hal

35
WACANA BERDASARKAN TUJUAN oleh : KELOMPOK III 1. Agus Rajo NPM 13070097 2. Efrina NPM 13070056 3. Nova Yanti NPM 13070064 4. Leli Wani NPM 13070082 5. Primadani Astika NPM 13070096 6. Dasmiati NPM 13070076 7. Suza Nurjannah Koto NPM 13070091 8. Siska Magdalena NPM 13070043 9. Wagini NPM 13070049 Mata Kuliah : WACANA Dosen Pengampuh: Mina Shanti Lubis S.Pd., M.Pd Semester : V-B/46 i

Upload: ne-da-ar-rasyi

Post on 10-Apr-2016

8 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Hal

WACANA BERDASARKAN TUJUAN

oleh :

KELOMPOK III

1. Agus Rajo NPM 13070097

2. Efrina NPM 13070056

3. Nova Yanti NPM 13070064

4. Leli Wani NPM 13070082

5. Primadani Astika NPM 13070096

6. Dasmiati NPM 13070076

7. Suza Nurjannah Koto NPM 13070091

8. Siska Magdalena NPM 13070043

9. Wagini NPM 13070049

Mata Kuliah : WACANA

Dosen Pengampuh : Mina Shanti Lubis S.Pd., M.Pd

Semester : V-B/46

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP “TAPANULI SELATAN”

PADANGSIDIMPUAN2015

i

Page 2: Hal

KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

masih memberikan kita kesempatan untuk hidup dan menikmati karunia- Nya.

Adapun penugasan makalah ini karena turunnya mata kuliah Wacana Bahasa

Indonesia dengan judul Wacana Berdasarkan Tujuan yang turun pada semester V

(lima) dan diasuh oleh ibu Mina Syanti Lubis, M.Pd.

Wacana merupakan satuan bahasa, artinya wacana merupakan bagian

bahasa, bukan bagian sesuatu yang lain yang sejajar dengan satuan-satuan lainnya.

Satuan itu mengandung unsur terlengkap, tertinggi, terbesar, dan membawa

amanat lengkap jika dibandingkan dengan satuan-satuan bahasa yang lain, yaitu

fonem, morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat

Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami

menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk

penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami

harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Padangsidimpuan, 16 November 2015

Penyusun

i

Page 3: Hal

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1

.....................................................................................................

C. Tujuan / Manfaat ......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Wacana...................................................................... 2

B. Jenis Wacana Berdasarkan Tujuan.............................................. 3

.....................................................................................................

1. Wacana Informatif................................................................ 3

2. Wacana Prosedural............................................................... 4

3. Wacana Hortatori................................................................. 5

4. Wacana Regulatif................................................................. 5

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ..................................................................................... 7

B. Saran ........................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii

Page 4: Hal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Chaer (2007: 265) Kalimat atau kalimat-kalimat ternyata

hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar yang disebut

wacana (Inggris: Discourse). Bukti bahwa kalimat bukan satuan terbesar dalam

sintaksis, banyak kita jumpai kalimat yang jika kita pisahkan dari kalimat-

kalimat yang ada di sekitarnya, maka kalimat itu menjadi satuan kalimat yang

tidak mandiri. Tidak dapat dipahami dalam kesendiriannya. Barangkali

sebagian besar dari kalimat yang digunakan dalam praktek berbahasa termasuk

kalimat yang demikian.

Kalimat-kalimat itu tidak punya makna dalam kesendiriannya. Mereka

baru mempunyai makna bila berada dalam konteks dengan kalimat-kalimat

yang berada di sekitarnya. Kalau kalimat itu adalah unsur pembentuk wacana,

maka persoalan kita sekarang, apakah wacana itu, apa-apa saja jenis wacana,

dan bagaimana contoh wacana tersebut. Untuk dapat memahami wacana akan

dibahas lebih lanjut pada BAB II.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah yang

terdapat dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Apa pengertian wacana?

2. Apa saja jenis wacana berdasarkan tujuan?

3. Bagaimana contoh wacana?

C. Tujuan / Manfaat

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan wacana.

2. Untuk mengetahui apa saja jenis wacana berdasarkan tujuan.

3. Untuk mengetahui bagaimana contoh wacana.

1

Page 5: Hal

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wacana

Menurut Baryadi (Poerwadarminta, 1976: 1144) kata wacana berasal

dari kata vacana (bacaan) dalam bacaan sanskerta. Kata vacana itu kemudian

masuk ke dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Jawa Baru vacana atau wacana

(bicara, kata, ucapan). Kata wacana dalam bahasa Jawa Baru itu kemudian

diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana (ucapan, percakapan,

kuliah).

Kata wacana dalam bahasa Indonesia dipakai sebagai padanan (atau

terjemahan) kata discourse dalam bahasa Inggris. Secara etimologis kata

discourse itu berasal dari bahasa Latin discursus (lari kian kemari). Kata

discursus itu diturunkan dari bentuk discurrere. Bentuk discurrere itu

merupakan gabungan dari dis dan currere (lari, berjalan kencang). Dalam

konteks tata bahasa, wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau

terbesar.

Menurut Chaer (2007: 267) banyak dan berbagai macam definisi

tentang wacana telah dibuat orang. Namun, dari sekian banyak definisi dan

yang berbeda-beda itu, pada dasarnya menekankan bahwa wacana adalah suatu

bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan

gramatikal tertinggi atau terbesar.

Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti

terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh

pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar ( dalam wacana lisan), tanpa

keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.

Menurut Setiawan (2015) wacana ialah sebuah tulisan yang memiliki

urutan yang teratur atau logis. Di dalam sebuah wacana ada unsur-unsur yang

harus memiliki kepasuan dan kesatuan. Sebelum kita menuliskan sebuah

wacana, kita harus menentukan dahulu sebuah tema, tujuannya agar sesuai

dengan bentuk di dalam wacana, dan mengurutkan atau menyusun kerangka

karangan.

2

Page 6: Hal

Jadi dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan satuan bahasa

terlengkap dan utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan

secara padu. Wacana di dalam kebahasaan menempati hierarki teratas karena

merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Wacana dapat berupa kata,

kalimat, paragraf, atau karangan utuh yang lebih besar, seperti buku atau artikel

yang berisi amanat lengkap. Kata yang digunakan dalam wacana haruslah

berpotensi sebagai kalimat, bukan kata yang lepas konteks.

Contoh wacana dapat dilihat pada lampiran.

B. Wacana Berdasarkan Tujuan

Menurut Baryadi (2002: 12) berbagai jenis wacana dapat

diklasifikasikan dengan dasar tertentu. Salah satu dasar klasifikasi dasar

tersebut adalah tujuan pembuatan wacana. Berdasarkan tujuan pembuatannya,

wacana dapat dibedakan menjadi wacana informatif, wacana prosedural,

wacana hortatori, dan wacana regulatif.

1. Wacana Informatif

Menurut Damayanti (2015) wacana informatif merupakan bentuk

wacana dimana aspek simbol bahasa merupakan hal yang terpenting. Dalam

hal ini, wacana berfungsi untuk menyampaikan informasi. Sebenarnya semua

teks memberikan informasi di samping tujuan lainnya, misalnya untuk

menggambarkan sesuatu (deskriptif), untuk bercerita (naratif), untuk

mempengaruhi orang lain (argumentatif). Jenis yang satu ini memang betul-

betul terpusat pada memberi informasi saja, informasi yang langsung

dibutuhkan. Biasanya teks ini merupakan teks yang singkat saja. Misalnya, teks

jam praktek dokter, teks jam kedatangan dan keberangkatan kereta api, bus

atau kapal terbang, dan lain-lain . Kusuma dan ayu (2009: 54).

Dalam wacana informatif, yang biasanya merupakan pemberitahuan

singkat saja, perlu ada hubungan teks dan situasi komunikasi. Singkatnya

wacana menyebabkan apa yang dikemukakan menjadi tidak jelas, dan mungkin

tidak koheren, apabila tidak ditopang oleh situasi komunikasi.

Di dalam teks dialog, terdapat pertukaran ujaran antara dua orang

pengirim atau lebih yang saling bertukar peran. Setiap ujaran itu harus

3

Page 7: Hal

mempunyai hubungan dengan ujaran lain yang merupakan jawaban. Apabila

terjadi komunikasi yang kacau, maka teks ini bukan hanya tidak koheren saja,

tetapi tidak akan berjalan baik. Wacana informatif ini memiliki tujuan yaitu

untuk:

a. Meningkatkan pengetahuan atau kemampuan pengguna,

b. Mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan,

c. Menggambarkan keadaan sesuatu hal atau peristiwa yang terjadi.

Kosasih (2015)

Contoh wacana informatif dapat dilihat pada lampiran.

2. Wacana Prosedural

Menurut Ananda amilia, dkk (2015) wacana prosedural adalah wacana

yang menuturkan sesuatu secara berurutan sesuai dengan prosedur yang telah

ditentukan. Unsur-unsur atau elemen-elemen yang ada tidak dapat dikacaukan

urutannya atau dibolak balik. Urgensi unsur yang lebih dahulu merupakan

landasan untuk unsur sesudahnya. Wacana ini dibuat untuk menjawab

pertanyaan bagaimana cara sesuatu bekerja atau bagaiman proses terjadinya,

atau proses melakukan sesuatu.

Pendapat lain yaitu menurut Mulyana (2005: 48) wacana prosedural

digunakan untuk memberikan petunjuk atau keterangan bagaimana sesuatu

harus dilaksanakan. Oleh karena itu, kalimat-kalimatnya berisi persyaratan atau

aturan tertentu agar tujuan kegiatan tertentu itu berhasil dengan baik.

Sedangkan menurut Unyil (2015) wacana prosedural menunjukkan

prosedur atau menceritakan cara mengerjakan atau cara menghasilkan sesuatu.

Umumnya kalimat wacana prosedural berisi syarat atau aturan yang harus

dipenuhi agar sesuatu itu berhasil baik. Wacana prosedural berbicara tentang

prosedur atau cara merawat, cara membuat, cara menyimpan, cara menjaga,

atau cara menemukan sesuatu, misalnya tentang resep makanan, cara mengolah

tanah, atau memelihara kecantikan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa wacana prosedural adalah wacana yang

digunakan untuk memberikan petunjuk atau keterangan bagaimana sesuatu

harus dilaksanakan dengan unsur-unsur atau elemen-elemen yang ada tidak

dapat dikacaukan urutannya atau dibolak balik. Oleh karena itu, kalimat-

4

Page 8: Hal

kalimatnya berisi persyaratan atau aturan tertentu dengan urutan yang tepat

agar tujuan kegiatan dapat berhasil dengan baik. Tujuan dari wacana

prosedural ini adalah membantu pembaca atau pendengar untuk memahami

bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu dengan tepat dengan

prosedur yang benar dan tepat.

Contoh wacana prosedural dapat dilihat pada lampiran.

3. Wacana Hortatori

Menurut Ananda amilia, dkk (2015) wacana hortatori adalah wacana

yang berisi ajakan atau nasihat dan kadang-kadang bersifat memperkuat

keputusan supaya lebih menyakinkan.

Sedangkan menurut Rahman (2015) wacana hortatori adalah wacana

yang digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca agar tertarik

terhadap pendapat yang dikemukakan. Sifatnya persuasif, tujuannya adalah

untuk mencari pengikut agar bersedia melakukan, atau menyetujui pada hal

yang disampaikan dalam wacana tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa wacana hortatori adalah tuturan yang

berisi ajakan. Tuturan dapat pula berupa ekspresi yang memperkuat keputusan

untuk menyakinkan. Wacana ini digunakan untuk mempengaruhi pendengar

atau pembaca agar terpikat akan suatu pendapat yang dikemukakan. Isi

wacana selalu berusaha untuk memiliki pengikut atau penganut, atau paling

tidak menyetujui pendapat yang dikemukakannya itu, kemudian terdorong

untuk melakukan atau mengalaminya. Yang termasuk wacana hortatori antara

lain khotbah, pidato tentang politik. Tujuan dari wacana meyakinkan pembaca

bahwa sesuatu harus atau tidak harus dilakukan dengan argumen yang tepat.

Contoh wacana hortatori dapat dilihat pada lampiran.

4. Wacana Regulasi

Pengertian dari regulasi adalah peraturan. Jadi pengertian wacana

regulasi adalah wacana yang berisi suatu cara yang digunakan untuk

mengendalikan masyarakat dengan aturan tertentu. Wacana regulasi ini banyak

digunakan untuk menggambarkan peraturan yang terjadi dalam kehidupan

5

Page 9: Hal

masyarakat. Tujuan dari wacana regulasi ini adalah untuk mengendalikan

perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan.

Contoh wacana regulasi dapat dilihat pada lampiran.

6

Page 10: Hal

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dan utuh karena setiap

bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu. Wacana di dalam

kebahasaan menempati hierarki teratas karena merupakan satuan gramatikal

tertinggi dan terbesar. Wacana dapat berupa kata, kalimat, paragraf, atau

karangan utuh yang lebih besar, seperti buku atau artikel yang berisi amanat

lengkap. Kata yang digunakan dalam wacana haruslah berpotensi sebagai

kalimat, bukan kata yang lepas konteks. Berdasarkan tujuannya wacana dapat

dibedakan menjadi wacana informatif, wacana prosedural, wacana hortatori,

dan wacana regulatif.

1. Wacana informatif merupakan bentuk wacana dimana aspek simbol bahasa

merupakan hal yang terpenting. Dalam hal ini, wacana berfungsi untuk

menyampaikan informasi. Sebenarnya semua teks memberikan informasi

di samping tujuan lainnya, misalnya untuk menggambarkan sesuatu

(deskriptif), untuk bercerita (naratif), untuk mempengaruhi orang lain

(argumentatif). Jenis yang satu ini memang betul-betul terpusat pada

memberi pada memberi informasi saja, informasi yang langsung

dibutuhkan. Wacana informatif ini memiliki tujuan yaitu untuk:

Meningkatkan pengetahuan atau kemampuan pengguna,

Mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan,

Menggambarkan keadaan sesuatu hal atau peristiwa yang terjadi

2. Wacana prosedural adalah wacana yang digunakan untuk memberikan

petunjuk atau keterangan bagaimana sesuatu harus dilaksanakan dengan

unsur-unsur atau elemen-elemen yang ada tidak dapat dikacaukan

urutannya atau dibolak balik. Oleh karena itu, kalimat-kalimatnya berisi

persyaratan atau aturan tertentu dengan urutan yang tepat agar tujuan

kegiatan dapat berhasil dengan baik. Tujuan dari wacana prosedural ini

adalah membantu pembaca atau pendengar untuk memahami bagaimana

7

Page 11: Hal

cara melakukan atau membuat sesuatu dengan tepat dengan prosedur yang

benar dan tepat.

3. Wacana hortatori adalah tuturan yang berisi ajakan atau nasihat. Tuturan

dapat pula berupa ekspresi yang memperkuat keputusan untuk

menyakinkan. Wacana ini digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau

pembaca agar terpikat akan suatu pendapat yang dikemukakan. Isi wacana

selalu berusaha untuk memiliki pengikut atau penganut, atau paling tidak

menyetujui pendapat yang dikemukakannya itu, kemudian terdorong untuk

melakukan atau mengalaminya. Yang termasuk wacana hortatori antara

lain khotbah, pidato tentang politik. Tujuan dari wacana meyakinkan

pembaca bahwa sesuatu harus atau tidak harus dilakukan dengan argumen

yang tepat.

4. Wacana regulasi adalah wacana yang berisi suatu cara yang digunakan

untuk mengendalikan masyarakat dengan aturan tertentu. Wacana regulasi

ini banyak digunakan untuk menggambarkan peraturan yang terjadi dalam

kehidupan masyarakat. Tujuan dari wacana regulasi ini adalah untuk

mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau

pembatasan.

B. Saran

1. Siswa, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kalangan siswa dan dapat

memahami mengenai tentang pengertian wacana dan jenis-jenisnya.

2. Mahasiswa, semoga makalah yang kami buat juga bermanfaat bagi para

mahasiswa sebagai bahan tambahan untuk membuat sebuah tulisan tentang

wacana.

3. Guru, kami berharap makalah ini bisa dikuasai oleh para pendidik agar

dapat menerapkan ataupun menjelaskan kepada peserta didik penjelasan

mengenai wacana.

8

Page 12: Hal

DAFTAR PUSTAKA

Baryadi, Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana Dalam Ilmu Bahasa.

Jogjakarta: Pustaka Gondho Suli

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Kusuma, Oke dan Ayu Basoeki Harahap. 2009. Telaah Wacana. Jakarta: The

Cultural Institute.

http://amaliabasindoda09.blogspot.co.id/2012/10/jenis-jenis-wacana.html. diakses

pada 13-11-2015. Pada pukul 20.00 WIB

http://unyil1284.blogspot.co.id/2013/01/klasifikasi-wacana.html. diakses pada 13-

11-2015. Pada pukul 20.00 WIB

http://wacanalingustik.blogspot.co.id/2012/10/wacana.html. diakses pada 13-11-

2015. Pada pukul 20.00 WIB

http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-regulasi/. diakses pada 13-

11-2015. Pada pukul 20.00 WIB

http://remajasampit.blogspot.co.id/2014/01/jenis-jenis-wacana.html. diakses pada

13-11-2015. Pada pukul 20.00 WIB

Page 13: Hal
Page 14: Hal
Page 15: Hal
Page 16: Hal
Page 17: Hal
Page 18: Hal
Page 19: Hal
Page 20: Hal
Page 21: Hal
Page 22: Hal
Page 23: Hal
Page 24: Hal
Page 25: Hal