hhd 3
TRANSCRIPT
PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI
HYPERTENSIVE HEART DISEASE (HHD)
Definisi
Hypertensive heart disease (HHD) adalah
penyakit komplikasi jantung istilah yang
diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung
secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH) atau hipertrofi ventrikel kiri
(HVK), aritmia jantung, penyakit jantung
koroner, dan penyakit jantung kronis, yang
disebabkan kerana peningkatan tekanan darah,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Hipertrofi ventrikel kiri :
Hipertrofi ventrikel kiri didefinisikan sebagai
suatu penambahan massa pada ventrikel kiri,
sebagai respon miosit terhadap berbagai
rangsangan yang menyertai peningkatan
tekanan darah. Hipertrofi miosit dapat terjadi
sebagai kompensasi terhadap peningkatan
afterload. Rangsangan mekanik dan
neurohormonal yang menyertai hipertensi dapat
menyebabkan aktivasi pertumbuhan sel-sel otot
jantung, ekspresi gen (beberapa gen diberi
ekspresi secara primer dalam perkembangan
miosit janin), dan hipertrofi ventrikel kiri. Sebagai
tambahan, aktivasi sistem renin-angiotensin
melalui aksi angiotensin II pada reseptor
angiotensin I mendorong pertumbuhan sel-sel
interstisial dan komponen matrik sel. Jadi,
perkembangan HVK dipengaruhi oleh hipertrofi
miosit dan ketidakseimbangan antara miosit dan
struktur interstisium skeleton cordis.
Berbagai jenis pola hipertrofi ventrikel kiri telah
dijelaskan, termasuk remodelling konsentrik,
hipertrofi ventrikel kiri konsentrik, dan hipertrofi
ventrikel kiri eksentrik. Hipertrofi ventrikel kiri
konsentrik adalah peningkatan pada ketebalan
dan massa ventrikel kiri disertai peningkatan
tekanan dan volume diastolik ventrikel kiri,
umumnya ditemukan pada pasien dengan
hipertensi. Bandingkan dengan hipertrofi
ventrikel kiri eksentrik, di mana penebalan
ventrikel kiri tidak merata namun hanya terjadi
pada sisi tertentu, misalnya pada septum.
Hipertrofi ventrikel kiri konsentrik merupakan
pertanda prognosis yang buruk pada kasus
hiperetensi. Pada awalnya proses hipertrofi
ventrikel kiri merupakan kompensasi
perlindungan sebagai respon terhadap
peningkatan tekanan dinding ventrikel untuk
mempertahankan cardiac output yang adekuat,
namun hipertrofi ventrikel kiri kemudian
mendorong terjadinya disfungsi diastolik otot
jantung, dan akhirnya menyebabkan disfungsi
sistolik otot jantung.
Etiologi
Tekanan darah tinggi meningkatkan beban
kerja jantung, dan seiring dengan berjalannya
waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan otot
jantung. Karena jantung memompa darah
melawan tekanan yang meningkat pada
pembuluh darah yang meningkat, ventrikel kiri
membesar dan jumlah darah yang dipompa
jantung setiap menitnya (cardiac output)
berkurang. Tanpa terapi, gejala gagal jantung
akan makin terlihat.
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko
utama bagi penyakit jantung dan stroke.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan
penyakit jantung iskemik ( menurunnya suplai
darah untuk otot jantung sehingga menyebabkan
nyeri dada atau angina dan serangan jantung)
dari peningkatan suplai oksigen yang dibutuhkan
oleh otot jantung yang menebal.
Tekanan darah tinggi juga berpenaruh
terhadap penebalan dinding pembuluh darah
yang akan mendorong terjadinya aterosklerosis
(peningkatan kolesterol yang akan terakumulasi
pada dinding pembuluh darah). Hal ini juga
meningkatkan resiko seangan jantung dan
stroke. Penyakit jantung hipertensi adalah
penyebab utama penyakit dan kematian akibat
hipertensi.
Pathofisiologi
Peningkatan tekanan darah secara sistemik
meningkatkan resistensi terhadap pemompaan
darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung
bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi
ventrikel kiri untuk meningkatkan kontraksi.
Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan dinding
yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk,
dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi
kemampuan ventrikel untuk mempertahankan
curah jantung dengan hipertrofi kompensasi
akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan
payah jantung. Jantung semakin terancam seiring
parahnya aterosklerosis koroner. Angina pectoris
juga dapat terjadi kerana gabungan penyakit
arterial koroner yang cepat dan kebutuhan
oksigen miokard yang bertambah akibat
penambahan massa miokard.
Gambaran radiologis :
Keadaan awal batas kiri bawah jantung menjadi
bulat kerana hipertrofi konsentrik ventrikel kiri.
Pada keadaan lanjut, apeks jantung membesar
ke kiri dan bawah. Aortic knob membesar dan
menonjol disertai klasifikasi. Aorta ascenden dan
descenden melebar dan berkelok ( pemanjangan
aorta/elongasio aorta).
Gambaran klinik :
Pada stadium dini hipertensi, tampak tanda-
tanda akibat rangsangan simpatis yang kronis.
Jantung berdenyut cepat dan kuat. Terjadi
hipersirkulasi yang mungkin sebagai akibat
aktivitas neurohormonal yang meningkat disertai
dengan hipervolemia. Pada stadium selanjutnya,
timbul mekanisme kompensasi pada otot jantung
berupa hipertorfi ventrikel kiri yang difus,
tahanan pembuluh darah perifer meningkat.
Gambaran klinik seperti sesak napas, salah satu
dari gejala gangguan fungsi diastolic, tekanan
pengisisan ventrikel meningkat, walaupun fungsi
sistolik masih normal. Bila berkembang terus,
terjadi hipertrofi yang eksentrik dan akhirnya
menjadi dilatasi ventrikel, dan timbul gejala
payah jantung. Stadium ini kadangkala disertai
dengan gangguan pada factor koroner. Adanya
gangguan sirkulasi pada cadangan aliran darah
koroner akan memperburuk kelainan fungsi
mekanik/ pompa jantung yang selektif.
Diagnosa
Diagnosa penyakit jantung hipertensi
didasarkan pada riwayat,pengkuran tekanan
darah, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan awal pasien
hipertensif harus menyertakan riwayat lengkap
dan pemeriksaan fisis untuk mengkonfirmasi
diagnosis hipertensi, menyaring faktor-faktor
risiko penyakit kardiovaskular lain, menyaring
penyebab-penyebab sekunder hipertensi,
mengidentifikasi konsekuensi kardiovaskular
hipertensi dan komorbiditas lain, memeriksa
gaya hidup terkait-tekanan darah, dan
menentukan potensi intervensi. Pengukuran
tekanan darah yang terpercaya tergantung pada
perhatian terhadap detail mengenai tekhnik dan
kondisi pengukuran. Karena peraturan terkini
yang melarang penggunaan merkuri karena
perhatian mengenai toksisitas potensialnya,
sebagian besar pengukuran dibuat menggunakan
instrumen aneroid. Akurasi instrumen pengukur
tekanan darah terotomatisasi harus dikonfirmasi.
Pada pemeriksaan fisis, Habitus tubuh, seperti
tinggi dan berat badan, harus dicatat. Pada
pemeriksaan awal, tekanan harus diukur pada
kedua lengan, dan lebih baik pada posisi
terlentang, duduk dan berdiri untuk
mengevaluasi keberadaan hipotensi postural.
Pada pemeriksaan laboratorium meliputi
Urinalisis mikroskopik, ekskresi albumin, BUN
atau kreatinin serum, Natrium, kalium, kalsium,
dan TSH serum, Hematokrit, elektrokardiogram,
Glukosa darah puasa, kolesterol total, HDL dan
LDL, trigliserida.
Diagnosa Banding
Aterosklerosis Arteri Koroner
Permasalahan lain yang bisa diperkirakan:
• Kardiomiopati hipertrofi
• Jantung atlet
• CHF karena penyebab lainnya
• Fibrilasi atrium karena penyebab lainnya
• Disfungsi diastolik karena penyebab lainnya
Prognosis
Resiko komplikasi tergantung pada seberapa
besar hipertropi ventrikel kiri. Semakin besar
ventrikel kiri, semakin besar kemungkinan
kompilkasi terjadi. Pengobatan hipertensi dapat
mengurangi kerusakan pada ventrikel kiri.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
obat-obatan tertentu seperti ACE-Inhibitor, Beta-
blocker, dan diuretik spinorolakton dapat
mengatasi hipertropi ventrikel kiri dan
memperpanjang kemungkinan hidup pasien
dengan gagal jantung akibat penyakit jantung
hipertensi. Bagaimanapun juga, penyakit jantung
hipertensi adalah penyakit yang serius yang
memiliki resiko kematian mendadak.
Penatalaksanaan
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung
hipertensi terbagi dalam dua kategori—
pengobatan dan pencegahan tekanan darah
yang tinggi dan pengobatan penyakit jantung
hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang
dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes
dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari
130/90 pada pasien dengan penyakit diatas.
Berbagai macam strategi pengobatan penyakit
jantung hipertensi:
Pengaturan diet,
Olahraga teratur,
Penurunan berat badan, dan
Obat-obatan untuk hipertensi, gagal jantung
sekunder karena disfungsi diastolik dan sistolik,
coronary artery disease, dan aritmia.
• Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan
pola hidup sehat dan atau dengan obat-obatan
yang menurunkan tekanan darah dapat
menurunkan gejala gagal jantung dan bisa
memperbaiki keadaan LVH.
Beberapa diet yang dianjurkan:
1. Rendah garam, beberapa studi mennjukkan
bahwa diet rendah garam dapat menurunkan
tekanan darah pad pasien dengan hipertensi.
Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi sistem renin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti
hipertensi. Jumlah intake sodium yang dianjurkan
50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram
garam per hari.
2. Diet tinggi potassium, dapat menurunkan
tekanan darah tapi mekanismenya belum jelas.
Pemberian potassium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya di
mediasi oleh nitric oxide pada dinding vaskular.
3. Diet kaya buah dan sayur mayur.
4. Diet rendah kolesterol, sebagai pencegah
terjadinya penyakit jantung koroner.
5. Tidak mengkonsumsi alkohol.
• Olahraga teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari,
berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat
memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi
endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi
katekolamin plasma.
Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk
menurunkan tekanan darah.
• Penurunan berat badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa
obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat
dianjurkan. Penrunan berat badan dengan
menggunakan obat-obatan perlu menjadi
perhatian khusus arena umumnya obat penurun
berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik,sehingga dapat memningkatan
tekanan darah, memperburuk angina atau gejala
gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia.
Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs,
simpatomimetik, dan MAO yang dapat
meningkatkan tekanan darah atau
menggunakannya dengan obat antihipertesni.
• Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung
hipertensi dapat menggunakan berbagai
kelompok obat antihipertensi: thiazide, beta-
blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker,
calcium channel blockers, ACE inhibitor,
angiotensin receptor blocker dan vasodilator
seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien
memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi
untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.
• Penanganan LVH
LVH, tanda dari peningkatan resiko morbiditi
dan mortalitas kardiovaskuler dan harus
ditatalaksana secara agresif. Walaupun regeresi
LVH belum secara jelas dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas tapi beberapa data
dapat mendukung hipotesis ini. Obat-obatan
yang digunakan untuk menatalaksana LVH
adalah sama seperti penanganan hipertensi.
• Penanganan disfungsi diastolik LV
Beberapa golongan antihipertensi—ACE
inhibitor, beta-blocker, dan nondihydropyridine
calcium channel blockers—telah membuktikan
dapat memperbaiki parameter ekokardiographi
pada simptomatik dan asimptomatik disfungsi
diastolik dan gejala gagal jantung. Penanganan
disfungsi sistolik LV :
• Diuretik digunakan untuk penatalaksanaan
disfungsi sistolik LV
• ACE inhibitor digunakan untuk penurunan
preload dan afterload dan mencegah kongesti
pada paru dan sistemik
• Beta-blockers seperti cervedilol, metoprolol XL,
dan bisoprolol dapat memperbaiki fungsi LV dan
menurunkan mortalitas dan morbiditas dari gagal
jantung. Terapi dimulai dengan dosis rendah ,
peningkatan dosis beta-blocker secara perlahan
dan monitor secara ketat untuk menilai tanda
dari gagal jantung.
Definisi
Bedah jantung adalah usaha atau operasi
yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung.
Operasi Jantung Dibagi Atas :
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang
dijalankan dengan membuka rongga jantung
dengan memakai bantuan mesin jantung paru
(mesin extra corporal).
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi
yang dijalankan tanpa membuka rongga jantung
misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
Tujuan Operasi Jantung :
Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan
baermacam-macam antara lain :
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada,
misalnya penutupan ASD, Pateh VSD, Koreksi
Tetralogi Fallot, Koreksi Transposition Of Great
Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan
terutama pada anak-anak (pediatrik) yang
mempunyai kelainan bawaan.
2. Operasi paliatif yaitu melakukan operasi
sementara untuk tujuan mempersiapkan operasi
yang definitif/total koreksi karena operasi total
belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya shunt
aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.
3. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada
katub jantung yang mengalami insufisiensi.
4. Replacement katup yaitu operasi
penggantian katup yang mengalami kerusakan.
5. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan
untuk mengatasi stenosis/sumbatan arteri
koroner.
6. Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace
maker’ permanen pada anak-anak dengan blok
total atrioventrikel.
7. Transplantasi jantung yaitu mengganti
jantung seseorang yang tidak mungkin diperbaiki
lagi dengan jantung donor dari penderita yang
meninggal karena sebab lain.
Diagnosa
Untuk menetapkan suatu penyakit jantung
sampai kepada suatu diagnosis maka diperlukan
tindakan investigasi yang cukup. Mulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik/jasmani,
laboratorium, maka untuk jantung diperlukan
pemeriksaan tambahan sebagai berikut :
1. Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan
hantaran listrik dari jantung memakai alat
elektrokardiografi.
2. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang
perlu foto oesophagogram untuk melihat
pembesaran atrium kiri (foto lateral).
3. Fonokardiografi
4. Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung
dengan memakai gelombang pendek dan
pantulan dari bermacam-macam lapisan di
tangkap kembali. Pemeriksaan ini terdiri dari M.
mode dan 2 Dimentional, sehingga terlihat
gambaran rongga jantung dan pergerakan katup
jantung. Selain itu sekarang ada lagi Dopler
Echocardiografi dengan warna, dimana dari
gambaran warna yang terlihat bisa dilihat shunt,
kebocoran katup atau kolateral.
5. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung
dengan memakai isotop intra vena kemudian
dengan “scanner” ditangkap pengumpulan isotop
pada jantung. Dapat dibagi :
1. Perfusi myocardial dengan memakai
Talium.
2. Melihat daerah infark dengan memakai
Technetium pyrophospate.
3. Blood pool scanning.
6. Kateterisasi jantung yaitu pemeriksaan
jantung dengan memakai kateter yang
dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke
rongga jantung. Kateterisasi jantung kanan
melalui vena femoralis, kateterisasi jantung kiri
melalui arteri femoralis. Pemeriksaan kateterisasi
bertujuan :
a) Pemeriksaan tekanan dan saturasi oksigen
rongga jantung, sehingga diketahui adanya
peningkatan saturasi pada rongga jantung kanan
akibat suatu shunt dan adanya hypoxamia pada
jantung bagian kiri.
b) Angiografi untuk melihat rongga jantung atau
pembuluh darah tertentu misalnya LV grafi,
aortografi, angiografi koroner dll.
c) Pemeriksaan curah jantung pada
keadaan tertentu.
7. Pemeriksaan enzym khusus, yaitu
pemeriksaan enzym creati kinase dan fraksi
CKMB untuk penentuan adanya infark pada
keadaan “ unstable angin pectoris”.
PENYAKIT JANTUNG REMATIK
RHEUMATIC HEART DISEASE (RHD)
Definisi
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam
bahasa medisnya Rheumatic Heart
Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana
terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa
berupa penyempitan atau kebocoran, terutama
katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai
akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik
(DR).
Demam rematik merupakan suatu penyakit
sistemik yang dapat bersifat akut, subakut,
kronik, atau fulminan, dan dapat terjadi setelah
infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A
pada saluran pernafasan bagian atas. Demam
reumatik akut ditandai oleh demam
berkepanjangan, jantung berdebar keras, kadang
cepat lelah. Puncak insiden demam rematik
terdapat pada kelompok usia 5-15 tahun,
penyakit ini jarang dijumpai pada anak dibawah
usia 4 tahun dan penduduk di atas 50 tahun.
Seseorang yang mengalami demam rematik
apabila tidak ditangani secara adekuat, Maka
sangat mungkin sekali mengalami serangan
penyakit jantung rematik. Infeksi oleh kuman
Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang
menyebabkan seseorang mengalami demam
rematik dimana diawali terjadinya peradangan
pada saluran tenggorokan, dikarenakan
penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah
terarah menyebabkan racun/toxin dari kuman ini
menyebar melalui sirkulasi darah dan
mengakibatkan peradangan katup jantung.
Akibatnya daun-daun katup mengalami
perlengketan sehingga menyempit, atau
menebal dan mengkerut sehingga kalau
menutup tidak sempurna lagi dan terjadi
kebocoran.
Gejala
Penderita umumnya megalami sesak nafas
yang disebabkan jantungnya sudah mengalami
gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah,
bercak kemerahan di kulit yang berbatas,
gerakan tangan yang tak beraturan dan tak
terkendali (korea), atau benjolan kecil-kecil
dibawah kulit. Selain itu tanda yang juga turut
menyertainya adalah nyeri perut, kehilangan
berat badan, cepat lelah dan tentu saja demam.
Pathofisiologi
Patofisiologi Demam. Demam akan berkembang
jika termostat bergeser ke posisi lebih tinggi. Ketika
suhu tubuh meninggi, kulit secara paradoks menjadi
dingin. Pergeseran akan menyebabkan gemetaran. Hal
ini terjadi karena tubuh kita “menganggap” suhu
lingkungan diterjemahkan sebagai dingin karena
kejadiannya begitu mendadak.
Sitokin-sitokin seperti IL-1, IL-6 dan TNF
merupakan mediator reaksi terjadinya demam. Sitokin
ini dihasilkan oleh leukosit dan jenis sel lainnya sewaktu
merespon infeksi atau reaksi-reaksi imunologis dan
toksit yang dilepaskan dalam sirkulasi.
Diagnosa
Selain dengan adanya tanda dan gejala yang
tampak secara langsung dari fisik, umumnya
dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan
laboratorium, misalnya; pemeriksaan darah rutin,
ASTO, CRP, dan kultur ulasan tenggorokan.
Bentuk pemeriksaan yang paling akurat adalah
dengan dilakukannya echocardiografi untuk
melihat kondisi katup-katup jantung dan otot
jantung.
Pengobatan
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik
sudah ditegakkan dan masih adanya infeksi oleh
kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama
yang terlintas dari Tim Dokter adalah pemberian
antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian
obat antibiotika penicillin secara oral atau
benzathine penicillin G. Pada penderita yang
allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif
lain adalah pemberian erythromycin atau
golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang
yang biasanya diberikan adalah Cortisone and
Aspirin.
Penderita dianjurkan untuk tirah baring
dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan terpikir
tentang penanganan kemungkinan terjadinya
komplikasi seperti gagal jantung, endokarditis
bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan
diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung
cukup vitamin.
Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR)
tanpa gejala tidak memerlukan terapi. Penderita
dengan gejala gagal jantung yang ringan
memerlukan terapi medik untuk mengatasi
keluhannya. Penderita yang simtomatis
memerlukan terapi surgikal atau intervensi
invasif. Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini
masih terbatas tersedia serta memerlukan biaya
yang relatif mahal dan memerlukan follow up
jangka panjang.
Pencegahan
Jika kita lihat diatas bahwa penyakit jantung
paru sangat mungkin terjadi dengan adanya
kejadian awal yaitu demam rematik (DR), Tentu
saja pencegahan yang terbaik adalah bagaimana
upaya kita jangan sampai mengalami demam
rematik (DR) (terserang infeksi kuman
Streptococcus beta hemolyticus).
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung
seseorang terserang kuman tersebut,
diantaranya faktor lingkungan seperti kondisi
kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang
berdesakan dan akses kesehatan yang kurang
merupakan determinan yang signifikan dalam
distribusi penyakit ini. Variasi cuaca juga
mempunyai peran yang besar dalam terjadinya
infeksi streptococcus untuk terjadi DR.
Seseorang yang terinfeksi kuman
Streptococcus beta hemolyticus dan mengalami
demam rematik, harus diberikan therapy yang
maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini untuk
menghindarkan kemungkinan serangan kedua
kalinya atau bahkan menyebabkan Penyakit
Jantung Rematik.