hemangioma
DESCRIPTION
kapilerTRANSCRIPT
Widyanisa Dwianasti1102011291Kepaniteraan Bedah RSUD Pasar Rebo
HEMANGIOMA
Hemangioma merupakan proliferasi abnormal dari pembuluh darah yang dapat terjadi pada
semua jaringan yang mempunyai pembuluh darah dan merupakan tumor pada jaringan lunak yang paling
sering terjadi pada anak-anak, dimana angka kejadiannya mencapai 5-10 persen pada anak-anak berumur satu
tahun. Meskipun dilihat dari jumlah kejadian hemangioma yang cukup besar pada anak-anak,
tapi patogenesisnya tidak sepenuhnya diketahui, dan penanganan atau terapi yang tepat pada
hemangioma masih kontroversial (1).
Pembagian klasik hemangioma adalah hemangioma pada kulit bagian atas atau
hemangioma kapiler, hemangioma pada kulit bagian dalam atau hemangioma kavernosa, dan
hemangioma campuran antara keduanya. Hemangioma muncul saat lahir, meskipun demikian
dapat hilang sendiri beberapa bulan setelah lahir. Hemangioma dapat muncul pada setiap
bagian tubuh, akan tetapi hemangioma lebih mengganggu bagi para orang tua bila
hemangioma terdapat pada muka atau kepala bayi (2,3).
Anomali yang terjadi pada hemangioma disebutkan merupakan hasil dari embriogenesis yang tidak
sempurna. Banyak teori yang diajukan akan tetapi tidak ada satu pun teori yang dapat menjelaskan dengan
baik perbedaan patofisiologi antara hemangioma dan kelainan pembuluh darah yang lain (7).
Patofisiologi
Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum diketahui dengan jelas.
Angiogenesis sepertinya memiliki peranan dalam pembentukan pembuluh darah yang
berlebihan. Cytokines, seperti Basic Fibroblast Growth Factor (BFGF) dan Vascular
Endothelial Growth Factor (VEGF), mempunyai peranan dalam proses angiogenesis.
Peningkatan faktor-faktor pembentukan angiogenesis seperti penurunan kadar angiogenesis
inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor–beta, dan transforming growth
factor–beta berperan dalam etiologi terjadinya hemangioma (7,12).
Meskipun mekanisme yang jelas mengenai kontrol dari pertumbuhan dan involusi
hemangioma masih belum sepenuhnya diketahui, pengetahuan mengenai pertumbuhan dari
pembuluh darah yang normal dan proses angiogenesis dapat dijadikan petunjuk.
Vaskulogenesis menunjukkan suatu proses dimana prekursor sel endotel meningkatkan
pembentukan pembuluh darah, mengingat angiogenesis berhubungan dengan perkembangan
dari pembuluh darah baru yang ada dalam sistem vaskular tubuh. Selama fase proliferasi,
hemangioma mengubah kepadatan dari sel-sel endotel dari kapiler-kapiler kecil. Petanda sel
dari angiogenesis, termasuk proliferasi dari antigen inti sel, kolagenase tipe IV, basic
fibroblastic growth factor, vascular endothelial growth factor, urokinase, dan E-selectin,
dapat diidentifikasi dengan menggunakan analisa imunokimia. Kadar basic fibroblastic
growth factor didapatkan meningkat pada bayi dengan hemangioma dan dapat digunakan
sebagai monitoring efektifitas terapi (2,4,12).
Hemangioma superfisial dan dalam akan mengalami periode pertumbuhan yang
sangat cepat dalam waktu 8 sampai dengan 10 bulan. Fase ini dikenal sebagai fase proliferasi.
Pada fase ini, lesi superfisial akan tampak sebagai bercak berwarna merah terang dengan
sedikit mengalami peninggian pada kulit, sedangkan pada lesi yang lebih dalam, akan terlihat
sebagai benjolan biru keunguan yang sering terdiagnosa sebagai malformasi vaskuler (7).
Hemangioma superfisial akan mencapai ukuran terbesarnya pada saat bayi berusia 8
bulan sedangkan pada lesi yang lebih dalam hemangioma dapat terus tumbuh sampai usia
bayi 2 tahun. Selanjutnya akan terjadi fase involusi, dimana lesi akan mengalami regresi
secara perlahan. Fase ini dapat berlangsung selama 1 tahun sampai dengan 5 tahun. Pada fase
ini sel-sel endotel akan mengalami apoptosis dan lesi akan menjadi jaringan ikat dan jaringan
parut. Lesi yang mula-mula berwarna merah terang akan mengalami perubahan warna
menjadi bercak abu-abu dan peninggian pada kulit menjadi berkurang. Fase involusi ini
berakhir pada usia 5 tahun pada 50% bayi dan 70% terjadi pada saat bayi berusia 7 tahun.
Pada sebagian besar penderita pada akhir fase involusi ini, kulit akan kembali terlihat seperti
jaringan kulit normal, sedangkan pada sebagian penderita akan meninggalkan jaringan kulit
yang rusak berupa jaringan parut dengan terdapat telengiektasis pada permukaan kulit (4,8).
Klasifikasi
Pada dasarnya hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma kapiler dan
hemangioma kavernosum. Hemangioma kapiler (hemangioma superfisial) terjadi pada kulit
bagian atas, sedangkan hemangioma kavernosum terjadi pada kulit yang lebih dalam,
biasanya pada bagian dermis dan subkutis. Pada beberapa kasus kedua jenis hemangioma ini
dapat terjadi bersamaan atau disebut hemangioma campuran (1,4,10).
Hemangioma kapiler
Strawberry hemangioma (hemangioma simplek)
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah lahir. Lebih sering
terjadi pada bayi prematur dan akan menghilang dalam beberapa hari atau beberapa minggu.
Tampak sebagai bercak merah yang makin lama makin besar, warnanya menjadi merah
menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan. Involusi
spontan ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang tegang dan
lebih mendatar (7). (lihat gambar 1)
Gambar 1. Strawberry hemangioma. Tampak gambaran hemangioma pada fase proliferasi sampai dengan fase
involusi. (gambar diambil dari http://dermnetnz.org/vascular/haemangioma.html)
Granuloma piogenik
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah trauma, jadi bukan oleh
karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder. Lesi biasanya soliter,
dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh
yang sering mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papula eritematosa dengan pembesaran
yang cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai, mudah berdarah (17). (lihat gambar 2)
Gambar 2. Granuloma piogenik. Tampak lesi berbentuk papula yang dapat tumbuh menjadi bertangkai dan
mudah berdarah (gambar diambil dari http://www.derma.co.za/C_patientscnr_TumofSkin.asp)
Hemangioma kavernosum
Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau nodus yang berwarna
merah sampai ungu. Bila ditekan akan mengempis dan cepat mengembung lagi apabila
dilepas. Lesi terdiri dari elemen vaskular yang matang. Bentuk kavernosum jarang
mengadakan involusi spontan (2,7). (lihat gambar 3)
Gambar 3. Hemangioma kavernosum. Tampak lesi berwarna merah keunguan dan kompresibel pada penekanan. (gambar diambil dari http://dermnetnz.org/vascular/haemangioma.html)
Hemangioma kavernosum kadang-kadang terdapat pada lapisan jaringan yang dalam, pada
otot atau organ dalam (8).
Hemangioma campuran
Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum. Gambaran klinisnya
juga terdiri atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar ditemukan pada ekstremitas
inferior, biasanya unilateral, soliter, dapat terjadi sejak lahir atau masa anak-anak. Lesi
berupa tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang kemudian pada perkembangannya
dapat memberi gambaran keratotik dan verukosa.
Lokasi hemangioma campuran pada lapisan kulit superfisial dan dalam, atau organ dalam (7).
(lihat gambar 4).
Gambar 4. Hemangioma kapiler dan hemangioma kavernosum (campuran). (gambar diambil dari
http://www.aafp.org/afp/980215ap/wirth.html)
Beberapa literatur menyebutkan hemangioma yang lain diantaranya:
Intramuskular hemangioma
Intramuscular hemangioma sering terjadi pada dewasa muda, 80-90% diderita oleh orang
yang berumur kurang dari 30 tahun. Hemangioma ini lebih sering terjadi pada ekstremitas
inferior, terutama di paha dan khas ditunjukkan dengan massa pada palpasi dan perubahan
warna pada permukaan kulit di sekitar area hemangioma. Intramuskular hemangioma bisa
asimptomatik atau dapat juga muncul dengan gejala-gejala seperti pembesaran ekstremitas,
peningkatan suhu pada area hemangioma, perubahan warna pada permukaan kulit, dan sakit (19).
Synovial hemangioma
Synovial hemangioma kasusnya jarang terjadi. Pada artikulasio sinovial terdapat eksudat
cairan yang berulang, nyeri, dan menunjukkan gejala gangguan mekanik (19).
Osseus hemangioma
Osseus hemangioma sering ditemukan dalam bentuk kecil-kecil, tetapi dapat
menyebabkan nyeri dan bengkak. Pada tulang tengkorak dapat berhubungan dengan bengkak,
eritema, lunak, atau kelainan bentuk. Pada kasus-kasus yang jarang, vertebrae hemangioma
bisa menyebabkan penekanan pada korda dan fraktur, tapi kebanyakan vertebrae
hemangioma biasanya asimptomatik.
Osseus hemangioma biasanya solid (melibatkan satu tulang) atau fokal (melibatkan satu
tulang atau tulang di dekatnya pada satu area). Penulis lain memberi definisi yang berbeda.
Beberapa penulis mengatakan bahwa hemangiomatosis merupakan multipel hemangioma
yang berlokasi di antara tulang yang saling berdekatan atau bersebelahan. Multipel
hemangioma juga dihubungkan dengan cystic angiomatosis tulang dimana tidak didapatkan
komponen jaringan lunak. Skeletal-ektraskeletal angiomatosis diartikan sebagai hemangioma
yang mempengaruhi kanalis vertebralis, selama tidak berada satu tempat (19).
Choroidal hemangioma
Choroidal hemangioma dapat tumbuh di dalam pembuluh darah retina yang disebut
koroid. Jika terdapat pada makula (pusat penglihatan) atau terdapat kebocoran cairan dapat
menyebabkan pelepasan jaringan retina (retinal detachment). Perubahan ini dapat
mempengaruhi penglihatan. Kebanyakan choroidal hemangioma tidak pernah tumbuh atau
terjadi kebocoran cairan dan mungkin dapat diobservasi tanpa pengobatan (19).
Spindle cell hemangioma
Spindle cell hemangioma (hemangioendothelioma) merupakan lesi vaskular yang
tidak jelas dimana biasanya berlokasi di dermis atau subkutis dari ekstremitas distal (terutama
sekali pada tangan) (19).
Gorham disease
Gorham disease dapat menimbulkan nyeri tumpul atau lemah dan jarang dicurigai lebih awal
pada evaluasi dengan radiografi. Penderita biasanya berumur kurang dari 40 tahun. Secara
histologi Gorham disease khas menampakkan hipervaskularisasi dari tulang. Proliferasi
vaskular sering mengisi kanalis medularis (19).
Kassabach-Merritt syndrome
Kassabach-Merritt syndrome komplikasi dari pembesaran pembuluh darah yang cepat yang
ditandai dengan hemolitik anemia, trombositopeni, dan koagulopati. Kassabach-Merritt
syndrome terlihat berhubungan dengan stagnasi aliran pada hemangioma yang besar, dengan
banyaknya trombosit yang tertahan dan terjadi penggunaan faktor koagulan yang tidak
diketahui sebabnya (consumptive coagulopathy) (11,15).
Diagnosis
Secara klinis diagnosis hemangioma tidak sukar, terutama jika gambaran lesinya khas,
tapi pada beberapa kasus diagnosis hemangioma dapat menjadi susah untuk ditegakkan,
terutama pada hemangioma yang letaknya lebih dalam.
Diagnosis hemangioma selain dengan gejala klinis, juga dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan penunjang lain. Pemeriksaan penunjang diindikasikan apabila diagnosa klinis
meragukan, mencegah timbulnya komplikasi yang tidak diinginkan, atau apabila akan segera
dilakukan tindakan pembedahan (1,4).
Pemeriksaan laboratorium khususnya pemeriksaan sel darah merah dan sel darah putih
dilakukan apabila terdapat tanda-tanda perdarahan yang masif atau adanya kecurigaan suatu
infeksi sekunder. Faal koagulasi dikerjakan apabila ada kecurigaan platelet yang terjebak
(platelet trapping) yang akan memicu komplikasi Kasabach-Merritt Syndrome (15).
Terapi
Hemangioma yang belum mengalami komplikasi sebagian besar mendapat terapi
konservatif, baik hemangioma kapiler, kavernosa maupun campuran. Hal ini disebabkan lesi
ini kebanyakan akan mengalami involusi spontan. Pada banyak kasus hemangioma yang
mendapatkan terapi konservatif mempunyai hasil yang lebih baik daripada terapi pembedahan
baik secara fungsional maupun kosmetik. Terdapat dua cara pengobatan pada hemangioma (2,7).
Terapi konservatif
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran dalam
bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum dan sesudah itu terjadi regresi
spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai umur 5 tahun.
Hemangioma superfisial atau hemangioma strawberry sering tidak diterapi. Apabila
hemangioma ini dibiarkan hilang sendiri, hasilnya kulit terlihat normal (2,7).
Terapi non konservatif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah hemangioma
yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan; hemangioma
yang mengalami perdarahan; hemangioma yang mengalami ulserasi; hemangioma yang
mengalami infeksi; hemangioma yang mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi deformitas
jaringan (9,14).
Terapi kompresi :
Terdapat dua macam terapi kompresi yang dapat digunakan yaitu continous
compression dengan menggunakan bebat elastik dan intermittent pneumatic compression
dengan menggunakan pompa Wright Linear. Diduga dengan penekanan yang diberikan, akan
terjadi pengosongan pembuluh darah yang akan menyebabkan rusaknya sel-sel endothelial
yang akan menyebabkan involusi dini dari hemangioma (3).
Terapi kortikosteroid :
Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah: (1) Apabila melibatkan salah satu
struktur yang vital, (2) Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik, (3) Secara
mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium, (4) Adanya banyak perdarahan dengan
atau tanpa trombositopenia, (5) Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.
Kortikosteroid yang dipakai ialah antara lain prednison yang mengakibatkan
hemangioma mengalami regresi, yaitu untuk bentuk strawberry, kavernosum, dan campuran.
Dosisnya per oral 20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan perlahan-lahan diturunkan, lama
pengobatan sampai 3 bulan. Terapi dengan kortikosteroid dalam dosis besar kadang-kadang
akan menimbulkan regresi pada lesi yang tumbuh cepat (9).
Hemangioma kavernosum yang tumbuh pada kelopak mata dan mengganggu
penglihatan umumnya diobati dengan steroid injeksi untuk mengurangi ukuran lesi secara
cepat, sehingga penglihatan bisa pulih. Hemangioma kavernosum atau hemangioma
campuran dapat diobati bila steroid diberikan secara oral dan injeksi langsung pada
hemangioma. Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat meningkatkan
infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi lambung, serta pertumbuhan terhambat (6,9).
Sensitisasi dari sel endotel terhadap katekolamin merupakan mekanisme dari
penyuntikan kortikosteroid intralesi (22). Walaupun setelah terapi dapat terjadi pembesaran
lesi, hal ini bersifat sementara. Perubahan warna dapat terlihat 2-3 hari setelah penyuntikan
dan dalam waktu 2-3 minggu hemangioma dapat terlihat mengecil. Efektifitas dari terapi
jenis ini biasanya dapat terlihat 2-3 minggu setelah terapi. Akan tetapi dapat juga baru terlihat
setelah 2 bulan terapi. Injeksi tidak diberikan tepat pada lesi akan tetapi lebih dalam pada
jaringan sekitar lesi sehingga lebih banyak ruang yang didapatkan. Komplikasi dari terapi ini
antara lain dapat terjadi depigmentasi dan nekrosis dari lemak. Penyuntikan secara perlahan
dengan dosis kecil dapat mengurangi terjadinya kompikasi (20,21,24).
Terapi pembedahan :
Insisi pembedahan tergantung dari ukuran dan lokasi hemangioma yang akan dieksisi.
Karena itu pemeriksaan radiologi dan penunjang lainnya sangat diperlukan untuk
menegakkan diagnosa secara akurat. Adapun indikasi dilakukannya terapi pembedahan pada
hemangioma adalah : (1) Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya
dalam beberapa minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar, (2) Hemangioma raksasa dengan
trombositopenia, (3) Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-7
tahun.
Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang tumbuh cepat, mungkin
memerlukan eksisi lokal untuk mengendalikannya (3,16). Embolisasi sebelum pembedahan
dapat sangat berguna apabila hemangioma yang akan dieksisi mempunyai ukuran yang besar
dan lokasi yang sulit dijangkau dengan pembedahan. Embolisasi akan mengecilkan ukuran
hemangioma dan mengurangi resiko perdarahan pada saat pembedahan (3).
Daftar Pustaka
1. Nelson W, Behram R, Kliegnan R. Hemangioma. In : Behrman RE, Kliegman RM,
Jelson HB, editors. Textbook of pediatrics. 16th edition. Philadelphia : WB Saunders
Co; 2000 .p.1976-79
2. Olmstead P, Graham, W. Kelainan Bedah pada Kulit. In : Sabiston, editor. Buku Ajar
Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1994. p.426-7
3. Oski F, Deangelis C, Feigen R.hemangioma. In: Julia A. McMillan, Catherine D.
Deangelis, Ralph D, editors. Principle and Practice of Pediatrics. 2nd edition. Philadel-
phia : WB Saunders Co; 1999. p.802-12
4. Ziegler M, Azizkhan R, Weber T, editors. Operative Pediatric Surgery. International
edition. New York : Mcgraw-Hill Co ; 2003. p. 1002-5
5. Fishman S, Mulliken J.B. Pediatric Surgery for The Primary Care Pediatrician. In:
Fishman S, editor. Pediatric Clinics of North America. Philadelphia : WB Saunders
Co; 1998. p. 1455-77
6. Hasan Q, Tan T.S, Gush J, Peters S, Davis P. Steroid Therapy of a Proliferating He-
mangioma : Histochemical and Molecular Changes. J Pediatr 2000; 105: 117-20
7. Mulliken J.B. Vascular Anomalies. In :. Aston S, Beasley R, Thorne C, Editors.
Grabb and Smith’s Plastic Surgery. 5th ed. Philadelphia : Lippincot-Raven Publ ;
1997. p. 191-203
8. DeVita Jr et al. Cancer. In: Devita V, Rosenberg S, Hellman W, editors. Principles
and Practice of Oncology. 3rd ed. Philadelphia : WB Saunders Co; 1998. p. 1355
9. Harris G.J, Jacobiec F.A. Cavernous Hemangioma of the orbit. J Neurosurg 1979
Aug; 51(2): 219-28
10. Hamzah M. Hemangioma. In : Hamzah M, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FK UI; 1999. p. 220-2.
11. Sarkar M, Mulliken JB, Kozakewich HP, Robertson RL, Burrows PE.
Thrombocytopenic coagulopathy (Kasabach-Merritt phenomenon) is associated with
Kaposiform hemangioendothelioma and not with common infantile hemangioma.
Plast Reconstr Surg 1997;100:1377-86.
12. Takahashi K, Mulliken JB, Kozakewich HPW, Rogers RA, Folkman J, Ezekowitz
AB. Cellular markers that distinguish the phases of hemangioma during infancy and
childhood. J Clin Invest 1994;93:2357-64
13. Mulliken JB, Glowacki J. Hemangiomas and vascular malformations in infants and
children: a classification based on endothelial characteristics. Plast Reconstr Surg
1982;69:412-20.
14. Morelli JG, Tan OT, Yohn JJ, Weston WL. Treatment of ulcerated hemangiomas in
infancy. Arch Pediatr Adolesc Med 1994;148:1104-5
15. Shim WKT. Hemangiomas of infancy complicated by thrombocytopenia. Am J Surg
1998;116:896-906.
16. Wawro N, Fredrickson R, Tennant R. Hemangioma of the parotid gland in the new-
born and in infancy. Int J Cancer 1995; 8: 3175-274
17. Hurwitz S. Vascular disorders of infancy and childhood. In: Hurwitz S, editor. Clini-
cal pediatric dermatology: a textbook of skin disorders of childhood and adolescence.
2d ed. Philadelphia: : WB Saunders Co; 1993.p.242-77
18. Alster TS, Wilson F. Treatment of port-wine stains with the flashlamp-pumped pulse
dye laser: extended clinical experience in children and adults. Ann Plast Surg
1994;32:478-84.
19. Beham A, Fletcher CD. Intramuscular angioma : a clinicopathological analysis of 74
cases. J Histopathol 1991; 18: 53-9
20. Kushner BJ. Intralesional corticosteroid injection for infantile adnexal hemangioma.
Am J Ophthalmol 1999 Apr 1; 93(4): 496-506.
21. Assaf A, Nasr A, Johnson T. Corticosteroids in the management of adnexal heman-
giomas in infancy and childhood. Ann Ophthalmol 2002 Jan 1; 24(1): 12-8
22. Boon LM, MacDonald DM, Mulliken JB. Complications of systemic corticosteroid
therapy for problematic hemangioma. Plast Reconstr Surg 1999; 104: 1616-23
23. Chang E, Boyd A, Nelson CC. Successful treatment of infantile hemangiomas with
interferon-alpha-2b. J Pediatr Hematol Oncol 1997; 19: 237-44.
24. Reyes BA, Vazquez-Botet M, Capo H. Intralesional steroids in cutaneous heman-
gioma. J Dermatol Surg Oncol 1999;15:828-32.
25. Ezekowitz RAB, Mulliken JB, Folkman J. Interferon alfa-2a therapy for life-threaten-
ing hemangiomas of infancy. N Engl J Med 1992;326:1456-63.
26. Soumekh B, Adams GL, Shapiro RS. Treatment of head and neck hemangiomas with
recombinant interferon alpha-2B. Ann Otol Rhinol Laryngol 1999;105:201-6.
27. Barlow CF, Priebe C, Mulliken JB. Spastic diplegia as a complication of interferon
Alfa-2a treatment of hemangiomas of infancy. J Pediatr 1998;132:527-30.
28. Greinwald JH Jr, Burke DK, Bonthius DJ, Bauman NM, Smith RJ. An update on the
treatment of hemangiomas in children with interferon alfa-2a. Arch Otolaryngol Head
Neck Surg 1999;125:21-7.
29. Marchisone C, Benelli R, Albini A, Santi L, Noonan DM. Inhibition of angiogenesis
by type I interferons in models of Kaposi's sarcoma. Int J Biol Markers 1999; 14:257-
62.