halaman 19

31
MAKALAH MODUL IV RESTORASI JAKET BERUBAH WARNA DAN GIGI TIRUAN LEPASAN YANG TIDAK NYAMAN OLEH : KELOMPOK 1 ARDIYANSYAH RAHMAN ( J111 09 001) RUKIA MEUTIA AGSA (J111 09 003) PATRI SILA MUTHI’AH ASGAR (J111 09 007) MUSKAB SITI ASNINA IDUL (J111 09 010) RESKIH AYU FITRI RIZKY FATHHIYAH (J111 09 101) RITNAWATI RESKIH PRATAMA (J111 09103) ASMAN NURSAMSI. S ( J111 09 105) DINAR MAYASARI A.FIKA M. JOENES FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

Upload: istib-istibsyaroh

Post on 20-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


48 download

TRANSCRIPT

Page 1: Halaman 19

MAKALAH MODUL IV

RESTORASI JAKET BERUBAH WARNA DAN GIGI TIRUAN LEPASAN YANG

TIDAK NYAMAN

OLEH :

KELOMPOK 1

ARDIYANSYAH RAHMAN ( J111 09 001) RUKIA

MEUTIA AGSA (J111 09 003) PATRI SILA

MUTHI’AH ASGAR (J111 09 007) MUSKAB

SITI ASNINA IDUL (J111 09 010) RESKIH AYU FITRI

RIZKY FATHHIYAH (J111 09 101) RITNAWATI

RESKIH PRATAMA (J111 09103) ASMAN

NURSAMSI. S ( J111 09 105) DINAR MAYASARI

A.FIKA M. JOENES

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2011

Page 2: Halaman 19

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat berupa kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah Modul 4 “ RESTORASI JAKET BERUBAH WARNA

DAN GIGI TIRUAN LEPASAN YANG TIDAK NYAMAN ” ini dengan baik

dan dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Terima kasih tak lupa kami haturkan kepada para dosen dan tutor

pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan penjelasan serta teman-

teman dan orang-orang terdekat kami yang telah membantu dan memotivasi

dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan.

Manusia tidaklah sempurna, karena sesungguhnya kesempurnaan itu

hanyalah milik Allah SWT semata. Sebagai penulis, kami menyadari bahwa

penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka, demi menghampiri

kesempurnaan itu penulis mengharapkan saran serta kritik yang membangun agar

dapat menghampiri kesempurnaan itu dimasa yang akan datang.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Makassar, 29 September 2011

Penulis

Page 3: Halaman 19

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ......................................................................................

1.2. Batasan Materi ......................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN

2.1. Gigi Tiruan Cekat

a. Definisi Gigi Tiruan Cekat ...........................................................

b. Jenis-jenis Gigi Tiruan Cekat .......................................................

c. Bahan-Bahan Gigi Tiruan Cekat ..................................................

d. Komponen-Komponen Gigi Tiruan Cekat....................................

2.2. Keuntungan Mahkota jaket dan Jembatan …………….....................

2.3. Cara Menegakkan Diagnosis ………………………………..............

2.4.Diagnosis,Rencana Perawatan,dan prosedur perawatan.....................

2.5. Faktor Penyebab Tidak nyaman Pada GTL ………………...............

2.6. Faktor Penyebab Perubahan Warna Pada Mahkota Jaket …..............

2.7. Inform Concent…………………………………………...................

2.8. Syarat-Syarat Gigi Penyangga ……………………...........................

2.9. Work Authorization ………………………………………...............

2.10. Dampak Tidak Dilakukan Perawatan..............................................

BAB III : PENUTUP ........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Halaman 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu gigi tiruan cekat merupakan cabang ilmu gigi tiruan yang mempelajari

perawatan untuk merestorasi gigi yang mengalami kelainan atau kerusakan

dan menggantikan kelainan gigi dengaan suatu restorasi yang direkatkan

secara permanen pada gigi asli yang telah dipersiapkan. Gigi tiruan cekat

terdiri dari mahkota tiruan (MT) dan gigi tiruan jembatan (GTJ). Kerusakan

atau kelainan permukaan mahkota gigi yang diakibatkan oleh berbagai sebab

dapat diperbaiki dengan mahkota tiruan. Sedangkan kehilangan satu atau

beberapa gigi dapat diperbaiki dengan gigi tiruan jembatan (GTJ). Mahkota

tiruan merupakan suatu restorasi ekstrakoronal, yang dipilih apabila restorasi

lain tidak dapat memperbaiki permukaan mahkota gigi yang mengalami

kerusakan atau kelainan.

Tujuan perawatan dengan GTC adalah untuk meningkatkan fungsi

pengunyahan, bicara, estetik, kenyamanan, dan percaya diri pasien. Agar

mahkota tiruan dan gigi tiruan jembatan dapat berfungsi dengan baik retensi

dan resistensi merupakan faktor biomekanis yang harus diperhatikan.

1.2. Batasan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan gigi tiruan cekat ?

2. Jelaskan jenis-jenis gigi tiruan cekat serta indikasi dan kontraindikasinya ?

3. Jelaskan bahan-bahan yang digunakan pada gigi tiruan cekat?

4. Sebutkan komponen-komponen pada gigi tiruan cekat ?

5. Apa keuntungan dari mahkota jaket dan jembatan ?

6. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus ?

Page 5: Halaman 19

7. Apa diagnosis pada kasus ?

8. Apa penyebab pasien merasa tidak nyaman pada gigi tiruan lepasannya ?

9. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi terjadinya perubahan warna pada

mahkota jaket ?

10. Jelaskan inform concent pada gigi tiruan cekat ?

11. Jelaskan rencana perawatan dan prosedur perawatan pada kasus ?

12. Apa syarat-syarat gigi penyangga ?

13. Jelaskan cara membuat work authorization ?

14. Apa dampak jika tidak dilakukan perawatan pada kasus ?

Page 6: Halaman 19

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Gigi Tiruan Cekat

a. Definisi Gigi Tiruan Cekat

Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan

satu gigi atau lebih dan dipasang secara cekat dengan sementasi pada gigi

yang dipreparasi, dapat berupa Mahkota Tiruan (MT) dan Gigi Tiruan

Jembatan (GTJ).

GTC adalah suatu restorasi yang dilekatkan dengan semen secara

permanen pada gigi asli yang telah dipersiapkan (mahkota) untuk

memperbaiki permukaan mahkota gigi yang mengalami kerusakan dan

menggantikan kehilangan 1 atau beberapa gigi (GTJ).

b. Jenis-jenis Gigi Tiruan Cekat

1) MAHKOTA

Mahkota penuh adalah restorasi yang menutupi seluruh permukaan

mahkota gigi baik mesial,distal,bukal,lingual,dan oklusal.

Mahkota sebagian adalah restorasi yang menutupi sebagian permukaan

mahkota gigi dimana seluruh restorasinya terbuat dari logam.

Page 7: Halaman 19

Mahkota penuh terbagi atas :

1. Full casted crown (FCC)

- Mahkota tuang penuh

- Terbuat dari metal/aloi

- Estetik kurang bagus

2. Full veneer crown (FVC)

- Mahkota lapis penuh

- Terbuat dari logam tuang

- Lebih unggul dalam hal retensi dan resistensi.

3. Porcelen fused to metal

- Coping logam diselubungi porselen

- Coping logam merupakan pendukung dan penguat

- Estetik memuaskan

- Preparasi di labial dan aksial 1,5-2 mm.

4. Metal ceramic crown

- Facing pada bagian buccal/labial

- Terbuat dari metal dan porcelen

- Estetik bagus

- Pada gigi posterior dan anterior

- Preparasi pada bagian buccal/labial lebih banyak.

5. All porcelain crown

- Seluruh restorasi terbuat dari porcelen

- Preparasi sama dengan fused to metal.

- Estetik sangat bagus

- Preparasi akhiran servikal.

Page 8: Halaman 19

Mahkota sebagian terbagi atas :

1. Mahkota 3/4 untuk regio anterior dan mahkota 4/5 untuk posterior

2. Mahkota setengah mesial (mesial half crown)

3. Modifikasi mahkota 3/4 seperti selberg, pin-lay, pin-ledge.

2) Gigi Tiruan Jembatan (GTJ)

adalah suatu gigi tiruan sebagian yang menggantikan satu atau lebih gigi

asli yang hilang, dan disemen pada gigi asli yang masih ada, dimana daya

kunyah yang diterima sebagian besar diteruskan pada gigi penyangga serta

jaringan periodontiumnya.

Jenis-jenis gigi tiruan jembatan :

1. Fixed-fixed bridge

Jenis jembatan ini dibuat dimana semua komponen dari gigi tiruan

jembatan disatukan secara kaku (rigid/fixed), baik secara solder maupun

dengan sekali penuangan. Jadi hubungan antara retainer dan pontik

melalui konektor yang kaku.

2. Semi fixed bridge

Bentuk konstruksi jembatan ini dibuat dimana salah satu retainernya

berhubungan dengan pontik secara kaku dan pada sisi yang lainnya

melalui konektor yang dapat bergerak terhadap retainer. (non rigid

conector).

3. Cantilever bridge

Pada jembatan ini pontik berhubungan dengan retainer pada satu sisi saja

dimana pada sisi yang lainnya hanya berupa perpanjangan span.

Dibandingkan dengan konstruksi jembatan lainnya,konstruksi jembatan ini

paling mudah terutama pada gigi anterior namun kurang begitu kuat.

Page 9: Halaman 19

4. Spring cantilever bridge

Jembatan ini dikonstruksikan dengan sebuah konektor yang

panjang,dimana konektor selalu berada disamping dari retainer dan pontik,

maka pada spring cantilever bridge retainer terletak berjauhan dengan

pontik dan dihubungkan dengan konektor yang panjang serta melintasi

permukaan mukosa palatum atau lingual.

5. Compound bridge.

Konstruksi jembatan ini merupakan kombinasi dari dua macam jembatan

dan bersatu menjadi satu kesatuan. Kombinasi dari dua jembatan ini

dimaksudkan untuk memecahkan masalah kehilangan gigi dimana daerah

anadonsia lebih dari satu.

Keempat jenis jembatan diatas bisa dikombinasikan dalam satu desain

jembatan gabungan, namun yang paling sering dilakukan penggabungan

adalah fixed-fixed bridge dan cantilever bridge.

Indikasi dan kontraindikasi pada mahkota dan jembatan

Mahkota

Indikasi : - korona yang cukup tebal,besar dan bentuk square

- Karies atau restorasi yang terdapat pada struktur mahkota dangkal

atau minimal

- Panjang gigi harus cukup (minimal 4 mm)

- Pasien yang mempunyai hygiene mulut yang baik.

- Bebas karies atau frekuensi karies rendah.

Page 10: Halaman 19

Kontraindikasi : - Korona yang tipis,bentuk gigi konus

-Frekuensi karies tinggi

- Oral hygiene jelek.

- Gigi pendek (kurang dari 4 mm)

- Gigi penyangga yang mempunyai karies atau tambalan besar di

bukal.

Gigi Tiruan Jembatan (GTJ)

Indikasi umum :

- Pengaruh psikis

- Adanya penyakit tertentu

- Alasan periodontal

- Gangguan bicara

Indikasi lokal :

- Gigi yang membutuhkan restorasi

- Ruang edentulous sempit

- Gigi penyangga miring

- Gigi penyangga mengalami perubahan warna.

Kontraindikasi umum :

- Faktor usia pasien

- Pasien tidak kooperatif

- Kelainan periodontal

Page 11: Halaman 19

Kontraindikasi lokal :

- Prognosis gigi penyangga jelek

- Daerah edentulous yang luas

- Kemungkinan kehilangan gigi pada sisi yang sama.

- Resorbsi tulang yang berlebihan.

c. Bahan-Bahan Gigi Tiruan Cekat

Akrilik

Bahan ini dipakai pada gigi tiruan cekat khususnya pada gigi tiruan jembatan

sementara,tetapi oleh karena banyak kekurangan yang tidak memenuhi

persyaratan pontik dimana kekurangannya mudah pecah dan tidak tahan terhadap

tekanan yang kuat, koefisien panasnya cukup besar, mudah abrasi, mudah

menyerap air, dan mengiritasi gusi dan memberi reaksi alergi.

Porcelen

Porselen paling banyak digunakan untuk bahan pontik oleh karena memenuhi

semua persyaratan pontik,sehingga selalu memberi hasil yang sangat memuaskan.

Logam

Bahan logam seluruhnya digunakan pada kasus tertentu, misalnya pada sanitary

pontic, hanya tidak memenuhi persyaratan estetik, namun tidak mengiritasi

jaringan gusi. Pontik yang terbuat dari bahan logam hanya dibuat pada gigi molar

rahang bawah, dengan alasan estetik.

Page 12: Halaman 19

Kombinasi logam dan akrilik atau porselen.

Kombinasi antara logam dan non logam paling sering digunakan oleh karena

memberi keuntungan dari segi kekuatan dan penampilan. Kombinasi logam dan

porselen yang paling populer penggunaannya karena tidak ada masalah dengan

logam yang membayang. Kombinasi logam dan akrilik sudah berkurang

pemakaiannya karena warna logam sering membayang sehingga warna pontik

agak keabu-abuan dan akrilik cepat berubah warna yang dipengaruhi oleh warna

logam menjadi kehitam-hitaman.

d. Komponen-Komponen Gigi Tiruan Cekat

Pada gigi tiruan cekat ada beberapa komponen :

1. Gigi penyangga

Adalah gigi atau akar gigi asli yang menyangga gigi tiruan jembatan.

Setiap restorasi yang akan berperan sebagai retainer harus dapat menahan

tekanan kunyah yang secara konstan mengenai permukaan oklusalnya.

Tekanan yang mengenai GTJ melalui pontik,konektor,dan retainer

kemudian akan diteruskan ke gigi penyangga,oleh karena gigi penyangga

memegang peranan yang tepat untuk pembuatan GTJ.

2. Retainer

Berdasarkan Hubungan dengan pontik ada Retainer mayor dan Retainer

minor.

Retainer mayor adalah suatu retainer yang dihubungkan dengan pontik melalui

konektor rigid.Sedangkan retainer minor adalah suatu retainer yang dihubungkan

dengan pontik melalui konektor non rigid.

Page 13: Halaman 19

Sesuai retensi :

Retainer ekstra koronal

Bentuk preparasi dan restorasi dari retainer ekstra koronal sebagian atau

seluruhnya terletak di luar mahkota gigi penyangga.

Retainer intra koronal

Bentuk retainer yang termasuk dalam retainer intra koronal dibuat sesuai dengan

preparasi yang terdapat dalam dentin gigi penyangga. Retensi dan resistensi dari

retainer sebagian besar berada di dalam dentin.

Retainer intra radikular

Bentuk preparasi dan restorasi terletak di dalam saluran akar dari gigi penyangga.

3. Pontik Adalah bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi

asli yang hilang.

4. Konektor adalah Bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan

pontik dan retainer atau retainer dan retainer.

Macam-macam konektor :

Rigid konektor adalah konektor kaku oleh karena

menghubungkan kedua komponen GTJ secara kaku, tidak ada

pergerakan individual dari tiap unit.

Non rigid konektor adalah konektor yang memungkinkan adanya

pergerakan individual pada komponen yang dipersatukan dengan

kata lain bahwa komponen yang dihubungkan melalui konektor

non rigid dapat bergerak leluasa tidak terikat dengan pergerakan

dari komponen yang lainnya.

Palatal/lingual bar konektor adalah konektor yang langsung

berkontak pada retainer dan pontik sehingga konstruksi

Page 14: Halaman 19

palatal/lingual konektor ini menghubungkan kedua komponen GTJ

tersebut dengan jarak yang agak jauh.

5. Span / saddle Adalah bagian dari gigi tiruan jembatan yang menutupi

daerah anadonsia dan berkontak dengan retainer pada kedua sisi.

6. Pier Adalah gigi penyangga yang terdapat di antara dua pontik dan dua

retainer/gigi penyangga.

2.2. Keuntungan Mahkota jaket dan Jembatan

Keuntungan mahkota jaket :

1. Lebih konservatif

2. Reaksi jaringan periodontal lebih baik

3. Lebih estetik karena jaringan labial/bukal tidak di preparasi

4. Dapat dilakukan electric pulp-test karena ada bagian yang tidak tertutup

restorasi.

5. Mudah dibersihkan oleh pasien

6. Lebih mudah didudukan pada gigi penyangga saat sementasi.

Keuntungan gigi tiruan jembatan :

1. Tidak mudah terlepas atau tertelan karena dilekatkan pada gigi asli.

2. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh penderita.

3. Tidak mempunyai pendekap yang dapat menyebabkan keausan pada

permukaan enamel gigi.

4. Dapat mempunyai efek splint yang dapat melindungi gigi terhadap stress.

5. Menyebarkan stress (tegangan) fungsi ke seluruh gigi sehingga

menguntungkan jaringan pendukungnya.

Page 15: Halaman 19

2.3. Cara Menegakkan Diagnosis.

Ada 4 tahap yang perlu dilakukan oleh seorang dokter gigi dalam

menegakkan diagnosis yaitu :

1. Anamnesa

Adalah penting untuk mengetahui masalah, keluhan serta harapan dari

pasien yang datang ke dokter gigi untuk mendapatkan perawatan, terutama

yang berhubungan dengan rehabilitasi kehilangan gigi nya. Dari hasil

anamnesa dapat diketahui kondisi kesehatan pasien sebelumnya, baik fisik

maupun mentalnya. Kita perlu pula memberi kesempatan kepada pasien

untuk menceritakan keluhan serta keinginannya yang membuat mereka

datang ke dokter gigi.

2. Pemeriksaan intra oral

Dalam pemeriksaan intra oral ada banyak hal yang harus diobservasi.

Dalam pemeriksaa intra oral dilakukan pemeriksaan secara umum dan

lokal tentang keadaan mulut pasien.

Dimana dalam pemeriksaan secara umum dilakukan pemeriksaan keadaan

OH (kebersihan mulut), keadaan jaringan periodontium dan mukosa,

keadaan gigi geligi pada umumnya, keadaan oklusi, dan perawatan

sebelumnya.

Sedangkan pemeriksaan secara lokal dapat dilakukan pemeriksaan

keadaan gigi penyangga, keadaan ridge pada daerah anadonsia, relasi

dengan gigi antagonis/tetangga, kesejajaran gigi penyangga satu sama

lainnya.

3. Pemeriksaan model diagnostik

Model diagnostik atau model studi adalah model positif yang diperoleh

dari hasil pencetakan pendahuluan dengan bahan cetak alginat, sebelum

dilakukan preparasi gigi penyangga.

Page 16: Halaman 19

Pemeriksaan dengan model diagnostik dapat diperoleh beberapa informasi

seperti panjang gigi penyangga, kesejajaran gigi penyangga satu sama lain,

adanya penyusutan lengkung posterior, adanya supererupsi pada daerah

anadonsia, pergerakan/pergeseran dari gigi geligi,dan evaluasi arah insersi

dari gigi tiruan jembatan.

4. Pemeriksaan radiologi (ro-foto)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk dapat menegakkan diagnosis yang tepat

dan benar.

Dalam pemeriksaan ro-foto dapat diketahui perbandingan mahkota dan

akar, adanya sisa akar, bentuk,ukuran dan posisi akar, kondisi jaringan

periodontal, kelainan periapikal, kondisi tulang alveolus, kesejajaran gigi

penyangga satu sama lain, dan adanya karies dan kondisi tambalan di

daerah servikal.

2.4.Diagnosis,Rencana Perawatan,dan prosedur perawatan

DIAGNOSIS

Keseluruhan diagnosis harus dibuat terutama sesuai dengan kondisi gigi

geligi pasien pada umumnya, pertimbangan kondisi jaringan lunak dan

keras di dalam mulut. Semuanya ini harus ada korelasinya dengan

kesehatan umum dan juga kebutuhan psikologis nya.

RENCANA PERAWATAN

Faktor yang berperan dalam rencana perawatan :

Setelah menempuh prosedur diagnostik, kita sudah dapat menyusun

rencana perawatan sesuai dengan hasil yang diperoleh dari ketiga

pemeriksaan di atas.

Dalam melakukan perawatan gigi tiruan jembatan kita dihadapkan

pada pilihan tiap-tiap komponen dari gigi tiruan jembatan, sehingga hal ini

perlu mendapat perhatian sehubungan dengan desain yang kita pilih sesuai

dengan kondisi gigi geligi masing-masing pasien.

Page 17: Halaman 19

Penggunaan logam tuang, porselen/akrilik maupun kombinasi

keduanya, besarnya anadonsia, estetik,dan lain-lain semuanya dimasukkan

dalam prosedur penyusunan rencana perawatan.

Suksesnya pembuatan gigi tiruan jembatan bagi tiap-tiap pasien

tergantung dari penyusunan rencana perawatan yang meliputi antara lain :

pemilihan jenis restorasi dan materialnya sebagai retainer, bentuk pontik,

jenis gigi tiruan jembatan yang semuanya disesuaikan dengan kondisi

kesehatan gigi pasien tersebut.

Faktor yang berperan dalam penyusunan rencana perawatan (pemilihan

desain,jenis dan bahan untuk retainer suatu gigi tiruan jembatan

didasarkan pada kerusakan gigi, estetik, dan kontrol plak.

Penyusunan rencana perawatan

Rencana perawatan harus disusun sesuai dengan kondisi dan kasus dari

tiap-tiap pasien berdasarkan diagnosis yang ditemukan dari hasil

pemeriksaan intra oral,model studi, dan ro-foto.

Oleh karena masing-masing pasien mempunyai kondisi dan masalah

yang berbeda-beda, maka penyusunan rencana perawatan juga berbeda-

beda.

Perawatan gigi tiruan jembatan merupakan perawatan yang

membutuhkan waktu yang cukup lama serta biaya yang tidak sedikit, oleh

karena itu sebelum memutuskan untuk melakukan tindakan perawatan gigi

tiruan jembatan bagi seorang pasien, sebaiknya pada pasien tersebut

diberitahukan beberapa informasi yang perlu diketahui agar supaya semua

rencana perawatan dapat dilaksanakan dengan lancar dan baik.

Beberapa hal yang harus diinformasikan pada pasien yaitu :

1. Prosedur preparasi gigi penyangga

2. Waktu perawatan

3. Kerjasama dengan pasien

4. Biaya perawatan

Page 18: Halaman 19

Berdasarkan penjelasan di atas maka Diagnosis pada kasus yaitu klas III

kennedy.

Kelas III kennedy menyatakan bahwa daerah tak bergigi terletak di antara gigi-

gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.

Sedangkan rencana perawatannya yaitu :

1. untuk gigi anterior yang telah mengalami perubahan warna dilakukan

penggantian mahkota dengan bahan porselen.

2. Untuk GTL diganti dengan GTJ 5 unit (13,14,15,16,17)

3. Untuk gigi 15 yang terdapat tambalan komposit ,jika tambalan pecah maka

dibuatkan tambalan ulang dengan bahan amalgam. Tetapi jika

tambalannya masih baik maka tambalan tidak usah diganti dan dapat

dijadikan sebagai gigi penyangga.

4. Untuk desain GTJ yaitu dengan compound bridge (GTJ gabungan) antara

fixed-fixed bridge dan semi fixed bridge.

5. Fixed-fixed Bridge pada 15,16,17, dan semi fixed bridge pada 13,14.

6. Pada desain fixed-fixed bridge maka konektor dari gigi tiruan jembatan

disatukan secara kaku ( rigid/fixed) dengan menggunakan retainer mayor.

Jadi retainer dan pontik melalui konektor yang kaku (rigid). Sedangkan

pada semi fixed bridge retainer dan pontik berhubungan melalui konektor

yang dapat bergerak terhadap retainer yaitu konektor non rigid dengan

menggunakan retainer minor.

Page 19: Halaman 19

PROSEDUR PERAWATAN

Setelah pasien setuju untuk dibuatkan GTJ maka langkah berikutnya adalah mulai

memasuki ke dalam tahap atau prosedur perawatan. Adapun prosedur perawatan

sesuai dengan kondisi di dalam mulut pasien yang dapat digambarkan sebagai

berikut :

Perawatan pra-prostetik (kebersihan mulut)

Memeriksa adanya plak (dengan disclossing solution) dan kalkulus.

Menghilangkan plak dan kalkulus.

Mengobati stomatitis, gingivitis dan periodontitis (jika ada).

Perawatan GTJ

Perawatan GTJ merupakan tahap akhir dari urutan prosedur perawatan, setelah

semua perawatan selesai dilakukan. Dengan kata lain preparasi gigi penyangga

belum dapat dimulai apabila tindakan perawatan bagi kondisi gigi yang

mengalami kerusakan/kelainan, belum dilakukan.

Sebelum seluruh prosedur perawatan GTJ dilanjutkan maka ada beberapa hal

yang perlu disusun yaitu :

1. Pemeriksaan pada gigi penyangga.

2. Menentukan jenis GTJ yang akan dibuat

Pada kasus jenis GTJ yang digunakan yaitu compound bridge yaitu

gabungan dari jenis GTJ fixed-fixed bridge dan semi fixed bridge.

3. Memilih jenis retainer

Pada kasus retainer yang digunakan pada fixd-fixed bridge yaitu retainer

mayor. Sedangkan pada semi fixed bridge retainer yang digunakan yaitu

retainer minor.

Page 20: Halaman 19

4. Memilih jenis konektor

Pada kasus konektor yang digunakan pada fixed-fixed bridge yaitu

konektor rigid dan pada semi fixed bridge yaitu konektor non rigid.

5. Menentukan desain pontik

6. Menyusun prosedur pembuatan GTJ.

Secara umum Prosedur pembuatan GTJ :

Prosedur klinik tahap pertama

Pengambilan cetakan pendahuluan untuk pembuatan model studi

sekaligus untuk pembuatan GTJ sementara. (bila digunakan teknik tak

langsung : indirect technique)

Preparasi gigi penyangga (bila perlu dilakukan anastesi terlebih dahulu).

Pembuatan GTJ sementara (bila digunakan teknik langsung : direct

technique).

Pencetakan gigi rahang atas dan rahang bawah setelah preparasi gigi

penyangga selesai untuk pembuatan model kerja.

Prosedur laborat tahap pertama

Pembuatan die dan model kerja

Pengukiran pola malam kerangka logam

Proses penuangan logam (dari menanam sampai kerangka logam)

Penghalusan hasil tuangan logam

Prosedur klinik tahap kedua

Mencobakan kerangka logam

Pencatatan warna/penyesuaian warna.

Page 21: Halaman 19

Prosedur laborat tahap kedua

Mengukir pola malam untuk facing

Prosesing akrilik untuk facing (mulai dari menanam di cuvet)

Penghalusan dan pengkilapan facing akrilik.

Prosedur klinik tahap terakhir

Mencobakan GTJ selama 1 minggu

Setelah 1 minggu,insersi tetap dengan semen dental .

Kontrol :

dilakukan 1 minggu setelah insersi tetap.

kontrol kedua 1 bulan setelah insersi tetap.

rutin selama 3 bulan sekali.

Instruksikan pada pasien bagaimana menjaga dan memelihara GTJ dengan

menggunakan dental floss dan selalu menjaga kebersihan dan kesehatan mulut

sebab suatu restorasi bisa awet selama mungkin bilamana selalu terpelihara

dengan baik.

Namun pada kasus tahap-tahap preparasi Gigi Tiruan Jembatannya yaitu :

1. Pemasangan cotton roll pada daerah lipatan mukosa dan gusi pada sekitar

daerah gigi yang akan di preparasi.

2. Menentukan batas-batas preparasi yang akan dikerjakan.

3. Preparasi pada bagian proksimal baik pada palatal maupun pada bukal.

4. Pada bagian proksimal di preparasi dengan batas tepi dari permukaan

facial minimal 1,5 mm dengan menggunakan fissure bur.

5. Sempurnakan akhiran servikal.

6. Bulatkan dan haluskan bagian preparasi.

Page 22: Halaman 19

2.5. Faktor Penyebab Tidak nyaman Pada GTL

Pasien merasa adanya benda asing dalam rongga mulut

Pasien merasa kurang nyaman apabila gigi tiruannya selalu dilepas atau

dipasang kembali dalam rongga mulut.

Pasien merasa burning mouth (rasa terbakar).

Pasien mungkin merasakan rasa nyeri akibat adanya trauma pada gigi

tiruannya.

2.6. Faktor Penyebab Perubahan Warna Pada Mahkota Jaket

Ada 3 faktor penyebab perubahan warna pada mahkota jaket yaitu :

1. Faktor operator/ dokter gigi

Kesalahan operator ketika merestorasi mahkota pada gigi sehingga

terdapat celah pada restorasi sehingga mudah menyerap cairan

mulut.

2. Faktor restorasi

Preparasi yang kurang bagus

Bahan yang digunakan yaitu Akrilik yang mudah menyerap warna

sehingga perubahan warna ini juga disebabkan oleh makanan dan

minuman yang dikonsumsi oleh pasien.

Pemakaian yang sudah terlalu lama.

3. Faktor laboratorium

Kesalahan pada saat teknik pembuatan kerapatan tepi.

Page 23: Halaman 19

2.7. Inform Concent

Informed concent adalah surat persetujuan resmi yang ditandatangani oleh pasien

atau wali setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter gigi.

Tujuan inform concent :

1. Melindungi pasien secara hukum

2. Melindungi pasien dari tindakan malpraktek

3. Perlindungan hukum terhadap tindakan medis.

4. Melindungi pasien dari alat canggih.

Informed concent untuk gigi tiruan cekat:

Informasi bagi pasien

1. Perlu pemeriksaan ro-foto

2. Perlu melakukan preparasi gigi

3. Kemungkinan dapat mencederai jaringan lunak/keras

4. Ada kemungkinan terjadi perubahan warna

5. Ada rasa aneh/asing dalam mulut

6. Tidak menjamin daya tahan restorasi

7. Masalah biaya

Persetujuan tindakan medik

Format yang telah diisi dan di tanda tangani adalah suatu dokumen sah yang

mengizinkan dokter untuk malanjutkan perawatan yang telah direncanakan.

Page 24: Halaman 19

2.8. Syarat-Syarat Gigi Penyangga

Pemilihan gigi penyangga

Gigi penyangga yang baik adalah bilamana masih memiliki pulpa yang sehat dan

vital. gigi penyangga berfungsi sebagai retainer jadi gigi penyangga harus dapat

menahan tekanan kunyah yang secara konstan mengenai permukaan

oklusalnya.dalam memilih gigi penyangga yang tepat untuk pembuatan GTJ ada

beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Kondisi akar gigi penyangga meliputi:

panjang akar

semakin panjang akar gigi penyangga semakin baik efek dukungan

terhadap GTJ.

Jumlah akar

Gigi berakar jamak/ lebih dari satu biasanya lebih stabil

dibandingkan gigi penyangga berakar tunggal/satu. Dengan kata lain,

kekuatan dukungan gigi posterior lebih besar dibandingkan pada gigi

anterior.

Konfigurasi akar

Gigi dengan bentuk akar yang pipih seperti pada gigi-gigi premolar dan

caninus biasanya mempunyai daya dukungan yang lebih baik

dibandingkan dari gigi-gigi dengan bentuk akar yang bulat seperti pada

gigi insisivus pertama dan kedua.

2. Dukungan periodontal

Jaringan pendukung sekitar gigi penyangga harus benar sehat. Tidak

goyah dan akar gigi penyangga harus cukup panjang tertanam didalam

tulang alveolus. Akar dan jaringan pendukung disekitar gigi penyangga

Page 25: Halaman 19

harus kukuh dan kuat. Oleh karena gigi penyangga dan pendukungnyalah

yang akan menerima tekanan oklusal.

Ada 3 faktor yang harus di evaluasi sehubungan dengan dukungan

periodontal dari gigi penyangga antara lain:

a. Rasio mahkota dan akar (crown-root rasio)

Rasio mahkota akar merupakan suatu ukuran perbandingan, panjang gigi

penyangga yang diukur mulai dari oklusal gigi sampai ke puncak alveolar

crest dan panjang akar yang tertanam dalam tulang alveolus. Mulai dari

puncak alveolar crest sampai ujung akar.

Rasio mahkota-akar yang ideal adalah 1 : 2, namun hal ini biasanya sukar

dicapai. Sehingga rasio 2 : 3 sudah dianggap merupakan suatu ukuran

yang lebih optimal. Biasanya sudahcukup memberikan dukungan

periodontal yang baik.

b. Konfigurasi akar

Konfigurasi atau bentuk anatomi akar gigi penyangga juga nerupakan

salah satu faktor penentu yang cukup penting dalam menentukan pilihan

gigi penyangga untuk mendapatkan dukungan periodontal yang optimum.

c. Luas permukaan daerah akar

Masing-masing gigi mempunyai luas permukaan yang berbeda-beda

sesuai dengan bentuk anatominya, makin besar luas permukaan akar.

Apalagi bila didukung dengan jaringan periodontal yang sehat. Maka

makin kuat peranannya sebagai gigi penyangga.

3. Posisi gigi dalam lengkung rahang

Posisi gigi dalam lengkung rahang menentukan besarnya tekanan yang

diterima selama berfungsi.

4. Kemiringan gigi

Suatu problema yang umum ditemukan sehubungan dengan pemilihan gigi

penyangga. Adalah masalah kemiringan gigi yang sering terjadi pada gigi

molar rahang bawah.kehilangan gigi dalam jangka waktu yang cukup lama

Page 26: Halaman 19

tanpa pembuatan gigi tiruan, akan menyebabkan gigi cenderung untuk

condong ke arah daerah yang kosong.

Kesulitan yang dialami juga adalah pada waktu melakukan insersi. Arah

insersi gigi dipengaruhi oleh 2 keadaan posisi gigi penyangga, yaitu:

a. Posisi sumbu panjang gigi penyangga satu sama lain

b. Posisi gigi tetangga terhadap gigi penyangga sendiri.

5. Keadaan mahkota gigi penyangga

a. Besar dan panjang gigi

Untuk mendapatkan retensi yang baik bagi suatu GTJ, maka gigi

penyangga harus mempunyai mahkota klinis yang cukup panjang,

minimal panjang interproksimal adalah 4mm, dihitung dari marginal-

ridge sampai ke gingival attachment.

b. Kekuatan gigi penyangga

Adanya karies (superfisial, media dan profunda), tambalan, perawatan

endodontik. Semua ini mempengaruhi kekuatan gigi penyangga,

sehingga untuk memilih sebagai gigi penyangga, semua keadaan yang

melemahkan, seperti karies, tambalan besar, perlu dilakukan perawatan

dan perlu dipertimbangkan untuk membuat retainer yang dapat

melindungi jaringan gigi agar tidak terjadi kerusakan yang lebih lanjut.

Gigi penyangga yang ideal

1. Vital

Salah satu gigi penyangga ideal adalah mempunyai pulpa yang vital. Gigi vital

merupakan pilihan yang terbaik untuk dijadikan gigi penyangga. Namun bukan

berarti bahwa gigi yang non vital tidak dapat digunakan sebagai gigi penyangga,

gigi non vital dapat dijadikan penyangga bilamana sudah mendapatkan perawatan

endodontik dengan baik dan pengisian sempurna.

Page 27: Halaman 19

2. Dukungan periodontal yang sehat

Gigi penyangga yang ideal harus mempunyai dukungan periodontal yang sehat,

diamana gambaran radiologinya kita dapati keadaan sebagai berikut:

a. Panjang akar yang tertanam didalam tulang alveolaris adalah 2x panjang

mahkota (rasio mahkota-akar 2:3)

b. Tulang alveolus sekitar daerah anodontia padat dan kompak

c. Selaput periodontal merata, lapisan kortikalis tidak terputus

d. Tidak ada kelainan periapikal

e. Tidak ada resorbsi pada bifurkasi dan trifurkasi

f. Bentuk akar yang lurus tidak bengkok

g. Pengisian saluran akar yang sempurna pada gigi yang mengalami

perawatan endodontik

3. Posisi optimal dalam lengkung

Posisi optimal dalam lengkung ini memberi dukungan yang cukup kuat

untuk menyangga sebuah GTJ agar dapat tahan terhadap tekanan oklusal.

Posisi dalam lengkung yang ideal adalah tegak terhadap sumbu

memanjang gigi yang normal,sehingga pada waktu melakukan preparasi

gigi penyangga akan dicapai bentuk yang sejajar satu sama lain tanpa

banyak membuang jaringan gigi yang sehat, dengan retensi cukup baik.

4. Kuat dan kukuh

Hal ini berhubungan dengan 3 faktor penentu dalam mengevaluasi

dukungan periodontal yaitu :

Rasio mahkota-akar

Konfigurasi akar

Luas permukaan daerah akar

Jadi pada prinsipnya gigi penyangga yang kuat dan kukuh adalah yang

mempunyai periodontal sehat,akar panjang,pipih,dan lebar serta luas permukaan

Page 28: Halaman 19

daerah akar yang cukup besar untuk menahan terhadap tekanan yang konstan pada

watu berfungsi.

5. Splinting

Semua jenis GTJ baik yang span pendek maupun span panjang

mempunyai kecenderungan untuk menjadi lengkung beberapa derajat.

Splinting adalah merupakan proses penyatuan dua gigi penyangga atau

retainer yang bertetangga melalui konektor kaku (rigid konektor) menjadi

satu kesatuan dalam satu GTJ.

2.9. Work Authorization

Surat perintah kerja seharusnya merupakan surat yang ditulis dengan

singkat, sederhana, jelas dan berisi informasi yang lengkap mengenai apa yang

diinginkan.

Sebuah surat perintah kerja hendaknya memuat :

1. Nama dan alamat laboratorium teknik gigi.

2. Nama dan alamat dokter gigi pemesanan.

3. Tanggal pengiriman.

4. Tanggal selesai pekertjaan yang diinginkan.

5. Kolom untuk cirri-ciri pasien.

6. Kolom untuk instruksi khusus.

7. Gambar gigi serta lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah.

8. Tanda tangan dokter gigi.

Surat perintah kerja ini bias berupa formulir yang dibuat sendiri oleh dokter

gigi, tetapi pada umumnya disediakan oleh Laboratorium Teknik Gigi yang

kemudian dibagikan pada para dokter. Beberapa ahli menagjurkan surat ini dibuat

dalam rangkap dua, satu diserahkan kepada laboratorium dan satu lagi untuk arsip

dokter pengirim pekerjaan. Mengingat pekerjaan restorasi dan dental sering kali

tidak dapat selesai dalam satu kali pemgiriman, maka dianjurkan untuk setiap kali

pengiriman dibuat surat perintah kerja baru.

Page 29: Halaman 19

2.10. Dampak Tidak Dilakukan Perawatan

a. gangguan mastikasi / pengunyahan

kehilangan gigi dapat menyebabkan terganggunya proses pengunyahan

karena adanya kontak oklusi yang kurang baik

b. estetik kurang

kehilangan gigi dapat menyebabkan pasien kehilangan rasa percaya diri dan

merasa minder apalagi kehilangan pada gigi anterior

c. gangguan fungsi bicara

kahilangan gigi terutama pada regio anterior atas dan bawah dapat

menyebabkan gangguan pada waktu pasien bicara. Hal ini sangat

berpengaruh pada pasien yang mempunyai profesi yang berhubungan dengan

fungsi bicara seperti penyiar, penyanyi dan sebagainya.

d. kesehatan gigi terganggu

kehilangan gigi pada jangka waktu yang lama tanpa pergantian gigi tiruan

dapat menyebabkan gigi migrasi, supraposisi, karies interdental, periodontitis

dan kontak prematur. Terutama pada gigi yang menjadi antagonis dari gigi

yang hilang oleh karena kontak dari gigi penyangga berubah akibat

supraposisi sehingga sering ditemukan karies interdental. Hal ini akan

berlanjut ke gigi-gigi yang menjadi tetangganya.

e. gangguan TMJ

akibat dari kehilangan gigi yang lama tanpa pembuatan gigi tiruan dapat

mengakibatkan berpindahnya condilus dari tempatnya sehingga terjadi

perubahan gigitan sehingga oklusi tidak normal.keadaan ini ditandai dengan

perasaan sakit sekitar rahang dan otot pengunyahan pada waktu membuka

mulut.

Page 30: Halaman 19

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan

satu gigi atau lebih dan dipasang secara cekat dengan sementasi pada gigi

yang dipreparasi, dapat berupa Mahkota Tiruan (MT) dan Gigi Tiruan

Jembatan (GTJ).

Tujuan perawatan dengan GTC adalah untuk meningkatkan fungsi

pengunyahan, bicara, estetik, kenyamanan, dan percaya diri pasien. Agar

mahkota tiruan dan gigi tiruan jembatan dapat berfungsi dengan baik

retensi dan resistensi merupakan faktor biomekanis yang harus

diperhatikan.

Page 31: Halaman 19

DAFTAR PUSTAKA

Freddy, Suryatenggara. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan.

Jakarta: Hipokrates.

Prajitno, H.R. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan. Jakarta: EGC penerbit

Buku Kedokteran.

Aprilia, Linda Rochyani. 2006. Perawatan Veneer Indirect. Surabaya:

Jurnal kedokteran gigi FKG-UHT.

Lesmana, R.A. 1999. Jurnal Kedokteran Gigi. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Dewi, Ratnasari. 2003. Pengaruh Kemiringan Preparasi Bidang Aksial

Pada Resistensi Cantilever Bridge Terhadap Gaya Ungkit. Jakarta: PDGI