hubungan antara penerimaan dan kualitas hidup …

251
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DAN KUALITAS HIDUP CAREGIVER DENGAN RELAPSE PADA PASIEN RAWAT JALAN SKIZOFRENIA DI RSJ DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi Oleh: Medina Hayati G0115067 HALAMAN JUDUL Pembimbing: Rin Widya Agustin, S.Psi., M.Psi. Rahmah Saniatuzzulfa, S.Psi., M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 2020

Upload: others

Post on 09-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DAN KUALITAS HIDUP

CAREGIVER DENGAN RELAPSE PADA PASIEN RAWAT

JALAN SKIZOFRENIA DI RSJ DAERAH SURAKARTA

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Pendidikan Strata I Psikologi

Oleh:

Medina Hayati

G0115067

HALAMAN JUDUL

Pembimbing:

Rin Widya Agustin, S.Psi., M.Psi.

Rahmah Saniatuzzulfa, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

2020

ii

Kamis

28 Mei 2020

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan

Judul

: Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas Hidup

Caregiver dengan Relapse pada Pasien Rawat Jalan

Skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta

Nama Peneliti : Medina Hayati

NIM : G0115067

Tahun : 2020

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan pembimbing dan penguji skripsi

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta pada :

Hari : ...................................

Tanggal : ....................................

Pembimbing Utama

Rin Widya Agustin, S.Psi., M. Psi.

NIP 197608172005012002

Pembimbing Pendamping

Rahmah Saniatuzzulfa, S.Psi., M.Psi., Psikolog

NIK 1988031620160101

Koordinator Skripsi

Pratista Arya Satwika, S.Psi., M.Psi., Psikolog

NIK 1986103120130201

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas Hidup

Caregiver dengan Relapse pada Pasien Rawat

Jalan Skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta

Medina Hayati, G0115067, Tahun 2020

Telah diuji dan disahkan oleh pembimbing dan penguji skripsi

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari : ................................

Tanggal : ................................

Ketua Sidang

Rin Widya Agustin, S.Psi., M.Psi.

NIP 197608172005012002 ( ___________ )

Sekretaris Sidang

Rahmah Saniatuzzulfa, S.Psi., M.Psi., Psikolog

NIK 1988031620160101 ( ___________ )

Anggota Penguji:

Penguji Utama

dr. Istar Yuliadi, M.Si., FIAS.

NIP 196007101986011001 ( ___________ )

Penguji Pendamping

Arif Tri Setyanto, S.Psi., M.Psi., Psikolog

NIK 1981071920130201 ( ___________ )

Surakarta,_________________

Kepala Program Studi Psikologi

Dr. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si.

NIP 197810222005011002

Koordinator Skripsi

Pratista Arya Satwika, S.Psi., M.Psi., Psikolog

NIK 1986103120130201

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis dan pernah diterbitkan oleh orang lain, kecuali jika secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang

tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia untuk dicabut gelar

kesarjanaan saya.

Surakarta, Juni 2020

Medina Hayati

v

MOTTO

“Kekuatan di luar kendalimu dapat merampas segala milikmu kecuali satu hal,

kebebasanmu untuk memilih caramu menanggapi sesuatu”

- Viktor E. Frankl, Man’s Search for Meaning

“…and only with acceptance can there be recovery”

- J.K. Rowling

ا لا يكالف الله نافسا إلا وسعاها

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(QS. Al-Baqarah: 286)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Mama dan Papa,

Untuk segala kekuatan dan cinta yang kalian berikan

Universitas Sebelas Maret,

Untuk segala pelajaran hidup yang engkau ajarkan

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat,

berkah, dan karunia-Nya yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan skripsi sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana Program Studi

Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis

menyadari hal ini mampu diselesaikan tidak terlepas dari doa, bimbingan, bantuan,

dan dukungan dari berbagai belah pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Reviono, dr., Sp.P(K)., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si., selaku Kepala Program Studi

Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Rin Widya Agustin, S.Psi., M.Psi., Psikolog., dan Ibu Rahmah

Saniatuzzulfa, S.Psi., M.Psi., Psikolog., selaku pembimbing I dan pembimbing

II yang selalu sabar dalam memberikan dukungan, arahan, dan saran selama

proses pengerjaan penelitian dan skripsi.

4. Bapak dr. Istar Yuliadi, M.Si., FIAS. selaku penguji I yang telah memberikan

arahan dan masukkan demi semurnanya naskah skripsi ini.

5. Bapak Arif Tri Setyanto, S.Psi., M.Psi., Psikolog. selaku penguji II dan

pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan masukkan dalam

kegiatan perkuliahan hingga proses penulisan skripsi.

viii

6. Mr. Ronald Rohner dari University of Connecticut, yang telah memberikan

ilmunya mengenai teori penerimaan dan membantu peneliti dalam membuat

penyesuaian pada alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini.

7. Jajaran dosen Program Studi Psikologi UNS, yang telah mendidik dan

memberikan ilmu yang sangat berharga, serta seluruh staf dan karyawan di

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang telah membantu dalam kelancaran proses studi selama ini.

8. RSJ Daerah Surakarta yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan

penelitian, serta seluruh caregiver dan pasien skizofrenia yang telah membantu

dan memberikan pengalaman berharga.

9. Kedua orangtua penulis Bapak Siswadi dan Ibu Diah Paramardini, yang selalu

tulus memberikan kasih sayang, dukungan dan doa, serta selalu mempercayai

penulis dalam keadaan apapun.

10. Kakak dan adik penulis, Devita Ekasari, Angga Rizaldi Nasution, dan Bryan

Satria Putra, serta keponakan, Kautsar Ali Nasution dan Omar Kareem Nasution,

yang selalu memberikan tempat yang hangat untuk pulang.

11. Monica Fitri, Dyandra Firdha, Zakiya Ali, dan Fitria Handayani, yang

senantiasa membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian, serta menemani

penulis disaat-saat tersulitnya.

12. Para sahabat peneliti atas seluruh bantuan, dukungan yang kalian berikan,

memberikan pundak ketika lelah serta alasan untuk terus tersenyum dalam

menghadapi segala sesuatunya.

ix

13. Teman-teman PHT dan Kementerian Dalam Negeri BEM FK UNS 2018,

Psikologi Angkatan 2015 (Empathy), dan KKN Wakatobi 2019, telah

memberikan pengalaman, pembelajaran dan kenangan yang manis dan tidak

akan terlupakan.

14. Terakhir, penulis berterima kasih pada diri sendiri, Medina Hayati. Terima

kasih telah mau untuk terus berjuang menjadi pribadi terbaiknya dan menggapai

mimpi-mimpinya. Terima kasih untuk tidak menyerah dalam situasi yang

sesulit apapun.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada

orang lain, terutama bagi caregiver dari pasien skizofrenia dan pihak terkait

lainnya. Penulis juga menyadari bahwa dalam pelaksanaan pengerjaan skripsi ini

memiliki kekurangan, sehingga peneliti mengharapkan kritik dan saran perbaikan

agar menjadi lebih baik di kemudian hari.

Surakarta, Juni 2020

Penulis

x

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DAN KUALITAS HIDUP CAREGIVER

DENGAN RELAPSE PADA PASIEN RAWAT JALAN SKIZOFRENIA

DI RSJ DAERAH SURAKARTA

Medina Hayati

G0115067

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Relapse pada pasien skizofrenia merupakan hal yang sering terjadi. Relapse

merupakan keadaan muncul kembali dan bertambah parah simptom yang dialami

oleh pasien skizofrenia. Caregiver adalah orang yang merawat pasien ketika

melakukan perawatan di rumah sehingga menjadi lingkungan terdekat bagi pasien.

Penerimaan dan kualitas hidup dari caregiver dapat mempengaruhi sikapnya dalam

merawat pasien sehingga mungkin mempengaruhi kemungkinan terjadinya relapse.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerimaan dan

kualitas hidup caregiver dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ

Daerah Surakarta yang melibatkan 35 caregiver dengan teknik incidental sampling.

Instrumen yang digunakan adalah Skala Relapse Skizofrenia (α = 0,908), Skala

Penerimaan Caregiver (α = 0,934), dan Skala Kualitas Hidup Caregiver (α =

0,960). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear berganda.

Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara penerimaan dan kualitas hidup caregiver dengan

relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta (Fhitung =1,079

< Ftabel = 3,295; p > 0,05), dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

penerimaan caregiver dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ

Daerah Surakarta (-thitung = -0,880 > -ttabel = -2,037; p > 0,05), dan tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara kualitas hidup caregiver dengan relapse pada

pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta (-thitung = -0,226 > -ttabel = -

2,037; p > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa tingkatan penerimaan dan kualitas

hidup dari caregiver tidak memiliki pengaruh terhadap munculnya relapse pada

pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.

Kata Kunci: Caregiver, Kualitas Hidup, Penerimaan, Relapse Skizofrenia

xi

CORRELATION BETWEEN CAREGIVER’S ACCEPTANCE AND QUALITY

OF LIFE WITH RELAPSE AMONG SCHIZOPHRENIA OUTPATIENT

IN SURAKARTA REGIONAL PSYCHIATRIC HOSPITAL

Medina Hayati

G0115067

Psychology Department, Faculty of Medicine

University of Sebelas Maret Surakarta

ABSTRACT

Relapse in schizophrenia patient is commonly found. Relapse is a state of

recurrence and worsening symptom experienced by patient. Caregivers are person

who take care of outpatient’s treatment hence they become the closest environment

for the patient while in home. Acceptance and quality of life of caregivers can affect

their attitude toward patient and might be affecting the possibility of schizophrenia

relapse.

This study intended to seek the correlation between caregiver’s acceptance

and quality of life with relapse of schizophrenia outpatient in Surakarta Regional

Psychiatric Hospital that involved 35 caregivers with incidental sampling

technique. The measurement used on this study are BPRS for assessing

schizophrenia relapse (α = 0,908), Caregiver Acceptance Scale (α = 0,934), and

Caregiver Quality of Life Scale (α = 0,960). This study used multiple linear

regression analysis to analyze the output.

The result of this study shows no significant correlation between caregiver’s

acceptance and quality of life with relapse of schizophrenia outpatient in Surakarta

Regional Psychiatric Hospital (Fscore =1,079 < Ftable = 3,295; p > 0,05), no

significant correlation between caregiver’s acceptance with relapse of

schizophrenia outpatient in Surakarta Regional Psychiatric Hospital (-tscore = -

0,880 > -ttable = -2,037; p > 0,05), and no significant correlation between

caregiver’s quality of life with relapse of schizophrenia outpatient in Surakarta

Regional Psychiatric Hospital (-tscore = -0,226 > -ttable = -2,037; p > 0,05). From

the results can be it concluded that the level of acceptance and quality of life

perceived by caregivers don’t affect the likelihood of relapse of schizophrenia

outpatient in Surakarta Regional Psychiatric Hospital.

Keywords: Acceptance, Caregiver, Schizophrenia Relapse, Quality of Life

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... iv

MOTTO .................................................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

ABSTRAK .............................................................................................................. x

ABSTRACT ............................................................................................................. xi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xviii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 11

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 12

1. Manfaat Teoritis .................................................................................. 12

2. Manfaat Praktis ................................................................................... 12

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 14

A. Relapse pada Skizofrenia dan Caregiver .................................................. 14

1. Skizofrenia .......................................................................................... 14

xiii

2. Relapse pada Skizofrenia .................................................................... 21

3. Caregiver Skizofrenia ......................................................................... 32

B. Penerimaan Caregiver ............................................................................... 35

1. Pengertian Penerimaan Caregiver....................................................... 35

2. Aspek-Aspek Penerimaan Caregiver .................................................. 37

C. Kualitas Hidup Caregiver ......................................................................... 40

1. Pengertian Kualitas Hidup Caregiver ................................................. 40

2. Aspek-Aspek Kualitas Hidup Caregiver ............................................ 42

D. Hubungan antara Variabel Penelitian........................................................ 53

1. Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas Hidup Caregiver dengan

Relapse pada Skizofrenia .................................................................... 53

2. Hubungan antara Penerimaan Caregiver dengan Relapse pada

Skizofrenia .......................................................................................... 58

3. Hubungan antara Kualitas Hidup Caregiver dengan Relapse pada

Skizofrenia .......................................................................................... 61

E. Penelitian Relapse Skizofrenia Sebelumnya ............................................. 63

F. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 65

G. Hipotesis .................................................................................................... 66

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 67

A. Identifikasi Variabel .................................................................................. 67

B. Definisi Operasional.................................................................................. 67

1. Relapse Skizofrenia ............................................................................. 67

2. Penerimaan Caregiver ......................................................................... 68

xiv

3. Kualitas Hidup Caregiver ................................................................... 68

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 69

1. Populasi ............................................................................................... 69

2. Sampel ................................................................................................. 70

3. Teknik Pengambilan Sampel............................................................... 70

D. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 72

1. Skala Relapse Skizofrenia ................................................................... 73

2. Skala Penerimaan Caregiver ............................................................... 75

3. Skala Kualitas Hidup Caregiver ......................................................... 76

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ......................................................... 78

1. Uji Validitas ........................................................................................ 78

2. Uji Reliabilitas .................................................................................... 78

F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 79

1. Uji Asumsi .......................................................................................... 79

2. Uji Hipotesis ....................................................................................... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 82

A. Persiapan Penelitian .................................................................................. 82

1. Orientasi Kancah Penelitian ................................................................ 82

2. Persiapan Penelitian ............................................................................ 88

B. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 92

1. Penentuan Sampel Penelitian .............................................................. 92

2. Pengumpulan Data Penelitian ............................................................. 92

3. Analisis Validitas dan Reliabilitas Skala ............................................ 93

xv

C. Analisis Data Penelitian .......................................................................... 101

1. Uji Asumsi Dasar .............................................................................. 102

2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 105

3. Uji Hipotesis ..................................................................................... 110

4. Analisis Deskriptif ............................................................................ 114

5. Analisis Tambahan ............................................................................ 117

D. Pembahasan ............................................................................................. 127

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 141

A. Simpulan ................................................................................................. 141

B. Saran ........................................................................................................ 142

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 145

LAMPIRAN ........................................................................................................ 154

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Jumlah Pasien Rawat Jalan Skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta . 69

Tabel 2. Distribusi Skor Aitem Pada Skala Relapse Skizofrenia .......................... 74

Tabel 3. Blueprint Skala Relapse Skizofrenia ...................................................... 74

Tabel 4. Distribusi Skor Aitem Favorable dan Unfavorable Pada Skala

Penerimaan Caregiver ............................................................................. 75

Tabel 5. Blueprint Skala Penerimaan Caregiver .................................................. 75

Tabel 6. Distribusi Skor Aitem Favorable dan Unfavorable Pada Skala Kualitas

Hidup Caregiver ...................................................................................... 77

Tabel 7. Blueprint Skala Kualitas Hidupp Caregiver ........................................... 77

Tabel 8. Distribusi Skala Relapse Skizofrenia Sebelum Uji-Coba ....................... 89

Tabel 9. Distribusi Skala Penerimaan Caregiver Sebelum Uji-Coba ................... 90

Tabel 10. Distribusi Skala Kualitas Hidup Caregiver Sebelum Uji-Coba............ 91

Tabel 11. Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji-Coba Skala Relapse

Skizofrenia ............................................................................................ 95

Tabel 12. Perhitungan Uji Reliabilitas Skala Relapse Skizofrenia ....................... 96

Tabel 13. Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji-Coba Skala Penerimaan

Caregiver .............................................................................................. 97

Tabel 14. Perhitungan Uji Reliabilitas Skala Penerimaan Caregiver ................... 98

Tabel 15. Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji-Coba Skala Kualitas Hidup

Caregiver .............................................................................................. 99

Tabel 16. Perhitungan Uji Reliabilitas Skala Kualitas Hidup Caregiver ........... 100

Tabel 17. Hasil Analisis Uji Normalitas ............................................................. 102

xvii

Tabel 18. Hasil Analisis Uji Linearitas antara Penerimaan Caregiver dengan

Relapse Skizofrenia ............................................................................ 104

Tabel 19. Hasil Analisis Uji Linearitas antara Kualitas Hidup Caregiver dengan

Relapse Skizofrenia ............................................................................ 105

Tabel 20. Hasil Analisis Uji Autokorelasi .......................................................... 106

Tabel 21. Hasil Analisis Uji Multikolinearitas ................................................... 107

Tabel 22. Hasil Analisis Uji Heterokesdastisitas ................................................ 108

Tabel 23. Hasil Analisis Uji F Simultan ............................................................. 110

Tabel 24. Hasil Analisis Uji t Parsial .................................................................. 112

Tabel 25. Hasil Analisis Uji R2 ........................................................................... 113

Tabel 26. Hasil Analissi Deskriptif Penelitian .................................................... 114

Tabel 27. Hasil Analisis Deskriptif Hipotetik dan Empirik ................................ 114

Tabel 28. Norma Kategorisasi Variabel Penelitian ............................................. 115

Tabel 29. Hasil Kategorisasi Variabel Penelitian ............................................... 115

Tabel 30. Tabel Demografis Penelitian ............................................................... 117

Tabel 31. Data Deskriptif Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap ........................... 119

Tabel 32. Hasil Analisi Uji Homogenitas Pada Variabel Relapse Skizofrenia

Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap .................................................... 119

Tabel 33. Hasil Analisis Uji One-Way Anova Pada Variabel Relapse Skizofrenia

Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap .................................................... 120

Tabel 34. Hasil Uji Perbedaan Relapse Skizofrenia berdasarkan Lama Merawat

Pasien .................................................................................................. 121

Tabel 35. Hasil Uji Perbedaan Relapse Skizofrenia berdasarkan Jenis Kelamin 122

xviii

Tabel 36. Data Deskriptif Berdasarkan Hubungan dengan Pasien ..................... 124

Tabel 37. Hasil Analisi Uji Homogenitas Pada Variabel Relapse Skizofrenia

Berdasarkan Hubungan dengan Pasien ............................................... 124

Tabel 38. Hasil Analisis Uji One-Way Anova Pada Variabel Relapse Skizofrenia

Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap .................................................... 125

Tabel 39. Data Deskriptif Berdasarkan Tingkat Pendidikan Caregiver ............. 126

Tabel 40. Hasil Analisi Uji Homogenitas Pada Variabel Relapse Skizofrenia

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Caregiver ....................................... 126

Tabel 41. Hasil Analisis Uji One-Way Anova Pada Variabel Relapse Skizofrenia

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Caregiver ....................................... 127

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Model “The Five Stages of Grief” (Kubler-Ross & Kessler,

2014) ................................................................................................... 36

Gambar 2. Bagan Aspek-Aspek Teori Acceptance-Rejection (Rohner, 2006) ..... 38

Gambar 3. Bagan Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas Hidup Caregiver

dengan Relapse pada Pasien Rawat Jalan Skizofrenia di RSJ Daerah

Surakarta ............................................................................................. 65

Gambar 4. Grafik Histogram Uji Normalitas ...................................................... 103

Gambar 5. Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas ............................................ 103

Gambar 6. Grafik Scatterplot Uji Heterokedastisitas .......................................... 109

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................ 155

Lampiran B. Sumber Data Pra-Penelitian ........................................................... 157

Lampiran C. Alat Ukur Penelitian ...................................................................... 161

Lampiran D. Alat Ukur Rujukan ......................................................................... 178

Lampiran E. Distribusi Nilai Skala Penelitian Sebelum Aitem Gugur ............... 188

Lampiran F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ............................... 195

Lampiran G. Distribusi Nilai Skala Penelitian Sesudah Aitem Gugur ............... 205

Lampiran H. Total Skor Penelitian ..................................................................... 212

Lampiran I. Hasil Data Penelitian ....................................................................... 216

Lampiran J. Administrasi Penelitian ................................................................... 227

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang sering kita temui di

masyarakat. Akan tetapi, masih banyak orang yang kurang sadar mengenai cara

memperlakukan orang dengan gangguan skizofrenia, termasuk keluarganya. Hal ini

dilihat dari pengalaman peneliti ketika melakukan kegiatan magang di salah satu

Rumah Sakit Jiwa di Jakarta. Pasien yang dirawat inap sebagian besar merupakan

pasien skizofrenia yang sudah pernah dinyatakan sembuh dan dibolehkan untuk

pulang, tetapi dirawat kembali dalam kondisi yang lebih parah dari sebelumnya.

Dari pernyataan yang dikatakan oleh perawat maupun social worker, ketika pasien

diperbolehkan untuk pulang, mereka tidak dirawat dan diperlakukan dengan baik

oleh lingkungannya, termasuk keluarganya sendiri.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui orang dengan

skizofrenia dalam bahasa awam sebagai orang yang ‘tidak waras’, ‘hilang ingatan’,

atau dengan sebutan yang lebih kasar seperti ‘orang gila’ dan ‘sinting’ (Sitanggang,

2015). Orang-orang yang berperilaku aneh serta terlihat tidak terurus dengan baik

memiliki kemungkinan mengalami gangguan ini. Dalam dunia kesehatan, orang

yang mengalami gangguan skizofrenia dapat disebut sebagai ODS (Orang Dengan

Skizofrenia). Skizofrenia semakin dikenal oleh masyarakat karena gangguan ini

dapat terjadi di berbagai lapisan masyarakat, tidak memandang ras, kelas

sosioekonomi , ataupun usia tertentu. Pada kenyataannya , saat ini semakin banyak

2

orang yang mengalami gangguan jiwa ini. Menurut data Riskesdas tahun 2018,

angka gangguan jiwa skizofrenia di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

besar, yaitu dari 1,7% per mil pada tahun 2013 menjadi 7% per mil pada tahun 2018

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Skizofrenia diklasifikasikan sebagai salah satu gangguan jiwa berat yang

menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk membedakan kenyataan

yang terjadi di sekitarnya dengan gejala-gejala gangguan yang mereka alami,

sehingga merekapun tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya.

Gejala-gejala gangguan tersebut dalam dunia kesehatan disebut sebagai simptom.

ODS dapat mengalami berbagai macam simptom psikotik, dilihat dengan adanya

disorientasi dengan lingkungan di sekitarnya, atau dapat dikatakan ‘terpisah dari

kenyataan’ (Oltmanns & Emery, 2012). Simptom yang sering ditemui pada ODS

adalah halusinasi dan delusi. Halusinasi merupakan kondisi ketika individu dapat

mengalami sesuatu yang dapat ditangkap oleh alat indranya, namun tidak dapat

ditangkap oleh alat indra orang lain, seperti mendengar atau melihat sesuatu.

Sedangkan delusi merupakan pikiran seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan

atau persepsi keadaan yang dinilai oleh orang-orang di sekitarnya. Selain simptom-

simptom yang sudah disebutkan di atas, masih banyak lagi simptom yang dapat

dialami oleh ODS.

Karakteristik dari simptom-simptom tersebut juga berbeda-beda pada setiap

individunya. Pada beberapa kasus, individu yang terlihat sangat berprestasi di

sekolah dapat tiba-tiba menarik diri dari lingkungan sosialnya dan tidak memiliki

minat dengan apapun, hingga muncul tingkah laku yang aneh. Di kasus lain, ODS

3

dapat terlihat seperti orang-orang pada umumnya, namun ternyata dirinya sedang

mendengar suara-suara yang tidak didengar oleh orang lain. Beberapa ODS juga

mengurung diri di rumah dengan pintu dan jendela tertutup karena merasa ada yang

ingin membunuhnya (Nevid, Rathus, & Greene, 2013). Berdasarkan pengalaman

peneliti dalam berinteraksi dengan pasien skizofrenia di salah satu rumah sakit jiwa

di Jakarta pada saat kegiatan magang mahasiswa, dapat disimpulkan bahwa setiap

ODS memiliki karakteristik simptom yang berbeda-beda. Terdapat pasien yang

berdelusi bahwa dirinya memiliki 11 mantan kekasih, merupakan seorang anak

jenderal dan memiliki banyak harta warisan, sedangkan pasien lainnya mengatakan

bahwa dirinya pernah berkencan dengan seorang artis ternama, serta berhalusinasi

bahwa ia mengaku pernah melihat Tuhan dan iblis ‘lucifer’. Selain itu, terdapat

pasien yang mengalami halusinasi lainnya seperti mendengar suara yang

memberitahukan rumus matematika kepadanya yang dapat memberikan perubahan

besar bagi masyarakat. Perilaku aneh juga dapat dilihat dari pasien-pasien

skizofrenia seperti duduk dengan posisi tangan yang tidak biasa, serta berlari

mengelilingi ruangan tanpa alasan yang jelas.

Simptom-simptom yang dialami ODS seperti halusinasi dan delusi sangat

mempengaruhi dirinya dalam berinteraksi di dalam masyarakat. Hal tersebut akan

membuat dirinya terlihat tidak seperti orang normal dan menyebabkan dirinya akan

dianggap ‘aneh’ serta anggapan lainnya oleh lingkungan di sekitarnya. Anggapan-

anggapan tersebut yang akhirnya membentuk stigma di masyarakat terhadap ODS

serta menimbulkan perilaku yang tidak baik kepada ODS tersebut. Hal ini

dibuktikan dengan data dari Riskesdas tahun 2018 (Kementerian Kesehatan

4

Republik Indonesia, 2018), 31,5% dari total penderita gangguan skizofrenia yang

telah terdata dipasung selama 3 bulan terakhir, baik di daerah perkotaan maupun

perdesaan. Pemasungan terjadi pada ODS disebabkan oleh stigma yang tertanam di

masyarakat. Stigma merupakan ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang

karena pengaruh lingkungannya (Alwi, 2007). Menurut Kring, et al. (2009), stigma

terhadap orang dengan gangguan mental sangat terasa di abad ke-21 ini, dan stigma

dapat menyebabkan dampak negatif untuk orang dengan gangguan seperti

skizofrenia. Stigma-stigma lainnya seperti gangguan tersebut dapat menular jika

mengadakan kontak langsung dengan ODS juga masih sering ditemukan di dalam

masyarakat. Hal ini menyebabkan ODS merasa terasingkan dan tidak mendapatkan

perawatan ataupun penanganan yang seharusnya mereka dapatkan.

ODS dapat mengalami berbagai macam simptom dalam satu waktu tertentu.

Kompleksnya gangguan skizofrenia membuat proses penanganan yang dibutuhkan

untuk kesembuhan gangguan ini tidak sederhana. Kesembuhan dari gangguan

skizofrenia berarti hilangnya simptom-simptom yang dialami ODS. Dibutuhkan

metode penanganan yang saling mendukung untuk mencapai tahap kesembuhan

tersebut, seperti penanganan psikologis yang dilakukan oleh psikolog klinis berupa

terapi kognitif-behavioral (CBT), terapi psikodinamika, pelatihan keterampilan

sosial, terapi reatribusi, hingga terapi keluarga, serta penanganan secara medis yang

menggunakan obat antipsikotik dan terapi kejut (Oltmanns & Emery, 2012;

Veague, 2007; Davidson, Neale, & Kring, 2006). Meskipun dengan berbagai

metode penanganan yang dapat dikatakan efektif oleh para ahli, tidak menutup

5

kemungkinan bahwa ODS akan tetap memiliki peluang yang cukup tinggi untuk

mengalami relapse (Kring, et al., 2009).

Skizofrenia dikenal sebagai penyakit yang seringkali muncul secara

berulang dan semakin lama, semakin sulit untuk dikendalikan (CNN Indonesia,

2018). Berdasarkan penelitian Weret & Mukherjee (2014), ditemukan bahwa

prevalensi relapse pada penderita skizofrenia berada dalam rentang 50-92% secara

global. Relapse yang terjadi dapat berupa munculnya simptom-simptom lama yang

sudah hilang karena pengobatan, atau bahkan munculnya simptom yang lebih parah

dari sebelumnya (Mueser & Gingerich, 2006). Menurut penelitian yang dilakukan

oleh Amelia & Anwar (2013), beberapa yang menjadi penyebab dari relapse pada

ODS adalah faktor ekonomi, ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat,

perlakuan yang kurang baik, konflik, serta emosi yang diekspresikan oleh keluarga

kepada ODS. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa keluarga dan

lingkungan memiliki peran penting dalam proses kesembuhan ODS.

ODS membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk mencegahnya

mengalami relapse. Salah satu pemicu relapse pada ODS adalah stres yang tidak

dapat diatasi oleh dirinya sendiri. Stigma merupakan salah satu sumber penyebab

terbentuknya lingkungan yang tidak kondusif di sekitar ODS karena dapat

menimbulkan perlakuan yang tidak baik dari masyarakat terhadap ODS ataupun

keluarganya. Perlakuan yang dilakukan terhadap ODS tersebut dapat menimbulkan

stres pada ODS dan memicu terjadinya relapse ketika tidak dapat diatasi dengan

baik oleh dirinya sendiri. Selain itu, stres dapat muncul dari berbagai permasalahan

lainnya seperti konflik dengan anggota keluarga. Ketika ODS mengalami hal-hal

6

yang membuat dirinya stres, kontrol terhadap dirinya akan berkurang sehingga

simptom yang sudah hilang dapat muncul kembali. Dampak relapse tidak hanya

mempengaruhi dari sisi ODS saja, tetapi akan mempengaruhi keluarganya. ODS

akan merasa kecewa ketika dirinya kembali dirawat di rumah sakit sehingga

memiliki kualitas hidup yang menurun (Olivares, et al., 2013). Sedangkan kualitas

hidup dari ODS merupakan salah satu prediktor dari kesembuhan ODS (Caqueo-

Urizar, et al., 2017). Keluarga yang menghadapi ODS saat terjadi relapse akan

merasakan beban dari segi finansial maupun sosialnya.

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa keluarga tidak dapat lepas dari

kehidupan ODS. Menurut Hendriyani (2006), keluarga merupakan lingkungan

terdekat dan paling utama dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, bukan

menjadi hal aneh ketika caregiver utama dari ODS adalah keluarga, terutama

orangtua. Keadaan ini sangat merubah kondisi keluarga tersebut. Bowie, et al.

(2010) mengatakan bahwa skizofrenia tidak hanya menghancurkan kehidupan dari

ODS, namun sangat mempengaruhi kehidupan keluarganya. Reaksi dan perasaan

yang umum timbul ketika keluarga mengetahui anggota keluarganya mengalami

gangguan skizofrenia adalah merasa tidak berdaya, kebingungan, frustasi, perasaan

bersalah, kesedihan, malu, marah, cemas, distres, dan masih banyak lagi (Mueser

& Gingerich, 2006). Akan tetapi, keluarga memiliki fungsi menjadi caregiver bagi

ODS, yaitu merawat dan mendukung ODS tersebut untuk mencapai kesembuhan.

Tidak semua keluarga dapat menerima keadaan anggota keluarganya yang

berbeda dari normal. Penerimaan keluarga dapat digambarkan sebagai pengakuan

dan penerimaan kenyataan dari keluarga akan ketidakmampuan atau kekurangan

7

dari anggota keluarganya tersebut. Zuk (dalam Darling & Darling, 1982)

mengungkapkan bahwa penerimaan membuat keluarga menjadi sadar atas kondisi

yang apa adanya, serta memberikan perhatian pada pertumbuhan dan

perkembangannya. Keluarga akan merasa nyaman dengan keadaan ini tanpa

menunjukkan sikap berlebihan dalam merawat dan tidak menolaknya meskipun

dalam perkembangannya mereka akan sangat bergantung pada keluarga.

Keluarga yang menghadapi ODS secara langsung dapat mengalami

berbagai permasalahan seperti kurangnya pengetahuan dari anggota keluarga,

emosi yang dirasakan, sikap yang ditunjukkan oleh ODS, serta penilaian dari

lingkungan yang muncul pada saat munculnya gangguan dan pada fase relapse

(Laksmi & Herdiyanto, 2019). Segala permasalahan ini akan mempengaruhi

bagaimana caregiver tersebut dalam menghadapi anggota keluarganya yang

memiliki gangguan skizofrenia. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya, menurut

Nurdiana, Syafwani, & Umbransyah (2007), penerimaan keluarga berpengaruh

terhadap relapse dari pasien skizofrenia. Keluarga yang menjadi caregiver utama

ketika ODS sedang di rumah sudah menerima kondisi anggota keluarganya

tersebut, maka caregiver akan memberikan usaha maksimal untuk merawat ODS,

sehingga dapat mengurangi kemungkinannya untuk mengalami relapse.

Merawat ODS dibutuhkan kesabaran dan membutuhkan waktu yang lama

akibat parahnya penyakit skizofrenia. Anggota keluarga yang mendampingi

menghabiskan lebih banyak waktu untuk merawat anggota keluarga yang sakit

daripada mengurusi dirinya sendiri. Padahal, keluarga yang merawat pasien lebih

dari satu jam perhari sudah memiliki tingkat stres yang tinggi. Selain itu, beban

8

yang dirasakan oleh caregiver dalam merawat ODS juga tidak sedikit. Hal-hal ini

mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki oleh caregiver tersebut. Kualitas hidup

dari caregiver dipengaruhi oleh distres secara fisik, emosional dan ekonomi yang

dipengaruhi oleh tidak terpenuhinya kebutuhan seperti kembali berfungsinya ODS

dalam masyarakat dan keluarga, beban ekonomi, kurangnya waktu luang, dan

faktor-faktor lainnya (Caqueo-Urizar, Gutierrez-Maldonado, & Miranda-Castillo,

2009). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Foldemo (dalam Awad &

Voruganti, 2008) menunjukkan bahwa semakin meningginya beban yang diterima

oleh caregiver, maka akan semakin rendah kualitas hidupnya.

Kualitas hidup caregiver mempengaruhi banyak aspek dalam perawatan

ODS. Caregiver akan mundah mengalami masalah pada psikologisnya ketika

kualitas hidup yang dimiliki rendah. Penelitian yang dilakukan Primaria (2014)

menunjukkan bahwa caregiver rentan terhadap gangguan psikologis, dan gejala

yang hadir seperti stres, frustasi, berkurangnya interaksi sosial, kecemasan, depresi

sehingga berdampak pada kesehatan fisik. Ketika hal ini terjadi, kualitas dalam

merawat ODS menjadi terganggu atau tidak maksimal. Kualitas hidup juga

mempengaruhi cara caregiver dalam memberikan dukungan emosional yang

dibutuhkan oleh ODS. Keterlibatan caregiver merupakan hal yang penting dalam

memberikan penanganan secara optimal untuk kesembuhan ODS dengan

memastikan kepatuhannya pada pengobatan, perawatan yang berkelanjutan, serta

dukungan sosial (Richieri, et al., 2011). Penanganan optimal yang berkelanjutan

tersebut akan mencegah ODS dari mengalami relapse. Penelitian yang dilakukan

9

oleh Farkhah, Suryani, & Hernawati (2017), kualitas hidup dari caregiver sangat

berpengaruh terhadap munculnya relapse pada ODS.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada dua orang caregiver

dari ODS pada bulan Mei dan Juni tahun 2019 menunjukkan bahwa keluarga, yang

merupakan caregiver utama dari ODS ketika berada di rumah, memiliki peran yang

sangat berpengaruh terhadap relapse pada ODS. Caregiver A menceritakan

mengenai pengalamannya ketika merawat ibunya yang merupakan ODS. Caregiver

A pada awalnya tidak mau untuk ikut campur dengan kondisi ibunya yang terbilang

‘aneh’ dan ‘gila’. Namun, setelah mengetahui tentang kondisi ibunya dan mencari

tahu lebih dalam mengenai skizofrenia, caregiver A mulai mengerti bagaimana cara

merawat ibunya agar kondisinya menjadi lebih baik. Sama halnya yang terjadi pada

caregiver B yang memiliki suami penderita skizofrenia. Caregiver B mengatakan

bahwa perlakuan keluarga kepada suaminya sangat berpengaruh dengan

kesembuhannya. Ketika terjadi masalah di keluarga, suami dari caregiver B akan

langsung menunjukkan gejala-gejala menuju relapse (dalam hal ini, ODS pada

awalnya merokok dan tidak bisa berkomunikasi dengan baik). Perlakuan keluarga

terhadap ODS tergantung bagaimana mereka menerima kondisi dari ODS tersebut.

Menurut caregiver A dan B, ketika keluarga telah menerima keadaan dari ODS dan

berusaha untuk memahami gangguan ini, maka hal ini akan mempengaruhi

perilakunya serta orang lain disekitarnya terhadap ODS tersebut, yang

mengakibatkan semakin menurunnya frekuensi relapse yang dialami oleh ODS.

Berdasarkan pada wawancara terhadap caregiver A dan B menunjukkan

bahwa agar tetap dapat memberikan perawatan yang bersifat kontinu, caregiver

10

juga tetap harus memikirkan kesejahteraan dirinya sendiri. Caregiver A

mengatakan ketika dirinya mengalami kesulitan antara mengimbangi dirinya yang

sedang menempuh jenjang S1 dan harus merawat ibunya yang merupakan ODS,

pada akhirnya perawatan yang ia berikan tidak maksimal. Berbeda dengan

caregiver B yang sekarang merupakan seorang guru, ia mengatakan bahwa ia tidak

merasa terbebani dengan kondisinya saat ini dan dapat tetap menjaga suaminya agar

tidak mengalami relapse. Menurut caregiver B, ketika dirinya merasa sangat

terfokus dalam merawat ODS dan tidak memikirkan tentang kesejahteraan dirinya

sendiri, perawatan yang diberikan oleh caregiver tersebut menjadi tidak optimal.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka diketahui bahwa caregiver sangat

berperan dalam kesembuhan orang yang mengalami gangguan skizofrenia.

Perlakuan dari caregiver dalam merawat ODS menjadi faktor penting dalam

relapse. Perlakuan tersebut dipengaruhi dari kondisi caregiver tersebut yang dapat

dilihat dari tingkat penerimaan dan kualitas hidupnya. Melalui gambaran

penerimaan dan kualitas hidup caregiver yang dimiliki oleh ODS maka kita dapat

mengetahui peran dari keluarga sebagai caregiver dalam terjadinya relapse pada

ODS. Diharapkan melalui penelitian ini dapat membantu keluarga dari ODS untuk

lebih memahami pentingnya lingkungan keluarga dalam membantu penyembuhan

ODS. Keluarga yang menjadi caregiver ODS dapat memberikan dukungan satu

sama lain agar dapat tetap menjalani hidup dan membantu ODS dalam masa

penyembuhannya.

Melihat pentingnya penerimaan dan kualitas hidup caregiver namun masih

sedikit jumlah penelitian yang membahas mengenai hal tersebut dan dikaitkan

11

dengan relapse yang terjadi pada ODS, menjadi alasan penting mengapa peneliti

tertarik untuk membahas topik tersebut dalam sebuah bentuk penelitian kuantitatif

berjudul “Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas Hidup Caregiver dengan

Relapse pada Pasien Rawat Jalan Skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah penelitian dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara penerimaan dan kualitas hidup caregiver

dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah

Surakarta?

2. Apakah terdapat hubungan antara penerimaan caregiver dengan relapse

pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta?

3. Apakah terdapat hubungan antara kualitas hidup caregiver dengan relapse

pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui hubungan antara penerimaan dan kualitas hidup caregiver

dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah

Surakarta.

2. Mengetahui hubungan antara penerimaan caregiver dengan relapse pada

pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.

12

3. Mengetahui hubungan antara kualitas hidup caregiver dengan relapse pada

pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan informasi bagi pengembangan disiplin ilmu psikologi, khususnya di

bidang Psikologi klinis, kesehatan, dan sosial terkait pengaruh penerimaan dan

kualitas hidup caregiver terhadap relapse bagi pasien skizofrenia.

2. Manfaat Praktis

a. Keluarga dengan ODS

Sebagai bahan pertimbangan bagi keluarga yang menjadi caregiver

untuk melakukan upaya mencegah relapse pada ODS. Upaya-upaya yang

dapat dilakukan berupa meningkatkan penerimaan dan memperhatikan

kualitas hidup caregiver dari ODS untuk memberikan perawatan yang

maksimal pada ODS.

b. Masyarakat

Sebagai bahan pertimbangan dalam menghadapi ODS bagi masyarakat,

agar dapat bertindak secara bijak dan menciptakan lingkungan yang

kondusif untuk mendukung kesembuhan dari ODS.

c. Pelayanan dan dinas kesehatan

13

Sebagai bahan pertimbangan bagi pelayan kesehatan dalam mengurangi

angka relapse pada ODS dengan memperhatikan lingkungan di sekitar ODS

terutama pada caregiver. Selain itu, dapat menjadi dasar untuk membuat

program yang dapat meningkatkan pemahaman caregiver dan masyarakat

mengenai pentingnya lingkungan di sekitar ODS untuk mencegah

terjadinya relapse.

d. Peneliti selanjutnya

Sebagai acuan bagi peneliti yang tertarik dengan topik relapse pada

pasien skizofrenia, penerimaan caregiver, dan kualitas hidup caregiver di

masa yang akan datang.

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Relapse pada Skizofrenia dan Caregiver

1. Skizofrenia

a. Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia adalah sebuah gangguan psikotik kronis serta melemahkan

yang menyerang segala segi kehidupan dari orang yang mengalaminya, seperti

pikiran, cara bicara, dan perilaku (Veague, 2007; Nevid, et al., 2013). Eugen

Bleuler (dalam Butcher, Hooley, & Mineka, 2014) merupakan seorang psikiater

Swiss yang memberikan istilah diagnosis dari skizofrenia. Pada tahun 1911,

Bleuler menggunakan kata skizofrenia yang berasal dari kata Yunani ‘sxizo’

berarti ‘terbelah’ atau ‘retak’ dan ‘phren’ berarti ‘pikiran’. Bleuler percaya

bahwa kondisi ini memiliki karakteristik utama yaitu proses berpikir yang

berantakan, kurangnya hubungan antara pikiran dan emosi, serta terpisahnya

dari realitas.

Menurut Durand & Barlow (2007) skizofrenia merupakan gangguan

menakutkan yang ditandai oleh spektrum disfungsi kognitif dan emosional yang

luas, pembicaraan dan perilaku yang terdisorganisasi, dan emosi-emosi yang

tidak pas. Gangguan ini dapat mengganggu persepsi, pikiran, pembicaraan, dan

gerakan seseorang, sehingga nyaris semua aspek fungsi sehari-harinya

terganggu. Gangguan ini mulai berkembang pada usia remaja akhir hingga

dewasa awal , terutama saat individu mulai memasuki dunia luar selain

15

keluarganya (Harrop & Trower, 2001). Sedangkan menurut Nevid, et al. (2006),

skizofrenia muncul pada seseorang ketika sudah mencapai usia kematangan

yang penuh, yaitu pada akhir masa remaja atau awal usia 20 tahun-an, walaupun

terdapat beberapa kasus yang menunjukkan bahwa tanda-tanda pertama

skizofrenia muncul pada umur 25 tahun keatas.

Berdasarkan uraian di atas, maka diketahui bahwa skizofrenia

merupakan gangguan psikotik kronis yang mengganggu seluruh aspek

kehidupan penderitanya, seperti persepsi, pikiran, cara bicara, perilaku, emosi,

hingga gerakan seseorang. Individu yang mengalami gangguan skizofrenia

dapat dikatakan terlepas dari realita di sekitarnya. Gangguan ini muncul pada

rentang remaja akhir hingga dewasa awal.

b. Simptom-Simptom Skizofrenia

Menurut Durand & Barlow (2007) dan Oltmanns & Emery (2012),

terdapat simptom-simptop skizofrenia yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1) Simptom Positif

a) Delusi

Delusi merupakan keyakinan yang oleh kebanyakan anggota

masyarakat dianggap sebagai misinterpretasi terhadap realitas

disebut disorder of thought content (gangguan isi pikiran). Individu-

individu yang mengalami delusi ini mengekspresikan pemahaman

yang lebih kuat mengenai maksud dan makna kehidupan dan kurang

16

mengalami depresi, yang semuanya tampak berhubungan dengan

sistem keyakinan delusionalnya.

b) Halusinasi

Halusinasi adalah pengalaman kejadian sensorik tanpa input dari

lingkungan sekitarnya, berbagai hal dilihat, didengar, atau diindra

meskipun hal-hal itu tidak riil atau benar-benar ada. Beberapa orang

mengatakan bahwa orang yang sedang mengalami halusinasi tidak

mendengar suara-suara orang lain tetapi mendengarkan pikiran atau

suaranya sendiri dan tidak dapat mengenali perbedaannya.

2) Simptom Negatif

a) Avolisi

Avolisi merupakan gabungan dari awalan a yang berarti “tanpa” dan

kata volition yang berarti “tindakan yang menunjukkan kemauan,

memilih, atau memutuskan”, secara lengkap dapat diartikan sebagai

ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan berbagai

macam kegiatan

b) Alogia

Alogia merupakan ketiadaan pembicaraan. Orang-orang yang

mengalami alogia cenderung merespon pertanyaan dengan jawaban-

jawaban pendek yang isinya terbatas dan tampak tidak tertarik untuk

bercakap.

17

c) Anhedonia

Anhedonia adalah ketiadaan perasaan senang yang dialami oleh

sebagian penderita skizofrenia. Orang-orang yang mengalami ini

memiliki sikap tidak peduli terhadap kegiatan-kegiatan yang

biasanya dianggap menyenangkan, termasuk makan, interaksi sosial,

dan hubungan seksual.

d) Gangguan afektif dan emosional

Orang yang memiliki afek datar seperti mengenakan topeng karena

tidak memperlihatkan emosi pada saat mereka mestinya

memperlihatkannya. Mereka akan menatap dengan pandangan

kosong, berbicara dengan datar dan tanpa nada, dan tampak tidak

terpengaruh oleh segala hal yang terjadi di sekitarnya.

3) Simptom Disorganisasi

a) Gangguan berpikir

Simtom ini dikenal sebagai disorganized speech atau cara bicara

yang tidak terorganisir dengan baik, yaitu ODS ketika mengatakan

hal-hal yang tidak masuk akal, seperti memberikan jawaban yang

tidak sesuai dengan pertanyaan, mengemukakan gagasan yang tidak

saling berkaitan, dan menggunakan kata-kata dengan cara yang aneh.

b) Perilaku aneh

ODS mungkin akan memperlihatkan berbagai bentuk perilaku

motorik yang tidak lazim, seperti rigiditas, imobilitas, exictement,

dan aktivitas berlebih.

18

c. Faktor Penyebab Skizofrenia

Menurut Frith & Johnstone (2003), skizofrenia terjadi karena dua faktor

utama yaitu:

1) Faktor Biologis

Irving Gottesman melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa

individu memiliki kemungkinan 50% terdiagnosis skizofrenia jika

kedua orangtua atau memiliki saudara kembar identik yang juga

menderita skizofrenia. Penelitian ini sangat menunjukkan bahwa

terdapat faktor keturunan atau genetik dari gangguan skizofrenia.

Terdapat juga penelitian lain yang meneliti tentang anak yang telah

diadopsi namun memiliki orangtua kandung yang terdiagnosis

skizofrenia. Penelitian ini menunjukkan bahwa anak tersebut memiliki

risiko lebih besar untuk terdiagnosis skizofrenia.

2) Faktor Lingkungan

Individu yang menderita skizofrenia sebelumnya telah mengalami lebih

banyak ‘stres secara emosional’ daripada individu yang tidak menderita

skizofrenia. Penelitian yang dilakukan oleh Edinburg High Risk Study

menemukan hubungan antara stres hidup utama dengan simptom

psikotik. Selain itu, dalam beberapa kasus simptom dari skizofrenia juga

muncul sebagai reaksi dari hubungan patologis atau pola komunikasi

yang abnormal dalam keluarga.

19

Sementara itu, menurut Kaplan, et al. (1997), faktor-faktor yang

menyebabkan individu menderita gangguan skizofrenia dibagi menjadi empat

yaitu:

1) Model Diatesis-Stres

Model diatesis-stres merupakan suatu model untuk mengintegrasikan

faktor biologis, psikososial, dan lingkungan dari skizofrenia. Model ini

menerangkan bahwa seseorang memiliki suatu kerentanan yang spesifik

(diatesis), dan ketika dihadapkan dengan pengaruh lingkungan yang

dapat menimbulkan stres akan memicu munculnya gejala skizofrenia.

2) Faktor Psikososial

Terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan penyebab munculnya

skizofrenia dilihat dari sisi psikososial. Teori tentang pasien individual

mengungkapkan bahwa setiap individu memiliki susunan psikologis

yang unik. Teori ini bisa dianalisis dari tiga sudut pandang psikologis,

yaitu psikoanalitik, psikodinamika, dan teori belajar. Menurut

pandangan psikoanalitik, skizofrenia terjadi karena adanya kecacatan

ego yang mempengaruhi interpretasi individu terhadap kenyataan dan

pengendalian dorongan-dorongan dari dalam diri (inner drives). Teori

psikoanalitik juga mengemukakan bahwa gejala-gejala skizofrenia yang

timbul pada individu memiliki makna simbolik bagi individu tersebut.

Beda halnya dengan pandangan psikoanalitik, dalam psikodinamika

menganggap hipersensitivitas pada stimuli persepsi didasarkan secara

konstitusional sebagai suatu kecacatan. Kecacatan tersebut menciptakan

20

kesulitan pada masa perkembangan anak-anak dan menempatkan stres

pada hubungan interpersonal. Pandangan dalam teori belajar

mengemukakan bahwa anak-anak yang menderita skizofrenia

mempelajari cara berpikir dan reaksi yang irasional dengan meniru

lingkungan terdekatnya yang mungkin memiliki masalah dengan

emosionalnya.

Teori tentang keluarga menyebutkan bahwa perilaku keluarga yang

patologis dapat meningkatkan stres emosional yang harus dihadapi oleh

individu skizofrenia yang rentan. Konsep ikatan ganda menggambarkan

keluarga yang hipotetik di mana anak mendapatkan pesan yang

bertentangan dari orangtuanya tentang perilaku, sikap, dan perasaan

anak, yang menyebabkan anak menarik diri ke keadaan psikotik agar

dapat terbebas dari kebingungan yang tidak dapat dipecahkan. Selain itu,

keluarga yang saling mendukung secara semu (pseudomutual) atau

bermusuhan secara semu (pseudohostile) membuat komunikasi verbal

dalam keluarga menjadi unik dan tidak mudah dimengerti. Emosi yang

diekspresikan (expressed emotion atau disingkat EE) dalam keluarga

seperti kecaman, permusuhan, dan keterlibatan yang berlebihan

(overinvolvement) dapat memperburuk kondisi ODS.

Beberapa ahli teori juga mengemukakan bahwa industrialisasi dan

urbanisasi merupakan salah satu penyebab skizofrenia. Saat ini, stres

dianggap menimbulkan efek utamanya dalam menentukan onset dan

tingkat keparahan pada skizofrenia.

21

3) Genetika

Penelitian mengenai komponen genetika dari skizofrenia sudah banyak

dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kaitan antara genetika

terhadap penurunan skizofrenia. Semakin serupa struktur gen,

prevalensi individu tersebut mengalami skizofrenia semakin besar.

4) Faktor Biologis

Terdapat banyak penelitian yang mengemukakan peranan patofisiologis

untuk daerah tertentu di otak, termasuk sistem limbik, korteks frontalis,

dan ganglia basalis.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan faktor yang dapat

menyebabkan gangguan skizofrenia pada individu berdasarkan pandangan

Kaplan, et al. (1997) yang dibagi menjadi empat faktor, yaitu model diatesis-

stres, faktor psikososial, genetis, dan faktor biologis.

2. Relapse pada Skizofrenia

a. Pengertian Relapse pada Skizofrenia

Skizofrenia merupakan suatu proses psikiatris kesatuan, sehingga dapat

didefinisikan sebagai serangkaian gejala yang berubah bersamaan dengan

berkembangnya proses skizofrenia (Overall, Gorham, & Shawver, 1961).

Relapse pada skizofrenia adalah saat muncul kembali simptom-simptom lama

atau semakin bertambah parah simptom-simptom yang dialami oleh ODS,

bahkan ketika relapse yang dialami oleh ODS sangat parah dibutuhkan

22

penanganan rawat inap di rumah sakit (Mueser & Gingerich, 2006). Menurut

Falloon, Marshall, Boyd, Razani, & Wood-Siverio (1983), terdapat lima kriteria

yang dapat mendefinisikan relapse pada skizofrenia, yaitu dirawat kembali di

rumah sakit, semua simptom bertambah parah, simptom skizofrenia bertambah

parah, butuhnya perubahan dalam perawatan pasien, dan penurunan fungsi

sosial. Kemudian, menurut Christy (2011), definisi secara sempit dari relapse

pada skizofrenia adalah munculnya kembali simptom psikotik yang

diasosiasikan dengan gangguan pada fungsi dan perilaku sosial. Selain itu,

Johnstone (dalam Christy, 2011) mengungkapkan bahwa relapse pada

skizofrenia dibagi menjadi dua tipe, yaitu (1) munculnya kembali simptom

skizofrenik pada pasien yang telah hilang, diikuti dengan episode awal, dan (2)

bertambah parahnya simptom positif.

Relapse merupakan suatu keadaan ketika ODS kembali menunjukkan

simptom-simptom yang telah dinyatakan hilang oleh ahli kesehatan setelah

diperbolehkan untuk kembali ke rumah setelah menjalani perawatan secara

rawat inap di rumah sakit ataupun rumah sakit jiwa. Ketika relapse terjadi pada

ODS, maka dianjurkan untuk melakukan perawatan secara rawat inap kembali

(rehospitalisasi) karena dapat membahayakan dirinya maupun keluarga di

sekitarnya (Amelia & Anwar, 2013).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan pendapat Mueser &

Gingerich (2006) dalam mendefinisikan relapse pada skizofrenia, yaitu

munculnya kembali simptom-simptom lama hingga bertambah parahnya

simptom yang dialami oleh ODS. Semakin parah relapse yang dialami oleh

23

ODS, maka akan dibutuhkan berbagai perawatan tambahan hingga dirawat

kembali di rumah sakit.

b. Aspek-Aspek Relapse pada Skizofrenia

Berdasarkan pengertian skizofrenia yang diungkapkan oleh Overall, et al.

(1961), dibentuklah The Brief Psychiatric Scale yang digunakan untuk

mengevaluasi perubahan pada individu skizofrenia (Overall & Gorham, 1962),

dan kemudian diklasifikasikan menjadi empat aspek oleh Mueser, Curran, &

McHugo (1997), yaitu:

1) Thought Disturbance

a) Grandiosity

Perasaan bahwa ODS memiliki kemampuan, kekuasaan, kekayaan,

kepentingan, atau superioritas yang tidak biasa dan tidak sesuai

dengan realita yang ada. ODS dapat menjelaskan dan menceritakan

tentang hal yang ia rasakan tersebut secara meyakinkan.

b) Suspiciousness

ODS mempercayai bahwa dirinya telah diperlakukan salah oleh

orang lain, atau orang lain ingin berlaku jahat terhadapnya.

Kepercayaan ini didasari oleh sesuatu yang tidak terbukti.

Kecurigaan ini dapat juga dikatakan sebagai sebuah bentuk delusi

yang dialami oleh ODS.

24

c) Hallucinatory behavior

Halusinasi yang dialami oleh ODS dapat berupa penglihatan akan

sesuatu yang tidak nyata, mendengarkan suara yang tidak memiliki

sumber suara yang jelas, atau merasakan sesuatu yang tidak ada.

Penilaian ini dilihat dari bagaimana orang lain mengalami apa yang

diceritakan oleh ODS.

d) Unusual thought content

Konten pikiran yang tidak biasa dapat digambarkan pada konten

verbalisasi dari ODS yang aneh. Delusi dan paranoid dapat

dikategorikan pada simptom ini. Konten ini dapat disampaikan dari

ODS secara jelas, mudah, dan terorganisir dengan baik.

2) Anergia

a) Emotional withdrawal

Penarikan diri secara emosional dapat didefinisikan dengan cara

ODS untuk berhubungan dengan orang lain. Hal ini terlihat dari

terbentuknya batasan kasat mata antara ODS dengan orang lain

dalam bersosialisasi. Bentuk nyata dari penarikan diri secara

emosional dapat dilihat pada ekspresi muka, mata, kualitas suara,

dan gerakan yang ekspresif dari ODS.

b) Motor retardation

Hambatan pada gerakan motorik, termasuk melambat dan

melemahnya respon motorik individu. Simptom ini ditunjukan dari

perilaku yang dikaitkan pada kehilangan energi dan semangat yang

25

dibutuhkan untuk melakukan tindakan dengan cara normal.

Tindakan ini termasuk cara berbicara dan perilaku tubuh.

c) Uncooperativeness

Uncooperativeness atau tidak dapat berkooperatif menunjukkan

tanda sikap bermusuhan dan perlawanan ketika berada dalam suatu

lingkungan dengan orang lain. Hal ini dapat dilihat hanya pada

respon ODS terhadap suatu kondisi tertentu.

d) Blunted affect

Berkurangnya ekspresi emosional dan kehilangan perasaan normal

pada ODS. Hal ini dapat dilihat ketika ODS berinteraksi pada orang

lain dan kehilangan ekspresi pada dirinya, sehingga terlihat datar.

3) Affect

a) Somatic concern

ODS merasakan sakit atau malfungsi pada tubuhnya, namun tidak

dapat dijelaskan secara medis mengenai sakit yang ia rasakan.

b) Anxiety

Kecemasan merupakan pengalaman subjektif ODS secara ketakutan,

sangat gelisah, prihatin atau rasa khawatir yang berlebihan. Hal ini

ditunjukkan dari respon verbal terhadap suatu kondisi.

c) Guilt feelings

Perasaan bersalah ODS yang diungkapkan terhadap perilakunya di

masa lalu. Perilaku tersebut merupakan perilaku yang sekarang ia

26

percaya adalah hal yang salah dan tidak baik. Memori tersebut

membuat ODS akan merasa gelisah secara sadar.

d) Depressive mood

ODS dapat dikatakan mengalami simptom ini ketika memiliki

ekspresi keputusasaan, pesimis, kesedihan, patah semangat,

ketidakberdayaan, dan suram dalam rentang waktu tertentu. Hal ini

dapat dilihat ketika ODS berkomunikasi dengan orang lain.

e) Hostility

ODS mengatakan secara verbal bahwa dirinya memiliki perasaan

yang bermusuhan, kebencian, atau tidak suka terhadap orang lain

tanpa alasan yang jelas.

4) Disorganization

a) Conceptual disorganization

Disorganisasi konseptual meliputi gangguan pada proses berpikir

secara normal dan dibuktikan dalam kebingungan, ketidakrelevanan,

ketidakkonsistenan, keterputusan, hingga merangkai rantai asosiasi

yang tidak biasa akan apa yang dikatakan oleh ODS secara spontan.

b) Tension

Tension atau ketegangan yang dimaksud adalah tanda-tanda fisik

dan motorik dari individu yang diasosiasikan dengan kecemasan.

Tanda-tanda tersebut meliputi kegugupan, gelisah, tremor,

berkeringat, tidak dapat diam pada satu posisi, serta pergerakan otot

27

yang cepat dan lebih intens dari biasanya. Tanda-tanda ini tidak

berlaku ketika ODS dibawah pengaruh obat.

c) Mannerisms and posturing

Perilaku dan postur ODS ketika simptom ini terjadi dapat dilihat dari

perilaku motorik yang aneh. Perilaku ini terkadang akan sangat

terlihat ketika dibandingan dengan orang normal lainnya. Perilaku

tersebut mencakup gerakan yang tidak biasa dilakukan dan

dilakukan secara berulang, atau hampir tidak ada gerakan yang

dilakukan oleh ODS.

d) Excitement

ODS terlihat memiliki nada emosional yang meninggi, atau

menurunnya reaktivitas emosional pada orang lain atau pada topik

pembicaraan yang sedang didiskusikan dengan ODS. Excitement

atau kegembiraan ini dapat dilihat dari ekspresi wajah, nada suara,

gestur tubuh yang ekspresif, atau meningkatnya kuantitas dan

kecepatan dalam berbicara.

e) Disorientation

Disorientasi yang dimaksud adalah ketika ODS tidak mengerti

mengenai situasi atau komunikasi dalam bentuk apapun, seperti

percakapan sehari-hari dengan orang lain. ODS mengalami

kebingungan meliputi mengenai orang, tempat, atau waktu.

28

c. Faktor Penyebab Relapse pada Skizofrenia

Menurut San, Miquel, Gómez, & Pena (2013) terdapat lima faktor yang

mempengaruhi relapse pada skizofrenia, yaitu:

1) Dukungan keluarga yang rendah

Ketika anggota keluarga terlibat dalam perawatan, ODS lebih memiliki

kemungkinan kecil untuk mengalami relapse, mencapai tingkat yang

lebih tinggi dalam keberfungsian, serta meningkatkan ketaatan ODS

dalam pengobatan. Keluarga dengan tingkat ekspresi emosi yang tinggi

dapat menyebabkan relapse pada ODS lebih sering.

2) Durasi gangguan yang lebih lama

Lamanya durasi simptom gangguan yang tidak ditangani akan

memprediksi hasil perawatan yang buruk, meningkatnya tingkat

disabilitas, dan lebih membutuhkan intervensi yang intensif.

3) Angka rawat inap di rumah sakit yang lebih banyak

Dalam penelitian saat ini, frekuensi banyaknya ODS dirawat di rumah

sakit selama 3 tahun merupakan prediktor yang kuat dalam menentukan

relapse. Pernyataan ini didukung oleh penelitian lain yang menyatakan

bahwa frekuensi banyaknya rawat inap merupakan prediktor yang valid

terhadap hasil perawatan.

4) Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya

ODS yang mengkonsumsi narkotika, psikotropika, dan zat adiktif

lainnya (napza), terutama kokain dan ganja, merepresentasikan

29

kelompok ODS yang lebih terganggu serta memiliki prevalensi lebih

tinggi dalam percobaan bunuh diri.

5) Obat antipsikotik yang berbeda

Dalam data-data penelitian yang sudah dilakukan, dapat dikatakan

bahwa obat antipsikotik terbaru memiliki potensi untuk meningkatkan

ketaatan ODS dalam melakukan pengobatan dan menurunkan tingkat

relapse.

Selain itu, menurut Farkhah, Suryani, & Hernawati (2017) faktor dari

sisi caregiver yang dapat mempengaruhi relapse pada skizofrenia adalah:

1) Kualitas hidup caregiver

Pada umumnya, caregiver akan mengalami kesulitan membagi

waktunya untuk bekerja, melakukan pekerjaan rumah, dan merawat

ODS. Beban ekonomi juga turut berkontribusi mempengaruhi kualitas

hidup caregiver karena tingginya biaya pengobatan dari ODS.

Alejandra (dalam Farkhah, et al., 2017) mengatakan bahwa perasaan

terbebani dan ketegangan yang dialami oleh caregiver dapat

mengurangi kualitas hidupnya dan berpengaruh terhadap kualitas

perawatan yang diberikan terhadap ODS.

2) Dukungan keluarga

Semakin bertambah dukungan keluarga yang diberikan pada ODS maka

akan semakin menurun frekuensi relapse yang dialami oleh ODS.

Penelitian yang dilakukan oleh Epstein-Lubow (dalam Farkhah, et al.,

30

2017) menunjukkan bahwa ODS mengalami penurunan frekuensi

relapse setelah mendapatkan dukungan secara moral dalam wujud

keterlibatan caregiver dalam kegiatan ODS.

3) Pengetahuan tentang penanganan skizofrenia

Tingkat pengetahuan caregiver terhadap penanganan pada ODS

berpengaruh terhadap frekuensi relapse yang dialami oleh ODS tersebut.

Pengetahuan dari caregiver menentukan cara mereka untuk merawat

ODS ketika berada di rumah.

4) Peristiwa kehidupan yang penuh stres

Menurut Alsherif dan Elrahman (dalam Farkhah, et al., 2017) relapse

pada ODS akan mengalami peningkatan ketika keluarga menunjukkan

suasana yang kurang baik di rumah.

Menurut Amelia & Anwar (2013), faktor relapse pada ODS yaitu:

1) Faktor ekonomi

Penanganan ODS untuk mencapai kesembuhan membutuhkan biaya

yang tidak sedikit, sehingga faktor ekonomi dari ODS dan keluarga

sangat mempengaruhi proses kesembuhannya. ODS yang memiliki

tingkat ekonomi yang rendah berkemungkinan untuk tidak dapat

membeli obat yang dibutuhkan dan meneruskan kontrol dengan ahli

kesehatan.

31

2) Ketidakpatuhan pada pengobatan

Selain karena keterbatasan biaya untuk membeli obat yang dibutuhkan,

ODS bisa menghindari untuk meminum obat karena menunjukkan efek

samping yang tidak diinginkan oleh ODS. ODS merasa akan

menimbulkan lebih banyak masalah ketika muncul efek samping dari

penggunaan obat tersebut.

3) Mendapat perlakuan kasar dan pertengkaran

Lingkungan keluarga memegang peranan penting dalam menjaga ODS

mengalami relapse. Dukungan sosial dari keluarga akan membantu

ODS dalam proses penyembuhannya di rumah.

4) Konflik yang berkepanjangan

Tekanan dari luar merupakan penentu tingkah laku yang berasal dari

lingkungan. Ketika konflik muncul dalam lingkungan ODS, hal tersebut

merupakan tekanan baginya. Tekanan tersebut jika tidak dapat diatasi

oleh ODS, dapat menyebabkan reaksi dalam dirinya yang dapat

mengarahkan ODS ke relapse.

5) Emosi yang diekspresikan secara berlebihan (expressed emotion)

ODS yang paling berisiko untuk mengalami relapse adalah ODS yang

berada pada lingkungan keluarga yang bermusuhan, memperlihatkan

rasa cemas yang berlebbihan, protektif yang berlebihan atau dikekang

oleh keluarga.

32

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa faktor

yang mempengaruhi relapse pada individu yang memiliki gangguan skizofrenia

dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi individu tersebut dan sisi lingkungan.

Dari sisi lingkungan, terutama caregiver, terdapat empat faktor yang

mempengaruhi, yaitu kualitas hidup, dukungan keluarga, pengetahuan

caregiver tentang penanganan skizofrenia, dan peristiwa kehidupan yang penuh

stres.

3. Caregiver Skizofrenia

Caregiver dapat diartikan sebagai individu yang merawat dan mendukung

individu lain sepanjang kehidupannya (Awad & Voruganti, 2008). Dalam National

Center on Caregiving (2014), terdapat dua macam caregiver yaitu formal caregiver

dan informal caregiver. Formal caregiver didefinisikan sebagai penyedia yang

berkerja sama dengan sistem pelayanan formal, baik dibayar sebagai pekerja atau

pekerja suka rela (volunteer). Sedangkan informal caregiver atau bisa disebut

caregiver keluarga adalah kerabat, saudara, pasangan, teman atau tetangga yang

memiliki hubungan personal, serta menyediakan berbagai bantuan untuk orang

yang lebih tua atau orang dewasa dengan kondisi yang kronis atau cacat. Menurut

Wilson, Ruch, Lymbery, & Cooper (2006), caregiver informal didefinisikan

sebagai orang yang bertanggung jawab untuk menjaga kerabat atau teman yang

membutuhkan bantuan disebabkan oleh umur, kecacatan, atau penyakit termasuk

gangguan mental. Bentuk penjagaan yang dilakukan dapat berupa dukungan aktif,

interaksi sosial, ataupun pengawasan terhadap individu yang membutuhkan.

33

Caregiver adalah seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan

mental serta menyediakan dukungan secara rutin, seperti menjenguk dan merawat

setiap hari (Wong, Lam, Chan, & Chan, 2012).

Menurut Caqueo-Urizar, et al. (2009) mendefinisikan caregiver utama

sebagai seseorang yang mempunyai rasa memiliki dukungan informal pada

individu yang memiliki gangguan, serta merawat dan bertanggung jawab atas

individu tersebut dan memiliki komitmen terhadap waktunya untuk melakukan

tugas itu tanpa menerima retribusi dalam bentuk apapun. Caregiver informal

merupakan hubungan merawat secara tidak profesional dan tidak dibayar antara

anggota keluarga dengan orang yang dirawat (Wilson, et al., 2006). Perawatan ini

secara personal ditujukan dan diberikan atas dasar kemurahan hati, cinta, kasih, rasa

kewajiban keluarga, tugas, dan/atau persahabatan. Caregiver keluarga merupakan

bagian dari keluarga yang menyediakan dukungan sehari-hari tanpa dibayar kepada

orang yang membutuhkan bantuan dengan tugas kehidupan sehari-hari, meliputi

makan, berpakaian, mandi, membantu dalam hal mobilitas, pengawasan secara

medis, memberikan dukungan secara emosional, serta mengerjakan pekerjaan

rumah (Leng, Xu, Nicholas, Nicholas, & Wang, 2018).

Caregiver merupakan seseorang atau beberapa orang yang memiliki

tanggung jawab untuk memberikan perawatan secara langsung, baik ketika ODS

sedang pada kondisi stabil ataupun ketika relapse (Farkhah, et al., 2017).

Pengertian lain mengenai caregiver menurut Dorian, Garcia, Lopez, & Hernandez

(2008) adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam proses perawatan ODS

serta melakukan kontak personal dengan ODS minimal satu minggu sekali.

34

Caregiver keluarga merupakan individu yang mengurus kebutuhan sehari-hari dari

pasien, memantau status mental, mengidentifikasi gejala awal dari gangguan,

relapse dan penurunan, membantu pasien untuk mengakses layanan kesehatan,

serta memantau perawatan dan menyediakan dukungan emosional kepada pasien

(Chadda, 2014). Caregiver keluarga (Weitzner, McMillan, & Jacobsen, 1999)

seringkali menjadi orang yang paling bertanggungjawab dalam menangani efek

samping dari proses penyembuhan dan simptom dari gangguan yang dialami oleh

ODS di rumah. Talwar & Matheiken (2010) mengemukakan bahwa caregiver dari

ODS merupakan bagian dari keluarga ODS yang memberikan perawatan dan

perhatian tanpa mendapatkan timbal balik dari ODS. Menurut Torrey (1983),

caregiver keluarga dituntut untuk melaksanakan berbagai macam peran, seperti

menjadi manager, psikoterapis, perawat, juru masak, pesuruh, bankir, pendisiplin,

dan sahabat bagi ODS. Caregiver keluarga bagi ODS tidak pernah mengalihkan

tanggung jawab mereka kepada orang lain, sehingga ODS akan mendapatkan

sumber daya yang konsisten dalam membantu kesembuhannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa caregiver merupakan

seseorang yang bertanggung jawab atas individu lain yang membutuhkan bantuan

dalam mengurus kebutuhan sehari-harinya. Caregiver skizofrenia merupakan

individu yang mengurus kebutuhan orang yang mengalami gangguan skizofrenia.

Kebutuhan tersebut meliputi kegiatan sehari-hari, mobilitas, pengawasan secara

medis, hingga memberikan dukungan secara emosional untuk menciptakan

lingkungan yang dapat membantunya mencapai kesembuhan. Caregiver yang

bertugas dalam merawat ODS ketika berada di rumah adalah keluarganya.

35

B. Penerimaan Caregiver

1. Pengertian Penerimaan Caregiver

Dougher (dalam Block-Lerner, Wulfert, & Moses, 2009) menggambarkan

penerimaan secara negatif, seperti menyerah atau merelakan sesuatu yang

diperjuangkan untuk dikendalikan atau diubah. Menurut Kashdan & Ciarrochi

(2013) penerimaan adalah keadaan seseorang dalam memberikan ruang untuk

perasaan, dorongan, dan sensasi yang menyakitkan, lalu memperbolehkan keadaan

tersebut untuk datang dan pergi tanpa hambatan. Ketika individu menerima

emosinya, mereka akan mengetahui bahwa pengalamannya tidak mengancam

seperti yang mereka takutkan dan akan merasakan seluruh aspek dalam dirinya

(Greenberg dalam Block-Lerner, et al., 2009).

Salah satu reaksi yang umum terjadi pada keluarga ketika mengetahui

terdapat anggota keluarganya memiliki gangguan skizofrenia adalah kesedihan

(Mueser & Gingerich, 2006). Kubler-Ross & Kessler (2014) mengemukakan

teorinya mengenai tahapan mengatasi kesedihan dan mencapai penerimaan, yang

dikenal sebagai “The Five Stages of Grief”. Tahapan pertama adalah penyangkalan,

ketika individu merasa dunia tidak memiliki arti, tidak masuk akal, dan tidak

mengerti apa yang harus mereka lakukan untuk memperbaiki situasi ini. Kemudian,

muncul tahap marah, yaitu ketika individu meluapkan emosi kemarahan kepada

siapapun atau apapun. Tawar-menawar atau bergaining merupakan tahapan

selanjutnya. Pada tahapan ini, terdapat keinginan untuk mengembalikan pada

keadaan semula dengan cara apapun yang perlu dilakukan. Setelah itu, muncul

36

tahapan depresi, yaitu individu merasa kosong dan kesedihan yang dirasakan

semakin dalam hingga merasa tidak memiliki tujuan hidup. Tahapan terakhir

merupakan tahap penerimaan. Individu tidak akan merasa dirinya baik-baik saja

setelah kejadian tersebut, namun dirinya menerima kenyataan bahwa hal ini tidak

bisa diubah dan belajar untuk hidup dalam kenyataan ini. Keadaan akan selamanya

berubah dan individu berusaha untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut.

Gambar 1. Bagan Model “The Five Stages of Grief” (Kubler-Ross & Kessler,

2014)

Rohner (2006) mengemukakan konsep yang pada awalnya dikenal sebagai

Parental Acceptance-Rejection Theory (PART) dan kemudian diubah namanya

menjadi Interpersonal Acceptance-Rejection Theory (IPART) tanpa mengubah

esensi di dalam teori tersebut. Rohner mengatakan bahwa hubungan yang dilakukan

oleh individu terhadap individu lain dinamakan sebagai warmth dimension (dimensi

kehangatan). Dimensi ini terbagi menjadi dua kubu yang berlawanan, yaitu

penerimaan interpersonal (acceptance) dan penolakan interpersonal (rejection).

Penerimaan interpersonal dapat digambarkan sebagai kehangatan, afeksi,

kepedulian, kenyamanan, pengasuhan, dukungan, atau cinta yang diungkapkan atau

dialami oleh seseorang dari orang lain. Penolakan interpersonal dikatakan sebagai

ketiadaan atau penarikan secara signifikan dari perawaan dan tingkah laku positif,

serta hadirnya beberapa perilaku dan pengaruh menyakitkan secara fisik dan psikis.

Denial Anger Bergaining Depression Acceptance

37

Berdasarkan pada uraian di atas, peneliti menggunakan pendapat Rohner

(2006) dalam mendefinisikan penerimaan caregiver, yaitu kondisi dimana sesosok

caregiver tidak berusaha melawan terhadap situasi yang ada dan memperlihatkan

kehangatan, afeksi, kepedulian, kenyamanan, dukungan, atau cinta terhadap orang

yang ia rawat atau ODS.

2. Aspek-Aspek Penerimaan Caregiver

Menurut Rohner (2006), terdapat empat aspek yang dapat menggambarkan

acceptance-rejection (penerimaan-penolakan) dari individu yang dapat

digambarkan melalui bagan sebagai berikut:

38

Gambar 2. Bagan Aspek-Aspek Teori Acceptance-Rejection (Rohner, 2006)

Interpersonal Relationship

Interpersonal Acceptance

Warmth/ Affection

Physical

Kiss, hug, cuddle, etc.

Verbal

Praise, compliment, say nice things to or

about.

Interpersonal Rejection

Hostility/ Aggression

Physical

Hit, kick, scratch,

shove, pinch.

Verbal

Curse, sarcasm, belitting, say thoughtless, unkind, cruel things to or

about

Indifference/ Neglect

Physical & psychological

unavailability of parent or partner. pays no attention

to needs of the individual.

Undifferentiated Rejection

Individual feels unloved,

unappreciated, or uncared-for

39

a. Warmth/affection

Merawat dan menghibur individu lain sebagai bagian dari kegiatan, atau

sebagai rasa kewajiban atau tanggung jawab tidak menunjukkan kehangatan

dan afeksi secara emosional. Kehangatan dan afeksi bisa terwujud dengan

menunjukkan persetujuan, bermain, menghibur, membelai, memuji,

mencium, dan memeluk individu lain, atau menunjukkan cinta dalam kata

atau tindakan lain.

b. Hostility/aggression

Individu mempercayai bahwa individu lain marah, kesal, memiliki

keinginan untuk menyakiti secara fisik ataupun verbal. Permusuhan atau

agresi ini dapat dilihat sangat tidak sabar, cepat merasa marah, atau bersikap

antagonis. Penanganan yang kasar, memukul, memaki, dan berbicara

dengan kasar juga merupakan bentuk dari permusuhan atau agresi.

c. Indifference/neglect

Pengabaian atau meninggalkan merupakan perasaan tidak peduli atau

tidak tertarik dari orang lain kepada dirinya. Orang tersebut tidak dilihat

sebagai seseorang yang bermusuhan, namun dilihat sebagai seseorang yang

dingin, tidak ramah, atau tidak peduli terhadap individu.

d. Undifferentiated rejection

Undifferentiated rejection mengacu pada kondisi di mana individu

mempersepsikan orang lain menolak dirinya, tetapi tidak tanpa afeksi,

agresif atau mengabaikan secara jelas.

40

C. Kualitas Hidup Caregiver

1. Pengertian Kualitas Hidup Caregiver

Kualitas hidup didefinisikan oleh WHO (Department of Mental Health,

World Health Organization, 2012) sebagai persepsi individual akan posisi mereka

dalam kehidupan pada konteks sistem budaya dan nilai di mana mereka tinggal,

serta hubungannya dengan tujuan, ekspektasi, standar, dan perhatiannya.

Pengertian ini didasarkan pada evaluasi subjektif yang tertanam dalam konteks

budaya, sosial, dan lingkungan. Menurut Ferrans & Powers (1998) kualitas hidup

adalah perasaan kesejahteraan individu yang berasal dari kepuasan maupun

ketidakpuasan terhadap bagian kehidupan yang penting baginya. Smith (dalam

Theofilou, 2013) mengemukakan bahwa kualitas hidup hanya terbatas pada

asesmen subjektif individu atas kehidupannya.

Kualitas hidup merupakan kesejahteraan umum yang menyeluruh dan

terdiri dari deskripsi obyektif dan evaluasi subyektif dari kesejahteraan fisik,

material, sosial, produktif, dan emosional ditampung oleh nilai-nilai pribadi (Felce,

1997). Menurut Post, de Witte, & Schrijvers (1999), terdapat tiga sudut pandang

yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep kualitas hidup, yaitu kualitas

hidup sebagai kesehatan, kesejahteraan, dan konstruk yang bersifat global

(superordinate construct). Dalam pandangan kesehatan, kualitas hidup masih

sering dianggap sebagai kesehatan (health), sehingga terdapat beberapa peneliti

menggunakan istilah ‘health related quality of life’ atau ‘health status’. Istilah

tersebut dilihat sebagai bagian dari konsep kualitas hidup secara keseluruhan

41

(termasuk bagian dari kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan

individu).

Sudut pandang kedua adalah kualitas hidup sebagai kesejahteraan (well-

being). Dalam sudut pandang ini, terdapat dua fokus yaitu memfokuskan pada well-

being sebagai penilaian keseluruhan dari kehidupan individu, dan well-being

sebagai evaluasi subjektif dari fungsi seseorang dalam satu atau lebih bagian

kehidupan. Well-being atau kesejahteraan secara keseluruhan melihat bahwa

kualitas hidup merupakan evaluasi dari kepuasan secara keseluruhan yang

mencakup kesejahteraan umum (global well-being), kesejahteraan subjektif

(subjective well-being) dan kebahagiaan (happiness). Sementara kesejahteraan

sebagai evaluasi subjektif melihat bahwa kepuasan seseorang dilihat melalui

beberapa bagian atau aspek dari kehidupan mereka, bukan keseluruhan.

Terakhir adalah sudut pandang kualitas hidup sebagai konstruk global

(superordinate construct). Pandangan ini melihat bahwa kesehatan dan

kesejahteraan termasuk dalam definisi kualitas hidup. Kualitas hidup

dideskripsikan sebagai gabungan dari keadaan lingkungan sekitar dan perasaan

seseorang mengenai lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan definisi kualitas hidup

yang dikemukakan oleh WHO (2012), yaitu kualitas hidup caregiver merupakan

persepsi caregiver mengenai posisinya dalam kehidupannya yang berhubungan

dengan pemenuhan tujuan, ekspektasi, standar, dan perhatiannya sebagai caregiver,

sehingga dapat mempengaruhi kesejahteraan dirinya.

42

2. Aspek-Aspek Kualitas Hidup Caregiver

Menurut Department of Mental Health, World Health Organization (2012),

terdapat enam aspek dalam kualitas hidup yang tercantum dalam WHOQOL-100,

yaitu:

a. Physical

1) Pain and discomfort

Rasa sakit dan ketidaknyamanan merupakan sensasi tidak

menyenangkan secara fisik dari individu, kemudian hal tersebut

mengganggu kehidupan dari individu yang mengalaminya. Asumsi

yang dilihat dalam indikator ini adalah ketika individu dapat dengan

mudah terbebas dari rasa sakit, maka ketakutan individu akan rasa sakit

semakin berkurang. Hal ini dapat menimbulkan efek terhadap kualitas

hidup seseorang. Respon seseorang terhadap rasa sakit beragam, dan

perbedaan atas toleransi dan penerimaan akan rasa sakit dapat

mempengaruhi dampaknya terhadap kualitas hidup.

2) Energy and fatigue

Energi merupakan rasa antusias dan daya tahan yang dimiliki individu

untuk melakukan pekerjaan yang dibutuhkan sehari-hari, serta aktivitas

lain yang dipilih seperti berekreasi. Hal ini dapat dilihat dari perasaan

individu merasakan kelelahan yang sangat berat hingga perasaan sangat

hidup dan memiliki banyak energi.

43

3) Sleep and rest

Tidur dan istirahat dapat dilihat dari seberapa banyak waktu yang

dibutuhkan individu dan masalah yang timbul dari hal tersebut. Kualitas

dari tidur dan istirahat yang didapatkan individu mempengaruhi kualitas

hidupnya secara keseluruhan. Masalah yang terjadi meliputi kesulitan

untuk tidur, terbangun ditengah malam dan sulit untuk tidur kembali,

dan kurangnya rasa menyegarkan setelah tidur.

b. Psychological

1) Positive feelings

Perasaan positif yang dimaksud adalah seberapa besar pengalaman

seseorang dalam merasakan kepuasan, keseimbangan, kedamaian,

kebahagiaan, penuh harapan, kesenangan dan kenikmatan terhadap hal-

hal yang baik dalam hidup. Pandangan dan perasaan individu terhadap

masa depan juga merupakan hal penting yang dilihat dalam indikator ini.

2) Thinking, learning, memory and concentration

Indikator ini melihat pandangan seseorang terhadap bagaimana caranya

berpikir, belajar, memori, konsentrasi, dan kemampuannya untuk

membuat keputusan. Hal tersebut menggabungkan kecepatan berpikir

dan kejernihan dari pikiran individu. Individu dengan kesulitan kognitif

mungkin tidak memiliki wawasan mengenai kesulitan mereka, sehingga

dapat menjadi tambahan dalam evaluasi subjektif individu.

44

3) Self-esteem

Self-esteem atau harga diri merupakan cara seseorang melihat dan

merasakan dirinya sendiri, atau dapat dikatakan sebagai rasa efikasi dan

kepuasan terhadap diri sendiri. Hal ini dapat dilihat dari cara individu

dalam berinteraksi dengan orang lain, pendidikannya, penilaian

terhadap kemampuan individu untuk berubah atau menyelesaikan suatu

tugas atau perilaku, hubungannya dengan keluarga, dan rasa kehormatan

dan penerimaan dirinya. Self-esteem sangat mempengaruhi cara

individu dalam berfungsi di berbagai kondisi, seperti dalam lingkungan

kerja, di rumah, atau cara mereka diperlakukan oleh orang lain.

4) Bodily image and appearance

Indikator ini menilai bagaimana seseorang melihat tubuhnya, baik

dalam pandangan positif ataupun negatif. Pandangan tersebut termasuk

dalam kepuasan individu dengan bagaimana dirinya terlihat dan efeknya

terhadap konsep diri. Gambaran diri dapat dipengaruhi oleh bagaimana

orang lain merespon penampilan individu.

5) Negative feelings

Perasaan negatif merupakan pengalaman individu yang mencakup

kesedihan, rasa bersalah, tangisan, rasa putus asa, kegugupan,

kecemasan, dan kurangnya kenikmatan dalam hidup. Hal ini termasuk

pertimbangan akan intensitas gangguan dari perasaan negatif tersebut

dan pengaruhnya terhadap keberfungsian individu sehari-hari.

45

c. Level of independence

1) Mobility

Mobilitas merupakan pandangan individu terhadap kemampuan mereka

untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain. Indikator ini berfokus pada

kemampuan individu secara umum untuk pergi kemanapun ia ingin

pergi tanpa bantuan dari orang lain. Asumsi dari indikator mobilitas

adalah kemanapun individu bergantung pada orang lain untuk

mobilitasnya akan mempengaruhi kualitas hidupnya.

2) Activities of daily living

Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari kemampuan

individu untuk melaksanakan kebutuhan mereka dalam beraktivitas

rutin sehari-hari, termasuk merawat diri dan merawat barang secara baik.

Individu yang bergantung pada orang lain untuk membantunya

melakukan aktivitas sehari-hari dapat mempengaruhi kualitas hidupnya.

3) Dependence on medication and treatments

Kebergantungan individu dalam penggunaan obat atau penanganan

tertentu seperti akupuntur atau pengobatan herbal untuk mendukung

kesejahteraan fisik maupun psikologis dirinya. Pengobatan dapat

mempengaruhi kualitas hidup seseorang ke arah negatif maupun positif,

bergantung dengan tujuan penggunaannya.

4) Work capacity

Kerja yang dimaksud dalam indikator ini merupakan kegiatan utama

yang dibutuhkan keterlibatan individu, baik pekerjaan yang dibayar,

46

tidak dibayar, pekerjaan komunitas secara sukarela, pelajar, atau

merawat anak dan pekerjaan rumah lainnya. Kapasitas kerja menilai

kemampuan individu untuk melakukan pekerjaan, tanpa melihat tipe

pekerjaannya.

d. Social relationships

1) Personal relationship

Perasaan individu akan persahabatan, cinta dan dukungan yang mereka

inginkan dari hubungan intim dalam hidupnya. Hubungan intim yang

dimaksud tidak hanya pada pasangan kekasih, namun juga dalam

hubungan pertemanan. Perasaan individu yang dinilai mencakup

kemampuan dan peluangnya untuk mencintai dan dicintai secara fisik

maupun emosional, membagi momen kebahagiaan atau kesulitan

dengan orang terdekat, serta perasaan menyayangi dan disayangi oleh

orang lain.

2) Social support

Dukungan sosial dapat dilihat dari perasaan individu terhadap komitmen,

persetujuan dan terdapatnya bantuan praktis dari keluarga dan teman.

Hal ini termasuk peran dalam menyelesaikan suatu permasalahan,

perasaan didukung terutama saat keadaan krisis, serta persetujuan dan

dorongan yang diberikan dari keluarga dan teman.

3) Sexual activity

Dorongan dan keinginan individu pada seks, sampai pada individu dapat

mengekspresikan dan menikmati dorongan seksualnya secara tepat.

47

Indikator ini hanya melihat pada dorongan, ekspresi dan pemenuhann

seksual. Kesuburan serta kemampuan untuk bereproduksi menjadi pusat

utama dan memiliki peran yang kuat dalam indikator ini.

e. Environment

1) Physical safety and security

Ancaman terhadap keamanan dan keselamatan mungkin akan

meningkat dari berbagai sumber, seperti orang lain atau pihak politik.

Rasa keamanan dan keselamatan yang dirasakan oleh individu dari

bahaya fisik ini akan mempengaruhi tingkat kualitas hidup yang

dimilikinya, karena hal ini berhubungan dengan rasa kebebasan sebagai

individu. Rasa keamanan dan keselamatan dipengaruhi oleh adanya

sumber daya yang dapat melindunginya dari sumber ancaman pada

dirinya.

2) Home environment

Lingkungan rumah merupakan tempat utama individu tinggal (tidur dan

menyimpan barang-barang miliknya). Lingkungan rumah dapat

berdampak pada kehidupan dan kualitas hidup seseorang. Hal ini dilihat

dari kenyamanan dari tempat, mampu memberikan tempat aman untuk

tinggal, tingkat keramaian, banyaknya ruang yang tersedia, kebersihan

tempat, tingkat privasi yang dimiliki, fasilitas yang tersedia, serta

kualitas dari konstruksi bangunan.

48

3) Financial resources

Sumber finansial individu dapat dilihat dari pandangan individu

terhadap pemenuhan kebutuhannya untuk kehidupan yang sehat dan

nyaman. Hal ini termasuk dengan rasa kepuasan atau ketidakpuasan

dengan barang yang ia dapatkan dari penghasilannya, rasa bergantung

atau kemandiriannya yang diberikan oleh sumber finansialnya, serta

perasaan cukup memiliki dari individu.

4) Health and social care: accessibility and quality

Pandangan individu pada akses layanan perawatan kesehatan dan sosial

terdekat. “Dekat” yang dimaksud merupakan waktu yang dibutuhkan

untuk mendapatkan layanan tersebut. Hal ini termasuk pada penilaian

individu terhadap ketersediaan, kualitas, serta kelengkapan dari layanan

kesehatan dan sosial yang didapatkan oleh individu ketika dibutuhkan.

Dukungan komunitas sukarela seperti tempat ibadah atau tempat badan

amal juga termasuk dalam penilaian pada indikator ini.

5) Opportunities for acquiring new information and skills

Kesempatan yang didapatkan individu untuk mempelajari keahlian dan

pengetahuan baru, termasuk dengan perasaan terhubung terhadap hal-

hal yang terjadi di sekitarnya. Hal tersebut dapat didapatkan lewat

program edukasi formal seperti sekolah atau perguruan tinggi, kelas

edukasi dewasa, seminar atau workshop tertentu, hingga aktivitas

rekreasi secara sendiri atau dalam grup.

49

6) Participation in and opportunities for recreation/ leisure activities

Kesempatan individu untuk memiliki waktu luang, hiburan, dan

relaksasi, dilihat dari kapasitas dan kesempatan untuk menikmati

kegiatan berekreasi dan berelaksasi. Hal ini mencakup kegiatan bertemu

dengan teman-teman, berolahraga, membaca, menonton televisi,

menghabisi waktu bersama keluarga dan orang terdekat, hingga tidak

mengerjakan apapun.

7) Physical environment (pollution/noise/traffic/climate)

Lingkungan fisik merupakan pandangan individu terhadap

lingkungannya, secara spesifik dalam aspek fisik. Lingkungan fisik

yang dinilai adalah kebisingan, polusi air dan udara, hingga iklim yang

terjadi di lingkungan sekitar individu dan mempengaruhi kualitas

hidupnya.

8) Transport

Kemudahan dalam menemukan atau menggunakan layanan transportasi

untuk dapat berpergian. Transportasi terdiri dari berbagai macam,

seperti sepeda, mobil, bus, motor, dan sebagainya. Penilaian dalam

indikator ini mencakup ketersediaan transportasi yang memungkinkan

individu untuk melakukan kegiatan sehari-hari serta kebebasan dalam

melakukan aktivitas yang ia pilih.

f. Spirituality/religion/personal beliefs

Kepercayaan individu yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya.

Dalam beberapa budaya dan agama, kepercayaan individu dan spiritualitas

50

merupakan sumber ketenangan, kesejahteraan, keamanan, kebermaknaan,

rasa memiliki, tujuan dan kekuatan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana

seseorang dapat bertahan melewati kesulitan dalam hidupnya, memberikan

struktur atau makna pada pengalaman, menganggap makna sebagai sumber

spiritualitas dan jawaban dari pertanyaan pribadi, serta membuat individu

memiliki rasa kesejahteraan dalam dirinya.

Selain itu, Elwick, Joseph, Becker, & Becker (2010) mengembangkan aspek

kualitas hidup caregiver yang berdasarkan pada teori kualitas hidup dari WHO

(2012), yaitu:

a. Support for caring

Dukungan untuk merawat merupakan tingkat dukungan yang diterima

oleh caregiver meliputi dukungan emosional, praktis, serta profesional.

Dukungan dapat didapatkan caregiver dari anggota keluarga lainnya, teman,

lingkungan masyarakat, hingga ahli tenaga kesehatan seperti psikolog,

dokter atau perawat. Hal ini dibutuhkan caregiver untuk membantunyya

dalam melewati dan menyelesaikan suatu permasalahan atau krisis yang

sering dialami saat merawat orang lain.

b. Caring choice

Pilihan merawat merupakan tingkatan dimana caregiver merasa mereka

memiliki kontrol atas hidupnya sendiri, dan dapat memilih kegiatan yang

dapat mereka lakukan selain merawat seperti aktivitas sosial. Hal ini dapat

mempengaruhi perasaan caregiver dalam memberikan perawatan terhadap

51

orang lain. Perasaan tersebut dapat memiliki dampak terhadap kualitas

hidup caregiver.

c. Caring stress

Stres dalam merawat merupakan stres secara mental dan fisik dari

merawat, seperti kelelahan dan depresi. Stres dapat dilihat dari munculnya

rasa sakit pada tubuh dan mengganggu kehidupan sehari-hari, rasa lelah atau

kehilangan energi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari

dan merawat orang lain, serta tidak memiliki kualitas tidur yang baik.

d. Money matters

Masalah keuangan merupakan perasaan caregiver terhadap kondisi

finansialnya. Hal ini termasuk pada pandangan individu terhadap

pemenuhan kebutuhannya untuk hidup sehari-hari serta kemampuannya

untuk meneruskan perawatan untuk orang lain. Pengeluaran untuk biaya

perawatan dapat meliputi obat-obatan, konsultasi dengan ahli tenaga

kesehatan, hingga barang-barang yang secara khusus dibutuhkan untuk

proses penyembuhan. Masalah keuangan bergantung pada kecukupannya

terhadap penghasilan untuk memenuhi seluruh kebutuhannya.

e. Personal growth

Pengembangan diri merupakan perasaan dari caregiver atas tumbuh

kembang dirinya, serta pengalaman positif atas kondisi dari caregiver

sendiri. Pengembangan diri dapat dipengaruhi dari cara caregiver dalam

memandang kondisi yang ia alami ketika merawat orang lain, dan

mengambil pembelajaran dari setiap kejadian yang ia lewati. Perasaan

52

positif seperti kebahagiaan, kesenangan, dan kenikmatan dapat

mempengaruhi proses pengembangan diri caregiver. Sarana dalam

mengembangkan diri juga dapat mempengaruhi, seperti kemudahan akses

dalam mencari informasi-informasi terbaru.

f. Sense of value

Rasa dihargai merupakan perasaan dihargai dan dihormati dari

caregiver, serta hubungan positif antara caregiver dengan orang yang

mereka rawat. Hal ini muncul dari timbal balik interaksi dari orang yang

dirawat oleh caregiver dan caranya diperlakukan oleh orang lain, termasuk

anggota keluarga yang lain, teman, lingkungan masyarakat, hingga ahli

tenaga kesehatan. Rasa dihargai dapat mempengaruhi rasa percaya dirinya

dalam bersikap yang berdampak pada kualitas hidupnya.

g. Ability to care

Kemampuan untuk merawat merupakan tingkat caregiver dapat

memberikan perawatan untuk orang yang mereka rawat, cara caregiver

dalam mengatasi perannya sebagai caregiver, dan perasaan mereka terhadap

kompetensi mereka sebagai caregiver. Hal ini dilihat dari persepsinya

terhadap kinerja yang mereka lakukan sebagai caregiver serta pemenuhan

kebutuhan dari orang yang mereka rawat.

h. Carer satisfaction

Kepuasan caregiver merupakan tingkat kepuasan caregiver terhadap

kehidupan mereka dan perannya sebagai caregiver, serta perasaannya

53

menjadi seorang caregiver. Kepuasan pada caregiver dapat dipengaruhi

oleh pemaknaan dari keadaannya untuk merawat orang lain.

Berdasarkan pada uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas

hidup caregiver terdiri dari delapan aspek yang dikemukakan oleh Elwick, Joseph,

Becker, & Becker (2010), yaitu support for caring, caring choice, caring stress,

money matters, personal growth, sense of value, ability to care, dan carer

satisfaction. Aspek ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari aspek yang

dikemukakan oleh Department of Mental Health, World Health Organization

(2012).

D. Hubungan antara Variabel Penelitian

1. Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas Hidup Caregiver dengan

Relapse pada Skizofrenia

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang membuat penderitanya

tidak dapat membedaan realita yang terjadi di sekitarnya dengan simptom-simptom

yang terjadi pada dirinya, sehingga membuatnya tidak dapat berfungsi seperti orang

yang tidak memiliki gangguan tersebut. Penanganan yang dilakukan untuk ODS

hingga saat ini belum ada yang mampu menyembuhkan gangguan tersebut

sepenuhnya. ODS yang dinyatakan sudah membaik dan diperbolehkan untuk

kembali ke lingkungan sosialnya akan tetap membutuhkan penanganan rutin yang

sudah ditentukan oleh klinisi seperti psikiater ataupun psikolog. Risiko terjadinya

relapse pada ODS termasuk tinggi walaupun sudah melakukan tindak lanjut

54

(Christy, 2011), sehingga keberfungsiannya dalam kehidupan sehari-hari juga tidak

dapat kembali secara normal.

ODS membutuhkan orang lain untuk merawatnya seumur hidupnya.

Menurut Nurdiana, Syafwani, & Umbransyah (2007), peran keluarga sangat

berpengaruh dalam menurunkan tingkat relapse serta meningkatkan kesembuhan

pada ODS. Relapse pada ODS biasanya terjadi ketika keluarga hanya bergantung

pada perawatan yang diberikan oleh ahli kesehatan di rumah sakit tanpa

melaksanakan perannya sebagai keluarga dari ODS (Amelia & Anwar, 2013).

Peran keluarga yang dimaksud meliputi pengetahuan keluarga mengenai

skizofrenia maupun kondisi ODS, serta sikap, dukungan, dan perilaku terhadap

ODS.

Keluarga merupakan caregiver ketika ODS sudah dipulangkan oleh pihak

rumah sakit dan menjalani kesehariannya di rumah. Dalam teori yang

dikembangkan oleh Rohner (2006) menyebutkan bahwa penerimaan adalah kondisi

ketika seseorang tidak berusaha melawan situasi yang ada dan memperlihatkan

kehangatan, afeksi, kepedulian, kenyamanan, dukungan, atau cinta terhadap orang

lain. Penerimaan antar individu ini berfokus pada perilaku fisik, verbal, dan

simbolik yang digunakan untuk mengekspresikan kepeduliannya terhadap orang

lain. Peran keluarga yang sudah disebutkan sebelumnya dapat muncul dengan

adanya penerimaan yang dirasakan oleh caregiver keluarga dan diekspresikan

kepada ODS yang dirawatnya. Rasa penerimaan akan situasi yang dirasakan oleh

caregiver akan membuat caregiver menunjukkan sikap, perilaku, serta dukungan

yang dibutuhkan dalam proses kesembuhan ODS sehingga dapat mencegahnya

55

mengalami relapse. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Issacs

(dalam Hardiyanti, Usman, & Yusuf, 2015) yang menyatakan bahwa ODS akan

mengalami relapse setelah dipulangkan dan dirawat di rumah karena penerimaan

atau perlakuan yang diberikan oleh keluarga sebagai caregiver buruk.

Penerimaan caregiver dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pengetahuan

terhadap gangguan skizofrenia akan membuat caregiver lebih mudah memahami

apa yang sedang terjadi pada ODS dan mengetahui apa yang harus dilakukannya

sebagai perawat di rumah, sehingga timbul penerimaan dari caregiver. Lingkungan

juga berpengaruh terhadap proses penerimaan. Ketika lingkungan memberikan

stigma dan diskriminasi terhadap ODS dan kondisinya, akan semakin sulit

caregiver untuk menerima keadaan tersebut (Paul & Nadkarni, 2017).

Tidak dapat dipungkiri bahwa peran untuk menjadi caregiver tidak mudah

bagi siapapun. Tugas dari caregiver secara garis besar adalah bertanggung jawab

atas terpenuhinya segala kebutuhan dari ODS (Torrey, 1983), seperti kebutuhan

pengobatannya hingga kebutuhan sehari-hari. Hal ini mengubah kehidupan normal

mereka dan dapat membuat siapapun yang menjalaninya mengalami stres. Stres

yang dialami oleh caregiver tidak hanya dapat mempengaruhi kemampuannya

dalam merawat ODS, mendukung aktivitas sehari-harinya, serta membantu

perawatan fisik lainnya, tetapi akan sangat berpengaruh juga terhadap cara

caregiver memberikan dukungan emosional kepada ODS (Weitzner, McMillan, &

Jacobsen, 1999).

Selain itu, dukungan terhadap ODS yang berkelanjutan oleh caregiver juga

dipengaruhi oleh kualitas hidup caregiver tersebut. Kualitas hidup seseorang akan

56

mempengaruhi caranya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hubungan sosial

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup caregiver

(Veronia, Zuhriyah, & Rinik, 2018). Selain itu, menurut Caqueo-Urizar, et al.

(2009) kualitas hidup dari caregiver dipengaruhi oleh distres secara fisik, emosional

dan ekonomi yang dipengaruhi oleh tidak terpenuhinya kebutuhan seperti kembali

berfungsinya ODS dalam masyarakat dan keluarga, beban ekonomi, kurangnya

waktu luang, dan faktor-faktor lainnya.

Peran sebagai caregiver dapat memberikan stres yang cukup berat,

menantang, dan melelahkan. Hal ini berhubungan dengan menurunnya kepercayaan

diri dan harga diri, meningkatnya distres psikologis, dan munculnya penyakit fisik

pada caregiver. Dengan kondisi caregiver tersebut, kesehatan fisik dan mentalnya

akan terganggu dan dapat berpengaruh pada kemampuan merawat yang dapat

menyebabkan ketidaknyamanan dalam hubungan antara caregiver dengan ODS

yang dirawat (Joseph, Becker, Elwick, & Silburn, 2012). Menurut WHO (2012),

kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi posisi individu dalam kehidupannya,

baik dari segi fisik, mental, dan aspek-aspek lainnya. Hal ini dapat diaplikasikan

pada kehidupan caregiver. Caregiver yang memiliki kualitas hidup yang baik

menunjukkan bahwa penilaian dirinya akan kehidupannya juga baik dan

menunjukkan kesehatan fisik maupun mentalnya yang masih dapat berfungsi

dengan baik juga. Sehingga, caregiver dapat melakukan perannya dalam merawat

ODS dengan baik pula.

Untuk memberikan penanganan yang maksimal, dibutuhkan kualitas hidup

yang baik dari caregiver. Keterlibatan dari caregiver sangat penting untuk

57

menjamin kesembuhan dari ODS seperti memastikan kepatuhan ODS dalam

meminum obatnya, mendampingi dalam perawatan-perawatan, hingga dukungan

emosi, moral dan sosial yang diberikan kepada ODS. Keterlibatan tersebut akan

terhambat ketika kualitas hidup yang dimiliki oleh caregiver rendah (Farkhah,

Suryani, & Hernawati, 2017).

Penerimaan dan kualitas hidup sama-sama menjadi faktor penting dalam

menjamin kesehatan mental individu (Butler & Ciarrochi, 2007). Kesehatan mental

yang baik merupakan hal penting untuk dimiliki oleh setiap individu, tidak

terkecuali pada caregiver. Ketika caregiver memiliki kesehatan mental yang baik,

maka ia akan menjadi lebih baik dalam mengelola tekanan yang dialaminya,

terutama tekanan dari merawat ODS dan membuat caregiver mampu memberikan

kinerja yang optimal ketika merawat ODS dalam waktu yang lama. Perawatan yang

optimal tersebut akan membuat berkurangnya kemungkinan ODS untuk mengalami

relapse. Hal ini didukung dengan teori yang dikemukakan Rohner (2006) mengenai

penerimaan dan WHO (2012) mengenai kesehatan mental. Ketika caregiver

memiliki penerimaan dan kualitas hidup yang baik, maka caregiver dapat

mengekspresikan dan melakukan perannya sebagai caregiver dengan lebih

maksimal. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi penerimaan dan

kualitas hidup yang dimiliki oleh caregiver, maka akan semakin rendah terjadinya

relapse pada ODS yang dirawatnya.

58

2. Hubungan antara Penerimaan Caregiver dengan Relapse pada Skizofrenia

Orang yang memiliki gangguan skizofrenia mengalami berbagai simptom

yang membuatnya mengalami keterbatasan dalam menjalani kehidupannya sehari-

hari, seperti kesulitan dalam berkomunikasi dan merawat kesehatannya.

Keterbatasan tersebut membuat ODS sangat membutuhkan orang lain untuk

merawatnya, atau dapat disebut sebagai caregiver. Dalam proses kesembuhannya,

ODS membutuhkan dukungan dari caregiver dalam segala aspek. Caregiver ODS

ketika berada di rumah adalah keluarga yang merawatnya setiap hari. Menurut

House (dalam Sari & Fina, 2011), dukungan keluarga yang dapat diberikan pada

ODS meliputi dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan

informasional, dan dukungan penilaian.

Dukungan yang diberikan oleh caregiver dapat dilihat dari pemenuhan

peran caregiver dalam merawat ODS. Tugas atau peran caregiver tidak hanya

membantu dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, namun termasuk dalam

merawat ODS dalam menjaga kondisinya yang berhubungan dengan gangguan

skizofrenia. Dalam proses kesembuhan ODS di rumah, tidak dapat dipungkiri

bahwa dibutuhkan peran dari keluarga sebagai caregiver untuk membantunya

dalam proses kesembuhannya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurdiana,

Syafwani, & Umbransyah (2007), disebutkan bahwa peran serta caregiver keluarga

pada ODS memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat relapse. Peran serta

caregiver keluarga mencakup pengetahuannya akan gangguan skizofrenia, dan

sikap serta perilaku keluarga yang ditujukan kepada ODS, terutama yang

berhubungan dengan gangguannya. Melihat besarnya peran caregiver keluarga

59

dalam proses penyembuhan serta pencegahan terhadap relapse, maka diperlukan

sikap yang tepat oleh keluarga dalam menangani ODS (Wijanarko & Ediati, 2016).

Di dalam bukunya, Torrey (1983) menyebutkan bahwa sikap yang tepat

dalam berinteraksi dengan ODS dapat disingkat menjadi SAFE, yaitu a) Sense of

Humor, b) Acceptance of the Illness, c) Family Balance, dan d) Expectation Which

Are Realistic. Dari keempat sikap tersebut, disebutkan bahwa penerimaan atas

penyakit atau gangguan yang dialami oleh ODS merupakan sikap yang harus

dimiliki oleh caregiver. Penerimaan yang dimaksud merupakan pengakuan oleh

caregiver atas kenyataan dari gangguan skizofrenia, dan menyadari bahwa

gangguan tersebut tidak dapat menghilang serta menimbulkan keterbatasan dari

ODS. Ketika penerimaan sudah dapat diperoleh oleh caregiver, maka proses

merawat ODS akan terasa lebih mudah untuk dilakukan (Torrey, 1983). Hal ini

sejalan dengan penelitian oleh Paul &hi Nadkarni (2017) yang menemukan bahwa

penerimaan yang dimiliki oleh keluarga sebagai caregiver dari ODS merupakan

faktor penting dalam menjamin dukungan keluarga, serta meniadakan

kemungkinan mengalami stigma dan diskriminasi dari lingkungan.

Penelitian di atas juga didukung oleh teori dari Rohner (2006) mengenai

penerimaan interpesonal. Disebutkan bahwa penerimaan merupakan kondisi ketika

seseorang tidak berusaha melawan situasi yang ada dan memperlihatkan

kehangatan, afeksi, kepedulian, kenyamanan, dukungan, atau cinta terhadap orang

lain, yang dapat diekspresikan melalui perilaku fisik, verbal, atau perilaku simbolik

lainnya. Hal ini berlaku pula dengan hubungan yang dimiliki antara caregiver

dengan ODS yang dirawatnya. Caregiver yang memiliki penerimaan atas situasi

60

hidupnya, terutama yang berubah karena keadaan dari ODS, secara tidak langsung

akan memperlihatkan bahwa dirinya menerima situasi tersebut, salah satunya

dengan memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh ODS dalam proses

kesembuhannya.

Penerimaan tidak begitu saja dapat dirasakan oleh caregiver. Terdapat

tahapan-tahapan sebelumnya sehingga pada akhirnya dapat memperoleh

penerimaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wijanarko & Ediati (2016),

ditemukan bahwa tahapan yang dilewati caregiver untuk mencapai penerimaan

adalah tahap penawaran, marah, dan berakhir pada penerimaan. Tahap penawaran

merupakan tahapan ketika caregiver merasa ingin menukarkan berbagai hal agar

ODS dapat kembali seperti biasanya. Sedangkan dalam tahap marah, caregiver

menunjukkan sikap menolak untuk menerima kenyataan tersebut. Penolakan

tersebut diungkapkan dalam bentuk stres, malu dengan kondisi ODS, dan

mencemaskan masa depan ODS (Lubis, Krisnani, & Fedryansyah, 2014).

Penerimaan yang dimiliki oleh caregiver dibutuhkan dalam proses

penyembuhan ODS serta mencegahnya mengalami relapse. Seperti yang sudah

disebutkan di atas, penerimaan caregiver atau keluarga dapat menciptakan

lingkungan yang kondusif dalam proses penyembuhan gangguan skizofrenia.

Semakin besar penerimaan yang dirasakan oleh caregiver akan memperbesar

dukungan yang diberikan terhadap ODS dan memperkecil rasa menolak atau sikap

negatif lainnya terhadap ODS. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

penerimaan yang dimiliki oleh caregiver, maka akan semakin rendah terjadinya

relapse pada ODS yang dirawatnya.

61

3. Hubungan antara Kualitas Hidup Caregiver dengan Relapse pada

Skizofrenia

ODS akan menjadi dependen terhadap caregiver-nya untuk hampir seluruh

kegiatan sehari-harinya, termasuk menyiapkan makanan dan obat-obatan yang

perlu untuk dikonsumsi, membantu dalam kebersihan tubuh, dan kegiatan lainnya.

Tuntutan yang dilimpahkan kepada caregiver ini dapat menjadi stresor dan beban

bagi caregiver itu sendiri. Selain itu, beban emosi juga dirasakan oleh caregiver.

Emosi yang dirasakan oleh caregiver dapat mempengaruhi perilaku mereka

terhadap ODS. Beban finansial akan terasa oleh caregiver karena pengeluaran

untuk penanganan ODS akan terus dibutuhkan, sedangkan biaya untuk obat-obatan

serta biaya klinisi (dokter, psikolog, ataupun tenaga kesehatan lainnya) tergolong

besar. Torrey (1983) mengemukakan bahwa dalam beberapa penelitian, disebutkan

bahwa caregiver keluarga digambarkan mengalami kekurangan waktu pribadi,

hubungan sosial, kesehatan yang memburuk dan masalah finansial.

Dalam beberapa penelitian, ditemukan bahwa caregiver sering dilupakan

atau diabaikan oleh berbagai pihak karena lebih memfokuskan perhatian,

intervensi, serta dukungannya pada orang yang memiliki gangguan, yaitu ODS

(Wilson, Ruch, Lymbery, & Cooper, 2006). Padahal, beban yang dimiliki dapat

membuat caregiver rentan terhadap gangguan kesehatan dan mental, isolasi,

kemiskinan, serta pengucilan di lingkungan sosial. Ketika caregiver mengalami

gangguan-gangguan tersebut, maka perawatan yang diberikan kepada ODS tidak

dapat dilakukan secara maksimal. Perawatan maksimal dibutuhkan oleh ODS untuk

62

membantunya dalam proses kesembuhannya dan mencegah terjadinya relapse

gangguan skizofrenia. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Buckley, Wirshing,

Bhushan, Pierre, Resnick, & Wirshing (2007), ditemukan bahwa relapse pada ODS

dapat berkurang secara signifikan (dari 65% menjadi 25%) ketika mendapatkan

perawatan yang maksimal dari keluarga saat menjalankan kesehariannya di rumah.

Caregiver memiliki tanggung jawab merawat tidak hanya pada ODS, tetapi

juga terhadap diri sendiri. Sering kali caregiver hanya terfokus untuk merawat ODS

namun tidak memperhatikan terpenuhinya kebutuhan diri sendiri. Terpenuhinya

kebutuhan tersebut dapat meminimalisir kemungkinan caregiver mengalami

gangguan yang dapat menghambatnya dalam beraktivitas.

Menurut (Wilson, Ruch, Lymbery, & Cooper (2006), kualitas hidup

caregiver harus terpenuhi untuk melaksanakan tanggung jawabnya dalam merawat

ODS. Kualitas hidup caregiver yang rendah dapat membuat caregiver berhenti

merawat ODS. Sedangkan, gangguan skizofrenia membutuhkan perawatan yang

berkelanjutan agar mencegahnya mengalami relapse. Hal ini berhubungan dengan

pernyataan yang dikemukakan oleh Joseph, et al. (2012), yaitu kesehatan fisik dan

mental caregiver akan mempengaruhi kemampuannya dalam merawat ODS.

Kualitas hidup caregiver dapat menilai bagaimana kondisi kesehatan fisik dan

mentalnya. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang menyebutkan bahwa

rendahnya kualitas hidup caregiver akan berdampak terhadap kualitas caregiver

dalam merawat ODS (Rafiyah & Sutharangsee, 2011). Sehingga, dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi kualitas hidup yang dimiliki oleh caregiver,

maka akan semakin rendah terjadinya relapse pada ODS yang dirawatnya.

63

E. Penelitian Relapse Skizofrenia Sebelumnya

Penelitian mengenai relapse pada pasien skizofrenia sudah dilakukan sejak

sekitar tahun 1960-an. Herz & Melville (1980) melakukan sebuah penelitian

kualitatif pada 145 pasien skizofrenia dan 80 caregiver untuk mengetahui tanda-

tanda awal pada yang dialami pasien ketika akan memasuki fase relapse. Dari

penelitian ini ditemukan bahwa tanda-tanda umum yang dialami oleh pasien ketika

akan relapse adalah mengalami gangguan tidur, kesulitan dalam berkonsentrasi,

kehilangan nafsu makan, dan merasakan kesedihan yang berlarut (depresi). Selain

itu, pada tahun 1997 Das melakukan penelitian mengenai pengaruh sebuah

peristiwa yang dialami oleh pasien skizofrenia dengan relapse skizofrenia.

Penelitian dilakukan pada 60 pasien yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

kelompok pasien skizofrenia yang sedang relapse dan kelompok pasien skizofrenia

yang sedang pada masa stabil. Penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok dengan

pasien relapse memiliki jumlah peristiwa yang lebih besar dan memiliki tingkat

nilai stres dibandingkan dengan kelompok pasien yang stabil (Das, Kulhara, &

Verma, 1997).

Penelitian yang terbaru dilakukan mengenai relapse berkisar pada

identifikasi faktor yang dapat memunculkan relapse serta langkah yang dapat

dilakukan untuk menghindari atau meminimalisir kemungkinan terjadinya relapse.

Gathaiya, Mwaura, & Wagoro (2018) melakukan penelitian cross-sectional pada

209 caregiver dari pasien skizofrenia di Mathari Hospital, Kenya. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat yang

dibutuhkan dan tidak melakukan kontrol rutin pada tenaga medis terkait menjadi

64

faktor paling umum yang berhubungan dengan relapse skizofrenia. Ketidakpatuhan

dalam mengkonsumsi obat antipsikotik terjadi karena ketidakpahaman pasien

mengenai gangguan mental yang dialaminya, munculnya efek samping setelah

mengkonsumsi obat antipsikotik, serta kurangnya pengetahuan mengenai gangguan

skizofrenia secara umum.

Brunette, et al. (2016) melakukan penelitian untuk menguji intervensi bagi

pasien skizofrenia rawat jalan dengan lebih efisien biaya pengeluaran agar dapat

meningkatkan akses pada penanganan yang efektif mencegah relapse serta efek

yang dapat mengganggu kehidupan orang lain, sehingga dibentuklah sebuah

rancangan atau desain penanganan berbasis teknologi bernama Health Technology

Program (HTP). HTP menyediakan perencanaan pencegahan relapse yang

berdasarkan pada terapi kognitif-behavioral (CBT), psikoedukasi keluarga untuk

skizofrenia, dan pendukung keputusan melalui program berbasis website yang

mengumpulkan informasi mengenai pasien dari setiap kontrol rutin di rumah sakit.

Selain pengembangan program berbasis teknologi, terdapat penanganan

untuk mencegah relapse skizofrenia dengan terapi psikososial. Bighelli, et al.

(2018) melakukan penelitian meta analisis dari beberapa penelitian mengenai efek

terapi psikologis dalam mencegah terjadinya relapse skizofrenia dengan total

subjek 4.068 pasien skizofrenia. Hasil dari pengkajian meta analisis ditemukan

bahwa terapi kognitif-behavioral (CBT) dapat mengurangi munculnya simptom

positif dari pasien skizofrenia dan meminimalisir terjadinya relapse dibandingkan

dengan terapi-terapi lainya.

65

F. Kerangka Pemikiran

Gambar 3. Bagan Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas Hidup Caregiver

dengan Relapse pada Pasien Rawat Jalan Skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta

Penerimaan Caregiver

Kualitas Hidup Caregiver

Relapse pada skizofrenia

H1

H2

H3

Penerimaan caregiver

merupakan kualitas ikatan

afeksi antara caregiver

dengan ODS.

Aspek:

1. Warmth/affection

2. Hostility/aggression

3. Indifference/neglect

4. Undifferentiated

rejection

Relapse pada skizofrenia

merupakan muncul dan

bertambah parahnya

simptom - simptom

skizofrenia yang sudah

dinyatakan hilang.

Aspek:

1. Thought disturbance

2. Anergia

3. Affect

4. Disorganization Kualitas hidup caregiver

merupakan persepsi

caregiver terhadap

posisinya dalam kehidupan

berhubungan dengan

pemenuhan perannya

sebagai caregiver.

Aspek:

1. Support for caring

2. Caring choice

3. Caring stress

4. Money matters

5. Personal growth

6. Sense of value

7. Ability to care

8. Carer satisfaction

66

Keterangan:

H1 : Hubungan antara penerimaan dan kualitas hidup caregiver dengan

relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.

H2 : Hubungan antara penerimaan caregiver dengan relapse pada pasien rawat

jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.

H3 : Hubungan antara kualitas hidup caregiver dengan relapse pada pasien

rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.

G. Hipotesis

Berdasarkan teori yang sudah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian

ini adalah:

1. Ada hubungan antara penerimaan dan kualitas hidup caregiver dengan relapse

pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.

2. Ada hubungan antara penerimaan caregiver dengan relapse pada pasien rawat

jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.

3. Ada hubungan kualitas hidup caregiver dengan relapse pada pasien rawat jalan

skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.

67

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang akan diteliti, yaitu dua

variabel prediktor dan satu variabel kriterium. Variabel-variabel tersebut adalah:

Variabel Kriterium : Relapse Skizofrenia

Variabel Prediktor : a. Penerimaan Caregiver

b. Kualitas Hidup Caregiver

B. Definisi Operasional

1. Relapse Skizofrenia

Relapse yang dimaksud dalam penelitian ini adalah munculnya dan

bertambah parahnya simptom-simptom dari gangguan skizofrenia setelah simptom-

simptom tersebut dinyatakan hilang oleh ahli kesehatan (psikiater). Pengukuran

relapse dalam penelitian ini menggunakan skala yang diadaptasi menggunakan The

Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS) dari Overall & Gorham (1962) berdasarkan

pada aspek skizofrenia dari Mueser, Curran, & McHugo (1997) yang

mengelompokkan indikator skala tersebut menjadi empat aspek, yaitu: a) thought

disturbance, b) anergia, c) affect, dan d) disorganization. Semakin tinggi nilai

jawaban pada skala yang telah diisi oleh subjek (caregiver), maka semakin parah

relapse yang dialami ODS yang dirawat oleh subjek. Sebaliknya, semakin rendah

68

nilai jawaban pada skala, maka semakin ringan relapse yang dialami ODS yang

dirawat oleh subjek.

2. Penerimaan Caregiver

Penerimaan caregiver adalah yaitu kondisi dimana sesosok caregiver tidak

berusaha melawan terhadap situasi yang ada dan memperlihatkan kehangatan,

afeksi, kepedulian, kenyamanan, dukungan, atau cinta terhadap orang yang ia rawat

atau ODS. Penelitian ini menggunakan skala yang dibuat berdasarkan pada aspek

penerimaan dari oleh Rohner (2006) pada teori Interpersonal Acceptance-Rejection

Theory, yaitu a) warmth/affection, b) hostility/aggression, c) indifference/neglect,

dan d) undifferentiated rejection. Dalam penghitungan skala ini, semakin tinggi

skor jawaban skala, maka semakin tinggi penerimaan yang dimiliki subjek terhadap

ODS. Sebaliknya, ketika skor jawaban skala semakin rendah, maka akan semakin

rendah penerimaan yang dimiliki subjek terhadap ODS.

3. Kualitas Hidup Caregiver

Kualitas hidup caregiver adalah persepsi caregiver mengenai posisinya

dalam kehidupannya yang berhubungan dengan pemenuhan tujuan, ekspektasi,

standar, dan perhatiannya sebagai caregiver, sehingga dapat mempengaruhi

kesejahteraan dirinya. Pemenuhan tersebut berhubungan dengan perannya sebagai

caregiver dari ODS. Penelitian ini menggunakan skala yang dikemukakan oleh

Elwick, Joseph, Becker, & Becker (2010) yang berdasarkan pada definisi kualitas

hidup dari Department of Mental Health, World Health Organization (2012), yaitu

69

Adult Carers’ Quality of Life Questionnaire (AC-QoL). Aspek yang digunakan

dalam skala ini terdiri dari delapan aspek, yaitu a) support for caring, b) caring

choice, c) caring stress, d) money metters, e) personal growth, f) sense of value, g)

ability to care, dan h) carer satisfaction. Semakin tinggi skor jawaban skala, maka

semakin tinggi kualitas hidup yang dimiliki subjek. Sebaliknya, ketika skor

jawaban skala semakin rendah, maka semakin rendah kualitas hidup yang dimiliki

subjek.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah caregiver dari pasien rawat jalan

skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Jumlah populasi dilihat

berdasarkan data kunjungan pada poli rawat jalan dalam rekam medis rumah sakit

pada bulan Juni 2019 yaitu sebanyak 1.438 pasien dengan penjabaran sebagai

berikut:

Tabel 1

Data Jumlah Pasien Rawat Jalan Skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta

Kode DSM-IV Nama Gangguan Jumlah Pasien

F20 Schizophrenia 5

F20.0 Paranoid Schizophrenia 236

F20.1 Hebephrenic Schizophrenia 29

F20.2 Catatonic Schizophrenia 6

F20.3 Undifferentiated Schizophrenia 581

F20.4 Post-Schizophrenic Depression 1

F20.5 Residual Schizophrenia 413

70

2. Sampel

Peneliti menentukan jumlah sampel penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini sejumlah minimal 30 subjek. Hal ini didukung dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Gay & Diehl (1992), pada penelitian korelasional dibutuhkan

subjek sebanyak minimal 30 subjek. Selain itu, pendapat ini didukung oleh

pendapat dari Roscoe (dalam Hashim, 2010) yang menyebutkan bahwa besaran

sampel yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian adalah lebih besar dari 30 dan

lebih kecil dari 500.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik nonrandom sampling atau teknik

nonprobabilitas dengan metode sampling adalah incidental sampling. Peneliti

menggunakan metode ini karena peneliti menjadikan anggota sampel pada

caregiver pasien rawat jalan skizofrenia yang sedang berada di RSJ Daerah

Surakarta. Kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel adalah sebagai

berikut:

a. Merupakan caregiver dari pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah

Surakarta yang rutin menjalani pengobatan minimal satu bulan sekali

Kode DSM-IV Nama Gangguan Jumlah Pasien

F20.6 Simple Schizophrenia 1

F20.8 Other Schizophrenia 164

F20.9 Schizophrenia, Unspecified 2

Total 1438

71

b. Berusia 18-60 tahun

Menurut Dearen & Becker (2000), caregiver membutuhkan kedewasaan,

rasa tanggung jawab, kemampuan untuk membuat keputusan, serta

kemampuan dalam ketrampilan praktis yang sangat penting dan bermanfaat

dalam merawat orang lain. Hal ini dapat ditemukan pada tahapan masa

dewasa awal dan dewasa tengah. Dalam Santrock (2010), cara berfikir pada

masa dewasa akan lebih matang daripada masa perkemangan sebelumnya.

Pada masa dewasa akhir, terjadi penurunan dalam segala aspek kehidupan

sehingga membutuhkan orang lain (caregiver) untuk membantu dalam

kehidupannya.

c. Dapat berkomunikasi dengan Bahasa Indonesa secara lisan maupun tulisan

d. Tinggal satu rumah dengan ODS dan memiliki minimal interaksi satu kali

dalam seminggu

Menurut Dorian, et al. (2008), subjek dapat dikatakan sebagai caregiver

ketika membantu ODS dalam kehidupan sehari-harinya dengan minimal

interaksi satu kali dalam seminggu.

e. ODS sudah dipulangkan selama lebih dari 4 bulan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wardani & Dewi (2018), masa stabil

dari ODS adalah minimal 4 bulan semenjak dipulangkan dari rumah sakit

atau sudah dirawat di rumah.

f. Bersedia dan mampu berpartisipasi dalam penelitian.

72

Adapun kriteria yang tidak termasuk menjadi subjek dalam penelitian ini adalah:

a. Memiliki gangguan jiwa dan/atau penyakit fisik yang berat

Orang yang memiliki gangguan jiwa dan/atau penyakit fisik yang berat akan

membutuhkan orang lain (caregiver) untuk merawatnya, sehingga tidak

dapat dikatakan sebagai caregiver (Wilson, et al., 2006).

b. ODS melakukan penyalahgunaan obat-obatan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh San, et al. (2013), disebutkan bahwa

ODS yang menyalahgunakan obat-obatan atau menggunakan narkoba

memiliki peluang yang sangat tinggi untuk mengalami relapse. Selain itu,

penanganan dari ODS yang juga menyalahgunakan obat-obatan memiliki

penanganan yang berbeda baik dari tenaga ahli maupun dari keluarga

(Gupta, Hendricks, Kenkel, & Bhatia, 1996).

D. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian ini dilakukan menggunakan skala yang diberikan secara

langsung. Instrumen penelitian in menggunakan dua jenis skala, yaitu rating scale

dan skala likert. Rating scale digunakan untuk mengukur relapse pada pasien rawat

jalan skizofrenia berdasarkan pada simptom-simptom skizofrenia yang

dikemukakan oleh Overall & Gorham (1962). Subjek diminta untuk menilai tingkat

keparahan dari suatu simptom yang dialami oleh pasien skizofrenia sejak

dipulangkan pihak rumah sakit. Skala ini terdiri atas tujuh alternatif jawaban, yaitu

“Tidak Ada” dengan skor 1, “Sangat Ringan” dengan skor 2, “Ringan” dengan skor

73

3, “Sedang” dengan skor 4, “Cukup Parah” dengan skor 5, “Parah” dengan skor 6,

dan “Sangat Parah” dengan skor 7.

Sementara itu, skala likert digunakan peneliti untuk mengukur variabel

penerimaan dan kualitas hidup caregiver. Berdasarkan metode skala likert,

pengukuran variabel diuraikan menjadi aspek-aspek, kemudian indikator yang

menjadi aitem-aitem berupa pernyataan yang perlu dijawab oleh subjek (Sugiyono,

2013). Kedua skala terdiri dari aitem favorable dan aitem unfavorable dengan

empat alternatif jawaban. Pada penelitian ini, aitem favorable menggunakan skor 1

diberikan untuk pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai”, skor 2 diberikan untuk

pilihan jawaban “Tidak Sesuai”, skor 3 diberikan untuk pilihan jawaban “Sesuai”,

dan skor 4 diberikan untuk pilihan jawaban “Sangat Sesuai”. Untuk aitem

unfavorable, skor yang diberikan berkebalikan dengan aitem favorable yaitu skor

1 untuk pilihan jawaban “Sangat Sesuai”, skor 2 untuk pilihan jawaban “Sesuai”,

skor 3 untuk pilihan jawaban “Tidak Sesuai”, dan skor 4 untuk pilihan jawaban

“Sangat Tidak Sesuai”.

1. Skala Relapse Skizofrenia

Skala yang digunakan untuk mengukur relapse pada skizofrenia adalah

adaptasi dari The Brief Psychiatric Scale (BPRS) yang dikembangkan oleh Overall

& Gorham (1962). Skala ini merupaka kumpulan simptom-simptom yang terdiri

dari 18 macam simtom, kemudian dikelompokkan menjadi empat aspek oleh

(Mueser, Curran, & McHugo, 1997). Aspek yang digunakan pada skala ini adalah

thought disturbance, anergia, affect, dan disorganization. Skala dalam penelitian

74

ini terdiri dari 18 aitem pernyataan dengan tujuh pilihan jawaban, yaitu tidak ada,

sangat ringan, ringan, sedang, cukup parah, parah, dan sangat parah.

Tabel 2

Distribusi Skor Aitem Favorable dan Unfavorable Pada Skala Relapse

Skizofrenia

Kategori Jawaban Nilai

Tidak Ada 1

Sangat Ringan 2

Ringan 3

Sedang 4

Cukup Parah 5

Parah 6

Sangat Parah 7

Tabel 3

Blueprint Skala Relapse Skizofrenia

No. Aspek Aitem

1. Thought Disorder

(Gangguan Berpikir)

Grandiosity (8)

Suspiciousness (11)

Hallucinatory Behavior (12)

Unusual Thought Content (15)

2. Anergia

(Anergia)

Emotional Withdrawal (3)

Motor Retardation (13)

Uncooperativeness (14)

Blunted Affect (16)

3. Affect

(Afek)

Somatic Concern (1)

Anxiety (2)

Guilt Feelings (5)

Depressive Mood (9)

Hostility (10)

4. Disorganization

(Ketidakberaturan)

Conceptual Disorganization (4)

Tension (6)

Mannerisms and Posturing (7)

Excitement (17)

Disorientation (18)

Jumlah 18

75

2. Skala Penerimaan Caregiver

Skala yang digunakan untuk mengukur penerimaan caregiver adalah skala

yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori Interpersonal Acceptance-Rejection

Theory (IPART) yang dikembangkan oleh Rohner (2006). Teori yang digunakan

ini memiliki dua subteori, yaitu interpersonal acceptance dan interpersonal

rejection, kemudian dibagi menjadi empat aspek. Subteori ini dikatakan sebagai

sebuah rangkaian kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Aspek pada interpersonal

acceptance adalah warmth/affection, sedangkan aspek pada interpersonal rejection

terdiri dari hostility/aggression, indifference/neglect, dan undifferentiated

rejection. Skala yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari

skala di atas yang terdiri dari 27 pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu:

sangat suai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai.

Tabel 4.

Distribusi Skor Aitem Favorable dan Unfavorable Pada Skala Penerimaan

Caregiver

Kategori Jawaban Nilai

Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Tabel 5

Blueprint Skala Penerimaan Caregiver

Aspek Indikator No. Aitem

Jumlah Favorable Unfavorable

Kehangatan/

Afeksi

Menunjukkan

kepeduliannya

1, 2, 3, 4 5 8

76

Aspek Indikator No. Aitem

Jumlah Favorable Unfavorable

melalui perilaku

dan tindakannya

Menunjukkan

kepeduliannyanya

melalui kata-kata

dan ucapannya

6, 7 8

Permusuhan/

Agresi

Menunjukkan

ketidaksukaannya

dengan perilaku

dan tindakannya

9, 10, 11 12

7 Menunjukkan

ketidaksukaannya

dengan kata-kata

dan ucapannya

13, 14 15

Pengabaian/

Mengabaikan

Ketiadaan

seseorang secara

fisik terhadap

orang lain

16, 17, 18 19

6 Tidak adanya

perhatian yang

ditunjukkan

seseorang

terhadap orang

lain

20 21

Penolakan tidak

terdiferensiasi

Perasaan menolak

yang tidak

ditunjukkan

22, 23, 24,

25

26, 27

6

Total 27

3. Skala Kualitas Hidup Caregiver

Skala yang digunakan untuk mengukur kualitas caregiver adalah adaptasi

dari Adult Carer’s Quality of Life Questionnaire (AC-QoL) yang dikembangkan

oleh (Elwick, Joseph, Becker, & Becker, 2010). Skala ini memiliki delapan aspek,

yaitu support for caring, caring choice, caring stress, money matters, personal

77

growth, sense of value, ability to care, dan carer satisfaction. Skala dalam

penelitian ini merupakan adaptasi dari skala di atas yang terdiri dari 40 pernyataan

dengan empat pilihan jawaban, yaitu: sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat

tidak sesuai.

Tabel 6

Distribusi Skor Aitem Favorable dan Unfavorable Pada Skala Kualitas Hidup

Caregiver

Kategori Jawaban Nilai

Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Tabel 7

Blueprint Skala Kualitas Hidup Caregiver

Aspek No. Aitem

Jumlah Favorable Unfavorable

Dukungan untuk

merawat

1, 2, 3, 4, 5 5

Pilihan untuk merawat 6, 7, 8, 9, 10 5

Stres dari merawat 11, 12, 13, 14,

15

5

Masalah finansial 17, 18, 20 16, 19 5

Pengembangan diri 21, 22, 23, 24,

25

5

Rasa dihargai 26, 27, 28, 29,

30

5

Kemampuan untuk

merawat

31, 32, 33, 34,

35

5

Kepuasan dalam

perannya

36, 39, 40 37, 38 5

Total 40

78

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan cara untuk mengetahui tingkat akurasi suatu tes

atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya (Azwar, 2017). Uji validitas

menjadi pertimbangan yang paling utama untuk menilai kualitas tes sebagai

instrumen ukur. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan dua uji validitas, yaitu

validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi merupakan penilaian relevansi

elemen-elemen dalam suatu alat ukur sebagai representasi dari konstrak yang sesuai

dengan tujuan penelitian. Validitas isi dilakukan melalui expert judgement, yaitu

analisis rasional yang dilakukan oleh pihak berkompeten. Expert judgement dalam

penelitian ini akan dilakukan oleh dosen pembimbing utama dan dosen

pembimbing pendamping. Setelah itu, peneliti akan melakukan uji validitas

konstruk, yaitu cara untuk membuktikan hasil pengukuran yang diperoleh akan

berkorelasi tinggi dengan konstrak teoritik yang mendasari penyusunan tes tersebut.

Uji validitas konstruk akan dilakukan dengan menggunakan teknik corrected item

total correlation dengan bantuan program Statistic Product and Service Solution

(SPSS) versi 20 for windows. Aitem skala yang memiliki koefisien korelasi kurang

daripada 0,3 dianggap sebagai tidak memadai, sehingga aitem tersebut digugurkan

(Azwar, 2015).

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah cara untuk mengetahui konsistensi dan kestabilan

hasil ukur dari suatu alat pengukuran sehingga alat tersebut dapat dipercaya

79

(Azwar, 2017). Suatu alat pengukuran dikatakan reliabel jika memiliki hasil yang

relatif sama saat dilaksanakan beberapa kali. Koefisien reliabilitas pada penelitian

sebaiknya diantara 0 – 1 untuk menunjukkan bahwa tes tersebut reliabel. Koefisien

reliabilitas yang mendekati nilai 1 dianggap akan semakin reliabel. Pada penelitian

ini, uji reliabilitas akan menggunakan formula koefisien alpha (α) atau rumus

koefisien Cronbach’s Alpha dengan SPSS versi 20 for windows.

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Asumsi

Uji asumsi merupakan uji prasyarat sebelum melakukan uji analisis

hipotesis. Terdapat dua macam uji asumsi, yaitu:

a. Uji Asumsi Dasar

1) Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data penelitian yang

digunakan untuk analisis memiliki distribusi normal atau tidak. Bentuk

distribusi variabel yang diharapkan pada penelitian ini adalah mendekati

distribusi normal dengan nilai signifikasi lebih dari 0,05.

2) Uji linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat korelasi linier pada tiap variabel

di penelitian ini. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

dikatakan berkorelasi secara linier ketika nilai p>0,05 atau nilai F hitung

lebih besar dibandingkan dengan F tabel.

80

b. Uji Asumsi Klasik

1) Uji multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan keadaan dimana antara dua variabel

independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang

sempurna atau mendekati (Priyatno, 2013). Uji multikolinearitas

bertujuan untuk menguji korelasi antara variabel independen dalam

model regresi. Variabel independen yang baik adalah ketika tidak terjadi

korelasi antara variabel independen (Azwar, 2013).

2) Uji autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual

untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun

menurut runtun waktu (Priyatno, 2013). Uji autokorelasi merupakan

tahapan pengujian untuk mengetahui korelasi antara residual pada satu

pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Analisis

penelitian regresi yang baik seharusnya tidak memiliki masalah

autokorelasi ketika dilakukan uji autokorelasi Durbin-Watson.

3) Uji heterokedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan

varian dari residual pada model regresi (Priyatno, 2013). Uji

hetereskedastisitas merupakan tahapan pengujian untuk melihat

ketidaksamaan variasi dari residual antar pengamat. Analisis regresi

yang baik tidak mengandung heteroskedastisitas (Azwar, 2013).

81

Heteroskedastisitas menyebabkan estimator menjadi tidak efisien dan

nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji analisis regresi berganda.

Uji analisis regresi berganda bertujuan untuk memprediksi nilai variabel kriterium

dengan adanya perubahan dari nilai variabel prediktor. Analisis ini didasarkan pada

hubungan satu variabel kriterium dengan dua variabel prediktor. Uji regresi

berganda terdiri dari uji f, yaitu uji koefisien regresi secara serentak, uji t, dan uji

analisis koefisien determinasi (R2). Uji f digunakan untuk mengetahui pengaruh

variabel prediktor secara serentak terhadap variabel kriterium. Uji t digunakan

untuk mengetahui pengaruh variabel prediktor secara parsial terhadap variabel

kriterium. Sedangkan analisis R2 digunakan untuk mengetahui seberapa besar

persentase sumbangan pengaruh variabel prediktor secara serentak terhadap

variabel kriterium (Priyatno, 2013).

82

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian

Peneliti memahami kancah atau tempat dilaksanakannya penelitian sebelum

melaksanakan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas

Hidup Caregiver dengan Relapse pada Pasien Rawat Jalan Skizofrenia di RSJ

Daerah Surakarta”. Hal ini dibutuhkan untuk mempersiapkan hal-hal yang

berkaitan dengan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Poli Rawat Jalan Rumah

Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta yang beralamat di Jl. Ki Hajar

Dewantara No. 80, Jebres, Surakarta, dengan kode pos 57126. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti melaksanakan survey dan wawancara pendahuluan untuk

mendapatkan informasi yang dapat menggambarkan kondisi lapangan dan subjek

penelitian. Hasil dari survey dan wawancara pendahuluan menunjukkan bahwa

banyak pasien dengan diagnosis skizofrenia mengalami relapse hingga harus

dirawat kembali di rumah sakit.

RSJ Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta didirikan pada tahun 1918 dan

kemudian diresmikan pada tanggal 17 Juli 1919 dengan nama Doorganghuisvoor

krankzinnigen atau Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan yang berlokasi di Jl.

Bhayangkara No. 50, Surakarta. RSJ Daerah Surakarta ini kemudian dipindahkan

ke lokasi saat ini pada tanggal 3 Februari 1986. Saat ini, masyarakat Indonesia,

khususnya yang berada di daerah Surakarta dan sekitarnya, melakukan pengobatan

yang berhubungan dengan kesehatan jiwa di rumah sakit ini. Berdasarkan data dari

83

rekam medis pada bulan Juni 2019, tercatat pasien rawat jalan yang melakukan

kontrol rutin berjumlah rata-rata 3178 orang di tiap bulannya (Januari – Juni 2019).

Pasien yang menjalani pengobatan di rumah sakit ini memiliki gangguan yang

beragam pada tiap individunya. Gangguan yang paling banyak dialami oleh pasien

adalah skizofrenia, yaitu sebanyak 60,19% (1654 orang) dari total seluruh pasien

rawat jalan pada bulan Juni 2019. Pasien yang menjalani pengobatan di rumah akan

melakukan kontrol rutin secara individu atau didampingi oleh orang yang

merawatnya (caregiver).

a. Visi dan Misi RSJ Daerah Surakarta

RSJ Daerah Surakarta memiliki visi “Menjadi Pusat Pelayanan dan

Pendidikan Kesehatan Jiwa Pilihan yang Profesional dan Berbudaya”. Sebagai

bentuk untuk mewujudkan visi tersebut, RSJ Daerah Surakarta memiliki misi

sebagai berikut:

1) Memberikan pelayanan kesehatan jiwa dan kesehatan penunjang yang

bermutu dan terjangkau masyarakat.

2) Mengembangkan sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas

kompetensi aparatur.

3) Mengembangkan sarana dan prasarana Rumah Sakit yang Efektif dan

Efisien.

4) Menyediakan wahana pendidikan kesehatan jiwa sebagai Rumah Sakit

Pendidikan Afiliasi.

84

5) Menyelenggarakan Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan bidang

kesehatan jiwa yang Unggul dan Profesional.

6) Menerapkan nilai-nilai Budaya kerja aparatur dalam memberikan pelayanan

selaras dengan kearifan lokal.

Selain itu, RSJ Daerah Surakarta juga menerapkan nilai-nilai yang

digunakan oleh seluruh stafnya, yaitu PROAKTIF yang merupakan singkatan

dari Profesional dalam pelayanan, Ramah dalam bersikap terhadap pelanggan,

Obyektif dalam penyampaian informasi, Antusias dalam semangat kerja,

Kooperatif dalam kerjasama terpadu, Target dalam pencapaian program,

Intensif dalam pelaksanaan tugas, dan Favorit dalam kinerja unggulan Rumah

Sakit. RSJ Daerah Surakarta juga memiliki moto yaitu “Melayani Lebih Baik”.

b. Fasilitas RSJ Daerah Surakarta

1) Instalasi Rawat Jalan

Unit pelayanan yang melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan jiwa

untuk pasien rawat jalan dengan beberapa pelayanan poli klinik, yaitu klinik

kedokteran jiwa, penyakit dalam (hanya hari rabu atau dengan janji),

konsultasi gizi, pelayanan visum et ripertum, dan pelayanan pembuatan

surat keterangan bebas narkoba, sehat jiwa serta sehat fisik. Dalam instalasi

rawat jalan, seluruh pasien skizofrenia maupun gangguan lain yang

melakukan perawatan di rumah atau tidak dirawat inap akan melakukan

kontrol rutin dengan dokter terkait untuk melihat progres kesembuhan

pasien. Selain itu, caregiver dari pasien akan diberikan pemahaman

85

mengenai gangguan yang dialami pasien serta cara untuk merawat pasien

dengan baik di rumah.

2) Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Memberikan pelayanan untuk pasien gawat darurat. Pelayanan

disediakan selama 24 jam terus menerus meliputi pelayanan gawat darurat

psikiatri dan umum, rawat jalan di luar jam kerja, rujukan untuk ilmu

pengetahuan, pasien, dan tenaga ahli, serta pelayanan untuk siaga bencana.

Selain itu, instalasi gawat darurat juga bertanggung jawab atas layanan

penjemputan pasien yang terdiri dari staf medis (dokter dan perawat),

security dan supir. IGD dapat melayani pasien yang membutuhkan

perawatan secara mendadak, seperti terjadinya relapse pada pasien

skizofrenia maupun gangguan lain.

3) Instalasi Rawat Inap

Instalasi rawat inap di RSJ Daerah Surakarta memiliki kapasitas yang

dapat menampung 297 pasien dan terbagi dalam 16 ruang perawatan dan

beberapa kelas, yaitu ruang VVIP, ruang VIP, ruang kelas I, ruang kelas II,

dan ruang kelas III, serta ruang perawatan khusus untuk pasien usia lanjut,

pasien dengan adiksi napza dan komorbiditas penyakit fisik, dan pasien

gaduh gelisah (ruang intensif). Instalasi ini membantu dalam proses

penyembuhan pasien skizofrenia maupun gangguan lainnya yang

membutuhkan pengawasan intensif dari tenaga ahli kejiwaan, seperti

perawat maupun psikiater.

86

4) Instalasi Psikologi

Pelayanan intervensi psikologis guna pengoptimalan kemampuan serta

mencegah dampak buruk bagi individu, lingkungan keluarga maupun

pekerjaan. Pusat pelayanan psikologi ini dilayani oleh psikolog klinis dalam

melakukan asesmen dan analisa. Layanan yang tersedia berupa kegiatan tes

psikologi secara individu (tes minat bakat, tes inteligensi dan tes kenal diri)

serta konsultasi untuk masalah emosional, terapi psikologis yang mencakup

hipnoterapi dan terapi relaksasi, tes psikologi untuk perusahaan dan sekolah,

konsultasi pendidikan, dan mengadakan berbagai pelatihan pengembangan

diri. Selain itu, terdapat layanan psikologi mobile yang mengadakan visit

atau kunjungan terhadap individu, sekolah, ataupun perusahaan yang

membutuhkan.

5) Instalasi Rehabilitasi Medik

Instalasi rehabilitasi medik digunakan untuk kegiatan fisioterapi bagi

pasien yang membutuhkan pemulihan gerak dan fungsi tubuh, penyuluhan

dan deteksi dini gangguan gerak dan fungsi, pemberian bentuk-bentuk

latihan dan senam, serta terapi yang menggunakan peralatan.

6) Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja

Memberikan pelayanan dalam bentuk menentukan diagnosa dan

memberikan terapi dan perawatan untuk penderita gangguan mental di usia

anak dan remaja. Instalasi ini terpisah dengan instalasi lainnya, seperti

instalasi rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan yang tersedia dalam instalasi

kesehatan jiwa anak dan remaja adalah pemeriksaan oleh dokter maupun

87

psikolog yang khusus menangani anak dan remaja, konsultasi psikolog,

asesmen serta deteksi dini gangguan tumbuh kembang anak, tes psikologi,

serta berbagai terapi (terapi wicara, okupasi, perilaku, dan bermain).

7) Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat

Melaksanakan kegiatan promosi dan prevensi untuk menanggulangi

masalah kesehatan jiwa di masyarakat. Masalah tersebut meliputi masalah

perkembangan manusia dan peningkatan kualitas hidup, masalah

psikososial, dan masalah gangguan jiwa. Program yang dijalankan pada

instalasi ini adalah family support group, penanganan korban pasung, home

visit, pembinaan di panti sosial yang terintegrasi dengan RSJD Surakarta,

serta penjaringan gelandangan dan orang terlantar. Pada program family

support group, pihak instalasi kesehatan jiwa masyarakat mengumpulkan

caregiver keluarga dari pasien, baik yang memiliki gangguan skizofrenia

ataupun gangguan lain, untuk saling berbagi pengalaman dalam merawat

pasien dan saling memberikan dukungan dalam menghadapi hal tersebut.

Selain itu, pihak RSJD Surakarta juga memberikan penyuluhan mengenai

gangguan terkait serta cara untuk merawat pasien ketika berada di rumah.

8) Lain-Lain

a) Instalasi Rehabilitasi

Psikososial

b) Instalasi Psikogeriatri

c) Instalasi Napza

d) Instalasi Gigi dan Mulut

e) Instalasi Elektromedik

f) Instalasi Rekam Medik

g) Instalasi Hemodialisa

h) Instalasi Laboratorium

i) Instalasi Radiologi

88

j) Pemeliharaan Sarana

Rumah Sakit

k) Instalasi Laundry

l) Instalasi Gizi

m) Instalasi Sanitasi

n) Instalasi Farmasi

2. Persiapan Penelitian

a. Persiapan Administrasi

Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Direktur Rumah

Sakit Jiwa Daerah Surakarta untuk melakukan penelitian pada tempat tersebut,

khususnya di Poli Rawat Jalan. Surat permohonan izin penelitian tersebut

dilegalkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

dengan nomor surat: 13354/UN27.06/DL/2019 tertanggal 11 Agustus 2019.

Setelah diproses oleh pihak rumah sakit, peneliti diwajibkan untuk

melaksanakan presentasi proposal penelitian untuk uji kelayakan etik

penelitian. Presentasi tersebut dihadiri oleh tim kaji etik dari pihak rumah sakit.

Setelah itu, peneliti mendapatkan surat izin untuk melakukan riset di RSJ

Daerah Surakarta dengan nomor surat: 070/7042/11/2019 tertanggal 8

November 2019. Surat tersebut digunakan sebagai pemberitahuan terhadap poli

atau bagian yang dituju peneliti untuk melaksanakan penelitian, dalam hal ini

adalah poli rawat jalan dan bagian rekam medis.

89

b. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah skala relapse

skizofrenia, skala penerimaan caregiver, dan skala kualitas hidup caregiver

dengan keterangan sebagai berikut:

1) Skala Relapse Skizofrenia

Skala relapse skizofrenia yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan skala adaptasi The Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS)

yang disusun oleh Overall & Gorham (1962) dan terdiri dari 4 aspek, yaitu

thought disturbance, anergia, affect, dan disorganization. Skala tersebut

terdiri dari 18 aitem dengan 7 pilihan jawaban. Pilihan jawaban tersebut

mencakup “Tidak Ada”, “Sangat Ringan”, “Ringan”, “Sedang”, “Cukup

Parah”, “Parah”, dan “Sangat Parah”.

Tabel 8

Distribusi Skala Relapse Skizofrenia Sebelum Uji-Coba

No. Aspek Aitem

1. Thought Disorder

(Gangguan Berpikir)

Grandiosity (8)

Suspiciousness (11)

Hallucinatory Behavior (12)

Unusual Thought Content (15)

2. Anergia

(Anergia)

Emotional Withdrawal (3)

Motor Retardation (13)

Uncooperativeness (14)

Blunted Affect (16)

3. Affect

(Afek)

Somatic Concern (1)

Anxiety (2)

Guilt Feelings (5)

Depressive Mood (9)

Hostility (10)

4. Disorganization

(Ketidakberaturan)

Conceptual Disorganization

(4)

Tension (6)

90

No. Aspek Aitem

Mannerisms and Posturing (7)

Excitement (17)

Disorientation (18)

Jumlah 18

2) Skala Penerimaan Caregiver

Skala penerimaan caregiver yang digunakan dalam penelitian ini diukur

menggunakan skala penerimaan caregiver yang disusun oleh peneliti

melalui teori Rohner (2006) mengenai Interpersonal Acceptance-Rejection

Theory yang terdiri dari 4 aspek, yaitu Warmth/Affection,

Hostiloty/Agression, Indifference/Neglect, dan Undifferentiated Rejection.

Skala ini terdiri dari 27 aitem, 19 aitem favorable dan 8 aitem unfavorable.

Tabel 9

Distribusi Skala Penerimaan Caregiver Sebelum Uji-Coba

No. Aspek Indikator Aitem

Jumlah Favorable Unfavorable

1. Warmth/Affection

(Kehangatan/Afeksi)

Menunjukkan

kepeduliannya

melalui perilaku dan

tindakannya

1, 2, 3, 4 5

8 Menunjukkan

kepeduliannyanya

melalui kata-kata dan

ucapannya

6, 7 8

2. Hostility/Agression

(Permusuhan/Agresi)

Menunjukkan

ketidaksukaannya

dengan perilaku dan

tindakannya

9, 10, 11 12

7 Menunjukkan

ketidaksukaannya

dengan kata-kata dan

ucapannya

13, 14 15

91

No. Aspek Indikator Aitem

Jumlah Favorable Unfavorable

3. Indifference/Neglect

(Pengabaian/

Mengabaikan)

Ketiadaan seseorang

secara fisik terhadap

orang lain

16, 17, 18 19

6 Tidak adanya

perhatian yang

ditunjukkan

seseorang terhadap

orang lain

20 21

4. Undifferentiated

Rejection (Penolakan

tidak terdiferensiasi)

Perasaan menolak

yang tidak

ditunjukkan

22, 23,

24, 25

26, 27

6

Jumlah 19 8 27

3) Skala Kualitas Hidup Caregiver

Skala kualitas hidup caregiver yang digunakan dalam penelitian ini diukur

menggunakan skala adaptasi yang disusun oleh Elwick, et al. (2010), yaitu

The Adult Carers’ Quality of Life Questionnaire. Skala tersebut didasari

oleh teori kualitas hidup WHO yang kemudian disesuaikan dengan keadaan

caregiver, sehingga membentuk 8 aspek yaitu Support for Caring, Caring

Choice, Caring Stress, Money Matters, Personal Growth, Sense of Value,

Ability to Care, dan Carers Satisfaction. Skala ini terdiri dari 40 aitem, 26

aitem favorable dan 14 aitem unfavorable.

Tabel 10

Distribusi Skala Kualitas Hidup Caregiver Sebelum Uji-Coba

No. Aspek Aitem

Jumlah Favorable Unfavorable

1. Support for Caring (Dukungan

untuk merawat)

1, 2, 3, 4,

5

5

2. Caring Choice (Pilihan untuk

merawat)

6, 7, 8, 9, 10 5

92

No. Aspek Aitem

Jumlah Favorable Unfavorable

3. Caring Stress (Stres dari

merawat)

11, 12, 13,

14, 15 5

4. Money Matters (Masalah

finansial)

17, 18, 20 16, 19 5

5. Personal Growth

(Pengembangan diri)

21, 22,

23, 24, 25

5

6. Sense of Value (Rasa dihargai) 26, 27,

28, 29, 30

5

7. Ability to Care (Kemampuan

untuk merawat)

31, 32,

33, 34, 35

5

8. Carers Satisfaction (Kepuasan

dalam perannya)

36, 39, 40 37, 38 5

Jumlah 26 14 40

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah caregiver dari pasien

rawat jalan skizofrenia (kode diagnosa F20) dengan jumlah minimal 30 subjek.

Penentuan subjek penelitian dipilih secara insidental (incidental sampling) pada

bulan Desember 2019 hingga Februari 2020 bertempat di poli rawat jalan RSJ

Daerah Surakarta.

2. Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di poli rawat jalan RSJ

Daerah Surakarta, yaitu pada caregiver yang mendampingi pasien skizofrenia

ketika akan melakukan kontrol rutin. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan

dibantu oleh tim peneliti, yaitu 4 orang mahasiswa psikologi UNS angkatan 2015.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2019 hingga Februari 2020. Jumlah

93

subjek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 35 orang caregiver. Data

dikumpulkan menggunakan cara menyebarkan skala penelitian kepada caregiver

yang sedang menunggu panggilan untuk masuk ke ruang dokter. Peneliti akan

melakukan pengecekan pada kartu berobat pasien untuk memastikan diagnosa

gangguan skizofrenia. Pemberian skala penelitian dilakukan dengan menjelaskan

terlebih dahulu maksud dari penelitian dan teknis pengisian skala. Tim peneliti

kemudian membacakan seluruh isi skala penelitian dan membantu pengisian skala

tersebut jika subjek meminta.

Peneliti menggunakan metode uji coba terpakai dalam penelitian ini, yaitu

dilakukan pengolahan uji validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu pada seluruh

hasil data penelitian. Selanjutnya, aitem yang memiliki nilai validitas < 0,3 akan

dinyatakan tidak valid dan dihilangkan dalam perhitungan uji hipotesis. Metode ini

digunakan atas dasar keterbatasan waktu dan kondisi tempat serta subjek penelitian.

Keterbatasan waktu pada penelitian ini adalah batasan waktu yang diberikan oleh

pihak rumah sakit, yaitu selama 3 bulan. Kemudian, peneliti dapat melakukan pada

waktu tertentu, yaitu hari Senin – Jumat pada jam 08.00 – 12.00. Selain itu,

keterbatasan kondisi yang dimaksud peneliti adalah tim peneliti hanya dapat

mengambil data saat subjek sedang menunggu panggilan dari dokter di ruang

tunggu, sehingga tidak selalu dapat menyelesaikan pengisian skala yang

dibutuhkan.

3. Analisis Validitas dan Reliabilitas Skala

Skala yang sudah disebarkan kepada subjek, kemudian dilakukan skoring

yaitu memberikan nilai sesuai dengan kriteria penilaian yang sudah ditentukan

94

sebelumnya dan kemudian diuji validitas dan reliabilitas dari skala tersebut.

Skoring pada skala relapse skizofrenia dilakukan dengan cara memberikan skor

sebesar 1 untuk pilihan Tidak Ada, skor 2 untuk pilihan Sangat Ringan, skor 3 untuk

pilihan Ringan, skor 4 untuk pilihan Sedang, skor 5 untuk pilihan Cukup Parah,

skor 6 untuk pilihan Parah, dan skor 7 untuk pilihan Sangat Parah. Sedangkan pada

skala penerimaan caregiver dan skala kualitas hidup caregiver, skoring pada aitem

favorable dilakukan dengan cara memberikan skor 4 untuk pilihan Sangat Sesuai

(SS), skor 3 untuk pilihan Sesuai (S), skor 2 untuk pilihan Tidak Sesuai (TS), dan

skor 1 untuk pilihan Sangat Tidak Sesuai (STS). Selanjutnya, skoring pada aitem

unfavorable dilakukan dengan cara memberikan skor 4 untuk pilihan Sangat Tidak

Sesuai (STS), skor 3 untuk pilihan Tidak Sesuai (TS), skor 2 untuk pilihan Sesuai

(S), dan skor 1 untuk pilihan Sangat Sesuai (SS).

Setelah skoring, semua alat ukur diuji validitas dan reliabilitasnya. Validitas

diuji dengan dua cara, yaitu uji validitas isi dan uji daya beda aitem (Sugiyono,

2013). Validitas isi menggunakan professional judgement yang dilakukan oleh

pembimbing utama dan pembimbing pendamping sebagai pihak berkompeten.

Berdasarkan hasil uji validitas isi, ketiga skala yang digunakan telah melewati

professional judgement yang dilakukan oleh pembimbing. Setelah melewati uji

validitas isi, dilakukan uji daya beda aitem menggunakan teknik Corrected Item-

Total Correlation dengan bantuan program SPSS 20. Aitem dinyatakan valid

apabila nilai aitem tersebut > 0,3, sedangkan aitem yang meemiliki nilai < 0,3 tidak

dapat digunakan (Priyatno, 2013).

95

Uji reliabilitas dilakukan untuk menentukan apakah alat ukur yang

digunakan dalam penelitian ini reliabel atau tidak (Priyatno, 2017). Metode yang

digunakan dalam menentukan reliabilitas penelitian ini adalah dengan Cronbach

Alpha. Perhitungan uji reliablitas ini menggunakan bantuan program SPSS 20.

Menurut Sekaran (dalam Priyatno, 2017), nilai reliabilitas suatu alat ukur kurang

dari 0,6 adalah kurang baik, 0,7 dapat diterima, dan di atas 0,8 adalah baik. Oleh

karena itu, batasan nilai reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,8.

Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas untuk masing-masing skala yang

digunakan pada penelitian ini adalah:

a. Skala Relapse Skizofrenia

Skala relapse skizofrenia dalam penelitian ini sebelum dilakukan uji

validitas dan reliabilitas terdiri dari 18 aitem. Setelah dilakukan uji

validitas, terdapat 1 aitem yang dinyatakan gugur karena nilai aitem

tersebut < 0,3. Aitem yang gugur adalah aitem nomor 1. Untuk jumlah

aitem yang valid adalah sebanyak 17 aitem dengan rentang 0,375 sampai

0,761. Distribusi aitem skala relapse skizofrenia dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Tabel 11

Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji Coba Skala Relapse Skizofrenia

No. Aspek No. Aitem Jumlah

Valid Gugur Valid Gugur

1. Thought Disorder

(Gangguan Berpikir)

8, 11,

12, 15

4

2. Anergia

(Anergia)

3, 13,

14, 16

4

3. Affect

(Afek)

2, 5, 9,

10

1 4 1

96

No. Aspek No. Aitem Jumlah

Valid Gugur Valid Gugur

4. Disorganization

(Ketidakberaturan)

4, 6, 7,

17, 18

5

Jumlah 17 1

Berdasarkan uji reliabilitas skala relapse skizofrenia, didapatkan nilai

koefisien reliabilitas adalah 0,916. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

skala relapse skizofrenia merupakan skala yang reliabel, dilihat dari

angka koefisien reliabilitasnya > 0,80. Oleh karena itu, skala relapse

skizofrenia dapat digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini.

Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji reliabilitas skala relapse

skizofrenia:

Tabel 12

Perhitungan Uji Reliabilitas Skala Relapse Skizofrenia

Reliability Statics

Cronbach Alpha N of Items

0,916 17

b. Skala Penerimaan Caregiver

Skala penerimaan caregiver dalam penelitian ini sebelum dilakukan uji

validitas dan reliabilitas terdiri dari 27 aitem. Setelah dilakukan uji

validitas, terdapat 1 aitem yang dinyatakan gugur karena nilai aitem

tersebut < 0,3. Aitem yang gugur adalah aitem nomor 1. Untuk jumlah

aitem yang valid adalah sebanyak 26 aitem, yaitu 18 aitem favorable

dan 8 aitem unfavorable. Nilai dari hasil corrected item-total

correlation pada aitem yang valid adalah dalam rentang 0,301 sampai

97

0,819. Distribusi aitem skala penerimaan caregiver dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Tabel 13

Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji Coba Skala Penerimaan

Caregiver

No Aspek Indikator

No. Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable Valid Gugur

Valid Gugur Valid Gugur

1. Warmth/

Affection

(Kehangatan/

Afeksi)

Menunjukkan

kepeduliannya

melalui

perilaku dan

tindakannya

2, 3,

4 1 5 - 4 1

Menunjukkan

kepeduliannya

nya melalui

kata-kata dan

ucapannya

6, 7 - 8 - 3 -

2. Hostility/

Agression

(Permusuhan/

Agresi)

Menunjukkan

ketidaksukaan

nya dengan

perilaku dan

tindakannya

9, 10,

11 - 12 - 4 -

Menunjukkan

ketidaksukaan

nya dengan

kata-kata dan

ucapannya

13,

14 - 15 - 3 -

3. Indifference/

Neglect

(Pengabaian/

Mengabaikan)

Ketiadaan

seseorang

secara fisik

terhadap

orang lain

16,

17,

18

- 19 - 4 -

98

No Aspek Indikator

No. Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable Valid Gugur

Valid Gugur Valid Gugur

Tidak adanya

perhatian

yang

ditunjukkan

seseorang

terhadap

orang lain

20 - 21 - 2 -

4. Undifferentiated

Rejection

(Penolakan tidak

terdiferensiasi)

Perasaan

menolak yang

tidak

ditunjukkan

22,

23,

24,

25

- 26,

27 - 6 -

Jumlah 18 1 8 - 26 1

Berdasarkan uji reliabilitas skala penerimaan caregiver, didapatkan nilai

koefisien reliabilitas adalah 0,934. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

skala relapse skizofrenia merupakan skala yang reliabel, dilihat dari

angka koefisien reliabilitasnya > 0,80. Oleh karena itu, skala relapse

skizofrenia dapat digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini.

Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji reliabilitas skala relapse

skizofrenia:

Tabel 14

Perhitungan Uji Reliabilitas Skala Penerimaan Caregiver

Reliability Statics

Cronbach Alpha N of Items

0,934 26

99

c. Skala Kualitas Hidup Caregiver

Skala kualitas caregiver dalam penelitian ini sebelum dilakukan uji

validitas dan reliabilitas terdiri dari 40 aitem. Setelah dilakukan uji

validitas, terdapat 3 aitem yang dinyatakan gugur karena nilai aitem

tersebut < 0,3. Aitem yang gugur adalah aitem nomor 3, 5, dan 21.

Untuk jumlah aitem yang valid adalah sebanyak 37 aitem, yaitu 23 aitem

favorable dan 14 aitem unfavorable. Nilai dari hasil corrected item-total

correlation pada aitem yang valid adalah dalam rentang 0,323 sampai

0,853. Distribusi aitem skala kualitas hidup caregiver dapat dilihat

dalam tabel berikut:

Tabel 15

Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji Coba Skala Kualitas Hidup

Caregiver

No Aspek

No. Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable Valid Gugur

Valid Gugur Valid Gugur

1. Support for Caring

(Dukungan untuk

merawat)

1, 2,

4 3, 5 - - 3 2

2. Caring Choice (Pilihan

untuk merawat) - -

6, 7,

8, 9,

10

- 5 -

3. Caring Stress (Stres dari

merawat)

- -

11,

12,

13,

14,

15

- 5 -

4. Money Matters (Masalah

finansial)

17,

18,

20

- 16,

19 - 5 -

5. Personal Growth

(Pengembangan diri)

22,

23,

24,

25

21 - - 4 1

100

No Aspek

No. Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable Valid Gugur

Valid Gugur Valid Gugur

6. Sense of Value (Rasa

dihargai)

26,

27,

28,

29,

30

- - - 5 -

7. Ability to Care

(Kemampuan untuk

merawat)

31,

32,

33,

34,

35

- - - 5 -

8. Carers Satisfaction

(Kepuasan dalam

perannya)

36,

39,

40

- 37,

38 - 5 -

Jumlah 23 3 14 - 37 3

Berdasarkan uji reliabilitas skala kualitas hidup caregiver, didapatkan

nilai koefisien reliabilitas adalah 0,960. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa skala kualitas hidup caregiver merupakan skala yang reliabel,

dilihat dari angka koefisien reliabilitasnya > 0,80. Oleh karena itu, skala

kualitas hidup caregiver dapat digunakan sebagai alat ukur dalam

penelitian ini. Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji reliabilitas skala

kualitas hidup caregiver:

Tabel 16

Perhitungan Uji Reliabilitas Skala Kualitas Hidup Caregiver

Reliability Statics

Cronbach Alpha N of Items

0,960 37

101

C. Analisis Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi berganda. Teknik

analisis regresi berganda digunakan untuk menjawab tujuan penelitian, yaitu

mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel prediktor dengan satu

variabel kriterium. Variabel kriterium dalam penelitian ini adalah relapse

skizofrenia, dan variabel prediktor dalam penelitian ini adalah penerimaan dan

kualitas hidup caregiver.

Sebelum melakukan analisis data, dibutuhkan penyamarataan skor hasil

penelitian yang disebabkan pilihan jawaban pada penelitian ini tidak sama, yaitu

pada skala relapse skizofrenia menggunakan 7 pilihan jawaban dan pada skala

penerimaan caregiver dan skala kualitas hidup caregiver menggunakan 4 pilihan

jawaban. Untuk penyamarataan skor hasil, diperlukan pengubahan skor total

mentah menjadi z-score dan kemudian diubah menjadi t-score. Hasil dari

pengubahan menjadi t-score tersebut yang kemudian akan digunakan pada analisis

data. Selanjutnya, terdapat uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik yang harus

dilakukan terlebih dahulu. Uji asumsi dasar terdiri dari uji normalitas dan uji

linearitas, sedangkan uji asumsi klasik terdiri dari uji autokorelasi, uji

multikolinearitas, dan uji heterokesdastisitas. Analisis data dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan bantuan program Statistical Product and Service

Solution (SPSS) versi 20 for Windows.

102

1. Uji Asumsi Dasar

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk membuktikan kenormalan distribusi data

dalam penelitian. Pada analisis statistik parametrik, asumsi yang dimiliki

oleh data adalah data harus terdistribusi secara normal (Santosa & Ashari,

2005). Data Penelitian dikatakan normal apabila memiliki taraf signifikansi

lebih besar dari 0,05. Hasil perhitungan uji normalitas data penelitian dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17

Hasil Analisis Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 35

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation 9.75800584

Most Extreme

Differences

Absolute .142

Positive .142

Negative -.078

Kolmogorov-Smirnov Z .839

Asymp. Sig. (2-tailed) .482

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji normalitas pada penelitian ini

memiliki nilai signifikansi sebesar 0,482 (p > 0,05), sehingga dapat

disimpulkan bahwa ketiga skala yang digunakan dalam penelitian ini

dikatakan terdistribusi normal.

103

Selain berdasarkan pada tabel perhitungan, hasil uji normalitas pada skala

yang digunakan dapat dilihat pada grafik-grafik berikut:

Gambar 4. Grafik Histogram Uji Normalitas

Gambar 5. Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas

104

Pada grafik histogram, bentuk garik data relapse mengikuti bentuk

distribusi normal. Sedangkan pada grafik P-P Plots, nilai probabilitas yang

diharapkan adalah sama dengan nilai probabilitas pengamatan. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai P-P Plots tidak menyimpang jauh dari garis

diagonal. Dari grafik-grafik tersebut, dapat dikatakan bahwa distribusi data

adalah normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk membuktikan bahwa hubungan antara

variabel kriterium dan variabel prediktor harus linear (Santosa & Ashari,

2005). Variabel pada penelitian dikatakan memiliki hubungan yang linear

jika memiliki nilai deviation from linearity dan linearity lebih dari 0,05

(Priyatno, 2017). Hasil uji linearitas data penelitian dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 18

Hasil Analisis Uji Linearitas antara Penerimaan Caregiver dengan Relapse

Skizofrenia

ANOVA Table

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Relapse

Skizofrenia *

Penerimaan

Caregiver

Between

Groups

(Combined) 2228.698 23 96.900 .910 .595

Linearity 160.771 1 160.771 1.510 .245

Deviation from

Linearity 2067.927 22 93.997 .883 .616

Within Groups 1171.302 11 106.482

Total 3400.000 34

105

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa

nilai deviation from linearity pada variabel relapse skizofrenia dan

penerimaan caregiver adalah 0,616 (p > 0,05) dan nilai linearity adalah

0,245 (p > 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel relapse

skizofrenia dan penerimaan caregiver terdapat hubungan yang linear.

Tabel 19

Hasil Analisis Uji Linearitas antara Kualitas Hidup Caregiver dengan

Relapse Skizofrenia

ANOVA Table

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Relapse

Skizofrenia *

Kualitas

Hidup

Caregiver

Between

Groups

(Combined) 2417.626 26 92.986 .757 .723

Linearity 96.405 1 96.405 .785 .401

Deviation from

Linearity 2321.221 25 92.849 .756 .722

Within Groups 982.374 8 121.797

Total 3400.000 34

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa

nilai deviation from linearity pada variabel relapse skizofrenia dan

penerimaan caregiver adalah 0,722 (p > 0,05) dan nilai linearity adalah

0,401 (p > 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel relapse

skizofrenia dan penerimaan caregiver terdapat hubungan yang linear.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah terjadi autokorelasi pada

variabel suatu penelitian, yaitu korelasi antara anggota observasi yang

106

disusun menurut waktu atau tempat. Dalam teknik analsis regresi berganda,

variabel yang digunakan seharusnya tidak terjadi autokorelasi (Priyatno,

2009). Variabel yang tidak menunjukan adanya autokorelasi adalah apabila

du < d < 4-dL (Santosa & Ashari, 2005). Nilai du dapat dilihat pada tabel

Durbin-Watson. Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji autokorelasi:

Tabel 20

Hasil Analisis Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .219a .048 -.012 10.05832 2.041

a. Predictors: (Constant), Kualitas Hidup Caregiver, Penerimaan Caregiver

b. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia

Berdasarkan tabel Durbin-Watson dengan melihat jumlah sampel penelitian

adalah 35 dan jumlah variabel prediktor 2, didapatkan dL adalah 1,25 dan du

1,48. Pada tabel hasil perhitungan uji autokorelasi, nilai Durbin-Watson

adalah 2,041, sehingga hasil uji Durbin-Watson adalah du < d < 4-dL (1,48

< 2,056 < 2,75) dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah

autokorelasi antar variabel.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk membuktikan ada atau tidaknya

hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel

kriterium. Untuk melakukan uji hipotesis menggunakan teknik regresi

berganda, seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati

107

sempurna di antara variabel kriteriumnya (Priyatno, 2009). Uji

multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai tolerance dan inflation factor

(VIF) pada model regresi. Variabel kriterium dikatakan tidak terjadi

multikolinearitas apabila nilai tolerance kedua variabel > 0,10 dan nilai VIF

< 10. Berikut adalah hasil perhitungan uji multikolinearitas:

Tabel 21

Hasil Analisis Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 61.356 9.512 6.451 .000

Penerimaan

Caregiver -.195 .241 -.195 -.809 .425 .512 1.954

Kualitas Hidup

Caregiver -.032 .241 -.032 -.133 .895 .512 1.954

a. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia

Dari hasil perhitungan di atas, nilai tolerance pada kedua variabel kriterium

adalah 0,512 (p > 0,10) dan nilai VIF adalah 1.954 (p < 10). Dapat

disimpulkan bahwa antara variabel kriterium pada penelitian ini tidak terjadi

multikolinearitas.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk melihat ada atau tidaknya varian

residual yang tidak sama pada semua pengamatan. Pada teknik analisis

regresi berganda seharusnya tidak terjadi heterokedastisitas (Priyatno,

2009). Variabel tidak terjadi heterokedastisitas ketika nilai signifikansi

108

korelasi antara variabel kriterium dengan variabel prediktor > 0,05. Berikut

adalah tabel hasil perhitungan uji heterokedastisitas:

Tabel 22

Hasil Analisis Uji Heterokesdastisitas

Unstandar-

dized

Residual

Penerimaan

Caregiver

Kualitas

Hidup

Caregiver

Spearman's

rho

Unstandardized

Residual

Correlation

Coefficient 1.000 -.029 -.066

Sig. (2-tailed) . .870 .705

N 35 35 35

Penerimaan

Caregiver

Correlation

Coefficient -.029 1.000 .665**

Sig. (2-tailed) .870 . .000

N 35 35 35

Kualitas Hidup

Caregiver

Correlation

Coefficient -.066 .665** 1.000

Sig. (2-tailed) .705 .000 .

N 35 35 35

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pada tabel di atas, nilai signifikansi korelasi antara relapse skizofrenia

dengan penerimaan caregiver adalah 0,870, dan nilai signifikansi korelasi

antara relapse skizofrenia dengan kualitas hidup caregiver adalah 0,705.

Dapat disimpulkan bahwa kedua variabel prediktor dengan variabel

kriterium tidak terjadi heterokedastisitas (p > 0,05).

109

Selain itu, heterokedastisitas dapat dilihat dari diagram scatterplot. Jika

titik-titik pada diagram menyebar dari di atas dan di bawah angka 0 pada

sumbu Y, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada heterokedastisitas pada

variabel-variabel yang diuji. Berikut adalah hasil diagram scatterplot pada

variabel-variabel penelitian ini:

Gambar 6. Grafik Scatterplot Uji Heterokedastisitas

Pada diagram scatterplot di atas, dapat dilihat bawha titik-titik yang ada

dalam diagram tidak memiliki pola tertentu dan tersebar di atas dan di

bawah titik 0 sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heterokedastisitas pada variabel di penelitian ini.

110

3. Uji Hipotesis

a. Uji F

Uji F, atau bisa disebut sebagai analisis varian (ANOVA), merupakan uji

koefisien regresi yang digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh

beberapa variabel prediktor dengan variabel kriterium secara bersama-sama

(Priyatno, 2009). Pada penelitian ini, pengujian menggunakan tingkat

signifikansi 0,05. Apabila perolehan nila Fhitung > Ftabel, maka dapat

dinyatakan bahwa kedua variabel prediktor memiliki pengaruh terhadap

variabel kriterium secara bersama-sama. Selain itu, apabila nilai signifikansi

< 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa kedua variabel prediktor memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap variabel kriterium secara bersama-sama.

Berikut adalah tabel hasil perhitungan untuk uji F:

Tabel 23

Hasil Analisis Uji F Simultan

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 162.565 2 81.282 .803 .457b

Residual 3237.435 32 101.170

Total 3400.000 34

a. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia

b. Predictors: (Constant), Kualitas Hidup Caregiver, Penerimaan Caregiver

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa diperoleh Fhitung sebesar 0,803 dan

signifikansi sebesar 0,457. Ftabel yang digunakan dengan df 1 (jumlah

variabel-1) = 2, dan df 2 (n-k-1) = 32 (n adalah jumlah subjek; k adalah

jumlah variabel prediktor) adalah 3,295. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel (0,803 < 3,295) dan signifikansi > 0,05

111

(0,457 > 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis pertama ditolak,

yaitu penerimaan dan kualitas hidup caregiver secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia

di RSJ Daerah Surakarta.

b. Uji t

Uji t, yaitu uji koefisien regresi secara terpisah, digunakan untuk melihat

ada atau tidaknya pengaruh signifikan dari variabel prediktor terhadap

variabel kriterium secara parsial (Priyatno, 2009). Pada penelitian ini

digunakan tingkat signifikansi 0,05 dan 2 sisi. Apabila thitung > ttabel, maka

dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel prediktor terhadap

variabel kriterium secara parsial. Selain itu, apabila nilai signifikansi < 0,05,

maka dapat dikatakan bahwa variabel prediktor memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel kriterium secara parsial. Berikut adalah tabel

hasil perhitungan untuk uji t:

112

Tabel 24

Hasil Analisis Uji t Parsial

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. Correlations

B Std.

Error

Beta Zero-

order

Partial Part

1

(Constant) 61.356 9.512 6.451 .000

Penerimaa

n

Caregiver

-.195 .241 -.195 -.809 .425 -.217 -.142 -.139

Kualitas

Hidup

Caregiver

-.032 .241 -.032 -.133 .895 -.168 -.024 -.023

a. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia

Nilai ttabel yang digunakan pada penelitian ini adalah 2,037 (signifikansi

0,05/2 = 0,025 dan derajat kebebasan df (n-k-1) = 32). Pada tabel di atas,

dapat dilihat bahwa dari hasil perhitungan didapatkan thitung pada variabel

penerimaan caregiver dengan relapse skizofrenia adalah sebesar -0,809 dan

nilai signifikansi sebesar 0,425. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa -thitung > -ttabel (-0,809 > -2,037) dan nilai signifikansi >

0,05 (0,425 > 0,05), yaitu tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

penerimaan caregiver dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di

RSJ Daerah Surakarta.

Selain itu, pada tabel di atas memperlihatkan bahwa hasil perhitungan thitung

pada variabel kualitas hidup caregiver dengan relapse skizofrenia adalah

sebesar -0,133 dan nilai signifikansi sebesar 0,895. Berdasarkan hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa -thitung > -ttabel (-0,133 > -2,037) dan nilai

113

signifikansi > 0,05 (0,895 > 0,05), yaitu tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara kualitas hidup caregiver dengan relapse pada pasien rawat

jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.

c. Uji R2

Uji R2, atau bisa disebut uji analisis koefisien determinasi, digunakan untuk

melihat sumbangan pengaruh variabel prediktor terhadap variabel kriterium.

Nilai R2 kemudian diubah ke dalam bentuk persen dan memiliki arti

persentasi sumbangan pengaruh. Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji

analisis koefisien determinasi:

Tabel 25

Hasil Analisis Uji R2

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .219a .048 -.012 10.05832

a. Predictors: (Constant), Kualitas Hidup Caregiver, Penerimaan

Caregiver

b. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia

Dapat dilihat pada tabel di atas, nilai dari R2 pada penelitian ini adalah

sebesar 0,048. Nilai tersebut diubah menjadi bentuk persen, yaitu memiliki

hasil 4,8%. Disimpulkan bahwa persentasi sumbangan pengaruh variabel

penerimaan dan kualitas hidup caregiver dengan relapse skizofrenia adalah

sebesar 4,8%, dan 95,2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini.

114

4. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan penggambaran data secara statistik yang

ditunjukkan dalam bentuk mean, sum, standar deviasi, variance, range dan lain-lain.

Analisis deskriptif digunakan untuk mengukur normal tidaknya distribusi data

menggunakan statistik data tersebut (Priyatno, 2009). Pada penelitian ini, analisis

deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umum dari seluruh variabel, yaitu

penerimaan caregiver, kualitas hidup caregiver, dan relapse skizofrenia. Berikut

adalah tabel deskripsi penelitian ini:

Tabel 26

Hasil Analisis Deskriptif Penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Relapse Skizofrenia 35 19 91 45.09 17.907

Penerimaan Caregiver 35 51 101 81.23 12.022

Kualitas Hidup

Caregiver 35 67 142 109.46 17.229

Tabel 27

Hasil Analisis Deskriptif Hipotetik dan Empirik

Skala N

Data

Hipotetik MH SD

Data

Empirik ME SD

Skor

Min

Skor

Max

Skor

Min

Skor

Max

Relapse

Skizofrenia 35 17 119 68 17 19 91 45.09 17.907

Penerimaan

Caregiver 35 26 104 65 13 51 101 81.23 12.022

Kualitas

Hidup

Caregiver

35 37 148 92.5 18.5 67 142 109.46 17.229

115

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah relapse skizofrenia,

penerimaan caregiver, dan kualitas hidup caregiver. Hasil dari pengisian skala

tersebut kemudian digolongkan menjadi tiga kategori untuk melihat tingkatan nilai

subjek (tinggi, sedang, atau rendah). Penelitian ini menggunakan kategorisasi

jenjang berdasarkan model distribusi normal. Penggolongan nilai ini digunakan

untuk menempatkan subjek penelitian dalam kelompok-kelompok yang terpisah

(Azwar, 2015). Tiga kategori dibagi berdasarkan norma kategorisasi berikut:

Tabel 28

Norma Kategorisasi Data Penelitian

Rumus Standar Deviasi Kategorisasi

X > (µ - 1σ) Rendah

(µ - 1σ) ≤ X < (µ + 1σ) Sedang

(µ + 1σ) ≤ X Tinggi

Keterangan:

X = raw score skala

µ = nilai mean hipotetik

σ = standar deviasi hipotetik

Berdasarkan rumus di atas, maka kategorisasi subjek penelitian dalam skala

yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 29

Hasil Kategorisasi Variabel Penelitian

Variabel Kategorisasi Norma Jumlah

Subjek Persentase

Relapse

Skizofrenia

Ringan X < 51 25 71.43%

Sedang 51 ≤ X < 85 8 22.86%

Berat 85 ≤ X 2 5.71%

Penerimaan

Caregiver

Rendah X < 52 1 2.86%

Sedang 52 ≤ X 78 14 40.00%

Tinggi 78 ≤ X 20 57.14%

Kualitas

Hidup

Caregiver

Rendah X < 74 2 5.71%

Sedang 74 ≤ X < 111 17 48.57%

Tinggi 111 ≤ X 16 45.71%

116

a. Skala Relapse Skizofrenia

Hasil perhitungan pada tabel 29 menunjukkan bahwa persebaran skala

relapse skizofrenia dibagi menjadi tiga kategori. Terdapat 25 pasien yang

dirawat oleh subjek memiliki tingkat relapse skizofrenia yang ringan, bila

dipresentasekan menjadi 71,43%. Selain itu, terdapat 8 pasien yang dirawat

oleh subjek memiliki tingkat relapse skizofrenia sedang atau sebesar

22,86%, dan terdapat 2 pasien yang dirawat oleh subjek dengan tingkat

relapse skizofrenia berat atau sebesar 5,71%. Berdasarkan sebaran data

tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat relapse skizofrenia pada pasien

yang dirawat oleh subjek pada penelitian ini secara umum berada pada

kategori ringan.

b. Skala Penerimaan Caregiver

Hasil perhitungan pada tabel 29 menunjukkan bahwa persebaran skala

penerimaan caregiver dibagi menjadi tiga kategori. Terdapat 1 subjek

memiliki tingkat penerimaan yang rendah, bila dipresentasekan menjadi

2,86%. Selain itu, terdapat 14 subjek memiliki tingkat penerimaan sedang

atau sebesar 40%, sedangkan 20 subjek lainnya memiliki tingkat

penerimaan yang tinggi atau sebesar 57,14%. Berdasarkan sebaran data

tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat penerimaan caregiver pada subjek

penelitian ini secara umum berada pada kategori tinggi.

117

c. Skala Kualitas Hidup Caregiver

Hasil perhitungan pada tabel 29 menunjukkan bahwa persebaran skala

kualitas hidup caregiver dibagi menjadi tiga kategori. Terdapat 2 subjek

memiliki tingkat kualitas hidup yang rendah, bila dipresentasekan menjadi

5,71%. Selain itu, terdapat 17 subjek memiliki tingkat kualitas hidup sedang

atau sebesar 48,57%, sedangkan 16 subjek lainnya memiliki tingkat kualitas

hidup yang tinggi atau sebesar 45,71%. Berdasarkan sebaran data tersebut,

dapat dikatakan bahwa tingkat kualitas hidup caregiver pada subjek

penelitian ini secara umum berada pada kategori sedang dan tinggi.

5. Analisis Tambahan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi relapse skizofrenia dapat dari

berbagai sumber. Pada analisis tambahan ini, peneliti ingin melihat pengaruh dari

frekuensi rawat inap pasien, lama merawat, serta beberapa karakteristik dari

caregiver yang merawat pasien ketika berada di rumah. Berikut adalah tabel

demografis subjek penelitian ditinjau dari beberapa karakteristik lainnya:

Tabel 30

Tabel Demografis Penelitian

Karakteristik N Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-Laki 8 22.86%

Perempuan 27 77.14%

Lama Merawat

< 2 tahun 16 45.71%

> 2 tahun 19 54.29%

Hubungan dengan Pasien

Ayah/Ibu 14 40.00%

Suami/Istri 3 8.57%

118

Karakteristik N Persentase (%)

Saudara Kandung 9 25.71%

Anak 5 14.29%

Lain-Lain 4 11.43%

Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah 2 5.71%

SD 6 17.14%

SMP 6 17.14%

SMA 15 42.86%

Pendidikan Tinggi 6 17.14%

Frekuensi Rawat Inap

Tidak Pernah 7 20.00%

1 kali 11 31.43%

2 kali 9 25.71%

3 kali 8 22.86%

Analisis tambahan akan dilakukan menggunakan uji beda t-test independent

untuk karakteristik dengan jumlah dua grup dan uji one-way Anova untuk

karakteristik dengan jumlah lebih dari dua grup dengan uji homogenitas sebagai

prasyarat.

a. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Frekuensi Rawat

Inap

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat keparahan

relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta

berdasarkan frekuensi rawat inap selama 3 tahun terakhir. Peneliti

menggunakan teknik analisis uji one-way Anova karena mengelompokkan data

menjadi lebih dari 2 kategori.

119

Tabel 31

Data Deskriptif Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap

Frekuensi

Rawat Inap

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

Tidak Pernah 7 38.43 15.852 5.991 23.77 53.09 19 67

1 Kali 11 36.64 14.569 4.393 26.85 46.42 19 61

2 Kali 9 54.33 14.396 4.799 43.27 65.40 31 75

3 Kali 8 53.88 21.938 7.756 35.53 72.22 34 91

Total 35 45.49 18.097 3.059 39.27 51.70 19 91

Berdasarkan hasil tabel deskriptif di atas, diketahui bahwa rata-rata tertinggi

skor relapse skizofrenia berada pada kelompok subjek dengan frekuensi rawat

inap sebanyak 2 kali yaitu sebesar 54,33. Sedangkan rata-rata terendah skor

relapse skizofrenia pada kelompok subjek dengan frekuensi rawat inap

sebanyak 1 kali yaitu sebesar 36,64. Selanjutnya, sebelum melakukan uji one-

way Anova, terdapat uji asumsi homogenitas dengan tabel perhitungan sebagai

berikut:

Tabel 32

Hasil Analisi Uji Homogenitas Pada Variabel Relapse Skizofrenia

Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap

Test of Homogeneity of Variances

Relapse Skizofrenia

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.798 3 31 .504

Berdasarkan hasil tabel uji homogenitas di atas, diketahui bahwa nilai

signifikansi adalah 0,504 (p > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data

120

yang digunakan untuk uji one-way Anova adalah homogen. Berikut adalah tabel

hasil perhitungan uji one-way Anova:

Tabel 33

Hasil Analisis Uji One-Way Anova Pada Variabel Relapse Skizofrenia

Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap

ANOVA

Relapse Skizofrenia

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups 2477.608 3 825.869 2.957 .048

Within Groups 8657.135 31 279.262

Total 11134.743 34

Berdasarkan tabel hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi

adalah 0,048 (p < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan pada variabel relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia

ditinjau dari frekuensi rawat inap selama 3 tahun terakhir. Semakin banyak

frekuensi rawat inap yang dijalani oleh pasien, akan semakin tinggi

kemungkinan terjadinya relapse pada pasien skizofrenia.

b. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Lama Merawat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat keparahan

relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta

berdasarkan lama melakukan perawatan di rumah. Peneliti menggunakan teknik

analisis uji beda t-test independent karena mengelompokkan data menjadi 2

kategori, yaitu di bawah 2 tahun dan 2 tahun ke atas. Hasil dari uji beda t-test

independent adalah sebagai berikut:

121

Tabel 34

Hasil Uji Perbedaan Relapse Skizofrenia berdasarkan Lama Merawat

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality

of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

Relapse

Skizofrenia

Equal

variances

assumed

.303 .586 .844 33 .405 5.207 6.166

Equal

variances not

assumed

.859 32.995 .397 5.207 6.065

Berdasarkan data di atas, diketahui nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,586 (p

> 0,05) sehingga dapat dikatakan kelompok pasien yang dirawat di rumah selama

kurang dari 2 tahun dan 2 tahun lebih adalah homogen. Selanjutnya, uji t-test

independent untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan relapse skizofrenia

berdasarkan kelompok pasien yang dirawat di rumah selama kurang dari 2 tahun

dan 2 tahun lebih dapat dilakukan dengan melihat hasil pada Equal variances

assumed. Hasil t-test independent menunjukkan nilai thitung sebesar 0,844 yang

berarti bahwa nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel (thitung < 1,692). Hal tersebut

menginterpretasikan bahwa tidak ada perbedaan antara relapse skizofrenia dengan

kategori lama merawat pasien di bawah 2 tahun dengan 2 tahun ke atas. Nilai sig.

2 tailed sebesar 0,405 (p > 0,05) yang menginterpretasikan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara rata-rata kategori relapse skizofrenia pada pasien

yang perawatan di rumah selama kurang dari 2 tahun dengan pasien yang melakukan

perawatan di rumah selama 2 tahun ke atas. Dengan demikian, tidak ada pengaruh lama

122

merawat yang signifikan terhadap relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ

Daerah Surakarta.

c. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Jenis Kelamin

Caregiver

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat keparahan

relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta

berdasarkan jenis kelamin dari caregiver. Peneliti menggunakan teknik analisis

uji beda t-test independent karena mengelompokkan data menjadi 2 kategori,

yaitu laki-laki dan perempuan. Hasil dari uji beda t-test independent adalah

sebagai berikut:

Tabel 35

Hasil Uji Perbedaan Relapse Skizofrenia berdasarkan Jenis Kelamin

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality

of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

Relapse

Skizofrenia

Equal

variances

assumed

.722 .402 -.107 33 .915 -.792 7.393

Equal

variances not

assumed

-.094 9.768 .927 -.792 8.402

Berdasarkan data di atas, diketahui nilai signifikansi Levene’s Test sebesar

0,408 (p > 0,05) sehingga dapat dikatakan kelompok caregiver laki-laki dan

perempuan adalah homogen. Selanjutnya, uji t-test independent untuk

123

mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat keparahan relapse skizofrenia

berdasarkan kelompok cargiver laki-laki dan perempuan dapat dilakukan

dengan melihat hasil pada equal variances assumed. Hasil t-test independent

menunjukkan nilai thitung sebesar -0,107 yang berarti bahwa nilai thitung lebih

besar dari nilai -ttabel (thitung > -1,692). Hal tersebut menginterpretasikan bahwa

tidak ada perbedaan antara relapse skizofrenia dengan kategori caregiver laki-

laki dan perempuan. Nilai sig. 2 tailed sebesar 0,915 (p > 0,05) yang

menginterpretasikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata

kategori relapse skizofrenia pada pasien yang dirawat oleh caregiver laki-laki dan

perempuan. Dengan demikian, tidak ada pengaruh jenis kelamin yang signifikan

terhadap relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.

d. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Hubungan Caregiver

dengan Pasien

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat keparahan

relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta

berdasarkan hubungan caregiver dengan pasien skizofrenia. Peneliti

menggunakan teknik analisis uji one-way Anova karena mengelompokkan data

menjadi lebih dari 2 kategori.

124

Tabel 36

Data Deskriptif Berdasarkan Hubungan dengan Pasien

Hubungan

dengan

Pasien

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

Ayah/Ibu 14 49.00 14.486 3.872 40.64 57.36 19 75

Suami/Istri 3 26.67 6.110 3.528 14.49 44.84 23 35

Saudara

Kandung 9 48.78 24.808 8.268 29.71 67.84 25 91

Anak 5 44.00 19.105 8.544 20.28 67.72 19 71

Lain-Lain 4 39.50 16.052 8.026 65.04 65.04 20 57

Total 35 45.49 18.097 3.059 39.27 51.70 19 91

Berdasarkan hasil tabel deskriptif di atas, diketahui bahwa rata-rata tertinggi

skor relapse skizofrenia berada pada kelompok subjek Ayah/Ibu yaitu sebesar

49,00. Sedangkan rata-rata terendah skor relapse skizofrenia pada kelompok

subjek Suami/Istri yaitu sebesar 26,67. Selanjutnya, sebelum melakukan uji

one-way Anova, terdapat uji asumsi homogenitas dengan tabel perhitungan

sebagai berikut:

Tabel 37

Hasil Analisi Uji Homogenitas Pada Variabel Relapse Skizofrenia

Berdasarkan Hubungan dengan Pasien

Test of Homogeneity of Variances

Relapse Skizofrenia

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.621 4 30 .195

Berdasarkan hasil tabel uji homogenitas di atas, diketahui bahwa nilai

signifikansi adalah 0,195 (p > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data

125

yang digunakan untuk uji one-way Anova adalah homogen. Berikut adalah tabel

hasil perhitungan uji one-way Anova:

Tabel 38

Hasil Analisis Uji One-Way Anova Pada Variabel Relapse Skizofrenia

Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap

ANOVA

Relapse Skizofrenia

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups 1175.521 4 293.880 .885 .485

Within Groups 9959.222 30 331.974

Total 11134.743 34

Berdasarkan tabel hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi

adalah 0,485 (p > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan pada variabel relapse pada pasien rawat jalan

skizofrenia ditinjau dari hubungan caregiver dengan pasien.

e. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Caregiver

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat keparahan

relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta

berdasarkan tingkat pendidikan dari caregiver. Peneliti menggunakan teknik

analisis uji one-way Anova karena mengelompokkan data menjadi lebih dari 2

kategori.

126

Tabel 39

Data Deskriptif Berdasarkan Tingkat Pendidikan Caregiver

Tingkat

Pendidikan

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

Tidak

Sekolah 2 52.00 21.213 15.000 -138.59 242.59 37 67

SD 6 41.50 6.473 2.643 34.71 48.29 31 48

SMP 6 41.17 15.026 6.134 25.40 56.93 23 63

SMA 15 44.53 21.122 5.454 32.84 56.23 19 86

Pendidikan

Tinggi 6 54.00 21.726 8.869 31.20 76.80 31 91

Total 35 45.49 18.097 3.059 39.27 51.70 19 91

Berdasarkan hasil tabel deskriptif di atas, diketahui bahwa rata-rata tertinggi

skor relapse skizofrenia berada pada kelompok subjek Pendidikan Tinggi yaitu

sebesar 54,00. Sedangkan rata-rata terendah skor relapse skizofrenia pada

kelompok subjek SMP yaitu sebesar 41,17. Selanjutnya, sebelum melakukan

uji one-way Anova, terdapat uji asumsi homogenitas dengan tabel perhitungan

sebagai berikut:

Tabel 40

Hasil Analisi Uji Homogenitas Pada Variabel Relapse Skizofrenia

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Test of Homogeneity of Variances

Relapse Skizofrenia

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.552 4 30 .213

Berdasarkan hasil tabel uji homogenitas di atas, diketahui bahwa nilai

signifikansi adalah 0,213 (p > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data

127

yang digunakan untuk uji one-way Anova adalah homogen. Berikut adalah tabel

hasil perhitungan uji one-way Anova:

Tabel 41

Hasil Analisis Uji One-Way Anova Pada Variabel Relapse Skizofrenia

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Caregiver

ANOVA

Relapse Skizofrenia

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups 740.676 4 185.169 .534 .711

Within Groups 10394.067 30 346.469

Total 11134.743 34

Berdasarkan tabel hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi

adalah 0,711 (p > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan pada variabel relapse pada pasien rawat jalan

skizofrenia ditinjau dari tingkat pendidikan caregiver.

D. Pembahasan

Hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti di atas menunjukkan bahwa

hipotesis 1 pada penelitian ini yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

penerimaan dan kualitas hidup caregiver dengan relapse pada pasien rawat jalan

skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta ditolak. Nilai signifikansi dan Fhitung dari uji F

atau uji analisis varian (Anova) adalah 0,352 (p > 0,05) dan 1,079 (Fhitung < Ftabel),

yang menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh dari variabel penerimaan dan

kualitas hidup caregiver dengan variabel relapse skizofrenia. Selain itu, hipotesis

2 yang menyatakan terdapat hubungan antara penerimaan caregiver dengan relapse

128

pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta, dan hipotesis 3 yang

menyatakan terdapat hubungan antara kualitas hidup caregiver dengan relapse pada

pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta juga ditolak. Hasil uji t atau

uji koefisien regresi terpisah antara penerimaan caregiver dan relapse skizofrenia

menunjukan nilai signifikansi dan thitung adalah 0,385 (p > 0,05) dan -0,880 (-thitung

> -ttabel), sedangkan hasil uji t antara kualitas hidup caregiver dan relapse

skizofrenia menunjukkan nilai signifinaksi dan thitung adalah 0,823 (p > 0,05) dan -

0,226 (-thitung > -ttabel).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa analisis secara

simultan maupun parsial dalam penelitian ini sama-sama membuktikan bahwa

variabel terkait tidak memiliki hubungan yang signifikan, melihat nilai signifikansi

yang dihasilkan jauh di atas 0,05. Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil

penelitian dari Torrey (1983) yang menunjukkan bahwa penerimaan yang dimiliki

caregiver dapat mencegah ODS dalam mengalami relapse, serta penelitian Wilson,

et al. (2006) yang menyebutkan bahwa kualitas hidup caregiver berpengaruh

terhadap tingkat perawatan terhadap ODS serta munculnya relapse pada ODS. Hal

tersebut dapat disebabkan karena perbedaan budaya pada penelitian sebelumnya.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Azhar & Varma (1996) menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan budaya antara negara bagian timur dengan negara bagian barat,

yang menyebabkan tingginya tingkat emosi positif dalam keluarga dari ODS.

Indonesia termasuk dalam negara bagian timur, sehingga memiliki “kepribadian

timur” atau mementingkan kehidupan rohaniah, yaitu sederhana, religius, taat

kepada Tuhan, tidak agresif, memiliki ikatan sosial yang kuat, dan jarang

129

meluapkan emosi secara agresif (Azhar & Varma, 1996; Siswanto, 2010). Atas

dasar tersebut, penerimaan maupun kualitas hidup yang dimiliki oleh caregiver

tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap terjadinya relapse pada pasien

rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.

Berdasarkan pada hasil dari analisis deskriptif pada penelitian ini,

ditemukan bahwa pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta yang

diambil data untuk penelitian ini mengalami relapse ringan sebanyak 25 pasien

(71,43%), relapse sedang sebanyak 8 pasien (22,86%), dan relapse berat sebanyak

2 pasien (5,71%). Dari data tersebut, pasien dalam penelitian ini seluruhnya

mengalami relapse walaupun mayoritas hanya mengalami relapse ringan. Hal ini

menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan skizofrenia sangat mudah untuk

mengalami relapse, walaupun pada tingkatan yang ringan. Selain itu, tidak adanya

pasien dalam penelitian ini yang tidak mengalami relapse mungkin dapat

menyebabkan hasil dari penelitian ini adalah tidak ditemukannya hubungan yang

signifikan antara penerimaan dan kualitas hidup caregiver dengan relapse pada

pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.

Tidak adanya hubungan signifikan antara penerimaan dan kualitas hidup

caregiver dengan relapse skizofrenia menunjukkan bahwa relapse pada pasien

rawat jalan skizofrenia tidak dipengaruhi oleh tingkat penerimaan dan kondisi

kualitas hidup yang dimiliki oleh caregiver, melainkan bisa disebabkan oleh faktor-

faktor lain yang belum dibahas dalam penelitian ini. Selain itu, menurut hasil uji R2

atau uji analisis koefisien determinasi, besaran yang diberikan oleh variabel

prediktor terhadap variabel kriterium pada penelitian ini sebesar 0,048 atau 4,8%.

130

Sehingga, besaran pengaruh yang diterima oleh variabel kriterium dari variabel lain

yang tidak diteliti adalah sebesar 95,2%. Dalam studi pendahuluan yang dilakukan

peneliti sebelum melakukan penelitian, disebutkan bahwa ODS memiliki peluang

yang cukup tinggi untuk mengalami relapse walaupun telah melakukan berbagai

macam penanganan yang saling mendukung. Faktor-faktor yang mempengaruhi

munculnya relapse pada ODS dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu dari dalam

individu, dari segi klinis, serta lingkungan. Terjadinya relapse pada pasien rawat

jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta diduga faktor utamanya bukan dari

penerimaan dan kualitas hidup caregiver, melainkan faktor-faktor lainnya baik dari

individu, secara klinis, dan lingkungan.

Selain penerimaan dan kualitas hidup, terdapat juga faktor dari caregiver

lain yang dapat mempengaruhi munculnya relapse pada ODS. Faktor dari caregiver

yang paling banyak ditemukan memiliki hubungan signifikan terhadap terjadinya

relapse pada ODS adalah expressed emotion (EE) yang tinggi (Linszen, et al., 1997;

King & Dixon, 1999; Aguilera, et al., 2010; Sachit & Al-Juboori, 2013). Menurut

Amaresha & Venkatasubrammanian (2012), EE atau emosi yang diekspresikan

merujuk pada sikap caregiver kepada orang yang memiliki gangguan mental

sebagai cerminan dari komentar mengenai pasien. Hooley & Parker (2006)

mengatakan bahwa EE terdiri dari 5 aspek yaitu criticism atau kritik, hostility atau

sikap bermusuhan, emotional overinvolvement (EOI) atau keterlibatan yang

berlebihan secara emosi, warmth atau kehangatan, dan positive remarks atau

komentar positif. Dari kelima aspek tersebut, aspek criticism, hostility, serta EOI

merupakan aspek utama dari EE. Aguilera, et al. (2010) melakukan sebuah studi

131

korelasi pada 60 pasien skizofrenia berdarah Meksiko-Amerika beserta caregiver-

nya untuk melihat pengaruh EE dari informal caregiver (orangtua, saudara,

suami/istri, anak, dan lainnya) terhadap gangguan skizofrenia, terutama dalam hal

relapse. Hasil studi korelasi tersebut menunjukkan bahwa aspek EOI yang

ditunjukkan oleh caregiver memiliki pengaruh paling besar terhadap relapse pada

pasien skizofrenia dibandingkan dengan criticism atau hostility. Penelitian ini

menjelaskan bahwa EOI dipersepsikan menimbulkan stres yang berlebihan bagi

pasien sehingga dapat mengarahkan pada terjadinya relapse. EOI yang

dimaksudkan adalah pengorbanan diri, keterlibatan yang berlebihan, serta respon

emosi yang berlebihan. Selain itu, criticism yang dilontarkan oleh caregiver

disebutkan dapat memicu munculnya lebih banyak simptom positif pada pasien

skizofrenia. Sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian tersebut, EOI dan

criticism memiliki pengaruh yang dapat menimbulkan stres bagi pasien, namun EOI

memiliki pengaruh lebih besar pada munculnya relapse dibandingkan dengan

criticism.

Roseliza-Murni, Yusooff, & Desa (2015) juga melakukan studi korelasi

untuk melihat EE sebagai prediktor dari relapse gangguan skizofrenia. Penelitian

ini dilakukan pada 80 pasien skizofrenia dan caregiver-nya yang berdomisili di

Malaysia. Hasil studi ini menunjukkan bahwa peluang pasien skizofrenia

mengalami relapse setelah 6 bulan dibebaskan dari rawat inap meningkat sebesar 8

kali ketika keluarga yang bertindak sebagai informal caregiver memperlihatkan

tingkat EE yang tinggi. Namun berbeda dengan penelitian sebelumnya, aspek

criticism dalam penelitian ini memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan

132

dengan aspek EE lainnya. EOI pada penelitian ini tidak memiliki peran yang

signifikan dalam munculnya relapse pada pasien skizofrenia. Hal ini mungkin

dipengaruhi oleh kultur di Malaysia yang menganggap sikap protektif yang

ditunjukkan oleh caregiver sebagai bentuk dari perhatian dan kepeduliannya

sehingga pasien tidak mempersepsikannya sebagai sesuatu yang membuat stres.

Temuan pada penelitian di atas menunjukkan bahwa tingkat emosi yang

diekspresikan oleh keluarga atau orang lain yang bertindak sebagai informal

caregiver ketika pasien dengan gangguan skizofrenia menjalani perawatannya di

rumah mempunyai peran yang penting terhadap munculnya relapse skizofrenia.

Ketika EE dari caregiver dikategorikan tinggi, yaitu saat nilai EOI dan criticism

berada di atas batas normal yang telah ditentukan, maka kemungkinan dari pasien

mengalami relapse akan tinggi. EE menjadi salah satu faktor yang dapat

memunculkan relapse karena caregiver dengan EE yang tinggi akan menjadi

stresor bagi pasien. Stres yang dialami oleh pasien dapat menyebabkan perubahan

secara fisiologis, terutama pada hormon dan otak (Corcoran & Malaspina, 2008;

Schifani, et al., 2018), sehingga dapat memicu kembali berbagai simptom

skizofrenia dan menimbulkan relapse.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sariah, Outwater, & Malima (2014)

menyebutkan bahwa selain EE yang menjadi faktor terjadinya relapse, terdapat

faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi terjadinya relapse, yaitu kurangnya

dukungan keluarga. Pasien dengan gangguan skizofrenia membutuhkan bantuan

dari orang lain atau caregiver untuk bisa kembali berfungsi, sehingga peran

caregiver sangatlah penting dalam proses kesembuhan pasien skizofrenia. Pada

133

penelitian yang dilakukan oleh Simanullang (2018), ditemukan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan terjadinya relapse

pada pasien dengan gangguan skizofrenia. Dukungan keluarga yang dimaksudkan

dibagi menjadi empat aspek, yaitu dukungan informasi (informational support),

dukungan penilaian (appraisal support), dukungan instrumental (instrumental

support), dan dukungan emosional (emotional support). Pasien dengan gangguan

skizofrenia dibutuhkan untuk memahami keadaan dirinya serta mengenai gangguan

yang dialami. Keluarga yang menjadi caregiver ketika pasien berada di rumah

memiliki fungsi untuk memberikan pemahaman kepada pasien seperti memberikan

saran, instruksi, serta menjelaskan yang harus dilakukan pasien ketika mengalami

stres dan butuh menyelesaikan masalahnya. Skizofrenia dapat mengganggu proses

kognitif dari pasien yang mengalaminya, sehingga dibutuhkan orang lain untuk

memantunya dalam mengarahkannya dan menjaga agar tetap menjalani program

perawatannya dengan baik. Selain bantuan secara kognitif dari dukungan informasi,

pasien juga membutuhkan dukungan penilaian dari caregiver berupa penghargaan

positif atau timbal-balik atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan pasien, sehingga

pasien dapat memiliki rasa kepercayaan diri dan dihargai. Ketika pasien tidak

mendapatkan dukungan penilaian, dapat menimbulkan perasaan tidak percaya diri,

tidak berharga, ataupun tidak berguna, sehingga dapat membuat pasien mengalami

stres kan perasaan maupun pikiran tersebut dan menyebabkan relapse. Dukungan

instrumental dapat berupa menyediakan fasilitas, finansial, serta kebutuhan sehari-

hari, hingga menyediakan waktu untuk dihabiskan bersama pasien. Dukungan

instrumental ini dapat membuat pasien merasa dirinya diperhatikan mengenai

134

kebutuhannya, sehingga memberikan perasaan positif pada dirinya. Sama halnya

dengan dukungan emosional, caregiver yang dapat mengekspresikan empati

melalui mendengarkan, bersikap terbuka, mempercayai pasien, berusaha

memahami, serta mengekspresikan afeksi dan perhatian, akan membuat pasien

merasa berharga, nyaman, tenang, aman, dan dicintai oleh lingkungannya, sehingga

dapat terhindar dari perasaan tertekan dan mengurangi kemungkinan terjadinya

relapse.

Dari penjelasan di atas mengenai faktor relapse yang bersumber dari

lingkungan atau secara spesifik yaitu caregiver, dapat dilihat bahwa EE dan

dukungan keluarga merupakan perilaku dari caregiver yang dapat dirasakan

langsung pada pasien skizofrenia. Perilaku yang dapat dirasakan secara langsung

inilah yang kemudian menimbulkan efek pada kehidupan pasien dan akhirnya dapat

menimbulkan relapse skizofrenia. Berbeda dengan variabel prediktor pada

penelitian ini, yaitu penerimaan dan kualitas hidup caregiver, yang merupakan

sebuah kondisi personal dari caregiver dan belum tentu dapat dirasakan oleh pasien.

Mengacu pada definisi operasional penelitian ini, penerimaan caregiver adalah

kondisi caregiver tidak berusaha untuk melawan situasi yang sedang dialaminya,

sedangkan kualitas hidup caregiver merupakan persepsi mengenai posisinya dalam

kehidupan yang berhubungan dengan pemenuhan tujuan, ekspektasi, standar, dan

perhatiannya sebagai caregiver. Penerimaan dan kualitas hidup caregiver

merupakan sebuah kondisi internal dari caregiver dan tidak dapat dipastikan

kondisi tersebut merefleksikan tingkah lakunya pada pasien skizofrenia, sehingga

mungkin dapat menyebabkan hasil penelitian ini tidak adanya hubungan antara

135

relapse skizofrenia dengan penerimaan dan kualitas hidup caregiver. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Nirmala, Vranda, & Reddy (2011), yaitu

kondisi personal dari caregiver tidak menjadi penentu mengenai perilaku caregiver

terhadap pasien, dan perilaku caregiver dapat mempengaruhi kemungkinan

terjadinya relapse pada pasien skizofrenia.

Stres tidak hanya bersumber dari keluarga atau caregiver, namun bisa

berasal dari berbagai sumber. Stres merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari

dari kehidupan setiap individu, termasuk pasien dengan gangguan skizofrenia.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, stres dapat menyebabkan perubahan pada

tubuh seperti hormon dan otak, sehingga dapat mengganggu proses kesembuhan

dari pasien skizofrenia. Kaye (2011) dalam bukunya menceritakan pengalaman

dirinya sebagai ibu dari pasien skizofrenia, dijelaskan bahwa pasien dengan

skizofrenia dapat mengalami relapse ketika dirinya menerima sebuah kejadian yang

membawa stres berat, dalam hal ini salah satunya adalah meninggalnya caregiver

dalam rumah perawatan yang ditinggalinya. Pendapat ini di selaras dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Haque, et al. (2017), yaitu salah satu faktor yang

dapat memprediksi terjadinya relapse adalah terjadinya kejadian yang bagi pasien

merupakan stresor berat. Ketika pasien tidak dapat mengelola stres yang dialaminya

secara tepat sehingga menimbulkan reaksi tubuh dan muncul kembali simptom dari

skizofrenia. Reaksi dalam merespon stres ini merupakan salah satu faktor dari

individu yang dapat menimbulkan relapse.

Selain faktor dari lingkungan, terdapat juga faktor yang dapat memunculkan

relapse secara klinis. Faktor yang paling banyak ditemukan memiliki hubungan

136

signifikan terhadap terjadinya relapse pada pasien skizofrenia adalah kepatuhan

pasien dalam pengobatan yang sudah diberikan oleh tenaga medis terkait.

Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, ditemukan bahwa pasien

yang memiliki tingkat kepatuhan pada pengobatan yang tinggi dapat menurunkan

angka terjadinya relapse pada ODS (Ayuso-Gutierrez & del Rio Vega, 1997;

Kazadi, Moosa, & Jeenah, 2006; Caseiro, et al., 2012; Sariah, Outwater, & Malima,

2014; Zhang, et al., 2015; Porcelli, et al., 2016; Lee, et al., 2018). Menurut Torrey

(1983), ketaatan dalam menjalankan pengobatan merupakan hal yang sangat

penting dilakukan oleh pasien dengan skizofrenia untuk mengurangi kemungkinan

terjadinya relapse. Skizofrenia merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh aktivitas

hormon pada otak yang abnormal, sehingga dibutuhkan obat yang dapat membuat

fungsi hormon kembali menjadi normal. Obat antipsikotik merupakan obat untuk

mengatasi simptom-simptom yang muncul pada pasien skizofrenia, terutama dalam

menghilangkan simptom positif (Castle & Buckley, 2015). Dalam

perkembangannya, obat antipsikotik terbagi menjadi 2 golongan yaitu generasi

pertama (typical) dan generasi kedua (atypical). Keefektifan dari obat antipsikotik

berbeda-beda pada setiap pasien sehingga tetap membutuhkan panduan dari

psikiater dalam penggunaan obat tersebut. Sama dengan obat-obat lainnya, obat

antipsikotik juga memiliki beberapa efek samping dalam penggunaannya. Tardive

dyskinesia (TD) merupakan efek samping dari penggunaan obat antipsikotik yang

sering ditemui ketika sudah mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang lama.

Kondisi TD mengakibatkan pasien melakukan gerakan-gerakan yang tidak dapat

dikendalikannya, biasanya terjadi pada area mulut, wajah, hingga ke area tubuh

137

lainnya. Neuroleptic malignant syndrome (NMS) merupakan efek samping yang

sangat jarang terjadi namun memiliki risiko fatal. Terjadinya NMS ditandai dengan

munculnya demam pada pasien, kekakuan pada otot-otot, ketidakstabilan pada saraf

otonom tubuh, perubahan status mental, meningkatnya kadar sel darah putih, dan

meningkatnya kadar kreatinin fosfokinase. Selain itu, pasien dapat mengalami

hyperprolactinaemia yang ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak normal,

disfungsi seksual, gynaecomastia (membesarnya kelenjar payudara), serta

galactorrhoea (keadaan laktasi terjadi tanpa kehamilan). Efek samping lain juga

dapat muncul pada pasien skizofrenia tergantung dengan obat yang dikonsumsinya

serta dosis yang diberikan oleh psikiater.

Dalam buku yang ditulis oleh Davidson (2003), dijelaskan mengenai

pengalaman pasien dalam mengkonsumsi obat antipsikotik serta efek samping yang

dialaminya. Seorang pasien mengatakan bahwa penggunaan obat antipsikotik

membuatnya terus menerus seperti bergoyang secara tidak terkendali, serta

mengambil energi dari tubuhnya sehingga merasa seperti mayat hidup (zombie).

Munculnya efek samping yang tidak nyaman dari penggunaan obat antipsikotik ini

yang membuat beberapa pasien memutuskan untuk tidak mengkonsumsi obat

tersebut. Padahal, berhentinya mengkonsumsi obat antipsikotik pada pasien

skizofrenia dapat menyebabkan relapse (Samalin, Blanc, & Llorca, 2014). Obat

antipsikotik berfungsi dalam pengendalian zat kimia yang terdapat di otak seperti

hormon dopamin yang bekerja sebagai pengatur suasana hati (mood), cara berpikir,

dan tingkah laku, sehingga ketika pasien berhenti mengkonsumsi obat antipsikotik

akan menyebabkan zat kimia yang sebelumnya dikendalikan oleh obat antipsikotik

138

mengalami aktivitas yang abnormal dan menimbulkan munculnya kembali

simptom-simptom skizofrenia. Selain untuk menghindari efek samping, terdapat

kondisi dimana pasien tidak memahami kondisi penyakitnya sendiri atau biasa

disebut dengan anosognosia. Kondisi ini terjadi disebabkan pasien yang tidak

menyadari bahwa dirinya memiliki gangguan skizofrenia seperti mengenali tanda-

tanda ataupun simptom yang dialami (Lehrer & Lorenz, 2014), sehingga merasa

dirinya tidak butuh untuk mengkonsumsi obat antipsikotik.

Torrey (1983) menyebutkan bahwa penyalahgunaan narkoba dan alkohol

adalah faktor kuat yang dapat memprediksi terjadinya relapse pada pasien

skizofrenia selain kepatuhan dalam pengobatan. Pasien skizofrenia yang tidak

melanjutkan pengobatan atau tidak meminum obat secara teratur akan mencoba

menggunakan narkoba (obat-obatan terlarang) atau alkohol sebagai cara untuk

mengontrol simptom yang muncul (Veague, Collins, & Levitt, 2007). Pasien

skizofrenia yang mengkonsumsi narkoba atau alkohol berkemungkinan besar untuk

menolak meminum obat yang diberikan dokter, tidak merespon dengan baik

perawatan secara psikologis, dan secara garis besar memiliki tingkat keberfungsian

yang buruk serta memperbesar kemungkinan terjadinya relapse. Penggunaan

narkoba atau alkohol dapat disebabkan karena beberapa hal, seperti pasien yang

ingin menghindari efek samping dari penggunaan obat antipsikotik, sehingga

mengkonsumsi narkoba dan alkohol sebagai pengganti obat antipsikotik untuk

meredakan simptom skizofrenia, atau dapat disebut dengan self-medicating. Pada

kenyataannya, beberapa zat yang terkandung pada narkoba dapat memperparah

simptom skizofrenia yang dialaminya.

139

Hasil pada penelitian ini tidak terlepas dari pengaruh proses pelaksanaan

penelitian yang dilakukan. Pengambilan data pada subjek penelitian dilakukan pada

saat pasien beserta caregiver menunggu waktu dipanggilnya untuk menemui

psikiater pada instalasi rawat jalan, yaitu dengan rentang waktu kurang lebih 30

menit. Dengan waktu yang terbatas membuat peneliti dan tim penelitian lainnya

membuat terbatasnya waktu dalam membangun rapport dan menjelaskan

kepentingan penelitian dengan subjek, sehingga dapat mempengaruhi subjek dalam

menjawab skala penelitian yang disediakan hingga beberapa caregiver tidak

bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini. Selain itu, beberapa subjek meminta

agar peneliti atau tim penelitian lainnya membantu dalam pengisian skala

penelitian, seperti membacakan hingga menuliskan jawaban sesuai dengan

perkataan subjek. Aitem-aitem pada skala penelitian ini juga merupakan aitem yang

menunjukkan kehidupan pribadi dari subjek serta keluarganya. Hal ini

menyebabkan adanya kemungkinan subjek melakukan bias faking-good, atau

respon yang disengaja oleh subjek agar terlihat baik. Faking-good dilakukan

dengan cara menutupi informasi-informasi yang dianggap subjek sebagai hal yang

memalukan atau melebih-lebihkan kondisi yang menurut subjek akan dilihat baik

oleh orang lain. Kondisi ini mungkin ditimbulkan dari perasaan tidak aman yang

dirasakan oleh subjek ketika mengerjakan skala tersebut (Petrova, Dewing, &

Camilleri, 2014).

Keterbatasan waktu yang dimiliki subjek juga dapat mempengaruhi subjek

dalam pengisian skala penelitian, yaitu menyebabkan subjek cenderung terburu-

buru dan kurang konsentrasi dalam mengerjakan skala penelitian. Penelitian ini

140

juga tidak terlepas dari keterbatasan lain, yaitu kecilnya jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2015), semakin kecilnya jumlah

sampel yang digunakan dalam suatu penelitian akan memperbesar peluang

kesalahan generalisasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik accidental sampling yang memiliki kekurangan yaitu hasil

yang tidak terlalu akurat sehingga kurang dapat merepresentasikan keseluruhan

populasi.

141

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian hubungan antara

penerimaan dan kualitas hidup caregiver dengan relapse pada pasien rawat jalan

skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta, terdapat beberapa kesimpulan diantaranya:

1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan dan kualitas

hidup caregiver dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ

Daerah Surakarta. Hal ini dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,457 (p >

0,05). Tinggi atau rendahnya penerimaan dan kualitas hidup caregiver dari

pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta tidak memiliki

pengaruh dengan tingkat keparahan relapse yang terjadi pada pasien.

2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan caregiver

dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta,

yang memiliki nilai signifikansi 0,425 (p > 0,05). Tinggi atau rendahnya

penerimaan caregiver dari pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah

Surakarta tidak memiliki pengaruh dengan tingkat keparahan relapse yang

terjadi pada pasien.

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas hidup caregiver

dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta,

yang memiliki nilai signifikansi 0,895 (p > 0,05). Tinggi atau rendahnya

kualitas hidup caregiver dari pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah

142

Surakarta tidak memiliki pengaruh dengan tingkat keparahan relapse yang

terjadi pada pasien.

4. Pasien dengan gangguan skizofrenia dalam penelitian ini yang mengalami

relapse ringan adalah sebesar 71,43%, relapse sedang sebesar 22,86%, dan

relapse berat sebesar 5,71%, menunjukkan bahwa pasien skizofrenia mudah

mengalami relapse ditandai dengan tidak adanya pasien yang tidak

mengalami relapse.

5. Terdapat sumbangan pengaruh dari penerimaan dan kualitas hidup

caregiver secara simultan terhadap relapse pada pasien rawat jalan

skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta sebesar 4,8%, dan 95,2% faktor lain

yang mempengaruhinya.

6. Faktor lain yang mempengaruhi relapse pada pasien dengan gangguan

skizofrenia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu secara medis,

lingkungan, dan individu. Faktor-faktor tersebut merupakan kondisi yang

dapat memberi efek secara langsung pada pasien skizofrenia.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka peneliti dapat memberikan saran

sebagai pertimbangan atas persoalan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di

RSJ Daerah Surakarta sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih memahami mengenai

relapse pada pasien skizofrenia serta menelusuri lebih lanjut akan faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya relapse seperti ekspresi emosi

143

(EE), dukungan keluarga, kepatuhan pada pengobatan, dan lain sebagainya.

Peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk dapat melakukan pengukuran

terhadap relapse skizofrenia dengan lebih baik seperti melakukan

perbandingan dengan status pasien sebelum terjadi relapse. Selain itu,

penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperluas sebaran subjek

penelitian sehingga dapat merepresentasikan populasi dengan menyeluruh.

Peneliti juga diharapkan untuk mempertimbangkan mengenai metode

pengambilan data dan alat ukur yang digunakan untuk mengurangi

kemungkinan terjadinya bias pada subjek dalam pengerjaan skala.

2. Bagi Caregiver Pasien Skizofrenia

Bagi caregiver dari pasien skizofrenia perlu untuk memahami lebih

lanjut mengenai perannya sebagai caregiver serta sikap yang dibutuhkan

dalam merawat pasien skizofrenia. Selain itu caregiver perlu mempelajari

mengenai gangguan skizofrenia yang dialami oleh pasien seperti tanda-

tanda relapse, keadaan yang dapat memicu relapse, dan lain sebagainya,

sehingga diharapkan dapat melakukan tindakan pencegahan untuk

meminimalisir kemungkinan terjadinya relapse. Caregiver diharapkan

dapat membangun lingkungan yang kondusif serta membantu pasien untuk

dapat mengelola stres yang dialaminya sehingga dapat terhindar dari

relapse.

3. Bagi Pasien Skizofrenia

Bagi pasien dengan gangguan skizofrenia yang sudah mendapatkan

perawatan dan berada dalam kondisi stabil sebaiknya dapat menyadari dan

144

memahami mengenai gangguan yang dialaminya, seperti simptom-simptom

yang muncul, tanda-tanda relapse, keadaan yang dapat memicu relapse, dan

lain sebagainya. Dengan pemahaman mengenai gangguan yang dialaminya,

pasien akan lebih mudah dalam melakukan proses pengobatan seperti

menyadari mengenai fungsi dari obat antipsikotik yang di konsumsi hingga

dapat mengkondisikan dirinya agar terhindar dari keadaan yang dapat

menyebabkan relapse.

4. Bagi Tenaga Medis di RSJ Daerah Surakarta

Bagi tenaga medis di RSJ Daerah Surakarta diharapkan untuk

memberikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh pasien skizofrenia beserta

caregiver mengenai hal yang harus dilakukan agar pasien dapat kembali

berfungsi normal dan terhindar dari kondisi relapse. Pihak RSJ Daerah

Surakarta juga dapat memperhatikan kebutuhan dari caregiver sebagai

perawat utama pasien ketika berada di rumah agar dapat memberikan

perawatan yang optimal bagi pasien skizofrenia. Selain itu pihak tenaga

medis juga dapat melakukan kontrol di rumah pasien untuk melihat apakah

tercipta lingkungan yang mendukung kesembuhan pasien ketika berada di

rumah.

145

DAFTAR PUSTAKA

Aguilera, A., Lopez, S., Breitborde, N. J., Kopelowicz, A., & Zarte, R. (2010).

Expressed Emotion and Sociocultural Moderation in the Course of

Schizophrenia. Journal of Abnormal Psychology, 875-885.

Alwi, H. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Diambil

kembali dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online).

Amaresha, A. C., & Venkatasubrammanian, G. (2012). Expressed Emotion in

Schizophrenia: An Overview. Indian Journal of Psychological Medicine,

12-20.

Amelia, D. R., & Anwar, Z. (2013). Relaps Pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmiah

Psikologi Terapan, 53-65.

Awad, A. G., & Voruganti, L. N. (2008). The Burden of Schizophrenia on

Caregivers: A Review. Pharmacoeconomics, 26(2), 149-162.

Ayuso-Gutierrez, J. L., & del Rio Vega, J. M. (1997). Factors Influencing Relapse

in the Long-Term Course of Schizophrenia. Schizophrenia Research, 199-

206.

Azhar, M. Z., & Varma, S. L. (1996). Relationship of Expressed Emotion with

Relapse of Schizophrenia Patients in Kelantan. Singapore Medical Journal,

82-85.

Azwar, S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_______. (2015). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_______. (2017). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bighelli, I., Salanti, G., Huhn, M., Schneider-Thoma, J., Krause, M., Reitmeir, C.,

. . . Leucht, S. (2018). Psychological Interventions to Reduce Positive

Symptoms in Schizophrenia: Systematic Review and Network Meta-

Analysis. World Psychiatry, 316-329.

Block-Lerner, J., Wulfert, E., & Moses, E. (2009). ACT in Context: An Exploration

of Experiential Acceptance. Cognitive and Behavioral Practice, 443-456.

Bowie, C., Depp, C., McGrath, J., Wolyniec, P., Mausbach, B., & Thornquist, M.

(2010). Prediction Of Real-World Functional Disability in Chronic Mental

Disorders: A Comparison Of Schizophrenia and Bipolar Disorder. Am. J.

Psychiatry 167, 1116-1124.

Brunette, M. F., Rotondi, A. J., Ben-Zeev, D., Gottlieb, J. D., Mueser, K. T.,

Robinson, D. G., . . . Kane, J. M. (2016). Coordinated Technology-

146

Delivered Treatment to Prevent Rehospitalization in Schizophrenia: A

Novel Model of Care. Psychiatric Services, 444-447.

Buckley, P. F., Wirshing, D. A., Bhushan, P., Pierre, J. M., Resnick, S. A., &

Wirshing, W. C. (2007). Lack of Insight in Schizophrenia. CNS Drugs, 129-

141.

Butcher, J. N., Hooley, J. M., & Mineka, S. (2014). Abnormal Psychology (Sixteen

Edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Butler, J., & Ciarrochi, J. (2007). Psychological acceptance and quality of life in

the elderly. Qual Life Res, 607-615.

Caqueo-Urizar, A., Alessandrini, M., Urzua, A., Zendjidjian, X., Boyer, L., &

Williams, D. R. (2017). Caregiver's Quality of Life and Its Positive Impact

on Symptomatology and Quality of Life of Patients With Schizophrenia.

Health and Quality of Life Outcomes, 15(76), 1-9.

Caqueo-Urizar, A., Gutierrez-Maldonado, J., & Miranda-Castillo, C. (2009).

Quality of Life in Caregivers of Patients with Schizophrenia: A Literature

Review. Health and Quality of Life Outcomes, 1-5.

Caseiro, O., Perez-Iglesias, R., Mata, I., Martinez-Gracia, O., Pelayo-Teran, J. M.,

Tabares-Seisdedos, R., . . . Crespo-Facorro, B. (2012). Predicting Relapse

After A First Episode of Non-Affective Psychosis: A Three-Year Follow-

Up Study. Journal of Psychiatric Research, 1099-1105.

Castle, D., & Buckley, P. (2015). Schizophrenia. Oxford: Oxford University Press.

Chadda, R. K. (2014). Caring for the family caregivers of persons with mental

illness. Indian Journal of Psychiatry, 221-227.

Christy. (2011). Relapse in Schizophrenia. Medical Bulletin, 8-9.

CNN Indonesia. (2018, Oktober 13). Penderita Skizofrenia Bukan Orang Gila.

Diambil kembali dari CNN Indonesia:

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180830203759-255-

326351/penderita-skizofrenia-bukan-orang-gila

Corcoran, C., & Malaspina, D. (2008, Maret 1). Schizophrenia and Stress.

Retrieved from The Doctor Will See You Now:

http://www.thedoctorwillseeyounow.com/content/stress/art1957.html

Darling, B., & Darling, J. (1982). Children Who are Different, Meeting The

Challenges of Birth Deffets in Society. Missouri: CV Mos by Company.

Das, M. K., Kulhara, P. L., & Verma, S. K. (1997). Life Events Preciding Relapse.

International Journal of Social Psychiatry, 56-63.

147

Davidson, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2006). Psikologi Abnormal Edisi

Kesembilan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Davidson, L. (2003). Living Outside Mental Illness: Qualitative Study of Recovery

in Schizophrenia. New York: New York University Press.

Dearen, C., & Becker, S. (2000). Growing Up Caring: Vulnerability and Transition

to Adulthood: Young Carers Experiences. Leicester: Youth Work Press.

Department of Mental Health, World Health Organization. (2012). WHOQOL User

Manual. Geneva: World Health Organization.

Dorian, M., Garcia, J. I., Lopez, S. R., & Hernandez, B. (2008). Acceptance and

Expressed Emotion in Mexican American Caregivers of Relatives with

Schizophrenia. Family Process, 215-228.

Durand, V. M., & Barlow, D. H. (2007). Intisari Psikologi Abnormal Edisi Keempat

Buku Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Elwick, H., Joseph, S., Becker, S., & Becker, F. (2010). Manual for the Adult Carer

Quality of Life Questionnaire (AC-QoL). London: The Princess Royal Trust

for Carers.

Falloon, I. R., Marshall, G. N., Boyd, J. L., Razani, J., & Wood-Siverio, C. (1983).

Relapse in schizophrenia: a review of the concept and its definitions.

Psychological Medicine, 469-477.

Farkhah, L., Suryani, & Hernawati, T. (2017). Faktor Caregiver dan Kekambuhan

Klien Skizofrenia. Jurnal Keperawatan Universitas Padjadjaran, 5(1), 37-

46.

Felce, D. (1997). Defining and applying the concept of quality of life. Journal of

Intellectual Disability Research, 126-135.

Ferrans, C., & Powers, M. (1998). Description of The Quality of Life Index (QLI).

Retrieved from Quality of Life Index:

https://https://qli.org.uic.edu/overview/overviewhome.htm

Frith, C., & Johnstone, E. (2003). Schizophrenia: A Very Short Introduction.

Oxford: Oxford University Press.

Gathaiya, N. W., Mwaura, J., & Wagoro, M. C. (2018). A Cross-Sectional Study

on Factors Associated with Relapse in Patients with Schizophrenia at

Mathari Hospital, Nairobi Kenya. Annals of Clinical and Laboratory

Research, 218-223.

Gay, L., & Diehl, P. (1992). Research Methods for Business and Management. New

York: MacMillan Publishing Company.

148

Gupta, S., Hendricks, S., Kenkel, A. M., & Bhatia, S. C. (1996). Relapse in

Schizophrenia: Is There A Relationship to Substance Abuse? Schizophrenia

Research, 153-156.

Haque, A. A., Kamal, A. K., Laila, Z. D., Ahmed, H. U., & Khan, N. M. (2017).

Factors Associated with Relapse of Schizophrenia. Bangladesh Journal of

Psychiatry, 59-63.

Hardiyanti, D., Usman, S., & Yusuf, R. (2015). Kemandirian Keluarga dalam

Merawat Anggota Keluarga yang Mengalami Skizofrenia. Jurnal Ilmu

Keperawatan, 172-182.

Harrop, C., & Trower, P. (2001). Why does schizophrenia develop at late

adolescene? Clinical Psychology Review, 241-266.

Hashim, Y. A. (2010). Determining Sufficiency of Sample Size in Management

Survey Research Activites. International Journal of Organizational

Management and Enterpreneurship Development, 119-130.

Hendriani, W., Hendariyati, R., & Sakti, T. M. (2006). Penerimaan Keluarga

Terhadap Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental. INSAN, 8(2),

101-111.

Herz, M. I., & Melville, C. (1980). Relapse in Schizophrenia. American Journal of

Psychiatry, 801-805.

Hooley, J. M., & Parker, H. A. (2006). Measuring Expressed Emotion: An

Evaluation of the Shortcuts. Journal of Family Psychology, 386-396.

Joseph, S., Becker, S., Elwick, H., & Silburn, R. (2012). Adult Carers Quality of

Life Questionnaire (AC-QoL) Development of An Evidence-Based Tool.

Mental Health Review Journal, 57-69.

Kaplan, H., Sadock, B., & Grebb, J. (1997). Sinopsis Psikiatri Edisi Ketujuh Jilid

Satu. Jakarta: Binarupa Aksara.

Kashdan, T. B., & Ciarrochi, J. (2013). Mindfulness, Acceptance, and Positive

Psychology. Oakland: Context Press.

Kaye, R. (2011). Ben Behind His Voice: One Family's Journall From the Chaos of

Schizophrenia to Hope. Maryland: Rowman & Littlefield Publishers.

Kazadi, N. J., Moosa, M. Y., & Jeenah, F. Y. (2006). Factors Associated with

Relapse in Schizophrenia. South African Journal of Psychiatry, 52-62.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diambil kembali dari

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:

149

http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-

dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html

King, S., & Dixon, M. J. (1999). Expressed Emotion and Relapse in Young

Schizophrenia Outpatients. Schizophrenia Bulletin, 377-386.

Kring, A., Johnson, S., Davidson, G. C., & Neale, J. M. (2009). Abnormal

Psychology: 11th Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Kubler-Ross, E., & Kessler, D. (2014). On Grief and Grieving - Finding the

Meaning of Grief Through the Five Stages of Loss. New York: Scribner.

Laksmi, I. A., & Herdiyanto, Y. K. (2019). Proses Penerimaan Anggota Keluarga

Orang Dengan Skizofrenia. Jurnal Psikologi Udayana, 859-872.

Lee, S.-U., Soh, M., Ryu, V., Kim, C.-E., Park, S., Roh, S., . . . Choi, S. (2018).

Risk Factors for Relapse in Patients with First-Episode Schizophrenia:

Analysis of the Health Insurance Review and Assessment Service Data from

2011 to 2015. International Journal of Mental Health Systems, 1-9.

Lehrer, D. S., & Lorenz, J. (2014). Anosognosia in Schizophrenia: Hidden in Plain

Sight. Innovations in Clinical Neuroscience, 10-17.

Leng, A., Xu, C., Nicholas, S., Nicholas, J., & Wang, J. (2018). Quality of life in

caregivers of a family member with serious mental illness: evidence from

China. Archives of Psychiatric Nursing, 1-31.

Linszen, D. H., Dingemans, P. M., Nugter, M. A., Van der Does, A. J., Scholte, W.

F., & Lenior, M. A. (1997). Patient Attributes and Expressed Emotion as

Risk Factors for Psychotic Relapse. Schizophrenia Bulletin, 119-130.

Lubis, N., Krisnani, H., & Fedryansyah, M. (2014). Pemahaman Masyarakat

Mengenai Gangguan Jiwa dan Keterbelakangan Mental. Share: Social

Work Journal, 137-144.

Mueser, K. T., & Gingerich, S. (2006). The Complete Family Guide to

Schizophrenia. New York: The Guilford Press.

Mueser, K. T., Curran, P. J., & McHugo, G. J. (1997). Factor Structure of the Brief

Psychiatric Rating Scale in Schizophrenia. Psychological Assesment, 9(3),

196-204.

National Center on Caregiving. (2014). Definitions. Diambil kembali dari Family

Caregiver Alliance: https://www.caregiver.org/definitions-0

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2013). Abnormal Psychology In Changing

World (Ninth Edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.

150

Nevid, J., Rathus, S., & Greene, B. (2006). Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid

2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nirmala, B. P., Vranda, M. N., Reddy, S. (2011). Expressed Emotion and

Caregiver Burden in Patients with Schizophrenia. Indian Journal of

Psychological Medicine. 119-122.

Nurdiana, Syafwani, & Umbransyah. (2007). Korelasi Peran Serta Keluarga

Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien Skizofrenia. Jurnal Ilmiah Kesehatan

Keperawatan, 3(1), 1-10.

Olivares, J. M., Sermon, J., Hemels, M., & Schreiner, A. (2013). Definitions and

drivers of relapse in patients with schizophrenia: a systematic literature

review. Annals of General Psychiatry, 1-11.

Oltmanns, T. F., & Emery, R. E. (2012). Abnormal Psychology: 7th Edition. New

Jersey: Pearson Education.

Overall, J. E., & Gorham, D. R. (1962). The Brief Psychiatric Rating Scale.

Psychological Reports, 799-812.

Overall, J. E., Gorham, D. R., & Shawver, J. R. (1961). Basic Dimensions of

Change In The Symptomatology of Chronic Schizophrenics. Journal of

Abnormal and Social Psychology, 597-602.

Paul, S., & Nadkarni, V. (2017). A qualitative study on family acceptance, stigma

and discrimination of persons with schizophrenia in an Indian metropolis.

International Social Work, 84-99.

Petrova, E., Dewing, J., & Camilleri, M. (2014). Confidentiality in Participatory

Research: Challenges from One Study. Nursing Ethics, 1-13.

Porcelli, S., Bianchini, O., De Girolamo, G., Aguglia, E., Crea, L., & Serretti, A.

(2016). Clinical Factors Related to Schizophrenia Relapse. International

Journal of Psychiatry in Clinical Practice, 1-16.

Post, M., de Witte, L., & Schrijvers, A. (1999). Quality of life and the ICIDH:

towards an integrated conceptual model for rehabilitation outcomes

research. Clinical Rehabilitation, 5-15.

Primaria, A. (2014). Anxiety, Stress, and Depression in Family Caregiver of The

Mentally Ill. Nurse Media Journal of Nursing, 176-180.

Priyatno, D. (2009). 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta:

Penerbit ANDI.

_________. (2013). Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS.

Yogyakarta: Gava Media.

151

_________. (2017). Panduan Praktis Olah Data Menggunakan SPSS. Yogyakarta:

Penerbit ANDI.

Rafiyah, I., & Sutharangsee, W. (2011). Review: Burden on Family Careggivers

Caring for Patients with Schizophrenia and Its Related Factors. Nurse Media

Journal of Nursing, 29-41.

Richieri, R., Boyer, L., Reine, G., Loundou, A., Auquier, P., Lancon, C., &

Simeoni, M. (2011). The Schizophrenia Caregiver Quality of Life

Questionnaire (S-CGQoL): Development and Validation of An Instrument

to Measure Quality of Life of Caregivers of Individuals with Schizophrenia.

Schizophrenia Research, 192-201.

Rohner, R. P. (2006). Handbook for the Study of Parental Acceptance and Rejection

4th Edition. Conneticut: Rohner Research Publication.

Roseliza-Murni, A., Yusooff, F., & Desa, A. (2015). The Role of Relatives

Expressed Emotion and Personality Traits in Predicting Schizophrenia

Relapse. Journal of Social Sciences and Humanities, 40-54.

Sachit, K. R., & Al-Juboori, A. K. (2013). Impact of Caregivers Expressed Emotion

upon Schizophrenic Patients Relapsing. Kufa Journal of Nursing Sciences,

82-92.

Samalin, L., Blanc, O., & Llorca, P.-M. (2014). Optimizing Treatment of

Schizophrenia to Minimize Relapse. Expert Review of Neurotherapeutics,

147-150.

San, L., Miquel, B., Gómez, A., & Pena, M. (2013). Factors Associated with

Relapse in Patients with Schizophrenia. International Journal of Psychiatry

in Clinical Practice, 17, 2-9.

Santosa, P. B., & Ashari. (2005). Analisis Statistik dengan Ms. Excel dan SPSS.

Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Santrock, J. (2010). Life-Span Developmental 13th Edition. New York: McGraw-

Hill.

Sari, H., & Fina, F. (2011). Dukungan Keluarga Dalam Mencegah Kekambuhan

Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan RSJ Aceh. Idea Nursing

Journal, 176-186.

Sariah, A. E., Outwater, A. H., & Malima, K. I. (2014). Risk and Protective Factors

for Relapse Among Individuals with Schizophrenia: A Qualitative Study in

Dar es Salaam, Tanzania. BMC Psychiatry, 1-12.

Schifani, C., Tseng, H.-H., Kenk, M., Tagore, A., Kiang, M., Wilson, A. A., . . .

Mizrahi, R. (2018). Cortical Stress Regulation is Disrupted In

152

Schizophrenia But Not In Clinical High Risk for Psychosis. Brain Journal

of Neurology, 1-12.

Simanullang, R. H. (2018). The Correlation Between Family Support and Relapse

in Schizophrenia at the Psychiatric Hospital. Belitung Nursing Journal, 566-

571.

Siswanto, D. (2010). Pengaruh Pandangan Hidup Masyarakat Jawa Terhadap

Model Kepemimpinan. Jurnal Filsafat, 197-216.

Sitanggang, S. R. (2015). Living with Schizophrenia. Diambil kembali dari

Kompasnia: https://www.kompasiana.com/sattirajasitanggang/living-with-

schizophrenia_54f94a9aa3331135028b4d8e

Sugiyono. (2015). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Talwar, P., & Matheiken, S. T. (2010). Caregivers in schizophrenia: A Cross

Cultural Perspective. Indian Journal Psychology Medical, 29-33.

Theofilou, P. (2013). Quality of Life: Definition and Measurement. Europe's

Journal of Psychology, 150-162.

Torrey, E. F. (1983). Surviving Schizophrenia: A Family Manual Sixth Edition.

New York: Harper Parennial.

Veague, H. B. (2007). Psychological Disorders: Schizophrenia. New York:

Chelsea House Publishers.

Veague, H. B., Collins, C., & Levitt, P. (2007). Schizophrenia. New York: Chelsea

House Publishers.

Veronia, Y., Zuhriyah, L., & Rinik, E. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Kesejahteraan Subjektif Caregiver Orang dengan Skizofrenia di

Bantur Malang. Kedokteran Brawijaya, 142-147.

Wardani, I. Y., & Dewi, F. A. (2018). Kualitas Hidup Pasien Skizofrenia

Dipersepsikan Melalui Stigma Diri. Jurnal Keperawatan Indonesia, 17-26.

Weitzner, M. A., McMillan, S. C., & Jacobsen, P. B. (1999). Family Caregiver

Quality of Life: Differences Between Curative and Palliative Cancer

Treatment Setting. Journal of Pain and Symptomm Management, 418-428.

Weret, Z., & Mukherjee, R. (2014). Prevalence of Relapse and Associated Factors

In Patient With Schizophrenia at Amanuel Mental Specialized Hospital,

Addis Ababa, Ethiopia: Institution Based Cross Sectional Study.

International Journal of Interdisciplinary and Multidisciplinary Studies

(IJIMS), 2(1), 184-192.

153

Wijanarko, A., & Ediati, A. (2016). Penerimaan Diri Pada Orangtua yang Memiliki

Anak Skizofrenia (Sebuah Interpretative Phenomenological Analysis).

Jurnal Empati, 424-429.

Wilson, K., Ruch, G., Lymbery, M., & Cooper, A. (2006). Social Work: An

Introduction to Contemporary Practice. Essex: Pearson Education.

Wong, D. F., Lam, A. Y., Chan, S. K., & Chan, S. F. (2012). Quality of life of

caregivers with relatives suffering from mental illness in Hong Kong: roles

of caregiver characteristics, caregiving burdens, and satisfaction with

psychiatric services. Health and Quality of Life Outcomes, 1-9.

World Health Organization. (2018). Schizophrenia. Diambil kembali dari World

Health Organization: https://www.who.int/news-room/fact-

sheet/detail/schizophrenia

Zhang, H., Xiao, J., Mi, W., Li, L., & Shi, Y. (2015). High Relapse Rate and Poor

Medication Adherence in the Chinese Population with Schizophrenia:

Results from An Observational Survey in the People's Republic of China.

Neuropsychiatric Disease and Treatment, 1161-1167.

LAMPIRAN

155

Lampiran A. Jadwal Kegiatan Penelitian

LAMPIRAN A

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

156

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Kegiatan Des 18

Des 18 -

Sept 19 Okt 19 Nov 19

Des 19 -

Jan 20 Feb 20

Mar 20 -

Mei 20 Juni 2020

I I - IV I II III IV I - IV I - IV I - II III - IV I - IV I II III IV

1. Pengajuan Judul

2. Penyusunan

Proposal

Penelitian

3. Ujian Validasi

4. Revisi Proposal

5. Persiapan dan Izin

Penelitian

6. Pelaksanaan

Penelitian

7. Analisis Data

Penelitian

8. Penyusunan

Laporan Skripsi

9. Ujian Skripsi

10. Revisi Skripsi

157

Lampiran B. Sumber Data Pra-Penelitian

LAMPIRAN B

SUMBER DATA PRA-PENELITIAN

1. Guideline Wawancara Pra-Penelitian

2. Hasil Data Rekam Medis Pasien Rawat Jalan

158

GUIDELINE WAWANCARA PRA-PENELITIAN

Daftar Pertanyaan:

1. Apakah hubungan Anda dengan penderita skizofrenia (ODS)?

2. Kapan pertama kali Anda menyadari akan gangguan dari ODS?

3. Apa yang Anda rasakan ketika pertama kali mengetahi mengenai kondisi dari

ODS?

4. Bagaimana pengalaman Anda selama ini dalam merawat ODS?

5. Apa yang Anda rasakan selama merawat ODS?

6. Apakah ODS pernah dirawat di rumah sakit?

Jika pernah:

g. Sudah berapa lama ODS dirawat di rumah sejak dipulangkan dari rumah

sakit?

7. Apakah ODS pernah menunjukkan gejala-gejala yang sudah dinyatakan hilang

oleh tenaga kesehatan (relapse)?

Jika pernah:

c. Sudah berapa kali mengalami hal tersebut?

d. Apa yang Anda rasakan ketika hal tersebut terjadi?

e. Apa yang Anda lakukan ketika hal tersebut terjadi?

f. Menurut Anda, apa yang menyebabkan ODS mengalami hal tersebut?

8. Bagaimana hubungan Anda dengan ODS?

9. Adakan perbedaan yang Anda rasakan sebelum dengan sesudah Anda

mengetahui mengenai kondisi ODS?

10. Apakah kualitas hubungan Anda dengan ODS berpengaruh terhadap perlakuan

Anda terhadapnya?

11. Bagaimana keseharian Anda saat ini?

12. Apakah Anda merasa terbebani atau merasa tertekan dengan kegiatan sehari-

hari dan kewajiban merawat ODS?

13. Menurut Anda, apakah hal tersebut mempengaruhi perlakuan Anda terhadap

ODS?

159

DATA PASIEN RAWAT JALAN RSJ DAERAH SURAKARTA

Sumber: Rekam Medis RSJ Daerah Surakarta

Data Pasien Rawat Jalan Tahun 2017 - 2018

Tahun Kategori Jumlah

2017 Pasien Lama Laki-Laki 24,282

Perempuan 16,286

Pasien Baru Laki-Laki 1,508

Perempuan 1,801

Total 43,877

2018 Pasien Lama Laki-Laki 23,005

Perempuan 14,997

Pasien Baru Laki-Laki 2,071

Perempuan 2,110

Total 42,183

Data Pasien Rawat Jalan Tahun 2019

Bulan Kategori Jumlah

Januari Pasien Lama Laki-Laki 2,132

Perempuan 1,221

Pasien Baru Laki-Laki 374

Perempuan 559

Total 4,286

Februari Pasien Lama Laki-Laki 1,573

Perempuan 1,075

Pasien Baru Laki-Laki 58

Perempuan 72

Total 2,778

Maret Pasien Lama Laki-Laki 1,667

Perempuan 1,143

Pasien Baru Laki-Laki 108

Perempuan 111

Total 3,029

April Pasien Lama Laki-Laki 1,758

Perempuan 1,163

Pasien Baru Laki-Laki 66

Perempuan 75

Total 3,062

Mei Pasien Lama Laki-Laki 1,792

160

Perempuan 1,223

Pasien Baru Laki-Laki 68

Perempuan 81

Total 3,164

Juni Pasien Lama Laki-Laki 1,538

Perempuan 1,048

Pasien Baru Laki-Laki 86

Perempuan 76

Total 2,748

Data Pasien Rawat Jalan Skizofrenia Bulan Juni 2019

Kode DSM-IV Nama Gangguan Jumlah Pasien

F20.3 Undifferentiated Schizophrenia 581

F20.5 Residual Schizophrenia 413

F20.0 Paranoid Schizophrenia 236

F20.8 Other Schizophrenia 164

F25.1 Schizoaffective, Depresif 111

F25.0 Schizoaffective, Manic 54

F20.1 Hebephrenic Schizophrenia 29

F25.2 Schizoaffective 17

F23 Acute and Transient Psychotic 11

F23.0 Acute Polymorphic Psychotic 9

F25.8 Other Schizoaffective 6

F20.2 Catatonic Schizophrenia 6

F20 Schizophrenia 5

F23.1 Acute Polymorphic Psychotic 3

F22.0 Delusional 2

F20.9 Schizophrenia, Unspecified 2

F20.6 Simple Schizophrenia 1

F25.9 Schizoaffective, Unspecified 1

F20.4 Post-Schizophrenic Depression 1

F21 Schizotypal 1

F28 Other Non-Organic Psychotic 1

161

Lampiran C. Alat Ukur Penelitian

LAMPIRAN C

ALAT UKUR PENELITIAN

1. Cover Skala Penelitian

2. Informed Consent

3. Identitas Subjek

4. Petunjuk Pengisian

5. Skala Penelitian:

− Skala Relapse Skizofrenia

− Skala Penerimaan Caregiver

− Skala Kualitas Hidup Caregiver

162

SKALA PENELITIAN

Medina Hayati

G0115067

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019

163

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Perkenalkan saya Medina Hayati, mahasiswi Program Studi Psikologi UNS

angkatan 2015, memohon kesediaan Anda untuk meluangkan waktu sejenak guna

mengisi daftar skala yang saya lampirkan. Data ini saya perlukan untuk penelitian

yang saya lakukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Dalam pengisian skala ini, Anda tidak perlu merasa khawatir atau ragu-ragu

dalam mengisinya karena jawaban yang benar adalah jawaban yang paling

sesuai dengan keadaan, pikiran dan perasaan Anda saat ini tanpa dipengaruhi

oleh pihak manapun. Jawaban maupun informasi yang Anda berikan dalam skala

ini akan saya jamin kerahasiaannya. Sebelum mengisi skala, silahkan mengisi

lembar persetujuan di bawah ini. Saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan

Anda menjadi partisipan dalam penelitian ini.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini secara sadar dan sungguh-sungguh

menyatakan bahwa saya SETUJU/MENOLAK*) untuk mengisi skala sesuai

dengan diri saya. Segala data informasii yang ada pada lembar persetujuan ini akan

dirahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik.

Peneliti

Medina Hayati

Surakarta, ………………………2019

Yang membuat pernyataan

( …………………………. )

*) coret yang tidak perlu

164

IDENTITAS SUBJEK

Nama : (boleh inisial)

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Usia :

Alamat :

Hubungan dengan

Pasien

: Suami/Istri Saudara Kandung

Ayah/Ibu Lain-Lain

Anak (……………..)

Pendidikan : Tidak Sekolah SMA

SD Pendidikan Tinggi

SMP

Pekerjaan :

Penghasilan per Bulan : < Rp. 1.500.000 Rp. 2.500.000 -

Rp. 1.500.000 - Rp. 3.500.000

Rp. 2.500.000 > Rp. 3.500.000

Tipe Skizofrenia Pasien :

Frekuensi Rawat Inap :

Lama Merawat Pasien :

(perawatan dirumah

terakhir)

Sejak kapan pasien pertama didiagnosis skizofrenia?

Bulan …………………. Tahun ……….

165

Petunjuk Pengisian (Bagian 1)

5. Pada bagian ini, Anda diminta untuk menilai tingkat keparahan gejala yang

dialami ODS selama 4 bulan terakhir.

6. “ODS” yang dimaksud merupakan anggota keluarga dengan gangguan

skizofrenia yang Anda rawat.

7. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Setiap gejala akan diberikan contoh

beri tanda centang (✓) pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan

keadaan Anda dan ODS. Pilihlah jawaban yang tersedia sebagai berikut:

Tidak Ada jika ODS tidak pernah mengalami selama 4 bulan terakhir

Sangat Ringan jika ODS menunjukkan sangat sedikit gejala tersebut dan tidak

mengganggu kehidupannya

Ringan jika ODS menunjukkan sedikit gejala tersebut dan tidak

mengganggu kehidupannya

Sedang jika ODS menunjukkan gejala tersebut dan sedikit mengganggu

kehidupannya

Cukup Parah jika ODS menunjukkan gejala tersebut dan mengganggu

kehidupannya

Parah jika ODS sering menunjukkan gejala tersebut dan mengganggu

kehidupannya

Sangat Parah jika ODS sering menunjukkan gejala tersebut dan sangat

mengganggu kehidupannya

8. Jawaban yang benar adalah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda

saat ini.

9. Seluruh pernyataan WAJIB untuk diisi dan pastikan tidak ada yang terlewati.

166

Contoh pengisian skala:

BIZARRE BEHAVIOR

- Perilaku seseorang yang aneh, tidak biasa, atau kriminal secara psikis.

- Perilaku seksual yang tidak pantas

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

167

BAGIAN I

1. SOMATIC CONCERN

− Disibukkan dengan pikiran mengenai kesehatan fisik

− Ketakutan dirinya memiliki penyakit fisik

− Hypochondriasis (perasaan menderita penyakit serius, meskipun tidak ada

bukti secara medis)

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

2. ANXIETY

− Kecemasan, ketakutan, dan kekhawatiran yang berlebih mengenai keadaan

sekarang atau masa depan

− Rasa gelisah

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

3. EMOTIONAL WITHDRAWAL

− Kurangnya interaksi secara spontan

− Kurangnya berhubungan secara emosional dengan orang lain

− Terdapat batas tidak terlihat antara ODS dengan orang lain

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

4. CONCEPTUAL DISORGANIZATION

− Proses berpikir yang membingungkan dan terganggu, tidak jelas, serta

tidak teratur

− Perubahan topik pembicaraan secara mendadak

− Berbicara dengan tidak logis

− Gangguan bicara lainnya

168

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

5. GUILT FEELINGS

− Menyalahkan diri sendiri dan perasaan malu

− Penyesalan yang berlebihan akan perilaku atau perbuatan di masa lalu

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

6. TENSION

− Kegugupan yang dapat dilihat secara fisik atau motorik

− Keaktifan tubuh yang berlebih

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

7. MANNERISMS AND POSTURING

− Perilaku aneh dan tidak biasa

− Gerakan, tindakan, atau postur tubuh yang terlihat tidak nyaman atau tidak

senonoh

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

8. GRANDIOSITY

− Opini diri yang berlebihan

− Keyakinan diri akan kemampuan atau kekuatan yang spesial, atau identitas

seperti orang lain yang kaya atau terkenal

169

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

9. DEPRESSIVE MOOD

− Rasa kesedihan, ketidakbahagiaan, atau ketidakberdayaan

− Ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan (anhedonia)

− Terlarut dalam suasana yang suram

− Kehilangan kepercayaan diri

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

10. HOSTILITY

− Perilaku atau sikap membenci orang lain (contoh: menghina, berkelahi,

mengancam, mengamuk, merusak atau menghancurkan barang)

− Berbagai ekspresi dari sikap atau tindakan yang bermusuhan

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

11. SUSPICIOUSNESS

− Rasa tidak percaya terhadap orang lain

− Kepercayaan bahwa orang lain memiliki niat buruk atau jahat terhadap

dirinya

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

12. HALLUCINATORY BEHAVIOR

− Persepsi tanpa adanya rangsangan/stimulus eksternal yang normal atau

tidak dapat dialami oleh orang lain

170

− Contoh: mendengar suara di lingkungan atau di dalam kepalanya,

merasakan sesuatu pada tubuhnya, melakukan sesuatu yang diperintahkan

oleh hal yang tidak ada, melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat orang lain

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

13. MOTOR RETARDATION

− Melambatnya kecepatan dalam bergerak maupun berbicara

− Berkurangnya gerakan tubuh yang spontan

− Menurunnya keidealan massa tubuh

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

14. UNCOOPERATIVENESS

− Penolakan atau kurangnya keinginan untuk bekerja sama dengan orang

lain

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

15. UNUSUAL THOUGHT CONTENT

− Konten pikiran yang tidak biasa atau aneh

− Keyakinan akan bentuk dari delusi adalah suatu yang nyata

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

16. BLUNTED AFFECT

− Ekspresi emosi wajah, nada suara, dan gerak-gerik yang terbatas

171

− Sikap mengabaikan atau datar, bahkan saat membahas sesuatu yang

menyedihkan atau menyenangkan

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

17. EXCITEMENT

− Nada emosi yang tinggi atau meningkatnya reaktivitas emosional

− Meningkatnya intensitas ekspresi wajah, nada suara, gerakan ekspresif, atau

kuantitas dan kecepatan bicara

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

18. DISORIENTATION

− Tidak memahami situasi atau pembicaraan

− Kebingungan terhadap orang, tempat atau waktu

Tidak

Ada

Sangat

Ringan Ringan Sedang

Cukup

Parah Parah

Sangat

Parah

172

Petunjuk Pengisian (Bagian 2 dan 3)

1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan beri tanda centang (✓) pada

pilihan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda. Pilihlah jawaban

yang tersedia sebagai berikut:

STS jika SANGAT TIDAK SESUAI dengan diri Anda

TS jika TIDAK SESUAI dengan diri Anda

S jika SESUAI dengan diri Anda

SS jika SANGAT SESUAI dengan diri Anda

2. Jawaban yang benar adalah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda

saat ini.

3. Seluruh pernyataan WAJIB untuk diisi dan pastikan tidak ada yang terlewati.

4. Pada bagian ini, “ODS” merujuk pada anggota keluarga dengan gangguan

skizofrenia yang Anda rawat.

5. Pada bagian ini, “caregiver” merujuk pada peran merawat ODS yang dilakukan

oleh Anda.

Contoh pengisian skala:

PERNYATAAN STS TS S SS

Saya senang ketika melihat ODS

mengerjakan pekerjaan rumah

173

BAGIAN II

NO. PERNYATAAN STS TS S SS

1. ODS sering menceritakan isi

hatinya pada saya

2. Saya memperlakukan ODS

dengan hangat

3. Saya menunjukkan rasa kasih

sayang saya pada ODS (contoh:

memeluk, mencium, membelai)

4. Saya memperhatikan setiap

progres/kemajuan yang dialami

oleh ODS

5. Saya membiarkan ODS

mengurus dirinya sendiri

6. Saya menyampaikan hal-hal baik

mengenai ODS kepada orang

lain

7. Saya memuji atas

progres/kemajuan kesembuhan

yang dialami oleh ODS

8. Saya mengatakan bahwa ODS

merupakan sebuah beban dalam

hidup saya

9. Saya memperlakukan ODS

dengan kasar (contoh: memukul,

menendang, menampar)

10. Saya menunjukkan rasa tidak

suka saya terhadap ODS

11. Saya mengurung ODS ketika dia

menunjukkan gejala penyakitnya

12. Saya memperlakukan ODS

dengan sabar

13. Saya mengatakan hal-hal yang

kasar pada ODS

14. Saya memarahi ODS walaupun

dirinya tidak berbuat salah

15. Saya mengatakan bahwa orang

lain lebih baik dari ODS

16. Saya menyibukkan diri dengan

pekerjaan atau kegiatan saya

agar terhindar dari bertemu

dengan ODS

174

NO. PERNYATAAN STS TS S SS

17. Saya jarang berada di rumah

agar terhindar dari bertemu

dengan ODS

18. Saya mengabaikan ODS ketika

dirinya membutuhkan bantuan

19. Saya selalu membantu ODS

dalam melakukan kegiatannya

sehari-hari (contoh: makan,

minum obat, mandi, berpakaian)

20. Saya melupakan hal-hal penting

tentang ODS

21. Saya berusaha menenangkan

ODS ketika dia sedang

membutuhkannya

22. Saya menyalahkan ODS atas

situasi saya sekarang

23. ODS merupakan beban untuk

saya

24. Saya menyembunyikan ODS

ketika ada orang yang

berkunjung ke rumah

25. Saya malu memiliki keluarga

yang mengalami gangguan

skizofrenia

26. Saya merasa keadaan ODS

merupakan anugerah

27. Saya merasa keadaan ODS

membuat saya menjadi pribadi

yang lebih baik

175

BAGIAN III

NO. PERNYATAAN STS TS S SS

1. Saya memiliki dukungan

emosional yang baik (contoh:

rasa peduli atau perhatian dari

orang lain)

2. Kebutuhan saya sebagai

caregiver dipedulikan oleh

lingkungan (contoh: keluarga,

tetangga, dokter)

3. Saya senang dengan dukungan

dari lingkungan yang disediakan

untuk saya

4. Saya merasa bisa mendapatkan

bantuan dan informasi yang saya

butuhkan

5. Saya mendapatkan seluruh

dukungan praktis yang saya

butuhkan (contoh: bantuan

untuk merawat ODS)

6. Saya merasa kehilangan

kehidupan karena tugas sebagai

caregiver

7. Kehidupan sosial saya terganggu

karena tugas sebagai caregiver

8. Saya merasa pilihan hidup saya

ke depan menjadi lebih sedikit

karena tugas sebagai caregiver

9. Saya merasa tidak memiliki

kuasa akan hidup saya sendiri

10. Tugas sebagai caregiver

menghentikan saya untuk

melakukan apa yang saya mau

11. Saya merasa depresi karena

tugas menjadi caregiver

12. Saya merasa lelah karena

menjadi caregiver

13. Saya mengalami kelelahan

mental karena menjadi caregiver

14. Saya mengalami kelelahan fisik

karena menjadi caregiver

15. Saya merasa stres karena tugas

menjadi caregiver

176

NO. PERNYATAAN STS TS S SS

16. Saya khawatir terjebak hutang

17. Saya merasa cukup dengan

situasi keuangan saya

18. Saya mampu menabung untuk

saat yang tidak terduga atau

keadaan darurat

19. Saya khawatir tentang uang

20. Saya memiliki cukup uang untuk

membayar kebutuhan kami

21. Saya menjadi orang yang lebih

toleran atau sabar melalui peran

menjadi caregiver

22. Karena peran sebagai caregiver,

saya belajar banyak tentang diri

sendiri

23. Karena peran sebagai caregiver,

saya merasa mengalami

pertumbuhan pribadi

24. Saya mengalami banyak hal

positif melalui peran caregiver

25. Saya merasa menjadi pribadi

yang lebih baik melalui peran

caregiver

26. Saya merasa dihargai oleh orang

yang saya rawat

27. ODS menghormati saya atas apa

yang saya lakukan

28. ODS membuat saya merasa

nyaman dengan diri sendiri

29. Saya mendapatkan banyak hal

dari ODS

30. Saya memiliki hubungan yang

baik dengan ODS

31. Saya puas dengan kinerja atau

hasil kerja saya sebagai

caregiver

32. Saya dapat mengurus kebutuhan

ODS

33. Saya merasa bisa membuat

hidup ODS menjadi lebih baik

34. Saya dapat mengatur sebagian

besar situasi dengan ODS

177

NO. PERNYATAAN STS TS S SS

35. Saya mampu menghadapi situasi

yang sulit

36. Menjadi caregiver penting bagi

saya

37. Saya benci menjadi caregiver

38. Saya merasa frustasi atau

kecewa dengan ODS

39. Saya menikmati menjadi

caregiver

40. Saya puas dengan hidup saya

sebagai caregiver

178

Lampiran D. Alat Ukur Rujukan

LAMPIRAN D

ALAT UKUR RUJUKAN

1. The Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS)

2. Parent-Parental Acceptance Rejection Questionnaire (P-PARQ)

Short Form

3. The Adult Carer Quality of Life Questionnaire (AC-QoL)

179

BRIEF PSYCHIATRIC RATING SCALE (BPRS)

Please enter the score for the term that best describes the patient’s condition.

0 = Not assessed

1 = Not present

2 = Very mild

3 = Mild

4 = Moderate

5 = Moderately severe

6 = Severe

7 = Extremely severe

1. SOMATIC CONCERN

Preoccupation with physical health, fear of physical illness,

hypochondriasis.

2. ANXIETY

Worry, fear, over-concern for present or future, uneasiness.

3. EMOTIONAL WITHDRAWAL

Lack of spontaneous interaction, isolation deficiency in relating to

others.

4. CONCEPTUAL DISORGANIZATION

Thought processes confused, disconnected, disorganized, disrupted.

5. GUILT FEELINGS

Self-blame, shame, remorse for past behavior.

6. TENSION

Physical and motor manifestations of nervousness, over-activation.

7. MANNERISMS AND POSTURING

Peculiar, bizarre, unnatural motor behavior (not including tic).

8. GRANDIOSITY

Exaggerated self-opinion, arrogance, conviction of unusual power or

abilities.

9. DEPRESSIVE MOOD

Sorrow, sadness, despondency, pessimism.

10. HOSTILITY

Animosity, contempt, belligerence, disdain for others.

11. SUSPICIOUSNESS

Mistrust, belief others harbor malicious or discriminatory intent.

180

12. HALLUCINATORY BEHAVIOR

Perceptions without normal external stimulus correspondence.

13. MOTOR RETARDATION

Slowed, weakened movements or speech, reduced body tone.

14. UNCOOPERATIVENESS

Resistance, guardedness, rejection of authority.

15. UNUSUAL THOUGHT CONTENT

Unusual, odd, strange, bizarre thought content.

16. BLUNTED AFFECT

Reduced emotional tone, reduction in formal intensity of feelings,

flatness.

17. EXCITEMENT

Heightened emotional tone, agitation, increased reactivity,

18. DISORIENTATION

Confusion or lack of proper association for person, place, or time.

181

Parent PARQ (Short Form)

KUESIONER UNTUK ORANGTUA (BAHASA INDONESIA)

Nama/Inisial: Hubungan dengan anak: Ibu/Ayah Tanggal:

Halaman berikut memuat beberapa pernyataan yang menggambarkan cara

yang terkadang dilakukan oleh orang tua dalam menghadapi anak-anak mereka.

Baca setiap pernyataan dengan cermat dan pikirkan seberapa sesuai pernyataan

tersebut menggambarkan cara Anda memperlakukan anak Anda. Kerjakan dengan

cepat. Berikan jawaban yang pertama kali muncul di pikiran Anda dan lanjutkan ke

butir selanjutnya.

Ada empat kotak pilihan untuk setiap kalimat. Jika inti dari pernyataan

tersebut sesuai dengan cara Anda memperlakukan anak Anda kemudian tanyakan

kepada diri Anda, “Apakah hampir selalu saya lakukan?” atau “Apakah kadang-

kadang saya lakukan?” Jika Anda pikir bahwa Anda memang HAMPIR SELALU

bertindak dengan cara demikian, berikan tanda X pada kotak HAMPIR SELALU

SAYA LAKUKAN; jika KADANG-KADANG, maka beri tanda pada kotak

KADANG-KADANG SAYA LAKUKAN. Jika menurut Anda inti dari pernyataan

tersebut tidak sesuai dengan cara Anda memperlakukan anak Anda kemudian

tanyakan kepada diri Anda, “Apakah jarang saya lakukan?" atau “Apakah hampir

tidak pernah saya lakukan?” Jika JARANG, beri tanda X pada kotak JARANG

SAYA LAKUKAN; jika menurut Anda pernyataan itu HAMPIR TIDAK

PERNAH Anda lakukan, maka beri tanda pada HAMPIR TIDAK PERNAH SAYA

LAKUKAN.

Ingat, ini bukan tentang salah atau benar, jadi sebisa mungkin jawablah

dengan jujur. Berikan tanggapan untuk setiap pernyataan sesuai bagaimana Anda

memperlakukan anak Anda, bukan bagaimana Anda ingin memperlakukannya.

Contohnya, jika Anda hampir selalu memeluk dan mencium anak Anda ketika ia

berbuat baik, Anda harus menjawabnya seperti berikut:

182

Hak Cipta © 2002, 2004 oleh Rohner Research Publications. Hak Cipta

Dilindungi (Direvisi pada Juni, 2004).

No

Hampir

selalu

saya

lakukan

Kadang

kadang

saya

lakukan

Jarang

saya

lakukan

Hampir

tidak

pernah

saya

lakukan

1 Saya menyampaikan hal-

hal yang baik tentang

anak saya

2 Saya tidak

memperhatikan anak

saya

3 Saya membuat anak saya

mudah menceritakan isi

hatinya pada saya

4

Saya memukul anak saya

meski ketika ia tidak

sepatutnya diperlakukan

demikian

5 Saya melihat anak saya

sebagai suatu gangguan

yang besar

6

Saya memberikan

hukuman berat kepada

anak saya ketika saya

marah

7 Saya terlalu sibuk untuk

menjawab pertanyaan-

pertanyaan anak saya

8 Saya benci anak saya

9 Saya sangat tertarik

dengan apa yang

dilakukan oleh anak saya

Hampir

selalu

saya

lakukan

Kadang-

kadang

saya

lakukan

Jarang

saya

lakukan

Hampir

tidak

pernah

saya

lakukan

Saya memeluk dan mencium

anak saya ketika ia berbuat

baik

X

183

10 Saya menyampaikan hal-

hal yang kasar kepada

anak saya

11

Saya tidak

memperhatikan anak

saya ketika ia meminta

bantuan

12 Saya membuat anak saya

merasa dibutuhkan dan

diinginkan

13 Saya sangat

memperhatikan anak

saya

14 Saya menyakiti perasaan

anak saya

15 Saya lupa hal-hal penting

yang menurut anak saya

harus saya ingat

16

Saya membuat anak saya

merasa tidak dikasihi jika

ia berperilaku tidak pada

tempatnya

17 Saya membuat anak saya

merasa apa yang ia

lakukan berarti

18

Ketika anak saya

melakukan kesalahan,

saya menakut- nakuti

atau mengancamnya

19

Saya mempedulikan apa

yang anak saya pikirkan,

dan mendorongnya untuk

menyampaikan apa yang

ia pikirkan

20 Saya merasa anak-anak

lain lebih baik daripada

anak saya

21 Saya menunjukkan

kepada anak saya bahwa

ia tidak diinginkan

22 Saya menunjukkan

kepada anak saya bahwa

saya mengasihinya

23 Saya tidak

memperhatikan anak

saya selama ia tidak

184

melakukan hal-hal yang

mengganggu saya

24 Saya memperlakukan

anak saya dengan lembut

dan hangat

Coordinator translator: Stefany Valentia (Universitas Pelita Harapan);

Sworn translator: Fatchurozak (SK. Gub DKI Jakarta no. 3065/2003);

Back translator: Kevin Djasa, Imanuel Ezra;

Expert judgment: Riryn Sani, M. Psi., Yuliana Anggreany, M. Psi

185

The Adult Carer Quality of Life Questionnaire (AC-QoL)

This questionnaire asks you about different aspects of your life as a carer. Please

think about your experience as a carer within the last two weeks and please tick the

box that applies next to each statement. There are no right or wrong answers; we

are just interested in what life is like for you as a carer. The questionnaire shouldn’t

take more than 10 minutes.

Please answer all questions as honestly as you can.

No Never Some of

the time

A lot of

the time Always

Support for Caring

1. I have a good level of

emotional support

2. My needs as a carer are

considered by professionals

3. I am happy with the

professional support that is

provided to me

4. I feel able to get the help and

information I need

5. I have all the practical support

I need

Caring Choice

6. I feel that my life is on hold

because of caring

7. My social live has suffered

because of caring

8. I feel I have less choice about

my future due to caring

9. I feel I have no control over

my own life

10. Caring stops me doing what I

want to do

Caring Stress

11. I feel depressed due to caring

12. I feel worn out as a result of

caring

13. I am mentally exhausted by

caring

14. I am physically exhausted by

caring

186

15. I feel stressed as a result of

caring

Money Matters

16. I worry about going into debt

17. I feel satisfied with my

financial situation

18. I am able to save for a rainy

day

19. I worry about money

20. There is enough money in our

house to pay for things we

need

Personal Growth

21. I have become a more tolerant

person through my caring

role

22. Because of caring, I have

learnt a lot about myself

23. Because of caring, I feel that

I have grown as a person

24. I have experienced many

positive things through caring

25. I feel that I have become a

better person by caring

Sense of Value

26. I feel valued by the person I

am looking after

27. The person I look after

respects me for what I do

28. The person I look after makes

me feel good about myself

29. I get a lot from the person I

am looking after

30. I have a good relationship

with the person I am caring

for

Ability to Care

31. I am satisfied with my

performance as a carer

32. I can take care of the needs of

the person I am caring for

33. I feel I am able to make the

life of the person I am looking

after better

187

34. I can manage most situation

with the person I care for

35. I am able to deal with a

difficult situation

Carer Satisfaction

36. Caring is important to me

37. I resent having to be a carer

38. I feel frustrated with the

person I am caring for

39. I enjoy being a carer

40. I am satisfied with my life as

a carer

Source: Reproduce with permission of the authors and the Princess Royal Trust for

Carer

188

Lampiran E. Distribusi Nilai Skala Penelitian Sebelum Aitem Gugur

LAMPIRAN E

DISTRIBUSI NILAI SKALA PENELITIAN SEBELUM AITEM

GUGUR

1. Skala Relapse Skizofrenia

2. Skala Penerimaan Caregiver

3. Skala Kualitas Hidup Caregiver

189

1. SKALA RELAPSE SKIZOFRENIA

Res. Nomor Aitem Skala Relapse Skizofrenia

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 1 6 1 6 4 7 6 6 6 4 6 6 4 6 6 6 7 4

2 3 3 1 2 1 4 1 4 1 4 5 1 3 4 2 3 3 1

3 1 4 5 5 1 4 2 1 6 6 4 5 2 2 4 2 5 3

4 1 1 1 3 2 3 4 1 2 4 2 5 2 2 4 3 2 2

5 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 2 1 1 1 2

6 4 4 4 4 5 3 3 3 3 1 2 3 6 5 3 2 3 4

7 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 1 4 6 1 2 3 1 4 2 3 3 3 1 3 2 5 1 3

9 2 4 4 3 2 4 4 3 3 6 6 4 4 5 5 5 4 5

10 1 4 4 1 1 4 1 1 5 1 1 3 3 1 3 1 2 1

11 1 1 1 1 1 1 1 7 1 6 6 4 1 7 3 1 5 1

12 1 1 5 4 1 1 1 1 7 5 4 7 1 3 5 5 1 1

13 1 5 4 1 4 1 1 1 5 4 4 2 1 1 1 5 1 1

14 1 4 3 2 1 1 1 4 1 1 3 1 3 5 4 4 5 3

15 1 1 4 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 4 1 1

16 1 4 4 4 1 3 1 1 3 1 4 4 1 4 3 4 3 3

17 3 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 4 3 1 5 3 1 1

18 4 3 1 2 1 1 1 2 4 3 3 5 1 2 1 2 1 1

19 1 6 1 3 1 1 3 3 3 4 4 5 2 3 3 1 1 1

20 1 4 4 4 2 1 1 1 1 4 6 6 1 1 4 3 1 3

21 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 3 4 5 5 4 4 4

22 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1

23 1 4 4 4 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 4 1 1

24 1 5 2 1 2 1 1 1 3 3 3 5 2 1 3 1 3 1

25 1 4 4 3 1 4 2 1 1 1 1 1 3 2 1 4 1 1

26 4 3 6 3 3 4 3 6 6 3 3 3 6 6 3 3 3 3

27 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1

28 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1

29 1 4 1 4 1 1 1 3 3 1 1 3 1 1 1 1 1 3

30 1 4 1 2 5 1 1 1 4 2 1 5 3 1 3 4 1 1

31 1 6 4 4 4 3 3 4 4 6 4 3 3 3 4 4 3 1

32 1 5 4 3 1 1 2 3 4 1 5 5 4 2 2 2 2 1

33 3 4 4 3 6 6 4 4 7 6 6 4 7 4 4 6 7 4

34 2 4 4 2 2 2 1 3 5 3 3 4 2 3 3 2 3 2

35 1 5 1 2 3 4 1 1 4 2 2 3 1 2 1 3 1 1

190

2. SKALA PENERIMAAN CAREGIVER

Res. Nomor Aitem Skala Penerimaan Caregiver

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 3 2 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4

2 4 3 4 3 2 3 4 2 2 4 3 4 2 3

3 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4

4 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3

5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4

6 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4

7 1 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4

8 3 4 4 4 2 2 4 4 4 3 4 4 4 3

9 1 2 2 3 1 3 2 3 4 3 3 3 3 3

10 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4

11 3 2 4 3 3 1 2 1 2 2 1 2 3 3

12 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

13 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4 2 3 3 4

14 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3

15 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4

16 1 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4

17 3 3 2 2 1 1 2 4 4 3 2 4 3 3

18 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3

19 3 3 3 4 2 3 3 2 2 4 4 4 2 2

20 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 4

21 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3

22 4 4 4 4 1 4 4 4 4 3 3 4 3 4

23 3 3 3 3 4 1 3 4 4 4 1 4 4 4

24 3 3 2 3 1 3 3 4 4 4 2 4 4 4

25 3 3 3 3 2 2 3 3 4 4 3 3 4 3

26 1 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3

27 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4

28 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2

29 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3

30 2 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 3 3 3

31 3 3 2 3 1 3 2 4 4 3 2 3 4 4

32 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3

33 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3 3

34 2 3 1 2 1 2 3 2 3 2 2 2 2 2

35 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4

191

Res. Nomor Aitem Skala Penerimaan Caregiver

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1 2 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 2

2 3 3 3 3 2 1 4 3 2 3 3 3 4

3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3

5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3

6 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4

7 4 4 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 4

8 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 3

9 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3

10 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 3 3

11 2 2 2 3 3 3 3 4 1 4 1 2 1

12 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2

13 1 4 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3

14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4

15 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 2 2

16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3

17 2 2 2 3 1 3 2 2 2 3 2 2 2

18 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3

19 1 2 2 4 3 4 4 4 2 3 4 4 3

20 1 2 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 4

21 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3

22 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3

23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

24 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4

25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

26 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3

27 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3

28 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3

29 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3

30 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2

31 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4

32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3

33 2 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 2 2

34 1 2 2 3 1 3 3 1 2 2 1 1 2

35 3 3 2 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3

192

3. SKALA KUALITAS HIDUP CAREGIVER

Res. Nomor Aitem Skala Kualitas Hidup Caregiver

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2

2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 1

3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4

4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

5 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4

6 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4

7 3 4 4 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1

8 3 3 4 3 4 3 3 2 1 2 2 3 3 3

9 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3

10 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3

11 3 2 3 1 3 1 3 2 3 2 2 1 1 1

12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

13 4 3 3 3 1 3 3 3 3 3 4 1 1 1

14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

15 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4

16 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3

17 2 2 2 3 1 3 3 1 2 2 3 1 1 1

18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

19 3 2 3 3 3 3 3 3 1 2 2 1 2 3

20 4 4 2 3 2 1 4 4 4 3 4 4 4 4

21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2

22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3

23 4 3 3 1 1 2 4 3 4 3 3 3 3 3

24 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4

25 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2

26 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2

27 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4

28 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4

30 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3

31 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3

32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

33 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3

34 2 2 1 3 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2

35 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3

193

Res. Nomor Aitem Skala Kualitas Hidup Caregiver

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2

2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3

3 3 2 1 1 1 3 4 4 3 4 3 4 4 3

4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2

5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4

6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4

7 1 1 1 1 1 2 4 3 3 1 2 1 3 3

8 4 4 1 2 3 3 3 2 3 2 3 2 1 1

9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2

10 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

11 1 1 2 1 2 2 3 3 3 2 2 1 2 2

12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

13 2 2 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3

14 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3

15 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3

16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

17 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3

18 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

19 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3

20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

21 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4

23 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3

24 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 3

25 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

26 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2

27 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4

28 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3

29 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

30 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

31 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3

32 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3

33 4 4 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2

34 1 3 3 2 3 3 3 3 3 1 1 2 2 3

35 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

194

Res. Nomor Aitem Skala Kualitas Hidup Caregiver

29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

1 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2

2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3

3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 1 4 3

4 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3

5 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3

6 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

7 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3

8 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1

9 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2

10 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3

11 4 1 2 3 2 1 1 3 3 4 2 1

12 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3

13 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2

14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

15 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3

16 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3

17 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2

18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

19 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3

20 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4

21 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2

22 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4

23 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4

24 3 4 3 3 3 3 2 3 1 1 3 3

25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3

26 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2

27 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4

28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

30 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2

31 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3

32 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

33 1 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2

34 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1

35 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

195

Lampiran F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

LAMPIRAN F

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

1. Skala Relapse Skizofrenia

2. Skala Penerimaan Caregiver

3. Skala Kualitas Hidup Caregiver

196

1. SKALA RELAPSE SKIZOFRENIA

a. Validitas Skala Sebelum Aitem Gugur Dihapus

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

ITEM_01 45.09 320.669 .296 .537 .913

ITEM_02 43.26 308.844 .397 .453 .912

ITEM_03 43.86 307.538 .374 .638 .913

ITEM_04 44.20 300.988 .619 .624 .907

ITEM_05 44.63 301.476 .570 .656 .908

ITEM_06 44.37 292.476 .673 .673 .905

ITEM_07 44.91 297.139 .762 .802 .904

ITEM_08 44.34 293.526 .601 .790 .907

ITEM_09 43.43 295.311 .543 .698 .909

ITEM_10 43.83 291.205 .605 .720 .907

ITEM_11 43.63 289.476 .678 .773 .904

ITEM_12 43.40 306.424 .395 .758 .913

ITEM_13 44.23 299.182 .574 .781 .907

ITEM_14 44.03 289.676 .671 .840 .905

ITEM_15 44.00 293.529 .711 .781 .904

ITEM_16 43.80 300.106 .549 .595 .908

ITEM_17 44.37 284.946 .755 .836 .902

ITEM_18 44.77 302.182 .683 .695 .906

b. Reliabilitas Skala Sebelum Aitem Gugur Dihapus

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items

N of Items

.912 .914 18

197

c. Validitas Skala Sesudah Aitem Gugur Dihapus

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

ITEM_02 41.63 296.240 .410 .436 .913

ITEM_03 42.23 295.593 .375 .623 .915

ITEM_04 42.57 288.782 .628 .624 .908

ITEM_05 43.00 290.353 .556 .648 .909

ITEM_06 42.74 280.961 .671 .671 .906

ITEM_07 43.29 285.504 .761 .787 .905

ITEM_08 42.71 282.445 .591 .789 .908

ITEM_09 41.80 283.576 .544 .689 .910

ITEM_10 42.20 279.165 .612 .713 .908

ITEM_11 42.00 277.588 .684 .772 .905

ITEM_12 41.77 293.946 .406 .754 .914

ITEM_13 42.60 288.718 .549 .729 .910

ITEM_14 42.40 278.718 .660 .835 .906

ITEM_15 42.37 281.652 .716 .779 .905

ITEM_16 42.17 287.852 .558 .582 .909

ITEM_17 42.74 273.314 .758 .806 .903

ITEM_18 43.14 290.655 .676 .676 .907

d. Reliabilitas Skala Sesudah Aitem Gugur Dihapus

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items

N of Items

.913 .916 17

198

2. SKALA PENERIMAAN CAREGIVER

a. Validitas Skala Sebelum Aitem Gugur Dihapus

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

ITEM_01 81.23 144.534 .123 . .928

ITEM_02 80.80 139.812 .558 . .921

ITEM_03 81.09 139.845 .397 . .923

ITEM_04 80.71 137.857 .703 . .919

ITEM_05 81.63 139.829 .314 . .925

ITEM_06 81.11 137.045 .518 . .921

ITEM_07 80.86 138.067 .543 . .921

ITEM_08 80.80 135.400 .638 . .919

ITEM_09 80.49 140.787 .397 . .923

ITEM_10 80.49 137.787 .679 . .920

ITEM_11 80.94 139.526 .316 . .925

ITEM_12 80.57 138.076 .678 . .920

ITEM_13 80.69 139.869 .495 . .922

ITEM_14 80.54 136.079 .754 . .918

ITEM_15 80.91 133.139 .575 . .921

ITEM_16 80.71 134.210 .742 . .918

ITEM_17 80.63 134.182 .800 . .917

ITEM_18 80.51 140.139 .513 . .921

ITEM_19 81.11 136.751 .451 . .923

ITEM_20 80.71 138.387 .497 . .922

ITEM_21 80.66 139.350 .563 . .921

ITEM_22 80.51 134.845 .729 . .918

ITEM_23 80.80 132.812 .659 . .919

ITEM_24 80.66 141.055 .316 . .924

ITEM_25 80.57 130.605 .826 . .916

ITEM_26 81.11 133.928 .686 . .919

ITEM_27 80.91 138.551 .482 . .922

199

b. Reliabilitas Skala Sebelum Aitem Gugur Dihapus

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items

N of Items

.924 .930 27

c. Validitas Skala Sesudah Aitem Gugur Dihapus

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

ITEM_02 78.11 136.634 .555 . .925

ITEM_03 78.40 137.129 .369 . .928

ITEM_04 78.03 134.617 .707 . .924

ITEM_05 78.94 136.055 .339 . .929

ITEM_06 78.43 133.840 .519 . .926

ITEM_07 78.17 134.970 .536 . .925

ITEM_08 78.11 132.281 .635 . .924

ITEM_09 77.80 137.518 .399 . .927

ITEM_10 77.80 134.576 .680 . .924

ITEM_11 78.26 135.844 .336 . .930

ITEM_12 77.89 134.928 .674 . .924

ITEM_13 78.00 136.588 .499 . .926

ITEM_14 77.86 132.950 .750 . .923

ITEM_15 78.23 129.593 .593 . .925

ITEM_16 78.03 131.087 .740 . .922

ITEM_17 77.94 130.938 .806 . .922

ITEM_18 77.83 136.911 .514 . .926

ITEM_19 78.43 133.958 .432 . .928

ITEM_20 78.03 135.146 .499 . .926

ITEM_21 77.97 136.087 .567 . .925

ITEM_22 77.83 131.734 .726 . .923

ITEM_23 78.11 129.398 .673 . .923

ITEM_24 77.97 138.087 .301 . .929

ITEM_25 77.89 127.634 .819 . .921

ITEM_26 78.43 130.664 .692 . .923

ITEM_27 78.23 135.240 .488 . .926

200

d. Reliabilitas Skala Sesudah Aitem Gugur Dihapus

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items

N of Items

.928 .934 26

3. SKALA KUALITAS HIDUP CAREGIVER

a. Validitas Skala Sebelum Aitem Gugur Dihapus

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

ITEM_01 115.46 301.903 .511 . .955

ITEM_02 115.46 300.961 .560 . .955

ITEM_03 115.51 305.257 .304 . .956

ITEM_04 115.54 304.197 .339 . .956

ITEM_05 115.66 308.173 .130 . .958

ITEM_06 115.60 297.541 .506 . .955

ITEM_07 115.31 293.987 .750 . .954

ITEM_08 115.51 289.081 .842 . .953

ITEM_09 115.43 292.429 .703 . .954

ITEM_10 115.51 295.492 .713 . .954

ITEM_11 115.40 292.659 .805 . .954

ITEM_12 115.77 284.358 .770 . .954

ITEM_13 115.63 288.123 .744 . .954

ITEM_14 115.74 289.903 .651 . .955

ITEM_15 115.60 290.129 .663 . .954

ITEM_16 115.46 301.314 .379 . .956

ITEM_17 115.74 300.197 .461 . .956

ITEM_18 115.83 295.676 .558 . .955

ITEM_19 115.74 303.020 .346 . .956

ITEM_20 115.63 302.887 .513 . .955

ITEM_21 115.37 307.358 .254 . .956

ITEM_22 115.43 305.487 .464 . .956

ITEM_23 115.49 306.492 .380 . .956

ITEM_24 115.57 292.605 .745 . .954

201

ITEM_25 115.57 297.370 .678 . .954

ITEM_26 115.69 295.222 .617 . .955

ITEM_27 115.60 294.776 .722 . .954

ITEM_28 115.63 296.711 .664 . .954

ITEM_29 115.71 302.504 .374 . .956

ITEM_30 115.37 291.770 .673 . .954

ITEM_31 115.77 297.770 .629 . .955

ITEM_32 115.54 303.961 .473 . .956

ITEM_33 115.66 295.055 .772 . .954

ITEM_34 115.77 294.358 .734 . .954

ITEM_35 115.63 294.182 .686 . .954

ITEM_36 115.40 297.541 .637 . .955

ITEM_37 115.40 295.541 .505 . .956

ITEM_38 115.51 298.375 .407 . .956

ITEM_39 115.71 292.328 .802 . .954

ITEM_40 115.80 287.988 .849 . .953

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

ITEM_01 109.40 293.247 .497 . .957

ITEM_02 109.40 292.306 .547 . .957

ITEM_03 109.46 296.844 .278 . .959

ITEM_04 109.49 295.492 .328 . .958

ITEM_06 109.54 288.844 .501 . .958

ITEM_07 109.26 285.197 .750 . .956

ITEM_08 109.46 280.491 .838 . .955

ITEM_09 109.37 283.476 .710 . .956

ITEM_10 109.46 286.491 .722 . .956

ITEM_11 109.34 283.703 .813 . .956

ITEM_12 109.71 275.857 .765 . .956

ITEM_13 109.57 279.546 .740 . .956

ITEM_14 109.69 281.457 .642 . .957

ITEM_15 109.54 281.608 .656 . .957

ITEM_16 109.40 292.365 .381 . .958

ITEM_17 109.69 290.810 .481 . .958

ITEM_18 109.77 286.358 .577 . .957

ITEM_19 109.69 293.869 .355 . .958

202

ITEM_20 109.57 293.899 .517 . .957

ITEM_22 109.37 296.417 .472 . .958

ITEM_23 109.43 297.487 .382 . .958

ITEM_24 109.51 283.669 .752 . .956

ITEM_25 109.51 288.434 .683 . .957

ITEM_26 109.63 286.182 .626 . .957

ITEM_27 109.54 285.844 .728 . .956

ITEM_28 109.57 287.664 .673 . .957

ITEM_29 109.66 293.644 .372 . .958

ITEM_30 109.31 282.928 .676 . .956

ITEM_31 109.71 289.092 .621 . .957

ITEM_32 109.49 295.139 .466 . .958

ITEM_33 109.60 286.365 .767 . .956

ITEM_34 109.71 285.622 .731 . .956

ITEM_35 109.57 285.429 .684 . .956

ITEM_36 109.34 288.879 .628 . .957

ITEM_37 109.34 286.526 .511 . .958

ITEM_38 109.46 289.491 .407 . .958

ITEM_39 109.66 283.526 .803 . .956

ITEM_40 109.74 279.197 .853 . .955

b. Reliabilitas Skala Sebelum Aitem Gugur Dihapus

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items

N of Items

.956 .956 40

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items

N of Items

.958 .959 38

203

c. Validitas Skala Sesudah Aitem Gugur Dihapus

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

ITEM_01 106.37 287.358 .481 . .958

ITEM_02 106.37 286.417 .531 . .958

ITEM_04 106.46 289.373 .323 . .959

ITEM_06 106.51 283.022 .488 . .958

ITEM_07 106.23 279.182 .746 . .957

ITEM_08 106.43 274.429 .838 . .956

ITEM_09 106.34 277.291 .714 . .957

ITEM_10 106.43 280.311 .724 . .957

ITEM_11 106.31 277.516 .817 . .956

ITEM_12 106.69 269.928 .763 . .956

ITEM_13 106.54 273.432 .742 . .957

ITEM_14 106.66 275.291 .645 . .957

ITEM_15 106.51 275.610 .654 . .957

ITEM_16 106.37 286.005 .387 . .959

ITEM_17 106.66 284.173 .501 . .958

ITEM_18 106.74 279.903 .589 . .958

ITEM_19 106.66 287.350 .368 . .959

ITEM_20 106.54 287.550 .525 . .958

ITEM_22 106.34 290.055 .482 . .958

ITEM_23 106.40 291.188 .386 . .959

ITEM_24 106.49 277.610 .750 . .957

ITEM_25 106.49 282.316 .682 . .957

ITEM_26 106.60 279.894 .633 . .957

ITEM_27 106.51 279.669 .731 . .957

ITEM_28 106.54 281.314 .683 . .957

ITEM_29 106.63 287.534 .368 . .959

ITEM_30 106.29 276.857 .675 . .957

ITEM_31 106.69 283.104 .613 . .957

ITEM_32 106.46 289.020 .460 . .958

ITEM_33 106.57 280.429 .758 . .957

ITEM_34 106.69 279.575 .728 . .957

ITEM_35 106.54 279.432 .679 . .957

ITEM_36 106.31 282.928 .619 . .957

ITEM_37 106.31 280.457 .509 . .958

204

ITEM_38 106.43 283.429 .404 . .959

ITEM_39 106.63 277.417 .804 . .956

ITEM_40 106.71 273.151 .853 . .956

d. Reliabilitas Skala Sesudah Aitem Gugur Dihapus

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items

N of Items

.959 .960 37

205

Lampiran G. Distribusi Nilai Skala Penelitian Sesudah Aitem Gugur

LAMPIRAN G

DISTRIBUSI NILAI SKALA PENELITIAN SESUDAH AITEM GUGUR

1. Skala Relapse Skizofrenia

2. Skala Penerimaan Caregiver

3. Skala Kualitas Hidup Caregiver

206

1. SKALA RELAPSE SKIZOFRENIA

Res. Nomor Aitem Skala Relapse Skizofrenia

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 6 1 6 4 7 6 6 6 4 6 6 4 6 6 6 7 4

2 3 1 2 1 4 1 4 1 4 5 1 3 4 2 3 3 1

3 4 5 5 1 4 2 1 6 6 4 5 2 2 4 2 5 3

4 1 1 3 2 3 4 1 2 4 2 5 2 2 4 3 2 2

5 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 2 1 1 1 2

6 4 4 4 5 3 3 3 3 1 2 3 6 5 3 2 3 4

7 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 4 6 1 2 3 1 4 2 3 3 3 1 3 2 5 1 3

9 4 4 3 2 4 4 3 3 6 6 4 4 5 5 5 4 5

10 4 4 1 1 4 1 1 5 1 1 3 3 1 3 1 2 1

11 1 1 1 1 1 1 7 1 6 6 4 1 7 3 1 5 1

12 1 5 4 1 1 1 1 7 5 4 7 1 3 5 5 1 1

13 5 4 1 4 1 1 1 5 4 4 2 1 1 1 5 1 1

14 4 3 2 1 1 1 4 1 1 3 1 3 5 4 4 5 3

15 1 4 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 4 1 1

16 4 4 4 1 3 1 1 3 1 4 4 1 4 3 4 3 3

17 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 4 3 1 5 3 1 1

18 3 1 2 1 1 1 2 4 3 3 5 1 2 1 2 1 1

19 6 1 3 1 1 3 3 3 4 4 5 2 3 3 1 1 1

20 4 4 4 2 1 1 1 1 4 6 6 1 1 4 3 1 3

21 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 3 4 5 5 4 4 4

22 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1

23 4 4 4 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 4 1 1

24 5 2 1 2 1 1 1 3 3 3 5 2 1 3 1 3 1

25 4 4 3 1 4 2 1 1 1 1 1 3 2 1 4 1 1

26 3 6 3 3 4 3 6 6 3 3 3 6 6 3 3 3 3

27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1

28 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1

29 4 1 4 1 1 1 3 3 1 1 3 1 1 1 1 1 3

30 4 1 2 5 1 1 1 4 2 1 5 3 1 3 4 1 1

31 6 4 4 4 3 3 4 4 6 4 3 3 3 4 4 3 1

32 5 4 3 1 1 2 3 4 1 5 5 4 2 2 2 2 1

33 4 4 3 6 6 4 4 7 6 6 4 7 4 4 6 7 4

34 4 4 2 2 2 1 3 5 3 3 4 2 3 3 2 3 2

35 5 1 2 3 4 1 1 4 2 2 3 1 2 1 3 1 1

207

2. SKALA PENERIMAAN CAREGIVER

Res. Nomor Aitem Skala Penerimaan Caregiver

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 2 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4

2 3 4 3 2 3 4 2 2 4 3 4 2 3

3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4

4 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3

5 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4

6 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4

7 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4

8 4 4 4 2 2 4 4 4 3 4 4 4 3

9 2 2 3 1 3 2 3 4 3 3 3 3 3

10 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4

11 2 4 3 3 1 2 1 2 2 1 2 3 3

12 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

13 3 3 3 2 4 3 3 4 4 2 3 3 4

14 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3

15 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4

16 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4

17 3 2 2 1 1 2 4 4 3 2 4 3 3

18 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3

19 3 3 4 2 3 3 2 2 4 4 4 2 2

20 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 4

21 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3

22 4 4 4 1 4 4 4 4 3 3 4 3 4

23 3 3 3 4 1 3 4 4 4 1 4 4 4

24 3 2 3 1 3 3 4 4 4 2 4 4 4

25 3 3 3 2 2 3 3 4 4 3 3 4 3

26 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3

27 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4

28 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2

29 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3

30 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 3 3 3

31 3 2 3 1 3 2 4 4 3 2 3 4 4

32 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3

33 3 2 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3 3

34 3 1 2 1 2 3 2 3 2 2 2 2 2

35 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4

208

Res. Nomor Aitem Skala Penerimaan Caregiver

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1 2 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 2

2 3 3 3 3 2 1 4 3 2 3 3 3 4

3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3

5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3

6 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4

7 4 4 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 4

8 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 3

9 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3

10 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 3 3

11 2 2 2 3 3 3 3 4 1 4 1 2 1

12 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2

13 1 4 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3

14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4

15 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 2 2

16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3

17 2 2 2 3 1 3 2 2 2 3 2 2 2

18 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3

19 1 2 2 4 3 4 4 4 2 3 4 4 3

20 1 2 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 4

21 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3

22 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3

23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

24 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4

25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

26 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3

27 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3

28 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3

29 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3

30 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2

31 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4

32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3

33 2 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 2 2

34 1 2 2 3 1 3 3 1 2 2 1 1 2

35 3 3 2 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3

209

3. SKALA KUALITAS HIDUP CAREGIVER

Res. Nomor Aitem Skala Kualitas Hidup Caregiver

1 2 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3

2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3

3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3

4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

5 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

6 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

7 3 4 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1

8 3 3 3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 4

9 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3

10 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4

11 3 2 1 1 3 2 3 2 2 1 1 1 1

12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

13 4 3 3 3 3 3 3 3 4 1 1 1 2

14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

15 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

16 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3

17 2 2 3 3 3 1 2 2 3 1 1 1 1

18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2

19 3 2 3 3 3 3 1 2 2 1 2 3 3

20 4 4 3 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4

21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2

22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3

23 4 3 1 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3

24 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4

25 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3

26 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2

27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

28 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4

30 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3

31 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3

32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

33 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4

34 2 2 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1

35 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3

210

Res. Nomor Aitem Skala Kualitas Hidup Caregiver

16 17 18 19 20 22 23 24 25 26 27 28 29

1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3

2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3

3 2 1 1 1 3 4 3 4 3 4 4 3 3

4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2

5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3

6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3

7 1 1 1 1 2 3 3 1 2 1 3 3 4

8 4 1 2 3 3 2 3 2 3 2 1 1 1

9 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2

10 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

11 1 2 1 2 2 3 3 2 2 1 2 2 4

12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

13 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

14 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3

15 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3

16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

17 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3 2

18 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

19 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

21 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2

22 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4

23 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3

24 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 4 3 3

25 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

26 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2

27 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3

28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

29 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

30 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

31 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3

32 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3

33 4 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 1

34 3 3 2 3 3 3 3 1 1 2 2 3 2

35 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

211

Res. Nomor Aitem Skala Kualitas Hidup Caregiver

30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

1 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2

2 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3

3 4 4 4 4 4 4 4 2 1 4 3

4 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3

5 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3

6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

7 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3

8 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1

9 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2

10 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3

11 1 2 3 2 1 1 3 3 4 2 1

12 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3

13 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2

14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

15 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3

16 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3

17 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2

18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

19 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3

20 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4

21 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2

22 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4

23 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4

24 4 3 3 3 3 2 3 1 1 3 3

25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3

26 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2

27 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4

28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

30 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2

31 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3

32 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3

33 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2

34 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1

35 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

212

Lampiran H. Total Skor Penelitian

LAMPIRAN H

TOTAL SKOR PENELITIAN

1. Total Skor Mentah

2. Total Skor Setelah Dikonversi menjadi Z-Score

3. Total Skor Setelah Dikonversi menjadi t-Score

213

1. Total Skor Mentah

Res. Relapse

Skizofrenia

Penerimaan

Caregiver

Kualitas Hidup

Caregiver

1. 91 83 104

2. 43 76 114

3. 61 101 123

4. 43 71 103

5. 25 92 126

6. 58 99 142

7. 19 95 91

8. 47 91 79

9. 71 70 101

10. 37 89 111

11. 58 60 73

12. 57 73 109

13. 42 82 104

14. 46 76 114

15. 25 90 124

16. 48 99 118

17. 31 62 86

18. 34 72 109

19. 45 78 105

20. 47 87 138

21. 75 74 106

22. 20 95 133

23. 35 94 118

24. 38 90 116

25. 35 79 106

26. 67 68 88

27. 19 99 139

28. 23 72 110

29. 31 78 115

30. 40 77 106

31. 63 83 124

32. 47 77 109

33. 86 77 108

34. 48 51 67

35. 37 83 112

214

2. Total Skor Setelah Dikonversi Menjadi Z-Score

Res. Relapse

Skizofrenia

Penerimaan

Caregiver

Kualitas Hidup

Caregiver

1. 2.56401 0.14735 -0.31674

2. -0.11647 -0.43491 0.26367

3. 0.88871 1.64457 0.78604

4. -0.11647 -0.8508 -0.37478

5. -1.12165 0.89596 0.96017

6. 0.72118 1.47821 1.88883

7. -1.45671 1.1455 -1.07127

8. 0.1069 0.81278 -1.76777

9. 1.44714 -0.93398 -0.49086

10. -0.45153 0.64642 0.08955

11. 0.16274 -1.76577 -2.11601

12. 0.44196 -0.68445 -0.02653

13. -0.17232 0.06417 -0.31674

14. 0.05106 -0.43491 0.26367

15. -1.12165 0.7296 0.84408

16. 0.16274 1.47821 0.49584

17. -0.78659 -1.59942 -1.36148

18. -0.61906 -0.76762 -0.02653

19. -0.00479 -0.26855 -0.2587

20. 0.1069 0.48006 1.65666

21. 1.67051 -0.60127 -0.20066

22. -1.40087 1.1455 1.36645

23. -0.56322 1.06232 0.49584

24. -0.39569 0.7296 0.37976

25. -0.56322 -0.18537 -0.20066

26. 1.22377 -1.10034 -1.2454

27. -1.45671 1.47821 1.7147

28. -1.23334 -0.76762 0.03151

29. -0.78659 -0.26855 0.32171

30. -0.284 -0.35173 -0.20066

31. 1.00039 0.14735 0.84408

32. 0.1069 -0.35173 -0.02653

33. 2.28479 -0.35173 -0.08457

34. 0.16274 -2.51439 -2.46426

35. -0.45153 0.14735 0.14759

215

3. Total Skor Setelah Dikonversi Menjadi t-Score

Res. Relapse

Skizofrenia

Penerimaan

Caregiver

Kualitas Hidup

Caregiver

1. 75.64 51.47 46.83

2. 48.84 45.65 52.64

3. 58.89 66.45 57.86

4. 48.84 41.49 46.25

5. 38.78 58.96 59.6

6. 57.21 64.78 68.89

7. 35.43 61.45 39.29

8. 51.07 58.13 32.32

9. 64.47 40.66 45.09

10. 45.48 56.46 50.9

11. 51.63 32.34 28.84

12. 54.42 43.16 49.73

13. 48.28 50.64 46.83

14. 50.51 45.65 52.64

15. 38.78 57.3 58.44

16. 51.63 64.78 54.96

17. 42.13 34.01 36.39

18. 43.81 42.32 49.73

19. 49.95 47.31 47.41

20. 51.07 54.8 66.57

21. 66.71 43.99 47.99

22. 35.99 61.45 63.66

23. 44.37 60.62 54.96

24. 46.04 57.3 53.8

25. 44.37 48.15 47.99

26. 62.24 39 37.55

27. 35.43 64.78 67.15

28. 37.67 42.32 50.32

29. 42.13 47.31 53.22

30. 47.16 46.48 47.99

31. 60 51.47 58.44

32. 51.07 46.48 49.73

33. 72.85 46.48 49.15

34. 51.63 24.86 25.36

35. 45.48 51.47 51.48

216

Lampiran I. Hasil Data Penelitian

LAMPIRAN I

HASIL DATA PENELITIAN

1. Hasil Uji Asumsi Dasar

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

3. Hasil Uji Hipotesis

4. Hasil Analisis Deskriptif

5. Hasil Kategorisasi Variabel Penelitian

6. Analisis Tambahan

217

1. UJI ASUMSI DASAR

a. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 35

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation 9.75800584

Most Extreme

Differences

Absolute .142

Positive .142

Negative -.078

Kolmogorov-Smirnov Z .839

Asymp. Sig. (2-tailed) .482

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

218

b. Uji Linearitas

1) Penerimaan Caregiver

ANOVA Table

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Relapse

Skizofrenia *

Penerimaan

Caregiver

Between

Groups

(Combined) 2228.698 23 96.900 .910 .592

Linearity 160.771 1 160.771 1.510 .245

Deviation from

Linearity 2067.927 22 93.997 .883 .616

Within Groups 1171.302 11 106.482

Total 3400.000 34

219

2) Kualitas Hidup Caregiver

ANOVA Table

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Relapse

Skizofrenia *

Kualitas

Hidup

Caregiver

Between

Groups

(Combined) 2417.626 26 92.986 .757 .723

Linearity 96.405 1 96.405 785 .401

Deviation from

Linearity 2321.221 25 92.849 .756 .722

Within Groups 982.374 8 122.797

Total 3400.000 34

2. UJI ASUMSI KLASIK

a. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

Penerimaan Caregiver .512 1.954

Kualitas Hidup Caregiver .512 1.954

a. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia

b. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .219a .048 -.012 10.05832 2.041

a. Predictors: (Constant), Kualitas Hidup Caregiver, Penerimaan Caregiver

b. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia

220

c. Uji Heteroskedastisitas

Correlations

Unstandardized

Residual

Penerimaan

Caregiver

Kualitas

Hidup

Caregiver

Spearman's

rho

Unstandardized

Residual

Correlation

Coefficient 1.000 -.029 -.066

Sig. (2-tailed) . .870 .705

N 35 35 35

Penerimaan

Caregiver

Correlation

Coefficient -.029 1.000 .665**

Sig. (2-tailed) .870 . .000

N 35 35 35

Kualitas Hidup

Caregiver

Correlation

Coefficient -.066 .665** 1.000

Sig. (2-tailed) .70 .000 .

N 35 35 35

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

221

3. UJI HIPOTESIS

a. Uji F (Simultan)

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 162.565 2 81.282 0.803 .457b

Residual 3237.435 32 101.170

Total 3400.000 34

a. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia

b. Predictors: (Constant), Kualitas Hidup Caregiver, Penerimaan Caregiver

b. Uji t (Parsial)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

Correlations

B Std.

Error

Beta Zero-

order

Partial Part

1

(Constant) 61.356 9.512 6.451 .000

Penerimaan

Caregiver -.195 .241 -.195 -.809 .425 -.217 -.142 -.139

Kualitas

Hidup

Caregiver

-.032 .241 -.032 -.133 .895 -.168 -.024 -.023

a. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia

c. Uji R2

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .219a .048 -.012 10.05832

a. Predictors: (Constant), Kualitas Hidup Caregiver,

Penerimaan Caregiver

222

4. ANALISIS DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Relapse Skizofrenia 35 19 91 45.09 17.907

Penerimaan Caregiver 35 51 101 81.23 12.022

Kualitas Hidup

Caregiver 35 67 142 109.46 17.229

Valid N (listwise) 35

Skala N

Data

Hipotetik MH SD

Data

Empirik ME SD

Skor

Min

Skor

Max

Skor

Min

Skor

Max

Relapse

Skizofrenia 35 17 119 68 17 19 91 45.09 17.907

Penerimaan

Caregiver 35 26 104 65 13 51 101 81.23 12.022

Kualitas Hidup

Caregiver 35 37 148 92.5 18.5 67 142 109.46 17.229

5. KATEGORISIASI VARIABEL PENELITIAN

Rumus Standar Deviasi Kategorisasi

X > (µ - 1σ) Rendah

(µ - 1σ) ≤ X < (µ + 1σ) Sedang

(µ + 1σ) ≤ X Tinggi

Keterangan:

X = raw score skala

µ = nilai mean hipotetik

σ = standar deviasi hipotetik

Variabel Kategorisasi Norma Jumlah

Subjek Persentase

Relapse

Skizofrenia

Ringan X < 51 25 71.43%

Sedang 51 ≤ X < 85 8 22.86%

Berat 85 ≤ X 2 5.71%

Rendah X < 52 1 2.86%

223

Penerimaan

Caregiver

Sedang 52 ≤ X 78 14 40.00%

Tinggi 78 ≤ X 20 57.14%

Kualitas

Hidup

Caregiver

Rendah X < 74 2 5.71%

Sedang 74 ≤ X < 111 17 48.57%

Tinggi 111 ≤ X 16 45.71%

6. ANALISIS TAMBAHAN

Karakteristik N Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-Laki 8 22.86%

Perempuan 27 77.14%

Lama Merawat

< 2 tahun 16 45.71%

> 2 tahun 19 54.29%

Hubungan dengan Pasien

Ayah/Ibu 14 40.00%

Suami/Istri 3 8.57%

Saudara Kandung 9 25.71%

Anak 5 14.29%

Lain-Lain 4 11.43%

Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah 2 5.71%

SD 6 17.14%

SMP 6 17.14%

SMA 15 42.86%

Pendidikan Tinggi 6 17.14%

Frekuensi Rawat Inap

Tidak Pernah 7 20.00%

1 kali 11 31.43%

2 kali 9 25.71%

3 kali 8 22.86%

224

a. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Frekuensi Rawat

Inap

Descriptives

Relapse Skizofrenia

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

Tidak Pernah 7 38.43 15.852 5.991 23.77 53.09 19 67

1 Kali 11 36.64 14.569 4.393 26.85 46.42 19 61

2 Kali 9 54.33 14.396 4.799 43.27 65.40 31 75

3 Kali 8 53.88 21.938 7.756 35.53 72.22 34 91

Total 35 45.49 18.097 3.059 39.27 51.70 19 91

Test of Homogeneity of Variances

Relapse Skizofrenia

Levene

Statistic

df1 df2 Sig.

.798 3 31 .504

ANOVA

Relapse Skizofrenia

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups 2477.608 3 825.869 2.957 .048

Within Groups 8657.135 31 279.262

Total 11134.743 34

225

b. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Lama Merawat

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality

of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

Relapse

Skizofrenia

Equal

variances

assumed

.303 .586 .844 33 .405 5.207 6.166

Equal

variances not

assumed

.859 32.995 .397 5.207 6.065

c. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Jenis Kelamin

Caregiver

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality

of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

Relapse

Skizofrenia

Equal

variances

assumed

.722 .402 -.107 33 .915 -.792 7.393

Equal

variances not

assumed

-.094 9.768 .927 -.792 8.402

226

d. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Hubungan Caregiver

dengan Pasien

Hubungan

dengan

Pasien

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

Ayah/Ibu 14 49.00 14.486 3.872 40.64 57.36 19 75

Suami/Istri 3 26.67 6.110 3.528 14.49 44.84 23 35

Saudara

Kandung 9 48.78 24.808 8.268 29.71 67.84 25 91

Anak 5 44.00 19.105 8.544 20.28 67.72 19 71

Lain-Lain 4 39.50 16.052 8.026 65.04 65.04 20 57

Total 35 45.49 18.097 3.059 39.27 51.70 19 91

Test of Homogeneity of Variances

Relapse Skizofrenia

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.621 4 30 .195

ANOVA

Relapse Skizofrenia

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups 1175.521 4 293.880 .885 .485

Within Groups 9959.222 30 331.974

Total 11134.743 34

227

e. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Lama Merawat

Tingkat

Pendidikan

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

Tidak

Sekolah 2 52.00 21.213 15.000 -138.59 242.59 37 67

SD 6 41.50 6.473 2.643 34.71 48.29 31 48

SMP 6 41.17 15.026 6.134 25.40 56.93 23 63

SMA 15 44.53 21.122 5.454 32.84 56.23 19 86

Pendidikan

Tinggi 6 54.00 21.726 8.869 31.20 76.80 31 91

Total 35 45.49 18.097 3.059 39.27 51.70 19 91

Test of Homogeneity of Variances

Relapse Skizofrenia

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.552 4 30 .213

ANOVA

Relapse Skizofrenia

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups 740.676 4 185.169 .534 .711

Within Groups 10394.067 30 346.469

Total 11134.743 34

228

Lampiran J. Administrasi Penelitian

LAMPIRAN J

ADMINISTRASI PENELITIAN

1. Surat Izin Penelitian

2. Surat Keterangan Penelitian

229

1. Surat Izin Penelitian

230

231

2. Surat Keterangan Penelitian