hipoterm rusmin.docx
DESCRIPTION
gTRANSCRIPT
HIPOTERMI
Definisi Hipotermi pada Bayi Baru Lahir
Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir memiliki
suhu tubuh dibawah 36,5 oC pada pengukuran di aksila, dengan klasifikasi yakni hipotermi
ringan 36-36.5 oC), hipotermi sedang 32-36 oC, dan hipotermi berat dibawah 32 oC.
Bayi yang lahir preterm memiliki predisposisi untuk terjadinya kehilangan panas
karena mereka memiliki lemak subkutan yang lebih sedikit, tingginya rasio permukaan tubuh
terhadap berat badan dan kurangnya glikogen serta lemak coklat yang tersimpan. Namun,
secara fisiologis, bayi memiliki postur hipotonik (seperti katak) yang menyebabkan proporsi
kulit terpapar area dingin lebih berkurang.
Mekanisme Hipotermi pada Bayi Baru Lahir
Gambar 1. Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Konduksi
Yaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara kedua obyek.
Kehilangan panas terjadi saat kontak langsung antara kulit bayi baru lahir dengan permukaan
yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada bayi baru lahir yang berada pada
permukaan atau alas dingin, seperti pada waktu proses penimbangan3. Konduksi ini juga
dapat terjadi bila bayi baru lahir memakai selimut yang dingin atau pakaian yang basah. Akan
tetapi, jumlah panas yang hilang pada bayi baru lahir akibat konduksi ini cenderung sedikit
dan dapat diabaikan.
1
Konveksi
Konveksi merupakan transfer panas yang terjadi secara sederhana dari selisih suhu antara
permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi sehingga sangat
ditentukan oleh perbedaan suhu antara udara dan bayi. Kehilangan panas secara konveksi ini
juga bergantung pada kecepatan udara sekitar. Semakin cepat udara yang melewati
permukaan tubuh bayi, maka penyekat antara bayi dan udara akan hilang sehingga
kehilangan panas akan meningkat.4 Sumber kehilangan panas disini dapat berupa inkubator
dengan jendela yang terbuka, ruangan perawatan yang dingin dan pada waktu proses
transportasi bayi baru lahir ke rumah sakit.
Radiasi
Radiasi adalah proses perpindahan panas dari suatu objek panas ke objek dingin yang ada di
sekitar, misalnya dari bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi suhu lingkungan yang lebih
dingin. Sumber kehilangan panas dapat berupa suhu lingkungan yang dingin atau suhu
inkubator yang dingin atau bayi yang telanjang dalam kamar bersalin saat baru lahir dan
langsung terpapar ruangan dingin.
Evaporasi
Saat air menguap dari tubuh bayi, panas juga ikut terbuang. Setiap ml air yang menguap akan
membawa 560 kalori panas. Dalam kondisi normal, evaporasi pada bayi aterm terjadi
sebanyak seperempat bagian dari keseluruhan produksi panas saat istirahat. Evaporasi ini
mencakup yang keluar melalui saluran nafas dan difusi pasif air melalui epidermis
(transepidermal water loss/TEWL). Bayi prematur memiliki TEWL yang lebih besar
daripada bayi aterm, sekitar 6 kali per unit area permukaan kulit pada bayi preterm usia 26
minggu. Hal ini terjadi karena kulit bayi preterm yang tipis dan resistensi yang kurang.
Evaporasi juga dapat meningkat melalui alat pemanas dan fototerapi secara tidak
langsung, melalui peningkatan suhu permukaan, kecepatan aliran udara dan kelembaban lokal
yang rendah, sehingga pemakaian alat pemanas dan fototerapi ini perlu dibarengi dengan
pencegahan tertentu misalnya dengan pemakaian selimut plastik atau lembaran plastik bening
yang akan mengurangi TEWL hingga 75 % .
2
Tabel 1. Klasifikasi Hipotermi
Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi
Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah
Waktu timbulnya kurang dari 2 hari
Suhu tubuh 32-36,4°C Gangguan nafas Denyut jantung < 100
kali /menit Malas minum Letargi
Hipotermi sedang
Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah.
Waktu timbulnya kurang dari 2 hari
Suhu tubuh < 32°C Tanda hipotermia sedang Kulit teraba keras Nafas pelan dan dalam
Hipotermi berat
Tatalaksana Hipotermi
Berdasarkan klasifikasinya, tatalaksana hipotermi dapat dijelaskan sebagai berikut :
A. Hipotermi berat
1. Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila
mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila perlu.
2. Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan
selimut dengan selimut hangat.
3. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah.
4. Bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi nafas lebih dari 60 atau kurang dari 30
kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat ekspirasi ), lakukan manajemen gangguan
nafas.
5. Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan infus tetap
terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan
6. Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl, tangani
hipoglikemi.
7. Nilai tanda kegawatan bayi (misalnya gangguan nafas, kejang atau tidak sadar) setiap
jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam
batas normal.
8. Ambil sampel darah dan beri antibiotik sesuai dengan yang disebutkan dalam
penanganan kemungkinan besar sepsis.
3
9. Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap :
Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum
Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI peras
begitu suhu bayi mencapai 35°C.
10. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5°C/jam, berarti upaya
menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
11. Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam.
12. Setelah suhu bayi normal :
Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
Pantau bayi selama 12 jam kemudian dan ukur suhunya setiap 3 jam.
13. Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam
batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan
perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu bagaimana cara
menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.
B. Hipotermi sedang
1. Ganti pakaian yang dingin atau basah dengan pakaian yang hangat, memkai topi dan
selimuti dengan selimut hangat.
2. Bila ada ibu / pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak
kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (Kangaroo Mother Care)
3. Bila ibu tidak ada :
Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar panas, gunakan
inkubator dan ruangan hangat, bila perlu
Periksa suhu alat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu.
Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah.
4. Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI
peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
5. Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan nafas, kejang, tidak
sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.
6. Periksa kadar glukosa darah, bila <45 mg/dl, tangani hipoglikemia.
7. Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan nafas, bila ada tangani gangguan nafasnya
4
8. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5°C/jam, berarti usaha
mengahangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu tiap 2 jam.
9. Bila suhu tidak naik, atau naik terlalu pelan, kurang 0,5°c/jam, cari tanda sepsis.
10. Setelah suhu tubuh normal :
Lakukan perawatan lanjutan
Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu tiap 3 jam.
11. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada
masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.
TERAPI DENGAN INKUBATOR5
Inkubator biasanya digunakan pada bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1800 gram.
Inkubator tertutup akan memberikan panas secara konveksi. Oleh karena itu, inkubator ini
tidak mencegah kehilangan panas secara radiasi kecuali bila inkubator ini dilengkapi dengan
dua lapis dinding. Demikian pula, kehilangan panas secara evaporasi dapat dikompensasi jika
kelembapan ditambahkan ke dalam inkubator. Kelemahan inkubator tertutup ini adalah
sulitnya memantau bayi yang sakit dan sulit dalam melaksanakan beberapa prosedur.
Perubahan suhu tubuh yang dihubungkan dengan sepsis dapat diatasi melalui sistem kontrol
otomatis dari inkubator tertutup. Seorang bayi dapat dilepaskan dari inkubator bila suhu
tubuhnya dapat dijaga pada suhu lingkungan < 30,0°C (biasanya bila berat badannya
mencapai 1600-1800 gram). Inkubator tertutup dapat mengatur suhu lingkungan netral
dengan menggunakan satu dari perlengkapan dibawah ini :
a. Servocontrolled skin probe yang mencapai bagian perut bayi. Jika suhu tubuh turun,
maka panas akan ditambahkan. Jika target suhu kulit telah tercapai, maka unit
pengangat akan mati secara otomatis. Kelemahan dari alat ini adalah, dapat terjadi
panas yang berebihan bila sensor rusak.
b. Perlengkapan kontrol suhu udara. Dengan alat ini, suhu udara di dalam inkubator
dapat naik atau turun bergantung pada hasil pengukuran suhu bayi. Penggunaan cara
ini membutuhkan perhatian yang cukup dan biasanya digunakan pada bayi yang
sudah tua.
c. Probe suhu udara. Probe ini tergantung di dalam inkubator di dekat bayi dan
mengatur suhu udara agar tetap konstan.
5
Cara pemakaian :
a. Menggunakan servocontrol, dengan pengaturan suhu untuk kulit perut 36,0-36,5°C.
b. Penggunaan inkubator dengan dua lapis dinding, bila memungkinkan.
c. Tutup kepala bayi dengan topi.
d. Jaga kelembapan pada level ≥40-50%. Kelembapan yang berlebihan dan pakaian yang
basah dapat memicu terjadinya kehilangan panas yang berlebihan dan pengumpulan
cairan yang dapat memungkinkan terjadinya infeksi.
e. Jaga suhu ventilator pada suhu ≥34,0-35,0°C.
f. Letakkan matras penghangat di bawah tubuh bayi yang memiliki suhu bervariasi antara
35,0-38,0°C. Untuk perlindungan, suhu dapat diatur antara 35,0 dan 36,0°C. Untuk
menghangatkan bayi yang hipotermi, suhu dapat diatur mencapai 37,0 dan 38,0°C.
TERAPI DENGAN PEMANAS
Terapi dengan pemanas digunakan untuk bayi yang sangat tidak stabil atau selama
pelaksanaan suatu prosedur medis. Panas dihasilkan dari proses radiasi sehingga tidak
mencegah kehilangan panas secara konveksi dan evaporasi. Suhu dapat diatur dalam sebuah
“servomode” dan “nonservomode”( disebut juga tipe manual). Bila digunakan pemanas tipe
manual, bayi harus diamati secara lebih hati-hati untuk menghindari panas yang berlebihan.
Pemanas ini digunakan dalam waktu yang terbatas seperti dalam ruang persalinan.
Kehilangan air yang tak disadari dapat terjadi ekstrim pada bayi dengan berat badan lahir
sangat rendah ( mencapai 7 ml/kg/jam). Penutupan kulit dengan bahan semipermeabel dapat
membantu mengurangai kehilangan air transepidermal (TEWL) yang tak disadari.
Cara pengaturan pemanas
1. Pengaturan suhu pada bayi yang sehat ( berat badan > 2500 gram) :
a. Tempatkan bayi di bawah pancaran penghangat segera setelah persalinan.
b. Keringkan bayi dengan segera untuk mencegah kehilangan panas secara evaporasi
c. Tutup kepala bayi dengan penutup kepala atau topi.
d. Letakkan bayi dan tutup dengan selimut di tempat tidur bayi
2. Pengaturan suhu pada bayi yang sakit :
Sama dengan pengaturan suhu pada bayi yang sehat, kecuali letakkan bayi dibawah
pancaran penghangat dengan temperature servoregulation.
6
3. Pengaturan suhu pada bayi prematur (berat badan 1000-2500 gram)
a. Untuk bayi dengan berat badan 1800-2500 gram tanpa masalah medis, penggunaan
selimut, topi dan tempat penyimpanan biasanya cukup.
b. Untuk bayi dengan berat badan 1000-1800 gram dan sehat dapat ditempatkan di
inkubator dengan servokontrol. Sedangkan bayi yang sakit dapat ditempatkan di bawah
pancaran penghangat dengan servokontrol.
4. Pengaturan suhu pada bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram.
Di dalam ruang persalinan, kehilangan panas secara evaporasi dapat terjadi segera setelah
persalinan. Karena itu pengeringan secara cepat pada bayi merupakan hal yang sangat
penting dalam tatalaksana pada bayi berat badan lahir rendah. Pendekatan yang berbeda
dan lebih efisien adalah dengan ditemukannya selimut dari polietilen yang dapat dipakai
menutupi bahu sampai kaki tanpa pengeringan segera setelah proses persalinan. Di tempat
perawatan, dapat digunakan pemanas ataupun inkubator, tergantung mana yang lebih
disukai.
7
Pencegahan Hipotermi dengan 10 Langkah Proteksi Termal
Sepuluh langkah proteksi termal adalah serangkaian tindakan yang dilakukan pada bayi baru
lahir dengan tujuan untuk menghindarkan terjadinya stress hipotermi maupun hipertermi,
serta menjaga suhu tubuh bayi tetap berada dalam keadaan normal yaitu antara 36,5-37,5°C.
Langkah ke 1 : Ruang melahirkan yang hangat
Selain bersih, ruang bersalin tempat ibu melahirkan harus cukup hangat dengan suhu antara
25-28°C serta bebas dari aliran arus udara melalui jendela, pintu ataupun kipas angin. Selain
itu, sarana resusitasi lengkap yang diperlukan untuk pertolongan bayi baru lahir sudah
disiapkan serta harus dihadiri paling tidak 1 orang tenaga terlatih dalam resusitasi bayi baru
lahir sebagai penanggung jawab pada perawatannya.
Langkah ke 2 : Pengeringan segera
Segera setelah lahir, keringkan kepala dan tubuhnya dan segera ganti kain yang basah dengan
kain yang hangat dan kering. Kemudian letakkan di permukaan yang hangat seperti dada atau
perut ibunya atau segera dibungkus dengan pakaian hangat. Kesalahan yang sering dilakukan
adalah konsentrasi penolong kelahiran terutama pada oksigenasi dan tindakan pompa jantung
pada waktu resusitasi sehingga melupakan kontrol terhadap paparan dingin yang
kemungkinan besar terjadi segera setelah bayi dilahirkan.
Langkah ke 3 : Kontak kulit dengan kulit
Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah hilangnya panas
pada bayi baru lahir, baik pada bayi aterm maupun preterm. Dada atau perut ibu, merupakan
tempat yang sangat ideal bagi bayi baru lahir untuk mendapatkan suhu lingkungan yang tepat.
Kontak kulit dengan kulit adalah suatu bentuk sentuhan yang dapat menstimulasi saraf-saraf
yang tidak bermielin pada bayi (ujung saraf C). Nantinya sensasi sentuhan pada saraf ini akan
mengaktivasi korteks insular pada sistem limbik di otak sehingga dilepaskan neuropeptida
seperti kolesistokinin dan opioid yang akan menyebabkan vasodilatasi kulit. Sentuhan ini
juga akan menstimulasi aksis pituitari-tiroid yang akan meningkatkan metabolisme serta suhu
kulit ibu dan bayi. Selanjutnya, kalsitonin lokal dan hormon pelepas kortikotropin kutan
diaktifkan sehingga suhu akan meningkat dan bayi beserta ibu menjadi lebih hangat.
Apabila oleh karena sesuatu hal tidak memungkinkan pelekatan bayi ke dada atau ke perut
ibunya, maka bayi yang telah dibungkus dengan kain hangat dapat diletakkan dalam dekapan
lengan ibunya. Metode perawatan kontak kulit dengan kulit dalam perawatan bayi
selanjutnya sangat dianjurkan khususnya untuk bayi-bayi kecil. Dari beberapa penelitian
8
dilaporkan adanya penurunan secara bermakna angka kesakitan dan angka kematian bayi-
bayi kecil.
Langkah ke 4 ; Pemberian ASI
Pemberian ASI sesegera mungkin sangat dianjurkan dalam jam-jam pertama kehidupan bayi
baru lahir. Pemberian ASI secara dini dan dalam jumlah yang mencukupi akan sangat
menunjang kebutuhan nutrisi serta berperanan dalam proses termoregulasi bayi baru lahir.
Selain itu, ibu post-partum baik bayinya aterm maupun preterm akan mengalami kenaikan
temperatur payudara. Stimulasi menyusui dini akan meningkatkan produksi prolaktin yang
memicu aktivasi lebih baik dari kelenjar susu. Aktivasi ini selanjutnya akan memicu efek
parasimpatis ke pembuluh darah di payudara sehingga suhunya meningkat dan dapat
menghangatkan bayi sekaligus di saat menyusui.
Gambar 2. Usaha pencegahan kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir.
Langkah ke 5 : Tidak segera memandikan / menimbang bayi
Memandikan bayi dapat dilakukan beberapa jam kemudian (paling tidak setelah 6 jam ) yaitu
setelah keadaan bayi stabil. Tindakan memandikan bayi segera setelah lahir akan
menyebabkan terjadinya penurunan suhu tubuh bayi. Mekonium, darah atau sebagian verniks
dapat dibersihkan pada waktu tindakan mengeringkan bayi. Sisa verniks yang masih
menempel di tubuh bayi tidak perlu dibuang. Pembuangan sisa verniks yang masih menempel
akan menyebabkan iritasi kulit juga verniks tersebut masih bermanfaat sebagi pelindung
panas tubuh bayi, dan akan direabsorbsi dalam hari hari pertama kehidupan bayi. Menimbang
bayi dapat ditunda beberapa saat kemudian. Tindakan menimbang dapat menyebabkan
9
terjadinya penurunan suhu tubuh bayi. Sangat dianjurkan pada waktu menimbang bayi,
timbangan yang digunakan diberi alas kain hangat.
Langkah ke 6 : Pakaian dan selimut bayi yang adekuat
Secara umum, bayi baru lahir memerlukan beberapa lapis pakaian dan selimut yang lebih
banyak daripada orang dewasa. Pakaian terutama topi, dapat dipakaikan pada bayi, karena
sebagian besar (kurang dari 25 %) kehilangan panas dapat terjadi melalui kepala bayi.
Pakaian dan selimut sebaiknya cukup longgar sehingga memungkinkan adanya lapisan udara
diantara permukaannya sebagai penyangga panas tubuh yang cukup efektif. Bedong
(swaddling) yang biasanya sangat erat sebaiknya dihindarkan. Selain menghilangkan lapisan
udara sebagai penyangga panas, bedong juga meningkatkan risiko terjadinya pneumonia dan
penyakit infeksi saluran nafas lainnya. Hal ini terjadi karena paru bayi tidak mengembang
sempurna pada waktu bernafas. Pada perawatan bayi preterm selain dengan cara perawatan
bayi lekat dengan ibunya, pakaian dan selimut hangat, penggunaan plastik sebagai selimut
pelapis atau meletakkan bayi dibawah pemancar panas, dilaporkan sangat bermanfaat untuk
memperkecil proses kehilangan panas. Pemakaian matras yang hangat juga dapat dilakukan.
Dalam hal ini suhu tubuh bayi harus selalu dimonitor dengan ketat untuk menghindarkan
terjadinya hipertermi. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, mempunyai risiko
untuk terjadinya depresi pernafasan, kejang, palsi serebral atau kematian.
Langkah ke 7 : Rawat gabung
Bayi yang dilahirkan di rumah ataupun di rumah sakit, seyogyanya digabung dalam tempat
tidur yang sama dengan ibunya selama 24 jam penuh dalam ruangan yang cukup hangat
(minimal 25°C). Hal ini sangat menunjang pemberian ASI on demand , serta mengurangi
resiko terjadinya infeksi nosokomial pada bayi-bayi yang lahir di rumah sakit.
Langkah ke 8 : Transportasi hangat
Apabila bayi perlu segera dirujuk ke rumah sakit atau bagian lain di lingkungan rumah sakit
seperti di ruang rawat bayi atau NICU sangat penting untuk selalu memjaga kehangatan bayi
selama dalam perjalanan. Apabila memungkinkan, rujuklah bayi bersamaan dengan ibunya
dalam perawatan bayi lekat. Hal ini merupakan cara sederhana dan aman. Cara merujuk bayi
dapat melalui teknik KMC (Kangaroo Mother Care) dengan meletakkan bayi di dada ibunya
dimana bayi berada di dalam baju ibu dengan kontak kulit ke kulit yang adekuat. Bayi tidak
memakai pakaian atasan, dapat memakai topi, kaus kaki dan sarung tangan. Selanjutnya dari
10
luar bayi dapat ditutupi dengan selimut atau kain. Tindakan ini dapat membuat bayi lebih
hangat, lebih mudah disusui dan komplikasi hipoterminya dapat dikurangi.
Langkah ke 9: Resusitasi hangat
Saat resusitasi, tubuh bayi harus dijaga agar tetap hangat. Bayi-bayi yang mengalami asfiksia
tidak dapat menghasilkan panas yang cukup sehingga berisiko tinggi untuk menderita
hipotermi. Pada waktu melakukan resusitasi di rumah sakit, berikanlah lingkungan yang
hangat dan kering, yaitu dengan meletakkan bayi di bawah alat pemancar panas. Hal ini
merupakan salah satu dari rangkaian prosedur standar resusitasi bayi baru lahir.
Langkah ke 10 : Pelatihan dan sosialisasi rantai hangat
Semua pihak yang terlibat dalam proses kelahiran serta perawatan bayi perlu dilatih dan
diberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip serta prosedur yang benar tentang rantai
hangat. Keluarga dan anggota masyarakat yang mempunyai bayi di rumah perlu diberikan
pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya menjaga agar bayinya selalu tetap hangat.
11
DAFTAR PUSTAKA
1) Bhatt DR, White R, Martin G. Transitional Hypothermia in Preterm Newborns.
Journal Of Perinatology 2007;27: 45-7
2) Ludington S, Morgan K, Reese S. Breast-Infant Temperature with Twins during
Shared Kangaroo Care. Journal Obstetric and Ginecology Neonatal Nursing Juni
2006;35:223-31.
3) McCall , Alderdice FA, Halliday HL, Jenkins JG, Vohra S. Interventions to Prevent
Hypothermia At Birth In Preterm and/or Low Birthweight Babies. U.S National
Library of Medicine National Institute of Health Januari 2005;1
4) Pohl A, Gomella C, dan Gomella LG. A Lange Medical Book : Pediatrics On Call.
2004. McGraw-Hill.
5) Yunanto A. Termoregulasi. Dalam : Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, penyunting.
Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta : Badan Penerbit IDAI ; 2008. h. 89-102
6) Zayeri M, Kazemnejad A, Ganjali M, dan Babaei G. Incidence and Risk Factors of
Neonatal Hypothermia at Referral Hospitals in Tehran, Islamic Republic of Iran. La
Revue de Sante la Mediterranee orientale 2007;13:1308-13
12