hasil pemeriksaan laporan keuangan badan …efront.site90.net/bnn/new drugist/lap keu bnn...

46
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL TAHUN 2004 DALAM RANGKA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2004 Nomor : 02/XI/9/2005 Tanggal : 5 September 2005

Upload: tranthu

Post on 01-Feb-2018

234 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL TAHUN 2004

DALAM RANGKA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2004 Nomor : 02/XI/9/2005 Tanggal : 5 September 2005

Page 2: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL TAHUN 2004

DALAM RANGKA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2004 Nomor : 02/XI/9/2005 Tanggal : 5 September 2005 Jl. Gatot Subroto No. 31 Jakarta Pusat 10210 Telp/Fax. : (021) 573-8725 Website : www.bpk.go.id

Page 3: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

i

DAFTAR ISI

Hal Daftar Isi i Resume Hasil Pemeriksaan 1 BAB I Gambaran Umum 4 1.1 Dasar Hukum 4 1.2 Tujuan Pemeriksaan 4 1.3 Sasaran Pemeriksaan 4 1.4 Metode Pemeriksaan 4 1.5 Jangka Waktu Pemeriksaan 6 1.6 Obyek Pemeriksaan 6 1.7 Akun-akun Terkait 6 1.8 Batasan Pemeriksaan 6 BAB II Temuan Pemeriksaan 10 2.1 Sistem Pengendalian Intern 10 2.1.1 Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi pejabat/pelaksana Unit

Akuntansi Kantor/Proyek dan Unit Akuntansi Kantor Pusat/Instansi Badan Narkotika Nasional belum dibentuk sesuai ketentuan.

13

2.1.2 Kegiatan Pembukuan, Inventarisasi dan Pelaporan Barang Milik Kekayaan (aset) Badan Narkotika Nasional belum dilaksanakan.

15

2.1.3 Unit Pengawasan tidak ada dalam Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional.

17

2.2 Ketidakpatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan 18 2.2.1 Terdapat kekurangan pertanggungjawaban realisasi anggaran

belanja TA.2004 Badan Narkotika Nasional sebesar Rp2.440.306.354,- dan pencairan anggaran belanja secara formalitas sebesar Rp365.000.000,-

18

2.2.2 Terdapat pengiriman susulan 2 unit @ 5 pk AC Split Doc yang tidak terpasang senilai Rp98.300.000,-

24

2.2.3 Pembuatan dan pemanfaatan film layar lebar ‘Gerbang 13’ produksi Badan Narkotika Nasional senilai Rp5.470.000.000,- berlarut-larut.

27

2.2.4 Pendapatan dari BKS Parmadi Siwi Tahun 2004 dan Tahun 2005 (s.d. bulan Juni 2005) sebesar Rp1.681.950.508,- belum ditetapkan sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak.

30

2.2.5 Barang-barang milik BNN yang dipindahkan dari gedung Graha Pemuda ke gedung baru tidak jelas keberadaannya.

32

2.2.6 Pelaksanaan hibah barang inventaris BNN belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

36

2.2.7 Aset milik BNN hasil pengadaan proyek-proyek Tahun 2004 sebesar Rp52.223.434.650,- yang diserahkan kepada instansi atau pihak ketiga status kepemilikannya menjadi tidak jelas.

38

2.3 Hasil Pengujian Substantif 42

Page 4: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

1

RESUME HASIL PEMERIKSAAN

Undang-undang Nomor 28 tahun 2003 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) Tahun Anggaran 2004 pasal 17 ayat (1) menyatakan bahwa setelah

Tahun Anggaran 2004 berakhir, Pemerintah menyusun pertanggungjawaban atas

pelaksanaan APBN. Pertanggungjawaban tersebut berbentuk suatu laporan keuangan

yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas

dan Catatan atas Laporan Keuangan. Selain itu Pemerintah bertanggungjawab untuk

menyusun Laporan Keuangan sesuai standar akuntansi pemerintah, menerapkan

sistem pengendalian intern yang memadai, dan mematuhi peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI) bertugas untuk

memeriksa pertanggungjawaban pemerintah tersebut sebelum disampaikan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat.

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Badan Narkotika Nasional merupakan dukungan

atas Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. Opini hanya diberikan

atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

atas Laporan Keuangan Badan Narkotika Nasional. BPK-RI melaksanakan

pemeriksaan berdasarkan Standar Audit Pemerintahan.

Laporan Realisasi Anggaran Badan Narkotika Nasional Tahun Anggaran 2004 yang

disampaikan kepada BPK-RI menunjukkan realisasi Pendapatan Negara dan Hibah

sebesar Rp168.938.202,- diatas penerimaan yang diestimasikan sebesar Rp0,-.

Sedangkan realisasi Belanja adalah sebesar Rp152.422.162.544,- di bawah anggaran

sebesar Rp15.726.366.456 atau 90,65% dari anggaran yang ditetapkan sebesar

Rp168.148.529.000,-. Sedangkan Neraca per 31 Desember 2004 menunjukkan total

Aset sebesar Rp211.424.390.512,-, total Kewajiban dan Ekuitas Dana per tanggal

yang sama menunjukkan jumlah masing-masing Rp178.447.400,- dan

Rp211.245.943.112,-.

Dari hasil pemeriksaan, terdapat permasalahan yang menurut pendapat kami

merupakan kondisi yang perlu dilaporkan, yaitu:

a. Pengendalian intern:

1) Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi pejabat/pelaksana Unit Akuntansi

Kantor/Proyek dan Unit Akuntansi Kantor Pusat/Instansi Badan Narkotika

Nasional belum dibentuk sesuai ketentuan.

Page 5: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

2

2) Kegiatan Pembukuan, Inventarisasi dan Pelaporan Barang Milik Kekayaan

(aset) Badan Narkotika Nasional belum dilaksanakan.

3) Unit Pengawasan tidak ada dalam Struktur Organisasi Badan Narkotika

Nasional.

b. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan:

1. Terdapat kekurangan pertanggungjawaban realisasi anggaran belanja

T.A.2004 Badan Narkotika Nasional sebesar Rp2.440.306.354,- dan pencairan

anggaran belanja secara formalitas sebesar Rp365.000.000,- yang tidak jelas

penggunaannya.

2. Terdapat pengiriman susulan 2 unit @ 5 pk AC Split Doc yang tidak terpasang

senilai Rp98.300.000,-

3. Pembuatan dan pemanfaatan film layar lebar ‘Gerbang 13’ produksi Badan

Narkotika Nasional senilai Rp5.470.000.000,- berlarut-larut.

4. Pendapatan dari BKS Parmadi Siwi Tahun 2004 dan Tahun 2005 (s.d. bulan

Juni 2005) sebesar Rp1.681.950.508,- belum ditetapkan sebagai Penerimaan

Negara Bukan Pajak.

5. Barang-barang milik BNN yang dipindahkan dari gedung Graha Pemuda ke

gedung baru tidak jelas keberadaannya.

6. Pelaksanaan hibah barang inventaris BNN belum sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

7. Aset milik BNN hasil pengadaan proyek-proyek Tahun 2004 sebesar

Rp52.223.434.650,- yang diserahkan kepada instansi atau pihak ketiga status

kepemilikannya menjadi tidak jelas.

c. Hasil Pengujian Substantif:

1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dalam Laporan Realisasi Anggaran

BNN dicatat sebesar Rp168.938.202,- yang seharusnya sebesar

Rp280.021.802.-. Selisih kurang sebesar Rp111.083.600,- tersebut merupakan

penerimaan denda keterlambatan pengadaan lift, pemadam kebakaran dan AC

dari Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Pusat T&R TA.2003 yang telah

disetor tapi belum tercatat dalam Laporan Realisasi Anggaran.

Page 6: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

3

2. Saldo Kas di Bendahara Pembayar sebesar Rp 177.097.000.- merupakan saldo

penerimaan UYHD Bendahara Proyek Peningkatan Kapasitas SDM yang

belum disetor ke Kas Negara sampai saat pemeriksaan. Saldo tersebut bukan

dalam bentuk uang tapi sudah di SPP-kan, namun pengajuan SPM-nya ditolak

oleh KPPN karena saldo MAK-nya (MAK.5960) tergeser ke MAK lain

(MAK.5920). Penggeseran tersebut bukan atas permintaan BNN.

3. Saldo Aset Tetap sebesar Rp211.245.943.112,- tidak dapat diuji kebenaran dan

keberadaannya, karena administrasi pencatatan dan pelaporan aset tetap BNN

belum diselenggarakan.

Mengingat kelemahan-kelemahan yang ada dalam pengendalian intern, serta

kelemahan-kelemahan lainnya, maka BPK-RI menyarankan kepada Kepala Pelaksana

Harian Badan Narkotika Nasional untuk melakukan langkah-langkah perbaikan dan

tindak lanjutnya sebagaimana terinci dalam laporan ini.

Jakarta, 5 September 2005

Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia

Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Drs. Yulindra Trikusumo Nugroho N.I.P.240001935

Page 7: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

4

BAB I GAMBARAN UMUM

1.1. Dasar Hukum

a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

b. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

1.2. Tujuan Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan adalah untuk mendukung pelaksanaan pemeriksaan atas

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2004. Sedangkan tujuan

pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat adalah untuk

memperoleh keyakinan yang memadai bahwa Laporan Keuangan Pemerintah

Pusat Tahun 2004 bebas dari salah saji yang material dan secara wajar

menggambarkan posisi keuangan pemerintah per 31 Desember 2004 sesuai

dengan Standar Akuntansi Pemerintah yang berlaku. Pemeriksaan ini juga

dilaksanakan untuk menguji efektivitas pengendalian intern serta kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.3. Sasaran Pemeriksaan

a. Pengendalian intern atas penyusunan laporan keuangan dan atas

pengamanan aktiva, termasuk penggunaan sistem yang berbasis komputer.

b. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

c. Segmen Laporan Keuangan dan informasi keuangan instansi yang terdiri

dari akun-akun di neraca dan Laporan Realisasi Anggaran

1.4. Metode Pemeriksaan

Kami melaksanakan pemeriksaan berdasarkan standar audit pemerintahan yang

ditetapkan oleh BPK-RI. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan

dan melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan yang memadai

bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material. Suatu audit

meliputi pemeriksaan, melalui pengujian atas bukti-bukti yang mendukung

angka-angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi

penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang

Page 8: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

5

dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan

secara keseluruhan.

Metode pemeriksaan kami adalah pendekatan atas dasar resiko, yang dirancang

untuk menemukan kesalahan dan penyimpangan informasi atas laporan

keuangan dengan menelaah operasional instansi. Kegiatan pemeriksaan dimulai

dengan melakukan penelaahan kegiatan operasi yang akan menentukan area

resiko penting yang seharusnya menjadi fokus pemeriksaan untuk meyakinkan

pencatatan yang memadai di laporan keuangan.

Dalam menganalisa proses akuntansi dan pelaporan instansi, kami telah

melakukan prosedur-prosedur di bawah ini:

a. Memahami sistem akuntansi dan pelaporan yang dipakai dan diterapkan oleh

instansi saat ini, termasuk pengendalian intern yang diterapkan serta proses

pengujian yang dilakukan dalam penerapan prinsip-prinsip akuntansi untuk

pencatatan transaksi.

b. Menganalisa proses akuntansi dan pelaporan instansi, termasuk

pengendalian utama yang diterapkan untuk mengurangi resiko salah saji dan

kesalahan yang disengaja.

c. Menelaah kecukupan pengendalian intern yang berhubungan dengan sistem

akuntansi dan pelaporan.

d. Menganalisa penerapan proses akuntansi dan pelaporan instansi, termasuk

efektivitas pengendalian intern yang digunakan.

e. Menelaah keakuratan, kelengkapan, keberadaan, penilaian, pisah batas,

kepemilikan, penyajian dan pengungkapan laporan keuangan yang

dihasilkan oleh sistem akuntansi dan pelaporan.

Program pemeriksaan kami juga mencakup pengujian pengendalian, prosedur

analitis, dan pengujian substantif. Pengujian pengendalian dilakukan untuk

menilai efektivitas pengendalian oleh instansi. Apabila pemeriksa

mempertimbangkan bahwa pengendalian tersebut efektif, maka pemeriksa

melakukan uji lapangan (walkthrough) untuk menentukan resiko pengendalian.

Hasil pengujian pengendalian tersebut akan mempengaruhi kedalaman

pengujian substantif yang akan dilakukan. Semakin efektif pengendalian,

pengujian substantif semakin terbatas.

Page 9: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

6

1.5. Jangka Waktu Pemeriksaan

Pemeriksaan dilaksanakan dimulai tanggal 16 Juni 2005 dan berakhir pada

tanggal 13 Juli 2005.

1.6. Obyek Pemeriksaan

Obyek pemeriksaan adalah Laporan Keuangan Badan Narkotika Nasional Tahun

2004 yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas

Laporan Keuangan dan telah disampaikan kepada Menteri Keuangan dengan

Surat Pengantar dari SesLakhar BNN pada bulan April 2005.

Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca dimaksud, disajikan pada bagian

terakhir Bab I laporan ini.

1.7. Akun-akun Terkait

Pengujian substantif dilaksanakan atas akun-akun sebagai berikut:

1.7.1 Akun-akun Neraca

a. Kas di Bendahara Penerima

b. Aset Tetap

c. Kewajiban Jangka Pendek

d. Diinvestasikan Dalam Aset Tetap

1.7.2 Akun-akun Laporan Realisasi Anggaran

a. Penerimaan negara bukan pajak

b. Belanja Rutin

c. Belanja Pembangunan

1.8. Keterbatasan Pemeriksaan

Semua informasi yang disajikan dalam laporan keuangan merupakan tanggung

jawab manajemen. Data tersebut disajikan kepada kami oleh staf dan

manajemen Badan Narkotika Nasional. Untuk kepentingan pembuatan laporan

ini, kami berdasar pada data tersebut. Selama pemeriksaan, kami beranggapan

bahwa manajemen menyediakan data dan informasi yang benar dan tidak

menyembunyikan informasi yang material untuk pemeriksaan, oleh karena itu,

kami tidak bertanggung jawab terhadap salah interpretasi dan kemungkinan

pengaruh atas informasi yang tidak diberikan baik yang sengaja maupun tidak

oleh manajemen.

Page 10: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

7

Pemeriksaan yang kami lakukan tidak ditujukan untuk menemukan kesalahan

atau penyimpangan. Walaupun demikian, jika dari hasil pemeriksaan ditemukan

penyimpangan, akan kami ungkapkan. Pemeriksaan kami meliputi prosedur-

prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam

mendeteksi adanya kesalahan dan salah saji yang berpengaruh material terhadap

laporan keuangan.

Dalam melaksanakan pemeriksaan, kami juga menyadari kemungkinan adanya

perbuatan-perbuatan melanggar hukum yang timbul. Namun harus diakui bahwa

pemeriksaan kami tidak memberikan jaminan bahwa tindakan melanggar hukum

akan terdeteksi dan hanya memberikan jaminan yang wajar bahwa tindakan

melanggar hukum yang berpengaruh secara langsung dan material terhadap

angka-angka dalam laporan keuangan akan terdeteksi. Kami akan

menginformasikan bila ada perbuatan-perbuatan melanggar hukum atau

kesalahan/penyimpangan material yang mungkin kami temukan selama

pemeriksaan.

Dalam melaksanakan pengujian kepatuhan atas perundang-undangan, kami

hanya menguji kepatuhan instansi atas peraturan perundang-undangan yang

terkait langsung dengan penyusunan laporan keuangan. Hal ini tidak menutup

kemungkinan bahwa masih terdapat ketidakpatuhan pada peraturan yang tidak

teridentifikasi.

Page 11: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

8

NERACA (UNAUDITED) BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PER 31 DESEMBER 2004 (dalam rupiah)

Nama Perkiraan Jumlah

1 2 ASET

Aset Lancar - Kas Di Bendahara Pembayar

178.447.400

Jumlah Aset Lancar 178.447.400Aset Tetap - Peralatan dan Mesin - Gedung dan Bangunan - Aset Tetap Lainnya - Konstruksi Dalam Pengerjaan

132.137.296.20014.648.763.05149.211.740.86115.248.143.000

Jumlah Aset Tetap 211.245.943.112JUMLAH ASET 211.424.390.512

KEWAJIBAN Kewajiban Jangka Pendek - Uang muka dari KPKN 178.447.400Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 178.447.400

JUMLAH KEWAJIBAN 178.447.400EKUITAS DANA

Ekuitas Dana Investasi - Diinvestasikan dalam Aset Tetap 211.245.943.112Jumlah Ekuitas Dana Investasi 211.245.943.112

JUMLAH EKUITAS DANA 211.245.943.112JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 211.424.390.512

Page 12: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

9

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2004

No. URAIAN ANGGARAN (Rp)

REALISASI (Rp)

REALISASI DIATAS

(DIBAWAH) ANGGARAN

1 2 3 4 5 A. Pendapatan Negara dan Hibah

1. Penerimaan Dalam Negeri a. Penerimaan Perpajakan b. Penerimaan Negara Bukan

Pajak 2. Hibah

0

00

0

168.938.202 0

0

168.938.2020

Jumlah Pendapatan dan Hibah 0 168.938.202 168.938.202B. Belanja

1. Pengeluaran Rutin 2. Pengeluaran Pembangunan

a. Pembiayaan Rupiah b. Pembiayaan Proyek

31.148.529.000137.000.000.000137.000.000.000

0

16.613.771.787

135.808.390.757 135.808.390.757

0

(14.534.757.213)(1.191.609.243)(1.191.609.243)

0 Jumlah Belanja 168.148.529.000 152.422.162.544 (15.726.366.456)

Page 13: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

10

BAB II

TEMUAN PEMERIKSAAN

Hasil pengujian terhadap pengendalian intern, kepatuhan terhadap

perundang-undangan dan pengujian substantif, ditemukan beberapa hal yang perlu

mendapatkan perhatian sebagaimana dituangkan dalam paragraf-paragraf berikut ini.

2.1. SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Sesuai dengan ketentuan perundangan yang mewajibkannya, yaitu pasal 9

Undang-undang No.17 Tahun 2003, pasal 60 ayat (1) Keppres No.42 Tahun

2002 dan aturan pelaksanaannya pada pasal 10 dan 11 Keputusan Menteri

Keuangan No.12 Tahun 2003, yang mengatur bahwa setiap Kementerian

Negara/Lembaga Negara wajib menyelenggarakan pertanggungjawaban

penggunaan dana pada bagian anggaran yang dikuasainya berupa Laporan

Keuangan Kementerian/Lembaga yang dipimpinnya yang terdiri dari Laporan

Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan disertai

dengan Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibility) yang

kemudian disampaikan kepada Departemen Keuangan d.h.i. Badan Akuntansi

Keuangan Negara, sebagai bagian dari seluruh pelaksanaan anggaran pada

Kementerian/Lembaga yang diselenggarakan Menteri Keuangan untuk

Presiden mempertanggungjawabkannya kepada DPR (pasal 8 dan 30 ayat (2)

UU No.17 Tahun 2003), Ketua Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional

melalui Sekretaris Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional pada bulan

April 2005 telah menyampaikan Laporan Keuangan dimaksud.

Laporan Keuangan yang telah disampaikan Sekretaris Lakhar BNN kepada Ka

Bakun Departemen Keuangan tersebut disusun langsung dari kompilasi secara

manual laporan keuangan seluruh unit akuntansi kantor/proyek Badan

Narkotika Nasional yang terdiri dari 1 unit akuntansi kantor dan 8 unit

akuntansi proyek (termasuk didalamnya 4 unit akuntansi bagian proyek), tanpa

melalui unit akuntansi kewilayahan. Sampai saat ini, unit akuntansi

kewilayahan BNN tidak diselenggarakan karena BNN tidak mempunyai

instansi vertikal di daerah. Badan Narkotika Provinsi dan Kabupaten

(BNP/BNK) yang ada sekarang bukan bagian instansi vertikal BNN karena

Page 14: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

11

struktur organisasi maupun sistem keuangannya ada pada masing-masing

Provinsi/Kabupaten dengan BNN berfungsi sebagai koordinator

operasionalnya.

Unit-unit akuntansi Kantor/Proyek dimaksud adalah:

a. Unit Akuntansi Kantor.

Pelaksana unit akuntansi kantor ini berada pada Bendahara Rutin dan

Sekretaris Lakhar BNN sebagai atasan langsung bendahara yang ditunjuk

sesuai Surat Keputusan Kalakhar BNN No.Kep.02/III/2004 tanggal 5

Maret 2004 dan perubahannya sesuai Surat BNN kepada KPKN Jakarta III

tanggal 8 September 2004. Kegiatan unit akuntansi dimaksud meliputi

seluruh pelaksanaan belanja rutin BNN pada:

- Sekretariat Lakhar BNN yang terdiri dari Bagian Perencanaan, Bagian

Kepegawaian, Bagian Keuangan, Bagian Kerja Sama, Bagian Humas

dan Bagian Umum.

- Pusat Dukungan Pencegahan.

- Pusat Dukungan Penegakan Hukum.

- Pusat Laboratorium Terapi dan Rehabilitasi.

- Pusat Penelitian, Pengembangan dan Informasi.

- Koordinator Satgas I s.d VII.

b. Unit Akuntansi Proyek.

Proyek/Bagian Proyek TA.2004 Badan Narkotika Nasional meliputi:

- Proyek pencegahan dan pengawasan penyalahgunaan narkoba.

- Proyek rehabilitasi medik dan sosial, termasuk didalamnya bagian

proyek:

- Bagian Proyek peningkatan sarana dan prasarana pusat T&R

korban narkoba.

- Bagian Proyek penelitian dan pengembangan P4GN.

- Bagian Proyek pencegahan dan penyalahgunaan narkoba.

- Proyek promosi advokasi dan sosialisasi perilaku hidup sehat.

Page 15: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

12

- Proyek sistem informasi narkoba.

- Proyek operasional pengembangan pemeliharaan keamanan dan

ketertiban masyarakat, yang termasuk didalamnya bagian proyek:

- Bagian Proyek operasional satgas dalam pengembangan

pemeliharaan kamtibmas.

- Proyek pengadaan sarana dan prasarana kantor BNN.

- Proyek peningkatan kapasitas SDM.

- Proyek pengembangan kelembagaan berkelanjutan.

Pelaksana unit akuntansi proyek ini masing-masing berada pada Pimpro

dan Bendahara Proyek yang ditunjuk dengan Surat Keputusan Kalakhar

BNN No.01/III/2004 tanggal 5 Maret 2004 dan perubahannya sesuai surat

BNN kepada KPKN Jakarta III tanggal 10 Juni 2004, 8 September 2004

dan 28 September 2004. Kegiatan unit akuntansi proyek dimaksud

meliputi seluruh pelaksanaan anggaran pembangunan.

Seperti diketahui bahwa suatu laporan keuangan instansi, sesuai dengan

pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan No.337 Tahun 2003 tanggal 18 Juli

2003, merupakan produk dari sub sistem akuntansi pemerintah pusat

(SAPP) yaitu sistem akuntansi instansi. Dokumen-dokumen sumber atas

realisasi penggunaan anggaran belanja rutin/kantor maupun

pembangunan/proyek dan pendapatan instansi dalam suatu tahun anggaran

yaitu SSBP untuk pendapatan bukan pajak dan SPM untuk belanja

rutin/kantor dan pembangunan/proyek yang apabila telah dikumpulkan,

dikelompokkan per mata anggaran dan diinput dalam sistem akuntansi

instansi (SAI) akan menghasilkan pertanggungjawaban berupa Neraca dan

Laporan Realisasi Anggaran. Dengan sistem akuntansi double entry, baik

angaran rutin/kantor maupun pembangunan/proyek yang telah

direalisasikan dengan dibuktikan melalui SPM/SSBP akan tercermin

dalam sisi debet dan kredit Daftar Transaksi (Buku Besar) yang pada akhir

tahun anggaran akan menampilkan perkiraan-perkiraan LRA maupun

Neraca Percobaan. Kemudian setelah dilakukan penyesuaian/penutupan

akan menghasilkan Neraca pada posisi akhir tahun dan LRA tahun

anggaran berjalan.

Page 16: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

13

Dalam rangka mewujudkan suatu Laporan Keuangan (Neraca dan LRA) yang

bisa dipertanggungjawabkan, Menteri Keuangan dengan KMK No.337 tahun

2003 mensyaratkan adanya struktur organisasi, tugas dan fungsi

pejabat/pelaksana Sistem Akuntansi Instansi. Namun demikian struktur, tugas

dan tanggungjawab pejabat/petugas SAI dimaksud belum dibentuk.

Khusus untuk aset tetap yang tercantum dalam Neraca, seharusnya yang

terlihat pada akhir suatu tahun anggaran dalam sistem akuntansi instansi ini,

adalah gabungan saldo awal aset tetap dan belanja modal tahun berjalan yang

telah diklarifikasikan dengan LMBT hasil inventarisasi Barang Milik

Kekayaan BNN hasil dari Sistem Akuntansi Aktiva Tetap (SAAT) atau Sistem

Akuntansi BM/KN. Namun demikian, karena struktur organisasi, tugas dan

fungsi pejabat/pelaksana SAAT sampai saat ini juga belum ada, maka

inventarisasi saldo awal aset tetap dan penambahannya dari belanja modal

tahun 2004 belum ada. Sehingga pengendalian atas keberadaan aset dan

jumlah aset yang dikuasai BNN pada akhir tahun 2004 tidak bisa diuji

kebenarannya.

Demikian juga, pemantauan atas kegiatan pelaksanaan anggaran BNN belum

dapat dilaksanakan secara optimal karena unit pengawasan tidak ada dalam

struktur organisasi Badan Narkotika Nasional sesuai Surat Keputusan Ketua

BNN No.Kep/02/VI/2002/BNN tanggal 29 Juni 2002 dan perubahannya sesuai

Surat Keputusan Ketua BNN No.Kep/20/XII/2004/BNN tanggal 31 Desember

2004 tentang Organisasi dan tata kerja pelaksana harian Badan Narkotika

Nasional.

Uraian lebih lanjut atas permasalahan pengendalian intern tersebut adalah

sebagai berikut:

2.1.1 Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi pejabat/pelaksana Unit Akuntansi

Kantor/Proyek dan Unit Akuntansi Kantor Pusat/Instansi Badan

Narkotika Nasional belum dibentuk sesuai ketentuan.

Dalam rangka mewujudkan suatu Laporan Keuangan (Neraca dan LRA)

yang bisa dipertanggungjawabkan, Menteri Keuangan dengan KMK

No.337 tahun 2003 mensyaratkan adanya struktur organisasi, tugas dan

fungsi pejabat/pelaksana Sistem Akuntansi Instansi.

Page 17: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

14

Struktur organisasi dimaksud, sesuai dengan Pedoman Tata Cara

Pelaksanaan SAI yang diterbitkan BAKUN Dep Keu, seharusnya

minimal terdiri pejabat pelaksana SAI unit akuntansi kantor/proyek

(UAK/P) dan unit akuntansi kantor pusat/instansi (UAKP/I) yang

membawahi petugas administrasi, petugas akuntansi/verifikasi, dan

petugas perekaman data/komputer.

Dengan tidak adanya organisasi dan pembagian tugas dan fungsi

pejabat/petugas SAI, a.l. mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:

- Laporan Keuangan TA.2004 Badan Narkotika Nasional terlambat

disampaikan ke Badan Akuntansi Nasional Departemen Keuangan,

yang seharusnya sesuai keputusan Ka. Bakun No.Kep-16/Ak/2004

tanggal 24 Juni 2004 adalah tanggal 20 Maret 2005, baru

disampaikan bulan April 2005.

- Laporan keuangan TA.2004 Badan Narkotika Nasional disampaikan

tidak disertai dengan Pernyataan Tanggungjawab (Statement of

Responsibility) yang ditandatangani oleh pimpinan lembaga d.h.i.

Kalakhar BNN sesuai pasal 11 KMK No.337 Tahun 2003.

- Terjadi perangkapan tugas administrasi, verifikasi dan data entry

akuntansi proyek maupun rutin yang dibebankan kepada seorang

pegawai honorer BNN.

- Sebagian data sumber penerimaan PNBP (SSBP) belum dimasukkan

dalam sistem akuntansi.

- Sebagian laporan RTH, DT, Neraca Percobaan, LRA dan Neraca

proyek TA.2004 (proyek SDM) tidak dapat diakses/di print out

karena back up datanya rusak.

- SPM belanja modal rutin maupun proyek TA.2004 tidak

diadministrasikan pergolongan aset sehingga pencocokan nilai aset

dalam Neraca TA.2004 dengan SPM-nya mengalami kesulitan.

Page 18: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

15

Badan menyarankan kepada Kalakhar BNN, agar segera menetapkan

struktur organisasi, tugas dan fungsi pejabat SAI unit akuntansi

kantor/proyek, unit akuntansi kantor pusat/instansi dan unit pelaporan

BNN.

2.1.2 Kegiatan Pembukuan, Inventarisasi dan Pelaporan Barang Milik

Kekayaan (aset) Badan Narkotika Nasional belum dilaksanakan.

Untuk melaksanakan pembukuan, inventarisasi dan pelaporan BM/KN

diperlukan struktur organisasi, tugas dan fungsi pejabat/petugas BM/KN

tiap satuan kerja/proyek secara berjenjang. Setiap jenjang kepengurusan

BM/KM minimal harus ada:

a. Penanggungjawab

Penanggungjawab bertugas:

- Menunjuk dan menetapkan petugas akuntansi BM/KN.

- Menyiapkan rencana pelaksanaan sistem akuntansi BM/KN pada

tingkatan kepengurusannya.

- Mengusulkan dana untuk keperluan pelaksanaan Sistem

Akuntansi BM/KN.

- Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem akuntansi BM/KN

dilingkungannya.

- Menelaah dan menandatangani laporan kegiatan dan surat-surat

untuk pihak luar sehubungan dengan pelaksanaan sistem.

- Memantau dan mengevaluasi hasil kerja petugas pelaksana.

- Menelaah Buku Inventaris, dan menandatangani KIB, DIR dan

laporan BM/KN.

- Menerima BM/KN hasil pengadaan proyek/bagian proyek

dengan berita acara serah terima.

b. Petugas Akuntansi

Petugas Akuntansi BM/KN bertugas:

- Memelihara dokumen sumber dan mengarsipkan dokumen

akuntansi BM/KN.

- Melaksanakan opname fisik.

- Melakukan registrasi BM/KN.

- Merekam dokumen sumber.

Page 19: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

16

- Mencetak Registrasi Transaksi Harian (RTH).

- Memverifikasi RTH dengan dokumen sumber.

- Melakukan koreksi bila terdapat perbedaan antara dokumen

sumber dengan RTH.

- Memperbaiki rekaman berdasarkan hasil verifikasi.

- Melakukan proses tutup tahun pada setiap akhir tahun anggaran.

- Mencetak DIR, KIB, BI dan Laporan BM/KN.

- Mengirimkan ADK ke unit akuntansi keuangan setingkat dan unit

akuntansi BM/KN tingkat diatasnya dalam periode triwulanan

dan tahunan.

- Mengirimkan laporan BM/KN triwulanan dan tahunan ke unit

akuntansi diatasnya.

Semua kegiatan pembukuan dan pelaporan BM/KN tersebut diatas, yang

seharusnya diselenggarakan namun sampai saat ini belum dilaksanakan

oleh Badan Narkotika Nasional, walaupun sejak tahun 2003 berdasarkan

laporan tahunan BM/KN kementerian/lembaga yang diselenggarakan

oleh Bakun Departemen Keuangan nilai BM/KN BNN belum masuk

dalam daftar.

Dengan tidak diselenggarakannya pembukuan dan pelaporan BM/KN

tersebut, pengendalian aset yang dikuasai BNN dipertanyakan.

Disamping itu, fungsi laporan akuntansi BM/KN yang antara lain

digunakan untuk mengklarifikasi nilai aset dalam neraca tidak bisa

dilakukan, sehingga keberadaan atas aset yang tercantum dalam Neraca

TA.2004 BNN diragukan.

Pembukuan dan pelaporan Barang Milik/Kekayaan Negara (BM/KN)

yang seharusnya diselenggarakan kementerian/lembaga yang menguasai

anggaran bertujuan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan

sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan yang baik.

Badan menyarankan kepada Kalakhar BNN, agar segera melakukan

inventarisasi ulang kekayaan BNN dan segera membentuk struktur

organisasi, fungsi dan tugas pejabat BM/KN.

Page 20: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

17

2.1.3 Unit Pengawasan tidak ada dalam Struktur Organisasi Badan Narkotika

Nasional.

Sesuai Keppres No.103 Tahun 2001 dan perubahannya Keppres No.3

Tahun 2003 tentang Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND),

disebutkan bahwa Badan Narkotika Nasional tidak termasuk dalam

kelompok LPND (pasal 3 Keppres 103 Tahun 2001). Didalam struktur

organisasi LPND terdapat unit pengawasan (pasal 91 Keppres 103 Tahun

2001) sedangkan struktur organisasi BNN, sesuai Keppres 17 Tahun

2002 dan Keputusan Ketua BNN No.02 Tahun 2002 dan perubahannya

Keputusan Ketua BNN No.20 Tahun 2004 tentang organisasi dan tata

kerja Lakhar BNN tidak terdapat unit pengawasan, walaupun BNN

berkedudukan dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden dan

bertugas mengkoordinasikan semua badan pada LPND maupun

Kementerian Negara yang berhubungan dengan penyediaan, pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,

psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya (pasal 1,2 dan 4 Keppres

17 Tahun 2002 tentang BNN).

Seperti diketahui bahwa salah satu unsur pengendalian intern yang baik

adalah jika dalam suatu kementerian/lembaga bersangkutan terdapat pula

petugas pemeriksa intern, yang senantiasa meneliti apakah masing-

masing fungsi/tugas telah dijalankan sebagaimana mestinya. Dan dengan

sistem pengendalian intern yang baik tersebut, maka:

- kebenaran berbagai transaksi terjamin, dan

- kelengkapan dan ketelitian pembukuan transaksi terjamin.

Sedangkan sesuai UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU

No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU No.15 Tahun

2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara, diatur bahwa pimpinan lembaga berkewajiban melakukan

pengawasan atas pelaksanaan anggaran (pasal 29 UU 17 Tahun 2003 dan

pasal 4 ayat (2) huruf l UU 1 Tahun 2004). Pimpinan lembaga selaku

pengguna anggaran memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBN

telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang

memadai (pasal 55 ayat (4) UU 1 Tahun 2004). Dengan demikian

pemeriksaan internal oleh Inspektorat Jenderal atau Unit Pengawasan

Page 21: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

18

Intern dilingkungan kementerian/lembaga negara seharusnya

dilaksanakan secara paralel dengan pelaksanaan anggaran dan

penyusunan laporan keuangan kementerian/lembaga (SK. Bakun

No.Kep-16/Ak/2004, pasal 6).

Badan menyarankan kepada Kalakhar BNN, agar mempertimbangkan

pembentukan struktur, tugas dan fungsi Unit Pengawasan Internal BNN.

Kelemahan-kelemahan pada desain dan operasi sistem pengendalian dalam

penyusunan laporan keuangan seperti tersebut di atas dapat berakibat negatif

terhadap kemampuan Badan Narkotika Nasional dalam mencatat, mengolah,

mengikhtisarkan dan melaporkan Laporan Keuangan Badan Narkotika

Nasional Tahun Anggaran 2004.

2.2 KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Dari hasil pengujian kepatuhan atas peraturan perundang-undangan, masih

ditemukan ketidakpatuhan sebagai berikut:

2.2.1 TERDAPAT KEKURANGAN PERTANGGUNGJAWABAN

REALISASI ANGGARAN BELANJA TA.2004 BADAN NARKOTIKA

NASIONAL SEBESAR Rp2.440.306.354,- DAN PENCAIRAN

ANGGARAN BELANJA SECARA FORMALITAS SEBESAR

Rp.365.000.000,- YANG TIDAK JELAS PENGGUNAANNYA

Selama Tahun Anggaran 2004, Badan Narkotika Nasional telah

merealisasikan anggaran belanja rutin maupun pembangunan sebesar

Rp152.421.962.544,- atau 90,65% dari total anggaran tahun 2004 yang

disediakan, dengan rincian :

- Anggaran Rutin sebesar Rp 16.613.771.787,- atau 53,34%,

- Anggaran Pembangunan Rp135.808.190.757,- atau 99,13%,

Pemeriksaan sampling atas belanja ATK, biaya perjalanan dinas dan biaya

pelatihan pada anggaran rutin maupun pembangunan diketahui hal berikut:

Page 22: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

19

a. Belanja ATK

Setelah dilakukan pengujian belanja ATK dengan membandingkan

realisasi anggaran ATK dengan Tagihan Riil dari rekanan/pemasok ATK,

diketahui untuk Anggaran Rutin terdapat realisasi formalitas sebesar

Rp537.212.625,- dengan rincian:

1.Realiasasi Anggaran ATK yang diperiksa Rp1.510.011.625,-

2.Tagihan Riil atas pencairan anggaran ATK tersebut Rp 972.799.000,--

Jumlah realisasi formalitas ATK Rp 537.212.625,-

b. Biaya Perjalanan Dinas

Pengujian dilakukan dengan membandingan personil dalam realisasi

anggaran biaya perjalanan dinas dengan daftar absen harian kerja personil

yang bersangkutan dilanjutkan dengan konfirmasi langsung kepada

personil bersangkutan secara sampling. Apabila daftar absen kehadiran ada

sementara dalam surat perjalanan dinas sedang tugas luar dianggap

personil bersangkutan tidak dinas luar. Demikian juga sebaliknya.

Jumlah realiasasi biaya perjalanan dinas formalitas sebesar

Rp 1.804.168.725,- dengan rincian:

1) Anggaran Rutin

Terdapat realisasi formalitas sebesar Rp649.417.225,- dengan rincian:

a. Pencairan anggaran biaya perjalanan dinas

yang diperiksa Rp 958.757.450,-

b. Biaya perjalanan dinas yang dilaksanakan Rp 309.340.000,--

Jumlah biaya perjalanan dinas yang formalitas Rp 649.417.225

2) Proyek Operasional Pengembangan dan Pemeliharaan Kamtibmas.

Terdapat realisasi formalitas sebesar Rp723.619.500,- dengan rincian:

a. Pencairan anggaran biaya perjalanan dinas

yang diperiksa Rp1.177.442.700,-

b. Biaya perjalanan dinas yang dilaksanakan Rp 453.823.200,-

Jumlah biaya perjalanan dinas yang formalitas Rp 723.619.500,-

3) Bagian Proyek Operasional Satgas dalam Pengembangan Pemeliharaan

Kamtibmas.

Terdapat realisasi formalitas sebesar Rp363.701.000,- dengan rincian:

a. Pencairan anggaran biaya perjalanan dinas

yang diperiksa Rp509.359.000,-

Page 23: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

20

b. Biaya perjalanan dinas yang dilaksanakan Rp145.658.000,--

Jumlah biaya perjalanan dinas yang formalitas Rp363.701.000,-

4) Proyek Sistem Informasi Narkoba:

Terdapat realisasi formalitas sebesar Rp67.431.000,- dengan rincian:

a. Pencairan anggaran biaya perjalanan dinas

yang diperiksa Rp110.509.000,-

b. Biaya perjalanan dinas yang dilaksanakan Rp 43.078.000,--

Jumlah biaya perjalanan dinas yang formalitas Rp 67.431.000,-

c. Biaya Pelatihan, Seminar, Rapat dan sejenisnya.

1) Proyek Pencegahan dan Pengawasan Penyalahgunaan Narkoba.

Terdapat realisasi formalitas sebesar Rp98.925.000,- dengan rincian :

a. Kegiatan Safari anti Narkoba.sebesar Rp4.590.000,-

b. Kegiatan Rapat Koordinasi dengan LSM/NGO sebesar

Rp8.660.000,

c. Sarasehan Nasional sebesar Rp Rp11.700.000,-

d. Kegiatan Penyelenggaraan Advokasi bidang pencegahan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba/Parenting skill

sebesar Rp1.275.000.00.-

e. Kegiatan Pelatihan & Penataran Instruktur Penyuluh Narkoba

untuk Pegawai instansi Pusat dan Daerah dalam upaya P4GN

sebesar Rp7.470.000.-

f. Kegiatan Pelatihan dan penataran instruktur penyuluh narkoba

dalam upaya P4GN untuk Penurus PKK Ketua RT/RW dan

Perangkat Desa DI Yogyakarta sebesar = Rp5.840.000.-

g. Kegiatan Pelatihan dan penataran instruktur penyuluh narkoba

untuk kalangan Profesi /lingkungan kerja (wartawan/seniman)

sebesar Rp 11.985.000.-

h. Kegiatan seminar pemuda anti narkoba dalam upaya P4GN sebesar

Rp 13.515.000.-

i. Kegiatan Pelatihan dan penataran instruktur penyuluh narkoba

untuk pendidik/ guru SD SLTP dan SLTA sebesar Rp11.375.000.-

Page 24: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

21

j. Kegiatan Musyawarah Nasional Organisasi Kemasyarakatan

sebesar Rp22.515.000.-

2) Bagian Proyek Operasional Satgas dalam Pengembangan Pemeliharaan

Kamtibmas.

Terdapat realisasi formalitas biaya Akomosdasi dan Konsumsi serta

Sewa Ruang Rapat untuk 20 kegiatan pelatihan dan rapat sebesar

Rp365.000.000,-

Seluruh biaya akomodasi dan konsumsi untuk kegiatan tersebut diatas

telah dicairkan oleh bendaharawan proyek namun pelaksanaan

kegiatan yang sebenarnya dilakukan tidak sesuai dengan tempat dan

SPMK yang diterbitkan (hasil konfirmasi kepada bendaharawan

proyek). Bukti-bukti pelaksanaan (tempat penyelenggaraan dan biaya

pelaksanaan) telah diminta Tim namun tidak diperoleh.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Presiden No.42 Tahun 2002 :

a. Pasal 10 ayat (2) : Pimpinan departemen/lembaga tidak diperkenankan

melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran

belanja negara, jika dana untuk membiayai kegiatan tersebut tidak tersedia

dalam anggaran belanja negara.

b. Pasal 10 ayat (3) : Pimpinan departemen/lembaga tidak diperkenankan

melakukan pengeluaran atas beban anggaran belanja negara untuk tujuan

lain dari yang ditetapkan dalam belanja negara.

c. Pasal 12 ayat (2) : Belanja atas beban anggaran negara dilakukan

berdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh

pembayaran.

d. Pasal 41 : Pimpro/pimbagpro bertanggungjawab atas segi keuangan

maupun fisik pelaksanaan proyek.

Keadaan tersebut mengakibatkan pencapaian manfaat anggaran seperti yang

telah direncanakan diragukan.

Page 25: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

22

Hal tersebut diatas terjadi karena :

1. Perencanaan anggaran kurang memperhitungkan kegiatan-kegiatan yang

kemungkinan akan dihadapi untuk periode pelaksanaan anggaran

2. Pengguna anggaran rutin maupun proyek tidak mematuhi ketentuan

pelaksaaan APBN sebagai mana mestinya dan berkesan menggampangkan

persoalan.

3. Tidak adanya unit pengawasan intern dalam struktur BNN.

Atas masalah tersebut pihak BNN menjelaskan sebagai berikut :

a. Anggaran Rutin.

1. Atas selisih antara realisasi SPM dengan bukti tagihan riil biaya ATK

TA.2004 sebesar Rp537.212.625.

Diakui bahwa memang ada pencairan formalitas ATK yang

diperuntukan membiayai honor PHL.

(rincian dan bukti penggunaan terlampir).

2. Atas selisih biaya perjalanan dinas antara realisasi SPM dengan bukti

absensi, bukti kehadiran kerja, sebesar Rp649.417.225,-

Diakui memang ada pencairan formalitas biaya perjalanan dinas yang

diperuntukkan membiayai Biaya perjalanan dinas tenaga konsultan ahli

BNN sebesar Rp 377.679.400 (rincian dan dan bukti penggunaan

terlampir, sedang sisanya sebesar Rp 271.737.825,- tidak diperoleh

tanggapan dari obyek).

b. Anggaran Proyek

1. Biaya perjalanan dinas

a). Proyek Operasional Pengembangan dan Pemeliharaan Kamtibmas

atas selisih pertanggungjawaban formalitas sebesar

Rp723.619.500,-.

Diakui bahwa terjadi pencairaan formalitas sebesar tersebut, namun

dana yang terserap tersebut digunakan untuk kegiatan pemutusan

jaringan peredaran gelap narkoba yang anggarannya tidak

didukung dinas yaitu:

Page 26: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

23

- survelance, under cover buy, under cover agent dan

penanggkapan.

- Pengangutan BB, pemeriksaan lab, identifikasi, pemeriksaan

tersangka,saksi dan saksi ahli, pemberkasan, koordinasi,

dukungan proveder dan analisis, penyerahan tersangka dan BB,

pengembangan kasus kearah distributor dan jaringannya.

(rincian dan bukti penggunaan dana terlampir dalam tanggapan

instansi)

b). Bagian Proyek Operasional Satgas dalam Pengembangan

Pemeliharaan Kamtibmas atas selisih pertanggungjawaban

formalitas sebesar Rp363.701.000,-.

Diakui bahwa terdapat pencairan biaya formalitas sebesar tersebut,

namun dana digunakan untuk mendukung kegiatan dinas yang

tidak terdukung anggaran.

(rincian dan bukti penggunaan terlampir dalam tanggapan instansi)

c). Proyek Sistem Informasi Narkoba, atas selisih pertanggungjawaban

formalitas sebesar Rp67.431.000,-.

Diakui terdapat pencairan formalitas, namun rincian penggunaan

selisih pertanggungjawaban tersebut tidak dapat diuraikan.

(rincian dan bukti penggunaan tidak ada dalam tanggapan instansi)

2. Biaya pelatihan.

a). Proyek Pencegahan dan Pengawasan Penyalahgunaan Narkoba,

atas selisih pertanggungjawaban formalitas sebesar Rp98.925.000,-

(Tidak diperoleh tanggapan dari obyek).

b). Bagian Proyek Operasional Satgas dalam Pengembangan

Pemeliharaan Kamtibmas, atas pencairan formalitas sebesar

Rp365.000.000,-.

Diakui bahwa terdapat pencairan formalitas, namun anggaran tetap

digunakan untuk kegiatan dimaksud, walaupun tempat diadakan

bukan sesuai perwabku namun di Jakarta. Sisa dana digunakan

untuk membiayai biaya transportasi nara sumber/tenaga pengajar

yang tidak didukung biaya.

Page 27: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

24

(rincian dan bukti penggunaan tidak terlampir dalam tanggapan

instansi).

Badan menyarankan kepada Kalakhar agar :

1. Memerintahkan Sekretaris/Kepala Bidang Keuangan supaya

mempertanggungjawabkan sisa anggaran yang diperwabkukan secara

formalitas sebesar Rp.271.737.825,- untuk anggaran rutin (SPPD), sebesar

Rp67.431.000,- untuk anggaran proyek Sistem Informasi Narkoba (SPPD),

sebesar Rp98.925.000,- untuk anggaran proyek Pencegahan dan

Pengawasan Penyalahgunaan Narkoba (biaya pelatihan) dan sebesar

Rp365.000.000,- untuk anggaran bagian proyek Operasional Satgas Dalam

Pengembangan Pemeliharaan Kamtibmas (biaya pelatihan) dan bukti-

buktinya disampaikan kepada BPK-RI.

2. Memberikan teguran/sanksi kepada para pelaksana atas tindakannya

melakukan pencairan anggaran secara formalitas.

3. Untuk masa yang akan datang supaya perencanaan anggaran disusun

secara matang dan menaati disiplin anggaran serta tidak ada lagi pos-pos

kegiatan yang tidak didukung dana. Jika terjadi perubahan anggaran

supaya diusulkan revisi anggaran.

4. Pengendalian intern lebih ditingkatkan.

2.2.2 TERDAPAT PENGIRIMAN SUSULAN 2 UNIT @ 5 pk AC SPLIT DOC

YANG TIDAK TERPASANG SENILAI RP.98.300.000,-

Berdasarkan hasil cek fisik pada tanggal 5 Juli 2005 atas peralatan AC Split

Doc yang terpasang pada Gedung Kesehatan Jl.MT Haryono No.11 Cawang,

Jakarta Timur yang sekarang digunakan untuk kantor Badan Narkotika

Nasional diketahui masih terdapat 2 unit @ 5 pk AC Split Doc yang tidak

terpasang senilai Rp98.300.000,- dengan rincian:

Page 28: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

25

Jumlah Unit No. Kekuatan AC Pengadaan Terpasang

Selisih Harga Satuan (Rp)

Nilai (Rp)

1 10 pk 26 26 0 2 7,5 pk 1 1 0 3 6 pk 3 3 0 4 5 pk 8 6 2 49.150.000,-

*) 98.300.000,-

5 2,5 pk 18 18 0 56 54 2 98.300.000,-

Keterangan: *) harga berdasarkan nilai kontrak untuk AC kekuatan 5 pk.

Saat ini kegiatan pemipaan dan ducting AC gedung sudah terpasang semua

dan gedung sudah digunakan untuk kegiatan kantor BNN. Kegiatan mekanikal

dan elektrikal termasuk pemipaan, ducting dan pemasangan indoor dan

outdoor AC gedung dilaksanakan semua oleh PT Jaya Wibawaguna.

PT dimaksud juga mensubkontrak pekerjaan pemipaan, ducting, pemasangan

indoor dan outdoor, kegiatan serupa yang seharusnya dilakukan oleh

PT Sinarreka Buana Pertiwi, rekanan pemasangan AC dari Proyek Pengadaan

Sarana dan Prasarana Kantor BNN Tahun 2004 sebanyak 2 unit. Biaya

kontrak pemasangan indoor, outdoor, pemipaan dan ducting untuk gedung

lantai 5 dan 7 senilai Rp1.159.653.865,- (sebelum PPN). Konfirmasi kepada

PT Sinarreka Buana Pertiwi diketahui bahwa rekanan dimaksud hanya

mengadakan peralatan indoor dan outdoor saja, sedang pemasangan oleh PT

Jaya Wibawaguna, dengan alasan pada saat selesai pengadaan peralatan

tersebut, pekerjaan finising gedung belum selesai dan yang melakukan

pekerjaan mekanikal dan elektrikal gedung tahap ke-3 bukan mereka tetapi PT

Jaya Wibawaguna, walaupun pekerjaan yang diserahkan ke PT Jaya

Wibawaguna hanya untuk lantai 1,2,3,4 dan 6. Nilai sub kontrak pekerjaan AC

tersebut dari PT Sinarreka Buana Pertiwi kepada PT Jaya Wibawaguna tidak

diketahui. Gambar pemasangan AC (As Built Drawing) dari lantai 1 s.d 7

semuanya dikerjakan oleh PT Jaya Wibawaguna dengan titik indoor dan

outdoor sesuai jumlah terpasang sebanyak 54 titik, walaupun sesuai rencana

Page 29: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

26

(gambar perencanaan) untuk gedung tersebut akan dipasang 68 unit AC Split

Doc.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :

1 Keppres 42 Tahun 2002 :

a. Pasal 12 ayat (1) huruf a: Pelaksanaan anggaran belanja didasarkan

pada kebutuhan teknis yang disyaratkan.

b. Pasal 41 : Pimpro/pimbagpro bertanggungjawab baik dari segi

keuangan maupun segi fisik atas pelaksanaan proyek.

2 Keppres 80 Tahun 2003 :

a. Pasal 3 huruf b : Pengadaan barang harus sesuai dengan kebutuhan

yang ditetapkan dan memberi manfaat sesuai sasaran yang ditetapkan.

b. Pasal 5 huruf f : Pengguna dan penyedia barang harus menghindari dan

mencegah terjadinya pemborosan anggaran.

c. Pasal 32 ayat (4) : penyedia barang/jasa dilarang mengalihkan

tanggungjawab sebagian pekerjaan utama kepada pihak lain dengan

alasan apapun kecuali kepada spesialis`.

3. Ketentuan kontrak No.SPK/06/XI/2004/Pro-PSPK/BNN tanggal 11

Nopember 2004, pasal 7 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa penyedia jasa

tidak diperkenankan memberikan seluruh maupun sebagian pekerjaan

kepada pihak ketiga, dan apabila terbukti maka pihak pmberi kerja berhak

memutuskan hubungan kontrak secara sepihak.

Keadaan tersebut mengakibatkan Sisa 2 unit @ 5 pk AC Split Doc yang baru

dikirim tersebut tidak jelas penggunaannya.

Hal tersebut terjadi karena :

1. Perencanaan pembangunan gedung dan penyediaan peralatan termasuk AC

gedung belum optimal.

2. Pengawasan pelaksanaan proyek baik dari pimpro maupun atasan langsung

kurang.

3. Tidak adanya unit pengawasan intern dalam struktur organisasi BNN.

Page 30: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

27

Atas masalah tersebut pihak BNN menjelaskan diakui bahwa perencanaan

pembangunan dan pemasangan peralatan AC kurang optimal, sehingga

pengadaan AC melebihi kebutuhan yang digunakan. Namun sisa AC

dimaksud saat ini dalam pengawasan BNN dan berada dalam gudang BNN.

Penggunaan lebih lanjut belum ditentukan oleh pimpinan.

Badan menyarankan kepada Kalakhar BNN agar memerintahkan kepada

Sekretaris BNN cq. Bagian Umum supaya merencanakan pemanfaatan AC

sebanyak 2 unit yang masih tersimpan di gudang.

2.2.3 PEMBUATAN DAN PEMANFAATAN FILM LAYAR LEBAR

‘GERBANG 13’ PRODUKSI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

SENILAI RP.5.470.000.000,- BERLARUT-LARUT.

Dalam Tahun Anggaran 2004, Badan Narkotika Nasional memperoleh alokasi

anggaran sebesar Rp5.500.000.000,- melalui Bagian Proyek Pencegahan

Penyalahgunaan Narkotika untuk pembuatan film layar lebar sebagai media

kampanye anti narkoba, dengan harapan dapat menyentuh seluruh strata

lapisan masyarakat mengenai bahaya narkoba sehingga masyarakat dapat

menangkal ancaman narkoba, dan turut serta berpartisipasi aktif melawan

peredaran gelap narkoba dengan memberi informasi peredaran gelap narkoba

kepada aparat penegak hukum maupun instansi terkait. Pelaksanaan pekerjaan

telah dilaksanakan oleh PT Hadi Cinema Putra dengan kontrak kerja

No.Dok/01/P2N/BNN/KTR/V/2004 Bag Pro tanggal 10 Mei 2004 senilai

Rp5.470.000.000,-. Jangka waktu pekerjaan pemborongan selama 180 hari

sejak kontrak ditandatangani atau selesai tanggal 10 Nopember 2004 untuk

durasi film 90 menit. Namun demikian, walaupun pembuatan film tersebut

seharusnya selesai tanggal 10 November 2004, pihak rekanan baru

menyelesaikan pekerjaan dan penyerahkan hasil pekerjaan pada tanggal 2 Mei

2005 sesuai surat Direktur PT Hadi Cinema Putra No.01505/E-M/RF-

G13/V/2005 perihal laporan hasil revisi film Gerbang 13 yang ditujukan

kepada Ketua Panitia Penerimaan Barang pada Proyek Pusduk Cegah Lakhar

BNN.

Page 31: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

28

Revisi dimaksud adalah penambahan kekurangan durasi film sepanjang

13 menit, sesuai hasil temuan Tim Verifikasi BNN, walaupun sebenarnya

pekerjaan pembuatan film telah dinyatakan selesai oleh Pimbagpro, telah

dibayar lunas dan hasil pekerjaan telah diserahkan kepada Kalakhar BNN

dengan hasil film berdurasi 77 menit dari 90 menit seharusnya. Sebelumnya

PT Hadi Cinema Putra melalui surat No.03101/E-M/RF-G13/II/2004 tanggal

19 Februari 2005 yang ditujukan kepada Lakhar BNN beralasan bahwa

kekurangan durasi film sepanjang 13 menit tersebut disebabkan adanya revisi

scenario oleh BNN setelah penayangan perdana rought edit.

Dengan adanya kelambatan penyelesaian pekerjaan tersebut tidak dilakukan

pengenaan denda atas keterlambatan pemborongan pekerjaan pembuatan film

layar lebar tersebut dari tanggal 10 Nopember 2004 s/d 2 Mei 2005 kepada

pihak produser film.

Setelah pembuatan film selesai tanggal 2 Mei 2005 tersebut, Kapusduk Cegah

melalui surat No.B/ND-88/V/2005 tanggal 11 Mei 2005 kepada Kalakhar

BNN mengusulkan penayangan film layar lebar dengan perantara produser

film ‘Gerbang 13’ melalui pihak bioskop ‘21’. Disebutkan juga dalam surat

bahwa apabila disetujui akan dibuat suatu perjanjian pembagian hasil

penayangan dari pihak bioskop ‘21’ antara BNN dengan produser film sebagai

perantara. Kalakhar menyetujui untuk ditindaklanjuti, sesuai memo Kalakhar

kepada Wakalakhar tanggal 6 Juni 2005. Namun sampai pemeriksaan berakhir

tanggal 13 Juli 2005, surat perjanjian tersebut belum ada, sehingga berapa

jumlah pembagian hasil antara produser film dengan BNN tidak diketahui.

Nantinya penerimaan hasil penayangan film layar lebar ini akan menjadi

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan harus disetor ke Kas Negara.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :

1. Ketentuan Kontrak Kerja Sama No.Dok/01/P2N/BNN/KTR/V/2004 Bag

Pro tanggal 10 Mei 2004 :

a. Pasal 5 ayat (1) dan (2) : Jangka waktu pekerjaan 180 hari kalender dan

tidak bisa diperpanjang kecuali ada pekerjaan tambahan dan force

majeur.

Page 32: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

29

b. Pasal 12 ayat (3) dan (4) : Jika hasil pekerjaan tidak sesuai bestek dan

perubahan penggunaan, segala kerugian ditanggung pemborong tanpa

memperhitungkan waktu penyelesaian pekerjaan.

c. Pasal 13 ayat (1) dan (2) : Apabila pekerjaan tidak diserahkan tepat

waktu, pemborong dikenakan denda 1/1000 (satu permil) dari jumlah

borongan untuk setiap hari keterlambatan maksimal 5 % dari harga

kontrak yang akan diperhitungkan dari pembayaran.

2. Keppres 80 Tahun 2003 Pasal 3 huruf b : Pengadaan barang harus sesuai

dengan kebutuhan yang ditetapkan dan memberi manfaat sesuai

sasaran/tujuan yang ditetapkan.

Keadaan tersebut mengakibatkan tujuan penyuluhan pencegahan penggunaan

narkotika melalui film layar lebar belum tercapai.

Hal tersebut terjadi karena :

1. Kurangnya koordinasi antara pengguna barang dengan penyedia barang

sehubungan hasil film yang diinginkan, sehingga terjadi perubahan

scenario film.

2. Kemungkinan revisi film setelah pemutaran perdana kurang

diperhitungkan oleh rekanan sehingga waktu untuk revisi melampaui

jangka waktu penyerahan pekerjaan.

3. Ketentuan kontrak bahwa durasi film adalah 90 menit tidak dipedomani

oleh pengguna barang, sehingga penyerahan film setelah revisi dengan

durasi 77 menit oleh pemborong dapat diterima.

Atas masalah tersebut pihak BNN menjelaskan :

a. Denda tidak dapat dikenakan kepada rekanan, karena pihak rekanan telah

menyerahkan pekerjaan tepat waktu tanggal 3 Nopember 2004 (bukti

terlampir). Adapun penyerahan kedua hasil revisi bukan kesalahan

rekanan, karena revisi atas permintaan BNN.

b. Permohonan rekanan untuk menayangkan film melalui bioskop ‘21’

merupakan hal yang positif dengan maksud adanya keinginan

pengembalian keuangan negara sekaligus kampanye bahaya narkoba,

namun demikian untuk menindaklanjuti masih dalam proses pembahasan

Page 33: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

30

materi kerjasama dan dalam waktu yang tidak terlalu lama perjanjian

kerjasama tersebut bisa direalisasikan.

Badan menyarankan kepada Kalakhar BNN agar Film Gerbang 13 segera

dimanfaatkan sesuai tujuan pengadaannya.

2.2.4 PENDAPATAN DARI BKS PARMADI SIWI TAHUN 2004 DAN

TAHUN 2005 (S.D BULAN JUNI 2005) SEBESAR Rp.1.681.950.508,-

BELUM DITETAPKAN MENJADI PNBP.

Balai Kasih Sayang Parmadi Siwi merupakan Unit pelayanan terapi dan

rehabilitasi penyalahguna narkoba yang mempunyai tugas memberikan

pelayanan terapi dan rehabilitasi kepada penyalahguna narkoba dengan

menyelenggarakan fungsi perawatan terapi dan rehabilitasi medik dan

perawatan terapi dan rehabilitasi sosial.

Dalam menyelenggarakan fungsi perawatan terapi dan rehabilitasi medik

maupun sosial kepada para penyalahguna narkoba dibebankan/dikenakan

biaya perawatan terapi dan rehabilitasi medik maupun sosial.

Jumlah penerimaan biaya perawatan terapi dan rehabilitasi medik maupun

sosial sejak tahun 2004 sampai dengan bulan Juni 2005 adalah sebagai

berikut :

No. Tahun/Bulan Penerimaan

Jumlah Penerimaan (Rp)

1. Tahun 2004 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

76.605.000,0075.230.000,0090.198.600,00

107.343.850,00129.432.000,00102.702.590,00130.748.700,00127.083.600,00115.588.328,00 94.902.700,00113.159.140,00 92.416.000,00

Sub Jumlah 1.255.410.508,002. Tahun 2005

Page 34: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

31

Januari Februari Maret April Mei Juni

71.390.000,0062.525.000,0068.600.000,0083.450.000,0072.275.000,0068.300.000,00

Sub Jumlah 426.540.000,00 Jumlah Total 1.681.950.508,00

Dari jumlah penerimaan biaya perawatan terapi dan rehabilitasi medik

maupun sosial sebesar Rp 1.681.950.508,00 seluruhnya digunakan langsung

untuk mendukung kebutuhan BKS Parmadi Siwi. Jumlah penerimaan tersebut

belum ditetapkan sebagai PNBP dan belum dicatat dalam LRA TA.2004.

Untuk mendukung kebutuhan BKS Parmadi Siwi dalam DIK/DIP tahun 2004

dan DIPA tahun 2005 telah disediakan anggaran, sehingga penggunaan

langsung penerimaan biaya perawatan terapi dan rehabilitasi medik maupun

sosial tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-undang No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan

Pajak :

1. Pasal 2 ayat (1) Kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak meliputi

: point d. penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan

Pemerintah.

2. ayat (2) Kecuali jenis PNBP yang ditetapkan dengan Undang-undang,

jenis PNBP yang tercakup dalam kelompok sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

b. Keputusan Presiden No. 42 tahun 2002 tanggal 18 Juni 2002 :

1. Pasal 2 ayat (1) menyatakan bahawa anggaran pendapatan dan belanja

negara dalam satu tahun anggaran mencakup antara lain pendapatan

negara yaitu semua penerimaan negara yang berasal dari penerimaan

perpajakan, penerimaan negara bukan pajak serta penerimaan hibah

dari dalam dan luar negeri selama tahun anggaran yang bersangkutan.

2. Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa pendapatan negara pada

departemen/lembaga wajib disetor sepenuhnya dan pada waktunya ke

rekening kas Negara.

Page 35: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

32

Keadaan tersebut mengakibatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari

penerimaan biaya perawatan terapi dan rehabilitasi medik maupun sosial yang

sudah diterima oleh BKS Parmadi Siwi Badan Narkotika Nasional sebesar

Rp1.681.950.508,00 belum menjadi penerimaan negara.

Hal tersebut terjadi karena para pengelola BKS Parmadi Siwi Badan Narkotika

Nasional belum memahami ketentuan peraturan perundangan tentang

penerimaan negara bukan pajak.

Atas masalah tersebut pihak BNN menjelaskan BKS Pamardisiwi belum

ditetapkan (dikukuhkan) sebagai unit swadaya (belum ada surat keputusan dari

Menteri PAN) sehingga belum ada ketetapan yang mengatur penerimaan biaya

perawatan dari pasien sebagai PNBP.

Badan menyarankan kepada Kalakhar BNN agar mengusulkan kepada Menteri

Keuangan untuk memperoleh penetapan ke dalam Peraturan Pemerintah atas

hasil penerimaan biaya perawatan terapi dan rehabilitasi medik dan sosial

yang diterima oleh BKS Parmadi Siwi sebagai PNBP.

2.2.5 BARANG-BARANG MILIK BNN YANG DIPINDAHKAN DARI

GEDUNG GRAHA PEMUDA KE GEDUNG BARU TIDAK JELAS

KEBERADAANNYA

Dalam rangka perpindahan kantor dari Gedung Graha Pemuda ke Gedung

Baru BNN di Jl. MT Haryono Cawang, Bagian Umum telah melakukan

pendataan barang inventaris masing-masing satuan kerja di lingkungan BNN

yang akan dipindahkan.

Hasil pendataan atas barang inventaris yang dibawa pindah dari masing-

masing satuan kerja dan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan Tim pada

tanggal 6 Juli 2005 terdapat selisih barang- barang inventaris pindahan yang

tidak jelas keberadaannya sebagai berikut :

Page 36: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

33

No. Satker/Ruangan Jenis Barang Banyaknya Cek Fisik Selisih Ket. 1 2 3 4 5 6 7

1. Ketua,Kalakhar, Wakalakhar, Setlakhar BNN

a. Meja 1 biro b.Meja 0,5 biro c.Meja Rapat d.Meja Panjang

berlaci e.Meja komputer f.Meja Kecil g.Kursi Kerja h.Kursi Hadap i. Kursi Lipat j. Kursi Rapat k.Kursi Tamu/

Sofa l. Filing Cabinet m.Lemari besi n.Lemari besi

kecil o.Lemari kayu

Arsip p.Lemari Pakaian q.Lemari white

board tempel r.Lemari

Brandkas s.Lemari Besar

Rupat t.Buffet u. Rak Map v.Kulkas w.Dispenser x.White Board y. Televisi 29” 1.VCD Aiwa

7 buah40 buah3 buah1 buah

16 buah6 buah

53 buah6 buah

38 buah8 buah

6 set

21 buah12 buah1 b uah

9 buah

4 buah1 buah

1 buah

2 buah

1 buah8 buah

1 buah 2 buah 6 buah

2 buah1 buah

1 buah16 buah1 buah1 buah

16 buah6 buah

29 buah6 buah

25 buah8 buah

2 set

16 buah7 buah1 buah

7 buah

1 buah1 buah

1 buah

2 buah

1 buah-

1 buah2 buah6 buah2 buah1 buah

6 buah 24 buah 2 buah

-

- -

24 buah -

13 buah -

4 set

5 buah 5 buah

-

2 buah

3 buah -

-

-

- 8 buah

- - - - -

RB

2.Tape Sony

3. Tempat Tidur pejabat

4.AC Split 5.Alat Pemadam

1 buah 3 buah 16 buah 10 buah

1 buah1 buah

14 buah8 buah

- 2 buah

2 buah 2 buah

Page 37: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

34

Kebakaran 2. Pusduk Cegah a.Meja 1 biro

b.Meja 0,5 biro c.Meja Komputer d.Kursi Kerja e.Kursi Hadap f.Kursi Lipat g.Kursi Tamu/ Sofa h.Filing Cabinet i.Lemari Besi j.Lemari Kayu Arsip k.AC Split l.White Board

4 buah 3 buah 6 buah 18 buah 5 buah 2 buah 1 set 2 buah 1 buah 2 buah 2 buah 2 buah

-3 buah1 buah3 buah

-2 buah

1 set

2 buah1 buah2 buah

--

4 buah -

5 buah 15 buah 5 buah

- -

- - -

2 buah 2 buah

3. PusdukGakkum a.Meja 1 biro b.Meja 0,5 biro c.Kursi kerja d.Kursi hadap e.Kursi Lipat f. Kursi tamu/ sofa g.Filing Cabinet h.Lemari Besi i.Lemari besi kecil j.Lemari Kayu Arsip k.Lemari Pakaian l.Lemari Buffet Kecil m.AC Split n. White Board o. Dispenser

6 buah 10 buah 13 buak 8 buah 3 buah 1 set 4 buah 1 buah 4 buah 3 buah 1 buah 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah

-3 buah1 buah3 buah1 buah

-

3 buah1 buah4 buah

3 buah

1 buah1 buah

-1 buah1 buah

6 buah 7 buah

12 buah 5 buah 2 buah

1 set

1 buah - -

-

- -

2 buah - -

4. Puslitbang & Info

a.Meja 1 biro b.Meja 0,5 biro c.Kursi Kerja d.Kursi Lipat e.Filing Cabinet f.Lemari besi

4 buah 16 buah 15 buah 2 buah 3 buah 6 buah

4 buah14 buah15 buah2 buah3 buah6 buah

- 2 buah

- - - -

g.Lemari Kayu Arsip h.AC Split i. White Board j. UPS

3 buah 2 buah 3 buah 15 buah

1 buah

2 buah1 buah

15 buah

2 buah

- 2 buah

-

5 Koorsatgas 1 s.d 7 dan Staf

a.Meja 1 biro b.Meja 0,5 biro c.Meja besar d.Kursi kerja

3 buah 8 buah 1 buah 18 buah

---

13 buah

3 buah 8 buah 1 buah 5 buah

Page 38: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

35

e.Filing Cabinet f.Lemari Besi g.Lemari Kayu Arsip h.AC Split i.White board j.Dispenser k.UPS

6 buah 2 buah 6 buah 4 buah 1 buah 2 buah 1 buah

6 buah2 buah6 buah

-1 buah1 buah1 buah

- - -

4 buah -

1 buah -

Dari daftar tersebut diatas dapat diketahui terdapat barang-barang inventaris

yang tidak jelas pertanggungjawaban administrasi maupun penguasaan fisik

barangnya berupa :

No. Jenis Barang Jumlah 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Meja 1 biro Meja 0,5 biro Meja rapat Meja besar Kursi kerja Kursi lipat Kursi tamu/Sofa Filing Cabinet Lemar Besi Lemari Kayu Arsip Lemari Pakaian Rak Map Tempat Tidur Pejabat AC Split Meja Komputer White Board Alat Pemadam Kursi Hadap Dispenser

19 buah 41 buah 2 buah 1 buah 56 buah 15 buah 5 set 6 buah 5 buah 4 buah 3 buah 8 buah 2 buah 10 buah 5 buah 4 buah 2 buah 10 buah 1 buah

Keppres No.80 Tahun 2003, Pasal 9 ayat (5) menyatakan bahwa pengguna

barang/jasa bertanggungjawab dari segi administrasi, fisik, keuangan dan

fungsional atas pengadaan barang/jasa yang dilaksanaannya

Keadaan tersebut mengakibatkan :

1. Kewajiban satker untuk mengamankan barang milik negara kurang

mendapatkan prioritas.

2. Tidak ada tanggungjawab satker atas ketidakjelasan administrasi dan fisik

atas barang inventaris yang dikuasai.

Hal tersebut terjadi karena :

Page 39: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

36

1. Sistem pengelolaan barang inventaris sebagai aset kekayaan negara belum

dilaksanakan.

2. Tidak ada tuntutan ganti rugi atas barang inventaris yang tidak jelas

administrasi dan fisik barangnya.

Atas masalah tersebut pihak BNN menjelaskan bahwa dalam rangka untuk

mengetahui selisih barang inventaris dilingkungan BNN secara pasti, BNN

sedang melaksanakan Opname Fisik seluruh Barang Milik Negara (BMN)

yang ada di BNN sebagaimana Surat Keputusan Kalakhar BNN Nomor :

Kep/32/VII/2005/Ses/BNN tanggal 12 Juli 2005 tentang Pembentukan Tim

Inventarisasi BMN di lingkungan BNN.

Badan menyarankan kepada Kalakhar BNN agar :

1. Menginventarisasi seluruh BMN hasil pengadaan BNN.

2. Menetapkan status kepemilikan BMN baik yang berada di kantor BNN

maupun yang dipijam pakaikan kepada BNP atau instansi pemerintah

lainnya.

3. Mengklasifikasikan kondisi BMN dan BMN yang rusak berat (RB) dapat

diusulkan kepada Menteri Keuangan untuk dihapuskan.

4. Memberi kodering BMN dan menyusun Daftar Inventaris Ruangan (DIR).

2.2.6 PELAKSANAAN HIBAH BARANG INVENTARIS BNN BELUM

SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG BERLAKU.

Dalam tahun anggaran 2005 BNN telah melaksanakan hibah atas barang-

barang inventaris kepada Kantor Kementerian Pemuda dan Olah raga, sesuai

dengan Berita acara serah terima ruangan dan barang inventaris BNN No:

BA/--/IV/2005/BNN tanggal 1 April 2005. Pelaksanaan hibah tersebut

dilakukan karena BNN menempati Gedung Kantor baru di Jl. MT. Haryono

Cawang yang sebelumnya menempati Gedung Graha Pemuda Lt.9 dan 10 di

Jl. Gerbang Pemuda.

Daftar barang-barang inventaris yang merupakan aset kekayaan BNN

diserahkan dan dihibahkan kepada Kantor Kementerian Pemuda dan Olah raga

adalah sebagai berikut :

Page 40: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

37

No. Nama Barang Jumlah Kondisi Keterangan 1. Lift 1 unit Baik 2. Ac Splite 13 unit Baik 3 unit rusak 3. White Board Rak Kayu 3 set Baik 4. Penyekat Fooding Door 2 set Baik 5. Gorden Vertikal Blind 162 meter Baik 6. Gradenza 92 meter Baik 7. Speacker 23 buah Baik 8. Kitchen Set 2 set Rusak Ringan

Atas barang-barang inventaris yang dihibahkan tersebut diatas, BNN tidak

menyampaikan surat usulan penghapusannya kepada Dirjen Anggaran

untuk mendapat keputusan/persetujuan tertulis dari Dirjen Anggaran atas

nama Menteri Keuangan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan ketentuan Bab IV Lampiran Keputusan

Menteri Keuangan No. 470/KMK.01/1994 tanggal 19 September 1994 tentang

tindak lanjut penghapusan bagian kedua mengenai Hibah/Disumbangkan

antara lain menyatakan bahwa pelaksanaan hibah dilakukan dengan ketentuan

sebagai berikut :

1) Barang milik/kekayaan negara hanya dapat dihibahkan/disumbangkan

setelah mendapat keputusan/persetujuan tertulis dari Dirjen Anggaran atas

nama Menteri Keuangan.

2) Barang yang telah dihibahkan/disumbangkan selanjutnya dihapus dari

daftar inventaris dengan surat keputusan penghapusan barang yng

ditetapkan oleh Pembina Barang Inventaris (Pebin) dhi. Menteri/Ketua

Lembaga.

Keadaan tersebut mengakibatkan Barang inventaris yang dihibahkan BNN

kepada Kantor Kementerian Pemuda dan Olah Raga belum dapat dihapus dari

daftar inventaris dan masih merupakan aset milik BNN .

Page 41: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

38

Hal tersebut terjadi karena Pengelola barang inventaris (Bagian Umum)

kurang memahami peraturan pengelolaan dan penghapusan barang inventaris

milik negara.

Atas masalah tersebut pihak BNN menjelaskan bahwa dalam rangka

pelaksanaan hibah barang inventaris BNN kepada Kantor Menpora, BNN

segera menyampaikan usulan ke Departemen Keuangan untuk mendapat

persetujuan.

Badan menyarankan kepada Kalakhar BNN agar memerintahkan Sekretaris

BNN supaya menyampaikan usulan penghapusan aset BNN kepada Menteri

Keuangan atas aset yang diserahkan kepada Kantor Menpora dan melaporkan

hasilnya kepada BPK-RI.

2.2.7 ASET MILIK BNN HASIL PENGADAAN PROYEK-PROYEK TAHUN

2004 SEBESAR Rp.52.223.434.650,- YANG DISERAHKAN KEPADA

INSTANSI ATAU PIHAK KETIGA STATUS KEPEMILIKANNYA

MENJADI TIDAK JELAS.

Hasil pemeriksaan atas dokumen pengadaan dari proyek-proyek tahun 2004

dilingkungan Badan Narkotika Nasional (BNN) terdapat aset BNN yang

diserahkan kepada instansi lain (pihak ketiga) yang status kepemilikannya

menjadi tidak jelas, antara lain :

a. Proyek Pengadaan sarana dan prasarana Kantor

No. Nama Barang Jml unit

Harga satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

Diserahkan ke

1. Mobile Test Urine 4 unit 2.245.800.000 8.983.200.000. BNP DKI, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Bali

2. Alat Deteksi Narkoba

3 unit 3.981.500.000 11.944.500.000. Satgas Airport Bandara Sukarno Hatta, Polonia dan Ngurah Rai

b. Proyek Sistem Informasi Narkoba

No. Nama Barang Jml Harga satuan Jumlah Diserahkan ke

Page 42: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

39

unit (Rp) (Rp) 1. Komputer data base 6 unit 229.350.000.- 1.376.400.000.- BNP Sumut,

Sumsel,Sulsel,Sulut,Lampung dan DI Yogyakarta

c. Bagian Proyek Penelitian dan Pengembangan P4GN

No. Nama Barang Jml unit

Harga satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

Diserahkan ke

1. 2. 3.

Komputer data base Radio Mobile (Base Stattion) Radio Mobile

4 unit 3 unit 3 unit

305.450.000.-

17.800.000.-

15.300.000.-

1.221.800.000.-

53.400.000.-

45.900.000.-

BNP Jabar, Jateng, Jatim dan Bali Satgas Airport, Satgas Seaport, Satgas Lapas Sda

d. Proyek operasional pengembangan dan pemeliharaan Kamtibmas.

No. Nama Barang Jml unit

Harga satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

Diserahkan ke

1. 2.

Alat deteksi narkoba Itemiser Narkoba Sintetis

4 unit 23 unit

1.272.000.000

16.203.000

5.088.000.000

372.669.000

Satgas Airport Interdiction BNP Riau, DKI,Jatim dan Sulsel Diklat Instansi 13 Unit dan Diklat Polri 10 unit

e. Proyek Promosi Advokasi dan sosialisasi perilaku hidup sehat

No. Nama Barang Jml unit

Harga satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

Diserahkan ke

1. Sarana Vokasional 14 pkt 39.820.000 557.480.000 14 Panti Sosial / Rehabilitasi

2. Sarana Medik 10 pkt 64.920.000 649.200.000 10 Panti Sosial /Rehabilitasi

3. Perlengkapan rumah dampingan

4 pkt 30.800.000 123.200.000 4 Panti Sosial /Rehabilitasi

4. Perlengakapan Terapi Medis

4 pkt 29.920.000 119.680.000 Sda

5. Sarana Terapi musik

10 pkt 26.800.000 268.000.000 10 Panti Sosial /Reahbilitasi

f. Proyek Rehab Medik dan Sosial

No. Nama Barang Jml Harga satuan Jumlah Diserahkan ke

Page 43: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

40

unit (Rp) (Rp) 1. Alat Laboratorium

Toxilab 6 pkt 1.000.000.000 6.000.000.000 Polda Metro,

Jatim, dan Makassar, RS Akpol Smg, BNP NTB, dan BLKS Bandung

2. Peralatan Medis 6 pkt 480.000.000 2.880.000.000 LP Cipinang,

Cirebon, Palembang , Semarang , Yogyakarta dan Panti Sosial Khusnul

g. Bagian Proyek Operasional Satgas

No. Nama Barang Jml unit

Harga satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

Diserahkan ke

1. 2. 3.

Alat Deteksi Narkoba Vapor tracer Alat Deteksi Narkoba GT 200 Alat Partikel Perusak Jaringan (Blank Spot)

2 unit 2 unit 6 unit

8.232.500.000

362.250.000

73.084.275

16.465.000.000

724.500.000

438.505.650

Dit IV dan Polda Metro Jaya LP Cipinang dan LP Tng Dit IV dan Polda Metro Jaya

Barang-barang tersebut belum dicatat sebagai barang inventaris milik BNN

dan oleh masing-masing proyek telah diserahkan sesuai dengan berita acara

serah terima barang, namun dalam berita acara tersebut tidak dijelaskan

mengenai status kepemilikannya dan hanya dijelaskan untuk mendukung

kegiatan operasional instansi yang bersangkutan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.

470/KMK.01/1994 tanggal 20 September 1994 tentang tata cara penghapusan

dan pemanfaatan barang milik/kekayaan negara pasal 2 ayat (1) Penghapusan

barang milik/kekayaan negara dapat dilakukan dengan cara dijual;

Page 44: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

41

dipertukarkan (ruilslag); dihibahkan/disumbangkan; dijadikan penyertaan

modal pemerintah dan dimusnahkan.

Ayat (2) Pemanfaatan barang milik/kekayaan negara dapat dilakukan dengan

cara disewakan; bangun guna serah dan dipinjamkan.

Keadaan tersebut mengakibatkan Nilai aset BNN yang tercantum dalam

Laporan Keuangan tidak sesuai dengan jumlah fisik barang yang dikuasai.

Hal tersebut terjadi karena :

1. BNN belum melaksanakan inventarisasi barang milik negara yang

merupakan aset yang setiap tahun harus tercatat dalam Laporan Keuangan.

2. Penyerahan barang-barang inventaris kepada pihak ketiga/instansi lain

sesuai dengan PO DIP masing-masing proyek yang harus dilaksanakan.

Atas masalah tersebut pihak BNN menjelaskan :

1. Dalam rangka memperjelas aset milik negara, hasil pengadaan proyek

tahun 2004 yang diserahkan kepada instansi atau pihak ketiga, BNN telah

mendapat bantuan tenaga dari BPKP sebagaimana surat Deputy PIP

Bidang Polsoskam BPKP Nomor : S-288/D2.02/2/2005 tanggal 22 Juni

2005 tentang Pelaksanaan Inventarisasi Barang Milik Negara pada Kantor

Badan Narkotika Nasional, berikut Surat Tugas No. ST-88/D2.02/2/2005

tanggal 22 Juni 2005.

2. Terhadap barang-barang inventaris/aset BNN yang telah diserahkan ke

BNP/instansi anggota BNN sebagaimana BAST adalah suatu kebijakan

BNN dalam rangka mendukung pelaksanaan P4GN.

Badan menyarankan kepada Kalakhar BNN agar :

1. Menginventarisir BMN pada BNN yang diserahkan kepada BNP atau

instansi pemerintah lainnya.

2. Menetapkan status kepemilikan BMN yang diserahkan kepada BNP atau

instansi pemerintah lainnya untuk memperjelas penguasaan BMN

dimaksud dan sekaligus memperjelas penanggungjawab operasional serta

pemeliharaannya.

Page 45: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

42

Page 46: HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN …efront.site90.net/BNN/new drugist/lap keu bnn 2004.pdf · atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, sehingga BPK-RI tidak memberikan opini

43

2.3 HASIL PENGUJIAN SUBSTANTIF

Dari hasil pengujian substantif terbatas atas Laporan Keuangan Badan

Narkotika Nasional ditemukan masalah-masalah sebagai berikut:

2.3.1 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dalam Laporan Realisasi Anggaran

BNN dicatat sebesar Rp168.938.202,- yang seharusnya sebesar

Rp280.021.802.-. Selisih kurang sebesar Rp111.083.600,- tersebut merupakan

penerimaan denda keterlambatan pengadaan lift, pemadam kebakaran dan AC

dari Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Pusat T&R TA.2003 yang telah

disetor tapi belum tercatat dalam Laporan Realisasi Anggaran.

2.3.2 Saldo Kas di Bendahara Pembayar sebesar Rp 177.097.000.- merupakan saldo

penerimaan UYHD Bendahara Proyek Peningkatan Kapasitas SDM yang

belum disetor ke Kas Negara sampai saat pemeriksaan. Saldo tersebut bukan

dalam bentuk uang tapi sudah di SPP-kan, namun pengajuan SPM-nya ditolak

oleh KPPN karena saldo MAK-nya (MAK.5960) tergeser ke MAK lain

(MAK.5920). Penggeseran tersebut bukan atas permintaan BNN.

2.3.3 Saldo Aset Tetap sebesar Rp211.245.943.112,- tidak dapat diuji kebenaran

keberadaannya, karena administrasi pencatatan dan pelaporan aset tetap BNN

belum diselenggarakan.

Temuan-temuan tersebut telah disetujui oleh Badan Narkotika Nasional. Namun,

adanya kelemahan signifikan atas pengendalian intern seperti diuraikan dalam butir

2.1. tidak memungkinkan BPK-RI melakukan prosedur yang memadai untuk

menemukan semua salah saji yang material dalam Laporan Keuangan Badan

Narkotika Nasional.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA