hasil analisis kromatografi kolo1

7
Hasil Analisis Kromatografi kolom PRAKTIKUM ANALISIS KROMATOGRAFI KOLOM Judul : Analisis yang telah dilakukan adalah analisis kromatografi kolom yaitu memisahkan klorofil yang ada dalam daun suji. Tujuan : Analisis ini dilakukan dengan tujuan memisahkan suatu komponen yang terdapat dalam daun suji yaitu klorofil. Prinsip Percobaan : Analisis kromatografi kolom dilakukan untuk pemisahan, pemurnian komponen dalam suatu campuran . Dalam analisis kromatografi kolom ini menggunakan metode basah yaitu dengan cara adsorben yang digunakan terlebih dahulu di buat bubur kolom. Teori Dasar : Kromatografi kolom umumnya digunakan sebagi teknik pemurnian untuk mengisolasi komponen yang diinginkan dai sutu campuran. Dalam kromatografi kolom, fase diam (adsorben padat) ditempatkan secara vertikal dalam kolom gelas dan fase gerak 9cairan) ditempatkan pada bagian atas kolom dan begerak ke bawah melewati kolom (karena gravitasi atau tekanan eksternal).

Upload: aqmar-sajidah-luthfiana-soebaredja

Post on 10-Aug-2015

63 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ksmck

TRANSCRIPT

Page 1: Hasil Analisis Kromatografi Kolo1

Hasil Analisis Kromatografi kolom

PRAKTIKUM ANALISIS KROMATOGRAFI KOLOM

Judul :

Analisis yang telah dilakukan adalah analisis kromatografi kolom yaitu 

memisahkan klorofil yang ada dalam daun suji.

Tujuan :

Analisis ini dilakukan dengan tujuan memisahkan suatu komponen yang terdapat

dalam daun suji yaitu klorofil.

Prinsip Percobaan :

Analisis kromatografi kolom dilakukan untuk pemisahan, pemurnian komponen dalam suatu

campuran . Dalam analisis kromatografi kolom ini menggunakan metode basah yaitu dengan cara

adsorben yang digunakan terlebih dahulu di buat bubur kolom.

Teori Dasar :

Kromatografi kolom umumnya digunakan sebagi teknik pemurnian untuk mengisolasi

komponen yang diinginkan dai sutu campuran. Dalam kromatografi kolom, fase diam (adsorben

padat) ditempatkan secara vertikal dalam kolom gelas dan fase gerak 9cairan) ditempatkan pada

bagian atas kolom dan begerak ke bawah melewati kolom (karena gravitasi atau tekanan eksternal).

Sampel yang akan dianalisis dimsukkan ke bagian atas kolom. Eluen ditambahkan ke dalam kolom

dan bergerak ke bawah melewtikolom. Keseimbangan terjadi antara komponen yang teradsopsi pda

adorben dengan pelarut yang terelusi mengalir melewati kolom.

Klasifikasi Kromatografi Kolom

Page 2: Hasil Analisis Kromatografi Kolo1

1. Berdasarkan interaksi komponen dengan adsorben

a. Kromatografi adsorbsi

Dalam kromatografi adsorbsi, komponen yang dipisahkan secara selektif teradsorbsi pada

permukaan adsorben yang dipakai untuk bahan isian kolom. 

b. Kromatografi partisi

Dalm kromtografi partisi, komponen yang dipisahkan secara selektif mengalami partisi antara lapisan

cairan tipis pada penyangga padat yang bertindak sebagai fase diam dn eluen yang bertindak

sebagai fase gerak.

c. Komatografi petukaran ion

Kromatografi petukran ion memishkan komponen yang berbentuk ion. Komponen-komponen tersebut

yang terikat pda penukar ion sebagai fase diam secara selektif akan terlepas/terelusi oleh fase gerak.

d. Komatogrfi filtrasi gel

Dalam kromatografi filtrasi gel, kolom diisi dengan gel yang permeabel sebagai fase diam. Pemisahan

berlangsung seperti proses pengayakan yang didasarkan atas ukuran molekul dari komponen yang

dipisahkan.

2. Berdasarkan gatya yang bekerja pada kolom

Kromatografi kolom kategori ini tergantung pada bagaimana eluen bergerak melewati kolom, terdiri

dari kromatografi kolom gravitasi dan kromatografi kolom tekanan.

a. Kromatografi kolom gravitasi

Dalm komatografi kolom gravitasi, eluen bergerak berdasarkan gaya gravitasi atau perkolasi.

b. Kromatografi kolom tekanan

Adsorben

Dalam kromatografi kolom tekanan, eluen bergerak karena adanya pemberian tekanan pada kolom.

Tekanan yang diberikan tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.

Silika gel (SiO2) dan alumina (Al2O3) adalah 2 adsorben yang paling umum disunakan untuk

kromatografi kolom. Jika ukuran mesh lebih besar, maka ukuran silika tersebut lebih kecil.

Ukuran partikel dari adsorben sngat berpengaruh pada bagaiman eluen bergerak melewati kolom.

Partikel yang lebih kecil (mesh lebih besar) digunakan untuk kromatografi kolom tekanan sedangkan

adsorben dengan ukuran partikel yang lebih besar digunakan untuk komatografi kolom gravitasi.

Alumina lebih sering digunakan dalam komtografin kolom dibanding kromtografi lapis tipis. Daya

adsorbsi alumina dapat diatur dengan mengatur jumlah air yang dikandung. CAranya ialah dengan

mengeringkan alumina pada suhu 360OC selma 5 jam, kemudian membiarkan alumina

kering  tersebut menyerap air sampai jumlah tertentu. Aktivitasnya tergantung dri kadar irnya dan

dinyatakan dalam skala Brockman.

Page 3: Hasil Analisis Kromatografi Kolo1

Pelarut

Pelarut mempunyai peranan yang penting dalam mengelusi sampel yang dapat menentukan

keberhasilan pemisahan secaa kromatografi kolom. Pelarut yang mampu menjalankan elusi terlalu

cepat tidak akan mampu mengadakan pemisahan yang sempurna. Sebaliknya elusi yang terlalu

lambat akan menyebabkan waktu retensi yang terlalu lama.

Sistem pelarut dengan kepolaran yang bertingkat sering juga digunakan adalah pelarut mengelusi

kolom. Dalm hal ini pelarut yang pertama kali digunakan adalah pelarut non polar untuk mengelusi

komponen yang kurang polar. Pelarut yang lebih polah ditambahkan untuk mengelusi komponen

yang lebih polar juga.

Teknik Pengoperasian dalam Kromatografi Kolom

Peralatan

a.   Wadah eluen (fase gerak).

Untuk peralatan komersil dilengkapi dengan pengatur tekanan.

b.  Kolom

Biasanya terbuat dari gelas yang berfungsi sebagai penunjang fase diam. Pada bagian dasar dari kolom

mempuny bentuk sedemikian rupa agar fase diam dapat tetap dalam keadaan statis. Terdapat glass

woll atau kapas, atau bahan dari pasir kuarsa yang dikemas dengan kolom.

c.   Wadah penampung

Eluat dari kolom ditampung dalam bentuk fraksi-fraksi. Pada dasarnya penampung dapat dilakukan

secara manual, namun jik total volume dari eluat besar dengan setiap fraksi yang diinginkan dalam

volume kecil, maka diperlukan suatu alat penampung tertentu. Untuk hal ini biasanya digunakan

suatu alat penampun otomatis yng dikenal sebagai kolektor.

Prosedur Untuk Kromatografi Kolom Gravitasi

a.       Pengemasan Kolom

Pemngemasan kolom adalah salah satu faktor penting untuk untuk mempeoleh hasil pemisahan yang

baik. Ada 2 cra pengemasan kolom (packing0 dalm komtografi kolom gravitasi yaitu :

1.      Metode basah

Adsorben dicampur dengan pelarut, kemudian campuran dimasukkan ke dalam kolom. Keuntungan

dari metode ini adalah gelembung udara dapat dihilangkan dari kolom.

Contoh pengerjaan : kolom diisi dengan pelarut non polar seperti hekasana kira-kira setengah dai

tinggi kolom gels. Ditimbang sebnyak 8 gram alumina dalam gelas piala sementara erlenmeyer 125

diisi 15 ml heksana. Dengan perlahan serbuk alumina ditambahkan sedikit demi sedikit sambil diaduk.

Gunakan pipet pasteu untuk membut bubur, kemudian dengan cepat bubur tersebut dipipet dan

dimasukkan ke dalm kolom. Tempatkan erlenmeyer di bawh kolom kemudian buka screw clamp dan

biarkan pelarut mengalir. Teruskan penambahan bubur alumina sampai habis, jangan lupa

Page 4: Hasil Analisis Kromatografi Kolo1

penambahan pelarut heksana terus dilakukan dan pelarut heksan yang keluar dapat ditampung dan

digunakan kembali untuk packing/menambah lagi alumina ke dalam kolom. Jika packing sudah

selesai, screw clamp ditutup, tinggi cairan minimal sma dengan tinggi alumina. Kadang-kadang pasir

juga ditmbahkan pda puncak kolom untuk mencegah dari gangguan saat pelaut baru ditambahkan.

2.      Metode kering

Metode ini lebih mudah tapi dapat menimbulkan adanya gelembung udara dalam kolom. Gelembung

udara ini harus dihindari, karena akan mengurangi resolusi dari pemisahan.

Contoh pengerjaan : Bagian dasar dari kolom diisi dengan glass woll secukupnya. Pinch clamp

ditutup dan kolom diisi dengan pelrut. Masukkan 8 gram alumina ke dalam kolom gelas yang berisi

pelarut dan biarkan pelarut mengalir. Pinch clamp ditutup jika packing sudah selesai dan tinggi pelarut

minimal sama dengn tinggi alumina. Demikian juga hindai agar kolom tidak kering.

Pebandingan antara volume total kolom (cair+padat) dengan diameter kolom yang optimal agar

dipeoleh pemisahan yang baik, sulit dinyatakan secara tepat dan ini dilakukan secara coba-coba

secara sistematis. Secara umum, hanya dapat dinyatakan bahwa kemasan kolom yang panjang akan

memberikan tingkat pemishan yang tinggi dan kolom yang lebar adalah baik untuk memisahkan

komponen-komponen dalam jumlah besar. Jenis fase diam yang digunakan adalah silika gel dan

alumina.

b.      Aplikasi sampel dan Proses Elusi

Sebelum sampel dimasukkan ke dalam kolom, pelarut dikeluarkan sedemikian rupa hingga cairan di

atas fase diam hmpir kering. Smpel dimasukkan pada bagian atas dari fase diam dengan bantuan

pipet tetes. Sejumlah kecil pengelusi (fase gerak) digunakan untuk mencuci sissa sampel dalam wdah

sampel dan selnjutnya dimsukkan ke dalam kolom.

Setelah sampel dimasukkan, biasanya ditambah lagi eluen sedemikian rupa hingga ketinggian fase

gerak di atas fase diam 5-10 cm. Selanjutnya, hubungkan dengan wadah fase gerak (proses elusi

dilakukan) dan alirkan pengelusi sedemikin rupa sehingg ketinggian cairan di atas fse diam

dipertahankan. Proses elusi dilakukan sampai komponen yang diinginkan keluar dari kolom.

c.       Pengumpulan Fraksi

Pengumpulan fraksi dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan tabung reaksi yang

sebekumnya diberi tanda sesuai dengan volume yang diinginkan atau pada waktu tertentu yang

ditetapkan sebelumnya. Pengumpulan ini dapat juga dilakukan secara otomatis dengan bantuan

kolektor fraksi. Jika tidak ada prosedur tentang jumlah tiap fraksi yang harus dikumpulakn maka

biasanya diambil pendekatan yakni 2-5% dari volume total (cair+padat).

d.      Deteksi Komponen

Deteksi komponen dapat dilakukan dengan teknik analisis seperti cara-cara spektoskopi, KLT, dsb.

Prosedur Untuk Kromatografi Kolom Tekanan Skala Mikro

Page 5: Hasil Analisis Kromatografi Kolo1

Kromatografi kolom tekanan skala mikro meupakan metode yang paling seing digunakan dalam

laboratorium kimia organik karena mudah dilakukan dn ramah lingkungan. Pemisahan terbaik jika

jumlah sampel berkisar 25 mg.

a.       Pengemasan kolom

Kolom dikemas dengan metode kering. Bagian bawah pipet pasteur disumbat dengan kapas

secukupnya. Tambahkan silika gel kering 230-400 mesh.

b.      Pra elusi kolom

Untuk digunakan pelarut non polar sepeti hekasana. Heksana ditambahkan pada bagian atas kolom

(silika gel). Pelarut akan bergerak dengan perlahan, proses pra elusi dpat dipercepat dengan bantuan

bulb pipet untuk mendorong pelarut melewati silika gel. Ketika batas pelarut sudh mencapai batas

bawh dari kolom, proses elusi selesai dan kolom siap digunakan.

c.       Aplikasi sampel

1.      Metode basah

Sampel dilarutkan dalam sejumlah kecil pelarut sepeti heksana, aseton dan sebagainya. Larutan ini

kemudioan dimasukkan ke dalam kolom.

2.      Metode kering

Sampel dilarutkan salam sejumlah kecil pelaut dan tambahkan 100 mg silika gel. Tunggu sampai

pelarut menguap sehingga yang tertinggal hanya serbuk kering. Masukkan sampel ke dalam kolom

dengan bantuan kertas. Tambahkan pelarut segar ke dalam kolom dan proses elusi pun siap dimulai.

d.      Elusi kolom

Proses elusi untuk kromatografi kolom tekanan berskala mikro dilakukan dengan cara menekan bulb

yang ada di ujung pipet pasteur sehingga pelarut akan bergerak melewati kolom. Jangan biarkan fase

diam sampai mengering. Jika kita ingin memisahkan campuran yang mengandung lebih dari satu

komponen maka kita harus mengubah kepolaran dari sistem pelarut yang digunakan sebelumnya.

e.       Analisis fraksi

Jika fraksi yang diperoleh berwarna, kita dapat menggabungkan fraksi berdasarkan kesaman warna

tapi jika fraksinya tidak berwarna, penggabunagn fraksi dapat dilakukan bedasrkan hasil KLT.

Alat yang digunakan :

1.      Wadah Kolom

2.      Glass woll

3.      Gelas Ukur 10 ml

4.      Corong

Bahan/Pereaksi :

a.       N-Heksan

b.      Aseton

Page 6: Hasil Analisis Kromatografi Kolo1

c.       Sample Klorofil

 Cara Kerja :

1.      Pelarutan klorofil Sample klorofil

Sample klorofil dilarutkan dalam 2 ml n-heksan dan 1 ml aseton.

2.      Pembuatan bubur kolom

Silika gel dimasukan ke dalam beaker glass, kemudian ditambahkan 7:3 N-Heksan dan aseton

sampai basah.

3.      Memasukan bubur kolom ke dalam pipet

Setelah dibuat bubur kolom, maka pipet diisi dengan glass woll, kemudian dimasukan n-heksan dan

aseton, kemudian bubur yang telah basah, dimasukan ke dalam wadah kolom, sampai wadah kolom

tersebut padat oleh kolom, setelah padat, maka atasnya diberi glass woll kembali, cerat dibuka

sampai silika gell semua basah.

4.      Memasukan sample ke dalam kolom kromatografi

Sample yang telah dilarutkan, kemudian dimasukkan ke dalam kromatografi kolom. Amatilah sampai

terbentuknya cincin.

Data Pengamatan :

Tidak ada cincin yang terbentuk.

Pembahasan :

Setelah dilakukan praktikum analisis kromatografi dengan cara basah ini, setelah diamati

hasil yang didapatkan tidak terbentuk cincin, hal ini dapat dipengaruhi karena bubur kolom yang

masukan ke dalam kolom, tidak padat, sehingga dapat menambah rongga udara dalam kolom

tersebut, maka cincin tidak akan terbentuk karena terhalang oleh uadara yang ada dalam kolom.

Kesimpulan :

Jadi setelah melakukan praktikum analisis kromatografi kolom dengan metode basah, hasil

yang didapatkan tidak terbentuk cincin pada kolom kromatografi.