hore, pengusaha setuju daftar bpjs selambatnya 1 … berkantor di kawasan industri cikarang, bekasi....

12
Edisi XV Tahun 2014 INFOBPJS Kesehatan Media Internal Resmi BPJS Kesehatan Hore, Pengusaha Setuju Daftar BPJS Selambatnya 1 Januari 2015

Upload: lydat

Post on 21-May-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Edisi XV Tahun 2014

INFOBPJSKesehatan Media Internal Resmi BPJS Kesehatan

Hore, Pengusaha Setuju DaftarBPJS Selambatnya1 Januari 2015

CEO Message

Pengarah

Fachmi IdrisPenanggung Jawab

Purnawarman Basundoro Pimpinan Umum

IkhsanPimpinan Redaksi

Irfan HumaidiSekretaris

Rini RachmitasariSekretariat

Ni Kadek M. DeviEko Yulianto

Paramitha SucianiRedaktur

Diah IsmawardaniElsa Novelia

Chandra NurcahyoYuliasman

Juliana RamdhaniBudi Setiawan

Dwi SuriniTati Haryati Denawati

Distribusi dan Percetakan

BasukiAnton Tri Wibowo

Buletin diterbitkan oleh:

BPJS KesehatanJln. Letjen Suprapto PO BOX

1391/JKT Jakarta PusatTlp. (021) 4246063, Fax.

(021) 4212940

Redaksi

Redaksi menerima tulisan artikel/opini berkaitan dengan tema seputar Askes

maupun tema-tema kesehatan lainnya yang relevan dengan pembaca yang ada

di Indonesia. Panjang tulisan maksimal 7.000 karakter (termasuk spasi),

dikirimkan via email ke alamat: [email protected] dilengkapi

identitas lengkap dan foto penulis

DAFTAR ISI

BINCANG5

SURAT PEMBACAemail : [email protected] Fax : (021)

4212940

3

5

7

8

9

10

INFO BPJSKesehatan

EDISI XV TAHUN 2014

Fokus - Tanpa IT Memadai, Provider Tetap Utamakan Kualitas Pelayanan

Dirut BPJS Kesehatan , Fachmi Idris

Pembaca setia Info BPJS Kesehatan, Sebagai badan pengelolan keuangan, BPJS Kesehatan diharapkan dapat menerapkan standar tata kelola perusahaan yang baik (good governance/GG) yang tinggi agar mampu menjaga diri dari krisis. Risiko krisis keuangan baik yang terjadi pada tataran nasional ataupun global merupakan bagian dari dinamika. Oleh karena itu, diperlukan standar yang tinggi dalam penerapan GCG terutama di institusi keuangan yang mengelola dana dari masyarakat.

Merujuk pada ambruknya ekonomi Amerika Serikat akibat krisis pada sektor keuangan, Kalla mengingatkan agar prinsip-prinsip GCG di industri keuangan benar-benar diterapkan. Jika sampai ambruk maka pengaruh buruknya bisa ditanggung oleh seluruh masyarakat Indonesia, bahkan hingga 30 tahun.

institusi yang mengelola keuangan merupakan salah satu institusi yang sangat rentan terpengaruh oleh gejolak ekonomi global. Oleh karenanya, pengelolaan sektor ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh oleh orang-orang yang memiliki kemampuan dan integritas. Secara khusus Info BPJS akan mendalami hal ini di rubrik FOKUS.

Memasuki edisi ke-13 Info BPJS Kesehatan, redaksi mengucapkan terimakasih atas apresiasinya terhadap kehadiran kembali media yang kita cintai ini. Sehingga kami benar-benar bahagia dan tetap bersemangat menerbitkan Info BPJS Kesehatan secara konsisten. Dengan masukan dan saran yang secara simultan kami terima untuk pembenahan media ini kami berupaya memberikan yang terbaik dalam upaya memberikan informasi seputar BPJS Kesehatan kepada seluruh pembaca.

Salam, Redaksi

Good Governance PentingBagi BPJS Kesehatan

Pembayaran AutodebetYth. Redaksi

Apakah pembayaran peserta bisa dapat melakukan pembayaran dengan autodebet ?

Bagaimana caranya ?

Syarifah, banyuwangi

Jawab : Bisa, peserta dapat melakukan pembayaran dengan sistem autodebet. Adapun cara pendebetannya adalah :

a. Peserta harus memiliki rekening salah satu bank mitra BPJS kesehatan.b. Peserta mendaftarkan diri pada petugas cabang bank mitra untuk dilakukan autodebet.c. Peserta telah menyelesaikan seluruh kewajiban sebelumnya yang tertunggak (jika ada)d. Peserta menjaga saldo agar dapat didebet untuk pembayaran iuran BPJS Kesehatan.

Salam, Redaksi

Alexander The Great, atau yang lebih sering dikenal dengan nama Iskandar Zulkarnain, adalah seorang Raja Romawi yang sangat dikenal kepemimpinannya. Suatu ketika Iskandar Zulkarnai memimpin pasukannya melintasi gurun pasir yang panas dan kering. Setelah hampir dua minggu berjalan, ia dan pasukannya kelelahan dan hampir mati karena kehausan. Tetapi Iskandar Zulkarnain tetap memimpin pasukannya untuk terus berjalan dengan penuh semangat. Pada siang yang terik, dua orang pasukannya datang menemui Iskandar Zulkarnain dengan membawa semangkuk air yang mereka ambil dari sebuah kolam air yang telah kering kerontang. Kolam air itu kering dan hanya ada sedikit air yang tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh pasukan. Melihat hal ini, Iskandar Zulkarnain membuang air itu ke gurun pasir. Sang Raja berkata, "Tidak ada gunanya bagi satu orang untuk minum di saat banyak orang sedang kehausan!"

Demikianlah kepemimpinan, pemimpin yang baik tidak bisa memperlakukan orang-orang yang berada di bawahnya sebagai alat untuk mencapai tujuan semata. Pemimpin harus menunjukkan ketulusan hati untuk bersama-sama merasakan apa yang dirasakan orang-orang dibawahnya. Pemimpin harus memikirkan bagaimana mempertahankan organisasi agar tetap hidup dan berkembang dengan baik, dan juga bisa melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang secara alamiah tumbuh, bertahan dan berkembang seiring dengan perkembangan organisasi, bagaimana pun sulit dan kerasnya keadaan yang dihadapi.

Banyak cerita yang dapat dijadikan pembelajaran atas filosofi nilai-nilai luhur kepemimpinan. Alam mengajarkan kita banyak hal, bahkan kita dapat belajar dari sebatang pohon pisang. Pohon pisang biasanya hidup berkelompok dalam satu rumpun keluarga dan saling berdekatan satu sama lain. Kedekatan ini membuat koloni pohon pisang tersebut dapat saling menguatkan dan tidak mudah tumbang. Akar pohon pisang yang serabut dan tunas-tunas yang saling mengikat kuat menjadi sebuah kekuatan untuk menahan terpaan angin ketika musim hujan tiba. Sedangkan daun-daun yang lebar menjadi penyejuk bagi tunas-tunas muda dari teriknya matahari ketika musim kering datang. Perlindungan daun yang lebar ini membuat tunas-tunas muda dapat tumbuh besar dan kuat. Pohon yang baik tentu dapat menghasilkan buah yang baik pula. Hasil buah yang bukan untuk dimakan dirinya sendiri melainkan dijadikan persembahan bagi orang lain yang menikmatinya. Sebuah pelajaran dari pohon pisang yang selalu memikirkan regenerasi, bahkan di saat si induk belum akan mati.

Demikian pula halnya dengan pohon kelapa, banyak pelajaran yang dapat kita petik darinya. Tak terbantahkan ayat suci Al Quran yang mengatakan tidak diciptakan langit dan bumi serta seluruh isinya kecuali untuk manusia, terbukti seluruh bagian pohon kelapa memiliki kegunaan dan dapat dipetik manfaatnya bagi kepentingan manusia. Bahkan tanaman pengganggu yang tidak diharapkan seperti pasilan/benalu, meskipun dianggap sebagai gulma yang mendompleng kehidupan pohon lain, tetapi ternyata masih ada juga manfaatnya.

Bila mengasosiasikan contoh di atas ke dalam kehidupan organisasi, ini artinya sejelek-jeleknya anak buah, sudah menjadi kewajiban seorang pemimpin untuk bisa menemukan sisi baiknya. Air kotor dapat disulih untuk diminum, air asin bisa disaring untuk diambil garam dan bahkan uap air dapat diambil kandungan oksigennya. Hal ini mengajarkan pemimpin untuk lebih arif, melihat segala sesuatu dari sudut yang berbeda, atau jika perlu keluar dari kebiasaan yang ada.

Ada satu kisah yang kiranya dapat menggambarkan bagaimana cara berfikir yang berbeda. Seorang Permaisuri Raja hendak berkeliling negeri. Untuk menikmati suasana desa, ia memutuskan untuk berjalan kaki. Baru saja beberapa meter berjalan di luar istana, kakinya terantuk batu hingga terluka. Ia pun berpikir, “Ternyata jalan-jalan di negeriku jelek sekali, aku harus minta diperbaiki.” Sang Permaisuri lantas menghadap Baginda Raja. Ia meminta agar seluruh jalan dilapisi dengan kulit sapi yang terbaik. Untuk maksud itu, Permaisuri kembali meminta Sang Raja untuk mengumpulkan seluruh pasukan dan para menteri istana untuk melakukan persiapan-persiapan serta mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri.

Sang Raja hanya tersenyum. Ia pun berkata pada Permaisurinya, “Wahai Permaisuri, mengapa harus mengorbankan sekian banyak sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini, berapa petani yang akan rugi, padahal sesungguhnya yang Adinda perlukan hanyalah dua potong kulit sapi untuk melapisi telapak kaki.” Permaisuri pun terdiam, menyadari betapa kerdil cara berpikirnya.

Demikianlah pemimpin, seharusnya ia tahu keputusan terbaik. Bukan hanya untuk menyenangkan hatinya atau orang-orang terdekatnya, namun lebih dari itu ia memahami bahwa setiap keputusannya harus membawa kebaikan bagi seluruh rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin juga harus berani berkata jujur, menunjukan yang benar dan berani mengakui kesalahan. Bukankah ada pameo yang mengatakan bahwa kegagalan anak buah adalah kegagalan pimpinan. Leader as a father kata Telkom, atau leading by example (LEB) menurut ilmu manajemen populer. “Tunjukkan” (how) maka setiap orang akan mengakui kebesaranmu, bukan “Ini Aku” (who) untuk menakuti bawahanmu.

Bisa dibayangkan jika pohon pisang tidak berdaun lebar, maka ia tidak akan mampu memberikan kesejukan Tidak ada pemimpin yang mampu mengubah orang lain, kecuali ia mampu memberikan contoh terhadap bagaimana melakukan perubahan itu sendiri. Begitulah sebaik-baiknya pemimpin, ia adalah menjadi pelindung bukan untuk dilindungi, ia adalah petunjuk bukan untuk ditakuti, karena sesungguhnya sinonim terbaik pemimpin adalah ketika leader is an action not a position.

Direktur UtamaFachmi Idris

LEADING BY EXAMPLE

Fokus - Hore, Pengusaha Setuju Daftar BPJS Selambatnya 1 Januari 2015

Benefit - Jaminan Kesehatan Nasional Iuran Murah dan Mudah, Besar ManfaatnyaPelanggan - Tak Mau Jadi Peserta BPJS Kesehatan Kena Sanksi Administratif

Testimoni - Perusahan Nunggak Bayar Iuran, Karyawan Tak Dilayani JKN

Sehat - Benarkah Hujan Penyebab Flu

Kilas & Peristiwa - Agus Pambagio : "Jaminan Kesehatan Itu Hak Rakyat dan Tanggung Jawab Pemerintah"

Info BPJS Kesehatan edisi 15 Tahun 2014

F kus

3

Tidak ada sakit yang tidak bisa disembuhkan. Begitu pula, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan di dunia ini. Seperti halnya,

permintaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mendesak pemerintah untuk mengubah kepesertaan penerima upah sebagai peserta BPJS Kesehatan.

Padahal, bagi penerima upah, perusahaan lebih cepat mendaftarkan sebagai peserta BPJS Kesehatan, akan semakin senang. Karyawan, hanya meminta agar mereka diberikan jaminan kesehatan. Jika, sudah ada undang-undang tentang sistem jaminan kesehatan nasional, tentu amanah itu harus dilaksanakan.

"UU SJSN maupun aturan lainnya, khan ada pengusaha yang ikut rapat sana-rapat sini. Nah, apa yang diamnahkan ya harus dilaksanakan. Mundur atau tidak, semua tetap wajib jadi peserta BPJS Kesehatan," kata Ellin Hikmatin, pengurus SPSI sebuah perusahaan multi internasional, yang berkantor di Kawasan Industri Cikarang, Bekasi.Tapi, asosiasi punya pertimbangan lain sehingga mengajukan usulan. Kini, persoalan itu sudah tuntas, setelah melalui rapat bersama. Mengenai kerja sama manfaat tambahan atau coordination of benefit (CoB), juga akan terus dikoordinasikan.

Dalam sebuah pertemuan antara BPJS Kesehatan dan pengusaha akhirnya berbuah manis. Pengusaha diwakili Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bersedia ikut dalam program Jaminan Kesehatan Nasional mulai 1 Januari 2015 dan perusahaan wajib mendaftarkan karyawannya tepat pada saat itu.

Hanya saja, ada beberapa catatan yang menjadi kesepakatan. Pertama, untuk menyempurnakan skema koordinasi manfaat atau coordination of benefit (CoB). Tenggat waktu rekonsiliasi data selama enam bulan. Selama masa itu, BPJS Kesehatan wajib memperbaiki fasilitas kesehatan dan tingkat pelayanan dan mendorong klinik-klinik milik badan usaha menjadi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

Pada masa 1 Januari - 30 Juni 2015, BPJS Kesehatan akan mengkoordinasikan kesiapan FKTP, mekanisme CoB dan hal-hal lain yang diperlukan untuk menjamin tingkat pelayanan yang baik bagi peserta BPJS Kesehatan. Salah seorang ketua, Apindo, Haryadi B Sukamdani, peningkatan kualitas menjadi solusi atas protes pengusaha atas CoB. CoB ini penting karena saat ini banyak perusahaan yang sudah lebih dulu menggunakan asuransi swasta untuk program jaminan kesehatan karyawannya.

"Intinya, kami daftar dulu, tapi belum bayar sambil memantau perbaikan fasilitas klinik BPJS," ujar Haryadi.

Hore, Pengusaha Setuju Daftar BPJS Selambatnya1 Januari 2015

Meski bersepakat, Haryadi pesimistis semua badan usaha bisa menjadi peserta BPJS Kesehatan per 1 Januari. Karena ada sembilan juta orang harus mendaftar BPJS Kesehatan. Perinciannya: sebanyak 2,5 juta masih terdaftar di asuransi swasta dan 6,5 juta lainnya di save insurance. "Kalau 9 juta orang masuk bersamaan, IT BPJS bisa tak karuan," ujar Haryadi.

Info BPJS Kesehatan edisi 15 Tahun 2014

fokus

4 Info BPJS Kesehatan edisi 9 Tahun 2014

Secara terpisah, Irfan Humaidi, Kepala Departemen Humas BPJS Kesehatan, menambahkan, setelah pendaftaran, perusahaan memiliki waktu enam bulan untuk aktivasi dan membayar iuran. "Perusahaan yang telah tervalidasi dapat langsung aktif jadi peserta BPJS Kesehatan," kata Irfan.Jika tak mendaftar, perusahaan bisa kena sanksi. Sesuai PP No 86/ 2013, sanksi itu berupa teguran tertulis yang diberikan maksimal dua kali dengan jangka waktu masing-masing 10 hari. Bila tidak digubris, 30 hari setelahnya akan diberikan sanksi denda. "Sanksi tak berlaku bagi perusahaan yang mendaftarkan sebelum 1 Januari 2015," terang Irfan.

Mengenai perusahaan atau pekerja yang sudah memiliki jaminan kesehatan dari asuransi swasta, Irfan bilang, bersama Apindo, BPJS tengah mencari jalan keluar dengan

membentuk tim. "Waktunya juga enam bulan," ujarnya.Selama masa itu, BPJS dan Apindo akan menyepakati pembagian risiko klaim yang proporsional, mekanisme rujukan saat berobat hingga alur pelayanan kesehatan. Kata Irfan, saat ini, kata Irfan, pekerja yang memiliki asuransi swasta baru 2,5 juta. "Masih ada 37 juta lain yang belum atau self insured. Jadi, jangan terlalu fokus yang 2,5 juta, tapi abaikan yang lainnya," jelasnya.

Hal senada dikatakan Ketua DJSN, Chazali Situmorang, pendaftaran sebagai perserta BPJS Kesehatan, paling akhir tanggal 1 Januari 2015. Untuk merealisasikan kesepakatan tersebut telah ditetapkan beberapa poin terkait dengan pendaftaran peserta BPJS Kesehatan dari Badan Usaha, baik swasta maupun BUMN.

Setelah dilakukan kesepakatan, aturan hukum yang ada terkait dengan perusahaan yang tidak mau menjadi peserta BPJS Kesehatan, tetap

akan diberlakukan. Karena, semua yang dilaksanakan BPJS maupun tim yang memberikan sanksi hanyalah menjalankan amanh yang telah diundangkan.

Kepada perusahaan dan pekerja, seharusnya menganggap pembayaran BPJS sebagai investasi bagi dana kesehatan. Tidak dianggap sebagai cost, sehingga meningkatkan produktivitas pekerja "Sanksinya, sih tetap. Ya seperti yang saya bilang dalam sebuah diskusi terbatas pekan lalu," kata Nasrudin, staf ahli Kementerian Hukum dan HAM (Kemkumham), di Jakarta, kemarin. Pemerintah, lanjutnya, akan memberikan sanksi tegas pada perusahaan yang tidak mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. "Sanksi administratif dan sanksi pidana akan diberlakukan bagi perusahaan-perusahaan yang tidak mengindahkan, mendaftarkan karyawannya dalam program BPJS," ujar Nasrudin, dalam sebuah diskusi. Untuk tahap awal, perusahaan pelanggar bakal dikenakan sanksi administratif berupa peringatan. Surat Peringatan diberikan dua kali (SP 1 dan 2). Bila belum juga mendaftarkan karyawan ke BPJS, perusahaan bakal dikenai sanksi pidana. Sesuai peraturan perundang-undangan, kata Nasrudin, perusahaan dapat dikenai sanksi denda hingga Rp1 miliar dan hukuman selama delapan tahun penjara. Mantan Direktur Litigasi Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM (Kemkumham) itu menambahkan, jika perusahaan tidak mendaftarkan, maka yang rugi adalah perusahaan dan pekerjanya. Karena selain sanksi administrasi dan pidana, mereka juga tidak memperoleh pelayanan publik. Pihak BPJS sudah melakukan konsolidasi dengan unit-unit pelayanan publik.

Dengan adanya kesepakatan ini, maka seluruh perusahaan yang tergabung dalam Apindo sudah harus mendaftarkan tenaga kerjanya sebagai peserta BPJS Kesehatan paling lambat 1 Januari 2015.

Langkah ini sejalan dengan amanat yang tertuang dalam Peraturan Presiden No 111/2013 yang menyebutkan bahwa pemberi kerja pada BUMN, usaha besar, usaha menengah, dan usaha kecil wajib melakukan pendaftaran kepesertaan Jaminan Kesehatan paling lambat 1 Januari 2015.

Menurut Direktur Utama (Dirut) BPJS Kesehatan, Fachmi Idris, berdasarkan hasil rapat koordinasi terkait pendaftaran peserta BPJS Kesehatan dari badan usaha, maka Apindo sepakat akan mendorong perusahaan mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan paling lambat 1 Januari 2015, dengan menggunakan format registrasi Badan usaha dan data pekerja dan keluarganya melalui aplikasi e-DABU. Sehingga, kata dia, sanksi sebagaimana yang diatur dalam peraturan pemerintah (PP) 86/2014 tidak diberlakukan lagi bagi perusahaan yang sudah melakukan pendaftaran. "Namun, aktivasi peserta oleh BPJS Kesehatan paling lambat 30 Juni 2015. Sementara bagi perusahaan yang sudah lengkap dan tervalidasi bisa langsung aktif menjadi peserta BPJS Kesehatan sesuai regulasi,” ujarnya.

Sehingga dalam kurun waktu 1 Januari 2015 sampai dengan 30 Juni 2015 tersebut, BPJS Kesehatan dan Apindo sepakat mengkoordinasikan. Kesiapan Fasilitas Kesehatan tingkat I, mekanisme koordinasi manfaat (Coordination of Benerit /COB) dan hal-hal lain yang diperlukan untuk menjamin tingkat pelayanan yang baik bagi peserta BPJS Kesehatan.

BPJS Kesehatan juga akan mendorong klinik-klinik milik badan usaha menjadi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) BPJS Kesehatan sesuai dengan regulasi dengan masa transisi enam bulan. Dengan mengoptimalkan pemanfaatan bagi peserta BPJS Kesehatan di Badan Usaha yang bersangkutan.

"Pelayanan publik seperti buat SIM, maka tidak dilayani oleh Polda. Karena BPJS dengan unit-unit pelayanan publik ada kerja sama, kartu peserta BPJS menjadi salah satu persyaratan untuk mendapatkan pelayanan publik. Kemudian perusahaan juga akan kesulitan mengurus surat-surat perizinan," ujarnya. Ia juga beranggapan seluruh perusahaan dan pekerja seharusnya menganggap pembayaran BPJS sebagai investasi bagi dana kesehatan. Tidak dianggap sebagai cost, sehingga meningkatkan produktivitas pekerja Mengacu pasal 6 Ayat (3) Perpres Nomor 111 Tahun 2013, menegaskan pemberi kerja pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), usaha besar, usaha menengah, dan usaha kecil wajib melakukan pendaftaran kepesertaan Jaminan Kesehatan kepada para pekerjanya paling lambat 1 Januari 2015, dengan membayar iuran.

Adapun pemberi kerja pada usaha mikro paling lambat tanggal 1 Januari 2016, dan pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja juga wajib melakukan pendaftaran paling lambat 1 Januari 2019. Selain itu, BPJS Kesehatan mulai 1 Januari 2014 tetap berkewajiban menerima pendaftaran kepesertaan yang diajukan oleh pemberi kerja serta pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja. “Dalam hal pemberi kerja secara nyata-nyata tidak mendaftarkan pekerjanya kepada BPJS Kesehatan, Pekerja yang bersangkutan berhak mendaftarkan dirinya sebagai peserta jaminan kesehatan,” bunyi Pasal 11 Perpres tersebut sembari menyebutkan, dalam hal ini iurannya dibayar sesuai ketentuan yang berlaku pada Perpres tersebut.

Membayar BPJS Jangan Dianggap "Cost" Tapi Investasi

Info BPJS Kesehatan edisi 15 Tahun 2014 5

BINCANG

Info BPJS Kesehatan edisi 15 Tahun 2014

BENEFIT B

6

Animo masyarakat untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan meningkat karena sudah banyak bukti peserta yang memanfaatkannya. Meskipun masih

ada sebagian peserta yang merasa belum puas terhadap pelayanan program jaminan kesehatan nasional, namun sebagian mengaku tidak masalah. Umumnya, keluhan yang dirasakan adalah antrean panjang untuk berobat dan menunggu giliran tindakan operasi karena terbatasnya ruang operasi. Sementara sebagian besar badan usaha belum mendaftarkan karyawan atau yang disebut sebagai pekerja penerima upah (PPU) menjadi peserta BPJS Kesehatan. Namun, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mendorong agar para pemilik perusahaan segera mendaftarkan karyawannya menjadi peserta BPJS Kesehatan sesuai amanat UU BPJS Kesehatan paling lambat 1 Januari 2015. Sebagai PPU dari sektor formal, pekerja membayar iuran BPJS Kesehatan sebesar satu persen dari gajinya setiap bulan atau rata-rata sekitar Rp20.000, sisanya empat persen dibayar oleh pemberi kerja. Sedangkan PPU dari pegawai negeri membayar iuran sebesar dua persen dari gaji pokoknya atau rata-rata sebesar Rp40.000 dan tiga persen dibayar oleh pemerintah. Dengan iuran sebesar itu, manfaat yang didapatkan sangat besar karena BPJS Kesehatan menanggung biaya semua jenis penyakit, mulai dari penyakit ringan sampai penyakit berat. Namun, tetap menggunakan prinsip kendali mutu dan kendali biaya dengan menerapkan manage healthcare, yang mengintegrasikan sistem pelayanan dan pembayaran. Tujuannya agar terhindar dari penyalahgunaan dan pelayanan yang berlebihan, jadi semua harus sesuai dengan indikasi medis. Untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan tidak serumit prosedur menjadi peserta asuransi kesehatan swasta. Selain iuran preminya terjangkau, juga tidak ada persyaratan medical check-up, bahkan yang sudah berusia lanjut dan sudah menderita penyakit bisa langsung menjadi peserta BPJS Kesehatan. Bayangkan saja, seorang penderita hemofilia yaitu gangguan pembekuan darah, setiap bulan membutuhkan biaya pengobatan sekitar Rp45juta dan harus dilakukan seumur hidupnya. Begitu juga penderita gagal ginjal yang harus cuci darah tiga kali setiap minggu, setiap cuci darah memerlukan biaya sekitar Rp900.000. Cuci darah inipun harus dilakukan sepanjang hidupnya, jika terlambat cuci darah dapat mengakibatkan kematian. Risiko-risiko penyakit yang berat ini dibiayai oleh BPJS Kesehatan. Oleh karena itu, dengan iuran yang sangat terjangkau dan tidak perlu skrining saat mendaftar, peserta mendapatkan manfaat yang berlipat ganda. Melihat manfaat yang sudah dinikmati oleh sebagian peserta BPJS Kesehatan, sejumlah karyawan pun memutuskan untuk mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan tanpa menunggu perusahaanya mendaftarkan dirinya. Didi misalnya, karyawan sebuah perusahaan di Jakarta Barat mendaftarkan diri sebagai peserta kelas I dengan iuran premi sebesar Rp59.500 perbulan. Padahal dia sudah memiliki asuransi kesehatan dari perusahaan tempat dia bekerja. Namun, karyawan yang mengaku berpenghasilan Rp5juta ini, tidak merasa rugi mengeluarkan iuran lagi dari kantong sendiri. Alasannya, untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu dirinya keluar dari pekerjaan tersebut.

Begitu juga dengan seorang karyawan yang menderita kanker kolorektal (kanker usus besar/kolon dan rectum). Dia sudah mempunyai asuransi swasta, tetapi dokter justeru menyarankan agar mendaftar BPJS Kesehatan, karena persyaratan klaim lebih mudah daripada asuransi kesehatan komersial. Karyawan lainnya yang bekerja di kawasan industri Cikarang juga mendaftar BPJS Kesehatan secara mandiri, karena jaminan kesehatan yang diberikan perusahaan ada batas maksimalnya. Sedangkan BPJS Kesehatan tidak membatasi pelayanan asal sesuai dengan indikasi medis yang diperlukan. Sementara itu, Rozy, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Batanghari, Jambi, mengatakan hadirnya BPJS Kesehatan sangat membantu. Rozy yang sebelumnya menjadi peserta Jamsostek sudah merasakan pelayanan yang baik dari program jaminan kesehatan nasional.

“Saya berharap pelayanan JKN semakin prima. Agar tidak terjadi penumpukan pasien di rumah sakit terutama di rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta harus juga ikut melayani peserta BPJS. Selama ini, saya mendapat pelayanan yang baik dan lancar-lancar saja,” ujarnya.

Peserta BPJS Kesehatan juga perlu mengetahui pelayanan yang tidak dijamin, yaitu pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur seperti diatur dalam peraturan yang berlaku, misalnya untuk mendapat pelayanan di rumah sakit harus melalui fasilitas kesehatan tingkat pertama terlebih dahulu.

Selain itu, pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat, pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja.

Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri, pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/atau estetik, pelayanan untuk mengatasi infertilitas

(memperoleh keturunan), pelayanan meratakan gigi (ortodonsi), gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol, gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri, juga tidak mendapat jaminan oleh BPJS Kesehatan.

Pelayanan lain tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan yaitu, pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment/HTA). Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikansebagai percobaan (eksperimen), alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu, perbekalan kesehatan rumah tangga.

Selain itu, pelayanan kesehatan yang sudah dijamin dalam program kecelakaan lalu lintas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, pelayanan kesehatan akibat bencana, kejadian luar biasa/wabah, biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungandengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan, juga tidak mendapat jaminan.

Jaminan Kesehatan Nasional Iuran Murah dan Mudah, Besar Manfaatnya

Info BPJS Kesehatan edisi 15 Tahun 2014 7

PELANGGAN

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan melaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan prinsip gotong royong yang direalisasi melalui iuran pesertanya. Gotong royong artinya, peserta yang sehat membantu peserta yang sakit, peserta yang mampu membantu yang tidak mampu, dan peserta yang muda membantu peserta yang tua. Sehingga terjadi subsidi silang antarpeserta BPJS Kesehatan.

Semakin banyak iuran premi yang disetor akan memperlancar pelaksanaan program JKN. Oleh karena itu, cakupan kepesertaan diharapkan segera tercapai. Menjadi peserta BPJS Kesehatan sifatnya wajib yang sudah diatur dalam Undang Undang nomor 24 tahun 2011. Pada 1 Januari 2015 seharusnya seluruh badan usaha sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan, sedangan bagi perorangan ditargetkan pada 1 Januari 2019 seluruhnya menjadi peserta BPJS Kesehatan.

Jika pembayaran iuran peserta terhambat maka BPJS Kesehatan bisa mengalami defisit sehingga tidak bisa membayar klaim, akhirnya program JKN terancam berhenti. Bagi peserta penerima upah dari pekerja sektor formal, iurannya dibayar oleh pemberi kerja sebesar 4 persen dan pekerja 1 persen dari gaji. Namun ada pengecualian pada periode 1 Januari 2014 hingga 30 Juni 2015 pekerja formal hanya membayar 0,5 persen dari gaji.

Bagi PNS, Polri, dan TNI iurannya dibayar oleh pemerintah sebesar 3 persen dari gaji dan 2 persen dari pegawai. Sedangkan pekerja sektor informal membayar sendiri iuranya secara mandiri oleh masing-masing individu sesuai kelas ruang perawatan kesehatan yang diambil. Untuk kelas 1, iurannya sebesar Rp59.550, kelas 2 iurannya Rp42.500, dan kelas 3 sebesar Rp25.500.

Pemberi kerja harus mematuhi aturan perudangan untuk mendaftarkan dan membayar iuran premi BPJS Kesehatan. Jika melanggar, maka bisa dikenakan sanski pidana yang diatur dalam pasal 55, UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan dituangkan dalam PP No.86 Tahun 2013 Tentang Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara Dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, Dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial.

Sanksi yang diatur dalam regulasi itu tidak berlaku untuk pemerintah selaku pemberi kerja terhadap PNS, Polri dan TNI. Ada usulan dari sejumlah kalangan agar peraturan pemerintah tentang sanki ditambah dengan sanksi yang dapat dijatuhkan kepada pemerintah, khususnya pemerintah daerah yang lalai membayar iuran BPJS Kesehatan.

Sanksi yang bisa diberikan untuk pimpinan daerah yang lalai membayar iuran kepada BPJS Kesehatan seperti sanksi administratif. Misalnya, menunda kenaikan pangkat atau memecat pejabat pemerintah daerah yang bersangkutan.

Di dalam PP tersebut disebutkan, bila perusahaan tidak mengikuti BPJS Kesehatan, maka perusahaan dapat diberikan teguran tertulis pertama dan kedua. Kemudian, didenda sebesar 0,1 persen setiap bulan dari iuran yang

seharusnya dibayar yang dihitung sejak teguran tertulis kedua berakhir. Kemudian tidak dapat pelayanan publik tertentu, misalnya perizinan yang terkait usaha. Sehingga perusahaan tersebut akan sulit untuk mengikuti tender proyek.

Terkait izin mempekerjakan tenaga kerja asing, izin ini terkait izin perusahaan penyedia jasa atau pekerja. Dan, lebih berat lagi terkait izin mendirikan bangunan (IMB). Sedangkan sanksi bagi individu yakni tidak mendapatkan pelayanan publik adalah, IMB, surat izin mengemudi (SIM), Sertifikat Tanah, Paspor dan pengurusan surat tanda nomor kendaraan (STNK).

Saat ini, yang masih menjadi kendala antara lain, iuran dari peserta mandiri masih banyak dari kelompok peserta yang sudah sakit, sehingga setelah mendapatkan kartu BPJS Kesehatan langsung dimanfaatkan untuk mendapatkan pelayanan, bahkan tidak sedikit yang harus mendapat pelayanan kesehatan dengan biaya mahal karena berpenyakit berat seperti jantung, kanker, dan gagal ginjal, atau operasi yang menghabiskan biaya besar.

Sedangkan untuk keterlambatan pembayaran iuran jaminan kesehatan akan dikenakan denda administratif sebesar 2 persen per bulan dari total iuran yang tertunggak dan ditanggung pemberi kerja atau peserta mandiri. Misalnya, peserta menunggak 10 bulan, dendanya juga akan dihitung secara akumulatif. Jika sebulannya peserta membayar Rp59.500 ditambah maka ditambah dua persennya yaitu sebesar Rp1.190, sehingga peserta tersebut harus membayar Rp596.190. Jika keterlambatan pembayaran disebabkan karena kesalahan pemberi kerja, maka pemberi kerja wajib membayar pelayanan kesehatan pekerjanya.

Tak Mau Jadi Peserta BPJS Kesehatan Kena Sanksi Administratif

Pembayaran iuran BPJS Kesehatan paling lamat tanggal 10 setiap bulannya. Apabila tanggal 10 pada bulan tersebut jatuh pada hari libur, batas pembayaran iuran pada hari kerja berikutnya. Pembayaran dapat dilakukan melalui ATM/setor tunai di Bank BRI, Bank BNI, dan Bank Mandiri.

Keterlambatan pembayaran iuran paling lama 3 bulan bagi pekerja penerima upah dan 6 bulan bagi pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja. Jika keterlambatan lebih lama dari waktu yang ditentukan, penjaminan terhadap peserta diberhentikan sementara.

Untuk mengaktifkan kembali kepertaan yang telah diberhentikan sementara, secara otomatis, kepesertaan JKN akan aktif kembali jika peserta membayarkan/melunasi tunggakan iuran beserta denda administratifnya. BPJS akan memberitahukan secara tertulis kepada peserta terkait kelebihan/kekurangan pembayaran iuran. Kelebihan atau kekurangan iuran tersebut diperhitungkan pada pembayaran iuran bulan berikutnya.

Info BPJS Kesehatan edisi 15 Tahun 2014

TESTIMONI

8

Sebagai peserta BPJS Kesehatan dari pekerja penerima upah (PPU) atau karyawan dari sebuah perusahaan sangat tergantung kepada kepatuhan

dari badan usaha tersebut dalam mambayar iuran BPJS Kesehatan. Jika badan usaha tersebut menunggak atau tidak membayar iuran selama tiga bulan beturut-turut maka pekerja akan dirugikan, karena tidak bisa mendapat pelayanan kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Desi Haerani, 46, warga Perumahan Vila Permata, Tambun, Bekasi, mengaku tidak bisa menggunakan kartu BPJS Kesehatannya karena perusahaan tempat suaminya bekerja tidak membayar iuran. Sebelumnya, dia adalah peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek, seharusnya secara otomatis kepesertaan dimigrasi ke BPJS Kesehatan. “Iya, waktu awal-awal belum bisa digunakan. Katanya sih kantor masih punya tunggakan iuran preminya, jadi karyawan tidak bisa menggunakan BPJS Kesehatan. Tapi sekarang sudah bisa dilayani, berarti kantor sudah melunasi. Kasihan kan, kalau ada karyawan yang sakit, repot deh kalau tidak ada jaminan kesehatan,” kata Desi yang tidak mau menyebut nama perusahaanya.

Namun bulan Agustus lalu, dia berobat lagi ke Puskesmas di Kelurahan Sumberjaya, Kecamatan Tambun, Bekasi. Disana, Desi tidak bisa dilayani. Lalu, dia mendatangi Klinik Husada masih di wilayah yang sama, ternyata disana bisa kartu BPJS Kesehatan-nya diterima. “Saya juga pernah disini (di Klinik Husada – red) sebelumnya, ditangani oleh dokter. Sekarang ini saya sakit pinggang,” ujarnya. Desi mengaku dilayani dengan baik di Klinik Husada. “Kalau bayar sendiri bisa habis Rp60.000. Tapi kalau ada BPJS Kesehatan ya kita gratis, kan setiap bulan sudah potong gaji. Sebagian lagi kantor yang bayar iurannya. Ada BPJS Kesehatan saya lihat bagus, karena nanti semua warga jadi pesertanya, ya semoga rakyat Indonesia jadi sehat sejahtera,” kata ibu lima anak ini.

Selama ada BPJS Kesehatan dia sudah tiga kali memanfaatkan kartunya. Selain Desi, anak bungsunya, Ajeng yang menderita batuk pilek. “Sekarang ada kelebihannya, kalau dulu waktu masih JPK Jamsostek, anak saya pernah dirawat di rumah sakit, habisnya lumayan banyak, sampai lima jutaan. Jadi, memang sangat penting mempunyai jaminan kesehatan,” ujarnya.

Perusahan Nunggak Bayar Iuran, Karyawan Tak Dilayani JKN

Badan usaha yang telah menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek secara otomatis bermigrasi ke BPJS Kesehatan. Selama

perusahan itu tidak mempunyai tunggakan di Jamsostek, tidak menjadi masalah bagi kepesertaan baru di BPJS Kesehatan.

“Di perusahaan kami lancar-lancar saja, sejak dimulainya BPJS Kesehatan, kami sudah bisa memanfaatkan pelayanan kesehatan JKN (jaminan kesehatan nasional). Jadi, perusahaan kami sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya,” kata Sadono Priyo, wartawan Harian Suara Karya.

Beberapa minggu lalu, Sadono memeriksakan istrinya, Fairus, di dokter di Puskesmas Ciputat sesuai dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dipilihnya. Prosedur rujukan berjenjang dia ikuti. Istrinya mengalami gangguan sesak napas yang berulang-ulang dan seringkali menyerang saat menjelang tidur. Oleh dokter Puskesmas, Fairus dirujuk ke Rumah Sakit Sari Asih di Ciputat. Namun, ternyata di RS Sari Asih hanya melayani peserta BPJS Kesehatan di hari-hari tertentu. “Saya tidak tahu kok begitu, karena istri saya mau cepet-cepet diperiksa, akhirnya minta diperiksa dokter dengan status sebagai pasien non jaminan,” ungkap Sadono. Konsekuensi sebagai pasien biasa non jaminan, dirinya harus mengeluarkan biaya dari kantong sendiri, saat itu biayanya untuk rekam jantung, konsultasi, dan admistrasi sekitar Rp300.000. Dia juga pernah minta dirujuk ke RSUD Tangerang Selatan, namun lagi-lagi di sana, antrean

cukup panjang. Lalu Sadono dan istrinya memutuskan untuk berobat lagi di RS Sari Asih. Belakangan, dia baru diberitahu bisa membuat janji lewat telepon. “Sekarang ditangani oleh dokter swasta, diagnosa sementera jantungnya normal karena sudah dikateter, normal, tetapi belum diketahui penyebabnya, ada yang bilang karena penyempitan. Ya harus sabar dulu, semoga istri saya kuat dan segera bisa diatasi penyakitnya,” kata Sadono. Selain istrinya, anaknya, Vito, 10 tahun, mengalami sakit polips. Ada dokter yang mengatakan perlu dioperasi (ringan) tetapi ada juga yang mengatakan cukup diberi obat saja. Anaknya kini, masih berobat di RS Sari Asih. “Anak saya masih rawat jalan. Kalau sebelumnya periksa di klinik swasta biayanya sekitar Rp100.000 belum termasuk obat,” ujarnya. Sebagai peserta BPJS Kesehatan dari pekerja penerima upah, Sadono, menginginkan ada kemudahan dalam pelayanan JKN. “Perusahaan sudah tanggunjawab membayar iuran, sekarang tinggal fasilitas kesehatan yang harus memenuhi kebutuhan peserta, agar semuanya lancar. Oya, mungkin tenaga kesehatannya juga perlu diperhatikan juga ya, biar maksimal dalam memberikan pelayanan,” usulnya.

Migrasi ke BPJS Kesehatan

Tak Masalah

9

SEHAT

Info BPJS Kesehatan edisi 14 Tahun 2014

Air adalah sumber kehidupan. Tanpa air, manusia tidak munkin bisa hidup. Sebaliknya, jika kebanyakan air, bisa menimbulkan bencana.

Maka, ketika seorang anak kecil terserang flu, orang pun menyalahkan hujan yamng mengguyur wilayahnya, sebagai pemicu penderita flu. Menurut dr Muriana Novariani, Sp A, M.Kes dokter spesialis anak di RS PKU Jogja, beberapa waktu lalu, mengaku bayi dan anak-anak ebih rentan terkena flu dan batuk pilek, dibandingkan orang dewasa.

Alasannya, sisitem kekebalan tubuh bayi belum terbentuk se-sempurna orang dewasa. Saat hujan, semua orang termasuk anak-anak cenderung lebih banyak berkumpul jadi satu ‘berlindung’ di dalam satu ruangan. Semuanya bercampur baur dalam sebuah tempat yang padat dan terbatas. Hal tersebut menyebabkan sirkulasi sanitasi dan hygienitasnya bermasalah. Dipastikan berbagai kuman, bakteri, virus, dan bermacam sumber penyakit menjadi subur dan lebih cepat menyebar dari satu orang sakit ke orang lainnya, terutama pada anak. Terlebih lagi sistem kekebalan pada bayi dan anak belumlah sempurna. Nah, ketemu kan jawabya? Bahwa ternyata hujan bukan satu-satunya penyebab terjadinya flu dan batuk pilek pada anak. Penyakit tersebut kapanpun bisa menular dalam suasana komunitas yang memang rentan terjadi penularan. Jika demikian, maka bagaimanakah upaya yang dilakukan agar anak dan bayi terhindar dari flu dan batuk pilek ?

Pertama. Menyusui selama mungkin.Susuilah bayi anda selama mungkin. Terlebih lagi jika umur bayi masih berada dalam masa ASI ekslusif enam bulan pertama. ASI mengandung begitu banyak antibodi zat pelawan infeksi.

Tak heran, bayi yang sering disusui jarang terserang batuk pilek. Ingat ASI mengandung kolostrum yang berguna sebagai antibodi dan menjaga tubuh dari infeksi. Kehangatan ASI juga bermanfaat membantu melegakan hidung bayi dan memperbaiki sirkulasi pernafasannya.Kedua, hindari risiko penularannya.Jangan membawa bayi berpergian ke tempat-tempat yang padat pengunjung di musim flu. Seperti ke mal atau resepsi pernikahan misalnya. Urungkan pula niat mengundang para sepupu yang biasa heboh berlarian dengan hidung beringus atau memboyong bayi anda ke arisan keluarga besar.

Hampir pasti, si kecil akan jadi ‘piala bergilir’ yang diciumi dan dioper kesana-kemari. Wah, sama artinya dengan jadi sasaran empuk ketularan flu!Nah, sebaiknya siapapun mulai bersedia mengenakan masker. Terlebih lagi, bagi yang sudah merasakan gejala flu.

Bagi yang masih sehat, memakai masker bisa bermanfaat untuk menangkal flu. Bagi yang sudah terlanjur sakit pemakaian masker dapat menutup tersebarnya flu. Jika tidak, maka penularan akan terus berlanjut dan berulang menyebar ke mana-mana termasuk pada bayi dan anak-anak.

Ketiga, perbanyak asupan sayur dan buah.Jika bayi sudah mulai makan makanan padat, barilah sayur dan buah-

buahan. Karena di dalamnya mengandung Phytonutrients, yaitu zat yang dapat meningkatkan imunitas tubuh. Semakin gelap warna sayur dan buah, semakin banyak

pula phyto yang terkandung di dalamnya. Sumbernya? Tomat, semangka, ubi, buah naga merah juga sayuran berdaun hijau tua seperti bayam.

Keempat, jaga kebersihan tempat tidur bayi. Selalu cuci tangan sebelum menyentuh bayi, dan jaga kebersihan di sekitar tempat tidur ataupun lingkungan bayi. Bersihkan boneka atau mainannya yang mungkin menjadi sumber kontaminasi flu. Anda juga sudah pasti tahu kebiasaan bayi. Mereka akan memegang mainannya dan berusaha memakannya. Pada usia mereka, semua yang dipegang maupun dilihat dianggapnya adalah makanan. Maka tangan dan benda-benda di sekitar bayi sangat penting untuk dijaga dan selalu dibersihkan.

Kelima, istirahat atau tidur yang cukup.Usahakan agar bayi lebih sering tidur, meskipun itu bukan waktu tidurnya. Dengan tidur dapat memperbaiki daya tahan tubuhnya menjadi lebih baik. Saat tidur adalah saat penting bagi bayi dalam proses pertumbuhan dan membangun kekebalan tubuh dari segala penyakit. Tidur juga bisa mengembalikan vitalitas tubuh bayi.

Keenam,menjaga jalan nafas.Seandainya flu atau pilek mulai mengganggu jalan nafasnya, miringkan kepala bayi

ke satu sisi untuk membuatnya agar tetap bisa bernafas. Memang dia akan rewel saat sesuatu mulai menyumbat hidungnya. Namun, dia akan mulai tenang saat mendapatkan saluran nafasnya kembali normal. Ia akan tertidur pulas jika sudah mulai nyaman dengan jalan nafasnya yang mulai lancar.

Ketujuh, bersihkan hidungnya. Hidung merupakan pintu masuk kuman ke dalam tubuh. Jika bayi terlanjur terkena pilek, ini adalah pengobatan rumah yang praktis dan mudah. Bersihkan hidungnya secara hati-hati menggunakan tissue steril dan penyedot ingus khusus bayi.

Sedotan ini tersedia di apotik atau babyshop terpercaya. Atau manjakan bayi anda dengan sauna uap hangat yang bermanfaat untuk mengencerkan lendir yang menyumbat saluran hidungnya. Lalu, bantulah secara hati-hati mengeluarkannya menggunakan sedotan. Atau ajari mengeluarkannya sendiri dengan menunjukkan ekspresi batuk atau bersin yang mudah ditirukan oleh bayi atau anak anda.Kedelapan, kenakan baju hangat.Kenakan baju hangat pada buah hati anda. Perasaan hangat akan membuatnya lebih senang dan nyaman.

Perasaan nyaman dan senang merupakan suasana psikologis yang baik bagi ketahanan tubuh (antibody) dalam menghadapi serangan penyakit.

Benarkah Hujan Penyebab Flu

Q & A Question and Answer

Info BPJS Kesehatan edisi 13 Tahun 201410

Kilas & Peristiwa

Jakarta : Dalam implementasi jaminan sosial kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan terdapat prinsip protabilitas. Hal ini sesuai dengan amanat konstitusi yang tertuang dalam UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Untuk memenuhi amanat tersebut, BPJS Kesehatan menerapkan prosedur pendaftaran, yang penting untuk diketahui calon peserta BPJS Kesehatan, sbb :

1. Peserta wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang tercantum pada Kartu Tanda Penduduk (e-KTP) atau Kartu Keluarga.

2. Atau peserta dapat juga menggunakan KTP non elektronik yang masih berlaku, sepanjang NIK pada KTP tersebut sama dengan NIK Kartu Keluarga dan dapat ditemukan pada data Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil).

3. Peserta dapat mendaftar di Kantor Cabang BPJS Kesehatan dimana saja, walaupun KTP peserta yang bersangkutan tidak sesuai dengan wilayah kerja Kantor Cabang BPJS Kesehatan setempat.

4. Peserta dapat memilih Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sesuai dengan alamat domisili terakhir (tidak harus sama dengan alamat pada KTP Peserta).

Hal tersebut merupakan wujud komitmen BPJS Kesehatan untuk meningkatkan percepatan dan kenyamanan dalam proses pendaftaran peserta. Selain itu hal ini merupakan esensi dari prinsip portabilitas yaitu memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga setiap peserta bisa mendapat pelayanan kesehatan di seluruh wilayah di Indonesia.

Selanjutnya perlu diinformasikan Petunjuk Teknis Pendaftaran dan Penjaminan Peserta Perorangan BPJS Kesehatan. Sesuai Peraturan Direksi BPJS Kesehatan, masa berlaku kartu 7 hari, hanya diberlakukan untuk peserta perorangan dengan hak manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I dan II. Dengan kata lain, bahwa ketentuan masa berlaku kartu 7 hari TIDAK BERLAKU, untuk:

1. Bayi baru lahir yang merupakan anak dari peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) atau bayi baru lahir yang merupakan anak dari Peserta penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah, yang menjadi Peserta Perorangan dengan hak manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III;

2. Peserta dan bayi baru lahir dari Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang ditetapkan oleh Kementrian Sosial dan telah didaftarkan sebagai Peserta BPJS Kesehatan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III; atau

3. Peserta dan bayi baru lahir dari Peserta Perorangan yang tidak mampu dan mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dengan hak manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III serta menunjukkan surat rekomendasi dari Dinas Sosial setempat.

Dalam Peraturan Direksi BPJS Kesehatan tersebut, disebutkan juga bahwa bayi baru lahir yang didaftarkan menjadi Peserta BPJS Kesehatan, tidak wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK), namun tetap wajib mencantumkan Nomor Kartu Keluarga orang tuanya.

INFORMASI PENTING TENTANG PENDAFTARAN PESERTA DAN AKTIVASI KARTU BPJS KESEHATAN

Jakarta - Kesehatan dan kesejahteraan adalah kebutuhan dan hak dasar setiap rakyat Indonesia. Namun sangat disayangkan, perekonomian Indonesia tidak berkembang dengan cukup baik sehingga biaya hidup termasuk biaya kesehatan semakin mahal. Tidak semua anggota masyarakat dapat memperoleh kesejahteraan dan jaminan kesehatan memadai. Terutama anggota masyarakat berpenghasilan rendah.

“Sebenarnya sesuai dengan UUD 1945 negara bertanggung jawab terhadap rakyat terutama untuk kesehatan, kesejahteraan dan kebutuhan dasar. Karena itu langkah penyediaan sistem jaminan sosial melalui BPJS ini sudah cukup tepat dan patut diapresiasi, ” ujar Agus Pambagio, Pakar Kebijakan Publik ketika diwawancarai oleh detikcom.

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diatur dalam Undang Undang No. 40 Tahun 2004 dan Undang Undang No. 24 Tahun 2011 tersebut baru diselenggarakan pada 1 Januari 2014. Sebagai program yang terbilang baru, Agus menyampaikan bahwa jaminan kesehatan melalui BPJS

ini masih perlu banyak penyesuaian agar pelaksanaan di lapangan lebih mulus.

Saat ini masih banyak ditemui sejumlah keluhan terutama terkait dengan kualitas layanan dan ketersediaan obat. Selain itu, terbatasnya jumlah rumah sakit yang dapat memberikan layanan kesehatan dengan BPJS. Saat ini program BPJS Kesehatan baru didukung oleh rumah sakit - rumah sakit daerah dan rumah sakit swasta golongan menengah kebawah saja, ujar Agus Pambagio dalam kegiatan Media Gathering BPJS Kesehatan 2014 di Imah Seniman Lembang.

“Ini wajar, karena program ini masih baru dan memerlukan koordinasi antara beberapa pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah. Jangankan masyarakat, pemberi layanan kesehatan juga masih gagap dengan program ini. Karena itu pemerintah pusat, daerah dan Kemenkes yang tugasnya enforce agar lebih banyak lagi pihak terutama rumah sakit yang mendukung layanan jaminan kesehatan BPJS. Agar layanan kesehatan nantinya tidak perlu birokrasi panjang, antri dan sebagainya,” lanjutnya. Oleh karena itu, saat ini BPJS sebagai penyelenggara

SJSN telah melakukan sejumlah perbaikan.

Beberapa di antaranya adalah mempermudah proses registrasi peserta BPJS Kesehatan agar semakin banyak anggota masyarakat terlindungi, pembayaran iuran yang sederhana hingga proses pembayaran tagihan yang dipersingkat hingga kurang dari 14 hari kerja.

Lebih lanjut menurut Agus, pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui BPJS, sudah merupakan program mulia yang positif untuk dikembangkan lebih lanjut. Melalui BPJS Kesehatan siapa saja, tidak memandang status sosial dan tingkat penghasilan dapat memperoleh layanan kesehatan yang layak.“Memang tidak mudah tapi satu atau dua tahun kedepan sudah harus sempurna pelaksanaannya. Lakukan investigasi mengapa masalah - masalah yang sering dikeluhkan oleh masyarakat terjadi, lalu evaluasi apa yang perlu ditambah dan dikurangi. Terutama terkait perundang - undangan.Tujuannya supaya BPJS Kesehatan sebagai kebijakan publik berjalan dan berkembang. Tidak statis,” tutupnya.

Agus Pambagio : "Jaminan Kesehatan Itu Hak Rakyat dan Tanggung Jawab Pemerintah"

Mengucapkan Selamat Tahun Baru 2015

Segenap Jajaran Komisaris dan DireksiBPJS Kesehatan Republik Indonesia

Fajriadinur PurnawarmanBasundoro

Tono Rustiano Fachmi Idris Taufik Hidayat Sri Endang Tidarwati

Hambra Samal Tata SuntaraDiah Anggraeni Tjarda MuchtarEko Sutrisno

* Perpres 111 Tahun 2013 Pasal 6

w w w . b p j s - k e s e h a t a n . g o . i d