hemangioma

21
HEMANGIOMA Disusun oleh : 1. Nining Mulyana Sari (109 111 016) 2. Tedi Hartoto (109 111 027)

Upload: nining-mulyana-sari

Post on 20-Aug-2015

404 views

Category:

Health & Medicine


1 download

TRANSCRIPT

HEMANGIOMA

Disusun oleh :

1. Nining Mulyana Sari (109 111 016)

2. Tedi Hartoto (109 111 027)

PRODI DIII FISIOTERAPI

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hemangioma merupakan tumor jinak pembuluh darah yang berproliferasi dari sel-sel

endotelium pembuluh darah diikuti involusi terus menerus meyebabkan kelainan yang

merupakan hasil dari anomali perkembangan pleksus vaskular. Hemangioma sering

terjadi pada bayi yaitu 1,1% sampai 2,6% dan anak-anak yaitu 10% sampai 12%. Lesi ini

lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria dengan rasio 3:1. Lesi hemangioma tidak

ada pada saat kelahiran. Mereka bermanifestasi pada bulan pertama kehidupan,

menunjukkan fase proliferasi yang cepat dan perlahan-lahan berinvolusi menuju bentuk

lesi yang sempurna.

Sampai saat ini etiologi hemangioma masih belum jelas, ada banyak hipotesis yang

menyatakan tentang etiologi hemangioma. Namun proses angiogenesis memegang

peranan penting. Sitokin, seperti basic fibroblast growth factor (bFGF) dan vascular

endothelial growth factor (VEGF) telah terbukti berhubungan dengan proses

angiogenesis. Peningkatan kadar faktor angiogenesis tersebut dan atau berkurangnya

kadar angiogenesis inhibitor seperti gamma interferon (Ύ-IF), tumor necrosis factor-beta

(TNF-β) dan transforming growth factor-beta (TGF-β) diduga menjadi penyebab

terjadinya hemangioma.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan definisi dari hemangioma !

2. Jelaskan anatomi fisiologi dari hemangioma !

3. Jelaskan klasifikasi dari hemangioma !

4. Jelaskan etiologi dari hemangioma !

5. Jelaskan patofisiologi dari hemangioma !

6. Jelaskan komplikasi dai hemangioma !

7. Jelaskan penegakkan diagnosa dari hemangioma !

8. Jelaskan penanganan dari hemangioma !

C. TUJUAN

1. Mampu menjelaska definisi dari hemangioma

2. Mampu menjelaskan anatomi fisiologi dari hemangioma

3. Mampu menjelaskan klasifikasi dari hemangioma

4. Mampu menjelaskan etiologi dari hemangioma

5. Mampu menjelaskan patofisiologi dari hemangioma

6. Mampu menjelaskan komplikasi dari hemangioma

7. Mampu menjelaskan penegakkan diagnosa dari hemangioma

8. Mampu menjelaskan penanganan dari hemangioma

BAB II

KERANGKA TEORI

A. DEFINISI

Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak yang sering terjadi pada bayi baru

lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 satu tahun (5-10%). Biasanya Hemangioma

sudah nampak sejak bayi dilahirkan (30%) atau muncul setelah beberapa minggu setelah

kelahiran (70%). Hemangioma muncul di setiap tempat pada permukaan tubuh, seperti :

kepala, leher, muka, kaki atau dada. Umumnya hemangioma tidak membahayakan

karena sebagian besar kasus hemangioma dapat hilang setelah kelahiran.

Hemangioma adalah proliferasi dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat

terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah (Anonim, 2005).

Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak terlazim pada bayi dan anak. Meskipun

tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada orang tua, contohnya adalah cherry

hemangioma atau angioma senilis yang biasanya jinak, kecil, red-purple papule pada

kulit orang tua (Olmstead, et al., 1994; Pieter, et al., 1997; Hamzah, 1999).

B. ANATOMO FISIOLOGI

1. Anatomi dan Fisiologi Kulit

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan

melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi

rongga – rongga, lubang – lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar

keringant dan kelenjar mukosa. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis,

dan subkutan (Syaifudin, 2006).

a. Epidermis

Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel yaitu :

1) Stratum koneuum

Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati, dan

mengandung zat keratin.

2) Stratum lusidum

Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah se – sel sudah banyak

yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus

sinar. Lapisan ini hanya terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Dalam

lapisan terlihat seperi suatu pita yang bening, batas – batas sel sudah tidak

begitu terlihat. 

3) Stratum granulosum

Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih seperti kumparan. Sel – sel tersebut

terdapat hanya 2 – 3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam

sitoplasma terdapat butir – butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase

dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir – butir stratum

granulosum.

4) Stratum spinosum/stratum akantosum

Lapisan sratum spinosum/stratum akantosum merupakan laisan yang paling

tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5 – 8 lapisan. Sel – selnya disebut

spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel – selnya terdiri dari sel

yang bentuknya poligonal (banyal sudut) dan mempunyai tanduk (spina).

Disebut akantosum karena sel – selnya berduri. Ternyata spina dan tanduk

tersebut adalah hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelular bridges

atau jembatan interseluler.

5) Stratum basal/geminatifum

Stratum basal/geminatifum disebut basal karena sel – selnya terletak di bagian

basal. Stratum germatifum menggantikan sel – sel yang diatasnya dan

merupakan sel – sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang

lonjong. Di dalamnya terdapat butir – butir yang halus disebut butir melanin

warna. Sel tersebut seperti pagar (palidase) di bagian bawah sel tersebut terdapat

suatu membran yang disebut membran basalis. Sel – sel basalis dengan

membran basalis merupakan batas bawah dari epidermis dengan dermis.

Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium

menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit), dan

epidermis menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut rete ridges atau rete

pegg (prosessus interpapilaris).

b. Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh

membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini

tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan adalah mulainya terdapat sel lemak.

Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas , pars papilaris (stratum papilar)

dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars papilaris dan

pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris

maupun pars retikularis terdiri dari jaringan longgar yang tersusun dari serabut –

serabut yaitu  serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus.

Serabut ini saling beranyaman dan masing – masing mempunyai tugas yang

berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan pada kulit, serabut elastis,

memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama di sekitar

kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alai tersebut. 

c. Subkutan

Subkutis terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan di antara

gerombolan ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis. Sel – sel lemak ini

bentuknya bulat dengan intinya terdesak di pinggir, sehingga membentuk seperti

cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama

pada tiap – tiap tempat dan juga pembagian antara laki – laki dan perempuan tidak

sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock breaker atau

pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau

untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan

tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.

2. Anatomi dan Fisiologi Pembuluh Darah

a. Arteri

1) Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis

2) Mempunyai dinding yang tebal

3) Mempunyai jaringan yang elastis

4) Katup hanya pada pemulaan keluar dari jantung

5) Menunjukkan adanya tempat untuk mendengarkan denyut jantung

6) Pembuluh darah arteri yang terbesar adalah Aorta ( yang keluar dari ventrikel

sinistra) dan arteri pulmonalis (yang keluar dari ventrikel dekstra).

7) Cabang dari arteri disebut Arteriola yang selanjutnya menjadi kapiler.

b. Vena

1) Membawa darah kotor (sisa metabolisme dan CO2), kecuali vena pulmonalis

2) Mempunyai dinding yg tipis

3) Jaringannya kurang elastis

4) Mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung

5) Tidak menunjukkan adanya tempat mendengar denyut jantung.

6) Pembuluh darah vena yang ukurannya besar adalah vena kava dan vena

pulmonalis.

7) Cabang dari vena disebut venolus/ venula yang selanjutnya menjadi kapiler.

c. Kapiler

1) Disebut juga pembuluh rambut

2) Terdiri dari sel-sel endotel

3) Diameter kira-kira 0,008 mm

Fungsi kapiler:

1) Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena

2) Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan

3) Mengambil hasil-hasil dari kelenjar

4) Menyerap zat makanan yang terdapat di usus

5) Menyaring darah yang terdapat di ginjal

Semua pembuluh darah kecuali kapiler terdiri atas tiga lapisan yaitu :

a. Tunika intima/ interna, lapisan dalam yang mempunyai lapisan endotel dan

berhubungan dgn darah.

b. Tunika media, lapisan tengah, terdiri dari jaringan otot, sifatnya elastis dan

termasuk otot polos.

c. Tunika adventisia/ eksterna, lapisan luar, terdiri dari jaringan ikat yang berguna

menguatkan dinding arteri

Fungsi sirkulasi

a. Arteri

Mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan, untuk ini arteri

mempunyai dinding yang tebal dan kuat krn darah mengalir dengan cepat pada

arteri.

b. Arteriola

Cabang kecil dari arteri. berfungsi sebagai kendali darah yang dikeluarkan ke

dalam kapiler. Arteriol mempunyai dinding otot yang kuat, mampu menutup

arteriol dan melakukan dilatasi beberapa kali lipat

c. Kapiler

Untuk pertukaran cairan, zat makanan elektrolit, hormon dan bahan lainnya antara

darah dan cairan interstisial.

d. Venula

Mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap, bergabung menjadi vena yang

semakin besar

e. Vena

Saluran penampung dan pengangkut darah dari jaringan kembali ke jantung,

karena tekanan pada sistem vena sangat rendah.

C. KLASIFIKASI

Pada dasarnya hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma kapiler dan

hemangioma kavernosum. Hemangioma kapiler (superfisial hemangioma) terjadi pada

kulit bagian atas, sedangkan hemangioma kavernosum terjadi pada kulit yang lebih

dalam, biasanya pada bagian dermis dan subkutis. Pada beberapa kasus kedua jenis

hemangioma ini dapat terjadi bersamaan atau disebut hemangioma campuran (Hamzah,

1999; Lehrer, 2003).

1. Hemangioma kapiler

a. Strawberry hemangioma (hemangioma simplek)

Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah lahir.

Lebih sering terjadi pada bayi prematur dan akan menghilang dalam beberapa

hari atau beberapa minggu (Hall, 2005). Tampak sebagai bercak merah yang

makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang dan

berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan. Involusi spontan

ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang tegang

dan lebih mendatar (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002; Lehrer, 2003;

Anonim, 2005).

b. Granuloma piogenik

Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah trauma, jadi

bukan oleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder.

Lesi biasanya soliter, dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan

tersering pada bagian distal tubuh yang sering mengalami trauma. Mula-mula

berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat

mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai, mudah berdarah (Worman, 1998;

Hamzah, 1999).

2. Hemangioma kavernosum

Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau nodus yang

berwarna merah sampai ungu. Bila ditekan akan mengempis dan cepat mengembung

lagi apabila dilepas. Lesi terdiri dari elemen vaskular yang matang. Bentuk

kavernosum jarang mengadakan involusi spontan (Cohen, 2004; Anonim, 2005).

3. Hemangioma campuran

Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum. Gambaran

klinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar ditemukan

pada ekstremitas inferior, biasanya unilateral, soliter, dapat terjadi sejak lahir atau

masa anak-anak. Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang

kemudian pada perkembangannya dapat memberi gambaran keratotik dan verukosa

(Hamzah, 1999; Kushner, et al., 1999; Lehrer, 2003; Anonim, 2005).

D. ETIOLOGI

Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Angiogenesis sepertinya

memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti Basic Fibroblast

Growth Factor (BFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), mempunyai

peranan dalam proses angiogenesis. Peningkatan faktor-faktor pembentukan

angiogenesis seperti penurunan kadar angiogenesis inhibitor misalnya gamma-interferon,

tumor necrosis factor–beta, dan transforming growth factor–beta berperan dalam etiologi

terjadinya hemangioma (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).

E. PATOFISIOLOGI

Meskipun mekanisme yang jelas mengenai kontrol dari pertumbuhan dan involusi

hemangioma tidak begitu dimengerti, pengetahuan mengenai pertumbuhan dari

pembuluh darah yang normal dan proses angiogenesis dapat dijadikan petunjuk.

Vaskulogenesis menunjukkan suatu proses dimana prekursor sel endotel meningkatkan

pembentukan pembuluh darah, mengingat angiogenesis berhubungan dengan

perkembangan dari pembuluh darah baru yang ada dalam sistem vaskular tubuh. Selama

fase proliferasi, hemangioma mengubah kepadatan dari sel-sel endotel dari kapiler-

kapiler kecil. Sel marker dari angiogenesis, termasuk proliferasi dari antigen inti sel,

collagenase tipe IV, basic fibroblastic growth factor, vascular endothelial growth factor,

urokinase, dan E-selectin, dapat dikenali oleh analisis imunokimiawi (Olmstead, et al.,

1994; Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).

Hemangioma superfisial dan dalam, mengalami fase pertumbuhan cepat dimana

ukuran dan volume bertambah secara cepat. Fase ini diikuti dengan fase istirahat, dimana

perubahan hemangioma sangat sedikit, dan fase involusi dimana hemangioma

mengalami regresi secara spontan. Selama fase involusi, hemangioma dapat hilang tanpa

bekas. Hemangioma kavernosa yang besar mengubah kulit sekitarnya, dan meskipun fase

involusi sempurna, akhirnya meninggalkan bekas pada kulit yang terlihat. Beberapa

hemangioma kapiler dapat involusi lengkap, tidak meninggalkan bekas (Kantor, 2004;

Lehrer, 2004; Hall, 2005).

F. TANDA DAN GEJALA

1. Tampak seperti tanda lahir, tetapi pertumbuhannya terjadi secara cepat pada usia 6-

12 bulan.

2. Pertumbuhan ini mulai menyusut dan melambat pada usia 1-7 tahun dan tumor ini

menciut pada usia 10-12 tahun, kebanyakan ada pula yang menghilang pada usia 10-

13 tahun.

3. Adanya pola merah terang yang timbul, terkadang dengan permukaan bertekstur

(kadang disebut hemangioma stroberi karena berwarna merah seperti buah stroberi).

4. Pembuluh darah vena yang menyebar dari tumor juga bisa terlihat di bawah kulit.

Saat hemangioma mulai menyusut, warna merahnya akan memudar. Bekas warna

akhir itu umumnya akan hilang saat anak berusia 7 tahun.

5. Untuk hemangioma yang muncul pada lapisan kulit lebih bawah (hemangioma

dalam), terlihat seperti lebam atau kebiru-biruan pada kulit tapi terkadang juga malah

tidak tampak sama sekali. Lebam ini biasanya terlihat pada saat anak berusia 2-4

bulan.

G. KOMPLIKASI

1. Perdarahan

Komplikasi ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi lainnya.

Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding pembuluh darah

karena tipisnya kulit di atas permukaan hemangioma, sedangkan pembuluh darah di

bawahnya terus tumbuh (Katz, et al., 2002).

2. Ulkus

Ulkus menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi, perdarahan, dan

sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat juga terjadi akibat ruptur

(Kushner, et al., 1999).

3. Trombositopenia

Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar. Dahulu dikira

bahwa trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif. Ternyata kemudian

bahwa dalam jaringan hemangioma terdapat pengumpulan trombosit yang

mengalami sekuesterisasi (Katz, et al., 2002).

4. Gangguan penglihatan

Pada regio periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan penglihatan dan harus

lebih sering dimonitor. Amblyopia dapat merupakan hasil dari sumbatan pada sumbu

penglihatan (visual axis). Kebanyakan komplikasi yang terjadi adalah astigmatisma

yang disebabkan tekanan tersembunyi dalam bola mata atau desakan tumor ke ruang

retrobulbar (Kushner, et al., 1999).

H. PENEGAKKAN DIAGNOSA

1. USG

Ultrasonografi berguna untuk membedakan hemangioma dari struktur dermis yang

dalam ataupun subkutan, seperti kista atau kelenjar limfe. USG secara umum

mempunyai keterbatasan untuk mengevaluasi ukuran dan penyebaran hemangioma.

Dikatakan juga bahwa USG doppler (2 kHz) dapat digunakan untuk densitas

pembuluh darah yang tinggi (lebih dari 5 pembuluh darah/ m2) dan perubahan

puncak arteri. Pemeriksaan menggunakan alat ini merupakan pemeriksaan yang

sensitif dan spesifik untuk mengenali suatu hemangioma infantil dan

membedakannya dari massa jaringan lunak lain.

2. MRI

MRI merupakan modalitas imaging pilihan karena mampu mengetahui lokasi dan

penyebaran baik hemangioma kutan dan ekstrakutan. MRI juga dapat membantu

membedakan hemangioma yang sedang berproliferasi dari lesi vaskuler aliran tinggi

yang lain (misalnya malformasi arteriovenus). Hemangioma dalam fase involusi

memberikan gambaran seperti pada lesi vaskuler aliran rendah (misalnya malformasi

vena.

3. CT scan

Pada sentra yang tidak mempunyai fasilitas MRI, dapat merggunakan CT scan

walaupun cara ini kurang mampu menggambarkan karakteristik atau aliran darah.

Penggunaan kontras dapat membantu membedakan hemangioma dari penyakit

keganasan atau massa lain yang menyerupai hemangioma.

4. Foto polos

Pemeriksaan foto polos seperti foto sinar X, masih bisa dipakai untuk melihat apakah

hemangioma mengganggu jalan nafas.

5. Biopsi kulit

Biopsi diperlukan bila ada keraguan diagnosis ataupun untuk menyingkirkan

hemangioendotelioma kaposiformis atau penyakit keganasan. Pemeriksaan

immunohistokimia dapat membantu menegakkan diagnosis. Komplikasi yang dapat

terjadi pada tindakan biopsi ialah perdarahan.

I. PENANGANAN

Ada 2 cara pengobatan:

1. Cara konservatif

Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran dalam

bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum dan sesudah itu terjadi

regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai umur 5

tahun (Hamzah, 1999).

Hemangioma superfisial atau hemangioma strawberry sering tidak diterapi. Apabila

hemangioma ini dibiarkan hilang sendiri, hasilnya kulit terlihat normal (Kantor,

2004).

2. Cara aktif

Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah hemangioma

yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan;

hemangioma yang mengalami perdarahan; hemangioma yang mengalami ulserasi;

hemangioma yang mengalami infeksi; hemangioma yang mengalami pertumbuhan

cepat dan terjadi deformitas jaringan (Anonim, 2005).

a. Pembedahan

Indikasi :

1) Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya dalam

beberapa minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.

2) Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.

3) Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-7

tahun.

Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang tumbuh cepat,

mungkin memerlukan eksisi lokal untuk mengendalikannya (Hamzah, 1999).

b. Radiasi

Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak ditinggalkan

karena:

1) Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan tulangnya

masih sangat aktif.

2) Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu lama.

3) Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan menyulitkan bila

diperlukan suatu tindakan.

c. Kortikosteroid

Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah:

1) Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital.

2) Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik.

3) Secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium.

4) Adanya banyak perdarahan dengan atau tanpa trombositopenia.

5) Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.

Kortikosteroid yang dipakai ialah antara lain prednison yang mengakibatkan

hemangioma mengadakan regresi, yaitu untuk bentuk strawberry, kavernosum, dan

campuran. Dosisnya per oral 20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan perlahan-

lahan diturunkan, lama pengobatan sampai 3 bulan. Terapi dengan kortikosteroid

dalam dosis besar kadang-kadang akan menimbulkan regresi pada lesi yang

tumbuh cepat (Hamzah, 1999).

Hemangioma kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata dan mengganggu

penglihatan umumnya diobati dengan steroid injeksi yang menurunkan ukuran lesi

secara cepat, sehingga perkembangan penglihatan bisa normal. Hemangioma

kavernosa atau hemangioma campuran dapat diobati bila steroid diberikan secara

oral dan injeksi langsung pada hemangioma (Kantor, 2004).

Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat meningkatkan

infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi lambung, serta pertumbuhan

terhambat (Anonim, 2005).

d. Obat sklerotik

Penyuntikan bahan sklerotik pada lesi hemangioma, misalnya dengan namor

rhocate 50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan NaCl hipertonik. Akan

tetapi cara ini sering tidak disukai karena rasa nyeri dan menimbulkan sikatrik

(Hamzah, 1999).

e. Elektrokoagulasi

Cara ini dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral arterinya, juga untuk

hemangioma senilis dan granuloma piogenik (Hamzah, 1999).

f. Antibiotik

Antibiotik diberikan pada hemangioma yang mengalami ulserasi. Selain itu

dilakukan perawatan luka secara steril (Anonim, 2005).