hak-hak istri akibat perceraian...

62
HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGAN IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : NOOR BAAYAH BINTI ABU BAKAR NIM: 107044103904 K O N S E N T RA S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 2011M/1432H

Upload: lyque

Post on 07-Mar-2019

282 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGAN

IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

NOOR BAAYAH BINTI ABU BAKAR

NIM: 107044103904

K O N S E N T RA S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

2011M/1432H

Page 2: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda
Page 3: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda
Page 4: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 September 2011

Noor Baayah Binti Abu Bakar

Page 5: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمه الرحيم

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang Maha

Mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, yang nyata maupun yang

tersembunyi, baik dalam terang benderang maupun gelap gulita, segala puji dan

syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Alhamdulillah dengan berkah rahmat-Nya, penulisan skripsi ini telah dapat

diselesaikan dengan baik. Namun keberhasilan penyusunan skripsi bukanlah hasil

dari diri penulis sendiri bahkan semangat dan dukungan serta doa dari insan tersayang

dan tercinta. Untuk itu, penulis mempersembahkan ungkapan syukur dan terima kasih

yang tidak terhingga kepada insan yang tercinta dan tersayang yaitu Ayahandaku Abu

Bakar bin Yahaya dan Ibundaku Siti Hajar binti H. Taib dengan segala curahan kasih

sayang, pengorbanan, dan kesabaran mengasuh, mendidik, mendoakan serta memberi

dukungan baik berbentuk moril maupun materil, kepada penulis dari bermulanya

kehidupan sehingga berakhirnya nyawa semoga mendapat balasan dan tergolong

dikalangan mereka yang beruntung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya penyusunan skripsi ini

bukanlah semata-mata atas usaha penulis sendiri, melainkan tidak luput dari bantuan

semua ada secara langsung maupun tidak langsung dan karena itu penulis sampaikan

ucapan terima kasih tidak terhingga kepada:

Page 6: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dan selaku dosen

pebimbing yang selalu memberikan perhatian, bimbingan, buah pikiran, kritik dan

saran sepanjang proses penyusunan hingga selesainya skripsi ini.

2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA, Ketua Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah

dan Ibu Rosdiana MA. , Sekretaris Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah yang banyak

memberikan kemudahan berbentuk administratif bimbingan akademik.

3. Seluruh dosen Akademi Pengajian Islam dan Dakwah yang dihormati terutama

Bapak Rektor Al-Fadhil Ustaz Edeey Ameen yang banyak memberikan dukungan

sehingga penulis dapat meneruskan pengajian di bumi Indonesia.

4. Segenap bapak dan ibu dosen yang telah memberi petunjuk dan mencurahkan

ilmu yang bermanfaat kepada penulis dan rekan-rekan seperjuangan selama

menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

5. Para pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syariah dan

hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta yang telah menyediakan fasilitas dan

perkhidmatan bagi kemudahan penulis memanfaat arkib referensi.

6. Kakanda-kakanda tecinta yang bersama-sama hidup dalam suka duka dan banyak

memberi dukungan serta pengorbanan yang tidak terhitung baik berupa moril

atau materil, yaitu Sharima dan Mohd Sulaiman, Latifah dan Zanor, Robiah dan

Zainal Abidin, Salmah dan Rosli, Salmiah dan Zainol, Mohammad Hamadi, dan

serta keponakan-keponakanku, semoga kalian menjadi insan yang mulia.

Page 7: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

7. Seluruh tenaga pengajar Pesantren Markaz At-taalim Wat Tarbiyah, Desa Bandar

Baru Sik, Kedah, yaitu alm. Mudir KH. H. Abu Bakar bin Ibrahim dan Nyai

Zabedah binti Saman yang sering mendoakan kejayaanku.

8. Teman-teman seperjuangan yang dikasihi, kenangan bersama tak terlupakan,

senantiasa menemani dan semangat menunut ilmu di rantau orang, kakak senior,

Huda, Baizura, Adilah, Halimah, Shazwani, Aziz, Zul, Mizi, Rais, rekan-rekan

sekuliah yaitu, Akram Erni, Pijul, Muiz, Alfiyah, Siti Hajar, Rabiatul,

Adawiyyah, Rozilawati, NurFaizah, dan ramai lagi yang tidak mungkinku

sebutkan satu persatu. Tak lupa juga senior dan junior KUDQI dan KIDU

teman-teman seangkatan 2007/2008, dan 2009/2010, dan 2011/2012 terima kasih

atas dukungan kalian.

9. Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia atas pengawasan dan kebajikan yang

mengambil alih peran menjaga seluruh mahasiswa Malaysia di bumi Indonesia.

10. Badan Dewan Pembina Asrama UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta yang telah

menyediakan penempatan dengan segala fasilitas menjalani perkuliahan di

Indonesia.

11. Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI), Malaysian Club

UIN Jakarta (MCUJ), dan Kelab UMNO Jakarta, Indonesia.

12. Semua pihak yang telah menghulur bantuan secara langsung maupun tidak

langsung sepanjang penyusunan skripsi ini, semoga segala bantuan dan niat baik

kalian diterima sebagai amal shaleh di sisi Allah SWT.

Page 8: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

Akhirnya penulis menginsafi bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

kelemahan, oleh karena itu kritikan dan saran yang konstruktif sangat diperlukan

untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat sebagai karya ilmiah

khususnya bagi penulis dan sekalian pembaca umumnya.

Jakarta, 7 JANUARI 2011 M

16 Safar 1432 H

Penulis

NOOR BAAYAH BINTI ABU

BAKAR

Page 9: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.........................................5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................5

D. Studi Review Terdahulu.............................................................6

E. Metode Penelitian.......................................................................7

F. Sistematika Penulisan.................................................................9

BAB II TINJAUAN TEORETIS TENTANG HAK ISTRI DALAM

PERNIKAHAN

A. Hak Mahar ................................................................................. 13

B Hak Nafkah ................................................................................ 16

C Hak Disayangi. .......................................................................... 20

D. Hak Pendidikan ......................................................................... 22

BAB III HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN MENURUT IMAM

SYAFI’I DAN KHI DI INDONESIA

A. Latar Belakang Imam Syafi’i....................................................25

B. Hak Istri Akibat Perceraian Menurut Imam Syafi’i ................. 26

Page 10: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

C. Hak Istri akibat Perceraian Akibat Perceraian Menurut KHI di

Indonesia .................................................................................. 40

D. Persamaan dan Perbedaan Hak istri Akibat Perceraian Menurut

Pendapat Imam Syafi’i dan Kompilasi Hukum Islam

di Indonesia .............................................................................. 48

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 51

B. Saran-Saran................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55

Page 11: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama fitrah, yang artinya seluruh ajaran Islam sesuai

dengan fitrah manusia. Dengan demikian, segala sesuatu yang berkenaan dengan

fitrah manusia, maka Islam terlebih dahulu mengaturnya dalam bentuk ajaran-ajaran

Islam atau lebih dikenali sebagai syariat Islam. Islam sebagai sebuah cara hidup yang

universal, syumul dan menjadi rahmat kepada seluruh alam hadir dengan aturan-

aturan yang menjadi perlindungan hak bagi kehidupan manusia sejagat dan sesuai

diaplikasikan di setiap kondisi, masa dan tempat untuk menunjangi ketertiban dan

kemaslahatan seluruh alam.

Termasuk dalam hukum yang telah diatur oleh Islam adalah berkenaan hukum

kekeluargaan (munakahat). Dengan demikian, perkawinan merupakan sebuah aturan

yang disyariatkan untuk menjaga dan memelihara salah satu maqasid syarieyyah

yaitu kehormatan.1 Pernikahan merupakan perjanjian atau akad yang sangat kuat atau

miitsaaqan ghalidzhan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk hidup

bersama secara sah dalam membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan

rahmah. Setelah dilangsungkan pernikahan, sepasang pengantin telah resmi menjadi

suami istri. Dengan status ini, secara signifikan keduanya telah berubah, baik pada

1 Imam Ghazali menggariskan bahwa ada lima maqasid syrieyyah yang harus dijaga dan

dipelihara oleh umat manusia seluruhnya, yaitu agama, akal, harta, kehormatan dan jiwa.

Page 12: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

hak dan kewajiban yang melekat pada masing-masing individu maupun pada relasi

sosial dengan sesama.

Keluarga bermula dengan terbentuknya rumahtangga, yaitu apabila seseorang

itu mendirikan rumahtangga, yaitu apabila seseorang itu mendirikan rumahtangga

maka kedua belah pihak akan terikat dengan peraturan perkawinan atau undang-

undang. Undang-undang ialah untuk menjamin hak individu dalam rumahtangga

sepanjang tempoh selama dalam ikatan pernikahan atau ketika berlakunya

perceraian.2

Apabila terjadi perceraian maka timbullah akibat perceraian. Maka hukum

yang berlaku sesudahnya adalah hubungan antara keduanya adalah asing adalah arti

harus berpisah dan tidak boleh saling memandang, apalagi bergaul sebagai suami

istri, sebagaimana yang berlaku yang berlaku antara dua orang yang saling

asing.islam memberikan hak kepada wanita sesuai dengan tugas, peran dan

tanggungjawab mereka, sesuai dengan sifat dan bentuk kejadian mereka. Lebih jauh

dari itu hak mereka dilindungi dan dipertahan. Mengambil hak berarti melakukan

kezaliman, menentang peraturan dan hukum Allah Swt. serta mengkhianati amanah

yang telah diberikan-Nya.3

Islam datang membawa misi pengembalian hak-hak perempuan yang telah

dirampas dan dijajah oleh kaum laki-laki di zaman jahiliah. Islam mengangkat

2 A. Sytarmadi, Mesraini, AdministrasiPernikahan dan Manajemen Keluarga, (Jakarta:

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 134. 3 Mat Saad Abd Rahman, Undang-undang Keluarga Islam Aturan Perkawinan, (Selangor:

Intel Multimedia and Publication, 2007)h. 209.

Page 13: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

martabat kaum perempuan dan memberikan kembali hak-hak mereka yang telah

hancur berantakan, diinjak-injak oleh dominasi kaum laki-laki dan telah

diluluhlantakkan oleh tradisi-tradisi keagamaan, fanatisme, golongan dan kebangsaan

yang sempit.di antara hak-hak yang dikembalikan oleh Islam, setelah lam dirampas

kaum laki-laki, tanpa ada orang yang berusaha memperjuangkan untuk merebutnya

kecuali Islam.4 Mengetahui hukum yang disepakati (ijma’) dan perbedaan pendapat

para ulama termasuk perkara penting. Hal ini merupakan keharusan bagi setiap

mujtahid dan hakim terutama para imam mazhab yang pendapat-pendapat mereka

dijadikan rujukan di timur dan barat.

Ijma’ salah satu tonggak Islam sehingga menurut para ulama kufurlah orang

yang mengingkarinya jika telah ada hujah bahwa hal itu merupakan ijma’ yang

sempurna. Diperkenankan mengingkari orang yang melakukan sesuatu yang

menyimpang darinya. Perbedaan pendapat di antara para imam mazhab merupakan

rahmat bagi umat ini, yang tidak dijadikan Allah sebagai kesempitan di dalam agama

ini. Melainkan, hal itu merupakan luthf dan kemurahan.5

Mantan istri masih memiliki hak untuk dituntut apabila terjadinya perceraian.

Antaranya hak-hak mendapatkan nafkah iddah, hak untuk menuntut harta

sepencarian, hak untuk mendapatkan mut’ah dan penjagaan anak. Ini bagi

memastikan bahwa kaum wanita perlu mengetahui hak mereka supaya tidak dianiayai

4 Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

2010), h.115. 5 Muhammad bin Abdurrahman ad- Dimasyqi, Fiqih Empat Mazhab, (Bandung: Hasyimi,

2010), h. 10.

Page 14: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggungjawab. Begitu suami mempunyai

hak dan tanggungjawab setelah perceraian. Walaupun istri diceraikan, namun

hubungan anak dengan ayahnya tetap kekal hingga ke akhir hayat. Bapa mempunyai

kewajiban memberi nafkah kepada anak-anak. Namun begitu, terdapat beberapa

pendapat imam mazhab tentang hak-hak istri akibat perceraian dan dijadikan landasan

hukum atau sebagai pedoman.

Kompilasi Hukum Islam di Indonesia merupakan rangkuman dari berbagai

pendapat hukum yang diambil dari berbagai kitab yang ditulis para ulama fiqih yang

biasa dipergunakan sebagai referensi pada Pengadilan Agama yang diolah dan

dikembangkan serta dihimpun ke dalam satu himpunan. Himpunan tersebut inilah

yang dinamakan kompilasi.6

Mayoritas penduduk di Asia tenggara adalah muslim dan menganut mazhab

Syafi’i, terdapat juga sebagian penduduk yang menganut mazhab lain seperti, Hanafi,

Maliki dan Hambali. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan tentang hak-hak

istri akibat perceraian secara mendalam. Penulis mencoba melakukan penelitian lebih

lanjut dan terdorong untuk menganalisis lebih mendalam melalui penelitian skripsi

yang berjudul “HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN: Perbandingan Antara

Pendapat Imam Syafi’i dan Kompilasi Hukum di Indonesia (KHI)”.

6 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2007),h. 14.

Page 15: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

B . Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini menjadi lebih praktis dan terfokus sehingga para

pembaca mendapat manfaat dari penelitian ini, penulis membuat batasan hanya

tentang persamaan dan perbedaan hak-hak istri akibat perceraian menurut pendapat

Imam Syafi’i di dalam kitab Fiqih Imam Syafi’i dan Kompilasi Hukum Islam di

Indonesia.7

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan pembatasan masalah di atas dan

supaya tidak menjadi kajian yang melebar, penulis merumuskan pemasalahan dengan

rincian dalam bentuk persoalan yang berikut:

a) Adakah istri yang telah diceraikan masih mempunyai hak-hak?

b) Hak-hak apa saja yang dimiliki oleh mantan istri akibat perceraian menurut Imam

Syafi’i dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia?

c) Di mana letak perbedaan dan persamaan pendapat Imam Syafi’i dan KHI di

Indonesia tentang hak-hak istri akibat perceraian?

C . Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, penelitian memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hak isti setelah diceraikan.

7 Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum, Buku Pedoman Skripsi, (Jakarta: Fakultas

Syariah dan Hukum, 2007), h. 23.

Page 16: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

2. Untuk mengetahui hak-hak yang dimiliki oleh mantan istri akibat perceraian

menurut Imam Syafi’i dan KHI di Indonesia.

3. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan pendapat imam Syafi’i.

Seterusnya, manfaat yang dapat dikutip dari penelitian ini antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Secara akademis untuk mendapat jawaban terhadap perbedaan dan persamaan

tentang hak istri akibat perceraian menurut Imam Syafi’i dan KHI di Indonesia

2. Sebagai pedoman kepada para peneliti lain yang ingin memahami hak-hak istri

menurut pandangan Imam Syafi’i dan KHi di Indonesia.

3. Sebagai motivasi kepada wanita terutamanya wanita Indonesia tentang hak mereka

yang diatur di dalam KHI di Indonesia.

4. Penelitian ini juga dapat memberi sumbangan karya ilmiah dan juga sumbangan

pemikiran bagi perkembangan khazanah ilmu pengetahuan dan literasi pada

Fakultas Syariah dan Hukum Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Studi Review Terdahulu

Penulis berusaha membaca beberapa penelitian yang ada hubungannya dengan

penelitian yang penulis lakukan baik Fakultas Syariah dan Hukum, berupa skripsi

maupun dalam bentuk buku. Penulis menemukan tidak banyak penelitian terkait

masalah ini. Namun penulis menemukan satu penelitian yang dilakukan oleh Nurul

Huda Abdul Razak dengan judul skripsi “Nafkah masa Iddah Menurut Perspektif dam

Implementasinya DalamEnakmen Keluarga Islam (Studi Pada Mahkamah Rendah

Page 17: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

Syariah Rendah Malaysia)”,mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan

Peradilan Agama Tahun 2009. Di dalam skripsi tersebut, ia membahaskan antara lain

yaitu menginterpretasikan urgensi nafkah dalam iddah dari perspektif hak-hak

perempuan dalam perkawinan, khususnya hak yang harus diterima oleh istri setelah

perceraian, dan dan studi komparatif antara fiqih dan Enakmen keluarga Islam tahun

1984 (pindaan 2004) di Negeri Perak sebagai hokum positif di Malaysia dan Hukum

positif yang ada di Indonesia. Dengan melihat review studi terdahuku di atas, yang

membedakan antara skripsi di atas dengan skripsi penulis, adalah bahwa penulis

membahas tentang hak-hak istri akibat perceraian, dan perbandingan pendapat Imam

Syafi’i dan KHI, karena itulah dari aspek pembahasannya berbeda dengan pembahasan

dari skripsi Nurul Huda.

E. Metode Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari suatu karangan ilmiah, maka

metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data yang diperlukan untuk

penulisan tersebut akan memegang peranan yang sangat penting. Dengan demikian

penggunaan metode pembahasan bagi suatu hal yang menentukan bermutu atau

tidaknya dari penulisan yang bersangkutan. Metode yang digunakan dalam penulisan

skripsi ini adalah:

Page 18: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

1. Penentuan Jenis Data

Dalam kajian ini data yang diteliti adalah data yang berhubungan dengan topik

yang dikaji, yaitu Hak-hak Istri Akibat Perceraian: Perbandingan Antara Pendapat

Imam Syafi’i dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (KHI).

2. Pendekatan

Penulis mendiskripsikan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan bersifat

normatif.8

3. Obyek Penelitian

Penulis melakukan penelitian kepustakaan atau studi dokumentasi dengan merujuk

kitab-kitab fiqih Imam Syafi’i yaitu, kitab Fiqih Imam Syafi’i dan Kompilasi

Hukum Islam di Indonesia.

4. Sumber data

Penelitian berorientasikan data kualitatif yang bersumber pada:

a) Data Primer: Yang termasuk ke dalam sumber data primer adalah data yang

langsung diperoleh dari sumber yang asli dari obyek penelitian, yaitu kitab fikih

Imam Syafi’i dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.9

b) Data Sekunder: Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang diperolehi

dari sumber kedua atau sumber pendukung dari data yang kita butuhkan. Data

ini didapati dari buku-buku lain yang berkaitan dengan obyek penelitian.

8 Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum , Buku Pedoman Skripsi, (Jakarta: Fakultas

Syariah dan Hukum, 2007), h. 25. 9 Amirudin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,(Jakarta:Pt Raja Grafindo

Persada, 2004) h.119.

Page 19: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

c) Data Tertier: Data Tertier merupakan data pelengkap yang terdiri daripada

majalah, jurnal dan sebagainya.

5. Tenik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data, penulis menggunakan teknik analisis data yang

telah terhimpun (kualitatif), dengan mengumpulkan data-data dan mencoba untuk

menganalisis tentang perbedaan dan persamaan hak-hak istri akibat perceraian

menurut Imam Syafi’i dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.

6. Teknik Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas

Syriah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 yang diterbitkan

oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai materi yang menjadi

pokok penulisan dan memudahkan para pembaca dalam memahami tata aturan

penulisan skripsi ini, maka penulis telah menyusun sistematika penulisan yang dibagi

atas empat bab, tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab dengan rincian berikut:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang didahului dengan persoalan

melatarbelakangi penelitian dan pengangkatan tema ini, kemudian dilanjutkan dengan

pembatasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi

terdahulu, metodologi penelitian,dan sisteematika penulisan.

Page 20: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

Bab kedua menjelaskan tinjauan teoretis tantang hak-hak istri dalam

perkawinan yaitu, hak mahar, hak nafkah, hak disayangi, dan hak pendidikan.

Bab ketiga yaitu membahaskan tentang latar belakang Imam Syafi’i, hak istri

akibat perceraian menurut Imam Syafi’i, hak istri akbat perceraian menurut KHI di

Indonesia, dan persamaan dan perbedaan hak istri akibat perceraian menurut Imam

Syafi’i dan KHI di Indonesia.

Bab keempat adalah penutup yang mengandung tentang kesimpulan dari

seluruh perbahasan beserta saran-saran dan harapan penulis agar penulisan ini menjadi

satu komitmen yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Page 21: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

BAB II

TINJAUAN TEORETIS TENTANG HAK ISTRI DALAM PERKAWINAN

Sebagai upaya untuk mewujudkan misi pernikahan membentuk keluarga

sakinah, mawaddah wa rahmah, masing-masing suami dan istri harus menjaga hak

dan kewajibanny.10

Keluarga bermula dengan terbentuknya rumahtangga, yaitu

apabila seseorang itu mendirikan rumahtangga maka kedua belah pihak akan terikat

dengan peraturan perkawinan atau undang-undang. Undang-undang ini diadakan

mengikut adat dan agama.

Perjanjian perkawinan memberi dampak kepada suami istri yang bukan hanya

sekedar merubah status atau daripada seorang jejaka kepada seorang suami.

Sebenarnya dampak adalah melewati penentuan hak dan tanggungjawab seorang

suami dan juga seorang istri. Antara dampak-dampak tersebut yang terlibat dengan

kebendaan spiritual seperti menggauli istri dengan penuh kasih sayang (mawaddah)

dan belas kasihan (rahmah) serta juga bersifat menghormati persemendaan. Antara

dampak-dampak tersebut ada dengan kebendaan seperti hak mahar, hak nafkah, hak

disayangi, dan hak pendidikan.

10

A. Sutarmadi, Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen keluarga, (Jakarta:

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 134.

Page 22: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

A. Hak Mahar

1. Pengertian dan Pensyariatan Mahar

Definisi maskawin adalah sesuatu yang wajib diberikan karena pernikahan,

hubungan intim, dan pengabaian hubungan intim karena terpaksa. Maskawin adalah

sesuatu yang disyariatkan, dianjurkan, sekaligus disunnahkan dalam Islam. Mahar

dalam bahasa Arab shadaq. Asalnya isim mashdar dari kata ashdaqa, mashdarnya

ishdaq diambil dari kata shidqin (benar). Dinamakan shadaq memberikan arti benar-

benar cinta nikah dan inilah yang pokok dalam kewajiban mahar atau maskawin.11

Maskawin adalah sesuatu yang disyariatkan, dianjurkan, sekaligus disunahkan

dalam Islam. Telah terkumpul banyak dalil tentang pensyariatan mahar dan

hukumnya wajib. Suami, istri, dan para wali tidak mempunyai kekuasaan

mempersyaratkan akad nikah tanpa mahar.12

Dalil kewajiban mahar dari al-Quran

adalah firman Allah Swt.:

(۶:۶/سرة الىساء)

Artinya: “Dan berikanlah kepada perempuan-perempuan itu maskahwin-

maskahwin mereka sebagai pemberian yang wajib. kemudian jika mereka dengan

suka hatinya memberikan kepada kamu sebagian dari maskawinnya maka makanlah

11

Abdul Aziz Muhammad Azzam, dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat,

(Jakarta: Amzah, 2009), Cet 1, h. 176. 12

Ibid., h. 176.

Page 23: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

(gunakanlah) pemberian (yang halal) itu sebagai nikmat yang lazat, lagi baik

kesudahannya.

Dalil sunnahnya adalah sabda Nabi Saw. kepada orang yang hendak

menikah:

Artinya: “Carilah walaupun cincin dari besi.”

Hadis ini menunjukkan kewajiban mahar sekalipun sesuatu yang sedikit.

Demikian juga tidak ada keterangan dari Nabi saw bahwa beliau meninggalkan mahar

pada suatu pernikahan. Andai kata mahar tidak wajib tentu Nabi Saw. pernah

meninggalkannya walaupun sekali dalam hidupnya yang menunjukkan tidak wajib.

Akan tetapi, beliau tidak pernah meninggalkannya, hal ini menunjukkan

kewajibannya.

2. Macam-macam Mahar

Mahar terbagi kepada dua macam, yaitu mahar musamma dan mahar mitsil.

Pertama: Mahar musamma adalah mahar yang disebutkan bentuk, wujud atau

nilainya secara jelas dalam akad.13

Selanjutnya kewajiban suami untuk memenuhi

selama hidupnya atau nilainya sesuai dengan apa yang disebutkan dalam akad

perkawinan itu. Kedua: Mahar mitsil yaitu mahar yang tidak disebutkan jenis dan

jumlahnya pada waktu akad, maka kewajibannya adalah membayar sebesar mahar

yang diterima oleh perempuan lain dalam keluarganya.14

Mahar mitsil diwajibkan dalam tiga kemungkinan:

13

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 89. 14

Ibid., h. 89.

Page 24: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

a. Dalam kondisi suami tidak ada menyebutkan sama sekali mahar atau jumlahnya.

b. Suami menyebutkan mahar musamma, namun mahar tersebut tidak memenuhi

syarat ditentukan atau mahar tersebut cacat seperti maharnya adalah minuman

keras.

c. Suami ada menyebutkan mahar musamma,namun kemudian suami istri berselisih

dalam jumlah atau sifat mahar tersebut dan tidak dapat diselesaikan.

Mahar adalah hak istri, bukanlah hak walinya. Dan masih banyak ayat-ayat

menunjukkan bahwa mahar adalah hak perempuan sepenuhnya. Orang lain, ayahnya

sendiri, tidak boleh mengambil apa pun dari mahar tersebut tanpa seizinnya.

3. Hikmah disyariatkan Mahar

Mahar disyariatkan Allah Swt. untuk mengangkat derajat wanita dan

memberikan penjelasan bahwa akad pernikahan ini mempunyai kedudukan yang

tinggi. Oleh karena itu, Allah Swt. mewajibkannya kepada laki-laki bukan kepada

wanita, karena ia lebih mampu berusaha. Mahar diwajibkan padanya seperti halnya

juga seluruh beban materi. Istri pada umumnya dinafkahi dalam mempersiapkan

dirinya dan segala perlengkapannya yang tidak dibantu oleh ayah dan kerabatnya,

tetapi manfaatnya kembali kepada suaminya juga.

Oleh karena itu, merupakan sesuatu yang relevan suami dibebani mahar untuk

diberikan kepada sang istri. Mahar ini dalam segala bentuknya menjadi penyebab

suami tidak terburu-buru menjatuhkan talak kepada istri karena yang ditimbulkan dari

Page 25: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

mahar tersebut seperti penyerahan mahar yang diakhirkan, penyerahan mahar bagi

wanita yang dinikahinya setelah itu dan juga sebagai jaminan wanita ketika ditalak.15

B. Hak Nafkah

1. Definisi dan Bagian Nafkah

Secara bahasa, an-nafaqat adalah bentuk jamak dari kata nafaqah, kata kerja

yang dibendakan (mashdar) al-infaq,yaitu memberikan sesuatu secara baik demi

mengharap ridha Tuhan. Nafkah juga bermaksud mengeluarkan biaya atau

tanggungan hidup kepada mereka yang wajib atas seseorang untuk membiayainya.16

Nafkah terbagi kepada dua yaitu, Pertama: Memprioritas nafkah untuk diri sendiri.

Kedua: Bernafkah kepada orang lain. Poin ini disebabkan oleh tiga faktor yaitu,

hubungan pernikahan, hubungan kekerabatan, dan hubungan kepemilikan, di

antaranya kewajiban memberi makan kepada hewan ternak.

2. Hukum Pemberian Nafkah

Nafkah hanya diwajibkan atas suami, karena tuntutan akad nikah dan karena

keberlangsungan bersenang-senang sebagaimana istri wajib taat kepada suami, selalu

menyertainya, mengatur rumah tangga, mendidik anak-anaknya. Ia tertahan

melaksanakan haknya, “setiap orang yang tertahan untuk hak orang lain dan

manfaatnya, maka nafkahnya atas orang yang menahan karenanya.” Dalil al-Quran,

yaitu firman Allah Swt.:

15

Abdul Aziz Muhammad Azzam, dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh

Munakahat,(Jakarta: Amzah, 2009), cet 1, h.178. 16

Mohd Razuan Ibrahim, Undang-Undang dan Prosedur, (Selangor: DRI Publishing

House,2006), h. 56.

Page 26: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

(۲:۲۳۳/سرة البقرة)

Artinya: “Dan ibu-ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka selama dua

tahun genap yaitu bagi orang yang hendak menyempurnakan penyusuan itu; dan

kewajipan bapa pula ialah memberi makan dan pakaian kepada ibu itu menurut cara

yang sepatutnya”.

((۷):سرة الطالق

Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut

kemampuannya; dan sesiapa yang di sempitkan rezekinya, maka hendaklah ia

memberi nafkah dari apa yang diberikan Allah kepadanya (sekadar Yang mampu);

Allah tidak memberati seseorang melainkan (sekadar kemampuan) yang diberikan

Allah kepadaNya. (orang-orang yang dalam kesempitan hendaklah ingat bahawa)

Allah akan memberikan kesenangan sesudah berlakunya kesusahan”.

Ayat di atas mewajibkan nafkah secara sempurna bagi wanita atau pun

seorang istri. Sebab wajib nafkah atas suami kepada istri, karena dengan selesainya

akad yang sah, perempuan menjadi terikat dengan hak suaminya, yaitu untuk

menyenangkannya, wajib taat kepadanya, harus tetap tinggal di rumah untuk

mengurus rumah tangganya, mengasuh anak-anaknya dan mendidiknya, maka

sebagai imbalan dari yang demikian ini, Islam mewajibkan kepada suami untuk

memberi nafkah kepada istrinya.17

3. Besarnya Nafkah

Jika istri hidup serumah dengan suaminya, ia wajib menangung nafkahnya dan

mengurus segala keperluan, seperti makan, pakaian, dan sebagainya. Istri tidak

17

Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Petempuan Kontemporer, (Bogor: Ghali Indonesia, 2010),

h. 121.

Page 27: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

berhak menerima nafkahnya dalam jumlah tertentu selama suami melaksanakan

kewajibannya itu. Jika suami bakhil, tidak memberikan nafkah yang secukupnya

kepada istrinya atau itdak memberikan nafkah tanpa alas an-alasan dibenarkan syara,

istri berhak menuntut jumlah nafkah tertentu baginya untuk keperluan makan,

pakaian, dan tempat tinggal. Imam Mazhab berpendapat tentang besarnya nafkah

yang harus diberi oleh suami kepada istrinya yaitu seperti berikut:

a. Golongan Hanafi berpendapat bahwa agama tidak menentukan jumlah nafkah.

Kalangan Hanafi menetapkan jumlah nafkah istri sesuai dengan kemampuan

suami, baik kaya atau miskin, tanpa melihat keadaan istrinya.18

b. Imam Malik berpendapat bahwa besarnya nafkah itu tidak ditentukan berdasarkan

ketentuan syarak, tetapi berdasarkan keadaan masing-masing suami istri, dan ini

akan berbeda-beda berdasarkan perbedaan tempat, waktu, dan keadaan. Pendapat

ini juga dikemukakan oleh Abu Hanifah.

c. Menurut kalangan Imam Syafi’i, menetapkan jumlah nafkah tidak diukur dengan

jumlah kebutuhan, tetapi diukur hanya berdasarkan hukum syarak. Walaupun

kalangan Syafi’i sependapat dengan kalangan Hanafi, yaitu tentang

memperhatikan kaya dan miskinnya keadaan si suami, suami yang kaya tetap

diwajibkan memberi nafkah setiap hari sebanyak dua mud.19

18

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi, 2008), h. 62 19

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi, 2008), h.62.

Page 28: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

d. Silang pendapat ini disebabkan ketidak jelasan nafkah dalam hal ini, antara

disamakan dengan pemberian makan dalam kafarat atau dengan pemberian

pakaian. Dengan demikian makanan itu ada batasnya.

4. Syarat-syarat Menerima Nafkah

Syarat-syarat perempuan yang berhak menerima nafkah suami:

a) Ikatan perkawinan yang sah

b) Menyerahakan dirinya kepada suaminya

c) Suami dapat menikmati dirinya,

d) Tidak menolak apabila diajak pindah ke tempat yang dikehendaki suaminya.20

e) Kedua-duanya dapat saling menikmati.

Jika salah satu dari syarat-syarat ini tidak terpenuhi, ia tidak wajib diberi

nafkah. Jika ikatan perkawinannya tidak sah, bahkan batal, suami istri tersebut wajib

bercerai untuk mencegah timbulnya bencana yang tidak dikehendaki. Begitu juga istri

yang tidak mau menyerahkan dirinya kepada suaminya atau suami tidak dapat

menikmati dirinya atau istri enggan pindah ke tempat yang dikehendaki suami, dalam

keadaan seperti ini tidak ada kewajiban. Orang yang berhak menerima nafkah fuqaha

berpendapat bahwa nafkah tersebut untuk istri yang merdeka dan tidak membangkang

(nusyuz).

20

Kecuali kalau suami bermaksud merugikan istri dengan membawanya pindah atau

membahayakan keselamatan dirinya atau hartanya.

Page 29: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

5. Pendapat tentang nafkah istri yang durhaka

Tidak terdapat dalil yang menunjukkan bahwa apabila istri mendurhakai

suaminya, kemudian gugur nafkahnya.21

Allah Swt. telah menyuruh wanita mentaati

suaminya. Firman Allah Swt. dalam surat al-Nisa’: 34:

( ۳۶/الىساء سرة( Artinya: “Maka jika mereka taat kepada kamu, maka janganlah kamu

mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi,

lagi Maha Besar”.

Apabila istri mendurhakai kepada suaminya, diperbolehkan menghukum istri

dengan menghentikan nafkah hingga istri kembali taat kepada suaminya. Karena istri

meninggalkan kewajibannya untuk taat kepada suaminya, maka suami boleh

menghentikan kewajiban berupa pemberian nafkah.

C. Hak Disayangi

Di dalam perkawinan ada juga hak dan tanggungjawab yang harus

dilaksanakan, bukan sekedar berbentuk kebendaan bahkan berbentuk kasih sayang

seperti hak perempuan untuk mendapatkan perlakuan yang baik. Di antara hak istri

dalam perkawinan ialah untuk mendapat perlakuan yang baik dari suami dalam

pergaulan hidup berumah tangga. Perlakuan yang baik adalah meliputi tingkah laku,

21

Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqih Muslimah Ibadat-Muamalat, (Jakarta:Pustaka Amani,

1999), Cet 3, h. 350.

Page 30: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

tindakan dan sopan santun yang harus dilakukan suami terhadap istri.22

Hal ini

disebutkan dalam al-Quran surah An-Nisa’ ayat19:

( ۱۹:الىساء سرة )

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi

perempuan-perempuan dengan jalan paksaan, dan janganlah kamu menyakiti mereka

(dengan menahan dan menyusahkan mereka) kerana kamu hendak mengambil balik

sebahagian dari apa yang kamu telah berikan kepada-Nya, kecuali (apabila) mereka

melakukan perbuatan keji yang nyata. dan bergaulah kamu dengan mereka (istri-istri

kamu itu) dengan cara yang baik. kemudian jika kamu (merasai) benci kepada

mereka (disebabkan tingkah-lakunya, janganlah kamu terburu-buru

menceraikannya), karena boleh jadi kamu bencikan sesuatu, sedang Allah hendak

menjadikan pada apa yang kamu benci itu kebaikan yang banyak (untuk kamu)”.

Bergaul dengan baik antara suami istri untuk membina rumah tangga adalah

merupakan syarat dari suatu perkawinan yang akan mencapai tujuan dan hikmah

berumah tangga.23

Laki-laki sebagai pemimpin kaum perempuan di dalam rumah

tangga wajib melaksanakan tanggungjawab kepimpinannya untuk mengajari kaum

perempuan agar bisa melaksanakan kewajibannya dengan baik, serta menanamkan

rasa hormat dalam diri mereka sendiri dengan memberikan hak-hak perempuan tanpa

dipersulit karena manusia berdasarkan naluri alamiahnya selalu menghormati orang

dalam pandangan matanya adalah terdidik dan tahu akan hak kewajibannya, serta

22

Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Jakarta:Ghalia Indonesia,

2010), h. 121. 23

Ibid., h.121.

Page 31: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

tidak pernah memandang enteng kepadanya, maka apabila hak-hak perempuan tidak

diberikan, berarti kaum laki-laki sendirilah yang menutup pintu kebaikan yang akan

diberikan oleh kaum perempuan. Suami wajib menjaga dan memelihara istri segala

hal yang menghilangkan kehormatannya, atau mengotori kehormatannya, atau

merendahkan derajatnya, dan atau yang menghilangkan pendengarannya karena

dicela.

D. Hak Pendidikan

Di antara yang menjadi hak seorang istri suaminya ialah membimbingnya ke

arah penghayatan hukum-hukum agama, membaiki akhlaknya serta memberi tujuk

ajar kearah kebaikan dan kabahagiaan tanpa membiarkannya dalam keadaan serba

tidak betul serta menyimpang ke arah keburukan.24

Jika si suami diwajibkan menjaga

keselamatan diri istrinya, kesehatan tubuh badannya dan memberi layanan yang baik,

maka dia juga diwajibkan menjaga kesempurnaan agamanya, akhlaknya serta

kebaikan sikapnya.

Dengan demikian, si suami sudah benar-benar menjadi pemimpin yang

berkualitas serta beramanah. Justru, itu seorang suami tidak dianggap sebagai

beramanah terhadap amanah Allah jika dia tidak mempedulikan tentang kejahilan

serta penyimpangan istrinya dari kehendak agama, pengabaiannya menunaikan fardu-

fardu agama dan tidak membetulkan akhlaknya yang salah, sedangkan dia wajib

24

Mat Saad Abd Rahman, Undang-Undang Keluarga Islam Aturan Perkawinan, (Selangor:

Intel Multimedia and Publication, 2007), h. 78.

Page 32: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

menjaga serta mengawal ahli keluarganya daripada kesiksaan dunia dan akhirat.25

Firman Allah Swt.:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! peliharalah diri kamu dan

keluarga kamu dari neraka yang bahan-bahan bakarannya: manusia dan batu

(berhala); neraka itu dijaga dan dikawal oleh malaikat-malaikat yang keras kasar

(layanannya); mereka tidak mendurhaka kepada Allah dalam segala yang

diperintahkanNya kepada mereka, dan mereka pula tetap melakukan segala yang

diperintahkan”.

Secara kesimpulannya dapat kita katakan bahwa seseorang suami tidak

mungkin dapat mengawal keluarganya (yang juga termasuk istrinya) kecuali dengan

bimbingannya yang baik dan sempurna.26

25

Ibid, h. 78. 26

Mat Saad Abd Rahman, Undang-Undang Keluarga Islam Aturan Perkawinan, (Selangor:

Intel Multimedia and Publication, 2007), h.79.

Page 33: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

BAB III

HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN MENURUT IMAM SYAFI’I

DAN KHI DI INDONESIA

Secara umumnya ikatan perkawinan merupakan anugerah dan karunia Allah

kepada umatnya. Lafaz yang diakadkan oleh suami di majelis perkawinan dan

penerimaan suami adalah merupakan kontrak yang tidak bertempoh dan berjalan buat

selama-lamanya. Meskipun, dalam menjalani kehidupan sebagai manusia biasa kita

tidak terlepas dari menerima apa-apa ujian dan cobaan termasuklah keretakan

rumahtangga.27

Rumahtangga yang kehilangan elemen-elemen tersebut menjurus kepada

kerengangan di mana hubungan suami istri menjadi tidak harmonis dan akhirnya

menjurus kepada perceraian. Bagaimanapun, kita harus menerima hakikat bahwa

jodoh dan pertemuan itu adalah ketentuan Tuhan. Islam telah menetapkan hak bagi

pihak-pihak yang terlibat dalam perkawinan dan berlakunya perceraian itu.

Di dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu

hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu

(karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dan sebagainya), kekuasaan

yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat.

Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu

hal yang harus dilaksanakan). Di dalam perjalanan sejarah, tema hak relatif lebih

27

Mohd Razuan Ibrahim, Undang-Undang dan Prosedur, (Selangor: DRI Publishing House,

2006), h. 85.

Page 34: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

muda usianya dibandingkan dengan tema kewajiban, walaupun sebelumnya telah

lahir. Tema hak baru “lahir” secara formal pada tahun 1948 melalui Deklarasi HAM

PBB, sedangkan tema kewajiban (bersifat umum) telah lebih dahulu lahir melalui

ajaran agama di mana manusia berkewajiban menyembah Tuhan, dan berbuat baik

terhadap sesama terlibat dalam perkawinan dan berlakunya perceraian itu.28

A. Latar Belakang Imam Syafi’i

Muhammad al-Syafi’i ibn Idris (150-205 / 767-820). Seorang tokoh arsitek

sistematika hukum Islam, lahir di Palestina dan tumbuh dewasa di Makkah. Ia adalah

keturunan Quraisy yang hidup bergaul suku-suku badwi, sehingga pengetahuannya

tentang bahasa Arab dan tentang syair-syair Arab sangatlah mendalam. Ia belajar

hukum Islam di Madinah kepada Malik ibn Anas, dan kemudian ia belajar di

Baghdad, dan kembali ke Madinah beberapa lama, karenanya ia mengenal fiqh

Hambali secara dekat. 29

Sebagai perlawanan terhadap sunnah (kebiasaan)

masyarakat Madinah yang menjadi metode penarikan hukum mazhab Maliki, dan

sebagai serangan terhadap deduktif spekulatif mazhab Hanafi, maka al-Syafi’i

berjuang mempromosikan hadis dan al-sunnah Nabi sebagai sumber otoritas utama

dalam menafsirkan perintah-perintah al-Quran. Menurutnya, otoritas hadis dan

sunnah al-Nabi lebih utama daripada qiyas (analogi), dan hal ini mendukung

keberadaan ijma’ sebagai legitimasi hukum al-Quran, hadis, sunnah, qiyas,dan ijma’

28

Wikipedia, “Pengertian Hak”, artikel diakses pada 17 Mei 2011 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Hak. 29

Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), Cet 2, h. 379.

Page 35: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

secara bersama-sama merupakan prinsip utama hukum Islam (ushul al-fiqh), dan

merupakan dasar sistematika fiqh. Al-Syafi’i sendiri tidak bermaksud mendirikan

sebuah mazhab fiqh, melainkan hal ini merupakan supaya yang dilakukan oleh

murid-muridnya. Metodologi al-Syafi’i secara universal diterima mazhab-mazhab

lainnya.30

B. Hak Istri Akibat Perceraian menurut Imam Syafi’i

Menurut pendapat Imam Syafi’i tentang hak-hak istri akibat perceraian yaitu,

hadhanah, nafkah iddah, mut’ah,dan hutang mahar;

1. Hadhanah

a. Definisi Hadhanah dan Syarat-syaratnya

Hadhanah dalam pengertian syariat adalah mengasuh anak yang belum

tamyiz dan belum mampu mengerjakan urusannya secara mandiri, seperti merawat

dirinya, mandi, mencuci baju serta menjaga diri dari bahaya. Hadhanah termasuk dari

bagian perwalian dan penguasaan. Namun, dalam hal ini lebih diutamakan kaum

perempuan karena mereka lebih lembut, sayang, pendidikan, lebih ulet, merawat, dan

lebih akrab terhadap anak yang diasuh.31

Tidak semua orang berhak memberi

hadhanah kepada seseorang anak kecil, hanya mereka yang mampu memenuhi syarat-

syarat kelayakan seperti berikut saja yang diharuskan32

:

30

Ibid., h. 379. 31

Ibid., h. 65. 32

Mat Saad Abd Rahman, Undang-Undang Keluarga Islam Aturan Perkawinan, (Selangor:

Intel Multimedia and Publication, 2007), h.124

Page 36: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

1. Beragama Islam. Dengan itu adalah tidak sah seorang perempuan kafir ataupun

murtad menjadi petugas hadhanah;

2. Baligh dan sempurna akalnya;

3. Mampu dan boleh dipercayai dalam menjalankan tugas penjagaan dan pendidikan

dengan sempurna;

4. Beramanah dan bermoral tinggi. Dengan arti perempuan perempuan yang terkenal

dengan kefasikannya, seperti penzina, pencuri, peminum arak, pembunuh dan

seumpamanya tidak harus melaksanakan hadhanah si kecil;

5. Sekiranya yang melaksanakan hadhanah itu adalah ibunya sendiri, maka

disyaratkan dia belum lagi berkawin dengan laki-laki lain selain dari bapak anak

kecil itu, sama ada dia masih di dalam iddahnya ataupun selepasnya. Andainya dia

kembali kepangkuan bapanya maka hak hadhanah terhadap anaknya dan tidak akan

putus, dan

6. Mempunyai tempat. Ini mengartikan bahwa si kecil tidak harus diserahkan kepada

ibunya atau siapa saja selepas ibunya yang dapat memenuhi kesemua yang di atas

jika dia tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, sama ada miliknya sendiri

ataupun sewaan.

Manakala terjadi perselisihan antara suami istri perihal pengasuhan anak maka

istrilah yang berhak mengasuh anak, dengan syarat putusan hakim. Hak asuh istri

gugur bila dia telah kawin dengan laki-laki lain sebagaiman hadits yang terdahulu,

dasar logisnya cukup kuat karena istri akan disibukkan untuk melayani suami barunya.

Inilah yang dikhawatirkan akan membahayakan anak yang diasuh karena perhatian istri

Page 37: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

terbagi kepada suami barunya, walaupun suami barunya mengizinkanya untuk

mengasuh anak tersebut.

b. Daftar Urut Pengasuhan

Kaum ibu lebih berhak untuk mengasuh si kecil dan lebih layak daripada

bapak. Yang berhak menjadi pengasuh ada tiga bagian, yaitu laki-laki dan perempuan

saja, atau laki-laki saja. Adapun pengasuh dari kalangan kaum ibu secara berurutan,

yaitu sebagai berikut:

1. Ibu, karena kasih sayang kepada anak,33

2. Nenek dari ibu, mengingat nenek termasuk orang yang besar perhatiannya kepada

cucu,

3. Nenek dari ayah, karena perhatian yang diberikan oleh nenek dari ayah sama

besarnya dengan perhatian yang diberikan oleh nenek dari ibu,

4. Ibu dari ayahnya ayah (umi abil jaddi) dan ke atas dari kalangan kaum ibu yang

berhak menerima waris dan begitu seterusnya karena mereka orang yang

mempunyai keturunan dan warisan sebagaimana ibu dan nenek,

5. Saudari kandung, karena mereka setara dalam hal nasab dan kasih sayang yang

diberikan kepada anak tersebut,

6. Saudari kandung, kemudian saudara seayah, lalu saudara seibu.

7. Bibi dari ibu,

8. Keponakan perempuan dari saudara kandung, putra-putra mereka, kemudian putri-

putri dari saudara seayah, lalu yang seibu,

33

Ibid., h. 71.

Page 38: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

9. Bibi sekandung, seayah, atau seibu,

10. Paman sekandung atau seayah,

11. Putri-putri bibi dari kandung, seayah, atau seibu,

12. Putri-putri paman dari ayah,

13. Putra-putra paman dari ayah.34

Dapat disimpulkan bahwa yang didahulukan dalam urutan pengasuh tersebut

adalah dari kalangan ibu, nenek, saudara, dan dan dari kalangan paman. Hak asuh

diberikan kepada laki-laki yang mempunyai ikatan mahram dan waris dengan si kecil

dengan mengacu pada tuntutan warisan. Kemudian hak asuh juga diberikan kepada

pihak laki-laki yang tidak mempunyai ikatan mahram seperti anak dari paman

(sepupu si kecil). Namun, tidak boleh menyerahkan pengasuhan anak wanita yang

sudah besar kepada laki-laki untuk menghindari berduaan yang diharamkan. Akan

tetapi, si kecil boleh diasuh dan diserahkan kepada laki-laki yang bisa dipercayai dan

direkomendasikan oleh orang yang berhak mengasuhnya karena pengasuhan

merupakan haknya.

c. Hal Yang Membatalkan Hadhanah

Hadhanah dilarang bagi ibu yang tidak memenuhi syarat yang telah dijelaskan

seperti gila, budak, kafir fasik, tidak dipercayai, dan menikah dengan laki-laki lain,

terkecuali menikah dengan laki-laki yang berhak untuk mengasuh anak tersebut,

seperti paman anak itu atau seperti ayah menikahkan anaknya dengan anak istri yang

dihasilkan dari suami lain, dan kemudian melahirkan anak, hasil dari pernikahan itu.

34

Ibid., h. 71.

Page 39: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

Lalu ayah dan ibu si anak meninggal maka istri dari bapaknya itu berhak untuk

mengasuh anak tersebut.

Orang yang tidak mempunyai hak waris (dzawil arham) tidak berhak untuk

mengasuh anak, seperti cucu laki-laki dari anak perempuan, anak laki-laki dari

saudari, anak laki-laki saudara seibu, bapaknya ibu, paman dari ayah, karena

pengasuhan itu merupakan hak perempuan yang memahami cara mengasuh dengan

baik atau merupakan kewajiban orang yang mempunyai ikatan kekerabatan yang bisa

dibuktikan dengan berhak menerima waris dari kalangan laki-laki dan ini tidak

terdapat dalam kalangan anak famili (dzawil arham).35

Orang yang garis keturunannya melalui dzawil arham tersebut, baik laki-laki

maupun perempuan tidak mempunyai hak asuh karena orang yang garis keturunan di

atasnya saja tidak mempunyai hak waris apalagi yang bergaris keturunan ke

bawahnya.36

Apabila suami istri bercerai dan mempunyai anak yang telah tumbuh

dewasa maka dia boleh hidup sendiri, tidak bersama dengan orang tuanya. Dia tidak

membutuhkan pengasuhan dan tanggungan, namun dianjurkan agar dia hidup

bersama salah satu dari kedua orang tuanya dan wajib berbakti kepada mereka. Jika

dia seorang perempuan maka dimakruhkan hidup sendirian tanpa orang tua demi

keselamatannya.

35

Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i, (Jakarta: almahira, 2010 ), h. 70. 36

Ibid., h. 70

Page 40: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

d. Mut’ah

Mut’ah diambil dari kata mata‟, artinya sesuatu yang digunakan untuk

senang-senang. Mut’ah yaitu suatu pembayaran sagi hati yang diberikan oleh seorang

mantan suami kepada mantan istrinya yang dicerai.37

Yang dimaksud di sini ialah,

harta yang wajib diberikan suami istri yang ditinggalkannya semasa hidup akibat

perceraian maupun putusan hukum dengan syarat-syarat tertentu. Pemberian mut’ah

ini berlaku untuk pria muslim, dzimmi, muslimah, dan dzimmiah, dan lain

sebagainya.

Hukum mut’ah berbeda-beda sesuai jenis perpisahan suami istri (furqah).

Sebab furqah ada dua macam: (1) furqah akibat kematian, yang dalam hal ini,

menurut kesepakatan ulama, tidak ada mut’ah, sebagaimana dikemukakan an-

Nawawi r.a; dan (2) furqah yang terjadi saat masih hidup, seperti perceraian.38

Apabila furqah terjadi sebelum hubungan intim, baik pihak wanita ditalak

atau disumpah lian, maka akan muncul ketentuan hukum sebagai berikut:

Menurut qaul jadid, wanita itu berhak menerima mut’ah, jika dia tidak wajib

menerima separuh mas kawinnya, misalnya dia wanita mufawadhah (wanita yang

diserahkan oleh walinya kepada seorang pria untuk dinikahi), dan suami tidak

menentukan maskawin apa pun baginya. Hal ini berdasarkan firman Allah Swt.:

37

Mat Saad, UU Keluarga Islam Aturan Perkawinan, (Selangor: Intel Multimedia and

Publicition, 2007), h. 165. 38

Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i, (Jakarta: almahira, 2010 ), h. 571.

Page 41: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

Artinya: “ Tidak ada dosa bagi kalian, jika kalian menceraikan istri-istri

kalian yang belum kalian sentuh (campuri) atau belum kalian tentukan maharnya.

Dan hendaklah kalian beri mereka mut‟ah, bagi yang mampu menurut

kemampuannya dan bagi yang tidak mampu kesanggupannya, yaitu pemberian

dengan cara yang patut, yang merupakan kewajiban bagi orang-orang yang berbuat

kebaikan.”

Selain itu, wanita mufawadhah tidak memperoleh apa pun. Jadi, dia wajib

mendapatkan mut’ah, karena adanya perasaan gundah dalam dirinya. Dia berbeda

dengan wanita yang berhak menerima separuh maskawin telah cukup baginya cukup

baginya sebagai pengobatan kesedihannya. Demikian pula, menurut pendapat Imam

Syafi’i, mut’ah wajib diberikan kepada istri setelah hubungan intim, juga kepada

setiap wanita yang diceraikan suaminya tanpa ada aib dalam dirinya, atau diceraikan

oleh hakim, misalnya dalam kasus suami melakukan lian, atau ayah atau anak suami

menyetubuhinya akibat syubhat dan lain sebagainya. Status ini seperti ditalak.39

Menurut pendapat yang shahih, khuluk itu kedudukannya seperti talak,

sedangkan talak yang ditaklik kedudukannya seperti talak yang dilakukan secara

langsung. Talak itu, baik terjadi karena suami atau atas permintaan istri, statusnya

sama saja. Seandainya suami menaklik talak dengan suatu perbuatan tertentu, lalu si

istrinya melakukan perbuatan tersebut, atau dia menyetubuhi istrinya kemudian

39

Ibid., h. 572.

Page 42: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

menalaknya setelah beberapa lama atas permintaan istri, menurut pendapat yang

shahih, hal itu statusnya seperti talak.

Begitu pula setiap perceraian yang bukan disebabkan istri, artinya bersumber

dari suami, misalnya suami murtad, melakukan lian, baru masuk Islam; atau

perceraian itu dilakukan melalui orang lain, misalnya ibu mertua istri ternyata ibu

susuannya, atau anak laki-laki suaminya akibat syubhat.40

Untuk semua kasus ini,

dalam hal kewajiban memberikan mut’ah, hukumnya seperti talak. Jika sumber

furqah (perpisahan) itu berasal dari pihak wanita, misalnya dia murtad atau masuk

Islam karena mengikuti salah satu orang tuanya, atau suami melakukan fasakh akibat

aib yang dimiliki istri, atau justru istri yang mengajukan fasakh lantaran suami

melarat atau menghilang maka wanita tersebut tidak bisa mendapatkan mut’ah, baik

perpisahan itu terjadi sebelum maupun sesudah hubungan intim, mengingat

maskawin menjadi gugur akibat adanya fasakh tersebut. Apabila suami istri

bersengketa perihal besarnya mut’ah, hakim menetapkan ukuran mut’ah menurut

pertimbangannya. Artinya, ukuran mut’ah yang harus diberikan adalah menurut

ijtihad hakim sendiri, dengan mempertimbangkan situasi dan keadaan keduanya,

seperti kaya, miskin, keturunan, termasuk juga karakter wanita tersebut.41

Hal ini

berdasarkan firman Allah Swt.:

40

Kata, Imam Nawawi rahimahullah adalah sesuatu yang tidak jelas halalnya ataupun

haramnya, karena itu kebanyakan manusia tidak mengetahui hukumnya. Adapun ulama mereka

mengetahui hukumnya dengan nash atau qiyas atau istishaab atau dengan selainnya atau arti lain ragu-

ragu. 41

Ibid., h. 573.

Page 43: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

(۲: ۲۳۴/ سرة البقرة)

Artinya: “ Dan hendaklah kalian beri mereka mut‟ah, bagi mereka yang

mampu menurut kemampuannya. Dan bagi yang tidak mampu menurut

kesanggupannya, yaitu pemberian dengan patut, yang merupakan kewajiban bagi

orang-orang yang yang berbuat kebaikan.”

e. Nafkah Iddah

Macam-macam iddah istri. Pertama, iddah karena talak raj’i (cerai tetapi

suami masih diperkenankan untuk kembali ke pangkuan istri). Kedua, iddah karena

talak ba’in (cerai yang dilakukan tiga kali oleh suami atau dengan melalui talak

khulu’(yaitu gugatan cerai yang dilakukan oleh istri dengan mengembalikan

maskawin atau sejenisnya). Ketiga, iddah dalam masa hamil. Keempat, iddah sebab

ditinggal mati oleh suaminya.

Selama iddah karena talak raj’i, istri berhak menerima nafkah serta seluruh

haknya, kecuali biaya merias diri karena dia bukan lagi milik sang suami, terkecuali

tidak bisa tidur karena kotor. Selain itu, suami wajib memberikan nafkah istrinya

jika dicerai jika istri masih tamkin.42

Di samping tanggungjawab suami memberikan nafkah dalam masa

perkawinan, suami juga dikehendaki membayar nafkah istri dalam masa iddah

karena perkawinan mereka masih lagi berterusan sehinggalah habis tempoh iddah.

Wanita yang ditalak dan berada dalam tempoh iddah berhak mendapat nafkah

daripada suaminya dalam beberapa keadaan. Istri yang diceraikan dengan talak raj’i

42

Tamkin yaitu sempurna.

Page 44: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

adalah berhak untuk menerima nafkah dalam tempoh beriddah. Bagi istri yang

berada dalam talak bain, mereka hanya mendapat nafkah apabila hamil. Jika mereka

tidak hamil dalam tempoh beriddah, mengikut Imam Syafi’i mereka hanya berhak

mendapat tempat tinggal sahaja. 43

Istri haruslah menetap di tempat kediaman suami. Maksud menetap ialah

tidak keluar ke mana-mana dari tempat kediamannya. Maksud tempat kediaman

suami ialah kediaman yang disediakan oleh si suami sebagai memenuhi

tanggungjawab nafkah yang diwajibkan ke atasnya selepas saja akad perkawinan

dilangsungkan di antara mereka berdua. Inilah di antara tanggungjawab seorang istri

yang berada di dalam iddah cerainya yang sering tidak dipedulikan oleh si istri atau

suami atau keluarga masing-masing terutamanya keluarga si istri.

Apa yang kita tahu, selepas saja lafaz talak diucapkan oleh si suami, sama ada

talak raj’iatau talak bain, maka si istri yang diceraikan itu akan terus pulang ke

rumah ibu bapanya, atau dia terus larikan pulang ke rumah keluarganya hampir

kalaupun tidak ke rumah ibu bapanya, atau dia diusir keluar dari rumah

kediamannya oleh si suami. Sebenarnya tindakan begini boleh menjejaskan hak dan

tanggungjawab istri yang diceraikan di samping menjejaskan juga hikmah talak itu

disyariatkan.

Sebagian mantan istri berhak mendapat nafkah semasa menjalani masa

iddahnya. Ia menjadi tanggungjawab si suami untuk melaksanakannya karena sama

ada hubungan perkawinan itu masih lagi wujud seperti bekas istri yang berada di

43

Mohd Razuan, Undang-undang & Prosedur, (Selangor:Dri Publishing), h. 170.

Page 45: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

dalam iddah raj‟i atau karena dia sedang hamil sekalipun dia sedang menjalani iddah

bain. Menurut asalnya, tidak ada nafkah yang diwajibkan untuk bekas istri yang

menjalani iddah bain walaupun dia berhak mendapatkan tempat tinggal. Tetapi

apabila, pada ketika itu, dia sedang hamil maka nafkah dan tempat tinggal diberi

peruntukan untuknya sama seperti seorang bekas istri yang menjalani iddah raj’i. 44

Hal ini disebabkan anak yang dikandungnya itu memerlukan kepada kesehatan yang

sempurna. Sedangkan kesehatan adalah tergantung pada kondisi kesehatan si ibu dan

kesehatan si ibu pula memerlukan bahan-bahan makanan dan minuman yang

sempurna begitu juga dengan tempat tinggal yang selesa. Justru itu kedua-duanya

(yaitu nafkah dan tempat tinggal) menjadi haknya yang wajib dipenuhi oleh bekas

suaminya selama sebelum dia melahirkan anaknya. Firman Allah Swt.:

(سرة

(۴:۴۵/الطالق

Artinya: “Dan jika mereka sedang hamil maka berikanlah kepada mereka

akan nafkah mereka sehinggalah mereka melahirkan anak yang dikandungnya”.

Kewajiban memberikan nafkah lain sebagainya tidak bisa gugur sampai

lewat waktu. Begitulah menurut Imam Syafi’i. Namun, nafkah tidak wajib diberikan

kepada perempuan yang hamil karena wathi syubhat dan tidak dinikahi atau

perempuan yang hamil hasil nikah fasid. Tidak wajib memberikan nafkah kepada

44

Mat Saad, UU Keluarga Islam Aturan Perkawinan, (Selangor: Intel Multimedia and

Publicition 2007), h. 164.

Page 46: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

istri yang ragu hamil, kecuali betul-betul hamil. Apabila dia telah nyata hamil, maka

suami wajib memberikan nafkah harian.45

Jumlah nafkah bagi perempuan yang telah dicerai yaitu setara dengan

kebutuhannya saat masih bersama sang suami. Apabila nikah fasakh disebabkan

sesusuan atau aib, maka istri berhak mendapat tempat tinggal pada masa iddah. Hal

ini tidak termasuk perempuan yang cerai dari nikah fasid atau wathi syubhat karena

perempuan tersebut tidak melalui nikah yang sah.46

Dan dalil pemberian tempat tinggal bagi wanita yang ditalak ini adalah

firman Allah Swt.:

(سرة

(۱:۴۵/الطالق Artinya: “Janganlah kalian keluarkan mereka dari rumahnya, dan jangan

(diizinkan) keluar kecuali jika mereka mengerjakan perbuatan keji yang jelas….”

Suami atau orang lain tidak bisa mengusir istri yang sedang menjalani iddah.

Dia juga tidak boleh keluar dari rumah karena dalam iddah terdapat hak Allah. Hak

tersebut tidak gugur dengan adanya saling ridha antara suami istri, kecuali dalam

kondisi darurat atau ada uzur, misalnya karena mengkhawatirkan keselamatan jiwa,

harta dan kehormatan, atau karena takut rumahnya runtuh dan terbakar, takut

sendirian, para tetangganya jahat, atau dia sangat jahat pada mereka.47

45

Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i, (Jakarta: almahira, 2010), Cet 1, h. 54. 46

Ibid., h.55. 47

Ibid., h. 21.

Page 47: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

Imam Syafi’i berkata ada kemungkinan perintah Allah Swt. untuk

menempatkan mereka, dan tidak keluar baik siang atau malam, bukan karena suatu

makna selain makna uzur.48

Semua wanita yang dicerai dan masih memungkinkan

dirujuk kembali oleh suaminya, maka ia berhak mendapatkan nafkah selama masih

dalam iddah dari suami yang menceraikannya itu. Lalu semua wanita yang dicerai

dan suaminya tidak mungkin lagi untuk rujuk dengannya, maka ia tidak mendapatkan

nafkah (dari suaminya) selama dalam masa iddah, kecuali bila ia dalam keadaan

hamil.

Fuqaha sependapat bahwa yang beriddah dari talak raj’i memperoleh nafkah

dan tempat tinggal. Begitu halnya wanita yang sedang hamil, berdasarkan firman

Allah berkenaan dengan istri-istri yang ditalak raj’i dan istri-istri yang ditalak dalam

keadaan hamil:

Artinya: “Tempatkanlah istri-istri (yang menjalani iddahnya) itu di tempat

kediaman kamu sesuai dengan kemampuan kamu; dan janganlah kamu adakan

sesuatu yang menyakiti mereka (di tempat tinggal itu) dengan tujuan hendak

menyusahkan kedudukan mereka (supaya mereka keluar meninggalkan tempat itu).

Dan jika mereka berkeadaan sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka

nafkahnya sehingga mereka melahirkan anak yang dikandungnya….”

Kemudian fuqaha berselisih pendapat mengenai tempat tinggal dan nafkah

bagi istri yang ditalak bain tidak di dalam keadaan hamil dalam tiga pendapat:

48

Imam Syafi’i, Kitab Al-Umm, ( Jakarta: Pustaka Azzam 2009 ), h. 599.

Page 48: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

Pendapat pertama yaitu menetapkan istri berhak mendapat tempat tinggal dan

nafkah. Pendapat ini dikemukakan oleh fuqaha Kufah, pendapat kedua, mengatakan

bahwa istri tersebut tidak memperoleh tempat tinggal maupun nafkah. Pendapat ini

dikemukakan oleh Ahmad, Dawud, Abu Tsaur, Ishaq, dan segolongan fuqaha dan

pendapat ketiga, hanya menetapkan tempat tinggal saja untuk istri tanpa nafkah.

Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Malik, Imam Syafi’i dan lain.49

f. Hutang Mahar

Mahar yang perlu dibayar biasanya dilakukan semasa akad nikah dilakukan.

Ada juga sekelompok lelaki yang tidak membayarnya. Apabila mas kawin atau

pemberian tidak dibayar dan tidak dihalalkan oleh istri, istri berhak mendapat mas

kawin apabila diceraikan.50

Imam Syafi’i berpendapat, tidak wajib membayar uang

mahar seluruhnya kecuali bila diawali dengan persetubuhan yang sebenar-benarnya.

Akan tetapi, jika suami istri hanya tinggal serumah, ia hanya wajib membayar

separuh maharnya, Firman Allah Swt.:

Artinya: “Dan jika kamu ceraikan mereka sebelum kamu sentuh (bercampur)

Dengan mereka, padahal kamu sudah menetapkan kadar maskawin untuk mereka,

maka mereka berhak mendapat separuh dari maskawin yang telah kamu tetapkan itu,

49

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), Cet 3, h. 615. 50

Mohd Razuan, Undang-Undang & Prosedur, (Selangor: Dri Publishing, 2006), h. 170.

Page 49: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

kecuali jika mereka memaafkannya tidak menuntutnya); atau (pihak) yang memegang

ikatan nikah itu memaafkannya (memberikan maskawin itu dengan sepenuhnya). Dan

perbuatan kamu bermaaf-maafan (halal menghalalkan) itu lebih hampir kepada

taqwa. dan janganlah pula kamu lupa berbuat baik dan berbudi sesama sendiri.

Sesungguhnya Allah sentiasa melihat akan apa jua yang kamu kerjakan”.

Maksudnya, bila terjadi talak, padahal belum pernah bersetubuh dalam arti

yang sebenarnya, ia wajib membayar mahar separuh dari yang telah dijanjikan.

Adapun dalam keadaan tinggal serumah dan belum melakukan persetubuhan, ia tidak

wajib membayar mahar seluruhnya.51

Mahar disyariatkan dibayar oleh suami kepada

istrinya karena dinilai dari kemampuan suami karena suami akan menafkahi

keluarganya dan ia telah mendapat nikmat dari istri.

C. Hak Istri Akibat Perceraian Menurut KHI di Indonesia

Kompilasi hukum Islam adalah merupakan rangkuman dari berbagai pendapat

hukum yang diambil dari berbagai kitab yang ditulis para ulama fiqih yang biasa

dipergunakan sebagai referensi pada Pengadilan Agama yang diolah dan

dikembangkan serta dihimpun ke dalam satu himpunan. Himpunan tersebut inilah

yang dinamakan kompilasi.

Materi atau bahan-bahan hukum dimaksud telah diolah melalui proses metode

tertentu, kemudian dirumuskan dalam bentuk yang serupa dengan peraturan

perundang-undangan (yaitu dalam pasal-pasal tertentu). Bahan ini kemudian

ditetapkan berlakunya melalui sebuah keputusan Presiden yang untuk selanjutnya

51

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta:Pena Pundi Aksara, 2008), Jil 3, h.45.

Page 50: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

dapat digunakan oleh para Hakim Pengadilan Agama dalam memeriksa, mengadili

dan memutuskan sesuatu perkara yang diajukan kepadanya sebagai pedoman.52

Hak istri akibat perceraian menurut Kompilasi Hukum Islam di Indonesia

terdapat dalam beberapa pasal yaitu:

1. Pasal 156 yang berbunyi: Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah:

Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali

bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan oleh:

1. Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu;

2. Ayah;

3. Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah;

4. Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan;

5. Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ibu;

6. Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah.53

a) Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah

dari ayah atau ibunya;

b) Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan

jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah

dicukupi, maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan Pengadilan

Agama dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang

mempunyai hak hadhanah pula;

52

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2007),h. 14. 53

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2007), h. 151.

Page 51: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

c) Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggungan ayah menurut

kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dan dapat

mengurus diri sendiri (21 tahun);

d) Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak,

Pengadilan Agama memberikan putusannya berdasarkan huruf (a), (b), (c),

dan (d);

e) Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan

jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut

padanya.

2. Pasal 157

Harta bersama dibagi menurut ketentuan sebagaimana tersebut dalam Pasal

96, 97.54

3. Pasal 158

Mut’ah wajib diberikan oleh bekas suami dengan syarat:

a. Belum ditetapkan mahar bagi istri ba’da al dukhul.

b. Perceraian itu di atas kehendak suami.

4. Pasal 159

Mut’ah sunnat diberikan oleh bekas suami tanpa syarat tersebut pada Pasal

158.

5. Pasal 160

Besarnya mut’ah disesuaikan dengan kepatutan dan kemampuan suami.

54

Ibid., h. 152.

Page 52: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

Menurut Pasal 156 yang dinyatakan di atas, hadhanah menjadi hak si kecil

karena dia masih memerlukan seseorang yang menjaga dan menguruskan halnya serta

mendidiknya. Hanya ibunya saja yang mampu melayani keperluan anaknya dengan

wataknya sebagai seorang ibu. Lantaran itu ia menjadi hak dan tanggungjawab

ibunya sendiri karena bapaknya tidak mampu melakukan tugas itu dengan sempurna

sekalipun dia telah berkawin dengan perempuan lain. Lagipun seorang ibu tiri tidak

mungkin akan melakukan untuk si kecil sama seperti yang dilakukan oleh ibunya

sendiri.55

Tetapi jika ibunya telah meninggal dunia, tugas mengasuh anak tersebut

digantikan kepada wanita-wanita garis lurus ke atas dari ibunya. Kerabat dari

keluarga ibunya diutamakan dibandingkan dengan bapaknya. Biaya penjagaan dan

segala keperluan anak tersebut dibiaya oleh bapaknya.

Menurut Pasal 157 yang dinyatakan di atas, harus diberi oleh mantan suami

kepada istrinya menurut ketentuan Pasal 96 dan 97. Harta bersama yaitu harta yang

diperolehi sepanjang masa perkawinan suami istri sama ada daripada sumber atau

daripada usaha mereka bersama. Harta bersama tidak semestinya hasil daripada satu

jenis pekerjaan yang dilakukan oleh suami istri yang menghasilkan satu bentuk

harta.56

Harta bersama adalah harta yang dihasilkan dengan jalan syirkah antara

suami istri sehingga terjadi percampuran harta yang satu dengan yang lain dan tidak

dapat dibeda-bedakan lagi. Syirkah menurut bahasa adalah percampuran dengan harta

lain sehingga tidak dapat dibedakan lagi satu dari yangt lain. Menurut istilah Hukum

55

Mat Saad Abd Rahman, UU Keluarga Islam Aturan Perkawinan, (Selangor: Intel

Multimedia and Publication, 2007), h. 122. 56

Mohd Razuan, Undang-Undang&Prosedur, (Selangor: Dri Publishing, 2006), h.183.

Page 53: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

Islam ialah adanya hak dua orang atau lebih terhadap sesuatu. Adapun dasar hukum

syirkah adalah diriwayatkan oleh Abu Daud Hakim:

ريرة رضى أهلل عى ل ص: قال, عه ابي اوا ثالث الشريكيه ما : قال اهلل: م.قال رس

ما ما فأرا خان خرجت مه بيى (راي اب داؤد صحح الحاكم) لم يخه احذ

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda, Allah

ta‟ala berfirman: Aku adalah yang ketiga dari dua orang yang berserikat selama

salah seorang diantara mereka tidak dikhianati pada temannya, apabila ada yang

berkhianat. Maka aku keluar dari mereka.” (Riwayat Abu daud, dan dishahihkan

oleh Al-Hakim).57

Dari hadis tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perkongsian (syirkah)

pada umunya menurut hokum Islam bukan hanya sekedar boleh melainkan lebih dari

itu tidak ada tipu muslihat. Di kalangan empat mazhab terdapat lima macam yang

disebutkan harta syarikat (disebut juga syarikat, syarkat, dan syirkat). Syarikat „inan,

yaitu dua orang yang berkongsi di dalam harta tertentu, misalnya bersyarikat dalam

membeli suatu barang dan keuntungannya untuk mereka. Syarikat abdan, yaitu dua

orang atau lebih bersyarikat masing-masing mengerjakan suatu pekerjaan dengan

tenaga dan hasilnya(upahnya) untuk mereka bersama menurut perjanjian yang

merreka buat, seperti tukang kayu, tukang batu, mencari ikan dilaut, berburu, dan

kegiatan yang seperti menghasilkan lainnya.

Syarikat mufawadlah, yaitu perserikatan dari dua orang atau lebih untuk

melaksanakan suatu pekerjaan dengan tenaganya yang masing-masing di antara

mereka mengeluarkan modal, menerima keuntungan dengan tenaga dan modalnya,

57

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam, Penerjemah:

Achmad Sunarto, (Jakarta: Pustaka Amani, 2000), Cet 2, h. 422.

Page 54: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

masing-masing melakukan tindakan meskipun tidak diketahui oleh pihak lain.

Syarikat wujuh, yaitu syarikat atas tanpa pekerjaan ataupun harta, yaitu permodalan

dengan dasar kepercayaan pihak lain kepada mereka.58

Syarikat mudharabah, yaitu perkongsian orang yang memilki modal dan

tidak. Artinya perkongsian yang diadakan antara orang yang tidak mempunyai modal,

dengan cara orang yang mempunyai modal untuk berusaha menyerahkan modalnya

kepada yang tidak mempunyai modal untuk berusaha dan berdagang. Disepakati

tentang bolehnya syirkah ini oleh mazhab Malikiyah dan Hambali, karena terdapat

syirkah dalam laba (keuntungan), sedangkan mazhab Syafi’i dan Hanafiyah tidak

menggolongkan ke dalam syirkah karena pekerjaan ini tidak dinamakan syirkah.59

Di dalam al-Quran dan hadis tidak diatur tentang harta bersama dalam

perkawinan. Harta kekayaan istri tetap menjadi milik istri dan dikuasai penuh olehnya

demikian pula sebaliknya, harta suami menjadi milik suami dan dikuasai sepenuhnya.

Sedangkan dalam kesadaran kehidupan sehar-hari masyarakat Islam di Indonesia

sejak dari dulu hukum adat tidak mengenalnya dan diterapkan terus menerus sebagai

hukum hidup. Apakah kenyataan ini dibuang kehidupan masyarakat? Tentu tidak

mungkin, dari pengamatan lembaga harta bersama lebih besar mudaratnya. Atas dasar

metodologi maslahah mursalah.60

“Uruf” dan kaidah “al-„adatu al-muhakmat”, para

58

Abdul Manan, Aneka Masalah H ukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana

Prenada Media Group), Cet 1, h.110. 59

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Bandung: PT al-maarif 1987), h. 196-198. 60

Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, (Jakarta: Maktabah al-Dakwah al- Islamiyah,

1990), h. 84.

Page 55: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

ulama melakukan pendekatan kompromistis, Prof. Ismail Muhammad Syah dalam

disertasinya.61

Telah mengembangkan pendapat pencaharian bersama suami istri mestinyya

masuk dalam rubu‟ muamalah tetapi ternyata secara khusus tidak dibicarakan,

mungkin hal ini disebabkan karena pada umumnya pengarang dari kitab-kitab

tersebut adalah orang Arab sedangkan adat Arab tidak mengenal adanya adat harta

bersama, tetapi di sana ada dibicarakan mengenai masalah perkongsian yang dalam

bahasa Arab disebut syirkah atau syarikah karena itu masalah pencaharian bersama

suami istri ini adalah termasuk perkongsian atau syarikah.

Menurut Pasal 158 yang dinyatakan tersebut, mut‟ah wajib diberikan oleh

bekas suami dengan syarat belum ditetapkan mahar qabla al dukhul penceraian itu

atas kehendak suami. Apabila seorang suami menceraikan istrinya sebelum

menyetubuhinya dan sebelum membayar sebagian maskawinnya maka bekas istrinya

berhak menuntut mut‟ah daripadanya. Si suami, pada ketika itu, wajib membayarnya.

Akan tetapi jika dia sudah mengambil sebagian maskawinnya maka dia tidak lagi

berhak menuntut mut‟ahnya.62

Firman Allah Swt.:

(۲:۲۳۴/البقرة سرة)

61

Ismail Muhamad Syah, Pencahariann Bersama Suami Istri, Ditinjau dari Sudut Undang-

Undang Perkawinan Tahun 1974 dan Hukum Adat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), h. 282. 62

Mat Saad Abd Rahman, Undang-Undang Keluarga Islam Aturan Perkahwinan, (Selangor:

Intel Multimedia and Publication), Cet 2, h. 166.

Page 56: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

Artinya: “Tidaklah kamu bersalah dan tidaklah kamu menanggung bayaran

maskahwin) jika kamu menceraikan isteri-isteri kamu sebelum kamu sentuh

(bercampur) dengan mereka atau (sebelum) kamu menetapkan maskawin untuk

mereka. Walaupun demikian, hendaklah kamu memberi "Mut'ah" (pemberian

saguhati) kepada mereka (yang diceraikan itu). yaitu: suami yang senang (hendaklah

memberi saguhati itu) menurut ukuran kemampuannya dan suami yang susah pula

menurut ukuran kemampuannya, sebagai pemberian saguhati menurut yang patut,

lagi menjadi satu kewajiban atas orang-orang (yang mahu) berbuat kebaikan”.

Menurut Pasal 159 yang dinyatakan tersebut, mut’ah disunatkan oleh bekas

suami tanpa syarat tersebut pada Pasal 158 pendapat ini juga dikemukakan oleh

Imam Malik.63

Jumhur fuqaha berpendapat bahwa peemberian untuk menyenangkan

hati istri (mut‟ah) tidak diwajibkan untuk setiap istri yang diceraikan.

Menurut Pasal 160 yang dinyatakan tersebut, besarnya mut’ah disesuaikan

dengan kepatutan dan kemampuan suami. Batasan mut’ah sebaiknya tidak kurang

dari 30 dirham atau barang lain yang senilai. Mut’ah tertinggi adalah memberikan

pembantu, dan yang tengah-tengah adalah memberikan pakaian, dan sunahnya

mut’ah itu itu tidak melebihi separuh nilai mahar mitsil.

Apabila suami istri bersengkata perihal besarnya mut’ah , hakim menetapkan

ukuran mut’ah menurut pertimbangannya. Artinya, ukuran mut’ah yang harus

diberikan adalah menurut ijtihad hakim sendiri, dengan mempertimbangan situasi dan

keadaan keduanya, seperti kaya, miskin, keturunan, termasuk juga karakter wanita

tersebut.64

Hal ini berdasarkan firman Allah Swt. :

(۲:۲۶۱/البقرة سرة )

63

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Jakarta: Pustaka Amani), Jil 2, h. 622. 64

Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i, (Jakarta:Almahira), Cet 1, h. 573.

Page 57: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

Artinya: “Dan istri-istri ang diceraikan berhak mendapat mut'ah (pemberian

saguhati) dengan cara yang patut, sebagai satu tanggungan yang wajib atas orang-

orang yang taqwa”.

Kekhususan mut’ah kepada orang-orang yang berbuat baik dan takwa

didasarkan kepada kebaikan (ihsan) dan anugerah, kebaikan tidak wajib.65

D. Persamaan dan Perbedaan Hak Istri Akibat Perceraian Menurut Pendapat

Imam Syafi’i dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia

Hak istri akibat perceraian menurut pendapat Imam Syafi’i dan Kompilasi

Hukum Islam di Indonesia, semestinya mempunyai kesamaan dan perbedaannya.

Meskipun beberapa perbedaannya, penulis akan coba untuk mencari dan dapat dilihat

seperti berikut:

1. Persamaan

Persamaan hak istri akibat perceraian menurut Imam Syafi’i dan Kompilasi

Hukum Islam di Indonesia yaitu:

a. Pasal 156: Hadhanah menjadi hak ibu , jika ibunya meninggal dunia hak tersebut,

akan diganti kepada wanita-wanita garis lurus ke atas dari ibu, wanita-wanita

dalam garis lurus ke atas dari ayah, saudara perempuan dari dari anak yang

bersangkutan, wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ibu,

wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah seperti yang di

atur di dalam KHI di Indonesia Pasal 156 (a). Jika anak tersebut sudah mumayyiz

65

Abdul Aziz Muhammad Azzam, dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh

Munakahat,(Jakarta: Amzah, 2009), Cet 1, h. 210.

Page 58: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari ayahnya atau ibunya.66

Ketentuan yang diatur di dalam di dalam KHI di Indonesia Pasal 156 sama

dengan pendapat Imam Syafi’i.

b. Mut’ah wajib diberikan oleh bekas suami tanpa dengan syarat belum ditetapkan

mahar bagi istri ba’da al dukhul dan perceraian itu atas kehendak suami diatur

dalam KHI di Indonesia Pasal 158 (a) dan (b) sama pendapat dengan Imam

Syafi’i.

c. Besarnya mut’ah disesuaikan dengan kepatutan dan kemampuan suami ini

menurut pendapat Imam Syafi’I dan KHI di Indonesia diatur pada Pasal 160.

2. Perbedaan

Perbedaan hak istri akibat perceraian menurut Kompilasi Hukum Islam di

Indonesia dan pendapat Imam Syafi’i dan yaitu:

a. Harta bersama Karena di dalam fiqih tidak diatur tentang harta bersama. Ia hanya

diatur di dalam KHI di Indonesia Pasal 157.

b. Seperti yang diatur di dalam 159 yaitu mut’ah sunnat diberikan oleh mantan suami

tanpa syarat tersebut Pasal 158, ini berbeda dengan pendapat Imam Syafi’i.

c. Hutang mahar menjadi hak mantan istri, tidak wajib membayar mahar seluruhnya

kecuali diawali dengan persetubuhan yang sebenar-benarnya. Akan tetapi, jika

suami istri hanya tinggal serumah maka wajib membayar separuh ini menurut

66

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:Akademi Pressindo, 2007), h.

151.

Page 59: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

pendapat Imam Syafi’I dan tidak dinyatakan dalam KHI di Indonesia Bagian

Ketiga (Akibat Perceraian) dan Bagian Keempat (mut’ah).67

d. Nafkah iddah menjadi hak mantan istri yang masih di dalam iddah, ini tidak

dinyatakan di dalam KHI di Indonesia pada bagian akibat perceraian.

67

Ibid., h. 151.

Page 60: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis menguraikan beberapa pembahasan mengenai hak istri dari

mantan suami merujuk pendapat Imam Syafi’i dan KHI di Indonesia penulis

mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Semua peruntukan dengan hak-hak istri akibat perceraian yang terdapat ketentuan

hukum mencakupi perkara-perkara yang diperlukan bagi memastikan tuntutan

hak istri dapat dijalankan dengan lancar dan sewajarnya sebagaimana dikehendaki

atau ditetapkan oleh hukum syarak. Hak istri akibat perceraian haruslah diberi

mengikut pada kemampuan pihak suami untuk mengadakan jumlah tersebut

dengan meletakkan taraf sosial dan kedudukan istri tahap maksimal dalam jumlah

bayaran.

2. Mantan istri mempunyai hak selepas perceraian seperti, nafkah dalam iddah, hak

pengasuhan anak (hadhanah), mut’ah, dan hutang mahar.

3. Hak istri akibat perceraian menurut pendapat Imam Syafi’i dan Kompilasi

Hukum Islam di Indonesia ada persamaan dan perbedaan. Persamaannya yaitu

pada Pasal 156, 158, 159 dan 160.

4. Perbedaannya yaitu di dalam Pasal 157 yang menyatakan tentang harta bersama.

Harta bersama tidak diatur di dalam fiqih. Ia merupakan hukum adat saja yang

Page 61: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

dikenali pada zaman sekarang. Nafkah iddah tidak diatur dalam akibat perceraian

dalam Pasal 156 sampai dengan 160.

5. Anak-anak yang mempunyai hak terhadap ibu bapak yang telah bercerai seperti

hak perlindungan, keselamatan dan kehormatan, hak pemilikan harta, hak nafkah,

pendidikan, tempat tinggal dan juga nasab. Dalam hal ini, hubungan anak dengan

ibu bapaknya akan terus ada selama-lamanya walaupun terjadi penceraian antara

ibu bapaknya.

6. Dampak dari teputusnya perkawinan akibat perceraian disebabkan cerai, khuluk

dan sebagainya. Di dalam Kompilasi Hulum Islam di Indonesia istilah akibat

perceraian dan istilah cerai menurut Imam Syafi’i sebenarnya sama tetapi di

dalam KHI di Indonesia istilah akibat putusnya perkawinan adalah karena

perceraian.

B. Saran-Saran

1. Bagi pasangan suami istri tidak harus bercerai sebaik-baiknya pasangan

trersebut harus berdamai, karena jika terjadi perceraian ada dampak negatif

terhadap anak dan keluarga yang lain.

2. Bagi pasangan suami istri, hendaklah mengetahui tanggungjawab masing-

masing dalam membina rumah tangga dan wajib mengikut hukum yang sesuci

dengan tuntutan agama dan undang-undang yang berlaku.

Page 62: HAK-HAK ISTRI AKIBAT PERCERAIAN PERBANDINGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5070/1/NOOR... · IMAM SYAFI’I DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) Skripsi . ... 6. Kakanda-kakanda

3. Sebagai seorang perempuan atau seorang istri mestilah mengetahui akan hak-

haknya baik dalam perkawinan atau setelah perceraian dan ketika tidak

mendapatkan nafkah dari suaminya haruslah membuat tuntutan di pengadilan

supaya suami melaksanakan tanggungjawabnya.

4. Mengenai hak-hak istri akibaat perceraian kelihatannya belum ada kesadaran

bagi pihak suami yang mengabaikan tanggungjawabnya kepada istri dan

bekas istri, seharusnya masyarakat harus tahu bagaimana pelaksanaan,

pendapat, ketentuan hukum yang berlaku pada suatu tempat tersebut dan

mazhab yang diikuti.

5. Anak-anak juga mempunyai hak terhadap ibu bapa yang telah bercerai seperti

hak perlindungan, keselamatan dan kehormatan, hak pemilikan harta, hak

nafkah, pendidikan, tempat tinggal dan juga nasab. Dalam hal ini, hubungan

anak dengan ibu bapaknya akan terus ada selama-lamanya walaupun terjadi

perceraianantara ibu dan bapaknya.

6. Masyarakat harus mengetahui ketentuan dan perkembangan masa kini hukum

yang berlaku di Indonesia , walaupun berbagai pendapat dan mazhab yang

diikuti, haruslah mengikut ketentuan yang berlaku.

7. Bagi wanita ataupun istri masih memiliki hak untuk dimiliki atau dituntut

apabila terjadinya perceraian. Oleh itu, setiap kaum wanita perlu mengetahui

hak mereka bagi memastikan mereka tidak teraniaya oleh pihak-pihak tertentu

yang tidak bertanggungjawab.

Sebagai penutupnya, adalah diharapkan agar penulisan ini sedikit banyaknya

menjelaskan hak yang dimilki pihak-pihak dalam perkawinan dan memberi ruang

kepada mereka untuk menambah pengetahuan dan menyadari hak dan tanggungjawab

masing-masing yang ada dalam undang-undang dan hukum Islam.