hipotermia & hipertermia

18
1 FISIOLOGI MANUSIA HIPOTERMIA DAN HIPERTERMIA Kelompok 10 Anggota : Eka Isfarida ( 34 2007 044 ) Lia Septiana Sari ( 34 2007 042 ) Wiwik Septiani ( 34 2007 055 ) Novia Widyanti ( 34 2007 029 ) Novi Dwi Lestari ( 34 2007 016 ) Kelas/ Semester : A/ VI Jurusan : Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Biologi Dosen Pengasuh : Dra. Sri Wardhani, M.Si FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2009/2010

Upload: wiwik-septiani

Post on 19-Jun-2015

16.101 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hipotermia & hipertermia

1

FISIOLOGI MANUSIA

HIPOTERMIA DAN HIPERTERMIA

Kelompok 10

Anggota :

Eka Isfarida ( 34 2007 044 )

Lia Septiana Sari ( 34 2007 042 )

Wiwik Septiani ( 34 2007 055 )

Novia Widyanti ( 34 2007 029 )

Novi Dwi Lestari ( 34 2007 016 )

Kelas/ Semester : A/ VI

Jurusan : Pendidikan MIPA

Program Studi : Pendidikan Biologi

Dosen Pengasuh : Dra. Sri Wardhani, M.Si

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2009/2010

Page 2: Hipotermia & hipertermia

2

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

rahmat-NYA akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah Hipotermia dan Hipertermia.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada Dra. Sri Wardhani, M. Si. selaku dosen

pengasuh mata kuliah Fisiologi Manusia, yang senantiasa sabar membimbing kami dari

tidak tahu menjadi tahu.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya, dan kita semua pada

umumnya dan ilmu yang kita peroleh dapat kita amalkan untuk dunia pendidikan kelak.

Amin….

Palembang, Maret 2010

Penulis

Page 3: Hipotermia & hipertermia

3

DAFTAR ISI

Kata pengantar ……………………………………………………….. 1

Daftar isi ……………………………………………………..… 2

1. Hipotermia

A. Definisi hipotermia ……………………………………………………….. 3

B. Penyebab hipotermia …………………………………………………..…… 4

C. Gejala hipotermia ……………………………………………………….. 5

D. Diagnosa hipotermia ……………………………………………………….. 8

E. Pencegahan dan pengobatan hipotermia …………………………………… 8

F. Faktor resiko hipotermia …………………………………………………… 10

2. Hipertermia

A. Patofisiologi ……………………………………………………….. 11

B. Fungsi kelenjar keringat …………………………………………………... 12

C. Aliran darah kulit ……………………………………………………….. 12

D. Hipertermia lokal ……………………………………………………….. 15

E. Hipertermia regional ……………………………………………………….. 16

F. Hipertermia total ……………………………………………………….. 17

G. Efek samping hipertermia …………………………………………………... 17

Gambar tumor akibat hipertermia ……………………………………………….. 18

Pengkajian hipotermia dan hipertermia …………………………………… 19

Daftar pustaka ……………………………………………………….. 21

Page 4: Hipotermia & hipertermia

4

HIPOTERMIA DAN HIPERTERMIA

1. HIPOTERMIA

A. DEFINISI HIPOTERMIA

Terlalu lama kedinginan, khususnya dalam cuaca berangin dan hujan, dapat

menyebabkan mekanisme pemanasan tubuh terganggu sehingga menyebabkan penyakit

kronis. Hipotermia adalah suatu keadaan dimana tubuh merasa sangat kedinginan. Setelah

panas dipermukaan tubuh hilang maka akan terjadi pendinginan pada jaringan dalam dan

organ tubuh.

Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku, pembuluh darah

dapat mengerut dan memutus aliran darah ke telinga, hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi

yang parah mungkin korban menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi.

Udara dingin yang basah disertai angin yang bertiup kencang, seringkali dijumpai

para pendaki ketika melakukan pendakian gunung. Tidak jarang badai dan hujan lebat

menyertai hawa dingin. Malam yang cerah seringkali membuat udara semakin dingin dan

berembun. Di puncak musim kemarau justru di sekitar puncak gunung seringkali muncul

kristal-kristal es yang menempel pada daun-daunan dan bunga edelweis. Pakaian yang

basah, kaos kaki yang basah semakin menambah dinginnya badan. Keadaan akan semakin

parah bila pendaki tidak memperhatikan makanan sehingga tubuh tidak memperoleh energi

untuk memanaskan badan. Dinginnya udara seringkali membuat perut kembung sehingga

enggan untuk makan, kecuali memang kehabisan makanan.

Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti

(suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruh

tubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga

menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk

mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading

termometer) sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan

awal penyakit yang berakhir dengan kematian.

Page 5: Hipotermia & hipertermia

5

Beberapa jenis hipotermia, yaitu:

� Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga <35°c.>

� Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap

udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.

� Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik

(seluruh tubuh) yan serius. Kebanyakan terjadinya sih di usim dingin (salju) dan iklim

dingin.

B. PENYEBAB HIPOTERMIA

Penyebab Hipotermi, yaitu:

1. Yang pasti, ada kontak dengan lingkungan yang dingin.

2. Adanya gangguan atau penyakit yang diderita.

3. Penggunaan obat-obatan (alcohol, barbiturate, phenothiazine, insulin, steroid, β-

blocker.

4. Sepsis, hipotiroid, radang pancreas

C. GEJALA HIPOTERMIA

Gejala dan Indikasi Penyakit Hipotermia

� Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.

Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang

(suhu 320C - <360C).

� Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar biasa.

Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik menjadi

lamban.

� Bila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.

Selain itu bila angin bertiup kencang, maka pendaki akan cepat sekali kehilangan panas

tubuhnya (“faktor wind cill”). Jadi kalau badan basah kuyub kehujanan dan angin

bertiup kencang, maka potensi hipotermia menjadi “paradoxical feeling of warmt” akan

semakin cepat terjadi.

Page 6: Hipotermia & hipertermia

6

� Puncak dari gejala hipotermia adalah korban tidak lagi merasa kedinginan, tapi dia

malah merasa kepanasan (dlm bukunya Norman Edwin disebut “paradoxical feeling of

warmt”). Oleh karena itu si korban akan melepas bajunya satu per satu dan tetap masih

merasa kepanasan.

� Hipotermia menyerang saraf dan bergerak dengan pelan, oleh karena itu sang korban

tidak merasa kalau dia menjadi korban hipotermia. Dari sejak korban tidak bisa

menahan kedinginan sampai malah merasa kepanasan di tengah udara yang terasa

membekukan, korban biasanya tidak sadar kalau dia telah terserang hipotermia.

� Dalam kasus penderita hipotermia yang sampai pada taraf “paradoxical feeling of

warmt” selain merasa kepanasan dia juga terkena halusinasi. Akan tetapi, dalam banyak

hal lainnya, halusinasi juga telah terjadi walau si korban tidak sampai mengalami

“paradoxical feeling of warmt”. Yang jelas, ketika si korban hipotermia sudah

kehilangan “kesadaran”, maka dia akan mudah terkena halusinasi. Dan faktor halusinasi

ini yg sangat berbahaya karena korban akan “melihat bermacam-macam hal” dan dia

akan mengejar apa yg dilihatnya itu tanpa menghiraukan apa-apa yg ada di hadapannya.

Jadi tidaklah mengherankan kalau banyak korban hipotermia ditemukan jatuh ke jurang

telah meninggal dunia.

Pada bayi gejalanya bisa berupa:

- Bayi tampak mengantuk

- Kulitnya pucat dan dingin

- Lemah

- Lesu

- Menggigil.

Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah),

asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.

Tubuh dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat

kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa

menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.

Page 7: Hipotermia & hipertermia

7

Tanda-tanda klinis hipotermia:

a. Hipotermia sedang:

- Kaki teraba dingin

- Kemampuan menghisap lemah

- Tangisan lemah

- Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata

b. Hipotermia berat

- Sama dengan hipotermia sedang

- Pernafasan lambat tidak teratur

- Bunyi jantung lambat

- Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik

c. Stadium lanjut hipotermia

- Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang

- Bagian tubuh lainnya pucat

- Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan

(sklerema)

Menurut tingkat keparahannya, Gejala Klinis hipotermia dibagi menjadi 3 ,

1. Mild atau ringan

� Sistem saraf pusat: amnesia, apati, terganggunya persepsi halusinasi

� Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur melambat, meningkatnya tekanan

darah,

� Penafasan: nafas cepat lalu berangsur melambat,

� Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan koordinasi otot

2. Moderate, sedang

� Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur, pelebaran pupil

� Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur

� Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas(seperti batuk, bersin)

� Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon menggigil, mulai

munculnya kaku tubuh akibat udara dingin

3. Severe, parah

� Sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip)

Page 8: Hipotermia & hipertermia

8

� Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan

darah sistolik

� Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen

� Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer

D. DIAGNOSA HIPOTERMIA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil

pengukuran suhu tubuh.

E. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN HIPOTERMIA

Terapi yang bisa diberikan untuk orang dengan kondisi hipotermia, yaitu jalan

nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup.

Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan

menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah turunnya

tekanan darah secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan yang hangat.

Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).

Tindakan2 Pencegahan Penyakit Hipotermia

� Gejala kedinginan yang lebih parah akan membuat gerakan tubuh menjadi tidak

terkoordinasi, berjalan sempoyongan dan tersandung-sandung. Pikiran menjadi kacau,

bingung, dan pembicaraannya mulai ngacau. Kulit tubuh terasa sangat dingin bila

disentuh, nafas menjadi pendek dan lamban. Denyut nadi pun menjadi lamban,

seringkali menjadi kram bahkan akhirnya pingsan. Untuk membantu penderita

sebaiknya jangan cepat-cepat menghangatkan korban dengan botol berisikan air panas

atau membaringkan di dekat api atau pemanas. Jangang menggosok-gosok tubuh

penderita. Jika korban pingsan, baringkan dia dalam posisi miring. Periksa saluran

pernafasan, pernafasan dan denyut nadi. Mulailah pernafasan buatan dari mulut dan

menekan dada.

� Pindahkan ke tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan pakaian kering

yang hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan

angin, seperti alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih lanjut. Panas tubuh

dari orang lain juga bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas pakaian, dan

Page 9: Hipotermia & hipertermia

9

berbagi pakai selimut dengan si korban. Jika penderita sadar, berikan minuman hangat

jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah cari bantuan medis.

� Bila kita melakukan kegiatan luar ruangan (pendakian gunung khususnya) pada musim

hujan atau di daerah dengan curah hujan tinggi, harus membawa jas hujan, pakaian

hangat (jaket tahan air dan tahan angin) dan pakaian ganti yang berlebih dua tiga stel,

serta kaus tangan dan topi ninja juga sangat penting. Perlengkapan yang tidak kalah

pentingnya adalah sepatu pendakian yang baik dan dapat menutupi sampai mata kaki,

jangan pakai sendal gunung atau bahkan jangan pakai sendal jepit.

� Bawa makanan yang cepat dibakar menjadi kalori, seperti gula jawa, coklat dll. Dalam

perjalanan banyak “ngemil” untuk mengganti energi yang hilang.

� Bila angin bertiup kencang, maka segeralah memakai perlengkapan pakaian hangat,

seperti jaket dan kaus tangan. Kehilangan panas tubuh tidak terasa oleh kita, dan tahu-

tahu saja kita jatuh sakit.

� Bila hujan mulai turun bersegeralah memakai jas hujan, jangan menunggu hujan

menjadi deras. Cuaca di gunung tidak dapat diduga. Hindari pakaian basah kena hujan.

� Bila merasa dirinya lemah atau kurang kuat dalam tim, sebaiknya terus terang pada

team leader atau anggota seperjalanan yang lebih pengalaman untuk mengawasi dan

membantu bila dirasa perlu.

� Semangat dan jangan gampang menyerah bila kondisi mulai memburuk.

Pencegahan Hipotermia Pada Bayi:

� Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus

dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi

ditempatkan dibawah cahaya penghangat.

� Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam

keadaan hangat.

� Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas tubuh

akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala.

F. FAKTOR RESIKO HIPOTERMIA

1. Umur: bayi baru lahir, orang tua.

2. Paparan dingin di luar ruangan: olahraga, memakai baju tipis.

Page 10: Hipotermia & hipertermia

10

3. Obat dan intoksikan: etanol, phenothiazin, barbiturate, anestesi, bloker neuromuscular.

4. Hormon: hipoglikemia, hipotiroidisme, kekurangan adrenalin, hipopituitarisme.

5. Neurologis: stroke, gangguan hipotalamus, Parkinson, Cedera sumsum tulang

belakang.

6. Multisistem: malnutrisi, sepsis, shock, gangguan hati dan ginjal.

7. Luka bakar dan kelainan kulit eksfoliatif(mengelupas).

Prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen

(terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik,

dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak

dengan turunnya berat badan.

B. HIPERTERMIA

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus

bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui

oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik)

Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit berat dengan ciri

temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan kering serta abnormalitas

sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh pajanan panas

lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik yang berat. Lingkungan yang terlalu

panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan

sumber panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.

Gejala hipertermia pada bayi baru lahir :

- Suhu tubuh bayi > 37,5 °C

- Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit

- Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, jumlah

urine berkurang

Page 11: Hipotermia & hipertermia

11

A. PATOFISIOLOGI

Sengatan panas didefinisikan sebagai kegagalan akut pemeliharaan suhu tubuh

normal dalam mengatasi lingkungan yang panas. Orang tua biasanya mengalami sengatan

panas yang tidak terkait aktifitas karena gangguan kehilangan panas dan kegagalan

mekanisme homeostatik. Seperti pada hipotermia, kerentanan usia lanjut terhadap serangan

panas berhubungan dengan penyakit dan perubahan fisiologis.

B. FUNGSI KELENJAR KERINGAT

Gangguan sistem termoregulasi dengan berkurang atautidaknya keringat

merupakan penyebab terpenting sengatan panas pada lingkungan panas. Respon

berkeringat terhadap stimulus panas dan neurokimia berkurang pada usia lanjut dibanding

pada usia dewasa muda. Juga terdapat ambang batas lebuh tinggi pada usia lanjut untuk

berkeringat. Pada kondisi stres panas, manusia mengaktifkan kelenjar ekrin (di bawah

kontrol kolinergik simpatis) dan kemampuan kelenjar itu megneluarkan keringat untuk

mengatur suhu tubuh. Meskipun terdapat variasi luas antara individu dalam respon kelenjar

keringat terhadap stimulus farmakologis, terdapat pula stimulus yang berasal dari proses

penuaan. Pengaruh penuaan terhadap menurunnya fungsi kelenjar keringat terlihat jelas di

daerah dahi dan ekstremitas daripada di badan.

C. ALIRAN DARAH KULIT

Respon aliran darah kulit terhadap pemanasan lokal langsung pada kulit nonakral

berkurang pada usia lanjut. Berkurangnya perfusi kulit pada usia lanjut berkaitan dengan

berkurangnya unit fungsional pleksus kapiler. Pada usia tua, terjadi transformasi kulit

dimana kulit menjadi lebih datar akibat berkurangnya pembuluh darah mikrosirkuler di

papilaris kulit dan pleksus vaskular superfisial.

Klinis

Sengatan panas memiliki ciri khas di mana suhu tubuh inti lebih dari 40,6 derajat

celcius disertai disfungsi sistem saraf pusat yang berat (psikosis, delirium, koma) dan

anhidrosis (kulit yang panas dan kering). Manifestasi dini, disebut kelelahan panas (heat

Page 12: Hipotermia & hipertermia

12

exhaustion), tidak khas dan terdiri dari rasa pusing, kelemahan, sensasi panas, anoreksia,

mual, muntah, sakit kepala dan sesak napas.

Komplikasi serangan panas mencakup gagal jantung kongestif dan aritmia jantung,

edema serebral dan kejang serta defisit neurologis difus dan fokal, nekrosis hepatoseluler

dan syok.

Terapi

Kunci mengatasi hipertermia adalah pendinginan. Hal ini dimulai segera di

lapangan dan suhu tubuh inti harus diturunkan mencapai 39 derajat Celsius dalam jam

pertama. Lamanya hipertermia adalah yang paling menentukan hasil akhir. Berendam

dalam es lebih baik dari pada menggunakan alkohol maupun kipas angin. Komplikasi

membutuhkan perawtan di ruang intensif.

Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan di kisaran 37'C oleh pusat

pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur suhu tersebut selalu

menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari metabolisme

dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan

dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh kita memiliki fluktuasi harian yaitu

sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.

Demam merupakan suatu keadaan dimana terdapat peningkatan suhu tubuh yang

disebabkan kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak. Hal ini serupa dengan

pengaturan set point (derajad celsius) pada remote AC yang bilamana set point nya

dinaikkan maka temperatur ruangan akan menjadi lebih hangat. Suatu nilai suhu tubuh

dikatakan demam jika melebihi 37,2 ‘C pada pengukuran di pagi hari dan atau melebihi

37,7'C pada pengukuran di sore hari dengan menggunakan termometer mulut. Termometer

ketiak akan memberikan hasil nilai pengukuran suhu yang lebih rendah sekitar 0.5'C jika

dibandingkan dengan termometer mulut sehingga jenis termometer yang digunakan

berpengaruh dalam pengukuran suhu secara tepat.

Sebagian besar kasus demam memang disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi dan

peradangan sehingga gejala demam seringkali diidentikkan dengan adanya infeksi dalam

tubuh. Namun sebenarnya ada banyak proses lainnya selain infeksi yang dapat

menimbulkan gejala demam antara lain alergi, penyakit autoimun, kelainan darah dan

Page 13: Hipotermia & hipertermia

13

keganasan. Berbagai proses tersebut akan memicu pelepasan pirogen, yaitu mediator

penyebab demam, ke dalam peredaran darah yang lebih lanjut akan memicu pelepasan zat

tertentu yang bernama prostaglandin sehingga akan menaikkan set point di pusat

pengaturan suhu di otak.

Pelepasan prostaglandin tersebut pulalah yang merupakan dalang dari timbulnya

berbagai gejala yang sering menyertai demam yaitu badan meriang, pegal-linu dan sakit

kepala. Set point di pusat pengatur suhu di otak yang tiba-tiba naik tersebut akan membuat

tubuh merasa bahwa suhu badan berada dibawah nilai normal akibatnya pembuluh darah

akan menyempit untuk mencegah kehilangan panas badan dan tubuh akan mulai menggigil

untuk menaikkan suhu tubuh. Jadi menggigil dapat dikatakan suatu tahapan awal dari

kenaikan suhu tubuh dalam proses demam. Dengan demikian, gejala menggigil, demam,

sakit kepala, dan badan pegal-linu merupakan satu paket gejala yang disebabkan oleh

proses yang sejalan.

Selain itu terdapat pula kondisi ‘demam' lainnya namun yang tidak disebabkan oleh

kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak, yaitu dikenal sebagai hipertermia. Pada

hipertermia, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi yang disebabkan oleh peningkatan

suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga terjadi kegagalan mekanisme pelepasan panas.

Hipertermia antara lain dijumpai pada heat stroke (tersengat panasnya udara lingkungan),

aktivitas fisik yang berlebihan pada cuaca panas serta dikarenakan efek dari beberapa jenis

obat-obatan seperti ekstasi.

Terapi hipertermia (disebut juga termoterapi, selanjutnya kita sebut hipertermia

saja) adalah pengobatan kanker dengan cara memanaskan jaringan tubuh sampai mencapai

44o bahkan 45oC. Riset membuktikan bahwa suhu yang tinggi dapat menghancurkan dan

membunuh sel kanker, dengan kerusakan minimal pada jaringan normal. Dengan merusak

protein maupun struktur sel, hipertermia dapat membunuh sel kanker dan memperkecil

ukuran tumor.

Biasanya hipertermia digunakan bersamaan dengan terapi lain, misalnya

radioterapi, kemoterapi, atau imunoterapi, karena hipertermia dapat membuat sel kanker

lebih sensitif, bahkan dapat langsung menghancurkan sel-sel kanker yang tidak dapat

dihancurkan oleh radiasi.

Page 14: Hipotermia & hipertermia

14

Ada banyak metode yang digunakan untuk hipertermia. Berdasar luas area yang

diterapi, terbagi atas hipertermia lokal, hipertermia regional, dan hipertermia total (seluruh

tubuh).

D. HIPERTERMIA LOKAL

Pada hipertermia lokal pemanasan dilakukan pada area yang terbatas, dalam hal ini

jaringan kanker. Sumber panas yang digunakan antara lain gelombang mikro (microwave),

gelombang radio (radio frequency), dan gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound).

Untuk kanker yang terletak di permukaan tubuh atau dekat dengan kulit, alat

penghasil panas diletakkan di dekat tumor, kemudian pancaran gelombang diarahkan ke

area yang hendak dipanaskan. Jika kanker terletak di dalam atau di sekeliling lubang-

lubang tubuh (misal kerongkongan atau dubur), sumber panas dimasukkan ke dalamnya

menggunakan alat khusus agar pemanasan langsung mengenai sasaran. Teknik ini

dinamakan intraluminal atau endocavitary hyperthermia.

Sedang jika lokasi tumor jauh di dalam tubuh, misalnya pada kanker otak, teknik

yang digunakan adalah interstitial. Penderita dibius, lalu jarum khusus atau alat pemanas

disuntikkan ke tengah jaringan kanker dengan panduan alat ultrasonografi atau CT

(computed tomography). Gelombang radio yang dipancarkan akan memanaskan dan

membunuh sel-sel kanker di sekitarnya.

E. HIPERTERMIA REGIONAL

Hipertermia regional bertujuan untuk memanaskan area tubuh yang lebih luas

seperti seluruh lengan, tungkai, organ-organ tubuh, dan saluran-saluran tubuh. Ada

beberapa teknik yang digunakan.

� Teknik pertama untuk kanker yang dekat lubang atau sepanjang saluran tubuh seperti

kanker mulut/leher rahim, kanker kandungan, kanker kandung kencing, dsb. Alat

pemanas diletakkan di dekat lubang atau di dalam saluran, kemudian pancaran panas

dari gelombang mikro atau gelombang radio diarahkan ke jaringan kanker yang

menjadi sasaran.

Page 15: Hipotermia & hipertermia

15

� Teknik kedua yaitu regional perfusion, untuk mengobati kanker di lengan dan kaki,

atau di dalam organ-organ tubuh seperti hati dan paru-paru. Caranya, sebagian darah

penderita dikeluarkan, dipanaskan, lalu dipompa kembali ke dalam lengan, kaki, atau

organ tersebut. Teknik ini biasanya dilakukan bersamaan dengan kemoterapi.

� Teknik ketiga adalah CHPP (continuous hyperthermic peritoneal perfusion),

digunakan untuk mengobati kanker di dalam rongga perut seperti peritoneal

mesothelioma. Selama pembedahan, obat kemoterapi dipanaskan kemudian dialirkan

ke dalam rongga perut, sehingga suhunya mencapai 41,1-42,2oC.

F. HIPERTERMIA TOTAL

Untuk kanker yang sudah bermetastase (menyebar) ke seluruh tubuh, dilakukan

hipertermia total (whole body hyperthermia). Penderita diselimuti dengan selimut listrik

atau air panas, atau dimasukkan ke dalam ruang panas (semacam inkubator) untuk

membuat suhu tubuhnya meningkat sampai 41,7-43,8oC.

Terapi hipertermia terbukti dapat meningkatkan efektivitas radioterapi maupun

kemoterapi. Banyak lokasi yang dapat dicapai, antara lain kanker di kepala dan leher,

kanker payudara, paru-paru, liver, rongga perut, leher rahim, usus, kandungan, prostat,

kulit, tulang. Jenis kanker yang dapat diterapi pun macam-macam, dari adenocarcinoma,

melanoma, carcinoma, thymoma, mesothelioma, lymphoma, sarcoma, squamous cell, basa

cell.

Pengobatan hipertermia dilakukan 2-3 kali seminggu, dan tiap seri terdiri atas 6-10

kali terapi. Efektivitasnya tergantung pada sejauh mana suhu tubuh berhasil ditingkatkan,

berapa lama berhasil dipertahankan, selain juga tergantung pada karakteristik sel dan

jaringan yang diterapi. Selama terapi suhunya terus dipantau menggunakan termometer

mini, agar suhu yang diinginkan dapat tercapai tetapi tidak terlampaui. Panas buatan ini

dipertahankan selama satu jam.

G. EFEK SAMPING HIPERTERMIA

Terapi hipertermia pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan jaringan

normal/sehat jika suhunya tidak melebihi 43,8oC. Tetapi perbedaan karakter jaringan dapat

menimbulkan perbedaan suhu atau efek samping pada jaringan tubuh yang berbeda-beda.

Page 16: Hipotermia & hipertermia

16

Yang sering terjadi adalah rasa panas (seperti terbakar), bengkak berisi cairan (mlenthung

–Jw), tidak nyaman, bahkan sakit.

Teknik perfusi dapat menyebabkan pembengkakan jaringan, penggumpalan darah,

perdarahan, atau gangguan lain di area yang diterapi. Tetapi efek samping ini bersifat

sementara. Sedang whole body hyperthermia dapat menimbulkan efek samping yang lebih

serius –tetapi jarang terjadi– seperti kelainan jantung dan pembuluh darah. Kadang efek

samping yang muncul malah diare, mual, atau muntah.

PENGKAJIAN HIPOTERMIA & HIPERTERMIA

1. Riwayat kehamilan

- Kesulitan persalinan dengan trauma infant

- Penyalahgunaan obat-obatan

- Penggunaan anestesia atau analgesia pada ibu

2. Status bayi saat lahir

- Prematuritas

- APGAR score yang rendah

- Asfiksia dengan rescucitasi

- Kelainan CNS atau kerusakan

- Suhu tubuh dibawah 36,5 C atau diatas 37,5 C

- Demam pada ibu yang mempresipitasi sepsis neonatal

3. Kardiovaskular

- Bradikardi

Page 17: Hipotermia & hipertermia

17

- Takikardi pada hipertermia

4. Gastrointestinal

- Asupan makanan yang buruk

- Vomiting atau distensi abdomen

- Kehilangan berat badan yang berarti

5. Integumen

- Cyanosis central atau pallor (hipotermia)

- Kulit kemerahan (hipertermia)

- Edema pada muka, bahu dan lengan

- Dingin pada dada dan ekstremitas(hipotermia)

- Perspiration (hipertermia)

6. Neorologic

- Tangisan yang lemah

- Penurunan reflek dan aktivitas

- Fluktuasi suhu diatas atau dibawah batas normal sesuai umur dan berat badan

7. Pulmonary

- Nasal flaring atau penurunan nafas, iregguler

- Retraksi dada

- Ekspirasi grunting

- Episode apnea atau takipnea (hipertermia)

8. Renal

- Oliguria

9. Study diagnostik

- Kadar glukosa serum, untuk mengidentifikasi penurunan yang disebabkan energi

yang digunakan untuk respon terhadap dingin atau panas

- Analisa gas darah, untuk menentukan peningkatan karbondoksida dan penurunan

kadar oksigen, mengindikasikan resiko acidosis

- Kadar Blood Urea Nitrogen, peningkatan mengindikasikan kerusakan fungsi ginjal

dan potensila oliguri

- Study elektrolit, untuk mengidentifikasi peningkatan potasium yang berhubungan

dengan kerusakan fungsi ginjal

- Kultur cairan tubuh, untuk mengidentifikasi adanya infeksi

Page 18: Hipotermia & hipertermia

18

DAFTAR PUSTAKA

Kartika, Dela. 2009. Hipotermia dan Hipertermia. (online)

http://kartikadela89.blogspot.com/2009/01/hipotermia-dan-hipertermia.html, diakses

tanggal 26 Maret 2010.

Anonym. 2005. Penyakit Hipotermia. (online) djuni.wordpress.com/2005/03/28/penyakit-

hipotermia/, diakses tanggal 26 Maret 2010.