hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

132
i i TESIS HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN TUBUH DI POSYANDU LANSIA DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR LANAWATI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Upload: vuongkiet

Post on 12-Dec-2016

242 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

i

i

TESIS

HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN

JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF

DAN KESEIMBANGAN TUBUH

DI POSYANDU LANSIA

DESA DAUH PURI KAUH

DENPASAR

LANAWATI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 2: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

i

i

TESIS

HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN

JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF

DAN KESEIMBANGAN TUBUH

DI POSYANDU LANSIA

DESA DAUH PURI KAUH

DENPASAR

LANAWATI

NIM 1392161010

PROGRAM MAGISTER

STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 3: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

ii

ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER

HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN

JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF

DAN KESEIMBANGAN TUBUH

DI POSYANDU LANSIA

DESA DAUH PURI KAUH

DENPASAR

Tesis untuk Meperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

LANAWATI

NIM 1392161010

PROGRAM MAGISTER

STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 4: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

iii

iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 11 Juni 2015

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr.dr.RA Tuty Kuswardhani SpPD,K-Ger Rina Listyowati SSiT,MKes

Finasim, MARS

NIP 195911041989032003 NIP 197105292008122001

Mengetahui

Ketua Program Direktur

Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Universitas Udayana

Prof. Dr . D.N Wirawan MPH Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K)

NIP. 194810101977071001 NIP. 195902151985102001

Page 5: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

iv

iv

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai

Pada Tanggal 11 Juni 2015

Oleh Panitia Penguji pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No:

Tanggal :

Panitia Penguji Usulan Penelitian Tesis adalah :

Ketua : Dr.dr. RA Tuty Kuswardani SpPD, K-Ger, Finasim, MARS

Anggota :

1. Rina Listyowati SSiT, MKes.

2. Prof. Dr.dr. Alex Pangkahila, MSc, Sp.AND

3. Prof.Dr.dr. Mangku Karmaya M REPRO, PA (K)

4. Dr. I Putu Ganda Wijaya, SSos, MM

Page 6: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

v

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : dr. Lanawati

NIM : 1392161010

PROGRAM STUDY : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat ( MIKM)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah tesis saya yang berjudul

Hubungan Antara Senam Kesegaran Jasmani Lansia dengan Fungsi Kognitif dan

Keseimbangan Tubuh di Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh Denpasar ini

benar benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari didapatkan bukti bahwa Tesis ini adalah hasil jiplakan ,

maka saya bersedia menerima sangsi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun

2010.

Denpasar, Maret 2015

Yang Membuat Pernyataan

Page 7: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

vi

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa

karena atas rahmat dan berkatNya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian

tesis yang berjudul Hubungan Senam Kesegaran Jasmani Lansia dengan Fungsi

Kognitif dan Keseimbangan Tubuh di Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh

Denpasar.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. RA Tuty Kuswardhani SpPD, K-Ger,

Finasim, MARS selaku Dosen Pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah

memberikan semangat, dorongan, bimbingan dan saran dalam penulisan hasil

penelitian ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Rina

Listyowati SSiT, MKes. Selaku Dosen Pembimbing II yang dengan penuh

kesabaran dan perhatian telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis

sehingga penulisan Hasil Penelitian ini dapat diselesaikan.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Rektor Universitas Udayana Prof. Dr.dr Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD,

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A.Raka

Sudewi, Sp.S (K) dan Ketua Program Studi Megister Ilmu Kesehatan

Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. dr. Dewa

Nyoman Wirawan, MPH atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

Page 8: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

vii

vii

untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Megister Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.

2. Tim Penguji pada ujian tesis atas koreksi dan saran perbaikan tesis ini.

3. Lansia di Desa Dauh Puri Kauh sebagai Responden dalam penelitian ini.

4. Kepala Desa dan Kader Lansia di lingkungan Desa Dauh Puri Kauh yang

telah banyak meluangkan waktu dan kesediaan untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini.

5. Teman-teman angkatan V MIKM UNUD yang telah banyak memberikan

dorongan dan semangat.

Penulis menyadari hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan yang

nantinya dapat dipergunakan untuk menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya.

Demikian hasil penelitian tesis ini penulis susun dengan harapan semoga

dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga Tuhan

Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmatNya kepada semua pihak yang telah

membantu pelaksanaan dan menyelesaikan hasil penelitian tesis ini.

Denpasar, Maret 2015

Penulis

Page 9: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

viii

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN SENAM KESEGARAN JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI

KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN TUBUH DI POSYANDU LANSIA

DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia dapat menyebabkan

penurunan fungsi kognitif dan gangguan keseimbangan. Proses menua adalah

suatu proses degenerasi yang terjadi pada setiap orang dan tidak bisa dihindari

namun bisa diperlambat. Berbagai penelitian ditemukan bahwa aktivitas fisik

dapat memperlambat penurunan fungsi kognitif dan gangguan keseimbangan pada

lansia. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran analisis hubungan

antara senam kesegaran jasmani terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh

lansia.

Metode penelitian ini menggunakan desain analitik kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional, dengan jumlah sampel 60 lansia di desa Dauh Puri

Kauh. Sampel pada penelitian ini adalah lansia yang berkunjung pada posyandu

lansia yang dipilih dengan cara proportio stratified random sampling berdasarkan

kelompok posyandu yang berada di desa Dauh Puri Kauh baik yang melakukan

senam dan yang tidak melakukan senam. Penilaian fungsi kognitif menggunakan

kuesioner MoCA-Ina dan penilaian gangguan keseimbangan dengan pemeriksaan

Romberg Test. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner ini disajikan dalam

bentuk tabel selanjutnya diuji dengan uji statistik Chi-Square dan uji regresi

logistic.

Hasil Analisis bivariat (chi square) menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara senam kesegaran jasmani dengan fungsi kognitif (OR 16, CI

95% : 4,515-56,698 ) dan ada hubungan yang signifikan antara senam kesegaran

jasmani dengan keseimbangan tubuh lansia (OR 26, CI 95%: 6,532-103,498).

Pada analisis multivariate regresi logistic hubungan senam kesegaran jasmani

terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh dengan variabel perancu ( umur,

pendidikan, jenis kelamin, hobi, riwayat pekerjaan dan penyakit) menunjukkan

bahwa lansia yang tidak memiliki hobi dan tidak melakukan senam secara teratur

berpeluang sebesar 14% memiliki fungsi kognitif yang normal dan lansia yang

tidak bekerja, memiliki riwayat penyakit serta tidak melakukan senam kesegaran

jasmani berpeluang sebesar 14% memiliki keseimbangan yang baik.

Senam Kesegaran Jasmani perlu menjadi program yang dikembangkan di

Posyandu Lansia untuk memperlambat terjadinya gangguan fungsi kognitif dan

gangguan keseimbangan tubuh pada lansia.

Kata Kunci : Senam Kesegaran Jasmani, Fungsi Kognitif, Keseimbangan

Tubuh

Page 10: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

ix

ix

ABSTRACT

Correlation Between Gymnastic Elderly And Cognitive Function And

Balance Of The Body Among The Elderly Visiting Health Post Clinic For

The Elderly At Dauh Puri Kauh Village Denpasar

Changes that occured among elderly people can cause cognitive

impairment and body imbalance, Aging process is a degenerative process that

happened to every human being,which can not be avoided, but can be slowed

down. Some studies found that physical exercise can postpone cognitive

impairment and body imbalance among the elderly. The aim of this study is

analysing the correlation between gymnastic elderly and cogntive function and

balance of the body in the elderly,

Quantitative analytical design with cross sectional approach. Sample size :

60 elderly people from Dauh Puri Kauh village, who visited the health post for the

elderly. The sampling method that is used is proportional stratified random

sampling, The sample is divided into those who did gymnastic elderly and those

who did not. Cognitive function is measured using Mo-Ca INA questionairre ,

while body imbalance was examined using Romberg Test. The data is presented

in tables and is tested using statistical test, Chi Square and logistic regression test.

Using bivariate analysis (Chi Square) it was shown that there is a

significan correlation between gymnastic elderly and cognitive function (OR 16,

CI 95% : 4,515-56,698 ) and there is also a significan correlation between

gymnastic elderly and balance of the body. (OR 26, CI 95%: 6,532-103,498).

Using multivariate analysis (logistic regression test), it is shown that there is a

correlation between gymnastic elderly and cognitive function and balance of the

body towards confounding variables ( age, education, gender, hobby,occupational

history and health history). It is shown that the elderly who did not have hobby or

did irregular gymnastic elderly has the probability of 14 percent to have normal

cognitive function. Elderly who did not work, have history of disease and did not

do gymnastic elderly has the probability of 14% to have a good body balance.

Gymnastic elderly is one of the progremme that need to be developed in

health clinics for the elderly to slow down cognitive impairment and balance of

the body.

Keyword : Gymnastic Elderly, cognitve function, balance of the eldery body.

Page 11: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

x

x

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN ………………………………………………………... i

SAMPUL DALAM ……………………………………………………….. ii

LEMBAR PERSYARATAN GELAR …………………………………… iii

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………. iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ……………………………………… v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME …………………….. vi

UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………………… vii

ABSTRAK ………………………………………………………………... viii

ABSTRACT ………………………………………………………………. ix

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… x

DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xiii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xiv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG …………………………… xv

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xvi

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..

1.1 Latar Belakang……………………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………...

1.3.1 Tujuan Umum ………………………………………………..

1.3.2 Tujuan Khusus ……………………………………………….

1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………….

1

1

8

9

9

9

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………..

2.1 Pengertian dan Batasan Usia Lansia……………………………….

2.2 Teori Proses Penuaan dan Perubahan pada Lansia………………...

2.2.1 Teori Biologis ………………………………………………..

2.2.2 Teori Psikologis ……………………………………………...

2.2.3 Teori Sosial ………………………………………………….

2.2.4 Teori Spiritual………………………………………………..

2.3 Kognitif Lansia ……………………………………………………

2.3.1 Definisi Kognitif …………………………………………….

2.3.2 Fungsi Kognitif pada Usia Lanjut …………………………..

2.3.3 Gangguan Fungsi Kognitif ………………………………….

2.3.4 Manifestasi Gangguan Kognitif …………………………….

2.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif Lansia

2.3.6 Pemeriksaan Fungsi Kognitif……………………………….

2.4 Keseimbangan Tubuh …………………………………………….

2.4.1 Pengertian ……………………………………………………

2.4.2 Penyebab Gangguan Keseimbangan ………………………...

2.4.3 Dampak Gangguan Keseimbangan ………………………….

2.4.4 Pengukuran Keseimbangan …………………………………

11

11

13

14

15

15

17

17

17

18

20

21

22

23

25

25

26

27

27

Page 12: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

xi

xi

2.5 Program Senam Lansia …………………………………………..

2.5.1 Senam Kesegaran Jasmani Lansia………………………….

2.5.2 Manfaat Senam Kesegaran Jasmani Lansia…………………

2.5.3 Gerakan Senam Kesgaran Jasmani Lansia …………………

29

29

30

33

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN …………………………………………………

3.1 Kerangka Berpikir……………………………………………….

3.2 Kerangka Konsep ……………………………………………….

3.3. Hipotesis Penelitian ……………………………………………..

35

35

36

37

BAB IV METODE PENELITIAN ……………………………………….

4.1 Rancangan Penelitian ……………………………………………..

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………..

4.3 Penentuan Sumber Data …………………………………………..

4.3.1 Data Primer ………………………………………………….

4.3.2 Data Sekunder ………………………………………………

4.4 Variabel Penelitian ………………………………………………..

4.4.1 Variabel Bebas………………………………………………

4.4.2 Variabel Terikat ……………………………………………..

4.4.3 Varibel Kontrol ……………………………………………..

4.4.4 Definisi Operasional Variabel ……………………………...

4.5 Instrumen Penelitian ………………………………………………

4.6 Populasi dan Sampel Penelitian …………………………………..

4.6.1 Populasi …………………………………………………….

4.6.2 Sampel Penelitian …………………………………………...

4.6.3 Besaran Sampling……………………………………………

4.6.4 Cara Sampling ………………………………………………

4.7 Prosedur Penelitian ……………………………………………….

4.7.1 Tahap Penyelesaian Administrasi…………………………..

4.7.2 Tahap Persiapan…………………………………………….

4.8 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ……………………………

4.8.1 Teknik Pengolahan ………………………………………..

4.8.2 Analisa Data ……………………………………………….

38

38

39

39

40

40

40

40

40

40

40

43

45

45

45

46

47

48

48

48

51

51

52

BAB V HASIL PENELITIAN……………………………………………

5.1 Analisis Univariat …………………………………………………

5.2 Analisis Bivariat ………………………………………………….

5.3 Analisis Multivariat ……………………………………………….

57

58

60

62

Page 13: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

xii

xii

BAB VI PEMBAHASAN ……………………………………………….

6.1 Interpretasi Hasil Penelitian …………………………………….

6.2 Keterbatasan Penelitian …………………………………………

6.3 Implikasi Penelitian……………………………………………..

66

67

73

73

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ………………………………….

7.1 Simpulan ………………………………………………………..

7.2 Saran ……………………………………………………………

76

76

77

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 79

LAMPIRAN LAMPIRAN ………………………………………………. 83

Page 14: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

xiii

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. Penggolongan Batasan Usia Lansia menurut WHO ………………

12

4.1. Definisi Operasional Variabel …….………………………………

41

4.2. Besar Sampel Tiap Posyandu …………………………………….. 48

5.1. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Umur, Jenis

Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Hobi dan Riwayat Penyakit

Lansia pada kelompok Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh ….

58

5.2. Distribusi Responden Menurut Senam Kesegaran Jasmani, Fungsi

Kognitif dan Keseimbangan Tubuh di Desa Dauh Puri Kauh……..

59

5.3. Hasil Analisis Bivariat Senam Kesegaran Jasmani dengan Fungsi

Kognitif ……………………………………………………………

60

5.4. Hasil Analisis Bivariat Senam Kesegaran Jasmani dengan

Keseimbangan Tubuh ……………………………………………..

61

5.5. Hasil Analisis Multivariat Karakteristik, Senam dengan Fungsi

Kognitif di Kelompok Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh…...

63

5.6. Hasil Analisis Multivariat Karakteristik, Senam dengan

Keseimbangan Tubuh di Kelompok Posyandu Lansia Desa Dauh

Puri Kauh ………………………………………………………….

64

Page 15: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

xiv

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Model Memori Manusia …………………………………

19

Gambar 3.1. Konsep Penelitian …….………………………………..

36

Gambar 4.1. Struktur studi cross sectional …………………………… 38

Page 16: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

xv

xv

DAFTAR SINGKATAN

AD

AKS

:

:

Alzheimer Dementia

Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

ATK : Alat Tulis Kantor

BDNF

BOS

:

:

Brain Derived Neurotropic Factor

Base Of Suport

BPS

COM

:

:

Badan Pusat Statistik

Center of Mass

Depkes : Departemen Kesehatan

DNA

IB

:

:

Deoxyribose Nucleic Acid

Index Barthel

Lansia : Lanjut Usia

MCI : Mild Cognitive Impairment

MENPORA : Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga

MoCA : Montreal Cognitif Assesment

MoCA-Ina : Montreal Cognitif Assemen versi Indonesia

PKK : Program Kesejahteraan Keluarga

SKJ : Senam Kesegaran Jasmani

WHO : World Health Organization

Page 17: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Instrumen Barthel Index

Lampiran 4 : Kuesioner Karakteristik Lansia

Lampiran 5 : Instrumen Pemeriksaan Skreening MoCA-Ina

Lampiran 6 : Instrumen Romberg Test

Lampiran 7 : Waktu Pelaksanaan Penelitian

Lampiran 8 : Hubungan Karakteristik Responden dengan Fungsi Kognitif dan

Keseimbangan Tubuh.

Lampiran 9 : Hasil Analisis Multivariat

Page 18: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025

dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar

414% dan hal ini merupakan persentase kenaikan paling tinggi diseluruh dunia.

Sebagai perbandingan pada periode waktu yang sama kenaikan di beberapa

Negara sebagai berikut : Kenya 34%, Brazil 255%, India 242%, China 220%,

Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003).

Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

lansianya cepat. Sejak tahun 2000, Indonesia sudah memiliki lansia sebesar 14,4

juta penduduk (7,18% dari jumlah penduduk) dan pada tahun 2020 diperkirakan

akan berjumlah 28,8 juta (11,34%). Hasil pendataan yang dilakukan pada tahun

2007 ditemukan penduduk Lansia berjumlah 18,96 juta (8,42% dari total

penduduk) dengan komposisi perempuan 9,04% dan 7,80% laki laki (Badan

Pusat Statistik, 2013).

Peningkatan jumlah penduduk lansia ini menimbulkan berbagai masalah

sosial, ekonomi dan kesehatan. Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi

pada usia lanjut antara lain gangguan fungsi kognitif dan keseimbangan (Hesti

dkk. 2008). Berdasarkan studi literatur Wilson et all.,(2001) angka lansia yang

mengalami penurunan fungsi kognitif meningkat seiring dengan angka

peningkatan orang usia lanjut. Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun

Page 19: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

2

2

2012 melaporkan bahwa kejadian penurunan fungsi kognitif lansia diperkirakan

121 juta manusia, dengan komposisi 5,8% laki laki dan 9,5% perempuan.

National Health and Nutrition Examination Survey di Amerika melakukan

test keseimbangan pada lebih dari 5000 orang berusia 40 tahun atau lebih. Survei

tersebut menghasilkan 19% usia kurang dari 49 tahun, 69% responden berusia 70-

79 tahun, dan 85% usia 80 tahun atau lebih mengalami ketidak seimbangan.

Sepertiga dari responden berusia 65 – 75 tahun mengatakan memiliki gangguan

keseimbangan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup (Phillips, 2011).

Proses menua adalah suatu proses degenerasi yang terjadi pada setiap

orang dan tidak bisa dihindari, namun proses tersebut bisa diperlambat.. Dalam

konsep AntiAging Medicine banyak menemukan fakta tentang penyebab proses

penuaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rudman (1990) telah

memberikan hormon pertumbuhan HGH (Human Growth Hormone) yang

disuntikkan selama 2 bulan pada 21 pria dan wanita usia antara 61-81 tahun.

Hasilnya adalah kondisi tubuh, nilai laboratorium, massa lemak, massa otot,

kekebalan kulit dan densitas tulang sangat membaik seperti kondisi pada anak

usia 10 tahun.

Otak merupakan pusat pengaturan sistem tubuh dan juga sebagai pusat

kognitif. Otak merupakan organ tubuh yang rentan terhadap proses degeneratif.

Saat otak mulai menua akan terjadi penurunan fungsi otak yang beresiko terjadi

penurunan fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh, akibatnya lansia akan

mengalami gangguan dalam melaksanakan kegiatan rutin sehari harinya dan

Page 20: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

3

3

akhirnya lansia menjadi tergantung pada orang disekitarnya , serta menjadi

beban bagi keluarga dan masyarakat (Meidiary, 2012).

Perubahan sistem neurologis pada lansia mengakibatkan perubahan

kognitif, penurunan waktu reaksi, masalah keseimbangan dan kinetik serta

gangguan tidur (Mauk, 2010). Suatu penelitian yang dilakukan di Negara Inggris

dengan jumlah responden 10.255 orang lansia diatas 75 tahun, menunjukkan

bahwa (55%) lansia mengalami gangguan fisik berupa arthritis atau gangguan

sendi 50% dari responden mengalami keseimbangan berdiri, 45% dari responden

mengalami gangguan fungsi kognitif pada susunan saraf pusat, 35 % pada

penglihatan , 35% pada pendengaran , 20 % mengalami kelainan jantung, 20 %

ditemukan sesak napas , serta gangguan miksi/ngompol sebesar 10%, dari

beberapa gangguan yang terjadi pada lansia dapat mengakibatkan terganggunya

atau menurunnya kualitas hidup pada lansia . Kemunduran yang paling banyak

ditemukan adalah menurunnya kemampuan memori daya ingat (Foster, 2011).

Dengan bertambahnya umur nampaknya faktor resiko menderita

demensia juga akan meningkat. Orang berumur 65 tahun ke atas mempunyai

resiko 11 % dan umur 85 tahun keatas resiko semakin besar yaitu 25%-47%.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 1998 menyatakan bahwa Alzheimer

menyerang mereka yang berusia diatas 50 tahun, sementara di Indonesia usia

termuda yang mengalami penyakit ini berusia 56 tahun. Diperkirakan sebesar 5 %

lansia yang berumur 65–70 tahun menderita dimensia dan meningkat dua kali

lipat setiap 5 tahunnya hingga mencapai lebih 45% pada lansia usia diatas 85

tahun (Wibowo, 2007). Prevalensi gangguan kognitif meningkat sejalan dengan

Page 21: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

4

4

bertambahnya usia, kurang dari 3% terjadi pada kelompok usioa 65-70 tahun dan

lebih dari 25% terjadi pada kelompok usia 85 tahun ke atas ( WHO, 1998).

Perubahan perubahan yang terjadi pada lansia dapat mempengaruhi

keseimbangan tubuh. Kemampuan keseimbangan berkurang seiring penambahan

usia karena perubahan pada sistem saraf pusat atau neorologis, sistem sensori

seperti sistem visual, vestibuler dan propiosepsi serta sistem muskuloskeletal

(Miller, 2004). Keseimbangan merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk

mempertahankan posisi dan stabilitas baik saat kondisi statis maupun dinamis atau

ketika bergerak dari satu posisi ke posisi yang lain seperti saat berdiri, duduk,

transit dan berjalan (Delitto, 2003).

Di kalangan para lansia penurunan fungsi kognitif merupakan penyebab

terbesar terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas normal sehari-

hari, dan juga merupakan alasan tersering yang menyebabkan terjadinya

ketergantungan terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri (care dependence)

pada lansia (Reuser et all., 2011). Tanpa adanya upaya pencegahan yang efektif,

peningkatan jumlah populasi lansia akan mengakibatkan terjadinya peningkatan

jumlah penduduk dengan demensia (Ferri et al., 2005).

Salah satu faktor yang diperkirakan mempengaruhi fungsi kognitif adalah

aktifitas fisik termasuk mobilitas . Beberapa studi melaporkan bahwa usia lanjut

yang mengalami kesulitan pergerakan fisik atau gangguan gerak, akan terjadi

perbedaan dalam skor fungsi kognitif (Yaffe et al., 2001). Larson dkk. (2006)

melakukan studi prospektif untuk mengetahui hubungan antara latihan fisik yang

berkesinambungan dan penurunan resiko demensia dan Alhzeimer Dementia..

Page 22: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

5

5

Mereka menyimpulkan bahwa latihan yang berkesinambungan berhubungan

dengan resiko terjadinya demensia dan penyakit Alzheimer pada penyakit paruh

baya dimana orang orang yang melakukan tiga kali atau lebih per minggu resiko

menderita demensia menurun dibandingkan dengan orang yang melakukan latihan

fisik kurang tiga kali perminggu.

Beberapa tipe latihan diduga dapat menurunkan terjadinya gangguan yang

berhubungan dengan lansia seperti Alzheimer Disease dan Demensia Vasculer.

Kenyataannya banyak studi yang menjelaskan bahwa aktivitas fisik dapat

mencegah fungsi kognitif yang lambat (Foster dkk. 2011). Aktivitas fisik

bermanfaat mempengaruhi fungsi kognitif usia paruh baya. Dan juga merupakan

sebagai pencegahan terhadap gangguan fungsi kognitif dan demensia (Sarah dkk.

2014).

Berbagai studi ilmiah telah membuktikan bahwa proses penuaan otak

dapat diperlambat dengan berbagai cara yaitu antara lain aktivitas fisik, stimulasi

mental dan aktifitas sosial. Penelitian menunjukkan bahwa kelompok lansia yang

mendapatkan berbagai program kegiatan stimulasi otak yang menyenangkan,

memiliki fungsi kognitif jauh lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang

tidak mendapatkan stimulasi apapun atau dengan obat-obatan saja (Howe et al.,

2008).

Menurut data Susenas, BPS tahun 2007, Bali merupakan propinsi ke tiga

setelah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah yang memilki persentase lansia terbesar

di Indonesia. Di wilayah Puskesmas II Denpasar Barat, telah dibentuk kelompok

kelompok posyandu lansia yang dibina oleh pemegang program lansia Puskesmas,

Page 23: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

6

6

kader posyandu lansia dan PKK. Jumlah sasaran baik pra lansia dan lansia

meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2012 jumlah sasaran lansia (usia > 60

tahun) di Puskesmas II Denpasar Barat berjumlah 3. 545 orang (3,9% dari jumlah

penduduk) , pada tahun 2013 berjumlah 3.898 orang ( 4,0 % dari jumlah

penduduk) dan pada tahun 2014 berjumlah 4.135 orang ( 4,1% dari jumlah

penduduk). Program kesehatan lansia adalah Upaya Kesehatan Wajib yang

dilakukan oleh Puskesmas II Denpasar Barat dengan kegiatan di dalam dan di luar

gedung. Kegiatan didalam gedung berupa pemeriksaan kesehatan dan pengobatan,

sedangkan kegiatan diluar gedung dilakukan pada posyandu lansia.

Desa Dauh Puri Kauh adalah salah satu dari enam desa yang ada di

wilayah Puskesmas II Denpasar Barat dengan jumlah lansia sebanyak 703 orang

memiliki enam Posyandu Lansia dimana tiga posyandu mengadakan senam lansia

dan tiga posyandu lainnya tidak melakukan senam lansia, dengan jumlah kader

posyandu lansia sebanyak 30 orang. Desa Dauh Puri Kauh dipilih sebagai tempat

penelitian dikarenakan di desa tersebut frekwensi senam lansianya tiga kali dalam

seminggu dibanding desa lainnya.

Kegiatan program lansia yang dilakukan pada posyandu lansia adalah

senam lansia , pemeriksaan kesehatan dan pemberian makanan tambahan. Jenis

senam yang diberikan berupa jenis Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) lansia.

Jumlah kunjungan pra lansia dan lansia di Desa Dauh Puri Kauh per bulan selama

tahun 2014 berkisar 25-30 orang. Rendahnya kunjungan lansia di posyandu

disebabkan lansia belum memahami pentingnya posyandu terutama manfaat

senam lansia dalam mencegah gangguan fungsi kognitif. Hasil wawancara yang

Page 24: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

7

7

dilakukan terhadap kader ditemukan beberapa lansia yang sudah mengalami pikun

dan gangguan mengingat, serta beberpa lansia mengalami jatuh. Selama ini

belum pernah dilakukan evaluasi pengaruh SKJ lansia tersebut terhadap

peningkatan stimulasi otak ( fungsi kognitif) dan keseimbangan tubuh lansia.

Walaupun diketahui dari penelitian sebelumnya bahwa kegiatan fisik akan

mempengaruhi kebugaran fisik tetapi apakah senam yang selama ini diberikan

dapat meningkatkan fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia? Maka dari

itu peneliti ingin mengetahui sejauh mana program SKJ lansia yang diajarkan

tersebut berpengaruh terhadap fungsi stimulus fungsi otak lansia yang secara

langsung berpengaruh terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia.

Di Bali sendiri telah dikembangkan SKJ lansia yang diajarkan di

posyandu-posyandu lansia. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan

melakukan SKJ lansia. Gerakan gerakan ringan dengan permainan melalui olah

tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus otak dan kebugaran

lansia (Turana, 2013). Penelitian lain terhadap senam lansia di Panti Werdha

Wana Seraya Denpasar menunjukkan bahwa Senam Tera Indonesia secara

bermakna dapat meningkatkan kebugaran jantung paru lansia, hal tersebut sejalan

dengan penelitian terhadap senam lansia di Bali juga berpengaruh terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi (Parwati, 2013). Akan tetapi

penelitian pengaruh senam lansia terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan

tubuh lansia di Bali, belum penulis dapatkan informasinya, untuk itulah penulis

perlu mengadakan penelitian tersebut. Dan berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan di Menado dengan judul gambaran fungsi kognitif dan keseimbangan

Page 25: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

8

8

pada lansia dikota Manado ditemukan bahwa lansia yang mengalami gangguan

kognitif sebesar 93,6% (Ramdhani, 2012). Maka dari itu peneliti ingin

mengetahui sejauh mana program senam lansia yang diajarkan tersebut

berpengaruh terhadap peningkatan stimulus fungsi otak lansia yang secara

langsung berpengaruh terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut :

a. Bagaimana gambaran karakteristik lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri

Kauh?

b. Apakah ada hubungan SKJ lansia dengan fungsi kognitif di posyandu

lansia Desa Dauh Puri Kauh ?

c. Apakah ada hubungan SKJ lansia dengan keseimbangan tubuh lansia di

posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh ?

d. Apakah ada perbedaan fungsi kognitif pada lansia yang melakukan SKJ

lansia dengan lansia yang tidak melakukan SKJ lansia?

e. Apakah ada perbedaan keseimbangan tubuh lansia pada lansia yang

melakukan SKJ lansia dengan lansia yang tidak melakukan SKJ lansia?

f. Apakah faktor yang berpeluang berhubungan dengan fungsi kognitif lansia

di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh?

g. Apakah faktor yang berpeluang berhubungan dengan keseimbangan tubuh di

posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh

Page 26: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

9

9

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara SKJ lansia dengan fungsi kognitif

dan keseimbangan tubuh lansia pada kelompok lansia di desa Dauh Puri Kauh.

1.4.2 Tujuan Khusus

Melalui kegiatan penelitian ini dapat diketahui :

a. Gambaran karakteristik lansia di posyandu lansia Desa dauh Puri Kauh

b. Hubungan antara SKJ lansia dengan fungsi kognitif lansia di posyandu

lansia Desa Dauh Puri Kauh.

c. Hubungan antara SKJ lansia dengan keseimbangan tubuh di posyandu

lansia Desa Dauh Puri Kauh.

d. Perbedaan fungsi kognitif lansia dari dua kelompok lansia, yaitu kelompok

yang melakukan SKJ lansia dan kelompok yang tidak melakukan SKJ di

posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh.

e. Perbedaan keseimbangan tubuh lansia dari dua kelompok lansia, yaitu

kelompok yang melakukan SKJ lansia dan kelompok yang tidak melakukan

senam SKJ di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh.

f. Faktor-faktor yang berpeluang berhubungan dengan fungsi kognitif di

posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh.

g. Faktor-faktor yang berpeluang berhubungan dengan keseimbangan tubuh

lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh.

Page 27: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

10

10

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk :

1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi yang berguna untuk menambah ilmu pengetahuan.

b. Hasil penelitian ini dapat mendorong dan membantu penelitian lebih lanjut

dalam hal pengembangan metode penelitian.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Lansia dan Komunitas di Desa Dauh Puri Kauh

Manfaat hasil penelitian ini bagi lansia dan keluarga adalah sebagai

informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi kognitif dan

keseimbangan lansia. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan masukan kepada

komunitas untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh senam

terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh sehingga mampu berperan

sebagai penggerak para lansia untuk rajin melakukan senam lansia.

b. Bagi Puskesmas II Denpasar Barat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pemegang program

lansia, untuk mengajarkan SKJ lansia pada seluruh kelompok posyandu lansia.

c. Bagi Dinas Kesehatan

Mempersiapkan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan,

merumuskan kebijakan dan membuat perencanaan dalam program lansia.

Page 28: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

11

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia

Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan dikemukakan

beberapa konsep, teori hasil penelitian terdahulu, serta kerangka teori yang terkait

dengan penelitian ini. Lanjut usia atau lansia merupakan kelompok manusia

yang memasuki tahap akhir kehidupannya. Pada kelompok lanjut usia ini terjadi

proses penuaan yaitu suatu proses yang ditandai dengan gagalnya

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan yang

sering didapat berupa menurunnya kemampuan hidup serta meningkatnya

kepekaan individu (Turana dkk, 2013). Lanjut usaia merupakan proses akhir

kehidupan dan ditandai dengan adanya gangguan adaptasi terhadap tekanan

lingkungan sekitarnya dan bukan suatu penyakit. Proses menua dimulai dari

sejak lahir dan terjadi terus menerus secara alamiah dan dialami oleh semua

makhluk hidup (Wahyudi, 2000).

Batasan untuk menentukan lanjut usia berbeda beda, seorang dikatakan

tergolong lanjut usia atau lansia apabila usianya mencapai 65 tahun keatas

(Setianto, 2004).

Page 29: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

12

12

WHO menggolongkan batasan usia lansia menjadi empat sesuai tabel

dibawah ini:

Tabel 2.1

Penggolongan Batasan Usia Lansia menurut WHO

No. Golongan lansia Usia/umur

1.

2.

3.

4.

Usia Pertengahan ( Middle age)

Lanjut Usia (Eldery)

Lanjut Usia tua (Old)

Sangat Tua (Very old)

45 – 59 tahun

60 – 74 tahun

75 – 90 tahun

� 90 tahun

Sumber : Setianto, 2004

Semua orang yang berusia 56 tahun ke atas , tidak mampu memenuhi

keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari dan tidak mempunyai

penghasilan, mereka ini yang disebut dengan usia lanjut (Aryo, 2002).

Kelompok manusia yang berumur 55-65 tahun adalah kelompok umur yang

memasuki masa prapensiun dan pasti akan memasuki fase-fase penurunan seperti

menurunnya stamina tubuh/kesehatan dan menurunnya ketahanan menghadapi

tekanan psikologis (Saparinah, 1983) .

Dalam Undang-Undang No 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan

Penghidupan orang jompo, dijelaskan batasan lanjut usia yang mempunyai hak

menerima bantuan adalah mereka yang berumur 56 tahun ke atas. Namun

demikian masih ditemui perbedaan dalam menentukan berapa usia seseorang

yang dapat dimasukan ke dalam penduduk lansia .

Dalam penelitian ini untuk menyatakan orang lanjut usia digunakan

batasan umur 60–80 tahun yaitu golongan lanjut usia (eldery) dan lanjut usia tua

(old) oleh karena pada saat umur tersebut seseorang telah memasuki masa

Page 30: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

13

13

pensiun, masih beraktifitas, kemunduran fungsi kognitif masih ringan dan

memungkinkan untuk melakukan kegiatan senam.

2.2. Teori Proses Penuaan dan Perubahan pada Lansia

Setiap individu akan mengalami proses penuaan yaitu peristiwa yang

normal dan alamiah. Proses ini sudah mulai berlangsung sejak seseorang

mencapai dewasa. Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan

struktur dan fisiologis, begitu juga dengan organ otak. Seperti diketahui proses

penuaan sehat dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen yang berarti

dipengaruhi faktor internal dan eksternal proses degeneratif (Darmojo, 2002).

Akibat pengaruh faktor faktor internal antara lain penurunan anatomi, penurunan

fisiologi dan terutama psikososial mengalami perubahan sangat besar, sehingga

mengakibatkan mudahnya timbul penyakit. Sedangkan faktor eksternal yang

mempercepat proses menua adalah budaya gaya hidup , lingkungan dan pekerjaan

(Martono, 2009).

Menurut Kane and Ouslander (2011) permasalahan lansia sering disebut

dengan istilah 14 Impairment (14 I). Keempat belas Impairment tersebut adalah :

Immobility (mengalami hendaya lebih dari tiga hari), Incontinence

(beser/ngompol), Instability (tidak stabil, berdiri dan berjalan mudah jatuh),

Infection (infeksi), Intellectual impairment (gangguan intelektual atau demensia),

Impaction ( sulit buang air besar), Impairment of vision and hearing,

communication ,taste, convalescence, smell, skin integrity (gangguan pancindera,

komunikasi, daya pulih dan kulit), Inanition (kurang gizi), Isolation (depresi) ,

Page 31: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

14

14

Impecunity (tidak punya uang), Immune deficiency ( daya tahan tubuh yang

menurun), Iatrogenesis (munculnya penyakit dikarenakan mengkonsumsi obat-

obatan) , Impotence (impotensi) dan Insomnia atau gangguan tidur.

Ada beberapa teori yang menjelaskan proses menua, yaitu : teori biologis,

teori psikologis, teori sosial, dan teori spiritual (Maryam dkk. 2008).

2.2.1 Teori Biologis

Teori biologis meliputi immunology slow theory, teori genetik dan mutasi,

teori stress, teori rantai silang, dan teori radikal bebas. Immunology slow theory,

menjelaskan bahwa system imun akan meningkat dengan bertambahnya umur dan

meningkatnya paparan virus ke dalam tubuh menyebabkan organ–organ tubuh

akan rusak dan menjadi tua.

Menurut teori genetik dan mutasi, menjadi tua terjadi karena adanya sel-

sel yang mengalami mutasi karena adanya perubahan biokimia yang terjadi pada

molekul-molekul DNA. Pada teori rantai silang dijelaskan adanya reaksi kimia

pada sel-sel yang sudah tua mengakibatkan jaringan kolagen memiliki ikatan

yang kuat. Ikatan ini menyebabkan elastisitas dan fungsi jaringan kolagen

berkurang .

Teori radikal bebas, menyatakan bahwa radiakal bebas yang terbentuk di

alam bebas merupakan kelompok atom yang tidak stabil dan menyebabkan

oksidasi bahan bahan organik seperti protein dan karbohidrat. Radikal bebas ini

menyebabkan sel-sel mengalami kematian karena tidak mampu ber- regenerasi.

Page 32: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

15

15

2.2.2 Teori Psikologis

Melalui teori ini dijelaskan bahwa lansia sulit untuk dipahami dan sulit

berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini disebabkan adanya penurunan

intelektualitas meliputi penurunan persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan

kemampuan belajar. Perubahan psikologis pada lansia juga dipengaruhi oleh

status mentalnya. Pada lansia akan dijumpai gangguan dalam menerima stimulus,

yang disebabkan adanya penurunan fungsi sistem sensorik sehingga diikuti juga

penurunan kemampuan menerima, memproses dan merespon stimulus.

2.2.3 Teori Sosial

Beberapa teori sosial yang berhubungan dengan proses penuaan adalah :

2.2.3.1 Teori Interaksi Sosial.

Teori ini menerangkan mengapa seorang lanjut usia bertindak berdasar

pada sesuatu yang dihargai masyarakat. Kekuasaan dan prestasi pada orang lanjut

usia berkurang sehingga mengakibatkan berkurangnya juga interaksi sosial.

Lansia masih mempertahankan harga diri dan ketaatan mengikuti perintah.

2.2.3.2 Teori Penarikan Diri

Teori ini menerangkan bahwa menurunnya status ekonomi yang dialami

para lansia dan merosotnya status kesehatan menjadi penyebab penarikan diri

dari pergaulan sehingga mempercepat proses penuaan.

Page 33: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

16

16

2.2.3.3 Teori Aktivitas

Teori ini menjelaskan bahwa proses menua yang berhasil tergantung dari

apakah lansia tersebut menyenangi dan menghargai aktifitas yang dilakukannya

tersebut .

2.2.3.4 Teori Kesinambungan

Dalam teori ini dijelaskan bahwa dalam siklus kehidupan lansia terdapat

kesinambungan. Kehidupan menjadi lansia mendatang, sangat ditentukan oleh

pengalaman hidup saat ini. Hal ini terbukti bahwa perilaku, gaya hidup, dan

harapan seseorang saat ini tidak berubah walaupun kelak menjadi tua.

2.2.3.5 Teori Perkembangan

Teori ini menerangkan bahwa menjadi tua merupakan suatu proses yang

penuh tantangan dan bagaimana sikap lansia menghadapi tantangan tersebut

dapat mempengaruhi apakah menghasilkan sesuatu yang positif atau negatif.

Akan tetapi, ini tidak serta merta menunjukkan cara menjadi tua yang diharapkan

oleh lansia tersebut.

2.2.3.6 Teori Stratifikasi Usia

Teori ini digunakan untuk mempelajari sifat sifat lansia secara

berkelompok dan bersifat makro. Setiap kelompok dilihat dari sisi demografi dan

hubungannya dengan kelompok usia lainnya. Kelemahan teori ini tidak bisa

digunakan untuk mempelajari lansia secara pribadi atau individu, mengingat

adanya stratifikasi yang sangat kompleks serta berhubungan dengan klasifikasi

kelas ataupun etnik.

Page 34: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

17

17

2.2.4. Teori Spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang menunjukkan adanya

hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tersebut tentang

kehidupan. Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan dapat disimpulkan

bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan

berbagai aspek yaitu aspek fisik, mental dan sosial. Perubahan fisik yang terjadi

adalah rambut memutih, kulit keriput, tipis, kering dan longgar, berkurangnya

penglihatan oleh karena kelainan refraksi atau katarak, daya penciuman menurun,

daya pengecap kurang peka terhadap rasa manis dan asin, pendengaran berkurang,

persendian kaku dan sakit, inkontinensia, keseimbangan tubuh menurun, bahkan

kemampuan daya ingat mulai menurun(demensia) .

2.3 Kognitif pada Lansia

2.3.1 Definisi Kognitif

Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan

dari proses berfikir. Proses berfikir dimulai dengan memperoleh pengetahuan dan

mengolah pengetahuan tersebut melalui kegiatan mengingat, menganalisis,

memahami, menilai, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan

kognisi sering disebut juga kecerdasan atau intelegensia (Ramdhani, 2008).

Fungsi Kognitif atau kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir dan

memberi rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan

memperhatikan (Miller, 2004).

Page 35: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

18

18

2.3.2 Fungsi Kognitif pada Lansia

Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang meliputi

perhatian persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan memori. Sebanyak 75 % dari

bagian otak besar merupakan area kognitif . Kemampuan kognitif seseorang

berbeda dengan orang lain, dari hasil penelitian diketahui bahwa kemunduran sub

sistem yang membangun proses memori dan belajar, mengalami tingkat

kemunduran yang tidak sama. Memori merupakan proses yang rumit karena

menghubungkan masa lalu dengan masa sekarang (Lumbantobing, 2006).

Prevalensi gangguan kognitif termasuk dimensia meningkat sejalan

bertambahnya usia, kurang dari 3 % terjadi pada kelompok usia 65–75 tahun dan

lebih dari 25% terjadi pada kelompok usia 85 tahun ke atas (WHO, 1998). Proses

penerimaan informasi diawali dengan diterimanya informasi melalui penglihatan

(visual input) atau pendengarannya (auditory input) kemudian diteruskan oleh

sensori register yang dipengaruhi oleh perhatian (attention), ini merupakan bagian

dari proses input. Setelah itu informasi akan diterima dan masuk dalam ingatan

jangka pendek (short term memory), bila menarik perhatian dan minat maka akan

disimpan dalam ingatan jangka panjang (long term memory). Bila sewaktu-waktu

diperlukan memori ini akan dipanggil kembali (Elis, 1993).

Diantara fungsi otak yang menurun secara linier (seiring) dengan

bertambahnya usia adalah fungsi memori (daya ingat) berupa kemunduran dalam

kemampuan penamaan (naming) dan kecepatan mencari kembali informasi yang

telah tersimpan dalam pusat memori (speed of information retrieval from

memory). Penurunan fungsi memori secara linier itu terjadi pada kemampuan

Page 36: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

19

19

kognitif dan tidak mempengaruhi rentang hidup yang normal (Strub and Black,

1992). Proses penerimaan dan penyimpanan memori dapat dijelaskan seperti

gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 : Model Memori Manusia

Sumber : The Psychology of Memory (Petersen,2002)

Perubahan atau gangguan memori pada penuaan otak hanya terjadi pada

aspek tertentu, sebagai contoh, memori primer (memori jangka pendek/Short time

memory) relatif tidak mengalami perubahan pada penambahan usia, sedangkan

pada memori sekunder (memori jangka panjang/ long term memory) mengalami

perubahan bermakna. Artinya kemampuan untuk mengirimkan informasi dari

Input dari Lingkungan Sekitar

Sensori register: -visual

-auditori

-Haptik (Sentuhan)

=persepsi

Tempat Penyimpanan jangka pendek:

Memori Kerja Sementara

Tempat penyimpanan jangka Panjang:

Memori Kerja Permanen

Output Responsi Kontrol proses:

- Latihan

- membuat keputusan

- memikirkan strategi berulang-ulang

Page 37: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

20

20

memori jangka pendek ke jangka panjang mengalami kemunduran dengan

penambahan usia. Dari sebuah penelitian pada orang dengan kognisi normal

berusia 62-100 tahun, disimpulkan bahwa kemampuan proses belajar (learning)

atau perolehan (acquisition) mengalami penurunan yang sama secara bermakna

pada penambahan usia, tetapi tidak berhubungan dengan pendidikan, sedangkan

kemampuan ingatan tertunda (delayed recall atau forgetting) sedikit menurun

tetapi lazimnya tetap, terutama kalau faktor pembelajaran awal dipertimbangkan

(Petersen et al., 2002).

Petersen (2002) juga telah berhasil melakukan penelitian longitudinal

membandingkan kemampuan kognitif pada usia lanjut normal, gangguan kognitif

ringan (mild cognitive impairment/MCI) dan demensia Alzheimer ringan, telah

disimpulkan bahwa MCI merupakan keadaan transisi antara kognitif normal dan

demensia (terutama Alhzeimer). Latar belakang penelitian Petersen adalah bahwa

subyek MCI mempunyai gangguan memori sesuai usia dan pendidikan tetapi

tidak ada demensia, sehingga diagnose MCI dibuat pada pasien dengan criteria

berikut : (a) ada keluhan memori, (b) aktifitas hidup sehari-hari normal, (c) fungsi

kognisi umum normal, (d) memori abnormal untuk usia, (e) tidak ada dimensia.

2.3.3 Gangguan Fungsi Kognitif

Pengelompokan tingkat gangguan fungsi kognitif dapat dibagi menjadi

beberapa kategori. Menurut Mauk (2010), berdasarkan tingkat keparahan

(severity), gangguan fungsi kognitif dapat dibagi tiga yaitu :

a. Tidak ada gangguan fungsi kognitif

Page 38: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

21

21

b. Gangguan kognitif ringan

c. Gangguan kognitif berat

2.3.4 Manifestasi Gangguan Kognitif

Gangguan Kognitif dapat meliputi gangguan pada aspek bahasa, memori,

visuofasial dan kognisi.

2.3.4.1 Gangguan Bahasa, memori, emosi, visuofasial dan kognisi :

Gangguan bahasa yang sering terjadi terutama pada perbendaharaan

kosakata. Pasien tidak dapat menyebutkan nama benda atau gambar yang

ditunjukkan kepadanaya (confrontation naming), tetapi akan lebih sulit lagi untuk

menyebutkan nama buah atau hewan dalam satu kategori (categorical naming),

ini disebabkan karena daya abstraksinya mulai menurun.

2.3.4.2 Gangguan Memori

Gejala pertama yang sering timbul pada pasien yang mengalami gangguan

kognitif adalah gangguan mengingat. Pada tahap awal gangguan pada memori

barunya, namun selanjutnya memori lama juga akan terganggu. Gangguan fungsi

memori dibagi menjadi tiga tingkatan bergantung lamanya rentang waktu antara

stimulus dan recall, yaitu :

a. Memori segera (immediate memory), jarak waktu antara stimulus dan recall

hanya beberapa detik. Disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian untuk

mengingat (attention).

b. Memori baru (recent memori), jarak waktu lebih lama yaitu beberapa menit,

jam bulan dan bahkan tahun.

Page 39: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

22

22

c. Memori lama (remote memory) jarak waktunya bertahun tahun bahkan

seumur hidup.

2.3.4.3 Gangguan visuospasial

Sering terjadi pada pasien pasca stroke fase recovery. Pasien lupa dengan

waktu, tidak mengenali hari, wajah teman dan sering tidak tahu tempat dimana dia

berada (disorientasi waktu, tempat dan orang). Gangguan visuospasial ini dapat

ditentukan dengan meminta pasien menyelusuri jejak secara bergantian, mengkopi

gambar atau menyusun balok balok sesuai bentuk tertentu.

2.3.4.4 Gangguan kognisi

Fungsi inilah yang paling sering terganggu, terutama gangguan daya

abstraksi. Lansia selalu berpikir konkrit, sehingga sulit memberi makna

peribahasa, juga terjadi penurunan daya persamaan (Hussain, 2008).

2.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif Lansia

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif adalah faktor

sosiodemografi seperti umur, pendidikan, pekerjaan dan tinggal sendiri. Aktifitas

fisik termasuk mobilitas diidentifikasi merupakan salah satu faktor yang diduga

ada hubungannya dengan fungsi kognitif. Beberapa studi melaporkan bahwa usia

lanjut yang mengalami kesulitan melakukan pergerakan fisik atau tidak aktif, akan

terjadi perbedaan dalam jumlah skor fungsi kognitifnya (Yaffe et all., 2001).

Seseuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Monginsidi (2013)

disebutkan bahwa lebih banyak terdapat penurunan fungsi kognitif pada lansia

dengan umur yang lebih tua. Profil fungsi kognitif berdasarkan riwayat

Page 40: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

23

23

pendidikan menunjukkan bahwa sampel dengan pendidikan kurang dari sembilan

tahun sebagian besar mengalami penurunan fungsi kognitif.

Penyakit-penyakit yang dihubungkan dengan fungsi kognitif pada lansia

yaitu penyakit serebrovaskuler, tumor otak, trauma, dan infeksi pada otak Turana

( 2013). Pada hasil ditemukan sampel yang memiliki riwayat penyakit kronis

memiliki hasil penurunan fungsi kognitif yang dominan dibanding yang tidak

memiliki riwayat penyakit kronis.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Maryati dkk (2013) mengatakan bahwa

kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkasn fungsi kognitif pada lainsia selain

melakukan aktivitas fisik yaitu melakujkan hobbi atau kegemaran.

2.3.6 Pemeriksaan Fungsi Kognitif

Test yang dipakai untuk skreening fungsi kognitif adalah Montreal

Cognitif Assesment (MoCA) yang sudah dimodifikasi yang disebut MoCA-Ina

Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Nasreddin, dkk, test MoCA-Ina dengan cut

of point 26 mendapatkan hasil sensivitas MoCA-Ina 90% lebih tinggi

dibandingkan MMSE yang hanya 18%, sedangkan spesifitas test MoCa-Ina

adalah sebesar 87% untuk mendeteksi Mild Cognitif Impairment (MCI). Test

MoCA-Ina sangat tinggi sensivitas dan spesivitasnya untuk mengukur Mild

Cognitif Impairment dan hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit (Nasredine,

2012).

Yafe et all.,(2001) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa MoCA-Ina

lebih sensitif dibandingkan MMSE untuk mendeteksi gangguan kognitif setelah

Page 41: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

24

24

stroke akut. Test Validasi MoCA-Ina telah dilakukan di Indonesia, dari hasil

penelitian ini didapatkan nilai Kappa total dua orang dokter adalah 0,820.

Didapatkan kesimpulan bahwa tes MoCA versi Indonesia (MoCA Ina) telah valid

menurut kaidah validasi transkultural sehingga dapat digunakan.

MoCA–Ina terdiri dari 30 poin yang diujikan dengan menilai beberapa

domain kognitif :

a Fungsi eksekutif : dinilai dengan trail making B (satu poin), phonemic

fluency test ( satu poin), dan two item verbal abtraction ( satu poin).

b. Visuospasial : dinilai dengan clock drawing tast (tiga poin) dan

menggambarkan kubus tiga dimensi (satu poin)

c. Bahasa : menyebutkan tiga nama binatang (singa, unta, badak ; tiga poin),

mengulang dua kalimat (dua poin), kelancaran berbahasa (satu poin).

d. Delayed recall : menyebutkan lima kata (5 poin), menyebutkan kembali

setelah lima menit (5 menit)

e. Atensi : menilai kewaspadaan (1 poin), mengurangi berurutan (3 poin), digit

fordward and backward (masing-masing 1 poin)

f. Abstraksi : menilai kesamaan suatu benda ( 2 poin)

g. Orientasi : menyebutkan tanggal, bulan, tahun, hari, tempat dan kota

(masing-masing 1 poin) (Naserddine, 2012).

Pada penelitian ini untuk mengukur fungsi kognitif para lansia digunakan test The

Montreal Cognitif Assesment yang sudah dimodifikasi di Indonesia (MoCA–Ina)

Page 42: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

25

25

2.4 Keseimbangan Tubuh

2.4.1 Pengertian

Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan proyeksi pusat tubuh

pada landasan penunjang baik saat duduk, berdiri, berjalan dan transit ( Winter,

1995 dalam Howe et al., 2008). Keseimbangan dibutuhkan untuk

mempertahankan stabilitas dan posisi tubuh ketika sedang bergerak dari satu

posisi ke posisi yang lain. (Lee dan Scudds, 2003) Keseimbangan dapat diartikan

juga sebagai kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi (center of

gravity) atas dasar dukungan bidang tumpu (base of support) (Mauk, 2010).

Keseimbangan dikelompokkan dalam dua tipe yaitu : Keseimbangan

statis yang berperan mempertahankan posisi tubuh pada saat tidak bergerak

atau berubah. Contohnya pada saat berdiri dengan bertumpu pada satu kaki,

berdiri di atas papan keseimbangan dan keseimbangan dinamis yang

menggambarkan kemampuan mempertahankan keseimbangan dimana tubuh

selalu bergererak atau berubah, contohnya keseimbangan pada saat berjalan.

Keseimbangan dinamis melibatkan kemampuan kontrol tubuh karena tubuh

bergerak dalam ruang ( Howe et al., 2008).

Kemampuan mengontrol keseimbangan sangat perlu karena dalam

melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS), tubuh hampir selalu berubah

pusat massanya (COM = center of mass) dan landasan penunjangnya (BOS =

base of support). Fungsi menegakkan tubuh dari kontrol keseimbangan

Page 43: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

26

26

memungkinkan seseorang bergerak dari satu postur ke postur lain sambil menjaga

kestabilan secara statistik maupun dinamik. Dalam penelitian ini responden akan

dinilai kemampuannya untuk melakukan AKS menggunakan Index Barthel (IB).

Index Barthel (IB) mengukur kemandirian dalam melakukan AKS dan

mobilitas yang didasarkan pada pengamatan langsung, dengan menilai AKS yang

benar-benar dikerjakan pasien sehari-harinya dan bukan menilai apa kemampuan

pasien. IB terdiri dari 10 item yang diberi skor 0, 1, 2 dengan nilai total

maksimum 20 poin. Interpretasi skor total IB adalah 20 berarti mandiri, 12-19

ketergantungan ringan, 9-11 ketergantungan sesang, 5-8 ketergantungan berat, 0-4

ketergantungan total.

2.4.2 Penyebab Gangguan Keseimbangan Tubuh

Gangguan keseimbangan yang terjadi pada lansia disebabkan oleh adanya

perubahan perubahan sistem neurologis atau saraf pusat, sistem sensoris terutama

sistem visual, propioseptif dan perubahan pada sistem vestibuler serta sistem

musculoskeletal (Miller, 2004). Keseimbangan lansia dapat dipengaruhi oleh

faktor internal (usia, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat jayuh, aktivitas fisik, status

nutrisi, hipotensi ortostatik dan takut jatuh ) dan faktor eksternal (lingkungan dan

penggunaan alas kaki ) Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara usia,

pekerjaan, riwayat jatuh, hipotensi ortostatik, status nutrisi, takut jatuh dengan

keseimbangan. Faktor internal lebih berhubungan dengan keseimbangan daripada

faktor eksternal (Achmanagara, 2012).

Page 44: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

27

27

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Annafisah dan Rosdiana (2012)

terdapat pengaruh senam lansia terhadap keseimbangan tubuh yang diukur

menggunakan Romberg Test pada lansia sehat dengan keeratan hubungan sedang

(r=0,495). Lansia yang melakukan senam memiliki keseimbangan tubuh yang

baik, sebanyak 97,56 % seimbang dan 2,44% tidak seimbang. Lansia yang tidak

senam memiliki keseimbangan tubuh yang lebih buruk, sebanyak 46,34%

seimbang dan 53,66% tidak seimbang

2.4.3 Dampak Gangguan Keseimbangan Tubuh

Akibat dari gangguan keseimbangan adalah jatuh dan sering menyebabkan

injuri, kehilangan kemandirian, kecacatan dan berkurangnya kualitas hidup

(Salzman, 2010). Jatuh menyebabkan kurangnya kapasitas dalam melakukan

kegiatan sehari hari, mengakibatkan keterbatasan fisik, kegagalan sistem

musculoskeletal dan sistem pernapasan, fraktur pada pinggul, ulna, humerus.

Jatuh juga mengakibatkan luka memar, luka lecet, terkilir subdural hematom dan

bahkan kematian (Johnston, 2000). Resiko terjadinya jatuh pada lansia dapat di

kurangi dengan meningkatkan keseimbangan lansia (Singh, 2000).

2.4.4 Pengukuran Keseimbangan

Ada bermacam macam cara untuk mengukur keseimbangan, antara lain :

a. Platform Stabilometri

Page 45: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

28

28

Pasien berdiri tenang/diam di atas sebuah force platform dengan empat

transducer yang mengukur gaya yang menekan platform, dihubungkan untuk

dianalisis oleh komputer dengan perangkat lunak.

b. Test Romberg

Test Romberg menilai keseimbangan statik pada pasien yang berdiri tegak

dengan mata terbuka dan tertutup, diamati peningkatan goyangan, tremor atau

kehilangan keseimbangan. Pada kelainan propioseptif, pasien dapat memelihara

keseimbangan saat mata terbuka, tetapi kehilangan keseimbangan saat menutup ke

dua matanya. Ini disebut tanda dari Romberg. Pada kelainan serebelum, pasien

tidak dapat memelihara keseimbangan dan akan terjatuh baik saat mata terbuka

maupun mata tertutup (Annafisah, 2012).

c. Skala/indeks keseimbangan

Mengukur keseimbangan lebih mudah dengan menggunakan skala/indeks,

sehingga dapat dinilai dengan skor dan dengan demikian dapat mengetahui

derajat/tingkat keseimbangan dengan lebih akurat.

d. Berg Balance Scale (BBS)

Pengukuran terhadap satu seri keseimbangan yang terdiri dari 14 jenis tes

keseimbangan statis dan dinamis dengan skala 0-4 (skala didasarkan pada kualitas

dan waktu yang diperlukan dalam melengkapi test). Alat-alat yang dibutuhkan

dalam melakukan test keseimbangan dengan cara Berg Balance Scale adalah

stopwatch, kursi dengan penyangga lengan, meja, obyek untuk dipungut dari

lantai, blok (step stool) dan penanda. Waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 10-15

Page 46: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

29

29

menit. Pada test keseimbangan dengan cara ini pasien dinilai waktu melakukan

hal-hal seperti duduk ke berdiri, berdiri tak tersangga, duduk tak tersangga,

berdiri ke duduk, transfer, berdiri dengan mata tertutup, berdiri dengan kedua kaki

rapat, meraih ke depan dengan lengan terulur maksimal, mengambil obyek dari

lantai, berbalik untuk melihat ke belakang, berbalik 360 derajad, menempatkan

kaki bergantian ke blok (step stool), berdiri dengan satu kaki di depan kaki yang

lain , berdiri satu kaki. Nilai total skor adalah 56.

Reliabilitas rates dan interrater tinggi pada pasien stroke dan usia lanjut.

Validitas mempunyai korelasi yang signifikan dengan perkembangan pasien

stroke. Keunggulan dari tes ini adalah meliputi banyak tes keseimbangan,

khususnya tes fungsional baik statis maupun dinamis. Kelemahan dari tes Berg

Balance Scale ini adalah keterbatasan dalam menilai gangguan keseimbangan

ringan dan sedang.

Pada penelitian ini dipakai Test Romberg untuk menilai keseimbangan

lansia. Tes Romberg ini menilai keseimbangan statik pada pasien yang berdiri

tegak dengan mata terbuka dan tertutup sebagai organ visual, sementara sebagai

organ propioseptif adalah peningkatan goyangan, tremor dan kehilangan

keseimbangan. Test Romberg digunakan untuk menilai propioseptif yang dapat

menggambarkan sehat tidaknya fungsi collumna dorsalis pada medulla spinalis.

(Annafisah, 2012)

Page 47: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

30

30

2.5 Program Senam Lansia

2.5.1 Senam Kesegaran Jasmani Lansia

Senam lansia merupakan rangkaian gerakan yang dirancang khusus bagi

para lanjut usia. Gerakan gerakan pada Senam Lansia low impact dan bukan high

impact merupakan rangkaian gerakan ringan kegiatan sehari hari dengan diiringi

musik yang lembut dan tidak menghentak–hentak sehingga menimbulkan suasana

santai. Gerakan otot yang dipilih adalah gerakan otot yang tidak terlalu

menimbulkan beban dan setiap gerakan dibatasi sampai 16 hitungan. Senam

lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA)

merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang

jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan

diberbagai tempat seperti di Panti Wredha, Posyandu, Klinik Kesehatan dan

Puskesmas (Suroto, 2004).

Senam lansia ini dirancang khusus untuk membantu para lansia agar dapat

mencapai usia lanjut yang sehat, bahagia dan sejahtera. Gerak-gerakannya ringan

dan mudah dilakukan, tidak memberatkan lansia. Aktivitas olahraga ini akan

membantu tubuh agar tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat,

mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas

di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan

terarah secara terencana diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan

maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga (Tilarso,1988).

Page 48: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

31

31

2.5.2 Manfaat Senam Kesegaran Jasmani Lansia

Manfaat utama senam lansia adalah melatih fisik, fokus pada kekuatan

tulang, melibatkan otot otot besar. Efek lain yang didapat dari senam lansia

disebutkan para peserta menyatakan bisa tidur lebih nyenyak. Senam lansia ini

juga dapt menjaga pikiran lebih segar sehingga dapat mempertahankan daya

ingatnya, terlebih dengan terus menghafal gerak-gerakan senam lansia, akan

melatih kemampuan daya ingat lansia ( Tilarso, 1998). Orang yang melakukan

senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri

dari unsur kekuatan otot, kelenturan persendian, kelincahan gerak, keluwesan,

cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness (Buchner et al. 1992). Setiap

orang yang melakukan senam, peredaran darah akan lancar dan jumlah volume

darah juga akan meningkat, 20% darah terdapat di otak, sehingga melalui senam

lansia akan terjadi proses endorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang

dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan

menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimal yang di

dapat adalah lansia merasa senantiasa bergembira, berbahagia, bisa tidur lebih

nyenyak dan pikiran pikiran tetap segar ( Tilarso, 1988).

Dari beberapa studi ilmiah pada kelompok lansia telah dibuktikan bahwa

dengan aktivitas fisik secara teratur dapat menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi juga memperlambat proses degenerative dan meningkatkan

kebugaran fisik dan otak (Budiharjo, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Wijianto (2013) dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh senam

kesegaran jasmani lanjut usia dan senam yoga terhadap peningkatan

Page 49: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

32

32

keseimbangan dinamis. Dimana hasilnya senam kesegaran jasmani lanjut usia

lebih baik peningkatan keseimbangan dinamisnya dibandingkan senam yoga.

Penelitian menunjukan saat melakukan aktivitas fisik juga dapat langsung

menstimulasi otak. Olah raga yang teratur dapat meningkatkan protein di otak

yang disebut Brain Derived Neurotropic Factor (BDNF) (Turana, 2013). Protein

BDNF ini berperan penting dalam menjaga sel saraf tetap bugar dan sehat. Telah

banyak penelitian mengenai peranan BDNF terhadap fungsi memori. Kadar

BDNF yang rendah berhubungan dengan gejala penyakit kepikunan. Dengan

olahraga yang teratur akan dapat meningkatkan kadar BDNF ini. Fakta inilah

yang dapat menjelaskan bahwa lansia yang banyak melakukan aktivitas fisik yang

menyenangkan mempunyai fungsi kognitif yang lebih baik. Hal tersebut sejalan

dengan penelitian Yaffe dkk. (2002) terhadap 5.925 wanita berusia diatas 65

tahun tentang manfaat berjalan terhadap gangguan kognitif. Kemudian dilakukan

follow up selama delapan tahun, hasilnya kelompok wanita yang berjalan lebih

jauh akan mengalami penurunan kognitif lebih lambat dibandingkan dengan

kelompok wanita yang jarak jalannya lebih dekat.

Senam kesegaran jasmani lansia merupakan latihan fisik yang memberikan

pengaruh pada kebugaran otak manusia. Latihan ini merupakan penyelarasan

fungsi gerak, pernafasan dan pusat berpikir (memori dan imajinasi). Rangkaian

gerakan yang terangkum dalam latihan senam tidak hanya melibatkan pusat-pusat

gerakan otot-otot terentu di otak (homunculus) dengan corpus calosum (gerakan

menyilang), tetapi juga melibatkan beberapa pusat yang lebih tinggi di otak (High

Cortical Functions) (Markam,2005).

Page 50: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

33

33

Gerakan-gerakan dalam senam dapat merangsang kerja sama antar belahan

otak dan antar bagian-bagian otak termasuk serebelum serta aktivitas di level

kortikal meningkat. Hal ini dapat meningkatkan kerjasama sel saraf dan

memperbanyak terbentuknya cabang-cabang julur sel yang saling berhubungan

dengan sinapsisnya sehingga dapat meningkatkan fungsi kerja otak. Kemudian

reseptor sensoris (vestibuler, visual, dan propioseptif) akan ikut terstimulasi

kemudian stimulus diubah menjadi impuls saraf yang akan dibawa dan diteruskan

ke otak, kemudian semua informasi sensoris dikumpulkan di thalamus dan

informasi tersebut dikirim dan diolah di otak kecil, pusat gerakan otot di

homunculus, pusat rasa sikap dan rasa gerakan di corpus calosum lalu

dipersepsikan oleh lobus frontalis (area motor dan kognisi) dan amigdala (pusat

emosi) yang mana informasi dari emosi diubah menjadi pola reaksi melalui reflek

vestibule-ocular dimana potensial aksi masuk ke serabut otot melalui sinapsis

antara serabut saraf dan otot (neuromuscular junction). Adanya aktivitas dari otot

yang berkontraksi, dapat memelihara dan meningkatkan otot-otot sehingga

stabilitas dan keseimbangan tubuh juga meningkat (Markam, 2005)

Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan

fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh

manusia setelah latihan teratur. Manfaat senam lansia lainnya yaitu terjadi

keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast. Apabila senam terhenti maka

pembentukan osteoblast berkurang sehingga pembentukan tulang berkurang dan

dapat berakibat pada pengeroposan tulang. Senam yang diiring dengan latihan

stretching dapat memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah

Page 51: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

34

34

serabut otot ad impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur

(recking) maka muscle spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik

menarik, akibatnya otot menjadi kenyal.

Orang yang melakukan peregangan akan menambah cairan sinovial

sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004). Olahraga

yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang akan

memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolik

yang dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase

(proses masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik, bertambahnya aliran

darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin

dan mitokondria serta meningkatknya enzim-enzim untuk proses oksigenasi

jaringan (Kusmana, 2006). Sedangkan menurut Depkes (2003) olah raga dapat

memberi beberapa manfaat, yaitu : meningkatkan peredaran darah, menambahkan

kekuatan otot, dan merangsang pernapasan dalam. Selain itu dengan olahraga

dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran

pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan

melenturkan kulit, merangsang kesegran mental, membantu mempertahankan

berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.

Kebugaran Jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan

pekerjaan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan berarti dan memiliki cadangan

tenaga tambahan untuk melakukan pekerjaan tambahan. Komponen-komponen

kebugaran jasmani terdiri dari : Kekuatan (Strenght), Daya Tahan (Endurance),

Daya Otot (Muscular Power), Kecepatan (Speed), Daya lentur (Flexibility),

Page 52: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

35

35

Kelincahan (Agility), Koordinasi (Coordination), Keseimbangan (Balance),

Ketepatan (Accuracy), Reaksi (Reaction).

2.5.3 Gerakan Senam Kesegaran Jasmani Lansia

Prinsip senam lansia yaitu gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah),

bersifat progresif (bertahap meningkat), diawali dengan pemanasan, gerakan inti

dan diakhiri dengan pendinginan pada setiap latihan. Lama latihan berlangsung

15–45 menit, dengan frekwensi latihan perminggu minimal tiga kali dan optimal

dilakukan lima kali per minggu (Sumintarsih, 2006).

2.5.3.1 Pemanasan

Latihan pemanasan terdiri atas sembilan gerakan, masing-masing

dilakukan 2 x 8 hitungan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan

menyiapkan fungsi organ tubuh mampu menerima pembebanan yang lebih berat

pada saat latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan

antara lain detak jantung telah mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu tubuh

naik 10 C–2

0 C dan badan berkeringat. Pemanasan yang dilakukan dengan benar

akan mengurangi cidera atau kelelahan.

2.5.3.2 Gerakan Inti

Setelah pemanasan cukup dilanjutkan tahap gerakan inti atau kondisioning

yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai

dengan tujuan program latihan.

Page 53: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

36

36

2.5.3.3 Pendinginan

Pendinginan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap

ini bertujuan mengembalikan kondisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan

melakukan serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan

menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh dan semakin

berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan mengembalikan darah ke jantung

untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah di otot kaki dan tangan.

Jadi secara teoritis berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, aktifitas fisik

berupa senam secara teratur sangat bermanfaat untuk kebugaran fisik, otak dan

fungsi keseimbangan lansia.

Page 54: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

37

37

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Gangguan yang sering ditemui pada lanjut usia sebagai akibat proses

penuaan adalah gangguan fungsi kognitif dan gangguan keseimbangan tubuh.

Perubahan sistem neurologis pada lansia mengakibatkan perubahan kognitif,

penurunan waktu reaksi dan masalah keseimbangan.

Fungsi kognitif dan gangguan keseimbangan yang terjadi pada lansia

disebabkan adanya perubahan perubahan sistem neurologis terutama sistem

visual, propioseptif dan perubahan pada sistem vestibuler serta sistem

musculoskeletal. Faktor internal seperti umur, jenis kelamin, pendidikan dan

pekerjaan juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan pada

lansia.

Salah satu faktor yang diperkirakan mempengaruhi fungsi kognitif dan

keseimbangan tubuh lansia adalah aktivitas fisik. Berbagai intervensi eksternal

yang dilaksanakan secara berkesinambungan akan dapat memperlambat proses

degenerasi tersebut, terutama terhadap stimulasi otak termasuk senam kesegaran

jasmani lansia. Proses degeneratif otak juga bisa dihambat dengan berbagai cara

antara lain aktivitas fisik, faktor internal , dan faktor eksternal.

Senam kesegaran jasmani lansia merupakan rangkaian gerak yang

dirancang khusus bagi lansia, selain memiliki dampak positif terhadap

peningkatan fungsi organ tubuh juga bermanfaat mempertahankan kekuatan otak.

Page 55: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

38

38

Senam kesegaran jasmani yang dilakukan secara berkesinambungan dapat

langsung menstimulasi otak dan mencegah terjadinya ganguan fungsi kognitif.

Berikut ini kerangka konsep berpikir untuk memperlambat proses degeneratif

pada otak.

3.2 Konsep Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Variabel Perancu

Gambar 3.1 : Konsep Penelitian

Sumber : Modifikasi : Yafe et al. (2001) ; Ho et al. (2001)

Keterangan :

• : Variabel diteliti

• : Variabel tidak diteliti

Fungsi

Kognitif dan

Keseimbangan

Tubuh

Senam

Kesegaran

Jasmani

(SKJ)

Faktor Internal

• Umur

• Jenis Kelamin

• Pendidikan

• Pekerjaan

Faktor Ekternal

• Penyakit

• Hobi

Proses

Degenerasi Otak

Page 56: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

39

39

3.3 Hipotesis Penelitian

a. Ada Gambaran Karaktristik lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri

Kauh.

b. Ada hubungan antara SKJ Lansia dengan Fungsi Kognitif lansia di

posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh.

c. Ada hubungan antara SKJ Lansia dengan Keseimbangan tubuh lansia di

posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh.

d. Ada perbedaan fungsi kognitif pada kelompok lansia yang melakukan SKJ

lansia secara teratur dengan kelompok lansia yang tidak melakukan SKJ

lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh.

e. Ada perbedaan keseimbangan tubuh pada kelompok kelompok lansia yang

melakukan SKJ lansia secara teratur dengan kelompok lansia yang tidak

melakukan SKJ lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh.

f. Ada faktor yang berpeluang berhubungan dengan fungsi kognitif lansia di

posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh.

g. Ada faktor yang berpeluang berhubungan dengan keseimbangan tubuh

lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh.

Page 57: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

40

40

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik kuantitatif

yaitu suatu metode penelitian yang dilakakukan untuk mencari korelasi antara

variabel terikat dengan variabel bebas. Pada penelitian ini dilakukan analisis

terhadap data (Sastroasmoro dan Ismail, 2011). Jenis pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu suatu penelitian yang

pengukuran variabel-variabelnya dilakukan pada suatu saat tertentu dan hanya

satu kali (Sastroasmoro dan Ismail, 2011).

Rancangan studi croos sectional dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah

ini.

Gambar 4.1 Struktur studi cross sectional

Sumber : Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis (Sastroasmoro dan

Ismael) 2011.

Kelompok

Lansia SKJ

Gangguan

Keseimbanga (-) /(+)

Fungsi Kognitif

Normal/Tidak

Fungsi Kognitif

Normal/Tidak

Gangguan

Keseimbanga (-) /(+)

Kelompok

Lansia tidak

SKJ

Page 58: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

41

41

Sesuai dengan gambar tersebut diatas, pada penelitian ini dinilai pengaruh

SKJ lansia terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia, baik pada

kelompok lansia yang melakukan SKJ ataupun kelompok lansia yang tidak

melakukan SKJ, fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia diperiksa pada

saat yang bersamaan (Sastroasmoro, 2011).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dipilih dalam satu desa, yaitu pada tiga posyandu

lansia yang aktif melakukan senam di Desa Dauh Puri Kauh (Posyandu Lansia

Banjar Pengiasan, Posyandu Lansia Banjar Braban dan Posyandu Lansia Banjar

Jematang ) sedangkan sebagai kontrol dipilih tiga posyandu lansia yang tidak

pernah melakukan senam lansia yaitu Posyandu Lansia Banjar Abian Tegal,

Posyandu Lansia Banjar Seblanga dan Posyandu Lansia Banjar Bumi Werdi. Ke

enam posyandu tersebut dipilih pada satu desa dengan pertimbangan faktor

waktu dan biaya serta diharapkan penduduknya mempunyai karakteristik yang

sama, tidak dipengaruhi faktor tempat (geografis).

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – April 2015.

4.3 Penentuan Sumber Data

4.3.1 Data Primer

Data Primer terdiri dari karakteristik responden meliputi : Nama, umur,

alamat, jenis kelamin, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan dan hobby/aktivitas

dalam kegiatan sehari hari , riwayat penyakit yang pernah diderita. Data primer

Page 59: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

42

42

diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan

bantuan kuesioner checklist.

4.3.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Laporan Tahunan Puskesmas II Denpasar Barat

dan catatan lain yang terdapat di puskesmas.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan

fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia baik pada kelompok lansia yang

melakukan SKJ lansia ataupun kelompok kontrol.

4.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah : Senam Kesegaran Jasmani Lansia

4.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah : Kemampuan fungsi kognitif dan

keseimbangan tubuh lansia.

4.4.3 Variabel Perancu

Variabel kontrol pada penelitian ini adalah : umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, hobi dan penyakit.

4.4.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional variabel dalam penelitian ini disajikan dalam

bentuk tabel seperti dibawah ini:

Page 60: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

43

43

Tabel 4.1

Tabel Definisi Operasional Variabel

No Variable Definisi

Operasional

Instrumen

/Alat Ukur

Sakala

pengukur

an

Catatan tentang

rencana analisis

Variabel Terikat

1.

2.

Fungsi Kognitif

Keseimbangan

Lansia

Kemampuan

berpikir dan

mengamati, yang

mengakibatkan

orang memperoleh

pengertian atau

dibutuhkan untuk

menggunakan

pengertian, yang

diukur

menggunakan uji

MoCA-Ina

Keadaan stabil

dimana proyeksi

dari pusat masa

tubuh jatuh di dalam

landasan penunjang

dan resultan dari

gaya-gaya yang

bekerja padanya

sama dengan nol.

Kuesioner

MoCA Ina

Romberg

Test

nominal

nominal

1=Nilai ≥ 26

= Normal

0=Nilai < 26

= Tidak Normal

1= positif (ada

gangguan

keseimbangan)

2= negative (tidak

ada gangguan

keseimbangan)

Variabel Bebas

3

.

Senam

Kesegaran

Jasmani Lansia

Senam Kesegaran

Jasmani Lansia

adalah jenis senam

yang diajarkan pada

kelompok posyandu

lansia yang

dilakukan 3 kali

dalam seminggu dan

Daftar

Hadir

nominal 1 = senam

2 = tidak senam

Page 61: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

44

44

45 menit setiap kali

senam

Variabel Perancu

- Jenis Kelamin

- Umur

- Pendidikan

- Status

Pekerjaan

- Hobi

- Riwayat

Penyakit

Jenis kelamin

Lansia

Umur Lansia

Pendidikan terakhir

Lansia

Status Pekerjaan

Lansia saat ini

Aktivitas yang

disenangi Lansia

Penyakit Kronis

yang diderita Lansia

Medical

record

Wawancara

Medical

record

Wawancara

Wawancara

Wawancara

nominal

interval

nominal

Nominal

Nominal

nominal

1= Laki-laki

2=Perempuan

1=60-74 tahun

2=74-80 tahun

1= tidak sekolah

2= sekolah

1= Tidak bekerja

2= Masih bekerja

saat ini

1=memiliki paling

sedikit 1 jenis

hobby

2=tidak memiliki

hobby sama sekali

1=bila tidak

memiliki penyakit

kronis

2= bila memiliki

sedikitnya 1 jenis

penyakit kronis

4.5 Instrumen Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

a. Kuesioner untuk menilai karakteristik penduduk

b. Formulir MoCA-Ina untuk mengukur fungsi kognitif lansia.

c. Formulir pemeriksaan keseimbangan dengan cara test Romberg .

Page 62: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

45

45

d. Formulir Barthel Index untuk menilai kemandirian responden

e. Uji validitas dan Uji reliabilitas

Sebelum melakukan penelitian dilakukan uji validitas dan reliabilitas atas

kuesioner /checklist melalui uji coba kuesioner /checklist. Azwar (2003)

menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh

mana ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur (tes) dalam

melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dilakukan memiliki validitas yang tinggi

apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil

ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil

ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara

tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur.

Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila

dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang

sama, diperoleh hasil pengukuran yang relative sama, selama aspek yang diukur

dalam diri subyek memang belum berubah. Reliabiltas merupakan salah satu ciri

atau karakter utama instrument pengukuran yang baik (Azwar, 2003).

Dalam penelitian ini instrument yang dipakai adalah kuesioner /checklist

MoCa-Ina yang sudah baku dan menurut Yan dkk. (2002) dalam penelitiannya

mendapatkan bahwa MoCA-Ina lebih sensitive dibandingkan MMSE untuk

mendeteksi gangguan kognitif setelah stroke akut. Test Validasi MoCA-Ina telah

dilakukan di Indonesia, dari hasil penelitian ini didapatkan nilai Kappa total dua

orang dokter adalah 0,820. Didapatkan kesimpulan bahwa tes MoCA versi

Page 63: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

46

46

Indonesia (MoCA Ina) telah valid menurut kaidah validasi transkultural sehingga

dapat digunakan. Namun karena diterjemahkan dalam bahasa Indonesia maka

terdapat pernyataan yang diubah sehingga dilakukan uji coba instrumen.

Uji coba instrumen dilakukan pada 10 orang responden di Posyandu

Lansia Desa Dauh Puri Klod dengan mempertimbangkan karakteristik yang

hampir sama dengan kriteria inklusi yaitu berusia 60-80 tahun, dapat melakukan

aktivitas sehari hari yang dinilai dengan menggunakan Barthel Indeks. Subyek

termasuk kategori mandiri dengan Skor BI: 18 – 20, dapat berkomunikasi secara

verbal .

Hasil uji coba instrument didapatkan dari lima orang lansia yang rutin

melakukan senam kesegaran jasmani, empat orang (80%) memiliki fungsi kognitif

normal dan tiga orang (60%) memiliki keseimbangan tubuh yang baik, sementara

dari lima orng lansia yang tidak melakukan senam dua orang (40%) memiliki

fungsi kognitif normal, dan dua orang (40%) memiliki keseimbangan tubuh yang

baik.

4.6 Populasi dan Sampel Penelitian

4.6.1 Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di

Desa Dauh Puri Kauh yang berjumlah 703 orang, sedangkan populasi terjangkau

adalah seluruh kelompok lansia yang aktif datang ke posyandu lansia terpilih .

Berdasarkan catatan dari petugas lansia, jumlah seluruh lansia yang aktif datang

di posyandu lansia rata-rata sebanyak 25–30 orang.

Page 64: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

47

47

4.6.2 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah lansia yang berkunjung pada posyandu

lansia yang dipilih dengan cara proportio stratified random sampling yaitu teknik

pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata proporsional

yang berdasarkan kelompok posyandu yang berada di desa Dauh Puri Kauh baik

yang melakukan senam dan yang tidak melakukan senam. Sampel dalam

penelitian ini dipilih dengan mempertimbangkan subyek penelitian yang cukup

dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Adapun kriteria inklusi adalah :

a. Berusia lebih dari 60 – 80 tahun, baik laki-laki maupun perempuan.

b. Telah melakukan senam secara rutin tiga kali seminngu, selama 10 minggu.

c. Bersedia diteliti dan menjadi responden yang dinyatakan dengan

menandatangani surat persetujuan (informed consent).

d. Dapat melakukan aktivitas sehari hari yang dinilai dengan menggunakan

Barthel Indeks. Subyek termasuk kategori mandiri bila Skor BI: 18 – 20

e. Dapat berkomunikasi secara verbal .

Sedangkan kriteria eksklusi adalah :

a. Pada pemeriksaan fisik dijumpai kelainan yang tidak memungkinkan

mengikuti senam, atau dengan pemeriksaan menggunakan kriteria Barthel

Indeks skornya kurang dari 18

b. Lansia yang mengalami sakit saat penelitian berlangsung.

Page 65: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

48

48

4.6.3 Besaran Sampling

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus perkiraan

(estimasi) untuk penelitian uji hipotesa terhadap rerata dua populasi independen

(Suprianto, 2000).

2

n 1= n2 = 1 2 (Zα + Zβ) SD

1- f (X1 –X2)

n = Besar Sampel

Zα = Harga kurva normal tingkat kesalahan yang ditentukan dalam

penelitian pada CI 95% ( α = 0,05), maka Zα = 1,96

Zβ = Kesalahan tipe II, ditetapkan sebesar 20 %, maka Z = 0,84

S = Simpangan baku dari selisih jilai antar kelompok

(X1-X2) = selisih minimal yang dianggap bermakna, dari studi

kepustakaan penelitian serupa didapatkan 1,96 (x1=23,44,

x2=21,44)

F = kemungkinan sampel drop out (DO) selama program

berlangsung, dalam hal ini diperkirakan 10% = 0,1

Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel didapatkan pada masing-

masing kelompok adalah : 23,73 dibulatkan menjadi 30 orang. Sedangkan untuk

posyandu kontrol total sampel yang diambil 30 orang Jadi total sampel yang

dibutuhkan pada penelitian ini adalah 60 0rang

Page 66: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

49

49

4.6.4 Cara Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara proportio

stratified random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari anggota

populasi secara acak dan berstrata proporsional yang berdasarkan kelompok

posyandu yang berada di desa Dauh Puri Kauh baik yang melakukan senam dan

yang tidak melakukan senam. Dari 60 responden tersebut akan diambil secara

acak proporsional tiap lansia dari enam posyandu lansia dengan menggunakan

rumus sebagaiberikut (Suprianto,2000).

ni= ___Ni___ n

N

Keterangan :

ni= jumlah sampel tiap posyandu

n= jumlah sampel seluruhnya

Ni= jumlah populasi tiap posyandu

N= jumlah populasi seluruhnya

Sehingga didapatkan besar sampel tiap posyandu lansia adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Besar Sampel Tiap Posyandu

Pos

yan

du

Melakukan Senam Lansia Tidak Melakukan Senam

Banjar

Jematang

Banjar

Pengiasan

Banjar

Braban

Banjar

Bumi

Werdi

Banjar

Abian

Tegal

Banjar

Seblanga

Ni 140 128 155 64 82 63

ni 10 9 11 9 12 9

Page 67: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

50

50

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Tahap Penyelesaian Administrasi Penelitian

4.7.1.1 Menyelesaikan surat administrasi tentang persetujuan etik penelitian

kepada komite etik penelitian Universitas Udayana.

a. Menyerahkan surat ijin penelitian resmi dari lembaga pendidikan kepada

Kepala Puskesmas II Denpasar Barat dan Kepala Desa Dauh Puri Kauh

b. Memberikan penjelasan penelitian kepada Kader Posyandu dan pemegang

program lansia tentang rencana penelitian, jadwal dan jalannya penelitian.

c. Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penelitian.

4.7.2 Tahap Persiapan

4.7.2.1 Persiapan Sumber Daya Manusia

a. Penulis dibantu tenaga paramedis untuk melakukan pemeriksaan fisik, dan

wawancara karakteristik responden.

b. Penulis sendiri yang melakukan pemeriksaan fungsi kognitif dan

keseimbangan lansia responden.

c. Meminta beberapa kader posyandu setempat untuk ikut membantu mengawasi

pelaksanaan penelitian ini.

4.7.2.2 Persiapan Sarana dan Prasarana

a. Mempersiapkan tempat , administrasi pemeriksaan dan latihan senam.

b. Mempersiapkan alat penunjang kegiatan administrasi (ATK)

c. Mempersipkan alat pemeriksaan : Tensimeter, Alat Timbang Badan, Alat ukur

tinggi badan

Page 68: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

51

51

4.7.2.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

a. Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan di enam Posyandu Lansia Desa

Dauh Puri Kauh, yaitu tiga Posyandu Lansia yang melakukan senam kesegaran

jasmani selama tiga kali seminggu dan tiga Posyandu Lansia yang tidak

melakukan senam kesegaran jasmani. Kegiatan pengumpulan data bagi responden

lansia yang melaksanakan senam kesegaran jasmani dilakukan pada saat kegiatan

senam yaitu Posyandu Banjar Jematang pada tanggal 19 Februari 2015, Posyandu

Lansia Banjar Braban pada tanggal 22 Februari 2015 dan Posyandu Lansia Banjar

23 Februari 2015 sedangkan pengumpulan data pada tiga Posyandu yang belum

melaksanakan senam kesegaran jasmani dilakukan pada saat kegiatan posyandu

yaitu Posyandu Lansia Banjar Abian Tegal pada tanggal 21 Februari, Posyandu

Lansia Banjar Bumi Werdi pada tanggal 9 Maret 2015 dan Posyandu Lansia

Banjar Seblanga pada tanggal 12 Maret 2015.

b. Mencatat identitas lansia meliputi umur, pendidikan, riwayat pekerjaan,

riwayat penyakit dan hobby sesuai dengan kuesioner.

c. Populasi terjangkau lansia menjalani serangkaian anamnesa dan

pemeriksaan fisik untuk menentukan kriteria inklusi dan eksklusi, setelah

dinyatakan lulus maka akan ditetapkan sebagai sampel penelitian dengan

jumlah 60 orang.

d. Mengisi formulir informed consent sebagai tanda bukti bersedia mengikuti

penelitian

Page 69: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

52

52

e. Dilakukan pengukuran fungsi kognitif dengan menggunakan kuesioner

Moca-Ina dan pengukuran test keseimbangan dengan test Romberg.bagi

sampel terpilih.

f. Data yang sudah didapat dilakukan tabulasi data dan analisis statistik dengan

menggunakan komputer.

g. Dari analisis data dibuat kesimpulan hasil dan dilanjutkan dengan

penyusunan laporan.

4.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

4.8.1 Teknik Pengolahan

Data – data yang sudah terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Cleaning data

Data yang telah diperoleh dikumpulkan untuk dilakukan pembersihan data

yaitu mengecek data yang benar saja yang diambil sehingga tidak terdapat

data yang meragukan/salah.

b. Editing data

Editing data merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian

kuesioner MoCa-Ina, dan hasil test Romberg, apakah jawaban yang ada

sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten. Kegiatan ini bertujuan untuk

memastikan apakah data yang diperoleh bersih dan lengkap (data terisi

semua) serta konsisten. Data yang terkumpul terkait identitas responden dan

Page 70: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

53

53

rekapitulasi fungsi kognitif dan hasil penilaian test keseimbangan tubuh

dilakukan kelengkapan pengisiannya.

c. Coding data

Coding data merupakan kegiatan mengubah bentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan (memberi kode). Kegiatan ini bertujuan untuk

memudahkan dalam pengolahan data dan analisa data, khususnya pada saat

memasukkan (entry) data. Kode yang digunakan berupa angka yang

disesuikan dengan masing-masing variable. Fungsi kognitif normal diberi

kode “1” dan fungsi kognitiftidak normal dengan kode “2”, Lansia yang tidak

memiliki keseimbangan tubuh diberi kode “1” sedangkan Lansia yang

memiliki keeimbangan tubuh diberi kode “2”.

c. Tabulating data.

Menyusun atau menghitung data hasil pengkodean untuk disajikan dalam

bentuk tabel.

d. Entering

Data yang sudah diseleksi dimasukkan ke dalam komputer untuk dilakukan

pengolahan selanjutnya.

4.8.2 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah langkah sebagai berikut :

4.8.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran dari masing-masing

variable, yaitu variabel disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel distribusi

Page 71: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

54

54

frekuensi. Analisis Univariat untuk menggambarkan/mendeskripsikan variabel

bebas yaitu Senam Kesegaran Jasmani serta variabel perancu yaitu umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, penyakit , hobby serta variabel tergantung yaitu

fungsi kognitif lansia dan keseimbangan tubuh lansia dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan persentasi .

4.8.2.2 Analisis Bivariat

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pengaruh antara SKJ dan

Fungsi Kognitif Lansia serta Gangguan Keseimbangan Tubuh Lansia digunakan

metode chi-square test. Chi-square adalah salah satu jenis uji komparatif yang

dilakukan pada dua variabel dimana skala data kedua variabel adalah nominal,

berguna untuk mengukur kuatnya hubungan antara variabel terikat (Fungsi

Kognitif dan Keseimbangan tubuh Lansia) dan variabel bebas Senam Kesegaran

Jasmani), kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui sebaran data dan serta

dapat digunakan untuk menganalisa secara deskriptif. Variabel yang ditabulasi

silangkan adalah (1) hubungan senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

kognitif (2) Hubungan senam kesegaran jasmani lansia dengan keseimbangan

tubuh.

Perhitungan analisis bivariat menggunakan uji chi-square sesuai dengan

persyaratan penggunaan uji chi-square untuk tabulasi silang 2 x 2, dengan sampel

adalah 60 orang (n>40 orang). Untuk menentukan apakah terjadi hubungan yang

bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat maka menggunakan p

value yang dibandingkan dengan tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 5 % atau

Page 72: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

55

55

0,05. Apabila p value ≤ 0,05, maka Ho ditolak, yang berarti ada hubungan

significant antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sedangkan apabila

p value > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang

signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Rumus Chi-square

Metode Chi-Square atau x2 untuk uji Goodness of fit Distribusi Normal

menggunakan pendekatan penjumlahan penyimpangan data observasi tiap kelas

dengan nilai yang diharapkan (Sastroasmoro, 2011).

X2 = (Oi - Ei )

Ei

Keterangan :

X2 = Nilai X2

Oi = Nilai Observasi

Ei = Nilai expected/harapan , luasan interval kelas berdasarkan tabel normal

dikalikan N (total frekuensi) (pi x N)

N = Banyaknya angka pada data (total frekuensi)

Pearson’s Chi-Square

( fij – Eij )2

X2

p = ∑ij Eij

Dalam melakukan uji kai kuadrat, harus memenuhi syarat :

1. Sampel dipilih secara acak

2. Semua pengamatan dilakukan dengan independen

3. Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1(satu). Sel-sel

dengan frekuensi harapan kurang dari lima tidak melebihi 20% dari total sel.

Page 73: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

56

56

4. Besar sampel sebaiknya > 40.

Keterbatasan menggunakan uji Kai Kuadrat adalah teknik uji kuadrad

memakai data yang diskrit dengan pendekatan distribusi kontinu. Dekatnya

pendekatan yang dihasilkan tergantung pada ukuran pada berbagai sel dari tabel

kontingensi. Untuk menjamin pendekatan yang memadai digunakan aturan dasar

“frekuensi harapan tidak boleh terlalu kecil” secara umum dengan ketentuan :

1. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 1 (satu).

2. Tidak lebih dari 20% sel mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 5 (lima)

Bila hal ini ditemukan dalam suatu tabel kontingensi, cara untuk

menanggulanginya adalah dengan menggabungkan nilai dari sel yang kecil ke sel

lainnya (mengcollaps), artinya kategori dari variabel dikurangi sehingga kategori

yang nilai harapannya kecil dapat digabung ke kategori lain. Khusus untuk tabel

2x2 hal ini tidak dapat dilakukan, maka solusinya adalah melakuakan uji “Fisher

Exact atau Koreksi Yatess”

Kriteria penerimaan dan penolakan Ho berdasarkan probabilitasnya , yaitu:

a. Bila p value < 0,05 maka Ho ditolak

b. Bila p value ≥ 0,05 maka Ho diterima

4.8.2.3 Analisis Multivariat

Apabila terdapat hubungan pengaruh antara variabel terkait dengan

variabel bebas, selanjutnya akan dilakukan uji multivariat atau uji secara bersama-

sama antara variabel-variabel bebas yang secara`bivariat berhubungan

/berpengaruh dengan variabel terikat Analisis multivariat untuk mengetahui

Page 74: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

57

57

hubungan beberapa variabel bebas dengan satu variabel terikat, dan variabel

bebas mana yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel bebas. Analisis

yang digunakan pada penelitian ini dengan tujuan mengestimasi secara valid,

hubungan satu variabel utama dengan variabel variabel bebas dengan mengontrol

beberapa variabel perancu, uji statistik yang digunakan adalah uji regresi logistik.

Uji regresi logistik dapat melihat peran masing-masing variabel terhadap

variabel terikat. Analisis yang dilakukan adalah dengan menggunakan analisis

faktor resiko terhadap variabel perancu ( umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

status pekerjaa, hobi dan penyakit)

Page 75: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

58

58

BAB V

HASIL PENELITIAN

Desa Dauh Puri Kauh adalah salah satu dari enam desa yang ada di

wilayah Puskesmas II Denpasar Barat dengan jumlah lansia sebanyak 703 orang

memiliki enam Posyandu Lansia dimana tiga posyandu mengadakan senam lansia

dan tiga posyandu lainnya tidak melakukan senam lansia, dengan jumlah kader

posyandu lansia sebanyak 30 orang. Kunjungan lansia ke posyandu rata-rata 25

orang per bulan.

Sebelum dilaksanakan pengumpulan data penulis melaksanakan

wawancara menggunakan kuesioner Barthel Indeks dan pemeriksaan kesehatan

meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, tekanan darah sewaktu duduk dan

tekanan darah sewaktu tidur untuk menganalisa responden yang masuk dalam

kriteria inklusi. Penulis mendapatkan responden yang memenuhi kriteria

diantaranya 10 responden di Posyandu Lansia Banjar Jematang, 9 responden di

Posyandu Lansia Banjar Pengiasan, 11 responden di Posyandu Lansia Banjar

Braban, 9 responden di Posyandu Lansia Banjar Bumi Werdi, 12 responden di

Posyandu Lansia Banjar Abian Tegal dan 9 responden di Posyandu Lansia Banjar

Seblanga dengan total responden 60 Lansia yang terdiri dari 30 Lansia yang

mengikuti senam kesegaran jasmani dan 30 Lansia yang tidak mengikuti senam

kesegaran jasmani.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner kepada lansia dengan bentuk

pertanyaan, sedangkan alat ukur untuk menilai kemampuan kognitif lansia

Page 76: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

59

59

digunakan kuesioner MoCA-Ina, sedangkan untuk menilai keseimbangan tubuh

lansia dilakukan pemeriksaan Romberg Test. Peneliti melakukan pengumpulan

data sebanyak 60 orang dan setelah data terkumpul peneliti melakukan

pengelompokan dan analisa data. Gambaran hasil penelitian yang dilaksanakan di

Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh adalah sebagai berikut :

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Gambaran Karakteristik Demografi Lansia

Table 5.1

Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,

Pendidikan, Pekerjaan, Hobi dan Riwayat Penyakit Lansia pada kelompok

Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh

Karakteristik Jumlah (n=60)

Frekwensi (f) Persentase (%)

Umur

60 - 74 tahun

74 - 80 tahun

55

5

91,7

8,3

Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

21

39

35,0

65,0

Pendidikan Sekolah

Tidak Sekolah

53

7

88,3

11,7

Pekerjaan Bekerja

Tidak Bekerja

48

12

80,0

20,0

Hobi Punya Hobi

Tidak Punya Hobi

32

28

53,3

46,7

Riwayat Penykit

Sakit

Tidak Sakit

29

31

48,3

51,7

Berdasarkan Tabel 5. 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar umur

responden adalah kelompok usia 60-74 tahun sebanyak 55 orang (91,7%).

Page 77: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

60

60

Dilihat dari jenis kelamin diketahui responden perempuan (65%) lebih

banyak daripada laki-laki, sedangkan dari riwayat pendidikan ditemukan lebih

banyak lansia yang sekolah (88,3%) dibandingkan dengan lansia yang tidak

sekolah . Hasil dari riwayat pekerjaan, lansia yang bekerja lebih banyak (80%)

dibandingkan lansia yang tidak bekerja (20%). Sebagian besar (53,3%) responden

dalam penelitian ini memiliki hobi dan responden yang tidak sakit (51,7%) lebih

banyak dibandingkan dengan responden yang sakit.

5.1.2 Distribusi Responden menurut Senam Kesegaran Jasmani, Fungsi

Kognitif dan Keseimbangan Tubuh

Hasil penelitian terhadap senam kesegeran jasmani, fungsi kognitif dan

keseimbangan tubuh lansia adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2

Distribusi Responden Menurut Senam Kesegaran Jasmani, Fungsi Kognitif

dan Keseimbangan Tubuh di Desa Dauh Puri Kauh

Variabel Jumlah (n=60)

Frekwensi (f) Persentase (%)

Senam Kesegaran Jasmani 1. Mengikuti

2. Tidak Mengikuti

30

30

50

50

Total 60 100

Fungsi Kognitif 1. Normal

2. Tidak Normal

30

30

50

50

Total 60 100

Keseimbangan 1. Seimbang

2. Tidak Seimbang

32

28

53,3

46,7

Total 60 100

Page 78: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

61

61

Berdasarkan Tabel 5.2 tergambarkan bahwa responden berjumlah 60

orang yang terdiri 30 orang lansia yang melakukan senam dan 30 orang lansia

yang tidak melakukan senam kesegaran jasmani, dari tabel tersebut juga dapat

disimpulkan bahwa 50 % responden memiliki fungsi kognitif normal sama

dengan lansia yang memiliki fungsi kognitif yang tidak normal dan sebagian besar

lansia memiliki keseimbangan yaitu 53,3% dan 46,7% tidak memiliki

keseimbangan.

5.2 Analisis Bivariat

Tabel 5.3

Hasil Analisis Bivariat Senam Kesegaran Jasmani dengan Fungsi Kognitif

Variabel Fungsi Kognitif OR (95 % CI) p

valu

e

Normal

n (%)

Tidak Normal

n (%)

Lower Upper

SKJ

Senam

Tidak Senam

24 (80,0)

6 (20,0)

6 (20,0)

24 (80,0)

16,000 4,515 56,698 0,000

Pada hasil analisis bivariat pada Tabel 5.3 tersebut diatas diperoleh bahwa

sebanyak 80% dari lansia yang melakukan senam kesegaran jasmani memiliki

fungsi kognitif normal, 20% memiliki fungsi kognitif yang tidak normal.

Sedangkan dari lansia yang tidak mengikuti senam kesegaran jasmani 80%

memiliki fungsi kognitif tidak normal, dan hanya 20% memiliki fungsi kognitif

yang normal dengan nilai p value 0,000 < α ( 0,05) maka dapat disimpulkan

bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang

Page 79: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

62

62

signifikan antara lansia yang mengikuti senam kesegaran jasmani dengan fungsi

kognitif lansia, dengan nilai OR sebesar 16,000 (95%CI: 4,515-56,698) yang

berarti bahwa lansia yang mengikuti senam kesegaran jasmani lansia berpeluang

16 kali lebih besar memiliki fungsi kognitif normal dibandingkan dengan lansia

yang tidak mengikuti senam kesegaran jasmani lansia.

Tabel 5.4

Hasil Analisis Bivariat Senam Kesegaran Jasmani dengan Keseimbangan

Tubuh

Variabel Keseimbangan OR (95 % CI) p

valu

e

Seimbang

n (%)

Tidak Seimbang

n (%)

Lower Upper

SKJ Senam

Tidak Senam

26 (86,7)

6 (20,0)

4 (13,3)

24 (80,0)

26,000 6,532 103,49 0,00

Pada hasil analisis bivariat pada tabel 5.4 pada lansia yang rutin

melakukan senam kesegaran jasmani diperoleh bahwa sebanyak 86,7% dari lansia

memiliki keseimbangan tubuh dan 13,3% mengalami gangguan keseimbangan

tubuh. Sedangkan pada kelompok lansia yang tidak mengikuti senam kesegaran

jasmani didapatkan 80% mengalami gangguan keseimbanagan dan hanya 20%

yang memiliki keseimbangan, dengan nilai p value 0,000 < α ( 0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa secara statistik Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang

signifikan antara senam kesegaran jasmani dengan keseimbangan tubuh, dengan

nilai OR sebesar 26,000 (95%CI: 6,532-103,498) yang berarti bahwa lansia yang

mengikuti senam kesegaran jasmani lansia berpeluang 26 kali lebih besar

Page 80: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

63

63

memiliki keseimbangan tubuh dibandingkan dengan lansia yang tidak melakukan

senam kesegaran jasmani lansia.

5.3 Analisis Multivariat

Teknik analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

model regresi logistik, teknik ini dipilih karena variabel terikat adalah nominal

(fungsi kognitif normal atau tidak normal dan keseimbangan tubuh : seimbang

atau tidak seimbang) dan variabel bebasnya adalah nominal (senam atau tidak).

Dengan teknik statistic multivariate dapat dilihat peran serta masing-masing

variabel bebas (Senam Kesegaran Jasmani) , termasuk juga variabel perancu

(umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat penyakit dan hobby)

terhadap kejadian efek yaitu fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia

(Sastroasmoro, 2011).

Rumus Regresi Logistik :

Ln (p/ (1-p) = a + b1x1 + b2x2 + ….…. +bixi

Keterangan :

Ln (p/(1-p) = logodd (logit). Logaritme natural dari odds…..

Odds : rasio probabilitas suatu peristiwa untuk terjadi dan probabilitas suatu

peristiwa untuk tidak terjadi.

a = konstanta (intersep)

b1, b2, …. bk = koefisien regresi variabel predictor (slope)

x1, x2, … xk = variabel predictor yang pengaruhnya akan diteliti

Page 81: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

64

64

p = probabilitas untuk terjadinya “peristiwa” dari variabel dependen

yang dikotomus (Sastroasmoro, 2011).

Hasil analisis multivariat disajikan dalam tabel seperti dibawah ini :

Tabel 5.5

Hasil Analisis Multivariat Karakteristik, Senam dengan Fungsi Kognitif di

Kelompok Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh

Variabel B OR 95%CI Nilai

p

Hosmer

Lemes

how

Overall

precentage

Lower Upper

Hobi

SKJ

Constant

-3,317

-3,520

30,613

0,036

0,030

1,97

0,004

0,003

0,318

0,259

0,003

0,001

0,998

0,903

83,3%

Berdasarkan Tabel 5.5 nilai p 0,903 > α (0,05) Ho diterima artinya model

regresi biner layak digunakan pada analisa selanjutnya karena tidak terdapat

perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dan yang diamati. Berdasarkan tabel

tersebut diatas juga dapat disimpulkan bahwa variabel yang berpeluang terhadap

fungsi kognitif adalah variabel Hobi dan SKJ dengan nilai sig hobby (0,003) < α,

senam 0,001 <α. Kekuatan hubungan dilihat dari nilai OR (EXP (B)) 0,036 senam

0,03. Persamaan yang terbentuk dilihat dari nilai B dimana Y = 30,613 – 3,317

(hobby) – 3,520 (Senam) . Misal seseorang tidak memiliki hobi dan tidak

mengikuti senam maka probabilitas untuk memiliki fungsi kognitif normal adalah

: Y = 30,613 Dengan demikian probabilitasnya adalah: 0,14 atau 14 %

Page 82: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

65

65

Tabel 5.6

Hasil Analisis Multivariat Karakteristik, Senam dengan Keseimbangan

Tubuh di Kelompok Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh

Variabel B OR 95%CI Nilai

p

Hosmer

Lemes

how

Overall

precentag

e Lower Upper

Pekerjaan

Penyakit

SKJ

Constant

2,224

-2,100

-2,915

25,943

9,249

0,122

0,054

0,927

0,021

0,009

92,245

0,702

0,337

0,05

0,018

0,002

0,970

88,3%

Berdasarkan Tabel 5.6 nilai p 0,970 > α (0,05) Ho diterima artinya model

regresi biner layak digunakan pada analisis selanjutnya karena tidak terdapat

perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dan yang diamati. Berdasarkan hasil

multivariat tersebut diatas juga menunjukkan bahwa variabel yang memiliki nilai

p value < 0,05 atau yang berpengaruh terhadap keseimbangan adalah variabel

Status Pekerjaan, Riwayat Penyakit dan Senam dengan nilai sig kerja (0,05) < α,

penyakit (0,018) < α senam 0,002 < α. Kekuatan hubungan dilihat dari nilai OR

(EXP (B)) kerja 9,249, penyakit 0,122 dan senam 0,054. Persamaan yang

terbentuk dari nilai B adalah Y= 25,943 + 2,224 (kerja) – 2,100 (penyakit) – 2,915

(senam). Jika seseorang tidak memiliki pekerjaan , memiliki riwayat penyakit dan

tidak mengikuti senam, maka probabilitas untuk memiliki keseimbangan normal

adalah Y = 25,943. Dengan demikian probabilitasnya adalah : 0,14 atau 14%.

Page 83: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

66

66

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan interpretasi hasil penelitian, keterbatasan penelitian

serta implikasi penelitian terhadap lansia. Interpretasi dan hasil membahas tentang

kesenjangan maupun kesesuaian anatara hasil penelitian yang dilakukan dengan

hasil penelitian disertai dengan tinjauan pustaka yang mendasarinya. Keterbatasan

penelitian membahas tentang keterbatasan terhadap penggunaan metodologi

penelitian dan implikasi membahas pengaruh atau manfaat hasil penelitian

terhadap pelayanan lansia.

6.1 Interpretasi Hasil Penelitian

6.1.1 Gambaran Karakteristik Lansia di Posyandu Lansia Desa Dauh Puri

Kauh

a. Umur

Karakteristik demografi menunjukkan bahwa lansia di kelompok

posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh sebagian besar (91,7%) berusia 60-74

tahun. Hal ini disebabkan lansia pada usia 60-74 tahun rata-rata masih mampu

melakukan senam dan hadir pada kegiatan posyandu lansia, dibandingkan

dengan lansia yang berumur diatas 75 tahun. Lansia usia diatas 70 tahun banyak

mengalami kemunduran dalam berbagai aspek kehidupannya baik secara fisik

ataupun psikis. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rahayu dkk (2010) yang mengatakan bahwa lansia yang berusia 70 tahun ke

Page 84: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

67

67

atas tidak aktif mengikuti posyandu dikarenakan adanya penurunan fungsi

tubuhnya.

b.Jenis Kelamin

Hasil penelitian berdasarkan distribusi jenis kelamin lansia menunjukkan

bahwa sebagian besar lansia di Desa Dauh Puri Kauh adalah berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 65%. Motivasi lansia perempuan untuk mengikuti

senam lansia dan posyandu lebih besar dibanding dengan lansia laki-laki, ini

disebabkan bahwa lansia perempuan lebih sensitif terhadap perasaan sakit. Hal

ini sesuai dengan pendapat Henniwati (2008) yang mengatakan bahwa secara

umum angka morbiditas pada perempuan lebih tinggi dan perempuan lebih

cenderung merasakan sakit sehingga perempuan lebih banyak berkonsultasi

dengan pihak kesehatan untuk pemeriksaan fisiknya. Daengsari (2003)

menjelaskan, usia harapan hidup lansia pada perempuan jauh lebih tinggi daripada

laki-laki.

d. Tingkat Pendidikan

Sebagian besar (88,3%) Lansia yang ada di Desa Dauh Puri Kauh berstatus

sekolah atau berpendidikan. Pendidikan sebagai suatu proses dalam rangkaian

mempengaruhi dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan perilaku pada

dirinya. Lansia yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah

menerima informasi kesehatan, termasuk informasi tentang pentingnya senam

kesegaran jasmani lansia. Hal ini juga menunjukkan semakin tinggi pendidikan

Page 85: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

68

68

maka kebutuhan dan tuntutan terhadap pelayanan kesehatan semakin meningkat

pula, semakin rendah pendidikan akan mengakibatkan mereka sulit menerima

penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Hal ini sependapat dengan

penelitian yang dilakukan oleh Henniwati (2008) yang mengatakan bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang akan meningkatkan pula ilmu pengetahuan

dan informasi yang didapat.

e. Pekerjaan

Lansia di Desa Dauh Puri Kauh sebagian besar (80%) masih bekerja, hal ini

dikarenakan Lansia yang masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari tidak

ingin bergantung pada keluarganya, lansia ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari

keluarganya. Jadi sedapat mungkin mereka ingin mempunyai sumber penghasilan

sendiri. Para lansia biasanya lebih tertarik pada jenis pekerjaan yang statis

daripada pekerjaan yang bersifat dinamis dan menantang. Dampak yang mereka

peroleh adalah pekerjaan yang memberi kepuasan pada dirinya, walaupun

pekerjaan itu jelas berbeda dengan pekerjaan pada masa mudanya. Mereka pada

umumnya mengurangi kegiatannya setelah semakin tua. Bekerja bagi lansia bukan

keharusan lagi, namun untuk lebih bersenang-senang dalam menikmati masa

tuanya (Kuntjoro, 2002).

f. Hobi

Hasil penelitian menunjukkan 53,3% lansia di Desa Dauh Puri Kauh

memiliki hobby. Ketika memasuki usia pensiun dan menjadi warga senior, banyak

Page 86: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

69

69

lansia yang menjalani hidup monoton, hal ini yang menyebabkan lansia merasa

perlu untuk mempunyai hobby agar tidak bosan. Hal ini sependapat dengan

Nopembri (2010) yang mengatakan bagi lansia yang kondisi kesehatan

memungkinkan untuk beraktivitas maka sebaiknya dicari kegemaran atau hobby

yang paling disukai , terutama hobby yang sejak mudanya dulu telah ditekuni,

agar lansia memiliki kegiatan yang memikat hatinya.

g. Penyakit

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa derajat kesehatan lanjut

usia di Desa Dauh Puri Kauh sudah baik, dimana sebagian besar lansia sebanyak

51,7% tidak menderita sakit. Hal ini dikarenakan lansia yang rajin mengikuti

posyandu lansia akan selalu mendapatkan pemerikaan kesehatan termasuk

pemeriksaan faktor resiko munculnya penyakit-penyakit kronis, sementara lansia

yang sudah menderita penyakit kronis akan mendapatkan terapi dan terus

dievaluasi oleh tenaga kesehatan. Lansia yang rutin mengikuti senam kesegaran

jasmani akan lebih sehat, hal ini sesuai dengan pendapat dari Darmojo (2004)

yang mengatakan bahwa olahraga dengan teratur seperti senam lansia dapat

mencegah atau memperlambat kehilangan fungsi organ. Bahkan dari berbagai

penelitian menunjukkan bahwa latihan atau olah raga seperti senam lansia dapat

mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes mellitus,

penyakit arteri koroner dan kecelakaan.

Dari beberapa studi ilmiah pada kelompok lansia telah dibuktikan bahwa

dengan aktivitas fisik secara teratur dapat menurunkan tekanan darah pada

Page 87: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

70

70

penderita hipertensi juga memperlambat proses degeneratif dan meningkatkan

kebugaran fisik dan otak (Budiharjo, 2005)

6.1.2 Hubungan antara Senam Kesgaran Jasmani dengan Fungsi Kognitif

Lansia di Desa Dauh Puri Kauh

Hasil penelitian di dapatkan bahwa pada 30 lansia di Desa Dauh Puri Kauh

yang melakukan senam kesegaran jasmani sebagian besar (80%) memiliki fungsi

kognitif normal, sementara pada kelompok lansia yang tidak melakukan senam

kesegaran jasmani sebagian besar (80%) mempunyai fungsi kognitif yang tidak

normal. Perbedaan fungsi kognitif pada kelompok SKJ dan kontrol tersebut terjadi

karena pada kelompok kontrol tidak terjadi pengoptimalan fungsi otak kembali

secara menyeluruh dan efektif karena pada lansia telah terjadi beberapa

perubahan, diantaranya perubahan fisik dan psikologis, perubahan ini

mempengaruhi penurunan kemampuan kognitif lansia. Senam kesegaran jasmani

lansia dapat menjaga pikiran lebih segar sehingga dapat mempertahankan daya

ingatnya, terlebih dengan terus menghafal gerak-gerakan senam lansia, akan

melatih kemampuan daya ingat lansia

Hal ini sesuai dengan pendapat Pujiastuti (2002) bahwa menurunnya

kemampuan fungsi kognitif lansia dikarenakan susunan saraf pusat pada lansia

mengalami perubahan morfologis dan biokimia, berat otak lansia berkurang

berkaitan dengan berkurangnya kandungan protein dan lemak pada otak sehingga

otak menjadi lebih ringan .

Page 88: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

71

71

Sedangkan pada kelompok lansia yang rutin melakukan SKJ ada upaya

pengoptimalan fungsi otak secara menyeluruh ketika melakukan SKJ, sehingga

ada peningkatan fungsi kognitif. Hal ini sependapat dengan Maryam (2008)

manfaat melakukan senam atau olahraga secara teratur dan benar dalam waktu

yang cukup yaitu memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia. Yaffe

(2001) yang menyatakan bahwa efek aktifitas fisik ada hubungannya dengan

menurunnya resiko penyakit kardiovaskuler dan efek secara langsung juga kepada

saraf, sehingga berdampak pada fungsi kognitif.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sdiarto (2003) menemukan bahwa

gerakan senam yang disebut dengan senam gerak dan latih otak pada lansia yang

dilakukan secara berkesinambungan sebanyak 16 kali dengan frekwensi dua kali

seminggu masing-masing selama lebih kurang 30 menit, meningkatkan

kemampuan kognitif.

6.1.3 Hubungan Antara Senam Kesegaran Jasmani dengan Keseimbangan

tubuh Lansia di Desa Dauh Puri Kauh

Hasil penelitian keseimbangan tubuh lansia menunjukkan bahwa dari 30

responden yang mengikuti senam kesegaran jasmani secara rutin 86,7% memiliki

keseimbangan tubuh yang baik sementara dari 30 responden yang tidak

mengikuti senam kesegaran jasmani 80% mengalami gangguan keseimbangan.

Hal ini disebabkan dengan bertambahnya umur akan mempengaruhi

keseimbangan tubuh. Kemampuan keseimbangan tubuh berkurang seiring dengan

penambahan usia karena adanya perubahan-perubahan system neurologis serta

Page 89: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

72

72

sistem muskuloskeletal. Pada kelompok lansia yang mengikuti SKJ secara teratur

sebagian besar memiliki keseimbangan yang baik dikarenakan lansia yang

melaksanakan SKJ secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik

yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelenturan persendian, kelincahan gerak,

keluwesan, serta keseimbangan tubuh yang lebih baik.

Hal ini sesuai dengan pendapat King (2009) bahwa latihan kekuatan

(power training) akan meningkatkan keseimbangan. Hasil penelitian ini didukung

oleh hasil penelitian yang dilakukan Herawati dan Wahyuni (2004) bahwa senam

lansia berpengaruh signifikan terhadap keseimbangan lansia (p=0,014).

Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Maryam, S dan Nasution

(2010), bahwa aktivitas fisik yang kurang akan mengakibatkan gangguan

keseimbangan, disebutkan bahwa aktivitas fisik mempunyai hubungan bermakna

dengan gangguan keseimbangan dimana aktivitas fisik yang rendah salah satunya

tidak teratur berolah raga beresiko untuk terjadinya gangguan keseimbangan.

Aktivitas fisik dapat dilakukan pada waktu luang, lingkup pekerjaan, dan aktivitas

rutin sehari-hari seperti pekerjaan rumah, berkebun, melakukan hobi, rekreasi dan

olahraga (Allender, 2001)

6.1.4 Variabel yang Berpeluang terhadap Fungsi Kognitif pada Lansia di

Desa Dauh Puri Kauh.

Setelah dikontrol variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, status

pekerjaan, riwayat penyakit, serta hobby, maka dapat disimpulkan bahwa Hobi

dan Senam merupakan variable yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif

Page 90: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

73

73

dengan nilai signifikan hobi (0,003) < α , dan nilai signifikan senam (0,001) < α

dengan asumsi jika lansia tidak memiliki hobi dan tidak mengikuti SKJ secara

teratur probabilitas mempunyai fungsi kognitif normal adalah 14% . Hal ini dapat

dijelaskan bahwa lansia yang rutin melakukan SKJ dan memiliki kegiatan

kegemaran maka kemungkinan untuk mempunyai kognitif normal lebih besar, hal

ini disebabkan dengan melakukan kegemaran atau hobi mengurangi depresi

lansia, memperbaiki kondisi kesehatan umum dan menumbuhkan kebiasaan hidup

sehat.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryati dkk (2013)

mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkasn fungsi kognitif

pada lainsia selain melakukan aktivitas fisik yaitu melakukan hobi atau

kegemaran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wreksoatmodjo (2015)

Menyimpulkan bahwa lansia yang tidak pernah memasak sendiri, tidak

mengerjakan hobi meningkatkan resiko fungsi kognitif yang buruk, dimana tidak

mengerjakan hobi meningkatkan resiko fungsi kognitif buruk sebesar dua kali,

hal ini disebabkan karena kegiatan-kegiatan tersebut melibatkan kegiatan berpikir

yang akan merangsang aktivitas kognitif.

6.1.8 Variabel yang Berpeluang terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia di

Desa Dauh Puri Kauh.

Setelah dikontrol variabel umur, jenis kelamin, didapatkan bahwa

pekerjaan, riwayat penyakit dan senam berpengaruh terhadap keseimbangan

tubuhn lansia. Pekerjaan dapat mempegaruhi ketidak seimbangan tubuh lansia

Page 91: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

74

74

terkait dengan kondisi lingkungan seperti pencahayaan, kondisi lantai dan tangga,

temperatur dan kebisingan suara. Selain itu pekerjaan dapat mempengaruhi

keseimbangan tubuh juga dikaitkan dengan aktivitas dalam pekerjaan itu sendiri.

Lansia yang tidak bekerja beresiko berdiam diri tanpa melakukan aktivitas

fisik walaupun lansia dapat saja memiliki aktivitas lain diluar pekerjaan. Lansia

yang tidak bekerja dikaitkan dengan aktivitas yang kurang sehingga

mempengaruhi keseimbangan. Namun lansia yang tidak bekerja juga dapat

memanfaatkan waktunya untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas lain sehingga

mempengaruhi keseimbangan. Hal tersebut seharusnya juga dapat menjadi

peluang karena lansia yang tidak bekerja dapat diisi dengan aktivitas pekerjaan

sehari-hari serta dapat mengikuti kegiatan senam kesegaran jasmani di posyandu

lansia tanpa diganggu oleh jam kerja sehingga aktivitas pada lansia cukup banyak.

Olah raga teratur dan tidak berlebihan dapat membantu mengatasi radikal

bebas dalam tubuh. Latihan fisik yang dapat meningkatkan system pertahanan

antioksidan adalah latihan fisik dengan intensitas rendah dan sedang seperti

senam kesegaran jasmani, karena aktifitas fisik pada tingkat ini mengacu pada

program aktifitas fisik yang dirancang untuk meminimalkan pengeluaran radikal

bebas. Gangguan metabolik seperti obesitas atau berat badan yang berlebih pada

lansia dapat mengurangi keseimbangan postural. Gangguan muskuloskeletal

seperti abnormalitas dan osteoarritis dapat mempengaruhi keseimbangan. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Corderio (2009) bahwa nyeri pada

ekstremitas bawah berkorelasi dengan keseimbangan. Gangguan muskuloskeletal,

neurologis dan sensori dapat menyebabkan gangguan keseimbangan.. Penyakit

Page 92: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

75

75

pada system kardiovaskuler dapat mempengaruhi keseimbangan. Hipotensi

ortostatik merupakan salah satu dari gangguan pada system kardiovaskuler dan

berhubungan dengan keseimbangan (Corderio, 2009). Gangguan pada reseptor

sensori mempengaruhi pesan yang akan disampaikan ke otak sehingga lansia sulit

berespon terhadap lingkungan (Mauk, 2010).

Penuaan juga menyebabkan gangguan penglihatan bahkan saat kondisi

pencahayaan yang normal. Berkurangnya penglihatan tersebut juga dihubungkan

dengan kemampuan dalam mengontrol pergerakan mata karena kemampuan

pergerakan mata berkurang pada lansia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Lee dn Scudds (2003) kepada 66 lansia di komunitas berusia 69-

94 tahun dihasilkan bahwa kelompok lansia yang tidak memiliki gangguan

penglihatan memiliki keseimbangan yang lebih baik daripada yang memiliki

gangguan penglihatan berat dengan p 0,003.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Mz (2014) yang menjelaskan

bahwa terapi aktivitas senam ergonomis dapat meningkatkan kekuatan otot pada

lansia . Hasil penelitian Maryam (2008) yang dilakukan pada 36 lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Wilayah Pemda DKI Jakarta juga menyatakan

keseimbangan tubuh lebih baik pada kelompok lansia yang dilakukan latihan

fisik selama enam minggu sebanyak tiga kali dlam seminggu daripada yang tidak.

Kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor resiko dari gangguan

keseimbangan. Aktifitas fisik terdiri dari aktivitas yang dilakukan pada waktu

senggang, aktivitas transportasi seperti berjalan, dan bersepeda, aktivitas

pekerjaan, serta latihan fisik seperti olah raga dan senam (WHO, 1998).

Page 93: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

76

76

6.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menemukan beberapa keterbatasan

sebagai berikut :

a. Sampel penelitian yang diambil dari kelompok lansia yang tidak melakukan

senam diambil pada saat melakukan posyandu lansia yang dilakukan sekali

dalam sebulan, sehingga membutuhkan waktu yang agak lama.

b. Kuesioner MoCA-Ina adalah kuesioner yang aslinya berasal dari luar negeri

yng di modifikasi di Indonesia, yang berisi pertanyaan dan responden

menjawab tetapi juga responden diharuskan menggambar dan menulis, ada

beberapa poin pertanyaan , lansia rata-rata mengalami kesulitan dalam

menjawab kuesioner item A : Kemampuan mengenal ruang dan betuk yang

terdiri dari beberapa perintah : Menelusuri Jejak Secara bergantian

(Alternating Trial Making), Kemampuan visuokonstruksional ( menggambar

kubus dan jam dinding)

6.3 Implikasi Penelitian terhadap Lansia, Puskesmas dan Dinas Kesehatan

6.3.1 Implikasi terhadap Lansia dan masyarakat di Desa Dauh Puri Kauh

Dampak yang dapat dirasakan bagi lansia dan masyarakat setelah

dilakukan penelitian ini adalah lansia dan masyarakat di Desa Dauh Puri Kauh

mengetahui manfaat yang didapat ketika mereka mengikuti senam kesegaran

jasmani secara rutin dan berkesinambungan. Lansia dan masyarakat lebih

termotivasi untuk rajin mengikuti senam kesegaran jasmani lansia untuk

Page 94: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

77

77

mencegah kemunduruan fungsi kognitif dan gangguan keseimbangan tubuh

lansia.

Pencegahan gangguan fungsi kognitif dan gangguan keseimbangan dapat

meningkatkan aktivitas lansia yang berdampak akan menurunkan ketergantungan

sehingga beban pada keluarga dan Negara dapat dikurangi. Lansia di Desa Dauh

Puri Kauh juga mengetahui faktor-faktor yang berpeluang untuk mempertahankan

fungsi kognitif dan keseimbangan tubuhnya.

6.3.2 Implikasi terhadap Program Kesehatan di Puskesmas II Denpasar

Barat

Rata-rata responden dalam penelitian ini adalah usia 65 tahun ke atas.

Semakin meningkat usia, maka fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh akan

terganggu. Hasil penelitian ini menjadi dasar pelaksanaan kegiatan yang

mendukung beberapa kebijakan yang telah ada. Penelitian ini mendukung

kebijakan operasional seperti pelaksanaan Perawatan Kesehatan Masyarakat

(Perkesmas), Program Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) serta Program

Kesehatan Lansia itu sendiri , dimana sasarannya adalah lansia.

Hasil penelitian ini juga dapat memberikan dampak bagi Puskesmas II

Denpasar Barat sebagai pelaksana operasional kebijakan program kesehatan

Lansia. Penelitian ini meningkatkan pengetahuan petugas dalam mencegah

gangguan fungsi kognitif dan gangguan keseimbangan pada lansia, dan sesuai

dengan fungsi Puskesmas yang meliputi upaya promotif dan preventif, hasil

Page 95: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

78

78

penelitian ini melahirkan upaya upaya promotif dan preventif pada pencegahan

penyakit akibat usia lanjut atau Penyakit Tidak Menular (PTM).

Dapat diketahui bahwa perubahan-perubahan pada lansia terutama

perubahan pada system saraf sangat mempengaruhi penurunan koordinasi dan

kemampuan lansia dalam beraktifitas. Namun seiring dengan kemajuan Zman

setelah ditemukan metode dan teori baru yang menyatakan bahwa perubahan-

perubahan lansia dapat diantisipasi dan diminimalisir terutama perubahan

fisiologis atau fungsi otak.

6.3.3 Implikasi bagi Dinas Kesehatan Kota Denpasar

Dinas Kesehatan Kota Denpasar merupakan institusi pengambil kebijakan

dan penentu program, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar dalam

membuat kebijakan baru bagi program Lansia. Program senam lansia menjadi

pilihan dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia dan mengurangi gangguan

keseimbangan yang dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dan mengurangi

beban ketergantungan terhadap keluarga.

Page 96: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

79

79

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 60 responden yang

mengikuti senam kesegaran jasmani lansia maupun yang tidak mengikuti senam

kesegaran jasmani lansia di Desa Dauh Puri Kauh dapat diambil simpulan sebagai

berikut :

a. Gambaran karakteristik lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh

adalah: Sebagian besar adalah kelompok umur 60-74 tahun. Berdasarkan

jenis kelamin diketahui lansia perempuan lebih banyak daripada laki-laki.

Berdasarkan pendidikan lansia yang bersekolah lebih banyak daripada yang

tidak sekolah. Lansia ditemukan lebih banyak yang masih bekerja

dibandingkan dengan yang tidak bekerja. Hasil penelitian didapatkan lansia

sebagian besar tidak memiliki penyakit kronis, serta lebih banyak yang

memiliki hobby.

b. Ada hubungan yang signifikan antara SKJ Lansia dengan fungsi kognitif pada

kelompok Posyandu Lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh

c. Ada hubungan yang signifikan antara SKJ Lansia dengan keseimbangan

tubuh pada kelompok Posyandu Lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri

Kauh

Page 97: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

80

80

d. Ada perbedaan fungsi kognitif antara lansia yang mengikuti senam

kesegaran jasmani dengan lansia yang tidak mengikuti senam kesegaran

jasmani di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh.

e. Ada perbedaan keseimbangan tubuh antara lansia yang mengikuti senam

kesegaran jasmani dengan lansia yang tidak mengikuti senam kesegaran

jasmani di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh.

f. Faktor yang berpeluang bagi lansia memiliki fungsi kognitif normal adalah

memiliki hobby dan melakukan SKJ lansia.

g. Faktor yang berpeluang bagi lansia memiliki keseimbangan tubuh adalah

status pekerjaan, riwayat penykit dan melakukan SKJ lansia.

7.2 Saran

a. Untuk menghambat penurunan fungsi kognitif dan gangguan keseimbangan

pada lansia disarankan lansia di Desa Dauh Puri Kauh untuk melakukan SKJ

secara rutin seminggu tiga kali.

b. SKJ lansia dapat menjadi salah satu kegiatan pada Posyandu Lansia disamping

pemeriksaan skreening penyakit tidak menular.

c. Selain senam kesegaran jasmani juga disarankan lansia tetap melakukan

aktivitas lain yaitu mempunyai hobby atau kegemaran : membaca, berkebun,

bersosialisai dengan teman.

d. Adanya hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan keseimbangan

menyebabkan lansia yang tidak bekerja tetap harus dimotivasi baik oleh

kader yang dapat disampaikan kepada keluarga untuk tetap beraktivitas baik

Page 98: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

81

81

di dalam maupun di luar rumah. Lansia yang bekerja pun diusahakan dapat

mempunyai waktu untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia.

e. Bagi tiga Posyandu Lansia yang belum memiliki program latihan senam

kesegaran jasmani agar segera dapat melaksanakan senam kesegaran jasmani

secara rutin.

f. Mengingat pentingnya SKJ lansia dalam mencegah gangguan fungsi kognitif

dan keseimbangan tubuh lansia maka disarankan pihak Desa memasukkan

SKJ sebagai kegiatan wajib bagi warga lansianya.

g. Puskesmas II Denpasar Barat sebagai Pembina wilayah agar dapat mendorong

segera terbentuknya senam kesegaran jasmani dengan memberikan pelatihan

insturktur senam kesegaran jasmani pada Posyandu Lansia Banjar Seblanga,

Banjar Bumi Werdi dan Banjar Abian Tegal yang belum melakukan senam

kesegaran jasmani.

h. Dinas Kesehatan Kota Denpasar sebagai Institusi pengambil kebijakan

termasuk program Lansia diharapkan dapat merumuskan kebijakan yang

berkenaan denga terlaksananya Senam Kesegaran Jasmani di setiap Posyandu

Lansia di seluruh wilayah kota Denpasar, dengan merencanakan anggaran

bagi pelatihan instruktur senam kesegaran jasmani.

Page 99: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

82

82

DAFTAR PUSTAKA

Achmanagara, A.A. 2012. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan

Keseimbangan Lansia di Desa Pamijen Sokaraja Banyumas.

Annafisah, Z, dan Rosdiana, I.2012. Pengaruh Senam Lansia terhadap

Keseimbangan Tubuh yang Diukur Menggunakan Romberg Test pada Lansia

Sehat Studi di Desa Plamongansari Kecamatan Pedurungan Semarang. 2012

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Sains Medika, volume 4 : 146.

Badan Pusat Statistik, 2013.Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.

Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan, Semester I, 1, pp 1-16,

Available at http://www.depkesw.go.id/downloads/Buletin Lansia pdf.

Accessed November, 6, 2014.

Bucher et al. 2002. Effects of Physical Activity on Health Status in Older Adults

II. Intervention studies. Annual review of public health,13,pp 469-488.

Available at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1599599 Accessed

December 18, 2014.

Darmojo, R.B. 2002. Beberapa Masalah dan Konsep Strategik Dalam

Pengembangan Geriatri

Delitto,A. 2003. The Link Between Balance Confidence and Falling. Physical

Therapy Research That Benefits You, American Physical Therapy

Association: pp 9-11

Depkes. 2003. Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut. Edisi 2, Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ellis, H.C.1993. Storage and Retieval Proces Long Term Memory

Ferri, C, Prince M, Brayne C, Brodaty H, Fratiqlioni L, Ganguli M, Hall K,

Huang Y.2005. Global Prevalence of Dementia . a Delphi consensus study.

Lancet, 366(9503), 2012 – 2017.

Foster MD, Norman L. 2011. Alzheimer ‘s & Dementiac. The Journal of the

Alzheimer’s Asssociation: volume 10

Hartati, 2010. Clock Drawing : Asesmen Untuk Demensia, Fakultas Psikologi

Universitas Diponegoro, Semarang.

Page 100: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

83

83

Henniwati, 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu

Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Hesti, Harris S, Mayza A dan Prihartono J. 2004. Pengaruh Gangguan Kognitif

Terhadap Gangguan Keseimbangan Pada Lanjut Usia.

Howe TE, Rochester L, Jackson A, Banks PMH, Blair VA. 2008. Exercise for

Improving balance in Older People Available at

http://www.researchgate.net/... Accessed December 18, 2014.

Hussain A.2008. Brain inspired Cognitif. Amerycan .Family Physician, 83(1),80-

81

Johnston. 2001. Falls in eldely. UCSF Division of Geriatric cs Primary

CareLecture Series.

King, B.M, 2009. Hazzard’s Geriatric Medicine And Gerontology Sixth Edition.

Kuntjoro, ZS, 2002. Lansia dan Pekerjaan

Lee, Scuuds. 2003. National Throws Coaches Association,2009: Winter,1995

dalam Howe, Rochester, Jackson, Banks and Blair,2008

Lumbantobing, S.M. 2006. Kecerdasan pada Usia Lanjut dan Demensia.

Jakarta:Fakultas Kedokteran Indonesia.

Markam, S, 2005 Latihan Vitalisasi Otak (Senam untuk Kebugaran Fisik dan

Otak). Jakarta: Grasindo.

Martono, H. dan Pranarka K. 2009. Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia) edisi 4

Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Maryam, S. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba

Medika.

Maryam,S dan Nasution, Y. 2010. Pengaruh Latihan Keseimbangan Fisik

Terhadap Keseimbangan Tubuh Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Wilayah Pemda DKI Jakarta,

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2010.917_2085-8930.pdf, diperoleh

tanggal 2 april 2014

Maryati H, dkk, 2013, Gambaran Fungsi Kognitif pada Lansia di UPT Panti

Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto. Journal Metanbolisme Vol.2 No. 2

Mauk, K.L. 2010. Gerontological nursing competencies for care (2 ed). Sudbury:

Janes and Barlett Publisher.

Page 101: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

84

84

Meidiary, A. 2012. Masalah Kesehatan Intelegensia pada Usia Lanjut.

Miller, Carol A. 2004. Nursing for wellness in older adults. Theory and practice

(4 ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Monginsidi R, 2013. Profil penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia di Yayasan-

Yayasan Manula di Kecamatan Kawangkaon. E-Clinik Volume 1 No. 1

Morgenthal AP, 2001. The Age-Related Challenges of Posture an Balance.

In:Bougie JD, The Aging Body. New York : Mc Graw-Hill, 2001: 45-64.

Nasreddine,2012. The Montreal Cognitif Assesment (MoCA)

Nopembri, S. 2010. Meningkatkan Gaya Hidup Aktif Para Lansia Melalui

Aktivitas Jasmani dan Olah Raga.

Parwati, N. 2013. Senam Tera Indonesia Meningkatkan Jantung Paru Lansia di

Panti Werdha Wana Seraya Denpasar. Public Health and Preventif medicine

Archive , I (2303-1816): pp 35 – 40

Petersen RC, Smith G, Kokmen E, Ivink RJ, Tangalos EG. 2002. Memory

Function in Normal Aging, Neurology, volume 42(2): 396-401London.

Phillips, J.O.2011. “Find your balance”Hearing Health Magazine, 20 – 24.

Pujiastuti. 2002. Pelatihan Musculoskeletal untuk PembinaanKemampuan Fungsi

Kognitif : Kumpulan Makalah Simposium Pembinaan Kesehatan Pasien dan

Aspek Pelatihan mjuskuloskeletal, Hal.31-35, Semarang

Puskesmas II Denpasara Barat, 2013. Laporan Tahunan Puskesmas II Denpasar

Barat.

Pusksmas II Denpasar Barat, 2013. Laporan Bulanan Program Lansia Puskesmas

II Denpasar Barat.

Rahayu S, Purwanta, Harjanto D. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Ketidakaktifan Lanjut Usia ke Posyandu di Puskesmas Cebogan Salatiga.

Jurnal Kebidanan dan Keperawatan , Volume 6/Nomor1/Juni 2010.

Yogyakarta ISSN.

Ramdhani, N. 2012. Gambaran Fungsi Kognitif dan Keseimbanagn pada Lansia

di Kota Manado.

Reuser M, Bonneux L and Wllekens F. 2011. The effect of Risk Factor on the

Duration of Cognitif Impairment.

Page 102: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

85

85

Rudman, D. 1909. The Book Of Antiaging Mind-Body –Spirit.

Salzman, B.2010. Gait and Balance Disorders in Older Adults. Amerycan Family

Physician, 82(1), 61 – 68.

Sarah JB, Hammersley R, Veerman JL. 2014. Does physical activity prevent

cognitive decline and dementia? . BMC Public Health. Available at

http://www.biomedcentral.com/1471-2458/14/510. Accessed December, 6,

2014.

Sastroasmoro dan Ismael, 2011. Dasar – dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Edisi ke 4. Jakarta:Sagung Seto

Setianto. 2004. Pengaruh Aktivitas Sehari-hari Terhadap Keseimbangan Pada

Lansia.

Shinta Kusuma, 2013. Cara atasi Kebosanan Orang Tua. Majalah Cermin Dunia

Kedokteran No. 48, Jakarta.

Sidiarto. 2003. Tatalaksana dan System Asuhan pada penyakit

Alhzeimer/Demensia. Berkala Neuro Sain, 1(1):31-38

Singh,M.A.F, 2000. Exercise, Nutrition, and the older Woman:wellnessfor woman

over fifty.

Suprianto,J.2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta

Tilarso, H. 1988. Latihan Fisik dan Usia Tua. Majalah Cermin Dunia Kedokteran,

no 48, Jakarta

Turana, Y. 2013. Prinsip Penting Cognitive Stimulation Therapy: Buletin Jendela

Data & Informasi Kesehatan, Semester I, I, pp 19-24.

Turana Y, Mayza A, Pujiastuti H. 2013. Panduan Stimulasi Program Stimulasi

Otak pada Lansia.

Wahyudi, N. 2000. Perawatan Lanjut Usia, Jakarta, EGC.

Wallace,M..2008. Essential of Gerontological nursing. New York: Springer

Publishing Company.

Wardhana,H.2014. Mereka Lansia, Mereka Bekerja. Catatan Harian Kompasiana

Page 103: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

86

86

Wibowo,A.S. 2007. Managemen Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler.

http:abgnet.blogspot.com/2007/09/managemen-demensia-alhzheimer-

dan.html, diambil 6 Oktober 2014.

WHO. 1998. Women Ageing and Health Achieving Health Across the Life Span,

Geneva:WHOMPR/AHE/HPD/95. 12rd

ed.

Wijianto, 2013. Perbedaan Pengaruh Senam Kesegaran Jasmani Lanjut Usia

Dan Senam Yoga Terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis Ditinjau

Dari Indeks Massa Tubuh (Studi Experimen Pada Anggota Pusat Pelayanan

Terpadu Lanjut Usia Colomadu )

Willson B, Emsile H, Quirk K, Evans J. 2001. Journal of neurology,

neurosurgery, and psychiatry, volume: 70(4),pp.477-82.Available

at:http:www.pubmedcentral.nih.go/articlerender.fcgi?artid=1737370&tool=p

mcentrez&rendertypa. Accessed November, 3, 2014

Wreksoatmodjo, BR. 2015. Aktivitas Kognitif Mempengaruhi Fungsi Kognitif

Lanjut Usia di Jakarta, Cermin Dunia Kedokteran-224, vol.42 no.1

Yaffe K, Barnes D, Nevitt M, Lui LY, Covinsky K. 2001. A Prospective Study of

Physical Activityand Cognitive Decline in Eldery Women. Arch Intem Med,

volume 161 (14) : 1703-1708.

Page 104: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

87

87

LAMPIRAN

Page 105: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

a

a

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Kepada ,

Yth. Bapak/Ibu

Di Desa Dauh Puri Kauh

Denpasar

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Program Magister Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana :

Nama : Lanawati

NIM : 1392161010

bersama dengan Dr. dr. RA Tuty Kuswardhani SpPD, K-Ger,Finasim,MARS dan

Rina Listyowati SSiT, MKes sebagai pembimbing akan mengadakan penelitian

dengan judul “Hubungan Senam Kesegaran Jasmani Lansia dengan Fungsi

Kognitif dan Keseimbangan Tubuh di Posyandu Lansia Desa Dauh Puri

Kauh Denpasar”.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap

fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh di Desa Dauh Puri Kauh. Beberapa

masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut sebagai akibat proses

penuaan otak antara lain gangguan kognitif dan keseimbangan tubuh. Penurunan

fungsi kognitif merupakan penyebab terjadinya ketidak mampuan dalam

melakukan aktivitas normal sehari, dan juga merupakan penyebab terjadinya

ketergantungan terhadap orang lain. Sementara itu gangguan keseimbangan tubuh

menjadi penyebab utama kasus jatuh atau cedera pada usia lanjut. Proses penuaan

otak dapat diperlambat dengan berbagai cara yaitu aktivitas fisik, stimulasi mental

dan aktifitas sosial.

Prosedur penelitian ini adalah responden akan dinilai fungsi kognitifnya

dan akan diukur keseimbangan tubuhnya, berat badan, tekanan darah pada saat

baring dan duduk, menjawab kuesioner yang meliputi usia, jenis kelamin,

Page 106: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

b

b

pekerjaan, riwayat aktivitas sosial, riwayat penyakit. Kuesioner akan dibacakan

dan diisi oleh peneliti. Pada pengukuran keseimbangan tubuh responden akan

dilakukan serangkaian kegiatan dengan mata terbuka dan tertutup. Resiko yang

terjadi dalam proses penelitian ini adalah responden jatuh saat diukur

keseimbangan, namun peneliti akan berdiri disamping responden dan menjaga

responden. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pemegang

kebijakan. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

antisipasi dalam mencegah gangguan fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh

pada lansia. Bagi pemegang kebijakan, hasil penelitian ini dapat memberikan

kontribusi dalam pembuatan program pencegahan gangguan fungsi kognitif dan

keseimbangan tubuh lansia, sehingga kualitas hidup lansia meningkat.

Pemilihan responden dalam penelitian ini adalah lansia berumur minimal

60 tahun sampai dengan 80 tahun dan dilakukan secara adil sesuai dengan kriteria

penelitian dan tidak membedakan golongan sosial dan ekonomi tertentu. Peneliti

juga akan memperlakukan responden secara adil selama proses penelitian.

Bpk/Ibu dapat bertanya lebih lanjut mengenai penelitian ini secara langsung

kepada peneliti atau lewat telepon pada nomor 08123618721. Bpk/Ibu juga

memiliki hak untuk ikut atau tidak ikut berpartisipasi serta mengundurkan diri

dalam penelitian ini. Jika Bpk/Ibu bersedia menjadi responden, Bpk/Ibu dapat

menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang terlampir.

Kami sebagai peneliti berterimakasih kepada Bapak/Ibu yang bersedia

meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Jawaban serta

hasil pengukuran Bapak/Ibu akan dijamin kerahasiaannya dan peneliti akan

berusaha semaksimal mungkin menjaga kenyamanan selama proses penelitian.

Semoga keikutsertaan Bapak/Ibu dapat memberikan kontribusi yang besar dalam

peningkatan kesehatan lansia. Terimakasih.

Denpasar, Januari 2015

Peneliti

(dr. Lanawati)

Page 107: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

c

c

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :…………………………………………………………

Umur : …………tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki/Perempuan

Alamat : …………………………………………………………

Setelah mendengarkan dan memahami penjelasan dari peneliti, dengan ini

menyatakan Bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian yang

akan dilakukan oleh mahasiswa Program Megister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Udayana dengan judul “Hubungan Senam Kesegaran Jasmani

Lansia dengan Fungsi Kognitif dan Keseimbangan Tubuh di Posyandu

Lansia Desa Dauh Puri Kauh Denpasar”

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sukarela tanpa ada paksaan dari

pihak manamun dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, ………..2014

Hormat saya

( ……………………..)

Page 108: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

d

d

BARTHEL INDEX Lampiran 3

NAMA SUBYEK : ……………………….. KODE :

UMUR : TAHUN

POSYANDU LANSIA : ………………………. KODE :

A. ACTIVITIES OF DAILYLIVING (INDEKS ADL BARTHEL) SKOR

1. Mengontrol BAB (Buang Air Besar) : 0 : Inkotinen / Tidak Teratur (Perlu Enema)

1 : Kadang-kdang Inkotinen (1x Seminggu)

2 : Kontinen Teratur

2. Mengontrol BAK (Buang Air Kecil) :

0 : Inkotinen atau pakai Kateter dan tak terkontrol

1 : Kadang-kadang Inkotinen (Maksimum 1 x 24 Jam)

2 : Mandiri

3. Membersihkan Diri (Lap Muka, Sisir Rambut, Sikat Gigi) 0 : Butuh Pertolongan Orang lain

1 : Mandiri

4. Penggunaan Toilet (Melepas, Memakai Celana, Menyeka, Menyiram)

0 : Tergantung Pertolongan orang lain.

1 : Perlu pertolongan pada beberapa aktivitas tetapi dapat

Mengerjakan sendiri beberapa aktivitas lain.

2 : Mandiri

5. Makan 0 : Tidak mampu

1 : Perlu seseorang menolong memotong makanan

2 : Mandiri

6. Berpindah Tempat dari Tidur ke Duduk 0 : Tidak mampu

1 : Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2 orang)

2 : Bantuan minim, 1 orang

3 : Mandiri

7. Mobilisasi / Berjalan 0 : Tidak mampu 1 : Bisa Berjalan dengan Kursi Roda

2 : Berjalan dengan bantuan 1 orang / walker

3 : Mandiri

8. Berpakaian (memakai baju) 0 : Tergantung orang lain

1 : Sebagian dibantu (mis. Mengancing baju)

2 : Mandiri

9. Naik Turun Tangga 0 : Tidak mampu

1 : Butuh pertolongan

2 : Mandiri (naik turun)

10. Mandi

0 : Tergantung orang lain

1 : Mandiri

JUMLAH SKOR :

Page 109: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

e

e

Lampiran 4

Judul Penelitian : “Hubungan Antara Senam Kesegaran Jasmani Lansia

dengan Fungsi Kognitif dan Keseimbangan Tubuh di Posyandu Lansia

Desa Dauh Puri Kauh Denpasar”

KUESIONER KARAKTERISTIK LANSIA

Pendahuluan :

1. Ucapkan salam (misalnya selamat pagi, selamat siang)

2. Perkenalkanlah diri terlebih dahulu

3. Jelaskan tujuan dari penelitian

4. Tanyakan kesanggupan menjadi responden dan bersedia menjawab

pertanyaan dengan jujur.

5. Ucapkan terimakasih kepada responden atas kesediaannya menjawab

pertanyaan dan menjadi subyek penelitian.

NOMOR URUT RESPONDEN: ………..

IDENTITAS LANSIA Diisi Jawaban Lansia KODE

1. Nama Lansia:

2. Jenis Kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

3. Tgl/bln/thn/lahir

4. Umur ……. tahun

5. Alamat

6. Riwayat Pendidikan 0. Tidak Sekolah

1. SD/Sederajat

2. SMP/Sederajat

3. SMA/Sederajat

4. Akademi/Universitas

7. Riwayat Pekerjaan 0. Tidak Bekerja

1. Swasta

2. PNS

Page 110: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

f

f

8.

Status Pekerjaan

Sekarang

0. Sudah Pensiun

1. Masih bekerja

9. Hobi/Aktivitas

dalam kegiatan

sehari-hari

• Kesenian

• Membaca buku

• Olah Raga

• Rekreasi/bergaul dengan teman

• Berkebun

1.Ya 2. Tidak

1.Ya 2.Tidak

1.Ya 2.Tidak

1.Ya 2. Tidak

1.Ya 2.Tidak

10. Riwayat penyakit

yang pernah diderita

• Tekanan Darah Tinggi

(Hipertensi)

• Tekanan Darah Rendah

(Hipotensi)

• Penyakit Jantung

• Penyakit Stroke

• Kencing Manis (DM)

1.Ya 2.Tidak

1.Ya 2.Tidak

1.Ya 2.Tidak

1.Ya 2.Tidak

1.Ya 2.Tidak

PEMERIKSAAN

JENIS PEMERIKSAAN HASIL

BB

TB

IMT

TEKANAN DARAH

a. Saat Baring

b. Saat Dudu/Berdiri

BARTHEL INDEKS

TEST FUNGSI KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN

PEMERIKSAAN SKOR KODE

TEST MoCA-Ina

TEST ROMBERG

Page 111: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

g

g

PEMEIKSA :

Lampiran 5

INSTRUMEN SKREENING

MONTREAL COGNITIVE ASSESMENT VERSI INDONESIA (MoCA-Ina)

NAMA SUBYEK : __________________________ KODE :

UMUR : _________ tahun

POSYANDU LANSIA : __________________________ KODE

A. KEMAMPUAN MENGENAL RUANG DAN BENTUK /

MELAKSANAKAN TUGAS

1. Menelusuri Jejak Secara Bergantian (Alternating Trail Making)

Buatlah garis yang menghubungkan sebuah angka dan sebuah

huruf dengan urutan meningkat. Mulailah di sini (tunjuk angka 1)

dan tariklah sebuah garis dari angka 1 ke huruf A, kemudian

menuju angka 2 danselanjutnya akhiri di sini (tunjuk huruf “E)

SKOR

Nilai 0 : Setiap kesalahan yang tidak diperbaiki sendiri

Nilai 1 : jika responden menggambar dengan sempurna

2. Kemampuan visuokontruksional (kubus)

Contohlah gambar di bawah ini setepat mungkin pada tempat yang

disediakan di bawah ini SKOR

Gambar Di sini

Nilai 0 : bila tidak memenuhi kriteria

Nilai 1 : bila gambar memenuhi kriteria : tiga dimensi, garis

tergambar, tidak ada garis tambahan, garis relative

Page 112: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

h

h

sejajar dan panjang sesuai

3. Kemampuan visuokontruksional (jam dinding)

Gambarlah sebuah jam dinding, lengkapi dengan angka angkanya

dan buat waktunya menjadi pukul 11 lewat 10 menit SKOR

• Nilai 1 :Bentuk Jam

• Nilai 1 :Angka

• Nilai 1: Jarum Jam

Gambar di sini :

B. PENAMAAN

4. Penamaan

“Katakan kepada saya nama binatang di bawah ini (mulai dari kiri)

“ SKOR

Masing-masing diberi nilai 1

C. DAYA INGAT

5. Daya Ingat

Akan dibacakan sederet kata, kemudian responden diminta

menyebutkan kembali kata-kata yang diingat, tidak masalah jika

tidak berurutan :

WAJAH – SUTERA – MASJID – ANGGREK – MERAH

Pemeriksaan diulang sebanyak 2 kali

• Pemeriksaan pertama

• Pemeriksaan ke dua

Tidak diberi nilai untuk pemeriksaan ini

Page 113: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

i

i

D. PERHATIAN

6.a. Rentang Angka Maju (Forward Digit Span)

Akan dibacakan beberapa angka, setelah itu responden diminta

untuk mengucapkan angka tepat sesuai urutannya :

2 – 1 – 8 – 5 – 4

SKOR

Nilai 1 : urutan angka diulang secara benar

6 b. Rentang Angka Mundur (Backward Digit Span)

Akan dibacakan beberapa angka, setelah itu responden di minta

untuk mengucapkan angka tersebut, namun dalam urutan terbalik:

7 – 4 - 2

SKOR

Nilai 1 : urutan angka diulang secara benar

E. KEWASPADAAN

7a. Kewaspadaan

Akan dibacakan sederet huruf, kemudian responden diminta

bertepuk tangan sekali setiap mendengar huruf “A”, dan tidak

bertepuk tangan untuk huruf yang lainnya:

SKOR

F B A C M N A A J K L B A F A K D E A A A J A M O F A A B

Nilai 1 : jika terdapat nol sampai 1 (satu) kesalahan

(Tepuk tangan pada huruf yang salah atau tidak bertepuk tangan

pada huruf “A” dihitung sebagai satu kesalahan)

Page 114: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

j

j

b. Rangkaian 7 (Serial 7s)

SKOR

Responden diminta untuk berhitung dengan cara mengurang,

dimulai angka 100 dikurangi 7 kemudian terus dikurangi dengan

angka tujuh sampai diberitahukan untuk berhenti.

100 – 7 = 93 – 7 = , dan seterusnya

Jawaban di sini :

1.

2.

3.

4.

5.

Nilai 0 = jika tidak jawaban yang benar

Nilai 1 = jika ada satu jawaban yang benar

Nilai 2 = untuk dua sampai tiga jawaban yang benar

Nilai 3 = jika responden dapat memberikan empat atau

lima jawaban yang benar.

F. KEMAMPUAN BERBAHASA

8.a. Pengulangan Kalimat

Akan dibacakan sebuah kalimat, setelah itu responden diminta

untuk mengucapkan kalimat tersebut tepat sesuai dengan yang

sudah dibacakan :

“Wati membantu saya menyapu lantai hari ini “

SKOR

Akan dibacakanj untuk kalimat ke dua :

“Tikus bersembunyi dibawah dipan ketika kucing datang “

Nilai 1 : untuk setiap kalimat yang diulang dengan benar

SKOR

8.b. Kelancaran berbahasa

Sebutkan sebanyak mungkin kata (Kecuali nama orang/nama kota)

yang responden ketahui, yang diawali dengan huruf “S”

Waktu : yang diberikan 60 detik

SKOR

Tulis jawaban di sini:

Nilai 1 : bila responden berhasil memberikan 11 kata atau lebih

dalam waktu 60 detik.

Page 115: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

k

k

G. KEMAMPUAN ABSTRAK

9. Kemampuan Abstrak

Responden diminta untuk menyebutkan persamaan antara “jeruk”

dan “pisang”, jika benar jawabannya (buah) maka diberikan

tambahan pertanyaan (tidak ada nilai hanya sebagai latihan)

Pertanyaan 1 : Apakah kesamaan “kereta api” dan “sepeda”

Pertanyaan 2 : Apakah kesamaan “penggaris” dan “jam tangan”

SKOR

Nilai 2 untuk jawaban benar dari dua pertanyaan.

H. MEMORI TERTUNDA

10. Memori Terunda

Pemeriksa membacakan 5 buah kata. Responden diminta untuk

mengingat, kemudian menyebutkan ke 5 kata tersebut.

WAJAH – SUTERA – MASJID – ANGGREK - MERAH

SKOR

Beritanda setiap jawaban yang benar

• WAJAH

• SUTERA

• MASJID

• ANGGREK

• MERAH

Beri nilai 1 untuk setiap kata yang dapat diingat dengan spontan.

I. KEMAMPUAN ORIENTASI

11. Kemampuan Orientasi

Responden diminta untuk menyebutkan : Tahun, Bulan,

Hari,Tanggal, Tempat dan Kota SKOR

Beritanda setiap jawaban yang benar

• Tahun :

• Bulan :

• Hari :

• Tanggal :

• Tempat :

• Kota :

Beri nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar

Total Nilai :

Page 116: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

l

l

Lampiran 6

INSTRUMEN ROMBERG TEST

NAMA SUBYEK : __________________________ KODE :

UMUR : __________ Tahun

POSYANDU LANSIA : ___________________________KODE :

TANGGAL DIPERIKSA :

PEMERIKSA :

POSITIF

(Bergoyang)

NEGATIF

(Seimbang)

KODE

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Lansia berdiri dengan kedua kaki

(Jarak kedua kaki renggang) dengan

mata terbuka

Lansia berdiri dengan kedua kaki

(Jarak kedua kaki renggang) dengan

mata tertutup

Lansia berdiri dengan ke dua kaki

rapat dengan mata terbuka

Lansia berdiri dengan ke dua kaki

rapat dengan mata tertutup

Lansia berdiri dengan kaki yang satu

didepan kaki yang lainnya. Tumit

kaki yang satu berada didepan jari

kaki lainnya dan mata terbuka

Lansia berdiri dengan kaki yang satu

didepan kaki yang lainnya. Tumit

kaki yang satu berada didepan jari

kaki lainnya dan mata tertutup.

Keterangan :

1. Untuk menghindari Lansia jatuh saat dilakukan tes keseimbangan, maka

peneliti akan mendampingi dengan berdiri disamping lansia.

2. Kode 1 : Bergoyang (Romberg Test Positif) bila pada saat dilakukan test

Romberg, lansia bergoyang dan tidak dapat mengembalikan keseimbangan.

Page 117: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

m

m

3. Kode 2 : Seimbang (Romberg Test Negatif) bila pada saat dilakukan test

Romberg,lansia sedikit bergoyang, kemudian dapat seimbang lagi.

Page 118: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

n

n

Lampiran 8

Hasil Analisis Bivariat Karakteristik Responden

1. Hubungan Karakteristik Responden dengan Fungsi Kognitif

Tabel 1.1

Hasil Analisis Bivariat Karakteristik Responden dengan Fungsi

Kognitif

Variabel Bebas Fungsi Kognitif OR (95 % CI) p

value Normal

n (%)

Tidak

Normal

n (%)

Lower Upper

Umur 60 - 74 tahun

74 - 80 tahun

28 (50,9)

2 (40,0)

27 (49,1)

3 (60,0)

1,556 0,241 10,049 0,640

Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

10 (47,6)

20 (51,3)

11 (52,4)

19 (48.7)

0,864 0,299 2,498 0,787

Pendidikan

Sekolah

Tidak Sekolah

30(56,6)

0(0,00)

23(43,4)

7(100)

0,00

0,319

0,590

0,011

Pekerjaan

Bekerja

Tidak Bekerja

24(50,0)

6(50,0)

24 (50,0)

6(50)

1,00

0,282

3,544

1,00

Hobi

Punya Hobi

Tidak Punya

Hobi

24 (75,0)

6 (21,4)

8 (25,0)

22 (78,6)

11,000 3,292 36,751 0,000

Penyakit Tidak ada sakit

Sakit

22 (71,0)

8 (27,6)

9 (29,0)

21 (72,4)

6,417 2,084 19,755 0,001

Hasil analisis bivariat pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa pada Lansia

yang berumur 60-74 tahun 50,9% memiliki fungsi kognitif yang normal dan

49,1% memiliki fungsi kognitif yang tidak normal sedangkan pada kelompok

Page 119: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

o

o

lansia yang berumur 74 – 80 tahun 60% memiliki fungsi kognitif yang tidak

normal dan 40% memiliki fungsi kognitif normal. Secara statistik tidak terdapat

hubungan umur dngan fungsi kognitif dengan nilai p =0,640 > α (0,05) artinya

bahwa hipotesa nol sehingga dapat disimpulkan bahwa umur lansia tidak

mempunyai hubungan yang significant dengan fungsi kognitif.

Pada lansia laki-laki 52,4% memiliki fungsi kognitif yang tidak normal

dan 47,6% memiliki fungsi kognitif yang normal, sedangkan pada lansia

perempuan 51,3% memiliki fungsi kognitif yang normal dan 48,7% memiliki

fungsi kognitif yang tidak normal dengan nilai p = 0,787 > α (0,05) sehingga

dapat disimpulkan secara statistik bahwa jenis kelamin tidak mempunyai

hubungan yang signifikan terhadap fungsi kognitif di kelompok posyandu lansia

Desa Dauh Puri Kauh.

Berdasarkan tabel 5.3 juga dapat dilihat bahwa lansia yang sekolah 56,6%

memiliki fungsi kognitif normal dan 43,4% memiliki fungsi kognitif yang tidak

normal, sementara lansia yang tidak sekolah semuanya tujuh (100%) memiliki

fungsi kognitif tidak normal. Analisis dengan uji statistik chi-square diperoleh

p = 0,01 < α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara pendidikan dengan fungsi kognitif.

Lansia yang bekerja 50% memiliki fungsi kognitif normal dan 50%

memiliki fungsi kognitif yang tidak normal. Sedangkan pada Lansia yang tidak

bekerja 50% memiliki fungsi kognitif normal dan 50% memiliki fungsi kognitif

yang tidak normal, dengan nilai p = 1,00 > α (0,005) maka dapat disimpulkan

Page 120: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

p

p

bahwa tidak ada hubungan yang significant antara riwayart pekerjaan dengan

fungsi kognitif,

Pada lansia yang mempunyai hobi sebanyak 75% memiliki fungsi kognitif

normal dan 25% memiliki fungsi kognitif yang tidak normal, hasil uji statistik

chi-square diperoleh nilai p value 0,000 < α (0,05) maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara hobby dengan fungsi kognitif Lansia.

Nilai OR adalah 11,000 (95%CI : 3,292 – 36,751) artinya lansia yang memiliki

hobby memiliki kemungkinan 11 kali untuk memiliki fungsi kognitif normal

dibandingkan dengan lansia yang tidak memiliki hobby.

Dari riwayat penyakit, terlihat bahwa 31 orang lansia yang tidak

mempunyai riwayat penyakit 71,0% memiliki fungsi kognitif normal dan 29,0%

memiliki fungsi kognitif tidak normal, semntara pada lansia yang mempunyai

riwayat penyakit 72,4% memiliki fungsi kognitif tidak normal dan 27,6%

memiliki fungsi kognitif normal. Hasil uji statistic chi-square diperoleh nilai

p value 0,001 < α (0,005), dengan nilai OR adalah 6,417 (95%CI 4,515 - 56,698)

hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit

dengan fungsi kognitif, dimana lansia yang tidak memiliki riwayat penakit

memiliki kemungkinan 6,4 kali lebih besar untuk memiliki fungsi kognitif normal

dibandingkan dengan lansia yang memiliki riwayat penyakit.

Page 121: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

q

q

2. Hubungan Karakteristik Responden dengan Keseimbangan Tubuh

Tabel 2.1

Hasil Analisais Bivariat Karakteristik Responden dengan Keseimbangan

Tubuh

Variabel Bebas Keseimbangan OR (95 % CI) P

value Seimbang

n (%)

Tidak

Seimbang

n (%)

Lower Upper

Umur 60 - 74 tahun

74 - 80 tahun

28 (50,9)

4 (80,0)

27 (49,1)

1 (20,0)

0,259 0,027 2,470 0,212

Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

10 (47,6)

22 (56,4)

11 (52,4)

17 (43,6)

0,702 0,242 2,038

0,515

Pendidikan

Sekolah

Tidak Sekolah

32(60,4)

0(0,00)

21(24,7)

7(100,00)

0,284

0,552

0,003

Pekerjaan

Bekerja

Tidak Bekerja

24 (50,0)

8 (66,7)

24 (50,0)

4 (33,3)

0,500 0,133 1,885 0,301

Hobby

Punya Hobi

Tidak Punya

Hobi

22 (68,8)

10 (35,7)

10 (31,2)

18 (64,3)

3,960 1,351 11,607 0,010

Riwayat Penykit Tidak sakit

Sakit

26 (83,9)

6 (20,7)

5 (16,1)

23 (79,3)

19,933 5,364 74,080 0.000

Hasil analisis bivariat pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa lansia yang

berumur 60-74 tahun sebagian besar (50,9%) memiliki keseimbangan dan 49,1%

tidak seimbang, sedangkan pada lansia usia 74-80 tahun 80% masih seimbang dan

Page 122: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

r

r

20% tidak seimbang, dengan nilai p = 0,212 > α (0,05) sehingga dapat

disimpulkan umur tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan

keseimbangan tubuh lansia di kelompok posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh.

Pada tabel tersebut diatas juga dapat diketahui bahwa lansia berjenis

kelamin laki-laki 52,4% tidak seimbang dan 47,6% memiliki keseimbangan. Pada

lansia perempuan 56,4% memiliki keseimbangan dan 43,6% tidak seimbang

dengan nilai p = 0,515 > α (0,05) sehingga dapat disimpulkan secara statistik

bahwa jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan

keseimbangan tubuh lansia.

Pada variabel pendidikan, dari 53 Lansia yang pernah sekolah sebagian

besar (60,4%) memiliki keseimbangan tubuh dan dari tujuh lansia yang tidak

sekolah semuanya (100%) tidak memilkiki keseimbangan tubuh. Hasil analisis

hubungan status pendidikan dengan keseimbangan tubuh lansia didapatkan hasil

nilai p = 0,003 < α (0,05) artinya secara statistik status pendidikan lansia

berhubungan secara signifikan dengan keseimbangan tubuh lansia.

Pada riwayat pekerjaan dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa

Lansia yang bekerja dengan lansia yang tidak bekerja memiliki kejadian

keseimbangan yang sama (50%), sedangkan pada lansia yang tidak bekerja 66,7%

seimbang dan 33,3% tidak seimbang, dengan nilai p value 0,301 > α (0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistic pekerjaan tidak memiliki

hubungan yang signifikan terhadap keseimbangan tubuh lansia.

Pada variabel hobi bahwa sebanyak 32 orang lansia yang mempunyai hobi

68,8% nya memiliki keseimbangan tubuh dan 31,2% tidak seimbang, sedangkan

Page 123: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

s

s

lansia yang tidak mempunyai hobi sebagian besar (64,3%) yang tidak seimbang

dan 35,7% memiliki keseimbangan tubuh . Hasil uji statistik chi-square diperoleh

nilai p value 0,010 < α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa secara statistic ada

hubungan yang signifikan antara lansia yang memiliki hobi dengan keseimbangan

tubuh lansia. Nilai OR adalah 3,960 (95%CI : 1,351 – 11,607) artinya lansia yang

memiliki hobi berpeluang 3,96 kali lebih besar untuk memiliki keseimbangan

tubuh dibandingkan dengan lansia yang tidak memiliki hobi.

Dari riwayat penyakit, terlihat bahwa 31 orang lansia yang tidak

mempunyai riwayat penyakit 83,9% memiliki keseimbangan tubuh . Hasil uji

statistik chi-square diperoleh nilai p value 0,000 < p (0,005), dengan nilai OR

adalah 19,933 (95%CI 5,364 – 74,080) , hal ini menunjukkan ada hubungan

yang signifikan antara riwayat penyakit dengan keseimbangan tubuh lansia,

dimana lansia yang tidak memiliki riwayat penyakit memiliki kemungkinan

19,933 kali lebih besar untuk memiliki keseimbangan tubuh dibandingkan dengan

lansia yang memiliki riwayat penyakit.

Page 124: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

t

t

Lampiran 9

Hasil Analisis Multivariat

1. Hasil Analisis Multivariat Karakteristik Responden, Variabel Bebas

dengan Fungsi Kognitif.

Tabel 1.1

Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Umur, Jenis

Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Hobi, Penyakit dan Senam dengan

Fungsi Kognitif Lansia

No Variabel

B Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

1 Umur -0,992 0,496 0,371 0,021 6,467

2 Jenis Kelamin -0,301 0,764 0,740 0,104 5,281

3 Pendidikan -20,196 0,999 0.000 0,000

4 Pekerjaan -0,695 0,543 2,003 0,214 18,762

5 Hobi -3,246 0,005 0,039 0,004 0,383

6 Penyakit -0,207 0,851 1,230 0,142 10,656

7 Senam -3,930 0,005 0,020 0,001 0,314

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa variabel yang memiliki nilai

p value < 0,05 adalah variabel adalah Hobi dan Senam. Variabel penyakit, jenis

kelamin, umur dan status pekerjaan memiliki nilai p > 0,05, untuk analisa

berikutnya variabel yang memiliki nilai p tertinggi akan dikeluarkan, yaitu

variabel penyakit.

Page 125: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

u

u

Tabel 1.2

Hasil Analisi Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Umur, Jenis

Kelamin, Pendidikan, Status Pekerjaan, Hobi dan Senam dengan Fungsi

Kognitif Lansia

No Variabel

B Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

1 Umur -1,055 0,458 0,348 0,022 5,638

2 Jenis Kelamin -0,239 0,801 0,787 0,123 5,049

3 Pendidikan -20,149 0,999 0,000 0,000

4 Pekerjaan 0,600 0,558 1,821 0,246 13,506

5 Hobi -3,200 0,005 .0,041 0,004 0,376

6. Senam -3,794 0,002 0,022 0,002 0,238

Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan bahwa variabel yang memiliki nilai

p value < 0,05 adalah variabel adalah Hobi dan Senam. Variabel umur, jenis

kelamin dan status pekerja memiliki nilai p > 0,05, untuk analisa berikutnya

variabel yang memiliki nilai p tertinggi akan dikeluarkan, yaitu variabel jenis

kelamin.

Page 126: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

v

v

Tabel 1.3

Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Umur,

Pendidikan, Status Pekerjaan, Hobi dan Senam dengan Fungsi Kognitif

Lansia

No Variabel

B Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

1 Umur -0,970 0,484 0,379 0,025 5,749

2 Pendidikan -20,256 0,999 0,000 0,000

3 Kerja 0,528 0,590 1,696 0,248 11,600

4 Hobi -3,220 0,004 0,040 0,004 0,367

5. Senam -3,709 0,001 0,025 0,003 0,230

Berdasarkan tabel 1.3 menunjukkan bahwa variabel yang memiliki nilai p

value < 0,05 adalah variabel adalah Hobi dan Senam. Variabel umur , pendidikan

dan status pekerjaan memiliki nilai p > 0,05, untuk analisa berikutnya variabel

yang memiliki nilai p tertinggi akan dikeluarkan, yaitu variabel pekerjaan.

Tabel 1.4

Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Umur,

Pendidikan, Hobby dan Senam dengan Fungsi Kognitif Lansia

No

Variabel B Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

1 Umur -1,158 0,388 0,314 0,023 4,359

2 Pendidikan -20,378 0,999 0,000 0,000

3 Hobi -3,163 0,005 0,042 0,005 0,379

4 Senam -3,715 0,001 0,024 0,003 0,229

Page 127: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

w

w

Berdasarkan tabel 1.4 menunjukkan bahwa variabel yang memiliki nilai

p value < 0,05 adalah variabel adalah Hobi dan Senam. Variabel umur memiliki

nilai p > 0,05, untuk analisis berikutnya variabel yang memiliki nilai p tertinggi

akan dikeluarkan, yaitu variabel umur.

Tabel 1.5

Hasil Analisis Multivariat Karakteristik, Senam dengan Fungsi Kognitif di

Kelompok Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh

Variabel B OR 95%CI Nilai

p

Hosmer

Lemes

how

Overall

precentage

Lower Upper

Hobi

SKJ

Constant

-3,317

-3,520

30,613

0,036

0,030

1,97

0,004

0,003

0,318

0,259

0,003

0,001

0,998

0,903

83,3%

Kelayakan model regresi

Berdasarkan Tabel 1.5 nilai Hosmer Lemeshow 0,903 > α (0,05) Ho

diterima artinya model regresi biner layak digunakan pada analisa selanjutnya

karena tidak terdapat perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dan yang

diamati. Tabel tersebut diatas juga dapat disimpulkan bahwa variabel yang

berpeluang terhadap fungsi kognitif adalah variabel Hobi dan SKJ dengan nilai

sig hobby (0,003) < α, senam 0,001 <α. Kekuatan hubungan dilihat dari nilai OR

(EXP (B)) 0,036 senam 0,03. Persamaan yang terbentuk dilihat dari nilai B

dimana :

Y = 30,613 – 3,317 (hobby) – 3,520 (Senam) . Misal seseorang tidak memiliki

hobby dan tidak mengikuti senam maka probabilitas untuk memiliki fungsi

kognitif normal adalah : Y = 30,613 Dengan demikian probabilitasnya adalah:

Page 128: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

x

x

P = 1/(1+e-y

)

= 1/(1 + 2,7-30,613

) = 1/(1+6,23)= 1/7,23 = 0,14 = 14%

2. Hasil Analisis Multivariat Karakteristik Responden, Variabel Bebas

dengan Keseimbangan Tubuh

Tabel 2.1

Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Umur, Jenis

Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Hobi, Penyakit dan Senam dengan

Keseimbangan Tubuh

No Variabel

B Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

1 Umur 1,804 0,408 6,073 0,085 434,957

2 Jenis Kelamin 0,907 0,405 2,477 0,085 20,892

3 Pendidikan -20,302 0,999 0,000 0,000

4 Pekerjaan 2,145 0,094 8,540 0,695 104,882

5 Hobi -1,358 0,156 0,257 0,039 1,676

6 Penyakit -2,146 0,039 0,117 0,015 0,901

7 Senam -2,448 0,016 0,087 0,012 0,633

Berdasarkan tabel 2.1 menunjukkan bahwa variabel yang memiliki nilai

p value < 0,05 adalah variabel adalah Hobi dan Senam. Variabel umur, jenis

kelamin, status pekerjaan dan penyakit memiliki nilai p > 0,05, untuk analisa

berikutnya variabel yang memiliki nilai p tertinggi akan dikeluarkan yaitu variabel

jenis lelamin dengan nilai p value 0,405

Page 129: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

y

y

Tabel 2.2

Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Umur, Pendidikan,

Pekerjaan, Hobi, Penyakit dan Senam dengan Variabel Keseimbangan

Tubuh

No Variabel

B Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

1 Umur 1,364 0,496 3,913 0,077 199,376

2 Pendidikan -20,072 0,999 0,000 0,000

3 Pekerjaan 2,288 0,063 9,860 0,887 109,632

4 Hobi -1,244 0,185 0,288 0,046 1,817

5 Penyakit -1,834 0,050 0,160 0,026 1,000

6 Senam -2,795 0,004 0,061 0,009 0,402

Berdasarkan tabel 2.2 menunjukkan bahwa variabel yang memiliki nilai

p value < 0,05 adalah variabel Senam dan Penyakit. Variabel umur, hobi,

penyakit dan status pekerjaan memiliki nilai p > 0,05, untuk analisa berikutnya

variabel yang memiliki nilai p tertinggi akan dikeluarkan yaitu variabel umur

dengan nilai p value 0,496

Page 130: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

z

z

Tabel 2.3

Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Pendidikan,

Pekerjaan, Hobi, Penyakit dan Senam dengan Variabel Keseimbangan

Tubuh

No Variabel

B Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

1 Pendidikan -20,179 0,999 0,000 0,000

2 Pekerjaan 2,215 0,070 9,164 0,831 101,018

3 Hobi -1,060 0,234 0,346 0,060 1,983

4 Penyakit -1,934 0,035 0,145 0,024 0,880

5 Senam -2,868 0,003 0,057 0,009 0,370

Berdasarkan tabel 2.3 menunjukkan bahwa variabel yang memiliki nilai

p value < 0,05 adalah variabel Senam dan Penyakit. Variabel Pendidikan, status

pekerjaan dan Hobby memiliki nilai p > 0,05, untuk analisa berikutnya variabel

yang memiliki nilai p tertinggi akan dikeluarkan yaitu variabel Hobi dengan nilai

p value 0,234

Tabel 2.4

Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Pendidikan,

Pekerjaan, Hobi, Penyakit dan Senam dengan Variabel Keseimbangan

Tubuh

No Variabel

B Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

1 Pendidikan -20,559 0,999 0,000 0,000 0,000

2 Pekerjaan 2,224 0,058 9,164 9,249 0,927

3 Penyakit -2,100 0,018 0,145 0,122 0,021

5 Senam -2,915 0,002 0,057 0,054 0,009

Page 131: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

aa

aa

Constanta 25,943

Tabel 2.5

Hasil Analisis Multivariat Karakteristik, Senam dengan Keseimbangan

Tubuh di Kelompok Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh

Variabel B OR 95%CI Nilai

p

Hosmer

Lemes

how

Overall

precentag

e Lower Upper

Pekerjaan

Penyakit

SKJ

Constant

2,224

-2,100

-2,915

25,943

9,249

0,122

0,054

0,927

0,021

0,009

92,245

0,702

0,337

0,05

0,018

0,002

0,970

88,3%

Kelayakan model regresi

Berdasarkan Tabel 5.6 nilai Hosmer Lemeshow 0,970 > α (0,05) Ho

diterima artinya model regresi biner layak digunakan pada analisa selanjutnya

karena tidak terdapat perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dan yang

diamati. Berdasarkan tabel tersebut diatas juga menunjukkan bahwa variabel yang

memiliki nilai p value < 0,05 atau yang berpengaruh terhadap keseimbangan

adalah variabel status pekerjaan, riwayat penyakit dan Senam dengan nilai sig

kerja (0,05) < α, penyakit (0,018) < α senam 0,002 < α. Kekuatan hubungan

dilihat dari nilai OR (EXP (B)) kerja 9,249, penyakit 0,122 dan senam 0,054.

Persamaan yang terbentuk dari nilai B adalah Y= 25,943 + 2,224 (kerja) – 2,100

(penyakit) – 2,915 (senam).

Page 132: hubungan antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi

bb

bb

Jika seseorang tidak memiliki pekerjaan , memiliki riwayat penyakit dan

tidak mengikuti senam, maka probabilitas untuk memiliki keseimbangan normal

adalah Y = 25,943. Dengan demikian probabilitasnya adalah :

P = 1/(1+e-y

) = 1/(1 +2,7-25,943

) = 1/(1+ 6,4)= 0,14 = 14%.