hasil changemakers innovation lab ics 2015
TRANSCRIPT
A. Ringkasan
Tingginya kesenjangan antara masyarakat pendapatan tinggi dan rendah di Indonesia sudah berada dalam kondisi memprihatinkan, membuahkan kemiskinan, rendahnya akses pada fasilitas pendidikan, kesehatan, dan masalah-masalah sosial lainnya.Masalah-masalah tersebut terbukti tidak hanya bisa diselesaikan oleh pemerintah, namun membutuhkan kolaborasi dari stakeholder lainnya seperti organisasi non profit, perusahaan, dan profesional.Dalam rangka mencapai sinergi antara para stakeholder tersebut, dibutuhkan sebuah alat sekaligus momentum agar paradigma pembangunan baru ini dapat diadopsi dan terlaksana secara menyeluruh. Indonesian Citizens Summit adalah acara pertemuan pertama dan terbesar para stakeholder pembangunan sosial Indonesia mencakup institusi pemerintah, divisi tanggung jawab sosial perusahaan, organisasi non profit termasuk di dalamnya UKM, BEM, dan lembaga kemahasiswaan, dan profesional di Indonesia. Tujuan acara ini adalah untuk memperkenalkan sistem partisipasi publik sebagai gerakan sosial baru Indonesia sekaligus meluncurkan tools untuk mencapainya, sebuah media sosial changemakers pertama di Indonesia, bernama meetchange.org. Acara dilaksanakan di Balai Sidang dan Auditorium Apung, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat pada tanggal 13 Juni 2015. Sesi –sesi acara yang akan dilaksanakan antara lain Keynote speech, talkshow, pameran inisiatif sosial, roundtable changemakers, galla dinner/networking session, dan clossing/penutupan
B. Latar Belakang
Di Indonesia, rasio gini, rasio yang mengindikasikasikan gap antara masyarakat berpendapatan tinggi dan masyarakat marginal, termasuk dalam level tinggi, 0,41 dalam skala 1 (BAPPENAS,2014). Artinya, walaupun PDB Indonesia telah melebihi USD 3000 pada awal dekade ini, kue pembangunan hanya dinikmati oleh segelintir orang. Hal ini menyebabkan kemiskinan, rendahnya akses pada kesehatan, pendidikan, pangan, dan air bersih, dan banyak masalah sosial lainnya masih menjadi masalah yang harus dipecahkan. Padahal di sisi lain, masalah sosial adalah masalah kompleks yang membutuhkan solusi yang holistik, dan tidak bisa hanya diselesaikan oleh pemerintah, sesuai dengan yang disampaikan President Barack Obama ,”We need all hands on deck” (Office of Social Innovation and Civic Participation, 2008). Berita baiknya adalah, seiring dengan bergulirnya reformasi, jumlah partisipasi masyarakat dalam pembangunan sosial meledak dalam satu dekade terakhir. Menurut berbagai sumber,era reformasi telah mendorong pertumbuhan jumlah changemakers, para individu, organisasi non profit, dan korporasi yang melakukan banyak inisiatif untuk menyelesaikan permasalahan sosial yang diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi yang tidak merata. Pertumbuhan tersebut mencakup munculnya institusi Think Tanks di 50 lembaga riset universitas di Indonesia (Buku Putih Sistem Inovasi nasional, 2012) , Pertumbuhan dana Corporate Social Responsibility sebesar Rp 10 triliun per tahun (Forum CSR, 2013) dan Peningkatan jumlah Social Entrepreneurship dan social movement dari kalangan organisasi sipil.
Sayangnya,pembangunan sosial yang telah tumbuh ini tidak bisa berkembang lebih cepat dan kualitasnya juga masih buruk karena partisipasi berjalan sendiri-sendiri. Berdasarkan hasil penelitian tim Kreanovatoryang berjudul “Designing Social Innovation Knowledge Management System in Indonesia” (dipublikasikan di World Forum for Democracy 2014, Strasbourg, France), pendekatan solusi yang diberikan masih sepotong-sepotong dan gagal menyelesaikan masalah sosial secara tuntas karena dilakukan hanya berdasarkan perspektif entitas pemberi solusi. Padahal, untuk menyelesaikan masalah sosial secara tuntas, terdapat empat jenis sumber daya yang harus diakumulasikan, yaitu gagasan, teknologi, keahlian, dan dana. Namun, sumber daya tersebut tidak terkoneksi dimana beberapa entitas memiliki sumber daya tertentu tapi tidak memiliki yang lainnya. Hal ini mengakibatkan pembangunan sosial itu sendiri berjalan stagnan.
Gerakan kolaborasi dipercaya akan menjadi paradigma baru pergerakan sosial yang lebih inovatif dan solutif untuk Indonesia. Partisipasi publik yang jumlahnya meningkat saat ini perlu ditransformasi menjadi sebuah “sistem partisipasi publik” : sebuah sistem dimana para changemakers dapat berkesempatan menemukan partner perubahan seluas dan semudah mungkin sehingga dapat saling berbagi sumber daya untuk menciptakan pembangunan yang lebih progresif dan merata. Partisipasi publik jika didukung oleh kolaborasi akan menghasilkan beberapa keuntungan yaitu (1) meningkatkan kualitas pembuatan kebijakan di level pemerintah (2) memfasilitasi interaksi yang luas antara masyarakat sipil, pemerintah, komunitas atau NGO dan Expert (3) dapat lebih memahami permasalahan bangsa yang mewakili tiap-tiap lapisan masyarakat serta penyelesaiannya. Partisipasi publik yang efektif adalah partisipasi yang berfungsi untuk semua pihak dan mampu menstimulasi kepentingan dan investasi yang lebih luas.
C. Changemakers Innovation lab : Sebuah Sesi Brainstorming Lintas Sektor
Changemakers Innovation Lab adalah salah satu sesi pada Indonesian Citizens Summit 2015 yang diselenggarakan oleh Kreanovator di Universitas Indonesia, pada tanggal 13 Juni 2015. Sesi ini mempertemukan para changemakers : para stakeholders yang memiliki peran di sektor publik yaitu pemerintah, perusahaan termasuk bisnis sosial dan tanggung jawab sosial perusahaan, organisasi non profit, dan para ahli/profesional. Perwakilan empat stakeholder ini berdiskusi secara terbuka untuk merumuskan arah partisipasi publik Indonesia di masa yang akan datang. Sesi pertama adalah sesi gabungan secara terbuka dengan topik partisipasi publik secara umum. Pada sesi kedua, diskusi dilakukan secara tematik berdasarkan kelompok-kelompok bidang yang telah ditetapkan sebelumnya. Sesi dimulai dengan pengantar opini oleh narasumber lalu dilanjutkan dengan diskusi secara bebas antar peserta diskusi, dipandu oleh fasilitator.
D. Tujuan
1. Changemakers Indonesia memahami bahwa permasalahan bangsa yang dihadapi saat ini sangat kompleks, bersifat lintas sektor, dan multi-sistem. 2. Changemakers Indonesia memahami pentingnya keterbukaan pemerintah dan kolaborasi antara empat pemeran penting yang terdiri dari pemerintah, para ahli (profesional), pengusaha atau perusahaan (corporate), dan organisasi dan individu non-pemerintah untuk ikut serta menyelesaikan permasalahan bangsa.
3. Changemakers Indonesia memahami motif dan cara kerja inisiatif sosial yang spesifik antara program organisasi non profit/yayasan, tanggung jawab sosial perusahaan, proyek sosial profesional, dan program pemerintah. 4. Changemakers Indonesia dapat saling memahami perbedaan tersebut dan menyesuaikan cara kerja sesuai mekanisme masing-masing demi terciptanya kolaborasi sosial yang inklusif. 5. Pengetahuan yang diperoleh dari diskusi ini dapat didistribusikan dalam bentuk Communique untuk didistribusikan kepada stakeholders pembangunan sosial di seluruh Indonesia.
E. Hasil
1) Partisipasi Publik Indonesia secara Umum
a. Sektor Private
Seiring waktu, sektor private mengambil peranan yang lebih penting dalam memberikan
dampak sosial pada masyarakat. Walaupun secara umum, perusahaan-perusahaan
mempertimbangkan operasi untuk meraup profit setinggi mungkin, kesadaran masyarakat
pada isu lingkungan dan keberlanjutan yang cendrung meningkat, membuat aktor di sektor
private mulai berlaih pada konsep green economy/ekonomi hijau yang melandasi keputusan
bisnis dengan mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungannya. Penerapan konsep ini
termasuk green supply chain, green packaging, dan green manufacturing. Kesadaran
masyarakat ini sejalan dengan meningkatnya jumlah segmen menengah di Indonesia,
sehingga ketika kebutuhan dasar sudah terpenuhi, kebutuhan pada dampak sosial pun
muncul.
Aktifitas Corporate Social responsibility/CSR/ tanggung jawab sosial pun saat ini cendrung
meningkat, dengan total dana hingga Rp 10 triliun pertahun. Program tanggung jawab
sosial/CSR perusahaan secara umum ditentukan berdasarkan tiga aspek yaitu dampak sosial
yang diharapkan, dampak lingkungan dan keberlanjutan yang diharapkan, dan kepentingan
shareholders.Sayangnya aktifitas CSR juga memiliki tendesi bagi sebagian masyarakat
sebagai pengalihan isu/alasan agar dapat melakukan aktifitas bisnis yang makin
memberikan dampak yang buruk bagi sosial dan lingkungan. Aktifitas CSR juga sangat
bergantung pada kepemimpinan perusahaan, sehingga tidak bersifat jangka panjang.
Tren positif yang muncul dalam dekade terakhir ini adalah pertumbuhan bisnis sosial. Bisnis
sosial memiliki tujuan membuat dampak sosial sekaligus menciptakan keuntungan.
Walaupun demikian, keuntungan tersebut biasanya diinvestasikan kembali ke dalam sistem
perusahaan. Tantangan dari bisnis sosial adalah menjaga posisi bisnis mereka tetap sehat
dan bertumbuh namun di sisi lain tetap memastikan dampak sosial yang dihasilkan
berkualitas.
b. Sektor Publik/pemerintah
Pemerintah memiliki modal yang sangat besar untuk membuat terobosan dampak sosial
dan lingkungan karena memiliki akses pada budget yang besar, struktur organisasi yang
lengkap dan hampir mengurusi semua sektor, kapasitas sumber daya besar, dan
kekuasaan untuk membuat regulasi.
Namun, struktur organisasi pemerintah yang kompleks dan rumit menjadi bumerang
karena membuatnya kaku dan sulit mendukung munculnya inovasi. Pertanggungjawaban
keuangan yang ketat menyebabkan upaya eksperimen dan pengambilan resiko yang
biasanya dilakukan pada inisiatif inovasi sosial sulit dilakukan. Kebanyakan solusi yang
diberikan juga cendrung sektoral bahkan banyak program serupa yang dibuat oleh banyak
divisi di lembaga yang berbeda.
Demi terciptanya kolaborasi sosial, keterbukaan pemerintah begitu penting dalam rangka
mengakomodasi aspirasi masyarakat bahkanlebih dari itu, mengasimilasi kolaborasi
dengan masyarakat. Platform lapor.go.id dan laporpresiden.org adalah contoh inovasi
sosial yang mencerminkan keterbukaan pemerintah yang menampung laporan dan kritikan
masyarakat untuk pemerintahan yang lebih efisien. Inisiatif Open Government Indonesia
yang sudah dilaksanakan oleh Kantor Staf presiden juga layak untuk diteruskan bahkan
disistemasikan dengan melibatkan seluruh stakeholder dan tersusun dalam rencana
strategis yang jelas. Komparasi terbaik saat ini adalah Program barrack Obama pada tahun
2011, yang mendirikan administrasi khusus di Gedung Putih yang didedikasikan untuk
mensistemkan partipasi publik di Amerika Serikat : Office of Social Innocation and Civic
Participation. Divisi khusus ini berperan dalam menjembatani kerjasama dan aliran sumber
daya antar stakeholder sehingga inisiatif sosial yang dilakukan menjadi efektif.
c. Sektor Sipil/Non Profit
Sektor ini adalah area dimana inisiatif kerelawanan dan pioneer biasanya muncul, melalui
aktifitas kampanye, advokasi, dan proyek sosial/pengabdian kepada masyarakat.
Kebanyakan inisiatif yang dilakukan adalah area yang gagal memperoleh sentuhan dari
program pemerintah dan aktifitas bisnis. Walaupun demikian, kebanyakan organisasi non
profit skala kerjanya kecil dan memiliki keterbatasan sumber daya. Upaya komunikasi yang
terbatas antar organisasi yang memiliki program serupa, namun memiliki kepemilikan
sumber daya yang berbeda, membuat upaya inisiatif sosial yang dilakukan cendrung
memberikan dampak sosial yang terbatas pula.
2) Hasil Diskusi Tematik
1. Riset dan Teknologi
- Riset dan teknologi dapat diutilisasi untuk mengakselerasi banyak inisiatif sosial. Salah
satu contohnya adalaah mekanisme pemberian donasi yang kreatif (contoh: Pushla, yang
melakukan pemberian donasi kepada gerakan sosial menggunakan pulsa)
- Mensosialisasikan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan.
Tujuannya agar hasil ristek bisa diserap, bukan hanya untuk bisnis namun juga kegiatan
pengabdian masyarakat. Kita harus menunjukkan inovasi bisa digunakan di masyarakat.
- Bergerak dengan menanamkan pada masyarakat bahwa ilmu pengetahuan itu sangat
krusial dan bisa menunjang kehidupan. Kita harus memasyarakatkan ilmu pengetahuan.
- Membuat usaha berbasis teknologi, menciptakan inovasi untuk anak muda.
- Kualitas penelitian harus ditingkatkan, tapi harus dibarengi dengan peningkatan kuantitas
peneliti di Indonesia dan menumbuhkan kecintaan pada ilmu pengetahuan.
- Mindset orang Indonesia yang harus diubah, riset harus menjadi berorientasi pada
masyarakat. Perusahaan harus punya divisi riset untuk akhirnya bisa mewadahi keilmuan
dan penelitian secara aplikatif.
- Kesimpulan: pengaplikasian teknologi untuk tujuan sosial harus didorong bersama-sama,
sehingga bisa diterapkan untuk kepentingan masyarakat.
2. Kepemudaan
- Leadership para generasi muda harus terus dibangun.
- Kebanyakan kegiatan kepemudaan masih sulit dalam mencari pendanaan di daerah.
- Kegiatan kepemudaan di daerah mengalami kekurangan sumber daya manusia
dikarenakan anak muda merantau pergi meninggalkan daerahnya ke kota.
- Solusi untuk masalah tersebut: KONSISTEN, KEEP MOVING, KEEP INNOVATING and GRAB
OPPORTUNITY.
3. Ekonomi
- Perlu adanya penelitian dan merekonstruksi kembali konsep entrepreneurship, baik bisnis,
sosial, atau kewiralembagaan.
- Adanya edukasi perencanaan keuangan dalam keluarga dan remaja secara informal.
- Kesimpulan: Perlunya kolaborasi untuk dua hal yang terbukti ada dalam jalur yang sama,
yakni socio-entrepreneur dan financial literation.
4. Religius dan Keagamaan
- Perlakuan minoritas yang tidak merata, sehingga cenderung memunculkan diskriminasi.
- Memperbanyak event dan sumber daya manusia khususnya mahasiswa yang memiliki
niat baik dan kerja keras.
- Mengadakan penyuluhan terkait dengan kolaborasi pihak-pihak agar mampu
menyelesaikan permasalahan keagamaan.
- Kesimpulan: Perlindungan terhadap HAM dalam menjalankan agama yang dimiliki dan
dianut oleh lingkungan sosialnya, dengan lebih meng-optimalisasi keterbukaan program
kerjasama dengan mengadakan forum-forum terbuka.
5. Pendidikan
- Kurangnya perencanaan jangka panjang dalam pendidikan di Indonesia (road map yang
tidak jelasi)
- Adanya kesenjangan pendidikan, infrastruktur, dan informasi, sehingga menimbulkan
adanya fakta bahwa 80% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar.
- Solusi: Membentuk kolaborasi dengan banyak pihak, terutama komunitas, membangun
sirkulasi pendidikan dengan beragam media, seperti komik, film, media sosial,dsb, dan
melakukan kajian-kajian terkait pendidikan dari negara yang lebih maju untuk dapat
menjadi contoh pembuatan kebijakan kerangka sistem pendidikan di Indonesia.
6. Sosial
- Melakukan brainstroming antar stakeholder yang berperan di bidang sosial (Discussion on
“Cohession on Nation”)
- Pemberdayaan masyarakat UKM (Mikrofinance, One Village One Product, dll)
- Memperluas akses dan network untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan
pembuatan gudang duta.
- Membuat sarana rujukan terpadu yang bersumber dari Kementerian Sosial RI
- Membuat koordinasi antar kementerian menjadi lebih baik.
7. Kesehatan
- Akar permasalahan kesehatan di Indonesia adalah pengetahuan oleh masyarakat tentang
penyakit, pencegahan, dan penanganannya.
- Pengetahuan tenaga profesional pun perlu diperhatikan (perlu dilakukan standardisasi
kemampuan pihak profesional, misal, dalam mendiagnosa sebuah penyakit dan
mengedukasi masyarakat terkait penyakit tersebut)
- Menggalakkan upaya promotif dan preventif melalui edukasi menyeluruh dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat.
- Kesimpulan: Pemerintah merealisasikan program kesehatan (promotif dan preventif)
dengan melibatkan NGO yang dapat turun langsung ke masyarakat. Pemerintah dalam
hal ini juga berkewajiban menetapkan standarisasi pendidikan bagi tenaga professional,
korporasi memberikan bantuan dalam bentuk dana, fasilitas dalam menggalakkan upaya
promotif dan preventif, profesional dituntut untuk terjun langsung ke masyarakat guna
memberikan informasi tentang kesehatan dan memiliki pengetahuan standar tentang
upaya promotif dan preventif, dan hal yang paling penting adalah koordinasi dari
pemerintah selaku pemegang kekuasaan tertinggi.
8. Politik
- Dibutuhkan adanya penguatan institusi politik di Indonesia dimulai dengan rekruitmen
politik yang baik di tingakt daerah bottom-up system.
- Dibutuhkan adanya partisipasi politik dan pendidikan politik untuk menghasilkan kaderisasi
politik yang baik dan berkualitas.
- Dibutuhkan adanya kolaborasi antar stakeholders, antara lain akdemisi, politisi,
profesional, pemuda atau NGO, untuk menghasilkan solusi kolaboratif yang komprehensif
melalui incubator politik.
- Solusi Kolaboratif
9. Seni dan Budaya
- Penegasan program-program pemantapan jati diri bangsa yang terstruktur dan sistemaris
sehingga berlangsung secara berkelanjutan.
- Peningkatan pengawasan dari semua pihak (khususnya pemerintah) terhadap program-
program yang sudah ada.
- Memberikan dukungan dalam bentuk promosi virtual dan non-virtual, baik melalui
website populer dan pementasan budaya.
- Mendukung kolaborasi dengan berbagai stakeholder dalam mempromosikan produk-
produk budaya tradisional, khususnya dengan pemerintah pusat dan daerah, investor,
media, dan pihak lain yang terkait.
1. Publikasi oleh media sosial dan media masa
2. Pendanaan melalui CSR oleh CEO dan partai politik
Politisi
LSM
Pemuda
Inkubator politik
(pendidikan politik dan
peningkatan partisipasi cerdas
politik)
Penguatan institusi
politik (sistem dan
SDM)
10. Lingkungan
- Permasalahan utama bidang lingkungan adalah sampah, air bersih dan udara.
- Sampah adalah masalah yang paling penting.
- Perlunya mengembangkan bank sampah menjadi industri.
- Pemerintah perlu menyediakan peralatan yang mendukung lingkungan, seperti mesin
penyaring limbah, dsb.
- Perlunya bersinergi dengan pemerintah, NGO dan perusahaan untuk dapat menyelesaikan
permasalahan sampah.
- Pentingnya penyadaran masyarakat akan pentingnya pengolahan sampah dan isu-isu
lingkungan lainnya.
- Kesimpulan: Sampah sebagai salah satu kunci permasalahan sekaligus solusi yang dapat
berperan dalam langkah penyelamatan lingkungan dan upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Selain itu , sampah perlu dilihat sebagai objek ekonomis melalui penciptaan
mekanisme pengolahan limbah yang berteknologi tinggi dan melibatkan partisipasi
masyarakat dalam sistemnya.
Peserta Khusus Changemakers Innovation Lab
1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2. Kementerian Hukum dan HAM RI 3. Kementerian Sosial RI 4. SMERU Research Institute 5. Kelompok Studi Pasar Modal 6. PT Global Inovasi Hijau 7. Institute of Entrepreneurship and Empowerment Initiative 8. Youth Finance Indonesia 9. Dompet Dhuafa 10.Sobat Bumi Indonesia 11.Zero Waste Indonesia 12.CIFOR 13.PT Petrochina Indonesia 14.Greenpeace Indonesia 15.Plasticology Art Project 16.Sentra Pemuda taruna Mandiri 17.Ikatan guru Indonesia 18.Sahabat Beasiswa 19.Asosiasi Sekolah Sepak Bola Indonesia 20.Student Jon 21.StudentsxCEOs 22.Penyala Makassar 23.Aksi Indonesia Muda 24.PT Nutrifood 25.Himpunan Mahasiswa Islam
26.Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia 27. Turun Tangan 28. Kitabisa.com 29.BEM UI 30.Indonesian Youth Project 31.Perkumpulan katalis 32.Sentra Komunikasi Mitra POLRI 33. AIESEC Indonesia 34. Rumah MC Indonesia 35.PKPU Lembaga Kemanusiaan Nasional 36.PT Sewatama 37.Glow for Indonesia 38. Indorelawan.org 39.Science for Indonesia 40.Laude Architect 41.Technopreneurship Surya University 42.Institut Pertanian Bogor 43.Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia/MITI 44. Seyum Indonesia Mandiri 45.Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia 46. SCTV 47.Surabaya Youth 48.Koalisi Pemuda Hijau Indonesia 49.Indonesian Youth Diplomacy 50. Ethnocentro.com 51. SIGMA Entertainment 52.Duta Bahasa Jawa Tengah 53. Hamdi Muluk – Psikolog Politik 54. Ananda Sukarlan – Komponin Internasional 55. Ida Sundari Yusuf – Ahli bahasa 56. Dieny Tjokro – Psikolog Pendidikan