hubungan antara suhu dengan buka-tutup operculum

19
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR PENGARUH PERUBAHAN SUHU PANAS MEDIA AIR TERHADAP MEMBUKA DAN MENUTUP OPERCULUM BENIH IKAN MAS PENGARUH PERUBAHAN SUHU DINGIN MEDIA AIR TERHADAP MEMBUKA DAN MENUTUP OPERCULUM BENIH IKAN MAS DISUSUN OLEH : KELOMPOK 14 Mohamad Baidowi 230110110044 Sanay Reza 230110110047 Rahmi Amanah 230110110050 Kelas Perikanan A FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2012

Upload: mohammad-reza-baidowi

Post on 03-Aug-2015

1.058 views

Category:

Documents


53 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

PENGARUH PERUBAHAN SUHU PANAS MEDIA AIR TERHADAP

MEMBUKA DAN MENUTUP OPERCULUM BENIH IKAN MAS

PENGARUH PERUBAHAN SUHU DINGIN MEDIA AIR TERHADAP

MEMBUKA DAN MENUTUP OPERCULUM BENIH IKAN MAS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 14

Mohamad Baidowi 230110110044

Sanay Reza 230110110047

Rahmi Amanah 230110110050

Kelas Perikanan A

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2012

Page 2: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil alamin. Puji syukur kepada Allah swt, berkat rahmat

dan kasih sayangnya yang tek terhingga, sehingga kami dapat menyelesaikan

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air.

Terimakasih pula kepada seluruh penulis buku yang bukunya menjadi

bahan acuan dalam penulisan Laporan Praktikum. Semoga Allah membalas jasa

dan ilmu yang mereka bagi secara cuma-Cuma dengan berlipat ganda. Amin

Penulis berharap dengan selesainya Laporan Praktikum mengenai kegiatan

buka tutup operculum dan pengaruhnya terhadap suhu dapat memberikan

pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

Kritik dan saran penulis harapkan untuk kemajuan tulisan ini. Terimakasih

Page 3: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG 1

1.2 TUJUAN 2

1.3 MANFAAT 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 IKAN 3

2.1.1 KLASIFIKASI 3

2.1.2 MORFOLOGI 4

2.2 SISTEM PERNAFASAN 4

2.3 SUHU 5

2.3.1 SUHU RUANG 6

2.3.2 SUHU TINGGI 6

2.3.3 SUHU RENDAH 6

BAB III. BAHAN DAN METODE

3.1 WAKTU DAN TEMPAT 7

3.2 ALAT DAN BAHAN 7

3.3 PROSEDUR KERJA 7

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL 9

4.2 PEMBAHASAN 11

Page 4: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN 14

5.2 SARAN 14

DAFTAR ACUAN

Page 5: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suhu adalah faktor pembatas terpenting dalam suatu lingkungan

perairan, selain tekanan, suhu dan salinitas. Organisme air sangat rentan

terhadap perubahan suhu. Kelarutan oksigen di dalam air menurun dengan

meningkatnya suhu dan mencapai nol pada air mendidih. Sesuai dengan

hukum Henry yang menyatakan bahwa kelarutan gas termasuk oksigen pada

umumnya dipengaruhi oleh suhu, tekanan, dan salinitas air. Hal ini dibuktikan

oleh Smith (1982) yang membuktikan bahwa kandungan oksigen menurun

saat suhu ruang meningkat. Air hangat memiliki kelarutan oksigen lebih besar

dibandingkan air dingin.

Ikan merupakan mahkluk hidup yang mempunyai habitat di air,

baik air tawar, payau, maupun asin. Ikan adalah salah satu hewan poikiloterm,

yaitu hewan yang mampu hidup dangan menyesuaikan temperatur atau suhu

di tempat hidupnya. Ikan bernafas dengan cara mengambil air dari dalam air

dengan menggunakan insang yang terdapat di kanan dan kiri bagian kepala.

Ikan akan mengambil oksigen ke permukaan air jika oksigen yang terlarut

dalam air tidak mencukupi. Ikan juga mengambil oksigen dari dalam air dan

mengeluarkan zat sisa karbondioksida yang sudah tidak berguna dalam sistem

pernapasannya.

Selain salinitas, tekanan dan air, suhu juga salah satu faktor

pembatas di suatu perairan. Pda umumnya, suhu tubuh ikan berada pada

kisaran 1 derajat lebih dibandingkan temperatur lingkungannya. Hal ini

menyebabkan pengaruh besar akan terjadi pada sistem pernapasan suatu ikan

jika jika terjadi perubahan yang mendadak. Suhu juga merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi kecepatan laju metabolisme suatu organisme.

Mekanisme pernafasan pada ikan yang memiliki operculum terdiri

dari dua tahap, yaitu ;

Page 6: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

1. Inspirasi : dimulai dari rongga mulut, kemudian masuk ke rongga

insang, setelah rongga ionsang mengembang air akan masuk kedalam

rongga mulut.

2. Ekspirasi: dimulai dari menutupnya rongga mulut, kemudian rongga

insang akan menyempit, celah insang terbuka dan akhirnya air

bergerak dari rongga mulut ke rongga insang untuk keluar dari celah

insang.

1.2 Tujuan

Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetauhi

seberapa besar pengaruh suhu terhadap sistem pernapasan ikan, terutama ikan

Mas (Cypprinum carpio) dan pengaruhnya terhadap bukaan insang. Serta

mempelajari perubahan tingkah laku ikan saat suhu diturunkan atau dinaikkan

sebanyak 30C dan 6

oC.

1.3 Manfaat

Praktikum kali ini mengenai pengaruh suhu dalam sistem

pernapasan ikan mempunyai beberapa manfaat, yaitu:

1. Dapat mengetahui perubahan tingkah laku hewan air terutama ikan

terhadap perubahan suhu yang dinaikan dan diturunkan sebanyak 3 dan 6

derajat,

2. Mengetahui reaksi bukaan opercullum ikan terhadap perlakuan yang

diberikan,

3. Mengetahui pengaruh suhu terhadap sistem pernapasan ikan.

Page 7: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 IKAN

Ikan adalah hewan berdarah dingin, memiliki tulang sebagai penyangga,

insang sebagai salah satu organ pernafasan, dan ekor dan secara garis besar

beraktivitas di air sebagai media hidup.

Ikan merupakan hewan yang banyak bersinggungan dalam kehidupan

manusia di bumi. Kehidupannya di dalam air, nyaris tak terlihat. Di laut hanya

terlihat gelombang dan ombak, padahal kekayaan laut berupa ikan terhampar

sampai pada kedalaman ribuan meter dibawah permukaan laut. Belum lagi ikan di

sungai, danau dan rawa.

Ketika nama ikan disebut, timbul pertanyaan sejak kapan sebenarnya

manusia mengenal ikan. Dengen melihat catatan sejarah yang ada, pengenalan

manusia terhadap ikan sudah berlangsung seusia peradaban manusia.

Ikan merupakan spesies vertebrata dengan keaneragaman terbesar (gambar

1) , dengan estimasi setidaknya ada 20.000 spesies yang telah ditemukan, dan

mungkin akan mencapai 40.000 spesies bila sudah terkemuka semua spesies yang

belum teridentifikasi. Sangat kontras apabila kita bandingkan dengan burung yang

mencapai 8600 spesies, mamalia yang hanya mencapai 4500, reptil 6000 dan

amphibi 2500 spesies.

Ikan menurut Undang-Undang Perikanan No. 45 tahun 2009 adalah hewan

yang hidup di air, bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan

menggunakan sirp, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea

lateralis) sebagai organ keseimbangannya.

2.1.1 KLASIFIKASI

Untuk memudahkan mengenenali ikan maka spesies tersebut

dikelompokan berdasarkan ciri yang dimiliki. Dalam hal pengelompokan memang

terdapat beberapa perbedaan antara ahli taksonomi ikan.

Page 8: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

Mengikuti Eschmeyer (1998), ikan dibagi menjadi enam kelas, yakni

Myxini, Cephalaspidomorphi, Elasmobranchii, Sacropterygii, dan Actinopterygii.

Ikan mas menurut Saanin (1984) dikelompokkan ke dalam:

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758)

2.1.2 MORFOLOGI

Secara umum, ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan

sedikit memipih ke samping. Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik,

tipe mulut terminal, dapat disembulkan, terdapat dua pasang sungut, dan tidak

bergerigi. Sirip punggung (dorsal) ikan mas memanjang dan berjari-jari keras,

sedangkan di bagian akhir bergerigi. Begitu juga dengan sirip dubur (anal) dan

sirip ekor (caudal) berbentuk cagak. Tipe sisik pada ikan ini adalah lingkaran

(cycloid)yang terletak beraturan. Garis rusuk (linea lateralis) yang lengkap

terletak di tengah tubuh dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke

ujung belakang pangkal ekor (Lentera 2004). Ikan mas tergolong ikan air tawar,

namun ikan mas terkadang dapat ditemukan di perairan payau atau di muara

sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-300/00.

2.2 SISTEM PERNAFASAN

Pernafan adalah proses pengikatan oksigen dan peneluaran karbondioksida

oleh darah melalui permukaan alat pernafasan. Proses pengikatan oksigen tersebut

dipengaruhi oleh struktur alat pernafasan, juga dipengaruhi perbedaan tekanan

parsial o2 antara perairan dengan darah. Perbedaan tersebut menyebabkan gas-gas

berdifusi ke dalam darah atau keluar melalui alat pernafasan.

Page 9: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

Meknisme pernafasan pada ikan secara umum sama, namun ada perbedaan

kecil antara golongan Elasmobranchi dengan Teleostei. Namun yang akan dibahas

hanyalah mekanisme pernafasan golongan Elasmobranchi.

Ikan yang termasuk golongan Elasmobranchi mempunyai meknisme

pernafasan sebagai berikut :

Tahap Pertama (inspirasi). Mulut terbuka, rongga mulut dan tekak

mengembang, rongga insang berkontraksi dan celah insang menutup. Pada

saat tersebut air dari luar masuk ke dalam rongga mulut. Kemudian

menutup, rongga mulutberkontraksi (menyempit), rongga insang

mengembang, celah insang tertutup. Air bergerak dari rongga mulut ke

rongga insang. Pada saat tersebut oksigen terlarut dalam air berdifusi

masuk melalui membran sel pada lamela sekunder dan diikat oleh

hemoglobin butir darah merah pada kapiler darah.

Tahap Kedua (ekspirasi). Mulut tertutup, rongga mulut berkontraksi

(menyempit), dan celah insang terbuka. Pada saat ekspirasi ini air bergerak

keluar dari rongga insang melalui celah insang.

Pada proses difusi yang berperan dalam pertukaran gas adalah lamela yang

merupakan bagian dari filamen insang. Ujung lamela ini sangat tipis ditutupi oleh

epitelum yang memiliki jaringan kapiler darah dan disokong oleh sel kapiler sel

pilar.

Pengambilan Oksigen dari air tidak hanya ditentukan oleh lamela, tetapi

juga oleh arah darah dan sirkulasi air. Sirkulasi ini mengikuti sistem arus

berlawanan (counter-current system), di mana air berisikan oksigen mengalir dari

rongga mulut ke arah belakang, sedangkan darah dalam lamela mengalir dari

pembuluh darah aboral lamellar afferent ke arah oral lamellar efferent. Sistem

arus berlawanan darah dan air menata suatu persilangan gradien difusi insang

antara oksigen yang masuk dan karbondioksida yang meninggalkan insang.

2.3 SUHU

Suhu menurut Kanginan (2007:52-53) adalah suatu besaran yang

menyatakan suatau ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Secara

Page 10: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

mikroskopis, suhu menunjukan energi yang dimiliki suatu benda. Setiap atom

dalm suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan

maupun gerakan ditempat berupa getaran.

2.3.1 SUHU RUANGAN

Suhu ruangan merupakan suhu yang terdapat disuatu lingkungan yang

dapat berubah secara normal dan tidak terlalu mempengaruhi keadaan lingkungan

sekitarnya.

2.3.2 SUHU TINGGI

Suhu tinggi memiliki pengertian yaitu suhu yang memiliki derajat panas

yang cukup tinggi untuk memberikan efek panas terhadap lingkungan sekitar.

2.3.3 SUHU RENDAH

Suhu rendah merupakan suhu yang memiliki derajat panas yang cukup

rendah untuk memberikan efek dingin bagi lingkungan sekitarnya.

Page 11: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan hari Senin tanggal

1 Oktober 2012 dan pada tanggal 8 Oktober 2012 pukul 10.00 sampai

12.00 pagi. Serta bertempat di Laboraturium Fisiologi Hewan Air lantai 1,

Dekanat FPIK UNPAD.

3.2 Alat dan Bahan

Alat : - Beaker

glass

- Termom

eter

- 2 wadah

(besar

dan

kecil)

Bahan : - 5 ekor

ikan mas

- Air

- Es batu

- Air

panas

3.3 Prosedur Kerja

Dalam pengamatan kali ini, langkah-langkah yang harus dilakukan

antara lain:

1. Pengamatan dilakukan dengan perlakuan yaitu :

a. T1 = untuk suhu kamar (27° C)

b. T2 = untuk suhu 3° C diatas suhu kamar

c. T3 = untuk suhu 6° C diatas suhu kamar

d. T4 = untuk suhu 3°C dibawah suhu kamar

e. T5 = untuk suhu 6°C dibawah suhu kamar

2. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, dengan lama pengamatan 1

menit untuk masing-masing ikan yang diamati.

Page 12: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

3. Untuk setiap kelompok menyiapkan 1 beaker glass dan 2 wadah

plastik yang akan dijadikan wadah untuk pengamatan. Masukan air

pada beaker glass kemudian ukur suhu kamanya dan catat.

4. Beaker glass dengan suhu kamar sebagai tyempat pengamatan dan

wadah plastik sebagai timpat mengaklimasi ikan yang sudah diamati

dan yang belum diamati.

5. Masukan ikan uji pertama 1 ekor ke dalam beaker glass yang sudah

ditentukan suhunya. Kemudian hitung banyaknya gerakan membuaka

dan menutup operculum ikan tersebut selama 1 menit. Setiap pelakuan

dilakukan sebamyak 5 kali pada tiap ikan.

6. Setelah perlakuan pertama selesai, dialanjutkan perlakuan kedua, yaitu

menaikan suhu 3°C dari suhu kamar dengan cara menambah air panas

dari water bath sehingga didapat suhu yang diharapkan. Setelah itu

mengamati ikan seperti kegiatan perlakuan pertama.

7. Sebelum melakukan pengamatan pada pelakuan ketiga, ikan diaklimasi

berlangsung.

8. Perlakuan ketiga yaitu menaikan suhu kamar 3°C lagi, yaitu dengan

cara menambahkan air panas yang diambil dari water bath sehingga

didapatkan suhu yang diharapkan.

9. Setelah melakukan pengamatan ke tiga, ikan diaklimasi berlangsung

10. Perlakuan keempat yaitu menurunkan suhu sebanyak 3°C, yaitu

dengan cara menambahkan air es yang didaptkan dari wadah yang

berisi air dan es batu. Pastikan dengan menggunakan thermometer

bahwa suhu telah naik secara benar sebanyak 3°C.

11. Perlakuan kelima yaitu menurukan suhu sebanyak 3°C lagi yaitu

dengan cara menambahkan air es yang didapatkan dari wadah plastik

yang berisi air dan es batu.

12. Catat hasil pengamatan tersebut ke dalam tabel pengamatan.

Page 13: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1, 2 dan 3 diperoleh pada praktikum tanggal 1 Oktober 2012

Tabel 1: Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar

T = 27°C ± ½ °C

NO Ulangan Jumlah Rata - rata

I II III

1 122 103 97 322 107,3

2 96 99 92 287 95,7

3 136 137 144 417 139

4 112 104 93 304 103

5 74 83 77 234 78

Rata – Rata 312,8 104,6≈105

Tabel 2 : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar +

3°C

T = 30°C ± ½ °C

NO Ulangan Jumlah Rata - rata

I II III

1 117 107 120 344 114,7

2 138 137 143 418 139,3

3 170 164 174 508 169,3

4 164 138 122 424 141,3

5 146 150 165 461 153,7

Rata – Rata 431 143,66≈144

Page 14: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

Tabel 3 : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar +

3°C

T = 33°C ± ½ °C

NO Ulangan Jumlah Rata - rata

I II III

1 148 148 137 433 114,7

2 157 155 158 470 156,7

3 180 185 183 548 182,7

4 184 151 148 483 161

5 148 130 129 407 135,7

Rata – Rata 468,2 150,08≈150

Tabel 4, 5 dan 6 diperoleh pada praktikum tanggal 8 Oktober 2012

Tabel 4: Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar

T = 27°C ± ½ °C

NO Ulangan Jumlah Rata - rata

I II III

1 121 118 127 366 122

2 132 132 140 404 134,7

3 147 136 135 418 139,3

4 135 121 122 378 126

5 136 134 135 405 135

Rata – Rata 394,2 131,4≈131

Tabel 5 : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar -

3°C

T = 24°C ± ½ °C

Page 15: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

NO Ulangan Jumlah Rata - rata

I II III

1 121 94 112 327 109

2 149 152 139 440 146,7

3 140 119 102 361 120,3

4 106 130 117 353 117,7

5 121 98 108 327 109

Rata – Rata 361,6 120,54≈121

Tabel 6 : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar -

3°C

T = 21°C ± ½ °C

NO Ulangan Jumlah Rata - rata

I II III

1 130 119 118 367 122,3

2 108 124 110 342 114

3 87 83 76 246 82

4 96 99 76 271 90,3

5 103 98 87 288 96

Rata – Rata 302,8 100,92≈101

4.2 Pembahasan

Ikan merupakan hewan yang bersifat poikilotermik, suhu tubuhnya mengikuti

suhu lingkungan. Bagi hewan akuatik, suhu media air merupakan faktor pembatas

. Oleh karena itu, perubahan suhu media air akan mempengaruhi kandungan

oksigen terlarut yang akan berakibat pada laju pernafasan dan laju metabolisme

hewan akuatik tersebut.

Ikan bernafas dengan menggunakan insang yang ditutupi oleh tutup insang

(operculum). Proses pernafasan pada ikan adalah dengan membukanya mulut,

sehingga terdapat sedikit tekanan negatif dalam rongga maupun rongga insang.

Page 16: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

Begitu mulut ditutup, tekanan dalam rongga mulut meningkat (menjadi positif),

air di dorong masuk rongga insang dan selanjutnya mendorong operculum, dan air

keluar rongga insang. Tekanan dalam rongga mulut dari rongga insang menjadi

lebih kecil daripada tekanan air diluar tubuh, sehingga tutup insang menutup

kembali. Pada saat air masuk ke dalam rongga maka oksigen yang terlarut dalam

air masuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang

sedangkan pada saat air keluar melalui insang karbondioksida juga dikeluarkan.

Pada praktikum pertama dapat dilihat ketika suhu kamar 27°C frekuensi

bukaan operculum sebanyak 105 kali dan ketika suhu dinaikan menjadi 30°C dan

33°C frekuensi operculum yaitu 144 dan 150 kali. Hal ini menandakan bahwa saat

suhu dinaikkan,frekuensi bukaan operculum ikan akan semakin meningkat. Saat

suhu meningkat, laju metabolisme ikan akan meningkat sehingga gerakan

membuka dan menutupnya operculum ikan akan lebih cepat daripada suhu awal

(suhu kamar). Selain itu, pada suhu yang tinggi juga jumlah oksigen yang

tersedia pada air panas/ bersuhu tinggi lebih sedikit dibandingkan pada suhu

normal sehingga ikan tersebut akan lebih sering mengambil oksigen, karena saat

suhu naik ikan tersebut kekurangan oksigen.

Pada praktikum kedua dapat dilihat ketika suhu kamar 27°C gerakan

banyaknya bukaan operculum sebanyak 131 kali dan ketika suhu diturunkan

menjadi 24°C dan 21°C banyaknya bukaan operculum yaitu 121 dan 101 kali. Hal

ini menandakan bahwa saat suhu diturunkan, gerakan operculum ikan akan

semakin menurun. Hal ini dikarenakan saat suhu turun proses metabolisme akan

berjalan lambat mengakibatkan kebutuhan O₂ menurun, sehingga gerakannya

melambat. Penurunan O₂ juga dapat menyebabkan kelarutan O₂ di lingkungannya

meningkat.

Pada praktikum kali ini kita dapat memahami bahwa sebenarnya suhu air

pada media beaker glass ini dalam suhu 33° C lebih tinggi dari pada suhu kamar

yng ada di ruangan yaitu 27° C, sehingga pada waktu dipindahkan ke dalam

beaker glass ikan tersebut akan mengalami stress. Sedangkan ukuran ikan yang

digunakan dalam praktikum ini yaitu ikan ukuran benih yang sangat rentan dan

Page 17: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

juga mudah stress sehingga kami mendapat kendala untuk melihat mekanisme

membuka serta menutupnya operculum ikan tersebut.

Terkadang pada praktikum yang dilakukan bukaan operculum ikan tidak

sesuai dengan teori, dimana bukaan operculum saat suhu dingin justru lebih cepat

daripada yang suhu kamar. Hal ini disebabkan karena ikan yang diamati

mengalami strees, dan belum beradaptasi dengan lingkungannya.

Namun, pada praktikum yang kelompok kami lakukan bukaan operculum

ikan yang diamati sesuai dengan teori yang ada. Sehingga kami dapat

menyimpulkan teori tersebut benar dan ikan yang kelompok kami amati tidak

terlalu mengalami strees dan juga bisa dengan cepat beradaptasi dengan

lingkungan yang baru.

Page 18: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Semakin suhu dinaikan maka gerakan operculum ikan akan semakin

meningkat. Begitupula sebaliknya, semakin semakin suhu diturunkan

maka gerakan operculum akan semakin menurun atau lambat.

2. Suhu sangat berperan penting dalam mengatur segala aktivitas biologis

organisme.

3. Ketika ikan sedang dalam keadaan stress maka akan mempengaruhi

bukaan operculum, dimana bukaan operculum ikan akan menjadi lebih

cepat daripada biasanya.

5.2 Saran

Pada praktikum ini, diperlukan ketelitian mata dalam melihat hasil

pengamatan dan kelincahan praktikan dalam mengoperasikan alat. Selain

itu, sebaiknya menggunakan benih ikan yang ukurannya lebih besar agar

praktikan lebih mudah melihat gerakan operculum ikan.

Page 19: Hubungan Antara Suhu Dengan Buka-tutup Operculum

DAFTAR ACUAN

Effendie, M.I.1978. Biologi Perikanan I. Studi Natural History. Fakultas

Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lagler, K.F, J.E. Bardach and R.R Miller. 1977. Ichtyology. John willey

and Sons,Inc. New York.

Affandi R dkk. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Riau

Ikhtiology, Rahardjo,. M.F dkk, Bandung : Lubuk Agung, 2011

Sutandar, Z. 1992. Petunjuk Praktikum Ikhtiologi. Fakultas Pertanian.

Universitas Padjadjaran. Bandung