hcg

15
PENETAPAN KADAR HCG DENGAN TEKNIK IMUNOKROMATOGRAFI Oleh : Nama : Kasriati Heruningsih NIM : B1J011155 Rombongan : III Kelompok : 3 Asisten : Anggraeni Arum Sari LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI

Upload: kasriati-heruningsih

Post on 23-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

PENETAPAN KADAR HCG DENGAN TEKNIK IMUNOKROMATOGRAFI

Oleh :

Nama

: Kasriati Heruningsih

NIM

: B1J011155

Rombongan

: III

Kelompok

: 3

Asisten

: Anggraeni Arum SariLAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO

2014I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terjadinya kehamilan pada diri seorang perempuan akan membuat tubuh bereaksi dengan membentuk perubahan-perubahan dan segera memproduksi hormon-hormon kehamilan guna mendukung kelangsungan kehamilan. Hormon-hormon kehamilan ini bertujuan guna mendukung kehamilan yang berlangsung khususnya agar janin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat. Salah satu hormon yang diproduksi ialah Human Chorionic Gonadotrophin (HCG). Hormon kehamilan ini hanya ditemukan pada tubuh seorang wanita hamil yang dibuat oleh embrio segera setelah pembuahan dan karena pertumbuhan jaringan plasenta. Hormon kehamilan yang dihasilkan oleh villi choriales ini berdampak pada meningkatnya produksi progesteron oleh indung telur sehingga menekan menstruasi dan menjaga kehamilan (Prawirohardjo, 1991). Produksi HCG akan meningkat hingga sekitar hari ke-70 dan akan menurun selama sisa kehamilan. Hormon kehamilan HCG mungkin mempunyai fungsi tambahan, sebagai contoh diperkirakan HCG mempengaruhi toleransi imunitas pada kehamilan. Hormon ini merupakan indikator yang dideteksi oleh alat test kehamilan yang melalui air seni. Jika, alat test kehamilan mendeteksi adanya peningkatan kadar hormon HCG dalam urine, maka alat test kehamilan akan mengindikasikan sebagai terjadinya kehamilan atau hasil test positif (Prawirohardjo, 1991).Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur dibuahi akan bergerak menuju rahim dan melekat pada dindingnya. Sejak saat itulah plasenta mulai berkembang dan memproduksi HCG yang dapat ditemukan dalam darah serta air seni. Keberadaan hormon protein ini sudah dapat dideteksi dalam darah sejak hari pertama keterlambatan haid, kira-kira hari keenam sejak pelekatan janin pada dinding rahim.Kadar hormon ini terus bertambah hingga minggu ke 14-16 kehamilan, terhitung sejak hari terakhir menstruasi. Sebagian besar ibu hamil mengalami penambahan kadar hormon HCG sebanyak dua kali lipat setiap 3 hari. Peningkatan kadar hormon ini biasanya ditandai dengan mual dan pusing yang sering dirasakan para ibuhamil. Setelah itu kadarnya menurun terus secara perlahan dan hampir mencapai kadar normal setelah persalinan. Tetapi adakalanya kadar hormon ini masih di atas normal sampai 4 minggu setelah persalinan atau keguguran(Rose, 2006).B. Tinjauan PustakaHuman Chorinic Gonadotropin (HCG) adalah suatu glikoprotein yang mengandung galaktosa dan heksosamin. Kadar HCG meningkat setelah implantasi ovum yang sudah dibuahi (Frandson, 1993). Prinsip kerja immunological HCG test adalah suatu reaksi penghambatan aglutinasi yang digunakan untuk menunjukkan hormon Human Chorionic Gonadotropin yang disekresikan kedalam urine selama masa kehamilan. Partikel-partikel antigen secara kimia akan berikatan dengan antibodi HCG dan menyebabkan aglutinasi. Terdapatnya HCG bebas didalam urine akan menetralisir antibodi sehingga tidak terjadi aglutinasi (Prawirohardjo, 1991).Dalam urine yang normal komposisinya terdiri dari bahan sepaerti air, urea, dan natrium klorida (Frandson, 1993).Kadar HCG yang lebih tinggi terjadi pada ibu kembar dan kasus hamil anggur (mola). Perempuan yang tidak hamil menandakan kadar HCG di atas normal.Kadar HCG yang terlalu rendah pada ibu hamil pun patut diwaspadai, karena dapat berarti kehamilan terjadi di luar rahim (ektopik) atau kematian janin yang biasa disebut aborsi spontan. Sebagian besar merk test pack yang beredar di pasaran sudah dapat mendeteksi HCG dengan kadar 25 IU/L - 50 IU/L, sehingga cukup akurat untuk menentukan ada atau tidaknya kehamilan pada hari pertama keterlambatan menstruasi. Uji kehamilan yang akurat adalah tes kuantitatif hormon HCG dalam darah. Biasanya yang diukur adalah jumlah subunit beta hormon HCG (Pearce, 1997).C. Tujuan

1. Mengetahui kadar HCG dengan teknik imunokromatografi.

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah teststrip, botol film, urine wanita hamil (+) dan urine wanita hamil (-).

B. Metode

1. Urin dituang ke dalam botol film.

2. Testrip dibuka, dicelupkan ke dalam botol film berisi urin.3. Hasil dibaca setelah 5 menit.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1. Tabel Pengamatan Teststrip UrineKelompokHasil

+-

1-

2-

3-

4-

B. Pembahasan

Imunokromatografi ASSAY (ICA) atau disebut juga aliran samping (lateral flow test) atau dengan singkat disebut uji strip(strip test) tergolong dalam kelompok imuno ASSAY berlabel sampel seperti imunofluerens (IF) dan imuno enzim (EIA). Imunokromatografi assay (ICA) merupakan perluasan yang logis dari teknologi uji aglutinasi latex yang berwarna yaitu uji serologi yang telah dikembangkan sejak tahun 1957 singes dan piots untuk penyakit Arthritisrheumatoid. Imunokromatografi assay (ICA) merupakan uji laboratorium yang handal sehingga amat dibutuhkan di negara sedang berkembang. Imunokrimatografi assay tidak membutuhkan alat canggih (mikroskop kliorogens dan radio conts) untuk membacanya cukup hanya dengan melihat adanya perubahan warna memakai mata telanjang sehingga jauh lebih pratktis. Teknik ini juga memiliki sensivitas dan spesifitas yang setara dengan ELISA, namun kelemahan dari teknik imunokromatografi adalah tidak bersifat kuantitatif (Subekti et al., 2012).Human chorionic gonadotropin (hCG) adalah hormon glikoprotein yang terdiri dari suatu -subunit dan -subunit. hCG dianggap paling asam dan glikoprotein paling glikosilasi. Gula membentuk bagian penting dari struktur hCG. HCG merupakan hormon yang dibuat oleh sel-sel sinsitiotrofoblas plasenta. HCG terdiri dari 92 asam amino -subunit dan 145 asam amino -subunit. The -subunit hCG, sementara struktural mirip dengan -subunit dari LH, hal tersebut yang membedakan hCG dari hormon glikoprotein lain. hCG, seperti LH, adalah hormon, dan mengikat reseptor hormon hCG / LH umum (Cole, 2012).

Tiga minggu pertama kehamilan, hCG menstimulasi produksi progesteron oleh sel luteal corpus ovarium. Beberapa kelompok peneliti telah menunjukkan bahwa hCG juga berfungsi selama kehamilan untuk menstimulasi angiogenesis dalam pembuluh darah rahim. Hal ini menjamin pasokan darah maksimal ke plasenta yang merupakan fungsi penting selama kehamilan. Sementara hCG hyperglycosylated dapat meningkatkan pertumbuhan sel sitotrofoblas selama kehamilan. HCG menstimulasi fusi sel dan diferensiasi untuk sel sinsitiotrofoblas. Hal tersebut merupakan kombinasi dari dua proses yang mengarah pada pembentukan jaringan trofoblas vili dan plasentasi hemochorial pada kehamilan. Beberapa kelompok menunjukkan bahwa hCG menstimulasi faktor penghambat anti-makrofag atau penghambatan migrasi makrofag, faktor yang mencegah penghancuran feto-plasenta asing oleh jaringan ibu selama kehamilan. Kelompok-kelompok lain telah menunjukkan bahwa hCG juga mengontrol pertumbuhan rahim selama kehamilan, namun kelompok lain telah menunjukkan bahwa hCG juga melemaskan kontraksi miometrium selama kehamilan (Cole, 2012).HCG berfungsi untuk mempertahankan corpus luteum yang membuat esterogen dan progesterone sampai saat plasenta terbentuk sepenuhnya dan dapat membuat sendiri esterogen dan progesterone yang cukup. HCG dalam urine akan diketahui pada wanita hamil karena HCG dapat dideteksi 8-9 hari setelah adanya peristiwa ovulasi. HCG dalam urine berisi dua reagen, pertama yaitu suspense partikel lateks yang dilapisi atau terikat secara kovalen dengan HCG dan yang kedua berisi larutan antibody HCG. Bila terdapat Urine, HCG terikat pada antibody dan dengan demikian akan mencegah aglutinasi partikel lateks yang dilapisi HCG yang diperlihatkan oleh antibody tersebut. Hasil positif terjadi apabila tidak terjadi aglutinasi, jika terjadi aglutinasi maka hasilnya adalah negatif (Murray, 1999).

Reaksi pembentukan kompleks antigen antibodi antara HCG sebagai antigen dan anti HCG sebagai antibodi bersifat spesifik. Antibodi akan mengenali antigen pada lokasi tertentu yang disebut epitop. Antibodi poliklonal adalah antibodi yang mengenali suatu antigen melalui ikatan dengan epitop yang bervariasi karena berasal dari sel B yang berbeda-beda. Sedangkan antibodi monoklonal lebih spesifik mengenali antigen pada satu epitop tertentu karena berasal dari satu sel B yang dibiakan (Bratawidjaja, 2002).Antibodi tersebut adalah antibodi anti HCG yang pertama (kita sebut saja anti HCG-1), antibodi anti HCG yang kedua (anti HCG-2) dan anti-anti HCG-1 (antibodi dengan anti HCG-1 sebagai antigen). Ketiga antibodi itu terletak di lokasi yang berbeda dengan sifat yang berbeda pula. Anti HCG-1 bersifat mobile sehingga bisa ikut berpindah ke area Test (T) dan Control (C) melalui gerakan kapilaritas. Anti HCG-1 merupakan antibodi monoklonal sedangkan anti HCG-2 bersifat poliklonal. Anti HCG-2 di area T dan anti-anti HCG-1 di area C bersifat fixed atau tertanam, artinya tidak dapat berpindah sehingga tidak ikut mengalir/berpindah tempat. Enzim yang terikat anti HCG-1 akan menjadi enzim aktif bila ada ikatan antara anti HCG-1, HCG dan Anti HCG-2 di area T atau ikatan antara anti HCG-1 dan anti-anti HCG di area C. Enzim aktif di area T dan atau C akan mengubah substansi tak berwarna menjadi substansi berwarna merah (Hardjoeno, 2007).Hasil praktikum kelompok tiga adalah positif (+), terdapat dua garis strip merah pada teststrip. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjoeno (2007) bahwa akan terlihat dua strip merah yaitu pada daerah T dan daerah C yang diintepretasikan sebagai hasil positif hamil. HCG sebagai antigen, akan berikatan dengan anti HCG. Gaya kapilaritas membawa senyawa ikatan HCG dan anti HCG-1 menuju daerah T. Di daerah T, anti HCG-2 akan berikatan dengan HCG yang telah berikatan dengan anti HCG-1 namun pada epitop yang berbeda. Terbentuklah kompleks anti HCG-1, HCG, dan anti HCG-2. Enzim menjadi aktif dan daerah T berwarna merah. Selanjutnya, sisa anti HCG-1 yang belum berikatan dengan HCG akan menuju daerah C dan berikatan dengan anti-anti HCG-1. Kompleks ini akan mengaktifkan enzin sehingga daerah T berwarna merah. Pada akhirnya, akan terlihat dua strip merah yaitu pada daerah T dan daerah C dan diintepretasikan sebagai hasil positif hamil (Hardjoeno, 2007).Cara kerja test pack adalah dengan memeriksa kadar hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin). Apabila kadar hCG dalam urin sudah mencapai minimal 25 mlU/ml maka alat tes kehamilan ini akan menunjukan hasil positif. hCG akan meninggi setelah terjadi implantasi embrio pada dinding rahim biasanya terjadi 6-12 hari setelah hubungan. Sesitivitas alat tes kehamilan ini bervariasi yang lebih sensitif tentu saja lebih baik karena dapat mendeteksi hCG meskipun masih dalam kadar yang rendah dalam urin. Ada juga yang mempunyai sensitivitas tinggi yakni mencapai 5 mlU/ml. Keuntungan menggunakan teststrip adalah cara kerjanya praktis, waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil amat singkat dan stabil untuk jangka panjang. Sedangkan kelemahannya adalah pemeriksaan bersifat kualitatif bukan kuantitatif. Tes kehamilan juga dapat dilakukan dengan melakukan tes darah dan USG (Hardjoeno, 2007).IV. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanKesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah :

1. Human Chorinic Gonadotropin (HCG) adalah hormon glikoprotein yang terdiri dari suatu -subunit dan -subunit..2. Imunokromatografi assay (ICA) merupakan perluasan yang logis dari teknologi uji aglutinasi latex yang berwarna yaitu uji serologi.B. SaranUntuk praktikum selanjutnya bisa lebih tertib dan penjelasan lebih jelas lagi.

DAFTAR REFERENSI

Bratawidjaja, K. G. 2002. Imunologi Dasar. Ed 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Cole, L. A. 2012. HCG Variants, The Growth Factors which Drive Human Malignancies. Am J Cancer Res 2 (1) pp. 22-35.

Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Hardjoeno. 2007. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diaggnostik. Cet 5. Makassar : Hasanuddin University Press.Murray, R. K. 1999. Biokimia Harper. Jakarta : ECGPearce, E. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.Prawirohardjo, S. 1991. Ilmu Kandungan. Cetakan kelima.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Rose. W. 2006. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta, Dian Rakyat.Subekti, D. T., Artama, W. T. dan Iskandar, T. 2012. Perkembangan Kasusu dan Teknologi Diagnosis Toksoplasmosis. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis pp. 253 264.Gambar 3.2. Hasil Test (-)

Gambar 3.1. Hasil Test (+)