hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id · jenis tertinggi adalah gracilaria dan laurencia...
TRANSCRIPT
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Taksa
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 49 jenis dari 24 marga dan 12 suku
ganggang merah di perairan pantai Jawa Barat. Marga dengan keanekaragaman
jenis tertinggi adalah Gracilaria dan Laurencia masing-masing terdiri dari 7 jenis.
Marga lain dengan keanekaragaman jenis tinggi adalah Hypnea yaitu 6 jenis. Pada
tingkat suku, Rhodomelaceae merupakan suku dengan jumlah jenis terbanyak
yaitu 11 jenis dari 5 marga. Suku lainnya dengan keanekaragaman jenis tinggi
adalah Gracilariaceae, Corallinaceae dan Ceramiaceae masing-masing sebanyak
7 jenis (Tabel 1).
Tabel 1 Keanekaragaman taksa ganggang merah di perairan pantai Jawa Barat
Taksa
Lokasi Pantai
Anyer Carita Pelabuhan
Ratu
Ujung
Genteng
Pangandaran Total
M J M J M J M J M J M* J**
Ceramiaceae 3 3 1 1 2 2 2 3 - - 4 7
Champiaceae 1 1 - - 1 1 1 1 1 1 1 1
Coralinaceae 2 2 2 3 3 4 3 6 1 1 3 7
Halymeniaceae - - - - - - 1 1 - - 1 1
Helmithocladiaceae 1 1 - - 1 1 - - - - 1 1
Hypneaeceae 1 2 1 2 1 4 1 5 1 3 1 6
Galaxauraceae 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Gelidiaceae 3 4 3 3 3 4 2 2 2 2 3 4
Gracilariaceae 1 5 1 4 1 5 1 6 1 2 1 7
Rhodomelaceae 3 4 3 5 2 6 3 7 2 3 5 11
Rhodymeniaceae - - - - - - 1 1 - - 1 1
Peyssonneliaceae 1 1 1 1 - - - - - - 1 1
Total 17 24 13 20 16 29 17 35 9 13 24 49
*M = jumlah marga, ** J = jumlah jenis
Variasi Morfologi
Ganggang merah yang ditemukan memiliki variasi ukuran, tipe talus, tekstur,
dan percabangan talus. Panjang talus beragam mulai dari talus kecil berukuran 2.6-
3.6 mm pada Ceramium cingulatum sampai berukuran besar dengan panjang
sampai 33 cm pada Halymenia durvillei. Tipe talus yang ditemukan antara lain
20
filamen terbuka dan bercabang, berdaging, berkapur tegak dan mengerak (Gambar
4). Talus tipe filamen ditemukan sebanyak 7 jenis yaitu Spyridia filamentosa,
Ceramium spp., Polysiphonia sp., dan Centroceras clavulatum. Talus tipe filamen
terdiri dari sel aksial dan sel-sel perisentral yang membentuk kortikasi pada
filamen. Sel perisentral menutupi seluruh filamen aksial misalnya pada
Polysiphonia sp. dan C. clavulatum, sedangkan pada Ceramium spp. sel
perisentral menutupi sebagian filamen membentuk pita-pita pada filamen. Talus
dengan struktur berupa filamen terbuka merupakan bentuk talus primitif (Sze
1993). Talus berdaging, berkapur tegak dan mengerak terbentuk dari agregasi
filamen membentuk struktur menyerupai parenkim (Sze 1993).
Umumnya struktur talus ganggang merah yang ditemukan adalah berdaging
dengan sumbu dan percabangan silindris, pipih atau bentuk lembaran. Jenis
dengan percabangan silindris antara lain marga Gracilaria, Laurencia, Hypnea,
dan Acantophora, sedangkan percabangan pipih yaitu pada H. durvillei,
Grateloupia filicina, dan Gracilaria textorii. Talus berkapur tegak dan bersegmen
contohnya adalah Amphiroa spp. dan Jania spp. Sedangkan bentuk talus
mengerak ditemukan hanya satu jenis yaitu Peyssonnelia obscura. Talus
mengerak terdiri dari suatu lapisan filamen basal yang tumbuh mendatar dengan
cabang-cabang tegak pendek dan membentuk masa yang kompak (Sze 1993).
Ganggang merah dengan talus mengerak umumnya ditemukan hidup pada
perairan dalam (Dawson 1966).
Gambar 4 Variasi tipe talus ganggang merah yang ditemukan (A) filamen dengan
kortikasi sebagian pada Ceramium sp. (B) filamen dengan kortikasi pada
seluruh filament pada C. clavulatum, (C) berdaging pipih pada
H. durvillei, (D) berdaging silindris pada Champia parvula, (E) mengerak
pada P. obscura, (F) berkapur tegak pada Amphiroa fragilisisma.
(C) 2 cm
(E) 1 cm
(D) 1 cm
(F) 1 cm
(A) 200 µm
µm
250 µm (B)
21
Pola pertumbuhan talus bervariasi antara lain tegak, mendatar atau
menjalar, berumpun atau mengelompok, dan soliter. Pola pertumbuhan talus
umumnya tegak dan berumpun dengan beberapa sumbu talus tumbuh dari titik
pangkal. Pada beberapa jenis membentuk pertumbuhan mendatar pada substrat
dan membentuk massa talus seperti bantalan atau keset dengan cabang-cabang
menyilang, berlekatan atau tidak. Pada jenis epifit seperti Leveillea
jungermanoides, Hypnea spinella dan C. clavulatum tumbuh menjalar pada
inang. Pada jenis-jenis Gelidium pusilum, Gelidiella acerosa, Gelidium spinosum,
dan Gelidiopsis variabilis tumbuh mengelompok dan terdapat stolon yang
menghubungkan antar individu.
Tekstur talus dari ganggang merah yang ditemukan bersifat kenyal atau
agak elastis seperti tulang rawan, lunak, kuat atau liat, dan getas. Sebagian besar
ganggang merah yang ditemukan bersifat kartilaginous. Sifat ini terdapat pada
ganggang merah dengan talus berdaging dan parenkimatous, misalnya pada marga
Gracilaria, Laurencia, Hypnea, dan Achantophora. Jenis dengan tekstur kuat
atau liat yang ditemukan berasal dari anggota Gelidiaceae yaitu G. acerosa, G.
pusilum, dan G. spinosum. Jenis ganggang merah dengan tekstur lunak
mempunyai bagian medula berongga atau berfilamen dan berisi cairan berlendir
atau memiliki ukuran talus kecil, contohnya yaitu Wrangelia penicilata, Champia
parvula, dan Spyridia filamentosa. Ada dua jenis dengan sifat permukaan talus
licin seperti berlendir yaitu H. durvillei dan G. filicina. Sifat ini dapat mengurangi
kerusakan akibat arus atau ombak (Kain & Norton 1995).
Jenis ganggang merah dengan tekstur kaku dan getas adalah kelompok
ganggang merah yang mengandung kapur dengan berbagai tingkat pengapuran.
Pengapuran terjadi pada seluruh permukaan talus misalnya pada Liagora viscida
dan Tricleocarpa fragilis atau membentuk bagian berkapur yang diselingi bagian
tidak berkapur (genicula) membentuk segmen-segmen pada talus misalnya pada
A. fragillisima, Jania capilacea, dan Cheilosporum acutilobum. Jenis-jenis
ganggang merah berkapur yang ditemukan adalah anggota Corallinales yaitu
marga Amphiroa, Jania, dan Cheilosporum, sedangkan dari ordo Nemaliales yaitu
Liagora dan Tricleocarpa. Coralinales mendeposit kalsium karbonat dalam bentuk
kalsit pada dinding sel, sedangkan Nemaliales mendeposit kalsium karbonat
22
dalam bentuk aragonit pada ruang interseluler (Bold & Wynne 1985; Lee 1989).
Jenis yang mengandung kapur penting dalam pembentukan terumbu karang dan
sedimentasi pantai.
Ganggang merah yang ditemukan pada penelitian ini membentuk alat
pelekat mencakram, rizoid, dan haptera. Bentuk alat pelekat pada ganggang merah
yang diamati umumnya mencakram. Bentuk ini menghasilkan perlekatan yang
kuat dan sangat sesuai untuk menempel pada substrat keras seperti pada karang.
Alat pelekat rizoid terlihat pada W. penicilata, dan Ceramium spp. Bentuk alat
pelekat dengan haptera dan stolon terlihat pada anggota Gelidiales yaitu
G. acerosa dan G. spinosum. Pada A. fragillisima dan T. fragilis dapat membentuk
lapisan mengerak pada dasar talus sebagai pelekat. Beberapa jenis ganggang
merah yang diamati dapat membentuk perlekatan sekunder dengan bagian talus
yang tumbuh mendatar dan menyentuh substrat. Menurut Bold dan Wynne (1985),
ganggang laut memiliki cara perlekatan yang beragam pada substrat, mulai dari
holdfast yang terdiri dari sel basal sederhana, rizoid, stolon, tendril, pelekat
mencakram, dan haptera.
Pola percabangan pada ganggang merah yang ditemukan antara lain
menggarpu, berseling, berhadapan, spiral, simpodial, atau tidak beraturan.
Percabangan menggarpu terdapat pada semua anggota Nemaliales dan Coralinales
yang ditemukan yaitu jenis T. fragilis, Amphiroa spp., dan Jania spp. Percabangan
berseling atau berhadapan contohnya pada G. spinosum, G. acerosa, dan
Laurencia dotyii, sedangkan percabangan simpodial ditemukan pada Laurencia
papilosa dan Achantophora spicifera. Beberapa jenis ganggang merah antara lain
H. durvillei, Gracilaria foliifera, dan G. filicina membentuk percabangan yang
tumbuh dari pinggir sumbu talus.
Ganggang merah anggota suku Rhodomelaceae, Gelidiaceaea dan
Hypneaceae yang ditemukan membentuk branchlet pada talusnya. Branchlet
adalah cabang-cabang sekunder pendek dengan pertumbuhan terbatas. Branchlet
merupakan bagian talus tempat pembentukan struktur reproduksi pada jenis-jenis
tersebut. Pada branchlet terdapat bagian yang membengkak pada ujung atau
pangkalnya yang disebut stichidia, yang merupakan tempat pembentukan
tetrasporangia. Bentuk branchlet beragam antara lain bentuk duri, bentuk benang
23
(filiformis), bentuk filamen dengan satu deret sel, menggada, silindris, dan pipih
menyudip (spatulata) (Gambar 5). Branchlet bentuk duri terdapat pada anggota
marga Hypnea dan A. spicifera, bentuk benang pada C. armata dan G. acerosa.
Bentuk filamen dengan satu deret sel (uniseriata) pada S. filamentosa, Branchlet
bentuk menggada atau silindris dengan lekukan apikal khas pada Laurencia,
sedangkan bentuk pipih spatulata terdapat pada G. spinosum.
Gambar 5 Variasi bentuk branchlet pada ganggang merah (A) filamen uniseriata
(Spyridia filamentosa), (B) bentuk duri (Hypnea spinnela), (C)
filiformis (Chondria armata), (D) silindris (Laurencia papilosa), (E)
pipih spatulata (Gelidium spinosum), (F) menggada (Laurencia dotyii)
1 mm
5 mm
0.5 mm
0.5 cm
1 cm
(F) (E)
(B) (A)
(D) (C)
1 mm
24
Variasi Anatomi Talus
Struktur anatomi talus diamati pada ganggang merah berdaging dan
berkapur. Lapisan korteks merupakan lapisan terluar dari struktur anatomi talus.
Dari pengamatan terlihat sel berukuran relatif kecil, berpigmen lebih kuat, dan
menyerap zat warna. Lapisan korteks memiliki variasi ketebalan dan jumlah
lapisan sel. Pada Hypnea spp. korteks terdiri dari 2 lapis sel dengan ketebalan 25-
120 µm. Pada Gracilaria spp. korteks terdiri dari 2-8 lapisan sel dengan ketebalan
20-150 µm, sedangkan pada Laurencia spp. dan A. spicifera terdiri dari 1-2 lapis
sel dengan ketebalan 38-175 µm. Pada H. durvillei dan G. filicina lapisan korteks
relatif lebih tebal dan terdiri dari 4-8 baris sel yang tersusun transversal dengan
ketebalan 23-180 µm. Kedua jenis tersebut memiliki kemiripan dalam struktur
korteks. Struktur anatomi ganggang merah tidak memperlihatkan diferensiasi
jaringan seperti pada tumbuhan tinggi, hal ini sesuai dengan yang dikemukakaan
oleh Bold dan Wynne (1985) bahwa diferensiasi seluler pada struktur anatomi
talus ganggang merah terdiri dari sel korteks dan medula. Lapisan korteks
mengandung banyak pigmen dan merupakan tempat fotosintesis pada ganggang,
sedangkan medula tidak berpigmen dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan
cadangan makanan dan transportasi (Sze 1993).
Medula membentuk bagian tengah dari struktur anatomi talus ganggang
merah. Terdapat variasi bentuk, susunan, dan ukuran sel medula pada ganggang
merah yang diamati. Pada Hypnea spp., Laurencia spp., G. acerosa, G. spinosum,
dan Gracilaria spp. sel medula bentuk bulat, elips, atau polihedral dan rapat
membentuk struktur menyerupai parenkim. Pada Hypnea spp. sel medula relatif
besar dan terdapat filamen aksial pada bagian tengah dengan ukuran sel lebih
kecil dari sel sekitarnya. Pada C. armata, A. spicifera, G. spinosum dan Laurencia
spp. sel medula bulat dan tersusun beraturan dengan ukuran yang relatif sama,
sedangkan pada Gracilaria spp. ukuran sel semakin ke tengah semakin besar.
Pada H. durvillei, G. filicina, dan T. fragilis medula terdiri dari sel-sel memanjang
membentuk filamen, sel renggang dengan ruang antar sel berisi cairan berlendir.
Pada C. parvula dan Acrocystis sp. bagian tengah dari sayatan melintang talus
berongga berisi cairan berlendir. Bagian medula ganggang yang diamati
membentuk struktur menyerupai parenkim, filamen, atau berongga (Gambar 6).
25
Gambar 6 Sayatan melintang talus beberapa ganggang merah: medula dengan sel
bulat parenkimatous pada (A) Gracilaria salicornia, (B) Gracilaria
corticata, (C) Gracilaria coronopifolia, (D) Hypnea cornuta
(E) Gracilaria foliifera, (F) Laurencia poitei.), medula dengan sel-sel
bentuk filament pada (G) T. fragilis dan (H) Halymenia durvillei),
medula berongga pada (I) Acrocystis sp. m = medula, k = korteks.
Struktur Reproduksi
Sistokarp
Struktur reproduksi ganggang merah bervariasi bergantung pada jenis dan
fase siklus hidupnya. Pada gametofit betina struktur reproduksi yang diamati
adalah sistokarp. Sistokarp pada ganggang merah yang diamati memperlihatkan
keragaman bentuk, letak, dan ukurannya (Tabel 2). Bentuk sistokarp yang diamati
antara lain bulat, setengah bulat, kubah, dan cawan (Gambar 7). Sistokarp tersebar
pada permukaan talus, terletak pada percabangan, pada branchlet, atau pada
200µ
m µm
m
(A)
)
k 100µm
k
m
(C)
m
k
100 µm
(B)
100 µm
k
m
40 µm
k
m
m
k
100 µm (F) (E) (D)
m
k
100 µm (I) 100 µm
µm µm
m
k
(H)
)
180 µm
(G)
)
m
k
26
medula. Pada Gracilaria spp. sistokarp dapat diamati langsung, terlihat seperti
bintil-bintil dan tersebar pada permukaan talus, sedangkan pada A. spicifera dan
L. papilosa sistokarp bulat atau bentuk kendi dan terletak pada branchlet. Pada
H. durvillei dan G. filicina sistokarp terletak pada bagian dalam talus yaitu pada
lapisan medula luar dan tanpa lapisan perikarp, sehingga dapat diamati melalui
sayatan melintang talus. Pada Polysiphonia sp. dan Ceramium spp. sistokarp
terletak pada percabangan talus (Gambar 8).
Gambar 7 Variasi bentuk sistokarp pada ganggang merah yang dikoleksi di pantai
Jawa Barat. Bentuk kubah: (A) G. foliifera, (B) G. textorii, (C) G.
corticata. Hemisferikal: (D) G. verrucosa, (E) G. debilis. Bulat: (F) T.
fragilis, (G) G. filicina, (H) Ceramium sp. Bentuk cawawn (I)
Polysiphonia sp.
250 µm 200 µm
25 µm
100 µm
200 µm
180 µm
(F)
100 µm
50 µm (I) (G)
(E) (D)
(C) (B)
100 µm (H)
(A)
27
Tabel 2 Variasi sistokarp pada ganggang merah yang dikoleksi dari Jawa Barat
No. Nama Jenis Letak
Sistokarp
Bentuk
Sistokarp
Diameter
(mm)
Tebal
Perikarp
(µm)
Bentuk Karposporangia
1 A. spicifera branchlet bulat, kendi 0.50-0.70 50-100 menggada
2 Ceramium sp. cabang bulat 0.04-0.07 bulat
3 G. corticata permukaan talus hemisferikal,
kubah
1.00-1.30 230-310 bulat telur
4 G. coronopifolia permukaan talus hemisferikal,
bulat
0.70-1.50 63-250 bulat telur,
elips
5 G. debilis permukaan talus Hemisferikal, bulat
1.10-1.30 220-290 bulat telur
6 G. foliifera permukaan talus kubah, bulat 1.00-1.30 150-300 bulat
7 G. textorii permukaan talus kubah 0.80-1.50 120-200 bulat
8 G.. verrucosa permukaan talus hemisferikal,
bulat
0.50-1.50 50-200 bulat
9 G. filicina medula luar bulat 0.01-0.20 - bulat telur
10 H. durvillei medula luar bulat 0.30-0.35 - bulat telur
11 L. papilosa branchlet bulat,
lonjong
0.7-1.00 70-100 menggada,
lonjong
12 Polysiphonia sp. cabang cawan 0.20-0.26 150-175 menggada
Gambar 8 Variasi letak sistokarp (tanda panah) pada ganggang merah yang
dikoleksi: cabang filamen pada (A) Polysiphonia sp., branchlet pada
(B) L. papillosa dan (C) A. spicifera), menonjol dan tersebar pada
permukaan talus pada (D) G. foliifera dan (E) G. coronopifolia),
tenggelam dan terletak pada medulla (F) H. durvillei.
200 µm
(A)
f
0.5 mm
(F)
1 mm
(E)
1 mm
(D)
1 mm (B)
0.5 mm
(C)
28
Sistokarp tediri dari 3 bagian yaitu jaringan fotosintetik, jaringan non
fotosintetik, dan karposporofit (Hommersand & Fredericq 1995). Bagian pertama
dan kedua disebut sebagai perikarp, merupakan jaringan gametofit betina yang
berfungsi sebagai pelindung. Lapisan ini memiliki variasi ketebalan 50-300 µm
dan terdapat pori tempat keluarnya karpospora. Karposporofit terdiri dari filamen
gonimoblast dan karposporangia. Pada beberapa anggota Rhodomelaceae yang
ditemukan, karposporangia menggada atau lonjong, sedangkan pada Gracilaria
spp. dan G. filicina karposporangia berbentuk bulat atau bulat telur (Gambar 9).
Gambar 9 Bentuk karposporangia pada ganggang merah yang dikoleksi dari Jawa
Barat. Menggada pada: (A) L. papillosa dan (B) A. spicifera. Bulat atau
bulat telur pada: (C) G. corticata, (D) G. coronopifolia, (E) G. debilis,
(F) G. foliifera, (G) G. textorii, (H) G. filicina.
100 µm
60 µm
(A)
A
(B) 100 µm
(C)
(D) (E) (F)
(G) (H)
25 µm
24 µm
35 µm
25 µm
25 µm
29
Stichidia dan Konseptakel
Struktur reproduksi yang diamati pada tetrasporofit adalah stichidia
(Gambar 10). Stichidia adalah bagian dari branchlet yang membesar dan
mendukung tetrasporangia. Struktur ini terletak pada ujung, tengah, atau pada
pangkal branchlet. Stichidia diamati pada Hypnea spp., A. spicifera, Laurencia
spp., G. spinosum, dan G. acerosa. Struktur reproduksi lain yang diamati adalah
konseptakel, yang merupakan rongga pada talus dan di dalamnya terdapat
struktur reproduksi. Struktur ini terlihat berupa tonjolan hemisferikal pada
permukaan talus pada A. fragillisima dan A. anceps atau bentuk bulat telur dan
terletak pada titik percabangan pada Jania rubens, sedangkan pada Cheilosporum
spp. konseptakel terletak pada pinggir segmen. Menurut Bold dan Wynne 1985
konseptakel pada Corallinaceae terdapat pada tetrasporofit dan gametofit.
Konseptakel spermatangia dan karpogonia mempunyai lubang tunggal,
sedangkan konseptakel tetrasporangia mempunyai lubang tunggal atau banyak.
Konseptakel tetrasporangia yang diamati pada Jania sp., Amphiroa sp., dan
Cheilosporum sp. memiliki lubang tunggal.
30
Gambar 10 Struktur reproduksi (anak panah) berupa konseptakel dan stichidia
pada ganggang merah yang ditemukan. Konseptakel pada (A)
Cheilosporum acutilobum, (B) Jania rubens, (C) Amphiroa
fragillisima. Stichidia pada: (D) A. spicifera, (E) Laurencia
splendens, (F) Gelidiopsis variabilis, (G) Laurencia dotyii, (H) L
aurencia obtusa, (I) Gelidium spinosum, (J) Hypnea valentiaea,
(K) Gelidiella acerosa, (L) Hypnea spinnela, (M) Hypnea
pannosa, N. Hypnea musciformis.
(A) (B)
(C)
(D)
(E)
(F) 0.5 mm
250 µm
2 mm
1 mm 1 mm
1 mm
1 mm (G)
0.5mmmmmmmmmm
(H) 1 mm
(I)
1 mm
(J)
0.5 mm
(L)
2 mm
(M)
0.5 mm
(N)
0.5 mm (K)
31
Tetrasporangia
Letak tetrasporangia pada talus ganggang merah bervariasi. Pada
Gracilaria spp., G. filicina, dan C. parvula tetrasporangia terletak pada lapisan
korteks dan tersebar pada bagian tengah sampai ujung talus tetrasporofit.
Tetrasporangia dapat dibedakan dari sel korteks dari ukurannya yang lebih besar,
warna merah, dan adanya bidang pembelahan. Selain itu tetrasporangia yang
diamati mengelompok pada struktur khusus pada branchlet yang disebut
stichidia, misalnya pada Hypnea spp., G. spinosum, Laurencia spp., dan G.
acerosa. Pada ganggang merah anggota Coralinaceae tetrasporangia terletak pada
konseptakel. Sedangkan pada anggota Ceramiaceae yang ditemukan,
tetrasporangia terletak pada permukaan talus yaitu pada sel perisentral dan dapat
diamati langsung tanpa melakukan sayatan (Gambar 11 ).
Berdasarkan pola pembelahan tetrasporangia pada ganggang merah
dikelompokkan menjadi 3 tipe tetrasporangia yaitu cruciate, zonate, dan
tetrahedral (Bold & Wynne 1985; Guiry 1995). Ketiga tipe tetrasporangia tersebut
ditemukan pada ganggang merah yang dikoleksi (Gambar 11). Hasil pemeriksaan
tetrasporangia yang disajikan pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa pada jenis-
jenis dalam satu marga yang sama memiliki tipe tetrasporangia yang sama. Tipe
cruciate ditemukan pada 10 jenis dan terdapat pada marga Gracilaria, Ceramium,
Grateloupia, Gelidiella, dan Gelidium. Tetrasporangia cruciate membentuk dua
bidang pembelahan yang tegak lurus. Pembelahan tipe cruciate ditemukan pada
semua ordo dari Florideophycidae dan merupakan tipe tetrasporangia paling
primitif (Guiry 1995). Tetrasporangia tipe zonate ditemukan pada 10 jenis dan
terdapat pada marga Hypnea, Cheilosporum, dan Amphiroa. Tetrasporangia
zonate umumnya berbentuk elips atau kapsul dengan 3 bidang pembelahan
sejajar. Sedangkan tipe tetrahedral ditemukan pada 8 jenis dan terdapat pada
marga Laurencia, Acanthophora, Centroceras, dan Wrangelia. Tetrasporangia
tetrahedral umumnya berbentuk bulat atau bulat telur.
32
Tabel 3 Variasi tetrasporangia pada ganggang merah yang dikoleksi dari Jawa
Barat.
No. Nama Jenis Letak
Tetrasporamgia
Tipe Tetra-
sporangia
Bentuk
Tetrasporangia
Diameter
( µm)
Panjang
( µm)
1 A. anceps konseptakel zonate kapsul, tidak
beraturan
15-25 45-50
2 A. fragillisima konseptakel zonate elips, kapsul 20-25 47-57
3 A. spicifera stichidia tetrahedal bulat 37-45 37-45
4 C. cingulatum sel perisentral cruciate bulat, bulat telur 18-32 25-33
5 C. mansonii sel perisentral - bulat 10-57 10-57
6 C. byssoideum sel perisentral cruciate bulat 10-15 10-15
7 C. acutilobum konseptakel zonate kapsul 20-37 87-150
8 C. clavulatum buku-buku talus tetrahedral bulat 25-35 25-35
9 C. parvula korteks tetrahedral bulat-bulat telur 30-50 60-80
10 G. variabilis stichidia - bulat 25-30 25-30
11 G. acerosa stichidia cruciate bulat telur, elips,
kapsul
15-20 37-42
12 G. spinosum stichidia cruciate bulat, elips 10-20 22-26
13 G. salicornia korteks cruciate bulat, elips 10-22 22-37
14 G. coronopifolia korteks cruciate elips, bulat telur,
kapsul 10-25 35-45
15 G. debilis korteks cruciate elips, kapsul 12-22 38-50
16 G. textorii korteks cruciate kapsul 15-20 37-47
17 G. corticata kotrteks cruciate bulat, bulat telur 10-15 15-20
18 G. filicina korteks cruciate elips, bulat telur,
kapsul 22-30 30-62
19 H. pannosa stichidia zonate elips, kapsul 15-25 37-40
20 H.cervicornis stichidia zonate elips, kapsul 20-30 38-50
21 H. spinella stichidia zonate bulat telur, elips 20-25 33-38
22 H. cornuta stichidia zonate elips, kapsul 18-20 30-40
23 H. valentiae stichidia zonate elips, kapsul 18-25 55-60
24 H. musciformis stichidia zonate kapsul 5-23 13-55
25 L. splendens stichidia tetrahedal bulat, bulat telur 25-37 23-43
26 L. dotyii stichidia tetrahedal bulat, bulat telur,
elips
22-75 28-83
27 L. obtusa stichidia tetrahedal bulat, elips 40-80 50-80
28 Laurencia sp. stichidia tetrahedral bulat-bulat telur 13-75 38-120
29 W. pennicilata pangkal branchlet tetrahedral bulat 65-82 65-82
33
Gambar 11 Variasi tipe tetrasporangia ganggang merah yang ditemukan. Tipe
cruciate: (A) G. textorii, (B) G. acerosa, (C) C. cingulatum, (D)
G. spinosum, (E) G. debilis.) Tipe tetrahedral: (F) C. clavulatum, (G)
A. spicifera, (H) L. dotyii.) Tipe zonate: (I) A. fragillisima, (J)
C. acutilobum, (K) H. pannosa, (L) H. valentiae, (M) H. cervicornis,
(N) H. musciformis, (O) H. cornuta.
50 µm 40 µm 25 µm
(A) (B) (C)
33 µm 20 µm 25 µm
(D) (E) (F)
25 µm 25 µm 30 µm
(J) (K) (L)
25 µm
20 µm µm
50 µm
(O) (N) (M)
)
60 µm
(H) 40 µm
(G) 25 µm I
( I)
34
Habitat dan Sebaran Jenis Ganggang Merah
Komposisi dan kekayaan jenis ganggang merah berbeda pada masing-
masing lokasi pengambilan sampel (Tabel 4). Pantai Ujung Genteng memiliki
kekayaan jenis tertinggi yaitu sebanyak 35 jenis dari 17 marga dengan jenis yang
paling banyak ditemukan adalah A. fragillisima dan G. coronopifolia. Di pantai
Anyer ditemukan 24 jenis dari 13 marga dengan jenis yang banyak ditemukan
adalah Gracilaria corticata dan G. coronopifolia, di pantai Carita ditemukan 20
jenis dari 13 marga dengan jenis yang paling banyak ditemukan adalah
G. coronopifolia dan A. fragillisima, di pantai Pelabuhan Ratu ditemukan
sebanyak 29 jenis dari 16 marga dengan jenis yang dominan adalah G. pusilum
dan A. spicifera, sedangkan di pantai Pangandaran ditemukan sebanyak 13 jenis
dari 9 marga dengan jenis yang paling banyak ditemukan adalah A. spicifera.
Pantai Ujung Genteng merupakan pantai dengan kekayaan jenis ganggang
merah tertinggi dari keseluruhan pantai yang disurvei, sedangkan pantai
Pangandaran memiliki kekayaan jenis terendah. Pantai Ujung Genteng merupakan
pantai yang relatif masih alami dengan zona intertidal yang luas dan terdiri dari
beragam habitat mulai dari hamparan padang lamun, lekukan-lekukan karang
tergenang, dan rataan karang pada daerah dekat pecahan ombak. Kondisi ini
memungkinkan beragam habitat dan substrat yang dapat ditempati oleh ganggang
merah. Semakin beragam tipe dan kompleksitas habitat maka keragaman jenis
semakin meningkat, pulau dengan kompleksitas habitat yang lebih besar pada tipe
substrat mempunyai keragaman jenis lebih besar (Smith 1992).
Pantai Pangandaran memiliki jumlah jenis terendah dari keseluruhan pantai
yang disurvei. Sebagian besar kawasan pantai Pangandaran berpasir dan
berombak, suatu kondisi habitat yang tidak memungkinkan tumbuhnya
gangggang merah. Substrat berupa karang atau batuan pantai terdapat di beberapa
tempat, tetapi karena kondisi pantai relatif terlindung memungkinkan ganggang
coklat lebih mendominasi perairan pantai. Selain itu aktivitas pariwisata yang
intensif dan lalu lalang kapal penangkapan ikan di lokasi pantai dapat
mempengaruhi kondisi habitat ganggang merah.
35
36
Sebaran jenis ganggang merah di perairan pantai Jawa Barat disajikan pada
Tabel 4. Beberapa jenis ditemukan pada semua lokasi pengambilan sampel,
sedangkan jenis-jenis lain ada yang ditemukan hanya di lokasi pantai tertentu.
Jenis-jenis yang hanya ditemukan pada satu lokasi pantai tertentu antara lain
L. jungermanoides, W. penicilata, dan C. byssoideum hanya ditemukan di Anyer,
Chondria armata ditemukan di pantai Carita. Jenis-jenis G. filicina, L. tronoi,
J. rubens, dan L. obtusa hanya ditemukan di Pelabuhan Ratu, sedangkan
S. filamentosa, H. durvillei, Polysiphonia sp., Ceramium sp. dan G. foliifera hanya
ditemukan di pantai Ujung Genteng. Jenis-jenis yang ditemukan pada semua
lokasi pengambilan sampel adalah A. spicifera, G. coronopifolia, L. papillosa,
T. fragilis, A .fragillisima, G. salicornia, H. spinnela dan G. acerosa. Jenis-jenis
yang menyebar luas menunjukkan bahwa jenis tersebut dapat tumbuh dan
beradaptasi pada berbagai tipe habitat pantai. Faktor yang mempengaruhi
distribusi lokal ganggang antara lain cahaya, pasang surut, substrat, ombak,
kompetisi, dan herbivori (Sze 1993). Selain itu elevasi pantai dan musim
mempengaruhi distribusi dan keragaman ganggang (Prathep 2005).
Ganggang merah yang ditemukan di pantai Jawa Barat melekat pada berbagai
macam substrat dan dapat dikelompokkan sebagai epilitik (hidup pada batuan),
epifitik (menempel pada tumbuhan), epizoik (menempel pada hewan) dan epipelik
(menempel pada pasir) (Tabel 5). Sebagian besar ganggang merah yang ditemukan
adalah epilitik. Jenis ini hidup menempel pada substrat keras seperti karang, pecahan-
pecahan koral, batuan pantai, atau substrat keras yang ditempatkan di laut. Sebagian
hidup sebagai epifit pada ganggang lain atau pada tumbuhan lamun. Jenis-jenis
L. jungermanoides, C. cingulatum, Jania ungulata, Polysiphonia sp., dan Ceramium
sp. keseluruhan individu yang ditemukan hidup sebagai epifit, sedangkan jenis-jenis
S. filamentosa, C. parvula, C. clavulatum, dan beberapa jenis dari marga Hypnea
ditemukan hidup sebagai epifit, epilitik, atau epipelik.
37
38
Beberapa jenis ganggang merah juga ditemukan melekat pada cangkang
moluska atau sponge (epizoik), dan hidup pada substrat berpasir (epipelik). Jenis
yang hidup pada substrat berpasir ditemukan paling sedikit. Jenis ini tumbuh
mendatar dan membentuk banyak titik perlekatan pada susbstrat, melekat dengan
bagian talus yang tumbuh menembus lapisan substrat, atau melekat pada pecahan
koral pada substrat berpasir. Jenis epipelik ditemukan pada pantai berpasir dan
terlindung dari terpaan ombak seperti di pantai Ujung Genteng. Ganggang merah
yang ditemukan dapat menempati lebih dari satu macam substrat A. fragillisima
merupakan jenis ganggang merah yang mampu melekat pada semua tipe substrat. Hal
ini menunjukkan bahwa spora jenis tersebut dapat menempel dan tumbuh pada
beragam substrat.
Berdasarkan tipe habitat pantai yang disurvei, terdapat perbedaan sebaran dan
keragaman jenis ganggang merah. Pada habitat pantai berkarang daerah pecahan
ombak, ganggang merah membentuk tutupan yang rapat dan mengelompok
membentuk seperti sabuk sepanjang daerah pecahan ombak. Tipe habitat ini memiliki
kekayaan jenis paling tinggi yaitu 37 jenis. Jenis yang banyak ditemukan pada habitat
ini adalah G. pusilum, A.spicifera, dan G. corticata. Pada pantai dengan rataan
karang terlindung dan tergenang selama periode surut ditemukan 21 jenis, dengan
jenis yang banyak ditemukan adalah A. fragillisima, G. coronopifolia dan
A. spicifera. Padang lamun merupakan tipe habitat dengan kekayaan jenis ganggang
merah terendah. Sebanyak 14 jenis ganggang merah ditemukan pada habitat ini
dengan jenis yang dominan adalah A. fragillisima dan G. salicornia.
Jenis-jenis yang ditemukan menyebar pada semua tipe habitat adalah
G. acerosa, G. coronopifolia, dan L. papilosa, sedangkan G. filicina,
C. acutilobum, L. dotyii, L. obtusa, H. durvillei dan L. viscida adalah jenis yang
hanya ditemukan pada daerah pecahan ombak. Hypnea cornuta dan Spyridia
filamentosa adalah jenis yang hanya ditemukan pada habitat padang lamun. Jenis
yang hanya ditemukan pada rataan karang tergenang dan terlindung adalah
C. armata, G. verrucosa, dan C. sagittatum. Keragaman habitat yang dapat
ditempati oleh suatu jenis menggambarkan keragaman sumberdaya yang dapat
dimanfaatkan oleh jenis tersebut (Magurran 1988).
Padang lamun merupakan habitat dengan keanekaragaman jenis terendah
karena hanya jenis-jenis yang dapat melekat pada substrat berpasir dan jenis-jenis
39
epifit yang dapat tumbuh, sementara ganggang merah umumnya memiliki alat
pelekat mencakram untuk melekat pada substrat keras. Selain itu kompetisi
dengan tumbuhan lamun dapat mempengaruhi kehadiran jenis ganggang merah di
habitat tersebut.
Keragaman jenis ganggang merah pada pantai terlindung dan tergenang
lebih tinggi daripada padang lamun, tetapi lebih rendah daripada pantai berkarang
zona pecahan ombak. Pada pantai Carita dengan kondisi pantai yang relatif
terlindung dan tergenang saat surut, ganggang coklat terlihat lebih mendominasi
perairan pantai. Di lokasi tersebut ditemukan Sargassum spp., Turbinaria spp.,
dan Halimeda sp. yang tumbuh melimpah. Begitu juga dengan ganggang hijau
dari marga Caulerpa, Halimeda, dan Caetomorpha banyak ditemukan, suatu
kondisi yang tidak ditemukan pada pantai berkarang daerah pecahan ombak
seperti di pantai Pelabuhan Ratu.
Ganggang merah yang tumbuh pada habitat pantai berkarang dan
berombak merupakan jenis yang tahan terhadap tekanan fisik gerakan ombak dan
tahan terpapar ke udara selama periode surut. Pada tipe habitat ini ganggang
merah sangat mendominasi dibanding ganggang coklat atau ganggang hijau.
Ganggang merah mempunyai alat pelekat mencakram kuat atau dengan haptera
dan stolon yang menghubungkan talus pada substrat keras sehingga dapat
menahan tekanan fisik akibat gerakan ombak. Selain itu pada daerah berombak
besar dan terpapar udara saat surut seperti di Pelabuhan Ratu, ganggang merah
tumbuh mengelompok atau berumpun rapat dengan cabang-cabang menyilang dan
berlekatan membentuk massa talus yang kompak. Pada jenis G. debilis,
G. salicornia, dan L. papilosa tumbuh mendatar membentuk banyak titik
perlekatan dengan bagian talus yang menyentuh substrat. Ganggang merah dapat
mentoleransi terpaan ombak melalui berbagai cara antara lain bentuk talus
mengerak, ukuran talus kecil, permukaan talus licin berlendir, dan artikulasi antar
segmen berkapur pada Coralinaceae. Pertumbuhan mengelompok dan rapat dapat
mencegah pengeringan pada ganggang (Kain & Norton 1995).
Suhu perairan di lokasi penelitian relatif sama yaitu pada kisaran 29.7-
31.5oC, masih berada pada kisaran suhu yang dapat ditoleransi oleh ganggang laut
(Kain & Norton 1995). Suhu berpengaruh terhadap perkembangan stadia
40
reproduksi, distribusi, dan laju pertumbuhan ganggang (Kadi & Atmadja 1988;
Kain & Norton 1995). Arus pada lokasi studi berada pada kisaran 3-50 cm/detik.
Arus berperan dalam penyebaran, perlekatan, dan pertumbuhan spora (Kadi &
Atmadja 1988). Kelimpahan dan kesuburan stadia reproduksi dipengaruhi oleh
kandungan nitrat dan fosfat (Kadi & Atmadja 1988). Kandungan nitrat pada lokasi
studi berkisar antara 0.009-0.122 mg/l, sedangkan kandungan fosfat berkisar
antara 0.031-0.174 mg/l (Tabel 6). Kecerahan sampai dasar perairan dengan
kisaran 1-106 cm.
Jumlah jenis menunjukkan korelasi positif dengan besar arus dengan nilai
korelasi 0.699. Pantai dengan arus yang lebih besar seperti pantai Ujung Genteng
dan Pelabuhan Ratu memiliki jumlah jenis ganggang merah yang lebih banyak
dibandingkan pantai Pangandaran dan Carita yang relatif tenang dan terlindung.
Gerakan air memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan ganggang karena
membawa suplai nutrien, mendistribusikan oksigen terlaut, mengurangi organisme
penempel pada talus, mencegah pengendapan lumpur atau partikel pada talus, dan
berperan dalam penyebaran stadia reproduksi dan spora ganggang (Graham &
Wilcox 2000; Kadi & Atmadja 1988; Kain & Norton 1995).
Tabel 6 Parameter lingkungan pada habitat ganggang merah di Jawa Barat
Parameter Lingkungan Lokasi Pantai
Carita Anyer Pelabuhan
Ratu
Ujung
Genteng
Pangandaran
Suhu (oC)
Arus (cm/dt)
Substrat Kedalaman (cm)
pH
Salinitas (‰)
Nitrat (mg/l)
Fosfat (mg/l)
31.5
3-15
Karang 60-106
8.23
33
0.122
0.127
29.7
12.5-25
Karang 1-88
7.40
35
0.094
0.031
31.5
17-50
Karang 28-72
8.03
31.5
0.225
0.174
31.5
29-45 Pasir-karang
1-85
7.97
33
0.009
0.033
31.2
7-25
Pasir-karang 15-40
7.96
35
0.085
0.061
Untuk mengetahui kesamaan komunitas ganggang merah di lima lokasi
pantai yang disurvei dilakukan perhitungan indeks similaritas Jaccard (Magurran
1988). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa komunitas ganggang merah di
pantai Anyer dan Carita memiliki indeks kesamaan tertinggi yaitu 0.57. Kedua
pantai ini memiliki letak berdekatan dibandingkan dengan pantai lainnya
memungkinkan penyebaran jenis yang hampir sama di kedua lokasi pantai. Pantai
41
lainnya dengan indeks kesamaan lebih besar dari 50% adalah pantai Anyer dan
Pelabuhan Ratu. Kedua pantai tersebut merupakan pantai berkarang dan
berombak besar. Sedangkan pantai dengan indeks kesamaan komunitas ganggang
merah terendah adalah pantai Pangandaran dan Ujung Genteng yaitu sebesar 0.30
(Tabel 7).
Tabel 7 Indeks Similaritas Jaccard komunitas ganggang merah di pantai Jawa
Barat
Pantai Carita
Pelabuhan
Ratu
Ujung
Genteng
Pangandaran Anyer
Carita
Pelabuhan Ratu
Ujung Genteng
Pangandaran
-
-
-
-
0.40
-
-
-
0.41
0.46
-
-
0.50
0.37
0.30
-
0.57
0.56
0.37
0.42
Potensi Ganggang Merah Sebagai Sumber Agar dan Karagenan
Dari 49 jenis ganggang merah yang ditemukan di pantai Jawa Barat, 18 jenis
diantaranya berpotensi sebagai sumber fikokoloid yaitu agar atau Karagenan
(Tabel 8). Jenis-jenis yang berpotensi sebagai sumber agar berasal dari marga
Gracilaria, Gelidium, Hypnea, Acanthophora, dan Gelidiella. Menurut Craigie
(1995), agar terdapat pada paling tidak 8 famili yang tersebar pada 5 ordo yaitu
Bangiales, Nemaliales, Crytonemiales, Gigartinales, dan Ceramiales. Sedangkan
menurut Soegiarto et al. (1978), anggota Rhodophyceaea penghasil agar adalah
Gracilaria, Gelidium, Ahnfeltia, Pterocladia, dan Acanthopeltis.
42
Tabel 8 Ganggang merah yang berpotensi sebagai sumber agar dan karagenan
dari pantai Jawa Barat
No Nama Jenis Potensi Keterangan*
1
2
3
4
5
6 7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17 18
A. spicifera
G. acerosa
G. spinosum
G. foliifera
G. coronopifolia
G. debilis G. salicornia
G. verrucosa
G. textorii
G. corticata
G. filicina
H. durvillei
H. cervicornis
H. cornuta
H. musciformis
H. spinella
H. valentiae L. papilosa
Agarofit dan karaginofit
Agarofit
Agarofit
Agarofit
Agarofit
Agarofit Agarofit
Agarofit
Agarofit
Agarofit
Karaginofit
Karaginofit
Karaginofit dan Agarofit
Agarofit
Karaginofit dan Agarofit
Karaginofit dan Agarofit
Karaginofit Karaginofit dan Agarofit
1, 4
1, 2, 3, 4
1
5, 6
4, 6, 7
4,7 1, 4, 6
5, 6, 7
7
7
1
1, 4
4
4, 6
1, 5, 6
4
4, 5 4
*1: Reine dan Trono (2002), 2: Soegiarto et al. (1978), 3: Angka dan Suhartono (2000),
4 : Trono dan Ganzon-Fortes (1988), 5: Bird dan Benson (1987), 6: Kadi dan Atmadja
(1988), 7: Craigie (1995).
Dari 18 jenis ganggang merah tersebut jenis-jenis G. salicornia,
G. coronopifolia, A. spicifera, dan G. corticata yang umum ditemukan dan
melimpah di beberapa pantai yang disurvei. Sedangkan jenis-jenis lainnya
kelimpahannya rendah.
Hasil ekstraksi agar dari 7 jenis ganggang merah yang dikoleksi diperoleh
kandungan agar yang berbeda dengan kisaran rendemen antara 24.18%-43.51%
(Tabel 9). Kandungan agar tertinggi diperoleh dari ekstratksi G. spinosum yang
diambil dari Ujung Genteng, sedangkan kandungan agar terendah diperoleh dari
ekstraksi H. pannosa yang diambil dari pantai Carita dan G. acerosa dari pantai
Ujung Genteng. Menurut Basmati & Gaultieri (2006), ganggang merah marga
Gelidium menghasilkan agar dengan kualitas tinggi (agar bakteriologis) yang
dipanen dari populasi alami di banyak negara termasuk Indonesia. Kekuatan gel
dari agar yang diekstrak dari Gelidium lebih tinggi daripada Gracilaria (Reine &
Trono 2002; Craigie 1995). Akan tetapi marga Gelidium belum dibudidayakan
karena mempunyai ukuran talus relatif kecil dan pertumbuhannya lambat
(Barsanti & Gaultieri 2006; Rasyid 2004; Trono & Ganzon-Fortes 1988),
43
sehingga masih dipanen dari sediaan alami. Gracilaria memiliki kualitas agar
lebih rendah dari Gelidium, jenis ini sudah mulai dibudidayakan karena
mempunyai laju pertumbuhan lebih cepat dan tersebar luas di daerah tropis (Bird
& Benson 1987). Agar yang dihasilkan dari G. acerosa lebih rendah dari yang
lain, tetapi sifat agar dari jenis ini mudah mengental. Penduduk setempat
memanfaatkan jenis ini untuk diolah menjadi bahan makanan.
Tabel 9 Kandungan agar beberapa jenis ganggang merah di Jawa Barat
No Nama Jenis Asal Sampel Bobot Sampel
(g)
Bobot Ekstrak
(g) Rendemen (%)
1 A. spicifera Pelabuhan Ratu 5.00 1.28 25.58
2 G. acerosa Ujung Genteng 5.02 1.22 24.22
3 G. spinosum Ujung Genteng 5.02 2.19 43.51
4 G. corticata Ujung Genteng 5.03 1.78 35.43
5 G. salicornia Ujung Genteng 5.03 1.54 30.57
6 G. coronopifolia Ujung Genteng 5.02 1.51 30.02
7 H. pannosa Carita 5.10 1.23 24.18
Kandungan agar ganggang merah dari jenis yang sama dapat berbeda
bergantung fase pertumbuhan, waktu pemanenan, musim, dan lokasi tempat
tumbuh (Kadi & Atmadja 1988; Roleda et al. 1997; Soreano & Bouret 2003;
Oleivera et al. 1996; Reine & Trono 2002). Kandungan agar G. spinosum dari
Ujung Genteng 43.51%, lebih tinggi dari yang dikemukakan oleh Soegiarto et al.
1978 yaitu sebesar 24-35%, dan menurut Reine dan Trono (2002) sebesar 23.3%-
27.7%. Kandungan agar pada Gracilaria di beberapa negara berkisar antara 16-
45%, dan di Indonesia dapat mencapai 47.3% (Kadi & Atmadja 1988). Sedangkan
di Ujung Genteng pada penelitian ini diperoleh kandungan agar pada Gracilaria
sebesar 30.2%-35.4%. Kandungan agar pada G. corticata di India 18-32% dan
G. coronopifolia di Hawaii 27-28% (Bird & Benson 1978), sedangkan pada
penelitian ini kandungan agar kedua jenis tersebut lebih tinggi, masing-masing
35.54% dan 30.02%. Kandungan agar pada G. acerosa masih dalam kisaran
kandungan agar pada G. acerosa menurut Reine dan Trono (2002) yaitu sebesar
12.6%-50%.
Analisis kandungan karagenan pada 7 jenis ganggang merah menghasilkan
rendemen sebesar 14.94%-30.99% (Tabel 10). Kandungan karagenan tertinggi
44
diperoleh dari ekstraksi G. salicornia, sedangkan kandungan terendah diperoleh dari
ekstraksi G. acerosa keduanya dari Ujung Genteng. Kandungan karagenan dari
ketujuh jenis yang diekstraksi masih lebih rendah dari kandungan karagenan pada
Eucheuma spp. yang dikemukakan oleh Angka dan Suhartono (2000) yaitu sebesar
61.25%-67.51%. Ketiga jenis Gracilaria yang diekstrak mengandung baik
karagenan maupun agar, akan tetapi Gracilaria masih dimanfaatkan sebagai sumber
agar daripada karagenan. Sumber utama karagenan masih diperoleh dari Eucheuma
karena kandungannya lebih tinggi dan sudah banyak dibudidayakan. Sumber
karagenan lainnya menurut Reine dan Trono (2002) adalah Acanthophora, Hypnea,
Betaphycus, dan Kappaphycus. Kandungan karagenan pada A. spicifera dan
H. pannosa pada penelitian ini relatif lebih rendah yaitu sebesar 15.65% dan
17.58%.
Tabel 10 Kandungan karagenan beberapa jenis ganggang merah dari Jawa Barat
No Nama Jenis Asal Sampel Bobot Sampel
(g)
Bobot Ekstrak
(g) Rendemen (%)
1 A. spicifera Pelabuhan Ratu 3.13 0.49 15.56
2 G.acerosa Ujung Genteng 3.08 0.46 14.94
3 G. spinosum Ujung Genteng 3.10 0.69 22.26
4 G. corticata Ujung Genteng 3.25 0.66 20.30
5 G. salicornia Ujung Genteng 3.13 0.97 30.99
6 G. coronopifolia Ujung Genteng 3.22 0.95 29.50
7 H. pannosa Carita 2.56 0.45 17.58
45
Taksonomi Ganggang Merah di Jawa Barat
Kunci menuju famili ganggang merah di Jawa Barat.
4. a. Talus berbentuk seperti kerak (crustosa), menempel dengan seluruh
permukaan bawah talus ……………………………......Peyssonneliaceae
b. Talus bentuk filamen, foliosa, pipih, atau silindris, tegak atau mendatar.. 2
5. a. Talus keras berkapur…............................................................................. 3
b. Talus lunak, kartilaginous, atau liat ........................................................ 5
6. a. Talus bersegmen, segmen dibatasi oleh genicula ..............Corallinaceae
b. Talus tidak bersegmen atau segmen dibatasi garis melingkar................... 4
7. a. Terdapat garis-garis melingkar bentuk cincin pada talus, pangkal cabang
mengecil, medula jelas terlihat pada ujung talus.............. Galaxauraceae
b. Tidak terdapat garis-garis melingkar pada talus, pangkal cabang tidak
mengecil, medula tidak terlihat pada ujung talus.....Helminthocladiaceae
8. a. Talus berupa filamen tunggal, sel aksial satu deret dengan sel perisentral
menutupi seluruh atau sebagian filamen ……......................................... 6
b. Talus terbentuk dari penyatuan filamen membentuk struktur berdaging,
talus pipih atau silindris…………………………….............................. 7
9. a. Sel perisentral bulat tidak beraturan dan berukuran lebih pendek dari sel
aksial, menutupi seluruh atau sebagian filament aksial ..… Ceramiaceae
b. Sel perisentral silindris dan sama panjang dengan sel aksial, menutupi
seluruh filament aksial.................................................... Rhodomelaceae
10. a. Talus liat, terdapat stolon ….................................................Gelidiaceae
b. Talus lunak atau kartilaginous, tanpa stolon ......................................... 8
11. a. Permukaan talus licin berminyak, sel medula bentuk filamen dengan sel-
sel renggang ................................................................ Halymeniaceae
b. Permukaan talus agak kasar, sel medula parenkimatous dengan sel-sel
rapat atau berongga ................................................................................. 9
12. a. Medula berongga berisi cairan berlendir, lunak ..................................... 10
b. Medula padat parenkimatous, kartilaginous ............................................11
13. a. Talus bersegmen dan bersekat, tetrasporangia tetrahedral...Champiaceae
b. Talus tidak bersegmen dan tanpa sekat, tetrasporangia cruciate….............
...................................................................................... Rhodymeniaceae
46
11. a. Tetrasporangia zonate .......................................................... Hypneaceae
b. Tetrasporangia tetrahedral atau cruciate ............................................ ... 12
12. a. Tetrasporangia tetrahedral, struktur reproduksi pada branchlet...................
......................................................................................... Rhodomelaceae
b. Tetrasporangia cruciate, struktur reproduksi tersebar pada talus................
.......................................................................................... Gracilariacea
I. Ceramiaceae
Kunci menuju marga dari famili Ceramiaceae
1. a. Sel perisentral menutup sebagian filamen aksial .................. Ceramium
b. Sel perisentral menutup seluruh filamen aksial .................................. 2
2. a. Cabang menggarpu beraturan, terdapat trikoblast ............. Centroceras
b. Cabang berseling, tanpa trikoblast ....................................................... 3
3. a. Talus bersegmen, cabang berseling tidak beraturan, branchlet tumbuh
pada semua bagian talus …….................................................. Spyridia
b. Talus tidak bersegmen, cabang menyirip beraturan, branchlet tumbuh
hanya pada cabang ................................................................ Wrangelia
A. Centroceras Kutzing
Talus berumpun, warna merah, tekstur lunak dan mudah putus, bentuk
filamen, bersegmen, sumbu talus mengalami kortikasi menutup seluruh filamen
aksial dengan sel perisentral tersusun beraturan, cabang menggarpu,
tetrasporangia tetrahedral tersusun verticilata pada buku-buku segmen.
Centroceras clavulatum (C. Agardh) Montagne, famili Ceramiaceae (Ceramiales)
(Abbot & Dawson 1978:41; Jaasund 1976:109-110; Jha et al. 2009: 172; Reyes
1978:178; Taylor 1979:537). (Lampiran 1).
Talus menjalar atau membentuk rumpun seperti bantalan kecil setebal 1.8-
2.5 cm pada karang, talus saling menjalin dengan ujung bebas. Holdfast rizoid;
talus bentuk filamen, panjang 1.0-3.4 cm, diameter 120-175 µm; segmen dibatasi
oleh sel-sel yang tersusun melingkar membentuk buku pada filamen, panjang
47
segmen 125-250 µm dan makin memendek ke arah ujung talus; sel perisentral
bentuk segi empat, bulat, atau elips, diameter 9-11 µm, panjang 12-20 µm;
trikoblast terdapat pada buku filamen, tersusun verticilata, terdiri dari sel-sel
transparan, pada bagian tengah talus trikoblast tersusun dari 3 deret sel dengan
panjang 160-500 µm sedangkan pada ujung talus trikoblast lebih pendek dan
terdiri dari 2 deret sel bentuk seperti duri dengan panjang 37-50 µm; percabangan
menggarpu, berulang 2-3 kali, cabang-cabang dengan pertumbuhan terbatas
tumbuh pada beberapa tempat, jarak interdikotom 1.0-5.5 mm, cabang terakhir
menggarpu pendek dan melengkung berbentuk seperti capit, ujung tumpul.
Tetrasporangia tetrahedral, dikelilingi trikoblast dan lapisan transparan setebal
10 µm, 1-2 tetrasporangia dalam satu buku, bentuk bulat, diameter 25-35 µm.
Ekologi: Habitat pada daerah intertidal pecahan ombak, atau rataan
karang terendam, hidup sebagai epifit pada G. coronopifolia, H. spinella,
G. corticata, dan A. fragilisima, melekat pada batu karang atau pada lapisan pasir
pada permukaan batuan karang, mengelompok atau menyebar pada beberapa
tempat.
Spesimen yang diperiksa: Anyer S84AB, S85A, S86A, S178A; Ujung
Genteng S121UG, S122UG, S239UG, S259UG; Pelabuhan Ratu S167PR, S194
PR2, S195PR2, S284PR, S120 PR, S289PR2; Carita S232CR.
Catatan: Talus isomorfik, gametofit dan tetrasporofit dibedakan dari ada
tidaknya tetraspoprangia. Jenis ini memiliki kemiripan dengan Ceramium yaitu
bentuk filamen dengan ujung talus melengkung bentuk seperti capit, adanya
trikoblast bentuk duri dan sel aksial yang tersusun beraturan dalam baris
longitudinal menjadi ciri yang membedakan jenis ini dengan anggota marga
Ceramium Taylor (1967) dan Taylor (1979).
B. Ceramium Roth
Talus kecil, lunak, warna merah, epifit, Holdfast rizoid, talus bentuk
filamen, sumbu uniserita dengan sel relatif besar, sel perisentral berukuran lebih
kecil dan membentuk kortikasi menutupi sebagian filament aksial, tetrasporangia
cruciate dan terletak pada sel-sel perisentral. Ujung talus runcing dan berakhir
dengan sel tunggal yang terlihat mencolok.
48
Kunci menuju jenis dari marga Ceramium
1. a. Talus tidak bercabang, ....................................... Ceramium cingulatum
b. Talus bercabang menggarpu…………..………....................................... 2
2. a. Sel perisentral 6-7 baris, barisan sel bagian tengah berukuran lebih besar
…………………………......................................Ceramium byssoideum
b. Sel perisentral 2-4 baris, ukuran sel hampir sama besar…………………3
3. a. Barisan sel perisentral membentuk bangun perahu.. Ceramium mansonii
b. Barisan sel perisentral membentuk seperti pita .................. Ceramium sp.
1. Ceramium cingulatum Weber-van Bosse, famili Ceramiaceae (Ceramiales) (De
Clerck et al. 2002:418-419; Jaasund 1979:107). (Lampiran 1)
Talus bentuk filamen, panjang 2.6-3.6 mm, diameter 200-250 µm pada bagian
tengah dan 100-150 µm pada bagian pangkal, menggada, tidak bercabang, tunggal
atau 2-6 talus tumbuh pada suatu pangkal; sel aksial bentuk elips, diameter 40-90
µm, panjang 90-170 µm; sel perisentral membentuk pita-pita selebar 150-280 µm
pada filamen aksial, bentuk sel tidak beraturan, diameter 8-15 µm; pada bagian
tengah sampai ujung talus 6-8 baris sel, tersusun rapat menutupi filamen aksial;
pada bagian pangkal 4-5 baris sel membentuk pita-pita yang lebih renggang, pada
barisan sel terluar terdapat sel memanjang yang tumbuh acropetal dan basipetal;
trikoblas tumbuh pada bagian pangkal talus. Tetrasporangia bulat atau bulat telur,
diameter 18-32 µm, panjang 25-33 µm.
Ekologi: Jenis ini ditemukan hidup sebagai epifit pada H. valentiae.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S290UG
Catatan: jenis ini dibedakan dari anggota Ceramium yang lainnya
berdasarkan bentuk talus tidak bercabang. Spesimen yang diperiksa adalah
tetrasporofit, gametofit tidak ditemukan.
2. Ceramium byssoideum Harvey, famili Ceramiaceae (Ceramiales) (Taylor
1967: 190). (Lampiran 2)
Talus bentuk filamen, panjang 3.9-4.5 mm, diameter 75 µm; sel aksial
terlihat transparan, diameter 75 µm; sel perisentral 6-7 baris membentuk pita
selebar 50-62 µm, satu baris sel pada bagian tengah berukuran lebih besar dari
49
sel-sel lainnya, diameter 5-20 µm; cabang menggarpu sampai 3 tingkat
percabangan, ujung lurus atau menggarpu pendek dan melengkung bentuk capit.
Tetrasporangia berjumlah 1-3 tiap pita sel perisentral, bentuk bulat telur atau
bulat, diameter 10-15 µm, menyerap zat pewarna dengan kuat.
Ekologi: jenis ini ditemukan pada daerah intertidal pecahan ombak, epifit
pada G. coronopifolia, tumbuh mengelompok pada inang, talus tumbuh tegak atau
mendatar.
Spesimen yang diperiksa: Anyer S295A
Catatan: Jenis ini dicirikan oleh pita-pita sel perisentral tersusun beraturan
dengan barisan sel perisentral pada bagian tengah berukuran lebih besar dari sel
sekitarnya.
3. Ceramium mansonii Dawson, famili Ceramiaceae (Ceramiales) (Jaasund
1976:105, fg 213). (Lampiran 2)
Talus bentuk filamen, panjang 0.4-1.8 mm, diameter 20-63 µm; sel aksial
terlihat transparan, diameter 20-55 µm, panjang 20-150 µm; sel perisentral 3-4
baris mengelilingi sel aksial, membentuk buku-buku seperti bentuk perahu pada
filamen, diameter 50-63 µm, lebar 22-50 µm, semakin ke arah ujung talus sel
perisentral semakin rapat hampir menutupi filamen aksial, bentuk dan susunan sel
tidak beraturan; cabang menggarpu, berulang 2-8 kali, jarak interdikotom 100-250
µm, ujung lurus atau menggarpu dan melengkung seperti capit. Tetrasporangia
bulat, diameter 10-57 µm, jumlah 2-5 tetrasporangia dalam satu barisan sel
perisentral.
Ekologi: ditemukan pada daerah intertidal pecahan ombak, hidup sebagai
epifit pada G. corticata dan C. parvula, tumbuh mengelompok pada inang.
Spesimen: Pelabuhan Ratu S292PR; Ujung Genteng S293UG
Catatan: Jenis ini dibedakan dari anggota Ceramium lainnya dari sel
perisentral tersusun membentuk bangun perahu.
4. Ceramium sp., famili Ceramiaceae (Ceramiales). (Lampiran 3)
Talus bentuk filamen berbuku-buku, panjang 1.3-2.0 mm, diameter 80-
100 µm; sel aksial berdiameter 55-80 µm; sel perisentral 2-3 baris membentuk
50
pita pada filamen, diameter 9-15 µm, panjang 10-18 µm, bentuk tidak beraturan,
terdapat sel memanjang ke arah basal dan apikal menutupi filamen dan
membentuk ruas dengan panjang 25-30 µm; cabang menggarpu, berulang 1-3 kali,
ujung lurus atau melengkung bentuk capit. Sistokarp terletak pada ketiak cabang,
berjumlah 2 dan didukung oleh 2 branchlet, bentuk bulat, diameter 40-70 µm.
Ekologi: Jenis ini ditemukan pada daerah intertidal pecahan ombak, hidup
sebagai epifit pada L. papilosa, dan G. coronopifolia, tumbuh berumpun dan
mengelompok pada inang.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S294UG.
Catatan: Keseluruhan anggota marga Ceramium yang ditemukan
berukuran kecil, hidup sebagai epifit, dan kelimpahannya sangat rendah. Ketika
koleksi di lapangan jenis-jenis tersebut tidak terlihat sehingga keberadaannya
dapat diketahui dari pemeriksaan dengan mikroskop.
C. Spyridia Harvey
Tumbuh mendatar, talus bentuk filamen, kortikasi menututpi seluruh
filamen aksial, bersegmen, segmen dibatasi oleh sel-sel kecil tersusun melingkar
membentuk cincin pada talus, tekstur lunak, percabangan rimbun dan berseling
tidak beraturan.
Spyridia filamentosa (Wulfen) Harvey, famili Ceramiaceae (Ceramiales) (Jha et
al. 2009:175; Jaasund 1976:111; Reyes 1978:138; Verheij & Reine 1993:442).
(Lampiran 4)
Talus menjalar atau mendatar pada substrat, membentuk gumpalan talus
rapat seperti bantalan kecil terbentuk dari percabangan yang saling menyilang,
panjang talus 3.5-8.5 cm; warna krem atau hijau kekuningan. Sel perisentral
terdiri dari 2 lapis, tebal 87-100 µm, sel bulat atau bulat telur, diameter 18-65 µm,
sel luar berukuran lebih kecil; sel aksial berisi cairan berlendir dan terdapat
lapisan seperti membran pada batas segmen, diameter medula 460-600 µm.
Holdfast rizoid; sumbu talus silindris, diameter 275-800 µm dan mengecil ke arah
ujung talus, bersegmen dengan panjang 75-125 µm; percabangan berseling tidak
beraturan, sampai 3 tingkat percabangan, panjang 3.5-4.5 cm, diameter 0.6 mm,
51
cabang-cabang lateral tumbuh sepanjang sumbu talus, ujung tumpul; branchlet
bentuk fiamen uniseriata, tersusun radial, tumbuh pada sumbu talus dan
percabangan, semakin ke ujung talus semakin rapat, panjang 500-750 µm.
Ekologi: Jenis ini hidup sebagai epifit pada lamun atau melekat pada
substrat berpasir dan pecahan koral pada padang lamun. Kelimpahan sedang,
menyebar hanya pada padang lamun.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S159UG
Catatan: S. filamentosa dikenali dari talus yang membentuk segmen dan
branchlet uniseriata. Jenis ini hidup sebagai epifit dan menyebar luas di perairan
tropis (Jaasund 1976).
D. Wrangelia C. Agardh
Talus silindris atau bentuk filamen, lunak, cabang menyirip beraturan
sampai 2 tingkat, tetrasporangia tetrahedral, terletak pada branchlet.
Wrangelia penicilata C. Agardh, famili Ceramiaceae (Ceramiales) (Trono &
Ganzon-Fortes 1988:196; Taylor 1967:145). (Lampiran 4)
Talus tegak, tinggi 3.5-5.5 cm, berumpun 8-11 individu; warna merah,
merah kehijauan, atau merah keunguan. Holdfast rizoid; sumbu talus silindris,
diameter 0.5-0.6 mm; percabangan berseling beraturan, semakin ke ujung
percabangan semakin memendek, diameter 0.4-0.5 mm; branchlet bentuk filamen,
tersusun radial dan rapat pada cabang. Tetrasporangia terlihat seperti bintik-bintik
merah pada pangkal branchlet, bentuk bulat, diameter 65-82 µm.
Ekologi: Jenis ini ditemukan pada lekukan dan celah-celah karang di
daerah intertidal pecahan ombak dan terendam saat surut.
Spesimen yang diperiksa: Anyer S160AB, S161AB, AK02
Catatan: Sifat talus yang lembut dan lunak menyebabkan jenis ini tidak
tahan terekspos udara sehingga selalu ditemukan pada habitat yang selalu
terendam, talus melambai-lambai mengikuti gerakan air laut, jenis ini melekat
kuat pada kertas herbarium. Spesimen yang diperiksa adalah tetrasporofit,
gametofit tidak ditemukan.
52
II. Champiaceae
Champia Desvaux
Talus silindris, bersegmen, bersepta dan mengecil pada batas segmen,
segmen dibatasi oleh garis-garis melingkar, cabang berseling tidak beraturan.
Tetrasporangia tetrahedral, terletak pada korteks dan tersebar pada talus.
Champia parvula (Ag.) Harvey, famili Champiaceae (Rhodymeniales) (Abbot &
Dawson 1978:66; Jaasund 1979:99; Taylor 1979:490; Taylor 1967:158; Verheij &
Reine 1993: 438). (Lampiran 5)
Talus berumpun, tumbuh mendatar membentuk gumpalan talus seperti
bantalan kecil 2.3 x 1.4 cm dengan cabang-cabang berlekatan; warna merah
kehijaun, merah keunguan, atau merah; tekstur lunak, bagian dalam talus
berlendir. Holdfast mencakam dan membentuk perlekatan sekunder dengan
bagian talus yang menyentuh substrat; sumbu talus silindris, membengkok,
panjang 1.5-2.0 cm, diameter 0.7-1.0 mm, hampir sama sepanjang talus,
bersegmen dengan panjang 0.3-1.0 mm; percabangan berlekatan, diameter 0.5-
0.8 mm dan panjang 1-7 mm, tumbuh dari buku-buku segmen, tersusun tidak
beraturan, berhadapan, berseling, spiral, atau kadang verticilata, pangkal cabang
sedikit mengecil, tunas cabang pada ujung talus berbentuk bulat telur, talus yang
patah dapat membentuk 5-6 tunas cabang pendek seperti menjari, ujung tumpul.
Korteks dengan ketebalan 100-122 µm, 1-3 lapisan sel, bentuk sel bulat, elips,
atau bulat telur, diameter 15-35 µm, panjang 40-60 µm; terdapat sel-sel
memanjang bentuk filamen pada korteks, panjang 162-212 µm; medula berongga
berisi cairan berlendir, diameter 400-450 µm; pada batas segmen terdapat sekat
dengan sel bulat-polygonal, diameter 20-75 µm. Tetrasporangia bulat, bulat telur,
elips; diameter 30-50 µm, panjang 60-80 µm.
Ekologi: Habitat pada daerah intertidal pecahan ombak, melekat pada
karang atau epifit pada A. fragillisima atau G. corticata.
Spesimen yang diperiksa: Anyer S95PA; Pelabuhan Ratu S186PR2,
S187PR2, S213PR2, S285PR; Ujung Genteng S258UG, Pangandaran S85PA
Catatan: Habitus gametofit dan tetrasporofit sama.
53
III. Corallinaceae
Kunci marga dari famili Corallinaceae
1. a. Segmen silindris atau pipih linear, konseptakel tersebar pada segmen
14. atau pada titik percabangan
..................................................................... 2
b. Segmen pipih bentuk segitiga atau anak panah, konseptakel pada pinggir
segmen................................................................................. Cheilosporum
2. a. Talus sedang, diameter 0.5-2 mm, tinggi lebih dari 2.5 cm, konseptakel
tersebar pada segmen ............................................................. Amphiroa
b. Talus kecil, diameter 0.063-0.275 mm, tinggi sampai 2.5 cm, konseptakel
pada titik percabangan atau pada ujung talus ................................. Jania
A. Amphiroa Lamouroux
Tumbuh tegak, berumpun, getas, warna putih setelah diawetkan, Holdfast
mencakram, talus berkapur, pipih atau silindris, bersegmen, segmen dibatasi oleh
genicula, cabang menggarpu. Struktur reproduksi terletak pada konseptakel, bulat
dengan satu lubang (ostiole) dan tersebar pada segmen; tetrasporangia zonate.
Kunci menuju jenis dari marga Amphiroa
1. a. Talus silindris, ujung talus rata.............................. Amphiroa fragillisima
b. Talus pipih, ujung talus tumpul atau bulat.................. Amphiroa anceps
1. Amphiroa anceps (Lamarck) Decaisne, famili Corallinaceae (Corallinales)
(Trono & Ganzon-Fortes 1988:130; Jaasund 1976:79). (Lampiran 6)
Tinggi talus 2-8.5 cm, warna ungu kemerahan atau merah. Holdfast
mencakram atau melebar membentuk lapisan seperti berkerak; talus pipih,
genicula berupa garis pada titik-titik percabangan; percabangan menggarpu
berulang 5-7 kali, beraturan dengan sudut sempit, lebar 1-2 mm, pangkal sedikit
menyempit, panjang interdikotom 4-8 mm, segmen terakhir bentuk seperti lidah
dengan dengan garis-garis melengkung, ujung tumpul-bulat. Konseptakel bulat,
diameter 0.3-0.5 mm; tetrasporangia bentuk kapsul atau tidak beraturan, panjang
45-50 µm, diameter 15-25 µm.
54
Ekologi: Habitat pada lekukan karang yang tergenang saat air surut,
subtidal dangkal, pada zona intertidal tengah atau pada pecahan ombak, melekat
pada karang atau pada cangkang moluska.
Spesimen yang diperiksa: Pelabuhan Ratu S72PR, S73PR, S74PR, S75PR,
S283PR; Anyer S76A; Carita S218CR, S219CR; Ujung Genteng S248UG.
Catatan: Jenis ini dibedakan dari A. fragillisima berdasarkan bentuk
talusnya yang pipih. Tumbuh pada daerah intertidal tengah, potongan talus banyak
ditemukan pada pingggir pantai berombak.
2. Amphiroa fragillisima (Linnaeus) Lamouroux, famili Corallinaceae
(Corallinales) (Abbot & Dawson 1978:83, Jaasund 1976:79; Reyes 1978:130;
Taylor 1967:204; Taylor 1979:403; Trono & Ganzon-Fortes 1980:67, 1988:74;
Wei & Chin 1983:87). (Lampiran 6)
Rumpun membulat atau seperti bantalan dengan cabang-cabang renggang
dan menyilang longgar, tinggi 2.6-7.0 cm dan lebar rumpun 3.5 -8.5 cm; warna
merah muda, merah, atau ungu. Holdfast mencakram dan membentuk banyak
titik perlekatan dengan talus yang menyentuh substrat; talus silindris, diameter
0.5-1,0 mm, genicula bentuk cincin atau segitiga pada titik-titik percabangan,
panjang segmen intergenicula 1.5-11.0 mm, segmen pada pangkal talus lebih
pendek, ujung segmen sedikit membengkak; cabang menggarpu beraturan,
berulang 6-10 kali, dikotom atau kadang trikotom, panjang interdikotom 1.5-11.0
mm, cabang tegak atau tumbuh ke segala arah, terdapat cabang dengan
pertumbuhan terbatas pada beberapa bagian talus, ujung rata. Konseptakel
bulat, diameter 0.3-0.4 mm; tetrasporangia melekat pada dasar konseptakel,
bentuk kapsul-elips, diameter 20-25 µm, panjang 47-57 µm.
Ekologi: Banyak ditemukan pada padang lamun dan rataan karang
terlindung dan tergenang saat surut, tetapi jarang ditemukan pada zona pecahan
ombak. Melekat pada batuan pantai, substrat berpasir, karang, pecahan koral,
cangkang moluska, sponge, epifit pada G. coronopifolia, G. salicornia atau
Sargassum sp., menjadi tempat menempel larva bivalvia, mengelompok atau
menyebar.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S67UG, S68UG, S232UG,
55
S233UG, S235UG, S81UG, S82UG, S83UG; Anyer S69A, S70A, S71A;
Pelabuhan Ratu S209PR2, S210PR2, S264PR, S282PR; Carita S217CR,
S231CR,
Catatan: Di daerah pecah ombak ukuran talus dan segmen intergenicula
lebih pendek, membentuk rumpun rapat dan kompak karena cabang menyilang
dan berlekatan, sedangkan pada pantai yang tenang dan terlindung talus lebih
panjang dan tidak berlekatan.
B. Cheilosporum Areschoug
Tumbuh mengelompok, tegak, holdfast mencakram, stolon silindris dan
bersegmen, talus berkapur kuat, pipih dengan pangkal silindris, bersegmen,
segmen melebar ke samping bentuk segi tiga, sagitata atau subulata, segmen
dibatasi oleh genicula berupa garis melingkar kurang jelas. Struktur reproduksi
pada konseptakel yang terletak pada pinggir segmen, tetrasporangia zonate.
Kunci menuju jenis dari marga Cheilosporum
1. a. Talus kecil, tinggi < 1,5 cm, segmen sagitata .. Cheilosporum acutilobum
b. Talus sedang, tinggi > 3,5 cm, segmen bentuk segitiga atau subulata ….
…...................................................................... Cheilosporum sagittatum
1. Cheilosporum acutilobum (Dcn.) Piccone, famili Corallinaceae (Corallinales)
(Jaasund 1976:81). (Lampiran 7)
Talus membentuk bantalan kecil dengan diameter 5.0-7.5 cm, tinggi sampai
1,5 cm, warna merah muda. Pangkal talus silindris, rapat dan berlekatan, stolon
silindris; midrib silindris, diameter 125-175 µm; segmen bentuk sagitata, lebar
0.5-3.0 mm, panjang 0.3-0.6 mm; pinggir segmen runcing, rata, bergerigi,
berombak, atau berlekuk seperti menjari, segmen terakhir obdeltoid-orbicular;
percabangan berhadapan, berseling atau mengarpu berulang 3-4 kali.
Konseptakel bulat-bulat telur, diameter 0.3-0.5 mm, panjang 1.0-1.5 mm,
umumnya terdapat pada kedua pinggir segmen. Tetrasporangium bentuk kapsul,
panjang 87-150 µm, diameter 20-37 µm, 7-12 tetrasporangia dalan satu
konseptakel.
56
Ekologi: Jenis ini tumbuh mengelompok pada daerah intertidal tengah pada
daerah pecahan ombak, melekat pada batu karang, atau pada cangkang moluska
yang menempel pada batu karang.
Spesimen yang diperiksa: Pelabuhan Ratu S201PR2, S202PR2, S203PR2,
S204PR, S265PR, S288PR; Ujung Genteng S247UG.
Catatan: Jenis ini dapat dibedakan dari C. sagitatum berdasarkan ukuran
talus yang kecil dan pertumbuhan yang mengelompok dan rapat.
2. Cheilosporum sagittatum (Lamoroux) Areschoug, famili Corallinaceae
(Corallinales) (Trono & Ganzon-Fortes 1988:137; Taylor 1979:408). (Lampiran 7)
Talus berumpun, 3-6 sumbu talus dari satu titik pangkal, tinggi 3.5-6.5 cm,
warna merah. Pangkal silindris dan terdapat stolon, midrib silindris, diameter 0.2-
0.4 mm; segmen bentuk subulata atau segitiga, lebar 1.3-2.0 mm, panjang 0.9-1.0
mm, pinggir runcing atau tumpul; cabang pada bagian bawah berseling dan ke
arah ujung talus menggarpu tidak beraturan, berulang 2-7 kali, panjang
interdikotom 1-18 mm, cabang umumnya terbentuk pada bagian ujung talus,
ujung cabang berakhir dengan segmen bulat. Konseptakel terletak pada pinggir
segmen, bentuk bulat telur, diameter 1 mm.
Ekologi: Habitat melekat pada sponge atau pada karang pada daerah
intertidal tengah dan terendam, membentuk assosiasi dengan C. clavulatum.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S77UG, S78UG, S122UG; Carita
S221CR.
Catatan: Jenis ini dibedakan dari C. acutilobum berdasarkan ukuran talus
yang lebih besar dan pangkal tidak berlekatan.
C. Jania Lamouroux
Tumbuh berumpun membentuk bantalan kecil, talus kecil, silindris dan
bersegmen, berkapur, Holdfast mencakram, percabangan menggarpu, ujung
tumpul atau rata. Struktur reproduksi pada konseptakel yang terletak pada titik
percabangan atau ujung talus.
57
Kunci menuju jenis dari marga Jania
1. a. Segmen terakhir melebar, bentuk kampak .................... Jania ungulata
b. Segmen terakhir tidak melebar, bentuk silindris.................................... 2
2. a. Diameter talus 63-85 mikron ....................................... Jania capilacea
b. Diameter talus 200-275 mikron ......... ............................. Jania rubens
1. Jania capilacea Harvey, famili Corallinaceae (Corallinales) (Abbot & Dawson
1978:82; Taylor 1967:206, pl 29 fig 2). (Lampiran 8)
Tinggi talus 5–12 mm, warna merah keunguan atau merah, diameter 63-85
µm, banyak partikel dan pasir menempel pada talus, genicula terletak pada
segmen interdikotom atau pada titik-titik percabangan, panjang intergenicula 200-
500 µm, segmen akhir silindris dan tidak melebar; percabangan menggarpu,
berulang 5-11 kali, saling menjalin, panjang interdikotom 250-875 µm,
percabangan di bagian pangkal lebih jarang, makin memendek ke arah ujung,
ketiak cabang lebar sampai 90o, ujung cabang berakhir dengan percabangan
menggarpu pendek, ujung tumpul.
Ekologi: Habitat pada pantai berkarang dan padang lamun, menempel
pada pecahan koral atau hidup sebagai epifit pada ganggang merah lainnya.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S241UG.
Catatan: Jenis ini mirip dengan J. ungulata, ciri yang membedakannya
adalah segmen terakhir tidak melebar dan genicula terdapat pada titik-titik
percabangan dan antar titik percabangan.
2. Jania rubens (Linnaeus) Lamouroux, famili Corallinaceae (Corallinales)
(Trono & Ganzon- Fortes 1988:142) (Lampiran 8)
Tinggi talus 2.0-2.5 cm, warna merah jambu, diameter 200-275 µm,
genicula pada titik atau antar titik percabangan, panjang intergenicula 500-1500
µm; percabangan menggarpu dengan sudut sempit, panjang interdikotom 1.0-3.5
mm, cabang-cabang adventif tumbuh tidak beraturan, cabang terakhir pendek dan
tumbuh pada konseptakel membentuk struktur seperti bertanduk, ujung tumpul
atau berakhir dengan konseptakel bulat. Konseptakel terletak pada titik-titik
percabangan atau di ujung cabang pendek, terdapat satu lubang, bentuk bulat
58
telur, diameter 205-287 µm.
Ekologi: Jenis ini melekat pada karang di daerah intertidal tengah.
Spesimen yang diperiksa : Pelabuhan Ratu S267PR
Catatan: Dari ketiga jenis marga Jania yang ditemukan, jenis ini memiliki
ukuran talus yang paling besar dan ditemukan menempel pada karang, sedangkan
jenis yang lain talus lebih kecil dan ditemukan hidup sebagai epifit.
3. Jania ungulata (Yendo ) Dawson, famili Corallinaceae (Corallinales) (Trono
& Ganzon-Fortes1988: 143; Jaasund 1976:77). (Lampiran 8)
Tinggi 7-13 mm, warna merah jambu, diameter talus 125-150 µm dan
melebar sampai 240 µm pada segmen terakhir, genicula hanya pada titik
percabangan; percabangan menggarpu, panjang interdikotom 200-625 µm, cabang
pada bagian bawah lebih jarang dengan segmen lebih panjang, sedangkan di
bagian atas cabang lebih rapat, saling menyilang, dan segmen lebih pendek, sudut
percabangan relatif sempit, segmen terakhir pipih dengan pangkal mengecil dan
ujung melebar seperti kampak, ujung rata.
Ekologi: Jenis ini hidup sebagai epifit pada G. acerosa atau melekat pada
pecahan koral di daerah intertidal pecah ombak atau padang lamun.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S264UG.
Catatan: Segmen terakhir pipih dan melebar bentuk seperti kampak menjadi
ciri yang membedakan jenis ini dengan Jania capilacea.
IV. Galaxauraceae
Tricleocarpa Huinsman & Borowitzka
Talus berkapur, mudah patah, silindris, segmen kurang jelas dengan batas
berupa garis melingkar membentuk cincin pada talus, cabang menggarpu dengan
pangkal mengecil. Pengapuran pada lapisan korteks, medula tersusun dari sel-sel
memanjang membentuk filamen bercabang. Sistokarp terletak pada medula luar
dan menempel pada korteks, dikelilingi perikarp berupa filamen.
Tricleocarpa fragilis (L.) Huinsman & R.A. Townsend, family Galaxauraceae
(Nemaliales) (Reine & Trono 2002).
59
Galaxaura oblongata (J. Ellis & Solander) J.V. Lamouroux (Reyes 1978:178;
Trono & Ganzon-Fortes 1988:125). (Lampiran 9).
Talus tegak, membulat dengan diameter 5-8 cm, tinggi 3-6 cm, talus
berkapur, agak lunak dan mudah patah; warna merah muda, merah keunguan, atau
merah kecoklatan. Holdfast mencakram kecil atau melebar membentuk lapisan
seperti kerak, stipe dengan panjang 1-4 mm dan diameter 0.7-1.0 mm;
percabangan rimbun dan rapat, saling menjalin longgar, mengarpu, berulang 7-12
kali, teratur, jarak interdikotom 2-6 mm, sudut sempit, kadang 3-4 cabang pendek
tumbuh dari suatu titik percabangan yang patah, pangkal cabang mengecil,
silindris, diameter 1.0-1.5 mm, cabang terakhir mengarpu pendek, ujung talus
rata. Lapisan korteks keras dan mengalami pengapuran, tebal 50-81 µm, sel bulat,
diameter 12-25 µm; medula terlihat jelas pada ujung talus, diameter 800-850 µm,
sel-sel renggang, lunak berisi cairan berlendir; sel medula memanjang dan
membentuk filamen bercabang dan berpangkal pada lapisan korteks, transparan,
diameter filamen 6-20 µm. Sistokarp bulat, diameter 160-200 µm, dikelilingi oleh
filamen, berada pada percabangan dekat ujung talus.
Ekologi: Jenis ini melekat pada pecahan karang mati, rataan karang atau
lekukan karang terendam pada daerah intertidal terlindung, mengelompok atau
menyebar.
Spesimen yang diperiksa: Anyer S60A, S61A, S62A, S63A, S64A,
S168A; Carita S216CR, Ujung Genteng S249UG; Pelabuhan Ratu S280PR.
Catatan: Jenis ini umum ditemukan mengelompok pada pantai yang
terlindung dari terpaan ombak karena sifat talus yang mudah patah. Jenis ini
bersifat heteromorfik dengan tetrasporofit kecil dan berbentuk filamen (Trono &
Reine 2002), sehingga seluruh spesimen yang dikoleksi adalah gametofit.
V. Gelidiaceae
Kunci menuju marga dari Gelidiaceae
1. a. Struktur reproduksi terletak pada ujung talus, tanpa branchlet, cabang
tidak beraturan ........................................................................ Gelidiopsis
b. Struktur reproduksi terletak pada branchlet, branchlet silindris atau pipih,
cabang berhadapan atau berseling.............................................................2
60
2. a. Branchlet silindris, filiformis, ujung tumpul atau runcing ..... Gelidiella
b. Branchlet pipih, spatulata, ujung bulat atau emarginata ........... Gelidium
A. Gelidiopsis Schmitz
Talus berumpun, tekstur alot atau liat, tegak, terdapat stolon, bentuk talus
pipih atau silindris, cabang tidak beraturan, tetrasporangia terletak pada ujung
talus.
Gelidiopsis variabilis (Grev.) Schmidtz, famili Gelidiaceae (Gelidiales) (Jaasund
1976:79; Jha et al. 2009:164). (Lampiran 10)
15. Talus tegak, tinggi 2-5 cm, warna ungu atau merah kecoklatan.
Holdfast mencakram kecil yang merupakan pelebaran dasar talus, melekat kuat
pada substrat, pangkal talus saling menjalin dan dihubungkan oleh stolon, jarak
antar pangkal 0.5-5.0 mm, diameter stolon 0.3-0.5 mm; sumbu talus silindris dan
memipih ke arah ujung talus, diameter 0.5-1.5 mm, tidak bercabang atau
bercabang maksimal 2 tingkat percabangan; cabang tidak beraturan, pipih, bagian
pangkal mengecil, lebar 0.6-0.9 mm, ujung tumpul. Korteks terdiri dari 3-4 lapis
sel, tebal 32-37 µm, sel kecil, berpigmen, bentuk bulat-elips, diameter 7-10 µm,
panjang 10-12 µm; medula dengan sel-sel tersusun tidak beraturan, bulat-bulat
telur, diameter 15-25 µm. Stichidia di ujung talus yang membesar dan warna
putih, bulat telur, diameter 0.5-1.0 mm, panjang 1.25 mm; tetrasporangia bulat,
diameter 25-30 µm, tipe pembelahan tidak jelas.
Ekologi: Jenis ini ditemukan pada daerah intertidal terlindung dan
tergenang saat surut atau pada daerah pecah ombak, substrat batuan karang atau
cangkang moluska, berumpun dan tumbuh mengelompok.
Spesimen yang diperiksa: Anyer S128A, S130A, S184A; Pelabuhan Ratu
S211PR2, S133PR, S134PR; Carita S233CR; Pangandaran S129P.
Catatan: Habitus gametofit dan tetrasporofit sama, tetrasporofit dikenali
dari adanya stichidia pada ujung talus.
61
B. Gelidiella Feldmann & Hammel
Tumbuh berumpun, tegak atau menyamping, tekstur liat atau alot dan
kaku. Melekat kuat pada karang dengan Holdfast berupa haptera kecil, terdapat
stolon, branchlet berhadapan atau berseling, tetrasporangia terletak pada stichidia.
Gelidiella acerosa (Forsskal) Feldmann & Hamel, famili Gelidiaceae (Gelidiales)
(Hatta & Reine 1991:352; Jaasund 1976:71; Santelices & Stewart 1985:21;
Santelices 1977:5; Zaneveld 1958:112; Taylor 1979:351; Trono & Ganzon-Foretes
1988:128; Reine & Trono 2002:159; Verheij & Reine 1993:454). (Lampiran 10)
Tinggi talus 2-4 cm; warna ungu, coklat kemerahan, coklat kehitaman.
Sumbu talus dengan pangkal silindris dan memipih ke arah ujung talus, diameter
0.6-1.1 mm; cabang berhadapan atau berseling, pipih, umumnya dalam 2 baris
pada kedua sisi sumbu talus, panjang 0.5-2.3 cm, ujung tumpul; branchlet tumbuh
sepanjang sumbu talus dan percabangan, 2 baris berhadapan atau berseling, pada
beberapa individu branchlet tumbuh tidak beraturan, silindris, filiformis, diameter
0.3-0.5 mm, panjang 0.5-3.5 mm, semakin ke arah ujung makin pendek, ujung
tumpul atau runcing. Korteks dengan tebal 20-40 µm, bentuk sel elips, diameter 2-
3 µm, panjang 5-7 µm; medula dengan diameter 780-820 µm, sel-sel bulat,
beraturan, diameter 12-37 µm. Stichidia seperti pentolan di ujung branchlet,
bentuk bulat atau elips, panjang 0.8-1.5 mm, diameter 0.4-0.5 mm; tetrasporangia
tersusun dalam lingkaran pada stichidia, tipe cruciate, bentuk kapsul, bulat telur,
atau elips, diameter 15-20 µm, panjang 37-42 µm.
Ekologi: Habitat pada rataan karang atau lekukan karang tergenang saat
surut, daerah intertidal tengah, pecahan ombak, dan padang lamun, melekat pada
rataan karang, pecahan karang, sponge, dan cangkang moluska. Tumbuh
menyebar atau mengelompok seperti keset pada rataan karang.
Spesimen yang diperiksa: Anyer S123AB, S127A; Pelabuhan Ratu
S124PR, S125PR, S183PR, S270PR; Carita S227CR; Ujung Genteng S255UG;
Pangandaran S126P.
Catatan: Gametofit dan tetrasporofit memiliki habitus yang sama,
tetrasporofit dikenali dari adanya stichidia pada branchlet. Jenis ini ditemukan di
semua lokasi penelitian tetapi tidak pernah ditemukan melimpah.
62
C. Gelidium Lamouroux
Tumbuh berumpun, talus berukuran kecil sampai sedang, talus tegak,
stolon silindris pendek. Holdfast mencakram kecil atau dengan haptera kecil yang
tumbuh dari stolon, melekat kuat pada substrat, talus pipih dengan pangkal
silindris, liat, tetrasporangia cruciate dan terletak pada stichidia.
Kunci menuju jenis dari marga Gelidium
1. a. Talus kecil, tinggi sampai 3 cm, sumbu talus pipih menggada…..……….
........................................................................................ Gelidium pusilum
b. Talus sedang, tinggi 5.5-11 cm, sumbu talus pipih linear ………...………..
…………………………. ………………...................... Gelidium spinosum
1. Gelidium pusilum (Stackhouse) Le Jolis, famili Gelidiaceae (Gelidiales)
(Hatta & Reine 1991:350-351; Jaasund 1976:71; Reyes 1978:130; Santelices &
Stewart 1985:19; Santelices 1977: 71-73; Taylor 1967:142, 1979:354; Reine &
Trono 2002:165). (Lampiran 11)
Tumbuh membentuk hamparan seperti karpet pada karang atau batuan
pantai, talus kecil, tinggi 1.6-3.0 cm; warna ungu kehijauan, merah kehitaman;
diameter stolon 0.4-0.5 mm, jarak antar sumbu 1.5-5.0 mm; sumbu talus pipih
menggada dengan pangkal mengecil silindris; percabangan pipih dengan pangkal
mengecil, tidak beraturan, menggarpu atau berseling dengan cabang-cabang
sekunder berhadapan atau tumbuh pada bagian distal talus, panjang 0.8-1.2 mm,
lebar 0.5-1.5 mm, ujung cabang bulat. Struktur reproduksi terletak pada ujung
cabang yang membengkak.
Ekologi: jenis ini umumnya ditemukan pada daerah intertidal atas yang
terpapar udara selama periode surut, melekat pada cangkang moluska, karang,
dan batuan pantai. Jenis ini ditemukan melimpah pada karang dan batuan pantai
di Pelabuhan Ratu, tahan terhadap paparan udara dan cahaya selama periode
surut.
Spesimen yang diperiksa: Pelabuhan Ratu S111PR, S133PR, S196PR2,
S262PR, S287PR; Anyer S185A; Carita S269CR.
63
Catatan: Jenis ini ditemukan dominan pada karang dan batuan pantai yang
berombak besar dan terekspose udara saat air surut di pantai Pelabuhan Ratu.
Tekstur talus yang liat, kecil, dan melekat kuat pada substrat memungkinkan jenis
ini tahan terhadap gerakan ombak. Menurut Hatta & Reine (1991), di Indonesia
terdapat tiga varietas G. pusilum, spesimen yang dikoleksi dari Jawa Barat
diidentifikasi sebagai G. pusilum var pusilum.
2. Gelidium spinosum S.G. Gmelin & PC. Silva, famili Gelidiaceae (Gelidiales)
( Reine & Trono 2002). (Lampiran 11)
Gelidium latifolium (Greville ) Bornett (Hatta & Reine 1991)
Tinggi talus 5.5-11 cm, warna merah atau merah marun; sumbu talus pipih
lebar 1.0-1.3 mm dan hampir sama sepanjang talus; percabangan berhadapan atau
berseling, sampai 2 tingkat percabangan, semakin memendek ke arah ujung talus,
lebar 0.5-1.0 mm; branchlet pipih, spatulata, pangkal mengecil, berseling atau
berhadapan, panjang 1-3 mm, lebar 0.5-0.7 mm, ujung emarginata atau tumpul.
Medula dengan sel-sel bulat dan tersusun beraturan, diameter 12-37 µm. Stichidia
di ujung branchlet, bentuk bulat telur dengan ujung emarginata, diameter 350-360
µm, panjang 500-550 µm; tetrasporangia bulat-ellips, diameter 10-20 µm, panjang
22-26 µm.
Ekologi: Habitat pada daerah intertidal pecahan ombak, melekat pada
karang, tumbuh mengelompok.
Spesimen yang diperiksa: Anyer S123AB; Ujung Genteng S242UG;
Pelabuhan Ratu S124 PR, S125PR, S199PR2, S269PR.
Catatan: Gametofit dan tetrasporofit memiliki habitus yang sama,
tetrasporofit dikenali dari adanya stichidia pada branchlet. Jenis ini mirip dengan
G. acerosa dilihat dari morfologinya, ciri yang membedakannya adalah branchlet
spatulata dengan ujung emarginata, sedangkan pada G. acerosa branchlet
filiformis dengan ujung runcing atau tumpul.
VI. Gracilariaceae
Gracilaria Lamouroux
Talus berumpun, foliosa berdaging dan parenkimatous, tekstur kartilaginous,
64
gametofit dan tetrasporofit isomorfik. Holdfast mencakram, talus silindris atau
pipih, cabang rimbun, menggarpu atau tidak beraturan. Sistokarp bulat atau
hemisferikal dan terlihat seperti bintil-bintil tersebar pada permukaan talus,
tetrasporangia cruciate dan tersebar pada lapisan korteks.
Kunci menuju jenis dari marga Gracilaria
1. a. Talus pipih .............................................................................................2
b. Talus silindris ........................................................................................4
2. a. Sumbu talus bentuk pita atau lembaran.................................................3
b. Sumbu talus subsilindris......................................... Gracilaria corticata
3. a. Sumbu talus bercabang simpodial, cabang-cabang pendek silindris,
rimbun, dan ujung runcing ……………….......…... Gracilaria foliifera
b. Sumbu talus bercabang menggarpu atau tidak beraturan, cabang-cabang
pendek bulat telur, jarang, dan ujung bulat ………. Gracilaria textorii
4. a. Penyempitan pada talus membentuk segmen menggada…....................
............................................................................. Gracilaraia salicornia
b. Talus tanpa penyempitan dan tidak membentuk segmen .................... 5
5. a. Cabang menggarpu, ujung talus tumpul ......................Gracilaria debilis
b. Cabang tidak beraturan, ujung talus runcing ........................................ 6
6. a. Ujung talus bercabang menggarpu pendek dan tidak sama panjang ...…
………………………………..........................Gracilaria coronopifolia
b. Ujung talus tidak bercabang …….......................Gracilaria verrucosa
1. Gracilaria debilis Forskal (Boergesen), famili Gracilariaceae (Gigartinales)
(Jha et al. 2009:118; Taylor 1979:42). ( Lampiran 12)
Tumbuh tegak atau menyamping, tinggi 4.0 -7.5 cm, kokoh; warna ungu
kemerahan, merah, merah kehijauan. Terdapat 1-10 sumbu talus dari titik pangkal,
talus silindris, pangkal mengecil, diameter 2.5-3.5 mm; percabangan silindris
kadang pipih pada beberapa bagian cabang, cabang dekat pangkal tidak beraturan
dan ke arah ujung talus membentuk percabangan menggarpu, jarak interdikotom
3-12 mm, talus membengkok dan membentuk ketiak cabang membulat, beberapa
percabangan pendek (1.5-15.0 mm) di bagian ujung talus dengan pangkal
65
mengecil, ujung tumpul. Korteks dengan ketebalan 75-100 µm, terdiri dari 2-4
lapisan sel, sel bulat, bulat telur, atau memanjang, diameter 10-13 µm, panjang
17-40 µm; sel medula tersusun beraturan, bentuk bulat-bulat telur, diameter 45-
190 µm, sel medula tengah berukuran lebih besar. Sistokarp bulat atau
hemisferikal, diameter 1.1-1.3 mm, tebal perikarp 220-290 µm, karposporangia
bulat telur. Tetrasporangia bentuk elips, kapsul, atau lonjong; panjang 38-50 µm,
diameter 12-22 µm.
Ekologi: Jenis ini hidup pada rataan karang daerah intertidal pecahan
ombak terendam saat surut, umumnya soliter atau membentuk kelompok kecil
dengan 7 individu.
Spesimen yang diperiksa: Anyer S23A, S24A, S25A, S26AK, S59A;
Pelabuhan Ratu S291PR.
Catatan: Habitus gametofit dan tetrasporofit sama.
2. Gracilaria coronopifolia J. Agardh, famili Gracilariaceae (Gigartinales)
(Bangmei 1985:71; Trono & Ganzon-Fortes 1980:89; Trono & Ganzon-Fortes
1988:167; Verheij & Reine 1993:457; Reine & Trono 2002:171). (Lampiran 12)
Talus tegak atau rebah, tinggi 4,5-15 cm, warna talus ungu, merah, merah
kehitaman, kuning kehijaun. Holdfast mencakram atau melekat dengan talus
tumbuh memanjang menembus substrat pada pasir; sumbu talus silindris, diameter
1,2-2 mm; cabang tidak beraturan, berseling dan menggarpu, percabangan pada
gametofit betina lebih jarang, pangkal sedikit menyempit, cabang-cabang pendek
tumbuh tidak beraturan pada sumbu talus dan percabangan, cabang berakhir
pendek (1.0-2.5 mm) dan menggarpu tidak sama panjang, ujung runcing. Lapisan
korteks terususun dari 4-6 deretan sel, bentuk bulat-bulat telur, diameter 8-15 µm,
sel lapisan terluar lebih kecil dan tersusun beraturan, tebal lapisan 25-75 µm; sel
medula tidak beraturan, diameter 150-200 µm, ukuran sel medula bagian tengah
lebih besar, tebal medula 1200-1220 µm, terdiri dari 7-9 lapis sel. Sistokarp bulat
atau bentuk kubah diameter 0.7-1.5 mm, berputing, tebal perikarp 63-250 µm,
diameter karposporofit 250 µm, karposporangium bulat-elips, diameter 8-18 µm.
Konseptakel spermatangia terletak pada lapisan korteks luar, tunggal, tipe textorii.
Tetrasporangia bentuk elips, bulat telur atau bentuk kapsul, diameter 10-25 µm,
66
panjang 35-42 µm.
Ekologi: Jenis ini ditemukan pada padang lamun, lekukan-lekukan karang
tergenang, rataan karang terlindung maupun di daerah pecah ombak. Melekat
pada substrat berpasir, rataan karang, pecahan karang, cangkang moluska, pada
sponge, atau sebagai epifit pada tumbuhan lamun. Tumbuh mengelompok atau
menyebar.
Spesimen yang diperiksa: Anyer S09A, S10A, S11A, S12A, S13A, S14A,
S15A, S16A, S17A, S17A, S18A, S13AB, S55AB, S56AB, S18AB; Ujung
Genteng S19UG, S20UG, S21UG, S22UG, S254UG, S36UG, S37UG, S38UG,
S39UG, S40UG ; Pelabuhan Ratu S13 PR; Pangandaran S181P, S182P, S183P;
Carita S261CR, S263CR.
Catatan: Habitus gametofit dan tetrasporofit sama. Jenis ini mirip dengan
G. verrucosa, ciri yang membedakannya adalah ujung talus menggarpu pendek.
Pada habitat yang selalu terendam warna talus lebih gelap, sedangkan pada
tempat yang dangkal dan terpapar udara saat surut warna talus hijau kekuningan.
Tetrasporangia dibedakan dengan sel korteks dari ukurannya yang lebih besar,
warna merah, dan adanya lapisan transparan megelingi tetrasporangia. Pola
pembelahan tetrasporangia kurang jelas, hanya beberapa tetrasporangia terlihat
membelah secara cruciate.
3. Gracilaria corticata J. Agardh, famili Gracilariaceae (Gigartinales) (Jha et al.
2009:116; Lee et al. 2006:8 fig 2e; Iyer et al. 2004:529; Jaasund 1976:83).
(Lampiran 13)
Talus tegak, kokoh, tinggi 3,5-12 cm, warna ungu atau ungu kemerahan.
Sebanyak 8-10 sumbu talus tumbuh dari titik pangkal, subsilindris dengan
pangkal mengecil silindris, diameter 1–2 mm, talus yang baru tumbuh berbentuk
silindris; percabangan pipih, berseling dekat pangkal kemudian menggarpu ke
arah ujung talus, berulang 6-8 kali, jarak interdikotom 1.5-9.0 mm, pangkal
mengecil atau tidak, cabang lebih rimbun di bagian ujung talus, ujung cabang
berakhir dengan percabangan pendek menggarpu di/trikotom, pipih atau silindris,
ujung runcing. Sel korteks tersusun dari 2-6 deretan sel, tebal 25-75 µm, bentuk
bulat-lonjong, diameter 5-13 µm; lapisan medula dengan ketebalan 750-900 µm,
67
terdiri dari 8-7 deretan sel, bentuk bulat, bulat telur, atau tak beraturan, diameter
25-50 µm pada medula luar dan 100-137 µm pada sel medula tengah. Sistokarp
hemisferikal diameter 1.0-1.3 mm, tebal perikarp 230-310, karposporangia bulat
telur, diameter 7-12 µm. Spermatangia terletak pada lapisan korteks luar, tunggal,
terlihat seperti bintik-bintik pada permukaan talus, tipe textorii, bentuk bulat-bulat
telur, diameter 10-15 µm, panjang 15-20 µm.
Ekologi: Jenis ini ditemukan pada rataan karang, celah-celah karang,
batuan dan pecahan karang pada daerah intertidal pecahan ombak atau pada pantai
terlindung, umumnya tumbuh mengelompok.
Spesimen yang diperiksa: Anyer S28A, S29A, S30A, S31A, S32A, S33A,
S34A, S35A, S55AB, S57AB, S78AB, S58AB; Ujung Genteng S48UG, S49UG,
S50UG, S243UG, S246UG, S251UG; Pelabuhan Ratu S197PR2, S208PR2,
S268PR; Carita S220CR.
Catatan: habitus gametofit dan tetrasporofit sama. G. corticata mempunyai
variasi morfologi antar individu. Percabangan pipih dengan lebar bervariasi
sampai bentuk silindris, percabangan jarang atau rimbun, berseling, menggarpu
beraturan atau tidak beraturan.
4. Gracilaria foliifera (Forsskal ) Borgesen, famili Gracilariaceae (Gigartinales)
(Abbot & Dawson 1978:125; Jha et al. 2009:121; Taylor 1979:446). (Lampiran
13)
Talus tegak, tinggi 4.5-12 cm, warna merah. Sumbu talus bentuk pita,
pangkal mengecil, lebar 2-5 mm, tebal pada sayatan melintang 500-550 µm;
cabang primer simpodial; cabang sekunder berseling atau berhadapan, kemudian
bercabang menggarpu, ujung runcing. Korteks terdiri dari 3-5 lapisan sel, tebal
38-63 mikrron, sel kecil, berpigmen merah, tersusun tidak beraturan, bentuk bulat-
bulat telur; medula terdiri dari 5-8 lapisan sel, tebal 450-500 µm, bentuk sel tidak
beraturan, sel medula luar berukuran lebih kecil dengan diameter 20-40 µm, sel
medula tengah berukuran lebih besar dengan diameter 63-110 µm. Sistokarp
bentuk kubah, diameter 1.0-1.3 mm, tersebar pada percabangan di bagian ujung
talus; karposporofit membulat, diameter 500-800 µm, tebal perikarp 150-300 µm,
karposporangium bulat, diameter 13-20 µm.
68
Ekologi: Habitat pada lekukan karang daerah pecah ombak.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S257UG
Catatan: G. foliifera mirip dengan G. corticata, ciri yang membedakannya
adalah ukuran talus lebih besar, sumbu talus lebih lebar, dan terdapat percabangan
pada pinggir sumbu talus. Spesimen yang diperiksa adalah gametofit betina,
tetrasporofit tidak ditemukan.
5. Gracilaria salicornia (C. Agardh) E.Y Dawson, famili Gracilariaceae
(Gigartinales) (Bangmei 1985:71; Buriyo et al. 2004:138; Chiang 1985:81;
Jaasund 1976:85; Reyes 1979:135 pl 19 fig 4; Trono & Ganzon-Fortes 1988:171-
172; Reine & Trono 2002:189; Verheij & Reine 1993:457). (Lampiran 14)
Tumbuh tegak atau rebah, berumpun dengan 2-3 sumbu talus tumbuh dari
titik pangkal, tinggi 4-9.5 cm; warna talus kuning kehijauan, ungu kehijauan,
hitam kehijaun, atau ungu. Membentuk perlekatan sekunder dengan bagian talus
yang menempel pada substrat; penyempitan pada talus membentuk segmen
menggada, panjang 2-23 mm, diameter 2.5-4 mm, kadang terdapat lekukan pada
ujung segmen, segmen terakhir pendek bentuk bulat telur; cabang menggarpu,
terdapat cabang dengan segmen tunggal yang tidak berkembang pada beberapa
titik percabangan membentuk percabangan tri-tetrakotomous, ujung tumpul.
Korteks terdiri dari 2-4 lapisan sel, tebal 20-87 µm, sel bulat-bulat telur, diameter
4-8 µm; medula dengan sel tidak beraturan, bulat-polygonal, ukuran sel semakin
besar ke arah medula tengah, diameter 25-104 µm pada medula luar dan 120-450
µm pada sel medula tengah. Sistokarp bentuk kubah atau bulat pada permukaan
talus, diameter 1 mm, tebal perikarp 200 µm, diameter karposporofit 750-850 µm;
karposporangia bulat, diameter 15-25 µm. Konseptakel spermatangia
mengelompok pada tonjolan-tonjolan seperti bintil tidak beraturan dengan dasar
mengecil dan tersebar pada permukaan talus, spermatangia tipe verrucosa,
membentuk lapisan setebal 50-57 µm pada lapisan korteks luar, diameter
konseptakel 25-37 µm. Tetrasporangia bentuk elips atau bulat, diameter 10-22
µm, panjang 22-37 µm.
Ekologi: jenis ini banyak ditemukan pada padang lamun, ditemukan juga
pada pantai terlindung dan tergenang saat surut, daerah pecahan ombak, dan pada
69
lekukan karang tergenang. Soliter dan membentuk assosiasi dengan A. spicifera,
H. spinella, dan G. coronopifolia, menjadi habitat bintang mengular dan cacing
laut. Melekat pada substrat berpasir, rataan karang, atau pecahan-pecahan koral.
Spesimen yang diperiksa: Pangandaran S01P, S02P, S03P, S05P; Anyer
S06A, S179A; Ujung Genteng S07UG, S08UG, S42UG, S43UG, S44UG,
S237UG; Pelabuhan Ratu S180 PR, S200PR2; Carita S222CR.
Catatan: Habitus gametofit dan tetrasporofit sama. Pada pantai yang
terlindung jenis ini tumbuh tegak dengan percabangan menggarpu dan segmen
yang jelas. Pada pantai yang berombak besar, tumbuh mendatar, membentuk
bantalan setebal 3.0-4.5 cm, talus lebih pendek, kokoh dan bengkok tidak
beraturan, segmen pendek atau tidak beraturan dengan batas segmen kurang jelas.
Percabangan menggarpu tidak beraturan, saling menyilang longgar atau
berlekatan dan membentuk banyak titik perlekatan dengan bagian talus yang
menyentuh substrat. Jenis ini tahan terhadap paparan udara dan cahaya selama
periode surut.
6. Gracilaria textorii (Suringar) De Toni, famili Gracilariaceae (Gigartinales)
(Jha et al. 2009:123; Kim et al. 2006: 522-523). (Lampiran 14)
Talus tegak atau melengkung, tinggi 2,5-5,2 cm, warna ungu atau ungu
kemerahan. Stipe dengan panjang 3-5 mm; talus bentuk pita, pangkal mengecil,
lebar 0.8-15 mm, tebal pada sayatan melintang 280-320 µm, pinggir mengkerut,
rata, bergerigi, berlekuk, ujung talus bulat; cabang tidak beraturan atau cenderung
menggarpu, 3-6 cabang, pangkal cabang mengecil, cabang-cabang pendek jarang,
bentuk bulat telur tumbuh pada pinggir dan pada permukaan talus. Korteks
dengan tebal 30-50 µm, terdiri dari 3-4 deretan sel, bulat, diameter 8-13 µm.
Medula dengan tebal 190-200 µm, terdiri dari sel-sel bulat, tersusun tidak
beraturan, diameter 60-100 µm. Sistokarp bulat bentuk kubah, diameter 0.8-1.5
mm, tebal perikarp 120-200 µm, diameter karposporofit 350-700 µm,
karposporangia bulat, diameter 13-15 µm. Tetrasporangia bentuk kapsul, diameter
15-20 µm, panjang 37-47 µm.
Ekologi: Habitus gametofit dan tetrasporofit sama. Jenis ini menempel
pada rataan karang pada daerah intertidal pecahan ombak, terendam atau terpapar
70
udara saat surut, soliter dan kelimpahan rendah.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S256UG, S296UG; Pelabuhan
Ratu S215PR2, S113PR; Carita S266CR; Anyer S94A.
7. Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfuss, famili Gracilariaceae (Gigartinales)
(Abbot 1978:31; Abbot & Dawson 1978:31; Bold & Wynne 1985:605; Reyes
1978:135; Trono & Ganzon-Fortes 1988:173; Verheij & Reine 1993:457; Taylor
1979:441; Chiang 1985:81). (Lampira 15)
Talus tegak atau dengan cabang rebah, tinggi 14-21 cm; warna ungu atau
coklat kekuningan, hijau kehitaman; lemas setelah diangkat dari substrat, mudah
kisut jika terpapar udara. Terdapat 3-5 sumbu talus tumbuh dekat titik pangkal
talus, silindris dan langsing, diameter 0,5-1,2 mm, meruncing ke arah ujung;
percabangan tidak beraturan, sampai 2 tingkat percabangan, tumbuh dekat
pangkal talus, menggarpu atau berseling rapat, tumbuh tegak atau menyamping,
diameter 0.6 -1.0 mm, panjang 13-18 cm; cabang sekunder berseling tidak
beraturan atau menggarpu, panjang 2.3–8.0 cm, ujung runcing. Korteks terdiri
dari 5-6 lapisan sel, tebal 100-150 µm, bentuk sel tidak beraturan, diameter 10-18
µm; medula dengan sel bulat, diameter 50-230 µm, medula luar berukuran lebih
kecil daripada medula tengah. Sistokarp bentuk kubah berputing, diameter 0.5-1.5
mm, tebal perikarp 50-200 µm, diameter karposporofit 600-1200 µm;
karposporangia bulat, diameter 15-25 µm.
Ekologi: Jenis ini ditemukan pada daerah intertidal terlindung, tumbuh pada
lekukan karang yang tergenang saat air surut pada pinggir padang lamun, tumbuh
soliter.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S45UG, S46UG, S47UG.
Catatan: Gametofit dan tetrasporofit memilki habitus yang sama. Tumbuh
pada substrat yang selalu terendam saat surut, talus tidak tahan terhadap paparan
udara atau cahaya karena mudah kering atau kisut.
VII. Halymeniaceae
Kunci menuju marga dari famili Halymeniaceae
1. a. Talus sedang, panjang 4-10 cm, percabangan jarang, tidak terdapat sel
71
ganglionik pada medula ..................................................... Grateloupia
b. Talus besar, panjang 22-33 cm, percabangan rimbun, terdapat sel
ganglionik pada medula........................................................ Halymenia
A. Grateloupia C. Agardh
Holdfast mencakram, talus pipih bentuk pita, permukaan licin berlendir,
cabang tumbuh dari pinggir sumbu talus. Korteks 4-8 deret sel tersusun dalam
baris transversal, medula dengan sel-sel memanjang membentuk filamen dengan
ruang antar sel berisi cairan berlendir. Sistokarp terletak pada medula luar dengan
pori pada korteks membentuk bintik-bintik putih pada permukaan talus.
kartilaginous, talus lemas.
Grateloupia filicina (Lamoroux) C. Agardh, famili Halymeniaceae
(Halymeniales) (Abbot & Dawson 1978:127; Jha et al. 2009:129; Lee et al. 2009:
10-11; Taylor 1967:199). (Lampiran 16)
Talus rebah, panjang talus 4–10 cm; warna hitam keunguan atau hitam
kehijauan dan menjadi hijau pada awetan kering, mudah kisut jika terpapar udara.
Sebanyak 4-6 sumbu talus tumbuh pada pangkal talus, lebar 3.0-5.5 mm, tebal
pada sayatan melintang 450-600 µm, pangkal mengecil dan melebar pada bagian
tengah, ikal berombak atau lurus, pinggir rata atau bergerigi, ujung runcing;
cabang tumbuh pada pinggir sumbu talus, berhadapan atau berseling sampai 2
tingkat percabangan, pipih dengan pangkal mengecil dan meruncing ke arah
ujung, panjang 1-6 cm, lebar 3-4 mm, cabang sekunder pendek; branchlet berupa
tonjolan-tonjolan silindris pada permukaan dan pinggir talus, panjang 0.5-6.0 mm
dan diameter 0.4-0.5 mm. Lapisan korteks dengan tebal 23-50 µm, terdiri dari 4-8
deret sel dalam baris tranversal, berpigmen merah, sel kecil, diameter 7 µm;
korteks luar dengan sel bentuk kapsul, diameter 3-5 µm, panjang 5-12 µm;
korteks dalam dengan sel bulat, diameter 5-8 µm; medula dengan ketebalan 250-
350 µm, sel bentuk filamen dengan panjang 100-200 µm. Karposporofit bulat
dengan diameter 75-163 µm, dikelilingi sel-sel bentuk filamen; karposporangia
bulat atau bulat telur, diameter 13-15 µm. Tetrasporangia terletak pada lapisan
korteks dalam, tipe cruciate, bentuk elips, bulat telur, atau kapsul, panjang 30-62
72
µm, diameter 22-30 µm.
Ekologi: Habitat pada batuan karang pada daerah pecahan ombak, terpapar
udara dan terendam saat surut oleh gerakan ombak, soliter dan menyebar.
Spesimen yang diperiksa: Pelabuhan Ratu S211PR2, S189PR2.
Catatan: Habitus gametofit dan tetrasporofit sama. Jenis ini mempunyai
sifat permukaan talus, struktur anatomi dan reproduksi mirip dengan H. durvillei,
tetapi ukuran talus lebih kecil.
B. Halymenia C. Agardh
Talus besar dengan percabangan rimbun, Holdfast mencakram, talus pipih
bentuk pita, permukaan licin berlendir, cabang tumbuh dari pinggir sumbu talus.
Korteks 4-8 deret sel tersusun dalam baris transversal, medula dengan sel-sel
memanjang membentuk filamen dengan ruang antar sel berisi cairan berlendir,
terdapat sel ganglionik. Sistokarp terletak pada medula luar dengan pori pada
korteks. Kartilaginous, talus lemas. Terdapat tojolan-tonjolan pendek permukaan
talus.
Halymenia durvillei Bory de Saint Vincent, famili Halymeniaceae
(Halymeniales) (De Smedt et al. 2001:297-299; Kawaguchi et al. 2006; Reyes
1978:133; Trono & Ganzon-Fortes 1988:149; Verheij & Reine 1993:460).
(Lampiran 16)
Talus tegak, tinggi 22,5-33 cm, warna merah. Sumbu bentuk pita, lebar 0.5-
2.3 cm, tebal pada sayatan melintang 700-950 µm, pinggir talus mengkerut, rata,
bergerigi atau berbagi, terdapat tonjolan seperti duri pada permukaan dan pinggir
talus; percabangan rimbun, tidak beraturan, cenderung bersilangan, cabang pipih
dan mengecil ke arah ujung, tumbuh pada pinggir margin sumbu talus, pada ujung
talus terdapat bagian talus membulat terbentuk dari kumpulan cabang-cabang
pendek rapat, ujung runcing. Lapisan korteks dengan ketebalan 120-180 µm,
tersusun dari 5-7 deretan sel, teratur dalam barisan tranversal, bentuk bulat pada
korteks dalam dan elips-silindris pada lapisan luar, diameter 3-10 µm, panjang 15-
18 µm; medula dengan ketebalan 570-750 µm, tersusun dari sel-sel bentuk
filamen, renggang; terdapat sel-sel ganglionik dengan bentuk tidak beraturan.
73
Sistokarp terletak pada lapisan medula luar dan menempel pada lapisan korteks
dalam, tanpa lapisan perikarp, karposporofit bulat, diameter 300-350 µm, lubang
tempat keluarnya karpospora pada lapisan korteks, karposporangia bulat-bulat
telur, diameter 8-15 µm.
Ekologi: Jenis ini ditemukan pada karang di daerah intertidal tengah atau
daerah pecahan ombak saat air laut surut.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S240UG
Catatan: Jenis ini mudah dikenali dari ukuran talus yang besar, licin, dan
bentuk seperti pita. Spesimen yang diperiksa adalah gametofit betina, tetrasporofit
tidak ditemukan.
VIII. Helminthocladiaceae
Liagora Lamouroux
Talus berkapur sedang, agak elastis. Holdfast mencakram, talus silindris,
permukaan licin, percabangan rimbun dan menggarpu, ujung tumpul.
Liagora viscida (Forsskal) C. Agardh, famili Helminthocladiaceae (Nemaliales)
(Jha et al. 2009:111). (Lampiran 17)
Habitus membulat atau hemispherikal, tinggi 1.5-3.0 cm, warna coklat
berubah menjadi putih kehijauan. Holdfast mencakram, talus silindris, diameter
0.9-1.0 mm dan hampir sama di seluruh bagian talus, terdapat garis-garis
melingkar pada ujung talus; percabangan menggarpu beraturan, berulang 7-9 kali,
jarak interdikotom 2.5-8.0 mm, percabangan terakhir sedikit mengandung kapur
dan terlihat berwarna hijau, tunas-tunas baru dapat tumbuh dari cabang-cabang
yang patah.
Ekologi: Jenis ini hidup pada batu karang pada zona intertidal yang masih
terendam saat surut, atau pada daerah pecah ombak.
Spesimen yang diperiksa: Anyer S79AB; Pelabuhan Ratu S80PR,
S265PR2.
74
IX. Hypneaceae
Hypnea Lamouroux
Tumbuh mendatar atau menyamping, kartilaginous, talus umumnya
silindris, cabang berseling atau spiral dan saling menjalin membentuk gumpalan
talus, branchlet bentuk duri atau taji tumbuh sepanjang sumbu dan percabangan,
ujung runcing. Parenkimatous dengan korteks 2 lapis sel, sel medula relatif besar
dengan filamen axial persisten. Tetrasporangia zonate dan mengelompok pada
stichidia yang terletak pada branchlet.
Kunci menuju jenis dari maga Hypnea
1. a. Talus gemuk, berlekatan dan kompak, branchlet tumbuh pada cabang
di ujung talus.. ……………………......................... Hypnea pannosa
b. Talus langsing, tidak berlekatan, duri tumbuh sepanjang sumbu dan
percabangan ....................................................................................... 2
2. a. Ujung talus tanpa branchlet, melengkung seperti kait ...........................
........................................................................... Hypnea musciformis
b. Ujung talus ditumbuhi branchlet, lurus tidak membentuk kait ......... 3
3. a. Cabang lateral dan ujung talus menggarpu seperti tanduk rusa ............
.............................................................................. Hypnea cervicornis
b. Cabang lateral dan ujung talus berseling atau spiral ...................... 4
4. a. Sebagian branchlet bercabang bentuk bintang ...........Hypnea cornuta
b. Semua branchlet tidak bercabang dan bentuk duri atau filiformis..... 5
5. a. Branchlet bentuk duri, satu filamen aksial………… Hypnea spinnela
b. Branchlet filiformis, tiga filamen aksial................ Hypnea valentiae
1. Hypnea cervicornis J. Agardh, famili Hypneaceae (Gigartinales) (Reyes
1978:136; Taylor 1979:466; Trono & Ganzon-Fortes 1988:175). (Lampiran 18)
Talus tumbuh mendatar, membentuk gumpalan dari jalinan talus, panjang
talus 9 cm, warna merah atau merah keunguan. Holdfast mencakram dan
membentuk perlekatan sekunder dengan percabangan talus pada pecahan koral;
sumbu talus silindris, memanjang dengan diameter hampir sama ke ujung talus,
diameter 0.8-1.0 mm; percabangan berseling dan menggarpu pada ujung talus;
75
cabang lateral pendek menggarpu seperti tanduk rusa, tumbuh rapat tidak
beraturan di seputar sumbu talus, panjang 1.5–6.0 mm, diameter 0.4–0.5 mm;
branchlet bentuk duri, tunggal, jarang, panjang 0.4–0.6 mm, diameter 0.2-0.3 mm.
Korteks dengan tebal 25-42 µm, sel bulat, kecil, diameter 13-15 µm; medula
dengan sel tidak beraturan, bentuk bulat telur sampai bulat, mengelilingi filamen
aksial, sel medula tengah berukuran lebih besar, diameter 50 µm pada medula
luar sampai 225 µm pada medula tengah; sel filamen aksial bulat, diameter 70
µm. Stichidia terletak pada pangkal dan tengah branchlet, tetrasporangia bentuk
ellips atau kapsul, diameter 20-23 µm, panjang 38-50 µm.
Ekologi: Habitus gametofit dan tetrasporofit sama. Jenis ini ditemukan
pada daerah intertidal berpasir, melekat pada cangkang moluska dan pecahan
koral, epifit pada Laurencia sp.
Spesimen yang diperiksa: Pelabuhan Ratu 173 PR, Pangandaran S267P
Catatan: H. cervicornis dibedakan dari jenis Hypnea lainnnya dari adanya
cabang-cabang lateral pendek dengan branchlet menggarpu tumbuh sepanjang
sumbu talus.
2. Hypnea cornuta (Lamour) J. Agardh, famili Hypneaceae (Gigartinales) (Abbot
& Dawson 1978:46; Jaasund 1976:99; Reine & Trono 2002:210; Taylor 1967:156
pl 29 fg 12;Taylor 1979:465-467). (Lampiran 18)
Tumbuh mendatar, berumpun, panjang talus 5.5-9.5 cm, cabang saling
menjalin longgar membentuk gumpalan talus seperti bantalan kecil berukuran
5x4 cm; warna merah, merah kehijauan atau merah keunguan. Holdfast rizoid;
sumbu talus silindris, diameter 0.7-1.2 mm; percabangan berseling, membengkok,
diameter 0.4-0.8 mm; branchlet tersusun spiral pada cabang dan sumbu talus,
bentuk duri, bentuk bintang atau dengan ujung bercabang bentuk bintang, panjang
0.5-2.5 mm, diameter 0.3-0.5 mm, jarak antar branchlet 1.0-2.3 mm. Korteks
dengan tebal 40-50 µm, sel kecil, bulat, diameter, 30-70 µm; medula dengan tebal
58 µm, terdiri dari 6-7 lapisan sel, bentuk sel tidak beraturan, medula tengah
dengan sel berukuran lebih besar, diameter sel medula luar 20-50 µm, diameter sel
medula tengah 100-120 µm, tebal dinding sel 10-15 mikrron; filamen aksial bulat,
diameter 50 µm. Sistokarp terletak pada ujung branchlet atau berupa tonjolam
76
pada sumbu talus, bulat atau bulat telur, dilapisi oleh membran transparan.
Stichidia terletak dekat pangkal atau bagian tengah branchlet, diameter 300-430
µm. Tetrasporangia bentuk elips-kapsul, diameter 18-20 µm, panjang 30-40 µm.
Ekologi: Habitus gametofit dan tetrasporofit sama. Jenis ini ditemukan
pada padang lamun, melekat pada substrat berpasir, pecahan koral atau epifit
pada A. spicifera, membentuk asosiasi dengan S. filamentosa dan H. spinella.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S141UG, S142UG, S143UG,
S144UG.
Catatan: Jenis ini dibedakan dari anggota Hypnea lainnnya berdasarkan
adanya branchlet bentuk bintang atau ujung branchlet bercabang.
3. Hypnea musciformis (Wulfen) Lamouroux, famili Hypneaceae (Gigartinales)
(Jha et al. 2009: 141; Jaasund 1976: 97). (Lampiran 19)
Talus menjalar pada inang dengan cabang-cabang saling menyilang, warna
merah. Holdfast rizoid dan membentuk pelekatan dengan cabang talus, membelit
pada inang dengan cabang; sumbu talus tidak terlihat; cabang silindris, diameter
0.5-1.0 mm, ujung lurus atau melengkung seperti kait, cabang lateral pendek
tumbuh seputar sumbu; branchlet bentuk duri pendek atau berupa tonjolan
runcing pada talus, panjang 0.2-0.6 (0.3-0.4) mm, umumnya tunggal atau kadang
membentuk sub branchlet, tumbuh sangat rapat seputar sumbu talus,
membengkok ke arah sumbu talus, ujung cabang tanpa branchlet atau branchlet
sangat jarang. Korteks dengan tebal 25-50 µm, bentuk sel bulat-bulat telur,
diameter 8-10 µm; medula dengan sel bulat-tidak beraturan, medula luar dengan
ukuran sel lebih kecil daripada medula tengah, diameter 25-88 µm; filamen aksial
tunggal, bentuk bulat telur, diameter 63 µm. Stichidia terletak pada branchlet yang
terlihat membengkak, diameter 150-200 µm. Tetrasporangia bentuk kapsul,
diameter 5-23 µm, panjang 13-55 µm.
Ekologi: Habitus gametofit dan tetrasporofit sama. H. musciformis tumbuh
sebagai epifit pada L. papilosa atau pada L. dotyii, ditemukan pada daerah
intertidal pecahan ombak.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S245UG, S250UG; Pelabuhan
Ratu S263PR.
77
Catatan: Jenis ini dicirikan oleh ujung talus tanpa branchlet dan
membengkok sepeti kait.
4. Hypnea pannosa J. Agardh, famili Hypneaceae (Gigartinales) (Jaasund
1976:97; Taylor 1967:156; Trono & Ganzon-Fortes 1980:81; Trono & Ganzon-
Fortes 1988:1278; Reine & Trono 2002:210; Verheij & Reine 1993:461).
(Lampiran 19)
Talus berumpun, tumbuh mendatar atau menyamping, cabang saling
menyilang dan berlekatan membentuk rumpun rapat bentuk keset atau bantalan
kompak setebal 1.5-2.5 cm, ukuran 9-12 x 5-8 cm; warna merah keunguan,
merah, atau merah kehijauan. Holdfast mencakram, membentuk banyak
perlekatan dengan percabangan yang menyentuh substrat; sumbu talus silindris
dan memipih ke arah ujung talus, membengkok, tumbuh tegak dan menyamping,
gemuk dan kokoh, diameter 1.4-2.2 mm, panjang 1-3 cm; percabangan silindris
dan pipih di bagian ujung cabang, diameter 0.7-4.5 mm, membengkok
membentuk ketiak cabang bulat, berhadapan atau berseling tidak beraturan, jarak
cabang 1.5-3.5 mm, percabangan di bagian ujung talus cenderung menggarpu dan
berakhir dengan branchlet tunggal atau menggarpu; branchlet bentuk duri,
terletak pada percabangan di ujung talus, gemuk dan kokoh, berseling atau
menggarpu, panjang 0.5–3.0 mm, diameter 0.5-1.1 mm. Korteks dengan tebal 50-
120 µm; sel medula besar dan mengelilingi filamen aksial, diameter 200-250 µm,
bentuk tidak beraturan; filamen aksial dengan sel bulat, diameter 15-200 µm.
Stichidia jarang, terletak pada pangkal branchlet, tetrasporangium bentuk kapsul-
elips, diameter 15-25 µm, panjang 37-40 µm.
Ekologi: Habitat pada lekukan dan rataan karang yang tergenang saat
surut. Substrat pecahan karang berpasir, rataan karang atau epifit pada
A. fragillisima. Tumbuh menyebar.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S136UG, S137UG, S138UG;
Anyer S139A; Pangandaran S140P; Carita S228CR, S229CR.
Catatan: Habitus gametofit dan tetrasporofit sama. Jenis ini
memperlihatkan bentuk talus yang paling berbeda diantara anggota Hypnea
lainnya dari talus yang kokoh dan saling berlekatan membentuk massa talus yang
78
kompak dengan branchlet umumnya pada percabangan bagian ujung talus.
5. Hypnea spinella (C. Agardh) Kutzing, famili Hypneaceae (Gigartinales) (Jha
et al. 2009:143; Reine & Trono 2002:201). (Lampiran 20)
Tumbuh menjalar, membentuk bantalan kecil setebal 2.0-2.5 mm dari
gumpalan talus yang sangat longgar dengan cabang-cabang tegak dan mendatar,
panjang talus 2.5-6.7 cm, warna ungu. Holdfast mencakram, dapat membentuk
pelekat dengan branchlet pada pecahan koral; sumbu talus silindris, ikal, diameter
0.8-1.5 mm; cabang primer berseling dan ditumbuhi cabang-cabang sekunder
spiral atau berseling, diameter 0.4-0.8 mm, percabangan lateral berseling atau
spiral; branchlet bentuk duri, tersusun radial seputar sumbu dan percabangan,
pendek dan rapat, tunggal jarang sekali menggarpu, panjang 0.4-0.5 mm, diameter
75-125 µm. Korteks dengan tebal 25-37 µm, sel tersusun beraturan, bentuk bulat,
kecil, diameter 5-8 µm; sel medula bentuk bulat-bulat telur, sel medula luar
berukuran lebih kecil, diameter 38 µm pada medula luar sampai 100 µm pada
medula tengah; filamen aksial tunggal, bentuk sel bulat telur, diameter 48 µm.
Stichidia terdapat bagian tengah dan pada pangkal branchlet, diameter 200-230
µm. Tetrasporangia bentuk bulat telur-elips, diameter 20-25 µm, panjang 33-38
µm.
Ekologi: Habitus gametofit dan tetrasporofit sama. H. spinella tumbuh
pada daerah intertidal terendam atau terpapar udara saat surut pada daerah
pecahan ombak, epifit pada G. corticata, G. coronofipolia atau pada A. spicifera,
melekat pada rataan karang atau lekukan karang tergenang.
Spesimen yang diperiksa: Anyer S145A, S146A, S147A, S148A, S149A,
S172A; Ujung Genteng S150UG, S151UG, S152UG, S153UG, S154UG, S155UG,
S156UG, S157UG, S171UG;Pelabuhan Ratu S165PR S214PR2; Carita S224CR,
S225CR; Pangandaran S158P.
6. Hypnea valentiae (Turner) Montagne, famili Hypneaceae (Gigartinales) (Trono
& Ganzon-Fortes 1980:83; Trono & Ganzon-Fortes 1988:127; Jha et al.
2009:144). (Lampiran 19)
Talus tumbuh tegak dan mendatar, berumpun 3-9 sumbu talus dari titik
79
pangkal, panjang talus 4-8 cm, warna ungu dengan sumbu hijau kekuningan.
Holdfast mencakram atau membentuk perlekatan sekunder dari cabang talus yang
melekat pada substrat; sumbu talus silindris, diameter 1-2 mm; percabangan
berseling, diameter 0.5-0.7 mm, cabang sekunder spiral atau berseling tidak
beraturan; cabang lateral pendek, tumbuh seputar sumbu talus dengan branchlet
berseling atau menggarpu; branchlet filiformis, tumbuh pada sumbu talus dan
pada cabang-cabang lateral pendek, tunggal, kadang menggarpu pada sumbu
talus, tegak lurus terhadap sumbu, panjang 0.3-2.0 mm, diameter 0.6-1.0 mm.
Korteks dengan ketebalan 25-100 µm, sel bulat atau tidak beraturan, diameter 7-
12 µm; medula dengan sel berukuran relatif besar, bentuk bulat-bulat telur, sel
medula luar lebih kecil dengan diameter 50-100 µm, medula tengah lebih besar
dengan diameter 150-200 µm; terdapat 3 filamen aksial, diameter 50-60 µm.
Stichidia terletak di tengah dan dekat pangkal branchlet, diameter 150-260 µm.
Tetrasporangia bentuk elipsoid-kapsul, diameter 18-25 µm, panjang 55-60 µm.
Ekologi: Habitus gametofit dan tetrasporofit sama. Jenis ini ditemukan pada
lekukan karang tergenang saat surut pada daerah intertidal, melekat pada karang,
pecahan koral atau epipt pada G coronofipolia dan L papilosa.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S150UG, S162UG, S164UG,
S174UG, S175UG; Pelabuhan Ratu S163 PR, S166A, S176PR
X. Peyssonneliaceae
Peyssonnelia Decaisne
Talus berkerak, berkapur dan mudah patah, melekat secara langsung pada
karang dengan permukaan bawah talus, filamen radial tumbuh paralel terhadap
substrat membentuk seperti lingkaran.
Peyssonnellia obscura Weber Van Bosse, famili Peyssonneliaceae
(Cryptonemiales) (Jha et al. 2009:127). (Lampiran 21)
Talus berkerak, warna merah; talus melekat langsung pada substrat dengan
permukaan bawah talus, talus bentuk lingkaran tidak beraturan, diameter 1.5-3
cm, pinggir rata, terdiri dari 2 lapisan talus, talus bagian bawah (hypothali)
melekat kuat pada substrat sedangkan talus bagian atas (epithali) melekat longgar
80
pada talus lapisan bawah. Sel bentuk bulat, bulat telur, segi 4, atau hexagonal,
diameter 8-12 µm.
Ekologi: habitat pada daerah intertidal terendam saat surut, menempel
pada karang, batuan pantai, atau pecahan-pecahan karang mati, kelimpahan sangat
rendah.
Spesimen yang diperiksa: Anyer S169A, Carita S135CR
XII. Rhodomelaceae
Kunci menuju marga dari famili Rhodomelaceae
1. a. Talus kecil, panjang sampai 1.3 mm, bentuk filamen polisifon..............
…………………………………….……………………...Polysiphonia
b. Talus sedang-besar, panjang 20-160 mm, bentuk pipih atau silindris,
parenkimatous .................................................. ................................ 2
2. a. Talus pipih dorsiventral, satu lapis sel, lebar sumbu 120-250 mikron,
menjalar, epifit ....................................................................... Leveillea
b. Talus silindris atau subsilindris, parenkimatous, diameter 0.8-25 mm,
tegak, epilitik ....................................................................................... 3
3. a. Branchlet silindris atau menggada, ujung talus tumpul dengan lekukan
apikal.................................................................................. Laurencia
b. Branchlet berduri atau filiformis, ujung runcing tanpa lekukan apikal
............................................................................................................. 4
4. a. Branchlet filiformis ................................................................Chondria
b. Branchlet berduri .............................................................Acanthophora
A. Acanthophora Lamouroux
Talus isomorfik, tegak, silindris, kartilaginous dan berdaging lunak,
parenkimatous, Holdfast mencakram, cabang simpodial atau berseling tidak
beraturan, branchlet berduri pendek dan tersususn spiral, trikoblast tumbuh pada
ujung talus. Struktur reproduksi terletak pada branchlet, tetrasporangia
tetrahedral, bulat-bulat telur, terletak pada stichidia.
81
Acanthophora spicifera (Vahl ) Boergesen, famili Rhodomelaceae (Ceramiales)
(Abbot & Dawson 1978:45; De Jong et al. 1994:4; Jaasund 1976:13; Taylor
1976:167, 1979:619; Trono & Ganzon-Fortes 1988:183; Wei & Chin 1983:110-
111; Reine & Trono 2002:80; Zaneveld 1958:106; Reyes 1978:139; Atmadja
1996:83). (Lampiran 22)
Talus berumpun, tinggi 4.0-16.5 cm; warna ungu kehitaman, merah muda,
coklat kehitaman, atau hijau kemerahan, kadang terdapat stolon dengan panjang
0.5-0.6 mm menghubungkan 2-3 individu, dapat membentuk perlekatan sekunder
dengan bagian talus yang menyentuh substrat; sebanyak 3-15 sumbu talus tumbuh
dari titik pangkal, diameter 1-2 mm; percabangan silindris, diameter 0.6-0.8
mm, panjang 5-70 mm, sampai 2 tingkat percabangan, 2-6 cabang dalam satu
sumbu talus, cabang umumnya lebih banyak tumbuh pada bagian tengah sampai
ujung talus, makin ke ujung makin pendek, ujung runcing; branchlet tersusun
spiral, panjang 1-5 mm, diameter 0.8 mm, jarak 0.5-4.0 mm dan makin ke arah
ujung talus makin rapat dan lebih pendek; berduri 3-10, panjang duri 0.5-0.7 mm,
diameter 0.5-0.6 mm. Korteks dengan tebal 38-58 µm, satu lapis sel, bentuk sel
bulat atau tidak beraturan, diameter 8-25 µm, panjang 18-32; medula dengan sel
bentuk bulat-bulat telur, mengalami penebalan dinding, tersusun beraturan,
diameter 80-200 µm. Trikoblast tersusun dari sel-sel transparan, uniseriata,
memanjang, panjang 300-700 µm, bercabang atau tidak. Sistokarp bentuk kendi
atau bulat dengan lubang pada bagian atas, diameter 0.5-1.0 mm, duduk atau
bertangkai pendek 0.2 mm, jumlah 1-2 dalam satu branchlet, tebal perikarp 50-
100 µm; karposporofit bulat, diameter 520-550 µm; karposporangia memanjang,
bentuk menggada, panjang 200-250 µm, diameter 25-50 µm. Stichidia berbentuk
bulat telur atau bulat, diameter 0.3-0.4 mm; tetrasporangia bulat, diameter 37-45
µm.
Ekologi: jenis ini tumbuh pada rataan karang daerah intertidal terlindung
dan terendam, lekukan karang terendam saat surut, dan pada zona pecahan ombak.
Melekat pada batu karang, pada cangkang moluska atau epifit pada G. corticata.
Umumnya tumbuh mengelompok atau kadang menyebar, membentuk assosiasi
H. spinella, dan G. coronopifolia.
82
Spesimen yang diperiksa: Pelabuhan Ratu S87PR, S190PR2, S193PR2,
S266PR; Anyer S88A, S89A, S90A, S91AB, S177A; Pangandaran S92P, S93P;
Ujung Genteng S170UG; Carita S223CR.
Catatan: Habitus gametofit dan tetrasporofit sama. Perbedaannya dapat
diketahui dari adanya sistokarp pada gametofit betina dan stichidia pada
tetrasporofit. Populasi jenis ini yang tumbuh pada daerah pecah ombak tumbuh
mengelompok sangat rapat, talus lebih pendek dan kokoh. Sedangkan pada
pantai terlindung di Carita tumbuh menyebar dan ukuran talus lebih besar.
B. Chondria C. Agardh
Tumbuh tegak, Holdfast mencakram, parenkimatous dan kartilaginous,
silindris, cabang berseling tidak beraturan.
Chondria armata (Kutzing) Okamura, famili Rhodomelaceae (Ceramiales) (Jha et
al. 2009:189; Jaasund 1976:135). (Lampiran 22)
Talus seperti pohon kecil, tinggi 3-4 cm, warna merah atau merah
keunguan. Holdfast mencakram dan membentuk rizoid; stipe seperti batang,
membengkok atau lurus; cabang primer sebanyak 1-4 tumbuh pada stipe,
diameter 2.5 mm, cabang silindris dan mengecil ke arah ujung, cabang-cabang
sekunder roset-spiral di ujung talus, diameter 0.5-0.6 mm, ujung runcing;
branchlet silindris, filiformis, tersusun spiral pada percabangan sekunder, panjang
9-11 mm, diameter 180-200 µm, tunggal atau bercabang. Lapisan korteks
tersusun dari sel-sel tidak beraturan, tebal 100-150 µm, diameter sel 20-80 µm,
medula tersusun dari sel-sel bulat, tersusun beraturan, diameter 50-125 µm.
Habitat pada rataan karang terlindung dan tergenang saat surut, soliter dan
menyebar.
Spesimen yang diperiksa: Carita S261CR
C. Laurencia Lamouroux
Tumbuh berumpun dan mengelompok, tegak atau menyamping, talus
foliosa, tekstur kartilaginous atau berdaging lunak, parenkimatous, Holdfast
mencakram, bentuk talus silindris atau pipih, cabang umumnya berlepasan,
83
branchlet silindris atau menggada, ujung tumpul dan terdapat lekukan apikal.
Stuktur reproduksi terletak pada branchlet, tetrasporangia tetrahedral,
mengelompok pada stichidia.
Kunci menuju jenis dari marga Laurencia
1. a. Talus pipih ............................................................................................ 2
b. Talus silindris ....................................................................................... 3
2. a. Branchlet menggada atau bulat ....... .........................Laurencia dotyii
b. Branchlet pipih atau silindris............................... Laurencia splendens
3. a.Tumbuh mendatar, sumbu talus dan percabangan berlekatan membentuk
bantalan kompak......................................................... Laurencia poitei
b.Tumbuh tegak, sumbu talus dan percabangan berlepasan..................... 4
4. a. Branchlet tumbuh pada ujung cabang sekunder ....... Laurencia obtusa
b. Branchlet tumbuh pada sumbu talus dan percabangan ............... ...... . 5
5. a. Branchlet majemuk, tersusun bermalai atau roset ...... Laurencia tronoi
b. Branchlet tunggal, tersusun radial, berhadapan atau spiral................... 6
6. a. Branchlet menggada dan tersusun berhadapan atau spiral, cabang
berhadapan atau berseling ................................................ Laurencia sp.
b. Branchlet silindris, tersusun radial menutupi sumbu talus, cabang tidak
beraturan ................................................................ Laurencia papilosa
1. Laurencia dotyii Y Saito, famili Rhodomelaceae (Ceramiales) (Saito 1969:156;
Verheij & Reine 1993: 445). (Lampiran 23)
Talus tegak, kokoh, tinggi 2.5-8.0 cm, merah keunguan atau merah
kehitaman. Terdapat 2-3 sumbu talus tumbuh dari titik pangkal, pipih dengan
pangkal silindris, diameter 1.5-2.5 mm; percabangan berhadapan atau berseling,
sampai 2 tingkat percabangan, pipih dengan pangkal silindris dan mengecil,
diameter 1.5-2.0 mm, jarak cabang 0.5-2.0 mm; branchlet tumbuh pada ujung
sumbu talus dan pada percabangan, bentuk menggada atau bulat, pangkal
mengecil, berhadapan, berseling atau spiral, tunggal atau membentuk
84
subbranchlet sampai 4, panjang 1.0-1.5 mm, diameter 1.0-1.2 mm. Korteks
terdiri dari 2 lapis sel, bagian luar bentuk elips, tersusun beraturan, sel sebelah
dalam bentuk bulat dan tidak beraturan, diameter 15-35 µm. Spermatangia
terletak pada branchlet bentuk calavate dengan lekukan apikal berbentuk
cekungan kecil pada ujung branchlet. Stichidia bentuk bulat, diameter 500-700
µm, permukaan kasar; tetrasporangia bulat, bulat telur, atau elips; dua macam
tetrasporangia, warna krem dan berukuran lebih kecil dengan diameter 22-25 µm,
warna merah dan berukuran lebih besar dengan diameter 60-75 µm.
Ekologi: Jenis ini tumbuh pada batu karang, rataan karang, atau melekat
pada sponge pada daerah pecahan ombak, tumbuh mengelompok, membentuk
assosiasi dengan H. musciformis dan C. crassa.
Spesimen yang diperiksa: Pelabuhan Ratu S112PR2, S207PR2; Ujung
Genteng S245UG, S252UG.
Catatan: gametofit dan tetrasporofit memiliki habitus yang sama,
perbedaanya terletak pada branchlet. Pada gametofit branchlet bentuk menggada
dengan lekukan apikal, sedangkan pada tetrasporofit yang sudah membentuk
tetrasporangia branchlet bulat telur, membesar dan tanpa lekukan apikal.
2. Laurencia obtusa (Huds. ) Lamouroux, famili Rhodomelaceae (Ceramiales)
(Saito 1969:149; Jaasund 1976: 143; Trono & Ganzon-Fortes 1988; 191 Jha et al.
2009: 198). (Lampiran 24)
Talus tegak, tinggi 2-4 cm, warna merah dengan sumbu talus hijau
kekuningan. Sumbu talus silindris, membengkok, diameter 0.8-1.0 mm, bekas
cabang tanggal pada sumbu talus; cabang tidak berlekatan, tersusun spiral,
berhadapan atau berseling, sampai 2 tingkat percabangan, diameter 0.6-0.8 mm;
branchlet paniculata, spiral atau berseling rapat pada ujung cabang sekunder,
bentuk menggada-silindris, panjang 0.5-1.0 mm, diameter 0.5-0.6 mm. Korteks
terdiri dari satu lapisan sel, tebal 38-60 µm, bentuk sel bulat-bulat telur, diameter
14-25 µm; medula dengan ketebalan 800-850 µm, sel bulat atau elips, tersusun
beraturan, sel medula paling luar berukuran lebih kecil dengan diameter 25-43, sel
medula tengah lebih besar dengan diameter 50-100 µm, sel medula mengalami
85
penebalan dinding. Tetrasporagia terlihat berupa bintik-bintik merah pada
stichidia, bentuk bulat-ellips, diameter 40-80 µm, panjang 50-80 µm.
Ekologi: Habitat pada daerah intertidal pecahan ombak, terendam dan
terpapar udara saat surut, menempel pada batuan pantai, karang, atau pada
cangkang moluska. Tumbuh mengelompok dan membentuk assosiasi dengan
ganggang merah lainnya.
Spesimen yang diperiksa: Pelabuhan Ratu S191PR2, S192PR2, S260PR,
S261PR; Ujung Genteng S268UG.
Catatan: Habitus gametofit dan tetrasporofit sama, tetrasporofit dicirikan
oleh adanya bintik-bintik tetrasporangia pada ujung branchlet.
3. Laurencia poitei (Lamx.) Howe, famili Rhodomelaceae (Ceramiales)
(Jaasund 1976: 143; Taylor 1967: 181, pl3 fig 10) . (Lampiran 24)
Tumbuh mendatar, talus berlekatan membentuk bantalan kompak setebal
1.5-2.0 cm, ukuran rumpun 5.5-30.0 x 10-30 cm, berdaging lunak; warna coklat
kehitaman, ungu kemerahan, hijau kehitaman dengan branchlet merah. Melekat
tidak kuat dengan banyak titik perlekatan; sumbu talus silindris atau pipih,
panjang 2.0-4.5 cm, diameter 2.0-2.5 mm, hampir sama sepanjang sumbu talus;
percabangan rapat, saling menyilang dan berlekatan, berseling tidak beraturan,
spiral, atau berhadapan, 1-3 cabang dalam satu sumbu talus, silindris atau pipih,
panjang 8-13 mm dan diameter 1–2 mm, tumbuh mendatar, jarak cabang 3-8 mm,
sampai 2 tingkat percabangan, terdapat cabang-cabang pendek dengan
pertumbuhan terbatas, spiral, panjang 1-5 mm; branchlet tersusun spiral, tumbuh
pada sumbu dan percabangan, bentuk silindris seperti kutil, tunggal atau
membentuk 3-6 subbranchlet, panjang 0.5-1.5 mm, diameter 1.0-1.5 mm. Korteks
terdiri dari 1-2 lapis sel, tersusun beraturan, tebal 90-125 µm, sel korteks luar
bentuk elips dan berukuran lebih kecil, korteks dalam dengan sel bulat, diameter
20-40 µm; sel medula bulat, tersusun beraturan, diameter 60-120 µm, terdapat
penebalan dinding.
Ekologi: jenis ini banyak ditemukan pada daerah intertidal terlindung dan
tergenang saat surut, hanya 2 individu yang ditemukan pada zona pecahan
ombak. Tumbuh pada substrat berupa rataan karang atau menempel pada karang
86
mati, menjadi habitat kepiting, udang, dan cacing laut.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S244UG, S119UG; Pangandaran
S132P; Carita S230CR, S231CR.
Catatan: Di pantai Carita jenis ini ditemukan melimpah dan membentuk
rumpun besar dengan talus saling berlekatan membentuk bantalan kompak,
menjadi komponen penting dalam ekosistem pantai karena rumpun talus dihuni
oleh hewan laut.
4. Laurencia papillosa (Forskaal) Grevile, famili Rhodomelaceae (Ceramiales)
(Abbot & Dawson 1978:43; Verheij & Reine 1993:193; Trono & Ganzon-Fortes
1988:191; Jaasund 1976: 139; Reine & Trono 2002: 223). (Lampiran 25).
Tumbuh tegak atau menyamping, panjang talus 4.5-8.5 cm, warna ungu
kehijaun atau ungu kehitaman. Terdapat 4-9 sumbu talus tumbuh pada pangkal
talus, silindris, pangkal mengecil, diameter 1-2 mm; sumbu talus tidak bercabang
atau bercabang tidak beraturan, berseling, spiral, simpodial, atau kadang
menggarpu 1 kali, sampai 2-3 tingkat percabangan, percabangan jarang, diameter
1.0-1.5 mm, panjang 7-75 mm; branchlet berupa tonjolan tumbuh rapat pada
sumbu talus dan percabangan, silindris, tunggal atau membentuk 3-5
subbranchlet, diameter 0.5-2.0 mm, panjang 0.5-1.0 mm, pada sumbu yang baru
tumbuh dan pada ujung talus branchlet tunggal dan lebih jarang, pada talus yang
besar branchlet rapat menutupi sumbu talus. Korteks terdiri dari 2 lapis sel, tebal
50-113 µm; korteks luar dengan sel bentuk silindris, tersusun radial, beraturan,
panjang 18-28 µm, diameter 13-20 µm; sel korteks dalam bentuk bulat, diameter
18-25 µm; sel medula bentuk bulat, elips, atau segi empat, diameter 25-113 µm.
Sistokarp bulat, diameter 0.7-1.0 mm; perikarp dengan tebal 70-100 µm;
karposporangia lonjong atau calavate, panjang 70-110 µm, diameter 20-50 µm.
Ekologi: L. papillosa tumbuh pada lekukan karang tergenang atau
menempel pada pecahan karang pada padang lamun, batuan pantai, dan karang
pada daerah pecahan ombak.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S103UG, S234UG, S106UG;
Anyer S104AB, S105AB; Pangandaran S107P, S108P, S109, S110; Pelabuhan
Ratu S188PR2, S286PR; Carita S297CR.
87
Catatan: Gametofit dan tetrasporofit isomorfik, gametofit betina dicirikan
oleh adanya sistokarp bulat pada branchlet. L. papillosa yang tumbuh ada daerah
pecahan ombak tumbuh mengelompok membentuk rumpun rapat, talus lebih
pendek, tegak dan mendatar membentuk banyak titik perlekatan dengan bagian
talus yang menyentuh substrat. Sedangkan pada pantai terlindung tumbuh
menyebar dan ukuran talus lebih besar.
5. Laurencia splendens Hollenberg, famili Rhodomelaceae (Ceramiales)
(Abbot & Dawson 1978:121). (Lampiran 26)
Talus tegak, tinggi 5-9 cm, warna merah, stipe silindris. Sebanyak 2-8
sumbu talus tumbuh pada stipe, pipih dengan pangkal silindris dan mengecil,
panjang 0.8-1.0 mm, lebar 2-3 mm, terdapat bekas cabang tanggal pada sumbu
talus bagian bawah; cabang sampai 3 tingkat percabangan, pipih, berhadapan atau
berseling membentuk sudut 45-60o dan ketiak membulat, lebar 2-3 mm, panjang
3-38 mm, ketebalan pada sayatan melintang 100-470 µm, jarak antar cabang 0.5-
1.5 mm, pinggir cabang kadang overlapping, pinggir dengan tonjolan branchlet
silindris atau pipih; cabang sekunder pipih berhadapan, makin ke ujung makin
pendek; branchlet tumbuh pada sumbu talus dan pada pinggir cabang membentuk
pinggir cabang seperti bergerigi, berhadapan, pipih atau silindris, panjang 0.5-2.0
mm, diameter 0.6-1.0 mm, jarak antar branchlet 0.3-1.0 mm. Korteks dengan
ketebalan 45-175 µm, 1-2 lapis sel, bentuk segi empat atau tidak beraturan,
panjang 30-125 µm, lebar 25-50 µm, mengandung pigmen merah, tersusun
beraturan; medula dengan ketebalan 340-460 µm, terdiri dari 6-8 deret sel; bentuk
sel tidak beraturan, bulat atau elips; diameter 37-120 µm, sel medula luar
berukuran lebih kecil, terdapat penebalan dinding. Stichidia bentuk silindris dan
permukaan kasar. Tetrasporangia terletak dalam rongga berdiameter 60-110 µm,
bertangkai pendek 10-12 µm, bentuk bulat-bulat telur, diameter 25-37 µm.
Ekologi: Jenis ini tumbuh pada rataan karang daerah intertidal tengah
pada pantai terlindung dan terendam saat surut atau pada lekukan-lekukan karang
pada padang lamun. Soliter atau mengelompok.
Spesimen yang diperiksa: Carita S226CR; Ujung Genteng S236UG.
Catatan: L. Splendens adalah salah satu jenis Laurencia dengan bentuk
88
talus pipih, mirip dengan L. Spectabilis (Abbot & Dawson 1978:120), yang
membedakannya adalah percabangan rapat sampai overlapping dan pinggir
cabang seperti bergerigi.
6. Laurencia sp., famili Rhodomelaceae (Ceramiales). (Lampiran 27)
Talus tegak, tinggi 2.5-5.0 cm, warna ungu dan berubah menjadi krem
setelah diawetkan. Sebanyak 3-10 sumbu talus tumbuh pada titik pangkal, talus
silindris dengan diameter 1.0-1.3 mm; cabang berkembang dengan baik, tidak
berlekatan, berhadapan atau kadang berseling, membentuk sudut sempit dengan
sumbu talus, jarak antar cabang terlihat beraturan 2-1 mm, diameter 0.8-1.0 mm,
membentuk cabang sekunder tersusun berhadapan atau berseling; branchlet
tunggal, kadang membentuk subbranchlet, bentuk menggada, tersusun
berhadapan atau spiral, diameter 0.5-0.8 mm, panjang 0.5-2.5 mm, makin ke
ujung talus makin pendek. Lapisan korteks dengan ketebalan 30 µm, terdiri dari
satu lapis sel, silindris, tersusun radial beraturan, diameter 10-15 µm, panjang 15-
27; medula dengan sel-sel bulat-bulat telur, tersusun beraturan, diameter 35-75
µm. Stichidia bentuk bulat telur, diameter 0.8-1.0 mm, panjang 0.6-1.3;
tetraspoangia bentuk bulat telur, diameter 13-75 µm, panjang 38-120 µm.
Ekologi: jenis ini ditemukan pada rataan karang dan pada lekukan karang
di daerah intertidal, membentuk asosiasi dengan Chaetomorpha crassa.
Spesimen yang diperiksa: PL19, AB29
Catatan: Jenis ini dibedakan dari anggota Laurencia lainnya dari bentuk
branchlet yang menggada dan tersusun berhadapan atau spiral. Jenis ini memiliki
cabang yang berkembang dengan baik dan tersusun berhadapan atau berseling
beraturan.
7. Laurencia tronoi Ganzon-Fortes, famili Rhodomelaceae (Ceramiales) (Trono
& Ganzon-Fortes 1988:193). (Lampiran 27)
Talus tegak atau rebah pada talus dengan cabang yang panjang, tinggi 3–6
cm, warna ungu. Sumbu talus silindris, diameter 1.0-1.5 mm; percabangan tidak
berlekatan, berseling tidak beraturan, kadang verticilata, sampai 3 tingkat
percabangan, jarang (2-4 cabang), diameter 0.8-1.0 mm, hampir sama sepanjang
89
talus; branchlet sebagian besar majemuk, tersusun bermalai, roset sampai 13
branchlet, atau membentuk 2-3 sub branchlet, bentuk menggada-silindris,
panjang 0.5–2.5 mm. Stichidia silindris atau bulat telur, tetrasporangia bulat telur,
diameter 45-35 µm.
Ekologi: Jenis ini tumbuh pada rataan karang di daerah intertidal,
membentuk asosiasi dengan H. spinella.
Spesimen yang diperiksa: Pelabuhan Ratu S114PR, S115PR, S281PR.
Catatan: Jenis ini dibedakan dari anggota Laurencia lainnya oleh adanya
branchlet yang tersusun roset.
D. Leveillea Harvey
Tumbuh menjalar, lunak, talus pipih dorsiventral, sumbu melebar
membentuk stuktur seperti berdaun tersusun berseling.
Leveillea jungermanoides (Martens & Haring) Harvey, famili Rhodomelaceae
(Ceramiales) (Jaasund 1976:131-132; Jha et al. 2009: 20; Wei & Chin 1983:108-
109). (Lampiran 28)
Tumbuh menjalar, panjang 5 cm; warna merah, merah kehijauan. Talus
pipih, lebar 0.6-1.4 mm, tebal satu lapis sel; sumbu talus terdiri dari 4 deretan
sel, bentuk sel silindris-elipsoid, panjang 80-200 µm, tersusun beraturan dalam
baris longitudinal, lebar sumbu 180-250 µm; sumbu melebar seperti berdaun,
tersusun berseling dalam 2 baris pada bagian lateral, bentuk bulat telur dengan
dasar melebar, panjang 300-800 µm, lebar 0,5 mm, jarak 230-310 µm, terdiri dari
16-19 deretan sel dan tersusun seperti jaringan palisade, bentuk sel tetrahedral;
bagian tengah sampai ujung talus melengkung atau menggulung, ujung tumpul;
percabangan jarang (3 cabang per talus), berseling, terdapat tonjolan pada bagian
bawah sumbu talus. Struktur reproduksi terletak pada pangkal blade, berupa
tonjolon dengan panjang 150 µm.
Ekologi: Jenis ini ditemukan pada daerah intertidal terendam, hidup
sebagai epifit pada A. fragillisima atau Dictyopta sp.
Spesimen yang diperiksa: Anyer S96A.
Catatan: Semua individu yang dikoleksi ditemukan hidup sebagai epifit,
90
tetapi Jha et al. (2009) menyebutkan jenis ini juga tumbuh pada karang.
E. Polysiphonia Greville
Talus bentuk filamen, lunak, polisifonous, sel perisentral silindris
menutupi seluruh filamen aksial, cabang berseling, trikoblast tumbuh pada sel
perisentral, sistokarp bertangkai bentuk cawan dengan pori membuka lebar.
Polysiphonia sp. famili Rhodomelaceae (Ceramiales) (Hollenberg 1968).
(Lampiran 28).
Talus pada awetan berwarna krem, panjang 1,3 mm, diameter 25-113 µm;
sel perisentral 4 tiap segmen, bentuk filamen, diameter 10-40 µm, panjang 60-120
µm, makin ke ujung talus sel makin pendek, terdapat sel pendek dengan panjang
40 µm pada titik-titik percabangan; ujung talus membentuk cabang-cabang
pendek dan berakhir dengan sel tunggal yang terlihat jelas; cabang berseling
kemudian menggarpu pada ujung talus, diameter 40-60 µm, jarak cabang 400-
1000 µm dan terdiri dari 4-9 baris sel perisentral; trikoblast terlihat kurang jelas,
transparan, panjang 63-230 µm, jumlah 1 trikoblast tiap segmen sel perisentral.
Sistokarp tumbuh dekat titik percabangan, bertangkai 100-120 µm, bentuk cawan,
diameter 200-260 µm, lubang tempat keluarnya karpospora membuka selebar
150-200 µm, sel perikarp bulat atau segi 4 dengan diameter 25-32 µm;
karposporangia bulat-bulat telur, diameter 17-25 µm, panjang 30-55 µm.
Ekologi: Habitat pada padang lamun, hidup sebagai epifit pada H. cornuta,
membentuk asosiasi dengan Ceramium cingulatum dan Cyanophyta pada inang
yang sama. Kelimpahan jarang sekali.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S296UG
Catatan: Spesimen yang diperiksa adalah gametofit, tetrasporofit tidak
ditemukan.
XII. Rhodymeniaceae
Acrocystis Zanardini
Talus berumpun, tegak, holdfast mencakram, tekstur talus lunak dengan
bagian dasar kartilaginous; talus silindris atau menggada, berbentuk tabung berisi
91
cairan berlendir, ujung tumpul.
Acrocystis sp. famili Rhodymeniaceae (Rhodymeniales) (Jaasund 1976).
(Lampiran 29)
Talus tegak, tinggi 1.0-3.7 cm; warna merah kehitaman atau coklat
kehijauan; stolon silindris, diameterr 2.0-2.5 mm; holdfast mencakram dengan
rizoid tumbuh pada stolon; talus silindris atau menggada, diameter 2.5-4.0 mm;
pangkal mengecil silindris dan padat, diameter 1.0-1.5 mm; permukaan talus
berpori. Korteks dengan tebal 20-44 µm, 1-2 baris sel, pigmen merah, bentuk
bulat-lonjong, diameter 7-20 µm; medula dengan ketebalan 200-400 µm, sel
medula bulat-bulat telur, ukuran semakin besar ke arah tengah, diameter medula
luar 20-55 µm, medula tengah 112-175 µm; pada sel medula tengah tumbuh sel-
sel memanjang membentuk filamen mengarah ke pusat talus, panjang 375-1050
µm, jumlah 3-6 dalam satu sayatan, bagian tengah medula berongga berisi cairan
berlendir.
Habitat pada daerah intertidal pecahan ombak, hidup sebagai epifit pada
G. coronopifolia atau melekat pada karang, kelimpahan sangat rendah.
Spesimen yang diperiksa: Ujung Genteng S253UG
Catatan: Jenis ini memiliki bentuk talus yang mirip dengan Botryocladia
sp., dibedakan dari adanya pori pada permukaan talus dan terdapat filamen pada
medula.