hal_77-81-isi(1)
DESCRIPTION
atresia koanaTRANSCRIPT
-
5/28/2018 hal_77-81-isi(1)
1/5
Penatalaksanaan atresia koana bilateral congenital 77
Majalah Kedo kteran And alas Vol.24. No.2. Juli-Desember 2000
ABSTRACT
Bilateral choana atresia is case with under diagnostic. The incidence of choanaatresia is 1 : 7000 child birth. Surgery procedure includes transnasal or transpalatal
technique.
A case was reported with congenital bilateral choana atresia for female neonatal,1,5 month old that be done procedure transnasal and choana reconstruction with good
result.
A i's month old baby girl was dragrosed as congenital bilateral choana atresia.Transnasal operative procedure was perfomed old choana instruction ron well.
key words;choana atresia, pendekatan transnasal, choana reconstruction
PENDAHULUAN
Atresia koana merupakan suatu
kelainan perkembangan kegagalan
hubungan antara kavum nasi bagian
posterior dengan nasofaring.
(1)
Kelainan inipertama sekali dilaporkan oleh Roederer
(1775 ) dan merupakan salah satu kelainan
kongenital pada hidung yang sering dijumpai, walaupun insiden pastinya tidak di
ketahui.(2)
Kejadian atresia koana kongenitalberkisar antara 1 dalam 5000 - 8000 angka
kelahiran hidup, di mana dapat terjadi
secara unilateral maupun bilateral.
Penutupan dapat terjadi secara parsial atau
total dan bisa berupa membran atau tulang.
Hampir 90% atresia koana adalah jenis
tulang sedangkan 10% adalah jenismembran.
(3-7)
Dalam 6 minggu pertama kehidupan,
bayi bernafas sangat tergantung pada
hidungnya. Hal ini disebabkan karena lidahbayi yang baru lahir mengisi hampir seluruh
rongga mulut dan epiglotis agak condong ke
depan dekat ke palatum mole. Anatomi ini
menyebabkan kebiasaan bayi untukbernafas melalui hidung dari pada mulut.
Dan untuk bernafas melalui mulut, bayi
memerlukan waktu untuk belajar yangbiasanya sekitar 4 6 minggu.
(3,4)Pada
atresia koana bilateral bayi tidak mampu
merubah kebiasaan ini tanpa menangis.Oleh karena itu atresia koana bilateral pada
bayi baru lahir merupakan hal yang
mengancam jiwa dan memerlukan
pertolongan yang cepat untuk
menyelamatkan hidupnya.(3,5,7)
Kami laporkan satu kasus atresia koana
bilateral kongenital yang terdiri dari tulangpada bayi perempuan usia 1 bulan dan
telah dilakukan rekonstruksi koana dengan
bor di sertai pemasangan stent plastik.
KEKERAPAN
Atresia koana kongenital terjadi antara1 dalam 5000 sampai 8000 kelahiran hidup,
tetapi bagai mana pun sukar untuk
menentukan insidens yang akurat karena
banyak bayi yang dispnea dan meninggal
segera setelah lahir akibat gagal bernafasmelalui hidung dan tidak terdeteksi.
Sebanyak 90% dari atresia koana kongenitalbiasanya berupa tulang dan sisanya adalah
membran. Unilateral lebih sering dari
bilateral dengan perbandingan antara
perempuan dan laki-laki adalah 2 : 1.(1,3)
ETIOLOGI
Kemungkinan kelainan kongenital ini
terjadi karena mukosa bukonasal ataubukofaringeal yang menetap. Pada minggu
ke-4 usia fetus, membran bukonasal yang
masih primitif gagal untuk robek sehingganantinya akan menjadi atresia koana
membran.(8)
Terbentuknya atresia koana bentuktulang adalah akibat perkembangan intra
nasal yang berlebihan pada tulang palatina
-
5/28/2018 hal_77-81-isi(1)
2/5
Penatalaksanaan atresia koana bilateral congenital 78
Majalah Kedo kteran And alas Vol.24. No.2. Juli-Desember 2000
ke arah horizontal dan vertikal. Atresiakoana bentuk tulang ini terdapat pada 90%
kasus dan mempunyai tebal yang bervariasi
antara 112 mm.(4,8)
GAMBARAN KLINIS
Pada atresia koana unilateral mungkin
tidak ada gejala dan jarang menimbulkangawat nafas dan biasanya di ketahui
belakangan karena sekret hidung terus
menerus atau hidung tersumbat pada satusisi.
(1,2,5,9-11) Pada bayi di curigai atresia
unilateral apabila sewaktu menyusu pada
ibunya dengan posisi tertentu, lubang
hidung yang normal tersumbat oleh
payudara ibunya sehingga bayi akan terlihatsulit bernafas sampai sianosis.(2,8)
Pada tipe bilateral akan segera terlihat
gejala gangguan pernafasan seperti nafasyang tersendat-sendat tidak teratur, tampak
biru kalau bibir tertutup atau sewaktu di beri
minum dan akan merah kembali jika bibirterbuka atau sedang menangis.
(2,5,11) Selain
kesulitan bernafas juga timbul kesulitan
sewaktu makan dan minum karena mulut
yang biasanya digunakan untuk bernafas
digunakan untuk makan / minum.
(11)
Jikabayi dapat bertahan hidup dengan bantuan
jalan nafas melalui mulut, gastric feedingtube, puting Mc Govern dan sebagainya,
bayi akan memperlihatkan gejala dan tanda
klasik atresia koana bilateral yaitu :(5)
1. bernafas melalui mulut yang konstan2. sekret hidung bilateral yang kental3. gangguan penciuman dan
pengecapan.
4. kurang gizi.5. gangguan bicara.Hampir 50% kasus atresia koana sering
disertai dengan kelainan-kelainan
kongenital lainnya, terutama pada kasus
yang bilateral.(2-4,12)
Bergstorm,mengemukakan istilah CHARGE untuk
kelainan yang sering berhubungan dengan
atresia koana yaitu : Coloboma blindness,
Heart disease (kelainan jantung), Atresia
koana, Retarded growth and development
(keterbelakangan mental dan
perkembangan), Genital anomalies in male(hipoplasia alat kelamin laki-laki) dan Ear
anomalies and deafness (gangguan
pendengaran).(3)
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan alloanamnesis, gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang. Dari allo-
anamnesis di ketahui penderita kesulitan
bernafas dan terlihat tersendat-sendat tidak
teratur. Bayi akan terlihat biru sewaktu bibirtertutup dan akan merah kembali bila mulut
terbuka atau sedang menangis.(2,3,8)
Pemeriksaan lebih lanjut dapatdilakukan :
(2,3,8)
Meletakkan kapas atau kaca di depanhidung. Bila terdapat udara.
kapas akan bergerak dan kaca akanberembun.
Memasukkan kateter karet melaluilubang hidung ke faring dan akan
terdapat tahanan. Pemeriksaan nasofaring secara digital. Pemeriksaan kaca rinoskopi posterior. Meneteskan metilen blue ke hidung
dan di lihat keberadaannya melalui
mulut. Pemeriksaan radiologi :
- Foto polos hidung lateral denganmemakai zat kontras dalam posisi
berbaring dapat menentukan
ketebalan atresia dari kontras dihidung dan udara di nasofaring.
- CT Scan dapat membedakan atresiabentuk tulang atau membran dandapat menentukan angulasi serta
tebalnya.
-
5/28/2018 hal_77-81-isi(1)
3/5
Penatalaksanaan atresia koana bilateral congenital 79
Majalah Kedo kteran And alas Vol.24. No.2. Juli-Desember 2000
PENATALAKSANAAN
Prioritas utama pada bayi baru lahir
adalah menjaga pernafasan melalui mulut
dengan memasukkan saluran udara plastik
ke dalam mulut bayi.
(2)
Alternatif lainadalah merekatkan puting karet botol bayi
(puting Mc Govern) yang dapat dilakukan
sampai 1 tahun untuk mendapatkanlapangan operasi yang lebih luas (2 kali
waktu lahir). Trakeostomi biasanya tidak
dilakukan kalau Mc Govern bisa dipasang.
(5)
Atresia koana dapat di koreksi dengan
tindakan bedah baik secara transnasal atau
transpalatal. Transnasal lebih sederhana
dan mudah dilakukan, tidak menggangguperkembangan palatum durum, operasi
sebentar, lebih sedikit perdarahan serta
dapat dikerjakan pada bayi yang sangatmuda usianya tetapi lebih sering
menyebabkan restenosis. Banyak ahli
berusaha mencegah stenosis kembalidengan pemasangan stent sampai terjadi
epitelisasi sempurna (2 5 bulan). Dapat
digunakan pipa berbentuk huruf U yang di
pasang di depan kollumella dan di beri
lubang di bagian depan untuk pernafasan.
(14)
Sedangkan transpalatal memberikan
visualisasi yang lebih baik denganinsidens restenosisyang lebih rendah.
(1)Ada
beberapa cara insisi palatum pada metode
ini tetapi yang paling sederhana adalah
insisi midline.(5)
Pada tipe membran, atresia dapat di
tembus melalui hidung dan di ikuti dengan
pemasangan stent selama 6 minggu. Pada
oklusi tulang perlu dilakukan perforasi danpemecahan dinding pemisah dengan bor,
pahat dan kuret serta seluruh tulang yang
menutupi harus di angkat.(13)
Pada atresia koana unilateral, tindakan
bedah dilakukan setelah pasien dewasa.
Metode transnasal biasanya memberikanhasil yang baik sehingga pendekatan
transpalatal jarang digunakan. Pada atresia
koana bilateral biasanya operasimenggunakan mikroskop atau alat
endoskopi, dengan selalu berpedoman pada
dasar hidung. Kesalahan kearah superior
dapat mengakibatkan terkenanya intrakranial (basis sfenoid) dan dapat timbul
komplikasi yang serius.(3)
PROGNOSIS
Prognosis pasien atresia koana bilateral
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :1.Banyaknya kelainan yang menyertai.
2.Jenis operasi yang dilakukan.
3.Komplikasi yang terjadi selama dan pasca
operasi.
LAPORAN KASUS
Pasien bayi W, perempuan, usia 1bulan datang ke Bagian THT RS HAM
tanggal 23 Mei 2000. Dari allo anamnesis di
jumpai adanya keluhan pasien terlihat sesak
dan membiru apabila di beri minum danmemerah kembali setelah menangis. Kedua
lubang hidung selalu berair sejak lahir dan
pasien kelihatan selalu bernafas melalui
mulut.
Pemeriksaan
Status praesent : KU / KP / KG : sedang /kurang. BB : 2,9 kg, dispnea (-), sianosis (-)
Status lokalisata :
- Hidung : Rh. Ant : kavum nasi lapang,mukosa : normal, sekret jernih
(+ ), massa (-).
-
5/28/2018 hal_77-81-isi(1)
4/5
Penatalaksanaan atresia koana bilateral congenital 80
Majalah Kedo kteran And alas Vol.24. No.2. Juli-Desember 2000
Rh. Post : koana tidak bisa diperiksa.
Dilakukan test dengan memasukkan
kateter karet melalui kedua lubanghidung tetapi tidak dapat lewat ke
nasofaring.
- Telinga dan Tenggorok : dalambatas normal.
Diagnosis banding
1. Atresia koana bilateral kongenital.2. Tumor koana.
Diagnosis
Atresia koana bilateral kongenital.
Rencana
Rekonstruksi koana dengan pendekatantransnasal.
Persiapan :- Hasil pemeriksaan CT Scan nasofaring
dan sinus paranasal :
Atresia koana bilateral
-
Konsul Kardiologi AnakTidak ada kelainan kardiologi .
- Konsul Bagian I. Peny. Matatidak di jumpai kelainan
Dilakukan operasi rekonstruksi koanapada tanggal 30 Mei 2000. Sebelum operasi
kavum nasi di evaluasi dengan endoskopi,
terlihat obstruksi berupa tulang yang di
tutupi mukosa pada kedua koana. Secarahati-hati dengan pedoman dasar hidung
daerah tersebut di bor dengan bor diamond
yang di beri pelindung pipa karet sampaitembus ke nasofaring. Dengan trokar lurus,
daerah tersebut dilebarkan secara hati-hati
sampai diameter 5 mm dan di kontroldengan jari di daerah nasofaring. Lalu
evaluasi kembali dengan endoskopi, melalui
trokar terlihat mukosa nasofaring. Kateterkaret dimasukkan melalui trokar ke
nasofaring terus ke mulut dan di ikat
ujungnya dengan benang, dan di tarik lagi
keluar hidung lalu trokar dikeluarkan.Terhadap ujung benang yang satu lagi
dilakukan hal yang sama pada lubang
hidung sebelahnya sehingga kedua ujungbenang keluar melalui kedua lubang
hidung. Kedua ujung benang dimasukkan
ke dalam pipa dari slang infus yang di berilubang-lubang kecil sepanjang 5 cm dan
dibengkokkan seperti huruf U, lalu
dikeluarkan kedua ujungnya di pertengahan
slang tersebut yang di lubangi 1 cm. Slang
dimasukkan ke dalam lubang hidung danbenang di ikat untuk fiksasi. Kontrol
perdarahan (-). KU post op : baik. Sewaktu
pasien sadar, bisa bernafas melalui hidung(di tes dengan kapas di depan hidung).
Terapi : - Inj. Ampisillin.
- Inj. Asam traneksamat.
FOLLOW UP
- 2 minggu post op: KU baik, sesak (-),
nafas melalui hidung, sekret jernih.
BB 3,9 kg, SL : Stent terpasang denganbaik. T/ : Anti biotik (oral).
- 4 minggu post op : Nafas adekuat melaluihidung, sekret jernih (+), BB : 4 kg.
- 8 minggu post op : Nafas adekuat melalui
hidung, sekret jernih (+), BB : 4,3 kg
Tindakan : stent dilepaskan.- 7 bulan post op : KU : Baik, nafas adekuat
melalui hidung.
PEMBAHASAN
Pada pasien ini diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala hidung yang selalu
berair, sukar bernafas, sukar minum danselalu bernafas melalui mulut. Waktu baru
lahir, pasien selalu menangis dan sering
sesak nafas sampai biru. Keadaan ini sesuaidengan gambaran klinis yang khas dari
atresia koana bilateral kongenital.(2,5,11)
-
5/28/2018 hal_77-81-isi(1)
5/5
Penatalaksanaan atresia koana bilateral congenital 81
Majalah Kedo kteran And alas Vol.24. No.2. Juli-Desember 2000
Pemeriksaan dengan kateter sangatmembantu mendeteksi kelainan ini. Dengan
CT Scan dapat di ketahui lokasi, komposisi
dan tebalnya atresia.(2,3,9)
Pada pasien ini dilakukan rekonstruksikoana melalui pendekatan transnasal karena
di nilai lebih aman, waktunya lebih singkat
dan perdarahan sewaktu operasi yangminimal.
(2)
Sewaktu melakukan bor pada atresia,
operator harus sangat berhati-hati olehkarena daerah operasi berdekatan dengan
basis kranii dan kollumna vertebralis.(5)
Selain itu alat naso endoskopi tidak bisa
menuntun langsung karena hidung bayi
kecil sekali sehingga tidak bisa dimasukkanbersamaan dengan bor.
Stent yang terbuat dari plastik di
pasang selama 8 minggu,(13)
dan selamafollow up memperlihatkan hasil yang baik.
KESIMPULAN
Telah dilaporkan satu kasus atresia
koana bilateral kongenital pada bayi
perempuan umur 1 bulan yang telah
dilakukan operasi rekonstruksi melalui
pendekatan transnasal dan pemasanganstent selama 8 minggu dengan hasil yang
baik.
KEPUSTAKAAN
1. Bailey BJ. Head and Neck Surgery -Otolaryngology. Vol.1. Philadelphia: JBLippincott Company, 1993.h.921
2. Cinnamond MJ. Choanal Atresia. Dalam:Adams DA, Cinnamond MJ, Ed. Scott -
Browns Paediatric Otolaryngology.
Edisi ke - 6. Great Brittain: ButterworthHeinemann, 1997.h.6/15/2-5.
3. Bluestone CD. Choanal Atresia. Dalam:Bluestone CD, Stool SE, Scheetz MD, Ed.Pediatric Otolaryngology. Vol.1. Edisi ke-
2. Philadelphia : WB Saunders Company,1990. hal. 727-8.
4. Goodwin WJ, Godley F. Choanal Atresia.Dalam: Lee KJ, Ed. Textbook of
Otolaryngology and Head and NeckSurgery. New York : Elsevier, 1989.h.228.
5. Montgomery WW. Surgery of theUpper Respiratory System. Edisi ke-3.
Philadelphia : Williams & Wilkins,1996.h.589-95.
6. Gates GA. Current Therapy inOtolaryngology Head and Neck
Surgery. Philadelphia : BC Decker Inc,1984.h.342-6.
7. Lore JM. An Atlas of Head and NeckSurgery. Edisi ke-3. Philadelphia: WB
Saunders Company, 1988.h.208-11.
8. Maran AGD. Diseases of the Nose, Throatand Ear. Edisi ke-10.Singapore: PGPublishing Pte Ltd, 1990.h.377-80.
9. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung,Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid 1.Edisi ke-13. Jakarta: Binarupa Aksara,1994.ha119-22.
10. Boeis. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta: EGC, 1993. ha1-27.
11. Ramalingam KK, Sreeramamoorthy B. AShort Practice of Otolaryngology. India:All India Publishers & Distributors,1990.ha153-4.
12. Kaplan LC. The Otolaryngologic Clinics ofNorth America. Vol.22. No.3. Boston:Williams & Wilkins, 1989.h.661-71.
13. Chaudhuri JN. Unilateral Choanal Atresia.Disampaikan pada XVI World Congress ofOtorhinology Head and Neck Surgery,Sydney,2-7 Juni, 1997.