hbo
DESCRIPTION
MATRA HIPERBARIKTRANSCRIPT
A. INDIKASI TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK (HBO)
Ada sejumlah indikasi medis yang dapat dirujuk untuk mendapatkan
perawatan hiperbarik, yaitu:
1. Autis
Anak yang mengalami autis dapat menjalani terapi hiperbarik. Tentunya
bukan sebagai terapi utama, melainkan terapi tambahan. Seperti diketahui, anak
autis cenderung memiliki imunitas tubuh yang menurun. Lantaran itu, faktor
alergi dan terkena infeksi cukup tinggi. Nah, terapi hiperbarik dapat mengurangi
gangguan alergi yang dialami. Selain itu, terapi ini dapat membantu mengatasi
gangguan metabolisme otaknya menuju perkembangan yang lebih baik. Memang
tetap harus dilakukan juga terapi-terapi lain dan dengan ditambah terapi
hiperbarik hasilnya akan menjadi lebih baik. Namun perlu diingat, hasil yang
didapat anak autis tentu akan berbeda satu dengan lainnya.
2. Cerebral Palsy (CP)
Dalam hal ini, terapi hiperbarik juga sebagai pengobatan tambahan.
Kelumpuhan atau kekakuan yang biasanya dialami anak dengan kondisi CP secara
berangsur-angsur dapat dihilangkan melalui terapi hiperbarik. Demikian pula
dengan gangguan kejang, setidaknya dapat diminimalkan. Jadi memang terapi
hiperbarik dapat membantu mempercepat proses pemulihan.
3. Cedera atau trauma kepala
Pada kasus anak terkena benturan dan sebagainya, dapat dibantu
penyembuhannya melalui terapi hiperbarik. Membantu menghindari terjadinya
penyumbatan aliran darah di kepala sehingga mengurangi risiko dampak yang
lebih parah.
4. Patah Tulang
Untuk kondisi patah tulang, terapi hiperbarik membantu mempercepat
pemulihan. Dapat pula merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru.
5. Luka bakar
Dengan terapi hiperbarik, luka yang terjadi pun jadi cepat sembuh.
Pertumbuhan jaringan kulit akan mudah terbentuk. Pembuluh darah yang rusak
akan terbentuk kembali. Udara bertekanan tinggi yang dipergunakan pada terapi
hiperbarik, bisa mempercepat regenerasi sel-sel tubuh.
B. KONTRAINDIKASI
1. Kontraindikasi Absolut
Yang tak boleh sama sekali menjalani terapi hiperbarik yaitu pasien dengan
kondisi pneumothoraks karena dapat menimbulkan kematian.
2. Kontraindikasi Relatif
a. Demam Tinggi
Demam dapat memicu terjadinya keracunan oksigen sehingga menimbulkan
kejang. Maka sebelum menjalani terapi hiperbarik, upayakan menunggu suhu
badan anak turun sampai kondisinya normal.
b. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
Anak dengan kondisi ISNA dikhawatirkan akan mengalami barotrauma
telinga dan gangguan sinus.
c. Fobia Ruangan Tertutup
Anak yang takut atau fobia terhadap ruangan tertutup bisa saja panik sehingga
proses terapi tak berjalan dengan baik.
d. Kejang
Anak yang mengalami gangguan kejang, saat menjalani terapi hiperbarik
dapat saja kambuh.
e. Lesi Asimtomatik Pada Paru
Terapi hiperbarik sebaiknya tidak dilakukan jika foto rontgen dada
menunjukkan ada gambaran lesi, yaitu sesuatu/massa yang tumbuh seperti tumor.
f. Riwayat Pernah Bedah Toraks/Dada Dan Telinga
Pasien harus menjalani evaluasi menyeluruh sebelum terapi hiperbarik.
g. Tumor
Konon, terapi hiperbarik dapat memicu pertumbuhan tumor lebih jauh. Hal ini
masih menjadi perdebatan di kalangan ahli medis.
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TERAPI OKSIGEN
HIPERBARIK (HBO)
1. Pengkajian
a. Identitas :
Nama, alamat, lahir, pekerjaan, pendidikan, dsb.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan Utama :
1) DCS (Dekompresi)
2) Klinis
3) Kebugaran
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
1) DCS (Penyelaman dilakukan dimana, dikedalaman berapa, pasien
menunjukkan gejala pada kedalaman berapa, pingsan berapa lama, menyelaman
menggunakan apa, dan pertolongan apa yang sudah dilakukan).
2) Klinis : Riwayat penyakit s/d dilakukan terapi HBO.
3) Kebugaran.
c. Riwayat penyakit yang pernah diderita :
Penulusuran terhadap beberapa penyakit yang menjadi kontraindikasi terapi HBO,
diantaranya :
Mutlak : Pneumotoraks, Pasien yang mendapatkan obat kemoterapi
(doxorubicin (adriamisin TM) atau cisplatin (platinol)) untuk kanker.
Relatif :
1) Infeksi saluran pernapasan bagian atas
2) Sinusitis kronis
3) Gangguan kejang
4) Emfisema dengan retensi CO2
5) Demam tinggi yang tidak terkontrol
6) Riwayat pneumotoraks spontan
7) Riwayat pembedahan dada
8) Riwayat bedah rekonstruksi telinga
9) Paru lesi pada rutin x-ray atau ct scan
10) Infeksi virus
11) dsb
d. Pemeriksaan Fisik :
1) Observasi TTV : Mencakup suhu, detak jantung, tekanan darah, suara paru-paru,
uji otoscopic dan gula darah pada semua penderita IDDM
2) Kepala, Mata, Telinga, Hidung dan Tenggorokan
3) Neurologis
4) Pernafasan
5) Kardiovaskuler
6) Pencernaan
7) Perkemihan
8) Musculoskeletal
9) Integumen
e. Pengkajian Pra HBO
1) Observasi TTV.
2) Ambang demam.
3) Evaluasi tanda-tanda pilek atau flu (batuk, demam, sakit tenggorokan, pilek,
mual, diare, malaise).
4) Auskultasi paru-paru
5) Lakukan uji gula darah pada pasien dengan IDDM.
6) Observasi cedera orthopedic umum dalam luka trauma.
7) Tes pada pasien keracunan CO/ Oksigen.
8) Uji ketajaman penglihatan.
9) Mengkaji tingkat nyeri
10) Penilaian status nutrisi.
11) Setelah pasien telah dibersihkan fisik untuk pengobatan mereka di ruangan
itu,mereka harus diperlakukan secara aman.
f. Ada Zat Dan Barang – Barang Pribadi Dilarang Di Ruang Hiperbarik
1) Semua zat yang mengandung minyak atau alkohol (yaitu, kosmetik, hair
spray, cat kuku, deodoran, lotion, cologne, parfum, salep) dilarang karena
berpotensi memicu bahaya kebakaran dalam ruang oksigen hiperbarik.
2) Pasien harus melepas semua perhiasan, cincin, jam tangan, kalung, sisir
rambut, dll. Sebelum memasuki ruangan untuk mencegah goresan akrilik
silinder dari ruang hiperbarik.
3) Lensa kontak harus dilepas sebelum memasuki ruang karena pembentukan
potensi gelembung antara lensa dan kornea.
4) Alat bantu dengar harus dilepas karena memicu percikan listrik dalam ruang.
5) Menggunakan pakaian berbahan katun 100% untuk mencegah timbulnya
listrik statik ketika bergesekan.
6) Untuk antisipasi claustrophobia, premedikasi dengan obat anti-kecemasan
(Valium, Ativan) diberikan sedikitnya 30 menit sebelum memulai pengobatan.
g. Pengkajian Intra HBO
1) Mengamati tanda-tanda dan gejala barotrauma, keracunan oksigen dan
komplikasi / efek samping ditemui dalam HBOT.
2) Mendorong pasien untuk menggunakan teknik atau kombinasi teknik yang
paling efektif atau nyaman.
3) Pasien perlu diingatkan bahwa manuver Valsava hanya untuk digunakan
selama dekompresi dan mereka perlu bernapas normal selama terapi (tidak
menahan napas).
4) Jika pasien mengalami nyeri ringan sampai sedang, hentikan dekompresi
hingga nyeri reda. Jika nyeri ringan sampai sedang tidak lega, pasien harus
dikeluarkan dari ruang dan diperiksa oleh dokter THT.
5) Untuk mencegah barotrauma GI, ajarkan pasien bernafas secara normal
(jangan menelan udara) dan menghindari makan besar atau makanan yang
memproduksi gas atau minum sebelum perawatan.
6) Pantau adanya claustrophobia, untuk mencegah atau mengurangi efek dari
claustrophobia gunakan media seperti TV, film, buku-buku, kaset tape, atau
perawat/anggota keluarga duduk di sisi ruangan.
7) Monitor pasien selama dekompresi terutama selama dekompresi darurat untuk
tanda-tanda pneumotoraks tersebut.
8) Segera periksa gula darah jika terdapat tanda-tanda hypoglycemia.
h. Pengkajian Pasca HBO
1) Untuk pasien dengan tanda-tanda barotrauma, uji ontologis harus dilakukan.
2) Tes gula darah pada pasien IDDM.
3) Pasien dengan iskemia trauma akut, sindrom kompartemen, nekrosis dan
pasca implantasi harus dilakukan penilaian status neurovaskular dan luka.
4) Pasien dengan keracunan CO2 mungkin memerlukan tes psikometri atau
tingkat carboxyhemoglobin.
5) Pasien dengan insufisiensi arteri akut retina memerlukan hasil pemeriksaan
pandangan yang luas.
6) Pasien dirawat karena penyakit dekompresi, emboli gas arteri, atau edema
cerebral harus dilakukan penilaian neurologis.
7) Pasien yang mengkonsumsi obat anti ansietas dilarang mengemudikan alat
transportasi atau menghidupkan mesin.
8) Lakukan pendokumentasian pasien pasca HBOT untuk alasan medis / hukum.
i. Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Dengan HBO
1) Kecemasan b/d defisit pengetahuan tentang terapi oksigen hiperbarik dan
prosedur perawatan
2) Resiko tinggi cidera yang b/d pasien transfer in/out dari ruang, ledakan
peralatan, kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis
3) Resti barotrauma ke telingga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli
serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
4) Resti toksisitas oksigen yang b/d pemberian oksigen 100% & pada tekanan
atmosfir meningkat.
5) Resti untuk pengiriman gas tidak memadai terapi yang b/d system pengiriman
dan kebutuhan pasien/ keterbatasan
6) Kecemasan dan ketakutan yang b/d perasaan kecemasan kurungan terkait
dengan ruang oksigen hiperbarik
7) Rasa sakit yang b/d masalah medis yang terkait
8) Ketidaknyamanan yang b/d perubahan suhu dan kelembaban di dalam ruang
hiperbarik
9) Koping individu tidak efektif b/d stress mengatasi penyakit dan/ atau miskin
system dukungan psikososial
10) Resti disritmia b/d patologi penyakit.
11) Defisit volume cairan b/d dehidrasi atau pergeseran cairan.
12) Perubahan perfusi jaringan serebral yang b/d Keracunan CO, Dekompresi,
Infeksi akut, Gas emboli, Lainnya
13) Resti perubahan dalam kenyamanan, cairan, dan elektrolit b/d mual dan
muntah
14) Defisit Pemeliharaan kesehatan b/d defisit pengetahuan untuk : Manajemen
luka kronis, Pembatasan penyakit dekompresi lebih lanjut, Melaporkan gejala
setelah keracunan karbon monoksida
D. ASUHAN KEPERAWATAN TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK (HBO)
1. Kasus
Pada hari Rabu, tanggal 20 Mei 2015 pukul 16.00 WIB, klien Ny. A usia 42
tahun diantar oleh suaminya Tn. B datang ke RSAL Dr. Ramelan Surabaya
dengan keluhan utama nyeri lengan atas pada tangan kiri dengan skala 6, terasa
cekot-cekot, nyeri bertambah jika digunakan untuk bergerak, nyeri berlangsung
terus menerus. Kurang lebih 6 hari sebelum masuk Rumah Sakit klien mengalami
kecelakaan dari sepeda motor. Sebelumnya selama 5 hari klien di rawat di
Sangkal Putung, karena tidak ada perbaikan oleh keluarga (suaminya) klien
dibawa ke RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD : 130/80 mmHg, RR : 20 x/menit,
N : 90 x/menit, S : 36,5oC. Sebeleum masuk ruangan klien sempat dibawa ke
UGD, kemudian klien dianjurkan untuk menjalani rawat inap. Klien menjalani
rawat inap di Ruang C1 kamar 2B pada pukul 17.00 WIB. Sebelumnya klien
belum pernah mengalami fraktur, klien juga belum pernah menjalani rawat inap di
Rumah Sakit. Klien juga tidak mempunyai alergi obat-obatan atau pun makanan.
Kemudian keeseokan harinya klien menjalani operasi dengan pemasangan plate
pada humerus sinistra.
2. Pengkajian
a. Tanggal/jam Pengkajian : 21 Mei 2015 / 09.00 WIB
b. Diagnosa Medis : Post-Op Close Fraktur Humerus Sinistra
c. Tanggal/jam MRS : 20 Mei 2015/16.00 WIB
d. No. RM : 22 xx xx
3. Identitas
a. Nama : Ny. A
b. Umur : 42 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status : Menikah
e. Agama : Islam
f. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
g. Bahasa : Jawa dan Indonesia
h. Pendidikan : SMA
i. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
j. Alamat : Surabaya
k. Penanggung Jawab : BPJS
4. Riwayat Sakit Dan Kesehatan
a. Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri pada lengan atas
pada tangan kiri.
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengatakan mengalami kecelakan
pada tanggal 12 Mei 2015 saat klien akan menjemput anaknya sekolah. Klien
bertabrakan dengan mobil dari arah depan saat klien akan menyalip kendaraan
lain, sehingga klien tertabrak dan terjatuh ke sebelah kiri. Klien tidak sempat
mengerem. Klien mengatakan setelah terjadi kecelakaan klien dibawa oleh
orang-orang yang menolongnya ke rumah. Klien mengatakan nyeri timbul saat
setelah terjadi kecelakaan, kemudian rumah klien langsung dibawa ke Sangkal
Putung. Namun, sudah 5 hari berobat di Sangkal Putung tidak kunjung ada
perbaikan. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan pada lengan atas pada
tangan kiri semakin parah, terasa cekot-cekot, dan nyeri bertambah saat
digerakkan atau dilakukan aktivitas serta nyeri berlangsung terus-menerus.
Akhirnya, oleh suaminya klien dibawa ke RSAL Dr. Ramelan Surabaya. Klien
sudah menjalani operasi dengan pemasangan plate pada lengan atas sebelah
kiri.
c. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien mengatakan belum pernah
mengalami patah tulang sebelumnya. Klien juga mengatakan tidak ada riwayat
penyakit yang serius.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan dalam kelaurganya tidak
ada yang mengalami patah tulang dan tidak ada penyakit keturunan lainnya.
e. Genogram :
f. Riwayat Alergi : Klien mengatakan tidak ada alergi obat-
obatan atau pun makanan.
5. Pengkajian
a. TTV (Tanda-Tanda Vital)
1) Keadaan Umum : Lemas
2) Kesadaran : Kompos Mentis
3) TD : 140/80 mmHg
4) RR : 20 x/menit
5) N : 90 x/menit
6) S : 36,5oC
7) TB : 156 cm
8) BB SMRS : 45 kg
9) BB MRS : 45 kg
b. B1 (Breath/Pernapasan)
1) Inspeksi :
a) Bentuk dada normochest
b) Tidak terlihat adanya penggunaan otot bantu napas
c) Pergerakan dada simetris
d) Tidak terpasang alat bantu napas
e) Tidak tampak sinosis
f) Irama napas regular
g) Pola napas normal
h) RR : 20 x/menit
2) Palpasi :
a) Tidak adanya nyeri tekan pada dada
b) Tidak ada massa pada dada
c) Taktil fremitus teraba
3) Perkusi :
a) Suara perkusi sonor
4) Auskultasi :
a) Suara napas vesikuler
b) Tidak ada suara napas tambahan
c. B2 (Blood/Kardiovaskuler)
1) Inspeksi :
a) Letak ictus cordis ICS 5 midclavicula sinistra
b) Tidak ada sianosis
2) Palpasi :
a) Tidak ada nyeri dada
b) Tidak ada nyeri tekan pada dada
c) CRT < 2 detik
d) Akral HKM
e) TD : 130/80 mmHg
f) N : 90 x/menit
g) Irama jantung regular
3) Auskultasi :
a) Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal
b) Tidak ada gallop dan murmur
d. B3 (Brain/Persarafan)
1) Kesadaran : Kompos Mentis
2) GCS : 456
3) Saraf Kranial :
a) N. I (Olfaktorius) : Hidung kanan dan hidung kiri mampu
membau secara normal.
b) N. II (Optikus) : Mata kanan dan mata kiri mampu
membaca dengan baik.
c) N. III (Okulomotorius) : Refleks mata kanan dan mata kiri terhadap
cahaya baik serta membuka kedua mata baik.
d) N. IV (Toklearis) : Tidak adanya diplopia atau pun strabismus.
e) N. V (Trigeminus) : Terdapat sensasi sentuhan pada alis mata
kanan dan mata kiri serta terdapat refleks kornea pada mata kanan dan mata
kiri.
f) N. VI (Abdusen) : Lapang pandang mata kanan dan mata kiri
baik.
g) N. VII (Fasialis) : Mampu tersenyum dan menutup kelopak
mata dengan baik serta mampu mengerutkan dahi dengan baik.
h) N. VIII (Akustikus) : Mampu berjalan lurus ke depan dan
mampu menyeimbangkan badan.
i) N. IX (Glosofaringeus) : Mampu merasakan sensasi rasa dan mampu
mengunyah dengan baik.
j) N. X (Vagus) : Mampu menelan dengan sempurna.
k) N. XI (Assesorius) : Tidak terlihat adanya
sternokleidomastoideus dan klien mampu menahan tahanan yang diberikan
pada otot trapezius.
l) N. XII (Hipoglosus) : Pergerakan lidah baik.
4) Mata :
a) Posisi dan kesejajaran mata simetris
b) Posisi alis mata kanan dan kiri simetris
c) Kelopak mata normal (tidak ada bintil, ptosis, dll)
d) Konjungtiva berwarna merah muda
e) Sklera berwarna putih
f) Pupil mengecil saat disinari dengan pen light
g) Gerakan bola mata normal (gerakan ke segala arah)
h) Visus D : 5/6, S : 5/6
i) Tidak terjadi buta warna
j) TIO : 5/5,5 = 17,3 (normal)
5) Hidung :
a) Letak septum di tengah
b) Tidak ada nyeri tekan pada hidung
6) Telinga :
a) Telinga tampak bersih
b) Saat dilihat dengan spekulum serumen sedikit
c) Tidak ada nyeri tekan pada telinga
d) Tidak ada gangguan pendengaran
e. B4 (Bladder/Perkemihan)
1) Inpeksi :
a) Tidak menggunakan kateter
b) Kebersihan alat kelamin terjaga
c) Eliminasi :
SMRS : frekuensi : 5-6 x/hari, jumlah : + 1.800 cc/hari, warna : kuning
jernih.
MRS : frekuensi : 5-6 x/hari, jumlah : + 1.800 cc/hari, warna : kuning
jernih.
2) Palpasi :
a) Tidak ada nyeri tekan pada daerah supra pubik
b) Tidak adanya distensi kandung kemih
f. B5 (Bowel/Pencernaan)
1) Mulut :
a) Bibir : warna bibir merah muda, bibir lembab, tidak ada lesi.
tekstur bibir halus.
b) Mukosa Mulut : warna mukosa mulut merah muda, mukosa mulut
berkilau, mukosa mulut lembab.
c) Gusi : warna gusi mera muda, tidak terjadi edema, tidak terjadi
perdarahan, tidak ada lesi
d) Gigi : jumlah gigi 32 buah, tidak ada nyeri ketuk.
e) Lidah : warna lidah merah muda, lidah bersih, tidak ada lesi.
2) Faring : tidak ada nyeri saat menelan
3) Abdomen :
a) Inspeksi : bentuk perut supel, gerakan perut sesuai dengan
pernapasan, tidak ada jaringan parut, letak umbilikus di tengah.
b) Auskultasi : bunyi bising usus normal (5-35 x/menit).
c) Perkusi : suara perkusi pada bagian atas perut timpani dan bagian
samping perut redup.
d) Palpasi : tidak ada nyeri tekan abdomen, hepar tidak teraba.
4) Diit :
a) SMRS : nafsu makan lahap, frekuensi 3 x/hari, tidak ada mual dan
muntah, jenis makanan nasi, 1 porsi, frekuensi minum 7-8 x/hari, jumlah
minum + 1.800 cc/hari.
b) MRS : nafsu makan lahap, frekuensi 3 x/hari, tidak ada mual dan
muntah, jenis makanan nasi, 1 porsi, frekuensi minum 7-8 x/hari, jumlah
minum + 1.800 cc/hari.
5) Eliminasi alvi :
a) SMRS : frekuensi 1 x/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi
lembek.
b) MRS : frekuensi 1 x/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi
lembek.
g. B6 (Bone/Muskuloskeletal dan Integumen)
1) Look :
a) Ketidaksimetrisan antara ekstremitas atas kanan dan kiri
b) Terjadi deformitas pada lengan atas tangan kiri
c) Terjadi fraktur : close fraktur humerus sinistra
2) Feel :
a) Terjadi nyeri tekan pada lengan atas tangan kiri
b) Terjadi nyeri sumbu pada lengan atas tangan kiri
3) Move :
a) Nyeri bertambah saat dilakukan aktivitas
b) ROM pasif
c) Kekuatan otot : 5555 2255
555 5555
4) Kulit :
a) Warna kulit sawo matang
b) Kulit lembab
c) Suhu kulit hangat
d) Tekstur kulit halus
e) Turgor kulit normal
5) Kuku :
a) Tidak ada sianosis
b) Tidak ada lesi
c) Tidak terjadi clubbing finger
6) Rambut :
a) Warna rambut hitam
b) Penyebaran rambut rata
c) Tekstur rambut halus
7) Kulit kepala :
a) Tidak ada benjolan pada kulit kepala
b) Tidak ada lesi pada kulit kepala
h. Sistem Endokrin
1) Tidak ada pembesaran tiroid
2) Tidak terjadi hiper/hipoglikemia
3) Tidak terjadi DM
i. Sistem Reproduksi
1) Menstruasi terkahir tanggal 7 Mei 2015
2) Tidak ada masalah menstruasi
3) Pap smear terakhir Desember 2014
4) Tidak ada masalah seksual
j. Kemampuan Perawatan Diri
Aktivitas SMRS MRS0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi √ √Berpakian/ berdandan
√ √
Eliminasi/ toileting
√ √
Mobilitas di tempat tidur
√ √
Berpindah √ √Berjalan √ √Naik tangga √ √Berbelanja √Memasak √Pemeliharaan rumah
√
Keterangan :
0 = Mandiri
1 = Alat bantu
2 = Dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Tergantung/tidak mampu
k. Kebersihan Diri
1) SMRS :
a) Mandi : 2 x/hari
b) Gosok gigi : 2 x/hari
c) Keramas : 2 hari sekali
d) Potong kuku : 1 minggu sekali
2) MRS :
a) Mandi : seka 2 x/hari
b) Gosok gigi : 2 x/hari
c) Keramas : selama MRS belum keramas
d) Potong kuku : selama MRS belum keramas
1. Data Psikologis
1) Status Emosi : Klien tampak gelisah.
2) Konsep Diri :
a) Gambaran Diri : Klien mengatakan tidak malu dengan penyakit
yang dialaminya karena klien menyakini hal tersebut merupakan penyakit
yang akan ditangani oleh tenaga kesehatan, namun klien merasakan cemas
karena takut jika penyakitnya tidak bisa ditangani oleh tenaga kesehatan,
sebab sebelumnya di sangkal putung penyakitnya tidak kunjung membaik.
b) Identitas Diri : Klien adalah seorang istri. Klien sebagai ibu
rumah tangga
c) Peran : Klien berperan sebagai seorang istri dari satu
orang suami dan sebagai ibu rumah tangga yang bertugas untuk mengurusi
keluarganya.
d) Ideal Diri : Klien berharap penyakitnya cepat sembuh dan
berharap ingin cepat pulang agar biaya yang dikeluarkan oleh keluarganya
tidak terlalu besar untuk biaya RS klien dan supaya dapat melakukan
kegiatannya seperti biasanya.
e) Harga Diri : Klien sadar sebagai manusia biasa klien memiliki
banyak kekurangan dan sadar bahwa semuanya ini merupakan cobaan dari
Tuhan.
3) Gaya komunukasi : Pada waktu diajak berkomunikasi klien
mennjawab dengan spontan dengan menggunakan bahasa verbal yang jelas.
4) Pola Interaksi : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain, tim
kesehatan dengan menggunakan bahasa yang jelas.
5) Koping : Menurut klien jika jika ada masalah kien suka
menceritakan pada suaminya dan merasa lega setelah bercerita dengan
suaminya.
6) Data Sosial : Klien sebagai ibu rumah tangga sehigga sering
berinteraksi dengan anggota keluarga dan banyak orang, juga ketika klien
sakit dan dirawat di RS klien rajin berinteraksi dengan keluarga dan keluarga
klien lainnya.
7) Data Spiritual : Klien beragama Islam, dalam kondisinya sekarang
ibadah solat klien terganggu. Klien meyakini sakitnya adalah cobaan dari
Tuhan. Sebagai manusia biasa klien hanya bisa berusaha dan berdo’a.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 20 Mei 2015
Hematologi
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal1. Hemoglobin 11,1 gr/dl P : 12-14 gr/dl
L : 13-16 gr/dl2. Leukosit 16.200/mm3 5000-10.00/mm3
3. Eritrosit 3.99 juta/mm3 P : 4,3-6,0 juta/mm3
L : 3,9-5,0 juta/mm3
4. Hematokrit 32% P : 35-45%L : 40-54%
5. Trombosit 523.000/mm3 150-400ribu/mm3
Kimia Klinik
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal1. Gula Darah Puasa 117 mg/dl 76-110 mg/dl2. SGOT 16 U/L 0-35 U/L3. SGPT 10 U/L 0-37 U/L
b. Foto
Foto Rongten : tanggal 20 Mei 2015. Hasil: post-op close fraktur humerus
sinistra.
c. Terapi Medis
Tanggal 20 Mei 2015
Infus
No. Nama Obat Dosis1. Na Cl 0,9 % 500 ml
Obat Injeksi
No. Nama Obat Dosis1. Antrain 5 mg2. Dexamethason 5 mg3. Ceftriaxon 1 gr4. Ketorolac 30 mg
Surabaya, 21 Mei 2015
(Perawat)
7. Health Education (HE)
a. Semua zat yang mengandung minyak atau alkohol (yaitu, kosmetik, hair
spray, cat kuku, deodoran, lotion, cologne, parfum, salep) dilarang karena
berpotensi memicu bahaya kebakaran dalam ruang oksigen hiperbarik.
b. Pasien dianjurkan untuk melepas semua perhiasan, cincin, jam tangan, kalung,
sisir rambut, dll. Sebelum memasuki ruangan untuk mencegah goresan akrilik
silinder dari ruang hiperbarik.
c. Jika ada klien yang memakai lensa kontak harus dilepas sebelum memasuki
ruang karena pembentukan potensi gelembung antara lensa dan kornea.
d. Alat bantu dengar harus dilepas karena memicu percikan listrik dalam ruang.
e. Menggunakan pakaian berbahan katun 100% untuk mencegah timbulnya
listrik statik ketika bergesekan.
f. Untuk antisipasi claustrophobia, premedikasi dengan obat anti-kecemasan
(Valium, Ativan) diberikan sedikitnya 30 menit sebelum memulai pengobatan.
8. Analisa Data
No. Data (Symptoms) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)
1. DS : Klien mengatakan cemas karena sebelumnya belum pernah melakukan terapi oksigen hiperbarik.DO :Klien tampak gelisahTTV :TD : 130/80 mmHgN : 90 x/menit
Defisit pengetahuan tentang terapi oksigen hiperbarik dan prosedur perawatan
Ansietas
S : 36oCRR : 20 x/menit
2. DS : Klie mengatakan terkadang kepikiran dengan penyakitnya saat ini karena belum juga membaik.DO :Klien tampak gelisah.
Stress mengatasi penyakit dan/ atau miskin system dukungan psikososial
Ketidakefektifan koping individu
3. DS : Klien mengatakan cemas karena sebelumnya belum pernah melakukan terapi oksigen hiperbarik.DO :Klien tampak gelisah dan merasa takut karena banyak pasien yang diterapi di HBO.
Perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
Resiko tinggi barotrauma
9. Prioritas Masalah
Ditemukan Teratasi1. Ansietas 25 Mei 20152. Resiko Tinggi Barotrauma 25 Mei 20153. Ketidakefektifan Koping
Individu25 Mei 2015
10. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas b/d defisit pengetahuan tentang terapi oksigen hiperbarik dan
prosedur perawatan.
b. Resti barotrauma ke telingga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli
serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
c. Ketidakefektifan koping individu b/d stress mengatasi penyakit dan/ atau
miskin system dukungan psikososial.
11. Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1. Ansietas b/d defisit pengetahuan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
1. Kaji tingkat kecemasan klien.
1. Mengetahui tingkat kecemasan klien dan menentukan
No. Masalah Keperawatan Tanggal Paraf
tentang terapi oksigen hiperbarik dan prosedur perawatan
selama 2 jam, rasa cemas klien terhadap pelaksanaan terapi HBO dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :Klien tampak tenang.Klien menunjukkan kemampuan untuk berfokus pada pengetahuan yang telah diterima.Klien memiliki tanda-tanda vital dalam batas normal, terutama tekanan darah, nadi dan pernapasan :TD : 110-130/70-80 mmHgN : 60-100 x/menitRR : 12-20 x/menit
2. Yakinkan kembali klien melalui sentuhan, sikap empatik secara verbal dan non verbal.
3. Berikan informasi pada klien mengenai terapi yang akan dijalani.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti-ansietas, jika perlu.
tindakan keperawatan selanjutnya.
2. Dengan sentuhan, rasa empatik secara verbal dan non verbal secara fisiologis akan menenangkan hati klien sehingga rasa cemasnya menurun atau bahkan berkurang.
3. Pemberian informasi dapat memberikan pengetahuan kepada klien dan dapat mengurangi ansietas klien.
4. Sebagai tindakan farmakologis untuk menurunkan cemas.
2. Resiko tinggi barotrauma ke telingga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam, klien mampu melakukan valsava dengan benar dan tepat.
Kriteria Hasil :Klien mampu mempraktekkan cara valsava dengan benar dan tepat.
1. Pantau TTV klien.
2. Kaji tanda-tanda pilek atau flu.
3. Ajarkan cara valasava dengan
1. Mengetahui tingat keadaan klien.
2. Jika ditemukan ada klien yang terdapat tanda-tanda pilek atau flu dianjurkan untuk tidak masuk dalam chamber karena pada saat melakukan valsava tidak akan bisa disebabakna terdapat sumbatan pada saluran eusthacius sehingga akan menyebabkan perdarahan.
3. Valsava yang dilakukan dengan
benar dan tepat.
4. Berikan informasi kepada klien untuk bernapas secara normal.
benar dan tepat akan menghindarkan dari terjadinya perdarahan akibat tekanan yang diahasilkan oleh oksigen hiperbarik.
4. Memberikan pengetahuan kepada klien sehingga klien tidak perlu bernapas dengan berlebihan pada saat menhirup oksigen.
3. Ketidakefektif-an koping individu b/d stress mengatasi penyakit dan/ atau miskin system dukungan psikososial
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam, klien mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam chamber serta penyakit yang di derita saat ini.
Kriteria Hasil :Klien mampu mengatasi stress.Klien tampak tenang.
1. Identifikasi penyebab keridakefektifan koping pada klien.
2. Dukung keluarga untuk mengantrakan klien ke tempat terapi.
3. Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi, jika perlu.
1. Mengetahui sumber masalah dari ketidakefektifan koping yang dialami oleh klien.
2. Dengan kehadiran keluarga dalam mengantarkan klien ke tempat terapi akan membuta klien merasa aman dan nyaman.
3. Penggunaan teknik relaksasi akan menurunkan tingkat stress yang dialami oleh klien.
12. Implemantasi Keperawatan
Tanggal/Pukul No. Dx.
Tindakan Keperawatan Evaluasi Formatif
Senin, 25 Mei 2015/09.30-11.30 WIB
1 Pre HBOMengkaji tingkat kecemasan klienMengkaji pengetahuan klien tentang terapi HBOMengingatkan kepada klien untuk tidak membawa barang-barang yang terbuat dari logam seperti perhiasan, jam tangan, hpIntra HBOMendampngi klien di dalam
Klien tampak cemas sebelum masuk chamberKlien kurang memahami tentang penyakit dan terapi HBOKlien kooperatif saat diberikan penjelasanKlien mengerti setelah diberikan informasi
chamber
Post HBOMengkaji tingkat kecemasan post HBOMengkaji tingkat pengetahuan post HBO
2 Pre HBOMembina hubungan saling percaya dengan klienMelakukan pengkajian dan anamnese pada klien tentang tujuan dilakukan terapi HBOKaji tanda-tanda pilek atau flu pada klienMelakukan observasi TTV, TD 130/80 mmHg, N 80 x/menit, RR 20 x/menitIntra HBOPemberian oksigen 100% dan penambahan tekanan dalam chamberMengajarkan pada klien cara valsava dengan benar dan tepatPost HBOMengevaluasi perasaan dan keluhan pasien setelah melakukan terapi HBO
Klien kooperatif, TD 130/80 mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 20 x/menitKlien dapat melakukan teknik valsava dengan baikKlien mengikuti prosedur terapi HBO dengan baikKlien tampak tenang setelah terapi HBO
3 Pre HBOMembina hubungan saling percaya dengan klienMengidentifikasi ketidakefektifan koping pada klienMengajarkan klien cara penggunaan teknik relaksasiIntra HBOMengajarkan pada klien cara valsava dengan benar dan tepatPost HBOMengevaluasi perasaan dan keluhan pasien setelah melakukan terapi HBO
Klien tampak cemas sebelum masuk chamberKlien kurang memahami tentang penyakit dan terapi HBOKlien mengerti setelah diberikan informasi
Selasa, 26 Mei 2015/09.30-11.30 WIB
1 Pre HBOMengkaji tingkat kecemasan klienMengkaji pengetahuan klien tentang terapi HBO
Klien kooperatif saat diberikan penjelasanKlien dapat melakukan teknik valsava dengan baikKlien mengerti setelah
Mengingatkan kepada klien untuk tidak membawa barang-barang yang terbuat dari logam seperti perhiasan, jam tangan, hpIntra HBOMendampngi klien di dalam chamberPost HBOMengkaji tingkat kecemasan post HBOMengkaji tingkat pengetahuan post HBO
diberikan informasi
2 Pre HBOMembina hubungan saling percaya dengan klienMelakukan pengkajian dan anamnese pada klien tentang tujuan dilakukan terapi HBOKaji tanda-tanda pilek atau flu pada klienMelakukan observasi TTV, TD 130/80 mmHg, N 86 x/menit, RR 20 x/menitIntra HBOPemberian oksigen 100% dan penambahan tekanan dalam chamberMengajarkan pada klien cara valsava dengan benar dan tepatPost HBOMengevaluasi perasaan dan keluhan pasien setelah melakukan terapi HBO
Klien tampak cemas sebelum memasuhi chamberKlien kooperatif, TD 130/80 mmHg, Nadi 86 x/menit, RR 20 x/menitKlien dapat melakukan teknik valsava dengan baikKlien mengikuti prosedur terapi HBO dengan baikKlien tampak tenang setelah terapi HBO
3 Pre HBOMembina hubungan saling percaya dengan klienMengidentifikasi ketidakefektifan koping pada klienMengajarkan klien cara penggunaan teknik relaksasiIntra HBOMengajarkan pada klien cara valsava dengan benar dan tepatPost HBOMengevaluasi perasaan dan keluhan pasien setelah melakukan terapi HBO
Klien mengerti setelah diberikan informasi
Rabu, 27 Mei 2015/09.00-11.30 WIB
1 Pre HBOMengkaji tingkat kecemasan klienMengkaji pengetahuan klien tentang terapi HBOMengingatkan kepada klien untuk tidak membawa barang-barang yang terbuat dari logam seperti perhiasan, jam tangan, hpIntra HBOMendampngi klien di dalam chamberPost HBOMengkaji tingkat kecemasan post HBOMengkaji tingkat pengetahuan post HBO
Klien kooperatif saat diberikan penjelasanKlien dapat melakukan teknik valsava dengan baikKlien mengerti setelah diberikan informasi
2 Pre HBOMembina hubungan saling percaya dengan klienMelakukan pengkajian dan anamnese pada klien tentang tujuan dilakukan terapi HBOKaji tanda-tanda pilek atau flu pada klienMelakukan observasi TTV, TD 130/80 mmHg, N 80 x/menit, RR 18 x/menitIntra HBOPemberian oksigen 100% dan penambahan tekanan dalam chamberMengajarkan pada klien cara valsava dengan benar dan tepatPost HBOMengevaluasi perasaan dan keluhan pasien setelah melakukan terapi HBO
Klien kooperatif, TD 130/80 mmHg, Nadi 80 x/menit, RR18 x/menitKlien dapat melakukan teknik valsava dengan baikKlien mengikuti prosedur terapi HBO dengan baikKlien tampak tenang setelah terapi HBO
3 Pre HBOMembina hubungan saling percaya dengan klienMengidentifikasi ketidakefektifan koping pada klienMengajarkan klien cara penggunaan teknik relaksasiIntra HBOMengajarkan pada klien cara
Klien mengerti setelah diberikan informasi
valsava dengan benar dan tepatPost HBOMengevaluasi perasaan dan keluhan pasien setelah melakukan terapi HBO
13. Evaluasi
Tanggal/Pukul No. Dx.
Evaluasi Sumatif
Senin, 25 Mei 2015/12.00 WIB
1 S : Klien mengatakan rasa cemasnya sudah sedikit berkurang setelah menjalani terapi HBOO :Tingkat kecemasan klien berkurangKlien tampak tenangTTV :TD : 130/80 mmHgN : 80 x/menitRR : 20 x/menitS : 36,8oCA : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan terapi HBO
2 S : Klien mengatakan rasa cemasnya sudah sedikit berkurang setelah menjalani terapi HBOO :TTV :TD : 130/80 mmHgN : 80 x/menitRR : 20 x/menitS : 36,8oCKlien mampu melakukan valsava dengan benar dan tepatA : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan terapi HBO
3 S : Klien mengatakan masih kepikiran dengan penyakit yang dideritanyaO : Klien tampak masih gelisahA : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan terapi HBO
Selasa, 26 Mei 2015/12.00 WIB
1 S : Klien mengatakan sudah tdak merasa cemas setelah mengikuti terapi HBOO :Klien tampak tenang
TTV :TD : 130/80 mmHgN : 86 x/menitS : 36,7oCRR : 20 x/menitA : Masalah teratasiP : Lanjutkan inervensi
2 S : Klien mengatakan sudah tdak merasa cemas setelah mengikuti terapi HBOO :TTV :TD : 130/80 mmHgN : 86 x/menitRR : 20 x/menitS : 36,7oCKlien mampu melakukan valsava dengan benar dan tepatA : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan terapi HBO
3 S : Klien mengatakan masih kepikiran dengan penyakit yang dideritanyaO :Klien tampak masih gelisahA : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan terapi HBO
Rabu, 27 Mei 2015/12.00 WIB
1 S : Klien mengatakan sudah tdak merasa cemas setelah mengikuti terapi HBOO :Klien tampak tenangTTV :TD : 130/80 mmHgN : 80 x/menitS : 36,5oCRR : 20 x/menitA : Masalah teratasiP : Lanjutkan inervensi
2 S : Klien mengatakan sudah tdak merasa cemas setelah mengikuti terapi HBOO :TTV :TD : 130/80 mmHgN : 80 x/menitRR : 20 x/menit
S : 36,5oCKlien mampu melakukan valsava dengan benar dan tepatA : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan terapi HBO
3 S : Klien mengatakan sudah mulai tenang dengan keadaanya saat ini karena klien setiap hari menjalani terapi HBOO : Klien tampak tenangA : Masalah teratasiP : Lanjutkan terapi HBO
DAFTAR PUSTAKA
http://hyperbaricmedicineconsultant.blogspot.com/2010/07/manfaat-pantangan-
dan-efek-lanjutan.html
http://www.scribd.com/doc/213803941/Asuhan-Keperawatan-Klien-Dengan-
Terapi-Hiperbarik-Oksigen-1#scribd
http://documents.tips/documents/bab-3-kasus-hiperbarik.html