ragam bahasa tae pada masyarakat kabupaten luwu …

6
Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang ragam bahasa Tae pada masyarakat kabupaten Luwu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa bahasa tae merupakan bahasa yang perlu dikaji lebih dalam lagi baik dari segi sosiolinguistik dalam mengungkap variasi ragam bahasa Tae serta menerjemahkan kalimat bahasa Tae menjadi kalimat bahasa baku agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat diluar dari penutur ragam bahasa Tae. Adapun hasil penelitian ragam bahasa Tae pada masyarakat kabupaten Luwu berupa ragam bahasa intim (akrab), ragam bahasa penolakan, dan ragam bahasa ditinjau dari kelas sosial . Kata Kunci: ragam bahasa, bahasa Tae, sosiolinguistik PENDAHULUAN Pokok bahasan dalam Bahasa merupakan alat komunikasi antara sesama anggota masyarakat guna mengungkapkan maksud, pikiran, dan perasaan baik secara lisan maupun secara tertulis. Melalui komunikasi, manusia dapat menyampaikan semua yang dirasakan, dipikirkan, dan diketahui kepada orang lain (Keraf, 1980:1). Komunikasi, sebagaimana yang diidentifikasikan oleh Suwito (1983:9) adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan informasi berupa lambang yang mengandung arti/makna sampai menjadi milik bersama. Fungsi bahasa menurut Halliday dalam Keraf, (1980) adalah menyatakan ekspresi diri sebagai alat komunikasi, sebagai alat untuk mengadakan interaksi dan adaptasi sosial dan alat untuk mengadakan kontrol sosial. Komunikasi, dalam hal ini dengan mempergunakan bahasa adalah alat yang vital bagi masyarakat manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi, maka setiap tuturan dan tulisan selalu diarahkan kepada anggota masyarakat lain. Peristiwa yang berketerusan, selanjutnya membangun pola-pola budaya komunikasi verbal sebagai salah satu wujud komunikasi yang berkaitan pula dengan norma-norma dan tata nilai budaya masyarakat penutur bahasa itu. Setiap bahasa senantiasa berpola, dalam arti selalu berulang secara teratur, maka bentuk-bentuk komunikasi verbal tersebut dapat ditelusuri sehingga dapat diketahui pula sistem dan dinamika yang ada dibalik peristiwa bahasa itu. Kabupaten Luwu adalah pemegang sah penutur bahasa Tae, pada awalnya Luwu sebelum terbagi menjadi tiga kabupaten dan satu kota madya diantaranya adalah RAGAM BAHASA TAE PADA MASYARAKAT KABUPATEN LUWU TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK Aswadi Ramli Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Makassar email: [email protected] 109

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RAGAM BAHASA TAE PADA MASYARAKAT KABUPATEN LUWU …

Halliday, M.A.K. (1978). Language as Social Semiotics. London: University Park Press

Hartoko, Dick. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Leech, Geoffrey. 1974. A Linguistic Guide to English Poetry. English: University Lancaster.

Mousavi, S. Habib. S. Mohammad Ali Mousavi. “Flash Fiction, Defamiliarization and

Cultural Criticism: A Case Study of Salahshoor's Please Smile.” International Journal

of Humanities and Social Science Vol. 4, No. 7(1); May 2014.

Palmer, Richard E. 2003. Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Pratita, Ina Ika. 2012. “Stilistika Novel Utsukushisa To Kanashimi Karya Kawabata

Yasunari”. Disertasi.

Stacy, R.H. Defamiliarization in Language and Literature. Syracuse: Syracuse University

Press, 1977. xi, 193 pp.

Subroto, D. Edi. (1992). Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta:

UNS Press.

Sudjiman, P. (1993). Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Sutopo, H.B. (1997). Metodologi Penelitian Kualitatif (Metodologi Penelitian Untuk Ilmu-

Ilmu Sosial dan Budaya). Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.Press.

Tohari, Ahmad. 2004. Ronggeng Dukuh Paruk. Jakarta: Gramedia.

Turner . Brian. 1983. “Poetic Defamiliarization: Blake's Anti-Lockean Language.” A Thesis

Department Of English Edmonton, Alberta Spring

Wellek, Rene dan Austin Werren. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang ragam bahasa Tae pada

masyarakat kabupaten Luwu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa bahasa tae merupakan bahasa yang perlu dikaji lebih dalam lagi baik dari segi sosiolinguistik dalam mengungkap variasi ragam bahasa Tae serta menerjemahkan kalimat bahasa Tae menjadi kalimat bahasa baku agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat diluar dari penutur ragam bahasa Tae. Adapun hasil penelitian ragam bahasa Tae pada masyarakat kabupaten Luwu berupa ragam bahasa intim (akrab), ragam bahasa penolakan, dan ragam bahasa ditinjau dari kelas sosial .

Kata Kunci: ragam bahasa, bahasa Tae, sosiolinguistik

PENDAHULUAN

Pokok bahasan dalam Bahasa merupakan alat komunikasi antara sesama anggota

masyarakat guna mengungkapkan maksud, pikiran, dan perasaan baik secara lisan

maupun secara tertulis. Melalui komunikasi, manusia dapat menyampaikan semua yang

dirasakan, dipikirkan, dan diketahui kepada orang lain (Keraf, 1980:1). Komunikasi,

sebagaimana yang diidentifikasikan oleh Suwito (1983:9) adalah suatu proses

penyampaian dan penerimaan informasi berupa lambang yang mengandung

arti/makna sampai menjadi milik bersama. Fungsi bahasa menurut Halliday dalam Keraf,

(1980) adalah menyatakan ekspresi diri sebagai alat komunikasi, sebagai alat untuk

mengadakan interaksi dan adaptasi sosial dan alat untuk mengadakan kontrol sosial.

Komunikasi, dalam hal ini dengan mempergunakan bahasa adalah alat yang vital bagi

masyarakat manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi, maka setiap

tuturan dan tulisan selalu diarahkan kepada anggota masyarakat lain. Peristiwa yang

berketerusan, selanjutnya membangun pola-pola budaya komunikasi verbal sebagai salah

satu wujud komunikasi yang berkaitan pula dengan norma-norma dan tata nilai budaya

masyarakat penutur bahasa itu. Setiap bahasa senantiasa berpola, dalam arti selalu

berulang secara teratur, maka bentuk-bentuk komunikasi verbal tersebut dapat ditelusuri

sehingga dapat diketahui pula sistem dan dinamika yang ada dibalik peristiwa bahasa itu.

Kabupaten Luwu adalah pemegang sah penutur bahasa Tae, pada awalnya Luwu

sebelum terbagi menjadi tiga kabupaten dan satu kota madya diantaranya adalah

RAGAM BAHASA TAE PADA MASYARAKAT

KABUPATEN LUWU TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK

Aswadi Ramli

Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia

Universitas Negeri Makassar

email: [email protected]

108 109

Page 2: RAGAM BAHASA TAE PADA MASYARAKAT KABUPATEN LUWU …

kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan kota Palopo, namun penelitian ini hanya

terfokus di kabupaten Luwu karena beberapa kabupaten ini memiliki dialek yang berbeda-

beda meskipun terdapat juga kesamaan yang banyak. Bahasa tae ini digunakan selaku

bahasa percakapan penduduk setempat, mulai dari selatan perbatasan dengan Buriko

Kabupaten Wajo sampai dengan daerah kabupaten Luwu Timur Malili serta Tana Toraja

dan Massenrempulu, menurut data Wikipedia penutur Bahasa Tae berjumlah 340.000

penutur. Rumpun bahasa Tae adalah rumpun Austronesia Malayo Polinesia, Sulawesi

Selatan. Bahasa Tae memiliki beberapa dialek Rongkong, Luwu Timur laut, Bone-bone,

Masamba, Bua dan memiliki kesamaan leksikal:82% atau lebih dari diantara dialek, 82%

dengan Toraja-Sa'dan (Wikipedia).

Dinamisasi kebudayaan serta perkembangannya tidak terlepas dari pengaruh

modernisasi yang sangat menonjol dan tantangan dalam mempertahankan eksistensi

kebudayaan lokal. Kini modernisasi telah mengancam eksistensi budaya lokal, termasuk

bahasa. Bahasa daerah semakin terpinggirkan oleh berbagai bahasa yang mempengaruhi

eksistensinya. Pengklasifikasian bahasa di Indonesia meliputi, bahasa Indonesia, bahasa

Daerah, dan bahasa Asing. Eksistensi bahasa daerah sudah mulai tergerus oleh pengaruh

bahasa luar, bahasa luar yang dimaksud adalah bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia

dan bahasa Asing yang secara struktural sudah mempengaruhi keoriginalan sebuah bahasa

daerah. Sosiolinguistik sangat berpengaruh dalam masalah ini. Sosiolinguistik lazim

didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta

hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu

masyarakat Kridalaksana dalam (Chaer 2014:3).

Uraian tersebut memberikan gambaran bahwa bahasa merupakan salah satu

kebutuhan utama manusia dalam bermasyarakat. Bahasa tidak terlepas dari sistem . sosial

budaya masyarakat (Siregar, 1988:3). Bahasa dapat dipandang sebagai suatu indikator

untuk menjelaskan hubungan antara bahasa dengan masyarakat. Lewat bahasa, suatu ide

atau gagasan dari individu disampaikan kepada individu lain dalam berinteraksi. Salah

satu bentuk interaksi dan komunikasi antar anggota masyarakat adalah pernyataan

penutur sesama penutur bahasa Tae di Luwu. Bahasa Tae adalah salah satu bentuk

komunikasi sosial pada masyarakat Luwu berbentuk verbal yang melibatkan penutur dan

petutur di Luwu. Bahasa Tae sebagai suatu bentuk komunikasi verbal itu pada umumnya

memakai seperangkat bentuk lingual dalam peristiwa tutur. Bentuk-bentuk penolakan

yang dipakai itu bersifat pilihan. Faktor-faktor yang melatari pemilihan itu adalah pihak

yang disapa, situasi, serta faktor-faktor nonlingual seperti gelengan kepala, gerakan

tangan, dan diam saja. Oleh karena bentuk-bentuk itu muncul dalam interaksi dan konteks

sosial, maka bahasa penolakan merupakan fenomena sosiolinguistik dan berhubungan

dengan faktor-faktor di luar bahasa.

Penelitian terhadap ragam bahasa Tae di lingkungan masyarakat di Kabupaten Luwu

ini sangat penting. Dengan mengetahui bentuk-bentuk ragam bahasa Tae yang digunakan

masyarakat di kabupaten Luwu diharapkan akan terjadi tegur sapa yang harmonis dalam

hidup bermasyarakat karena bahasa Tae juga merupakan salah satu hak dalam masyarakat

yang demokratis dalam berkomunikasi verbal sesama penutur bahasa Tae. Penelitian

ragam bahasa Tae juga sangat penting jikalau dihubungkan dengan situasi,

perkembangan, dan pengembangan bahasa dan ilmu bahasa di Indonesia baik masa kini

maupun masa akan datang. Keterkaitan pengembangan bahasa nasional dan bahasa

daerah, khususnya bahasa Tae dialek Luwu, hasil penelitian ini mengandung manfaat

tersendiri. Sebagaimana diketahui, informasi tentang segi-segi kemasyarakatan bahasa

Tae dialek Luwu khususnya ragam bentuk-bentuk bahasa Tae itu merupakan tanda adanya

peranan bahasa bahasa tae dialek Luwu bagi masyarakat penuturnya. Di sisi lain, jaringan

komunikasi masyarakat penutur bahasa Tae dialek Luwu antara lain diperankan pula oleh

ragam bentuk-bentuk bahasa Tae itu menunjukkan pula makna dan nilai kemasyarakatan

bahasa Tae dialek Luwu di tengah-tengah masyarakat dan kebudayaan setempat.

Informasi yang begitu penting sudah tentu menjadi salah satu masukan penting dalam

rangka pengembangan bahasa nasional dan bahasa daerah (Badudu, 1993:5-6). Lebih jauh

lagi mengenai pengembangan aspek sosial bahasa nasional dan bahasa daerah dalam

kaitannya dengan kedudukan dan fungsi masing-masing. Sebab, sebagaimana diketahui,

deskripsi tentang pola ragam bahasa Tae di lingkungan masyarakat ini ikut memberikan

gambaran tentang sistem pola budaya bahasa dan berbahasa yang berhubungan pula

dengan sistem dan struktur masyarakat penuturnya, dalam konteks tata nilai budaya

masyarakat di Luwu. Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih jauh tentang segi-segi

kemasyarakatan bahasa Tae dialek Luwu, maka dipandang perlu untuk melakukan suatu

penelitian dengan judul "Ragam Bahasa Tae pada Masyarakat Kabupaten Luwu (Tinjauan

Sosiolinguistik).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian kualiitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian

yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah di mana peneliti merupakan

instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Bagaimana memahami ragam bahasa Tae yang terjadi

di masayarakat Luwu. Dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi

bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial

yang diinterpretasikan oleh setiap individu (Sukmadinata, 2005). Penelitian dilakukan

untuk memberi gambaran secara menyeluruh dan mendalam mengenai ragam bahasa

Tae. Hasil penelitian mengenai ragam bahasa Tae dengan mengkaji struktur sintaksis.

110 111

Page 3: RAGAM BAHASA TAE PADA MASYARAKAT KABUPATEN LUWU …

kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan kota Palopo, namun penelitian ini hanya

terfokus di kabupaten Luwu karena beberapa kabupaten ini memiliki dialek yang berbeda-

beda meskipun terdapat juga kesamaan yang banyak. Bahasa tae ini digunakan selaku

bahasa percakapan penduduk setempat, mulai dari selatan perbatasan dengan Buriko

Kabupaten Wajo sampai dengan daerah kabupaten Luwu Timur Malili serta Tana Toraja

dan Massenrempulu, menurut data Wikipedia penutur Bahasa Tae berjumlah 340.000

penutur. Rumpun bahasa Tae adalah rumpun Austronesia Malayo Polinesia, Sulawesi

Selatan. Bahasa Tae memiliki beberapa dialek Rongkong, Luwu Timur laut, Bone-bone,

Masamba, Bua dan memiliki kesamaan leksikal:82% atau lebih dari diantara dialek, 82%

dengan Toraja-Sa'dan (Wikipedia).

Dinamisasi kebudayaan serta perkembangannya tidak terlepas dari pengaruh

modernisasi yang sangat menonjol dan tantangan dalam mempertahankan eksistensi

kebudayaan lokal. Kini modernisasi telah mengancam eksistensi budaya lokal, termasuk

bahasa. Bahasa daerah semakin terpinggirkan oleh berbagai bahasa yang mempengaruhi

eksistensinya. Pengklasifikasian bahasa di Indonesia meliputi, bahasa Indonesia, bahasa

Daerah, dan bahasa Asing. Eksistensi bahasa daerah sudah mulai tergerus oleh pengaruh

bahasa luar, bahasa luar yang dimaksud adalah bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia

dan bahasa Asing yang secara struktural sudah mempengaruhi keoriginalan sebuah bahasa

daerah. Sosiolinguistik sangat berpengaruh dalam masalah ini. Sosiolinguistik lazim

didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta

hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu

masyarakat Kridalaksana dalam (Chaer 2014:3).

Uraian tersebut memberikan gambaran bahwa bahasa merupakan salah satu

kebutuhan utama manusia dalam bermasyarakat. Bahasa tidak terlepas dari sistem . sosial

budaya masyarakat (Siregar, 1988:3). Bahasa dapat dipandang sebagai suatu indikator

untuk menjelaskan hubungan antara bahasa dengan masyarakat. Lewat bahasa, suatu ide

atau gagasan dari individu disampaikan kepada individu lain dalam berinteraksi. Salah

satu bentuk interaksi dan komunikasi antar anggota masyarakat adalah pernyataan

penutur sesama penutur bahasa Tae di Luwu. Bahasa Tae adalah salah satu bentuk

komunikasi sosial pada masyarakat Luwu berbentuk verbal yang melibatkan penutur dan

petutur di Luwu. Bahasa Tae sebagai suatu bentuk komunikasi verbal itu pada umumnya

memakai seperangkat bentuk lingual dalam peristiwa tutur. Bentuk-bentuk penolakan

yang dipakai itu bersifat pilihan. Faktor-faktor yang melatari pemilihan itu adalah pihak

yang disapa, situasi, serta faktor-faktor nonlingual seperti gelengan kepala, gerakan

tangan, dan diam saja. Oleh karena bentuk-bentuk itu muncul dalam interaksi dan konteks

sosial, maka bahasa penolakan merupakan fenomena sosiolinguistik dan berhubungan

dengan faktor-faktor di luar bahasa.

Penelitian terhadap ragam bahasa Tae di lingkungan masyarakat di Kabupaten Luwu

ini sangat penting. Dengan mengetahui bentuk-bentuk ragam bahasa Tae yang digunakan

masyarakat di kabupaten Luwu diharapkan akan terjadi tegur sapa yang harmonis dalam

hidup bermasyarakat karena bahasa Tae juga merupakan salah satu hak dalam masyarakat

yang demokratis dalam berkomunikasi verbal sesama penutur bahasa Tae. Penelitian

ragam bahasa Tae juga sangat penting jikalau dihubungkan dengan situasi,

perkembangan, dan pengembangan bahasa dan ilmu bahasa di Indonesia baik masa kini

maupun masa akan datang. Keterkaitan pengembangan bahasa nasional dan bahasa

daerah, khususnya bahasa Tae dialek Luwu, hasil penelitian ini mengandung manfaat

tersendiri. Sebagaimana diketahui, informasi tentang segi-segi kemasyarakatan bahasa

Tae dialek Luwu khususnya ragam bentuk-bentuk bahasa Tae itu merupakan tanda adanya

peranan bahasa bahasa tae dialek Luwu bagi masyarakat penuturnya. Di sisi lain, jaringan

komunikasi masyarakat penutur bahasa Tae dialek Luwu antara lain diperankan pula oleh

ragam bentuk-bentuk bahasa Tae itu menunjukkan pula makna dan nilai kemasyarakatan

bahasa Tae dialek Luwu di tengah-tengah masyarakat dan kebudayaan setempat.

Informasi yang begitu penting sudah tentu menjadi salah satu masukan penting dalam

rangka pengembangan bahasa nasional dan bahasa daerah (Badudu, 1993:5-6). Lebih jauh

lagi mengenai pengembangan aspek sosial bahasa nasional dan bahasa daerah dalam

kaitannya dengan kedudukan dan fungsi masing-masing. Sebab, sebagaimana diketahui,

deskripsi tentang pola ragam bahasa Tae di lingkungan masyarakat ini ikut memberikan

gambaran tentang sistem pola budaya bahasa dan berbahasa yang berhubungan pula

dengan sistem dan struktur masyarakat penuturnya, dalam konteks tata nilai budaya

masyarakat di Luwu. Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih jauh tentang segi-segi

kemasyarakatan bahasa Tae dialek Luwu, maka dipandang perlu untuk melakukan suatu

penelitian dengan judul "Ragam Bahasa Tae pada Masyarakat Kabupaten Luwu (Tinjauan

Sosiolinguistik).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian kualiitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian

yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah di mana peneliti merupakan

instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Bagaimana memahami ragam bahasa Tae yang terjadi

di masayarakat Luwu. Dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi

bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial

yang diinterpretasikan oleh setiap individu (Sukmadinata, 2005). Penelitian dilakukan

untuk memberi gambaran secara menyeluruh dan mendalam mengenai ragam bahasa

Tae. Hasil penelitian mengenai ragam bahasa Tae dengan mengkaji struktur sintaksis.

110 111

Page 4: RAGAM BAHASA TAE PADA MASYARAKAT KABUPATEN LUWU …

TEMUAN DAN DISKUSI

Sintaksis adalah tata bahasa yang hubungan antarkata dalam tuturan sama halnya

dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam kata

unsur bahasa yang ada dalam sintaksis adalah frase, klausa, dan kalimat. Adapun ragam

bahasa Tae yakni:

Ragam Bahasa Intim (akrab)

Ragam akrab atau intim adalah ragam bahasa antaranggota yang akrab dalam

keluarga dan teman-teman. Bentuk-bentuk bahasa yang dipakai sangat minim. Karena

sering diganti dengan bentuk lain seperti gerak mimik, alis, gerak bahu, dan ekspresi lain.

Berdasarkan hal tersebut ditemukan ragam bahasa intim (akrab) pada masyarakat Luwu.

Lamanjo ko raka lako tempe sammuane?

Mau ko pergi sawah saudara

Apakah kamu mau pergi sawah saudara?

Pada situasi percakapan ini adalah dua orang sebaya yang dengan keakrabannya

sehingga tidak lagi memerhatikan nilai-nilai kesopanan dalam bertutur sehingga tidak

menggunakan kata yang sopan. Si A ingin mengajak si B pergi ke sawah dengan pola

kalimat Tanya. Masiang pi to lako pangempang. Besok pi pergi ke empang. Kita pergi besok ke empang

Pada kalimat ini juga teman sebaya di mana memberi saran agar besok saja mereka

pergi empang mungkin karena ada alas an lain sehingga meminta kepada temannya agar

besok saja ia berangkat. Tae raka mubela jamai te motoroku? Tidak bisa ka mukerja motorku? Anda bisa kerja motorku?

Kalimat pertanyaan yang dinyatakan oleh orang yang ingin memperbaiki motornya

tapi secara halus tanpa memaksa si lawan tutur.Anjo ko kade banuanna bapa na tambai ko ngena! Pergi ko rumahnya bapak ada panggilannya tadi! Pergi ke rumah bapak karena ada panggilannya!

Tuturan ini disampaikan oleh seseorang yang bersaudara, tetapi dia sudah memiliki rumah sendiri dan disuruh oleh bapaknya untuk pergi kerumahnya, jenis kalimat ini adalah kalimat perintah.

Kupurai maro mo dikka to bene, sola. Kusuka sekali mi itu perempuan, teman Saya sangat suka perempuan itu, kawan.

Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang menyampaikan curahan hatinya,

namun disampaikan kepada temannya bukan kepada perempuan itu. Sammai pa tu najaka ko kakammu. Kemarin pi itu nacari ko kaka mu. Sejak kemarin dicari oleh kakak.

Tuturan ini diucapkan oleh seorang teman yang mendapat pesan dari kakak

temannya, lalu disampaikan setelah ia bertemu dengan temannya.

Ragam Bahasa Penolakan

Ragam bahasa penolakan adalah kalimat yang digunakan untuk menyampaikan

ketidaksetujuan atau penolakan terhadap suatu ide, gagasan, keputusan, atau pendapat

orang lain. Tae ku morai manjo lako pasa'. Tidak bisa ka pergi pasar. Saya tidak pergi ke pasar.

Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang diajak pergi ke pasar oleh

temannya, namun dia menolak untuk pergi.Laku pake duka to motoro. Mau ka juga pakai motorku. Saya juga pakai motorku.

Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang dimintai persetujuan atas

kendaraan, namun ia menolak karena ia juga mau pakai motornya. Tae kubela dikka masaki'na. Tidak bisa ka karena sakit ka. Saya tidak pergi karena sakit.

Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang diajak pergi, namun menolak

dengan alasan sakit.Tae duka kubela manjo appa deng pura laku jama indei banua. Tidak bisa ka juga pergi karena ada juga saya kerja di rumah. Saya tidak bisa pergi karena ada pekerjaan di rumah.

Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang diajak, namun ia menolak dengan

alasan ada hal yang ingin dikerjakan dirumahnya. Tae ku bela sammuane. Tidak bisa ka saudara. Saya tidak bisa saudara.

Tuturan ini dituturkan oleh seseorang teman yang sedang diajak oleh temannya

tetapi dia menolak dengan tidak beralasan. Tae ku bela manjo appa tae doi ku. Tidak bisa ka karena tidak ada uangku. Saya tidak bisa karena tidak ada uangku.

112 113

Page 5: RAGAM BAHASA TAE PADA MASYARAKAT KABUPATEN LUWU …

TEMUAN DAN DISKUSI

Sintaksis adalah tata bahasa yang hubungan antarkata dalam tuturan sama halnya

dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam kata

unsur bahasa yang ada dalam sintaksis adalah frase, klausa, dan kalimat. Adapun ragam

bahasa Tae yakni:

Ragam Bahasa Intim (akrab)

Ragam akrab atau intim adalah ragam bahasa antaranggota yang akrab dalam

keluarga dan teman-teman. Bentuk-bentuk bahasa yang dipakai sangat minim. Karena

sering diganti dengan bentuk lain seperti gerak mimik, alis, gerak bahu, dan ekspresi lain.

Berdasarkan hal tersebut ditemukan ragam bahasa intim (akrab) pada masyarakat Luwu.

Lamanjo ko raka lako tempe sammuane?

Mau ko pergi sawah saudara

Apakah kamu mau pergi sawah saudara?

Pada situasi percakapan ini adalah dua orang sebaya yang dengan keakrabannya

sehingga tidak lagi memerhatikan nilai-nilai kesopanan dalam bertutur sehingga tidak

menggunakan kata yang sopan. Si A ingin mengajak si B pergi ke sawah dengan pola

kalimat Tanya. Masiang pi to lako pangempang. Besok pi pergi ke empang. Kita pergi besok ke empang

Pada kalimat ini juga teman sebaya di mana memberi saran agar besok saja mereka

pergi empang mungkin karena ada alas an lain sehingga meminta kepada temannya agar

besok saja ia berangkat. Tae raka mubela jamai te motoroku? Tidak bisa ka mukerja motorku? Anda bisa kerja motorku?

Kalimat pertanyaan yang dinyatakan oleh orang yang ingin memperbaiki motornya

tapi secara halus tanpa memaksa si lawan tutur.Anjo ko kade banuanna bapa na tambai ko ngena! Pergi ko rumahnya bapak ada panggilannya tadi! Pergi ke rumah bapak karena ada panggilannya!

Tuturan ini disampaikan oleh seseorang yang bersaudara, tetapi dia sudah memiliki rumah sendiri dan disuruh oleh bapaknya untuk pergi kerumahnya, jenis kalimat ini adalah kalimat perintah.

Kupurai maro mo dikka to bene, sola. Kusuka sekali mi itu perempuan, teman Saya sangat suka perempuan itu, kawan.

Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang menyampaikan curahan hatinya,

namun disampaikan kepada temannya bukan kepada perempuan itu. Sammai pa tu najaka ko kakammu. Kemarin pi itu nacari ko kaka mu. Sejak kemarin dicari oleh kakak.

Tuturan ini diucapkan oleh seorang teman yang mendapat pesan dari kakak

temannya, lalu disampaikan setelah ia bertemu dengan temannya.

Ragam Bahasa Penolakan

Ragam bahasa penolakan adalah kalimat yang digunakan untuk menyampaikan

ketidaksetujuan atau penolakan terhadap suatu ide, gagasan, keputusan, atau pendapat

orang lain. Tae ku morai manjo lako pasa'. Tidak bisa ka pergi pasar. Saya tidak pergi ke pasar.

Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang diajak pergi ke pasar oleh

temannya, namun dia menolak untuk pergi.Laku pake duka to motoro. Mau ka juga pakai motorku. Saya juga pakai motorku.

Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang dimintai persetujuan atas

kendaraan, namun ia menolak karena ia juga mau pakai motornya. Tae kubela dikka masaki'na. Tidak bisa ka karena sakit ka. Saya tidak pergi karena sakit.

Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang diajak pergi, namun menolak

dengan alasan sakit.Tae duka kubela manjo appa deng pura laku jama indei banua. Tidak bisa ka juga pergi karena ada juga saya kerja di rumah. Saya tidak bisa pergi karena ada pekerjaan di rumah.

Tuturan ini dituturkan oleh orang yang sedang diajak, namun ia menolak dengan

alasan ada hal yang ingin dikerjakan dirumahnya. Tae ku bela sammuane. Tidak bisa ka saudara. Saya tidak bisa saudara.

Tuturan ini dituturkan oleh seseorang teman yang sedang diajak oleh temannya

tetapi dia menolak dengan tidak beralasan. Tae ku bela manjo appa tae doi ku. Tidak bisa ka karena tidak ada uangku. Saya tidak bisa karena tidak ada uangku.

112 113

Page 6: RAGAM BAHASA TAE PADA MASYARAKAT KABUPATEN LUWU …

Tuturan ini disampaikan oleh orang yang sedang diajak ke suatu tempat namun

menolak karena tidak memiliki uang.

Ragam Bahasa Ditinjau dari Kelas Sosial

Ragam bahasa ditinjau dari kelas sosial mengacu pada golongan masyarakat yang

memunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan,

pendidikan, kedudukan, kasta, dan sebagainya. (Sumarsono, 2013: 43) Natambaiki lako banuanna, Opu. Napanggilki ke rumahnya, Opu. Ada panggilan ke rumah, opu.

Tuturan ini disampaikan oleh dua orang yang sedang diajak oleh Opu untuk datang ke

rumahnya. Opu dalam perspektif masyarakat Luwu adalah golongan sosial yang tinggi,

berdasarkan kasta, gelar Opu adalah keturunan keluarga kerajaan. To lako banuanna pak guru pura. Pergi ke rumahnya pak guru nanti. Pergi ke rumah pak guru nanti.

Tuturan ini dituturkan oleh dua orang siswa yang ingin ke rumah gurunya. Dapat

dilihat dari status sosial seorang guru yang didatangi oleh siswa dirumahnya. Deng ngena penyampaianna punggawa to la rapa' jio kantor Bupati. Ada tadi penyampaian dari Bupati karena ada rapat di kantor Bupati. Ada penyampaian oleh Bupati tentang rapat di kantor Bupati.

Tuturan ini dituturkan oleh masyarakat yang diundang oleh Bupati mengenai

undangan rapat di kantor Bupati. Dilihat dari status sosial Bupati yang sangat terhormat

mengundang masyarakat untuk menghadiri rapat.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung. Angkasa.

Arikumto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

Chaer dan Agustina. 1995. Sosiolinguistik. Perkenalan awal. Rineka Cipta. Jakarta.

Kern. R.A. 1993. I La Galigo. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Kartomiharjo, Suseno. 1993, Penggunaan bahasa dalam Masyarakat bentuk Bahasa

Penolakan. Masyarakat Linguistik Indonesia.

Mbete, dkk. 1985. Sosiolinguistik. Bandung. Angkasa.

Moleang, Lexy, J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosda Karya

Nababan, P. W. J. 1993. Sosiolinguistik suatu Pengantar. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Angkasa. Bandung.

AbstractThe reality that teachers face in general is the motivation of students to write is still

low, especially writing poetry. The suggestion of imagination provides a stimulus for the development of the students' imagination through forms of suggestion given, whether in the form of songs or other suggestions. This study discusses the problem is whether there is a significant difference between the ability to write poetry between students who get the learning model using the model of the imagination of students' imagination by not getting learning using model model of imagination suggestion? The purpose of this study is to obtain empirical data whether or not there is a significant difference between students who obtained learning model model using the imagination of students' imagination by not getting learning using model model of imagination suggestion. The design of this study using this research including the type of experiment. Test of instrument test in this research is done by using internal and external validity test. Internal validity includes content validity and construction validity. Content validity is done by adjusting the learning aspect of poetry writing which will be assessed with the subject matter delivered based on the theoretical basis and basic competence required. The subject of this research is the students of class X SMK Widya Praja Semarang Regency. The model treatment of imagination suggestion in learning to write poetry is done through preliminary activities, core, follow-up, and reflection. The ability to write poetry on the aspect of the accuracy of word selection or diction, topics, and the message, has met the good category. Through imaginative suggestion models, students are invited to play imagine themselves things close to them, as well as analyze, conclude, and discover concepts.

Keywords: model of imagination suggestion, learning to write poetry.

AbstrakRealita yang dihadapi guru pada umumya adalah motivasi peserta didik untuk

menulis masih rendah, khususnya menulis puisi. Sugesti imajinasi memberikan rangsangan perkembangan imajinasi siswa melalui bentuk-bentuk sugesti yang diberikan, baik berupa lagu ataupun sugesti lainnya. Penelitian ini membahas masalah yaitu apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis puisi antara siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model model sugesti imajinasi siswa dengan tidak memperoleh pembelajaran menggunakan model model sugesti imajinasi? Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mendapatkan data empiris ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model model sugesti imajinasi siswa dengan tidak memperoleh pembelajaran menggunakan model model sugesti imajinasi. Desain penelitian ini menggunakan Penelitian ini termasuk jenis eksperimen. Uji tes instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji

PERLAKUAN MODEL SUGESTI IMAJINASI PADA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

SISWA SMK WIDYA PRAJA KABUPATEN SEMARANG

Azzah Nayla Universitas PGRI Semarang

[email protected]

114 115