hubungan antara individual arena dan work...

183
HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK ARENA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA PEMBUATAN OFFSHORE PIPELINE AND MOORING TOWER (EPC3) PROYEK BANYU URIP DI PT. REKAYASA INDUSTRI, SERANG-BANTEN TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) OLEH : DANIAWATI NIM : 109101000003 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H /2013 M

Upload: lyxuyen

Post on 25-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK ARENA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA PEMBUATAN OFFSHORE PIPELINE AND

MOORING TOWER (EPC3) PROYEK BANYU URIP DI PT. REKAYASA INDUSTRI, SERANG-BANTEN TAHUN 2013

SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :

DANIAWATI

NIM : 109101000003

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H /2013 M

Page 2: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

SkripSi ini ku perSembahkan untuk kedua orang tuaku

Serta rekan-rekan yang mencintai ilmu dan mengamalkannya

Page 3: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan
Page 4: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Agustus 2013 Daniawati, NIM. 109101000003 Hubungan Antara Individual Arena dan Work Arena dengan Stres Kerja Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower (EPC3) Proyek Banyu Urip di PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 xvi + 137 halaman, 23 tabel, 2 bagan, 4 Lampiran

ABSTRAK

Pekerja kontraktor merupakan pekerjaan yang selalu dihadapi oleh berbagai

tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan kerja seperti bising, panas, debu yang merupakan kondisi yang selalu ditemui. Kondisi tersebut merupakan penyebab terjadinya stres ditempat kerja. Proyek Banyu Urip merupakan proyek untuk mengembangkan dan menghasilkan cadangan minyak mentah dan gas alam yang ditargetkan rampung dalam waktu satu tahun. Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan sebanyak 70% pekerja mengalami stres kerja.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan pengukuran untuk kebisingan dan tekanan panas. Sampel penelitian berjumlah 82 pekerja proyek banyu urip.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebesar 52,4% pekerja mengalami stres kerja ringan dan 23,2% pekerja tidak mengalami stres. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 3 variabel yang berhubungan dengan stres kerja yaitu umur, masa kerja dan kebisingan. Dan kebisingan merupakan variabel yang paling dominan dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower (EPC3) proyek Banyu Urip di PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Perusahaan diharapkan dapat mempertimbangkan jenis pekerjaan yang akan diberikan kepada pekerja dan juga memberdayakan pekerja melalui program-program kerja yang mampu membuat pekerja tidak merasa jenuh dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan maksimal. Kata Kunci : stres kerja, pekerja proyek, cross sectional Daftar Bacaan : 83 (1976 – 2013)

Page 5: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

iii

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH Undergraduated Thesis, August 2013 Daniawati, NIM : 109101000003 The Relationship Between Individual Arena and Work Arena with Job Stress Of Making Workers On Offshore Pipeline and Mooring Tower (EPC3) Banyu Urip Project in PT Rekayasa Industri, Serang-Banten in 2013 Xvi + 137 pages, 23 tables, 2 charts, 4 attachment

ABSTRACT

Project worker is a job that is always faced by a variety of pressures both from

the company, superiors and coworkers. The Working environment such as noise, heat, dust is a condition that is always met. That condition a cause a stress in the workplace. Banyu Urip project is a project to develop and produce crude oil and natural gas that expected to be completed within a year. From preliminary studies that have been done, 70% of workers is experiencing job stress.

This study is an analytic research that used quantitative approach and cross sectional study design. The data was collected by using questionnaire tool and noise and heat stress measurements. The Samples are 82 banyu urip project workers.

Based on the research, it is known that 52.4% of workers experiencing mild job stress, 24.4% of workers experiencing severe stress and 23,2% of workers not experiencing job stress. The results show there are three variables related to job stress those are age, years of service and noise. And noise is the most dominant variable toward job stress in workers offshore pipeline and mooring tower (EPC3) Banyu Urip project in PT Rekayasa Industri in 2013.

The company is expected to consider the type of work that will be given to the workers and also empower employees through workplace programs that can make workers not feel bored and can carry out the work to the maximum. Key word : job stress, the project worker, cross sectional study Reference : 83 (1976 – 2013)

Page 6: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan
Page 7: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan
Page 8: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

vi

RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi Nama : Daniawati Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Januari 1992 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Pondok maharta blok B28 No 19 rt. 011/010 Pondok kacang timur, ciledug, Tangerang 15526 No. Telp : 085692538704/ 081291274035 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan 1. 1997 - 2003 : SD Negeri Sudimara I Ciledug 2. 2003 - 2006 : SMP Negeri 142 Jakarta Barat 3. 2006 - 2009 : SMA Negeri 85 Jakarta Barat 4. 2009 – Juli 2013 : S1-Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program

Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 9: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Individual Arena Dan

Work Arena Dengan Stres Kerja Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline And

Mooring Tower (EPC3) Proyek Banyu Urip Di PT Rekayasa Industri, Serang-

Banten Tahun 2013” dapat diselesaikan tepat waktu.

Skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir mahasiswa semester VIII

(delapan) Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

(SKM). Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orangtuaku, mama dan papa yang selalu mendo’akan dan mendukung

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga untuk mami, papi dan Casillas

terima kasih untuk semangat, perhatian serta kasih sayang yang diberikan setiap

saat.

2. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ir. Febrianti, M.Si selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Catur Rosidati, MKM dan Riastuti Kusuma Wardani, MKM selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam pelaksanaan

penelitian skripsi ini.

5. Ibu Iting Shofwati, SKM, MKKK selaku penanggung jawab peminatan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang banyak memberikan masukan baik

mengenai tugas kuliah, atau mengenai pelajaran hidup.

6. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta termasuk para dosen tamu,

terima kasih atas keilmuan yang telah diberikan selama perkuliahan.

Page 10: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

viii

7. Bapak M. Yuzar Virza yang telah banyak memberikan arahan, masukan dan

bantuan dalam pelaksanaan penelitian skripsi.

8. Bapak Tommy selaku HRD PT. Rekayasa Industri yang telah memberikan izin

dan kesempatan untuk melakukan penelitian di PT. Rekayasa Industri.

9. Seluruh karyawan dan staf di site office EPC3-Banyu Urip, Serang-Banten

khususnya Bapak Alfian, bapak Anton, bapak Ridwan, bapak Tikno dan bapak

Ganjar yang telah membantu pelaksanaan penelitian skripsi ini.

10. Bapak Ahmad Gozali yang telah membantu administrasi mahasiswa dari awal

hingga akhir perkuliahan.

11. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2009, khususnya K3 (Amel, Denisa,

Ubay, Vijeh, Mufil, Dio, Ipeh, Diana, Heni, Pikih, Sca, Fadil, Lina, Desi, Reza,

Rifky, Novan, Sandy, Defri) yang selalu memberikan saran dan masukan serta

semangat dalam penelitian.

12. Sahabat-sahabatku (Denisa, Vijeh, Heni, Ana, Ubay, Mufil) terima kasih untuk

support dan kerjasamanya selama ini. You’r rock guys!!!

13. Kak Ami 2007 yang sedikit banyak direpotkan untuk penelitian ini, serta seluruh

pihak yang telah banyak membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu per

satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan

masukan dari semua pihak untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta, Agustus 2013

Daniawati

Page 11: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN i

ABSTRAK ii

LEMBAR PERSETUJUAN iv

LEMBAR PENGESAHAN v

RIWAYAT HIDUP vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR BAGAN xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Pertanyaan Penelitian 7

1.4 Tujuan Penelitian 8

1.4.1 Tujuan Umum 8

1.4.2 Tujuan Khusus 8

1.5 Manfaat Penelitian 9

1.5.1 Bagi Institusi 9

1.5.2 Bagi Pekerja 9

1.5.3 Bagi Perusahaan 9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian 10

BAB II TINJAUAN PUSAKA 11

2.1 Definisi stres 11

2.1.1 Definisi Stres Kerja 12

2.1.2 Pendekatan-pendekatan dalam mempelajari stres 14

2.1.3 Tahapan Stres 16

Page 12: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

x

2.1.4 Indikator Stres Kerja 19

2.1.5 Dampak Stres Kerja 20

2.2 Faktor Penyebab Stres 22

2.2.1 Individual Arena 22

2.2.2 Work Arena 27

2.3 Pengukuran Stres 49

2.4 Pencegahan dan Pengendalian Stres 54

2.5 Kontraktor 57

2.6 Kerangka Teori 59

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

3.1 Kerangka Konsep 61

3.2 Definisi Operasional 64

3.3 Hipotesis Penelitian 67

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 68

4.1 Desain Penelitian 68

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 68

4.3 Populasi dan Sampel 68

4.4 Sumber dan Jenis Data 71

4.4.1 Data Primer 71

4.4.2 Data Sekunder 71

4.5 Instrumen Penelitian 71

4.6 Teknik Pengumpulan Data 77

4.7 Manajemen Data 78

4.8 Analisis Data 80

4.8.1 Analisis Univariat 80

4.8.2 Analisis Bivariat 80

4.8.3 Analisis Multivariat 81

BAB V HASIL PENELITIAN 83

5.1 Gambaran Umum Perusahaan 83

Page 13: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

xi

5.1.1 Visi dan Misi Perusahaan 83

5.1.2 Gambaran umum proyek offshore pipeline and mooring

tower Proyek Banyu Urip, Serang-Banten 84

5.2 Analisis Univariat 89

5.3 Analisis Bivariat 94

5.4 Analisis Multivariat 103

5.4.1 Pemilihan Variabel Kandidat Analisis Multivariat 103

5.4.2 Pembuatan Model Faktor Penentu Variabel yang Paling

Berpengaruh 104

BAB VI PEMBAHASAN 107

6.1 Keterbatasan Penelitian 107

6.2 Gambaran Stres Kerja Pada Pekerja pembuatan offshore

pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip 107

6.3 Usia 111

6.4 Masa Kerja 113

6.5 Pendidikan 115

6.6 Status Perkawinan 117

6.7 Rutinitas 118

6.8 Hubungan Interpersonal 120

6.9 Kebisingan 123

6.10 Tekanan Panas 125

BAB VII PENUTUP 128

7.1 Kesimpulan 128

7.2 Saran 129

7.2.1 Bagi Perusahaan 129

7.2.2 Bagi Pekerja 130

7.2.3 Bagi Peneliti Lain 130

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

xii

DAFTAR TABEL

2.1 Kategori beban kerja berdasarkan metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung

31

2.2 NAB Kebisingan 36

2.3 NAB Tekanan Panas

41

2.4 NAB Intensitas Cahaya 45

2.5 Indikator Stres Kerja 52

3.1 Definisi Operasional 64

4.1 Hasil Perhitungan Sampel Terhadap Hasil Penelitian Terdahulu 69

4.2 Hasil Uji Validitas 73

5.1 Distribusi frekuensi stres kerja pada pekerja Pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

89

5.2 Distribusi frekuensi usia dan masa kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

90

5.3 Distribusi frekuensi pendidikan dan status perkawinan pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

91

5.4 Distribusi frekuensi rutinitas, hubungan interpersonal, kebisingan dan tekanan panas pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

92

Page 15: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

xiii

5.5 Hubungan antara usia dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

95

5.6 Hubungan antara masa kerja dengan stres kerja pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

96

5.7 Hubungan antara pendidikan dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

97

5.8 Hubungan antara status perkawinan dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

98

5.9 Hubungan antara rutinitas dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

99

5.10 Hubungan antara hubungan interpersonal dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

100

5.11 Hubungan antara kebisingan dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

101

5.12 Hubungan antara tekanan panas dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

102

5.13 Hasil Analisis Bivariat Antara Individual Arena dan Work Arena dengan Stres Kerja Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline And Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT.

104

Page 16: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

xiv

Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

5.14 Hasil analisis multivariat regresi logistik berganda antara usia, masa kerja, rutinitas, hubungan interpersonal, kebisingan dan tekanan panas dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

105

5.15 Hasil analisis multivariat antara usia dan kebisingan dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri Tahun 2013.

105

Page 17: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

xv

DAFTAR BAGAN

2.1 Kerangka Teori 60

3.1 Kerangka Konsep 63

Page 18: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin

Lampiran 2 kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Denah Site Bakrie

Lampiran 4 Output SPSS

Page 19: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini, persaingan antara perusahaan baik di dalam

maupun luar negeri semakin ketat dan keras.Disamping itu juga terjadi perubahan-

perubahan yang sangat cepat dari berbagai masalah yang sangat kompleks

(Tarwaka, 2013).Saat ini,setiap perusahaan dituntut untuk tetap mempertahankan

efektivitasnya, hal ini ditujukan agar perusahaan dapat terus bertahan dan bersaing

dengan perusahaan lainnya.Salah satu indikator dari keefektivitasan suatu

perusahaan adalah produktivitas para pekerjanya.Oleh Karena itu, produktivitas

pekerja sangat perlu untuk mendapatkan perhatian khusus dari pihak

perusahaan.Namun berdasarkan hasil statistik di Amerika Serikat menunjukkan

bahwa 40% pekerja merasa pekerjaannya sangat menekan.Bahkan di tengah lautan

stres seperti saat ini, 25% pekerja di Amerika Serikat menganggap pekerjaan adalah

hal yang paling menekan dalam kehidupan mereka (Rini, 2008).

Modernisasi membuat orang semakin rajin bekerja.Namun, ternyata tidak

semuanya merasa senang.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Komisi

Health and Safety Executive pada tahun 2004-2005 didapatkan bahwa dari 5 juta

penduduk United Kingdom (UK) merasakan stres akibat pekerjaannya dan total

12,8 juta pekerja setiap harinya mengalami stres dan depresi yang disebabkan oleh

pekerjaannya (National Safety Council, 2004).

Page 20: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

2

Menurut Hans Selye (1976)dalam (Munandar, 2008) stres didefinisikan

sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan

padanya. Dengan kata lain, stres dapat digunakan untuk menunjukkan suatu

perubahan fisik yang luas yang disulut oleh berbagai faktor psikologis atau faktor

fisik atau kombinasi kedua faktor tersebut. Stres merupakan pengalaman bersifat

internal yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis dalam diri

seseorang akibat dari faktor lingkungan eksternal, organisasi atau orang lain.

Menurut Anoraga (2001) Stres kerja merupakan suatu bentuk tanggapan

seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan pada lingkungannya

yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.Dalam suatu

organisasi masalah stres kerja menjadi gejala yang penting untuk diamati sejak

mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan karena stres kerja dapat

menjadi pemicu terjadinya kecelakaan kerja.

Menurut Hawari (2001) stres kerja ditandai dengan adanya Keluhan.Keluhan

yang dialami, dibedakan menjadi tiga yaitu fisiologis, psikologis dan

perilaku.keluhanfisiologis seperti sakit kepala/ pusing, sakit punggung, gangguan

seksual, asma /sesak nafas, gugup, nafsu makan hilang, badan terasa lemah,

letih/lesu. Sedangkan keluhan psikologis seperti mudah marah, mudah tersinggung,

perasaan tertekan, merasa cemas/gelisah, mudah putus asa.Dan keluhan perilaku

seperti kurang konsentrasi,cepat merasa lupa, menunda-nunda pekerjaan, serta dapat

melampiaskannya dengan kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol secara

berlebih.kondisi ini biasa disebut dengan stres (Munandar, 2008).

Page 21: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

3

Dampak dari stres di tempat kerja memiliki konsekuensi serius tidak hanya

bagi individu tetapi juga untuk produktivitas perusahaan.Kinerja karyawan, tingkat

penyakit, absensi yang tinggi, kecelakaan dan turnover karyawan semuanya

dipengaruhi oleh status kesehatan mental karyawan (ILO, 2000 dalam Munandar,

2008).Kini diyakini bahwa 80% penyakit dan kesakitan dipicu dan diperburuk oleh

stres (National Safety Council, 2004).

Telah banyak penelitian di Indonesia yang membahas mengenai stres kerja.

Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Adas (2006) yang mengatakan

bahwa dari 108 pekerja yang diteliti 22 % mengalami stres kerja ringan dan 77,1 %

mengalami stres kerja berat. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang

dilakukan oleh Airmayanti (2010) yaitu dari 108 orang yang diteliti didapatkan

bahwa sebesar 44,4 % pekerja mengalami stres berat dan sebesar 55,6 % pekerja

mengalami stres kerja ringan.

Beberapa hasil penelitian mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang

berhubungan dengan stres kerja pada pekerja.Airmayanti (2010) menyatakan bahwa

rutinitas merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya stres pada pekerja bagian

produksi PT ISM Bogasari Flour Mills tahun 2009.Hal ini diperkuat dengan

penelitian yang dilakukan Vinallia (2011) yang mengatakan bahwa berdasarkan

hasil uji statistik yang dilakukan untuk melihat hubungan antara rutinitas dengan

stres kerja didapatkan hubungan yang signifikan antara rutinitas dengan stres kerja.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa stres dapat terjadi ditempat

kerja, tak kecuali PT. Rekayasa Industri yang merupakan salah satu sektor industri

yang bergerak dalam bidang teknik, konstruksi pengadaan, dan uji-coba operasi

Page 22: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

4

(EPCC) untuk pabrik-pabrik industri besar di Indonesia. Saat ini PT. Rekayasa

Industri sedang menjalankan proyek yang diberi nama Banyu Urip. Banyu Urip

merupakan suatu proyek yang direncanakan untuk mengembangkan dan

menghasilkan cadangan minyak mentah dan gas alam.Proyek ini berlokasi di Pulau

Jawa diantara Kota Cepu dan Kota Bojonegoro. Proyek ini dibagi menjadi lima

teknik yaitu : EPC1 Central Processing Facilities (CPF), EPC2 Onshore Export

Pipeline, EPC3 Offshore pipeline dan Mooring Tower, EPC4 FSO konversi tanker

dan EPC5 Infrastruktur. Penelitian ini lebih memfokuskan pada kegiatan proyek

EPC3, yaitu proyek pembuatan offshore pipeline and mooring tower untuk ekspor

minyak yang dihasilkan ke floating storage and offloading (FSO).

Di proyek EPC3 ditemukan faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan stres

kerja pada pekerja, seperti lingkungan fisik yaitu kebisingan dan tekanan panas.Dari

hasil pengukuran area kerja proyek ini memiliki tingkat kebisingan berkisar antara

75 dB-95 dBdan suhu lingkungan yang tinggi berkisar antara 38-39°C.Menurut

Ivancevich dan Matteson (1980) dalam Munandar (2008) mengatakan bahwa bising

yang berlebih (85dB) yang berulangkali didengar, dalam jangka waktu yang lama

dapat menimbulkan stres yang berkaitan dengan emosi. Dan menurut Keputusan

Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 tentang kondisi lingkungan kerja

yang sesuai dengan persyaratan kesehatan, suhu kerja industri yang cocok berkisar

antara 21-30°C.

Proyek EPC3 pun ditargetkan rampung dalam waktu satu tahun, dimana pada

setiap kegiatan yang pekerja jalankan tentunya memiliki tanggung jawab dan beban

kerja yang berbeda-beda, karena tuntutan kerja dan kapasitas pekerja pun berbeda-

Page 23: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

5

beda dan hampir seluruh pekerja merasakan bahwa rutinitas pekerjaannya monoton

ketidaknyaman dalam melakukan pekerjaan merupakan tanda-tanda penyebab stres

kerja (Tarwaka, 2013).

Menurut NIOSH (1999) stres kerja memiliki risiko untuk menyebabkan

terjadinya kecelakaan ditempat kerja, begitu pula menurut Anoraga (2001) bahwa

stres kerja dapat menjadi pemicu terjadinya kecelakaan kerja. PT. Rekayasa Industri

memiliki datakecelakaan yang tinggi karena berdasarkan hasil statistik yang

diperoleh pada periode Februari - Maret 2013 telah terjadi unsafe act dan unsafe

condition sebanyak 460 kejadian, Nearmiss sebanyak 1 kejadian, first aid case

sebanyak 10 kejadian dan 2 damage Property. Dan berdasarkan studi pendahuluan

telah dilakukan dari 30 orang responden didapatkan 21 orang mengalami stres,

Oleh karena itu, besar kemungkinan stres kerja pada pekerja proyek

dipengaruhi oleh karakteriktik pekerja dan kondisi lingkungan pekerjaan (NIOSH,

1999). Sehingga penelitian ini ingin membuktikan bahwa karakteristik pekerja dan

kondisi lingkungan pekerjaan dapat mempengaruhi pekerja terhadap stres

kerja.Sehingga dapat dilakukan upaya dalam menanggapi danmengatasi stres kerja

tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Pekerjaan sebagai pekerja proyek memiliki peluang untuk mengalami stres

kerja baik secara fisiologis, psikologis maupun perilaku.Karena pekerjaan ini,

memiliki target waktu pelaksanaan, sehingga pekerja selalu dituntut untuk

menyelesaikan pekerjaan secara optimal dan tepat waktu. Dilain pihak, pekerja

tentunya memiliki atasan dan rekan kerja dimana bila hubungan yang terjalin tidak

Page 24: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

6

baik, akan menggangu pikiran pekerja semakin lama semakin buruk dan dapat

menyebabkan pekerja tidak nyaman. Ditambah lagi dengan kondisi area workshop

yang bising dan memiliki temperatur suhu yang tinggi sehingga tidak menutup

kemungkinan pekerja tentunya akan merasa lelah yang mengakibatkan pekerjaan

tidak berjalan optimal dan konsentrasi pekerja menurun sehingga dapat

menyebabkan stres. Stres sendiri dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.

PT. Rekayasa Industri merupakan salah satu sektor industri yang bergerak

dalam bidang teknik, konstruksi pengadaan, dan uji-coba operasi (EPCC) untuk

pabrik-pabrik industri besar di Indonesia.Saat ini, sedang menjalankan proyek banyu

urip.Banyu urip merupakan suatu proyek yang direncanakan untuk mengembangkan

dan menghasilkan cadangan minyak mentah dan gas alam.Proyek ini ditargetkan

rampung dalam waktu satu tahun.

Menurut hasil studi pendahuluan yang pernah dilakukan dengan

menggunakan kuesioner life even scale pada 30 pekerjaproyek banyu urip pada

bulan April 2013 didapatkan sebanyak 70% pekerja mengalami stres kerja.

Berdasarkan fakta dan keadaan tersebut, peneliti inginmelakukan penelitian tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerjapada pekerja pembuatan offshore

pipeline and mooring tower proyek banyu urip di PT Rekayasa industri tahun 2013.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

7

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran stres kerja pada pekerja pembuatan Offshore Pipeline And

Mooring Tower (EPC3) proyek Banyu Urip di PT. Rekayasa Industri, Serang-

Banten tahun 2013?

2. Bagaimana gambaran faktor- faktor individual arena (usia, masa kerja,

pendidikan, status perkawinan) pada pekerja pembuatan Offshore Pipeline And

Mooring Tower (EPC3) proyek Banyu Urip di PT.Rekayasa Industri, Serang-

Banten tahun 2013?

3. Bagaimana gambaranfaktor-faktor work Arena (rutinitas, hubungan

interpersonal, kebisingan, tekanan panas) pada pekerja pembuatan Offshore

Pipeline And Mooring Tower (EPC3) Proyek Banyu Urip di PT.Rekayasa

Industri, Serang-Banten tahun 2013?

4. Apakah ada hubungan antara faktor- faktor individual dengan kejadian stres

kerja pada pekerja pembuatan Offshore Pipeline And Mooring Tower (EPC3)

proyek Banyu Urip di PT.Rekayasa Industri, Serang-Banten tahun 2013?

5. Apakah ada hubungan antara faktor-faktor work arenadengan kejadian stres

kerja pada pekerja pembuatan Offshore Pipeline And Mooring Tower (EPC3)

proyek Banyu Urip di PT.Rekayasa Industri, Serang-Banten tahun 2013?

6. Apakahfaktor yang paling mempengaruhi stres kerja pada pekerja pembuatan

Offshore Pipeline And Mooring Tower proyek Banyu Urip (EPC3) di

PT.Rekayasa Industri, Serang-Banten tahun 2013?

Page 26: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

8

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara individual arena dan work arena dengan

stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower

proyek Banyu Urip di PT.Rekayasa Industri, Serang-Banten tahun 2013.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui gambaran stres kerja pada pekerja pembuatan Offshore

Pipeline And Mooring Tower proyek Banyu Urip(EPC3)di PT.

Rekayasa Industri, Serang-Bantentahun 2013

2. Diketahui gambaran faktor- faktor Individual Arena (usia, masa kerja,

pendidikan, status Perkawinan) pada pekerja pembuatan Offshore

Pipeline And Mooring Tower (EPC3) proyek Banyu Urip di

PT.Rekayasa Industri, Serang-Banten tahun 2013?

3. Diketahui gambaran faktor-faktor work arena (rutinitas, hubungan

interpersonal, kebisingan, tekanan panas) pada pekerja pembuatan

Offshore Pipeline And Mooring Tower(EPC3)proyek Banyu Urip di

PT.Rekayasa Industri, Serang-Banten tahun 2013?

4. Diketahui hubungan antara faktor- faktor individual arena(usia, masa

kerja, pendidikan, status perkawinan)dengan kejadian stres kerja pada

pekerja pembuatan Offshore Pipeline And Mooring Tower(EPC3)

proyek Banyu Urip di PT.Rekayasa Industri, Serang-Banten tahun

2013?

Page 27: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

9

5. Diketahui hubungan antara faktor-faktor work arena(rutinitas,

hubungan interpersonal, kebisingan, tekanan panas) dengan kejadian

stres kerja pada pekerja pembuatan Offshore Pipeline And Mooring

Tower(EPC3)proyek Banyu Urip di PT.Rekayasa Industri, Serang-

Banten tahun 2013?

6. Diketahui faktor yang paling mempengaruhi stres kerja pada pekerja

pembuatan Offshore Pipeline And Mooring Tower(EPC3)proyek

Banyu Urip PT.Rekayasa Industri, Serang-Banten tahun 2013?

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Institusi

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan referensi terkait stres kerja

khususnya stres kerja pada pekerja untuk angkatan selanjutnya yang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan bacaan.

1.5.2 Bagi Pekerja

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta

pemahaman terhadap stres kerja yang disebabkan oleh berbagai macam

faktor terutama yang terdapat di dalam lingkungan pekerjaan. Sehingga

pekerja dapat mengatasi secara dini agar produktivitas para pekerja tidak

menurun.

1.5.3 Bagi Perusahaan

Sebagai masukan pada perusahaan tempat penelitian tentang faktor

lingkungan kerja yang berhubungan dengan stres kerjaagar dapat

dikendalikan secara dini.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

10

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

stres kerja pada pekerja proyek Banyu Urip di PT. Rekayasa Industri, Serang-

Banten, dilaksanakan pada tahun 2013 oleh mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta peminatan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) tahun 2009.Penelitian ini

menggunakan desain studi cross sectional dan pengambilan sampel menggunakan

simple random sampling. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner dan

pengukuran menggunakan sound level meter untuk kebisingan, heat stres Monitor

untuk tekanan panas danlux meter untuk pencahayaan.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tinjauan pustaka berikut akan dijelaskan terkait teori-teori yang

berhubungan dengan stres kerja, seperti definisi stres, definisi stres kerja, Tahapan

Stres, Indikator Stres Kerja, Dampak Stres Kerja, Faktor-Faktor Penyebab Stres

Kerja, yaitu Individual Arena (Usia, Masa Kerja, Pendidikan, Status Perkawinan ),

Work Arena (Rutinitas, Jam Kerja, Beban Kerja, Shift Kerja, Konsumsi Alkohol,

Kebisingan, Tekanan Panas, Pencahayaan, Getaran ), Home Arena (masalah

keuangan dan konflik pekerjaan-keuangan) dan Social Arena (Peranan Dalam

Organisasi, Pengembangan Karir, Hubungan Interpersonal Dalam Pekerjaan, Struktur

Dan Iklim Organisasi). Cara Pengukuran Stres, Pencegahan Dan Pengendalian Stres,

dan Definisi Kontraktor.

2.1 Stres

Stres dapat terjadi pada setiap individu/manusia dan pada setiap waktu,

karena stres merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat

dihindarkan (Munandar, 2008). Manusia akan cenderung mengalami stres

apabila ia kurang mampu menyesuaikan antara keinginan dengan kenyataan yang

ada, baik kenyataan yang ada di dalam maupun diluar dirinya. Segala macam

bentuk stres pada dasarnya disebabkan oleh kekurangmengertian manusia akan

keterbatasan dirinya sendiri. Ketidakmampuan untuk melawan keterbatasannya

Page 30: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

12

inilah yang akan menimbulkan frustasi, konflik, gelisah, dan rasa bersalah yang

merupakan tipe-tipe dasar stres (Anoraga, 2005).

Munandar (2008) mengungkapkan bahwa konsep stres pertama kali

dikenalkan oleh Dr. Hans Selye pada tahun 1936 yang memformulasikan stres

sebagai reaksi tubuh non-spesifik pada setiap tuntutannya. Tuntutan tersebut

adalah keharusan untuk menyesuaikan diri dan karenanya keseimbangan tubuh

terganggu.

Menurut Hans Selye jenis stres dibagi menjadi dua, yaitu eustres dan

distress. Eustres merupakan stres yang bersifat positif, stres ini memacu dan

mendorong individu untuk memenuhi ambisi-ambisinya, karena sebagian orang

akan tergerak dengan adanya dorongan atau rangsangan. Distres merupakan stres

yang bersifat negative, awalnya stres ini merupakan sebuah tantangan namun

bergerak berlawanan arah menjadi ancaman, sehingga menghilangkan

kemampuan individu dalam memelihara dan mempertahankan diri terhadap

stimulus atau rangsangan yang datang dan bahkan hal tersebut dapat

menyebabkan kematian (Munandar, 2008)

2.1.1 Definisi Stres Kerja

Menurut Han Selye (1976) dalam Munandar (2008) menyatakan

bahwa stres adalah respons tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap

setiap tuntutan beban. Misalnya seseorang mengalami beban pekerjaan

Page 31: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

13

yang berlebihan. Bila ia mampu untuk mengatasinya maka tidak ada

gangguan pada fungsi organ tubuhnya artinya ia tidak mengalami stres.

Sebaliknya, bila tenyata terdapat gangguan pada satu atau lebih organ

tubuh sehingga yang bersangkutan tidak dapat menjalankan pekerjaannya

dengan baik artinya ia mengalami stres. (Hawari, 2001).

Menurut Anoraga (2001) stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan

seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di

lingkungannya yang menekan dan dirasakan mengganggu serta

mengakibatkan dirinya terancam dalam menghadapi pekerjaannya.

Pernyataan ini sesuai dengan NIOSH (1999) mendefiniskan stres kerja

adalah respon emosional dan fisik yang bersifat menggangu atau

merugikan yang terjadi pada saat tuntutan tugas tidak sesuai dengan

kapabilitas, sumber daya atau keinginan pekerja.

Begitu pula dengan Robbins (2003), menyatakan bahwa stres kerja

adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai oleh perbedaan-

perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu

konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau

peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik

berlebihan kepada seseorang.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

14

2.1.2 Pendekatan-pendekatan dalam mempelajari Stres

Pada dasarnya terdapat tiga pendekatan dalam mempelajari stress

(cox dan Ferguson, 1991 dalam Urianti 2000), yaitu:

1. Pendekatan Kerekayasaan

Dasar dari pendekatan ini adalah stimulus. Stress digambarkan

sebagai cirri-ciri stimulus lingkungan yang dikenal, diketahui dan

dapat merusak. Dilingkungan terdapat kondisi-kondisi, peristiwa-

peristiwa yang menyebabkan ketegangan. Stress eksternal

menimbulkan reaksi stress pada seseorang. Contohnya kepada

penerbang, yang menjadi stress adalah tugas terbang (kondisi

eksternal). Jadi titik berat dari pendekatan ini adalah tugas eksternal

dan bukan apa yang terjadi pada diri seseorang.

2. Pendekatan Medik-Fisiologik

Pendekatan medic-fisioligik merumuskan stress sebagai suatu

respon umum dan non-spesifik terdapat tuntutan fisikk ataupun

emosional, baik dari lingkungan (eksternal) maupun dari dalam diri

seseorang (internal). Respon otomatis ini berupa serangkaian respon

fisiologik yang disebut sebagai sindrom adaptasi umum (Selyem

1976). Bila terdapat tuntutan atau ancaman, maka pertama-tama

adalah reaksi alarm. Reaksi ini ditandai dengan adanya perubaha-

perubahan dalam tubuh, antara lain meningkatnya hormone coticol,

Page 33: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

15

ketegangan, meningkatnya emosi. Pada tahap kedua, reaksi alarm

diikuti dengan perlawanan melalui mekanisme pertahanan diri.

Pada tahat ini, strategi pertahanan stress meninggi dan usha

fisiologik untuk mengatasi stress akan mencapai kapasitas penuh.

Jika stress berkepanjanga maka ia akan ke tahap ketiga yaitu

keletihan. Pada tahap ini, individu menguras seluruh tenaganya ,

sehingga bisa mengganggu aktivitas dan jatuh sakit. Terlihat bahwa

titik berat pada pendekatan ini adalah adanya respons-respons dan

aktivitas fisiologik pada individu.

3. Pendekatan Psikologik

Penjelasan dari kedua pendekatan di atas adalah penjelasan yang

bersifat umum dan kurang dapat menerangkan perbedaan individual

sewaktu mengalami stres. Suatu kejadian dapat meyebabkan stres

pada seseorang tetapi kejadian yang sama tidak menimbulkan stres

pada orang lain. Pendekatan ini mencoba mengatasi kekurangan

dari kedua pendekatan di atas. Bagaimana seseorang

mempersepsikan suatu peristiwa atau suatu kondisi berperan dalam

menentukan stres. Pendekatan ini dikenal sebagai “Appraisal

Model”. Pada pendekatan cara ini, merumuskan stress sebagai suatu

keadaan psikologik yang merupakan representasi dari transaksi khas

dan problematik antara seseorang dan lingkungannya. Jadi stres

merupakan suatu keadaan yang timbul bila seseorang berinteraksi

Page 34: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

16

dan bertransaksi dengan situasi yang dihadapinya dengan cara

tertentu. Bila seseorang menilai ada perbedaan antara tuntutan

dengan kemampuannya untuk memenuhi tuntutannya itu, atau

dengan kata lain bila ia mempertanyakan apakah ia akan mampu

mengatasi atau beradaptasi, maka akan timbul stres yang kemudian

diikuti reaksi stres.

2.1.3 Tahapan Stres

Gejala stres awalnya seringkali tidak disadari karena stres timbul

secara lambat. Dan baru dirasakan jika tahapan gejala sudah lanjut dan

menggangu fungsi kehidupan sehari-hari. Dr. Robert J. Van Amberg

(Hawari, 2001 ) membagi tingkatan-tingkatan stress sebagai berikut :

a. Stres Tingkat 1

Pada tingkat ini, merupakan tingkat stress yang paling

ringan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan yang

memiliki semangat yang besar, memiliki penglihatan yang tajam

tidak seperti biasanya, gugup secara berlebihan, merasa mampu

menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, merasa senang

dengan pekerjaan tersebut namun tanpa disadari bahwa

sebenarnya cadangan energinya sudah menipis.

Page 35: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

17

b. Stres Tingkat 2

Pada tingkat ini, dampak stres yang menyenangkan pada

tingkat pertama mulai menghilang dan mulai timbul keluhan-

keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi

cukup untuk sepanjang hari. Keluhan-keluhan tersebut seperti

merasa letih saat bangun pagi, terasa lelah sesudah makan siang,

merasa lelah sepanjang hari, lambung atau perut merasa tidak

nyaman, jantung berdebar-debar, dan tersa tegang yang tak biasa

pada otot punggung dan tengkuk.

c. Stres Tingkat 3

Pada tingkat ini, keluhan-keluhan terasa mengganggu dan

terlihat lebih nyata. Seperti, gangguan pada pencernaan ,

ketegangan otot semakin terasa, perasaan cenderung tidak tenang

dan emosi semakin meningkat, badan terasa lesu seperti ingin

pingsan dan gangguan pola tidur (sulit tidur, terbangun tengah

malam dan sulit untuk tidur kembali). Pada tingkatan ini

penderita sudah dapat berkonsultasi kepada dokter untuk

menjalani terapi agar beban stress dapat berkurang.

d. Stres Tingkat 4

Pada tingkat ini, gejala stress sudah semakin buruk

ditandai dengan kehilangan kemampuan dalam menanggapi

situasi, sulit untuk melakukan kegiatan sehari-hari, sulit untuk

Page 36: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

18

bertahan sepanjang hari, gangguan tidur semakin parah serta

sering mengalami mimpi buruk dan terbangun dimalam hari,

kemampuan konsentrasi menurun dan selalu perpikiran negative

serta takut yang tidak dapat dijelaskan.

e. Stres Tingkat 5

Pada tingkat ini, stress sudah lebih buruk lagi ditandai

dengan keletihan yang mendalam (phsycal and psychological

exhaustion), terasa kurang mampu untuk melakukan pekerjaan

yang sederhana, gangguan sistem pencernaan (maag dan

gangguan pada usus) lebih sering, sulit buang air besar dan

sebaliknya feses encer dan sering mengalami perasaan takut

(panik).

f. Stres Tingkat 6

Pada tingkat ini disebut sebagai keadaan gawat darurat.

Tidak jarang penderita dirawat diruang Intensive Care Unit

(ICU). Gejala-gejala yang terlihat semakin nyata dan mengerikan

seperti debaran jantung terasa sangat kuat/keras (zat adrenalin

meningkat), badan gemetar, keringat bercucuran, tubuh dingin,

tidak memiliki tenaga untuk melakukan hal-hal kecil dan sering

pingsan atau collaps.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

19

2.1.4 Indikator Stres Kerja

Menurut Weiss DH Terdapat empat kelompok gejala stres yaitu

gejala fisik, gejala emosional, gejala intelektual dan gejala interpersonal

(Nawawinetu dan Adriyani, 2007).

1. Gejala Fisik antara lain meliputi sakit kepala, sakit

punggung, terutama di bagian bawah, gangguan pencenaan, gatal di

kulit, urat tegang terutama di leher dan bahu, bisulan, tekanan darah

tinggi, serangan jantung, keringat berlebihan, berubah selera makan,

lelah atau kehilangan energi, sering melakukan kesalahan dalam

kerja atau hidup.

2. Gejala emosional antara lain berupa rasa gelisah atau cemas,

mudah panas dan marah, gugup, rasa harga diri menurun atau

merasa tidak aman, terlalu peka dan mudah tersinggung, mudah

menyerang orang, dan bermusuhan.

3. Gejala intelektual meliputi sulit berkonsentrasi atau

memusatkan pikiran, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran

kacau, daya ingat menurun, melamun berlebihan, pikiran dipenuhi

satu hal saja, kehilangan rasa humor yang sehat, prestasi dan

produktivitas kerja menurun, mutu kerja rendah, banyak melakukan

kesalahan dalam bekerja.

4. Gejala interpersonal berupa kehilangan kepercayaan pada

orang lain, mudah mempersalahkan orang lain, mudah

Page 38: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

20

membatalkan janji atau tidak memenuhi janji, suka mencari

kesalahan orang lain atau menyerang orang dengan kata-kata,

mengambil sikap terlalu membentengi dan mempertahankan diri,

“mendiamkan” orang lain.

2.1.5 Dampak Stres Kerja

Umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri pekerja dan

organisasi. Konsekuensi tersebut dapat berupa kecemasan yang berlebih,

frustasi hingga menurunnya gairah untuk bekerja. Konsekuensi pada

pekerja tidak hanya berhubungan dengan aktifitas kerja saja namun dapat

meluas pada aktivitas diluar pekerjaan. Seperti sulit tidur, konsentrasi

menurun, selera makan berkurang (Wantoro, 1999).

Konsekuensi bagi organisasi secara tidak langsung yaitu

meningkatnya absensi, menurunnya tingkat produktifitas dan secara

psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan

teralienasi hingga turnover. (Robbins, 1998).

Handoyo (2001) menyebutkan terdapat empat jenis konsekuensi

yang ditimbulkan stres, yaitu :

1. Dampak perilaku : peningkatan konsumsi alcohol dan merokok,

penyalahgunaan obat-obatan, tidak nafsu makan atau nafsu

makan berlebihan.

Page 39: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

21

2. Dampak Psikologis : sikap lebih agresif, sering merasa gelisah,

bosan, depresi, lelah, kecewa, mudah marah, harga diri yang

rendah.

3. Dampak Fisiologis : gangguan pada kesehatan fisik berupa

penyakit yang sudah diderita sebelumnya maupun sebagai

pemicu timbulnya penyakit baru.

4. Dampak Kognitif : ketidakmampuan mengambil keputusan,

menurunkan daya konsentrasi dan peka terhadap ancaman.

Sedangkan menurut Lubis (2006) stres kerja dapat mengakibatkan

hal sebagai berikut :

1. Penyakit fisik yang diinduksi oleh stres seperti penayakit jantung

koroner, hipertensi, asma, gangguan menstruasi, tukak lambung, dan

lain-lain.

2. Kecelakaan kerja terutama pekerjaan dengan risiko yang tinggi,

3. Lesu kerja, pegawai tidak termotivasi,

4. Absensi kerja,

5. Gangguan jiwa, mulai dari gangguan ringan seperti mudah gugup,

tegang, marah-marah, apatis, dan kurang konsentrasi sampai

gangguan berat seperti depresi dan cemas yang berlebihan.

Page 40: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

22

2.2 Faktor Penyebab Stres

Banyak faktor yang dapat menimbulkan terjadinya stres kerja pada pekerja.

Menurut Cooper dan Davidson (1987) secara garis besar faktor-faktor pemicu

stress dibagi menjadi beberapa arena, antara lain :

1. Individual arena, yaitu karakteristik yang melekat pada individu.

2. Work arena, yaitu stressor yang bersumber dari situasi dan kondisi yang

berhubungan dengan pekerjaan.

3. Home arena, yaitu stressor yang bersumber dari kehidupan rumah.

4. Social arena, yaitu stressor yang bersumber dari kehidupan bermasyarakat

atau diluar rumah dan pekerjaan.

Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi sehingga

menghasilkan suatu gejala-gejala dalam ruang lingkup manifestasi stres.

2.2.1 Individual Arena

Individual arena adalah karakteristik yang melekat pada individu

itu sendiri, antara lain:

a. Usia

Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang

diukur dalam satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu

normal yang memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan

Page 41: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

23

fisiologik sama (Nuswantari, 1998). Sedangkan, menurut Hoetomo

(2005) Usia adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan.

Menurut Cooper usia merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi stres kerja (Munandar, 2008). Ada beberapa jenis

pekerjaan yang sangat berpengaruh dengan usia, terutama yang

berhubungan dengan sistem indera dan kekuatan fisik. Ada keyakinan

yang menyatakan bahwa produktivitas dapat menurun dengan semakin

tuanya seseorang. Namun, terdapat bukti yang berlawanan dengan

keyakinan dan asumsi tersebut. Suatu tinjauan ulang menyeluruh

menemukan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan kinerjanya

(Robbins, 1998).

Menurut Hidayat (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa,

dari hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,008. Nilai P value

ini lebih kecil dari α (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara usia dengan stres kerja. Adanya

hubungan yang bermakna antara usia dengan stres kerja termasuk

faktor yang mempengaruhi stres kerja dapat disebabkan oleh faktor

usia yang lebih muda biasanya disebabkan karena mereka biasanya

belum memiliki pengalaman dan pemahaman yang banyak dalam

bekerja, sehingga pada jenis pekerjaan tertentu usia menjadi pemicu

terjadinya stres (Suprapto, 2008).

Page 42: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

24

b. Masa kerja

Masa jabatan yang berhubungan dengan stres kerja berkaitan

dengan kejenuhan dalam bekerja. Pekerja yang telah bekerja ≥ 5 tahun

biasanya memiliki tingkat kejenuhan yang lebih tinggi daripada

pekerja yang baru bekerja. Sehingga dengan adanya tingkat kejenuhan

tersebut dapat menyebabkan stres dalam bekerja (Munandar, 2008).

Menurut Munandar (2008), masa kerja baik sebentar maupun lama

dapat menjadi pemicu terjadinya stres dan diperberat dengan adanya

beban kerja yang besar. Sedangkan, menurut Wantoro (1999)

mengatakan bahwa pekerja dengan masa kerja yang lama, lebih

memiliki pengalaman yang luas, kematangan dalam berfikir dan

bertindak, sehingga dapat bersikap lebih bijaksana karena telah

memiliki pengalaman dalam pekerjaannya. Dengan demikian mereka

memiliki kemampuan untuk lebih mengatasi segala situasi dalam

pekerjaannya, lebih mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan-

perubahan disekitarnya dan adanya kesempatan untuk pengembangan

kemampuan dan keterampilan. Sehingga dapat terhindar dari stres.

Akan tetapi menurut Herawati (2006), masa kerja yang lama akan

membuat jenuh dan akhirnya dapat menimbulkan stres.

Page 43: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

25

Menurut penelitian Gautama (2008) berdasarkan uji statistik

menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan

stres kerja dengan Pvalue= 0,000. Namun, menurut penelitian yang

dilakukan oleh Diah (2006) berdasarkan uji statistik menunjukkan

tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan stres

kerja dengan Pvalue= 0,795.

b. Pendidikan

Menurut Shostak dalam La Dou (1994) yang dikutip dari

Yunus (2011) menyatakan seseorang dengan keahlian yang kurang

dalam suatu bidang pekerjaan menyebabkan rendah diri pada pekerja.

Sedangkan menurut Anderson (dalam Yunus, 2004) menyatakan

bahwa karyawan baru yang memiliki harapan tinggi dengan latar

belakang pendidikan yang tidak menunjang pekerjaan akan sering

mengalami stres kerja.

Maslach (1982) dalam Murtiningrum (2005) menyatakan

bahwa seseorang yang berlatar belakang pendidikan rendah cenderung

rentan terhadap stress jika dibandingkan dengan mereka yang

berpendidikan tinggi. Seseorang yang berpendidikan rendah memiliki

harapan atau aspirasi yang tinggi sehingga ketika dihadapkan pada

realitas, bahwa terdapat kesenjangan antara aspirasi dan kenyataan,

maka muncullah kegelisahan dan kekecewaan yang dapat

Page 44: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

26

menimbulkan stres. Sebaliknya, bagi seseorang yang berpendidikan

tinggi, mereka cenderung mempunyai pandangan yang lebih realistis

ketika menjumpai banyak kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

Menurut penelitian Lelyana (2003) berdasarkan uji statistik

diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat

pendidikan dengan stres kerja dengan Pvalue= 0,002. Namun, menurut

penelitian yang dilakukan oleh Gitalia (2009) berdasarkan hasil uji

statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara tingkat pendidikan dengan kejadian stress kerja dengan Pvalue=

0,585.

d. Status perkawinan

Belum banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa status

perkawinan berpengaruh terdapat produktivitas kerja. Menurut

Robbins (1998) menyatakan bahwa karyawan yang telah menikah

lebih kecil absensinya dan lebih puas dengan pekerjaannya daripada

pekerja yang belum menikah. Dan memiliki hubungan perkawinan

yang baik dapat membantu untuk mencegah atau mengurangi stres

kerja.

Sedangkan menurut Evayanti (2003) menyatakan bahwa

pekerja yang berstatus menikah, bila mempunyai masalah di rumah

kecenderungan untuk mendapatkan stres di tempat kerja akan lebih

Page 45: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

27

besar. Sebaliknya bila rumah tangga dirasakan aman, nyaman, dan

menyenangkan maka masalah-masalah ditempat kerja dapat dihadapi

dengan lebih baik karena keadaan keluarga bisa menjadi penghambat,

mempercepat atau menjadi penangkal proses terjadinya stres.

Menurut European Commision for Employment and Social

Affair (1999), pekerja yang telah berpisah dengan pasangannya atau

yang menjadi single parent merupakan kelompok yang lebih rentan

mengalami stres karena dihadapkan pada masalah sosial dan

emosional dari lingkungan dan anggota keluarga. Menurut Munandar

(2004) bahwa isu-isu tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan

keuangan, dan konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan di dalam

pekerjaan, semuanya dapat merupakan tekanan bagi pekerja sehingga

akan menyebabkan seseorang menjadi stres dalam pekerjaannya.

Menurut penelitian Gitalia (2009) berdasarkan uji statistik

didapatkan Pvalue = 0,031 hal ini menunjukan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara status perkawinan dengan stres kerja.

2.2.2 Work Arena

Work Arena adalah penyebab stres (stressor) yang bersumber dari

situasi dan kondisi yang berhubungan langsung dengan pekerja di

lingkungan kerja, antara lain :

Page 46: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

28

a. Rutinitas

Rutinitas adalah pekerjaan rutin yang berulang-ulang

sehingga menimbulkan kejenuhan karena bersifat monoton

(Munandar, 2008). Pada pekerjaan yang sederhana dimana banyak

terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa monoton.

Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau

sedikitnya tugas atau terlampau banyakanya tugas yang harus

dikerjakan. Hal ini secara potensial membahayakan jika tenaga kerja

gagal untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani (2008)

berdasarkan uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna

antara rutinitas pekerjaan dengan kejadian stres kerja dengan

Pvalue=0,001.

b. Jam Kerja

Jam kerja menentukan efisiensi dan produktivitas seseorang.

Umumnya seseorang dapat bekerja baik 6-8 jam sehari atau 40-50 jam

seminggu (Suma’mur, 1996). Berdasarkan standar yang dikeluarkan

Hiperkes bahwa rata-rata jam kerja sehari selama 8 jam. Sehingga

segala bentuk penambahan jam kerja diluar standar dapat

meningkatkan usaha adaptasi pekerja jumlah jam kerja yang banyak

merupakan sumber dari stres. Menurut, Hurrell dkk bahwa jam kerja

Page 47: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

29

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi stres kerja

(Munandar, 2008).

Penambahan jam kerja diluar standar dapat meningkatkan

usaha adaptasi pekerja, yang kemudian dapat meningkatkan ekskresi

katokholamin yaitu hormon adrenalin dan non-adrenalin. Menurut

beberapa penelitian, kerja lembur yang terlalu sering, apalagi kalau

tanpa kontrol jumlah jam kerja yang berlebihan ternyata tidak hanya

mengurangi kuantitas dan kualitas hasil kerja, juga seringkali

meningkatkan kuantitas absen dengan alasan sakit atau kecelakaan

kerja (munandar, 2008).

Menurut hasil penelitian Noer (2004) diketahui bahwa 87,5%

responden yang bekerja >12 jam menunjukan gejala stres. Hal ini

diperkuat dengan hasil uji statistik dengan p value = 0,002 yang

artinya ada hubungan yang bermakna antara jam kerja dengan stres

kerja.

c. Beban kerja

Menurut Every dan Giordano (1980) dalam Suprapto (2008)

beban kerja adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan jumlah

pekerjaan yang diterima oleh individu. Beban kerja yang

berhubungan dengan stres berkaitan erat dengan tenggat waktu dalam

menyelesaikan sebuah pekerjaan (deadline). Kategori beban kerja

Page 48: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

30

yaitu kerja berlebihan kuantitatif dan kualitatif disemua taraf industri

dan wiraswasta.

Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit bekerja

berlebih atau terlalu sedikit “kuantitatif”, yang timbul sebagai akibat

dari tugas-tugas yang terlalu banyak atau sedikit diberikan kepada

tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan beban

kerja berlebih atau terlalu sedikit “kualitatif”, yaitu jika orang merasa

tidak mampu untuk melakukan suatu tugas, atau tugas tidak

menggunakan keterampilan dan atau potensi dari tenaga kerja. Unsur

yang menimbulkan beban berlebih kuantitaif ialah desakan waktu,

yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin

secara tepat dan cermat. Pada saat tertentu, dalam hal tertentu waktu

akhir (dead line) (Munandar, 2008).

Menurut penelitian Suprapto (2008) dari hasil uji statistik

didapatkan p value = 0,000 lebih kecil dari α (0,05) sehingga dapat

dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara beban kerja

dengan stres kerja.

Dalam Permenakertrans No. PER.13/MEN/X/2011, diketahui

bahwa pengelompokan beban kerja dibagi menjadi tiga yaitu beban

kerja ringan, sedang dan berat. Penetapan beban kerja tersebut

dikaitkan dengan konsumsi energi atau jumlah kalori yang

dikeluarkan pekerja. Padahal derajat ketegangan fisik atau beban

Page 49: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

31

kerja seseorang tidak seluruhnya bergantung pada pengeluaran kalori,

tapi dapat dilakukan dengan pengukuran denyut jantung,

metabolisme, respirasi dan suhu tubuh (Sastrowinoto, 1985).

Menurut Konz (1998) jika berada dalam keadaan yang stabil atau

tidak emosi, denyut jantung merupakan salah satu estimasi laju

metabolisme yang baik. Berikut disajikan kategori beban kerja

berdasarkan metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung

(Christensen 1996 dalam Tarwaka dkk, 2004).

Tabel 2.1 Kategori beban kerja berdasarkan metabolisme, respirasi, suhu tubuh,

dan denyut jantung

H

(Cristensen, 1996) Encyclopedia of Occupational Health and Safety. ILO Ganeva)

d. Shift kerja

Shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai

pengganti atau sebagai tambahan kerja siang hari sebagaimana yang

biasa dilakukan. Definisi yang lebih operasional dari shift kerja

disebutkan sebagai pekerjaan yang secara permanen, atau pekerjaan

Kategori Beban

Kerja

Konsumsi Oksigen (l/min)

Ventilasi Paru

(l/min)

Suhu

Rektal

Denyut Jantung

(denyut/min) Ringan 0.5 - 1.0 11 – 20 37.5 75 – 100 Sedang 1.0 – 1.5 21 – 30 37.5 – 38.0 101 – 125 Berat 1.5 – 2.0 31 – 43 38.0 – 38.5 125 – 150 Sangat Berat 2.0 – 2.5 44 – 56 38.5 – 39.0 151 – 175 Sangat Berat Sekali

2.5 – 4.0 57 - 100 > 39 > 175

Page 50: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

32

yang jam kerjanya tidak biasa atau pekerjaan yang jamnya berubah-

ubah dan juga tidak teratur (Kuswadji , 1997) .

Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu menunjukkan

bahwa shift kerja malam merupakan sumber utama dari stres bagi

para pekerja pabrik yang berpengaruh secara emosional dan

biologikal. Para pekerja shift malam lebih sering mengeluh tentang

kelelahan dan gangguan perut dari pada pekerja pagi dan siang dan

dampak dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin

menyebabkan gangguan-gangguan pada perut (Munandar, 2008).

Dan menurut Kroemer & Grandjean (1997) pekerja wanita lebih

berisiko mengalami stres kerja daripada pekerja pria.

Dalam penelitian yang dilakukan Adas (2006) dari hasil uji

statistik didapatkan nilai p value = 0,000 yang berarti ada hubungan

yang signifikan antara shift kerja dengan stres kerja. Sedangkan

menurut penelitian Vierdelina (2008) dari hasil uji statistik

didapatkan p value = 1,000 ≥ α (0,05) sehingga didapatkan tidak ada

hubungan yang bermakna antara shift kerja dengan stres kerja.

e. Konsumsi Alkohol

Konsumsi alkohol dapat menyebabkan kerusakan pada otot

jantung dan sirosis serta hepatitis alkoholik dan meningkatkan

tekanan darah (Swarth, 2006). Dengan mengkonsumsi alkohol, detak

jantung akan meningkat, pelebaran pada pembuluh darah di lengan

Page 51: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

33

dan kulit, serta menurunkan tekanan darah. Sedangkan jika

mengkonsumi alkohol secara rutin, maka akan menyebabkan

kesulitan bergerak, berbicara dan berkonsentrasi, kemudian akan

berlanjut pada kejadian kelelahan yang berkombinasi dengan keadaan

muak atau cepat bosan, sakit perut, pusing, meningkatnya sensitivitas

pada suara dan menjadi marah (Hanson dan Venturelli, 1995).

Konsumsi alkohol juga dapat mengganggu kualitas tidur seseorang,

yang kemudian jika kualitas tidur buruk akan menyebabkan

kelelahan yang dapat menimbulkan stres (NSW, 2008).

f. Kebisingan

Kondisi kerja mempunyai pengaruh terhadap faal dan

psikologis diri seorang tenaga kerja. Kondisi fisik dapat merupakan

pembangkit stress (stresor). Suara bising selain dapat menimbulkan

gangguan sementara atau tetap pada alat pendengaran, dapat juga

menimbulkan sumber stres yang menyebabkan peningkatan dan

kesiagaan serta ketidakseimbangan psikologis kita. Kondisi

demikian memudahkan timbulnya kecelakaan, misalnya tidak

mendengar suara-suara peringatan sehingga timbul kecelakaan

(Munandar, 2008).

Kebisingan adalah salah satu polusi yang tidak dikehendaki

manusia. Dikatakan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang,

Page 52: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

34

bunyi-bunyian tersebut akan dapat mengganggu ketenangan kerja,

merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi

bahkan kebisingan yang serius dapat mengakibatkan stres bahkan

kematian (Santa, 2011). Menurut Ivancevich dan Matteson (1980)

menyatakan bahwa bising yang berlebih (sekitar 85 dB) yang

berulang kali didengar, untuk jangka waktu yang lama dapat

menimbulkan stres. Namun, menurut Shofwati dan Satar (2009)

dalam bukunya Hygiene Industri mengatakan bahwa tingkat

kebisingan yang rendah bekisar antara 40-75 dB dapat pula

menyebabkan stres. Stres dapat berbentuk seperti kelelahan,

kegelisahan, depresi dan dampak psikologis dari bising yang berlebih

ialah mengurangi toleransi dari tenaga kerja terhadap pembangkit stres

yang lain, dan menurunkan motivasi kerja.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Airmayanti (2010)

didapatkan p value = 0,005 lebih kecil dari α (0,05) sehingga dapat

dikatakan bahwa ada hubungan antara kebisingan dengan stres kerja.

Kebisingan dapat disebabkan oleh berbagai sumber. Sumber

bising dalam pengendalian kebisingan lingkungan dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

Page 53: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

35

a. Bising interior,

Bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah

tangga atau mesin-mesin gedung yang antara lain disebabkan

oleh radio, televisi, alat-alat musik, dan juga bising yang

ditimbulkan oleh mesin-mesin yang ada digedung tersebut

seperti kipas angin, motor kompresor pendingin, pencuci

piring dan lain-lain.

b. Bising eksterior,

Bising yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi

darat, laut, maupun udara, dan alat-alat konstruksi. Dalam

dunia industri jenis-jenis bising yang sering dijumpai antara

lain meliputi:

1. Bising kontinu dengan jangkauan frekuensi yang

luas. Misalkan suara yang ditimbulkan oleh mesin

bubut, mesin frais, kipas angin, dan lain-lain.

2. Bising kontinu dengan jangkauan frekuensi yang

sempit. Misalkan bising yang dihasilkan oleh suara

mesin gergaji, katup gas, dan lain-lain.

Page 54: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

36

3. Bising terputus-putus (intermittent). Misal suara

lalu lintas, suara kapal terbang.

4. Bising impulsive seperti pukulan palu, tembakan

pistol, dan lain-lain.

Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan menurut

Permenakertrans No 13 Tahun 2011 Waktu pemaparan

perhari Intensitas kebisingan

dalam dBA 8 Jam 85 4 Jam 88 2 Jam 91 1 Jam 94

30 Menit 97 15 Menit 100 7,5 Menit 103

3,75 Menit 106 1,88 Menit 109 0,94 Menit 112

Catatan : tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB, walaupun sesaat.

a. Pengukuran Kebisingan

Pengukuran kebisingan di tempat kerja dapat dilakukan

dengan Sound Level Meter. Alat ini dapat mengukur kebisingan

diantara 30 – 130 dB dan dari frekuensi 20 – 20000 Hz (Suma’mur

2009). Selain itu, ntuk mengukur nilai ambang pendengaran dapat

menggunakan Audiometer. Sedangkan, untuk menilai tingkat

pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter karena

Page 55: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

37

pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama ia

melakukan pekerjaan.

Cara melakukan pengukuran kebisingan dapat dilihat

berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2009 tentang

metode pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja.

Pengukuran kebisingan pada dasarnya meliputi pengukuran

intensitas kebisingan, frekuensi dan dosis kebisingan.

Adapun cara pengukuran kebisingan dengan Sound Level

Meter sesuai SNI 7231 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1) Hidupkan alat ukur intensitas kebisingan.

2) Periksa kondisi baterei, pastikan bahwa keadaan power

dalam kondisi baik.

3) Pastikan skala pembobotan.

4) Sesuaikan pembobotan waktu respon alat ukur dengan

karakteristik sumber bunyi yang diukur (S untuk sumber

bunyi relatif konstan atau F untuk sumber bunyi kejut).

5) Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia

yang ada di tempat kerja.

6) Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang

sumber bunyi.

Page 56: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

38

7) Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai

dengan karakteristik mikropon (mikropon tegak lurus

dengan sumber bunyi, 70o – 80o dari sumber bunyi).

8) Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi

sinambung setara (Leq) Sesuaikan dengan tujuan

pengukuran.

9) Catatlah hasil pengukuran intensitas kebisingan pada lembar

pengukuran.

g. Tekanan Panas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1405 Tahun

2002 tentang kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan

persyaratan kesehatan, suhu ruangan yang cocok berkisar 21-30°C.

Suhu panas dan dingin, dapat menyebabkan pekerja mudah merasa

lelah disamping pengaruh kesehatan lainnya. Efek suhu di tempat

kerja baik di dalam maupun di luar ruangan harus memperhatikan

status kesehatan pekerja, kelembaban, kecepatan aliran udara, jenis

pakaian yang digunakan dan lama pemaparan. Karena jika keadaan

ini terjadi berlarut-larut dapat menyebabkan pekerja tidak mampu

bekerja dengan baik karena menurunnya gairah bekerja atau bila

terpaksa bekerja maka dapat mengakibatkan stres (Munandar,2004).

Menurut Achmadi (1990) tekanan panas yang berlebihan

merupakan beban tambahan yang harus diperhatikan dan

Page 57: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

39

dipertimbangkan. Beban tambahan berupa panas lingkungan dapat

menyebabkan beban fisiologis seperti kerja jantung menjadi

bertambah.

Menurut penelitian Siswanti (2004) didapatkan hasil uji

statistik Pvalue sebesar 0,039 yang berarti ada hubungan yang

bermakna antara tekanan panas dengan stres kerja. Selain itu hasil

OR sebesar 3,82 hal ini berarti pekerja yang merasakan panas

memiliki kecenderungan untuk terkena stres 3 kali lebih besar

daripada pekerja yang tidak terkena panas.

a. Pengukuran Tekanan Panas

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. 13 tahun 2011 tentang nilai ambang batas

faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja, pengukuran

panas dilingkungan kerja juga dapat diketahui dengan

menggunakan parameter ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola)

yang dimana ketentuan-ketentuannya memperhatikan hal-hal

berikut ini:

1) Suhu udara kering (dry bulb temperature): suhu yang

ditunjukkan oleh termometer suhu kering.

2) Suhu Basah Alami (natural wet bulb temperature): suhu

yang ditunjukkan oleh termometer bola basah alami.

Merupakan suhu penguapan air yang pada suhu yang

Page 58: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

40

sama menyebabkan terjadinya keseimbangan uap air di

udara, suhu ini biasanya lebih rendah dari suhu kering.

3) Suhu Bola (globe temperature) : suhu yang ditunjukkan

oleh termometer bola. Suhu ini sebagai indikator tingkat

radiasi.

Pengukuran beberapa faktor lingkungan yang telah

disebutkan diatas dapat dilakukan secara bersamaan dengan

menggunakan alat ukur Thermal Environmental Monitor atau

yang biasa disebut dengan WBGT (Wet Bulb Globe

Temperature). WBGT memiliki 3 termometer yang masing-

masing berfungsi untuk mengkur suhu kering, suhu bola basah,

suhu radian atau suhu global.

Perhitungan hasil pengukuran panas lingkungan kerja

dapat dibedakan menjadi dua kelompok uaitu:

1) Indoor area, yaitu lingkungan yang tidak terpajan oleh

cahaya matahari secara langsung. ISBB untuk

pekerjaan tanpa panas radiasi adalah :

ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu Bola

2) Outdoor area, yaitu lingkungan kerja yang terpajan

oleh cahaya matahari secara langsung. ISBB untuk

pekerjaan diluar ruangan dengan panas radiasi adalah :

Page 59: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

41

ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola +

0,1 Suhu Kering

Dalam penerapannya di lapangan, pengukuran tekanan

panas dengan WBGT dilaksanakan bersamaan dengan

perhitungan jumlah panas metabolik yang diterima pekerja

(beban kerja) sesuai dengan klasifikasi beban kerja menurut

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2011 dan

mengukur waktu kerja tenaga kerja setiap jam.

Tabel 2.3 Nilai Ambang Batas (NAB) Tekanan panas

Pengaturan waktu kerja setiap jam

ISBB (oC) Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75% - 100 % 31.0 28.0 - 50% - 75 % 31.0 29.0 27.5 25% - 50% 32.0 20.0 29.0 0 % - 25% 32.2 31.1 30.5

Adapun cara pengukuran takanan panas dengan WBGT

sesuai SNI 16-7061 Tahun 2004 adalah sebagai berikut:

1) Prinsip

Alat diletakkan pada titik pengukuran sesuai dengan waktu

yang ditentukan, suhu basah alami, suhu kering dan suhu

bola dibaca pada alat ukur, dan indeks suhu basah dan bola

diperhitungkan dengan rumus.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

42

2) Peralatan

Alat-alat yang dipakai harus telah dikalibrasi oleh

laboratorium yang terakreditasi untuk melakukan kalibrasi,

minimal 1 tahun sekali.

Alat-alat yang digunakan terdiri dari:

a) Termometer suhu basah alami yang mempunyai

kisaran –50 C sampai dengan 500 C dan bergraduasi

maksimal 0,50 C

b) Termometer suhu kering yang mempunyai kisaran –

5oC sampai dengan 500 C dan bergraduasi maksimal

0,50 C

c) Termometer suhu bola yang mempunyai kisaran –

5oC sampai dengan 1000 C dan bergraduasi

maksimal 0,50 C

3) Prosedur kerja

Langkah-langkah prosedur kerja adalah sebagai berikut:

a) Rendam kain kasa putih pada termometer suhu basah

alami dengan air suling, jarak antara dasar lambung

termometer dan permukaan tempat air 1 inci.

Rangkaikan alat pada statif dan paparkan selama 30

menit - 60 menit.

Page 61: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

43

b) Rangkaikan termometer suhu kering pada statif dan

paparkan selama 30 menit – 60 menit.

c) Pasangkan termometer suhu bola pada bola tembaga

warna hitam (diameter 15 cm, kecuali alat yang

sudah dirakit dalam satu unit), lambung termometer

tepat pada titik pusat bola tembaga. Rangkaikan alat

pada statif dan paparkan selama 20 menit – 30 menit.

d) Letakkan alat-alat tersebut di atas pada titik

pengukuran dengan lambung termometer setinggi 1

meter – 1,25 meter dari lantai.

e) Waktu pengukuran dilakukan 3 kali dalam 8 jam

kerja yaitu pada awal shift kerja, pertengahan shift

kerja dan akhir shift kerja.

4) Penentuan titik pengukuran

Letak titik pengukuran ditentukan pada lokasi tempat

tenaga kerja melakukan pekerjaan.

h. Pencahayaan

Menurut Suma’mur (2009) permasalahan dalam penerangan

meliputi kemampuan untuk melihat sesuatu, sifat-sifat indera

penglihatan, usaha-usaha yang diperlukan untuk melihat objek lebih

baik serta pengaruh penerangan terhadap lingkungan. penerangan

Page 62: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

44

yang baik memungkinkan pekerja untuk melihat pekerjaannya lebih

teliti, cepat dan tidak perlu menggunakan tenaga yang tidak perlu

serta membantu menciptakan lingkungan yang nyaman dan

menyenangkan.

Sifat-sifat penerangan yang baik meliputi :

1. Pembagian luminensi dalam lapangan penglihatan

2. Pencegahan kesilauan

3. Arah cahaya

4. Warna

5. Panas ruangan terhadap keadaan lingkungan

Jika pencahayaan tidak sesuai dengan standar maka

akan menimbulkan kerugian-kerugian diawali dengan keluhan

didaerah mata selanjutnya ditandai oleh timbulnya kelelahan

dan pusing sekitar kepala kemudian menyebabkan kerusakan

pada penglihatan yang tak jarang akan menyebabkan

kecelakaan kerja Suma’mur (2009).

Pencahayaan yang kurang maupun berlebih ditempat

kerja dapat menyulitkan pekerja untuk bekerja secara optimal,

sehingga jika hal ini terjadi untuk waktu yang lama dapat

Page 63: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

45

menyebabkan pekerja mengalami stress dan ketidaknyamanan

dalam bekerja (Suprapto, 2008).

Tabel 2.4 Nilai ambang batas intensitas cahaya ditempat kerja menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SKII/1998:

Jenis kegiatan Tingkat

pencahayaan minimal (LUX)

Keterangan

Pekerjaan kasar & tidak terus menerus

100 Ruang penyimpanan &ruang peralata/ instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu

Pekerjaan kasar & terus menerus

200 Pekerjaan dengan mesin& perakitan/ penyusun

Pekerjaan rutin

300

Pekerjaan kantor/ administrasi, ruang control, pekerjaan mesin & perakitan/ penyusun.

Pekerjaan agak haluS

500 Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan/ warna, pemprosesan, tekstil, pekerjaan mesin halus & perakitan halus.

Pekerjaan amat halus

1500 tidak menimbulkan

bayangan

Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus

Pekerjaan detail 3000 tidak menimbulkan

bayangan

Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus

Page 64: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

46

i. Getaran

Menurut Permenaker No 13 Tahun 2011 Getaran merupakan

gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik

dari kedudukan keseimbangannya. Nilai Ambang Batas getaran

untuk pemaparan tangan-lengan dengan parameter percepatan pada

sumbu yang dominan: 4 m/det2 atau 0,40 Grav.

Getaran merupakan sumber stres yang kuat dapat

menyebabkan peningkatan taraf catecholamine dan perubahan dari

berfungsinya seseorang secara psikologikal dan neurogikal.

(Munandar, 2001).

j. Peranan dalam Organisasi

Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam

organisasi, artinya setiap tenaga kerja memiliki tugas yang harus

dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun, tidak semua

pekerjaan dapat berjalan dengan baik. Hasil yang kurang baik inilah

yang dapat menimbulkan stres karena tidak sesuai dengan tuntutan

yang diinginkan oleh atasan (Munandar, 2008).

Peranan dalam organisasi merupakan salah satu penyebab utama

terjadinya stres ditempat kerja. Masalah yang timbul dalam stressor ini

berupa ambigu atau ketidakjelasan peran dalam organisasi dan konflik

Page 65: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

47

antar peran. Ketidakjelasan peran dapat terjadi jika terdapat dua jenis

jabatan yang bersinggungan peran dan fungsinya maupun akibat dari

tidak adanya deskripsi yang jelas terkait pekerjaan oleh manajemen.

Sedangkan, konflik antarperan dalam organisasi terjadi disebabkan

karena adanya ketidakpuasan kerja satu sama lain. (cooper dan

Davidson, 1987).

Cox, Griffiths dan Gonzales (2000) dalam Prativi (2013)

menambahkan aspek berbahaya lainnya pada peran dalam organisasi

meliputi kelebihan peran, ketidakcukupan peran dan tanggung jawab

yang berlebih.

k. Pengembangan Karir

Sistem peningkatan jenjang karir menjadi sumber utama stres

terutama bagi beberapa pekerjaan yang menekankan adanya hubungan

pengembangan karir dengan kompetensi. Mayoritas pekerja khususnya

pekerja formal, memiliki sistem peningkatan karir berjenjang dan

pekerja dapat terkena stres jika kompetensi tinggi yang dimilikinya

tidak membuat karirnya naik.

Menurut Marshal (1977) dalam Prativi (2013) menyatakan bahwa

terdapat dua sumber potensial stres kerja yang termasuk dalam

pengembangan karir yaitu ketidakpastian pekerjaan dan

Page 66: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

48

ketidaksesuaian status yang diperoleh pekerja. Aspek pengembangan

karir yang menyebabkan stres pada pekerja meliputi promosi jabatan,

degradasi jabatan, gaji, ketidaksesuaian status dengan kompetensi,

ketidaksesuaian akan jaminan kerja dimasa depan dan ambisi dalam

meraih kenaikan jabatan yang terhalangi (cooper dan Davidson, 1987).

l. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal yang baik idealnya terjalin diantara

semua level pekerja, baik dengan atasan, staf maupun pekerja dengan

level yang sama. Hubungan interpersonal didalam pekerjaan dan

dukungan sosial dari rekan kerja, atasan maupun anggota memiliki

keterkaitan dengan stres kerja (cooper dan Davidson, 1987). Hubungan

yang buruk ditempat kerja dapat menimbulkan ketidakjelasan peran

sehingga dapat menimbulkan ketegangan psikologis serta

menimbulkan ketidakpuasan ditempat kerja. Hubungan interpersonal

ditempat kerja berhubungan erat dengan kesehatan pada pekerja dan

lingkungan kerja itu sendiri. Hubungan interpersonal yang baik tidak

hanya berguna untuk menunjang profesionalisme dalam pekerjaan

tetapi juga mencegah terjadinya stres kerja (Munandar, 2008).

Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejalagejala

adanya kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam

Page 67: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

49

pemecahan masalah dalam organisasi. Ketidakpercayaan secara positif

berhubungan dengan ketaksaan peran yang tinggi, yang mengarah ke

komunikasi antar pribadi yang tidak sesuai antara pekerja dan

ketegangan psikologikal dalam bentuk kepuasan pekerjaan yang

rendah, penurunan dari kondisi kesehatan, dan rasa diancam oleh

atasan dan rekan-rekan kerjanya (Kahn dkk, 1964).

m. Struktur dan Iklim Organisasi

Faktor stres yang dikenali dalam kategori ini adalah terpusat pada

sejauh mana tenaga kerja dapat terlihat atau berperan serta pada

dukungan sosial. Kurangnya peran serta atau partisipasi dalam

pengambilan keputusan berhubungan dengan suasana hati dan perilaku

negatif. Peningkatan peluang untuk berperan serta menghasilkan

peningkatan produktivitas, dan kesehatan mental dan fisik (Munandar,

2008).

2.3 Pengukuran Stres

Menurut Karoley (1985) dalam buku Measurement Strategic in Health

Psychology teknik pengukuran stres yang biasa digunakan dalam studi Amerika

Serikat dapat digolongkan dalam 4 cara, yaitu :

Page 68: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

50

1. Self Report Measure

Cara ini dikenal sebagai “Life Event Scale” yang berisi

beberapa pertanyaan sebagai indikator dalam menentukan stres kerja.

Kuesioner digunakan untuk mengukur stres yaitu dengan menyatakan

intensitas pengalaman psikologis, fisiologis dan perubahan fisik yang

dialami seseorang. Teknik ini mengukur stres dengan melihat atau

mengobservasi perubahan-perubahan perilaku yang ditampilkan

seseorang. Berikut ini beberapa pertanyaan yang digunakan sebagai

indikator dalam menentukan stres kerja berdasarkan metode “Life

Event Scale” (Terlampir).

2. Performance Measure

Cara ini mengukur stres dengan melihat atau mengobservasi

perubahan-perubahan perilaku yang ditampilkan oleh seseorang.

Contohnya, penurunan prestasi kerja terlihat dari gejala seperti

cenderung berbuat salah, kurang konsentrasi, dan menjadi lamban

dalam bereaksi.

3. Psysiological Measure

Pada pengukuran ini berusaha untuk melihat perubahan fisik

akibat stres, seperti perubahan tekanan darah, ketegangan pada otot

bahu, leher dan pundak. Cara ini sering dianggap paling tinggi

reabilitasnya, namun sangat tergantung si pengukur dan pada alat yang

digunakan.

Page 69: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

51

4. Biochemical Measure

Teknik ini melihat stres melalui respon biokimia individu

berupa perubahan kadar hormon katekolamin dan kortikosteroid

setelah pemberian stimulus. Reabilitas dari cara ini tergolong tinggi

namun hasil pengukurannya dapat berubah bila subjek penelitiannya

adalah perokok, peminum alkohol dan kopi. Hal ini karena rokok, kopi

dan alkohol dapat meningkatkan kadar kedua hormon tersebut dalam

tubuh.

Dari keempat cara tersebut, yang paling sering digunakan dalam

penelitian stres adalah life event scale, karena paling mudah diatur dan

hanya membutuhkan biaya yang relatif murah walaupun sering

terdapat keterbatasan tertentu.

Page 70: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

52

Tabel 2.6 Indikator stres kerja

Tidak pernah

jarang Kadang-kadang

sering Setiap hari

Jantung berdebar Gemetar Menggertakan gigi pada saat tidur Tidak bisa tidur Rentan terhadap penyakit Sakit perut Sakit kepala Sakit kepala sebelah (migraine) Merasa lelah terus-menerus Sembelit Perut kosong Percaya diri yang turun Hilang nafsu makan Keringat berlebihan Telapak tangan berkeringat Lesu Lupa Linglung Merasa jengkel Merasa muak Merasa ingin bunuh diri Pesimis Cemburu Murung Sakit pada bagian punggung Depresi Gelisah Kehilangan minat dalam hal-hal Nyeri otot Sensitif/peka Ragu-ragu Memeriksa pekerjaan yang berlebihan Sulit bernapas Berjuang untuk mengatasi penyakit minor (misalnya dingin)

Bersikap curiga Rambut rontok

Page 71: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

53

Gangguan konsenterasi Perut mulas/rasa panas dalam perut Menurunkan berat badan Iritasi pada tenggorokan Hilang rasa humor Penyakit kulit Jangan mengambil inisiatif seperti dulu Mimpi buruk Mulut kering Mengkonsumsi tonik (Bioplus, liviton, lucozade, pharmaton)

Diare Gugup Merasa tidak mampu Mudah kaget Meningkatnya nafsu makan Gangguan koordinasi Ketidakpastian Cepat frustasi Kurang keterlibatan dengan orang lain Menggigit kuku Kurang motivasi Peningkatan konsumsi kafein(kopi,teh ) Resah Pengambilan keputusan yang jelek Merokok Merasa diluar kendali Merasa bingung Tidur yang berlebihan Menggunakan obat tidur Merasa lelah ketika bangun Merasa kewalahan dengan banyak Pekerjaan

Mengedipkan mata secara berlebihan Melamun Menunda pekerjaan Merasa panic Mengurangi produktivitas Membuang-buang waktu pekerjaan Sulit untuk mengidentifikasi penyebab non kinerja

Page 72: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

54

Tidak bisa mendiskusikan masalah dengan orang lain

Sumber: http://bfec.kenyon.edu/Healthy_Kenyon/stress_psymptoms.pdf. melalui situs Brown family environmental center at Kenyon college.

Berdasarkan daftar pertanyaan diatas, Jika responden menjawab “tidak pernah”

diberi bobot skor 0, jika responden menjawab “jarang” diberi bobot skor 1, jika

responden menjawab “kadang-kadang” diberi bobot skor 2, jika responden

menjawab “sering” diberi bobot skor 3 dan jika responden menjawab “setiap hari”

diberi bobot skor 4. Dengan demikian, jumlah nilai kumulatif berada dalam rentang

75 sampai dengan 300. Untuk penilaian indicator stres kerja, dapat dilakukan

penilaian sendiri (self assesment). Sistem penilaian/ scoring yang digunakan sebagai

indicator untuk masing-masing kelompok sebagai berikut.

a. Nilai 0-20 : Tidak mengalami stres

b. Nilai 21-45 : Mengalami stres ringan

c. Nilai 46-70 : Mengalami stres sedang

d. Nilai 71-90 : Mengalami stres berat

e. Nilai >90 : Mengalami stres sangat berat

2.4 Pencegahan dan Pengendalian Stres

Menurut Lanny Novianti (2011) ada beberapa cara yang dapat dilakukan

untuk mengendalikan stres di tempat kerja, yaitu :

Page 73: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

55

1. Menyediakan Waktu Rileks

Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan

selalu dimulai sejak pagi hari. Oleh karena itu, sebelum berangkat kerja

gunakan waktu anda untuk melakukan relaksasi secara singkat seperti

meditasi atau yoga. Teknik relaksasi seperti ini adalah yang paling

mudah untuk dilakukan. Caranya dengan menarik napas dalam-dalam

lalu hembuskan secara perlahan.

2. Bersikap lebih asertif

Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya

kesempatan untuk membuat perubahan atau keputusan. Oleh karena itu,

bicarakan dengan atasan mengenai tugas dan tanggungjawab yang ingin

anda pegang. Dengan demikian, Anda bisa menentukan pekerjaan yang

bisa Anda lakukan dengan cara kerja seperti yang diinginkan

perusahaan.

3. Bekerja Efisien

Bekerjalah lebih efisien, targetkan waktu yang tepat dalam

menyelesaikan tugas sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia.

Dengan bekerja lebih efisien tidak ada lagi tugas yang kekurangan

waktu sehingga tidak perlu cemas saat tugas sudah deadline. Dan saat

bekerja diwajibkan untuk membuat prioritas agar dapat membantu

mengatur strategi.

Page 74: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

56

4. Tingkatkan Energi Dengan Tidur

Menurut Camile Anthony dalam bukunya “ The Art Of Napping At

Work” (1999). Saat lelah, tubuh akan lebih mudah mengalami stress

meskipun disebabkan oleh masalah yang kecil. Stres juga akan membuat

konsentrasi menurun sehingga mudah untuk melakukan kesalahan. Oleh

karena itu, jika tubuh sudah merasa lelah maka dianjurkan pada pekerja

untuk tidur karena tidur hanya dengan 15 menit diwaktu kerja sama

manfaatnya dengan tidur malam selama 3 jam. Menurut Anthony

kegiatan ini akan meningkatkan mood dan rasa humor sehingga dapat

memperbaiki hubungan dengan rekan kerja.

5. Atur Lingkungan Kerja

Keadaan lingkungan kerja sangat mempengaruhi mood saat

bekerja. Lingkungan kerja dapat menjadi faktor risiko terjadinya stres

kerja. Oleh karena itu, sebisa mungkin tata ruang kerja serapi mungkin

untuk terciptanya suasana yang rapi dan tenang.

6. Menerapkan Pola Hidup Sehat

Pola hidup sehat merupakan kunci untuk terhindar dari gejala

stres. Konsumsi makanan dan minuman yang sehat seperti makanan

yang mengandung vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan dan

padi-padian. Kurangi makanan berlemak dan perbanyak makan buah

dan sayur. Lakukan olahraga secara teratur karena dengan berolahraga

akan memeperbesar kapasitas paru-paru untuk menampung oksigen

Page 75: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

57

didalam darah yang akan diedarkan keseluruh tubuh sehingga dapat

membuat pikiran lebih rileks.

7. Pekerjaan Bukan Segalanya

Setiap manusia membutuhkan pekerjaan untuk mempertahankan

hidupnya, yang diharapkan selalu bahwa pekerjaan tersebut dapat

membuat bahagia pekerjanya. Namun, tidak semua pekerja sependapat.

Karena tak sedikit dari pekerja merasa tertekan dengan pekerjaanya.

Menurut Dr. Ciaramicolli mengatakan bahwa pekerjaan bukan

merupakan segalanya karena diluar pekerjaan masih banyak kegiatan

lain yang dapat minimbulkan perasaan bahagia. Dengan mengikuti

kegiatan diluar pekerjaan, stres ditempat kerja akan berkurang. Dengan

meyakinkan diri bahwa walaupun tidak bisa memperbaiki keadaan

ditempat kerja, kita dapat mengendalikan hal-hal penting lainnya

didalam kehidupan. Karena, perasaan mampu mengendalikan kehidupan

merupakan harta tak ternilai dan tingkatkan selalu rasa syukur kepada

sang pencipta.

2.5 Kontraktor

Kontraktor adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi.

Jasa konstruksi dapat didefinisikan sebagai layanan jasa konsultasi perencanaan

pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan

jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Sedangkan pekerjaan

konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan

Page 76: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

58

dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural,

sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta

kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik (Holt,

2006). Menurut kamus bahasa Indonesia, Kontraktor dapat diartikan sebagai

pelaksana proyek atau pekerjaan dengan sistem paket yang diikat dalam suatu

kontrak kerja yang jelas antara pihak pemilik proyek dengan pihak pelaksana

proyek.

Menurut A Guide to the Project Management Body of Knowledge (2004),

proyek merupakan suatu usaha sementara yang dikerjakan untuk membuat produk

dan layanan yang unik.

Proyek memiliki karakteristik, sebagai berikut :

1. Sementara/ temporary,

2. Pengembangan yang progresif,

3. Hasil dari produk, layanan yang unik.

Kegiatan jasa konstruksi telah terbukti memberikan kontribusi penting

dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi disemua negara di dunia,

termasuk Indonesia, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta

(Kadin, 2002).

Dalam Manajemen Proyek Konstruksi, salah satu sasaran utama yang

dicapai, adalah menciptakan iklim kerja yang mendukung baik dari segi sarana,

Page 77: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

59

kondisi kerja, keselamatan kerja, dan komunikasi timbal balik yang terbuka antara

atasan dan bawahan (Paulus, 1985 dalam cristina dkk, 2012).

Suatu kondisi kerja (work condition) dan keselamatan kerja (safety work)

yang baik merupakan syarat untuk mencapai suatu iklim kerja yang mendukung

bagi para pekerjanya terutama di dalam proyek konstruksi. Hal ini perlu mendapat

perhatian dikarenakan lokasi pekerjaan proyek merupakan salah satu lingkungan

kerja yang mengandung resiko cukup besar (Ervianto, 2005), sehingga dapat

dikatakan bahwa industry konstruksi terbilang paling rentan terhadap kecelakaan

kerja.

2.6 Kerangka teori

Kerangka teori ini berdasarkan Cooper dan Davidson (1987), menyatakan

bahwa faktor penyebab stres kerja yaitu berdasarkan pada Individual Arena (usia,

masa kerja, pendidikan, status perkawinan), Work Arena (rutinitas, jam kerja,

beban kerja, shift kerja, konsumsi alkohol, kebisingan, pencahayaan, tekanan

panas dan getaran). Namun, Hurrel (1988) dalam Munandar menambahkan bahwa

ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan stres kerja pada pekerja seperti

Hubungan Interpersonal, Pengembangan Karir, Peranan dalam Organisasi,

Sruktur dalam Organisasi.

Home arena dan social arena tidak diteliti karena peneliti tidak meneliti

pemicu stres kerja yang bukan berasal dari tempat kerja dan juga peneliti tidak

meneliti sampai kerumah responden sehingga tidak bisa untuk diteliti dan di

intervensi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan NIOSH (1999) yaitu penyebab

Page 78: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

60

utama stres kerja berasal dari karakteristik pekerja dan kondisi lingkungan

ditempat kerja.

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Cooper dan Davidson (1987) dan Hurrel dalam Munandar (2008

Individual Arena 1. Usia, 2. Masa kerja, 3. Pendidikan. 4. Status perkawinan.

Work Arena

1. Rutinitas, 2. Jam kerja, 3. Beban kerja, 4. Shift kerja, 5. Konsumsi alkohol, 6. Kebisingan, 7. Pencahayaan, 8. Tekanan panas 9. Getaran. 10. Hubungan interpersonal, 11. Pengembangan karir, 12. Peranan dalam organisasi, 13. Sruktur dalam organisasi

Stres kerja

Page 79: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

61

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah variabel independent

yang terdiri dari usia, masa kerja, pendidikan, status perkawinan, rutinitas,

kebisingan, tekanan panas, hubungan interpersonal. Sedangkan variabel

dependentnya yaitu stres kerja pada pekerja pembuatan Offshore Pipeline And

Mooring Tower proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri tahun 2013.

Adapun variabel yang tidak diteliti pada penelitian ini, yaitu :

1. Jam Kerja, variabel berikut tidak diteliti karena seluruh pekerja

melakukan pekerjaan selama 8 jam atau homogen.

2. Shift kerja, variabel tidak diteliti karena perusahaan tidak menerapkan

shift kerja.

3. Konsumsi alkohol, variabel ini tidak diteliti karena Indonesia

merupakan negara yang menganggap alkohol sebagai barang tabu

sehingga jika dimasukan dalam penelitian diharapkan hasilnya bias.

4. Pencahayaan, variabel ini tidak diteliti karena setelah melakukan studi

pendahuluan pada bulan April 2013 pencahayaan dalam setiap

Page 80: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

62

kegiatan saat bekerja sudah baik dan sesuai dengan Keputusan Menteri

Kesehatan No. 261/MENKES/SKII/1998.

5. Getaran, variabel ini tidak diteliti karena dalam pekerjaannya pekerja

tidak terpapar oleh getaran dan perusahaan telah menyiapkan APD

terkait HAV maupun WBV.

6. Peranan dalam organisasi, variabel ini tidak diteliti karena pekerja

telah memiliki SOP dari perusahaan yang akan dilakukan selama

bekerja.

7. Struktur dalam organisasi, variabel ini tidak diteliti karena segala

bentuk keputusan ditentukan oleh perusahaan sehingga pekerja tidak

ikut serta dalam menentukan keputusan yang akan dilakukan pekerja.

8. Pengembangan karir, variabel ini tidak diteliti karena pekerja yang

dijadikan responden merupakan pekerja biasa sehingga tidak ada

promosi kenaikan jabatan.

Page 81: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

63

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Individual Arena

Work Arena

5. Rutinitas

7. Kebisingan

8. Tekanan Panas

6. Hubungan Interpersonal

1. Usia

2. Masa Kerja

3. Pendidikan

4. Status Perkawinan

StreS kerja

Page 82: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

64

3.2 Definisi Operasional

No Variable Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

ukur

1. Stres

kerja

Kondisi dimana pekerja mengalami gejala-

gejala stres dalam pekerjaan yang berinteraksi

dengan pekerja sehingga pekerja mengalami

perubahan secara fisologis, psikologis maupun

perilaku ditandai dengan sakit kepala, mudah

marah, merokok berlebih dan indikator

lainnya, yang diisi dengan menggunakan

kuesioner life event scale.

wawancara Kuesioner

dengan uji

life event

scale

0. Tidak mengalami

stres (<38)

1. Stres ringan (38-80)

2. stres berat (>80)

Ordinal

INDIVIDUAL ARENA

2. Usia,

Lamanya responden hidup yang dihitung

dalam tahun sejak lahir sampai pada saat

penelitian dilakukan.

Wawancara Kuesioner Tahun Rasio

3. Masa

kerja,

akumulasi berdasarkan waktu (tahun).

Terhitung sejak awal pekerja menjalankan

pekerjaan konstruksi sampai penelitian

berlangsung.

Wawancara Kuesioner Tahun Rasio

Page 83: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

65

4. Pendidika

n

Keterangan responden mengenai jenjang/

tingkat responden belajar dalam lingkup

formal.

Wawancara Kuesioner 0. Pendidikan tinggi

1. Pendidikan dasar

Ordinal

5. Status

perkawina

n,

Keterangan yang menunjukan

riwayat pernikahan responden yang

terdapat pada kartu identitas pekerja,

dan dikategorikan atas menikah dan

tidak menikah.

wawancara Kuesioner 0. Tidak menikah

1. Menikah

Ordinal

WORK ARENA

6. Rutinitas

Keterangan responden mengenai kegiatan

pekerjaan (intensitas, jenis) yang dilakukan

sehari-hari ditempat kerja proyek Banyu Urip.

Wawancara Kuesioner 0. tidak monoton (total

skor < 2)

1. monoton (total skor

≥ 2 nilai median)

Ordinal

7. Hubungan

interperso

nal

Keterangan responden mengenai hubungan

yang dialami responden terhadap atasan dan

rekan kerja sebagai pekerja kontraktor

ditempat kerja.

Wawancara Kuesioner 0. Baik (total skor ≤ 1)

1. Buruk (total skor >

1)

Ordinal

8. Kebisinga Hasil ukur yang diperoleh dari pengukuran Pengukuran Sound 0. Tidak terpapar Ordinal

Page 84: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

66

n,

langsung menggunakan sound level meter

diarea responden bekerja sehingga

dikategorikan atas terpapar dan tidak terpapar.

kebisingan

(dilakukan

oleh

peneliti)

level meter kebisingan ( jika

kebisingan< 85dB)

1. Terpapar

kebisingan (jika

kebisingan > 85dB)

9. Paparan

tekanan

panas

Kesimpulan dari perbandingan pengukuran

tekanan panas menggunakan heat stress

monitor diarea workshop indoor maupun

outdoor dengan standar Permenaker No 13

tahun 2011.

Pengukuran

Suhu dan

observasi

(beban

kerja)

Heat

Stress

Monitor

dan

Perhitunga

n Beban

Kerja

menurut

Christense

n..

0. Tidak Terpapar

Tekanan Panas

1. Terpapar Tekanan

Panas

Ordinal

Page 85: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

67

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan antara usia dengan stres kerja pada pekerja Proyek Banyu

Urip PT Rekayasa Industri tahun 2013.

2. Ada hubungan antara masa kerja dengan stres kerja pada pekerja Proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri tahun 2013.

3. Ada hubungan antara pendidikan dengan stres pekerja Proyek Banyu Urip PT

Rekayasa Industri tahun 2013.

4. Ada hubungan antara status perkawinan dengan stres kerja pada pekerja

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri tahun 2013.

5. Ada hubungan antara rutinitas dengan stres kerja pada pekerja Proyek Banyu

Urip PT Rekayasa Industri tahun 2013.

6. Ada hubungan antara hubungan interpersonal dengan stres kerja pada pekerja

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri tahun 2013.

7. Ada hubungan antara kebisingan dengan stres kerja pada pekerja Proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri tahun 2013.

8. Ada hubungan antara tekanan panas dengan stres kerja pada pekerja Proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri tahun 2013.

9. Ada hubungan yang lebih dominan antara faktor-faktor yang mempengaruhi

stres kerja pada pekerja Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri tahun

2013.

Page 86: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

68

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis studi deskriptif analitik yang bertujuan

untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independent dan

variabel dependent. Dengan desain potong Lintang (cross sectional), yaitu untuk

melihat dan menganalisis hubungan antara faktor-faktor risiko dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data pada satu waktu atau

dalam waktu bersamaan (Notoadmodjo, 2010).

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di proyek Banyu Urip, PT. Rekayasa Industri yang

terletak di Bakrie Yard, Serang-Banten pada bulan april - Juli tahun 2013.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja pembuatan offshore

pipeline and mooring tower di PT Rekayasa Industri,Serang-Banten pada Tahun

2013. Dalam penelitian ini jumlah populasi sebanyak 200 orang. Sedangkan,

sampel akan dipilih dengan cara mengundi (Lottery Technique) dengan

menggunakan teknik simple random sampling yaitu setiap anggota atau unit dari

populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dan untuk

Page 87: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

69

menghitung besar sampel menggunakan metode uji hipotesis beda 2 proporsi

dengan rumus:

𝑛 =Z1 − α/2�2𝑃(1 − 𝑃) + 𝑍1− 𝛽�𝑃1(1− 𝑃1) + 𝑃2(1− 𝑃2)²

(𝑃1 − 𝑃2)²

Keterangan:

n : Besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian

P : Rata-rata P1 dan P2 (P1+P2)/2

P1 : Proporsi pada populasi yang memiliki stres kerja akibat masa

kerja yang < 5 tahun (80%)

P2 : Proporsi pada populasi yang memiliki stres kerja akibat masa

kerja yang > 5 tahun (43%)

Z1-α/2 : Nilai Z pada derajat kemaknaan 95 % = 1.96

Z1-β : Nilai Z pada kekuatan uji 90%

Tabel 4.1 Hasil perhitungan sampel terhadap hasil penelitian terdahulu

Variabel P1 P2 α (%) β (%) N Rutinitas P1 : buruk P2 : baik (Adas, 2006)

0,79 0,333 5 80 18 10 14 1 27 5 90 23

10 19 1 33

Hubungan Interpersonal P1 : buruk P2 : baik (Adas, 2006)

0,82 0,25 5 80 11 10 9 1 17 5 90 14

10 12

Page 88: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

70

1 21 Kebisingan P1: bising P2: tidak terpapar bising (Airmayanti, 2010)

0,535 0,429 5 80 348 10 274 1 518 5 90 465

10 379 1 659

Status perkawinan P1: menikah P2: tidak menikah (Gitalia, 2006)

0,55 0,16 5 80 23 10 18 1 34 5 90 30

10 24 1 43

Masa kerja P1: < 5 tahun P2: ≥ 5 tahun (Gautama, 2008)

0,80 0,43 5 80 26 10 21 1 39 5 90 35

10 28 1 49

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus uji hipotesis dua proporsi

diatas, diperoleh besar sampel sebesar 35 orang. Dari hasil tersebut di hitung kembali

berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian Hidayat (2012) didapatkan

responden yang tidak mengalami stres sebesar 43,1%. Maka perhitungan sampelnya

sebagai berikut:

N = 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠100

x n

35= 43,1100

x n

82 = n

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus uji

hipotesis dua proporsi di atas, diperoleh besar sampel sebesar

82 sampel pekerja.

Page 89: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

71

4.4 Sumber dan Jenis Data

Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

4.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara pengukuran langsung yaitu stres

kerja, usia, masa kerja, pendidikan, rutinitas, status perkawinan hubungan

interpersonal diukur menggunakan kuesioner dengan metode wawancara,

kebisingan menggunakan Sound Level Meter, tekanan panas menggunakan

Heat Stres Monitor, serta melakukan observasi kepada pekerja.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan seperti

profil perusahaan, data kecelakaan dan data ketenagakerjaan.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data penelitian, berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, dan

formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2010). Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner

dengan metode wawancara yang terdiri dari beberapa pertanyaan berkaitan

dengan faktor individual arena dan work arena yang berhubungan dengan stres

kerja pada pekerja proyek Banyu Urip . Sedangkan untuk variabel work Arena

Page 90: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

72

yaitu kebisingan dan Tekanan panas dilakukan pengukuran langsung oleh

peneliti.

Lembar kuesioner dalam penelitian ini disusun sedemikian rupa sesuai

dengan kebutuhan variabel yang akan diteliti guna memperoleh informasi

yang relevan dengan tujuan penelitian. Sebelum digunakan sebagai alat

pengumpul data, dilakukan uji kuesioner kepada 30 pekerja konstruksi. Uji

kuesioner dilakukan di Bakrie Contruction dengan pertimbangan bahwa

pekerja Bakrie Contruction memiliki karakteristik pekerjaan yang sama

dengan pekerja proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri.

Adapun hasil uji kuesioner penelitian ini meliputi uji validitas dan uji

reliabilitas instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

1. Uni valiliditas

Uji validitas merupakan suatu pengukuran untuk melihat

tingkat keakuratan suatu alat ukur yang digunakan untuk

mengukur variabel-variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas

digunakan pada variabel-variabel yang memiliki pertanyaan yang

memungkinkan bersifat homogen dan menggunakan skala likert.

Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan pada variabel rutinitas

dan hubungan interpersonal.

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung

dengan nilai r tabel. Nilai r hitung diperoleh dari hasil uji validitas,

Page 91: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

73

dimana hasilnya dapat dilihat pada kolom corrected item total

correlation. Sedangkan nilai r tabel diperoleh dengan

menggunakan rumus df = n-2. Pada penelitian ini, uji kuesioner

dilakukan kepada 30 responden, sehingga nilai df = 30-2 = 28.

Pada tingkat kemaknaan 5%, maka didapatkan nilai r tabel adalah

sebesar 0,361 (two tail). Hasil perhitungan uji validitas dapat

dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini:

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas

No. Variabel Item

Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan

1. Rutinitas B1 B2 B3

0,845 0,845 0,598

0,361 0,361 0,361

Valid

2. Hubungan Interpersonal

B4 B5 B6 B7 B8 B9

0,490 0,628 0,802 0,802 0,628 0,628

0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361

Valid

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, terlihat bahwa masing-

masing pertanyaan yang digunakan untuk menilai variabel

rutinitas dan hubungan interpersonal menunjukkan nilai r

hitung (corrected item-total correlation) > r tabel (0,361).

Artinya, semua pertanyaan yang digunakan untuk masing-

masing variabel adalah valid dan dapat digunakan dalam

penelitian.

Page 92: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

74

2. Uji Realibilitas

Uji reliabilitas adalah suatu pengukuran yang dilakukan untuk

menilai apakah kuesioner yang digunakan bersifat reliabel (handal)

dan layak untuk digunakan dalam penelitian. Uji reliabilitas

dilakukan dengan membandingkan nilai Cronbach Alpha pada uji

statistik, dimana jika nilai Cronbach Alpha > r tabel maka bersifat

reliabel.

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai

Cronbach Alpha untuk masing-masing variabel adalah rutinitas

(0,852), dan hubungan interpersonal (0,866). Kedua variabel

terebut memiliki nilai Cronbach Alpha > (0,361), artinya

pertanyaan yang digunakan untuk menggambarkan variabel

rutinitas dan hubungan interpersonal dapat digunakan untuk

penelitian karena bersifat reliable.

a. Kuesioner

1. Stres Kerja : Diukur menggunakan daftar pertanyaan pada metode life event

scale. Variable ini diberi kode C1 dengan jumlah pertanyaan sebanyak 75

butir. Jika responden menjawab “tidak pernah” diberi bobot skor 0, jika

responden menjawab “jarang” diberi bobot skor 1, jika responden menjawab

“kadang-kadang” diberi bobot skor 2, jika responden menjawab “sering”

diberi bobot skor 3 dan jika responden menjawab “setiap hari” diberi bobot

skor 4. Dengan demikian, jumlah nilai kumulatif berada dalam rentang 75

Page 93: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

75

sampai dengan 300. Hasil ukur untuk variabel stres kerja dibagi menjadi tiga

kategori yaitu tidak stres, stres ringan dan stres berat. Oleh karena itu, diberi

skor 0 jika tidak mengalami stres (skor < 38), diberi skor 1 jika mengalami

stres ringan (skor 38-80) dan diberi skor 2 jika mengalami stres berat (skor ≥

81).

2. Individual Arena

a. Usia : variabel usia diukur dengan 1 pertanyaan dengan kode A1.

b. Masa kerja : variabel masa kerja diukur dengan 1 pertanyaan dengan kode

A2.

c. Pendidikan : variabel pendidikan diukur dengan 1 pertanyaan dengan kode

A3. Bobot skor yang diberikan 0 jika perguruan tinggi, skor 1 jika

SMA/Sederajat dan skor 2 jika SD/SMP. Kemudian hasilnya akan

diberikan kode 0 jika responden berpendidikan tinggi, kode 1 jika

responden berpendidikan dasar.

d. Status perkawinan : variabel status perkawinan diukur dengan 1

pertanyaan dengan kode A4. Bobot skor yang diberikan 0 jika responden

tidak menikah dan skor 1 jika responden menikah.

3. Work Arena

a. Rutinitas: variabel Rutinitas diukur dengan 3 pertanyaan dengan kode B1.

Pada aspek rutinitas memakai dua opsi alternatif jawaban. Bobot skor

yang diberikan 0 jika responden menjawab tidak dan bobot skor 1 jika

Page 94: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

76

responden menjawab ya. Kemudian diberikan kode 0 jika total skor < 2

dan diberikan kode 1 jika total skor ≥ 2.

b. Hubungan Interpersonal : variabel hubungan interpersonal diukur dengan

5 pertanyaan dengan kode B2. Pada aspek hubungan interpersonal

memakai dua opsi alternatif jawaban. Bobot skor yang diberikan 0 jika

responden menjawab tidak dan bobot skor 1 jika responden menjawab ya.

Kemudian diberikan kode 0 jika total skor ≤ 1 dan diberikan kode 1 jika

total skor > 1.

c. Kebisingan : variable kebisingan diukur dengan menggunakan sound level

meter diarea kerja. Pengukuran dilakukan pada 5 titik area kerja tempat

pekerja melakukan aktivitas yaitu pada workshop 1, workshop 5, pre-cut,

chamber dan open area fabriacation.

d. Tekanan panas : variabel tekanan panas diukur menggunakan heat stress

monitor yang sebelumnya akan dilakukan observasi terkait pekerjaan yang

dilakukan pekerja berdasarkan beban kerja dan waktu kerja. Beban kerja

akan dihitung menggunakan denyut nadi kemudian hasil pengukuran akan

dibandingkan dengan pengelompokan berdasarkan Permenaker No 13

tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia

di Tempat Kerja.. Pengukuran dilakukan pada 5 titik area kerja tempat

pekerja melakukan aktivitas yaitu pada workshop 1, workshop 5, pre-cut,

chamber dan open area fabriacation.

Page 95: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

77

4.6 Teknik Pengumpulan Data

Variabel dependent (stres kerja) dan variabel independent (individual

arena dan work arena) dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:

1. Stres kerja : Pengumpulan data stres kerja dilakukan dengan cara

menanyakan perubahan fisiologis, psikologis atau perilaku dan gejala-gejala

yang terdapat pada pekerja dengan menggunakan kuesioner.

2. Usia : Usia pekerja dihitung dengan menanyakan kepada responden kapan

tanggal, bulan dan tahun saat mereka dilahirkan. Penghitungan usia ini

dilakukan sendiri oleh peneliti dan pembulatan angkanya dihitung satu tahun

apabila telah melebihi waktu 6 bulan.

3. Masa kerja : Pengumpulan data masa kerja dilakukan dengan cara

menanyakan jangka waktu pertama kali responden bekerja sebagai pekerja

kontraktor sampai waktu penelitian melalui kuesioner.

4. Pendidikan : Pengumpulan data pendidikan dilakukan dengan cara

menanyakan tingkatan pekerja mengemban ilmu dalam lingkup formal.

5. Status perkawinan : Pengumpulan data status perkawinan dilakukan dengan

cara menanyakan langsung kepada pekerja dengan cara melihat kartu tanda

penduduk (KTP).

Page 96: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

78

6. Rutinitas : pengumpulan data rutinitas dilakukan dengan cara menanyakan

langsung mengenai situasi dan kondisi yang dialami pekerja selama bekerja

menggunakan kuesioner.

7. Hubungan interpersonal : Pengumpulan data hubungan interpersonal

dilakukan dengan cara menanyakan perasaan hubungan interpersonalnya

antara pekerja dengan atasan dan sesama rekan kerja menggunakan kuesioner.

8. Kebisingan : pengumpulan data kebisingan dilakukan dengan cara

pengukuran diarea tempat kerja indoor maupun outdoor menggunakan sound

level meter.

9. Tekanan Panas : pengumpulan data tekanan panas dilakukan dengan cara

prngukuran menggunakan heat stress monitor , sebelumnya akan dilakukan

observasi kepada pekerja dengan melihat beban kerja dan waktu kerja.

4.7 Manajemen Data

Seluruh data primer yang terkumpul akan dioleh melalui tahap-tahap

berikut ini:

1. Penyuntingan data (editing)

Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan ketepatan

dalam pengisian lembar kuesioner. Pemeriksaan akan dilakukan

Page 97: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

79

dilapangan jika masih ada pertanyaan yang kosong maka peneliti akan

menanyakan kembali kepada responden terkait.

2. Pemberian Kode (Coding)

Pada tahap ini dilakukan dengan memberi kode angka pada jawaban

responden dalam kuesioner tujuannya untuk memudahkan proses

pemasukan dan pengolahan data. Tahap coding dilakukan pada jawaban

kuesioner pada variable dependent maupun independent.

3. Pemasukan data (entry data)

Template kolom entry data dibuat dengan menggunakan program

komputer. Kemudian data dari kuesioner akan dimasukan dengan

menggunakan program komputer SPSS version 16.0 untuk menganalisis

univariat, bivariat dan multivariat.

4. Pembersihan data (Cleaning Data)

Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan kembali data yang telah

dimasukan kedalam template dan dilihat kelengkapan jawabannya serta

kesalahan dalam pemberian kode. Tahap ini dilakukan untuk

mengetahui data yang hilang, mengetahui variasi data dan konsistensi

data. Misalnya melihat data responden serta memeriksa ulang

dikuesioner seperti variable pendidikan yaitu 0= pendidikan Tinggi, 1=

pendidikan menengah dan 2= Pendidikan Rendah ketika dilakukan

pengecekan ternyata ada salah entry misalnya angka 3 sedangkan pada

pengkodean tidak ada. Untuk menghilangkannya yakni dengan

Page 98: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

80

mengeluarkan distribusi frekuensinya setelah itu dilakukan tahap

analisis data.

4.8 Analisis Data

4.8.1 Analisis Univariat

Bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dari

variable-variabel yang berhubungan dengan stres kerja pada pekerja di PT.

Rekayasa Industri tahun 2013. Variabel independen terdiri dari individual

arena (masa kerja, usia, pendidikan, Status Perkawinan) dan Work Arena

(rutinitas, hubungan interpersonal, kebisingan, tekanan panas,). Untuk

mengetahui kenormalan data dilakukan dengan test kolmogorov-smirnov

dengan ketentuan jika probabilitas atau asymp. Sig. (2- tailed) atau nilai

signifikansi > 0,05 distribusi adalah normal (Sujianto, 2007).

4.8.2 Analisis Bivariat

Dilakukan untuk memperoleh gambaran hubungan antara variabel-

variabel yang berhubungan dengan stres kerja dengan kejadian stres kerja

pada pekerja di PT. Rekayasa Industri tahun 2013. Untuk mencari hubungan

antara individual arena (pendidikan, Status Perkawinan) dan Work Arena

(rutinitas, hubungan interpersonal, kebisingan, tekanan panas) dengan stres

kerja dilakukan dengan menggunakan uji statistic chi square dengan

menggunakan CI 95%, derajat kemaknaan 5%, sehingga jika Pvalue ≤ 0.05

Page 99: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

81

maka menunjukkan adanya hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen dan jika Pvalue > 0.05 maka menunjukkan tidak ada

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Sedangkan

untuk melihat hubungan antara variabel usia dan masa kerja dengan stres kerja

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas karena data tersebut merupakan data

numerik. Bila hasil tes uji normalitas data berdistribusi normal, maka akan

dilanjutkan dengan uji anova untuk menghubungkan antara variabel numerik

dan kategorik. Setelah didapatkan hasil uji anova, kemudian lihat Pvalue.

Dengan demikian, untuk mencari hubungan antara variabel usia dan masa

kerja dengan stres kerja dengan derajat kemaknaan P ≤ 0,05 berarti ada

hubungan bermakna secara statistik dan P > 0,05 berarti tidak ada hubungan

yang bermakna secara statistik. Akan tetapi jika data tersebut tidak memenuhi

asumsi normalitas data, maka data selanjutnya akan dilakukan uji dengan

menggunakan kruskal wallis.

4.8.3 Analisis Multivariat

Analisis Multivariat merupakan salah satu jenis analisis statistik yang

digunakan untuk menganalisis data antara variabel dependen dan variabel

independet. Dalam analisis multivariat uji yang digunakan adalah uji regresi

logistik berganda karena variable dependennya berbentuk kategorik, dimana

variabel yang dapat dilakukan pengujian adalah variabel yang telah dilakukan

analisis bivariat dengan uji chi square, anova dan kruskal wallis yang

Page 100: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

82

memiliki nilai p ≤ 0,25, sedangkan jika p > 0,25 maka variabel tersebut

dikeluarkan dari kandidat model.

Selanjutnya, variabel-variabel yang masuk kandidat model Multivariat

tersebut dianalisis secara bersamaan. Variabel yang dimasukkan ke dalam

model selanjutnya adalah variabel yang memiliki p < 0,05. Sedangkan

variabel yang memiliki p > 0,05 dikeluarkan dari model. Pengeluaran variable

dilakukan secara bertahap mulai dari variabel yang memiliki pvalue paling

besar. Hingga nilai dari variabel yang tersisa P < 0,05.

Page 101: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

83

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umun Perusahaan

PT. Rekayasa Industri didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia pada

tanggal 12 Agustus 1981, untuk mengembangkan kemampuan nasional ke tingkat

dunia didalam bidang rancang bangun, pengadaan, konstruksi dan uji-coba operasi

(EPCC) untuk pabrik-pabrik industri besar di Indonesia. PT Rekayasa Industri

(REKIND) saat ini merupakan salah satu perusahaan terkemuka di bidangnya di

Indonesia. Bidang usaha rancang bangun, pengadaan, konstruksi dan uji coba operasi

ini (EPCC), meliputi pabrik-pabrik pada industri: gas, panas bumi, kilang,

petrokimia, mineral, pengelolaan lingkungan, dan infrastruktur. Selain itu, perusahaan

inipun menyediakan jasa untuk studi kelayakan proyek/pabrik dan perawatan pabrik.

5.1.1 Visi dan Misi Perusahaan

PT. Rekayasa Industri memiliki visi yaitu menjadi perusahaan kelas

dunia di bidang rancang bangun dan perekayasaan industri yang terintegrasi

serta investasi yang kompetitif. Sedangkan misi dari PT. Rekayasa Industri

adalah:

Page 102: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

84

• Memberikan jasa rancang bangun dan perekayasaan yang lengkap

dan kompetitif, baik di dalam maupun luar negeri, dengan

mengutamakan keunggulan mutu dan inovasi teknologi.

• Meningkatkan kompetensi dan mengembangkan organisasi yang

responsif dan tangkas.

• Melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik.

• Meningkatkan nilai perusahaan jangka panjang melalui investasi.

• Memberikan nilai tambah lebih bagi pelanggan, pemegang saham,

karyawan dan masyarakat dengan mempertimbangkan pertumbuhan

perusahaan.

5.1.2 Gambaran Umum Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower

Proyek Banyu Urip, Serang-Banten Tahun 2013

Proyek Banyu Urip merupakan proyek pengembangan dari area

kontrak Cepu, terletak di pulau Jawa, antara kota Cepu dan Bojonegoro.

Proyek ini diharapkan untuk menghasilkan minyak mentah dan gas asam

dari a empat bantalan sumur. minyak mentah akan diolah di pusat dan dikirim

melalui pipa darat dan lepas pantai untuk floating storage and offloading

vessel (FSO) yang terletak 23 km di lepas pantai utara Jawa dekat kota Tuban.

Proyek Banyu Urip dibagi menjadi lima Teknik individu, Pengadaan,

Konstruksi dan Commissioning (EPC) kontrak, yaitu:

Page 103: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

85

1. EPC1 Central Processing Facilities (CPF).

2. EPC2 Onshore Export Pipeline.

3. EPC3 offshore pipeline and Mooring Tower.

4. EPC4 FSO konversi tanker.

5. EPC5 Infrastruktur.

Kegiatan EPC3 memiliki proses produksi, yaitu :

1. Pengadaan material dan bahan baku.

Proses pengadaan material dan bahan baku dilakukan sesuai dengan

work instruction quality management system perusahaan agar bahan dan

material yang disuplai ke yard Sumuranja sesuai dengan perencanaan

fabrikasi. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi berupa

lembaran baja (steel plate) dan batangan baja (steel beam). Penyimpanan

bahan baku ditempatkan di material storage yang terdapat dilokasi

kegiatan.

2. Bongkar muat material dan bahan baku

Kegiatan bongkar muat material dilakukan di bagian penyimpanan

material yard Sumuranja. Bahan baku akan diverifikasi dahulu oleh bagian

material control untuk menentukan metode pengangkatan yang paling

tepat. Pengangkatan material didahului oleh pemeriksaan bahwa alat yang

digunakan seperti crane, slings, chain, clamps, dan sebagainya dalam

keadaan layak. Sling dan chain harus dilengkapi dengan sertifikat

Page 104: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

86

pemeriksaan dari pihak yang berwenang. Selama pengangkatan dan

penumpukan material, jig (kayu atau besi) dapat digunakan untuk

mendapatkan aktivitas pengangkatan yang paling praktis.

3. Pemotongan, pembentukan dan persiapan pengerjaan mesin.

Pemotongan bahan atau material ( besi, plat, pipa, stainless, dan lain-

lain ) umumnya dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan menggunakan gas (

menggunakan LPG (Liquid Petroleum Gas) dan oksigen) dan secara

manual. Penggunaan LPG hasilnya rapi dan tidak menimbulkan serbuk

besi. Seluruh pergerakan material atau bahan dibantu oleh alat angkat yaitu

Over Head Crane (Untuk di dalam Work Shop).

4. Proses Penyetelan (Pre Assembly / Setting)

Proses penyetelan baja yang telah dipotong sesuai dengan bentuk dan

ukuran yang dikehendaki sebelum dilakukan pengelasan. Penyetelan

bagian–bagian dan potongan–potongan bahan baja dilakukan berdasarkan

gambar (assembly drawing) yang telah disediakan.

5. Proses Pengelasan

Kegiatan pengelasan perusahaan menggunakan acetylene yang sudah

jadi.Sebelum proses pengelasan dilakukan, welding prosedure dan

persyaratan khusus lainnya harus terpenuhi. Verifikasi pada semua mesin

las harus dilaksanakan. Sertifikasi juru las telah dilakukan sesuai dengan

bidang keahlian yakni juru las kelas B.

Page 105: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

87

6. Proses assembly

Setelah proses cutting, drilling, punching dan rolling / pressing selesai

dikerjakan dan disetujui oleh Quality Control (QC) dan wakil pelanggan,

maka proses pemasangan / assembly akan dilaksanakan sesuai dengan

gambar dan persyaratan teknis lainnya. Sebelum kegiatan pemasangan dan

assembling, semua persyaratan welding preparation harus diperiksa dan

dinyatakan aman serta layak oleh welding foreman dan QC personel.

7. Proses penghalusan/penyetelan dengan mesin (manchining)

Proses ini dilakukan dengan mesin pada produk baja yang telah

dihasilkan. Pekerjaan ini biasanya dilakukan pada produk–produk

container crane dan peralatan angkat lainnya.

8. Proses kegiatan blasting

Kegiatan blasting bertujuan untuk membersihkan karat–karat dan

kotoran yang menempel pada permukaan struktur material. Semua struktur

yang akan dipasang dan dirakit harus melalui blasting dan coating terlebih

dahulu, sehingga penggunaan semua struktur tersebut dapat terlindungi dan

tahan terhadap air laut atau tidak mudah korosif.

Proses blasting terbagi menjadi 2 jenis yakni dry blasting dan wet

blasting. Proses dryblasting menggunakan media pasir kwarsa, silica dan

butiran logam yang mempunyai ukuran kehalusan tertentu. Sedangkan

untuk wet blasting menggunakan campuran air tawar yang bebas dari ion

klorida dan sulfat.

Page 106: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

88

9. Proses kegiatan coating

Proses coating bertujuan untuk melapisi permukaan struktur dari

pengaruh sekitar sehingga akan memperlambat terjadinya proses korosi.

Coating dilakukan pada permukaan baja terutama yang berada pada zona

splash dan bersentuhan langsung dengan udara luar serta zona daerah yang

berada di air laut dan udara bebas.

10. Proses kegiatan painting

Sebelum melaksanakan kegiatan painting perlu dilakukan inspeksi

profil kekasaran permukaan dan memperhatikan kondisi cuaca berdasarkan

suhu dan kelembaban. Kegiatan painting selain bertujuan untuk pewarnaan

digunakan pula untuk mencegah korosi.

11. Proses erection

Proses pembentukan produk baja yang dihasilkan dengan cara

merakit satu persatu setiap bagian sehingga terbentuk hasil

produksi baja yang sesuai dengan ukuran. Perakitan yang

dilakukan dilokasi kegiatan workshop Sumuranja pada akhirnya

dikirim ke konsumen dengan menggunakan transportasi laut atau

darat.

12. Proses pengepakan (packaging)

Proses pengemasan produk baja yang dihasilkan sebelum diangkut

oleh alat angkut menuju alamat pemesan/konsumen. Sistem pengepakan

dilakukan dalam beberapa cara yakni pengikatan produk diatas alat angkut

Page 107: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

89

darat seperti trailer dan juga pengikatan produk diatas alat angkut laut

seperti kapal atau tongkang.

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Gambaran Stres Kerja Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and

Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten

Tahun 2013.

Variabel stres kerja dikategorikan menjadi tiga, yaitu tidak mengalami

stres, stres ringan dan stres berat. Adapun hasil yang diperoleh mengenai stres

kerja pada pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek

Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 dapat dilihat

pada tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Stres Kerja pada pekerja Pembuatan Offshore

Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

No Tingkat Stres jumlah Persentase 1 Tidak mengalami stres 19 23,2 2 Stres ringan 43 52,4 3 Stres berat 20 24,4

TOTAL 82 100 Sumber :Data Primer, 2013

Berdasarkan pada tabel 5.1 dari 82 responden diketahui gambaran

bahwa pekerja yang mengalami stres ringan memiliki jumlah yang paling

besar yaitu sebesar 52,4%.

Page 108: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

90

2. Gambaran Individual Arena Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and

Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten

Tahun 2013.

Individual arena terdiri dari variabel umur, masa kerja, pendidikan

dan status perkawinan. Distribusi individual arena variabel usia dan masa

kerja pada pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek

Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 dapat dilihat

pada tabel 5.2. Sedangkan, variabel pendidikan dan status perkawinan dapat

dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Usia dan masa kerja pada pekerja Pembuatan Offshore

Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Variabel 95% CI Mean SD Min-Max

Usia Tidak stres 27.91-33.86 6.17247 20-43 Stres ringan 34.43-39.47 8.19394 20-51 Stres berat 36.69-46.10 10.05459 21-55

Masa kerja Tidak stres 4.50-9.70 5,394 0-16 Stres ringan 9.07-13.85 7,771 0-27 Stres berat 10.80-18.89 8,634 1-27

Sumber :Data Primer, 2013

a. Usia

Berdasarkan pada tabel 5.2 dari 82 responden diketahui

gambaran distribusi rata-rata usia pekerja ditempat kerja adalah 36

Page 109: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

91

tahun dengan standar deviasi 8,965. Umur termuda adalah 20

tahun dan tertua adalah 55 tahun.

b. Masa Kerja

Berdasarkan pada tabel 5.2 dari 82 responden diketahui

gambaran distribusi rata-rata masa kerja pekerja ditempat kerja

adalah 11 taun dengan standar deviasi 7,907. Mesa kerja

tersingkat adalah 0 tahun dan terlama adalah 27 tahun.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan dan status perkawinan pada pekerja

Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Variabel kategori Jumlah Persentase

pendidikan Pendidikan Tinggi 4 4,9 Pendidikan Menengah 52 63,4 Pendidikan Dasar 26 31,7

TOTAL 82 100 Status Perkawinan Tidak menikah 17 20,7

Menikah 65 79,3 TOTAL 82 100

Sumber :Data Primer, 2013

c. Pendididkan

Berdasarkan pada tabel 5.3 dari 82 responden diketahui

gambaran distribusi pendidikan pekerja ditempat kerja yang

memiliki jumlah paling besar adalah pendidikan menengah yaitu

sebesar 63,4 %.

Page 110: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

92

d. Status Perkawinan

Berdasarkan pada tabel 5.3 dari 82 responden diketahui

gambaran distribusi berdasarkan status perkawinan pekerja

ditempat kerja yang telah menikah memiliki jumlah yang paling

besar yaitu sebesar 79,3%.

3. Gambaran Work Arena Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and

Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten

Tahun 2013.

Work Arena terdiri dari variabel rutinitas, hubungan interpersonal,

kebisingan dan tekanan panas. Distribusi Work Arena variabel rutinitas,

hubungan interpersonal, kebisingan dan tekanan panas pada pekerja

Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip di PT.

Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Rutinitas, hubungan interpersonal, kebisingan dan tekanan panas pada pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring

Tower Proyek Banyu Urip di PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

S Sumber : Data Primer, 2013

Variabel kategori Jumlah Persentase Rutinitas Tidak monoton 25 30,5

monoton 57 69,5 Hubungan interpersonal Baik 68 82,9

Buruk 14 17,2 Kebisingan Tidak terpapar bising 47 57,3

Terpapar bising 35 42,7 Tekanan panas Tidak terpapar panas 49 59,8

Terpapar panas 33 40,2

Page 111: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

93

a. Rutinitas

Berdasarkan pada tabel 5.4 dari 82 responden diketahui

gambaran distribusi berdasarkan rutinitas pekerja ditempat kerja

yang mengatakan monoton memiliki jumlah yang paling besar yaitu

sebesar 69,5%.

b. Hubungan Interpersonal

Berdasarkan tabel 5.4 dari 82 responden yang diambil,

diketahui gambaran bahwa pekerja yang memiliki hubungan

interpersonal baik memiliki jumlah yang paling besar, yaitu

sebesar 82,9 %.

c. Kebisingan

Berdasarkan tabel 5.4 dari 82 responden yang diambil,

diketahui gambaran bahwa pekerja yang tidak terpapar

kebisingan memiliki jumlah yang paling besar, yaitu sebesar

57,3 %.

d. Tekanan Panas

Berdasarkan tabel 5.4 dari 82 responden yang diambil,

diketahui gambaran bahwa pekerja yang tidak terpapar panas

memiliki jumlah yang paling besar, yaitu sebesar 59,8%.

Page 112: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

94

5.3 Analisis Bivariat

1. Hubungan Antara Individual Arena Dengan Stres Kerja Pada Pekerja

Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip di PT.

Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat

yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen.

a. Hubungan Antara Usia Dengan Stres Kerja

Hubungan antara usia dengan stres kerja pada Pekerja

Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip

PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 pada tahap awal

dilakukan uji normalitas dan didapatkan nilai (P= 0,504) sehingga

disimpulkan bahwa pada alpha 5% distribusi data usia adalah normal.

Kemudian, selanjutnya dilakukan uji anova. Untuk mengetahui

hubungan antara usia dengan stres kerja dapat dilihat pada tabel 5.5 di

bawah ini.

Page 113: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

95

Tabel 5.5 Hubungan antara usia dengan stres kerja pada Pekerja

Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Usia Total Mean Sd 95% CI Pvalue

Tidak mengalami stres 19 30,89 6,172 27,91-33,86 0,001 stres ringan 43 36,95 8,193 34,43-39,47 stres berat 20 41,40 10,05 36,69-46,10

Sumber :Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 5.5 di dapatkan bahwa rata-rata usia di tempat

kerja yang tidak mengalami stres adalah 30 tahun dengan standar deviasi

6,172. Rata-rata usia di tempat kerja yang mengalami stres ringan adalah

36 tahun dengan standar deviasi 8,193 dan rata-rata usia di tempat kerja

yang mengalami stres berat adalah 41 tahun dengan standar deviasi

10,05.

Sehingga dari hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,001 pada

α=5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

usia dengan stres kerja.

b. Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Stres Kerja

Hubungan antara masa kerja dengan stres kerja pada Pekerja

Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip

PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 pada tahap awal

dilakukan uji normalitas dan didapatkan nilai (P= 0,013) sehingga

disimpulkan bahwa pada alpha 5% distribusi data masa kerja adalah

Page 114: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

96

tidak normal. Kemudian pada tahap selanjutnya dilakukan uji kruskal

wallis. Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dengan stres

kerja dapat dilihat pada tabel 5.6 di bawah ini.

Tabel 5.6 Hubungan antara masa kerja dengan stres kerja pada Pekerja

Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Masa kerja Total Mean Sd 95% CI Pvalue Tidak mengalami stres 19 7,105 5,394 4,505-9,705 0,013

stres ringan 43 11,465 7,771 9,073-13,856 stres berat 20 14,850 8,634 10,808-18,891

Sumber :Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 5.6 di dapatkan bahwa rata-rata masa kerja

di tempat kerja yang tidak mengalami stres adalah 7 tahun dengan

standar deviasi 5,394. Rata-rata masa kerja di tempat kerja yang

mengalami stres ringan adalah 11 tahun dengan standar deviasi 7,771

dan rata-rata masa kerja di tempat kerja yang mengalami stres berat

adalah 14 tahun dengan standar deviasi 8,634.

Sehingga dari hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,013

pada α=5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara masa kerja dengan stres kerja.

c. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Stres Kerja

Hubungan antara pendidikan dengan stres kerja pada Pekerja

Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip

Page 115: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

97

PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 dilakukan uji chi-

square. Untuk melihat hubungan antara pendidikan dengan stres kerja

dapat dilihat pada tabel 5.7 dibawah ini.

Tabel 5.7 Hubungan antara pendidikan dengan stres kerja pada Pekerja

Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

S

Sumber :Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa dari 56

responden dengan pendidikan tinggi sebesar 51,8% yang mengalami

stres ringan. Sedangkan dari 26 responden dengan pendidikan rendah

sebesar 53,8 yang mengalami stres ringan. Namun, pekerja dengan

pendidikan dasar memiliki risiko lebih besar untuk stres berat.

Sehingga dari hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,439

pada α=5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara pendidikan dengan stres kerja.

pendidikan Stres kerja Pvalue Tidak stres

Stres ringan

Stres berat

Total 0,439

N % N % N % N % Pendidikan tinggi

15 26,8 29 51,8 12 21,4 56 100

Pendidikan dasar

4 15,4 14 53,8 8 30,8 26 100

Page 116: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

98

d. Hubungan Antara Status Perkawinan Dengan Stres Kerja

Hubungan antara status perkawinan dengan stres kerja pada

Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek

Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

dilakukan uji chi- square. Untuk melihat hubungan antara status

perkawinan dengan stres kerja dapat dilihat pada tabel 5.8 dibawah ini.

Tabel 5.8 Hubungan antara status perkawinan dengan stres kerja pada Pekerja

Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Sumber :Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa dari 17

responden dengan status tidak menikah sebesar 52,9% yang

mengalami stres. Sedangkan dari 65 responden yang telah menikah

sebesar 53,8% yang mengalami stres.

Sehingga dari hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 1,000

pada α=5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara status perkawinan dengan stres kerja.

Status perkawinan

Stres kerja Pvalue Tidak stres Mengalami

stres Total 1,000

N % N % N % Tidak Menikah 8 47,1 9 52,9 17 100 Menikah 30 46,2 35 53,8 65 100

Page 117: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

99

2. Hubungan Antara work Arena Dengan Stres Kerja Pada Pekerja Pembuatan

Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa

Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

a. Hubungan Antara Rutinitas Dengan Stres Kerja

Hubungan antara rutinitas dengan stres kerja pada Pekerja

Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip

PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 dilakukan uji chi-

square. Untuk melihat hubungan antara rutinitas dengan stres kerja

dapat dilihat pada tabel 5.9 dibawah ini.

Tabel 5.9 Hubungan antara rutinitas dengan stres kerja pada Pekerja Pembuatan

Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Sumber :Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki rutinitas tidak monoton dan monoton yang mengalami stres

ringan memiliki hasil yang berimbang. Namun, pada pekerja dengan

rutinitas monoton memiliki persentase lebih besar terhadap terjadinya

stres berat.

Rutinitas Stres kerja Pvalue Tidak stres

Stres ringan

Stres berat

Total 0,090

N % N % N % N % Tidak monoton 9 36,0 13 52 3 12,0 25 100 monoton 10 17,5 30 52,6 17 29,8 57 100

Page 118: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

100

Sehingga dari hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,090

pada α=5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara rutinitas dengan stres kerja.

b. Hubungan Antara Hubungan Interpersonal Dengan Stres Kerja

Hubungan antara hubungan interpersonal dengan stres kerja

pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower

Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun

2013 dilakukan uji chi- square. Untuk melihat hubungan antara

hubungan interpersonal dengan stres kerja dapat dilihat pada tabel

5.10 dibawah ini.

Tabel 5.10 Hubungan antara hubungan interpersonal dengan stres kerja pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek

Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

S sumber : Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa dari 64

responden yang memiliki hubungan interpersonal baik memiliki hasil

yang sama antara mengalami stres dengan tidak mengalami stres.

Hubungan Interpersonal

Stres kerja Pvalue Tidak stres Mengalami

stres Total

N % N % N % 0,242 Baik 34 50 34 50 64 100 Buruk 4 28,6 10 71,4 14 100

Page 119: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

101

Sedangkan responden yang memiliki hubungan interpersonal buruk

cenderung lebih besar untuk mengalami stres.

Sehingga dari hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,242

pada α=5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara hubungan interpersonal dengan stres kerja.

c. Hubungan Antara Kebisingan Dengan Stres Kerja

Hubungan antara kebisingan dengan stres kerja pada Pekerja

Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip

PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 dilakukan uji chi-

square. Untuk melihat hubungan antara kebisingan dengan stres kerja

dapat dilihat pada tabel 5.11 dibawah ini.

Tabel 5.11 Hubungan antara kebisingan dengan stres kerja pada Pekerja

Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Sumber :Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa dari 47

responden yang tidak terpapar kebisingan sebesar 55,3% mengalami

Kebisingan Stres kerja Pvalue Tidak stres

Stres ringan

Stres berat

Total 0,001

N % N % N % N % Tidak terpapar bising

16 34 26 55,3 5 10,6 47 100

Terpapar bising 3 8,6 17 48,6 15 42,9 35 100

Page 120: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

102

stres ringan. Sedangkan dari 35 responden yang terpapar kebisingan

sebesar 48,6% mengalami stres ringan. Namun, pekerja yang terpapar

bising lebih berisiko untuk mengalami stres berat.

Sehingga dari hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,001

pada α=5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara kebisingan dengan stres kerja.

d. Hubungan Antara Tekanan Panas Dengan Kebisingan

Hubungan antara tekanan panas dengan stres kerja pada

Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek

Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

dilakukan uji chi- square. Untuk melihat hubungan antara tekanan

panas dengan stress kerja dapat dilihat pada tabel 5.12 dibawah ini.

Tabel 5.12 Hubungan antara tekanan panas dengan stres kerja pada Pekerja

Pembuatan Offshore Pipeline and Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Sumber :Data Primer, 2013

Tekanan Panas Stres kerja Pvalue Tidak stres

Stres ringan

Stres berat

Total 0,093

N % N % N % N % Tidak terpapar tekanan panas

11 22,4 22 44,9 16 32,7 49 100

Terpapar tekanan panas

8 24,2 21 63,6 4 12,1 33 100

Page 121: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

103

Berdasarkan tabel 5.12 dapat diketahui bahwa dai 49

responden yang tidak terpapar panas sebesar 44,9% mengalami stres

ringan. Sedangkan dari 33 responden yang terpapar panas sebesar

63,6% mengalami stres ringan. Namun, sebesar 32,7% responden yang

tidak terpapar panas bersiko lebih besar untuk mengalami stres berat.

Sehingga dari hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,093

pada α=5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara tekanan panas dengan stres kerja.

5.4 Analisis Multivariat

Analisis Multivariat merupakan analisis untuk mengetahui variabel yang

paling berpengaruh terhadap stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline

and mooring tower proyek banyu urip di PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten

tahun 2013, penelitian ini menggunakan uji regresi logistik berganda untuk

melihat variabel yang paling dominan terhadap stres kerja pada penelitian ini.

Langkah-langkah dalam analisis multivariat yaitu pemilihan kandidat untuk

analisis multivariat dan pembuatan model.

5.4.1 Pemilihan variabel sebagai kandidat analisis multivariat

Pada penelitian ini terdapat enam variabel yang diduga berpengaruh

terhadap stres kerja pada pekerja yaitu: usia, masa kerja, rutinitas, hubungan

interpersonal, kebisingan dan tekanan panas. Untuk pemilihan variabel

kandidat, ke enam variabel terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat. Setelah

Page 122: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

104

melalui analisis bivariat, variabel dengan nilai Pvalue < 0,25 dan mempunyai

kemaknaan secara substansi dapat dijadikan kandidat yang akan dimasukkan

ke dalam model multivariat. Hasil analisis bivariat antara variabel independen

dengan variabel dependen dapat dilihat pada tabel 5.13.

Tabel 5.13 Hasil Analisis Bivariat Antara Individual Arena dan Work Arena

dengan Stres Kerja Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline And Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-

Banten Tahun 2013. No Variabel Pvalue 1 Usia 0,001 2 Masa Kerja 0,013 3 Rutinitas 0,090 4 Hubungan Interpersonal 0,120 5 Kebisingan 0,001 6 Tekanan panas 0,093

Sumber :Data Primer, 2013

5.4.2 Pembuatan model faktor penentu variabel yang paling berpengaruh secara

statistik dengan stres kerja.

Analisis multivariat mendapatkan model yang terbaik dalam

menentukan determinan stres kerja pada pekerja. Dalam pemodelan ini semua

variabel kandidat dicobakan secara bersama-sama. Model terbaik akan

dipertimbangkan pada nilai Pvalue < 0,05. Pemilihan model dilakukan secara

hirarki dengan cara semua variabel independen yang menjadi kandidat yang

memenuhi syarat dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel Pvalue > 0,05

dikeluarkan dari model satu-persatu. Secara keseluruhan hasil pembuatan

model faktor penentu dapat dilihat pada tabel 5.14.

Page 123: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

105

Tabel 5.14 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Berganda antara usia, masa kerja, rutinitas, hubungan interpersonal, kebisingan dan tekanan panas dengan Stres Kerja Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline And Mooring Tower Proyek

Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

No Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5 1 Usia 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 2 Masa Kerja 0,280 0,281 0,270 - - 3 Rutinitas 0,914 - - - - 4 Hubungan Interpersonal 0,122 0,121 0,125 0,153 - 5 Kebisingan 0,040 0,032 0,030 0,039 0,021 6 Tekanan panas 0,765 0,767 - - -

Sumber :Data Primer, 2013

Dari hasil analisis diatas diketahui bahwa hanya tersisa dua variabel.

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari kedua variabel tersebut mempunyai

Pvalue (Pwald) < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut

merupakan variabel yang mempunyai hubungan secara signifikan dengan

stres kerja pada pekerja. Hasil analisis multivariat variabel tersebut dapat

dilihat pada tabel 5.15.

Tabel 5.15 Hasil Analisis Multivariat antara Usia dan Kebisingan dengan Stres Kerja Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline And Mooring Tower Proyek

Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

No Variabel B Pwald OR 95% CI Pvalue 1 Usia 0,155 17,036 1,168 (1,085-1,258) 0,000 2 Kebisingan 1,342 5,304 3,827 (1,221-

11,990) 0,021

Constant -5,998 18,453 0,002 - 0,000 Sumber :Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 5.15 dapat dilihat bahwa variabel usia dan

kebisingan Pvalue < 0.05, berarti kedua variabel tersebut berhubungan secara

Page 124: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

106

signifikan dengan stres kerja. Pada variabel kebisingan memiliki nilai OR =

3,827, hal ini menunjukkan bahwa kebisingan akan berubah sebesar 3,827

kali untuk kejadian stres kerja apabila pekerja menganggap kebisingan

mengganggu setelah dikontrol variabel usia. Selanjutnya dilihat dari koefisien

B dan nilai OR dapat disimpulkan bahwa dari kedua variabel tersebut,

variabel kebisingan merupakan variabel yang paling dominan dalam

mempengaruhi kejadian stres kerja karena mempunyai nilai koefisien B

(1,342) dan OR (3,827) yang lebih tinggi dibandingkan dengan variabel usia.

Page 125: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

107

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sehingga dapat

mempengaruhi hasil dari penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut, yaitu :

1. Pengukuran indikator stres kerja yang sangat banyak membuat pekerja

merasa terbebani dan jenuh dalam menjawabnya. Sehingga dalam

penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengajak pekerja untuk

berbincang untuk mengurangi rasa jenuh yang terjadi dan juga

dikhawatirkan adanya pengaruh dari pekerja lain.

2. Pengukuran kebisingan dan tekanan panas hanya dilakukan satu kali

yang seharusnya dilakukan sebanyak 3 kali. Dikarenakan kekurangan

waktu, tenaga dan alat.

6.2 Gambaran Stres Kerja Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline and

Mooring Tower Proyek Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten

Tahun 2013

Stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang

menyebabkan perubahan secara fisiologis, psikologis, dan perilaku. Stressor

kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan sebagai suatu

Page 126: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

108

tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja. Lingkungan pekerjaan sangat

berpotensi sebagai stressor kerja. (Widyasari, 2007). Setiap aspek dari

lingkungan kerja dapat dirasakan sebagai stres oleh pekerja, tergantung persepsi

pekerja terhadap lingkungannya, apakah ia merasakan stres atau tidak. Hal ini

dapat dikatakan bahwa seorang pekerja dapat mengalami stres, sedangkan

lainnya tidak meskipun dalam situasi kerja yang sama. (Munandar, 2008).

Stres dapat terjadi pada setiap individu/manusia pada setiap waktu, karena

stres merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihindarkan.

Manusia akan cenderung mengalami stres apabila ia tidak mampu menyesuaikan

antara keinginan dengan kenyataan yang ada, baik kenyataan yang ada di dalam

maupun diluar dirinya. Segala macam bentuk stres pada dasarnya disebabkan

oleh kekurangmengertian manusia akan keterbatasan dirinya sendiri.

Ketidakmampuan untuk melawan keterbatasan inilah yang dapat menimbulkan

rasa bersalah, gelisah, konflik dan frustasi yang merupakan tipe-tipe dasar stres

(Anoraga, 2005).

Pengukuran stres pada penelitian ini dilakukan dengan kuesioner yang

berisi 75 indikator dari gejala-gejala stres kerja yang diisi langsung oleh pekerja

dan didampingi oleh peneliti. Kemudian, hasil dapat dilihat dari skor yang

diperoleh, semakin tinggi skor yang diperoleh pekerja maka semakin parah dan

semakin banyak gejala-gejala yang dialami dan semakin berat tingkat stres yang

diderita oleh pekerja.

Page 127: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

109

Pada hasil penelitian yang dilakukan terhadap 82 pekerja pembuatan

offshore pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip didapatkan hasil bahwa

sebagian besar pekerja mengalami stres kerja ringan . Hasil ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Urianti (2000) Pada Pekerja di pabrik tabung

elpiji pabrikasi-UPPDN III Pertamina Tanjung Priok yaitu pekerja lebih

cenderung mengalami stres kerja ringan sebesar 65,5 %, begitu pula dengan

penelitian yang dilakukan oleh Febriyanthi (1995) Pada Pekerja divisi Fabrikasi

PT. IPTN Bandung yang mengatakan bahwa pekerja lebih banyak mengalami

stres kerja ringan yaitu sebesar 69,4%. Hal ini menunjukan bahwa pekerja

dengan segala tanggung jawab yang dibebankan memiliki potensi untuk

mengalami stres kerja, yang dapat dilihat dari adanya perubahan yang dirasakan

baik secara fisik, psikologis maupun perilaku.

Begitu pula dengan pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring

tower proyek banyu urip, dengan adanya kebisingan diarea kerja yang dapat

mempengaruhi emosi pekerja memiliki kemungkinan besar untuk terjadinya stres

kerja dan berdasarkan dokumen perusahaan yang ada dimana prosedur yang

tertulis telah menjelaskan masing-masing pekerjaan yang harus dilakukan

pekerja, mereka dituntut untuk kerja secara cepat dan tepat untuk mencapai

target produksi, sehingga dengan adanya tekanan dari perusahaan kemungkinan

besar dapat mempengaruhi gejala psikologis, fisik dan perilaku pekerja jika

pekerja tidak mampu mengatasinya secara dini. Meskipun pekerja di proyek

Page 128: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

110

Banyu Urip sebagian besar mengalami stres ringan namun jika tidak

mendapatkan penanganan yang tepat oleh pihak perusahaan maka akan

berdampak lebih serius. Dampak dari stres di tempat kerja memiliki konsekuensi

serius tidak hanya bagi pekerja tetapi juga untuk produktivitas perusahaan.

Kinerja pekerja, tingkat penyakit, absensi yang tinggi, kecelakaan dan turnover

karyawan semuanya dipengaruhi oleh status kesehatan mental karyawan (ILO,

2000 dalam Munandar 2008).

Pencegahan dan pengendalian stres dapat dilakukan dengan cara mudah

sehingga dapat mengurangi tingkat stres pada pekerja proyek Banyu Urip.

Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerja selalu dimulai sejak

pagi hari. Oleh karena itu, sebaiknya pekerja menyediakan waktu rileks sebelum

berangkat kerja seperti menarik napas dalam-dalam lalu hembuskan secara

perlahan. Teknik yang mudah dan tidak membutuhkan waktu lama sehingga

pekerja tidak khawatir akan terlambat dan juga pekerja harus menerapkan pola

hidup sehat, meskipun perusahaan tidak menyiapkan makan untuk pekerja

sebaiknya pekerja tetap memperhatikan asupan yang dikonsumsi karena makan

yang sehat merupakan kunci untuk terhindar dari gejala stres. Serta pekerja harus

menanamkan pemikiran bahwa “pekerjaan bukan segalanya” oleh karena itu,

menurut Dr. Ciaramicolli dalam Novianti (2011) setelah bekerja pekerja

sebaiknya melakukan kegiatan yang membuat bahagia seperti rekreasi bersama

keluarga atau kegiatan apapun yang dapat menenangkan pikiran dan fisik pekerja

Page 129: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

111

sehingga gejala-gejala dari stres dapat berkurang dan pekerja terbebas dari stres

kerja.

6.3 Usia

Menurut Cooper usia merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi stres kerja (Munandar, 2008). Ada beberapa jenis pekerjaan yang

sangat berpengaruh dengan usia, terutama yang berhubungan dengan sistem

indera dan kekuatan fisik.

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terhadap 82 pekerja

menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia dengan stres kerja

pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower Proyek Banyu Urip

di PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten tahun 2013 (tabel 5.10).

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siboro (2008)

yang meneliti stres kerja di lembaga permasyarakaan kelas IIB Lubuk Pakam

tahun 2008 yang menyatakan bahwa pekerja yang berumur lebih tua lebih rentan

mengalami stres kerja karena akan mengalami penurunan kekuatan otot yang

berdampak terhadap kelelahan dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini karena

pada kelompok umur ini secara alamiah semakin lanjut usia semakin menurun

kondisi fisiknya atau fungsi organ tubuh sudah mulai menurun sehingga beban

kerja tidak sanggup dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan karena usia

dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang. Hal ini sejalan dengan Levi

Page 130: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

112

(1984) dalam Hidayat (2012) menyatakan bahwa, pekerja yang berusia lanjut

akan mengalami penurunan kemampuan fisik sehingga tidak lagi dapat

mengerjakan pekerjaan-pekerjaan dengan beban kerja yang lebih berat dan

mereka sering merasakan gejala-gejala stres seperti: badan letih, lemah, dan tidak

bertenaga serta akan mengalami kemunduran pada jaringan tubuh seperti

jaringan otak menyusut karena atropi, jaringan paru menjadi kurang elastik,

jantung mulai melemah, gerakan yang sering kurang kuat dan kurang

terkoordinasi (Rustika, 1997 dalam Hidayat 2012).

Sedangkan, dalam penelitian ini pekerja yang berusia muda sebagian

besar mengalami stres ringan. Hal ini disebabkan karena mereka masuk pada

kelompok usia produktif dimana sistem tubuh mereka masih stabil dan mantap

dalam mengambil keputusan serta merasa punya tanggung jawab sehingga

bekerja secara bersungguh-sungguh dan mereka masih sanggup melakukan

pekerjaan berat dan biasanya memiliki penglihatan dan pendengaran yang lebih

tajam, gerakan yang lebih lincah dan daya tahan tubuh yang kuat. Berdasarkan

hasil tersebut, pekerja yang berusia lanjut yang lebih rentan terhadap stres berat

disarankan untuk dapat mengelola jenis pekerjaannya. Jika memang sudah

merasa lelah dan jenuh diharapkan untuk dapat menghentikan pekerjaannya

dahulu untuk mencari kegiatan yang dapat membuat bahagia. Hal ini dikarenakan

agar pekerja dapat mengurangi rasa jenuh yang dialami sehingga dapat

menghindari dari ancaman stres.

Page 131: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

113

6.4 Masa Kerja

Menurut Munandar (2008), masa kerja baik sebentar maupun lama dapat

menjadi pemicu terjadinya stres dan diperberat dengan adanya beban kerja yang

besar. Namun, masa kerja yang lama dengan rutinitas yang monoton sehingga

dapat menimbulkan kebosanan dan juga disertai dengan lingkungan kerja yang

terbatas hal tersebut dapat menyebabkan pekerja merasa jenuh.

Sedangkan menurut Wantoro (1999) mengatakan bahwa pekerja dengan

masa kerja yang lama, lebih memiliki pengalaman yang luas, kematangan dalam

berfikir dan bertindak, sehingga dapat bersikap lebih bijaksana karena telah

memiliki pengalaman dalam pekerjaannya. Dengan kata lain mereka telah

memiliki kemampuan untuk mengatasi segala situasi dalam pekerjaannya, lebih

mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan disekitarnya dan

adanya kesempatan untuk pengembangan kemampuan dan keterampilan

sehingga terhindar dari stres.

Pada hasil penelitian yang dilakukan terhadap 82 pekerja berdasarkan

analisis menggunakan uji kruskal wallis menunjukan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara masa kerja dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore

pipeline and mooring tower proyek Banyu Urip di PT. Rekayasan Industri,

Serang-Banten tahun 2013 (tabel 5.11).

Page 132: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

114

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siboro (2008)

yang meneliti stres kerja di lembaga permasyarakaan kelas IIB Lubuk Pakam

tahun 2008 yang menyatakan bahwa semakin lama masa kerja seseorang maka

semakin tinggi kemungkinan terjadimya stres dalam pekerjaannya. Hal ini dapat

terjadi karena pekerja yang sudah mempunyai masa kerja yang lama dapat

menimbulkan kejenuhan sehingga membuat bosan dan lama kelamaan

mengalami stres secara tidak disadari oleh pegawai tersebut. Dari analisis ini

dapat diketahui bahwa semakin lama masa kerja seseorang maka semakin stres di

dalam pekerjaannya. Menurut Schultz (1982), kebosanan merupakan komponen

psikologis lingkungan kerja yang timbul akibat menghadapi pekerjaan yang

berulang-ulang, monoton dan tidak menyenangkan.

Adanya hubungan antara masa kerja dengan stres kerja pada pekerja

pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek banyu urip karena

proyek ini memiliki beban kerja yang berat, dimana memiliki tekanan dalam

setiap kegiatan kerjanya, karena jika perusahaan mengejar target penyelesaian

maka diwajibkan bagi pekerja untuk lembur dan menyelesaikan pekerjaannya.

Hal demikian, sangat berbahaya dan memiliki potensi terjadinya kecelakaan,

karena jika pekerja sudah merasa jenuh atau bosan dikhawatirkan mereka tidak

konsentrasi dalam melakukan pekerjaannya. Terlebih lagi untuk pekerja yang

baru mereka harus beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan yang mengharuskan

mereka bekerja dengan target. Begitu pula dengan pekerja dengan masa kerja

Page 133: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

115

yang lama, mereka harus berusaha untuk mengcegah terjadinya kejenuhan

selama bekerja yang berisiko untuk terjadinya stres meski tidak mereka sadari.

Menurut Tarwaka (2013) setiap orang memiliki kemampuan beban kerja

yang berbeda, sehingga jika pekerja dibebankan suatu pekerjaan yang tidak

sesuai dengan kamampuan dan kapasitasnya dan merasa tidak sanggup maka

tidak memerlukan masa kerja lama pekerja akan merasa stres dalam

pekerjaannya. Oleh karena itu, diharapkan untuk perusahaan agar mampu

memberdayakan sumber daya manusia melalu program-program yang

merangsang kreativitas, motivasi, sifat percaya diri serta kesetiaan pekerja

sehingga pekerja tidak merasa jenuh dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik

dan terhindar dari ancaman stres kerja.

6.5 Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi seseorang dalam cara berpikir dan bertindak

dalam menghadapi pekerjaan. Indonesia sebagian besar adalah tenaga pelaksana

yang berada dalam keadaan sosial ekonomi lemah, yang disebabkan antara lain

rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Pekerja dengan

dasar pendidikan dan ketrampilan yang sangat terbatas serta kondisi kesehatan

yang buruk cenderung akan menurunkan produktivitas (Budiono dkk, 2003).

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terhadap 82 pekerja

pembuatan offshore pipeline and mooring tower didapatkan bahwa lebih banyak

Page 134: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

116

pekerja dengan pendidikan menengah sebesar 63,4% (tabel 5.4). Dalam analisis

dengan uji chi-square dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara pendidikan dengan stres kerja. Dan pengkategorian tingkat

pendidikan digabung kembali menjadi dua katergori yaitu pendidikan tinggi dan

pendidikan dasar dikarenakan jika tidak dilakukan penggabungan maka hasil uji

statistik yang diperoleh tidak baik. Sehingga diperoleh bahwa pekerja dengan

tingkat pendidikan tinggi dan pendidikan dasar sebagian besar mengalami stres

ringan. Namun, pekerja dengan pendidikan dasar memiliki risiko lebih besar

untuk mengalami stres berat. Hasil ini sesuai dengan Febriyanthi (1995) yang

melakukan penelitian pada pekerja divisi Fabrikasi PT IPTN Bandung yang

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan stres kerja.

Berdasarkan hasil observasi dilapangan seluruh jenis pekerjaan yang

dilakukan lebih banyak menggunakan tenaga dan keahlian sehingga perusahaan

tidak memerlukan kriteria khusus dalam pengrekrutan pekerja. Sehingga tanpa

pendidikan tinggi jika pekerja sudah memiliki pengalaman dapat melakukan

pekerjaan proyek maka tidak akan menjadi masalah, terlebih lagi jika pekerja

sudah mendapatkan kesempatan pelatihan yang diberikan oleh perusahaan.

Sebagian besar pekerja adalah lulusan SMA disebabkan karena pekerjaan seperti

ini lebih mengandalkan kekuatan fisik, sehingga jika pekerja memiliki

kemampuan fisik yang baik maka pekerja dapat bekerja meskipun tidak memiliki

keahlian khusus dalam bidang tertentu namun mereka dapat mempelajarinya

Page 135: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

117

seiring berjalannya waktu karena perusahaan akan mengadakan pelatihan-

pelatihan untuk menambah pengetahuan dan kemampuan pekerja.

6.6 Status Perkawinan

Status perkawinan dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja

namun, belum banyak studi untuk mendapatkan kesimpulan mengenai dampak

status perkawinan terhadap produktivitas. Menurut Robbins (1998) pekerja yang

telah menikah lebih kecil absensinya dan lebih puas dengan pekerjaannya

daripada pekerja yang belum menikah. Dan memiliki hubungan perkawinan yang

baik akan membantu untuk mencegah atau mengurangi stres kerja.

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terhadap 82 pekerja

pembuatan offshore pipeline and mooring tower didapatkan bahwa pekerja yang

memiliki status menikah lebih banyak kemungkinan disebabkan karena pekerja

beranggapan menikah merupakan kewajiban bagi setiap orang yang dirasa sudah

mampu menjalankannya, pekerja pun akan mendapatkan kenyamanan dan

ketenangan selama bekerja karena akan mendapatkan dukungan dari istri dan

keluarga. Dan berdasarkan hasil uji chi-square dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan stres kerja pada

pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower PT. rekayasa industri,

Serang-Banten tahun 2013. Dalam analisis uji chi-square variabel dependent

yaitu stres kerja dibagi menjadi dua kategori menjadi tidak mengalami stres dan

Page 136: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

118

mengalami stres dikarenakan jika tetap menggunakan tiga hasil ukur maka hasil

yang diperoleh menurut statistik tidak baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Soebekti (2004) yang meneliti stres kerja pada pekerja di

perusahaan BP Indonesia yang bergerak dibidang minyak dan gas.

Dalam hal ini perlu dipertimbangan bahwa kehidupan pribadi dengan

keluarga yang berjalan baik dan harmonis akan menghasilkan situasi dan kondisi

yang dapat mengurang dan mencegah terjadinya stres pada pekerja yang telah

seharian bekerja dengan tekanan-tekanan dari berbagai pihak ditempat kerja.

Sehingga dalam penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara

status perkawinan dengan stres kerja karena pekerja masih dapat bertemu dengan

istri dan keluarganya sehingga pekerja dapat melepaskan beban kejenuhan saat

dirumah dengan bermain bersama keluarga dan kemungkinan besar baik pekerja

yang sudah menikah maupun yang belum menikah selalu mendapatkan motivasi

dari istri maupun keluarganya sehingga status perkawinan atau hubungan

keluarga yang baik mampu mengatasi stres kerja pada pekerja.

6.7 Rutinitas

Rutinitas adalah pekerjaan rutin yang berulang-ulang sehingga

menimbulkan kejenuhan karena bersifat monoton (Munandar, 2008). Pekerjaan

monoton adalah suatu pekerjaan yang berhubungan dengan hal yang sama dalam

Page 137: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

119

periode atau waktu tertentu dalam jangka waktu yang lama dan biasanya

dilakukan oleh suatu produksi yang besar (Budiono dkk, 2003).

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terhadap 82 pekerja

pembuatan offshore pipeline and mooring tower didapatkan bahwa pekerja yang

memiliki rutinitas monoton lebih banyak dibanding dengan pekerja yang tidak

memiliki rutinitas monoton. (tabel 5.6). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara rutinitas

dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower

PT. rekayasa industri, Serang-Banten tahun 2013.

Tidak adanya hubungan yang bermakna antara rutinitas dengan stres kerja

dapat disebabkan karena stressor yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda,

yaitu dapat sebagai peristiwa yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi

peristiwa yang negatif, berbahaya dan mengancam (Selye, 1956 dalam

(Widyasari, 2005). Penilaian kognitif individu dalam hal ini sangat menentukan

apakah stressor itu dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif

tersebut sangat berpengaruh terhadap respon yang akan muncul (Selye, 1956

dalam (Widyasari, 2005).

Menurut Hans Selye dalam Munandar (2008) jenis stres dibagi menjadi

dua, yaitu eustres dan distress. Eustres merupakan stres yang bersifat positif,

stres ini memacu dan mendorong individu untuk memenuhi ambisi-ambisinya,

Page 138: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

120

karena sebagian orang akan tergerak dengan adanya dorongan atau rangsangan.

Oleh karena itu, meskipun rutinitas dirasakan monoton oleh sebagian besar

pekerja proyek Banyu Urip namun nyatanya tidak memiliki hubungan yang

bermakna dengan stres kerja hal ini dimungkinkan karena pekerja sudah terbiasa

dengan kondisi ditempat kerja dan meskipun bersifat monoton namun pekerja

selalu bisa mengatasinya dan pekerja selalu mendapatkan motivasi baik dari

perusahaan, rekan kerja maupun keluarga sehingga secara tidak sadar motivasi

tersebut dapat menghilangkan rasa jenuh pada pekerja saat bekerja.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Situngkir (2004)

pada pekerja di departemen operasi PT. Badak NGL Bontang Kalimantan Timur.

Meskipun sebagian pekerja mengatakan rutinitas yang mereka lakukan

membosankan atau monoton namun variabel rutinitas tidak mempengaruhi stres

kerja di perusahaan ini, sebab motivasi pekerjanya sudah baik, hal ini sudah

sesuai dengan yang dipaparkan oleh Anoraga (1998) bahwa seseorang yang

bermotivasi tinggi akan kurang rasa kebosanannya dibandingkan orang lain yang

bermotivasi rendah.

6.8 Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal yang baik idealnya terjalin diantara semua level

pekerja, baik dengan atasan, staf maupun pekerja dengan level yang sama.

Hubungan interpersonal didalam pekerjaan dan dukungan sosial dari rekan kerja,

Page 139: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

121

atasan maupun anggota memiliki keterkaitan dengan stres kerja (cooper dan

Davidson, 1987). Hubungan yang buruk ditempat kerja dapat menimbulkan

ketidakjelasan peran sehingga dapat menimbulkan ketegangan psikologis serta

menimbulkan ketidakpuasan ditempat kerja. Hubungan interpersonal ditempat

kerja berhubungan erat dengan kesehatan pada pekerja dan lingkungan kerja itu

sendiri. Hubungan interpersonal yang baik tidak hanya berguna untuk menunjang

profesionalisme dalam pekerjaan tetapi juga mencegah terjadinya stres kerja.

Menurut Munandar (2001) menjalankan hidup dengan orang lain

merupakan salah satu aspek kehidupan yang penuh stres. Hubungan yang baik

antara anggota dari satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam

kesehatan individu dan organisasi. Hubungan kerja yang tidak baik terungkap

dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah, taraf pemberian dukungan

yang rendah dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam

berorganisasi. Ketidakpercayaan yang tinggi mengarah ke komunikasi antar

pribadi yang tidak sesuai antara para tenaga kerja dan ketegangan psikologikal

dalam bentuk kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari kondisi kesehatan

dan rasa diancam oleh atasan dan rekan-rekan kerjanya.

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terhadap 82 pekerja

pembuatan offshore pipeline and mooring tower didapatkan bahwa pekerja yang

memiliki hubungan interpersonal buruk lebih besar untuk mengalami stres berat.

Sedangkan untuk hubungan interpersonal baik memiliki nilai yang sama besar

Page 140: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

122

antara yang mengalami stres dan tidak mengalami stres (tabel 5.7). dan

berdasarkan hasil analisis uji chi-square dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal dengan stres kerja pada

pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower PT. rekayasa industri,

Serang-Banten tahun 2013. Dalam analisis uji tersebut stres dibagi menjadi dua

kategori menjadi tidak mengalami stres dan mengalami stres dikarenakan jika

tetap menggunakan tiga hasil ukur maka hasil yang diperoleh menurut statistik

tidak baik.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Situngkir (2004)

pada pekerja di departemen operasi PT. Badak NGL Bontang Kalimantan Timur.

sebagian besar pekerja memiliki hubungan interpersonal yang baik, oleh sebab

itu tidak ada hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal dengan

stres kerja.

Tidak ada hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal

pekerja proyek Banyu Urip dengan stres kerja kemungkinan besar disebabkan

karena pekerja sudah memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan atasan

maupun sesama rekan kerja, dan menurut hasil wawancara pekerja pun juga

memiliki hubungan yang baik dengan kelompok diluar pekerjaan sehingga

pekerja lebih bisa mengurangi stres kerja yang berasal dari hubungan

interpersonal.

Page 141: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

123

6.9 Kebisingan

Suara bising selain dapat menimbulkan gangguan sementara atau tetap

pada alat pendengaran juga dapat merupakan sumber stres yang menyebabkan

peningkatan dari kesiagaan dan ketidakseimbangan psikologis pekerja

(Munandar, 2008).

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terhadap 82 pekerja

pembuatan offshore pipeline and mooring tower didapatkan bahwa pekerja yang

terpapar bising dan tidak terpapar bising cenderung mengalami stres ringan (tabel

5.4). Namun, pekerja yang terpapar kebisisngan lebih berisiko untuk mengalami

stres berat. Dan berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi-square dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebisingan dengan stres

kerja. Selain itu, variabel kebisingan merupakan variabel yang signifikan atau

dominan terhadap stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and

mooring tower proyek banyu urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten tahun

2013.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khairat (2008)

pada karyawan produksi PT. Mataram Tunggal Garment Yogyakarta. Tingkat

kebisingan di bagian tenun ini mempunyai tingkat kebisingan pada shift pagi

yaitu 99.06 dB. Kebisingan yang cukup tinggi ini merupakan penyebab stres di

dalam lingkungan kerja. Tingkat kebisingan yang melebihi nilai ambang batas di

Page 142: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

124

tempat kerja dapat menyebabkan gangguan pendengaran, gangguan konsentrasi

dalam bekerja, penyakit psikosomatik antara lain berupa gastritis, dan stres. Hal

ini sesuai dengan pendapat Arifiani (2004) yang menjelaskan bahwa bising

menyebabkan gangguan pada tenaga kerja seperti gangguan fisiologis, gangguan

psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Disisi lain kebisingan juga dapat

menyebabkan gangguan terhadap kemampuan kerja akibat rangsangan terus

menerus pada susunan saraf pusat. Suara yang asing, interupsi suara yang

berulang ulang dan suara melebihi nilai ambang batas adalah beberapa keadaan

kebisingan yang dapat memepengaruhi kemampuan bekerja.

Adanya hubungan yang bermakana antara kebisingan dengan stres kerja

di proyek Banyu Urip disebabkan karena dilingkungan kerja dekat dengan

pekerja terdapat mesin-mesin yang selalu beroperasi yang menghasilkan suara

bising seperti mesin gerindra, mesin las, mesin kompresor dan sebagainya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja proyek Banyu Urip suara bising

yang diterima menyebabkan pekerja cepat merasa lelah, pusing dan kurang

nyaman dalam bekerja serta mengalami peningkatan dalam emosi karena merasa

kesulitan dalam berkomunikasi dengan pekerja lainya . Faktor ini adalah tanda-

tanda pekerja mengalami stres kerja.

Meskipun perusahaan telah memberikan alat pelindung telinga (APT)

berupa earplug kepada para pekerja. Namun, langkah ini belum sepenuhnya

maksimal karena masih banyak dari pekerja yang tidak menghiraukan imbauan

Page 143: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

125

untuk menggunakan earplug selama bekerja dan tidak sedikit pekerja yang

mengeluhkan bahwa earplug yang dimiliki sudah rusak karena tidak ada

pergantian APT dari perusahaan dalam kurun waktu yang lama, meskipun

pekerja sudah memintanya.

Oleh karena itu, diharapkan untuk perusahaan untuk memberikan pekerja

earplug dan menggantinya jika earplug sudah dalam kondisi rusak, serta

memberikan pelatihan kepada pekerja terkait bagaimana menggunakan earplug

yang sesuai dan memastikan pekerja sudah menggunakannya dengan benar dan

tepat. Serta tidak bosan untuk mengimbau pekerja untuk selalu menggunakan

APT jika bekerja di lingkungan yang bising. Dan diharapkan pekerja dapat

menaati dan mengikuti seluruh prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh

perusahaan, agar terhindar dari bahaya keselamatan dan kesehatan kerja.

6.10 Tekanan Panas

Menurut Suma’mur (2009) tekanan panas dapat mempengaruhi daya

kerja, produktivitas, efektivitas dan efisiensi kerja. Selain itu tekanan panas juga

sangat berpengaruh pada kinerja sumber daya manusia, serta lingkungan yang

ekstrim (panas) memiliki efek yang signifikan pada kapasitas kerja (Bridger,

2003).Tekanan panas merupakan hasil perpaduan antara suhu, kelembaban,

kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari

tubuh pekerja sebagai akibat pekerjaannya.

Page 144: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

126

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terhadap 82 pekerja

pembuatan offshore pipeline and mooring tower didapatkan bahwa pekerja yang

terpapar panas cenderung untuk mengalami stres ringan. Sedangkan pekerja yang

tidak terpapar panas cenderung mengalami stres berat (tabel 5.4). sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tekanan panas

dengan stres kerja pada pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower

PT. rekayasa industri, Serang-Banten tahun 2013. Hal ini tidak sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2012) pada pekerja di PT. Indo Bali

kecamatan Negara kabupaten Jimbaran, Bali yang mengatakan bahwa faktor

lingkungan fisik khususnya tekanan panas sangat mempengaruhi terjadinya stres

kerja.

Berdasarkan hasil observasi dilapangan, pekerja melakukan pekerjaan

diberbagai titik sehingga setiap perkerja menerima paparan tekanan panas yang

berbeda-beda. Tekanan panas dihitung menggunakan Heat Stress Monitor

Questemp 34. Selain itu, pengukuran tekanan panas juga melihat beban kerja dan

waktu kerja pekerja. Berdasarkan hasil perhitungan beban kerja sebagian besar

pekerja memiliki beban kerja ringan dengan waktu kerja selama 8 jam yang

sesuai dengan Hiperkes . Selain itu, pada open area fabrication terdapat tempat

istirahat sementara untuk pekerja yang memiliki penutup atapnya sehingga jika

pekerja telah selesai melakukan pekerjaannya dan menunggu untuk pekerjaan

selanjutnya banyak dari pekerja yang beristirahat ditempat tersebut karena selain

Page 145: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

127

untuk berteduh dan istirahat mereka juga dapat terhindar dari paparan panas yang

berasal dari matahari langsung. Berbeda dengan pekerja yang bekerja diarea

workshop, area workshop merupakan area kerja yang besar yang memiliki atap

yang terbuat dari rangka baja ringan galvanis yaitu rangka baja yang dilapisi

oleh cairan anti karat/ korosif. Walaupun tersedianya atap namun tidak dapat

dipungkiri bahwa pekerja tetap menerima paparan panas dari matahari langsung

yang terserap melalui atap baja meskipun demikian, pihak perusahaan telah

menyediakan air minum untuk dikonsumsi pekerja agar terhindar dari dehidrasi

dan kelelahan.

Oleh karena itu, meskipun pekerja yang berada diarea workshop maupun

yang berada di open area fabrication tidak dapat terhindar dari paparan panas

matahari langsung. Namun, perusahaan sudah memberikan pencegahan dini agar

dampak paparan tekanan panas tidak memperburuk keadaan pekerja Karena jika

keadaan ini terjadi berlarut-larut dapat menyebabkan pekerja tidak mampu

bekerja dengan baik karena menurunnya gairah bekerja atau bila terpaksa bekerja

maka dapat mengakibatkan stres (Munandar,2004).

Page 146: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

128

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari 82 responden yang bekerja di proyek Banyu Urip, sebagian besar

mengalami stres kerja ringan.

2. Hubungan antara individual arena dan Work Arena dengan stres kerja pada

pekerja pembuatan offshore pipeline and mooring tower proyek banyu urip di

PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013., yaitu:

a. Ada hubungan yang bermakna antara usia, masa kerja dan kebisingan

dengan stres kerja.

b. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan, status perkawinan,

rutinitas, hubungan interpersonal dan tekanan panas dengan stres kerja.

c. Faktor paling dominan berpengaruh terhadap stres kerja pada individual

arena adalah usia.

d. Faktor paling dominan berpengaruh terdadap stres kerja pada work arena

adalah kebisingan.

Page 147: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

129

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Perusahaan

a. Diharapkan perusahaan dapat mempertimbangkan jenis pekerjaan dan

tidak memberikan tugas yang berlebihan pada pekerja yang telah memiliki

usia diatas 40 tahun.

b. Pekerjaan yang berulang – ulang dan dilakukan dalam masa kerja yang

lama dapat mengakibatkan kondisi dan kualitas pekerja menurun.

Sebaiknya pihak perusahaan dapat memberdayakan sumber daya manusia

melalui program-program yang merangsang kreativitas, motivasi, sifat

percaya diri serta kesetiaan pekerja sehingga pekerja tidaak merasa jenuh

dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan maksimal.

c. Kebisingan merupakan suatu keadaan yang berbahaya jika seseorang

terpapar terus menerus dalam jangka waktu yang lama, namun kenyatannya

banyak pekerja yang tidak menyadari paparan tersebut karena

menganggapnya sebagai suatu kondisi yang biasa. Oleh karena itu,

diharapkan bagi perusahaan untuk memberikan pekerja earplug dan

menggantinya secara rutin karena banyak dari pekerja yang mengeluhkan

earplug sudah rusak serta memberikan pelatihan kepada pekerja cara

bagaimana menggunakan earplug yang sesuai dan tepat dan memastikan

pekerja sudah menggunakannya dengan benar dan tepat.

Page 148: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

130

7.2.2 Bagi Pekerja

a. Diharapkan para pekerja yang berumur lebih dari 40 tahun dan masa

kerja yang lebih dari 11 tahun agar mampu beradaptasi dengan lingkungan

kerja serta meningkatkan motivasi agar memiliki pandangan bahwa bekerja

merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bukan sebagai beban untuk

menghidupkan keluarga. Sehingga dengan adanya pemikiran tersebut

diharapkan pekerja akan memiliki semangat dan hubungan yang baik

ditempat kerja sehingga dapat terhindar dari stres kerja.

b. Pekerja diharapkan dapat menaati dan mengikuti seluruh prosedur kerja

yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan baik, agar terhindar dari

bahaya keselamatan dan kesehatan kerja khususnya stres kerja.

7.2.3 Bagi peneliti lain

a. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar memasukan variabel-variabel

lainnya yang diduga memiliki hubungan dengan stres kerja yang tidak

diteliti dalam penelitian ini dan memasukan seluruh populasi sebagai

sampel, agar hasil yang diperoleh akurat.

Page 149: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. 1990. Usaha Kesehatan Kerja Sektor Informal Di Indonesia.

Cetakan Ke-2. Departemen Kesehatan RI Adas, Agus Muchammad. 2006. Kajian Hubungan Faktor Risiko Psikososial Kerja

Dengan Stres Kerja Pada Pekerja Minyak Dan Gas Bumi Lepas Pantai Di Pulau Pabelokan PT. X Tahun 2006. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Airmayanti, Diah. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja Pada

Pekerja Bagian Produksi PT. ISM Bogasari Flour Mills Tbk Tanjung Priok Jakarta Utara Tahun 2009. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan. UIN Jakarta.

Amran, Yuli. 2012. Pengolahan dan analisis data statistic dibidang kesehatan.

Ciputat : FKIK UIN Jakarta. Anonim. 2013. “Bangun Rumah? Pakai Jasa Kontraktor Atau Pemborong”. Diakses

pada tanggal 14 mei 2013 dari www.bangunrumahelegan.com. Anoraga, P. 2005. Psikologi Kerja. Cetakan ke 3. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arifiani, N., “Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan Tenaga Kerja”, Cermin

Dunia Kedokteran No. 144, 2004, Subdepartemen Kedokteran Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2004.

Bida, Putu. 1995. Hubungan Faktor Instrinsik Dalam Pekerjaan Dan Faktor Rumah

Tangga Dengan Stres Kerja Pada Karyawan Conoco Dan Kontraktor Di Block B Kepulauan Natuna. Tesis. Program Magister Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Budiono dkk, 2003. Kelelahan (fatique) pada tenaga kerja. Bunga Rampai Hiperkes

dan keselamatan kerja edisi ke-2. Semarang: Universitas Diponegoro Bridger, R.S. 2003. Introduction to ergonomic 2nd edition. New York : Taylor &

Francis Inc. Cooper, Cary dan Marlyn Davidson. 1987. Source Of Stress At Work And Their

Relation To Stressors In Non Working Environment. Dalam: World Health

Page 150: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Organization. Psycholsosial Factors At Work And Their Relation To Health. Geneva : world health organization (WHO).

Christina, Wieke Yuni, Ludfi Djakfar dan Armanu Thoyib. 2012. Pengaruh Budaya

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang . Jurnal Rekayasa Sipil / Volume 6, No. 1 – 2012 ISSN 1978 – 5658.

Dhamayanti, ratna. 2006. Pengaruh konflik keluarga-pekerjaan, Keterlibatan

pekerjaan, dan tekanan pekerjaan Terhadap kepuasan kerja karyawan wanita Studi pada nusantara tour & travel Kantor cabang dan kantor pusat semarang. Jurnal studi manajemen & organisasi Volume 3 : Universitas Diponegoro

Diahrianty, Marshella. 2006. Gambaran Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Stres Kerja pada Pengemudi Bus Reguler di Pool Cakung II PT Steady Safe Tbk. Jakarta. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

European Commission. 1999. Guidance on Work-Releted Stres “Spice of Life-or Kiss

of Death?. Employment & Sosial Affair. Jurnal. Evayanti. 2003. Gambaran Keluhan Stres Kerja pada Pengemudi Bus Kota PPD,

Jakarta Tahun 2002. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Ervianto, W. I. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Andi, Yogyakarta. Febriyanthi, Krisanthi Yudewi. 1995. Gambaran dan identifikasi faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian stres kerja pada pekerja divisi FABRIKASI pt iptn Bandung tahun 1995. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Gautama, Dewandra. 2008. Studi stress kerja perawat di RS. X. Jakarta. Tesis.

Jakarta: UI Gitalia. Budhi Utami.2009. Faktor- Faktor yang berhubungan dengan Kejadian

stress kerja pada perawat instalasi Rawat Inap B RS. Pelni Petamburan. Skripsi. Jakarta: UIN

Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas Dan Depresi. Jakarta: FK UI

Handoyo, Seger, 2001. Stres pada Masyarakat Surabaya. Jurnal Insan Media

Psikologi.Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Page 151: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Hanson, Glen & venturelli, peter J. 1995. Drug and Society 4th edition. United state: Jonas&Bartlett Publisher. Inc.

Health & Safety Executive of U. K., 2005. Health and Safety Statistic 2004/2005.

Pada tanggal 15 April 2013 Dari http://www.hse.gov.uk/statistics/overall/hssh0607.pdf

Herawati, Neny. 2006. Study Stres Kerja Para Dokter di Poliklinik PT X tahun 2006.

Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Hidayat, Firman. 2012. Hubungan Antara Karakteristik Pekerja, Kondisi Pekerjaan

dan Lingkungan Kerja Dengan Stres Kerja Pada Pengemudi Mini Bus Di Terminal Kampung Rambutan Jakarta Tahun 2013. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan. UIN Jakarta.

Hoetomo. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar. Holt, Allan, St John. 2006. Principle Of Construction Safety. Britain : Blackwell

Science Ltd. Ivancevich, J.M. & M.T. Matteson. 1980. Stress At Work. Glenview, illnois : scott

Foresman. Kenyon college. 2001. Indikator stres kerja diakses dari

http://bfec.Kenyon.edu/HealthKenyon/strespsymptoms.pdf. pada tanggal 29 April 2013.

Kadin. 2002. Industri Jasa Konstruksi di Indonesia. Kompartemen Jasa Konstruksi,

Konsultasi, Real Estate dan Teknologi Tinggi. Jakarta: Kadin Indonesia. Kahn, R.L., D.M. Wolfe, R.P. Quinn, J.D. Snoek &R.A. Roesenthal.1964.

Organizational Stress: Studied In Role Conflict and Ambiguity. Chichester : John Wiley.

Karoley, Paul. 1985. Measurment Strategis In Health Psycology. Psycology Press:

New Jersey. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1405 Tahun 2002 Tentang

Persyaratan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Khairat, Fakhrida. 2008. Pengaruh Faktor Fisik dan Individual Terhadap Terjadinya

Stres Kerja Pada Karyawan Produksi PT Mataram Tunggal Garment Sleman Yogyakarta. Skripsi : UGM

Page 152: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Konz. 1998. Work/rest: part 1guidelines for the practitioner. International journal of

industrial ergonomic. Kroemer, KHA dan Granjean, E. 1997. Fitting The Task To The Human: A Textbook

Of Occupational Ergonomics 5th Edition. London: Taylor & Francis Kuswadji, S. 1997. Pengaturan tidur pekerja shift. Cermin Dunia Kedokteran No.

116. Lelyana, Margareta. 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja pada

Perawat RS. X tahun 2003. Skripsi. Jakarta: UI Lubis, H. S. 2006. Stres Kerja. Modul Kuliah Program Ilmu Kesehatan Masyarakat

Kekhusussan Kesehatan Kerja.

Muhammad, Adhi Noer. 2004. Gambaran Hubungan Faktor-Faktor Dengan Stres Kerja pada Polisi Lalu Lintas Dikawasan Terminal Kampung Melayu Jakarta 2004. Skripsi. Jakarta: FKM UI.

Munandar, Ashar Sunyoto. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI

Press. Murtiningrum, Afina. 2005. Analisis Pengaruh Konflik Pekerjaan-Keluarga

Terhadap Stres Kerja Dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderasi. Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro.

NIOSH. 1999. Stress at work. USA : center for disease and prevention. National safety council, 2004. Manajemen Stres . EGC. Nawawinetu, Erwin diah & Adriani, Retno. 2007. Stres Akibat Kerja Pada Tenaga

Kerja yang Terpapar Bising. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Airlangga.

Noer, Muhammad Adhi. 2004. Gambaran Hubungan Faktor-faktor dengan Stres

Kerja Pada Polisi Lalu Lintas di Kawasan Terminal Kampung Melayu. Skripsi. Depok: FKMUI.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.

Rineka Cipta

Page 153: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Novianti, Lanny. 2011. Beberapa cara untuk menyiasati stres kerja diakses pada tanggal 29 januari 2013 pukul 21.12 dari http://www.1saran.com/artikel/detail/4.

Nugrahani, Sarafino. 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan stress kerja

pada pekerja bagian operasional PT. Gunze Indonesia. Skripsi. UI. Peraturan Menteri Tenaga kerja No 13 tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas

(NAB). Prativi, lugina. 2013. Gambaran Stres Kerja Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Terjadinya Stres Pada Pekerja Di Operasi Dan Produksi PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Tahun 2012. Skripsi Universitas Indonesia.

Poppy, Kumala, dkk. 1998. Kamus Kedokteran Dorland, Copy Editor Edisi

Bahasa : Dyah Nuswantari, (edisi 25), Jakarta : EGC

Project Management Institute. 2008. A Guide To The Project Management Body Of Knowledge Third Edition. Pennsylvania: Project Management Institute Inc.

Rini, J. F. 2008. Menyiasati Stres Kerja. Diakses pada tanggal 29 April 2013 dari

www.solusisehat.net/tips_kesehatan.php?id=8. Robbins S.P. 2003. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta: PT

Prenhalindo Sabri, Luknis dan Hastono, Sutanto Priyo. 2006. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada. Santa, Hadi. 2011. Pengaruh Kebisingan, Temperature, Dan Pencahayaan Terhadap

performa kerja. Diakses Pada Tanggal 22 April 2013 dari http://teknologi.kompasiana.com.

Sarah, Nadhia dewi. 2010. Analisis Faktor Stres Kerja PT. X. SkripSi Universitas

Indonesia. Sastrowinoto, Suyatno. 1985.meningkatkan produktivitas dengan ergonomic. Jakarta:

PT Pustaka Binaman Pressindo. Schultz Duane & S. Ellen Schultz. 1998. Psychology & Work Today. Prentice Hall.

New Jersey.

Page 154: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Schultz, Duane. P dan S. Ellen Schultz. 2006. Psychology and Work Today, An Introduction to Industrial and Organizational Psychology, Ninth Edition. Pearson Prentice Hall: New York.

Shofwati, Iting dan Satar, Yuli Prapanca. 2009. Higyene Industri. Jakarta : UIN Press.

Siboro, Tri Sumarni. 2009. Hubungan Kondisi Kerja dan Karakteristik Individu

Dengan Stres Kerja Pada Pegawai Lembaga Permasyarakatan Kelas II B Lubuk Pakam Tahun 2008. Tesis. Medan : Universitas Sumatera Utara

Siswanti, Nevita. 2004. Keluhan stres dan faktor-faktor yang berhubungan dengan

terjadinya stres kerja pada karyawan bagian produksi PT. Pandu Dayatama Patria. Skrips. FKM UI. Depok.

Situngkir, Pinta Juliana. 2004. Gambaran Kejadian Stress Dan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Terjadinya Stress Kerja Pada Pekerja Di Departemen Operasi PT. Badak NGL Bontang Kalimantan Timur tahun 2004. Thesis Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Soebekti, Rakhmat. 2004. Aspek bahaya psikososial kerja serta pengaruhnya

terhadap tingkat stres karyawan di perusahaan BP Indonesia. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Sujianto, Agus Eko. 2007. Aplikasi Statistik dengan SPSS untuk Pemula. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Suma’mur, P.K., M.Sc, 1996. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan kerja. Jakarta: PT Toko Gunung Agung.

Suma’mur, P.K., M.Sc, 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan kerja. Jakarta: PT

Toko Gunung Agung. Suprapto, Prasetyo Herniawan. 2008. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan

Stres Kerja Pada Polisi Lalu Lintas Dikawasan Puncak-Cianjur Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan. UIN Jakarta

Susilo, Tri. 2012. Analisis pengaruh faktor lingkungan fisik dan non fisik terhadap

stress kerja pada PT. Indo Bali di Kecamatan Negara Kabu[aten Jimbaran Bali. Tesis: UPN Veteran Jatim.

Swarth, Judith. 2006. Stres dan Nutrisi. Jakarta : Bumi Aksara

Page 155: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan dan produktivitas kerja. Surakarta: UNIBA press

Tarwaka. 2013. Ergonomi industri “dasar-dasar pengetahuan ergonomic dan

aplikasi ditempat kerja” . Surakarta : Harapan Press Undang- Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Urianti, Sepriana. 2000. Tingkatan Stres dan Identifikasi Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Terjadinya Stres Kerja Pada Pekerja Di Pabrik Tabung Elpiji Pabrikasi-UPPDN III Pertamina Tanjung Priok. Skripsi Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Vierdelina, Nadya. 2008. Gambaran stres Kerja Dan Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Pada Pengemudi Bua Patas 98 Jurusan Bekasi Barat- Cililitan/Kampong Rambutan Tahun 2008. Skripsi Universitas Indonesia.

Vinallia, Bugen. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada

Pekerja Bagian Weaving PT. Unitex tbk Tahun 2011. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Jakarta

Wantoro, Bing. 1999. Stres Kerja. Majalah Hyperkes Dan Keselamatan Kerja.

Volume XXXII No 3. Widyasari, Putri. 2007. Stres Kerja. Diakses pada tanggal 2 agustus 2013 dari

http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/streskerja.html. Workcover New South Wales (NSW). 2008. Fatigue Prevention In The Workplace.

Melbourne : Worksafe Victoria. Yunus, Muhammad. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stres

Kerja Pada Pegawai Unit Kerja Laundry Rsud Pasar Rebo Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan. UIN Jakarta

Page 156: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan
Page 157: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

KUISIONER PENELITIAN

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Saya mahasiswa peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Jurusan Kesehatan

Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan

penelitian untuk tugas akhir (skripsi) mengenai “Hubungan Antara Individual Arena da Work

Arena Dengan Stres Kerja Pada Pekerja Pembuatan Offshore Pipeline And Mooring Tower

(EPC3) Proyek Banyu Urip Di PT. Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013”.

Saya mengharapkan kesediaan bapak guna menjawab kuesioner ini dengan sejujur

mungkin tanpa ada rasa takut, karena tidak ada penilaian benar atau salah untuk jawaban yang

telah bapak berikan. Segala bentuk jawaban akan dijamin kerahasiaannya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Jakarta, …………..2013

Hormat Saya

Daniawati

Page 158: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Bismillahirrohmanirrohim

No. Responden

Nama : ___________________

Unit kerja : ________________

A. INDIVIDUAL ARENA

1. Berapakah usia bapak saat ini? …..tahun

A1

2. Masa Kerja

Sudah berapa lama anda bekerja sebagai pekerja proyek ?

0. > 5 tahun

1. < 5 tahun

A2

3. Pendidikan

Apakah pendidikan terakhir bapak?

0. Perguruan Tinggi

1. SMA/sederajat

2. SD/ SMP

A3

4. Status Perkawinan

0. tidak menikah

1. menikah A4

B. WORK ARENA

RUTINITAS

5. Apakah anda merasa bosan terhadap pekerjaan anda yang berulang-ulang?

0. Tidak

1. Ya

Page 159: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

6. Apakah anda merasa bosan dengan pekerjaan anda yang tidak ada perubahan?

0. Tidak

1. Ya

7. Apakah anda merasa bosan dengan sedikitnya pekerjaan anda?

0. Tidak

1. ya

Total : B1

HUBUNGAN INTERPERSONAL

8. Apakah anda pernah memiliki konflik dengan atasan anda ?

0. Tidak

1. Ya

9. Apakah anda pernah memiliki konflik dengan sesama rekan kerja?

0. Tidak

1. Ya

10. Apakah anda merasa puas terhadap hubungan anda dengan atasan anda?

0. Ya

1. Tidak

11. Apakah anda merasa puas terhadap hubungan anda dengan sesama rekan kerja?

0. Ya

1. Tidak

12. Apakah anda pernah tidak mampu menyelesaikan pekerjaan karena hubungan yang tidak

baik dengan atasan?

0. Tidak

1. Ya

13. Apakah anda pernah tidak mampu menyelesaikan pekerjaan karena hubungan yang tidak

baik dengan atasan?

0. Ya

1. Tidak

Total : B2

Page 160: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

C. INDIKATOR STRES KERJA

Petunjuk Pengisian : Anda diminta memberikan tanggapan atau pernyataan yang

terdapat pada kuesioner berikut, sesuai dengan keadaan, pendapat atau perasaaan anda pada

saat skala ini diisi bukan berdasarkan pendapat umum atau pendapat orang lain dengan

memberikan tanda (√) pada tempat yang telah disediakan.

C1

Tidak pernah

jarang Kadang-kadang

sering Setiap hari

Jantung berdebar Gemetar Menggertakan gigi pada saat tidur Tidak bisa tidur Rentan terhadap penyakit Sakit perut Sakit kepala Sakit kepala sebelah (migraine) Merasa lelah terus-menerus Sembelit Perut kosong Percaya diri yang turun Hilang nafsu makan Keringat berlebihan Telapak tangan berkeringat Lesu Lupa Linglung (bingung atau tidak seimbang)

Merasa jengkel Merasa muak Merasa ingin bunuh diri Pesimis Cemburu Murung Sakit pada bagian punggung Depresi (murung & sedih yang mendalam dalam waktu yang lama)

Gelisah Kehilangan minat dalam hal-hal

Page 161: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

(prestasi&produktivitas menurun) Nyeri otot Sensitif/peka Ragu-ragu Memeriksa pekerjaan yang berlebihan (semangat bekerja/ tidak percaya pada org lain)

Sulit bernapas Berjuang untuk mengatasi penyakit minor (misalnya dingin)

Bersikap curiga Rambut rontok Gangguan konsentrasi Perut mulas/rasa panas dalam perut

Menurunkan berat badan Iritasi pada tenggorokan Hilang rasa humor Penyakit kulit Jangan mengambil inisiatif seperti dulu (tidak berani ambil risiko)

Mimpi buruk Mulut kering Mengkonsumsi tonik (Bioplus, liviton, lucozade, pharmaton)

Diare Gugup Merasa tidak mampu Mudah kaget Meningkatnya nafsu makan Gangguan koordinasi Ketidakpastian Cepat frustasi Kurang keterlibatan dengan orang lain

Menggigit kuku Kurang motivasi Peningkatan konsumsi kafein(kopi,teh )

Resah Pengambilan keputusan yang jelek (suka mencari kesalahan orang lain)

Merokok Merasa diluar kendali

Page 162: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Merasa bingung Tidur yang berlebihan Menggunakan obat tidur Merasa lelah ketika bangun Merasa kewalahan dengan banyak Pekerjaan (melakukan banyak kesalahan dalam pekerjaan)

Mengedipkan mata secara berlebihan

Melamun Menunda pekerjaan Merasa panik Mengurangi produktivitas (produktivitas menurun)

Membuang-buang waktu pekerjaan (menunda pekerjaan)

Sulit untuk mengidentifikasi penyebab non kinerja (pikiran dipenuhi oleh satu hal saja)

Tidak bisa mendiskusikan masalah dengan orang lain

Page 163: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan
Page 164: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

1. Stres Kerja

UNIVARIAT

Statistics

stresreal

N Valid 82

Missing 0

Mean 62.2683 Median 71.0000 Mode 71.00a Percentiles 25 38.0000

50 71.0000

75 80.2500

stresquartile

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak stres 19 23.2 23.2 23.2

stres ringan 43 52.4 52.4 75.6

stres berat 20 24.4 24.4 100.0

Total 82 100.0 100.0

2. Pendidikan

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pendidikan tinggi 4 4.9 4.9 4.9

pendidikan menengah 52 63.4 63.4 68.3

pendidikan dasar 26 31.7 31.7 100.0

Total 82 100.0 100.0

3. Status Perkawinan

status

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak menikah 17 20.7 20.7 20.7

menikah 65 79.3 79.3 100.0

Total 82 100.0 100.0

Page 165: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

4. Rutinitas

rutinitas1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak monoton 25 30.5 30.5 30.5

monoton 57 69.5 69.5 100.0

Total 82 100.0 100.0

5. Hubungan Interpersonal

hub1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 68 82.9 82.9 82.9

buruk 14 17.1 17.1 100.0

Total 82 100.0 100.0

6. Kebisingan

kebisingan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak terpapar bising 47 57.3 57.3 57.3

terpapar bising 35 42.7 42.7 100.0

Total 82 100.0 100.0

7. Tekanan Panas

Panas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak terpapar 49 59.8 59.8 59.8

terpapar 33 40.2 40.2 100.0

Total 82 100.0 100.0

8. Numerik (Usia & Masa Kerja)

Statistics

usia masa

N Valid 82 82

Missing 0 0

Page 166: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Mean 36.6341 11.2805 Median 36.0000 10.0000 Mode 43.00 5.00 Std. Deviation 8.96566 7.90729 Minimum 20.00 .00 Maximum 55.00 27.00

Uji Normalitas Data BIVARIAT

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

usia masa

N 82 82 Normal Parametersa Mean 36.6341 11.2805

Std. Deviation 8.96566 7.90729 Most Extreme Differences Absolute .091 .175

Positive .066 .175 Negative -.091 -.096

Kolmogorov-Smirnov Z .825 1.582 Asymp. Sig. (2-tailed) .504 .013

1. Usia*Stres Kerja

Descriptives usia

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

tidak stres 19 30.8947 6.17247 1.41606 27.9197 33.8698 20.00 43.00 stres ringan 43 36.9535 8.19394 1.24956 34.4318 39.4752 20.00 51.00 stres berat 20 41.4000 10.05459 2.24827 36.6943 46.1057 21.00 55.00 Total 82 36.6341 8.96566 .99009 34.6642 38.6041 20.00 55.00

ANOVA

usia

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1084.528 2 542.264 7.894 .001 Within Groups 5426.496 79 68.690 Total 6511.024 81

Page 167: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

2. Masa Kerja*Stres Kerja

Descriptives

stresquartile Statistic Std. Error

masa tidak stres Mean 7.1053 1.23756

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 4.5053 Upper Bound 9.7053

5% Trimmed Mean 7.0058 Median 5.0000 Variance 29.099 Std. Deviation 5.39439 Minimum .00 Maximum 16.00 Range 16.00 Interquartile Range 10.00 Skewness .607 .524

Kurtosis -1.004 1.014

stres ringan Mean 11.4651 1.18516

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 9.0734 Upper Bound 13.8569

5% Trimmed Mean 11.2429 Median 10.0000 Variance 60.398 Std. Deviation 7.77159 Minimum .00 Maximum 27.00 Range 27.00 Interquartile Range 13.00 Skewness .319 .361

Kurtosis -1.084 .709

stres berat Mean 14.8500 1.93074

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 10.8089 Upper Bound 18.8911

5% Trimmed Mean 14.9444 Median 17.5000 Variance 74.555

Page 168: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Std. Deviation 8.63454 Minimum 1.00 Maximum 27.00 Range 26.00 Interquartile Range 15.50 Skewness -.530 .512

Kurtosis -1.125 .992

Kruskal-Wallis Test Ranks

stresquartile N Mean Rank

masa tidak stres 19 29.24

stres ringan 43 42.22

stres berat 20 51.60

Total 82

3. Pendidikan*Stres Kerja

pendidikan1 * stresquartile Crosstabulation

stresquartile

Total tidak stres stres ringan stres berat

pendidikan1 pendidikan tinggi Count 15 29 12 56

% within pendidikan1 26.8% 51.8% 21.4% 100.0%

pendidikan dasar Count 4 14 8 26

% within pendidikan1 15.4% 53.8% 30.8% 100.0% Total Count 19 43 20 82

% within pendidikan1 23.2% 52.4% 24.4% 100.0%

Test Statisticsa,b

masa

Chi-Square 8.725 df 2 Asymp. Sig. .013 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: stresquartile

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidikan1 * stresquartile 82 100.0% 0 .0% 82 100.0%

Page 169: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.646a 2 .439 Likelihood Ratio 1.698 2 .428 Linear-by-Linear Association 1.587 1 .208 N of Valid Cases 82 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.02.

4. Status Perkawinan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

status * stresmedian 82 100.0% 0 .0% 82 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .004a 1 .947 Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .004 1 .947 Fisher's Exact Test 1.000 .580

Linear-by-Linear Association .004 1 .947 N of Valid Casesb 82 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.88. b. Computed only for a 2x2 table

status * stresmedian Crosstabulation

stresmedian

Total tidak stres stres

status tidak menikah Count 8 9 17

% within status 47.1% 52.9% 100.0%

menikah Count 30 35 65

% within status 46.2% 53.8% 100.0% Total Count 38 44 82

% within status 46.3% 53.7% 100.0%

Page 170: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

5. Rutinitas * Stres Kerja

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

rutinitas1 * stresquartile 82 100.0% 0 .0% 82 100.0%

rutinitas1 * stresquartile Crosstabulation

stresquartile

Total tidak stres stres ringan stres berat

rutinitas1 tidak monoton Count 9 13 3 25

% within rutinitas1 36.0% 52.0% 12.0% 100.0%

monoton Count 10 30 17 57

% within rutinitas1 17.5% 52.6% 29.8% 100.0% Total Count 19 43 20 82

% within rutinitas1 23.2% 52.4% 24.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4.820a 2 .090 Likelihood Ratio 4.952 2 .084 Linear-by-Linear Association 4.752 1 .029 N of Valid Cases 82

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.79.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for status (tidak menikah / menikah) 1.037 .356 3.023

For cohort stresmedian = tidak stres 1.020 .577 1.800 For cohort stresmedian = stres .983 .595 1.623 N of Valid Cases 82

Page 171: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

6. Hubungan Interpersonal*Stres Kerja

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

hub1 * stresmedian 82 100.0% 0 .0% 82 100.0%

hub1 * stresmedian Crosstabulation

stresmedian

Total tidak stres stres

hub1 baik Count 34 34 68

% within hub1 50.0% 50.0% 100.0%

buruk Count 4 10 14

% within hub1 28.6% 71.4% 100.0% Total Count 38 44 82

% within hub1 46.3% 53.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.144a 1 .143 Continuity Correctionb 1.369 1 .242 Likelihood Ratio 2.217 1 .136 Fisher's Exact Test .239 .120

Linear-by-Linear Association 2.118 1 .146 N of Valid Casesb 82 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.49. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for hub1 (baik / buruk) 2.500 .714 8.754

For cohort stresmedian = tidak stres 1.750 .739 4.142

For cohort stresmedian = stres .700 .466 1.052

N of Valid Cases 82

Page 172: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

7. Kebisingan*Stres Kerja

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kebisingan * stresquartile 82 100.0% 0 .0% 82 100.0%

kebisingan * stresquartile Crosstabulation

stresquartile

Total tidak stres stres ringan stres berat

kebisingan tidak terpapar bising Count 16 26 5 47

% within kebisingan 34.0% 55.3% 10.6% 100.0%

terpapar bising Count 3 17 15 35

% within kebisingan 8.6% 48.6% 42.9% 100.0% Total Count 19 43 20 82

% within kebisingan 23.2% 52.4% 24.4% 100.0%

8. Tekanan Panas*Stres Kerja

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

panas * stresquartile 82 100.0% 0 .0% 82 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 14.329a 2 .001 Likelihood Ratio 15.133 2 .001 Linear-by-Linear Association 13.871 1 .000

N of Valid Cases 82 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.11.

Page 173: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4.756a 2 .093 Likelihood Ratio 5.067 2 .079 Linear-by-Linear Association 2.042 1 .153 N of Valid Cases 82 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.65.

Logistic Regression

MULTIVARIAT

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 82 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 82 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 82 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

tidak stres 0 stres 1

Block 0: Beginning Block

panas * stresquartile Crosstabulation

stresquartile

Total tidak stres stres ringan stres berat

panas tidak terpapar panas Count 11 22 16 49

% within panas 22.4% 44.9% 32.7% 100.0%

terpapar panas Count 8 21 4 33

% within panas 24.2% 63.6% 12.1% 100.0% Total Count 19 43 20 82

% within panas 23.2% 52.4% 24.4% 100.0%

Page 174: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

stresmedian Percentage

Correct tidak stres stres

Step 0 stresmedian tidak stres 0 38 .0

stres 0 44 100.0

Overall Percentage 53.7

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .147 .221 .438 1 .508 1.158

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables usia 25.477 1 .000

masa 10.993 1 .001

rutinitas1 .079 1 .778

hub1 2.144 1 .143

kebisingan 10.449 1 .001

panas .017 1 .895

Overall Statistics 32.196 6 .000

Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 38.114 6 .000

Block 38.114 6 .000

Model 38.114 6 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 75.122a .372 .497 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

classification table

Observed

Predicted

stresmedian Percentage

Correct tidak stres stres

Page 175: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Step 1 stresmedian tidak stres 30 8 78.9

stres 11 33 75.0

Overall Percentage 76.8

a. The cut value is .500 Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a usia .203 .058 12.288 1 .000 1.225 1.093 1.371

masa -.062 .058 1.167 1 .280 .940 .840 1.052

rutinitas1 .071 .663 .012 1 .914 1.074 .293 3.938

hub1 1.242 .803 2.394 1 .122 3.463 .718 16.701

kebisingan 1.345 .654 4.235 1 .040 3.837 1.066 13.814

panas .189 .634 .089 1 .765 1.209 .349 4.188

Constant -7.364 1.837 16.073 1 .000 .001 a. Variable(s) entered on step 1: usia, masa, rutinitas1, hub1, kebisingan, panas.

Logistic Regression Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 82 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 82 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 82 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the tot b. al number of cases. Dependent Variable

Encoding

Original Value Internal Value

tidak stres 0 stres 1

Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b

Observed

Predicted

stresmedian Percentage

Correct tidak stres stres

Step 0 stresmedian tidak stres 0 38 .0

stres 0 44 100.0

Overall Percentage 53.7

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Page 176: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .147 .221 .438 1 .508 1.158

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables usia 25.477 1 .000

masa 10.993 1 .001

hub1 2.144 1 .143

kebisingan 10.449 1 .001

panas .017 1 .895

Overall Statistics 32.121 5 .000

Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 38.103 5 .000

Block 38.103 5 .000

Model 38.103 5 .000

model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 75.134a .372 .496 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

stresmedian Percentage

Correct tidak stres stres

Step 1 stresmedian tidak stres 30 8 78.9

stres 11 33 75.0

Overall Percentage 76.8

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a usia .202 .058 12.300 1 .000 1.224 1.093 1.370

masa -.062 .058 1.160 1 .281 .940 .839 1.052

hub1 1.245 .802 2.407 1 .121 3.473 .720 16.740

kebisingan 1.361 .636 4.578 1 .032 3.901 1.121 13.574

Page 177: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

panas .188 .634 .088 1 .767 1.207 .348 4.183

Constant -7.300 1.735 17.708 1 .000 .001 a. Variable(s) entered on step 1: usia, masa, hub1, kebisingan, panas.

Logistic Regression Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 82 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 82 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 82 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

tidak stres 0 stres 1

block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

stresmedian Percentage

Correct tidak stres stres

Step 0 stresmedian tidak stres 0 38 .0

stres 0 44 100.0

Overall Percentage 53.7

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .147 .221 .438 1 .508 1.158

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables usia 25.477 1 .000

masa 10.993 1 .001

hub1 2.144 1 .143

kebisingan 10.449 1 .001

Overall Statistics 31.987 4 .000

Page 178: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 38.015 4 .000

Block 38.015 4 .000

Model 38.015 4 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 75.222a .371 .496 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

classification Tablea

Observed

Predicted

stresmedian Percentage

Correct tidak stres stres

Step 1 stresmedian tidak stres 31 7 81.6

stres 11 33 75.0

Overall Percentage 78.0

a. The cut value is .500 Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a usia .205 .057 13.013 1 .000 1.228 1.098 1.372

masa -.063 .057 1.219 1 .270 .939 .839 1.050

hub1 1.225 .799 2.352 1 .125 3.404 .711 16.291

kebisingan 1.302 .601 4.685 1 .030 3.676 1.131 11.947

Constant -7.288 1.733 17.691 1 .000 .001 a. Variable(s) entered on step 1: usia, masa, hub1, kebisingan.

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 82 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 82 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 82 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Page 179: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

tidak stres 0 stres 1

block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

stresmedian Percentage

Correct tidak stres stres

Step 0 stresmedian tidak stres 0 38 .0

stres 0 44 100.0

Overall Percentage 53.7

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .147 .221 .438 1 .508 1.158

Variabel not in the equation

Score df Sig.

Step 0 Variables usia 25.477 1 .000

hub1 2.144 1 .143

kebisingan 10.449 1 .001

Overall Statistics 31.065 3 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 36.696 3 .000

Block 36.696 3 .000

Model 36.696 3 .000

Page 180: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 76.540a .361 .482 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

stresmedian Percentage

Correct tidak stres stres

Step 1 stresmedian tidak stres 30 8 78.9

stres 12 32 72.7

Overall Percentage 75.6

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a usia .163 .039 16.992 1 .000 1.177 1.089 1.271

hub1 1.144 .801 2.040 1 .153 3.138 .653 15.070

kebisingan 1.222 .592 4.268 1 .039 3.395 1.065 10.828

Constant -6.405 1.482 18.683 1 .000 .002 a. Variable(s) entered on step 1: usia, hub1, kebisingan.

Logistic Regression Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 82 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 82 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 82 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Page 181: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

tidak stres 0 stres 1

block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

stresmedian Percentage

Correct tidak stres stres

Step 0 stresmedian tidak stres 0 38 .0

stres 0 44 100.0

Overall Percentage 53.7

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .147 .221 .438 1 .508 1.158

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables usia 25.477 1 .000

kebisingan 10.449 1 .001

Overall Statistics 29.595 2 .000

block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 34.529 2 .000

Block 34.529 2 .000

Model 34.529 2 .000 model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 78.708a .344 .459

Page 182: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 34.529 2 .000

Block 34.529 2 .000 a. Estimation terminated at iteration number 5 because

parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

stresmedian Percentage

Correct tidak stres stres

Step 1 stresmedian tidak stres 30 8 78.9

stres 10 34 77.3

Overall Percentage 78.0

a. The cut value is .500 Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a usia .155 .038 17.036 1 .000 1.168 1.085 1.258

kebisingan 1.342 .583 5.304 1 .021 3.827 1.221 11.990

Constant -5.998 1.396 18.453 1 .000 .002 a. Variable(s) entered on step 1: usia, kebisingan.

UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS A. Rutinitas

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Page 183: HUBUNGAN ANTARA INDIVIDUAL ARENA DAN WORK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26486/1/Daniaw... · tekanan baik itu dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja. lingkungan

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.852 3

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

satu 1.7667 .323 .845 .712 dua 1.7667 .323 .845 .712 tiga 1.8667 .257 .598 1.000

b. Hubungan Interpersonal

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.866 6

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

empat .3333 1.057 .490 .870 lima .3000 .907 .628 .849 enam .3000 .838 .802 .816 tujuh .3000 .838 .802 .816 delapan .3000 .907 .628 .849 sembilan .3000 .907 .628 .849