hubungan antara perilaku inovatif...

21
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF WIRAUSAHA DENGAN KEBERHASILAN USAHA KECIL Mohammad Atiya Firmansyah Moch Bachtiar INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil. Semakin tinggi perilaku inovatif wirausaha, semakin tinggi tingkat keberhasilan usaha kecil. Sebaliknya semakin rendah perilaku inovatif wirausaha, semakin rendah ringkat keberhasilan usaha kecil. Subyek dalam penelitian ini adalah para wirausaha yang terdapat di daerah Kotagede dan Kasongan D I Yogyakarta. Teknik pengambilan subyek yang digunakan adalah metode purposive sampling. Adapun skala yang digunakan adalah skala perilaku inovatif yang disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Riyanti (2003) yang berjumlah 43 aitem dan skala keberhasilan usaha kecil yang terdiri dari tiga aspek yaitu kepuasan kerja, akumulasi modal, dan proses bisnis internal. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 14,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0.339 dengan p = 0.023 (p<0,05) yang artinya ada hubungan yang positif antara perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil. Jadi hipotesis diterima Kata kunci: Perilaku inovatif wirausaha , Keberhasilan usaha kecil

Upload: duongdung

Post on 01-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF WIRAUSAHA DENGAN KEBERHASILAN USAHA KECIL

Mohammad Atiya Firmansyah Moch Bachtiar

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil. Semakin tinggi perilaku inovatif wirausaha, semakin tinggi tingkat keberhasilan usaha kecil. Sebaliknya semakin rendah perilaku inovatif wirausaha, semakin rendah ringkat keberhasilan usaha kecil.

Subyek dalam penelitian ini adalah para wirausaha yang terdapat di daerah Kotagede dan Kasongan D I Yogyakarta. Teknik pengambilan subyek yang digunakan adalah metode purposive sampling. Adapun skala yang digunakan adalah skala perilaku inovatif yang disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Riyanti (2003) yang berjumlah 43 aitem dan skala keberhasilan usaha kecil yang terdiri dari tiga aspek yaitu kepuasan kerja, akumulasi modal, dan proses bisnis internal.

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 14,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0.339 dengan p = 0.023 (p<0,05) yang artinya ada hubungan yang positif antara perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil. Jadi hipotesis diterima

Kata kunci: Perilaku inovatif wirausaha , Keberhasilan usaha kecil

Page 2: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

2

Pengantar

Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi yang telah melanda sebagian negara di Asia Tenggara

sejak pertengahan tahun 1997 adalah harga mahal yang harus dibayar untuk

model pembangunan kapitalistik pilihan pemerintah. Indonesia menderita paling

parah dibanding dengan negara ASEAN lainnya, dan itu mencerminkan rapuhnya

struktur dasar perekonomian.

Edi Suandi Hamid dalam artikelnya yang berjudul ”Masalah Utama Ekonomi

Indonesia: Tantangan bagi Rezim Pemerintahan 2004-2009” menjelaskan bahwa

salah satu masalah utama bidang perekonomian tersebut adalah laju

pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah. Sejak krisis ekonomi melanda pada

tahun 1997, pertumbuhan ekonomi masih sangat lamban, dengan laju

pertumbuhan dibawah 5% pertahun. Setelah mengalami laju pertumbuhan

negatif sebesar lebih dari 13% tahun 1998, pada tahun berikutnya Indonesia

mencoba bangkit, dan mengalami pertumbuhan positif. Masalahnya adalah laju

pertumbuhan itu belum dapat kembali normal seperti sebelum tahun 1997,

dimana laju pertumbuhan perekonomian rata-rata mencapai 7% pertahun.

Tahun 1997 pertumbuhan ekonomi hanya 5% dan pada puncak krisis tahun

1998 pertumbuhan negatif -13,7%. Pertumbuhan tahun berikutnya selalu pada

kisaran rendah, yakni 0,96% (1999), 4,92% (2000), 3,45% (2001), dan 3,8%

pada tahun 2002. sedangkan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2003 hanya 4,1%

dan 2004 sekitar 4,5%. Namun demikian dengan peningkatan yang relatif masih

kecil, telah mengakibatkan pula pada rendahnya penciptaan kesempatan kerja di

tanah air, akumulasi peningkatan pengangguran semakin meningkat cepat.

Page 3: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

3

Akibat dari terpuruknya perekonomian nasional, terdapat ribuan angkatan

kerja yang tidak memperoleh lapangan pekerjaan sehingga terjadi

pengangguran. Pengangguran yang pada tahun 1997 hanya 4,7% naik menjadi

5,4% pada tahun 1998. Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS)

menyebutkan, sekitar 1,4 juta orang kehilangan pekerjaan di sektor formal,

sementara pekerjaan di sektor non-formal bertambah 3,6juta menjadi 57,3 juta

orang pada tahun 1998 (Feridhanusetyawan dalam Astamoen 2005).

Menurut Astamoen (2005), salah satu penyebab kurang cepatnya

pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah masih sedikitnya jumlah entrepreneur

sebagai pelaku ekonomi, antara lain pengusaha, pedagang, dan lain-lain. Dengan

banyaknya entrepreneur, dua indikator penting dalam suatu negara maju dan

makmur secara ekonomi akan tepenuhi, yaitu rendahnya angka pengangguran

dan tingginya devisa terutama dari hasil barang-barang ekspor yang dihasilkan.

Jadi, betapa pentingnya peran para entrepreneur dalam memajukan ekonomi

suatu negara. Kemajuan ekonomi mestinya sejalan dengan kemampuan dan

peningkatan daya beli, peningkatan taraf kesejahteraan hidup dan kemakmuran

bangsa yang merata dan dirasakan secara nyata, bukan hanya ditunjukkan oleh

angka-angka statistik saja.

Alma (2003) menerangkan bahwa suatu pernyataan yang bersumber dari

PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah penduduknya. Jadi, jika negara

Indonesia berpenduduk 200 juta jiwa, maka wirausahawannya harus lebih

kurang sebanyak empat juta. Katakanlah jika dihitung semua wirausahawan

Indonesia mulai dari pedagang kecil sampai perusahaan besar ada sebanyak tiga

Page 4: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

4

juta, tentu bagian terbesarnya adalah kelompok-kelompok kecil yang belum

terjamin mutunya dan belum terjamin kelangsungan hidupnya (kontuinitas).

Sebagai contoh, keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh negara Jepang

ternyata disponsori oleh wirausahawan yang telah berjumlah 2% tingkat sedang,

berwirausaha kecil sebanyak 20% dari jumlah penduduknya. Inilah kunci

keberhasilan pembangunan negara Jepang.

Contoh lain, di Samarinda terdapat peningkatan dalam jumlah industri kecil

dan menengah. Pada tahun 2000 terdapat sebanyak 6.950 unit UKM dan pada

tahun 2004 meningkat menjadi 13.233 unit, atau meningkat sebesar 91%.

(www.kaltimpost.web.id).

Berkaitan dengan pengembangan usaha, tentu saja perusahaan atau

organisasi manapun pasti ingin mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dengan

kata lain mereka ingin mencapai keberhasilan usaha. Menurut Riyanti (2003),

salah satu langkah untuk mengukur keberhasilan itu adalah melakukan penilaian

kinerja. Penilaian kinerja memang penting, sebab selain digunakan sebagai

ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu, penilaian

kinerja dapat juga jadi masukan untuk perbaikan atau peningkatan kinerja

organisasi selanjutnya. Rue dan Byars (Riyanti, 2003) mendefinisikan kinerja

sebagai tingkat pencapaian hasil atau tingkat pencapaian tujuan organisasi.

Lebih jauh, Riyanti (2003) merumuskan berbagai pendapat para ahli

tentang cara kinerja, antara lain:

1. Maynard (Riyanti, 2003), mengatakan bahwa kinerja perusahaan harus

diukur dari besarnya Return On Investment (ROI). ROI adalah keuntungan

yang diraih perusahaan. Jadi menurut Maynard, kinerja perusahaan dapat

Page 5: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

5

dinilai atau diukur melalui ROI. Pandangan Maynard tersebut ditolak oleh

banyak ahli karena menurut mereka pengukuran kinerja perusahaan tidak

cukup dilakukan dengan menggunakan ukuran tunggal tetapai juga dengan

mempertimbangkan aspek-aspek lain.

2. Westom (Riyanti, 2003), melihat dari sudut pandang manajemen pada

umumnya, kinerja perusahaan dapat diukur dengan memperhatikan tiga hal,

yaitu kinerja administrasi, kinerja operasi dan kinerja strategik.

3. Kevin dan Lawton (Riyanti, 2003) menggunakan tiga indikator dalam

mengukur kinerja organisasi, yaitu:

a. Produktivitas, yang diukur melalui perubahan output kepada perubahan di

semua faktor input (modal dan tenaga kerja).

b. Perubahan di tingkat kepegawaian (output, teknologi, cadangan, modal,

mekanisme penyesuaian dan pengaruh terhadap perubahan status.

c. Rasio finansial (mengurangi biaya pegawai dan meningkatkan nilai

tambah pegawai).

Dalam penelitiannya, Mulyanto (Riyanti, 2003) menjelaskan ciri-ciri yang

secara umum dimiliki oleh Usaha Kecil Menengah (UKM), yaitu:

1. Kepemilikan orang pribumi.

2. Jenis usaha yang digeluti bersifat tradisional.

3. Segmentasi produknya ditujukan untuk melayani masyarakat berpenghasilan

rendah dan berorientasi pada pasar domestik.

4. Usahanya bersifat padat karya di lingkungannya.

5. Teknologinya tradisional atau sederhana.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

6

6. Modal awal umumnya berasal dari rumah tangga yang jumlahnya sangat

terbatas sehingga berdampak pada kelambanan akumulasi modal.

7. Usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

8. Dalam mengelola usahanya kurang profesional dan kurang inovatif. Dengan

demikian keuntungan investasi menjadi sulit dihitung dan kemampuan

perencanaan ke depan hanya bersifat jangka pendek.

Kriteria keberhasilan usaha kecil dalam penelitian Ghost, dkk (Riyanti,

2003). tentang wirausaha kecil di Singapura menunjukkan hasil bahwa dari 85%

responden yang menjawab, 70% wirausaha menggunakan net profit growth

(laba bersih) untuk mengukur keberhasilan usaha, disusul oleh laba penjualan

(sales revenue growth, 61%), laba setelah pajak (return on investment, 50%),

dan pangsa pasar (market share, 48%). Selanjutnya, 38% dari wirausaha yang

menggunakan kriteria keberhasilan laba bersih (net profit growth), berpendapat

bahwa prestasi 6-10% pertumbuhan pertahun merupakan indikator keberhasilan

usaha. Untuk mendukung uraian diatas, kriteria keberhasilan usaha adalah

usaha-usaha yang mengalami peningkatan 25% dari keadaan ketika perusahaan

didirikan. Meskipun hanya 25%, karena yang dilihat adalah peningkatan dalam

akumulasi modal, jumlah produksi, jumlah pelanggan, perluasan usaha dan

perbaikan sarana fisik maka kriteria tersebut dinilai cukup signifikan sebagai

kriteria keberhasilan usaha (Riyanti 2003).

Selain itu, kepuasan kerja menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan

usaha karena kepuasan kerja merupakan prakondisi bagi tingkat produktivitas,

tanggung jawab, kualitas dan costumer service (Kaplan & Norton dalam

Munandar, 2001). Lebih jauh, Kaplan dan Norton (Munandar, 2001)

Page 7: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

7

mengemukakan lima elemen kepuasan kerja, yakni keterlibatan dalam

pengambilan keputusan, pengakuan, akses untuk memperoleh informasi,

dorongan aktif untuk melakukan kreativitas dan inisiatif dan dukungan atasan.

Munandar (2001) dengan menggabungkan pendapat Locke, Siegel, dan

Lane menyebut tiga faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yakni faktor

intrinsik pekerjaan, faktor gaji dan faktor penyelia.

Sejauh ini, sudah banyak ahli meneliti faktor-faktor yang menjadi kunci

keberhasilan usaha skala kecil. Tetapi, kebanyakan dari mereka hanya melihat

satu atau dua faktor saja. Kalaupun ada yang menemukan sejumlah faktor

secara bersama-sama, yang dilakukan itu hanya penelitian deskriptif sehingga

tidak bisa dibuat generalisasi. Meskipun demikian, uraian tentang hasil-hasil

penelitian para ahli dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang

berkaitan dengan keberhasilan usaha skala kecil (Riyanti , 2003).

Menurut Frinces (2004), dalam konsep kewirausahaan, seorang wirausaha

dipersepsikan sebagai orang yang mempunyai kreativitas dan semangat yang

tinggi untuk berhasil dalam pekerjaannya. Dengan semangat kerja yang tinggi

dan kreativitas yang luar biasa, seorang wirausaha berkeinginan untuk

meningkatkan nilai lebih dan kualitas hidup dirinya dengan menjadi seorang

wirausaha yang sukses karena merupakan idaman banyak orang. Untuk

mencapai tujuan yang diinginkan sebagai seorang wirausaha, maka seseorang

harus mempunyai karakteristik tertentu untuk dapat menjadi seorang wirausaha

yang berhasil. Dalam banyak studi, para peneliti mengidentifikasikan karakteristik

wirausaha yang berhasil (successful entrepreneur), yaitu: komitmen serta

ketabahan hati secara total, bergerak maju untuk mencapai tujuan dan tumbuh,

Page 8: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

8

peluang dan orientasi pada tujuan, mengambil inisiatif dan tanggung jawab

pribadi, realisme, mencari dan memakai umpan balik (feedback), mengambil

resiko yang telah diperhitungkan, dan mempunyai keinginan yang rendah untuk

mendapatkan status dan kekuasaan.

Menurut Marbun (Alma, 2003), seorang wirausahawan harus memiliki ciri-

ciri yaitu: percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko,

kepemimpinan, keorisinilan dan berorientasi ke masa depan.

Plotkin (Riyanti, 2003) berdasarkan hasil penelitiannya menyimpulkan

bahwa usaha kecil berhasil karena wirausaha memiliki otak yang cerdas yaitu

kreatif, memiliki rasa ingin tahu, mengikuti perkembangan teknologi dan dapat

menerapkannya secara produktif.

Ciri-ciri orang yang berjiwa entrepreneur menurut Astamoen (2005),

antara lain: mempunyai visi, kreatif dan inovatif, mampu melihat peluang,

orientasi pada kepuasan konsumen atau pelanggan, orientasi pada laba dan

pertumbuhan, berani menanggung resiko, berjiwa kompetisi, cepat tanggap dan

gerak cepat, berjiwa sosial dengan dermawan (phylantrophis) dan berjiwa altruis.

Peter F. Drucker (1988) menekankan perlunya wirausaha melakukan

inovasi karena inovasi adalah alat spesifik dari wirausaha. Memang, inovasi

menciptakan sumberdaya karena tidak ada sesuatu pun yang menjadi

sumberdaya sampai orang menemukan manfaat dan sesuatu yang terdapat di

alam sehingga memberinya nilai ekonomis seperti keberhasilan usaha.

Lebih jauh, Alma (2003) menjelaskan bahwa inovasi adalah proses awal

perintisan dan pengembangan dari kewirausahaan. Beberapa faktor personal

yang mendorong inovasi adalah keinginan berprestasi, keinginan menanggung

Page 9: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

9

resiko, faktor pendidikan dan faktor pengalaman. Adanya inovasi yang berasal

dari diri seseorang akan mendorongnya mencari pemicu ke arah memulai dan

mengembangkan usaha. Sedangkan faktor-faktor environment yang mendorong

inovasi adalah adanya peluang, pengalaman dan kreativitas. Tidak diragukan lagi

pengalaman sebagai guru yang berharga yang memicu perintisan dan

pengembangan usaha, apalagi ditunjang oleh adanya peluang dan kreativitas.

Dalam mengembangkan usaha yang mereka jalani, terdapat beberapa hal

yang menjadi penghambat. Menurut sejumlah peneliti, faktor-faktor yang dapat

menjadi penghambat diantaranya adalah :

1. Kurangnya kemampuan manajerial (Haswell et al; Brazel; Flahvin dalam

Riyanti, 2003).

2. Kurangnya pengalaman dalam berwirausaha (Haswell et al; Wood; Brazel;

Flahvin dalam Riyanti, 2003).

3. Kekurangan modal (Flahvin dalam Riyanti, 2003).

4. Ketidakmampuan dalam menanggapi perubahan dan beradaptasi dengan

perubahan tersebut (Flahvin dalam Riyanti, 2003).

Beberapa wirausahawan mampu mengatasi hambatan tersebut sehingga

mampu mengembangkan usaha yang sedang dijalaninya. Salah satu contoh

wirausahawan tersebut adalah Nevy Ervina, pemilik Tom’s Silver yaitu sebuah

perusahaan yang bergerak di bidang kerajinan terutama kerajinan perak,

perusahaan ini terletak di Kotagede Jogjakarta. Menurut Nevy Ervina, kunci

keberhasilan perusahaan yang dikelolanya adalah inovasi produk dan inovasi

perusahaan. Inovasi produk yaitu dilakukan dengan cara memanfaatkan bahan-

bahan lain selain perak sebagai bahan baku pembuatan produknya. Bahan-bahan

Page 10: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

10

tersebut yaitu emas, kuningan, dan alumunium. Sedangkan inovasi perusahaan

dilakukan dengan cara mendirikan representative office di beberapa kota diluar

jogjakarta. Selain hal tersebut, menurut Nevy Ervina kemampuan untuk

mengamati permintaan dan kebutuhan pasar juga turut berpengaruh terhadap

perkembangan perusahaanya. Sehingga perusahaan yang dikelolanya mampu

berkembang dan masuk nominasi untuk meraih penghargaan dalam Dji Sam Soe

award 2006, yaitu sebuah penghargaan untuk usaha kecil dan menengah yang

dinilai mengalami keberhasilan. (“Inovasi, Kunci Sukses Tom’s Silver”, Kedaulatan

Rakyat, 18 November 2006).

Dari pendapat-pendapat yang penulis kutip diatas, dapat diambil

kesimpulan bahwa sebagian besar keberhasilan usaha, khususnya usaha kecil

sangat ditentukan oleh faktor wirausaha. Meskipun faktor-faktor yang lainnya

juga turut mendukung keberhasilan usaha kecil namun faktor wirausaha, seperti

kepribadian dan kemampuan wirausaha yang diwujudkan dalam perilaku inovatif

wirausaha telah memberikan kontribusi yang sangat penting sebagai penggerak

dalam mencapai keberhasilan usaha kecil.

Metode Penelitian

Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah unit-unit usaha kecil yang terdapat didaerah

kotagede dan kasongan Jogjakarta, dengan kriteria sebagai berikut :

a. Dikelola sendiri oleh pemiliknya

b. Memiliki setidaknya dua atau lebih karyawan tetap

Page 11: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

11

c. Memiliki omzet per tahun diatas Rp 10 juta dan tidak lebih dari Rp 1

miliar

d. Baik pemilik maupun karyawan bersedia mengisi kuesioner

e. Mengalami peningkatan usaha baik dari segi omzet, jumlah

pelanggan, dan perluasan usaha, maupun perbaikan sarana fisik

setidaknya 25% dari kondisi ketika berdiri.

Teknik yang digunakan untuk mengambil sampel dalam penelitian ini adalah

dengan Menggunakan metode purposive sampling

Metode Pengmpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

Skala Perilaku Inovatif Wirausaha yang disusun berdasarkan aspek yang

dikemukakan Riyanti (2003) dan skala kepuasan kerja karyawan yang disusun

berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Munanadar (2001).

Metode analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

stastik yaitu dengan menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson. Teknik

tersebut dimaksudkan untuk menguji hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen. Analisis data yang dimaksudkan dengan

menggunakan fasilitas komputer program SPSS 14.0 for windows

Page 12: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

12

Hasil penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini berjumlah 35 wirausahawan. Untuk mendapatkan

gambaran mengenai data penelitian ini, secara singkat dapat dilihat pada tabel

deskripsi subjek penelitian pada tabel berikut

Tabel 8 Deskripsi Subjek Penelitian No Keterangan Subjek Kategori Jumlah 1 Jenis Kelamin a. Perempuan 10 b. Laki-laki 25 2 Masa Kerja a. < 5 tahun 15 b. 5 – 10 tahun 11 c. > 10 tahun 9

2. Deskripsi Data Penelitian

Gambaran data penelitian secara umum dapat dilihat pada tabel deskripsi

data penelitian berikut

Tabel 9 Deskripsi Data Penelitian

Skor empirik Variabel Xmax Xmin Mean SD

Perilaku Inovatif 109 81 93.14 7.15 Keberhasilan Usaha Kecil 84.9 18.9 50.00 17.527

Untuk mengetahui kelompok individu dalam kategori yang berbeda, perlu

dilakukan kategorisasi. Rumus norma kategorisasi sebagai berikut

Tabel 10 Rumus Norma Kategorisasi No. Kategori Rumus Norma

1. Sangat Rendah X < (µ - 1,8s ) 2. Rendah (µ - 1,8s ) = X = (µ - 0,6s )

3. Sedang (µ - 0,6s ) < X = (µ + 0,6s ) 4. Tinggi (µ + 0,6s ) < X = (µ + 1,8s ) 5. Sangat Tinggi X > (µ + 1,8s )

Catatan: X = skor, µ = mean empirik, dan s = standar deviasi empirik.

Page 13: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

13

Untuk skala perilaku inovatif wirausaha, kategorisasinya sebagai berikut

Tabel 11 Kategorisasi Skala Perilaku Inovatif Wirausaha No. Kategori Rumus Norma Frekuensi Prosentase

1. Sangat Rendah X < (80.27) 0 0% 2. Rendah (80.27) = X = (88.85) 10 28.57%

3. Sedang (88.85) < X = (97.43) 16 45.72% 4. Tinggi (97.43) < X = (106.01) 7 20% 5. Sangat Tinggi X > (106.01) 2 5.71% 35 100%

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa tidak terdapat subjek penelitian

yang memiliki tingkat perilaku inovatif yang sangat rendah (0%). Terdapat 10

subjek penelitian yang memiliki tingkat perilaku inovatif yang rendah (28.57%).

Subjek yang memiliki tingkat perilaku inovatif yang sedang sebanyak 16 orang

(45.72%). Subjek yang memiliki tingkat perilaku inovatif tinggi sebanyak 7 orang

(20%), dan subjek yang memiliki tingkat perilaku inovatif yang sangat tinggi

terdapat 2 orang (5.71%).

Untuk skala keberhasilan usaha kecil, kategorisasinya sebagai berikut

Tabel 12 Kategorisasi Skala Keberhasilan Usaha Kecil No. Kategori Rumus Norma Frekuensi Prosentase

1. Sangat Rendah X < (18.45) 0 0% 2. Rendah (18.45) = X = (39.48) 10 28.57%

3. Sedang (39.48) < X = (60.52) 14 40% 4. Tinggi (60.52) < X = (81.55) 10 28.57% 5. Sangat Tinggi X > (81.55) 1 2.86% 35 100%

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa tidak terdapat subjek penelitian

yang memiliki tingkat keberhasilan usaha kecil yang sangat rendah (0%).

Terdapat 10 subjek penelitian yang memiliki tingkat keberhasilan usaha kecil

yang rendah (28.57%). Subjek yang memiliki tingkat keberhasilan usaha kecil

Page 14: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

14

yang sedang sebanyak 14 orang (40%). Subjek yang memiliki tingkat

keberhasilan usaha kecil yang tinggi sebanyak 10 orang (28.57%), dan subjek

yang memiliki tingkat keberhasilan usaha kecil yang sangat tinggi terdapat 1

orang (2.86%).

3. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 14,0 for

windows. Uji asumsi pada penelitian ini menggunakan uji asumsi normalitas yaitu

untuk melihat apakah sebaran data mengikuti kurva normal atau tidak, dan

menggunakan uji asumsi linieritas yaitu untuk melihat apakah sebaran data

berada dalam garis lurus. Penggunaan uji asumsi normalitas dan linieritas

dikarenakan sifat penelitian ini yang bersifat korelasional atau untuk mengetahui

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Uji normalitas dan

uji linieritas ini merupakan syarat sebelum dilakukan pengetesan nilai korelasi,

dengan maksud agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran

yang seharusnya ditarik.

a. Uji Normalitas

Dari tabel uji normalitas dapat dibaca bahwa data perilaku inovatif dengan

nilai Kolmogorov-Smirnov Z (KS-Z) sebesar 0.493 normal karena nilai p=0.968

(p>0,05), dan data keberhasilan usaha kecil dengan nilai Kolmogorov-Smirnov Z

(KS-Z) sebesar 0.495 normal karena nilai p=0.967 (p>0,05). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa kedua data dari tiap variabel normal.

b. Uji Linearitas

Dari tabel dapat dibaca bahwa data dengan nilai Linearity F = 6.183 dan

p=0.027 (p<0,05) linier. Sedangkan nilai Deviation from Linearity F = 1.737 dan

Page 15: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

15

p=0.155, menunjukkan besarnya penyimpangan. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang linear antara perilaku inovatif wirausaha

dengan keberhasilan usaha kecil.

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan yang positif

antara perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil. Uji hipotesis

ini menggunakan analisis program SPSS 14.0 for windows.

Uji hipotesis adanya hubungan antara perilaku inovatif wirausaha dengan

keberhasilan usaha kecil menggunakan analisis product moment dari Karl

Pearson karena skor skala memiliki sebaran yang normal dan linear. Uji hipotesis

dilakukan melaui prosedur Bivarian Correlation, yang menunjukkan koefisien

korelasi ( r ) sebesar 0.339 dengan p=0.023 (p<0.05), maka hipotesis yang

menyatakan ada hubungan yang positif antara perilaku inovatif wirausaha

dengan keberhasilan usaha kecil dapat diterima.

Pembahasan

Data keberhasilan usaha kecil didapat dari penyetaraan skor pada masing-

masing aspek keberhasilan usaha kecil dengan menggunakan analisis T-score.

Hal ini dilakukan karena proses skoring pada masing-masing aspek keberhasilan

usaha kecil berbeda. Setelah diketahui skor total pada variabel keberhasilan

usaha kecil, langkah selanjutnya adalah melakukan korelasi antara variabel

keberhasilan usaha kecil dengan variabel perilaku inovatif wirausaha. Data yang

didapat dari penelitian sebarannya normal dan linear sehingga dapat dilakukan

teknik analisis Correlation Product Moment dari Pearson.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

16

Hasil analisis data dengan teknik analisis Correlation Product Moment dari

Pearson menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara perilaku inovatif

dengan keberhasilan usaha kecil. Signifikansi dapat dilihat dari nilai korelasi yang

dihasilkan ( r ) sebesar 0.339 dengan p=0.023 (p<0.05). hal ini menunjukkan

bahwa ada hubungan yang positif antara perilaku inovatif wirausaha dengan

keberhasilan usaha kecil. Artinya semakin tinggi perilaku inovatif seorang

wirausaha maka akan semakin tinggi tingkat keberhasilan usaha kecil, sebaliknya

semakin rendah perilaku inovatif seorang wirausaha maka akan semakin rendah

tingkat keberhasilan usaha kecil.

Faktor kepribadian wirausaha merupakan faktor penting dalam tercapainya

keberhasilan usaha kecil. Plotkin (Riyanti, 2003) berdasarkan penelitiannya,

menyimpulkan bahwa usaha kecil berhasil karena wirausaha memiliki otak yang

cerdas, yaitu kreatif, memiliki rasa ingin tahu, mengikuti perkembangan teknologi

dan dapat menerapkannya secara produktif. Meng & Liang (Riyanti, 2003) juga

menemukan bahwa kepribadian merupakan faktor yang menentukan

keberhasilan usaha skala kecil.

Faktor kepribadian yang dimaksud adalah sifat inovatif. Menurut Drucker

(1988), inovasi adalah alat spesifik wirausahawan, suatu alat untuk

memanfaatkan perubahan sebagai peluang bagi bisnis yang berbeda atau jasa

yang berbeda. Wirausahawan perlu secara sengaja mencari sumber inovasi,

perubahan dan gejala yang menunjukkan adanya peluang untuk inovasi yang

berhasil.

Seorang wirausaha yang memiliki sifat inovatif yang tinggi memiliki potensi

lebih besar untuk berhasil. Sifat inovatif bukan hanya didasarkan pada hal-hal

Page 17: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

17

yang bersifat bawaan, faktor keturunan, ataupun anugerah yang berasal dari

Tuhan, akan tetapi sifat inovatif merupakan suatu hal yang dapat dipelajari dan

dibentuk. Kemampuan seorang wirausaha dalam menerapkan kreatifitas yang

dimilikinya secara inovatif merupakan syarat utama dalam mencapai

keberhasilan.

Penulis berpendapat bahwa masih terdapat kelemahan yang terdapat dalam

penelitian ini. Diantaranya adalah penetapan kategori keberhasilan usaha kecil

sebanyak 25% dari kondisi awal berdiri dalam hal akumulasi modal dan proses

bisnis internal. Hal itu menyebabkan beberapa subjek tidak dapat dijadikan

subjek penelitian dikarenakan tidak masuk dalam karakteristik subjek penelitian.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

positif antara perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil. Ini

menunjukkan bahwa dengan memiliki sifat inovatif maka seorang wirausaha

mempunyai kemungkinan lebih besar dalam mencapai keberhasilan usaha kecil

yang sedang dijalaninya.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan, maka peneliti mencoba

mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi wirausaha

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara

perilaku inovatif wirausaha dengan keberhasilan usaha kecil, maka disarankan

bagi para wirausaha untuk terus berusaha menggali kreatifitasnya dalam bekerja

Page 18: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

18

dan menerapkannya secara inovatif sehingga akan dapat berdampak pada

kemajuan usaha yang dijalankannya.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang keberhasilan

usaha kecil diharapkan mengkaji ulang kriteria perkembangan usaha 25% dari

kondisi awal berdiri masih dapat diterapkan pada unit-unit usaha kecil. Peneliti

selanjutnya juga hendaknya menambahkan variabel lain yang dapat memberikan

pengaruh yang positif, misalnya pengalaman dalam mengelola usaha.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

19

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. 2003. Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta

Astamoen, M.P. 2005. ENTREPRENEURSHIP Dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia. Bandung : Alfabeta

Azwar, S. 2002. Penyusunan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Drucker, P.F. 1988. Inovasi dan Kewiraswastaan. Jakarta : Erlangga.

Effendy, Z. 2005. Pengaruh Pelatihan Kewirausahaan terhadap Peningkatan Efikasi Diri Berwirausaha Pada Remaja Akhir. Intisari Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UII.

Frinces, Z.H. 2004. Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis. Yogyakarta : Darussalam Offset.

Hamid, E.S. 2004. Masalah Utama Ekonomi Indonesia : Tantangan bagi Rezim Pemerintahan 2004-2009. Yogyakarta : Jurnal UNISIA No.52/XXVII/II/2004

Pusat Bahasa Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta : Balai Pustaka

Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI-Press

Pambudi, A. 2005. Sikap Kreatif dan Intrapreneurship Pada Mahasiswa. Intisari Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Riyanti, B.P.D. 2003. kewirausahaan dari sudut pandang psikologi kepribadian. Jakarta : Grasindo

Suratno. 2003. Hubungan Pola Asuh Demokratis Dengan Skema Kognitif Kewirausahaan Mahasiswa. Intisari Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Yulianto, F. 2006. Prestasi Atlet Tae Kwon Do Ditinjau Dari Kepercayaan Diri Dan Dukungan Sosial. Intisari Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UII

Page 20: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

20

Dari situs internet :

Amins, A. 2005. Dari Pertanggungjawaban Jabatan Achmad Amins 2000-2005 (2) : Industri meningkat, BPR Dukung Usaha Kecil. www.kaltimpost.web.id (03/02/07)

Baharuddin, B. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik dengan Menggunakan

Balanced Scorecard. www.dprdsulsel.go.id (28/09/07)

Buchari, C. miliki kreatifitas untuk menjadi inovatif!. www.ideachampion.com (03/02/07)

Helmi, A.F., Sutarmanto, H. 2004. Kewirausahaan dan Inovasi. www.avin.staff.ugm.ac.id (28/09/07)

Soesilo, N.I. 2006. Berbondong Memberi Kredit UMKM. www.ukm-center.org (03/02/07)

Page 21: HUBUNGAN ANTARA PERILAKU INOVATIF …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki

21

Identitas Penulis

Nama : Mohammad Atiya Firmansyah Alamat rumah : Candi III Sardonohardjo Jl. Kaliurang Km 12.5 Ngaglik

Sleman D.I. Yogyakarta Nomor telp : 081 804216833 Email : [email protected]