hasil penelitian a. 1. kondisi geografis...
TRANSCRIPT
21
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Palopo
1. Kondisi Geografis Daerah
Kedudukan geografis Kota Palopo berada pada posisi strategis sebagai titik simpul jalur
transportasi darat dan laut poros Trans Sulawesi. Pada posisi ini kota Palopo menjadi salah jalur
distribusi barang jalur darat dari Makassar dan Pare-Pare menuju Propinsi Sulawesi Tengah,
Kabupaten Luwu Utara, Luwu Timur, sedangkan pada jalur transportasi laut Kota Palopo sudah
menjadi salah satu pelabuhan laut menuju Kota-Kota di wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara.
Kedudukan geografis Kota Palopo sebagai wilayah yang berada di pesisir Teluk Bone
dimana sebagian besar kebutuhan air bersih didukung dengan keberadaan hutan yang sebagian
besar berada di wilayah Kabupaten Luwu dan Toraja Utara. Kondisi alam pada wilayah hulu
khususnya perbatasan dengan Kabupaten Luwu & Toraja Utara sangat berpengaruh pada kondisi
di Kota Palopo. Kondisi cuaca dengan hujan lebat yang terjadi sekitar bulan Juni sampai
Desember sangat rentang menimbulkan banjir dan tanah longsor. Secara administratif luas
wilayah Kota Palopo kurang lebih 247,52 Km2, dengan batas batas sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kabupaten Luwu
2. Sebelah Selatan : Kabupaten Luwu
3. Sebelah Timur : Teluk Bone
4. Sebelah Barat : Kabupaten Toraja Utara
(Sumber : Palopo Dalam Angka Tahun 2012)
Dari aspek topografisnya, wilayah Kota Palopo sebagian besar merupakan dataran rendah
dengan ketinggian 0-100 m sebesar 63%, selebihnya merupakan daerah pegunungan.
2. Potensi Unggulan Daerah
Potensi unggulan Kota Palopo jika dilihat dari konstribusi sektor atau lapangan usaha
terhadap pembentukan PDRB juga masih bertumpu pada sektor pertanian, meskipun dalam lima
tahun terakhir terlihat adanya pergeseran. Kontribusi sektor pertanian secara signifikan
mengalami penurunan, pada tahun 2009 mencapai 25,56 % dibandingkan dengan keadaan tahun
2008 dengan kontribusi 29,22 %, begitupun pada tahun 2010 hingga tahun 2012. Di sisi lain
22
beberapa sektor seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran, Jasa -jasa, Keuangan secara
signifikan mengalami pertumbuhan. Pada sektor pertanian beberapa sub sektor justru mengalami
peningkatan yang signifikan khususnya sub sektor perikanan dan kelautan yang didorong oleh
meningkatnya produksi rumput laut cattonik dan glacilaria yang banyak memperoleh permintaan
dari luar daerah. Subsektor pertanian yang menjadi unggulan daerah saat ini adalah
pengembangan komoditi rumput laut dan kakao, sehingga ditempatkan sebagai komoditi yang
memiliki konpetensi inti dalam strategi pengembangan industri daerah dan nasional (Palopo
dalam angka : 2012).
Berdasarkan kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB, terlihat bahwa struktur
perekonomian Kota Palopo ditopang oleh tiga sektor terbesar yakni sektor Perdagangan, Hotel &
Restoran 24,59 %, Bangunan 12,20 % dan Keuangan, Persewaan 15,20 %, Perkembangan
presentase kontribusi sektor-sektor terhadap pembentukan PDRB Kota Palopo dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1
Beberapa sektor yang berpengaruh cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Palopo antara lain sektor Pertanian, sektor Bangunan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran,
sektor Angkutan dan Komunikasi, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan sektor
Jasa – Jasa. Secara rinci pertumbuhan masing – masing sektor dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
23
Tabel 4.2
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 2008-2012 sektor Angkutan &
Komunikasi masih menjadi sektor paling tinggi laju pertumbuhannya yaitu sekitar 15,95 persen.
Hal ini merupakan konsekuensi dari daerah yang sedang berkembang dan membangun seperti
Kota Palopo.
3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kota Palopo dalam kurun waktu 2008-2012 menunjukkan trend tidak
adanya perubahan signifikan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7,83 % pertahun. Kondisi ini
terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3
Pertumbuhan ekonomi kota palopo kurun waktu 3 tahun terakhir bergerak di atas angka 7
persen. Jika pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Kota Palopo mencapai 7,44 persen,
kemudian naik sekitar 0,42 point menjadi 7,86 persen pada tahun 2009, maka pada tahun
2010sedikit melemah sekitar0,57 point sebesar 7,29 persen, dan tahun 2011kembali menguat
sekitar 8,16 persen dan pada tahun 2012 kembali melemah sekitar 0,05 point menjadi 8,11
persen. Melemahnya pertumbuhan ekonomi Kota Palopo pada Tahun 2012 disebabkan oleh
24
melambatnya pertumbuhan beberapa sektor yang cukup signifikan pengaruhnya bagi
perekonomian Kota Palopo diantaranya sektor Bangunan, sektor Industri Pengolahan, sektor
Perdagangan, Hotel & Restoran serta sektor Bank & Lembaga Keuangan. Bahkan sektor
Pertanian mengalami pertumbuhan negatif.
Sementara jika dilihat pada nilai PDRB Atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 mencapai
Rp.2.471.241,72 (jutaan rupiah) atau meningkat sekitar 186.439,83 (jutaan rupiah) dari keadaan
tahun 2011, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Meski nilai PDRB Kota Palopo secara kumulatif terus meningkat, namun berbeda dengan
konstribusi PDRB Kota Palopo terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Jika
pada tahun 2008 kontribusi PDRB Palopo terhadap PDRB Sul Sel mencapai 1,64 persen namun
pada tahun 2009 sedikit mengalami peningkatan sekitar 0,08 point menjadi 1,72 persen, hal ini
mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi regional Sulawesi Selatan berjalan lebih cepat
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan di Kota Palopo.
B. Hasil analisis dan Pembahasan
1. Pengukuran Kinerja Finansial
Penilaian kinerja terhadap Pemerintah Daerah kota Palopo masih tetap menggunakan aspek
finansial atau keuangan sebagai salah satu perspektif penilaian kinerja. Menurut LPGM pilar
manajemen keuangan publik (PMF) dan kinerja finansial dapat dinilai melalui analisis terhadap
data – data keuangan (finansial). Pengukuran kinerja Pemerintah Daerah berdasarkan PMF dan
kinerja fiskal adalah sebagai berikut.
1.1. Manejemen Keuangan Publik (PFM)
25
Manajemen keuangan publikk (PFM) merupakan salah satu pilar dalam LPGM yang
berfokus pada masalah sejauh mana kemampuan pemerintah dalam mengelolah dan
membelanjakan dana – dana yang tersedia secara efisien dan optimal. Berikut ini adalah hasil
analisis rasio keuangan yang berkaitan dengan PFM.
1.1.1. Analisis Variansi Belanja
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kinerja Pemerintah Daerah dilihat dari
perbandingan antara anggaran belanja dan realisasinya. Jika realisasi anggaran belanja melebihi
100% dari target belanja sebelumnya, maka itu merupakan indikasi bahwa Pemerintah Daerah
kota Palopo dalah hal membelanjakan dana untuk kegiatan pemerintahan tidak efektif atau
cenderung boros. Analisis ini dibagi menjadi :
a. Analisis variansi belanja operasional
Analisis ini bertujuan untuk melihat variansi atau selisish antara anggaran belanja
operasional dengan realisasinya. Analisis ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5
Sumber : Laporan Arus Kas dan APBD Pemerintah kota Palopo 2008 – 2012 (data diolah)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa variansi belanja operasional pemerintah kota
Palopo dari tahun 2008 – 2012 tidak ada yang melebihi 100% dengan nilai rata – rata variasni
belanja operasional sebesar 97,23%. Dengan demikian kinerja pemerintah dalam membelanjakan
dana untuk belanja operasional adalah baik karena tidak melebihi target yang telah di anggarkan
sebelumnya. Hal ini juga mengindikasikan bahwa pemerinth daerah kota Palopo tidak
melakukan pemborosan dalam menjalankan kegiatan operasional pemerintahan.
b. Analisis variansi belanja modal
A B C D E
Tahun Anggaran Belanja Operasional Realisasi Belanja Operasional Variansi %
2008 270,651,687,514.00Rp 266,087,152,298.51Rp (4,564,535,215.49)Rp 98.31%
2009 259,074,654,153.00Rp 252,518,566,745.75Rp (6,556,087,407.25)Rp 97.47%
2010 328,783,448,008.00Rp 308,021,949,709.00Rp (20,761,498,299.00)Rp 93.69%
2011 387,676,701,458.00Rp 382,755,495,778.54Rp (4,921,205,679.46)Rp 98.73%
2012 435,207,160,929.00Rp 426,298,836,937.00Rp (8,908,323,992.00)Rp 97.95%
97.23%Rata - rata
Analisis Variansi Belanja Operasional
26
Analisis ini bertujuan untuk melihat variansi atau selisih antara anggaran belanja modal
dengan realisasinya. Hasil dari analisis ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 4.6
Sumber : Laporan Arus Kas dan APBD Pemerintah kota Palopo 2008 – 2012 (data diolah)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa variansi belanja modal pemerintah kota
Palopo dari tahun 2008 – 2012 tidak ada yang melebihi 100% dengan nilai rata – rata variansi
belanja modal sebesar 79,19%. Dengan demikian kinerja pemerintah dalam membelanjakan dana
untuk belanja modal adalah baik karena tidak melebihi target yang telah di anggarkan
sebelumnya. Hal ini juga mengindikasikan bahwa pemerinth daerah kota Palopo tidak
melakukan pemborosan dalam menjalankan kegiatan pemerintahan.
1.1.2. Rasio Aktivitas (Keserasian) Belanja Daerah
Rasio aktivitas adalah rasio belanja operasi dan modal terhadap total belanja. Analisis rasio
ini dilakukan untuk mengetahui keseimbangan antarbelanja. Analisis ini menggambarkan
bagaimana Pemerintah Daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja secara optimal.
Untuk menghitung rasio ini digunakan rumus berikut.
A B C D E
Tahun Anggaran Belanja Modal Realisasi Belanja Modal Variansi %
2008 160,088,806,296.00Rp 92,391,194,123.00Rp (67,697,612,173.00)Rp 57.71%
2009 154,417,336,920.0000Rp 132,839,910,731.0000Rp (21,577,426,189.00)Rp 86.03%
2010 94,102,667,892.00Rp 74,542,058,174.00Rp (19,560,609,718.00)Rp 79.21%
2011 145,422,961,241.00Rp 115,120,298,258.00Rp (30,302,662,983.00)Rp 79.16%
2012 104,301,594,113.0000Rp 97,876,593,192.0000Rp (6,425,000,921.00)Rp 93.84%
79.19%Rata - rata
Analisis Variansi Belanja Modal/Investasi
27
Untuk mengetahui jenis belanja yang diprioritaskan oleh Pemerintah Daerah kota Palopo
maka dilakukan perbandingan hasil analisis dari rasio belanja operasi dengan hasil analisis rasio
belanja modal. Adapun hasil dari kedua analisis rasio ini dapat di lihat pada tabel – tabel
dibawah ini.
Tabel 4.7
Sumber : Laporan Arus Kas dan APBD Pemerintah kota Palopo 200 -2012 (data diolah)
Tabel 4.8
Sumber : Laporan Arus Kas dan APBD Pemerintah kota Palopo 200 -2012 (data diolah)
Dari hasil analisis kedua rasio belanja di atas, ditemukan bahwa proporsi belanja
operasional Pemerintah kota Palopo dari tahun 2008 – tahun 2012 cenderung lebih besar yaitu
mencapai 77,26% dibandingkan dengan proporsi belanja modal Pemerintah kota Palopo dengan
nilai rata – rata rasio 31,51%. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah kota Palopo lebih
mengutamakan belanja daerah untuk berlangsungnya kegiatan pemerintahan dibanding
melakukan pembangunan dan penyediaan infrastruktur daerah. Hal ini di dukung dengan nilai
rasio belanja modal yang dari tahun ke tahun semakin menurun dan rasio belanja operasional
yang cenderung naik setiap tahunnya.
A B C D
Tahun Belanja Operasional Total Belanja Rasio
2008 270,651,687,514.00Rp 359,254,921,921.51Rp 75.34%
2009 259,074,654,153.00Rp 386,056,041,476.75Rp 67.11%
2010 328,783,448,008.00Rp 383,663,586,115.00Rp 85.70%
2011 387,676,701,458.00Rp 498,403,458,036.54Rp 77.78%
2012 435,207,160,929.00Rp 541,308,755,042.00Rp 80.40%
77.26%Rata - rata
Analisis Rasio Aktivitas
Rasio Belanja Operasional terhadap Total Belanja
A B C D
Tahun Belanja Modal Total Belanja Rasio
2008 160,088,806,296.00Rp 359,254,921,921.51Rp 44.56%
2009 154,417,336,920.0000Rp 386,056,041,476.75Rp 40.00%
2010 94,102,667,892.00Rp 383,663,586,115.00Rp 24.53%
2011 145,422,961,241.00Rp 498,403,458,036.54Rp 29.18%
2012 104,301,594,113.0000Rp 541,308,755,042.00Rp 19.27%
31.51%Rata - rata
Analisis Rasio Aktivitas
Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja
28
1.1.3. Rasio Efisiensi Belanja Daerah
Rasio efisiensi bertujuan untuk mengetahui efisiensi pengeluaran belanja yang dilakukan
oleh Pemerintah kota Palopo. Untuk mengukur rasio efisiensi belanja daerah digunakan rumus
berikut :
Hasil dari analisis rasio efisiensi dapat di lihat dari table di bawah ini.
Tabel 4.9
Sumber : Laporan Arus Kas dan APBD Pemerintah kota Palopo 200 -2012 (data diolah)
Dari data pada table di atas dapat dilihat bahwa rata – rata tingkat rasio efisiensi dari tahun
2008 – 2012 adalah 97,73%. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah kota Palopo masih kurang
efisien dalam mengelolah keuangan daerahnya. Hal ini juga ditunjukkan dari hasil rasio efisiensi
dari tahun ke tahun yang masih berada dalam kisaran 90% - 100,05%. Hasil rasio paling tinggi
ditunjukkan data pada tahun 2012 yaitu sebesar 100,05 %. Sedangkan paling rendah hanya
mencapai angka 92,74%. Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa kinerja pemerintah kota
palopo kurang efisien.
1.2. Kinerja Fiskal
Kinerja fiskal adalah salah satu dari pilar LPGM yang berfokus kepada kemampuan
Pemerintah Daerah dalam memperoleh, mengolah dan mengoptimalkan PAD di daerahnya
masing – masing. Jadi fokus pengukuran kinerja finansial adalah PAD. Berikut ini adalah hasil
analisis rasio keuangan yang berkaitan dengan kinerja finansial.
1.2.1. Analisis Variansi Pendapatan
A B C D
Tahun Pengeluaran Belanja Realisasi Pendapatan Rasio
2008 359,254,921,921.51Rp 360,224,190,260.88Rp 99.73%
2009 386,056,041,476.75Rp 394,914,717,758.30Rp 97.76%
2010 383,663,586,115.00Rp 413,695,121,815.73Rp 92.74%
2011 498,403,458,036.54Rp 506,746,019,545.92Rp 98.35%
2012 525,772,059,998.00Rp 525,521,885,958.44Rp 100.05%
97.73%Rata - rata
Analisis Efesiensi
29
Analisis variansi pendapatan bertujuan untuk mengukur selisih antara target pendapatan
dengan realisasinya. Kinerja pemerintah akan dikatakan baik apabila realisasi pendapatannya
melebihi 100% atau lebih besar dari anggarannya. Hasil analisis variansi pendapatan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.10
Sumber : Laporan Arus Kas dan APBD Pemerintah kota Palopo 200 -2012 (data diolah)
Berdasarkan hasil analisis variansi pendapatan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja
pemerintah daerah dalam hal pencapaian pendapatan masih kurang. Hal ini ditunjukkan dengan
tidak rata – rata tidak tercapainya target penerimaan/pendapatan yang telah dianggarkan.
Pencapaian paling baik adalah pada tahun 2011 dengan tercapainya target pendapatan bahkan
lebih sebesar Rp 2.674.121.089,92. Namun pada tahun 2008, 2009, 2010, dan 2012 tidak
mencapai target. Jadi, kinerja pemerintah dalam hal pencapaian target pendapatan masih kurang.
1.2.2. Rasio Kemandirian Daerah
Rasio kemandirian bertujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan Pemerintah kota
Palopo dalam membiayai kegiatan pemerintahannya dari PAD kota Palopo. Untuk mengukur
rasio keuangan digunakan rumus :
Hasil dari analisis rasio kemandirian pemerintah kota Palopo dapat dilihat pada tabel dibwah
ini.
A B C D E
Tahun Anggaran Pendapatan Realisasi Pendapatan Variansi %
2008 369,121,287,556.00Rp 360,224,190,260.88Rp (8,897,097,295.12)Rp 97.59%
2009 406,331,360,893.00Rp 394,914,717,758.30Rp (11,416,643,134.70)Rp 97.19%
2010 416,323,481,143.00Rp 413,695,121,815.73Rp (2,628,359,327.27)Rp 99.37%
2011 504,071,898,456.00Rp 506,746,019,545.92Rp 2,674,121,089.92Rp 100.53%
2012 528,748,646,166.00Rp 525,521,885,958.44Rp (3,226,760,207.56)Rp 99.39%
98.81%
Analisis Variansi Pendapatan
Rata - rata
30
Tabel 4.11
Sumber : Laporan Arus Kas dan APBD Pemerintah kota Palopo 200 -2012 (data diolah)
Dari data di atas dapat diketahui bahwa rasio kemandirian pemerintah kota Palopo tahun
2008 – 2012 masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rasio dari tahun ke
tahun yang masih berada dalam kisaran 0 % – 25% dengan rata – rata rasio dari tahun 2008 –
2012 hanya mencapai 8,50%. Rasio kemandirian paling tinggi diperoleh pada tahun 2011 yaitu
sebesar 10,26%. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah kota palopo masih sangat tergantung
pada pihak eksternal dalam melaksanakan pemerintahannya. Maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja pemerintah dalam hal ini masih belum baik. Hal ini bisa disebabkan karena pemerintah
kota Palopo sendiri masih belum mampu mengoptimalkan sumber – sumber penerimaan PAD di
kota Palopo.
1.2.3. Rasio Efektivitas PAD
Rasio Efektivitas PAD bertujuan untuk mengukur sejauh mana kefektifan Pemerintah
daerah dalam merealisasikan target PAD yang sebelumnya telah dianggarkan. Untuk mengukur
rasio efektivitas PAD digunakan rumus :
Hasil dari analisis rasio efektivitas PAD dapat dilihat dalam table di bawah ini.
A B C D E F
Tahun PAD Dana Perimbangan Pinjaman C+D Rasio Kemandirian
2008 24,905,910,966.88Rp 288,847,628,981.00Rp 288,847,628,981.00Rp 8.62%
2009 21,473,395,222.30Rp 310,076,854,585.00Rp 25,793,577,956.00Rp 335,870,432,541.00Rp 6.39%
2010 28,219,019,905.66Rp 323,691,890,222.00Rp 323,691,890,222.00Rp 8.72%
2011 35,704,421,516.00Rp 347,878,995,204.00Rp 347,878,995,204.00Rp 10.26%
2012 36,214,002,330.80Rp 421,381,856,521.00Rp 4,635,108,837.00Rp 426,016,965,358.00Rp 8.50%
8.50%Rata -rata
Analisis kemandirian
31
Tabel 4.12
Sumber : Laporan Arus Kas dan APBD Pemerintah kota Palopo 200 -2012 (data diolah)
Berdasarkan hasil analisis rasio efektivitas PAD di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja
pemerintah kota palopo dalam merealisasikan PAD di kota Palopo sudah efektif. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil rata – rata rasio efektivitas PAD dari tahun 2008 – 2012 sebesar
99,34%. Pada tahun 2008 pemerintah palopo mampu mencapai tingkat rasio efektivitas PAD
sampai 126,50% yang mana merupakan pencapaian terbesar dalam kurun waktu 2008 –
2012.Adapun pencapaian terendah yaitu sebesar 87,45% pada tahun 2010.
1.2.4. Rasio Pertumbuhan Pendapatan dan PAD
Rasio pertumbuhan pendapatan adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan pencapaian pendapatannya. Sedangkan
PAD mengukur kemampuan pemerintah dalam mempertahankan pertumbuha PAD di daerahnya.
Rumus yang digunakan untuk mengukur rasio pendapatan dan PAD adalah :
Hasil analisis pertumbuhan pendapatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
A B C D
Tahun Realisasi PAD Target PAD Rasio
2008 24,905,910,966.88Rp 19,688,065,500.00Rp 126.50%
2009 21,473,395,222.30Rp 23,216,090,835.00Rp 92.49%
2010 28,219,019,905.66Rp 32,270,012,633.00Rp 87.45%
2011 35,704,421,516.00Rp 37,953,581,200.00Rp 94.07%
2012 36,214,002,330.80Rp 37,653,848,217.00Rp 96.18%
99.34%Rata - rata
Analisis Efektifitas
32
Tabel 4.13
Sumber : Laporan Arus Kas dan APBD Pemerintah kota Palopo 200 -2012 (data diolah)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan pendapatan Pemerintah kota
Palopo dari tahun ke tahun menunjukkan nilai yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa
kinerja pemerintah dalam mempertahankan pendapatannya dari tahun ke tahun telah baik.
Namun tingkat pertumbuhan pendapatannya masih mengalami pasang sutrut. Pencapaian
pertumbuhan pendapatan tertinggi terjadi pada tahun 2009 dan 2011. Sedangkan yang terendah
adalah pada tahun 2012.
Hasil dari analisis pertumbuhan PAD dapat dilihat dari data table di bawah ini.
Tabel 4.14
Sumber : Laporan Arus Kas dan APBD Pemerintah kota Palopo 200 -2012 (data diolah)
Berdasarkan hasil analisis rasio pertumbuhan PAD di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan
PAD di kota Palopo sudah baik. Namun pertumbuhan dari tahun ke tahun masih mengalami
pasang surut. Terbukti pada tahun 2008 pertumbuhan PAD dapat mencapai 47,18% namun pada
tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar 13,78%. Hal ini menunjukkan
A B C D
Tahun Total Pendaptan Total Pendapatan Tahun Sebelumnya Rasio
2008 360,224,190,260.88Rp Rp 291,211,377,082.23 23.70%
2009 394,914,717,758.30Rp 360,224,190,260.88Rp 9.63%
2010 413,695,121,815.73Rp 394,914,717,758.30Rp 4.76%
2011 506,746,019,545.92Rp 413,695,121,815.73Rp 22.49%
2012 525,521,885,958.44Rp 506,746,019,545.92Rp 3.71%
12.86%Rata - rata
Analisis Rasio Pendapatan
A B C D
Tahun Total PAD Total PAD Tahun Sebelumnya Rasio
2008 24,905,910,966.88Rp Rp 16,922,555,965.23 47.18%
2009 21,473,395,222.30Rp 24,905,910,966.88Rp -13.78%
2010 28,219,019,905.66Rp 21,473,395,222.30Rp 31.41%
2011 35,704,421,516.00Rp 28,219,019,905.66Rp 26.53%
2012 36,214,002,330.80Rp 35,704,421,516.00Rp 1.43%
18.55%
Analisis Rasio Pertumbuhan PAD
Rata - rata
33
bahwa konsistensi kinerja pemerintah dalam mempertahankan pertumbuhan PADnya masih
sangat kurang.
2. Pengukuran Kinerja Aspek Non – finansial
Dalam mengukur kinerja pemerintahan di suatu daerah, tidak cukup hanya dengan
menganalisis data –data angka dari laporan keuangan yang disusun oleh Pemerintah Daerah
tersebut. Untuk itu dibutuhkan juga analisis dari sudut pandang non-finansial. Dengan mengacu
pada analisis finansial dan non-finansial ini diharapkan pengukuran kinerja pemerintah di suatu
daerah dapat lebih akurat (reliable)
Dari keempat pilar yang dijabarkan oleh World Bank diatas, PFM dan kinerja fiskal telah
tergambar di dalam analisis kinerja dalam aspek finansial. Untuk memenuhi kebutuhan aspek
non-finansial maka peneliti melakukan wawancara dengan seorang Key informant yang
dianggap dapat mencerminkan pandangan masyarakat terhadap kinerja Pemerintah Daerah di
kota Palopo. Adapun hal – hal yang dipertanyakan di dalam wawancara dengan Key informant
ini berkaitan dengan pilar ke-tiga, yaitu menyangkut masalah penyediaan layanan publik oleh
Pemerintah Daerah di kota Palopo. Untuk iklim investasi tidak akan dibahas di dalam penelitian
ini karena keterbatasan waktu dan data yang dimiliki oleh peneliti.
2.1.Peranan Pemerintah Daerah kota Palopo dalam Sektor Pendidikan
Salah satu tujuan utama dari negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, pemerintah dituntut untuk berperan aktif dalam
menunjang pendidikan di Indonesia. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001,
peran Pemerintah Daerah semakin dituntut. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah wajib
menyediakan fasilitas dan menjamin berlangsungnya kegiatan pendidikan di daerahnya masing
– masing.
Di dalam pasal 31 amandemen UUD 1945 ayat (1) disebutkan bahwa “Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan” dan di ayat (2) ditegaskan “Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.” Hal ini menunjukkan bahwa peran
pemerintah sangatlah penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini semakin didukung
34
dengan diterbitkannya Undang – undang Sistem Pendidikan Nasional (UU-SPN) pada tahun
2003. UU-SPN pasal 11 ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa pemerintah pusat dan
Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya
pendidikan bagi setiap warga negara termasuk menjamin tersedianya anggaran guna
terselenggaranya pendidikan tersebut.
Sayangnya yang menjadi permasalahan sekarang ini adalah masih minimnya campur tangan
Pemerintah Daerah dalam menyukseskan cita – cita yang tertera dalam undang – undang
tersebut. Sampai saat ini, sebagian besar anak sekolah di Indonesia masih di pungut biaya bahkan
biaya yang dipungut pun relatif masih sangat besar.
Kota Palopo merupakan sebuah kota yang terletak di Sulawesi Selatan dengan julukan kota
7 dimensi. Poin ke – 2 dari 7 dimensi itu adalah menjadikan kota palopo sebagai kota
pendidikan. Hal ini sendiri ditujukan agar kota Palopo menjadi salah satu kota berpendidikan di
Indonesia. Dengan mengacu pada dimensi ke – 2 ini, pemerintah kota palopo telah
menganggarkan dana pendidikan di dalam APBD kota Palopo sendiri dari tahun ke tahun.
Dari Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Pemerintah kota Palopo periode
2008-2012 sendiri disebutkan bahwa total dana yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Palopo
dari tahun 2008 - 2012 untuk program – program pendidikan adalah sebesar
Rp.121,038,021,640.00. Dana tersebut dipergunakan untuk mendorong 5 program utama di
sektor pendidikan kota Palopo. Namun, realisasi program pendidikan itu sendiri ternyata tidak
semuanya terlaksana. Dari berbagai macam program yang dilaksanakan ternyata masih ada
beberapa program yang pencapaian realisasinya belum mencapai 100% bahkan ada beberapa
yang tingkat realisasinya mencapai 0%. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa dalam
melaksanakan program pendidikan tersebut kinerja pemerintah kota Palopo sendiri belum efektif
atau baik.
Hal tersebut diperkuat dengan respon dari key informan yang menjadi narasumber dalam
penelitian ini saat peneliti menanyakan tentang kinerja pemerintah dalam sekrtor pendidikan.
“Kalau ada ya tetap ada. Hanya saja dana-dana itu kan memang sudah berkurang. Lagian
kalau masalah dana pendidikan begitu juga kan dari dulu memang sudah diprogramkan secara
35
nasional oleh pemerintah. Hanya saja untuk pemerintah kota palopo sendiri itu masih sangat
minim bantuan yang diberikan. Dana yang dipungut dari anak sekolah pun masih tetap ada dan
jumlahnya juga saya rasa masih agak mahal.”tutur pak William.
“Ya memang sih bantuan seperti dana BOS itu setiap tahunnya dianggarkan. Tapi sama
sekali tidak ada realisasi yang begitu kelihatan menurut saya. “ tambah pak Sumartono. “Saya
rasa masih perlu banyak perhatian dari pemerintah kepada hal – hal sekaitan dengan masalah
pendidikan. Mungkin bukan hanya dari segi bantuan dana saja bagi siswa. Tapi program
pencetasan anak – anak yang putus sekolah pun harusnya semakin diperhatikan.” Hal ini
menunjukkan bahwa di mata masyarakat kota Palopo sendiri pun program – program pendidikan
yang ada itu belum cukup dirasakan manfaatnya.
2.2. Peranan Pemerintah Kota Palopo dalam Sektor Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu hal terpenting yang perlu mendapat perhatian dari
pemerintah. Suatu negara yang baik adalah negara yang masyarakatnya tergolong masyarakat
yang sehat. Untuk itu, pemerintah diwajibkan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang sehat,
baik secara jasmani maupun rohani. Kesehatan masyarakat ini juga sangat diperlukan pemerintah
dalam rangka pembangunan negara agar proses pembangunan tersebut dapat berjalan dengan
baik.
Di Indonesia sendiri, undang – undang tentang kesehatan diatur secara khusus di dalam
undang – undang nomor 36 tahun 2009. Undang – undang ini merupakan hasil amandemen dari
undang – undang sebelumnya yang disempurnakan, yaitu Undang – undang nomor 23 tahun
1992. Undang – undang ini dibuat sebagai salah satu kepedulian pemerintah dalam rangka
pengakuan negara atas hak asasi manusia di bidang kesehatan. Undang – undang Dasar
Republik Indonesia dan Pancasila sebagai dasar negara juga telah mengamanatkan bahwa
mewujudkan masyarakat yang sehat dan kuat merupakan salah satu cita – cita negara ini.
Isu penting pelayanan kesehatan adalah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
yang lebih merata, terjangkau dan bermutu. Oleh sebab itu, dalam rangka mewujudkan
pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan bermutu tersebut, peran pemerintah secara
khusus Pemerintah Daerah sangatlah penting. Oleh karena itu, baik di APBN maupun APBD
36
anggaran sekaitan pelayanan kesehatan ini haruslah menjadi sorotan yang penting bagi
pemerintah.
Kondisi akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Kota Palopo sendiri juga
semakin meningkat seiring dengan telah terpenuhinya beberapa standar pelayanan dalam bidang
kesehatan seperti ketersediaan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di semua kecamatan, serta
Poskeskel (Puskesmas Keliling) dan Posyandu di semua Kelurahan. Dengan total anggaran
kesehatan dari tahun 2008 – 2012 sebesar Rp113,630,779,253.00 program – program kesehatan
tersebut sudah dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat kota Palopo. Pak William
menyebutkan bahwa jumlah fasilitas publik sekaitan dengan masalah pelayanan kesehatan ini
sudah memadai. Namun, terkait dengan kualitas pelayanan masih sering menjadi keluhan, antara
lain mengenai profesionalisme pelayanan yang rendah dan biaya pelayanan belum sepenuhnya
terjangkau.
Pak William menuturkan, “ Dari segi jumlah sih memang sudah memadai, tetapi tenaga
ahlinya yang kurang. Misalnya saja puskesmas di daerah saya. Tenaga medisnya itu yang selalu
ada ya itu Cuma dua. Satu bidan dan satu perawat. Padahal jumlah penduduk di tempat saya itu
kan lumayan banyak. Coba banyangkan misalnya dalam waktu yang bersamaan ada 10 orang
yang membutuhkan pelayanan medis, katakanlah melahirkan, kan pelayanannya jadi tidak
maksimal. Ujung-ujungnya harus di rujuk ke rumah sakit. Ini malah akan membuat
pelayanannya menjadi tidak maksimal. Alangkah lebih baik kalau tenaga medisnya mencukupi
sehingga pelayanan yang diberikan pun itu akan maksimal.”
Selain itu, masalah sosialisasi tentang kebersihan kota yang mana sangat erat kaitannya
dengan kesehatan serta masalah biaya kesehatan pun menurut pak William masih kurang
diperhatikan oleh pemerintah. Menurutnya pemerintah kota Palopo sebaiknya melakukan
sosialisi masalah pencegahan penyakit – penyakit menular akibat lingkungan yang kurang bersih
dan lebih memperhatikan bantuan kesehatan untuk penyakit – penyakit tertentu yang menurutnya
memerlukan biaya tinggi. “ Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana tindakan dari
pemerintah kota Palopo sendiri untuk mencegah peningkatan penyakit yang mana disebabkan
karena lingkungan yang kurang bersih ini. Ya mungkin pemerintah juga perlu melakukan
sosialisasi kepada masyarakat. Karena selama ini sosialisasi sekaitan masalah tersebut masih
sangat minim bahkan mungkin tidak ada. Ya ada kalanya pemerintah juga mendata penderita
37
demam berdarah yang ada di rumah sakit dan melakukan fogging di tempat penderita berasal,
Cuma itu kan tidak rutin dilakukan. Contoh lainnya mungkin kalau ada masyarakat yang digigit
anjing gila. Itu kan biaya berobatnya tinggi, bisa mencapai jutaan rupiah. Nah, kenapa coba klu
penyakit yang butuh biaya tinggi seperti itu pemerintah tidak memberikan jaminan kesehatan
yang lebih khusus lagi”, tutur pak William.
Menurut pak Sumartono, masalah pelayanan kesehatan di kota Palopo telah baik. Bantuan
pun sudah cukup dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Namun yang menjadi kendala hanya
pada saat mengurus masalah biaya. “Kalau ditanya masalah pelayanan saya rasa sudah baik.
Namun sayang, yang bikin ribet itu kalau kita harus ngurus sana – sini lagi untuk urus
JAMKESMAS kalau sudah mau membayar biaya rumah sakit.” Tutur pak Sumartono.
Jadi, kinerja pemerintah kota palopo dalam bidang kesehatan sudah tergolong baik namun
masih banyak hal – hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah kota Palopo. Seperti jumlah
personil pelayanan kesehatan dan tindakan – tindakan yang perlu dilakukan pemerintah kota
Palopo untuk mencegah dan mengatasi masalah penyakit yang disebabkan oleh masalah
kebersihan lingkungan yang kurang terjaga.
2.3. Peranan Pemerintah Daerah Kota Palopo dalam Penyediaan Sarana dan
Prasarana daerah (Infrastruktur Daerah).
Infrastruktur daerah merupakan tanggungjawab pemerintah yang mencakup seluruh sektor /
bidang kehidupan masyarakat, baik itu sektor pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik
lainnya. Sarana dan prasarana yang menjadi kebutuhan pokok daerah pada dasarnya adalah
sarana transportasi, ketenagalistrikan, energi, sumber daya air, perumahan, pelayanan air
minum, dan penyehatan lingkungan ( Bappenas, 2012 : 49).
Kondisi sarana dan prasarana infrasturktur di kota Palopo pada dasarnya telah tersedia,
seperti sarana transportasi, ketenagalistrikan, energi, sumber daya air, perumahan,
pelayanan air minum, dan penyehatan lingkungan, namun kondisinya belum terpenuhi
secara merata dan kapasitas daya dukungnya masih terbatas. Hal ini disebabkan karena
sarana dan prasarana infrasturktur wilayah masih belum terdistribusi secara merata,
beberapa wilayah masih rendah indeks aksesibilitasnya, kebutuhan infrasturktur terutama
untuk mendukung pengembangan ekonomi daerah menjadi suatu tuntutan sementara
38
kebutuhan pembangunan infrastruktur dihadapkan pada terbatasnya kemampuan pembiayaan
dari pemerintah.
Salah satu isu penting yang menjadi banyak keluhan dari masyarakat saat ini adalah masalah
biaya dari sarana dan prasana yang tersedia tersebut. Pak Sumartono mengungkapkan bahwa
“masalah penyediaan infrastruktur daerah sudah baik menurut saya. Jalanan sudah baik, air
sudah masuk ke perkampungan, kebersihannya pun saya rasa sudah cukup baik. Lagi – lagi
yang jadi masalah itu cuma biaya. Mana tarif listrik secara berkala naik, air ikut naik,
semuanya jadi naik. Saya rasa cuma itu masalah yang harus diperhatikan lebih oleh
pemerintah.”
Isu penting lainnya yang harus diperhatikan oleh pemerintah kota Palopo sendiri adalah
sekaitan dengan pemeliharaan lingkungan infrastruktur yang sudah ada tersebut. Seperti
kebersihan kota yang nantinya akan berimbas pada masalah kesehatan masyarakat kota Palopo
sendiri. Seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, fasilitas publik yaitu sarana dan
prasarana kesehatan kota palopo dipandang telah cukup memadai. Namun, yang memerlukan
perhatian khusus dari pemerintah adalah sekaitan sosialisasi mengenai kebersihan lingkungan itu
sendiri.
Menurut salah satu key informan yang menjadi narasumber di penelitian ini, kebersihan
kota Palopo dinilai sudah baik. Terbukti dengan diperolehnya piala adipura beberapa kali oleh
kota Palopo sekaitan dengan kebersihan kota Palopo sendiri. Namun, yang menjadi masalah
adalah pemerintah hanya memperhatikan tempat – tempat tertentu saja. “Iya, secara kasat mata
memang sudah bersih. Terbukti dengan diperolehnya adipura beberapa kali. Tapi untuk
membersihkan wajah kota palopo itu sendiri hanya di daerah –daerah tertentu yang memang
menjadi tempat penilaian. Seperti di tempat-tempat yang memang saudara sebutkan tadi. Tidak
usah jauh – jauhlah. Di pasar sentral kota Palopo sendiri kita sering dijumpai sampah – sampah
bertumpukan dan biasanya dibiarkan beberapa hari membusuk di tempat itu. Tetapi saat
menjelang penilaian, langsung di angkut. Jadi, Secara umum dalam artian tidak kasat mata kota
Palopo sendiri tidak bersih toh… Karena hanya sesaat saja kebersihannya diperhatikan, hanya
menjelang penilaian kebersihan kota saja. Lagi pula, kalau memang bersih harusnya penderita
penyakit malaria dan demam berdarah pastinya tidak meningkat dong? Ditambah wali kotanya
sendiri tidak bersih dalam menjalankan pemerintahannya. Kalau memang kota Palopo mau
39
menyandang predikat sebagai kota bersih ya harusnya pemerintah dalam menjalankan
pemerintahannya juga harus bersih, ya paling tidak secara kasat mata, anggaran kebersihan
yang memang sudah dianggarkan di APBD sendiri itu dijalankan dengan sebaik-baiknya. Jadi
kebersihan dijaga secara rutin.” tutur pak William. Jadi, tidak cukup hanya dengan
menyediakan sarana dan prasarana infrastruktur daerah tetapi kebersihan dan pemeliharaan
lingkungan pun merupakan hal penting yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah.