gubernur sumatera selatan rzwp-3-k...selatan tahun 2005-2025 (lembaran daerah provinsi sumatera...
TRANSCRIPT
GUBERNUR SUMATERA SELATAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2020-2040
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR SUMATERA SELATAN,
Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (5)
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang- Undang Nomor 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
perlu menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Selatan tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020-2040;
Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1959 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor
70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1814);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
2
4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4739), sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5490);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5214);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
3
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
294, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5603);
10. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya
Ikan, dan Petambak Garam (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5870);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5160);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang
Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata
Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
228, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5941);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
4
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2017 tentang
Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 225, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6133);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6215);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2019 tentang
Rencana Tata Ruang Laut (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6345);
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun
2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
157);
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2016
tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 464);
21. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
23/PERMEN-KP/2016 tentang Perencanaan Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Berita Negara
Republik indonesia Tahun 2016 Nomor 1138);
5
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 116 Tahun 2017
tentang Koordinasi Penataan Ruang Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2017 Nomor 1854);
23. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
8/PERMEN-KP/2018 tentang Tata Cara Penetapan
Wilayah Kelola Masyarakat Hukum Adat dalam
Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau
Kecil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 330);
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2019
tentang Tata Cara Peran Masyarakat dalam Perencanaan
Tata Ruang di Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 167);
25. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2007 Nomor 17);
26. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2016-2036 (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2016 Nomor 04);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI SUMATERA SELATAN
dan
GUBERNUR SUMATERA SELATAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA ZONASI
WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI
SUMATERA SELATAN TAHUN 2020-2040.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian, Definisi dan Singkatan
Pasal 1
6
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
2. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
Menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Menteri adalah Menteri yang menangani urusan kelautan
dan perikanan.
4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah di Provinsi
Sumatera Selatan yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
5. Provinsi adalah Provinsi Sumatera Selatan.
6. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Selatan.
7. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di wilayah
Provinsi.
8. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Sumatera Selatan.
9. Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PD adalah
Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah
Provinsi Sumatera Selatan.
10. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
yang selanjutnya disingkat RZWP-3-K adalah rencana
yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-
tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan
struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan
yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak
boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat
dilakukan setelah memperoleh izin.
11. Garis Pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut
dan daratan pada saat terjadi air laut pasang tertinggi.
12. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait yang batas
7
dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
13. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem
darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat
dan laut.
14. Perairan Pesisir adalah laut yang berbatasan dengan
daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut
diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan
pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal,
rawa payau, dan laguna.
15. Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya
disingkat WP-3-K adalah wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil meliputi perairan laut diukur dari garis pantai titik
0 ke arah laut sejauh maksimal 12 mil yang merupakan
perairan laut Provinsi Sumatera Selatan.
16. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau
sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi)
beserta kesatuan ekosistemnya.
17. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya.
18. Kawasan adalah bagian Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil yang memiliki fungsi tertentu yang ditetapkan
berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial,
dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.
19. Zona adalah ruang yang penggunaannya disepakati
bersama antara berbagai pemangku kepentingan dan
telah ditetapkan status hukumnya.
20. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik
pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas
fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya
dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung
sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir.
21. Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuh-
tumbuhan, hewan, organisme dan non organisme lain
8
serta proses yang menghubungkannya dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas.
22. Kawasan Pemanfaatan Umum adalah bagian dari wilayah
pesisir yang ditetapkan peruntukkannya bagi berbagai
sektor kegiatan.
23. Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil adalah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk
mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil secara berkelanjutan yang setara dengan
kawasan lindung dalam Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
24. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber
daya buatan dalam hal ini Taman Nasional Sembilang.
25. Perikanan Budidaya adalah kegiatan untuk memelihara,
membesarkan dan/atau membiakkan ikan dan memanen
hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol.
26. Perikanan Tangkap adalah kegiatan untuk memperoleh
ikan di perairan yang tidak dalam keadaan
dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk
kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani,
mengolah, dan/atau mengawet-kannya.
27. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan
perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau
bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan
antar moda transportasi.
28. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan
9
dan pengusahaan mineral, minyak dan gas bumi, pasir
laut, dan atau batubara yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang.
29. Zona Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi
utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh
penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung
lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
30. Kawasan Konservasi Perairan adalah perairan yang
dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi untuk
mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan
lingkungannya secara berkelanjutan.
31. Bencana Pesisir adalah kejadian karena peristiwa alam
atau karena perbuatan setiap orang yang menimbulkan
perubahan sifat fisik dan/atau hayati pesisir dan
mengakibatkan korban jiwa, harta, dan/atau kerusakan
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
32. Masyarakat adalah masyarakat yang terdiri atas
masyarakat lokal, dan masyarakat tradisional yang
bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
33. Masyarakat Lokal adalah kelompok masyarakat yang
menjalankan tata kehidupan sehari-hari berdasarkan
kebiasaan yang sudah diterima sebagai nilai-nilai yang
berlaku umum, tetapi tidak sepenuhnya bergantung pada
sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil tertentu.
34. Masyarakat Tradisional adalah masyarakat perikanan
tradisional yang masih diakui hak tradisionalnya dalam
melakukan kegiatan penangkapan ikan atau kegiatan
lainnya yang sah di daerah tertentu yang berada dalam
perairan kepulauan sesuai dengan kaidah hukum laut
internasional.
10
35. Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut
Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk
oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan
aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan
dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
36. Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik secara struktur atau fisik melalui
pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun non
struktur atau non fisik melalui peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil.
37. Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
selanjutnya disebut Sumber Daya adalah sumber daya
hayati, sumber daya nonhayati sumber daya buatan, dan
jasa-jasa lingkungan; sumber daya hayati meliputi ikan,
terumbu karang, padang lamun, mangrove beserta flora
dan fauna yang ada di dalamnya dan biota laut lain;
sumber daya nonhayati meliputi pasir, air laut, mineral
dasar laut; sumber daya buatan meliputi infrastruktur
laut yang terkait dengan kelautan dan perikanan, dan
jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan
dasar laut tempat instalasi bawah air yang terkait dengan
kelautan dan perikanan serta energi gelombang laut yang
terdapat di wilayah pesisir.
38. Rehabilitasi sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil
adalah proses pemulihan dan perbaikan kondisi
ekosistem atau populasi yang telah rusak.
39. Zona Pelabuhan adalah kawasan yang diperuntukkan
penggunaannya untuk kegiatan daerah lingkungan kerja
dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan serta
pemanfaatan wilayah kerja operasional pelabuhan
perikanan.
40. Daerah Lingkungan Kerja yang selanjutnya disingkat
(DLKr) adalah wilayah kerja yang dipergunakan untuk
pemanfaatan pelabuhan umum.
11
41. Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang
selanjutnya disingkat (DLKp) adalah wilayah kepentingan
pelabuhan yang mencakup kawasan pemanfaatan
pelabuhan secara umum.
42. Zona Pertambangan adalah kawasan yang diperuntukkan
kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam dengan
pertambangan.
43. Arahan Pengendalian adalah kegiatan–kegiatan
pencegahan pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak
menganut norma lingkungan.
44. Arahan Pemberian Insentif dan Disinsentif adalah arahan
yang diterapkan untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata
ruang dan arahan untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak
sejalan dengan rencana tata ruang.
45. Gugatan Perwakilan adalah gugatan yang berupa hak
kelompok kecil masyarakat untuk bertindak mewakili
masyarakat dalam jumlah besar dalam upaya
mengajukan tuntutan berdasarkan kesamaan
permasalahan, fakta hukum dan tuntutan ganti
kerugian.
46. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya
disingkat TKPRD adakah tim ad-hoc yang dibentuk
untuk mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Daerah
Provinsi dan di Daerah Kabupaten/Kota, dan mempunyai
fungsi membantu pelaksanaan tugas Gubernur dan
Bupati/Walikota dalam pelaksanaan koordinasi penataan
ruang di daerah.
47. Izin Lokasi Perairan adalah izin lokasi sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di
bidang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil.
12
48. Izin Pengelolaan adalah Izin yang diberikan untuk
melakukan kegiatan pemanfaatan sumber daya perairan
pesisir.
49. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan
usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun tidak.
Bagian Kedua
Ruang Lingkup
Pasal 2
(1) Ruang lingkup cakupan wilayah pengaturan RZWP-3-K
Provinsi meliputi:
a. ke arah darat mencakup batas wilayah administrasi
kecamatan di wilayah pesisir; dan
b. ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur
dari garis pantai pada saat pasang tertinggi ke arah
laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan.
(2) Pengaturan pemanfaatan RZWP-3-K sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a diatur dalam RTRW
dan/atau RDTR yang berlaku.
Pasal 3
Ruang Lingkup Pengaturan pada Peraturan Daerah ini
meliputi:
a. ketentuan umum;
b. jangka waktu;
c. kebijakan dan strategi penataan ruang WP3K;
d. rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil;
e. peraturan pemanfaatan ruang;
f. mitigasi bencana;
g. indikasi program;
h. pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang ;
i. pembinaan, monitoring dan evaluasi;
j. hak, kewajiban dan peran serta masyarakat;
k. kelembagaan;
l. gugatan perwakilan;
m. ketentuan penyidikan;
n. sanksi;
o. ketentuan pidana;
13
p. ketentuan peralihan;
q. ketentuan lain-lain; dan
r. ketentuan penutup.
Bagian Ketiga
Asas
Pasal 4
RZWP-3-K Provinsi didasarkan atas asas:
a. keberlanjutan;
b. konsistensi;
c. keterpaduan;
d. kepastian hukum;
e. kemitraan;
f. pemerataan;
g. peran serta masyarakat;
h. keterbukaan;
i. desentralisasi;
j. akuntabilitas;
k. keadilan; dan
l. budaya.
Bagian Keempat
Fungsi dan Tujuan
Pasal 5
RZWP-3-K Provinsi berfungsi sebagai:
a. dasar perencanaan pengembangan wilayah pesisir dan
pulau–pulau kecil;
b. dasar pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau–
pulau kecil; dan
c. dasar pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang
dalam penataan wilayah pesisir dan pulau–pulau kecil.
Pasal 6
RZWP-3-K Provinsi bertujuan untuk:
a. melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi, memanfaat-
kan, dan memperkaya sumber daya pesisir dan pulau-
pulau kecil serta sistem ekologisnya secara
berkelanjutan;
14
b. menciptakan keharmonisan dan sinergi antara
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan
sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil;
c. memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga
pemerintah dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan serta mendorong inisiatif masyarakat
dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau
kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan, dan
keberkelanjutan; dan
d. meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam
pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil.
BAB II
JANGKA WAKTU
Pasal 7
(1) Jangka waktu RZWP-3-K Provinsi adalah 20 (dua puluh)
tahun.
(2) RZWP-3-K Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali RZWP-3-K dapat dilakukan lebih dari
1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun, apabila terjadi
perubahan lingkungan strategis berupa :
a. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan;
b. perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan
dengan undang-undang; dan/atau
c. perubahan batas wilayah daerah yang ditetapkan
dengan undang-undang.
(4) Peninjauan kembali dalam waktu kurang dari 5 (lima)
tahun dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan
dan strategi nasional yang mempengaruhi pemanfaatan
ruang provinsi.
(5) Mekanisme peninjauan kembali RZWP-3-K sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
15
BAB III
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WP3K
Pasal 8
Kebijakan dan strategi dalam RZWP-3-K meliputi:
a. Kebijakan dan Strategi Aspek Ekologi;
b. Kebijakan dan Strategi Aspek Ekonomi;
c. Kebijakan dan Strategi Aspek Sosial-Budaya; dan
d. Kebijakan dan Strategi Aspek Kelembagaan.
Pasal 9
(1) Kebijakan dan strategi aspek ekologi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf a meliputi:
a. pengelolaan Kawasan Konservasi untuk melindungi,
melestarikan, dan memanfaatkan keanekaragaman
hayati laut, pemeliharaan dan pengembangan
kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil;
b. penatakelolaan pemanfaatan ruang dan perairan
pesisir dan pulau-pulau kecil;
c. peningkatan dan pemeliharaan kualitas, dan daya
dukung lingkungan hidup;
d. peningkatan upaya mitigasi bencana alam dan/atau
akibat aktivitas manusia (sosial); dan
e. peningkatan kualitas ekosistem penting pesisir.
(2) Strategi pengelolaan Kawasan Konservasi untuk
melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan
keanekaragaman hayati laut, pemeliharaan dan
pengembangan kawasan konservasi wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. mengusulkan penetapan kawasan konservasi
perairan sesuai potensi luas wilayah perairan;
b. mewujudkan pengelolaan kawasan konservasi
perairan sesuai dengan fungsi dan peruntukkannya;
c. meningkatkan dukungan stakeholders terhadap
program konservasi perairan; dan
16
d. membentuk kawasan konservasi perairan dan
perlindungan biota laut dilindungi dan terancam
punah.
(3) Strategi penatakelolaan pemanfaatan ruang dan perairan
pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. mengatur pengelolaan wilayah pesisir terpadu
berdasarkan prinsip-prinsip keadilan; dan
b. meningkatkan partisipasi aktif masyarakat.
(4) Strategi peningkatan dan pemeliharaan kualitas dan daya
dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c meliputi:
a. menciptakan kawasan pesisir yang bebas dari limbah
padat (sampah), baik organik maupun non-organik;
dan
b. meningkatkan kualitas perairan pesisir sesuai dengan
baku mutu nasional.
(5) Strategi peningkatan upaya mitigasi bencana alam
dan/atau akibat aktivitas manusia (sosial) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat
terhadap resiko bencana kebakaran hutan;
b. meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat
terhadap resiko bencana banjir di wilayah pesisir;
c. melindungi penduduk di desa-desa pesisir terhadap
gangguan kesehatan sebagai akibat
kontaminasi/pencemaran oleh industri dan rumah
tangga; dan
d. meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap
kualitas lingkungan wilayah pesisir yang sehat.
(6) Strategi peningkatan kualitas ekosistem penting pesisir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:
a. meningkatkan pemahaman dan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan mangrove;
b. merehabilitasi mangrove;
c. meningkatkan upaya pengelolaan dan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan terumbu karang;
17
d. merehabilitasi terumbu karang menggunakan metode
yang sesuai; dan
e. memanfaatkan tanah timbul untuk sabuk hijau.
Pasal 10
(1) Kebijakan dan strategi aspek ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf b meliputi:
a. peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan
pulau-pulau kecil melalui penguatan sektor
perikanan; dan
b. pengembangan potensi ekonomi wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil berbasis jasa lingkungan.
(2) Strategi peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir
dan pulau-pulau kecil melalui penguatan sektor
perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi :
a. mengembangkan budidaya laut berdasarkan potensi
lokal;
b. mengelola Sumber Daya Ikan dengan pendekatan
ekosistem;
c. menyediakan sarana dan prasarana usaha perikanan
tangkap;
d. pemberdayaan perempuan pesisir dan pulau – pulau
kecil dalam usaha pengolahan hasil perikanan; dan
e. meningkatkan koordinasi antar instansi dalam
pengelolaan usaha perikanan.
(3) Strategi pengembangan potensi ekonomi wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil berbasis jasa lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. mengembangkan obyek wisata bahari yang
berwawasan lingkungan dan berciri lokal;
b. menyediakan sistem informasi terpadu tentang
kepariwisataan bahari;
c. meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan obyek wisata bahari dan pulau-
pulau kecil; dan
d. menerapkan kegiatan penambangan yang
berkelanjutan dan menjaga kualitas lingkungan laut.
18
Pasal 11
(1) Kebijakan dan strategi aspek sosial budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf c meliputi:
a. peningkatan kualitas sumber daya manusia
masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
b. pembangunan nilai-nilai budaya masyarakat dalam
pengelolaan wilayah pesisir.
(2) Strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia
masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. meningkatkan taraf pendidikan masyarakat; dan
b. meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
(3) Strategi pembangunan nilai-nilai budaya masyarakat
dalam pengelolaan wilayah pesisir sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. menguatkan nilai-nilai budaya lokal masyarakat
pesisir dalam pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
b. mengelola sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil
berbasis kearifan lokal.
Pasal 12
(1) Kebijakan dan strategi aspek kelembagaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf d meliputi :
a. peningkatan kualitas sumber daya manusia penegak
hukum; dan
b. penguatan produk-produk hukum dan kelembagaan
yang mendukung proses penegakannya.
(2) Strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia
penegak hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. meningkatkan kemampuan aparat penegak Hukum;
dan
b. meningkatkan kegiatan-kegiatan yang melibatkan
aparat penegak hukum.
19
(3) Strategi penguatan produk-produk hukum dan
kelembagaan yang mendukung proses penegakannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. pembentukan produk hukum daerah yang
mendukung pelaksanaan RZWP-3-K; dan
b. membentuk lembaga teknis yang melakukan
pengelolaan dan pengawasan pelaksanaan RZWP-3-K.
BAB IV
RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR
DAN PULAU-PULAU KECIL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 13
(1) Rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil meliputi:
a. kawasan pemanfaatan umum;
b. kawasan konservasi; dan
c. alur laut.
(2) Alokasi ruang dalam Pemanfaatan Umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk wilayah perairan
laut sampai dengan 2 (dua) mil laut diutamakan untuk
Kawasan Konservasi, ruang penghidupan dan akses
kepada nelayan kecil, nelayan tradisional, pembudidaya
ikan kecil, dan wisata bahari berkelanjutan.
(3) Rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau pulau
kecil provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dijabarkan lebih lanjut dalam zona dan dituangkan
dalam peta skala 1 : 250.000.
(4) Rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil provinsi pada kawasan pemanfaatan umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dijabarkan lebih lanjut dalam zona dan/atau sub zona
dan dituangkan dalam peta skala 1 : 50.000.
(5) Rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil daerah/ provinsi di dalam zona dan sub zona
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
20
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Kawasan Pemanfaatan Umum
Pasal 14
Kawasan pemanfaatan umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. Zona perikanan tangkap yang selanjutnya disebut KPU-
PT;
b. Zona perikanan budidaya yang selanjutnya disebut KPU-
BD;
c. Zona pelabuhan yang selanjutnya disebut KPU-PL;
d. Zona pariwisata yang selanjutnya disebut KPU-W; dan
e. Zona pertambangan yang selanjutnya disebut KPU-TB.
Paragraf 1
Zona Perikanan Tangkap
Pasal 15
(1) KPU-PT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a
meliputi:
a. sub zona perikanan tangkap pelagis yang selanjutnya
disebut KPU-PT-P;
b. sub zona perikanan tangkap demersal yang
selanjutnya disebut KPU-PT-D; dan
c. sub zona perikanan tangkap pelagis – demersal yang
selanjutnya disebut KPU-PT-PD.
(2) KPU-PT-P sebagaimana pada ayat (1) huruf a meliputi
perairan sekitar:
a. Kecamatan Banyuasin II dengan kode sub zona KPU-
PT-P-01, KPU-PT-P-02 dan KPU-PT-P-03;
b. Kecamatan Makarti Jaya dengan kode sub zona KPU-
PT-P-04;
c. Kecamatan Muara Sugihan dan Air Sugihan dengan
kode sub zona KPU-PT-P-05; dan
d. Kecamatan Air Sugihan dan Tulung Selapan dengan
kode sub zona KPU-PT-P-06.
21
(3) KPU-PT-D sebagaimana pada ayat (1) huruf b meliputi
perairan sekitar:
a. Kecamatan Banyuasin II dengan kode sub zona KPU-
PT-D-01, KPU-PT-D-02, KPU-PT-D-03 dan KPU-PT-D-
04; dan
b. Kecamatan Makarti Jaya, Air Saleh, Muara Sugihan,
Air Sugihan, Tulung Selapan, Cengal dan Sungai
Menang dengan kode sub zona KPU-PT-D-05.
(4) KPU-PT-PD sebagaimana pada ayat (1) huruf c meliputi
perairan sekitar:
a. Kecamatan Banyuasin II dengan kode sub zona KPU-
PT-PD-01, KPU-PT-PD-02 dan KPU-PT-PD-03;
b. Kecamatan Makarti Jaya, Air Saleh dan Muara
Sugihan dengan kode sub zona KPU-PT-PD-04;
c. Kecamatan Air Sugihan dengan kode sub zona KPU-
PT-PD-05;
d. Kecamatan Tulung Selapan dengan kode sub zona
KPU-PT-PD-06, KPU-PT-PD-07 dan KPU-PT-PD 08;
dan
e. Kecamatan Cengal dengan kode sub zona KPU-PT-PD-
09.
(5) Arahan pemanfaatan kawasan pemanfaatan umum Zona
Perikanan Tangkap dilakukan dengan cara:
a. pemanfaatan sumber daya ikan secara lestari dan
berkelanjutan;
b. rasionalisasi daerah penangkapan ikan agar tepat
lokasi dan tepat musim serta tidak tumpang tindih
atau mengganggu daerah pemijahan ikan;
c. pengembangan teknologi alat tangkap ramah
lingkungan; dan
d. penerapan teknologi rantai dingin pasca tangkap
untuk menjaga kualitas hasil tangkapan.
(6) Kawasan pemanfaatan umum Zona Perikanan Tangkap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan pada
ruang kawasan pemanfaatan umum dengan titik
koordinat dan luasan sebagaimana tercantum dalam
22
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 2
Zona Perikanan Budidaya
Pasal 16
a. KPU-BD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b
meliputi sub zona perikanan budidaya laut yang
selanjutnya disebut KPU-BD-BL.
b. Sub zona perikanan budidaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. Kecamatan Banyuasin II dengan kode sub zona KPU-
BD-BL-01;
b. Kecamatan Muara Sugihan dengan kode sub zona
KPU-BD-BL-02;
c. Kecamatan Air Sugihan dengan kode sub zona KPU-
BD-BL-03;
d. Kecamatan Air Sugihan dan Tulung Selapan dengan
kode sub zona KPU-BD-BL-04;
e. Kecamatan Tulung Selapan dengan kode sub zona
KPU-BD-BL-05; dan
f. Kecamatan Sungai Menang dengan kode sub zona
KPU-BD-BL-06.
c. Arahan pemanfaatan kawasan pemanfaatan umum Zona
Perikanan Budidaya dilakukan dengan cara:
a. pemanfaatan budidaya laut dilaksanakan secara
lestari dan berkelanjutan;
b. penerapan teknologi budidaya laut dilakukan dengan
teknologi yang produktif dan berkelanjutan; dan
c. penerapan teknologi rantai dingin pasca panen hasil
budidaya untuk menjaga kualitas hasil budidaya.
d. Kawasan pemanfaatan umum Zona Perikanan Budidaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan pada
ruang kawasan pemanfaatan umum dengan titik
koordinat dan luasan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
23
Paragraf 3
Zona Pelabuhan
Pasal 17
(1) KPU-PL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c
terdiri atas:
a. Sub Zona DLKr dan DLKp yang selanjutnya disebut
KPU-PL-DLK; dan
b. Sub Zona Wilayah Kerja Operasional Pelabuhan
Perikanan yang selanjutnya disebut KPU-PL-WKO.
(2) KPU-PL-DLK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a terdiri atas Sub Zona DLKr dan DLKp yang meliputi:
a. Kecamatan Banyuasin II (Tanjung Api-api) dengan
kode sub zona KPU-PL-DLK-01;
b. Kecamatan Banyuasin II (Tanjung Carat) dengan kode
sub zona KPU-PL-DLK-02;
c. Kecamatan Air Sugihan dengan kode sub zona KPU-
PL-DLK-03; dan
d. Kecamatan Tulung Selapan dengan kode sub zona
KPU-PL-DLK-04; dan
(3) KPU-PL-WKO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b terdiri atas:
a. Wilayah kerja operasional Pelabuhan Perikanan
Tanjung Carat dengan kode sub zona KPU-PL-WKO-
01; dan
b. Wilayah kerja operasional Pelabuhan Perikanan
Sungai Lumpur Kecamatan Cengal dengan kode sub
zona KPU-PL-WKO-02.
(4) Arahan pemanfaatan kawasan pemanfaatan umum Zona
Pelabuhan dilakukan dengan cara:
a. peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan;
b. peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan
perikanan;
c. peningkatan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
pelabuhan; dan
d. pengawasan dan pengendalian kegiatan
kepelabuhanan.
24
(5) Kawasan pemanfaatan umum Zona Pelabuhan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan pada
ruang kawasan pemanfaatan umum dengan titik
koordinat dan luasan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 4
Zona Pariwisata
Pasal 18
(1) KPU-W sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d
yaitu Sub Zona Wisata Alam Pantai/Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil yang selanjutnya disebut KPU-W-P3K.
(2) Sub Zona Wisata Alam Pantai/Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat di
Tanjung Menjangan Kecamatan Sungai Menang dengan
kode sub zona KPU-W-P3K-01.
(3) Arahan pemanfaatan kawasan pemanfaatan umum Zona
Pariwisata dilakukan dengan cara:
a. peningkatan daya tarik destinasi wisata;
b. peningkatan sarana dan prasarana wisata;
c. peningkatan manajemen kepariwisataan; dan/atau
d. pengawasan dan pengendalian dampak kegiatan
pariwisata di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
(4) Kawasan pemanfaatan umum Zona Pariwisata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan pada
ruang kawasan pemanfaatan umum dengan titik
koordinat dan luasan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 5
Zona Pertambangan
Pasal 19
(1) Kawasan pemanfaatan umum Zona Pertambangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf e yaitu Sub
Zona Pertambangan Pasir Laut yang selanjutnya disebut
KPU-TB-PS.
25
(2) Sub Zona Pertambangan Pasir Laut sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdapat di perairan Selat Bangka
dengan kode Sub Zona KPU-TB-PS-01.
(3) Arahan pemanfaatan umum zona pertambangan
dilakukan dengan cara:
a. pertambangan pasir laut yang berwawasan
lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
b. pertambangan pasir dengan meminimalisir dampak
negatif terhadap sumber daya kelautan dan
perikanan; dan
c. pengawasan dan pengendalian dampak kegiatan
pertambangan di wilayah pertambangan pasir Selat
Bangka.
(4) Kawasan pemanfaatan umum Zona Pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan pada
ruang kawasan pemanfaatan umum dengan titik
koordinat dan luasan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga
Kawasan Konservasi
Paragraf 1
Umum
Pasal 20
Kawasan Konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (1) huruf b meliputi:
a. kawasan konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (KKP3K); dan
b. kawasan lindung.
Paragraf 2
Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil
Pasal 21
(1) Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a
terdapat di Pulau Maspari Kecamatan Tulung Selapan
26
Kabupaten Ogan Komering Ilir dan perairan di sekitarnya
dengan kode KKP3K-01.
(2) Arahan zona pemanfaatan kawasan konservasi di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan cara:
a. konservasi diarahkan untuk perlindungan ekosistem
terumbu karang, ekosistem pulau kecil, ekosistem
pantai dan penyu; dan
b. arahan zona pemanfaatan mengikuti Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi.
(3) Penjabaran zona pemanfaatan kawasan konservasi di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) akan diatur lebih lanjut sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan
pada ruang kawasan konservasi di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil dengan titik koordinat dan luasan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Paragraf 3
Kawasan Lindung
Pasal 22
(1) Kawasan Lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
huruf b yaitu Taman Nasional Sembilang dengan kode
TN-01.
(2) Arahan pemanfaatan dan pengaturan Taman Nasional
Sembilang dilaksanakan sesuai kewenangan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Rincian titik koordinat dan luas kawasan Taman Nasional
Sembilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
27
Bagian Keempat
Alur Laut
Paragraf 1
Umum
Pasal 23
Alur Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1)
huruf c terdiri atas :
a. Alur pelayaran dan/atau perlintasan yang selanjutnya
disebut dengan AL-AP.
b. Pipa/kabel bawah laut yang selanjutnya disebut AL-APK.
Paragraf 2
Alur Pelayaran dan/atau Perlintasan
Pasal 24
(1) Alur pelayaran dan/atau perlintasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf a dengan kode AL-AP
terdapat di Perairan Selat Bangka;
(2) Alur pelayaran dan/atau perlintasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Alur Pelayaran Nasional Banyuasin - Bangka Belitung
dengan kode AL-AP-PN-01;
b. Alur Pelayaran Nasional Tanjung Api-Api – Muntok
dengan kode AL-AP-PN-02;
c. Alur Pelayaran Internasional dengan kode AL-AP-PI-
01 mulai dari arah Provinsi Lampung melalui perairan
laut Sungai Menang sampai dengan perbatasan
Provinsi Jambi; dan
d. Alur Pelayaran Internasional dengan kode AL-AP-PI-
02 mulai dari arah Provinsi Lampung melalui perairan
laut Sungai Menang sampai dengan perbatasan
Provinsi Jambi.
(3) Alur pelayaran dan/atau perlintasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dialokasikan pada alur laut
dengan titik koordinat dan luasan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
28
Paragraf 3
Pipa / Kabel Bawah Laut
Pasal 25
(1) Pipa/Kabel Bawah Laut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 huruf b terdiri dari :
a. Alur Pipa Minyak dan Gas yang selanjutnya disebut
AL-APK-GM-01;
b. Alur Kabel Listrik yang selanjutnya disebut AL-APK-
KL-01; dan
c. Alur Kabel Telekomunikasi yang selanjutnya disebut
AL-APK-KT-01.
(2) Alur Pipa Minyak dan Gas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a mulai dari Tanjung Api – Api bagian
Utara melintasi perairan laut Selat Bangka menuju
perbatasan Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi
Bangka Belitung.
(3) Alur Kabel Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b mulai dari Tanjung Api – Api bagian Barat
melintasi perairan laut Selat Bangka menuju perbatasan
Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Bangka Belitung.
(4) Alur Kabel Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c mulai dari Tanjung Api – Api bagian
Barat Daya melintasi perairan laut Selat Bangka menuju
perbatasan Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi
Bangka Belitung.
(5) Arahan pemanfaatan Pipa / Kabel Bawah Laut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. instalasi pipa dan kabel bawah laut dipasang di dan
dari Tanjung Api-api ke Muntok, Provinsi Bangka
Belitung; dan
b. pemasangan pipa/kabel harus dibenamkan pada
substrat dasar perairan dengan kedalaman tertentu
sesuai dengan batimetri perairan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(6) Pipa/Kabel Bawah Laut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dialokasikan pada alur laut dengan titik
koordinat dan luasan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
29
BAB V
PERATURAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 26
(1) Peraturan pemanfaatan ruang terdiri atas:
a. kegiatan yang diperbolehkan;
b. kegiatan yang tidak diperbolehkan; dan
c. kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah
memperoleh izin.
(2) Peraturan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a berupa kegiatan yang akan
dialokasikan pada suatu ruang, tidak mempunyai
pengaruh dan dampak sehingga tidak mempunyai
pembatasan dalam implementasinya, karena baik secara
fisik dasar ruang maupun fungsi ruang sekitar saling
mendukung dan terkait.
(3) Peraturan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b berupa kegiatan yang sama sekali
tidak diperbolehkan pada suatu ruang, karena merusak
lingkungan dan mengganggu kegiatan lain yang ada
disekitarnya.
(4) Peraturan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c berupa kegiatan yang diizinkan
untuk dialokasikan pada suatu ruang, namun
mempunyai pembatasan, sehingga pengalokasiannya
bersyarat.
(5) Rincian mengenai peraturan pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
BAB VI
MITIGASI BENCANA
Pasal 27
Dalam menyusun rencana pengelolaan dan pemanfaatan
wilayah pesisir dan pulau–pulau kecil terpadu, Pemerintah
Provinsi wajib memasukkan dan melaksanakan bagian yang
memuat mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil sesuai dengan jenis, tingkat, dan wilayahnya.
30
Pasal 28
Mitigasi bencana wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan/atau
Masyarakat.
Pasal 29
Penyelenggaraan mitigasi bencana wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
dilaksanakan dengan memperhatikan aspek:
a. sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat;
b. kelestarian lingkungan hidup;
c. kemanfaatan dan efektivitas; dan
d. lingkup luas wilayah.
Pasal 30
(1) Setiap orang yang berada di wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil wajib melaksanakan mitigasi bencana
terhadap kegiatan yang berpotensi mengakibatkan
kerusakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
(2) Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui kegiatan struktur/fisik dan/atau non
struktur/nonfisik.
(3) Pilihan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan oleh instansi yang berwenang.
(4) Ketentuan mengenai mitigasi bencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal 30 ayat (1) diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB VII
INDIKASI PROGRAM
Pasal 31
(1) Indikasi program pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil berpedoman pada rencana alokasi
ruang dan peraturan pemanfaatan ruang.
(2) Indikasi program pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam
rencana zonasi dan dilaksanakan dengan
31
menyelenggarakan penatagunaan sumber daya wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil.
(3) Indikasi program pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil dilaksanakan melalui penyusunan dan
pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta sumber
pendanaannya.
(4) Indikasi program sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disusun berdasarkan indikasi program utama dengan
waktu pelaksanaan selama 20 (dua puluh) tahun dan
dijabarkan lebih lanjut setiap 5 (lima) tahun.
(5) Pendanaan indikasi program bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, dan/atau sumber pendapatan lain
yang sah.
(6) Prioritas pelaksanaan pembangunan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil disusun berdasarkan atas perkiraan
kemampuan pembiayaan dan kegiatan yang sesuai
arahan umum pembangunan daerah.
(7) Indikasi program sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 32
(1) Pengawasan dan pengendalian dalam pemanfaatan ruang
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan melalui
pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur sesuai sifat
pekerjaannya diberikan wewenang kepolisian khusus
untuk menjamin terselenggaranya pemanfaatan ruang di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Sumatera Selatan
secara terpadu dan berkelanjutan.
(2) Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan
pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
32
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 33
(1) Pengawasan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil Sumatera Selatan terdiri atas
pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan
RZWP-3-K.
(2) Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan
RZWP-3-K sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait
sesuai dengan kewenangannya.
(3) Pengawasan secara terkoordinasi dengan instansi terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan
cara:
a. pengumpulan dan perolehan dokumen rencana
pengelolaan;
b. pertukaran data dan informasi;
c. tindak lanjut laporan/pengaduan;
d. pemeriksaan sampel; dan
e. kegiatan lain dalam menunjang pelaksanaan
pengawasan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
(4) Pengawasan terhadap pemanfaatan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berdasarkan alokasi ruang yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 34
Pengawasan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (2) dilakukan melalui penyampaian laporan
dan/atau pengaduan kepada Gubernur atau pejabat yang
ditunjuk oleh Gubernur.
33
Bagian Ketiga
Pengendalian
Paragraf 1
Umum
Pasal 35
(1) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang menjadi acuan
pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil.
(2) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. ketentuan perizinan;
b. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif;
c. sanksi; dan/atau
d. rehabilitasi.
Paragraf 2
Ketentuan Perizinan
Pasal 36
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
35 ayat (2) huruf a, merupakan alat pengendali
pemanfaatan ruang yang menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan melalui proses administrasi dan
teknis yang harus dipenuhi sebelum kegiatan
pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
dilaksanakan.
(2) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk menjamin kesesuaian pemanfaatan
ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
(3) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. Izin lokasi perairan; dan
b. Izin pengelolaan.
Paragraf 3
Izin Lokasi Perairan
Pasal 37
Gubernur memberikan Izin Lokasi Perairan sampai dengan 12
(dua belas) mil laut dari garis pantai kecuali yang menjadi
kewenangan Menteri yang diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
34
Pasal 38
Izin Lokasi Perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
ayat (3) huruf a, tidak dapat diberikan pada zona inti di
kawasan konservasi, alur laut, kawasan pelabuhan, dan
pantai umum.
Pasal 39
(1) Orang perseorangan, pelaku usaha, korporasi, atau
koperasi untuk memiliki Izin Lokasi Perairan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 harus
mengajukan permohonan kepada Gubernur melalui
pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara
elektronik.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan
teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Paragraf 4
Izin Pengelolaan
Pasal 40
Izin Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(3) huruf b diberikan kepada:
a. orang perseorangan warga negara Indonesia;
b. korporasi yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia;
atau
c. koperasi yang dibentuk oleh masyarakat.
Pasal 41
(1) Orang perseorangan, korporasi atau koperasi yang
melakukan pemanfaatan sumber daya perairan pesisir
dan perairan pulau-pulau kecil untuk kegiatan:
a. produksi garam;
b. biofarmakologi laut;
c. bioteknologi laut;
d. pemanfaatan air laut selain energi; dan
e. wisata bahari;
f. pemasangan pipa dan kabel bawah laut; dan/atau
35
g. pengangkatan benda muatan kapal tenggelam,
wajib memiliki Izin Pengelolaan.
(2) Izin Pengelolaan untuk kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Izin Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh Gubernur sesuai dengan
kewenangannya.
Pasal 42
(1) Orang perseorangan, korporasi, atau koperasi untuk
memiliki Izin Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 harus mengajukan permohonan kepada
Gubernur.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi persyaratan administratif, teknis, dan
operasional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 43
(1) Gubernur memberikan atau menolak permohonan Izin
Pengelolaan sejak permohonan diterima secara lengkap.
(2) Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan secara tertulis disertai dengan alasan
penolakan.
(3) Penerbitan Izin Pengelolaan sumber daya perairan pesisir
dan perairan pulau-pulau kecil sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 44
(1 Izin Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 ayat
(1) dapat diperpanjang masa berlakunya untuk jangka waktu
yang sama apabila memenuhi persyaratan administratif,
teknis dan operasional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
36
Paragraf 5
Perizinan Bagi Masyarakat Lokal dan Masyarakat Tradisional
Pasal 45
(1) Gubernur wajib memfasilitasi pemberian Izin Lokasi
Perairan dan Izin Pengelolaan kepada masyarakat lokal
dan masyarakat tradisional.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
kepada masyarakat lokal dan masyarakat tradisional yang
melakukan pemanfaatan ruang dan sumber daya perairan
pesisir dan perairan pulau-pulau kecil untuk pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari.
(3) Fasilitasi pemberian Izin Lokasi Perairan dan Izin
Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
kemudahan dalam persyaratan dan pelayanan cepat.
Pasal 46
Kriteria masyarakat lokal dan masyarakat tradisional yang
melakukan kegiatan pemanfaatan ruang dan sumber daya
perairan pesisir dan perairan pulau-pulau kecil sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 47
Dalam memberikan Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3) Gubernur
wajib mempertimbangkan:
a. kelestarian ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil;
b. ketersediaan lokasi dan/atau akses bagi Masyarakat Lokal
dan Masyarakat Tradisional untuk melakukan
pemanfaatan ruang dan sumber daya perairan pesisir dan
perairan pulau-pulau kecil;
c. nelayan kecil dan nelayan tradisional;
d. kepentingan nasional; dan
e. hak lintas damai bagi kapal asing.
37
Paragraf 6
Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif
Pasal 48
(1) Ketentuan insentif merupakan upaya untuk memberikan
timbal balik terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan
dengan RZWP-3-K.
(2) Ketentuan insentif berfungsi untuk:
a. arahan penyusunan perangkat untuk mendorong
kegiatan yang sesuai dengan rencana zonasi;
b. katalisator perwujudan pemanfaatan zonasi; dan
c. stimulan untuk mempercepat perwujudan rencana
alokasi ruang.
(3) Ketentuan insentif terdiri atas:
a. ketentuan insentif kepada pemerintah daerah lainnya;
b. ketentuan insentif dari pemerintah provinsi kepada
pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah provinsi
lainnya dalam bentuk pemberian kompensasi dari
pemerintah provinsi penerima manfaat kepada
pemerintah kabupaten/kota pemberi manfaat atas
manfaat yang diterima oleh pemerintah penerima
manfaat, arahan penyediaan sarana dan prasarana,
serta arahan pemberian publisitas atau promosi
daerah;
c. ketentuan insentif dari pemerintah provinsi kepada
masyarakat umum dalam bentuk arahan untuk
pemberian kompensasi insentif, arahan untuk
pengurangan retribusi, arahan untuk pemberian
imbalan, pemberian sewa ruang dan urun saham,
penyediaan sarana dan prasarana, pemberian
kemudahan perizinan dari pemerintah provinsi
penerima manfaat kepada masyarakat umum; dan
d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta
dan/atau pemerintah daerah lainnya.
Pasal 49
(1) Ketentuan disinsentif merupakan upaya untuk
memberikan timbal balik terhadap pelaksanaan kegiatan
yang tidak sejalan dengan RZWP-3-K.
38
(2) Ketentuan disinsentif berfungsi untuk mencegah,
membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang
tidak sesuai dengan rencana zonasi.
(3) Ketentuan disinsentif terdiri atas:
a. ketentuan disinsentif dari Pemerintah Provinsi kepada
Pemerintah Kabupaten; dan
b. ketentuan disinsentif dari Pemerintah Provinsi kepada
masyarakat umum.
Paragraf 7
Rehabilitasi
Pasal 50
(1) Rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat
(2) huruf d dilakukan oleh pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota, dan orang yang
memanfaatkan secara langsung atau tidak langsung
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
(2) Rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilakukan apabila pemanfaatan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil mengakibatkan kerusakan ekosistem
atau populasi yang melampaui kriteria kerusakan
ekosistem atau populasi.
(3) Rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terhadap:
a. terumbu karang;
b. mangrove;
c. lamun;
d. estuari;
e. teluk;
f. pantai; dan/atau
g. populasi ikan.
(4) Kriteria kerusakan dan tata cara rehabilitasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
39
BAB IX
PEMBINAAN, MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 51
(1) Gubernur menyelenggarakan pembinaan melalui
Perangkat Daerah teknis terkait dalam rangka
pelaksanaan perizinan di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan antara lain melalui koordinasi perizinan,
sosialisasi, bimbingan teknis, pengembangan informasi
dan komunikasi, penyebarluasan informasi,
pengembangan kesadaran dan tanggung jawab
masyarakat.
Pasal 52
(1) Gubernur menyelenggarakan monitoring dan evaluasi
melalui Organisasi Perangkat Daerah terkait terhadap
pelaksanaan perizinan di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil sesuai dengan kewenangannya.
(2) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dijadikan pertimbangan dalam peningkatan
kualitas pelaksanaan perizinan di wilayah perairan pesisir
sesuai dengan kewenangannya.
BAB X
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 53
(1) Dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,
masyarakat berhak:
a. mengetahui RZWP-3-K Sumatera Selatan;
b. memperoleh akses terhadap bagian perairan pesisir
yang sudah diberi Izin Lokasi Perairan dan Izin
Pengelolaan;
40
c. memperoleh informasi berkenaan dengan setiap
kegiatan pembangunan yang berada di wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil;
d. memperoleh manfaat atas pelaksanaan pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
e. mengajukan keberatan kepada pejabat yang
berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai
dengan RZWP-3-K Provinsi;
f. mengajukan peninjauan kembali izin yang telah
ditetapkan; dan
g. permintaan penghentian pembangunan yang tidak
sesuai dengan RZWP-3-K Provinsi kepada pejabat
yang berwenang.
(2) Pemerintah Daerah wajib mensosialisasikan RZWP-3-K
Provinsi melalui media informasi dan/atau langsung
kepada aparat dan masyarakat.
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 54
Dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Provinsi, masyarakat wajib:
a. mentaati RZWP-3-K Provinsi;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan
izin pemanfaatan ruang;
d. memberikan akses terhadap pelaksanaan kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan RZWP-3-K Provinsi;
e. menerapkan kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang
dipraktekkan masyarakat secara turun temurun dengan
memperhatikan faktor-faktor kelestarian lingkungan,
estetika lingkungan, lokasi, arahan pemanfaatan ruang,
serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi,
selaras, dan seimbang; dan
f. memelihara kualitas sumber daya.
41
Bagian Ketiga
Peran Serta Masyarakat
Pasal 55
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil dilakukan melalui:
a. proses perencanaan ruang;
b. pemanfaatan ruang; dan
c. pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Pasal 56
(1) Bentuk peran serta masyarakat dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disampaikan secara lisan dan/atau tertulis kepada
Gubernur melalui organisasi perangkat daerah sesuai
dengan bidangnya.
(3) Pemerintah Daerah membangun sistem informasi dan
dokumentasi penyelenggaraan penataan ruang yang
dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
BAB XI
KELEMBAGAAN
Pasal 57
(1) Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan RZWP-
3-K Provinsi maka koordinasi dan kerjasama antar
sektor/antar daerah bidang penataan ruang wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil terintegrasi oleh Tim Koordinasi
Penataan Ruang Daerah (TKPRD) Provinsi.
(2) Susunan, tugas, dan fungsi keanggotan TKPRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
ketentuan perundang-undangan.
42
BAB XII
GUGATAN PERWAKILAN
Pasal 58
Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke
pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 59
(1) Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, organisasi
kemasyarakatan berhak mengajukan gugatan untuk
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan.
(2) Organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. merupakan organisasi resmi di wilayah tersebut atau
organisasi nasional;
b. berbentuk badan hukum;
c. memiliki anggaran dasar yang dengan tegas
menyebutkan tujuan didirikannya organisasi
kemasyarakatan untuk kepentingan pelestarian
lingkungan; dan
d. telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran
dasar dan anggaran rumah tangganya.
(3) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terbatas pada tuntutan untuk melakukan
tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti kerugian
kecuali penggantian biaya atau pengeluaran yang nyata-
nyata dibayarkan.
BAB XIII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 60
(1) Selain Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia,
penyidikan atas pelanggaran ketentuan di dalam
Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi
wewenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
43
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang
untuk:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang penataan ruang WP-3-K agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap
dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang atau badan tentang kebenaran
perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang penataan ruang WP-3-K;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari pribadi
atau badan sehubungan dengan tindak pidana di
bidang penataan ruang WP-3-K;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan
dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana di bidang penataan ruang WP-3-K;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan
bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-
dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap
bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
penataan ruang WP-3-K;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak
pidana di bidang penataan ruang WP-3-K;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. membuat dan menandatangani berita acara
pemeriksaan;
k. menghentikan penyidikan;
44
l. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang penataan ruang
WP-3-K; dan
m. mengadakan tindakan lain yang menurut hukum
dapat dipertanggung-jawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut
umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB XIV
SANKSI
Pasal 61
(1) Sanksi merupakan pengendalian pemanfaatan ruang dari
sebagian perairan pesisir dan pemanfaatan sebagian
pulau-pulau kecil yang tidak sesuai dengan Izin Lokasi
Perairan dan Izin Pengelolaan.
(2) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang tidak sesuai dengan Izin Lokasi Perairan dikenai
sanksi administratif berupa:
a. peringatan;
b. pembekuan sementara; dan/atau
c. pencabutan Izin Lokasi Perairan.
(3) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang tidak sesuai dengan Izin Pengelolaan dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penutupan lokasi;
d. pencabutan izin;
e. pembatalan izin; dan/atau
f. denda administratif.
45
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 62
Setiap orang yang melakukan pemanfaatan ruang sebagian
perairan pesisir dan sebagian pulau–pulau kecil yang tidak
mentaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
dan tidak memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36 dikenai pidana kurungan dan/atau denda sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 63
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini :
(1) izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah
sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap
berlaku sesuai dengan jangka waktu masa berlakunya;
(2) izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi
tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini,
dinyatakan berlaku dengan ketentuan:
a. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya,
izin tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini;
b. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,
pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin operasional
terkait habis masa berlakunya dan dilakukan
penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan
Peraturan Daerah ini;
c. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya
dan tidak memungkinkan untuk dilakukan
penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan
Peraturan Daerah ini, maka izin yang telah diterbitkan
dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul
sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat
diberikan penggantian yang layak; dan
46
d. penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada
huruf c dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak
sesuai dengan Peraturan Daerah ini, izin dapat diterbitkan
apabila sesuai dengan rencana alokasi ruang yang telah
ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah ini; dan
(4) pemanfaatan ruang di daerah yang diselenggarakan tanpa
izin dan bertentangan dengan Peraturan Daerah ini untuk
dilakukan penertiban dan penyesuaian.
BAB XVII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 64
(1) Dalam hal terdapat penetapan/pencadangan kawasan
konservasi oleh Menteri terhadap bagian wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil Provinsi Sumatera Selatan yang
belum disepakati pada saat Peraturan Daerah ini
ditetapkan, rencana kawasan konservasi disesuaikan
dengan hasil penetapan/pencadangan kawasan
konservasi berdasarkan penetapan Menteri.
(2) Dalam hal penetapan sub-zona DLKp dan/atau DLKr
pelabuhan umum, terminal untuk kepentingan sendiri
dan/atau terminal khusus oleh Menteri yang membidangi
urusan pemerintahan di bidang perhubungan terhadap
bagian wilayah perairan provinsi yang belum disepakati
pada saat peraturan daerah ini ditetapkan, maka DLKp
dan/atau DLKr pelabuhan umum, terminal untuk
kepentingan sendiri dan/atau terminal khusus tersebut
dan alokasi ruangnya disesuaikan dengan hasil
penetapan oleh Menteri yang membidangi perhubungan.
(3) Dalam hal penetapan sub-zona WKOPP oleh Menteri
terhadap bagian wilayah perairan provinsi yang belum
disepakati pada saat Peraturan Daerah ini ditetapkan,
WKOPP tersebut dan alokasi ruangnya disesuaikan
dengan hasil penetapan WKOPP oleh Menteri.
1
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN TENTANG
RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2020-2040
I. UMUM
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil mengatur pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan
melalui 4 (empat) tahapan perencanaan, melalui penyusunan Rencana
Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP-3-K), Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K), Rencana Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP-3-K), dan Rencana Aksi
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RAPWP-3-K).
RZWP-3-K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil dengan jangka waktu berlakunya selama 20 (dua puluh)
tahun, sehingga dalam penyusunannya harus diserasikan, diselaraskan, dan
diseimbangkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan/atau
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
Dalam melaksanakan perencanaan RZWP-3-K dilakukan dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dengan daya dukung
ekosistem, fungsi pemanfaatan dan fungsi perlindungan, dimensi ruang
dan waktu, dimensi teknologi dan sosial budaya, serta fungsi pertahanan
negara;
2. Keterpaduan pemanfaatan berbagai jenis sumber daya, fungsi, estetika
lingkungan, dan kualitas lahan pesisir; dan
2
3. Kewajiban untuk mengalokasikan ruang dan akses masyarakat dalam
pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai
fungsi sosial dan ekonomi.
Arahan pemanfaatan ruang dalam RZWP-3-K Provinsi Sumatera Selatan
berisi tentang alokasi ruang terbagi menjadi 3 alokasi terdiri dari (1) Rencana
Kawasan Pemanfaatan Umum, (2) Rencana Kawasan Konservasi, dan (3)
Rencana Alur serta keterkaitan antar ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil dalam suatu Bioekoregion dengan memperhatikan dan memadukan
rencana Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera
Selatan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Pasal 14 menyebutkan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang
kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber daya mineral dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi. Selain itu dalam Lampiran Y
menyebutkan bahwa pengelolaan ruang laut sampai dengan 12 mil di luar
minyak dan gas bumi serta penerbitan izin dan pemanfaatan ruang laut di
bawah 12 mil di luar minyak dan gas bumi menjadi kewenangan Pemerintah
Daerah Provinsi. Hal ini berimplikasi pada kewajiban Pemerintah Daerah
Provinsi menetapkan Peraturan Daerah tentang RZWP-3-K.
RZWP-3-K merupakan rencana yang menentukan arah penggunaan
sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan
struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan
yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya
dapat dilakukan setelah memperoleh izin. RZWP-3-K disusun melalui
pendekatan keterpaduan yang mengintegrasikan berbagai perencanaan yang
telah dan akan disusun oleh masing-masing sektor dan daerah sehingga
terjadi keharmonisan dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-
pulau kecil.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu kiranya disusun suatu
kerangka kebijakan pemerintah untuk pemanfaatan ruang yang tertuang
dalam RZWP-3-K Sumatera Selatan, guna mengakomodasi aspirasi
stakeholder dan mengantisipasi perkembangan yang terjadi di masa
mendatang.
3
Sehubungan dengan hal tersebut perlu membentuk Peraturan Daerah
Sumatera Selatan tentang RZWP-3-K Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2020-2040. Selain mendasarkan pada Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Presiden yang terkait, Peraturan Daerah ini juga
mendasarkan pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
23/PERMENKP/2016 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Istilah-istilah dalam pasal ini dimaksudkan untuk mencegah
timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam memahami dan
melaksanakan pasal-pasal dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
4
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “bencana alam” adalah bencana
yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor, bencana
nasional sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan berdasarkan
besaran jumlah korban jiwa, kerugian harta benda,
kerusakan prasarana dan sarana, cakupan luas wilayah
yang terkena bencana, dan dampak sosial ekonomi yang
ditimbulkan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
5
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Huruf a
Perikanan Tangkap Pelagis adalah kegiatan operasional
penangkapan ikan yang berada di perairan permukaan air
laut.
Huruf b
Perikanan Tangkap Demersal adalah kegiatan operasional
penangkapan ikan yang berada di perairan dasar air laut.
Huruf c
Perikanan Tangkap Pelagis - Demersal adalah kegiatan
operasional penangkapan ikan yang berada di perairan
pemukaan dan perairan dasar air laut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
6
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Jenis usaha budidaya laut yang diterapkan pada Sub Zona
Budidaya Laut menyesuaikan dengan spesies dan teknologi
budidaya yang sesuai dengan perairan laut Sumatera Selatan
seperti kerapu lumpur dan kakap putih.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
7
Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “sub zona pertambangan pasir laut” yaitu
pertambangan pasir laut di Perairan Selat Bangka yang
diperuntukkan bagi penambangan pasir laut terutama pasir
urug sebagai aktivitas bisnis pertambangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 20
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian Lingkungan
Hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan
dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
Pembangunan berkelanjutan.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
8
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
9
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Zona inti merupakan bagian dari Kawasan Konservasi di Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang dilindungi, yang ditujukan untuk
perlindungan habitat dan populasi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil serta pemanfaatannya hanya terbatas untuk penelitian.
Kawasan pelabuhan meliputi daerah lingkungan kepentingan
pelabuhan dan daerah lingkungan kerja pelabuhan.
Pantai umum merupakan bagian dari kawasan pemanfaatan umum
yang telah dipergunakan oleh Masyarakat, antara lain, untuk
kepentingan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi pariwisata, olah
raga, dan ekonomi.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
10
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
11
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
12
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NO......
1
LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
NOMOR : 2 TAHUN 2020 TENTANG
RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL RZWP-3-K
PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2020-2040
Peta. Alokasi Ruang
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
LAMPIRAN II
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG
RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2020-2040
TABEL RENCANA ALOKASI RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI SUMATERA SELATAN
DENGAN TITIK KOORDINAT DAN LUASAN
KOORDINAT DAN LUASAN ZONA PERIKANAN TANGKAP KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
ZONA PERIKANAN TANGKAP
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode NLP Skala 1:50000 Koordinat
X Y
Pelagis Banyuasin II 3.028,82 KPU-PT-P-01 1603-04 104° 59' 30.063" BT 2° 8' 59.190" LS
4.907,72 1603-05 104° 55' 28.045" BT 1° 57' 18.329" LS
5.528,71 1603-07 104° 57' 59.176" BT 1° 53' 12.561" LS
1.358,47 1603-08 105° 1' 10.062" BT 2° 7' 24.988" LS
Banyuasin II 622,63 KPU-PT-P-02 1603-07 105° 0' 35.655" BT 2° 10' 40.858" LS
105° 0' 10.983" BT 2° 10' 15.724" LS
105° 1' 0.906" BT 2° 9' 0.125" LS
105° 0' 16.783" BT 2° 8' 59.694" LS
105° 1' 20.430" BT 2° 7' 59.734" LS
105° 1' 42.263" BT 2° 9' 15.978" LS
Banyuasin II 629,21 KPU-PT-P-03 1603-07 105° 2' 45.201" BT 2° 11' 50.585" LS
105° 2' 33.274" BT 2° 12' 5.699" LS
105° 1' 40.845" BT 2° 11' 38.490" LS
105° 1' 31.360" BT 2° 11' 32.697" LS
105° 0' 57.876" BT 2° 11' 5.084" LS
105° 1' 55.382" BT 2° 9' 51.803" LS
2
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
105° 2' 45.201" BT 2° 11' 50.585" LS
Makarti Jaya 71,64 KPU-PT-P-04 1603-07 105° 4' 17.796" BT 2° 12' 44.380" LS
105° 3' 4.891" BT 2° 12' 17.997" LS
105° 3' 14.186" BT 2° 12' 6.217" LS
105° 4' 17.674" BT 2° 12' 37.504" LS
Muara Sugihan dan
Air Sugihan 1.240,45 KPU-PT-P-05 1602-03 105° 41' 5.711" BT 2° 22' 40.591" LS
11.834,99 1602-04 105° 39' 55.678" BT 2° 22' 59.476" LS
22.189,16 1602-06 105° 35' 52.080" BT 2° 21' 14.402" LS
2.741,07 1603-07 105° 35' 51.945" BT 2° 23' 6.830" LS
1.495,15 1603-09 105° 34' 37.835" BT 2° 22' 51.760" LS
204,62 1603-10 105° 34' 36.907" BT 2° 20' 53.670" LS
105° 11' 7.409" BT 2° 17' 2.494" LS
105° 11' 4.060" BT 2° 13' 32.218" LS
105° 11' 3.718" BT 2° 13' 32.218" LS
105° 7' 56.121" BT 2° 12' 59.666" LS
105° 10' 42.907" BT 2° 12' 12.667" LS
105° 40' 53.882" BT 2° 18' 40.586" LS
Air Sugihan, dan
Tulung Selapan 1.696,83 KPU-PT-P-06 1602-05 106° 22' 56.185" BT 3° 13' 38.258" LS
1.142,15 1602-06 106° 21' 31.968" BT 3° 13' 48.773" LS
4.313,99 1602-07 105° 41' 45.609" BT 2° 31' 27.909" LS
11.339,24 1602-08 105° 41' 58.424" BT 2° 26' 10.229" LS
20,44 1602-09
2.279,92 1605-01
8.068,53 1605-02
9.291,25 1605-03
Demersal Banyuasin II 22.200,70 KPU-PT-D-01 1603-02 104° 44' 23.836" BT 1° 44' 4.033" LS
39.070,73 1603-03 104° 48' 14.048" BT 1° 48' 0.824" LS
3
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
4.431,36 1603-04 104° 56' 28.969" BT 1° 50' 7.200" LS
43.980,66 1603-05 104° 57' 37.178" BT 2° 9' 33.542" LS
1.864,98 1603-06 104° 57' 8.517" BT 2° 10' 17.039" LS
104° 55' 51.836" BT 2° 10' 8.579" LS
104° 32' 59.784" BT 1° 40' 6.981" LS
104° 32' 59.784" BT 1° 40' 6.980" LS
104° 32' 59.781" BT 1° 40' 6.981" LS
104° 29' 27.504" BT 1° 40' 3.829" LS
104° 33' 14.510" BT 1° 36' 32.401" LS 104° 39' 3.873" BT 1° 31' 23.638" LS
Banyuasin II 439,03 KPU-PT-D-02 1602-01 104° 47' 43.386" BT 2° 22' 19.644" LS
7.416,45 1602-02 104° 47' 53.922" BT 2° 22' 35.169" LS
104° 45' 15.118" BT 2° 23' 42.665" LS
104° 43' 48.083" BT 2° 23' 24.154" LS
104° 42' 0.291" BT 2° 21' 7.408" LS
104° 42' 3.423" BT 2° 20' 44.531" LS
104° 44' 41.200" BT 2° 21' 47.565" LS
104° 49' 25.803" BT 2° 16' 14.242" LS
104° 50' 23.634" BT 2° 17' 7.031" LS
Banyuasin II 22,52 KPU-PT-D-03 1603-04 104° 59' 32.969" BT 2° 12' 0.740" LS
140,46 1603-07 104° 59' 31.326" BT 2° 12' 2.834" LS
104° 59' 11.171" BT 2° 12' 8.479" LS
104° 58' 0.595" BT 2° 12' 28.246" LS
104° 58' 0.000" BT 2° 12' 28.427" LS
104° 57' 58.743" BT 2° 12' 28.889" LS
104° 57' 58.096" BT 2° 12' 29.175" LS
104° 57' 57.152" BT 2° 12' 29.656" LS
104° 57' 56.010" BT 2° 12' 30.349" LS
104° 57' 32.262" BT 2° 12' 46.144" LS
4
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
104° 57' 32.332" BT 2° 12' 43.802" LS
104° 58' 42.280" BT 2° 11' 49.897" LS
104° 58' 42.302" BT 2° 11' 49.880" LS
104° 58' 42.312" BT 2° 11' 49.872" LS
104° 59' 21.631" BT 2° 11' 49.860" LS
104° 59' 32.969" BT 2° 12' 0.740" LS
Banyuasin II 555,76 KPU-PT-D-04 1602-02 105° 1' 19.954 BT 2° 13' 35.260 LS
396,22 1602-03 105° 0' 55.735 BT 2° 14' 14.351 LS
573,42 1603-04 104° 57' 22.186 BT 2° 17' 53.664 LS
2.267,09 1603-07 104° 57' 22.204 BT 2° 17' 53.133 LS
104° 57' 31.074 BT 2° 13' 25.964 LS
104° 58' 11.732 BT 2° 12' 58.922 LS
104° 59' 45.095 BT 2° 12' 32.773 LS
104° 59' 45.696 BT 2° 12' 32.592 LS
104° 59' 46.289 BT 2° 12' 32.387 LS
104° 59' 46.619 BT 2° 12' 32.262 LS
104° 59' 46.947 BT 2° 12' 32.130 LS
104° 59' 47.272 BT 2° 12' 31.991 LS
104° 59' 47.593 BT 2° 12' 31.844 LS
104° 59' 47.912 BT 2° 12' 31.690 LS
104° 59' 48.226 BT 2° 12' 31.530 LS
104° 59' 48.538 BT 2° 12' 31.362 LS
104° 59' 48.845 BT 2° 12' 31.188 LS
104° 59' 49.149 BT 2° 12' 31.007 LS
104° 59' 49.449 BT 2° 12' 30.820 LS
104° 59' 49.745 BT 2° 12' 30.626 LS
104° 59' 50.036 BT 2° 12' 30.425 LS
104° 59' 50.323 BT 2° 12' 30.218 LS
104° 59' 50.605 BT 2° 12' 30.005 LS
5
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
104° 59' 50.883 BT 2° 12' 29.786 LS
104° 59' 51.156 BT 2° 12' 29.561 LS
104° 59' 51.424 BT 2° 12' 29.330 LS
104° 59' 51.687 BT 2° 12' 29.092 LS
104° 59' 51.944 BT 2° 12' 28.850 LS
104° 59' 52.197 BT 2° 12' 28.601 LS
104° 59' 52.444 BT 2° 12' 28.348 LS
104° 59' 52.685 BT 2° 12' 28.088 LS
104° 59' 52.921 BT 2° 12' 27.824 LS
104° 59' 53.150 BT 2° 12' 27.554 LS
104° 59' 53.455 BT 2° 12' 27.178 LS
104° 59' 56.197 BT 2° 12' 23.683 LS
105° 1' 19.954 BT 2° 13' 35.260 LS
Makarti Jaya, Air Saleh, Muara
Sugihan, Air Sugihan, Tulung Selapan, Cengal, dan Sungai
Menang
30.338,61 KPU-PT-D-05 1601-01 105° 37' 8.056" BT 2° 23' 12.768" LS
13.406,47 1601-02 105° 48' 0.156" BT 2° 41' 55.981" LS
41.575,33 1601-03 106° 17' 32.271" BT 3° 8' 33.721" LS
15.436,30 1601-04 106° 21' 31.968" BT 3° 13' 48.773" LS
470,42 1602-02 106° 1' 10.876" BT 4° 15' 25.605" LS
22.992,86 1602-03 106° 1' 10.874" BT 4° 15' 25.675" LS
12.332,75 1602-04 105° 49' 22.047" BT 4° 9' 41.312" LS
17.187,81 1602-05 105° 46' 44.783" BT 2° 40' 55.877" LS
13.010,68 1602-06 105° 37' 7.025" BT 2° 23' 21.329" LS
16.427,52 1602-07 105° 34' 7.429" BT 2° 25' 6.031" LS
3.913,69 1602-08 105° 12' 19.955" BT 2° 19' 40.651" LS
932,46 1603-07 105° 6' 32.071" BT 2° 22' 58.482" LS
25.276,95 1604-01 105° 6' 13.905" BT 2° 22' 55.355" LS
41.641,25 1604-02 105° 6' 29.983" BT 2° 22' 20.057" LS
32.739,99 1604-03 105° 3' 54.557" BT 2° 21' 42.852" LS
6
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
62.811,68 1604-04 105° 3' 26.267" BT 2° 22' 31.820" LS
17.369,72 1604-05 105° 2' 44.319" BT 2° 22' 34.906" LS
30.818,19 1605-01 104° 57' 20.617" BT 2° 18' 40.671" LS
5.556,43 1605-02 105° 1' 46.296" BT 2° 13' 54.300" LS 13.820,83 1605-03
Pelagis-Demersal Banyuasin II 1.840,97
KPU-PT-PD-01 1603-04 104° 57' 25.793" BT 2° 5' 26.670" LS
6.048,25 1603-05 104° 55' 48.718" BT 2° 4' 31.081" LS
104° 56' 28.969" BT 1° 50' 7.200" LS
104° 57' 33.189" BT 1° 50' 48.793" LS
Banyuasin II 242,58
KPU-PT-PD-
02 1603-07 104° 59' 32.969" BT 2° 12' 0.740" LS
104° 59' 21.631" BT 2° 11' 49.860" LS
104° 59' 29.821" BT 2° 11' 49.857" LS
104° 59' 30.931" BT 2° 11' 42.743" LS
104° 59' 18.350" BT 2° 11' 35.426" LS
104° 59' 41.858" BT 2° 10' 59.828" LS
105° 0' 21.346" BT 2° 10' 27.620" LS
105° 0' 35.655" BT 2° 10' 40.858" LS
Banyuasin II 1.098,86 KPU-PT-PD-03 1603-07 105° 02' 04.472" BT 2° 12' 42.201" LS
105° 1' 48.886" BT 2° 12' 55.782" LS
105° 1' 33.321" BT 2° 13' 13.582" LS
105° 1' 22.917" BT 2° 13' 30.466" LS
105° 1' 22.906" BT 2° 13' 30.483" LS
105° 1' 19.954" BT 2° 13' 35.260" LS
105° 1' 0.004" BT 2° 13' 19.843" LS
105° 0' 31.506" BT 2° 12' 56.093" LS
7
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
105° 0' 29.784" BT 2° 12' 54.584" LS
105° 0' 4.364" BT 2° 12' 31.440" LS
104° 59' 56.197" BT 2° 12' 23.683" LS
105° 0' 57.876" BT 2° 11' 5.084" LS
105° 1' 16.747" BT 2° 11' 21.549" LS
105° 1' 31.394" BT 2° 11' 32.721" LS
105° 1' 31.396" BT 2° 11' 32.723" LS
105° 1' 40.845" BT 2° 11' 38.490" LS
105° 1' 59.186" BT 2° 11' 49.675" LS
105° 2' 18.696" BT 2° 11' 59.317" LS
105° 2' 33.274" BT 2° 12' 5.699" LS
Makarti Jaya, Air Saleh, dan Muara
Sugihan 1.556,91
KPU-PT-PD-
04 1602-03 105° 4' 19.016" BT 2° 14' 21.109" LS
2.145,07 1603-07 105° 5' 23.770" BT 2° 14' 21.106" LS
105° 5' 23.770" BT 2° 15' 9.961" LS
105° 6' 44.713" BT 2° 15' 10.051" LS
105° 6' 45.408" BT 2° 15' 42.523" LS
105° 7' 49.472" BT 2° 15' 42.520" LS
105° 7' 49.472" BT 2° 16' 15.089" LS
105° 8' 54.229" BT 2° 16' 15.082" LS
105° 8' 54.233" BT 2° 16' 47.651" LS
105° 11' 6.973" BT 2° 16' 47.649" LS
105° 11' 7.409" BT 2° 17' 2.494" LS
105° 11' 30.115" BT 2° 17' 3.882" LS
105° 11' 30.115" BT 2° 17' 45.215" LS
105° 10' 20.935" BT 2° 17' 29.749" LS
105° 8' 39.589" BT 2° 17' 3.753" LS
105° 8' 0.240" BT 2° 16' 51.133" LS
8
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
105° 7' 25.869" BT 2° 16' 39.493" LS
105° 6' 33.213" BT 2° 16' 20.396" LS
105° 5' 49.678" BT 2° 16' 3.282" LS
105° 5' 2.960" BT 2° 15' 43.357" LS
105° 3' 59.163" BT 2° 15' 13.052" LS
105° 3' 25.269" BT 2° 14' 55.230" LS
105° 2' 56.341" BT 2° 14' 38.911" LS
105° 2' 31.956" BT 2° 14' 24.264" LS
105° 2' 15.061" BT 2° 14' 13.588" LS
105° 1' 46.296" BT 2° 13' 54.300" LS
105° 2' 2.561" BT 2° 13' 27.805" LS
105° 2' 11.115" BT 2° 13' 19.449" LS
105° 2' 28.874" BT 2° 13' 3.641" LS
105° 3' 4.891" BT 2° 12' 17.997" LS
105° 4' 17.796" BT 2° 12' 44.380" LS
105° 4' 19.013" BT 2° 13' 32.254" LS
Air Sugihan 2.519,99 KPU-PT-PD-05 1602-05 105° 41' 15.574" BT 2° 23' 43.875" LS
1.865,95 1602-06 105° 41' 29.532" BT 2° 24' 46.780" LS
489,02 1602-08 105° 41' 58.424" BT 2° 26' 10.229" LS
105° 41' 59.852" BT 2° 27' 31.067" LS
105° 42' 2.914" BT 2° 29' 35.811" LS
105° 41' 45.609" BT 2° 31' 27.909" LS
105° 42' 4.115" BT 2° 32' 27.898" LS
105° 42' 35.055" BT 2° 34' 12.836" LS
105° 43' 3.321" BT 2° 35' 27.141" LS
105° 43' 19.024" BT 2° 35' 59.682" LS
105° 43' 35.799" BT 2° 36' 28.938" LS
105° 43' 51.486" BT 2° 36' 52.067" LS
9
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
105° 44' 5.735" BT 2° 37' 10.135" LS
105° 44' 21.908" BT 2° 37' 26.786" LS
105° 44' 40.017" BT 2° 37' 39.315" LS
105° 44' 44.586" BT 2° 37' 42.058" LS
105° 43' 41.839" BT 2° 38' 8.332" LS
105° 43' 23.224" BT 2° 37' 47.884" LS
105° 43' 6.350" BT 2° 37' 27.611" LS
105° 42' 49.785" BT 2° 37' 6.008" LS
105° 42' 30.859" BT 2° 36' 39.137" LS
105° 42' 11.093" BT 2° 36' 8.397" LS
105° 41' 59.502" BT 2° 35' 49.007" LS
105° 41' 41.895" BT 2° 35' 17.476" LS
105° 41' 19.997" BT 2° 34' 34.270" LS
105° 41' 10.800" BT 2° 34' 10.330" LS
105° 41' 3.065" BT 2° 33' 39.843" LS
105° 40' 59.878" BT 2° 33' 19.993" LS
105° 40' 57.759" BT 2° 32' 58.860" LS
105° 40' 56.643" BT 2° 32' 33.720" LS
105° 40' 56.810" BT 2° 32' 6.845" LS
105° 40' 58.229" BT 2° 31' 37.887" LS
105° 41' 0.931" BT 2° 31' 5.861" LS
105° 41' 3.709" BT 2° 30' 40.336" LS
105° 41' 7.744" BT 2° 30' 8.069" LS
105° 41' 11.393" BT 2° 29' 40.886" LS
105° 41' 23.960" BT 2° 27' 58.740" LS
105° 41' 26.095" BT 2° 26' 23.536" LS
105° 41' 17.314" BT 2° 25' 25.859" LS
105° 41' 1.186" BT 2° 24' 53.453" LS
105° 40' 46.749" BT 2° 24' 32.999" LS
10
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
105° 40' 23.515" BT 2° 24' 11.376" LS
105° 39' 55.678" BT 2° 22' 59.476" LS
105° 40' 27.163" BT 2° 22' 51.061" LS
105° 41' 6.019" BT 2° 22' 40.436" LS
Tulung Selapan 136,58 KPU-PT-PD-06 1602-07 105° 48' 54.776" BT 2° 46' 7.576" LS
1.093,19 1602-08 105° 48' 54.760" BT 2° 45' 17.180" LS
105° 48' 47.340" BT 2° 44' 36.286" LS
105° 48' 14.825" BT 2° 43' 37.659" LS
105° 48' 9.261" BT 2° 43' 34.256" LS
105° 48' 6.004" BT 2° 43' 24.989" LS
105° 48' 6.629" BT 2° 43' 12.410" LS
105° 48' 14.010" BT 2° 42' 41.621" LS
105° 48' 0.156" BT 2° 41' 55.981" LS
105° 48' 40.416" BT 2° 41' 17.433" LS
105° 49' 25.900" BT 2° 44' 7.738" LS
105° 49' 27.268" BT 2° 45' 4.068" LS
105° 49' 27.789" BT 2° 45' 32.808" LS
105° 49' 32.614" BT 2° 46' 7.576" LS
Tulung Selapan 2.302,62
KPU-PT-PD-
07 1602-07 106° 10' 34.790" BT 3° 2' 40.181" LS
12.025,59 1605-01 106° 13' 4.424" BT 3° 5' 10.254" LS
2.727,89 1605-02 106° 17' 32.271" BT 3° 8' 33.721" LS
3.934,08 1605-03 106° 15' 54.019" BT 3° 9' 23.267" LS
106° 15' 25.887" BT 3° 9' 29.895" LS
106° 14' 51.000" BT 3° 9' 45.862" LS
106° 14' 12.735" BT 3° 10' 9.945" LS
106° 13' 33.963" BT 3° 10' 35.485" LS
106° 13' 17.730" BT 3° 10' 44.949" LS
11
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
106° 13' 2.563" BT 3° 10' 52.601" LS
106° 12' 36.219" BT 3° 11' 5.869" LS
106° 12' 17.747" BT 3° 11' 15.016" LS
106° 12' 10.172" BT 3° 11' 18.100" LS
106° 11' 59.109" BT 3° 11' 21.337" LS
106° 11' 54.451" BT 3° 11' 22.083" LS
106° 11' 48.916" BT 3° 11' 22.347" LS
106° 11' 43.675" BT 3° 11' 21.915" LS
106° 11' 38.435" BT 3° 11' 20.819" LS
106° 11' 33.189" BT 3° 11' 19.055" LS
106° 11' 25.673" BT 3° 11' 15.375" LS
106° 11' 15.823" BT 3° 11' 8.532" LS
106° 11' 10.453" BT 3° 11' 3.865" LS
106° 11' 5.013" BT 3° 10' 58.489" LS
106° 10' 58.004" BT 3° 10' 50.649" LS
106° 10' 46.666" BT 3° 10' 35.995" LS
106° 10' 36.722" BT 3° 10' 21.460" LS
106° 10' 21.474" BT 3° 9' 57.192" LS
106° 10' 15.132" BT 3° 9' 46.822" LS
106° 9' 59.698" BT 3° 9' 22.511" LS
106° 9' 52.868" BT 3° 9' 12.601" LS
106° 9' 41.330" BT 3° 8' 53.784" LS
106° 9' 35.635" BT 3° 8' 43.073" LS
106° 9' 25.762" BT 3° 8' 21.620" LS
106° 9' 20.889" BT 3° 8' 9.372" LS
106° 9' 14.029" BT 3° 7' 49.788" LS
106° 9' 5.658" BT 3° 7' 21.327" LS
106° 8' 59.536" BT 3° 6' 56.732" LS
106° 8' 47.785" BT 3° 6' 1.022" LS
12
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
106° 8' 43.735" BT 3° 5' 40.551" LS
106° 8' 35.562" BT 3° 5' 1.079" LS
106° 8' 28.609" BT 3° 4' 31.569" LS
106° 8' 25.132" BT 3° 4' 18.423" LS
106° 8' 21.110" BT 3° 4' 4.476" LS
106° 8' 16.076" BT 3° 3' 48.737" LS
106° 8' 9.842" BT 3° 3' 31.526" LS
106° 8' 2.166" BT 3° 3' 13.167" LS
106° 7' 54.640" BT 3° 2' 57.368" LS
106° 7' 50.780" BT 3° 2' 49.394" LS
106° 7' 9.974" BT 3° 1' 25.748" LS
106° 5' 34.404" BT 2° 59' 33.271" LS
106° 3' 19.207" BT 2° 57' 26.534" LS
105° 59' 21.280" BT 2° 55' 28.459" LS
105° 58' 30.368" BT 2° 55' 10.330" LS
105° 58' 8.884" BT 2° 55' 3.741" LS
105° 57' 41.169" BT 2° 54' 56.806" LS
105° 57' 26.206" BT 2° 54' 53.845" LS
105° 57' 14.300" BT 2° 54' 51.804" LS
105° 56' 49.431" BT 2° 54' 48.244" LS
105° 56' 33.347" BT 2° 54' 46.308" LS
105° 56' 10.195" BT 2° 54' 43.809" LS
105° 55' 51.286" BT 2° 54' 41.850" LS
105° 55' 27.538" BT 2° 54' 39.253" LS
105° 54' 58.438" BT 2° 54' 35.458" LS
105° 54' 33.661" BT 2° 54' 31.293" LS
105° 54' 14.505" BT 2° 54' 27.227" LS
105° 53' 59.542" BT 2° 54' 23.399" LS
105° 53' 46.119" BT 2° 54' 19.777" LS
13
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
105° 51' 24.770" BT 2° 54' 4.267" LS
105° 54' 9.717" BT 2° 53' 13.233" LS
105° 55' 29.293" BT 2° 53' 21.422" LS
105° 56' 13.986" BT 2° 53' 25.504" LS
105° 58' 11.693" BT 2° 53' 50.217" LS
105° 58' 16.069" BT 2° 53' 55.693" LS
106° 4' 19.497" BT 2° 57' 18.721" LS
106° 7' 36.841" BT 3° 0' 28.571" LS
Tulung Selapan 11.794,06 KPU-PT-PD-08 1604-05 106° 24' 12.389" BT 3° 18' 6.299" LS
940,80 1605-03 106° 24' 2.779" BT 3° 18' 27.145" LS
106° 23' 57.939" BT 3° 18' 37.009" LS
106° 23' 55.215" BT 3° 18' 42.402" LS
106° 23' 50.660" BT 3° 18' 51.178" LS
106° 23' 45.459" BT 3° 19' 0.854" LS
106° 23' 40.923" BT 3° 19' 9.023" LS
106° 23' 39.841" BT 3° 19' 10.940" LS
106° 23' 37.027" BT 3° 19' 15.853" LS
106° 23' 25.056" BT 3° 19' 35.789" LS
106° 23' 0.825" BT 3° 20' 12.227" LS
106° 22' 37.152" BT 3° 20' 43.738" LS
106° 22' 10.603" BT 3° 21' 15.562" LS
106° 21' 41.249" BT 3° 21' 47.250" LS
106° 21' 11.157" BT 3° 22' 16.127" LS
106° 20' 31.183" BT 3° 22' 49.825" LS
106° 19' 50.560" BT 3° 23' 19.384" LS
106° 19' 9.726" BT 3° 23' 45.044" LS
106° 18' 52.207" BT 3° 23' 54.921" LS
106° 18' 28.494" BT 3° 24' 7.294" LS
14
106° 18' 2.908" BT 3° 24' 19.425" LS
106° 17' 33.948" BT 3° 24' 31.706" LS
106° 17' 5.595" BT 3° 24' 42.317" LS
106° 16' 43.584" BT 3° 24' 49.632" LS
106° 16' 31.929" BT 3° 24' 53.190" LS
106° 16' 16.424" BT 3° 24' 57.589" LS
106° 16' 1.207" BT 3° 25' 1.545" LS
106° 15' 41.125" BT 3° 25' 6.226" LS
106° 15' 43.143" BT 3° 24' 46.082" LS
106° 15' 44.796" BT 3° 24' 34.990" LS
106° 15' 48.286" BT 3° 24' 13.937" LS
106° 15' 53.584" BT 3° 23' 46.905" LS
106° 15' 59.855" BT 3° 23' 18.356" LS
106° 16' 3.323" BT 3° 23' 0.339" LS
106° 16' 8.955" BT 3° 22' 30.746" LS
106° 16' 14.323" BT 3° 22' 6.855" LS
106° 16' 18.249" BT 3° 21' 52.725" LS
106° 16' 21.196" BT 3° 21' 43.699" LS
106° 16' 26.552" BT 3° 21' 29.999" LS
106° 16' 32.773" BT 3° 21' 17.377" LS
106° 16' 37.488" BT 3° 21' 9.826" LS
106° 16' 43.573" BT 3° 21' 1.881" LS
106° 16' 53.425" BT 3° 20' 51.605" LS
106° 17' 1.835" BT 3° 20' 44.431" LS
106° 17' 15.036" BT 3° 20' 35.041" LS
106° 17' 37.860" BT 3° 20' 22.072" LS
106° 17' 57.493" BT 3° 20' 12.817" LS
106° 18' 28.826" BT 3° 19' 59.751" LS
106° 19' 18.985" BT 3° 19' 38.871" LS
106° 19' 46.251" BT 3° 19' 25.044" LS
106° 20' 7.017" BT 3° 19' 11.494" LS
106° 20' 21.386" BT 3° 18' 59.156" LS
15
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
106° 20' 29.976" BT 3° 18' 49.679" LS
106° 20' 38.179" BT 3° 18' 38.025" LS
106° 20' 49.309" BT 3° 18' 18.610" LS
106° 21' 1.162" BT 3° 17' 53.256" LS
106° 21' 12.497" BT 3° 17' 22.567" LS
106° 21' 20.330" BT 3° 16' 55.554" LS
106° 21' 26.077" BT 3° 16' 30.507" LS
106° 21' 33.120" BT 3° 15' 45.509" LS
106° 21' 36.404" BT 3° 14' 46.814" LS
106° 21' 35.288" BT 3° 14' 16.765" LS
106° 21' 31.968" BT 3° 13' 48.773" LS
106° 22' 56.185" BT 3° 13' 38.258" LS
Cengal 1.395,98 KPU-PT-PD-09 1604-03 106° 4' 42.382" BT 3° 41' 8.943" LS
106° 3' 13.796" BT 3° 39' 22.476" LS
106° 4' 31.930" BT 3° 38' 22.669" LS
106° 4' 52.432" BT 3° 38' 46.096" LS
106° 5' 4.579" BT 3° 39' 0.804" LS
106° 5' 22.277" BT 3° 39' 23.724" LS
106° 5' 24.918" BT 3° 39' 27.313" LS
106° 5' 39.629" BT 3° 39' 47.491" LS
106° 5' 54.131" BT 3° 40' 8.798" LS
106° 6' 3.203" BT 3° 40' 21.878" LS
106° 6' 12.916" BT 3° 40' 33.352" LS
Jumlah 689.582,69
16
KOORDINAT DAN LUASAN ZONA BUDIDAYA
KAWASAN PEMANFAATAN UMUM ZONA PERIKANAN BUDIDAYA
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode NLP Skala 1:50000 Koordinat
X Y
Budidaya Laut Banyuasin II 1.965,22
KPU-BD-BL-
01 1603-04 104° 57' 25.793" BT 2° 5' 26.670" LS
105,30 1603-07 104° 58' 42.891" BT 2° 8' 14.931" LS
104° 57' 37.178" BT 2° 9' 33.542" LS
104° 55' 48.718" BT 2° 4' 31.081" LS
Muara Sugihan 511,01 KPU-BD-BL-02 1602-03 105° 34' 37.835" BT 2° 22' 51.760" LS
11.183,41 1602-04 105° 15' 22.622" BT 2° 18' 56.859" LS
4.781,64 1602-06 105° 12' 26.484" BT 2° 17' 59.383" LS
105° 11' 30.115" BT 2° 17' 45.215" LS
105° 11' 30.115" BT 2° 17' 3.882" LS
105° 21' 56.224" BT 2° 17' 42.160" LS
105° 26' 55.289" BT 2° 18' 46.406" LS
105° 34' 36.907" BT 2° 20' 53.680" LS
Air Sugihan 2.321,69
KPU-BD-BL-
03 1602-06 105° 40' 23.515" BT 2° 24' 11.376" LS
105° 35' 51.945" BT 2° 23' 6.830" LS
105° 35' 52.080" BT 2° 21' 14.402" LS
105° 38' 44.198" BT 2° 22' 1.847" LS
105° 39' 48.901" BT 2° 22' 41.971" LS
Air Sugihan dan Tulung Selapan
1.990,87
KPU-BD-BL-
04 1602-08 105° 48' 0.156" BT 2° 41' 55.981" LS
105° 43' 41.953" BT 2° 38' 8.450" LS
105° 44' 44.586" BT 2° 37' 42.058" LS
105° 48' 40.416" BT 2° 41' 17.433" LS
17
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
Tulung Selapan 3.581,41 KPU-BD-BL-05 1602-07 105° 51' 24.770" BT 2° 54' 4.267" LS
105° 50' 43.641" BT 2° 52' 35.250" LS
105° 50' 17.407" BT 2° 51' 50.002" LS
105° 49' 59.809" BT 2° 51' 11.651" LS
105° 49' 34.633" BT 2° 50' 6.634" LS
105° 49' 27.290" BT 2° 49' 46.482" LS
105° 49' 13.266" BT 2° 49' 1.652" LS
105° 49' 3.943" BT 2° 48' 20.980" LS
105° 48' 56.659" BT 2° 47' 36.813" LS
105° 48' 49.733" BT 2° 46' 28.946" LS
105° 48' 48.352" BT 2° 46' 7.576" LS
105° 49' 32.614" BT 2° 46' 7.576" LS
105° 49' 51.593" BT 2° 47' 28.041" LS
105° 50' 0.061" BT 2° 47' 58.912" LS
105° 50' 13.034" BT 2° 48' 40.283" LS
105° 50' 25.882" BT 2° 49' 15.216" LS
105° 50' 57.512" BT 2° 50' 27.368" LS
105° 51' 7.377" BT 2° 50' 47.090" LS
105° 51' 24.570" BT 2° 51' 16.145" LS
105° 51' 33.444" BT 2° 51' 28.557" LS
105° 52' 0.429" BT 2° 51' 59.692" LS
105° 52' 25.318" BT 2° 52' 23.105" LS
105° 52' 55.043" BT 2° 52' 45.567" LS
105° 53' 5.727" BT 2° 52' 52.084" LS
105° 53' 15.124" BT 2° 52' 56.876" LS
105° 53' 20.041" BT 2° 52' 59.080" LS
105° 53' 31.402" BT 2° 53' 3.492" LS
105° 53' 45.871" BT 2° 53' 7.966" LS
18
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
105° 53' 59.664" BT 2° 53' 11.280" LS
105° 54' 2.342" BT 2° 53' 15.750" LS
Sungai Menang 12.126,06 KPU-BD-BL-06 1604-02 106° 8' 59.000" BT 3° 54' 25.249" LS
726,70 1604-03 106° 1' 12.343" BT 3° 46' 44.003" LS
106° 3' 1.276" BT 3° 43' 55.808" LS
106° 9' 41.598" BT 3° 49' 15.534" LS
Jumlah 39.293,32
KOORDINAT DAN LUASAN ZONA PELABUHAN KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
ZONA PELABUHAN
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode NLP Skala 1:50000 Koordinat
X Y
DLKr dan
DLKp Tanjung Api-api 844,62
KPU-PL-DLK-
01 1602-02 104° 50' 36.715" BT 2° 19' 0.914" LS
104° 47' 53.922" BT 2° 22' 35.169" LS
104° 47' 43.386" BT 2° 22' 19.644" LS
104° 49' 37.296" BT 2° 20' 31.803" LS
104° 49' 57.360" BT 2° 18' 32.441" LS
104° 50' 15.673" BT 2° 18' 27.907" LS
Tanjung Carat 6.271,73 KPU-PL-DLK-02 1602-02 104° 59' 30.931" BT 2° 11' 42.743" LS
7.221,09 1603-04 104° 55' 33.071" BT 2° 20' 29.037" LS
2.041,32 1603-07 104° 54' 36.419" BT 2° 20' 10.859" LS
104° 54' 44.350" BT 2° 16' 37.656" LS
104° 50' 38.212" BT 2° 17' 20.339" LS
104° 49' 25.803" BT 2° 16' 14.242" LS
19
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
104° 55' 51.836" BT 2° 10' 8.579" LS
104° 58' 42.891" BT 2° 8' 14.931" LS
104° 59' 30.063" BT 2° 8' 59.190" LS
105° 1' 0.906" BT 2° 9' 0.125" LS
Air Sugihan 100,55 KPU-PL-DLK-03 1602-06 105° 34' 59.551" BT 2° 22' 17.385" LS
105° 34' 59.525" BT 2° 22' 17.385" LS
105° 34' 59.512" BT 2° 21' 44.985" LS
105° 35' 32.184" BT 2° 21' 44.971" LS
105° 35' 32.237" BT 2° 21' 44.971" LS
105° 35' 32.250" BT 2° 22' 17.371" LS
105° 34' 59.551" BT 2° 22' 17.385" LS
Tulung Selapan 80,59
KPU-PL-DLK-
04 1602-07 105° 48' 21.71" BT 2° 44' 57.7" LS
75,61 1602-08 105° 48' 41.11" BT 2° 44' 57.68" LS
105° 48' 54.76" BT 2° 45' 17.18" LS
105° 48' 54.78" BT 2° 45' 50.4" LS
105° 48' 21.75" BT 2° 45' 50.42" LS
105° 48' 20.12" BT 2° 45' 41.81" LS
105° 48' 20.12" BT 2° 45' 33.77" LS
105° 48' 20.12" BT 2° 45' 27.16" LS
105° 48' 21.73" BT 2° 45' 17.2" LS
Wilayah Kerja Operasional
Pelabuhan Perikanan Tanjung Carat 160,75
KPU-PL-WKO-01 1602-02 104° 54' 44.350" BT 2° 16' 37.656" LS
104° 54' 43.815" BT 2° 16' 46.002" LS
104° 53' 25.727" BT 2° 16' 59.572" LS
104° 51' 23.391" BT 2° 17' 5.657" LS
20
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
104° 51' 29.631" BT 2° 16' 54.857" LS
Cengal 11,64 KPU-PL-WKO-02 1601-04 105° 53' 25.991" BT 3° 25' 21.607" LS
105° 53' 5.596" BT 3° 25' 20.993" LS
105° 53' 13.263" BT 3° 25' 13.985" LS
105° 53' 26.001" BT 3° 25' 14.743" LS
Jumlah 16.807,88
KOORDINAT DAN LUASAN ZONA PARIWISATA KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
ZONA PARIWISATA
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode NLP Skala 1:50000 Koordinat
X Y
Wisata Alam
Pantai/Pesisir dan Pulau -
Pulau Kecil
Sungai Menang
750,68
KPU-W-P3K-
01 1601-02 105° 57' 39.893" BT 3° 49' 36.240" LS
105° 58' 7.845" BT 3° 49' 35.883" LS 105° 58' 10.014" BT 3° 52' 22.932" LS
105° 56' 47.381" BT 3° 52' 24.008" LS
21
KOORDINAT DAN LUASAN ZONA PERTAMBANGAN
KAWASAN PEMANFAATAN UMUM ZONA PERTAMBANGAN
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode NLP Skala 1:50000 Koordinat
X Y
Pasir Laut Selat Bangka 1.416,18
KPU-TB-PS-
01 1602-03 105° 8' 54.550" BT 2° 12' 59.663" LS
4.555,23 1603-07 105° 8' 54.554" BT 2° 13' 32.232" LS
105° 11' 4.060" BT 2° 13' 32.218" LS
105° 11' 3.743" BT 2° 16' 47.636" LS
105° 8' 54.233" BT 2° 16' 47.651" LS
105° 8' 54.229" BT 2° 16' 15.082" LS
105° 7' 49.472" BT 2° 16' 15.089" LS
105° 7' 49.472" BT 2° 15' 42.520" LS
105° 6' 45.036" BT 2° 15' 42.523" LS
105° 6' 44.713" BT 2° 15' 10.051" LS
105° 5' 23.770" BT 2° 15' 9.961" LS
105° 5' 23.770" BT 2° 14' 21.106" LS
105° 4' 19.016" BT 2° 14' 21.109" LS
105° 4' 17.674" BT 2° 12' 37.504" LS
Jumlah 5.971,41
22
KOORDINAT DAN LUASAN KAWASAN KONSERVASI
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil
Pulau Maspari
472,19 KKP3K-01 1605-01 106° 12' 35.150" BT 3° 12' 8.378" LS
503,84 1605-03 106° 14' 43.164" BT 3° 13' 56.431" LS
106° 13' 56.076" BT 3° 14' 37.714" LS
106° 11' 49.515" BT
3° 12' 57.220" LS
Taman Nasional
Kawasan Taman Nasional Sembilang
76,01 TN-01 1602-01 104° 52' 42.586" BT 2° 0' 27.054" LS
2.356,64 1602-02 104° 55' 36.456" BT 2° 11' 24.442" LS
25,89 1603-01 104° 44' 31.406" BT 2° 21' 45.577" LS
25.296,69 1603-02 104° 42' 3.423" BT 2° 20' 44.531" LS
4.061,59 1603-03 104° 42' 5.037" BT 2° 20' 32.741" LS
7.918,13 1603-04 104° 44' 33.262" BT 2° 21' 34.835" LS
7.256,32 1603-05 104° 54' 10.870" BT 2° 11' 24.649" LS
104° 39' 5.622" BT 1° 57' 54.101" LS
104° 28' 19.843" BT 1° 54' 46.714" LS
104° 28' 14.559" BT 1° 54' 17.427" LS
104° 29' 1.032" BT 1° 47' 12.729" LS
104° 31' 30.955" BT 1° 42' 46.844" LS
104° 30' 4.040" BT 1° 40' 49.916" LS
104° 32' 59.781" BT 1° 40' 6.981" LS
104° 32' 59.784" BT 1° 40' 6.980" LS
104° 32' 59.784" BT 1° 40' 6.981" LS
Jumlah 47.967,31
23
KOORDINAT DAN LUASAN ALUR PELAYARAN DAN/ATAU PERLINTASAN KAWASAN ALUR LAUT
ALUR PELAYARAN DAN/ATAU PERLINTASAN PIPA/KABEL BAWAH LAUT
Alokasi Kode NLP Skala 1:50000
Koordinat
X Y
Alur Pelayaran dan/atau Perlintasan Nasional AL-AP-PN-01 1602-01 104° 42' 1.823" BT 2° 20' 56.671" LS
1602-02 104° 42' 15.584" BT 2° 20' 54.295" LS
1603-04 104° 42' 17.611" BT 2° 20' 54.309" LS
1603-07 104° 42' 57.839" BT 2° 21' 13.837" LS
104° 43' 2.865" BT 2° 21' 15.896" LS
104° 43' 40.791" BT 2° 21' 42.431" LS
104° 43' 43.692" BT 2° 21' 48.504" LS
104° 44' 18.646" BT 2° 22' 7.874" LS
104° 44' 23.583" BT 2° 22' 12.937" LS
104° 45' 32.659" BT 2° 22' 0.304" LS
104° 45' 38.784" BT 2° 21' 58.329" LS
104° 45' 44.881" BT 2° 21' 57.361" LS
104° 45' 49.997" BT 2° 21' 55.378" LS
104° 45' 57.169" BT 2° 21' 52.400" LS
104° 46' 42.488" BT 2° 21' 28.452" LS
104° 46' 46.609" BT 2° 21' 26.454" LS
104° 46' 54.787" BT 2° 21' 24.483" LS
104° 48' 7.793" BT 2° 20' 58.587" LS
104° 48' 21.399" BT 2° 20' 48.509" LS
104° 48' 29.192" BT 2° 20' 23.236" LS
104° 48' 32.562" BT 2° 20' 12.305" LS
104° 48' 36.040" BT 2° 19' 19.275" LS
104° 48' 38.314" BT 2° 18' 43.864" LS
104° 48' 49.788" BT 2° 17' 39.244" LS
24
Alokasi Kode NLP Skala 1:50000
Koordinat
X Y
104° 49' 32.039" BT 2° 16' 39.478" LS
104° 50' 28.420" BT 2° 16' 3.373" LS
104° 50' 34.081" BT 2° 16' 0.995" LS
104° 51' 16.303" BT 2° 15' 44.848" LS
104° 52' 21.767" BT 2° 15' 19.549" LS
104° 52' 47.210" BT 2° 15' 9.716" LS
104° 52' 57.991" BT 2° 15' 5.889" LS
104° 53' 28.063" BT 2° 14' 55.213" LS
104° 53' 40.944" BT 2° 14' 50.275" LS
104° 54' 8.638" BT 2° 14' 39.658" LS
104° 54' 16.416" BT 2° 14' 36.676" LS
104° 56' 7.096" BT 2° 13' 56.413" LS
104° 56' 13.791" BT 2° 13' 52.481" LS
104° 56' 33.192" BT 2° 13' 44.948" LS
104° 58' 52.020" BT 2° 12' 51.039" LS
104° 58' 56.143" BT 2° 12' 44.396" LS
104° 59' 4.327" BT 2° 12' 35.104" LS
104° 59' 10.232" BT 2° 12' 25.640" LS
105° 0' 1.008" BT 2° 11' 4.252" LS
105° 0' 2.461" BT 2° 10' 58.871" LS
105° 0' 8.031" BT 2° 10' 49.465" LS
105° 1' 34.897" BT 2° 9' 27.767" LS
105° 1' 37.636" BT 2° 9' 19.908" LS
105° 1' 42.000" BT 2° 9' 15.256" LS
Alur Pelayaran dan/atau Perlintasan Nasional AL-AP-PN-02 1602-02 104° 48' 42.530" BT 2° 21' 29.349" LS
1603-04 104° 48' 30.200" BT 2° 21' 3.326" LS
1603-07 104° 48' 26.344" BT 2° 20' 52.744" LS
104° 48' 29.192" BT 2° 20' 23.236" LS
104° 48' 33.770" BT 2° 19' 29.879" LS
25
Alokasi Kode NLP Skala 1:50000
Koordinat
X Y
104° 48' 34.590" BT 2° 19' 24.573" LS
104° 48' 36.284" BT 2° 19' 18.382" LS
104° 48' 52.096" BT 2° 17' 43.764" LS
104° 48' 54.705" BT 2° 17' 37.473" LS
104° 48' 58.218" BT 2° 17' 32.083" LS
104° 49' 33.547" BT 2° 16' 42.468" LS
104° 49' 37.995" BT 2° 16' 37.945" LS
104° 50' 34.081" BT 2° 16' 0.995" LS
104° 52' 21.767" BT 2° 15' 19.549" LS
104° 52' 57.991" BT 2° 15' 5.889" LS
104° 53' 41.978" BT 2° 14' 49.301" LS
104° 54' 1.003" BT 2° 14' 42.127" LS
104° 54' 8.638" BT 2° 14' 39.658" LS
104° 56' 9.869" BT 2° 14' 0.460" LS
104° 56' 21.035" BT 2° 13' 56.850" LS
104° 57' 49.859" BT 2° 13' 25.528" LS
104° 58' 2.345" BT 2° 13' 22.040" LS
105° 1' 27.638" BT 2° 12' 8.237" LS
105° 1' 40.107" BT 2° 11' 59.352" LS
105° 2' 1.536" BT 2° 11' 46.925" LS
105° 2' 12.270" BT 2° 11' 41.605" LS
105° 2' 33.805" BT 2° 11' 24.424" LS
Alur Pelayaran dan/atau Perlintasan Internasional AL-AP-PI-01 1602-04 104° 45' 21.164" BT 1° 44' 56.154" LS
1602-05 104° 46' 57.515" BT 1° 49' 41.845" LS
1602-06 104° 50' 53.747" BT 1° 55' 31.422" LS
1602-07 104° 55' 58.261" BT 2° 4' 17.992" LS
1602-08 105° 1' 6.939" BT 2° 7' 14.384" LS
1603-04 105° 10' 31.262" BT 2° 12' 14.069" LS
1603-05 105° 16' 14.235" BT 2° 15' 21.100" LS
26
Alokasi Kode NLP Skala 1:50000
Koordinat
X Y
1603-06 105° 36' 34.288" BT 2° 20' 20.145" LS
1603-07 105° 40' 2.073" BT 2° 22' 31.125" LS
1603-09 105° 41' 1.504" BT 2° 25' 29.410" LS
1604-05 105° 41' 24.325" BT 2° 27' 0.812" LS
1605-01 105° 41' 51.749" BT 2° 27' 55.663" LS
1605-02 105° 42' 23.664" BT 2° 29' 59.044" LS
1605-03 105° 44' 22.380" BT 2° 34' 33.246" LS
105° 47' 2.265" BT 2° 38' 26.361" LS
105° 48' 42.777" BT 2° 40' 25.234" LS
105° 49' 36.025" BT 2° 42' 21.203" LS
105° 50' 14.924" BT 2° 43' 24.102" LS
105° 54' 9.145" BT 2° 52' 55.331" LS
105° 56' 19.111" BT 2° 54' 14.987" LS
105° 59' 35.870" BT 2° 55' 46.507" LS
106° 3' 6.249" BT 2° 57' 36.257" LS
106° 5' 32.528" BT 2° 59' 53.344" LS
106° 5' 55.376" BT 3° 0' 25.325" LS
106° 7' 35.918" BT 3° 2' 37.821" LS
106° 8' 4.051" BT 3° 3' 5.456" LS
106° 9' 33.543" BT 3° 4' 34.909" LS
106° 10' 29.174" BT 3° 5' 37.769" LS
106° 11' 14.129" BT 3° 6' 7.655" LS
106° 12' 34.080" BT 3° 7' 15.467" LS
106° 14' 8.526" BT 3° 8' 57.107" LS
106° 15' 18.728" BT 3° 10' 29.019" LS
106° 15' 57.443" BT 3° 11' 56.053" LS
106° 16' 14.358" BT 3° 13' 42.397" LS
106° 16' 49.862" BT 3° 14' 54.910" LS
106° 19' 10.507" BT 3° 21' 29.232" LS
27
Alokasi Kode NLP Skala 1:50000
Koordinat
106° 19' 53.107" BT 3° 23' 17.653" LS
Alur Pelayaran dan/atau Perlintasan Internasional AL-AP-PI-02 1602-07 105° 45' 59.211" BT 2° 34' 27.923" LS
1602-08 105° 46' 28.966" BT 2° 35' 43.382" LS
1604-05 105° 48' 22.146" BT 2° 38' 51.488" LS
1605-01 105° 49' 46.043" BT 2° 40' 47.350" LS
1605-02 105° 56' 47.198" BT 2° 53' 0.653" LS
1605-03 105° 57' 14.073" BT 2° 53' 17.012" LS
105° 58' 48.362" BT 2° 53' 58.409" LS
105° 59' 46.216" BT 2° 54' 30.875" LS
106° 4' 52.630" BT 2° 57' 35.441" LS
106° 8' 58.282" BT 3° 2' 2.617" LS
106° 9' 17.169" BT 3° 2' 21.423" LS
106° 9' 47.384" BT 3° 2' 47.747" LS
106° 13' 45.221" BT 3° 6' 52.163" LS
106° 16' 42.609" BT 3° 10' 18.985" LS
106° 17' 54.358" BT 3° 12' 38.214" LS
106° 21' 20.850" BT 3° 16' 12.017" LS
106° 23' 29.908" BT 3° 19' 27.875" LS
KOORDINAT DAN LUASAN ALUR PELAYARAN DAN/ATAU PERLINTASAN
KAWASAN ALUR LAUT ALUR PELAYARAN DAN/ATAU PERLINTASAN PIPA/KABEL BAWAH LAUT
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
Pipa Minyak dan Gas
Sumatera Selatan (Banyuasin) -
Bangka Belitung
156,49 AL-APK-GM-01 1602-02 105° 0' 16.783" BT 2° 8' 59.694" LS
345,51 1603-07 104° 59' 30.063" BT 2° 8' 59.190" LS
105° 1' 10.062" BT 2° 7' 24.988" LS
105° 1' 20.430" BT 2° 7' 59.734" LS
28
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
104° 49' 57.360" BT 2° 18' 32.441" LS
104° 50' 23.634" BT 2° 17' 7.031" LS
104° 50' 38.212" BT 2° 17' 20.339" LS
104° 50' 15.673" BT 2° 18' 27.907" LS
Kabel Listrik Sumatera Selatan (Banyuasin) -
Bangka Belitung
153,94 AL-APK-KL-01 1603-04 104° 54' 57.000" BT 2° 17' 15.000" LS
914,11 1603-07 104° 55' 31.000" BT 2° 17' 13.000" LS
104° 55' 38.000" BT 2° 17' 8.000" LS
104° 55' 44.000" BT 2° 16' 56.000" LS
104° 55' 44.000" BT 2° 16' 39.000" LS
104° 56' 3.000" BT 2° 14' 5.000" LS
104° 58' 5.000" BT 2° 12' 44.000" LS
104° 59' 41.000" BT 2° 12' 17.000" LS
105° 1' 48.821" BT 2° 9' 33.892" LS
500,27 1602-03 104° 55' 49.560" BT 2° 19' 57.120" LS
829,83 1603-07 104° 56' 20.040" BT 2° 19' 15.780" LS
104° 57' 27.120" BT 2° 18' 12.120" LS
104° 58' 34.020" BT 2° 17' 0.840" LS
105° 0' 51.720" BT 2° 14' 42.120" LS
105° 0' 57.720" BT 2° 14' 35.700" LS
105° 1' 3.600" BT 2° 14' 30.180" LS
105° 1' 8.820" BT 2° 14' 24.000" LS
105° 1' 15.600" BT 2° 14' 13.140" LS
105° 1' 36.660" BT
2° 13' 39.060" LS
29
Alokasi Lokasi Luas (ha) Kode
NLP Skala
1:50000 Koordinat
X Y
105° 1' 47.160" BT 2° 13' 22.020" LS
105° 1' 49.740" BT 2° 13' 17.640" LS
105° 2' 0.180" BT 2° 13' 7.440" LS
105° 2' 16.200" BT 2° 12' 53.520" LS
105° 2' 59.317" BT 2° 11' 58.878" LS
Jumlah 3.137,58
GUBERNUR SUMATERA SELATAN
H. HERMAN DERU
LAMPIRAN III PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2020-2040
TABEL MATRIKS PERATURAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI SUMATERA SELATAN
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-
K) Provinsi Sumatera Selatan
Aktivitas yang diperbolehkan Aktivitas yang tidak
diperbolehkan
Aktivitas diperbolehkan setelah
memperoleh izin
I. Kawasan Pemanfaatan Umum
1. Zona Perikanan Tangkap
a. Subzona Perikanan Tangkap Demersal;
b. Subzona Perikanan
Tangkap Pelagis; dan, c. Subzona Perikanan
Tangkap Pelagis-Demersal.
1. Kegiatan perikanan tangkap
yang ramah lingkungan;
2. Penangkapan ikan yang
tidak merusak dan legal; 3. Penangkapan ikan demersal
dan pelagis, dan bukan
spesies ikan yang dilindungi; dan
4. Lepas jaring dan jangkar.
1. Pengeboman ikan;
2. Mengganggu aktivitas
alur pelayaran;
3. Transshipment; dan 4. Illegal fishing.
1. Penelitian;
2. Pendidikan;
3. Pemasangan rumpon;
4. Kegiatan rehabilitasi habitat; dan 5. Kegiatan perbaikan stok populasi
ikan.
2. Zona Perikanan Budidaya
- Subzona Budidaya Laut 1. Budidaya laut dengan
metode karamba jaring apung dan/atau tancap
(KJA/KJT);
2. Kegiatan perikanan budidaya yang tidak
mengganggu alur pelayaran;
dan 3. Kegiatan perikanan tangkap
skala kecil dan tidak
mengganggu aktivitas budidaya laut.
1. Membuang limbah dan
sampah; 2. Menggunakan bahan-
bahan berbahaya; dan
3. Kegiatan budidaya yang dapat mengurangi
kapasitas daya dukung
perairan.
1. Penelitian;
2. Pendidikan; dan 3. Pengembangan pariwisata dan
rekreasi.
3 Zona Pelabuhan
a. Subzona DLKr DLkp 1. Pembangunan fasilitas
pokok dan fasilitas penunjang sesuai dengan
rencana induk pelabuhan;
2. Kegiatan alur-pelayaran, tempat labuh, tempat alih
muat antar kapal, kolam
pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak
kapal, kegiatan pemanduan,
1. Semua jenis kegiatan
penangkapan ikan dan pengambilan hasil laut;
2. Semua jenis kegiatan
perikanan budidaya; 3. Pemasangan alat bantu
penangkapan ikan; dan
4. Pendirian bangunan yang
1. Pengerukan alur pelabuhan;
2. Penggelaran/pemasangan kabel/pipa bawah laut;
3. Pembangunan bangunan pelindung
pantai; 4. Penelitian dan pendidikan; dan
5. Pariwisata dan rekreasi.
-2-
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-
K) Provinsi Sumatera Selatan
Aktivitas yang diperbolehkan Aktivitas yang tidak
diperbolehkan Aktivitas diperbolehkan setelah
memperoleh izin
tempat perbaikan kapal, dan kegiatan lain sesuai dengan
ketentuan perundang-
undangan;
3. Keperluan keadaan darurat, penempatan kapal mati,
percobaan berlayar,
pemanduan kapal, fasilitas pembangunan dan
pemeliharaan kapal, dan
pengembangan pelabuhan jangka panjang;
4. kegiatan pembangunan
fasilitas pertahanan negara; dan
5. Kegiatan Mitigasi Bencana.
perencanaannya tidak tercantum pada rencana
induk pelabuhan.
b. Sub Zona Wilayah Kerja
Operasional Pelabuhan
Perikanan
1. Pembangunan fasilitas
pokok dan fasilitas
penunjang sesuai dengan rencana induk pelabuhan
perikanan;
2. Kegiatan tempat labuh,
tempat alih muat antar kapal, kolam pelabuhan
untuk kebutuhan sandar
dan olah gerak kapal, kegiatan pemanduan,
tempat perbaikan kapal, dan
kegiatan lain sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan;
3. Keperluan keadaan darurat, penempatan kapal mati,
percobaan berlayar,
pemanduan kapal, fasilitas
pembangunan dan pemeliharaan kapal, dan
pengembangan pelabuhan;
4. Usaha pelayanan logistik
1. Penangkapan ikan
dengan alat menetap
dan/atau bergerak yang mengganggu kegiatan ke
pelabuhan;
2. Semua jenis kegiatan
budidaya laut; 3. Pemasangan rumah ikan
dan alat bantu
penangkapan ikan seperti rumpon serta terumbu
karang buatan;
4. Pembuangan sampah dan limbah;
5. Semua aktivitas diluar
peruntukan kawasan; 6. Pendirian bangunan yang
perencanaannya tidak
tercantum pada rencana
induk pelabuhan.
1. Penelitian;
2. Pendidikan; dan
3. Wisata bahari.
-3-
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-
K) Provinsi Sumatera Selatan
Aktivitas yang diperbolehkan Aktivitas yang tidak
diperbolehkan Aktivitas diperbolehkan setelah
memperoleh izin
dan perbekalan kapal perikanan; dan
5. Kegiatan Mitigasi Bencana.
4. Zona Pariwisata a. Usaha wisata edukasi;
b. Usaha wisata selam; c. Usaha kegiatan hiburan dan
rekreasi;
d. Usaha jasa perjalanan
wisata; e. Usaha wisata snorkeling;
f. Usaha wisata tontonan;
g. Usaha wisata berenang; h. Usaha wisata alam perairan;
i. Penanaman tanaman bakau
dan nipah; dan j. Pendidikan kegiatan
konservasi;
1. Alur pelayaran kapal;
2. Perikanan budidaya; 3. Perikanan tangkap
dengan alat tangkap yang
permanen;
4. Pengambilan dan pemindahan biota di
sekitar kawasan;
5. Perusakan habitat dan sumberdaya alam sebagai
objek wisata; dan,
6. Pembuangan sampah dan limbah.
1. Penelitian dan survei ilmiah;
2. Kegiatan wisata dengan menggunakan motorisasi, seperti
bottom glass boat, jet ski, diving/wisata selam dasar laut; dan
3. Pembangunan sarana prasarana pendukung wisata sesuai dengan
tema wisata yang dikembangkan
serta daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Subzona Wisata Alam
Pantai Pesisir
5. Zona Pertambangan 1. Eksplorasi mineral pasir;
2. Pengangkutan mineral pasir;
3. Pembangunan FPSO (Float Production Storage and Offloading);
4. Pengerukan perairan dengan
capital dredging; dan 5. Pengerukan perairan laut
capital dredging yang
memotong material karang
dan/atau batu;
1. Kegiatan wisata;
2. Kegiatan perikanan tangkap;
3. Kegiatan perikanan
budidaya;
4. Kegiatan ekplorasi sumberdaya dasar laut
(ikan dan non ikan); dan
5. Kegiatan ekplorasi energi.
1. Kegiatan pendidikan;
2. Kegiatan penelitian;
3. Kegiatan lepas jangkar;
4. Bongkar muat kapal; dan
5. Pembangunan sarana navigasi pelayaran
II. Kawasan Konservasi
1. Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil
1. Perlindungan dan pelestarian KKP-3-K;
2. Monitoring sumber daya
KKP-3-K; 3. Rehabilitasi habitat dan
populasi KKP-3-K;
4. Pengawasan dan pengendalian KKP-3-K;
5. Pelestarian adat dan budaya;
1. Penangkapan ikan yang menggunakan alat dan/
atau bahan yang dilarang
sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh
peraturan perundang-
undangan; 2. Semua kegiatan yang
menggunakan cara dan
1. Penelitian dan pengembangan; 2. Pendidikan;
3. Kegiatan Penangkapan ikan yang
ramah lingkungan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan;
4. Pariwisata dan rekreasi; dan 5. Perikanan budidaya yang ramah
lingkungan.
-4-
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-
K) Provinsi Sumatera Selatan
Aktivitas yang diperbolehkan Aktivitas yang tidak
diperbolehkan Aktivitas diperbolehkan setelah
memperoleh izin
dan 6. Kegiatan Mitigasi Bencana.
metode yang merusak dan melakukan alih
fungsi serta menebang
vegetasi pantai untuk
kegiatan yang merusak ekosistem; dan
3. Semua kegiatan industri.
III. Alur Laut
1. Alur Pelayaran
a. Pelayaran Nasional
b. Pelayaran Internasional
1. Lalu lintas kapal dari
dan/atau menuju pelabuhan
pengumpul/ pelabuhan pengumpan;
2. Pengerukan alur pelayaran;
3. Kegiatan rekreasi yang ramah lingkungan;
4. Perlindungan
keanekaragaman hayati; dan
5. Penyelamatan dan perlindungan lingkungan.
1. Kegiatan perikanan
budidaya laut;
2. Penangkapan ikan dengan alat menetap;
3. Pemasangan rumah ikan
dan alat bantu penangkapan ikan,
seperti rumpon serta
terumbu karang buatan;
4. Penangkapan ikan yang menggunakan bom dan
atau bahan peledak,
potas dan atau bahan beracun, serta
menggunakan alat
tangkap yang bersifat merusak ekosistem di
wilayah pesisir;
5. Pariwisata dan rekreasi; dan
6. Pembuangan sampah,
limbah, minyak, dan
bahan-bahan perusak lainnya ke lingkungan
laut;
7. Latihan perang atau latihan menggunakan
senjata macam apapun
dengan menggunakan amunisi;
8. Berhenti atau berlabuh
jangkar atau mondar mandir, kecuali dalam hal
1. Penelitian dan pendidikan, baik
dengan mempergunakan peralatan
deteksi maupun peralatan pengambil contoh; dan
2. Monitoring dan evaluasi.
-5-
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-
K) Provinsi Sumatera Selatan
Aktivitas yang diperbolehkan Aktivitas yang tidak
diperbolehkan Aktivitas diperbolehkan setelah
memperoleh izin
force meajeure atau dalam
hal keadaan musibah atau memberikan
pertolongan kepada orang
atau kapal yang sedang dalam keadaan musibah;
9. Menaikkan ke atas kapal
atau menurunkan dari kapal, orang, barang,
mata uang dengan cara
yang bertentangan dengan perundang-
undangan kepabeanan,
keimigrasian, fiskal, dan
kesehatan, kecuali dalam keadaan force meajeure
atau dalam keadaan
musibah; dan 10. Eksplorasi atau
eksploitasi sumber daya
alam hayati atau nonhayati.
2. Alur Pipa/ Kabel Bawah Laut
a. Pipa Minyak dan Gas Pengajuan izin lokasi
Pemasangan Pipa Gas beserta
pengamanannya.
1. Kegiatan perikanan
budidaya laut;
2. Penangkapan ikan
dengan alat menetap; 3. Pemasangan rumah ikan
dan alat bantu
penangkapan ikan, seperti rumpon serta
terumbu karang buatan;
4. Penangkapan ikan yang menggunakan bom dan
atau bahan peledak,
potas dan atau bahan beracun, serta
menggunakan alat
tangkap yang bersifat
merusak ekosistem di
1. Pemasangan pipa gas beserta
pengamanannya;
2. Penggelaran kabel listrik beserta
pengamanannya; 3. Pemasangan atau menggelar kabel
telekomunikasi beserta
pengamanannya; dan 4. Membangun, memindahkan
dan/atau membongkar bangunan
atau instalasi.
b. Kabel Listrik Pengajuan izin lokasi
Penggelaran Kabel Listrik beserta pengamanannya.
c. Kabel Telekomunikasi Pengajuan izin lokasi Pemasangan atau menggelar
kabel telekomunikasi beserta
pengamanannya.
-6-
LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2020-2040
TABEL INDIKASI PROGRAM
No. Program Utama Lokasi Sumber
Dana
Instansi
Pelaksana
TAHAP I (Tahun ke)
TAHAP II (Tahun ke)
TAHAP III (Tahun ke)
TAHAP IV (Tahun ke)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
A. RENCANA KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
1 Zona Perikanan Tangkap
a. Sosialisasi aturan alat
tangkap, jumlah armada pada jalur penangkapan
ikan dan pengarahan
daerah-daerah prioritas untuk penangkapan
Seluruh
kecamatan pesisir
APBN, APBD,
Swasta, LSM, dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang sah
DKP,
DisPU,KKP, Kemen Hub.,
Swasta
b. Pengembangan metode penangkapan dan adopsi
teknologi tepat guna
Seluruh kecamatan
pesisir
APBN, APBD, Swasta, LSM,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang sah
DKP, DisPU,KKP,
Kemen Hub.,
Swasta, Universitas,
LSM
c. Studi kelayakan
pembangunan PPI
Seluruh
kecamatan
pesisir
APBN, APBD,
Swasta, dan/
atau sumber pendapatan
lain yang sah
DKP,
DisPU,KKP,
Kemen Hub., Swasta
d. Pembangunan PPI dan
sarana prasarana
pendukung perikanan
Seluruh
kecamatan
pesisir
APBN, APBD,
Swasta, dan/
atau sumber pendapatan
lain yang sah
DKP,
DisPU,KKP,
Kemen Hub., Swasta
-2-
No. Program Utama Lokasi Sumber
Dana
Instansi
Pelaksana
TAHAP I (Tahun ke)
TAHAP II (Tahun ke)
TAHAP III (Tahun ke)
TAHAP IV (Tahun ke)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
e. Pengembangan usaha bisnis
perikanan tangkap rumah
tangga nelayan
Seluruh
kecamatan
pesisir
APBN, APBD,
Swasta, dan/
atau sumber pendapatan
lain yang sah
DKP,
DisPU,KKP,
Kemen Hub., Swasta,
Universitas
f. Pemberdayaan masyarakat
melalui peningkatan
kapasitas dan pendampingan rumah tangga nelayan
Seluruh
kecamatan
pesisir
APBN, APBD,
Swasta, LSM,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
DKP,
DisPU,KKP,
Kemen Hub., Swasta, LSM,
Universitas
g. Bantuan armada
penangkapan ikan yang sesuai untuk perairan laut
Seluruh
kecamatan pesisir
APBN, APBD,
Swasta, LSM, dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang sah
DKP,
DisPU,KKP, Kemen Hub.,
Swasta, LSM
h. Bantuan alat tangkap Seluruh kecamatan
pesisir
APBN, APBD, Swasta, dan/
atau sumber
pendapatan lain yang sah
DKP, DisPU,KKP,
Kemen Hub.,
Swasta
i. Upaya pengendalian pencemaran perairan
Kampung nelayan,
dan PPI
APBN, APBD, Swasta, dan/
atau sumber
pendapatan lain yang sah
DKP, DisPU,KKP,
Kemen Hub.,
Swasta, Universitas
j. Monitoring dan evaluasi kegiatan perikanan tangkap
Seluruh lokasi
perikanan
tangkap di Kabupaten
OKI dan
Kabupaten Banyuasin
APBN, APBD, Swasta, dan/
atau sumber
pendapatan lain yang sah
DKP, Bappeda, PUBMTR,
Dishub, Dishut,
DLHP, Dinas Pariwisata,
Distan, Dinas
ESDM, Pertamina, PLN,
-3-
No. Program Utama Lokasi Sumber
Dana
Instansi
Pelaksana
TAHAP I (Tahun ke)
TAHAP II (Tahun ke)
TAHAP III (Tahun ke)
TAHAP IV (Tahun ke)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Telekomunikasi
2. Zona Perikanan Budidaya
a. Sosialisasi potensi
pengembangan perikanan budidaya laut
Banyuasin II,
Muara Sugihan, Kabupaten
Banyuasin; dan
Kecamatan Air Sugihan, Tulung
Selapan, Sungai
Menang,
Kabupaten Ogan Komering Ilir
APBN,
APBD, Swasta,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
DKP, KKP,
Swasta
b. Kajian detail kelayakan
budidaya laut
Banyuasin II,
Muara Sugihan,
Kabupaten
Banyuasin; dan Kecamatan Air
Sugihan, Tulung
Selapan, Sungai Menang,
Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD,
Swasta,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
DKP, KKP,
Swasta
c. Pengembangan bisnis
budidaya laut yang melibatkan masyarakat
sekitar dan menggunakan
teknologi yang ramah lingkungan
Banyuasin II,
Muara Sugihan, Kabupaten
Banyuasin; dan
Kecamatan Air Sugihan, Tulung
Selapan, Sungai
Menang, Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD, Swasta,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
DKP, KKP,
Swasta
d. Pelatihan budidaya laut
untuk masyarakat pesisir
Banyuasin II,
Muara Sugihan,
APBN,
APBD,
DKP, KKP,
Universitas,
-4-
Kabupaten Banyuasin; dan
Kecamatan Air
Sugihan, Tulung Selapan, Sungai
Menang,
Kabupaten Ogan Komering Ilir
Swasta, dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
Swasta
e. Demonstrasi projek pengembangan budidaya
laut
Banyuasin II, Muara Sugihan,
Kabupaten
Banyuasin; dan Kecamatan Air
Sugihan, Tulung
Selapan, Sungai Menang,
Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN, APBD,
Swasta,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
DKP, KKP, Swasta
f. Bantuan konstruksi dan
bibit untuk budidaya laut
Banyuasin II,
Muara Sugihan, Kabupaten
Banyuasin; dan
Kecamatan Air Sugihan, Tulung
Selapan, Sungai
Menang, Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD, Swasta
DKP, KKP,
Swasta
g. Bantuan pakan ikan Banyuasin II,
Muara Sugihan,
Kabupaten Banyuasin; dan
Kecamatan Air
Sugihan, Tulung
Selapan, Sungai Menang,
Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD,
Swasta, dan/ atau
sumber
pendapatan
lain yang sah
DKP, KKP,
Swasta
h. Pendampingan masyarakat Banyuasin II, APBN, DKP, KKP,
-5-
pembudidaya untuk budidaya laut yang
difokuskan dengan metode
KJA dan KJT dengan komoditas kakap , kerapu,
rumput laut, kerang dan
lobster
Muara Sugihan, Kabupaten
Banyuasin; dan
Kecamatan Air Sugihan, Tulung
Selapan, Sungai
Menang, Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBD, Swasta,
LSM, dan/
atau sumber
pendapatan
lain yang sah
Swasta, LSM
i. Monitoring dan evaluasi
kegiatan perikanan
budidaya
Banyuasin II,
Muara Sugihan,
Kabupaten Banyuasin; dan
Kecamatan Air
Sugihan, Tulung Selapan, Sungai
Menang,
Kabupaten Ogan Komering Ilir
APBN,
APBD,
Swasta, dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
DKP,
Bappeda,
PUBMTR, Dishub,
Dishut,
DLHP, Dinas Pariwisata,
Distan,
Dinas ESDM, Pertamina,
PLN,
Telekomunik
asi
3. Zona Pelabuhan
A. Kegiatan Operasional
a. Revitalisasi fungsi dan
sarana prasarana pelabuhan
Tanjung Api-Api,
Tanjung Carat, Kecamatan
Banyuasin II
Kabupaten
Banyuasin; Kecamatan Air
Sugihan,
Kecamatan Tulung Selapan,
Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD, Swasta,
dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
Dishub,
Kemenhub, PU, Swasta
b. Peningkatan keselamatan
dan keamanan pelayaran
Tanjung Api-Api,
Tanjung Carat, Kecamatan
APBN,
APBD, Swasta,
Dishub,
Kemenhub, PU, Swasta
-6-
Banyuasin II Kabupaten
Banyuasin;
Kecamatan Air Sugihan,
Kecamatan
Tulung Selapan, Kabupaten Ogan
Komering Ilir
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
c. Peningkatan pelayanan
kepelabuhanan
Tanjung Api-Api,
Tanjung Carat,
Kecamatan Banyuasin II
Kabupaten
Banyuasin; Kecamatan Air
Sugihan,
Kecamatan Tulung Selapan,
Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD,
Swasta, dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
Dishub,
Kemenhub,
PU, Swasta
d. Perbaikan tata kelola
pelabuhan
Tanjung Api-Api,
Tanjung Carat, Kecamatan
Banyuasin II
Kabupaten Banyuasin;
Kecamatan Air
Sugihan,
Kecamatan Tulung Selapan,
Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD, Swasta,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
Dishub,
Kemenhub, PU, Swasta
e. Pengembangan rute
transportasi dari dan menuju pelabuhan
Tanjung Api-Api,
Tanjung Carat, Kecamatan
Banyuasin II
Kabupaten Banyuasin;
APBN,
APBD, Swasta,
dan/ atau
sumber pendapatan
Dishub,
Kemenhub, PU, Swasta
-7-
Kecamatan Air Sugihan,
Kecamatan
Tulung Selapan, Kabupaten Ogan
Komering Ilir
lain yang sah
f. Monitoring dan evaluasi
kegiatan pelabuhan
Tanjung Api-Api,
Tanjung Carat,
Kecamatan Banyuasin II
Kabupaten
Banyuasin; Kecamatan Air
Sugihan,
Kecamatan Tulung Selapan,
Kecamatan
Cengal Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD,
Swasta, dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
DKP,
Bappeda,
PUBMTR, Dishub,
Dishut,
DLHP, Dinas Pariwisata,
Distan,
Dinas ESDM, Pertamina,
PLN,
Telekomunikasi
B. Kegiatan Pembangunan DLKr/DLKp dan Kawasan Kerja dan Wilayah Pengoperasian Pelabuhan
a. Survey dan Investigasi Tanjung Api-Api, Tanjung Carat,
Kecamatan
Banyuasin II Kabupaten
Banyuasin;
Kecamatan Air Sugihan,
Kecamatan
Tulung Selapan, Kecamatan
Cengal
Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN, APBD,
Swasta,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
Swasta, BUMD, PU,
Dishub
b. Studi Kelayakan Tanjung Api-Api, Tanjung Carat,
Kecamatan
Banyuasin II
APBN, APBD,
Swasta,
dan/ atau
Swasta, BUMD, PU,
Dishub
-8-
Kabupaten Banyuasin;
Kecamatan Air
Sugihan, Kecamatan
Tulung Selapan,
Kecamatan Cengal
Kabupaten Ogan
Komering Ilir
sumber pendapatan
lain yang
sah
c. Konsultasi Publik Tanjung Api-Api,
Tanjung Carat, Kecamatan
Banyuasin II
Kabupaten Banyuasin;
Kecamatan Air
Sugihan, Kecamatan
Tulung Selapan,
Kecamatan
Cengal Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD, Swasta,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
Swasta,
BUMD, PU, Dishub
d. Pengajuan Izin Pelaksanaan
Pembangunan
Tanjung Api-Api,
Tanjung Carat, Kecamatan
Banyuasin II
Kabupaten
Banyuasin; Kecamatan Air
Sugihan,
Kecamatan Tulung Selapan,
Kecamatan
Cengal Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD, Swasta,
dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
Swasta,
BUMD, PU, Dinhub
e. Penyusunan AMDAL Tanjung Api-Api, APBN, Swasta,
-9-
Tanjung Carat, Kecamatan
Banyuasin II
Kabupaten Banyuasin;
Kecamatan Air
Sugihan, Kecamatan
Tulung Selapan,
Kecamatan Cengal
Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBD, Swasta,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
BUMD, PU, Dishub
f. Penyusunan Masterplan Tanjung Api-Api,
Tanjung Carat, Kecamatan
Banyuasin II
Kabupaten Banyuasin;
Kecamatan Air
Sugihan,
Kecamatan Tulung Selapan,
Kecamatan
Cengal Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD, Swasta,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
Swasta,
BUMD, PU, Dishub
g. Penyusunan Rancangan
Dasar dan Detail (DED)
Tanjung Api-Api,
Tanjung Carat,
Kecamatan Banyuasin II
Kabupaten
Banyuasin; Kecamatan Air
Sugihan,
Kecamatan Tulung Selapan,
Kecamatan
Cengal
APBN,
APBD,
Swasta, dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
Swasta,
BUMD, PU,
Dishub
-10-
Kabupaten Ogan Komering Ilir
h. Pembangunan Kawasan
Pelabuhan dan Industri
Tanjung Api-Api,
Tanjung Carat,
Kecamatan Banyuasin II
Kabupaten
Banyuasin;
Kecamatan Air Sugihan,
Kecamatan
Tulung Selapan, Kecamatan
Cengal
Kabupaten Ogan Komering Ilir
APBN,
APBD,
Swasta, dan/ atau
sumber
pendapatan
lain yang sah
Swasta,
BUMD, PU,
Dishub
C. Kegiatan Transhipment
a. Revitalisasi fungsi dan sarana prasarana
transhipment
Kecamatan Muara Sugihan,
Kabupaten
Banyuasin
APBN, APBD,
Swasta,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
Dishub, Kemenhub,
PU, Swasta
b. Peningkatan keselamatan dan keamanan
transhipment
Kecamatan Muara Sugihan,
Kabupaten
Banyuasin
APBN, APBD,
Swasta,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
Dishub, Kemenhub,
PU, Swasta
c. Peningkatan pelayanan
kegiatan transhipment Kecamatan
Muara Sugihan, Kabupaten
Banyuasin
APBN,
APBD, Swasta,
dan/ atau
sumber pendapatan
Dishub,
Kemenhub, PU, Swasta
-11-
lain yang sah
d. Perbaikan tata kelola
kegiatan transhipment Kecamatan
Muara Sugihan,
Kabupaten Banyuasin
APBN,
APBD,
Swasta, dan/ atau
sumber
pendapatan
lain yang sah
Dishub,
Kemenhub,
PU, Swasta
e. Pengembangan rute
transportasi dari dan
menuju lokasi transhipment
Kecamatan
Muara Sugihan,
Kabupaten Banyuasin
APBN,
APBD,
Swasta, dan/ atau
sumber
pendapatan
lain yang sah
Dishub,
Kemenhub,
PU, Swasta
4. Zona Pariwisata
a. Pengelolaan kawasan
pariwisata
Kecamatan
Sungai Menang, Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD, dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
DKP, KKP,
Dinas Pariwisata,
Kementeria
n Pariwisata,
Swasta,
LSM, Universitas
b. Identifikasi potensi objek-objek wisata potensial
Kecamatan Sungai Menang,
Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD,
Swasta,
LSM, dan/
atau
DKP, KKP, Dinas
Pariwisata,
Swasta, LSM,
Universitas
-12-
sumber
pendapatan
lain yang
sah
c. Pembuatan rencana
pengembangan dan pengelolaan wisata di
wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil
Kecamatan
Sungai Menang, Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD,
Swasta,
LSM, dan/
atau
sumber
pendapatan
lain yang
sah
DKP, KKP,
Dinas Pariwisata,
Swasta,
LSM, Universitas
d. Pembuatan rencana tapak
dan DED
Kecamatan
Sungai Menang, Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD,
Swasta,
LSM, dan/
atau
sumber
pendapatan
lain yang
sah
DKP, KKP,
Dinas Pariwisata,
Swasta,
LSM, Universitas
e. Sosialisasi dan promosi Kecamatan
Sungai Menang, Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD,
Swasta,
LSM, dan/
atau
sumber
pendapatan
lain yang
sah
DKP, KKP,
Dinas Pariwisata,
Swasta,
LSM, Universitas
-13-
f. Perbaikan dan peningkatan akses menuju tempat-
tempat wisata
Kecamatan Sungai Menang,
Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD,
Swasta,
LSM, dan/
atau
sumber
pendapatan
lain yang
sah
DKP, KKP,
Dinas
Pariwisata, Swasta,
LSM,
Universitas
g. Penguatan kelompok sadar
wisata
Kecamatan
Sungai Menang,
Kabupaten Ogan
Komering Ilir
APBN,
APBD,
Swasta,
LSM, dan/
atau
sumber
pendapatan
lain yang
sah
DKP, KKP,
Dinas
Pariwisata,
Swasta, LSM,
Universitas
h. Peningkatan sarana
prasarana pendukung
wisata
Kecamatan
Sungai Menang,
Kabupaten Ogan Komering Ilir
APBN,
APBD,
Swasta,
LSM, dan/
atau
sumber
pendapatan
lain yang
sah
DKP, KKP,
Dinas
Pariwisata, Swasta,
LSM,
Universitas
i. Pengembangan investasi
wisata
Kecamatan
Sungai Menang,
Kabupaten Ogan Komering Ilir
APBN,
APBD,
Swasta,
LSM, dan/
atau
DKP, KKP,
Dinas
Pariwisata, Swasta,
LSM,
Universitas
-14-
sumber
pendapatan
lain yang
sah
j. Monitoring dan evaluasi
kegiatan pariwisata
Sungai Menang,
Pulau Maspari Kabupaten Ogan
Komering Ilir.
APBN,
APBD,
Swasta,
dan/ atau
sumber
pendapatan
lain yang
sah
DKP,
Bappeda, PUBMTR,
Dishub,
Dishut, DLHP,
Dinas
Pariwisata,
Distan, Dinas
ESDM,
Pertamina, PLN,
Telekomuni
kasi
5. Zona Pertambangan
a. Penyusunan kajian estimasi
volume pasir laut
Kecamatan
Banyuasin II
APBD,
Swasta,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
Dinas
ESDM,
DKP, Bappeda,
DLHP,
PUBMTR, Dishub
b. Survey dan investigasi Kecamatan Banyuasin II
APBD, Swasta,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
Dinas ESDM,
DKP,
Bappeda, DLHP,
PUBMTR,
Dishub
c. Studi kelayakan Kecamatan
Banyuasin II
APBD,
Swasta, dan/ atau
Dinas
ESDM, DKP,
-15-
sumber pendapatan
lain yang
sah
Bappeda, DLHP,
PUBMTR,
Dishub
d. Konsultasi publik Kecamatan Banyuasin II
APBD, Swasta,
dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
Dinas ESDM,
DKP,
Bappeda,
DLHP, PUBMTR,
Dishub
e. Pengajuan izin pelaksanaan
pertambangan pasir laut
Kecamatan
Banyuasin II
APBD,
Swasta, dan/ atau
sumber
pendapatan
lain yang sah
Dinas
ESDM, DKP,
Bappeda,
DLHP,
PUBMTR, Dishub
f. Penyusunan AMDAL Kecamatan
Banyuasin II
APBD,
Swasta,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
Dinas
ESDM,
DKP,
Bappeda, DLHP,
PUBMTR,
Dishub
g. Penyusunan masterplan Kecamatan Banyuasin II
APBD, Swasta,
dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
Dinas ESDM,
DKP,
Bappeda,
DLHP, PUBMTR,
Dishub
h. Penyusunan rancangan
dasar dan detail (DED)
Kecamatan
Banyuasin II
APBD,
Swasta,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
Dinas
ESDM,
DKP, Bappeda,
DLHP,
PUBMTR, Dishub
-16-
i. Penambangan pasir sebagai aktivitas bisnis
pertambangan
Kecamatan Banyuasin II
APBD, Swasta,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
Dinas ESDM,
DKP,
Bappeda, DLHP,
PUBMTR,
Dishub
j. Rehabilitasi dan
pencegahan pencemaran lingkungan, terutama
kekeruhan perairan
Kecamatan
Banyuasin II
APBD,
Swasta, dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
Dinas
ESDM, DKP,
Bappeda,
DLHP, PUBMTR,
Dishub
k. Penyelesaian konflik ruang Kecamatan
Banyuasin II
APBD,
Swasta,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
Dinas
ESDM,
DKP, Bappeda,
DLHP,
PUBMTR, Dishub
l. Pengelolaan perizinan pertambangan
Kecamatan Banyuasin II
APBD, Swasta,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
Dinas ESDM,
DKP,
Bappeda, DLHP,
PUBMTR,
Dishub
m. Penindakan tegas sesuai
dengan aturan perundang-undangan yang berlaku
Kecamatan
Banyuasin II
APBD,
Swasta, dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
Dinas
ESDM, DKP,
Bappeda,
DLHP, PUBMTR,
Dishub
n. Penyusunan dokumen
teknis pertambangan
Kecamatan
Banyuasin II
APBD, dan/
atau
sumber pendapatan
Dinas
ESDM
-17-
lain yang sah
o. Pengawasan, monitoring
dan evaluasi pertambangan
Kecamatan
Banyuasin II
APBD, dan/
atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
Dinas
ESDM,
Dishub, DKP
p. Penguatan kerjasama dan
kemitraan
Kecamatan
Banyuasin II
APBD, dan/
atau sumber
pendapatan
lain yang sah
Dinas
ESDM, Dishub,
DKP
q. Pembinaan masyarakat di sekitar zona pertambangan
Kecamatan Banyuasin II
APBD, dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
Dinas ESDM,
Dishub,
DKP
B. RENCANA KAWASAN KONSERVASI
1. Kawasan Konservasi Perairan dan Pulau-pulau Kecil (KP3K)
a. Pengajuan usulan inisiatif,
dan identifikasi dan inventarisi potensi kawasan
Pulau Maspari,
Kecamatan Tulung Selapan,
Kabupaten Ogan
Kemering Ilir
APBN,
APBD, LSM, dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
DKP
Provinsi Sumatera
Selatan,
KKP
b. Sosialisasi Kawasan
Konservasi Perairan dan
Pulau-pulau Kecil
APBN,
APBD, LSM,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
DKP
Provinsi
Sumatera Selatan,
KKP,
Universitas, LSM
c. Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi
APBN, APBD, LSM,
DKP Provinsi
-18-
Kawasan Konservasi Perairan dan Pulau-pulau
Kecil
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
Sumatera Selatan,
KKP,
Universitas, LSM
d. Pembentukan unit
organisasi pengelola dengan
sumberdaya manusia
APBN,
APBD, LSM,
dan/ atau
sumber p endapatan
lain yang
sah
DKP
Provinsi
Sumatera
Selatan, KKP,
Universitas,
LSM
e. Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan dan
Pulau-pulau Kecil
APBN, APBD, LSM,
dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
DKP Provinsi
Sumatera
Selatan,
KKP, Universitas,
LSM
f. Pembuatan Tanda Batas
Kawasan Konservasi
Perairan dan Rambu-rambu Pemanfaatan di Kawasan
Konservasi Perairan dan
Pulau-pulau Kecil
APBN,
APBD, LSM,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
DKP
Provinsi
Sumatera Selatan,
KKP,
Universitas, LSM
g. Penyusunan Arahan Teknis
Pengelolaan dan
Pemanfaatan Kawasan
Konservasi Perairan dan Pulau-pulau Kecil
APBN,
APBD, LSM,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
DKP
Provinsi
Sumatera
Selatan, KKP,
Universitas,
LSM
h. Pengadaan Sarana
Prasarana Pendukung Pengelolaan dan
Pemanfaatan Kawasan
Konservasi dan Pulau-pulau Kecil
APBN,
APBD, LSM, dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
DKP
Provinsi Sumatera
Selatan,
KKP, LSM
-19-
sah i. Rehabilitasi Ekosistem
Terumbu Karang dan
Ekosistem Pantai
APBN, APBD, LSM,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
DKP Provinsi
Sumatera
Selatan, KKP,
Universitas,
LSM
j. Pengawasan Kondisi dan
Status Sumberdaya di Kawasan Konservasi
Perairan dan Pulau-pulau
Kecil
APBN,
APBD, LSM DKP
Provinsi Sumatera
Selatan,
KKP, Universitas,
LSM
k. Pemeliharaan Tanda Batas
dan Sarana Prasarana
Pendukung Kawasan Konservasi Perairan dan
Pulau-pulau Kecil
APBN,
APBD, LSM,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang
sah
DKP
Provinsi
Sumatera Selatan,
LSM
l. Monitoring dan evaluasi kegiatan di kawasan
konservasi
Pulau Maspari, Kecamatan
Tulung Selapan,
Kabupaten Ogan Kemering Ilir
APBN, APBD,
Swasta,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang
sah
DKP, Bappeda,
PUBMTR,
Dishub, Dishut,
DLHP,
Dinas
Pariwisata, Distan,
Dinas
ESDM,
C. ALUR LAUT
1. Alur Pelayaran
a. Identifikasi kondisi sarana
prasarana pelabuhan lokal
dan dermaga
Seluruh
Kabupaten
APBN,
APBD,
Swasta,
Dishub,
Kemenhub,
Swasta
-20-
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
b. Pengembangan sarana baru
navigasi
Seluruh
Kabupaten
APBN,
APBD,
Swasta,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
Dishub,
Kemenhub,
Swasta
c. Pemantapan alur pelayaran Seluruh
Kabupaten
APBN,
APBD,
Swasta,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
Dishub,
Kemenhub,
Swasta
d. Pengawasan alur pelayaran Seluruh Kabupaten
APBN, APBD,
Swasta,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
Dishub, Kemenhub,
Swasta
e. Penetapan DLKr dan DLKp pelabuhan yang menjadi
kewenangan Provinsi
Seluruh Kabupaten
APBN, APBD,
Swasta,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
Dishub, Kemenhub,
Swasta
-21-
f. Pemeliharaan berkala sarana prasarana
pendukung alur pelayaran
Seluruh Kabupaten
APBN, APBD,
Swasta,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
Dishub, Kemenhub,
Swasta
g Monitoring dan evaluasi kegiatan di kawasan alur
pelayaran
Seluruh Kabupaten
APBN, APBD,
Swasta,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
DKP, Bappeda,
PUBMTR,
Dishub, Dishut,
DLHP,
Dinas Pariwisata,
Distan,
Dinas ESDM,
2. Alur Pipa/Kabel Bawah Laut
a. Survey dan Investigasi Tanjung Carat, Muara Telang
(Tanjung Api-
api), Kecamatan Banyuasin II dan
Makarti Jaya,
Kabupaten
Banyuasin
Swasta, BUMD,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
Swasta, BUMD, PU,
Dinhub,
Kemenhub, DKP, Dinas
ESDM
b. Studi Kelayakan Tanjung Carat, Muara Telang
(Tanjung Api-
api), Kecamatan
Banyuasin II dan Makarti Jaya,
Kabupaten
Banyuasin
Swasta, BUMD,
dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
Swasta, BUMD, PU,
Dinhub,
Kemenhub,
DKP, Dinas ESDM
-22-
c. Koordinasi dan Membangun Kesepakatan antar Daerah
(Pemerintah Daerah
Provinsi Sumatera Selatan dan Bangka Belitung)
Tanjung Carat, Muara Telang
(Tanjung Api-
api), Kecamatan Banyuasin II dan
Makarti Jaya,
Kabupaten
Banyuasin
Swasta, BUMD,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
Swasta, BUMD, PU,
Dinhub,
Kemenhub, DKP, Dinas
ESDM
d. Konsultasi Publik Tanjung Carat,
Muara Telang
(Tanjung Api-api), Kecamatan
Banyuasin II dan
Makarti Jaya,
Kabupaten Banyuasin
Swasta,
BUMD,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang
sah
Swasta,
BUMD, PU,
Dinhub, Kemenhub,
DKP, Dinas
ESDM
e. Pengajuan Izin Pemasangan
Pipa/Kabel Bawah Laut
Tanjung Carat,
Muara Telang
(Tanjung Api-api), Kecamatan
Banyuasin II dan
Makarti Jaya, Kabupaten
Banyuasin
Swasta,
BUMD,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
Swasta,
BUMD, PU,
Dinhub, Kemenhub,
DKP, Dinas
ESDM
f. Penyusunan AMDAL Tanjung Carat,
Muara Telang (Tanjung Api-
api), Kecamatan
Banyuasin II dan Makarti Jaya,
Kabupaten
Banyuasin
Swasta,
BUMD, dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
Swasta,
BUMD, PU, Dinhub,
Kemenhub,
DKP, Dinas ESDM
-23-
g. Penyusunan Masterplan Tanjung Carat, Muara Telang
(Tanjung Api-
api), Kecamatan Banyuasin II dan
Makarti Jaya,
Kabupaten Banyuasin
Swasta, BUMD,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
Swasta, BUMD, PU,
Dinhub,
Kemenhub, DKP, Dinas
ESDM
h. Penyusunan Rancangan
Dasar dan Detail (DED)
Tanjung Carat,
Muara Telang
(Tanjung Api-api), Kecamatan
Banyuasin II dan
Makarti Jaya, Kabupaten
Banyuasin
Swasta,
BUMD,
dan/ atau sumber
pendapatan
lain yang sah
Swasta,
BUMD, PU,
Dinhub, Kemenhub,
DKP, Dinas
ESDM
i. Pemasangan pipa/kabel
bawah laut
Tanjung Carat,
Muara Telang (Tanjung Api-
api), Kecamatan
Banyuasin II dan Makarti Jaya,
Kabupaten
Banyuasin
Swasta,
BUMD, dan/ atau
sumber
pendapatan lain yang
sah
Swasta,
BUMD, PU, Dishub,
Kemenhub,
Bappeda, DKP, Dinas
ESDM
j. Pemeliharaan alur pipa/kabel dan instalasi-
instalasi pendukung
Tanjung Carat, Muara Telang
(Tanjung Api-
api), Kecamatan Banyuasin II dan
Makarti Jaya,
Kabupaten
Banyuasin
Swasta, BUMD,
dan/ atau
sumber pendapatan
lain yang
sah
Swasta, BUMD, PU,
Dishub,
Kemenhub, Bappeda,
DKP, Dinas
ESDM
-24-