hubungan antara penerimaan dan kualitas hidup …
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DAN KUALITAS HIDUP
CAREGIVER DENGAN RELAPSE PADA PASIEN RAWAT
JALAN SKIZOFRENIA DI RSJ DAERAH SURAKARTA
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Pendidikan Strata I Psikologi
Oleh:
Medina Hayati
G0115067
HALAMAN JUDUL
Pembimbing:
Rin Widya Agustin, S.Psi., M.Psi.
Rahmah Saniatuzzulfa, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2020
ii
Kamis
28 Mei 2020
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan
Judul
: Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas Hidup
Caregiver dengan Relapse pada Pasien Rawat Jalan
Skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta
Nama Peneliti : Medina Hayati
NIM : G0115067
Tahun : 2020
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan pembimbing dan penguji skripsi
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta pada :
Hari : ...................................
Tanggal : ....................................
Pembimbing Utama
Rin Widya Agustin, S.Psi., M. Psi.
NIP 197608172005012002
Pembimbing Pendamping
Rahmah Saniatuzzulfa, S.Psi., M.Psi., Psikolog
NIK 1988031620160101
Koordinator Skripsi
Pratista Arya Satwika, S.Psi., M.Psi., Psikolog
NIK 1986103120130201
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas Hidup
Caregiver dengan Relapse pada Pasien Rawat
Jalan Skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta
Medina Hayati, G0115067, Tahun 2020
Telah diuji dan disahkan oleh pembimbing dan penguji skripsi
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari : ................................
Tanggal : ................................
Ketua Sidang
Rin Widya Agustin, S.Psi., M.Psi.
NIP 197608172005012002 ( ___________ )
Sekretaris Sidang
Rahmah Saniatuzzulfa, S.Psi., M.Psi., Psikolog
NIK 1988031620160101 ( ___________ )
Anggota Penguji:
Penguji Utama
dr. Istar Yuliadi, M.Si., FIAS.
NIP 196007101986011001 ( ___________ )
Penguji Pendamping
Arif Tri Setyanto, S.Psi., M.Psi., Psikolog
NIK 1981071920130201 ( ___________ )
Surakarta,_________________
Kepala Program Studi Psikologi
Dr. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si.
NIP 197810222005011002
Koordinator Skripsi
Pratista Arya Satwika, S.Psi., M.Psi., Psikolog
NIK 1986103120130201
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis dan pernah diterbitkan oleh orang lain, kecuali jika secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang
tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia untuk dicabut gelar
kesarjanaan saya.
Surakarta, Juni 2020
Medina Hayati
v
MOTTO
“Kekuatan di luar kendalimu dapat merampas segala milikmu kecuali satu hal,
kebebasanmu untuk memilih caramu menanggapi sesuatu”
- Viktor E. Frankl, Man’s Search for Meaning
“…and only with acceptance can there be recovery”
- J.K. Rowling
ا لا يكالف الله نافسا إلا وسعاها
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(QS. Al-Baqarah: 286)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Mama dan Papa,
Untuk segala kekuatan dan cinta yang kalian berikan
Universitas Sebelas Maret,
Untuk segala pelajaran hidup yang engkau ajarkan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat,
berkah, dan karunia-Nya yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan skripsi sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis
menyadari hal ini mampu diselesaikan tidak terlepas dari doa, bimbingan, bantuan,
dan dukungan dari berbagai belah pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Reviono, dr., Sp.P(K)., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Dr. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si., selaku Kepala Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Rin Widya Agustin, S.Psi., M.Psi., Psikolog., dan Ibu Rahmah
Saniatuzzulfa, S.Psi., M.Psi., Psikolog., selaku pembimbing I dan pembimbing
II yang selalu sabar dalam memberikan dukungan, arahan, dan saran selama
proses pengerjaan penelitian dan skripsi.
4. Bapak dr. Istar Yuliadi, M.Si., FIAS. selaku penguji I yang telah memberikan
arahan dan masukkan demi semurnanya naskah skripsi ini.
5. Bapak Arif Tri Setyanto, S.Psi., M.Psi., Psikolog. selaku penguji II dan
pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan masukkan dalam
kegiatan perkuliahan hingga proses penulisan skripsi.
viii
6. Mr. Ronald Rohner dari University of Connecticut, yang telah memberikan
ilmunya mengenai teori penerimaan dan membantu peneliti dalam membuat
penyesuaian pada alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini.
7. Jajaran dosen Program Studi Psikologi UNS, yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang sangat berharga, serta seluruh staf dan karyawan di
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah membantu dalam kelancaran proses studi selama ini.
8. RSJ Daerah Surakarta yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian, serta seluruh caregiver dan pasien skizofrenia yang telah membantu
dan memberikan pengalaman berharga.
9. Kedua orangtua penulis Bapak Siswadi dan Ibu Diah Paramardini, yang selalu
tulus memberikan kasih sayang, dukungan dan doa, serta selalu mempercayai
penulis dalam keadaan apapun.
10. Kakak dan adik penulis, Devita Ekasari, Angga Rizaldi Nasution, dan Bryan
Satria Putra, serta keponakan, Kautsar Ali Nasution dan Omar Kareem Nasution,
yang selalu memberikan tempat yang hangat untuk pulang.
11. Monica Fitri, Dyandra Firdha, Zakiya Ali, dan Fitria Handayani, yang
senantiasa membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian, serta menemani
penulis disaat-saat tersulitnya.
12. Para sahabat peneliti atas seluruh bantuan, dukungan yang kalian berikan,
memberikan pundak ketika lelah serta alasan untuk terus tersenyum dalam
menghadapi segala sesuatunya.
ix
13. Teman-teman PHT dan Kementerian Dalam Negeri BEM FK UNS 2018,
Psikologi Angkatan 2015 (Empathy), dan KKN Wakatobi 2019, telah
memberikan pengalaman, pembelajaran dan kenangan yang manis dan tidak
akan terlupakan.
14. Terakhir, penulis berterima kasih pada diri sendiri, Medina Hayati. Terima
kasih telah mau untuk terus berjuang menjadi pribadi terbaiknya dan menggapai
mimpi-mimpinya. Terima kasih untuk tidak menyerah dalam situasi yang
sesulit apapun.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada
orang lain, terutama bagi caregiver dari pasien skizofrenia dan pihak terkait
lainnya. Penulis juga menyadari bahwa dalam pelaksanaan pengerjaan skripsi ini
memiliki kekurangan, sehingga peneliti mengharapkan kritik dan saran perbaikan
agar menjadi lebih baik di kemudian hari.
Surakarta, Juni 2020
Penulis
x
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DAN KUALITAS HIDUP CAREGIVER
DENGAN RELAPSE PADA PASIEN RAWAT JALAN SKIZOFRENIA
DI RSJ DAERAH SURAKARTA
Medina Hayati
G0115067
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
Relapse pada pasien skizofrenia merupakan hal yang sering terjadi. Relapse
merupakan keadaan muncul kembali dan bertambah parah simptom yang dialami
oleh pasien skizofrenia. Caregiver adalah orang yang merawat pasien ketika
melakukan perawatan di rumah sehingga menjadi lingkungan terdekat bagi pasien.
Penerimaan dan kualitas hidup dari caregiver dapat mempengaruhi sikapnya dalam
merawat pasien sehingga mungkin mempengaruhi kemungkinan terjadinya relapse.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerimaan dan
kualitas hidup caregiver dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ
Daerah Surakarta yang melibatkan 35 caregiver dengan teknik incidental sampling.
Instrumen yang digunakan adalah Skala Relapse Skizofrenia (α = 0,908), Skala
Penerimaan Caregiver (α = 0,934), dan Skala Kualitas Hidup Caregiver (α =
0,960). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear berganda.
Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara penerimaan dan kualitas hidup caregiver dengan
relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta (Fhitung =1,079
< Ftabel = 3,295; p > 0,05), dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
penerimaan caregiver dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ
Daerah Surakarta (-thitung = -0,880 > -ttabel = -2,037; p > 0,05), dan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara kualitas hidup caregiver dengan relapse pada
pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta (-thitung = -0,226 > -ttabel = -
2,037; p > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa tingkatan penerimaan dan kualitas
hidup dari caregiver tidak memiliki pengaruh terhadap munculnya relapse pada
pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.
Kata Kunci: Caregiver, Kualitas Hidup, Penerimaan, Relapse Skizofrenia
xi
CORRELATION BETWEEN CAREGIVER’S ACCEPTANCE AND QUALITY
OF LIFE WITH RELAPSE AMONG SCHIZOPHRENIA OUTPATIENT
IN SURAKARTA REGIONAL PSYCHIATRIC HOSPITAL
Medina Hayati
G0115067
Psychology Department, Faculty of Medicine
University of Sebelas Maret Surakarta
ABSTRACT
Relapse in schizophrenia patient is commonly found. Relapse is a state of
recurrence and worsening symptom experienced by patient. Caregivers are person
who take care of outpatient’s treatment hence they become the closest environment
for the patient while in home. Acceptance and quality of life of caregivers can affect
their attitude toward patient and might be affecting the possibility of schizophrenia
relapse.
This study intended to seek the correlation between caregiver’s acceptance
and quality of life with relapse of schizophrenia outpatient in Surakarta Regional
Psychiatric Hospital that involved 35 caregivers with incidental sampling
technique. The measurement used on this study are BPRS for assessing
schizophrenia relapse (α = 0,908), Caregiver Acceptance Scale (α = 0,934), and
Caregiver Quality of Life Scale (α = 0,960). This study used multiple linear
regression analysis to analyze the output.
The result of this study shows no significant correlation between caregiver’s
acceptance and quality of life with relapse of schizophrenia outpatient in Surakarta
Regional Psychiatric Hospital (Fscore =1,079 < Ftable = 3,295; p > 0,05), no
significant correlation between caregiver’s acceptance with relapse of
schizophrenia outpatient in Surakarta Regional Psychiatric Hospital (-tscore = -
0,880 > -ttable = -2,037; p > 0,05), and no significant correlation between
caregiver’s quality of life with relapse of schizophrenia outpatient in Surakarta
Regional Psychiatric Hospital (-tscore = -0,226 > -ttable = -2,037; p > 0,05). From
the results can be it concluded that the level of acceptance and quality of life
perceived by caregivers don’t affect the likelihood of relapse of schizophrenia
outpatient in Surakarta Regional Psychiatric Hospital.
Keywords: Acceptance, Caregiver, Schizophrenia Relapse, Quality of Life
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
ABSTRACT ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xviii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 12
1. Manfaat Teoritis .................................................................................. 12
2. Manfaat Praktis ................................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 14
A. Relapse pada Skizofrenia dan Caregiver .................................................. 14
1. Skizofrenia .......................................................................................... 14
xiii
2. Relapse pada Skizofrenia .................................................................... 21
3. Caregiver Skizofrenia ......................................................................... 32
B. Penerimaan Caregiver ............................................................................... 35
1. Pengertian Penerimaan Caregiver....................................................... 35
2. Aspek-Aspek Penerimaan Caregiver .................................................. 37
C. Kualitas Hidup Caregiver ......................................................................... 40
1. Pengertian Kualitas Hidup Caregiver ................................................. 40
2. Aspek-Aspek Kualitas Hidup Caregiver ............................................ 42
D. Hubungan antara Variabel Penelitian........................................................ 53
1. Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas Hidup Caregiver dengan
Relapse pada Skizofrenia .................................................................... 53
2. Hubungan antara Penerimaan Caregiver dengan Relapse pada
Skizofrenia .......................................................................................... 58
3. Hubungan antara Kualitas Hidup Caregiver dengan Relapse pada
Skizofrenia .......................................................................................... 61
E. Penelitian Relapse Skizofrenia Sebelumnya ............................................. 63
F. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 65
G. Hipotesis .................................................................................................... 66
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 67
A. Identifikasi Variabel .................................................................................. 67
B. Definisi Operasional.................................................................................. 67
1. Relapse Skizofrenia ............................................................................. 67
2. Penerimaan Caregiver ......................................................................... 68
xiv
3. Kualitas Hidup Caregiver ................................................................... 68
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 69
1. Populasi ............................................................................................... 69
2. Sampel ................................................................................................. 70
3. Teknik Pengambilan Sampel............................................................... 70
D. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 72
1. Skala Relapse Skizofrenia ................................................................... 73
2. Skala Penerimaan Caregiver ............................................................... 75
3. Skala Kualitas Hidup Caregiver ......................................................... 76
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ......................................................... 78
1. Uji Validitas ........................................................................................ 78
2. Uji Reliabilitas .................................................................................... 78
F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 79
1. Uji Asumsi .......................................................................................... 79
2. Uji Hipotesis ....................................................................................... 81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 82
A. Persiapan Penelitian .................................................................................. 82
1. Orientasi Kancah Penelitian ................................................................ 82
2. Persiapan Penelitian ............................................................................ 88
B. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 92
1. Penentuan Sampel Penelitian .............................................................. 92
2. Pengumpulan Data Penelitian ............................................................. 92
3. Analisis Validitas dan Reliabilitas Skala ............................................ 93
xv
C. Analisis Data Penelitian .......................................................................... 101
1. Uji Asumsi Dasar .............................................................................. 102
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 105
3. Uji Hipotesis ..................................................................................... 110
4. Analisis Deskriptif ............................................................................ 114
5. Analisis Tambahan ............................................................................ 117
D. Pembahasan ............................................................................................. 127
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 141
A. Simpulan ................................................................................................. 141
B. Saran ........................................................................................................ 142
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 145
LAMPIRAN ........................................................................................................ 154
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Jumlah Pasien Rawat Jalan Skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta . 69
Tabel 2. Distribusi Skor Aitem Pada Skala Relapse Skizofrenia .......................... 74
Tabel 3. Blueprint Skala Relapse Skizofrenia ...................................................... 74
Tabel 4. Distribusi Skor Aitem Favorable dan Unfavorable Pada Skala
Penerimaan Caregiver ............................................................................. 75
Tabel 5. Blueprint Skala Penerimaan Caregiver .................................................. 75
Tabel 6. Distribusi Skor Aitem Favorable dan Unfavorable Pada Skala Kualitas
Hidup Caregiver ...................................................................................... 77
Tabel 7. Blueprint Skala Kualitas Hidupp Caregiver ........................................... 77
Tabel 8. Distribusi Skala Relapse Skizofrenia Sebelum Uji-Coba ....................... 89
Tabel 9. Distribusi Skala Penerimaan Caregiver Sebelum Uji-Coba ................... 90
Tabel 10. Distribusi Skala Kualitas Hidup Caregiver Sebelum Uji-Coba............ 91
Tabel 11. Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji-Coba Skala Relapse
Skizofrenia ............................................................................................ 95
Tabel 12. Perhitungan Uji Reliabilitas Skala Relapse Skizofrenia ....................... 96
Tabel 13. Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji-Coba Skala Penerimaan
Caregiver .............................................................................................. 97
Tabel 14. Perhitungan Uji Reliabilitas Skala Penerimaan Caregiver ................... 98
Tabel 15. Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji-Coba Skala Kualitas Hidup
Caregiver .............................................................................................. 99
Tabel 16. Perhitungan Uji Reliabilitas Skala Kualitas Hidup Caregiver ........... 100
Tabel 17. Hasil Analisis Uji Normalitas ............................................................. 102
xvii
Tabel 18. Hasil Analisis Uji Linearitas antara Penerimaan Caregiver dengan
Relapse Skizofrenia ............................................................................ 104
Tabel 19. Hasil Analisis Uji Linearitas antara Kualitas Hidup Caregiver dengan
Relapse Skizofrenia ............................................................................ 105
Tabel 20. Hasil Analisis Uji Autokorelasi .......................................................... 106
Tabel 21. Hasil Analisis Uji Multikolinearitas ................................................... 107
Tabel 22. Hasil Analisis Uji Heterokesdastisitas ................................................ 108
Tabel 23. Hasil Analisis Uji F Simultan ............................................................. 110
Tabel 24. Hasil Analisis Uji t Parsial .................................................................. 112
Tabel 25. Hasil Analisis Uji R2 ........................................................................... 113
Tabel 26. Hasil Analissi Deskriptif Penelitian .................................................... 114
Tabel 27. Hasil Analisis Deskriptif Hipotetik dan Empirik ................................ 114
Tabel 28. Norma Kategorisasi Variabel Penelitian ............................................. 115
Tabel 29. Hasil Kategorisasi Variabel Penelitian ............................................... 115
Tabel 30. Tabel Demografis Penelitian ............................................................... 117
Tabel 31. Data Deskriptif Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap ........................... 119
Tabel 32. Hasil Analisi Uji Homogenitas Pada Variabel Relapse Skizofrenia
Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap .................................................... 119
Tabel 33. Hasil Analisis Uji One-Way Anova Pada Variabel Relapse Skizofrenia
Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap .................................................... 120
Tabel 34. Hasil Uji Perbedaan Relapse Skizofrenia berdasarkan Lama Merawat
Pasien .................................................................................................. 121
Tabel 35. Hasil Uji Perbedaan Relapse Skizofrenia berdasarkan Jenis Kelamin 122
xviii
Tabel 36. Data Deskriptif Berdasarkan Hubungan dengan Pasien ..................... 124
Tabel 37. Hasil Analisi Uji Homogenitas Pada Variabel Relapse Skizofrenia
Berdasarkan Hubungan dengan Pasien ............................................... 124
Tabel 38. Hasil Analisis Uji One-Way Anova Pada Variabel Relapse Skizofrenia
Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap .................................................... 125
Tabel 39. Data Deskriptif Berdasarkan Tingkat Pendidikan Caregiver ............. 126
Tabel 40. Hasil Analisi Uji Homogenitas Pada Variabel Relapse Skizofrenia
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Caregiver ....................................... 126
Tabel 41. Hasil Analisis Uji One-Way Anova Pada Variabel Relapse Skizofrenia
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Caregiver ....................................... 127
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Model “The Five Stages of Grief” (Kubler-Ross & Kessler,
2014) ................................................................................................... 36
Gambar 2. Bagan Aspek-Aspek Teori Acceptance-Rejection (Rohner, 2006) ..... 38
Gambar 3. Bagan Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas Hidup Caregiver
dengan Relapse pada Pasien Rawat Jalan Skizofrenia di RSJ Daerah
Surakarta ............................................................................................. 65
Gambar 4. Grafik Histogram Uji Normalitas ...................................................... 103
Gambar 5. Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas ............................................ 103
Gambar 6. Grafik Scatterplot Uji Heterokedastisitas .......................................... 109
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................ 155
Lampiran B. Sumber Data Pra-Penelitian ........................................................... 157
Lampiran C. Alat Ukur Penelitian ...................................................................... 161
Lampiran D. Alat Ukur Rujukan ......................................................................... 178
Lampiran E. Distribusi Nilai Skala Penelitian Sebelum Aitem Gugur ............... 188
Lampiran F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ............................... 195
Lampiran G. Distribusi Nilai Skala Penelitian Sesudah Aitem Gugur ............... 205
Lampiran H. Total Skor Penelitian ..................................................................... 212
Lampiran I. Hasil Data Penelitian ....................................................................... 216
Lampiran J. Administrasi Penelitian ................................................................... 227
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang sering kita temui di
masyarakat. Akan tetapi, masih banyak orang yang kurang sadar mengenai cara
memperlakukan orang dengan gangguan skizofrenia, termasuk keluarganya. Hal ini
dilihat dari pengalaman peneliti ketika melakukan kegiatan magang di salah satu
Rumah Sakit Jiwa di Jakarta. Pasien yang dirawat inap sebagian besar merupakan
pasien skizofrenia yang sudah pernah dinyatakan sembuh dan dibolehkan untuk
pulang, tetapi dirawat kembali dalam kondisi yang lebih parah dari sebelumnya.
Dari pernyataan yang dikatakan oleh perawat maupun social worker, ketika pasien
diperbolehkan untuk pulang, mereka tidak dirawat dan diperlakukan dengan baik
oleh lingkungannya, termasuk keluarganya sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui orang dengan
skizofrenia dalam bahasa awam sebagai orang yang ‘tidak waras’, ‘hilang ingatan’,
atau dengan sebutan yang lebih kasar seperti ‘orang gila’ dan ‘sinting’ (Sitanggang,
2015). Orang-orang yang berperilaku aneh serta terlihat tidak terurus dengan baik
memiliki kemungkinan mengalami gangguan ini. Dalam dunia kesehatan, orang
yang mengalami gangguan skizofrenia dapat disebut sebagai ODS (Orang Dengan
Skizofrenia). Skizofrenia semakin dikenal oleh masyarakat karena gangguan ini
dapat terjadi di berbagai lapisan masyarakat, tidak memandang ras, kelas
sosioekonomi , ataupun usia tertentu. Pada kenyataannya , saat ini semakin banyak
2
orang yang mengalami gangguan jiwa ini. Menurut data Riskesdas tahun 2018,
angka gangguan jiwa skizofrenia di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup
besar, yaitu dari 1,7% per mil pada tahun 2013 menjadi 7% per mil pada tahun 2018
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Skizofrenia diklasifikasikan sebagai salah satu gangguan jiwa berat yang
menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk membedakan kenyataan
yang terjadi di sekitarnya dengan gejala-gejala gangguan yang mereka alami,
sehingga merekapun tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya.
Gejala-gejala gangguan tersebut dalam dunia kesehatan disebut sebagai simptom.
ODS dapat mengalami berbagai macam simptom psikotik, dilihat dengan adanya
disorientasi dengan lingkungan di sekitarnya, atau dapat dikatakan ‘terpisah dari
kenyataan’ (Oltmanns & Emery, 2012). Simptom yang sering ditemui pada ODS
adalah halusinasi dan delusi. Halusinasi merupakan kondisi ketika individu dapat
mengalami sesuatu yang dapat ditangkap oleh alat indranya, namun tidak dapat
ditangkap oleh alat indra orang lain, seperti mendengar atau melihat sesuatu.
Sedangkan delusi merupakan pikiran seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan
atau persepsi keadaan yang dinilai oleh orang-orang di sekitarnya. Selain simptom-
simptom yang sudah disebutkan di atas, masih banyak lagi simptom yang dapat
dialami oleh ODS.
Karakteristik dari simptom-simptom tersebut juga berbeda-beda pada setiap
individunya. Pada beberapa kasus, individu yang terlihat sangat berprestasi di
sekolah dapat tiba-tiba menarik diri dari lingkungan sosialnya dan tidak memiliki
minat dengan apapun, hingga muncul tingkah laku yang aneh. Di kasus lain, ODS
3
dapat terlihat seperti orang-orang pada umumnya, namun ternyata dirinya sedang
mendengar suara-suara yang tidak didengar oleh orang lain. Beberapa ODS juga
mengurung diri di rumah dengan pintu dan jendela tertutup karena merasa ada yang
ingin membunuhnya (Nevid, Rathus, & Greene, 2013). Berdasarkan pengalaman
peneliti dalam berinteraksi dengan pasien skizofrenia di salah satu rumah sakit jiwa
di Jakarta pada saat kegiatan magang mahasiswa, dapat disimpulkan bahwa setiap
ODS memiliki karakteristik simptom yang berbeda-beda. Terdapat pasien yang
berdelusi bahwa dirinya memiliki 11 mantan kekasih, merupakan seorang anak
jenderal dan memiliki banyak harta warisan, sedangkan pasien lainnya mengatakan
bahwa dirinya pernah berkencan dengan seorang artis ternama, serta berhalusinasi
bahwa ia mengaku pernah melihat Tuhan dan iblis ‘lucifer’. Selain itu, terdapat
pasien yang mengalami halusinasi lainnya seperti mendengar suara yang
memberitahukan rumus matematika kepadanya yang dapat memberikan perubahan
besar bagi masyarakat. Perilaku aneh juga dapat dilihat dari pasien-pasien
skizofrenia seperti duduk dengan posisi tangan yang tidak biasa, serta berlari
mengelilingi ruangan tanpa alasan yang jelas.
Simptom-simptom yang dialami ODS seperti halusinasi dan delusi sangat
mempengaruhi dirinya dalam berinteraksi di dalam masyarakat. Hal tersebut akan
membuat dirinya terlihat tidak seperti orang normal dan menyebabkan dirinya akan
dianggap ‘aneh’ serta anggapan lainnya oleh lingkungan di sekitarnya. Anggapan-
anggapan tersebut yang akhirnya membentuk stigma di masyarakat terhadap ODS
serta menimbulkan perilaku yang tidak baik kepada ODS tersebut. Hal ini
dibuktikan dengan data dari Riskesdas tahun 2018 (Kementerian Kesehatan
4
Republik Indonesia, 2018), 31,5% dari total penderita gangguan skizofrenia yang
telah terdata dipasung selama 3 bulan terakhir, baik di daerah perkotaan maupun
perdesaan. Pemasungan terjadi pada ODS disebabkan oleh stigma yang tertanam di
masyarakat. Stigma merupakan ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang
karena pengaruh lingkungannya (Alwi, 2007). Menurut Kring, et al. (2009), stigma
terhadap orang dengan gangguan mental sangat terasa di abad ke-21 ini, dan stigma
dapat menyebabkan dampak negatif untuk orang dengan gangguan seperti
skizofrenia. Stigma-stigma lainnya seperti gangguan tersebut dapat menular jika
mengadakan kontak langsung dengan ODS juga masih sering ditemukan di dalam
masyarakat. Hal ini menyebabkan ODS merasa terasingkan dan tidak mendapatkan
perawatan ataupun penanganan yang seharusnya mereka dapatkan.
ODS dapat mengalami berbagai macam simptom dalam satu waktu tertentu.
Kompleksnya gangguan skizofrenia membuat proses penanganan yang dibutuhkan
untuk kesembuhan gangguan ini tidak sederhana. Kesembuhan dari gangguan
skizofrenia berarti hilangnya simptom-simptom yang dialami ODS. Dibutuhkan
metode penanganan yang saling mendukung untuk mencapai tahap kesembuhan
tersebut, seperti penanganan psikologis yang dilakukan oleh psikolog klinis berupa
terapi kognitif-behavioral (CBT), terapi psikodinamika, pelatihan keterampilan
sosial, terapi reatribusi, hingga terapi keluarga, serta penanganan secara medis yang
menggunakan obat antipsikotik dan terapi kejut (Oltmanns & Emery, 2012;
Veague, 2007; Davidson, Neale, & Kring, 2006). Meskipun dengan berbagai
metode penanganan yang dapat dikatakan efektif oleh para ahli, tidak menutup
5
kemungkinan bahwa ODS akan tetap memiliki peluang yang cukup tinggi untuk
mengalami relapse (Kring, et al., 2009).
Skizofrenia dikenal sebagai penyakit yang seringkali muncul secara
berulang dan semakin lama, semakin sulit untuk dikendalikan (CNN Indonesia,
2018). Berdasarkan penelitian Weret & Mukherjee (2014), ditemukan bahwa
prevalensi relapse pada penderita skizofrenia berada dalam rentang 50-92% secara
global. Relapse yang terjadi dapat berupa munculnya simptom-simptom lama yang
sudah hilang karena pengobatan, atau bahkan munculnya simptom yang lebih parah
dari sebelumnya (Mueser & Gingerich, 2006). Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Amelia & Anwar (2013), beberapa yang menjadi penyebab dari relapse pada
ODS adalah faktor ekonomi, ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat,
perlakuan yang kurang baik, konflik, serta emosi yang diekspresikan oleh keluarga
kepada ODS. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa keluarga dan
lingkungan memiliki peran penting dalam proses kesembuhan ODS.
ODS membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk mencegahnya
mengalami relapse. Salah satu pemicu relapse pada ODS adalah stres yang tidak
dapat diatasi oleh dirinya sendiri. Stigma merupakan salah satu sumber penyebab
terbentuknya lingkungan yang tidak kondusif di sekitar ODS karena dapat
menimbulkan perlakuan yang tidak baik dari masyarakat terhadap ODS ataupun
keluarganya. Perlakuan yang dilakukan terhadap ODS tersebut dapat menimbulkan
stres pada ODS dan memicu terjadinya relapse ketika tidak dapat diatasi dengan
baik oleh dirinya sendiri. Selain itu, stres dapat muncul dari berbagai permasalahan
lainnya seperti konflik dengan anggota keluarga. Ketika ODS mengalami hal-hal
6
yang membuat dirinya stres, kontrol terhadap dirinya akan berkurang sehingga
simptom yang sudah hilang dapat muncul kembali. Dampak relapse tidak hanya
mempengaruhi dari sisi ODS saja, tetapi akan mempengaruhi keluarganya. ODS
akan merasa kecewa ketika dirinya kembali dirawat di rumah sakit sehingga
memiliki kualitas hidup yang menurun (Olivares, et al., 2013). Sedangkan kualitas
hidup dari ODS merupakan salah satu prediktor dari kesembuhan ODS (Caqueo-
Urizar, et al., 2017). Keluarga yang menghadapi ODS saat terjadi relapse akan
merasakan beban dari segi finansial maupun sosialnya.
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa keluarga tidak dapat lepas dari
kehidupan ODS. Menurut Hendriyani (2006), keluarga merupakan lingkungan
terdekat dan paling utama dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, bukan
menjadi hal aneh ketika caregiver utama dari ODS adalah keluarga, terutama
orangtua. Keadaan ini sangat merubah kondisi keluarga tersebut. Bowie, et al.
(2010) mengatakan bahwa skizofrenia tidak hanya menghancurkan kehidupan dari
ODS, namun sangat mempengaruhi kehidupan keluarganya. Reaksi dan perasaan
yang umum timbul ketika keluarga mengetahui anggota keluarganya mengalami
gangguan skizofrenia adalah merasa tidak berdaya, kebingungan, frustasi, perasaan
bersalah, kesedihan, malu, marah, cemas, distres, dan masih banyak lagi (Mueser
& Gingerich, 2006). Akan tetapi, keluarga memiliki fungsi menjadi caregiver bagi
ODS, yaitu merawat dan mendukung ODS tersebut untuk mencapai kesembuhan.
Tidak semua keluarga dapat menerima keadaan anggota keluarganya yang
berbeda dari normal. Penerimaan keluarga dapat digambarkan sebagai pengakuan
dan penerimaan kenyataan dari keluarga akan ketidakmampuan atau kekurangan
7
dari anggota keluarganya tersebut. Zuk (dalam Darling & Darling, 1982)
mengungkapkan bahwa penerimaan membuat keluarga menjadi sadar atas kondisi
yang apa adanya, serta memberikan perhatian pada pertumbuhan dan
perkembangannya. Keluarga akan merasa nyaman dengan keadaan ini tanpa
menunjukkan sikap berlebihan dalam merawat dan tidak menolaknya meskipun
dalam perkembangannya mereka akan sangat bergantung pada keluarga.
Keluarga yang menghadapi ODS secara langsung dapat mengalami
berbagai permasalahan seperti kurangnya pengetahuan dari anggota keluarga,
emosi yang dirasakan, sikap yang ditunjukkan oleh ODS, serta penilaian dari
lingkungan yang muncul pada saat munculnya gangguan dan pada fase relapse
(Laksmi & Herdiyanto, 2019). Segala permasalahan ini akan mempengaruhi
bagaimana caregiver tersebut dalam menghadapi anggota keluarganya yang
memiliki gangguan skizofrenia. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya, menurut
Nurdiana, Syafwani, & Umbransyah (2007), penerimaan keluarga berpengaruh
terhadap relapse dari pasien skizofrenia. Keluarga yang menjadi caregiver utama
ketika ODS sedang di rumah sudah menerima kondisi anggota keluarganya
tersebut, maka caregiver akan memberikan usaha maksimal untuk merawat ODS,
sehingga dapat mengurangi kemungkinannya untuk mengalami relapse.
Merawat ODS dibutuhkan kesabaran dan membutuhkan waktu yang lama
akibat parahnya penyakit skizofrenia. Anggota keluarga yang mendampingi
menghabiskan lebih banyak waktu untuk merawat anggota keluarga yang sakit
daripada mengurusi dirinya sendiri. Padahal, keluarga yang merawat pasien lebih
dari satu jam perhari sudah memiliki tingkat stres yang tinggi. Selain itu, beban
8
yang dirasakan oleh caregiver dalam merawat ODS juga tidak sedikit. Hal-hal ini
mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki oleh caregiver tersebut. Kualitas hidup
dari caregiver dipengaruhi oleh distres secara fisik, emosional dan ekonomi yang
dipengaruhi oleh tidak terpenuhinya kebutuhan seperti kembali berfungsinya ODS
dalam masyarakat dan keluarga, beban ekonomi, kurangnya waktu luang, dan
faktor-faktor lainnya (Caqueo-Urizar, Gutierrez-Maldonado, & Miranda-Castillo,
2009). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Foldemo (dalam Awad &
Voruganti, 2008) menunjukkan bahwa semakin meningginya beban yang diterima
oleh caregiver, maka akan semakin rendah kualitas hidupnya.
Kualitas hidup caregiver mempengaruhi banyak aspek dalam perawatan
ODS. Caregiver akan mundah mengalami masalah pada psikologisnya ketika
kualitas hidup yang dimiliki rendah. Penelitian yang dilakukan Primaria (2014)
menunjukkan bahwa caregiver rentan terhadap gangguan psikologis, dan gejala
yang hadir seperti stres, frustasi, berkurangnya interaksi sosial, kecemasan, depresi
sehingga berdampak pada kesehatan fisik. Ketika hal ini terjadi, kualitas dalam
merawat ODS menjadi terganggu atau tidak maksimal. Kualitas hidup juga
mempengaruhi cara caregiver dalam memberikan dukungan emosional yang
dibutuhkan oleh ODS. Keterlibatan caregiver merupakan hal yang penting dalam
memberikan penanganan secara optimal untuk kesembuhan ODS dengan
memastikan kepatuhannya pada pengobatan, perawatan yang berkelanjutan, serta
dukungan sosial (Richieri, et al., 2011). Penanganan optimal yang berkelanjutan
tersebut akan mencegah ODS dari mengalami relapse. Penelitian yang dilakukan
9
oleh Farkhah, Suryani, & Hernawati (2017), kualitas hidup dari caregiver sangat
berpengaruh terhadap munculnya relapse pada ODS.
Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada dua orang caregiver
dari ODS pada bulan Mei dan Juni tahun 2019 menunjukkan bahwa keluarga, yang
merupakan caregiver utama dari ODS ketika berada di rumah, memiliki peran yang
sangat berpengaruh terhadap relapse pada ODS. Caregiver A menceritakan
mengenai pengalamannya ketika merawat ibunya yang merupakan ODS. Caregiver
A pada awalnya tidak mau untuk ikut campur dengan kondisi ibunya yang terbilang
‘aneh’ dan ‘gila’. Namun, setelah mengetahui tentang kondisi ibunya dan mencari
tahu lebih dalam mengenai skizofrenia, caregiver A mulai mengerti bagaimana cara
merawat ibunya agar kondisinya menjadi lebih baik. Sama halnya yang terjadi pada
caregiver B yang memiliki suami penderita skizofrenia. Caregiver B mengatakan
bahwa perlakuan keluarga kepada suaminya sangat berpengaruh dengan
kesembuhannya. Ketika terjadi masalah di keluarga, suami dari caregiver B akan
langsung menunjukkan gejala-gejala menuju relapse (dalam hal ini, ODS pada
awalnya merokok dan tidak bisa berkomunikasi dengan baik). Perlakuan keluarga
terhadap ODS tergantung bagaimana mereka menerima kondisi dari ODS tersebut.
Menurut caregiver A dan B, ketika keluarga telah menerima keadaan dari ODS dan
berusaha untuk memahami gangguan ini, maka hal ini akan mempengaruhi
perilakunya serta orang lain disekitarnya terhadap ODS tersebut, yang
mengakibatkan semakin menurunnya frekuensi relapse yang dialami oleh ODS.
Berdasarkan pada wawancara terhadap caregiver A dan B menunjukkan
bahwa agar tetap dapat memberikan perawatan yang bersifat kontinu, caregiver
10
juga tetap harus memikirkan kesejahteraan dirinya sendiri. Caregiver A
mengatakan ketika dirinya mengalami kesulitan antara mengimbangi dirinya yang
sedang menempuh jenjang S1 dan harus merawat ibunya yang merupakan ODS,
pada akhirnya perawatan yang ia berikan tidak maksimal. Berbeda dengan
caregiver B yang sekarang merupakan seorang guru, ia mengatakan bahwa ia tidak
merasa terbebani dengan kondisinya saat ini dan dapat tetap menjaga suaminya agar
tidak mengalami relapse. Menurut caregiver B, ketika dirinya merasa sangat
terfokus dalam merawat ODS dan tidak memikirkan tentang kesejahteraan dirinya
sendiri, perawatan yang diberikan oleh caregiver tersebut menjadi tidak optimal.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka diketahui bahwa caregiver sangat
berperan dalam kesembuhan orang yang mengalami gangguan skizofrenia.
Perlakuan dari caregiver dalam merawat ODS menjadi faktor penting dalam
relapse. Perlakuan tersebut dipengaruhi dari kondisi caregiver tersebut yang dapat
dilihat dari tingkat penerimaan dan kualitas hidupnya. Melalui gambaran
penerimaan dan kualitas hidup caregiver yang dimiliki oleh ODS maka kita dapat
mengetahui peran dari keluarga sebagai caregiver dalam terjadinya relapse pada
ODS. Diharapkan melalui penelitian ini dapat membantu keluarga dari ODS untuk
lebih memahami pentingnya lingkungan keluarga dalam membantu penyembuhan
ODS. Keluarga yang menjadi caregiver ODS dapat memberikan dukungan satu
sama lain agar dapat tetap menjalani hidup dan membantu ODS dalam masa
penyembuhannya.
Melihat pentingnya penerimaan dan kualitas hidup caregiver namun masih
sedikit jumlah penelitian yang membahas mengenai hal tersebut dan dikaitkan
11
dengan relapse yang terjadi pada ODS, menjadi alasan penting mengapa peneliti
tertarik untuk membahas topik tersebut dalam sebuah bentuk penelitian kuantitatif
berjudul “Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas Hidup Caregiver dengan
Relapse pada Pasien Rawat Jalan Skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah penelitian dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara penerimaan dan kualitas hidup caregiver
dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah
Surakarta?
2. Apakah terdapat hubungan antara penerimaan caregiver dengan relapse
pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta?
3. Apakah terdapat hubungan antara kualitas hidup caregiver dengan relapse
pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui hubungan antara penerimaan dan kualitas hidup caregiver
dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah
Surakarta.
2. Mengetahui hubungan antara penerimaan caregiver dengan relapse pada
pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.
12
3. Mengetahui hubungan antara kualitas hidup caregiver dengan relapse pada
pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan informasi bagi pengembangan disiplin ilmu psikologi, khususnya di
bidang Psikologi klinis, kesehatan, dan sosial terkait pengaruh penerimaan dan
kualitas hidup caregiver terhadap relapse bagi pasien skizofrenia.
2. Manfaat Praktis
a. Keluarga dengan ODS
Sebagai bahan pertimbangan bagi keluarga yang menjadi caregiver
untuk melakukan upaya mencegah relapse pada ODS. Upaya-upaya yang
dapat dilakukan berupa meningkatkan penerimaan dan memperhatikan
kualitas hidup caregiver dari ODS untuk memberikan perawatan yang
maksimal pada ODS.
b. Masyarakat
Sebagai bahan pertimbangan dalam menghadapi ODS bagi masyarakat,
agar dapat bertindak secara bijak dan menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk mendukung kesembuhan dari ODS.
c. Pelayanan dan dinas kesehatan
13
Sebagai bahan pertimbangan bagi pelayan kesehatan dalam mengurangi
angka relapse pada ODS dengan memperhatikan lingkungan di sekitar ODS
terutama pada caregiver. Selain itu, dapat menjadi dasar untuk membuat
program yang dapat meningkatkan pemahaman caregiver dan masyarakat
mengenai pentingnya lingkungan di sekitar ODS untuk mencegah
terjadinya relapse.
d. Peneliti selanjutnya
Sebagai acuan bagi peneliti yang tertarik dengan topik relapse pada
pasien skizofrenia, penerimaan caregiver, dan kualitas hidup caregiver di
masa yang akan datang.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Relapse pada Skizofrenia dan Caregiver
1. Skizofrenia
a. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah sebuah gangguan psikotik kronis serta melemahkan
yang menyerang segala segi kehidupan dari orang yang mengalaminya, seperti
pikiran, cara bicara, dan perilaku (Veague, 2007; Nevid, et al., 2013). Eugen
Bleuler (dalam Butcher, Hooley, & Mineka, 2014) merupakan seorang psikiater
Swiss yang memberikan istilah diagnosis dari skizofrenia. Pada tahun 1911,
Bleuler menggunakan kata skizofrenia yang berasal dari kata Yunani ‘sxizo’
berarti ‘terbelah’ atau ‘retak’ dan ‘phren’ berarti ‘pikiran’. Bleuler percaya
bahwa kondisi ini memiliki karakteristik utama yaitu proses berpikir yang
berantakan, kurangnya hubungan antara pikiran dan emosi, serta terpisahnya
dari realitas.
Menurut Durand & Barlow (2007) skizofrenia merupakan gangguan
menakutkan yang ditandai oleh spektrum disfungsi kognitif dan emosional yang
luas, pembicaraan dan perilaku yang terdisorganisasi, dan emosi-emosi yang
tidak pas. Gangguan ini dapat mengganggu persepsi, pikiran, pembicaraan, dan
gerakan seseorang, sehingga nyaris semua aspek fungsi sehari-harinya
terganggu. Gangguan ini mulai berkembang pada usia remaja akhir hingga
dewasa awal , terutama saat individu mulai memasuki dunia luar selain
15
keluarganya (Harrop & Trower, 2001). Sedangkan menurut Nevid, et al. (2006),
skizofrenia muncul pada seseorang ketika sudah mencapai usia kematangan
yang penuh, yaitu pada akhir masa remaja atau awal usia 20 tahun-an, walaupun
terdapat beberapa kasus yang menunjukkan bahwa tanda-tanda pertama
skizofrenia muncul pada umur 25 tahun keatas.
Berdasarkan uraian di atas, maka diketahui bahwa skizofrenia
merupakan gangguan psikotik kronis yang mengganggu seluruh aspek
kehidupan penderitanya, seperti persepsi, pikiran, cara bicara, perilaku, emosi,
hingga gerakan seseorang. Individu yang mengalami gangguan skizofrenia
dapat dikatakan terlepas dari realita di sekitarnya. Gangguan ini muncul pada
rentang remaja akhir hingga dewasa awal.
b. Simptom-Simptom Skizofrenia
Menurut Durand & Barlow (2007) dan Oltmanns & Emery (2012),
terdapat simptom-simptop skizofrenia yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1) Simptom Positif
a) Delusi
Delusi merupakan keyakinan yang oleh kebanyakan anggota
masyarakat dianggap sebagai misinterpretasi terhadap realitas
disebut disorder of thought content (gangguan isi pikiran). Individu-
individu yang mengalami delusi ini mengekspresikan pemahaman
yang lebih kuat mengenai maksud dan makna kehidupan dan kurang
16
mengalami depresi, yang semuanya tampak berhubungan dengan
sistem keyakinan delusionalnya.
b) Halusinasi
Halusinasi adalah pengalaman kejadian sensorik tanpa input dari
lingkungan sekitarnya, berbagai hal dilihat, didengar, atau diindra
meskipun hal-hal itu tidak riil atau benar-benar ada. Beberapa orang
mengatakan bahwa orang yang sedang mengalami halusinasi tidak
mendengar suara-suara orang lain tetapi mendengarkan pikiran atau
suaranya sendiri dan tidak dapat mengenali perbedaannya.
2) Simptom Negatif
a) Avolisi
Avolisi merupakan gabungan dari awalan a yang berarti “tanpa” dan
kata volition yang berarti “tindakan yang menunjukkan kemauan,
memilih, atau memutuskan”, secara lengkap dapat diartikan sebagai
ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan berbagai
macam kegiatan
b) Alogia
Alogia merupakan ketiadaan pembicaraan. Orang-orang yang
mengalami alogia cenderung merespon pertanyaan dengan jawaban-
jawaban pendek yang isinya terbatas dan tampak tidak tertarik untuk
bercakap.
17
c) Anhedonia
Anhedonia adalah ketiadaan perasaan senang yang dialami oleh
sebagian penderita skizofrenia. Orang-orang yang mengalami ini
memiliki sikap tidak peduli terhadap kegiatan-kegiatan yang
biasanya dianggap menyenangkan, termasuk makan, interaksi sosial,
dan hubungan seksual.
d) Gangguan afektif dan emosional
Orang yang memiliki afek datar seperti mengenakan topeng karena
tidak memperlihatkan emosi pada saat mereka mestinya
memperlihatkannya. Mereka akan menatap dengan pandangan
kosong, berbicara dengan datar dan tanpa nada, dan tampak tidak
terpengaruh oleh segala hal yang terjadi di sekitarnya.
3) Simptom Disorganisasi
a) Gangguan berpikir
Simtom ini dikenal sebagai disorganized speech atau cara bicara
yang tidak terorganisir dengan baik, yaitu ODS ketika mengatakan
hal-hal yang tidak masuk akal, seperti memberikan jawaban yang
tidak sesuai dengan pertanyaan, mengemukakan gagasan yang tidak
saling berkaitan, dan menggunakan kata-kata dengan cara yang aneh.
b) Perilaku aneh
ODS mungkin akan memperlihatkan berbagai bentuk perilaku
motorik yang tidak lazim, seperti rigiditas, imobilitas, exictement,
dan aktivitas berlebih.
18
c. Faktor Penyebab Skizofrenia
Menurut Frith & Johnstone (2003), skizofrenia terjadi karena dua faktor
utama yaitu:
1) Faktor Biologis
Irving Gottesman melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa
individu memiliki kemungkinan 50% terdiagnosis skizofrenia jika
kedua orangtua atau memiliki saudara kembar identik yang juga
menderita skizofrenia. Penelitian ini sangat menunjukkan bahwa
terdapat faktor keturunan atau genetik dari gangguan skizofrenia.
Terdapat juga penelitian lain yang meneliti tentang anak yang telah
diadopsi namun memiliki orangtua kandung yang terdiagnosis
skizofrenia. Penelitian ini menunjukkan bahwa anak tersebut memiliki
risiko lebih besar untuk terdiagnosis skizofrenia.
2) Faktor Lingkungan
Individu yang menderita skizofrenia sebelumnya telah mengalami lebih
banyak ‘stres secara emosional’ daripada individu yang tidak menderita
skizofrenia. Penelitian yang dilakukan oleh Edinburg High Risk Study
menemukan hubungan antara stres hidup utama dengan simptom
psikotik. Selain itu, dalam beberapa kasus simptom dari skizofrenia juga
muncul sebagai reaksi dari hubungan patologis atau pola komunikasi
yang abnormal dalam keluarga.
19
Sementara itu, menurut Kaplan, et al. (1997), faktor-faktor yang
menyebabkan individu menderita gangguan skizofrenia dibagi menjadi empat
yaitu:
1) Model Diatesis-Stres
Model diatesis-stres merupakan suatu model untuk mengintegrasikan
faktor biologis, psikososial, dan lingkungan dari skizofrenia. Model ini
menerangkan bahwa seseorang memiliki suatu kerentanan yang spesifik
(diatesis), dan ketika dihadapkan dengan pengaruh lingkungan yang
dapat menimbulkan stres akan memicu munculnya gejala skizofrenia.
2) Faktor Psikososial
Terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan penyebab munculnya
skizofrenia dilihat dari sisi psikososial. Teori tentang pasien individual
mengungkapkan bahwa setiap individu memiliki susunan psikologis
yang unik. Teori ini bisa dianalisis dari tiga sudut pandang psikologis,
yaitu psikoanalitik, psikodinamika, dan teori belajar. Menurut
pandangan psikoanalitik, skizofrenia terjadi karena adanya kecacatan
ego yang mempengaruhi interpretasi individu terhadap kenyataan dan
pengendalian dorongan-dorongan dari dalam diri (inner drives). Teori
psikoanalitik juga mengemukakan bahwa gejala-gejala skizofrenia yang
timbul pada individu memiliki makna simbolik bagi individu tersebut.
Beda halnya dengan pandangan psikoanalitik, dalam psikodinamika
menganggap hipersensitivitas pada stimuli persepsi didasarkan secara
konstitusional sebagai suatu kecacatan. Kecacatan tersebut menciptakan
20
kesulitan pada masa perkembangan anak-anak dan menempatkan stres
pada hubungan interpersonal. Pandangan dalam teori belajar
mengemukakan bahwa anak-anak yang menderita skizofrenia
mempelajari cara berpikir dan reaksi yang irasional dengan meniru
lingkungan terdekatnya yang mungkin memiliki masalah dengan
emosionalnya.
Teori tentang keluarga menyebutkan bahwa perilaku keluarga yang
patologis dapat meningkatkan stres emosional yang harus dihadapi oleh
individu skizofrenia yang rentan. Konsep ikatan ganda menggambarkan
keluarga yang hipotetik di mana anak mendapatkan pesan yang
bertentangan dari orangtuanya tentang perilaku, sikap, dan perasaan
anak, yang menyebabkan anak menarik diri ke keadaan psikotik agar
dapat terbebas dari kebingungan yang tidak dapat dipecahkan. Selain itu,
keluarga yang saling mendukung secara semu (pseudomutual) atau
bermusuhan secara semu (pseudohostile) membuat komunikasi verbal
dalam keluarga menjadi unik dan tidak mudah dimengerti. Emosi yang
diekspresikan (expressed emotion atau disingkat EE) dalam keluarga
seperti kecaman, permusuhan, dan keterlibatan yang berlebihan
(overinvolvement) dapat memperburuk kondisi ODS.
Beberapa ahli teori juga mengemukakan bahwa industrialisasi dan
urbanisasi merupakan salah satu penyebab skizofrenia. Saat ini, stres
dianggap menimbulkan efek utamanya dalam menentukan onset dan
tingkat keparahan pada skizofrenia.
21
3) Genetika
Penelitian mengenai komponen genetika dari skizofrenia sudah banyak
dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kaitan antara genetika
terhadap penurunan skizofrenia. Semakin serupa struktur gen,
prevalensi individu tersebut mengalami skizofrenia semakin besar.
4) Faktor Biologis
Terdapat banyak penelitian yang mengemukakan peranan patofisiologis
untuk daerah tertentu di otak, termasuk sistem limbik, korteks frontalis,
dan ganglia basalis.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan faktor yang dapat
menyebabkan gangguan skizofrenia pada individu berdasarkan pandangan
Kaplan, et al. (1997) yang dibagi menjadi empat faktor, yaitu model diatesis-
stres, faktor psikososial, genetis, dan faktor biologis.
2. Relapse pada Skizofrenia
a. Pengertian Relapse pada Skizofrenia
Skizofrenia merupakan suatu proses psikiatris kesatuan, sehingga dapat
didefinisikan sebagai serangkaian gejala yang berubah bersamaan dengan
berkembangnya proses skizofrenia (Overall, Gorham, & Shawver, 1961).
Relapse pada skizofrenia adalah saat muncul kembali simptom-simptom lama
atau semakin bertambah parah simptom-simptom yang dialami oleh ODS,
bahkan ketika relapse yang dialami oleh ODS sangat parah dibutuhkan
22
penanganan rawat inap di rumah sakit (Mueser & Gingerich, 2006). Menurut
Falloon, Marshall, Boyd, Razani, & Wood-Siverio (1983), terdapat lima kriteria
yang dapat mendefinisikan relapse pada skizofrenia, yaitu dirawat kembali di
rumah sakit, semua simptom bertambah parah, simptom skizofrenia bertambah
parah, butuhnya perubahan dalam perawatan pasien, dan penurunan fungsi
sosial. Kemudian, menurut Christy (2011), definisi secara sempit dari relapse
pada skizofrenia adalah munculnya kembali simptom psikotik yang
diasosiasikan dengan gangguan pada fungsi dan perilaku sosial. Selain itu,
Johnstone (dalam Christy, 2011) mengungkapkan bahwa relapse pada
skizofrenia dibagi menjadi dua tipe, yaitu (1) munculnya kembali simptom
skizofrenik pada pasien yang telah hilang, diikuti dengan episode awal, dan (2)
bertambah parahnya simptom positif.
Relapse merupakan suatu keadaan ketika ODS kembali menunjukkan
simptom-simptom yang telah dinyatakan hilang oleh ahli kesehatan setelah
diperbolehkan untuk kembali ke rumah setelah menjalani perawatan secara
rawat inap di rumah sakit ataupun rumah sakit jiwa. Ketika relapse terjadi pada
ODS, maka dianjurkan untuk melakukan perawatan secara rawat inap kembali
(rehospitalisasi) karena dapat membahayakan dirinya maupun keluarga di
sekitarnya (Amelia & Anwar, 2013).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan pendapat Mueser &
Gingerich (2006) dalam mendefinisikan relapse pada skizofrenia, yaitu
munculnya kembali simptom-simptom lama hingga bertambah parahnya
simptom yang dialami oleh ODS. Semakin parah relapse yang dialami oleh
23
ODS, maka akan dibutuhkan berbagai perawatan tambahan hingga dirawat
kembali di rumah sakit.
b. Aspek-Aspek Relapse pada Skizofrenia
Berdasarkan pengertian skizofrenia yang diungkapkan oleh Overall, et al.
(1961), dibentuklah The Brief Psychiatric Scale yang digunakan untuk
mengevaluasi perubahan pada individu skizofrenia (Overall & Gorham, 1962),
dan kemudian diklasifikasikan menjadi empat aspek oleh Mueser, Curran, &
McHugo (1997), yaitu:
1) Thought Disturbance
a) Grandiosity
Perasaan bahwa ODS memiliki kemampuan, kekuasaan, kekayaan,
kepentingan, atau superioritas yang tidak biasa dan tidak sesuai
dengan realita yang ada. ODS dapat menjelaskan dan menceritakan
tentang hal yang ia rasakan tersebut secara meyakinkan.
b) Suspiciousness
ODS mempercayai bahwa dirinya telah diperlakukan salah oleh
orang lain, atau orang lain ingin berlaku jahat terhadapnya.
Kepercayaan ini didasari oleh sesuatu yang tidak terbukti.
Kecurigaan ini dapat juga dikatakan sebagai sebuah bentuk delusi
yang dialami oleh ODS.
24
c) Hallucinatory behavior
Halusinasi yang dialami oleh ODS dapat berupa penglihatan akan
sesuatu yang tidak nyata, mendengarkan suara yang tidak memiliki
sumber suara yang jelas, atau merasakan sesuatu yang tidak ada.
Penilaian ini dilihat dari bagaimana orang lain mengalami apa yang
diceritakan oleh ODS.
d) Unusual thought content
Konten pikiran yang tidak biasa dapat digambarkan pada konten
verbalisasi dari ODS yang aneh. Delusi dan paranoid dapat
dikategorikan pada simptom ini. Konten ini dapat disampaikan dari
ODS secara jelas, mudah, dan terorganisir dengan baik.
2) Anergia
a) Emotional withdrawal
Penarikan diri secara emosional dapat didefinisikan dengan cara
ODS untuk berhubungan dengan orang lain. Hal ini terlihat dari
terbentuknya batasan kasat mata antara ODS dengan orang lain
dalam bersosialisasi. Bentuk nyata dari penarikan diri secara
emosional dapat dilihat pada ekspresi muka, mata, kualitas suara,
dan gerakan yang ekspresif dari ODS.
b) Motor retardation
Hambatan pada gerakan motorik, termasuk melambat dan
melemahnya respon motorik individu. Simptom ini ditunjukan dari
perilaku yang dikaitkan pada kehilangan energi dan semangat yang
25
dibutuhkan untuk melakukan tindakan dengan cara normal.
Tindakan ini termasuk cara berbicara dan perilaku tubuh.
c) Uncooperativeness
Uncooperativeness atau tidak dapat berkooperatif menunjukkan
tanda sikap bermusuhan dan perlawanan ketika berada dalam suatu
lingkungan dengan orang lain. Hal ini dapat dilihat hanya pada
respon ODS terhadap suatu kondisi tertentu.
d) Blunted affect
Berkurangnya ekspresi emosional dan kehilangan perasaan normal
pada ODS. Hal ini dapat dilihat ketika ODS berinteraksi pada orang
lain dan kehilangan ekspresi pada dirinya, sehingga terlihat datar.
3) Affect
a) Somatic concern
ODS merasakan sakit atau malfungsi pada tubuhnya, namun tidak
dapat dijelaskan secara medis mengenai sakit yang ia rasakan.
b) Anxiety
Kecemasan merupakan pengalaman subjektif ODS secara ketakutan,
sangat gelisah, prihatin atau rasa khawatir yang berlebihan. Hal ini
ditunjukkan dari respon verbal terhadap suatu kondisi.
c) Guilt feelings
Perasaan bersalah ODS yang diungkapkan terhadap perilakunya di
masa lalu. Perilaku tersebut merupakan perilaku yang sekarang ia
26
percaya adalah hal yang salah dan tidak baik. Memori tersebut
membuat ODS akan merasa gelisah secara sadar.
d) Depressive mood
ODS dapat dikatakan mengalami simptom ini ketika memiliki
ekspresi keputusasaan, pesimis, kesedihan, patah semangat,
ketidakberdayaan, dan suram dalam rentang waktu tertentu. Hal ini
dapat dilihat ketika ODS berkomunikasi dengan orang lain.
e) Hostility
ODS mengatakan secara verbal bahwa dirinya memiliki perasaan
yang bermusuhan, kebencian, atau tidak suka terhadap orang lain
tanpa alasan yang jelas.
4) Disorganization
a) Conceptual disorganization
Disorganisasi konseptual meliputi gangguan pada proses berpikir
secara normal dan dibuktikan dalam kebingungan, ketidakrelevanan,
ketidakkonsistenan, keterputusan, hingga merangkai rantai asosiasi
yang tidak biasa akan apa yang dikatakan oleh ODS secara spontan.
b) Tension
Tension atau ketegangan yang dimaksud adalah tanda-tanda fisik
dan motorik dari individu yang diasosiasikan dengan kecemasan.
Tanda-tanda tersebut meliputi kegugupan, gelisah, tremor,
berkeringat, tidak dapat diam pada satu posisi, serta pergerakan otot
27
yang cepat dan lebih intens dari biasanya. Tanda-tanda ini tidak
berlaku ketika ODS dibawah pengaruh obat.
c) Mannerisms and posturing
Perilaku dan postur ODS ketika simptom ini terjadi dapat dilihat dari
perilaku motorik yang aneh. Perilaku ini terkadang akan sangat
terlihat ketika dibandingan dengan orang normal lainnya. Perilaku
tersebut mencakup gerakan yang tidak biasa dilakukan dan
dilakukan secara berulang, atau hampir tidak ada gerakan yang
dilakukan oleh ODS.
d) Excitement
ODS terlihat memiliki nada emosional yang meninggi, atau
menurunnya reaktivitas emosional pada orang lain atau pada topik
pembicaraan yang sedang didiskusikan dengan ODS. Excitement
atau kegembiraan ini dapat dilihat dari ekspresi wajah, nada suara,
gestur tubuh yang ekspresif, atau meningkatnya kuantitas dan
kecepatan dalam berbicara.
e) Disorientation
Disorientasi yang dimaksud adalah ketika ODS tidak mengerti
mengenai situasi atau komunikasi dalam bentuk apapun, seperti
percakapan sehari-hari dengan orang lain. ODS mengalami
kebingungan meliputi mengenai orang, tempat, atau waktu.
28
c. Faktor Penyebab Relapse pada Skizofrenia
Menurut San, Miquel, Gómez, & Pena (2013) terdapat lima faktor yang
mempengaruhi relapse pada skizofrenia, yaitu:
1) Dukungan keluarga yang rendah
Ketika anggota keluarga terlibat dalam perawatan, ODS lebih memiliki
kemungkinan kecil untuk mengalami relapse, mencapai tingkat yang
lebih tinggi dalam keberfungsian, serta meningkatkan ketaatan ODS
dalam pengobatan. Keluarga dengan tingkat ekspresi emosi yang tinggi
dapat menyebabkan relapse pada ODS lebih sering.
2) Durasi gangguan yang lebih lama
Lamanya durasi simptom gangguan yang tidak ditangani akan
memprediksi hasil perawatan yang buruk, meningkatnya tingkat
disabilitas, dan lebih membutuhkan intervensi yang intensif.
3) Angka rawat inap di rumah sakit yang lebih banyak
Dalam penelitian saat ini, frekuensi banyaknya ODS dirawat di rumah
sakit selama 3 tahun merupakan prediktor yang kuat dalam menentukan
relapse. Pernyataan ini didukung oleh penelitian lain yang menyatakan
bahwa frekuensi banyaknya rawat inap merupakan prediktor yang valid
terhadap hasil perawatan.
4) Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
ODS yang mengkonsumsi narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya (napza), terutama kokain dan ganja, merepresentasikan
29
kelompok ODS yang lebih terganggu serta memiliki prevalensi lebih
tinggi dalam percobaan bunuh diri.
5) Obat antipsikotik yang berbeda
Dalam data-data penelitian yang sudah dilakukan, dapat dikatakan
bahwa obat antipsikotik terbaru memiliki potensi untuk meningkatkan
ketaatan ODS dalam melakukan pengobatan dan menurunkan tingkat
relapse.
Selain itu, menurut Farkhah, Suryani, & Hernawati (2017) faktor dari
sisi caregiver yang dapat mempengaruhi relapse pada skizofrenia adalah:
1) Kualitas hidup caregiver
Pada umumnya, caregiver akan mengalami kesulitan membagi
waktunya untuk bekerja, melakukan pekerjaan rumah, dan merawat
ODS. Beban ekonomi juga turut berkontribusi mempengaruhi kualitas
hidup caregiver karena tingginya biaya pengobatan dari ODS.
Alejandra (dalam Farkhah, et al., 2017) mengatakan bahwa perasaan
terbebani dan ketegangan yang dialami oleh caregiver dapat
mengurangi kualitas hidupnya dan berpengaruh terhadap kualitas
perawatan yang diberikan terhadap ODS.
2) Dukungan keluarga
Semakin bertambah dukungan keluarga yang diberikan pada ODS maka
akan semakin menurun frekuensi relapse yang dialami oleh ODS.
Penelitian yang dilakukan oleh Epstein-Lubow (dalam Farkhah, et al.,
30
2017) menunjukkan bahwa ODS mengalami penurunan frekuensi
relapse setelah mendapatkan dukungan secara moral dalam wujud
keterlibatan caregiver dalam kegiatan ODS.
3) Pengetahuan tentang penanganan skizofrenia
Tingkat pengetahuan caregiver terhadap penanganan pada ODS
berpengaruh terhadap frekuensi relapse yang dialami oleh ODS tersebut.
Pengetahuan dari caregiver menentukan cara mereka untuk merawat
ODS ketika berada di rumah.
4) Peristiwa kehidupan yang penuh stres
Menurut Alsherif dan Elrahman (dalam Farkhah, et al., 2017) relapse
pada ODS akan mengalami peningkatan ketika keluarga menunjukkan
suasana yang kurang baik di rumah.
Menurut Amelia & Anwar (2013), faktor relapse pada ODS yaitu:
1) Faktor ekonomi
Penanganan ODS untuk mencapai kesembuhan membutuhkan biaya
yang tidak sedikit, sehingga faktor ekonomi dari ODS dan keluarga
sangat mempengaruhi proses kesembuhannya. ODS yang memiliki
tingkat ekonomi yang rendah berkemungkinan untuk tidak dapat
membeli obat yang dibutuhkan dan meneruskan kontrol dengan ahli
kesehatan.
31
2) Ketidakpatuhan pada pengobatan
Selain karena keterbatasan biaya untuk membeli obat yang dibutuhkan,
ODS bisa menghindari untuk meminum obat karena menunjukkan efek
samping yang tidak diinginkan oleh ODS. ODS merasa akan
menimbulkan lebih banyak masalah ketika muncul efek samping dari
penggunaan obat tersebut.
3) Mendapat perlakuan kasar dan pertengkaran
Lingkungan keluarga memegang peranan penting dalam menjaga ODS
mengalami relapse. Dukungan sosial dari keluarga akan membantu
ODS dalam proses penyembuhannya di rumah.
4) Konflik yang berkepanjangan
Tekanan dari luar merupakan penentu tingkah laku yang berasal dari
lingkungan. Ketika konflik muncul dalam lingkungan ODS, hal tersebut
merupakan tekanan baginya. Tekanan tersebut jika tidak dapat diatasi
oleh ODS, dapat menyebabkan reaksi dalam dirinya yang dapat
mengarahkan ODS ke relapse.
5) Emosi yang diekspresikan secara berlebihan (expressed emotion)
ODS yang paling berisiko untuk mengalami relapse adalah ODS yang
berada pada lingkungan keluarga yang bermusuhan, memperlihatkan
rasa cemas yang berlebbihan, protektif yang berlebihan atau dikekang
oleh keluarga.
32
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa faktor
yang mempengaruhi relapse pada individu yang memiliki gangguan skizofrenia
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi individu tersebut dan sisi lingkungan.
Dari sisi lingkungan, terutama caregiver, terdapat empat faktor yang
mempengaruhi, yaitu kualitas hidup, dukungan keluarga, pengetahuan
caregiver tentang penanganan skizofrenia, dan peristiwa kehidupan yang penuh
stres.
3. Caregiver Skizofrenia
Caregiver dapat diartikan sebagai individu yang merawat dan mendukung
individu lain sepanjang kehidupannya (Awad & Voruganti, 2008). Dalam National
Center on Caregiving (2014), terdapat dua macam caregiver yaitu formal caregiver
dan informal caregiver. Formal caregiver didefinisikan sebagai penyedia yang
berkerja sama dengan sistem pelayanan formal, baik dibayar sebagai pekerja atau
pekerja suka rela (volunteer). Sedangkan informal caregiver atau bisa disebut
caregiver keluarga adalah kerabat, saudara, pasangan, teman atau tetangga yang
memiliki hubungan personal, serta menyediakan berbagai bantuan untuk orang
yang lebih tua atau orang dewasa dengan kondisi yang kronis atau cacat. Menurut
Wilson, Ruch, Lymbery, & Cooper (2006), caregiver informal didefinisikan
sebagai orang yang bertanggung jawab untuk menjaga kerabat atau teman yang
membutuhkan bantuan disebabkan oleh umur, kecacatan, atau penyakit termasuk
gangguan mental. Bentuk penjagaan yang dilakukan dapat berupa dukungan aktif,
interaksi sosial, ataupun pengawasan terhadap individu yang membutuhkan.
33
Caregiver adalah seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan
mental serta menyediakan dukungan secara rutin, seperti menjenguk dan merawat
setiap hari (Wong, Lam, Chan, & Chan, 2012).
Menurut Caqueo-Urizar, et al. (2009) mendefinisikan caregiver utama
sebagai seseorang yang mempunyai rasa memiliki dukungan informal pada
individu yang memiliki gangguan, serta merawat dan bertanggung jawab atas
individu tersebut dan memiliki komitmen terhadap waktunya untuk melakukan
tugas itu tanpa menerima retribusi dalam bentuk apapun. Caregiver informal
merupakan hubungan merawat secara tidak profesional dan tidak dibayar antara
anggota keluarga dengan orang yang dirawat (Wilson, et al., 2006). Perawatan ini
secara personal ditujukan dan diberikan atas dasar kemurahan hati, cinta, kasih, rasa
kewajiban keluarga, tugas, dan/atau persahabatan. Caregiver keluarga merupakan
bagian dari keluarga yang menyediakan dukungan sehari-hari tanpa dibayar kepada
orang yang membutuhkan bantuan dengan tugas kehidupan sehari-hari, meliputi
makan, berpakaian, mandi, membantu dalam hal mobilitas, pengawasan secara
medis, memberikan dukungan secara emosional, serta mengerjakan pekerjaan
rumah (Leng, Xu, Nicholas, Nicholas, & Wang, 2018).
Caregiver merupakan seseorang atau beberapa orang yang memiliki
tanggung jawab untuk memberikan perawatan secara langsung, baik ketika ODS
sedang pada kondisi stabil ataupun ketika relapse (Farkhah, et al., 2017).
Pengertian lain mengenai caregiver menurut Dorian, Garcia, Lopez, & Hernandez
(2008) adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam proses perawatan ODS
serta melakukan kontak personal dengan ODS minimal satu minggu sekali.
34
Caregiver keluarga merupakan individu yang mengurus kebutuhan sehari-hari dari
pasien, memantau status mental, mengidentifikasi gejala awal dari gangguan,
relapse dan penurunan, membantu pasien untuk mengakses layanan kesehatan,
serta memantau perawatan dan menyediakan dukungan emosional kepada pasien
(Chadda, 2014). Caregiver keluarga (Weitzner, McMillan, & Jacobsen, 1999)
seringkali menjadi orang yang paling bertanggungjawab dalam menangani efek
samping dari proses penyembuhan dan simptom dari gangguan yang dialami oleh
ODS di rumah. Talwar & Matheiken (2010) mengemukakan bahwa caregiver dari
ODS merupakan bagian dari keluarga ODS yang memberikan perawatan dan
perhatian tanpa mendapatkan timbal balik dari ODS. Menurut Torrey (1983),
caregiver keluarga dituntut untuk melaksanakan berbagai macam peran, seperti
menjadi manager, psikoterapis, perawat, juru masak, pesuruh, bankir, pendisiplin,
dan sahabat bagi ODS. Caregiver keluarga bagi ODS tidak pernah mengalihkan
tanggung jawab mereka kepada orang lain, sehingga ODS akan mendapatkan
sumber daya yang konsisten dalam membantu kesembuhannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa caregiver merupakan
seseorang yang bertanggung jawab atas individu lain yang membutuhkan bantuan
dalam mengurus kebutuhan sehari-harinya. Caregiver skizofrenia merupakan
individu yang mengurus kebutuhan orang yang mengalami gangguan skizofrenia.
Kebutuhan tersebut meliputi kegiatan sehari-hari, mobilitas, pengawasan secara
medis, hingga memberikan dukungan secara emosional untuk menciptakan
lingkungan yang dapat membantunya mencapai kesembuhan. Caregiver yang
bertugas dalam merawat ODS ketika berada di rumah adalah keluarganya.
35
B. Penerimaan Caregiver
1. Pengertian Penerimaan Caregiver
Dougher (dalam Block-Lerner, Wulfert, & Moses, 2009) menggambarkan
penerimaan secara negatif, seperti menyerah atau merelakan sesuatu yang
diperjuangkan untuk dikendalikan atau diubah. Menurut Kashdan & Ciarrochi
(2013) penerimaan adalah keadaan seseorang dalam memberikan ruang untuk
perasaan, dorongan, dan sensasi yang menyakitkan, lalu memperbolehkan keadaan
tersebut untuk datang dan pergi tanpa hambatan. Ketika individu menerima
emosinya, mereka akan mengetahui bahwa pengalamannya tidak mengancam
seperti yang mereka takutkan dan akan merasakan seluruh aspek dalam dirinya
(Greenberg dalam Block-Lerner, et al., 2009).
Salah satu reaksi yang umum terjadi pada keluarga ketika mengetahui
terdapat anggota keluarganya memiliki gangguan skizofrenia adalah kesedihan
(Mueser & Gingerich, 2006). Kubler-Ross & Kessler (2014) mengemukakan
teorinya mengenai tahapan mengatasi kesedihan dan mencapai penerimaan, yang
dikenal sebagai “The Five Stages of Grief”. Tahapan pertama adalah penyangkalan,
ketika individu merasa dunia tidak memiliki arti, tidak masuk akal, dan tidak
mengerti apa yang harus mereka lakukan untuk memperbaiki situasi ini. Kemudian,
muncul tahap marah, yaitu ketika individu meluapkan emosi kemarahan kepada
siapapun atau apapun. Tawar-menawar atau bergaining merupakan tahapan
selanjutnya. Pada tahapan ini, terdapat keinginan untuk mengembalikan pada
keadaan semula dengan cara apapun yang perlu dilakukan. Setelah itu, muncul
36
tahapan depresi, yaitu individu merasa kosong dan kesedihan yang dirasakan
semakin dalam hingga merasa tidak memiliki tujuan hidup. Tahapan terakhir
merupakan tahap penerimaan. Individu tidak akan merasa dirinya baik-baik saja
setelah kejadian tersebut, namun dirinya menerima kenyataan bahwa hal ini tidak
bisa diubah dan belajar untuk hidup dalam kenyataan ini. Keadaan akan selamanya
berubah dan individu berusaha untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut.
Gambar 1. Bagan Model “The Five Stages of Grief” (Kubler-Ross & Kessler,
2014)
Rohner (2006) mengemukakan konsep yang pada awalnya dikenal sebagai
Parental Acceptance-Rejection Theory (PART) dan kemudian diubah namanya
menjadi Interpersonal Acceptance-Rejection Theory (IPART) tanpa mengubah
esensi di dalam teori tersebut. Rohner mengatakan bahwa hubungan yang dilakukan
oleh individu terhadap individu lain dinamakan sebagai warmth dimension (dimensi
kehangatan). Dimensi ini terbagi menjadi dua kubu yang berlawanan, yaitu
penerimaan interpersonal (acceptance) dan penolakan interpersonal (rejection).
Penerimaan interpersonal dapat digambarkan sebagai kehangatan, afeksi,
kepedulian, kenyamanan, pengasuhan, dukungan, atau cinta yang diungkapkan atau
dialami oleh seseorang dari orang lain. Penolakan interpersonal dikatakan sebagai
ketiadaan atau penarikan secara signifikan dari perawaan dan tingkah laku positif,
serta hadirnya beberapa perilaku dan pengaruh menyakitkan secara fisik dan psikis.
Denial Anger Bergaining Depression Acceptance
37
Berdasarkan pada uraian di atas, peneliti menggunakan pendapat Rohner
(2006) dalam mendefinisikan penerimaan caregiver, yaitu kondisi dimana sesosok
caregiver tidak berusaha melawan terhadap situasi yang ada dan memperlihatkan
kehangatan, afeksi, kepedulian, kenyamanan, dukungan, atau cinta terhadap orang
yang ia rawat atau ODS.
2. Aspek-Aspek Penerimaan Caregiver
Menurut Rohner (2006), terdapat empat aspek yang dapat menggambarkan
acceptance-rejection (penerimaan-penolakan) dari individu yang dapat
digambarkan melalui bagan sebagai berikut:
38
Gambar 2. Bagan Aspek-Aspek Teori Acceptance-Rejection (Rohner, 2006)
Interpersonal Relationship
Interpersonal Acceptance
Warmth/ Affection
Physical
Kiss, hug, cuddle, etc.
Verbal
Praise, compliment, say nice things to or
about.
Interpersonal Rejection
Hostility/ Aggression
Physical
Hit, kick, scratch,
shove, pinch.
Verbal
Curse, sarcasm, belitting, say thoughtless, unkind, cruel things to or
about
Indifference/ Neglect
Physical & psychological
unavailability of parent or partner. pays no attention
to needs of the individual.
Undifferentiated Rejection
Individual feels unloved,
unappreciated, or uncared-for
39
a. Warmth/affection
Merawat dan menghibur individu lain sebagai bagian dari kegiatan, atau
sebagai rasa kewajiban atau tanggung jawab tidak menunjukkan kehangatan
dan afeksi secara emosional. Kehangatan dan afeksi bisa terwujud dengan
menunjukkan persetujuan, bermain, menghibur, membelai, memuji,
mencium, dan memeluk individu lain, atau menunjukkan cinta dalam kata
atau tindakan lain.
b. Hostility/aggression
Individu mempercayai bahwa individu lain marah, kesal, memiliki
keinginan untuk menyakiti secara fisik ataupun verbal. Permusuhan atau
agresi ini dapat dilihat sangat tidak sabar, cepat merasa marah, atau bersikap
antagonis. Penanganan yang kasar, memukul, memaki, dan berbicara
dengan kasar juga merupakan bentuk dari permusuhan atau agresi.
c. Indifference/neglect
Pengabaian atau meninggalkan merupakan perasaan tidak peduli atau
tidak tertarik dari orang lain kepada dirinya. Orang tersebut tidak dilihat
sebagai seseorang yang bermusuhan, namun dilihat sebagai seseorang yang
dingin, tidak ramah, atau tidak peduli terhadap individu.
d. Undifferentiated rejection
Undifferentiated rejection mengacu pada kondisi di mana individu
mempersepsikan orang lain menolak dirinya, tetapi tidak tanpa afeksi,
agresif atau mengabaikan secara jelas.
40
C. Kualitas Hidup Caregiver
1. Pengertian Kualitas Hidup Caregiver
Kualitas hidup didefinisikan oleh WHO (Department of Mental Health,
World Health Organization, 2012) sebagai persepsi individual akan posisi mereka
dalam kehidupan pada konteks sistem budaya dan nilai di mana mereka tinggal,
serta hubungannya dengan tujuan, ekspektasi, standar, dan perhatiannya.
Pengertian ini didasarkan pada evaluasi subjektif yang tertanam dalam konteks
budaya, sosial, dan lingkungan. Menurut Ferrans & Powers (1998) kualitas hidup
adalah perasaan kesejahteraan individu yang berasal dari kepuasan maupun
ketidakpuasan terhadap bagian kehidupan yang penting baginya. Smith (dalam
Theofilou, 2013) mengemukakan bahwa kualitas hidup hanya terbatas pada
asesmen subjektif individu atas kehidupannya.
Kualitas hidup merupakan kesejahteraan umum yang menyeluruh dan
terdiri dari deskripsi obyektif dan evaluasi subyektif dari kesejahteraan fisik,
material, sosial, produktif, dan emosional ditampung oleh nilai-nilai pribadi (Felce,
1997). Menurut Post, de Witte, & Schrijvers (1999), terdapat tiga sudut pandang
yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep kualitas hidup, yaitu kualitas
hidup sebagai kesehatan, kesejahteraan, dan konstruk yang bersifat global
(superordinate construct). Dalam pandangan kesehatan, kualitas hidup masih
sering dianggap sebagai kesehatan (health), sehingga terdapat beberapa peneliti
menggunakan istilah ‘health related quality of life’ atau ‘health status’. Istilah
tersebut dilihat sebagai bagian dari konsep kualitas hidup secara keseluruhan
41
(termasuk bagian dari kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan
individu).
Sudut pandang kedua adalah kualitas hidup sebagai kesejahteraan (well-
being). Dalam sudut pandang ini, terdapat dua fokus yaitu memfokuskan pada well-
being sebagai penilaian keseluruhan dari kehidupan individu, dan well-being
sebagai evaluasi subjektif dari fungsi seseorang dalam satu atau lebih bagian
kehidupan. Well-being atau kesejahteraan secara keseluruhan melihat bahwa
kualitas hidup merupakan evaluasi dari kepuasan secara keseluruhan yang
mencakup kesejahteraan umum (global well-being), kesejahteraan subjektif
(subjective well-being) dan kebahagiaan (happiness). Sementara kesejahteraan
sebagai evaluasi subjektif melihat bahwa kepuasan seseorang dilihat melalui
beberapa bagian atau aspek dari kehidupan mereka, bukan keseluruhan.
Terakhir adalah sudut pandang kualitas hidup sebagai konstruk global
(superordinate construct). Pandangan ini melihat bahwa kesehatan dan
kesejahteraan termasuk dalam definisi kualitas hidup. Kualitas hidup
dideskripsikan sebagai gabungan dari keadaan lingkungan sekitar dan perasaan
seseorang mengenai lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan definisi kualitas hidup
yang dikemukakan oleh WHO (2012), yaitu kualitas hidup caregiver merupakan
persepsi caregiver mengenai posisinya dalam kehidupannya yang berhubungan
dengan pemenuhan tujuan, ekspektasi, standar, dan perhatiannya sebagai caregiver,
sehingga dapat mempengaruhi kesejahteraan dirinya.
42
2. Aspek-Aspek Kualitas Hidup Caregiver
Menurut Department of Mental Health, World Health Organization (2012),
terdapat enam aspek dalam kualitas hidup yang tercantum dalam WHOQOL-100,
yaitu:
a. Physical
1) Pain and discomfort
Rasa sakit dan ketidaknyamanan merupakan sensasi tidak
menyenangkan secara fisik dari individu, kemudian hal tersebut
mengganggu kehidupan dari individu yang mengalaminya. Asumsi
yang dilihat dalam indikator ini adalah ketika individu dapat dengan
mudah terbebas dari rasa sakit, maka ketakutan individu akan rasa sakit
semakin berkurang. Hal ini dapat menimbulkan efek terhadap kualitas
hidup seseorang. Respon seseorang terhadap rasa sakit beragam, dan
perbedaan atas toleransi dan penerimaan akan rasa sakit dapat
mempengaruhi dampaknya terhadap kualitas hidup.
2) Energy and fatigue
Energi merupakan rasa antusias dan daya tahan yang dimiliki individu
untuk melakukan pekerjaan yang dibutuhkan sehari-hari, serta aktivitas
lain yang dipilih seperti berekreasi. Hal ini dapat dilihat dari perasaan
individu merasakan kelelahan yang sangat berat hingga perasaan sangat
hidup dan memiliki banyak energi.
43
3) Sleep and rest
Tidur dan istirahat dapat dilihat dari seberapa banyak waktu yang
dibutuhkan individu dan masalah yang timbul dari hal tersebut. Kualitas
dari tidur dan istirahat yang didapatkan individu mempengaruhi kualitas
hidupnya secara keseluruhan. Masalah yang terjadi meliputi kesulitan
untuk tidur, terbangun ditengah malam dan sulit untuk tidur kembali,
dan kurangnya rasa menyegarkan setelah tidur.
b. Psychological
1) Positive feelings
Perasaan positif yang dimaksud adalah seberapa besar pengalaman
seseorang dalam merasakan kepuasan, keseimbangan, kedamaian,
kebahagiaan, penuh harapan, kesenangan dan kenikmatan terhadap hal-
hal yang baik dalam hidup. Pandangan dan perasaan individu terhadap
masa depan juga merupakan hal penting yang dilihat dalam indikator ini.
2) Thinking, learning, memory and concentration
Indikator ini melihat pandangan seseorang terhadap bagaimana caranya
berpikir, belajar, memori, konsentrasi, dan kemampuannya untuk
membuat keputusan. Hal tersebut menggabungkan kecepatan berpikir
dan kejernihan dari pikiran individu. Individu dengan kesulitan kognitif
mungkin tidak memiliki wawasan mengenai kesulitan mereka, sehingga
dapat menjadi tambahan dalam evaluasi subjektif individu.
44
3) Self-esteem
Self-esteem atau harga diri merupakan cara seseorang melihat dan
merasakan dirinya sendiri, atau dapat dikatakan sebagai rasa efikasi dan
kepuasan terhadap diri sendiri. Hal ini dapat dilihat dari cara individu
dalam berinteraksi dengan orang lain, pendidikannya, penilaian
terhadap kemampuan individu untuk berubah atau menyelesaikan suatu
tugas atau perilaku, hubungannya dengan keluarga, dan rasa kehormatan
dan penerimaan dirinya. Self-esteem sangat mempengaruhi cara
individu dalam berfungsi di berbagai kondisi, seperti dalam lingkungan
kerja, di rumah, atau cara mereka diperlakukan oleh orang lain.
4) Bodily image and appearance
Indikator ini menilai bagaimana seseorang melihat tubuhnya, baik
dalam pandangan positif ataupun negatif. Pandangan tersebut termasuk
dalam kepuasan individu dengan bagaimana dirinya terlihat dan efeknya
terhadap konsep diri. Gambaran diri dapat dipengaruhi oleh bagaimana
orang lain merespon penampilan individu.
5) Negative feelings
Perasaan negatif merupakan pengalaman individu yang mencakup
kesedihan, rasa bersalah, tangisan, rasa putus asa, kegugupan,
kecemasan, dan kurangnya kenikmatan dalam hidup. Hal ini termasuk
pertimbangan akan intensitas gangguan dari perasaan negatif tersebut
dan pengaruhnya terhadap keberfungsian individu sehari-hari.
45
c. Level of independence
1) Mobility
Mobilitas merupakan pandangan individu terhadap kemampuan mereka
untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain. Indikator ini berfokus pada
kemampuan individu secara umum untuk pergi kemanapun ia ingin
pergi tanpa bantuan dari orang lain. Asumsi dari indikator mobilitas
adalah kemanapun individu bergantung pada orang lain untuk
mobilitasnya akan mempengaruhi kualitas hidupnya.
2) Activities of daily living
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari kemampuan
individu untuk melaksanakan kebutuhan mereka dalam beraktivitas
rutin sehari-hari, termasuk merawat diri dan merawat barang secara baik.
Individu yang bergantung pada orang lain untuk membantunya
melakukan aktivitas sehari-hari dapat mempengaruhi kualitas hidupnya.
3) Dependence on medication and treatments
Kebergantungan individu dalam penggunaan obat atau penanganan
tertentu seperti akupuntur atau pengobatan herbal untuk mendukung
kesejahteraan fisik maupun psikologis dirinya. Pengobatan dapat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang ke arah negatif maupun positif,
bergantung dengan tujuan penggunaannya.
4) Work capacity
Kerja yang dimaksud dalam indikator ini merupakan kegiatan utama
yang dibutuhkan keterlibatan individu, baik pekerjaan yang dibayar,
46
tidak dibayar, pekerjaan komunitas secara sukarela, pelajar, atau
merawat anak dan pekerjaan rumah lainnya. Kapasitas kerja menilai
kemampuan individu untuk melakukan pekerjaan, tanpa melihat tipe
pekerjaannya.
d. Social relationships
1) Personal relationship
Perasaan individu akan persahabatan, cinta dan dukungan yang mereka
inginkan dari hubungan intim dalam hidupnya. Hubungan intim yang
dimaksud tidak hanya pada pasangan kekasih, namun juga dalam
hubungan pertemanan. Perasaan individu yang dinilai mencakup
kemampuan dan peluangnya untuk mencintai dan dicintai secara fisik
maupun emosional, membagi momen kebahagiaan atau kesulitan
dengan orang terdekat, serta perasaan menyayangi dan disayangi oleh
orang lain.
2) Social support
Dukungan sosial dapat dilihat dari perasaan individu terhadap komitmen,
persetujuan dan terdapatnya bantuan praktis dari keluarga dan teman.
Hal ini termasuk peran dalam menyelesaikan suatu permasalahan,
perasaan didukung terutama saat keadaan krisis, serta persetujuan dan
dorongan yang diberikan dari keluarga dan teman.
3) Sexual activity
Dorongan dan keinginan individu pada seks, sampai pada individu dapat
mengekspresikan dan menikmati dorongan seksualnya secara tepat.
47
Indikator ini hanya melihat pada dorongan, ekspresi dan pemenuhann
seksual. Kesuburan serta kemampuan untuk bereproduksi menjadi pusat
utama dan memiliki peran yang kuat dalam indikator ini.
e. Environment
1) Physical safety and security
Ancaman terhadap keamanan dan keselamatan mungkin akan
meningkat dari berbagai sumber, seperti orang lain atau pihak politik.
Rasa keamanan dan keselamatan yang dirasakan oleh individu dari
bahaya fisik ini akan mempengaruhi tingkat kualitas hidup yang
dimilikinya, karena hal ini berhubungan dengan rasa kebebasan sebagai
individu. Rasa keamanan dan keselamatan dipengaruhi oleh adanya
sumber daya yang dapat melindunginya dari sumber ancaman pada
dirinya.
2) Home environment
Lingkungan rumah merupakan tempat utama individu tinggal (tidur dan
menyimpan barang-barang miliknya). Lingkungan rumah dapat
berdampak pada kehidupan dan kualitas hidup seseorang. Hal ini dilihat
dari kenyamanan dari tempat, mampu memberikan tempat aman untuk
tinggal, tingkat keramaian, banyaknya ruang yang tersedia, kebersihan
tempat, tingkat privasi yang dimiliki, fasilitas yang tersedia, serta
kualitas dari konstruksi bangunan.
48
3) Financial resources
Sumber finansial individu dapat dilihat dari pandangan individu
terhadap pemenuhan kebutuhannya untuk kehidupan yang sehat dan
nyaman. Hal ini termasuk dengan rasa kepuasan atau ketidakpuasan
dengan barang yang ia dapatkan dari penghasilannya, rasa bergantung
atau kemandiriannya yang diberikan oleh sumber finansialnya, serta
perasaan cukup memiliki dari individu.
4) Health and social care: accessibility and quality
Pandangan individu pada akses layanan perawatan kesehatan dan sosial
terdekat. “Dekat” yang dimaksud merupakan waktu yang dibutuhkan
untuk mendapatkan layanan tersebut. Hal ini termasuk pada penilaian
individu terhadap ketersediaan, kualitas, serta kelengkapan dari layanan
kesehatan dan sosial yang didapatkan oleh individu ketika dibutuhkan.
Dukungan komunitas sukarela seperti tempat ibadah atau tempat badan
amal juga termasuk dalam penilaian pada indikator ini.
5) Opportunities for acquiring new information and skills
Kesempatan yang didapatkan individu untuk mempelajari keahlian dan
pengetahuan baru, termasuk dengan perasaan terhubung terhadap hal-
hal yang terjadi di sekitarnya. Hal tersebut dapat didapatkan lewat
program edukasi formal seperti sekolah atau perguruan tinggi, kelas
edukasi dewasa, seminar atau workshop tertentu, hingga aktivitas
rekreasi secara sendiri atau dalam grup.
49
6) Participation in and opportunities for recreation/ leisure activities
Kesempatan individu untuk memiliki waktu luang, hiburan, dan
relaksasi, dilihat dari kapasitas dan kesempatan untuk menikmati
kegiatan berekreasi dan berelaksasi. Hal ini mencakup kegiatan bertemu
dengan teman-teman, berolahraga, membaca, menonton televisi,
menghabisi waktu bersama keluarga dan orang terdekat, hingga tidak
mengerjakan apapun.
7) Physical environment (pollution/noise/traffic/climate)
Lingkungan fisik merupakan pandangan individu terhadap
lingkungannya, secara spesifik dalam aspek fisik. Lingkungan fisik
yang dinilai adalah kebisingan, polusi air dan udara, hingga iklim yang
terjadi di lingkungan sekitar individu dan mempengaruhi kualitas
hidupnya.
8) Transport
Kemudahan dalam menemukan atau menggunakan layanan transportasi
untuk dapat berpergian. Transportasi terdiri dari berbagai macam,
seperti sepeda, mobil, bus, motor, dan sebagainya. Penilaian dalam
indikator ini mencakup ketersediaan transportasi yang memungkinkan
individu untuk melakukan kegiatan sehari-hari serta kebebasan dalam
melakukan aktivitas yang ia pilih.
f. Spirituality/religion/personal beliefs
Kepercayaan individu yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya.
Dalam beberapa budaya dan agama, kepercayaan individu dan spiritualitas
50
merupakan sumber ketenangan, kesejahteraan, keamanan, kebermaknaan,
rasa memiliki, tujuan dan kekuatan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana
seseorang dapat bertahan melewati kesulitan dalam hidupnya, memberikan
struktur atau makna pada pengalaman, menganggap makna sebagai sumber
spiritualitas dan jawaban dari pertanyaan pribadi, serta membuat individu
memiliki rasa kesejahteraan dalam dirinya.
Selain itu, Elwick, Joseph, Becker, & Becker (2010) mengembangkan aspek
kualitas hidup caregiver yang berdasarkan pada teori kualitas hidup dari WHO
(2012), yaitu:
a. Support for caring
Dukungan untuk merawat merupakan tingkat dukungan yang diterima
oleh caregiver meliputi dukungan emosional, praktis, serta profesional.
Dukungan dapat didapatkan caregiver dari anggota keluarga lainnya, teman,
lingkungan masyarakat, hingga ahli tenaga kesehatan seperti psikolog,
dokter atau perawat. Hal ini dibutuhkan caregiver untuk membantunyya
dalam melewati dan menyelesaikan suatu permasalahan atau krisis yang
sering dialami saat merawat orang lain.
b. Caring choice
Pilihan merawat merupakan tingkatan dimana caregiver merasa mereka
memiliki kontrol atas hidupnya sendiri, dan dapat memilih kegiatan yang
dapat mereka lakukan selain merawat seperti aktivitas sosial. Hal ini dapat
mempengaruhi perasaan caregiver dalam memberikan perawatan terhadap
51
orang lain. Perasaan tersebut dapat memiliki dampak terhadap kualitas
hidup caregiver.
c. Caring stress
Stres dalam merawat merupakan stres secara mental dan fisik dari
merawat, seperti kelelahan dan depresi. Stres dapat dilihat dari munculnya
rasa sakit pada tubuh dan mengganggu kehidupan sehari-hari, rasa lelah atau
kehilangan energi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari
dan merawat orang lain, serta tidak memiliki kualitas tidur yang baik.
d. Money matters
Masalah keuangan merupakan perasaan caregiver terhadap kondisi
finansialnya. Hal ini termasuk pada pandangan individu terhadap
pemenuhan kebutuhannya untuk hidup sehari-hari serta kemampuannya
untuk meneruskan perawatan untuk orang lain. Pengeluaran untuk biaya
perawatan dapat meliputi obat-obatan, konsultasi dengan ahli tenaga
kesehatan, hingga barang-barang yang secara khusus dibutuhkan untuk
proses penyembuhan. Masalah keuangan bergantung pada kecukupannya
terhadap penghasilan untuk memenuhi seluruh kebutuhannya.
e. Personal growth
Pengembangan diri merupakan perasaan dari caregiver atas tumbuh
kembang dirinya, serta pengalaman positif atas kondisi dari caregiver
sendiri. Pengembangan diri dapat dipengaruhi dari cara caregiver dalam
memandang kondisi yang ia alami ketika merawat orang lain, dan
mengambil pembelajaran dari setiap kejadian yang ia lewati. Perasaan
52
positif seperti kebahagiaan, kesenangan, dan kenikmatan dapat
mempengaruhi proses pengembangan diri caregiver. Sarana dalam
mengembangkan diri juga dapat mempengaruhi, seperti kemudahan akses
dalam mencari informasi-informasi terbaru.
f. Sense of value
Rasa dihargai merupakan perasaan dihargai dan dihormati dari
caregiver, serta hubungan positif antara caregiver dengan orang yang
mereka rawat. Hal ini muncul dari timbal balik interaksi dari orang yang
dirawat oleh caregiver dan caranya diperlakukan oleh orang lain, termasuk
anggota keluarga yang lain, teman, lingkungan masyarakat, hingga ahli
tenaga kesehatan. Rasa dihargai dapat mempengaruhi rasa percaya dirinya
dalam bersikap yang berdampak pada kualitas hidupnya.
g. Ability to care
Kemampuan untuk merawat merupakan tingkat caregiver dapat
memberikan perawatan untuk orang yang mereka rawat, cara caregiver
dalam mengatasi perannya sebagai caregiver, dan perasaan mereka terhadap
kompetensi mereka sebagai caregiver. Hal ini dilihat dari persepsinya
terhadap kinerja yang mereka lakukan sebagai caregiver serta pemenuhan
kebutuhan dari orang yang mereka rawat.
h. Carer satisfaction
Kepuasan caregiver merupakan tingkat kepuasan caregiver terhadap
kehidupan mereka dan perannya sebagai caregiver, serta perasaannya
53
menjadi seorang caregiver. Kepuasan pada caregiver dapat dipengaruhi
oleh pemaknaan dari keadaannya untuk merawat orang lain.
Berdasarkan pada uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas
hidup caregiver terdiri dari delapan aspek yang dikemukakan oleh Elwick, Joseph,
Becker, & Becker (2010), yaitu support for caring, caring choice, caring stress,
money matters, personal growth, sense of value, ability to care, dan carer
satisfaction. Aspek ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari aspek yang
dikemukakan oleh Department of Mental Health, World Health Organization
(2012).
D. Hubungan antara Variabel Penelitian
1. Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas Hidup Caregiver dengan
Relapse pada Skizofrenia
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang membuat penderitanya
tidak dapat membedaan realita yang terjadi di sekitarnya dengan simptom-simptom
yang terjadi pada dirinya, sehingga membuatnya tidak dapat berfungsi seperti orang
yang tidak memiliki gangguan tersebut. Penanganan yang dilakukan untuk ODS
hingga saat ini belum ada yang mampu menyembuhkan gangguan tersebut
sepenuhnya. ODS yang dinyatakan sudah membaik dan diperbolehkan untuk
kembali ke lingkungan sosialnya akan tetap membutuhkan penanganan rutin yang
sudah ditentukan oleh klinisi seperti psikiater ataupun psikolog. Risiko terjadinya
relapse pada ODS termasuk tinggi walaupun sudah melakukan tindak lanjut
54
(Christy, 2011), sehingga keberfungsiannya dalam kehidupan sehari-hari juga tidak
dapat kembali secara normal.
ODS membutuhkan orang lain untuk merawatnya seumur hidupnya.
Menurut Nurdiana, Syafwani, & Umbransyah (2007), peran keluarga sangat
berpengaruh dalam menurunkan tingkat relapse serta meningkatkan kesembuhan
pada ODS. Relapse pada ODS biasanya terjadi ketika keluarga hanya bergantung
pada perawatan yang diberikan oleh ahli kesehatan di rumah sakit tanpa
melaksanakan perannya sebagai keluarga dari ODS (Amelia & Anwar, 2013).
Peran keluarga yang dimaksud meliputi pengetahuan keluarga mengenai
skizofrenia maupun kondisi ODS, serta sikap, dukungan, dan perilaku terhadap
ODS.
Keluarga merupakan caregiver ketika ODS sudah dipulangkan oleh pihak
rumah sakit dan menjalani kesehariannya di rumah. Dalam teori yang
dikembangkan oleh Rohner (2006) menyebutkan bahwa penerimaan adalah kondisi
ketika seseorang tidak berusaha melawan situasi yang ada dan memperlihatkan
kehangatan, afeksi, kepedulian, kenyamanan, dukungan, atau cinta terhadap orang
lain. Penerimaan antar individu ini berfokus pada perilaku fisik, verbal, dan
simbolik yang digunakan untuk mengekspresikan kepeduliannya terhadap orang
lain. Peran keluarga yang sudah disebutkan sebelumnya dapat muncul dengan
adanya penerimaan yang dirasakan oleh caregiver keluarga dan diekspresikan
kepada ODS yang dirawatnya. Rasa penerimaan akan situasi yang dirasakan oleh
caregiver akan membuat caregiver menunjukkan sikap, perilaku, serta dukungan
yang dibutuhkan dalam proses kesembuhan ODS sehingga dapat mencegahnya
55
mengalami relapse. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Issacs
(dalam Hardiyanti, Usman, & Yusuf, 2015) yang menyatakan bahwa ODS akan
mengalami relapse setelah dipulangkan dan dirawat di rumah karena penerimaan
atau perlakuan yang diberikan oleh keluarga sebagai caregiver buruk.
Penerimaan caregiver dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pengetahuan
terhadap gangguan skizofrenia akan membuat caregiver lebih mudah memahami
apa yang sedang terjadi pada ODS dan mengetahui apa yang harus dilakukannya
sebagai perawat di rumah, sehingga timbul penerimaan dari caregiver. Lingkungan
juga berpengaruh terhadap proses penerimaan. Ketika lingkungan memberikan
stigma dan diskriminasi terhadap ODS dan kondisinya, akan semakin sulit
caregiver untuk menerima keadaan tersebut (Paul & Nadkarni, 2017).
Tidak dapat dipungkiri bahwa peran untuk menjadi caregiver tidak mudah
bagi siapapun. Tugas dari caregiver secara garis besar adalah bertanggung jawab
atas terpenuhinya segala kebutuhan dari ODS (Torrey, 1983), seperti kebutuhan
pengobatannya hingga kebutuhan sehari-hari. Hal ini mengubah kehidupan normal
mereka dan dapat membuat siapapun yang menjalaninya mengalami stres. Stres
yang dialami oleh caregiver tidak hanya dapat mempengaruhi kemampuannya
dalam merawat ODS, mendukung aktivitas sehari-harinya, serta membantu
perawatan fisik lainnya, tetapi akan sangat berpengaruh juga terhadap cara
caregiver memberikan dukungan emosional kepada ODS (Weitzner, McMillan, &
Jacobsen, 1999).
Selain itu, dukungan terhadap ODS yang berkelanjutan oleh caregiver juga
dipengaruhi oleh kualitas hidup caregiver tersebut. Kualitas hidup seseorang akan
56
mempengaruhi caranya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hubungan sosial
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup caregiver
(Veronia, Zuhriyah, & Rinik, 2018). Selain itu, menurut Caqueo-Urizar, et al.
(2009) kualitas hidup dari caregiver dipengaruhi oleh distres secara fisik, emosional
dan ekonomi yang dipengaruhi oleh tidak terpenuhinya kebutuhan seperti kembali
berfungsinya ODS dalam masyarakat dan keluarga, beban ekonomi, kurangnya
waktu luang, dan faktor-faktor lainnya.
Peran sebagai caregiver dapat memberikan stres yang cukup berat,
menantang, dan melelahkan. Hal ini berhubungan dengan menurunnya kepercayaan
diri dan harga diri, meningkatnya distres psikologis, dan munculnya penyakit fisik
pada caregiver. Dengan kondisi caregiver tersebut, kesehatan fisik dan mentalnya
akan terganggu dan dapat berpengaruh pada kemampuan merawat yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dalam hubungan antara caregiver dengan ODS
yang dirawat (Joseph, Becker, Elwick, & Silburn, 2012). Menurut WHO (2012),
kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi posisi individu dalam kehidupannya,
baik dari segi fisik, mental, dan aspek-aspek lainnya. Hal ini dapat diaplikasikan
pada kehidupan caregiver. Caregiver yang memiliki kualitas hidup yang baik
menunjukkan bahwa penilaian dirinya akan kehidupannya juga baik dan
menunjukkan kesehatan fisik maupun mentalnya yang masih dapat berfungsi
dengan baik juga. Sehingga, caregiver dapat melakukan perannya dalam merawat
ODS dengan baik pula.
Untuk memberikan penanganan yang maksimal, dibutuhkan kualitas hidup
yang baik dari caregiver. Keterlibatan dari caregiver sangat penting untuk
57
menjamin kesembuhan dari ODS seperti memastikan kepatuhan ODS dalam
meminum obatnya, mendampingi dalam perawatan-perawatan, hingga dukungan
emosi, moral dan sosial yang diberikan kepada ODS. Keterlibatan tersebut akan
terhambat ketika kualitas hidup yang dimiliki oleh caregiver rendah (Farkhah,
Suryani, & Hernawati, 2017).
Penerimaan dan kualitas hidup sama-sama menjadi faktor penting dalam
menjamin kesehatan mental individu (Butler & Ciarrochi, 2007). Kesehatan mental
yang baik merupakan hal penting untuk dimiliki oleh setiap individu, tidak
terkecuali pada caregiver. Ketika caregiver memiliki kesehatan mental yang baik,
maka ia akan menjadi lebih baik dalam mengelola tekanan yang dialaminya,
terutama tekanan dari merawat ODS dan membuat caregiver mampu memberikan
kinerja yang optimal ketika merawat ODS dalam waktu yang lama. Perawatan yang
optimal tersebut akan membuat berkurangnya kemungkinan ODS untuk mengalami
relapse. Hal ini didukung dengan teori yang dikemukakan Rohner (2006) mengenai
penerimaan dan WHO (2012) mengenai kesehatan mental. Ketika caregiver
memiliki penerimaan dan kualitas hidup yang baik, maka caregiver dapat
mengekspresikan dan melakukan perannya sebagai caregiver dengan lebih
maksimal. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi penerimaan dan
kualitas hidup yang dimiliki oleh caregiver, maka akan semakin rendah terjadinya
relapse pada ODS yang dirawatnya.
58
2. Hubungan antara Penerimaan Caregiver dengan Relapse pada Skizofrenia
Orang yang memiliki gangguan skizofrenia mengalami berbagai simptom
yang membuatnya mengalami keterbatasan dalam menjalani kehidupannya sehari-
hari, seperti kesulitan dalam berkomunikasi dan merawat kesehatannya.
Keterbatasan tersebut membuat ODS sangat membutuhkan orang lain untuk
merawatnya, atau dapat disebut sebagai caregiver. Dalam proses kesembuhannya,
ODS membutuhkan dukungan dari caregiver dalam segala aspek. Caregiver ODS
ketika berada di rumah adalah keluarga yang merawatnya setiap hari. Menurut
House (dalam Sari & Fina, 2011), dukungan keluarga yang dapat diberikan pada
ODS meliputi dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan
informasional, dan dukungan penilaian.
Dukungan yang diberikan oleh caregiver dapat dilihat dari pemenuhan
peran caregiver dalam merawat ODS. Tugas atau peran caregiver tidak hanya
membantu dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, namun termasuk dalam
merawat ODS dalam menjaga kondisinya yang berhubungan dengan gangguan
skizofrenia. Dalam proses kesembuhan ODS di rumah, tidak dapat dipungkiri
bahwa dibutuhkan peran dari keluarga sebagai caregiver untuk membantunya
dalam proses kesembuhannya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurdiana,
Syafwani, & Umbransyah (2007), disebutkan bahwa peran serta caregiver keluarga
pada ODS memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat relapse. Peran serta
caregiver keluarga mencakup pengetahuannya akan gangguan skizofrenia, dan
sikap serta perilaku keluarga yang ditujukan kepada ODS, terutama yang
berhubungan dengan gangguannya. Melihat besarnya peran caregiver keluarga
59
dalam proses penyembuhan serta pencegahan terhadap relapse, maka diperlukan
sikap yang tepat oleh keluarga dalam menangani ODS (Wijanarko & Ediati, 2016).
Di dalam bukunya, Torrey (1983) menyebutkan bahwa sikap yang tepat
dalam berinteraksi dengan ODS dapat disingkat menjadi SAFE, yaitu a) Sense of
Humor, b) Acceptance of the Illness, c) Family Balance, dan d) Expectation Which
Are Realistic. Dari keempat sikap tersebut, disebutkan bahwa penerimaan atas
penyakit atau gangguan yang dialami oleh ODS merupakan sikap yang harus
dimiliki oleh caregiver. Penerimaan yang dimaksud merupakan pengakuan oleh
caregiver atas kenyataan dari gangguan skizofrenia, dan menyadari bahwa
gangguan tersebut tidak dapat menghilang serta menimbulkan keterbatasan dari
ODS. Ketika penerimaan sudah dapat diperoleh oleh caregiver, maka proses
merawat ODS akan terasa lebih mudah untuk dilakukan (Torrey, 1983). Hal ini
sejalan dengan penelitian oleh Paul &hi Nadkarni (2017) yang menemukan bahwa
penerimaan yang dimiliki oleh keluarga sebagai caregiver dari ODS merupakan
faktor penting dalam menjamin dukungan keluarga, serta meniadakan
kemungkinan mengalami stigma dan diskriminasi dari lingkungan.
Penelitian di atas juga didukung oleh teori dari Rohner (2006) mengenai
penerimaan interpesonal. Disebutkan bahwa penerimaan merupakan kondisi ketika
seseorang tidak berusaha melawan situasi yang ada dan memperlihatkan
kehangatan, afeksi, kepedulian, kenyamanan, dukungan, atau cinta terhadap orang
lain, yang dapat diekspresikan melalui perilaku fisik, verbal, atau perilaku simbolik
lainnya. Hal ini berlaku pula dengan hubungan yang dimiliki antara caregiver
dengan ODS yang dirawatnya. Caregiver yang memiliki penerimaan atas situasi
60
hidupnya, terutama yang berubah karena keadaan dari ODS, secara tidak langsung
akan memperlihatkan bahwa dirinya menerima situasi tersebut, salah satunya
dengan memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh ODS dalam proses
kesembuhannya.
Penerimaan tidak begitu saja dapat dirasakan oleh caregiver. Terdapat
tahapan-tahapan sebelumnya sehingga pada akhirnya dapat memperoleh
penerimaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wijanarko & Ediati (2016),
ditemukan bahwa tahapan yang dilewati caregiver untuk mencapai penerimaan
adalah tahap penawaran, marah, dan berakhir pada penerimaan. Tahap penawaran
merupakan tahapan ketika caregiver merasa ingin menukarkan berbagai hal agar
ODS dapat kembali seperti biasanya. Sedangkan dalam tahap marah, caregiver
menunjukkan sikap menolak untuk menerima kenyataan tersebut. Penolakan
tersebut diungkapkan dalam bentuk stres, malu dengan kondisi ODS, dan
mencemaskan masa depan ODS (Lubis, Krisnani, & Fedryansyah, 2014).
Penerimaan yang dimiliki oleh caregiver dibutuhkan dalam proses
penyembuhan ODS serta mencegahnya mengalami relapse. Seperti yang sudah
disebutkan di atas, penerimaan caregiver atau keluarga dapat menciptakan
lingkungan yang kondusif dalam proses penyembuhan gangguan skizofrenia.
Semakin besar penerimaan yang dirasakan oleh caregiver akan memperbesar
dukungan yang diberikan terhadap ODS dan memperkecil rasa menolak atau sikap
negatif lainnya terhadap ODS. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
penerimaan yang dimiliki oleh caregiver, maka akan semakin rendah terjadinya
relapse pada ODS yang dirawatnya.
61
3. Hubungan antara Kualitas Hidup Caregiver dengan Relapse pada
Skizofrenia
ODS akan menjadi dependen terhadap caregiver-nya untuk hampir seluruh
kegiatan sehari-harinya, termasuk menyiapkan makanan dan obat-obatan yang
perlu untuk dikonsumsi, membantu dalam kebersihan tubuh, dan kegiatan lainnya.
Tuntutan yang dilimpahkan kepada caregiver ini dapat menjadi stresor dan beban
bagi caregiver itu sendiri. Selain itu, beban emosi juga dirasakan oleh caregiver.
Emosi yang dirasakan oleh caregiver dapat mempengaruhi perilaku mereka
terhadap ODS. Beban finansial akan terasa oleh caregiver karena pengeluaran
untuk penanganan ODS akan terus dibutuhkan, sedangkan biaya untuk obat-obatan
serta biaya klinisi (dokter, psikolog, ataupun tenaga kesehatan lainnya) tergolong
besar. Torrey (1983) mengemukakan bahwa dalam beberapa penelitian, disebutkan
bahwa caregiver keluarga digambarkan mengalami kekurangan waktu pribadi,
hubungan sosial, kesehatan yang memburuk dan masalah finansial.
Dalam beberapa penelitian, ditemukan bahwa caregiver sering dilupakan
atau diabaikan oleh berbagai pihak karena lebih memfokuskan perhatian,
intervensi, serta dukungannya pada orang yang memiliki gangguan, yaitu ODS
(Wilson, Ruch, Lymbery, & Cooper, 2006). Padahal, beban yang dimiliki dapat
membuat caregiver rentan terhadap gangguan kesehatan dan mental, isolasi,
kemiskinan, serta pengucilan di lingkungan sosial. Ketika caregiver mengalami
gangguan-gangguan tersebut, maka perawatan yang diberikan kepada ODS tidak
dapat dilakukan secara maksimal. Perawatan maksimal dibutuhkan oleh ODS untuk
62
membantunya dalam proses kesembuhannya dan mencegah terjadinya relapse
gangguan skizofrenia. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Buckley, Wirshing,
Bhushan, Pierre, Resnick, & Wirshing (2007), ditemukan bahwa relapse pada ODS
dapat berkurang secara signifikan (dari 65% menjadi 25%) ketika mendapatkan
perawatan yang maksimal dari keluarga saat menjalankan kesehariannya di rumah.
Caregiver memiliki tanggung jawab merawat tidak hanya pada ODS, tetapi
juga terhadap diri sendiri. Sering kali caregiver hanya terfokus untuk merawat ODS
namun tidak memperhatikan terpenuhinya kebutuhan diri sendiri. Terpenuhinya
kebutuhan tersebut dapat meminimalisir kemungkinan caregiver mengalami
gangguan yang dapat menghambatnya dalam beraktivitas.
Menurut (Wilson, Ruch, Lymbery, & Cooper (2006), kualitas hidup
caregiver harus terpenuhi untuk melaksanakan tanggung jawabnya dalam merawat
ODS. Kualitas hidup caregiver yang rendah dapat membuat caregiver berhenti
merawat ODS. Sedangkan, gangguan skizofrenia membutuhkan perawatan yang
berkelanjutan agar mencegahnya mengalami relapse. Hal ini berhubungan dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Joseph, et al. (2012), yaitu kesehatan fisik dan
mental caregiver akan mempengaruhi kemampuannya dalam merawat ODS.
Kualitas hidup caregiver dapat menilai bagaimana kondisi kesehatan fisik dan
mentalnya. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang menyebutkan bahwa
rendahnya kualitas hidup caregiver akan berdampak terhadap kualitas caregiver
dalam merawat ODS (Rafiyah & Sutharangsee, 2011). Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi kualitas hidup yang dimiliki oleh caregiver,
maka akan semakin rendah terjadinya relapse pada ODS yang dirawatnya.
63
E. Penelitian Relapse Skizofrenia Sebelumnya
Penelitian mengenai relapse pada pasien skizofrenia sudah dilakukan sejak
sekitar tahun 1960-an. Herz & Melville (1980) melakukan sebuah penelitian
kualitatif pada 145 pasien skizofrenia dan 80 caregiver untuk mengetahui tanda-
tanda awal pada yang dialami pasien ketika akan memasuki fase relapse. Dari
penelitian ini ditemukan bahwa tanda-tanda umum yang dialami oleh pasien ketika
akan relapse adalah mengalami gangguan tidur, kesulitan dalam berkonsentrasi,
kehilangan nafsu makan, dan merasakan kesedihan yang berlarut (depresi). Selain
itu, pada tahun 1997 Das melakukan penelitian mengenai pengaruh sebuah
peristiwa yang dialami oleh pasien skizofrenia dengan relapse skizofrenia.
Penelitian dilakukan pada 60 pasien yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok pasien skizofrenia yang sedang relapse dan kelompok pasien skizofrenia
yang sedang pada masa stabil. Penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok dengan
pasien relapse memiliki jumlah peristiwa yang lebih besar dan memiliki tingkat
nilai stres dibandingkan dengan kelompok pasien yang stabil (Das, Kulhara, &
Verma, 1997).
Penelitian yang terbaru dilakukan mengenai relapse berkisar pada
identifikasi faktor yang dapat memunculkan relapse serta langkah yang dapat
dilakukan untuk menghindari atau meminimalisir kemungkinan terjadinya relapse.
Gathaiya, Mwaura, & Wagoro (2018) melakukan penelitian cross-sectional pada
209 caregiver dari pasien skizofrenia di Mathari Hospital, Kenya. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat yang
dibutuhkan dan tidak melakukan kontrol rutin pada tenaga medis terkait menjadi
64
faktor paling umum yang berhubungan dengan relapse skizofrenia. Ketidakpatuhan
dalam mengkonsumsi obat antipsikotik terjadi karena ketidakpahaman pasien
mengenai gangguan mental yang dialaminya, munculnya efek samping setelah
mengkonsumsi obat antipsikotik, serta kurangnya pengetahuan mengenai gangguan
skizofrenia secara umum.
Brunette, et al. (2016) melakukan penelitian untuk menguji intervensi bagi
pasien skizofrenia rawat jalan dengan lebih efisien biaya pengeluaran agar dapat
meningkatkan akses pada penanganan yang efektif mencegah relapse serta efek
yang dapat mengganggu kehidupan orang lain, sehingga dibentuklah sebuah
rancangan atau desain penanganan berbasis teknologi bernama Health Technology
Program (HTP). HTP menyediakan perencanaan pencegahan relapse yang
berdasarkan pada terapi kognitif-behavioral (CBT), psikoedukasi keluarga untuk
skizofrenia, dan pendukung keputusan melalui program berbasis website yang
mengumpulkan informasi mengenai pasien dari setiap kontrol rutin di rumah sakit.
Selain pengembangan program berbasis teknologi, terdapat penanganan
untuk mencegah relapse skizofrenia dengan terapi psikososial. Bighelli, et al.
(2018) melakukan penelitian meta analisis dari beberapa penelitian mengenai efek
terapi psikologis dalam mencegah terjadinya relapse skizofrenia dengan total
subjek 4.068 pasien skizofrenia. Hasil dari pengkajian meta analisis ditemukan
bahwa terapi kognitif-behavioral (CBT) dapat mengurangi munculnya simptom
positif dari pasien skizofrenia dan meminimalisir terjadinya relapse dibandingkan
dengan terapi-terapi lainya.
65
F. Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Bagan Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas Hidup Caregiver
dengan Relapse pada Pasien Rawat Jalan Skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta
Penerimaan Caregiver
Kualitas Hidup Caregiver
Relapse pada skizofrenia
H1
H2
H3
Penerimaan caregiver
merupakan kualitas ikatan
afeksi antara caregiver
dengan ODS.
Aspek:
1. Warmth/affection
2. Hostility/aggression
3. Indifference/neglect
4. Undifferentiated
rejection
Relapse pada skizofrenia
merupakan muncul dan
bertambah parahnya
simptom - simptom
skizofrenia yang sudah
dinyatakan hilang.
Aspek:
1. Thought disturbance
2. Anergia
3. Affect
4. Disorganization Kualitas hidup caregiver
merupakan persepsi
caregiver terhadap
posisinya dalam kehidupan
berhubungan dengan
pemenuhan perannya
sebagai caregiver.
Aspek:
1. Support for caring
2. Caring choice
3. Caring stress
4. Money matters
5. Personal growth
6. Sense of value
7. Ability to care
8. Carer satisfaction
66
Keterangan:
H1 : Hubungan antara penerimaan dan kualitas hidup caregiver dengan
relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.
H2 : Hubungan antara penerimaan caregiver dengan relapse pada pasien rawat
jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.
H3 : Hubungan antara kualitas hidup caregiver dengan relapse pada pasien
rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.
G. Hipotesis
Berdasarkan teori yang sudah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian
ini adalah:
1. Ada hubungan antara penerimaan dan kualitas hidup caregiver dengan relapse
pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.
2. Ada hubungan antara penerimaan caregiver dengan relapse pada pasien rawat
jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.
3. Ada hubungan kualitas hidup caregiver dengan relapse pada pasien rawat jalan
skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.
67
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang akan diteliti, yaitu dua
variabel prediktor dan satu variabel kriterium. Variabel-variabel tersebut adalah:
Variabel Kriterium : Relapse Skizofrenia
Variabel Prediktor : a. Penerimaan Caregiver
b. Kualitas Hidup Caregiver
B. Definisi Operasional
1. Relapse Skizofrenia
Relapse yang dimaksud dalam penelitian ini adalah munculnya dan
bertambah parahnya simptom-simptom dari gangguan skizofrenia setelah simptom-
simptom tersebut dinyatakan hilang oleh ahli kesehatan (psikiater). Pengukuran
relapse dalam penelitian ini menggunakan skala yang diadaptasi menggunakan The
Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS) dari Overall & Gorham (1962) berdasarkan
pada aspek skizofrenia dari Mueser, Curran, & McHugo (1997) yang
mengelompokkan indikator skala tersebut menjadi empat aspek, yaitu: a) thought
disturbance, b) anergia, c) affect, dan d) disorganization. Semakin tinggi nilai
jawaban pada skala yang telah diisi oleh subjek (caregiver), maka semakin parah
relapse yang dialami ODS yang dirawat oleh subjek. Sebaliknya, semakin rendah
68
nilai jawaban pada skala, maka semakin ringan relapse yang dialami ODS yang
dirawat oleh subjek.
2. Penerimaan Caregiver
Penerimaan caregiver adalah yaitu kondisi dimana sesosok caregiver tidak
berusaha melawan terhadap situasi yang ada dan memperlihatkan kehangatan,
afeksi, kepedulian, kenyamanan, dukungan, atau cinta terhadap orang yang ia rawat
atau ODS. Penelitian ini menggunakan skala yang dibuat berdasarkan pada aspek
penerimaan dari oleh Rohner (2006) pada teori Interpersonal Acceptance-Rejection
Theory, yaitu a) warmth/affection, b) hostility/aggression, c) indifference/neglect,
dan d) undifferentiated rejection. Dalam penghitungan skala ini, semakin tinggi
skor jawaban skala, maka semakin tinggi penerimaan yang dimiliki subjek terhadap
ODS. Sebaliknya, ketika skor jawaban skala semakin rendah, maka akan semakin
rendah penerimaan yang dimiliki subjek terhadap ODS.
3. Kualitas Hidup Caregiver
Kualitas hidup caregiver adalah persepsi caregiver mengenai posisinya
dalam kehidupannya yang berhubungan dengan pemenuhan tujuan, ekspektasi,
standar, dan perhatiannya sebagai caregiver, sehingga dapat mempengaruhi
kesejahteraan dirinya. Pemenuhan tersebut berhubungan dengan perannya sebagai
caregiver dari ODS. Penelitian ini menggunakan skala yang dikemukakan oleh
Elwick, Joseph, Becker, & Becker (2010) yang berdasarkan pada definisi kualitas
hidup dari Department of Mental Health, World Health Organization (2012), yaitu
69
Adult Carers’ Quality of Life Questionnaire (AC-QoL). Aspek yang digunakan
dalam skala ini terdiri dari delapan aspek, yaitu a) support for caring, b) caring
choice, c) caring stress, d) money metters, e) personal growth, f) sense of value, g)
ability to care, dan h) carer satisfaction. Semakin tinggi skor jawaban skala, maka
semakin tinggi kualitas hidup yang dimiliki subjek. Sebaliknya, ketika skor
jawaban skala semakin rendah, maka semakin rendah kualitas hidup yang dimiliki
subjek.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah caregiver dari pasien rawat jalan
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Jumlah populasi dilihat
berdasarkan data kunjungan pada poli rawat jalan dalam rekam medis rumah sakit
pada bulan Juni 2019 yaitu sebanyak 1.438 pasien dengan penjabaran sebagai
berikut:
Tabel 1
Data Jumlah Pasien Rawat Jalan Skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta
Kode DSM-IV Nama Gangguan Jumlah Pasien
F20 Schizophrenia 5
F20.0 Paranoid Schizophrenia 236
F20.1 Hebephrenic Schizophrenia 29
F20.2 Catatonic Schizophrenia 6
F20.3 Undifferentiated Schizophrenia 581
F20.4 Post-Schizophrenic Depression 1
F20.5 Residual Schizophrenia 413
70
2. Sampel
Peneliti menentukan jumlah sampel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini sejumlah minimal 30 subjek. Hal ini didukung dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Gay & Diehl (1992), pada penelitian korelasional dibutuhkan
subjek sebanyak minimal 30 subjek. Selain itu, pendapat ini didukung oleh
pendapat dari Roscoe (dalam Hashim, 2010) yang menyebutkan bahwa besaran
sampel yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian adalah lebih besar dari 30 dan
lebih kecil dari 500.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik nonrandom sampling atau teknik
nonprobabilitas dengan metode sampling adalah incidental sampling. Peneliti
menggunakan metode ini karena peneliti menjadikan anggota sampel pada
caregiver pasien rawat jalan skizofrenia yang sedang berada di RSJ Daerah
Surakarta. Kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel adalah sebagai
berikut:
a. Merupakan caregiver dari pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah
Surakarta yang rutin menjalani pengobatan minimal satu bulan sekali
Kode DSM-IV Nama Gangguan Jumlah Pasien
F20.6 Simple Schizophrenia 1
F20.8 Other Schizophrenia 164
F20.9 Schizophrenia, Unspecified 2
Total 1438
71
b. Berusia 18-60 tahun
Menurut Dearen & Becker (2000), caregiver membutuhkan kedewasaan,
rasa tanggung jawab, kemampuan untuk membuat keputusan, serta
kemampuan dalam ketrampilan praktis yang sangat penting dan bermanfaat
dalam merawat orang lain. Hal ini dapat ditemukan pada tahapan masa
dewasa awal dan dewasa tengah. Dalam Santrock (2010), cara berfikir pada
masa dewasa akan lebih matang daripada masa perkemangan sebelumnya.
Pada masa dewasa akhir, terjadi penurunan dalam segala aspek kehidupan
sehingga membutuhkan orang lain (caregiver) untuk membantu dalam
kehidupannya.
c. Dapat berkomunikasi dengan Bahasa Indonesa secara lisan maupun tulisan
d. Tinggal satu rumah dengan ODS dan memiliki minimal interaksi satu kali
dalam seminggu
Menurut Dorian, et al. (2008), subjek dapat dikatakan sebagai caregiver
ketika membantu ODS dalam kehidupan sehari-harinya dengan minimal
interaksi satu kali dalam seminggu.
e. ODS sudah dipulangkan selama lebih dari 4 bulan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wardani & Dewi (2018), masa stabil
dari ODS adalah minimal 4 bulan semenjak dipulangkan dari rumah sakit
atau sudah dirawat di rumah.
f. Bersedia dan mampu berpartisipasi dalam penelitian.
72
Adapun kriteria yang tidak termasuk menjadi subjek dalam penelitian ini adalah:
a. Memiliki gangguan jiwa dan/atau penyakit fisik yang berat
Orang yang memiliki gangguan jiwa dan/atau penyakit fisik yang berat akan
membutuhkan orang lain (caregiver) untuk merawatnya, sehingga tidak
dapat dikatakan sebagai caregiver (Wilson, et al., 2006).
b. ODS melakukan penyalahgunaan obat-obatan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh San, et al. (2013), disebutkan bahwa
ODS yang menyalahgunakan obat-obatan atau menggunakan narkoba
memiliki peluang yang sangat tinggi untuk mengalami relapse. Selain itu,
penanganan dari ODS yang juga menyalahgunakan obat-obatan memiliki
penanganan yang berbeda baik dari tenaga ahli maupun dari keluarga
(Gupta, Hendricks, Kenkel, & Bhatia, 1996).
D. Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian ini dilakukan menggunakan skala yang diberikan secara
langsung. Instrumen penelitian in menggunakan dua jenis skala, yaitu rating scale
dan skala likert. Rating scale digunakan untuk mengukur relapse pada pasien rawat
jalan skizofrenia berdasarkan pada simptom-simptom skizofrenia yang
dikemukakan oleh Overall & Gorham (1962). Subjek diminta untuk menilai tingkat
keparahan dari suatu simptom yang dialami oleh pasien skizofrenia sejak
dipulangkan pihak rumah sakit. Skala ini terdiri atas tujuh alternatif jawaban, yaitu
“Tidak Ada” dengan skor 1, “Sangat Ringan” dengan skor 2, “Ringan” dengan skor
73
3, “Sedang” dengan skor 4, “Cukup Parah” dengan skor 5, “Parah” dengan skor 6,
dan “Sangat Parah” dengan skor 7.
Sementara itu, skala likert digunakan peneliti untuk mengukur variabel
penerimaan dan kualitas hidup caregiver. Berdasarkan metode skala likert,
pengukuran variabel diuraikan menjadi aspek-aspek, kemudian indikator yang
menjadi aitem-aitem berupa pernyataan yang perlu dijawab oleh subjek (Sugiyono,
2013). Kedua skala terdiri dari aitem favorable dan aitem unfavorable dengan
empat alternatif jawaban. Pada penelitian ini, aitem favorable menggunakan skor 1
diberikan untuk pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai”, skor 2 diberikan untuk
pilihan jawaban “Tidak Sesuai”, skor 3 diberikan untuk pilihan jawaban “Sesuai”,
dan skor 4 diberikan untuk pilihan jawaban “Sangat Sesuai”. Untuk aitem
unfavorable, skor yang diberikan berkebalikan dengan aitem favorable yaitu skor
1 untuk pilihan jawaban “Sangat Sesuai”, skor 2 untuk pilihan jawaban “Sesuai”,
skor 3 untuk pilihan jawaban “Tidak Sesuai”, dan skor 4 untuk pilihan jawaban
“Sangat Tidak Sesuai”.
1. Skala Relapse Skizofrenia
Skala yang digunakan untuk mengukur relapse pada skizofrenia adalah
adaptasi dari The Brief Psychiatric Scale (BPRS) yang dikembangkan oleh Overall
& Gorham (1962). Skala ini merupaka kumpulan simptom-simptom yang terdiri
dari 18 macam simtom, kemudian dikelompokkan menjadi empat aspek oleh
(Mueser, Curran, & McHugo, 1997). Aspek yang digunakan pada skala ini adalah
thought disturbance, anergia, affect, dan disorganization. Skala dalam penelitian
74
ini terdiri dari 18 aitem pernyataan dengan tujuh pilihan jawaban, yaitu tidak ada,
sangat ringan, ringan, sedang, cukup parah, parah, dan sangat parah.
Tabel 2
Distribusi Skor Aitem Favorable dan Unfavorable Pada Skala Relapse
Skizofrenia
Kategori Jawaban Nilai
Tidak Ada 1
Sangat Ringan 2
Ringan 3
Sedang 4
Cukup Parah 5
Parah 6
Sangat Parah 7
Tabel 3
Blueprint Skala Relapse Skizofrenia
No. Aspek Aitem
1. Thought Disorder
(Gangguan Berpikir)
Grandiosity (8)
Suspiciousness (11)
Hallucinatory Behavior (12)
Unusual Thought Content (15)
2. Anergia
(Anergia)
Emotional Withdrawal (3)
Motor Retardation (13)
Uncooperativeness (14)
Blunted Affect (16)
3. Affect
(Afek)
Somatic Concern (1)
Anxiety (2)
Guilt Feelings (5)
Depressive Mood (9)
Hostility (10)
4. Disorganization
(Ketidakberaturan)
Conceptual Disorganization (4)
Tension (6)
Mannerisms and Posturing (7)
Excitement (17)
Disorientation (18)
Jumlah 18
75
2. Skala Penerimaan Caregiver
Skala yang digunakan untuk mengukur penerimaan caregiver adalah skala
yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori Interpersonal Acceptance-Rejection
Theory (IPART) yang dikembangkan oleh Rohner (2006). Teori yang digunakan
ini memiliki dua subteori, yaitu interpersonal acceptance dan interpersonal
rejection, kemudian dibagi menjadi empat aspek. Subteori ini dikatakan sebagai
sebuah rangkaian kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Aspek pada interpersonal
acceptance adalah warmth/affection, sedangkan aspek pada interpersonal rejection
terdiri dari hostility/aggression, indifference/neglect, dan undifferentiated
rejection. Skala yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari
skala di atas yang terdiri dari 27 pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu:
sangat suai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai.
Tabel 4.
Distribusi Skor Aitem Favorable dan Unfavorable Pada Skala Penerimaan
Caregiver
Kategori Jawaban Nilai
Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Tabel 5
Blueprint Skala Penerimaan Caregiver
Aspek Indikator No. Aitem
Jumlah Favorable Unfavorable
Kehangatan/
Afeksi
Menunjukkan
kepeduliannya
1, 2, 3, 4 5 8
76
Aspek Indikator No. Aitem
Jumlah Favorable Unfavorable
melalui perilaku
dan tindakannya
Menunjukkan
kepeduliannyanya
melalui kata-kata
dan ucapannya
6, 7 8
Permusuhan/
Agresi
Menunjukkan
ketidaksukaannya
dengan perilaku
dan tindakannya
9, 10, 11 12
7 Menunjukkan
ketidaksukaannya
dengan kata-kata
dan ucapannya
13, 14 15
Pengabaian/
Mengabaikan
Ketiadaan
seseorang secara
fisik terhadap
orang lain
16, 17, 18 19
6 Tidak adanya
perhatian yang
ditunjukkan
seseorang
terhadap orang
lain
20 21
Penolakan tidak
terdiferensiasi
Perasaan menolak
yang tidak
ditunjukkan
22, 23, 24,
25
26, 27
6
Total 27
3. Skala Kualitas Hidup Caregiver
Skala yang digunakan untuk mengukur kualitas caregiver adalah adaptasi
dari Adult Carer’s Quality of Life Questionnaire (AC-QoL) yang dikembangkan
oleh (Elwick, Joseph, Becker, & Becker, 2010). Skala ini memiliki delapan aspek,
yaitu support for caring, caring choice, caring stress, money matters, personal
77
growth, sense of value, ability to care, dan carer satisfaction. Skala dalam
penelitian ini merupakan adaptasi dari skala di atas yang terdiri dari 40 pernyataan
dengan empat pilihan jawaban, yaitu: sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat
tidak sesuai.
Tabel 6
Distribusi Skor Aitem Favorable dan Unfavorable Pada Skala Kualitas Hidup
Caregiver
Kategori Jawaban Nilai
Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Tabel 7
Blueprint Skala Kualitas Hidup Caregiver
Aspek No. Aitem
Jumlah Favorable Unfavorable
Dukungan untuk
merawat
1, 2, 3, 4, 5 5
Pilihan untuk merawat 6, 7, 8, 9, 10 5
Stres dari merawat 11, 12, 13, 14,
15
5
Masalah finansial 17, 18, 20 16, 19 5
Pengembangan diri 21, 22, 23, 24,
25
5
Rasa dihargai 26, 27, 28, 29,
30
5
Kemampuan untuk
merawat
31, 32, 33, 34,
35
5
Kepuasan dalam
perannya
36, 39, 40 37, 38 5
Total 40
78
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan cara untuk mengetahui tingkat akurasi suatu tes
atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya (Azwar, 2017). Uji validitas
menjadi pertimbangan yang paling utama untuk menilai kualitas tes sebagai
instrumen ukur. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan dua uji validitas, yaitu
validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi merupakan penilaian relevansi
elemen-elemen dalam suatu alat ukur sebagai representasi dari konstrak yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Validitas isi dilakukan melalui expert judgement, yaitu
analisis rasional yang dilakukan oleh pihak berkompeten. Expert judgement dalam
penelitian ini akan dilakukan oleh dosen pembimbing utama dan dosen
pembimbing pendamping. Setelah itu, peneliti akan melakukan uji validitas
konstruk, yaitu cara untuk membuktikan hasil pengukuran yang diperoleh akan
berkorelasi tinggi dengan konstrak teoritik yang mendasari penyusunan tes tersebut.
Uji validitas konstruk akan dilakukan dengan menggunakan teknik corrected item
total correlation dengan bantuan program Statistic Product and Service Solution
(SPSS) versi 20 for windows. Aitem skala yang memiliki koefisien korelasi kurang
daripada 0,3 dianggap sebagai tidak memadai, sehingga aitem tersebut digugurkan
(Azwar, 2015).
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah cara untuk mengetahui konsistensi dan kestabilan
hasil ukur dari suatu alat pengukuran sehingga alat tersebut dapat dipercaya
79
(Azwar, 2017). Suatu alat pengukuran dikatakan reliabel jika memiliki hasil yang
relatif sama saat dilaksanakan beberapa kali. Koefisien reliabilitas pada penelitian
sebaiknya diantara 0 – 1 untuk menunjukkan bahwa tes tersebut reliabel. Koefisien
reliabilitas yang mendekati nilai 1 dianggap akan semakin reliabel. Pada penelitian
ini, uji reliabilitas akan menggunakan formula koefisien alpha (α) atau rumus
koefisien Cronbach’s Alpha dengan SPSS versi 20 for windows.
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Asumsi
Uji asumsi merupakan uji prasyarat sebelum melakukan uji analisis
hipotesis. Terdapat dua macam uji asumsi, yaitu:
a. Uji Asumsi Dasar
1) Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data penelitian yang
digunakan untuk analisis memiliki distribusi normal atau tidak. Bentuk
distribusi variabel yang diharapkan pada penelitian ini adalah mendekati
distribusi normal dengan nilai signifikasi lebih dari 0,05.
2) Uji linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat korelasi linier pada tiap variabel
di penelitian ini. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
dikatakan berkorelasi secara linier ketika nilai p>0,05 atau nilai F hitung
lebih besar dibandingkan dengan F tabel.
80
b. Uji Asumsi Klasik
1) Uji multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan keadaan dimana antara dua variabel
independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang
sempurna atau mendekati (Priyatno, 2013). Uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji korelasi antara variabel independen dalam
model regresi. Variabel independen yang baik adalah ketika tidak terjadi
korelasi antara variabel independen (Azwar, 2013).
2) Uji autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual
untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun
menurut runtun waktu (Priyatno, 2013). Uji autokorelasi merupakan
tahapan pengujian untuk mengetahui korelasi antara residual pada satu
pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Analisis
penelitian regresi yang baik seharusnya tidak memiliki masalah
autokorelasi ketika dilakukan uji autokorelasi Durbin-Watson.
3) Uji heterokedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan
varian dari residual pada model regresi (Priyatno, 2013). Uji
hetereskedastisitas merupakan tahapan pengujian untuk melihat
ketidaksamaan variasi dari residual antar pengamat. Analisis regresi
yang baik tidak mengandung heteroskedastisitas (Azwar, 2013).
81
Heteroskedastisitas menyebabkan estimator menjadi tidak efisien dan
nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji analisis regresi berganda.
Uji analisis regresi berganda bertujuan untuk memprediksi nilai variabel kriterium
dengan adanya perubahan dari nilai variabel prediktor. Analisis ini didasarkan pada
hubungan satu variabel kriterium dengan dua variabel prediktor. Uji regresi
berganda terdiri dari uji f, yaitu uji koefisien regresi secara serentak, uji t, dan uji
analisis koefisien determinasi (R2). Uji f digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel prediktor secara serentak terhadap variabel kriterium. Uji t digunakan
untuk mengetahui pengaruh variabel prediktor secara parsial terhadap variabel
kriterium. Sedangkan analisis R2 digunakan untuk mengetahui seberapa besar
persentase sumbangan pengaruh variabel prediktor secara serentak terhadap
variabel kriterium (Priyatno, 2013).
82
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian
Peneliti memahami kancah atau tempat dilaksanakannya penelitian sebelum
melaksanakan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Penerimaan dan Kualitas
Hidup Caregiver dengan Relapse pada Pasien Rawat Jalan Skizofrenia di RSJ
Daerah Surakarta”. Hal ini dibutuhkan untuk mempersiapkan hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Poli Rawat Jalan Rumah
Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta yang beralamat di Jl. Ki Hajar
Dewantara No. 80, Jebres, Surakarta, dengan kode pos 57126. Sebelum melakukan
penelitian, peneliti melaksanakan survey dan wawancara pendahuluan untuk
mendapatkan informasi yang dapat menggambarkan kondisi lapangan dan subjek
penelitian. Hasil dari survey dan wawancara pendahuluan menunjukkan bahwa
banyak pasien dengan diagnosis skizofrenia mengalami relapse hingga harus
dirawat kembali di rumah sakit.
RSJ Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta didirikan pada tahun 1918 dan
kemudian diresmikan pada tanggal 17 Juli 1919 dengan nama Doorganghuisvoor
krankzinnigen atau Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan yang berlokasi di Jl.
Bhayangkara No. 50, Surakarta. RSJ Daerah Surakarta ini kemudian dipindahkan
ke lokasi saat ini pada tanggal 3 Februari 1986. Saat ini, masyarakat Indonesia,
khususnya yang berada di daerah Surakarta dan sekitarnya, melakukan pengobatan
yang berhubungan dengan kesehatan jiwa di rumah sakit ini. Berdasarkan data dari
83
rekam medis pada bulan Juni 2019, tercatat pasien rawat jalan yang melakukan
kontrol rutin berjumlah rata-rata 3178 orang di tiap bulannya (Januari – Juni 2019).
Pasien yang menjalani pengobatan di rumah sakit ini memiliki gangguan yang
beragam pada tiap individunya. Gangguan yang paling banyak dialami oleh pasien
adalah skizofrenia, yaitu sebanyak 60,19% (1654 orang) dari total seluruh pasien
rawat jalan pada bulan Juni 2019. Pasien yang menjalani pengobatan di rumah akan
melakukan kontrol rutin secara individu atau didampingi oleh orang yang
merawatnya (caregiver).
a. Visi dan Misi RSJ Daerah Surakarta
RSJ Daerah Surakarta memiliki visi “Menjadi Pusat Pelayanan dan
Pendidikan Kesehatan Jiwa Pilihan yang Profesional dan Berbudaya”. Sebagai
bentuk untuk mewujudkan visi tersebut, RSJ Daerah Surakarta memiliki misi
sebagai berikut:
1) Memberikan pelayanan kesehatan jiwa dan kesehatan penunjang yang
bermutu dan terjangkau masyarakat.
2) Mengembangkan sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas
kompetensi aparatur.
3) Mengembangkan sarana dan prasarana Rumah Sakit yang Efektif dan
Efisien.
4) Menyediakan wahana pendidikan kesehatan jiwa sebagai Rumah Sakit
Pendidikan Afiliasi.
84
5) Menyelenggarakan Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan bidang
kesehatan jiwa yang Unggul dan Profesional.
6) Menerapkan nilai-nilai Budaya kerja aparatur dalam memberikan pelayanan
selaras dengan kearifan lokal.
Selain itu, RSJ Daerah Surakarta juga menerapkan nilai-nilai yang
digunakan oleh seluruh stafnya, yaitu PROAKTIF yang merupakan singkatan
dari Profesional dalam pelayanan, Ramah dalam bersikap terhadap pelanggan,
Obyektif dalam penyampaian informasi, Antusias dalam semangat kerja,
Kooperatif dalam kerjasama terpadu, Target dalam pencapaian program,
Intensif dalam pelaksanaan tugas, dan Favorit dalam kinerja unggulan Rumah
Sakit. RSJ Daerah Surakarta juga memiliki moto yaitu “Melayani Lebih Baik”.
b. Fasilitas RSJ Daerah Surakarta
1) Instalasi Rawat Jalan
Unit pelayanan yang melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan jiwa
untuk pasien rawat jalan dengan beberapa pelayanan poli klinik, yaitu klinik
kedokteran jiwa, penyakit dalam (hanya hari rabu atau dengan janji),
konsultasi gizi, pelayanan visum et ripertum, dan pelayanan pembuatan
surat keterangan bebas narkoba, sehat jiwa serta sehat fisik. Dalam instalasi
rawat jalan, seluruh pasien skizofrenia maupun gangguan lain yang
melakukan perawatan di rumah atau tidak dirawat inap akan melakukan
kontrol rutin dengan dokter terkait untuk melihat progres kesembuhan
pasien. Selain itu, caregiver dari pasien akan diberikan pemahaman
85
mengenai gangguan yang dialami pasien serta cara untuk merawat pasien
dengan baik di rumah.
2) Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Memberikan pelayanan untuk pasien gawat darurat. Pelayanan
disediakan selama 24 jam terus menerus meliputi pelayanan gawat darurat
psikiatri dan umum, rawat jalan di luar jam kerja, rujukan untuk ilmu
pengetahuan, pasien, dan tenaga ahli, serta pelayanan untuk siaga bencana.
Selain itu, instalasi gawat darurat juga bertanggung jawab atas layanan
penjemputan pasien yang terdiri dari staf medis (dokter dan perawat),
security dan supir. IGD dapat melayani pasien yang membutuhkan
perawatan secara mendadak, seperti terjadinya relapse pada pasien
skizofrenia maupun gangguan lain.
3) Instalasi Rawat Inap
Instalasi rawat inap di RSJ Daerah Surakarta memiliki kapasitas yang
dapat menampung 297 pasien dan terbagi dalam 16 ruang perawatan dan
beberapa kelas, yaitu ruang VVIP, ruang VIP, ruang kelas I, ruang kelas II,
dan ruang kelas III, serta ruang perawatan khusus untuk pasien usia lanjut,
pasien dengan adiksi napza dan komorbiditas penyakit fisik, dan pasien
gaduh gelisah (ruang intensif). Instalasi ini membantu dalam proses
penyembuhan pasien skizofrenia maupun gangguan lainnya yang
membutuhkan pengawasan intensif dari tenaga ahli kejiwaan, seperti
perawat maupun psikiater.
86
4) Instalasi Psikologi
Pelayanan intervensi psikologis guna pengoptimalan kemampuan serta
mencegah dampak buruk bagi individu, lingkungan keluarga maupun
pekerjaan. Pusat pelayanan psikologi ini dilayani oleh psikolog klinis dalam
melakukan asesmen dan analisa. Layanan yang tersedia berupa kegiatan tes
psikologi secara individu (tes minat bakat, tes inteligensi dan tes kenal diri)
serta konsultasi untuk masalah emosional, terapi psikologis yang mencakup
hipnoterapi dan terapi relaksasi, tes psikologi untuk perusahaan dan sekolah,
konsultasi pendidikan, dan mengadakan berbagai pelatihan pengembangan
diri. Selain itu, terdapat layanan psikologi mobile yang mengadakan visit
atau kunjungan terhadap individu, sekolah, ataupun perusahaan yang
membutuhkan.
5) Instalasi Rehabilitasi Medik
Instalasi rehabilitasi medik digunakan untuk kegiatan fisioterapi bagi
pasien yang membutuhkan pemulihan gerak dan fungsi tubuh, penyuluhan
dan deteksi dini gangguan gerak dan fungsi, pemberian bentuk-bentuk
latihan dan senam, serta terapi yang menggunakan peralatan.
6) Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja
Memberikan pelayanan dalam bentuk menentukan diagnosa dan
memberikan terapi dan perawatan untuk penderita gangguan mental di usia
anak dan remaja. Instalasi ini terpisah dengan instalasi lainnya, seperti
instalasi rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan yang tersedia dalam instalasi
kesehatan jiwa anak dan remaja adalah pemeriksaan oleh dokter maupun
87
psikolog yang khusus menangani anak dan remaja, konsultasi psikolog,
asesmen serta deteksi dini gangguan tumbuh kembang anak, tes psikologi,
serta berbagai terapi (terapi wicara, okupasi, perilaku, dan bermain).
7) Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat
Melaksanakan kegiatan promosi dan prevensi untuk menanggulangi
masalah kesehatan jiwa di masyarakat. Masalah tersebut meliputi masalah
perkembangan manusia dan peningkatan kualitas hidup, masalah
psikososial, dan masalah gangguan jiwa. Program yang dijalankan pada
instalasi ini adalah family support group, penanganan korban pasung, home
visit, pembinaan di panti sosial yang terintegrasi dengan RSJD Surakarta,
serta penjaringan gelandangan dan orang terlantar. Pada program family
support group, pihak instalasi kesehatan jiwa masyarakat mengumpulkan
caregiver keluarga dari pasien, baik yang memiliki gangguan skizofrenia
ataupun gangguan lain, untuk saling berbagi pengalaman dalam merawat
pasien dan saling memberikan dukungan dalam menghadapi hal tersebut.
Selain itu, pihak RSJD Surakarta juga memberikan penyuluhan mengenai
gangguan terkait serta cara untuk merawat pasien ketika berada di rumah.
8) Lain-Lain
a) Instalasi Rehabilitasi
Psikososial
b) Instalasi Psikogeriatri
c) Instalasi Napza
d) Instalasi Gigi dan Mulut
e) Instalasi Elektromedik
f) Instalasi Rekam Medik
g) Instalasi Hemodialisa
h) Instalasi Laboratorium
i) Instalasi Radiologi
88
j) Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit
k) Instalasi Laundry
l) Instalasi Gizi
m) Instalasi Sanitasi
n) Instalasi Farmasi
2. Persiapan Penelitian
a. Persiapan Administrasi
Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Direktur Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta untuk melakukan penelitian pada tempat tersebut,
khususnya di Poli Rawat Jalan. Surat permohonan izin penelitian tersebut
dilegalkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
dengan nomor surat: 13354/UN27.06/DL/2019 tertanggal 11 Agustus 2019.
Setelah diproses oleh pihak rumah sakit, peneliti diwajibkan untuk
melaksanakan presentasi proposal penelitian untuk uji kelayakan etik
penelitian. Presentasi tersebut dihadiri oleh tim kaji etik dari pihak rumah sakit.
Setelah itu, peneliti mendapatkan surat izin untuk melakukan riset di RSJ
Daerah Surakarta dengan nomor surat: 070/7042/11/2019 tertanggal 8
November 2019. Surat tersebut digunakan sebagai pemberitahuan terhadap poli
atau bagian yang dituju peneliti untuk melaksanakan penelitian, dalam hal ini
adalah poli rawat jalan dan bagian rekam medis.
89
b. Persiapan Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah skala relapse
skizofrenia, skala penerimaan caregiver, dan skala kualitas hidup caregiver
dengan keterangan sebagai berikut:
1) Skala Relapse Skizofrenia
Skala relapse skizofrenia yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan skala adaptasi The Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS)
yang disusun oleh Overall & Gorham (1962) dan terdiri dari 4 aspek, yaitu
thought disturbance, anergia, affect, dan disorganization. Skala tersebut
terdiri dari 18 aitem dengan 7 pilihan jawaban. Pilihan jawaban tersebut
mencakup “Tidak Ada”, “Sangat Ringan”, “Ringan”, “Sedang”, “Cukup
Parah”, “Parah”, dan “Sangat Parah”.
Tabel 8
Distribusi Skala Relapse Skizofrenia Sebelum Uji-Coba
No. Aspek Aitem
1. Thought Disorder
(Gangguan Berpikir)
Grandiosity (8)
Suspiciousness (11)
Hallucinatory Behavior (12)
Unusual Thought Content (15)
2. Anergia
(Anergia)
Emotional Withdrawal (3)
Motor Retardation (13)
Uncooperativeness (14)
Blunted Affect (16)
3. Affect
(Afek)
Somatic Concern (1)
Anxiety (2)
Guilt Feelings (5)
Depressive Mood (9)
Hostility (10)
4. Disorganization
(Ketidakberaturan)
Conceptual Disorganization
(4)
Tension (6)
90
No. Aspek Aitem
Mannerisms and Posturing (7)
Excitement (17)
Disorientation (18)
Jumlah 18
2) Skala Penerimaan Caregiver
Skala penerimaan caregiver yang digunakan dalam penelitian ini diukur
menggunakan skala penerimaan caregiver yang disusun oleh peneliti
melalui teori Rohner (2006) mengenai Interpersonal Acceptance-Rejection
Theory yang terdiri dari 4 aspek, yaitu Warmth/Affection,
Hostiloty/Agression, Indifference/Neglect, dan Undifferentiated Rejection.
Skala ini terdiri dari 27 aitem, 19 aitem favorable dan 8 aitem unfavorable.
Tabel 9
Distribusi Skala Penerimaan Caregiver Sebelum Uji-Coba
No. Aspek Indikator Aitem
Jumlah Favorable Unfavorable
1. Warmth/Affection
(Kehangatan/Afeksi)
Menunjukkan
kepeduliannya
melalui perilaku dan
tindakannya
1, 2, 3, 4 5
8 Menunjukkan
kepeduliannyanya
melalui kata-kata dan
ucapannya
6, 7 8
2. Hostility/Agression
(Permusuhan/Agresi)
Menunjukkan
ketidaksukaannya
dengan perilaku dan
tindakannya
9, 10, 11 12
7 Menunjukkan
ketidaksukaannya
dengan kata-kata dan
ucapannya
13, 14 15
91
No. Aspek Indikator Aitem
Jumlah Favorable Unfavorable
3. Indifference/Neglect
(Pengabaian/
Mengabaikan)
Ketiadaan seseorang
secara fisik terhadap
orang lain
16, 17, 18 19
6 Tidak adanya
perhatian yang
ditunjukkan
seseorang terhadap
orang lain
20 21
4. Undifferentiated
Rejection (Penolakan
tidak terdiferensiasi)
Perasaan menolak
yang tidak
ditunjukkan
22, 23,
24, 25
26, 27
6
Jumlah 19 8 27
3) Skala Kualitas Hidup Caregiver
Skala kualitas hidup caregiver yang digunakan dalam penelitian ini diukur
menggunakan skala adaptasi yang disusun oleh Elwick, et al. (2010), yaitu
The Adult Carers’ Quality of Life Questionnaire. Skala tersebut didasari
oleh teori kualitas hidup WHO yang kemudian disesuaikan dengan keadaan
caregiver, sehingga membentuk 8 aspek yaitu Support for Caring, Caring
Choice, Caring Stress, Money Matters, Personal Growth, Sense of Value,
Ability to Care, dan Carers Satisfaction. Skala ini terdiri dari 40 aitem, 26
aitem favorable dan 14 aitem unfavorable.
Tabel 10
Distribusi Skala Kualitas Hidup Caregiver Sebelum Uji-Coba
No. Aspek Aitem
Jumlah Favorable Unfavorable
1. Support for Caring (Dukungan
untuk merawat)
1, 2, 3, 4,
5
5
2. Caring Choice (Pilihan untuk
merawat)
6, 7, 8, 9, 10 5
92
No. Aspek Aitem
Jumlah Favorable Unfavorable
3. Caring Stress (Stres dari
merawat)
11, 12, 13,
14, 15 5
4. Money Matters (Masalah
finansial)
17, 18, 20 16, 19 5
5. Personal Growth
(Pengembangan diri)
21, 22,
23, 24, 25
5
6. Sense of Value (Rasa dihargai) 26, 27,
28, 29, 30
5
7. Ability to Care (Kemampuan
untuk merawat)
31, 32,
33, 34, 35
5
8. Carers Satisfaction (Kepuasan
dalam perannya)
36, 39, 40 37, 38 5
Jumlah 26 14 40
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah caregiver dari pasien
rawat jalan skizofrenia (kode diagnosa F20) dengan jumlah minimal 30 subjek.
Penentuan subjek penelitian dipilih secara insidental (incidental sampling) pada
bulan Desember 2019 hingga Februari 2020 bertempat di poli rawat jalan RSJ
Daerah Surakarta.
2. Pengumpulan Data Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di poli rawat jalan RSJ
Daerah Surakarta, yaitu pada caregiver yang mendampingi pasien skizofrenia
ketika akan melakukan kontrol rutin. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan
dibantu oleh tim peneliti, yaitu 4 orang mahasiswa psikologi UNS angkatan 2015.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2019 hingga Februari 2020. Jumlah
93
subjek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 35 orang caregiver. Data
dikumpulkan menggunakan cara menyebarkan skala penelitian kepada caregiver
yang sedang menunggu panggilan untuk masuk ke ruang dokter. Peneliti akan
melakukan pengecekan pada kartu berobat pasien untuk memastikan diagnosa
gangguan skizofrenia. Pemberian skala penelitian dilakukan dengan menjelaskan
terlebih dahulu maksud dari penelitian dan teknis pengisian skala. Tim peneliti
kemudian membacakan seluruh isi skala penelitian dan membantu pengisian skala
tersebut jika subjek meminta.
Peneliti menggunakan metode uji coba terpakai dalam penelitian ini, yaitu
dilakukan pengolahan uji validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu pada seluruh
hasil data penelitian. Selanjutnya, aitem yang memiliki nilai validitas < 0,3 akan
dinyatakan tidak valid dan dihilangkan dalam perhitungan uji hipotesis. Metode ini
digunakan atas dasar keterbatasan waktu dan kondisi tempat serta subjek penelitian.
Keterbatasan waktu pada penelitian ini adalah batasan waktu yang diberikan oleh
pihak rumah sakit, yaitu selama 3 bulan. Kemudian, peneliti dapat melakukan pada
waktu tertentu, yaitu hari Senin – Jumat pada jam 08.00 – 12.00. Selain itu,
keterbatasan kondisi yang dimaksud peneliti adalah tim peneliti hanya dapat
mengambil data saat subjek sedang menunggu panggilan dari dokter di ruang
tunggu, sehingga tidak selalu dapat menyelesaikan pengisian skala yang
dibutuhkan.
3. Analisis Validitas dan Reliabilitas Skala
Skala yang sudah disebarkan kepada subjek, kemudian dilakukan skoring
yaitu memberikan nilai sesuai dengan kriteria penilaian yang sudah ditentukan
94
sebelumnya dan kemudian diuji validitas dan reliabilitas dari skala tersebut.
Skoring pada skala relapse skizofrenia dilakukan dengan cara memberikan skor
sebesar 1 untuk pilihan Tidak Ada, skor 2 untuk pilihan Sangat Ringan, skor 3 untuk
pilihan Ringan, skor 4 untuk pilihan Sedang, skor 5 untuk pilihan Cukup Parah,
skor 6 untuk pilihan Parah, dan skor 7 untuk pilihan Sangat Parah. Sedangkan pada
skala penerimaan caregiver dan skala kualitas hidup caregiver, skoring pada aitem
favorable dilakukan dengan cara memberikan skor 4 untuk pilihan Sangat Sesuai
(SS), skor 3 untuk pilihan Sesuai (S), skor 2 untuk pilihan Tidak Sesuai (TS), dan
skor 1 untuk pilihan Sangat Tidak Sesuai (STS). Selanjutnya, skoring pada aitem
unfavorable dilakukan dengan cara memberikan skor 4 untuk pilihan Sangat Tidak
Sesuai (STS), skor 3 untuk pilihan Tidak Sesuai (TS), skor 2 untuk pilihan Sesuai
(S), dan skor 1 untuk pilihan Sangat Sesuai (SS).
Setelah skoring, semua alat ukur diuji validitas dan reliabilitasnya. Validitas
diuji dengan dua cara, yaitu uji validitas isi dan uji daya beda aitem (Sugiyono,
2013). Validitas isi menggunakan professional judgement yang dilakukan oleh
pembimbing utama dan pembimbing pendamping sebagai pihak berkompeten.
Berdasarkan hasil uji validitas isi, ketiga skala yang digunakan telah melewati
professional judgement yang dilakukan oleh pembimbing. Setelah melewati uji
validitas isi, dilakukan uji daya beda aitem menggunakan teknik Corrected Item-
Total Correlation dengan bantuan program SPSS 20. Aitem dinyatakan valid
apabila nilai aitem tersebut > 0,3, sedangkan aitem yang meemiliki nilai < 0,3 tidak
dapat digunakan (Priyatno, 2013).
95
Uji reliabilitas dilakukan untuk menentukan apakah alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini reliabel atau tidak (Priyatno, 2017). Metode yang
digunakan dalam menentukan reliabilitas penelitian ini adalah dengan Cronbach
Alpha. Perhitungan uji reliablitas ini menggunakan bantuan program SPSS 20.
Menurut Sekaran (dalam Priyatno, 2017), nilai reliabilitas suatu alat ukur kurang
dari 0,6 adalah kurang baik, 0,7 dapat diterima, dan di atas 0,8 adalah baik. Oleh
karena itu, batasan nilai reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,8.
Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas untuk masing-masing skala yang
digunakan pada penelitian ini adalah:
a. Skala Relapse Skizofrenia
Skala relapse skizofrenia dalam penelitian ini sebelum dilakukan uji
validitas dan reliabilitas terdiri dari 18 aitem. Setelah dilakukan uji
validitas, terdapat 1 aitem yang dinyatakan gugur karena nilai aitem
tersebut < 0,3. Aitem yang gugur adalah aitem nomor 1. Untuk jumlah
aitem yang valid adalah sebanyak 17 aitem dengan rentang 0,375 sampai
0,761. Distribusi aitem skala relapse skizofrenia dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 11
Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji Coba Skala Relapse Skizofrenia
No. Aspek No. Aitem Jumlah
Valid Gugur Valid Gugur
1. Thought Disorder
(Gangguan Berpikir)
8, 11,
12, 15
4
2. Anergia
(Anergia)
3, 13,
14, 16
4
3. Affect
(Afek)
2, 5, 9,
10
1 4 1
96
No. Aspek No. Aitem Jumlah
Valid Gugur Valid Gugur
4. Disorganization
(Ketidakberaturan)
4, 6, 7,
17, 18
5
Jumlah 17 1
Berdasarkan uji reliabilitas skala relapse skizofrenia, didapatkan nilai
koefisien reliabilitas adalah 0,916. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
skala relapse skizofrenia merupakan skala yang reliabel, dilihat dari
angka koefisien reliabilitasnya > 0,80. Oleh karena itu, skala relapse
skizofrenia dapat digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini.
Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji reliabilitas skala relapse
skizofrenia:
Tabel 12
Perhitungan Uji Reliabilitas Skala Relapse Skizofrenia
Reliability Statics
Cronbach Alpha N of Items
0,916 17
b. Skala Penerimaan Caregiver
Skala penerimaan caregiver dalam penelitian ini sebelum dilakukan uji
validitas dan reliabilitas terdiri dari 27 aitem. Setelah dilakukan uji
validitas, terdapat 1 aitem yang dinyatakan gugur karena nilai aitem
tersebut < 0,3. Aitem yang gugur adalah aitem nomor 1. Untuk jumlah
aitem yang valid adalah sebanyak 26 aitem, yaitu 18 aitem favorable
dan 8 aitem unfavorable. Nilai dari hasil corrected item-total
correlation pada aitem yang valid adalah dalam rentang 0,301 sampai
97
0,819. Distribusi aitem skala penerimaan caregiver dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 13
Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji Coba Skala Penerimaan
Caregiver
No Aspek Indikator
No. Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable Valid Gugur
Valid Gugur Valid Gugur
1. Warmth/
Affection
(Kehangatan/
Afeksi)
Menunjukkan
kepeduliannya
melalui
perilaku dan
tindakannya
2, 3,
4 1 5 - 4 1
Menunjukkan
kepeduliannya
nya melalui
kata-kata dan
ucapannya
6, 7 - 8 - 3 -
2. Hostility/
Agression
(Permusuhan/
Agresi)
Menunjukkan
ketidaksukaan
nya dengan
perilaku dan
tindakannya
9, 10,
11 - 12 - 4 -
Menunjukkan
ketidaksukaan
nya dengan
kata-kata dan
ucapannya
13,
14 - 15 - 3 -
3. Indifference/
Neglect
(Pengabaian/
Mengabaikan)
Ketiadaan
seseorang
secara fisik
terhadap
orang lain
16,
17,
18
- 19 - 4 -
98
No Aspek Indikator
No. Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable Valid Gugur
Valid Gugur Valid Gugur
Tidak adanya
perhatian
yang
ditunjukkan
seseorang
terhadap
orang lain
20 - 21 - 2 -
4. Undifferentiated
Rejection
(Penolakan tidak
terdiferensiasi)
Perasaan
menolak yang
tidak
ditunjukkan
22,
23,
24,
25
- 26,
27 - 6 -
Jumlah 18 1 8 - 26 1
Berdasarkan uji reliabilitas skala penerimaan caregiver, didapatkan nilai
koefisien reliabilitas adalah 0,934. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
skala relapse skizofrenia merupakan skala yang reliabel, dilihat dari
angka koefisien reliabilitasnya > 0,80. Oleh karena itu, skala relapse
skizofrenia dapat digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini.
Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji reliabilitas skala relapse
skizofrenia:
Tabel 14
Perhitungan Uji Reliabilitas Skala Penerimaan Caregiver
Reliability Statics
Cronbach Alpha N of Items
0,934 26
99
c. Skala Kualitas Hidup Caregiver
Skala kualitas caregiver dalam penelitian ini sebelum dilakukan uji
validitas dan reliabilitas terdiri dari 40 aitem. Setelah dilakukan uji
validitas, terdapat 3 aitem yang dinyatakan gugur karena nilai aitem
tersebut < 0,3. Aitem yang gugur adalah aitem nomor 3, 5, dan 21.
Untuk jumlah aitem yang valid adalah sebanyak 37 aitem, yaitu 23 aitem
favorable dan 14 aitem unfavorable. Nilai dari hasil corrected item-total
correlation pada aitem yang valid adalah dalam rentang 0,323 sampai
0,853. Distribusi aitem skala kualitas hidup caregiver dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 15
Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji Coba Skala Kualitas Hidup
Caregiver
No Aspek
No. Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable Valid Gugur
Valid Gugur Valid Gugur
1. Support for Caring
(Dukungan untuk
merawat)
1, 2,
4 3, 5 - - 3 2
2. Caring Choice (Pilihan
untuk merawat) - -
6, 7,
8, 9,
10
- 5 -
3. Caring Stress (Stres dari
merawat)
- -
11,
12,
13,
14,
15
- 5 -
4. Money Matters (Masalah
finansial)
17,
18,
20
- 16,
19 - 5 -
5. Personal Growth
(Pengembangan diri)
22,
23,
24,
25
21 - - 4 1
100
No Aspek
No. Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable Valid Gugur
Valid Gugur Valid Gugur
6. Sense of Value (Rasa
dihargai)
26,
27,
28,
29,
30
- - - 5 -
7. Ability to Care
(Kemampuan untuk
merawat)
31,
32,
33,
34,
35
- - - 5 -
8. Carers Satisfaction
(Kepuasan dalam
perannya)
36,
39,
40
- 37,
38 - 5 -
Jumlah 23 3 14 - 37 3
Berdasarkan uji reliabilitas skala kualitas hidup caregiver, didapatkan
nilai koefisien reliabilitas adalah 0,960. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa skala kualitas hidup caregiver merupakan skala yang reliabel,
dilihat dari angka koefisien reliabilitasnya > 0,80. Oleh karena itu, skala
kualitas hidup caregiver dapat digunakan sebagai alat ukur dalam
penelitian ini. Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji reliabilitas skala
kualitas hidup caregiver:
Tabel 16
Perhitungan Uji Reliabilitas Skala Kualitas Hidup Caregiver
Reliability Statics
Cronbach Alpha N of Items
0,960 37
101
C. Analisis Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi berganda. Teknik
analisis regresi berganda digunakan untuk menjawab tujuan penelitian, yaitu
mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel prediktor dengan satu
variabel kriterium. Variabel kriterium dalam penelitian ini adalah relapse
skizofrenia, dan variabel prediktor dalam penelitian ini adalah penerimaan dan
kualitas hidup caregiver.
Sebelum melakukan analisis data, dibutuhkan penyamarataan skor hasil
penelitian yang disebabkan pilihan jawaban pada penelitian ini tidak sama, yaitu
pada skala relapse skizofrenia menggunakan 7 pilihan jawaban dan pada skala
penerimaan caregiver dan skala kualitas hidup caregiver menggunakan 4 pilihan
jawaban. Untuk penyamarataan skor hasil, diperlukan pengubahan skor total
mentah menjadi z-score dan kemudian diubah menjadi t-score. Hasil dari
pengubahan menjadi t-score tersebut yang kemudian akan digunakan pada analisis
data. Selanjutnya, terdapat uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik yang harus
dilakukan terlebih dahulu. Uji asumsi dasar terdiri dari uji normalitas dan uji
linearitas, sedangkan uji asumsi klasik terdiri dari uji autokorelasi, uji
multikolinearitas, dan uji heterokesdastisitas. Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan bantuan program Statistical Product and Service
Solution (SPSS) versi 20 for Windows.
102
1. Uji Asumsi Dasar
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk membuktikan kenormalan distribusi data
dalam penelitian. Pada analisis statistik parametrik, asumsi yang dimiliki
oleh data adalah data harus terdistribusi secara normal (Santosa & Ashari,
2005). Data Penelitian dikatakan normal apabila memiliki taraf signifikansi
lebih besar dari 0,05. Hasil perhitungan uji normalitas data penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 17
Hasil Analisis Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 35
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 9.75800584
Most Extreme
Differences
Absolute .142
Positive .142
Negative -.078
Kolmogorov-Smirnov Z .839
Asymp. Sig. (2-tailed) .482
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji normalitas pada penelitian ini
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,482 (p > 0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa ketiga skala yang digunakan dalam penelitian ini
dikatakan terdistribusi normal.
103
Selain berdasarkan pada tabel perhitungan, hasil uji normalitas pada skala
yang digunakan dapat dilihat pada grafik-grafik berikut:
Gambar 4. Grafik Histogram Uji Normalitas
Gambar 5. Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas
104
Pada grafik histogram, bentuk garik data relapse mengikuti bentuk
distribusi normal. Sedangkan pada grafik P-P Plots, nilai probabilitas yang
diharapkan adalah sama dengan nilai probabilitas pengamatan. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai P-P Plots tidak menyimpang jauh dari garis
diagonal. Dari grafik-grafik tersebut, dapat dikatakan bahwa distribusi data
adalah normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk membuktikan bahwa hubungan antara
variabel kriterium dan variabel prediktor harus linear (Santosa & Ashari,
2005). Variabel pada penelitian dikatakan memiliki hubungan yang linear
jika memiliki nilai deviation from linearity dan linearity lebih dari 0,05
(Priyatno, 2017). Hasil uji linearitas data penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 18
Hasil Analisis Uji Linearitas antara Penerimaan Caregiver dengan Relapse
Skizofrenia
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Relapse
Skizofrenia *
Penerimaan
Caregiver
Between
Groups
(Combined) 2228.698 23 96.900 .910 .595
Linearity 160.771 1 160.771 1.510 .245
Deviation from
Linearity 2067.927 22 93.997 .883 .616
Within Groups 1171.302 11 106.482
Total 3400.000 34
105
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa
nilai deviation from linearity pada variabel relapse skizofrenia dan
penerimaan caregiver adalah 0,616 (p > 0,05) dan nilai linearity adalah
0,245 (p > 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel relapse
skizofrenia dan penerimaan caregiver terdapat hubungan yang linear.
Tabel 19
Hasil Analisis Uji Linearitas antara Kualitas Hidup Caregiver dengan
Relapse Skizofrenia
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Relapse
Skizofrenia *
Kualitas
Hidup
Caregiver
Between
Groups
(Combined) 2417.626 26 92.986 .757 .723
Linearity 96.405 1 96.405 .785 .401
Deviation from
Linearity 2321.221 25 92.849 .756 .722
Within Groups 982.374 8 121.797
Total 3400.000 34
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa
nilai deviation from linearity pada variabel relapse skizofrenia dan
penerimaan caregiver adalah 0,722 (p > 0,05) dan nilai linearity adalah
0,401 (p > 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel relapse
skizofrenia dan penerimaan caregiver terdapat hubungan yang linear.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah terjadi autokorelasi pada
variabel suatu penelitian, yaitu korelasi antara anggota observasi yang
106
disusun menurut waktu atau tempat. Dalam teknik analsis regresi berganda,
variabel yang digunakan seharusnya tidak terjadi autokorelasi (Priyatno,
2009). Variabel yang tidak menunjukan adanya autokorelasi adalah apabila
du < d < 4-dL (Santosa & Ashari, 2005). Nilai du dapat dilihat pada tabel
Durbin-Watson. Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji autokorelasi:
Tabel 20
Hasil Analisis Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .219a .048 -.012 10.05832 2.041
a. Predictors: (Constant), Kualitas Hidup Caregiver, Penerimaan Caregiver
b. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia
Berdasarkan tabel Durbin-Watson dengan melihat jumlah sampel penelitian
adalah 35 dan jumlah variabel prediktor 2, didapatkan dL adalah 1,25 dan du
1,48. Pada tabel hasil perhitungan uji autokorelasi, nilai Durbin-Watson
adalah 2,041, sehingga hasil uji Durbin-Watson adalah du < d < 4-dL (1,48
< 2,056 < 2,75) dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah
autokorelasi antar variabel.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk membuktikan ada atau tidaknya
hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel
kriterium. Untuk melakukan uji hipotesis menggunakan teknik regresi
berganda, seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati
107
sempurna di antara variabel kriteriumnya (Priyatno, 2009). Uji
multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai tolerance dan inflation factor
(VIF) pada model regresi. Variabel kriterium dikatakan tidak terjadi
multikolinearitas apabila nilai tolerance kedua variabel > 0,10 dan nilai VIF
< 10. Berikut adalah hasil perhitungan uji multikolinearitas:
Tabel 21
Hasil Analisis Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 61.356 9.512 6.451 .000
Penerimaan
Caregiver -.195 .241 -.195 -.809 .425 .512 1.954
Kualitas Hidup
Caregiver -.032 .241 -.032 -.133 .895 .512 1.954
a. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia
Dari hasil perhitungan di atas, nilai tolerance pada kedua variabel kriterium
adalah 0,512 (p > 0,10) dan nilai VIF adalah 1.954 (p < 10). Dapat
disimpulkan bahwa antara variabel kriterium pada penelitian ini tidak terjadi
multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk melihat ada atau tidaknya varian
residual yang tidak sama pada semua pengamatan. Pada teknik analisis
regresi berganda seharusnya tidak terjadi heterokedastisitas (Priyatno,
2009). Variabel tidak terjadi heterokedastisitas ketika nilai signifikansi
108
korelasi antara variabel kriterium dengan variabel prediktor > 0,05. Berikut
adalah tabel hasil perhitungan uji heterokedastisitas:
Tabel 22
Hasil Analisis Uji Heterokesdastisitas
Unstandar-
dized
Residual
Penerimaan
Caregiver
Kualitas
Hidup
Caregiver
Spearman's
rho
Unstandardized
Residual
Correlation
Coefficient 1.000 -.029 -.066
Sig. (2-tailed) . .870 .705
N 35 35 35
Penerimaan
Caregiver
Correlation
Coefficient -.029 1.000 .665**
Sig. (2-tailed) .870 . .000
N 35 35 35
Kualitas Hidup
Caregiver
Correlation
Coefficient -.066 .665** 1.000
Sig. (2-tailed) .705 .000 .
N 35 35 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pada tabel di atas, nilai signifikansi korelasi antara relapse skizofrenia
dengan penerimaan caregiver adalah 0,870, dan nilai signifikansi korelasi
antara relapse skizofrenia dengan kualitas hidup caregiver adalah 0,705.
Dapat disimpulkan bahwa kedua variabel prediktor dengan variabel
kriterium tidak terjadi heterokedastisitas (p > 0,05).
109
Selain itu, heterokedastisitas dapat dilihat dari diagram scatterplot. Jika
titik-titik pada diagram menyebar dari di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada heterokedastisitas pada
variabel-variabel yang diuji. Berikut adalah hasil diagram scatterplot pada
variabel-variabel penelitian ini:
Gambar 6. Grafik Scatterplot Uji Heterokedastisitas
Pada diagram scatterplot di atas, dapat dilihat bawha titik-titik yang ada
dalam diagram tidak memiliki pola tertentu dan tersebar di atas dan di
bawah titik 0 sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas pada variabel di penelitian ini.
110
3. Uji Hipotesis
a. Uji F
Uji F, atau bisa disebut sebagai analisis varian (ANOVA), merupakan uji
koefisien regresi yang digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh
beberapa variabel prediktor dengan variabel kriterium secara bersama-sama
(Priyatno, 2009). Pada penelitian ini, pengujian menggunakan tingkat
signifikansi 0,05. Apabila perolehan nila Fhitung > Ftabel, maka dapat
dinyatakan bahwa kedua variabel prediktor memiliki pengaruh terhadap
variabel kriterium secara bersama-sama. Selain itu, apabila nilai signifikansi
< 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa kedua variabel prediktor memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel kriterium secara bersama-sama.
Berikut adalah tabel hasil perhitungan untuk uji F:
Tabel 23
Hasil Analisis Uji F Simultan
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 162.565 2 81.282 .803 .457b
Residual 3237.435 32 101.170
Total 3400.000 34
a. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia
b. Predictors: (Constant), Kualitas Hidup Caregiver, Penerimaan Caregiver
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa diperoleh Fhitung sebesar 0,803 dan
signifikansi sebesar 0,457. Ftabel yang digunakan dengan df 1 (jumlah
variabel-1) = 2, dan df 2 (n-k-1) = 32 (n adalah jumlah subjek; k adalah
jumlah variabel prediktor) adalah 3,295. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel (0,803 < 3,295) dan signifikansi > 0,05
111
(0,457 > 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis pertama ditolak,
yaitu penerimaan dan kualitas hidup caregiver secara bersama-sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia
di RSJ Daerah Surakarta.
b. Uji t
Uji t, yaitu uji koefisien regresi secara terpisah, digunakan untuk melihat
ada atau tidaknya pengaruh signifikan dari variabel prediktor terhadap
variabel kriterium secara parsial (Priyatno, 2009). Pada penelitian ini
digunakan tingkat signifikansi 0,05 dan 2 sisi. Apabila thitung > ttabel, maka
dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel prediktor terhadap
variabel kriterium secara parsial. Selain itu, apabila nilai signifikansi < 0,05,
maka dapat dikatakan bahwa variabel prediktor memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel kriterium secara parsial. Berikut adalah tabel
hasil perhitungan untuk uji t:
112
Tabel 24
Hasil Analisis Uji t Parsial
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Correlations
B Std.
Error
Beta Zero-
order
Partial Part
1
(Constant) 61.356 9.512 6.451 .000
Penerimaa
n
Caregiver
-.195 .241 -.195 -.809 .425 -.217 -.142 -.139
Kualitas
Hidup
Caregiver
-.032 .241 -.032 -.133 .895 -.168 -.024 -.023
a. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia
Nilai ttabel yang digunakan pada penelitian ini adalah 2,037 (signifikansi
0,05/2 = 0,025 dan derajat kebebasan df (n-k-1) = 32). Pada tabel di atas,
dapat dilihat bahwa dari hasil perhitungan didapatkan thitung pada variabel
penerimaan caregiver dengan relapse skizofrenia adalah sebesar -0,809 dan
nilai signifikansi sebesar 0,425. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa -thitung > -ttabel (-0,809 > -2,037) dan nilai signifikansi >
0,05 (0,425 > 0,05), yaitu tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
penerimaan caregiver dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di
RSJ Daerah Surakarta.
Selain itu, pada tabel di atas memperlihatkan bahwa hasil perhitungan thitung
pada variabel kualitas hidup caregiver dengan relapse skizofrenia adalah
sebesar -0,133 dan nilai signifikansi sebesar 0,895. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa -thitung > -ttabel (-0,133 > -2,037) dan nilai
113
signifikansi > 0,05 (0,895 > 0,05), yaitu tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara kualitas hidup caregiver dengan relapse pada pasien rawat
jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.
c. Uji R2
Uji R2, atau bisa disebut uji analisis koefisien determinasi, digunakan untuk
melihat sumbangan pengaruh variabel prediktor terhadap variabel kriterium.
Nilai R2 kemudian diubah ke dalam bentuk persen dan memiliki arti
persentasi sumbangan pengaruh. Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji
analisis koefisien determinasi:
Tabel 25
Hasil Analisis Uji R2
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .219a .048 -.012 10.05832
a. Predictors: (Constant), Kualitas Hidup Caregiver, Penerimaan
Caregiver
b. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia
Dapat dilihat pada tabel di atas, nilai dari R2 pada penelitian ini adalah
sebesar 0,048. Nilai tersebut diubah menjadi bentuk persen, yaitu memiliki
hasil 4,8%. Disimpulkan bahwa persentasi sumbangan pengaruh variabel
penerimaan dan kualitas hidup caregiver dengan relapse skizofrenia adalah
sebesar 4,8%, dan 95,2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
114
4. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan penggambaran data secara statistik yang
ditunjukkan dalam bentuk mean, sum, standar deviasi, variance, range dan lain-lain.
Analisis deskriptif digunakan untuk mengukur normal tidaknya distribusi data
menggunakan statistik data tersebut (Priyatno, 2009). Pada penelitian ini, analisis
deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umum dari seluruh variabel, yaitu
penerimaan caregiver, kualitas hidup caregiver, dan relapse skizofrenia. Berikut
adalah tabel deskripsi penelitian ini:
Tabel 26
Hasil Analisis Deskriptif Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Relapse Skizofrenia 35 19 91 45.09 17.907
Penerimaan Caregiver 35 51 101 81.23 12.022
Kualitas Hidup
Caregiver 35 67 142 109.46 17.229
Tabel 27
Hasil Analisis Deskriptif Hipotetik dan Empirik
Skala N
Data
Hipotetik MH SD
Data
Empirik ME SD
Skor
Min
Skor
Max
Skor
Min
Skor
Max
Relapse
Skizofrenia 35 17 119 68 17 19 91 45.09 17.907
Penerimaan
Caregiver 35 26 104 65 13 51 101 81.23 12.022
Kualitas
Hidup
Caregiver
35 37 148 92.5 18.5 67 142 109.46 17.229
115
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah relapse skizofrenia,
penerimaan caregiver, dan kualitas hidup caregiver. Hasil dari pengisian skala
tersebut kemudian digolongkan menjadi tiga kategori untuk melihat tingkatan nilai
subjek (tinggi, sedang, atau rendah). Penelitian ini menggunakan kategorisasi
jenjang berdasarkan model distribusi normal. Penggolongan nilai ini digunakan
untuk menempatkan subjek penelitian dalam kelompok-kelompok yang terpisah
(Azwar, 2015). Tiga kategori dibagi berdasarkan norma kategorisasi berikut:
Tabel 28
Norma Kategorisasi Data Penelitian
Rumus Standar Deviasi Kategorisasi
X > (µ - 1σ) Rendah
(µ - 1σ) ≤ X < (µ + 1σ) Sedang
(µ + 1σ) ≤ X Tinggi
Keterangan:
X = raw score skala
µ = nilai mean hipotetik
σ = standar deviasi hipotetik
Berdasarkan rumus di atas, maka kategorisasi subjek penelitian dalam skala
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 29
Hasil Kategorisasi Variabel Penelitian
Variabel Kategorisasi Norma Jumlah
Subjek Persentase
Relapse
Skizofrenia
Ringan X < 51 25 71.43%
Sedang 51 ≤ X < 85 8 22.86%
Berat 85 ≤ X 2 5.71%
Penerimaan
Caregiver
Rendah X < 52 1 2.86%
Sedang 52 ≤ X 78 14 40.00%
Tinggi 78 ≤ X 20 57.14%
Kualitas
Hidup
Caregiver
Rendah X < 74 2 5.71%
Sedang 74 ≤ X < 111 17 48.57%
Tinggi 111 ≤ X 16 45.71%
116
a. Skala Relapse Skizofrenia
Hasil perhitungan pada tabel 29 menunjukkan bahwa persebaran skala
relapse skizofrenia dibagi menjadi tiga kategori. Terdapat 25 pasien yang
dirawat oleh subjek memiliki tingkat relapse skizofrenia yang ringan, bila
dipresentasekan menjadi 71,43%. Selain itu, terdapat 8 pasien yang dirawat
oleh subjek memiliki tingkat relapse skizofrenia sedang atau sebesar
22,86%, dan terdapat 2 pasien yang dirawat oleh subjek dengan tingkat
relapse skizofrenia berat atau sebesar 5,71%. Berdasarkan sebaran data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat relapse skizofrenia pada pasien
yang dirawat oleh subjek pada penelitian ini secara umum berada pada
kategori ringan.
b. Skala Penerimaan Caregiver
Hasil perhitungan pada tabel 29 menunjukkan bahwa persebaran skala
penerimaan caregiver dibagi menjadi tiga kategori. Terdapat 1 subjek
memiliki tingkat penerimaan yang rendah, bila dipresentasekan menjadi
2,86%. Selain itu, terdapat 14 subjek memiliki tingkat penerimaan sedang
atau sebesar 40%, sedangkan 20 subjek lainnya memiliki tingkat
penerimaan yang tinggi atau sebesar 57,14%. Berdasarkan sebaran data
tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat penerimaan caregiver pada subjek
penelitian ini secara umum berada pada kategori tinggi.
117
c. Skala Kualitas Hidup Caregiver
Hasil perhitungan pada tabel 29 menunjukkan bahwa persebaran skala
kualitas hidup caregiver dibagi menjadi tiga kategori. Terdapat 2 subjek
memiliki tingkat kualitas hidup yang rendah, bila dipresentasekan menjadi
5,71%. Selain itu, terdapat 17 subjek memiliki tingkat kualitas hidup sedang
atau sebesar 48,57%, sedangkan 16 subjek lainnya memiliki tingkat kualitas
hidup yang tinggi atau sebesar 45,71%. Berdasarkan sebaran data tersebut,
dapat dikatakan bahwa tingkat kualitas hidup caregiver pada subjek
penelitian ini secara umum berada pada kategori sedang dan tinggi.
5. Analisis Tambahan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi relapse skizofrenia dapat dari
berbagai sumber. Pada analisis tambahan ini, peneliti ingin melihat pengaruh dari
frekuensi rawat inap pasien, lama merawat, serta beberapa karakteristik dari
caregiver yang merawat pasien ketika berada di rumah. Berikut adalah tabel
demografis subjek penelitian ditinjau dari beberapa karakteristik lainnya:
Tabel 30
Tabel Demografis Penelitian
Karakteristik N Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 8 22.86%
Perempuan 27 77.14%
Lama Merawat
< 2 tahun 16 45.71%
> 2 tahun 19 54.29%
Hubungan dengan Pasien
Ayah/Ibu 14 40.00%
Suami/Istri 3 8.57%
118
Karakteristik N Persentase (%)
Saudara Kandung 9 25.71%
Anak 5 14.29%
Lain-Lain 4 11.43%
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 2 5.71%
SD 6 17.14%
SMP 6 17.14%
SMA 15 42.86%
Pendidikan Tinggi 6 17.14%
Frekuensi Rawat Inap
Tidak Pernah 7 20.00%
1 kali 11 31.43%
2 kali 9 25.71%
3 kali 8 22.86%
Analisis tambahan akan dilakukan menggunakan uji beda t-test independent
untuk karakteristik dengan jumlah dua grup dan uji one-way Anova untuk
karakteristik dengan jumlah lebih dari dua grup dengan uji homogenitas sebagai
prasyarat.
a. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Frekuensi Rawat
Inap
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat keparahan
relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta
berdasarkan frekuensi rawat inap selama 3 tahun terakhir. Peneliti
menggunakan teknik analisis uji one-way Anova karena mengelompokkan data
menjadi lebih dari 2 kategori.
119
Tabel 31
Data Deskriptif Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap
Frekuensi
Rawat Inap
N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Tidak Pernah 7 38.43 15.852 5.991 23.77 53.09 19 67
1 Kali 11 36.64 14.569 4.393 26.85 46.42 19 61
2 Kali 9 54.33 14.396 4.799 43.27 65.40 31 75
3 Kali 8 53.88 21.938 7.756 35.53 72.22 34 91
Total 35 45.49 18.097 3.059 39.27 51.70 19 91
Berdasarkan hasil tabel deskriptif di atas, diketahui bahwa rata-rata tertinggi
skor relapse skizofrenia berada pada kelompok subjek dengan frekuensi rawat
inap sebanyak 2 kali yaitu sebesar 54,33. Sedangkan rata-rata terendah skor
relapse skizofrenia pada kelompok subjek dengan frekuensi rawat inap
sebanyak 1 kali yaitu sebesar 36,64. Selanjutnya, sebelum melakukan uji one-
way Anova, terdapat uji asumsi homogenitas dengan tabel perhitungan sebagai
berikut:
Tabel 32
Hasil Analisi Uji Homogenitas Pada Variabel Relapse Skizofrenia
Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap
Test of Homogeneity of Variances
Relapse Skizofrenia
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.798 3 31 .504
Berdasarkan hasil tabel uji homogenitas di atas, diketahui bahwa nilai
signifikansi adalah 0,504 (p > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data
120
yang digunakan untuk uji one-way Anova adalah homogen. Berikut adalah tabel
hasil perhitungan uji one-way Anova:
Tabel 33
Hasil Analisis Uji One-Way Anova Pada Variabel Relapse Skizofrenia
Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap
ANOVA
Relapse Skizofrenia
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Between
Groups 2477.608 3 825.869 2.957 .048
Within Groups 8657.135 31 279.262
Total 11134.743 34
Berdasarkan tabel hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi
adalah 0,048 (p < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada variabel relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia
ditinjau dari frekuensi rawat inap selama 3 tahun terakhir. Semakin banyak
frekuensi rawat inap yang dijalani oleh pasien, akan semakin tinggi
kemungkinan terjadinya relapse pada pasien skizofrenia.
b. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Lama Merawat
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat keparahan
relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta
berdasarkan lama melakukan perawatan di rumah. Peneliti menggunakan teknik
analisis uji beda t-test independent karena mengelompokkan data menjadi 2
kategori, yaitu di bawah 2 tahun dan 2 tahun ke atas. Hasil dari uji beda t-test
independent adalah sebagai berikut:
121
Tabel 34
Hasil Uji Perbedaan Relapse Skizofrenia berdasarkan Lama Merawat
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality
of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Relapse
Skizofrenia
Equal
variances
assumed
.303 .586 .844 33 .405 5.207 6.166
Equal
variances not
assumed
.859 32.995 .397 5.207 6.065
Berdasarkan data di atas, diketahui nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,586 (p
> 0,05) sehingga dapat dikatakan kelompok pasien yang dirawat di rumah selama
kurang dari 2 tahun dan 2 tahun lebih adalah homogen. Selanjutnya, uji t-test
independent untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan relapse skizofrenia
berdasarkan kelompok pasien yang dirawat di rumah selama kurang dari 2 tahun
dan 2 tahun lebih dapat dilakukan dengan melihat hasil pada Equal variances
assumed. Hasil t-test independent menunjukkan nilai thitung sebesar 0,844 yang
berarti bahwa nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel (thitung < 1,692). Hal tersebut
menginterpretasikan bahwa tidak ada perbedaan antara relapse skizofrenia dengan
kategori lama merawat pasien di bawah 2 tahun dengan 2 tahun ke atas. Nilai sig.
2 tailed sebesar 0,405 (p > 0,05) yang menginterpretasikan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara rata-rata kategori relapse skizofrenia pada pasien
yang perawatan di rumah selama kurang dari 2 tahun dengan pasien yang melakukan
perawatan di rumah selama 2 tahun ke atas. Dengan demikian, tidak ada pengaruh lama
122
merawat yang signifikan terhadap relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ
Daerah Surakarta.
c. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Jenis Kelamin
Caregiver
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat keparahan
relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta
berdasarkan jenis kelamin dari caregiver. Peneliti menggunakan teknik analisis
uji beda t-test independent karena mengelompokkan data menjadi 2 kategori,
yaitu laki-laki dan perempuan. Hasil dari uji beda t-test independent adalah
sebagai berikut:
Tabel 35
Hasil Uji Perbedaan Relapse Skizofrenia berdasarkan Jenis Kelamin
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality
of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Relapse
Skizofrenia
Equal
variances
assumed
.722 .402 -.107 33 .915 -.792 7.393
Equal
variances not
assumed
-.094 9.768 .927 -.792 8.402
Berdasarkan data di atas, diketahui nilai signifikansi Levene’s Test sebesar
0,408 (p > 0,05) sehingga dapat dikatakan kelompok caregiver laki-laki dan
perempuan adalah homogen. Selanjutnya, uji t-test independent untuk
123
mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat keparahan relapse skizofrenia
berdasarkan kelompok cargiver laki-laki dan perempuan dapat dilakukan
dengan melihat hasil pada equal variances assumed. Hasil t-test independent
menunjukkan nilai thitung sebesar -0,107 yang berarti bahwa nilai thitung lebih
besar dari nilai -ttabel (thitung > -1,692). Hal tersebut menginterpretasikan bahwa
tidak ada perbedaan antara relapse skizofrenia dengan kategori caregiver laki-
laki dan perempuan. Nilai sig. 2 tailed sebesar 0,915 (p > 0,05) yang
menginterpretasikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata
kategori relapse skizofrenia pada pasien yang dirawat oleh caregiver laki-laki dan
perempuan. Dengan demikian, tidak ada pengaruh jenis kelamin yang signifikan
terhadap relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.
d. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Hubungan Caregiver
dengan Pasien
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat keparahan
relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta
berdasarkan hubungan caregiver dengan pasien skizofrenia. Peneliti
menggunakan teknik analisis uji one-way Anova karena mengelompokkan data
menjadi lebih dari 2 kategori.
124
Tabel 36
Data Deskriptif Berdasarkan Hubungan dengan Pasien
Hubungan
dengan
Pasien
N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Ayah/Ibu 14 49.00 14.486 3.872 40.64 57.36 19 75
Suami/Istri 3 26.67 6.110 3.528 14.49 44.84 23 35
Saudara
Kandung 9 48.78 24.808 8.268 29.71 67.84 25 91
Anak 5 44.00 19.105 8.544 20.28 67.72 19 71
Lain-Lain 4 39.50 16.052 8.026 65.04 65.04 20 57
Total 35 45.49 18.097 3.059 39.27 51.70 19 91
Berdasarkan hasil tabel deskriptif di atas, diketahui bahwa rata-rata tertinggi
skor relapse skizofrenia berada pada kelompok subjek Ayah/Ibu yaitu sebesar
49,00. Sedangkan rata-rata terendah skor relapse skizofrenia pada kelompok
subjek Suami/Istri yaitu sebesar 26,67. Selanjutnya, sebelum melakukan uji
one-way Anova, terdapat uji asumsi homogenitas dengan tabel perhitungan
sebagai berikut:
Tabel 37
Hasil Analisi Uji Homogenitas Pada Variabel Relapse Skizofrenia
Berdasarkan Hubungan dengan Pasien
Test of Homogeneity of Variances
Relapse Skizofrenia
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.621 4 30 .195
Berdasarkan hasil tabel uji homogenitas di atas, diketahui bahwa nilai
signifikansi adalah 0,195 (p > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data
125
yang digunakan untuk uji one-way Anova adalah homogen. Berikut adalah tabel
hasil perhitungan uji one-way Anova:
Tabel 38
Hasil Analisis Uji One-Way Anova Pada Variabel Relapse Skizofrenia
Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap
ANOVA
Relapse Skizofrenia
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Between
Groups 1175.521 4 293.880 .885 .485
Within Groups 9959.222 30 331.974
Total 11134.743 34
Berdasarkan tabel hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi
adalah 0,485 (p > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada variabel relapse pada pasien rawat jalan
skizofrenia ditinjau dari hubungan caregiver dengan pasien.
e. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Caregiver
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat keparahan
relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta
berdasarkan tingkat pendidikan dari caregiver. Peneliti menggunakan teknik
analisis uji one-way Anova karena mengelompokkan data menjadi lebih dari 2
kategori.
126
Tabel 39
Data Deskriptif Berdasarkan Tingkat Pendidikan Caregiver
Tingkat
Pendidikan
N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Tidak
Sekolah 2 52.00 21.213 15.000 -138.59 242.59 37 67
SD 6 41.50 6.473 2.643 34.71 48.29 31 48
SMP 6 41.17 15.026 6.134 25.40 56.93 23 63
SMA 15 44.53 21.122 5.454 32.84 56.23 19 86
Pendidikan
Tinggi 6 54.00 21.726 8.869 31.20 76.80 31 91
Total 35 45.49 18.097 3.059 39.27 51.70 19 91
Berdasarkan hasil tabel deskriptif di atas, diketahui bahwa rata-rata tertinggi
skor relapse skizofrenia berada pada kelompok subjek Pendidikan Tinggi yaitu
sebesar 54,00. Sedangkan rata-rata terendah skor relapse skizofrenia pada
kelompok subjek SMP yaitu sebesar 41,17. Selanjutnya, sebelum melakukan
uji one-way Anova, terdapat uji asumsi homogenitas dengan tabel perhitungan
sebagai berikut:
Tabel 40
Hasil Analisi Uji Homogenitas Pada Variabel Relapse Skizofrenia
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Test of Homogeneity of Variances
Relapse Skizofrenia
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.552 4 30 .213
Berdasarkan hasil tabel uji homogenitas di atas, diketahui bahwa nilai
signifikansi adalah 0,213 (p > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data
127
yang digunakan untuk uji one-way Anova adalah homogen. Berikut adalah tabel
hasil perhitungan uji one-way Anova:
Tabel 41
Hasil Analisis Uji One-Way Anova Pada Variabel Relapse Skizofrenia
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Caregiver
ANOVA
Relapse Skizofrenia
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Between
Groups 740.676 4 185.169 .534 .711
Within Groups 10394.067 30 346.469
Total 11134.743 34
Berdasarkan tabel hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi
adalah 0,711 (p > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada variabel relapse pada pasien rawat jalan
skizofrenia ditinjau dari tingkat pendidikan caregiver.
D. Pembahasan
Hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti di atas menunjukkan bahwa
hipotesis 1 pada penelitian ini yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
penerimaan dan kualitas hidup caregiver dengan relapse pada pasien rawat jalan
skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta ditolak. Nilai signifikansi dan Fhitung dari uji F
atau uji analisis varian (Anova) adalah 0,352 (p > 0,05) dan 1,079 (Fhitung < Ftabel),
yang menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh dari variabel penerimaan dan
kualitas hidup caregiver dengan variabel relapse skizofrenia. Selain itu, hipotesis
2 yang menyatakan terdapat hubungan antara penerimaan caregiver dengan relapse
128
pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta, dan hipotesis 3 yang
menyatakan terdapat hubungan antara kualitas hidup caregiver dengan relapse pada
pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta juga ditolak. Hasil uji t atau
uji koefisien regresi terpisah antara penerimaan caregiver dan relapse skizofrenia
menunjukan nilai signifikansi dan thitung adalah 0,385 (p > 0,05) dan -0,880 (-thitung
> -ttabel), sedangkan hasil uji t antara kualitas hidup caregiver dan relapse
skizofrenia menunjukkan nilai signifinaksi dan thitung adalah 0,823 (p > 0,05) dan -
0,226 (-thitung > -ttabel).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa analisis secara
simultan maupun parsial dalam penelitian ini sama-sama membuktikan bahwa
variabel terkait tidak memiliki hubungan yang signifikan, melihat nilai signifikansi
yang dihasilkan jauh di atas 0,05. Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil
penelitian dari Torrey (1983) yang menunjukkan bahwa penerimaan yang dimiliki
caregiver dapat mencegah ODS dalam mengalami relapse, serta penelitian Wilson,
et al. (2006) yang menyebutkan bahwa kualitas hidup caregiver berpengaruh
terhadap tingkat perawatan terhadap ODS serta munculnya relapse pada ODS. Hal
tersebut dapat disebabkan karena perbedaan budaya pada penelitian sebelumnya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Azhar & Varma (1996) menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan budaya antara negara bagian timur dengan negara bagian barat,
yang menyebabkan tingginya tingkat emosi positif dalam keluarga dari ODS.
Indonesia termasuk dalam negara bagian timur, sehingga memiliki “kepribadian
timur” atau mementingkan kehidupan rohaniah, yaitu sederhana, religius, taat
kepada Tuhan, tidak agresif, memiliki ikatan sosial yang kuat, dan jarang
129
meluapkan emosi secara agresif (Azhar & Varma, 1996; Siswanto, 2010). Atas
dasar tersebut, penerimaan maupun kualitas hidup yang dimiliki oleh caregiver
tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap terjadinya relapse pada pasien
rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.
Berdasarkan pada hasil dari analisis deskriptif pada penelitian ini,
ditemukan bahwa pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta yang
diambil data untuk penelitian ini mengalami relapse ringan sebanyak 25 pasien
(71,43%), relapse sedang sebanyak 8 pasien (22,86%), dan relapse berat sebanyak
2 pasien (5,71%). Dari data tersebut, pasien dalam penelitian ini seluruhnya
mengalami relapse walaupun mayoritas hanya mengalami relapse ringan. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan skizofrenia sangat mudah untuk
mengalami relapse, walaupun pada tingkatan yang ringan. Selain itu, tidak adanya
pasien dalam penelitian ini yang tidak mengalami relapse mungkin dapat
menyebabkan hasil dari penelitian ini adalah tidak ditemukannya hubungan yang
signifikan antara penerimaan dan kualitas hidup caregiver dengan relapse pada
pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta.
Tidak adanya hubungan signifikan antara penerimaan dan kualitas hidup
caregiver dengan relapse skizofrenia menunjukkan bahwa relapse pada pasien
rawat jalan skizofrenia tidak dipengaruhi oleh tingkat penerimaan dan kondisi
kualitas hidup yang dimiliki oleh caregiver, melainkan bisa disebabkan oleh faktor-
faktor lain yang belum dibahas dalam penelitian ini. Selain itu, menurut hasil uji R2
atau uji analisis koefisien determinasi, besaran yang diberikan oleh variabel
prediktor terhadap variabel kriterium pada penelitian ini sebesar 0,048 atau 4,8%.
130
Sehingga, besaran pengaruh yang diterima oleh variabel kriterium dari variabel lain
yang tidak diteliti adalah sebesar 95,2%. Dalam studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti sebelum melakukan penelitian, disebutkan bahwa ODS memiliki peluang
yang cukup tinggi untuk mengalami relapse walaupun telah melakukan berbagai
macam penanganan yang saling mendukung. Faktor-faktor yang mempengaruhi
munculnya relapse pada ODS dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu dari dalam
individu, dari segi klinis, serta lingkungan. Terjadinya relapse pada pasien rawat
jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta diduga faktor utamanya bukan dari
penerimaan dan kualitas hidup caregiver, melainkan faktor-faktor lainnya baik dari
individu, secara klinis, dan lingkungan.
Selain penerimaan dan kualitas hidup, terdapat juga faktor dari caregiver
lain yang dapat mempengaruhi munculnya relapse pada ODS. Faktor dari caregiver
yang paling banyak ditemukan memiliki hubungan signifikan terhadap terjadinya
relapse pada ODS adalah expressed emotion (EE) yang tinggi (Linszen, et al., 1997;
King & Dixon, 1999; Aguilera, et al., 2010; Sachit & Al-Juboori, 2013). Menurut
Amaresha & Venkatasubrammanian (2012), EE atau emosi yang diekspresikan
merujuk pada sikap caregiver kepada orang yang memiliki gangguan mental
sebagai cerminan dari komentar mengenai pasien. Hooley & Parker (2006)
mengatakan bahwa EE terdiri dari 5 aspek yaitu criticism atau kritik, hostility atau
sikap bermusuhan, emotional overinvolvement (EOI) atau keterlibatan yang
berlebihan secara emosi, warmth atau kehangatan, dan positive remarks atau
komentar positif. Dari kelima aspek tersebut, aspek criticism, hostility, serta EOI
merupakan aspek utama dari EE. Aguilera, et al. (2010) melakukan sebuah studi
131
korelasi pada 60 pasien skizofrenia berdarah Meksiko-Amerika beserta caregiver-
nya untuk melihat pengaruh EE dari informal caregiver (orangtua, saudara,
suami/istri, anak, dan lainnya) terhadap gangguan skizofrenia, terutama dalam hal
relapse. Hasil studi korelasi tersebut menunjukkan bahwa aspek EOI yang
ditunjukkan oleh caregiver memiliki pengaruh paling besar terhadap relapse pada
pasien skizofrenia dibandingkan dengan criticism atau hostility. Penelitian ini
menjelaskan bahwa EOI dipersepsikan menimbulkan stres yang berlebihan bagi
pasien sehingga dapat mengarahkan pada terjadinya relapse. EOI yang
dimaksudkan adalah pengorbanan diri, keterlibatan yang berlebihan, serta respon
emosi yang berlebihan. Selain itu, criticism yang dilontarkan oleh caregiver
disebutkan dapat memicu munculnya lebih banyak simptom positif pada pasien
skizofrenia. Sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian tersebut, EOI dan
criticism memiliki pengaruh yang dapat menimbulkan stres bagi pasien, namun EOI
memiliki pengaruh lebih besar pada munculnya relapse dibandingkan dengan
criticism.
Roseliza-Murni, Yusooff, & Desa (2015) juga melakukan studi korelasi
untuk melihat EE sebagai prediktor dari relapse gangguan skizofrenia. Penelitian
ini dilakukan pada 80 pasien skizofrenia dan caregiver-nya yang berdomisili di
Malaysia. Hasil studi ini menunjukkan bahwa peluang pasien skizofrenia
mengalami relapse setelah 6 bulan dibebaskan dari rawat inap meningkat sebesar 8
kali ketika keluarga yang bertindak sebagai informal caregiver memperlihatkan
tingkat EE yang tinggi. Namun berbeda dengan penelitian sebelumnya, aspek
criticism dalam penelitian ini memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan
132
dengan aspek EE lainnya. EOI pada penelitian ini tidak memiliki peran yang
signifikan dalam munculnya relapse pada pasien skizofrenia. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh kultur di Malaysia yang menganggap sikap protektif yang
ditunjukkan oleh caregiver sebagai bentuk dari perhatian dan kepeduliannya
sehingga pasien tidak mempersepsikannya sebagai sesuatu yang membuat stres.
Temuan pada penelitian di atas menunjukkan bahwa tingkat emosi yang
diekspresikan oleh keluarga atau orang lain yang bertindak sebagai informal
caregiver ketika pasien dengan gangguan skizofrenia menjalani perawatannya di
rumah mempunyai peran yang penting terhadap munculnya relapse skizofrenia.
Ketika EE dari caregiver dikategorikan tinggi, yaitu saat nilai EOI dan criticism
berada di atas batas normal yang telah ditentukan, maka kemungkinan dari pasien
mengalami relapse akan tinggi. EE menjadi salah satu faktor yang dapat
memunculkan relapse karena caregiver dengan EE yang tinggi akan menjadi
stresor bagi pasien. Stres yang dialami oleh pasien dapat menyebabkan perubahan
secara fisiologis, terutama pada hormon dan otak (Corcoran & Malaspina, 2008;
Schifani, et al., 2018), sehingga dapat memicu kembali berbagai simptom
skizofrenia dan menimbulkan relapse.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sariah, Outwater, & Malima (2014)
menyebutkan bahwa selain EE yang menjadi faktor terjadinya relapse, terdapat
faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi terjadinya relapse, yaitu kurangnya
dukungan keluarga. Pasien dengan gangguan skizofrenia membutuhkan bantuan
dari orang lain atau caregiver untuk bisa kembali berfungsi, sehingga peran
caregiver sangatlah penting dalam proses kesembuhan pasien skizofrenia. Pada
133
penelitian yang dilakukan oleh Simanullang (2018), ditemukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan terjadinya relapse
pada pasien dengan gangguan skizofrenia. Dukungan keluarga yang dimaksudkan
dibagi menjadi empat aspek, yaitu dukungan informasi (informational support),
dukungan penilaian (appraisal support), dukungan instrumental (instrumental
support), dan dukungan emosional (emotional support). Pasien dengan gangguan
skizofrenia dibutuhkan untuk memahami keadaan dirinya serta mengenai gangguan
yang dialami. Keluarga yang menjadi caregiver ketika pasien berada di rumah
memiliki fungsi untuk memberikan pemahaman kepada pasien seperti memberikan
saran, instruksi, serta menjelaskan yang harus dilakukan pasien ketika mengalami
stres dan butuh menyelesaikan masalahnya. Skizofrenia dapat mengganggu proses
kognitif dari pasien yang mengalaminya, sehingga dibutuhkan orang lain untuk
memantunya dalam mengarahkannya dan menjaga agar tetap menjalani program
perawatannya dengan baik. Selain bantuan secara kognitif dari dukungan informasi,
pasien juga membutuhkan dukungan penilaian dari caregiver berupa penghargaan
positif atau timbal-balik atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan pasien, sehingga
pasien dapat memiliki rasa kepercayaan diri dan dihargai. Ketika pasien tidak
mendapatkan dukungan penilaian, dapat menimbulkan perasaan tidak percaya diri,
tidak berharga, ataupun tidak berguna, sehingga dapat membuat pasien mengalami
stres kan perasaan maupun pikiran tersebut dan menyebabkan relapse. Dukungan
instrumental dapat berupa menyediakan fasilitas, finansial, serta kebutuhan sehari-
hari, hingga menyediakan waktu untuk dihabiskan bersama pasien. Dukungan
instrumental ini dapat membuat pasien merasa dirinya diperhatikan mengenai
134
kebutuhannya, sehingga memberikan perasaan positif pada dirinya. Sama halnya
dengan dukungan emosional, caregiver yang dapat mengekspresikan empati
melalui mendengarkan, bersikap terbuka, mempercayai pasien, berusaha
memahami, serta mengekspresikan afeksi dan perhatian, akan membuat pasien
merasa berharga, nyaman, tenang, aman, dan dicintai oleh lingkungannya, sehingga
dapat terhindar dari perasaan tertekan dan mengurangi kemungkinan terjadinya
relapse.
Dari penjelasan di atas mengenai faktor relapse yang bersumber dari
lingkungan atau secara spesifik yaitu caregiver, dapat dilihat bahwa EE dan
dukungan keluarga merupakan perilaku dari caregiver yang dapat dirasakan
langsung pada pasien skizofrenia. Perilaku yang dapat dirasakan secara langsung
inilah yang kemudian menimbulkan efek pada kehidupan pasien dan akhirnya dapat
menimbulkan relapse skizofrenia. Berbeda dengan variabel prediktor pada
penelitian ini, yaitu penerimaan dan kualitas hidup caregiver, yang merupakan
sebuah kondisi personal dari caregiver dan belum tentu dapat dirasakan oleh pasien.
Mengacu pada definisi operasional penelitian ini, penerimaan caregiver adalah
kondisi caregiver tidak berusaha untuk melawan situasi yang sedang dialaminya,
sedangkan kualitas hidup caregiver merupakan persepsi mengenai posisinya dalam
kehidupan yang berhubungan dengan pemenuhan tujuan, ekspektasi, standar, dan
perhatiannya sebagai caregiver. Penerimaan dan kualitas hidup caregiver
merupakan sebuah kondisi internal dari caregiver dan tidak dapat dipastikan
kondisi tersebut merefleksikan tingkah lakunya pada pasien skizofrenia, sehingga
mungkin dapat menyebabkan hasil penelitian ini tidak adanya hubungan antara
135
relapse skizofrenia dengan penerimaan dan kualitas hidup caregiver. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nirmala, Vranda, & Reddy (2011), yaitu
kondisi personal dari caregiver tidak menjadi penentu mengenai perilaku caregiver
terhadap pasien, dan perilaku caregiver dapat mempengaruhi kemungkinan
terjadinya relapse pada pasien skizofrenia.
Stres tidak hanya bersumber dari keluarga atau caregiver, namun bisa
berasal dari berbagai sumber. Stres merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari
dari kehidupan setiap individu, termasuk pasien dengan gangguan skizofrenia.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, stres dapat menyebabkan perubahan pada
tubuh seperti hormon dan otak, sehingga dapat mengganggu proses kesembuhan
dari pasien skizofrenia. Kaye (2011) dalam bukunya menceritakan pengalaman
dirinya sebagai ibu dari pasien skizofrenia, dijelaskan bahwa pasien dengan
skizofrenia dapat mengalami relapse ketika dirinya menerima sebuah kejadian yang
membawa stres berat, dalam hal ini salah satunya adalah meninggalnya caregiver
dalam rumah perawatan yang ditinggalinya. Pendapat ini di selaras dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Haque, et al. (2017), yaitu salah satu faktor yang
dapat memprediksi terjadinya relapse adalah terjadinya kejadian yang bagi pasien
merupakan stresor berat. Ketika pasien tidak dapat mengelola stres yang dialaminya
secara tepat sehingga menimbulkan reaksi tubuh dan muncul kembali simptom dari
skizofrenia. Reaksi dalam merespon stres ini merupakan salah satu faktor dari
individu yang dapat menimbulkan relapse.
Selain faktor dari lingkungan, terdapat juga faktor yang dapat memunculkan
relapse secara klinis. Faktor yang paling banyak ditemukan memiliki hubungan
136
signifikan terhadap terjadinya relapse pada pasien skizofrenia adalah kepatuhan
pasien dalam pengobatan yang sudah diberikan oleh tenaga medis terkait.
Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, ditemukan bahwa pasien
yang memiliki tingkat kepatuhan pada pengobatan yang tinggi dapat menurunkan
angka terjadinya relapse pada ODS (Ayuso-Gutierrez & del Rio Vega, 1997;
Kazadi, Moosa, & Jeenah, 2006; Caseiro, et al., 2012; Sariah, Outwater, & Malima,
2014; Zhang, et al., 2015; Porcelli, et al., 2016; Lee, et al., 2018). Menurut Torrey
(1983), ketaatan dalam menjalankan pengobatan merupakan hal yang sangat
penting dilakukan oleh pasien dengan skizofrenia untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya relapse. Skizofrenia merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh aktivitas
hormon pada otak yang abnormal, sehingga dibutuhkan obat yang dapat membuat
fungsi hormon kembali menjadi normal. Obat antipsikotik merupakan obat untuk
mengatasi simptom-simptom yang muncul pada pasien skizofrenia, terutama dalam
menghilangkan simptom positif (Castle & Buckley, 2015). Dalam
perkembangannya, obat antipsikotik terbagi menjadi 2 golongan yaitu generasi
pertama (typical) dan generasi kedua (atypical). Keefektifan dari obat antipsikotik
berbeda-beda pada setiap pasien sehingga tetap membutuhkan panduan dari
psikiater dalam penggunaan obat tersebut. Sama dengan obat-obat lainnya, obat
antipsikotik juga memiliki beberapa efek samping dalam penggunaannya. Tardive
dyskinesia (TD) merupakan efek samping dari penggunaan obat antipsikotik yang
sering ditemui ketika sudah mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang lama.
Kondisi TD mengakibatkan pasien melakukan gerakan-gerakan yang tidak dapat
dikendalikannya, biasanya terjadi pada area mulut, wajah, hingga ke area tubuh
137
lainnya. Neuroleptic malignant syndrome (NMS) merupakan efek samping yang
sangat jarang terjadi namun memiliki risiko fatal. Terjadinya NMS ditandai dengan
munculnya demam pada pasien, kekakuan pada otot-otot, ketidakstabilan pada saraf
otonom tubuh, perubahan status mental, meningkatnya kadar sel darah putih, dan
meningkatnya kadar kreatinin fosfokinase. Selain itu, pasien dapat mengalami
hyperprolactinaemia yang ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak normal,
disfungsi seksual, gynaecomastia (membesarnya kelenjar payudara), serta
galactorrhoea (keadaan laktasi terjadi tanpa kehamilan). Efek samping lain juga
dapat muncul pada pasien skizofrenia tergantung dengan obat yang dikonsumsinya
serta dosis yang diberikan oleh psikiater.
Dalam buku yang ditulis oleh Davidson (2003), dijelaskan mengenai
pengalaman pasien dalam mengkonsumsi obat antipsikotik serta efek samping yang
dialaminya. Seorang pasien mengatakan bahwa penggunaan obat antipsikotik
membuatnya terus menerus seperti bergoyang secara tidak terkendali, serta
mengambil energi dari tubuhnya sehingga merasa seperti mayat hidup (zombie).
Munculnya efek samping yang tidak nyaman dari penggunaan obat antipsikotik ini
yang membuat beberapa pasien memutuskan untuk tidak mengkonsumsi obat
tersebut. Padahal, berhentinya mengkonsumsi obat antipsikotik pada pasien
skizofrenia dapat menyebabkan relapse (Samalin, Blanc, & Llorca, 2014). Obat
antipsikotik berfungsi dalam pengendalian zat kimia yang terdapat di otak seperti
hormon dopamin yang bekerja sebagai pengatur suasana hati (mood), cara berpikir,
dan tingkah laku, sehingga ketika pasien berhenti mengkonsumsi obat antipsikotik
akan menyebabkan zat kimia yang sebelumnya dikendalikan oleh obat antipsikotik
138
mengalami aktivitas yang abnormal dan menimbulkan munculnya kembali
simptom-simptom skizofrenia. Selain untuk menghindari efek samping, terdapat
kondisi dimana pasien tidak memahami kondisi penyakitnya sendiri atau biasa
disebut dengan anosognosia. Kondisi ini terjadi disebabkan pasien yang tidak
menyadari bahwa dirinya memiliki gangguan skizofrenia seperti mengenali tanda-
tanda ataupun simptom yang dialami (Lehrer & Lorenz, 2014), sehingga merasa
dirinya tidak butuh untuk mengkonsumsi obat antipsikotik.
Torrey (1983) menyebutkan bahwa penyalahgunaan narkoba dan alkohol
adalah faktor kuat yang dapat memprediksi terjadinya relapse pada pasien
skizofrenia selain kepatuhan dalam pengobatan. Pasien skizofrenia yang tidak
melanjutkan pengobatan atau tidak meminum obat secara teratur akan mencoba
menggunakan narkoba (obat-obatan terlarang) atau alkohol sebagai cara untuk
mengontrol simptom yang muncul (Veague, Collins, & Levitt, 2007). Pasien
skizofrenia yang mengkonsumsi narkoba atau alkohol berkemungkinan besar untuk
menolak meminum obat yang diberikan dokter, tidak merespon dengan baik
perawatan secara psikologis, dan secara garis besar memiliki tingkat keberfungsian
yang buruk serta memperbesar kemungkinan terjadinya relapse. Penggunaan
narkoba atau alkohol dapat disebabkan karena beberapa hal, seperti pasien yang
ingin menghindari efek samping dari penggunaan obat antipsikotik, sehingga
mengkonsumsi narkoba dan alkohol sebagai pengganti obat antipsikotik untuk
meredakan simptom skizofrenia, atau dapat disebut dengan self-medicating. Pada
kenyataannya, beberapa zat yang terkandung pada narkoba dapat memperparah
simptom skizofrenia yang dialaminya.
139
Hasil pada penelitian ini tidak terlepas dari pengaruh proses pelaksanaan
penelitian yang dilakukan. Pengambilan data pada subjek penelitian dilakukan pada
saat pasien beserta caregiver menunggu waktu dipanggilnya untuk menemui
psikiater pada instalasi rawat jalan, yaitu dengan rentang waktu kurang lebih 30
menit. Dengan waktu yang terbatas membuat peneliti dan tim penelitian lainnya
membuat terbatasnya waktu dalam membangun rapport dan menjelaskan
kepentingan penelitian dengan subjek, sehingga dapat mempengaruhi subjek dalam
menjawab skala penelitian yang disediakan hingga beberapa caregiver tidak
bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini. Selain itu, beberapa subjek meminta
agar peneliti atau tim penelitian lainnya membantu dalam pengisian skala
penelitian, seperti membacakan hingga menuliskan jawaban sesuai dengan
perkataan subjek. Aitem-aitem pada skala penelitian ini juga merupakan aitem yang
menunjukkan kehidupan pribadi dari subjek serta keluarganya. Hal ini
menyebabkan adanya kemungkinan subjek melakukan bias faking-good, atau
respon yang disengaja oleh subjek agar terlihat baik. Faking-good dilakukan
dengan cara menutupi informasi-informasi yang dianggap subjek sebagai hal yang
memalukan atau melebih-lebihkan kondisi yang menurut subjek akan dilihat baik
oleh orang lain. Kondisi ini mungkin ditimbulkan dari perasaan tidak aman yang
dirasakan oleh subjek ketika mengerjakan skala tersebut (Petrova, Dewing, &
Camilleri, 2014).
Keterbatasan waktu yang dimiliki subjek juga dapat mempengaruhi subjek
dalam pengisian skala penelitian, yaitu menyebabkan subjek cenderung terburu-
buru dan kurang konsentrasi dalam mengerjakan skala penelitian. Penelitian ini
140
juga tidak terlepas dari keterbatasan lain, yaitu kecilnya jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2015), semakin kecilnya jumlah
sampel yang digunakan dalam suatu penelitian akan memperbesar peluang
kesalahan generalisasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik accidental sampling yang memiliki kekurangan yaitu hasil
yang tidak terlalu akurat sehingga kurang dapat merepresentasikan keseluruhan
populasi.
141
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian hubungan antara
penerimaan dan kualitas hidup caregiver dengan relapse pada pasien rawat jalan
skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta, terdapat beberapa kesimpulan diantaranya:
1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan dan kualitas
hidup caregiver dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ
Daerah Surakarta. Hal ini dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,457 (p >
0,05). Tinggi atau rendahnya penerimaan dan kualitas hidup caregiver dari
pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta tidak memiliki
pengaruh dengan tingkat keparahan relapse yang terjadi pada pasien.
2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan caregiver
dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta,
yang memiliki nilai signifikansi 0,425 (p > 0,05). Tinggi atau rendahnya
penerimaan caregiver dari pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah
Surakarta tidak memiliki pengaruh dengan tingkat keparahan relapse yang
terjadi pada pasien.
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas hidup caregiver
dengan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta,
yang memiliki nilai signifikansi 0,895 (p > 0,05). Tinggi atau rendahnya
kualitas hidup caregiver dari pasien rawat jalan skizofrenia di RSJ Daerah
142
Surakarta tidak memiliki pengaruh dengan tingkat keparahan relapse yang
terjadi pada pasien.
4. Pasien dengan gangguan skizofrenia dalam penelitian ini yang mengalami
relapse ringan adalah sebesar 71,43%, relapse sedang sebesar 22,86%, dan
relapse berat sebesar 5,71%, menunjukkan bahwa pasien skizofrenia mudah
mengalami relapse ditandai dengan tidak adanya pasien yang tidak
mengalami relapse.
5. Terdapat sumbangan pengaruh dari penerimaan dan kualitas hidup
caregiver secara simultan terhadap relapse pada pasien rawat jalan
skizofrenia di RSJ Daerah Surakarta sebesar 4,8%, dan 95,2% faktor lain
yang mempengaruhinya.
6. Faktor lain yang mempengaruhi relapse pada pasien dengan gangguan
skizofrenia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu secara medis,
lingkungan, dan individu. Faktor-faktor tersebut merupakan kondisi yang
dapat memberi efek secara langsung pada pasien skizofrenia.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka peneliti dapat memberikan saran
sebagai pertimbangan atas persoalan relapse pada pasien rawat jalan skizofrenia di
RSJ Daerah Surakarta sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih memahami mengenai
relapse pada pasien skizofrenia serta menelusuri lebih lanjut akan faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya relapse seperti ekspresi emosi
143
(EE), dukungan keluarga, kepatuhan pada pengobatan, dan lain sebagainya.
Peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk dapat melakukan pengukuran
terhadap relapse skizofrenia dengan lebih baik seperti melakukan
perbandingan dengan status pasien sebelum terjadi relapse. Selain itu,
penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperluas sebaran subjek
penelitian sehingga dapat merepresentasikan populasi dengan menyeluruh.
Peneliti juga diharapkan untuk mempertimbangkan mengenai metode
pengambilan data dan alat ukur yang digunakan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya bias pada subjek dalam pengerjaan skala.
2. Bagi Caregiver Pasien Skizofrenia
Bagi caregiver dari pasien skizofrenia perlu untuk memahami lebih
lanjut mengenai perannya sebagai caregiver serta sikap yang dibutuhkan
dalam merawat pasien skizofrenia. Selain itu caregiver perlu mempelajari
mengenai gangguan skizofrenia yang dialami oleh pasien seperti tanda-
tanda relapse, keadaan yang dapat memicu relapse, dan lain sebagainya,
sehingga diharapkan dapat melakukan tindakan pencegahan untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya relapse. Caregiver diharapkan
dapat membangun lingkungan yang kondusif serta membantu pasien untuk
dapat mengelola stres yang dialaminya sehingga dapat terhindar dari
relapse.
3. Bagi Pasien Skizofrenia
Bagi pasien dengan gangguan skizofrenia yang sudah mendapatkan
perawatan dan berada dalam kondisi stabil sebaiknya dapat menyadari dan
144
memahami mengenai gangguan yang dialaminya, seperti simptom-simptom
yang muncul, tanda-tanda relapse, keadaan yang dapat memicu relapse, dan
lain sebagainya. Dengan pemahaman mengenai gangguan yang dialaminya,
pasien akan lebih mudah dalam melakukan proses pengobatan seperti
menyadari mengenai fungsi dari obat antipsikotik yang di konsumsi hingga
dapat mengkondisikan dirinya agar terhindar dari keadaan yang dapat
menyebabkan relapse.
4. Bagi Tenaga Medis di RSJ Daerah Surakarta
Bagi tenaga medis di RSJ Daerah Surakarta diharapkan untuk
memberikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh pasien skizofrenia beserta
caregiver mengenai hal yang harus dilakukan agar pasien dapat kembali
berfungsi normal dan terhindar dari kondisi relapse. Pihak RSJ Daerah
Surakarta juga dapat memperhatikan kebutuhan dari caregiver sebagai
perawat utama pasien ketika berada di rumah agar dapat memberikan
perawatan yang optimal bagi pasien skizofrenia. Selain itu pihak tenaga
medis juga dapat melakukan kontrol di rumah pasien untuk melihat apakah
tercipta lingkungan yang mendukung kesembuhan pasien ketika berada di
rumah.
145
DAFTAR PUSTAKA
Aguilera, A., Lopez, S., Breitborde, N. J., Kopelowicz, A., & Zarte, R. (2010).
Expressed Emotion and Sociocultural Moderation in the Course of
Schizophrenia. Journal of Abnormal Psychology, 875-885.
Alwi, H. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Diambil
kembali dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online).
Amaresha, A. C., & Venkatasubrammanian, G. (2012). Expressed Emotion in
Schizophrenia: An Overview. Indian Journal of Psychological Medicine,
12-20.
Amelia, D. R., & Anwar, Z. (2013). Relaps Pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan, 53-65.
Awad, A. G., & Voruganti, L. N. (2008). The Burden of Schizophrenia on
Caregivers: A Review. Pharmacoeconomics, 26(2), 149-162.
Ayuso-Gutierrez, J. L., & del Rio Vega, J. M. (1997). Factors Influencing Relapse
in the Long-Term Course of Schizophrenia. Schizophrenia Research, 199-
206.
Azhar, M. Z., & Varma, S. L. (1996). Relationship of Expressed Emotion with
Relapse of Schizophrenia Patients in Kelantan. Singapore Medical Journal,
82-85.
Azwar, S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______. (2015). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______. (2017). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bighelli, I., Salanti, G., Huhn, M., Schneider-Thoma, J., Krause, M., Reitmeir, C.,
. . . Leucht, S. (2018). Psychological Interventions to Reduce Positive
Symptoms in Schizophrenia: Systematic Review and Network Meta-
Analysis. World Psychiatry, 316-329.
Block-Lerner, J., Wulfert, E., & Moses, E. (2009). ACT in Context: An Exploration
of Experiential Acceptance. Cognitive and Behavioral Practice, 443-456.
Bowie, C., Depp, C., McGrath, J., Wolyniec, P., Mausbach, B., & Thornquist, M.
(2010). Prediction Of Real-World Functional Disability in Chronic Mental
Disorders: A Comparison Of Schizophrenia and Bipolar Disorder. Am. J.
Psychiatry 167, 1116-1124.
Brunette, M. F., Rotondi, A. J., Ben-Zeev, D., Gottlieb, J. D., Mueser, K. T.,
Robinson, D. G., . . . Kane, J. M. (2016). Coordinated Technology-
146
Delivered Treatment to Prevent Rehospitalization in Schizophrenia: A
Novel Model of Care. Psychiatric Services, 444-447.
Buckley, P. F., Wirshing, D. A., Bhushan, P., Pierre, J. M., Resnick, S. A., &
Wirshing, W. C. (2007). Lack of Insight in Schizophrenia. CNS Drugs, 129-
141.
Butcher, J. N., Hooley, J. M., & Mineka, S. (2014). Abnormal Psychology (Sixteen
Edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Butler, J., & Ciarrochi, J. (2007). Psychological acceptance and quality of life in
the elderly. Qual Life Res, 607-615.
Caqueo-Urizar, A., Alessandrini, M., Urzua, A., Zendjidjian, X., Boyer, L., &
Williams, D. R. (2017). Caregiver's Quality of Life and Its Positive Impact
on Symptomatology and Quality of Life of Patients With Schizophrenia.
Health and Quality of Life Outcomes, 15(76), 1-9.
Caqueo-Urizar, A., Gutierrez-Maldonado, J., & Miranda-Castillo, C. (2009).
Quality of Life in Caregivers of Patients with Schizophrenia: A Literature
Review. Health and Quality of Life Outcomes, 1-5.
Caseiro, O., Perez-Iglesias, R., Mata, I., Martinez-Gracia, O., Pelayo-Teran, J. M.,
Tabares-Seisdedos, R., . . . Crespo-Facorro, B. (2012). Predicting Relapse
After A First Episode of Non-Affective Psychosis: A Three-Year Follow-
Up Study. Journal of Psychiatric Research, 1099-1105.
Castle, D., & Buckley, P. (2015). Schizophrenia. Oxford: Oxford University Press.
Chadda, R. K. (2014). Caring for the family caregivers of persons with mental
illness. Indian Journal of Psychiatry, 221-227.
Christy. (2011). Relapse in Schizophrenia. Medical Bulletin, 8-9.
CNN Indonesia. (2018, Oktober 13). Penderita Skizofrenia Bukan Orang Gila.
Diambil kembali dari CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180830203759-255-
326351/penderita-skizofrenia-bukan-orang-gila
Corcoran, C., & Malaspina, D. (2008, Maret 1). Schizophrenia and Stress.
Retrieved from The Doctor Will See You Now:
http://www.thedoctorwillseeyounow.com/content/stress/art1957.html
Darling, B., & Darling, J. (1982). Children Who are Different, Meeting The
Challenges of Birth Deffets in Society. Missouri: CV Mos by Company.
Das, M. K., Kulhara, P. L., & Verma, S. K. (1997). Life Events Preciding Relapse.
International Journal of Social Psychiatry, 56-63.
147
Davidson, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2006). Psikologi Abnormal Edisi
Kesembilan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Davidson, L. (2003). Living Outside Mental Illness: Qualitative Study of Recovery
in Schizophrenia. New York: New York University Press.
Dearen, C., & Becker, S. (2000). Growing Up Caring: Vulnerability and Transition
to Adulthood: Young Carers Experiences. Leicester: Youth Work Press.
Department of Mental Health, World Health Organization. (2012). WHOQOL User
Manual. Geneva: World Health Organization.
Dorian, M., Garcia, J. I., Lopez, S. R., & Hernandez, B. (2008). Acceptance and
Expressed Emotion in Mexican American Caregivers of Relatives with
Schizophrenia. Family Process, 215-228.
Durand, V. M., & Barlow, D. H. (2007). Intisari Psikologi Abnormal Edisi Keempat
Buku Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Elwick, H., Joseph, S., Becker, S., & Becker, F. (2010). Manual for the Adult Carer
Quality of Life Questionnaire (AC-QoL). London: The Princess Royal Trust
for Carers.
Falloon, I. R., Marshall, G. N., Boyd, J. L., Razani, J., & Wood-Siverio, C. (1983).
Relapse in schizophrenia: a review of the concept and its definitions.
Psychological Medicine, 469-477.
Farkhah, L., Suryani, & Hernawati, T. (2017). Faktor Caregiver dan Kekambuhan
Klien Skizofrenia. Jurnal Keperawatan Universitas Padjadjaran, 5(1), 37-
46.
Felce, D. (1997). Defining and applying the concept of quality of life. Journal of
Intellectual Disability Research, 126-135.
Ferrans, C., & Powers, M. (1998). Description of The Quality of Life Index (QLI).
Retrieved from Quality of Life Index:
https://https://qli.org.uic.edu/overview/overviewhome.htm
Frith, C., & Johnstone, E. (2003). Schizophrenia: A Very Short Introduction.
Oxford: Oxford University Press.
Gathaiya, N. W., Mwaura, J., & Wagoro, M. C. (2018). A Cross-Sectional Study
on Factors Associated with Relapse in Patients with Schizophrenia at
Mathari Hospital, Nairobi Kenya. Annals of Clinical and Laboratory
Research, 218-223.
Gay, L., & Diehl, P. (1992). Research Methods for Business and Management. New
York: MacMillan Publishing Company.
148
Gupta, S., Hendricks, S., Kenkel, A. M., & Bhatia, S. C. (1996). Relapse in
Schizophrenia: Is There A Relationship to Substance Abuse? Schizophrenia
Research, 153-156.
Haque, A. A., Kamal, A. K., Laila, Z. D., Ahmed, H. U., & Khan, N. M. (2017).
Factors Associated with Relapse of Schizophrenia. Bangladesh Journal of
Psychiatry, 59-63.
Hardiyanti, D., Usman, S., & Yusuf, R. (2015). Kemandirian Keluarga dalam
Merawat Anggota Keluarga yang Mengalami Skizofrenia. Jurnal Ilmu
Keperawatan, 172-182.
Harrop, C., & Trower, P. (2001). Why does schizophrenia develop at late
adolescene? Clinical Psychology Review, 241-266.
Hashim, Y. A. (2010). Determining Sufficiency of Sample Size in Management
Survey Research Activites. International Journal of Organizational
Management and Enterpreneurship Development, 119-130.
Hendriani, W., Hendariyati, R., & Sakti, T. M. (2006). Penerimaan Keluarga
Terhadap Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental. INSAN, 8(2),
101-111.
Herz, M. I., & Melville, C. (1980). Relapse in Schizophrenia. American Journal of
Psychiatry, 801-805.
Hooley, J. M., & Parker, H. A. (2006). Measuring Expressed Emotion: An
Evaluation of the Shortcuts. Journal of Family Psychology, 386-396.
Joseph, S., Becker, S., Elwick, H., & Silburn, R. (2012). Adult Carers Quality of
Life Questionnaire (AC-QoL) Development of An Evidence-Based Tool.
Mental Health Review Journal, 57-69.
Kaplan, H., Sadock, B., & Grebb, J. (1997). Sinopsis Psikiatri Edisi Ketujuh Jilid
Satu. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kashdan, T. B., & Ciarrochi, J. (2013). Mindfulness, Acceptance, and Positive
Psychology. Oakland: Context Press.
Kaye, R. (2011). Ben Behind His Voice: One Family's Journall From the Chaos of
Schizophrenia to Hope. Maryland: Rowman & Littlefield Publishers.
Kazadi, N. J., Moosa, M. Y., & Jeenah, F. Y. (2006). Factors Associated with
Relapse in Schizophrenia. South African Journal of Psychiatry, 52-62.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diambil kembali dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
149
http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-
dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html
King, S., & Dixon, M. J. (1999). Expressed Emotion and Relapse in Young
Schizophrenia Outpatients. Schizophrenia Bulletin, 377-386.
Kring, A., Johnson, S., Davidson, G. C., & Neale, J. M. (2009). Abnormal
Psychology: 11th Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Kubler-Ross, E., & Kessler, D. (2014). On Grief and Grieving - Finding the
Meaning of Grief Through the Five Stages of Loss. New York: Scribner.
Laksmi, I. A., & Herdiyanto, Y. K. (2019). Proses Penerimaan Anggota Keluarga
Orang Dengan Skizofrenia. Jurnal Psikologi Udayana, 859-872.
Lee, S.-U., Soh, M., Ryu, V., Kim, C.-E., Park, S., Roh, S., . . . Choi, S. (2018).
Risk Factors for Relapse in Patients with First-Episode Schizophrenia:
Analysis of the Health Insurance Review and Assessment Service Data from
2011 to 2015. International Journal of Mental Health Systems, 1-9.
Lehrer, D. S., & Lorenz, J. (2014). Anosognosia in Schizophrenia: Hidden in Plain
Sight. Innovations in Clinical Neuroscience, 10-17.
Leng, A., Xu, C., Nicholas, S., Nicholas, J., & Wang, J. (2018). Quality of life in
caregivers of a family member with serious mental illness: evidence from
China. Archives of Psychiatric Nursing, 1-31.
Linszen, D. H., Dingemans, P. M., Nugter, M. A., Van der Does, A. J., Scholte, W.
F., & Lenior, M. A. (1997). Patient Attributes and Expressed Emotion as
Risk Factors for Psychotic Relapse. Schizophrenia Bulletin, 119-130.
Lubis, N., Krisnani, H., & Fedryansyah, M. (2014). Pemahaman Masyarakat
Mengenai Gangguan Jiwa dan Keterbelakangan Mental. Share: Social
Work Journal, 137-144.
Mueser, K. T., & Gingerich, S. (2006). The Complete Family Guide to
Schizophrenia. New York: The Guilford Press.
Mueser, K. T., Curran, P. J., & McHugo, G. J. (1997). Factor Structure of the Brief
Psychiatric Rating Scale in Schizophrenia. Psychological Assesment, 9(3),
196-204.
National Center on Caregiving. (2014). Definitions. Diambil kembali dari Family
Caregiver Alliance: https://www.caregiver.org/definitions-0
Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2013). Abnormal Psychology In Changing
World (Ninth Edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.
150
Nevid, J., Rathus, S., & Greene, B. (2006). Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid
2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nirmala, B. P., Vranda, M. N., Reddy, S. (2011). Expressed Emotion and
Caregiver Burden in Patients with Schizophrenia. Indian Journal of
Psychological Medicine. 119-122.
Nurdiana, Syafwani, & Umbransyah. (2007). Korelasi Peran Serta Keluarga
Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien Skizofrenia. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, 3(1), 1-10.
Olivares, J. M., Sermon, J., Hemels, M., & Schreiner, A. (2013). Definitions and
drivers of relapse in patients with schizophrenia: a systematic literature
review. Annals of General Psychiatry, 1-11.
Oltmanns, T. F., & Emery, R. E. (2012). Abnormal Psychology: 7th Edition. New
Jersey: Pearson Education.
Overall, J. E., & Gorham, D. R. (1962). The Brief Psychiatric Rating Scale.
Psychological Reports, 799-812.
Overall, J. E., Gorham, D. R., & Shawver, J. R. (1961). Basic Dimensions of
Change In The Symptomatology of Chronic Schizophrenics. Journal of
Abnormal and Social Psychology, 597-602.
Paul, S., & Nadkarni, V. (2017). A qualitative study on family acceptance, stigma
and discrimination of persons with schizophrenia in an Indian metropolis.
International Social Work, 84-99.
Petrova, E., Dewing, J., & Camilleri, M. (2014). Confidentiality in Participatory
Research: Challenges from One Study. Nursing Ethics, 1-13.
Porcelli, S., Bianchini, O., De Girolamo, G., Aguglia, E., Crea, L., & Serretti, A.
(2016). Clinical Factors Related to Schizophrenia Relapse. International
Journal of Psychiatry in Clinical Practice, 1-16.
Post, M., de Witte, L., & Schrijvers, A. (1999). Quality of life and the ICIDH:
towards an integrated conceptual model for rehabilitation outcomes
research. Clinical Rehabilitation, 5-15.
Primaria, A. (2014). Anxiety, Stress, and Depression in Family Caregiver of The
Mentally Ill. Nurse Media Journal of Nursing, 176-180.
Priyatno, D. (2009). 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
_________. (2013). Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS.
Yogyakarta: Gava Media.
151
_________. (2017). Panduan Praktis Olah Data Menggunakan SPSS. Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
Rafiyah, I., & Sutharangsee, W. (2011). Review: Burden on Family Careggivers
Caring for Patients with Schizophrenia and Its Related Factors. Nurse Media
Journal of Nursing, 29-41.
Richieri, R., Boyer, L., Reine, G., Loundou, A., Auquier, P., Lancon, C., &
Simeoni, M. (2011). The Schizophrenia Caregiver Quality of Life
Questionnaire (S-CGQoL): Development and Validation of An Instrument
to Measure Quality of Life of Caregivers of Individuals with Schizophrenia.
Schizophrenia Research, 192-201.
Rohner, R. P. (2006). Handbook for the Study of Parental Acceptance and Rejection
4th Edition. Conneticut: Rohner Research Publication.
Roseliza-Murni, A., Yusooff, F., & Desa, A. (2015). The Role of Relatives
Expressed Emotion and Personality Traits in Predicting Schizophrenia
Relapse. Journal of Social Sciences and Humanities, 40-54.
Sachit, K. R., & Al-Juboori, A. K. (2013). Impact of Caregivers Expressed Emotion
upon Schizophrenic Patients Relapsing. Kufa Journal of Nursing Sciences,
82-92.
Samalin, L., Blanc, O., & Llorca, P.-M. (2014). Optimizing Treatment of
Schizophrenia to Minimize Relapse. Expert Review of Neurotherapeutics,
147-150.
San, L., Miquel, B., Gómez, A., & Pena, M. (2013). Factors Associated with
Relapse in Patients with Schizophrenia. International Journal of Psychiatry
in Clinical Practice, 17, 2-9.
Santosa, P. B., & Ashari. (2005). Analisis Statistik dengan Ms. Excel dan SPSS.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Santrock, J. (2010). Life-Span Developmental 13th Edition. New York: McGraw-
Hill.
Sari, H., & Fina, F. (2011). Dukungan Keluarga Dalam Mencegah Kekambuhan
Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan RSJ Aceh. Idea Nursing
Journal, 176-186.
Sariah, A. E., Outwater, A. H., & Malima, K. I. (2014). Risk and Protective Factors
for Relapse Among Individuals with Schizophrenia: A Qualitative Study in
Dar es Salaam, Tanzania. BMC Psychiatry, 1-12.
Schifani, C., Tseng, H.-H., Kenk, M., Tagore, A., Kiang, M., Wilson, A. A., . . .
Mizrahi, R. (2018). Cortical Stress Regulation is Disrupted In
152
Schizophrenia But Not In Clinical High Risk for Psychosis. Brain Journal
of Neurology, 1-12.
Simanullang, R. H. (2018). The Correlation Between Family Support and Relapse
in Schizophrenia at the Psychiatric Hospital. Belitung Nursing Journal, 566-
571.
Siswanto, D. (2010). Pengaruh Pandangan Hidup Masyarakat Jawa Terhadap
Model Kepemimpinan. Jurnal Filsafat, 197-216.
Sitanggang, S. R. (2015). Living with Schizophrenia. Diambil kembali dari
Kompasnia: https://www.kompasiana.com/sattirajasitanggang/living-with-
schizophrenia_54f94a9aa3331135028b4d8e
Sugiyono. (2015). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Talwar, P., & Matheiken, S. T. (2010). Caregivers in schizophrenia: A Cross
Cultural Perspective. Indian Journal Psychology Medical, 29-33.
Theofilou, P. (2013). Quality of Life: Definition and Measurement. Europe's
Journal of Psychology, 150-162.
Torrey, E. F. (1983). Surviving Schizophrenia: A Family Manual Sixth Edition.
New York: Harper Parennial.
Veague, H. B. (2007). Psychological Disorders: Schizophrenia. New York:
Chelsea House Publishers.
Veague, H. B., Collins, C., & Levitt, P. (2007). Schizophrenia. New York: Chelsea
House Publishers.
Veronia, Y., Zuhriyah, L., & Rinik, E. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kesejahteraan Subjektif Caregiver Orang dengan Skizofrenia di
Bantur Malang. Kedokteran Brawijaya, 142-147.
Wardani, I. Y., & Dewi, F. A. (2018). Kualitas Hidup Pasien Skizofrenia
Dipersepsikan Melalui Stigma Diri. Jurnal Keperawatan Indonesia, 17-26.
Weitzner, M. A., McMillan, S. C., & Jacobsen, P. B. (1999). Family Caregiver
Quality of Life: Differences Between Curative and Palliative Cancer
Treatment Setting. Journal of Pain and Symptomm Management, 418-428.
Weret, Z., & Mukherjee, R. (2014). Prevalence of Relapse and Associated Factors
In Patient With Schizophrenia at Amanuel Mental Specialized Hospital,
Addis Ababa, Ethiopia: Institution Based Cross Sectional Study.
International Journal of Interdisciplinary and Multidisciplinary Studies
(IJIMS), 2(1), 184-192.
153
Wijanarko, A., & Ediati, A. (2016). Penerimaan Diri Pada Orangtua yang Memiliki
Anak Skizofrenia (Sebuah Interpretative Phenomenological Analysis).
Jurnal Empati, 424-429.
Wilson, K., Ruch, G., Lymbery, M., & Cooper, A. (2006). Social Work: An
Introduction to Contemporary Practice. Essex: Pearson Education.
Wong, D. F., Lam, A. Y., Chan, S. K., & Chan, S. F. (2012). Quality of life of
caregivers with relatives suffering from mental illness in Hong Kong: roles
of caregiver characteristics, caregiving burdens, and satisfaction with
psychiatric services. Health and Quality of Life Outcomes, 1-9.
World Health Organization. (2018). Schizophrenia. Diambil kembali dari World
Health Organization: https://www.who.int/news-room/fact-
sheet/detail/schizophrenia
Zhang, H., Xiao, J., Mi, W., Li, L., & Shi, Y. (2015). High Relapse Rate and Poor
Medication Adherence in the Chinese Population with Schizophrenia:
Results from An Observational Survey in the People's Republic of China.
Neuropsychiatric Disease and Treatment, 1161-1167.
156
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Kegiatan Des 18
Des 18 -
Sept 19 Okt 19 Nov 19
Des 19 -
Jan 20 Feb 20
Mar 20 -
Mei 20 Juni 2020
I I - IV I II III IV I - IV I - IV I - II III - IV I - IV I II III IV
1. Pengajuan Judul
2. Penyusunan
Proposal
Penelitian
3. Ujian Validasi
4. Revisi Proposal
5. Persiapan dan Izin
Penelitian
6. Pelaksanaan
Penelitian
7. Analisis Data
Penelitian
8. Penyusunan
Laporan Skripsi
9. Ujian Skripsi
10. Revisi Skripsi
157
Lampiran B. Sumber Data Pra-Penelitian
LAMPIRAN B
SUMBER DATA PRA-PENELITIAN
1. Guideline Wawancara Pra-Penelitian
2. Hasil Data Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
158
GUIDELINE WAWANCARA PRA-PENELITIAN
Daftar Pertanyaan:
1. Apakah hubungan Anda dengan penderita skizofrenia (ODS)?
2. Kapan pertama kali Anda menyadari akan gangguan dari ODS?
3. Apa yang Anda rasakan ketika pertama kali mengetahi mengenai kondisi dari
ODS?
4. Bagaimana pengalaman Anda selama ini dalam merawat ODS?
5. Apa yang Anda rasakan selama merawat ODS?
6. Apakah ODS pernah dirawat di rumah sakit?
Jika pernah:
g. Sudah berapa lama ODS dirawat di rumah sejak dipulangkan dari rumah
sakit?
7. Apakah ODS pernah menunjukkan gejala-gejala yang sudah dinyatakan hilang
oleh tenaga kesehatan (relapse)?
Jika pernah:
c. Sudah berapa kali mengalami hal tersebut?
d. Apa yang Anda rasakan ketika hal tersebut terjadi?
e. Apa yang Anda lakukan ketika hal tersebut terjadi?
f. Menurut Anda, apa yang menyebabkan ODS mengalami hal tersebut?
8. Bagaimana hubungan Anda dengan ODS?
9. Adakan perbedaan yang Anda rasakan sebelum dengan sesudah Anda
mengetahui mengenai kondisi ODS?
10. Apakah kualitas hubungan Anda dengan ODS berpengaruh terhadap perlakuan
Anda terhadapnya?
11. Bagaimana keseharian Anda saat ini?
12. Apakah Anda merasa terbebani atau merasa tertekan dengan kegiatan sehari-
hari dan kewajiban merawat ODS?
13. Menurut Anda, apakah hal tersebut mempengaruhi perlakuan Anda terhadap
ODS?
159
DATA PASIEN RAWAT JALAN RSJ DAERAH SURAKARTA
Sumber: Rekam Medis RSJ Daerah Surakarta
Data Pasien Rawat Jalan Tahun 2017 - 2018
Tahun Kategori Jumlah
2017 Pasien Lama Laki-Laki 24,282
Perempuan 16,286
Pasien Baru Laki-Laki 1,508
Perempuan 1,801
Total 43,877
2018 Pasien Lama Laki-Laki 23,005
Perempuan 14,997
Pasien Baru Laki-Laki 2,071
Perempuan 2,110
Total 42,183
Data Pasien Rawat Jalan Tahun 2019
Bulan Kategori Jumlah
Januari Pasien Lama Laki-Laki 2,132
Perempuan 1,221
Pasien Baru Laki-Laki 374
Perempuan 559
Total 4,286
Februari Pasien Lama Laki-Laki 1,573
Perempuan 1,075
Pasien Baru Laki-Laki 58
Perempuan 72
Total 2,778
Maret Pasien Lama Laki-Laki 1,667
Perempuan 1,143
Pasien Baru Laki-Laki 108
Perempuan 111
Total 3,029
April Pasien Lama Laki-Laki 1,758
Perempuan 1,163
Pasien Baru Laki-Laki 66
Perempuan 75
Total 3,062
Mei Pasien Lama Laki-Laki 1,792
160
Perempuan 1,223
Pasien Baru Laki-Laki 68
Perempuan 81
Total 3,164
Juni Pasien Lama Laki-Laki 1,538
Perempuan 1,048
Pasien Baru Laki-Laki 86
Perempuan 76
Total 2,748
Data Pasien Rawat Jalan Skizofrenia Bulan Juni 2019
Kode DSM-IV Nama Gangguan Jumlah Pasien
F20.3 Undifferentiated Schizophrenia 581
F20.5 Residual Schizophrenia 413
F20.0 Paranoid Schizophrenia 236
F20.8 Other Schizophrenia 164
F25.1 Schizoaffective, Depresif 111
F25.0 Schizoaffective, Manic 54
F20.1 Hebephrenic Schizophrenia 29
F25.2 Schizoaffective 17
F23 Acute and Transient Psychotic 11
F23.0 Acute Polymorphic Psychotic 9
F25.8 Other Schizoaffective 6
F20.2 Catatonic Schizophrenia 6
F20 Schizophrenia 5
F23.1 Acute Polymorphic Psychotic 3
F22.0 Delusional 2
F20.9 Schizophrenia, Unspecified 2
F20.6 Simple Schizophrenia 1
F25.9 Schizoaffective, Unspecified 1
F20.4 Post-Schizophrenic Depression 1
F21 Schizotypal 1
F28 Other Non-Organic Psychotic 1
161
Lampiran C. Alat Ukur Penelitian
LAMPIRAN C
ALAT UKUR PENELITIAN
1. Cover Skala Penelitian
2. Informed Consent
3. Identitas Subjek
4. Petunjuk Pengisian
5. Skala Penelitian:
− Skala Relapse Skizofrenia
− Skala Penerimaan Caregiver
− Skala Kualitas Hidup Caregiver
162
SKALA PENELITIAN
Medina Hayati
G0115067
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
163
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)
Perkenalkan saya Medina Hayati, mahasiswi Program Studi Psikologi UNS
angkatan 2015, memohon kesediaan Anda untuk meluangkan waktu sejenak guna
mengisi daftar skala yang saya lampirkan. Data ini saya perlukan untuk penelitian
yang saya lakukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Dalam pengisian skala ini, Anda tidak perlu merasa khawatir atau ragu-ragu
dalam mengisinya karena jawaban yang benar adalah jawaban yang paling
sesuai dengan keadaan, pikiran dan perasaan Anda saat ini tanpa dipengaruhi
oleh pihak manapun. Jawaban maupun informasi yang Anda berikan dalam skala
ini akan saya jamin kerahasiaannya. Sebelum mengisi skala, silahkan mengisi
lembar persetujuan di bawah ini. Saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan
Anda menjadi partisipan dalam penelitian ini.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini secara sadar dan sungguh-sungguh
menyatakan bahwa saya SETUJU/MENOLAK*) untuk mengisi skala sesuai
dengan diri saya. Segala data informasii yang ada pada lembar persetujuan ini akan
dirahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik.
Peneliti
Medina Hayati
Surakarta, ………………………2019
Yang membuat pernyataan
( …………………………. )
*) coret yang tidak perlu
164
IDENTITAS SUBJEK
Nama : (boleh inisial)
Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
Usia :
Alamat :
Hubungan dengan
Pasien
: Suami/Istri Saudara Kandung
Ayah/Ibu Lain-Lain
Anak (……………..)
Pendidikan : Tidak Sekolah SMA
SD Pendidikan Tinggi
SMP
Pekerjaan :
Penghasilan per Bulan : < Rp. 1.500.000 Rp. 2.500.000 -
Rp. 1.500.000 - Rp. 3.500.000
Rp. 2.500.000 > Rp. 3.500.000
Tipe Skizofrenia Pasien :
Frekuensi Rawat Inap :
Lama Merawat Pasien :
(perawatan dirumah
terakhir)
Sejak kapan pasien pertama didiagnosis skizofrenia?
Bulan …………………. Tahun ……….
165
Petunjuk Pengisian (Bagian 1)
5. Pada bagian ini, Anda diminta untuk menilai tingkat keparahan gejala yang
dialami ODS selama 4 bulan terakhir.
6. “ODS” yang dimaksud merupakan anggota keluarga dengan gangguan
skizofrenia yang Anda rawat.
7. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Setiap gejala akan diberikan contoh
beri tanda centang (✓) pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan
keadaan Anda dan ODS. Pilihlah jawaban yang tersedia sebagai berikut:
Tidak Ada jika ODS tidak pernah mengalami selama 4 bulan terakhir
Sangat Ringan jika ODS menunjukkan sangat sedikit gejala tersebut dan tidak
mengganggu kehidupannya
Ringan jika ODS menunjukkan sedikit gejala tersebut dan tidak
mengganggu kehidupannya
Sedang jika ODS menunjukkan gejala tersebut dan sedikit mengganggu
kehidupannya
Cukup Parah jika ODS menunjukkan gejala tersebut dan mengganggu
kehidupannya
Parah jika ODS sering menunjukkan gejala tersebut dan mengganggu
kehidupannya
Sangat Parah jika ODS sering menunjukkan gejala tersebut dan sangat
mengganggu kehidupannya
8. Jawaban yang benar adalah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda
saat ini.
9. Seluruh pernyataan WAJIB untuk diisi dan pastikan tidak ada yang terlewati.
166
Contoh pengisian skala:
BIZARRE BEHAVIOR
- Perilaku seseorang yang aneh, tidak biasa, atau kriminal secara psikis.
- Perilaku seksual yang tidak pantas
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
✓
167
BAGIAN I
1. SOMATIC CONCERN
− Disibukkan dengan pikiran mengenai kesehatan fisik
− Ketakutan dirinya memiliki penyakit fisik
− Hypochondriasis (perasaan menderita penyakit serius, meskipun tidak ada
bukti secara medis)
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
2. ANXIETY
− Kecemasan, ketakutan, dan kekhawatiran yang berlebih mengenai keadaan
sekarang atau masa depan
− Rasa gelisah
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
3. EMOTIONAL WITHDRAWAL
− Kurangnya interaksi secara spontan
− Kurangnya berhubungan secara emosional dengan orang lain
− Terdapat batas tidak terlihat antara ODS dengan orang lain
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
4. CONCEPTUAL DISORGANIZATION
− Proses berpikir yang membingungkan dan terganggu, tidak jelas, serta
tidak teratur
− Perubahan topik pembicaraan secara mendadak
− Berbicara dengan tidak logis
− Gangguan bicara lainnya
168
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
5. GUILT FEELINGS
− Menyalahkan diri sendiri dan perasaan malu
− Penyesalan yang berlebihan akan perilaku atau perbuatan di masa lalu
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
6. TENSION
− Kegugupan yang dapat dilihat secara fisik atau motorik
− Keaktifan tubuh yang berlebih
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
7. MANNERISMS AND POSTURING
− Perilaku aneh dan tidak biasa
− Gerakan, tindakan, atau postur tubuh yang terlihat tidak nyaman atau tidak
senonoh
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
8. GRANDIOSITY
− Opini diri yang berlebihan
− Keyakinan diri akan kemampuan atau kekuatan yang spesial, atau identitas
seperti orang lain yang kaya atau terkenal
169
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
9. DEPRESSIVE MOOD
− Rasa kesedihan, ketidakbahagiaan, atau ketidakberdayaan
− Ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan (anhedonia)
− Terlarut dalam suasana yang suram
− Kehilangan kepercayaan diri
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
10. HOSTILITY
− Perilaku atau sikap membenci orang lain (contoh: menghina, berkelahi,
mengancam, mengamuk, merusak atau menghancurkan barang)
− Berbagai ekspresi dari sikap atau tindakan yang bermusuhan
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
11. SUSPICIOUSNESS
− Rasa tidak percaya terhadap orang lain
− Kepercayaan bahwa orang lain memiliki niat buruk atau jahat terhadap
dirinya
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
12. HALLUCINATORY BEHAVIOR
− Persepsi tanpa adanya rangsangan/stimulus eksternal yang normal atau
tidak dapat dialami oleh orang lain
170
− Contoh: mendengar suara di lingkungan atau di dalam kepalanya,
merasakan sesuatu pada tubuhnya, melakukan sesuatu yang diperintahkan
oleh hal yang tidak ada, melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat orang lain
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
13. MOTOR RETARDATION
− Melambatnya kecepatan dalam bergerak maupun berbicara
− Berkurangnya gerakan tubuh yang spontan
− Menurunnya keidealan massa tubuh
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
14. UNCOOPERATIVENESS
− Penolakan atau kurangnya keinginan untuk bekerja sama dengan orang
lain
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
15. UNUSUAL THOUGHT CONTENT
− Konten pikiran yang tidak biasa atau aneh
− Keyakinan akan bentuk dari delusi adalah suatu yang nyata
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
16. BLUNTED AFFECT
− Ekspresi emosi wajah, nada suara, dan gerak-gerik yang terbatas
171
− Sikap mengabaikan atau datar, bahkan saat membahas sesuatu yang
menyedihkan atau menyenangkan
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
17. EXCITEMENT
− Nada emosi yang tinggi atau meningkatnya reaktivitas emosional
− Meningkatnya intensitas ekspresi wajah, nada suara, gerakan ekspresif, atau
kuantitas dan kecepatan bicara
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
18. DISORIENTATION
− Tidak memahami situasi atau pembicaraan
− Kebingungan terhadap orang, tempat atau waktu
Tidak
Ada
Sangat
Ringan Ringan Sedang
Cukup
Parah Parah
Sangat
Parah
172
Petunjuk Pengisian (Bagian 2 dan 3)
1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan beri tanda centang (✓) pada
pilihan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda. Pilihlah jawaban
yang tersedia sebagai berikut:
STS jika SANGAT TIDAK SESUAI dengan diri Anda
TS jika TIDAK SESUAI dengan diri Anda
S jika SESUAI dengan diri Anda
SS jika SANGAT SESUAI dengan diri Anda
2. Jawaban yang benar adalah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda
saat ini.
3. Seluruh pernyataan WAJIB untuk diisi dan pastikan tidak ada yang terlewati.
4. Pada bagian ini, “ODS” merujuk pada anggota keluarga dengan gangguan
skizofrenia yang Anda rawat.
5. Pada bagian ini, “caregiver” merujuk pada peran merawat ODS yang dilakukan
oleh Anda.
Contoh pengisian skala:
PERNYATAAN STS TS S SS
Saya senang ketika melihat ODS
mengerjakan pekerjaan rumah
✓
173
BAGIAN II
NO. PERNYATAAN STS TS S SS
1. ODS sering menceritakan isi
hatinya pada saya
2. Saya memperlakukan ODS
dengan hangat
3. Saya menunjukkan rasa kasih
sayang saya pada ODS (contoh:
memeluk, mencium, membelai)
4. Saya memperhatikan setiap
progres/kemajuan yang dialami
oleh ODS
5. Saya membiarkan ODS
mengurus dirinya sendiri
6. Saya menyampaikan hal-hal baik
mengenai ODS kepada orang
lain
7. Saya memuji atas
progres/kemajuan kesembuhan
yang dialami oleh ODS
8. Saya mengatakan bahwa ODS
merupakan sebuah beban dalam
hidup saya
9. Saya memperlakukan ODS
dengan kasar (contoh: memukul,
menendang, menampar)
10. Saya menunjukkan rasa tidak
suka saya terhadap ODS
11. Saya mengurung ODS ketika dia
menunjukkan gejala penyakitnya
12. Saya memperlakukan ODS
dengan sabar
13. Saya mengatakan hal-hal yang
kasar pada ODS
14. Saya memarahi ODS walaupun
dirinya tidak berbuat salah
15. Saya mengatakan bahwa orang
lain lebih baik dari ODS
16. Saya menyibukkan diri dengan
pekerjaan atau kegiatan saya
agar terhindar dari bertemu
dengan ODS
174
NO. PERNYATAAN STS TS S SS
17. Saya jarang berada di rumah
agar terhindar dari bertemu
dengan ODS
18. Saya mengabaikan ODS ketika
dirinya membutuhkan bantuan
19. Saya selalu membantu ODS
dalam melakukan kegiatannya
sehari-hari (contoh: makan,
minum obat, mandi, berpakaian)
20. Saya melupakan hal-hal penting
tentang ODS
21. Saya berusaha menenangkan
ODS ketika dia sedang
membutuhkannya
22. Saya menyalahkan ODS atas
situasi saya sekarang
23. ODS merupakan beban untuk
saya
24. Saya menyembunyikan ODS
ketika ada orang yang
berkunjung ke rumah
25. Saya malu memiliki keluarga
yang mengalami gangguan
skizofrenia
26. Saya merasa keadaan ODS
merupakan anugerah
27. Saya merasa keadaan ODS
membuat saya menjadi pribadi
yang lebih baik
175
BAGIAN III
NO. PERNYATAAN STS TS S SS
1. Saya memiliki dukungan
emosional yang baik (contoh:
rasa peduli atau perhatian dari
orang lain)
2. Kebutuhan saya sebagai
caregiver dipedulikan oleh
lingkungan (contoh: keluarga,
tetangga, dokter)
3. Saya senang dengan dukungan
dari lingkungan yang disediakan
untuk saya
4. Saya merasa bisa mendapatkan
bantuan dan informasi yang saya
butuhkan
5. Saya mendapatkan seluruh
dukungan praktis yang saya
butuhkan (contoh: bantuan
untuk merawat ODS)
6. Saya merasa kehilangan
kehidupan karena tugas sebagai
caregiver
7. Kehidupan sosial saya terganggu
karena tugas sebagai caregiver
8. Saya merasa pilihan hidup saya
ke depan menjadi lebih sedikit
karena tugas sebagai caregiver
9. Saya merasa tidak memiliki
kuasa akan hidup saya sendiri
10. Tugas sebagai caregiver
menghentikan saya untuk
melakukan apa yang saya mau
11. Saya merasa depresi karena
tugas menjadi caregiver
12. Saya merasa lelah karena
menjadi caregiver
13. Saya mengalami kelelahan
mental karena menjadi caregiver
14. Saya mengalami kelelahan fisik
karena menjadi caregiver
15. Saya merasa stres karena tugas
menjadi caregiver
176
NO. PERNYATAAN STS TS S SS
16. Saya khawatir terjebak hutang
17. Saya merasa cukup dengan
situasi keuangan saya
18. Saya mampu menabung untuk
saat yang tidak terduga atau
keadaan darurat
19. Saya khawatir tentang uang
20. Saya memiliki cukup uang untuk
membayar kebutuhan kami
21. Saya menjadi orang yang lebih
toleran atau sabar melalui peran
menjadi caregiver
22. Karena peran sebagai caregiver,
saya belajar banyak tentang diri
sendiri
23. Karena peran sebagai caregiver,
saya merasa mengalami
pertumbuhan pribadi
24. Saya mengalami banyak hal
positif melalui peran caregiver
25. Saya merasa menjadi pribadi
yang lebih baik melalui peran
caregiver
26. Saya merasa dihargai oleh orang
yang saya rawat
27. ODS menghormati saya atas apa
yang saya lakukan
28. ODS membuat saya merasa
nyaman dengan diri sendiri
29. Saya mendapatkan banyak hal
dari ODS
30. Saya memiliki hubungan yang
baik dengan ODS
31. Saya puas dengan kinerja atau
hasil kerja saya sebagai
caregiver
32. Saya dapat mengurus kebutuhan
ODS
33. Saya merasa bisa membuat
hidup ODS menjadi lebih baik
34. Saya dapat mengatur sebagian
besar situasi dengan ODS
177
NO. PERNYATAAN STS TS S SS
35. Saya mampu menghadapi situasi
yang sulit
36. Menjadi caregiver penting bagi
saya
37. Saya benci menjadi caregiver
38. Saya merasa frustasi atau
kecewa dengan ODS
39. Saya menikmati menjadi
caregiver
40. Saya puas dengan hidup saya
sebagai caregiver
178
Lampiran D. Alat Ukur Rujukan
LAMPIRAN D
ALAT UKUR RUJUKAN
1. The Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS)
2. Parent-Parental Acceptance Rejection Questionnaire (P-PARQ)
Short Form
3. The Adult Carer Quality of Life Questionnaire (AC-QoL)
179
BRIEF PSYCHIATRIC RATING SCALE (BPRS)
Please enter the score for the term that best describes the patient’s condition.
0 = Not assessed
1 = Not present
2 = Very mild
3 = Mild
4 = Moderate
5 = Moderately severe
6 = Severe
7 = Extremely severe
1. SOMATIC CONCERN
Preoccupation with physical health, fear of physical illness,
hypochondriasis.
2. ANXIETY
Worry, fear, over-concern for present or future, uneasiness.
3. EMOTIONAL WITHDRAWAL
Lack of spontaneous interaction, isolation deficiency in relating to
others.
4. CONCEPTUAL DISORGANIZATION
Thought processes confused, disconnected, disorganized, disrupted.
5. GUILT FEELINGS
Self-blame, shame, remorse for past behavior.
6. TENSION
Physical and motor manifestations of nervousness, over-activation.
7. MANNERISMS AND POSTURING
Peculiar, bizarre, unnatural motor behavior (not including tic).
8. GRANDIOSITY
Exaggerated self-opinion, arrogance, conviction of unusual power or
abilities.
9. DEPRESSIVE MOOD
Sorrow, sadness, despondency, pessimism.
10. HOSTILITY
Animosity, contempt, belligerence, disdain for others.
11. SUSPICIOUSNESS
Mistrust, belief others harbor malicious or discriminatory intent.
180
12. HALLUCINATORY BEHAVIOR
Perceptions without normal external stimulus correspondence.
13. MOTOR RETARDATION
Slowed, weakened movements or speech, reduced body tone.
14. UNCOOPERATIVENESS
Resistance, guardedness, rejection of authority.
15. UNUSUAL THOUGHT CONTENT
Unusual, odd, strange, bizarre thought content.
16. BLUNTED AFFECT
Reduced emotional tone, reduction in formal intensity of feelings,
flatness.
17. EXCITEMENT
Heightened emotional tone, agitation, increased reactivity,
18. DISORIENTATION
Confusion or lack of proper association for person, place, or time.
181
Parent PARQ (Short Form)
KUESIONER UNTUK ORANGTUA (BAHASA INDONESIA)
Nama/Inisial: Hubungan dengan anak: Ibu/Ayah Tanggal:
Halaman berikut memuat beberapa pernyataan yang menggambarkan cara
yang terkadang dilakukan oleh orang tua dalam menghadapi anak-anak mereka.
Baca setiap pernyataan dengan cermat dan pikirkan seberapa sesuai pernyataan
tersebut menggambarkan cara Anda memperlakukan anak Anda. Kerjakan dengan
cepat. Berikan jawaban yang pertama kali muncul di pikiran Anda dan lanjutkan ke
butir selanjutnya.
Ada empat kotak pilihan untuk setiap kalimat. Jika inti dari pernyataan
tersebut sesuai dengan cara Anda memperlakukan anak Anda kemudian tanyakan
kepada diri Anda, “Apakah hampir selalu saya lakukan?” atau “Apakah kadang-
kadang saya lakukan?” Jika Anda pikir bahwa Anda memang HAMPIR SELALU
bertindak dengan cara demikian, berikan tanda X pada kotak HAMPIR SELALU
SAYA LAKUKAN; jika KADANG-KADANG, maka beri tanda pada kotak
KADANG-KADANG SAYA LAKUKAN. Jika menurut Anda inti dari pernyataan
tersebut tidak sesuai dengan cara Anda memperlakukan anak Anda kemudian
tanyakan kepada diri Anda, “Apakah jarang saya lakukan?" atau “Apakah hampir
tidak pernah saya lakukan?” Jika JARANG, beri tanda X pada kotak JARANG
SAYA LAKUKAN; jika menurut Anda pernyataan itu HAMPIR TIDAK
PERNAH Anda lakukan, maka beri tanda pada HAMPIR TIDAK PERNAH SAYA
LAKUKAN.
Ingat, ini bukan tentang salah atau benar, jadi sebisa mungkin jawablah
dengan jujur. Berikan tanggapan untuk setiap pernyataan sesuai bagaimana Anda
memperlakukan anak Anda, bukan bagaimana Anda ingin memperlakukannya.
Contohnya, jika Anda hampir selalu memeluk dan mencium anak Anda ketika ia
berbuat baik, Anda harus menjawabnya seperti berikut:
182
Hak Cipta © 2002, 2004 oleh Rohner Research Publications. Hak Cipta
Dilindungi (Direvisi pada Juni, 2004).
No
Hampir
selalu
saya
lakukan
Kadang
kadang
saya
lakukan
Jarang
saya
lakukan
Hampir
tidak
pernah
saya
lakukan
1 Saya menyampaikan hal-
hal yang baik tentang
anak saya
2 Saya tidak
memperhatikan anak
saya
3 Saya membuat anak saya
mudah menceritakan isi
hatinya pada saya
4
Saya memukul anak saya
meski ketika ia tidak
sepatutnya diperlakukan
demikian
5 Saya melihat anak saya
sebagai suatu gangguan
yang besar
6
Saya memberikan
hukuman berat kepada
anak saya ketika saya
marah
7 Saya terlalu sibuk untuk
menjawab pertanyaan-
pertanyaan anak saya
8 Saya benci anak saya
9 Saya sangat tertarik
dengan apa yang
dilakukan oleh anak saya
Hampir
selalu
saya
lakukan
Kadang-
kadang
saya
lakukan
Jarang
saya
lakukan
Hampir
tidak
pernah
saya
lakukan
Saya memeluk dan mencium
anak saya ketika ia berbuat
baik
X
183
10 Saya menyampaikan hal-
hal yang kasar kepada
anak saya
11
Saya tidak
memperhatikan anak
saya ketika ia meminta
bantuan
12 Saya membuat anak saya
merasa dibutuhkan dan
diinginkan
13 Saya sangat
memperhatikan anak
saya
14 Saya menyakiti perasaan
anak saya
15 Saya lupa hal-hal penting
yang menurut anak saya
harus saya ingat
16
Saya membuat anak saya
merasa tidak dikasihi jika
ia berperilaku tidak pada
tempatnya
17 Saya membuat anak saya
merasa apa yang ia
lakukan berarti
18
Ketika anak saya
melakukan kesalahan,
saya menakut- nakuti
atau mengancamnya
19
Saya mempedulikan apa
yang anak saya pikirkan,
dan mendorongnya untuk
menyampaikan apa yang
ia pikirkan
20 Saya merasa anak-anak
lain lebih baik daripada
anak saya
21 Saya menunjukkan
kepada anak saya bahwa
ia tidak diinginkan
22 Saya menunjukkan
kepada anak saya bahwa
saya mengasihinya
23 Saya tidak
memperhatikan anak
saya selama ia tidak
184
melakukan hal-hal yang
mengganggu saya
24 Saya memperlakukan
anak saya dengan lembut
dan hangat
Coordinator translator: Stefany Valentia (Universitas Pelita Harapan);
Sworn translator: Fatchurozak (SK. Gub DKI Jakarta no. 3065/2003);
Back translator: Kevin Djasa, Imanuel Ezra;
Expert judgment: Riryn Sani, M. Psi., Yuliana Anggreany, M. Psi
185
The Adult Carer Quality of Life Questionnaire (AC-QoL)
This questionnaire asks you about different aspects of your life as a carer. Please
think about your experience as a carer within the last two weeks and please tick the
box that applies next to each statement. There are no right or wrong answers; we
are just interested in what life is like for you as a carer. The questionnaire shouldn’t
take more than 10 minutes.
Please answer all questions as honestly as you can.
No Never Some of
the time
A lot of
the time Always
Support for Caring
1. I have a good level of
emotional support
2. My needs as a carer are
considered by professionals
3. I am happy with the
professional support that is
provided to me
4. I feel able to get the help and
information I need
5. I have all the practical support
I need
Caring Choice
6. I feel that my life is on hold
because of caring
7. My social live has suffered
because of caring
8. I feel I have less choice about
my future due to caring
9. I feel I have no control over
my own life
10. Caring stops me doing what I
want to do
Caring Stress
11. I feel depressed due to caring
12. I feel worn out as a result of
caring
13. I am mentally exhausted by
caring
14. I am physically exhausted by
caring
186
15. I feel stressed as a result of
caring
Money Matters
16. I worry about going into debt
17. I feel satisfied with my
financial situation
18. I am able to save for a rainy
day
19. I worry about money
20. There is enough money in our
house to pay for things we
need
Personal Growth
21. I have become a more tolerant
person through my caring
role
22. Because of caring, I have
learnt a lot about myself
23. Because of caring, I feel that
I have grown as a person
24. I have experienced many
positive things through caring
25. I feel that I have become a
better person by caring
Sense of Value
26. I feel valued by the person I
am looking after
27. The person I look after
respects me for what I do
28. The person I look after makes
me feel good about myself
29. I get a lot from the person I
am looking after
30. I have a good relationship
with the person I am caring
for
Ability to Care
31. I am satisfied with my
performance as a carer
32. I can take care of the needs of
the person I am caring for
33. I feel I am able to make the
life of the person I am looking
after better
187
34. I can manage most situation
with the person I care for
35. I am able to deal with a
difficult situation
Carer Satisfaction
36. Caring is important to me
37. I resent having to be a carer
38. I feel frustrated with the
person I am caring for
39. I enjoy being a carer
40. I am satisfied with my life as
a carer
Source: Reproduce with permission of the authors and the Princess Royal Trust for
Carer
188
Lampiran E. Distribusi Nilai Skala Penelitian Sebelum Aitem Gugur
LAMPIRAN E
DISTRIBUSI NILAI SKALA PENELITIAN SEBELUM AITEM
GUGUR
1. Skala Relapse Skizofrenia
2. Skala Penerimaan Caregiver
3. Skala Kualitas Hidup Caregiver
189
1. SKALA RELAPSE SKIZOFRENIA
Res. Nomor Aitem Skala Relapse Skizofrenia
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 1 6 1 6 4 7 6 6 6 4 6 6 4 6 6 6 7 4
2 3 3 1 2 1 4 1 4 1 4 5 1 3 4 2 3 3 1
3 1 4 5 5 1 4 2 1 6 6 4 5 2 2 4 2 5 3
4 1 1 1 3 2 3 4 1 2 4 2 5 2 2 4 3 2 2
5 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 2 1 1 1 2
6 4 4 4 4 5 3 3 3 3 1 2 3 6 5 3 2 3 4
7 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 4 6 1 2 3 1 4 2 3 3 3 1 3 2 5 1 3
9 2 4 4 3 2 4 4 3 3 6 6 4 4 5 5 5 4 5
10 1 4 4 1 1 4 1 1 5 1 1 3 3 1 3 1 2 1
11 1 1 1 1 1 1 1 7 1 6 6 4 1 7 3 1 5 1
12 1 1 5 4 1 1 1 1 7 5 4 7 1 3 5 5 1 1
13 1 5 4 1 4 1 1 1 5 4 4 2 1 1 1 5 1 1
14 1 4 3 2 1 1 1 4 1 1 3 1 3 5 4 4 5 3
15 1 1 4 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 4 1 1
16 1 4 4 4 1 3 1 1 3 1 4 4 1 4 3 4 3 3
17 3 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 4 3 1 5 3 1 1
18 4 3 1 2 1 1 1 2 4 3 3 5 1 2 1 2 1 1
19 1 6 1 3 1 1 3 3 3 4 4 5 2 3 3 1 1 1
20 1 4 4 4 2 1 1 1 1 4 6 6 1 1 4 3 1 3
21 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 3 4 5 5 4 4 4
22 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1
23 1 4 4 4 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 4 1 1
24 1 5 2 1 2 1 1 1 3 3 3 5 2 1 3 1 3 1
25 1 4 4 3 1 4 2 1 1 1 1 1 3 2 1 4 1 1
26 4 3 6 3 3 4 3 6 6 3 3 3 6 6 3 3 3 3
27 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1
28 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1
29 1 4 1 4 1 1 1 3 3 1 1 3 1 1 1 1 1 3
30 1 4 1 2 5 1 1 1 4 2 1 5 3 1 3 4 1 1
31 1 6 4 4 4 3 3 4 4 6 4 3 3 3 4 4 3 1
32 1 5 4 3 1 1 2 3 4 1 5 5 4 2 2 2 2 1
33 3 4 4 3 6 6 4 4 7 6 6 4 7 4 4 6 7 4
34 2 4 4 2 2 2 1 3 5 3 3 4 2 3 3 2 3 2
35 1 5 1 2 3 4 1 1 4 2 2 3 1 2 1 3 1 1
190
2. SKALA PENERIMAAN CAREGIVER
Res. Nomor Aitem Skala Penerimaan Caregiver
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 3 2 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4
2 4 3 4 3 2 3 4 2 2 4 3 4 2 3
3 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
4 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4
6 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
7 1 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
8 3 4 4 4 2 2 4 4 4 3 4 4 4 3
9 1 2 2 3 1 3 2 3 4 3 3 3 3 3
10 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4
11 3 2 4 3 3 1 2 1 2 2 1 2 3 3
12 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
13 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4 2 3 3 4
14 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3
15 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4
16 1 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4
17 3 3 2 2 1 1 2 4 4 3 2 4 3 3
18 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3
19 3 3 3 4 2 3 3 2 2 4 4 4 2 2
20 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 4
21 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3
22 4 4 4 4 1 4 4 4 4 3 3 4 3 4
23 3 3 3 3 4 1 3 4 4 4 1 4 4 4
24 3 3 2 3 1 3 3 4 4 4 2 4 4 4
25 3 3 3 3 2 2 3 3 4 4 3 3 4 3
26 1 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3
27 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
28 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2
29 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3
30 2 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 3 3 3
31 3 3 2 3 1 3 2 4 4 3 2 3 4 4
32 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3
33 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3 3
34 2 3 1 2 1 2 3 2 3 2 2 2 2 2
35 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4
191
Res. Nomor Aitem Skala Penerimaan Caregiver
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 2 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 2
2 3 3 3 3 2 1 4 3 2 3 3 3 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3
5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3
6 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
7 4 4 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 4
8 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 3
9 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3
10 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 3 3
11 2 2 2 3 3 3 3 4 1 4 1 2 1
12 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2
13 1 4 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
15 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 2 2
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
17 2 2 2 3 1 3 2 2 2 3 2 2 2
18 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
19 1 2 2 4 3 4 4 4 2 3 4 4 3
20 1 2 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 4
21 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3
22 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
24 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
26 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3
27 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3
28 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
29 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3
30 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2
31 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3
33 2 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 2 2
34 1 2 2 3 1 3 3 1 2 2 1 1 2
35 3 3 2 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3
192
3. SKALA KUALITAS HIDUP CAREGIVER
Res. Nomor Aitem Skala Kualitas Hidup Caregiver
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2
2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 1
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 3 4 4 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1
8 3 3 4 3 4 3 3 2 1 2 2 3 3 3
9 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
10 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3
11 3 2 3 1 3 1 3 2 3 2 2 1 1 1
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
13 4 3 3 3 1 3 3 3 3 3 4 1 1 1
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
15 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3
17 2 2 2 3 1 3 3 1 2 2 3 1 1 1
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 3 2 3 3 3 3 3 3 1 2 2 1 2 3
20 4 4 2 3 2 1 4 4 4 3 4 4 4 4
21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
23 4 3 3 1 1 2 4 3 4 3 3 3 3 3
24 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4
25 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2
26 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2
27 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
28 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
30 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
31 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
33 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3
34 2 2 1 3 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2
35 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3
193
Res. Nomor Aitem Skala Kualitas Hidup Caregiver
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2
2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3
3 3 2 1 1 1 3 4 4 3 4 3 4 4 3
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2
5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4
7 1 1 1 1 1 2 4 3 3 1 2 1 3 3
8 4 4 1 2 3 3 3 2 3 2 3 2 1 1
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2
10 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
11 1 1 2 1 2 2 3 3 3 2 2 1 2 2
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
13 2 2 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3
14 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3
15 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
17 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3
18 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
21 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4
23 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3
24 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 3
25 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
26 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2
27 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4
28 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
29 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
30 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
31 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3
32 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
33 4 4 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2
34 1 3 3 2 3 3 3 3 3 1 1 2 2 3
35 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
194
Res. Nomor Aitem Skala Kualitas Hidup Caregiver
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2
2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 1 4 3
4 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3
5 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3
6 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3
8 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1
9 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2
10 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
11 4 1 2 3 2 1 1 3 3 4 2 1
12 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3
13 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
15 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3
16 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3
17 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3
20 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
21 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2
22 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
23 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4
24 3 4 3 3 3 3 2 3 1 1 3 3
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
26 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2
27 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
30 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2
31 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3
32 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
33 1 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2
34 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1
35 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
195
Lampiran F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
LAMPIRAN F
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR
1. Skala Relapse Skizofrenia
2. Skala Penerimaan Caregiver
3. Skala Kualitas Hidup Caregiver
196
1. SKALA RELAPSE SKIZOFRENIA
a. Validitas Skala Sebelum Aitem Gugur Dihapus
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
ITEM_01 45.09 320.669 .296 .537 .913
ITEM_02 43.26 308.844 .397 .453 .912
ITEM_03 43.86 307.538 .374 .638 .913
ITEM_04 44.20 300.988 .619 .624 .907
ITEM_05 44.63 301.476 .570 .656 .908
ITEM_06 44.37 292.476 .673 .673 .905
ITEM_07 44.91 297.139 .762 .802 .904
ITEM_08 44.34 293.526 .601 .790 .907
ITEM_09 43.43 295.311 .543 .698 .909
ITEM_10 43.83 291.205 .605 .720 .907
ITEM_11 43.63 289.476 .678 .773 .904
ITEM_12 43.40 306.424 .395 .758 .913
ITEM_13 44.23 299.182 .574 .781 .907
ITEM_14 44.03 289.676 .671 .840 .905
ITEM_15 44.00 293.529 .711 .781 .904
ITEM_16 43.80 300.106 .549 .595 .908
ITEM_17 44.37 284.946 .755 .836 .902
ITEM_18 44.77 302.182 .683 .695 .906
b. Reliabilitas Skala Sebelum Aitem Gugur Dihapus
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items
N of Items
.912 .914 18
197
c. Validitas Skala Sesudah Aitem Gugur Dihapus
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
ITEM_02 41.63 296.240 .410 .436 .913
ITEM_03 42.23 295.593 .375 .623 .915
ITEM_04 42.57 288.782 .628 .624 .908
ITEM_05 43.00 290.353 .556 .648 .909
ITEM_06 42.74 280.961 .671 .671 .906
ITEM_07 43.29 285.504 .761 .787 .905
ITEM_08 42.71 282.445 .591 .789 .908
ITEM_09 41.80 283.576 .544 .689 .910
ITEM_10 42.20 279.165 .612 .713 .908
ITEM_11 42.00 277.588 .684 .772 .905
ITEM_12 41.77 293.946 .406 .754 .914
ITEM_13 42.60 288.718 .549 .729 .910
ITEM_14 42.40 278.718 .660 .835 .906
ITEM_15 42.37 281.652 .716 .779 .905
ITEM_16 42.17 287.852 .558 .582 .909
ITEM_17 42.74 273.314 .758 .806 .903
ITEM_18 43.14 290.655 .676 .676 .907
d. Reliabilitas Skala Sesudah Aitem Gugur Dihapus
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items
N of Items
.913 .916 17
198
2. SKALA PENERIMAAN CAREGIVER
a. Validitas Skala Sebelum Aitem Gugur Dihapus
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
ITEM_01 81.23 144.534 .123 . .928
ITEM_02 80.80 139.812 .558 . .921
ITEM_03 81.09 139.845 .397 . .923
ITEM_04 80.71 137.857 .703 . .919
ITEM_05 81.63 139.829 .314 . .925
ITEM_06 81.11 137.045 .518 . .921
ITEM_07 80.86 138.067 .543 . .921
ITEM_08 80.80 135.400 .638 . .919
ITEM_09 80.49 140.787 .397 . .923
ITEM_10 80.49 137.787 .679 . .920
ITEM_11 80.94 139.526 .316 . .925
ITEM_12 80.57 138.076 .678 . .920
ITEM_13 80.69 139.869 .495 . .922
ITEM_14 80.54 136.079 .754 . .918
ITEM_15 80.91 133.139 .575 . .921
ITEM_16 80.71 134.210 .742 . .918
ITEM_17 80.63 134.182 .800 . .917
ITEM_18 80.51 140.139 .513 . .921
ITEM_19 81.11 136.751 .451 . .923
ITEM_20 80.71 138.387 .497 . .922
ITEM_21 80.66 139.350 .563 . .921
ITEM_22 80.51 134.845 .729 . .918
ITEM_23 80.80 132.812 .659 . .919
ITEM_24 80.66 141.055 .316 . .924
ITEM_25 80.57 130.605 .826 . .916
ITEM_26 81.11 133.928 .686 . .919
ITEM_27 80.91 138.551 .482 . .922
199
b. Reliabilitas Skala Sebelum Aitem Gugur Dihapus
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items
N of Items
.924 .930 27
c. Validitas Skala Sesudah Aitem Gugur Dihapus
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
ITEM_02 78.11 136.634 .555 . .925
ITEM_03 78.40 137.129 .369 . .928
ITEM_04 78.03 134.617 .707 . .924
ITEM_05 78.94 136.055 .339 . .929
ITEM_06 78.43 133.840 .519 . .926
ITEM_07 78.17 134.970 .536 . .925
ITEM_08 78.11 132.281 .635 . .924
ITEM_09 77.80 137.518 .399 . .927
ITEM_10 77.80 134.576 .680 . .924
ITEM_11 78.26 135.844 .336 . .930
ITEM_12 77.89 134.928 .674 . .924
ITEM_13 78.00 136.588 .499 . .926
ITEM_14 77.86 132.950 .750 . .923
ITEM_15 78.23 129.593 .593 . .925
ITEM_16 78.03 131.087 .740 . .922
ITEM_17 77.94 130.938 .806 . .922
ITEM_18 77.83 136.911 .514 . .926
ITEM_19 78.43 133.958 .432 . .928
ITEM_20 78.03 135.146 .499 . .926
ITEM_21 77.97 136.087 .567 . .925
ITEM_22 77.83 131.734 .726 . .923
ITEM_23 78.11 129.398 .673 . .923
ITEM_24 77.97 138.087 .301 . .929
ITEM_25 77.89 127.634 .819 . .921
ITEM_26 78.43 130.664 .692 . .923
ITEM_27 78.23 135.240 .488 . .926
200
d. Reliabilitas Skala Sesudah Aitem Gugur Dihapus
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items
N of Items
.928 .934 26
3. SKALA KUALITAS HIDUP CAREGIVER
a. Validitas Skala Sebelum Aitem Gugur Dihapus
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
ITEM_01 115.46 301.903 .511 . .955
ITEM_02 115.46 300.961 .560 . .955
ITEM_03 115.51 305.257 .304 . .956
ITEM_04 115.54 304.197 .339 . .956
ITEM_05 115.66 308.173 .130 . .958
ITEM_06 115.60 297.541 .506 . .955
ITEM_07 115.31 293.987 .750 . .954
ITEM_08 115.51 289.081 .842 . .953
ITEM_09 115.43 292.429 .703 . .954
ITEM_10 115.51 295.492 .713 . .954
ITEM_11 115.40 292.659 .805 . .954
ITEM_12 115.77 284.358 .770 . .954
ITEM_13 115.63 288.123 .744 . .954
ITEM_14 115.74 289.903 .651 . .955
ITEM_15 115.60 290.129 .663 . .954
ITEM_16 115.46 301.314 .379 . .956
ITEM_17 115.74 300.197 .461 . .956
ITEM_18 115.83 295.676 .558 . .955
ITEM_19 115.74 303.020 .346 . .956
ITEM_20 115.63 302.887 .513 . .955
ITEM_21 115.37 307.358 .254 . .956
ITEM_22 115.43 305.487 .464 . .956
ITEM_23 115.49 306.492 .380 . .956
ITEM_24 115.57 292.605 .745 . .954
201
ITEM_25 115.57 297.370 .678 . .954
ITEM_26 115.69 295.222 .617 . .955
ITEM_27 115.60 294.776 .722 . .954
ITEM_28 115.63 296.711 .664 . .954
ITEM_29 115.71 302.504 .374 . .956
ITEM_30 115.37 291.770 .673 . .954
ITEM_31 115.77 297.770 .629 . .955
ITEM_32 115.54 303.961 .473 . .956
ITEM_33 115.66 295.055 .772 . .954
ITEM_34 115.77 294.358 .734 . .954
ITEM_35 115.63 294.182 .686 . .954
ITEM_36 115.40 297.541 .637 . .955
ITEM_37 115.40 295.541 .505 . .956
ITEM_38 115.51 298.375 .407 . .956
ITEM_39 115.71 292.328 .802 . .954
ITEM_40 115.80 287.988 .849 . .953
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
ITEM_01 109.40 293.247 .497 . .957
ITEM_02 109.40 292.306 .547 . .957
ITEM_03 109.46 296.844 .278 . .959
ITEM_04 109.49 295.492 .328 . .958
ITEM_06 109.54 288.844 .501 . .958
ITEM_07 109.26 285.197 .750 . .956
ITEM_08 109.46 280.491 .838 . .955
ITEM_09 109.37 283.476 .710 . .956
ITEM_10 109.46 286.491 .722 . .956
ITEM_11 109.34 283.703 .813 . .956
ITEM_12 109.71 275.857 .765 . .956
ITEM_13 109.57 279.546 .740 . .956
ITEM_14 109.69 281.457 .642 . .957
ITEM_15 109.54 281.608 .656 . .957
ITEM_16 109.40 292.365 .381 . .958
ITEM_17 109.69 290.810 .481 . .958
ITEM_18 109.77 286.358 .577 . .957
ITEM_19 109.69 293.869 .355 . .958
202
ITEM_20 109.57 293.899 .517 . .957
ITEM_22 109.37 296.417 .472 . .958
ITEM_23 109.43 297.487 .382 . .958
ITEM_24 109.51 283.669 .752 . .956
ITEM_25 109.51 288.434 .683 . .957
ITEM_26 109.63 286.182 .626 . .957
ITEM_27 109.54 285.844 .728 . .956
ITEM_28 109.57 287.664 .673 . .957
ITEM_29 109.66 293.644 .372 . .958
ITEM_30 109.31 282.928 .676 . .956
ITEM_31 109.71 289.092 .621 . .957
ITEM_32 109.49 295.139 .466 . .958
ITEM_33 109.60 286.365 .767 . .956
ITEM_34 109.71 285.622 .731 . .956
ITEM_35 109.57 285.429 .684 . .956
ITEM_36 109.34 288.879 .628 . .957
ITEM_37 109.34 286.526 .511 . .958
ITEM_38 109.46 289.491 .407 . .958
ITEM_39 109.66 283.526 .803 . .956
ITEM_40 109.74 279.197 .853 . .955
b. Reliabilitas Skala Sebelum Aitem Gugur Dihapus
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items
N of Items
.956 .956 40
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items
N of Items
.958 .959 38
203
c. Validitas Skala Sesudah Aitem Gugur Dihapus
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
ITEM_01 106.37 287.358 .481 . .958
ITEM_02 106.37 286.417 .531 . .958
ITEM_04 106.46 289.373 .323 . .959
ITEM_06 106.51 283.022 .488 . .958
ITEM_07 106.23 279.182 .746 . .957
ITEM_08 106.43 274.429 .838 . .956
ITEM_09 106.34 277.291 .714 . .957
ITEM_10 106.43 280.311 .724 . .957
ITEM_11 106.31 277.516 .817 . .956
ITEM_12 106.69 269.928 .763 . .956
ITEM_13 106.54 273.432 .742 . .957
ITEM_14 106.66 275.291 .645 . .957
ITEM_15 106.51 275.610 .654 . .957
ITEM_16 106.37 286.005 .387 . .959
ITEM_17 106.66 284.173 .501 . .958
ITEM_18 106.74 279.903 .589 . .958
ITEM_19 106.66 287.350 .368 . .959
ITEM_20 106.54 287.550 .525 . .958
ITEM_22 106.34 290.055 .482 . .958
ITEM_23 106.40 291.188 .386 . .959
ITEM_24 106.49 277.610 .750 . .957
ITEM_25 106.49 282.316 .682 . .957
ITEM_26 106.60 279.894 .633 . .957
ITEM_27 106.51 279.669 .731 . .957
ITEM_28 106.54 281.314 .683 . .957
ITEM_29 106.63 287.534 .368 . .959
ITEM_30 106.29 276.857 .675 . .957
ITEM_31 106.69 283.104 .613 . .957
ITEM_32 106.46 289.020 .460 . .958
ITEM_33 106.57 280.429 .758 . .957
ITEM_34 106.69 279.575 .728 . .957
ITEM_35 106.54 279.432 .679 . .957
ITEM_36 106.31 282.928 .619 . .957
ITEM_37 106.31 280.457 .509 . .958
204
ITEM_38 106.43 283.429 .404 . .959
ITEM_39 106.63 277.417 .804 . .956
ITEM_40 106.71 273.151 .853 . .956
d. Reliabilitas Skala Sesudah Aitem Gugur Dihapus
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items
N of Items
.959 .960 37
205
Lampiran G. Distribusi Nilai Skala Penelitian Sesudah Aitem Gugur
LAMPIRAN G
DISTRIBUSI NILAI SKALA PENELITIAN SESUDAH AITEM GUGUR
1. Skala Relapse Skizofrenia
2. Skala Penerimaan Caregiver
3. Skala Kualitas Hidup Caregiver
206
1. SKALA RELAPSE SKIZOFRENIA
Res. Nomor Aitem Skala Relapse Skizofrenia
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 6 1 6 4 7 6 6 6 4 6 6 4 6 6 6 7 4
2 3 1 2 1 4 1 4 1 4 5 1 3 4 2 3 3 1
3 4 5 5 1 4 2 1 6 6 4 5 2 2 4 2 5 3
4 1 1 3 2 3 4 1 2 4 2 5 2 2 4 3 2 2
5 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 2 1 1 1 2
6 4 4 4 5 3 3 3 3 1 2 3 6 5 3 2 3 4
7 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 4 6 1 2 3 1 4 2 3 3 3 1 3 2 5 1 3
9 4 4 3 2 4 4 3 3 6 6 4 4 5 5 5 4 5
10 4 4 1 1 4 1 1 5 1 1 3 3 1 3 1 2 1
11 1 1 1 1 1 1 7 1 6 6 4 1 7 3 1 5 1
12 1 5 4 1 1 1 1 7 5 4 7 1 3 5 5 1 1
13 5 4 1 4 1 1 1 5 4 4 2 1 1 1 5 1 1
14 4 3 2 1 1 1 4 1 1 3 1 3 5 4 4 5 3
15 1 4 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 4 1 1
16 4 4 4 1 3 1 1 3 1 4 4 1 4 3 4 3 3
17 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 4 3 1 5 3 1 1
18 3 1 2 1 1 1 2 4 3 3 5 1 2 1 2 1 1
19 6 1 3 1 1 3 3 3 4 4 5 2 3 3 1 1 1
20 4 4 4 2 1 1 1 1 4 6 6 1 1 4 3 1 3
21 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 3 4 5 5 4 4 4
22 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1
23 4 4 4 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 4 1 1
24 5 2 1 2 1 1 1 3 3 3 5 2 1 3 1 3 1
25 4 4 3 1 4 2 1 1 1 1 1 3 2 1 4 1 1
26 3 6 3 3 4 3 6 6 3 3 3 6 6 3 3 3 3
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1
28 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1
29 4 1 4 1 1 1 3 3 1 1 3 1 1 1 1 1 3
30 4 1 2 5 1 1 1 4 2 1 5 3 1 3 4 1 1
31 6 4 4 4 3 3 4 4 6 4 3 3 3 4 4 3 1
32 5 4 3 1 1 2 3 4 1 5 5 4 2 2 2 2 1
33 4 4 3 6 6 4 4 7 6 6 4 7 4 4 6 7 4
34 4 4 2 2 2 1 3 5 3 3 4 2 3 3 2 3 2
35 5 1 2 3 4 1 1 4 2 2 3 1 2 1 3 1 1
207
2. SKALA PENERIMAAN CAREGIVER
Res. Nomor Aitem Skala Penerimaan Caregiver
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 2 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4
2 3 4 3 2 3 4 2 2 4 3 4 2 3
3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
4 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3
5 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4
6 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
7 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
8 4 4 4 2 2 4 4 4 3 4 4 4 3
9 2 2 3 1 3 2 3 4 3 3 3 3 3
10 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4
11 2 4 3 3 1 2 1 2 2 1 2 3 3
12 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
13 3 3 3 2 4 3 3 4 4 2 3 3 4
14 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3
15 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4
16 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4
17 3 2 2 1 1 2 4 4 3 2 4 3 3
18 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3
19 3 3 4 2 3 3 2 2 4 4 4 2 2
20 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 4
21 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3
22 4 4 4 1 4 4 4 4 3 3 4 3 4
23 3 3 3 4 1 3 4 4 4 1 4 4 4
24 3 2 3 1 3 3 4 4 4 2 4 4 4
25 3 3 3 2 2 3 3 4 4 3 3 4 3
26 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3
27 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
28 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2
29 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3
30 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 3 3 3
31 3 2 3 1 3 2 4 4 3 2 3 4 4
32 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3
33 3 2 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3 3
34 3 1 2 1 2 3 2 3 2 2 2 2 2
35 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4
208
Res. Nomor Aitem Skala Penerimaan Caregiver
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 2 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 2
2 3 3 3 3 2 1 4 3 2 3 3 3 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3
5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3
6 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
7 4 4 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 4
8 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 3
9 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3
10 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 3 3
11 2 2 2 3 3 3 3 4 1 4 1 2 1
12 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2
13 1 4 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
15 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 2 2
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
17 2 2 2 3 1 3 2 2 2 3 2 2 2
18 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
19 1 2 2 4 3 4 4 4 2 3 4 4 3
20 1 2 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 4
21 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3
22 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
24 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
26 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3
27 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3
28 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
29 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3
30 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2
31 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3
33 2 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 2 2
34 1 2 2 3 1 3 3 1 2 2 1 1 2
35 3 3 2 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3
209
3. SKALA KUALITAS HIDUP CAREGIVER
Res. Nomor Aitem Skala Kualitas Hidup Caregiver
1 2 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3
2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3
3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 3 4 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1
8 3 3 3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 4
9 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
10 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4
11 3 2 1 1 3 2 3 2 2 1 1 1 1
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
13 4 3 3 3 3 3 3 3 4 1 1 1 2
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
15 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3
17 2 2 3 3 3 1 2 2 3 1 1 1 1
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
19 3 2 3 3 3 3 1 2 2 1 2 3 3
20 4 4 3 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4
21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3
23 4 3 1 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3
24 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
25 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3
26 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
28 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4
30 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
31 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
33 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4
34 2 2 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1
35 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
210
Res. Nomor Aitem Skala Kualitas Hidup Caregiver
16 17 18 19 20 22 23 24 25 26 27 28 29
1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3
2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3
3 2 1 1 1 3 4 3 4 3 4 4 3 3
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3
7 1 1 1 1 2 3 3 1 2 1 3 3 4
8 4 1 2 3 3 2 3 2 3 2 1 1 1
9 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2
10 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
11 1 2 1 2 2 3 3 2 2 1 2 2 4
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
13 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
14 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3
15 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
17 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3 2
18 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
21 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2
22 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4
23 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3
24 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 4 3 3
25 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
26 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2
27 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
29 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
30 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
31 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
32 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
33 4 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 1
34 3 3 2 3 3 3 3 1 1 2 2 3 2
35 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
211
Res. Nomor Aitem Skala Kualitas Hidup Caregiver
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2
2 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
3 4 4 4 4 4 4 4 2 1 4 3
4 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3
5 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3
8 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1
9 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2
10 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
11 1 2 3 2 1 1 3 3 4 2 1
12 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3
13 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
15 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3
16 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3
17 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3
20 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
21 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2
22 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
23 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4
24 4 3 3 3 3 2 3 1 1 3 3
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
26 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2
27 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
30 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2
31 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3
32 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
33 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2
34 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1
35 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
212
Lampiran H. Total Skor Penelitian
LAMPIRAN H
TOTAL SKOR PENELITIAN
1. Total Skor Mentah
2. Total Skor Setelah Dikonversi menjadi Z-Score
3. Total Skor Setelah Dikonversi menjadi t-Score
213
1. Total Skor Mentah
Res. Relapse
Skizofrenia
Penerimaan
Caregiver
Kualitas Hidup
Caregiver
1. 91 83 104
2. 43 76 114
3. 61 101 123
4. 43 71 103
5. 25 92 126
6. 58 99 142
7. 19 95 91
8. 47 91 79
9. 71 70 101
10. 37 89 111
11. 58 60 73
12. 57 73 109
13. 42 82 104
14. 46 76 114
15. 25 90 124
16. 48 99 118
17. 31 62 86
18. 34 72 109
19. 45 78 105
20. 47 87 138
21. 75 74 106
22. 20 95 133
23. 35 94 118
24. 38 90 116
25. 35 79 106
26. 67 68 88
27. 19 99 139
28. 23 72 110
29. 31 78 115
30. 40 77 106
31. 63 83 124
32. 47 77 109
33. 86 77 108
34. 48 51 67
35. 37 83 112
214
2. Total Skor Setelah Dikonversi Menjadi Z-Score
Res. Relapse
Skizofrenia
Penerimaan
Caregiver
Kualitas Hidup
Caregiver
1. 2.56401 0.14735 -0.31674
2. -0.11647 -0.43491 0.26367
3. 0.88871 1.64457 0.78604
4. -0.11647 -0.8508 -0.37478
5. -1.12165 0.89596 0.96017
6. 0.72118 1.47821 1.88883
7. -1.45671 1.1455 -1.07127
8. 0.1069 0.81278 -1.76777
9. 1.44714 -0.93398 -0.49086
10. -0.45153 0.64642 0.08955
11. 0.16274 -1.76577 -2.11601
12. 0.44196 -0.68445 -0.02653
13. -0.17232 0.06417 -0.31674
14. 0.05106 -0.43491 0.26367
15. -1.12165 0.7296 0.84408
16. 0.16274 1.47821 0.49584
17. -0.78659 -1.59942 -1.36148
18. -0.61906 -0.76762 -0.02653
19. -0.00479 -0.26855 -0.2587
20. 0.1069 0.48006 1.65666
21. 1.67051 -0.60127 -0.20066
22. -1.40087 1.1455 1.36645
23. -0.56322 1.06232 0.49584
24. -0.39569 0.7296 0.37976
25. -0.56322 -0.18537 -0.20066
26. 1.22377 -1.10034 -1.2454
27. -1.45671 1.47821 1.7147
28. -1.23334 -0.76762 0.03151
29. -0.78659 -0.26855 0.32171
30. -0.284 -0.35173 -0.20066
31. 1.00039 0.14735 0.84408
32. 0.1069 -0.35173 -0.02653
33. 2.28479 -0.35173 -0.08457
34. 0.16274 -2.51439 -2.46426
35. -0.45153 0.14735 0.14759
215
3. Total Skor Setelah Dikonversi Menjadi t-Score
Res. Relapse
Skizofrenia
Penerimaan
Caregiver
Kualitas Hidup
Caregiver
1. 75.64 51.47 46.83
2. 48.84 45.65 52.64
3. 58.89 66.45 57.86
4. 48.84 41.49 46.25
5. 38.78 58.96 59.6
6. 57.21 64.78 68.89
7. 35.43 61.45 39.29
8. 51.07 58.13 32.32
9. 64.47 40.66 45.09
10. 45.48 56.46 50.9
11. 51.63 32.34 28.84
12. 54.42 43.16 49.73
13. 48.28 50.64 46.83
14. 50.51 45.65 52.64
15. 38.78 57.3 58.44
16. 51.63 64.78 54.96
17. 42.13 34.01 36.39
18. 43.81 42.32 49.73
19. 49.95 47.31 47.41
20. 51.07 54.8 66.57
21. 66.71 43.99 47.99
22. 35.99 61.45 63.66
23. 44.37 60.62 54.96
24. 46.04 57.3 53.8
25. 44.37 48.15 47.99
26. 62.24 39 37.55
27. 35.43 64.78 67.15
28. 37.67 42.32 50.32
29. 42.13 47.31 53.22
30. 47.16 46.48 47.99
31. 60 51.47 58.44
32. 51.07 46.48 49.73
33. 72.85 46.48 49.15
34. 51.63 24.86 25.36
35. 45.48 51.47 51.48
216
Lampiran I. Hasil Data Penelitian
LAMPIRAN I
HASIL DATA PENELITIAN
1. Hasil Uji Asumsi Dasar
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
3. Hasil Uji Hipotesis
4. Hasil Analisis Deskriptif
5. Hasil Kategorisasi Variabel Penelitian
6. Analisis Tambahan
217
1. UJI ASUMSI DASAR
a. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 35
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 9.75800584
Most Extreme
Differences
Absolute .142
Positive .142
Negative -.078
Kolmogorov-Smirnov Z .839
Asymp. Sig. (2-tailed) .482
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
218
b. Uji Linearitas
1) Penerimaan Caregiver
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Relapse
Skizofrenia *
Penerimaan
Caregiver
Between
Groups
(Combined) 2228.698 23 96.900 .910 .592
Linearity 160.771 1 160.771 1.510 .245
Deviation from
Linearity 2067.927 22 93.997 .883 .616
Within Groups 1171.302 11 106.482
Total 3400.000 34
219
2) Kualitas Hidup Caregiver
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Relapse
Skizofrenia *
Kualitas
Hidup
Caregiver
Between
Groups
(Combined) 2417.626 26 92.986 .757 .723
Linearity 96.405 1 96.405 785 .401
Deviation from
Linearity 2321.221 25 92.849 .756 .722
Within Groups 982.374 8 122.797
Total 3400.000 34
2. UJI ASUMSI KLASIK
a. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Penerimaan Caregiver .512 1.954
Kualitas Hidup Caregiver .512 1.954
a. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia
b. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .219a .048 -.012 10.05832 2.041
a. Predictors: (Constant), Kualitas Hidup Caregiver, Penerimaan Caregiver
b. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia
220
c. Uji Heteroskedastisitas
Correlations
Unstandardized
Residual
Penerimaan
Caregiver
Kualitas
Hidup
Caregiver
Spearman's
rho
Unstandardized
Residual
Correlation
Coefficient 1.000 -.029 -.066
Sig. (2-tailed) . .870 .705
N 35 35 35
Penerimaan
Caregiver
Correlation
Coefficient -.029 1.000 .665**
Sig. (2-tailed) .870 . .000
N 35 35 35
Kualitas Hidup
Caregiver
Correlation
Coefficient -.066 .665** 1.000
Sig. (2-tailed) .70 .000 .
N 35 35 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
221
3. UJI HIPOTESIS
a. Uji F (Simultan)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 162.565 2 81.282 0.803 .457b
Residual 3237.435 32 101.170
Total 3400.000 34
a. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia
b. Predictors: (Constant), Kualitas Hidup Caregiver, Penerimaan Caregiver
b. Uji t (Parsial)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Correlations
B Std.
Error
Beta Zero-
order
Partial Part
1
(Constant) 61.356 9.512 6.451 .000
Penerimaan
Caregiver -.195 .241 -.195 -.809 .425 -.217 -.142 -.139
Kualitas
Hidup
Caregiver
-.032 .241 -.032 -.133 .895 -.168 -.024 -.023
a. Dependent Variable: Relapse Skizofrenia
c. Uji R2
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .219a .048 -.012 10.05832
a. Predictors: (Constant), Kualitas Hidup Caregiver,
Penerimaan Caregiver
222
4. ANALISIS DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Relapse Skizofrenia 35 19 91 45.09 17.907
Penerimaan Caregiver 35 51 101 81.23 12.022
Kualitas Hidup
Caregiver 35 67 142 109.46 17.229
Valid N (listwise) 35
Skala N
Data
Hipotetik MH SD
Data
Empirik ME SD
Skor
Min
Skor
Max
Skor
Min
Skor
Max
Relapse
Skizofrenia 35 17 119 68 17 19 91 45.09 17.907
Penerimaan
Caregiver 35 26 104 65 13 51 101 81.23 12.022
Kualitas Hidup
Caregiver 35 37 148 92.5 18.5 67 142 109.46 17.229
5. KATEGORISIASI VARIABEL PENELITIAN
Rumus Standar Deviasi Kategorisasi
X > (µ - 1σ) Rendah
(µ - 1σ) ≤ X < (µ + 1σ) Sedang
(µ + 1σ) ≤ X Tinggi
Keterangan:
X = raw score skala
µ = nilai mean hipotetik
σ = standar deviasi hipotetik
Variabel Kategorisasi Norma Jumlah
Subjek Persentase
Relapse
Skizofrenia
Ringan X < 51 25 71.43%
Sedang 51 ≤ X < 85 8 22.86%
Berat 85 ≤ X 2 5.71%
Rendah X < 52 1 2.86%
223
Penerimaan
Caregiver
Sedang 52 ≤ X 78 14 40.00%
Tinggi 78 ≤ X 20 57.14%
Kualitas
Hidup
Caregiver
Rendah X < 74 2 5.71%
Sedang 74 ≤ X < 111 17 48.57%
Tinggi 111 ≤ X 16 45.71%
6. ANALISIS TAMBAHAN
Karakteristik N Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 8 22.86%
Perempuan 27 77.14%
Lama Merawat
< 2 tahun 16 45.71%
> 2 tahun 19 54.29%
Hubungan dengan Pasien
Ayah/Ibu 14 40.00%
Suami/Istri 3 8.57%
Saudara Kandung 9 25.71%
Anak 5 14.29%
Lain-Lain 4 11.43%
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 2 5.71%
SD 6 17.14%
SMP 6 17.14%
SMA 15 42.86%
Pendidikan Tinggi 6 17.14%
Frekuensi Rawat Inap
Tidak Pernah 7 20.00%
1 kali 11 31.43%
2 kali 9 25.71%
3 kali 8 22.86%
224
a. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Frekuensi Rawat
Inap
Descriptives
Relapse Skizofrenia
N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Tidak Pernah 7 38.43 15.852 5.991 23.77 53.09 19 67
1 Kali 11 36.64 14.569 4.393 26.85 46.42 19 61
2 Kali 9 54.33 14.396 4.799 43.27 65.40 31 75
3 Kali 8 53.88 21.938 7.756 35.53 72.22 34 91
Total 35 45.49 18.097 3.059 39.27 51.70 19 91
Test of Homogeneity of Variances
Relapse Skizofrenia
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
.798 3 31 .504
ANOVA
Relapse Skizofrenia
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Between
Groups 2477.608 3 825.869 2.957 .048
Within Groups 8657.135 31 279.262
Total 11134.743 34
225
b. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Lama Merawat
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality
of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Relapse
Skizofrenia
Equal
variances
assumed
.303 .586 .844 33 .405 5.207 6.166
Equal
variances not
assumed
.859 32.995 .397 5.207 6.065
c. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Jenis Kelamin
Caregiver
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality
of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Relapse
Skizofrenia
Equal
variances
assumed
.722 .402 -.107 33 .915 -.792 7.393
Equal
variances not
assumed
-.094 9.768 .927 -.792 8.402
226
d. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Hubungan Caregiver
dengan Pasien
Hubungan
dengan
Pasien
N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Ayah/Ibu 14 49.00 14.486 3.872 40.64 57.36 19 75
Suami/Istri 3 26.67 6.110 3.528 14.49 44.84 23 35
Saudara
Kandung 9 48.78 24.808 8.268 29.71 67.84 25 91
Anak 5 44.00 19.105 8.544 20.28 67.72 19 71
Lain-Lain 4 39.50 16.052 8.026 65.04 65.04 20 57
Total 35 45.49 18.097 3.059 39.27 51.70 19 91
Test of Homogeneity of Variances
Relapse Skizofrenia
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.621 4 30 .195
ANOVA
Relapse Skizofrenia
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Between
Groups 1175.521 4 293.880 .885 .485
Within Groups 9959.222 30 331.974
Total 11134.743 34
227
e. Kategorisasi Skala Relapse Skizofrenia Berdasarkan Lama Merawat
Tingkat
Pendidikan
N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Tidak
Sekolah 2 52.00 21.213 15.000 -138.59 242.59 37 67
SD 6 41.50 6.473 2.643 34.71 48.29 31 48
SMP 6 41.17 15.026 6.134 25.40 56.93 23 63
SMA 15 44.53 21.122 5.454 32.84 56.23 19 86
Pendidikan
Tinggi 6 54.00 21.726 8.869 31.20 76.80 31 91
Total 35 45.49 18.097 3.059 39.27 51.70 19 91
Test of Homogeneity of Variances
Relapse Skizofrenia
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.552 4 30 .213
ANOVA
Relapse Skizofrenia
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Between
Groups 740.676 4 185.169 .534 .711
Within Groups 10394.067 30 346.469
Total 11134.743 34
228
Lampiran J. Administrasi Penelitian
LAMPIRAN J
ADMINISTRASI PENELITIAN
1. Surat Izin Penelitian
2. Surat Keterangan Penelitian