herpes simplex.docx
DESCRIPTION
jhjnTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak tahun 1998 istilah STD (Sexual Transmitted Disease) mulai berubah menjadi STI
(Sexual Transmitted Infection), agar dapat menjangkau penderita asimptomatik. Ada pula
golongan professional lain yang memandang STI dari konteks kesehatan reproduksi (sebagai
bagian dari infeksi saluran reproduksi yang meliputi pula infeksi endogen dan eksogen
mikroorganisme yang ditularkan secara seksual dan non seksual.
Penyebab dari peyakit menular seksual (PMS) bermacam-macam, bisa infeksi dari
bakteri, virus, jamur, protozoa dan ektoparasit. PMS yang disebabkan infeksi dari bakteri antara
lain sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venereum dan vaginosis bakterial. PMS
disebabkan oleh virus yaitu herpes genital, moluskum kontagiosum, kondiloma akuminata,
infeksi HIV/AIDS, hepatitis B. PMS yang disebabkan oleh jamur yaitu trikomoniasis. Sedangkan
yang disebabkan oleh ektoparasit yaitu pedikulosis pubis dan skabies
Kata herpes dapat diartikan sebagai merangkak atau maju perlahan (creep or crawl) untuk
menunhjukkan pola penyebaran lesi kulit. Transmisi atau penularan infeksi virus herpes simpleks
paling sering terjadiu melalui kontak erat dengan individu yang pada daerah permukaan kulit dan
mukosanya mengeluarkan virus, dalam sekresi oral atau genital. Inokulasi virus pada lesi kulit
atau mukosa akan menuimbulkan respon imunitas seluler awal tetapi jika terjadi penyebaran
virus, maka akan terjadi reepitelisasi pada lesi.
Herpes simpleks genitalis dapat ditularkan melalui kontak seksual dan mengenai organ-
organ seks tubuh seperti vagina dan daerah sekitarnya (bokong, anal dan paha) atau melalui
aktifitas seksual oral (organ seks oral). Tetapi tidak dapat ditularkan melalui udara atau melalui
air, misalnya jika seseorang berenang di kolam renang.
Infeksi ini dapat berupa kelainan pada daerah orolabial serta daerah genital, dengan
gejala khas vesikel berkelompok diatas dasar eritema.
BAB II
Herpes Genitalis
II.I DEFINISI
Herpes Genitalis merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus Herpes Simplex
(virus herpes hominis) terutama tipe II 1 yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok
atau erosi atau ulkus diatas kulit yang eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan
infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.1,2
Gambar 1. Lokasi lesi herpes genital pada laki-laki dan perempuan*
* Dikutip sesuai aslinya dari kepustakaan nomor 3
II. 2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita dengan
frekuensi yang tidak berbeda, infeksi primer oleh Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 biasanya
dimulai pada usia anak-anak, akan tetapi infeksi HSV-1 genital semakin meningkat dan HSV-1
genital didapatkan pada sebagian besar pasien dengan herpes genitalis primer di beberapa
negara.1 Sedangkan infeksi HSV tipe II biasanya terjadi pada dekade 2 dan 3 juga berhubungan
dengan peningkatan aktivitas seksual.2
Gambar 2.
II. 3 FAKTOR RESIKO
Faktor resiko infeksi HSV-2 sangat terkait dengan jumlah pasangan seksual, jumlah
aktivitas seksual yang dilakukan dalam setahun, homoseksualitas pria, ras kulit hitam, jenis
kelamin perempuan, riwayat penyakit menular seksual sebelumnya. Seroprevalensi lebih tinggi
pada wanita (25,6%_ dibanding pria (17,8%) dan lebih tinggi lagi pada ras kulit hitam (45,9%)
dibanding kulit putih (17,6%). Kurang dari 10% dari semua merka yang serpositif melaporkan
infeksi herpes genital.5
II. 4 ETIOLOGI
HSV I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus DNA. Pembagian
tipe I dan II berdasarkan karateristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker, dan
lokasi klinis (tempat predileksi).2
Sebagian besar penyebab herpes genitalis adalah HSV-2 tetapi walaupun demikian dapat juga
disebabkan oleh HSV-1 (16,1%) akibat hubungan kelamin secara orogenital atau penularan
melalui tangan.6
Gambar 3. Virus Herpes Simplex*
Secara serologik, biologik dan sifat fiskokimia HSV-1 dan HSV-2 sukar dibedakan. Dari
penelitian seroepidemiologik didapat bahwa antibodi HSV-1 sudah terdapat pada anak-anak
sekitar umur lima tahun, meningkat 70% pada usia remaja dan 97% pada orangtua. Penelitian
seroepidemiologik terhadap antiboidi HSV-2 sulit untuk dinilai berhubung adanya reaksi silang
antara respons imun humoral HSV-1 dan HSV-2.6
* Dikutip sesuai aslinya dari kepustakaan nomor 7
II. 5 PATOGENESIS
Infeksi herpes genitaklus dimulai bila sel epitel saluran genital pejamu yang rentan
terpajan oleh virus yang terdapat dalam lesi atau sekret genital orang yang terinfeksi. HSV
segera menjadi inaktif pada keadaan suhu kamar dan suasana kering,s ehingga tidak dapat
ditularkan melali udara atau bahan-bahan lain. Virus juga dapat menginfeksi kulit berkeratin
namun harus melalui perlukaan mikro agar dapat mencapai sel epitel di bawah lapisan keratin.
Virus akan melekat pada sel epitel, kemudian masuk dengan cara meleburkan diri dengan
membran sel. Sekali di dalam sel, terjadi replikasi yang menghasilkan lebih banyak virion yang
menyebabkan kematian sel. Pada waktu bersamaan, virus memasuki ujung saraf sensporik yang
mempersarafi saluran genital. Virion kemudian ditransportasikan ke inti sel neuron di ganglia
sensorik yaitu ganglia dorsalis sakralis.1,8
Bila seseorang terpajan HSV, maka infeksi dapat berbentuk episode I infeksi primer
(inisial), episode I non infeksi primer, infeksi rekuren, herpes genitalis atipikal, asimptomatik
atau tidak terjadi infeksi sama sekali.1,5
II. 6 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik herpes genitalis dapat dibedakan antara episode yang pertama denga
episode kekambuhan herpes genitalis.6 Pada episode pertama herpes genitalis sering bersama-
sama dengan gejala sistemik disertai gejala pada genital maupun ekstragenital.8
Gejala sistemik yang muncul seperti demam, pusing, malise, letargi, anoreksia, fotophobia dan
myalgia dilaporkan terjadi 40% pada laki-laki dan 70% pada wanita dengan HSV-2 primer.
Muncul pada awal penyakit dan mencapai puncaknya pada hari ke 3-4 setelah onset penyakitnya.
Gejala local Yang muncul berupa nyeri, gatal, disuria dan adenopati inguinal.1,5,6,8,9 Discharge
uretra dan disuria dapat muncul pada sepertiga pasien laki-laki dengan infeksi HSV-2.8
Gambar 4. Lesi herpes genital berupa vesikel berkelompok
diatas dasar eritema*
Pada keadaan imunokompeten, bila seseorang terinfeksi virus herpes simpleks maka
manifestasinya dapat berupa episode pertama infeksi primer, episode non primer, lesi rekuren,
lesi asimptomatis atau terjadi infeksi yang tidak khas atau atipik.8
II.5.1 Episode Primer pertama infeksi Herpes simpleks Genitalis
Infeksi primer adalah infeksi pertama kali dengan HSV-1 atau HSV-2.5,8,11 Tampak dalam
1-2 hari setelah inokulasi. Sering kali disertai gejala sistemik, seperti demam, nyeri kepala,
malaise dan myalgia. Sifat dan pelepasan virus berlangsung lama dan dapat mengenai banyak
tempat di genital dan luar genital.2,8-11
Gejala klinis berupa nyeri dan iritasi pada lesi dan bertambah dalam 6-7 hari pertama
sakit dan mencapai puncaknya antara 7-11 hari sakit. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening
dimana lesi di genital berupa papula, berkembang menjadi vesikel berdinding tipis diatas dasar
eritematosa sebelum pecah menjadi ulkus, Ulkus basah akan menjadi krusta basah yang
kemudian mengering. Reepitelisasi kulit yang terkena terjadi dibawah krusta kering yang
akhirnya lepas.8,11,13
* Dikutip sesuai aslinya dari kepustakaan nomor 12
Pada masa laten dan masa infeksi aktif, adanya infeksi ini dapat dengan mudah dipahami
dengan melihat gambaran lesi yang muncul pada genital dan disebut infeksi primer.8
II.5.2 Episode Non Primer Pertama Infeksi herpeks Simpleks Genitalis
Individu yang pernah terpapar dengan HSV sebelumnya telah mempunyai seropositif
pada saat episode pertama yang disebut nonprimer.5,8,11 Episode ini menyerupai masa rekurensi
yaitu lebih ringan dari infeksi primer dengan masa tunas yang lebih panjang. Sebagian besar
orang, pada pemeriksaan serologinya telah mendapat infeksi HSV-1, jarang didapatkan pada
seseorang yang pernah terinfeksi HSV-2 sebelumnya.8
Pada episode pertama non primer infeksi sudah berlangsung lama, tetapi belum
menimbulkan gejala klinik dan tubuh sudah membentuk zat anti sehingga gejala yang muncul
lebih ringan.8
II.5.3 Herpes Genitalis rekurens
Lebih bersifat ringan dan lokal. Sebagian besar infeksi dengan HSV-2 ini akan terjadi
kekambuhan jika infeksi utama bersifat subklinis atau asimptomatis. Gejala klinikm antara lain
nyeri, gatal, iritasi lesi genital dan akan meningkat setelah hari ke 6 sampai ke 7 dari masa
sakitnya, pembesaran kelenjar getah bening inguinal dan femoral secara umum bersifat
nonfluktuasi serta nyeri pada perabaan.1,8 Gejala prodromal berupa rasa terbakar dan sensasi
tingling ringan, yang terjadi 0,5 sampai 48 jam sebelum erupsi, sampai rasa nyeri di bokong,
tungkai dan pinggul 1-5 hari sebelum episode klinis.1,10,13
Gambar 5. Lesi pada herpes genitalis yang rekurens
bersifat lebih ringan dan lokal
Pria lebih sering mengalami kekambuhan. Kekambuhan pada pria rata-rata 5 kali pertahun
sedangkan pada wanita rata-rata 4 kali per tahun.1,8 Secara keseluruhan 60% pasien dengan HSV akan
mengalami rekurensi klinis dalam tahun pertama. Kekambuhan akan terjadi bila ada faktor pencetus yang
menyebabkan reaktivasi virus dalam ganglion sehingga virus turun melalui akson saraf perifer ke sel
epitel kulit yang dipersarafinya. Untuk kemudian bereplikasi dan multiplikasi dan menimbulkan lesi.
Virus akan terus menerus dilepaskan ke sel-sel epitel dan adanya faktor pencetus menyebabkan
kelemahan pada daerah tersebut dan menjadi rekurens.7
Faktor pencetus kekambuhan antara lain 2,8:
1. Adanya trauma minor /trauma fisik (demam, kurang tidur, hubungan seksual)
2. Infeksi lain termasuk panas yang bersifat ringan atau pasien tidak mengeluh panas)
3. Infeksi saluran napas atas
4. Radiasi Ultraviolet
5. Neuralgia trigeminal
6. Juga pada kasus setelah opersi intracranial ataupun operasi gigi.
Pada infeksi Herpes Genitalis yang rekuren akan mempunyai gambaran klinis sebagai berikut 8 :
1. Vesikel kecil-kecil yang multiple bergerombol pada satu sisi muncul pada kulit normal atau
daerah kemerahan, berisi cairan jernih kemudian akan tampak keruh dan purulen, kering dan
berkrusta, menyembuh setelah 7-10 hari, lesi yang matang terdiri atas vesikel yang bergerombol
dan atau pustule diatas kulit yang eritematosa dengan dasar edema. Gerombolan vesikel dan erosi
biasanya tampak pada vagina, rectum atau penis dan dapat muncul vesikel baru lagi pada hari ke
7-14. Lesi bisa bilateral dan sering meluas. Gejala sistemik yang muncul berupa panas dan flu
tetapi sering pada wanita gejala yang menonjol adalah nyeri pada vagina dan nyeri saat kencing.7
2. Adanya krusta yang kekuningan atau keemasan mengindikasikannya adanya superinfeksi dengan
bakteri
3. Pembesaran Kelenjar regional dengan nyeri sering ditemukan
4. Gambaran eritemamultiforme sering bersamaan dengan infeksi HIV dan berespon dengan
pemberian antivirus sebagai profilaksis
II.5.4 Herpes Genital Atipikal
Atipikal adalah istilah ynag menggambarkan manifestasi herpes simpleks genitalis yang tidak
khas atau atipikal. Tidak berupa vesikel, tetapi sering berupa fisura, furunkel, eskoriasi dan eritem vulva
nonspesifik disertai rasa nyeri dan gatal pada wanita sedangkan pada pria berupa visura linear pada
preputium dan bercak merah pada gland penis. 1,8
II.5.5 Reaktivasi Subklinis atau Herpes Simpleks Genitalis Asimptomatis
Episode transmisi seksual dan vertical terjadi pada fase ini. HSV dapat ditemukan pada kultur
saluran genitourin bawah wanita dan pria dalam keadaan tidak terdapat herpes genita, ulkus genital atau
lesi lainnya.1,5 reaktivasi HSV subklinis paling tinggi terjadi dalam 6 bulan setelah terinfeksi. Dimana jika
seseorang yang telah menderita herpes genital selama bertahun-tahun akan melepaskan virus secara
subklinis separuhnya dibandingkan wanita yang menderita kurang dari 2 tahun.7
Herpes Genitalis pada Kehamilan
Bila pada kehamilan timbul herpes genitalis, perlu mendapat perhatian serius, karena plasenta
virus dapat sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. 8
Risiko untuk tranmisi ke neonatus dari ibu yang terinfeksi adalah tinggi (30% hingga 50%) sedang pada
perempuan yang mendapatkan herpes genital saat mendekati kelahiran lebih rendah transmisi infeksi
(<1%)5. Infeksi nanonatal mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat
neurologis atau kelainan pada mata. Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa ensefalitis, mikrosefali,
hidrosefali,koroidoretinitis, keratokonjungtivis atau hepatitis. Disamping itu dapat juga timbul lesi pada
kulit. Di Amerika Serikat, frekuensi herpes nenonatal adalah 1 per 7500 kelahiran hidup. Bila transmisi
terjadi trimester i cenderung terjadi abortus, sedangkan bila pada trimester II terjadi prematuritas. Selain
itu, dapat terjadi tranmisi pada intrapartum atau pasca partum.2,8
Herpes Genital pada immunodefisiensi
Herpes genitalis merupakan satu masalah pada penderita dengan immunodefisiensi, oleh karena
kelainan yang ditemukan cukup progresif berupa ulkus yang dalam di daerah orolabial atau ano genital.
Disamping itu lesi juga lebih luas dibandingkan dengan keadaan biasanya. Pada keadaan
immunodefisiensi yang tidak berat didapatkan keluhan rekuransi yang lebih sering dengan penyembuhan
yang lebih lama.1,6,8
Infeksi primer jarang ditemukan pada keadaan imunokompromais, yang sering adalah reaktivasi
atau rekuren lesi. Pada keadaan imunokompromais lesi rekurens lebih sering terjadi (95%) dengan gejala
lebih berat, lebih lama dan berpotensi untuk terjadinya infeksi secara diseminata.1
Gambar 6. Lesi herpes yang menyebar hingga ke daerah anus
II.6 KOMPLIKASI
Komplikasi herpes simplek genitalis dapat berupa perluasan lesi local dan penyebaran virus ke
lokasi ekstragenital, susunan saraf pusat bahkan bisa terjadi superinfeksi jamur. Komlikasi pada SSP
berupa meningitis aseptic, disfungsi system syaraf otonom (hiperestesia atau anesthesia perineal,
punggung bawah, daerah sacrum, retensi urin dan konstipasi). Pada pria dapat terjadi impotensia. Infeksi
menyeluruh dapat terjadi pada toraks dan ekstremitas, penyebaran mukokutan pada pasien dengan
dermatitis atopi atau kehamilan.8
Komplikasi dapat terjadi apabila infeksi primer menyebar luas keseluruh tubuh sehingga dapat
menyebabkan meningitis, ensefalitis, herpetic hepatitis pneunomonia atau keadaan lain yang
berbahaya.8,11
Pada masa kehamilan akan menyebabkan bayi yang dilahirkan terjadi malformasi congenital
berupa mikrosefali,hepatitis, ensefalitis, keratokonjungtivits, erupsi kulit atau lahir mati. Pada orang tua
bisa terjadi eritema eksudativum multiforme bahkan bisa muncul depresi dan ketakutan akibat salah
penanganan pada penderita.6,8
II.7 DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
Membedakan antara infeksi HSV genital dengan penyebab lain ulkus genital baik berupa infeksi
maupun bukan infeksi tidak semudah yang diduga. Bila terdapat kelompokan vesikel multiple atau bila
terdapat riwayat lesi sebelumnya yang berukuran sama lama timbulnya dan sifatnya yang sama maka
kemungkinan besar penyebabnya adalah HSV. Lesi herpesgenitalis umumnya nyeri, hal ini dapat
membedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh treponema pallidum.1 pasien memiliki gejala
sistemik, termasuk demam, sakit kepala, malaise dan mialgia.
- Vesikel multiple, berkelompok dengan dasar eritem berukuran sama, timbulnya lama dan
sifatnya sama. Vesikel cepat pecah ketika muncul pada daerah genital, sehingga sering
dijumpai erosi, ulkus multiple yang berkelompok. Kemudian menjadi krusta saat
penyembuhan.2,6
- Lesi terutama ulkus atau erosi dapat persisten pada pasien dengan sistem imun yang lemah.1
- Pasien dapat merasakan sensasi terbakar sebelum munculnya lesi.10
- Kekambuhan infeksi herpes genital terjadi 2-3 kali dalam setahun, durasinya pendek dan
nyerinya lebih ringan dibandingkan infeksi primer. Lesi biasanya tunggal dan vesikel akan
sembuh sempurna dalam 8-10 hari.1,10,13
Diagnosa Laboratorium
Pemeriksaan sederhana tes Tzank dengan pewarnaan giemsa atau Wright, data ditemukan sel data berinti
banyak dan badan inklusi intranuklear. Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan ini umumnya rendah.2,6,10
Sampai saat ini, kultur virus merupakan ”gold standar” untuk mendiagnosa herpes. Kultur
merupakan pemeriksaan yang paling sensitif pada saat lesi berada pada stadium vesikel-pustul.
Namun pada stadium ulserasi dan krusta kesensutufan berkurang.
Tingkat sensitifitasnya 70-80% dan tergantung tahap dimana specimen dikumpulkan. Bila titer
dalam specimen juga tinggi, maka hasil positif dapat dilihat dalam waktu 24-48 jam. Namun cara
tersebut memiliki kekurangan karena waktu pemeriksaan yang lama dan biaya yang mahal.5,6
Deteksi dengan PCR, PCR 3-4 kali lebih sensitive dibandingkan dengan kultur virus, dan
menggantungkan kultut virus sebagai “gold standart.5
Deteksi DNA HSV dengan cara Enzyme Linked Immunoassay (ELISA). Sensitifnya 95% dan
sangat spesifik. Tes ini memerlukan 3-4 jam. Tes ini merupakan alternatif yang terbaik disamping
kultur karena mempunyai beberapa keuntungan seperti hasilnya cepat dibaca, tidak memerlukan
tenaga terlatih dan dapat merupakan deteksi awal pada infeksi HSV.6
Pemeriksaan dengan immunofloresensi untuk melihat tipe virus. Pemeriksaan immunofloresensi
memerlukan tenaga yang terlatih dan mikroskop khusus.6
Tes serologis, tes khusus berdasarkan antibody spesifik untuk HSV glycoprotein G1 (untuk HSV-
1) atau lycoprotein G2 (untuk HSV-2)
II.8 DIAGNOSA
Sifilis : Nyeri atau tidak begitu nyeri, indurasi, ulkus yang bersih ditempat yang terpapar.16
Ulkus mole (Chancroid) : sangat nyeri, ulkus yang purulen, kadang disertai dengan lymphadenitis
inguinal.6,11,16
Limfogranuloma venereum : ulkus sangat nyeri didahului pembengkakan kelenjar inguinal.16
Scabies : rasa gatal yang lebih berat.16
Bechet’s disease : penyakit ulseratif disekitar mulut dan genital, mungkin sebelum onset dari
aktivitas seksual.13
Erupsi obat : papul atau bula yang gatal tanpa disertai gejala-gejala penyakit virus yang terkait.2
Lesi septic dan trauma ; didahului riwayat trauma.1,13
II.9 PENATALAKSANAAN
Pengobatan herpes genital bertujuan untuk mencegah infeksi (terapi profilaksis) memperpendek
masa sakit termasuk kekerapan komplikasi infeksi primer, mencegah terjadinya latensi dan rekurensi
klinis setelah episode pertama, mencegah rekurensi pada mereka yang asimtomatis, mengurangi transmisi
penyakit dan eradikasi infeksi laten.2
Pengobatan yang diberikan dapat dibagi menjadi 3 bagian, antara lain :
1. Pengobatan profilaksis, yaitu mengenai penjelasan kepada [asien mengenai penyakitnya,
psikoterapi dan proteksi individual
2. Pengobatan nonspesifik, yaitu pengobatan yang bersifat simptomatis
3. Pengobatan spesifik, yaitu pengobatan berupa obat-obatan antivirus terhadap virus herpes.6
Lesi Inisial atau Episode Pertama
Pengobatan profilaksis
Penderita diberi penerangan tentang sifat penyakit yang dapat menular terutama bila sedang
terkena serangan, karena itu sebaiknya melaksanakan abstinesia
Proteksi individual. Digunakan dua macam alat perintang, yaitu busa spermisidal dan kondom.
Kombinsi tersebut, bila diikuti dengan pencucian alat kelamin memakai air dan sabun pasca
koitus dapat mencegah tramsmisi herpes genitalis hampir 100%. Busa spermisidal secara in vitro
ternyata mempunyai sifat virisidal dan kondom dapat mengurangi penetrasi virus
Hindari faktor-faktor pencetus
Konsultasi psikiatri dapat membantu karena faktor psikis mempunyai peranan untuk timbulnya
serangan.6
Pengobatan Non Spesifik
Rasa nyeri dan gejala lain bervariasi, sehingga pemberian ananlgetika, antipiretik dan antipruritus
disesuaikan dengan kebutuhan individual.
Zat-zat pengering yang bersifat anti septic, seperti jodium povidom secara topical mengeringkan
lesi, mencegah infeksi sekunder dan mempercepat penyembuhan.
Antibiotic atau kotrimoksasol dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.6
Pengobatan Spesifik
1. First Line therapies9,17 : - Valacyclovir Valtrex) 1000mg, dua kali/hari
-Aciclovir (Zovirax) 400mg, tiga kali/hari atau 200 mg lima kali/hari
- Famcicclovir (Famfir) 250mg tiga kali/hari
Antiviral harus dimulai segera, bahkan sebelum konfirmasi laboratorium diagnosis dan harus
dilanjutkan selama 7-10 hari. Lamanya pengobatan dapat diperpanjang jika penyembuhan yang belum
terjadi. Pasien dengan infeksi primer HSV harus segera diberikan terapi antiviral untuk mencegah
perkembangan penyakit manjadi parah dan berkepanjangan.
Valaciclovir merupakan derivate ester L-valil dari Asiklovir yang memiliki aktivitas
penghambatan replica virus. Setelah diabsorbsi, Valasiclovir dengan cepat dan hampir seluruhnya, diubah
menjadi Asiklovir dan L-Valin.6
Valaciclovir, Acilovir, maupun Famsiclovir efektif dan aman dan bekerja menghambat replikasi
virus pada wanita hamil dengan riwayat herpes genitalis atau episode herpes genitalis primer. Ketiga obat
tersebut diminum secara periodik, yakni ketika pasien berada dalam masa sakit atau mengalami gejala
awal, maupun secara supresif, yakni setiap hari untuk mencegah rekuransi.
Penggunaan Valaciclovir aman disertai resiko efek samping minimal. Efek samping yang paling
sering terjadi adalah gangguan pada saluran cerna.6
2. Second line therapies17 : -Foscarnet
-Cidofovir
Cidofovir telah terbukti efektif secara in vitro dan in vivo terhadap berbagai virus DNA dan infeksi
retrovirus, termasuk jenis HSV 1 dan 2.
3. Third line therapies17 : -L-lysine
-Aspirin
-Resquimo
Lesi Rekuren
Episode pengobatan jangka pendek 9 :
Acyclovir 400mg 3x/ hari selama 5 hari
Famcilcovir 125mg 2x/hari selama 5 hari
Valacyclovir 500mg 2x/hari selama 3 hari
Episode pengobatan suppressive :
Acyclovir 400mg 2x/ hari setiap hari
Famcilcovir 125mg 2x/hari setiap hari
Valacyclovir 500mg 1x/hari setiap hari
II.10 PROGNOSIS
Herpes genitalis bukan suatu penyakit yang serius. Infeksi primer dapat menjadi berat dan kadang
seseorang memerlukan opname untuk pengobatannya. Komplikasi infeksi primer dapat mengenai serviks,
sistemurnaria, anal dan sistem saraf.8
Kematian yang disebabkan oleh infeksi HSV-2 jarang dilaporkan, akan tetapi selama ini belum
ada pengobatan yang efektif sehingga perkembangan penyakit sulit diramalkan. Infeksi primer dini yang
segera diobati mempunyai prognosis lebih baik sedangkan infeksi rekuren hanya dapat dibatsi frekuensi
kekambuhannya.
Pengobatan secara dini dan tepat memberikan prognosis yang lebih baik, yaitu masa penyakit
berlangsung singkat dan jarang.8
BAB III
KESIMPULAN
Herpes genitalis adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh herpes simpleks Virus (HSV)
tipe 2, tetapi dapat pula oleh HSV tipe 1, dengan sengaja khas berupa vesikel yang berkelompok dengan
dasar eritema dan bersifat rekuren.
Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita dengan frekuensi yang
tidak berbeda. Infeksi primer oleh virus herpes simpleks tipe 1 biasanya dimulai pada usia anak-anak,
sedangkan infeksi herpes simpleks tipe 2 biasanya terjadi pada dekade II atau III dan berhubungan dengan
peningkatan aktivitas seksual. Pada keadaan imunokompeten, bila seseorang terinfeksi virus herpes
simpliks maka manifestasinya dapat berupa episode pertama infeksi primer, episode non primer, lesi
rekuren, lesi asimtomatis atau terjadi infeksi yang tidak khas atau atiptik.
Komplikasi herpes simpleks genitalis dapat berupa perluasan lesi local dan penyebaran virus ke
lokasi ekstragenital, susunan saraf pusat bahkan bisa terjadi superinfeksi jamur. Komplikasinya bisa
berupa meningitis ensefalitis, bahkan bisa juga terjadi pada wanita hamil yang akan menyebabkan
bayinya lahir dengan ensefalitis, atau lahir mati.
Diagnosisnya dapat digolongkan menjadi 2, yaitu diagnosis klinis dan diagnosis laboratorium.
Pada diagnosis klinis dapat ditemukan kelompok vesikel multiple, dengan dasar eritem berukuran sama,
timbulnya lama dan sifatnya sama dan nyeri muncul pada penis, vulva pantat, perineum, vagina atu leher
rahim dan limfadenopati inguinal. Lesi biasanya tunggal dan vesikel akan sembuh sempurna dalam 8-10
hari. Pada diagnosis laboratorium dapat ditegakan dengan pemeriksaan Tzank yang sangat sederhana,
isolasi virus dengan kultur jaringan yang merupakan gold standart PCR, ELISA.
Diagnosa banding dari Herpes Genitalis, antara lain : sifilis, ulkus molle, limfogranuloma
venereum, scabies, bechet’s disease. Penatalaksanaan herpes genitalis dibagi 3 yaitu pengobatan
profilaksis, pengobatan non spesifik dan pengobatan spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Indriatmi W. Herpes Genitalis pada pasien Imunokompeten. Dalam : Daily SJ, Indriatmi
W, editor. Infeksi Virus Herpes. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta :
2003;74-98
2. Handoko RP. Herpes Simpleks. Dalam : Djuanda adhi, Hamzah Mochtar, Aisah S, editor.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Jakrta : 2008 : 381-383
3. Gambar 1 http://www.webnat.com/articles/Images/genital-herpes.jpg (diunduh 25
oktober 2013)
4. Gambar2http://www.ahmf.com.au/sites/default/files/images/guidelines/
managng_genital_herpes/percentage_of_genital_herpes_symptoms.png
5. Habif TP. Genital Herpes Simpleks. Dalam : Clinical Dermatology fifth edition. Elsevier,
Inc. USA : 2010 : 431-443
6. Daili SJ. Herpes Genital. Dalam ; Daili SJ, Indriatmi W, Zubier F, editor. Infeksi Menular
Seksual. Edisi ke 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2009 : 25-139
7. Gambar 3 http://escholarship.org/uc/item/9102m0s1/2.gif (diunduh 25 oktober 2013)
8. Herpes Simpleks Genitalis. Dalam : Murtiastutik Dwi, infeksi Menular Seksual. Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga RSUD dr, Soetomo. Surabaya : 2008: 149-157
9. Viera. H. Martha, Amini Sadegh, Huo Ran, Konda Sailesh, Block Samantha, Berman
Brian. Herpes Simpleks virus and Human papillomavirus genital infection : new and
investigational therapeutic options. Dalam : International Journal of Dermatology. USA :
2010: 733-749
10. Fitzpatrick Tb, dkk. Herpes Simpleks : Genital Infection. Dalam : Dermatology in
General Medicine seven Edition. The Mc Graw-Hill Companies, Inc. USA : 2008 : 873-
1884
11. Leone Peter. Genital Herpes. Dalam : Klausner JD, Hook III EW. Current Diagnosis and
Treatment Sexually Transmitted Diseases. The mc Graw-Hill Companies, Inc. USA :
USA : 2007 : 84-91
12. Gambar4http://www.woordenboeknederlands.com/wpcontent/uploads/2012/12/
Herpes-Genitalis.jpg
13. Handfield hunter, Genital Herpes, Dalam ; Color Atlas and Synopsis of Sexually
Transmited Diseases third edition. Mcgraw Hill Medical, Inc. USA : 2011:110-119
14. Gambar 5 http://escholarship.org/uc/item/9102m0s1/2.gif (diunduh 25 oktober 2013)
15. Gambar 6 http://www.globalskinatlas.com/upload/404_1.jpg (diunduh 25 oktober 2013)
16. Herpes Genital. Dalam : Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, edisi ke-2.
2005 : 82-84
17. Herpes Genital. Dalam : Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, edisi ke-2.
2005 : 82-84