hordeolum

41
PENUGASAN PPK BLOK ORGAN INDERA HORDEOLUM (PUSKESMAS SALAM) KELOMPOK 2.2 Tutor : dr. Dina Esti Utami Tutorial : 2 Delona Anugrah (10711111) Sofi Aryani S.R. (10711134) Luna Litami (10711146) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Upload: luna-litami

Post on 09-Aug-2015

125 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

tugas akhir blok indra

TRANSCRIPT

Page 1: hordeolum

PENUGASAN PPK BLOK ORGAN INDERA

HORDEOLUM

(PUSKESMAS SALAM)

KELOMPOK 2.2

Tutor : dr. Dina Esti Utami

Tutorial : 2

Delona Anugrah (10711111)

Sofi Aryani S.R. (10711134)

Luna Litami (10711146)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: hordeolum

BAB I

DESKRIPSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS

ISLAM

INDONESIA

PPK BLOK ORGAN INDERA

STATUS PASIEN MATA

NAMA MAHASISWA NIM TANDA TANGAN

Delona Anugrah 10711111

Sofi Aryani S.R. 10711134

Luna Litami 10711146

Puskesmas Salam, Magelang

Tanggal PPK Rabu, 02 Januari 2013

Nama Pembimbing dr. Tony K. Handoko

IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien N

Alamat Karang lo RT/RW 05/14 Gulon, Salam, Magelang

Umur 13 Tahun

Jenis Kelamin Laki-laki

Pekerjaan Siswa SD

No. RM 040227

ANAMNESIS

Keluhan Utama Benjolan nyeri di kelopak mata kiri atas

Riwayat Penyakit Sekarang Satu hari yang lalu saat pasien bangun tidur terdapat

benjolan di kelopak mata kiri atas, merah, terasa berat, nyeri

saat ditekan.Pasien juga mengeluh susah melihat karena

kelopak matanya yang terasa mengganjal.Tidakada blobok,

tidak ada cairan kental atau cairan seperti nanah yang keluar

Page 3: hordeolum

dari mata.Tidak di temukan injeksi sklera atau pun injeksi

konjungtiva. Tidak ditemukan sisik kering atau basah di tepi

palpebral. Tidak terdapat kerontokan bulu mata ataupun ulkus

di sepanjang palpebra. Keluhan yang di alami mata kiri

pasien tidak terjadi pada mata kanan pasien. Pasien

mengaku tidak ada demam sebelum timbul keluhan. Riwayat

pernah mengalami keluhan serupa dan riwayat alergi

disangkal. Tidak ada keluarga yang menderita hal serupa

dengan pasien dan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat

alergi. Tidak ada keluarga atau pun orang sekitar rumah yang

menderita keluhan serupa seperti pasien. Dalam

kesehariannyapasien setiap hari mandi dan berenang dikali

bersama teman-temannya dan memiliki kebiasaan mengucek

mata tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Pasien tinggal di

lingkungan didekat sawah.

Kesimpulan Anamnesis Satu hari yang lalu saat pasien bangun tidur kelopak mata kiri

atas bengkak, merah, terasa berat, nyeri saat ditekan, pasien

juga mengeluh susah melihat karena kelopak matanya yang

bengkak, aktivitas sekolah pasien terganggu, pasien setiap

hari mandi dan berenang dikali bersama teman-temannya

dan memiliki kebiasaan mengucek mata tanpa mencuci

tangan terlebih dahulu setelah bermain.

PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

Pemeriksaan OD OS

Visus Jauh 6/10 6/10

Refraksi

Koreksi

Visus dekat

Proyeksi sinar Baik Baik

Persepsi warna (merah, hijau ) Baik Baik

Page 4: hordeolum

PEMERIKSAAN OBYEKTIF

Pemeriksaan OD OS

1. Sekitar mata

Supercilia Trikiasis (-) skuama (-)

Keropeng (-) rontok (-)

ektropion (-) entropion (-)

Trikiasis (-) skuama (-)

Keropeng (-) rontok (-)

ektropion (-) entropion (-)

2. Kelopak mata

Pasangan Simetris Simetris

Gerakan bebas terbatas

Lebar rima Simetris kanan kiri 10 mm,

ptosis (-)

Rima mengecil, ptosis (-)

Kulit Hyperemia (-) edema (-)

lesi (-)

Hyperemia (+) edema (+)

lesi (-) masa (+)

Tepi kelopak Inflamasi (-), skuama (-)

injeksi (-)

Inflamasi (+), skuama (-)

injeksi (-)

Margointermarginali

s

Tenang peradangan

3. Apparatus lakrimalis

Sekitar gld lakrimalis

Sekitar sac

lakrimalis

Uji fluoresein

Uji regurgitasi

4. Bola mata

Pasangan Sejajar Sejajar

Gerakan Eksotropia (-) eksoforia (-) Eksotropia (-) eksoforia (-)

Ukuran Tidak dilakukan Tidak dilakukan

5. Tekanan bola mata N N

6. Konjunctiva

K. Palpebra superior Tenang Hiperemis (+) udem (+) benda

asing (-)nyeri (+) ulkus (-)

skuama (-)

K. Palpebra inferior Tenang Hiperemis (+) udem (-) benda

asing (-)

Page 5: hordeolum

K. Fornik Tenang Tenang

K. Bulbi Injeksi (-) benda asing (-)

lesi (-)

Injeksi (-) benda asing (-)

lesi (-)

7. Sclera

Episklera tenang tenang

8. Kornea

Ukuran Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Kecembungan Normal Normal

Limbus Tenang, Injeksi (-)

neovaskularisasi (-)

Tenang, injeksi (-)

Neovaskularisasi (-)

Permukaan Licin, rata, Mrintis (-) Licin, rata, Mrintis (-)

Medium Jernih Jernih

Dinding belakang Jernih Jernih

Uji fluoresin

Placido Infiltrate (-) defek (-) jaringan

parut (-)

Infiltrate (-) defek (-) jaringan

parut (-)

9. Camera oculi anterior

Ukuran kedalaman Dalam, normal Dalam, normal

Isi Jernih, Hifema (-)

hipopion (-)

Jernih, Hifema (-)

hipopion (-)

10. Iris

Warna Jernih, coklat Jernih, coklat

Pasangan Simetri Simetri

Gambaran Tajam Tajam

Bentuk Bulat, regular, koloboma (-)

sinekia anterior/posterior (-)

Bulat, regular, koloboma (-)

sinekia anterior/posterior (-)

11.Pupil

Ukuran Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Bentuk Bulat konsentris Bulat konsentris

Tempat Di tengah iris (central) Di tengah iris (central)

Tepi Bebas Bebas

Reflek direk Positif Positif

Reflek indirek Positif Positif

Page 6: hordeolum

12.Lensa

Ada / tidak ada Ada, afakia (-) Ada, afakia (-)

Kejernihan Jernih Jernih

Letak Subluksasi (-) dislokasi (-) Subluksasi (-) dislokasi (-)

Warna kekeruhan Tidak ada Tidak ada

13.Korpus vitreum

14.Reflek fundus

KESIMPULAN PEMERIKSAAN

OD : OS :

normal Palpebra superior bengkak dan hiperemis

DIAGNOSIS BANDING

OD Normal

OS Hordeolum

Kalazion

blefaritis

PEMERIKSAAN TAMBAHAN

Page 7: hordeolum

1. Status generalis

2. Vital sign

Tekanan darah

Suhu

Nadi

Respirasi

KU : baik kesadaran : compos mentis

110/70 mmHg

36,5 0 C

81 x/menit

18 x/menit

Pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis

dengan keluhan kelopak mata bengkak tidak dilakukan

TERAPI

Kausal Tetracyclin 250 mg, Oxytetracyclin 1 %

Simptomatik Dexametason 0.5 mg , Antalgin 500 mg

Suportif Kompres air hangat

PROGNOSIS

Ad visam Ad bonam

Ad sanam Ad bonam

Ad vitam Ad bonam

Ad komestikam Ad bonam

Page 8: hordeolum

BAB II

PEMBAHASAN

A. Interpretasi anamnesis

1. Identitas Pasien

NamaPasien : N

Umur : 13 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Karang lo Gulon

Analisis :

NamaPasien : Digunakan untuk mengetahui identitas pasien, dan untuk

memudahkan kita menjalin sambung rasa dengan pasien.

Umur :Untuk mengetahui adanya faktor resiko, karena beberapa

penyakit cenderung terjadi pada usia-usia tertentu.Tetapi

pada hordeolum cenderung lebih banyak pada dewasa

karena kemungkinan adanya kombinasi dari kadar androgen

yang lebih tinggi sehingga meningkatkan viskositas sebum,

insidensi meibomitis yang tinggi dan rosacea pada dewasa,

tetapi hordoulum juga dapat terjadi pada anak-anak.

(Ehrenhaus, 2012).

Pasien yang tergolong dalam usia dimana seseorang aktif

bermain bersama teman-temannya dan kurang

memperhatikan higienitas diri dapat menjadi faktor resiko

karena dari anamnesis didapatkan data bahwa pasien sering

bermain dengan teman-temannya seperti berenang di kali

Page 9: hordeolum

yang kemungkinan ada mikroorganisme yang masuk ke mata

padasaat dia berenang karena air dikali tidak higienis dan

pasien kurang memperhatikan higienitas sepertimencuci

tangan setelah bermain danmencuci tangan sebelum

mengucek mata.

JenisKelamin :Untuk mengetahui adanya faktor resiko, terdapat beberapa

penyakit yang cenderung terjadi pada jenis kelamin

tertentu. Tetapi pada hordeolum tidak terdapat

kecenderungan pada jenis kelamin tertentu, karena pada

hordeolum insidensi laki-laki dan perempuan sama.

(Ehrenhaus, 2012).

Alamat :Untuk mengetahui apakah pasien tinggal dilingkungan yang

bersih, mengetahui faktor resiko dan juga tingkat ekonomi

didaerah tersebut. Pada hordeolum tidak ada negara ataupun

daerah tertentu yang memiliki insiden terbanyak atau pun

kecenderungan wilayah yang terkena kecuali jika

higenitasnya buruk. (Ehrenhaus, 2012).

2. KELUHAN UTAMA

Kelopak mata kiri atas bengkak

Analisis :

Kelopak mata kiriatas bengkakmerupakan manifestasi dari infeksi pada kelenjar

meibom karena infeksi staphylococcuss Aureus.Infeksi ini mengakibatkan proses

peradangan. Hasil dari proses peradangan antara lain kalor, rubor, tumor dan dolor,

pada pasien mengalami beberapa proses peradangan yaitu tumor, rubor dan dolor.

Secara histology pada hordeolum terdapat leukosit polimorfonuklear dan debris

nekrotik, yaitu abses. (Ehrenhaus, 2012).

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Satu hari yang lalu saat pasien bangun tidur kelopak mata kiri atas bengkak, merah,

terasa berat, nyeri saat ditekan, pasien juga mengeluh susah membuka mata karena

kelopak matanya yang bengkak atau terasa mengganjal , tidak ada demam, tidak

ada blobok, tidak ada cairan kental atau cairan seperti nanah yang keluar dari mata,

tidak ada mata merah, tidak ada riwyat alergi, tidak ada riwayat kelopak mata

bengkak sebelumnya. aktivitas sekolah pasien terganggu,tidak ada teman-teman

atau keluarga yang menderita kelopak mata bengkak saat ini, pasien setiap hari

Page 10: hordeolum

mandi dan berenang dikali bersama teman-temannya dan memiliki kebiasaan

mengucek mata tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah bermain.

Analisis :

Kelopak mata kiri atas bengkak terjadi karena infeksi pada kelenjar meibom oleh

infeksi staphylococcuss Aureus. Letak kelenjar meibom sendiri berada di dalam

konjungtiva palpebral superior. Infeksi ini mengakibatkan proses peradangan

yang akut sehingga menghasilkan manifestasi kalor, rubor, tumor dan dolor di

konjungtiva. Itu sebabnya pasien mengeluhkan kelopak mata kiri atasnya

bengkak Secara histology pada hordeolum terdapat leukosit polimorfonuklear

dan debris nekrotik, yaitu abses. (Ehrenhaus, 2012).

Kelopak mata terlihat hiperemis dikarenakan adanya hasil pertahanan mata

untuk melindungi pathogen yang masuk. Beberapa pertahanan seperti sel mast

akan mengeluarkan senyawa histamine yang menyebabkan vasodilatasi

pembuluh darah dan menyebabkan permeabilitas pembuluh darah meningkat

akibatnya komponen darah (leukosit, trombosit, protein darah) alirannya

meningkat kerah tempat terjadi proses inflamasi/infeksi.

Kelopak mata nyeri saat ditekan. Sel-sel inflamasi yang akut seperti histamine

menjadi salah satu penyebab rasa nyeri pada kelopak mata pasien.

Kebiasaan yang kurang memperhatikan higienitas sangat beresiko menyebabkan

hodeolum, karena berenang dikali dan mengucek mata dengan tangan yang

kotor memungkinkan mikroorganisme masuk pada kelopak mata secara

langsung. Gesekan dari gerakan mengucek mata memberikan akses langsung

mikroorganisme masuk melalu benturan-benturan mengucek mata.

4. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran :Compos mentis

Keadaan umum compos mentis dapat menandakan bahwa

keadaan umum pasien cukup baik dan pasien datang dalam

keadaan sadar.

Page 11: hordeolum

Vital sign

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Tekanan darah pada pasien dalam batas normal.

Nadi : 81 x/menit, dalam batas normal

Suhu : 36,5 °C, dalam batas normal

Respirasi : 18 x/menit, dalam batas normal

Nilai normal : TD <120/90 mmHg, nadi 60–100x/menit, suhu

36-37oC, respirasi 16-20x/menit.

Jadi interpretasi hasil pemeriksaan vital sign yang dilakukan

pada pasien dalam batas normal. Pada hordeolum sendiri

infeksi hanya bersifat local dan akut, jarang terjadi sampai

sistemik.

2. Status Lokalis

Pemeriksaan OD OS

Visus Jauh 6/10 6/10

Refraksi

Koreksi

Visus dekat

Proyeksi sinar Baik Baik

Persepsi warna (merah, hijau ) Baik Baik

Analisis hasil intrepetasi pemeriksaan subyektif

Pada hordeolum tanpa komplikasi, visus biasanya normal karena kelainan terjadi

pada kelenjar meibom di konjungtiva palpebral superior nya

Pemeriksaan OD OS

15.Sekitar mata

Supercilia Trikiasis (-) skuama (-)

Keropeng (-) rontok (-)

ektropion (-) entropion (-)

Trikiasis (-) skuama (-)

Keropeng (-) rontok (-)

ektropion (-) entropion (-)

16.Kelopak mata

Pasangan Simetris Simetris

Gerakan bebas terbatas

Lebar rima Simetris kanan kiri 10 mm, Rima mengecil, ptosis (-)

Page 12: hordeolum

ptosis (-)

Kulit Hyperemia (-) edema (-)

lesi (-)

Hyperemia (+) edema (+)

lesi (-)

Tepi kelopak Inflamasi (-), skuama (-)

injeksi (-)

Inflamasi (+), skuama (-)

injeksi (-)

Margointermarginali

s

Tenang peradangan

17. Apparatus lakrimalis

Sekitar gld lakrimalis

Sekitar sac

lakrimalis

Uji fluoresein

Uji regurgitasi

18. Bola mata

Pasangan Sejajar Sejajar

Gerakan Eksotropia (-) eksoforia (-) Eksotropia (-) eksoforia (-)

Ukuran Tidak dilakukan Tidak dilakukan

19.Tekanan bola mata N N

20. Konjunctiva

K. Palpebra superior Tenang Hiperemis (+) udem (+) benda

asing (-) kalazion (-)

hordeolum (+) nyeri (+)

K. Palpebra inferior Tenang Hiperemis (+) udem (-) benda

asing (-) kalazion (-)

hordeolum (-)

K. Fornik Tenang Tenang

K. Bulbi Injeksi (-) benda asing (-)

lesi (-)

Injeksi (-) benda asing (-)

lesi (-)

21.Sclera

Episklera tenang tenang

22.Kornea

Ukuran Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Kecembungan Normal Normal

Limbus Tenang, Injeksi (-) Tenang, injeksi (-)

Page 13: hordeolum

neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (-)

Permukaan Licin, rata, Mrintis (-) Licin, rata, Mrintis (-)

Medium Jernih Jernih

Dinding belakang Jernih Jernih

Uji fluoresin

Placido Infiltrate (-) defek (-) jaringan

parut (-)

Infiltrate (-) defek (-) jaringan

parut (-)

23.Camera oculi anterior

Ukuran kedalaman Dalam, normal Dalam, normal

Isi Jernih, Hifema (-)

hipopion (-)

Jernih, Hifema (-)

hipopion (-)

24. Iris

Warna Jernih, coklat Jernih, coklat

Pasangan Simetri Simetri

Gambaran Tajam Tajam

Bentuk Bulat, regular, koloboma (-)

sinekia anterior/posterior (-)

Bulat, regular, koloboma (-)

sinekia anterior/posterior (-)

25.Pupil

Ukuran Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Bentuk Bulat konsentris Bulat konsentris

Tempat Di tengah iris (central) Di tengah iris (central)

Tepi Bebas Bebas

Reflek direk Positif Positif

Reflek indirek Positif Positif

26.Lensa

Ada / tidak ada Ada, afakia (-) Ada, afakia (-)

Kejernihan Jernih Jernih

Letak Subluksasi (-) dislokasi (-) Subluksasi (-) dislokasi (-)

Warna kekeruhan Tidak ada Tidak ada

27.Korpus vitreum

28.Reflek fundus

Intrepetasi hasil pemeriksaan obyektif

Page 14: hordeolum

Dari pemeriksaan yang kami lakukan kami hanya melakukan inspeksi, palpasi pada

daerah mata.Inspeksi kelopak (palpebra superior) mata kanan tampak edema dan

hiperemis sulit untuk dibuka karena menutupi sehingga kesulitan membuka mata

kanannya namun mata kiri dalam keadaan normal.Tidak ada keluhan pandangan

terbatas dan saat diminta mengikuti gerakan jari tangan pasien dapat mengikutinya

dengan baik dan dapat berkedip seperti biasa.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak ada pemeriksaan khusus yang di lakukan untuk menegakkan diagnosis

hordeolum. Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,

sedangkan kultur tidak di indikasikan kecuali jika ada mengarah pada komplikasi

(Ehrenhaus, 2012).

B. Analisis diagnosis / diagnosis banding

N

o

Gejala Hordeolu

m

Keterangan Kalazio

n

Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Kelopak mata bengkak

Terasa Mengganjal

Hiperemi

Nyeri saat ditekan

Pseudoptosis

Perbahan bentuk bola

mata

Kelainan refraksi

+

+

+

+

+

-

-

+

+

+

-

+

-

-

Hordeolum dapat ditegakan diagnosisnya karna dari gejala-gejala tersebut di

dapatkan hasil positif . Dengan adanya tanda Kelopak mata bengkak terasa

mengganjal, hiperemi dan nyeri saat ditekan memperkuat diagnosis dari pasien

tersebut bahwa menderita hordeolum. Selain itu hordeolum merupakan proses

inflamasi akut karena infeksi sedangkan kalazion merupakan proses inflamasi kronik

non infeksi. Dilihat dari onset yang di alami pasien sejak satu 1 yang lalu

Page 15: hordeolum

menunjukkan ini merupakan proses akut dan dilihat dari kebiasan hygine pasien

yang kurang baik semakin mempertegas diagnosis hordeolum.

C. Analisis terapi

- Deksametason 0.5 mg

Deksametason adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan dan

anti-inflamasi. Sebagai imunosupresan, deksametason bekerja dengan menurunkan

respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsangan. Aktivitas anti-inflamasi

deksametason dengan jalan menekan atau mencegah respon jaringan terhadap

proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang mengalami inflamasi,

termasuk makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi.

- Tetrasiklin 250 mg

Tetrasiklin merupakan kelompok antibiotika yang dihasilkan oleh jamur Streptomyces

Aurefaciens. Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis

protein. Hal ini dilakukan dengan cara mengikat unit ribosom sel kuman 30 S hingga

mencegah terbentuknya amino asetil RNA. Hal tersebut mencegah perpanjangan

rantai peptida yang sedang tumbuh dan berakibat terhentinya sintesis protein.

- Oxytetraciclin salep mata 1%

Oxytetracycline adalah bakteriostatik dan dalam konsentrasi tinggi adalah

bacterisid. Cara kerja kelompok antibiotik tetrasiklin adalah dengan

penghambatan protein mikroorganisme.

Dosis : Oleskan pada mata yang sakit sesuai dengan kebutuhan (4 – 6 kali

sehari)

- Antalgin 500 mg

Antalgin adalah derivat metansulfonat dan amidopirina yang bekerja terhadap

susunan saraf pusat yaitu mengurangi sensitivitas reseptor rasa nyeri.

- Kompres hangat

untuk mengurangi dari bengkak kelopak mata pasien.

Page 16: hordeolum

BAB III

KESIMPULAN

Page 17: hordeolum

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, S., 2010, Ilmu penyakit Mata, Edisi 3, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta

James, B., Chew, C., Bron, A., Lecture Notes on ophtalmology, Alih bahasa :

Rachmawati, A.D., 2006. Edisi 9. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Suhardjo, 2007, Ilmu Kesehatan Mata, Edisi Ke-1, Bagian Ilmu Penyakit Mata

Fakultas Kedokteran UGM : Yogyakarta

Vaughan, D.G., Asbury, T., Riordan-Eva, P. 1995, Oftalmologi Umum, Alih

bahasa: Tambajong, J., Pemdit, B.U., 2000. Edisi 14. Widya Medika,

Jakarta.

Page 18: hordeolum

FOTO

Page 19: hordeolum
Page 20: hordeolum
Page 21: hordeolum

LAMPIRAN

Page 22: hordeolum

ANALISIS JURNAL

Judul Penulisan : Current pattern treatment of hordeolum by ophthalmologists in

Thailand

Penulis : Chutima panicharoen MD, parima hirunwiwatkul MD

Nama Jurnal : J Mad Assoc Thai

Tahun Terbit : 2011

Analisis PICO

P : Pasien laki-laki 13 Tahun

I : Penggunaa kompres hangat dan I & C.

Antibiotik penggunaan sebelum dan setelah I & C adalah sama. Antibiotik

pilihan pertama adalah kombinasi neomisin, polimiksin, dan gramicidine tetes mata,

salep mata kloramfenikol, dan oral dicloxacillin pada hordeolum.

C : -

O : Menilai alur pengobatan hordeolum yang dilakukan oleh dokter mata di Thailand

Topik No Keterangan Ditemukan di halaman berapa,

jelaskan

Judul abstrak 1 1. Judul menggambarkan

dengan jelas subjek yang

diteliti

2. Abstrak memberikan

kesimpulan yang informatif

dan seimbang atas apa

yang dilakukan dan apa

yang ditemukan ( hasil )

Judul menggambarkan apa yang

akan diteliti dari study tersebut yaitu

menilai alur pengobatan hordeolum

para dokter mata di Thailand.

“Current pattern treatment of

hordeolum by ophthalmologists in

Thailand.”

Halaman 721

Abstrak memberikan informasi

tentang tujuan,metode,pasien ,hasil

dan kesimpulan secara singkat yang

tertera pada halaman 721, yaitu

kuesioner dibagikan kepada para

dokter mata di Thailand pada saat

Page 23: hordeolum

pertemuan tahunan para dokter

mata, penulis juga mengirimkan

kuesioner kepada lembaga mata

atau melakukan wawancara melalui

telepon.

Dari hasil kuisioner didapatkan

Penggunaan kompres hangat dan I

& C. Penggunaan antibiotik sebelum

dan setelah I & C adalah sama.

Antibiotik pilihan pertama adalah

kombinasi neomisin, polimiksin, dan

gramicidine tetes mata, salep mata

kloramfenikol, dan oral dicloxacillin.

“Warm compression was commonly

used. I&C was administered if there

was flocculated mass. Antibiotics

usage before and after I & C was the

same. First choice antibiotics were

combination of neomycin, polymyxin,

and gramicidine eye drop,

chloramphenicol eye ointment, and

oral dicloxacillin.”

Halaman 721

Introduksi

Latar Belakang 2 Menjelaskan latar belakang yang

ilmiah dan rasional mengapa

penelitian perlu dilakukan

Latar belakang penelitian dilakukan

adalah untuk menilai alur

pengobatan ophtalmologists dalam

pembuatan guidline untuk hordeolum

di Thailand. Karena tidak ada

guidline pengobatan yang standar

untuk hordeolum sehingga penulis

memutuskan untuk menilai alur

pengobatan hordeolum dokter mata

di Thailand.

Page 24: hordeolum

“understanding the current treatment

pattern of ophtalmologists will assist

in the design of the national

treatment guidline for hordeolum in

Thailand. even though hordeolum is

very common, to the authors

knowledge, there is no

recommended standard treatment

guidline for this disorder. Therefore,

the authors decided to assess the

current pattern of hordeolum

treatment among ophthalmologists in

Thailand.”

Halaman 721

Tujuan 3 Menyebutkan tujuan yang jelas

atau spesifik,termasuk

menyebutkan hipotesis yang

diajukan

Tujuannya mengetahui alur

pengobatan hordeolum oleh dokter

mata di Thailand.

Adanya pendapat mengenai

pengobatan untuk hordeolum bahwa

terkadang penggunaan antibiotik

ungeneralizable.

“There is scarce information on the

treatment for hordeolum and the

most frustating part is that the

conclussions tend to be vague and

sometimes ungeneralizable about

the use of antibiotics. “

Halaman 721

Bahan dan Cara

Bahan 4 Menjelaskan desain penelitian

yang akan dilakukan

Penulis merancang kuesioner

sebanyak dua halaman yang

dibagikan kepada dokter mata yang

menghadiri pertemuan tahunan yang

Page 25: hordeolum

diselenggarakan pada tanggal 25 -27

juli 2008.

“The authors designed a two-page

thai questionnaire that was

distributed to ophthalmologists

attending the royal college of

ophthalmologists of Thailand's

annual meeting held on july 25 to 27,

2008. “

Halaman 721

Subyek penelitian 5 Menjelaskan kriteria subyek

penelitian yang digunakan

Subyek penelitian adalah dokter

mata menghadiri pertemuan tahunan

yang diselenggarakan pada tanggal

25 juli sampai 27 2008.

“…questionnaire that was distributed

to ophthalmologists attending the

royal college of ophthalmologists of

Thailand's annual meeting held on

july 25 to 27, 2008. “

Halaman 721

Intervensi 6 Menjelaskan Intervensi yang

dilakukan pada tiap kelompok

perlakuan dengan detail.

Termasuk bagaimana dan kapan

intervensi diberikan.

Kuisioner dokter mata menghadiri

pertemuan tahunan yang

diselenggarakan pada tanggal 25 juli

sampai 27 2008.

“questionnaire that was distributed to

ophthalmologists attending the royal

college of ophthalmologists of

Thailand's annual meeting held on

july 25 to 27, 2008. “

Halaman 721

Outcome yang didapatkan, dalam

Page 26: hordeolum

Outcome 7 Menjelaskan bagaimana

outcome (dampak dari

perlakuan) diukur. Termasuk

outcome utama maupun

outcome tambahan

hal pengobatan hordeolum,

penggunaan kompres hangat

bervariasi sesuai dengan

ophtahalmologists 388 (77.45%).

Obat lini pertama untuk pengobatan

hordeolum ditunjukkan dalam tabel

1-3. sebelum insisional dan kuretase

(I & C), kombinasi antibiotik topikal

dan oral lebih digunakan oleh dokter.

Namun, 12, (2,4%) dokter

diresepkan hanya antibiotik oral

tanpa obat topikal, dan 21 (4,19%)

memilih untuk tidak antibiotik

prescribeoral kepada pasien (Tabel

3).

“In regards to hordeolum treatment,

warm compression usage varied

according to the ophtahalmologists.

three hundred eighty eight ( 77.45

% ) always recommended warm

compressions, 71 ( 14.17 % )

admitted to intermittent use, and 42

(8.38 % ) never used this method.

the authors observed that the first

line medications for hordeolum

treatment are shown in table 1-3.

before incisional and curettage

( I&C ), the combination of topical

and oral antibiotics was preferred by

physicians. however, 12, (2.4%)

physicians prescribed only oral

antibiotics with no topical

medications, and 21 ( 4.19%) chose

not to prescribeoral antibiotics to the

patients (table 3).”

Page 27: hordeolum

Halaman 722

Besar Sampel 8 Menyebutkan jumlah sampel dan

bagaimana sampel tersebut

diperoleh

sampel adalah dokter mata

menghadiri pertemuan tahunan yang

diselenggarakan pada tanggal 25 juli

sampai 27 2008. Sebanyak Lima

ratus satu dokter berpartisipasi

dalam penelitian ini.

“A two-page Thai questionnaire was

distributed to Thai ophthalmologists'

annual meeting.

Five hundred one physicians

participated in the present study”

Halaman 721

Metode Statistik 9 Menjelaskan metode statistic

yang digunakan untuk

menganalisis hasil

Tidak menggunakan metode statistic

dalam menganalisis hasil. Karena

hasil hanya didapatkan dari hasil

kuisionare yang terkumpul.

“one thousand nineteen

questionnaires were given to 863

ophthalmologists and 156 resident-

in-training. five hundred one

answered the questionnaires

( 49.17% ). “

Halaman 721

Hasil

Alur Penelitian 10 Menjelaskan waktu penelitian

dan follow up.

Penelitian dilakukan kepada dokter

mata menghadiri pertemuan tahunan

yang diselenggarakan pada tanggal

25 juli sampai 27 2008.

Page 28: hordeolum

“…questionnaire that was distributed

to ophthalmologists attending the

royal college of ophthalmologists of

Thailand's annual meeting held on

july 25 to 27, 2008. “

Halaman 721

Kuisioner yang terkumpul sebanyak

seribu sembilan belas kuisioner yang

didapatkan dari oftalmologis,

residen, dll.

“one thousand nineteen

questionnaires were given to 863

ophthalmologists and 156 resident-

in-training. five hundred one

answered the questionnaires

( 49.17% ). there were 274 make

physician and 254 female

physicians. the mean age of the

participants was 37.27 years ( range

25-71 ). eighty percent of them were

younger than 40 years old. there

were no age data for 96

questionnaires. most of them ( 80% )

worked in state-run institutions. fifty-

eight percent of them were general

practicing ophtalmologist.”

Halaman 721

Outcome dan

estimasi

11 Menjelaskan outcome utama dan

tambahan dari setiap kelompok

yang diteliti

Outcome yang didapatkan, dalam

hal pengobatan hordeolum,

penggunaan kompres hangat

bervariasi sesuai dengan

ophtahalmologists 388 (77.45%).

Obat lini pertama untuk pengobatan

Page 29: hordeolum

hordeolum ditunjukkan dalam tabel

1-3. sebelum insisional dan kuretase

(I & C), kombinasi antibiotik topikal

dan oral lebih digunakan oleh dokter.

Namun, 12, (2,4%) dokter

diresepkan hanya antibiotik oral

tanpa obat topikal, dan 21 (4,19%)

memilih untuk tidak antibiotik

prescribeoral kepada pasien (Tabel

3).

“In regards to hordeolum treatment,

warm compression usage varied

according to the ophtahalmologists.

three hundred eighty eight ( 77.45

% ) always recommended warm

compressions, 71 ( 14.17 % )

admitted to intermittent use, and 42

(8.38 % ) never used this method.

the authors observed that the first

line medications for hordeolum

treatment are shown in table 1-3.

before incisional and curettage

( I&C ), the combination of topical

and oral antibiotics was preferred by

physicians. however, 12, (2.4%)

physicians prescribed only oral

antibiotics with no topical

medications, and 21 ( 4.19%) chose

not to prescribeoral antibiotics to the

patients (table 3).”

Halaman 722

Diskusi

interpretasi 12 Melakukan interpretasi dari hasil

yang didapat, apakah sesuai

Karena pengobatan untuk hordeolum

sangat sederhana, maka terdapat

Page 30: hordeolum

dengan hipotesis yang diajukan

dan menjelaskan faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil

tersebut.apakah ada bias atau

ketidaktepatan dari outcome

yang didapat. dampak yang

muncul akibat beragamnya hasil

outcome

beberapa variasi yang digunakan

oleh beberapa dokter mata. Mereka

sepakat berdasarkan sumber

literatur , perawatan yang paling

sering direkomendasikan untuk

hordeolum adalah kompres hangat

beberapa hari selama 10 menit

karena hordeolum akan sembuh

dengan sendirinya dalam 1 sampai 2

minggu.

“Since the treatment for hordeolum is

very simple, hence there are several

regimen variations used by many

practicing ophthalmologists. It is

generally agreed today that, based

on several literature sources, the

most commonly recommended

treatment for hordeolum is warm

compression several times a day for

10 minutes because the process is

usually self-limited and will

spontaneously resolve by itself after

compressions within 1 to 2 weeks.”

Halaman 722

Generalizability 13 Menjelaskan apakah hasil

penelitian dapat diterapkan pada

konteks yang sesuai di

masyarakat

Hasil penelitian dapat diaplikasikan

kepada penderita hordeolum, seperti

kompres hangat. Tetapi penggunaan

antibiotic perlu diperhatikan terutama

pada pathogen yang resisten dan

pengobatan dengan antibiotic ini

perlu saran dari dokter dan

diperlukan data serta penelitian lebih

Page 31: hordeolum

lanjut.

“the cost of effectiveness and

efficiency of hordeolum treatment in

Thailand needs to be studied in the

future”

Halaman 723

Overall evidence 14 Menjelaskan interpretasi umum

mengenai hasil dalam konteks

bukti terkini (apakah hasil

penelitian ini memberikan bukti

terkini yang valid)

Dari hasil yang disepakati

didapatkan kompres hangat

merupakan hal sederhana yang

dapat dilakukan dalam proses

penyembuhan hordeolum. Antibiotik

pilihan pertama adalah kombinasi

neomisin, polimiksin, dan

gramicidine tetes mata, salep mata

kloramfenikol, dan oral dicloxacillin.

“Warm compression was usually

advice …First choice antibiotics were

combination of neomycin, polymyxin,

and gramicidine eye drop,

chloramphenicol eye ointment, and

oral dicloxacillin.”

Halaman 723