harta dalam perspektif syariah

9
RESUME HARTA DALAM PRESPEKTIF SYARIAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Ekonomi Syariah Nama Kelompok : 1. Gary Septyadi (1!"!#"!1$% &. ' )aldo *eynaldi +. (1!"!#"!&,% . - tra /ahy '. (1!"!#"!#% $. Al)ian + 0 S. (1&"#"&&&% UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN DIII AKUNTANSI 2014-2015

Upload: putra-w-o

Post on 04-Oct-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Harta Dalam Perspektif Syariah

TRANSCRIPT

RESUME

HARTA DALAM PRESPEKTIF SYARIAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAHEkonomi Syariah

Nama Kelompok :

1. Gary Septyadi

(13080583014)

2. Osvaldo Reynaldi Y.

(13080583026)

3. Putra Wahyu O.

(13080583035)

4. Alvian Yusuf S.

(128583222)UNIVERSITAS NEGERI SURABAYAFAKULTAS EKONOMIJURUSAN DIII AKUNTANSI2014-2015

1. Pengertian dan Kedudukan Harta

Pengertian HartaDalam istilah ilmu fiqih, dinyatakan oleh kalangan Hanafiyah bahwa harta itu adalah sesuatu yang digandrungi oleh tabiat manusia dan mungkin disimpan untuk digunakan saat dibutuhkan. Namun harta tersebut tidak akan bernilai kecuali bila dibolehkan menggunakannya secara syariat.Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili (1989, IV, hal, 40), secara urgerc,al maaldidefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat mendatangkan ketenangan, dan urg dimiliki oleh manusia dengan sebuah upaya (fiil), baik sesuatu itu berupa dzat (materi) seperti; urger, lamera digital, hewan ternak, tumbuhan, dan lainnya. Atau pun berupa manfaat, seperti, kendaraan, atau pin tempat tinggal.

Harta di dalam bahasa Arab disebutal-malatau jamaknyaal-amwal(Munawir, 1984). Harta (al-mal) menurut kamus Al-Muhith tulisan Al Fairuz Abadi, adalahma malaktahu min kulli syai(segala sesuatu yang engkau punyai). Menurut istilah syari harta diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan pada sesuatu yang legal menurut urge syara (urge Islam) seperti jual beli, pinjaman, konsumsi dan hibah atau pemberian (An-Nabhani, 1990). Di dalam Al Quran, kataal maldengan berbagai bentuknya disebut 87 kali yang terdapat dalam 79 ayat dalam 38 surat. Berdasarkan pengertian tersebut, harta meliputi segala sesuatu yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari (duniawi), seperti uang, tanah, kendaraan, rumah, perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil perkebunan, hasil perikan-lautan, dan pakaian termasuk dalam katagorial amwal.Islam sebagai agama yang benar dan sempurna memandang harta tidak lebih dari sekedar anugerah Allah swt yang dititipkan kepada manusia.

Kedudukan Harta

Sikap Islam terhadap harta merupakan bagian dari sikapnya terhadap kehidupan dunia. Sikap Islam terhadap dunia adalah sikap pertengahan yang seimbang. Materi atau harta dalam pandangan Islam adalah sebagai jalan, bukan satu-satunya tujuan, dan bukan sebagai sebab yang dapat menjelaskan semua kejadian-kejadian. Maka disan kewajiban itu lebih dipentingkan daripada materi. Tetapi materi menjadi jalan untuk merealisir sebagai kebutuhan-kebutuhan dan manfaat-manfaat yang tidak cukup bagi manusia, yaitu dalam pelayanan seseorang kepada hal yang bersifat materi, yang tidak bertentangan dengan kemaslahatan umum, tanpa berbuat dhalim dan berlebihan.Harta yang baik adalah harta jika diperoleh dari yang halal dan digunakan pada tempatnya. Harta menurut pandangan Islam adalah kebaikan bukan suatu keburukan. Oleh karena itu harta tersebut tidaklah tercela menurut pandangan Islam dan Karen itu pula Allah rela memberikan harta itu kepada hamba-Nya. Dan kekayaan adalah suatu nikmat dari Allah sehingga Allah SWT. Telah memberikan pula beberapa kenikmatan kepada Rasul-Nya berupa kekayaan.Pandangan Islam terhadap harta adalah pandangan yang tegas dan bijaksana, karena Allah SWT. Menjadikan harta sebagai hak milik-Nya, kemudian harta ini diberikan kepada orang yang dikehendakinya untuk dibelanjakan pada jalan Allah.Adapun pemeliharaan manusia terhadap harta yang telah banyak dijelaskan dalam al-Quran adalah sebagai pemeliharaan nisbi, yaitu hanya sebagai wakil dan pemegang saja, yang mana pada dahirnya sebagai pemilik, tetapi pada hakikatnya adalah sebagai penerima yang bertanggung jawab dalam perhitungnnya. Sedangkan sebagai pemilik yang hakiki adalah terbebas dari hitungan.Pada al-Quran surat al-Kahfi: 46 dan an-Nisa: 14 dijelaskan bahwa kebutuhan manusia atau kesenangan manusia terhadap harta sama dengan kebutuhan manusia terhadap harta sama dengan kebutuhan manusia terhadap anak dan keturunan. Jadi, kebutuhan manusia terhadap harta adalah kebutuhan yang mendasar.Berkenaan dengan harta didalam al-Quran dijelaskan juga larangan-larangan yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi, dalam hal ini meliputi: produksi, distribusi dan konsumsi harta :1. Perkara-perkara yang merendahkan martabat dan akhlak manusia2. Perkara-perkara yang merugikan hak perorangan dan kepentingan sebagian atau keseluruhan masyarakat, berupa perdagangan yang memakai bunga.3. Penimbunan harta dengan jalan kikir4. Aktivitas yang merupakan pemborosan5. Memproduksi, memeperdagangkan, dan mengkonsumsi barang-barang terlarang seperti narkotika dan minuman keras.6. Kaidah ushul fiqh menyatakan bahwa Asal atau pokok dalam masalah transaksi muamalah adalah sah, sampai ada dalil yang membatalakan dan yang mengharamkannya.2. KepemilikanKepemilikan dalam Islam adalah kepemilikan harta yang didasarkan agama. Kepemilikan ini tidak memberikan hak mutlak kepada pemiliknya untuk mempergunakannya sendiri melainkan harus sesuai dengan aturan..Macam-Macam KepemilikanZallum (1983); Az-Zain (1981); An-Nabhaniy (1990); Abdullah (1990) mengemukakan bahwa kepemilikan (property) menurut pandangan Islam dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :1. Kepemilikan Individu (private property)Kepemilikan individu adalah ketetapan hukum yang berlaku bagi zat ataupun manfaat (jasa) tertentu, yang memungkinkan siapa saja yang mendapatkannya untuk memanfaatkan barang tersebut, serta memperoleh kompensasi jika barangnya diambil kegunaannya oleh orang lain seperti disewa, ataupun karena dikonsumsi untuk dihabiskan seperti dibeli dari barang tersebut.Sumber-sumber kepemilikan pribadi adalah perdagangan,upah pekerjaan,pertanian, mengelola tanah mati,keahlian profesi, berburu, hibah penguasa,hadiah,barang temuan, wasiat, warisan ,mahar ,harta zakat dan sedekah yang diperoleh.Batasan kepemilikan pribadi adalah:1. Memperolehnya dengan cara legal.2. Tidak terdapat hal yang secara langsung dapat merugikan keselamatan orang.3. Menjaga kepentingan umum.4. Mengalokasikan kepemilikan dengan benar dan tepat.Kewajiban Terhadap kepemilikan Pribadi1. Memberikan nafkah kepada yang berhak seperti zakat.2. Memberikan bantuan kepada orang yang berhak untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak seperti perang,kelaparan dan bencana alam.2. Kepemilikan Umum (collective property)

1. Pengelolaan terhadap kepemilikan publik pada prinsipnya dilakukan oleh negara, sedangkan sisi pemanfaatannya dinikmati oleh masyarakat umum.2. Masyarakat umum bisa secara langsung memanfaatkan sekaligus mengelola barang-barang umum tadi jika barang-barang itu bisa diperoleh dengan mudah tanpa harus mengeluarkan dana yang besar, seperti pemanfaatan air di sungai. Sedangkan jika pemanfaatannya membutuhkan ekplorasi dan ekploitasi yang sulit, pengelolaannya dilakukan oleh negara untuk seluruh rakyat dengan cara diberikan cuma-cuma atau harga murahdan pengertian di atas maka benda-benda yang termasuk dalam kepemilikan umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok :a. Benda-benda yang merupakan fasilitas umumYang merupakan fasilitas umum adalah apa saja yang dianggap sebagai kepentingan manusia secara umum.b. Bahan tambang yang jumlahnya sangat besarBahan tambang dapat dikiasifikasikan menjadi dua, yaitu: Barang tambang yang sedikit (terbatas) jumlahnya termasuk milik pribadi, serta boleh dimiliki secara pribadi, dan terhadap bahan tambang tersebut diberlakukan hukum rikaz (barang temuan), yang darinya harus dikeluarkan khumus, yakni 1/5 bagiannya (20%).c. Benda-benda yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki hanya oleh individu secara perorangan.Yang juga dapat dikategorikan sebagai kepemilikan umum yaitu jalan raya, sungai, masjid dan fasilitas umunn lainnya. Benda-benda ini dari segi bahwa merupakan fasilitas umum adalah hampir sama dengan kelompok pertama.Namun meskipun benda-benda tersebut seperti jenis vang pertama, namun benda-benda tersebut berbeda dengan kelompok yang pertama, dari segi sifatnya, bahwa benda tersebut tidak bisa dimiliki oleh individu. Barang-barang kelompok pertama dapat dimiliki oleh individu jika jumlahnya kecil dan tidak menjadi sumber kebutuhan suatu komunitas. Misalnya sumur air, mungkin saja dimiliki oleh individu, namun jika sumur air tersebut dibutuhkan oleh suatu komunitas maka individu tersebut dilarang memilikinya. Berbeda dengan jalan raya, mesjid, sungai dan lain-lain yang memang tidak mungkin dimiliki oleh individu.3. Kepemilikan Negara (state property)Harta-harta yang termasuk milik negara adalah harta yang merupakan hak seluruh warga negara, dimana negara dapat memberikan kepada sebagian warga negara, sesuai dengan kebijakannya. Makna pengelolaan oleh negara ini adalah adanya kekuasaan yang dimiliki negara untuk mengelolanya. Meskipun harta milik umum dan milik negara pengelolaannya dilakukan oleh negara, namun ada perbedaan antara kedua bentuk hak milik tersebut. Harta yang termasuk milik umum pada dasamya tidak boleh diberikan negara kepada siapapun, meskipun negara dapat membolehkan kepada orang-orang untuk mengambil dan memanfaatkannya.3. Sebab-sebab Kepemilikan

An-Nabhaniy (1990) mengemukakan, dengan mengkaji secara komprehemsif hukum- hukum syara yang menentukan pemilikan seseorang atas harta tersebut, maka akan nampak bahwa sebab-sebab kepemilikan tersebut terbatas pada lima sebab berikut ini :1. Bekerja

Menurut hukum-hukum syariah ada beberapa bentuk kerja yang bisa dijadikan sebagai sebab kepemilikan harta adalah sebagai berikut:

1. Menghidupkan Tanah Mati

Tanah mati yaitu tanah yang tidak ada pemiliknya dan tidak dimanfaatkan oleh siapapun.Sedangkan menghidupkan tanah mati(ihya'al mawat) adalah mengolah,menanami atau mendirikan bangunan diatas tanah tersebut,artinya memanfaatkan tanah tersebut dengan cara apapun hingga menjadikan tanah tersebut hidup.Hal itu menyebabkan seseorang menjadi memiliki tanah tersebut .

2. Menggali Kandungan Bumi

Rikaz artinya menggali apapun yang terdapat dalam perut bumi,bukan merupakan harta yang diperlukan oleh sebuah komunitas masyarakat atau bukan merupakan harta milik umum seluruh kaum muslim seyogyanya yang dinyatakan dalam ketetapan fiqih.Ada juga jenis harta yang bisa disamakan statusnya dengan jenis harta yang digali dari perut bumi yaitu harta yang diserap dari udara misalnya oksigen,dan semua ciptaan Allah yang diperbolehkan syariah dan dibiarkan untuk digunakan.

3. Berburu

Harta yang didapat dari hasil buruan darat dan buruan laut dan lain-lain adalah menjadi milik orang yang memburunya sebagai mana halnya yang berlaku dalam perburuan hewan-hewan lainnya.

4. Makelar (Samsarah) dan Pemandu ( Dalalah)

Makelar (Samsarah) adalah panggilan bagi orang yang bekerja untuk orang lain guna mendapatkan upah baik untuk keperluan menjual maupun membelikan. Begitu juga panggilan untuk seorang pemandu.

5. Mudharabah

Mudharabah adalah kerjasama antara dua orang dalam suatu perniagaan atau perdagangan dengan kata lain mudharabah yaitu meleburnya tenaga disatu pihak dengan harta dari pihak lain, artinya satu pihak bekerja dan yang lain menyerahkan harta selanjutnya kedua belah pihak menyepakati mengenai prosentase tertentu dari profit yang didapatkan. Mudharabah mengharuskan adanya modal yang diterima oleh mudharib dengan ketentuan pengelola boleh mengajukan persyaratan sehingga harta tersebut bisa menjadi miliknya.

6. Musaqat

Musaqat adalah seseorang menyerahkan kebunnya kepada orang lain agar ada yang mengurus dan merawatnya dengan harapan mendapat imbalan berupa bagian dari hasil panen kebun tersebut karena kebun tersebut memerlukan banyak penyiraman biasanya menggunakan air dari sumur bor. Kecuali untuk kebun kurma, pohon dan kebun anggur karena hukumnya mubah. Musaqat hanya berlaku untuk pohon yang berbuah dan bermanfaat.

7. Ijarah (Kontrak Kerja)

Ijarah adalah usaha seorang majikan memperoleh manfaat dari seorang pekerja atau pembantu dan usaha pekerja atau pembantu guna mendapat upah dari majikan. Artinya ijarah adalah transaksi jasa dengan adanya suatu kompensasi atau imbalan yang bertumpu pada manfaat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja atau pembantu.

2. Waris

Dalil yang ditetapkan berdasar pada Nash Al Qur'an yang tegas, waris memiliki hukum tertentu yang bersifat tawfiqi (harus diterima apa adanya) dan tidak memiliki sebab persyariatan hukum. Tapi tetap bersifat partikular yang berupa garis-garis besar. Waris adalah salah satu sarana untuk membagi kekayaan bagi waris tersebut dimana hanya menjelaskan tentang fakta waris, sesuai dengan syariah sehingga harta tersebut menjadi milik ahli waris tersebut. Ada 3 kondisi seseorang bisa membagikan kekayaan dalam masalah waris:

1. Harta waris bisa dibagikan apabila ahli waris yang ada mampu menghabiskan semua harta waris yang ditinggal mayit sesuai dengan hukum waris.

2. Jika tidak ada ahli waris yang bisa menghabiskan semua harta waris sesuai hukum syariah maka sebagiannya harus diserahkan kepada baitul mal.

3. Jika tidak ada ahli waris sama sekali maka semua harta pusaka yang ada diserahkan kepada baitul mal.

3. Kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup

Hidup adalah hak setiap orang dan seseorang itu harus mendapatkan kehidupan sebagai haknya sehingga adanya kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup merupakan sebab-sebab kepemilikan.

4. Pemberian harta negara kepada rakyat

Pemberian harta negara kepada rakyat diambil dari harta baitul mal, baik untuk memenuhi hajat hidup atau untuk memanfaatkan kepemilikan.

5. Harta yang diperoleh tanpa kompensasi harta atau tenaga1. Hubungan antar individu satu sama lain baik hubungan ketika masih hidup, misal hibah dan hadiah dan juga wasiat.

2. Menerima harta sebagai ganti rugi dari musibah yang menimpa seseorang atas orang yang terbunuh dan luka.

3. Memperoleh mahar juga harta yang didapat melalui akad nikah sesuai hukum-hukum pernikahan.

4. Barang temuan (luqathah). Jika menemukan barang maka harus diteliti dulu, apakah barang tersebut mungkin untuk disimpan dan diumumkan seperti perhiasan dan pakaian, dan bukan punya orang yang sedang berhaji maka boleh dimiliki.

5. Santunan untuk khalifah dan orang-orang yang sama-sama melaksanakan tugas pemerintahan.

Daftar Pustakaeprints.undip.ac.id/18413/1/NOOR_AZIZAH.pdf diakses pada 8 Maret 2015http://an-nissa-sistemekonomisyariah.blogspot.com/2010/11/kepemilikan-dan-sebab-sebab-kepemilikan.html diakses pada 8 Maret 2015http://syariah99.blogspot.com/2014/04/harta-pengertian-kedudukan-fungsinya.html diakses pada 8 Maret 2015