hubungan antara karakteristik pengawas minum obat …digilib.unila.ac.id/55346/3/skripsi tanpa bab...

65
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) DENGAN KONVERSI TB PARU KASUS BARU DI PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2017 (Skripsi) Oleh Eka Susiyanti FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: lylien

Post on 09-Jun-2019

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT

(PMO) DENGAN KONVERSI TB PARU KASUS BARU DI PUSKESMAS

PANJANG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2017

(Skripsi)

Oleh

Eka Susiyanti

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) DENGAN

KONVERSI TB PARU KASUS BARU DI PUSKESMAS PANJANG

BANDAR LAMPUNG TAHUN 2017

Oleh:

EKA SUSIYANTI

Latar belakang: PMO merupakan orang yang berperan mengawasi secara langsung pasien

TB dalam menelan obat. Peran PMO sangat membantu pasien TB untuk meningkatkan

kepatuhan pengobatan agar tercapai keberhasilan pengobatan dengan adanya konversi hasil

pemeriksaan BTA positif menjadi negatif. Puskesmas Panjang merupakan puskesmas di

Kecamatan Panjang Bandar Lampung yang memiliki jumlah kasus TB sebanyak 200 kasus

dengan 108 kasus adalah kasus TB BTA positif yang terbagi menjadi 44 orang mengalami

konversi dan 62 orang tidak mengalami konversi. Peran PMO berupa pengawasan yang

baik kepada pasien TB akan meningkatkan keberhasilan pengobatan berupa kejadian

konversi pada pasien TB.

Metode: Rancangan penelitian ini adalah Case Control. Populasi kasus adalah PMO

dengan penderita TB BTA (+) yang tidak konversi dengan pengobatan fase intensif (44

responden) dan populasi kontrol adalah PMO dengan penderita TB BTA (+) yang konversi

dengan pengobatan fase intensif (44 responden) dengan menggunakan quota sampling.

Analisis data menggunakan uji Chi Square (α=0,05).

Hasil: Hasil analisis uji chi-square berbeda setiap karakteristik PMO. Karakteristik usia

dengan p-value=0,58, jenis kelamin dengan p-value=1,00, pengetahuan dengan p-value=

0,000, p-value untuk pendidikan sebesar 0,647, hubungan kedekatan interaksi sosial

dengan p-value= 0,00, dan status tempat tinggal dengan p-value=0,002.

Kesimpulan: Hasil uji tersebut menunjukkan adanya hubungan pada 3 karakteristik yaitu

pengetahuan, hubungan interaksi sosial, dan status tempat tinggal PMO dengan kejadian

konversi pada pasien TB paru, sedangkan pada 3 karakteristik berupa usia, jenis kelamin,

dan pendidikan PMO tidak terdapat hubungan dengan konversi pada pasien TB paru.

Kata Kunci : fase intensif, konversi sputum BTA, PMO, tuberkulosis.

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN DRUG DRUG CONTROL (PMO) WITH

NEW CASE OF PULMONARY CONVERSION IN PANJANG

PUSKESMAS BANDAR LAMPUNG 2017

By:

EKA SUSIYANTI

Background: PMO is a person who plays a direct role in supervising TB patients in

swallowing drugs. The role of PMO is very helpful for TB patients to improve medication

adherence in order to achieve treatment success with the conversion of positive smear

results to negative. Panjang Puskesmas is a puskesmas in Panjang Bandar Lampung

Subdistrict which has 200 TB cases with 108 cases of positive smear TB cases which are

divided into 44 people experiencing conversion and 62 people not experiencing conversion.

The role of PMO in the form of good supervision of TB patients will increase treatment

success in the form of conversion in TB patients.

Method: The design of this study is Case Control. The case population was PMO with

smear (+) TB patients who were not converted to intensive phase treatment (44

respondents) and the control population was PMO with smear (+) TB patients who were

converted to intensive phase treatment (44 respondents) using quota sampling. Data

analysis using Chi Square test (α = 0.05).

Results: The results of the chi-square test analysis differ in each characteristic of the PMO.

Age characteristics with p-value = 0.58, gender with p-value = 1.00, knowledge with p-

value = 0,000, p-value for education at 0.647, relationship to social interaction closeness

with p-value = 0.00 , and residence status with p-value = 0.002.

Conclusion: The results of the test showed an association with 3 characteristics, namely

knowledge, relationship of social interaction, and residence status of PMO with the

incidence of conversion in pulmonary TB patients, whereas in 3 characteristics in the form

of age, sex, and education PMO there was no association with pulmonary TB patients.

Keywords: intensive phase, PMO, sputum conversion of BTA, tuberculosis

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT

(PMO) DENGAN KONVERSI TB PARU KASUS BARU DI PUSKESMAS

PANJANG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2017

Oleh

Eka Susiyanti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Lulus Sarjana Kedokteran

FAKULTASKEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK

PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) DENGAN

KONVERSI TB PARU KASUS BARU DI

PUSKESMAS PANJANG BANDAR

LAMPUNG TAHUN 2017

Nama Mahasiswa : Eka Susiyanti

Nomor Pokok Mahasiswa : 1518011017

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI

Komisi Pembimbing

Sutarto, S.K.M., M.Epid dr. Tri Umiana Soleha, S.Ked, M.Kes NIP 197207061995031002 197609032005012001

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK

PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) DENGAN

KONVERSI TB PARU KASUS BARU DI

PUSKESMAS PANJANG BANDAR

LAMPUNG TAHUN 2017

Nama Mahasiswa : Eka Susiyanti

Nomor Pokok Mahasiswa : 1518011017

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Sutarto, S.K.M., M.Epid dr. Tri Umiana Soleha, S.Ked, M.Kes NIP 197207061995031002 197609032005012001

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. dr. Muhartono, S.Ked, M. Kes, Sp. PA

NIP. 197012082001121001

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Sutarto, S.K.M, M.Epid

Sekretaris : dr. Tri Umiana Soleha, S.Ked, M.Kes

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. dr. Endang Budiarti, M.Kes

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr.dr.Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp. PA

NIP. 197012082001121001

Tanggal Ujian : 18 Januari 2019

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rawajitu pada tanggal 26 April 1997, merupakan anak

pertama dari Samuji dan Sumiati. Pendidikan Taman Kanak- Kanak (TK)

diselesaikan di TK Cipta Karya pada tahun 2003, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan

di SDN Karyatani pada tahun 2009, Sekolah Menengah Pertama (SMP)

diselesaikan di SMPN 1 Pasir Sakti pada tahun 2012, dan Sekolah Menengah Atas

(SMA) diselesaikan di SMAN 1 Pasir Sakti pada tahun 2015. Pada tahun 2015,

penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif pada organisasi Forum Studi Islam

Ibnu Sina sebagai anggota Biro Baca Quran.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-

Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu

tercurahkankepada Nabi Muhammad S.A.W.

Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Karakteristik Pengawas Minum Obat

(PMO) dengan Konversi TB Paru Kasus Baru di Puskesmas Panjang Bandar

Lampung Tahun 2017 ” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Kedokteran diUniversitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung.

3. Bapak Sutarto, S.K.M, M.Epid, selaku Pembimbing Utama yang selalu

bersedia dengan penuh kesabaran meluangkan waktu dan kesediaannya untuk

memberikan bimbingan, kritik, saran serta nasihat yang bermanfaat dalam

proses penyelesaian skripsi ini

4. dr. Tri Umiana Soleha, S.Ked, M.Kes selaku Pembimbing Kedua atas

kesediannya untuk menyempatkan waktu memberikan bimbingan, saran dan

kritik selama proses skripsi ini.

5. Dr. dr. Endang Budiati, M.Kes selaku Penguji Utama pada ujian skripsi untuk

masukan dan saran-saran yang diberikan.

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

6. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Pembimbing Akademik

7. Ayahanda tercinta, Samuji yang selalu memberikan doa, motivasi, dan sosok

yang selalu hangat dalam mendengarkan keluh kesah selama menjalankan

pendidikan Kedokteran serta selalu mengingatkanku untuk selalu dekat dengan

Allah SWT.

8. Ibunda tersayang Sumiati, terimakasih telah menjadi sosok yang sangat

teristimewa. Ibu sekaligus teman terbaik di dunia untukku. Terimakasih atas

segenap doa, dukungan, nasehat, yang tiada hentinya selalu ku terima.

Terimakasih dukungan cinta dan kasih terbaik selama aku menjadi bagian dari

keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

9. Adikku Dwi Rafi Syafarianka Ramadhan, terimakasih telah menjadi adik yang

baik pekertinya dan indah akhlaknya, serta menjadi alarm makanku setiap

suasana.

10. dr. Endang selaku Kepala Puskesmas, serta Ibu Lorent dan seluruh staff

Puskesmas Panjang , Kota Bandar Lampung yang membantu dalam penelitian

ini.

11. Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu dan pengalaman berharga yang

telahdiberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi

landasanuntuk mencapai cita-cita.

12. Seluruh Staf Akademik, TU dan Administrasi FK Unila, serta pegawai

yangturut membantu dalam proses penelitian skripsi ini.

13. Anggoro Trianto, terimakasih atas dukungan yang selama ini tiada hentinya

untukku. Terimakasih telah menjadi sosok yang siap dalam segala kondisi.

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

14. Saudariku Ratna Sari dan Ravika Anggraeni, terimakasih telah bersedia

bertahan menjadi sahabat dan keluarga untukku. Terimakasih untuk selalu

tidak bosan mengingatkanku kepada Rabb ku.

15. Saudaraku Septian Boby Pratama, terimakasih telah menjadi sahabat, saudara,

keluarga terbaik dari kita masih sama-sama minum ASI.

16. Sahabat-sahabatku Fitri Nadia Silvani, Enjelina, Rika Rahmawati, Wulan

Alawiyah Zahra, Charisatus Sidqotie, Anis Syafa’atul Khusna, Eniwati, Nabila

Ulfiani, Winda Puspita Sari, Mega Rukmana Dewi, Rindu Bunga Putri, Nadia

Eva Zahra, Irma Yolanda Japasindo terimakasih untuk perjuangan dan

semangat kebersamaan selama ini.

17. Terimakasih kepada mbak-mbak ku Yuni Astika Rahayu, Dwi Ambarwati

Santoso yang selalu menjadi tempat mengadu dan pemberi nasehat terbaik.

18. Sahabat dan adikku Tuty Handayani, terimakasih atas dukungan selama ini.

19. Terimakasih untuk keluarga KKN Indraloka Mukti yang telah mengajarkan arti

keluarga dan kebersamaan. Terkhusus kepada kakakku Linda Margreta yang

selalu mengingatkanku kepada Allah.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Januari 2019

Penulis

Eka Susiyanti

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7

2.1 Tuberkulosis Paru .......................................................................................... 7

2.1.1 Definisi dan Prevalensi ......................................................................... 7

2.1.2 Patogenesis Tuberkulosis...................................................................... 8

2.1.3 Penularan Tuberkulosis ........................................................................ 9

2.1.4 Faktor Resiko Lingkungan terhadap Penularan TB.............................. 9

2.1.5 Penegakan Diagnosis .......................................................................... 11

2.1.6 Tatalaksana Tuberkulosis ................................................................... 15

2.2 Pengawas Minum Obat (PMO) ................................................................... 17

2.2.1 Definisi ............................................................................................... 17

2.2.2 Peranan PMO pada Kasus TB ............................................................ 18

2.2.3. Karakteristik PMO ............................................................................. 19

2.3 Teori Epidemiologi Penyakit ....................................................................... 22

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Tuberkulosis ........................ 24

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

v

2.5 Kerangka Teori ............................................................................................ 26

2.6 Kerangka Konsep ........................................................................................ 27

2.7 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 29

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 29

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 29

3.3 Subjek Penelitian ......................................................................................... 29

3.3.1 Populasi .............................................................................................. 29

3.3.2 Sampel ................................................................................................ 30

3.4 Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................... 34

3.5 Definisi Operasional .................................................................................... 35

3.6 Alur Penelitian ............................................................................................. 37

3.7 Pengumpulan Data ...................................................................................... 38

3.7.1 Prosedur Pengumpulan Data............................................................... 38

3.7.2 Instrumen Penelitian ........................................................................... 38

3.8 Pengolahan Data .......................................................................................... 39

3.9 Analisis Data ............................................................................................... 39

3.9.1 Analisis Data Univariat ...................................................................... 39

3.9.2 Analisis Data Bivariat ......................................................................... 40

3.10 Etika Penelitian .......................................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 41

4.1 Gambaran Umum Penelitian ....................................................................... 41

4.2 Hasil Penelitian ............................................................................................ 42

4.2.1 Karakteristik Responden ..................................................................... 42

4.2.2 Analisis Univariat ............................................................................... 43

4.2.3 Analisis Bivariat ................................................................................. 46

4.3 Pembahasan ................................................................................................. 47

4.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 56

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

vi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 57

5.1 Simpulan ...................................................................................................... 57

5.2 Saran ............................................................................................................ 58

5.2.1 Bagi Puskesmas Panjang .................................................................... 58

5.2.2 Bagi Peneliti Lain ............................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 60

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Interprestasi Pemeriksaan BTA.......................................................................... 13

2 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1 ............................................. 16

3 Definisi operasional ........................................................................................... 35

4 Karakteristik responden ..................................................................................... 42

5 Jenis PMO .......................................................................................................... 43

6 Karakteristik PMO ............................................................................................. 44

7 Hubungan Karakteristik Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Konversi BTA

............................................................................................................................... 46

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Diagnostik Tuberkulosis Paru ................................................................... 15

2 Segitiga Epidemiologi ........................................................................................ 23

3 Kerangka Teori................................................................................................... 26

4 Kerangka Konsep ............................................................................................... 27

5 Alur Penelitian ................................................................................................... 37

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Ethical Clearense

2. Lampiran 2 : Surat Pre Survey

3. Lampiran 3 : Surat Persetujuan Penelitian

4. Lampiran 4 : Uji Validitas dan Reabilitas

5. Lampiran 5 : Informed Consent

6. Lampiran 6 : Kuesioner

7. Lampiran 7 : Data Responden

8. Lampiran 8 : Hasil Uji Chi Square (Analisis Univariat)

9. Lampiran 9 : Hasil Uji Chi Square (Analisis Bivariat)

10. Lampiran 10 : Foto Kegiatan Pengambilan Data

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengawas Minum Obat (PMO) tuberkulosis adalah orang yang membantu

pasien TB dalam memberi pengawasan secara langsung saat pasien menelan

obat. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini

paling banyak menyerang paru-paru, walaupun sepertiga kasus menyerang

organ lain seperti kelenjar getah bening, tulang belakang, selaput otak, perut,

kulit, dan tenggorokan. Penyakit ini menyebar melalui droplet yang di dukung

oleh udara, sehingga menyebabkan penyakit ini lebih banyak terdapat di

pemukiman padat yang jarak antar rumah berdekatan dengan sanitasi rumah

yang kurang memadai (Kemenkes RI, 2014). Tugas seorang PMO adalah

mengawasi pasien selama pengobatan agar pasien berobat dengan teratur,

memberikan motivasi kepada pasien agar mau berobat dengan teratur,

mengingatkan pasien untuk berkunjung ulang ke fasilitas kesehatan

(memeriksakan dahak dan mengambil obat), serta memberikan penyuluhan

terhadap orang-orang terdekat pasien mengenai gejala, cara pencegahan, cara

penularan TB, dan menyarankan untuk memeriksakan diri kepada keluarga

yang memiliki gejala seperti pasien TB (Kemenkes RI, 2016).

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

2

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 terdapat

6,3 juta kasus Tuberkulosis (TB) yang di laporkan dan hal tersebut meningkat

dibandingkan tahun 2015 sebesar 6,1 juta kasus dengan prevalensi pada dewasa

sebesar 90%. Angka kematian TB di dunia pada tahun 2016 mencapai 1,3 juta

kasus (WHO, 2016). Prevalensi kasus TB di Indonesia berdasarkan data

Kementerian Kesehatan RI tahun 2017 sebanyak 360.770 kasus dengan kasus

TB BTA positif sebanyak 168.412 kasus (Kemenkes, 2018). Provinsi Lampung

merupakan salah satu provinsi bagian dari pulau Sumatera dimana pulau

Sumatera itu sendiri mempunyai angka insidensi TB nasional sebanyak 33%.

Penemuan kasus TB paru di Lampung pada tahun 2017 sebanyak 7.627 kasus

dengan penemuan kasus TB BTA positif sebanyak 4.195 kasus (Kemenkes,

2018). Kecamatan Panjang merupakan salah satu kecamatan yang terletak di

kota Bandar Lampung, provinsi Lampung. Berdasarkan data rekapitulasi

penderita TB paru tahun 2017 di Puskesmas Panjang, jumlah penderita TB

sebanyak 200 orang. Angka yang menunjukkan hasil BTA positif dari jumlah

total penderita TB sebanyak 108 orang, dimana 44 telah mengalami konversi

dalam pengobatan intensif selama 2 bulan dan 62 orang tidak mengalami

konversi BTA (Puskesmas Panjang, 2018).

Pada saat seseorang didiagnosis menderita TB dibutuhkan waktu yang cukup

lama untuk menjalani pengobatan. WHO sejak tahun 1995 merekomendasikan

penerapan strategi DOTS. Strategi DOTS ini bertujuan untuk mencegah

penularan kuman TB dan mencegah terjadinya Multi Drug Resistent-TB (MDR-

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

3

TB). Apabila penularan kuman TB dapat dicegah maka insidensi TB dapat

diturunkan. Salah satu strategi dari DOTS adalah penerapan panduan OAT

jangka pendek dengan pengawasan dari Pengawas Minum Obat (PMO)

(Silvani, Hesti, Sureskiarti, dkk, 2016). Orang yang dapat menjadi PMO antara

lain petugas kesehatan, kader, guru, tokoh masyarakat, dan anggota keluarga.

Karakteristik yang harus diperhatikan pada PMO berupa usia PMO, jenis

kelamin, pendidikan, dan pengetahuan yang dimiliki oleh PMO. Keberadaan

PMO (Pengawas Minum Obat) dalam masa pengobatan pasien TB paru sangat

membantu, karena pengobatan TB paru membutuhkan waktu yang cukup lama

yaitu selama 6 bulan. Terdapat 2 bulan fase pengobatan intensif dan 4 bulan

pengobatan lanjutan. Pada fase 2 bulan pertama pengobatan intensif dapat

dilihat keberhasilan pengobatan melalui hasil pemeriksaan BTA yang

menunjukkan konversi atau tidak konversi pemeriksaan BTA tersebut.

Konversi BTA merupakan hasil perubahan pemeriksaan BTA dari hasil BTA

positif setelah dilakukan pengobatan intensif selama 2 bulan menjadi BTA

negatif (Kurniati, 2010). PMO sangat berperan penting dalam fase pengobatan

ini. PMO mempunyai peran berupa mengawasi, memberikan motivasi kepada

pasien TB, mengingatkan pasien TB untuk patuh minum obat dan kembali

untuk memeriksakan kesehatan pasien ke fasilitas kesehatan. Apabila PMO

melakukan perannya dengan baik maka tingkat keberhasilan pengobatan yang

dapat dilihat dari hasil konversi BTA pada pasien juga akan meningkat.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prabowo tahun 2014, menjelaskan

bahwa terdapat hubungan peran PMO dengan kepatuhan kunjungan berobat

pasien di Puskesmas Nogosari Boyolali. Peran PMO adalah mendampingi atau

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

4

mengawasi pasien yang sedang dalam masa pengobatan dengan tujuan pasien

berobat dengan teratur, memberikan motivasi dan dorongan pada pasien agar

tidak berhenti mengkonsumsi OAT, mengingatkan pasien serta menemani

pasien untuk periksa dahak ke pelayanan kesehatan pada waktu yang telah

ditentukan, memberikan penyuluhan kepada salah satu anggota keluarga pasien

apabila terdapat anggota keluarga yang mengalami gejala seperti pasien

(Kemenkes RI, 2016). Penelitian lain juga dilakukan oleh Fadlilah tahun 2016

yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan karakteristik Pengawas Minum

Obat (PMO) terhadap kepatuhan berobat pasien tuberkulosis di Puskesmas

Pragaan. Karakter yang signifikan dalam penelitian tersebut adalah sikap dan

pengetahuan PMO terhadap kepatuhan berobat pasien. Penelitian-penelitian

tersebut yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang

karakteristik PMO berupa usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan,

hubungan kedekatan interaksi sosial, dan status tempat tinggal terhadap

konversi BTA pasien TB paru. Data rekapitulasi pasien TB di Puskesmas

Panjang pada tahun 2017 sebanyak 200 oranng dengan pasien BTA positif

sebanyak 108 orang serta terbagi menjadi 44 orang merupakan pasien konversi

BTA dan 62 orang tidak mengalami konversi BTA. Hal tersebut yang menjadi

alasan penulis untuk menjadikan Puskesmas Panjang sebagai tempat penelitian

pada penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Pengobatan pasien TB paru sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari PMO

yang mengawasi pasien dalam meminum obat. Perbedaan dari karakter PMO

tersebut dapat dijadikan perumusan masalah pada penelitian ini. Bagaimana

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

5

hubungan karakteristik PMO dengan konversi TB paru kasus baru di Puskesmas

Panjang Bandar Lampung.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1.1.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan karakteristik PMO dengan hasil konversi TB

paru pada masa pengobatan 2 bulan pertama di Puskesmas Panjang

Bandar Lampung.

1.1.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi usia, jenis kelamin, pengetahuan,

tingkat pendidikan, hubungan kedekatan interaksi sosial, dan status

tempat tinggal PMO dengan hasil konversi TB paru pada masa

pengobatan 2 bulan pertama di Puskesmas Panjang Bandar Lampung.

b. Mengetahui hubungan antara usia PMO dengan konversi pada

penderita TB paru.

c. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin PMO dengan konversi

pada penderita TB paru.

d. Mengetahui hubungan antara pendidikan PMO dengan konversi pada

penderita TB paru.

e. Mengetahui hubungan antara pengetahuan PMO dengan konversi

pada penderita TB paru.

f. Mengetahui hubungan antara hubungan kedekatan interaksi sosial

dengan konversi pada penderita TB paru.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

6

g. Mengetahui hubungan antara status tempat tinggal PMO dengan

konversi pada penderita TB paru.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti/penulis, menambah ilmu pengetahuan di bidang ilmu

kedokteran komunitas.

2. Bagi institusi atau masyarakat

a. Dapat meningkatkan pengetahuan mengenai karakteristik PMO

terhadap pengobatan pasien TB paru di Puskesmas Panjang Bandar

Lampung.

b. Dapat menambah bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung.

3. Penelitian ini juga di harapkan dapat berguna sebagai acuan bagi penelitian

selanjutnya.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis Paru

2.1.1 Definisi dan Prevalensi

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman/bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini 1,4 kali lebih banyak

menyerang laki-laki dibandingkan perempuan. Penyakit TB merupakan

masalah besar untuk negara berkembang karena di perkirakan bahwa

95% TB berada di negara berkembang dengan target 75% usia produktif

yaitu 15-50 tahun (Park, Hong, Boo, dkk, 2012).

Kasus TB paru dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, tahun 2014

yang jumlah kasus sebanyak 324.539 kasus sedangkan pada tahun 2015

terjadi peningkatan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 330.910 kasus.

Prevalensi banyak jumlah kasus TB juga di golongkan berdasarkan

beberapa karakteristik. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penderita

laki-laki lebih banyak 1,5 kali lipat dibandingkan perempuan. Prevalensi

berdasarkan umur diketahui bahwa pada usia 25-35 tahun banyak yang

menderita tuberkulosis paru dengan angka kejadian sebesar 18,65%

,diikuti dengan kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,33%, kemudian

pada usia 35-44 tahun sebesar 17,18% (Kemenkes RI, 2016).

Page 25: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

8

2.1.2 Patogenesis Tuberkulosis

Proses terjadinya tuberkulosis terdapat 4 tahapan meliputi tahap paparan,

infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia. Tahap paparan dipengaruhi

oleh peluang adanya sumber yang menularkan. Sumber penularan

tergantung terhadap intensitas dan banyak dahak batuk yang dikeluarkan

oleh sumber penular. Sementara itu, waktu terpaparnya seseorang dengan

sumber penular merupakan faktor yang penting dalam tahap paparan

(PDPI, 2011).

Tahap infeksi, tahap ini terjadi setelah tahap paparan. Tahap infeksi ini

berkaitan dengan sistem imun seseorang yang telah terpapar kuman TB.

Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6–14 minggu setelah

infeksi. Reaksi imun dimulai ketika kuman masuk ke alveolus kemudian

dimakan oleh makrofag dan terjadi reaksi antigen-antibodi. Setelah itu

dilanjutkan dengan reaksi imun seluler yang ditandai dengan tes uji

tuberkulin positif. Lesi yang terbentuk umumnya dapat sembuh atau

kuman tetap hidup di dalam lesi dan suatu saat dapat aktif kembali.

Penyebaran melalui limfe dan melalui aliran darah terjadi sebelum lesi

sembuh (PDPI, 2011).

Tahapan seseorang mengalami sakit TB, tahap ini bergantung pada

konsentrasi atau jumlah kuman yang terhirup, lamanya waktu sejak

terinfeksi, usia yang terinfeksi, dan tingkat daya tahan tubuh seseorang.

Tahap selanjutnya meninggal dunia, faktor resiko meninggal dunia

Page 26: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

9

akibat TB paru adalah akibat keterlambatan diagnosis, pengobatan yang

tidak adekuat, dan adanya penyakit penyerta (PDPI, 2011).

2.1.3 Penularan Tuberkulosis

Penularan penyakit tuberkulosis dapat melalui droplet penderita TB.

Sumber penularan melalui droplet pasien TB BTA positif, namun bukan

berarti pasien TB dengan hasil BTA negatif tidak mengandung kuman

dalam dahaknya. Hal tersebut bisa terjadi karena kuman yang terkandung

dalam sampel uji ≤5.000 kuman/cc dahak, sehingga sulit dideteksi

melalui pemeriksaan langsung. Pasien TB dengan BTA negatif masih

memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB . tingkat penularan

pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil

kultur positif adalah 26%, sedangkan pasien TB dengan hasil kultur

positif adalah 17%. Infeksi dimulai ketika seseorang menghirup udara

yang mengandung droplet dari penderita TB. Pada saat batuk atau bersin,

pasien menyebarkan sekitar 3000 percikan dahak (droplet) yang

mengandung kuman (Kemenkes RI, 2014).

2.1.4 Faktor Resiko Lingkungan terhadap Penularan TB

Lingkungan merupakan salah satu faktor dalam perjalanan epidemiologi

penyakit. Faktor lingkungan yang berperan penting dalam penularan

penyakit TB adalah faktor lingkungan fisik berupa rumah yang menjadi

tempat tinggal penderita TB. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 kondisi rumah yang sehat meliputi, 1)

memenuhi kebutuhan fisiologis meliputi pencahayaan, penghawaan,

Page 27: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

10

ruang gerak yang cukup, dan terhindar dari kebisingan yang

mengganggu; 2) memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privacy yang

cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni

rumah; 3) memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar

penghuni rumah meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja,

limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian

yang tidak berlebihan, dan cukup sinar matahari pagi; 4) memenuhi

persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena

keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumah yang tidak

mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat

penghuninya jatuh tergelincir (Kepmenkes, 1999).

Berdasarkan penelitian Wulandari, Nurzajuli, dan Adi tahun 2015 bahwa

faktor lingkungan fisik yang memiliki hubungan dengan penularan TB

berupa kepadatan hunian, suhu ruangan, kelembaban ruangan, jenis

lantai rumah. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

829/Menkes/SK/VII/1999 kepadatan hunian dikatakan baik apabila

memenuhi syarat ≥8m2/orang. Lantai yang baik harus kuat untuk

menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil waktu dipijak, permukaan

lantai mudah dibersihkan. Suhu dan kelembaban udara dipengaruhi oleh

pencahayaan dan ventilasi dalam rumah. Ventilasi ialah proses

penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan pengeluaran udara

kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus

lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat

merugikan kesehatan. Ventilasi yang baik dalam ruangan harus

Page 28: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

11

mempunyai syarat-syarat, diantaranya : a) Luas lubang ventilasi tetap,

minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi

insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya

menjadi 10% kali luas lantai ruangan. b) Udara yang masuk harus udara

bersih, tidak dicemari oleh asap kendaraan, dari pabrik, sampah, debu

dan lainnya. c) Aliran udara diusahakan Cross Ventilasi dengan

menempatkan dua lubang jendela berhadapan antara dua dinding ruangan

sehingga proses aliran udara lebih lancar (Kepmenkes, 1999).

2.1.5 Penegakan Diagnosis

Berdasarkan PDPI 2011, diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan

melalui gejala klinik, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologik,

pemeriksaan radiologik, dan pemeriksaan penunjang lainnya.

1. Gejala klinik

Gejala tuberkulosis dibagi menjadi 2 yaitu gejala respiratorik dan

gejala sistemik. Gejala respiratorik berupa batuk ≥3 minggu, batuk

dahak, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala respiratorik ini sangat

bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup

berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada

saat medical check up. Sedangkan gejala sistemik pada pasien

tuberkulosis berupa demam, malaise, anoreksia, keringat malam,

dan berat badan turun.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung

dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang

Page 29: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

12

didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan

(awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali)

menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di

daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior,

serta daerah apex lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat

ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas

melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma &

mediastinum.

Pada pleuritus tuberkulosis, kelainan pemeriksaan ditemukan

berdasarkan banyaknya cairan di dalam rongga pleura. Saat perkusi

ditemukan suara pekak, auskultasi ditemukan suara pernapasan

melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.

Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah

bening. Pembesaran terbanyak berada di leher, tetapi ada juga yang

di ketiak.

3. Pemeriksaan bakteriologik

Tuberkulosis paru dapat ditegakkan dengan menemukan hasil BTA

positif pada uji dahak secara mikroskpik. Hasil dikatakan positif

apabila dua dari tiga dahak yang dikumpulkan dari 3 spesimen

dahak secara SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) positif. Pemeriksaan

bakteriologik meliputik pemeriksaan mikroskopik dan

pemeriksaan biakan. Pemeriksaan mikroskopik dibagi 2 yaitu,

pemeriksaan mikroskopik biasa dengan menggunakan pewarnaan

Page 30: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

13

Ziehl-Nielsen, dan mikroskopik fluoresens dengan menggunakan

pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk screening).

Tabel 1 Interprestasi Pemeriksaan BTA

No Kriteria Hasil

1.

3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali

negatif

BTA positif

2. 1 kali positif, 2 kali negatif Ulang BTA 3 kali

3. Kemudian tetap 1 kali positif, 2 kali

negatif

BTA positif

4. 3 kali negatif BTA negatif

Sumber: (PDPI,2011)

Skala yang digunakan untuk penentuan interprestasi hasil adalah

skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and

Lung Disease) :

a. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut

negatif

b. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis

jumlah kuman yang ditemukan

c. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut +

(1+)

d. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++

(2+)

e. Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++

(3+)

Pemeriksaan biakan digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti

dan untuk melihat hasil biakan kuman Mycobacterium

Page 31: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

14

tuberculosis dan juga Mycobacterium other than tuberculosis

(MOTT). Media yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah

Egg base media dan Agar base media.

4. Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan radiologik dilakukan apabila hasil BTA pada

pemeriksaan mikroskopik hasilnya <3+. Pemeriksaan standar

yang digunakan adalah foto toraks PA. Hasil pemeriksaan

radiologik yang menunjukkan kecurigaan tuberkulosis paru adalah

berupa bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior

lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah, kaviti, terutama

lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau

nodular, bayangan bercak milier, dan efusi pleura unilateral

(umumnya) atau bilateral (jarang).

Page 32: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

15

Gambar 1. Alur diagnostik tuberkulosis paru

Sumber: (PDPI,2011)

2.1.6 Tatalaksana Tuberkulosis

Prinsip pengobatan TB adalah untuk mencegah penyebaran kuman TB

lebih lanjut. Prinsip pengobatan yang adekuat meliputi diberikan paduan

OAT yang tepat minimal mengandung 4 macam obat, diberikan dengan

dosis yang tepat, ditelan dan diminum langsung di bawah pengawasan

PMO, pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang terbagi yaitu tahap

awal dan tahap lanjutan guna mencegah kekambuhan.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

16

1. Tahap awal, pengobatan diberikan setiap hari dengan tujuan untuk

menyingkirkan kuman yang ada dalam tubuh pasien dan untuk

meminimalisir penularan kuman tuberkulosis.

2. Tahap lanjutan, berguna membunuh sisa-sisa kuman yang ada dalam

tubuh penderita terutama untuk kuman yang persisten sehingga

dapat mencegah kekambuhan.

Panduan obat lini pertama yang digunakan di Indonesia berdasarkan

Kemenkes RI 2011 adalah :

a. Kategori 1 (2HRZE/ 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

a) Pasien baru TB paru BTA positif.

b) Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

c) Pasien TB ekstra paru.

Tabel 2 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan

Tahap Intensif tiap hari selama 56 hari RHZE

(150/75/400/275)

Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu

30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT

38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2 KDT

≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT Sumber: (Kemenkes RI, 2011)

b. Kategori 2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah

diobati sebelumnya:

a) Pasien kambuh

b) Pasien gagal

c) Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat

Page 34: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

17

c. OAT sisipan (HRZE)

Paket obat sisipan adalah paket obat yang sama seperti kategori 1

tetapi diberikan selama 28 hari (Kemenkes, 2014).

Menurut Peter tahun 2013, keberhasilan pengobatan TB sangat

dipengaruhi oleh 8 minggu pertama proses pengobatan. Pengobatan 8

minggu pertam lebih signifikan digunakan untuk diagnosis dan follow-

up pasien terkait dengan konversi hasil pemeriksaan kultur bakteri TB.

Selain itu, keberhasilan pengobatan 8 minggu pertama pada pasien TB

berpengaruh terhadap jumlah produksi sputum pasien tersebut (Peter,

2013).

2.2 Pengawas Minum Obat (PMO)

2.2.1 Definisi

Pengawas Minum Obat (PMO) adalah seseorang yang mengawasi

keteraturan pengobatan atau keteraturan minum obat seorang penderita

tuberkulosis. Seorang PMO dapat berupa petugas kesehatan seperti

bidan, kader pengendali TB puskesmas, perawat, ataupun dapat pula dari

anggota keluarga terdekat (Hadifah, 2015). Syarat untuk menjadi PMO

yaitu, mempunyai hubungan dekat dengan pasien, mampu mengawasi

pasien setiap kali akan minum obat, memberikan pengawasan secara

sukarela, dan bersedia untuk di latih atau mendapat penyuluhan bersama-

sama dengan pasien (Kemenkes RI, 2013).

Page 35: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

18

2.2.2 Peranan PMO pada Kasus TB

Pengobatan pasien TB bergantung oleh banyak faktor, salah satunya

adalah peranan dari seorang pengawas minu obat (PMO). Menurut

Jufrizal, Hermansyah, Mulyadi 2016, menyebutkan bahwa peran PMO

sangat efektif terhadap konversi hasil pemeriksaan BTA negatif.

Berdasarkan penelitiannya diketahui bahwa hasil responden PMO

dengan pasien BTA negatif sebanyak 97% dibandingan dengan PMO

dengan pasien TB BTA positif (Jufrizal, Hermansyah, Mulyadi, 2016).

Peranan PMO yang lain adalah menjaga pola hidup bersih dan sehat. Hal

tersebut terlihat dari kebersihan dan sanitasi rumah yang sangat

berhubungan dengan keberlangsungan hidup kuman yang ada dalam

tubuh penderita tuberkulosis. Maka dari itu, peran PMO dalam menjaga

kebersihan rumah untuk di tinjau agar mencegah penularan antar anggota

dan mendukung untuk terjadinya konversi TB dari BTA positif menjadi

BTA negatif (Rahmawati, Syafar, Arsin, 2011).

Dukungan yang diberikan keluarga juga terkait akan peminuman obat

oleh pasien, pemberian makan dan nutrisi untuk penderita TB. Pada saat

PMO melihat langsung bagaimana seorang penderita meminum dan

menelan obatnya, hal tersebut efektif untuk seorang penderita menjadi

sembuh sesuai waktu yang diharapkan. Makanan dan nutrisi yang

diberikan PMO juga berperan penting terhadap kekebalan daya tahan

tubuh penderita. Apabila daya tahan tubuh penderita menjadi cukup baik

Page 36: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

19

maka jumlah kuman yang berada dalam tubuh juga akan mengalami

penurunan (Kaulagekear, Dhake, Preeti, 2012).

Berdasarkan penelitian Hadifah 2015, cara PMO untuk mendukung

pengobatan pasien TB paru adalah dengan sistem menandai tanggal yang

terdapat dalam kalender untuk jadwal minum obat pasien dan untuk

dukunagan setiap hari PMO memberikan nasihat-nasihat moral untuk

pasien TB (Hadifah, 2015).

2.2.3. Karakteristik PMO

Berdasarkan penelitian Fadlilah 2017, tidak ditemukan hubungan antara

usia PMO dengan keberhasilan pengobatan pasien TB. Mayoritas usia

PMO yang ditemukan pada penelitian tersebut adalah usia 36-45 tahun.

Akan tetapi menurut Saftarina, Islamy, Rasely 2012, karakteristik usia

PMO yang baik adalah usia 20-30 tahun. Usia tersebut memiliki

karakteristik yang cukup baik karena pada dasarnya PMO harus disegani

oleh penderita dan pada usia tersebut emosi seseorang sudah mulai

matang, sehingga PMO dapat kontrol emosinya dan dapat menjadi

seorang pengawas minum obat yang baik (Saftarina, Islamy, Rasely,

2012).

Jenis kelamin PMO terbagi menjadi 2 yaitu laki-laki dan perempuan,

keduanya mempunyai pengaruh yang sama dalam keberhasilan

pengobatan pasien TB. Akan tetapi, perempuan merupakan PMO yang

lebih diinginkan oleh penderita TB. Hal tersebut dikarenakan perempuan

lebih mempunyai sifat sabar dan telaten yang bisa lebih mudah

Page 37: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

20

memahami dan memperhatikan proses pengobatan pasien TB. Selain itu,

PMO yang ditemukan mayoritas berjenis kelamin perempuan dengan

persentase perempuan sebesar 51,7% (Fadlilah, 2017). Berdasarkan

hasil penelitian lain, disebutkan bahwa presentase PMO dengan jenis

kelamin perempuan sebesar 76,7 % dengan alasan bahwa PMO

perempuan lebih bersedia untuk menjadi responden dan mengisi

kuisioner. PMO dengan jenis kelamin perempuan juga lebih mampu

untuk mengawasi dan mengontrol pasien TB untuk meminum obat

(Pratama, Aliong, Sufianti, dkk., 2018).

Tingkat pengetahuan dan pendidikan seorang PMO juga sangat

berpengaruh. Seorang PMO minimal mempunyai pengetahuan tentang

penyakit TB dan peranannya sebagai Pengawas Minum Obat (Fadlilah,

2017). Menurut penelitian yang dilakukan Joko Tri Atmojo 2017

didapatkan bahwa PMO dengan pengetahuan yang rendah mempunyai

resiko 13,33 kali berpeluang untuk tidak sembuh dibandingkan dengan

pasien TB yang mempunyai PMO berpengetahuan tinggi. Pengetahuan

yang dimaksud disini adalah seorang PMO mengetahui informasi tentang

TB dan gejalanya, memahami penularan TB, aplikasi tentang pengobatan

dan ketaatan minum obat untuk pasien TB, mampu menganalisis

penyebab, penularan, pengobatan, dan pencegahan TB. Selain itu, PMO

mampu melakukan sintesis atau mampu menyelesaikan masalah apabila

PMO jauh terhadap pasien tetapi pasien tetap taat minum obat, yang

terakhir adalah PMO mampu mengevaluasi hasil kinerjanya terhadap

pasien TB yang diawasinya (Atmojo, 2017). Dalam penelitian Rahmi,

Page 38: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

21

Medison, dan Suryadi tahun 2017 disebutkan bahwa tingkat pengawasan

PMO terhadap kepatuhan minum obat pasien TB paru masih rendah. Hal

tersebut disebabkan oleh masih kurangnya tingkat pengetahuan PMO

terhadap kasus TB dan cara pengobatannya (Medison, Suryadi, 2017).

Pengetahuan dapat berkesinambungan terhadap tingkat pendidikan yang

dimiliki oleh seorang PMO. Pendidikan seorang PMO mempengaruhi

cara PMO memberikan motivasi dan memberikan pengertian kepada

pasien TB tentang kepatuhan dalam minum obat. Semakin baik

penyampaian motivasi dan pemberian materi kepada pasien TB, semakin

baik pula hasil kepatuhan pasien TB yang di dapat (Putri, 2015).

Hubungan kedekatan kekerabatan antara PMO dengan pasien TB juga

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan pasien TB.

Hubungan kedekatan kekerabatan yang paling efektif adalah PMO yang

berinteraksi secara langsung, tinggal dalam satu rumah, dan masih

merupakan anggota keluarga dekat. Hal tersebut bertujuan agar

pengawasan minum obat terhadap pasien TB lebih mudah dan teratur

(Hadifah, 2015). Hubungan kedekatan antara PMO dengan pasien TB

dalam penelitian Hayati dan Musa tahun 2016 sebanyak 15 orang (40%)

adalah orang tua dengan 14 orang diantaranya adalah seorang ibu. Sosok

ibu akan lebih dihormati dan disegani oleh anaknya. Selain itu, sosok

seorang ibu juga mempunyai hubungan lebih dekat dengan anaknya

sehingga akan dirasakan lebih nyaman dan lebih dapat mengawasi

keteraturan minum obat pasien TB paru (Hayati, Musa, 2016)..

Page 39: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

22

2.3 Teori Epidemiologi Penyakit

Epidemiologi adalah metode identifikasi untuk mengetahui penyebab atau

sumber penyakit, faktor resiko yang menyebabkan terjadinya suatu penyakit,

cedera, cacat, atau kematian dalam suatu populasi atau dalam suatu kelompok

masyarakat. Epidemiologi dikembangkan dengan menggunakan model

penyakit menular sebagia perkembangan model studi dan landasannya.

Epidemiologi dipakai untuk program pengendalian dan pencegahan penyakit,

serta untuk menentukan kategori penyakit endemik, epidemik, ataupun

pandemik (Timmreck, 2004).

Epidemiologi menggunakan cara pandang ekologi untuk mencari interaksi

berbagai elemen dan faktor dalam lingkungan yang berkaitan dengan

terjadinya suatu penyakit. Ekologi merupakan hubungan organisme yang satu

dengan lainnya. Epidemiologi menggunakan konsep model Triad

Epidemiology yang berisikan tentang hubungan antara agens, pejamu, dan

lingkungan (Timmreck, 2004).

Page 40: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

23

Gambar 2 Segitiga Epidemiologi

Sumber: (Timmreck,2004)

Model ini berguna untuk mengetahui hubungan interaksi yang saling

ketergantungan antara lingkungan, agen penyebab, pejamu, dan waktu.

a. Agen (faktor penyebab)

Agen merupakan penyebab penyakit berupa virus, jamur, bakteri dan

penyebab lainnya yang dikategorikan sebagai penyebab penyakit

infeksius. Pada keadaan infeksi, situasi ketidakmampuan, cedera, atau

situasi kematian, agen dapat berupa zat kimia, faktor fisik seperti radiasi,

defisiensi gizi, dan beberapa substansi lain.

b. Host (Pejamu)

Pejamu adalah organisme, berupa hewan atau manusia yang menjadi

tempat terpaparnya suatu penyakit. Efek yang dapat diperoleh didasarkan

pada tingkat imunitas, susunan genetik, tingkat paparan, status kesehatan,

dan kebugaran tubuh pejamu. Paparan yang didapatkan oleh pejamu dapat

menyebabkan pejamu terkena penyakut ataupun tidak terkena penyakit.

Lingkungan

Agen Pejamu

Page 41: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

24

c. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar

pejamu yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit.

Aspek lingkungan dapat berupa aspek biologi, sosial, budaya, ataupun

faktor fisik lingkungan. Lingkungan dapat berada dari dalam ataupun luar

pejamu, berada disekitar tempat hidup pejamu ataupun efek dari

lingkungan terhadap pejamu (Timmreck, 2004).

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Tuberkulosis

Keberhasilan konversi BTA pada kasus TB paru dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi berupa usia penderita yang sudah

tidak produktif, keadaan sosial ekonomi, jenis kelamin, keterbatasan informasi

dan transportasi pengobatan, tingkat kepatuhan minum obat, dan keadaan status

gizi penderita. Berdasarkan hasil penelitian Puspasari tahun 2014 disebutkan

bahwa usia pasien yang tergolong tidak produktif (>50 tahun) merupakan usia

yang cukup rumit untuk dilakukan pengobatan, sehingga mempengaruhi

kesembuhan. Rumitnya pengobatan tersebut dipengaruhi oleh adanya penyakit

penyerta yang dialami oleh pasien dengan usia tidak produktif (Puspasari, 2014).

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan pasien Tb yang lain adalah

keadaan sosial ekonomi. Berdasarkan penelitian Amaliah tahun 2012

menyatakan bahwa status ekonomi mempengaruhi terjadinya peningkatan faktor

resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara atau tempat dimana pasien

akan memasuki fasilitas layanan kesehatan. Selanjutnya, untuk jenis kelamin

diketahui mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 69,8%. Hasil

Page 42: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

25

pemeriksaan BTA positif pada laki-laki ditemukan sebesar 59,4% dan

perempuan sebesar 40,6% (Kemenkes RI, 2013). Hal tersebut dipengaruhi oleh

adanya peningkatan faktor resiko yang dialami oleh laki-laki melalui gaya hidup

yang dilakukannya dengan merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko 2-3

kali lebih besar mengalami kekambuhan TB (Sianturi,2013).

Berdasarkan penelitian Puspasari tahun 2014 bahwa kesembuhan TB

dipengaruhi oleh adanya keterbatasan informasi dan transportasi pengobatan,

sehingga para penderita TB sulit untuk menjangkau dan mendapatkan

pengobatan yang sesuai untuk sakit TB yang dialami. Selain itu, tingkat

kepatuhan minum obat juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya kesembuhan

pasien TB paru. Pengobatan TB paru yang tergolong lama menyebabkan

sebagian pasien TB susah untuk meminum obat dengan patuh, sehingga

pengawasan terhadap pengobatan pasien TB sangat diperlukan untuk

memastikan pasien menyelasaikan pengobatan dnegan sesuai (Puspasari, 2014).

Status gizi juga mempengaruhi tingkat kesembuhan pada pasien TB paru.

Keadaan status gizi buruk menyebabkan penurunan sitem kekebalan tubuh,

sehingga memudahkan untuk terinfeksinya bakteri Tb paru. Peningkatan dan

perbaikan status gizi dalam memberikan asupan makanan yang seimbang pada

pasien TB paru yang sedang menjalani fase pengobatan merupakan faktor

penentu terjadinya konversi pada pemeriksaan BTA pasien TB paru (Amaliah,

2012).

Page 43: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

26

2.5 Kerangka Teori

Gambar 3 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi Jhon Gordon, Amaliah (2012), Sianturi (2013), Puspasari (2014)

Keterangan :

: teori epidemiologi penyakit yang mempengaruhi konversi

Bercetak tebal adalah variabel yang diteliti

Konversi TB

Host

Penderita TB paru :

- Usia

- Keadaan ekonomi

sosial

- Jenis kelamin

- Kepatuhan

minum obat

Environment

1. Karakteristik Pengawas

Minum Obat :

- Usia

- Jenis kelamin

- Tingkat pendidikan

- Pengetahuan

- Hubungan kedekatan

interaksi sosial

- Status tempat tinggal

2. Keterbatasan informasi dan

transportasi

Agent

Mycrobacterium

tuberculosis

Page 44: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

27

2.6 Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 4 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis Penelitian

a. Ha :Terdapat hubungan antara usia PMO dengan konversi BTA pasien

TB paru kasus baru di Puskesmas Panjang Bandar Lampung.

Ho :Tidak terdapat hubungan antara usia PMO dengan konversi BTA

pasien TB paru kasus baru di Puskesmas Panjang Bandar Lampung.

b. Ha :Terdapat hubungan antara jenis kelamin PMO dengan konversi TB

paru kasus baru di Puskesmas Panjang Bandar Lampung.

Ho: Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin PMO dengan konversi

TB paru kasus baru di Puskesmas Panjang Bandar Lampung.

c. Ha :Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan PMO dengan

konversi TB paru kasus baru di Puskesmas Panjang Bandar Lampung.

Ho : Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan PMO dengan

Konversi TB paru

pada 2 bulan pertama

pengobatan

Karakteristik PMO :

- Usia

- Jenis Kelamin

- Pengetahuan TB

- Tingkat

pendidikan

- Hubungan

kedekatan

interaksi sosial

- Status tempat

tinggal

Page 45: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

28

konversi TB paru kasus baru di Puskesmas Panjang Bandar Lampung.

d. Ha :Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan PMO terhadap

konversi BTA pasien TB paru kasus baru di Puskesmas Panjang Bandar

Lampung.

Ho : Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan PMO terhadap

konversi BTA pasien TB paru kasus baru di Puskesmas Panjang Bandar

Lampung.

e. Ha :Terdapat hubungan antara kedekatan interaksi sosial dengan

konversi pasien TB paru kasus baru di Puskesmas Panjang Bandar

Lampung.

Ho :Tidak terdapat hubungan antara interaksi sosial dengan konversi

pasien TB paru kasus baru di Puskesmas Panjang Bandar Lampung.

f. Ha : Terdapat hubungan antara status tempat tingal PMO terhadap

konversi BTA pasien TB paru kasus baru di Puskesmas Panjang Bandar

Lampung.

Ho : Tidak terdapat hubungan antara status tempat tinggal PMO terhadap

konversi BTA pasien TB paru kasus baru di Puskesmas Panjang

Bandar Lampung.

Page 46: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control. Pendekatan

case control adalah suatu penelitian non-eksperimental mengenai tentang

bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan

retrospektive (Notoadmojo, 2010).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2018.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Panjang, Bandar Lampung.

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti

(Notoadmojo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah PMO dari

penderita TB paru BTA positif yang telah menjalani pengobatan intensif

2 bulan di Puskesmas Panjang, Bandar Lampung sebesar 200 orang. Pada

penelitian ini terdapat 2 kelompok populasi yaitu kelompok kasus berupa

Page 47: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

30

pasien TB paru dengan BTA positif namun tidak mengalami konversi

selama masa pengobatan intensif 2 bulan dan kelompok kontrol berupa

kelompok pasien TB paru yang mengalami konversi BTA pada masa

pengobatan intensif 2 bulan pertama. Populasi yang diambil peneliti

berdasarkan data Puskemas Panjang pada tahun 2017 sebesar 108 orang

yang terbagi menjadi 62 orang merupakan pasien yang tidak konversi

dan 44 orang merupakan pasien yang konversi. (Puskesmas Panjang,

2017).

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih melalui cara tertentu

sehingga dapat mewakili populasinya (Notoadmojo, 2010). Pengambilan

sampel pada penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi.

A. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dalam suatu populasi

target yang akan dijadikan subjek penelitian adapun kriteria inklusi

yang ada dalam penelitian ini adalah:

1. Kriteria inklusi kasus

Kriteria inklusi kasus pada penelitian ini yaitu :

a. PMO dengan penderita TB paru BTA positif yang tidak

mengalami konversi pada follow up 2 bulan pertama

pengobatan

b. PMO masih hidup dan bersedia untuk menjadi responden

serta dapat berkomunikasi dengan baik

Page 48: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

31

c. Usia di atas 17 tahun

d. Alamat jelas dan dapat ditemukan

2. Kriteria inklusi kontrol

Kriteria inklusi kontrol dalam penelitian ini adalah

a. PMO dengan penderita TB yang mengalami BTA positif dan

terdaftar di Puskesmas Panjang

b. PMO masih hidup dan bersedia menjadi responden serta

dapat berkomunikasi dengan baik

c. Usia di atas 17 tahun

d. Alamat jelas dan dapat ditemukan

B. Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. PMO yang tidak berada di tempat saat peneliti melakukan observasi.

b. PMO dengan penderita TB lebih dari satu

3.3.2.1 Sampel Kasus

Sampel kasus adalah pasien TB paru kasus baru di Puskesmas Panjang

yang tidak mengalami konversi BTA dalam pengobatan intensif selama

2 bulan.

Besar sampel yang akan diperlukan di dalam penelitian di tentukan

berdasarkan rumus analitik tidak berpasangan data kategorik sebagai

berikut:

𝑛1 = 𝑛2 = (𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)2

(𝑃1 − 𝑃2)2

Page 49: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

32

Keterangan:

n1=n2 = Besar sampel kasus dan kontrol

Zα = Derivat baku alpha = 1,96; dengan α = 5% atau

0,05

Zβ = Derivat baku beta = 0,84; dengan β = 20% atau 0,2

dan 1-β = 80 %

P2 = Proporsi terpapar pada kelompok kontrol yang

diteliti, yaitu 0,02 (Fadlilah., 2016).

Q2 = 1– P2

= 1 – 0,02

= 0,98

(P1-P2) = Selisih proporsi pajanan minimal yang dianggap

bermakna, ditetapkan sebesar 0,2

P1 = P2 + ( P1-P2)

= 0,02 + 0,2

= 0,22

Q1 = 1 – P1

= 1 – 0,22

= 0,78

P = (P1 + P2)/2

= (0,22 + 0,02)/2

= 0,12

Q = 1 – P

Page 50: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

33

= 1 – 0,12

= 0,88

Dengan memasukkan nilai-nilai di atas pada rumus, diperoleh:

𝑛 = (𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)2

(𝑃1 − 𝑃2)2.

𝑛 =(1,96 √2 × 0,12 × 0,88 + 0,84√0,22 × 0,78 + 0,02 × 0,98)2

(0,22 − 0,05)2.

𝑛 = 40,2.

𝑛 = 40.

Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan jumlah sampel sebesar

40 responden dan dilakukan penambahan 10% dari jumlah sampel

untuk mewakili populasi dalam penelitian ini, sehingga total jumlah

sampel kasus adalah 44 responden. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan Purposive Sampling dimana peneliti menentukan sampel

berdasarkan pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi atau

kriteria yang telah diketahui sebelumnya.

3.3.2.2 Sampel Kontrol

Sampel kontrol merupakan pasien TB paru kasus baru di Puskesmas

Panjang yang mengalami konversi BTA dalam pengobatan intensif

selama 2 bulan. Pada penelitian ini, perbandingan yang digunakan

antara sampel kasus : sampel kasus adalah 1:1. Jadi, maksud dari

perbandingan tersebut adalah jumlah sampel kasus dan sampel kontrol

dalam penelitian adalah sama besar yaitu sebesar 44 responden.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

34

3.4 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Varibel independen

Usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, dan hubungan kekerabatan.

b. Variabel dependen

Konversi BTA pada 2 bulan pertama pengobatan.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

35

3.5 Definisi Operasional

Tabel 3 Definisi operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Dependen

Konversi

BTA pada 2

bulan

pertama

pengobatan

Penderita TB

paru yang

mengalami

perubahan

pemeriksaan

BTA dari BTA

positif menjadi

BTA negatif

pada 2 bulan

pertama

pengobatan

Rekam

medik

Hasil uji

Laboratorium

pemeriksaan

sputum

Konversi

Tidak

konversi

Ordinal

Independen

Usia PMO Usia ideal yang

dimiliki seorang

PMO agar

disegani oleh

penderita TB

Kuesioner Observasi

lapangan ≤45 tahun

(usia 20-45

tahun)

>45 tahun

Nominal

Jenis

kelamin

PMO

Kelompok jenis

kelamin berupa

perempuan atau

laki-laki yang

ideal untuk

menjadi seorang

PMO

Kuesioner Observasi

lapangan Perempuan

Laki-laki

Nominal

Pendidikan

PMO

Jenjang sekolah

formal yang

ditempuh oleh

responden

terhitung sampai

pengambilan data

dilakukan

Kuesioner Wawancara Pendidikan

Rendah

(mulai

tidak

sekolah

hingga

tamat

SMP)

Pedidikan

Tinggi

(mulai

tamat SMA

ke atas)

Ordinal

Pengetahuan

PMO

Pengetahuan

yang dimiliki

PMO tentang

penyebab, tanda

penyakit,

penularan,

pencegahan,

tujuan minum

OAT, cara

minum OAT,

Kuesioner Wawancara Baik > 60

Tidak baik

≤ 60

Ordinal

Page 53: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

36

tanda efek

samping OAT

Hubungan

kedekatan

interaksi

sosial PMO

Persepsi individu

tentang

kedekatan

emosional

dengan pasien

TB

Kuesioner Wawancara Dekat

Tidak

dekat

Nominal

Status tempat

tinggal PMO

Jawaban PMO

yang berstatus

tinggal serumah

atau tidak dengan

pasien TB

Kuesioner Wawancara Serumah

Tidak

serumah

Nominal

Page 54: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

37

3.6 Alur Penelitian

Gambar 5 Alur Penelitian

Pembuatan dan

pengajuan proposal

Permohonan izin kepada

Puskesmas Panjang, Bandar

Lampung

Menghubungi responden dengan

media telepon untuk datang ke

Puskesmas Panjang dengan

bantuan kader TB

Pengisian kuisioner Wawancara Pengumpulan data

Hasil penilitian

Karakteristik PMO Konversi BTA TB

Analisis data

Pengolahan data

Responden datang ke

Puskesmas Panjang Bandar

Lampung

Page 55: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

38

3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini melalui beberapa tahapan

yaitu :

1. Meminta surat pengantar ke bagian akademika Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung untuk dilakukan penelitian setelah proposal

disetujui oleh pembimbing.

2. Mengajukan surat permohonan izin kepada kepala Puskesmas

Panjang, Bandar Lampung.

3. Meminta data terkait pasien TB paru tahun 2017 yang terdaftar di

Puskesmas Panjang, Bandar Lampung.

4. Mengajukan surat permohonan izin kepada calon responden dengan

menelepon responden dengan bantuan kader TB dan memohon untuk

responden datang ke Puskesmas Panjang, Bandar Lampung..

5. Menjelaskan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

kerahasiaan informasi kepada calon responden di Puskesmas Panjang.

6. Melakukan wawancara kepada responden dan peneliti mengisi

kuesioner.

7. Memberikan bingkisan ucapan terimakasih kepada kader TB dan

responden yang telah membantu penelitian.

8. Data yang didapat kemudian diproses dan dianalisis.

3.7.2 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini alat yang digunakan untuk pengambilan data yang

digunakan berupa checklist wawancara (kuesioner) yang sudah

Page 56: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

39

tervalidasi berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh

Sidy 2012. Cara pengambilan data berupa wawancara dalam bentuk

checklist (kuesioner) yang berjumlah 16 petanyaan (terlampir), yaitu

terkait karakteristik PMO berupa usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

tingkat pengetahuan, dan hubungan kedekatan interaksi sosial antara

PMO dengan pasien TB paru BTA positif.

3.8 Pengolahan Data

1. Editing (penyunting)

Editing data bertujuan untuk mengoreksi kembali apakah isian pada tiap

pertanyaan dalam kuesioner sudah lengkap.

2. Coding (mengkode)

Melaksanakan pengkodean atas jawaban responden untuk memudahkan

pengolahan data.

3. Entry data (memasukkan data)

Memasukkan data kedalam komputer.

4. Tabulating (tabulasi)

Mengelompokkan data ke dalam tabel yang dibuat sesuai dengan maksud

dan tujuan penelitian.

3.9 Analisis Data

3.9.1 Analisis Data Univariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi usia, jenis

kelamin, pendidikan, pengetahuan, hubungan kedekatan interaksi sosial,

Page 57: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

40

status tempat tinggal PMO dan konversi TB paru di Puskesmas Panjang,

Bandar Lampung.

3.9.2 Analisis Data Bivariat

Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-square untuk

mengetahui hubungan antara frekuensi usia, jenis kelamin, pendidikan,

pengetahuan, hubungan kedekatan interaksi sosial, status tempat tinggal

PMO dan konversi TB paru di Puskesmas Panjang, Bandar Lampung.

namun apabila syarat uji chi-square tidak terpenuhi maka akan

dilanjutkan dengan uji Fisher (Dahlan, 2010). Hasil analisis dikatakan

bermakna bila p-value <0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.

3.10 Etika Penelitian

Penelitian ini telah diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan telah mendapatkan surat

keterangan lulus kaji etik dengan nomor surat

5042/UN26.18/PP.05.02.00/2018.

Page 58: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

57

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait tentang hubungan

karakteristik Pengawas Minum Obat (PMO) dengan konversi TB paru kasus

baru di Puskesmas Panjang dalam kurun waktu penelitian bulan Agustus-

Desember 2018 dapat disimpulkan sebagau berikut :

1. Karakteristik PMO di Puskesmas Panjang pada kelompok usia mayoritas

usia >45 tahun, jenis kelamin sama besar antara laki-laki dan perempuan

yaitu 44 orang, tingkat pendidikan mayoritas pendidikan tinggi yaitu lulus

SMA sederajat atau lebih tinggi sebanyak 60 orang, untuk hubungan

kedektan interaksi mayoritas memiliki hubungan dekat sebanyak 69 orang,

dan untuk PMO yang tinggal serumah dengan pasien TB sebnayak 73

orang.

2. Tidak terdapat hubungan antara usia PMO dengan konversi pada penderita

TB paru.

3. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin PMO dengan konversi pada

penderita TB paru.

4. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan PMO dengan konversi pada

penderita TB paru.

Page 59: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

58

5. Terdapat hubungan antara pengetahuan PMO dengan konversi pada

penderita TB paru.

6. Terdapat hubungan antara hubungan kedekatan interaksi sosial dengan

konversi pada penderita TB paru.

7. Terdapat hubungan antara status tempat tinggal PMO dengan konversi pada

penderita TB paru.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Puskesmas Panjang

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat hubungan

antara karakteristik PMO berupa pengetahuan, hubungan kedekatan

interaksi sosial, dan status tempat tinggal dengan hasil konversi pada

penderita TB paru di Puskesmas Panjang. Maka peneliti berharap agar

Puskesmas Panjang dapat memilih PMO dengan pengetahuan yang baik,

memiliki hubungan interaksi sosial yang dekat dengan pasien TB paru,

dan tinggal serumah dengan pasien TB. Hal tersebut dapat tercapai

dengan cara :

1. Memilih PMO berdasarkan data Kartu Keluarga dari pasien TB.

2. Konfirmasi kepada PMO dan pasien TB apakah tinggal dalam satu

rumah

3. Memberikan edukasi tentang penyakit TB kepada PMO.

4. Memberikan edukasi tentang peran dan tugas PMO yang baik.

5. Memonitoring pengetahuan dan hubungan kedekatan interaksi sosial

antara PMO dengan pasien TB paru pada hari TB yaitu setiap hari

senin dan kamis.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

59

5.2.2 Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang

pengetahuan, hubungan kedekatan interaksi sosial, dan status tempat

tinggal PMO. Peneliti selanjutnya dapat memperoleh informasi yang

lebih dalam dari PMO melalui penelitian kualitatif.

Page 61: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

60

DAFTAR PUSTAKA

Amaliah, R. (2012). Faktof-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kegagalan

Konversi Penderita TB Paru BTA Positif Pengobatan Fase Intensif Di

Kabupaten Bekasi Tahun 2010. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia.

Atmojo TJ. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pengawas Menelan Obat

Dengan Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru Di Kabupaten

Klaten. Jurnal Poltekes Solo. 6(1): 01-117.

Arifin S, Muhyi R, Setyaingrum R, Rahman F, Marlinae L. 2017. Development

Indicators Tb Pulmonary Disease Healing Wetland In the City of

Banjarmasin. Journal Research IJF. 8(1): 15-23

Dahlan MS. 2010. Stastistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Epidemiologi

Indonesia. Jakarta.

Fadlilah N. 2017. Hubungan Karakteristik Pengawas Menelan Obat Terhadap

Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis di Puskesmas Pragaan Tahun 2016.

Jurnal Unair. Volume 5 No 3.

Hadifah Z. 2015. Pemenuhan Tugas Pengawas Menelan Obat (Pmo) Bagi Penderita

Tuberkulosis (Tb) Sebagai Indikator Penyakit Menular Di Puskesmas Kota

Sigli Kabupaten Pidie. Jurnal Litbang Kemkes. 1(1): 1-7.

Hasmi. 2012. Metode Penelitian Epidemiologi. Trans Info Media. Jakarta.

Hayati D, Musa E. 2016. Hubungan Kinerja Pengawas Menelan Obat Dengan

Kesembuhan Tuberkulosis Di Upt Puskesmas Arcamanik Kota Bandung.

4(1): 10-18.

Page 62: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

61

Irnawati NM, Siagian IET, Ottay RI. 2016. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap

Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Tuberkulosis Di Puskesmas Motoboi

Kecil Kota Kotamobagu. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik. 4(1): 59-

64.

Jufrizal, Hermansyah, Mulyadi, 2016. Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum

Obat (Pmo) Dengan Tingkat Keberhasilan Pengobatan Penderita

Tuberkulosis Paru. Jurnal Ilmu Keperawatan. 4(1): 1-12.

Kaulagekear N, Dhake, Preeti. 2012. Perspective Of Tuberculosis Patients On

Family Support And Care In Rural Maharashtra. Indian Journal of

Tuberculosis. 59: 224-30.

Kurniati. 2010. Angka Konversi Penderita Tuberkulosis Paru yang Diobati dengan

Obat Antituberkulosis (OAT) Paket Kategori Satu di BP4 Garut. 42(1): 1-5.

Kemenkes RI. 2011. Buku Petunjuk Praktis Bagi Petugas dan Pelaksana

Penanggulangan TBC di Unit Pelayanan Kesehatan. Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia. Jakarta.

Kemenkes RI. 2013. Profil kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 614.542 : 2-14.

Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 67

Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia .

Page 63: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

62

Kepmenkes. No. 829/Menkes/SK/VII/1999. Persyaratan Kesehatan Rumah

Tinggal. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Mochammad, H.M., Aisah, S., Ernawati. 2012. Gambaran Pengawas Menelan Obat

(PMO) di Puskesmas Genuk dan Bangetayu Semarang. Jurnal Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Semarang.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=418836&val=434&title

=GAMBARAN%20PENGAWAS%20MENELAN%20OBAT%20(PMO)%

20DI%20PUSKESMAS%20GENUK%20DAN%20BANGETAYU%20SE

MARANG. Diakses pada 03 Desember 2018.

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoadmodjo S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Octovianus L, Suhartono, Kuntjoro T. 2015. Analisis Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Kejadian Drop Out Penderita TB Paru di Puskesmas

Kota Sorong. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Universitas

Dipenogoro. 3(3): 228–34.

PDPI. 2016. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Jakarta : 4-25.

Panjang. 2014. Laporan Hasil Rekapitulasi Pendataan Keluarga Tingkat Kecamatan

Panjang. Kecamatan Panjang. Bandar Lampung.

Park YS, Hong SJ, Boo YK, Hwang ES, Kim HJ, Cho SH. 2012. The National

Status of Tuberculosis Using Nationwide Medical Records Survey of Patients

with Tuberculosis in Korea. Tuberc Respir Dis (Seoul). 73(1): 48-5.

Permatasari NP. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan PMO Dengan Keberhasilan

Pengobatan TB Di Wilayah Kerja Puskesmas Kertasura. Skripsi. Stikes

Kusuma Husada Surakarta. http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id. Diakses

pada tanggal 04 Desember 2018.

Peter JG, Theron G, Pooran A, Thomas J, Pascoe M, Dheda K. 2013. Comparison

Of Two Methods For Acquisition Of Sputum Samples For Diagnosis Of

Suspected Tuberculosis In Smear-Negative Or Sputum-Scarce People: A

Randomised Controlled Trial. Lancet Respir Med. 1(6): 471–478.

Page 64: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

63

Prabowo RDR. 2014. Hubungan Antara Peran Pengawas Minum Obat (PMO)

dengan Kepatuhan Kunjungan Berobat Pada Pasien Tuberculosis Paru (TB

Paru) di Puskesmas Nogosari Boyolali. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas

Muhamadiyah Surakarta. Surakarta. Skripsi.

Pratama ANW, Aliong APR, Sufianti N, Rahmawati E. 2018. Hubungan antara

Tingkat Pengetahuan Pasien dan Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan

Kepatuhan Pasien Tuberkulosis di Puskesmas Kabupaten Jember. 6(2): 1-7.

Puskesmas Panjang. 2018. Data Rekapitulasi Penderita TB Paru Tahun 2017.

Puskesmas Panjang. Bandar Lampung.

Puspasari N. 2014. Karakteristik Pasien Tuberkulosis Yang Memperoleh

Pengobatan Kategori 2 Di UP4 Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2009-2012.

Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.

Putri JA. 2015. Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan PMO (Pengawas

Minum Obat) Terhadap Kepatuhan Minum Obat Antituberkulosis Pasien TB

Paru. Juke Unila. 4(8): 1-4.

Rahmawati, Syafar M, Arsin A, 2011. Peran PMO Dalam Pencegahan Penularan

Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Remaja Samarinda. Jurnal Unhas.

Rahmi N, Medison I, Suryadi I. 2017. Hubungan Tingkat Kepatuhan Penderita

Tuberkulosis Paru dengan Perilaku Kesehatan, Efek Samping OAT dan Peran

PMO pada Pengobatan Fase Intensif di Puskesmas Seberang Padang

September 2012 - Januari 2013. 6(2): 1-6.

Rohmana O, Suhartini, Suhenda A. 2014. Faktor-Faktor Pada PMO Yang

Berhubungan Dengan Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru Di Kota

Cirebon. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. 10(1): 933-40.

Saftarina F, Islamy N, Rasely MC. 2012. Hubungan Pendidikan Dan Pengetahuan

Pengawas Minum Obat (Pmo) Terhadap Keteraturan Minum Obat Anti

Tuberkulosis (Oat) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di Kabupaten Tulang

Bawang Barat. Jurnal FMIPA Unila.

Sianturi R. 2013. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan TB

Paru. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Page 65: HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENGAWAS MINUM OBAT …digilib.unila.ac.id/55346/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas Minum Obat (PMO)

64

Sidy YN. 2012. Analisis Pengaruh Peran Pengawas Menelan Obat Dari Anggota

Keluarga Terhadap Kepatuhan Pengobatan Penderita Tuberkulosis Di Kota

Pariaman Tahun 2010-2011. Universitas Indonesia. Tesis.

Silvani, Hesti, Sureskiarti, Enok. 2016. Hubungan Peran Aktif Keluarga sebagai

Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Angka Kekambuhan TB Paru di

Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Jurnal Ilmu

Kesehatan. Vol 4 No 2.

Timmreck TC. 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi Kedua (Mulyana Fauziah

dkk, Penerjemah). Jakarta: EGC.

World Health Organization (WHO). 2015 .Global Tuberculosis Report 2015.

Switzerland.

Wulandari A, Nurzajuli, Adi MS. 2015. Faktor Risiko dan Potensi Penularan

Tuberkulosis Paru di Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan

Lingkungan Indonesia. 14(1): 7-13.

Wulandari DH. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

KepatuhanPasien Tuberkulosis Paru Tahap Lanjutan Untuk Minum Obat di

RS Rumah Sehat Terpadu Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia. 2(1): 17-28.

Zubaidah T, Setyaningrum R, Ani FN. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Angka

Kesembuhan TB di Kabupaten Banjar tahun 2013. Jurnal Buski. 4(4) : 192-

99.