halaman pengesahan · web view(ikatan akuntan indonesia, 2009: 1). namun dalam perkembangan...
TRANSCRIPT
![Page 1: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/1.jpg)
PENYUSUNAN LAPORAN AKTIVITAS PADA GEREJA TORAJA JEMAAT EBEN-HAEZER SELILI BERDASARKAN PSAK NO. 45 TENTANG
ORGANISASI NIRLABA
SKRIPSISebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Akuntansi
Oleh:
RICHA JUNIE MAHASTHER 1301035062 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA2020
![Page 2: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/2.jpg)
ii
Pembimbing I
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Penyusunan Laporan Aktivitas Pada Gereja
Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili Berdasarkan
PSAK No. 45 Tentang Organisasi Nirlaba
Nama Mahasiswa : Richa Junie Mahasther
NIM 1301035062
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : S1 Akuntansi Reguler
Diajukan Untuk Mengikuti Ujian Skripsi
Samarinda, 14 Desember 2020
Menyetujui,
Pembimbing II
Drs. Rande Samben, M.Si., Ak., CA Yoremia Lestari br. Ginting, S.E.,M.Ak.,Ak NIP. 19581004198702 1 001 NIP.19850221 201404 2 001
Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman
Dwi Risma Deviyanti, SE., M.Si., Ak., CA NIP. 19701018 199512 2 001
Tanggal Lulus Ujian :
![Page 3: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/3.jpg)
iii
SKRIPSI INI TELAH DIUJI DAN DINYATAKAN LULUS
Judul Skripsi : Penyusunan Laporan Aktivitas Pada Gereja Toraja
Jemaat Eben-Haezer Selili Berdasarkan PSAK No. 45
Tentang Organisasi Nirlaba
Nama : Richa Junie Mahasther
Nim 1301035062
Hari :
Tanggal Ujian :
TIM PENGUJI
1………………………………………… 1……………………
NIP……………………………………
2. ………………………………………… 2……………………
NIP……………………………………
3………………………………………… 3……………………
NIP……………………………………
4. ………………………………………… 4……………………
NIP……………………………………
![Page 4: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/4.jpg)
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa di dalam naskah
Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah di ajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan
daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah Skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur penjiplakan, saya bersedia Skripsi dan Gelar Sarjana atas nama saya
dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Samarinda, 14 Desember 2020
Richa Junie Mahasther
![Page 5: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/5.jpg)
v
ABSTRACT
Richa Junie Mahasther. Preparation of Activity Reports at Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili Based on PSAK No. 45 About Non-profits Organization. Under the Guidance: Rande Samben And Yoremia Lestari br. Ginting.
This study aims to determine the suitability of the presentation of PSAK No. 45 on the preparation of financial statements of non-profit organizations. The study was conducted at Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili, a non-profit organization engaged in the field of religious. The purpose of this study is to present income and expenses in the form of activity reports at Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili. The analysis technique used in this research is descriptive research with qualitative analysis that compares and analyzes the preparation of financial activity reports as regulated in PSAK No. 45. The results showed that the form of the financial statements of the Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili was made simple in the form of reports of cash receipts and disbursements based on the needs of the church and adjusted to the work program set every year. In this case, Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili has not implemented the preparation of financial activity reports based on PSAK No. 45.
Keywords: PSAK No. 45, Financial Statements, Non-Profit Organization
![Page 6: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/6.jpg)
vi
ABSTRAK
Richa Junie Mahasther. Penyusunan Laporan Aktivitas Pada Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili Berdasarkan PSAK No. 45 Tentang Organisasi Nirlaba. Pembimbing: Rande Samben Dan Yoremia Lestari br. Ginting.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penyajian PSAK No. 45 pada penyusunan laporan keuangan organisasi nirlaba. Penelitian dilakukan di organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang keagamaan yaitu Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili. Tujuan dari penelitian ini untuk menyajikan pendapatan dan beban dalam bentuk laporan aktivitas pada Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisis kualitatif yang membandingkan dan menganalisis penyusunan laporan aktivitas keuangan yang diatur dalam PSAK No. 45. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk laporan keuangan Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili dibuat sederhana berupa laporan penerimaan dan pengeluaran kas berdasarkan kebutuhan gereja dan di sesuaikan dengan program kerja yang ditetapkan setiap tahun. Dalam hal ini, Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili belum menerapkan penyusunan laporan aktivitas keuangan berdasarkan PSAK No. 45.
Kata kunci: PSAK No. 45, Laporan Keuangan, Organisasi Nirlaba.
![Page 7: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/7.jpg)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala
limpahan kasih dan karunia yang telah Ia berikan, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Penyusunan Laporan Aktivitas Pada Gereja Toraja Jemaat
Eben-Haezer Selili Berdasarkan PSAK No. 45 Tentang Organisasi Nirlaba”.
Penulisan bertujuan untukmemenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman
Samarinda.Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan,
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis sangat banyak
mendapat bimbingan, motivasi, arahan , serta bantuan oleh berbagai pihak. Oleh
sebab itu, pada kesempatan yang baik ini dengan segala keikhlasan dan
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si selaku Rektor di Universitas Mulawarman
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Syarifah Hudayah, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Mulawarman.
3. Ibu Defung S.E., M.M., Ph.D selaku wakil Dekan I, Bapak Dr. H. Irwansyah,
S.E., M.M., selaku wakil Dekan II, dan Bapak Zainal Abidin, S.E., M.M.,
selaku wakil Dekan III di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Mulawarman.
![Page 8: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/8.jpg)
viii
4. Ibu Dwi Risma Deviyanti, S.E., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarmanyang
menjadi pendorong dan penyemangat dalam terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak Dr. H. Zaky Fakhroni, M.Si., Ak., CA., CTA., CFrA selaku Ketua
Program Studi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Mulawarman.
6. Bapak Drs. Rande Samben, M.Si., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing I yang
senantiasa bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan
dan bantuannya selama proses penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu Yoremia Lestari br. Ginting, S.E., M.Ak., Ak selaku Dosen Pembimbing
II yang senantiasa bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
arahan dan bantuannya selama proses penyelesaian skripsi ini.
8. Ibu Anisa Abubakar, M.Si selaku Dosen Wali selama masa perkuliahan di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman.
9. Seluruh Dosen pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Mulawarman khususnya Dosen Program Studi Akuntansi yang telah banyak
menyampaikan ilmu pengetahuan dan memberikan teladannya selama penulis
mengikuti masa perkuliahan.
10. Seluruh staff Jurusan, Bidang Akademik dan Karyawan di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Mulawarman yang telah memberikan pelayanan yang
baik.
11. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili yang telah memberikan izin bagi
penulis untuk melakukan penelitian serta telah memberikan kontribusi dan
![Page 9: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/9.jpg)
ix
juga dukungan yang sangat berarti bagi penulis dalam kelancaran penyusunan
skripsi ini.
12. Kedua orang tua terkasih saya Ayahanda Luther Ba’ka dan Peris Parintak,
terima kasih atas semua doa yang tidak pernah putus, dukungan materi dan
non materi dari awal perkuliahan hingga terselesaikannya tugas akhir skripsi
ini.
13. Saudaraku Richi Charly terima kasih atas segala dukungan materil dan doa
yang selalu diberikan kepada penulis.
14. Para penyemangat Bang Reynold, Kak Selli, Bang Dennis, Bang Jeff, Kak
Shani yang telah mendoakan dan memberikan semangat serta motivasi
kepada penulis hingga skripsi ini dapat selesai.
15. Keluarga terdekat dan teman-teman khususnya teman seperjuangan kelas
Akuntansi B Angkatan 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Mulawarman . Terima Kasih atas segala bentuk dukungan, doa, kehadiran dan
semangat positifnya yang selalu jadi motivasi penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
16. Terima kasih banyak untuk seluruh pihak-pihak yang tak bisa penulis
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini.Maka dari itu penulis dengan sangat terbuka dalam menerima kritik, saran dan
masukan guna perbaikan pada penulisan selanjutnya.
Samarinda, 14 Desember 2020 Penulis,
Richa Junie Mahasther NIM. 1301035062
![Page 10: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/10.jpg)
x
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL.........................................................................................iHALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iiHALAMAN IDENTITAS TIM PENGUJI.....................................................iiiPERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..........................................................ivABSTRACT........................................................................................................vABSTRAK.........................................................................................................viKATA PENGANTAR.......................................................................................viiDAFTAR ISI......................................................................................................xDAFTAR TABEL..............................................................................................xiiDAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................11.1 Latar Belakang.....................................................................................11.2 Rumusan Masalah................................................................................51.3 Tujuan Penelitian.................................................................................51.4 Manfaat Penelitian...............................................................................5
BAB II : Landasan Teori..................................................................................72.1 Akuntansi Sektor Publik .....................................................................7
2.1.1 Tujuan AKuntansi Sektor Publik...............................................82.1.2 Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik.................................. 92.1.3 Siklus Akuntansi Sektor Publik................................................. 9
2.2 Definisi Organisasi Nirlaba...........................................102.2.1 Karakteristik Organisasi Nirlaba..........................122.2.2 Perbedaan Organisasi Nirlaba Dan Organisasi Sektor Swasta. .13
2.3 Standar Akuntansi Organisasi Nirlaba.................................................172.4 Metode Pencatatan Organisasi Nirlaba................................................182.5 Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba................................................19
2.5.1 Tujuan Pembuatan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba......192.5.2 Jenis Laporan Organisasi Nirlaba..............................................21
2.6 Penelitian Terdahulu............................................................................232.6 Definisi Konsepsional..........................................................................262.3 Kerangka Pemikiran............................................................................27
BAB III : METODE PENELITIAN................................................................263.1 Definisi Operasional............................................................................263.2 Jangkauan Penelitian...........................................................................273.2.Jenis Dan Sumber Data........................................................................27
![Page 11: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/11.jpg)
xi
3.4 Metode Pengumpulan Data..................................................................283.5 Teknik Analisis Data...........................................................................28
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................314.1 Hasil Penelitian....................................................................................31
4.1.1 Gambaran Umum Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili ...314.1.2 Analisis Data..............................................................................32
4.2 Pembahasan.........................................................................................364.2.1 Penyusunan Laporan Aktivitas..................................................38
BAB V : PENUTUP..........................................................................................415.1 Kesimpulan..........................................................................................415.2 Saran....................................................................................................415.3 Keterbatasan Dalam Penelitian............................................................42
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................44LAMPIRAN........................................................................................................45
![Page 12: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/12.jpg)
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Ketentuan Dari PSAK No. 45...........................................................30Tabel 4.1 Beban Depresiasi Aset Tetap............................................................34Tabel 4.2 Laporan Penerimaan Dan Pengeluaran Kas......................................37Tabel 4.3 Laporan Aktivitas Berdasarkan PSAK No. 45..................................38
![Page 13: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/13.jpg)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Penelitian Terdahulu...................................................................23
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran...................................................................24
![Page 14: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/14.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan ekonomi yang begitu cepat membuat
masyarakat lebih kritis dalam berpikir untuk mengikuti perkembangan informasi
ekonomi. Kebutuhan akan informasi menjadi bagian penting dalam menjalani
kehidupan demi kemajuan organisasi atau perusahaan. Salah satu informasi
ekonomi yang digunakan adalah informasi keuangan. Laporan keuangan berfungsi
sebagai media yang menghubungkan antara pengelola organisasi dengan pihak-
pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam pengambilan suatu keputusan.
Peranan akuntansi dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan
keuangan di zaman globalisasi semakin disadari oleh semua pihak, baik dalam
organisasi yang bertujuan mencari laba maupun yang tidak mencari laba.
Organisasi dalam masyarakat dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu organisasi
komersial yang dibiayai oleh laba atau keuntungan dari kegiatannya, organisasi
pemerintah yang dibiayai oleh masyarakat melalui pajak atau retribusi, dan
organisasi nirlaba yang dibiayai masyarakat lewat donasi atau sumbangan
(Nainggolan, 2012:2).
Secara umum, organisasi nirlaba merupakan suatu institusi yang menjalankan
kegiatannya tidak beorientasi mencari laba. Namun demikian, bukan berarti
organisasi nirlaba tidak di perbolehkan menerima atau menghasilkan keuntungan
dari setiap aktivitasnya. Jika memperoleh keuntungan dapat dipergunakan untuk
menutupi biaya operasional atau kembali disalurkan untuk kegiatan utamanya.
1
![Page 15: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/15.jpg)
2
Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan
dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk
mencapai tujuan dalam pelaksanaan kegiatan yang mereka lakukan. Lembaga atau
organisasi nirlaba merupakan salah satu komponen masyarakat yang perannya
menjadi penting, tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari kini semakin banyak
keterlibatan organisasi nirlaba. Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri,
derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan
masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat
buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para petugas
pemerintah.
Organisasi gereja merupakan salah satu bentuk organisasi nirlaba dalam
bidang keagamaan yang mewujudkan akuntabilitas keuangannya melalui pelapoan
keuangan. Pada umumnya, organisasi nirlaba dituntut untuk selalu menyiapkan
rencana-rencana serta program dan juga penganggaran secara berkelanjutan.
Dalam hal ini semua perencanaan yang dilakukan organisasi nirlaba di tuntut akan
pertanggungjawaban serta transparansi yang memadai. Untuk itu gereja juga harus
dan wajib untuk membuat laporan keuangan untuk melaporkan kepada anggota
jemaat yang merupakan sumber utama dalam pendapatan gereja, bahkan donatur
dari luar sehingga jemaat dan para donatur termotivasi untuk lebih giat
memberikan persembahan syukur serta bantuan dana untuk menopang pelayanan
gereja. Dalam mengupayakan pendapatan dan mengatur penggunaannya maka
gereja perlu manajemen keuangan yang baik. Laporan keuangan menjadi sangat
![Page 16: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/16.jpg)
3
penting bagi gereja, karena merupakan pertanggungjawaban atas pengelolaan
sumber dana yang dikelola dan sebagai alat pengendalian serta evaluasi kinerja
gereja.
Rencana dan program serta penganggaran ini yang akan dituntut
pelaporannya dan tranparansi dalam melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan.
Bendahara keuangan organisasi nirlaba biasanya dipilih yang dianggap mampu
dan memiliki pengalaman dalam mengelola keuangan, tetapi tidak memiliki
kemampuan khusus dalam akuntansi sosial, sehingga pengelolaan keuangan
organisasi nirlaba dapat menyusun laporan keuangannya secara sederhana.
Yesus dalam Lukas 16:10-12 mengatakan: “Barang siapa setia dalam perkara-
perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barang siapa tidak
benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara
besar jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal yang tidak jujur, siapakah yang akan
mempercayakan kepadamu harta sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia
dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartanya sendiri
kepadamu?”
Dalam hal ini kesetiaan dan kejujuran menjadi komitmen yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan dana pada organisasi nirlaba khususnya bagi
pengelola keuangan gereja. Laporan pertanggungjawaban keuangan menjadi
penting untuk mewujudkan transparansi dalam pengelolaan keuangan dan juga
dapat membantu anggota jemaat dalam mengetahui keadaan keuangan gereja.
Citra kehadiran Yesus di dunia seharusnya melaksanakan prinsip-prinsip
akuntabilitas.
![Page 17: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/17.jpg)
4
Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili merupakan sebuah organisasi
nirlaba yang bergerak di bidang keagamaan. Berdasarkan observasi awal penulis
Gereja Toraja Jemaat Eben- Haezer Selili memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya dari persembahan para
anggota jemaat dan para penyumbang lain. Gereja ini menerbitkan laporan
penerimaan dan pengeluaran kas. Laporan keuangan gereja semacam ini kurang
lengkap, karena hanya menunjukkan penerimaan dan pengeluaran, belum sesuai
dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum.
Meskipun organisasi ini tidak mencari keuntungan melainkan bersifat sosial
tetapi pencatatan, pengukuran, dan pelaporan yang sesuai dengan standar yang
berlaku umum diperlukan untuk memberikan informasi serta menilai kinerja
organisasi. Oleh karena itu, untuk memberikan laporan keuangan yang wajar serta
transparan maka pihak keuangan gereja sebaiknya menerapkan pelaporan
keuangan berdasarkan PSAK No. 45 yang mengatur mengenai pelaporan
keuangan organisasi nirlaba.
Berdasarkan uraian yang ditemukan maka penulis tertarik meneliti bagaimana
praktik akuntasi yang dijalankan oleh Gereja Toraja Jemaat Eben- Haezer Selili.
Melalui penelitian ini penulis mencoba untuk mengevaluasi bagaimana praktik
akuntansi dalam laporan keuangan pada Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili,
karena merupakan organisasi nirlaba gereja ini diharapkan memiliki laporan
keuangan yang sesuai standar yang berlaku umum yang sesuai dengan PSAK No.
45 sehingga dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan untuk
![Page 18: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/18.jpg)
5
memperoleh informasi keuangan agar gereja dapat mengambil keputusan yang
tepat untuk kepentingan pelaksanaan program-program gereja selanjutnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian yang
berjudul “PENYUSUNAN LAPORAN AKTIVITAS PADA GEREJA TORAJA
JEMAAT EBEN-HAEZER SELILI.”
1.1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka penulis
mengambil permasalahan yang ingin diketahui, yaitu “Bagaimana Penyajian
Pendapatan dan Beban Dalam Bentuk Laporan Aktivitas Gereja Toraja Jemaat
Eben-Haezer Selili Sesuai PSAK No. 45.”
1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menyajikan pendapatan dan beban dalam bentuk laporan aktivitas
pada GerejaToraja Jemaat Eben-Haezer Selili.
1.3. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Manfaat yang dapat diambil bagi penulis dari penelitian ilmiah ini adalah
untuk menambah keterampilan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh
selama menempuh pendidikan di universitas serta membandingkannya dengan
praktik yang sesungguhnya terutama mengenai penyusunan laporan keuangan
pada organisasi nirlaba.
![Page 19: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/19.jpg)
6
b. Bagi Gereja
Penulisan ilmiah ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi
gereja agar dapat dijadikan masukan sebagai saran kepada Gereja Toraja
Jemaat Eben- Haezer Selili demi perkembangan gereja.
c. Bagi Universitas
Penulisan ilmiah ini diharapkan memberi manfaat untuk memperkaya pustaka
sebagai bahan referensi dan dapat membantu pembaca, khususnya mahasiswa/I
untuk melakukan penelitian terhadap organisasi nirlaba khususnya organisasi pada
gereja
![Page 20: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/20.jpg)
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik adalah sistem akuntansi yang dipakai oleh lembaga-
lembaga publik sebagai salah satu alat pertanggung jawaban kepada publik.
Sekarang terdapat perhatian yang makin besar terhadap praktek akuntansi yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga publik, baik akuntansi sektor pemerintahan
maupun lembaga publik non pemerintah. Lembaga publik mendapat tuntutan dari
masyarakat untuk dikelola secara transparan dan bertanggung jawab. Akuntansi
sektor publik merupakan sebuah proses untuk mengumpulkan, mencatat,
mengklasifikasikan, menganalisis serta membuat laporan transaksi keuangan
untuk sebuah organisasi publik yang menyediakan informasi keuangan bagi pihak
yang membutuhkannya untuk digunakan saat pengambilan sebuah keputusan.
Dalam hal ini, akuntasnsi sektor publik memberikan transparansi kepada
publik agar hak-hak publik terpenuhi. Akuntansi sektor publik lebih menekankan
pada pemeriksaan serta sistem akuntansi. Ukuran prestasi maupun kineja sektor
publik dilihat dari efektifitas manajemen dan efisiensi keuangan. Dalam
menyusun informasi harus adanya standar akuntansi sektor publik, sehingga
terjadi kesepakatan antara penyusun, pemakai, pemeriksa dalam menyusun dan
memahami informasi tersebut.
Akuntansi sektor publik adalah akuntansi yang digunakan untuk mencatat
peristiwa ekonomi pada organisasi non profit atau nirlaba. Secara sederhana,
akuntansi sektor publik ini banyak digunakan oleh organisasi sektor publik seperti
![Page 21: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/21.jpg)
8
partai politik, masjid, puskesmas, rumah sakit, sekolah atau universitas, lembaga
swadaya masyarakat dan pemerintah pusat (Erlina Dkk 2015). Akuntansi sektor
publik adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan
pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi atau entitas publik
seperti pemerintah, LSM, dan lain-lain yang dijadikan sebagai informasi dalam
rangka mengambil keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan (Halim
2012:3).
Organisasi sektor publik menjadi berbeda karena memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan finansial.
2. Dimiliki secara kolektif oleh publik.
3. Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham
yang dapat diperjual belikan.
4. Keputusan-keputusan yang terkait dengan kebijakan maupun operasi
didasarkan pada kesepakatan.
2.1.1. Tujuan Akuntansi Sektor Publik
Adapun tujuan akuntansi sektor publik diantaranya yaitu :
1. Management Control
Tujuan akuntansi management control sebagai pengendalian manajemen,
akuntansi untuk sektor publik akan memberikan informasi yang dibutuhkan
lembaga publik dalam pengelolaan secara tepat dan efisien. Akuntansi ini
juga akan memberikan informasi penggunaan sumber daya yang sudah
dianggarkan dalam lembaga publik.
![Page 22: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/22.jpg)
9
2. Accountability
Tujuan ini akuntansi untuk sektor publik yang selanjutnya berhubungan
dengan accountability. Jadi, akuntansi untuk sektor publik ini akan memberikan
informasi penting yang dibutuhkan oleh manajer lembaga publik. Informasi ini
nantinya digunakan manajer sebagai laporan pertanggungjawaban seluruh bidang
dibawah kewenangannya. Bukan hanya itu, informasi ini juga digunakan sebagai
laporan pertanggungjawaban kepada publik atas kinerja yang dilakukan lembaga
pemerintah. Jadi, publik data melihat transparansi seperti apa penggunaan
anggaran publik oleh lembaga pemerintah.
2.1.2. Ruang Lingkup Akuntansi Sektor PublikRuang lingkup organisasi sektor publik meliputi lembaga-lembaga
tinggi Negara dan departemen dibawahnya, yaitu :
1. Akuntansi Pemerintah Pusat
2. Akuntansi Pemerintah Daerah
3. Akuntansi Partai Politik
4. Akuntansi LSM
5. Akuntansi Yayasan
6. Akuntansi Pendidikan : Sekolah, Perguruan Tinggi
7. Akuntansi Kesehatan : Puskesmas, Rumah Sakit
8. Akuntansi Tempat Peribadatan : Masjid, Gereja, Wihara dan Pura.
2.1.3. Siklus Akuntansi Sektor Publik
Elemen-elemen akuntansi sektor publik merupakan setiap bagian dalam
pengelolaan manajemen keuangan publik yang dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Perencanaan publik adalah perencanaan yang dilakukan untuk menentukan
aktivitas dan fokus apa yang akan dilakukan serta strategi apa yang dipilih
![Page 23: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/23.jpg)
10
untuk mencapai tujuan organisasi. Peran serta masyarakat dalam melakukan
perencanaan masih perlu dibangun dalam sistem perencanaan publik di
Indonesia, karena partisipasi masyarakat akan sangat menentukan kualitas
tujuan organisasi.
2. Pembuatan anggaran publik secara detail untuk menjelaskan pendapatan dan
pengeluaran organisasi di masa depan sehingga pembelanjaan yang dilakukan
dapat dipertanggungjawabkan dengan pendapatannya. Apabila, pembuatan
anggaran tidak dilakukan makaorganisasi sektor public tidak dapat
mengendalikan pemborosan yang terjadi.
3. Realisasi anggaran publik merupakan pelaksanaan dari anggaran publik yang
telah direncanakan dan ditetepkan ke dalam program pelaksanaan organisasi
sektor publik.
4. Pengadaan barang dan jasa publik merupakan mekanisme dan prosedur yang
dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk menyediakan barang atau jasa
kepada masyarakat atau publik.
5. Pelaporan keuangan sektor publik merupakan hasil akhir dari proses akuntansi
yang akan digunakan untuk menyajikaninformasi yangbermanfaat sebagai
pengambilan keputusan para pihak terkait.
6. Audit sektor publik merupakan suatu prosedur investigasi yang digunakan
untuk menyediakan dan mengevaluasi bukti- bukti untuk memastikan tingkat
keyakinan dengan kriteria yang sudah ditentukan untuk dilaporkan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
7. Pertanggungjawaban publik merupakan langkah terakhir yang dilakukan
pimpinan organisasi sektor publik dalam menyampaikan laporan kepada
pemberi amanat.
2.2. Definisi Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang
bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik
perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian
![Page 24: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/24.jpg)
11
terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).
Organisasi nirlaba adalah suatu organisasi yang tujuan-tujuannya tidak
mencakup penciptaan laba untuk kepentingan pribadi pemilik atau pengelolanya.
Organisasi nirlaba sering kali berusaha mencapai keuntungan tersebut untuk
tujuan sosial atau pendidikan dari organisasi dan bukannya untuk kepentingan
pribadi (Nickels et al., 2009. Organisasi adalah kumpulan orang yang memiliki
kompetensi yang berbeda-beda yang saling tergantung antara satu dengan yang
lainnya yang berusaha untuk mewujudkan kepentingan bersama dan
memanfaatkan berbagai sumber daya. (Mulyadi dan Setiawan 2000: 1)
Menurut PSAK No 45, organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari
sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan
imbalan apapun dari organisasi tersebut. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1).
Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima
sumber daya lain dari hasil pendapatan atas jasa yang diberikan pada publik dan
atau inventasi yang dilakukan. Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri,
derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan
masyarakat dalam hal perundang- undangan, organisasi jasa suka relawan, serikat
buruh, asosiasi profesional, institute riset, museum, dan beberapa para petugas
pemerintah. Organisasi nirlaba bias berbentuk organisasi kesejahteraan dan
kesehatan, lembaga, dan universitas. Dan setiap jenis organisasi tersebut memiliki
kesamaan dalam tujuan organisasi, yaitu memberikan jasa (layanan) dan tidak
mencari laba. Tetapi tiap jenis organisasi tersebut bias berbeda dalam hal sasaran,
sumber pendanaan dan tingkat otonomi. Banyak hal yang membedakan antara
![Page 25: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/25.jpg)
12
organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba). yaitu memberikan jasa (layanan)
dan tidak mencari laba. Tetapi tiap jenis organisasi tersebut bias berbeda dalam hal
sasaran, sumber pendanaan dan tingkat otonomi. Banyak hal yang membedakan
antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba).
Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’ organisasi
nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas
memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi
nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi
laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan
usahanya. Dalam hal penyebaran tanggungjawab, pada organisasi laba telah jelas
siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur
Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan.
Organisasi nirlaba atau non profit, membutuhkan pengelolaan yang berbeda
dengan organisasi profit dan pemerintah. Pengelolaan organisasi nirlaba dan
kriteria-kriteria pencapaian kinerja organisasi tidak berdasar pada pertimbangan
ekonomi semata, tetapi sejauh mana masyarakat yang dilayaninya diberdayakan
sesuai kontek shidup dan potensi-potensi kemanusiaannya. Sifat sosial dan
kemanusiaan sejati merupakan cirri khas pelayanan organisasi-organisasi nirlaba.
Manusia menjadi pusat sekaligus agen perubahaan dan pembaharuan masyarakat
untuk mengurangi kemiskinan, menciptakan kesejahteraan, kesetaraan gender,
keadilan, dan kedamaian, bebas dari konflik dan kekerasan.
2.2.1 Karakteristik Organisasi Nirlaba
![Page 26: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/26.jpg)
13
IAI (2011:45) mengemukakan suatu entitas dapat dikelompokan sebagai
entitas nirlaba bila memenuhi, criteria sebagai berikut:
1. Sumber daya entitas nirlaba berasal dari para pemberi sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding
dengan jumlah sumbe daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan / atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika
entitas nirlaba menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada
para pendiri atau pemilik entitas nirlaba tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti umumnya pada entitas bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus
kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian
sumber daya entitas nirlaba pada saat likuidasi atau pembubaran entitas nirlaba.
2.2.2. Perbedaan Organisasi Nirlaba dan Organisasi Sektor Swasta
1. Tujuan Organisasi
Perusahaan komersial bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan
pemegang saham melalui penciptaan keuntungan, sedangkan organisasi
sektor publik mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui pelayanan. Dengan kata lain, perusahaan merupakan
organisasi yang dijalankan untuk mencari laba atau profit (profit – oriented),
sedangkan organisasi sektor publik merupakan organisasi yang dijalankan
bukan untuk mencari laba (non- profit- oriented).
2. Sumber-sumber Pendanaan
![Page 27: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/27.jpg)
14
Perusahaan komersial didanai melalui hasil operasi perusahaan bersangkutan
selain investasi dari pemegang saham. Sementara itu, sesuai dengan tujuan
organisasi sektor publik mendanai operasinya tidak melalui laba operasi tetapi
melalui cara khusus berupa sumbangan atau donasi yang bersifat sukarela. Di
organisasi pemerintahan cara seperti ini direalisasikan melalui pembayaran
pajak atau retribusi. Bagi pemerintah daerah, termasuk sumber pendanaan
adalah sumbangan/subsidi dari pemerintah pusat. Di organisasi sektor publik
lain sumber pendanaan bisa berupa iuran anggota, subsidi, atau sumbangan
dari donatur.
3. Peraturan Perundangan
Organisasi sektor publik khususnya lembaga pemerintahan harus melakukan
aktivitasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pemerintah
Indonesia misalnya, harus melakukan pembangunan jembatan karena
diamanatkan dalam UUD 1945 untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
meskipun pembangunan jembatan tersebut tidak memberikan keuntungan
bagi organisasi pemerintah yang bersangkutan.
Menurut Mardiasmo (2002:8-13), perbedaan sektor publik dengan sektor swasta
dapat dilihat dengan membandingkan beberapa hal, yaitu :
1. Tujuan Organisasi
Dilihat dari tujuannya, organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta.
Perbedaan yang menonjol terletak pada tujuan untuk memperoleh laba. Pada
sektor swasta terdapat semangat untuk memaksimumkan laba (profit motive),
sedangkan pada sektor publik tujuan utama organisasi bukan untuk
![Page 28: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/28.jpg)
15
memaksimumkan laba tetapi pemberian pelayanan publik (public service),
seperti pendidikan, kesehatan masyarakat, keamanan, penegakkan hukum,
transportasi publik, dan penyediaan barang kebutuhan publik (misalnya:
penyediaan barang kebutuhan pokok masyarakat).
2. Sumber Pembiayaan
Perbedaan sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dari sumber
pendanaan organisasi atau dalam istilah manajemen keuangan disebut struktur
modal atau struktur pembiayaan. Pada sektor publik sumber pendanaan berasal
dari pajak, retribusi, charging for services, laba perusahaan milik negara,
pinjaman pemerintah berupa utang luar negeri, dan obligasi pemerintah, dan
lain- lain pendapatan yang sah yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan yang telah ditetapkan. Sumber pembiayaan pada sektor swasta
lebih fleksibel dan memiliki variasi yang lebih banyak. Pada sektor swasta
sumber pembiayaan internal dan sumber pembiayaan eksternal. Sumber
pembiayaaan internal terdiri atas bagian laba yang diinvestasikan kembali ke
perusahaan (retained earnings) dan modal pemilik. Sedangkan sumber
pembiayaan eksternal misalnya utang bank, penerbitan obligasi, dan penerbitan
saham baru untuk mendapatkan dana dari publik.
3. Pola Pertanggungjawaban
Manajemen pada sektor swasta bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan
(pemegang saham) dan kreditor atas dana yang diberikan. Pada sektor publik
manajemen bertanggung jawab kepada masyarakat karena sumber dana yang
digunakan organisasi sektor publik dalam rangka pemberian pelayanan publik
![Page 29: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/29.jpg)
16
berasal dari masyarakat (public funds). Pola pertanggungjawaban di sektor
publik bersifat vertikal dan horisontal. Pertanggungjawaban vertikal (vertical
accountabilitiy) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban pemerintah daerah
kepada pemerintah daerah atasan atau kepada pemerintah pusat, dan
pemerintah pusat kepada parlemen. Pertanggungjawaban horisontal (horizontal
accountability) adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Kedua
jenis pertanggungjawaban sektor publik tersebut merupakan elemen penting
dari proses akuntabilitas publik.
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, dan hierarkis,
sedangkan struktur organisasi pada sektor swasta lebih fleksibel. Struktur
organisasi pada sektor swasta dapat berbentuk data, pyramid, lintas fungsional
(cross functional), dan lainnya sesuai dengan pilihan organisasi. Salah satu
faktor utama yang membedakan sektor publik dengan sektor swasta adalah
adanya pengaruh politik yang sangat tinggi pada organisasi sektor publik.
5. Karakteristik Anggaran dan Stakeholder
Jika dilihat dari karakteristik anggaran, pada sektor publik rencana anggaran
dipublikasikan kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan
didiskusikan. Anggaran bukan sebagai rahasia negara. Sementara itu, anggaran
pada sektor swasta bersifat tertutup bagi publik karena anggaran merupakan
rahasia perusahaan.
![Page 30: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/30.jpg)
17
6. Sistem Akuntansi
Perbedaan yang lain adalah sistem akuntansi yang digunakan. Sistem akuntansi
yang biasa digunakan pada sektor swasta adalah akuntansi berbasis akrual
(accrual accounting), sedangkan pada sektor publik lebih banyak
menggunakan sistem akuntansi berbasis kas (cash accounting).
2.3. Standar Akuntansi Organisasi Nirlaba
IAI (2011:45) menerangkan bahwa standar akuntansi keuangan merupakan
pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang. Standar
akuntansi keuangan memuat konsep standar dan metode yang dinyatakan sebagai
pedoman umum dalam praktik akuntansi perusahaan dalam lingkungan tertentu.
Standar ini dapat diterapkan sepanjang masih relevan dengan keadaan perusahaan
yang bersangkutan. Akuntansi Keuangan di Indonesia disusun oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan yaitu IAI . Indonesia juga telah memiliki Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang merupakan konsep
yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai
eksternal.
Jika terdapat pertentangan antara kerangka dasar dan Standar Akuntansi
Keuangan maka ketentuan Standar Akuntansi Keuangan yang harus diunggulkan
relative terhadap kerangka dasar ini. Karena kerangka dasar ini dimaksudkan
sebagai acuan bagi Komite Penyusun Standar Akuntansi Keuangan dalam
mengembangkan standar akuntansi keuangan di masa datang dan dalam
peninjauan kembali terhadap standar akuntansi keuangan yang berlaku, maka
banyaknya kasus konflik tersebut akan berkurang dengan berjalannya.
![Page 31: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/31.jpg)
18
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 45 merupakan standar khusus untuk
entitas nirlaba. Karakteristik entitas nirlaba sangat berbeda dengan entitas bisnis
yang berorientasi untuk memperoleh laba. Perbedaan terletak pada cara entitas
nirlaba memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai
aktivitas operasinya. Entitas nirlaba memperoleh sumber daya dari pemberi
sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat
ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan. Sebagai
akibat dari karakteristik tersebut, dalam entitas nirlaba timbul transaksi tertentu
yang jarang atau bahkan tidak pernah terja didalam entitas bisnis, contohnya
penerimaan sumbangan. Pada beberapa bentuk entitas nirlaba meskipun tidak ada
kepemilikan, entitas nirlaba tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang
dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada
publik. Akibatnya pengukuran jumlah, saat dan kepastian aliran pemasukan kas
menjadi ukuran kinerja yang penting bagi para pengguna laporan keuangan
entitas tersebut, seperti kreditur dan pemasok dan lainnya.
2.4. Metode Pencatatan Organisasi Nirlaba
Dalam akuntansi terdapat metode pencatatan yang membedakan cara
pencatatan pendapatan dan biaya dalam laporan pendapatan dan biaya organisasi
nirlaba secara signifikan. Ada pun metode tersebut yaitu:
1. Metode Basis Kas Bastian (2007:80) menyatakan bahwa basis kas (cash
basis) adalah teknik pencatatan yang mengakui pendapatan pada saat
diterimanya kas dan mengakui belanja atau biaya pada saat dikeluarkannya
kas. Ada pun karakteristik cash basis adalah sebagai berikut: (1)
![Page 32: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/32.jpg)
19
Mengukur aliran sumber kas; (2) Transaksi keuangan diakui pada saat uang
diterima / dibayarkan; (3) Menunjukkan ketaatan pada batas anggaran belanja dan
pada peraturan lain. Menghasilkan laporan yang kurang komprehensif bagi
pengambil keputusan.
2. Metode Basis Akrual Bastian (2007:80) menyatakan bahwa basis akrual
(accrual basis) adalah teknik pencatatan yang mengakui dan mencatat
transaksi atau kejadian keuangan pada saat terjadi atau pada saat perolehan.
Cara pembukuan accrual basis membukukan pendapatan pada saat timbulnya
hak tanpa memperhatikan kapan penerimaan terjadi, sudah diterima atau pun
belum, serta membukukan pembelanjaan pada saat liabilitas terjadi tanpa
memperhatikan kapan pembayaran dilaksanakan, sudah atau belum. Accrual
basis akan mencakup pencatatan terhadap transaksi yang terjadi di masa lalu
dan berbagaihak dan liabilitas di masa yang akan datang. Accrual basis akan
mempunyai atau meliput semua aktivitas dibandingkan dengan cash basis.
2.5. Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba
2.5.1. Tujuan Pembuatan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba
IAI (2011:45) menyatakan bahwa tujuan utama dari pembuatan laporan
keuangan adalah “menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi
kepentingan para pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali, anggota, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi
entitas nirlaba.” Secara lebih rinci dijelaskan pula bahwa tujuan laporan keuangan
entitas nirlaba, termasuk catatan atas laporan keuangan, adalah untuk menyajikan
informasi mengenai:
![Page 33: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/33.jpg)
20
1. Jumlah dan sifat aset, liabilitas, dan asset neto entitas nirlaba;
2. Pengaruh transaksi, dan peristiwa lain yang mengubah nilai dan sifat
asset neto;
3. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu
periode dan hubungan antar keduanya;
4. Cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh
pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lain yang berpengaruh pada
likuiditasnya;
5. Usaha jasa entitas nirlaba. Setiap laporan keuangan menyediakan informasi
yang berbeda, dan informasi dalam suatu laporan keuangan biasanya
melengkapi informasi dalam laporan keuangan yang lain.
Mardiasmo (2009:167) menyatakan tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba
sebagai berikut.
a. Laporan keuangan organisasi non bisnis hendaknya dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan
keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.
b. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon
penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam
menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi non bisnis serta
kemampuannya untuk melanjutkan member pelayanan tersebut.
c. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon
penyedia sumber daya, serta calon pemakai lainnya dalam menilai
![Page 34: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/34.jpg)
21
kinerja manajer organisasi non bisnis atas pelaksanaan tanggungjawab
pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
d. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, kewajiban, dan
kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dan
kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber
daya tersebut. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama
satu periode. Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan
/ kondisi sumber kekayaan bersih organisasi non bisnis serta informasi
mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama yang
dapat menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai kinerja.
e. Memberikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran
kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
likuiditas organisasi.
f. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam
memahami informasi keuangan yang diberikan.
2.5.2 Jenis Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba
IAI melalui PSAK 45 tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba
menerangkan bahwa laporan keuangan entitas nirlaba meliputi:
1. Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan merupakan nama lain dari
neraca pada laporan keuangan lembaga komersial. Laporan ini memberikan
informasi mengenai aset, liabilitas, dan asset neto serta informasi mengenai
![Page 35: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/35.jpg)
22
hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Tujuan dari
dibuatnya laporan posisi keuangan adalah sebagai dasar penilaian terhadap: (1)
Kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa secara berkelanjutan; dan
(2) Likuiditas, fleksibilitaskeuangan, kemampuan memenuhi liabilitas, dan kebutuhan
pendanaan eksternal. Laporan posisi keuangan mencakup entitas nirlaba secara
keseluruhan dan harus menyajikan total aset, liabilitas dan asset neto.
2. Laporan Aktivitas. Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan asset neto
terikat permanen, terikat temporer dan tidak terikat dalam suatu periode.
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai: (1)
Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat asset
neto; (2) Hubungan antar transaksi dan peristiwa lain; (3) Bagaimana
penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.
Laporan aktivitas mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan
jumlah perubahan asset neto terikat permanen, terikat temporer, dan tidak
terikat dalam suatu periode. Perubahan asset neto dalam laporan aktivitas
tercermin pada asset neto atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
3. Laporan Arus Kas. Tujuan umum laporan arus kas adalah menyajikan
informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.
Laporan ini digunakan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menggunakan arus tersebut. Penilaian penerimaan dan pengeluaran kas
didasari atas tiga macama ktivitas, yaitu: (1) Aktivitas Operasional; (2)
Aktivitas Investasi; (3) Aktivitas Pendanaan.
4. Catatan Atas Laporan Keuangan. Merupakan bagian dari laporan keuangan
yang tak terpisahkan karena berisikan penjelasan-penjelasan rinci atas akun-
![Page 36: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/36.jpg)
23
2.6 PenelitianTerdahulu
Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian terdahulu sebagai
bahan perbandingan dan kajian untuk mempermudah dalam peyusunan penelitian
ini.
Gambar 2.1 Penelitian TerdahuluNO PENELITI JUDUL HASIL PENELITIAN
1 Eva Novita Sari (2018)
Akuntabilitas Keuangan Dalam Organisasi Keagamaan
Hasil pengolahan data diketahui bahwa kepercayaan dan wujud nyata dari penggunaan keuangan menjadi hal paling utama dalam praktik pertanggungjawaban keuangan gereja. Berdasarkan hasil penelitian, praktik pertangungjawban keuangan di Gereja Kristen Jawa Temon perlu pembenahan, terutama padapembuatanlaporan pertangungjawaban keuangan yang tidak rinci
2 Barbara Amelia Kristy (2017)
Penyusunan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 45) Studi Kasus : Yayasan Bina Bakti)
Penyusunan laporan keuangan pada Yayasan Bina Bakti belum menerapkan penyusunan laporan keuangan berdasarkan PSAK No. 45
3 Eriek Kurniawan Koe (2017)
Evaluasi Penyusunan Laporan Keuangan Menurut PSAK No. 45 Pada Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa PSAK No.45 belum diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan di Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea KlasisMakassar.
4 Wahyu Repi, Grace B. Mogi- Nangoi,Heince Wokas (2015
Analisis Penerapan PSAK No. 45 (Revisi 2011) Tentang Pelaporan keuangan Ebtitas Nirlaba PadaSTIKES Muhammadiyah Manado
Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah STIKESMuhammadiyah Manado belum menyusun laporan keuangan sesuai PSAK No.45. Laporan keuangan STIKES hanya berupa neraca saldo, sehingga untuk itu dilakukan pembuatan laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas dancatatan atas laporan keuangan.
5 Melisa Penerapan PSAK No. 45Pada GMIM Efrata
GMIM Efrata Sentrum Sonder belummenerapkan PSAK No. 45
![Page 37: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/37.jpg)
24
Gereja Toraja JemaatEben-Haezer Selili
Mamesah (2013)
Sentrum Sonder Kaitannya Dengan Kualitas Informasi Laporan Keuangan
6 Chenly RibkaS. Pontoh (2013)
Penerapan Penyusunan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Berdasarkan PSAK No. 45 Pada Gereja Bukit Zaitun Luwuk Sulawesi Tengah
Gereja Bukit Zaitun Luwuk Sulawesi Tengah belum menerapkan PSAK No. 45 .
Sumber : Jurnal dan Skripsi Terdahulu, Data Diolah, 2020
2.7. Definisi Konsepsional
Definisi konsepsional merupakan batasan konsep yang dipakai peneliti dalam
penelitian. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili merupakan bagian dari organisasi
nirlaba dan dalam hal ini Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili merupakan objek
dalam penelitian ini. Laporan keuangan Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili belum
sesuai dengan PSAK No. 45 tentang organisasi nirlaba karena Gereja Toraja Jemaat
Eben-Haezer Selili mempunyai bentuk laporan dalam menyusun laporan pengelolaan
dana Gereja tersendiri.
Sebagai bagian dari organisasi nirlaba Gereja membutuhkan pencatatan laporan
keuangan yang lebuh baik lagi sesuai standar yang diberlakukan pada organisasi nirlaba
untuk menunjang program kegiatan dan pelayanan yang dilakukan oleh Gereja Toraja
Jemaat Eben-Haezer Selili.
2.8 Kerangka Pemikiran
![Page 38: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/38.jpg)
25
Gambar 2.2 : Kerangka Pemikiran
![Page 39: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/39.jpg)
26
BAB III
METODE PENELTIAN
3.1 Definisi Operasional
Laporan aktivitas berisi dua bagian besar yaitu besaran pendapatan dan biaya
lembaga non-profit selama suatu periode anggaran. Pendapatan yang berasal dari
kegiatan operasional lembaga, laporan aktivitas juga mencantumkan pendapatan
incidental atau pendapatan lain-lain. Beban atau biaya disajikan dalam laporan
aktivitas berdasarkan kriteria fungsional, dengan demikian beban biaya akan
terdiri dari biaya kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung. Laporan
aktivitas membantu pemakai laporan keuangan dalam mengevaluasi kinerja masa
lalu dan memprediksi pencapaian dimasa depan.
Pengelolaan dana dalam gereja diperlukan metode yang efisien dan efektif
sehingga dalam pengelolaan tersebut dapat dipertanggungjawabkan sehingga
jemaat dapat mempercayai pihak gereja dalam mengelola persembahan yang telah
diberikannya kepada Tuhan. Akuntabilitas keuangan gereja merupakan
tanggungjawab yang harus dilakukan secara jujur dan benar kepada Tuhan
maupun kepada warga jemaat. Dalam mengelola persembahan yang merupakan
tanda ungkapan syukur warga jemaat kepada Tuhan diperlukan kejujuran,
kebenaran dan rasa tanggungjawab yang sangat besar dalam mengelolanya untuk
dipertanggungjawabakan pelaporannya secara transparan. Bentuk akuntabilitas
keuangan yang dilakukan Pada Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili yaitu
dengan pencatatan laporan keuangan yang dikakukan secara transparan dan jujur
![Page 40: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/40.jpg)
27
dari dana masuk dan hingga penggunaannya. Transparansi merupakan nilai utama
dari akuntabilitas, karena transparansi adalah wujud dari keterbukaan suatu
organisasi nirlaba.
3.2. Jangkauan Penelitian
Setiap penelitian yang akan dilakukan harus dibatasi dan difokuskan pada
suatu hal tertentu agar penelitiaan yang dilakukan tepat sesuai tujuan. Jangkauan
dari penelitian ini memfokuskan pada masalah penyusunan laporan aktifitas
keuangan pada Gereja berdasarkan PSAK No. 45.
3.3. Jenis Dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari
objek penelitian dalam bentuk informasi baik lisan maupun tulisan. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan secara
langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga data asli atau
data baru yang bersifat up to date. Teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data primer antara lain dengan melakukan pengamatan
dan melakukan wawancara dengan perwakilan organisasi yang ditunjuk
oleh pemimpin organisasi. Dalam penelitian ini data primer diperoleh
secara langsung melalui wawancara dengan bagian keuangan, pendeta
mauupun tata usaha Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili yang
dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penyelesaian
skripsi ini.
2. Data sekunder merupakan data yang didapat atau dikumpulkan dari berbagai
![Page 41: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/41.jpg)
28
sumber yang telah ada. Data sekunder dapat diperoleh dari data internal
organisasi, buku-buku, laporan, jurnal, dan lain-lain. Dalam penelitian ini
data sekunder diperoleh melalui laporan keuangan dan data-data yang
didapatkan dari Gereja Toraja Jemaat Eben Haezer Selili dan dari jurnal
ilmiah.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Pada penulisan penelitian ini menggunakan metode langsung, yaitu dengan
cara mendatangi subjek penelitian secara langsung untuk meneliti, mengadakan
wawancara, mengumpulkan data, dan menyimpulkan informasi yang telah
diperoleh. Dalam penelitian ini menggunakan dua prosedur penelitian, yaitu:
1. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data untuk mendapatkan
gambaran dari sudut pandang subjek melalaui media tertulis dan dokumen
lainnya yang dibuat oleh subjek yang bersangkutan. Data yang diperoleh dari
gambaran umum gereja dan pengkopian data-data mengenai pelaporan
aktivitas keuangan yang berasal dari Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili
untuk mendukung penelitian.
2. Wawancara
Metode wawancara ini dilakukan secara langsung yaitu menemui narasumber
obyek penelitian yang merupakan bendahara Gereja selaku pembuat laporan
keuangan yang diteliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan sehingga
dapat menjawab rumusan permasalah yang telah dipaparkan sebelumnya.
![Page 42: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/42.jpg)
29
3.5. Teknik Analisis Data
Setelah data yang dibutuhkan diperoleh selanjutnya data tersebut diolah dan
dianalisis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif deskriptif, yaitu metode yang sifatnya menguraikan, menggambar,
membandingkan suatu data dan keadaan serta menerangkan suatu keadaan
sedemikian rupa sehingga dapatlah ditarik kesimpulan. Dikemukakannya konsep
teoritis dan gambaran mengenai objek penelitian dengan melihat penerapan
akuntabilitas pengelolaan keuangan yang dijalankan oleh Gereja sesuai dengan
Tata Gereja Toraja agar pertanggungjawaban yang dilakukan mendapatkan
kepercayaan dari jemaat maupun donatur. Dalam penelitian ini, data yang telah
dikumpulkan sebelumnya dari hasil pengamatan dan wawancara dihubungkan
dengan literatur-literatur, teori-teori, maupun aturan-aturan yang berhubungan
dengan permasalahan, kemudian dilakukan analisis dari informasi yang telah
terkumpul dan menarik kesimpulan dari hasil analisis untuk memperoleh hasilnya.
Adapun analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengevaluasi
laporan keuangan yaitu laporan aktivitas Jemaat Eben–Haezer Selili. Adapun
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjawab permasalahan
diatas adalah membandingkan antara dasar aturan, dan temuan dari laporan
keuangan yang dilaporkan oleh Jemaat Eben – Haezer Selili yaitu laporan
aktivitas berdasarkan ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK45). Kriteria penilaian untuk membandingkan antara dasar aturan, dan
temuan dari laporan Aktivitas keuangan yang dilaporkan oleh Gereja Totaja
Jemaat Eben – Haezer Selili adalah sebagai berikut:
![Page 43: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/43.jpg)
30
Sesuai
Kriteria penilaian dikatakan sesuai apabila Jemaat Eben – Haezer Selili membuat laporan aktivitas sudah sama menurut ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 45).
Tidak SesuaiKriteria penilaian dikatakan tidak sesuai apabila Jemaat Eben – Haezer Selili membuat laporan aktivitas yang tidak sama menurut ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 45).
No Paragraf KetentuanLaporan Aktivitas
1 21 Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aset netoterikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.
2 23
Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aset neto tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, dan menyajikan beban sebagai pengurang aset neto tidakterikat.
3 25
Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aset lain (atau liabilitas)sebagai penambah atau pengurang aset neto tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi.
4 27Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto, kecuali diatur berbeda oleh SAK atau SAK ETAP.
Tabel 3.1 Ketentuan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 45) yang digunakan untuk membandingkan laporan aktivitas
![Page 44: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/44.jpg)
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili
Berdasarkan catatan dan informasi yang ada, cabang kebaktian ini mulai
dibuka sejak tahun 1993, didorong semangat iman dan rasa kebersamaan yang
tinggi akhirnya ibadah pertama di adakan dirumah Bapak Marthen Belopadang,
karena belum memiliki gedung Gereja, sehingga ibadah hari minggu dilaksanakan
di rumah anggota jemaat secara bergantian. Setelah mengadakan ibadah dari
rumah kerumah akhirnya jumlah peserta ibadah semakin banyak dan tempat tidak
cukup untuk menampung lagi maka diputuskan untuk membeli sebidang tanah
untuk membangun Gedung Gereja. Sejak cabangkebaktian Sei Kerba dibuka
tahun 1993, perkembangan dan kemajuan terus nampak, baik pembangunan fisik
maupun non fisik. Dari segi perkembangan fisik, gedung Gereja dimulai peletakan
batu pertama pada tanggal 13 Mei 1996 dalam jangka waktu beberapa bulan,
cabang ini telah memiliki satu gedung Gereja permanen yang terletak di Jl. Lumba
–Lumba RT. 17 Kel.Selili.
Ibadah hari minggu yang pertama di gedung Gereja ini, dilaksanakan pada
tanggal 01 Desember 1996, berdasarkan keputusan siding klasis di atas tentang
pendewasaan cabang Kebaktian Sei Kerbau menjadi Jemaat Eben – Haezer Selili
Samarinda, maka majelis Gereja Jemaat Moria Mangkupalas Cabang Kebaktian
Sei Kerbau mengambil keputusan untuk mengadakan ibadah syukur pendewasaan
![Page 45: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/45.jpg)
32
yang dirangkaikan dengan ibadah natal pada tanggal 12 Desember 1999 dengan
nama “Jemaat Eben-Haezer Selili Samarinda Ilir”, ibadah dipimpin oleh
Proponen Yohanis L. Tatung, S.Th dengan Bapak Pdt. Markus Lolo, S.Th
sedangkan pembacaan naskah / keputusan pendawasaan jemaat dilaksanakan
oleh Badan Pekerja Klasis yang diwakili oleh Bapak Pdt. Yesaya Tulak, S.Th dan
pada tanggal 12 Desember 1999 inilah yang ditetapkan sebagai hari ulang tahun
jemaat yang akan diperingati setiap tahun.
4.1.2 Analisis Data
Dari hasil wawancara dengan Ibu Hermina selaku bendahara Gereja Toraja
Jemaat Eben-Haezer Selili, maka didapatkan format laporan keuangan yang
dimiliki Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili. Melalui laporan ini, maka telah
diketahui bahwa Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili hanya membuat laporan
keuangan bulanan, dimana dalam pelaporan bulanan ini hanya berisi laporan
penerimaan dan laporan pengeluaran untuk kegiatan yang telah di programkan
atau yang telah menjadi rencana kegiatan dalam satu tahun. Adapun pendapatan
yang diterima untuk mendukung semua kegiatan operasional Gereja Toraja
sebagai berikut :
1. Persembahan dari anggota jemaat. Dalam hal ini, semua persembahan
yang masuk melalui kotak maupun pundi persembahan itu semua
digunakan untuk menjalankan semua kegiatan operasional gereja
berdasarkan pos-pos yang telah ditentukan.
2. Lelang. Biasanya lelang ini dibawa langsung oleh anggota jemaat
sebagai tanda syukur yang nantinya akan di uangkan untuk mendukung
![Page 46: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/46.jpg)
33
pelayanan yang ada di gereja.
3. Donatur. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili merupakan
organisasi nirlaba, yang dimana sumber pendapatannya didapat dari
donatur untuk mendukung kegiatan operasionalnya, terkadang berupa
uang ataupun berupa barang yang dibutuhkan oleh gereja.
4. Saldo kepanitiaan. Biasanya kepanitiaan dibentuk oleh pengurus atau
majelis gereja untuk kegiatan yang membutuhkan dana yang cukup
besar, setelah kepanitiaan dibubarkan maka sisa saldo yang dimiliki
panitia dimasukan ke dalam kas gereja.
5. Subsidi dari setiap organisasi yang ada dilingkup Gereja Toraja Jemaat
Eben- Haezer Selili. Dalam hal ini, setiap organisasi yang terdapat
dalam Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili tidak dipaksakan untuk
memberikan sumbangannya ke dalam kas gereja.
Sedangkan pengeluaran yang dikeluarkan oleh Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer
Selili sebagai berikut :
1. Tunjangan Pekerja Gereja dan Badan Pekerja Gereja. Yang termasuk sebagai
pekerja gereja meliputi Pendeta Jemaat, Proponen, Tata Usaha, Wakar, dan
Juga Koster (bagian kebersihan gereja), Bendahara 1, Bendahara 2, Sekertaris
1 dan Sekertaris 2.
2. Biaya Program. Dalam hal ini, semua program yang telah dirancangkan
akan dibiayai oleh kas gereja untuk mendukung pelayanan yang ada di gereja
tersebut.
3. Biaya Operasional. Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Gereja
![Page 47: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/47.jpg)
34
Toraja Jemat Eben-Haezer Selili untuk pendanaan operasional. Seperti:
pembayaran pajak kendaraan, listrik, air, bbm, dan lain-lain.
4. ATK Kesertariatan. Biaya ini dikeluarkan untuk membeli perengkapan
kantor. Seperti : kertas, tinta, fotocopy, buku renungan, dan lain-lain.
5. Biaya lain-lain.biaya lain-lain merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Gereja
Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili. Biaya lain-lain meliputi biaya yang
dikeluarkan untuk biaya yang tak terduga.
Sedangkan untuk aset tetap yang dimiliki oleh Gereja Toraja Jemaat Eben- Haezer
Selili untuk perhitunganbeban beban depresiasi asset tetap adalah :
No. Aset Tetap Tahun
Perolehan
Beban Depresiasi
Tahun 2020 (Metode
Garis Lurus)
1 Komputer 2019 Rp. 800.000
2 Printer 2019 Rp. 260.000
3 Ac 2017 Rp. 11.100.000
4 Lcd 2019 Rp. 980.000
5 Motor 2015 Rp. 8.800.000
6 Keyboard 2020 Rp. 2.520.000
7 Sound System 2018 Rp. 17.610.000
8 Lemari Arsip 2016 Rp. 1.680.000
Tabel 4.1 Beban Depresiasi Aset Tetap
![Page 48: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/48.jpg)
35
Gedung. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 2 gedung yaitu
gedung gereja dan gedung pastori (gedung yang dipakai untuk tempat tinggal oleh
pendeta jemaat). Dengan memiliki luas 360 m2. Gereja Toraja Jemaat Eben-
Haezer Selili memiliki aset gedung yang terbagi menjadi 2 gedung. Harga
perolehan dari gedung tersebut menggunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
adalah Rp. 54.000.000
1. Komputer. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 1 unit
komputer dengan merek LG yang digunakan untuk keperluan kantor.
2. Komputer:
Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 1 unit komputer.
Komputer yang dimiliki merek LG dengan harga perolehan Rp 5.000.000
3. Printer. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili juga memiliki 1 unit printer
untuk membantu perlengkapan kantor mencetak surat-surat, laporan, dan
juga liturgi yang akan dipakai.
Print: Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 1 unit print merek Epson
dengan harga perolehan Rp 2.300.000.
4. AC. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 6 unit ac merek LG
yang digunakan dalam gedung gereja. AC. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer
Selili memiliki 6 unit ac merek LG yang digunakan dalam gedung gereja.
Harga perolehan dari AC Rp. 3.250.000 x 6 unit = Rp. 19.500.000
5. LCD.Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 1 unit LCD yang
digunakan untuk mendukung pelayanan hari minggu dalam bidang
![Page 49: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/49.jpg)
36
multimedia.LCD.Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 1 unit LCD
dengan merek Sony, dengan harga perolehan Rp. 5.900.000
6. Motor. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 2 unit motor yaitu
motor Honda 125D Tahun 2016 dan motor jupiter tahun 2015.Motor. Gereja
Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 2 unit motor yaitu motor Honda
125D Tahun 2016 dan motor jupiter tahun 2015. Dengan harga perolehan
sekarang Rp. 8.800.000
7. Keyboard. Gereja Toraja Memiliki 1 unit alat music keyaboard dengan merek
Yamaha. Keyboard. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 1 unit
alat music dengan merek Yamaha dengan harga perolehan Rp. 14.000.000
8. Perangkat Sound System. Gereja Toraja juga memiliki perangkat sound
system untuk mendukung pelayanan dalam ibadah. Perangkat Sound System.
Gereja Toraja juga memiliki perangkat sound system dengan harga perolehan
Rp. 30.350.000
9. Lemari Arsip. Lemari arsip digunakan untuk menyimpan barang-barang
untuk inventaris gereja. Lemari Arsip. Lemari arsip digunakan untuk
menyimpan barang-barang untuk inventaris sebanyak 3 buah dengan harga
perolehan Rp. 2.800.000 x 3 = Rp. 8.400.000
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penyusunan Laporan Aktivitas
Menyusun laporan aktivitas Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili
periode Januari-November 2020. Berdasarkan dari laporan keuangan bulanan
yang sederhana yang dimiliki terdiri dari penerimaan dan pengeluaran yang
![Page 50: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/50.jpg)
37
dilakukan oleh Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili, maka laporan
penerimaan dan pengeluaran kas Gereja Eben-Haezer Selili periode Januari-
November 2020 sebagai berikut :
GEREJA TORAJA JEMAAT EBEN-HAEZER SELILI(dalam Rupiah)
PENDAPATAN : JUMLAH TOTALSaldo Awal 62.762.675Persembahan 324.968.450Lelang 6.915.000Subsidi 5.000.000Administrasi Pernikahan 500.000Pendapatan Lain-Lain 1.970.900JUMLAH 402.117.025
PENGELUARAN:Tunjangan Pekerja Gereja dan PMG 109.335.580Biaya Program 81.702.500Subsidi dan Iuran 76.300.000Biaya Operasional 19.657.254ATK Kesekertariatan / Perlengkapan Kantor 17.903.000Biaya Lain-lain 28.271.700JUMLAH 333.170.034
LABA BERSIH 68.946.991Sumber: Gereja, 2020Tabel 4.2 : Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Dalam penyajian laporan keuangan Gereja tidak ada pengklasifikasan atas
akun aset neto tidak terikat, terikat temporer, dan terikat permanen hal ini
dikarenakan masih lemahnya pemahaman mengenai pencatatan laporan keuangan
organisasi nirlaba yang distandarkan oleh PSAK No. 45, hal tersebut dipaparkan
langsung oleh narasumber yang diwawancarai bahwa pemahaman akan
pengklasifikasian akan aset tidak terikat, terikat temporer dan terikat permanen
belum dikuasai oleh pembuat laporan keuangan sehingga pencatatan hanya dicatat
![Page 51: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/51.jpg)
38
sebagai pendapatan bilamana menambah kas dan biaya bilaman hal
tersebut mengurangi uang kas Gereja.
GEREJA TORAJA JEMAAT EBEN-HAEZER SELILI LAPORAN AKTIVITAS
PERIODE 30 NOVEMBER 2020(dalam rupiah)
PERUBAHAN ASET NETO TIDAK TERIKATPendapatan:Donatur / Subsidi 5.000.000Jasa layanan 324.968.450Lelang 6.915.000Administrasi Pernikahan 500.000Lain-lain 1.970.900Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat 339.354.350Aset Bersih yang Dibebaskan dari Pembatasan (Catatan C) 0Pemenuhan Program Pembatasan 43.570.000Jumlah Aset yang telah berakhir pembatasannya 43.750.000Jumlah Pendapatan, Penghasilan dan Sumbangan Lain 383.104.350Beban:Tunjangan Pekerja Gereja dan PMG 109.335.580Biaya Program 81.702.500Subsidi dan Iuran 76.300.000Biaya Operasional 19.657.254ATK Kesekertariatan / Perlengkapan Kantor 17.903.000Biaya Lain-lain 28.271.700Jumlah Beban 333.170.034Penurunan Jumlah Aset Bersih Tidak Terikat 49.934.316Pemenuhan Program PembatasanDonatur / Subsidi 0Pemenuhan Program Pembatasan 43.750.000Kenaikan Aset Bersih Terikat (43.750.000)Kenaikan Aset Bersih 6.184.316Aset Bersih pada Awal Tahun 62.762.675Aset Bersih pada Akhir Tahun 68.946.991Sumber: Data diolah penulisTabel 4.3 : Laporan Aktivitas Berdasarkan PSAK No. 45
![Page 52: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/52.jpg)
39
Penerapan Laporan Aktivitas menurut PSAK No. 45 pada Gereja
Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili
Laporan Aktivitas menyajikan saldo aset bersih pada akhir tahun yang
merupakan hasil dari penjumlahan kenaikan aset bersih dan saldo aset bersih pada
awal tahun.
a. Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat
Dalam Laporan Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili Pendapatan dan
Penghasilan Tidak terikat terdiri dari Donatur, Jasa Layanan, Penghasilan Dari
Investasi, dan lain-lain. Nilai Sumbangan yang disajikan merupakan total
sumbangan dari dana yang dikumpulkan oleh jemaat melalui kegiatan usaha
dana Gereja. Untuk nilai yang disajikan pada akun Penghasilan dari Investasi
merupakan total nilai hasil investasi Gereja yaitu nilai dari Surat
Berharga/Surat Gereja. Sedangkan untuk pendapatan lain-lain adalah total
pendapatan dari perpuluhan, sampul syukur, nazar dan penerimaan lain-lain
Gereja.
b. Aset Bersih yang Dibebaskan dariPembatasan
Pemenuhan program pembatasan yang termasuk dalam aset bersih yang
dibebaskan dari pembatasan merupakan total aset yang dikeluarkan
untuk program pembatasan, nilai ini juga secara langsung merupakan
jumlah aset yang pembatasannya telah berakhir karena telah digunakan
untuk pemenuhan program yang telah dibatasi. Perhitungannya dapat
dilihat dalam Catatan C di Catatan Atas Laporan Keuangan.
c. Jumlah Pendapatan, Penghasilan dan SumbanganLain
![Page 53: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/53.jpg)
40
Merupakan total dari penjumlahan jumlah aset yang telah berakhir
pembatasannya dengan jumlah pendapatan dan penghasilan tidak
terikat.
d. Beban dan Pengeluaran
Yang termasuk dalam beban dan pengeluaran adalah semua penggunaan
dana untuk membiayai program setiap bidang, operasional Gereja,
pelunasan kewajiban ke Sinode dan lain-lain.
e. Pemenuhan Program Pembatasan
Yang disajikan dalam pemenuhan program pembatasan adalah total
sumbangan terikat, dan aset bersih yang terbebaskan dari pembatasan.
![Page 54: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/54.jpg)
41
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Gereja merupakan salah satu organisasi nirlaba, yang harus dan wajib
membuat laporan keuangan untuk di laporkan kepada anggota jemaat. Tujuannya
agar anggota jemaat tahu bagaimana cara gereja melakukan pengelolaan
keuangannya. Jika pelaporan keuangan dilakukan secara transparan, harapannya
dapat memotivasi para anggota jemaat dan donatur untuk memberikan bantuan
dana terhadap gereja untuk menunjang kegiatan pelayanan yang telah
diprogramkan. Bentuk laporan keuangan Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili
dibuat sederhana berupa laporan penerimaan dan pengeluaran kas berdasarkan
kebutuhan Gereja dan disesuaikan dengan program kerja yang ditetapkan setiap
tahun. Penyajian laporan keuangan Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili
belum sesuai dengan PSAK No.45, hal ini membuat Gereja Toraja Jemaat Eben-
Haezer Selili belum memadai dalam menyampaikan informasi mengenai kondisi
keuangan dan kinerja organisasi.
5.2 Saran
Dari pembahasan yang telah dipaparkan diatas, keterbatasan dalam
menyampaikan informasi penyusunan laporan keuangan Gereja Toraja Jemaat
Eben-Haezer Selili dipengaruhi faktor sumber daya manusia. Dimana dalam hal
ini belum mendapatkan pelatihan khusus dan kurangnya pengetahuan serta
keterampilan dalam mengelola keuangan gereja. Jika sumber daya manusia yang
dimiliki oleh Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili mendapatkan pelatihan
![Page 55: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/55.jpg)
42
khusus dalam mengelola dan memberikan informasi keuangan serta memiliki
kemauan dalam menerapkan penyusunan laporan keuangan berdasarkan PSAK
No. 45 maka penerapan PSAK No. 45 dapat digunakan oleh Gereja Toraja Jemaat
Eben-Haezer Selili.
Oleh karena itu, penulis memberikan beberapa saran yang mungkin dapat
dipertimbangkan oleh bendahara keuangan Gereja selaku sebagai penyusun
laporan keuangan dan laporan aktivitas Gereja. Saran tersebut berupa alangkah
baiknya laporan keuangan Gereja mencatat beban biaya penyusutan dari aset yang
dimiliki karena mengingat Gereja Jemaat Eben-Haezer memiliki aset seperti
tanah, bangunan Gereja, dan juga kendaraan yang memiliki nilai ekonomis
sehingga aset tersebut perlu untuk dilakukan pencatatan atas biaya yang
dikeluarkan dan apabila sewaktu-waktu aset tersebut dijual atau ditukar tambah
dengan aset yang baru maka akan lebih mudah untuk menilai berapa sisa dari nilai
ekonomis dari aset-aset tersebut. Kemudian untuk penyajian laporan keuangan
diharapkan dapat menyesuaikan dengan PSAK No. 45 hal ini berarti pembuat
laporan keuangan Gereja diharapkan dapat menambah pengetahuannya tentang
laporan keuangan organisasi nirlaba yaitu memahami peraturan yang telah
ditetapkan oleh PSAK No. 45 sehingga laporan yang disajikan dapat dijamin
keabsahannya karena menyesuaikan dengan peraturan yang telah ditetapkan.
5.3 Keterbatasan Dalam Penelitian
Penelitian ini bukan merupakan penelitian yang sempurna. Penelitian ini
memiliki keterbatasan yang memengaruhi hasil temuan. Keterbatasan tersebut
adalah penyajian laporan keuangan untuk entitas nirlaba tidak lagi menggunakan
PSAK No. 45, karena untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
![Page 56: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/56.jpg)
43
tanggal 1 Januari 2020 dimulainya penerapan ISAK 35 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba. Penalitian ini masih
menggunakan PSAK No. 45 sebagai alat analisis dikarenakan keterbatasan waktu
peneliti. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah laporan aktivitas keuangan
yang dibuat oleh Gereja Jemaat Eben-Haezer sesuai dengan ketentuan PSAK No.
45, berdasarkan pembahasan yang telah dibahas sebelumnya maka kesimpulan
yang didapat adalah laporan keuangan yang dibuat oleh bendahara Gereja belum
sesuai dengan PSAK No.45 dikarenakan pencatatan laporan keuangan dapat
digolongkan dalam pelaporan keuangan yang sederhana. Karena hanya sebatas
bukti kas masuk dan kas keluar saja. Hal ini membuat Gereja Toraja Jemaat Eben-
Haezer Selili minim dalam menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan
dan kinerja organisasi. Padahal, jika Gereja Toraja Jemaat Eben Haezer Selili
menerapkan PSAK 45 dapat membantu dalam menyusun dan melaporkan kondisi
keuangan serta kinerja organisasi.
Keterbatasan dalam menyampaikan informasi penyusunan laporan keuangan
Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili dipengaruhi faktor sumber daya
manusia. Dimana dalam hal ini, belum mendapatkan pelatihan khusus dan
kurangnya pengetahuan serta keterlampilan dalam mengelola keuangan gereja.
Jika sumber daya manusia yang dimiliki oleh Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer
Selili mendapatkan pelatihan khusus dalam mengelola dan memberikan informasi
keuangan serta memiliki kemauan dalam menerapkan penyusunan laporan
keuangan berdasarkan PSAK 45.
![Page 57: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/57.jpg)
44
DAFTAR PUSTAKA
Akuntansi Sektor Publik. (2011). BPFE.
Akuntansi Sektor Publik (Edisi Keti). (2013). BPFE.
Exposure Draft PSAK 01 Penyajian Laporan Keuangan. (2013). Ikatan Akuntan Indonesia. https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011%0A/04/ED_P
SAK_1_2013-2013-JULI-23.pdf
Himawan, P. (2015). Rekonstruksi Laporan Keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan Gresik Berdasarkan PSAK NO.45. Skripsi Universitas Airlangga, Surabaya.
Koe, E. K. (2017). Evaluasi Penyusunan Laporan Keuangan Menurut PSAK 45 Pada Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea. Skripsi Universitas Hasanuddin, Makassar.
Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik. Andi Offset.
Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik (Edisi Empa). Penerbit ANDI. Nainggolan, P.
(2012). Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba. Yayasan BinaIntegrasi Edukasi.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. (2015). Ikatan Akuntan Indonesia.
Pontoh, C. R. S. (2013). Penerapan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Berdasarkan PSAK No 45 Pada Gereja BZL. Jurnal EMBA, 1, 3.
PSAK 45. (2011). Ikatan Akuntan Indonesia. http://keuanganlsm.com/finance/wpcontent/plugins/downloadmonitor/dow% 0Anload.php?id=PSAK-No.-45-Pelaporan-Keuangan-Entitas Nirlaba Revisi%0A2011.pdf
![Page 58: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/58.jpg)
45
LAMPIRAN
![Page 59: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/59.jpg)
46
LAMPIRAN I
Struktur Pengurus Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili
![Page 60: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/60.jpg)
47
Lampiran 2
Laporan Penerimaan Kas Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili
.
![Page 61: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/61.jpg)
48
Lampiran 3Laporan Pengeluaran Kas Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili
![Page 62: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/62.jpg)
49
Lanjutan Lampiran 3
![Page 63: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/63.jpg)
50
Lanjutan Lampiran 3
![Page 64: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/64.jpg)
51
Lampiran 4Pajak Bumi Dan Bangunan
![Page 65: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071516/6138c6740ad5d2067649775c/html5/thumbnails/65.jpg)