edisi 81 (nopember 2010)

Upload: serikat-petani-indonesia

Post on 06-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    1/16

    Harga Rp. 2000

    Harapan di Hari Pangan Sedunia

    www.spi.or.id

    Edisi 81November 2010

    SPI Kecam PengusiranPetani di Jambi

    Reforma AgrariaBukan SekedarSertiikasi Tanah

    Petani PerempuanUjung TombakKedaulatan Pangan Sago Indra,

    Majelis Nasional Petani SPI

    " Petani adalah ujungtombak kedaulatan pangan"2 3 13

    INDEKS BERITA

    M I M B A R K O M U N I K A S I P E T A N I

    Kaum tani, baik laki-laki maupun permupuanmerupakan ujung tombak terciptanya kedaula-tan pangan di dunia. Selamat Hari PanganSedunia.

    JAKARTA. Setiap tahunnya, 16 Sep-tember diperingati sebagai Hari Pan-gan Sedunia. Tema Hari pangan se-

    dunia tahun ini adalah aksi melawankelaparan, dimana angkanya sudahmencapai satu milyar jiwa lebih.

    "Penyelesaian masalah kelaparandunia merupakan hal mendesak dankewajiban dari semua institusi sertapemerintahan pada setiap tingkatan.Untuk itu mari bersatu mengatasikelaparan" ungkap Jacques Diouf,Dirjen FAO (Badan Pangan Dunia)pada peringatan Hari Pangan Duniake-30 di Kantor Pusat FAO, Roma,Italia (15/10/2010).

    Henry Saragih, Ketua Umum Se-rikat Petani Indonesia menyebut-kan, kelaparan terjadi bukan karenaproduksi pangan tidak mencukupi,melainkan kurang didukung dandilindunginya akses petani untukmemproduksi pangan. Maka, yangdibutuhkan adalah konsep keaman-an pangan negara masing-masingyang lebih memberikan kekuatanpolitik kepada rakyat.

    "Yang lebih mendasar lagi, peng-hapusan kelaparan tidak bisa dica-pai dengan prinsip kompetisi danfundamentalisme pasar, tetapi den-gan prinsip solidaritas masyarakat.

    Inilah yang disebut dengan kedaula-tan pangan" ungkap Henry yang jugaKoordinator Umum La Via Campe-sina (Gerakan petani Internasional)ini.

    Harapan untuk mampu berdaul-at atas pangan adalah harapan yangbisa bersama kita wujudkan. Sela-mat Hari Pangan Sedunia.

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    2/16

    2 PEMBARUAN TANI EDISI 81 NOVEMBER 2010

    Penanggung Jawab: Henry Saragih Pemimpin Umum: Zaenal Arin Fuad Pemimpin Redaksi: Tita Riana Zen Redaktur Pelaksana &

    Sekretaris Redaksi: Hadiedi Prasaja Redaksi: Achmad Yakub, Ali Fahmi, Agus Rully, Cecep Risnandar, Tejo Pramono, Muhammad Ikhwan,

    Wilda Tarigan, Syahroni Reporter: Elisha Karni Samon, Susan Lusiana, Yudha Fathoni, Wahyu Agung Perdana, Tri Es Ningrum, Megawa,Andriana Keuangan: Sri Wahyuni Sirkulasi: Supriyanto, Gunawan Penerbit: Serikat Petani Indonesia (SPI) Alamat Redaksi: Jl. Mampang

    Prapatan XIV No. 5 Jakarta Selatan 12790 Telp: +62 21 7993426 Email: [email protected] Website: www.spi.or.id

    SPI Kecam RencanaPengusiran Petani di Jambi

    MERANGIN. Cukup ironis.Di saat euforia perayaan

    hari pangan sedunia yangdiperingati pada tanggal 16Oktober setiap tahunnya,lebih dari 8 ribu keluargapetani terancam diusir dandimusnahkan tanamannyaoleh Pemerintah KabupatenMerangin, Jambi.

    Sarwadi Sukiman, KetuaBadan Pelaksana Wilayah(BPW) Serikat Petani Indonesia(SPI) Jambi menjelaskanbahwa ancaman pengusiranini mulai diterima warga awal

    September lalu."Bupati Merangin, A.Nalim, melalui suratnya nomor522/710/Disbunhut/2010menyatakan lahan garapanpetani di sekitar TNKS (TamanNasional Kerinci Seblat-red)yang mencakup tujuh wilayahkecamatan adalah ilegalungkap Sarwadi.

    Sarwadi menjelaskanbahwa lahan yangdiperjuangkan oleh petanisekarang adalah eks HPH PTInjapsin dan PT Serestra IIyang terletak pada perbatasanTaman Nasional Kerinci Seblat(TNKS).

    Sejak akhir tahun 90-an lahan ini sama sekaliditinggalkan perusahaan-perusahaan itu. Oleh karenapada waktu itu perekenomiansedang cukup sulit, lahanterlantar tersebut dikerjakanoleh masyarakat. Pada waktuditinggalkan hutan sudah cukupgundul, jadi petani tidak cukupsusah untuk mengerjakannya

    jelas Sarwadi.Sarwadi kemudian juga

    menuturkan sudah beberapakali Pemkab setempat

    KONFLIK AGRARIA

    merencanakan pengusiranatas warga.

    Setidaknya, pria inimencatat ada dua kali yaknipada 30 September dan 15Oktober 2010 ini.

    SPI Jambi bersama 15lembaga dan organisasimasyarakat lainnya sudah duakali melakukan aksi penolakanpenggusuran 20 ribu Ha lahanpetani, yang pertama pada 29September dengan melakukanaudiensi ke redaksi mediamassa di Jambi" ungkapnya

    "Kemudian pada 13

    Oktober 2010 ini denganmelakukan aksi ke kantorDPRD Jambi. Aksi ke DPRD inijuga diikuti oleh perwakilanpetani dari tujuh kecamatantersebut tambah Sarwadi.

    Dia juga kembalimenambahkan suasanamencekam sempatmenyelimuti ribuan petanitanpa tahu kepastian apakahlahan tempat mereka mencarisesuap nasi akan digusur atautidak.

    Aparat keamanan yangkerap berlalu lalang di daerahsekitar lahan juga semakinmembuat warga was-was.

    Henry Saragih, Ketua UmumSPI menyebutkan seharusnyamelalui momen hari pangansedunia ini, pemerintahsemakin menyadari betapapentingnya arti petani bagipersediaan pangan dunia.

    Bayangkan saja, jikadelapan ribu keluarga petanitergusur, maka kira-kira akanada lebih dari 30 ribu jiwa yang

    akan menderita, kehilanganmata pencariannya danterancam kelaparan ungkapHenry.#

    Dapur Tani

    -Henry Saragih -

    Tanah untuk petani

    Untuk menyejahterakan petani, pemerintah perlu segeramelaksanakan landreform dengan membagikan tanah ke-pada orang-orang yang tak bertanah dan petani gurem.Kalau sebelumnya pemerintah menyebut angka 9,6 jutahektar untuk landreform, sebaiknya jumlahnya digenap-kan menjadi 10 juta hektar. Target ini harus dicapai selamalima tahun ke depan, dengan syarat tanahnya subur dantidak merusak hutan lindung.

    Rencana harus dimulai dengan membentuk badankhusus pelaksana landreform. Badan ini langsung di bawahpresiden dan diharapkan tahun 2012 petani sudah bisamenerimanya. Jika lahan 10 juta hektar itu didistribusikankepada empat juta kepala keluarga petani, masing-masingakan menerima 2,5 hektar. Multiefek positif akan terjadi

    mulai dari lapangan kerja yang tersedia hingga jumlah pen-duduk miskin yang meningkat kesejahteraannya. Pemerin-tah bisa mengambil tanah perusahaan perkebunan yangtelah berakhir masa hak guna usahanya atau melanggarundang-undang. Bisa juga tanah subur yang ditelantarkan.Yang penting, jangan mengulang kesalahan pemerintahanOrde Baru yang membagikan tanah tidak subur kepadatransmigran. Dasar hukum dilaksanakannya landreformadalah UUPA NO. 5 Tahun 1960 dan Pasal 33 UUD 1945. Se-mentara landasan kebijakan internasionalnya adalah hasilInternational Conference on Agrarian Reform and Rural De-velopmentyang dihasilkan FAO tahun 2006.

    Target organik

    Pemerintah Indonesia telah menetapkan tahun 2010sebagai tahun Go Organic. Kalau pemerintahan Orde Barusejak 1970 mentransformasikan pertanian tradisional kepertanian industrial lewat revolusi hijau, pemerintahanSBY harus mentransformasikan yang ada ke pertanian or-ganik yang berkelanjutan atau agroekologis. Tanah yangdidistribusikan melalui PPAN bisa untuk mengembang-kan pertanian organik. Sistem pertanian ini diyakini dapatmengurangi pemanasan global sebagai alternatif atas per-tanian industrial yang menyebabkan pemanasan global.

    Selanjutnya, pemerintah harus membatasi dan imporpangan. Ketergantungan pada pasar pangan dunia harusdihentikan. Kalau tidak, Indonesia akan terus dalam ceng-keraman spekulan pangan dunia.

    Kebijakan membatasi impor beras sejak 2004 harusdiikuti dengan bahan pangan lain, seperti kacang kedelai,gandum, jagung, gula, daging, dan susu. Karena itu, rencanamengimpor beras akhir tahun ini hendaklah dihentikan.

    Tulisan ini dimuat di harian Kompas, Jumat 24 September 2010Tolak Food Estate

    www.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    3/16

    3PEMBARUAN TANI EDISI 81 NOVEMBER 2010

    Reforma Agraria Bukan Sekedar Sertiikasi Tanah

    BOGOR. Penyerahan sertiika-si tanah oleh Presiden SusiloBambang Yudhoyono (21/10),di istana Bogor, kepada 5.141kepala keluarga petani Cila-cap bukanlah bentuk reformaagraria sejati.

    Hal ini disampaikan olehAgus Ruli Ardiansyah, KetuaDepartemen Politik, Hukum,dan Kemananan Serikat PetaniIndonesia (SPI), mewakili pulu-han petani SPI yang melakukanaksi menuntut reforma agraria

    sejati di depan istana Bogor.

    KEBIJAKAN AGRARIA

    Puluhan petani SPI DPC Sukabumi menggelar aksi di depan istana negara, Bogor(21/10).(Bawah) Walaupun berada di tengah teriknya matahari, massa SPI terus melaku-kan aksi hingga wakilnya diterima oleh pemerintah.

    Reforma agraria sejatiadalah ketika petani tak ber-tanah diberikan tanah untukmodal produksinya, bukanmalah membagikan sertiikattanah ujar Ruli.

    Seharusnya pemerintahlebih mengkonsentrasikan diriuntuk menyelesaikan konlik-konlik pertanahan yang dia-lami oleh petani tambah Ruli.

    Achmad Yakub, Ketua De-partemen Kajian Strategis SPImenambahkan bahwa reforma

    agraria sejati mensyaratkan

    adanya proses redistribusi la-han yang diperuntukaan sebe-

    sar -besarnya kepada petanigurem, buruh tani dan petanitak bertanah, yang kemudiandiikuti dengan akses petani te-hadap permodalan, teknologidan pasar.

    Kesemuanya itu didu-kung dengan pembangunaninfrastruktur pedesaan sep-erti, listrik, jalan, pendidikan,kesehatan. Jadi, tidak melaluisertiikasi saja. Sertiikat mer-upakan proses legalisasi tera-khir, ketika semua hal di atas

    telah dipenuhi tutur Yakub.Aksi yang diikuti olehpetani SPI asal Sukabumi inijuga mendesak agar pemerin-tah segera meredistribusikansegera 9,6 juta hektar tanah ke-pada rakyat tani melalui pem-baruan agraria nasional, men-tertibkan dan memberdayakan7,3 juta hektar tanah terlantaruntuk pembaruan agraria danproduksi pangan untuk kedaul-atan pangan, energi, dan peru-mahan rakyat, dan melindungipetani kecil berbasis keluargadan tolak korporotasi perta-nian (food estate).

    Massa aksi juga menuntutagar segera dibentuk Komisi

    Ad hoc Penyelesaian KonlikArgaria dan Pelaksana ReformaAgraria, adanya perlindungandan pemenuhan hak mendasarpetani serta akses terhadapsumber-sumber agraria, benih,pupuk, teknologi, modal, danharga produksi pertanian.

    Daripada memberikansertiikat, sebaiknya pemerin-tah menyelesaikan konlik per-tanahan, seperti yang terjadi didaerah kami, di Warung Kiara,Sukabumi, sehingga kami mam-

    pu melakukan produksi perta-nian yang bukan hanya untukmemberi makan keluarga kami,namun secara keseluruhanjuga memberi makan rakyat In-donesia dan rakyat dunia ung-kap Puloh Saeful Anwar, KetuaSPI Cabang Sukabumi.

    Massa aksi diterima olehStaf Khusus Presiden yangkembali berjanji akan segeramembawa aspirasi petani SPIdan membicarakannya secaralangsung dengan Presidendan pihak yang terkait, sepertiBPN.#

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    4/16

    4 PEMBARUAN TANI EDISI 81 NOVEMBER 2010

    KEBIJAKAN AGRARIA

    SPI Kecam Perpanjangan Kontrak Impor Beras

    JAKARTA. Serikat PetaniIndonesia (SPI) mengecamrencana pemerintah yang akanmemperpanjang kesepakatankerjasama perdagangan berasdengan Thailand karenaakan merusak perekonomiandaerah-daerah penghasil.

    Kami mengecam kebijakanpemerintah memperpanjangimpor beras dari Thailand, tegasHenry Saragih, Ketua UmumSerikat Petani Indonesia, Senin(04/10) di Jakarta.

    Kebijakan itu, menurutnya,sama sekali bukan merupakansolusi terbaik untuk mengatasiancaman ketersediaan pangandi Indonesia.

    Seperti diketahui, MenteriPerdagangan Mari ElkaPangestu menyatakan bahwapemerintah Indonesia akanmemperpanjang kesepakatankerjasama perdagangan berasdengan Pemerintah Thailand.Perpanjangan itu terkaitdengan kesepakatan kerjasamapengadaan beras sebanyak 1,5juta ton antar kedua negarayang dibuat pada 2007.

    Henry mengatakan,apapun alasannya, kebijakanini membuktikan hingga kinipemerintah belum memilikikebijakan yang jelas terhadap

    masalah ketersediaan pangan

    sejak periode pemerintahansebelumnya.

    "Sudah enam tahunpemerintahan SBY, tapi tidakmempunyai strategi dan targetuntuk memenuhi kebutuhanpangan. Sejak SBY berkuasa,kita selalu mengimpor berasterus" ujar Henry.

    Padahal, lanjutnya,kebijakan impor beras adalahkebijakan yang hanya bersifatjangka pendek tanpa pernahmenyentuh permasalahanmendasar para petani agarmampu memproduksi berasdengan maksimal untukmencukup kebutuhan pangannasional.

    Selain itu Henrymenganggap bahwakebijakan impor berastersebut menunjukkan bahwapemerintah tidak lagi memilikikepercayaan diri untuk mampumemenuhi ketersediaan berasdalam negeri.

    Pada 2008 lalu kami sudahmeragukan pemerintah yangmenyatakan kita swasembadaberas, tapi pemerintah tetapngotot mengatakan kita sudahswasembada. Kenyataannyakita malah impor terus,kataHenry. Swasembada beras,menurutnya, hanya dapat

    diciptakan dengan program-

    program pangan jangka panjangyang jelas, bukan dengan

    memanipulasi stok beras danmenyatakan bahwa Indonesiasudah mampu swasembada.

    Indonesia, katanya,sebenarnya sangat mampumemenuhi ketersediannyapangannya jika adakeinginan politik (politicalwill) yang konkrit daripemerintah, khususnyauntuk mengimplementasikanbeberapa kepentinganmendasar petani antaralain meredistribusikan 9,6juta ha tanah kepada petanimelalui Pembaruan AgrariaNasional, menertibkan danmendayagunakan 7 juta hatanah terlantar untuk reformaagraria dan kebutuhan pangan,energi serta perumahan rakyat,mindungi pertanian keluargaserta menekan korporatisasipertanian (food estate).

    Kemudian menyetopkriminalisasi terhadappetani dengan membuatUndang-Undang Hak AsasiPetani (UU HAP), serta

    mencabut UU Perkebunan,Kehutanan, SumberdayaAir, Pangan, Pertambangan,Penanaman Modal, Minerba,Konservasi Sumber Daya Alam,Perlindungan Lahan PertanianBerkelanjutan, Sistem BudidayaTanaman, PerlindunganVarietas Tanaman, Perikanan,dan Pengelolaan WilayahPesisir dan Pulau-Pulau Kecilkarena bertentangan denganPancasila, UUD 1945, dan UUPA1960.

    Selain itu pemerintahjuga sebaiknya membatalkanUU yang berpotensimerugikan kaum tani,seperti Rancangan Undang-Undang Pengadaan Tanah,Pertanahan, Hortikultura sertasegera bentuk Komisi Ad hocPenyelesaian Konlik Agrariadan Pelaksana Reforma Agraria.Lalu melindungi dan memenuhihak petani atas akses terhadapsumber-sumber agraria, benih,pupuk, tekhnologi, modal dan

    harga produksi pertanian.

    Karena itu SPI, lanjutnya,akan tetap berkukuh menolak

    impor beras dan telahmenyiapkan beberapa upayauntuk menekan rencanapemerintah tersebut. Salahsatunya adalah denganmengkampanyekan gerakananti beras impor kepadamasyarakat luas, khususnyakepada ratusan ribu oranganggota SPI.

    SPI juga, katanya, akanmendukung pemerintah-pemerintah daerah yangmenolak impor beras tersebut,khususnya daerah-daerahpenghasil, karena diyakininyaimpor akan merusak ekonomidaerah-daerah penghasilberas. ?ika impor beras masihdilanjutkan terus, upaya kitajuga akan bisa lebih jauh, Kitaakan memblok dimana beras-beras itu akan dimasukkan.Kita akan menutup tempat-tempat pemasukannya,tambahHenry.

    Menurutnya, pemerintahdapat melakukan banyakhal untuk menerapkan

    kebijakan jangka pendekguna mengantisipasi ancamankekurangan ketersediaanpangan, khususnya denganmelakukan pendistribusiantanah kepada para petanisesegera mungkin. Selandistribusi lahan, katanya,pemerintah juga harusmenjamin harga gabahditingkat petani dan membatasiruang gerak para pedagangberas menjadi spekulan.#

    Aksi tolak impor beras oleh SPI di Bulog, pada 2006 lalu

    UUPA No. 5TAHUN 1960

    UNTUK REFORMAAGRARIA SEJATI

    www.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    5/16

    PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 81 NOVEMBER 2010

    Perampasan Tanah Penyebab Kelaparan

    www.viacampesina.org

    GLOBALKAN HARAPAN, GLOBALKAN PERJUANGAN

    GLOBALIZE HOPE

    GLOBALIZE STRUGGLE

    ROMA. Salah satu agendautama pada sidang ke-36Komite Ketahanan PanganDunia (CFS) PBB di Romaadalah pembahasan tentangkepemilikan lahan dan sumberdaya alam. (11-16 Oktober2010).

    Beberapa tahun terakhirini, perampasan tanah olehinvestor swasta dan Pemerintah

    meningkat secara besar-besaran. Hal tersebut semakinmenjauhkan akses petani kecilterhadap lahan pertaniannya.Melalui struktur keuanganyang buruk, beberapa bankasal Eropa, Amerika dan Brasil

    malah berinvestasi dalamproyek perampasan tanah.Investasi ini jelas bertentangandengan citra bank-banktersebut di mata publik yanghijau dan ramah lingkungan.

    Henry Saragih, KoordinatorUmum La Via Campesina(gerakan petani internasional)yang hadir dalam sidangCFS tersebut menyebutkan,

    perampasan tanah cukupmelekat dengan modelagribisnis yang dipromosikanoleh lembaga-lembaga sepertiBank Dunia, IMF, IFAD, FAOatau Uni Eropa.

    Membuat peraturan-

    peraturan tidak jelasseperti investasi pertanianyang bertanggung jawab(responsible agricultureinvestment) yang diluncurkanoleh Bank Dunia tidak akanmenghentikan perampasan

    tanah, bahkan akan semakinmengesahkan pelanggaran hakasasi petani ungkap Henryyang juga Ketua Umum SerikatPetani Indonesia.

    Sebagai sebuah gerakanpetani internasional, La ViaCampesina menolak tegasbentuk baru penjajahanyang mencegah para petanimenyediakan makanan bagimasyarakatnya sendiri.

    Jadi, jika memang adakeinginan politik nyata, yang

    dapat memberikan solusiterhadap krisis pangan dimana sekitar 1 miliarorang menderita kelaparan hal yang sangat mendesakadalah munculnya kebijakanyang mendukung pertanianberkelanjutan ala produsenskala kecil (baca: petanikecil) dan menolak kebijakanpertanian berbasiskanagribisnis jelas Henry.

    Dalam rangka mencarisolusi atas kelaparan, dan

    menyediakan makanan yangsehat dan memadai untuksemua umat, akses akan lahanadalah satu hal yang tidak bisaditawar.

    Dalam sidang CFS tersebut,Henry juga menekankan

    pentingnya implementasihasil Konferensi Internasionaltentang Pembaruan Agrariadan Pembangunan Pedesaan(ICARRD) yang diselenggarakandi Brazil pada bulan Juni,2006.

    ICARRD menyorotipentingnya akses yang lebihtinggi, aman dan berkelanjutanterhadap tanah, air dan sumberdaya alam lainnya, serta reformaagraria untuk memberantaskelaparan kemiskinan.

    Bagi kami petani kecil,reforma agraria sejati berjalanapabila tanah pertaniandibagikan kepada petanigurem dan skala kecil, sertapemerintah mendukungagroekologi dan pertanian

    berkelanjutan. Ini juga berartipemerintah mampu melindungipasar nasional dan lokal darikomoditas internasionaldan pasar keuangan, sertamembangun cadangan panganlokal ucap Henry.

    Oleh karena itu, kamimendukung pengembanganpedoman kepemilikan lahandan sumber daya alam yangsecara aktif melibatkanOrganisasi MasyarakatSipil seperti yang sekarang

    diluncurkan oleh FAO sebagailangkah pertama. Namun, kamimendesak pemerintahan duniamelaksanakan sepenuhnyakomitmen yang tercantumdalam deklarasi akhir ICARRD tambah Henry.#

    Massa La Via Campesina menggelar aksi menolak perampasan tanah. Aksi

    ini dilaksanakan di Roma, Italia

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    6/16

    6 PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 81 NOVEMBER 2010

    Petani di Asia Tenggara, Asia Timur dan Asia Selatan:Situasi Politik, Ekonomi dan Budaya

    ANALISIS

    Asia Tenggara & Asia TimurPertanian memainkan

    peran yang sangat pentingdalam kehidupan orang-orangyang hidup di Asia Tenggaradan Asia Timur. Beberapanegara di region ini merupakannegara industri baru, tetapimasih memiliki ekonomi yangberbasiskan pertanian, sampaisaat ini sebagian besar negaradi region ini masih merupakannegara agraris. Di AsiaTimurmeliputi beberapanegara seperti Korea Selatan,Korea Utara, Jepang, Taiwan

    dan Cinamasyarakat yangtinggal di sana masih sangattergantung pada pertanian.

    Sebagian besar negara-negara di Asia timur sepertiKorea Selatan, Jepang, Taiwandan Cina, lebih dikenal secarainternasional karena produk-produk elektronik, kendaraan,permesinan dan garmen.

    Akan tetapi sejarah merekaberawal dari pertanian;kebudayaan pangan merekayang sangat unik (penggunaansumpit sebagai alat makan,atau secara spesiik sebagai alatmakan mie) mencerminkankebudayaan agraris yang telahberumur ribuan tahun. Bahkanpada saat ini Cina merupakannegara agraris dengan populasiterbesar di dunia.

    Region Asia Tenggaraterdiri dari Indonesia, Malaysia,Timor Timur, Filipina, Thailand,Vietnam, Laos, Kamboja,Brunei, Myanmar. Denganpengecualian negara pulaukecil komersial yaitu Singapura,negara-negara di region inimasih berupa negara-negaraagraris karena sebagian besarrakyatnya berprofesi sebagaipetani, terutama petani padi.

    Kehidupan petani di AsiaTenggara dan Asia Timursepanjang sejarah telahdipengaruhi oleh dinamikasosio-ekonomi dan situasipolitik di tingkatan nasionaldan internasional. Hal initelah mewarnai dan bahkanmembentuk struktur dan pola

    pertanian serta kehidupan

    para petani di daerah-daerahpedesaan.

    Selama Perang Dingin,persaingan hegemoni antararezim sosialis dan kapitalismemecah negara-negaramenjadi dua blok utama, halini mempengaruhi pertanianyang ada di negara-negarayang berada di Asia Tenggaradan Timur. Beberapa negarayang lebih dipengaruhi olehkomunisme menerapkanpertanian kolektif dengankendali pemerintah.Kebalikannya, pemerintahan-

    pemerintahan yang didukungoleh para kapitalis mendukungsistem pertanian individual.

    Land reform yang terjadipada masa ini juga sangatdipengaruhi oleh persainganantara dua ideologi tersebut; diCina dan Vietnam, land reformdipengaruhi oleh komunisme,sedangkan di Korea Selatan,Jepang dan Taiwan, landreform dipengaruhi oleh modelkapitalis.

    Beberapa negara memilikipengalaman yang serupa ketikapihak militer memainkan peranyang dominan. Dalam situasiini, para petani terutama diwilayah pedesaan menghadapiberbagai kesulitan karenadaerah-daerah merekadikontrol oleh militer yangtidak memberikan ruanggerak bagi para petani untukberorganisasi.

    Pembantaian yang seringterjadi pada masa ini terutamaterjadi di wilayah pedesaan danpara petani merupakan korbanutama. Ketakutan traumatispara petani akan peristiwaini masih bertahan sampaibeberapa dekade berikutnya,bahkan sampai saat ini.

    Situasi yang ada menjadisemakin rumit dengankeberadaan proyek-proyekbesar yang dikembangkan olehpemerintah yang menyebabkanpara petani kehilangankepemilikan mereka: mulai daritanah, sampai nyawa mereka.Proyek bendungan besar di

    Thailand dan Indonesia, sebagai

    contoh, membuat para petanikehilangan lahan mereka dan

    dalam beberapa kasus bahkankehilangan orang-orang yangmereka cintai karena tindakanrepresi.

    Negara-negara pada masaini sedang berjuang untukmencapai pertumbuhanekonomi yang tinggi melaluiproyek investasi besar. Tidakada satupun negara yangmemperhatikan komunitaspedesaan yang menderitasebagai hasil dari kebijakanini karena orientasi mereka

    ialah proyek-proyek industribesar baru. Pada saat itu Asiamendapatkan julukan macanekonomi baru dunia.

    Kegagalan komunismedi Uni Soviet dan runtuhnyatembok Berlin menandaisebuah fenomena barudimana negara-negara mulaimenerima demokrasi dengandukungan dari negara-negaraBarat. Beberapa negara masihmempertahankan identitasmereka sebagai negara sosialis,tetapi dalam kenyataannyak e b i j a k a n - k e b i j a k a npembangunan mereka sangatberorientasi kapitalis.

    Hal ini bermula ketikakrisis ekonomi menghantambeberapa negara Asia pada1996 dan situasi yang lebihburuk terjadi di Thailand,Indonesia, Malaysia, Filipinadan Korea Selatan ketika IMFmenawarkan beberapa paketekonomi neo-liberal untukmenyembuhkan perekonomiannegara-negara tersebut danmembawa mereka keluardari krisis, termasuk di dalampaket ini ialah penghapusansubsidi untuk pendidikan,penghapusan subsisdipupuk untuk para petani danpenghapusan bea masuk imporuntuk komoditas pangan.

    Proyek-proyek besarmerupakan penyebab darikrisis yang terjadi karenaproyek-proyek tersebutmenggunakan dana negaradan proyek-proyek tersebut

    runtuh seiring dengan luktuasi

    moneter internasional.Terdapat sebuah

    harapan besar bahwagelombang demokratisasidan restrukturisasi ekonomidapat terjadi setelah krisis.Sayangnya dua hal tersebuttidak pernah terjadi karenapemerintah sebagai sebuahbadan eksekutif masihmewarisi perilaku yang samadari masa lampau, sedangkanpara anggota legislatif yangbaru terpilih yang berasal daripartai politik didukung olehpara pelaku bisnis. Terdapat

    ruang baru bagi rakyatuntuk dapat menyampaikankepentingan mereka, tetapipemerintah tidak pernahmendengarkan dan hanyamelakukan usaha-usahauntuk mencapai kepentinganberorientasi neo-liberal yangmereka miliki.

    Mereka mempromosikaninvestasi asing danmemprivatisasi badan usahamilik negara, bahkan ketikadampak yang ditimbulkannyaakan memiskinkan kehidupanrakyat dan petani. Bukannyamendistribusikan sumberdaya ekonomi kepada rakyatagar mereka mampu memilikikehidupan yang lebih baik,seperti mendistribusikanlahan pertanian atau sumberdaya lainnya, pemerintahnegara-negara memberikansumber daya tersebut kepadap e r u s a h a a n - p e r u s a h a a nbesar, termasuk perusahaantransnasional.

    Sekarang para petanikehilangan lahan pertaniankarena mereka tidak mampumembayar pinjaman, sebabimpor komoditas pertanianbesar-besaran membanjiripasar lokal. Perempuandan kaum muda mulaimeninggalkan desa-desamereka untuk mencaripekerjaan di daerah perkotaanatau mereka menjadi buruhmigran di Taiwan, Hong Kongatau di beberapa negara TimurTengah yang kaya. Kemiskinan

    dan kelaparan telah menjadi

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    7/16

    7PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 81 NOVEMBER 2010

    Sambungan dari hal. 11 Setengah Abad ...

    situasi dominan di kawasanpedesaan karena ekspansiperusahan agrobisnis yangtelah mengendalikan sumberdaya pertanian seperti lahan,benih, teknologi produksi danpengolahan, serta jaringan

    distribusi.Di beberapa negara seperti

    Indonesia, Malaysia, Thailanddan Vietnam, beberapaproduksi komoditas pertanianmencapai surplus dibandingkandengan kebutuhan nasionaldan kemudian surplus inidijual ke pasar internasional.Akan tetapi, angka kelaparandi negara-negara ini terusmeningkat sepanjang tahunnya.Para petani masih bekerja dilahan pertanian, tetapi hanya

    sebagai buruh tani hariandengan bayaran rendah danmereka tidak mampu membelimakanan yang harganya terusmeningkat.

    Kasus terkini ialahpeningkatan harga kelapasawit setelah demam agrofuelmelanda kawasan tersebut;hal ini menyebabkan hargaminyak sayur / minyak gorengmeningkat drastis. Di negara-negara industri seperti Jepangdan Korea Selatan, para

    keluarga petani menderitakarena pemerintah merekamemprioritaskan penjualanbarang-barang industri sepertimobil dan barang-barangelektronik dibandingkandengan hasil produksi mereka.

    Satu-satunya harapan yangmasih ada di Asia Tenggaraakan peningkatan kualitashidup rakyat jelata ialahpembangunan gerakan rakyatyang kuat. Perjuangan landreform dan menuju kedaulatan

    pangan menjadi semakinpenting dan semakin kuat diAsia Tenggara dan Asia Timursetelah masyarakat menyadaribahwa keadilan hanyaakan dapat dicapai melaluiperjuangan para petani itusendiri.

    Asia SelatanSejak tahun 2004, isu-

    isu politik yang penting diregion ini ialah: FTA regionalyang bernama SAFTA; Krisispertanian akut yang melibatkan

    permasalahan subsidi,kesejahteraan masyarakatpedesaan yang menurun karenakebijakan-kebijakan yangtidak tepat, penanaman GMO,kontrol perusahan terhadappertanian, harga makanan

    pokok yang tinggi sedangkanharga komoditas pertanianyang rendah, dll; Selain itu,isu-isu yang lebih luas sepertiperjuangan melawan hukummiliter, perjuangan untukdemokrasi, kedaulatan pangan,lahan dan sumber daya alamserta ekologi juga merupakanisu-isu politik yang pentingdari perspektif rakyat.

    Di lingkup La Via Campesina,banyak hal terjadi di regionini. Peristiwa-peristiwa yang

    signiikan termasuk konferensiregional La Via Campesina yangdiadakan pada 20 Agustus - 2September 2005 di Horyana,India, Konferensi Regional yangsama pada 9 - 12 September2008 di Kathmandu, Nepal,serta Konferensi InternasionalKedaulatan pangan dan HAPdi Nepal pada 28 - 31 Agustus2007.

    Konferensi-konferensi lain,seminar, workshop, prosesi,demonstrasi dan blokade juga

    dilakukan di berbagai tempatdi Asia Selatan. Di Karnatakadan Delhi, India, berbagai aksi-aksi penting dilakukan terkaitdengan isu GMO, dumping sertapertanian organik. Sebuahseminar Kedaulatan pangandan Perubahan Iklim jugadiadakan di Dhaka, Bangladeshpada 28-20 November 2007.

    Tantangan utama bagiLa Via Campesina di tahun-tahun mendatang ialah untukmelawan agresi perusahaan

    transnasional yang telahmenargetkan sektor pertaniandan sumber daya alam.Berbagai kebijakan merusakdari Bank Dunia, IMF, ADB(Bank Pembangunan Asia) jugaakan menjadi tantangan besarbagi pertanian skala kecil.

    Tantangan besar lainnyaialah untuk menanganidampak perubahan iklim yangdiciptakan oleh negara-negaraindustri maju.#

    Petani Kecil,Pembela Keberagaman Pangan

    KEBIJAKAN AGRARIA

    NAGOYA. Petani kecil dariberbagai daerah di dunia(Asia, Eropa dan AmerikaUtara) berpartisipasi dalamPertemuan KeberagamanBiologis (Convention onBiological Diversity-CBD)COP10 di Nagoya, Jepang(21/10).

    Para petani yang mewakili

    La Via Campesina inimengembangkan tumbuhanpangan yang berbasiskanpertanian ekologis. Merekahadir di pertemuan ini untukmewakili jutaan petani kecilyang mempertahankankeanekaragaman hayati.

    Henry Saragih,Koordinator Umum La ViaCampesina menyebutkanbahwa saat ini bersamadengan keanekaragamanhayati, keanekaragaman

    tanaman pangan jugamenurun tajam.

    "Lebih dari 60 persendari populasi dunia hanyabergantung pada 4 spesiestanaman pangan sebagaisumber makanan (jagung,beras, gandum, dan kentang).75 persen dari spesies dibidang pertanian telahhilang" ungkap Henry.

    Henry jugamenambahkan, kehilangankeanekaragaman hayati

    membuat krisis pangan lebih

    buruk."Kita belum pulih dari

    krisis pangan global pada2008. Hampir semiliar orangmasih lapar. Perampasantanah dan ekspansiagrofuel oleh perusahaan dinegara berkembang telahmenyebabkan semakinhilangnya keanekaragaman

    hayati" tambah Henry.Ayumi Kinezuka, seorang

    petani perempuan dariNouminren (OrganisasiPetani Jepang-anggota La ViaCampesina) menyebutkanbahwa dalam melestarikankeanekaragaman hayati danmemastikan produksi pangandi masa depan, dunia harusmengandalkan petani kecil.

    "Pertanian berkelanjutanoleh petani kecil harusdipromosikan sebagai solusi

    sejati untuk melawan kelaparandalam rangka hilangnyakeanekaragaman hayati"ungkap Ayumi.

    Ayumi juga menambahkanbahwa peran petanidalam mempertahankankeanekaragaman hayati harusdipertahankan.

    "Jangan sampai mekanismepasar dilibatkan dalamrangka mempertahankankeanekaragaman hayati"tambah Ayumi.#

    Seorang petani perempuan Jepang, diantara para petani perempuan

    Bangladesh. Petani adalah pembela keberagaman pangan dunia.

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    8/16

    8 PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 81 NOVEMBER 2010

    KEADILAN IKLIM

    La Via Campesina Memobilisasi Massa, Menuntut Keadilan Iklim

    CANCUN. Lebih dari seribu

    perempuan, laki-laki, petani,masyarakat adat, masyarakatperkotaan dan masyarakatpedesaan yang terkenadampak kerusakan sosialdan lingkungan berencanamelakukan aksi berkaravanmenuju Cancun, Meksiko. (29November - 10 Desember2010). Aksi ini sebagai protesterhadap kelambanan negara-negara dominan dan kapitalisdalam merespon solusiperubahan iklim yang selama

    ini ditangani oleh UNFCC(Komisi PBB tentang KonvensiKerangka Perubahan Iklim).

    Aksi karavan inidiselenggarakan bersamaoleh National Assemblyof People Aected by theEnvironment (Majelis NasionalMasyarakat yang TerkenaDampak Lingkungan), La ViaCampesina, dan konvergensigerakan sosial yang beragamdari Amerika Serikat, Kanadadan Meksiko.

    Aksi karavan akan dimulai

    Aksi mendesak keadilan iklim di Kopenhagen,Denmark (November 2010)

    di San Luis Potosi menuju

    Guadalajara, Acapulco,kemudian bergabung dengangerakan pedesaan, perkotaandan mahasiswa di Meksikopada 30 November untukmenuntut keadilan lingkungandan sosial.

    Dua karavan lain akanberangkat dari Oaxacadan Chiapas dan akhirnyaberkumpul di Cancun padatanggal 3 Desember untukperesmian kemah petanidan masyarakat adat yang

    diselenggarakan oleh La ViaCampesina.

    Perjalanan karavan inimembawa isu-isu perjuanganlokal (ketidakadilan lingkungandan sosial) sehingga mampumenjadi pusat perhatiansebagai komunitas globaluntuk negosiasi iklim diCancun. Para peserta karavanakan mengkritik keras skandalsosio-lingkungan saat ini, sertamanuver pemerintah Meksikoyang melaksanakan mega

    proyek untuk "Mekanisme

    Pembangunan Bersih (Clean

    Development Mechanisms-MDL)" yang sebenarnyamenghancurkan masyarakatdan lingkungan. Misalnyaadalah kasus industri besarpeternakan babi sepertiSmithield, produksi agrofueluntuk pesawat terbang,"semi-remediasi" dari tempatpembuangan sampah udaraterbuka, serta bendunganbesar dan ekstensi transgenikbaru.

    Henry Saragih, Koordinator

    Umum La Via Campesinamenyebutkan bahwa petani LaVia Campesina akan bergabungdalam solidaritas karavan iniuntuk melawan keserakahankorporasi dengan dalihperubahan iklim.

    "Para pemimpin dari Asiajuga akan bergabung denganorang-orang yang terkenadampak proyek MDL diMeksiko dan Amerika Utara. Dinegara saya, Indonesia, ribuanorang juga berjuang melawan

    proyek-proyek komersial yang

    bukan hanya menghancurkan

    mata pencaharian namun jugamenghancurkan lingkungansekitar" ungkap Henry.

    Josie Riaud, seorangpemimpin organisasi petaniasal Perancis yang merupakananggota La Via Campesinamenekankan bahwa solusi yangdibahas dalam pembicaraaniklim ini sangat menakutkan.

    "Kami diberitahubahwa beberapa proyekakan membantu mengatasikekacauan iklim saat ini,

    tapi ternyata hanyalah ilusi.Kami melihat peningkatanperkebunan monokultur,rekayasa genetika, perkebunanagrofuel, dan perampasantanah, yang semua ini akan lebihmeningkatkan kehancuran"ungkap Josie.

    Henry Saragihmenambahkan, di Cancun nanti,La Via Campesina dan aliansinyaakan menyelenggarakan"Forum Alternatif Globaluntuk Kehidupan, Lingkungan

    dan Keadilan Sosial", padatanggal 3-8 Desember, denganmobilisasi massa petani,masyarakat adat dan gerakansosial pada tanggal 7 Desember2010.

    "Pada saat yang sama, baikdi Cancun dan di seluruh dunia,puluhan ribu massa dari seluruhorganisasi rakyat di dunia akanmelakukan mobilisasi danmenciptakan "ribuan Cancun"untuk menentang solusi palsuterhadap perubahan iklim dan

    mempromosikan solusi nyata"tambah Henry yang juga KetuaUmum Serikat Petani Indonesia(SPI).#

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    9/16

    9PEMBARUAN TANI EDISI 81 NOVEMBER 2010

    KEBIJAKAN AGRARIA

    (Atas) Elisha Karni (kiri) dalam forum AEPF 2010, di Brussels-Belgia(Bawah) Suasanan dengar pendapat dengan parlemen Uni Eropa

    Menantang dan Menghapuskan Kekuatan Korporat:Forum Masyarakat Asia dan Eropa ke-8

    BRUSSELS. Tahun ini,

    penyelenggaraan ForumMasyarakat Asia dan Eropa( Asia Europe Peoples Forum-AEPF) memasuki tahun kedelapan sejak dimulai diBangkok tahun 1996, sejalandengan dimulainya pertemuanAsia Eropa (Asia EuropeMeeting-ASEM) pertama.

    Jika ASEM merupakanpertemuan para pemimpinnegara-negara Asia dan Eropauntuk membahas kerjasamapolitik, sosial ekonomi dan

    budaya di kedua region ini,maka AEPF merupakan forumpertemuan gerakan sosial,masyarakat sipil, aktivis danakademisi dari kedua regionyang mencoba melihat danmemberikan masukan bagipermasalahan politik, sosialekonomi dan budaya darikacamata yang berbeda.Tujuan diselenggarakannyaAEPF ini agar masyarakat AsiaEropa dapat ikut terlibat danmemberikan rekomendasi bagi

    perundingan yang berlangsungdi dalam ASEM.AEPF tahun ini

    diselenggarakan di Brussels,Belgia dari tanggal 2-5Oktober 2010, 2 hari sebelumdimulainya pertemuan ASEM.Forum ini dihadiri lebih dari250 perwakilan organisasimasyarakat, gerakan sipil,NGOs, aktivis dan akademisidari kedua region.

    Tema utama AEPF ke-8ini adalah Menantang dan

    Menghapuskan KekuatanKorporat: Membangun Negaradari dan untuk Rakyat.Tema ini dipilih melihatsemakin besarnya dominasikorporat dalam berbagaisektor kehidupan masyarakat,bahkan menentukan berbagaikebijakan domestik, regionalmaupun internasional. Daritema utama ini, terdapat empattopik besar yang menjadi fokuspembahasan selama forumini, yaitu Perdagangan danInvestasi, Kelayakan Kerja

    dan Perlindungan Sosial,

    Kedaulatan Pangan danPerubahan Iklim yang terkaitdengan rencana perluasanperdagangan bebas di keduakawasan ini.

    Dalam forum ini, SerikatPetani Indonesia (SPI) diwakilioleh Mae Azhar Ketua CabangSPI Cirebon dan Elisha Kartinistaf Departemen KajianStrategis Nasional SPI. Merekamendapat kesempatan untukmenyampaikan dampakperluasan perdagangan bebasdi kedua kawasan ini yang

    dapat mengancam kedaulatan

    pangan dan meningkatkankonlik agraria denganmeluasnya dominasi industriagribisnis.

    Melalui forum ini semakindisadari bahwa praktekperampasan tanah dan konlikagraria meningkat di sejumlahnegara di Asia selain Indonesia,India, Kamboja, Philipina,Thailand juga mengalami halserupa. Sementara itu di Eropajumlah petani terus berkurangdigantikan oleh industriagribisnis yang semakin besar

    ucap Kartini.

    Pesatnya perluasanperkebunan monokultur,khususnya kelapa sawit diIndonesia yang menyebabkanpeningkatan konlik agrariajuga disampaikan di hadapanPerdana Menteri Belgia YvesLeterme dan Kepala DirektoratJenderal Pertanian Komisi UniEropa Leonard Mizzi.

    Atas dasar itulah makadalam rekomendasi yangdisampaikan di ASEM forummasyarakat Asia Eropa ini

    mendorong pemerintahAsia dan Eropa untuksegera mengambil tindakanyang dibutuhkan untukmenghentikan perampasandan akusisi tanah secarapaksa, menghentikan promosiproduksi dan pemanfaatanindustri agrofuel, danmengambil tindakan untukmenghentikan spekulasi hargabahan pangan secara globalungkap Mae Azhar.

    Selain mengikuti

    pertemuan AEPF ke-8 ini,SPI bersama 120 delegasiorganisasi masyarakat danNGO juga mengikuti DengarPendapat Terbuka dengan temaBeyond Free Trade: Alernativefor EU-Asia Relations?dengan Parlemen Uni Eropapada hari terakhir pertemuanyang difasilitasi oleh anggotaparlemen dari kelompokEuropean United Left danNordic Green Left.

    Dalam dengar pendapat

    tersebut para delegasimasyarakat sipil menyorotiberbagai kebijakan Uni Eropayang mempengaruhi kehidupanpolitik, sosial, ekonomi danbudaya secara global danmendesak parlemen untukmengawasi dan mencabutkebijakan-kebijakan yangdikeluarkan Komisi Uni Eropadan negara-negara anggotayang dianggap merugikankehidupan masyarakat negara-negara berkembang, secarakhusus di Asia.#

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    10/16

    10 PEMBARUAN TANI EDISI 81 NOVEMBER 2010

    HARI PANGAN SEDUNIA

    Rangkaian Kegiatan SPI pada Peringatan Hari Pangan Sedunia ke-30

    LOMBOK TENGAH. Dalamrangka memperingati Hari

    Pangan Sedunia yang ke-30, Serikat Petani Indonesia(SPI) melaksanakan berbagairangkaian kegiatan yangdipusatkan di Nusa TenggaraBarat (NTB). Kegiatantersebut diawali denganambil bagiannya SPI padastand Kampung Mandiri padaPameran Nasional Hari PanganSedunia yang dilaksanakan diKecamatan Puyung, KabupatenLombok Tengah, Nusa Tenggarabarat (20/10). Dalam pamerantersebut salah seorang kaderSPI dari Dewan PengurusCabang (DPC) Lombok Utaraturut mendemontrasikanpembuatan pupuk cair kepadapengunjung yang memadatistand Kampung Mandiritersebut.

    Puncaknya pada 23Oktober, SPI melaksanakanseminar nasional bersamadengan Solidaritas Perempuan(SP) NTB dengan tema PetaniPerempuan Pelindung BenihLokal,dalam menegakkan

    kedaulatan Pangan.Wilda Tarigan, Ketua

    Departemen Petani PerempuanSPI menyatakan bahwaseminar ini bertujuan untukmengajak semua pihak supayamenghidupkan kembalibudaya penyimpanan benihdan pemuliaan bibit yangsecara turun-temurun menjadipengetahuan dan kearifanlokal yang dimiliki oleh petaniperempuan.

    Namun nyatanya, teknologi

    pertanian yang dikembangkanoleh penganut revolusi hijautelah mencampakkan berbagaitradisi dan ritual yang menjadikebanggaan petani perempuanungkap Wilda.

    Seminar tersebut jugamenghadirkan narasumberdari Badan Ketahanan PanganNTB dan Dinas Pertanian NTByang menyebutkan bahwaperlu untuk menerapkanpangan yang beragam yangtidak terpaku pada konsumsi

    pokok beras, dan akan sangat

    efektif bila diterapkan padaanak-anak sejak usia dini,

    karena ini diyakini lebih efektifketimbang menerapkannyapada orang dewasa.

    Seminar ini jugadimeriahkan dengan teatrikalbudaya pemuliaan benih danritual turun taman dalam adatSuku Sasak, yang dibawakanoleh para petani perempuanadat Sasak.

    Selanjutnya, rangkaiankegiatan peringatan HariPangan di NTB ini ditutupdengan dialog interaktifselama dua jam di salah satustasiun radio lokal yang cukupmendapat respon positif daripendengar radio tersebut.

    Komitmen pemerintahuntuk mengatasi persoalanpangan melalui kebijakanketahanan pangan ternyatatidak mampu mengatasipersoalan krisis pangan saatini, kebijakan tersebut terbuktigagal. Maka, Pemerintah harussegera mengadopsi konsepkedaulatan Pangan dalamkebijakan pangan di Indonesia,

    dan segera melaksanakanpembaruan agraria yangmerupakan syarat utamateratasinya semua persoalanpangan di Indonesia tegasWilda yang menjadi narasumberpada dialog tersebut.#

    (Atas) Kader SPI menunjukkanhasil ladangnya di depan pesertaSeminar Nasional dengan tema PetaniPerempuan Pelindung Benih Lokaldalam Menegakkan Kedaulatan Pangan.(Bawah) Benih organik hasil Pusdiklat

    Pertanian Berkelanjutan milik SPI yangdipamerkan dalam perayaan HariPangan di Lombok(Bawah) Stan pameran SPI di Lombok

    Situsnya petani SPI:www.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    11/16

    11PEMBARUAN TANI EDISI 81 NOVEMBER 2010

    PEJUANG TANI

    Wagimin: Petani Selalu Dihitung, tetapi Tidak Pernah Diperhitungkan

    (Atas) Wagimin, Ketua Badan Pelaksana Wilayah (BPW) Serikat Petani Indonesia(SPI) Sumatera Utara(Bawah) Wagimin (kanan) sedang memotong nasi tumpeng, memperinga HariUlang Tahun SPI ke-10 (2008) yang lalu

    TOLAK IMPOR BERAS ! ! !www.spi.or.id

    MEDAN. Petani selaludihitung tetapi tidak pernah

    diperhitungkan inilahungkapan sering disampaikanWagimin, Ketua BadanPelaksana Wilayah (BPW)Serikat Petani Indonesia (SPI)Sumatera Utara (Sumut), dalamsetiap kesempatan. Ungkapanini bukan sebuah ungkapantanpa makna. Jika ditanyakanmakna dari ungkapantersebut, laki-laki kelahiranTebing Tinggi, Sumatera Utaraini langsung bersemangatmenjelaskannya.

    Saat ini banyak golonganyang sering memanfaatkanpetani untuk kepentinganpribadi ataupun kepentinganpolitis lainnya. Merekaselalu menghitung jumlahpetani tanpa pernahmemperhitungkan hak-hak petani. Hal ini yangmemperlemah posisi tawarpetani ungkap pria kelahirantahun 1978 ini.

    Bapak empat orang anakini sudah cukup lama malangmelintang di SPI, bahkan

    dia merupakan salah satudeklarator terbentuknyaSerikat Petani Sumatera Utara(sekarang melebur menjadiSPI).

    Berawal dari permasalahanyang dihadapi oleh masyarakatDusun III Bukit Kijang DesaGunung Melayu KecamatanRahuning Kabupaten Asahan, tempat beliau berdomisilihingga saat ini yangmengalami sengketa lahandengan seorang pengusaha,

    Wagimin muda sudah aktifdalam memperjuangkan hakpetani atas tanah.

    Dalam perjalananperjuangan kasus tanah yangdialaminya, beliau bertemudengan salah satu aktivisYayasan Sintesa (LSM petani)

    dan selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

    Yayasan Sintesa mulai daripertemuan rutin sampai kepadastrategi perjuangan yang harusdijalankan pada waktu itu.

    Sebenarnya sebelumbertemu dengan para aktivis-aktivis dari Sintesa, kami(petani Dusun III Bukit Kijang)sudah ditawari ganti rugi olehpihak perusahaan yang inginmerampas tanah petani, namunkami (petani) menolaknyakenangnya.

    Rasa ingin tahu dansemangat belajar yang besaryang mendasarinya mengikutisemua kegiatan-kegiatanuntuk membangun organisasigerakan kaum tani. Berbagaijabatan struktur organisasidari sejak bentuk organisasifederatif hingga unitaris pernahdia emban. Keinginan danharapannya adalah gerakanorganisasi tani semakin kuat.

    Bersama masyarakatdesanya, Wagimin juga berhasilmengembangkan koperasi SPIyang memiliki asset Rp 1,2

    Milyar.Koperasi SPI ini bernama

    Koperasi Kijang Mas yangtelah ada sejak tahun 1996.Dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)rata-rata sebesar Rp 80 jutasetiap tahunnya, koperasiini benar-benar mampumemperbaiki taraf hidup petanisekitarnya ungkap Wagimindenganbangga.

    Ke depannya tantanganyang dihadapi petani akansemakin banyak sehingga

    kita harus memperkuat danmenggalang kekuatan kaumtani. Hanya dengan gerakantani yang kuat, petani akanmemiliki posisi tawar yangkuat juga, baik dari segi politikmaupun dari segi sosial,ungkap Wagimin.#

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    12/16

    12 PEMBARUAN TANI EDISI 81 NOVEMBER 2010

    Melawan Kelaparan

    ANALISIS

    JAKARTA. Bertepatan denganperingatan Hari Pangan

    Sedunia 16 Oktober, sayaingin mengangkat kembalibeberapa pertanyaan yangsangat mengganggu banyakorang sejak terjadinya krisispangan di tahun 2008:Apakah di dunia ini tak cukuppangan? Lalu, mengapa angkakelaparan terus meningkathingga melewati satu milyarpada tahun 2009?

    Menurut banyak pihak,termasuk FAO, PelaporKhusus Perserikatan Bangsa-

    Bangsa (PBB) untuk hak ataspangan, serta gerakan petaniinternasional La Via Campesina,menyatakan bahwa duniamemproduksi cukup pangan.Sementara, akses terhadappangan tersebutlah yangsulitterutama rakyat miskinyang tak sanggup membelimakanan.

    Lebih lanjut lagi, sejaktahun 2006 hingga 2008 terjadibanyak spekulasi komoditaspangan di pasar internasional.Bertepatan dengan fenomenatersebut, terjadi pula eskalasipromosi agrofuelyangmengubah produksi panganmenjadi bahan bakar.

    Jika merunut pertanyaan diatas, maka potongan kunci dariteka-teki penyebab masalahkelaparan bisa kita lihat daricorak produksi dan pasarkomoditas pangan.

    Dengan jumlah kelaparanpada tahun ini yang mencapai925 juta jiwa, artinya ada yangsalah pada sistem produksi

    pangan. Faktanya dengancorak produksi konvensionalsaat ini, pangan dialirkan daridaerah yang penuh kemiskinandan kelaparan menuju daerahyang makmur dan kelebihanpasokan. Dalam pasardomestik, pangan diproduksidari daerah pedesaan dandialirkan ke daerah perkotaan.Dalam pasar internasional,banyak komoditas pangan jugadiekspor dari negara-negaramiskin dan berkembang dan

    dialirkan ke negara-negara

    maju.Produksi pangan juga

    cenderung menjadi homogendan tidak sehat, ditandaidengan busung lapar danmalnutrisi di satu sisi ekstrimdan obesitas, diabetes, jantungdan kanker di sisi ekstrim lain.

    Pada masa revolusi hijau,p r o d u k s i p a n g a n

    membludak.

    Namun dalamtiga dekade belakangan,hasil produksi pangancenderung luktuatif dan adakecenderungan menurun dibeberapa daerah, seperti kasusIndia (Kundu et al., 2007).Masalah lain yang tak kalahpelik adalah ketergantunganpetani pada input eksesifagrokimia, serta degradasilingkungan.

    Produksi pangankonvensional juga cenderung

    diusahakan dengan model

    estate atau agribisnis. Tanah-tanah subur jadi didominasi

    oleh negara atau perusahaanswasta.Dalam corak produksi

    macam ini, pemenuhan pangandomestik sering kali diacuhkan.Dalam aturan pasar, panganharus dijual untuk meraupproit sebesar-besarnya.

    Inilahy a n g

    t e r j a d ip a d a

    k r i s i spangan 2008,

    juga terjadipada kasus minyak goreng diIndonesia pada tahun yangsama. Pada umumnya dinegara-negara berkembangseperti kita, orientasi untukcorak produksi ini adalaheksporterutama pasca rejimOrganisasi Perdagangan Dunia(WTO).

    Jika pangan masuksebagai objek spekulasipasar dan orientasi ekspormendorongnya menjadi mahal,

    maka yang sangat dirugikan

    adalah orang miskin. DiIndonesia, pendapatan keluarga

    di bawah garis kemiskinan2010 (Rp 212.210 per orangper tahun) tersedot 73 persenhanya untuk konsumsi pangan.Kita semua bisa membayangkansisanya yang tidak mencukupikebutuhan lain, sepertipendidikan dan kesehatan.

    Yang lebih menyedihkan,menurut Gugus KerjaMillenium DevelopmentProject PBB, 80 persen daripenderita kelaparan di duniaadalah rakyat pedesaan.

    Sekitar 50 persen dari merekaadalah petani kecil (UNDP,2005). Masalah ini sangat khasditemui, terutama di negara-negara berkembang danprodusen panganistilahnya tikus mati kelaparan dilumbung padi . Ironis, merekayang merupakan tulangpunggung produksi panganadalah mereka yang palingrentan menderita kelaparandan malnutrisi.

    Menurut laporan ETCberjudul Peasants feed theworld today (2009), ada sekitar1,5 milyar petani kecil dengan380 juta usaha tani di seluruhdunia, 800 juta berkebun, 410juta berburu dan meramu,190 juta menggembala, dan100 juta nelayan. Sekitar370 juta dari mereka semuaadalah masyarakat adat. Jikadikumpulkan, maka jumlahnyamewakili 50 persen totalpopulasi dunia.

    Hal ini menunjukkanpotensi pertanian kecil untuk

    memenuhi kebutuhan pangandunia, dengan catatan corakproduksi dan sistem pasar bisadikoreksi.

    Hal ini penting karenahingga saat ini terjadimiskonsepsi yang menyatakansistem pertanian konvensionaladalah yang paling produktif.Studi pada beberapa tahunbelakangan menyatakanbahwa: (1) pertanian skalakecil lebih produktif dari skala

    Bersambung Ke Halaman 13

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    13/16

    13PEMBARUAN TANI EDISI 81 NOVEMBER 2010

    Petani Perempuan Ujung Tombak Kedaulatan Pangan

    PETANI PEREMPUAN

    BANTEN. Petani perempuanberkontribusi besar dalammencapai kedaulatanpangan, hal tersebutdisampaikan Elisha Kartini,staf Departemen KajianStrategis Serikat PetaniIndonesia (SPI), pada diskusiyang diselenggarakan biropetani perempuan wilayahBanten dalam rangkamemperingati Hari Pangan

    Sedunia dengan tema PetaniPerempuan Ujung TombakKedaulatan Pangan, di desaCilukut, Kecamatan Cileles,Kabupaten Lebak, Banten(21/10).

    Kartini menyatakanpetani perempuan sebagaipelindung pangan lokaldan melestarikan benihlokal, sebagai pemilik lahan,petani layaknya mempunyaihak untuk mengembangkandan memberdayakan jenis

    benih lokal. Selain itu,

    Sambungan dari hal. 11

    Setengah Abad ...

    besar (Rosset, 1999); dan(2) pertanian agroekologi,berkelanjutan dan/atauorganik juga produktif, dandalam banyak kasus lebihproduktif dari sistem pertanian

    konvensional (Badgley et al.,2007).

    Dengan demikian,sudah tidak seharusnyakita menggantungkan dirikepada model pertaniankonvensional. Kaum tani (danpemerintah) harus mulaimenggeser corak produksimenuju agroekologi dan/ataupertanian organik. Bayangkanpotensi ekonomi desa jikainput produksi seperti pupuk(jika disinkronkan dengan

    peternakan) dan pestisida bisadiusahakan sendiri di sana.Selain biaya produksi bisadipotong, ekonomi desa jugabisa semakin bergairah.

    Selanjutnya, pemerintahharus memperhatikan petanikecilyang saat ini secaranasional rerata kepemilikantanahnya tinggal 0.4 hektar.Program seperti food estatedi Indonesia harus dievaluasiulang, karena selain memakaimindset usang, sistem ini

    hanya akan membuat rakyatIndonesia menjadi kuli di atastanahnya sendiri. Kurang jelasapa lagi pengalaman kita, mulaidari cultuurstelselhingga krisispangan 2008 ?

    Kita harus mulaimengubah pandangan. Lebihbaik berkonsentrasi saja padaproduksi pertanian kecilberbasis keluarga sembarimelaksanakan redistribusitanah dan suntikan insentifuntuk mereka. Denganmengikutsertakan petani kecilsebagai subyek perubahan,bisa menjadi upaya menepuktiga lalat. Selain di sisi produksimembaik, corak produksiagroekologi dan/atau organikjuga ramah lingkungan,dan tentunya berkontribusimelawan masalah kelaparandunia.

    Muhammad Ikhwan,Ketua Departemen Luar Negeri,Serikat Petani Indonesia (terbitdi Harian Koran Tempo, Sabtu

    16 Oktober 2010)

    pemberdayaan benih lokaljuga merupakan upaya untukmemandirikan petani yangkemudian akan membawamereka pada peningkatankesejahteraan.

    Secara sadar, petani yakinbahwa pada hakekatnyaRevolusi Hijau membawamereka semakin dekat padaancaman tidak produktifnyalagi lahan mereka dikarenakan

    ketergantungan atas inputkimia untuk tanah antara lainpestisida dan pupuk kimia.

    Revolusi Hijau jugaberdampak pada meningkatnyaketergantungan petani padakekuatan modal sehinggaperlahan petani kehilanganhak dan kedaulatannya yangmeliputi: hak atas tanah, hakatas atas air, hak atas benih,hak atas teknologi, dan hakatas berorganisasi. Mengenaihak berorganisasi,

    Kartini menuturkan

    pentingnya perempuanberorganisasi, alasannyaantara lain, kader petaniperempuan bisa menjadipendidik bagi sesamanya,banyak kepentingan yang akandiperjuangkan, meningkatkankemampuan ekonomipetani perempuan, sertamemperjuangkan kesetaraangender di masyarakat.

    Selain diskusi, peserta

    membawa kreasi produkpangan lokal, yang dinikmatisetelah acara usai anggotapetani perempuan,

    Semoga Petani perempuandi wilayah Banten dapatbersatu untuk menambahekonomi keluarga, serta dapatmenerapkan sistem pertanianorganik untuk menjagakedaulatan pangan, tutur mala,anggota petani perempuan SPIBasis Cileles. #

    Peserta diskusi hari pangan oleh Biro Petani Perempuan DPW SPI Banten (21/10) yang tahun ini mengambil tema "petaniperempuan ujung tombak kedaulatan pangan"

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    14/16

    14 PEMBARUAN TANI EDISI 81 NOVEMBER 2010

    HARI TANI 24 SEPETEMBER

    Utamakan Pertanian Rakyat:Perjuangan Setengah Abad Hari Tani Nasional

    JAKARTA. Tahun ini, tanggal24 September lalu kita akan

    merayakan 50 tahun lahirnyaUndang-undang Pokok AgrariaNo.5/1960, yang diperingatisebagai Hari Tani Nasional.Penetapan Hari Tani ini untukterus mengingatkan kita bahwapetani adalah salah satu sokoguru bangsa ini yang kerapdilupakan. Semangat dariUUPA No. 5/1960 ini bertujuanmembongkar ketidakdilanstruktur agraria dan membawakemakmuran bagi rakyatIndonesia yang sebagianbesar bergantung pada sektorpertanian. Semangat yangmasih relevan hingga hari ini.Begitu besarnya perlindunganterhadap petani dalam undang-undang ini dengan menegaskanbahwa tanah-tanah pertanianditujukan dan diutamakan bagimereka yang menggarapnya.

    Sangat disayangkan bahwakemudian desain pembangunanIndonesia luput melihat salahsatu potensi terbesar yangdimilikinya. UUPA di peti eskan, dan kemudian keluarlahsejumlah undang-undang yangmenjual kekayaan alam kitadengan berbagai mekanismeperjanjian kontrak karyadipertambangan, kehutananserta perkebunan. Perusahaan-perusahaan mulai masuk kedalam perkebunan besar, dankhusus pertanian panganmelalui benih-benih dan inputpertanian lainnya.

    Upaya mendorongpembangunan pertanian cobadidorong dengan cara instan

    melalui program revolusi hijau.Revolusi hijau dikembangkanberdasarkan tiga pilar pentingyakni penyediaan air melaluisistem irigasi, pemakaianpupuk kimia dan penerapanpestisida untuk menjaminproduksi, dan penggunaanvarietas unggul sebagai bahanbaku berkualitas.

    Melalui penerapanteknologi non-tradisionalini, terjadi peningkatan hasiltanaman pangan berlipat

    ganda dan memungkinkan

    penanaman tiga kali dalamsetahun untuk padi, suatu hal

    yang tidak dapat dimungkinkantanpa tiga pilar tersebut.Namun akibatnya berbagaiorganisme penyubur tanahmusnah, kesuburan tanahmerosot dan menjadi tandus,terjadi peledakan serangan danjumlah hama, yang akhirnyamengakibatkan rusaknyakeseimbangan ekosistemalam sekitar. Revolusi hijaumenyebabkan petani menjaditergantung terhadap produk-produk kimia sehingga sistem

    pertanian berkelanjutan

    semakin terpinggirkan.Hal serupa juga berkembang

    di sektor perkebunan,Sistem Perkebunan IntiRakyat (PIR) yang digagaspemerintah dengan tujuanawal memberdayakan petanilokal juga sangat seringmerugikan petani. Kesepakatanpemanfaatan lahan, biayaoperasional ataupun harga jualhasil perkebunan seringkalitidak sesuai dengan perjanjianyang dilakukan bersama. Yangterjadi justru terjadi pengambilalihan lahan-lahan petani

    menjadi milik perusahaan

    perkebunan besar.Di tengah situasi yang tidak

    menguntungkan ini, pada tahun2008 tercatat masih terdapat28,3 juta rumah tangga yangmenggantungkan hidupnyadari pertanian dimana 15, 6 jutadiantaranya merupakan petanikecil dengan kepemilikan lahansangat sempit. Pertanian masihmenjadi sumber lapangankerja bagi 46 persen pendudukdan menjadi penyumbangyang cukup signiikan bagiperekonomian kita. Petani-petani inilah yang menjadipenghasil utama kebutuhanpangan, merekalah tulangpunggung swasembada panganIndonesia.

    Hingga hari ini kebutuhanpangan penduduk Indonesiamasih diproduksi dandihasilkan dari tanganpetani-petani yang justrukehidupannya tidak mendapatperhatian yang layak daripemerintah. Padahal justrupara petani inilah yang bekerjakeras demi tercapainyaswasembada pangan.

    Namun yang terjadi justrudukungan yang begitu besarbagi peran korporate dalamsegala sektor kehidupanbangsa ini termasuk padapertanian, baik dalam bentukkebijakan maupun berbagaikemudahan lainnya. Hal inibisa kita lihat dari peningkatanpesat perkebunan swastadibandingkan perkebunanrakyat dan negara. Dalam 5tahun terakhir peningkatanperkebunan swasta kelapa

    sawit mencapai 1.326.000hektar, jumlah yang cukuptinggi mengingat di sisi lainterjadi laju konversi lahanpertanian pangan sebesar10.000 hektar per tahunnya.

    K o r p o r a t - k o r p o r a tmultinasional telah menguasaiberbagai lini usaha dipertanian, dari penyediaanbibit dan pestisida, peternakandan lainnya. Mereka lah yangmeraup keuntungan besar ditengah krisis harga pangan.

    Pada perdagangan bibit dan

    Perayaan 50 Tahun Hari Tani Nasional dan setengah abad Undang-Undang PokokAgraria No. 5 Tahun 1960 di Jakarta (24 September 2010)

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    15/16

    15PEMBARUAN TANI EDISI 81 NOVEMBER 2010

    pestisida misalnya keuntunganMonsanto, raksasa industribenih dan pestisida meningkat120 persen pada periode2008 dan mendapatkansebesar 2,926 miliar dolar,dalam perdagangan pupuk,

    Potas Corp. perusahaan dariKanada mengalami kenaikankeuntungan sebesar 164 persendengan memperoleh 4,963miliar dolar. sebesar 2,926miliar dolar. Pada industrisusu misalnya bisa kita lihathanya ada lima perusahaanbesar yang menguasai seluruhindustri susu di Indonesia yaituPT Nestle, PT Frisian Flag, PTUltra Jaya, PT Sari Husada, danPT Indomilk-Indo-lacto. Danpara peternak susu menjadi

    sangat tergantung pada kelimaperusahaan ini, yang memilikikeleluasaan untuk menentukanharga dan kuota susu bagi parapeternak.

    Gambaran ini menunjukkanbesarnya peran korporatedalam sistem ekonomi,yang bekerja hanya demimenguntungkan sejumlah kecilorang. Padahal telah nyatabetapa korporate-korporate initidak mampu untuk memenuhikebutuhan rakyat, khususnya

    kebutuhan dasar, secara adildan merata. Belum lagi kitalihat kerusakan lingkunganyang disebabkan eksploitasibesar-besaran kekayaan alamIndonesia demi memenuhikebutuhan bahan bakuindustri.

    Pemerintah menghentikanmemberikan peran yang sangatbesar kepada korporat dalamsektor pertanian dan panganyang merupakan kebutuhanmendasar seluruh penduduk.

    Pangan merupakan hak asasimanusia yang hendaknyadijamin pemenuhannya olehnegara. Atas dasar itulahrencana pemerintah sebagaihasil National Summit 2009untuk membuka food estatehendaklah dihentikan.

    Pertanian hendaknyadikembalikan pada pertanianrakyat dengan dukunganpemerintah. Pertanian rakyatyang memberikan keadilan bagipara petani yang merupakansubyek utama dalam memenuhi

    kebutuhan pangan sekaligusberperan dalam melestarikanalam. Petani-petani di seluruh

    dunia yang tergabung dalamgerakan petani internasionalLa Via Campesina menawarkansolusi atas atas korporatisasidi sektor pertanian yang sudahmeluluh lantakkan kaum tani diseluruh dunia. Solusi ini berupapertanian berkelanjutan ataupertanian agroekologi.

    Agroekologi adalahpertanian yang dilakukandengan menerapkan konsep danprinsip ekologi, memperhatikankeanekaragaman hayati,dan ekositem pertanianyang berkeadilan. Pertanianagroekologi mengembangkanekosistem pertanian dengantingkat ketergantunganminimal atas input eksternal,sehingga mengoptimalkaninteraksi dan sinergi antarakomponen biologis yangterdapat di areal pertanian.Hal ini akan menyediakanmekanisme bagi sistemkesuburan tanah, produktivitasdan perlindungan tanamansecara alami.

    Sistem ini menjawabkebutuhan teknologi bagipetani kecil. Akibatnya

    petani kecil dapat melakukanpenghematan input dan biaya,mengurangi resiko kegagalan,dan meningkatkan pemenuhannutrisi, kesehatan tanaman danlingkungan. Sistem pertanianini cocok pula dikembangkanuntuk lahan marjinal, dengansistem pertanian rakyat.

    Pertanian berkelanjutanatau agroekologi ini jugamembuat petani kecil semakinmandiri karena memampukanpetani untuk memproduksipupuk, benih, dan pengendalihama sendiri. Pelaksanaansistem agroekologi yang baikdapat menjadikan sebuah desapetani menjadi desa organikyang mandiri.

    Praktek agroekologiini sendiri sudah berhasilditerapkan di daerah Bogor,tepatnya di Desa Cibeureum,Kecamatan Dramaga, berjaraksekitar 15 km dari pusatkota Bogor. Desa yang jugamerupakan salah satu basisSerikat Petani Indonesia (SPI)

    Sambungan dari hal. 14 Utamakan ...

    ini telah berhasil menerapkansistem pertanian agroekologi.Seluruh hasil pertanian

    ditanam dengan menggunakansistem organik, begitu jugauntuk kebutuhan pupuk danbenih, semuanya dibuat dandiolah petani sendiri tanpaada campur tangan korporat-korporat agribisnis.

    Hal ini menunjukkan bahwapetani sesungguhnya memilikipotensi yang sangat besaruntuk terus memproduksihasil pangan dan pertanianbagi kebutuhan bangsa ini.Karena itu menghentikanpelaksanaan food estate diMerauke maupun di tempatlainnya hendaknya menjadilangkah kongkrit pemerintahuntuk mengembangkanpertanian rakyat yang telahlama terbengkalai sekaligusmenjadi kado manis bagi petanidalam perayaan setengah abadHari Tani tahun ini.

    Elisha Kartini SamonStaff Departemen KajianStrategis Serikat PetaniIndonesia (SPI)

    Tanah Untuk Petani. Spanduk ini dipasang oleh keluarga petani Rengas-Sumatera Selatan yang tanah mereka diserobot olehPTPN VII.

  • 8/3/2019 Edisi 81 (Nopember 2010)

    16/16

    16 PEMBARUAN TANI EDISI 81 NOVEMBER 2010

    PERTANIAN BERKELANJUTAN

    The Bean Tops, Sekolah Pertanian Kaum Muda Belgia

    BRUSSELS. Dengan hanya satupersen tenaga kerja di sektorpertanian, kedaulatan panganBelgia sedang terancamdemikian disampaikan XavierDelwarte, ketua organisasipetani Belgia FUGEA yangmerupakan anggota La ViaCampesina.

    Semakin sedikitnyajumlah petani di Belgia inilahmenjadi salah satu alasanyang mendasari terbentuknyasekolah pertanian The BeanTops atau dalam bahasaIndonesia artinya mungkinsekolah Tunas Kacang. Namaini dipilih karena dalampepatah Belgia, tanpa kacang-kacangan maka negeri ini akanmati.

    Sekolah pertanian inimerupakan inisiatif darisekelompok agronomis mudayang menyadari pentingnyameningkatkan jumlah petanidi Belgia untuk memproduksipangan yang cukup dansehat bagi rakyat, disampingmemberikan alternatiflapangan kerja bagi anak-anak

    muda. Mereka pun mencaridukungan kepada pemerintahkota Brussels untuk dapatmemberikan lahan bagirencana mereka ini, terutamakarena biaya sewa tanah diBrussels sangat mahal.

    Pemerintah kota Brusselsakhirnya bersedia memberikanlahan seluas kurang lebih satuhektar di tengah hutan kotadengan syarat mereka tidakmerusak atau memperluaslahan dari yang diberikan

    kepada mereka dan danasebesar 500.000 euro untukoperasional sekolah.

    The Bean Tops pun mulaiberjalan awal tahun ini, dengantiga orang agronomis yangmembantu mengajari anak-anak muda yang tertarikmenjadi petani. Merekamemasang pengumuman di

    sekolah, kampus dan di jalan

    mengenai sekolah pertanianini, dengan syarat pesertaberusia maksimal 26 tahundan bersedia menjadi petanisecara serius. Saat ini sekolahtersebut memiliki lima orangmurid yang bekerja di ladanglima hari seminggu selamaempat jam setiap harinya.

    Seluruh proses pertanian

    dilakukan secara organik,

    dengan dibantu dua ekorkeledai untuk membajak tanah.Di tengah lahan, dibangunsebuah rumah kaca untuktanaman-tanaman yang tidaktahan dingin seperti tomat,seledri, selada. Umumnyatanaman yang ditanam ialahsayur-sayuran, walaupun adajuga beberapa jenis Berry.

    Untuk mengairi lahanpertanian, mereka menampungair hujan, yang dialiri dengansistem tetes menggunakanselang-selang yang dilubangikecil dan dipasang di sela-sela tanaman. Curah hujan diBrussels cukup tinggi sehinggamereka tidak kesulitan untukmendapat air.

    Selain sayuran, para petanimuda ini juga memelihara lebahdi tengah hutan untuk diambilmadunya. Hasil pertanian inidijual di toko milik petanilain yang tinggal tidak jauhdari lahan mereka, selain itumereka juga bekerja samadengan organisasi konsumenyang mengadakan penjualansayuran tiap 2 minggu sekali.

    Di tengah kondisi ekonomidi Eropa yang memburukbeberapa tahun terakhir,lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda menjadi semakinsulit, sementara biaya hidupsemakin tinggi, pertanian punmenjadi alternatif pilihan kerjayang menarik bagi anak-anakmuda.

    Pertanian merupakansektor yang memiliki dayatahan tinggi terhadap gejolakekonomi, ungkap Tom,salah satu pengurus sekolahpertanian ini.

    Mae Azhar, Ketua CabangSerikat Petani Indonesia(SPI) Cirebon yang langsungmenyaksikan sekolah pertanianini pada 2-5 Oktober 2010lalu, menyatakan bahwa halini merupakan sebuah inisiatifyang patut diacungi jempol dan

    ditiru oleh semua masyarakatdunia.

    SPI juga telah lamamenerapkan sistem inimelalui Pusdiklat PertanianBerkelanjutan dan sistemSekolah Lapang yang rutindiadakan setiap tahunnyaungkap Mae.#

    (Atas) Lahan pertanian pertanian organik milik The Bean Tops(Bawah) Utusan SPI melakukan foto bareng di lahan pertanian The Bean Tops

    Klik www.spi.or.iduntuk mendapatkan Tabloid Pembaruan Tani versi elektronik