hubungan antara status gizi,intelegensi dengan prestasi belajar siswa

Upload: alfi-fairuz-asna

Post on 02-Jun-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Hubungan Antara Status Gizi,Intelegensi Dengan Prestasi Belajar Siswa

    1/8

    ISSN 2337-3776

    79 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

    Hubungan antara Status Gizi dan Intelegensi dengan Prestasi Belajar pada Siswa

    SMP Negeri 2 Bandar Lampung

    1).Rizki Putra Sanjaya, 2). dr.Reni Zuraida, M.Si

    1). Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2). Dosen Fakultas

    Kedokteran Universitas Lampung

    Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

    Abstrak

    Prestasi belajar adalah salah satu cara menilai kualitas seorang anak. Prestasi belajar dipengaruhi oleh

    faktor endogen (fisiologis dan psikologis) dan faktor eksogen. Faktor fisiologis terdiri dari status gizi dan

    panca indera, sedangkan faktor psikologis terdiri dari intelegensi, kemauan, bakat, dll.Penelitian dilakukan pada bulan Oktober Desember 2012 dengan metode cross-sectional untuk

    mengetahui hubungan antara status gizi dan intelegensi dengan prestasi belajar pada 128 siswa kelas VIIISMP Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012-2013.

    Hasil penelitian menunjukkan status gizi siswa kategori overweight sebanyak 61%; kategori risk of

    overweightsebanyak 24%; kategori normal sebanyak 15%. Tingkat intelegensi siswa kategori superiorsebanyak 55%; kategori high average sebanyak 26%; kategori average sebanyak 19%. Prestasi belajar

    siswa kategori baik sekali sebanyak 45%; kategori baik sebanyak 55%.

    Berdasarkan analisis bivariat didapatkan hubungan bermakna antara tingkat intelegensi dengan prestasi

    belajar (p=0,000), sedangkan tidak didapatkan hubungan bermakna antara status gizi dengan prestasi

    belajar (p=0,951). Berdasarkan analisis multivariat didapatkan hubungan bermakna antara tingkat

    intelegensi dengan prestasi belajar siswa (p=0,000), sedangkan sedangkan tidak didapatkan hubunganbermakna antara status gizi dengan prestasi belajar (p=0,953).

    Kata kunci: intelegensi, prestasi belajar, status gizi.

    The Relationship Between Nutritional Status and Intelligence With Academic

    Achievement Among Junior High School 2 Students Bandar Lampung

    1). Medical Faculty Student of Lampung University 2). Medical Faculty Lecturer of

    Lampung University

    Medical Faculty of Lampung University

    Abstract

    Academic achievement is one way of assessing the quality of a child. Academic achievement is

    influenced by endogenous factors (physiological and psychological) and exogenous factors. Physiological

    factors consist of nutritional status and sense organs, while psychological factors consist of intelligence,

    willpower, gift, etc.

    The study was directed in October December 2012 with a cross-sectional method to determine the

    relationship between nutritional status and intelligence with academic achievement on the 128 students of

    eighth grade junior high school 2 Bandar Lampung in Academic Year 2012-2013.

    Results showed students nutritional status for overweight category by 61%; risk of overweight category

    by 24%, 15% normal category. Superior level of students intelligence category by 55%; high averagecategory by 26%; average category by 19%. Academic achievement of students categorized as very good

    by 45%; categories good by 55%.

    Based on bivariate analysis, there is a significant relationship between the level of intelligence with

  • 8/10/2019 Hubungan Antara Status Gizi,Intelegensi Dengan Prestasi Belajar Siswa

    2/8

    ISSN 2337-3776

    80 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

    academic achievement (p=0.000), whereas no significant relationship between the nutritional status with

    academic achievement (p=0.951). Based on multivariate analysis, there is a significant relationshipbetween the level of intelligence with student achievement (p=0.000), whereas no significant relationship

    between the nutritional status with academic achievement (p=0.953).

    Key words: academic achievement, intelligence, nutritional status.

    I. Pendahuluan

    Anak merupakan generasi penerus bangsa karena mereka merupakan aset negara

    yang akan melanjutkan pembangunan bangsa ini. Pembinaan dan pengembangan anak

    memerlukan perhatian penting agar tercapai proses tumbuh kembang yang optimal dan

    menjadi manusia yang berkualitas (Novita, 2007). Salah satu cara menilai kualitasseorang anak adalah dengan melihat prestasi belajarnya (Wasis, 2001).

    Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang

    dikembangkan dalam mata pelajaran (KBBI, 2010). Dalam pendidikan sekolah,

    pengukuran dan penilaian yang dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar siswa

    dengan memberikan tes atau ujian. Maksud penilaian hasil pendidikan itu adalah untuk

    mengetahui pada waktu dilakukan penilaian sudah sejauh manakah kemajuan anak

    didik (Wasis, 2001). Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh faktor endogen (fisiologis dan

    psikologis) dan faktor eksogen (lingkungan dan waktu) (Slameto, 2003). Faktor

    fisiologis terdiri dari status gizi dan panca indera, sedangkan faktor psikologis terdiri

    dari intelegensi, kemauan, bakat, daya ingat dan konsentrasi (Isdaryanti, 2007).

    Masalah nutrisi atau gizi menjadi penting karena memiliki peran besar dalam proses

    fisiologi tubuh manusia. Setiap zat gizi dibutuhkan manusia untuk proses pertumbuhan

    dan perkembangan sel-sel (Cynthia, 2011). Anak yang kekurangan gizi, belajarnya tidak

    sebaik anak yang sehat. Mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sulit menerima

    pelajaran. Kekurangan gizi disertai anemia akan mengurangi ketahanan fisik anak

    sehingga konsentrasi belajar menurun dan akhirnya mengurangi prestasi belajar (Wasis,

    2001).

    Menurut Supariasa (2001), penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu, secara langsung

    dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat

    penilaian yaitu, antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan penilaian tidak

    langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu, survei komsumsi makan, statistik vital, dan

    faktor ekologi. Antropometri dapat dilakukan dengan beberapa cara pengukuran, yaitu

  • 8/10/2019 Hubungan Antara Status Gizi,Intelegensi Dengan Prestasi Belajar Siswa

    3/8

    ISSN 2337-3776

    81 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

    pengukuran terhadap berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan sebagainya. Di

    dalam ilmu gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur berat badan secara sendiri-

    sendiri, tetapi juga dalam bentuk indikator-indikator yang dapat merupakan kombinasi

    dari ketiganya (Novita, 2007). Berat badan dihubungkan dengan tinggi badan, selain

    mencerminkan proporsi atau penampilan, juga memberikan gambaran tentang massa

    tubuh tanpa lemak dengan cara menghitung Indeks Massa tubuh (IMT). IMT

    dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kwadrat tinggi badan

    (dalam ukuran meter): IMT = BB/TB2 (Arisman, 2004).

    Intelegensi adalah kemampuan umum yang dimiliki seseorang untuk menyesuaikan

    pikiran terhadap keperluan atau hal-hal yang dihadapi atau masalah-masalah yang

    dihadapi dengan kondisi baru (Wasis, 2001). Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar

    memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang

    mempunyai intelegensi jauh dibawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai

    prestasi tinggi dalam proses belajar (Isdaryanti, 2007). Tes intelegensi terdiri dari tes

    intelegensi individu (tes Stanford Binet, tes WPPSI, dan tes WISC) dan tes intelegensi

    kelompok (tes CPM, tes Intelegensi Umum 69, dan CFIT)

    II. Metode

    Penelitian ini dilakukan menggunakan metode cross sectional. Data yang digunakan

    adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data status gizi siswa,

    sedangkan data sekunder berupa data intelegensi dan prestasi belajar siswa.

    Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan

    November 2012. Populasi target penelitian adalah siswa SMP Negeri 2 Bandar

    Lampung, sedangkan populasi terjangkau penelitian ini merupakan siswa kelas VIII

    SMP Negeri 2 Bandar Lampung tahun ajaran 2012-2013. Tercatat jumlah siswa kelas

    VIII sebanyak 185 siswa, karena populasi kecil (

  • 8/10/2019 Hubungan Antara Status Gizi,Intelegensi Dengan Prestasi Belajar Siswa

    4/8

    ISSN 2337-3776

    82 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

    mengklasifikasikan data hasil tes intelegensi siswa. Prestasi belajar diukur dengan

    mencari rata-rata dari nilai total rapor selama 2 semester sebelumnya (kelas VII). Data

    yang telah diperoleh kemudian diolah menggunakansoftware uji statistik dimana akan

    dilakukan 3 macam analisa data, yaitu analisa univariat, bivariat dan analisa multivariat.

    III. Hasil dan Pembahasan

    Pada penelitian didapatkan status gizi pada subjek penelitian yang termasuk

    dalam kategori overweight sebanyak 78 orang atau 61%; kategori risk of overweight

    sebanyak 31 orang atau 24%; kategori normal sebanyak 19 orang atau 15%; sedangkan

    untuk kategori underweighttidak ada. Tingkat intelegensi pada subjek penelitian yang

    termasuk dalam kategori superiorsebanyak 71 orang atau 55%; kategori high average

    sebanyak 33 orang atau 26%; kategori average sebanyak 24 orang atau 19%; sedangkan

    untuk kategori low average, border line dan mental defective tidak ada. Prestasi belajar

    pada subjek penelitian yang termasuk dalam kategori baik sekali sebanyak 58 orang

    atau 45%; kategori baik sebanyak 70 orang atau 55%; sedangkan untuk kategori cukup,

    kurang dan sangat kurang tidak ada.

    Tabel 1. Distribusi dan Hubungan antara Intelegensi, Status Gizi dan Prestasi Subjek

    Penelitian

    Intelegensi Status Gizi Prestasi n %

    SuperiorOverweight

    Baik sekali 31 28Baik 12 72

    Risk ofOverweight

    Baik sekali 12 25Baik 4 75

    High Average

    (Diatas rata-rata)

    OverweightBaik sekali 8 40

    Baik 12 60

    Risk of

    Overweight

    Baik sekali 3 50

    Baik 3 50Normal

    Baik sekali 8 33Baik 4 67

    Average

    (Normal)

    OverweightBaik sekali 3 80

    Baik 12 20

    Risk ofOverweight

    Baik sekali 2 77Baik 7 23

    NormalBaik sekali 3 57Baik 4 43

    Hasil penelitian ini menunjukkan status gizi pada populasi penelitian terbanyak

    memiliki kategori overweight, yaitu sebanyak 78 orang atau 60,4%, sangat jauh

  • 8/10/2019 Hubungan Antara Status Gizi,Intelegensi Dengan Prestasi Belajar Siswa

    5/8

    ISSN 2337-3776

    83 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

    melebihi angka kejadian overweightpada remaja di Indonesia yaitu sebesar 4,4%

    (Riskesdas, 2007). Menurut Marpaung (2007), ada beberapa faktor yang dapat

    menyebabkan terjadinya kelebihan berat badan atau kegemukan. Kegemukan

    disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu makan melebihi porsi yang di perlukan

    tubuh dan penggunaan energi yang rendah atau kombinasi keduanya. Anak yang

    mengalami kegemukan selain keterampilan geraknya akan cenderung kaku, tidak

    lincah, dan juga mudah terserang penyakit karena daya tahan fisiknya juga kurang

    baik. (Nurcahyo, 2010). Hal tersebut menunjukkan bahwa kegemukan atau

    overweightdapat menjadi salah satu faktor penghambat dari prestasi belajar anak.

    Hasil analisis bivariat didapatkan bahwa, tidak terdapatkan hubungan bermakna antara

    status gizi dengan prestasi belajar dengan nilai p = 0,951 (>0,05), dan terdapat

    hubungan bermakna antara intelegensi dengan prestasi belajar dengan nilai p = 0,000

    (0,01; r=2,55). Perbedaan hasil ini disebabkan oleh cara penilaian

    dari status gizi itu sendiri. Pada penelitian oleh Novita (2007) dan Isdaryanti (2007),

    penilaian status gizi dihitung berdasarkan indikator status gizi seperti TB/U, BB/U

    ataupun BB/TB. Hal tersebut dapat mempengaruhi hasil penelitian, karena pertumbuhan

    baik tinggi badan maupun berat badan relatif kurang sensitif terhadap status gizi dalam

    jangka pendek. Indikator seperti TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lalu

    (Riyadi, 2001).

    Hasil analisis multivariat didapatkan bahwa, terdapat hubungan bermakna antaratingkat intelegensi dengan prestasi belajar siswa (nilai p=0,000), bila bersama-sama

    dihubungkan dengan status gizi, menggunakan statistik regresi logistik multinominal,

    sedangkan untuk status gizi dengan prestasi belajar tetap tidak didapatkan hubungan

    bermakna (nilai p=0,953), meskipun telah dikontrol oleh tingkat intelegensi.

    Berdasarkan hasil analisis data tersebut didapatkan persamaan: Y = -2,77 +

    1,2(X1) + 0,15(X2). Persamaan tersebut menjelaskan bahwa nilai intelegensi akan

    mengubah nilai prestasi belajar sebesar 1,2 setiap perubahan satu satuan, artinya setiap

  • 8/10/2019 Hubungan Antara Status Gizi,Intelegensi Dengan Prestasi Belajar Siswa

    6/8

    ISSN 2337-3776

    84 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

    kenaikan tingkat intelegensi siswa sebesar satu satuan maka prestasi belajar siswa akan

    mengalami kenaikan 1,2 kali lebih baik. Sementara untuk nilai status gizi hanya akan

    mengubah nilai prestasi belajar sebesar 0,15 setiap perubahan satu satuan. Berdasarkan

    hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan prestasi

    belajar siswa adalah dengan cara meningkatkan tingkat intelegensi. Faktor-faktor yang

    mempengaruhi perkembangan intelegensi salah satunya adalah melalui pelatihan, hal ini

    menyangkut stimulasi atau rangsangan dan latihan-latihan selama masa perkembangan.

    Irama perkembangan intelegensi pada usia-usia awal (sampai dengan 5 tahun)

    mengalami perkembangan yang pesat, kemudian cenderung menetap dan pada usia

    tertentu mengalami penurunan (Wasis, 2001).

    Nilai OR yang didapatkan untuk variabel intelegensi sebesar 3,4. Artinya siswa

    dengan tingkat intelegensi satu level yang lebih tinggi akan memiliki prestasi belajar 3,4

    kali lebih baik dari pada siswa dengan tingkat intelegensi satu level dibawahnya.

    Sedangkan untuk variabel status gizi didapatkan nilai OR sebesar 1,01. Artinya siswa

    dengan status gizi satu level yang lebih baik hanya akan memiliki prestasi belajar

    sebesar 1,01 kali lebih baik dibandingkan siswa dengan status gizi lebih buruk.

    Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Wasis (2001) didapatkan hasil yang sama,

    berdasarkan analisis bivariat didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna

    antara status gizi dengan prestasi belajar siswa (r=0,062; p=0,494), dan terdapat

    hubungan bermakna antara intelegensi dengan prestasi belajar siswa (p=0,000), dengan

    kekuatan hubungan sedang (r=0,437), sedangkan berdasarkan analisis multivariat

    didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara IQ dengan prestasi belajar

    (p=0,000) dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan prestasi

    belajar (p=0,077).

    IV. Simpulan

    Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan bahwa, terdapat hubungan

    bermakna antara tingkat intelegensi dengan prestasi belajar (nilai p=0,000), sedangkan

    tidak didapatkan hubungan bermakna untuk status gizi dengan prestasi belajar (nilai

    p=0,951). Hasil analisis multivariat didapatkan bahwa, terdapat hubungan bermakna

    antara tingkat intelegensi dengan prestasi belajar siswa (nilai p=0,000), bila bersama-

    sama dihubungkan dengan status gizi, sedangkan untuk status gizi dengan prestasi

  • 8/10/2019 Hubungan Antara Status Gizi,Intelegensi Dengan Prestasi Belajar Siswa

    7/8

    ISSN 2337-3776

    85 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

    belajar tetap tidak didapatkan hubungan bermakna (nilai p=0,953), meskipun telah

    dikontrol oleh tingkat intelegensi.

    Daftar Pustaka

    Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 180-195.

    Arnelia. 2003.Pola Asuh belajar dan Prestasi Belajar Anak SD Pasca Pemulihan Gizi

    Buruk. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan PUSLITBANG. Bogor.

    Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2007. Riset Kesehatan Dasar.

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

    Cynthia A. 2011.Hubungan Status Nutrisi dan Fungsi Kognitif Siswa SD di Jatinangor.

    [Skripsi]. Universitas Padjajaran. Bandung.

    Dahlan, M. Sopiyudin. 2008. Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Salemba Medika.Jakarta.

    Hadi H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya terhadap Kebijakan

    Pembangunan Kesehatan Nasional. Rapat Terbuka Majelis Guru Besar UGM.

    Yogyakarta.

    Huwae. 2005. Hubungan antara Status Gizi dan Kadar Hb dengan Prestasi Belajar

    Murid SD di Daerah Endemis Malaria. [Tesis]. Program Sarjana UGM. Yogyakarta.

    Isdaryanti C. 2007. Asupan Energi Protein, Status Gizi, dan Prestasi Belajar Anak

    Sekolah Dasar Arjowinangun 1 Pacitan. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas

    Gadjah Mada. Yogyakarta.

    Liu J, Raine A, Venables PH, Dalais C, Mednic SA. 2003. Malnutrition at Age 3 years

    and Lower Cognitive Ability at Age 11 years. American Medical Association. 157:593-

    600.

    Marpaung, Lidia. 2007. Perilaku Ibu Terhadap Obesitas pada Anak Usia Sekolah

    Dasar SD Pertiwi Kecamatan Medan barat Tahun 2007. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan

    Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

    Mendoza-Salonga A. 2007. Nutrition and Brain Development. SA Fam Pract.

    Philipines.

    Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta.

    Jakarta.

    Novita. 2007. Pengaruh Status Gizi dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar

    Siswa Sekolah Dasar di Beberapa Kelurahan, Kecamatan Pasar Minggu JakatraSelatan. [Skripsi]. Fakultas Pertanian. IPB. Jakarta.

    Nurcahyo, Fathan. 2007. Kegemukan Sebagai Salah Satu Penghambat aktivitas

    Jasmani Bagi Anak. Jurnal Penelitian Tahun 2007. Universitas Negeri Yogyakarta.

    Yogyakarta.

    Pamularsih, A. 2009. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa di SD

    NEGERI 2 Selo Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Universitas Muhammadiah.

    Surakarta.

    Ridwan 2008.Metode dan Teknik Menyusun Tesis. CV. Alfabeta. Bandung.

    Rimbawan. 2004.Indeks Glikemik Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Riyadi, H. 2001. Metode Penelitian Status Gizi Antropometri. Departemen Gizi

    Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

  • 8/10/2019 Hubungan Antara Status Gizi,Intelegensi Dengan Prestasi Belajar Siswa

    8/8

    ISSN 2337-3776

    86 | Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 1 Februari 2013

    Bogor.

    Sadler M, Strain JJ, Caballero B, editors. 1999. Encyclopedia of Human Nutrition.

    Academic Press (Harccourt Brace and Company Publisher); p.13-29, 190-197, 350-356

    Slameto. 2003. Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta.

    Jakarta.Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta.

    Jakarta.

    Supariasa. 2001.Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

    Wasis D. 2001. Hubungan Intelegensi, Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa

    SLTP. [Tesis]. Prog. Pendidikan Dokter Spesialis 1. Fakultas Kedokteran Universitas

    Diponegoro. Semarang.

    Widiawati D. 2006. Modul Kuliah Psikodiagnostik Pada Program Magister Profesi

    Psikolog. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

    WJSPoerwadarminto. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2010. Departemen Pendidikan

    dan Kebudayaan. Balai Pustaka. Jakarta.

    Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.Lampung.