halogen
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asal kata halogen berasal dari bahasa Yunani yang berarti produksi garam
dengan reaksi langsung dengan logam, karena kereaktifannya yang sangat tinggi,
halogen ditemukan di alam hanya dalam bentuk senyawa. Konfigurasi elektron
halogen adalah ns2np5, dan halogen kekurangan satu elektron untuk membentuk
struktur gas muliayang merupakan kulit tertutup, jadi atom halogen mengeluarkan
energi bila menangkap satu elektron. Jadi, perubahan entalpi reaksi X(g) + e →
X-(g) bernilai negatif. Walaupun afinitas elektron didefinisikan sebagai perubahan
energi penangkapan elektron, tanda positif biasanya digunakan, agar konsisten
dengan perubahan entalpi, sebenarnya tanda negatif yang lebih tepat.1
Empat dari unsur dalam grup VIIA, flour, brom dan iod dikenal sebagai
unsur keluarga halogen bahkan sebelum ada perumusan teori yang
mengelompokkan bersama-sama pada tabel berkala. Selain kempat unsur VIIA
yang umum, ada pula sebuah halogen yang langka, astatin yang dibuat pada tahun
1940 dengan eksperiment pemboman. Sejak itu, astatin telah ditemukan dalam
alam, tetapi hanya dalam jumlah yang sangat sedikit sekali.2 Berdasarkan latar
belakang di atas maka dilakukan percobaan ini untuk mengetahui sifat fisik dan
kimia unsur halogen serta pembentukan garam halida.
1Muki Kagaku, Kimia Anorganik, terj. Taro Saito (Tokyo: Iwanami Publishing Company, 1996), h. 93.
2Keenan, dkk, Kimia untuk Universitas (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 228
1
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika dari unsur-unsur
halogen?
2. Bagaimana cara mengetahui pembentukan garam halida?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika dari unsur-unsur halogen.
2. Untuk mengetahui pembentukan garam halida?
D. Manfaat Percobaan
Manfaat percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui sifat-sifat kimia dan fisika dari unsur-unsur halogen.
2. Dapat mengetahui pembentukan garam halida?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Halogen adalah kelompok unsur kimia yang berada pada golongan 17 (VII
atau VIIA pada sistem lama) di tabel periodik. Kelompok ini terdiri dari: fluor (F),
klor (Cl), brom (Br), yodium (I), astatin (At), dan unsur ununseptium (Uus) yang
belum ditemukan. Halogen menandakan unsur-unsur yang menghasilkan garam
jika bereaksi dengan logam. Istilah ini berasal dari istilah ilmiah bahasa Perancis
dari abad ke-18 yang diadaptasi dari bahasa Yunani. Halogen juga merupakan
golongan dengan keelektronegatifan tertinggi, jadi ia juga merupakan golongan
paling non-logam. Ahli kimia Swedia Baron Jons Jakob Berzelius mengistilahkan
"halogen" yang dibentuk dari kata-kata Yunani "garam" atau "laut", dan dari
(gígnomai), "membentuk" sehingga berarti "unsur yang membentuk garam".
Halogen akan membentuk garam jika direaksikan dengan logam. Unsur-unsur
halogen secaram alamiah berbentuk molekul dwiatom (misalnya C l2). Mereka
membutuhkan satu tambahan elektron untuk mengisi orbit elektron terluarnya,
sehingga cenderung membentuk ion negatif bermuatan satu. Ion negatif ini
disebut ion halida, dan garam yang terbentuk oleh ion ini disebut halida. Lampu
halogen adalah lampu pijar berisi gas mulia yang dicampur dengan sedikit gas
unsur halogen.3
3”Halogen” Wikipedia Ensiklopedia Bebas http://id.wikipedia.org /w/index (16 Mei 2014).
3
4
Unsur-unsur yang menyusun dua golongan utama terakhir dalam tabel
berkala sangat berlawanan sifatnya. Halogen merupakan yang paling reaktif dari
semua unsur dan ditemukan didaratan hanaya dalam kombinasi (senyawa) dengan
unsur lain, kecuali oksigen, halogen adalah satu-satunya unsur yang tergolong
sebagai zat pengoksida. Sebaliknya, gas mulia sangat tidak reaktif sehingga
dijumpai di alam hanya dalam bentuk unsur.4
Beberapa sifat fisika yang penting dari halogen yaitu setiap sifat tertentu
berubah dengan teratur dari satu unsur ke unsur berikutnya. Kenaikan titik leleh
dan titik didih dengan bertambahnya nomor atom, dijelaskan dengan fakta bahwa
molekul-molekul yang lebih besar, mempunyai gaya tarik-menarik van der waals
yang lebih besar daripada yang dimiliki molekul-molekul yang labih kecil.
Halogen mempunyai energi pengionan dan keelekktronegatifan yang paling tinggi
dari keluarga unsur-unsur yang manapun, dari unsur grup VIIA, flourlah yang
paling erat memegang elektron-elektronnya dan iod yang paling lemah.5
Ada suatu penurunan yang teratur dalam keaktifan kimia dari flour sampai
iod sebagaimana ditunjukkan oleh kecenderungan dalam kekuatan mengoksidanya
molekul flour yang beratom dua (diatom) F2 merupakan zat pengoksida yang lebih
kuat daripada unsur lain yang manapun dalam keadaan normalnya. Baik flour
maupun klor membantu reaksi pembakaran dengan cara yang seperti oksigen.
Hidrogen dan logam-logam aktif terbakar dalam salah satu gas itu dengan
membebaskan panas dan cahaya. Reaktivitas flour yang lebih besar dibandingkan
klor, terungkap oleh fakta bahwa bahan-bahan yang biasa, termasuk kayu dan
4David W. Oxtoby, Kimia Modern (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 246.5Keenan, dkk, Kimia untuk Universitas, h. 228.
3
5
beberapa plastik, akan menyala dalam atmosfer flour, bahkan asbes yang tahan api
terbakar dalam flour. Beberapa gas mulia bergabung dengan flour membentuk
senyawa kovalen yang stabil.6
Flour paling reaktif secara kmia dari sekalian unsure dan segera bergabung
pada suhu biasa atau suhu tinggi dengan semua unsure selain O2, He, Ne, Kr
seringkali sangat kuat. Flour juga menyerang banyak senyawaan dan
memecahkannya menjadi flourida yang merupakan bahan organik yang sangat
mudah menyala dan terbakar. Klor adalah gas yang kehijauan, klor melarut
sedang dalam air dan sanga bereaksi. Brom terdapat sebagai bromida dalam
jumlah yang cukup lebih kecil dari klorida. Brom diperoleh dari air laut yang
disapu dengan aliran udara. Brom adalah cairan kental, mudah bergerak, berwarna
merah tua pada suhu kamar dan melarut sedang dalam air. Iod terdapat sebagai
ioda dalam air laut dan sebagai iodat dalam gas chili (guano). Iod adalah padatan
hitam dengan sedikit kilap logam.7
Fluorin unsur diproduksi dari hidrogen flourida melalui suatu metode yang
serupa dengan metode yang digunakan oleh Moissan- elektrolisis lelehan kalium
hidrogen flourida (KF-2HF) yaitu larutan KF dalam cairan HF. Dalam larutan ion
F-bersosiasi kuat dengan HF membentuk FHF- (ion hidrogen diflourida) yakni
spesies yang benar-benar kehilangan elektronnya:8
6Keenan, dkk, Kimia untuk Universitas, h. 229.7F. Albert Cotton dan Geoffrey Wilkinson, Kimia Anorganik Dasar, terj. Sahati Suharto
(Jakarta: UI-Press, 2007), h. 274-275.8David W. Oxtoby, Kimia Modern, h. 257.
6
FHF- F2(g) + H+ + 2e- (anode, oksidasi)
2H+ +2e- H2 (g) (katoda, reduksi)
2 HF H+ + FHF- F2 (g) + H2 (g)
Begitu banyak cara untuk menggolongkan halida, karena terdapat berbagai
jenis halida. Halida biner bisa membentuk tatanan tidak terhingga dari
molekul-molekul sederhana atau kompleks. Senyawa halida jenis lain meliputi
oksida seperti VOCl3, haida hidroksi, halida organo, dan sebagainya. Interaksi
langsung unsur-unsur dengan halogen biasanya untuk kebanyakan unsur halogen
digunakan HF, HCl, HBr bisa juga untuk logam-logam. Flourinasi langsung
biasanya menghasilkan flourida dalam keadaan oksidasi lebih tinggi. Kebanyakan
logam dan non logam bereaksi sangat kuat dengan F2. Bagi pembentukan cepat
dalam reaksi kering dari klorida, bromida, dan iodida biasanya diperlukan suhu
yang tinggi. Bagi logam, reaksi dengan Cl2 dan Br2 bisa jadi lebih cepat bila
sebagai medium reaksi digunakan tetrahidrofuran atau beberapa eter lainya.9
Lampu halogen adakan sebuah lampu pijar dimana sebuah filamen
wolfram disegel di dalam sampul transparan kompak yang diisi dengan gas
lembam dan sedikit unsur halogen seperti iodin atau bromin. Putaran halogen
menambah umur dari bola lampu dan mencegah penggelapan kaca sampul dengan
mengangkat serbuk wolfram dari bola lampu bagian dalam kembali ke filamen.
Lampu halogen dapat mengoperasikan filamennya pada suhu yang lebih tinggi
dari lampu pijar biasa tanpa pengurangan umur. Lampu ini memberikan efisiensi
9F. Albert Cotton dan Geoffrey Wilkinson, Basic Inorganic Chemistry, terj. Sahati Suharto, Kimia Anorganik Dasar, h. 375.
7
yang lebih tinggi dari lampu pijar biasa (10-30 lm/W), dan juga memancarkan
cahaya dengan suhu warna yang lebih tinggi10.
Fungsi dari halogen dalam lampu adalah untuk membalik reaksi kimia
penguapan wolfram dari filamen. Pada lampu pijar biasa, serbuk wolfram
biasanya ditimbun pada bola lampu. Putaran halogen menjaga bola lampu bersih
dan keluaran cahaya tetap konstan hampir seumur hidup. Pada suhu sedang,
halogen bereaksi dengan wolfram yang menguap, halida wolfram(V) bromin yang
terbentuk dibawa berputar oleh pengisi gas lembam. Pada suatu saat ini akan
mencapai daerah bersuhu tinggi (filamen yang memijar), dimana ini akan
berpisah, melepaskan wolfram dan membebaskan halogen untuk mengulangi
proses. Untuk membuat reaksi tersebut, suhu keseluruhan bola lampu harus lebih
tinggi daripada lampu pijar biasa. Bola lampu harus dibuat dari kuarsa leburan
atau gelas dengan titik lebur tingi seperti alumina. Karena gelas kuarsa sangat
kuat, tekanan gas dapat ditingkatkan, sehingga mengurangi laju penguapan dari
filamen, memungkinkan untuk beroperasi pada suhu yang lebih tinggi untuk umur
yang sama, sehingga menambah efisiensi dan keluaran cahaya. Wolfram yang
diuapkan dari bagian filamen yang lebih panas tidak selalu dikembalikan pada
tempatnya semula, jadi bagian tertentu dari filamen menjadi sangat tipis dan
akhirnya gagal. Regenerasi juga mungkin dilakukan dengan fluorin, tetapi reaksi
kimianya terlalu kuat sehingga bagian lain dari bola lampu ikut direaksikan.11
10“Lampu Halogen” Wikipedia Ensiklopedia Bebas http://id.wikipedia.org /w/index (16 Mei 2014).
11“Prinsip operasi Lampu Halogen” Wikipedia Ensiklopedia Bebas http://id.wikipedia.org /w/index (16 Mei 2014).
8
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal : Kamis/ 15 Mei 2014
Pukul : 07.30-10.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Anorganik, Fakultas Sains dan
Teknologi Uin Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu Alat yang digunakan
pada percobaan ini yaitu gelas kimia 100 mL dan 250 mL, tabung reaksi,
bunsen, pipet tetes, rak tabung, pinset, gegep, dan botol semprot.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu aquadest (H2O),
fluoresein, fluoresein-KBr, kalium iodida (KI), kertas saring, natrium
bromida (NaBr), natrium klorida (NaCl), perak nitrat (AgNO3), timbal (II)
nitrat (Pb(NO3)2), dan tissue.
8
9
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Uji halogen bebas
a. Merendam masing-masing kertas saring dengan larutan flouresein dan
flouresein-KBr.
b. Mengeringkan kertas saring tersebut.
c. Menetesi larutan NaCl, Br2 dan KI2.
d. Memperhatikan perubahan warna yang terjadi.
2. Penentuan garam halida
a. Kedalam tabung reaksi yang berisi natrium klorida (NaCl), menambahkan
tetes demi tetes larutan perak nitrat (AgNO3).
b. Kedalam tabung reaksi yang berisi natrium klorida (NaCl), menambahkan
tetes demi tetes larutan timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2), kemudian memanaskan.
c. Kedalam tabung reaksi yang berisi natrium bromida (NaBr), menambahkan
tetes demi tetes larutan perak nitrat (AgNO3).
d. Kedalam tabung reaksi yang berisi natrium bromida (NaBr), menambahkan
tetes demi tetes larutan timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2).
e. Kedalam tabung reaksi yang berisi kalium iodida (KI), menambahkan tetes
demi tetes larutan perak nitrat (AgNO3).
f. Kedalam tabung reaksi yang berisi kalium iodida (KI), menambahkan tetes
demi tetes larutan timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2).
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada percobaan ini dapat dilihat pada table berikut:
1. Uji halogen bebas
No PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan Gambar
1Kertas flouresein
+ NaCl berwarna biru (-)
2Kertas flouresein
+ NaBr
berwarna biru
pudar(-)
3Kertas flouresein
+ KI
berwarna
merah(+)
4
Kertas
flouresein-KBr +
NaCl
berwarna biru (-)
5
Kertas
flouresein-KBr +
NaBr
berwarna biru (-)
6 Kertas
flouresein-KBr +
KI
berwarna
merah
(+)
10
11
2. Uji pembentukan garam halida
No Perlakuan Hasil pengamatan Keterangan Gambar
1NaCl +
AgNO3
larutan berwarna
keruh kebiruan(-)
2NaCl +
Pb(NO3)2
larutan sedikit keruh
(sebelum pemanasan)(-)
larutan bening
(setelah pemanasan)(-)
3NaBr +
AgNO3
larutan keruh (-)
4NaBr +
Pb(NO3)2
laurtan keruh (-)
5KI +
AgNO3
larutan putih (-)
6KI +
Pb(NO3)2
Larutan kuning (+)
12
B. Reaksi
Reaksi yang terbentuk dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
2. 2NaCl + Pb(NO3)2 PbCl2 + 2NaNO3
3. NaBr + AgNO3 AgBr + NaNO3
4. 2NaBr + Pb(NO3)2 PbBr2 + 2NaNO3
5. KI + AgNO3 AgI + KNO3
6. 2KI + Pb(NO3)2 PbI2 + 2KNO3
C. Pembahasan
Halogen merupakan golongan VIIA pada unsur periodik yang terdiri dari
F, Cl, Br, I dan At. Percobaan yang pertama dilakukan uji halogen bebas dengan
fluoresein ataupun flouresin-KBr dimana reaksi akan memberikan warna merah
pada kertas fluoresein yang menandakan positif. fluoresein ataupun flouresin-KBr
berfungsi sebagai penguji. Merendaman kertas saring dalam larutan fluoresein dan
fluoresein-KBr. Perendaman dilakukan sebanyak satu kali untuk masing-masing
larutan dengan kertas saring berfungsi sebagai wadah penotolan, digunakan dua
kertas saring kertas saring yang satu direndam dengan fluoresin dan kertas saring
yang satunya lagi direndam dengan menggunakan fluoresin KBr, adapun fungsi
dari perendaman ini adalah untuk membandingkan warna larutan yang terbentuk.
Larutan yang digunakan yaitu natrium klorida (NaCl), natrium bromida
(NaBr) dan kalium iodida (KI) untuk ditotolkan pada kedua kertas saring tersebut,
13
yang berfungsi untuk mengetahui kandungan fluorin, bromin, dan iodin pada
larutan. Saat penambahan larutan kalium iodida (KI) pada kertas saring fluoresein
dan fluoresein-KBr positif mengandung iodin karena terbentuk warna merah pada
kertas saring, sedangakan pada penambahan larutan natrium klorida (NaCl) pada
kertas saring fluoresein dan fluoresein-KBr negatif tidak mengandung klorin
karena terbentuk warna biru dan pada penambahan larutan natrium bromida
(NaBr) pada kertas saring fluoresein dan fluoresein-KBr negatif tidak
mengandung bromin karena terbentuk warna biru.
Percobaan kedua yaitu pembentukan garam halida digunakan beberapa
asam halida sebagai reaktan atau sebagai pereaksi. Pertama-tama perak nitrat
(AgNO3) direaksikan dengan natrium klorida (NaCl) menghasilkan larutan
berwarna keruh kebiruan dan tidak terdapat endapan, hal ini tidak sesuai dengan
teori dimana reaksi antara klorida dan perak akan menghasilkan endapan perak
klorida, penambahan timbal nitrat (Pb(NO3)2) dengan natrium klorida (NaCl)
menghasilkan larutan berwarna sedikit keruh sebelum dipanaskan dan berwarna
bening setelah dipanaskan hal ini tidak sesuai dengan teori dimana reaksi antara
timbal dan klorida akan menghasilkan endapan putih. Penambahan perak nitrat
(AgNO3) dengan larutan natrium bromida (NaBr) menghasilkan larutan keruh dan
tidak terbentuk endapan, hal ini tidak sesuai dengan teori dimana reaksi perak
dengan larutan bromida akan membentuk endapan. Penambahan timbal nitrat
(Pb(NO3)2) dengan larutan natrium bromida (NaBr) menghasilkan larutan keruh
dan tidak terbentuk endapan.
14
Penambahan perak nitrat (AgNO3) dengan larutan kalium iodida (KI)
menghasilkan larutan berwarna putih dan tidak terbentuk endapan, hal ini tidak
sesuai dengan teori dimana seharusnya perak iodida (AgI) menghasilkan endapan
yang berwarna kuning dan pada saat penambahan timbal nitrat (Pb(NO3)2) pada
larutan kalium iodida (KI) menghasilkan larutan berwarna kuning dan terdapat
endapan kuning akibat terbentuknya timbal iodida (PbI2), hasil yang diperoleh ini
sudah sesuai dengan teori dimana timbal iodida (PbI2) berupa endapan kuning.
15
16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Halogen bebas dapat dideteksi dengan kertas fluoresein dimana kalium
iodida (KI) membentuk warna merah dan pada fluoresin KBr membentuk
warna merah.
2. Reaksi natrium klorida (NaCl) dengan perak nitrat (AgNO3) menghasilkan
larutan berwarna keruh kebiruan, reaksi natrium klorida (NaCl) dengan
timbal nitrat (Pb(NO3)2) yang dipanaskan menghasilkan larutan berwarna
bening. Reaksi natrium bromida (NaBr) dengan perak nitrat (AgNO3)
menghasilkan larutan keruh, reaksi natrium bromida (NaBr) dengan timbal
nitrat (Pb(NO3)2) menghasilkan larutan keruh. Reaksi kalium iodida (KI)
dengan perak nitrat (AgNO3) menghasilkan larutan berwarna putih. Reaksi
kalium iodida (KI) dengan timbal nitrat (Pb(NO3)2) menghasilkan larutan
berwarna kuning dan memiliki endapan.
B. Saran
Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya
dilakukan uji sifat pada golongan VIII A (gas mulia) untuk membedakan sifat dari
golongan VII A (halogen).
15
17
DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F. Albert. Kimia Anorganik Dasar, terj. Sahati Suharto. Jakarta: UI-Press, 2007.
”Halogen” Wikipedia Ensiklopedia Bebas http://id.wikipedia.org /w/index (16 Mei 2014).
Kagaku, Muki, Kimia Anorganik, terj. Taro Saito. Tokyo: Iwanami Publishing Company, 1996
Keenan, dkk, Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga, 1984.
“Lampu Halogen” Wikipedia Ensiklopedia Bebas http://id.wikipedia.org /w/index (16 Mei 2014).
“Prinsip operasi Lampu Halogen” Wikipedia Ensiklopedia Bebas http://id.wikipedia.org /w/index (16 Mei 2014).
Oxtoby, David W., Kimia Modern. Jakarta: Erlangga, 2003.
15
18
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum Kimia Anorganik dengan judul
“Pengujian Halogen” yang disusun oleh:
Nama : Riskayanti
Nim : 60500112028
Kelompok : IV (Empat)
telah diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten
dan dinyatakan diterima.
Samata, Mei
2014
Koordinator Asisten Asisten
Nur Amalia P. Muh. Tasjiddin Teheni S.Si
Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab
Syamsidar HS, S.T., M.SiNIP: 19760330 200912 2 002