hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan …eprints.ums.ac.id/50950/14/naskah publikasi...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN RISIKO
JATUH PADA LANJUT USIA DI DESA JATEN KECAMATAN
JUWIRING KLATEN
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I
Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
BENING RATRI UTAMI
J120130011
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
1
HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN RISIKO
JATUH PADA LANJUT USIA DI DESA JATEN KECAMATAN
JUWIRING KLATEN
ABSTRAK
LatarBelakang: Penurunan kekuatan otot merupakan salah satu perubahan yang
nyata dari proses penuaan, tak terkecuali otot tungkai. Banyak faktor yang
menyebabkan menurunnya kekuatan otot. Faktor utamanya adalah penurunan
massa otot. Dengan menurunnya kekuatan otot pada kontrol postural akan
berakibat pada sebagian besar kejadian jatuh pada lanjut usia. Kekuatan otot
tungkai pada seseorang dapat di ukur menggunakan alat Leg Dynamometer.
TujuanPenelitian: Untuk mengetahui hubungan antara kekuatan otot tungkai
dengan risiko jatuh pada lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten.
ManfaatPenelitian: Dapat mengetahui hubungan antara kekuatan otot tungkai
dengan risiko jatuh pada lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten.
MetodePenelitian: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel
secara Purposive Sampling dengan jumlah sample 75 orang. Pengukuran kekuatan
otot tungkai menggunakan Leg Dynamometer, sedangkan risiko jatuh dinilai
dengan test Tinetti Gait and Balance Evaluation.Uji Korelasi menggunakan
UjiChi Square dengan degree of confident sebesar 95%.
HasilPenelitian : Berdasarkan hasil uji Chi-Square diketahui bahwa nilai p-value
0,000< 0,005 H0 ditolak dan Hα diterima. Sehingga dapat diartikan bahwa ada
hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan risiko jatuh pada lanjut usia di
Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan risiko jatuh
pada lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten
Kata Kunci: Kekuatan Otot Tungkai, Risiko Jatuh, Leg Dynamometer,
Tinetti Gait and Balance Evaluation, Lanjut Usia
ABSTRACT
Background:The decreasing of muscle strength is one of real changing from the
elders’ processes, including leg muscle. There are many factors that cause the
decreasing of muscle strength. The main factor is decreasing of mass muscle. By
the decreasing of muscle strength in postural control, it will ensue most of fall
accidents for elders. Someone’s leg muscle strength can be measured by using
Leg Dynamometer.
Research purposes: to know the correlation between the leg muscle strength and
the falling risk for elders in Jaten village Juwiring subdistrict Klaten.
Research benefit: can know the correlation between the leg muscle strength and
the falling risk for elders in Jaten village Juwiring subdistrict Klaten.
2
Research method:the kind of research which is used in this research is
Observational by using Cross Sectional. The technique used to take the sample is
by using Purposive Sampling with 75 people for the total of sample. The
measuring of leg muscle strength is by using Leg Dynamometer, whereas the
falling risk is assessed by using Tinetti Gait and Balance Evaluation test. The
correlation test is using Chi Square test with the degree of confident as much as
95%.
Research findings:Based on the result of Chi Square test, it can be known that p-
value 0,000<0,005 H0 is rejected and Hα is accepted. So, it means that there is
correlation between the leg muscle strength and the falling risk for elders in Jaten
village Juwiring subdistrict Klaten.
Conclusion:There is correlation between the leg muscle strength and the falling
risk for elders in Jaten village Juwiring subdistrict Klaten.
Keywords:Leg Muscle Strength, Falling Risk, Leg Dynamometer, Tinetti
Gait and Balance Evaluation, Elders
1. PENDAHULUAN
Hasil prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan
mencapai 9,77 persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34
persen pada tahun 2020 (Bapernas,2014). Pengertian Lanjut usia atau Lansia
menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2014)
adalah sebagai fase/masa terakhir kehidupan manusia dengan mengalami
berbagai perubahan baik fisik maupun mental.
Penurunan kekuatan otot merupakan salah satu perubahan yang nyata dari
proses penuaan. Banyak faktor yang menyebabkan menurunnya kekuatan otot.
Faktor utamanya adalah penurunan massa otot (Lambert&Evans, 2002).
Anderssonet al. (2011) menyatakan bahwa menurunnya kekuatan otot pada
proses penuaan terjadi akibat kebocoran kalsium dari protein dalam sel otot
yang disebut ryanodine yang kemudian memicu terjadinya kejadian yang
membatasi kontraksi serabut otot. Kalsium akan berkurang dan dapat
menyebabkan penurunan kontraksi otot.
Kusnanto et al. (2007) menyatakan bahwa beberapa hal yang akan di
hadapi lansia yang salah satunya adalah masalah keseimbangan yang
menyebabkan meningkatnya risiko jatuh pada lansia karena gangguan
keseimbangan. Setelah masa lansia tiba seseorang pasti akan mengalami
3
berbagai macam kemunduran dan perubahan. Misalnya terjadinya perubahan
morfologis pada otot yang berakibat terjadinya perubahan fungsional otot
yang juga berakibat pada terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi otot,
elastisitas dan fleksibilitas otot, kecepatan dan reaksi. Penurunan fungsional
dan penurunan kekuatan otot akan mengakibatkan terjadinya penurunan
kemampuan mempertahankan keseimbangan postural atau keseimbangan
tubuh lansia.
Jatuh secara singkat adalah masalah kesehatan yang menyebabkan cedera,
hambatan mobilitas dan kematian (Maas et al., 2014). Hampir satu pertiga
lansia yang tinggal di luar fasilitas perawatan jangka panjang mengalami jatuh
minimal satu kali dalam setahun dan diperkirakan setengah dari lansia tersebut
jatuh lebih dari satu kali (Stockslager&Schaeffer, 2007).
Dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan pada lansia bermacam-macam,
sekitar 30 persen lansia di atas 65 tahun pernah mengalami jatuh setiap
tahunnya dan sekitar setengah dari mereka jatuh berulang kali. Bahkan pada
lanjut usia di atas 80 tahun, sekitar 50 persen pernah mengalami jatuh. Pada
lansia yang jatuh, sekitar 5% mengalami patah tulang, 1% persen patah tulang
paha, dan 5-11% persen mengalami luka berat. Luka merupakan penyebab
kematian nomor lima pada lansia dan sebagian besar akibat luka jatuh.
Kematian akibat jatuh pada populasi lansia sekitar 75%, sedangkan pada
populasi umum sebesar 12% (Probosuseno, 2006).
Proses penuaan memiliki peranan dalam hal keseimbangan tubuh pada
lansia dimana terjadi perubahan komponen biomekanik salah satunya
penurunan kekuatan otot, pada kontrol postural yang mungkin memegang
peran penting pada sebagian besar kejadian jatuh (Aristo,2007).Penelitian
yang dilakukan oleh Noviyanti (2014), kekuatan otot quadriceps femoris
berpengaruh terhadap risiko jatuh sebesar 0,503% yaitu cukup dan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain. Dimana otot Quadriceps femoris adalah salah
satu otot yang terdapat di tungkai (Williams et al., 2010). Kekuatan otot
tungkai berpengaruh terhadap keseimbangan ini dibuktikan dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Tatarina (2012) yang mengatakan bahwa latihan
4
penguatan otot tungkai bawah memberikan efek yang signifikan terhadap
tingkat keseimbangan lansia.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa kekuatan otot adalah salah satu faktor
penyebab risiko jatuh lansia, peneliti menggangap perlu dilakukannya
penelitian tentang hubungan kekuatan otot tungkai dengan risiko jatuh pada
lansia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten
2. METODE
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 9-19 Januari 2017 bertempatkandi
5 posyandu lansiadi Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan
cross sectional.Teknik pengambilan sampel secarapurposive sampling sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Responden dalam penelitian ini adalah
lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten yang berjumlah 75
orang. Dalam penelitian ini peneliti mengukur kekuatan otot tungkai lansia
menggunakan leg dynamometer dan alat ukur yang digunakan untuk
mengukur risiko jatuh menggunakan tinetti gait and balance
evaluation.Analisa data menggunakan Uji PearsonChi-Square.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui data berdistribusi
normal atau tidak. Pada penelitian ini uji normalitas yang digunakan
adalah Kolmogrov-Smirnov.
3.2 Uji Hubungan
Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji non
parametrik berupa uji PearsonChi-Squarekarena data berdistribusi tidak
normal.
3.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis statistikmenggunakanujiPearson Chi Squarenilai
p-value 0,000 < 0,005 maka H0 ditolak dan Hα diterima. Dengan demikian
5
dapat diartikan bahwa ada hubungan antara kedua variabel.Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti (2014), bahwa kekuatan otot
quadriceps femoris berpengaruh terhadap risiko jatuh sebesar 0,503% yaitu
cukup dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan, otot quadriceps
femoris adalah salah satu otot yang terdapat pada tungkai (Williams et al.,
2010).
Menurut Nugroho (2008), terdapat perubahan muskuloskeletal pada
lanjut usia berupa penurunan kekuatan dan stabilitas otot, komposisi otot
berubah dan terdapat atrofi serabut otot. Sama halnya dengan pernyataan
Smeltzer (2001), pada lanjut usia struktur kolagen kurang mampu untuk
menyerap energi yang menyebabkan menurunnya massa otot. Terjadi
kehilangan serat otot dikarenakan atrofinya myofibril dan mengalami
penggantian jaringan fibrosa yang mulai terjadi pada dekade keempat
kehidupan.
Selain itu menurut Hanafiah (2008), pada lanjut usia akan timbul kelainan
berupa atrofi pada otot. Ini disebabkan karena kurang aktifnya dari organ
tersebut, tidak cukup nutrisi, kurang stimulasi hormonal dan jumlah sel
yang berkurang. Atrofi pada otot menyebabkan tungkai mengecil, tenaga
menjadi berkurang dan kekuatannya menurun. Atrofi otot dan saraf dapat
menyebabkan gerakan menjadi lebih kaku dan gangguan keseimbangan. Ini
dapat diartikan bahwa otottungkai yang di nilaikekuatannyaolehleg
dynamometerberupam. Quadriceps femoris, m. Hamstring, m.
Gastrocnemius, m. Soleus, m. peronius fibularis longus dll pada lanjut usia
mengalami atrofi dan mengalami penurunan kekuatan. Penurunan fungsi
dan kekuatan otot akan mengakibatkan yaitu penurunan kemampuan
mempertahankan keseimbangan tubuh, hambatan gerak duduk ke berdiri,
peningkatan risiko jatuh, dan perubahan postur (Utomo, 2010).
Selain fungsi muskuloskeletal yang menurun, fungsi somatosensori, pada
lanjut usia juga mengalami penurunan (deOliveira et al., 2008). Di dalam
fungsi somatosensori terdapat propioseptif yang bertugas untuk
memberikan informasi - informasi dari alat tubuh seperti kekuatan otot,
6
posisi sendi dan informasi dari lingkungan seperti contohnya kondisi
permukaan lantai (Riemann & Lephart, 2002). Keseimbangan tubuh
merupakan interaksi yang kompleks dari sistem sensorik (vestibular, visual,
dan somatosensorik termasuk proprioseptif) dan muskuloskeletal (otot,
sendi dan jaringan lunak lain) yang diatur di dalam otak (kontrol motorik,
sensorik, basal ganglia, serebelum (Ma’mun & Saputra, 2000). Jika
keseimbangan buruk, maka akan mengakibatkan risiko jatuh (Nejc et al.,
2013 dalam Savira, 2016).
Dari beberapa pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
perubahan muskuloskeletal yang terjadi pada lanjut usia berupa
menurunnya massa otot dan atrofi otot tungkai,akan berakibat pada
menurunnya kekuatan otot tungkai. Serta perubahan fungsi somatosensoris
berupa gangguan propioseptif, akan memberikan efek yang buruk pada
keseimbangan lanjut usia. Karena, kekuatan otot dan sistem sensoris
termasuk kedalam komponen keseimbangan (Irfan, 2010 dan Nugroho,
2011). Dengan keseimbangan yang buruk akan dapat menyebabkan risiko
jatuh. Ini membuktikan bahwa kekuatan otot tungkai berhubungan dengan
risiko jatuh pada lanjut usia. Sesuai dengan hasil statistik dalam skripsi ini
bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel.
3.4 Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian
ini diantaranya sebagai berikut :
1. Kurang terkontrolnya faktor lain yang mempengaruhi risiko jatuh
pada lanjut usia.
2. Tidak ditemukannya tes validitas pada instrumen pengukuran
Tinetti Gait and Balance Evaluation
7
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuakan oleh penulis dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan
risiko jatuh pada lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten.
4.2 Saran
1. Bagi Posyandu
Memberikan fasilitasi kepada lanjut usia tentang kesediaan
pelayanan kesehatan yang terkait dengan pencegahan kejadian jatuh.
Dengan cara melakukan latihan yang bertujuan untuk melatih kekuatan
otot tungkai pada lanjut usia.
2. Bagi Fisioterapi
Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan intervensi
berupa penguatan otot tungkai guna mengurangi risiko jatuh pada lanjut
usia.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan
acuan dan dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Andersson D., Betzenhauser M., Reiken S., Meli A., Umanskaya A., Xie W.,
Shiomi T., Zalk R., Lacampagne A., Marks A R. 2011. Ryanodine
receptor oxidation causes intracellular calcium leak and muscle weakness
in aging. Cell Metabolism. 2011;14:196-207
Aristo, F. Hubungan Tes Timed Up & Go dengan Frekuensi Jatuh Pada Pasien
Lanjut Usia. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang
Bapernas. 2014.Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014. Diakses tanggal 04 Oktober
2016 pukul 14.00 dari http://old.bappernas.go.id/files/data/Sumber_Daya_
Manusia_dan_Kebudayaan/Statistik%20Penduduk%20Lanjut%20Usia%2
0Indoesia%202014.pdf
8
BKKBN. 2014.Menuju Lansia Paripurna. Diakses tanggal 12 Oktober 2016 pukul
16.16 dari http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=123
deOliveira, C.B., deMedeiros, I,R., Frota, N.A.F., Greters, M.E., dan Conforto,
A.B. 2008. Balance Control in Hemiparetic Stroke Patients: Main Tools
for Evaluation. Journal of Rehabilition Research and Development, 45(8):
1215-1226
Hanafiah H. 2008. Kelainan Sistem Muskuloskeletal Pada Lanjut Usia. Medan:
Rapat terbuka Universitas Sumatera Utara.
Irfan M. 2010. Fisioterapi BagiInsan Stroke. Edisipertama.Yogykarta: GrahaIlmu
Kusnanto., Indarwati R., Mufidah N . 2007. Peningkatan Stabilitas Postural Pada
Lansia Melalui Balance Exercise.Media Ners. Volume 1. Nomor 2 :
Oktober 2007: halaman 49
Lambert C P dan Evans W J. 2002. Effects of aging and resistance exercise on
determinants of muscle strength. Journal of the American Aging
Association. Apr 2002; 25(2): 73–8.
Ma’mun, A. dan Saputra, Y.M. 2000. Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak.
Diunduh tanggal 27 November 2016 pukul 23.05 dari :
Url:Http://File.Upi.Edu.Perkembangangerak. 13
Mass L., Buckwalter C., Hardy D., Reimer T., Titler G., Specht P. 2011. Asuhan
Keperawatan Geriatrik. Dialih bahasakan oleh Renata Komalasari, Ana
Lusyana, Yuyun Yuningsih. Jakarta: EGC
Noviyanti S. 2014. Hubungan Kekuatan Otot Quadriceps Feromis dengan Resiko
Jatuh Pada Lansia.Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Nugroho S. 2011. Materi Kinesiology. Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses
tanggal 22 Desember 2016 pukul 14.00 dari
http://google.co.staff.uny.ac.id2FBAHANAJARKINESIOLOGI.pdf
Nugroho W.2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi ke-3. Jakarta: EGC
Probosuseno. 2006. Mengapa Lansia Sering Tiba-Tiba Roboh?. Diakses tanggal
12 Oktober 2016 pukul 15.30 dari
http://www.infoanda.com/followlink.php?lh=UIVSUFdYB1ZS
Riemann, B.L. and Lephart, S.M. 2002. The Sensorimotor System, Part I:
The Physiologic Basis of Functional Joint Stability. J Athl Train.
37(1):71-79.
Savira I. 2016. Pengaruh Ankle Strategy Exercise Terhadap Keseimbangan Statis
Pada Lanjut Usia di Posyandu dan Panti Wredha.Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
9
Smeltzer. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 3.Jakarta : EGC.
Stockslager J L dan Schaeffer L. 2007. Buku Keperawatan Geriatrik. Dialih
bahasakan oleh Nike Budhi Subekti. Edisi ke-2. Jakarta: EGC
Tatarina M. 2012 . Pengaruh Latihan Penguatan Otot Tungkai Bawah dengan
metode One Repetition Maximum (1RM) terhadap Tingkat Keseimbangan
Lanjut Usia.Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Utomo B. 2010. Hubungan antara Kekuatan Otot dan Daya Tahan Otot Anggota
Gerak Bawah dengan Kemampuan Fungsional Lanjut Usia. Tesis.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Williams L., Patrick W dan Gest T R. 2010. Atlas Anatomi. Dialih bahasakan oleh
Huriawati Hartanto. Ciracas:Erlangga.