hubungan antara karakteristik ibu dengan kejadian bayi berat lahir rendah

Upload: ivan-sihombing

Post on 08-Jan-2016

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Hubungan Antara Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

TRANSCRIPT

31

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) PADA IBU YANG MELAHIRKAN DI UPK PUSKESMAS KAMPUNG DALAM PERIODE JANUARI 2013 HINGGA NOVEMBER 2014

Celcilia E1; Fajrin AML1; Puspasari N1; Radisu AS1; Suwarni R1; Sihombing I1; Putri EA2; Suryani I2;IntisariLatar Belakang: Masalah kesehatan ibu dan anak masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Meningkatknya kejadian BBLR akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir. Angka kejadian BBLR di UPK Puskesmas Kampung Dalam mengalami peningkatan dari Januari 2013 hingga November 2014. Kejadian BBLR dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk faktor karakteristik ibu. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara karakteristik ibu dengan kejadian BBLR di UPK Puskesmas Kampung Dalam dalam periode Januari 2013 hingga November 2014. Metodologi: Desain penelitian yang digunakan adalah cros-sectional. Data diperoleh melalui penelusuran rekam medik pasien. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Data diolah menggunakan teknis analisis komparatif berupa uji Chi Square dan uji Fisher. Hasil: Dari penelitian ini didapatkan 100 orang yang menjadi sampel penelitian. Hasil uji bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara lingkar lengan atas (p = 0,000), kadar hemoglobin (p = 0, 005) dan jumlah kunjungan ANC (p = 0, 001) dengan kejadian BBLR. Kesimpulan: Karakteristik ibu berupa lingkar lengan atas, kadar hemoglobin dan jumlah ANC berhubungan dengan kejadian BBLR. Disarankan kepada Puskesmas Kampung Dalam untuk lebih meningkatkan penyuluhan kepada ibu hamil dan wanita usia subur pra hamil tentang faktor-faktor resiko BBLR dan pencegahannya.

Kata kunci: BBLR, Karakteristik ibu, Lingkar lengan atas, Hemoglobin, ANC1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Univesitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat2) Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat3) UPK Puskesmas Kampung Dalam, Pontianak, Kalimantan BaratMATERNAL CHARACTERISTIC RELATIONSHIP TO LOW BIRTH WEIGHT INFANT OCCURENCE FROM WOMAN WHO GIVE BIRTH IN KAMPUNG DALAM PRIMARY HEALTH CENTER IN JANUARY 2013 TO NOVEMBER 2014

Celcilia E1; Fajrin AML1; Puspasari N1; Radisu AS1; Suwarni R1; Sihombing I1; Putri EA2; Suryani I2;AbstractBackground: Maternal and infant health problem is still a major health concern in Indonesia. Higher low birth weight infants occurrence will lead to increasing numbers of neonatal morbidity and mortality accident. There is increasing incident number of low birth weight infants in Kampung Dalam Primary Health Center each year from January 2013 to November 2014. Low birth weight occurrence is affected by several factors, including maternal characteristic. Objective: The purpose of this research was to know and analyze the relationship between maternal characteristic to low birth weight infant occurrence in Kampung Dalam Primary Health Center in January 2013 to November 2014. Methods: Cross-sectional design was chosen for this research. The research data is attained using patient medical record history. The sampling technique used for choosing sample is simple random sampling. Processing of data was done using comparative analysis technique, which is Chi Square test and Fisher test. Results: For this study, 100 people were elected as sample group that would be analyzed further. Bivariat testing showed that there is significant relationship between mid-arm circumference (p = 0,000), hemoglobin levels (p = 0, 005) and number of ANC visits (p = 0, 001) with low birth weight infants incident Conclusion: Maternal characteristic that has relationship to low birth weight infants occurrence are mid-arm circumference, hemoglobin levels, and number of ANC visits. It is suggested for Kampung Dalam Primary Health Center for increasing the effort to educate pregnant mother and fertile age woman about low birth weight infants risk factor and prevention.

Key words: Low birth weight infants, maternal characteristic, mid-arm circumference, hemoglobin levels, ANC1) Medical Shool, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura, Pontianak, West Borneo2) Service Unit of Puskesmas Kampung Dalam, Pontianak, West Borneo3) Department of Community Medicine, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura, Pontianak, West Borneo

31

PendahuluanMasalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang ada di Indonesia. Angka Kematian Bayi di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN pada tahun 2010 (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Berdasarkan Human Development Report 2010, AKB di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 31 per 1.000 kelahiran hidup, 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia, 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan Filipina, dan 2,4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan Thailand.Berdasarkan hasil SDKI tahun 2012, Angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. Perhatian terhadap upaya penurunan AKN (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatus memberi kontribusi terhadap 56% AKB. Salah satu penyebab kematian terbanyak pada neonatus adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), di samping asfiksia dan infeksi (Profil Kesehatan Indonesia, 2013).Bayi Berat Lahir Rendah ialah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Bayi Berat Lahir Rendah merupakan indikator kesehatan bayi yang penting karena berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas pada bayi (OECD, 2009). Bayi Berat Lahir Rendah seringkali mengalami masalah seperti gangguan sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastrointestinal, ginjal, dan termoregulasi. Bayi Berat Lahir Rendah juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terserang infeksi, mengalami komplikasi, bahkan kematian. Kematian pada BBLR diketahui 8 kali lipat lebih besar dibandingkan pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (Tazkiah M, 2013).Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa persentase balita (0-59 bulan) dengan BBLR di Indonesia adalah sebesar 10,2% (Kemenkes RI, 2013). Kalimantan Barat pada tahun 2013 menduduki posisi keempat dengan persentase BBLR tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 14,4% (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Berdasarkan Profil Kesehatan Kalimantan Barat tahun 2013, kota Pontianak memiliki kejadian kasus BBLR tertinggi di Kalimantan Barat yaitu sebesar 443 kasus untuk seluruh wilayah kota Pontianak. UPK Puskesmas Kampung Dalam merupakan Puksesmas dengan kasus BBLR tertinggi kedua di seluruh Kota Pontianak (Profil Kesehatan Kota Pontianak, 2012) dan dengan kasus BBLR tertinggi pertama di kecamatan Pontianak Timur (Profil Kesehatan Kota Pontianak, 2013). Berdasarkan pendataan PONED Puskesmas Kampung Dalam terjadi peningkatan persentase kejadian BBLR di UPK Puskesmas Kampung Dalam dari tahun 2012 ke tahun 2013. Persentase kejadian BBLR tahun 2012 adalah 10,49%, persentase ini sudah menurun apabila dibandingkan dengan tahun 2011 yang persentase BBLR-nya adalah 22,48%. Tetapi pada tahun 2013 persentase kejadian BBLR meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2012 menjadi 12,92%. Persentase ini terus meningkat hingga pada periode Januari 2014-November 2014 menjadi 14,04%.Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, penelitian ini bermaksud untuk meneliti hubungan antara karakteristik ibu dengan kejadian BBLR pada ibu yang melahirkan di UPK Puskesmas Kampung Dalam periode Januari 2013 November 2014.MetodePenelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik untuk mendapatkan hubungan antara karakteristik ibu dengan kejadian BBLR pada ibu yang melahirkan di UPK Puskesmas Kampung Dalam periode Januari 2013 hingga November 2014. Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain cross sectional.Populasi pada penelitian ini ialah ibu yang melahirkan bayi di UPK Puskesmas Kampung Dalam periode Januari 2013 November 2014. Sampel dipilih dengan cara pemilihan sampel berdasarkan peluang (probability sampling) metode acak sederhana (simple random sampling). Pada penelitian ini sampel yang akan diambil berjumlah 100 orang.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status berat badan lahir bayi yang dilahirkan di UPK Puskesmas Kampung Dalam. Variabel bebas penelitian ini adalah karakteristik ibu berupa usia, tingkat pendidikan, ukuran lingkar lengan atas, tinggi badan, kadar hemoglobin, usia kehamilan, jumlah kunjungan ANC, dan paritas.Data yang diperoleh dari rekam medis kemudian dikumpulkan dan diolah menggunakan perangkat lunak uji statistik. Adapun uji statistika (uji hipotesis) dilakukan dengan Chi Square untuk menguji signifikansi hipotesis variabel kategorik tidak berpasangan dan menggunakan uji Fischer jika syarat uji Chi Square tidak terpenuhi.

29

27

HASILTabel 1 Distribusi frekuensi sampel penelitianFrekuensi

N%

Berat Lahir bayiBBLR3535,0%

Tidak BBLR6565,0%

Total100100,0%

Usia< 20 tahun77,0%

20 35 tahun8484,0%

>35 tahun99,0%

Total100100,0%

Tingkat PendidikanTidak Sekolah00,0%

SD/Sederajat3131,0%

SMP/Sederajat3232,0%

SMA/Sederajat3636,0%

Perguruan Tinggi11,0%

Total100100,0%

Ukuran LILA< 23,5 cm 2929,0%

23,5 cm7171,0%

Total100100,0%

Tinggi Badan< 145 cm44,0%

145 cm9696,0%

Total100100,0%

Kadar Hb< 11 gr/dl3636,0%

11 gr/dl6464,0%

Total100100,0%

Usia Kehamilan< 37 minggu 1212,0%

37 42 minggu8888,0%

> 42 minggu00,0%

Total100100,0%

Jumlah Kunjungan ANC< 4 kali2323,0%

4 kali7777,0

Total100100,0%

ParitasParitas 13737,0%

Paritas 2-35757,0%

Paritas 466,0%

Total100100,0%

Sumber: Data Rekam Medik UPK Puskesmas Kampung Dalam, 20112014

Tabel 2 Hasil Uji Bivariat Sampel PenelitianStatus berat lahir bayiP

BBLRTidak BBLR

N%n%

UsiaBerisiko 77,099,00,423

Tidak Berisiko 2828,05656,0

Tingkat pendidikanRendah2222,04141,00,983

Tinggi1313,02424,0

Lingkar lengan atasBerisiko2020,099,00,000

Tidak berisiko1515,05656,0

Tinggi badanBerisiko33,011,00,122

Tidak berisiko3232,06464,0

Kadar HbAnemia1919,01717,00,005

Tidak anemia1616,04848,0

Usia KehamilanKurang bulan55,077,00,748

Cukup Bulan3030,05858,0

Jumlah Kunjungan ANCKurang 1515,088,00,001

Cukup2020,05757,0

ParitasBerisiko1414,02929,00,657

Tidak berisiko2121,03636,0

Sumber: Data Rekam Medik UPK Puskesmas Kampung Dalam, 2011 2014

PembahasanHubungan Usia dengan Kejadian BBLRPada penelitian ditemukan distribusi ibu dengan usia berisiko sebanyak orang 16 orang (16,0%). Sedangkan distribusi ibu dengan usia tidak berisiko sebanyak 84 orang (84,0%). Pada hasil analisis Chi Square pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara usia dan kejadian BBLR, didapatkan nilai p sebesar 0,423. Nilai p ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara usia dan kejadian BBLR. Hasil ini tidak sejalan dengan teori yang telah disampaikan sebelumnya yang menyebutkan bahwa usia ibu dapat berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Tetapi hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jayanti (2006) dan Nunung (2000). Pada penelitian Jayanti Oktrinas di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2006 yang menganalisis hubungan antara usia ibu dan kejadian BBLR ditemukan nilai p sebesar 0,483 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara usia ibu dan kejadian BBLR. Nunung (2000) menunjukkan bahwa faktor umur ibu tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian BBLR. Tidak adanya hubungan antara umur Ibu dengan kejadian BBLR disebabkan adanya faktor - faktor lain yang lebih dominan hubunganya dengan kejadian BBLR. Faktor - faktor tersebut antara lain status gizi Ibu bersalin, perawatan saat kehamilan dan pemeriksaan kehamilan. Jadi kejadian BBLR tidak dipengaruhi oleh umur saja, meskipun ibu dengan umur berisiko namun jika ibu secara teratur memeriksakan kehamilannya ke tempat pelayanan kesehatan, memberikan nutrisi yang cukup bagi janin yang dikandungnya dan tidak memiliki komplikasi pada kehamilannya maka kejadian BBLR dapat dihindarkan. (Puspitasari dan Sulastri, 2013; Stiani, 2012)Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian BBLRPada penelitian ini ditemukan distribusi ibu dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak 63 orang (63,0%). Sedangkan distribusi ibu dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 37 orang (37,0%). Pada hasil analisis Chi Square dalam peneltian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan kejadian BBLR, didapatkan nilai p sebesar 0,983. Nilai p ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pendidikan dan kejadian BBLR. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Widiyastuti (2009) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kejadian BBLR. Tetapi sejalan dengan penelitian Puspitasari dan Sulastri (2013) yang mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan kejadian BBLR.BBLR cenderung terjadi pada kelompok penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Pada kelompok penduduk berpendidikan rendah pada umumnya kurang mempunyai akses informasi tentang BBLR dan penanggulangannya, kurang memahami akibat BBLR, kurang dapat memilih bahan makanan bergizi khususnya yang mengandung zat besi tinggi, serta kurang dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. Tetapi pada tingkat pendidikan yang relatif tinggi terjadi sebaliknya. (IDAI,2004)Dalam penelitian ini tingkat pendidikan responden tidak berhubungan dengan kejadian BBLR. Hal ini disebabkan karena terdapat faktor-faktor lain yang lebih kuat pengaruhnya terhadap kejadian BBLR, salah satunya seperti status gizi, pelayanan perawatan, dan pemeriksaan kehamilan. Ibu dengan tingkat pengetahuan rendah juga tidak selalu memiliki informasi yang buruk mengenai BBLR karena ibu dapat memperoleh informasi dari petugas kesehatan sebelum kehamilan atau selama kehamilan sehingga dapat menghindari hal-hal yang dapat berpengaruh terhadap kejadian BBLR. (Stiani, 2012)Hubungan Lingkar Lengan Atas dengan Kejadian BBLRDari hasil penelitian, didapatkan ibu hamil yang memiliki ukuran LILA berisiko sebanyak 29 orang (29,0%). Pada hasil analisis Chi Square didapatkan nilai p sebesar 0,000. Nilai p akan bermakna apabila < 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara lingkar lengan atas dan kejadian BBLR.Hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara LILA dan kejadian BBLR disebabkan pasokan kalori dan nutrisi ibu hamil digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Sehingga pasokan tambahan kalori dan nutrisi sehari-hari yang tidak memadai akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janinnya (Depkes, 2008). Ibu dengan ukuran LILA < 23,5 cm berisiko untuk mengalami KEK. Kondisi KEK menggambarkan tidak terpenuhinya kebutuhan energi pada ibu. Kekurangan energi secara kronis menyebabkan ibu hamil tidak mempunyai cadangan zat gizi yang adekuat untuk menyediakan kebutuhan fisiologi kehamilan yakni perubahan hormon dan peningkatan volume darah untuk pertumbuhan janin, sehingga suplai zat gizi pada janin pun berkurang akibatnya pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat dan lahir dengan berat yang rendah (Waryono,2010)Berdasarkan penelitian Puji (2009) yang meneliti hubungan faktor resiko ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah, dan penelitian ini juga menyimpulkan bahwa ada hubungan antara lingkar lengan atas ibu hamil dengan berat bayi lahir rendah dengan nilai p 0,000. Begitu juga dengan hasil penelitian Maulidiyah (2012) yang menunjukkan bahwa 34,4 % ibu dengan LILA < 23,5 % melahirkan bayi berat lahir rendah dan terhadap hubungan antara LILA dengan bayi berat lahir rendah dengan nilai p value 0,000 berdasarkan uji Chi Square.Hubungan Tinggi Badan dengan Kejadian BBLRPada penelitian ini ditemukan distribusi ibu dengan tinggi badan berisiko (