendidikan………………………………………...
c. Jenjang Pendidikan……………………….....................
d. Jenis Program Pendidikan………………………………
e. Peran Orang Tua………………………………………..
c. Tinjauan Siswa Terhadap Mata Pelajaran
Sosiologi………
1. Mata pelajaran Sosiologi...............................................
2. Sikap.............................................................................
a. Pengertian Sikap.....................................................
b. Jenis-jenis Sikap......................................................
c. Ciri-Ciri Sikap.........................................................
d. Fungsi Sikap...........................................................
e. Pembentukan dan Perubahan Sikap........................
f. Cara Pengukuran Sikap...........................................
B. Kerangka Berpikir………………………………………….....
C. Hipotesis……………………………………….......................
BAB III METODE PENELITIAN……………………………….....
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………….....
B. Metode Penelitian…………………………………………….
C. Populasi dan Sampel………………………………………….
1. Populasi Penelitian…………………………………......
2. Sampel Penelitian………………………………............
3. Teknik Pengambilan sampel……...................................
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
1. Variabel Penelitian ………..……………………………...
2. Instrumen Penelitian ..........................................................
E. Teknik Analisis Data………………………………………….
40
40
42
46
49
51
65
65
67
67
69
70
73
75
83
85
87
88
88
89
96
96
97
97
100
103
104
124
124
127
xi
1. Pengujian Persyaratan Analisis…………………….......
2. Pengujian Hipotesis.........................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………………..
A. Deskripsi Data ………………………………………………..
1. Deskripsi Tempat Penelitian…………………...............
2. Deskripsi Data Penelitian................................................
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data .......................................
C. Pengjian Hipotesis …………………………………………...
D. Pembahasan Hasil Analisis Data …………………………….
E. Keterbatasan Penelitian……………………………………….
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN …………………...
A. Kesimpulan …………………………………………………..
B. Implikasi ………………..………………………. …………..
C. Saran-saran…………………………………………………....
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………....
LAMPIRAN....................................................................................................
127
129
129
137
142
148
153
155
156
156
157
158
161
165
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Prestasi belajar................................. 137
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Tingkat Pendidikan Orang Tua........ 139
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Siskap Siswa Terhadap Mata
Pelajaran Sosiogi.......................................................................
141
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Sebaran Variabel X1................................. 143
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Sebaran Variabel X2................................. 144
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Sebaran Variabel Y…………………….. 145
Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Linear X1 terhadap Y............................... 146
Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Linear X2 terhadap Y............................... 147
Tabel 4.9 Matrik Interkorelasi Analisis Regresi........................................ 148
Tabel 4.10 Koefisien Beta dan Korelasi Parsial.......................................... 150
Tabel 4.11 Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh.............................. 151
Tabel 4.12 Perbandingan Bobot Prediktor – Model penuh.......................... 151
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Definisi Sikap...............................................................................................69
Gambar 2.2 Pembentukan Sikap.......................................................................................77
Gambar 2.3 Skema kerangka Berpikir Tentang Hubungan Variabel Independen
Dengan Variabel dependen..............................................................................87
Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Wonosari.............................................130
Gambar 4.2 Histogram Data Prestasi Belajar (Y)............................................................138
Gambar 4.3 Histogram Data Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1).................................140
Gambar 4.4 Histogram Data Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi..............141
Gambar 4.5 Normalitas X1...............................................................................................143
Gambar 4.6 Normalitas X2...............................................................................................144
Gambar 4.7 Normalitas Y................................................................................................145
Gambar 4.8 Linieritas Hubungan Antara X1 dengan Y...................................................147
Gambar 4.9 Linieritas Hubungan Antara X2 dengan Y...................................................148
Gambar 4.10 Hubungan X1 dengan Y.............................................................................149
Gambar 4.11 Hubungan X2 dengan Y................ ............................................................150
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Try Out Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi...........165
Lampiran 2. Kisi-kisi Try Out Tes Prestasi Belajar.........................................................166
Lampiran 3. Try Out Sikap Siswa Terhadap Mata pelajaran Sosiologi..........................167
Lampiran 4 Try Out Prestasi Belajar...............................................................................170
Lampiran 5. Kunci Jawaban Try Out Tes Prestasi Belajar..............................................178
Lampran 6. Surat Pengantar Untuk Orang Tua Siswa.....................................................180
Lampiran 7. Angket Tingkat pendidikan Orang Tua.......................................................181
Lampiran 8. Surat pengantar Untuk Siswa......................................................................182
Lampiran 9. Kisi-kisi Angket Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi............183
Lampiran 10 Angket Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi..........................184
Lampiran 11. Kisi – kisi Tes Prestasi Belajar..................................................................188
Lampiran 12. Soal Tes Prestasi Belajar..........................................................................189
Lampiran 13. Kunci Jawaban Tes Prestasi Relajar……………………………………..195
Lampiran 14. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat kesukaran
Try Out Prestasi Relajar……………………………………………………196
Lampiran 15 Uji Validitas, Reliabilitas Instruyen Try Out sikap Siswa Terhadap
Mata Pelajaran Sosiologi…………………………………………………...199
Lampiran 16. Data Hasil Penelitian Tingkat pendidikan Orang Tua…………..……….203
Lampiran 17. Data Hasil Penelitian Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi...204
Lampiran !8. Data Hasil Penelitian Prestasi Belajar Sosiologi…………………………206
Lmpiran 19. Data Induk Penelitian……………………………………………………..208
Lampiran 20. Tabel Kerja Analisis Data……………………………………………….210
Lampiran 21. Distribusi Frekuensi Data…………………………….………………….212
Lampiran 22. Uji Normalitas…………………………………………………………..218
Lampiran 23. Uji Linieritas…………………………………………………………..…221
Lampiran 24. Independensi………………………………………………………..……229
xv
Lampiran 25. Koefisien X1 dengan Y……………………………………….…………230
Lampiran 26. Koefisien X2 dengan Y………………………………………………….231
Lampiran 27. Koefisien Korelasi Ganda……………………………………………….235
Lampiran 28. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif…………………………….236
Lampiran 29. Tabel Rangkuman koefisien beta dan korelasi parsial, Analisis Regresi
Penuh, Perbandingan Bobot Prediktor-Model Penuh.................................237
Lampiran 30. Surat Perijinan...........................................................................................254
Lampiran 31. Surat Keterangan Telah Mengadakan penelitian dari Kepela Sekolah SMA
Negeri 1 Wonosari......................................................................................260
Lampiran 32. Daftar Nama Siswa Yang Di Try Out.......................................................261
Lampiran 33. Daftar Nama Siswa Yang Menjadi SampelPenelitian...............................262
Lampiran 34. Daftar Nama Populasi yaitu Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari.......263
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya
manusia karena kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang besar dapat
dijadikan sebagai modal pembangunan. Namun dalam kenyataannya bangsa indonesia
belum dapat memanfaatkan dan mengolah sendiri sumber alam yang ada secara optimal,
hal ini dikarenakan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang rendah sehingga
kemampuan dan keahliannyapun masih kalah dengan negara lain. Pendidikan merupakan
sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa, oleh karena itu kemajuan
suatu bangsa dapat diukur dari kemajuan pendidikannya. Untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia Indonesia yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas
pendidikan di Indonesia berada pada posisi di bawah Vietnam.
Pendidikan menduduki peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas
manusia, baik sosial, spiritual, intelektual maupun professional, selain itu pendidikan
menyangkut kelangsungan hidup manusia didalam bermasyarakat untuk meningkatkan
status sosial ekonomi, dengan pendidikan yang tinggi manusia akan semakin memiliki
ketrampilan dan pengetahuan sehingga dapat memperoleh pekerjaan yang layak dan
dapat mencapai kesejahteraan hidup. Apalagi pada era modernisasi dan globalisasi
dimana perkembangan IPTEK sangat cepat dan seseorang ditutut untuk dapat menguasai
IPTEK agar dapat bersaing dalam memperoleh peluang dalam dunia kerja.
Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan negara, masyarakat, keluarga
atau individu tertentu. Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi kelangsungan
suatu bangsa, karena dengan pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas tinggi dalam pembinaan profesionalisme bangsa, berdaya
xvii
saing dan dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai usaha
mempersiapkan subyek pembangunan. Untuk memajukan bangsa Indonesia harus
dimulai dari pengembangan kualitas sumber daya manusia secara komprehensif meliputi
aspek kepribadian dan sikap mental, penguasaan ilmu dan teknologi, serta
profesionalisme dan kompetensi yang ke semuanya dijiwai oleh nilai-nilai religius sesuai
dengan agamanya. Dengan kata lain, pengembangan SDM di Indonesia meliputi
pengembangan kecerdasan akal (IQ), kecerdasan sosial (EQ) dan kecerdasan spiritual
(SQ).
Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan, pemerintah mengeluarkan UU RI No.
20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Pendidikan adalah :
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan pada dasarnya merupakan kebutuhan pokok manusia karena tujuan
utama pendidikan adalah mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang. Pada
saat manusia dilahirkan telah memiliki aspek – aspek baik jasmani maupun rohani,
namun pada saat itu manusia masih lemah, karena aspek baik jasmani maupun rohani
masih bersifat potensial. Untuk mencapai kesempurnaan dan mengembangkan aspek-
aspek yang dimiliki maka manusia perlu bantuan, bimbingan dan pengarahan dari orang
lain yang dianggap mampu membantu mengembangkan potensi yang ada agar berfungsi
sebagaimana mestinya. Dengan kata lain manusia perlu pendidikan agar mencapai
kedewasaan.
Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara mempunyai tujuan pendidikan sendiri
berdasarkan identitasnya sebagai bangsa yaitu Pancasila. Misi pendidikan sebagaimana
dinyatakan dalam UUD 1945 ialah “mencerdaskan kehidupan bangsa “. Dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa pemerintah membuat rumusan tujuan pendidikan
nasional. Dalam hal ini dapat dilihat pada Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3:
xviii
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadimanusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiridan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
(UU RI No 20 tahun 2003:7) Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan serangkaian
kegiatan pendidikan secara terencana, terarah dan sistematis, terutama dilakukan melalui
lembaga formal, yaitu sekolah.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan di
sekolah merupakan kelanjutan pendidikan dalam keluarga. Sekolah merupakan lembaga
tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga
mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Di sekolah anak akan belajar
apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan
kehidupan sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan
dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam kehidupan
modern seperti saat ini, sekolah merupakan suatu keharusan, karena tuntutan-tuntutan
yang diperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak memungkinkan akan dapat
dilayani oleh keluarga. Materi yang diberikan di sekolah berhubungan langsung dengan
pengembangan pribadi anak, berisikan nilai moral dan agama, berhubungan langsung
dengan pengembangan sains dan teknologi, serta pengembangan kecakapan-kecakapan
yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan dunia kerja.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar atau kegiatan yang dijalankan dengan
sengaja, teratur dan berencana dengan maksud untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan, pembentukan kepribadian ataupun mengembangkan potensi yang ada pada
diri individu agar dapat berkembang secara optimal. Di sekolah siswa belajar banyak hal
yang ditunjukkan adanya perubahan kemajuan yang sifatnya positif sehingga pada tahap
akhir akan didapat ketrampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses
belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya.
Syaiful Bahri Djamarah (1994:24) mengemukakan bahwa ”prestasi belajar adalah
penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah
xix
menyangkut pengetahuan, kecakapan/keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil
penilaian”. Prestasi merupakan suatu masalah yang selalu ada dalam kehidupan manusia
karena sepanjang hidup manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang-bidang tertentu
dan kemampuan masing- masing individu. Disekolah siswa bersaing untuk mendapatkan
prestasi belajar yang terbaik untuk mengetahui siswa yang paling pandai, menilai hasil
belajar selama mengikuti proses belajar – mengajar dan berguna untuk masa depannya
kelak baik untuk melanjutkan pendidikan maupun memperoleh pekerjaan.
Keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri dan faktor eksternal yaitu yang berasal
dari luar atau lingkungan sekitar. Keluarga adalah salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar di sekolah. Menurut
Khairuddin H ( 1995: 15 ) mendefinisikan:
Keluarga sebagai suatu kelompok dari orang- orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah, atau adopsi; merupakan susunan rumah tangga sendiri; berinteraksi dan berkomunikasi satu satu sama lain yang menimbulkan peran–peran sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki–laki dan perempuan; dan merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama. Pendidikan keluarga sangat penting bagi pembentukan pribadi anak karena
pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga
merupakan tempat pertama kali anak mendapat pendidikan dan di lingkungan inilah anak
melakukan sosialisasi agar dapat hidup di lingkungan yang lebih luas. Sebagai mana
dinyatakan oleh Kihajar Dewantoro yang dikutip oleh Soelaiman Joesoef (1999:75-76)
”keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting, oleh karena sejak
timbulnya adat manusia hingga kini, hidup keluarga selalu mempengaruhi bertumbuhnya
budi pekerti tiap–tiap manusia”. Di dalam keluarga, orang tua mau tidak mau,
berkeahlian atau tidak, berkewajiban secara kodrati untuk menyelenggarakan pendidikan
terhadap anak-anaknya. Pendidikan keluarga sangat penting khususnya dilakukan oleh
orang tua karena mengingat anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan
dalam keluarga, orang tua tanpa ada yang memerintah langsung berperan sebagai
pendidik, baik bersifat sebagai pemelihara, sebagai pengasuh, sebagai pembimbing,
sebagai pembina maupun sebagai guru dan pemimpin terhadap anak- anaknya. Anak
xx
menginternalisasi norma-norma pada anggota keluarga, baik ayah, ibu maupun anggota
keluarga yang lain.
Menurut Soedomo Hadi ( 2003: 22 ) berpendapat “Orang tua adalah ayah dan ibu
yang menjadi pendidik utama bagi anak-anaknya. Orang tua sebagai pendidik kodrati.
”Sebagai orang tua berkewajiban mendidik, mengasuh dan membesarkan anaknya. Orang
tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang baik, berbakti, dan mempunyai masa
depan yang cerah, karena itu orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam
membimbing, mendampingi anak dalam kehidupan keseharian anak serta menjadi teladan
bagi anaknya. Sudah merupakan kewajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan
yang kondusif sehingga dapat mengembangkan potensi anak, kecerdasan dan rasa
percaya diri. Selain itu, orang tua harus memahami setiap tahap perkembangan anak serta
kebutuhan pengembangan potensi kecerdasan dari setiap tahap. Pada saat anak masih
kecil, orang tua mengajarkan banyak hal sebagai dasar pembentukan perilaku. Setelah
anak menginjak usia remaja, orang tua harus mengawasi dan mengarahkan dengan siapa
anak bergaul agar anak tidak terjerumus dalam pergaulan bebas dan kenakalan remaja.
orang tua harus membimbing dan mengarahkan anak agar anak dapat menilai mana
perbuatan yang baik dan tidak baik, serta mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
karena itu sejak dini dalam pendidikan keluarga dalam diri anak perlu ditanamkan nilai,
moral dan keyakinan agama sebagai dasar berperilaku.
Orang tua berkewajiban memberikan pendidikan formal demi masa depan
anaknya setelah anak memasuki usia sekolah. Sekolah sebagai salah satu sarana
pendidikan formal memerlukan banyak hal yang mendukung yaitu antara lain kualitas
yang baik dari kepala sekolah dan guru, peran aktif dinas pendidikan/pengawas sekolah,
peran aktif orang tua dan peran aktif masyarakat sekitar sekolah. Setelah anak masuk
dalam lingkungan sekolah peranan keluarga masih sangat penting seperti yang
dikemukakan oleh William Goode yang dikutip oleh T.O Ihromi (1999: 67)
”keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa dalam pendidikannya sesungguhnya tidak
hanya memperlihatkan mutu dari institusi pendidikan saja. Tapi juga memperlihatkan
”keberhasilan” keluarga dalam memberikan anak–anak mereka persiapan yang baik
untuk keberhasilan pendidikan yang dijalani”. Jadi setelah anak masuk dalam lingkungan
sekolah, pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah saja tetapi juga
xxi
tanggung jawab dari keluarga karena sebagaian besar waktu anak dihabiskan di dalam
keluarga. Pendidikan anak dimulai dari pendidikan orang tua di rumah dan orang tua
yang mempunyai tanggung jawab utama terhadap masa depan anak-anak mereka, sekolah
hanya merupakan lembaga yang membantu proses tersebut. Sehingga peran aktif dari
orang tua sangat diperlukan bagi keberhasilan anak-anak di sekolah. Menurut Kartini
Kartono (1991: 91) mengemukakan bahwa :
Salah satu bentuk peran orang tua sebagai pemimpin keluarga dalam memantau perkembangan anak adalah menanamkan sistem nilai dengan mementingkan perkembangan pribadi anak-anak, mendorong anak untuk berkompetisi dengan dirinya sendiri dan tidak bersaing dengan teman-temannya serta memperhatikan permulaan masalah yang dihadapi oleh anak sebelum masalah itu menjadi berat. Pendidikan keluarga dapat berhasil apabila orang tua dapat melakukan perannya
dengan baik sebagai pendidik di dalam keluarga. Pada dasarnya setiap orang tua
mempunyai karakter yang berbeda tentang bagaimana mendidik anak- anak mereka,
selain itu tingkat kependidikan yang berbeda juga akan membedakan hasil pendidikan
antar keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua diharapkan lebih berhasil
mendidik anaknya lebih baik dari pada orang tua yang berpendidikan lebih rendah.
Keberhasilan orang tua dalam mendidik anak dapat dilihat dari keberhasilan anak. Orang
tua dikatakan berhasil mendidik anak jika anaknya mempunyai kepribadian yang baik
dan di sekolah dapat meraih prestasi belajar yang optimal.
Keluarga dapat dikatakan sebagai peletak dasar bagi sikap pola tingkah laku serta
perkembangan pribadi anaknya. Sayang sekali karena terdorong oleh rasa kasih sayang,
serta cita-cita masa depan bagi anak, banyak orang tua yang memperlakukan anak
mereka secara keliru. Kekeliruan orang tua dalam memperlakukan anak dapat dilatar
belakangi oleh kurangnya pengetahuan para orang tua mengenai jiwa anak serta
perkembangannya selain itu orang tua kurang mengerti cara mendidik anak yang benar.
Ada orang tua yang cenderung mengarahkan perkembangan anak sesuai dengan
keinginan mereka dan kurang memberi kesempatan kepada anaknya untuk berkembang
sesuai dengan keinginan mereka, ada orang tua yang cenderung memanjakan anaknya
tanpa memikirkan akibatnya kedepan bagi anak, selain itu ada pula orang tua yang
melepaskan diri dari tugasnya sebagai pendidik didalam keluarga, mereka sibuk bekerja
dan memberikan tugas pendidikan hanya pada sekolah ataupun pada orang lain dengan
xxii
kata lain ada orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan anaknya, acuh tak acuh
sehingga tidak tahu apa yang dibutuhkan anak sesungguhnya, tidak tahu perkembangan
anak dan tidak tahu kesulitan- kesulitan yang dihadapi anak sehingga ini akan berdampak
pada hasil belajar. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan orang tua mampu
melakukan perannya dengan baik, mampu mendidik, membimbing, mengarahkan agar
anak tidak salah dalam bergaul, mengerti kebutuhan anaknya, mampu memotivasi anak,
memperhatikan perkembangan anak agar dapat berkembang secara optimal baik fisik
maupun mental, serta menyadari pentingnya pendidikan bagi masa depan anak sehingga
orang tua akan selalu memberikan motivasi, menyediakan fasilitas belajar, terlibat
langsung dengan mendampingi anak pada saat belajar dan membantu kesulitan belajar
yang dihadapi anak agar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
Keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar tidak hanya dari luar namun
juga sangat penting adalah faktor dari dalam diri siswa salah satunya adalah sikap siswa
terhadap mata pelajaran disekolah. Setiap siswa belum tentu menyukai mata pelajaran
yang sama karena dipengaruhi oleh intelegensi, bakat, minat dan motivasi yang ada pada
masing-masing siswa. Mata pelajaran Sosiologi adalah salah satu mata pelajaran yang
dipelajari di jururan IPS, sebagai siswa jurusan IPS seharusnya siswa senang terhadap
mata pelajaran Sosiologi. Namun dalam kenyataannya dalam menyikapi mata pelajaran
Sosiologi antara siswa satu dan siswa yang lain belum tentu sama, ada yang menyukai
pelajaran Sosiologi dan ada siswa yang tidak suka dengan mata pelajaran Sosiologi.
Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiogi menarik untuk dikaji karena sikap akan
memberikan warna terhadap perilaku siswa dalam merespon mata pelajaran Sosiologi
yang kemudian dicari cara membuat siswa senang belajar materi Sosiologi dan pada
akhirnya prestasi belajar Sosiologi siswa dapat optimal. Apabila siswa merespon positif
mata pelajaran Sosiologi maka siswa akan senang belajar dan aktif dalam proses belajar
mengajar yaitu dengan memperhatikan, mencatat hal-hal yang dianggap penting dan
menyimpannya dalam memori pada saat guru menerangkan materi pelajaran Sosiologi.
Sedangkan siswa yang merespon negatif terhadap mata pelajaran Sosiologi maka siswa
akan cenderung malas untuk belajar, jarang memperhatikan guru saat menyampaikan
materi pelajaran Sosiologi karena menganggap mata pelajaran Sosiologi tidak menarik,
tidak berguna, sulit atau membosankan untuk dipelajari. Sikap siswa terhadap mata
xxiii
pelajaran Sosiologi juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar Sosiologi. Jika siswa
mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran Sosiologi maka ia akan cenderung
mampu meraik prestasi belajar Sosiologi yang optimal, sedangkan siswa yang
mempunyai sikap negatif terhadap mata pelajaran Sosiologi maka prestasi belajar
Sosiologinya akan cenderung kurang baik.
Menurut Ellis yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (2004: 141- 142) menyatakan
bahwa:
Sikap ialah faktor perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/ respons, atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang ( like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakannya atau menjauhi/menghindari sesuatu. Faktor- faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan sikap anak- anak yang perlu diperhatikan didalam pendidikan ialah: kematangan ( maturation ), keadaan fisik anak, pengaruh keluarga, lingkungan sosial, kehidupan sekolah, bioskop, guru, kurikulum, dan cara guru mengajar.
Sikap berhubungan dengan perasaan atau emosional dalam merespon suatu objek
baik respons positif mapun negatif. Sikap terhadap suatu objek dipengaruhi oleh faktor
baik dari dalam maupun dari luar, selain itu sikap dapat dirubah dan dibentuk. Sikap
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu yaktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu atau siswa antara lain keadaan fisik
dan kepribadian siswa. Sedangkan faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
diri siswa seperti situasi, pengalaman dan hambatan.
Sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi dapat dirubah jika ada
dorongan/rangsangan dari luar seperti dari guru dan orang tua selain itu juga lingkungan
sekitar siswa seperti teman dan lingkungan masyarakat. Guru harus berusaha menyajikan
bahan pelajaran agar menarik dan tidak membosankan bagi siswa dengan menggunakan
metode yang bervariasi didukung media belajar yang menarik, sehingga siswa akan
memperhatikan dan aktif dalam proses belajar mengajar dan menyediakan fasilitas
belajar yang menunjang proses belajar. Peran aktif orang tua juga sangat penting dalam
xxiv
mendorong dan memperhatikan kemajuan pendidikan siswa. Semakin tinggi pendidikan
orang tua diharapkan mampu melakukan peranannya dengan baik, mampu mendidik,
membimbing, mengarahkan, mengerti kebutuhan anaknya, memperhatikan
perkembangan anak agar dapat berkembang secara optimal baik fisik maupun mental,
serta menyadari pentingnya pendidikan bagi masa depan anak sehingga orang tua akan
menyediakan fasilitas belajar, memberi motivasi anak agar anak semangat belajar,
membantu kesulitan yang dihadapi anak baik dalam belajar maupun masalah lainnya, dan
membiayai pendidikan anak sampai mencapai pendidikan tinggi. Sikap positif terhadap
mata pelajaran sosiologi dan didukung peran aktif orang tua akan mendorong anak untuk
lebih giat belajar sehingga diharapkan siswa akan mencapai prestasi belajar yang optimal.
Berdasarkan uraian di atas peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul
Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Sikap Siswa Terhadap Mata
Pelajaran Sosiologi dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA
Negeri 1 Wonosari Tahun Ajaran 2008/2009.
2. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka ada beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Apakah perbedaan tingkat pendidikan orang tua juga membedakan cara mendidik
anak dalam keluarga?
2. Apakah perbedaan tingkat pendidikan orang tua berhubungan dengan keberhasilan
pencapaian prestasi belajar siswa ?
3. Bagaimana cara orang tua dan guru merubah sikap anak yang negatif terhadap mata
pelajaran Sosiologi agar dapat menjadi sikap positif sehingga siswa senang belajar
dan prestasi belajar Sosiologi juga akan meningkat?
4. Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa tentang pentingnya
pendidikan bagi masa depannya?
xxv
3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan maka
peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1. Tingkat pendidikan orang tua.
Tingkat pendidikan orang tua adalah tahapan pendidikan formal yang telah ditempuh
ayah dan ibu yang menjadi pendidik bagi anak-anaknya.
2. Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi.
Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi adalah kecenderungan siswa untuk
merespons mata pelajaran Sosiologi baik bersifat positif maupun negatif
3. Prestasi belajar sosiologi.
Prestasi belajar Sosiologi adalah hasil usaha siswa dalam segala hal yang dipelajari di
sekolah menyangkut pengetahuan, kecakapan/ketrampilan yang menghasilkan
perubahan yang dinyatakan dalam bentuk skor hasil belajar mata pelajaran Sosiologi
4. Perumusan Masalah
Dari Identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
a. Adakah hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari ?
b. Adakah hubungan yang signifikan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran
Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1
Wonosari ?
c. Adakah hubungan bersama yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua
dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar
Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari ?
5. Tujuan Penelitian
xxvi
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
I. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar
Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari 2008/2009.
II. Untuk mengetahui hubungan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi
dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari
2008/2009.
III. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa
terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas
XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari 2008/2009 .
6. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengetahuan dalam hal pendidikan sekaligus memberikan gambaran mengenai
hubungan tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran
Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi.
b. Manfaat Praktis
a) Memberikan sumbangan pemikiran bagi orang tua dalam mendidik anak,
membentuk dan merubah sikap anak agar dapat meningkatkan prestasi belajar.
b) Berguna bagi siswa agar dapat menyikapi setiap mata pelajaran dengan positif
agar dapat memperoleh prestasi yang optimal.
c) Berguna bagi guru dalam mendidik dan mengajar siswa serta mengarahkan sikap
siswa agar mencapai prestasi belajar yang diharapkan
xxvii
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka
(1) Prestasi Belajar a. Pengertian belajar
Proses belajar berlangsung sepanjang kehidupan manusia agar manusia dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya, bersosialisasi dengan lingkungannya.
Hasil dari proses belajar adalah perubahan tingkah laku yang semula tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Siswa harus belajar agar pandai
dan mencapai prestasi yang baik.
Teori-teori belajar antara lain:
a) Aliran behavioristik
Belajar menurut aliran ini adalah perubahan tingkah laku karena adanya
Stimulus dan Respond (S-R), yaitu suatu proses yang memberikan respons
tertentu terhadap rangsangan dari luar. Pembelajaran dilakukan dengan selalu
memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respons yang tepat. Hubungan
stimus dan respon jika diulangi akan menjadi kebiasaan, jadi kelakuan siswa
adalah terdiri dari respons-respons tertentu terhadap stimulus–stimulus tertentu
yang diberikan oleh guru, pembelajaran dilakukan berulang-ulang , agar
mendapatkan hasil yang mantap. Apabila siswa menemukan kesulitan atau
masalah, guru menyuruh siswa untuk mencoba-coba (trial-error) sampai akhirnya
berhasil. Dalam kegiatan belajar diperlukan ganjaran atau penghargaan asebagai
penguatan.
a) Teori koneksionisme
Teori koneksionisme adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh
Edward L. Thorndike (1874-1949), Teori belajar Thorndike disebut
”connectionism”, karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-
koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini juga sering disebut ”trial-and-
xxviii
error learning” karena individu yang belajar melalui proses ”trial-and-error”
untuk mendapatkan respon yang tepat bagi stimulus tertentu. Menurut
Thorndike yang dikutip oleh Bimo Walgito (2004: 69) menyatakan bahwa
“belajar yang baik harus adanya kesiapan dari organisme yang bersangkutan.
Apabila tidak adanya kesiapan, maka hasil belajarnya tidak akan baik”. Jadi
untuk memperoleh hasil belajar yang baik perlu adanya latihan yang berulang-
ulang. semakin sering orang belajar dan dilatih, maka akan semakin baik.
Menurut Wasty Soemanto (2006: 124) menyebutkan ciri-ciri belajar dengan
trial-and-error yaitu ”(1) ada motif pendorong aktivitas, (2) ada respond
terhadap situasi, (3) ada eliminasi respon-respon yang gagal / salah, dan (4)
ada kemajuan reaksi mencapai tujuan”. Jadi siswa dalam proses belajar perlu
adanya dorongan untuk melakukan aktivitas belajar selain itu ada berbagai
respon terhadap situasi. Untuk mendapatkan respon yang benar perlu adanya
latihan berulang-ulang dan kesiapan kemudian respon-respon yang gagal /
salah dieliminasi agar dikurangi dan tidak dilakukan lagi sedangkan respon
yang benar atau menyanangkan akan cenderung diulangi sampai mencapai
tujuan yang diinginkan.
Dari percobaan Thorndike yang dikutip oleh Rachman Abror (1993:
77) mengemukan:
tiga hukum primer (1) Hukum kesiapan (2) Hukum latihan (law of excercise)
i. Hukum menggunakan (law of use) ii.Hukum tidak menggunakan (law of disuse)
(3) Hukum efek (law effect) Lima hukum belajar sekunder (1) Hukum respon berganda (law of multiple response) (2) Hukum sikap (law of attitude) (3) Hukum sebagian kegiatan atau Hukum unsur yang pre potensi (law
of partial activity or law of prepotency element) (4) Hukum asimilasi atau analogi (law of assimilation or analogy) (5) Hukum perubahan atau pertukaran asosiatif (law of associative
shifting) Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut
tiga hukum primer
(1) Hukum kesiapan
xxix
Hukum ini menyatakan bahwa kalau suatu unit tindakan sudah
siap dilakukan, maka akan menimbulkan kepuasan. Kalau suatu unit
tindakan sudah siap, tetapi tidak dilakukan, maka akan menimbulkan
ketidak puasan. Kalau suatu unit tindakan tidak siap dilakukan, lalu
dipaksa untuk melakukan, maka akan menimbulkanketidak puasan, dan
berakibat dilakukan tindakan-tindakan lain untuk mengurangi atau
meniadakan ketidak puasan. Jadi kepuasan pebelajar tergantung pada
kesiapan orang tersebut untuk melakukan sesuatu.
(2) Hukum latihan (law of excercise)
i.Hukum menggunakan (law of use)
Artinya hubungan baru akan bertambah kuat jika ada latihan-latihan
lain yang sama.
ii.Hukum tidak menggunakan (law of disuse)
Artinya hubungan akan menjadi lemah atau terlupakan kalau latihan-
latihan dihentikan.
Jadi agar dalam belajar sukses perlu banyak latihan – latihan
untuk sampai mencapai tujuan yang diinginkan. Siswa lahur terus belajar
dan latihan secara berulang-ulang.
(3) Hukum efek (law effect)
Kegiatan yang menghasilkan rasa senang/puas dalam situasi
tertentu cenderung akan diulangi lagi. Dalam proses pembelajaran guru
seharusnya menciptakan suasana yang menyenangkan agar siswa tertarik
dan mengulangi apa yang telah dipelajari.
Lima hukum belajar sekunder
(1) Hukum respon berganda (law of multiple response)
Jika individu dihadapkan pada sesuatu yang bersifat problematis, maka
ia akan mencoba-coba sampai mendapatkan respon yang tepat. Dalam
hukum ini guru sebaiknya memberikan tugas agar siswa mencari solusi
xxx
dari permasalahan misalnya dengan menyajikan masalah yang ada
dalam masyarakat sekitar dan siswa diberi tugas mencari solusi dengan
pemikirannya sendiri.
(2) Hukum sikap (law of attitude)
Stimulus yang sama dapat menghasilkan respon yang berlainan
tergantung pada sikap individu
(3) Hukum sebagian kegiatan atau Hukum unsur yang prapotensi (law of
partial activity or law of prepotency element)
Menentukan kemungkinan – kemungkinan dan memilih hal-hal yang
dianggap penting secara selektif berdasarkan atas pengertian. Disini
individu menganalisis kemungkinan apa yang akan terjadi kemudian
memilih hal-hal yang dianggap penting dan yang kurang penting tidak
digunakan.
(4) Hukum asimilasi atau analogi (law of assimilation or analogy)
Adanya penyesuaian diri dan pemberian respon terhadap situasi baru
namun respon yang dilakukan banyak dipengaruhi respon sebelumnya
selama masih ada kemiripan.
(5) Hukum perubahan atau pertukaran asosiatif (law of associative shifting)
Perilaku belajar manusia ditentukan oleh stimulus yang ada
dilingkungan sehingga menimbulkan respons yang reflek. Stimulus yang
terjadi setelah sebuah perilaku terjadi akan mempengaruhi perilaku
selanjutnya. Kecenderungan jika mereaksi dan berhasil maka respons
tersebut akan digunakan untuk merespon situasi yang lain.jadi respon yang
berhasil cenderung dipertahankan dan diulangi. Misalnya siswa yang senang
belajar dengan meringkas materi pelajaran sosiologi jika hal ini dianggap
berhasil maka akan dilakukan pada saat mempelajari materi sejarah atau
yang lainnya yang dianggap masih dapat dipertahankan.
Kelemahan-kelemahan teori yang dikemukakan oleh Thorndike
antara lain:
(1) Teori ini bersifat mekanis, jika diberikan stimulus dengan sendirinya
maka akan timbul respon. Dalam kenyataannya manusia mempunyai
xxxi
faktor psikologis yang mempengaruhi kejiwaan dan mempengaruhi
dalam memberikan respons terhadap sesuatu. Misalnya waktu guru
memberikan tugas yang ia tidak suka, maka ia mau mengerjakannya.
(2) Pelajaran bersifat teacher-centred, jadi yang aktif adalah guru karena
siswa perlu diberi stimulus agar menghasilkan respon yang diinginkan.
Pelajaran berlangsung hanya satu arah sehingga mengakibatkan siswa
kurang kreatif dan mencari sumber dari luar.
(3) Siswa pasif karena kurang dorongan untuk aktif berpikir dan juga
siswa tidak ikut menentukan bahan pelajaran yang sesuai dengan
kebutuhannya. Siswa hanya menunggu guru memberikan materi
pelajaran.
(4) Teori ini lebih mengutamakan materi, karena hanya memberikan
pengetahuan kepada siswa. Materi diberikan kepada siswa dengan
melatih siswa berulang kali sampai siswa menguasai materi.
Jadi koneksionisme merupakan salah aliran psikologi yang
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan
aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui
adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
b) Teori Classikal condition (teori pembiasaan klasik)
Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Ivan Pavlov (1849-1936).
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 169) mengemukakan tentang
hasil penelitian Pavlov bahwa “perilaku individu dapat dikondisikan. Belajar
merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku
atau respons terhadap sesuatu”. Belajar dapat mempengaruhi perilaku yang
selama ini disangka reflektif dan tidak dapat dikendalikan, tetapi Pavlov dapat
membuktikan bahwa dengan belajar berulang-ulang sampai dapat
mengkondisikan perilaku. Sedangkan Rachmad Abror (1993: 80)
mengemukakan dari teori Pavlov bahwa
xxxii
Belajar adalah kebiasaan yang dilakukan oleh persyaratan (conditioning) atau menghubungkan stimulus yang lebih kuat dengan stimulus yang lemah hingga organisme itu dimungkinkan, sebagai hasil dari belajar assosiatifnya, untuk mentranfer respon yang biasanya dihubungkan dengan stimulus yang lebih kuat bilamana stimulus yang lebih kuat bilamana stimulus yang lebih kuat itu dihentikan atau dihilangkan.
Belajar dilakukan dengan adanya persyaratan yang kuat sebagai
persiapan penyesuaian agar timbul kebiasaan dan setelah tingkah laku
terbentuk, persyaratan dikurangi dan dihilangkan. Jadi dari beberapa pendapat
tentang belajar menurut teori pembiasaan klasik dapat diambil kesimpulan
bahwa dalam belajar harus diberi stimulus agar timbul respons yang dilakukan
berulang-ulang sampai timbul kebiasaan. Kebiasaan dibentuk dengan latihan-
latihan berulang kali hingga dalam individu tertamam kemauan untuk selalu
belajar tanpa paksaan.
Menurut Pavlov yang dikutip oleh Bimo Walgito (2004: 66)
membedakan aktivitas organisme dibedakan atas:
(1) Aktivitas yan bersifat reflektif Yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari oleh organime yang bersangkutan.
(2) Aktivitas yang disadari, Yaitu aktivitas atas kesadaran organisme yang bersangkutan.
Penelitian Pavlov memusatkan perhatian pada masalah reflek, karena
kadang organisme membuat respon tanpa disadari sebagai akibat reaksi
terhadap stimulus yang mengenainya.
Teori ini jika diterapkan dalam kegiatan belajar juga mempunyai
kelemahan antara lain:
(1) Dalam diri siswa mempunyai cita-cita, minat dan bakat yang dapat
mempengaruhi proses belajar, dan setiap stimulus berbeda-beda bagi
setiap siswa.
xxxiii
(2) Respon mungkin dipengaruhi oleh respon yang tidak dikenal, karena
stimulus yan tidak dipersiapkan terlebih dahulu, dengan kata lain, tidak
dapat diramalkan mana stimulus yang menarik perhatian seseorang.
c) Operant Conditional
Teori ini diciptakan oleh Burrhus Frederic Skinner. Skinner menganggap
“reward” atau “reinforcement” sebagai faktor terpenting dalam proses belajar.
Teori operant Conditional adalah pengembangan teori koneksionisme. Kalau
pengkondisian yang memberi kondisi adalah rangsangan, maka teori
penguatan yang dikondisi atau yang diperkuat adalah responnya dengan
memberikan penghargaan atau hadiah. Definisi belajar menurut Skinner yang
dikutip oleh Baharuddin dan Nur Wahyuni (2007: 67) “belajar sebagai
perubahan perilaku”. Perubahan perilaku yang dicapai sebagai hasil belajar
melalui proses penguatan perilaku baru yang muncul. Perilaku dikendalikan
dengan penguatan untuk perilaku yang muncul. Respons terjadi bukan karena
didahului stimulus melainkan karena efek penguat, respons akan meningkat
jika adanya penguat yang mengakibatkan tingkah laku tetap dipertahankan.
Dalam pembelajaran reinforcer atau penguat harus sesuai dengan yang disukai
atau dikehendaki siswa agar respon yang benar dilakukan lagi.
Menurut Skinner yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006: 126) membagi
dua jenis respon dalam proses belajar, yakni: “(1) respondents: respon yang
terjadi kerena stimuli khusus yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus
yang jelas, perilaku yan bersifat reflektif, (2) operants: respon yang terjadi
karena situasi random”.
Menurut Reber yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006: 68)
mengemukakan bahwa “operant adalah sejumlah perilaku yang membawa
efek yang sama terhadap lingkungan dekat.Dalam pengajaran, Operants
conditioning menjamin respon-respon terhadap stimuli. Guru berperan penting
di dalam proses belajar mengajar karena guru bertugas mengontrol dan
mengarahkan kegiatan belajar kearah tercapainya tujuan yang dirumuskan.
B.F. Skinner yang dikutip oleh Gino, J, Suwarno, Suripto,
Maryono, Sutijan (2000: 7) menyatakan:
xxxiv
Setiap kali seseorang memperoleh stimulus maka ia akan memberikan respons berdasarkan hubungan S,R. respons yang diberikan dapat sesuai (benar), dapat pula tak sesuai (salah). Respons yang benar perlu diberi penguatan agar orang itu ingin melakukan kembali.
Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya memberikan
penguatan baik yang bersifat positif maupun negatif. Respon yang benar
diberikan penguatan berupa pujian atau hadiah, sedangkan respon yang salah
dapat diberi hukuman yang sifatnya mendidik. Dengan memberikan
penguatan, maka respon yang benar akan semakin kuat dalam pembentukan
perilaku.
Ciri-ciri aliran behavioristik / perilaku.
a. Mementingkan pengaruh lingkungan.
b. Mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan.
c. Mementingkan reaksi. Siswa selalu diberi stimulus sampai timbul respon
atau reaksi yang tepat.
d. Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar.
e. Mementingkan terjadinya sebab-sebab masa lampau mementingkan
pembentukan - pembentukan kebiasaan. Sebab-sebab kejadian merupakan
alasan seseorang melakukan respons yang sama terhadap stimulus karena
respons yang benar cenderung diulang sampai timbul kebiasaan.
f. Mengutamakan proses “trial & Error”. Dalam belajar perlu latihan-latihan
berulang kali sampai siswa berhasil.
Prinsip-prinsip teori Behavioristik yang banyak dipakai di dalam dunia
Pendidikan adalah:
(1) Proses belajar dapat terjadi apabila si pelajar ikut berperan serta secara
aktif
(2) Materi pelajaran dibentuk dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur
berdasarkan urutan logis sehingga si pelajar mudah mempelajarinya
karena, disini mereka memerlukan suatu respon tertentu saja
(3) Tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga
mereka mengetahui apa respons yang diberikannya itu benar atau salah
xxxv
(4) Setiap kali si pelajar memberikan respon yang benar, ia perlu diberi
penguatan
Aplikasi teori Behavioristik terhadap pembelajaran siswa
¶ Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga
tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh
oleh guru
¶ Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang
diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun simulasi
¶ Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai
pada yang kompleks
¶ Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
¶ Kesalahan harus segera diperbaiki
¶ Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan
¶ Evaulasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Kekurangan dan Kelebihan Teori Belajar Behavioristik
Kekurangan :
Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning),
bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur
Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan
apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa
baik hukuman verbal maupun fisik dapat berakibat buruk bagi siswa.
Kelebihan :
Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleks, dan daya tahan.
Contoh : Percakapan bahasa asing, menari, mengetik, olah raga, dll.
Cocok diterapkakn untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka
xxxvi
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
hadiah atau pujian.
Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan,
sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang
berasal dari luar dirinya.
b) Teori-teori Belajar menurut Aliran Psikologi kognitif
Aliran ini tidak puas terhadap proses hubungan stimulus-response-
reinforcement .Dalam perspektif pendekatan kognitif didasarkan pada kognisi,
yaitu tindakan mengenal atau memikirkan dimana tingkah laku itu terjadi. Belajar
pada dasarnya adalah peristiwa mental, bukan semata-mata peristiwa behavioral
yang bersifat jasmaniah yang diakibatkan adanya respon atas stimulus yang
diberikan, melainkan yang lebih penting karena adanya dorongan mental yang
diatur oleh otak. Pembelajaran dalam teori kognitif dilakukan dengan
mengaktifkan indera siswa agar memperileh pemahaman, sedangkan pengaktifan
indera dilakukan dengan menggunakan alat bantu belajar/media yang disesuiakan
dengan kebutuhan, disamping itu menggunakan penyajian/metode yang bervariasi
agar anak tertarik dan indranya aktif, sehingga banyak hal-hal yang dapat diserap
dan dipahami siswa. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya.
Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan
mendapatkan “insight” memecahkan masalah. Mereka (para ahli) berpandangan
tingkah laku lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan yanga terdapat
dalam situasi dalam keseluruhan. Keseluruan lebih berarti daripada bagian-
bagiannya. Proses belajar disini mencakup pengaturan stimulus dan
menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang terbentuk dalam pikiran
seseorang berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Tokoh-tokoh teori belajar yang didasari oleh psikolog kognitif.
a) Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori Gestalt, yang
dasarnya diletakkan oleh Max Wirtheiner. Max Wirtheiner meneliti tentang
xxxvii
pengamatan dan problem solving. Kemudian tokoh lain antara lain Wolfgang
Kohler, kurt Koffka dan Kurt Lewin. Psikologi Gestalt menekankan
keseluruhan. Keseluruhan membentuk satu kesatuan yang bermakna. Menurut
Gestalt yang dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 170)
mengemukakan bahwa ”Belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru
kemudian bagian-bagian”. Dalam belajar siswa harus memehami makna
hubungan antar satu bagian dengan bagian yang lainnya. Sedangkan Menurut
teori Gestalt yang dikutip oleh Rachman Abror (1993: 84) mendefinisikan
”belajar adalah berkenaan dengan keseluruhan individu dari interaksinya yang
matang dengan lingkungannya”. Jadi melalui interaksi, kemudian terbentuk
persepsi, imajinasi dan pandangan baru yang bersama-sama membentuk
pemahaman(insight) yang dapat memecahkan masalah.
Menurut Baharuddin dan Nur Wahyuni (2007: 88) teori Gestalt memandang
”Belajar adalah sebagai proses yang didasarkan pada pemahaman (insight)”.
Pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi,
yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku
tersebut terjadi. Pada situasi belajar, keterlibatan seseorang secara langsung
dalam situasi belajar tersebut akan menghasilkan pemahaman yang dapat
membantu individu memecahkan masalah. Jadi teori Geltalt menganggap
yang paling penting dalam proses belajar individu adalah mengerti apa yang
dipelajari.
Menurut Ernest Hilgard yang dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata
(2004: 171) mengemukakan enam ciri-ciri dari belajar, antara lain:
(1) Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar. (2) Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan belajar yang lalu. (3) Pemahaman tergantung kepada pengaturan situasi. (4) Pemahaman didahului oleh usaha coba-coba. (5) Belajar dengan pemahaman dapat diulangi. (6) Suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi
yang lain.
Seseorang harus belajar dengan pemahaman, namun sebelumnya
harus mempunyai kemampuan dasar dan adanya kemampuan belajar yang
telah dilakukan. Untuk mendapatkan pemahaman perlu adanya pengaturan
xxxviii
situasi, insight baru berfungsi jika ada persepsi terhadap masalah. Dalam
belajar pemahaman terhadap suatu masalah dapat diulangi dan diaplikasikan
untuk pemahaman situasi yang lain yang sesuai. Jadi teori Gestaltl
mementingkan ”Insight” atau pemahaman dalam belajar.
b) Kurt Lewin dengan teori medannya (Teory Cognitive Field)
Bertolak dari Gestalt, Kurt Lewin mengembangkan satu teori belajar
yang disebut “Theory Cognitive Field” .Gino, J et al (2000: 9) mengemukakan
bahwa ”Setiap individu berada dalam suatu medan kekuatan yang bersifat
psikilogis. Medan kekuatan tersebut mencakup seluruh perwujudan
lingkungan di mana individu tersebut bereaksi”. Jadi keadaan psikilogis
penting untuk belajar baik dalam berinteraksi dengan orang yang ditemui,
bahan pelajaran yang ia hadapi serta fungsi-fungsi kejiwaan yang ia punyai.
Menurut Lewin yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006: 129)
mengemukakan bahwa ”Belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan
dalam struktur kognitif”. Perubahan struktur kognitif adalah adalah hasil dari
kekuatan medan kognisi dan yang lainnya dari kebutuhan dan motivasi
internal individu. Jadi Lewin menganggap peranan yang lebih penting
terhadap motivasi dari reward (penguatan).
c) Teori belajar “ cognitive-developmental” dari piaget.
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai
aktivitas gradual dari fungsi intelaktual dari konkrit menuju abstrak. Dalam
penelitiannya Piaget meneliti tahap-tahap perkembangan pribadi serta
perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut
Piaget yang dikutip oleh Gino, J, et al (2000: 10) menyatakan bahwa
”Perkembangan kognitif merupakan proses genetik, artinya proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis yakni perkembangan sistem syaraf.
Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin kompleklah
susunan sel syaraf dan makin meningkat pula kemampuanya”.
Tahap-tahap perkembangan kognitif piaget yang dikutip Wasty
Soemanto (2006: 123) adalah sebagai berikut
xxxix
(1) Sensori motor (lahir – 2 tahun) bayi bergerak dari tidakan reflek instingtif pada saat lahir sampai permulaanpemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tenytang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.
(2) Operasional (2-7) anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampui hubungan informasi sensor dan tindakan fisik.
(3) Konkret operational (7-11) pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda.
(4) Formal operational (11-15) anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik.
Dalam proses pembelajaran guru harus memperhatikan tahap
perkembangan dengan menyusun materi pelajaran sesuai siswa sesuai dengan
perkembangan kognitif siswa. Kunci dari keberhasilan pembelajaran adalah
pendidik harus memfasilitasi agar pembelajar dapat mengembangkan berpikir
logis. Menurut Jean Piaget yang dikutip oleh Hamzah B. Uno (2006: 10)
menyebutkan bahwa ” proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan,
yakni (1) assimilasi, (2) akomodasi, (3) equilibrasi (penyeimbangan)”. Proses
assimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke
struktur kognitif yang sudah ada dalam diri siswa. Akomodasi adalah
penyesuaian stuktur kognitif ke dalam situasi baru. Equilibrasi adalah
penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Dalam pertumbuhan individu ke arah kedewasaan, siswa akan
mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya sehingga menyebabkan
perubahan kualitatif didalam stuktur kognitifnya. Apabila seseorang
mendapatkan informasi baru, maka informasi tersebut disesuaikan dengan
kognitif yang telah dimilikinya, maka terjadilah proses asimilasi. Sebaliknya
bila stuktuk kognitif yang telah dimiliki, yang dimodifikasi sesuai dengan
informasi baru dari luar terjadilah poses akomodasi. Baik asimilasi maupun
akomodasi terjadi apabila terdapat konflik dalam stuktur kognitifnya, atau
terjadi ketidak-seimbangan apa yang telah diketahuinya dengan apa yang
xl
dilihat/dialami sekarang. Setelah terjadi keseimbangan maka seseorang telah
beradaptasi. Dalam hal ini orang yang mempunyai jumlah informasi yang
sama diotaknya mungkin mempunyai kemampuan equilibrasi yang berbeda.
Seseorang dengan krmampuan equilibrasi yng balik akan dapat menata
berbagai informasi dalam urutan yang baik, jernih dan logis. Sedangkan bagi
yang memiliki eguilibrasi yang kurang, maka ia cenderung mempunyai
pemikiran yang ruwet, tidak logis ataupun berbelit-belit.
Menurut Pieget yang dikutip oleh Hamzah B. Uno (2006: 11)
menemukakan bahwa:
Proses belajar harus disesuaikan dengantahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa, Piaget membaginya menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori-motor (ketika anak berumur 1,5 sampai 2 tahun), tahap pra-operasional (2/3 sampai 7/8), tahap operasional konkriet (7/8 sampai 12/14 tahun), dan tahap operasional formal (14 tahun atau lebih). Guru hendaknya mememperhatikan tahap-tahap proses belajar agar
sesuai dengan kemampuan siswa. Belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik
hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh dari
guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik
agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Pengaplikasian didalam belajar: perkembangan kognitif bergantung
pada akomodasi dan asimilasi. Karena itu kepada pelajar diberikan suatu area
yang belum ia ketahui agar belajar, ia tak dapat belajar dari apa yang telah
diketahuinya saja. Dengan adanya area baru atau materi baru itu ia dapat
mengadaptasi sehingga terjadi keseimbangan dalam truktur kognitifnya.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran
adalah :
xli
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh
karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan
cara berfikir anak.
¶ Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
¶ Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
¶ Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
¶ Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling
berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Prinsip-prisip kognitif yang banyak digunakan dalam proses
pembelajaran (instuksional) antara lain:
Pelajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila
pelajaran disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.
Penyusunan bahan pelajaran harus dari sederhana ke kompleks. Untuk
dapat melaksanakan tugas dengan baik mereka harus terlebih dahulu
memahami tugas-tugas yang bersifat lebih sederhana/mudah.
Belajar dengan memahami lebih baik dari pada hanya dengan menghafal
tanpa pengertian. Sesuatu yang baru harus disesuaikan dengan apa yang
telah dimilikinya. Tugas pengajar adalah menunjukkan hubungan antara
apa yang akan dipelajari dengan apa yang telah diketahuinya.
Adanya perbedaan individual pada pelajar perlu diperhatikan sebab
faktor ini mempengaruhi sekali proses belajar mereka. Perbedaan
tersebut antara lain kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan
yang sukses.
Ciri-ciri Aliran Psikologi Kognitif
i. Mengutamakan apa yang ada di dalam diri sendiri
ii. Mementingkan keseluruhan dari bagian-bagian peranan kognitif.
xlii
iii. Mementingkan peranan kognitif. Peranan kognitif sangat penting
dalam belajar karena menganggap bahwa tingkah laku dipengaruhi
oleh kognisi yang berdasarkan pemikiran otak.
iv. Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia.
v. Mementingkan kondisi waktu sekarang.
vi. Mementingkan pembentukan stuktuf kognitif.
vii. Mengutamakan “insight” (pemahaman). Belajar tidak hanya sekedar
menghafal hingga jadi kebiasaan, namun perlu pemahaman yang
berarti dalam memecahkan masalah.
c) Teori-teori Belajar dari Psikologi Humanistik
Perhatian psikologi humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap
individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka
hubungkan dengan pengalaman-pengalaman individu itu sendiri.
Tujuan utama para pendidik (pengajar) adalah membantu sipelajar untuk
mengembangkan dirinya, mengenal dirinya sendiri dan membantunya untuk
mewujudkan potensi - potensi yang ada pada diri mereka. Setiap individu
mempunyai potensi yang berbeda yang perlu dibimbing dan dikembangkan secara
optimal. Dengan dapat mengenal dirinya sendiri, mereka dapat mengerti apa yang
mereka inginkan dan menjadi diri sendiri untuk untuk mewujudkan cita-cita dan
harapannya.
Tujuan belajar menurut teori ini adalah memanusiakan manusia artinya
perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami manusia
terhadap lingkungan dan dirinya sendiri. Penyajian materi pelajaran harus sesuai
dengan perasaan dan perhatian siswa. Para ahli humanistik melihat adanya dua
bagian pada proses belajar yaitu: proses pemerolehan informasi baru dan
personalisasi informasi ini pada individu.
Tokoh-tokoh Psikologi Humanistik
Ada beberapa tokoh Psikologi humanistik yang menonjol antara lain:
o Comb
Menurut Combs dan kawan-kawan yang dikutip oleh Wasty
Soemanto (2006: 137) menyatakan:
xliii
Apabila kita ingin memahami perilaku orang, kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Apabila kita ingin mengubah perilaku seseorang, kita harus berusaha mengubah keyakinan atau pamdangan orang itu, perilaku dalamlah yang membedakan seseorang dari yang lain
Perilaku seseorang dapat dipahami dan dirubah, Meaning adalah
konsep dasar yang dipakai atau digunakan. Belajar terjadi bila siswa
mempunyai arti bagi siswa itu sendiri, guru tidak bisa memaksakan materi
pada siswa.Guru harus memahami perilaku siswa dengan memahami persepsi
siswa apabila ingin mengubah perilaku siswa. Menurut Comb yang dikutip
oleh Wasty Soemanto (2006: 137) mengatakan bahwa “perilaku buruk itu
sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidak mauan seseorang untuk
melakukan sesuatu yang tidak memberikan kepuasan bagi dirinya”. Jadi untuk
membentuk perilaku siswa yang baik, guru harus memberikan aktivitas yang
memungkinkan siswa memberikan reaksi positif.
Para ahli Psikologi humanistik menyatakan ada dua hal yang
menjadi komponen utama dalam belajar yaitu:
i. Pemerolehan informasi baru
ii. Personalisasi informasi itu pada diri individu
Menurut Combs yang dikutip oleh Gino, J, et al (2000: 11)
menyatakan “keberhasilan belajar siswa akan optimal apa bila bahan pelajaran
memiliki arti bagi kehidupannya , atau dengan kata lain apabila bahan
pelajaran dapat menyatu dengan pribadinya”. Sebagai guru yang terpenting
adalah bagaimana caranya membawa siswa untuk memberikan materi
pelajaran yang berarti bagi dirinya dan yang dapat dihubungkan dengan
kehidupannya sehingga akan menimbulkan perilaku yang diinginkan oleh
guru dan proses balajarpun dapat berjalan dengan lancar.
Menurut Combs yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006: 138)
memberikan lukisan ”persepsi diri dan persepsi dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat satu. Lingkaran kecil (1)
gambaran dari persepsi diri, lingkaran besar (2) persepsi dunia”. Makin jauh
peristiwa – peristiwa dengan persepsi dirinya makin kurang pengaruhnya,
xliv
sedangkan makin dekat dengan persepsi dirinya, makin besar pengaruhnya.
Jadi makin sedikit hubungan hal-hal dengan persepsi diri maka makinmudah
hal itu terlupakan dan dianggap tidak berarti baginya.
o Maslow
Menurut Maslow yang dikutip oleh Wasty Soemanto ( 2006: 138)
Teorinya didasari oleh asumsi bahwa di dalam diri kita ada hal yang penting
yakni:” (1) suatu usaha yang positif untuk berkembang, (2) adanya kekuatan
untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Setiap orang memiliki rasa takut misalnya takut berusaha, takut
berkembang, takut kehilangan apa yang telah dimiliki dan sebagainya. Namun
di dalam dirinya terdapat usaha yang mendorong maju kearah keutuhan,
keunikan diri, kearah berfungsi semua kemampuan, kearah kepercayaan diri
guna menghadapi dunia luar dan pada saat itu.
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam diri manusia ada dua
hal yaitu adalah suatu usaha positif untuk berkembang dan kekuatan untuk
melawan atau menolak perkembangan itu. Pada diri manusia mempunyai
berbagai perasaan takut tetapi manusia juga mempunyai perasaan yang
mendorong untuk maju kearah ke unikan diri, kearah fungsinya semua
kemampuan yang dimiliki dapat dikembangkan. Maslow membagi kebutuhan
manusia menjadi tujuh hierarki yang tiap hierarki tersebut memiliki tingkat
penting dalam pemenuhan yang harus dipanuhi dari yang paling dasar.
Kebutuhan menurut Maslow yang dikutip oleh Gino, J, et al (2000:
13) tergambar sebagai berikut:
i. Kebutuhan Fisiologis ii. Kebutuhan akan keamanan
iii. Kebutuhan untuk dicintai dan diakui kelompoknya iv. Kebutuhan untuk harga diri dan berpretasi v. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
vi. Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami vii. Kebutuhan estetis
Bila seseorang telah memenuhi kebutuhan pertama/dasar barulah
timbul kebutuhan kedua dan seterusnya.
xlv
Implikasi dari hierarki kebutuhan ini dalam proses belajar mengajar,
guru harus menyesuaikan pelajaran sesuai dengan si pelajar secara berturutan.
Guru harus peka terhadap kebutuhan murid agar proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan lancar.
Prisip-prinsip belajar Aliran Psikologi Humanistik dalam proses
instruksional / pendidikan.
a) Manusia mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami,
b) Belajar yang efektif terjadi bila bahan pelajaran dirasakan oleh siswa
(pelajar) sesuai dengan maksud dirinya.
c) Belajar yang mendorong perubahan dalam persepsi mengenai dirinya
cenderung ditolaknya.
d) Apabila ancaman terhadap dirinya rendah, pengalaman dapat diperoleh
dengan berbagai cara dan muncullah proses belajar.
e) Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan cara melakukannya
f) Belajar akan berjalan lancar apabila siswa terlibat dan ikut
bertanggung jawab terhadap proses belajar itu sendiri.
g) Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadinya secara utuh,
baik perasaan maupun intelektualnya dapat memberikan hasil yang
intensif dan lestari
h) Kepercayaan diri, kemerdekaan, kreatifitas akan lebih mudah
dimunculkan melalui kegiatan mawasdiri, mengritik diri dan kemudian
menggunakan penilaian diri dari orang lain
Ciri-ciri utama Aliran Humanistik
(1) Mementingkan manusia sebagai pribadi yang bulat
(2) Mementingkan peranan kognitif dan afektif
(3) Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self konsep
(4) Mengutamakan persepsi sbyektif yang dimiliki tiap individu.
(5) Mengutamakan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku
(6) Mengutamakan insight (pengertian).
Aplikasi pada teori ini adalah lebih menunjuk pada peran guru hanya
sebagai fasilitator bagi siswa dan dengan memberi motivasi, kesadaran bagi
xlvi
siswa ,membimbing dan memfasilitasi siswa. Siswa berperan sebagai pelaku
utama yang memaknai proses pambelajarannya. Tujuan pembelajaran lebih
diutamakan pada prosesnya bukan pada hasilnya. Proses pembelajaran pada
umumnya yaitu adalah merumuskan tujuan belajar yang jelas, mengusahaan
adanya partisipasi siswa,mendorong inisiatif siswa untuk peka kritis,
mengemukakan pendapat ,guru berusaha menerima dan memberi kesempatan
pada siswa serta adanya evaluasi pembelajaran Pada teori ini lebih
menekankan pada proses dari pada hasil pembelajaran sehigga siswa harus
aktif.
Kekurangan dan Kelebihan
Teori ini cocok untuk di terapkan pada materi- materi yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap
fenomena sosial. Indikator keberhasilan dari teori ini
adalah siswa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar,dan terjadi
perubahan pola pikir siswa, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Setiap teori terdapat kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dalam belajar
banyak faktor yang mempengaruhi. Belajar perlu latihan berulang-ulang dan juga
mementingkan kemampuan kognitif tanpa mengabaikan keadaan psikologis.
Menurut Winkel (1996:53) mendefinisikan pengertian belajar adalah “Suatu
aktivitas mental / Psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan,
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,
ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan
berbekas”.
Sedangkan pengertian belajar dari definisi beberapa ahli yang dikutip oleh
Ngalim Purwanto (2004: 84)
1) Hilgard dan Bower belajar berhubungan dengan perubahan disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang
2) Gagne Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelumnya ia akan mengalami situasi tadi.”
3) Morgan, Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku Yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
xlvii
4) Witherington “ Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pngertian.”
Dari beberapa pengertian dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku akibat interaksi
dengan lingkungan yang meliputi bertambahnya pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan, pengalaman, nilai, sikap dan untuk mengembangkan aspek-aspek yang
lain yang ada pada diri individu.
b. Pengertian Prestasi
Manusia di dalam kehidupannya selalu mengejar prestasi yang diinginkan,
begitu pula sebagai seorang siswa juga berusaha meraih prestasi belajar yang terbaik
agar mampu meningkatkan kemampuan dan menunjukkan kualitas dirinya sebagai
siswa yang pandai.
Kata ”prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam
bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti ”hasil usaha”. (Zainal Arifin 1990:
2).
c. Pengertian Prestasi Belajar
Di sekolah, siswa saling berkompetisi untuk memperoleh prestasi belajar
yang terbaik. Prestasi dapat dicapai dengan belajar sungguh-sungguh dan kegiatan
belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai prestasi belajar yang optimal.
Menurut Winkel (1996: 391) ”Prestasi belajar adalah bukti nyata bahwa hasil yang
dituju telah tercapai, yang kemudian di evaluasi dengan memberikan umpan balik
kepada siswa”. Menurut Oemar Hamalik (2001: 159) “prestasi belajar merupakan
indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa”. Jadi menurut Oemar
Hamalik prestasi belajar akan terlihat dari perubahan tingkah laku siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajardan pendapat ini didukung oleh pendapat dari
Buchori Muchtar (1992: 94) ”prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau
ditunjukkan oleh murid-murid sebagai hasil belajar, baik berupa angka serta tindakan
yang mencerminkan hasil usaha yang dicapai seseorang dalam kegiatan belajar yang
berupa angka atau simbol atau kalimat dalam pereode tertentu”.
Sedang menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994: 24) ” prestasi belajar
adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari
di sekolah menyangkut pengetahuan, kecakapan/keterampilan yang dinyatakan
xlviii
sesudah hasil penilaian”. Siswa dapat dikatakan telah berprestasi jika siswa sudah
mempunyai pengetahuan, kecakapan / ketrampilan yang telah dipelajari selama
proses belajar-mengajar. Menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) ”Prestasi belajar
adalah hasil pengukuran serta penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
dicapai”.
Dari berbagai beberapa di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi
belajar adalah hasil usaha siswa dalam segala hal yang dipelajari disekolah
menyangkut pengetahuan, kecakapan/ keterampilan yang menghasilkan perubahan
dan dinyatakan dalam bentuk skor hasil belajar.
d. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi. Adapun fungsi prestasi belajar
menurut Zainal Arifin (1990: 3) antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern suatu institusi
pendidikan. Indikator intern berarti bahwa prestasi belajar dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Indikator ekstern bahwa tinggi-rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat.
Prestasi belajar tidak hanya berguna bagi siswa namun juga bagi guru dan
institusi pendidikan. Bagi siswa prestasi belajar dapat digunakan sebagai tolok ukur
sejauh mana kemampuannya dan usahanya selama mengikuti proses belajar
mengajar. Bagi guru, prestasi belajar siswa dapat digunakan sebagai evaluasi cara /
metode belajar yang digunakan sudah efektif atau belum. Sedangkan bagi institusi
prestasi belajar dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan institusi dalam
mencapai tujuan pendidikan dan dapat digunakan sebagai perbaikan kurikulum
pendidikan. Çetin, B., Akın, A. (2009: 244) defines achievement goals as an
"integrated pattern of beliefs, attributions, and affect that produces intentions of
behavior" and further adds, "that is represented by different ways of approaching,
engaging in, and responding to achievement-type activities" artinya tujuan prestasi
xlix
adalah “contoh kesatuan dari keyakinan, simbol, dan akibat yang menghasilkan
maksud dari perilaku” yang diwakili oleh perbedaan cara mendekat , menarik dan
merespon untuk aktivitas tipe prestasi. jadi prestasi mempunyai tujuan yang
dihasilkan oleh perilaku seseorang dan prestasi tersebut dapat berupa simbol.
e. Prinsip-prinsip Pengukuran Prestasi Belajar
Prinsip-prinsip pengukuran prrestasi belajar antara lain:
a) Tes harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instuksional
b) Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari materi yang dicakup oleh program instuksional atau pengajaran.
c) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukurhasil belajar yang diinginkan.
d) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya.
e) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasilnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.
f) Tes prestasi dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak didik. Gronludd yang dikutip oleh (Saifuddin Azwar 2002:18-23)
Dalam pengukuran prestasi belajar harus berpatokan pada skala penilaian
yang digunakan dan aturan–aturan yang telah ditetapkan. Dan penyusunan butir-butir
soal harus sesuai dengan kaidah yang berlaku.
f. Cara Penilaian Prestasi Belajar
Prestasi belajar dapat diukur melalui evaluasi. Evaluasi berasal dari kata
evaluation (bahasa Inggris). Kata tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
”evaluasi”. Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Pendanaan kata evaluasi adalah
asessment berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai
seseorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Dimyanti &
Mudjino (2002: 232) ”evaluasi merupakan proses sistematik menetapkan nilai tentang
sesuatu hal, seperti objek, proses, untuk kerja, kegiatan, hasil, tujuan atau hal lain,
berdasarkan kriteria tertentumelaluai penilaian. Definisi beberapa ahli yang dikutip
oleh Suharsimi Arikunto & Cepi Safaruddin Abdul Jabar ( 2004: 1).
l
1) Menurut Schrahman (1961 dalam Anderson, 1975) memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mrndukung tercapainya tujuan.
2) Worthen dan Sander (1973 dalam Anderson, 1971) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari tersebut, juga termasuk mencari sesuatu yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
3) Stufflebearam (19971, dalam Fernandes 1984) mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif keputusan.
Dari beberapa definisi tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa evaluasi
adalah kegiatan penilaian berencana yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan proses belajar siswa.
Evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan
berkesinambungan. Muhibbin Syah (1995:143) menyebutkan berbagai ragam
evaluasi mulai dari yang sederhana sampai yang paling kompleks yaitu “pre test dan
pos test, evaluasi prasarat, evaluasi diagnostik, evauasi formatif, evaluasi sumatif dan
ragam alat evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu bentuk obyektif dan bentuk
subyektif”. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
1) Pre Test dan Pos Test
Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai
penyajian materi baru. Tujuannya untuk mengidentifikasi surat pengetahuan siswa
mengenai bahanm yang akan disajikan.
Post Tes adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir
penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa
atas materi yang telah diajarkan.
2) Evaluasi Prasyarat
Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre test. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru
yang akan diajarkan.
3) Evaluasi Diagnostik
li
Evaluasi dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan
tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa.
4) Evauasi Formatif
Evaluasi sama dengan ulangan yang dilakukan setiap akhir penyajian satuan
pelajaran atau modul. Tujuannya untuk memperoleh umpan balik untuk
mendiaknosis kesulitan belajar siswa kemudian digunakan sebagai perbaikan.
5) Evaluasi Sumatif
Evaluasi dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar
siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini lazim
dilaksanakan pada akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan
bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik
atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.
6) Ujian Akhir Nasional
Evaluasi yang dirancang untuk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi
pada suatu jenjang pendidikan.
Ragam alat evaluasi secara garis besar terdiri dari dua macam.
(1) Bentuk Obyektif
a) Tes Salah-Benar
b) Tes Pilihan Berganda
c) Tes Pencocokan (Menjodohkan)
d) Tes Isian
(2) Bentuk Subyektif
Alat evaluasi yang berbentuk tes subyektif adalah pengukuran prestasi
belajar yang jawabannya tidak ternilai dengan skor atau angka pasti.
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik
dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun ketrampilan
motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan
seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari
lii
penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan
pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di sekolah
dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada
pendidikan dasar dan menengah dan huruf A, B, C, D, F pada pendidikan tinggi.
Pendidikan tidak hanya bertujuan mengembangkan kemampuan kognitif saja
ketapi juga kemampuan afektif dan kemampuan motorik.
(1) Tingkat Pendidikan Orang Tua.
Tingkat pendidikan orang tua merupakan faktor eksternal yang
mempengaruhi pencapaian prestasi belajar anak. Tingkat pendidikan orang tua
termasuk dalam faktor lingkungan keluarga, karena di dalam faktor yang berasal dari
keluarga mencakup tingkat pendidikan orang tua yang akan berpengaruh terhadap
cara membimbing anaknya, kesadaran orang tua tentang arti pentingnya pendidikan
bagi anak dengan menyedikan fasilitas belajar, memotivasi dan membantu anak
dalam menghadapi kesulitan di sekolahnya. Pendidikan keluarga sangat penting
karena dalam keluargalah akan lahir generasi-generasi penerus bangsa.
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan sangat fundamental bagi kehidupan manusia, karena
memberikan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang berguna bagi kehidupan
manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup sejak manusia lahir sampai mati
Pendidikan dapat merubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik kerena semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin banyak bekal pengetahuan, keahlian
ataupun ketrampilan yang dimiliki sehingga akan dapat bersaing dalam dunia kerja
dan mencapai kesejahteraan hidup. Negarapun memberikan kesempatan pada setiap
warga negara untuk mendapatkan pendidikan setinggi–tingginya, hal ini tercantum
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi ”setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan”.
Kata atau istilah Pendidikan mengandung dua pengertian/makna yang dapat
dipisahkan. Pertama adalah pengertian pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu. Kedua
liii
adalah pengertian pendidikan sebagai suatu upaya yang dilakukan negara,
masyarakat, keluarga, individu tertentu.
Dari segi estimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani ”Paedagogike”.
Ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata ”Pais” yang berarti ”Anak” dan kata
”Ago” yang berarti ”Aku membimbing”. Jadi paedagogike berarti ”Aku
membimbing”. Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaannya.
Menurut Ngalim Purwanto (1990: 11) ”pendidikan adalah segala usaha orang
dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan
jasmani dan rohani kearah kedewasaan”. Anak akan terus tumbuh dan berkembang
baik secara jasmani fisik dan psikis dan hal itu perlu bimbingan orang dewasa agar
anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik atau optimal.. Hasbulah(2005: 5)
mengemukakan “pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan
anak didik melalui kontak dan komunikasi yang berlangsung secara terus-menerus
sampai mencapai kedewasaan”. Dengan kontak dan komunikasi yang terus menerus
akan terjalin hubungan yang erat dan ada penyampaian pengetahuan dan ketrampilan.
Sedangkan menurut UU No. 20 Th. 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan tidak hanya sebatas memberikan pengetahuan dan ketrampilan
tetapi juga pendidikan agama dan moral agar terbentuk pribadi yang baik sehingga
dapat berguna baik bagi diri sendiri, masyakat dan pembangunan bangsa.
Dari beberapa definsi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada
hakekatnya pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa
untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dalam penelitian ini adalah
liv
pendidikan formal yang dilihat dari jenjang pendidikan yang telah ditempuh orang tua
sesuai dengan sistem pendidikan nasional
b. Jalur Pendidikan
Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 pasal 1 ayat 7 (2003: 3) yang
dimaksud dengan ”jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan”. Dalam hal ini jalur pendidikan ada tiga yaitu formal, non formal
dan informal.
a) Pendidikan formal
Menurut UU No. 20 Th. 2003 pasal 1 ayat 11 menyatakan bahwa
”Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.
Ciri-ciri pendidikan formal antara lain
a) Tempat kegiatan proses pembelajaran dilaksanakan di sekolah atau gedung.
b) Memiliki jenjang pendidikan secara jelas
c) Materi pembelajaran bersifat akademis
d) Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah atau swasta
e) Pelaksanaan proses pendidikan relative memakan waktu yang cukup lama.
f) Untuk menjadi peserta didik ada persyaratan khusus
g) Ada ujian formal disertai pemberian ijazah
h) Kurikulumnya disusun secara jelas untuk setiap jenjang dan jenis
i) Tenaga pengajaran harus memiliki klasifikasi sebagaimana
ditetapkan dan diangkat untuk tugas tersebut.
Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah
oleh lembaga formal dan guru bertanggung jawab terhadap pendidikan anak yang
berhubungan dengan kebutuhan anak untuk hidup dalam masyarakat nanti sesuai
dengan tuntutan masyarakat pada waktu itu. Pekerjaan guru tidak hanya mengajar,
melainkan juga mendidik.
Sekolah sebagai penyelenggaran pendidikan formal mempunyai tanggung
jawab yang besar terhadap berlangsungnya proses pendidikan, yang dibagi dalam
tiga kategori, yaitu:
lv
1) Tanggung jawab formal. Sesuai dengan fungsinya, lembaga pendidikan
bertugas untuk mencapai tujuan pendidikan berdasarkan undang-undang
yang berlaku.
2) Tanggung jawab keilmuan. Berdasarkan bentuk, isi, dan tujuan, serta
jenjang pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat.
3) Tanggung jawab fungsional. Tanggung jawab yang diterima sebagai
pengelola fungsional dalam melaksanakan pendidikan oleh para pendidik
yang pelaksanaannya berdasarkan kurikulum.
Sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
terbatasnya orang tua yang tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Untuk
menjalankan tugas-tugas tersebut diperlukan orang lain yang lebih ahli. Guru-
guru di dalam lembaga pendidikan formal adalah orang dewasa yang mendapat
kepercayaan dari pemerintah untuk menjalankan tugas-tugas sebagai pendidik.
Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk
kehidupan masyarakat. Sekolah adalah pemberi jasa yang sangat erat
hubungannya dengan pembangunan. Pembangunan tidak mungkin dapat berhasil
dengan baik tanpa didukung oleh tersedianya sumberdaya manusia yang
berkualitas sebagai produk pendidikan.
b) Pendidikan non-formal
Menurut UU No. 20 Th. 2003 pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa
”Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”.
Ciri-ciri pendidikan non formal antara lain
a) Pada umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas
b) Bersifat praktis dan khusus
c) Pendidikan relative berlangsung secara singkat
d) Dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta
e) Penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di luar
gedung.
Pendidikan Masyarakat merupakan pendidikan non formal.
lvi
Pendidikan ini dilakukan oleh tokoh masyarakat dan orang yang berpengaruh
dalam masyarakat. Pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga dan organisasi
masyarakat.
Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup, cita-
cita bangsa, sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai
keadaan masyarakat tersebut. Masyarakat mempunyai peranan yang penting
dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Peranan yang telah disumbangkan
dalam rangka tujuan pendidikan nasional yaitu berupa ikut membantu
menyelenggarakan pendidikan (dengan membuka lembaga pendidikan swasta),
menyediakan lapangan kerja, biaya, membantu pengembangan profesi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Pendidikan kemasyarakatan adalah usaha sadar yang juga memberikan
kemungkinan perkembangan sosial, kultural keagamaan, kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, ketrampilan, keahlian (profesi), yang dapat dimanfaatkan
oleh rakyat Indonesia untuk mengembangkan dirinya dan membangun
masyarakat.
Pendidikan kemasyarakatan dapat dilaksanakan oleh berbagai lembaga
dengan berbagai program pendidikan, baik oleh pemerintah maupun oleh
masyarakat. Karena itu pendidikan kemasyarakatan, seperti juga pendidikan yang
lain tetap menjadi tanggung jawab pemerintah, pribadi, keluarga, organisasi dan
himpunan dalam masyarakat (keagamaan, kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sosial dan profesional)
Secara konkrit pendidikan masyarakat dapat memberikan :
1) Kemampuan professional untuk mengembangkan karier melalui kursus
penyegaran, penataran, lokakarya, seminar, konferensi ilmiah dan sebagainya;
2) Kemampuan teknis akademik dalam suatu sistem pendidikan nasional seperti
sekolah terbuka, kursus tertulis, pendidikan melalui radio dan televisi, dan
sebaginya;
3) Kemampuan mengembangkan kehidupan beragama melalui pesantren,
pengajian, pendidikan agama di surau atau langgar, biara, sekolah minggu,
dan sebagainya;
lvii
4) Kemampuan mengembangkan kehidupan social budaya melalui bengkel seni,
teater, seni beladiri, lembaga pendidikan spriritual, dan sebagainya;
5) Keahlian dan ketrampilan melalui system magang untuk menjadi ahli
bangunan, dan sebagainya.
c) Pendidikan Informal
Menurut UU No. 20 Th. 2003 pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa
“Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan”.
Ciri-ciri pendidikan informal antara lain:
1) Tidak berjenjang
2) Tidak ada persyaratan apapun
3) Tidak ada ujian
4) Tidak ada lembaga tertentu
5) Tidak ada materi tertentu yang harus dipelajari
6) Berlangsung sepanjang hayat
Pendidikan Keluarga adalah salah satu bentuk pendidikan informal.
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan utama dan pertama. Perilaku
pendidikan dalm keluarga diperankan oleh orang tua atau orang dewasa lainnya
yang memberikan tentang nilai-nilai religius, moral, nilai-nilai adat dan nilai etis
c. Pengertian Jenjang Pendidikan
Dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 Pasal I ayat 8 disebutkan bahwa
“jenjang Pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yng akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan”.
Sedangkan menurut Soedomo Hadi (2003 : 139) menyatakan “jenjang
pendidikan adalah tahapan pendidikan berkelanjutan yang didasarkan tingkat
perkembangan anak (peserta didik) dan keleluasaan bahan pengajaran”.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa jenjang pendidikan
adalah tahapan pendidikan berkelanjutan yang didasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai, kemampuan yang akan dikembangkan dan
keleluasaan bahan pengajaran.
lviii
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
a) Pendidikan Dasar terdiri dari a. Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah b. SMP / MTs
b) Pendidikan Menengah terdiri dari a. SMA dan MA b. SMK dan MKA
c) Pendidikan Tinggi, terdiri dari a) Akademi b) Institut c) Sekolah Tinggi d) Universitas
Adapun penjelasan mengenai tingkat pendidikan adalah sebagai berikut :
a) Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain
yang sederajat.
Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar
kepada peserta didik dan untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi,
anggota masyarakat, warga Negara, anggota umat manusia, serta mempersiapkan
peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
b) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan
menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah
Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
Adapun bentuk satuan pendidikan menengah terdiri atas:
a) Sekolah menengah umum : pendidikannya mengutamakan perluasan
pengetahuan dan peningkatan ketrampilan peserta didik
lix
b) Sekolah menengah kejuruan, yaitu jenjang pendidikan menengah yang
mengutamakan pengembangan ketrampilan peserta didik untuk melaksanakan
jenis pekerjaan tertentu.
c) Sekolah menengah keagamaan; pendidikannya mengutamakan penguasaan
pengetahuan khusus peserta didik tentang ajaran agama yang berkaitan.
d) Sekolah menengah kedinasan, pendidikannya mengutamakan peningkatan
kemmpuan dalam melaksanakan tugas kedinasanbagi pegawai negeri atau
calon pegawai negeri.
e) Sekolah menengah luar biasa, pendidikan yang mengkhususkan untuk peserta
didik yang menyandang kelainan fisik dan / atau mental.
Pendidikan menengah bertujuan untuk:
1) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang
yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan, teknologi dan kesenian.
2) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan
alam sekitarnya.
c) Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan
diselenggarakan dengan sistem terbuka.
Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik maupun
kemampuan professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan
menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi
disebutperguruan tinggi disebut perguruan tinggi dan dapat berbentuk universitas,
institute, sekolah tinggi, politeknik dan akademi.
1) Univesitas menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau
professional dalam sejumlah disiplin pengetahuan, teknologi dan/atau ilmu
pengetahuan tertentu.
lx
2) Institute menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau
professional dalam sekelompok disiplin pengetahuan, teknologi dan/atau
kesenian yang sejenis.
3) Sekolah tinggi menyelenggarakan program pendidikan akademik dan atau
professional dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu.
4) Politeknik menyelwnggarakan program pendidikan professional dalam
sejumlah bidang professional dalam sejumlah bidang khusus.
5) Akademi mnyelenggarakan program pendidikan professional dalam satu
cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan teknologi atau kesenian
tertentu.
Tujuan pendidikan tinggi adalah:
1) Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan / atau professional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau
seni.
2) Penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut berpedoman pada
tujuan pendidikan nasional,yaitu:
a. Kaidah, moral dan etika ilmu pengetahuan.
b. Kepentingan masyarakat serta memperhatikan minat kemampuan dan
prakarsa pribadi.
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja, dan terarah, yang
dilakukan oleh pendidik yang professional , dengan program yang dituangkan
dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang tertentu,
mulai dari tingkat Kanak-kanak(TK) sampai pendidikan tinggi (PT).
d. Jenis Program Pendidikan
Menurut UU No. 20 pasal 1 ayat 9 menyatakan bahwa ”jenis pendidikan
adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan
pendidikan”.
1) Pendidikan Umum
lxi
Pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan
pengutahuan dan ketrampilan peserta didik dengan pengkhususan yang
diwujudkan pada tingkat- tingkat akhir masa pendidikan. Pendidikan umum
berfungsi sebagai acuan bagi pendidikan lainnya. Yang termasuk pendidikan
umum adalah SD, SMP, SMA dan UNIVERSITAS
2) Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu, seperti bidang teknik, jasa
boga dan busana, perhotelan, kerajinan, administrasi perkantoran, dan lain – lain.
Lembaga pendidikan seperti STM, SMTK, SMPI, SMIK, SMEA
3) Pendidikan Luar biasa
Merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk peserta didik
yang menyandang kelainan fisik dan/ atau mental. Yang termasuk pendidikan luar
biasa adalah SLB, untuk jenjang pendidikan menengah masing – masing memiliki
program khusus untuk anak tuna netra, tuna rungu, dan tuna daksa serta tuna
grahita. Untuk pengadaan gurunya disediakan SGPLP (Sekolah Guru Pendidikan
Luar Biasa setara dengan Diploma)
4) Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
Pendidikan kedinasan berfngsi meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam
pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu
departemen atau lembaga pemerintah non departemen.
Pendidikan kedinasan dapat terdiri dari pendidikan tingkat menengah
seperti SPK (Sekolah Perawat Kesehatan), dan yang termasuk pendidikan tingkat
tinggi seperti APDN (Akademi Pemerintahan Dalam Negeri)
5) Pendidikan Keagamaan
lxii
Pendidikan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau kelopok masyarakat
dari pemeluk agama sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendidikan
keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dan/atau menjadi ahli
ilmu agama. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur formal,
nonformal, dan informal. Pendidikan keagamaan berbentuk pesantren, pasraman,
pabhaja sumanera, dan bentuk lain yang sejenis. Yang termasuk pendidikan
agama adalah Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiah, PGAN( Pendidikan Guru Agama
Negeri), IAIN, Sekolah Teoloia, IHD (Institit Hindu Darma)
Peranan pendidikan sangat penting baik dalam bentuk informal, formal ataupun
non formal, karena pendidikan memberikan bekal demi masa depan seseorang yang
berupa ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pembentukan tingkah laku, sikap,
kepercayaan.
Pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat dari masih
banyaknya penduduk di Indonesia yang buta huruf, banyak penduduk yang tingkat
pendidikannya masih rendah sehingga menyebabkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia yang rendah pula. Untuk mengatasi masalah rendahnya kualitas sumber
daya manusia di Indonesia yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu adanya kerjasama baik individu,
keluarga, guru, instansi pendidikan, masyarakat dan pemerintah. Upanya yang harus
dilakukan antara di lingkungan keluarga orang tua dan anggota keluarga lainnya
mendidik dan membimbing anaknya dengan baik. Masyarakatpun juga harus
menciptakan lingkungan pergaulan yang baik. Sedangkan pemerintah harus berupaya
1) meningkatkan sarana fisik sekolah, 2) meningkatkan kualitas guru, 3)
meningkatkan kesejahteraan guru, 4) meningkatkan prestasi siswa, 5) memeratakan
kesempatan pendidikan, 6) pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan dunia
kerja, 7) menambah anggaran untuk pendidikan supaya orang yang kurang mampu
terus dapat bersekolah.
e. Peran Orang Tua
lxiii
Manusia ketika dilahirkan di dunia dalam keadaan lemah. Tanpa pertolongan
orang lain, terutama orang tuanya, ia tidak bisa berbuat banyak. Dibalik keadaannya
yang lemah itu ia memiliki potensi baik yang bersifat jasmani maupun rohani.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang penting karena kemajuan
suatu bangsa berada di tangan keluarga. Keluarga merupakan tempat lahirnya
generasi penerus bangsa. Keluarga adalah lembaga pendidikan tertua, yang bersifat
informal dan kodrati merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan
keluarga pertama anak mendapatkan pengaruh sadar. Pendidikan keluarga
memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar, agama, dan kepercayaan, nilai
moral, norma sosial dan pandangan hidup yang diperlukan peserta didik untuk dapat
berperan dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Kata “keluarga” secara estimologi menurut K.H. Dewantara adalah rangkaian
perkataan-perkataan kawula dan warga. Kawula artinya “abdi” yakni “hamba”
sedangkan warga berarti “anggota”. Sebagai abdi di dalam keluarga wajiblah
seseorang di situ menyerahkan segala kepentingan-kepentingannya kepada
keluarganya. Sebaliknya sebagai warga atau anggota ia berhak sepenuhnya pula
untuk ikut mengurus segala kepentingan didalam keluarganya tadi
Kalau ditinjau dari ilmu sosiologi, keluarga adalah bentuk masyarakat kecil
yang terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh suatu keturunan, yakni kesatuan
antara ayah ibu dan anak yang merupakan kesatuan kecil dari bentuk-bentuk kesatuan
masyarakat.
Sedangkan Khairuddin (1995: 14) mendefinisikan
Keluarga sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang dipersatukan oleh ikatan–ikatan perkawinan, darah, atau adopsi; merupakan susunan rumah tangga sendiri; berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami-istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan, dan merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa definisi
keluarga adalah bentuk masyarakat terkecil yang diikat oleh ikatan perkawinan,
keturunan, darah atau adopsi, yang berinteraksi dan menimbulkan peran-peran sosial.
lxiv
Lahirnya keluarga sebagai lembaga pendidikan semenjak manusia itu ada.
Ayah dan ibu di dalam keluarga sebagai pendidiknya, dan anak sebagai terdidiknya.
Soedomo Hadi (2003: 22) berpendapat bahwa “orang tua adalah ayah dan ibu yang
menjadi pendidik dan utama bagi anak-anaknya”. Pendidikan pertama berlangsung
dalam lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan pertama dan utama bagi
proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar
kepribadian anak. sebagai orang tua juga harus bertanggung jawab terhadap
pendidikan anak demi masa depan anak agar mencapai kesuksesan. Dengan rasa
kasih sayang nya, orang tua membantu anak dalam pengembangan segi fisik, psikis
dan sosial. Pendidikan anak diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua -
anak. Orang tua mempunyai peranan yang penting di dalam pendidikan keluarga.
Pendidikan sangat penting bagi manusia yang hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Pendidikan dalam keluarga menjadi dasar penbentukan pribadi individu
dan tempat anak pertama kali bersosialisasi agar kelak dapat hidup dalam masyarakat
yang lebih luas. Pendidikan juga menciptakan peluang untuk melakukan mobilitas
agar status sosialnya dapat naik. Mobilitas sosial vertikal ke atas dapat diperoleh
lewat pendidikan dengan usaha belajar giat.
Menurut Vembrianto (1990) yang dikutip oleh Ravik Karsidi (2005: 51-52)
ada tiga macam fungsi yang tetap melekat sebagai ciri hakiki keluarga, yaitu 1)
Fungsi biologis, 2) Fungsi afeksi, 3) Fungsi sosialisasi. Untuk lebih jelasnya akan
diuraikan sebagai berikut:
a) Fungsi biologis keluarga yaitu meneruskan keturunan, anak dilahirkan dan
dibesarkan dalam keluarga.
b) Keluarga mempunyai fungsi afeksi karena keluarga dibangun dengan cinta dan
kasih sayang yang mengisi kehangatan dalam sebuah keluarga dan membuat
seluruh bagian dari keluarga merasa nyaman dan bahagia.
c) Fungsi sosialisasi dimana keluarga berfungsi sebagai tempat anak pertama kali
mendapat pendidikan dan berinteraksi membentuk pribadi, sikap dan pola tingkah
laku anak sebagai bekal kehidupan anak kelak sewaktu hidup di lingkungan yang
lebih luas yaitu lingkungan masyarakat. Jika fungsi keluarga dapat dilaksanakan,
lxv
maka akan terbentuk keluarga yang harmonis, dimana semua anggota keluarga
akan merasa nyaman tinggal dalam lingkungan keluarga.
Di dalam keluarga, orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam
mendidik anak, orang tua harus menyadari tanggung jawabnya terhadap anak yaitu
dengan memelihara dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang dan perhatian,
memperhatikan dan mengarahkan perkembangan anak baik jasmani maupun rohani.
Orang tua harus mendidik anaknya sebaik mungkin dengan menanamkan nilai-nilai
agama, kesopanan, moral maupun pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi
perkembangan pribadi anak. Selain itu sebagai orang tua harus berusaha
membahagiakan anaknya dengan mencukupi kebutuhan anaknya. Kebahagiaan
keluarga dapat terwujud jika di dalam keluarga adanya sikap saling menghormati dan
saling menyayangi antar anggota keluarga, mengerti dan menjalankan hak dn
kewajibannya masing-masing.
Dari pengertian keluarga dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan
keluarga berfungsi
1) Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
2) Menjamin kehidupan emosional anak
3) Menanamkan dasar pendidikan sosial
4) Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
Untuk melaksanakan berbagai tanggung jawab itu, dalam konsep pendidikan,
orang tua seyogyanya bersikap demokratis terhadap anak Artinya, orang tua mampu
menciptakan suasana dialogis dengan anak, sehingga dapat menumbuhkan hubungan
keluarga yang harmonis, saling menghormati, disiplin, dan mengetahui tanggung
jawab masing-masing. Suasana demikian akan sangat mendukung kepribadian anak
sehingga akan terbiasa dengan sikap yang baik di lingkungannya, baik dilingkungan
keluarga, sekolah, maupun di masyarakat.
Menurut UU No. 20 Th. 2003 pasal 7 menyebutkan hak dan kewajiban
orang tua
¶ Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.
¶ Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.
lxvi
Jadi orang tua dalam hal ini wajib menyekolahkan/memberikan pendidikan
bagi anaknya dan memperhatikan perkembangan anaknya. Orang tua harus berusaha
memberikan fasilitas anak untuk belajar di pendidikan formal (sekolah) demi masa
depan anak. Orang tua tidak boleh memaksakan kemauannya dalam memilih satuan
pendidikan atau jurusan, melainkan orang tua hanya memberikan pandangan dan
bimbingan. Anak diberikan kebebasan memilih sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya namun anak harus dapat bertanggung jawab dengan pilihannya.
Menurut Wiji Suwarno (2006: 40-41) mengemukakan bahwa orang tua di
dalam sebuah keluarga mempunyai dasar-dasar tanggung jawab terhadap pendidikan
anaknya meliputi hal-hal berikut :
1) Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak
2) Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat bangsa dan Negara.
3) Memelihara dan membesarkan anak. Orang tua memelihara, membesarkan dan mendidik anaknya dengan penuh
kasih sayang dan tanggung jawab. Orang tua adalah orang pertama yang memberikan
pendidikan kepada anak sampai anak masuk dalam lingkungan yang lebih besar yaitu
lingkungan sekolah dan masyarakat. Pada saat anak memasuki lingkungan sekolah
dan masyarakat, orang tua tetap mendidik anaknya dan mengarahkan anaknya agar
tidak terpengaruh oleh pergaulan yang salah, orang tua memberikan nasehat dan
membimbing anaknya agar dapat memilih mana yang baik dan yang tidak baik
dilakukan dan mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.
Sedangkan menurut Hibana S. Rahman (2002:96-98) peranan orang tua
dalam pendidikan anak antara lain:
1) Orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak. 2) Orang tua adalah pelindung utama bagi anak 3) Orang tua adalah sumber kehidupan bagi anak 4) Orang tua adalah tempat bergantung bagi anak Anak lahir dalam lingkungan keluarga dalam kondisi yang lemah dan
seluruh potensinya belum berkembang sehingga perlu perawatan dan pendidikan.
lxvii
Melalui orang tua anak belajar banyak hal. Orang tua harus berusaha mendidik dan
membesarkan anak selain itu orang tua wajib memberi perlindungan dan
membahagiakan anaknya. Orang tua harus senantiasa menciptakan hubungan
harmonis dengan anaknya dengan didasari rasa kasih sayang, dengan adanya perasaan
kasih sayang maka anak akan merasa nyaman dan bahagia. Kedekatan orang tua
dengan anak akan berdampak baik bagi perkembangan psikologis anak, hal ini dapat
dijadikan orang tua sebagai sarana mengawasi pergaulan anak. Orang tua juga harus
dapat menjadi teman bagi anak agar anak dapat terbuka mengenai dirinya dan
masalah yang dihadapinya sehingga hubungan orang tua dengan anak menjadi lebih
dekat. Jika orang tua dapat dekat dengan anak maka orng tua akan lebih mudah
mengawasi pergaulan anak, membantu dan menasehati masalah-masalah yang
dihadapi oleh anak, baik itu masalah pribadi ataupun masalah yang dihadapi anak
dalam proses belajar di sekolah.
Ngalim Purwanto (1993 : 91) menyebutkan bahwa peranan orang tua (Ayah
dan Ibu) dalam pendidikan anaknya adalah sebagai berikut :
Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga dapat
disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut :
1) Sumber dan pemberi rasa kasih sayang 2) Pengasuh dan pemelihara 3) Tempat mencurahkan isi hati 4) Pengatur kehidupan dalam rumah tangga 5) Pembimbing hubungan pribadi, dan 6) Pendidik segi-segi emosional
Ibu adalah orang yang telah berjasa melahirkan anak dan tugas ibu adalah
mengasuh membesarkan dan mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang dan
kesabaran. Seorang anak biasanya lebih dekat dengan ibu dibandingkan dengan orang
lain maka dari itu ibu harus pandai-pandai mengarahkan dan mendidik anaknya
dengan memberikan nasehat-nasehat yang penting bagi perkembangan anaknya.
Nasehat-nasehat akan senantiasa diingat oleh anaknya dalam setiap anak melakukan
sesuatu. Dorongan dari ibu sangat penting bagi kemajuan anaknya, karena ibu
memberikan pendidikan atas dasar kasih sayang dan kelembutan sehingga membuat
anak merasa nyaman dan lebih dekat dengan ibunya.
lxviii
Ngalim Purwanto (1993 : 91-92) ditinjau dari fungsi dan tugasnya sebagai
ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominant adalah sebagai berikut :
1) Sumber kekuasaan di dalam keluarga 2) Penghubung intern dengan masyarakat atau dunia luar 3) Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga 4) Pelindung terhadap ancaman dari luar, hakim atau yang mengadili jika
terjadi perselisihan, dan 5) Sebagai pendidik dalam segi-segi rasional.
Ayah adalah kepala keluarga yang memimpin sebuah keluarga. Seorang
pemimpin sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Sebagai seorang kepala
keluarga seorang ayah diharapkan mampu menjadi tumpuan keluarga dan menjadi
orang yang paling disegani didalam keluarga. Ayah mendidik anaknya dengan tegas
dam mengajarkan berbagai macam hal dalam mendidik anaknya, mengarahkan dan
mendidik anaknya agar menjadi anak yang baik dan penurut pada orang tua. Sebagai
seorang pemimpin, ayah harus dapat memberikan teladan pada anggota keluarga yang
lain, memberika semangat, bimbingan, arif dan bijaksana dalam menghadapi masalah
keluarga. Selain itu sebagai pemimpin keluarga, ayah harus serba mengerti serta
memahami kepentingan–kepentingan dari anggota keluarga yang dipimpinnya.
Di dalam keluarga masing–masing anggota mempunyai peranan sendiri-
sendiri di mana ayah sebagai pemimpin dalam keluarga. Seperti halnya tugas dan
kewajiban ayah dan ibu mempunyai perbedaan sesuai dengan kodratnya, namun
dalam hal mendidik anak di dalam keluarga merupakan kewajiban bersama seluruh
anggota keluarga terutama orang tua. Orang tua, saaudara-saudara maupun kerabat
mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak agar anak dapat memperoleh dasar-
dasar pola pergaulan yang benar dan baik melalui interaksi, bimbingan dan
penanaman nilai.
Menurut Soejono Soekanto(2004:6-7) mengemukakan ciri-ciri orang tua ideal
adalah sebagai berikut:
1) Orang tua seyogyanya bertindak logis artinya dapat dapat membuktikan apa yang benar dan yang salah
2) Orang tua seyogyanya bersikap bertindak etis artinya didasarkan pada patokan tertentu
3) Orang tua seyogyanya bersikap tindak estetis artinya hidup enak tanpa menyebabkan ketidak enakan pada pihak lain
lxix
Peran orang tua sangat penting dalam pendidikan anak karena orang tua
adalah orang yang paling dekat dengan anak, anak pertama kali mendapat pendidikan
di dalam lingkungan keluarga dimana orang tua bertindak sebagai pendidik,
walaupun anak sudah memasuki lingkungan sekolah peran orang tua masih sangat
penting dalam mendidik anaknya, memotivasi, membimbing, melindungi, memenuhi
kebutuhan anak dan menyediakan fasilitas belajar. Perhatian dan kasih sayang orang
tua sangat dibutuhkan oleh anak. Ayah dan ibu haruslah melaksanakan perannya
sesuai dengan kodratnya. Sebagai orang tua harus dapat memberikan teladan yang
baik pada anaknya. Dalam pencapaian prestasi belajar anak peran orang tua juga ikut
andil dalam kesuksesan anak. Pada saat peranan keluarga khususnya orang tua
semakin bergeser karena orang tua sibuk dengan pekerjaanya dan lebih
mementingkan karier sehingga melimpahkan tugas pendidikan kepada sekolah, ini
akan mengakibatkn anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua
karena orang tua sibuk bekerja dari pagi sampai malam. Jika dihadapkan pada
masalah seperti ini, sebagai orang tua sesibuk apapun harus berusaha meluangkan
waktunya untuk anak. Diusahakan selalu ada komunikasi antar anggota keluarga
yaitu dengan berkumpul pada waktu makan, pada waktu santai menonton TV
bersama, mendampingi anak belajar, atau meluangkan waktu berlibur pada akhir
pekan. Orang tua juga harus memantau belajar anak, kemajuan ataupun kemunduran
prestasi anak dengan memberikan bimbingan atau nasehat. Dalam menghadapi
pergaulan anak, orang tua juga harus peka, dengan siapa anak bergaul dan orang tua
perlu mengawasi pergaulan anak, jika dirasa pergaulan anak menuju kearah negatif,
maka orang tua harus melarang dan memberi pengertian pada anak.
Setiap siswa mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi karena jika
kebutuhan tidak dipenuhi akan mengganggu perkembangan siswa, untuk itu orang
tua, guru, masyarakat, instansi dan pemerintah harus memperhatikan kebutuhan
siswa.
Oemar Hamalik (2003:96) menyebutkan jenis-jenis kebutuhan murid
(pemuda), antara lain:
1) Prescott, mengadakan klasifikasi kebutuhan sebagai berikut:
lxx
(1) Kebutuhan-kebutuhan fisiologis: bahan-bahan dan keadan yang essensial, kegiatan dan istirahat, kegiatan seksual
(2) Kebutuhan – kebutuhan sosial atau status: menerima dan diterima, dan menyukai orang lain
(3) Kebutuhan – kebutuhan ego atau integrative: kontak dengan kenyataan, simbolisasi progresif, menambah kematangan diri sendiri, keseimbangan antara berhasil dan gagal, menemukan individualitasnya sendiri.
2) Maslow, menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan psikologis akan timbul setelah fisiologis terpenuhi. Ia mengadakan klasifikasi kebutuhan dasar sebagai berikut. a. Kebutuhan – kebutuhan akan keselamatan (safety needs) b. Kebutuhan–kebutuhan memiliki dan mencintai (belongingness
and love needs) c. Kebutuhan – kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) d. Kebutuhan-kebutuhan untuk menonjolkan diri (self actualizing
needs)
Sebagai orang tua bertanggung jawab harus memenuhi kebutuhan anaknya
baik secara material maupun spiritual, namun harus dalam batas-batas yang wajar
atau tidak boleh terlalu memanjakan anak karena hal akan berdampak buruk bagi
anak. Orang tua menginginkan anaknya dapat menjadi anak yang baik, sholeh,
berhasil dalam hidupnya. Tanggung jawab orang tua sangatlah besar dalam mendidik
anaknya karena orang tua juga harus bertanggung jawab kepada Allah SWT. Sebagai
seorang guru juga harus mengetahui kerakteristik, kemampuan dan kebutuhan
siswanya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Sedangkan kebutuhan siswa menurut Sardiman A.M.(2001: 111-112)
menyebutkan kebutuhan siswa antara lain sebagai berikut:
(1) Kebutuhan jasmaniah Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah.
(2) Kebutuhan sosial Pemenuhan keinginan siswa untuk saling bergaul sesama siswa dan guru serta orang lain. Sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan.
(3) Kebutuhan intelektual Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan.
Orang tua harus mencukupi kebutuhan fisik dan psikis, menyediakan fasilitas
belajar seperti buku-buku dan perlengkapan penunjang belajar anak, selain itu orang
lxxi
tua harus menciptakan rasa aman dengan kehidupan keluarga yang harmonis. Orang
tua juga harus menghargai keinginan anak jadi orang tua tidak memaksakan
kehendaknya, selain itu guru dan orang tua harus mengetahui bakat/minat yang
dimiliki siswa agar anak dapat memilih sesuatu sesuai dengan keinginannya tanpa
adanya paksaan. Dalam pergaulan anak harus selalu diawasi dan diarahkan agar tidak
terjerumus dalam pergaulan bebas dan mengarah pada kenakalan remaja.. Guru juga
harus memahami karakteristik muridnya, mengetahui kemampuan, minat dan bakat
yang dimiliki siswanya agar guru dapat memberikan metode yang tepat dalam
memberikan materi pelajaran. Sebagai guru tidak hanya memberikan pengetahuan
dan ketrampilan tetapi juga berkewajiban membentuk kepribadian yang baik dan
luhur kepada siswanya agar siswa kelak tidak hanya pandai dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi tetapi juga mempunyai sikap dan pribadi yang baik. Masyarakat
menciptakan lingkungan yang kondusif agar dalam bergaul tidak membawa dampak
yang negatif bagi anak.
Individu adalah suatu kesatuan yang masing-masing memiliki ciri khasnya,
anak karena itu tidak ada dua individu sama, satu dengan yang lainnya berbeda. Ini
dapat disebut sebagai suatu kepastian dan kenyataan. Perbedaan individual dapat
dilihat dari dua segi, yakni segi horizontal dan segi vertikal. Perbedaan dari segi
horizontal, setiap individu berbeda dengan individu lainnya dalam aspek mental,
seperti: tingkat kecerdasan, abilitas, minat, ingatan, emosi, kemauan, dan sebaginya.
Perbedaan dari segi vertikal, tidak ada dua individu yang sama dalam aspek
jasmaniah, seperti bentuk, ukuran, kekuatan, dan daya tahan tubuh.Ada dua faktor
yang menyebabkan terjadinya perbedaan individual, yakni faktor warisan keturunan
dan faktor pengaruh lingkungan.
Jenis perbedaan individual menurut Oemar Hamalik (2003: 181-183)
a) Kecerdasan (Inteligence) b) Bakat (Aptitudez) c) Keadaan jasmani (Physical Fitness)
d) Penyesuaian Sosial dan Emosional (Social and Emotional Adjustment ) e) Latar Belakang Keluarga (Home Background)
a. Kultur dalam keluarga b. Tingkat pedidikan orang tua c. Tingkat ekonomi
f) Hasil belajar (Academic Achivement)
lxxii
g) Para Siswa yang Menghadapi Kesulitan-Kesulitan dalam Handikap Jasmani, Kesulitan Berbicara,, Kesulitan Menyesuaikan Sosial
h) Siswa yang Cerdas dan Lamban Belajar
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
(1) Kecerdasan (Inteligence) Setiap siswa mempunyai tingkat IQ yang berbeda-beda, tentu ini akan
berpengaruh terhadap hasi belajar. Bagi siswa yang mempunyai IQ tinggi lebih
mudah menerima dan mengerti apa yang telah dipelajari, sedangkan siswa yang
mempunyai IQ rendah memerlukan banyak latihan, membutuhkan lebih banyak
waktu dan membutuhkan bimbingan lebih intensif.
(2) Bakat (Aptitude)
Bakat besar pengaruhnya terhadap perkembangan seseorang selain itu
bakat seseorang turut menentukan perbedaan dalam hal : hasil belajar, sikap,
minat, dan lain-lain. Jika siswa mempunyai bakat maka ia akan lebih mudah
mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Misalnya seorang siswa yang
mempunyai bakat melukis, maka tanpa belajar ia sudah pandai melukis hanya saja
butuh latihan dan bimbingan agar dapat menjadi pelukis professional.
(3) Keadaan jasmani (Physical Fitness)
Keadaan jasmani mempengaruhi siswa dalam belajar dan pencapaian
prestasi belajar. Kondisi jasmani setiap siswa tidak sama ada yang sehat dan ada
yang sakit, ada yang sempurna fisiknya dan ada yang cacat. Hal ini juga akan
berpengaruh terhadap kondisi psikis siswa. Anak yang sehat akan lebih mudah
dalam menerima pelajaran dari pada anak yang tidak sehat.
(4) Penyesuaian Sosial dan Emosional (Social and Emotional Adjustment )
Setiap siswa mempunyai karakter yang berbeda – beda, ada yang mudah
bergaul atau berinteraksi dengan orang lain namun ada pula yang tidak begitu
suka bergaul dan cenderung menyendiri. Bagi siswa yang suka berinterasi dengan
orang banyak, ia akan cenderung cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya
baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat luas. Emosional seseorang
berhubungan dengan sifat dan perasaan yang akan tercermin dalam sikap atau
tingkah laku. Kemampuan siswa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan
emosional yang dapat menyesuaikan dengan kondisi disekitarnya berpengaruh
lxxiii
terhadap perbuatan belajar, percaya diri dan keyakinan tentang nilai hasil belajar.
Misalnya anak yang suka bergaul dengan temannya dapat bekerjasama dengan
baik ketika mendapat tugas dari guru.
(5) Latar Belakang Keluarga (Home Background)
Keadaan keluarga mempengaruhi individu siswa, banyak faktor yang
bersumber dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individual.
Perbedaan tersebut yang pertama adalah perbedaan kultur keluarga. Setiap
keluarga mempunyai nilai-nilai yang dihargai oleh setiap anggota dalam keluarga,
ada keluarga yang menjunjung tinggi agama dalam mendidik anak ada pula
keluarga yang menjunjung tinggi adat istiadat misalnya keluarga jawa yang
menjunjung tinggi tradisi jawa. Yang kedua adalah perbedaan tingkat pendidikan
orang tua. Perbedaan tingkat pendidikan akan berpengaruh pula terhadap cara
mendidik anaknya/ pola asuh orang tua. Yang ketiga tingkat ekonomi keluarga.
keluarga yang kelas ekonominya tinggi dapat memberikan fasilitas belajar yang
lebih dan dapat memenuhi kebutuhan anaknya selain itu juga mampu
menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi.
(6) Hasil belajar (Academic Achivement)
Perbedaan hasil belajar para siswa disebabkan oleh berbagai beberapa
faktor antara lain perbedaan yang berasal dari dalam diri individu seperti keadaan
jasmani, perbedaan intelegensi, minat, bakat dan motivasi, sedang dari luar diri
individu dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
(7) Para Siswa yang Menghadapi Kesulitan-Kesulitan dalam Handikap Jasmani,
Kesulitan Berbicara, Kesulitan Menyesuaikan Sosial
Para siswa yng mengalami kesulitan demikian akan menghadapi
berinteraksi, bersosialisasi, berkomunikasi dan menyesuaikan diri dalam
kehidupan Karena itu guru mempelajari kesulitan-kesulitan itu agar ia dapar
memberikan bantuan dan bimbingan selin itu partisipasi orang tua dan teman –
temannya serta lingkungan sangat penting dalam mengatasi kesulitaan yang
dihadapi.
(8) Siswa yang Cerdas dan Lamban Belajar
Siswa yang cerdas dan yang lamban sangat berbeda terutama dalam
menyerap pelajaran. Siswa yang cerdas mudah mengerti sedang siswa yang
lxxiv
lamban perlu bimbingan yang lebih. Selain itu siswa yang cerdas lebih dapat
memecahkan masalahnya sendiri.
Setiap individu mempunyai perbedaan, antara siswa yang satu dan yang lain
tidak sama, untuk itu sebagai seorang pendidik harus mengetahui perbedaan tersebut
sehingga dalam memperlakukan anak juga ada perbedaan, anak yang memiliki
masalah harus dilakukan pendekatan dan bimbingan yang lebih intensif agar siswa
dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Dengan mengetahui perbedaan tersebut
guru sebagai pendidik juga dapat mengetahui metode cepat untuk mengatasi masalah
yang dihadapi oleh siswa dalam kesulitan belajar misalnya dengan menggunakan
media yang menarik agar siswa tertarik dan senang mengikuti pelajaran.
William J Goode (1985)yang dikutip oleh T.O. Ihromi(1999: 67)
mengemukakan bahwa
Seseorang tokoh sosiologi pendidikan mengemukakan bahwa keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa dalam pendidikannya sesungguhnya tidak hanya memperlihatkan mutu dari institusi pendidikan saja. Tapi juga memperlihatkan “ keberhasilan” keluarga dalam memberikan anak-anak mereka persiapan yang baik untuk keberhasilan pendidikan yang dijalani”.
Orang tua yang dikatakan berhasil mendidik anaknya jika mampu melakukan
perannya sebagai orang tua dengan baik disamping itu anaknyapun menjadi seperti
yang diharapkan oleh orang tua yang berhasil meraih prestasi dan mempunyai akhlak
yang mulia. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah berpengaruh positif pada hal-hal berikut
(1) membantu penumbuhan rasa percaya diri dan penghargaan pada diri sendiri pada anak. (2) Meningkatkan
capaian prestasi akademik anak, (3) Meningkatkan hubungan orang tua-anak, (4) Membantu orang tua bersikap
positif terhadap sekolah, dan (5) Menjadikan orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap proses
pembelajaran Dari apa yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan orang tua adalah tahapan
pendidikan formal yang telah ditempuh ayah dan ibu yang menjadi pendidik bagi anak-anaknya. Pendidikan yang
telah ditempuh orang tua didasarkan pada pendidikan formal yang berjenjang secara terarah dan bertingkat sesuai
pendidikan nasional. Tingkat pendidikan sekolah dapat dikategorikan sebagai berikut:
(1) Pendidikan Tinggi : Orang tua yang tamat perguruan tinggi (DI, D2, D3 atau
SI, S2, S3) melalui Akademik, politeknik, Sekolah
Tinggi, Institut ataupun Universitas.
(2) Pendidikan Menengah: Orang tua yang tamat SMA (Sekolah Menengah Atas),
MA (Madrasah Aliyah), SMK (Sekolah Menengah
lxxv
Kejuruan), MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan), atau
bentuk lain yang sederajat (Kejar Paket C)
(3) Pendidikan Dasar : Orang tua tamat SD (Sekolah Dasar), MI (Madrasah
Ibtidaiyah) atau bentuk lain yang sederajat (Kejar Paket
A), serta SMP (Sekolah menengah Pertama), dan MTs
(Madrasah Tsanawiyah), atau bentuk lain yang sederajat
(Kejar Paket B)
Tingkat pendidikan orang tua siswa ada yang sama dan ada yang berbeda.
Orang tua yang berpendidikan tinggi tentu akan berbeda dalam mendidik anaknya
dengan orang tua yang berpendidikan rendah karena semakintinggi pendidikan
seseorang akan lebih banyak pengetahuan dan wawasan. Perbedaan tingkat
pendidikan orang tua akan mempengaruhi perbedaan dalam membimbing dan
mengarahkan anaknya terutama dalam pembentukan sikap dalam rangka
pencapaian prestasi belajar di sekolah.
(2) Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi
Sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi merupakan faktor dari dalam
diri siswa yang mempengaruhi dalam pencapaian prestasi belajar. Sikap termasuk
faktor psikologis yang mempengaruhi dalam belajar maupun cara siswa memandang
mata pelajaran apakah menarik atau tidak bagi siswa yang akan tercermin dalam
sebuah perilaku.
a) Mata Pelajaran Sosiologi
a) Pengertian Mata Pelajaran Sosiologi
Istilah Sosiologi pertama kali dikemukakan oleh ahli filsafat, moralis, dan
sekaligus Sosiolog berkebangsaan perancis, Aguste Comte melalui karyanya yang
berjudul Cours de Philosophi positive. Menurut Comte, Sosiologi berasal dari
kata Latin Socius yang berarti teman atau sesama dan Logos dari bahasa Yunani
yang artinya cerita. Jadi pada awalnya, Sosiologi berarti bercerita tentang teman
atau kawan (masyarakat).
lxxvi
Definisi Sosiologi dari para ahli mengenai Sosiologi yang dikutip oleh
Saptono & Bambang Suteng (2006: 5), antara lain:
a. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. (S. Joseph Roucek)
b. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial. (Pitirim Sorokin)
c. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan proses-proses sosial, termasuk perubahan Sosial. (Selo Soemardjan)
Menurut Soerjono Soekanto (2003:15) mendefinisikan ” Sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-
hubungan antara orang-orang dalam masyarakat tadi”.
Jadi Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari aneka
macam gejala sosial, hubungan antara orang-orang dalam masyarakat, stuktur dan
proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
b) Karakteristik Mata Pelajaran Sosiologi
Setiap mata pelajaran mempunya karakteristik yang membedakan dengan
pelajaran lain. Adapun karakreristik mata pelajaran sosiologi antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Sosiologi merupakan disiplin intelektual mengenai pengenbangan
pengetahuan yang sistematis dan terandalkan tentang hubungn sosial manusia
pada umumnya dan tentang produk hubungan tersebut
b. Materi sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi perilaku dan interaksi
kelompok, menelusuri asal usul pertumbuhan serta menganalisis pengaruh
kegiatan kelompok dan pengaruhnya.
c. Tema-tema esensial dalam sosiologi dipilih dan bersumber serta merupakan
kajian tentang masyarakat dan perilaku manusia dengan meneliti kelompok
yang membangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa,
komunitas, dan pemerintah sebagai organisasi sosial, agama, politik, bisnis,
dan prganisasi lainnya
lxxvii
d. Materi sosiologi dikambangkan sebagai suatu lembaga pengetahuan ilmiah
dengan pengembangan teori yang didasarkan pada observasi ilmiah, bukan
lagi pada spekulasi dikembangkan meja atau observasi impersonal.
c) Tujuan Kurikuler Mata Pelajaran Sosiologi
a) Untuk memberikan pengetahuan dasar sosial agar siswa mampu memahami
dan menelaah secara rasional komponen – komponen dari individu,
kebudayaan, dan masyarakat sebagai suatu sistem
b) Untuk mengenbangkan ketrampilan sikap dan periluku siswa yang rasional
dan kritis dalam menghadapi kemajemukan masyarakat, kebudayaan, situasi
sosial serta berbagai masalah sosial yang ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari
b) Sikap
(a) Pengertian sikap
Sikap tidak lepas dari kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi baik dengan
sesama manusia ataupun dengan lingkungan sekitar. Sikap seseorang menarik
untuk kaji karena sikap seseorang dalam merespon suatu obyek sikap individu
satu dengan yang lain belum tentu.
Sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude” pertama kali digunakan oleh
Herbert Spencer (1862) yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status
mental seseorang. Menurut Thurstone, Likert dan Osgood yang dikutip oleh
Syaifuddin Azwar (1988: 4-5) mengemukakan bahwa “sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan terhadap obyek berupa perasaan mendukung atau
memihak atau perasaan tidak memihak objek tersebut”. jadi sikap lebih cenderung
pada menilai bagaimana perasaan seseorang terhadap obyek sikap, dimana
perasaan tersebut berupa respon senang atau tidak senang terhadak suatu obyek
sikap.
Menurut Thurstone yang dikutip oleh Bimo Walgito (2003: 109), ”An
attitude as the degree of positive or negative affects associated with some
psychological object. By psychological object Thurstone mean any symbol,
phrase, slogan, peson, institution, ideal, idea, or toward which people can differ
whith respect to positive or negative affect”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
lxxviii
diartikan bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi baik yang positif atau
negatif dalam hubungannya dengan obyek-obyek psikologis. Obyek psikologis
menurut Thurstone berarti sebuah simbol, phrase, slogan, orang, lembaga, cita-
cita sehingga seseorang dapat membedakan tanggapan baik positif maupun
negatif, sedangkan menurut Mar’at (1984: 9) mengemukakan bahwa "sikap
merupakan produk dari proses sosialisasi di mana seseorang bereaksi sesuai
dengan rangsangan yang diterimanya”.
Mar’at (1984: 12)
Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap obyek/rangsangan melalui panca indra yang
menimbulkan di dalam diri individu terjadi dinamika sebagai spikifisik seperti
kebutuhan, motif, perasaan, perhatian dan pengambilan keputusan yang masih
bersifat tertutup sebagai dasar pembentukan sikap yang pada akhirnya
diperlihatkan ke dalam tingkah laku yang sifatnya terbuka.
Menurut Gerungan (2004: 160-161) mengemukakan ”pengertian attitude
itu dapat diterjemahkan sikap terhadap obyek tertentu yang merupakan sikap
pandangan atau perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan”.
Pendapat Gerungan hampir sama dengan pendapat Mar’at dimana sikap sifatnya
masih tertutup yang merupakan kecenderungan berperilaku terhadap suatu obyek
sikap yang dipengaruhi oleh perasaan seseorang dalam melihat obyek tersebut.
Sikap masih bersifat tertutup karena masih berupa kecenderungan dari tingkah
laku.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sikap
adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk reaksi
RANGSANG STIMULUS
PROSES RANGSANG
SIKAP TERTUTUP
REAKSI TINGKAH
LAKU (TERBUKA)
lxxix
atau merespek (response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap
obyek orang, barang maupun lingkungan sekitar, baik secara positif maupun
negatif. Sikap merupakan faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, sikap
siswa juga dapat dipengaruhi oleh orang tua, guru, teman dan pendidikan.
Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran akan
membuat siswa senang dengan mata pelajaran Sosiologi sehingga siswa akan
senang belajar, membaca buku-buku Sosiologi dan selalu memperhatikan guru
saat pelajaran Sosiologi dan pada akhirnya prestasi belajar Sosiologipun akan
meningkat, namun jika siswa mempunyai sikap negatif terhadap mata pelajaran
Sosiologi maka siswa cenderung malas belajar dan jarang memperhatikan saat
guru mengajar materi Sosiologi sehingga siswa akan kesulitan dalam belajar dan
prestasinyapun kenderung kurang optimal.
(b) Jenis-jenis Sikap
Sikap manusia sehari-hari akan menentukan bagai nama ia berperilaku
terhadap sesuatu, menurut W. A Gerungan (2004: 161-163) mengemukakan
sikap dapat dikategorikan sebagai berikut
a. Sikap sosial/ Attitude social
Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seseorang saja tetapi diperhatikan oleh
orang – orang sekelompok dan dinyatakan berulang-ulang. Dalam berintetaksi
dengan orang lain, ada kecenderungan untuk mengikuti sikap kelompoknya.
Misalnya dalam kelas ada kelompok siswa yang suka membuat gaduh, maka
siswa yang ikut dalam kelompok tersebut juga akan sering membuat gaduh
pada waktu pelajaran.
b.Sikap Individual / Attitude individual
Ini hanya dimiliki secara individual seorang demi seorang. Sikap individu
membedakan sikap antara individu satu dengan individu lain. Siswa satu
dengan yang lain mempunyai perbedaan sikap, untuk itu guru harus
memperhatikan perbedaan sikap yang dimiliki siswa agar dapat mengarahkan
sikap siswa.
Disamping itu
lxxx
a) Sikap positif: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan,
menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang
berlaku dimana individu berada
b) Sikap negatif: Sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan,
atau menolak atau menyetujui norma-norma dimana individu itu berada.
Jika siswa mempunyai sikap positif terhadap guru dan mata pelajaran
maka siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran. Sikap positif pada
mata pelajaran dapat dilihat dari pada saat pelajaran siswa memperhatikan
pelajaran, mencatat, mendengarkan dan belajar. Jadi ketertarikan siswa terhadap
pelajaran akan menimbulkan sikap positif terhadap mata pelajaran. Sikap positif
dapat diusahakan dengan membuat metode belajar mengajar yang menarik.
(c) Ciri-ciri sikap
Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat
mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Walaupun demikian sikap
mempunyai ciri-ciri yang membedakan sikap dengan pendorong-pendorong lain,
adapun ciri-ciri sikap menurut Bimo Walgito (2003: 129 -130) sebagai berikut:
(1) Sikap itu tidak dibawa sejak lahir (2) Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap (3) Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat
tertuju pada sekumpulan objek-objek (4) Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar (5) Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut
a) Sikap tidak dibawa sejak lahir
Manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu
terhadap suatu objek. Sikap terbentuk dalam perkembangan pribadi yang
bersangkutan karena interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu sikap
dapat dibentuk, dirubah dan dipelajari. Sikap siswa terhadap mata pelajaran
Sosiologipun dapat dibentuk dan dirubah.
b) Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap
Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan
objek-objek tertentu, yaitu dengan persepsi terhadap objek tersebut.persepsi
lxxxi
merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan. Misalnya seorang
siswa yang menyukai pelajaran Sosiologi mungkin karena melihat gurunya
yang ramah ataupun melihat fenomena sosial sebagai suatu pelajaran yang
menarik untuk dipelajari.
c) Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar
Jika sikap yang telah terbentuk dianggap sebagai nilai maka akan
relatif bertahan dan sulit berubah, dan kalau dapat berubah membutuhkan
waktu yang relatif lama. Sebaliknya jika sikap belum mendalam maka tidak
bertahan lama dan mudah berubah.
d) Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi
Sikap terhadap objek akan selalu diikuti oleh perasaan positif ataupun
negatif. Misalnya siswa pada saat sedih, yang semula senang dengan pelajaran
sosiologi menjadi tidak suka belajar maupun mendengarkan guru karena
terpengaruh kondisi perasaanya pada saat itu. Disamping itu sikap juga
mengandung motivasi, berarti bahwa jika seseorang timbul motivasi dari
dalam maupun dari luar dirinya maka sikapnya juga terpengaruhi. Misalnya
siswa yang diberi dorongan dan pengertian dari orang tuanya untuk belajar,
maka ia akan termotivasi untuk belajar lebih giat.
Menurut Saifuddin Azwar (1988: 24) mengemukakan ciri-ciri sikap
antara lain a) Arah, b) Intensitas, c) Keluasan, d) Konsistensi, e) Spontanitas.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
a. Arah
Sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui atau tidak
menyetujui, mendukung atau tidak mendukung. Sikap mendukung berarti
mempunyai sikap yang terarah positif terdapat obyek tersebut dan begitu
sebaliknya.
Sikap positif positif terhadap mata pelajaran Sosiologi adalah sikap
yang menunjukkan atau memperlihatkan, senang dan tertarik untuk
mempelajari materi Sosiologi.
b. Intensitas
lxxxii
Intensitas atau kekuatan sikap pada setiaporang belum tentu sama. Dua
siswa yang mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran Sosiologi
mungkin intensitasnya tidak sama dalam arti yang satu yang satu bersikap
positif dan yang satunya lagi lebih positif. Demikian juga sikap yang negatif
mempunyai derajat kekuatan yang belum tentu sama.
c. Keluasan
Sikap ditunjukkan kepada luas tidaknya cakupan obyek sikap yang
disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang.
d. Konsistensi
Konsistensi sikap ditunjukkan oleh kesesuaian antara pernyataan sikap
yang dikemukakan oleh subyek dengan responnya terhadap obyek sikap.
e. Spontanitas
Menunjukkan sejauh mana kesiapan obyek untuk menyatakan
sikapnya secara spontan. Suatu sikap dinyatakan mempunyai spontanitas yang
tinggi apabila dinyatakan tanpa perlu mengadakan pengungkapan atau
desakan agar subyek menyatakan sikapnya.
Dari ciri-ciri sikap dapat diambil kesimpulan bahwa sikap tidak
dibawa sejak lahir, jadi sikap dapat dipelajari, di bentuk maupun dirubah. Sikap
juga berhubungan dengan perasaan dan motivasi mengenai suatu obyek, jadi
sikap tidak bersifat tetap kadang bisa positif tetapi juga dapat negatif tergantung
pada kondisi psikis seseorang dan sikap mempunyai derajat kekuatan yang belum
tentu sama.
(d) Fungsi Sikap
Dalam kehidupan seseorang sikap mempunyai fungsi yang sangat penting
dalam merespon suatu obyek sikap. Menurut Katz yang dikutip oleh Bimo
Walgito (2003:128-129) sikap itu mempunyai empat fungsi yaitu: yang pertama
fungsi instrumental, atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat, yang kedua
fungsi Pertahanan Ego, yang ketiga fungsi Ekspresi nilai dan yang terakhir fungsi
Pengetahuan
(1) Fungsi instrumental, atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat
Fungsi ini berkaitan dengan sarana untuk mencapai tujuan. Bila obyek sikap
dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan
bersikap positif terhadap obyek sikap tersebut, demikianlah sebaliknya, bila
lxxxiii
obyek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap
negatif terhadap obyek yang bersangkutan. Karena itu fungsi ini juga disebut
fungsi manfaat (utility), yaitu sampai sejauh mana manfaat obyek sikap dalam
rangka pencapaian tujuan. Fungsi ini juga disebut fungsi penyesuaian, karena
dengan sikap yang diambil oleh seseorang, orang akan menyesuaikan diri
dengan cara baik terhadap sekitarnya.
(2) Fungsi Pertahanan Ego.
Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang bersangkutan
terancam keadaan dirinya atau egonya. Sikap diperlihatkan sebagai sarana
mempertahankan diri dan sebagai identitas diri. Misalnya sikap dalam suatu
diskusi, seseorang cenderung bersikap untuk mempertahankan pendapatnya.
(3) Fungsi Ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu
untuk megekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Apa yang dianggap baik
bagi dirinya akan dilakukan sedang apa yang dianggap salah akan dihindari.
Sikap seorang anak akan mencerminkan nilai-nilai yang diajarkan oleh orang
tua dalam suatu keluarga.
(4) Fungsi Pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk selalu ingin tahu dan mengerti,
hal ini akan mengakibatkan individu berusaha untuk mencari tahu dan
mengerti tentang objek sikap. Misalnya pada saat guru menjelaskan materi
pelajaran Sosiologi, namun siswa kurang mengerti maka ia mengambil sikap
untuk bertanya pada guru atau pada temannya.
Sedangkan fungsi sikap menurut Smith, Bruner dan White yang dikutip
oleh Mar’at (1984: 49) mengemukakan fungsi sikap yaitu a) Social adjustment, b)
Externalization, c) Object appraisal, d) Quality of expression – eflect the
deeperlying pater of his or her life
a) Social adjustment yang diarahkan pada relatonship (penyesuaian diri
dengan lingkungan). Seseorang agar dapat bertahan dan dapat diterima perlu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Begitu halnya dengan seorang
lxxxiv
siswa dalam menghadapi lingkungan sekolah yang baru perlu penyesuaian diri
baik dengan keadaan sekolah, dengan teman-teman maupun dengan guru.
b) Externalization, reaksi – reaksi yang menuju pada obyek-obyek luar.
c) Object appraisal, aktifitatas dalam memperoeh informasi dari hari ke hari.
Jika seseorang senang dengan obyek sikap maka ia akan cenderung mencari
informasi sebanyak-banyaknya tentang obyek tersebut.
d) Quality of expression – eflect the deeperlying pater of his or her life
(kedalaman refleksi kehidupan)
Jadi fungsi sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan yaitu dengan
bersikap positif terhadap objek sikap, siswa yang mempunyai sikap positif
terhadap mata pelajaran maka tujuannya untuk mendapatkan prestasi belajar yang
baik juga akan tercapai.
(e) Pembentukan dan Perubahan Sikap
Pada hakekatnya sikap tidak dibawa sejak lahir sehingga dapat dibentuk
dan dirubah sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan.
Menurut Saiffudin Azwar (1988: 24) mengemukakan tentang faktor
pembentukan sikap antara lain sebagai berikut:
a. Pengalaman pribadi b. Kebudayaan
c. Pengaruh orang lain yang dianggap penting d. Media Massa e. Institusi lembaga pendidikan dan lembaga agama f. Faktor emosional dalam diri
Untuk lebih jelasnya akan di uraikan sebagai berikut
i. Pengalaman pribadi
Pengalaman harus menimbulkan kesan yang kuat yang melibatkan
faktor emosional untuk dapat membentuk sikap seseorang. Misalnya
pengalaman seorang siswa mendapat nilai buruk membuat ia sangat menyesal
sehingga siswa akan belajar lebih giat lagi agar mendapat nilai yang baik.
lxxxv
ii. Kebudayaan
Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang dijadikan pedoman
dalam bersikap dan berperilaku. misalnya kebudayaan orang jawa yang penuh
kehalusan dan tata krama. Kebudayaan ini akan dijadikan pedoman dalam
bersikap dan bertingkah laku oleh masyarakat jawa dan diwariskan dari
generasi ke generasi.
iii. Mass media
Kemajuan IPTEK sekarang ini membuat peranan mass media sangat
penting dan berpengaruh dalam pembentukan dan perubahan sikap. Sebagai
sarana komunikasi, media massa seperti televisi, radio, majalah, internet
sangat berpengaruh besar karena membawa pesan yang mengandung sugesti
yang dapat merubah pandangan dan perilaku seseorang. Dengan adanya
kemajuan teknologi seharusnya dapat memanfaatkan sebaik mungkin dan
hanya mengambil hal-hal yang positif saja. Misalnya internet dapat dijadikan
sebagai sumber belajar untuk menambah pengetahuan bukan untuk disalah
gunakan ke hal-hal yang negatif.
iv. Institusi lembaga pendidikan dan lembaga agama
Dengan adanya lembaga pendidikan dan agama dapat mendidik
seseorang menjadi pribadi yang lebih baik. Lembaga pendidikan antara lain
keluarga, sekolah dan masyarakat. Di dalam keluarga peran orang tua dan
anggota keluarga lainnya penting dalam pembentukan sikap anak karena
keluarga adalah tempat pertama kali anak bersosialisasi dan peranan orang tua
sebagai pendidik harus dapat mendidik dan memberi teladan yang baik bagi
anaknya. Di sekolah guru dan pergaulan dengan temannya sangat berpengaruh
karena guru sebagai pendidik harus dapat mengarahkan anak didiknya. Guru
tidak hanya memberikan pengetahuan yang bersifat akademik namun juga
memberikan pelajaran moral yang berguna bagi pembentukan sikap dan
perilaku, sedang dalam bergaul harus dapat memilih teman yang baik agar
dapat membawa dampak yang baik pula bagi dirinya. Di masyarakat peranan
tokoh masyarakat yang dapat membimbing dan menciptakan lingkungan yang
harmotis dan penuh edukasi.
lxxxvi
Lembaga agama juga mempengaruhi dalam pembentukan sikap
karena setiap agama mengajarkan nilai-nilai yang dianut dan dijalankan oleh
setiap pemeluknya.
v. Faktor emosional dalam diri
Emosi berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Perasaan seseorang
mempengaruhi kondisi dalam merespon suatu objek. Misalnya saat siswa
mempunyai masalah dalam keluarganya maka juga akan berpengaruh terhadap
proses belajarnya di sekolah.
Pembentukan Sikap menurut Mar’at (1984:22)
1) SIKAP RELATIF KONSTAN
2) MELALUI PROSES BELAJAR
3) KESEDIAAN BERTINDAK REAKSI
Dari bagan tersebut dikemukakan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi
oleh :
a) Faktor internal
Faktor Internal berkaitan erat dengan sesuatu yang ada dalam diri
individu.raktor yang berasal dari dalam individu mencakup faktor fisiologis
dan psikologis.
PENGARUH FAAL
KEPRIBADIAN
FAKTOR EKSTERNAL
1) SITUASI 2) PENGALAM
AN 3) HAMBATAN
SIKAP OBYEK PSIKOLOGIK
Reaksi
lxxxvii
i. Faktor Faal atau fisik
Faktor fisiologis merupakan faktor dari dalam diri individu atau
faktor yang bersifat lahir yang mencakup kebutuhan manusia seperti
kebutuhan makan, minum, pakaian selain itu kesehatan, dan cacat tubuh.
Setiap individu mempunyai perbedaan dalam memenuhi kebutuhan
makan, minum, pakaian yang dapat mengakibatkan perbedaan sikap,
individu yang tercukupi kebuhtuhan pokoknya akan berbeda dengan yang
kurang terpenuhi ini akan menyebabkan adanya kesenjangan. Kesehatan
dan cacat tubuh juga berpengaruh dalam pembentukan sikap akan,
individu yang sehat dan tidak cacat tubuh akan berbeda dengan individu
yang sakit atau memiliki cacat fisik. Individu yang tidak sehat, mengidap
suatu penyakit ataupun cacat tubuh akan merasa tidak sempurna dari yang
lain hal ini akan membentuk sikap yang berbeda dari anak yang normal.
Jadi faktor fisik berpengaruh dalam pembentukan sikap seseorang.
ii. Faktor Kepribadian
Kepribadian mencakup kognisi, afeksi dan konasi. Menurut Shaver yang
dikutip ileh Mar’at (1984: 21) megemukakan
Komponen kognisi akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang obyek. Komponen afeksi menjawab pertanyaan tentang apa yang dirasakan (senang atau tidak senang) terhadap obyek dan komponen konasi akan menjawab pertanyaan bagaimana keadaan / kesiapan untuk bertindak terhadap objek.
Tiap sikap mempunyai tiga aspek :
a) Aspek kognitif : Yaitu yang berhubungan dengan gejala
mengenai fikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman
dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang obyek atau
kelompok-kelompok obyek tertentu.
b) Aspek Afektif : berwujud proses yang menyangkut
perasaan – perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian,
simpati, antipati dans sebagainya yang ditujukan kepada obyek-
obyek tertentu.
lxxxviii
c) Aspek Konasi : berwujud proses tendesi / kecenderungan
untuk berbuat sesuatu obyek, misalnya : kecenderungan memberi
pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya
Ketiga komponen tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi
menunjukkan bahwa manusia merupakan suatu sistem kognitif. Ini berarti
bahwa yang dipikirkan seseorang tidak akan terlepas dari perasaannya.
Aspek kognisi merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi
yang diterima menentukan perasaan dan kemauan berbuat. Persepsi
merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen
kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar,
cakrawala/wawasan dan pengetahuannya. Manusia mengamati suatu
obyek psikologik dengan kacamatanya sendiri yang diwarnai oleh nilai
dari kepribadiannya. Obyek psikologik dapat berupa kejadian, ide, atau
situasi. Selanjutnya komponen afeksi memberikan evaluasi emosional
senang atau tidak senang terhadap obyek. Pada tahap selanjutnya
komponen konasi yang menentukan kesediaan/ kesiapan berupa tindakan
terhadap obyek.
b) Faktor Ekstern
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu.
Dalam hal ini meliputi:
1) Situasi
Situasi merupakan suatu keadaan yang terjadi di lingkungan
sekitar. Situasi dapat mempengaruhi sikap seseorang, misalnya sistuasi
kelas yang gaduh membuat siswa tidak nyaman, tenang dan tidak dapat
konsentrasi dalam menerima pelajran. Selain itu situasi lingkungan
keluarga berpengaruh pada psikis anak yang hidup dalam lingkungan
keluarga yang harmonis hal itu juga akan membentuk sikap yang baik
pada diri anak karena di dalam keluarga tercipta suasana yang akrab,
nyaman, penuh kasih sayang dan juga perhatian, sebaliknya anak yang
hidup di dalam keluarga yang keadaannya tidak harmonis kemungkinan
besar anak juga akan mempunyai sikap yang kurang baik karena banyak
lxxxix
masalah, kurang kasih sayang, perhatian dan pendidikan dari keluarga.
Dengan situasi keluarga yang tidak harmonis dan sering bertengkar akan
berdampak buruk pada kondisi psikis anak sehingga anak merasa tidak
nyaman berada dirumah dan tidak fokus pada sekolah yang pada akhirnya
anak berdampak pada penurunan prestasi belajar.
2) Pengalaman
Setiap manusia mempunyai tujuan dan cita-cita, ingin mencoba,
berusaha, dan selalu belajar agar mendapatkan pengetahuan, ketrampilan
dan juga pengalaman yang berguna. Pengalaman sangat berguna dalam
hidup karena semakin banyak pengalaman maka seseorang akan semakin
pandai, semakin dewasa selain itu pengalaman dapat dijadikan pelajaran
agar tidak mengulang kesalahan di masa lalu dan untuk memperbaiki di
masa depan agar dapat mengambil hikmah pada pengalaman tersebut.
Pengalaman dalam kehidupan misalnya seorang siswa yang malas belajar
sehingga prestasinya jelek dan dia menyesal karena jarang sekali belajar.
Dengan pengalamannya itu maka ia kelak akan memperbaiki diri,
merubah sikapnya yang pemalas dan membentuk sikap rajin belajar untuk
mendapatkan prestasi yang lebih baik.
3) Hambatan
Hambatan merupakan suatu penghalang dalam mencapai tujuan.
Di dalam kehidupan manusia tidak mungkin semua dapat berjalan mulus
tanpa ada suatu hambatan. Misalnya untuk meraih prestasi belajar yang
baik, siswa harus giat belajar namun kadang ada suatu hambatan baik yang
berasal dari dalam diri maupun dari luar. Hambatan yang berasal dalam
diri individu misalnya sifat malas sedang hambatan yang berasal dari luar
misalnya kurangnya fasilitas belajar. Untuk memperoleh keberhasilan
dalam mencapai prestasi belajar siswa harus menghilangkan sifat
malasnya dan memanfaatkan sumber-sumber belajar dan falisitas yang ada
sebaik mungkin. Dengan adanya hambatan maka akan timbul suatu sikap
xc
dalam merespon suatu hambatan yaitu dengan usaha yang keras dan
motivasi maka akan dapat mengatasi hambatan yang ada dan akhirnya
akan mencapai keberhasilan.
Menurut Klausmeir (1985) yang dikutip oleh Abdul Majid (2007: 213),
ada tiga model dalam rangka pembentukan sikap. Model-model ini sesuai dengan
kepentingan penerapan dalam dunia pendidikan. Tiga model tersebut
(1) Mengamati dan meniru, pembelajaran berlangsung pengamatan dan peniruan melalui model (learning though modeling).
(2) Menerima penguatan, penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan positif) dan dapat berupa penguatan hukuman (penguatan negative).
(3) Menerima informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan atau tulisan.
Guru dalam pembentukan sikap siswanya harus memberikan contoh agar
siswa dapat mengamati dan meniru. Guru juga harus memberikan penguatan jika
siswa merespon benar maka guru memberikan pujian dan sebaliknya jika respon
siswa salah guru memberikan hukuman yang sifatnya mendidik agar siswa dapat
mengetahui kesalahannya dan tidak mengulangi lagi. Guru juga harus
memberikan informasi baik secara lisan maupun tulisan yang akan mempengaruhi
respon terhadap objek yang bersangkutan, misalnya pada waktu belajar tentang
interaksi sosial, guru harus memberikan informasi tentang pengertian interaksi
sosial setelah itu guru menyajikan materi dengan menggunakan metode dan media
yang menarik kemudian memberikan contoh untuk menarik perhatian siswa agar
mau belajar. Menurut Erdogan, Bayram & Deniz (2008: 1) menyatakan bahwa
“The effect of web based education on attitude toward learning suggested that
web use had positive effects mainly on motivation for learning and interested in
the lessons”. Yang artinya akibat dari pendidikan dasar pada sikap berpengaruh
terhadap belajar yang menyebabkan akibat positif pada motivasi untuk belajar dan
tertarik dalam pelajaran. Jadi untuk membentuk sikap positif harus dilakukan
lewat pendididikan yang utama atau dasar khususnya pendidikan keluarga agar
menimbulkan motivasi pada diri siswa untuk belajar sehingga akan membuat
siswa tertarik pada suatu mata pelajaran sehingga ia akan senang belajar dan
prestasi belajarnya akan meningkat.
xci
Kesimpulan sikap dapat dibentuk dan dirubah melalui dorongan yang
berasal dari dalam maupun faktor yang berasal dari luar. Sikap siswa terhadap
mata pelajaran sosiologi dapat dibentuk dirubah dengan merubah pandangan
siswa bahwa mata pelajaran sosiologi adalah mata pelajaran yang menarik untuk
dipelajari, metode-metode belajar - mengajar guru dan cara menyajikan bahan
pelajaran harus dibuat semenarik mungkin. Siswa juga harus diberi motivasi baik
dari dalam diri, orang tua ataupun dari guru agar termotivasi untuk belajar.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap
Sikap seseorang dapat dirubah karena sikap bersifat tidak tetap dan tidak
dibawa sejak lahir. Menurut Hosland-janis-Kelley yang dikutip oleh Mar’at
(1984: 129)menggambarkan proses perubahan sikap:
Perubahan akan terjadi melalui tiga tahapan yaitu perhatian, pengertian dan
penerimaan. Organisme disini adalah siswa dan yang menjadi objek sikap adalah
mata pelajaran Sosiologi. Jadi perubahan sikap siswa terhadap mata pelajaran
Sosiologi dapat berubah jika ada perhatian terhadap mata pelajaran baik pada saat
guru mengajar ataupun terhadap materi pelajaran, setelah siswa memperhatikan
maka ia akan berusaha mengerti materi yang disajikan barulah terjadi keyakinan
terhadap penerimaan, selanjutnya akan terjadi reaksi berupa tindakan dalam
bentuk perubahan sikap melalui komponen kognisi dan afeksi. Jika siswa
memperhatikan, mengerti dan dapat menerima materi mata pelajaran Sosiologi
berarti ia mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran Sosiologi.
(f) Cara pengukuran sikap
STIMULUS
ORGANISME a) PERH
ATIAN
b) PEN
REAKSI (PERUBAHAN SIKAP)
xcii
Dalam pengukuran sikap ada beberapa cara menurut Bimo Walgito (2003: 156)
mengemukakan cara pengukuran sikap yaitu:
a) Pengukuran sikap secara langsung tak berstruktur
Pengukuran sikap secara langsung tak terstruktur ini merupakan cara
pengukuran sikap yang cukup sederhana, dalam arti tidak diperlukan
persiapanyang cukup mendalam guna mengadakan pengukuran sikap tersebut
bila dibandingkan dengan cara-cara lain. Pengukuran dilakukan dengan
observasi di lapangan dan wawancara. Dari hasil observasi dan wawancara
tersebut kemudian ditarik kesimpulan.
b) Pengukuran sikap secara langsung yang berstruktur
a. Pengukuran sikap model Borgadus
Pengukuran sikap model Borgadus atau lebih dikenal dengan skala
Borgadus. Borgadus dalam mengukur sikap menggunakan suatu skala
(scale). Menurutnya bahwa dalam suatu kelompok ada intensitas
hubungan yang berbeda satu dengan yang lain diantara para anggotanya,
demikian pula ada perbedaan intensitas hubungan antara kelompok yng
satu dengan kelompok yang lain. Atas dasar pemikiran ini Borgadus
mengadakan suatu studi atau penelitian masalah tersebut dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan (statements) untuk mengetahui
tingkatan intensitas hubungan dari suatu golongan atau kelompok yang
lain. Dengan kata lain maka pengukuran sikap model Borgadus adalah
menyangkut jarak sosial, yaitu jarak dari satu golongan atau kelompok
terhadap golongan atau kelompok lain.
b. Pengukuran sikap model Thurstone
Skala thurstone digunakan pertanyaan-pertanyaan yang disusun
sedemikian rupa hingga rentangan (range) dari yang favorable sampai
yang paling unfavorable. Pertanyaan-pertanyaan itu disampaikan kepada
subjek dalam suatu formulir (form). Masing-
masing pertanyaan telah mempunyai nilai skala sendiri-sendiri. Nilai skala
(scale value) tersaebut bergerak dari 0,0 (yang merupakan ekstrim bawah)
xciii
sampai dengan 11,0 (yang merupakan ekstrim atas). Cara menjawab
subjek pertanyaan-pertanyaan dengan memberikan tanda cek
c. Pengukuran sikap model Likert
Alat ukur Likert juga menggunakan pertanyaan-pertanyaan, dengan
menggunakan lima alternatif jawaban atau tanggapan atas pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Lima alternatif jawaban yang dikemukakan oleh
Likert adalah:
i. Sangat setuju (strongly approve)
ii. Setuju (approve)
iii. Tidak mempunyai pendapat (undencided)
iv. Tidak setuju (disapprove)
v. Sangat tidak setuju (strongly disapprove)
b) Pengukuran sikap secara tidak langsung yaitu pengukuran sikap dengan
menggunakan alat-alat tes, baik proyektif maupun yang non-proyektif.
Misal dengan tes Rorchach, TAT, dan dengan melalui analisis yang cukup
rumit.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara pengukuran
langsung terstruktur yaitu dengan menggunakan skala pengukuran sikap
Likert.
Dari apa yang telah diuraikan diata dapat diambil kesimpulan bahwa sikap
terhadap mata pelajaran sosiologi adalah kecenderungan siswa untuk merespon mata
pelajaran sosiologi, respon tersebut dapat bersifat positif maupun negatif.
B. Kerangka Pemikiran
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa,
sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa atau
kondisi di sekeliling siswa. Faktor internal sangat berpengaruh terhadap pencapaian
xciv
prestasi, namun faktor eksternal juga memiliki pengaruh besar terhadap berhasil atau
tidaknya siswa dalam mencapai prestasi belajar.
Tingkat pendidikan orang tua adalah salah satu faktor eksternal yang dianggap
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Keluarga merupakan tempat pertama kali
anak bersosialisasi, di dalam keluarga anak didik sedemikian rupa agar kelak dapat
hidup dalam lingkungan yang lebih luas seperti di sekolah dan juga di masyarakat. Di
dalam keluarga peran orang tua sangat penting dalam mendidik anaknya. Pendidikan
orang tua sangat penting di dalam sebuah keluarga karena orang tua menjadi teladan
dan menanamkan nilai-nilai kepada anak-anaknya. Orang tua yang berpendidikan
tinggi juga mempunyai pola pikir maju terhadap arti pentingnya pendidikan untuk
masa depan anaknya. Semakin tinggi pendidikan orang tua diharapkan mampu
melakukan peranannya dengan baik, mampu mendidik, membimbing, mengarahkan,
mengerti kebutuhan anaknya, memperhatikan perkembangan anak agar dapat
berkembang secara optimal baik fisik maupun mental, serta menyadari pentingnya
pendidikan bagi masa depan anak sehingga orang tua akan menyediakan fasilitas
belajar, memberi motivasi anak agar anak semangat belajar, membantu kesulitan yang
dihadapi anak baik dalam belajar maupun masalah lainnya dan membiayai sampai
anaknya mencapai pendidikan yang tinggi.
Peran orang tua tidak sebatas membesarkan anak tetapi juga melindungi,
memberikan kasih sayang dan mendidik anak. Diharapkan semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua akan berhasil mendidik anaknya dan mampu melakukan
perannya sehingga akan membentuk sikap yang baik pada diri anak yang akan
diterapkan dimanapun dan kapanpun termasuk pada saat proses belajar mengajar
suatu mata pelajaran di kelas, tentu saja pada akhirnya akan mengarah dalam
keberhasilan pencapaian prestasi belajar.
Sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi merupakan salah satu faktor
internal yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar. Sikap seseorang dapat
dibentuk dan diirubah, begitu pula sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi
dapat dibentuk dan dirubah baik dari dalam diri siswa maupun faktor dari luar. Sikap
siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dipengaruhi oleh faktor fisik dan
kepribadian. Faktor fisik berhubungan dengan kondisi fisik yang mempengaruhi
xcv
dalam proses belajar. Kepribadian terdiri dari tiga komponen yang tidak dapat berdiri
sendiri yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi merupakan apa yang dipikirkan atau
dipersepsikan seseorang yang tidak akan terlepas dari perasaannya (afeksi) yang
kemudian akan menjadi kekecenderungan untuk bertingkah laku (konasi). Sikap juga
dipengaruhi oleh faktor dari luar yaitu situasi, pengalaman dan hambatan. Situasi
merupakan kondisi yang mempengaruhi sikap seseorang. Pengalaman merupakan
pelajaran yang dapat merubah sikap seseorang sedangkan hambatan merupakan
halangan dalam mencapai tujuan.
Perpaduan antara tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata
pelajaran sosiologi orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajar sosiologi
diperkirakan akan berhubungan dengan prestasi belajar siswa.
Secara skematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai
berikut :
Keterangan :
X1 = Tingkat pendidikan orang tua
X2 = Sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi
Y = Prestasi Belajar siswa
C Hipotesis
Berdasakan teori-teori yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian ini sebagai
berikut :
1) Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan prestasi
belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari 2008/2009.
2) Ada hubungan yang signifikan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran
Sosiologi dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari
2008/ 2009.
X1
X2
Y
xcvi
3) Ada hubungan bersama yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan
sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi
siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari 2008/ 2009.
.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian adalah tempat dimana data akan dicari dan tempat proses
penelitian akan berlangsung. Penelitian dengan judul “Hubungan antara tingkat
pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi dengan prestasi
belajar siswa”. Ini dilaksanakan di sekolah SMA Negeri I Wonosari pada siswa kelas XI
IPS tahun ajaran 2008/2009. alasan penulis mengambil lokasi tersebut antara lain:
a. Lokasi SMA Negeri 1 Wonosari mudah dijangkau dari tempat tinggal peneliti,
sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya.
b. Di SMA Negeri 1 Wonosari tersedia data yang relevan penelitian.
xcvii
2. Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini selama 10 bulan, dari Agustus 2008
sampai Mei 2009 dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Kegiatan Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Aprl Mei
1) Tahap
persiapan
a. Pengajuan Judul
b. Penyusunan proposal
c. Pengurusan izin
d. Penyusunan bab1, II, III
e. Penyususunan instrumen
2) Tahap
pelaksanaan
a. Uji coba instrumen
b. Revisi angket
c. Pengambilan data
3) Tahap
penyelesaiaan
1) Pengolahan
data
B. Analisis data
1. Penyususnan laporan
2. Metode Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 151) menyatakan bahwa “ metode penelitian
adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”.
Mardalis (2002: 24) berpendapat, “metode sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan
dalam proses penelitian”. Sedangkan menurut Y. Slamet (2008:25) mengemukakan, “
metode adalah pendekatan untuk memenuhi tujuan penelitian dengan melalui prosedur
dan urutan untuk menjawabpertanyaan penelitian.
Jadi metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan
suatu data dengan menggunakan langkah-langkan yang sistematis.
Metode dalam penelitian ada beberapa macam. Menurut Consuelo G. Sevilla et al
(1993: 40), “ ada lima metode penelitian, yaitu metode penelitian sejarah (historis),
metode penelitian deskriptif, metode penelitian eksperiemen, metode penelitian ex post
facto (Causal Comparative), dan metode penelitian partisipatori”.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
xcviii
1) Metode penelitian sejarah
Penelitian yang menggunakan penelitian historis adalah penelitian yang
mengaplikasikan metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historis suatu
masalah. Metode historis dapat juga dikatakan sebagai suatu proses yang meliputi
pengumpulan data ddan penafsiran gejala, peristiwa ataupun yang timbul di masa
lampau. Untuk menemukan kesimpulan yang berguna dalam usaha untuk memahami
kenyataan-kenyataan sejarah yang dapat berguna untuk memahami situasi sekarang
dan memperkirakan masa yang akan datang.
2) Metode penelitian deskriptif
Penelitian desktiptif merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan
masalah yang ada pada masa sekarang dan masalah-masalah yang aktual. Metode ini
memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta sebagaimana keadaan
sebenarnya. Tujuan utama dalam menggunakan penelitian deskriptif adalah untuk
menggambarkan sifat dari suatu keadaan yang ada pada waktu penalitian dilakukan
dan menjelajahi penyebab dari gejala-gejala tertentu. Ada beberapa jenis penelitian
deskriptif yang dapat digunakan yaitu studi kasus, survei, penelitian pengembangan,
penelitian lanjutan, analisis dokumen, analisis kecenderungan, dan penelitian korelasi.
Menurut Winarno Surakhmad (1998: 141), membedakan penelitian deskriptif
menjadi beberapa penelitian antara lain: “a) Teknik Survey, b) Studi kasus, c) Studi
komparatif, d) Studi waktu dan gerak, e) Analisis tingkah laku, f) Analisis kuantitatif,
dan g) Studi operasional”. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
i. Teknik survei
Menekankan pada penentuan informasi tentang variabel dari pada informasi
tentang individu dimana survei digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada
tanpa menyelidiki mengapa gejala tersebut ada.
ii. Studi kasus
Studi kasus sering dapat memberikan kemungkinan kepada peneliti untuk
memperoleh wawasan yang mendalam mengenai aspek-aspek dasar perilaku
manusia.
iii. Studi komparatif
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berusaha mencari pemecahan
analisa tentang hubungan sebab akibat, yakni yang meneliti faktor-faktor tertentu
xcix
yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan
membandingkan faktor yang satu dengan yang lain.
iv. Studi waktu dan gerak
Digunakan untuk menentukan cara-cara mempertinggi efisiensi produksi dengan
menyelidiki subyek yang diamati dan pada akhirnya dapat dianalisa gerak-gerak
mana yang harus dibuang, diperbaiki, atau dilatih untuk mengurangi waktu yang
dipakai subyek tersebut.
v. Analisis tingkah laku
Teknik ini banyak kesamaannya dengan studi tentang gerak manusia, yaitu
dengan mengamati dan menganalisatingkah laku manusia dalam melakukan suatu
tugas. Hal ini berguna untuk menetapkankriteria penilaian pekerjaan baik dan
untuk menyususn rencana-rencana latihan.
vi. Analisis kuantitatif
Penelitian ini akan menghasilkan gambaran statistik mengenai isi suatu dokumen.
Dokumen tersebut diteliti isinya, kemudian diklasifikasikan menurut kriteria atau
pola tertentu, dan dianalisa atau dinilai.
vii. Studi operasional
Pada dasarnya, studi ini adalah penyelidikan ditengah-tengah situasi yang riil
dalam mencari dasar bagi petugas-petugas untuk bertindak (operasi, aksi)
mengatasi suatu kebutuhan praktis yang mendesak.
3) Metode penelitian eksperimental
Penelitian eksperimental merupakan penelitian pengujian hipotesa yang
menguji hubungan sebab-akibat diantara variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini,
peneliti memanipulasi sekurang-kurangnya satu variabel bebas, mengontrol variabel
lain yang sesuai, mengamati pengaruh dari satu atau lebih variabel terikat. Suatu ciri
khas sekelompok eksperimen adalah memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk
perlakuan, perlakuan penyelidikan, dan kelompok kontrol memperoleh perlakuan
yang berbeda yang dilakukan sebelumnya.
4) Metode penelitian ex post facto (Causal Comparative)
Metode penelitian ex post facto merupakam metode penelitian dengan cara
menguji hubungan variabel yang terwujud sebelumnya. Peneliti berusaha untuk
c
menentukan sebab dari kelompok-kelompok yang berbeda pada beberapa variabel
dengan mengamati variabel-variabel yang akan menimbulkan akibatnya.
5) Metode penelitian partisipatori
Metode penelitian partisipatori adalah metode penelitian dengan mengakui
kemampuan orang–orang untuk menemukan, mengorganisasikan dan menggunakan
pengetahuan. Penelitian ini memberikan dorongan kepada peneliti untuk mengiji
kembali beberapa penelitian praktis pada disiplin yang ditekuni.
Sedangkan menurut Y. Slamet (2008: 7-11) mengemukakan jenis-jenis
metodelogi penelitian sosial, sebagai berikut:
a) Berdasarkan pada tujuan penelitian 1. Penelitian eksploratoris 2. Penelitian deskriptif 3. Penelitian eksplanatoris
b) Berdasarkan kegunaannya a)Penelitian murni (pure reseach atau basic research) b)Penelitian terapan (applied research) c)Penelitian aksi (action research) d)Penelitian kebijakan (policy research) e)Penelitian evaluasi (evaluation research)
c) Berdasarkan lokasi atau tempat dimana penelitian itu dilakukan a) Penelitian kancah (field research) b) Penelitian kepustakaan (library research)
d) Berdasarkan metode utamanya yang dipakai a) Penelitian suvei b) Penelitian kasus c) Penelitian eksperimental d) Penelitian grounded (grounded research)
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
o Berdasarkan pada tujuan penelitian
a) Penelitian eksploratoris
Penelitian eksploratoris dilakukan bilamana peneliti tidak familiar dengan
masalah yang diteliti, topik yang diteliti relatif baru, literatur atau hasil penelitian
yang membahas masalah tersebut masih langka. Peneliti mengidentifikasi orang –
orang yang ada berdasarkan ciri-ciri sosiologis dan peranannya di dalam
ci
masyarakat, peneliti mencatatat kejadian–kejadian, menyusun kategori atas
subyek-subyek perilaku dan juga mengkategori kejadian-kejadian, kemudian
mengembangkan konsep sesuai dengan keadaan yang ada dilapangan atau
mereviasi konsep-konsep ilmiah yang diperoleh dalam literature ilmiah.
b) Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif untuk memberikan uraian mengenai suatu gejala sosial yang
diteliti. Penelitian mendeskripsikan gejala berdasarkan pada indikator-indikator
yang dian jadikan dasar dari ada tidaknya suatu gejala yang diteliti. Penelitian
deskriptif dapat dilakukan dengan dua cara:
1) Deskriptif kuantitatif yaitu menggunakan ukuran kuantitatif
2) Deskriptif kualitatif yaitu dengan mendeskripsi kualitas suatu gejala yang
menggunakan ukuran sebagai dasar penilaian.
c) Penelitian eksplanatoris
Penelitian ini menjawab apakah suatu gejala berhubungan dengan gejala sosial
yang lain. Penelitian ini untuk menguji hipotesis yang diketengahkan oleh
peneliti.
o Berdasarkan kegunaan, penelitian dapat dibedakan menjadi:
3) Penelitian murni (pure research atau basic research)
Penelitian ini digunakan untuk mengembangkan konsep, mengembangkan teori,
menguji hipotesis, atau menguji kebenaran suatu teori.
4) Penelitian terapan (applied research)
Penelitian ini untuk memecahkan masalah atau penyakit masyarakat
tertentu.kegunaannya bersifat praktis, yaitu untuk mengatasi persoalan yang harus
segera dipecahkan.
5) Penelitian aksi (action research)
Penelitian ini bermaksud untuk mengatasi masalah dengan cara memberikan
tindakan-tindakan nyata. Penelitian diawali dengan kegiatan pengumpulan data,
kemudian data dianalisis, dirumuskan strategi tertentu untuk memecahkan
masalah baru selamjutnya dilakukan tindakan (treatment) tertentu.
cii
6) Penelitian kebijakan (policy research)
Pada penelitian ini, data yang ada dirumuskan menjadi suatu kebijakan tertentu
yang dapat berupa peraturan, undang-undang, surat keputusan yang memiliki
kekuatan hukum tertentu.
7) Penelitian evaluasi (evaluation research)
Penelitian ini untuk menilai suatu program, kegiatan, atau kebijakan yang
ditujukan untuk mengintervensi masyarakat. Penelitian evaluasi dimaksudkan
untuk memberikan umpan balik agar suatu program, kegiatan atau kebijakan
memberikan dampak sesuai dengan yang diharapkan. Evaluasi memiliki tiga
fokus utama, yaitu menilai konseptualisasi program, pelaksanaan program, dan
dampak dari suatu program.
o Berdasarkan lokasi atau tempat dimana penelitian dilakukan
(1) Penelitian kancah (field research)
Penelitian dilakukan di suatu wilayah geografis tertentu dimana peneliti terjun ke
masyarakat dan langsung melihat apa yang terjadi. Peneliti mengumpulkan data
berdasarkan atas hasil pengamatan, wawancara, atau kuesioner yang diberikan
kepada responden.
(2) Penelitian kepustakaan (library research)
Penelitian dilakukan dengan memeriksa bahan-bahan yang telah ditulis oleh orang
lain. Peneliti membaca seluruh dokumen baik yang diterbitkan secara resmi
ataupun yang terdapat diseluruh bahan cetakan, micro film, micro fisch, pita
rekaman, atau sumber-sumber lain yang telah dikumpulkan oleh orang lain.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder sebagai dasar dari
analisisnya.
o Berdasarkan metode utama yang dipakai
A Penelitian survei
ciii
Penelitian ini mengumpulkan data terhadap sejumlah individu yang dianggap
representatif mewakili populasinya untuk memperoleh sejumlah nilai-nilai
tertentu atas sejumlah variabel yang dipilih.
B Penelitian kasus
Penelitian kasusu bertujuan untuk meneliti gejala-gejala sosial melalui analisis
yang terus menerus tentang kasus yang dipilih
C Penelitian eksperimental
Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki kemungkinana saling
hubungan sebab akibat antar dua variabel atau lebih dengan memberikan
perlakuan (treatment) tertentu pada kelompok eksperimental (kelompok yang
dicoba).
D Penelitian Grounded (grounded research)
Penelitian gounded adalah penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan teori
yang ditarik secara induktif dari studi yang mendalam.
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini menggunakan
metode deskriptif analitik kuantitatif yang diolah dengan menggunakan statistik.
Penelitian ini bertujuan membuat deskripsi atau gambaran keadaan secara objektif dan
mengetahui hubungan antara variabel tingkat pendidikan orang tua (XI) dan sikap siswa
terhadap mata pelajaran sosiologi (X2) dengan prestasi belajar sosiologi (Y).
Alasan peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif analitik kuantitatif
adalah sebagai berikut:
1) Permasalahan yang dihadapai adalah permasalahan yang masih aktual dan merupakan
permasalahan yang sering dihadapi dalam dunia pendidikan yaitu peningkatan
prestasi belajar.
2) Penelitian ini sangat logis dan menciptakan hubungan yang baik dengan masyarakat.
3) Data yang dikumpulkan pertama-tama disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis.
4) Data penelitian merupakan hasil dari penelitian yang sistematis dan objektif.
3. Populasi dan Sampel
civ
Dalam penelitian peneliti memerlukan keseluruhan obyek untuk diteliti, namun
jika populasi terlalu besar bisa diambil sampel yang representatif, yaitu yang mewakili
seluruh populasi.
a. Populasi
Menurut Sutrisno Hadi (2004: 102) berpendapat bahwa “populasi adalah sejumlah
individu yang mempunyai satu sifat sama”. Pendapat ini berbeda dengan pendapat Y
Slamet yang berpendapat bahwa populasi adalah keseluruhan dari pada unit – unit
analisis yang memiliki spesifikasi dan ciri-ciri tertentu“. Sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto (2002: 115) menyatakan “ popolasi adalah keseluruhan objek penelitian”.
Menurut Hadari Nawawi (1998: 141), “populasi adalah keseluruhan objek
penelitian yang dapat terdiri data manusia, benda-benda, gejala-gejala, nilai tes atau
peristiwa-peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu
penelitian”. Jadi populasi berhubungan dengan data bukan manusianya, kalau setiap
manusia memberikan suatu data yang diperlukan dalam penelitian, maka banyaknya atau
ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia. Menurut Masri Singarimbun dan
Sofian Effendi (1995:152),“ populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit
analisa yang ciri-cirinya akan diduga”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa populasi adalah
keseluruhan obyek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu
dapat berupa manusia, hewan, benda maupun gejala-gejala. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari yang berjumlah 178 siswa yang
terdiri dari 4 kelas (XI IPS1, XI IPS2, X IPS3, XI IPS4)
b. Sampel
Dalam penelitian ini tidak semua populasi akan diteliti, tetapi cukup mengambil
sample yang dapat mewakili populasi. Menurut Sudjana (2002 : 161) mengemukakan
bahwa, “sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan
menggunakan cara-cara tertentu” pendapat ini didukung oleh Winarno Surakhmad (1994
: 20), “sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi”. Menurut
S. Margono (2007: 121) “sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh (monster)
yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Sedangkan menurut Kerlinger
(1996: 188) mengemukakan “sampel adalah suatu bagian populasi atau semesta sebagai
cv
wakil (representasi) populasi atau semesta”. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa sampel
adalah bagian dari populasi yang diambil dengan melalui cara – cara tertentu untuk
mewakili popolasi.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 19) “apabila subyeknya kurang dari 100
maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan peneliti populasi.
Selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.
Dalam penelitian ini besarnya sampel mengacu pada pendapat diatas yaitu 25% dari
populasi. Peneliti memilih mengambil sampel 25% dari populasi karena sikap siswa dan
tingkat pendidikan orang tua tidak homogen untuk mendapatkan sampel yang
representatif. Sampel dalam penelitian ini diambil 45 siswa yang diperoleh dari 25%
jumlah populasi 178.
Alasan peneliti melakukan penelitian dengan mempergunakan sampel antara lain sebagai
berikut:
1. Ukuran populasi terlalu besar
2. Dari segi biaya, jika menggunakan populasi semakin besar jumlah objek, maka
semakin besar biaya yang diperlukan, sehingga peneliti memilih menggunakan
sampel untuk mewakili populasi.
3. Dari segi waktu. Sampel memerlukan waktu yang lebih sedikit dibanding penelitian
populasi.
c. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian harus representatif, sehingga perlu teknik tertentu yang
dinamakan teknik sampling. Sutrisno hadi (2004: 75) berpendapat bahwa ” sampling
adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel”. Sedangkan teknik sampling
menurut Hadari Nawawi (1998: 152) adalah ”cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya,
dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representatif atau benar-benar mewakili populasi”. Dari beberapa pendapat tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil
sampel agar diperoleh sampel yang representatif.
Sutrisno Hadi (2004: 83) pada dasarnya teknik sampling dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Teknik Random Sampling
cvi
1) Cara undian, yaitu pengambilan sampel secara undian.
2) Cara ordinal, yaitu memilih nomor genap atau ganjil atau kelipatan
tertentu.
3) Cara randomisasi dari tabel bilangan random.
b. Teknik Non-Random Sampling
1) Teknik proportional sampling, yaitu cara pengambilan sampel dari tiap-tiap sub
populasi dengan memperhitungkan sub-sub populasi.
2) Teknik stratified sampling, yaitu pengambilan sampel apabila populasi terdiri dari
susunan kelompok-kelompok yang bertingkat.
3) Teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri atau
sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
4) Teknik quota sampling, yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pada
quantum.
5) Teknik duable sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang mengusahakan
adanya sampel kembar.
6) Teknik area probability sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan cara
pembagian sampel berdasarkan pada pembagian area.
7) Teknik cluster sampling, yaitu pembagian sampel berdasarkan atas kelompok
yang ada pada populasi.
. Menurut Gulo (2003: 81) berpendapat bahwa, ”supaya penarikan sampel tidak
bias, setiap analisis dalam populasi harus mendapat peluang yang sama untuk ditarik
menjadi anggota sampel”. Jadi untuk memenuhi prinsip keterwakilan teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik random sampling
yang digunakan untuk memilih siswa secara acak, sehingga setiap siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Dalam pelaksanaan
pengambilan sampel dilakukan dengan cara undian agar setiap siswa sebagai populasi
mempunyai kedudukan dan kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian.
Alasan menggunakan teknik random sampling secara undian karena pelaksanaannya
relatif mudah dan sederhana dan tidak banyak menyita waktu.
Menurut Sutrisno Hadi (2004: 83), langkah-langkah dalam pengambilan sampel
dengan teknik random sampling dengan cara undian adalah sebagai berikut:
1) Buatlah suatu daftar yang berisikan semua subjek, objek, gejala, peristiwa, atau kelompok-kelompok yang ada dalam populasi.
cvii
2) Berilah kode-kode yang berwujud angka-angka untuk tiap-tiap subjek, objek, gejala, peristiwa, atau kolompok – kelompok yang ada dalam a).
3) Tuliskan kode-kode itu masing-masing dalam satu lembar kertas kecil. 4) Gulung kertas baik-baik. 5) Masukkan gulungan – gulungan kertas itu ke dalam tempolong, kaleng atau tempat-
tempat semacam. 6) Kocok baik-baik tempolong atau kaleng itu. 7) Ambillah kertas gulungan kertas gulungan itu sebanyak yang dibutuhkan.
Sesuai dengan langkah-langkah tersebut diatas, peneliti akan melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
(1) Membuat daftar nama-nama siswa kelas XI IPS SMA Negeri
I Wonosari yang berjumlah kelas.
(2) Memberikan kode – kode kelas dan nomor absen untuk
masing-masing siswa.
(3) Menulis kode-kode dalam satu lembar kertas kecil sebanyak
178 siswa.
(4) Menggulung kertas tersebut dengan rapi dan sebaik-baiknya.
(5) Memasukkan gulungan – gulungan kertas ke dalam kaleng.
(6) Mengocok kaleng dengan baik.
(7) Ambil satu gulungan
(8) Kemudian masukkan lagi gulungan yang telah diambil untuk
dikocok lagi sampai mendapat 45 siswa untuk dijadikan sampel penelitian
Jadi sampel telah ditetapkan dalam penelitian ini masing-masing kelas diambil 11
siswa yang dipilih secara acak
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian, selain harus menggunakan metode yang tepat, juga harus
memilih teknik dan alat pengumpulan data yangrelevan. Penggunaan teknik dan alat
pengukur yang data yang tepat akan memungkinkan diperolehnya data yang objektif.
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk mendapatkan data
tentang masalah yang diteliti.. Untuk memperoleh data yang valid dan reliabel perlu
menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Menurut Sumadi Surya Subrata
(1998: 84) menyatakan bahwa, ” kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas alat
cviii
pengambilan data atau alat ukurnya”. Jadi dalam menggunakan alat ukur harus tepat
sesuai dengan variabel yang akan diteliti dan tujuan penelitian. Sedangkan menurut
Hadari Nawawi (1998: 94), “teknik dan alat pengumpulan data yang tepat dalam suatu
penelitian akan memungkinkan dicapainya pemecahan masalah secara valid dan reliabel,
yang pada gilirannya akan memungkinkan dirumuskannya generalisasi yang objektif”.
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar dapat saling
melengkapi, mengingat setiap metode mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-
masing.
Data – data sangat penting bagi penelitian, untuk itu data yang diperoleh harus
benar sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk mendapatkan data perlu adanya cara atau
teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang lengkap dan benar dari objek
penelitian. Menurut Winarno Surakhmad (1998: 80) mengemukakan jenis data dibedakan
menjadi dua macam yaitu:
1) Data primer, yaitu data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan yang khusus itu.
2) Data sekunder, ialah data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar dari penyelidik sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya data asli.
Data primer diperoleh langsung dari siswa dan orang tua siswa dalam meneliti
variabel sikap terhadap mata pelajaran sosiologi dan tingkat pendidikan orang tua.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak sekolah berupa informasi tentang siswa
dan informasi tentang sekolah yang bersangkutan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 107) menyebutkan bahwa “Sumber data
adalah subjek darimana data tersebut diperoleh. Sumber data dapat berwujud responden,
benda, gerak atau proses sesuatu, serta dokumen”.
Dengan demikan sumber data dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Person, yaitu sumber data berupa orang.
b. Place, yaitu sumber data berupa tempat.
c. Paper, yaitu sumberdata berupa symbol.
Ketiga macam data tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Person adalah sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui
angket, dalam penelitian ini angket akan diberikan kepada siswa dan orang tua siswa
cix
sebagai responden untuk memperoleh data yang diperlukan. Place yaitu sumber data
yang menyajikan tampilan berupa keadaan-keadaan diam dan bergerak, ata tempat
penelitian akan diperoleh dari SMA N I Wonosari. Sedangkan Paper yaitu sumber data
yang menyajikan data-data berupa huruf, angka, gambar, atau symbol-simbol lain.
Teknik pegumpulan data ada khusus yang dipergunakan untuk memperoleh data
dalam penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 127) teknik Pengumpulan data
digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1. Test, yaitu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat-alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
2. Non- test, yaitu terdiri dari angket atau kuesioner, interview, observasi, skala
bertingkat (rating scale) dan dokumentasi.
Sedangkan menurut Y. Slamet (2008: 85) mengemukakan ada tiga teknik dalam
mengumpulkan data, yaitu:
1) Teknik observasi
2) Kuesioner
3) Wawancara
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
1. Teknik observasi
Teknik pengumpulan data yang bersifat non-verbal. Observasi
menggunakan indera visual, pendengaran, rabaan dan penciuman. Observasi
terdiri dari dua yaitu yang pertama observasi partisipasi dimanapeneliti
terlibat langsung dalam kegiatan- kegiatan yang diamati. Yang kedua yaitu
observasi tidak partisipasi, dimana pengumpulan data yang bersifat non verbal
peneliti tidak berperan ganda karena hanya sebagai pengamat belaka.
2. Teknik kuesioner
Teknik pengumpulan data dengan seperangkat daftar pertanyaan yang disusun
dengan sistematis dan lengkap yang digunakan untuk mengukur suatu gejala
tertentu dan konsep tertentu yang langsung diisi oleh responden.
3. Teknik wawancara
cx
Teknik wawancara adalah cara yang dipakai untuk memperoleh infomasi
melalui kegiatan interaksi sosial antara peneliti dan informan untuk
mendapatkan data melalui kegiatan Tanya jawab.
Dalam penelitian ini menggunakan tes untuk mengukut prestasi belajar siswa,
non-test yang dipakai adalah kuesioner, skala bertingkat untuk mencari data
tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi dan menggunakan
dokumentasi.
1) Variabel Penelitian
Sebelum melakukan penelaah kepustakaan, seorang peneliti harus
mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel merupakan objek
penelitian yang sangat penting. Variabel. Menurut Sumadi Suryabrata (1998: 72)
mengemukakan, “variabel diartikan sebagai sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan penelitian”. Menurut S. Margono (2007: 133), variabel adalah konsep yang
mempunyai variasi nilai selain itu variabel dapat juga diartikan sebagai pengelompokan
yang logis dari dua atribut atau lebih”.
Kerlinger (1990: 49), “ variabel ialah suatu sifat yang dapat memiliki bermacam-
macam nilai”. Sedangkan menurut Masri Singarimbun& Sofian Effendi (1995: 48)
mengemukakan “ variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai”. Menurut
(Consuelo G. Sevilla et al terjemahan Alimuddin Tuwu, 1993: 21) mengemukakan
bahwa, “variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau sifat
yang berdiri sendiri”. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan variabel adalah konsep yang memiliki lebih dari satu nilai yang
akan menjadi obyek penelitian.
Menurut Fred N. Kerlinger (1996: 58) menyatakan “ (…) ada tiga jenis yang
sangat penting dan mendapat penekanan: (1) variabel bebas dan variabel terikat; (2)
variabel aktif dan variabel atribut; (3) variabel kontinu dan variabel kategori”.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
a. Variabel Bebas dan Variabel terikat
Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang meramalkan yang
memunculkan sebab. Sedangkan variabel terikat atau variabel dependen adalah
cxi
variabel yang diramalkan dan yang memunculkan akibat dari suatu percobaan yang
diujikan.
b. Variabel Aktif dan Variabel atribut
Variabel aktif adalah variabel yang dapat dimanipulasi yang berarti melakukan
berbagai hal terhadap berbagai hal terhadap berbagai kelompok subyek. Sedangkan
variabel atribut adalah variabel yang tidak dapat dimanipulasi.
c. Variabel Kontinu dan Variabel Kategori
Variabel kontinu adalah variabel yang menunjukkan suatu urutan peringkat (rank
order). Sedangkan variabel kategori adalah variabel yang menempatkan dan
menentukan suatu obyek pada suatu sub kelas menjadi bagian dari suatu kelas atau
tidak.
Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Uraian dari
variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:
a. Variabel bebas
1) Tingkat pendidikan orang tua.
Tingkat pendidikan orang tua adalah tahapan pendidikan formal yang telah
ditempuh ayah dan ibu yang menjadi pendidik bagi anak-anaknya.
2) Sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi.
Sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi adalah kecenderungan siswa untuk
merespons mata pelajaran sosiologi, baik bersifat respons positif maupun negatif
b. Variabel terikat
i. Prestasi belajar.
Prestasi belajar adalah hasil usaha siswa dalam segala hal yang dipelajari di
sekolah menyangkut pengetahuan, kecakapan/ketrampilan yang menghasilkan
perubahan yang dinyatakan dalam bentuk skor hasil belajar
2) Instrumen penelitian
Instrumen sebagai alat pengumpul data harus dibuat sedemikian rupa sehingga
mampumenghasilkan data yang empiris. Teknik pengumpulan data adalah cara untuk
memperoleh atau mengumpulkan data yang akan diteliti, sedangkan instrument penelitian
adalah yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Menurut Burhan Bungin
cxii
(2005: 123) mengatakan bahwa ”metode pengumpulan data adalah bagian instrument
pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya penelitian”. Dari pengertian
dapat diambil kesimpulan bahwa.
Menurut S. Margono (2007:155-156) mengemukakan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menyusun instrumen penelitian antara lain:
a. Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel, harus jelas spesifik sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan digunakan.
b. Sumber data / informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen penelitian.
c. Keterampilan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data baik dari keajegan, kesahihan maupun objektivitasnya.
d. Jenis data yangdiharapkan dalam penggunakan instrumen harus jelas, sehingga peneliti dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah penelitian.
e. Mudah dan praktis digunakan akan tetapi dalat menghasilkan data yang diperlukan.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes obyektif,
angket dan dokumentasi. Tes objektif dilakukan untuk mengukur prestasi belajar
sosiologi siswa, angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang sikap siswa
terhadap mata pelajaran sosiologi dan tingkat pendidikan orang tua, sedangken
dokumentasi untuk mengumpulkan data nama siswa dan jumlah siswa.
1) Tes Obyektif
Tes umumnya bersifat mengukur, seperti halnya tes prestasi belajar mengukur
hasil-hasil belajar yang dicapai .Menurut Muhibbin Syah (1995: 145) menyatakan,
“tes obyektif adalah tes yang jawabannya dapat diberi skor nilai yang lugas
(seadanya) menurut pedoman yang telah ditentukan sebelumnya”. Tes prestasi dalam
penelitian ini digunakan untuk mengukurkemampuan, pemahaman terhadap bidang
pengetahuan khusus yaitu mata pelajaran sosiologi. Menuru Muhibbin Syah (1995:
146) ada lima jenis tes obyektif, antara lain:
a. Tes Benar – Salah b. Tes Pilihan Ganda c. Tes Menjodohkan d. Tes Isian e. Tes Melengkapi
cxiii
Dalam penelitian ini, tes prestasi belajar sosiologi diberikan secara tertulis dengan
menggunakan model soal pilihan ganda. Tes dengan tipe pilihan ganda digunakan
karena memungkinkan secara langsung dapat menyimpulkan informasi dari data
mentah, selain itu tes prestasi dengan tipe pilihan ganda memberikan cerminan
penampilan yang maksimal dari siswa, selain itu tes pilihan ganda mempunyai
keunggulan antara lain:
(1) Komprehensif karena dalam waktu tes yang sangat singkat dapat memuat lebih banyak item
(2) Pemeriksaan jawaban dan pemberian skornya mudah dan cepat
(3) Penggunaan lembar jawaban menjadikan tes efisien dan hemat bahan
(4) Kualitas item dapat dianalisis secara empirik (5) Objektivitas tinggi (6) Umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan
Namun tipe pilihan ganda juga memiliki kelemahan, yaitu: 1) Pembuatannya sulit dan memakan banyak waktu dan tenaga 2) Tidak mudah ditulis untuk mengungkapkan tingkat kompetensi tinggi 3) Ada kemungkinan jawaban benar semata-mata karena tebakan.
(Saifuddin Azwar, 2002:75)
Alasan penulis memilih tes prestasi dengan tes pilihan ganda antara lain karena:
(1) Tes dengan pilihan ganda dapat memuat banyak item.
(2) Dibandinhgkan dengan tesyang lain Pengoreksian jawaban dan pemberian
skornya tes objektif pilihan ganda lebih mudah.
Dalam menyusun tes untuk mengukur prestasi belajar mata pelajaran
sosiologi, maka peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menentukan pokok bahasan/materi yang akan diujikan, kemudian membuat kisi-
kisi yang sesuai dengan indikator – indikator materi pelajaran. Tes ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa terhadap mata pelajaran sosiologi
yang akan dinilai sebagai wujud skor hasil belajar.
b) Membuat dan menyusun item pertanyaan yang akan di teskan.
c) Menyusun petunjuk pengerjaan soal
d) Menyusun kunci skor jawaban
e) Melakukan uji coba tes
cxiv
f) Melakukan revisi tes yaitu dengan menghilangkan pernyataan yang tidak valid.
Tes prestasi dilakukan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dengan
penilaian bila jawaban benar untuk setiap item soal diberi nilai 1 dan yang salah
diberi nilai 0. Materi yang diujikan sesuai dengan buku pegangan yang dipakai oleh
siswa.
Menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N Sunartana(1986: 79), mengemukakan
macam-macam skala penilaian, antara lain:
a) Skala lima
b) Skala sembilan
c) Skala sebelas
d) Skala seratus
e) Skala Z skor
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
a) Skala lima
Skala lima adalah suatu pembagian tingkatan yang terbagi atas lima kategori.
Masing-masing tingkatan dinyatakan dengan huruf A, B, C, D dan E. A
adalah tingkatan yang tertinggi, B tingkatan yang dibawah A, dan seterusnya
sampai E.
b) Skala sembilan
Skala sembilan adalah suatu sususnan tingkatan yang terdiri dari sembilan
kategori. Masing-masing kategori dinyatakan dengan angka dari 1 sampai 9.
Angka 1 menyatakan kategori terendah dan angka sembilan menyatakan
kategori tertinggi.
c) Skala sebelas
Skala sebelas adalah susunan tingkatan yang terdiri dari 11 kategori. Masing-
masing kategori dinyatakan dengan angka 0 – 10. angka 0 menyatakan
kategori yang paling tendah dan angka 10 menyatakan kategori paling tinggi.
cxv
d) Skala seratus
Skala seratus adalah suatu skala yang bergerak antara nol sampai seratus. 0
adalah kategori terendah sedangkan angka 100 adalah kategori tertinggi.
e) Skala Z
Z-skor adalah suatu ukuran yang menyatakan besarnya penyimpangan suatu
skor terhadap angka rata-rata skor dalam kelompok tersebut, dalam satuan
deviasi standar.
Dalam penelitian ini untuk menilai atau pengskoran soal tes prestasi
belajar sosiologi menggunakan skala 11 karena di SMA umumnya
menggunakan skala 11 slain ini skala 11 lebih mudah dalam pemberian nilai.
Keterangan nilai dengan skala 11
10 = istimewa 5 = hampir cukup
9 = baik sekali 4 = kurang
8 = baik 3 = kurang sekali
7= lebih dari cukup 2 = buruk
6 = cukup 1 = buruk sekali
2) Angket
a) Pengertian Angket
Angket juga bisa disebut kuesioner. Nasution (2003: 51) mengatakan
“angket merupakan pertanyaan yang diajukan secara tertulis dan disebarkan
kepada responden untuk dijawab dan dikembalikan lagi kepada peneliti”. Dari
pengertian ini berarti angket merupakan daftar pertanyaan yang diajukan kepada
responden untuk diisi agar mendapatkan data dari responden kemudian
dikembalikan lagi kepada peneliti.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128) mengatakan bahwa “kuesioner atau
angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui”.jadi angket bertujuan untuk mencari data tentang responden dan hal-
hal diketahuinya yang dilakukan secara tertulis sesuai pertanyaan yang diajukan
dalam angket. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa angket atau kuesioner adalah
pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden untuk diisi agar dapat
cxvi
memperoleh data atau informasi tentang pribadi responden atau hal-hal yang
diketahui, dan kemudian angket tersebut dikembalikan lagi kepada peneliti.
Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang
sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi dan tingkat pendidikan orang tua.
Angket yang digunakan untuk mengumpulkan data sikap sisiwa terhadap mata
pelajaran sosiologi diberikan langsung kepada siswa untuk diisi dan dikumpulkan
kembali kepada peneliti. Sedangkan angket tingkat pendidikan orang tua
ditujukan langsung kepada orang tua untuk diisi oleh orang tua siswa dan
dikembalikan kepada peneliti.
Sebagai suatu teknik pengupulan data, angket mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Babarapa kelebihan angket yang diungkapkan oleh Suharsimi
Arikunto (2002:129) antara lain:
a) Tidak memerlukan hadirnya peneliti b) Dapat dibagi serentak c) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing d) Dapat dibuat anonym sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-
malu menjawab e) Dapat dibuat berstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1998: 75), mengemukakan
beberapa kelebihan dari angket antara lain:
a) Biaya relatif murah b) Waktu mendapatkan data relative singkat c) Untuk para pelaksana tidak dibutuhkan keahlian mengenai pelihal
yang terjadi d) Dapat dilakukan pada jumlah subjek yang sangat besar.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:129), selain angket mempunyai kelebihan
yang telah dungkapkan diatas, angket juga mempunyai kelemahan antara lain:
a) Reponden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, pada hal sukar diulangi dan diberikan kembali padanya.
b) Sering kali sukar dicari validitasnya c) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja
memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur. d) Sering kali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos
cxvii
e) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.
Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (2004: 57) menemukakan beberapa
kelemahan angket antara laian:
a) Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap b) Besar kemungkinannya jawaban-jawaban dipengaruhi oleh keinginan
– keinginan pribadi c) Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu ditanyakan, misalnya hal-hal yang
memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan. d) Kesukaran merumuskan keadaan diri sendiri ke dalam bahasaada
kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logic unsure-unsur yang dirasa kurang berhubungan logik.
Adapun alasan peneliti menggunakan metode angket antara lain:
1) Dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya.
2) Mudah mendapatkan data objektif dari responden
b) Jenis – jenis angket
Ada beberapa jenis angket yang dapat digunakan dalam penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128-129), membedakan angket menjadi
beberapa jenis, yang dilihat dari beberapa sudut pandang yaitu:
a. Dipandang dari cara menjawab i. Angket terbuka
ii. Angket tertutup
b. Dipandang dari jawaban yang diberikan i. Angket langsung
ii. Angket tidak langsung c. Dipandang dari bentuknya
i. Angket pilihan ganda ii. Angket isian
iii. Chek list
Dari pernyataan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Dipandang dari cara menjawab
a. Angket terbuka
Angket ini memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab
dengan kalimatnya sendiri.
cxviii
b. Angket tertutup
Angket ini pertanyaan yang diajukan telah diberikan alternative jawaban,
jadi responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan yang
sesuai dengan keinginannya.
(2) Dipandang dari jawaban yang sudah diberikan
a. Angket langsung
Dalam angket ini, responden ;angsung menjawab tentang dirinya
b. Angket tidak langsung
Dalam angket ini, responden menjawab tentang orang lain
(3) Dipandang dari bentuknya
a. Angket pilihan ganda
Dalam hal ini sama dengan angket tertutup, jadi alternatif jawaban sudah
disediakan dalam bentuk pilihan ganda dan responden tinggal memilih
jawaban yang sudah disediakan.
b. Angket isian
Dalam hal ini sama dengan angket tertutup, responden menjawab
pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan kalimatnya sendiri.
c. Check list (skala bertingkat)
Sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda check (√
pada kolom yang sesuai)
d. Rating scale
Yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan
tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju sampai kesangat
tidak setuju.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(1) Berdasarkan cara menjawabnya, angket yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket tertutup, karena alternatif jawaban sudah disediakan oleh
peneliti, responden tinggal memilih jawaban. Alasan peneliti menggunakan
angket tertutup karena pilihan jawaban sudah disedikan oleh peneliti sehingga
responden mudah untuk menjawab pertanyaan, angket tertutup juga lebih
cxix
menghemat waktu, selain itu telah diberikan skor sebelumnya untuk masing-
masing alternatif jawaban sehinnga dalam pemberian skornya lebih mudah
dan mudah dianalisis. Namun, menurut Donald Ary yang diterjemakan oleh
Arif Furchan, 2005: 260) mengemukakan:
Angket tertutup mempunyai kelemahan yaitu memaksa responden untuk memilih salah satu pilihan jawaban yang telah ditetapkan terlebih dahulu bagi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sebenarnya ia merasa tidak mempunyai jawaban yang jelas, atau memaksanya memilih alternatif-alternatif yang tidak benar-benar mencerminkan sikap mereka.
Untuk memperkecil kesalahan maka peneliti melakukan usaha:
a. Kalimat disusun sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh
responden.
b. Menyusun pertanyaan dengan baik agar tidak mempunyai makna ganda.
c. Pertanyaan diusahakan tidak bersifat menggiring responden untuk
memilih arternatif jawaban yang diinginkan peneliti.
d. Membuat alternatif jawaban yang lengkap.
(2) Berdasarkan jawaban yang diberikan, angket yang digunakan dalam penelitian
ini adalah angket langsung. Angket langsung bertujuan untuk memperoleh
data tentang diri responden. Angket diberikan kepada siswa untuk diisi agar
memperoleh data tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi.
Untuk memperoleh data tentang tingkat pendidikan orang tua siswa, angket
diberikan kepada orang tua (ayah dan ibu) siswa untuk diisi tentang tingkat
pendidikan yang terakhir ditempuh. Peneliti memilih angket langsung karena
angket langsung diberikan kepada responden untuk menjawab pertanyaan
yang berkaitan dengan pribadinya selain itu dengan angket langsung peneliti
tidak memerlukan waktu yang lama atau mudah meminta kembali angket
yang disebarkan kepada responden.
(3) Berdasarkan bentuknya, penelitian ini menggunakan rating scale yang
digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi.
c) Langkah – langkah menyusun angket
cxx
Untuk menyusun angket memerlukan langkah – langkah yang tepat
dan sistematis.
(1) Menetapkan tujuan pembuatan angket
Tujuan penyusunan angket dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh
informasi atau data mengenai tingkat pendidikan orang tua siswa (ayah dan
ibu) dan sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi.
(2) Pembuatan kisi-kisi angket
Berdasarkan indikator dari variabel yang telah dirumuskan dapat
dibuat kisi-kisi angket sebagai pedoman penyusunan item pertanyaan maupun
pernyataan beserta jumlahnya sehingga seluruh aspek dapat diukur dan
terwakili.
(3) Penyusunan angket
Penyusunan angket meliputi pembuatan item-item pertanyaan atau
pernyataanbeserta alternatif jawaban, petunjuk pengisian angket dan surat
pengantar penyebaran angket.
(4) Memberikan skor angket
(5) Angket tingkat pendidikan orang tua (ayah dan ibu) disusun berdasarkan
dalam bentuk pernyataan dengan alternatif jawaban pilihan ganda, pemberian
skor untuk angket variabel tingkat pendidikan orang tua adalah sebagai
berikut:
a. Tidak Sekolah = 0
b. Tidak tamat SD/ MI/ Paket A = 1
c. Tamat SD/ MI = 2
d. Tidak tamat SMP/ MTs/ Paket B = 3
e. Tamat SMP/MTs / Paket B = 4
f. Tidak tamat SMA/ MA/ Paket C = 5
g. Tamat SMA/ MA/ Paket C = 6
h. Tamat D1 = 7
i. Tamat D2 = 8
j. Tamat D3 = 9
k. Tamat S1 = 10
cxxi
l. Tamat S2 = 11
m. Tamat S3 = 12
Sedangkan untuk variabel sikap siswa terhadap mata pelajaran
sosiologi menggunakan skala Likert. Dalam skala Likert biasanya terdapat 1-5
alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan
sangat tidak setuju.
Skala Likert banyak digunakan dalam penelitian moral dan sikap
terhadap suatu objek. Skala Likert mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan skala Likert dibandingkan skala lain antara lain:
(1) Dalam menyususn skala, item-item tidak jelas menunjukkan hubungan dengan skala yang sedang diteliti masih dapat dimasukkan dalam skala.
(2) Skala Likert lebih mudah membuatnya. (3) Skala Likert mempunyai reliabilitas yang relatif tinggi. (4) Karena jangka responsi yang lebih besar membuat skala Likert
dapat memberikan keterangan yang lebih nyata dan jelas tentang pendapat atau sikap responden tentang isu yang dipertanyakan.
Kelemahan skala Likert
a) Karena ukuran yang digunakan adalah ukuranordinal, skala Likert hanya dapat mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan berapa kali satu individu lebih baik dari individu lain.
b) Kadang kala total skor dari individu tidak memberikan tidak memberikan arti yang jelas, karena banyak responsi terhadap beberapa item akan memberikan skor yang sama.
(Mohammad Nasir, 1999: 398)
Alasan peneliti menggunaka skala Likert untuk mengukur sikap siswa tehadap
mata pelajaran sosiologi antara lain:
1. Skala Likert lebih mudah pembuatannya dibandingkan skala yang lain
2. Dalam pemberian skor juga relatif mudah karena setiap alternatif jawaban
sudah diberikan skor.
Langkah – langkah menyusun skala Likert menurut (Donald Ary et al
yang dikutup oleh Arif Furchan, 2005: 279) antara lain:
(1) Mengumpulkan sejumlah besar pertanyaan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan tentang objek sikap.
cxxii
(2) Memilih dari kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan dalam jumlah yang kira-kira sama.
(3) Memberikan butir-butir pertanyaan ini kepada sejumlah individu, dan meminta mereka untuk mengemukakan pendapat terhadap tiap-tiap pertanyaan itu dengan menetapkan apakah mereka sangat setuju, setuju, tidak setuju, tidak mempunyai pilihan, tidak setuju atau sangat tidak setuju.
(4) Menghitung skor tiap-tiap individu. (5) Melakukan analisis butir pertanyaan (item analysis) guna memilih
butir–butir pertanyaan yang menghasilkan diskriminasi tinggi. Melalui analisis butir pertanyaan ini, peneliti dapat mengetahui korelasi antara skor keseluruhan para subjek dengan jawaban mereka terhadap tiap-tiap pertanyaan.
Sesuai dengan langkah-langkah diatas, peneliti melakukan langkah–
langkah menyusun skala Likert sebagai berikut:
(1) Mengumpulkan sejumlah pertanyaan yang menyenangkan dan yang
tidak menyenangkan terhahap objek sikap (mata pelajaran sosiologi).
(2) Memilih dari kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang menyanangkan dan
yang tidak menyenangkan dalam jumlah sama.
(3) Membuat alternatif jawaban serta skor untuk tiap alternatif jawaban.
Dalam hal ini peneliti menggunakan 5 alternatif jawaban yaitu:
Untuk item positif
(1) Sangat setuju = 4
(2) Setuju = 3
(3) Ragu-ragu = 2
(4) Tidak setuju = 1
(5) Sangat tidak setuju = 0
Untuk item negatif
(a) Sangat setuju = 0
(b) Setuju = 1
(c) Ragu-ragu = 2
(d) Tidak setuju = 3
(e) Sangat tidak setuju = 4
cxxiii
(6) Uji coba dan perbaikan angket
Untuk mendapatkan angket yang baik maka perlu dilakukan uji coba. Uji coba
atau try out dilakukan agar mendapat angket yang baik dan dapat
dipertanggung jawabkan, selain itu juga mengetahui kelemahan angket yang
disebarkan. Angket yang masih ada kekurangan perlu diperbaiki sebelum
disebarkan kembali kepada sampel yang ingin diteliti. Try out dilakukan
terhadap siswa dalam satu populasi tetapi tidak termasuk dalam sampel
penelitian, yaitu sebanyak 25 siswa. Adapun maksud peneliti mengadakan try
out adalah sebagai berikut:
a. Menghindari pertanyaan atau pernyataan yang bermakna ganda atau kurang jelas
b. Menghindari pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan.
c. Menghindari kata-kata yang kurang dimengerti dan dipahami responden
d. Menghilangkan pertanyaan yang tidak relevan dengan tujuan penelitian
Try out dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Uji coba angket
meliputi uji validitas dan reliabilitas, untuk lebih jelasnya akan diuraikan
sebagai berikut:
(a) Uji Validitas Instrumen
Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran
menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Menurut Saifuddin Azwar
(2001 : 5-6) menyatakan “ validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya” suatu instrumen yang baik mempunyai
validitas tinggi sebaliknya jika validitasnya rendah tidak akan relevan
dengan tujuan pengukuran.
Menurut (Donal Ary terjemahan Arif Furchan, 2005: 293)
mengemukakan, “masalah validitas berhubungan dengan sejauh mana
suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat
tersebut”. Jadi apakah alat ukur yang digunakan sudah tepat dan mampu
mengukur dengan benar agar hasilnyapun baik. Menurut Suharsimi
Arikunto (2002: 144) menyatakan bahwa, ”validitas adalah suatu ukuran
cxxiv
yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen”. Jadi alat ukur dikatakan valid jika dapat mengukur secara
tepat dan cermat sehingga dapat mengukur dengan tepat dan dapat
dipertanggung jawabkan. Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa validitas instrumen adalah kesahihan, ketepatan,
kecermatan alat ukur dalam mengukur objek penelitian.
Macam-macam validitas menurut Saifuddin Azwar (2001: 46),
antara lain sebagai berikut
(1) Validitas isi 1. Validitas Muka (Face Validity) 2. Validitas Logik (Logical Validity)
(2) Validitas Konstruk (Construct Validity) (3) Validitas berdasarkan kriteria (Criterian Validity)
1. Validitas Prediktif (Prediktive Validity) 2. Validitas Konkruen
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
(a) Validitas isi
Validitas isi adalah untuk mengetahui sejauh mana item-item dalam
tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur.
Estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan statistik apapun
melainkan hanya analisis rasional.
Validitas isi dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
i. Validitas Muka (Face Validity)
Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah
signifikansinya karena hanya didasarkan pada penelitian terhadap
format penampilan (appearance) tes.
ii. Validitas Logik (Logical Validity)
Validitas logik menunjukkan pada sejumlah isi tes merupakan
representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur.
(b) Validitas Konstruk (Construct Validity)
cxxv
Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh
mana tes mengungkap suatu trait atau konstruk teoritik yang hendak
diukurnya. Pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik
analisis statistik yang lebih kompleks.
(c) Validitas berdasarkan kriteria (Criterian Validity)
[osedur pendekatan validitas berdasarkan kriteria menghendaki
tersedianya kriteria eksternal yang dijadikan pengujian skor tes.
Prosedur validitas berdasar kriiteria dua macam validitas, yaitu:
i. Validitas Prediktif (Prediktive Validity)
Prosedur validasi prediktif memerlukan waktu yang lama dan
hanya yang besar, karena prosedur ini pada dasarnya merupakan
kontinyuitas dalam proses pengambilan tes.
ii. Validitas Konkruen
Validitas konkruen merupakan indikasi yang layak ditegakkan
apabila tes tidak digunakan sebagai suatu prediktor dan merupakan
validitas yang sangat penting dan situasi diagnosis.
Validitas yang digunakan dan diuji coba dalam penelitian ini
adalah validitas konstruk (contruct validity), karena item disusun berdasarkan
teori yang relevan dengan variabel tingkat pendidikan orang tua (X1), sikap
siswa terhadap mata pelajaran sosiologi (X2), dan prestasi belajar sosiologi
(Y) yang diteliti kemudian diukur dengan teknik analisis statistik.
Instrumen dikatakan valid apabila Instrumen dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Validitas suatu instrumen dinyatakan dengan korelasi (r).
Uji validitas menggunakan rumus korelasi prodact moment dari
person dalam Suharsimi Arikunto (2002 : 146), sebagai berikut :
Uji validitas menggunakan rumus korelasi prodak moment dari
Pearson dalam Suharsimi Arikunto (2002: 146), sebagai berikut :
r xy = ( )( )
( ){ } ( ){ }å åå åå åå
--
-2222 yyNxxN
yxxyN
Keterangan :
cxxvi
r xy = koefisien korelasi antara X dan Y
Xå = jumlah skor butir angket variabel X
Yå = jumlah skor butir angket variabel Y
N = jumlah subyek uji coba
Jika ρ < 0,05 maka dinyatakan item valid, sebaliknya jika ρ > 0,05 maka
item tidak valid.
Dari uji validitas, item yang valid dipakai untuk angket yang akan disebar
kepada sampel penelitian, sedangkan yang tidak valid dibuang.
Berdasarkan hasil perhitungan validitas angket diperoleh hasil dari
50 item try out 50 item soal variabel sikap siswa terhadap mata pelajaran
Sosiologi ada 7 butir yang gugur, yaitu item nomor 23, 35, 36, 37, 40, 44dan
50. sedangkan pada tes prestasi belajar yang telah di uji cobakan ada 10 item
yang gugur yaitu nomor 7, 8, 10, 12, 21, 28, 32, 37, 42 dan 43.
(b) Uji Reliabilitas
Selain kuesioner harus valid juga harus reliabel, artinya dapat
dipercaya atau diandalkan, menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006:
229) mengemukakan, “reabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau
ketepatan hasil pengukuran”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto
(2002 : 154) “reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu
instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrument itu sudah baik”. Jadi suatu alat ukur
dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat kepercayaan reliabilitas tinggi
apabila alat ukur dapat memberikan hasil yang relatif tetap apabila alat
ukur tersebut dikenakan pada subyek yang sama tetapi tempatnya berbeda
atau pada waktu yang berbeda tetapi tempatnya sama.
Ada dua jenis reliabilitas, yaitu
a. Reliabilitas Stabilitas a. Metode pengujian kembali (tes retest/single tesl double trial) b.Teknik belah dua (single test single trial) c. Teknik paralel (doule test trial)
b. Reabilitas Ekuivalen
cxxvii
(Arief Sukardi Sadiman, 1991: 107)
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut
1. Reliabilitas Stabilitas
Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama atau serupa untuk setiap
orang atau unit yang diukur setiap saat mengukurnya. Realibilitas
stabilitas menggunakan indikator yang sama, definisi operasional, dan
prosedur pengumpulan data setiap saat dan mengukurnya pada waktu yang
berbeda. Pemerolehan reliabilitas setiap kali unit diukur skornya sama atau
hampir sama, mengukur ukuran yang sama pada waktu yang berbeda.
A Metode pengujian kembali (tes retest/single tesl double trial)
Metode ini menggunakan ukuran atau “tes” yang sama untuk variabel
tertentu pada suatu saat pengukuran yang diulang lagi pada saat lain.
B Teknik belah dua (single test single trial)
Teknik ini biasanya peneliti menggunakan teknik belah dua ganjil
genap dengan pengelompokan skor butir bernomor ganjil sebagai
belahan pertama dan penelompokan bernomor genap sebagai blahan
kedua.
C Teknik paralel (doule test trial)
Perhitungan reliabilitas iukur dengan menggunakan dua jenis alat ukur
yang mengukur aspek yang sama. Kedua alat pengukur kemudian
diberikan pada responden yang sama, kemudian dicarai validitasnya
untuk masing-masing jenis.
2. Reabilitas Ekuivalen
Menyangkut usaha pemerolehan nilai yang sama dengan jenis ukuran
yang berbeda pada waktu yang sama. Definisi konseptual yang dipakai
sama tetapi degan satu atau lebih indikator pengumpulan data dan atau
pengamat-pengamat.
Dalam penelitian ini menggunakan jenis reliabilitas stabilitas
dengan metode pengujian kembali karena menggunakan induktor, definisi
cxxviii
operasional dan prosedur pengumpulan data yang sama setiap saat,
sehingga diperoleh nilai yang sama meskipun pada waktu yang berbeda.
Untuk mengukur atau menghitung tingkat reliabilitas
instrument digunakan rumus alpha yang dikemukakan Saifuddin Azwar
(2001: 11) sebagai berikut :
r 11 = ( ) úúû
ù
êêë
é-ú
û
ùêë
é-
å2
2
11 t
b
S
S
KK
Keterangan :
r 11 = koefisien reliabilitas instrumen
K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
bSå
Sb² = jumlah varians butir
2
tS 2
bSå
St² = varians total.
Jika ρ < 0,05 maka hasil pengukurannya reliabel, sebaliknya jika ρ > 0,05
makahasil pengukurannya tidak reliabel..
(7) Revisi Angket
Setelah angket diuji cobakan atau dilakukan uji validitas dan reliabilitas,
dilakukan revisi dengan cara pemilihan pertanyaan atau item-item yang valid
dan reliabel yang akan digunakan.
(8) Perbanyak angket
Angket yang telah direvisi dan telah diyakini valid dan reliabel diperbanyak
sesuai dengan jumlah responden yang menjadi anggota sampel.
(9) Penyebaran angket
Langkah terakhir adalah angket disebarkan kepada sample untuk memperoleh
data penelitian.
3) Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2002 : 135) menjelaskan bahwa, “di dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya”.
cxxix
Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah sebagai berikut:
1) Sumber data sudah tersedia, sehingga mudah untuk memperolehnya.
2) Bila ada kekeliruan mudah untuk memperbaiki karena dapat dicari kembali
3) Menghemat waktu, tenaga dan biaya.
Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data
berupa nama siswa dan jumlah siswa di kantor Tata usaha SMA N 1 Wonosari.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengolah data
serta menganalis data yang terkumpul dalam penelitian untuk membuktikan hipotesis
yang diajukan sebelumnya selain itu juga untuk memperoleh kesimpulan. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis korelasi dan regresi.
Sesuai dengan teknik yang digunakan, maka penelitian menggunakan dasar analisis
dengan pedoman:
Kaidah uji hipotesis menggunakan komputer
Jika ρ (probabilitas) < 0,01 = sangat signifikan
Jika ρ (probabilitas) < 0,05 = signifikan
Jika ρ (probabilitas) < 0,15 = cukup signifikan
Jika ρ (probabilitas) < 0,30 = kurang signifikan
Jika ρ (probabilitas) > 0,30 = tidak signifikan
Kaidah uji hipotesis konvensional
Jika ρ (probabilitas) < 0,01 = sangat signifikan
Jika ρ (probabilitas) < 0,05 = signifikan
Jika ρ (probabilitas) > 0,05 = tidak signifikan
Uji tes memakai signifikansi ρ (probabilitas) < 0,05
Penggunaan analisis tersebut ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,
yaitu:
cxxx
a. Sampel yang digunakan dalam penyalidikan harus sampel yang diabil secara random
dari populasi terhadap kesimpulan mana penyelidikan hendak kita kenakan.
b. Bentuk distribusi variabel XI, X2, dan Y dalam populasi adalah mendekati distribusi
normal. (Sutrisno Hadi, 1999: 304)
Prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah
a. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah dapat yang
didapat berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data digunakan rumus
Chi Kuadrat (Sutrisno Hadi, 2004:383) sebagai berikut:
X 2 = åfh
fhfo 2)( -
Keterangan :
X 2 = koefisien chi kuadrat
fo = jumlah frekuensi yang telah diperoleh
fh = jumlah frekuensi yang diharapkan
Jika ρ > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal, sebaliknya ρ <
0,05, maka data yang diperoleh tidak berdistribusi normal
2. Uji Linieritas
Uji Linieritas digunakan untuk mengetahui apa ada hubungan antara variable
bebas dengan variable terikat yaitu antara X1 dengan Y dan antara X2 dengan
Y.
Uji linieritas dilakukan dengan mengunakan rumus dari Sudjana
(2001:332) sebagai berikut :
1. JK (G) = å 1X( )
úúû
ù
êêë
é- åå N
YY
2
2
2. JK (TC) = JK (S) – JK (G)
cxxxi
3. dK(G) = N – K
4. dK (TC) = K– 2
5. RJK (TC) = )(
)(
T Cd f
T CJ K
6. RJK (G) = )(
)(
Gd f
GJ K
7. F h i t u n g = )()(
GR JKT CR J K
Keterangan :
JK (G) = Jumlah Kuadrat Galat
JK (TC) = Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
dK (G) = Derajat Kebebasan Galat
dK (TC) = Derajat Kebebasan Tuna Cocok
RJK (G) = Kuadrat Tengah Galad
RJK (TC) = Kuadrat Tengah Tuna Cocok
Kriteria uji linieritas adalah jika ρ > 0,05 maka korelasinya linier, sedangkan
ρ < 0,05 maka korelasinya tidak linier.
3. Uji Independensi
Uji Independensi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas XI dan X2
( )( )( ){ } ( ){ }222
121
212121
YYNXXN
XXXXNxrx
å-åå-å
åå-å=
Keterangan :
rx1x2 = koefisien korelasi X1 dan X2
cxxxii
X1 = variabel pertama
X2 = variabel kedua
N = menyatakan jumlah data observasi
(Suharsimi Arikunto, 2002:124)
b. Uji Hipotesis
Uji ini menggunakan uji regresi yang meliputi:
1. Mencari korelasi antara Kriterium dengan prediktor
a. Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y, digunakan
rumus
1yr = ( )( )
( ) ( )å å ååååå--
-222
121
11
YYNXXN
YXYXN
b. Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y, digunakan
rumus.
2yr = ( )( )
( ) ( )å åååååå--
-222
222
22
YYNXXN
YXYXN
(Suharsimi Arikunto, 2002:245)
2. Menentukan koefisien korelasi antara X1, X2 dan Y yaitu dengan rumus
2
2211
)2,1( Y
YXaYXa
yrå
+ åå=
Keterangan :
ry(1,2) = Koefisien korelasi antara Y dengan X 1 dan X2
a1 = Koefisien prediktor X 1
a2 = Koefisien prediktor X 2
X1Y = Jumlah produk antara X1 dan Y
X2Y = Jumlah produk antara X2 dan Y
å Y2 = Jumlah kuadrat kriterium Y
cxxxiii
(Sutrisno Hadi, 2001: 225)
3. Uji Signifikansi
Untuk uji signifikansi menggunakan rumus sebagai berikut:
F =)1()1( 2
2
--- knR
kR
Keterangan :
F = harga F garis regresi
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas
R = Koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor-
prediktornya.
(Sudjana, 2001:108)
BAB IV HASIL PENELITIAN
1) Deskripsi Data
a) Deskripsi Lokasi Penelitian
Deskripsi lokasi penelitian adalah gambaran mengenai tempat dimana data
diperoleh peneliti. Lokasi penelitian untuk mengambil data yaitu di SMA Negeri I
Wonosari. Data dikumpulkan, kemudian diolah dan dianalisis sehingga dapat disajikan
secara sistematis. Aspek-aspek yang diteliti dapat diuraikan sebagai berikut: a. Sejarah
singkat SMA Negeri I Wonosari, b. Struktur organisasi SMA Negeri I Wonosari, c.
Sarana dan prasarana SMA Negeri I Wonosari, d. Kegiatan Kurikuler.
a.Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Wonosari
cxxxiv
SMA Negeri I Wonosari berada di Kabupaten Klaten, propinsi Jawa Tengah
yang didirikan pada tahun 1984, SMA ini merupakan perwujudan dari swadaya
masyarakat dengan adanya tanah dan lokasi yang diajukan ke kecamatan Wonosari
dan dikoordinasikan dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten
Klaten kemudian diajukan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional di
Jakarta. Pembangunan sekolah didirikan oleh pemerintah pusat di atas tanah seluas
7960m2 . Pendirian ini dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dengan nomor: 0219/10981 tentang pembukaan sekolah.
SMA Negeri 1 Wonosari terletak di jalan Yogya-Solo, Pakis, Wonosari,
Klaten, kode pos 57374, telepon (0272) 551584 dengan status sekolah negeri. Letak
SMA Negeri 1 Wonosari sangat strategis karena mudah dijangkau baik dengan
kendaraan umum atau pribadi. Gedung sekolah tepat ditepi jalan raya dari .Pakis ke
arah timur 300 meter.
Seiring berjalannya waktu SMA Negeri I Wonosari berkembang baik dari segi
kuantitas siswa maupun kualitas pendidikan. Sarana dan prasarana semakin lengkap
untuk menunjang proses belajar siswa. Pada tahun Ajaran 2008 / 2009 jumlah kelas
18, terdiri dari kelas IPA : 6 kelas, IPS : 8 kelas, Bahasa 2 kelas.
Untuk kelas X adalah 8 kelas. Dalam penelitian ini mengambil Kelas XI IPS yang
terdiri dari 4 kelas yaitu XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, XI IPS 4 dengan jumlah
keseluruhan siswa XI IPS adalah 178 siswa.
Adapun Visi dan Misi SMA Negeri I Wonosari adalah sebagai berikut:
a. Visi SMA Negeri I Wonosari adalah: Berbakti pada nusa dan bangsa dalam
berprestasi.
b. Misi SMA Negeri I Wonosari adalah sebagai berikut:
i. Meningkatkan proses belajar mengajar secara efektif, terarah, dan teratur
untuk pencapaian prestasi.
ii. Meningkatkan minat baca untuk mendorong potensi intelektualitas siswa
dengan pemberdayaan perpustakaan.
iii. Membentuk tim bola basket untuk pengembangan siswa berprestasi.
iv. Meningkatkan penerapan IPTEK melalui praktikum laboratorium.
cxxxv
v. Membentuk komunitas seni, sastra dan budaya sebagai media ekspresi siswa
untuk pencapaian kepribadian estetis.
vi. Meningkatkan pendidikan agama yang seimbang dengan ilmu pengetahuan.
b. Struktur organisasi SMA N I Wonosari
Gambar 4. 1 Struktur Orgnisasi SMA Negeri 1 Wonosari Berdasarkan bagan diatas, berikut adalah tugas dari komponen yang terdapat
disekolah:
a) Kepala sekolah
Kepala sekolah berfungsi dan bertugas sebagai edukator, manager, administrator
dan supervisor.
a. Kepala sekolah sebagai edukator
Kepala sekolah sebagai edukator bertugas melaksanakan proses belajar
mengajar secara efektif dan efisien.
b. Kepala sekolah sebagai manager mempunyai tugas sebagai berikut:
Menyusun perencanaan, pengorganisasian kegiatan, mengarahkan kegiatan,
mengadakan rapat, megambil keputusan, mengatur proses belajar mengajar.
c. Kepala sekolah selaku administrator bertugas menyelenggarakan administrasi:
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengawasan,
kurikulum, kesiswaan, ketatausahaan, kantor, keuangan, kepustakaan,
laboratorium.
d. Kepala sekolah sebagai supervisor bertugas menyelenggarakan supervise
mengenai: proses belajar mengajar, kegiatan ekstra kurikuler, kegiatan
KOMITE SEKOLAH H. Amir Indrianto, SH
KEPALA TATA USAHA H. Amir Indrianto, SH
Urusan Kurukulum Yusup Budi S, S.Pd
Seluruh Siswa Kelas X, XI, XII
WAKASEK Agung Jatmiko, S. Pd
Kepala Sekolah Drs. Sukarno MPd
Urusan kesiswaan Yusup Budi S, S.Pd
Urusan Sarana & Prasarana Drs. Sri Novi Hastuti
Urusan Humas Drs. Aris M.
Koorinator BP Drs. Atika Latife
Guru-guru
SELURUH SISWA KELAS 1, 2, 3
cxxxvi
ketatausahaan, sarana dan prasarana, kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra
Sekolah).
b) Wakil kepala sekolah
Wakil kepala sekolah SMA Negeri I Wonosari ada 1 orang yang bertugas
membantu kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut: menyusun program perencanaan, membuat program kegiatan dan
pelaksanaannya, pelaksanaan perorganisasian, pelaksanaanpengarahan,
pengkoordinasian, pengawasan, pengumpulan data dan penyusunan laporan.
c) BP (Bimbingan konseling)
Bimbingan dan konseling membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a) Menyusun program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
b) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi maasalah – masalah
yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar.
c) Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam
kegiatan belajar.
d) Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan kepada siswa agar lebih
berprestasi dalam kegiatan belajar.
e) Menyusun statistik hasil evaluasi.
f) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling.
d) Tata usaha
Kepala tata usaha mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan sekolah, dan
bertanggung jawab kepada kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
a) Penyusunan program kerja tata usaha sekolah.
b) Pengelolaan keuangan sekolah.
c) Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa.
d) Pembinaan dan pengembangan karier pegawai tata usaha.
e) Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah.
f) Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketata usahaan secara
berkala.
cxxxvii
e) Urusan kurikulum
a) Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan
b) Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran
c) Mengatur kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler
d) Mengatur pelaksanaan program penilaian kriteria kenaikan kelas
e) Mengatur program pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran
f) Urusan kesiswaan
Urusan kesiswaan mempunyai tugas mempunyai tugas:
a) Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
b) Mengatur dan membina program kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra
Sekolah).
c) Mengatur program pesantren kilat.
d) Menyelenggarakan program cerdas cermat, olah raga prestasi.
e) Menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa.
g) Urusan sarana dan prasarana
Urusan sarana dan prasarana mempunyai tugas:
a) Merencanakan kebubuhan sarana dan prasarana untuk menunjang proses
belajar mengajar.
b) Mengatur pemanfaatan sarana dan prasarana.
c) Mengelola perawatan, perbaikan dan pengisian.
d) Mengatur pembukuannya.
h) Urusan hubungan masyarakat
Urusan hubungan masyarakat mempunyai tugas:
1) Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan komite sekolah dan peran
komite sekolah.
2) Menyelenggarakan bakti sosial.
3) Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan di sekolah.
4) Menyususun laporan.
i) Wali kelas
cxxxviii
Wali kelas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Pengelolaan kelas.
b. Penyelenggaraan administrasi kelas.
c. Pengisian daftar kumpulan nilai siswa..
d. Membuat catatan khusus tentang siswa.
e. Pengisian dan pembagian buku laporan penilaian hasil belajar.
j) Guru:
Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.
Tugas dan tanggung jawab seorang guru meliputi:
a. Membantu perangkat program pengajaran.
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran.
c. Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan
umum, dan ujian akhir.
d. Melaksanakan analisis hasil ulangan umum.
e. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
f. Mengisi daftar nilai siswa.
g. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa.
h. Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran.
i. Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum.
j. Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkatnya.
k) Jurusan SMA N I Wonosari tahun ajaran 2008/2009
Kelas X terdiri dari 8 kelas 1) X A 2) X B 3) X C 4) X D 5) X E 6) X F 7) X G 8) X H
Kelas XI terdiri dari 3 kelas IPA, 4 kelas IPS dan 1 kelas Bahasa 1. XI IPA 1 2. XI IPA 2 3. XI IPA 3 4. XI IPS 1 5. XI IPS 2
cxxxix
6. XI IPS 3 7. XI IPS 4 8. XI Bahasa
Kelas XII terdiri 3 kelas IPA, 4 kelas IPS dan 1 kelas Bahasa a. XII IPA 1 b. XII IPA 2 c. XII IPA 3 d. XII IPS 1 e. XII IPS 2 f. XII IPS 3 g. XII IPS 4 h. XII Bahasa
c. Sarana dan Prasana
Gedung yang dibangun terdiri dari gedung yang berhubungan langsung
dengan proses belajar mengajar maupun gedung yang mendukung proses belajar
mengajar itu sendiri. Gedung dan sarana prasarana yang ada di SMA N I Wonosari
antara lain:
1. Ruang kelas terdiri dari 24 ruangan.
2. Ruang bimbingan konseling 1 ruangan
3. Ruang kesenian 1 ruangan
4. Ruang tata usaha 1 ruangan
5. Ruang kepala sekolah 1 ruangan
6. Ruang komputer 1 ruangan
7. Ruang UKS 1 ruangan
8. Ruang guru 1 ruangan
9. Ruang perpustakaan 1 ruangan
10. Ruang laboratotium 5 ruangan terdiri dari Lab biologi, Lab fisika, dan Lab kimia,
Lab Bahasa
11. Ruang pramuka 1 ruang
12. Ruang koperasi siswa 1 ruang
13. Masjid
14. Gudang
15. Tempat parkir guru
16. Tempat parkir siswa
17. 4 kantin
cxl
18. Lapangan sepak bola
19. Lapangan basket
Selain dibangun gedung/ruangan yang membantu proses belajar mengajar, SMA
Negeri 1 Wonosari juga menyediakan peralatan belajar yang mendukung proses
belajar-mengajar antara lain:
a. Televisi sebanyak 31 buah
b. VCD sebanyak 25 buah
c. Komputer dilengkapi internet sebanyak 60 unit
d. Mesin ketik sebanyak 5 unit
e. Miskroskop sebanyak 50 buah
f. LCD sebanyak 2 buah
g. Laptop sebanyak 5 unit
h. Gamelan satu perangkat
d. Kegiatan Kurikuler
a Kegiatan Intrakurukuler
Kegiatan Intrakurikuler merupakan kegiatan pembelajaran untuk
menguasai kompetensi dengan mempertimbangkan hak-hak dari kewajiban
peserta didik, efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan.
b Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan pembelajaran di luar kegiatan
intrakurikuler yang diselenggarakan secara konseptual dengan keadaan dan
kebutuhan lingkungan untuk memenuhi tuntutan penguasaan kompetensi mata
pelajaran, pembentukan karakter bangsa dan peningkatan kecakapan hidup yang
alokasi waktunya diatur secara tersendiri berdasarkan pada kebutuhan dan kondisi
sosial. Adapun kegiatan ekstra kurikuler yang terdapat di SMA Negeri 1
Wonosari adalah basket ball, volley ball, sepak bola, bela diri, tennis lapangan,
bahasa inggris, batual, PMR, seni musik, drama/seni teater, KIR, Olimpiade
Fisika, Olimpiade Biologi, Olimpiade Kimia, Olimpiade Matematika, Olimpiade
komputer, Pramuka, PA, PKS, Paskibraka.
b) Deskripsi Data Variabel Penelitian
cxli
Penelitian tentang hubungan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) dan Sikap
Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi (X2) dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari Tahun Ajaran 2008/2009, meliputi tiga
macam data yaitu
1. Prestasi Belajar Sosiologi (Y) berasal dari tes prestasi belajar Sosiologi.
2. Tingkat Pendidikan Orang Tua (XI) yang berasal dari data skor angket
responden.
3. Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi (X2) berasal dari data skor angket
responden.
Ketiga data tersebut untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
1) Deskripsi Data Prestasi belajar Sosiologi
Prestasi belajar Sosiologi dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y). Skor
data yang diperoleh dapat dilihat pada (lampiran 21 hal 216). Sedangkan rangkuman
data statistik dapat disajikan dalam uraian singkat sebagai berikut:
Mean = 6,42
Modus = 6,2
Median = 7,43
SB = 1,624
Nilai tertinggi = 8,75
Nilai terendah = 3,75
Adapun ditribusi frekuensi data prestasi belajar Sosiologi dapat disajikan
dalam tabel berikut
Varian fi xi fixi (xi-M) (xi-M) 2 fi(xi-M)2 8,73-9,55 7,9-8,72
7,07-7-89 6,24-7,06 5,41-6,23 4,48-5,4 3,75-4,57
5 8 4 8 8 7 4
9,14 8,31 7,48 6,65 5,82 4,99 4,16
45,7 66,48 29,92 53,2 46,56 34,93 16,64
2,40 1,57 0,74 -0,09 -0,92 -1,75 -2,58
5,7 2,5 0,5 0,0 0,9 3,1 6,7
28,75 19,66 2,18 0,07 6,80 21,49 26,67
Jumlah 45 303,4 116,04 Tabel 4.1 Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel Y tersebut dapat diketahui
bahwa responden paling banyak menempati kelas ke- 2, 4, dan 5 pada interval 7,9-
cxlii
8,73, 6,24-7,06, dan 5,41-6,23 yaitu masing-masing sebanyak 8 responden,
sedangkan responden yang paling sedikit menempati kelas ke-3 dan 7 pada interva
7,07-7,89, dan 3,75-4,57 yaitu sebanyak 4 responden. Penyebaran data dapat
diperiksa dalam histogram berikut ini:
Gambar 4.2 Histogram Data Variabel Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
Berdasarkan histogram data tentang prestasi belajar ada tujuh warna berbeda
pada histogram yaitu biru, hijau, pink, oranye, ungu, kuning, dan coklat. Warna biru
untuk interval 3,75-4,57 yang memiliki nilai frekuensi 4, warna hijau untuk interval
4,58-5,4 yang memiliki nilai frekuensi 7, warna pink untuk interval 5,41-6,23 yang
memiliki nilai 8, warna oranye untuk interval 6,24-7,06 yang memiliki nilai 8, warna
ungu untuk interval 7,07-7,89 yang memiliki nilai 4, warna kuning untuk interval 7,3-
8 yang memiliki nilai 8, warna coklat untuk interval 8,73-9,55 yang memiliki nilai 5.
Dari hasil perhitungan dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar
Sosiologi yang dimiliki siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari berada pada
ketegori cukup tinggi karena dari hasil perhitungan diketahui bahwa modus berada
pada posisi sedikit dibawah mean. Hasil ini berdasarkan rerata sebesar 6,742, median
sebesar 7,43, dan modus sebesar 6,2. jika dilihat dari skala penilaian, prestasi belajar
Sosiologi yang dimiliki siswa SMA Negeri 1 Wonosari kelas XI IPS berada pada
kategori cukup. Hasil ini berdasarkan rerata empirik sebesar 6,309 dengan
menggunakan pedoman skala 11.
2) Deskripsi Tingkat pendidikan orang tua (XI)
Tingkat pendidikan orang tua dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X1).
Skor data yang telah diperoleh dapat dilihat pada (lampiran 21 hal 212). Sedangkan
rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian singkat sebagai berikut:
012345678
Fre
ku
en
si
3,75-4,57
4,58-5,4 5,41-6,23
6,24-7,06
7,07-7,89
7,9-8,72 8,73-9,55
Interval
cxliii
Mean = 11,53
Modus = 14,7
Median = 12,19
SB = 5,0344
Nilai Tertinggi =22
Nilai Terendah = 2
Adapun ditribusi frekuensi data tingkat pendidikan orang tua dapat disajikan
dalam tabel berikut:
Varian fi xi fixi (xi-M) (xi-M) 2 fi(xi-M) 2 20-22 17-19 14-16 11-13 8-10 5-7 2-4
4 4 5 14 8 6 4
21 18 15 12 9 6 3
84,0 72,0 75,0 168,0 72,0 36,0 12,0
9,47 6,47 3,47 0,47 -2,53 -5,53 -8,53
89,62 41,82 12,02 0,22 6,42 30,62 72,82
358,47 167,27 60,09 3,05 51,34 183,71 291,27
Jumlah 45 519 1115,20
Tabel 4.2 Tingkat pendidikan orang tua (X1)
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X1 tersebut dapat diketahui
bahwa responden paling banyak menempati kelas ke- 4 pada interval 11-13 yaitu
sebanyak 14 responden, sedangkan responden yang paling sedikit menempati kelas
ke- 1, 2 dan 7 pada interval 20-22, 17-19, dan 2-4 yaitu masing-masing sebanyak 4
responden.
Penyebaran data dapat diperiksa dalam histogram berikut ini:
Gambar 4.3 Histogram Data Variabel Tingkat pendidikan orang tua (X1)
02468
101214
Fre
ku
en
si
2-4 5-7 8-1 11-13 14-16 17-19 20-22
Interval
cxliv
Berdasarkan histogram data tentang Tingkat pendidikan orang tua ada tujuh
warna berbeda pada histogram yaitu biru, hijau, pink, oranye, ungu, kuning, dn
coklat. Warna biru untuk interval 2-4 yang memiliki nilai frekuensi 4, warna hijau
untuk intervai 5-7 yang memiliki nilai frekuensi 6, warna pink untuk interval 8-10
yang memiliki nilai frekuensi 8, warna oranye untuk interval 11-13 yang memiliki
nilai frekuensi 14, warna ungu untuk interval 14-16 yang memiliki nilai frekuensi 5,
warna kuning untuk interval 17-19 yang memiliki nilai frekuensi 4, dan warna coklat
untuk interval 20-22 yang memiliki nilai frekuensi 4.
.Dari perhitungan dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pendidikan orang
tua yang dimiliki siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosariberada pada kategori
tinggi karena dari hasil perhitungan diketahui bahwa modus data berada pada skor
yang tinggi dan modusnya juga pada posisi yang lebih tinggi dari pada mean. Hasil
ini berdasarkan data rerata sebesar 11,53, mediannya 12,19, dan modusnya pada
posisi tinggi yaitu 14,7.
3) Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi (X2)
Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dalam penelitian ini adalah
variabel bebas (X2). Skor data yang telah diperoleh dapat dilihat pada (lampiran 21
hal 214). Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian singkat
sebagai berikut:
Mean = 114,033
Modus = 115,1
Median = 114,50
SB = 18,2029
Nilai tertinggi = 159
Nilai terendah = 76
Adapun ditribusi frekuensi data sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi
dapat disajikan dalam tabel berikut:
Varian fi xi fixi (xi-M) (xi-M) 2 fi(xi-M) 2 148-159 136-147 124-135 112-123 100-111
2 4 6
13 10
153,5 141,5 129,5 117,5 105,5
307 566 777 1528 1055
39,47 27,47 15,47 3,47 -8,53
1557,6 754,4 239,2 12,0 72,8
3115,24 3017,67 1435,31 156,23 728,18
cxlv
88-99 76-87
7 3
93,5 81,5
655 245
-20,53 -32,53
421,6 1058,4
2951,32 3175,25
Jumlah 45 5132 14579,20
Tabel 4.3 distribusi frekuensi Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi (X2)
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X2 tersebut dapat diketahui
bahwa responden paling banyak menempati kelas ke- 4 pada interval 112-123 yaitu
sebanyak 13 responden sedangkan responden yang paling sedikit menempati kelas
ke-1 pada interval 148-159 yaitu sebanyak 2 responden. Penyebaran data dapat
diperiksa dalam histogram berikut ini:
Gambar 4.4 Histogram Data Variabel Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi (X2)
Berdasarkan histogram data tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran
Sosiologi ada tujuh warna berbeda pada histogram yaitu biru, hijau, pink, oranye,
ungu, kuning, dan coklat. Warna biru untuk interval 76-87 yang memiliki nilai
frekuensi 3, warna hijau untuk interval 88-99 yang memiliki nilai frekuensi 7, warna
pink untuk interval 100-111 yang memiliki nilai 10, warna oranye untuk interval 112-
123 untuk interval 13, warna ungu untuk interval 124-135 yang memiliki nilai
frekuensi 6, warna kuning untuk interval 136-147 yang memiliki nilai frekuensi 4,
dan warna coklat untuk interval 148-159 yang memiliki nilai frekuensi 2.
Dari hasil perhitungandapat diambil kesimpulan bahwa sikap siswa terhadap
mata pelajaran Sosiologi siswa XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari berada pada kategori
tinggi karena modus data berada pada skor yang tinggi dan modusnya juga pada
posisi yang lebih tinggi dari pada mean. Hasil ini berdasarkan data rerata sebesar
114,033, mediannya 114,50, dan modusnya pada posisi tinggi yaitu 115,1.
02468
101214
Fre
ku
en
si
76-87 88-99 100-111 112-123 124-135 136-147 148-147
Interval
cxlvi
2) Pengujian Prasarat Analisis Data
Data yang telah terkumpul diolah kemudian disusun secara sistematis
selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Syarat analisis
data yang digunakan adalah regresi linier untuk mengetahui sebaran data harus
berdistribusi normal dan kedua variabel bebas harus linier dengan variabel terikat.
Hasil uji prasyarat analisis data yang telah dilakukan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Uji Normalitas
Jika χ 2 hitung < χ 2
tabel maka data yang diperoleh berdistribusi normal dan apabila χ 2 hitung
> χ 2 tabel maka data yang diperoleh tidak berdistribusi normal.
1) Uji Normalitas variabel X1
Pada uji normalitas variabel tingkat pendidikan orang tua (X1), langkah
pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X1
Kelas Interval
Batas Kelas (X)
Z untuk batas Kelas
Batas Luas
Derah
Luas Tiap Kelas
Frekuensi harapan
fh
Frekuensi observasi
fo
(fo-fh) 2 fh
20-22
17-19
14-16
11-13
8-10
5-7
2-4
22,5
19,5
16,5
13,5
10,5
7,5
4,5
1,5
2,18
1,58
0,99
0,39
-0,20
-0,80
-0,40
-1,99
4854
4429
3389
1517
871
3106
4351
4767
0,0425
0,104
0,1872
0,2388
0,2235
0,1245
0,0416
1,91
4,68
8,42
10,75
10,06
5,6
1,87
4 4 5
14 8 6 4
2,287
0,099
1,389
0,983
0,422
0,029
2,426
7,630 Tabel 4.4 Uji Normalitas Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1)
Dengan dk = 4 dan taraf signifikansi 5% diperoleh harga χ 2
tabel = 9,488. harga
χ 2hitung 6,21. Maka χ 2
hitung < χ 2tabel = 6,21< 9,488 dapat disimpulkan bahwa
penyebaran data normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (lampiran 22 hal
218).
Sebaran data tingkat pendidikan orang tua dilihat dari grafik berikut:
cxlvii
Gambar 4.5 Grafik Sebaran Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1)
2) Uji Normalitas variabel X2
Pada uji normalitas variabel sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi,
langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X2.
Kelas Interval
Batas Kelas (X)
Z untuk batas Kelas
Batas Luas Derah
Luas Tiap Kelas
interval
Frekuensi harapan
fh
Frekuensi observasi
fo
(fo-fh) 2 fh
136-145
126-135
116-125
106-115
96-105
86-95
76-85
145,5
135,5
125,5
115,5
105,5
95,5
85,5
75,5
2,50
1,84
1,18
0,52
-014
-0,80
-1,46
-1,12
4946
4672
3810
1985
557
3106
4279
4830
0,0275
0,0861
0,1825
0,2542
0,2549
0,1173
0,0551
1,24
3,87
8,21
11,44
1147
5,28
2,48
2
4
6
13
10
7
3
0,466
0,004
0,595
0,213
0,188
0,560
0,109
2,140
Tabel 4.5 Uji Normalitas Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi (X2)
Dengan dk = 4 dan taraf signifikansi 5% diperoleh harga χ2tabel = 9,488. harga
χ 2hitung 2,14. Maka χ 2
hitung < χ 2tabel = 2,14< 9,488 dapat disimpulkan bahwa
penyebaran data normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (lampiran 24 hal
218)
Sebaran data sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dilihat dari grafik
berikut:
cxlviii
Gambar 4.6 Grafik Sebaran Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sosiologi (X2)
3) Uji Normalitas variabel Y
Pada uji normalitas variabel Prestasi Belajar (Y), langkah pertama yang
dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel Y.
Kelas Interval
Batas Kelas (X)
Z untuk batas Kelas
Batas Luas Derah
Luas Tiap Kelas
Frekuensi harapan
fh
Frekuensi observasi
fo
(fo-fh) 2 fh
8,01-8,7
7,3-8
6,59-7,3
5,88-6,6
5,17-5,9
4,49-5,2
3,75-4,5
8,715
8,005
7,295
6,585
5,875
5,165
4,455
3,745
1,73
1,22
0,71
0,20
-0,31
-0,82
-1,33
-1,85
4582
3888
2612
871
1217
2939
4082
4678
0,0694
0,1276
0,1741
0,2088
0,1722
0,1143
0,0596
3,12
5,74
7,83
9,4
7,75
5,14
2,68
5 8 4 8 8 7 4
1,133
0,890
1,873
0,209
0,008
0,673
0,650
5,510 Tabel 4.6 Uji Normalitas Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
Dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% diperoleh harga χ 2
tabel = 11,07. harga
χ2hitung 5,51. Maka χ2
hitung < χ 2tabel = 5,51< 11,07 dapat disimpulkan bahwa penyebaran
data normal.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (lampiran 24 hal 219)
Sebaran data prestasi belajar Sosiologi dilihat dari grafik berikut
cxlix
Gambar 4.7 Grafik Sebaran Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
b. Uji Linieritas
Jika r > 0,05 maka dapat disimpulkan korelasinya linier dan apabila r < 0,05
maka korelasinya tidak linier.
1) Uji Linieritas Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) dan Prestasi Belajar
Sosiologi (Y)
Langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui uji linearitas tingkat
pendidikan orang tua ( X1) dengan (Y) adalah membuat tabel rangkuman analisis
linearitas.
Sumber Varian
dk JK RJK F p-v
Total Regresi (a) Regresi (a/b) Sisa
45 1 1
43
1865,125 1773,4722
42,7838
48,869
42,7838
1,1365
37,65
0,000
Tuna Cocok Galat
15
28
15,2863
51,0472
1,0529
1,1813
0,89
0,581
Tabel 4.7 Uji Linieritas X1 dan Y
Sebagai langkah pertama membuat tabel rangkuman analisis linearitas seperti
tersebut di atas, setelah itu dilakukan perhitungan yang diperoleh hasil sebagai
berikut:
F = 0,89
r = 0,581
Berdasarkan tabel analisis linearitas X2 dengan Y diperoleh hasil F = 0,89
dan r = 0,581 maka dapat disimpulkan korelasinya linier, yang artinya apabila
cl
variabel predikator (X1) naik satu tingkat, maka variabel kriterium (Y) akan naik
sebesar satu tingkat juga. Untuk lebih jelasnya perhitungan dapat dilihat pada
(lampiran 23 hal 221-224).
Linieritas variabel tingkat pendidikan orang tua dan prestasi belajar
Sosiologi dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.8 Grafik Linieritas Variabel X1 dan Y
2) Uji Linieritas Variabel Sikap siswa terhadap Mata Pelajaran Sosiologi (X2) dan Prestasi
Belajar Sosiologi (Y)
Langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui uji linearitas sikap
siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi ( X2) dengan (Y) adalah membuat tabel
rangkuman analisis linearitas.
Sumber Varian
dk JK RJK F p-v
Total Regresi (a) Regresi (a/b) Sisa
45 1 1
43
1865,125 1773,4722
11,4383
80,2145
11,4383
1,8655
16,13
0,017
Tuna Cocok Galat
10
33
59,2874
20,9271
1,7966
2,0927
0,86
0,652
Tabel 4. 8 Uji Linieritas X2 dan Y
Sebagai langkah pertama membuat tabel rangkuman analisis linearitas seperti
tersebut di atas, setelah itu dilakukan perhitungan yang diperoleh hasil sebagai
berikut:
F = 0,86
cli
r = 0,652
Berdasarkan tabel analisis linearitas X2 dengan Y diperoleh hasil F = 0,86
dan r = 0,652 maka dapat disimpulkan korelasinya linier, yang artinya apabila
variabel predikator (X1) naik satu tingkat, maka variabel kriterium (Y) akan naik
sebesar satu tingkat juga. Untuk lebih jelasnya perhitungan dapat dilihat pada
(lampiran 23 hal 225-228).
Linieritas variabel tingkat pendidikan orang tua dan prestasi belajar
Sosiologi dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4. 9 Grafik Linieritas Variabel X2 dan Y
3) Pengujian Hipotesis
Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan analisis data
untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya diterima atau
ditolak. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis diperoleh hasil sebagai berikut:
a) Hasil Perhitungan Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y dan X2
dengan Y, dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment.
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membuat tabel kerja
matriks interkorelasi analisis regresi sebagai berikut:
r X1 X2 Y X1 1,000 0,256 0,683 r 0,000 0,089 0,000
X2 0,256 1,000 0,353 r 0,089 0,000 0,017 y 0,683 0,353 1,000 r 0,000 0,017 0,000
clii
Tabel 4.9. Matriks Interkorelasi Analisis regresi
1. Koefisien Korelasi Sederhana
a. Koefisien Korelasi Sederhana antara X1 dan Y
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
prestasi belajar Sosiologi.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua
dengan prestasi belajar Sosiologi.
Dari perhitungan korelasi sederhana diperoleh hasil:
rx1y = 0,683
r = 0,000
Karena r = 0.000, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut
Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan bahwa hasilnya sangat signifikan antara X1
dengan Y, karena r < 0,01 yaitu 0,000 < 0,01. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
(lampiran 25 halaman 230)
Hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Sosiologi
dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4. 10 Grafik hubungan X1 dan Y
b. Koefisien Korelasi Sederhana antara X2 dan Y
Ha :Ada hubungan yang signifikan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran
Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap siswa terhadap mata
pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi.
Dari perhitungan korelasi sederhana diperoleh hasil:
cliii
rx1y = 0,353
r = 0,017
Karena r = 0.017, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut
Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan bahwa hasilnya signifikan antara X1 dengan
Y, karena r < 0,05 yaitu 0,017 < 0,05. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
(lampiran 26 halaman 231)
Hubungan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi
belajar Sosiologi dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.11 Grafik Hubungan X2 terhadap Y
b) Hasil perhitungan koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y
a. Koefisien Korelasi Ganda antara X1 dan X2 dengan Y
Ha : ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan sikap
siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi.
Ho : tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan
sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi.
Langkah yang pertama yaitu membuat rangkuman tabel sebagai berikut:
X Beta ( b) SB ( b) r-parsial t r 0 2,365 1 0,180 0,055 0,656 5,613 0,000 2 0,017 0,067 0,253 1,683 0,098
Tabel 4.10. Koefisien beta dan korelasi parsial
cliv
Sumber Variasi JK db RK F R2 r Regresi Penuh 45,9089 2 22,954 21,076 0,5009 0,000
Variabel X1 42,7838 1 42,7838 37,65 0,466 0,000 Variabel X2 11,4383 1 11,4383 6,13 0,125 0,017
Residu Penuh 45,7439 42 1,89 --- --- ---
Total 91,6528 44 --- --- --- ---
Tabel 4.11. Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh
Setelah membuat Tabel kerja dan dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus,
diperoleh hasil sebagai berikut:
R = 0,7077
r = 0,000
F = 21,076
Berdasarkan hasil r = 0,000, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis
menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan hasilnya sangat signifikan antara X1
dengan X2, dengan r < 0,01 yaitu 0,000 < 0,01. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada (lampiran 27 halaman 235)
2. Menghitung sumbangan masing-masing Variabel X1, X2 dengan Y
Berdasarkan hasil perhitungan sumbangan relatif dan sumbangan efektif
dengan analisis regresi ganda diperoleh hasil sebagai berikut
Variabel korelasi Lugas korelasi Parsial koefisien determinasi X r xy r r par-xy r SD Relatif % SD Efektif % 1 0,683 0,000 0,656 0 86,52 43,34 2 0,353 0,017 0,253 0,098 13,48 6,75
Total --- --- --- --- 100.00% 50,09
Tabel 4.12. Perbandingan Bobot Prediktor - Model Penuh
clv
Berdasarkan tabel perbandingan bobot prediktor model penuh tersebut di atas,
maka diperoleh sumbangan determinasi yaitu sumbangan relatif dan sumbangan
efektif dari masing-masing prediktor yang bisa dijelaskan sebagai berikut:
a. Sumbangan relatif
a. Sumbangan relatif (SR) variabel tingkat pendidikan orang tua (X1) terhadap
prestasi belajar Sosiologi (Y) sebesar 86,52%
b. Sumbangan relatif (SR) Variabel sikap siswa terhadap mata pelajaran
Sosiologi dengan prestasi belajar Sosiologi sebesar 13,48%
Dari perhitungan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat
pendidikan orang tua (X1) memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap
prestasi belajar Sosiologi siswa, sedangkan sikap siswa terhadap mata pelajaran
Sosiologi (X2) memberikan sumbangan yang lebih kecil.
b. Sumbangan efektif
1. Sumbangan Efektif (SE) variabel tingkat pendidikan orang tua (X1) terhadap
prestasi belajar Sosiologi (Y) sebesar 43,34%
2.Sumbangan Efektif (SE) variabel sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi
(X2) terhadap Prestasi belajar Sosiologi (Y) sebesar 6,75%.
3.Sumbangan efektif (SE) variabel tingkat pendidikan orang tua (X1) dan sikap
siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi (X2) dengan prestasi belajar Sosiologi
(Y) sebesar 60,09%
Dari perhitungan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat
pendidikan orang tua (X1) memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap
prestasi belajar Sosiologi siswa, sedangkan sikap siswa terhadap mata pelajaran
Sosiologi (X2) memberikan sumbangan yang lebih kecil. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada (lampiran 28 halaman 236).
clvi
4) . Pembahasan Hasil Analisis Data
Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian dilakukan
pembahasan hasil analisis data. Pembahasan hasil analisis data sebagai berikut:
1. Hubungan Antara Variabel X1 dengan Y
a) Hubungan Antara Tingkat pendidikan Orang Tua dengan Prestasi Belajar.
Dari perhitungan diperoleh rx1y = 0,683, r = 0,000, t = 6,132, dengan SR
sebesar 75,51% dan SE sebesar 24,33%. Karena r = 0.000, maka berdasarkan
pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan
bahwa hasilnya signifikan antara X1 dengan Y, karena r < 0,01 yaitu 0,000 <
0,01. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara
Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) dengan prestasi belajar (Y). Hipotesis yang
berbunyi “Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara Tingkat Pendidikan
Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1
Wonosari Tahun ajaran 2008/2009” diterima.
Tingkat pendidikan orang tua dikatakan mempunyai hubungan positif
dengan prestasi belajar Sosiologi karena semakin tinggi tingkat pendidikan orang
tua maka semakin baik pula prestasi belajar Sosiologi yang dicapai siswa. Tingkat
pendidikan orang tua yang tinggi akan dapat melakukan peranannya dengan baik,
mampu mendidik, membimbing, mengarahkan, mengerti kebutuhan anaknya,
memperhatikan perkembangan anak agar dapat berkembang secara optimal baik
fisik maupun mental, serta menyadari pentingnya pendidikan bagi masa depan
anak sehingga orang tua akan menyediakan fasilitas belajar, memberi motivasi
anak agar anak semangat belajar, membantu kesulitan yang dihadapi anak baik
dalam belajar maupun masalah lainnya dan membiayai sampai anaknya mencapai
pendidikan yang tinggi.
2. Hubungan Antara Variabel X2 dengan Y
Dari perhitungan rx1y = 0,353, r = 0.017, t = 2,474 dengan SR sebesar 24,49%
dan SE sebesar 7,89%. Karena r = 0.017, maka berdasarkan pedoman kaidah uji
hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan bahwa hasilnya signifikan
antara X2 dengan Y, karena r < 0,05 yaitu 0,017 < 0,05. Hipotesis yang berbunyi
clvii
“Ada hubungan positif yang signifikan antara Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran
Sosiologi dengan Prestasi belajar Sosiologi Siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1
Wonosari Tahun Ajaran 2008/2009” diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi
mempunyai hubungan yang positif denga prestasi belajar Sosiologi. Sikap siswa
terhadap mata pelajaran Sosiologi berhubungan dengan prestasi belajar Sosiologi
karena jika siswa mempunyai sikap yang positif terhadap mata pelajaran Sosiologi
maka ia akan lebih senang belajar, mencatat, membaca, mendengarkan guru pada saat
menyampaikan materi pelajaran dan aktif pada saat proses belajar mengajar sehingga
prestasinya akan meningkat.
3. Hubungan antara Variabel X1 dan X2 secara
bersamaan dengan Y
Dari perhitungan diperoleh Rx1x2Y = 0,5676, r = 0,000, F = 9,983. Karena
r = 0,000, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi
(2004), menyimpulkan hasilnya sangat signifikan antara X1 dengan X2, dengan r <
0,01 yaitu 0,000 < 0,01. Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Sikap Siswa terhadap Mata
Pelajaran Sosiologi dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA
Negeri 1 Wonosari Tahun Ajaran 2008/2009” diterima.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi secara bersama-sama
mempunyai hubungan positif dengan prestasi belajar Sosiologi. Apabila siswa
mempunyai orang tua yang berpendidikan tinggi, maka akan ada yang membimbing
dan memperhatikan perkembangan prestasi belajar siswa. Dan didukung kesadaran
dari dalam diri siswa untuk mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran
Sosiologi yang membuat siswa senang dan termotivasi selalu belajar untuk
meningkatkan prestasi belajar Sosiologi
5) Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
clviii
a) Peneliti hanya mengambil sampel kelas XI IPS yang diambil secara acak
dari populasi kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Wonosari .
Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian serupa dapat mengambil
populasi dan sampel yang berbeda dan jumlahnya lebih banyak.
b) Untuk pengumpulan data penulis hanya menggunakan metode angket
dan tes prestasi belajar, sebaiknya pada peneliti berikutnya menambah
beberapa metode seperti wawancara, dokumentasi sehingga
mendapatkan data yang lebih lengkap.
c) Penelitian ini hanya meneliti tentang mata pelajaran Sosiologi,
sebaiknya peneliti selanjutnya meneliti sikap dan prestasi belajar siswa
terhadap mata pelajaran lain.
d) Penelitian ini memandang orang tua hanya dari segi pendidikan saja
pada hal ada aspek lain seperti tingkat ekonomi, pola asuh orang tua
yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap anak.
dan mengurus keluarga. Tugas pendidikan keluarga harus dilaksanakan bersama-
masa dan tidak hanya dibebankan pada satu orang saja. Tingkat pendidikan seseorang
dapat berpengaruh terhadap cara mendidik orang tua yang berpendidikan tinggi
diharapkan dapat lebih berhasil mendidik anaknya karena ia mempunyai
pengetahuan yang lebih luas serta mempunyai kesadaran tinggi tentang pentingnya
pendidikan bagi masa depan anaknya dengan itu orang tua akan selalu mendukung
dan menyediakan falilitas belajar yang menunjang proses belajar anaknya sehingga
prestasi belajar anaknya memperoleh prestasi yang optimal.
a. Sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi secara empiris memiliki hubungan
dengan prestasi belajar. Jika siswa mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran
Sosiologi, maka siswa akan cenderung lebih senang belajar materi pelajaran
Sosiologi, selalu mengerjakan tugas mata pelajaran Sosiologi tepat waktu dan sebaik
mungkin, selalu memperhatikan saat guru mengajar materi pelajaran Sosiologi. Jika
siswa merespon positif mata pelajaran Sosiologi maka dalam belajar akan semangat
dan prestasi belajarnya juga akan meningkat. Sebaliknya jika siswa mempunyai sikap
clix
negatif terhadap mata pelajaran Sosiologi, maka ia akan cenderung tidak senang
dengan mata pelajaran Sosiologi, malas belajar, jarang memperhatikan guru pada saat
pelajaran dan jarang mengerjakan tugas mata pelajaran Sosiologi sehingga prestasi
belajarnya tidak akan optimal.
b. Tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi
secara empiris memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Semakin tinggi pendidikan
orang tua dapat mendidik, membimbing, memotivasi serta mengarahkan anaknya
mempunyai sikap positif dalam merespon pelajaran Sosiologi agar prestasinya dapat
meningkat.
C. Saran
2. Bagi SMA Negeri I Wonosari
a. SMA Negeri I Wonosari hendaknya dapat bekerjasama dengan orang tua dalam
memperhatikan perkembangan siswa baik dalam sikap maupun perkembangan
prestasi belajar siswa.
b. SMA Negeri I Wonosari bekerjasama dengan wali murid, wali kelas dan guru
mata pelajaran Sosiologi untuk membantu siswa – siswa yang mengalami
kesulitan belajar, sikap siswa yang menyimpang dan masalah-masalah lainnya
yang menyebabkan siswa mengalami penurunan prestasi belajar Sosiologi.
c. Sekolah lebih meningkatkan fasilitas belajar yang dapat membantu siswa dalam
meningkatkan prestasi belajar.
3. Bagi guru
1. Guru sebaiknya dalam proses belajar mengajar menggunakan metode bervariasi
didukung dengan media pembelajaran yang menarik bagi siswa agar kegiatan
belajar mengajar dapat lebih efektif.
2. Guru tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi juga membimbing anak
agar mempunyai sikap dan tingkah laku yang baik serta memberikan motivasi
agar siswa semakin semangat belajar dan saling berkompetisi meraih prestasi
yang terbaik.
3. Guru memperhatikan dan memahami kesulitan yang dihadapi siswa dalam
menerima materi pelajaran siswa sehingga guru dapat membimbing siswa lebih
intensif dan memberikan penekanan terhadap materi yang diajarkan.
4. Bagi orang tua
clx
1. Bagi orang tua yang berpendidikan rendah hendaknya tetap memperhatikan
pendidikan anaknya dengan memberikan pendidikan sampai ke jenjang yang
tinggi demi masa depan anaknya, mengarahkan sikap anak agar mempunyai sikap
positif terhadap setiap mata pelajaran, memantau perkembangan prestasi anak,
menyediakan falilitas belajar dan memperhatikan kebutuhan anaknya agar prestasi
belajarnya meningkat.
2. Bagi orang tua yang berpendidikan tinggi hendaknya juga memperhatikan
perkembangan anak, membimbing, memotivasi, memberikan fasilitas belajar,
memantau perkembangan prestasi anak dan membantu kesulitan belajar yang
dihadapi anak agarprestasi belajarnya optimal.
3. Orang tua menyediakan fasilitas belajar dan memperhatikan kebutuhan anak yang
dapat mendukung belajarnya, sehingga anak akan lebih mudah belajar dan
prestasinya akan meningkat .
5. Bagi siswa
i. Siswa hendaknya patuh pada nasehat orang tua dan guru serta bergaul dengan
teman-teman yang baik karena lingkungan pergaulan juga berpengaruh dalam
pembentukan sikap yang baik.
ii. Siswa hendaknya mempunyai sikap positif terhadap semua mata pelajaran kerena
jika senang dengan suatu mata pelajaran maka akan termotivasi untuk belajar dan
pada akhirnya akan mendapat prestasi belajar yang memuaskan.
iii. Hendaknya siswa menyadari bahwa prestasi yang baik itu mempunyai arti penting
dalam menentukan masa depannya karena suatu prestasi yang baik akan lebih
mudah dalam mendapatkan lapangan pekerjaan.
clxi
DAFTAR PUSTAKA
Arief Furchan. 2005. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Arief Sukardi Sardiman. 1991. Metode dan Analisis Penelitian. Jakarta: Erlangga Baharuddin dan Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: AR-
RUZZ Bimo Walgito. 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi . 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Buchori Muchtar. 1992. Evaluasi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Burhan Bungin.2005.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Predana Mulia. Cetin, B., Akin, A. (2009). An investigation of the relationship between achievement goal
orientation and the use of stess coping strategies with canonical correlation. International Journal of Human Sciences. [Online]. 6:1. Available: http:/www.insanbilimleri.com/en
clxii
Consuelo G. Sevilla, Jesus A. Ochave. Twala C. Punsalan, Bella P. Regala, Gabriel G. Vriate. 1993. Pengantar Metodelogi Penelitian. Terjemahan Allimuddin Tuwu. Jakarta : UI Press
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Erdogan, Bayram& Deniz. 2008. Factors that influence academic achievement and
attitudes in web based education. International Journal of Instruction, Vol.1, No.1
Fred N. Kerlinger terjemahan Landung Simatupang. 1996. Asas-Asas Penelitian
Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada Press Gerungan, WA. 2004. Psikologi Sosial. Bandung : Eresco. Gino, J ,Suwarno, Suripto, Maryanto dan sutijan. 2000. Belajar dan Pembelajaran.
Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Universitas Sebelas Maret
Gulo, W. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Hadari Nawawi. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press Hadari Nawawi, Mimi Martini.1995. Penelitian Terapan. Yogyakarta : UGM Press. Hamzah B. Uno. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Akasara Hasbullah. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Wali Press Hibana S Rahman. 2002. Konsep dasar Pendidikan anak usia Dini. Yogyakarta: PGTKI
Press Kartini Kartono. 1991. Bimbingan Bagi Anak Remaja Yang Bermasalah. Jakarta:
Rajawali Pers Khairuddin H.1995. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Nur cahaya Mar’at. 1984. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Bandung: Ghalia Indah Mardalis.2002. Metodologi Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi
Aksara Moh Nasir.2003.Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia.
Muhibbin Syah. 1995. Psikologi belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
clxiii
.2004. Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Rosdakarya. Nana Syaodih Sukmadinata. 2004. Landasan Psikologi Proses pendidikan. Bandung:
Remaja Rodaskarya. Nasution.2003. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara Ngalim Purwanto. 1993. Ilmu Pendidikan Teortis dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya . 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. . 2003. Proses Belajar Mengajar. Yakarta: Bumi aksara Rachmad Abror. 1993. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya Ravik Karsidi. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: UNS Press Saifuddin Azwar.1988. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberty.
. 2001. Realibilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
. 2002. Tes Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Saptono & Bambang Suteng. 2006. Sosiologi SMA kelas X jilid 1. Yakarta: Phibeta
Sardiman A M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali. Slamet Yulius. 2008. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press S. Margono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Soedomo Hadi. 2003. Pendidikan Suatu Pengantar. Surakarta: Sebelas Maret University
Press. Soelaiman Joesoef.1999. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Soerjono Soekanto. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada . 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Sudjana. 2001. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung : CV
Tarsito
clxiv
. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta :
Rieneka Cipta Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara Sukardi. 1995. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sumadi Suryabrata. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo . 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Sutratinah Tirtonegogo. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta :
Bumi Aksara. Sutrisno Hadi. 2004. Statistik Jilid1. Yogyakarta : Andi Offset . 2001. Statistik Jilid 3. Yogyakarta : Andi Offset . 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta : Andi Offset Syaiful Bahri Djamarah. 1994. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta T.O. Ihromi. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Yakarta: yayasan Obor Indonesia Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003.
Jakarta: Sinar Grafika . Wasty Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Wayan Nurkancana dan P. P. N. Sunartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya :
Penerbit Usaha Nasional Wiji Suwarno. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: AR-Ruzz Winarno Surakhmad. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik.
Bandung: Tarsito. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip Tehnik Prosedur. Bandung : Remaja
Rosdakarya
clxv
KISI – KISI TRY OUT PENELITIAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
Definisi Indikator Deskriptor Item Jmlh
Operasional ( + ) ( - ) Item
Lampiran 1
clxvi
a. Sikap siswa dalam mata
pelajaran sosiologi
adalah kecenderungan
siswa untuk merespons
mata pelajaran
sosiologi, baik bersifat
positif maupun negatif
1) Pengaruh
Fisik
2) Kepribadian
3) faktor
Eksternal
a. Kondisi
fisik siswa
1) Kognisi
2) Afeksi
3) Konasi 1. Situasi
2. Pengalaman
3. Hambatan
1, 3
5, 6, 7, 8, 12, 13, 14
19, 20, 23, 24,
27
,28, 31, 32
37,38
41, 42, 43
47, 49,
50
2, 4
9, 10, 11, 15, 16, 17,
18
21, 22, 25, 26
29, 30,33
34, 35, 36, 39,
40 44,45
46, 48
4
14 9 6 7 5 5
KISI – KISI ANGKET PENELITIAN TES PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI
Definisi Indikator Item Jmlh
Operasional Mudah Sedang Sukar Item
Lampiran 2
clxvii
b. Prestasi belajar
sosiologi adalah
hasil usaha
siswa dalam
segala hal yang
dipelajari
disekolah
menyangkut
pengetahuan,
kecakapan /
ketrampilan
yang
menghasilkan
perubahan yang
dinyatakan
dalam bentuk
skor hasil
belajar mata
pelajaran
sosiologi.
a. Bentuk –bentuk struktur
sosial
i. Pengertian
struktur social
ii. Faktor-faktor
pembentuk ketidaksamaan sosial
iii. Mengidentifikasi
diferensiasi sosial (berdasarkan
ras, etnis, agama, dan gender)
iv. Pengaruh
diferensiasi dan stratifikasi sosial
berdasarkan pengamatan atau
kasus yang terdapat di
masyarakat
b. Konflik sosial
1. Mengidentifikasi berbagai
konflik dalam masyarakat
2. Membedakan konflik dengan
kekerasan
3. Sebab-sebab konflik dalam
masyarakat
4. Bentuk-bentuk integrasi sosial
5. Faktor-faktor pendorong
integrasi sosial
c. Hubungan antara
struktur sosial dengan
mobilitas sosial
a. Jenis-jenis mobilitas social
b. Proses terjadinya mobilitas sosial
c. Faktor-faktor pendorong dan
penghambat mobilitas sosial
d. Saluran-saluran mobilitas sosial
e. Dampak mobilitas sosial
1,5,7,11,14
2 ,16
6,8,10, 13
20, 21
23
30
33
36,38, 42,50
41
46, 45, 49
39 47, 48
12
9
17, 18
22, 28,
32
24, 26
27, 29,
31
34
40
37, 43
44
15 3 4
19, 25
35
6 2 6 3 7 3 4 2 1 5 1 5 2
2
SOAL TRY OUT TES PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI
Lampiran 4
clxviii
Nama :
Kelas :
No :
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x)
pada alternatif jawaban a, b, c, d, atau e.
a. Sesuatu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling tergantung dan membentuk suatu pola tertentu merupakan pengertian dari…. 1. lembaga sosial d interaksi sosial 2. keteraturan sosial e. struktur sosial 3. mobilitas sosial
b. Perhatihan pernyataan-pernyataan berikut ini! a. suku 4. kedudukan b. kekayaan 5. agama c. seks Dari pernyataan diatas, pilihlah yang termasuk faktor pembentuk ketidaksamaan yang bersifat horizontal adalah….
a. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 b.1, 3, dan 5 e. 2, 4, dan 5 c. 1, 4, dan 5
c. Identifikasilah! bentuk-bentuk struktur sosial ditinjau dari segi stratifikasi adalah…. a. sistem kasta, sistem kerajaan, dan sistem kelas b. sistem kasta, sistem estate, dan sistem kelas c. sistem kasta, sistem kelas, sistem monarki d. sistem estate, sistem kelas, dan sistem kerajaan e. sistem estate, sistem kasta, dan sistem kerajaan
d. Seseorang Lurah yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya kepala desa berarti dia telah menjalankan…. 1. tujuan d. tugas 2. fungsi e. Peranan 3. posisi
e. Pembedaan anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas vertikal yang diwujudkan dengan adanya tingkatan dalam masyarakat, disebut …. a. peranan sosial d. mobilitas sosial b. diferensiasi sosial e. interaksi sosial c. stratifikasi sosial
f. Perhatikan pernyataan berikut ini !
a. suku bangsa 4. tingkat ekonomi b. pendidikan 5. gender c. agama
Berdasarkan data diatas, pilihlah yang termasuk deferensiasi sosial adalah…
clxix
i. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 ii. 1, 3, dan 4 e. 2, 3, dan 5
iii. 1, 3, dan 5 g. Tipe pelapisan yang menunjukkan adanya garis pemisah yang labil sekali, kelahiran
tidak menunjukkan status sosial seseorang, dan yang terpenting adalah kemampuan dan prestasi merupakan ciri-ciri dari tipe… a. kasta d. oligarkis b. karismatik e. theokratis c. demokratis
h. Perhatikan statifikasi sosial dibawah ini! a. pemimpin politik 3. ahli teknik, petani, pedagang b. pejabat administratif 4. pekerja rendahan, petani rendahan Identifikasilah pernyataan diatas. Stratifikasi sosial tersebut di atas terdapat pada masyarakat…. a. industri d. feodal b. demokratis e. tradisional c. kolonial
i. Strata pada masyarakat desa di jawa tengah atas dasar hak milik tanah, sawah, kebun atau rumah. Masyarakat yang bekerja sebagai penggarap sawah atau kebun diduduki oleh golongan…. a. kuli kenceng d. sikep b. kuli gundul e. indung tlosor c. kuli karang kopek
j. Perhatikan pernyataan berikut ! a. stratifikasi sosial atas dasar kriteria ekonomi b. stratifikasi sosial atas dasar kriteria sosial c. stratifikasi sosial atas dasar kriteria politik d. stratifikasi sosial atas dasar kriteria budaya e. stratifikasi sosial atas dasar kriteria hukum
Pilihlah yang bukan termasuk bentuk-bentuk stratifikasi sosial adalah…. 1. 1 dan 2 d. 4 dan 5 2. 2 dan 3 e. 1 dan 3 3. 3 dan 4
k. Di bawah ini yang bukan termasuk Ascribed status adalah…. a. umur d. gelar sarjana b. jenis kelamin e. kasta c. hubungan kekerabatan
l. Biasanya orang yang menduduki lapisan atas, jumlahnya lebih sedikit dibandingkan orang yang berada pada lapisan bawah, sehingga stratifikasi sosial digambarkan dalam bentuk…. a. piramida d. linier b. trapesium e. jajaran genjang c. lingkaran
m. Di Afrika selatan perbedaan warna kulit mempengaruhi berbagai bidang kehidupan yang kemudian disebut…. a. segegrasi d. sosialisasi
clxx
b. asosiasi e. apartheid c. diskriminasi
n. Stratifikasi sosial yang memberi kemungkinan seseorang dapat berpindahdari satu lapisan ke lapisan lain, merupakan stratifikasi sosial yang bersifat…..
a. tertutup d. campuran b. terbuka e. sengaja dibentuk c. universal
o. Pelapisan sosial yang membatasi kemungkinan berpindah lapisan pada bidang tertentu, tetapi memberi kesempatan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang lain yang merupakan pelapisan sosial…. a. bersifat terbuka d. apartheid b. bersifat tertutup e. mixed social stratification c. oligarki
p. Berikut ini yang bukan merupakan faktor terbentuknya stratifikasi sosial adalah…. a. kekayaan d. kekuasaan b. kehormatan e. kebutuhan c. pendidikan
q. Di Indonesia merupakan Negara yang majemuk yaitu terdiri dari bermacam-macam suku, ras, dan agama. Untuk menyatukan bangsa Indonesia yang beragam tidaklah mudah, sehingga perlu adanya sikap dibawah ini kecuali….
a. toleransi d. patriotisme b. saling menghargai e. nasionalisme c. etnosentrisme r. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, dan kebudayaan, hal yang
perlu diwaspadai adalah adanya…. 1. adanya sikap nasionalisme 2. rawan terjadi konflik sosial yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa 3. mudah terjadi alkulturasi dengan budaya asing 4. adanya asimilasi kebudayaan 5. terjadinya integrasi sosial
s. Konflik berasal dari bahasa latin configure yang berarti….
a. saling memukul d. kekerasan b. masalah e. persaingan c. perbedaan
t. Pilihlah yang bukan merupakan bentuk konflik sosial adalah…. a. konflik pribadi d. konflik antar jenis kelamin b. konflik antar kelas sosial e. konflik politik c. konflik rasial
u. Konflik adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang bersifat…. a. akomodatif d. disosiatif b. integratif e. konsoliasi c. asosiatif
clxxi
v. Konflik yang terjadi di pabrik dimana buruh menuntut kenaikan gaji demi kesejahteraan juga dapat disebut …. a. konflik rasial d. konflik internasional b. konflik politik e. konflik pribadi c. konflik kelas sosial
w. Pilihlah salah satu dampak negatif adanya persaingan dibawah ini adalah…. a. menimbulkan semangat bersaing yang tinggi b. memperkuat solidaritas kelompok c. menimbulkan iklim kompetitif d. menimbulkan konflik e. alat seleksi
x. Pilihlah persamaan konflik dengan kekerasan dibawah ini, kecuali…. 1. merupakan proses sosial yang bersifat disosiatif 2. menuju pada disintegrasi 3. terjadi karena adanya perbedaan 4. adanya dua pihak yang saling bertikai 5. adanya persamaan kepentingan
y. Suatu bentuk proses sosial yang ditandai oleh gejala adanya ketidak pastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan serta kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang, merupakan pengertian dari…. a. konflik d. kompetisi b. persaingan e. pertentangan c. kontravensi
z. Berikut ini yang membedakan konfik dengan kekerasan adalah…. a. konflik menimbulkan korban jiwa sedangkan kekerasan tidak menimbulkan
korban jiwa b. konflik hanya bersaing untuk mendapatkan keuntungan, sedangkan kekerasan
berusaha menjatuhkan pihak lain c. konflik berusaha untuk menyingkirkan pihak lain, sedangkan kekerasan
menimbulkan cidera dan korban jiwa d. konflik timbul karena adanya semangat bersaing sedangkan kekerasan timbul
karena adanya pebedaan-perbedaan e. konflik bermula karena adanya kecurigaan, sedangkan kekerasan timbul karena
adanya persaingan å. Berikut ini adalah faktor penyebab konflik adalah….
a. adanya perbedaan – perbedaan d. sikap saling menghormati b. persamaan kepentingan e. kekuatan yang berimbang c. tujuan yang sama
ä. Perubahan – perubahan yang terlalu cepat dapat menimbulkan…. a. integrasi sosial b. terpeliharanya nilai-nilai dan norma-norma sosial c. keteraturan sosial d. konflik sosial e. perubahan struktur masyarakat
cc. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut!
clxxii
a. menimbulkan iklim kompetitif b. menyebabkan disintegrasi c. meningkatkan daya kreativitas yang dinamis d. melemahkan solidaritas kelompok e. alat seleksi pencapaian prestasi Berdasarkan pernyataan diatas, Sebutkan yang merupakan fungsi persaingan!
i. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 ii. 1, 3, dan 4 e. 2, 4, dan 5
iii. 1, 3, dan 5 dd. Pencegahan permusuhan antar pihak yang bertikai untuk jangka waktu tertentu, guna
melakukan suatu pekerjaan tertentu, yang tidak boleh diganggu merupakan pengertian dari…. a. arbitrase d. eliminasi b. gencatan senjata e. konsiliasi c. mediasi
bb. Penyelesaian konflik melalui pengadilan merupakan penjelasan dari pengertian…. a. mediasi d. statemate b. kompromi e. arbitrasi c. ajudikasi
ff. Suatu proses sosial, baik yang bersifat individu maupun yang bersifat kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan dalam bidang-bidang kehidupan dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman ataupun kekerasan, merupakan pengertian dari….
a. persaingan d. integrasi b. konflik e. pertentangan c. kontravensi
dd. Identifikasilah! yang termasuk bentuk-bentuk integrasi sosial adalah…. a. interaksi sosial dan sosialisasi d. akomodasi dan alkulturasi b. akomodasi dan koordinasi e. alkurturasi dan asimilasi c. asimilasi dan simpati hh. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut!
a. tercapainya konsensus mengenai nilai – nilai dan norma bersama b. norma-norma konsisten dan tidak berubah c. anggota masyarakat merasa berhasil mengisi kebutuhan yang satu dengan yang
lain. d. tidak adanya kesepahaman antar anggota kelompok e. norma-norma dimasyarakat sudah lemah Identifikasilah dari pernyataan di atas yang termasuk faktor pendorong integrasi sosial adalah….
i. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 ii. 1, 3, dan 5 e. 2, 3, dan 5
iii. 1, 4, dan 5 ii. Pahamilah kalimat berikut! Apabila batas antara dua kelompok semakin hilang dan
akan lebih menjadi satu kelompok, maka dinamakan….
clxxiii
a. asimilasi d. akomodasi b. akomodasi e. alkulturasi c. koordinasi
jj. Perpindahan posisi atau kedudukan dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain, adalah pengertian dari…. a. stratifikasi sosial d. diferensiasi sosial b. integrasi sosial e. disintegrasi sosial c. mobilitas sosial
kk. Berikut ini adalah faktor yang mendorong terjadinya mobilitas sosial, kecuali …. a. keinginan melihat daerah lain d. adanya toleransi b. faktor kependudukan/demografi e. keadaan ekonomi c. situasi politik
ll. Seorang anak buruh yang giat belajar dan akhirnya menjadi seorang guru adalah contoh dari mobilitas…. a. vertikal naik d. antargenerasi vertikal naik b. vertikal turun e. antargenerasi vertikal turun c. horizontal
mm. Seorang yang dicalonkan partai politik kemudian menang pemilu dan menjadi presiden. Saluran mobilitas sosial karena…. a. lembaga keagamaan d. organisasi politik b. lembaga pendidikan e. organisasi profesi c. angkatan bersenjata
nn. Seorang kepala sekolah SMU Negeri 1 Wonosari dimutasi menjadi kepala sekolah di
SMU Negeri 1 Polanharjo, ini berarti terjadi mobilitas…. a. mobilitas vertikal naik d. mobilitas antargenetasi b. mobilitas vertikal turun e. mobilitas intergenerasi c. mobilitas horizontal
oo. Mobilitas lateral atau mobilitas geografis adalah…. a. perpindahan sosial d. perpindahan jabatan b. perpindahan status sosial e. perpindahan yang sejajar c. perpindahan tempat tinggal
pp. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut! a. mobilitas sosial vertikal disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan b. mobilitas sosial vertikal mudah dilakukan oleh siapapun c. mobilitas sosial vertikal hanya dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan d. mobilitas sosial vertikal tidak dapat dilakukan sebebas-bebasnya e. hampir tidak ada masyarakat yang mempunyai sistem pelapisan sosial yang
mutlak tertutup Pilihlah dari pernyataan tersebut yang merupakan prinsip-prinsip dalam mobilitas sosial vertikal adalah…. i. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4
ii. 1, 3, dan 5 e. 2, 4, dan 5 iii. 1, 4, dan 5
nn. Berikut ini dalam faktor penghambat mobilitas sosial, kecuali…
clxxiv
a. perbedaan kelas sosial d. diskriminasi kelas b. perbedaan tujuan e. jenis kelamin c. agama
rr. Berikut ini merupakan saluran mobilitas sosial vertikal yang ada dalam masyarakat, kecuali….
a. angkatan bersenjata d. organisasi politik b. lembaga keagamaan e. perkawinan c. lembaga kerja
pp. Seorang anggota partai menjadi wali kota. Saluran mobilitas sosial tersebut karena…. a. lembaga keagamaan d. lembaga pendidikan b. organisasi kerja e. organisasi politik c. organisasi keahlian
qq. Seorang petani menyekolahkan anaknya agar anaknya menjadi dokter berarti faktor pendorong mobilitas dari faktor…. a. status sosial d. pertambahan penduduk b. ekonomi e. organisasi kerja c. situasi politik
rr. Dampak positif dari mobilitas sosial adalah….
1. mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat menuju kesejahteraan 2. timbulnya konflik 3. timbulnya persaingan yang tidak sehat 4. adanya keinginan untuk menguasai pihak lain dan menjadi yang terbaik 5. adanya kesenjangan sosial
vv. Dampak negatif dari mobilitas sosial adalah…. a. adanya kompetisi mencapai prestasi b. usaha keras meningkatkan kesejahteraan c. meningkatkan status sosial d. mengentaskan kemiskinan e. kurangnya solidaritas kelompok
ww. Seorang warga masyarakat yang pindah kedaerah lain yang lebih aman, karena daerah asalnya sering terjadi konflik. Merupakan mobilitas sosial yang didorong oleh faktor….
a. ekonomi d. geografis b. sosial e. politik c. budaya
xx. Nama lain sosial climbing atau upward mobility berarti…. a. mobilitas horizontal d. mobilitas antargenerasi turun b. mobilitas sosial vertikal turun e. mobilitas intragenerasi naik c. mobilitas sosial vertikal naik
clxxv
KUNCI JAWABAN TRY OUT TES PRESTASI BELAJAR
1. E 11. D 21. D 31. C 41. C
2. B 12. A 22. C 32. C 42. C
3. B 13. E 23. D 33. E 43. E
4. E 14. B 24. E 34. A 44. C
5. C 15 . C 25. C 35. A 45. E
6. C 16 . E 26. C 36. C 46. A
7. C 17. C 27. A 37. D 47. A
8. B 18. B 28. E 38. D 48. C
9. A 19. A 29. E 39. D 49. E
10. D 20. D 30. C 40. C 50. E
Lampiran 5
clxxvi
Kepada:
Yth. Orang tua siswa
Siswa kelas XI IPS
SMA Negeri 1 Wonosari
Dengan Hormat
Dalam rangka menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Pendidika di
program Sosiologi-AntropologiFKIP UNS, maka saya mengadakan penelitian di SMA
Negeri 1 Wonosari dan saya menetapkan bapak/ ibu menjadi responden dalam penelitian
ini. Oleh karena itu saya mohon ketersediaan responden dalam penelitian ini. Oleh karena
itu saya mohon ketersediaan Bapak/ ibu meluangkan waktu untuk mengisi angket yang
terlampir bersama surat ini.
Tujuan saya mengadakan penelitian ini untuk mengetahui ”hubungan antara
tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi
dengan Prestasi belajar Sosiologi siswa SMA Negeri 1 Wonosari tahun ajaran
2008/2009”. untuk itu saya mohon Bapak/ Ibu bersedia memberikan jawaban yang benar
dan jujur.
Atas segala perhatian dan ketersediaan Bapak/Ibu membantu, saya ucapkan terimakasih. Peneliti
Budi Wulandari
Lampiran 6
clxxvii
ANGKET TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA Nama Siswa : Kelas : No Absen : Petunjuk Pengisian angket:
1. Sebelum menjawab menyantumkan identitas anda ditempat yang telah disediakan. 2. Pilih satu alternatif jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan tingkat pendidikan yang
terakhir anda tempuh. 3. Berilah tanda check ( Ö ) pada salah satu kolom alternatif sesuai tingkat pendidikan formal
yang terakhir anda tempuh.
Tingkat pendidikan orang tua (Ayah) dari siswa XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari
Nama Orang Tua (Ayah) :
Tingkat Pendidikan :
Tingkat Pendidikan Jawaban
Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD/ MI/ Paket A
Tidak Tamat SMP/ MTs/ Paket B
Tamat SMP/ MTs/ Paket B
Tamat SMA/ MA/ SMK/ Paket C
Tamat SMA/ MA/ SMK/ Paket C
Tamat D1
Tamat D2
Tamat D3
Tamat S1
Tamat S2
Tamat S3
Tingkat pendidikan orang tua ( Ibu ) dari siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari
Nama Orang Tua (Ibu) :
Tingkat Pendidikan :
clxxviii
Tingkat Pendidikan Jawaban
Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD/ MI/ Paket A
Tidak Tamat SMP/ MTs/
Paket B
Tamat SMP/ MTs/ Paket
B
Tamat SMA/ MA/ SMK/
Paket C
Tamat SMA/ MA/ SMK/
Paket C
Tamat D1
Tamat D2
Tamat D3
Tamat S1
Tamat S2
Tamat S3
clxxix
Kepada
Yth. Siswa/siswi kelas XI IPS
SMA Negeri I Wonosari
Dengan Hormat
Dalam rangka menyelesaikan studi dan mendapat gelar Sarjana Pendidikan di
Program Sosiologi-Antropologi FKIP UNS, maka saya mengadakan penelitian di SMA
Negeri I Wonosari dan saya menetapkan siswa/siswi kelas XI IPS menjadi responden
dalam penelitian ini. Oleh karena itu saya mohon kesediaan siswa/siswi meluangkan
waktu untuk mengisi angket yang telah terlampir bersama surat ini.
Tujuan saya mengadakan penelitian ini untuk mengetahui ”hubungan antara
tingkat pendidikan orang tua dan sikap siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi
dengan Prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wonosari tahun
ajaran 2008/2009”. Untuk itu saya homon siswa/siswi bersedia memberikan jawaban
yang benar dan jujur.
Atas segala perhatian dan bantuannya, saya mengucapkan terimakasih.
Penulis
Budi Wulandari
K8404012
Lampiran 8
clxxx
KISI – KISI ANGKET PENELITIAN
SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
Item Definisi
Operasional
Indikator Deskristor
( + ) ( - )
Jmlh
Item
c. Sikap siswa
dalam mata
pelajaran
sosiologi adalah
kecenderungan
siswa untuk
merespons mata
pelajaran
sosiologi, baik
bersifat respons
positif maupun
negatif
4) Pengaruh Fisik
5) Kepribadian
6) faktor
Eksternal
a. Kondisi fisik siswa
Kognisi
Afeksi
Konasi 4. Situasi
5. Pengalaman
6. Hambatan
1, 3 5, 6, 7, 8, 12, 13, 14 19, 20, 24, 27 28, 31, 32 38 41, 42, 43 47, 49
2, 4 9, 10, 11, 15, 16, 17, 18 21, 22, 25, 26 29, 30, 33 34,39 44 46, 48
4 14 9 6 7 5 5
Lampiran 9
clxxxi
KISI – KISI ANGKET PENELITIAN TES PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI
Definisi Indikator Item Jmlh Operasional Mudah Sedang Sukar Item
Lampiran 10
clxxxii
d. Prestasi belajar
sosiologi adalah
hasil usaha
siswa dalam
segala hal yang
dipelajari
disekolah
menyangkut
pengetahuan,
kecakapan /
ketrampilan
yang
menghasilkan
perubahan yang
dinyatakan
dalam bentuk
skor hasil belajar
mata pelajaran
sosiologi.
a. Bentuk –bentuk struktur
sosial
i. Pengertian struktur
sosial
ii. Faktor-faktor
pembentuk ketidaksamaan sosial
iii. Mengidentifikasi
diferensiasi sosial (berdasarkan ras,
etnis, agama, dan gender)
iv. Pengaruh
diferensiasi dan stratifikasi sosial
berdasarkan pengamatan atau
kasus yang terdapat di masyarakat
b. Konflik sosial
6. Mengidentifikasi berbagai konflik
dalam masyarakat
7. Membedakan konflik dengan
kekerasan
8. Sebab-sebab konflik dalam
masyarakat
9. Bentuk-bentuk integrasi sosial
10. Faktor-faktor pendorong integrasi
sosial
c. Hubungan antara struktur
sosial dengan mobilitas
sosial
f. Jenis-jenis mobilitas social
g. Proses terjadinya mobilitas sosial
h. Faktor-faktor pendorong dan
penghambat mobilitas sosial
i. Saluran-saluran mobilitas sosial
j. Dampak mobilitas sosial
1,11,14
2 ,16
6, 7, 8, 10, 13
20, 21
23
30
33
36, 38 42, 50
41
46, 45, 49
39 47, 48
7, 12 9
17, 18
22, 28, 32
24, 26
27, 29, 31
34
37, 43
44
15 3 4
19, 25
35
6 2 7 3 7 3 3 2 1 4 1 5 2
2
clxxxiii
TES PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI Nama : Kelas : No : Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada
alternatif jawaban a, b, c, d, atau e.
vv. Sesuatu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling tergantung dan membentuk suatu pola tertentu merupakan pengertian dari…. 1. lembaga sosial d interaksi sosial 2. keteraturan sosial e. struktur sosial 3. mobilitas sosial
ww. Perhatihan pernyataan-pernyataan berikut ini! d. suku 4. kedudukan e. kekayaan 5. agama f. seks Dari pernyataan diatas, pilihlah yang termasuk faktor pembentuk ketidaksamaan yang bersifat horizontal adalah….
d. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 e. 1, 3, dan 5 e. 2, 4, dan 5 f. 1, 4, dan 5
xx. Identifikasilah! bentuk-bentuk struktur sosial ditinjau dari segi stratifikasi adalah…. a. sistem kasta, sistem kerajaan, dan sistem kelas b. sistem kasta, sistem estate, dan sistem kelas c. sistem kasta, sistem kelas, sistem monarki d. sistem estate, sistem kelas, dan sistem kerajaan e. sistem estate, sistem kasta, dan sistem kerajaan
yy. Seseorang Lurah yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya kepala desa berarti dia telah menjalankan…. 4. tujuan d. tugas 5. fungsi e. Peranan 6. posisi
ccc. Pembedaan anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas vertikal yang diwujudkan dengan adanya tingkatan dalam masyarakat, disebut …. d. peranan sosial d. mobilitas sosial e. diferensiasi sosial e. interaksi sosial f. stratifikasi sosial
ddd. Perhatikan pernyataan berikut ini ! a. suku bangsa 4. tingkat ekonomi b. pendidikan 5. gender c. agama
Berdasarkan data diatas, pilihlah yang termasuk deferensiasi sosial adalah… i. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4
ii. 1, 3, dan 4 e. 2, 3, dan 5 iii. 1, 3, dan 5
eee. Strata pada masyarakat desa di jawa tengah atas dasar hak milik tanah, sawah, kebun atau rumah. Masyarakat yang bekerja sebagai penggarap sawah atau kebun diduduki oleh golongan…. d. kuli kenceng d. sikep e. kuli gundul e. indung tlosor
clxxxiv
f. kuli karang kopek fff. Di bawah ini yang bukan termasuk Ascribed status adalah….
d. umur d. gelar sarjana e. jenis kelamin e. kasta f. hubungan kekerabatan
ggg. Di Afrika selatan perbedaan warna kulit mempengaruhi berbagai bidang kehidupan yang kemudian disebut…. d. segegrasi d. sosialisasi e. asosiasi e. apartheid f. diskriminasi
hhh. Stratifikasi sosial yang memberi kemungkinan seseorang dapat berpindahdari satu lapisan ke lapisan lain, merupakan stratifikasi sosial yang bersifat…..
d. tertutup d. campuran e. terbuka e. sengaja dibentuk f. universal
iii. Pelapisan sosial yang membatasi kemungkinan berpindah lapisan pada bidang tertentu, tetapi memberi kesempatan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang lain yang merupakan pelapisan sosial…. d. bersifat terbuka d. apartheid e. bersifat tertutup e. mixed social stratification f. oligarki
ddd. Berikut ini yang bukan merupakan faktor terbentuknya stratifikasi sosial adalah…. d. kekayaan d. kekuasaan e. kehormatan e. kebutuhan f. pendidikan
kkk. Di Indonesia merupakan Negara yang majemuk yaitu terdiri dari bermacam-macam suku, ras, dan agama. Untuk menyatukan bangsa Indonesia yang beragam tidaklah mudah, sehingga perlu adanya sikap dibawah ini kecuali….
d. toleransi d. patriotisme e. saling menghargai e. nasionalisme f. etnosentrisme lll. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, dan kebudayaan, hal yang perlu
diwaspadai adalah adanya…. 6. adanya sikap nasionalisme 7. rawan terjadi konflik sosial yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa 8. mudah terjadi alkulturasi dengan budaya asing 9. adanya asimilasi kebudayaan 10. terjadinya integrasi social
ggg. Konflik berasal dari bahasa latin configure yang berarti….
a. saling memukul d. kekerasan b. masalah e. persaingan c. perbedaan
hhh. Pilihlah yang bukan merupakan bentuk konflik sosial adalah…. d. konflik pribadi d. konflik antar jenis kelamin e. konflik antar kelas sosial e. konflik politik f. konflik rasial
ooo. Konflik yang terjadi di pabrik dimana buruh menuntut kenaikan gaji demi kesejahteraan juga dapat disebut ….
clxxxv
d. konflik rasial d. konflik internasional e. konflik politik e. konflik pribadi f. konflik kelas sosial
ppp. Pilihlah salah satu dampak negatif adanya persaingan dibawah ini adalah…. f. menimbulkan semangat bersaing yang tinggi g. memperkuat solidaritas kelompok h. menimbulkan iklim kompetitif i. menimbulkan konflik j. alat seleksi
kkk. Pilihlah persamaan konflik dengan kekerasan dibawah ini, kecuali…. 6. merupakan proses sosial yang bersifat disosiatif 7. menuju pada disintegrasi 8. terjadi karena adanya perbedaan 9. adanya dua pihak yang saling bertikai 10. adanya persamaan kepentingan
rrr. Suatu bentuk proses sosial yang ditandai oleh gejala adanya ketidak pastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan serta kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang, merupakan pengertian dari…. d. konflik d. kompetisi e. persaingan e. pertentangan f. kontravensi
mmm. Berikut ini yang membedakan konfik dengan kekerasan adalah…. a. konflik menimbulkan korban jiwa sedangkan kekerasan tidak menimbulkan korban jiwa b. konflik hanya bersaing untuk mendapatkan keuntungan, sedangkan kekerasan berusaha
menjatuhkan pihak lain c. konflik berusaha untuk menyingkirkan pihak lain, sedangkan kekerasan menimbulkan
cidera dan korban jiwa d. konflik timbul karena adanya semangat bersaing sedangkan kekerasan timbul karena
adanya pebedaan-perbedaan e. konflik bermula karena adanya kecurigaan, sedangkan kekerasan timbul karena adanya
persaingan nnn. Berikut ini adalah faktor penyebab konflik adalah….
d. adanya perbedaan – perbedaan d. sikap saling menghormati e. persamaan kepentingan e. kekuatan yang berimbang f. tujuan yang sama
uuu. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut! a. menimbulkan iklim kompetitif b. menyebabkan disintegrasi c. meningkatkan daya kreativitas yang dinamis d. melemahkan solidaritas kelompok e. alat seleksi pencapaian prestasi Berdasarkan pernyataan diatas, Sebutkan yang merupakan fungsi persaingan!
i. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 ii. 1, 3, dan 4 e. 2, 4, dan 5
iii. 1, 3, dan 5 vvv. Pencegahan permusuhan antar pihak yang bertikai untuk jangka waktu tertentu, guna
melakukan suatu pekerjaan tertentu, yang tidak boleh diganggu merupakan pengertian dari….
clxxxvi
d. arbitrase d. eliminasi e. gencatan senjata e. konsiliasi f. mediasi
qqq. Penyelesaian konflik melalui pengadilan merupakan penjelasan dari pengertian…. d. mediasi d. statemate e. kompromi e. arbitrasi f. ajudikasi
rrr. Identifikasilah! yang termasuk bentuk-bentuk integrasi sosial adalah…. d. interaksi sosial dan sosialisasi d. akomodasi dan alkulturasi e. akomodasi dan koordinasi e. alkurturasi dan asimilasi f. asimilasi dan simpati yyy. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut!
a. tercapainya konsensus mengenai nilai – nilai dan norma bersama b. norma-norma konsisten dan tidak berubah c. anggota masyarakat merasa berhasil mengisi kebutuhan yang satu dengan yang lain. d. tidak adanya kesepahaman antar anggota kelompok e. norma-norma dimasyarakat sudah lemah Identifikasilah dari pernyataan di atas yang termasuk faktor pendorong integrasi sosial adalah….
i. 1, 2, dan 3 d. 2, 3, dan 4 ii. 1, 3, dan 5 e. 2, 3, dan 5
iii. 1, 4, dan 5 zzz. Pahamilah kalimat berikut! Apabila batas antara dua kelompok semakin hilang dan akan
lebih menjadi satu kelompok, maka dinamakan…. d. asimilasi d. akomodasi e. akomodasi e. alkulturasi f. koordinasi
aaaa. Perpindahan posisi atau kedudukan dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain, adalah pengertian dari…. d. stratifikasi sosial d. diferensiasi sosial e. integrasi sosial e. disintegrasi sosial f. mobilitas sosial
bbbb. Seorang anak buruh yang giat belajar dan akhirnya menjadi seorang guru adalah contoh dari mobilitas…. d. vertikal naik d. antargenerasi vertikal naik e. vertikal turun e. antargenerasi vertikal turun f. horizontal
cccc. Seorang yang dicalonkan partai politik kemudian menang pemilu dan menjadi presiden. Saluran mobilitas sosial karena…. d. lembaga keagamaan d. organisasi politik e. lembaga pendidikan e. organisasi profesi f. angkatan bersenjata
dddd. Seorang kepala sekolah SMU Negeri 1 Wonosari dimutasi menjadi kepala sekolah di SMU Negeri 1 Polanharjo, ini berarti terjadi mobilitas…. d. mobilitas vertikal naik d. mobilitas antargenetasi e. mobilitas vertikal turun e. mobilitas intergenerasi f. mobilitas horizontal
eeee. Mobilitas lateral atau mobilitas geografis adalah…. d. perpindahan sosial d. perpindahan jabatan e. perpindahan status sosial e. perpindahan yang sejajar
clxxxvii
f. perpindahan tempat tinggal ffff. Berikut ini merupakan saluran mobilitas sosial vertikal yang ada dalam masyarakat,
kecuali…. d. angkatan bersenjata d. organisasi politik e. lembaga keagamaan e. perkawinan f. lembaga kerja
ååå. Seorang anggota partai menjadi wali kota. Saluran mobilitas sosial tersebut karena…. d. lembaga keagamaan d. lembaga pendidikan e. organisasi kerja e. organisasi politik f. organisasi keahlian
äää. Seorang petani menyekolahkan anaknya agar anaknya menjadi dokter berarti faktor pendorong mobilitas dari faktor…. d. status sosial d. pertambahan penduduk e. ekonomi e. organisasi kerja f. situasi politik
ööö. Dampak positif dari mobilitas sosial adalah…. 6. mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat menuju kesejahteraan 7. timbulnya konflik 8. timbulnya persaingan yang tidak sehat 9. adanya keinginan untuk menguasai pihak lain dan menjadi yang terbaik 10. adanya kesenjangan sosial
jjjj. Dampak negatif dari mobilitas sosial adalah….
f. adanya kompetisi mencapai prestasi g. usaha keras meningkatkan kesejahteraan h. meningkatkan status sosial i. mengentaskan kemiskinan j. kurangnya solidaritas kelompok
kkkk. Seorang warga masyarakat yang pindah kedaerah lain yang lebih aman, karena daerah asalnya sering terjadi konflik. Merupakan mobilitas sosial yang didorong oleh faktor….
d. ekonomi d. geografis e. sosial e. politik f. budaya
llll. Nama lain sosial climbing atau upward mobility berarti…. a. mobilitas horizontal d. mobilitas antargenerasi turun b. mobilitas sosial vertikal turun e. mobilitas intragenerasi naik c. mobilitas sosial vertikal naik
KUNCI JAWABAN TES PRETASI BELAJAR
E 11. C 21. C 31. D
clxxxviii
B 12. E 22. A 32. C
B 13. C 23. E 33. C
E 14. B 24. E 34. C
C 15. A 25. C 35. E
C 16. D 26. C 36. A
A 17. C 27. E 37. A
D 18. D 28. A 38. C
E 19. E 29. C 39. E
B 20. C 30. D 40. E
4.