hubungan antara kualitas tidur dengan performa …repository.ub.ac.id/8455/1/raras ambarjati...

94
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA AKADEMIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER TAHAP AKADEMIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA TUGAS AKHIR Untuk memenuhi persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran Disusun oleh: Raras Ambarjati Susilohadi NIM. 145070100111037 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 22-Jan-2021

34 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA AKADEMIK PADA MAHASISWA

PENDIDIKAN DOKTER TAHAP AKADEMIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi persyaratan mendapatkan

Gelar Sarjana Kedokteran

Disusun oleh: Raras Ambarjati Susilohadi

NIM. 145070100111037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

ii

HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA AKADEMIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER TAHAP

AKADEMIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Oleh: Raras Ambarjati Susilohadi

NIM. 145070100111037

Telah diuji pada Hari:Rabu

Tanggal:28 November 2017 dan dinyatakan lulus oleh:

Penguji I

Dr. med.dr.Tommy Alfandy Nazwar, Sp. BS NIP. 197706132002121002

Pembimbing I/Penguji II Pembimbing II/Penguji III dr. Yhusi Karina Riskawati, M.Sc dr. Zamroni Afif, SpS, M.Biomed NIK. 2014058005122001 NIK. 2016097911251001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kedokteran,

dr. Triwahju Astuti, M. Kes., Sp. P(K) NIP. 196310221996012001

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Raras Ambarjati Susilohadi

NIM : 145070100111037

Program Studi : Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Unibersitas Brawijaya

menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya. Apabila di

kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan,

maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 6 November 2017

Yang membuat pernyataan

(Raras Ambarjati Susilohadi)

NIM. 145070100111037

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul

“Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Performa Akademik pada Mahasiswa

Pendidikan Dokter Tahap Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya”.

Ketertarikan penulis akan topik ini didasari oleh fakta bahwa tidur

memberikan efek yang baik pada tubuh, terutama pada performa akademik.

Kegiatan mahasiswa yang banyak dan jadwal kuliah yang padat sering membuat

mahasiswa melupakan waktu tidurnya, terlebih lagi pada mahasiswa Kedokteran.

Padahal, tidur memiliki peranan penting bagi performa akademiknya. Penelitian

ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kualitas tidur yang baik dapat

memberikan hasil performa akademik yang baik.

Dengan selesainya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih

yang tak terhingga kepada:

1. dr. Yhusi Karina Riskawati, M.Sc. selaku pembimbing pertama yang

telah meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan saran

dan masukan terkait penulisan Tugas Akhir ini.

2. dr. Zamroni Afif, SpS, M. Biomed. Selaku pembimbing kedua yang

telah bersedia menjadi pembimbing dan meluangkan waktunya untuk

memberikan saran, masukan, serta ilmu yang dapat penulis

kembangkan dalam penulisan Tugas Akhir ini.

3. Dr.med.dr.Tommy Alfandy Nazwar, Sp. BS sebagai Ketua Tim

Penguji Ujian Tugas Akhir yang telah memberikan masukan untuk

menyempurnakan Tugas Akhir penulis.

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

v

4. dr. Triwahju Astuti, M. Kes., Sp. P(K) sebagai ketua Program Studi

Kedokteran yang telah membimbing penulis untuk menuntut ilmu di

Program Studi Kedokteran FKUB.

5. Dr. dr. Sri Andarini, M. Kes, dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya yang telah memberikan penulis kesempatan menuntut ilmu

di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

6. Segenap anggota Tim Pengelola Tugas Akhir Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya yang telah membantu penulis dalam

melancarkan urusan administrasi.

7. Yang tercinta dan tersayang Ibunda Kresna Tri Dewi dan Ayahanda

Susilohadi serta kakak Arum Ambarjati Susilohadi dan adik Aria

Hadiputra Susilohadi atas segala doa, motivasi, keceriaan dan kasih

sayang yang telah diberikan.

8. Teman-teman seperjuangan yang saya sayangi Ruth Katrin Goldina,

Siti Dwi Astuti, Narulita Septi Ailina, Vioni Hanifa, dan Zahra Zakiyyah

yang telah mendoakan penulis.

9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah

dengan sabar menghadapai penulis ketika memasuki masa penuh

kesibukan dan tekanan.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas

Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis membuka segala bentuk kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang

membutuhkan.

Malang, 6 November 2017

Penulis mksnaohhaohdos

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

viii

DAFTAR ISI

Halaman judul ............................................................................................................... i Halaman Pengesahan .................................................................................................. ii Pernyataan Keaslian Tulisan ........................................................................................ iii Kata Pengantar ............................................................................................................. iv Abstrak ......................................................................................................................... vi Abstract ........................................................................................................................ vii Daftar Isi ....................................................................................................................... viii Daftar Tabel .................................................................................................................. xi Daftar Gambar .............................................................................................................. xii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4 1.3 Tujuan ............................................................................................................ 5 1.4 Manfaat .......................................................................................................... 5

1.4.1 Manfaat Akademik................................................................................ 5 1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 6 2.1 Tidur ............................................................................................................... 6

2.1.1 Definisi Tidur ........................................................................................ 6 2.1.2 Tahapan Tidur ...................................................................................... 7

2.1.2.1 Tahap Bangun (Wake) .......................................................... 8 2.1.2.2 Tahap N1 ............................................................................... 9 2.1.2.3 Tahap N2 ............................................................................... 11 2.1.2.4 Tahap N3 ............................................................................... 11 2.1.2.5 Tahap REM ............................................................................ 12

2.1.3 Perubahan Fisiologi Tubuh Selama Tidur ............................................. 13 2.1.4 Mekanisme Bangun dan Tidur .............................................................. 14

2.1.4.1 Proses Homeostasis dan Sirkadian ........................................ 14 2.1.4.1.1 Regulasi Homeostasis ........................................... 16 2.1.4.1.2 Irama Sirkadian ..................................................... 16

2.1.4.2 The Flip-Flop Switch .............................................................. 17 2.2 Pittsburgh Sleep Quality Index ........................................................................ 18

2.2.1 Kualitas Tidur ....................................................................................... 20 2.2.2 Latensi Tidur ........................................................................................ 20 2.2.3 Durasi Tidur.......................................................................................... 20 2.2.4 Efisiensi Tidur ....................................................................................... 21 2.2.5 Gangguan Tidur ................................................................................... 21 2.2.6 Penggunaan Obat-Obatan ................................................................... 22 2.2.7 Disfungsi pada Siang Hari .................................................................... 22

2.3 Fungsi Kognitif ................................................................................................ 22 2.3.1 Memori ................................................................................................. 22

2.3.1.1 Jenis-Jenis Memori ................................................................ 22 2.3.1.2 Proses Pembentukan Memori ................................................ 26

2.3.1.2.1 Encoding ............................................................... 26

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

ix

2.3.1.2.2 Consolidation......................................................... 27 2.3.1.2..3 Retrieval ............................................................... 27

2.4 Performa Akademik......................................................................................... 28 2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Performa Akademik .................................. 28

2.5 Hubungan Tidur dengan Performa Akademik ................................................ 30

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ................................... 34 3.1 Kerangka Konsep .......................................................................................... 34 3.2 Keterangan Kerangka Konsep ....................................................................... 35 3.3 Hipotesis ........................................................................................................ 36

BAB 4 METODE PENELITIAN ..................................................................................... 37 4.1 Desain Penelitian ............................................................................................ 37 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 37 4.3 Populasi dan Sampel ...................................................................................... 37

4.3.1 Populasi ............................................................................................... 37 4.3.2 Sampel Penelitian ................................................................................ 37

4.3.2.1 Cara Pengambilan Sampel .................................................... 37 4.3.2.2 Perkiraan Besar Sampel ........................................................ 38 4.3.2.3 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi ....................................... 38

4.4 Variabel Penelitian ......................................................................................... 39 4.5 Definisi Operasional ....................................................................................... 40 4.6 Bahan dan Alat/Instrumen Penelitian ............................................................. 40 4.7 Proses Pengumpulan Data ............................................................................ 40 4.8 Analisis Data .................................................................................................. 41 4.9 Alur Penelitian ................................................................................................ 43 4.10 Jadwal Kegiatan ............................................................................................. 44

BAB 5 HASIL PENELITIAN ......................................................................................... 45 5.1 Karakteristik Responden ................................................................................. 45 5.2 Kualitas Tidur Mahasiswa Pendidikan Dokter FKUB ....................................... 46

5.2.1 Distribusi Kualitas Tidur Mahasiswa Tahun Ketiga ............................... 48 5.2.2 Distribusi Kualitas Tidur Mahasiswa Tahun Kedua ............................... 49 5.2.3 Distribusi Kualitas Tidur Mahasiswa Tahun Pertama ............................ 49 5.2.4 Perbedaan Kualitas Tidur antara Tahun Pertama, Kedua, dan Ketiga .. 49

5.3 Performa Akademik......................................................................................... 51 5.3.1 Distribusi Performa Akademik pada Mahasiswa Tahun Ketiga ............. 52 5.3.2 Distribusi Performa Akademik pada Mahasiswa Tahun Kedua ............. 52 5.3.3 Distribusi Performa Akademik pada Mahasiswa Tahun Pertama .......... 53

5.4 Uji Normalitas.................................................................................................. 53 5.5 Hasil Analisa Uji Korelasi ................................................................................ 54

5.5.1 Uji Korelasi pada Mahasiswa Tahun Ketiga.......................................... 55 5.5.2 Uji Korelasi pada Mahasiswa Tahun Kedua ......................................... 55 5.5.3 Uji Korelasi pada Mahasiswa Tahun Pertama ...................................... 55

5.6 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ................................................................ 55 5.6.1 Uji Heteroskedastisitas ......................................................................... 56

5.6.1.1 Uji Glesjer .............................................................................. 56 5.6.1.2 Grafik Scatter Plot .................................................................. 56

5.6.2 Uji Regresi Linear Sederhana .............................................................. 56

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

x

BAB 6 PEMBAHASAN ................................................................................................ 58 6.1 Kualitas Tidur Mahasiswa .............................................................................. 58 6.2 Performa Akademik Mahasiswa ..................................................................... 64 6.3 Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Indeks Prestasi Mahsiswa .............. 65 6.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 72

BAB 7 PENUTUP ......................................................................................................... 73 7.1 Kesimpulan .................................................................................................... 73 7.2 Saran ............................................................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 75

LAMPIRAN ................................................................................................................... 81 Lampiran 1 Uji ANOVA Perbedaan Kualitas Tidur antara Mahasiswa Tahun

Pertama, Kedua dan Ketiga ................................................................. 81 Lampiran 2 Uji Kruskal-Wallis ................................................................................. 81 Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov ............................... 81 Lampiran 4 Hasil Uji Analisis Korelasi Spearman ................................................... 81

4.1 Uji Korelasi Tahun Ketiga ............................................................. 82 4.2 Uji Korelasi Tahun Kedua ............................................................ 82 4.3 Uji Korelasi Tahun Pertama ......................................................... 82

Lampiran 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glesjer dan Scatter Plot ........ 83 Lampiran 6 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ..................................................... 83 Lampiran 7 Besarnya Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel

Dependen ............................................................................................ 84 Lampiran 8 Penjelasan untuk Mengikuti Penelitian ................................................. 85 Lampiran 9 Pernyataan Persetujuan....................................................................... 86 Lampiran 10 Lembar Kuisioner ................................................................................. 87 Lampiran 11 Keterangan Kelaikan Etik ..................................................................... 89 Lampiran 12 Hasil Penelitian .................................................................................... 90

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Tahapan Tidur Rechtschaffen & Kales dan American Academy of Sleep Medicine (AASM) ................................. 8

Tabel 2.2 Aturan Penilaian Tahap Bangun ........................................................ 9 Tabel 2.3 Aturan Penilaian Tahap N1 .............................................................. 10 Tabel 2.4 Perbedaan Tahap Bangun (W) dan Tahap N1 ................................. 10 Tabel 2.5 Aturan Penilaian Tahap N2 ............................................................... 11 Tabel 2.6 Aturan Penilaian Tahap N3 ............................................................... 12 Tabel 2.7 Aturan Penilaian Tahap REM ............................................................ 13 Tabel 5.1 Distribusi Kualitas Tidur Mahasiswa Pendidikan Dokter FKUB ................................................................................................ 45 Tabel 5.2 Distribusi Skor Global PSQI Responden Tahun Ketiga ..................... 48 Tabel 5.3 Distribusi Skor Global PSQI Responden Tahun Kedua ...................... 49 Tabel 5.4 Distribusi Skor Global PSQI Responden Tahun Pertama ................... 49 Tabel 5.5 Distribusi Indeks Prestasi Kumulatif Responden Tahun Ajaran 2015/2016 .............................................................................. 51 Tabel 5.6 Distribusi IPS Mahasiswa Tahun Ketiga ............................................ 52 Tabel 5.7 Distribusi IPS Mahasiswa Tahun Kedua ............................................ 52 Tabel 5.8 Distribusi IPS Mahasiswa Tahun Pertama ......................................... 53 Tabel 5.9 Tabel Nilai Korelasi Spearman ........................................................... 54

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Flip-Flop Switch .................................................................... 18 Gambar 2.2 Model Flip-Flop Switch .................................................................... 18 Gambar 5.1 Diagram Lingkaran Jumlah Responden yang Memenuhi Syarat ............................................................................................. 45 Gambar 5.2 Diagram Perbandingan Reponden Laki-Laki dan Perempuan ..................................................................................... 46 Gambar 5.3 Diagram Distribusi Kualitas Tidur Responden .................................. 48 Gambar 5.4 Perbandingan Kualitas Tidur Masing-Masing Angkatan ................... 50 Gambar 5.5 Diagram DIstribusi IPS Responden Tahun Ajaran 2015/2016 ....................................................................................... 52

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan
Page 12: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

vi

ABSTRAK

Susilohadi, Raras Ambarjati. 2017. Hubungan antara Kualitas Tidur dengan

Performa Akademik pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Tahap

Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Tugas Akhir,

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya. Pembimbing: (1) dr. Yhusi Karina Riskawati, M.Sc. (2) dr.

Zamroni Afif, Sp.S, M. Biomed.

Tidur berperan penting dalam pengembalian fungsi tubuh. Kekurangan tidur

dapat memberikan efek langsung terhadap status mental dan emosional seseorang.

Tidak hanya dapat menurunkan fokus ketika beraktivitas, bagi mahasiswa,

kekurangan tidur juga berpengaruh terhadap performa akademiknya. Rata-rata

durasi tidur mahasiswa kedokteran adalah 5 jam dengan 40% nya mengaku tetap

terjaga pada malam sebelum ujian. Meskipun demikian, masih banyak mahasiswa

yang belum menyadari bahwa pola tidur mempengaruhi performa akademik mereka.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur

dengan performa akademik pada mahasiswa Pendidikan Dokter FKUB semester 2,

3, dan 4. Kualitas tidur diukur menggunakan kuisioner Pittsburgh Sleep Quality Index

(PSQI) dan dibagikan ketika minggu ujian berlangsung. Sedangkan performa

akademik diukur menggunakan Indeks Prestasi Semester (IPS) Genap Tahun

Ajaran 2016/2017. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan total

responden adalah 121 mahasiswa. Data kemudian dianalisis menggunakan Uji

Korelasi Spearman dan Uji Regresi Linear Sederhana. Hasil penelitian ini

menunjukkan kualitas tidur memiliki hubungan yang signifikan (p value 0,007) dan

memberikan pengaruh terhadap performa akademik yang dicapai dengan besar

pengaruh sebesar 6,3% (R square = 0,063).

Kata kunci: kualitas tidur, PSQI, Indeks Prestasi.

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

vii

ABSTRACT

Susilohadi, Raras Ambarjati. 2017. Relationship between Sleep Quality and

Academic Performance in Academic Phase of Medical Student

Programme Faculty of Medicine University of Brawijaya. Final

Assignment, Medical Program, Faculty of Medicine, Brawijaya University.

Supervisors: (1) Dr. Yhusi Karina Riskawati, M.Sc. (2) Dr. Zamroni Afif,

Sp.S, M. Biomed.

Sleep has an important role for restoring body functions. Lack of sleep could give

direct effects to mental and emotional status of an individual. Not only decreases

focus during activity, for students lack of sleep could impact their academic

performances. The average sleep duration of medical students is five hours with

40% of them admit staying awake during exams. However, most of the students do

not aware that sleep pattern affects academic performance. The aim of this research

is to prove that there is a correlation between sleep quality and academic

performance in Academic Phase of first, second, and third year Medical Students.

Sleep quality is measured by Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire

and distributed during exams weeks. While academic performance is measured by

Grade Point Average (GPA) of even semester year 2016/2017. Cross sectional

study was conducted, with total 121 students participated. The data was analyzed

using Spearman Correlation and Simple Regression. This experiment’s result is

there is a significant relationship between sleep quality and academic performance

(p value 0.007), and sleep quality does give effect to academic performance, with the

strength is 6,3% (R square = 0.063).

Key Words: sleep quality, PSQI, academic performance.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tidur berperan sangat penting dalam menjaga kesehatan dan pengembalian

fungsi tubuh. Ketika tidur, tubuh bekerja keras untuk mengembalikan dan

meningkatkan kerja otak dan kebugaran jasmani yang telah dikuras ketika

beraktivitas. Kekurangan kualitas tidur, yang termasuk didalamnya durasi tidur,

latensi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur dan disfungsi pada siang hari (Buysse,

1988) dapat berakibat fatal. Dalam jangka pendek, kekurangan tidur dapat

mengakibatkan menurunnya fokus dan keseimbangan emosi (Mercola, 2016).

Sedangkan dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit

jantung, ginjal, tekanan darah tinggi, diabetes, dan stroke (National Heart, Lung

and Blood Institute, 2012).

Waktu tidur yang dibutuhkan tiap manusia berbeda-beda. Bayi, misalnya,

membutuhkan waktu hingga enam belas jam sehari. Sedangkan untuk orang

dewasa, rata-rata membutuhkan waktu 7-8 jam perhari agar tubuh kembali bugar.

Rata-rata waktu tidur manusia dari dekade ke dekade telah berubah. Pada tahun

1910 misalnya, orang dewasa memiliki rata-rata waktu tidur hingga sembilan jam

per hari. Namun sekarang, kebanyakan orang dewasa hanya memiliki rata-rata

waktu tidur kurang dari tujuh jam perhari (National Heart, Lung and Blood Institute,

2012). Begitu pula bagi mahasiswa Kedokteran. Rata-rata durasi tidur yang

dialaminya adalah 5 jam (Gunanthi & Diniari, 2016). Bahkan, penelitian lain yang

diakukan oleh Fatima et. al. (2010) mengungkapkan bahwa 82% mahasiswa

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

2

Kedokteran pergi tidur setelah pukul 02.00 dini hari, dengan 40% responden tetap

terjaga pada malam sebelum ujian.

Berkurangnya waktu tidur dapat disebabkan oleh berbagai macam hal.

Dewasa ini, semakin meningkatnya kebutuhan baik dalam segi ekonomi maupun

sosial, sangat mempengaruhi waktu tidur seseorang. Pada mahasiswa misalnya,

banyaknya kegiatan akademik dan non-akademik, serta manajemen waktu yang

kurang baik dapat menyebabkan waktu tidur terganggu. Hal-hal tersebut dapat

menggeser siklus bangun-tidur mahasiswa menjadi kuantitas tidur memendek

pada hari-hari kuliah, dan memanjang saat akhir pekan (Gilbert dan Weaver,

2010).

Berdasarkan Buku Pedoman Akademik Mahasiswa Universitas Brawijaya

(2014), mahasiswa Kedokteran Pre-Klinik wajib mengambil minimal 144 SKS yang

terbagi dalam tujuh semester. Tiap semester, kegiatan pembelajaran terdiri dari

kuliah pakar, tutorial PBL (Problem Based Learning), Clinical Skills Lab, dan

praktikum. Kuliah pakar berfungsi sebagai penstrukturan materi, pandangan

disiplin ilmu dan mengintregasikan pengetahuan.

Sedangkan pada kegiatan tutorial PBL, siswa dituntut untuk aktif mencari dan

mendiskusikan suatu ilmu pengetahuan berdasarkan kasus yang telah didapatkan

pada kelompok-kelompok kecil. Clinical Skills Lab, yaitu kegiatan pembelajaran

dimana mahasiswa Kedokteran berlatih keterampilan klinis. Yang terakhir adalah

praktikum, praltikum disini dapat berarti praktikum anatomi untuk mengidentifikasi

struktur anatomi, maupun praktikum percobaan untuk membuktikan suatu proses

fisiologis.

Dari sekian banyak kegiatan pembelajaran yang didapat oleh mahasiswa

Kedokteran, tidaklah tidak mungkin bagi beberapa mahasiswa yang kurang baik

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

3

mengatur waktunya, dapat mengalami gangguan tidur dan menghasilkan kualitas

tidur yang buruk.

Penelitian yang dilakukan oleh Brown et al. (2002), menyatakan bahwa

sekitar dua pertiga mahasiswa melaporkan mengalami sesekali gangguan pola

tidur, sedangkan sisanya melaporkan sering mengalami gangguan pola tidur.

Durasi tidur yang hanya 5 jam bagi mahasiswa Kedokteran bukan berarti bebas

dari gangguan sama sekali. Sekitar 31,2% mahasiswa Kedokteran terbangun satu

hingga dua kali saat tidur malam, 56,2% merasa tingkat kesulitan tidurnya berada

pada tahap sedang hingga sangat sulit, dan 50% merasa tetap mengantuk setelah

terbangun (Gunanthi & Diniari, 2016). Namun sayangnya, walaupun banyak dari

mahasiswa yang melaporkan mengalami gangguan pola tidur, banyak dari mereka

yang belum menyadari bahwa pola tidur mempengaruhi performa akademik

mereka (Pilcher dan Walters, 1997).

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Gaultney (2010), menunjukkan bahwa

sekitar 27% mahasiswa berada dalam risiko mengalami setidaknya satu gangguan

tidur, seperti insomnia, OSA, dan CRD, yang berpengaruh terhadap skor Grade

Point Average (GPA). Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa mahasiswa yang

memiliki risiko terkena gangguan tidur, kebanyakan memiliki GPA <2.0.

Sebaliknya, mahasiswa yang tidak memiliki risiko kelainan pola tidur, memiliki GPA

yang lebih tinggi. Gaultney (2010) juga mengungkapkan bahwa mahasiswa yang

tidur sebelum kuliah dan mereka yang waktu dan kualitas tidurnya konsisten

memiliki nilai yang lebih baik.

Di Indonesia sendiri, Nilifda et. al. (2016) telah meneliti hubungan antara

kualitas tidur dan performa akademik pada mahasiswa Pendidikan Dokter di

Universitas Andalas. Dari 177 responden yang bersedia mengikuti penelitian, 56

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

4

mahasiswa (57%) memiliki kualitas tidur yang buruk dan prestasi akademik yang

kurang baik.

Tidur, baik dalam segi kualitas dan kuantitasnya, memiliki peran besar dalam

proses kognitif otak seseorang. Fungsi kognitif tersebut antara lain, kemampuan

untuk fokus dalam menerima pelajaran (vigilance), ingatan jangka pendek dan

kemampuan menerima pelajaran itu sendiri (Uddin, 2015).

Defisit pada pola tidur dapat meningkatkan risiko terbentuknya memori palsu

dalam otak (Frenda et al, 2014). Memori palsu dapat menyebabkan informasi yang

dikeluarkan berbeda dari yang didapat. Hal ini tentu saja berpengaruh bagi

mahasiswa, terlebih lagi dalam mengerjakan soal ujian, yang berpengaruh dalam

nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

Penelitian ini, bertujuan untuk mencari hubungan antara kualitas tidur

mahasiswa dengan performa akademik melalui Indeks Prestasi Kumulatif. Di

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya sendiri, penelitian untuk mencari

hubungan antara kualitas tidur dan performa akademik belum pernah dilakukan.

Padahal, dari beberapa penelitian diatas, telah diketahui bahwa tidur memiliki

peranan penting dalam performa akademik. Maka dari itu, penelitian ini dirasa

perlu untuk dilakukan dan dijadikan bahan acuan baik dalam kegiatan

pembelajaran dan manajamen kualitas tidur mahasiswa itu sendiri.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimanakah kualitas tidur yang dialami mahasiswa Pendidikan Dokter

FKUB?

2. Apakah terdapat perbedaan kualitas tidur antara mahasiswa tahun pertama,

kedua, dan ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya?

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

5

3. Apakah ada hubungan antara kualitas tidur mahasiswa dengan performa

akademik yang dicapai?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui kualitas tidur yang dialami mahasiswa Pendidikan Dokter FKUB

2. Mengetahui perbedaan kualitas tidur mahasiswa tahun pertama, kedua, dan

ketiga FKUB.

3. Mengetahui hubungan antara kualitas tidur mahasiswa dengan performa

akademik yang dicapai

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Akademik

1. Sebagai bahan evaluasi mahasiswa dalam memanajemen kualitas

tidurnya.

2. Sebagai pengetahuan bagi mahasiswa mengenai pentingnya kualitas

tidur yang baik terhadap performa akademiknya

3. Sebagai pengetahuan bagi civitas akademika mengenai kualitas dan

yang didapat mahasiswa

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti lain dapat dijadikan acuan terhadap pengembangan

ataupun pembuatan dalam penelitian yang sama bahkan lebih jauh.

2. Bagi masyarakat dapat menjadi pengetahuan mengenai pentingnya

menjaga kualitas tidur yang baik

3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan,dapat mengembangkan suatu

penelitian baru yang dapat mendukung penelitian ini.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tidur 2.1.1 Definisi Tidur

Kamus Kedokteran Dorland menyatakan tidur sebagai periode tubuh dan

pikiran beristirahat, dimana terjadi penundaan dalam hal kemauan dan kesadaran.

Sedangkan menurut buku Fisiologi Guyton (2006), tidur merupakan keadaan tidak

sadar yang dapat dibangunkan oleh stimulus sensoris atau stimulus lainnya, hal

tersebut membedakan tidur dengan koma, pada saat koma, individu tersebut tidak

dapat dibangunkan. Pada saat tidur, metabolisme tubuh turun hingga 20 persen.

Selain itu, otak pun menjadi pasif dan tidak berrespon terhadap dunia luar (Atmadja,

2010).

Meskipun dikatakan bahwa otak menjadi pasif dan tidak berrespon terhadap

stimulus dari luar, peneliti menemukan bahwa terdapat aktivitas otak yang terjadi

selama tidur. Aktivitas-aktivitas tersebut dibagi berdasarkan observasi perilaku ketika

tidur dan menggunakan perekaman elektrofisiologi yaitu Electroencephalographic

(EEG), Electro-oculographic (EOG), dan submental (chin) electromyographic (EMG)

(Berry, 2012 hal. 1). Berdasarkan pengamatan dan perekaman tersebut, aktivitas

otak dibagi menjadi fase NREM atau Non-Rapid Eye Movement dan REM atau

Rapid Eye Movement. Perbedaan kedua tahapan ini terdapat pada karakter

neurofisiologi dan psikofisiologinya. Sesuai namanya, tahapan tidur REM adalah

tahapan dimana terjadi pergerakan mata secara cepat, sedangkan pada tahapan

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

7

NREM pergerakan mata dinilai tidak ada atau lambat (Helmrick dan Van Lieshout,

2006).

Siklus lengkap yag terdiri dari tahap bangun hingga REM berlangsung selama

90-110 menit dan terjadi sebanyak empat hingga enam kali dalam semalam

(National Sleep Foundation, 2006).

2.1.2 Tahapan Tidur

Pada tahun 1968, Allan Rechtschaffen dan Anthony Kales mengklasifikasikan

tahapan tidur menjadi tujuh tahapan (Silber et.al, 2007) . Tahapan-tahapan tersebut

adalah tahap bangun (Wake), tahap NREM yang dibagi menjadi empat; tahap 1, 2,

3, dan 4, dan yang terakhir adalah tahap REM. Klasifikasi tersebut telah diterima dan

digunakan di seluruh dunia sebagai pedoman dalam menilai keadaan tidur

seseorang hingga hampir 40 tahun lamanya. Hingga akhirnya pada tahun 2004,

American Academy of Sleep medicine merevisi klasifikasi tersebut (Moser et.al,

2009). Perubahan ini dilakukan karena klasifikasi yang dibuat oleh Rechtschaffen

dan Kales meninggalkan banyak sekali interpretasi subjektif yang dapat

mempengaruhi hasil, selain itu klasifikasi ini juga hanya ditujukan kepada orang

dewasa muda yang sehat sehingga bila digunakan untuk rentang usia yang berbeda

akan meninggalkan hasil yang tidak sesuai (Moser et.al., 2009).

American Academy of Sleep Medicine (AASM) membagi tahapan tidur menjadi

tahap bangun (wake), tahap NREM yang terbagi menjadi tiga tahap, yaitu N1, N2,

dan N3 dimana N3 menggantikan tahap 3 dan 4, lalu diikuti dengan tahap R yang

menggantikan tahap REM. Klasifikasi menurut AASM ini memperbaiki tidak hanya

tahapan tidur, tetapi juga penilaian untuk arousal atau bangun, pernapasan, sleep

related movement disorders, dan abnormalitas jantung (Silber et.al., 2007).

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

8

Tabel 2.1 Perbedaan Tahapan Tidur Rechtschaffen & Kales dan American

Academy of Sleep Medicine (AASM)

(diterjemahkan dari Berry, 2012 hal. 28).

2.1.2.1 Tahap Bangun (Wake)

Perpindahan kesadaran penuh menjadi mengantuk berlangsung pada tahap

ini. Tahap bangun terbagi menjadi dua, yaitu tahap bangun dengan mata erbuka dan

tahap bangun dengan mata tertutup.

Pada tahap bangun dengan mata terbuka, gelombang EEG menunjukkan

aktivitas gelombang dengan amplitudo rendah yang didominasi oleh gelombang beta

() dan sedikit gelombang alfa (). Selain itu, gerakan otot dengan frekuensi tinggi,

Rapid Eye Movement atau gerakan bola mata cepat dan mata yang berkedip-kedip

juga dapat terlihat aktivitasnya di EEG. Pada perekaman menggunakan EMG pada

dagu, didapatkan aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahap tidur.

Sedangkan pada tahap bangun dengan mata tertutup, terjadi aktivitas

gelombang yang lebih jelas. Hal yang berbeda lagi adalah pada tahap ini terjadi

gerakan bola mata yang lambat atau Slow Eye Movements (SEMs). Namun aktivitas

dagu pada EMG masih sama (Berry, 2012 hal. 27).

Rechtschaffen & Kales American Academy of Sleep

Medicine (AASM)

Tahap Bangun (Wake) Tahap Bangun (Wake)

Tahap 1, 2, REM Tahap N1, N2, R

Tahap 3, 4 Tahap N3

Penurunan EEG di sentral Penurunan di frontal, sentral dan oksipital

Pergerakan bangun (arousal) berdasarkan EMG—peningkatan atau perubahan pola

Bangun (Arousal) berdasarkan EEG (dan EMG dagu untuk tahap R)

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

9

Tabel 2.2 Aturan Penilaian Tahap Bangun

Aturan Tahap Bangun (W)

Tampak gelombang alfa () sebesar 50% dari suatu periode di regio oksipital: 1. EOG: pergerakan mata lambat merupakan ciri tahap bangun

dengan mata tertutup, namun bukan kriteria mutlak. 2. EMG dagu: amplitudo biasanya lebih tinggi daripada tahap

tidur

Tidak tampak atau tidak dapat dibedakan sebagai

gelombang alfa (). 1. Kedipan mata terlihat dan berfrekuensi 0,5-2 Hz 2. Terbaca tanda-tanda pergerakan mata 3. Terdapat tanda-tanda REM namun dengan pergerakan

tonus otot dagu normal atau tinggi (tahap REM yang sesungguhnya memiliki pergerakan tonus otot dagu rendah).

(diterjemahkan dari Berry, 2012 hal. 28).

2.1.2.2 Tahap N1

Gelombang otak dan aktivitas otot mulai menurun pada tahap ini (National

Sleep Foundation, 2006). Akibat gelombang pada rekman EEG terbilang rendah (4-7

Hz), tahap ini dinamakan sebagai Low-amplitude mixed-frequency (LAMF). LAMF

tidak memiliki gelombang tidur (sleep spindles) dan terdapat gelombang .

Perbedaannya dengan tahap bangun adalah gelombang pada tahap ini hanya

menduduki kurang dari 50% dari keseluruhan tahap N1, sedangkan pada tahap

bangun, gelombang menduduki lebih dari 50% dari keseluruhan tahap bangun (W)

(Berry, 2012 hal. 31).

Page 23: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

10

Tabel 2.3 Aturan Penilaian Tahap N1

Aturan Tahap N1

Pada pasien yang menampilkan gelombang alfa () dengan mata tertutup:

1. EEG: gelombang alfa () melemah dan digantikan dengan aktivitas gelombang beramplitudo rendah dan frekuensi campuran (4-7 Hz) pada lebih dari 50% periode. Gelombang tajam pada vertex dapat terlihat, namun bukan merupakan syarat mutlak.

2. EOG: pergerakan mata lambat mungkin terlihat di N1, namun bukan syarat mutlak.

3. EMG dagu: amplitudo bervariasi, biasanya lebih rendah daripada tahap bangun.

Pada pasien yang tidak menampilkan gelombang alfa () dengan mata tertutup:

1. EEG memperlihatkan frekuensi 4-7 Hz dengan frekuensi latar belakang melambat sebanyak 1 Hz atau lebih daripada tahap bangun

2. Gelombang tajam pada vertex 3. Pergerakan mata lambat

(diterjemahkan dari Berry, 2012 hal. 29).

Tabel 2.4 Perbedaan Tahap Bangun (W) dan Tahap N1 EEG EOG EMG Dagu

Terdapat gelombang

alfa () pada mata tertutup

Tahap Bangun (W) dengan mata tertutup

>50% periode memperlihatkan aktivitas

gelombang alfa ()

SEM dapat terlihat

Bervariasi

Tahap Bangun (W) dengan mata terbuka

Gelombang alfa () dan beta

() berfrekuensi dan beramplitudo rendah

REM Berkedip Terbaca pergerakan mata

Normal atau meingkat

Tahap N1

>50% periode dengan peredaman gelombang alfa

() dan digantikan dengan gelombang beramplitudo rendah dan berfrekuensi campuran

SEM dapat terlihat

Bervariasi

Tidak terdapat Gelombang

alfa () pada mata tertutup

Tahap Bangun (W)

Gelombang alfa () dan beta

() berfrekuensi dan beramplitudo rendah

REM Mata berkedip Terbaca pergerakan mata SEM tidak terlihat

Normal atau tinggi Bervariasi

Tahap N1

Gelombang tajam di vertex Perlambatan frekuensi >1 Hz dibandingkan tahap bangun.

Gelombang alfa () dan beta

() berfrekuensi dan beramplitudo rendah

Bervariasi Bervariasi SEM terlihat

Bervariasi Bervariasi Bervariasi

(diterjemahkan dari Berry, 2012 hal. 29).

Page 24: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

11

2.1.2.3 Tahap N2

Tahap ini ditandai dengan berhentinya pergerakan mata, aktivitas otak yang

lebih menurun daripada N1 namun terkadang terjadi lecutan singkat yang cepat

dinamakan sebagai gelombang tidur atau Sleep Spindles (SS) (National Heart,

Lung, and Blood Instutute, 2011; National Sleep Foundation, 2006).

Pada tahap ini juga terjadi gelombang K Complex (KC) yang tidak berkaitan

dengan keadaan sadar (arousal) sebanyak satu hingga dua kali. Aktivitas dagu

dengan perekaman EMG juga sangat rendah (Berry, 2012 hal. 31).

Tabel 2.5 Aturan Penilaian Tahap N2

Aturan yang mendefinisikan permulaan tahap N2

1. EEG: Bila salah satu atau dua dari kriteria ini terjadi pada setengah awal periode atau setengah akhir periode a. Satu atau lebih gelombang K Kompleks yang tidak

berhubungan dengan arousal b. Terdapat lebih dari satu gelombang sleep spindles

2. EEG: bila gelombang K kompleks yang ada hanya berhubungan dengan arousal, maka masih berada pada tahap N1

3. EOG: Biasanya tidak ada pergerakan mata, SEM berakhir

4. EMG dagu: Bervariasi, biasanya kurang dari tahap bangun (W)

Aturan yang mendefinisikan sedang berlangsungnya tahap N2

Terdapat: a. Gelombang K Kompleks yang tidak berhubungan

dengan arousal b. Sleep spindles

Aturan yang mendefinisikan akhir dari tahap N2

Bila terjadi: 1. Perubahan menuju tahap bangun (W), N3, atau R 2. Arousal 3. Pergerakan tubuh mayor dan pergerakan mata

lambat (SEM)

(diterjemahkan dari Berry, 2012 hal. 33). 2.1.2.4 Tahap N3

Tahap ini sering dikatakan sebagai Slow Wave Sleep karena terdapat aktivitas

gelombang otak lambat yang disebut gelombang delta (). Tekanan darah, suhu

tubuh, tingkat pernapasan dan aktivitas otot menurun. Selain itu, tidur pada tahap ini

Page 25: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

12

memasuki tahap yang paling dalam, oleh karenanya individu yang sedang berada

pada tahap ini akan sangat sulit untuk dibangunkan dan ketika bangun, individu

tersebut akan merasa bingung dan pening selama beberapa saat.

Pada tahap ini juga biasanyalah terjadi gangguan seperti night terror,

sleepwalking dan mengompol pada anak-anak (National Heart, Lung, and Blood

Institute, 2011; National Sleep Foundation, 2006).

Tabel 2.6 Aturan Penilaian Tahap N3

(diterjemahkan dari Berry, 2012 hal. 34).

2.1.2.5 Tahap R (REM)

Gambaran EEG pada tahap REM menunjukkan amplitudo yang rendah

dengan frekuensi yang tinggi (Harvard Medical School, 2007). Pada tahap ini juga

terlihat gambaran gelombang yang lebih jelas dan tubuh menjadi aktif. Aktifnya

tubuh ditandai dengan pernapasan yang irregular, dangkal dan semakin cepat, juga

mata yang bergerak dengan aktif. Namun disini, aktivitas-aktivitas otot lengan dan

kaki mengalami paralisis sementara.

Beberapa penelitian, berpendapat pada tahap REM-lah tahap terjadinya

mimpi. Hal ini diperkuat dengan banyaknya orang yang ketika terbangun dari tahap

REM, menyatakan telah mengalami mimpi. Sedangkan orang-orang yang terbangun

dari tahap NREM jarang menyatakan bahwa mereka telah bermimpi (Harvard

Aturan penilaian tahap N3

Ketika 20% periode terdiri dari aktivitas gelombang rendah (Slow-Wave Activity-SWA), yaitu :

1. EEG: SWA 20% dari periode (6 detik), sleep spindles bisa terlihat

2. EOG: Pergerakan mata biasanya tidak terlihat

3. EMG: amplitude tidak bervariasi pada EMG dagu, biasnya lebih rendah daripada tahap N2 dan serendah tahap R

Page 26: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

13

Medical School, 2007). Akibatnya, tahap REM sering disebut sebagai tahap tidur

aktif.

Menurut Berry dalam bukunya yang berjudul Fundamental of Sleep Medicine

(2012, hal. 36), ada tiga komponen yang mencirikan tahapan tidur REM, yaitu

gambaran amplitudo yang rendah tanpa gelombang K kompleks (KC) dan

gelombang tidur (SS), pegerakan bola mata cepat (REM) dan gambaran aktivitas

dagu pada EMG yang rendah.

Tabel 2.7 Aturan Penilaian Tahap REM

(diterjemahkan dari Berry, 2012 hal. 37).

2.1.3 Perubahan Fisiologi Tubuh Selama Tidur

Walaupun fungsi tidur masih belum diketahui secara penuh, terdapat beberapa

perubahan fisiologi yang terjadi selama tidur. Hal-hal tersebut diantaranya adalah;

Sistem Respirasi: Ketika tidur terjadi perubahan pada ventilasi dan aliran

pernapasan. Pada tahap REM, aliran pernapasan menjadi lebih cepat dan tidak

menentu. Selain itu, pada tahap NREM maupun REM diperkirakan terjadi

hipoventilasi akibat kekuatan tonus otot faring dan pergerakan tulang costae

yang menurun (Krieger, 2000; Simon et.al., 2002; Parker dan Dunbar, 2005).

Sistem Kardiovaskular: Tekanan darah pada tahap REM fase tonik dan NREM

terjadi penurunan. Begitu pula Cardiac Output, Systemic Vascular Resistance

(SVR), dan denyut jantung yang mengalami penurunan pada kedua tahap

tersebut (Schupp dan Hanning, 2003).

Aturan penilaian tahap R

Ketika terjadi:

1. EEG: gelombang beramplitudo rendah dan frekuensi bervariasi

2. Tonus EMG dagu rendah (biasanya paling rendah diantara semua tahapan tidur)

3. Pergerakan mata cepat (Rapid Eye Movement-REM)

Page 27: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

14

Sistem Saraf Pusat: Penurunanan aliran darah otak dan metabolisme terjadi

pada tahap NREM, sedangkan pada tahap REM kedua hal tersebut mengalami

hal yang sama dengan keadaan bangun. Penelitian yand dilakukan oleh

Madsen et.al (1991) menunjukkan bahwa metabolisme dan aliran darah otak di

beberapa bagian seperti sistem limbik dan area asosiasi visual mengalami

peningkatan.

Sistem Ginjal: Glomerular Filtration Rate dan penyaringan mengalami

penurunan, namun sekresi hormone ADH meningkat yang mengakibatkan

rendahnya volume konsentrasi urin (Schupp dan Hanning, 2003).

Endokrin: Hormon melatonin disekresikan oleh kelenjar pineal dibawah

pengaruh Supra-chiasmatic nuclei (SCN) pada awal mulai munculnya malam

hari dan berhenti ketika terkena cahaya (Schupp dan Hanning, 2003). Hormon

lain seperti Growth Hormone dan hormon tiroid juga dipengaruhi oleh tidur.

Pada GH misalanya, mulai dosekresikan beberapa jam setelah memulai tidur.

Sedangkan hormone tiroid mulai disekresikan saat tengah malam (Parker dan

Dunbar, 2005).

Temperatur: Suhu tubuh pusat menurun hingga 0,5 derajat Celcius (Schupp dan

Hanning, 2003).

2.1.4 Mekanisme Bangun dan Tidur

2.1.4.1 Proses Homeostasis dan Irama Sirkadian

Regulasi bangun-tidur diyakini dilakukan oleh dua proses utama, yaitu proses

yang menginduksi tidur (process S) dan yang lainnya adalah proses menginduksi

bangun (process S) (Gillette dan Abbott, 2005).

Proses S merupakan proses homeostasis yang meningkatkan kemauan

seseorang untuk tidur. Ciri dari proses ini adalah terjadi aktivitas gelombang yang

Page 28: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

15

lambat pada EEG. Ketika keinginan untuk tidur sudah terakumulasi selama siang

hari, proses S akan menyediakan tidur yang dalam, lama dan berkelanjutan sebagai

proses ‘ganti rugi’ akibat episode bangun yang cukup lama. Keinginan untuk tidur ini

mencapai puncak sebelum pergi tidur dan akan menghilang sepanjang malam.

Fungsi spesifik dari proses homeostasis ini adalah untuk merestorasi, pertahanan

seluler dan plastisitas sinaps (Reichert et. Al., 2016 ; Gillette dan Abbott, 2005).

Proses S diregulasikan oleh neuron-neuron yang berada di area preoptik

hipotalamus dan bekerja untuk mematikan sistem kesadaran. Neuron-neuron ini

mengandung molekul yang menghinhibisi komunikasi antar neuron di otak, sehingga

sistem bangun (arousal system) mati ketika tidur. Lesi atau kehilangan pada neuron-

neuron ini akan menyebabkan insomnia. Input-input sensoris dari bagian-bagian

tubuh lain juga sangat berpengaruh terhadap aktifnya proses ini. Misalnya, dengan

perut yang penuh akan menjadi lebih mudah mengantuk, begitu pula dengan emosi

dan sistem kognitif yang mempengaruhi induksi proses S ini (Institute of Medicine of

the National Academics, 2006 hal. 40).

Proses yang kedua adalah proses C atau proses yang menginduksi bangun.

Proses ini diregulasikan oleh sistem sirkadian yang dibuat sepanjang siang hari dan

dapat bekerja berlawanan maupun selaras dengan proses S. Ketika siang hari,

proses ini akan menginduksi bangun dan kesadaran penuh, sedangkan pada malam

hari akan bersama proses S akan menginduksi tidur, yaitu ketika hormon melatonin

dilepaskan oleh kelebjar pineal (Reichert et.al., 2016).

Ketika istirahat pada malam hari sudah terpenuhi dengan baik, proses S yang

menginduksi tidur akan berkurang dan proses C akan meningkat. Begitu seterusnya

kedua siklus tersebut bekerja bersama-sama. Gangguan pada kedua siklus ini,

Page 29: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

16

misalnya akibat berpergian ke negara lain, akan mengakibatkan turunnya kualitas

bangun dan tidur yang didapat (Reichert et.al., 2016).

2.1.4.1.1 Regulasi Homeostasis

Regulasi homesostasis merupakan proses S dan dipengaruhi oleh suatu

substansi yang meningkatkan keinginan untuk tidur. Substansi ini akan meningkat

dalam keadaan bangun dan menurun dalam keadaan tidur. Mekanisme homeostasis

ini masih belum dapat dijelaskan dengan matang, namun beberapa substansi

diperkirakan memiliki peranan dalam regulasi ini. Salah satunya adalah adenosin.

Hal ini diperantai oleh karena ketika bangun, sistem pembentuk energi di otak lelah

dan menurun kerjanya. Akibatnya akan terjadi proses pemecahan ATP menjadi

ADP, AMP dan adenosin, sehingga kadar adenosin meningkat di beberapa bagian

otak ketika keinginan untuk tidur juga meningkat (Saper et.al., 2015).

2.1.4.1.2 Irama Sirkadian

Irama sirkadian termasuk dalam proses C dan merupakan irama yang

mengatur proses bangun-tidur manusia dalam hal fisiologi dan perilaku. Selain itu,

irama sirkadian juga memodulasi aktivitas fisik, konsumsi makanan, suhu tubuh,

denyut jantung, tonus otot dan sekresi hormone (Institute of Medicine of the National

Academics, 2006 hal. 41). Irama ini dipicu oleh keadaan cahaya di lingkungan

eksternal yang di-input ke otak, khususnya ke nukleus suprakiasmatik

(Suprachiasmatic Nuclei (SCN)) di anterior hipotalamus (Saper, 2013a). Misalnya,

ketika berada di ruangan yang gelap, akan lebih mudah mengantuk daripada berada

di ruangan dengan cahaya terang. Hal ini disebabkan karena persepsi okular pada

retina dan reseptor tubuh akan mendeteksi keadaan cahaya di area sekitar dan

membawanya ke SCN. SCN kemudian akan membawa rangsangan ini ke bagian

otak dan tubuh lainnya sehingga menghasilkan siklus eksternal siang-malam. Salah

Page 30: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

17

satu organ yang mendapat rangsangan adalah kelenjar pineal, dimana ia akan

mensekresikan hormon melatonin yang akan bekerja pada malam hari dan berperan

dalam menginduksi tidur (Institute of Medicine of the National Academics, 2006 hal.

41).

2.1.4.2 The Flip-Flop Switch

Neurotransmiter yang bekerja pada mekanisme ini adalah Prostaglandin,

Orexin, dan Adenosin. Prostaglandin bekerja baik dalam proses menginduksi tidur

maupun dalam menginduksi bangun. Prostaglandin yang bekerja menginduksi tidur

adalah Prostaglandin D2 (PGD2), sedangkan yang menginduksi bangun adalah

Prostaglandin E2 (PGE2). Orexin merupakan neuropeptida yang menginduksi

bangun dan adenosine berada pada bagian penginduksi tidur.

PGD2 diproduksi oleh sel-sel trabekular dari membrana araknoid dan pleksus

koroideus, yang kemudian dibawa ke sirkulasi bersama cairan serebrospinal. PGD2

akan mengaktifkan reseptornya, yaitu DP2R agar menstimulasi sel-sel meningeal

untuk mengeluarkan molekul sinyal seperti adenosin. Adenosin kemudian akan

mengaktifkan reseptor A2A dan mengeksitasi neuron untuk mengaktifkan tidur (sleep-

active neuron) di area preoptik ventrolateral (VLPO).

Neuron-neuron VLPO akan mengirim sinyal inhibisi melalui serat GABA-nergik

dan galaninegik untuk melakukan mekanisme down-regulation ke neuron

tuberomamilari (TMN). Neuron ini berperan dalam proses bangun melalui

reseptornya, yaitu reseptor histamin (H1R). Ketika neuron ini terinduksi, PGE2 akan

bekerja bersama orexin untuk membantu menginduksi bangun (Saper et.al., 2015).

Page 31: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

18

2.2 Pittsburgh Sleep Quality Index

Pada tahun 1988, Buysse et.al. mengemukakan aspek-aspek yang terkandung

dalam kualitas tidur. Aspek-aspek tersebut adalah aspek kuantitatif dan aspek

subjektif. Aspek kuantitatif terdiri dari durasi tidur dan banyaknya kejadian terbangun

selama tidur, sedangkan aspek subjektif adalah kedalaman atau kenyamanan tidur

yang dialami seseorang. Untuk mengukur kedua aspek tersebut, Buysse et.al.

(1988) mencanangkan sebuah instrumen yang diberi nama Pittsburgh Sleep Quality

Assessment (PSQI). Tujuan dari dibentuknya PSQI adalah untuk membedakan

individu yang memiliki kualitas tidur yang ’buruk’ dan yang ‘baik’, serta untuk

mengukur berbagai macam gangguan tidur yang dapat mempengaruhi kualitas tidur.

Komponen penilaian dalam PSQI adalah;

Kualitas tidur yang berdasarkan pada persepsi subjektif responden

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 2.1 dan 2.2 Model The Flip-Flop Switch Ketika bangun (Gambar 2.1), nukleus monoaminerjik

(merah) menghinhibisi VLPO (ungu), sehingga melepaskan sel-sel monoaminejgik yaitu Orexin (hijau).

Karena VLPO tidak memiliki reseptor orexin, orexin lebih bekerja untuk membantu tonus monoaminerjik

daripada menghinhibisi VLPO. Ketika tidur (Gambar 2.2), VLPO yang teraktivasi akan menginhibisi

kelompok sel monoaminerjik, sehingga melepaskan inhibisi mereka sendiri. Hal ini juga menyebabkan

inhibisi pad neuron orexin, yang akan berakibat pada tercegahnya neuron monoaminerjik untuk

menginduksi bangun. Hubungan antara VLPO dan sel-sel monoaminerjik membentuk suatu hubungan

yang dinamakam the flip-flop switch, yang tanpa neurotramsitter-neurotrasnmitter tertentu sifatnya tidak

stabil (Saper et. al., 2015)

Gambar 2.1 Gambar 2.2

Page 32: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

19

Latensi tidur: waktu yang dibutuhkan untuk seseorang berada dalam fase

tidur

Durasi tidur: jumlah sebenarnya seseorang mengalami tidur dalam waktu

24 jam, tidak termasuk di dalamnya berbaring di tempat tidur

Efisiensi tidur: rasio dari total waktu tidur terhadap jumlah waktu di tempat

tidur

Gangguan tidur : gangguan-gangguan yang dialami seseorang saat

berada dalam waktu tidur

Penggunaan obat-obatan untuk membantu tidur

Disfungsi pada siang hari

(Buysse et.al., 1988 dalam Al-Halaj, 2014)

Lebih dari lima belas tahun kemudian, Buysse (2014) mengemukakan lagi

aspek-aspek yang terkandung dalam kualitas tidur, namun kali ini dengan

menggunakan nama sleep health atau kesehatan tidur. Aspek-aspek tersebut terdiri

dari:

Durasi tidur, yaitu jumlah tidur total yang diperoleh selama 24 jam

Efisiensi tidur, yaitu kemudahan untuk memulai dan kembali tertidur setelah

terbangun

Waktu, yaitu kapan tidur tersebut terjadi selama 24 jam tersbut

Kesiapsiagaan dan keadaan mengantuk, yaitu kemampuan untuk menjaga

keadaan sadar tanpa mengantuk dalam menjalani aktivitas selama 24 jam

tersebut

Kepuasan atau kualitas tidur, yaitu kesan subjektif individu mengenai tidurnya,

apakah ‘baik’ atau ‘buruk’.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

20

Dengan dikemukakan aspek yang baru sebagai bagian dari kualitas tidur,

Buysse (2014) juga mencanangkan sebuah instrumen baru untuk mewakilinya.

Instrumen tersebut bernama ‘Are You SATED?’. Perbedaan mendasar antara

instrumen ini dan PSQI adalah PSQI berisikan 24 pertanyaan dengan 19

diantaranya diisi secara mandiri dan sisanya diisi oleh teman sekamarnya (Buysse

et.al., 1988). Sedangkan instrumen ‘Are You SATED?’ hanya berisikan 5 pertanyaan

yang semuanya diisi sendiri oleh individu terkait. Kelima pertanyaan tersebut

merepresentasikan aspek-aspek baru yang telah dijelaskan oleh Buysse (2014),

yaitu Satisfaction with sleep (Kepuasan tidur), Alerteness during waking hours

(Kesiapsiagaan saat bangun), Timing of sleep (waktu tidur), Sleep Efficiency

(Efeisiensi tidur), dan Duration (Durasi tidur) (Buysse, 2014).

2.2.1 Kualitas Tidur

Aspek ini mewajibkan individu yang bersangkutan untuk mengevaluasi kualitas

tidurnya selama waktu yang telah ditentukan. Selain itu, aspek ini juga

mempertanyakan mengenai penggunaan obat-obatan untuk membantu seorang

individu tertidur (Buysse et.al., 1988; Buysse, 2014).

2.2.2 Latensi Tidur

Aspek ini mempertanyakan berapa lama waktu yang dibutuhkan seseorang

untuk benar-benar tertidur, bukan saat pergi ke tempat tidur. Bila didapatkan waktu

lebih dari 30 menit untuk dapat benar-benar tertidur, dikatakan bahwa efisiensi tidur

kurang. Aspek ini juga termasuk keadaan memulai tidur setelah sebelumnya

terbangun di malam hari (Buysse et.al., 1988; Buysse, 2014).

2.2.3 Durasi Tidur

Durasi yang dibutuhkan tiap individu berbeda tergantung dari beberapa faktor,

salah satunya adalah usia. Bayi yang baru lahir membutuhkan waktu 16-18 jam

Page 34: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

21

sehari, balita membutuhkan 11-12 jam sehari dan anak-anak membutuhkan

sekurang-kurangnya 10 jam dalam sehari untuk tidur. Ketika orang dewasa sehat

diberikan kesempatan untuk tidur sepuas-puasnya, kebanyakan dari mereka hanya

tidur dalam waktu 8-8,5 jam sehari (National Institutes of Neurological Disorder and

Strokes, 2006).

Faktor hormonal juga mempengaruhi perubahan dalam durasi tidur. Remaja

yang sebelumnya membutuhkan waktu 9-10 jam sehari untuk tidur, ketika memasuki

masa pubertas hanya membutuhkan waktu 7-7,5 jam saja untuk tidur dalam sehari.

Perubahan ini juga akan berubah ketika sudah memasuki masa geriatri, dimana

kemampuan untuk mempertahankan tidur akan menurun yang berdampak pula pada

durasi tidur yang dicapai (National Institutes of Neurological Disorder and Strokes,

2006).

2.2.4 Efisiensi Tidur

Efisiensi berarti menilai persentasi kualitas tidur yang didapat oleh seseorang.

Persentase ini dinilai dengan membagi lama waktu sebenarnya (dalam jam)

seseorang tidur dengan lamanya (dalam jam) individu tersebut berada di tempat

tidur (Buysse, 1988).

2.2.5 Gangguan Tidur

Aspek ini menilai hal-hal apa saja yang mengganggu tidur seorang individu.

Hal-hal yang dinilai adalah bangun pada malam hari atau pagi sekali sekitar dini hari,

bangun dari tidur karena harus menggunakan kamar mandi, tidak dapat bernapas

dengan nyaman, batuk atau mengorok terlalu kencang, merasa kedinginan, merasa

kepanasan, mengalami mimpi buruk dan merasakan nyeri (Buysse, 1988).

Page 35: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

22

2.2.6 Penggunaan Obat-Obatan

Aspek ini menilai penggunaan obat-obatan yang diminum seseorang untuk

membantunya tidur, baik obat-obatan yang diresepkan dari dokter maupun ‘obat

warung’ yang ia beli sendiri (Buysse, 1988).

2.2.7 Disfungsi pada Siang Hari

Aspek ini menilai bagaimana keadaan individu ketika beraktivitas pada siang

hari. Keadaan yang dinilai adalah kesiapsiagaan dan rasa mengantuk yang timbul

ketika mengemudi dan melakukan aktivitas sosial. Selain itu, dinilai pula apakah

timbul rasa tidak antusisa atau menurunnya minat untuk menyelesaikan suatu

masalah atau melakukan sesuatu (Buysse et.al., 1988)

.

2.3 Fungsi Kognitif

Menurut Kamus Meriam-Webster, kemampuan kognitif berhubungan dengan

fungsi dan aktivitas intelektual seperti berpikir, menalar dan mengingat. Lebih jauh

lagi, kognisi meliputi domain-domain lain seperti persepsi, pengenalan pola, memori,

penalaran, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan bahasa (Lemaire,

2002).

2.3.1 Memori

2.3.1.1 Jenis-Jenis Memori

a Memori Jangka Pendek

1. Memori Sensoris (Sensory Memory)

Memori ini menyimpan informasi sensoris yang diterima oleh reseptor

hingga kemudian dipilah oleh otak untuk dibuang atau diteruskan. Memori

sensoris menerima infomasi dari input sensoris yang spesifik, yaitu Iconic

memory untuk informasi visual dan Echoic memory untuk informasi auditori.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

23

Durasi penyimpanan untuk memori sensoris sangatlah pendek, yaitu sekitar

150-500 milidetik untuk informasi visual dan 1-2 detik untuk informasi

auditori, namun kapasitas penyimpanannya dipercayai merupakan

kapasitas yang besar. Informasi yang diterima oleh rangsangan ini masih

dapat dikatakan belum berarti apa-apa kecuali informasi ini dipilih untuk

dilanjutkan ke proses yang seharusnya (May dan Einstein, 2013).

2. Memori Bekerja (Working Memory)

Working memory atau memori bekerja merupakan sistem

penyimpanan memori jangka pendek yang digunakan untuk menyimpan

informasi yang sedang dipikirkan saat itu. Kapasitas dari memori ini

sangatlah kecil dibandingkan dengan kapasitas memori sensoris. Karena

merupakan proses penyimpanan untuk menyimpan informasi yang sedang

dipikirkan, working memory bekerja secara sadar, sehingga orang biasanya

lebih mengingat informasi yang berada pada urutan terakhir karena

informasi tersebut sedang dan masih dipikirkan (May dan Einstein, 2013).

Durasi yang dapat dijangkau oleh memori bekerja adalah sekitar 2-18

detik. Penelitian yang dilakukan oleh Brown (1958) dan Peterson dan

Peterson (1959), menunjukkan bahwa ketika tidak dilatih, informasi dari

memori bekerja akan hilang dalam waktu 18 detik.

Contoh dari memori bekerja antara lain ketika memberikan tip untuk

pelayan restoran dan ketika akan menelepon nomor baru (May dan

Einstein, 2013).

Page 37: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

24

b Memori jangka Panjang

1. Deklaratif Memori

Memori deklaratif atau memori eksplisit merupakan sistem

pembentukan memori yang dikontrol secara sadar, fleksibel dan dengan

kemauan individu tersebut. Memori ini diperantarai oleh hipokampus dan

lobus frontalis, sehingga kerusakan pada kedua area ini akan

mengakibatkan kesulitan dalam pembentukan deklaratif memori. Contoh

dari deklaratif memori adalah mengingat nomor telepon, mengingat nomor

sandi ATM, dan memanggil teman lama.

Memori Episodik

Memori episodik merupakan sistem penyimpanan memori jangka

panjang yang menyimpan informasi mengenai peristiwa atau kejadian

yang dialami oleh seseorang. Contoh dari memori episodic adalah

ketika menceritakan film yang ditonton minggu lalu kepada seorang

teman atau kejadian memalukan yang terjadi kemarin malam (May dan

Einstein, 2013).

Memori Semantik

Memori semantic merupakan memori yang menyimpan

pengetahuan umum, seperti 2+2=4 dan Indonesia merupakan negara

yang berada di kawasan Asia Tenggara (May dan Einstein, 2013).

2. Non-Deklaratif Memori

Non-deklaratif memori atau implicit memori adalah sistem

penyimpanan memori yang mempengaruhi persepsi dan sifat seseorang

tanpa pengetahuan, kesadaran maupun kemauan individu tersebut (May

dan Einstein, 2013).

Page 38: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

25

Memori ini diperantarai oleh area kortikal, cerebellum dan ganglia

basalis (May dan Einstein, 2013).. Contoh non-deklaratif memori adalah

cara mengendarai sepeda dan menggunakan kosakata yang sudah

terbiasa diucapkan, seperti ‘teh’ pada orang Sunda dan tambahan kata

‘nah’ pada orang Kalimantan.

Priming

Priming merupakan proses tak sadar yang dapat meningkatkan

kecepatan dan keakuratan respon seseorang sebagai hasil dari

kejadian masa lampau (May dan Einstein, 2013). Priming diperantarai

oleh area kortikal visual, sehingga lesi pada area ini akan

mengakibatkan kerusakan pada priming visual.

Contoh dari priming terbagi menjadi dua, yaitu repetition priming

dan semantic priming. Repetition priming misalnya ketika seorang

individu lebih cepat membaca kencang sebuah kata ketika individu

tersebut baru saja membacanya. Semantic priming misalnya akan

lebih mudah mengatakan ‘malam’ ketika telah terlebih dahulu

membaca kata ‘gelap’ (May dan Einstein, 2013).

Memori Prosedural

Memori procedural merupakan memori untuk mengingat sebuah

proses dalam melakukan aktivitas ketika aktivitas tersebut telah

dipelajari dengan baik. Misalnya, bermain piano dan mengetik (May

dan Einstein, 2013).

Classical Conditioning

Classical conditioning merupakan memori untuk

menghubungkan antara dua stimulus yang berbeda. Contoh dari

Page 39: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

26

classical condirtioning adalah eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov

kepada anjing. Sebelum memberikan makanan kepada anjing,

dibunyikan bel terlebih dahulu yang mengindikasikan kepada anjing

tersebut bahwa makanan telah siap (May dan Einstein, 2013).

2.3.1.2 Proses Pembentukan Memori

Proses pembentukan memori terdiri dari tiga proses, yaitu encoding

(menyandi), consolidation (peleburan), dan retrieval (pengulangan) (Rasch dan

Born, 2013).

2.3.1.2.1 Encoding

Input sensoris melalui jalan visual, akustik dan semantik akan mengaktifkan

formasi jejak memori baru yang dinamakan sebagai proses encoding atau menyandi

(McLeod, 2013). Jejak memori tersebut akan disimpan di hipokampus sebagai satu

kejadian yang terjadi secara bersamaan meskipun terdapat berbagai macam input

sensoris yang berbeda di dalamnya (Mohs, 2007). Jejak memori baru ini sifatnya

masih sangat rentan untuk dilupakan akibat berbagai macam pengaruh baik dari

dalam maupun dari luar (Rasch dan Born, 2013).

Hal pertama yang dapat mempengaruhhi proses encoding adalah memberikan

perhatian terhadap rangsangan luar tersebut. Hipokampus dan korteks frontal akan

berperan dalam menganalisa berbagai macam input sensoris tersebut. Karena

manusia memiliki keterbatasan untuk tidak dapat memberikan perhatiannya kepada

banyak hal sekaligus, hipokampus dan korteks frontal ini juga bertugas untuk

memilah mana input yang lebih berharga untuk disimpan dan mana yang untuk

dibuang (Mohs, 2007).

Page 40: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

27

2.3.1.2.2 Consolidation

Pada tahap ini, jejak memori yang masih bersifat rentan tadi aku distabilkan

oleh berbagai macam gelombang (Rasch dan Born, 2013). Setelah input sensoris

masuk, ia akan disimpan menjadi memori jangka pendek. Memori jangka pendek

hanya memiliki kapasitas penyimpanan yang sangat sedikit, yaitu sekitar tujuh hal

atau selama 20-30 detik saja. Itu sebabnya, pada tahap ini banyak orang

menggunakan metode mnemomic atau jembatan keledai untuk mengingat sesuatu

(Mohs, 2007).

Para peneliti percaya bahwa pada proses inilah diperlukan satu stimulus yang

sangat penting peranannya, yaitu tidur. Selain itu, terdapat beberapa hal yang dapat

mempengaruhi proses konsolidasi memori, diantaranya adalah kadar hormon

kortisol dalam tubuh dan aktivitas fisik. Payn dan Nadel (2004) mengungkapkan

bahwa hormon kortisol berperan dalam mengontrol sistem memori saat tidur, yaitu

hipokampus, sehingga mempengaruhi proses konsolidasi memori.

2.3.1.2.3 Retrieval

Tahap ini memerlukan stimulus yang berasal dari luar untuk dapat terlaksana

dengan baik. Stimulus tersebut adalah memaparkan kembali dengan input sensoris

tersebut atau hanya sekadar melakukan pengulangan dengan sengaja mengenai

input sensoris tersebut (Rasch dan Born, 2013). Ketika tahap ini telah berlangsung,

input tersebut telah disimpan dalam penyimpanan memori jangka panjang.

Penyimpanan memori jangka panjang dapat menyimpan informasi hingga tak

terhingga. Itulah sebabnya, akan lebih mudah mengingat informasi yang terlebih

dahulu sudah diketahui (Mohs, 2007).

Page 41: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

28

2.4 Performa Akademik

Performa akademik atau prestasi akademik adalah hasil dari kegiatan belajar

mengajar yang telah diikuti oleh siswa, mahasiswa, guru dan institusi terkait (Bhagat,

2013). Pengukuran performa akademik ini biasanya dilakukan dengan mengadakan

ujian atau tugas berkelanjutan, namun hingga saat ini belum ada metode

pengukuran yang pasti untuk mengukur ketercapaian performa akademik (Bhagat,

2013). Beberapa cara yang digunakan untuk mengukur performa akademik adalah

dengan melihat skor Grade Point Average (GPA) yaitu melihat hasil kumulatif

semua mata pelajaran atau mata kuliah yang seorang indiividu ambil selama satu

semester. Ada pula yang dinamakan Cumulative Grade Points Average (CGPA),

yaitu hasil kumulatif hanya pada lima mata kuliah yang paling tertinggi nilainya.

Kebanyakan penelitian dilakukan terhadap penilaian performa akademik terhadap

mahasiswa adalah menggunakan GPA, namun ada juga penelitian yang melihat

langsung hasil tes sebuah mata kuliah atau mata pelajaran secara khusus (Mushtaq

dan Khan, 2012).

2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Performa Akademik Mahasiswa

Di tahun 2006, Hijazi dan Naqvi melakukan sebuah penelitian yang ditujukan

untuk melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi performa akademik

mahasiswa. Penelitian ini dilakukan kepada 300 mahasiswa program paskasarjana

pada bulan kelima dan tahun keempat pembelajaran di salah satu universitas

swasta di Pakistan. Variabel-variabel yang dinilai adalah sikap mahasiswa terhadap

kehadiran pembelajaran, waktu yang digunakan untuk belajar diluar perkuliahan,

pemasukan keluarga, umur Ibu mahasiswa dan pendidikan Ibu.

Terdapat beberapa hasil yang diperoleh, yaitu terdapat pengaruh antara

kehadiran mahasiswa dalam pembelajaran terhadap performa akademik yang

Page 42: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

29

dicapai, hal ini dikarenakan mahasiswa yang selalu hadir dirasa lebih serius untuk

belajar. Hasil dari pemasukan keluarga tidak berpengaruh terhadap performa

akademik yang dicapai, begitu pula dengan waktu yang digunakan untuk belajar

selain kegiatan perkuliahan dan umur Ibu. Sedangkan untuk edukasi Ibu, didapatkan

hubungan yang positif, hal ini dinilai ibu yang lebih tinggi edukasi dan

pengetahuannya akan membantu anak untuk bekerja lebih baik (Hijazi dan Naqvi,

2006).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Mushtaq dan Khan (2012) ditujukan untuk

melihat variabel yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Variabel-variabel tersebut

adalah komunikasi, fasilitas pembelajaran, bimbingan yang tepat, dan keadaan

psikologis keluarga. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif

antara performa akademik dan komunikasi, fasilitas pembelajaran, dan bimbingan

kegiatan belajar mengajar yang tepat. Namun, terdapat hasil yang negatif antara

performa akademik dengan keadaan psikologis keluarga saat itu (Mushtaq dan

Khan, 2012).

Utomo (2011) juga meneliti variabel berbeda yang dirasa berpengaruh

terhadap performa akademik. Variabel tersebut adalah pemberian beasiswa

terhadap peningkatan prestasi akademik terhadap mahasiswa Fakultas Teknik

Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat

peningkatan prestasi akademik pada mahasiswa peraih beasiswa di semester

berikutnya. Namun sayangnya, peningkatan tersebut tidak signifikan, hanya sekitar

0,16 poin dari hasil IPK pada semester sebelumnya (Utomo, 2011).

Faktor lain yang dirasa cukup memberi pengaruh terhadap performa akademik

mahasiswa adalah tingkat kemandirian mahasiswa itu sendiri. Tingkat kemandirian

yang dimaksud adalah tempat tinggal mahasiswa selama berkuliah, seperti asrama

Page 43: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

30

atau pondokan, indekos, atau masih tinggal bersama orangtua. Hal ini dikarenakan,

beberapa mahasiswa yang merantau dan tinggal jauh dari orangtua akan mengalami

home sick atau kerinduan akan rumah dan orangtua. Hal ini, pada beberapa kasus,

dapat menyebabkan stress yang akan berpengaruh terhadap perfroma akademik.

Namun, penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) di Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan positif yang

signifikan antara tingkat kemandirian dengan perfroma akademik mahasiswa.

Organisasi dan aktivitas diluar perkuliahan dalam beberapa penelitian

disebutkan memiliki pengaruh terhadap performa akademik. Salah satunya yang

dilakukan oleh Rofiq (2013), menghasilkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

positif antara keaktifan di organisasi dan performa akademik yang dicapai. Hal ini

berarti, semakin aktif mahasiswa dalam berorganisasi, maka semakin baik pula

performa akademiknya (Rofiq, 2013).

2.5 Hubungan Kualitas Tidur dengan Performa Akademik

Rasch dan Born (2013) memperkirakan peran penting tidur berada dalam

proses pembentukan memori saat proses konsolidasi. Mereka berpendapat bahwa

saat bangun, otak dioptimalkan untuk proses stimulus eksternal akut yang penting

untuk encoding dan retrieval, sehingga ketika tidur, otak akan mengoptimalkan untuk

proses yang tidak berjalan optimal saat bangun, yaitu konsolidasi. terhadap

perfroma akademik.

Dua fase pembentukan memori pertama kali diungkapkan oleh Marr pada

tahun 1971. Teori tersebut mengungkapkan bahwa memori awalnya akan disandi ke

penyimpanan pembelajaran cepat (fast learning store) dan lama-kelamaan akan

dipindahkan ke penyimpanan pembelajaran lambat (slow learning store).

Page 44: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

31

Penyimpanan pembelajaran cepat memastikan terjadinya penyandian informasi

menjadi memori secara cepat dan efisien, walaupun hanya dalam satu kali

percobaan (Rasch dan Born, 2013). Namun, penyimpanan ini sangat tidak stabil dan

sangat rentan terhadap hal-hal yang dapat merusak proses penyandian tersebut.

Seiring berjalannya waktu dan dengan disertai stimulus dari luar seperti

pengulangan terhadap informasi tersebut, memori yang telah tersandi dalam

penyimpanan pembelajaran cepat akan dibawa ke penyimpanan pembelajaran

lambat. Ketika telah memasuki tahap ini, memori yang tersimpan sifatnya jauh lebih

kuat dan adapatif daripada sebelumnya (Rasch dan Born, 2013).

Seperti yang telah disebutkan di atas, penyimpanan pembelajaran cepat

sangat rentan untuk hilang oleh karena rangsangan dari luar. Pada tahun 1885,

Ebbinghaus memperkenalkan sebuah teori yang bernama “forgetting curves”. Teori

ini mengindikasikan bahwa lupa dapat terjadi secara cepat bahkan dalam satu jam

pertama setelah seorang individu mempelajari suatu hal, dan akan benar-benar

hilang dalam beberapa hari (Rasch dan Born, 2013). Selanjutnya, Ebbinghaus

melakukan lagi sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa lupa dapat dikurangi

kapasitasnya ketika tidur terjadi pada sela-sela proses penyimpanan. Jurnal yang

ditulis oleh Ellenbogen et.al. (2006), juga memperkuat pernyataan tersebut dengan

mengatakan bahwa tidur bertindak sebagai “shelter” atau perlindungan dari

rangsangan luar yang dapat mengakibatkan hilangnya memori. Seorang wanita

kelahiran Jerman, Rosa Heine, pada tahun 1914 melakukan eksperimen kepada

enam subjek dan mendapatkan hasil bahwa belajar pada malam hari sebelum tidur

dapat membantu menurunkan lupa dalam 24 jam kemudian daripada belajar saat

siang hari. Hal tersebut tentu saja memperkuat teori bahwa tidur mempengaruhi

terbentuknya memori jangka panjang.

Page 45: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

32

Banyak hipotesis mempercayai bahwa fase tidur yang berperan besar dalam

pembentukan memori adalah fase REM. Hal ini membuat para peneliti melakukan

percobaan pada hewan coba seperti marmut, tikus dan kucing. Administrasi

carbachol di pontine reticular formation ditujukan untuk meningkatkan aktivitas REM

saat tidur pada hewan coba. Hasilnya, terjadi peningkatan memori terhadap aktivitas

yang sebelumnya telah diajarkan kepada hewan coba, seperti aktivitas pada lbirin

berbentuk Y (Y-Maze) (Rasch dan Born, 2013). Kekurangan fase REM saat tidur

menunjukkan adanya kerusakan pada pembentukan memori pada tugas-tugas

kompleks, seperti labirin yang lebih rumit pada hewan coba. Penelitian juga

mengungkapkan bahwa fase REM meningkat pada mereka yang beberapa jam

sebelumnya belajar. Peningkatan fase REM ini dapat terjadi dalam 4-6 hari setelah

belajar tersebut. Meskipun telah terbukti pada hewan coba, sampai saat ini belum

ada peneliti yang dapat membuktikan secara penuh peranan fase REM dalam

proses konsolidasi memori.

Selain fase REM, tidur dalam waktu yang sebentar (nap) dipercayai juga dapat

mempengaruhi proses perubahan memori menjadi memori jangka panjang. Alger

et.al., (2012) membuktikan bahwa tidur ringan, baik selama 90 menit ataupun 60

menit, yang keduanya berada pada fase Slow-Wave Sleep (SWS), sama-sama

memberikan proteksi kepada memori dari gangguan-gangguan yang dapat

menghilangkannya.

Pilcher dan Walters (2010) melakukan eksperimen untuk membuktikan apakah

gangguan dalam pola tidur mempengaruhi performa kognitif mahasiswa. Penelitian

ini dilakukan kepada 44 mahasiswa setelah 24 jam sebelumnya dibagi ke dalam

kelompok dengan tidur cukup dan tidur terganggu. Mahasiswa-mahasiswa tersebut

keesokan harinya melakukan pengisian kuisioner yang mewakilkan pengukuran

Page 46: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

33

performa kognitif. Hasilnya, partisipan yang malam sebelumnya terganggu tidurnya,

memberikan hasil yang lebih buruk daripada partisipan yang mendapatkan tidur

cukup pada malam sebelumnya.

Hubungan antara tidur dengan performa akademik juga diperkuat dengan

penelitian yang dilakukan oleh Gilbert dan Weaver (2010) pada 557 mahasiswa

sarjana. Pada penelitian tersebut, mahasiswa dengan kualitas tidur yang buruk

tanpa memiliki gangguan depresi memiliki skor GPA yang lebih rendah daripada

mahasiswa dengan kualitas tidur yang baik tanpa memiliki gangguan depresi.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

34

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1.1 Kerangka Konsep

Variabel yang tidak diukur

Variabel yang diukur

Allertness/Sleepiness

Kegiatan mahasiswa

Organisasi Tugas & Ujian Bisnis

Berpengaruh terjadap

Kualitas Tidur

Kepuasan Latensi Durasi Efisiensi Gangguan

Puas

Tidak

Waktu yang

dibutuhkan

untuk dapat

tertidur

Jumlah waktu tidur

Rasio jumlah tidur

sebenarnya

dibagi jumlah waktu

di tempat

tidur

BAK/B

Merasa dingin atau

panas

Beban pikiran banyak

Nyeri, mimpi buruk

Ketika beraktivitas

Ketika berkendara

Antusiasme

Mempengaruhihi

Terbentuknya memori jangka panjang

Performa akademik

Indeks Prestasi

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi: - Kehadiran - Kemandirian - Beasiswa - Kegiatan ekstra

kuliah

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi: - Cara belajar - Lama belajar - Metode belajar - Pengulangan

Page 48: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

35

3.2 Keterangan Kerangka Konsep

Bagi mahasiswa, kekurangan dan gangguan pola tidur dapat disebabkan oleh

beberapa hal, diantaranya adalah karena memegang suatu organisasi, kegiatan

belajar mengajar yang padat, dan menjalankan bisnis untuk menjalankan roda

ekonomi. Kekurangan dan gangguan dalam pola tidur dapat menyebabkan

menurunnya kualitas tidur yang didapat pula.

Kualitas tidur terbagi ke dalam enam hal, yaitu durasi, gangguan selama tidur,

waktu tidur, alertness/sleepiness, latensi tidur dan yang terakhir adalah kepuasan

terhadap tidur itu sendiri. Durasi tidur yang terganggu misalnya dalam 24 jam,

seorang idividu hanya memperoleh tidur kurang dari yang seharusnya. Kedua

adalah gangguan yang terjadi selama individu tersebut tidur. Gangguan yang diukur

adalah seberapa sering seseorang tebangun dari tidur akibat keinginan untuk ke

kamar mandi, beban pikiran yang banyak, kedinginan atau kepanasan, atau

mengalami mimpi buruk dan nyeri. Selanjutnya adalah waktu tidur. Waktu tidur yang

diukur disini adalah waktu yang dibutuhkan seseorang untuk dapat memulai tidur,

bukan saat individu tersebut berada di atas ranjang dan pukul berapa individu

tersebut bangun pada pagi hari. Lalu ada pula penilaian mengenai

alertness/sleepiness yang dialami seseorang pada siang hari. Apakah individu

tersebut dalam menjalankan aktivitasnya dalam keadaan bugar? Atau dalam

keadaan mengantuk? Untuk latensi tidur, yang diukur adalah lama waktu yang

dibutuhkan seseorang untuk tidur, mulai dari ia berada di tempat tidur. Dan yang

terakhir adalah evaluasi individu yang bersangkutan mengenai kepuasan tidurnya

sendiri.

Tidur berpengaruh terhadap pengembalian fungsi organ-organ vital, salah satu

diantaranya adalah otak. Otak merupakan tempat terbentuknya memori jangka

Page 49: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

36

panjang yang sangat penting dalam performa akademik mahasiswa. Ketika kualitas

tidur mahasiswa terganggu, akan terganggu pula proses pembentukan memori

jangka panjang di otak. Ketika memori jangka panjang tidak terbentuk dengan baik,

mahasiswa tidak dapat mengingat kembali materi-materi yang telah diberikan. Hal ini

mengakibatkan menurunnya performa akademik mahasiswa yang ditandai dengan

menurunnya Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang didapat.

3.3 Hipotesis

Terdapat hubungan positif antara kualitas tidur mahasiswa dengan performa

akademik mahasiswa.

Page 50: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

37

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian observasional dengan

desain studi Cross sectional untuk mengetahui metode belajar dan performa

akademik pada semester tersebut.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dilakukannya penelitian ini adalah Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya yang berlokasi di jalan Veteran, Malang. Penelitian akan dilakukan dari

bulan Mei hingga Juli 2017.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya semester 2/tahun pertama

(pendidikan tahun 2016), semester 4/tahun kedua (pendidikan tahun 2015), dan

semester 6/tahun ketiga (pendidikan tahun 2014).

4.3.2 Sampel Penelitian

4.3.2.1 Cara Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapakan mampu mewakili

populasi dalam penelitian. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah

Page 51: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

38

mahasiswa Pendidikan Dokter FKUB semester 2 (pendidikan tahun 2016), 4

(pendidikan tahun 2015), dan 6 (pendidikan tahun 2014).

4.3.2.2 Perkiraan Besar Sampel

Besar penelitian dalam penelitian ini ditentukan menggunakan rumus Slovin

(Andale, 2012), yaitu:

Keterangan:

n= besar sampel

N= jumlah populasi

e= toleransi kesalahan

Berdasarkan data yang didapat dari bagian Akademik Jurusan Pendidikan Dokter

FKUB, jumlah mahasiswa tahun pertama, kedua, dan ketiga yang pada tahun 2017

ini menempati semester II, IV, dan VI berurutan, adalah 706 mahasiswa. Toleransi

kesalahan yang diambil adalah 10%, sehingga jumlah sampel minimal yang

dibutuhkan adalah;

4.3.2.3 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

Kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

Page 52: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

39

a. Kriteria Inklusi:

Mahasiswa yang mengikuti kegiatan perkuliahan pada semester II, IV,

dan VI di tahun ajaran 2015/2016

Mahasiswa yang mengikuti ujian pada perkuliahan semester tersebut,

termasuk di dalamnya Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Topik, dan

Ujian Akhir Semester (UAS) yang berpengaruh terhadap terbitnya

Indeks Prestasi Semester (IPS)

Mahasiswa yang bersedia menjadi responden dengan menandatangani

informed consent

b. Kriteria Eksklusi:

Mahasiswa yang belum mengikuti ujian pada perkuliahan semester

tersebut yang berpengaruh terhadap terbitnya Indeks Prestasi

Semester (IPS)

Mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden

4.4 Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah kualitas tidur yang diperoleh

mahasiswa.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dari penelitian ini adalah performa akademik yang diwakilkan

melalui hasil Indeks Prestasi Kumulatif responden pada semester yang

bersangkutan, atau disebut Indeks Prestasi Semester (IPS).

Page 53: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

40

4.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Nilai Skala Ukur

Kualitas Tidur

Kualitas Tidur dinilai dari beberapa hal : 1. Kepuasan Tidur 2. Latensi Tidur 3. Durasi Tidur 4. Efisiensi Tidur 5. Gangguan Tidur 6. Alertness &

Sleepiness

Subjek menjawab kuisiner dengan jawaban sesuai instruksi yang telah diberikan

Global PSQI : >6 : Poor Sleep Quality 5-6 : Batas Ambang, segera konsultasikan ke dokter <5: Good Sleep Quality

Interval

Performa Akademik

Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa dalam satu semester

Transkrip nilai dari Bagian Akademik FKUB

Sangat Buruk: 0-2,00 Buruk: 2,00-2,50 Cukup: 2,50-2,75 Memuaskan: 2,76-3,25 Sangat Memuaskan: 3,26-3,50 Pujian: 3,51-4,00

Rasio

4.6 Bahan dan Alat / Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian:

1. Formulir persetujuan (Informed Consent)

2. Formulir data demografi

3. Kuisioner Pitssburgh Sleep Quality Index (PSQI)

4. Hasil Indeks Prestasi Semester (IPS): didapat dari bagian akademik FKUB

4.7 Proses Pengumpulan Data

1. Persiapan penelitian

Persiapan penelitian diawali dengan pengajuan judul penelitian, persetujuan

dosen pembimbing dan pembuatan proposal. Kemudian dilanjutkan dengan

pembuatan kuisioner dan pengajuan etik.

Page 54: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

41

2. Sampling

Dilakukan metode pemilihan sampel Simple Random Sampling.

3. Pernyataan persetujuan dan pengisian biodata

Informed consent dan pernyataan persetujuan dilakukan dengan menjelaskan

prosedur penelitian kepada responden, dilanjutkan dengan penandatanganan

formulir persetujuan bila responden bersedia.

4. Pengumpulan data

Responden mengisi kuisioner PSQI untuk mengetahui kualitas tidur yang

dialami. Selanjutnya, didapatkan data IPS dari bagian akademik FKUB untuk

mengetahui perfroma akademik responden.

5. Pengolahan data

Pengolahan dan analisis data.

4.8 Analisis Data

Analisis data untuk menghitung kualitas tidur mahasiswa yaitu dengan

menjumlahkan semua komponen kualitas tidur.

Global PSQI = Komponen Durasi Tidur + Gangguan Tidur + Waktu dan

Efisiensi Tidur + Alertness atau Sleepiness + Kepuasan

tidur

Global PSQI :

>6 : Poor Sleep Quality

5-6 : Batas Ambang, segera konsultasikan ke dokter

<5: Good Sleep Quality

Page 55: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

42

Sedangkan untuk menganalisa performa akademik menggunakan transkrip

hasil IPS yang didapat dari Bagian Akademik FKUB, digunakan rentang sebagai

berikut;

Sangat Buruk: 0,00 - 2,00

Buruk: 2,00 - 2,50

Cukup: 2,50 - 2,75

Memuaskan: 2,76 - 3,25

Sangat Memuaskan: 3,26 - 3,50

Pujian: 3,51 - 4,00

Data dari kuisioner akan akan dianalisis dengan menjumlahkan semua

indikator, sehingga didapatkan skor Global PSQI. Sedangkan data yang didapat dari

bagian Akademik FKUB berupa transkrip nilai akan dikelompokkan berdasarkan

kriteria yang telah dijelaskan di atas. Kemudian data-data yang telah didapat akan

dianalisa menggunakan perangkat lunak statistic yaitu SPSS 19 untuk Windows.

Sebelumnya, data akan diuji normalitasnya menggunakan uji Kolmogorov

Smirnov. Bila pada pengujian terdapat hasil yang signifikan, yaitu bila probability (p-

value) lebih kecil daripada (level of significance) atau p<, maka distribusi data

tersebut tidak normal. Sebaliknya, bila hasil pengujian tidak signifikan, atau p>,

maka data terdistribusi normal (Kusnadi, 2012).

Kemudian data akan dianalisis menggunakan metode korelasi untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara kedua variabel (Dahlan, 2014). Bila

didapatkan data yang tidak signifikan atau terdistribusi normal, uji analisis korelasi

menggunakan korelasi Spearman. Namun bila data signifikan atau terdistribusi tidak

normal, maka data akan dianalisis menggunakan metode korelasi Pearson

(Riyawati, 2016).

Page 56: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

43

Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar hubungan variabel independen

terhadap variabel dependen, dilakukan uji analisis regresi linear sederhana. Uji

analisis regresi linear dapat dilakukan setelah data bersifat normal dengan

melakukan Uji Kolmogorov-Smirnov dan ragam residual homogen atau tidak terjadi

heteroskedastisitas yang diukur menggunakan Uji Glesjer dan Grafik Scatter Plot.

4.9 Alur Penelitian

Pengajuan judul penelitian

Persetujuan pembimbing

Pembuatan proposal

Pembuatan kuisioner

Pengajuan etik

Simple Random Sampling

Mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga

Informed consent

Memenuhi kriteria

Pengambilan data

Analisis data

Page 57: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

44

4.10 Jadwal Kegiatan

No.

Jenis Kegiatan

Nov 16

Des 16

Jan 17

Feb 17

Mar 17

Apr 17

Mei 17

Jun 17

Jul 17

Agu 17

Sep 17

1. Penyelesaian Proposal

2. Pengurusan Etik

3. Uji Validitas

3. Pelaksanaan Penelitian

4. Pengolahan data

5. Pelaporan hasil

Page 58: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

45

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Responden

Pada penelitian ini terdapat 124 sampel, namun hanya 121 sampel yang

memenuhi kriteria inklusi sebagai responden. Dari 124 responden, 71

diantaranya merupakan mahasiswa tahun ketiga, 32 responden berasal dari

mahasiswa tahun kedua, dan 18 mahasiswa merupakan mahasiswa tahun

pertama. Berdasarkan hasil tersebut, didapatkan response rate sebesar 17,56%.

Menurut Mitchell pada tahun 1989, Response rate merupakan jumlah kuisioner

yang dikembalikan dibagi dengan total kuisioner yang dibagikan pada populasi

(dikutip dalam Fadli, 2016, hal 60). Pada penelitian ini, jumlah response rate

termasuk dalam kategori kurang. Namun dengan digunakannya rumus Slovin

untuk menentukan jumlah minimal sampel dengan toleransi kesalahan 10%,

angka ini sudah memenuhi jumlah sampel minimal yang dibutuhkan, yaitu 88

sampel.

Mahasiswa 2014=71

Mahasiswa 2015=32

Mahasiswa 2016=18

Diagram Lingkaran Jumlah Responden yang Memenuhi Syarat

Gambar 5.1 Diagram Lingkaran Jumlah

Responden yang Memenuhi Syarat

Page 59: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

46

Responden yag berjenis kelamin perempuan sebesar 87 mahasiswa,

sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 36 mahasiswa.

Pada mahasiswa tahun ketiga, 55 orang berjenis kelamin perempuan dan 18

orang berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan pada mahasiswa tahun kedua, 18

orang berjenis kelamin perempuan dan 14 orang berjenis kelamin laki-laki.

Terakhir untuk tahun pertama, 14 orang berjenis kelamin perempuan dan 4

orang berjenis kelamin laki-laki.

5.2 Kualitas Tidur Mahasiswa Pendidikan Dokter FKUB

Tabel 5.1 Distribusi Kualitas Tidur Mahasiswa Pendidikan Dokter FKUB

Global PSQI Frekuensi Prosentase (%)

<5 (Good) 15 12,40% 5-6 (Borderline) 31 25,62% >6 (Poor) 75 61,98%

Total 121 100%

Kuisioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Performa Akademik diberikan kepada responden pada hari

pertama Ujian Akhir Semester (UAS), yaitu pada tanggal 12 Juni 2017 dan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2014 2015 2016 Total

Diagram Perbandingan Responden Laki-Laki dan Perempuan

Laki-Laki

Perempuan

Gambar 5.2 Diagram Perbandingan Responden Laki-Laki dan Perempuan

Page 60: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

47

berakhir pada dua hari setelah UAS usai dilaksanakan, yaitu tanggal 25 Juni

2017. Hal tersebut dimaksudkan agar skor Global PSQI yang didapat

merepresentasikan kualitas tidur responden pada saat persiapan UAS. Karena

sebagaimana telah dituliskan pada buku Pedoman Pendidikan Tahun Akademik

2014/2015 FKUB (2014), nilai UAS merupakan nilai yang memiliki bobot dua kali

lebih banyak dibanding nilai-nilai lainnya sebagai penentu Indeks Prestasi

Semester responden yang bersangkutan.

Hasil kuisioner PSQI, atau yang biasa disebut skor Global PSQI, membagi

kualitas tidur seseorang kedalam tiga kategori. Ketiga kategori tersebut adalah

kategori baik, ambang batas, dan kategori buruk. Kategori baik memiliki skor

Global PSQI dibawah angka lima (<5). Kategori ambang batas memiliki angka 5-

6, dan kategori buruk memiliki angka diatas enam (>6). Sedangkan untuk angka

maksimum yang diberikan skor Global PSQI adalah sebesar 21 (Department of

Psychiatry, Univeristy of Pittsburgh, 2017).

Data kualitas tidur mahasiswa Pendidikan Dokter FKUB tahun pertama

hingga tahun ketiga menunjukkan sebanyak 75 mahasiswa memiliki skor Global

PSQI diatas angka enam atau menunjukkan kualitas tidur yang buruk (Poor), dan

hanya 15 mahasiswa yang memiliki skor Global PSQI dibawah 5 atau

menunjukkan kualitas tidur yang baik (Good). Sisanya, yaitu sebanyak 31

mahasiswa memiliki skor batas ambang dengan nilai lima dan enam.

Prosentase masing-masing kategori yaitu, 61,98% untuk kategori buruk

(Poor), 25,62% untuk kategori ambang batas (Borderline), dan 12,40% untuk

kategori baik (Good).

Page 61: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

48

5.2.1 Distribusi Kualitas Tidur Mahasiswa Tahun Ketiga

Mahasiswa tahun ketiga memiliki jumlah sampel yang paling banyak

dibandingkan kedua tahunyang lain. Pada tahun ketiga, responden yang memiliki

skor Global PSQI <5 berjumlah 11 orang. Bila diprosentasekan hanya 15,49%

responden yang memiliki kualitas tidur yang baik. Sedangkan responden yang

memiliki skor Global PSQI 5-6 atau dalam kategori ambang batas berjumlah 19

orang. Jumlah ini bila diprosentasikan menjadi 26,76%. Prosentase paling

banyak diduduki oleh responden dengan kualitas tidur >6 atau buruk, yaitu

sebesar 57,75%.

Tabel 5.2 Distribusi Skor Global PSQI Responden Tahun Ketiga

Global PSQI Interpretasi Jumlah Prosentase

<5 Baik 11 15,49%

5-6 Ambang

batas 19 26,76%

>6 Buruk 41 57,75%

Total 71 100%

15 12,40%

31 25,62%

75 61,98%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Good Borderline Poor

Distribusi Kualitas Tidur Responden

Gambar 5.3 Diagram Distribusi Kualitas Tidur Responden

Page 62: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

49

5.2.2 Distribusi Kualitas Tidur Mahasiswa Tahun Kedua

Pada tahun kedua, terdapat total responden sebanyak 32 orang. Dari total

tersebut, hanya 3 orang yang memiliki kualitas tidur baik. Sedangkan untuk

kategori ambang batas dan buruk masing-masing berjumlah 7 dan 22 orang.

Tabel 5.3 Distribusi Skor Global PSQI Responden Tahun Kedua

5.2.3 Distribusi Kualitas Tidur Mahasiswa Tahun Pertama

Tahun pertama merupakan tahun dengan jumlah responden paling sedikit,

dengan total keseluruhan berjumlah 18 orang. Sama halnya dengan dua

tahunsebelumnya, responden dengan kualitas tidur buruk adalah yang paling

banyak, yaitu 12 orang atau sebesar 66,67%. Sedangkan responden dengan

kualitas tidur baik dan ambang batas masing-masing berjumlah 1 orang dan 5

orang.

Tabel 5.3 Distribusi Skor Global PSQI Responden Tahun Pertama

5.2.4 Perbedaan Kualitas Tidur antara Tahun Pertama, Kedua, dan Ketiga

Perbedaan kualitas tidur antara tahun pertama, kedua, dan ketiga

dilakukan dengan menggunakan Uji Beda. Karena jumlah kelompok lebih dari

Global PSQI Interpretasi Jumlah Prosentase

<5 Baik 3 9,37%

5-6 Ambang

batas 7 21,88%

>6 Buruk 22 68,75%

Total 32 100%

Global PSQI Interpretasi Jumlah Prosentase

<5 Baik 1 5,56%

5-6 Ambang

batas 5 27,77%

>6 Buruk 12 66,67%

Total 18 100%

Page 63: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

50

tiga, maka uji beda yang dipilih adalah menggunakan ANOVA. Setelah dilakukan

uji ANOVA, pada tabel Test of Homogeneity of Variances (Lampiran 1),

didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,076. Angka ini nilainya lebih kecil daripada

nilai signifikansi, yaitu 0,1. Hal tersebut mengartikan hasil persebaran kualitas

tidur tiap tahuntidak homogen. Sehingga hasil Uji ANOVA tidak valid atau tidak

dapat dilakukan.

Uji Kruskal-Wallis merupakan pilihan apabila pada uji ANOVA persebaran

data tidak homogen. Dari uji tersebut, didapatkan nilai mean terbesar diraih oleh

tahun pertama, dilanjutkan oleh tahun ketiga, dan yang terakhir mahasiswa tahun

kedua (Mean tahun ketiga 60,62; tahun kedua 60,56; tahun pertama 63,28).

Sehingga dapat disimpulkan kualitas tidur terbaik berada pada tahun pertama,

diikuti oleh tahun ketiga dan yang tahun kedua (Lampiran 2).

11

3 1

19

7 5

41

22

3

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

2014 2015 2016

Perbandingan Kualitas Tidur Masing-Masing Angkatan

Good Borderline Poor

Gambar 5.4 Diagram Perbandingan Kualitas Tidur pada Masing-Masing

Angkatan

Page 64: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

51

5.3 Performa Akademik

Tabel 5.5 Distribusi Indeks Prestasi Semester Responden Tahun Ajaran

2015/2016

IPS Frekuensi Prosentase

0,00-2,00 (Sangat Buruk) 4 3,31% 2,00-2,50 (Buruk) 5 4,13% 2,51-2,75 (Cukup) 10 8,27% 2,76-3,25 (Memuaskan) 46 38,01% 3,26-3,50 (Sangat Memuaskan)

17 14,05%

3,51-4,00 (Pujian) 39 32,23%

Total 121 100%

Distribusi Indeks Prestasi Semester pada penelitian ini diambil dari Indeks

Prestasi Mahasiswa pada semester yang diikuti. Hal ini dikarenakan, penilaian

kualitas tidur dengan menggunakan skor PSQI dilakukan pada saat mahasiswa

tersebut mengikuti ujian untuk satu semester yang diikuti pada tahun ajaran

2015/2016, yaitu semester 2 untuk tahun pertama, semester 4 untuk tahun

kedua, dan semester 6 untuk tahun ketiga.

Berdasarkan tabel 5.3, dari sampel yang bersedia menjadi responden, 39

mahasiswa mendapatkan IPS dengan kategori pujian, atau berada diantara 3,51-

4,00. Adapula mahasiswa yang mendapat IPS dengan kategori sangat

memuaskan sebanyak 17 orang, kategori memuaskan sebanyak 46 orang,

kategori cukup sebanyak 10 orang, kategori buruk sebanyak 5 orang, dan

kategori sangat buruk sebanyak 4 orang.

Prosentase dari masing-masing kategori adalah 32,23% untuk kategori

pujian, 14,05% untuk kategori sangat memuaskan, 38,01% untuk kategori

memuaskan, 8,27% untuk kategori cukup, 4,13% untuk kategori buruk, dan

3,31% untuk kategori sangat buruk.

Page 65: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

52

5.3.1 Distribusi Performa Akademik pada Mahasiswa Tahun Ketiga

Responden tahun ketiga memiliki jumlah mahasiswa dengan kategori

pujian sebesar 18 orang. Angka tersebut setara dengan 25,35% dari total

responden tahun ketiga. Selanjutnya responden dengan kategori sangat

memuaskan berjumlah 9 orang dengan prosentase 12,68%. Kategori dengan

jumlah terbanyak adalah kategori pujian, yaitu 28 orang dengan prosentase

39,44%. Selanjutnya kategori cukup, buruk dan sangat buruk berjumlah 9, 3, dan

4 orang secara berurutan.

Tabel 5.6 Distribusi IPS Mahasiswa Tahun Ketiga

IPS Kategori Jumlah Prosentase

0,00-2,00 Sangat Buruk 4 5,63%

2,00-2,50 Buruk 3 4,23%

2,51-2,75 Cukup 9 12,68%

2,76-3,25 Memuaskan 28 39,44%

3,26-3,50 Sangat Memuaskan 9 12,68%

3,51-4,00 Pujian 18 25,35%

Total 71 100%

5.3.2 Distribusi Performa Akademik pada Mahasiswa Tahun Kedua

Di tahun kedua, responden dengan IPS berkategori pujian berjumlah 15

orang atau 46,88%. Sedangkan responden berkategori sangat memuaskan

berjumlah 6 orang, dan kategori memuaskan berjumlah 10 orang. Bila

Distribusi Performa Akademik Responden Tahun Ajaran 2015/2016

Sangat Buruk

Buruk

Cukup

Memuaskan

Gambar 5.4 Diagram Distribusi IPS Responden Tahun Ajaran

2015/2016

Page 66: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

53

diprosentasekan, jumlah tersebut akan menjadi 18,75% dan 32,25% secara

berurutan. Dapat dilihat pada tahun kedua, IPS dengan kategori pujianlah yang

memiliki jumlah terbanyak.

Tabel 5.7 Distribusi IPS Mahasiswa Tahun Kedua

IPS Kategori Jumlah Prosentase

0,00-2,00 Sangat Buruk 0 0,00%

2,00-2,50 Buruk 1 3,13%

2,51-2,75 Cukup 0 0,00%

2,76-3,25 Memuaskan 10 31,25%

3,26-3,50 Sangat Memuaskan 6 18,75%

3,51-4,00 Pujian 15 46,88%

Total 32 100%

5.3.3 Distribusi Peforma Akademik pada Mahasiswa Tahun Pertama

Lain halnya dengan tahun keuda, pada mahasiswa tahun pertama kategori

dengan jumlah yang paling banyak adalah kategori memuaskan, sama halnya

pada tahun ketiga. Kategori memuaskan memiliki jumlah responden sebanyak 8

orang atau 44,44%. Sedangkan untuk kategori sangat memuaskan dan pujian

berjumlah 2 orang dan 6 orang secara berurutan.

Tabel 5.8 Distribusi IPS Mahasiswa Tahun Pertama

IPS Kategori Jumlah Prosentase

0,00-2,00 Sangat Buruk 0 0,00%

2,00-2,50 Buruk 1 5,56%

2,51-2,75 Cukup 1 5,56%

2,76-3,25 Memuaskan 8 44,44%

3,26-3,50 Sangat Memuaskan 2 11,11%

3,51-4,00 Pujian 6 33,33%

Total 18 100%

5.4 Uji Normalitas

Dari uji normalitas yang dilakukan, didapatkan hasil sebesar 0.776

(Lampiran 3). Angka tersebut menunjukkan p-value atau probability. Sedangkan

atau level of significance didapat dari nilai toleransi kesalahan yang dipilih,

yaitu 10%. Nilai 0.776 > 0.1, hal tersebut menunjukkan bahwa didapatkan nilai

probability yang nilainya lebih besar daripada level of significance atau p>.

Page 67: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

54

Sehingga, data yang didapat sifatnya tidak signifikan atau berdistribusi normal.

Maka uji analisis korelasi yang digunakan adalah korelasi Spearman.

5.5 Hasil Analisa Uji Korelasi

Analisa Uji Korelasi Spearman memperlihatkan bahwa nilai koefisien

korelasi sebesar -0,244** (Lampiran 4). Hal tersebut menunjukkan bahwa

makna korelasi antara skor Global PSQI dengan IPS sebesar 0,244. Nilai

tersebut dalam tabel nilai korelasi Spearman menunjukkan kekuatan hubungan

yang lemah. Sedangkan tanda bintang dua (**), berarti korelasi bernilai signifikan

pada tingkat 0,01. Adapula tanda negatif yang berada di depan nilai 0,244,

mengartikan bahwa hubungan antara skor Global PSQI dan IPS arahnya

berkebalikan, sehingga semakin rendah skor Global PSQI, akan semakin tinggi

nilai IPS mahasiswa tersebut.

Tabel 5.9 Tabel Nilai Korelasi Spearman

Dalam tabel Uji Korelasi Spearman (Lampiran 4) juga dapat diketahui nilai

signifikansi sebesar 0,007. Hal tersebut nilainya lebih kecil daripada nilai toleransi

kesalahan yang dipilih, yaitu 10% atau 0,1. Sehingga diketahui persamaannya

adalah 0,007<0,1, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara skor

Global PSQI dengan IPS mahasiswa.

Martono, 2010 (dikutip dari Sukoco dan

Soebandhi, 2013)

Page 68: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

55

5.5.1 Uji Korelasi pada Mahasiswa Tahun Ketiga

Uji Korelasi untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dan performa

akademik pada mahasiswa tahun ketiga, nilai koefisien korelasinya sebesar -

0,245* (Lampiran 4.1). Hal tersebut menunjukkan terdapat korelasi berkebalikan

arah dengan kekuatan lemah. Tanda bintang satu (*) menunjukkan bahwa

korelasi bersifat signifikan pada level 0,05.

5.5.2 Uji Korelasi pada Mahasiswa Tahun Kedua

Tahun kedua menunjukkan nilai koefisien korelasi antara kualitas tidur

dengan performa akademik sebesar -0,469** (Lampiran 4.2). Sama halnya

dengan tahun ketiga, angka tersebut menunjukkan terdapat korelasi yang

berkebalikan antara kedua variabel, namun dengan kekuatan yang sedang.

Tanda bintang dua (**) menunjukkan bahwa korelasi bersifat signifikan pada

level 0,01.

5.5.3 Uji Korelasi pada Mahasiswa Tahun Pertama

Pada tabel Uji Korelasi Spearman, terlihat nilai koefisien korelasi untuk

mahasiswa tahun pertama sebesar -0,014 (Lampiran 4.3). Nilai tersebut

menunjukkan adanya hubungan yang berkebalikan antara kualitas tidur dengan

performa akademik dan memiliki kekuatan yang sangat lemah. Hal ini berbeda

dengan kedua tahunsebelumnya.

5.6 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana

Uji analisis regresi linear dapat dilakukan setelah data bersifat normal

dengan melakukan Uji Kolmogorov-Smirnov dan ragam residual homogen atau

tidak terjadi heteroskedastisitas yang diukur menggunakan Uji Glesjer dan Grafik

Scatter Plot. Uji normalitas dengan telah dilakukan sebelumnya, dengan hasil

data bersifat normal.

Page 69: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

56

5.6.1 Uji Heteroskedastisitas

5.6.1.1 Uji Glesjer

Pada Uji Glesjer menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,872 (Lampiran

5). Nilai signifikansi ini lebih besar daripada nilai toleransi kesalahan yang dipilih,

yaitu 10% atau 0,1. Sehingga persamaan yang didapat adalah 0,872 > 0,1, yang

menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada data ini, dengan kata

lain data bersifat homoskedastisitas.

5.6.1.2 Grafik Scatter Plot

Cara selanjutnya adalah menggunakan grafik Scatter Plot. Grafik

memperlihatkan penyebaran data yang acak, atau dengan kata lain tidak

berkumpul pada satu pola (Lampiran 5). Penyebaran data yang acak tersebut

menunjukkan varian yang tetap, sehingga bisa disebut tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Bila pada uji normalitas terdapat penyebaran data yang normal dan pada

uji heteroskedastisitas tidak terjadi perubahan varian, maka analisis dapat

dilanjutkan ke analisis Regresi Linier Sederhana.

5.6.2 Uji Regresi Linier Sederhana

Persamaan regresi linear sederhana adalah Y = a + bX (Raharjo, 2017).

Nilai a didapatkan dari nilai konstan pada kolom Unstandardized Coefficients.

Pada penelitian ini, didapatkan a bernilai 3,524. Sedangkan nilai b, didapat dari

nilai koefisien regresi yang pada penelitian ini bernilai -0,042 (Lampiran 6). Nilai

yang bernilai negatif ini menunjukkan korelasi yang berkebalikan, atau dengan

kata lain setiap penurunan skor Global PSQI, akan disertai kenaikan GPA atau

IPS. Sedangkan nilai 0,042 sendiri memiliki arti bahwa setiap penambahan 1%

skor Global PSQI, akan menurunkan IPS sebesar 0,042 (Raharjo, 2017).

Sehingga persamaan regresi pada penelitian ini adalah Y = 3,524 – 0,042X.

Page 70: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

57

Besarnya pengaruh skor Global PSQI terhadap IPS juga dapat dilihat

menggunakan analisis regresi linier sederhana. Nilai yang berperan pada analisis

ini adalah nilai R Square (Raharjo, 2017). Pada tabel, didapatkan nilai R Square

sebesar 0,063 (Lampiran 7). Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengaruh skor

Global PSQI terhadap IPS adalah sebesar 6,3%. Sedangkan sisanya,

dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.

Page 71: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

58

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Kualitas Tidur Mahasiswa

Penelitian ini mendapatkan response rate sebesar 17,56%. Hal ini terjadi

karena penyebaran kuisioner dimulai pada hari pertama Ujian Akhir Semester

(UAS), yaitu pada tanggal 12 Juni 2017 dan berakhir pada dua hari setelah UAS

usai dilaksanakan, yaitu tanggal 25 Juni 2017. Perlakuan tersebut dimaksudkan agar

skor Global PSQI yang didapat merepresentasikan kualitas tidur responden pada

saat persiapan UAS. Karena sebagaimana telah dituliskan pada buku Pedoman

Pendidikan Tahun Akademik 2014/2015 FKUB (2014), nilai UAS merupakan nilai

yang memiliki bobot dua kali lebih banyak dibanding nilai-nilai lainnya sebagai

penentu Indeks Prestasi Semester responden yang bersangkutan. Sehingga,

kemungkinan banyak mahasiswa yang pada waktu itu lebih memilih untuk fokus

menghadapi UAS.

Hasil kuisioner PSQI, atau yang biasa disebut skor Global PSQI, membagi

kualitas tidur seseorang kedalam tiga kategori. Ketiga kategori tersebut adalah

kategori baik, ambang batas, dan kategori buruk. Kategori baik memiliki skor Global

PSQI dibawah angka lima (<5). Kategori ambang batas memiliki angka 5-6, dan

kategori buruk memiliki angka diatas enam (>6). Sedangkan untuk angka maksimum

yang diberikan skor Global PSQI adalah sebesar 21 (Buysse, 1988).

Berdasarkan kuisioner PSQI tersebut, didapatkan sebanyak 75 mahasiswa

memiliki skor diatas angka 6 yang menunjukkan kualitas tidur yang buruk.

Sedangkan responden yang memiliki skor 5-6 sebanyak 31 orang, dan hanya 15

Page 72: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

59

orang yang memiliki skor Global PSQI dibawah 5, atau yang menunjukkan kualitas

tidur yang buruk. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa

Pendidikan Dokter FKUB memiliki kualitas tidur yang buruk, yaitu sebanyak 61,98%.

Kualitas tidur masing-masing tahun juga berbeda. Pada mahasiswa tahun

ketiga responden yang memiliki skor Global PSQI <5 berjumlah 11 orang. Bila

diprosentasekan hanya 15,49% responden yang memiliki kualitas tidur yang baik.

Sedangkan responden yang memiliki skor Global PSQI 5-6 atau dalam kategori

ambang batas berjumlah 19 orang. Jumlah ini bila diprosentasikan menjadi 26,76%.

Prosentase paling banyak diduduki oleh responden dengan kualitas tidur >6 atau

buruk, yaitu sebesar 57,75%.

Lalu pada mahasiswa tahun ketiga, terdapat total responden sebanyak 32

orang. Dari total tersebut, hanya 3 orang yang memiliki kualitas tidur baik.

Sedangkan untuk kategori ambang batas dan buruk masing-masing berjumlah 7 dan

22 orang. Prosentase dari masing-masing kategori adalah 9,37% untuk katgori baik,

21,88% untuk kategori ambang batas, dan 68,75% untuk kategori buruk.

Sedangkan pada mahasiswa tahun pertama, sama halnya dengan dua

angkatan sebelumnya, responden dengan kualitas tidur buruk adalah yang paling

banyak, yaitu 12 orang atau sebesar 66,67%. Sedangkan responden dengan

kualitas tidur baik dan ambang batas masing-masing berjumlah 1 orang dan 5 orang

dengan prosentase 27,77% dan 5,56% secara berurutan.

Baik dan buruknya kualitas tidur mahasiswa dapat disebabkan oleh beberapa

faktor. Faktor yang paling banyak menurunkan kualitas tidur adalah terbangunnya

responden secara tiba-tiba pada malam hari. Sekitar 64,46% responden mengaku

mengalami hal ini. Ketika terdapat pikiran yang mencemaskan dalam otak

seseorang, jantung akan berpacu lebih cepat dan otak pun akan mengikutinya. Otak

Page 73: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

60

akan menjadi waspada dan mulai memproduksi gelombang beta. Hal ini dapat

menyebabkan otak bangkit dan sulit untuk tidur (Thomas, 2013).

Faktor kedua dengan pengakuan resonden sebanyak 63,63% adalah

mengalami rasa sakit atau pegal-pegal. Hal ini dapat terjadi karena aktivitas

responden pada siang hari yang banyak. Pemrosesan rasa sakit terdiri dari empat

tahap, yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Tahap transmisi

merupakan proses dimana jaringan yang rusak memberikan stimulasi untuk

mengaktifkan nerve endings. Tahap transmisi adalah proses ketika rangsangan

tersebut dibawa hingga ke otak. Tahap modulasi adalah proses pengurangan rasa

sakit dari sistem transmisi. Sedangkan persepsi adalah perasaan waspada yang

dialami oleh individu tersebut yang diproduksi oleh sinyal sensoris (Institute of

Medicine (US) Committee on Pain, Disability, and Chronic Illness Behavior, 1987).

Pada tahap persepsi inilah yang mengakibatkan rasa sakit membuat seorang

individu terjaga. Karena kenyataannya, rasa sakit memang merupakan bentuk

perlindungan dari tubuh seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Tabrizi dan

Radfar (2015) pada pasien Multiple Sclerosis (MS), dapat diketahui bahwa pasien

MS mengalami gangguan tidur yang lebih banyak daripada populasi pada umumnya.

Hal tersebut dikarenakan pasien tersebut merasakan sakit dan pegal-pegal akibat

Multiple Sclerosis yang dideritanya.

Faktor yang ketiga adalah sebanyak 46,28% responden mengaku terbangun

karena merasa ingin buang air kencing. Suhu udara Kota Malang termasuk ke dalam

kategori dingin, dan akan terus menurun saat malam menjelang. Hal tersebut dapat

menjadi penyebab terjadinya nokturia karena ketika tubuh merasa dingin, saraf

mengonduksikan sinyal ke otot-otot vesica urinaria yang menyebabkan mereka

berkontraksi dan menjadi lebih sensitif dari biasanya (Cheng, 2015 dikutip dalam

Page 74: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

61

Lee, 2015). Terlebih lagi, menurut penelitan, nokturia merupakan salah satu

penyebab terjadinya gangguan tidur, dan telah dibuktikan dapat merusak fungsi,

kualitas tidur, dan kesehatan. Bila dialami lebih dari dua kali dalam satu malam,

diberitakan dapat memberikan keresahan yang signifikan (Ancoli-Israel et. al., 2010).

Lain halnya dengan faktor keempat yang disebabkan karena pengaruh

psikiologis. Sebanyak 44,62% responden mengaku terbangun karena mengalami

mimpi buruk. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, ketika rasa khawatir

muncul, jantung akan berpacu lebih cepat, sehingga akan membangunkan otak dan

membuatnya lebih sulit untuk tidur (Thomas, 2013). Siklus bangun-tidur disebabkan

oleh hubungan timbale balik antara tiga sistem saraf, yaitu sistem keterjagaan yang

merupakan bagian dari reticular activating system, pusat tidur gelombang lambat

yang mengandung neuron tidur untuk menginduksi tidur, dan pusat tidur paradoksal

yang mengandung neuron tidur REM. Sistem keterjagaan dapat diaktifkan akibat

impuls saraf sensorik aferen atau dari input sensorik yang turun ke batang otak dari

daerah otak yang lebih tinggi. Sebagai contoh, konsentrasi penuh dan keadaan

emosi yang sangat kuat seperti rasa cemas dan takut dapat mengaktifkan sistem

keterjagaan dan mencegah seseorang untuk tidur (Sherwood, 2002).

Faktor kelima adalah tidak dapat bernapas dengan nyaman dengan

pengakuan responden sebanyak 30,57%. Pada penderita Obstructive Sleep Apnea

(OSA), udara tidak dapat masuk dengan maksimal ke paru-paru saat tidur. Hal

tersebut disebabkan karena adanya obstruksi oleh suatu jaringan ikat, baik lidah

maupun organ lainnya di saluran napas atas (American Thoracic Society, 2017).

Padahal pada saat tidur ventilasi normal berkurang dan kemoreseptor sentral kurang

peka terhadap tekanan CO2 arteri, khususnya pada tahap REM (Sherwood, 2002).

Sehingga orang yang terbangun karena kesulitan bernapas dapat dikarenakan

Page 75: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

62

tekanan CO2 yang sudah sangat tinggi. Ketika tekanan CO2 arteri meningkat, tubuh

berrespon dengan mengirim sinyal ke neuron motorik yang mempersarafi otot-otot

pernapasan dan mengakibatkan kecepatan dan kedalaman ventilasi untuk

memenuhi kebutuhan O2. Pernapasan dalam dan cepat ini dilakukan secara

volunteer atau secara sadar, sehingga dibutuhkan kesadaran dan keadaan bangun

seseorang untuk melakukannya (Sherwood, 2002).

Sedangkan faktor keenam, dengan pengakuan responden sebesar 24,79%,

adalah terbatuk hingga menyebabkan bangun. Batuk dimediasi oleh inflamasi

saluran napas. Ketika nervus IX terstimulasi, proses batuk akan terjadi, yaitu dimulai

dari inspirasi maksimal yang diikuti tertutupnya plica vocalis, kemudian mengejan,

dan diakhiri dengan ledakan ekspirasi maksimal. Proses tersebut membutuhkan

aktivitas otot-otot volunteer dan involunter (Polverino et.al., 2012). Pada aktivitas otot

volunteer lah yang menyebabkan seseorang terbangun dari tidurnya. Batuk kronis

juga merupakan gejala umum dan penting yang dihubungkan dengan Sleep-

Disordered Breathing (Chan et.al., 2010).

Faktor ketujuh adalah merasa kedinginan. Sebanyak 17,35% responden

mengakui hal ini. Rasa dingin dapat disebabkan karena suhu Kota Malang yang

relatif rendah. Terlebih lagi, suhu pun dapat turun drastis pada malam dan dini hari.

Respon tubuh terhadap suhu luar yang lebih dingin adalah dengan mengaktifkan

regio posterior hipotalamus untuk memicu peningkatan produksi panas, yaitu

dengan menggigil dan konservasi panas melalui vasokonstriksi kulit (Sherwood,

2002).

Namun, kemampuan tubuh untuk vasokonstriksi terbatas, sehingga

mekanisme ini kurang memadai untuk penurunan suhu yang tinggi. Oleh karena itu

dibutuhkan tindakan lain yang harus dilakukan, misalnya hipotalamus melalui saraf

Page 76: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

63

simpatis akan memicu kontraksi otot-otot halus di dasar folikel rambut yang akan

menyebabkan rambut-rambut berdiri. Tindakan tersebut dapat menyebabkan udara

terperangkap di antara kulit dan jaringan. Udara merupakan penghantar yang buruk,

sehingga panas dalam tubuh tidak akan dengan mudah dikeluarkan. Namun pada

manusia, bulu yang dimiliki tidaklah padat seperti bulu hewan dan teksturnya lebih

halus, sehingga yang terjadi adalah merinding. Tindakan lain yang dapat dilakukan

tubuh adalah adaptasi perilaku, seperti perubahan postur yang mengurangi

sebanyak mungkin luas permukaan untuk mengeluarkan panas. Contoh dari

perubahan postur ini adalah mendekapkan bahu, mendekapkan tangan ke dada dan

duduk bergelung (Sherwood, 2002). Terkadang, bila suhu lingkungan sangatlah

turun, otot-otot akan mulai bergetar (shivering) untuk meningkatkan produksi panas.

Aktivitas volunteer inilah yang akan menyebabkan terbangunnya seseorang.

Meskipun demikian, sekitar 14,87% responden justru juga terbangun karena

merasa kepanasan. Sedangkan 41,4% responden mengaku mengalami keduanya.

Pada lingkungan yang panas, bagian anerior hipotalamus mengurangi produksi

panas dengan mengurangi aktivitas otot rangka dan memicu vasodilatasi kulit.

Ketika vasodilatasi maksimal tidak mampu meningkatkan pengeluaran panas, akan

terjadi proses pengeluaran panas melalui evaporasi dengan berkeringat. Selain itu,

dilakukan pula tindakan volunteer yang dilakukan seseorang, seperti menggunakan

kipas, membasahi tubuh dan meminum minuman dingin (Sherwood, 2002). Aktivitas

volunteer tersebutlah yang menyebabkan seseorang terjaga di malam hari.

Kedelapan faktor memberikan kontribusi yang sama besarnya terhadap total

akhir skor Global PSQI. Meskipun yang paling banyak dialami oleh responden

adalah terbangun secara tiba-tiba di malam hari, frekuensi terjadinya faktor

tersebutlah yang lebih berpengaruh. Misalnya pada faktor sering terbangun pada

Page 77: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

64

malam hari, akan berbeda skornya pada responden yang mengalaminya kurang dari

sekali dalam seminggu, 1-2 kali dalam seminggu, dan tiga kali atau lebih dalam

seminggu.

Frekuensi tiga kali atau lebih dalam seminggu memberikan nilai paling tinggi,

yaitu sebanyak 3 (3) poin. Sedangkan frekuensi sekali atau dua kali dalam seminggu

memberikan nilai 2 (2) poin, dan frekuensi kurang dari sekali dalam seminggu

memberikan poin satu (1). Bila tidak terjadi dalam sebulan terakhir akan diberikan

poin nol (0).

6.2 Performa Akademik Mahasiswa

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada penelitian ini performa

akademik dinilai menggunakan nilai Indeks Prestasi Semester. Buku Pedoman

Pendidikan Tahun Akademik 2014/2015 (2014) mengkategorikan nilai Indeks

Prestasi (IP) kedalam enam kategori. Kategori pertama yaitu kategori pujian.

Kategori ini mewakili nilai IP yang berkisar antara 3,51 hingga 4,00. Kategori kedua

yaitu kategori sangat memuaskan yang mewakili nilai 3,26-3,50. Kategori ketiga

adalah memuaskan dengan nilai 2,76-3,25. Kategori keempat adalah kategori cukup

dengan nilai 2,50-2,75. Kategori kelima adalah buruk dengan nilai 2,00-2,50, dan

yang terakhir adalah kategori sangat buruk dengan nilai 0,00-2,00.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian Akademik FKUB, nilai IPS

responden pada semester genap tahun ajaran 2016/2017 berada pada rata-rata

3,19 yang masuk kedalam kategori memuaskan. Lebih rinci lagi, sebanyak 39

responden mendapatkan nilai IPS berkategorikan pujian. Bila diprosentasekan

menjadi 32,23%. Sedangkan sebanyak 14,05% mendapatkan nilai sangat

memuaskan, 38,01% mendapatkan nilai memuaskan, 8,27% mendapatkan nilai

Page 78: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

65

cukup, 4,13% mendapatkan nilai buruk, dan hanya 3,31% mahasiswa yang

mendapatkan nilai sangat buruk.

Hasil Indeks Prestasi Semester tersebut terbilang memuaskan, karena lebih

dari 75% responden mendapatkan nilai IPS >2,75 (memuaskan) dan rata-ratanya

>3,00. Peran tenaga pengajar yang memadai di FKUB dapat menjadi salah satu

faktor penentu bagus atau tidaknya rata-rata nilai IPS mahasiswanya. Selain itu,

mahasiswa yang mulai menyadari pentingnya belajar demi kepentingan pasien di

masa depan juga dapat menjadi salah satu faktor. Kesadaran itulah yang akan

membawa mahasiswa kedokteran menghabiskan waktunya untuk belajar, termasuk

waktu tidur mereka.

6.3 Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Performa Akademik Mahasiswa

Pada penelitian ini dilakukan dua analisis statistik. Analisis pertama adalah

menggunakan uji korelasi Spearman. Uji Korelasi Spearman digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel dengan jenis data ordinal

(Dahlan, 2014 dan Raharjo, 2017). Sedangkan untuk analisis yang kedua digunakan

uji analisis Regresi Linear Sederhana. Uji ini digunakan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel independen terhadap dependen (Raharjo, 2017).

Melalui Uji Korelasi Spearman secara keseluruhan, didapatkan angka

koefisien korelasi sebesar -0,244**. Angka 0,244 dalam tabel korelasi Spearman

menunjukkan tingkat korelasi antara kedua variabel yang lemah (Martono, 2010

dalam Sukoco dan Soebandhi, 2013). Sedangkan tanda negatif yang berada di

depan angka 0,244 merupakan pertanda bahwa hubungan antara kedua variabel

arahnya berkebalikan. Artinya, semakin kecil variabel independen, akan semakin

besar variabel dependen. Hal tersebut sejalan dengan skor Global PSQI terhadap

Page 79: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

66

IPS, yang mana semakin kecil skor Global PSQI, dalam hal ini berkategori baik,

maka akan semakin tinggi nilai IPS mahasiswa yang didapat. Angka 0,244 sendiri

mengartikan makna korelasi antara skor Global PSQI dengan IPS adalah sebesar

0,244, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara skor Global PSQI dengan

hasil IPS mahasiswa. Namun, kekuatan hubungan tersebut lemah. Tanda bintang

dua (**) pada tabel hasil korelasi juga memberikan makna. Makna tersebut adalah

korelasi akan bernilai signifikan pada tingkat 0,01.

Penelitian yang sama dan memberikan hasil negatif juga dilakukan oleh Gilbert

& Weaver (2010). Sebanyak 415 mahasiswa Psikologi di Minnesota State University

Mankato (MSUM) berpartisipasi dengan mengisi kuisioner PSQI dan dilihat skor

GPA-nya. Hasilnya, semakin rendah kualitas tidur seseorang, maka semakin rendah

performa akademiknya (Glibert & Weaver, 2010).

Nifilda et. al. (2016) juga melakukan penelitian dengan tema yang sama di

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Hasil penelitian menunjukkan 65%

mahasiswa yang mengikuti penelitian memberikan hasil kualitas tidur dan performa

akademik yang baik (p<0,05). Kesimpulan penelitian tersebut adalah terdapat

hubungan antara kualitas tidur dengan prestasi akademik dengan subjek mahasiswa

FK Universitas Andalas (Nilifda et. al., 2016).

Adanya hubungan antara kualitas tidur yang diwakili dengan skor global PSQI

dengan performa akademik yang dipresentasikan dengan Indeks Prestasi Semester

juga diperkuat dengan niali signifikansi two-tailed sebesar 0,007. Pada saat

penentuan jumlah minimal sampel penelitian dengan rumus Slovin, dipilih nilai

toleransi kesalahan sebesar 10% oleh peneliti. Nilai 10% atau 0,1 pada hal ini tidak

lagi berfungsi sebagai nilai e (toleransi kesalahan), tetapi mewakili atau level of

significance. Menurut Raharjo (2017), bila nilai signifikansi two-tailed yang didapat

Page 80: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

67

dari tabel korelasi nilainya lebih besar daripada level of significance (Sig>), maka

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel yang diuji. Namun

apabila nilai signifikansi tow-tailed lebih kecil daripada level of significance (Sig<),

maka terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.

Pada penelitian ini, didapatkan angka signifikansi two-tailed yang nilainya lebih

kecil daripada level of significance yang dipilih, atau bila dimasukan kedalam

persamaan menjadi 0,007<0,1. Hal tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang

signifikan antara kualitas tidur yang dipresentasikan oleh skor Global PSQI dengan

performa akademik yang dipresentasikan oleh IPS.

Rasch dan Born (2013) memperkirakan peran penting tidur berada dalam

proses pembentukan memori saat proses konsolidasi. Mereka berpndapat bahwa

saat bangun, otak dioptimalkan untuk proses stimulus eksternal akut yang penting

untuk encoding dan retrieval, sehingga ketika tidur, otak akan mengoptimalkan untuk

proses yang tidak berjalan optimal saat bangun, yaitu konsolidasi.

Dua fase pembentukan memori pertama kali diungkapkan oleh Marr pada

tahun 1971. Teori tersebut mengungkapkan bahwa memori awalnya akan disandi ke

penyimpanan pembelajaran cepat (fast learning store) dan lama-kelamaan akan

dipindahkan ke penyimpanan pembelajaran lambat (slow learning store).

Penyimpanan pembelajaran cepat memastikan terjadinya penyandian informasi

menjadi memori secara cepat dan efisien, walaupun hanya dalam satu kali

percobaan. Namun, penyimpanan ini sangat tidak stabil dan sangat rentan terhadap

hal-hal yang dapat merusak proses penyandian tersebut. Seiring berjalannya waktu

dan dengan disertai stimulus dari luar seperti pengulangan terhadap informasi

tersebut, memori yang telah tersandi dalam penyimpanan pembelajaran cepat akan

Page 81: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

68

dibawa ke penyimpanan pembelajaran lambat. Ketika telah memasuki tahap ini,

memori yang tersimpan sifatnya jauh lebih kuat dan adapatif daripada sebelumnya

(Rasch & Born, 2013).

Seperti yang telah disebutkan di atas, penyimpanan pembelajaran cepat

sangat rentan untuk hilang oleh karena rangsangan dari luar. Pada tahun 1885,

Ebbinghaus memperkenalkan sebuah teori yang bernama “forgetting curves” (dikutip

dalam Ellenbogen et. al., 2006). Teori ini mengindikasikan bahwa lupa dapat terjadi

secara cepat bahkan dalam satu jam pertama setelah seorang individu mempelajari

suatu hal, dan akan benar-benar hilang dalam beberapa hari (Rasch & Brown,

2013). Selanjutnya, Ebbinghaus melakukan lagi sebuah penelitian yang

mengungkapkan bahwa lupa dapat dikurangi kapasitasnya ketika tidur terjadi pada

sela-sela proses penyimpanan. Jurnal yang ditulis oleh Ellenbogen et.al. (2006),

juga memperkuat pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa tidur bertindak

sebagai “shelter” atau perlindungan dari rangsangan luar yang dapat mengakibatkan

hilangnya memori.

Selain itu, tidur dalam waktu yang sebentar (nap) dipercayai juga dapat

mempengaruhi proses perubahan memori menjadi memori jangka panjang. Alger

et.al. (2012), membuktikan bahwa tidur ringan, baik selama 90 menit ataupun 60

menit, yang keduanya berada pada fase Slow-Wave Sleep (SWS), sama-sama

memberikan proteksi kepada memori dari gangguan-gangguan yang dapat

menghilangkannya.

Pilcher dan Walters (1997) melakukan eksperimen untuk membuktikan apakah

gangguan dalam pola tidur mempengaruhi performa kognitif mahasiswa. Penelitian

ini dilakukan kepada 44 mahasiswa setelah 24 jam sebelumnya dibagi ke dalam

kelompok dengan tidur cukup dan tidur terganggu. Mahasiswa-mahasiswa tersebut

Page 82: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

69

keesokan harinya melakukan pengisian kuisioner yang mewakilkan pengukuran

performa kognitif. Hasilnya, partisipan yang malam sebelumnya terganggu tidurnya,

memberikan hasil yang lebih buruk daripada partisipan yang mendapatkan tidur

cukup pada malam sebelumnya.

Hubungan antara tidur dengan performa akademik juga diperkuat dengan

penelitian yang dilakukan oleh Gilbert dan Weaver (2010) pada 557 mahasiswa

sarjana. Pada penelitian tersebut, mahasiswa dengan kualitas tidur yang buruk

tanpa memiliki gangguan depresi memiliki skor GPA yang lebih rendah daripada

mahasiswa dengan kualitas tidur yang baik tanpa memiliki gangguan depresi.

Hasil pengujian dengan hasil yang signifikan namun lemah tersebut dapat

disebabkan oleh beberapa hal. Penyebab pertama adalah rendahnya response rate

pada penelitian ini. Hanya sebanyak 121 mahasiswa yang bersedia menjadi

responden dari total populasi 706 mahasiswa Pendidikan Dokter FKUB tahun

pertama, kedua, dan ketiga pada tahun 2017. Penyebab kedua adalah kejujuran

responden dalam mengisi kuisioner. Dibutuhkan setidaknya 15 menit untuk mengisi

kuisioner ini, sehingga dapat dijadikan kemungkinan bahwa responden merasa

jenuh dan bosan. Penyebab lain adalah nilai IPS yang tidak murni berasal dari hasil

nilai UAS. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, nilai UAS berbobot dua kali

lebih banyak daripada ujian dan tugas-tugas lainnya (Anonim, 2014). Sehingga

bukan tidak mungkin, responden yang mendapatkan nilai kurang memuaskan saat

UAS namun memuaskan pada ujian lainnya mendapatkan IPS yang sama dengan

responden yang nilai UAS-nya sangat memuaskan dibandingkan nilai-nilai lainnya.

Sehingga, pada penelitian ini tolak ukur performa akademik yang lebih sesuai adalah

menggunakan murni nilai UAS salah satu mata kuliah.

Page 83: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

70

Angka koefisien korelasi dengan sampel yang dihitung secara keseluruhan,

berbeda nilainya dengan yang dihitung per tahun. Untuk tahun ketiga, nilai koefisien

korelasinya adalah -0,245*. Bila dimasukkan ke dalam tabel uji korelasi menurut

Martono (2010, dikutip dari Sukoco dan Soebandhi, 2013), angka tersebut

menunjukkan koreleasi dengan arah terbalik dan kekuatan yang lemah.

Sedangkan untuk tahun kedua, angka koefisien korelasinya adalah -0,469**.

Angka tersebut lebih tinggi nilainya dibandingkan koefisien korelasi secara

keseluruhan dan tahun ketiga, sehingga bila dimasukkan ke dalam tabel korelasi

menunjukkan kekuatan yang sedang. Namun pada tahun pertama, nilai koefisien

korelasinya berbeda pula, dan angkanya jauh lebih kecil dari tiga koefisien korelasi

sebelumnya, yaitu -,0,014. Bila dimasukkan ke dalam tabel korelasi angka tersebut

menunjukkan kekuatan yang sangat lemah.

Perbedaan keempat koefisien korelasi tersebut kemungkinan dapat

disebabkan karena jumlah sampel yang berbeda-beda pada masing-masing

angkatan. Sehingga nilai-nilai koefisien korelasi tersebut tidak akan

merepresentasikan masing-masing angkatan. Karena pada tahun pertama misalnya,

jumlah sampel yang lebih sedikit tidak bisa sebanding dengan tahun ketiga yang

jumlahnya lebih besar hampir empat kali lipat. Selain itu, nilai koefisien korelasi

secara keseluruhan dan koefisien korelasi tahun ketiga nilainya hampir sama. Hal

tersebut kemungkinan disebabkan karena jumlah sampel total hampir 60%-nya

didominasi oleh tahun ketiga.

Uji analisis yang kedua adalah menggunakan Uji Regresi Linear. Uji Regresi

Linear digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara kedua

variabel (Raharjo, 2017). Persamaan regresi linear sederhana adalah Y = a + bX

(Raharjo, 2017). Nilai a didapatkan dari nilai konstan pada kolom Unstandadized

Page 84: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

71

coefficients (Lampiran 6), yaitu sebesar 3,524. Sedangkan nilai b didapat dari kolom

B pada baris variabel independen, yang nilainya adalah -0,042 (Lampiran 6). Nilai b

bernilai negatif, hal ini menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara variabel

dependen dan variabel independen. Hal ini sejalan dengan uji korelasi yang telah

dilakukan sebelumnya, yaitu semakin rendah nilai skor Global PSQI, maka akan

semakin tinggi nilai Indeks Prestasi yang diraih. Sedangkan nilai 0,042 memiliki arti

bahwa setiap penambahan variabel independen sebesar 1%, akan menurunkan

variabel dependen sebesar 0,042. Dengan kata lain, setiap kenaikan skor Global

PSQI sebesar 1% akan menurunkan Indeks Prestasi sebesar 0,042.

Nilai a yang didapat juga memiliki arti. Pada penelitian ini didapatkan nilai a

sebesar 3,524. Hal ini menunjukkan, bila tidak ada nilai X atau X = 0, maka nilai Y

adalah a (Y = a). Bila skor Global PSQI adalah nol (0), maka Indeks Prestasi yang

didapat adalah 3,524. Maka, persamaan regresi penelitian ini adalah Y = 3,524 –

0,042X.

Kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen juga

dapat dilihan pada tabel Model Summary Regresi Linear Sederhana. Pada tabel

hasil, didapatkan nilai R square sebesar 0,063 (Lampiran 7). Nilai tersebut memiliki

arti bahwa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebesar

6,3%. Sedangkan 93,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutkan

dalam penelitian ini.

Lemma et. al. (2014) melakukan penelitian cross sectional terhadap 2173

mahasiswa di dua universitas berbeda di Ethiopia mengenai kualitas tidur terhadap

performa akademik. Kualitas tidur juga dihitung menggunakan kuisioner PSQI dan

performa akademik dihitung menggunakan GPA. Mereka mengungkapkan bahwa

mahasiswa yang memiliki kualitas tidur yang baik memperoleh prestasi akademik

Page 85: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

72

yang lebih baik (P-value=0,001). Namun demikian, diperlukan penelitian lebih lanjut

mengenai faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kualitas tidur dan performa

akademik (Lemma et. al, 2014). Pada penelitian ini, dilakukan pula analisis

mengenai perbedaan dari jenis-jenis faktor yang memberikan hasil lebih efektif

terhadap performa akademik.

6.4 Keterbatasan Penelitian

1. Jumlah sampel pada masing-masing angkatan tidak sama, sehingga tidak

dapat merepresentasikan angkatan tersebut dalam hal mengetahui

perbedaan kualitas tidur dan hubungannya terhadap performa akademik.

2. Pada penelitian ini, performa akademik direpresentasikan menggunakan nilai

Indeks Prestasi Semester, bukan menggunakan nilai UAS murni walaupun

kuisioner dibagikan saat UAS, sehingga nilai UAS lebih merepresentasikan

performa akademik.

Page 86: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

73

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Penelitian mengenai hubungan antara kulitas tidur dengan performa akademik

pada mahasiswa Pendidikan Dokter tahun pertama, kedua, dan ketiga di FKUB

mendapatkan kesimpulan:

1. Kualitas tidur yang dialami mahasiswa Pendidikan Dokter FKUB 61,98%

berada pada kategori buruk (poor).

2. Terdapat perbedaan kualitas tidur antara mahasiswa tahun pertama,

kedua, dan ketiga, dengan distribusi terbanyak berada pada kategori

buruk. Tahun kedua memiliki jumlah mahasiswa terbanyak dengan

kategori kualitas tidur buruk, diikuti tahun ketiga dan terakhir mahasiswa

tahun pertama.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan performa

akademik yang dicapai.

7.2 Saran

1. Masih terbuka lebar peluang untuk meneliti dan memperdalam ilmu

mengenai pengaruh kualitas tidur terhadap aspek lain dalam kehidupan.

2. Kualitas tidur hanya berperan sebesar 6,3% terhadap performa akademik.

Sisanya, yaitu sekitar 93,7% merupakan faktor lain yang berpengaruh

terhadap performa akademik. Faktor-faktor tersebut misalnya kehadiran di

perkuliahan, tingkat kemadirian, beasiswa, kegiatan ekstra kuliah, dan

Page 87: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

74

metode belajar yang tidak diikutkan dalam penelitian ini sehingga masih

dapat dijadikan bahan penelitian.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengambil tolak ukur performa

akademik yang lebih mendekati rentang waktu kualitas tidur yang diukur.

Page 88: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

75

DAFTAR PUSTAKA Al-Halaj, Qoys Muhammad Iqbal. 2014. Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur Terhadap

Kualitas Tidur Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperwatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Alim, Ikbal Zendi. 2015. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pittsburgh Sleep

Quality Index Versi Bahasa Indonesia. Tesis. Program Pendidikan Dokter Spesialis Bidang Ilmu Studi Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta.

Alger, SE., dkk. 2012. Slow Wave Sleep During a Daytime Nap is Necessary for

Protection from Subsequent Interference and Long-Term Retention. US National Library of Medicine National Instutes of Health 98 (2): 188-196. DOI 10.1016/j.nlm.2012.06.003

American Thoracic Society. 2017. What is Obstructive Sleep Apnea in Adults. Am J

Respir Crit Care Med Vol. 196: 1-2. Ancoli-Israel, Sonia., Bliwise, Donald L., dan Nergaard, Jens P. 2011. The Effect of

Nocturia on Sleep. National Institute of Health 15(2): 91-97. doi:10.1016/j.smrv.2010.03.002.

Andale. 2012. Slovin’s Formula: What is it and When do I use it?.

http://www.statisticshowto.com/how-to-use-slovins-formula/ . Jumat, 25 Agustus 2017 pukul 14.46.

Angkat, Deshinta NS. 2009. Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah

pada remaja usia 15-17 Tahun di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.

Anonim. 2014. Pedoman Pendidikan Tahun Akademik 2014/2015. Universitas

Brawijaya: Malang. Atmaja, Beny W. 2000. Fisiologi Tidur. Jurnal Kedokteran Maranatha. vol 1. 98-10 1. Berry, Richard B. 2012. Fundamentals of Sleep Medicine. Elsevier. Philadephia Bernstein GA, dkk. 1994. Caffeine Effects on Learning, Performance, and Anxiety in

Normal School-Age Children. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8169187 pada Jumat, 15 September 2017.

Bhagat, Vidya. 2013. Extroversion and Academic Performance of Medical Students.

International Journal of Humanities and Social Science Invention Vol. 2 (3): 55-58.

Page 89: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

75

Brown, J. 1958. Some Test of the Decay Theory of Immediate Memory. The Quarterly Journal of Experimental Psychology 10: 12-21.

Brown, Franklin C., Buboltz Jr, Walter C., dan Soper, Barlow. (2002). Relationship of

Sleep Hygiene Awareness, Sleep Hygiene Practices, and Sleep Quality in University Students. Behavioral Medicine 28: 33-39.

Buysse, Daniel J. 2014. Sleep Health: Can We Define It? Does It Matter?. SLEEP 37

(1): 9-17. Buysse, Daniel J, dkk. 1988. The Pittsburgh Sleep Quality Index: A New Instrument

for Psychiatric Practice and Research. Psychiatry Research (28): 193-213. Chan, K.K.Y, dkk. 2010. Chronic Cough in Patients with Sleep-Disordered Breathing.

European Respiratory Society 35: 368-372. Coonrad, Lane. 2008. The Effects of Financial Aid Amounts on Academic

Performance. The Park Place Economist Vol. XVI Credé, Marcus dan Kuncel, Nathan R. 2008. Study Habits, Skills, and Attitudes.

Perspectives on Psychological Science Vol. 3 (6): 425-453. Dahlan, M. Sopiyudin. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif,

Bivariat, dan Multivariat Seri 1 Edisi 6. Epidemiologi Indonesia: Jakarta. Ebbinghaus H. 1992.Über das Gedächtnis. Untersuchungen zur experimentellen

Psychologie . Darmstadt, Germany: Wiss. Buchges. Ellenbogen, Jefrrey M., dkk. 2006. The Role of Sleep in Declarative Memory

Consolidation: Passive Permissive, Active or None. Current Opinion in Neurobiology Vol. 16: 716-722.

Fadilla, Aditya F. 2006. Panduan Penulisan Referensi Akademis : Sistem Referensi

Harvard. Universitas Negeri Sebelas Maret. Fadli, Risky. 2016. Peran Pembelajaran PBL (Problem based Learning) terhadap

Perilaku Profesionalisme Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang.

Fatima, Khadija., Rizvi, Farwa., Ali, Mohammed., dan Afzal, Mohammed. 2010.

Sleep Pattern and Sleep Duration of Medical Students. Ann. Pak. Inst. Med Sci 7(2): 79-81

Frenda, J. dkk. 2014. Sleep Deprivation and False Memories. Psychological

Science 25(9):1674-1681. DOI: 10.1177/0956797614534694

Page 90: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

76

Gaultney, Jane F. PhD. 2010. The Prevalence of Sleep Disorders in College Students: Impact on Academic Performance. Journal of American College Health 59(2): 91-97. DOI: 10.1080/07448481.2010.483708

Gilbert, Steven P dan Weaver, Cameron C. 2010. Sleep Quality and Academic

Performance in University Students: A Wake-Up Call for College Psychologists. Journal of College Student Psychotherapy 24:295-306. DOI: 10.1080/87568225.2010.509245

Gillette M, Abbott S. Sleep Research Society. SRS Basics of Sleep Guide.

Westchester, IL: Sleep Research Society; 2005. Fundamentals of the circadian system; pp. 131–138.

Gunanthi, Ni Made Widi Mas, dan Diniari, Ni Ketut Sri. 2016. Prevalensi dan

Gambaran Gangguan Tidur Berdasarkan Karakteristik Mahasiswa Semester I Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Tahun 2015. E-Journal Medika 5 (4)

Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed.

Elsevier: Pennsylvania. Helmrick, Kevin J., dan Van Lieshout, David P. 2006. Sleep.

http://www.neuroanatomy.wisc.edu/coursebook/neuro10(2).pdf. Jumat, 23 Desember 2016 pukul 21.35.

Harvard Medical School. 2007. Sleep, Learning, and Memory. Diambil dari

http://healthysleep.med.harvard.edu/healthy/matters/benefits-of-sleep/learning-memory pada Jumat, 23 Desember 2016, pukul 21.45.

Hidayat, Anwar. 2014. Tutorial Uji Kruskall Wallis dengan SPSS.

https://www.statistikian.com/2014/07/kruskall-wallis-dengan-spss.html diakses pada Jumat, 29 September 2017 pukul 07.00.

Hijazi, Syed Tahir dan Naqvi Raza. 2006. Factors Affecting Students’ Performance:

A Case Of Private Colleges. Bangladesh e-Journal of Sociology. Vol. 3 (1). Institute of Medicine of the National Academics. 2006. Sleep Disorders and Sleep

Derpivation: An Unmet Public Health Problem. The National Academic Press: Washington D.C.

Institute of Medicine (US) Committee on Pain, Disability, and Chronic Illness

Behavior; Osterweis M, Kleinman A, Mechanic D, editors. 1987. Washington (DC): National Academies Press (US)

Krieger J. 2000. Respiratory physiology: Breathing in normal subjects. In: Kryger M,

Roth T, Dement WC, editors. Principles and Practice of Sleep Medicine. 4th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; pp. 229–241.

Page 91: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

77

Kusnadi, Eris. 2012. Uji Normalitas dengan Kolmogorov–Smirnov Test pada PSPP. https://eriskusnadi.wordpress.com/2012/04/07/uji-normalitas-dengan-kolmogorov-smirnov-test-pada-pspp/. Jumat, 25 Agustus 2017 pukul 15.15.

Lee, I-chia. 2015. Cold Weather Causes Overactive Baldder.

http://www.taipeitimes.com/News/taiwan/archives/2015/10/16/2003630203 . Diakses pada tanggal 29 September 2017 pukul 23.15.

Legaspi, Chamille dkk. Tanpa tahun. Factors Affecting GPA. California State

University San Marcos. Lemaire, P. 2002. Cognitive Pcychology. Psychology Vol. 1. Lemma, Seblewengel dkk. 2014. Good Quality Sleep is Associated with Better

Academic Performance among University Students in Ethiopia. National Institute of Health Vol. 18 (2): 257-263.

Madsen PL, Holm S, Vorstrup S, Friberg L, Lassen NA, Wildschiodtz G. 1991.

Human regional cerebral blood flow during rapid-eye-movement sleep. Journal of Cerebral Blood Flow Metabolism. ;11(3):502–507.

Marr. D. 1971. Simple Memory: A Theory for Archicortex. Philosophical Transaction

of the Royal Society of London. Series B, Biological Science. Vol. 262 (841): 23-81.

Martono, Nanang. 2010. Statistik Sosial: Teori dan Aplikasi Program SPSS. Gava

Media: Yogyakarta. May, Cynthua P dan Einstein, Glles O. 2013. Memory : A Five-Day Unit Lesson Plan

for High School Psychology Teachers. American Psychological Foundation. McLeod, S. A. 2013. Stages of memory - encoding storage and retrieval. Diambil

dari www.simplypsychology.org/memory.html pada Jumat, 23 Desember 2016 pukul 19.54.

Mercola, dr. 2016. What Happen in Your Body When You’re Sleep Deprived?.

http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2016/03/03/sleep-deprivation-effects.aspx . 30 April 2017 pukul 08.46.

Mohs, Richard C. 2007. How Human Memory Works.

http://science.howstuffworks.com/life/inside-the-mind/human-brain/human-memory.htm. 25 December 2016 pukul 13.45.

Moser, Doris. 2009. Sleep Classification According to AASM and Rechtschaffen &

Kales: Effects onSleep Scoring Parameters. SLEEP Vol. 32(2). Musthtaq, Irfan dan Khan, Shabana Nawaz. 2012. Factors Affecting Students’

Academic Performance. Global Journal of Management and Business Research Vol. 12 (9).

Page 92: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

78

National Heart, Lung, and Blood Institute. 2012. Why is Sleep Important?. Diambil

dari https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/sdd/why pada hari Sabtu, 24 Desember 2016 pukul 16.55.

National Institute of Neurological Disorders and Stroke. 2006. Brain Basics. National

Institutes of Health. National Sleep Foundation. 2006. Sleep-Wake Cycle: Its Physiology and Impact on

Health. Sleepfoundation.org. Nilifda, Hanafi., Ndjimir., dan Hardisman. 2016. Hubungan Kualitas Tidur dengan

Prestasi Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2010 FK Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5(1).

Parker KP, Dunbar SB. 2005. Cardiac nursing. In: Woods SL, Froelicher ESS,

Motzer SU, Bridges E, editors. Sleep. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; pp. 197–219.

Payne, Jessica D. and Nadel, Lynn. 2004. Sleep, Dreams, and Memory

Consolidation: The Role of the Stress Hormone Cortisol. Cold Spring Harbor Laboratory Press 11: 671-678

Peterson, L. R. dan Peterson, M. J. 1959. Short-term Retention of Individual Verbal

Items. Journal of Experimental Psychology 58: 193-198. Pilcher, June J. dan Walters, Amy S. 1997. How Sleep Deprivation Affects

Psychological Variables Related to College Students' Cognitive Performance. Journal of American College Health 46(3): 121-126.

Polverino, Mario, dkk. 2012. Anatomy and Neuro-Pathophisiology of the Cough

Reflex Arc. Multidisciplinary Respiratory Medicine 7 (1): 5. Putri, Vedora Kusumanda Herdy. 2015. Hubungan antara Kemandirian dengan

Stress Akademik pada Mahasiswa yang Merantau di Salatiga. Skripsi. Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Salatiga.

Raharjo, Sahid. 2014. Tutorial Analisis Rank Spearman dengan SPSS. Diambil dari

http://www.spssindonesia.com/2017/04/analisis-korelasi-rank-spearman.html pada hari Selasa, 5 September 2017 pukul 07.04.

Raharjo, Sahid. 2014. Tutorial Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser SPSS.

Diambil dari http://www.spssindonesia.com/2014/02/uji-heteroskedastisitas-glejser-spss.html pada Selasa, 5 September 2017 pukul 07.16.

Raharjo, Sahid. 2017. Panduan Lengkap Uji Analisis Regresi Linear Sederhana

dengan SPSS. Diambil dari http://www.spssindonesia.com/2017/03/uji-analisis-regresi-linear-sederhana.html pada Selasa, 5 September 2017 pukul 08.00.

Page 93: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

79

Ramirez, Silva dan Tañedo. 2013. Caffeine Consumption : Its Effects on the

Academis Performance of the FEU Second Year BS Medical Technology Students. Diakses dari https://www.academia.edu/9527976/Caffeine_Consumption_Its_Effects_on_the_Academic_Performance_of_the_FEU_Second_Year_BS_Medical_Technology_Students_A_Research_Paper_Presented_to_In_Partial_Fulfillment_of_the_Requirements_in_English_2 pada Jumat, 15 September 2017 pukul 19.36.

Rasch, B dan Born, J. 2013. About sleep's role in memory. Physiological Reviews

93:681–766. DOI: 10.1152/physrev.00032.2012. Rechtschaffen, Allan Bergmann, B, M. 1995. Sleep Deprivation in the Rat by the

Disk-over-Water Method. Behavioural Brain Research 69: 55-63. Reichert, Carolin dkk. 2016. Sleep-Wake Regulation and Its Impact on Working

Memory Performance: The Role of Adenosine. Biology Vol.5 (11). Riyawati, One Lavi. 2016. Hubungan Miopia yang Tidak Terkoreksi dengan Prestasi

Belajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri Satu Atap (SATAP) Lesanpuro Kota Malang. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang

Rofiq, Moch. Nur. 2013. Pengaruh Aktifitas Berorganisasi Terhadap Indeks Prestasi

Belajar Mahasiswa Jurusan KSDP FIP Universitas Negeri Malang. Skripsi, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Diakses dari http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/25524 pada Kamis, 16 Maret 2017 pukul 20.20.

Rosen, Ilene M. dkk. 2006. Evolution of Sleep Quantity, Sleep Deprivation, Mood

Disturbances, Empathy, and Burnout among Interns. Academic Medicine 81(1).

Saper, Clifford B. dkk. 2005. Hypothalamic regulation of sleep and circadian

rhythms. Nature Vol. 437 Saputra, Roni. 2013. Statistik Terapan dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat. Stikes

Perintis: Padang. Schupp, Michael dan Hanning, 2003. Christopher. Physiology of Sleep. British

Journal of Anaesthesia Vol. 3 (3). Sherwood, Lauralee. 2009. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Edisi 6. Penerbit

Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Silber, Michael H., dkk. 2007. The Visual Scoring in Adults. Journal of Clinical Sleep

Medicine Vol. 3 (2).

Page 94: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN PERFORMA …repository.ub.ac.id/8455/1/Raras Ambarjati Susilohadi.pdf · 9. Keluarga PSDM Lakesma tahun 2015/2016 dan 2016/2017 yang telah dengan

80

Simon PM, Landry SH, Leifer JC. 2002. Respiratory control during sleep. In: Lee-Chiong TK, Sateia MJ, Carskadon MA, editors. Sleep Medicine. Philadelphia: Hanley and Belfus; 2002. pp. 41–51.

Sukoco, Agus dan Soebandhini, Santirianingrum. 2013. Modul 6 Statistik Non

Parametrik. Surabaya: Universitas Narotama. Diakses dari http://suci-rahma.mhs.narotama.ac.id/files/2013/06/Chi-Kuadrat-dan-Rank-Spearman.pdf pada Selasa, 5 September 2017 pukul 07.48.

Surachman, Arif. 2016. Panduan Penulisan Sitiran Karya Ilmiah. Yogyakarta :

Perpustakaan Universitas Gadjah Mada. Diakses dari http://lib.ugm.ac.id/data/panduan_sitiran.pdf pada Selasa, 5 September 2017 pukul 09.19.

Tabrizi, Fatemeh Moghaddam, PhD dan Radfar, Moloud, PhD. 2015. Fatigue, Sleep

Quality, and Disability in Relation to Quality of Life in Multiple Sclerosis. International Journal of MS Care. DOI: 10.7224/1537-2073.2014-046.

Thomas M. Sc, Yinka. 2013. Get a Good Noght’s Sleep: 7 Practical Steps.

https://www.sleepcouncil.org.uk/wp-content/uploads/2013/01/Get-a-Good-Nights-Sleep.pdf pada Jumat, 29 September 2017 pukul 23.13.

Treanor, William. 2014. Does Caffeine Help Academic Perfromance. Diakses dari

https://web.colby.edu/cogblog/2014/05/03/does-caffeine-help-academic-performance/ pada Jumat, 15 September 2017 pukul 19.43.

U. S. Department of Health and Human Services, National Institute of Health. rev.

2011. Your Guide to Healthy Sleep. (NIH Publication No. 11-5271). Washington, DC: U.S. Government Printing Office.

Uddin, Ayesha. 2015. Effect of Sleep on Vigilance, Short-Term Memory, and

Learning in College Students. Disertasi Doktor Walden University: diterbitkan. Utomo, Pramudi. 2011. Analisis Kontribusi Pemberian Beasiswa Terhadap

Peningkatan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. E-Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta.

Winarsih, Sri, dkk. 2015. Buku Pedoman Penulisan dan Pelaksanaan Tugas Akhir. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang.