hematopoesis

9
55 Learning issue Eritropoesis (Hematopoesis) 1. Proses haematopoesis - Hematopoiesis merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan perkembangan sel darah dari sel induk / asal / stem sel, dimana terjadi proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi secara serentak. - Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel, dari satu sel hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi merupakan proses pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan beberapa sel darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda. 2. Tempat terjadinya hematopoiesis pada manusia : - Embrio dan Fetus 1. Stadium Mesoblastik, Minggu ke 3-6 s/d 3-4 bulan kehamilan : Sel-sel mesenchym di yolk sac. Minggu ke 6 kehamilan produksi menurundiganti organ-organ lain 2. Stadium Hepatik, Minggu ke 6 s/d 5-10 bulan kehamilan : Menurun dalam waktu relatif singkat. Terjadi di Limpa, hati, kelenjar limfe 3. Stadium Mieloid, Bulan ke 6 kehamilan sampai dengan lahir, pembentukan di sumsum tulang : Eritrosit, leukosit, megakariosit. - Bayi sampai dengan dewasa

Upload: alia-salvira

Post on 27-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

RBC, Hb, Darah Lengkap, Darah Rutin, Laboratorium, Medical, Kesehatan, Siklus, Pembentukan, Manusia

TRANSCRIPT

Page 1: Hematopoesis

55

Learning issue

Eritropoesis (Hematopoesis)

1. Proses haematopoesis- Hematopoiesis merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan perkembangan

sel darah dari sel induk / asal / stem sel, dimana terjadi proliferasi, maturasi dan

diferensiasi sel yang terjadi secara serentak.- Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel, dari satu sel

hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi merupakan proses

pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan beberapa sel darah yang

terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.

2. Tempat terjadinya hematopoiesis pada manusia :- Embrio dan Fetus

1. Stadium Mesoblastik, Minggu ke 3-6 s/d 3-4 bulan kehamilan : Sel-sel

mesenchym di yolk sac. Minggu ke 6 kehamilan produksi menurundiganti organ-

organ lain

2. Stadium Hepatik, Minggu ke 6 s/d 5-10 bulan kehamilan : Menurun dalam waktu

relatif singkat. Terjadi di Limpa, hati, kelenjar limfe

3. Stadium Mieloid, Bulan ke 6 kehamilan sampai dengan lahir, pembentukan di

sumsum tulang : Eritrosit, leukosit, megakariosit.- Bayi sampai dengan dewasa

Hematopoiesis terjadi pada sumsum tulang, normal tidak diproduksi di hepar dan limpa,

keadaan abnormal dibantu organ lain.

1. Hematopoiesis Meduler (N)

Lahir sampai dengan 20 tahun : sel sel darah → sumsum tulang. Lebih dari 20

tahun : corpus tulang panjang berangsur – angsur diganti oleh jaringan lemak

karena produksi menurun.

2. Hematopoiesis Ekstrameduler (AbN)

Dapat terjadi pada keadaan tertentu, misal: Eritroblastosis foetalis, An.Peniciosa,

Thallasemia, An.Sickle sel, Spherositosis herediter, Leukemia. Organ – organ

Ekstrameduler : Limpa, hati, kelenjar adrenal, tulang rawan, ginjal, dll

Page 2: Hematopoesis

55

3. Macam – macam hematopoiesis

- Seri Eritrosit (Eritropoesis)

Perkembangan eritrosit ditandai dengan penyusutan ukuran (makin tua makin

kecil), perubahan sitoplasma (dari basofilik makin tua acidofilik), perubahan inti yaitu

nukleoli makin hilang, ukuran sel makin kecil, kromatin makin padat dan tebal, warna

inti gelap.

Tahapan perkembangan eritrosit yaitu sebagai berikut :

1. Proeritroblas

Proeritroblas merupakan sel yang paling awal dikenal dari seri eritrosit.

Proeritroblas adalah sel yang terbesar, dengan diameter sekitar 15-20µm. Inti

mempunyai pola kromatin yang seragam, yang lebih nyata dari pada pola

kromatin hemositoblas, serta satu atau dua anak inti yang mencolok dan

sitoplasma bersifat basofil sedang. Setelah mengalami sejumlah pembelahan

mitosis, proeritroblas menjadi basofilik eritroblas.

2. Basofilik Eritroblas

Basofilik Eritroblas agak lebih kecil daripada proeritroblas, dan

diameternya rata-rata 10µm. Intinya mempunyai heterokromatin padat dalam jala-

jala kasar, dan anak inti biasanya tidak jelas. Sitoplasmanya yang jarang nampak

basofil sekali.

3. Polikromatik Eritroblas (Rubrisit)

Polikromatik Eritoblas adalah Basofilik eritroblas yang membelah berkali-

kali secara mitotris, dan menghasilkan sel-sel yang memerlukan hemoglobin yang

cukup untuk dapat diperlihatkan di dalam sediaan yang diwarnai. Setelah

pewarnaan Leishman atau Giemsa, sitoplasma warnanya berbeda-beda, dari biru

ungu sampai lila atau abu-abu karena adanya hemoglobin terwarna merah muda

yang berbeda-beda di dalam sitoplasma yang basofil dari eritroblas. Inti

Polikromatik Eritroblas mempunyai jala kromatin lebih padat dari basofilik

eritroblas, dan selnya lebih kecil.

4. Ortokromatik Eritroblas (Normoblas)

Polikromatik Eritroblas membelah beberapa kali secara mitosis.

Normoblas lebih kecil daripada Polikromatik Eritroblas dan mengandung inti

Page 3: Hematopoesis

55

yang lebih kecil yang terwarnai basofil padat. Intinya secara bertahap menjadi

piknotik. Tidak ada lagi aktivitas mitosis. Akhirnya inti dikeluarkan dari sel

bersama-sama dengan pinggiran tipis sitoplasma. Inti yang sudah dikeluarkan

dimakan oleh makrofag-makrofag yang ada di dalam stroma sumsum tulang

5. Retikulosit

Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang kehilangan inti selnya, dan

mengandung sisa-sisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta masih dapat

mensintesis hemoglobin. Retikulosit dianggap kehilangan sumsum retikularnya

sebelum meninggalkan sumsum tulang, karena jumlah retikulosit dalam darah

perifer normal kurang dari satu persen dari jumlah eritrosit. Dalam keadaan

normal keempat tahap pertama sebelum menjadi retikulosit terdapat pada

sumsung tulang. Retikulosit terdapat baik pada sumsum tulang maupun darah

tepi. Di dalam sumsum tulang memerlukan waktu kurang lebih 2 – 3 hari untuk

menjadi matang, sesudah itu lepas ke dalam darah.

6. Eritrosit

Eritrosit merupakan produk akhir dari perkembangan eritropoesis. Sel ini

berbentuk lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang. Pada manusia, sel

ini berada di dalam sirkulasi selama kurang lebih 120 hari. Jumlah normal pada

tubuh laki – laki 5,4 juta/µl dan pada perempuan 4,8 juta/µl. setiap eritrosit

memiliki diameter sekitar 7,5 µm dan tebal 2 µm. Perkembangan normal eritrosit

tergantung pada banyak macammacam faktor, termasuk adanya substansi asal

(terutama globin, hem dan besi). Faktor-faktor lain, seperti asam askorbat, vitamin

B12, dan faktor intrinsik (normal ada dalam getah lamung), yang berfungsi

sebagai koenzim pada proses sintesis, juga penting untuk pendewasaan normal

eritrosit.

Pada sistem Eritropoesis dikenal juga istilah Eritropoiesis inefektif, yang

dimaksud Eritropoiesis inefektif adalah suatu proses penghancuran sel induk

eritroid yang prematur disumsum tulang. Choi, dkk, dalam studinya bahwa

pengukuran radio antara retikulosit di sumsum tulang terhadap retikulosit di darah

tepi merupakan ukuran yang pentng untuk bisa memperkirakan beratnya

gangguan produksi SDM.

Page 4: Hematopoesis

55

- Seri Leukosit

1. Leukosit Granulosit / myelosit

Myelosit terdiri dari 3 jenis yaitu neutrofil, eosinofil dan basofil yang

mengandung granula spesifik yang khas. Tahapan perkembangan myelosit yaitu :

Mieloblas

Mieloblas adalah sel yang paling muda yang dapat dikenali dari

seri granulosit. Diameter berkisar antara 10-15µm. Intinya yang bulat dan

besar memperlihatkan kromatin halus serta satu atau dua anak inti.

Promielosit

Sel ini agak lebih besar dari mielobas. Intinya bulat atau lonjong,

serta anak inti yang tak jelas.

Mielosit

Promielosit berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi mielosit.

Pada proses diferensiasi timbul grnula spesifik, dengan ukuran, bentuk,

dan sifat terhadap pewarnaan yang memungkinkan seseorang

mengenalnya sebagai neutrofil, eosinofil, atau basofil. Diameter berkisar

10µm, inti mengadakan cekungan dan mulai berbentuk seperti tapal kuda.

Metamielosit

Setelah mielosit membelah berulang-ulang, sel menjadi lebih kecil

kemudian berhenti membelah. Sel-sel akhir pembelahan adalah

metamielosit. Metamielosit mengandung granula khas, intinya berbentuk

cekungan. Pada akhir tahap ini, metamielosit dikenal sebagai sel batang.

Karena sel-sel bertambah tua, inti berubah, membentuk lobus khusus dan

jumlah lobi bervariasi dari 3 sampai 5. Sel dewasa (granulosit bersegmen)

masuk sinusoid-sinusoid dan mencapai peredaran darah. Pada masing-

masing tahap mielosit yang tersebut di atas jumlah neutrofil jauh lebih

banyak daripada eosinofil dan basofil.

2. Leukosit non granuler

Limfosit

Page 5: Hematopoesis

55

Sel-sel prekursor limfosit adalah limfoblas, yang merupakan sel

berukuran relatif besar, berbentuk bulat. Intinya besar dan mengandung

kromatin yang relatif dengan anak inti mencolok. Sitoplasmanya homogen

dan basofil. Ketika limfoblas mengalami diferensiasi, kromatin intinya

menjadi lebih tebal dan padat dan granula azurofil terlihat dalam

sitoplasma. Ukuran selnya berkurang dan diberi nama prolimfosit. Sel-sel

tersebut langsung menjadi limfosit yang beredar.

Monosit

Monosit awalnya adalah monoblas berkembang menjadi

promonosit. Sel ini berkembang menjadi monosit. Monosit meninggalkan

darah lalu masuk ke jaringan, disitu jangka hidupnya sebagai makrofag

mungkin 70 hari.- Seri Trombosit (Trombopoesis)

Pembentukan Megakariosit dan Keping-keping darah Megakariosit adalah sel

raksasa (diameter 30-100µm atau lebih). Inti berlobi secara kompleks dan dihubungkan

dengan benang-benang halus dari bahan kromatin. Sitoplasma mengandung banyak

granula azurofil dan memperlihatkan sifat basofil setempat. Megakariosit membentuk

tonjolantonjolan sitoplasma yang akan dilepas sebagai keping-keping darah. Setelah

sitoplasma perifer lepas sebagai keping-keping darah, megakariosit mengeriput dan

intinya hancur.

Daftar Pustaka

1. Berhman, RE; Kliegman, RM ; Arvin: Nelson Ilmu Kesehatan Anak, volume 2, edisi 15.

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 2005, hal1708-1712

2. Berhman, RE; Kliegman, RM and Jensen, HB: Nelson Text Book of Pediatrics, 16th

edition. WB Saunders company, Philadelphia: 2000, page 1630-1634

Page 6: Hematopoesis

55

3. Permono, H. BAmbang; Sutaryo; Windiastuti, Endang; Abdulsalam, Maria; IDG

Ugrasena: Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak, Cetakan ketiga. Penerbit Badan

Penerbit IDAI, Jakarta : 2010, hlm 64-84

4. Paediatrica Indonesiana, The Indonesian Journal of pediatrics and Perinatal Medicine,

volume 46, No.5-6. Indonesian Pediatric Society, Jakarta: 2006, page 134-138

5. Ananta Yovita. Terapi Kelasi Pada Thalassemia . Sari Pustaka. 2009

6. Atmakusuma, Djumhana, dkk., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi V.

Jakarta Pusat: Interna Publishing.

7. Bakta, I Made. 2009. Hematologi klinik ringkas. EGC : Jakarta

8. Darling D. THALASSEMIA. . United states of america www.daviddarling.info( akses 2

Desember 2007 )

9. Kartoyo, Purnamawati. Pengaruh Penimbunan Besi Terhadap Hati pada Thalassemia.

Sari Pediatri. 2003. 05(01): 34-38.