hanging

28
BAB I PENDAHULUAN Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Cedera diklasifikasikan menurut beratnya, yaitu cedera ringan, cedera berat, cedera yang mengancam jiwa. Sedangkan klasifikasi cedera dari segi medikolegal dibagi menjadi 3 yaitu : cedera mekanik, cedera termal, cedera kimia dan cedera akibat listrik, petir, sinar-x. Kasus kematian akibat kekerasan tumpul terbanyak ditemukan pada kecelakaan lalu lintas, sedangkan pembunuhan hanya 15,6%, 17,5% dan 17,2%. Pada kecelakaan lalu lintas, dapat tersangkut beberapa pihak, misalnya pejalan kaki, pengemudi kendaraan, penumpang dan sebagainya. Dalam prosedur awal mengenai perawatan korban, catatan seperlunya disimpan dirumah sakit mengenai korban yang cedera, lengkap beserta data-data hasil pemeriksaan, dirawat jalan atau mengenai di rumah sakit. Suatu surat keterangan yang ditandatangani dokter pemeriksa diberikan kepada polisi. 1

Upload: cha-dhichadher

Post on 13-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asfiksia mekanik hanging

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.

Cedera diklasifikasikan menurut beratnya, yaitu cedera ringan, cedera berat, cedera yang mengancam jiwa. Sedangkan klasifikasi cedera dari segi medikolegal dibagi menjadi 3 yaitu : cedera mekanik, cedera termal, cedera kimia dan cedera akibat listrik, petir, sinar-x.

Kasus kematian akibat kekerasan tumpul terbanyak ditemukan pada kecelakaan lalu lintas, sedangkan pembunuhan hanya 15,6%, 17,5% dan 17,2%. Pada kecelakaan lalu lintas, dapat tersangkut beberapa pihak, misalnya pejalan kaki, pengemudi kendaraan, penumpang dan sebagainya.

Dalam prosedur awal mengenai perawatan korban, catatan seperlunya disimpan dirumah sakit mengenai korban yang cedera, lengkap beserta data-data hasil pemeriksaan, dirawat jalan atau mengenai di rumah sakit. Suatu surat keterangan yang ditandatangani dokter pemeriksa diberikan kepada polisi.

1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa).

Cedera adalah setiap bentuk kekerasan yang menyebabkan luka pada seseorang, dari segi mediko-legal.

Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.

2.2 Klasifikasi cedera Cedera diklasifikasikan menurut beratnya, yaitu :

1. Cedera ringan2. Cedera berat3. Cedera yang mengancam jiwa

Cedera ringan adalah cedera yang tidak serius dan tidak luas, sembuh segera tanpa meninggalkan cacat tubuh dan tidak menganggu kegiatan seseorang lebih dari 20 hari.

Cedera berat adalah cedera yang menyebabkan rasa nyeri dan kerusakan permanen pada bagian tubuh atau kehilangan bagian tubuh atau menganggu kegiatan normal seseorang lebih dari 20 hari. Perawatan dirumah sakit selama 20 hari tidak langsung menunjukkan bahwa korbannya mengalami cedera berat. Masih harus dibuktikan bahwa selama 20 hari tersebut, korban menderita karena nyeri atau tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari.

Cedera yang mengancam jiwa, termasuk dalam kelompok ini adalah setiap cedera yang membahayakan jiwa seseorang. Cedera yang luas dan menyangkut bagian tubuh yang penting juga digolongkan kedalam cedera yang mengancam jiwa.

2

Klasifikasi Cedera (dari segi mediko-legal) dalam Ilmu Kedokteran forensik cedera dapat dibagi menurut jenisnya dalam tiga golongan yaitu :

a. CEDERA MEKANIK. Memar

Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul. Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah dimana jaringan longgar, seperti di mata, leher atau pada orang yang lanjut usia, maka luka memar yang tampak seringkali lebih luas, dan adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya “memar” kedaerah yang lebih rendah berdasarkan gravitasi. Bentuk memar biasanya bundar tetapi kadang bisa juga menetukan jenis senjata yang digunakan.Kepentingan dari segi mediko-legal :

Bentuk dan ukuran memar mungkin bisa menunjukkan jenis dan derajat kekerasan yang dialami

Usia dari memar tersebut juga bisa diperkirakan, sehingga dengan demikian juga dapat memperkirakan saaat terjadinya cedera.

Gambar : Luka Memar

Abrasi Luka abrasi (lecet) adalah Luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada lapisan kulit yang paling luar/ kulit ari. Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet mempunyai arti penting di dalam ilmu kedoteran kehakiman, oleh karena dari luka tersebut dapat memberikan banyak petunjuk dalam banyak hal, misalnya :

3

Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal atau limpa yang dari pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka lecet didaerah yang sesuai dengan alat-alat dalam tersebut.

Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul yang menyebabkan luka.

Mengetahui bagaimana terjadinya cedera. Untuk mennetukan arah datangnya tekanan Memperkirakan dasar dari tindakan kriminil.

Jenis –jenis abrasi : Abrasi goresan. Cedera akibat jarum, kuku jari tangan,

menyebabkan abrasi jenis goresan. Ujung kulit tampak pada bagian akhir goresan dengan bagian awal yang bersih

Abrasi gesekan. Cedera seperti ini biasanya akibat kecelakaan lalu lintas. Pada bagian awal luka tampak bersih tetapi pada bagian akhir/ujung luka terlihat tumpukan kulit.

Abrasi tekanan. Jika kulit rusak akibat tekanan yang terus menerus atau diberi tekanan yang berat. Daerah di sekitar kulit yang mengalami penekanan menunjukkan tanda kontriksi.

Jejak langsung (direct imprint). Abrasi seperti ini adalah cedera akibat tubuh bersinggungan dengan benda yang permukaannya kasar, misalnya dengan ban kendaraan bermotor, sehingga pada kulit akan terlihat bekas sesuai dengan gambaran alur ban kendaraan tersebut.

Gambar : Luka Abrasi ( Lecet )

4

Luka : 1. Potong 2. Laserasi 3. Tusuk 4. Senjata api Luka potong :

Cedera yang disebabkan oleh benda tajam mengakibatkan luka pada jaringan tubuh dengan pinggir luka yang jelas terpisah. Alat yang digunakan biasanya pisau, skalpel, silet, pedang. Kampak dll.

Ciri-ciri luka potong : Pinggir luka jela terpisah, berbatas tegas, reguler

dan terbuka. Lebar luka lebih luas daripada ukuran senjata.

Hal ini adalah tarikan kedua jaringan yang terpisah.

Bentuk luka bisa berupa kumparan dan mempunyai celah

Panjang luka biasanya lebih besar daripada lebar dan dalamnya.

Pada luka terdapat awal luka, yaitu tempat dimana luka dimulai.

Perdarahan lebih banyak pada luka potong karena pembuluh darah ikut terpotong. Pada kasus tertentu bisa mengakibatkan kematian karena terpotongnya pembuluh darah besar.

Pinggir luka bisa juga ireguler jika kulit yang terpotong mempunyai jaringan yang longgar, misalnya daerah skrotum.

5

Gambar : Luka Potong

Luka tusuk :Luka ini terjadi akibat senjata tajam atau tumpul yang diarahkan menembus kulit langsung ke jaringan yang lebih dalam.Luka tusuk ada 2 jenis :

Penetrasi , pada luka ini benda menyebabkan penetrasi yang merobek kulit dan jaringan yang lebih dalam. Lalu masuk ke rongga tubuh seperti rongga toraks, abdomen, dll.

Perforasi, jika luka merobek jaringan tubuh manusia sampai menembus dari satu sisi ke sisi lainnya.

Kematian pada luka tusuk adalah adalah :1. Cedera pada organ vital tubuh2. Perdarahan dari pembuluh darah yang

mengalami cedera3. Infeksi

Ciri-ciri luka tusuk :

1. Kedalaman luka lebih besar dibandingkan panjang ataupun lebarnya.

6

2. Lebar luka sedikit lebih besar dibandingkan panjangnya

3. Bentuk luka sangat bervariasi, tergantung dari senjata yang digunakan.

4. Pinggiran luka bisa bersih atau mengalami laserasi disertai dengan retraksi. Bisa juga terdapat memar, tergantung dari senjata yang digunakan.

5. Pada kasus tertentu, mungkin bisa juga ditemukan 2 berkas jejas luka, yaitu tusukan pertama dan tusukan kedua dari senjata tersebut ke dalam tubuh,

Gambar : Luka Tusuk

Senjata api Jenis senjata :

Nomor senjata : setiap senjata mempunyai nomornya sendiri. Pada beberapa kasus mungkin nomor senjata ini dihapus.

Sidik jari : sidik jari pada senjata sangat penting untuk menentukan orang yang menggunakan senjata tersebut.

7

Pemeriksaan laras : analisa kimia sari bahan yang diambil dari laras senjata bisa menunjukkan bahwa senjata tersebut baru digunakan.

Tekanan pada pelatuk : besarnya tekanan untuk memicu pelatuk senjata mungkin perlu diperiksa jika ada dugaan bahwa tembakan terjadi secara tidak sengaja

Gambar : Senjata api

Ciri-ciri utama dari luka tembak adalah Luka tembak biasanya menghasilkan 2 buah luka :

Luka tembak masuk Luka tembak keluar

Perbedaan antara luka tembak masuk dengan luka keluar :

Luka tembak masuk Luka tembak keluar1. Ukurannya kecil, karena

peluru menembus kulit seperti bor dengan kecepatan tinggi

Ukurannya lebih besar dan lebih tidak teratur dibandingkan lika tembak masuk, karena kecepatan peluru berkurang sehingga menyebabkan robekan jaringan.

8

2. Pinggiran luka melekuk kearah dalam karena peluru menembus kulit dari luar

3. Pinggiran luka mengalami abrasi

4. Bisa tampak kelim lemak

5. Pakaian masuk kedalam luka, dibawa oleh peluru yang masuk

6. Pada luka bisa tampak hitam, terbakar, kelim tatto, atau jelaga

7. Pada tulang tengkorak, pinggiran luka bagus bentuknya

8. Bisa tampak berwarna merah terang akibat adanya zat karbon monoksida

9. Disekitar luka tampak kelim ekimosis

10. Perdarahan hanya sedikit

Pinggiran luka melekuk ke luar karena peluru menuju keluar

Pinggiran luka tidak mengalami abrasi

Tidak terdapat kelim lemak

Tidak ada

Tidak ada

Tampak seperti gambaran mirip kerucut

Tidak ada

Tidak ada

Perdarahan lebih banyak.

Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk :

Jika tembak mengenal tubuh korban yang ditutupi pakaian, dan pakaiannya cukup tebal, maka dapat terjadi :

- Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian,- Fragmen atau partikel logam dapat bertahan oleh pakaian,- Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke

dalam lubang luka tembak

9

Beberapa variasi luka tembak keluar :

- Luka tembak keluar sebagaian ( partial exit wound), hal ini dimungkinkan oelh karena tenaga peluru tersebut hampir habis atau ada penghalang yang menekan pada tempat dimana peluru akan, dengan demikian luka dapat hanya berbentuk celah, dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada celah tersebut,

- Jumlah luka tembak keluar lebih banyak dari jumlah peluru yang ditembakan, ini dimungkinkan karena :1. Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat

sendiri luka tembak keluar,2. Peluru menyebabkan ada tulang yang patah, dan tulan

tersebut terdorong keluar pada tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.

3. Dua peluru masuk kedalam tubuh melalui satu luka tembak masuk (“tandem bullet injury”), dan di dalam tubuh kedua peluru tersebut berpisah dan keluar melalui tempat yang berbeda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi cedera akibat senjata api :

1. Jenis peluru2. Kecepatan peluru3. Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat

penembakan.

1. Jenis peluru :- Peluru yang besar mengakibatkan kerusakan yang lebih

parah.- Luka akibat peluru yang bulat lebih besar dibandingkan jika

berebntuk kerucut.- Peluru berbentuk kerucut lebih sedikit menyebabkan laserasi

jaringan dibandingkan peluru yang bulat. Luka yang ditimbulkan seperti luka tusuk.

- Peluru modern yang dibungkus dengan besi merupakan peluru yang bentuknya kerucut memanjang. Luka seperti ini cepat sembuh.

10

- Peluru yang bentuknya tidak teratur mengakibatkan bentuk luka yang tidak beraturan, laserasi jaringan dan ukuran yang bermacam-macam.

2. Kecepatan peluru :- Lubang luka penggirannya bagus, dengan pinggiran yang

mengarah ke luar.- Menembus jaringan tubuh.- Arah peluru tidak berubah walaupun membentur tulang.- Sisa mesiu bentuknya tidak jelas dan tidak teratur.

Peluru dengan kecepatan rendah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

- Terdapat memar pada luka tembak masuk- Arah jalan pluru mudah berubah- Karena peluru mungkin tertanam didalam tubuh, mungkin

tidak terdapat luka tembak keluar.- Gambaran sisa mesiu cenderung mengalami distribusi yang

merata dan jelas.

3. Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan: Jika senjata ditembakkan pada jarak yang sangat dekat atau

menempel dengan kulit :- Jaringan subkutan 5 sampai 7,5 cm disekitar luka tembak

masuk mengalami laserasi.- Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap- Rambut disekitar luka hangus- Pakaian yang menutupi luka terbakar karena percikan api

dari senjata.

11

Gambar : Struktur Peluru.

Tembakan jarak dekat :- Jaraknya adalah 30-45 cm dari kulit- Ukuran luka lebih kecil dibandingkan peluru- Warna hitam dan kelim tatto lebih luas disekitar luka- Tidak ada luka bakar atau kulit yang hangus.

Tembakan jarak jauh :- Jaraknya adalah diatas 45 cm- Ukuran luka jauh lebih kecil dibandingkan peluru- Kehitaman atau kelim tatto tidak ada- Bisa tampak kelim lecet. Jika peluru menyebabkan gesekan

pada lubang tempat masuk dan menyebabkan lecet, maka disebut kelim lecet.

GAMBAR : Luka tembak

12

Patah tulang Patah atau retaknya tulang akibat kekerasan benda tumpul mudah

dibedakan dengan patah atau retakya tulang akibat benda tajam atau senjata api. Pada kasus dimana kepala seseorang dipukuli dengan benda tumpul, sering dijumpai patah tulang dimana bagian-bagian yang patah tersebut tertekan ke dalam (fraktur kompresi).

Didalam kasus penembakan, dimana tulang juga terkena, maka arah dari mana datangnya peluru dapat diketahui dengan mudah, khususnya bila tembakan tersebut mengenai tulang pipih, seperti pada tengkorak. Bila peluru yang menegani kepala masih cukup kuat untuk menmbus keluar, maka pada sisi lain dari tengkorakpun akan terdapat kerusakan, dimana kerusakan pada tabula interna akan lebih kecil bila dibnadingkan dengan kerusakan pada tabula externa, dengan demikian corong yang terbentuk akan mempunyai bagian yang lebih besar pada tabula externa.

b. CEDERA TERMAL1. Cedera akibat suhu dingin

Suhu atau temperatur lingkungan yang sangat rendah dapat menimbulkan kelainan pada tubuh seperti :

a) Radang beku (frost-bite)b) Radang kaki karena terendam air dinginc) Radang seluruh kaki karena dingin (Immersion foot)

2. Cedera akibat suhu panas

Luka bakarLuka bakar yang dimaksudkan disini dibatasi pada efek

lokal yang ditimbulkan oleh panas yang kering (dry heat), oleh karena kelainan yang ditimbullkan merupakan kelaianan yang paling bnayak bila dibandingkan dengan luka-luka bakar lainnya. Yang dimaksudkan dengan “dry heat” disini, misalnya akibat api, elemen logam yang panas yang beraliran listrik dan kontak dengan metal atau gelar yang panas.

13

Kerusakan yang diakibatkan oleh karena tubuh terbakar, bervariasi mulai dari yang ringan, yaitu rasa nyeri dan kulit yang berwarna merah, sampai tubuh korban menjadi terbakar hangus. Berdasarkan kelainan yang bervariasi tersebut, dikenal pembagian luka bakar berdasarkan berat ringannya kerusakan; yaitu luka bakar derajat pertama, kedua, dan luka bakar derajat ketiga.

Gambar : Luka Bakar

c. CEDERA KIMIA Bahan-bahan kimia yang bersifat korosif dapat menyebabkan luka

bakar, dimana luka bakar tersebut mempunyai ciri yang khusus , sesuai dengan bahan kimia yang mengenai tubuh dalam hal ini kulit atau pada mukosa (selaput lendir).

a) Akibat zat asam korosifTerdiri dari asam-asam organik seperti : asam oksalat, asam asetat, asam sitrat dan asam karbol (carbolic acid, phenol).Asam-asam anorganik seperti : asam fluorida, asam khlorida, asam nitrat dan asam sulfat.

Asam karbol akan menyebabkan luka bakar dimana kulit yan terkena akan berwarna kelabu-keputihan. Asam oksalat akan menyebabkan kulit berwarna kelabu-kehitaman. Asam sulfat dan asam khlorida akan menyebabkan kulit berwarna mula-mula berwarna kelabu kemudian menjadi hitam. Asam nitrat menyebabkan kulit berwarna coklat, sedangkan asam

14

fluorida akan menyebakan kulit berwarna merah-kecoklatan yang disertai dengan perdarahan.

Gambar : Luka akibat zat asam korosif

b) Akibat zat basa korosif.Terdiri dari kaustik alkali seperti : kalium hidroksida, kalsium hidroksida, natrium hidroksida dan ammoniak.

Kaustik alkali umumnya menyebabkan kulit berwarna kelabu-keputihan.

d. CEDERA AKIBAT LISTRIK, SINAR-X, PETIR1. AKIBAT LISTRIK

Faktor yang berperan pada cedera listrik ialah tegangan (volt), kuat arus (ampere), tahanan kulit (ohm) luas dan lama kontak. Selain faktor-faktor kuat arus, tahanan dan lama kontak, hal lain yang perlu diperhatikan adalah luas permukaan kontak.

Gambaran makroskopi jejas listrik pada daerah kontak berupa kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka bakar dengan tepi yang menonjol, disekitarnya terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Bentuknya sering sesuai dengan benda penyebabnya. Metalisasi dapat juga ditemukan pada jejas listrik.

Jejas listrik bukanlah tanda intravital karena dapat juga ditimbulkan pada kulit mayat/pasca mati (namun tanpa daerah hiperemi)

15

2. AKIBAT SINAR-XLuka bakar akibat sinar-x pada saat ini biasanya hanya akan

menimbulkan eritema yang tidak terlalu berat, oleh karena peralatan yang mengahsilkan sinar-x sudah dilengkapai dengan peralatan proteksi yang memadai.

Adapun kelainan yang biasanya tampak adalah timbulnya warna kebiruan yang tidak sama dengan memar, yang terdapat di jaringan bawah kulit kelainan tersebut kemudian diikuti dengan pengelupasan yang luas dan hebat dari jaringan yang bersangkutan, dan bila lambat diberi pertolongan maka akan berakibat terjadinya atropi yang luas dan permanen.

3. AKIBAT PETIRPetir adalah loncatan arus listrik tegangan tinggi antar awan

dengan tanah. Tegangan dapat mencapai 10 mega Volt, dengan kuat arus mencapai 100.000 A. Kematian dapat terjadi karena efek arus listrik (kelumpuhan susunan saraf pusat, fibrilasi ventrikel), panas dan ledakan gas yg timbul.

Pada korban akan ditemukan aboresent mark (kemerahan kulit seperti percabangan pohon), metalisasi (pemindahan partikel metal dari benda yang dipakai berubah menjadi magnet). Pakaian sering terbakar dan robek-robek akibat ledakan / panas.

2.3 Kwalifikasi luka berdasarkan K.U.H.P

Penentuan kwalifikasi luka pada dasarnya untuk memenuhi keinginan undang-undang dalam hal ini K.U.H.P pasal 351 ayat 1 dan ayat 2, pasal 352 ayat 1, pasal 353 ayat 2, pasal 354 ayat 1, dan pasal 360 ayat 1 dan 2.

Dengan demikian Penyidik akan mengenal 3 (tiga) kwalifikasi luka yaitu :

1. Luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam melakukan pekerjaan atau jabatan.

2. Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam melakukan pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu.

3. Luka yang yang dimaksudkan dalam K.U.H.P pasal 90 yaitu :

16

- Penyakit atau luka yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya maut;

- Senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau ; Pekerjaan pencaharian;

- Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indera.- Mendapat cacat besar- Lumpuh (kelumpuhan)- Akal ( tenaga paham ) tidak sempurna lebih lama dari empat

minggu- Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.

Perlu diketahui bahwa penentuan kualifikasi luka seperti yang dimaksudkan diatas adalah semata-mata berdasarkan kualifikasi medis, dengan demikaian kualifikasi yeng terdapat dalam kesimpulan Visum et Repertum yang dibuat oleh dokter dapat sesuai dengan kualifikasi menurut keyakinan hakim tetapi dapat pila berbeda.

2.4 Hal-hal yang penting diperhatikan sewaktu memeriksa luka.

Selama melakukan pemeriksaan pada korban yang cedera, perlu diperhatikan beberapa hal di bawah ini :A. Situasi

Jumlah dan jenis setiap cedera. Setiap bentuk cedera harus dicatat, berupa memar, luka laserasi, luka tusuk, luka potong, luka bakar, fraktur atau dislokasi. Adanya benda asing juga harus dicatat dan pencatatannya dilakukan secara sistematis.

B. Letak dari masing-masing cedera juga harus dicatat.C. Ukuran, bentuk dan arah jalannya cedera juga diperhatikan.

Keadaan pinggiran luka dicatat.D. Perdarahan. Luas dan banyaknya perdarahan harus dicatat.E. Klasifikasi cedera di catat, misalnya cedera ringan, cedera berat

atau cedera yang mengancam jiwa.

17

2.5 Penyebab kematian dari LukaLuka bisa mengakibatkan kematian, di mana penyebab kematian

tersebut dapat dibagi dalam 2 kelompok :

1. Penyebab langsung2. Penyebab tidak langsung.

Penyebab lngsung

1. Perdarahan. Kehilangan darah merupakan salah satu penyebab kematian yang penting. Perdarahan ini bisa terjadi akibat cederanya pembuluh darah besar. Perdarahan sifatnya bisa external atau internal

2. Syok. Syok neurogenik bisa menyebabkan pasien akibat refleks perangsangan jantung melalui nervus vagus, tanpa adanya tanda-tanda cedera eksternal.

3. Cedera mekanik pada organ vital. Organ – organ vital tubuh jika mengalami cedera dapat mengakibatkan kematian. Organ tubuh yang penting dan sering mengalami cedera adalah otak, paru-paru, jantung, limpa, hati dll.

Penyebab tidak langsung

Korbannya meninggal beberapa waktu kemudian karena mengalami komplikasi:

1. Infeksi, misalnya meningitis, pneumonia, peritonitis dll.2. Septikemia, terjadi setealh sepsis akibat luka.3. Ganggren, hal ini disebabkan rusaknya pembuluh darah yang menyalurkan darah ke bagian tubuh tertentu, sehingga bagian tubuh tersebut mengalami ganggren.4. Tindakan bedah yang terlambat dilakukan.5. Penyakit infeksi yang sering terjadi pada cedera, misalnya tetanus.6. Emboli udara. Cedera pada vena jugularis atau vena subklavia, atau cedera paru-paru, menyebabkan tekanan negatif sehingga udara tersedot kedalam sirkulasi darah dan mengakibatkan kematian pasien.

18

7. Penyakit yang berkembang setelah mengalami cedera. Cedera pada bagian abdomen bisa menyebabkan lemahnya otot-otot dinding perut sehingga memudahkan terjadinya hernia.8. Kelalaian pasien dalam menanggapi cedera yang dialaminya, memaparkan pasien tersebut terhadap sejumlah resiko.

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Jakarta; 1997.

2. Mun’im Idries, Abdul dan Agung Legowo. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan. SAGUNG SETO. Edisi I. Jakarta;2008.

3. Mun’im Idries, Abdul. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. BINARUPA AKSARA. Jakarta; 1989.

4. Vijay, Chadha P. Ilmu Forensik dan Toksikologi. Widya Medika. Jakarta;1995.

5. Satyo, C Alfred. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah Kedokteran Nusantara Vol.39. No.4. Desember 2006.

20