hasil hutan ikutan dari dipterocarpaceae

Upload: aris-abdul

Post on 02-Jun-2018

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Hasil Hutan Ikutan DariDipterocarpaceae

    1/10

    1

    HASIL HUTAN IKUTAN DARI DIPTEROCARPACEAE

    Jenis, Status Penelitian dan Strategi Pengembangan

    Oleh:

    Yusliansyah

    RINGKASAN

    Hasil hutan ikutan dari Dipterocarpaceae terdiri dari minyak keruing, damar,

    lemak tengkawang, kapur barus/kamper dan tannin. Hasil hutan ikutan ini

    dipungut dan di olah oleh masyarakat sekitar hutan sebagai mata pencaharian

    tambahan selain bertani. Potensi hasil hutan ikutan dari Dipterocarpaceae saat ini

    diperkirakan jauh menurun, sejalan dengan menurunnya potensi kayu

    Dipterocarpaceae yang di tebang untuk keperluan bahan baku industri perkayuan.

    Dalam upaya menjadikan komoditi hasil hutan ikutan dari Dipterocarpaceae

    sebagai salah satu jenis usaha berbasis hutan, diperlukan tiga langkah

    pengembangan yaitu; peningkatan kegiatan penelitian, penanaman jenis pohon

    penghasil dan pemberian insentif bagi para pelaku yang terlibat di dalam

    peningkatan pemanfaatan hasil hutan ikutan ini.

    Kata kunci : Hasil hutan ikutan, Dipterocarpceaea, mata pencaharian, usaha

    berbasis hutan, langkah pengembangan

    I. PENDAHULUAN

    Salah satu mata pencaharian masyarakat sekitar hutan selain bertani

    adalah mengumpulkan hasil hutan selain kayu yang lebih dikenal dengan sebutan

    Hasil Hutan Ikutan atau Hasil Hutan Bukan Kayu.

    Hasil hutan Ikutan adalah barang (goods) yang dihasilkan benda hayati

    selain kayu yang berasal dari hutan atau lahan sejenis. Hasil ini dikelompokkan

    dalam beberapa kelompok yaitu: resin, minyak atsiri, minyak lemak, pati danbuah-buahan, tanin dan bahan pewarna, karet dan getah, rotan dan bambu serta

    tumbuhan obat.

    Dipterocarpaceae yang merupakan pohon dominan dalam hutan alam

    hujan tropis basah, selain menghasilkan kayu yang laku diperdagangkan di pasar

    nasional maupun internasional juga menghasilkan produk non kayu berupa

    minyak keruing, damar, lemak tengkawang, kapur barus dan tanin.

    Hasil hutan ikutan dari Diptericarpaceae telah dikumpulkan dan

    dimanfaatkan oleh masyarakat jauh sebelum maraknya kegiatan penebangan

    kayu, baik untuk dipergunakan sendiri maupun di jual untuk keperluan bahanbaku pada beberapa industri.

  • 8/10/2019 Hasil Hutan Ikutan DariDipterocarpaceae

    2/10

    2

    Tulisan berikut ini diharapkan dapat menjadi stimulan pada para pihak

    untuk mengembangkan pemanfaatan hasil hutan ikutan dari Diptericarpaceae,

    sebagai salah satu jenis usaha berbasis hutan.

    II. JENIS

    Hasil Hutan Ikutan dari Dipterocarpaceae terdiri dari minyak keruing

    yang dihasilkan dariDipterocarpusspp; damar yang dihasilkan dari Shoreaspp,

    Hopeaspp dan Vaticaspp; lemak tengkawang yang dihasilkan dari buah pohon

    tengkawang (Shorea spp); kemudian kapur barus/kamper yang dihasilkan

    Dryobalanopsspp dan tanin yang dihasilkan Shoreaspp danHopea spp.

    1. Minyak keruing

    Minyak keruing merupakan resin cair dengan nama ilmiah Oleoresin,

    nama lain adalah balsam, damar minyak atau minyak lagan. Minyak keruing

    berbau harum, lengket dan berminyak.

    Menurut Boer dan Ella (2001) Dipterocarpus spp. terdiri dari 70 jenis,

    tersebar dari Srilanka, India, Burma, Thailand, Indo-china, Cina Selatan,

    Philipina, Malaysia dan lndonesia. Selanjutnya dari jumlah tersebut hanya 20jenis yang menghasilkan minyak keruing (Tabel 1).

    Minyak keruing diperoleh melalui penyadapan yaitu dengan cara

    membuat lubang sadap berbentuk segitiga pada batang pohon keruing

    berdiameter minimal 50 cm dan berada pada ketinggian 1 meter di atas

    permukaan tanah. Lubang di buat mengarah pada pusat batang. Pengumpulan

    minyak dilakukan di dalam lubang pada saat musim hujan (Nopember

    Januari), dimana minyak banyak dihasilkan. Sisa minyak yang terdapat di dalam

    lubang harus dihilangkan dengan cara membakar, sehingga tidak terjadi

    penyumbatan dan aliran minyak dapat terus berlangsung.

    Tabel 1.Daftar jenis pohon penghasil minyak keruing dari Dipterocarpaceae

    No. Nama botanis Nama lokal

    1. Dipterocarpus cornutus Keruing gajah

    2. D. crinitus Keruing bulan

    3. D. haseltii Keruing bunga

    4. D. kerri Keruing gondola

    5. D. grandiflorus Keruing belimbing

    6. D. turbinatus -

    7. D. tuberculatus -

    8. D. alatus -

    9. D. baudii Lagan senduk

  • 8/10/2019 Hasil Hutan Ikutan DariDipterocarpaceae

    3/10

    3

    10. D. caudatus Keruing gasing

    11. D. confertus Keruing tempurung

    12. D. costatus Keruing bukit13. D. dyeri Keruing daun lebar

    14. D. gracilis Keruing keladan

    15. D. kunstleri Keruing lagan

    16. D. palembanicus Lagan torop

    17. D. sublamellatus Lagan buih

    18. D. retusus Keruing gunung

    19. D. validos Keladan

    20. D. verrucosus Keruing beras

    Sumber : Soerianegara dan Lemmens (1997)

    Minyak keruing digunakan oleh masyarakat sekitar hutan untuk lampu

    penerangan (obor), dempul pada kapal kayu dan pelapis untuk meningkatkan

    ketahanan kayu terhadap air. Selain itu minyak keruing digunakan pula sebagai

    pernis ruangan dan bahan obat-obatan antara lain sebagai dis-infectant, laxative,

    diuretic, stimulant ringan dan analgesic liniments

    Sifat fisiko-kimia minyak keruing terdiri dari Berat Jenis 0,9180

    0,9636, Putaran optik - 37,57 3,81 o, Bilangan asam 1,63 7,95, Bilangan

    ester 3,24 4,32 , Kandungan a-gurjune, min 50 % dan Indeks bias 1,4979

    1.5041

    2. Damar

    Damar merupakan resin keras (hard resin) yang banyak terdapat pada

    batang pohon Shorea spp, Hopea spp dan Vatica spp, berbentuk keras atau

    rapuh, dengan warna bervariasi tergantung dari jenis dan mempunyai kandungan

    senyawa kimia kompleks. Pada Tabel 2. berikut ini disajikan jenis pohon

    penghasil damar dari Dipterocarpaceae.

    Tabel 2. Daftar jenis pohon penghasil damar dari Dipterocarpaceae

    No. Klasifikasi

    kualitas

    Nama botanis Nama lokal

    A. Bagus Shorea javaniva Damar kaca

    Sh. lamelata Damar paket

    Sh. virescens Damar maja

    Sh. retinodes Damar mansarai

    Sh. assamica Damar masegar

    Hopea dryobalanoides Merawan seluai

    H. celebica -H. beccariana Lempong mit

  • 8/10/2019 Hasil Hutan Ikutan DariDipterocarpaceae

    4/10

    4

    Vatica rassak Resak danau

    B. Sedang Hopea mangarawan Merawan benarH. sangal Merawan jangkar

    Shorea kunstleri Benuas lebar daun

    Sh. laevifolia Bangkirai

    Sh. paguetiana Bangkira guruk

    Sh. platycarpa Lanan tembaga

    Sumber : Soerianeraga dan Lemmens (1997)

    Pemanenan damar seperti halnya minyak keruing dilakukan melalui

    penyadapan yaitu dengan membuat lubang pada batang pohon yang akan di

    sadap, berbentuk segitiga mengarah pada pusat batang. Di Krui, PropinsiLampung penyadapan damar dilaksanakan pada batang pohon Shorea javanica

    berumur 20 tahun, dengan diameter batang berkisar antara 25 hingga 30 cm.

    Damar digunakan masyarakat sebagai lampu penerang (obor), dempul

    pada kapal kayu dan sebagai bahan kerajinan tangan. Damar digunakan pula

    sebagai dupa pada upacara keagamaan pada agama tertentu, obat tradisional

    untuk penyakit diare, kulit, gangguan telinga, luka dan sakit gigi. Selain itu

    damar telah pula digunakan sebagai pengeras lilin lunak pada semir sepatu,

    kertas karbon, pita mesin ketik dan sebagai bahan cat dan pernis.

    3. Lemak tengkawang

    Biji tengkawang atau illipe nut mengandung lemak (green butter) yang

    dapat di olah menjadi minyak goreng, pengganti coklat, bahan farmasi, kosmetik,

    sabun dan margarine. Pada Tabel 3 disajikan 16 jenis pohon Shorea spp yang

    menghasilkan biji tengkawang. Dari jumlah tersebut lima diantaranya yaitu

    Shorea macrophylla, Sh. palembanica, Sh. splendida, Sh. stenoptera dan Sh.

    gibbosadikenal sebagai penghasil biji tengkawang utama.

    Tabel 3. Daftar jenis pohon dari Shoreaspp penghasil buah tengkawang

    No. Nama botanis Nama local

    1. Shorea macrophylla Tengkawang buah

    2. Sh. palembanica T. majau

    3. Sh. splendida T.bani

    4. Sh. stenoptera T. tungkul

    5. Sh. gibbosa Damar buah

    6. Sh. beccariana Tengkawang tengkal

    7. Sh. lepidota Abang gunung

    8. Sh. macranta Merantri lengkung daun

    9. Sh. mecistopteryx Tengwang layer10. Sh. pinanga T. rambai

  • 8/10/2019 Hasil Hutan Ikutan DariDipterocarpaceae

    5/10

    5

    11. Sh. singkawang Sengkawang pinang

    12. Sh. balanocarpoides Damar hitam katup

    13. Sh. faguetiana Bangkira garuk14. Sh. sumatrana Sengkawang

    15. Sh. atrinervosa Resak bunga

    16. Sh. seminis Tengkawang terindak

    17. Sh. fallax Tuntong seluing

    18. Sh. scaberrima Tengkawang kijang

    19. Sh. amplexicaulus Awang rambut

    Sumber : Soerianegara dan Lemmens (1997)

    Proses pengolahan buah tengkawang menjadi lemak diawali dengan

    pemisahan biji dari daging buah. Pemisahan ini dapat dilakukan dengan caraperendaman dalam air mengalir dan penjemuran di atas bara api (pengasapan).

    Biji tengkawang yang mengandung lemak tersebut selanjutnya di ekstrak dengan

    cara perebusan, pengempaan atau penggunaan bahan kimia. Lemak yang

    diperoleh selanjutnya dimurnikan dengan cara penetralan dalam alkali,

    pemucatan dan penghilangan bau.

    Sifat fisiko-kimia minyak tengkawang terdiri dari; warna kuning, berat

    jenis 0,88 hingga 0,90; indeks bias 1,455 1,457; bilangan asam 12 101;

    bilangan penyabunan 200; bilangan iod 27 37 dan titik beku 34 35 oC

    4. Kapur barus

    Kapur barus atau kamper diperoleh dari pohon kapur (Dryobalanops

    aromaticadanD. beccarii), berbentuk kristal padat berwarna putih atau minyak.

    Pengambilan kapur barus dilakukan pada saat pohon kapur di tebang, kemudian

    di potong-potong menjadi kayu bangunan. Kapur barus digunakan sebagai bahan

    obat-obatan, parfum dan sintesis (paduan) organik.

    5. Tanin

    Tanin merupakan bahan penyamak kulit, pembuatan tinta dan pengobatan

    luka bakar. Tannin di dapat melalui ekstraksi kulit kayu pohon Hopea yaitu H.

    acuminate danH. odoratadan Shorea yaitu Sh. leprosula, Sh. negrosensis dan

    Sh. siamensis

    III. STATUS PENELITIAN

    Berikut ini disampaikan beberapa hasil penelitian berkaitan dengan hasil

    hutan ikutan dari Dipterocarpaceae yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), Bogor.

  • 8/10/2019 Hasil Hutan Ikutan DariDipterocarpaceae

    6/10

    6

    1. Minyak keruing

    Berdasarkan hasil penelitian Wiyono et. al. (2000), diusulkan persyaratanmutu minyak keruing adalah BJ 0,9180 0,9636; indek bias 1,4979 1,5041;

    putaran optik (-37,57)- (-3,81 0); bilangan asam 1,63 7,95; bilangan

    penyabunan 2,28 11,48; bilangan ester 3,24 4,32 dan kandungan a-gurjune,

    min 50 %.

    Sedangkan untuk memisahkan minyak keruing dari getah keruing dapat

    dilakukan melalui cara penyulingan (Wiyono, 1996) atau penggunaan pelarut

    organik (Wiyono, 1998).

    2. Damar

    Tambunan (1980), mengemukakan bahwa nilai ekonomis damar

    ditentukan oleh besarnya ukuran butir, kebersihan dan kejernihan warna. Untuk

    memperbaiki kualitas damar tersebut dapat dilakukan melalui pemurnian dengan

    menggunakan garam malcaurin dalam keadaan vakum.

    Wiyono & Silitonga (2001) telah melakukan penelitan untuk mengetahui

    pengaruh jenis pelarut organik dan kualitas damar mata kucing terhadap

    rendemen dan sifat fisiko kimia damar yang dimurnikan. Hasil penelitian pelarut

    organic dan kualitas damar mata kucing berpengaruh sangat nyata pada bilanganasam, bilangan iod, kadar abu dan kadar bahan tak larut dalam toluene dan

    berpengaruh nyata pada bilangan penyabunan damar yang telah dimurnikan.

    Pemurnian damar mata kucing dengan pelarut benzene menghasilkan sifat fisiko-

    kimia yang lebih baik dibanding dengan pelarut toluene.

    Untuk mengetahui rendemen dan sifat fisiko-kimia residu damar mata

    kucing, Wiyono et.al (2005), melakukan penyulingan cara kering dalam kondisi

    vakum, pada tekanan 0,06 Pa dan suhu 65 86 0 C. Hasil penelitian residu damar

    mata kucing yang telah dipisahkan minyak atsirinya belum memenuhi

    persyaratan yang ditetapkan, baik sifat titik lunak, bilangan asam maupun kadar

    abunya. Sehubungan dengan hal itu dalam proses penyulingan secara vakumperlu dicoba dengan menggunakan tekanan yang lebih besar yang disertai

    kondensasi yang tepat untuk tekanan tersebut.

    Percobaan pembuatan pernis dari damar berkualitas rendah, dengan

    formula 65 % larutan damar, 25 % alkyd sintetis, 8,8 % minyak tanah, 0,3 %

    cobalt kering dan 0,9 % calcium kering telah menghasilkan pernis berkualitas

    baik (Edriana et.al, 2004).

  • 8/10/2019 Hasil Hutan Ikutan DariDipterocarpaceae

    7/10

    7

    3. Lemak tengkawang

    Sumadiwangsa & Silitonga (1974) melaporkan bahwa pemisahan bijitengkawang dari daging buah dengan cara basah (perendaman) menghasilkan biji

    dengan warna hitam, dengan kadar lemak tinggi dibanding dengan cara kering

    (salai). Selain itu disebutkan pula kualitas buah tengkawang dipengaruhi oleh

    waktu penyimpanan, dimana semakin lama disimpan kualitasnya semakin

    menurun. Begitu pula dengan biji semakin besar biji berarti kandungan lemaknya

    semakin besar dan sebaliknya kadar air menjadi lebih kecil. Penyimpanan biji

    yang lebih lama dapat pula menyebabkan meningkatnya kandungan asam lemak

    bebas (Free Fat Acid) sehingga lemak mudah tengik (Sudradjat, 1979).

    Pengolahan buah tengkawang menjadi lemak tengkawang menurut Rosid

    (1980) berupa pemisahan biji dari daging buah, dimana dapat dilakukan dengan

    cara basah (perendaman) dan cara kering (salai), kemudian ekstraksi lemak dari

    biji dapat dilakukan dengan cara perebusan (rendering), pengempaan (kompressi

    mekanis) dan penggunaan pelarut kimia. Selanjutnya pemurnian lemak dapat

    dilakukan melalui penetralan dengan alkali, pemucatan dan penghilangan bau.

    Menurut Astana et. al. (1987), Sistem tata niaga biji tengkawang dari

    lokasi pemungutan ke luar negeri melalui pedagang perantara/KUD dan

    eksportir/PUSKUD. Sistem tata niaga ini belum efisien, karena margin yang

    diterima petani (45,83 %) lebih rendah dari margin tata niaganya (54,13 %).

    Eksportir mengambil keuntungan margin cukup besar (19,76 %) dibandingdengan biaya tata niaga yang dikeluarkan (9,40 %).

    IV. STRATEGI PENGEMBANGAN

    Untuk meningkatkan pemanfaatan hasil hutan ikutan dari

    Dipterocarpaceae diperlukan strategi pengembangan antara lain peningkatan

    kegiatan penelitian, penanaman jenis-jenis pohon penghasil dan pemberian

    insentif bagi para pengembang.

    1. Penelitian

    Menurut Shiva & Jantan (1998) untuk meningkatkan pemanfaatan hasil

    hutan ikutan dari Dipterocarpaceae perlu dilakukan beberapa upaya penelitian,

    antara lain :

    a. Pengembangan metode penyadapan resin dan damar

    b. Menentukan rotasi pemanenan, waktu dan musim untuk penyadapan,

    untuk meningkatkan hasil yang optimum dan lestari.

    c.

    Mengembangkan teknik yang sesuai untuk pengumpulan kapus barus

    d.

    Menentukan musim yang sesuai dan pengembangan tahapan pemanenanbuah tengkawang untuk mendapatkan biji yang berkualitas

  • 8/10/2019 Hasil Hutan Ikutan DariDipterocarpaceae

    8/10

    8

    e. Penggunaan daun untuk bahan pembuatan cangkir, piring dan bungkus

    rokok

    f.

    Optimalisasi teknik pengambilan tannin dan produk obat-obatan yang diekstrak dari kulit.

    Sejalan dengan keinginan tersebut Pusat Penelitian dan Pengambangan

    Hasil Hutan (P3HH), Bogor telah melakukakan beberapa penelitian yang

    berkaitan dengan komoditi lemak tengkawang, damar dan minyak keruing.

    Penelitian serupa diyakini telah pula dilakukan oleh berbagai perguruan

    tinggi dan lembaga penelitian terkait. Sehubungan dengan hal itu penelusuran

    data/informasi hasil penelitian perlu dilakukan.

    Penelitian pengembangan pemanfaatan hasil hutan ikutan dari

    Dipterocarpaceae untuk bahan baku berbagai industri sangat perlu dilakukan.

    Hasil penelitian ini diyakini akan merangsang berbagai pihak untuk menanam

    kembali pohon penghasil damar, minyak keruing, kapur barus, buah tengkawang

    dan tanin.

    2. Penanaman pohon penghasil

    Semenjak kayu Dipterocarpaceae dijadikan sebagai sumber utama untuk

    memenuhi kebutuhan bahan baku industri perkayuan pada akhir abad ke 19,maka kegiatan penebangan kayu Dipterocarpaceae berlangsung semarak dan

    cenderung berlebihan (over cutting), baik yang dilakukan oleh para pemegang

    HPH maupun yang dilakukan oleh masyarakat secara illegal. Akibatnya potensi

    hasil hutan ikutan dari keluarga Dipterocarpaceae menurun drastis, sejalan

    dengan penurunan potensi kayu Dipterocarpaceae di hutan alam.

    Penanaman pohon penghasil damar (Shorea javanica) di Krui, Propinsi

    Lampung berhasil baik. Begitu pula penanaman pohon penghasil tengkawang

    (Shoreaspp) pada beberapa tempat di Kalimantan Barat.

    Beberapa waktu yang lalu menteri Kehutanan telah mencanangkan

    penanaman kembali pada areal hutan yang bernilai ekonomis rendah denganpelibatan masyarakat dalam bentuk Hutan Tanaman Rakyat (HTR). Untuk

    Kalimantan dipilih jenis karet (Hevea brasiliensis) dengan pertimbangan telah

    lama dikenal masyarakat dan berhasil baik.

    Penanaman karet dengan diselingi jenis-jenis Dipterocarpaceae penghasil

    damar dan tengkawang nampaknya merupakan ide yang baik dan perlu ditindak

    lanjuti. Selain dapat menambah luas hutan, meningkatkan volume persedian kayu

    dimasa yang akan datang juga dapat memberi hasil antara seperti halnya karet.

  • 8/10/2019 Hasil Hutan Ikutan DariDipterocarpaceae

    9/10

    9

    3. Pemberian insentif

    Dengan maksud untuk merangsang pengembangan pengusahaan hasilhutan ikutan dari Dipterocarpaceae , maka bagi para pihak yang terlibat perlu

    kiranya diberikan beberapa insentif yang menarik seperi pemberian pinjaman

    uang sebagai modal usaha dengan bunga rendah, kemudahan perizinan dan

    pembebasan pajak.

    V. PENUTUP

    Memberdayakan masyarakat sekitar hutan dan meningkatkan berbagai jenis

    usaha berbasis kehutanan yang ramah lingkungan sangat perlu dilakukan. Selain

    akan berdampak posistif bagi peningkatan pendapatan masyarakat juga dapat

    menimbulkan kesadaran tentang pentingnya melestarikan hutan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Astana, S. 1987. Efisiensi tata niaga ekspor biji Tengkawang dari Kalimantan

    Barat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 4 (2), 1987

    Boer, E and Ella, AB (Editors). 2001. Plant Resources of South-East Asia No.

    18. Plant Producing Exudates. Prosea, Bogor.

    Edriana, E; E. Dahlian dan E.S. Sumadiwangsa. 2004. Teknik pembuatan pernis

    dari damar untuk usaha kecil. Jurnal penelitian Hasil Hutan.

    Rosid, M. 1980. Peningkatan pengolahan biji tengkawang sebagai sumber lemak

    nabati. Prosiding Diskusi Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta 9 11 Juli

    1980.

    Shiva, MP and I. Jantan. 1998. Non Timber Forest Products from Dipterocarps.In Appanah, S and JM. Turnbull (eds.). A Review of Dipterocarps,

    Taxonomy, Ecology and Silviculture.

    Soerianegara and Lemmens, RHMJ (Editors). 1997. Plant Resources of South-

    East Asia No. 5 (1). Timber Trees: Commercial timbers. Prose, Bogor.

    Sudradjat, 1979. Beberapa masalah dalam pengusahaan biji tengkawang.

    Kehutanan Indonesia 6 (I), 1979.

    Sumadiwangsa, S dan T. Silitonga. 1974. Analisa Fisiko-Kimia Tengkawang dari

    Kalimantan. Lembaga Penelitian Hasil Hutan.

  • 8/10/2019 Hasil Hutan Ikutan DariDipterocarpaceae

    10/10

    10

    Tambunan, B. 1980. Damar dan cara pengolahannya. Prosiding Diskusi Hasil

    Hutan Bukan Kayu, Jakarta 9 11 Juli 1980.

    Wiyono, B. 1996. Sifat fisiko-kimia minyak keruing yang dihasilkan dari metode

    penyulingan uap. Buletin Penelitian Hasil Hutan 14 (1), 1996.

    _________. 1998. Pengaruh jenis pelarut dan ratio getah dan volume pelarut

    terhadap rendemen dan sifat fisiko-kimia minyak keruing. Buletin

    Penelitian Hasil Hutan 16 (3) 1998.

    Wiyono, B ; Hartoyo dan P. Hastoeti. 2000. Sifat dasar minyak keruing dan

    kemungkinan penetapan baku mutunya. Buletin Penelitian Hasil Hutan 18

    (2). 2000.

    _________ dan T. Silitonga. 2001. Pengaruh jenis pelarut dan kualitas damar

    terhadap rendemen dan sifat fisiko-kimia damar yang dimurnikan. Buletin

    Penelitian Hasil Hutan.

    __________, K. Sofyan, D. Kurniasih dan P Hastoeti. 2001. Pengaruh lama

    penyulingan secara kering pada kondisi vakum terhadap rendemen dan sifat

    fisiko-kimia residu damar mata kucing. Buletin Penelitian Hasil Hutan.