hak milik dan pembagiannya

12
HAK MILIK DAN PEMBAGIANNYA 1. Pengertian Hak Milik Hak milik merupakan hubungan antara manusia dan harta yang ditetapkan dan diakui oleh syara’. Karena adanya hubungan tersebut, ia berhak melakukan berbagai macam tasarruf terhadap harta yang dimilikinya, selama tidak ada hal-hal yang menghalanginya. Dalam arti bahasa, milik berasal dari kata: , yang sinonimnya: ,yang artinya: ia menguasai sesuatu dan bebas melakukan tasarruf terhadapnya. 1 Dalam nada yang sama Wahbah Zuhaili mengemukakan: Milik dalam arti bahasa adalah penguasaan seseorang terhadap harta dan berkuasa penuh terhadapnya, yakni bebas melakukan tasarruf terhadapnya. 2 Dalam arti istilah terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para fuqaha. Kamaluddin ibnu Al-Humam, yang di kutip oleh Muhammad Abu Zahra memberikan definisi sebagai berikut: Hak milik adalah suatu kemampuan untuk melakukan tasarruf sejak awal kecuali karena adanya penghalang. 3 1 Ibrahim Anis, et.al., Al-Mu’jam Al-Wasith, Juz II, Dar Ihya’ At-Turats Al-‘Araby, Kairo, 1972, hlm. 886 2 Wahbah Zuhaili, op.cit., hlm. 56 3 Muhammad Abu Zahrah, op.cit., hlm. 70 1

Upload: muhammad-abdurrahman

Post on 04-Jul-2015

980 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hak Milik Dan Pembagiannya

HAK MILIK DAN PEMBAGIANNYA

1. Pengertian Hak Milik

Hak milik merupakan hubungan antara manusia dan harta yang ditetapkan dan

diakui oleh syara’. Karena adanya hubungan tersebut, ia berhak melakukan berbagai

macam tasarruf terhadap harta yang dimilikinya, selama tidak ada hal-hal yang

menghalanginya.

Dalam arti bahasa, milik berasal dari kata: , yang sinonimnya:

,yang artinya: ia menguasai sesuatu dan bebas melakukan

tasarruf terhadapnya.1 Dalam nada yang sama Wahbah Zuhaili mengemukakan:

Milik dalam arti bahasa adalah penguasaan seseorang terhadap harta dan

berkuasa penuh terhadapnya, yakni bebas melakukan tasarruf terhadapnya.2

Dalam arti istilah terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para fuqaha.

Kamaluddin ibnu Al-Humam, yang di kutip oleh Muhammad Abu Zahra memberikan

definisi sebagai berikut:

Hak milik adalah suatu kemampuan untuk melakukan tasarruf sejak awal kecuali

karena adanya penghalang.3

Al-maqdisi yang di kutip juga oleh Abu Zahrah memberikan definisi sebagai

berikut:

Hak milik itu adalah kekhususan yang menghalangi.

Sesungguhnya hak milik itu adalah penguasaan seseorang berdasarkan syara’ dengan

dirinya sendiri atau dengan melalui wakil untuk mengambil manfaat terhadap barang,

dan mengambil imbalan, atau penguasaan untuk mengambil manfaat saja.

1 Ibrahim Anis, et.al., Al-Mu’jam Al-Wasith, Juz II, Dar Ihya’ At-Turats Al-‘Araby, Kairo, 1972, hlm. 8862 Wahbah Zuhaili, op.cit., hlm. 563 Muhammad Abu Zahrah, op.cit., hlm. 70

1

Page 2: Hak Milik Dan Pembagiannya

Hak milik adalah suatu ikhtishas (kekhususan) terhadap sesuatu yang dapat mencegah

orang lain untuk menguasainya, dan memungkinkan pemiliknya untuk melakukan

tasarruf terhadap sesuatu tersebut sejak awal kecuali ada penghalang syar’i.4

Kesimpulan:

Hak milik atau kepemilikan merupakan hubungan antara manusia dan harta yang

ditetapkan oleh syara’, yang memberikan kekhususan yang memungkinkan untuk

mengambil manfaat atau melakukan tasarruf atas harta tersebut menurut cara-cara yang

di benarkan dan ditetapkan syara’

2. Pembagian Harta (mal) yang dikaitkan dengan kepemilikan.

a. Harta yang tidak boleh dimiliki dan diupayakan untuk dimiliki, sama sekali. Contohnya

tanah dan bangunan-bangunan yang khusus diperuntukkan bagi kepentingan umum,

seperti jalan, aset-aset pemerintah, perpustakaan umum, dan sebagainya.

b. Harta yang tidak boleh dimiliki kecuali ada sebab-sebab yang dibenarkan oleh syara’.

Contohnya tanah-tanah wakaf, harta-harta milik baitul mal. Dalam wakaf sebagian

barangnya tidak boleh dimiliki, kecuali apabila pengadilan memandang perlu melepaskan

wakafnya atau manukarnya.

c. Harta yang boleh dimiliki dan diupayakan untuk dimiliki selamanya dan seriap saat, yaitu

selain yang disebutkan dalam poin a dan b.5

3. Pembagian Hak Milik

a. Hak Milik yang Sempurna (Al-Milk At-Tam)

Pengertian hak milik yang sempurna menurut Wahbah Zuhaili adlah sebagai berikut.

4 Wahbah Zuhaili. Loc.cit5 Muhammad Yusuf Musa, op.cit., hlm. 255.

2

Page 3: Hak Milik Dan Pembagiannya

Hak milik yang sempurna adalah hak milik terhadap zat sesuatu (bebdanya) dan

manfaatnya bersama-sama, sehingga dengan demikian semua hak-hak yang diakui oleh

syara’ tetap ada di tangan pemilik.6

Muhammad Abu Zahrah memberikan definisi hak milik yang sempurna sebagai berikut.

Pengertian hak milik yang sempurna adalah suatu hak milik yang mengenai zat barang

dan manfaatnya.7

b. Hak Milik yang Tidak Sempurna (Al-Milk An-Naqish)

1. Pengertian al-milk an-naqish

Milik maqish (tidak sempurna) adalah memiliki bendanya saja, atau memiliki

manfaatnya saja.8

Hak milik naqish (tidak sempurna) adalah memiliki manfaatnya saja, karena

barangya milik orang lain, atau memiliki barangnya tanpa manfaat.9

2. Macam-macam hak milik naqish

Milik naqish itu adakalanya hanya memiliki bendanya saja tanpa maanfaat, dan

adakalanya hanya memiliki bendanya saja tanpa maanfaat, dan ada kalanya hanya

memiliki maanfaatnya saja tanpa bendanya.

Diketahui ada 3 macam tentang hak milik naqish:

a). Milk al-ain atau milk ar-rabbah.

Adalah hak milik atas bendanya saja tetappi manfaatnya dimiliki oleh orang lain.

b). Milk al-manfaat asy-syakhshi atau haq intifa.

@. Sebab-sebab timbulnya milk al manfaat:

iarah(pinjaman)

ijarah (sewa-menyewa)

6 Wahbah Zuhaili, op.cit., hlm. 58.7 Muhammad Abu Zahrah, op.cit., hlm. 74.8 Wahbah Zuhaili, op.cit., hlm. 59.9 Muhammad Yusuf Musa, op.cit., hlm. 256.

3

Page 4: Hak Milik Dan Pembagiannya

wakaf

wasiat, dan

ibahah (persetujuan untuk mengahbiskan sesuatau atau menggunakannya

@. ciri-ciri milk al-manfaat asy-syakhshi atau intifa

- hak milik dapat dibatasi dengan waktu, tempat, dan sifat pada saat

menentukannya.

- menurut hanifah, hak milik manfaat asy-syakshi tidak bisa diwaris.

- pemilik hak manfaat menerima benda yang di ambil manfaatnya ittu walaupun

secara paksa dari pemiliknya.

- pemilik manfaat harus menyediakan biaya yang dibutuhkan oleh benda yang

diambil manfaatnya, apabila manfaat tersebut diperoleh dengan Cuma-Cuma,

seperti I’arah.

- pemilik manfaat harus mengembalikan barang kepada pemiliknya setelah ia

selesai menggunakannya, apabila pemilik barang tersebut memintanya, kecuali

apabila pemilik manfaat marasa dirugikan, misalnya tanaman belum dapat dipetik

(dipanen)

@. Berakhirnya hak manfaat

Hak manfaat adalah hak yang dibatasi dengan waktu, sehingga sewaktu-

waktu dapat berakhir. Ada beberapa hal yang menyebabkan berakhirnya hak

manfaat asy-syakhsiyah, yaitu dikarenakan:

- selesainya masa pengambilan manfaat yang dibatasi waktunya;

- rusaknya benda yang diambil manfaatnya atau terdapat cacat yang tidak

memungkinkan dimanfaatkannya banda tersebut, seperti robohnya rumah

yang ditempati;

- meninggalnya pemilik manfaat menurut hanafiah, karena manfaat menurut

mereka tidak bias diwaris;

4

Page 5: Hak Milik Dan Pembagiannya

- wafatnya pemilik barang, apabila tersebut diperoleh dengan jalan I’arah atau

ijarah.

c). Milk al-manfaat atau haq irtifaq.

Hak milik irtifaq adalah suatu hak yang ditetapkan atas benda tetap untuk

manfaat benda tetap yang lain, yang pemiliknya bukan pemilik benda tetap yang

pertama.10

Menurut Wahbah Zuhaili ada lima macam hak irtifaq:

(1) hak asyurb

yaitu suatu hak untuk memperolah air guna minum binatang dan manusia, sebagai

imbangan hak minum dan menyirami tanaman dan pepohonan. Oleh karena tiu,

sebagian fuqaha ada yang mendefinisikan hak tersebut dengan redaksi:

sesungguhnya hak syurb itu adalah hak untuk minum dan menyirami, yakni untuk

minum manusia dan binatang dan menyirami tanaman dan pepohonan.

Dalam hubungannya dengan hak syurb dan syafag ini, air dibagi kedalam empat

bagian:

- air yang mengalir di saluran umum yang tidak dimiliki oleh seseorang,

- air yang mengalir di saluran yang khusus milik sebagian orang,

- air yang berasal dari sumber-sumber air dan sumur, dan

- air yang tersimpan dalam tempat dan wadah yang khusus.11

(2) Hak Al-Majra

Hak al-majra adalah hak pemilik tanah yang jauh dari tempat aliran air untuk

mengalirkan air melalui tanah milik tetangganya ke tanahnya guna menyirami

tanaman yang ada di atas tanahnya itu. Dalam hal ini pemilik tanah yang dilewati

air tidak boleh menolak dialirkannya air ke tanah tetangganya. Apabila ia

menolak maka bias dilakukan tindakan paksa.

10 Muhammad Abu Zahrah, op.cit., hlm. 8611 Wahbah Zuhaili, op.cit., hlm. 64.

5

Page 6: Hak Milik Dan Pembagiannya

(3) Hak Al-Masil

Hak al-masil adalah hak untuk membuang air kelebihan dari tanah atau rumah melalui

tanah milik orang lain. Perbedaannya dengan hak majra, jika hak masil adalah hak untuk

membuang air keluar, sednagkan hak majra adalah hak untuk memasukkan air ke atas tanah.

Pada dasarnya antara hak masil dan hak majra terdapat persamaan, sehingga oleh karenanya

ketentuan-ketentuannya juga sama. Artinya, pemilik tanah yang dilewati saluran air tidak boleh

menolak dialirkannya air melalui tanah pekarangannya.

(4) Hak Al-Murur

Wahbah Zuhaili memberikan definisi hak al-murur sebagai berikut.

Hak murur (lewat) adalah hak pemilik benda tetap yang terletak dibagian dalam

untuk sampai ke benda tetapnya melalui jalan yang dilewatinya, baik jalan itu

jalan umum yang tidak dimiliki oleh seseorang, maupun jalan khusus yang

dimiliki oleh orang lain.12

Muhammad Yusuf Musa membarikan definisi hak murur sebagai berikut:

Hak murur (lewat) adalah suatu hak untuk sampainya seseorang kepada hak

miliknya, baik rumah maupun tanah, dengan jalan yang melewati hak milik orang

lain, baik jalan tersebut milik orang lain tersebut atau milik berdua bersama-

sama, maupun jlan umum.13

Dari definisi di atas tersebut dapat dipahami bahwa murur adalah suatu hak yang

diberikan kepada pemilik tanah atau rumah yang ada di sebelah dalam untuk lewat di jalan

umum atau jalan/pekarangan milik orang lain. Apabila jalan yang dilewati tiu jalan umum maka

semua orang berhak untuk melewatinya tanpa seizing orang lain, dengan ketentuan jangan

sampai merugikan pihak-pihak lain. Bagi mereka yang rumahnya menghadap jalan umum

dibolehkan untuk membuat pintu atau jendela yang menghadap kea rah jalan tersebut. Akan

tetapi, ia tidak dibolehkan membuat kios atau tempat berjualan di pinggir jalan umum tersebut

apabila hal itu mengganggu orang-orang yang lewat. Apabila tidak menimbulkan gangguan

12 Wahbah Zuhaili, op.cit., hlm. 65.13 Muhammad Yusuf Musa, op.cit., hlm. 268.

6

Page 7: Hak Milik Dan Pembagiannya

karena jalannya lebar, maka menurut Imam Abu Hanifah, hal itu dibolehkan dengan syarat ada

izin dari pemerintah. Apabila tidak ada izin dari pemerintah maka setiap orang boleh

mencegahnya dan membongkar kios atau bangunan yang ada di jalan tersebut.

(5) Hak Bertetangga

a) Hak Ta’alli (hak bertetangga keatas dan kebawah),

Yaitu suatu hak bagi pemilik bangunan yang di sebelah atas terhadap pemilik

bangunan yang ada di sebelah bawah.

b) Hak Jiwar Al-Janibi (hak bertetangga ke samping),

Yaitu hak ditetapkan kepada masing-masing orang yang bertetangga satu sama lain

yang ada di samping rumahnya.14

4. Sebab-Sebab dan Cara-Cara Memperoleh Hak Milik

a. Cara dan Sebab Memperoleh Hak Milik yang sempurna:

1) Menguasai benda-benda mubah:

@ Membuka Tanah baru (ihya al-mawat)

Ihwa al-mawat di artikan sebagai memperbaiki atau menggarap tanah yang terlantar.

@ Berburu (al-ishthiyad)

@ Menguasai kayu bakar dan pohon (al-istila ‘ala al-kala wa al-ajam)

@ Menguasai tambang dan rikaz (kunuz)

2) Akad yang memindahkan hak milik.

Akad atau transaksi seperti jual beli, hibah, wasiat, dan yang lainnya merupakan sumber

timbulnya hak milik yang paling penting dan paling banyak terjadi di kalangan masyarakat. Hal

ini dapat berjalan dengan baik, dan dengan demikian kebutuhan manusia dapat dipenuhi.

14 Muhammad Yusuf Musa, op.cit., hlm. 270-271.

7

Page 8: Hak Milik Dan Pembagiannya

3) Khilafah (penggantian)

Yang dimaksud dengan khilafah atau penggantian di sini adalah penggantian oleh

seseorang terhadap orang lain dalam kedudukannya sebagai pemilik atas sesuatu yang lain.

4) Syuf’ah

Syuf’ah oleh sebagian fuqaha dianngap sebagai salah satu sebab atau cara untuk

memperoleh hak milik yang sempurna. Namun, yang jelas kepemilikan dalam syufah bukan atas

dasar ikhtiari atau kesukarelaan, melainkan dengan cara paksa. Oleh karena itu, definisi syuf’ah

sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Yusuf Musa menyinggung aspek pemaksaan ini

dalam redaksi sebagai berikut.

Syuf’ah adalah suatu upaya untuk memiliki secara paksa atas benda tetap yang telah dijual, dari

pembeli dengan membayar harga dan ongkos (biaya-biaya yang lain).15

15 Muhammad Yusuf Musa. Op.cit., hlm. 287.

8

Page 9: Hak Milik Dan Pembagiannya

DAFTAR PUSTAKA

1. Muhammad Yusuf Musa. Op.cit.,

2. Wahbah Zuhaili, op.cit.,

3. Muhammad Abu Zahrah, op.cit.,

4. Wardi Muslich Ahmad, fiqh muamalah,juli 2010. Sinar Grafika Offset. Jakarta

9