hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan …eprints.ums.ac.id/50950/14/naskah publikasi...

13
HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN RISIKO JATUH PADA LANJUT USIA DI DESA JATEN KECAMATAN JUWIRING KLATEN Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: BENING RATRI UTAMI J120130011 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: duongmien

Post on 12-May-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN …eprints.ums.ac.id/50950/14/NASKAH PUBLIKASI revisi.pdf · 3.2 Uji Hubungan Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN RISIKO

JATUH PADA LANJUT USIA DI DESA JATEN KECAMATAN

JUWIRING KLATEN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I

Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

BENING RATRI UTAMI

J120130011

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN …eprints.ums.ac.id/50950/14/NASKAH PUBLIKASI revisi.pdf · 3.2 Uji Hubungan Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah
Page 3: HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN …eprints.ums.ac.id/50950/14/NASKAH PUBLIKASI revisi.pdf · 3.2 Uji Hubungan Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah
Page 4: HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN …eprints.ums.ac.id/50950/14/NASKAH PUBLIKASI revisi.pdf · 3.2 Uji Hubungan Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah
Page 5: HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN …eprints.ums.ac.id/50950/14/NASKAH PUBLIKASI revisi.pdf · 3.2 Uji Hubungan Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah

1

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN RISIKO

JATUH PADA LANJUT USIA DI DESA JATEN KECAMATAN

JUWIRING KLATEN

ABSTRAK

LatarBelakang: Penurunan kekuatan otot merupakan salah satu perubahan yang

nyata dari proses penuaan, tak terkecuali otot tungkai. Banyak faktor yang

menyebabkan menurunnya kekuatan otot. Faktor utamanya adalah penurunan

massa otot. Dengan menurunnya kekuatan otot pada kontrol postural akan

berakibat pada sebagian besar kejadian jatuh pada lanjut usia. Kekuatan otot

tungkai pada seseorang dapat di ukur menggunakan alat Leg Dynamometer.

TujuanPenelitian: Untuk mengetahui hubungan antara kekuatan otot tungkai

dengan risiko jatuh pada lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten.

ManfaatPenelitian: Dapat mengetahui hubungan antara kekuatan otot tungkai

dengan risiko jatuh pada lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten.

MetodePenelitian: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel

secara Purposive Sampling dengan jumlah sample 75 orang. Pengukuran kekuatan

otot tungkai menggunakan Leg Dynamometer, sedangkan risiko jatuh dinilai

dengan test Tinetti Gait and Balance Evaluation.Uji Korelasi menggunakan

UjiChi Square dengan degree of confident sebesar 95%.

HasilPenelitian : Berdasarkan hasil uji Chi-Square diketahui bahwa nilai p-value

0,000< 0,005 H0 ditolak dan Hα diterima. Sehingga dapat diartikan bahwa ada

hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan risiko jatuh pada lanjut usia di

Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan risiko jatuh

pada lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten

Kata Kunci: Kekuatan Otot Tungkai, Risiko Jatuh, Leg Dynamometer,

Tinetti Gait and Balance Evaluation, Lanjut Usia

ABSTRACT

Background:The decreasing of muscle strength is one of real changing from the

elders’ processes, including leg muscle. There are many factors that cause the

decreasing of muscle strength. The main factor is decreasing of mass muscle. By

the decreasing of muscle strength in postural control, it will ensue most of fall

accidents for elders. Someone’s leg muscle strength can be measured by using

Leg Dynamometer.

Research purposes: to know the correlation between the leg muscle strength and

the falling risk for elders in Jaten village Juwiring subdistrict Klaten.

Research benefit: can know the correlation between the leg muscle strength and

the falling risk for elders in Jaten village Juwiring subdistrict Klaten.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN …eprints.ums.ac.id/50950/14/NASKAH PUBLIKASI revisi.pdf · 3.2 Uji Hubungan Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah

2

Research method:the kind of research which is used in this research is

Observational by using Cross Sectional. The technique used to take the sample is

by using Purposive Sampling with 75 people for the total of sample. The

measuring of leg muscle strength is by using Leg Dynamometer, whereas the

falling risk is assessed by using Tinetti Gait and Balance Evaluation test. The

correlation test is using Chi Square test with the degree of confident as much as

95%.

Research findings:Based on the result of Chi Square test, it can be known that p-

value 0,000<0,005 H0 is rejected and Hα is accepted. So, it means that there is

correlation between the leg muscle strength and the falling risk for elders in Jaten

village Juwiring subdistrict Klaten.

Conclusion:There is correlation between the leg muscle strength and the falling

risk for elders in Jaten village Juwiring subdistrict Klaten.

Keywords:Leg Muscle Strength, Falling Risk, Leg Dynamometer, Tinetti

Gait and Balance Evaluation, Elders

1. PENDAHULUAN

Hasil prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan

mencapai 9,77 persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34

persen pada tahun 2020 (Bapernas,2014). Pengertian Lanjut usia atau Lansia

menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2014)

adalah sebagai fase/masa terakhir kehidupan manusia dengan mengalami

berbagai perubahan baik fisik maupun mental.

Penurunan kekuatan otot merupakan salah satu perubahan yang nyata dari

proses penuaan. Banyak faktor yang menyebabkan menurunnya kekuatan otot.

Faktor utamanya adalah penurunan massa otot (Lambert&Evans, 2002).

Anderssonet al. (2011) menyatakan bahwa menurunnya kekuatan otot pada

proses penuaan terjadi akibat kebocoran kalsium dari protein dalam sel otot

yang disebut ryanodine yang kemudian memicu terjadinya kejadian yang

membatasi kontraksi serabut otot. Kalsium akan berkurang dan dapat

menyebabkan penurunan kontraksi otot.

Kusnanto et al. (2007) menyatakan bahwa beberapa hal yang akan di

hadapi lansia yang salah satunya adalah masalah keseimbangan yang

menyebabkan meningkatnya risiko jatuh pada lansia karena gangguan

keseimbangan. Setelah masa lansia tiba seseorang pasti akan mengalami

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN …eprints.ums.ac.id/50950/14/NASKAH PUBLIKASI revisi.pdf · 3.2 Uji Hubungan Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah

3

berbagai macam kemunduran dan perubahan. Misalnya terjadinya perubahan

morfologis pada otot yang berakibat terjadinya perubahan fungsional otot

yang juga berakibat pada terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi otot,

elastisitas dan fleksibilitas otot, kecepatan dan reaksi. Penurunan fungsional

dan penurunan kekuatan otot akan mengakibatkan terjadinya penurunan

kemampuan mempertahankan keseimbangan postural atau keseimbangan

tubuh lansia.

Jatuh secara singkat adalah masalah kesehatan yang menyebabkan cedera,

hambatan mobilitas dan kematian (Maas et al., 2014). Hampir satu pertiga

lansia yang tinggal di luar fasilitas perawatan jangka panjang mengalami jatuh

minimal satu kali dalam setahun dan diperkirakan setengah dari lansia tersebut

jatuh lebih dari satu kali (Stockslager&Schaeffer, 2007).

Dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan pada lansia bermacam-macam,

sekitar 30 persen lansia di atas 65 tahun pernah mengalami jatuh setiap

tahunnya dan sekitar setengah dari mereka jatuh berulang kali. Bahkan pada

lanjut usia di atas 80 tahun, sekitar 50 persen pernah mengalami jatuh. Pada

lansia yang jatuh, sekitar 5% mengalami patah tulang, 1% persen patah tulang

paha, dan 5-11% persen mengalami luka berat. Luka merupakan penyebab

kematian nomor lima pada lansia dan sebagian besar akibat luka jatuh.

Kematian akibat jatuh pada populasi lansia sekitar 75%, sedangkan pada

populasi umum sebesar 12% (Probosuseno, 2006).

Proses penuaan memiliki peranan dalam hal keseimbangan tubuh pada

lansia dimana terjadi perubahan komponen biomekanik salah satunya

penurunan kekuatan otot, pada kontrol postural yang mungkin memegang

peran penting pada sebagian besar kejadian jatuh (Aristo,2007).Penelitian

yang dilakukan oleh Noviyanti (2014), kekuatan otot quadriceps femoris

berpengaruh terhadap risiko jatuh sebesar 0,503% yaitu cukup dan sisanya

dipengaruhi oleh faktor lain. Dimana otot Quadriceps femoris adalah salah

satu otot yang terdapat di tungkai (Williams et al., 2010). Kekuatan otot

tungkai berpengaruh terhadap keseimbangan ini dibuktikan dengan penelitian

yang telah dilakukan oleh Tatarina (2012) yang mengatakan bahwa latihan

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN …eprints.ums.ac.id/50950/14/NASKAH PUBLIKASI revisi.pdf · 3.2 Uji Hubungan Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah

4

penguatan otot tungkai bawah memberikan efek yang signifikan terhadap

tingkat keseimbangan lansia.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa kekuatan otot adalah salah satu faktor

penyebab risiko jatuh lansia, peneliti menggangap perlu dilakukannya

penelitian tentang hubungan kekuatan otot tungkai dengan risiko jatuh pada

lansia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten

2. METODE

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 9-19 Januari 2017 bertempatkandi

5 posyandu lansiadi Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten. Jenis penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan

cross sectional.Teknik pengambilan sampel secarapurposive sampling sesuai

dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Responden dalam penelitian ini adalah

lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten yang berjumlah 75

orang. Dalam penelitian ini peneliti mengukur kekuatan otot tungkai lansia

menggunakan leg dynamometer dan alat ukur yang digunakan untuk

mengukur risiko jatuh menggunakan tinetti gait and balance

evaluation.Analisa data menggunakan Uji PearsonChi-Square.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui data berdistribusi

normal atau tidak. Pada penelitian ini uji normalitas yang digunakan

adalah Kolmogrov-Smirnov.

3.2 Uji Hubungan

Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji non

parametrik berupa uji PearsonChi-Squarekarena data berdistribusi tidak

normal.

3.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis statistikmenggunakanujiPearson Chi Squarenilai

p-value 0,000 < 0,005 maka H0 ditolak dan Hα diterima. Dengan demikian

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN …eprints.ums.ac.id/50950/14/NASKAH PUBLIKASI revisi.pdf · 3.2 Uji Hubungan Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah

5

dapat diartikan bahwa ada hubungan antara kedua variabel.Sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti (2014), bahwa kekuatan otot

quadriceps femoris berpengaruh terhadap risiko jatuh sebesar 0,503% yaitu

cukup dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan, otot quadriceps

femoris adalah salah satu otot yang terdapat pada tungkai (Williams et al.,

2010).

Menurut Nugroho (2008), terdapat perubahan muskuloskeletal pada

lanjut usia berupa penurunan kekuatan dan stabilitas otot, komposisi otot

berubah dan terdapat atrofi serabut otot. Sama halnya dengan pernyataan

Smeltzer (2001), pada lanjut usia struktur kolagen kurang mampu untuk

menyerap energi yang menyebabkan menurunnya massa otot. Terjadi

kehilangan serat otot dikarenakan atrofinya myofibril dan mengalami

penggantian jaringan fibrosa yang mulai terjadi pada dekade keempat

kehidupan.

Selain itu menurut Hanafiah (2008), pada lanjut usia akan timbul kelainan

berupa atrofi pada otot. Ini disebabkan karena kurang aktifnya dari organ

tersebut, tidak cukup nutrisi, kurang stimulasi hormonal dan jumlah sel

yang berkurang. Atrofi pada otot menyebabkan tungkai mengecil, tenaga

menjadi berkurang dan kekuatannya menurun. Atrofi otot dan saraf dapat

menyebabkan gerakan menjadi lebih kaku dan gangguan keseimbangan. Ini

dapat diartikan bahwa otottungkai yang di nilaikekuatannyaolehleg

dynamometerberupam. Quadriceps femoris, m. Hamstring, m.

Gastrocnemius, m. Soleus, m. peronius fibularis longus dll pada lanjut usia

mengalami atrofi dan mengalami penurunan kekuatan. Penurunan fungsi

dan kekuatan otot akan mengakibatkan yaitu penurunan kemampuan

mempertahankan keseimbangan tubuh, hambatan gerak duduk ke berdiri,

peningkatan risiko jatuh, dan perubahan postur (Utomo, 2010).

Selain fungsi muskuloskeletal yang menurun, fungsi somatosensori, pada

lanjut usia juga mengalami penurunan (deOliveira et al., 2008). Di dalam

fungsi somatosensori terdapat propioseptif yang bertugas untuk

memberikan informasi - informasi dari alat tubuh seperti kekuatan otot,

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN …eprints.ums.ac.id/50950/14/NASKAH PUBLIKASI revisi.pdf · 3.2 Uji Hubungan Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah

6

posisi sendi dan informasi dari lingkungan seperti contohnya kondisi

permukaan lantai (Riemann & Lephart, 2002). Keseimbangan tubuh

merupakan interaksi yang kompleks dari sistem sensorik (vestibular, visual,

dan somatosensorik termasuk proprioseptif) dan muskuloskeletal (otot,

sendi dan jaringan lunak lain) yang diatur di dalam otak (kontrol motorik,

sensorik, basal ganglia, serebelum (Ma’mun & Saputra, 2000). Jika

keseimbangan buruk, maka akan mengakibatkan risiko jatuh (Nejc et al.,

2013 dalam Savira, 2016).

Dari beberapa pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

perubahan muskuloskeletal yang terjadi pada lanjut usia berupa

menurunnya massa otot dan atrofi otot tungkai,akan berakibat pada

menurunnya kekuatan otot tungkai. Serta perubahan fungsi somatosensoris

berupa gangguan propioseptif, akan memberikan efek yang buruk pada

keseimbangan lanjut usia. Karena, kekuatan otot dan sistem sensoris

termasuk kedalam komponen keseimbangan (Irfan, 2010 dan Nugroho,

2011). Dengan keseimbangan yang buruk akan dapat menyebabkan risiko

jatuh. Ini membuktikan bahwa kekuatan otot tungkai berhubungan dengan

risiko jatuh pada lanjut usia. Sesuai dengan hasil statistik dalam skripsi ini

bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel.

3.4 Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian

ini diantaranya sebagai berikut :

1. Kurang terkontrolnya faktor lain yang mempengaruhi risiko jatuh

pada lanjut usia.

2. Tidak ditemukannya tes validitas pada instrumen pengukuran

Tinetti Gait and Balance Evaluation

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN …eprints.ums.ac.id/50950/14/NASKAH PUBLIKASI revisi.pdf · 3.2 Uji Hubungan Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah

7

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuakan oleh penulis dapat ditarik

kesimpulan bahwa ada hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan

risiko jatuh pada lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten.

4.2 Saran

1. Bagi Posyandu

Memberikan fasilitasi kepada lanjut usia tentang kesediaan

pelayanan kesehatan yang terkait dengan pencegahan kejadian jatuh.

Dengan cara melakukan latihan yang bertujuan untuk melatih kekuatan

otot tungkai pada lanjut usia.

2. Bagi Fisioterapi

Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan intervensi

berupa penguatan otot tungkai guna mengurangi risiko jatuh pada lanjut

usia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

acuan dan dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Andersson D., Betzenhauser M., Reiken S., Meli A., Umanskaya A., Xie W.,

Shiomi T., Zalk R., Lacampagne A., Marks A R. 2011. Ryanodine

receptor oxidation causes intracellular calcium leak and muscle weakness

in aging. Cell Metabolism. 2011;14:196-207

Aristo, F. Hubungan Tes Timed Up & Go dengan Frekuensi Jatuh Pada Pasien

Lanjut Usia. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Semarang

Bapernas. 2014.Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014. Diakses tanggal 04 Oktober

2016 pukul 14.00 dari http://old.bappernas.go.id/files/data/Sumber_Daya_

Manusia_dan_Kebudayaan/Statistik%20Penduduk%20Lanjut%20Usia%2

0Indoesia%202014.pdf

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN …eprints.ums.ac.id/50950/14/NASKAH PUBLIKASI revisi.pdf · 3.2 Uji Hubungan Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah

8

BKKBN. 2014.Menuju Lansia Paripurna. Diakses tanggal 12 Oktober 2016 pukul

16.16 dari http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=123

deOliveira, C.B., deMedeiros, I,R., Frota, N.A.F., Greters, M.E., dan Conforto,

A.B. 2008. Balance Control in Hemiparetic Stroke Patients: Main Tools

for Evaluation. Journal of Rehabilition Research and Development, 45(8):

1215-1226

Hanafiah H. 2008. Kelainan Sistem Muskuloskeletal Pada Lanjut Usia. Medan:

Rapat terbuka Universitas Sumatera Utara.

Irfan M. 2010. Fisioterapi BagiInsan Stroke. Edisipertama.Yogykarta: GrahaIlmu

Kusnanto., Indarwati R., Mufidah N . 2007. Peningkatan Stabilitas Postural Pada

Lansia Melalui Balance Exercise.Media Ners. Volume 1. Nomor 2 :

Oktober 2007: halaman 49

Lambert C P dan Evans W J. 2002. Effects of aging and resistance exercise on

determinants of muscle strength. Journal of the American Aging

Association. Apr 2002; 25(2): 73–8.

Ma’mun, A. dan Saputra, Y.M. 2000. Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak.

Diunduh tanggal 27 November 2016 pukul 23.05 dari :

Url:Http://File.Upi.Edu.Perkembangangerak. 13

Mass L., Buckwalter C., Hardy D., Reimer T., Titler G., Specht P. 2011. Asuhan

Keperawatan Geriatrik. Dialih bahasakan oleh Renata Komalasari, Ana

Lusyana, Yuyun Yuningsih. Jakarta: EGC

Noviyanti S. 2014. Hubungan Kekuatan Otot Quadriceps Feromis dengan Resiko

Jatuh Pada Lansia.Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Nugroho S. 2011. Materi Kinesiology. Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses

tanggal 22 Desember 2016 pukul 14.00 dari

http://google.co.staff.uny.ac.id2FBAHANAJARKINESIOLOGI.pdf

Nugroho W.2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi ke-3. Jakarta: EGC

Probosuseno. 2006. Mengapa Lansia Sering Tiba-Tiba Roboh?. Diakses tanggal

12 Oktober 2016 pukul 15.30 dari

http://www.infoanda.com/followlink.php?lh=UIVSUFdYB1ZS

Riemann, B.L. and Lephart, S.M. 2002. The Sensorimotor System, Part I:

The Physiologic Basis of Functional Joint Stability. J Athl Train.

37(1):71-79.

Savira I. 2016. Pengaruh Ankle Strategy Exercise Terhadap Keseimbangan Statis

Pada Lanjut Usia di Posyandu dan Panti Wredha.Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN …eprints.ums.ac.id/50950/14/NASKAH PUBLIKASI revisi.pdf · 3.2 Uji Hubungan Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah

9

Smeltzer. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 3.Jakarta : EGC.

Stockslager J L dan Schaeffer L. 2007. Buku Keperawatan Geriatrik. Dialih

bahasakan oleh Nike Budhi Subekti. Edisi ke-2. Jakarta: EGC

Tatarina M. 2012 . Pengaruh Latihan Penguatan Otot Tungkai Bawah dengan

metode One Repetition Maximum (1RM) terhadap Tingkat Keseimbangan

Lanjut Usia.Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Utomo B. 2010. Hubungan antara Kekuatan Otot dan Daya Tahan Otot Anggota

Gerak Bawah dengan Kemampuan Fungsional Lanjut Usia. Tesis.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Williams L., Patrick W dan Gest T R. 2010. Atlas Anatomi. Dialih bahasakan oleh

Huriawati Hartanto. Ciracas:Erlangga.