halo

6
Terdapat dua tahapan dalam mekanisme system imun yakni mekanisme pengenalan dan mekanisme penghancuran. Ada 2 mekanisme penghancuran yaitu: 1. Antigen Ekstra Sel Akan Diendositosis Dalam Vesikel Selanjuntnya Berikatan Dengan Molekul Mhc Class Ii Sehingga Dapat Dikenali Oleh Cd 4 T Helper Limfosit 2. Antigen Citolitic Akan Masuk Sitosol Berikatan Dengan Proteasome Selanjutnya Di Er Berikatan Dengan Molekul Mhc Class I Sehingga Dapat Dikenali Oleh Cd 8 T Helper Limfosit. Reaksi yang terjadi berakibat pada terjadinya baktivasi Limfosit. Aktifasi limfosit mhc class ii + cd4 t helper limfosit mengaktifkan limfosit sehingga terjadi proliferasi dan deferensiasi membentuk humoral respon Mhc class i+cd8 thelper akan mengaktifkan limfosit dan terjadi proliferasi deferensiasi membentuk seluler respon Kemotaksis merupakan adanya daya tarik ke sel target karena adanya rangsangan kimia dari produk metabolit bakteri dan signal dari sel mast. Faktor-faktor yang bertanggung jawab dalam system pertahanan rongga mulut adalah keutuhan mukosa, saliva, cairan sulkus gingival dan penyusun kekebalan humoral dan seluler. Eliminasi antigen Sel yang mampu bertahan akan membentuk memori terhadap antigen yang sama sehingga saat terpapar kembali akan terjadi reaksi yang lebih tinggi Secara normal tubuh mampu mengenali antigen sendiri sehingga tidak terjadi mekanisme imunologis. Hal ini disebut toleransi. Kegagalan pengenalan terhadap antigen sendiri akan menyebabkan penyakit autoimmune Baratawidjaya, Karnen Garna. 2000. Imunologi Dasar. Jakarta : Balai Penerbit Kedokteran Universitas Indonesia. 1.1 Komponen Sistem Imunitas Rongga Mulut

Upload: fitrotul-hasanah

Post on 13-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

,dn

TRANSCRIPT

Terdapat dua tahapan dalam mekanisme system imun yakni mekanisme pengenalan dan mekanisme penghancuran. Ada 2 mekanisme penghancuran yaitu:

1. Antigen Ekstra Sel Akan Diendositosis Dalam Vesikel Selanjuntnya Berikatan Dengan Molekul Mhc Class Ii Sehingga Dapat Dikenali Oleh Cd 4 T Helper Limfosit

2. Antigen Citolitic Akan Masuk Sitosol Berikatan Dengan Proteasome Selanjutnya Di Er Berikatan Dengan Molekul Mhc Class I Sehingga Dapat Dikenali Oleh Cd 8 T Helper Limfosit.

Reaksi yang terjadi berakibat pada terjadinya baktivasi Limfosit.

Aktifasi limfositmhc class ii + cd4 t helper limfosit mengaktifkan limfosit sehingga terjadi proliferasi dan deferensiasi membentuk humoral respon

Mhc class i+cd8 thelper akan mengaktifkan limfosit dan terjadi proliferasi deferensiasi membentuk seluler respon

Kemotaksis merupakan adanya daya tarik ke sel target karena adanya rangsangan kimia dari produk metabolit bakteri dan signal dari sel mast.

Faktor-faktor yang bertanggung jawab dalam system pertahanan rongga mulut adalah keutuhan mukosa, saliva, cairan sulkus gingival dan penyusun kekebalan humoral dan seluler.

Eliminasi antigen

Sel yang mampu bertahan akan membentuk memori terhadap antigen yang sama sehingga saat terpapar kembali akan terjadi reaksi yang lebih tinggi Secara normal tubuh mampu mengenali antigen sendiri sehingga tidak terjadi mekanisme imunologis. Hal ini disebut toleransi. Kegagalan pengenalan terhadap antigen sendiri akan menyebabkan penyakit autoimmune Baratawidjaya, Karnen Garna. 2000. Imunologi Dasar. Jakarta : Balai Penerbit Kedokteran Universitas Indonesia.

1.1 Komponen Sistem Imunitas Rongga Mulut

Menurut Roeslan (2002), sistem imunitas rongga mulut dipengaruhi oleh :

a. Membran mukosa

Mukosa rongga mulut terdiri atas epitel skuamosa yang berguna sebagai barier mekanik terhadap infeksi. Mekanisme proteksinya tergantung pada deskuamasinya sehingga bakteri sulit melekat pada sel epitel dan derajat keratinisasinya yang sangat efisien menahan penetrasi microbial.

b. Nodus Limfatik

Jaringan lunak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstra oral dan agregasi limfoid intra oral. Kapiler limfatik yang terdapat pada permukaan mukosa lidah, dasar mulut, palatum, pipi dan bibir, mirip yang berasal dari ginggiva dan pulpa gigi. Kapiler ini bersatu membentuk pembuluh limfatik besar dan bergabung dengan pembuluh limfatik yang berasal dari bagian dalam otot lidah dan struktur lainnya. Di dalam rongga mulut terdapat tonsil palatel.

c. Saliva

Sekresi saliva merupakan perlindungan alamiah karena fungsinya memelihara jaringan keras dan lunak rongga mulut agar tetap dalam keadaan fisiologis.Saliva yang disekresikan oleh kalenjar parotis, submandibularis dan beberapa kelenjar saliva kecil yang tersebar di bawah mukosa, berperan dalam membersihkan rongga mulut dari debris dan mikroorganisme, selain bertindak sebagai pelumas pada saat mengunyah dan berbicara.

d. Celah Ginggiva

Epitel jangsional dapat dilewati oleh komponen seluler dan humoral dari daerah dalam bentuk cairan celah ginggiva (CCG). Aliran CCG merupakan proses fisiologik atau merupakan respon terhadap inflamasi. (Ruslan, 2002 )

1.2 Sistem Imun Spesifik

Ciri Sistem Imun Spesifik :

Bersifat selektif terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh

Sistem reaksi ini tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing

Memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi sebelumnya, melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia ( antibody )

Perlambatan, waktu antara eksposur dan respon maksimal

Tanggap kebal seluler dikendalikan oleh sel-sel yang tersebar dalam jaringan submukosa, gingival, kelenjar ludah, epitel, cairan saku gusi, tonsil dan kelenjar getah bening ekstra oral.

Komponen Sistem Imun Spesifik :

1. Agregasi Jaringan Limfoid Submukosa

Sel-sel mononuclear (limfosit dan makrofag) ditemukan tersebar tepat dibawah epitel mulut, didaerah palatum lunak, dasar mulut, permukaan ventral dari lidah dan kadang-kadang di pipi dan di bibir. Secara histologik, massa jaringan ini seperti jaringan tonsil.

2. Jaringan Limfoid Gingival

Melalui rangsang plak bakteri, jaringan ini menarik sel-sel terutama sel-sel limfosit yang dalam situasi radang berubah menjadi sel-sel plasma. Rasio sel T dan B dalam cairan saku gingival sehat akan meningkat menjadi 1:3 dibandingkan rasio dalam darah. Selain itu, dalam proporsinya, sel-sel ini mampu membuat antibody yang spesifik.Bagaimanapun juga kebanyakan sel-sel ini memproduksi zat-zat immunoglobulin non-reaktif.Makrofag hadir dalam gingiva, disamping memproses antigen juga ikut membantu penghancuran plak gigi. Reaksi timbal balik antara merusak dan melindungi berlangsung jelas dalam limfoid gingiva.

3. Kelenjar Getah Bening Ekstraoral

Anyaman halus saluran getah bening berjalan dari mucus saliva dasar mulut, palatum, bibir, dan pipi seperti juga dari gingival dan pulpa.Semuanya bergabung membentuk saluran yang lebih besar yang bersatu dengan saluran getah bening lainnya dari anyaman yang lebih dalam pada otot lidah.Saluran ini melayani pengangkutan antigen menuju kelenjar getah bening submental, submaksilaris, dan servikal.Tiap antigen yang berhasil masuk disebarkan langsung melalui getah bening ini ataupun melalui sel-sel fagosit. Lalu diteruskan ke kelenjarnya untuk dibangkitkan

tanggap kebalnya.

4. Jaringan Limfoid Kelenjar Ludah

Limfosit, makrofag dan sel-sel plasma ditemukan di dalam kelenjar baik yang besar ataupun kecil, tersebar dalam kelompok-kelompok dibawah mukosa mulut.Kebanyakan sel plasma memproduksi IgA dan beberapa diantaranya IgG dan IgM.Tampak bawah kebanyakan IgA dalam saliva disintesis secara local oleh sel-sel plasma kelenjar yang bersangkutan dalam bentuk dimerik.

5. Sel-Sel Langerhans

Antigen yang masuk melalui mukosa difagositosis oleh sel-sel ini yang tersebar di atas selaput dasar. Sel-sel ini merupakan sel-sel dendritik yang besar kemampuan kerja seperti makrofag, memiliki reseptor Fe dan C3 serta antigen permukaan seperti Ia, yaitu antigen transplantasi yang dtemukan terutama pada sel B dan makrofag yang identik dengan antigen HLA-D. (Gunarso W : 1988)

Sumber : Tjakronegoro, Arjatmo.2002.Imunologi Oral.Jakarta : Kedokteran Universitas Indonesia.2. Sistem Imun Non Spesifik

Respon imun nonspesifik merupakan salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen, misalnya antigen bakteri, adalah menghancurkan bakteri bersangkutan secara nonspesifik dengan proses fagositosis. Dalam hal ini leukosit yang termasuk fagosit memegang peranan peranan yang sangat penting, khususnya makrofag demikian pula neutrifil dan monosit.Supaya dapat terjadi fagositosis sel-sel fagosit tersebut harus berada dala jarak dekat dengan partikel bakteri, atau lebih tepat lagi bahwa partikel tersebut harus melekat pada permukaan fagosit.

Komponen Imunitas Non Spesifik : 1. Barrier epitel

Contoh barrier eksternal adalah mukosa dalam rongga mulut yang dapat menekan atau membunuh mikroorganisme.

2. Sel natural killer (NK)

Sel natural killer (NK) adalah suatu limfosit yang berespons terhadap mikroba intraselular dengan cara membunuh sel yang terinfeksi dan memproduksi sitokin untuk mengaktivasi makrofag yaitu IFN-. Sel ini tidak mengekspresikan imunoglobulin atau reseptor sel T. Sel NK dapat mengenali sel pejamu yang sudah berubah akibat terinfeksi mikroba.

3. System komplemen

Melibatkan kurang lebih 20 serum protein. Prinsip kerjanya sebagai media terjadinya reaksi inflamasi akut dan kemudian mengeliminasi mikoroorganisme yang menginvasi.

4. Sitokin pada imunitas non spesifik

Sebagai respons terhadap mikroba, makrofag dan sel lainnya mensekresi sitokin untuk memperantarai reaksi selular pada imunitas non spesifik.Sitokin merupakan protein yang mudah larut (soluble protein), yang berfungsi untuk komunikasi antar leukosit dan antara leukosit dengan sel lainnya.

5. Protein plasma lainnya pada imunitas non spesifik

Berbagai protein plasma diperlukan untuk membantu komplemen pada pertahanan melawan infeksi.Mannose-binding lectin (MBL) di plasma bekerja dengan cara mengenali karbohidrat pada glikoprotein permukaan mikroba dan menyelubungi mikroba untuk mempermudah fagositosis, atau mengaktivasi komplemen melalui jalur lectin. Baratawidjaya, Karnen Garna. 2000. Imunologi Dasar. Jakarta : Balai Penerbit Kedokteran Universitas Indonesia.

Barid, Izzata, dkk. 2007. Biologi Mulut I untuk Kedokteran Gigi.Jember : Jember University Press.

Carranza. 2006. Clinical Periodontology Tenth Edition. Los Angeles : Saunders

Elsevier.

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi

11. Alihbahasa: Irawati, et al. Jakarta : EGC.

Nurhayati, Diana. 2001. Imunomodulator pada Infeksi Bakteri. Semarang.

Tjakronegoro, Arjatmo. 2002. Imunologi Oral. Jakarta : Kedokteran Universitas

Indonesia.