hipotermia & hipertermia
TRANSCRIPT
1
FISIOLOGI MANUSIA
HIPOTERMIA DAN HIPERTERMIA
Kelompok 10
Anggota :
Eka Isfarida ( 34 2007 044 )
Lia Septiana Sari ( 34 2007 042 )
Wiwik Septiani ( 34 2007 055 )
Novia Widyanti ( 34 2007 029 )
Novi Dwi Lestari ( 34 2007 016 )
Kelas/ Semester : A/ VI
Jurusan : Pendidikan MIPA
Program Studi : Pendidikan Biologi
Dosen Pengasuh : Dra. Sri Wardhani, M.Si
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2009/2010
2
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat-NYA akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah Hipotermia dan Hipertermia.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada Dra. Sri Wardhani, M. Si. selaku dosen
pengasuh mata kuliah Fisiologi Manusia, yang senantiasa sabar membimbing kami dari
tidak tahu menjadi tahu.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya, dan kita semua pada
umumnya dan ilmu yang kita peroleh dapat kita amalkan untuk dunia pendidikan kelak.
Amin….
Palembang, Maret 2010
Penulis
3
DAFTAR ISI
Kata pengantar ……………………………………………………….. 1
Daftar isi ……………………………………………………..… 2
1. Hipotermia
A. Definisi hipotermia ……………………………………………………….. 3
B. Penyebab hipotermia …………………………………………………..…… 4
C. Gejala hipotermia ……………………………………………………….. 5
D. Diagnosa hipotermia ……………………………………………………….. 8
E. Pencegahan dan pengobatan hipotermia …………………………………… 8
F. Faktor resiko hipotermia …………………………………………………… 10
2. Hipertermia
A. Patofisiologi ……………………………………………………….. 11
B. Fungsi kelenjar keringat …………………………………………………... 12
C. Aliran darah kulit ……………………………………………………….. 12
D. Hipertermia lokal ……………………………………………………….. 15
E. Hipertermia regional ……………………………………………………….. 16
F. Hipertermia total ……………………………………………………….. 17
G. Efek samping hipertermia …………………………………………………... 17
Gambar tumor akibat hipertermia ……………………………………………….. 18
Pengkajian hipotermia dan hipertermia …………………………………… 19
Daftar pustaka ……………………………………………………….. 21
4
HIPOTERMIA DAN HIPERTERMIA
1. HIPOTERMIA
A. DEFINISI HIPOTERMIA
Terlalu lama kedinginan, khususnya dalam cuaca berangin dan hujan, dapat
menyebabkan mekanisme pemanasan tubuh terganggu sehingga menyebabkan penyakit
kronis. Hipotermia adalah suatu keadaan dimana tubuh merasa sangat kedinginan. Setelah
panas dipermukaan tubuh hilang maka akan terjadi pendinginan pada jaringan dalam dan
organ tubuh.
Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku, pembuluh darah
dapat mengerut dan memutus aliran darah ke telinga, hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi
yang parah mungkin korban menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi.
Udara dingin yang basah disertai angin yang bertiup kencang, seringkali dijumpai
para pendaki ketika melakukan pendakian gunung. Tidak jarang badai dan hujan lebat
menyertai hawa dingin. Malam yang cerah seringkali membuat udara semakin dingin dan
berembun. Di puncak musim kemarau justru di sekitar puncak gunung seringkali muncul
kristal-kristal es yang menempel pada daun-daunan dan bunga edelweis. Pakaian yang
basah, kaos kaki yang basah semakin menambah dinginnya badan. Keadaan akan semakin
parah bila pendaki tidak memperhatikan makanan sehingga tubuh tidak memperoleh energi
untuk memanaskan badan. Dinginnya udara seringkali membuat perut kembung sehingga
enggan untuk makan, kecuali memang kehabisan makanan.
Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti
(suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruh
tubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga
menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk
mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
termometer) sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan
awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
5
Beberapa jenis hipotermia, yaitu:
� Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga <35°c.>
� Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap
udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.
� Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik
(seluruh tubuh) yan serius. Kebanyakan terjadinya sih di usim dingin (salju) dan iklim
dingin.
B. PENYEBAB HIPOTERMIA
Penyebab Hipotermi, yaitu:
1. Yang pasti, ada kontak dengan lingkungan yang dingin.
2. Adanya gangguan atau penyakit yang diderita.
3. Penggunaan obat-obatan (alcohol, barbiturate, phenothiazine, insulin, steroid, β-
blocker.
4. Sepsis, hipotiroid, radang pancreas
C. GEJALA HIPOTERMIA
Gejala dan Indikasi Penyakit Hipotermia
� Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.
Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang
(suhu 320C - <360C).
� Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar biasa.
Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik menjadi
lamban.
� Bila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.
Selain itu bila angin bertiup kencang, maka pendaki akan cepat sekali kehilangan panas
tubuhnya (“faktor wind cill”). Jadi kalau badan basah kuyub kehujanan dan angin
bertiup kencang, maka potensi hipotermia menjadi “paradoxical feeling of warmt” akan
semakin cepat terjadi.
6
� Puncak dari gejala hipotermia adalah korban tidak lagi merasa kedinginan, tapi dia
malah merasa kepanasan (dlm bukunya Norman Edwin disebut “paradoxical feeling of
warmt”). Oleh karena itu si korban akan melepas bajunya satu per satu dan tetap masih
merasa kepanasan.
� Hipotermia menyerang saraf dan bergerak dengan pelan, oleh karena itu sang korban
tidak merasa kalau dia menjadi korban hipotermia. Dari sejak korban tidak bisa
menahan kedinginan sampai malah merasa kepanasan di tengah udara yang terasa
membekukan, korban biasanya tidak sadar kalau dia telah terserang hipotermia.
� Dalam kasus penderita hipotermia yang sampai pada taraf “paradoxical feeling of
warmt” selain merasa kepanasan dia juga terkena halusinasi. Akan tetapi, dalam banyak
hal lainnya, halusinasi juga telah terjadi walau si korban tidak sampai mengalami
“paradoxical feeling of warmt”. Yang jelas, ketika si korban hipotermia sudah
kehilangan “kesadaran”, maka dia akan mudah terkena halusinasi. Dan faktor halusinasi
ini yg sangat berbahaya karena korban akan “melihat bermacam-macam hal” dan dia
akan mengejar apa yg dilihatnya itu tanpa menghiraukan apa-apa yg ada di hadapannya.
Jadi tidaklah mengherankan kalau banyak korban hipotermia ditemukan jatuh ke jurang
telah meninggal dunia.
Pada bayi gejalanya bisa berupa:
- Bayi tampak mengantuk
- Kulitnya pucat dan dingin
- Lemah
- Lesu
- Menggigil.
Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah),
asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.
Tubuh dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat
kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa
menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.
7
Tanda-tanda klinis hipotermia:
a. Hipotermia sedang:
- Kaki teraba dingin
- Kemampuan menghisap lemah
- Tangisan lemah
- Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
b. Hipotermia berat
- Sama dengan hipotermia sedang
- Pernafasan lambat tidak teratur
- Bunyi jantung lambat
- Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik
c. Stadium lanjut hipotermia
- Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
- Bagian tubuh lainnya pucat
- Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan
(sklerema)
Menurut tingkat keparahannya, Gejala Klinis hipotermia dibagi menjadi 3 ,
1. Mild atau ringan
� Sistem saraf pusat: amnesia, apati, terganggunya persepsi halusinasi
� Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur melambat, meningkatnya tekanan
darah,
� Penafasan: nafas cepat lalu berangsur melambat,
� Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan koordinasi otot
2. Moderate, sedang
� Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur, pelebaran pupil
� Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur
� Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas(seperti batuk, bersin)
� Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon menggigil, mulai
munculnya kaku tubuh akibat udara dingin
3. Severe, parah
� Sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip)
8
� Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan
darah sistolik
� Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
� Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer
D. DIAGNOSA HIPOTERMIA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil
pengukuran suhu tubuh.
E. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN HIPOTERMIA
Terapi yang bisa diberikan untuk orang dengan kondisi hipotermia, yaitu jalan
nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup.
Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan
menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah turunnya
tekanan darah secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan yang hangat.
Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
Tindakan2 Pencegahan Penyakit Hipotermia
� Gejala kedinginan yang lebih parah akan membuat gerakan tubuh menjadi tidak
terkoordinasi, berjalan sempoyongan dan tersandung-sandung. Pikiran menjadi kacau,
bingung, dan pembicaraannya mulai ngacau. Kulit tubuh terasa sangat dingin bila
disentuh, nafas menjadi pendek dan lamban. Denyut nadi pun menjadi lamban,
seringkali menjadi kram bahkan akhirnya pingsan. Untuk membantu penderita
sebaiknya jangan cepat-cepat menghangatkan korban dengan botol berisikan air panas
atau membaringkan di dekat api atau pemanas. Jangang menggosok-gosok tubuh
penderita. Jika korban pingsan, baringkan dia dalam posisi miring. Periksa saluran
pernafasan, pernafasan dan denyut nadi. Mulailah pernafasan buatan dari mulut dan
menekan dada.
� Pindahkan ke tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan pakaian kering
yang hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan
angin, seperti alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih lanjut. Panas tubuh
dari orang lain juga bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas pakaian, dan
9
berbagi pakai selimut dengan si korban. Jika penderita sadar, berikan minuman hangat
jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah cari bantuan medis.
� Bila kita melakukan kegiatan luar ruangan (pendakian gunung khususnya) pada musim
hujan atau di daerah dengan curah hujan tinggi, harus membawa jas hujan, pakaian
hangat (jaket tahan air dan tahan angin) dan pakaian ganti yang berlebih dua tiga stel,
serta kaus tangan dan topi ninja juga sangat penting. Perlengkapan yang tidak kalah
pentingnya adalah sepatu pendakian yang baik dan dapat menutupi sampai mata kaki,
jangan pakai sendal gunung atau bahkan jangan pakai sendal jepit.
� Bawa makanan yang cepat dibakar menjadi kalori, seperti gula jawa, coklat dll. Dalam
perjalanan banyak “ngemil” untuk mengganti energi yang hilang.
� Bila angin bertiup kencang, maka segeralah memakai perlengkapan pakaian hangat,
seperti jaket dan kaus tangan. Kehilangan panas tubuh tidak terasa oleh kita, dan tahu-
tahu saja kita jatuh sakit.
� Bila hujan mulai turun bersegeralah memakai jas hujan, jangan menunggu hujan
menjadi deras. Cuaca di gunung tidak dapat diduga. Hindari pakaian basah kena hujan.
� Bila merasa dirinya lemah atau kurang kuat dalam tim, sebaiknya terus terang pada
team leader atau anggota seperjalanan yang lebih pengalaman untuk mengawasi dan
membantu bila dirasa perlu.
� Semangat dan jangan gampang menyerah bila kondisi mulai memburuk.
Pencegahan Hipotermia Pada Bayi:
� Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus
dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi
ditempatkan dibawah cahaya penghangat.
� Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam
keadaan hangat.
� Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas tubuh
akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala.
F. FAKTOR RESIKO HIPOTERMIA
1. Umur: bayi baru lahir, orang tua.
2. Paparan dingin di luar ruangan: olahraga, memakai baju tipis.
10
3. Obat dan intoksikan: etanol, phenothiazin, barbiturate, anestesi, bloker neuromuscular.
4. Hormon: hipoglikemia, hipotiroidisme, kekurangan adrenalin, hipopituitarisme.
5. Neurologis: stroke, gangguan hipotalamus, Parkinson, Cedera sumsum tulang
belakang.
6. Multisistem: malnutrisi, sepsis, shock, gangguan hati dan ginjal.
7. Luka bakar dan kelainan kulit eksfoliatif(mengelupas).
Prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen
(terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik,
dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak
dengan turunnya berat badan.
B. HIPERTERMIA
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus
bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui
oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik)
Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit berat dengan ciri
temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan kering serta abnormalitas
sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh pajanan panas
lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik yang berat. Lingkungan yang terlalu
panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan
sumber panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.
Gejala hipertermia pada bayi baru lahir :
- Suhu tubuh bayi > 37,5 °C
- Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit
- Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, jumlah
urine berkurang
11
A. PATOFISIOLOGI
Sengatan panas didefinisikan sebagai kegagalan akut pemeliharaan suhu tubuh
normal dalam mengatasi lingkungan yang panas. Orang tua biasanya mengalami sengatan
panas yang tidak terkait aktifitas karena gangguan kehilangan panas dan kegagalan
mekanisme homeostatik. Seperti pada hipotermia, kerentanan usia lanjut terhadap serangan
panas berhubungan dengan penyakit dan perubahan fisiologis.
B. FUNGSI KELENJAR KERINGAT
Gangguan sistem termoregulasi dengan berkurang atautidaknya keringat
merupakan penyebab terpenting sengatan panas pada lingkungan panas. Respon
berkeringat terhadap stimulus panas dan neurokimia berkurang pada usia lanjut dibanding
pada usia dewasa muda. Juga terdapat ambang batas lebuh tinggi pada usia lanjut untuk
berkeringat. Pada kondisi stres panas, manusia mengaktifkan kelenjar ekrin (di bawah
kontrol kolinergik simpatis) dan kemampuan kelenjar itu megneluarkan keringat untuk
mengatur suhu tubuh. Meskipun terdapat variasi luas antara individu dalam respon kelenjar
keringat terhadap stimulus farmakologis, terdapat pula stimulus yang berasal dari proses
penuaan. Pengaruh penuaan terhadap menurunnya fungsi kelenjar keringat terlihat jelas di
daerah dahi dan ekstremitas daripada di badan.
C. ALIRAN DARAH KULIT
Respon aliran darah kulit terhadap pemanasan lokal langsung pada kulit nonakral
berkurang pada usia lanjut. Berkurangnya perfusi kulit pada usia lanjut berkaitan dengan
berkurangnya unit fungsional pleksus kapiler. Pada usia tua, terjadi transformasi kulit
dimana kulit menjadi lebih datar akibat berkurangnya pembuluh darah mikrosirkuler di
papilaris kulit dan pleksus vaskular superfisial.
Klinis
Sengatan panas memiliki ciri khas di mana suhu tubuh inti lebih dari 40,6 derajat
celcius disertai disfungsi sistem saraf pusat yang berat (psikosis, delirium, koma) dan
anhidrosis (kulit yang panas dan kering). Manifestasi dini, disebut kelelahan panas (heat
12
exhaustion), tidak khas dan terdiri dari rasa pusing, kelemahan, sensasi panas, anoreksia,
mual, muntah, sakit kepala dan sesak napas.
Komplikasi serangan panas mencakup gagal jantung kongestif dan aritmia jantung,
edema serebral dan kejang serta defisit neurologis difus dan fokal, nekrosis hepatoseluler
dan syok.
Terapi
Kunci mengatasi hipertermia adalah pendinginan. Hal ini dimulai segera di
lapangan dan suhu tubuh inti harus diturunkan mencapai 39 derajat Celsius dalam jam
pertama. Lamanya hipertermia adalah yang paling menentukan hasil akhir. Berendam
dalam es lebih baik dari pada menggunakan alkohol maupun kipas angin. Komplikasi
membutuhkan perawtan di ruang intensif.
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan di kisaran 37'C oleh pusat
pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur suhu tersebut selalu
menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari metabolisme
dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan
dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh kita memiliki fluktuasi harian yaitu
sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu keadaan dimana terdapat peningkatan suhu tubuh yang
disebabkan kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak. Hal ini serupa dengan
pengaturan set point (derajad celsius) pada remote AC yang bilamana set point nya
dinaikkan maka temperatur ruangan akan menjadi lebih hangat. Suatu nilai suhu tubuh
dikatakan demam jika melebihi 37,2 ‘C pada pengukuran di pagi hari dan atau melebihi
37,7'C pada pengukuran di sore hari dengan menggunakan termometer mulut. Termometer
ketiak akan memberikan hasil nilai pengukuran suhu yang lebih rendah sekitar 0.5'C jika
dibandingkan dengan termometer mulut sehingga jenis termometer yang digunakan
berpengaruh dalam pengukuran suhu secara tepat.
Sebagian besar kasus demam memang disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi dan
peradangan sehingga gejala demam seringkali diidentikkan dengan adanya infeksi dalam
tubuh. Namun sebenarnya ada banyak proses lainnya selain infeksi yang dapat
menimbulkan gejala demam antara lain alergi, penyakit autoimun, kelainan darah dan
13
keganasan. Berbagai proses tersebut akan memicu pelepasan pirogen, yaitu mediator
penyebab demam, ke dalam peredaran darah yang lebih lanjut akan memicu pelepasan zat
tertentu yang bernama prostaglandin sehingga akan menaikkan set point di pusat
pengaturan suhu di otak.
Pelepasan prostaglandin tersebut pulalah yang merupakan dalang dari timbulnya
berbagai gejala yang sering menyertai demam yaitu badan meriang, pegal-linu dan sakit
kepala. Set point di pusat pengatur suhu di otak yang tiba-tiba naik tersebut akan membuat
tubuh merasa bahwa suhu badan berada dibawah nilai normal akibatnya pembuluh darah
akan menyempit untuk mencegah kehilangan panas badan dan tubuh akan mulai menggigil
untuk menaikkan suhu tubuh. Jadi menggigil dapat dikatakan suatu tahapan awal dari
kenaikan suhu tubuh dalam proses demam. Dengan demikian, gejala menggigil, demam,
sakit kepala, dan badan pegal-linu merupakan satu paket gejala yang disebabkan oleh
proses yang sejalan.
Selain itu terdapat pula kondisi ‘demam' lainnya namun yang tidak disebabkan oleh
kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak, yaitu dikenal sebagai hipertermia. Pada
hipertermia, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi yang disebabkan oleh peningkatan
suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga terjadi kegagalan mekanisme pelepasan panas.
Hipertermia antara lain dijumpai pada heat stroke (tersengat panasnya udara lingkungan),
aktivitas fisik yang berlebihan pada cuaca panas serta dikarenakan efek dari beberapa jenis
obat-obatan seperti ekstasi.
Terapi hipertermia (disebut juga termoterapi, selanjutnya kita sebut hipertermia
saja) adalah pengobatan kanker dengan cara memanaskan jaringan tubuh sampai mencapai
44o bahkan 45oC. Riset membuktikan bahwa suhu yang tinggi dapat menghancurkan dan
membunuh sel kanker, dengan kerusakan minimal pada jaringan normal. Dengan merusak
protein maupun struktur sel, hipertermia dapat membunuh sel kanker dan memperkecil
ukuran tumor.
Biasanya hipertermia digunakan bersamaan dengan terapi lain, misalnya
radioterapi, kemoterapi, atau imunoterapi, karena hipertermia dapat membuat sel kanker
lebih sensitif, bahkan dapat langsung menghancurkan sel-sel kanker yang tidak dapat
dihancurkan oleh radiasi.
14
Ada banyak metode yang digunakan untuk hipertermia. Berdasar luas area yang
diterapi, terbagi atas hipertermia lokal, hipertermia regional, dan hipertermia total (seluruh
tubuh).
D. HIPERTERMIA LOKAL
Pada hipertermia lokal pemanasan dilakukan pada area yang terbatas, dalam hal ini
jaringan kanker. Sumber panas yang digunakan antara lain gelombang mikro (microwave),
gelombang radio (radio frequency), dan gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound).
Untuk kanker yang terletak di permukaan tubuh atau dekat dengan kulit, alat
penghasil panas diletakkan di dekat tumor, kemudian pancaran gelombang diarahkan ke
area yang hendak dipanaskan. Jika kanker terletak di dalam atau di sekeliling lubang-
lubang tubuh (misal kerongkongan atau dubur), sumber panas dimasukkan ke dalamnya
menggunakan alat khusus agar pemanasan langsung mengenai sasaran. Teknik ini
dinamakan intraluminal atau endocavitary hyperthermia.
Sedang jika lokasi tumor jauh di dalam tubuh, misalnya pada kanker otak, teknik
yang digunakan adalah interstitial. Penderita dibius, lalu jarum khusus atau alat pemanas
disuntikkan ke tengah jaringan kanker dengan panduan alat ultrasonografi atau CT
(computed tomography). Gelombang radio yang dipancarkan akan memanaskan dan
membunuh sel-sel kanker di sekitarnya.
E. HIPERTERMIA REGIONAL
Hipertermia regional bertujuan untuk memanaskan area tubuh yang lebih luas
seperti seluruh lengan, tungkai, organ-organ tubuh, dan saluran-saluran tubuh. Ada
beberapa teknik yang digunakan.
� Teknik pertama untuk kanker yang dekat lubang atau sepanjang saluran tubuh seperti
kanker mulut/leher rahim, kanker kandungan, kanker kandung kencing, dsb. Alat
pemanas diletakkan di dekat lubang atau di dalam saluran, kemudian pancaran panas
dari gelombang mikro atau gelombang radio diarahkan ke jaringan kanker yang
menjadi sasaran.
15
� Teknik kedua yaitu regional perfusion, untuk mengobati kanker di lengan dan kaki,
atau di dalam organ-organ tubuh seperti hati dan paru-paru. Caranya, sebagian darah
penderita dikeluarkan, dipanaskan, lalu dipompa kembali ke dalam lengan, kaki, atau
organ tersebut. Teknik ini biasanya dilakukan bersamaan dengan kemoterapi.
� Teknik ketiga adalah CHPP (continuous hyperthermic peritoneal perfusion),
digunakan untuk mengobati kanker di dalam rongga perut seperti peritoneal
mesothelioma. Selama pembedahan, obat kemoterapi dipanaskan kemudian dialirkan
ke dalam rongga perut, sehingga suhunya mencapai 41,1-42,2oC.
F. HIPERTERMIA TOTAL
Untuk kanker yang sudah bermetastase (menyebar) ke seluruh tubuh, dilakukan
hipertermia total (whole body hyperthermia). Penderita diselimuti dengan selimut listrik
atau air panas, atau dimasukkan ke dalam ruang panas (semacam inkubator) untuk
membuat suhu tubuhnya meningkat sampai 41,7-43,8oC.
Terapi hipertermia terbukti dapat meningkatkan efektivitas radioterapi maupun
kemoterapi. Banyak lokasi yang dapat dicapai, antara lain kanker di kepala dan leher,
kanker payudara, paru-paru, liver, rongga perut, leher rahim, usus, kandungan, prostat,
kulit, tulang. Jenis kanker yang dapat diterapi pun macam-macam, dari adenocarcinoma,
melanoma, carcinoma, thymoma, mesothelioma, lymphoma, sarcoma, squamous cell, basa
cell.
Pengobatan hipertermia dilakukan 2-3 kali seminggu, dan tiap seri terdiri atas 6-10
kali terapi. Efektivitasnya tergantung pada sejauh mana suhu tubuh berhasil ditingkatkan,
berapa lama berhasil dipertahankan, selain juga tergantung pada karakteristik sel dan
jaringan yang diterapi. Selama terapi suhunya terus dipantau menggunakan termometer
mini, agar suhu yang diinginkan dapat tercapai tetapi tidak terlampaui. Panas buatan ini
dipertahankan selama satu jam.
G. EFEK SAMPING HIPERTERMIA
Terapi hipertermia pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan jaringan
normal/sehat jika suhunya tidak melebihi 43,8oC. Tetapi perbedaan karakter jaringan dapat
menimbulkan perbedaan suhu atau efek samping pada jaringan tubuh yang berbeda-beda.
16
Yang sering terjadi adalah rasa panas (seperti terbakar), bengkak berisi cairan (mlenthung
–Jw), tidak nyaman, bahkan sakit.
Teknik perfusi dapat menyebabkan pembengkakan jaringan, penggumpalan darah,
perdarahan, atau gangguan lain di area yang diterapi. Tetapi efek samping ini bersifat
sementara. Sedang whole body hyperthermia dapat menimbulkan efek samping yang lebih
serius –tetapi jarang terjadi– seperti kelainan jantung dan pembuluh darah. Kadang efek
samping yang muncul malah diare, mual, atau muntah.
PENGKAJIAN HIPOTERMIA & HIPERTERMIA
1. Riwayat kehamilan
- Kesulitan persalinan dengan trauma infant
- Penyalahgunaan obat-obatan
- Penggunaan anestesia atau analgesia pada ibu
2. Status bayi saat lahir
- Prematuritas
- APGAR score yang rendah
- Asfiksia dengan rescucitasi
- Kelainan CNS atau kerusakan
- Suhu tubuh dibawah 36,5 C atau diatas 37,5 C
- Demam pada ibu yang mempresipitasi sepsis neonatal
3. Kardiovaskular
- Bradikardi
17
- Takikardi pada hipertermia
4. Gastrointestinal
- Asupan makanan yang buruk
- Vomiting atau distensi abdomen
- Kehilangan berat badan yang berarti
5. Integumen
- Cyanosis central atau pallor (hipotermia)
- Kulit kemerahan (hipertermia)
- Edema pada muka, bahu dan lengan
- Dingin pada dada dan ekstremitas(hipotermia)
- Perspiration (hipertermia)
6. Neorologic
- Tangisan yang lemah
- Penurunan reflek dan aktivitas
- Fluktuasi suhu diatas atau dibawah batas normal sesuai umur dan berat badan
7. Pulmonary
- Nasal flaring atau penurunan nafas, iregguler
- Retraksi dada
- Ekspirasi grunting
- Episode apnea atau takipnea (hipertermia)
8. Renal
- Oliguria
9. Study diagnostik
- Kadar glukosa serum, untuk mengidentifikasi penurunan yang disebabkan energi
yang digunakan untuk respon terhadap dingin atau panas
- Analisa gas darah, untuk menentukan peningkatan karbondoksida dan penurunan
kadar oksigen, mengindikasikan resiko acidosis
- Kadar Blood Urea Nitrogen, peningkatan mengindikasikan kerusakan fungsi ginjal
dan potensila oliguri
- Study elektrolit, untuk mengidentifikasi peningkatan potasium yang berhubungan
dengan kerusakan fungsi ginjal
- Kultur cairan tubuh, untuk mengidentifikasi adanya infeksi
18
DAFTAR PUSTAKA
Kartika, Dela. 2009. Hipotermia dan Hipertermia. (online)
http://kartikadela89.blogspot.com/2009/01/hipotermia-dan-hipertermia.html, diakses
tanggal 26 Maret 2010.
Anonym. 2005. Penyakit Hipotermia. (online) djuni.wordpress.com/2005/03/28/penyakit-
hipotermia/, diakses tanggal 26 Maret 2010.