hidrodeoksigenasi bio oil cangkang kelapa sawit …

76
HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS Ru/C DAN Pd/C EKA PUTRI RAHAYU PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M / 1437 H

Upload: others

Post on 14-Apr-2022

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA

SAWIT DENGAN KATALIS Ru/C DAN Pd/C

EKA PUTRI RAHAYU

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M / 1437 H

Page 2: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA

SAWIT DENGAN KATALIS Ru/C DAN Pd/C

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh : EKA PUTRI RAHAYU

1112096000042

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M / 1437 H

Page 3: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA

SAWIT DENGAN KATALIS Ru/C DAN Pd/C

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh : EKA PUTRI RAHAYU

1112096000042

Page 4: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

PENGESAHAN UJIAN Skripsi berjudul, “Hidrodeoksigenasi Bio-oil Cangkang Kelapa Sawit dengan Katalis Ru/C dan Pd/C” yang ditulis oleh Eka Putri Rahayu, NIM 1112096000042 telah diuji dan dinyatakan “Lulus” dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Mei 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Kimia.

Page 5: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 9 Mei 2016

Eka Putri Rahayu 1112096000042

Page 6: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

ABSTRAK

Eka Putri Rahayu. Hidrodeoksigenasi Bio-oil Cangkang Kelapa Sawit dengan Katalis Ru/C dan Pd/C. Dibimbing oleh Dieni Mansur dan Sri Yadial Chalid.

Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu biomassa yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis energi. Proses hidrodeoksigenasi dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas bio-oil sehingga pada penelitian ini dilakukan teknik hidrodeoksigenasi untuk memproduksi bio-oil berkualitas dari cangkang kelapa sawit menggunakan katalis Ru dan Pd pada penyangga karbon. Sintesis katalis dilakukan menggunakan metode impregnasi basah dengan variasi konsentrasi logam Ru dan Pd 1, 3, dan 5%. Katalis Ru/C dan Pd/C dikarakterisasi dengan metode SAA untuk menentukan luas permukaan, SEM EDX untuk mengetahui morfologi dan komposisi penyusun, dan XRD untuk mengetahui kristalinitas katalis. Hasil analisis SAA menunjukkan luas permukaan dan volume pori katalis bertambah kecil dengan meningkatnya kosentrasi katalis. Hasil SEM EDX menunjukkan bahwa katalis Ru dan Pd memiliki tekstur berpori dan tersebar merata pada penyangga karbon, dan fasa amorf terdeteksi pada hasil analisis XRD. Proses HDO telah dilakukan pada suhu 250 oC dan tekanan 20 bar selama 4 jam. Yield heavy oil yang didapatkan pada proses HDO yaitu sebesar >68% dan penurunan oksigen sebesar 47,06% untuk katalis Ru/C dan 42,65% untuk katalis Pd/C. Besarnya nilai kalor (HHV) heavy oil sebesar >28 MJ/kg. Nilai tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan HHV bio-oil hasil pirolisis (21,79 MJ/kg).

Kata kunci: Bio-oil, cangkang kelapa sawit, hidrodeoksigenasi, katalis, pirolisis.

Page 7: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

ABSTRACT

Eka Putri Rahayu. Hydrodeoxygenation of Bio-oil Palm Kernel Shells Using Ru/C and Pd/C Catalysts. Supervised by Dieni Mansur dan Sri Yadial Chalid.

Palm kernel shells are one of biomass that used as alternative sources for cricis energy. Hydrodeoxygenation process has been used to increase the quality of bio-oil. Therefore, in this research hydrodeoxygenation process using 1, 3, and 5% of Ru and Pd catalysts supported on carbon were carried out to produced high quality of bio-oil derived palm kernel shells. The catalysts were prepared by wet impregnation method and characterized by SAA for surface area analysis, SEM EDX for morphology and composition identification, and XRD for crystallinity investigation. SAA results showed that surface area and pore volume of the catalyst was getting smaller by increasing concentration of catalysts. According to SEM EDX analysis, Ru and Pd catalysts had porous texture and have been dispersed on carbon. Ru/C and Pd/C catalysts were amorphous phase based on XRD analysis. Hydrodeoxygenation processes were carried out at 250 oC and 20 bar for 4 hours. The yield of heavy oil was more than 68%wt. The level of deoxygenation was 47,06% using Ru/C catalyts and 42,65% using Pd/C catalysts. High heating value (HHV) of heavy oil reached 28 MJ/kg and this value was higher than pyrolysis of bio-oil (21,79 MJ/kg).

Keywords: Bio-oil, catalyst, hydrodeoxygenation, palm kernel shells, pyrolysis.

Page 8: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

karuniaNya. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kehadirat Nabi

Muhammad SAW karena berkat jasa beliaulah manusia dibawa dari zaman

jahiliyah ke zaman yang terang benderang oleh ilmu pengetahuan.

Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul Hidrodeoksigenasi Bio-oil Cangkang Kelapa Sawit dengan Katalis Ru/C

dan Pd/C. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan pada Program

Studi Kimia, Fakultas Sains dan Tekhnologi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulisan skripsi ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dieni Mansur, M.Eng, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

pengarahan, pengetahuan, serta bimbingannya selama pelaksanaan dan

penulisan skripsi.

2. Dr. Sri Yadial Chalid, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan saran dalam menyelesaikan penulisan

skripsi.

3. Nurhasni, M.Si dan Nanda Saridewi, M.Si selaku dosen penguji yang telah

banyak memberikan masukan dalam skripsi ini.

4. Drs. Dede Sukandar, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Kimia Fakultas

Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Page 9: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

ix

5. Dr. Agus Salim, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Sabar P Simanungkalit, M.T, selaku peneliti LIPI yang telah memberikan

pengetahuan, bimbingan, serta bantuan selama penelitian.

7. M. Arifuddin Fitriady, S.T, yang banyak memberikan bantuan dan saran

dalam penulisan dan rencana kerja.

8. Kedua orang tua tercinta, Kasanah, S.Pg, M.Pd (Ibu) dan Uja Jawari

(Ayah) atas segala doa, pengorbanan dan dukungan yang diberikan kepada

penulis.

9. Teman-teman seperjuangan Kimia angkatan 2012.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Mei 2016

Penulis

Page 10: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

x

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

1.3 Hipotesis ...................................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4

2.1 Cangkang Kelapa Sawit ................................................................................ 4

2.2 Bio-oil .......................................................................................................... 5

2.3 Hidrodeoksigenasi (HDO) Catalytic Upgrading Bio-oil ................................ 7

2.4 Katalis .......................................................................................................... 9

2.5 Impregnasi.................................................................................................. 17

2.6 Mekanisme Katalis Ru/C dan Pd/C Pada Reaksi HDO ................................ 18

2.7 SAA (Surface Area Analyzer) ..................................................................... 20

2.8 SEM EDX (Scanning Electron Microscopes Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy) ............................................................................................. 21

2.9 XRD (X-Ray Diffraction)............................................................................ 23

2.10 Elemental analyzer .................................................................................... 24

Page 11: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

xi

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 27

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 27

3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................... 27

3.2.1 Alat .................................................................................................. 27

3.2.2 Bahan ............................................................................................... 27

3.3 Prosedur Penelitian ..................................................................................... 28

3.3.1 Preparasi katalis Ru/C dan Pd/C ....................................................... 28

3.3.2 Pirolisis cangkang kelapa sawit ........................................................ 29

3.3.3 Proses hidrodeoksigenasi upgrading bio-oil. ..................................... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 31

4.1 Karakterisasi Katalis ................................................................................... 31

4.2 Produk Pirolisis Cangkang Kelapa Sawit .................................................... 36

4.3 Produk Upgrading Bio-oil .......................................................................... 39

4.4 Tingkat Deoksigenasi ................................................................................. 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 46

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 46

5.2 Saran .......................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 47

LAMPIRAN ..................................................................................................... 51

Page 12: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Cangkang kelapa sawit ........................................................................ 4

Gambar 2 Skema reaksi HDO senyawa fenol ....................................................... 8

Gambar 3 Metode impregnasi ............................................................................ 17

Gambar 4 Mekanisme reaksi HDO pada asam karboksilat ................................. 19

Gambar 5 Skema alat SAA ................................................................................ 21

Gambar 6 Prinsip kerja SEM ............................................................................. 22

Gambar 7 Skema dasar XRD ............................................................................. 23

Gambar 8 Prinsip kerja elemental analyzer ........................................................ 25

Gambar 9 Reaktor pirolisis ................................................................................ 29

Gambar 10 Reaktor upgrading bio-oil................................................................ 30

Gambar 11 Mikrograf permukaan a) Ru/C 5% b) Pd/C 5% c) karbon aktif ........ 33

Gambar 12 Pola difraksi karbon aktif, katalis Pd/C dan Ru/C ............................ 35

Gambar 13 Cairan hasil pirolisis a) bio-oil b) pyroligneous acid ........................ 37

Gambar 14 Produk upgrading bio-oil a) light oil b) heavy oil............................ 39

Gambar 15 Komponen produk upgrading bio-oil ............................................... 40

Gambar 16 Diagram Van Krevelen heavy oil katalis Ru/C dan Pd/C .................. 42

Gambar 17 Hubungan katalis terhadap yield heavy oil dan DOD........................ 44

Page 13: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kandungan cangkang kelapa sawit .......................................................... 5

Tabel 2 Sifat fisik dan kimia bio-oil ..................................................................... 6

Tabel 3 Komposisi bio-oil dan minyak mentah. ................................................... 7

Tabel 4 Klasifikasi komponen aktif. ................................................................... 13

Tabel 5 Penentuan luas permukaan dan volume pori penyangga karbon, katalis Ru/C dan Pd/C ...................................................................................... 31

Tabel 6 Hasil analisa EDX katalis Ru/C dan Pd/C .............................................. 34

Tabel 7 Komponen produk pirolisis cangkang kelapa sawit ............................... 37

Tabel 8 Komposisi elemen bio-oil dan pyroligneous acid .................................. 38

Tabel 9 Komposisi elemen produk heavy oil dan light oil .................................. 41

Page 14: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram alir penelitian .................................................................... 51

Lampiran 2 Perhitungan penimbangan katalis .................................................... 52

Lampiran 3 Neraca massa pirolisis cangkang kelapa sawit ................................. 54

Lampiran 4 Neraca massa catalytic upgrading ................................................... 55

Lampiran 5 Perhitungan tingkat deoksigenasi .................................................... 58

Lampiran 6 Data EDX ....................................................................................... 59

Lampiran 7 Hasil XRD ...................................................................................... 60

Lampiran 8 Dokumentasi penelitian ................................................................... 61

Page 15: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketersediaan minyak bumi sebagai penopang utama untuk memenuhi

kebutuhan energi semakin menipis karena eksploitasi pertambangan minyak yang

berlebihan. Menurut data Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM),

Indonesia saat ini hanya memiliki cadangan minyak bumi 0,3% dari cadangan

minyak dunia. Cadangan minyak bumi terus turun tiap tahun sedangkan

kebutuhan terus meningkat (BPPT, 2013).

Minyak bumi sebagai penopang dalam memenuhi kebutuhan energi semakin

menipis maka manusia sebagai makhluk yang ditinggikan beberapa derajat perlu

mengembangkan sumber energi alternatif agar kestabilan alam tetap terjaga.

Fungsi tersebut difirmankan Allah pada surat Al-An’am ayat 165 yang berbunyi:

“Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan

sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu

tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu”.

Cangkang kelapa sawit merupakan biomassa yang dapat dikembangkan

sebagai sumber energi alternatif dengan metode pirolisis menghasilkan produk

bio-oil (Bridgewater, 2004). Cangkang kelapa sawit dihasilkan pabrik pengolahan

kelapa sawit sebesar 6,5% dari setiap ton berat tandan buah segar. Pemanfaatan

cangkang kelapa sawit baru sebatas untuk bahan bakar boiler yang mampu

mengurangi jumlah limbah cangkang kelapa sawit sebesar 40% (Febijanto, 2011).

Bio-oil yang dihasilkan dengan metode pirolisis memiliki kelemahan seperti

nilai O/C tinggi, nilai kalor rendah, keasaman tinggi dan kekentalan yang berubah

Page 16: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

2

selama penyimpanan (Bridgewater, 2004). Sementara kualitas bio-oil sebagai

bahan bakar memiliki nilai O/C rendah sehingga kelemahan bio-oil perlu

diperbaiki dengan cara catalytic upgrading seperti zeolite cracking dan

hidrodeoksigenasi (HDO) (Elliot, 2013). HDO menghasilkan bio-oil dengan nilai

O/C rendah dan nilai kalor (HHV) yang tinggi (Mortensen et al., 2011) sedangkan

zeolite cracking (HZSM-5 katalis) menghasilkan bio-oil dengan kualitas

hidrokarbon dan HHV yang rendah (Huber et al., 2006).

Proses HDO telah dilakukan oleh Elliot (2007) pada bio-oil kayu poplar

dengan katalis Co-MoS2/Al2O3 dan Ni-MoS2/Al2O3, dihasilkan bio-oil yang

kurang baik karena mengandung sulfur dan deaktivasi katalis yang tinggi.

Wildschut et al (2009) telah melakukan proses HDO bio-oil kayu beech

menggunakan katalis Ru/C, Ru/TiO2, Ru/Al2O3, Pt/C, Pd/C dengan konsentrasi

5%, hasil yang didapatkan bahwa katalis Ru/C dan Pd/C paling efektif karena

menghasilkan yield (±60%) dan tingkat deoksigenasi (±82%) yang tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini melakukan proses HDO dengan

variasi konsentrasi katalis Ru/C dan Pd/C pada bio-oil cangkang kelapa sawit.

Karakterisasi katalis menggunakan Surface Area Analyzer (SAA) untuk

menentukan luas permukaan, X-Ray Diffraction (XRD) untuk mengetahui

kristalinitas dan Scanning Electron Microscope Energy Dispersive X-Ray

Spectroscopy (SEM EDX) untuk mengetahui morfologi dan komposisi penyusun

permukaan katalis. Analisis kandungan C, H, O dan N produk bio-oil

menggunakan instrument Elemental Analyzer.

Page 17: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

3

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik katalis Ru/C dan Pd/C untuk hidrodeoksigenasi

bio-oil cangkang kelapa sawit?

2. Bagaimana kualitas bio-oil yang dihasilkan dengan proses

hidrodeoksigenasi menggunakan katalis Ru/C dan Pd/C?

1.3 Hipotesis

1. Katalis Ru/C dan Pd/C memberikan perbedaan karakteristik katalis

untuk hidrodeoksigenasi bio-oil cangkang kelapa sawit.

2. Penggunaan katalis Ru/C dan Pd/C dapat menurunkan kandungan

oksigen dan meningkatkan kualitas bio-oil cangkang kelapa sawit.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui karakteristik katalis Ru/C dan Pd/C untuk hidrodeoksigenasi

bio-oil cangkang kelapa sawit.

2. Menghasilkan produk bio-oil dari cangkang kelapa sawit berkualitas

dengan kandungan oksigen yang rendah.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui efisiensi katalis Ru/C dan Pd/C pada proses

hidrodeoksigenasi bio-oil cangkang kelapa sawit.

2. Memanfaatkan cangkang kelapa sawit menjadi produk bio-oil

berkualitas sebagai sumber energi alternatif.

Page 18: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cangkang Kelapa Sawit

Cangkang kelapa sawit merupakan limbah padat hasil pengolahan kelapa

sawit dengan bentuk seperti tempurung kelapa (Gambar 1). Pada proses

pengolahan minyak sawit, cangkang kelapa sawit dipisahkan dari intinya

menggunakan alat hydrocyclone separator (Kurniati, 2008). Potensi limbah

cangkang kelapa sawit sangat besar di Indonesia, karena Indonesia merupakan

produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Provinsi Riau

merupakan daerah yang mempunyai luas kebun sawit terbesar di Indonesia

dengan produksi sawit sebesar 7.442.557 ton pada tahun 2015 (DIRJEN

Perkebunan, 2015).

Cangkang kelapa sawit yang dihasilkan dari proses produksi minyak sawit

sebesar 60% dan sukar terdegradasi secara alami pada lingkungan (Kurniati.,

2008). Cangkang kelapa sawit saat ini dikembangkan menjadi produk-produk

yang bermanfaat dan memberi nilai tambah dari aspek ekonomi serta ramah

lingkungan seperti karbon aktif, briket arang dan tepung tempurung. Kandungan

cangkang kelapa sawit sebagian besar adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin

Gambar 1 Cangkang kelapa sawit

Page 19: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

5

(Tabel 1). Degradasi ikatan kimia selulosa, hemiselulosa dan lignin berpotensi

menghasilkan produk bio-oil dengan kandungan senyawa seperti fenol, air,

levoglucosan dan hidroksiasetaldehida, produk gas seperti metana, hidrogen, dan

karbonmonoksida, dan produk arang (Peby, 2010).

Tabel 1 Kandungan cangkang kelapa sawit

Komponen Nilai (%)

Selulosa 33,04 Hemiselulosa 23,82 Lignin 45,59 Komponen ekstraktif 9,89

Sumber : Kim et al., 2010.

2.2 Bio-oil

Bio-oil adalah bahan bakar cair berwarna gelap, beraroma seperti asap dan

diproduksi dari biomassa seperti kayu, kertas atau biomassa lainnya melalui

teknologi pirolisis. Bio-oil tersusun atas campuran uap organik seperti asam

karboksilat, alkohol, aldehid, eter, ester, keton, furan, fenol dan hidrokarbon

(Bridgewater, 2004). Sifat fisik dan sifat kimia dari bio-oil disaijkan pada Tabel 2.

Proses pembuatan bio-oil umumnya menggunakan metode pirolisis. Pirolisis

adalah proses pemecahan struktur kimia bahan organik melalui proses pemanasan

tanpa atau sedikit oksigen. Selama berlangsungnya proses pirolisis, terjadi

beberapa tahapan reaksi yaitu dehidrasi pada suhu 100 °C, dekomposisi

hemiselulosa pada suhu 200-260 °C, dekomposisi selulosa pada suhu 240-340 °C

dan dekomposisi lignin pada suhu 280-500 °C (Miura, 2002). Pirolisis dibagi

menjadi pirolisis cepat dan pirolisis lambat. Pirolisis cepat digunakan kecepatan

pemanasan yang sangat tinggi mencapai 1000–10.000 oC/s dan pendinginan yang

cepat sedangkan pirolisis lambat digunakan kecepatan pemanasan yang lebih

Page 20: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

6

rendah. Produk utama pirolisis cepat adalah gas dan cair sedangkan produk utama

pirolisis lambat adalah padatan. Umumnya proses pirolisis berlangsung pada

kondisi operasi 450-600 oC (Bridgewater, 2004).

Tabel 2 Sifat fisik dan kimia bio-oil

Sifat Fisik Keterangan

Penampilan/rupa Cairan coklat tua. Berdasarkan bahan baku dan tipe pirolisis yang dipakai, warna yang ditampilkan menjadi hitam sampai coklat kemerah-merahan atau hijau tua.

Bau Berbau asap tajam yang dapat mengiritasi mata jika terbuka di udara luar untuk waktu yang lama.

Kandungan air Kandungan air bervariasi yaitu 15–30% berat tergantung dari cara memproduksi cairan dan berbentuk campuran fasa tunggal yang stabil.

Densitas Densitas sangat tinggi (1,2 kg/L) dibandingkan dengan bahan bakar lain (0,85 kg/L).

Viskositas Viskositas bio-oil bervariasi dari 40 cp sampai 100 cp. Viskositas berguna pada beberapa aplikasi bahan bakar.

Pengaruh waktu Penyimpanan menyebabkan perubahan viskositas.

Sumber : Bridgewater, 2004.

Bio-oil hasil pirolisis sebagian besar mengandung oksigen, apabila

digunakan langsung sebagai bahan bakar menghasilkan nilai kalor yang rendah

dan viskositas tidak stabil, kelemahan ini diperbaiki secara kimia untuk

pengurangan oksigen (Bridgewater, 2012). Umumnya analisis produk bio-oil

berdasarkan nilai O/C dan H/C. Nilai O/C rendah dan H/C tinggi menunjukkan

bahwa produk cair dengan kualitas tinggi. Nilai ini sangat penting apabila bio-oil

akan digunakan sebagai bahan bakar transportasi (Dickerson et al., 2013).

Komposisi bio-oil dan minyak mentah disajikan pada Tabel 3.

Page 21: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

7

Tabel 3 Komposisi bio-oil dan minyak mentah.

Komposisi Bio-oil Minyak mentah

Air (wt %) 15–30 0,1 pH 2,8–3,8 -

Densitas (kg/L) 1,05–1,25 0,86 Viskositas 50 °C (cp) 40–100 180

HHV (MJ/kg) 16–19 44 C (wt %) 55–65 83-86

O (wt %) 28–40 <1 H (wt %) 5–7 11–14

S (wt %) <0,05 <4 N (wt %) <0,4 <1

Abu (wt %) <0,2 0,1 H/C 0,9–1,5 1,5–2,0

O/C 0,3–0,5 ≈0

Sumber : Dickerson et al., 2013.

2.3 Hidrodeoksigenasi (HDO) Catalytic Upgrading Bio-oil

Teknologi konversi bio-oil menjadi produk bahan bakar salah satunya

adalah catalytic upgrading dengan reaksi hidrodeoksigenasi (HDO). Reaksi HDO

adalah proses hidrogenolisis untuk menghilangkan oksigen. Ikatan karbon-

oksigen diputus oleh hidrogen dan katalis sehingga memproduksi CO2 dan H2O

(Dickerson et al., 2013). Tujuan HDO untuk menghilangkan oksigen dengan

mengkonversi asam, aldehid, alkohol dan senyawa tak jenuh menjadi bentuk yang

stabil (Bridgewater, 2012).

Page 22: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

8

Senyawa fenol paling banyak terkandung pada produk bio-oil hasil pirolisis

(Kim et al., 2010), mekanisme reaksi HDO pada senyawa fenol ditampilkan pada

Gambar 2, Reaksi hidrogenasi dan hidrogenolisis terjadi pada senyawa fenol

dipengaruhi oleh jumlah gas H2 dan suhu reaksi. Reaksi hidrogenasi yaitu reaksi

adisi gas H2 yang mereduksi ikatan rangkap dua dan tiga pada hidrokarbon

sedangkan reaksi hidrogenolisis yaitu reaksi adisi gas H2 diikuti dengan

pemutusan ikatan seperti ikatan C-O. Senyawa fenol menjadi benzene melalui

reaksi hidrogenolisis dengan melepaskan H2O sedangkan pembentukan senyawa

fenol menjadi sikloheksan membutuhkan energi yang lebih besar untuk

memutuskan ikatan rangkap dan ikatan C-O sehingga melalui beberapa tahap

hidrogenasi dan hidrogenolisis (Fessenden et al., 1999).

HDO terbagi dua yaitu mild HDO dan deep HDO. Mild HDO adalah proses

HDO dengan kondisi operasi (suhu dan tekanan) yang relatif rendah, yaitu tidak

lebih dari 400 °C sedangkan deep HDO berlangsung pada suhu dan tekanan yang

relatif tinggi (Venderbosch et al., 2009). Proses HDO dipengaruhi oleh beberapa

faktor:

Hidrogenolisis langsung

Hidrogenasi

Hidrogenasi Hidrogenolisis langsung

Hidrogenasi

Gambar 2 Skema reaksi HDO senyawa fenol (Wang et al., 2011).

Page 23: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

9

A. Komposisi bio-oil

Kandungan air, proksimat dan komposisi unsur (C, H, O dan N) pada bio-oil

hasil pirolisis mempengaruhi kandungan bio-oil produk HDO.

B. Suhu

Semakin tinggi suhu HDO maka bio-oil yang dihasilkan akan berkurang

karena semakin banyak gas yang terbentuk namun tingkat deoksigenasi semakin

tinggi. Hal ini menandakan bahwa kandungan oksigen pada bio-oil berkurang dan

stabilitas bio-oil meningkat.

C. Katalis

Pemilihan katalis dan support sangat penting pada reaksi HDO. Jenis katalis

berpengaruh terhadap reaksi kimia yang terjadi saat proses. Pada penelitian ini

digunakan katalis Ru dan Pd dengan penyangga karbon yang memiliki

kemampuan terhadap reaksi hidrogenolisis (Dickerson et al., 2013).

D. Tekanan gas hidrogen

Penambahan gas hidrogen berpengaruh terhadap reaksi dehidrasi,

hidrogenasi, hidrogenolisis dan dekarboksilasi (Zhang, 2003).

2.4 Katalis

Katalis adalah senyawa yang dapat meningkatkan laju reaksi dan

keterlibatannya pada reaksi kimia tidak permanen. Katalis dapat diambil kembali

pada akhir reaksi. Katalis berperan meningkatkan selektivitas suatu reaktan untuk

menghasilkan produk sesuai dengan yang diinginkan (Haerudin, 2005). Parameter

utama kinerja katalis yaitu :

1. Aktivitas, yaitu peran katalis untuk meningkatkan kecepatan reaksi.

Page 24: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

10

2. Selektivitas, yaitu peran katalis untuk meningkatkan produk yang diinginkan.

3. Deaktivasi, yaitu penurunan aktivitas katalis yang dihubungkan dengan masa

pemakaian katalis (life time) (Istady, 2011).

Aktivitas reaksi merupakan faktor penting karena berhubungan langsung

dengan jumlah dan waktu untuk menghasilkan produk. Kenaikan aktivitas reaksi

memiliki keuntungan yaitu kecepatan reaksi lebih cepat pada kondisi operasi yang

sama, reaksi dapat dilakukan pada tekanan dan suhu yang lebih rendah sehingga

pengoperasian menjadi lebih mudah. Peningkatan selektivitas reaksi dapat

dihubungkan dengan peningkatan kualitas produk reaksi. Selektivitas

didefinisikan sebagai perbandingan antara produk reaksi yang diinginkan dengan

produk reaksi yang didapatkan sedangkan deaktivasi katalis berpengaruh terhadap

faktor ekonomi sebuah proses, jika kecepatan deaktivasi dapat dibuat lebih kecil

maka katalis memiliki umur yang lebih lama dan produk yang dihasilkan

persatuan berat katalis menjadi lebih banyak (Istady, 2011).

Pemilihan katalis didasarkan pada urutan berikut; Selektivitas > Deaktivasi

(life time) > Aktivitas. Katalis dengan selektivitas yang tinggi dan masa hidup

yang panjang menjadi pilihan sedangkan aktivitas katalis bukan merupakan faktor

utama karena rekayasa desain reaktor lebih mudah dilakukan untuk meningkatkan

kinerja reaksi. Katalis yang sangat selektif namun memiliki aktivitas rendah dapat

tetap menjadi pilihan utama (Istady, 2011). Katalis berdasarkan fasa reaktan dan

fasa katalis dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

Katalis homogen

Katalis homogen memiliki fasa yang sama antara reaktan dan katalis, pada

umumnya berada pada fasa cair. Katalisis terjadi melalui pembentukan kompleks

Page 25: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

11

dan pembentukan kembali antara molekul-molekul dan ligan-ligan katalis. Reaksi

katalisis ini terjadi sangat spesifik dan dapat menghasilkan selektivitas yang tinggi

dan biasanya dapat dilakukan pada kondisi operasi yang tidak terlalu sulit

(Nasikin, 2010).

Secara operasional reaksi katalisis homogen ini lebih mudah dan tidak

membutuhkan energi namun katalisis homogen ini jarang digunakan dalam

industri, hal ini disebabkan karena dibutuhkan peralatan tambahan untuk

memisahkan produk dari katalis homogen sehingga peralatan keseluruhan proses

yang diperlukan menjadi cukup kompleks. Katalis homogen yang banyak

digunakan dalam produksi biodiesel seperti basa (NaOH, KOH) dan asam (HCl,

H2SO4) (Nasikin, 2010).

Katalis heterogen

Katalis heterogen memiliki fasa yang berbeda dengan reaktan (bahan yang

bereaksi). Pada reaksi heterogen, pertama-tama reaktan teradsorpsi pada

permukaan aktif katalis, selanjutnya terjadi interaksi pada permukaan katalis atau

terjadi pelemahan ikatan molekul yang teradsorpsi. Setelah reaksi terjadi, molekul

hasil reaksi (produk) dilepas dari permukaan katalis. Katalis yang baik perlu

memiliki kemampuan mengadsorpsi dan mendesorpsi yang baik (Nasikin, 2010).

Katalis heterogen kurang efektif dibandingkan dengan katalis homogen

karena heterogenitas permukaannya, namun sistem katalisis heterogen paling luas

digunakan dalam bidang industri. Keuntungan sistem katalis heterogen yaitu :

a. Aktivitas intrinsik dari inti aktif dapat dimodifikasi oleh struktur padatnya.

b. Komposisi permukaan dapat digunakan untuk meminimalisasi atau

meningkatkan adsorpsi dari senyawa tertentu.

Page 26: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

12

c. Mudah dipisahkan antara katalis dari produk dengan cara filtrasi dan

digunakan kembali tanpa/dengan regenerasi.

d. Mengurangi atau menghilangkan limbah garam yang dihasilkan dari

netralisasi katalis homogen asam Bronsted atau Lewis (Nasikin, 2010).

Pada umumnya katalis tersusun dari beberapa komponen, antara lain :

a. Komponen aktif

b. Penyangga (Support)

c. Promotor

A. Komponen aktif

Komponen aktif merupakan komponen katalis yang berperan utama

terhadap reaksi kimia. Pemilihan komponen aktif adalah tahap pertama dalam

perancangan suatu katalis. Klasifikasi komponen aktif berdasarkan tipe

konduktivitas dan penggunaannya pada reaksi disajikan pada Tabel 4.

Ketiga jenis komponen aktif katalis memiliki karakteristik dan jenis reaksi

yang berbeda. Katalis logam memiliki sifat konduktor sehingga energi elektron

yang berlebih digunakan untuk mendonorkan elektron melalui adsorpsi molekul.

Katalis oksida dan sulfida logam memiliki sifat semikonduktor, kemampuan

donor dan akseptor elektron merupakan salah satu aktivasi bagi berlangsungnya

reaksi redoks tetapi konfigurasi tipe ini cenderung lebih rumit dibandingkan

dengan logam. Semakin kompleks bentuk geometri katalis maka semakin selektif

reaksi redoks yang berlangsung. Sifat isolator dari katalis oksida tidak dapat

secara langsung mempromosikan perpindahan muatan listrik (Nasikin, 2010).

Page 27: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

13

Tabel 4 Klasifikasi komponen aktif.

Jenis Konduktivitas Reaksi Contoh

Logam Konduktor

Hidrogenasi Dehidrogenasi

Fe,Co, Ni, Rh, Pt, Pd, Ru, Cu,

Hidrogenolisis Ag, Os Oksidasi reduksi

Oksida dan sulfida logam

Semikonduktor Hidrogenolisis NiO,ZnO,CuO, Dehidrogenasi Cr2O3, MoS2 Desulfurisasi

Oksidasi

Oksida Isolator Polimerisasi Isomerisasi

Al2O3, SiO2, MgO, Al2O3,

Halogenasi Alkilasi

SiO2, zeolit

Dehidrasi

Sumber : Richardson, 1992.

Komponen aktif katalis bisa menjadi tidak aktif (terdeaktivasi) saat

digunakan karena kehadiran kokas dan senyawa racun seperti CO, CO2, dan

senyawa-senyawa sulfur. Komponen aktif juga dapat rusak karena temperatur

operasi yang terlalu tinggi (Istady, 2011).

Katalis rutenium dan paladium

Rutenium (Ru) merupakan unsur transisi dengan nomor atom 44,

konfigurasi elektron [Kr] 4d6 5s2 dan logam pembentuk senyawa kompleks.

Kompleks rutenium memiliki sifat :

a. Kemampuan transfer elektron yang tinggi.

b. Sisi asam lewis yang tinggi.

c. Potensial redoks yang rendah.

d. Kestabilan logam reaktif (Cruz, 2004).

Page 28: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

14

Katalis rutenium memiliki aktivitas yang tinggi pada reaksi hidrogenasi

cincin aromatik dan selektif terhadap pengurangan gugus karbonil seperti keton

atau aldehid. Katalis Ru efektif terhadap reaksi hidrogenasi senyawa keton,

aldehid dan asam karboksilat dalam suasana air. Katalis rutenium tahan senyawa

sulfur yang merupakan racun bagi katalis logam mulia, stabil dalam pelarut asam

dan basa, dan dapat digunakan untuk reaksi dalam asam kuat (Augustine, 1996).

Paladium (Pd) merupakan unsur transisi dengan nomor atom 46 dan

konfigurasi elektron [Kr] 4d8 5s2. Aktivitas katalis Pd paling tinggi untuk reaksi

hidrogenasi olefin dan asetilen yaitu memecahkan ikatan C-C, C-O, C-X, dan C-

N. Reaksi hidrogenasi fenol menjadi sikloheksanon dan hidrogenasi beberapa

gugus fungsi yang lain terjadi pada tekanan rendah. Katalis paladium umumnya

menggunakan support karbon (Augustine, 1996).

B. Penyangga (support)

Komponen penyangga berfungsi memperluas permukaan komponen aktif.

Bahan penyangga disesuaikan dengan kebutuhan reaksi katalitik agar reaksi

berlangsung optimal. Pemilihan suatu penyangga harus memperhatikan beberapa

hal berikut :

a. Luas permukaan spesifik yang besar

b. Memiliki porositas yang baik

c. Inert terhadap reaksi yang tidak diinginkan

d. Tahan terhadap panas dan stabil

Peran penyangga menjadi sangat penting karena logam aktif didispersikan di

permukaan penyangga. Penyangga dengan luas permukaan yang besar antara lain,

alumina, SiO2, karbon aktif dan SiO2-Al2O3. Besarnya konsentrasi komponen

Page 29: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

15

aktif mempunyai efek yang signifikan agar penyangga bisa memberikan tingkat

dispersi komponen aktif yang besar. Inti aktif yang terpisah satu sama lain pada

permukaan penyangga dapat mengalami penggumpalan (sintering). Pada kristal

yang sangat kecil, sintering terjadi melalui perpindahan inti aktif yang saling

mendekat dan kemudian bersatu. Faktor yang mempengaruhi dispersi komponen

aktif pada penyangga adalah suhu, konsentrasi inti aktif (loading), interaksi

dengan penyangga dan mobilitas atom (Nasikin, 2010).

Porositas mempengaruhi permukaan katalis. Porositas diperlukan untuk

mendapatkan luas permukaan yang besar pada struktur pellet. Bentuk pori dan

distribusi ukuran pori menjadi faktor penting kedua dalam memunculkan tahanan

difusi. Penyangga yang baik mudah dimodifikasi untuk menghasilkan tekstur

(ukuran, bentuk, dan distribusi ukuran pori) yang optimum (Nasikin, 2010).

Faktor penting lain dalam pemilihan penyangga adalah kekuatan mekanik

dan stabilitas termal, terutama pada beberapa proses yang membutuhkan suhu

tinggi. Kekuatan mekanik dan stabilitas termal dapat mengurangi sintering pada

katalis. Penyangga seharusnya memiliki titik lebur yang tinggi dari titik lebur

komponen aktif (Istady, 2011).

Penyangga karbon

Karbon hitam dihasilkan dari bahan organik dengan cara pemanasan pada

suhu 700–900 OC. Daya serap karbon ditentukan oleh luas permukaan partikel.

Karbon hitam memiliki luas permukaan 70–250 m2/g. Aktivasi dengan bahan

kimia atau pemanasan suhu tinggi dapat meningkatkan kemampuan daya serap

karbon aktif (Augustine, 1996).

Page 30: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

16

Aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang dengan cara memecahkan

ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga luas

permukaan bertambah besar serta berpengaruh terhadap daya adsorpsi (Haerudin,

2005). Pengaktifan karbon dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan, suhu

dan waktu aktivasi. Karbon hitam setelah aktivasi memiliki luas permukaan 300–

1000 m2/g (Augustine, 1996).

Karbon aktif dapat berupa serbuk, butiran dan lempengan dengan luas

permukaan per unit volume. Struktur karbon aktif terdiri dari atom karbon

tersusun paralel dari lapisan heksagonal menyerupai struktur grafit dan terbentuk

pada orbital sp2. Setiap karbon berikatan dengan tiga karbon yang lain dengan

ikatan σ, pada orbital pz terdiri dari satu elektron dari delokalisasi ikatan π.

Perbedaan ikatan pada permukaan lapisan dihubungkan oleh ikatan vanderwaals.

Karakter elektronik dari lapisan heksagonal yang tersusun paralel memungkinkan

untuk atom atau molekul berada di antara lapisan ini untuk menerima atau

menyumbangkan elektron disebut sebagai proses interkalasi (Augustine, 1996).

Pengaruh penyangga katalis pada proses HDO dapat dilihat dari nilai yield dan

tingkat deoksigenasi yang tinggi. Berdasarkan kedua hal tersebut penyangga C

merupakan pilihan terbaik dibandingkan TiO2 dan Al2O3 (Wildschut et al., 2009).

C. Komponen promotor

Promotor umumnya ditambahkan dalam jumlah kecil berfungsi untuk

meningkatkan kinerja katalis seperti aktivitas, selektivitas dan stabilitas katalis.

Promotor ditujukan untuk membantu penyangga dan inti aktif. Salah satu peran

penting dari promotor adalah pengendalian stabilitas katalis (Istady, 2011).

Page 31: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

17

Penambahan promotor pada penyangga dilakukan juga untuk mencegah

aktivitas yang tidak diinginkan seperti pembentukan deposit karbon. Deposit

karbon tersebut berasal dari perengkahan pada sisi Bronsted diikuti dengan

polimerisasi katalis asam dan menghasilkan senyawa (CHx)n yang menutupi

permukaan dan menyumbat pori penyangga (Nasikin, 2010).

2.5 Impregnasi

Impregnasi adalah proses penjenuhan dan perendaman larutan prekursor

logam ke dalam support untuk mengurangi ukuran partikel logam. Metode

impregnasi merupakan teknik preparasi katalis paling sering digunakan karena

kemudahan dalam pengerjaannya. Tujuan impregnasi untuk mengisi pori-pori

support menggunakan larutan garam logam (Wilde, 2009).

Gambar 3 menjelaskan pembuatan katalis metode impregnasi. Prekursor

garam Pd atau Ru dicampurkan dengan penyangga karbon sehingga prekursor

logam mengalami adsorpsi pada penyangga karbon. Tahap reduksi katalis

menggunakan bahan kimia dalam bentuk fasa cair maupun fasa gas. Agen reduksi

fasa cair seperti Na2S2O3, Na4S2O5, N2H4, NaBH4, HCOOH, etilen glikol,

formaldehid dan fasa gas seperti aliran H2 dan N2 pada suhu tinggi (>300 oC).

Prekursor (Pd or Ru)

impregnasi

dicampur dengan karbon

adsorpsi reduksi

(fasa cair atau gas)

Katalis Pd/C atau Ru/C karbon

Gambar 3 Metode impregnasi (Wilde, 2009).

Page 32: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

18

Support katalis merupakan batas dari pertumbuhan ukuran partikel katalis selama

tahap reduksi. Jumlah penambahan, waktu reaksi, kinetika dan perpindahan massa

agen pereduksi berpengaruh terhadap pertumbuhan partikel katalis (Wilde, 2009).

Terdapat dua metode impregnasi, yaitu :

a. Impregnasi basah

Pada metode ini penyangga dibasahi dengan larutan mengandung senyawa

logam yang sesuai dengan volume pori-pori penyangga, setelah itu dikeringkan.

Impregnasi basah memiliki keuntungan karena proses pembuatannya sederhana,

murah dan pembuatan katalis dapat dilakukan berulang kali. Kelemahan

impregnasi basah adalah jumlah logam yang terimpregnasi sangat tergantung pada

kelarutan senyawa logam tersebut.

b. Impregnasi kering

Pada metode ini penyangga dicelupkan dalam suatu larutan senyawa logam.

Larutan diaduk selama beberapa waktu tertentu, disaring, dan hasilnya

dikeringkan. Sedangkan cairan induknya dapat dimanfaatkan kembali. Cara ini

sering digunakan pada jenis prekursor yang berinteraksi dengan penyangga

(Nasikin, 2010).

2.6 Mekanisme Katalis Ru/C dan Pd/C Pada Reaksi HDO

Katalis harus bersifat aktif, selektif dan tahan terhadap deaktivasi. Secara

umum katalis yang digunakan pada proses upgrading bio-oil yaitu katalis logam

yang tersebar merata pada material penyangga seperti karbon. Katalis yang

berbeda memiliki mekanisme yang berbeda untuk reaksi (Dickerson et al., 2013).

Rutenium dan Paladium termasuk ke dalam logam transisi yang banyak

digunakan sebagai katalis karena memiliki orbital d yang masih kekurangan

Page 33: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

19

elektron sehingga dapat menangkap elektron dari reaktan, membentuk ikatan yang

kuat dan mengaktifkan reaktan yang bereaksi. Reaktivitas katalis tergantung pada

jumlah dan kekuatan dari situs asam Lewis dan situs asam Bronsted pada sistem

katalis penyangga. Penyangga mempengaruhi keasaman dan reaktivitas senyawa

katalis. Penyangga harus stabil dan memiliki afinitas rendah untuk pembentukan

coke dan afinitas tinggi untuk aktivasi senyawa oksi (Dickerson et al., 2013).

Katalis logam transisi pada proses HDO diindikasikan memiliki 2 fungsi,

salah satu sisi katalis pada permukaan antara logam dan penyangga berfungsi

untuk mengaktivasi senyawa oksi dengan menerima pasangan elektron bebas dari

senyawa oksi dan sisi lain pada logam berfungsi sebagai donor proton (H+)

(Mortensen et al., 2011). Pada proses HDO gas H2 diadsorpsi pada permukaan

logam katalis, kemudian ikatan sigma H2 terputus dan terbentuk ikatan logam-H.

Ikatan rangkap karbon―oksigen atau rangkap karbon―karbon (ikatan pi) pada

senyawa tersebut akan menarik elektrofil (E+) seperti H+. Kemudian situs asam

bronsted pada logam berperan sebagai donor proton (H+) sehingga terputusnya

gugus OH menghasilkan H2O (Fessenden et al., 1999).

Support

Metal

H2

Gambar 4 Mekanisme reaksi HDO pada asam karboksilat (Mortensen et al., 2011).

Page 34: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

20

2.7 SAA (Surface Area Analyzer)

Luas permukaan merupakan jumlah pori disetiap satuan luas dari sampel

dengan satuan luas permukaan per gram (m2/gram). Luas permukaan dipengaruhi

oleh ukuran pori, bentuk pori dan susunan pori dalam partikel. Proses adsorpsi

dipengaruhi oleh lima faktor yaitu:

a. karakteristik fisik dan kimiawi adsorben (luas permukaan dan ukuran pori)

b. karakteristik fisik dan kimiawi adsorbat (ukuran molekul dan polaritas

molekul)

c. konsentrasi adsorbat dalam larutan

d. lama adsorpsi (Istiana, 2003).

Surface Area Analyzer (SAA) memerlukan sampel dalam jumlah kecil 0,1–

0,01 gram. Prinsip kerja SAA menggunakan mekanisme adsorpsi gas pada

permukaan suatu bahan padat pada suhu konstan umumnya suhu didih gas

tersebut. Gas yang umum digunakan adalah nitrogen, argon dan helium. Secara

sederhana, apabila diketahui volume gas spesifik yang dapat dijerap oleh suatu

permukaan padatan dan diketahui secara teoritis luas permukaan dari satu molekul

gas yang dijerap maka luas permukaan total padatan tersebut dapat dihitung.

Alat surface area analyzer terdiri dari dua bagian utama yaitu degasser dan

analyzer. Degasser merupakan alat perlakuan awal pada bahan uji sebelum

dianalisis yang berfungsi untuk menghilangkan gas-gas yang terjerap pada

permukaan padatan dengan cara memanaskan pada kondisi vakum. Degassing

umumnya dilakukan selama lebih dari 6 jam dengan suhu berkisar antara 200–300

oC tergantung dari karakteristik bahan uji (Robert et al., 2012).

Page 35: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

21

Skema dari alat SAA disajikan pada Gambar 5, terdiri dari gambar A adalah

port untuk keperluan degassing, gambar B adalah port analisis, gambar C adalah

kontainer untuk menampung zat pendingin dan gambar D adalah panel yang

menunjukkan layout dari proses analisis dilengkapi indikator-indikator lampu

menandakan setiap valve dalam posisi dibuka atau ditutup (Robert et al., 2012).

2.8 SEM EDX (Scanning Electron Microscopes Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy)

SEM merupakan mikroskop elektron yang mampu menghasilkan gambar

permukaan sampel beresolusi tinggi. Gambar yang dihasilkan oleh SEM

memiliki karakteristik penampilan tiga dimensi dan digunakan untuk

menentukan morfologi permukaan sampel. Hasil SEM diperoleh gambar hitam

putih atau gelap terang dipengaruhi oleh unsur penyusunnya.

Teknik SEM merupakan analisis permukaan. Gambar permukaan yang

diperoleh merupakan gambar topografi dengan segala lekukan permukaan yang

diperoleh dari penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen.

Prinsip kerja SEM adalah scanning artinya memindai berkas elektron permukaan

spesimen titik demi titik dengan pindaian membentuk baris demi baris, mirip

Gambar 5 Skema alat SAA (Robert et al., 2012).

A B

C

D

Page 36: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

22

dengan gerakan mata yang membaca. Permukaan material ditembaki dengan

berkas elektron berenergi tinggi. Elektron berenergi tinggi memiliki panjang

gelombang yang sangat pendek sesuai dengan panjang gelombang de Broglie

(Ethzurich, 2015).

Proses penembakan material dengan berkas elektron berenergi tinggi

mengakibatkan adanya elektron yang dipantulkan atau dihasilkan disebut elektron

sekunder. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkan dari titik permukaan

selanjutnya ditangkap oleh detektor SEM kemudian diolah dan ditampilkan pada

layar TV. Scanning coil mengarahkan berkas elektron pada tabung layar TV.

Syarat material yang dikarakterisasi dengan SEM yaitu berjenis logam. Jika

material bersifat isolator dikarakterisasi dengan SEM, maka hasil gambar yang

didapatkan kabur dan hitam (Ethzurich, 2015).

Beberapa sinyal yang dihasilkan oleh SEM yaitu pantulan inelastis berupa

sinyal elektron sekunder dan karakteristik sinar X, dan pantulan elastis berupa

sinyal backscattered elektron. SEM memiliki kemampuan untuk menganalisa

Gambar 6 Prinsip kerja SEM (Ethzurich, 2015).

Page 37: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

23

suatu sampel menggunakan perangkat tertentu seperti SEM EDX (Energy

Dispersive X-Ray Spectroscopy). Pelepasan sinar X menciptakan garis spektrum

yang sangat spesifik untuk setiap elemen maka dari itu energi dari sinar-x

digolongkan dalam suatu tebaran energi spektrometer dan dapat digunakan untuk

identifikasi unsur-unsur dalam sampel (Martinez, 2010).

2.9 XRD (X-Ray Diffraction)

Karakterisasi XRD untuk mengidentifikasi fasa bulk suatu katalis,

menentukan sifat kristal atau kristalinitas dari suatu katalis dan untuk menentukan

perubahan jarak antar lapis dari katalis. Kebanyakan dari katalis adalah berbentuk

padatan kristal seperti oksida logam, zeolit, dan logam yang berpenyangga. XRD

tidak dapat menampilkan sifat-sifat yang diperlukan untuk katalis yang bersifat

bukan kristal.

Mekanisme kerja dari analisis XRD adalah kristal katalis memantulkan

sinar X yang dikirimkan dari sumber dan diterima oleh detektor. Melalui sudut

kedatangan sinar X maka spektrum pantulan spesifik berhubungan langsung

dengan lattice spacing dari kristal yang dianalisis. Pola difraksi diplotkan

Gambar 7 Skema dasar XRD (Robert et al., 2012).

Page 38: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

24

berdasarkan intensitas peak yang menyatakan peta parameter kisi kristal atau

indeks Miller (hkl) sebagai fungsi 2θ (Robert et al., 2012 ).

2.10 Elemental analyzer

Teknik elemental analyzer menentukan kandungan unsur seperti karbon,

hidrogen, nitrogen dan sulfur dalam substansi tertentu dan memberikan hasil

sebagai jumlah persentase atom terhadap berat total. Secara khusus teknik ini

menentukan empat elemen disebut sebagai "CHN/S Analyzer". Sebagian besar

senyawa organik terdiri dari empat elemen tersebut dan oksigen. Berat oksigen

dapat dihitung setelah nilai keempat elemen tersebut telah diketahui

(Rajarathnam, 2012). Alat ini memiliki fleksibiltas operasi dan penggunaan

berbagai bobot sampel dari sepersekian miligram sampai gram (makro sistem)

(Thompson, 2008). Produk akhir pembakaran dengan elemental analyzer yaitu

bentuk oksida elemen pada wujud gas. Elemen tersebut dipisahkan dan dibawa ke

detektor menggunakan gas inert seperti helium atau argon (Rajarathnam, 2012).

Prinsip elemental analyzer yaitu sampel dianalisis dengan teknik

pembakaran suhu tinggi dibawah aliran oksigen. Pada proses pembakaran

(furnace 1000 oC) karbon diubah menjadi karbon dioksida (CO2), hidrogen

menjadi air (H2O), nitrogen menjadi gas nitrogen (N2) / nitrogen dioksida (NO2)

dan sulfur menjadi belerang dioksida (SO2). Jika terdapat unsur-unsur lain seperti

klorin maka akan dikonversi sebagai produk pembakaran seperti hidrogen klorida

(HCl). Absorben digunakan untuk menghilangkan produk pembakaran yang tidak

diperlukan. Produk pembakaran mengalir keluar dari chamber pembakaran

dengan gas pembawa inert melewati pemanas (sekitar 600oC) dan tembaga

kemurnian tinggi. Tembaga terletak di dasar chamber pembakaran atau di dalam

Page 39: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

25

tungku yang terpisah untuk menghilangkan oksigen pada pembakaran awal

(reduksi) dan untuk mengkonversi oksida nitrogen menjadi gas nitrogen. Gas-gas

tersebut kemudian melewati perangkap penyerap untuk CO2, H2O, N2 dan SO2

(Thompson, 2008).

Deteksi gas dapat dilakukan dalam berbagai cara seperti :

a. Pemisahan parsial oleh GC diikuti oleh deteksi konduktivitas termal (CHON).

b. Serangkaian infra-merah yang terpisah dan sel konduktivitas termal untuk

deteksi senyawa individu.

Elemental analyzer mampu menangani berbagai jenis sampel seperti

padatan, cairan, sampel yang mudah menguap dan kental. Preparasi sampel

tergantung pada aplikasi dan jenis sampel. Sampel padatan atau cairan kental

ditimbang ke dalam tin kapsul sedangkan sampel cairan dapat dipreparasi di

dalam vial aluminium dan menggunakan zat penyerap atau langsung diinjeksikan

melalui autosampler khusus cairan. Pada beberapa perkembangan instrumentasi,

Gambar 8 Prinsip kerja elemental analyzer (Bargal, 2000)

Page 40: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

26

penimbangan sampel langsung dihubungkan dengan analyzer sehingga alat

langsung merekam secara otomatis bobot masing-masing sampel. elemental

analyzer ini digunakan secara luas di berbagai macam aplikasi termasuk obat-

obatan, bahan kimia, produk yang berhubungan dengan minyak, katalis dan

makanan. (Thompson, 2008).

Page 41: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2015 sampai Februari 2016 di

Laboratorium Termokimia dan Katalis Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) Puspiptek Serpong-Tangerang Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan gelas,

termometer, magnetik stirrer, centrifuge Kokusan H-103N Series, spatula, neraca

analitik Mettler Toledo AB-204S, hot plate-stirer Cimarec, oven Quincy Lab ,

tanur Thermolyne Type 46200, Surface Area Analyzer (SAA) Micromeritics

Tristar II, Scanning Electron Microscopy Energy (SEM) SU 3500 Hitachi

Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDX) X-max Hiroba, X-Ray Difraction (XRD)

Rigaku Smart Lab dan elemental analyzer LECO.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah HN4O10Ru p.a

(Sigma Aldrich), Pd(NO)3.xH2O p.a (Sigma Aldrich), karbon aktif (Merck),

akuades, cangkang kelapa sawit PT. PN IV Medan, gas N2, dan gas H2.

Page 42: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

28

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Preparasi katalis Ru/C dan Pd/C (Wildschut et al., 2009)

Preparasi katalis dilakukan menggunakan metode impregnasi basah.

Karbon aktif sebanyak 10 g dilarutkan dengan akuades 100 mL. Selanjutnya,

ditambahkan sejumlah prekursor logam HN4O10Ru atau Pd(NO)3.xH2O sesuai

variasi 1, 3 dan 5% b/b (Lampiran 2) kemudian diaduk hingga homogen. Proses

impregnasi dilakukan pada suhu 60 OC sambil diaduk dengan magnetik stirrer

sampai terbentuk pasta katalis. Pasta katalis dikeringkan pada suhu 100 OC selama

24 jam di dalam oven. Gas N2 dialirkan pada suhu 250 OC selama 2 jam untuk

mereduksi katalis menjadi bentuk logam. Selama proses reduksi, aliran N2 diulang

selama 6 kali dengan waktu pembukaan katup selama 2 menit. Katalis yang

terbentuk dikarakterisasi dengan SAA, SEM dan XRD dengan prosedur sebagai

berikut:

A. SAA (Surface Area Analyzer)

Katalis dilakukan proses degassing untuk menghilangkan gas-gas yang

terjerap pada katalis. Katalis ditimbang sebanyak ±0,5 gram dan dimasukkan ke

dalam tube sampel SAA. Alat degass diatur pada suhu 300 OC selama 2 jam

sambil dialirkan gas N2 200 kPa. Setelah proses degassing, katalis ditimbang dan

dimasukkan ke dalam alat SAA. Kontainer pendingin (tabung dewar) pada alat

SAA diisi dengan liquid N2 kemudian dialirkan gas N2 200 kPa dan gas H2 20 Psi.

B. SEM (Scanning Electron Microscopy)

Katalis yang dihasilkan dimasukkan ke dalam chamber berukuran

80x100x35 mm dengan diameter 200 mm. Kondisi vakum termal pada suhu -30

sampai 50 ºC. Resolusi gambar pada perbesaran dari 7x sampai 1.000.000x.

Page 43: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

29

C. XRD (X-Ray Diffraction)

Katalis yang dihasilkan dicetak pada cetakan alumunium yang merupakan

cetakan standar untuk analisis XRD berukuran 20x10 mm dan tebal 1 mm.

Pengukuran pola difraksi pada 2θ antara 20-80 derajat dengan kondisi

pengoperasian adalah pada 40 kV dan 30 mA dengan menggunakan radiasi CuKα.

3.3.2 Pirolisis cangkang kelapa sawit (Peby, 2010)

Cangkang kelapa sawit sebanyak 50 gram dimasukan ke dalam reaktor.

Kondisi reaktor diatur pada suhu 600 oC dengan kecepatan pemanasan reaktor

sebesar 1,3 oC/detik. Kemudian dialirkan gas N2 dengan kecepatan alir yang

disesuaikan agar serbuk cangkang kelapa sawit tidak terbawa aliran gas. Proses

pirolisis dilakukan selama 2 jam. Produk cairan yang dihasilkan terdiri dari bio-oil

dan pyroligenous acid. Bio-oil dipisahkan dengan cara dipipet kemudian bio-oil

digunakan untuk proses hidrodeoksigenasi.

Bio-oil dan pyroligneous acid yang dihasilkan dianalisis kandungan C, H,

O dan N dengan elemental analyzer. Sampel ditimbang sebanyak 0,05 gram

Gambar 9 Reaktor pirolisis

Page 44: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

30

kemudian ditambahkan comaid sebanyak 0,15 gram dan dimasukkan ke dalam

tempat sampel. Elemental analyzer dikondisikan pada suhu pembakaran 950 oC

menggunakan gas pembawa yaitu helium dan gas pembakaran yaitu oksigen. Pada

program dimasukkan nama sampel dan berat sampel, setelah itu klik start analyze.

3.3.3 Proses hidrodeoksigenasi upgrading bio-oil (Wildschut et al., 2009).

Ditimbang sebanyak 0,5 gram katalis dan 10 gram bio-oil kemudian

dimasukan ke dalam reaktor upgrading bio-oil dan diaduk hingga homogen.

Kondisi reaktor diatur pada suhu 250 OC dan dialirkan gas H2 20 bar selama 4 jam.

Bio-oil upgrading yang dihasilkan terdiri dari heavy oil dan light oil. Heavy oil

dan light oil dipisahkan menggunakan sentrifuge kecepatan 4000rpm selama 30

menit bertujuan untuk memudahkan pemisahan fasa produk. Heavy oil dan light

oil yang dihasilkan dianalisis kandungan C, H, O dan N dengan elemental

analyzer (prosedur seperti hal. 30).

Gambar 10 Reaktor upgrading bio-oil

Page 45: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakterisasi Katalis

SAA (Surface Area Analyzer)

Permukaan katalis merupakan tempat adsorpsi reaktan dan tempat

berlangsungnya reaksi. Penurunan dan peningkatan luas permukaan katalis

berpengaruh terhadap kesempatan reaktan untuk teradsorpsi ke katalis (Dickerson

et al., 2013). Karakterisasi dengan SAA bertujuan untuk mengetahui luas

permukaan dan volume pori katalis. Hasil luas permukaan dan volume pori

penyangga dan katalis disajikan pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5 Penentuan luas permukaan dan volume pori penyangga karbon, katalis Ru/C dan Pd/C

Katalis Luas Permukaan (m2/g)

Volume Pori (cm3/g)

Penyangga karbon (C) 789,34 0,0854 Katalis Ru/C 1% 781,38 0,0826 Katalis Ru/C 3% 775,40 0,0794 Katalis Ru/C 5% 745,07 0,0806 Katalis Pd/C 1% 765,31 0,0826 Katalis Pd/C 3% 766,77 0,0829 Katalis Pd/C 5% 738,94 0,0782

Penyangga karbon sebelum dilakukan impregnasi dengan logam mempunyai

luas permukaan 789,3428 m2/g dengan volume pori 0,0854 cm3/g, kemudian

setelah dilakukan impregnasi dengan logam Ru atau Pd dengan konsentrasi 1%,

3% dan 5% terjadi penurunan luas permukaan dan volume pori. Hasil tersebut

menunjukkan metode impregnasi basah mampu mendispersi logam Ru dan Pd ke

dalam pori penyangga karbon. Hasil tersebut didukung oleh penelitian Ulfah et al

Page 46: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

32

(2012) yang menyatakan bahwa pada umumnya luas permukaan, volume pori dan

diameter pori katalis lebih rendah dibandingkan luas permukaan, volume pori dan

diameter pori penyangga.

Luas permukaan dan volume pori katalis Ru/C menurun seiring dengan

meningkatnya konsentrasi logam Ru yang ditambahkan. Bertambahnya

konsentrasi Ru yang diimpregnasikan ke dalam penyangga karbon maka semakin

banyak Ru yang terimpregnasi ke dalam pori penyangga menyebabkan adanya

pori yang tertutup sehingga luas permukaan dan volume pori berkurang (Rianto et

al., 2012). Luas permukaan dan volume pori katalis Pd/C 1% yaitu 765,3164 m2/g

dan 0,0826 cm3/g, Pd/C 3% yaitu 766,7661 m2/g dan 0,0829 cm3/g dan Pd/C 5%

yaitu 738,9424 m2/g dan 0,0782 cm3/g. Luas permukaan dan volume pori katalis

Pd/C 3% terjadi sedikit peningkatan dari katalis Pd/C 1% karena adanya perluasan

distribusi ukuran dan bertambahnya pori di permukaan katalis sedangkan katalis

Pd/C 5% terjadi penurunan luas permukaan dan volume pori karena peningkatan

konsentrasi Pd menyebabkan semakin banyak logam Pd yang terimpregnasi ke

dalam pori penyangga sehingga menyebabkan luas permukaan dan volume pori

berkurang (Rianto et al., 2012).

Luas permukaan katalis Ru/C 5% (745,0698 m2/g) dan Pd/C 5% (738,9424

m2/g) lebih besar dari katalis Ru/C 5% pada penelitian Joon et al (2015) yaitu

666,8 m2/g dan katalis Pd/C 5% pada penelitian Wei et al (2016) yaitu 258,7

m2/g. Katalis Ru/C dan Pd/C 5% dikarakterisasi selanjutnya menggunakan SEM

EDX dan XRD.

Page 47: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

33

SEM EDX (Scanning Electron Microscope Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy)

Karakterisasi SEM EDX bertujuan untuk mengetahui morfologi permukaan

dan komposisi kimia. Morfologi permukaan katalis Ru/C dan Pd/C 5%

diidentifikasi menggunakan SEM dengan perbesaran objek 1000 kali disajikan

pada Gambar 11.

(a) (b)

(c)

Gambar 11 Mikrograf permukaan katalis a) Ru/C 5% b) Pd/C 5% dan c) karbon aktif

Page 48: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

34

Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa morfologi permukaan katalis Ru/C dan

Pd/C hampir sama dengan morfologi permukaan karbon aktif yaitu memiliki

tekstur berpori dengan ukuran dan bentuk yang berbeda-beda. Gambar 11b adalah

morfologi pada katalis Pd/C dimana terlihat titik titik berwarna putih pada

permukaan yang menunjukkan logam Pd dengan cluster yang kecil, hal yang

sama juga didapatkan oleh Gutierrez et al (2009) yaitu cluster Pd yang kecil.

Sedangkan Gambar 11a adalah katalis Ru/C, tidak terlihat adanya logam pada

permukaan katalis, hal ini diperkirakan karena logam Ru terimpregnasi ke dalam

pori karbon sehingga tidak terlihat pada permukaan katalis (Fabing et al., 2012).

Komposisi kimia katalis Pd/C dan Ru/C 5% diketahui dengan analisis EDX, hasil

yang didapat disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil analisis EDX katalis Ru/C dan Pd/C

Unsur Katalis Ru/C (%) Katalis Pd/C (%)

Karbon (C) 87,93 69,36 Rutenium (Ru) 0,21 - Paladium (Pd) - 30,64 Oksigen (O) 11,87 -

Berdasarkan hasil EDX pada Tabel 6 permukaan katalis Ru/C terdapat unsur

kimia seperti karbon, rutenium dan oksigen. Komponen Ru pada katalis Ru/C

sangat kecil karena Ru terdispersi didalam pori karbon sehingga tidak banyak

terdeteksi pada permukaan katalis (Tiejun et al., 2016). Komponen Ru yang

sedikit ditutupi komponen karbon yang sangat besar sehingga pada hasil SEM

Gambar 11a tidak terdeteksi logam Ru di permukaan katalis. Sedangkan pada

permukaan katalis Pd/C terdapat unsur kimia seperti karbon dan paladium.

Komponen Pd yang cukup besar terdeteksi pada hasil SEM Gambar 11b

menunjukan logam Pd pada permukaan katalis. Berdasarkan analisa SEM EDX

Page 49: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

35

yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa logam Ru dan Pd telah terdistribusi

pada penyangga karbon.

XRD (X-Ray Diffraction)

Pola difraksi sinar X karbon aktif, katalis Ru/C dan Pd/C 5% disajikan pada

Gambar 12. Identifikasi puncak yang dihasilkan katalis Ru/C dibandingkan

dengan standar ICDD card No. 06-0663 dan katalis Pd/C dengan ICDD card No.

00-005-0681.

Gambar 12 pola difraksi karbon aktif mempunyai puncak yang melebar pada

2θ 20o-30o yang menunjukkan fasa amorf dari struktur karbon aktif (Dwiatmoko

et al., 2015). Pola difraksi katalis Ru/C dan Pd/C hampir sama dengan pola

difraksi karbon aktif, hal tersebut menunjukkan bahwa katalis memiliki fasa

amorf.

a

b

c

2theta (degree)

Gambar 12 Pola difraksi a) karbon aktif, b) katalis Pd/C dan c) Ru/C

Pd Pd

Page 50: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

36

Pola difraksi katalis Ru/C tidak menghasilkan puncak utama Ru, hasil

tersebut sama dengan hasil SEM EDX bahwa jumlah komponen karbon yang

besar menutupi komponen Ru yang sangat rendah sehingga puncak utama Ru

tidak terlihat. Pola difraksi katalis Ru/C yang didapatkan pada penelitian ini

hampir sama dengan pola difraksi Ru/C yang didapatkan oleh Tiejun et al (2016)

dan Ru/C komersil (Sigma Aldrich), sehingga disimpulkan bahwa fasa katalis

Ru/C adalah amorf. Pola difraksi katalis Pd/C didapatkan pada 2θ 40,19o; 46,94o

dan 68,24o. Hasil tersebut sama dengan ICDD card No. 00-005-0681 bahwa pada

2θ 40,19o; 46,94o dan 68,24o adalah puncak utama Pd, namun intensitas puncak

Pd/C pada pada penelitian ini rendah sehingga sistem kristal belum terlihat dan

disimpulkan bahwa fasa katalis Pd/C adalah amorf.

4.2 Produk Pirolisis Cangkang Kelapa Sawit

Bio-oil dan pyroligneous acid merupakan cairan yang dihasilkan pada proses

pirolisis. Gas yang terbentuk adalah gas CH4, CO2, CO dan char yang dihasilkan

adalah senyawa karbon berwarna hitam (Kim et al., 2010). Reaksi yang umum

berlangsung pada pirolisis biomassa adalah dehidrasi kandungan air, degradasi

selulosa, hemiselulosa dan lignin menjadi molekul yang relatif lebih kecil dan

sederhana. Degradasi selulosa, hemiselulosa dan lignin menghasilkan senyawa

dalam bentuk gas, cairan dan char (Bulushev et al., 2011).

Bio-oil merupakan campuran senyawa oksigenat yang berwarna coklat

gelap, tidak stabil serta berbau asap tajam. Komponen bio-oil sebagian besar

terdiri dari fenol dan turunannya (Asadullah et al., 2013). Komponen

Pyroligneous acid terdiri dari campuran air dan asam organik yang berwarna

Page 51: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

37

coklat kemerahan dengan keasaman yang tinggi (Lei et al., 2009). Komponen

hasil pirolisis cangkang kelapa sawit disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Komponen produk pirolisis cangkang kelapa sawit

Komponen Pirolisis Yield (% b/b)

Bio-oil 9,90 Pyroligneous acid 38,18 Heavy tar 1,38 Char 31,59 Gas 18,95

Komponen produk yang ditampilkan pada Tabel 7 adalah hasil teknik

pirolisis lambat pada suhu 400-600 oC dan heating rate rendah menghasilkan

produk char, cairan dan gas (Huber et al., 2006). Yield masing-masing komponen

dihitung menggunakan persamaan yang telah disajikan pada Lampiran 3.

Bentuk fisik bio-oil dan pyroligneous acid disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13a adalah produk bio-oil yang berwarna coklat kehitaman (awal

pengamatan berwarna coklat kekuningan) dan kental. Gambar 13b adalah produk

pyroligneous acid yang berwarna coklat kemerahan dan lebih encer. Komponen

produk dan warna bio-oil dan pyroligneous acid yang dihasilkan sama dengan

Gambar 13 Cairan hasil pirolisis a) bio-oil b) pyroligneous acid

a) b)

Page 52: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

38

warna dan komponen produk pirolisis cangkang kelapa sawit suhu 600 oC

(Asadullah et al., 2013).

Komposisi kimia produk pirolisis

Komposisi kimia bio-oil dan pyroligneous acid sebagian besar terdiri C dan

O. Hasil elemen bio-oil dan pyroligneous acid disajikan pada Tabel 8. Besarnya

C, H dan O yang terkandung didalam bio-oil mempengaruhi nilai kalor (HHV).

Nilai kalor adalah besarnya energi dalam bahan bakar yang akan diolah menjadi

tenaga untuk menggerakan mesin. Nilai kalor dihitung berdasarkan persamaan

Dulong yaitu :

HHV (MJ/kg) = (0,3383. C) + 1,442 (H - O/8)

Tabel 8 Komposisi elemen bio-oil dan pyroligneous acid

Elemen Kandungan Bio-oil Pyroligneous acid

C (%b/b) 54,60 21,92 H (%b/b) 7,96 9,81 O (%b/b) 37,09 68,27 N (%b/b) 0,35 0 O/C 0,68 3,11 H/C 0,15 0,44 HHV (MJ/kg) 21,79 8,69 MJ = Mega Joule

Tabel 8 dapat dilihat bahwa kandungan oksigen bio-oil cukup tinggi

(37,09%) dan nilai HHV yang cukup rendah yaitu 21,79 MJ/kg. Semakin tinggi

kandungan oksigen maka HHV yang dihasilkan semakin rendah (Huber et al.,

2006). Kandungan oksigen yang tinggi pada bio-oil dapat menyebabkan korosif

dan panas pembakaran yang rendah untuk menggerakkan mesin, sehingga

perlunya peningkatan kualitas bio-oil dengan menurunkan kandungan oksigen dan

menghasilkan HHV yang tinggi. Pyroligneous acid menghasilkan kandungan

Page 53: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

39

oksigen yang sangat tinggi yaitu 68,27% dan menghasilkan HHV sangat rendah

yaitu 8,69 MJ/kg sehingga pyroligneous acid tidak berpotensi untuk proses

upgrading menghasilkan liquid fuel (Lei et al., 2009).

4.3 Produk Upgrading Bio-oil

Hidrodeoksigenasi upgrading bio-oil bertujuan untuk meningkatkan kualitas

bio-oil yaitu dengan menurunkan kandungan oksigen sehingga menghasilkan nilai

kalor (HHV) yang tinggi. Hasil upgrading bio-oil disajikan pada Gambar 14.

Bentuk fisik produk upgrading bio-oil terdiri dari light oil dan heavy oil

disajikan pada Gambar 14. Light oil dan heavy oil yang telah dilakukan

pemisahan ditunjukkan pada Gambar 14 a dan b. Produk light oil berada pada fasa

atas yang berwarna terang dan encer dan heavy oil berada pada fasa bawah yang

berwarna hitam gelap dan kental. Perbedaan fasa light oil dan heavy oil karena

perbedaan densitas light oil yang lebih rendah dari heavy oil. Densitas dipengaruhi

oleh komponen penyusunnya, heavy oil terdiri dari senyawa organik seperti

hidrokarbon, fenol, aldehid dan keton, sedangkan light oil terdiri dari air dan

Gambar 14 Produk upgrading bio-oil a) light oil b) heavy oil

a)

b)

a)

b)

Page 54: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

40

sedikit senyawa organik (Wei et al., 2016). Densitas berbanding lurus dengan

viskositas yaitu semakin tinggi densitas maka semakin tinggi viskositas. Heavy oil

memiliki viskositas lebih tinggi (103-104cp) dari light oil (1cp) (Global, 2011).

Komponen produk upgrading bio-oil dengan variasi konsentrasi katalis disajikan

pada Gambar 15.

Gambar 15 Komponen produk upgrading bio-oil

Gambar 15 dapat dilihat bahwa seiring meningkatnya konsentrasi katalis

Ru/C dan Pd/C maka semakin meningkat produk gas yang dihasilkan. Produk gas

tersebut merupakan senyawa volatil atau hasil samping reaksi hidrodeoksigenasi

seperti gas CO2 dan H2O (Mortensen et al., 2011). Produk heavy oil pada katalis

Ru/C dan Pd/C 3% mengalami peningkatan sedangkan pada katalis Ru/C dan

Pd/C 5% terjadi penurunan, hasil tersebut karena pada katalis Ru/C 5% dan Pd/C

5% kemungkinan adanya peningkatan reaksi HDO sehingga hasil samping reaksi

HDO mengalami distribusi pada produk light oil dan gas. Produk heavy oil yang

dihasilkan pada penelitian ini lebih besar dari produk heavy oil pada penelitian

Joon et al (2015) yaitu <54%. Berdasarkan yield heavy oil, katalis Ru/C 3% dan

Pd/C 3% menghasilkan yield heavy oil paling tinggi.

21.88 21 21.19 29.1116.32 16.05

69.1 70.49 68.8164.89

77.68 73.95

9 9.09 10 6 6 10

0102030405060708090

100

Ru/C 1% Ru/C 3% Ru/C 5% Pd/C 1% Pd/C 3% Pd/C 5%

yiel

d %

(b/b

)

Light oil Heavy oil Gas

Page 55: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

41

Komposisi kimia produk upgrading bio-oil

Sifat fisik dan komposisi kimia bio-oil sangat mempengaruhi karakteristik

heavy oil yang dihasilkan setelah catalytic upgrading (Huber et al., 2006).

Kualitas produk upgrading bio-oil dapat dilihat berdasarkan komposisi elemen

dan nilai kalor (Dickerson et al., 2013). Hasil komposisi kimia heavy oil dan light

oil dengan katalis Ru/C dan Pd/C disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Komposisi elemen produk heavy oil dan light oil

Produk C (%b/b)

H (%b/b)

O (%b/b)

N (%b/b)

HHV (MJ/kg)

Heavy oil Ru/C 1% 66,60 7,76 25,26 0,38 29,17 Ru/C 3% 66,85 7,62 25,11 0,41 29,00 Ru/C 5% 67,44 7,85 24,29 0,41 29,67 Pd/C 1% 64,91 8,24 26,56 0,29 28,96 Pd/C 3% 65,88 7,58 26,12 0,42 28,43 Pd/C 5% 64,61 7,85 27,21 0,34 28,19 Light oil Ru/C 1% 10,31 10,73 79,10 - 4,69 Ru/C 3% 10,92 10,70 78,53 - 4,96 Ru/C 5% 8,72 10,82 80,63 - 4,01 Pd/C 1% 11,08 10,66 78,40 - 4,97 Pd/C 3% 9,23 10,07 80,78 - 3,09 Pd/C 5% 10,45 10,91 78,79 - 5,05

Tabel 9 dapat dilihat bahwa produk heavy oil dengan katalis Ru/C dihasilkan

kandungan oksigen yang menurun dengan meningkatnya konsentrasi katalis.

Produk heavy oil dengan katalis Pd/C dihasilkan kandungan oksigen paling

rendah pada konsentrasi Pd/C 3%. Produk light oil katalis Ru/C dan Pd/C

menghasilkan kandungan oksigen yang sangat tinggi (>78%) karena reaksi HDO

pada bio-oil menghasilkan H2O yang terdispersi pada produk light oil (Joon et al.,

2015).

Nilai HHV produk heavy oil dengan katalis Ru/C dan Pd/C (>28 MJ/kg)

lebih besar dari bio-oil hasil pirolisis (21 MJ/kg) (Tabel 8) sedangkan produk light

Page 56: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

42

Gambar 16 Diagram Van Krevelen heavy oil katalis Ru/C dan Pd/C

0.99

1.02

1.05

1.08

1.11

0.34 0.36 0.38 0.4 0.42 0.44

H/C

O/C

RuC 1% RuC 3%RuC 5%PdC 1%PdC 3%PdC 5%

oil dengan katalis Ru/C dan Pd/C (<5 MJ/kg) lebih rendah dari bio-oil. Semakin

tinggi nilai HHV maka semakin baik produk tersebut digunakan untuk bahan

bakar karena semakin besar jumlah panas yang dihasilkan, sehingga disimpulkan

bahwa heavy oil berpotensi digunakan sebagai bahan bakar (Dickerson et al.,

2013). Nilai HHV heavy oil yang dihasilkan pada penelitian ini lebih besar dari

heavy oil pada penelitian Joon et al (2015) yaitu ±25 MJ/kg. Berdasarkan hasil

analisis komposisi produk heavy oil, katalis Ru/C 5% dan Pd/C 3% menghasilkan

bio-oil dengan kualitas lebih baik.

4.4 Tingkat Deoksigenasi

Keberhasilan dari proses HDO dalam mengurangi kandungan oksigen

dihitung dari perbandingan nilai O/C dan H/C. Produk dengan nilai O/C yang

rendah dan H/C yang tinggi menandakan kualitas produk akhir yang tinggi

(French et al., 2010). Diagram Van Krevelen heavy oil disajikan pada gambar 16

dengan memplotkan nilai O/C pada sumbu x dan H/C pada sumbu y. Semakin

rendah nilai O/C maka semakin tinggi tingkat deoksigenasi dan semakin tinggi

nilai H/C maka semakin tinggi tingkat hidrogenasi (Joon et al., 2015).

.

Page 57: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

43

Pada Gambar 16 dapat dilihat bahwa produk heavy oil yang dihasilkan

menggunakan katalis Ru/C didapatkan nilai O/C yang semakin rendah dengan

meningkatnya konsentrasi katalis dan produk heavy oil yang dihasilkan

menggunakan katalis Pd/C didapatkan nilai O/C rendah pada katalis Pd/C 3%.

Besarnya penurunan nilai O/C pada produk heavy oil didapatkan sebesar ± 0,3

dari nilai O/C bio-oil, sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi reaksi

deoksigenasi. Besarnya peningkatan nilai H/C pada produk heavy oil didapatkan

sebesar ±0,9 dari nilai H/C bio-oil, sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi

reaksi hidrogenasi. Besarnya O/C heavy oil katalis Ru/C 5% dan Pd/C 3% lebih

rendah dari nilai O/C heavy oil pada penelitian Joon et al (2015) yaitu ±0,4.

Produk heavy oil katalis Ru/C memiliki nilai O/C lebih rendah dari katalis

Pd/C menunjukan reaksi deoksigenasi pada katalis Ru/C lebih besar dari katalis

Pd/C, hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah kekosongan orbital d pada logam

katalis. Logam Ru memiliki empat orbital d kosong dan logam Pd memiliki dua

orbital d kosong, karena kekosongan orbital d pada logam Ru lebih besar maka

kemampuan logam Ru untuk membentuk ikatan dengan reaktan lebih besar

sehingga aktivitasnya terhadap reaksi deoksigenasi lebih besar dari logam Pd

(Nasikin, 2010). Katalis Ru/C dan Pd/C umumnya dianggap memiliki aktivitas

katalisis yang baik pada reaksi hidrogenolisis terhadap deoksigenasi suatu

senyawa (Augustine, 1996).

Parameter untuk menentukan katalis yang baik terhadap produk heavy oil

yaitu dilihat berdasarkan yield dan tingkat deoksigenasi (DOD) yang tingi.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung DOD adalah:

DOD (%) = O/C bio-oil – O/C heavy oil x 100% O/C bio-oil

Page 58: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

44

Gambar 17 dapat dilihat bahwa yield heavy oil yang dihasilkan dengan

katalis Ru/C dan Pd/C berkisar antara 64-78%. Yield heavy oil tertinggi

ditunjukkan pada katalis Pd/C 3% dan Ru/C 3%. %DOD heavy oil dengan katalis

Ru/C dan Pd/C berkisar antara 37-48% dan %DOD tertinggi dihasilkan pada

heavy oil dengan katalis Ru/C 5% sebesar 47,06% dan Pd/C 3% sebesar 42,65%.

Berdasarkan parameter yield dan %DOD heavy oil, katalis Ru/C 5% dan Pd/C 3%

menghasilkan yield heavy oil dan %DOD yang tinggi.

Tingkat deoksigenasi paling tinggi pada katalis Ru/C yaitu katalis Ru/C

dengan konsentrasi 5%, hasil tersebut karena semakin banyak logam Ru yang

ditambahkan maka semakin banyak logam Ru yang terdispersi dipermukaan

penyangga. Menurut Mortensen et al (2011) sisi aktif yang dihasilkan oleh logam

berfungsi sebagai donor proton (H+), maka semakin banyak logam Ru yang

terdispersi maka semakin banyak gas H2 yang teradsorpsi pada logam Ru untuk

didonorkan pada ikatan C-C rangkap dan atau ikatan C-O karbonil sehingga

37

40

43

46

49

63 66 69 72 75 78

DO

D (%

)

yield (%b/b)

Ru/C 1%

Ru/C 3%

Ru/C 5%

Pd/C 1%

Pd/C 3%

Pd/C 5%

Gambar 17 Hubungan katalis terhadap yield heavy oil dan DOD

Page 59: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

45

terjadinya reaksi hidrodeoksigenasi. Tingkat deoksigenasi paling tinggi pada

katalis Pd/C yaitu katalis Pd/C dengan konsentrasi 3%, hasil tersebut karena pada

katalis Pd/C 3% memberikan luas permukaan yang tinggi sedangkan pada katalis

Pd/C 5% terjadi penurunan luas permukaan dan kemungkinan logam Pd yang

terdispersi tidak merata pada permukaan penyangga sehingga menutupi

permukaan penyangga yang menyebabkan aktivitas katalis menjadi menurun.

Sementara, permukaan katalis merupakan tempat adsorpsi reaktan, maka semakin

besar luas permukaan katalis maka kesempatan katalis bereaksi dengan reaktan

semakin besar dan aktivitas katalis meningkat (Istady, 2011).

Page 60: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Karakteristik katalis Ru/C dan Pd/C menunjukan bahwa luas permukaan dan

volume pori katalis menurun seiring meningkatnya konsentrasi katalis,

katalis memiliki tekstur berpori, logam Ru dan Pd tersebar merata pada

penyangga karbon dan katalis memiliki fasa amorf.

2. Bio-oil cangkang kelapa sawit yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik

dengan penurunan oksigen sebesar 47,06% untuk katalis Ru/C dan 42,65%

untuk katalis Pd/C.

5.2 Saran

Saran pada penelitian selanjutnya, adalah:

1. Perlunya mengetahui suhu dan waktu optimum untuk hidrodeoksigenasi

dengan katalis Ru/C dan Pd/C bio-oil cangkang kelapa sawit.

2. Perlunya analisis komposisi kimia bio-oil dan heavy oil untuk mengetahui

perubahan komposisi kimia setelah dan sebelum proses upgrading bio-oil.

Page 61: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

47

DAFTAR PUSTAKA

Asadullah M, Nurul SA, Sharifah AS, Amin A. 2013. Production and Detailed Characterization of Bio-oil from Fast Pyrolysis of Palm Kernel Shell. Biomass and Bioenergy. 59:316-324.

Augustine RL. 1996. Heterogeneous Catalysis for The Synthetic Chemist. New Jersey : Marcel Dekker Inc.

Bargal. 2000. Flash Elemental Analysis. www.thermoscientific.com (diakses Senin, 7 Desember 2015).

BPPT. 2013. Pengembangan Energi dalam Mendukung Sektor Transportasi dan Industri Pengolahan Mineral. Outlook Energi Indonesia.

Bridgewater AV. 2012. Review of Fast Pyrolysis of Biomass and Product Upgrading. Biomass Bioenergy. 3:68–94.

Bridgewater AV. 2004. Biomass Fast Pyrolysis. Thermal Sicence. 8(2):21-49.

Bulushev DM, Ross Julian RH. 2011. Review Catalyst for Conversion of Biomass to Fuels via Pyrolysis and Gasification. Catalysis Today. 171:1-13.

Cruz E. 2004. Review Rutenium in Organic Synthesis. Newyork :147 Noyes.

Dickerson T, Juan S. 2013. Catalytic Fast Pyrolysis: A Review. Energies. 6:514-538.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia 2013-2015. Kementrian Pertanian.

Dwiatmoko AA, Lipeng Z, Inho K, Jae WC, Dong JS. 2015. Hydrodeoxygenation of Lignin Derived Monomers and Lignocelluloses Pyrolysis Oil on The Carbon-Supported Ru Catalyst. Catalysis Today.

Elliot DC. 2007. Historical Developments in Hydroprocessing of Bio-oils. Energy Fuels. 21(3):1792-1815.

Elliott DC. 2013. Transportation Fuels From Biomass via Fast Pyrolysis and Hydroprocessing : A Review. Energy Environment. 2(5):525-533.

Page 62: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

48

Ethzurich. 2015. Scanning Electron Microscopy (SEM). www.microscopy.ethz.ch/sem.htm (diakses Rabu, 16 September 2015).

Fabing S, Chee K, Zhiqun T, Jiajian G, Zhaolin L, Jianyi L, Yuan PF. 2012. Nanostructured Trimetallic Pt/FeRuC, Pt/NiRuC, and Pt/CoRuC Catalysts for Methanol Electrooxidation. Journal of Materials Chemistry.

Febijanto I. 2011. Kajian Teknis dan Keekonomian Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit. Jakarta : Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Energi. 2(1):11-22.

Fessenden JR, Fessenden SJ. 1999. Kimia Organik Ed ke-3 Jilid 1. Jakarta : Erlangga, 409-410.

French R, Czernik S. 2010 Catalytic Pyrolysis of Biomass for Biofuels Production. Fuel Process Technology. 91:25–32.

Global BP. 2011. Heavy Oil vs Light Oil. www.aoga.org/HRES-3.10.11-Lunch-Learn-BP-Heavy-Oil (diakses Kamis, 25 Februari 2016).

Gutierrez A, Kaila RK, Honkela ML, Slioor R, Krause. 2009. Hydrodeoxygenation of Guaiacol on Noble Metal Catalysts. Catalysis Today. 147:239–246.

Haerudin H. 2005. Katalis dan Bahan Penyusunnya dalam Penyediaan Sumber Energi. Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Puspiptek, 1-3.

Huber GW, Iborra S, Corma A. 2006. Synthesis of Transportation Fuels From Biomass: Chemistry, Catalysts, and Engineering. Chem Rev. 106:4044–98.

Istady. 2011. Fundamental dan Aplikasi : Teknologi Katalis untuk Konversi Energi. Badan Penerbit Undip, 1-13.

Istiana. 2003. Pilarisasi dan Karakterisasi Montmorillonit. Jurnal Sains Materi Indonesia ISSN 1411-1098. 4(3):1-7.

Joon WC, Shinyoung O, Hyewon H, Hang SC. 2015. The Effects of Noble Metal Catalysts on The Bio-oil Quality During The Hydrodeoxygenative Upgrading Process. Fuel. 153:535–543.

Kim JS, Seon-Jin K, Su-Hwa J. 2010. Fast Pyrolysis of Palm Kernel Shells: Influence of Operation Parameters on The Bio-oil Yield and The Yield of Phenol and Phenolic Compounds. Bioresource Technology. 101:9294–9300.

Page 63: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

49

Kurniati, E. 2008. Pemanfaatan Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Arang Aktif. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik. 8, 96-103 .

Lei H, Quan B, Alan HZ, Lu W, Shoujie R, Jing L, Yi W, Yupeng L, Juming T, Qin Z, Roger R. 2012. A Review of Catalytic Hydrodeoxygenation of Lignin-Derived Phenols from Biomass Pyrolysis. Bioresource Technology. 124:470–477.

Martinez M. 2010. Sebuah Pemahaman Dasar Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Energy Dirpesive X-Ray Spectroscopy (EDX). http://karya_ilmiah.um.ac.id (diakses Kamis, 25 Februari 2016).

Mironenko RM, Belskaya OB, Gulyaeva TI, Nizovskii AI, Kalinkin AV, Bukhtiyarov VI, Lavrenov AV, Likholobov VA. 2015. Effect of The Nature of Carbon Support on The Formation of Active Sitesin Pd/C and Ru/C Catalysts for Hydrogenation of Furfural. Catalysis Today. 249:145–152.

Miura, M. 2012. Biomassa Handbook. Japan Institute of Energy. 106-115.

Mortensen PM, Grunwaldta JD, Jensena PA, Knudsenc KG, Jensen AD. 2011. A Review of Catalytic Upgrading of Bio-oil to Engine Fuels. Elsevier Applied Catalysis A: General. 407:1– 19.

Nasikin M, Susanto HB. 2010. Katalis Heterogen. Jakarta. UI-Press.

Peby A. 2010. Biomass to Liquid: Proses Konversi Tandan Kosong Kelapa Sawit Menjadi Bio-oil dengan Metode Pirolisis. Depok : Universitas Indonesia.

Rajarathnam. 2012. Instrumental Chemical Analysis: Basic Principles and Techniques. National University of Singapure.

Rianto LB, Suci A, Susi NK. 2012. Pengaruh Impregnasi Logam Titanium Pada Zeolit Alam Malang Terhadap Luas Permukaan Zeolit. Alchemy. 1(2):58-67.

Richardson JT. 1992. Principles of Catalyst Development. Plenum Press New York. ISBN 978-1-4899-3725-4.

Robert RW, Soegijono B, Rinaldi N. 2012. Characterization of Cr/Bentonite and HZSM-5 Zeolite as Catalysts for Ethanol Conversion to Biogasolin. Makara Journal of Science. 16(1):65-70.

Thompson M. 2008. CHNS Elemental Analyser. www.rsc.org/amc (diakses Kamis, 25 Februari 2016).

Page 64: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

50

Tiejun W, Yujing W, Songbai Q, Chenguang W, Lungang C, Zhengqiu Y. 2016. Optimization of Renewable C5 and C6 Alkane Production from Acidic Biomass Hydrolysate Over Ru/C Catalyst. Fuel. 170:77-83.

Ulfah, Maria, Subagjo. 2012. Pengaruh Perbedaan Sifat Penyangga Alumina Terhadap Sifat Katalis Hidrotreating Berbasis Nikel-Molibdenum. Jurnal Reaktor. 14(2).

Venderbosch RH, Ardiyanti AR, Wildschut J, Oasmaa A. 2009. Stabilization of Biomass-Derived of Pyrolisis Oils. Chemical Technology & Biotechnology. 85(5):674-686.

Wang W, Yunquan Y. 2011. Amorphous Co-Mo-B Catalyst with High Activity for The Hydrodeoxygenation of Bio-Oil. Catalyst Communication. 12:436-440.

Wei L,Yinbin H, Xianhui Z, Shouyun C, James J, Yuhe C, Zhengrong G. 2016. Upgrading Pine Sawdust Pyrolysis Oil to Green Biofuels by HDO Over Zinc-Assisted Pd/C Catalyst. Energy Conversion and Management. 115:8–16.

Wilde G. 2009. Nanostructured Materials. Germany : Elsevier

Wildschut J, Farchad HM, Venderbosch RH, Hero JH. 2009. Hydrotreatment of Fast Pyrolysis Oil Using Heterogenous Noble-Metal Catalyst. Ind. Eng. Chem. 48:10324-10334.

Zhang SP. 2003. Study of Hydrodeoxygenation of Bio-oil from the Fast Pyrolisis of Biomass. Energ Source. 25(1):57-65.

Page 65: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

51

LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Sintesis katalis Ru/C dan Pd/C Pirolisis cangkang kelapa sawit

Hidrodeoksigenasi

Upgrading Bio-oil

Metode impregnasi basah

Reduksi katalis

Karakterisasi SAA, SEM EDX dan XRD

Produk akhir Katalis

HN4O10Ru atau Pd(NO)3.xH2O 1,3, 5% dan 10 gram karbon hitam

Cangkang Kelapa Sawit 50 gram

Pirolisis T : 600 oC, t : 2 jam

Pemisahan bio-oil dan pyroligneous acid

Analisis elemental analyzer

Produk akhir bio-oil

Hidrodeoksigenasi bio-oil

Pemisahan heavy oil dan light oil

Analisis elemental analyzer

Pengolahan dan analisis data

Kesimpulan

Page 66: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

52

Lampiran 2 Perhitungan penimbangan katalis

a. Katalis Ru/C 1 %

Massa HN4O10Ru =

x 1% x massa karbon aktif

=

,,

x 1% x 10 gram = 0,3147 gram

b. Katalis Ru/C 3 %

Massa HN4O10Ru =

x 3% x massa karbon aktif

=

,,

x 3% x 10 gram = 0,9442 gram

c. Katalis Ru/C 5 %

Massa HN4O10Ru =

x 5% x massa karbon aktif

=

,,

x 5% x 10 gram = 1,5736 gram

d. Katalis Pd/C 1 %

Massa Pd(NO)3.xH2O = ( ) .

x 1% x massa karbon aktif

=

,,

x 1% x 10 gram = 0,2165 gram

Page 67: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

53

e. Katalis Pd/C 3 %

Massa Pd(NO)3.xH2O = ( ) .

x 3% x massa karbon aktif

=

,,

x 3% x 10 gram = 0,6495 gram

f. Katalis Pd/C 5 %

Massa Pd(NO)3.xH2O = ( ) .

x 5% x massa karbon aktif

=

,,

x 5% x 10 gram = 1,0826 gram

Page 68: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

54

Lampiran 3 Neraca massa pirolisis cangkang kelapa sawit

Yield = massa produk x 100% massa sampel

Liquid Tar Sebelum

Pirolisis (gram) Setelah

Pirolisis (gram) Hasil

Kondensor 1 + pipa 148,2 149,64 1,44 Kondensor 2 + pipa 181,1 181,57 0,47 Erlenmeyer + pipa + tutup 251,7 273,38 21,68 Pipa panjang + sambungan 40,8 41,44 0,64 Pipa erlen-kondensor1 7,9 8,09 0,19

Total Liquid Tar 24,36 % Liquid Tar 48,08

Char Hasil Beaker kosong 157,2 Beaker + char 173,2

Total Char 16 % Char 31,59

Heavy Tar Sebelum Pirolisis (gram)

Setelah Pirolisis (gram)

Hasil

Reaktor 1229,9 1230,1 0,2 Tutup reaktor 223,6 223,8 0,2 Pipa besi 91,4 91,7 0,3

Total Heavy tar 0,7 % Heavy tar 1,38

Gas Hasil Sampel 50,67 Total Heavy tar, Liquid tar, Char 41,06

Gas 9,6 % Gas 18,95

Page 69: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

55

Lampiran 4 Neraca massa catalytic upgrading

A. Katalis Ru/C 1%

Bio-oil (b) = 10 gram

Gas Sebelum Upgrading Setelah Upgrading Hasil Reaktor +k+b 1213,3 gram 1212,4 gram 0,9 gram

Total gas 0,9 gram % gas 9%

Liquid Product Sebelum Upgrading Setelah Upgrading Hasil Reaktor 1202,8 gram 1211,9 gram 9,1 gram

Total Liquid Product 9,1 gram % Total Liquid Product 91%

Botol + Light oil 21,1629 gram 23,3510 gram 2,1881 gram Light oil 2,1881 gram

% Light oil 21,88%

Heavy oil (Liquid Product – Light oil) 6,9119 gram % Heavy oil 69,1%

B. Katalis Ru/C 3%

Bio-oil (b) = 9,9 gram

Gas Sebelum Upgrading Setelah Upgrading Hasil Reaktor +k+b 1213,2 gram 1212,3 gram 0,9 gram

Total gas 0,9 gram % gas 9,09%

Liquid Product Sebelum Upgrading Setelah Upgrading Hasil Reaktor 1202,8 gram 1211,8 gram 9 gram

Total Liquid Product 9 gram % Total Liquid Product 90,90%

Botol + Light oil 20,7174 gram 22,7380 gram 2,0206 gram Light oil 2,0206 gram

% Light oil 20,41%

Heavy oil (Liquid Product – Light oil) 6,9794 gram % Heavy oil 70,49%

Page 70: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

56

C. Katalis Ru/C 5%

Bio-oil (b) = 10 gram

Gas Sebelum Upgrading Setelah Upgrading Hasil Reaktor +k+b 1213,5 gram 1212,5 gram 1 gram

Total gas 1 gram % gas 10%

Liquid Product Sebelum Upgrading Setelah Upgrading Hasil Reaktor 1203 gram 1212 gram 9 gram

Total Liquid Product 9 gram % Total Liquid Product 90%

Botol + Light oil 21,1064 gram 23,2259 gram 2,1195 gram Light oil 2,1195 gram

% Light oil 21,19%

Heavy oil (Liquid Product – Light oil) 6,8805 gram % Heavy oil 68,81%

D. Katalis Pd/C 1%

Bio-oil (b) = 10 gram

Gas Sebelum Upgrading Setelah Upgrading Hasil Reaktor +k+b 1213,2 gram 1212,6 gram 0,6 gram

Total gas 0,6 gram % gas 6%

Liquid Product Sebelum Upgrading Setelah Upgrading Hasil Reaktor 1202,7 gram 1212,1 gram 9,4 gram

Total Liquid Product 9,4 gram % Total Liquid Product 94%

Botol + Light oil 20,3597 gram 23,2708 gram 2,9111 gram Light oil 2,9111 gram

% Light oil 29,11%

Heavy oil (Liquid Product – Light oil) 6,4889 gram % Heavy oil 64,89%

Page 71: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

57

E. Katalis Pd/C 3%

Bio-oil (b) = 10 gram

Gas Sebelum Upgrading Setelah Upgrading Hasil Reaktor +k+b 1213,2 gram 1211,8 gram 0,6 gram

Total gas 0,6 gram % gas 6%

Liquid Product Sebelum Upgrading Setelah Upgrading Hasil Reaktor 1202,9 gram 1212,3 gram 9,4 gram

Total Liquid Product 9,4 gram % Total Liquid Product 94%

Botol + Light oil 21,5234 gram 23,1557 gram 1,6323 gram Light oil 1,6323 gram

% Light oil 16,32%

Heavy oil (Liquid Product – Light oil) 7,7677 gram % Heavy oil 77,68%

F. Katalis Pd/C 5%

Bio-oil (b) = 10 gram

Gas Sebelum Upgrading Setelah Upgrading Hasil Reaktor +k+b 1213,2 gram 1212,2 gram 1 gram

Total gas 1 gram % gas 10%

Liquid Product Sebelum Upgrading Setelah Upgrading Hasil Reaktor 1202,8 gram 1211,8 gram 9 gram

Total Liquid Product 9 gram % Total Liquid Product 90%

Botol + Light oil 20,7089 gram 22,3136 gram 1,6047 gram Light oil 1,6047 gram

% Light oil 16,05%

Heavy oil (Liquid Product – Light oil) 7,3953 gram % Heavy oil 73,95%

Page 72: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

58

Lampiran 5 Perhitungan tingkat deoksigenasi

DOD (%) = O/C bio-oil – O/C heavy oil x 100 O/C bio-oil

H/C = (O/C x 1,4125) + 0,5004

Produk C (%b/b)

O (%b/b) O/C H/C DOD

(%) Bio-oil 54,60 37,09 0,68 0,15 -

Heavy oil Ru/C 1% 66,60 25,26 0,38 1,04 44,11 Ru/C 3% 66,85 25,11 0,37 1,03 45,59 Ru/C 5% 67,44 24,29 0,36 1,01 47,06 Pd/C 1% 64,91 26,56 0,41 1,07 39,71 Pd/C 3% 65,88 26,12 0,39 1,06 42,65 Pd/C 5% 64,61 27,21 0,42 1,09 38,24

Page 73: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

59

Lampiran 6 Data EDX

A. Katalis Pd/C

Standard :

C = CaCO3 1-Jun-1999 12:00 AM

Pd = Pd 1-Jun-1999 12:00 AM

B. Katalis Ru/C

Standard :

C = CaCO3 1-Jun-1999 12:00 AM

O = SiO2 1-Jun-1999 12:00 AM

Ru = Ru 1-Jun-1999 12:00 AM

Page 74: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

60

Meas. data:2 Pd-C 3%/Data 1

Inte

nsity

(cou

nts)

-20

0

20

40

60

2-theta (deg)

20 40 60 80

Palladium, syn, Pd, 00- 005- 0681

Lampiran 7 Hasil XRD

Page 75: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

61

Lampiran 8 Dokumentasi penelitian

Impregnasi basah

Reduksi katalis

Katalis Ru/C dan Pd/C

Page 76: HIDRODEOKSIGENASI BIO OIL CANGKANG KELAPA SAWIT …

62

Pirolisis cangkang kelapa sawit ; Bio-oil dan Pyroligneous Acid

Hidrodeoksigenasi upgrading bio-oil ; Heavy oil